["tutup. Kembali aku memandang sekeliling perpustakaan dan aku tidak melihat siapapun. Aku berpikir gadis itu keluar tapi bagaimana mungkin aku tak mendengar suara langkahnya sama sekali. Aku segera mengisi daftar kunjungan perpustakaan, tetapi betapa terkejutnya aku melihat tidak ada nama sama sekali di hari itu, padahal aku ingat jelas ada gadis yang sedang membaca di pojok perpustakaan. Aku tak ambil pusing, seusai aku mengisi daftar kunjungan aku segera menuju kelas untuk mengambil tasku. Saat melewati toilet aku mendengar kembali isakan tangis seorang gadis. Untuk menjawab rasa penasaranku akupun akhirnya memberanikan diri untuk memasuki toilet. Di saat itulah aku membeku melihat seorang gadis terkulai lemas dengan wajah pucat dan badannya yang dipenuhi kaca dan darah. Aku seperti mengenal gadis ini tunggu.. ini gadis yang tadi kusapa di perpustakaan. Lokananta dalam Tabir Delusi | 41","Penghujung Senja Karya : Sherlyna Yolanda Hujan deras telah mengguyur di setiap sudut kota itu dari pagi tadi. Ketika senja datang menawarkan kesunyian, tak lagi menyongsong bintang-bintang yang menghiasi malam. Di teras sebuah rumah, ada seorang kakek sedang duduk di kursi tua. Perasaannya larut dalam kegalauan. Senja itu telah memberikan kesunyian dalam hatinya, yang sedang kesepian. Terlihat pandangan kosong dari matanya yang sayu. Senyuman tipis terlukis di wajahnya. \u201cApakah senja yang sunyi akan selalu seperti ini selamanya?\u201d Bisiknya dalam hati. Dalam kesendiriannya, selalu berharap senja akan memberikan keceriaan dan kedamaian. Selama ini hidupnya diliputi kesedihan, setelah seseorang yang dicintai meninggalkannya untuk selamanya. Tak terasa air mata mengalir deras di pipinya yang sudah keriput. Kesedihan itu telah menyapa relung hatinya yang sedang gelisah. Senja telah larut, ketika terdengar sayup- sayup suara adzan dari surau di seberang jalan raya. \u201cKakek, hari sudah petang,\u201d suara Ellen membuyarkan lamunannya. Seketika mata sayu itu berbinar menatap wajah Ellen, cucunya yang selama ini telah menemani dan merawatnya. Di ujung senja itu, masih ada 42 | Lokananta dalam Tabir Delusi","seberkas cahaya cinta dan kasih sayang, dari kelipnya bintang di angkasa. Lokananta dalam Tabir Delusi | 43","Terima kasih, Nak Karya : Stephanus Putra XII A 1 \/24 Berangkat ke sekolah dengan membawa tas dan bekal makanan, aku melihat ada rumah kebakaran. Dan tanpa pikir panjang aku menyelamatkan seorang nenek nenek berusia 70 tahunan yang kesusahan untuk keluar rumah tersebut. Dengan sapu tangan yang ada dicelana, aku jadikan sebagai masker untuk menutupi hidungku. Melihat sekitar kiri kanan dan ternyata nenek tersebut pingsan. Aku sungguh panik dan saat itu juga kakiku terkilir. Dalam pikiranku hanya satu menyelamatkan nenek ini, dengan kakiku yang terkilir aku mencoba untuk menggendongnya. Dengan tergesa-gesa aku keluar dari rumah tersebut dan mataku mulai buram semua yang kulihat perlahan lahan menjadi petang. Beberapa menit kemudian aku sadar dan ternyata aku pingsan. Aku melihat ada banyak Damkar dan warga sekitar rumah tersebut, di tempat keadaan semakin ramai, dan jalan semakin macet. Untungnya nenek tersebut masih selamat. 5 menit kemudian nenek tersebut menghampiriku sambil berkata \u2018\u2019 Terima kasih nak, kebaikanmu pasti akan terbalas\u2019\u2019 seketika aku terdiam dan seperti kembali ke masa lalu yang mengingatkanku juga ke hal yang terjadi seperti ini. Aku berpikir \u2018\u2019 Apakah ini dejavu? \u2018\u2019 44 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Rekan Kerja Karya : Talentino Putra B. Di pagi yang cerah ini aku pergi bekerja seperti biasanya, aku sangat senang bekerja di tempat kerja yang sekarang ini karena rekan kerja di tempat ini sangat baik dan tidak sombong. Pagi ini aku berangkat dengan perasaan yang bahagia dan semangat demi mencari uang dan membahagiakan kedua orang tua ku. Sesampainya aku di kantor aku langsung pergi ke meja kerja ku dan melihat apa ada pekerjaan tambahan dari atasan, sembari menyelesaikan pekerjaan kemarin yang kurang sedikit lagi selesai. Tak lama kemudian ada seoran wanita seusiaku yang berjalan ke arah meja kerjaku, aku berfikir bahwa akan ada pekerjaan baru lagi yang perlu aku selesaikan. Nama wanita itu Siska, dari berita dikantor Siska ini adalah asisten pak bos. Benar saja mbak Siska menghampiriku dengan membawa berkas pekerjaan yang pelu aku kerjakan, dengan sopan dia menyuruhku menyelesaikan pekerjaan ini. Selain itu mbak Siska juga berpesan kalau pekerjaan sudah selesai, dia menyuruh telepon supaya dia bisa mengambil pekerjaan ini ke meja ku. karena pak bos ingin pekerjaan itu selesai hari ini. Tak terasa waktu sudah malam, karena aku terlalu fokus dengan pekerjaan yang diberikan ini. Segera aku menghubungi mbak Siska, karena pekerjaan sudah selesai, tapi tidak kunjung juga ada Lokananta dalam Tabir Delusi | 45","jawaban dari mbak Siska. Segera ku hampiri ruangan mbak Siska, karena ada berita kalau tempat kerjaku ini suasananya mengerikan di malam hari. Segera ku menuju ruangan mbak Siska, dari kejahuan sudah terlihat bayangan hitam seorang wanita, aku berfikir positif pasti mbak Siska masih menunggu pekerjaanku ini. Namun saat ku masuk ruangan mbak Siska ternyata sudah tidak ada orang dan lampunya pun sudah dimatikan. Disinilah aku merasa merinding, karena tadi aku melihat bayangan wanita di dalam ruangan ini. Tak lama terdiam, dari belakang ada yang menepuk punggungku, dengan perasaan takut dan kaget aku menoleh ke belakang dan ternyata itu mbak Siska. Dia mencariku di ruanganku tapi katanya aku tidak ada, jadi dia kembali ke ruangannya untuk memastikan aku ada disana atau tidak. Setelah memberikan pekerjaanku, aku merasa lega dan beban beratku terasa sedikit hilang, selain itu perasaan takutku mulai berkurang karena kejadian tadi. Segera aku pamit ke mbak Siska untuk pulang, karena sudah malam juga dan aku juga perlu beristirahat. Setelah di depan kantor, pak satpam pun menghampiri aku sambil bertanya \\\"lembur mas ?\\\" aku pun menjawab \\\" iya pak, ada pekerjaan dari mbak Siska pak \\\". Namun setelah mengatakan itu pak satpam itu kaget dan heran dan bertanya \\\" mbak Siska ? \\\". Setelah melihat ekspresi pak satpam aku merasa kaget dan penasaran, lalu aku bertanya ke pak satpam kenapa 46 | Lokananta dalam Tabir Delusi","pak. Pak satpam itu pun menjawab mbak Siska itu asisten pak bos yang bunuh diri 1 bulan sebelum mas masuk di kantor ini. Seketika aku merinding kembali dengan perkataan pak satpam itu dan bergegas pulang. Lokananta dalam Tabir Delusi | 47","MIPA 2 Keluarga Bahagia Karya : Albert William Saputra Suasana pagi yang cerah sangat asyik bagi kami untuk bermain. Ayah dan ibuku sangat suka bermain boneka denganku. Aku senang saat ayahku memainkan cerita dengan boneka robotnya. Mereka sangat sayang denganku dan sering menciumiku. Akhir-akhir ini, ayahku sering sakit perut dan tampak kesakitan. Perutnya berdecit membuatku takut. Ibuku dengan cepat menggotong ayahku. Aku yang khawatir tidak bisa berbuat apa-apa. Keesokan paginya, ayahku tampak baik-baik saja dan mengajakku bermain. Tetapi perutnya kembali berbunyi dan ibuku langsung membawa ayahku. Aku mengikuti mereka pergi ke ruang pengobatan dan kulihat ibuku yang menarik perut ayahku. Aku melihat poster biru yang ada foto kami yang bertuliskan \u201cKeluarga Robot Buatan.\u201d 48 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Sahabatku Selamanya Karya: Albertus Ryan Lee Alden Hari yang cerah di pagi hari. Terbangun dari tidur yang nyenyak, kubangun untuk menjalani hidup yang indah. Memandangi langit yang begitu cerah. Melihat bunga-bunga yang mekar dan indah. Bertemu bersama tetangga yang ramah dan baik. Tentu saja aku selalu bertemu dengan sahabatku yang ramah dan setia bernama John. Ramah dan setia kawan John menyebabkan teman temannya menyenanginya dalam pergaulan. Dia sering menolong teman temanya bila mengalami kesulitan dalam belajar. Kita bersahabat sudah lebih dari 5 tahun. Mulai dari pendidikan sekolah dasar sampai sekarang ini di jenjang SMA. Pada saat itu aku merasa kesusahan karena aku mendapatkan nilai yang kurang maksimal dalam ulangan harian. Dengan ketulusan hatinya, John menasehatiku dan membantu ku untuk tetap semangat dan pantang menyerah. kemudian aku merasa semangat kembali untuk mencapai mimpi ku. Lalu kupeluk erat-erat terhadap sahabatku dan menjawab terima kasih. Lokananta dalam Tabir Delusi | 49","4 Pilar Karya : Alvino Sucipto Pada awal tahun 2032 muncul varian virus baru yang menyerang dunia, virus yang kita hanya anggap sebuah karangan fiksi atau hanya biasa kita temui di dalam film atau cerita yaitu virus ZOMBIE. Virus ini pertama muncul di Benua Amerika yang terjadi karena adanya ledakan besar yang membuat 1 pintu goa hancur dan mulai lah muncul kabut asap berwarna merah yang pekat lalu mulai banyak orang yang tumbang dan bangkit kembali dengan tatapan kosong pupil mata yang memutih dan mulai terdengar teriakan kesakitan dari orang orang yang ternyata itu di akibatkan karena para manusia yang sudah terkena asap itu mulai menyerang manusia lain yang tidak terkena dampak dari asap tersebut, dan itulah awal mula munculnya wabah ini yang sudah menyerang ke semua negara termasuk Indonesia. Dan inilah aku seorang remaja bernama Lenoks yang masih berusia 19 tahun dan bertahan hidup dari virus ini sekitar 6 bulan setelah terjadinya ledakan di Benua Amerika, aku bertahan dari virus ini karena sering nya aku bermain game online dan mendapat teman dari berbagai negara dan salah 1 temanku bercerita akan virus ini maka aku segera bersiaga dengan seluruh keluarga ku untuk mempersiapkan semua kebutuhan yang di perlukan saat adanya wabah 50 | Lokananta dalam Tabir Delusi","ZOMBIE ini dengan berbekal pengetahuan dari film dan game aku mempersiapkan bahan makanan, minuman, pertahanan, dan persenjataan dan aku juga membangun tempat yang aman untuk keluargaku dan orang orang yang ada di sekitar ku mulai dari teman dan pacar. Aku membangun kamp perlindungan yang berisikan 200 orang yang memiliki keahlian yang di butuhkan mulai dari memasak, beladiri, permesinan, pertahanan, pasukan patroli dan banyak lagi. Dan di kamp ini aku dan ke tiga sahabatku adalah pemimpinya, walaupun kami remaja tapi kami sudah memahami situasi yang terjadi dengan sangat seksama dan orang orang pun setuju akan itu karena kami ber 4 adalah orang yang sudah melindungi mereka dari segala ancaman dari luar kamp, dan kamp ini kami dirikan dengan nama 4 pilar yang mengartikan 4 sahabat yang bisa mendirikan kamp untuk bertahan dari wabah ini yang sudah berjalan lebih dari 6 bulan sejak munculnya wabah ini. Dan inilah isi dari catatan kamp ini ungkap seorang Pemimpin kamp lain yang baru saja tiba untuk menolong kamp 4 pilar yang sudah hancur tak tersisa dari serangan ribuan ZOMBIE. Lokananta dalam Tabir Delusi | 51","Pelatih Idola Karya : Angelique Fanny O. Pada siang hari yang terik ini, aku menyeret tasku sampai ke depan meja belajar dan mengerjakan tugas dengan sesegera mungkin. Aku tak sabar untuk segera bersiap-siap dan menggunakan jersey sepak bol ku yang baru dibelikan ibu. Yap, aku terpilih menjadi salah satu perwakilan sekolahku untuk bertanding sepak bola pada tingkat nasional tahun depan, dan hari ini adalah pertemuan ketiga untuk berlatih bersama. Jam menunjukkan pukul 2 tepat, aku langsung berlari mengganti baju dan mengambil sepatu bolaku. Dengan gesitnya aku lari masuk ke mobil dan sambil terengah-engah. Dari dalam mobil aku melihat ayahku yang akan mengantarku hari ini berjalan dengan santainya, yang semakin lama membuatku geram. Bagaimana tidak, pelatih sepak bolaku ini sangat serius dalam memberikan hukuman, dan aku tidak mau mendapatkan hukuman itu hari ini hanya karena terlambat datang ke tempat latihan. Sampai akhirnya ayahku sampai ke mobil dan mulai menyalakan mesinnya, yang membuatku sedikit lebih lega. Kurang 5 menit dari waktu latihan dan kami malah terjebak macet, aku sangat panik sampai berkeringat dingin. Tak terasa, kami tiba di parkiran dan aku langsung berlari masuk tanpa menoleh ke 52 | Lokananta dalam Tabir Delusi","ayahku. Benar saja, tak lama setelah aku meletakkan barang-barangku, pelatih sepak bola kami datang dan menghukumku untuk berlari keliling lapangan sebanyak 5x. Campur aduk perasaanku, marah, malu, kesal, jengkel, semua bercampur menjadi satu. Itu semua karena ayahku adalah pelatihnya, dan ia yang mengantarku, tapi ia juga yang memberiku hukuman. Lokananta dalam Tabir Delusi | 53","Dunia Pararel Karya : Billy Jason G. Seperti kehidupan pada umumnya, Rudi adalah seorang mahasiswa biasa yang belajar di bidang sains. Setiap pagi ia bangun di apartemennya bersiap untuk pergi kuliah. Semua berjalan seperti hari \u2013 hari biasa, hingga sebuah kebakaran terjadi dan manghanguskan sebuah lab termasuk 12 mahasiswa di dalamnya termasuk Rudi. Namun, Keesokan paginya Rudi kembali bangun di apartemennya seperti tidak terjadi apa \u2013 apa. Saudaranya yang tinggal satu tempat dengannya juga terlihat seperti tidak mengetahui kejadian tersebut. Ia pergi keluar dan berjalan, ia menyapa tetangganya dan pergi menuju kampus. Sepertinya ada yang tidak beres, terdapat banyak sekali orang yang belum pernah ia temui sebelumnya walaupun ia sudah 3 tahun kuliah di sana. Satu lagi hal yang berbeda tentang sekolah ini, atau bahkan mungkin dunia ini. Materi yang diajarkan adalah \u201csihir\u201d. Ya, ini adalah sekolah penyihir, dan Rudy adalah salah satunya? Ini adalah dunia sihir dimana energi sihir tersebar di seluruh dunia, para penyihir dilahirkan dengan kekuatan mistik dan cenderung lebih kuat dari manusia pada umumnya. Sebagai penyihir dan mahasiswa disana, Rudi mulai dapat merasakan energi sihir dalam dirinya. Dalam waktu singkat ia mulai 54 | Lokananta dalam Tabir Delusi","dapat melakukan beberapa teknik sihir. Rudi mulai menyukai dunia ini, namun ia masih penasaran dengan apa yang terjadi. Banyak pertanyaan yang belum terjawab. Selepas pulang sekolah, Rudi dipanggil menghadap pada salah satu guru di sana. \u201capa yang sudah kamu lakukan?\u201d tanyanya. \u201cSaya hanya berlatih di lapangan belakang dari pagi.\u201d Jawab Rudi. \u201csaya tidak bertanya apa yang kamu lakukan hari ini, tapi perbuatanmu sebelumnya.\u201d Rudi yang kebingungan akan situasi ini kembali menjawab \u201cMemang apa yang telah saya lakukan?\u201d Guru itu langsung membawa Rudi pada salah satu laboratorium dan menunjukan sesuatau. \u201cKamu menggunakan portal dimensi dan mengacau di dunia lain, ku dengar ada 12 korban jiwa akibat perbuatanmu.\u201d Rudi langsung mematung diam mendengar hal tersebut. Lokananta dalam Tabir Delusi | 55","Ayah Seorang Pahlawan Karya : Braven Handoko Panggil aku Gunawan, ayah dari 2 orang anak yang rukun dan seorang istri yang cantik. Jason dan Filo adalah nama anakku, ya dari namanya bisa disimpulkan bahwa ada satu laki dan satu perempuan, dan Linda adalah istri tercintaku. Kita semua hidup rukun dan senang selama 10 tahun dan kini kedua anakku sudah mulai masuk sekolah. Jason adalah anak pertama dan Filo adalah anak ke dua, Jason sering sekali bercanda dan jail kepada Filo, tetapi itu tidak membaut Filo marah, sebaliknya Filo suka bercanda dengan Jason. Aku dan Linda bekerja sebagai pemilik usaha restoran makanan, Linda sebagai pemasaknya, dan saya sebagai kasirnya. Semua berjalan dengan lancar hingga kedua anakku mulai memasuki SMP Hari pertama SMP adalah hari yang besar untuk Jason dan Filo, mereka bangun pagi dan memakan sarapan yang dibuatkan oleh Linda, segera mereka menggenakan seragamnya dan merapikan tas untuk segera berangkat ke sekolah. Lalu saya mengantar mereka berdua menuju ke sekolah, begitu bahagianya mereka karena melihat sekolah yang besar dan ramai itu, mereka pun langsung turun dan lari menuju sekolah. Hari pertama telah berakhir, saya berangkat untuk menjemput mereka ke sekolah, sesampainya saya melihat Jason yang berpakaian 56 | Lokananta dalam Tabir Delusi","kurang rapi dan Filo yang berkumpul dengan teman- temannya. saya bertanya kepada Jason, \u201capa yang terjadi?\u201d, ia menjawab \u201cteman ku menggoda Filo dan memukulku saat aku menjauhkannnya dari Filo\u201d. Betapa emosinya saya sebagai seorang ayah mendengar ada yang berani menggoda anakku yang masih SMP dan memukulnya. Saya langsung turun dari mobil dan menuju ke sekolah, dimana Jason ikut denganku untuk menunjukan siapa yang memukulnya. Jason berkata \u201citu pa, dia yang memukulku dan menggoda Filo\u201d tak kusangka itu adalah anak berbadan besar, bertato pada bagian lengannya dan tinggi tidak selayaknya sebagai anak yang baru masuk SMP. Saya langsung mengajak Jason pergi dari situ karena ia terlihat berbahaya dan saya tidak mau aneh-aneh. Dengan cepat saya melaporkan kepada guru yang dimana ia berkata \u201cDia adalah pemilik sekolah ini, ayahnya tidak mau anaknya naik kelas dan ditetapkan di kelas 7, ini tahun ke 5 dia di kelas 7, semua anak takut dengannya, tapi tenang, kita akan memisahkannya dengan kedua anak bapak\u201d. Dengan tenang saya pergi dari sekolah itu dengan kedua anakku. Lokananta dalam Tabir Delusi | 57","Halusinasi Karya : Debby Melinda Hari itu aku masih ingat persis tanggal 20 Mei 2020 pukul 11.00. Tepat di hari ulang tahun ku. Aku mendengar berita bahwa diriku hanya memiliki batas waktu hidup 100 hari setelah di diagnosis terkena glioblastoma, yang merupakan tumor ganas yg tumbuh menggerogoti otak. Hari dimana yang harusnya diriku berbahagia , menjadi hari yang paling menyedihkan selama aku hidup 25 tahun di dunia ini. Aku berjalan keluar rumah sakit sambil mengelamun, otak dan pikiran ku kosong tidak tau apa yang harus aku lalukan. Sebelumnya aku tidak takut dengan hal yang tidak bisa aku lihat seperti kematian atau kehancuran. Tapi kini kematian benar benar ada di depanku dan aku merasa sangat ketakutan. Aku berkata\u201c jika di hari ulang tahun ku ini aku dapat memohon bolehkah aku memohon dunia ini hancur?\u201d Dengan seketika suasana yang tadinya cerah menjadi gelap gulita, suara petir menggelegar dan secara tiba- tiba semua aktivitas terhenti seperti sedang terjadi time stop. Aku terheran-heran hingga datang dari kejauhan datang seorang lelaki berjubah hitam dan memperkenalkan diri sebagai dewa kehancuran lalu berkata, \u201c Apakah itu keinginanmu?, baiklah akan kukabulkan\u201d, dengan seketika bola mata ku dilihatkan 58 | Lokananta dalam Tabir Delusi","oleh dunia yang hancur seperti kiamat dan aku terkejut bahwa itu benar benar terjadi. Namun ketika aku melihat semua itu aku terkejut dan terbangun di sebuah ranjang rumah sakit, tangan ku diikat oleh tali, tubuhku di jerat sabuk yang erat, lalu tiba-tiba terdengar suara sepatu yang melangkah datang, ternyata itu dokter bersama perawat. Dokter tersebut berkata \u201capakah anda sudah tenang\u201d lalu jawab ku, \u201c kenapa aku berada disini dan kenapa aku ditali?\u201d Tiba-tiba dokter tersebut menceritakan bahwa aku berlari lari di jalan raya dekat rumah sakit dan berkata bahwa dunia ini akan hancur serta sempat melukai beberapa orang yang ada di jalan raya. Dokter mendiagnosis diriku bahwa aku mengalami tekanan depresi dan sering berhalusinasi setelah mendengar bahwa aku terkena penyakit ganas. Lokananta dalam Tabir Delusi | 59","\u201cDesa Delusi\u201d Karya : Gabriel Patrick Wahyu Mazmur Ariaji Suatu hari aku dan teman-temanku pergi ke suatu tempat di hari Jumat, tempat itu sangat tinggi dan dingin sekali. Sesampainya kami di sana kami pun langsung menelusuri jalan setapak untuk pergi ke tempat yang akan kami tuju. Di sepanjang jalan kami mendengar ada suara kebisingan tetapi kami menghiraukan suara itu. Sesampainya kami di suatu tempat peristirahatan yang dekat dengan aliran sungai kami pun beristirahat. Keesokan paginya akupun terbangun dari tempat itu dan melihat teman-temanku sudah tidak ada di sana. Aku pun pergi menyusuri jalan setapak itu untuk menyusul teman-temanku. Saat menyusuri jalan itu kulihat beberapa rumah warga. Akupun memutuskan untuk pergi ke salah satu rumah warga itu dan menyempatkan diri beristirahat sejenak di sana. Dari rumah warga tersebut aku dapat melihat puncak gunung yang ingin ku tuju. Masyarakat disana sangat baik dan mengizinkanku menginap. Malam harinya aku pun dijamu warga di tempat itu tetapi saat aku menanyakan \u201cini di mana\u201d, tidak ada yang menjawab dan mereka menghiraukan pertanyaan ku. Hingga pada keesokan paginya aku bangun di tempat yang berbeda. Dari kejauhan aku mendegar 60 | Lokananta dalam Tabir Delusi","seseorang memanggil namaku, tetapi tubuhku yang lemas tidak sanggup menjawabnya. Akhirnya nya orang-orang berbaju orange yang tadi mencari ku, menemukan ku. Mereka pun membawa aku turun dari tempat itu menuju tempat aku dirawat sekarang. Lokananta dalam Tabir Delusi | 61","Selamat Berbahagia Karya : Ghita Evelyn Sihombing Matahari di siang ini tidak bersahabat. Peluh menetes dari sekujur tubuhku dan membasahi pakaianku. Aku tetap melangkahkan kaki dan menyusuri tiap butik di pinggiran jalan. Kulihat gaun berwarna violet yang indah di butik seberang jalan. Langkahku terhenti, aku diam membeku seakan tidak bisa melangkah. Aku bergegas menuju ke butik itu. Kulihat deretan gaun yang sangat cantik. Aku berjalan ke arah gaun berwarna violet tadi dan mencobanya. Saat aku melihat di pantulan cermin, aku tidak mengenali wanita yang ada di cermin itu. Gaun itu sangat pas di tubuhku. Ditambah dengan renda di sekitar leher membuat makin cantik. Aku membayangkan bagaimana ekspresi pria itu saat aku memakai gaun ini. Aku bersorak dalam hati dan tidak sabar menunggu hari itu. Hari yang ditunggu pun tiba. Aku bersiap untuk mandi. Kukenakan gaun violet yang kubeli beberapa hari yang lalu. Aku mendudukkan wajahku di meja rias dan memoles wajahku dengan riasan yang sederhana. Tak lupa aku juga menggeraikan rambut indahku. Aku memilih-milih tas dan sepatu hak yang cocok dengan gaunku. Aku sudah siap bertemu dengan pria yang kucintai. Aku segera pergi ke garasi untuk mengeluarkan mobil. Hampir saja aku lupa 62 | Lokananta dalam Tabir Delusi","membawa kertas diatas mejaku. Kupandangi surat itu dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Aku segera melajukan mobilku ke tempat yang sudah ditentukan. Setelah sampai, aku berjalan ke arah bangunan di depanku.. Aku menunjukkan kertas yang tadi ku bawa kepada orang di depan pintu. Senyum tidak luntur dari wajahku. Aku melihat pria itu di atas panggung. Aku mengambil napas dalam-dalam berusaha tenang. Lantas aku berjalan ke atas panggung dan menyalaminya dan menyalami wanita di sampingnya. Dengan senyum aku mengatakan selamat menempuh hidup baru kepadanya. Lalu bergegas turun dengan perasaan getir. Lokananta dalam Tabir Delusi | 63","Because Of The Pandemic Karya : Jessica Gotama Aku berlari secepat mungkin, menaiki anak tangga darurat yang tiada habisnya itu. Nafasku terasa sesak, tak kuat lagi tubuh ini rasanya. Mau tak mau aku harus terus berlari karena di belakang ada sekelempok monster haus darah yang seakan ingin mencabik diriku. Tanpa kusadari, tali sepatuku lepas dan membuatku jatuh seketika. Sial...badanku yang tak mampu bangkit hanya bisa berteriak sekencang- kencangnya. Detik berlalu, kini monster itu sudah ada di depanku. Dengan ganas mereka mulai menggigit bagian tubuhku satu persatu, tolonggg..... seseorang tolong bantu aku. Sampai akhirnya salah satu monster jatuh menimpa wajahku. Semua langsung berubah hitam, sunyi dan senyap. Tiba-tiba, terdengar dering alarm yang membangunkanku saat itu juga. Aku segera bangkit duduk dan melihat sekelilingku. Hufttt....untung saja, itu semua tidak nyata. Mimpi menegangkan itu berhasil membuat badanku berkeringat sampai meninggalkan bekas di sprei. Ini pasti karena video game tentang zombie kemaren, aku benar-benar bosan jadi aku memainkannya. Hendrick sialan, game darinya itu benar-benar membuatku tegang. Akhir-akhir ini, sekolahku memang diliburkan karena ada sebuah pandemi. Ada penyakit yang 64 | Lokananta dalam Tabir Delusi","sedang mewabah saat ini, tapi aku juga tidak tau seperti apa. Aku segera turun ke bawah untuk sarapan pagi. Tapi bukan makanan di meja makan yang kulihat. Ayah yang terlihat agresif sedang memakan isi perut ibu di meja itu, tepat di depan mataku. Lokananta dalam Tabir Delusi | 65","Pintu Putih Karya : Joannita Angelina Wijaya Di Eye of Eden, siluet dari seseorang yang familier muncul di balik pintu putih besar. Seseorang dengan tinggi lebih pendek diriku, Dirinya yang berdiri beberapa meter dariku, dengan terdiam dan sedikit tersenyum. Kenapa kau tersenyum? Beberapa saat yang lalu, aku mengorbankan salah satu potongan cahaya jiwaku untuk dirimu yang telah berubah menjadi patung tanpa nyawa. Tempat dimana dirimu berlutut, dengan putus asa. Aku tidak yakin apakah aku harus berlari ke arahmu dan memelukmu erat-erat karena, sejujurnya, aku takut jika kalau kamu hanya halusinasiku saja. kamu yang memperhatikan betapa terguncang dan bingungnya diriku, dan berjalan ke arahku.\\\"Terima kasih telah menyelamatkanku,\\\" katamu sambil memegang tanganku dengan lembut. \\\"Ayo pulang,\\\". Tidak kupedulikan mimpi buruk. Riak-riak kecil mengikuti kami saat kami berjalan ke pintu putih besar. saat aku mulai sadar kembali, aku terbaring di sana. Aku bangkit berdiri dan berlari menuju bukit di dekatku. Rasa sepi tumbuh dengan cepat setiap detik yang berlalu membuat jantungku berpacu lebih cepat sampai aku merasa suaranya lebih keras dari suara bel gereja terus berbunyi dengan nyaring di dadaku yang kecil. Membayangkan dirimu meninggalkanku 66 | Lokananta dalam Tabir Delusi","membuatku takut. Tidak ada yang bisa menyamai rasa sakit yang diriku rasakan saat menyadari bahwa, meskipun kami berjalan ke pintu itu bersama-sama, hanya aku yang keluar sendirian. Lokananta dalam Tabir Delusi | 67","Suapan Terakhir Oleh : Lian Angel Teriknya sang fajar yang tepat berada di atas kepalaku menambah deras peluh yang menetes di dahi. Semakin tidak sabar aku ingin segera sampai ke tempat itu. Warung tenda Bu Endang, tiga minggu setelah warungnya dibuka, tempat itu langsung menjadi tempat langganan saat perutku mulai keroncongan. Selain menu soto daging primadonanya, dua anak gadis Bu Endang yang bergiliran membantunya di warung juga sedikit menambah segar mata ini. Namun sayang, anak gadis pertama Bu Endang meninggal tepat di minggu kedua warung ini buka. Kulangkahkan kakiku masuk ke dalam warung tenda warna merahnya yang masih sepi. Tak lupa dengan suara lantang aku mulai memesan tiga porsi soto sekaligus. Entah mengapa soto di warung ini sangat enak! Berbeda dari yang lain. Namun, ada sesuatu yang kurang hari ini. Bu Endang sendirian melayani pembelinya tanpa ditemani anak gadisnya yang terakhir. Bersamaan dengan suapan terakhirku, mulutku yang penasaran bertanya pada Bu Endang mengapa ia sendirian, namun Bu Endang hanya tersenyum tipis dan membalikkan badannya. Ia menoleh kearahku. \u201cAku kehilangan anak gadis terakhirku beberapa detik 68 | Lokananta dalam Tabir Delusi","lalu bersamaan dengan suapan terakhirmu. Dan minggu depan warung ini akan tutup karena stok daging sudah habis.\u201d Lokananta dalam Tabir Delusi | 69","Anak Manja Karya : Lorencia Meliya Irwanto Ada sepasang suami istri yang sudah menikah cukup lama, namun mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Kedua pasangan tersebut akhirnya memilih untuk mengadopsi anak yang berada di panti asuhan, awalnya sang suami tidak setuju dengan apa yang dipilih oleh istrinya. Namun, karena suami tersebut sangat sayang dan tak tega untuk melihat istrinya yang sedih karena menginginkan seorang anak, maka suaminya pun menyetujuinya. Mereka pun segera menyiapkan berkas dan mengikuti beberapa tes sebelum yang diwajibkan sebelum mengadopsi calon anak. Setelah selesai melewati beberapa tes dan mengajukan dokumen, akhirnya sepasang suami istri ini diperbolehkan untuk mengadopsi anak. Mereka memilih salah satu panti asuhan yang masih baru disekitar pedesaan, di sekitar tempat mereka tinggal. Setelah perundingan yang cukup lama, merekapun mendapatkan anak yang umurnya sudah 10 tahun, kedua pasangan itu dan anak tersebut sangat senang dan hidup bahagia. Lalu satu tahun kemudian istri dari suami tersebut dinyatakan hamil oleh dokter, suami istri tersebut sangat senang karena mendapatkan anak yang akan lahir dari darah daging mereka sendiri. Setelah penantian yang cukup lama akhirnya anak mereka lahir kedunia ini. 70 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Ketika anak ini umur 5 bulan kedua orang tuanya sangat memanjakann anak ini dan sangat protektif terhadap apa yang dilakukan oleh anaknya ini. Saat siang hari keluarga ini selalu meluangkan waktu untuk tidur siang, Ketika suasana sudah mulai sore sang ayah bangun dari tidurnya. Dia kaget karena kasur yang ditiduri oleh keluarga itu basah dan sangat berbau. Lalu dia menyalakan lampu kamarnya dan dia melihat anak angkatnya yang memegang gunting memotong- memotong adik dan ibunya yang sedang tertidur. Lokananta dalam Tabir Delusi | 71","Rumah Sakit yang Tak Berpenghuni Karya : Michelle Angelika Hal ini terjadi saat aku duduk dibangku SMA. Kami tinggal disuatu pedesaan, yang jauh dari perkotaan. Saat itu, kakak saya sedang hamil besar, sekitar delapan bulan. Karena umur kandungannya masih delapan bulan, jadi suami kakakku belum berinisiatif untuk pergi ke rumah sakit yang ada diperkotaan. Setelah kurang lebih sembilan bulan umur kandungan kakak saya, dia mulai mengalami kontraksi kecil. Karena rasa sakit kontraksinya masih bisa ditahan, jadi ke duanya memutuskan untuk belum pergi ke rumah sakit yang ada dikota. Beberapa hari kemudian, kontraksi itu terjadi lagi dan kali ini rasanya semakin parah hingga tidak bisa ditahan. Akhirnya mereka berdua bergegas untuk pergi ke rumah sakit. Sesampainya di Rumah sakit, mereka disambut dengan baik oleh para perawat dan langsung segera ditangani oleh dokter. Semuanya berjalan dengan baik sampai anak dari kakakku lahir dan tentu saja mereka berterima kasih kepada dokter yang membantu persalinan kakakku. Kakakku terlelap setelah anak itu lahir, dan ketika ia bangun dia melihat bahwa rumah sakit itu kosong seperti sudah lama tidak beroperasi. Setelah sadar, mereka langsung pergi dari rumah sakit tersebut serta membawa anak mereka. 72 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Tentang Berjuang Karya : Rey Vania Riviena Hari demi hari, waktu demi waktu, semangat di pagi hari sampai beristirahat saat malam hari. Kalender diatas meja terus Aku pandang, menatap dan menyadari bahwa waktu terus berjalan, tanggal terus berganti. Selalu Kuuingat tentang ujian masuk perguruan tinggi yang menjadi harapan besar untukku dan orang tua. Ya benar, aku ingin kuliah di sebuah Universitas Bergengsi di Kota Surabaya, tekad ku sudah besar dan bulat untuk bisa masuk, aku tak ragu lagi memilih Universitas ini, karena aku sudah tertarik dari awal bahkan orang tua pun sangat menyetujui jika aku bisa menempuh Pendidikan setelah SMA disana, sungguh manis jika dibayangkan kehidupan di Ibu Kota Surabaya menjadi mahasiswa rantau dengan segala macam resiko dan tantangan. Aku sudah menyiapkan segala sesuatunya sangat rapi dan tertata dari awal, menekuni dan terus mengasah materi yang akan keluar saat ujian nanti, mengerjakan Latihan soal maksimal 25 nomer disetiap harinya, membuka materi di kelas 10 dan 11 agar aku lebih maskimal, memanfaatkan waktu \u2013 waktu kosong dengan belajar dan terus belajar. Itu semua ku lakukan karena harapan besar, keinginan dan cita \u2013 cita yang akan kuraih, aku tidak menyerah dan selalu optimis dengan tujuan ku saat itu, aku selalu semangat bahkan Lokananta dalam Tabir Delusi | 73","sampai ku korbankan waktu dan tenaga hanya untuk bisa masuk di Perguruan Tinggi impianku. Tiba waktunya aku duduk di ruang ujian, dengan kesiapan yang matang, pikiran yang tenang, tetap fokus dan tidak tergesa, ku kerjakan soal demi soal di layar komputer pagi hari itu. Waktu telah menujukkan pukul 11 siang, aku keluar dengan perasaan lega dan 100 persen yakin dengan setiap jawaban yang sudah kujawab. Tepat pada tanggal 13 Juni aku membuka hasil pengumuman bersama kedua orang tua yang berada disampingku, senyuman dan perasaan senang yang tidak kunjung berhenti didalam diriku. Kubuka hasil pengumuman, Ibu langsung merangkul pundakku dan berkata \u201cTahun depan kamu coba lagi ya.\u201d 74 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Dia Atau Wanita Karya : Rivaldi Deristian Aryanto Dia merupakan seorang gadis yang sangat baik dan tak terlalu cantik. Dia menerimaku apa adanya dan selalu menemaniku di saat suka dan duka. Sudah lama aku kenal dengannya dia tau semuanya tentang aku. Kami selalu bercerita tentang masalah yang aku atau dia hadapi. Kita selalu tertawa, sedih, dan melalui semua masalah yang ada. Akan tetapi semua itu berubah ketika aku sedang memikirkan masa laluku orang yang sangat aku sayangi. Wanita itu memiliki banyak kemiripan yang sama dengan dia. Aku ingin ia berada di sisiku lagi, akan tetapi aku sudah tidak bisa melihat wanita itu selamanya. Menurutku hubungan aku dan dia ini hanya teman dan tidak lebih. Setiap aku menceritakan wanita ini dia selalu tampak sedih dan berusaha menutupi raut wajahnya dengan senyum manis yang terpaksa ia buat. Aku pun merasa heran dan berfikir kenapa dia selalu sedih ketika aku menceritakan wanita ini. Aku berusaha menghibur dia walaupun aku merasa dia sedang cemburu kalau aku menceritakan wanita ini. Tiba saatnya aku ingin menanyakan semua kebingunan yang aku pikirkan selama ini. Aku disana terdiam dan berfikir bahwa kalau aku menanyakan hal ini, apakah pertemanan kita akan berlanjut sebagai Lokananta dalam Tabir Delusi | 75","sebuah sahabat yang akan berpisah demi menuruti ego yang kita miliki? Aku tidak akan pergi meninggalkannya walaupun jawaban tersebut tidak sesuai ekspetasiku. Aku berjanji bahwa aku akan tetap di sisinya walaupun kita hanya sebatas teman. 76 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Dia dan Dia Karya : Serafim Salomo Suryo Laksono Pada siang itu, aku sedang menunggu kekasihku yang sedang ikut ekskul panah. Dia yang sedang memanah terlihat sangat cantik. Siang terang tanpa angin tanpa hujan tiba tiba datang seorang wanita cantik bawa coklat ke depanku. Terlihat malu malu wanita ini tiba tiba langsung mengatakan kalau dia cinta padaku. Sontak aku kaget, aku bingung harus bagaimana. Aku tidak ingin mendua, namun aku juga tidak ingin melukai perasaan wanita ini. Sontak aku memutuskan untuk mendua, tapi dengan persetujuan pacarku. Kelas ekskul panah telah berakhir. aku mengajak pacarku pulang sambal membeli es krim di vacito. Aku mengajak wanita yang tadi menembakku dan pelan pelan merayu pacarku. Aku pun menceritakan segala hal yang telah terjadi dan mengutarakan niatku. Tentu saja pacarku marah. Dia berdiri dan memukulku dengan sangat keras. Dia mengatakan kalau misalnya hubungan tak lazim ini tak akan bisa berhasil. Dia sempat melempar eskrimnya ke mukaku. Sebenarnya aku sudah tau akan hal itu. Tetapi entah mengapa sesuatu di dalam diriku masih merasa bahwa aku pasti bisa mewujudkannya. Ketika aku ingin memohon lagi, Lokananta dalam Tabir Delusi | 77","tiba-tiba pandanganku menjadi gelap dan tiba tiba aku pingsan. Ketika terbangun, aku terkejut dan kebingungan kenapa aku bisa ada di kamarku. Aku bingung kenapa aku bisa pingsan dan apa yang terjadi. Aku berlari keluar kamar dan bertanya kepada mamaku. Mamaku hanya diam sejenak dan berkata, \u201ckamu mending sarapan dulu gih\u201d. Sontak aku terkejut, ternyata selama ini semua itu hanyalah mimpi. Aku bermimpi seperti itu setelah menonton anime kanojo mo kanojo. Nampaknya ada yang tidak beres dengan diriku. Tapi ya bodo amat lah. Lanjut sarapan dengan toast and lovely bloody mary. 78 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Sang Petualang Karya : Stefanus Adam Diluc terbangun dengan keputusasaan sambil menangis dan rasa kecewa yang sangat dalam. Dia menyesali keterbatasaan nya membuat seseorang yang dia sayangi menghilang. Entah berapa lama ia menyesali kejadian itu, tetapi dia tetap bisa bangkit dan dia melakukan perjalanannya lagi. Tiga hari ia berjalan tanpa henti, perutnya yang kosong membuat ia terhenti di tengah tengah hutan lebat dan ia bertemu dengan seorang peri kecil yang sedang terperangkap di jebakan pemburu. Diluc membebaskan peri kecil itu dan kemudian Diluc pingsan kehabisan tenaga. Malam pun tiba Diluc terbangun di tempat yang berbeda, ia mencium aroma makanan yang lezat ada di sekitarnya, kemudian Diluc beranjak dari tempat ia terbangun dan berjalan mendekati aroma itu. Betapa kagetnya Diluc di depan matanya ada seseorang yang dia kenal. Diluc terbangun lalu ia mencari ikan di sungai dekat ia terbangun, dengan keahliannya dia mengambil tingkat kayu di dekat nya kemudian meruncingkan tongkat itu dengan pedang yang ia bawa. Setelah Diluc mendapat ikan ia segera membuat perapian untuk memasak ikan yang didapat. Dia memakan ikan itu dengan mengenang orang yang dia sayangi dan kemudian dia Kembali menangis. Lokananta dalam Tabir Delusi | 79","Setelah itu, Diluc kembali melanjutkan perjalanannya dan bertemu dengan sekumpulan monster yang sangat ganas, dan dengan reflek Diluc mengambil pedangnya dan melawan para monster itu. Dengan mudah ia mengalahkan monster monster ganas itu dan Kembali melanjutkan perjalanan nya. Setelah beberapa jam Diluc berjalan ia bertemu Kembali dengan peri kecil yang ia selamatkan dan peri itu pun kaget dengan kedatangan Diluc. Peri itu pun tiba tiba berubah bentuk menjadi Monster yang sangat ganas dan menyerang Diluc, dengan refleknya yang sangat bagus Diluc langsung menghidar dari serangan itu dan mulai menyerang balik dengan kemampuan pedangnya. Tetapi monster ini berbeda dari sebelumnya, monster ini pintar dan cerdik yang membuat Diluc kewalahan dan stamina Diluc yang terbatas membuat ia harus menerima serangan monster itu dan membuat Diluc kehilangan tangan kirinya. Diluc pun melakukan serangan pamungkas yang mengharuskan ia mengerahkan semua tenaganya dengan serangan itu Diluc pun berhasil mengalahkan monster itu dan kemudian dia tergeletak tak bertenaga. Setelah beberapa saat Diluc terbangun di tempat yang ia kenal, ia mencium aroma makanan yang lezat ada di sekitarnya, kemudian Diluc beranjak dari tempat ia terbangun dan berjalan mendekati aroma itu. Betapa kagetnya Diluc di depan matanya ada seseorang yang dia kenal. Diluc berlari dan langsung memeluk 80 | Lokananta dalam Tabir Delusi","sesorang yang ia kenal itu dan ternyata orang itu adalah orang yang ia sayangi, air mata pun bercucuran dari mata Diluc. Diluc berpikir apa yang sudah terjadi, lalu ia bertanya ke orang yang ia cintai apa yang telah terjadi dan orang itu menjawab bahwa Diluc hanya tidur seharian setelah berkerja di tengah hutan dan Diluc pun tertawa terbahak-bahak, tetapi Diluc baru menyadari bahwa pedang yang ia gunakan selama pertualang ada di kamarnya. Lokananta dalam Tabir Delusi | 81","Bangun Karya : Steven Liu Mara berjalan terengah-engah, mengitari sebuah lorong yang gelap di sebuah rumah sakit tua. Serasa seluruh suasana mencekam dan mengawasi kemanapun dia berjalan, ia menangis sambil merasakan putus asa yang amat dalam karena tidak pernah menemukan jalan keluar. Akhirnya dia beristirahat sementara di suatu tempat sambil mengisak tangisnya. Tak seorangpun dapat mendengarkan jeritan minta tolongnya Hingga ada seorang anak laki-laki lewat didepannya, lalu Mara bertanya,\\\"Siapa kamu? Bagaimana kamu bisa tersesat disini?\\\" Anak kecil tersebut hanya membalas dengan senyuman dan tetap melanjutkan perjalanannya.\\\"Tu-tu-nggu aku.\\\" Lalu Mara berdiri dan mengejar anak tersebut. Anak kecil itu terus berjalan. Terjadi pergolakan di dalam hatinya, Mara bertanya-tanya bagaimana anak tersebut bisa berada disini. Mara yang terlalu lelah akhirnya terjatuh sedangkan anak tersebut tetap berdiri dan melanjutkan perjalanannya. Ia berbaring dan menutup matanya. Ketika membuka matanya, cahaya terang menyilaukannya. Bau yang menyeruak ini terasa asing namun menenangkan. Ketika Mara kembali membuka matanya, ia menyadari dinding-dinding putih yang 82 | Lokananta dalam Tabir Delusi","memenuhi tempat di sekitar ia berbaring. Tiba-tiba Mara mendengar seseorang yang sepertinya berusaha berkomunikasi dengannya. \\\"Mara? Kamu sudah sadar, Nak?\\\" ucap ibunya dengan khawatir. Ketika menoleh, Mara menyadari bahwa dia sedang berada di sebuah rumah sakit bersama dengan orang tuanya dan di ujung ruangan terlihat seorang dokter dengan wajah ketakutan. Kebingungan karena seperti berpindah dari tempat yang sangat jauh dari yang sebelumnya, Mara hanya dapat terdiam. Namun, dokter dengan wajah ketakutan itu mendekatinya lalu membisikkan sesuatu di telinganya,\\\"Anak kecil yang kau sebut-sebut itu adalah pembunuh berantai di rumah sakit ini 80 tahun yang lalu.\\\" Lokananta dalam Tabir Delusi | 83","Kacang Karya : Theana Regina Ada seorang gadis yang sedang berduka karena ayahnya yang telah pergi meninggalkan dunia serta dirinya seorang diri. Ibunya meninggal saat melahirkannya, yang berarti sekarang dia menjadi yatim piatu. Penyebab ayahnya meninggal adalah keterlambatan penanganan dari sesak napas akibat alergi terhadap kacang. Meskipun gadis itu telah dihantam oleh kabar buruk, ia mendengar kabar baik bahwa sahabat terdekat ayahnya mau merawat dirinya. Tentu sang gadis senang karena ia tidak akan menjadi anak terlantar dan sahabat ayahnya itu adalah orang yang sangat baik. Gadis ini sudah kenal paman sahabat ayahnya ini sejak ia masih kecil. Paman itu sering berkunjung ke rumah gadis ini dan mengajaknya bermain. Paman juga sering memberikan mainan-mainan baru untuknya. Dia sangat bersyukur karena paman itu mau merawatnya. Selama beberapa hari ini dia tinggal bersama, paman selalu baik dan tidak membiarkan gadis itu berlarut-larut dalam kesedihan. Kali ini pun paman mengajaknya untuk pergi bermain di luar agar dirinya tidak sedih dan merindukan ayahnya. Setelah bermain, paman itu memberinya makanan sambil tersenyum lembut seperti biasanya. Gadis itu mulai menyuapkan 84 | Lokananta dalam Tabir Delusi","makanan dan menikmatinya. Setelah dia memasukkan suapan kedua, paman itu tiba-tiba berbicara \u201coh ternyata cara ini sudah tidak bisa dipakai, kamu masih bisa bernapas setelah makan kacang, tidak sepertinya.\u201d Paman itu mengatakannya dengan wajah menyeringai. Lokananta dalam Tabir Delusi | 85","Nenek Membiru Karya : Vanessa Nizela Augustine Pada jam 02.00 pagi hari, bunyi telepon terdengar saat aku tidur. Segera kuangkat telepon itu dan tanteku mengatakan bahwa nenekku tak sadarkan diri. Aku dan keluargaku pun segera bangun bergegas untuk pergi ke rumah tanteku yang tinggal bersama nenekku. Udara pagi yang dingin membuat tubuhku menggigil dan perasaan campur aduk karena cemas dengan keadaan nenekku. Sesampainya di sana, sudah banyak keluarga yang lain datang untuk memijat nenekku agar segera cepat sadar, tetapi situasi dan keadaan malah semakin memburuk. Dokter dan perawat di telepon tidak ada yang mengangkat. Setelah sejam kami di sana, nenekku mulai berbicara dengan mata yang terpejam. Nenekku berpamitan mau pulang ke surga, ia mengatakan bahwa ada ibunya yang sudah wafat lewat di depannya serta perjalanannya di dunia ini sudah sangat jauh. Nenekku juga meminta maaf kepada semua orang yang ada saat itu, kami pun menangis dan benar-benar tidak menyangka atas apa yang terjadi. Nenekku kembali tak sadarkan diri. Pagi itu suasana mengharu biru, kami menangis, berduka, dan tidak tahu harus berkata apa. Nenekku pun yang awalnya tidak sadarkan diri menangis sejadi- jadinya melihat tanteku lemas tak bernyawa terkena 86 | Lokananta dalam Tabir Delusi","serangan jantung akibat shock melihat nenek yang tiba- tiba tidak sadarkan diri. Lokananta dalam Tabir Delusi | 87","Setia Karya : Veve Trifena Yuliani Susanto Malam telah datang dan disambut dengan hujan. Memasuki rumah aku melambai dan berkata kepada pacarku, \u201cSetelah sampai di rumah hubungi aku ya\u201d. Aku menunggu hingga larut malam tidak ada satupun notifikasi dari pacarku. Aku selalu menunggu hingga tertidur dan terbangun karena matahari yang terik. Jam menunjukkan pukul 8 pagi, aku melihat handphoneku dengan puluhan notif dari teman-temanku. Ku menelepon kembali salah satu temanku dan bertanya. Setelah tersambung dan Abigail berteriak \u201cVeli! Tau gak sih?\u201d. \u201cKenapa? Tenang dulu,\u201d jawabku. Abigail menjawab dengan nada gelisah dan sedikit marah \u201cTenang darimana, ini pacarmu kecelakaan dan sekarang berada di Rumah Sakit Persada.\u201d Tak pikir panjang, aku langsung mengambil jaket, tas, kunci motor dan menuju ke rumah sakit dengan kecepatan penuh. Tak lama ketika aku sampai, aku bertemu dengan Jonathan dan meminta informasi kamar serta berlari. Tak sanggup aku melihat Jove yang sedang berbaring. Aku sudah menjaga dia cukup lama, dan dia pun tersadar, langsung kupanggil dokter. \u201cVeli, aku tidak bisa melihat kamu, semua terlihat gelap,\u201d tak terasa air mata membasahi pipiku, tak sanggup menerima kenyaataan seorang programmer 88 | Lokananta dalam Tabir Delusi","yang keren, pintar, dan taat sama Tuhan ini harus mengalami kejadian ini. Selama 1 bulan, aku selalu menjaga dan merawatnya. Ketika aku pulang ke rumah, Ia melihat Jonathan berada di depan rumahnya. Jonathan mengungkapkan perasaan terpendamnya kepadaku. Namun aku menolak ungkapan itu, dan berkata \u201cAku tidak bisa menjadi pacarmu karena aku sayang sekali dengan Jove, aku tiak akan meninggalkan dia, walau dia buta untuk sekarang.\u201d Ketika mendengar ucapan itu ada pacarku yang tiba-tiba memelukku dan berterimakasih karena sudah bersamanya. Tangisan bahagiaku sangat tak tertahankan, membuat aku mengerti apa arti cinta yang setia memberikan kebahagian penuh. Lokananta dalam Tabir Delusi | 89","Teman Baruku Karya : Vivian Graciela Cheryl Hari ini kami kedatangan tetangga baru. Kulihat mereka juga memiliki anak seusiaku. Aku yang sangat senang langsung meminta izin kepada ibuku untuk bermain bersama anak itu. Ibuku menampakkan raut muka yang tidak kumengerti namun tetap mengizinkanku pergi. Sesampainya di rumah tetangga baruku, aku melihat anak itu sedang bermain dengan peralatan masaknya. Aku segera menghampirinya dan mengajaknya kenalan. Dia kelihatan senang dan kami bermain hingga menjelang malam. Keesokan paginya aku datang lagi ke rumahnya dan mengajaknya bermain di rumahku. Dia setuju kemudian ikut bersamaku. Aku mengenalkannya pada ibuku. Dia kelihatan sangat senang. Dia segera mengambil kamera kemudian memotret diriku bersama teman baruku itu. Kami bermain bersama setiap hari dan selalu mengajaknya makan malam di rumahku. Beberapa Minggu kemudian, aku terpaksa mengikuti orang tuaku untuk pindah ke rumah baru. Aku benar-benar sedih karena aku tidak akan bisa bermain dengan teman ku lagi. Sebelum pergi aku mengucapkan selamat tinggal padanya. Dia juga kelihatan sedih dan tetap merelakan ku pergi. Sebelum berangkat ibuku sempat berbicara kepada orang 90 | Lokananta dalam Tabir Delusi"]
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254