Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Pentigraf XII 2020 Lokananta dalam Tabir Delusi_

Pentigraf XII 2020 Lokananta dalam Tabir Delusi_

Published by Fani Yohan, 2023-08-04 02:33:36

Description: Pentigraf XII 2020 Lokananta dalam Tabir Delusi_

Search

Read the Text Version

Bazar Sekolah Karya: Audreylia Keisha Poajaya Megan dan Stevani adalah dua orang yang sudah bersahabat sejak mereka masih kecil. Sampai saat ini Megan dan Stevani sudah beranjak ke jenjang SMA dan mereka bersekolah di salah satu SMA ternama di Jakarta. Pada sore hari ini Megan berencana untuk pergi menuju rumah Stefani, untuk melanjutkan beberapa karya lukis mereka yang nantinya akan mereka jual di suatu bazar. Sebelum berangkat Megan pun menghubungi Stefani melalui telepon. Setelah itu mereka menutup telepon dan Megan pun bersiap untuk menuju rumah Stefani. Sesampainya disana mereka berdua mengobrol sebentar kemudian melanjutkan proyek bazar mereka. Waktu pun berjalan dan hari semakin larut malam, proyek mereka pun selesai dan mereka memasukkan nya kedalam box, ditata rapi lalu di kemas dengan baik. Hari ini adalah hari dimana Megan dan Stevani akan mengadakan bazar disekolah. Sesampainya di sekolah Megan dan Stefani membantu para teman lainnya untuk memasang tenda yang akan mereka gunakan untuk membuka bazar tersebut. Mereka memasang dan menata barang yang dibawa oleh anggota tim lain dan saat akan menata barang yang Stefani bawa, ia mengambilnya didalam bagasi mobil dan ternyata bagasi mobil kosong. Hal itu membuat panik Stefani Lokananta dalam Tabir Delusi | 191

dan Megan. Stefani pun langsung menghubungi orang rumah dan bertanya tentang hal ini. ternyata supir nya lah yag menurunkan box tersebut karena diangkatnya ringan seperti tidak terisi apa – apa. Anggota tim lainnya pun berdiskusi dan mengambil box itu kerumah Stefani bersama Megan dan balik lagi menuju sekolah. Sesampainya disekolah waktu tersisa hanya 10 menit untuk mereka menata barang sebelum acara pembukaan dibuka. Mereka pun berhasil setelahnya acara dibuka dan bazar pun berjalan dengan lancar. Stefani dan Megan pun berterima kasih karena telah mau membantu sesama anggota dalam tim, atas ketidaksengajaan yang dilakukan oleh supir Stefani tadi. 192 | Lokananta dalam Tabir Delusi

Corona si Pembunuh Waktu Karya: Aurelius Ademarzano Wetik 596 hari yang lalu atau 16 Maret 2020, melalui sebuah tayangan di media menyatakan bahwa melalui Presiden Joko Widodo meminta untuk seluruh murid- murid di Indonesia dengan berat hati harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh di rumah masing-masing. hal itu disebabkan oleh merebaknya Virus covid -19 yang pertama kali terjadi di Indonesia sehingga dengan ini ini Pemerintah menyatakan untuk mencegah hal tersebut terjadi di kalangan sekolah. Aku yang saat itu masih menduduki kelas 10 atau baru masuk SMA sangat senang dengan hal tersebut karena kita sebagai murid Akhirnya bisa merasakan libur di tengah-tengah semester yang yang diproyeksikan kan sebanyak 2 minggu. dalam bayanganku ada rasa seperti menyesal atau sedih meninggalkan teman- teman karena karena merasa bahwa ini hanya sementara tidak berlarut-larut. Dari sudut pandangan teman-temanku mereka sangat setuju dengan hal ini sehingga banyak dari mereka pun merasakan apa yang seperti aku. Waktu berjalan 2 minggu selesai ternyata, Corona pun Tak Bisa dihindarkan. kasus semakin naik orang banyak yang sakit semua panik tanpa terkecuali. Di saat itu aku hanya bisa tetap diam di rumah dan berdoa agar orang tuaku yang sedang bekerja diluar bisa selamat hingga semua masalah ini selesai. Lokananta dalam Tabir Delusi | 193

Mulai Maret sampai Agustus aku belum berani untuk keluar rumah dalam hal apapun, mau itu ke minimarket atau bahkan ke pasar atau ke tempat umum itu berbahaya. sampai akhirnya di pertengahan Agustus aku diajak oleh salah satu teman untuk berolahraga bermain bola atau futsal, di sinilah aku mulai memberanikan diri untuk keluar dan juga sebagai tanda untuk bisa beraktivitas. Saat ini aku sudah menduduki kelas 11 yang berarti sudah hampir setengah tahun pandemi ini berjalan. semua yang terjadi di sekolah berjalan normal karena kita berbasis online tidak ada Sesuatu yang harus di istimewakan. sampai pada akhirnya Setelah pertama kali keluar aku pun bisa pergi dari rumah dengan catatan hanya boleh saat weekend dan itu pun dibatasi jamnya sesuai aturan pemerintah. Saat itulah aku tidak terkontrol, padahal di saat itu telah lebaran adalah hal paling penting karena dengan adanya lonjakan kasus menyebabkan banyak dari saudara-saudara maupun kerabat-kerabat meninggal dikarenakan mereka lalai dalam melaksanakan protokol kesehatan.Orang tua mulai panik dengan kelakuanku sehingga mereka mengurangi uang jajanku untuk tidak bermain terus. Di saat itu juga waktu telah berjalan memasuki tahun baru 2021 yang berarti aku sudah udah memasuki semester kedua dalam kelas 11. tidak banyak yang terjadi selama kelas 11 ini sehingga waktu berjalan 194 | Lokananta dalam Tabir Delusi

sangat cepat sampai-sampai banyak dari temanku Lupa bahwa mereka sebentar lagi akan memasuki kelas 12. Di tahun ini aku berharap pada akan sehingga kita bisa bertemu lagi. Akhirnya secercah harapan muncul disaat mulai melonjak lagi kasus penyakit ini. sudah banyak orang akhirnya memilih untuk divaksin agar bisa kebal terhadap virus ini dan juga bisa memutus rantai penyebaran.Tetapi proses ini tidaklah mudah di waktu-waktu yang sulit ini waktu terasa lama sekali dikarenakan bila kita melihat data banyak sekali manusia-manusia yang yang telah tiada dikarenakan kesalahan orang yang yang egois sekali. Tiga bulan setelah Juni kita baru bisa merasakan kelegaan, 3 bulan itu dalam hidup aku seperti buah hikmah di mana banyak sekali orang-orang yang berkorban demi keluarganya tetapi tetap gagal Ada juga yang sangat berusaha dan membuahkan hasil yang manis. Dengan banyaknya orang yang akhirnya berkorban dari nyawa mereka kita sebagai pemuda yang bersekolah akhirnya Bisa melaksanakan sekolah tatap muka kembali. tetapi hal itu sudah tidak penting lagi bagi aku , Karena aku sudah memasuki kelas 12 Yang sebentar lagi akan berpisah dengan sekolahku. Lokananta dalam Tabir Delusi | 195

Lokananta Karya: Christopher Jason Santoso Pada malam hari itu, aku bersiap-siap untuk membawakan sebuah pertunjukan wayang yang bergelar untuk pertama kalinya di daerah itu. Oleh karena itu, tiap orang yang kulihat hanya berlarian kesana dan kemari untuk memastikan segalanya telah siap dihidangkan pada penonton. Kacang, lupis, kue kukus, hingga teko kecil berisi teh telah dihidangkan tepat di tempat para orang tua yang akan menonton pertunjukan wayangku. Banyak orang disana telah pula menyalakan dian di setiap meja kecil dekat gamelan. Ketika kulihat mereka mulai menyalakan dian, aku merasa gentar karena wayang yang nantinya kutampilkan belum siap di sisi kiri panggung. Aku segera berlari untuk memastikan bahwa wayang yang kumaksud hanyalah belum dipindah ke tempat yang lebih mudah kelihatan. Aku segera melihat kotak tersebut dan mencari wayang yang kumaksud. Untunglah, wayang tersebut hanya jatuh dari tempatnya dan kubenarkan kembali agar wayang tersebut mudah dilihat dan mudah diambil. Namun, aksiku tersebut dianggap sebagai tanda dimulainya pertunjukan. Gamelan mulai ditabuh dengan kencang dan teratur. Setiap nada tersebut barulah kuketahui dari lagu-lagu yang biasa didengar 196 | Lokananta dalam Tabir Delusi

oleh seorang dalang. Gamelan tersebut berbunyi indah dan tiada yang mampu menandingi kepiawaian sang penabuh gamelan tersebut. Aku menoleh ke arah gamelan tadi. Tiada penabuh yang kumaksud, hanyalah sebuah nama besar gamelan tersebut, yakni Lokananta. Lokananta dalam Tabir Delusi | 197

Drama Karya: Derryl Adhisia Pribadi Seorang pria tak dikenal berjalan menyusuri sebuah jalan yang tampak ramai dengan wajah kusut. Sepertinya ia baru saja mengalami masalah keluarga atau mungkin percintaan? Siapa yang tahu, kan? Ditengah jalan, ia bertemu dengan sepasang kekasih yang akan segera putus dan terus berselisih paham. Sang gadis terkesan tak ingin mempertahankan hubungan dan muak. Melihat drama itu, pria tersebut langsung mencibir, katanya “Hei, hidup ini bukanlah sebuah drama. Diluar dugaan, sang gadis malah menarik lengannya lalu mengapitnya dengan sok akrab. “Dia selingkuhanku, kau piker kau saja yang bisa selingkuh?!”. Teriak sang gadis pada sang mantan kekasihnya, lalu ia melirik tajam pria asing yang ada disampingnya dan berkata “Hidup ini tetaplah drama yang diproduseri oleh Tuhan dan kau pun tidak bisa menolak takdir,” Dan, dari situlah awal drama hidupnya dimulai. 198 | Lokananta dalam Tabir Delusi

Anak Indigo Karya: Farrell Nicolaus Sucipto Hai, namaku panggilanku Evelyn. Tetapi teman - temanku sering memanggilku \"si aneh\" karena aku suka berbicara dan bermain bersama temanku yang tak kasap mata, namanya Jessie. aku bertemu Jessie saat aku masih kecil, saat itu kami bertemu saat aku baru pindah rumah, dirumah baruku ini aku bertemu Jessie dan sejak saat itu kami sering menghabiskan waktu bersama setiap saat. Aku merasa bahagia dan beruntung bisa berteman dengannya karena disetiap aku susah maupun senang dia selalu ada, dan selalu siap membantuku kapan pun aku butuh bantuannya. Dia pernah membantuku untuk memberi pelajaran pembully agar mereka berhenti. Pada suatu hari saat aku di-bully temanku di SMA-ku. Kejadiannya pada saat itu aku berjalan kaki pulang sekolah seperti biasa, namun kebetulan pada saat itu aku bertemu dengan orang-orang yang suka membuliku. Mereka mengambil tasku, menyiramku dengan air minumnya, dan ya seperti biasa aku hanya bisa pasrah dan menangis. Hingga beberapa hari setelah itu mereka tidak pernah lagi membullyku seperti biasanya.Mereka lebih memilih menghindar dariku, daripada membullyku seperti biasanya. Aku cukup heran saat itu, tetapi setelah pulang sekolah dan sesampainya dirumah aku bercerita dengan Jessie Lokananta dalam Tabir Delusi | 199

dengan penuh keheranan. Lalu sejak saat itu aku tau alasan kenapa mereka berhenti menggangguku lagi, ternyata tanpa sepengetahuanku Jessie sering menakut-nakuti para pembully di saat ada kesempatan dan seolah-olah memberi tanda kepada mereka untuk tidak menggangguku terus. Pada saat itu aku merasa berterima kasih dan sangat senang memiliki teman seperti Jessie, akan tetapi kebahagiaan kami tidak berlanggsung lama. Kejadian ini berawal saat aku mulai memasuki masa kuliah, masa dimana aku harus fokus belajar untuk mengejar impianku menjadi seorang penulis. Pada saat kuliah aku mulai jarang bermain dan bercerita kepada Jessie. Pada saat ia mengajakku bermain aku selalu menolak, bahkan tidak jarang aku membentak dengan nada tinggi karena terlalu sibuk. Aku tidak sadar saat itu aku sudah menyakiti perasaannya. Dan tanpa sepengetahuanku Jessie perlahan mulai pergi dan melakukan kesibukan juga tanpa aku tahu permasalahannya. Dan pada suatu hari aku benar - benar menyesal karena telah kehilangan Jessie, setiap hari aku menunggu kabar darinya tetapi terasa percuma. Sampai suatu hari aku sadar, mungkin saat aku sibuk ia sudah menyelesaikan apa yang membuatnya terjebak di dunia ini, dan kini mungkin ia sudah kembali ke alam yang seharusnya. dan tulisan cerpen ini aku tulis untuk rasa terima kasihku kepada Teman kecilku Jessie. 200 | Lokananta dalam Tabir Delusi

Gulingku Karya : Felicia Evelyn Jusuf Aku sedang menelepon saudaraku, Afro. Kami bercanda tawa bersama. Kami mulai menelepon saat jam sebelas malam. Tak terasa aku melirik jam dinding di kamarku, sudah jam satu lewat. Terkadang, gibah itu menyenangkan, sehingga membuat lupa waktu. Aku teringat akan sekolah pagiku besok. “Afro, udahan dulu, yah. Aku ada sekolah pagi besok, diajar nya sama Pak Fani pula. Kalo telat bangun, mampus aku,” ucapku. Afro mengiyakan perkataanku, seolah mengerti betapa galaknya guruku pagi besok. “Yaudah, dadah Afro. Guling ku sudah mau ngajak berduaan nih,” canda ku. Afro tertawa. “ hahaha, hati hati dengan ucapanmu loh,” ledek Afro. Setelah mengucapkan “dadah” berkali kali, akhirnya sambungan telepon putus. Aku membaringkan tubuhku di kasur dan menarik selimut hingga dada. Aku membuka ponsel, ingin bermain sebentar dengan benda kecil itu sebelum akhirnya rasa kantuk menyerang mataku. Aku bergelung dibawah selimut, memeluk guling empuk yang menemaniku tiap malam. Perlahan aku memejamkan mata. “Eh? Bau apa ini?” Aku mengendus, mencium bau wangi yang menyerbak hebat di dalam kamarku. “Mengapa ada bau wangi di kamar ku? Sedangkan aku tidak memakai Lokananta dalam Tabir Delusi | 201

parfum sama sekali hari ini dan lagipula aku tidak pernah memakai parfum semenyengat ini.” Aku dengan malas membuka mata. Aih, bau ini begitu menyengat, menganggu pernapasan ku. Aku duduk ditepi kasur dengan bingung, berniat untuk minum air. Seteguk, dua teguk. Aku menaruh gelas setelah meneguk air yang ke tiga. Aku kembali ke kasur, lalu mencoba tidur, lagi. Bau wangi itu semakin parah. Seolah bau itu berada di dekatku. Aku menutup hidung dengan gulingku dan tetap positif thinking bahwa bau wangi itu dari kamar kakakku yang menumpahkan parfumnya. Percuma, gulingku yang wangi bahkan tak mampu mengalahkan bau menyengat ini. Aku mendengus kesal, ingin tidur pun susah banget. “Bau banget sih, bikin mual aja,” ucapku kesal. Aku hendak memejamkan mata lagi saat aku merasakan bulu kudukku meremang. Pikiranku mulai kalut, tidak tenang. “Astaga, berpikir positif Eve. Berpikir positif” ucapku khawatir. Hawa dingin menusuk leherku. Seakan belum cukup membuatku ketakutan, aku merasakan sesuatu memeperhatikan ku dari jauh. Aku berusaha bodo amat dan menutup seluruh tubuhku dengan selimut. Aku seakan ingin mati dari dunia ini ketika selimutku ditarik paksa dan melihat sosok tinggi seperti guling yang tersenyum lebar, memperlihatkan mata bolong, wajah berdarah, bernanah, dan belatung dimana mana. Sosok itu 202 | Lokananta dalam Tabir Delusi

tersenyum begitu lebar, seolah merobek wajahnya sendiri. Aku yakin aku pingsan setelah sosok itu mengucapkan kalimat yang tidak akan pernah aku lupakan. “Aku nungguin dari tadi loh, kita kan mau jalan.” Lokananta dalam Tabir Delusi | 203

Lisa Karya : Fransisca Ruth Putri Pradina Di pagi yang cerah, aku mulai membuka mataku. Mengangkat kakiku secara bergantian menyentuh lantai dingin yang menyatu dengan hawa pagi. Pagi ini aku merasa seperti dilanda hujan badai kesedihan, rasa bersalah yang mendalam, hati yang mendung. Air mata ini mulai mengalir semaunya sendiri, membasahi pipi. Ibu datang membuka pintu dan berjalan lalu memelukku dengan erat. Ibu melepas pelukannya, menatapku dengan mata sedih lalu mulai berkata “ Ibu akan buatkan sarapan untukmu Jesi”. Ibu menuntunku berjalan ke meja makan, sembari meneteskan air matanya. Aku bingung dan heran, mengapa Ibu menangis juga??. “ Mari makan anakku Lisa…” Ayahku mengajak ramah menuju meja makan, lalu ibukku menjawab “ Dia jesi “, lantas ayahku hanya terdiam dengan senyuman. Aku makan dengan sangat lahap seakan sedihku hilang, kini emosi sedih ini berubah menjadi begitu amat riang dan senang. Ayahku kembali membuka pembicaraan “ Lisa, apakah makanan nya enak??”, aku mengangguk senang karena makanan pagi ini benar-benar sangat enak, hingga membuat ku melompat kegirangan serasa ingin bermain diluar. 204 | Lokananta dalam Tabir Delusi

“Mengapa anak dari pasangan itu terlihat berbeda??” ucap pembuka pembicara didekat rumahku. “ Biarkan saja sudah, beberapa dokter sudah menanganinya jangan mencoba untuk berurusan dengan dia.” Jawab orang yang diajak berbicara oleh pembuka pembicara itu. Ibu dan Ayah mendengarnya dengan jelas dan jernih, mereka hanya terdiam seakan tidak mendengar apa-apa, aku meneruskan bermain tanpa memperdulikan mereka. “ Padahal umurnya sudah 23 tahun” Ucap pembuka pembicara tadi. “ Sudah diam, biarkan dokter saja yang menanganinya” Lokananta dalam Tabir Delusi | 205

Podcast Karya : Glenn Gordy Pada suatu hari terdapat dua penyiar podcast yang suka menceritakan hal hal lucu di internet, kedua orang itu bernama Ben dan Jerry. Pada saat itu mereka sedang membahas video viral di Internet tentang anak yang tidak sengaja memotong jari-nya saat sedang melakukan atraksi pisau. Karena video itu sangat banyak yang menonton Ben memutuskan untuk mengundang anak itu untuk datang ke studio podcast mereka untuk konten selanjutnya. Setelah mencari informasi , ternyata anak tersebut tinggal di tempat yang jauh dari kota tempat mereka tinggal.Keesokan harinya mereka langsung bergegas pergi ke rumah anak tersebut . Mereka melakukan perjalanan yang sangat jauh, sehingga mereka membutuhkan seharian penuh untuk samapai ke rumah anak tersebut. Sesampainya di rumah tersebut mereka bingung karena terdapat banyak karangan bunga di depan rumah anak tersebut . Ben memutuskan untuk bertanya kepada tetangga dari rumah anak tersebut.Kata tetangga itu anak yang mereka cari sudah meninggal bunuh diri akibat depresi karena video nya yang viral itu. Akhirnya mereka sangat kecewa karena sudah jauh-jauh datang dan tidak mendapat hasil apapun. Ben dan Jerry memutuskan untuk pulang. Saat di jalan 206 | Lokananta dalam Tabir Delusi

Ben ingin buang air kecil, akhirnya mereka berehenti di sebuah rest area. Saat Ben berada di toilet ia menemukan kertas-kertas berita yang menempel di tembok.Ben tidak sengaja melihat ada cerita tentang pembunuhan dengan tulisan tangan di sebuah kertas. Ben sangat suka pada cerita tersebut dan ia ingin pergi ke alamat penulis yang tertera di cerita tersebut. Ben dan Jerry pun langsung pergi ke rumah penulis tersebut. Sesampainya mereka di rumah penulis tersebut, mereka bertemu Walter sang penulis tersebut. Walter sangat senang kedatangan Ben dan Jerry. Saat masuk ke dalam rumahnya Jerry merasa janggal karena sekilas ia mencium aroma darah di rumah nya. Jerry memberitahu pada Ben tetapi Ben tidak terlalu peduli dengan perkataan Jerry. Mereka mengobrol banyak denagn Walter dan menawarkan Walter untuk datang ke studionya. Walter sangat senang mendengar hal itu, mereka mengobrol hingga larut malam. Walter menawarkan untuk menginap di rumahnya Ben langsung menyetujui untuk menginap di rumah Walter. Sebelum tidur Jerry memutuskan untuk ke toilet saat perjalanan ke toilet Jerry mencium aroma darah lagi, ia menelusuri aroma tersebut dan aroma tersebut sangat kuat tercium pada suatu ruangan, ia pun langsung membuka ruangan tersebut. Ia terkejut karena terdapat banyak mayat manusia yang tubuhnya sudah terpisah satu sama lain. Jerry sangat ketakutan melihat hal itu dan ia memutuskan untuk kembali ke Lokananta dalam Tabir Delusi | 207

kamar dan memberitahu Ben. Tiba-tiba Walter berada di belakangnya dan langsung menikam Jerry. Keesokan harinya Ben bingung dan panik karena Jerry tidak ada disampingnya, Ben menanyakan kepada Walter. Walter mengatakan bahwa Jerry pergi untuk membeli minum, Ben pun merasa tenang. Walter sudah menyiapkan Sup dan menyuruh Ben untuk makan. Sup itu sangat lezat dan nikmat dan Ben dengan lahap memakannya saat ia ingin mengambil sup itu lagi sendoknya tersangkut sesuatu saat ia angkat ia perhatikan seperti jari manusia yang sudah pucat seketika itu ia pun terdiam dan langsung menanyakan pada walter tentang sup itu. Walter menjawab dengan tersenyum dingin dan mengatakan bahwa itu adalah daging Jerry. Ben pun sangat ketakutan dan lari namun Walter lebih cepat untuk mengahadang Ben keluar dari rumahnya. Walter langsung mengayunkan kapak dan menebas kepala Ben. Saat penonton tahu Ben dan Jerry tidak pernah mengunggah podcast lagi penonton pun melapor ke polisi. Polisi pun menetapkan Ben dan Jerry sebagai kasus orang hilang. Polisi pun sudah lama melakukan penyelidikan tetapi tidak ada satu pun bukti akhirnya polisi menutup kasus hilangnya Ben dan Jerry. 208 | Lokananta dalam Tabir Delusi

\"Mujizat itu nyata\" Karya : Ivan Cornellius Chandra Suatu hari hiduplah seorang pria tampan bernama Roy yang sangat sombong dan menganggap dia yang paling berkuasa atas segalanya mengalahkan sang pencipta nya. Ia hidup di rumah mewah seharga ratusan miliar rupiah yang memiliki luas 2 hektar, Ia mempekerjakan 50 orang ART dan 5 supir pribadi. Ia selalu memerintah ART sekaligus supirnya untuk melakukan segala hal yang ia inginkan meskipun itu sebenarnya bukanlah tanggung jawab atau tugas dari ART/Supir, seperti memijat,menyuapi dia makan , dsb. Suatu ketika ia hendak pergi ke luar negri bersama pacarnya yang juga sedama orang kaya yang sangat sombong. Mereka diantar dengan supir pribadi Roy dengan mobil termewah di dunia. Pada saat perjalanan ke bandara, tidak disangka-sangka saat di pertigaan ada truk besar bermuatan Gas LPG menghantam keras dengan kecepatan tinggi ke arah mobil mewah Roy. Sekejap saja pacar Roy sudah tidak terselamatkan karena tertimpa truk besar itu, sedangkan Roy dan supirnya luka parah yang akhirnya harus kehilangan kedua kaki mereka disertai luka bakar di sekujur tubuh mereka. Tidak lama setelah itu Roy dan supirnya dilarikan ke rumah sakit terdekat dan beruntung sekali ada dokter spesialis yang langsung menangani Roy dan supirnya. Dokter menyampaikan bahwa kondisi Roy Lokananta dalam Tabir Delusi | 209

sudah sangat parah dan sedikit kemungkinan untuk selamat. Setelah beberapa jam Roy mulai sadarkan diri dan melihat apa yang sudah terjadi di tubuhnya dan ia langsung berteriak dan tidak terima melihat keadaan yang sudah menimpanya. Akhirnya orang tua Roy datang dan menangis melihat keadaan anaknya yang sudah sekarat. 2 hari berlalu, keadaan Roy tak kunjung membaik, akhirnya Roy mulai membuka pikiran dan intropeksi diri bahwa dirinya sudah selalu membuat kesalahan selama ini dan mulai menerima keadaan yang sudah ditimpanya bahwa ia layak dan pantas mendapatkan segala cobaan ini. Ia dan orang tuanya selalu berdoa meminta kesembuhan kepada Tuhan untuk Roy.1 bulan kemudian Roy diperbolehkan untuk pulang dari Rumah Sakit dan boleh rawat jalan di rumah dengan catatan harus berhati-hati dan rutin kontrol ke rumah sakit 1 minggu 2 kali. 5 bulan berlalu keadaan tak kunjung membaik,kulit roy masih banyak bekas luka bakar dan kaki nya masih sangat sakit, akhirnya Roy brontak dan menangis , karena ia pasrah dan ingin bunuh diri. Tapi orang tuanya selalu mendampingi dan memberikan semangat untuk Roy. Keesokan harinya entah mengapa Roy tidak merasakan sakit sama sekali , dan kulit Roy sudah kembali seperti semulai dan juga kembali menjadi pria tampan meski tidak memiliki kedua kakinya. Roy sangat bingung dan tidak percaya, 210 | Lokananta dalam Tabir Delusi

ia sangat senang melihat keadaannya yang berubah drastis. Akhirnya Roy masuk berita diseluruh negara karena Ia termasuk salah satu orang beruntung yang merasakan Mujizat dari Tuhan , dan dia malah berubah menjadi pengikut Tuhan yang sudah 100% berubah dari sifat lamanya, dan dia memberi kesaksian di seluruh Gereja atas Mujizat yang dirasakannya. Lokananta dalam Tabir Delusi | 211

Kamuflase Karya : Jenice Harliany Anirun Di sepi dan dinginnya udara malam. Terlihat seorang gadis berjalan dengan pakaian sweater. Kamu mulai menyadari gadis tersebut berjalan di waktu yang sangat malam bahkan tidak pantas untuk seorang gadis kecil berjalan sendirian. Suatu saat kamu mendapatinya dan melontarkan pertanyaan , “gadis kecil, mengapa kamu berjalan di waktu malam gini?” Gadis itu terlihat tenang dan berdiam cukup lama sebelum menjawab. “Aku sedang menunggu seseorang.” Ia jawab dengan suara kecil Pikiran kamu sudah berpindah ke tempat lain alias berpikir yang tidak-tidak,kamu melontar kan pertanyaan sekali lagi “gadis,tidak baik untuk berjalan sendirian ,kamu tinggal dimana akan saya antar.”Kamu menoleh ke gadis kecil itu,gadis itu menoleh ke arah lain dan berlari.“hey! Jangan lari !” Sontak kamu mengikuti dia,tetapi kamu merasa kejanggalan mengapa semakin kamu kejar ia semakin jauh? Mengapa? “Berhenti.”kamu mendengar suara seorang perempuan,lantas kamu mencari asal suara tersebut.“bunda?”Perempuan yang kamu sebut bunda,adalah sosok ibunda kamu. “Nak kamu jangan kejar gadis itu, berbahaya.” “kenapa bunda? Kan bunda selalu ngomong ke aku kalau harus saling 212 | Lokananta dalam Tabir Delusi

membantu.” Bunda kamu mengelus pucuk kepalamu “nak, segala yang terlihat di mata kamu tidak nyata terkadang ada seseorang yang mempergunakan manusia agar mendapatkan apa yang mereka inginkan.” Kamu menautkan alis, kata-kata bunda tidak masuk akal. Bunda kamu menutup mata dan memeluk “Anakku, kembalilah dan hidup tenang. bunda ingin bertemu denganmu.” Bisik bunda lirih. Seketika kepala kamu menjadi pusing terasa dunia akan runtuh, kamu memeluk bunda semakin erat “Tunggu, bunda. Apakah gadis itu adalah bunda? Gadis itu sangat mirip seperti bunda.” Bunda hanya menjawab dengan sebuah senyuman. Sesaat seketika menjadi begitu damai kamu seperti melayang-layang diantara mega di angkasa. Begitu mendamaikan jiwa, kamu berharap merasakan damai ini.selamanya. Lokananta dalam Tabir Delusi | 213

Tugas Pembawa Mimpi Buruk Karya : Johanes Dom Noel Wijaya Malam ini sungguh sunyi. Angin malam hanya melintasi jalanan yang sepi. Waktu sudah menunjukan jam 10, tetapi diriku tetap saja belum tidur. Semua orang sudah terdiam dan tertidur pada malam itu. Hanya aku seorang saja, ditemani oleh suara jam dan terangnya bulan. Pandanganku hanya terfokus pada layar laptop selama berjam-jam. Fokusku lama kelamaan menghilang. Rasa kantuk mulai menyerangku. Wajahku kering tak berkeringat seperti sedang dihantui oleh arwah yang menginginkan balas dendam. Seketika pada jam 12 malam, aku menyerah dan mematikan laptopku. Aku mulai pergi kekamar mandi untuk menggosok gigi dan kemudian pergi kekamar tidur. Dalam mimpi, aku merasakan banyak hal yang cukup aneh. Sebuah kota yang terlihat di dalam mimpiku berubah seperti daerah yang terkena gempa bumi. Banyak bangunan yang roboh, rusak dan tak terawat dimana mana. Akupun berjalan disekitarnya seperti orang tersesat didalam hutan yang rimbun. Berjalan tanpa tujuan dan tanpa arah seperti orang kebingungan yang ingin melakukan sesuatu. Tidak ada satupun orang yang aku temui di kota itu. Diriku terus berjalan tanpa arah menuju luar kota. Ditengah jalan, aku melihat seseorang yang terluka. Aku segera pergi 214 | Lokananta dalam Tabir Delusi

kesana dan menyelamatkan orang itu. Tetapi sesampainya aku disana, ia sudah tidak bernyawa. Betapa terkejutnya aku melihat bahwa ia sudah mati. Ditangannya tertulis sebuah surat tentang masa lalu yang kelam. Saat selesai aku baca, aku menemukan selebaran kertas kecil dengan huruf besar tertulis disana. Pesan itu membuatku syok dan terkejut bukan main. Sambil terkejut, aku melihat sebuah bangunan dengan sinar kecil diatasnya. 1 detik kemudian, sebuah peluru melesat dan mengenai kepalaku. Hal itu seketika membangunkanku dipagi hari dengan keadaan terkejut bukan main. Pesan yang aku lihat dalam mimpiku semalam, meningatkanku pada sebuah tugas yang belum aku selesaikan semenjak semester 5 lalu. Aku segera bangun untuk mandi dan mempersiapkan diriku untuk sekolah daring. Saat pembelajaran dimulai, aku baru ingat tugas kemarin malam yang belum sempat aku selesaikan. Beruntungnya diriku ingat jika kemarin malam, aku sudah mencicil untuk mengerjakannya. Tetapi karena diriku tidak melihat waktu batas pengumpulannya, nilainya berubah menjadi dibawah rata-rata. Dengan rasa menyesal, aku sadar bahwa tugas yang seharusnya aku kerjakan disaat yang seharusnya malah aku tunda dengan tugas yang lain. Mimpi buruk semalam seakan-akan mengingatkanku untuk membereskan beban yang aku tanggung sebagai Lokananta dalam Tabir Delusi | 215

pelajar sekolah. Sungguh awal hari yang memprihatinkan. 216 | Lokananta dalam Tabir Delusi

Orang Gila Karya : Kevin Leonardo Rahardja Malam ini, udara begitu dingin menyapa pori- pori kulit. Menembus pertahanan tubuh yang hanya berlapis jaket cuaca sudah tidak enak sejak tadi pagi yang menyisahkan bekas butir hujan. Suasana sudah tidak enak ku pikir akan ada kejadian apa ternyata benar aku bertemu dengan orang gila yang mengejarku hingga aku kelelahan untuk mencari tempat persembuyian dari orang gila itu. Aku masih bisa sabar untuk menunggu dia tidak mengejarku lagi. Dan tidak lama dia menemukanku dan mulai mengejar lagi, padahal aku ada janjian bertemu dengan orang tetapi karena orang gila ini jadi tidak bisa bertemu karena sudah sangat kelelahan dan jam sudah menunjukan waktu 23.15, karena ini sudah terlalu lama saya memutuskan untuk lebih baik pulang saja. Esok hari, banyak orang yang menghampiri ku ingin wawancara karena orang gila itu ternyata sudah meninggal 50 tahun yang lalu dan itu membuat kaget karena saya berpikir terus siapa yang kemarin mengejar. Lokananta dalam Tabir Delusi | 217

Petak Umpet Karya : Lavinia Nugroho Hai, namaku Joseph. Orang biasa memanggilku Jojo. Ayahku baru saja meninggal dalam kecelakaan pesawat. Dan ibuku juga sudah meninggal 10 tahun lalu saat aku masih balita. Setelah kepergian ayahku, aku tinggal bersama bibiku. Namun aku tidak nyaman karena bibiku adalah seorang pencadu narkoba. Dan akhirnya aku memilih untuk tinggal di panti asuhan. Panti asuhan itu jaraknya jauh dari kota. Selama aku tinggal di panti, aku tidak memiliki teman di panti karena aku seorang yang sangat pendiam dan aneh, sampai akhirnya aku bertemu dengan seorang anak perempuan yang sangat cantik. Kami tidak saling mengenal, begitu terus sampai 1 bulan dia di panti. Aku akhirnya memberanikan diri untuk bertanya siapa namanya. Lalu ia menjawab, “Namaku Belle”. Kami berbincang-bincang sebentar hingga tak sadar bahwa ini sudah larut malam. Kami menjadi semakin dekat dan sering bermain bersama. Lalu pada suatu hari, Belle mengajakku bermain petak umpet. Aku yang bersembunyi, dan Belle yang menghitung. Aku bersembunyi dibalik semak-semak didalam hutan, dan setelah hitungan ke 20, Belle mulai mencariku. 218 | Lokananta dalam Tabir Delusi

Aku berusaha untuk diam agar Belle tidak bisa menemukanku, namun aku gagal. Belle berhasil menemukanku. Sekarang giliranku yang menghitung dan Belle yang bersembunyi. Aku mulai mencari keberadaan Belle didalam hutan. Lalu aku melihat ada sebuah tangan yang muncul dari pohon. Dalam hati aku berkata “Itu pasti Belle”. Saat aku mau menangkapnya, aku sangat terkejut menemukan bahwa Belle pingsan. Dengan sekuat tenga aku menggendongnya ke dalam panti agar dia bisa diobati. Sesampainya di panti, aku berteriak minta tolong kepada ibu pengurus panti. Ibu panti itu kebingungan dengan teriakanku. Aku berkata, “Bu panti, Belle pingsan saat bermain petak umpet.” Bu panti terdiam selama beberapa detik dan berkata, “Kenapa kamu membawa batang pohon ke dalam panti Jo?” Saat itu aku baru menyadari bahwa Belle merupakan khayalanku semata karena aku sangat sedih atas kepergian ayahku. Lokananta dalam Tabir Delusi | 219

Liburan di Desa Karya : Meisya Angelique Aku sangat khawatir saat ini. Dinginnya pesawat yang begitu membuatku menggigil, membuat tubuhku terasa mati rasa dengan dingin itu. Tiga jam ku tempuh untuk pertama kalinya kita bertemu. Kau saudara perempuan yang lebih tua dariku bernama Angel, kau kelas 9 dan aku kelas 8. Entah mengapa, aku sangat merindukanmu, meski kita hanya berkomunikasi jarak jauh. Aku menelepon ponselmu, rupanya kamu menantikan teleponku. \"Halo, sudah dimana?\" tanyanya. \"aku, sudah sampai di bandara, aku menunggu kamu menjemputku\" Jawabku. pinta angel. \"maaf aku tidak bisa menjemputmu sekarang, naiklah taxi kesini.\" Sangat berat sekali mendengar perkataan itu. Aku yang menunggunya 2 jam namun dia tak kunjung datang dan tidak menjemput. aku sangat marah dan kecewa ketika dia tidak bisa menjemputku. Membuat aku ingin kembali ke kota asalku. Sesampainya disana, aku menangis terharu melihat semua yang telah dia siapkan. \"suprise!\" seru semua keluarga besar di rumah itu. Aku sangat terkejut. Dia mengakui bahwa dia tidak bisa menjemputku karena sedang menyiapkan ini semua. \"maaf ya, aku tidak bisa menjemputmu karena sedang mempersiapkan kejutan kecil ini\", Ucapnya kepadaku. 220 | Lokananta dalam Tabir Delusi

Tangis bahagia pun pecah, melihat saudaranya yang tak pernah bertemu. Rupanya semua yang dipikirannya hanyalah pikiran buruk. Lokananta dalam Tabir Delusi | 221

Hewan kesanganku Karya: Metta Maharani Saat corona tidak bisa kemana mana, papa saya membawakan hadiah seekor hewan yang memiliki bulu berwarna seperti harimau,hidungnya mancung, bibirnya berwarna pink, berbau pandan. Ia selalu bisa diajak bermain lari, juga kadang kadang bisa tangan saya pernah di gigit,makanan sehari harinya berupa pisang dan cat food. Saat pertama kali saat dibawa pulang sangat sulit untuk beradaptasi tidak ada yang berani memegangnya. Saat besoknya saya mulai mencoba untuk memegangnya dan akhirnya saya merasa senang bisa akrab dengannya. Menurut ciri-cirinya hewan siapakah aku? 222 | Lokananta dalam Tabir Delusi

Gempa Saat Tidur Karya : Michael Serafino Pada saat ak berada di tempat bermain bersama teman-temanku, aku dan teman teman sedang asik bermain kelereng saat itu dan aku menang beberapa kali saat bermain dengan temanku. Lalu tiba tiba banyak orang berlarian di depanku sambil berteriak teriak. Lalu aku merasa benda” di sekitarku bergoyang dan kelereng yang aku mainkan bersama teman temanku juga ikut bergoyang. Aku dan teman temanku merasakan ada getaran di tanah, banyak orang berteriak “Gempa.” Pada saat itu, lalu aku pun ikut berlari dan berteriak. Pada saat aku lari aku pun terjatuh ke tanah. Saat aku terjatuh aku pun bangun dari tempat tidur dan terjatuh ke lantai. Lalu aku mendengar suara lantang, “Ayo... bangun! Dasar pemalas.. Kamu harus sekolah pagi ini! “ Ternyata ibuku membangunkan aku saat aku tidur dan aku terjatuh lalu bangun dari mimpi. Setelah itu aku pun bangun dari tempat tidur dan mandi lalu berangkat ke sekolah. Lokananta dalam Tabir Delusi | 223

Misteri Sebuah Doa Karya : Michelle Patricia Sebelum tidur, Mitchi gadis berumur 10 tahun itu selalu mengucap doa sebelum ia tidur. Doa yang diucapkan selalu memiliki pola yang sama dibagian akhirnya. Pada suatu malam ayahnya meminta Mitchi untuk berdoa sebelum tidur. “…Amin. Selamat malam ibu, selamat malam ayah, selamat malam nenek, selamat tinggal kakek.” Dengan tatapan kebingungan, ayahnya merasa ada yang janggal pada doa Mitchi. Keesokan harinya kakek Mitchi meninggal. Ayahnya merasa ini hanya kebetulan. Sebulan berlalu, Mitchi mengucapkan doa yang sama dengan akhiran yang berbeda. “…Amin. Selamat malam ibu, selamat malam ayah, selamat tinggal nenek.” Sontak Ayahnya kaget dan merasa ada yang tidak beres dengan kalimat “selamat tinggal nenek.” Keesokan harinya, nenek Mitchi meninggal. Sebulan kemudian, tanpa diminta ayahnya, Mitchi berdoa. Karena ayahnya penasaran dengan doa anaknya, ia mendengar dari luar kamar dengan mendekatkan telinganya pada daun pintu. Kali ini ia mengucapkan akhiran “…Amin. Selamat malam ibu, selamat tinggal ayah.” Di malam itu, ayahnya terjaga 24 jam dengan panik yang mendatangi sekujur tubuhnya. Setelah 24 jam berakhir. Istrinya yang melihat kejadian itu bertanya tanya mengapa suaminya bisa seperti itu. 224 | Lokananta dalam Tabir Delusi

Suaminya menjelaskan apa yang terjadi. Lalu Istrinya bertanya “Pikirmu kau mengalami hari yang buruk? Aku mengalami hari yang lebih buruk! Kau tidak akan percaya. Tukang pos harian kita meninggal di depan teras rumah!” Lokananta dalam Tabir Delusi | 225

Selalu Dihati Karya : Nevia Melitsa Maingak Sudah dua tahun berlalu, semenjak meninggalnya ibuku akibat kecelakaan yang menimpa kami sekeluarga. Kecelakaan itu menewaskan ibuku yang paling berharga. Sejak hari itu, sifatku berubah yang awalnya pendiam menjadi lebih banyak pergi untuk menghabiskan waktuku bersama teman. Karena rasa bersalah yang mengganjal selalu menghantui diriku. Dihari sabtu ini, aku melakukan keseharianku seperti biasanya, mengikuti kelas online dan aktivitas lainnya hingga sore hari yang melelahkan pun datang. Aku pun segera membersihkan diriku dengan menikmat hangatnya air yang mengalir kesekujur tubuhku. Setelah itu, aku mengeringkan tubuhku yang penuh dengan basahnya air. Lalu, aku pun segera menuju ke tempat tidur untuk menidurkan tubuhku. Langit pun semakin gelap , aku pun bergulung dalam selimut yang hangat dan segera memejamkan mataku yang semakin lelah ini. Aku pun merasakan ada sesosok tangan yang memegangi pundakku, aku langsung ketakutan . Tetapi, pada detik itu pun juga aku terdiam tanpa suara ketika melihat pakaian yang terakhir dikenakan ibuku dihari kematiannya, dipakai oleh wanita dihadapanku. Saat itu, aku semakin terkejut ketika menyadari bahwa sosok wanita itu 226 | Lokananta dalam Tabir Delusi

adalah ibuku. Ia pun mengenggam tanganku dan memberikan nasihat “Kamu harus bisa menjadi gadis yang dewasa dan mandiri” kata ibuku. Disaat itu pun, aku pun sadar semua ini hanyalah mimpi yang tak terduga dan kenyataannya ibuku sudah tiada. Lokananta dalam Tabir Delusi | 227

Rehan Karya : Niken Savitri “Aku sangat tidak menyangka kenapa sahabatmu,bisa tega membunuh Rehan orang yang kau sukai,”ucapnya padaku.Aku hanya bisa menangis,sedih dan kecewa mendengar sahabatku satu-satunya yang paling aku sayangi membunuh Rehan.Teman-temanku yang selalu mengatakan bahwa aku terlalu baik untuk Anta sahabatku mungkin itu benar.Aku yang dikenal penasehat yang baik untuk sahabatku Anta, jujur,pintar dan terkenal di sekolah tetapi mempunyai sahabat yang berbanding terbalik denganku tidak lain adalah seorang pembunuh dan pembohong.aku menjawab temanku sambil menangis. “Mungkin Anta membunuh Rehan karena Rehan menyukaiku bukan dia.” Kemarin lusa aku mengunjungi rumah Anta untuk mengajaknya ke Apartement Rehan, karena aku tahu Anta sedang banyak mengalami masalah berat di minggu-minggu itu dan aku sengaja mengajaknya untuk menghibur. Aku sudah menyiapkan juga minuman kesukaan mereka, kami bertiga berbincang bincang dan merasa bahagia, aku juga merasa bahagia karena dapat melihat senyuman Anta lagi.Tetapi tiba- tiba saat mengobrol aku merasa tidak enak badan dan dengan berat hati memutuskan untuk pulang.”Mau 228 | Lokananta dalam Tabir Delusi

aku antar sampai rumah?”ucap Anta kepadaku, tetapi aku menolaknya. Dan dihari itulah Terakhir aku dapat melihat Rehan orang yang sangat aku sukai dari dulu. Rehan terbunuh, dan orang terakhir yang bersama dia tidak lain adalah sahabatku Anta.Tetapi ada yang tidak diketahui orang lain bahwa aku di hari Rehan meninggal tidak benar-benar pulang, aku sengaja membuat mereka berdua mengantuk dengan pil yang telah kucampurkan di minuman mereka. Lalu aku juga dengan sengaja menusukan serpihan vas kaca yang ada dimeja keleher Rehan hingga mati, lalu membuat strategi agar seakan-akan Anta yang telah membunuhnya dan membuang bukti-buktinya yang menunjukan padaku, aku sengaja membiarkan mereka tersenyum terakhir kalinya dihari itu tetapi mereka tidak tahu apa yang akan kulakukan setelahnya. Sekarang aku senang melihat mereka menderita tidak bisa bersama lagi karena mereka telah menghianatiku dan berpacaran dibelakangku maka itu yang pantas mereka dapatkan.aku akan tetap disebut wanita baik dan pintar sedangkan Anta akan dipenjara dan dihina dan aku tidak pernah menyesal melakukan hal itu. Lokananta dalam Tabir Delusi | 229

Malang Sekali Alamku Karya : Stanley Marcelino Dalam kehidupan ini tidak ada sesuatu yang gratis dan mudah didapatkan.Selalu ada pengorbanan yang harus dilakukan untuk meraih itu.Semuanya harus dilakukan dengan modal kerja keras dan berusaha.Namun adanya sikap manusia yang terkadang tamak dan haus akan uang.Hingga selama ini mengelola alampun dengan alat – alat berat dan cara yang tidak efektif. Alat – alat tak bersahabat itu selalu mendominasi lahan potensial baru untuk dikeruk kekayaanya, merusak ibu pertiwi seakan alat – alat itu kelebihan dosis.Lalu, apakah alam pernah meminta bayarannya? Apakah pohon pernah meminta bayaran? Apakah udara dan air pernah meminta haknya untuk dibayar? Tentu saja tidak,karena Tuhan saja memberikan secara cuma – cuma hanya untuk manusia.Namun sikap manusia yang egois dan tamak akan alam, membuat bumi perlahan kehilangan jati dirinya. Itu hanya alibi manusia untuk mencari pundi – pundi keuntungan.Padahal alam hanya minta untuk dijaga dan dirawat.Manusia tidak akan bisa hidup tanpa alam, namun tidak untuk sebaliknya.Bukannya dibayar tapi disiksa habis – habisan , setelah disiksa dan dikeruk barulah kalian tinggalkan dan mencari buruan lain.Lalu alam hanya akan memberikan hadiah 230 | Lokananta dalam Tabir Delusi

paling indah untuk manusia yakni bencana alam. Hebat! Lokananta dalam Tabir Delusi | 231

Kehilangan Ibu Karya : Susan Dewi Wijaya Hi, aku Angela. Aku masih berumur 19 tahun. Saat itu aku hidup hanya dengan ayahku saja karena entah ibuku bekerja menjadi Tenaga Kerja Wanita di Singapura jadi aku hanya hidup dengan ayahku saja. Ibuku tidak pernah berkabar sama sekali selama 15 tahun. Aku tidak pernah melihatnya bahkan mendegarkan suaranya saja tidak. Bahkan ayahku saja sudah tidak peduli dengannya lagi karena dianggap hidup berdua pun kita bahagia. Pada suatu saat ada orang dari Singapura menelepon ayahku dan ia berkata bahwa ibuku mengalami kecelakaan dan sekarang koma di rumah sakit. Orang tersebut berkata bahwa katanya ibuku sedang menyebrang jalan lalu tidak sengaja ada mobil yang jalannya terlalu cepat dan tidak sempat untuk mengerem mobilnya. Lalu ibuku kecelakaan dan langung terjatuh lalu dibawa ke rumah sakit. Dan katanya ibuku sudah dalam kondisi koma selama 3 bulan. Lalu aku dan ayahku bermaksud untuk mengunjunginya di Singapura karena bagaimana pun ibuku tidak memiliki siapa-siapa di sana selain bosnya dan pasti tidak ada orang yang menjaganya. Dan akhirnya setelah berfikir beberapa hari aku dan ayahku berangkat ke sana. 232 | Lokananta dalam Tabir Delusi

Sesampainya di sana aku melihat ibu terbaring di kasur dan hanya menutup mata saja bahkan ia tidak bergerak sama sekali. Dan dokter bilang karena tubrukannya sangat keras jadi jatuhnya sangat keras dan menyebabkan mati otak. Dan memang itu membutuhkan waktu lama untuk sembuh bahkan bisa saja meninggal. Lalu setelah seminggu aku menunggu ibuku untuk sadar lalu suatu saat jantung ibuku melemah lalu dokter berkata bahwa ibuku tidak bisa ditolong lagi atau dia dinyatakan meninggal. Lalu aku menangisinya dengan sangat keras dan berkata “Bu, kenapa kamu pergi secepat ini tanpa pernah sesekali pun ibu menjagaku”. Tiba-tiba ayah berteriak “Waktunya sekolaaaahhhhh..........” Dan aku pun bangun dan tersadar bahwa semua itu hanya mimpi. Dan aku benar-benar sangat bersyukur. Lokananta dalam Tabir Delusi | 233

Mawar Ungu 14 Februari Karya : Tasya Pranatan Eka Wibowo Seperti hari biasanya yang aku jalani, aku pergi membuka toko bunga bersama ibuku. Hari itu, seperti biasanya, pelanggan ibu banyak yang datang ke took bunga kami memesan berbagai macam bunga, terutama satu pelanggan pria muda yang ada di depan saatku ini. Dia terlihat seumuran denganku. Ibu bilang kalau pria ini namanya Julio, ia selalu dating seminggu dua kali mengunjungi toko bunga kami dan ia selalu membeli bunga mawar ungu. “Kenapa dia terlalu sering datang dan memesan bunga yang sama? kenapa tidak pesan bunga lily atau tulip saja dibanding mawar ungu?” Agak aneh pikirku. Aku iseng mencari di internet arti bunga mawar ungu dan ternyata arti mawar ungu adalah cinta pandangan pertama. Setelah tahu artinya aku hanya berpikir mungkin ia sedang jatuh cinta dengan seseorang untuk pertama kali dan aku kembali bekerja. Giliran pria itu untuk memesan bunga. Ia memesan mawar ungu, kemudian aku segera membungkusnya dengan kertas bunga dan memberikan kepada pria itu sambal berkata “kamu pasti sangat suka bunga mawar ya?”. Pria itu menjawab “Iya suka” dengan senyum yang aku lihat lumayan canggung. “Hati hati itu banyak durinya tanganmu bisa terluka”. Pria muda itu mengucapkan 234 | Lokananta dalam Tabir Delusi

terima kasih dan membalikan adannya tapi kakinya belum melangkah keluar toko bunga. Pria muda itu kemudian menghadapkan badan nya kedepanku lagi dan berkata “Hari ini sibuk? Kalua kamu tidak sibuk, mau jalan nonton berdua denganku?” Aneh, itu yang ada dipikiranku selanjutnya karena kita tidak saling kenal sebelumnya kenapa tiba tiba mengajak aku keluar? Tapi akhirnya aku yang aneh ini juga mengiyakan ajakan pria muda itu karena aku tidak terlalu sibuk hari itu dan ia seperti orang yang baik. Julio mengajaku pergi ke bioskop dan menonton film vampire. Setelah pertemuan itu kami jadi sering pergi keluar Bersama dan melakukan kencan. Selama 1 tahun saling mengenal dan sempat berpacaran akhirnya ia ingin serius denganku dan mengajakku bertunangan. Orang tua kami senang kami bertunangan dan semakin banyak hari yang kita lewati bersama dengan kalimat kalimat aneh yang diucapkannya, kalimat kalimat sastra indah yang ia ucapkan terutama alasan mengapa ia selalu mengunjungi toko bunga ibuku. Katanya karena ingin bertemu denganku tapi Julio baru berani bicara padaku di hari ia mengajakku keluar bersama. Ia juga sering memberikan ku bunga mawar ungu karena ia bilang aku cinta pertama nya dan selamanya begitu. Julio juga cinta pertamaku. Tapi hari ini, Sabtu 14 Februari aku dan ibu beserta keluarganya Julio pergi ke makam Julio Bersama untuk peringatan 2 tahun pergi nya Julio. Julio sudah pergi sebelum hari pernikahan Lokananta dalam Tabir Delusi | 235

kami yang telah ditentukan karena kecelakaan mobil, Julio korban nya. Aku menaburkan bunga dan menaruh buket bunga mawar ungu di makamnya Julio. Tentu aku sangat sedih seperti hampir mati karena menangis 7 hari 7 malam kehilangan orang yang aku sayangi. Julio, terima kasih sudah bersamaku selama 3 tahun ini kamu benar benar menjadi pewarna di hidupku. Semoga di kehidupan selanjutnya kita bertemu kembali sebagai pasangan yang ditakdirkan bersama. 236 | Lokananta dalam Tabir Delusi

Ketakutan Karya : Vannes Yanuarta Pada suatu hari hidup sebuah keluarga di rumah yang cukup besar yang terdiri dari wanita dan dua anaknya yakni perempuan dan laki-laki. Dan sang ayah merupakan seorang almarhum lantaran mengalami kecelakaan saat berkendara sambil mengonsumsi alkohol. Sang wanita sekarang telah menjadi orangtua tunggal dan mengurus kedua putra dan putrinya tersebut, karena hal tersebut ia kemudian mempekerjakan seorang asieten rumah tangga yang merupakan seorang wanita paruh baya yang tinggal di sekitar situ. Kedua anak dari wanita tersebut rupanya menderita sejenis penyakit kulit langka yang mana mereka tidak bisa terpapar sinar matahari atau kulit mereka akan melepuh. Suatu ketika ketika anak-anaknya belajar putri dari wanita tersebut kemudian mendengar suara anak kecil dari dalam kamarnya kemudian ia segera mencari suara tersebut dan ia terkaget menemukan sosok anak kecil yang tidak ia kenal dan ia sangat ketakutan dan berpikir bahwa anak tersebut adalah hantu. Tidak hanya sampai disitu keanehan pun semakin menjadi ketika wanita itu mendengar suara-suara wanita maupun pria asing dari dalam rumah tersebut dan barang-barang yang sering berpindah tempat atau pun menghilang dengan sendirinya. Wanita tersebut pun Lokananta dalam Tabir Delusi | 237

makin ketakutan karena dia telah berpikir bahwa ada makhluk halus yang tinggal di rumah merek, namun anehnya sang asisten rumah tangga dia malah memandang santai dan malah menilait bahwa sang wanita tersebut bertingkah aneh. Hingga puncaknya suatu pagi sang wanita tersebut terbangun dan mendapati seluruh tirai dan penutup jendela yang ada di rumah tersebut menghilang dan membiarkan paparan sinar matahari masuk ke dalam rumah mereka. Wanita tersebut sangat khawatir akan anak- anaknya dan kemudian dia langsung membangunkan anak-anaknya dan membawa mereka di ruangan yang aman. Wanita tersebut kemudian mendengarkan suara banyak orang yang sedang berbicara seperti berdiskusi dari ruang tengah, dan ketika ia menghampiri ruangan tersebut terdapat wanita itu sangat terkejut karena ia melihat 1 keluarga dan anak kecil yang ditemui oleh putrinya di dalam keluarga tersebut mereka tampak sedang berdiskusi dan tampak sangat ketakutan. Wanita tersebut lantas marah dan langsung menyerang keluarga tersebut dan membalikkan meja yang sedang keluarga tersebut pakai untuk berdiskusi. Kalau tersebut nampak sangat ketakutan karena meja mereka berguling tanpa sebab dan tanpa ada siapapun yang membalikkannya. Kemudian wanita tersebut tersadar bahwa tidak ada yang bisa melihat dirinya, dan ia pun ingat bahwa selama ini dirinya dan anak anaknya telah 238 | Lokananta dalam Tabir Delusi

meninggal karena wanita tersebut depresi setelah kehilangan suaminya sehingga membunuh kedua anaknya dan dirinya sendiri, serta arti tersebut ternyata juga merupakan sosok hantu yang telah menyadari bahwa wanita dan kedua anaknya tersebut merupakan sosok yang sudah tidak hidup lagi. Lokananta dalam Tabir Delusi | 239

Senyuman Maut Karya : Vincent Devyn Malam itu, Tedjo berjalan tertatih-tatih, menyusuri lorong yang sangat gelap di sebuah kampung terpencil tanpa listrik. Mata sendunya menatap jalang pada apapun yang lalu lalang di hadapannya ketika telah sampai di depan lorong. Keinginan menggebu telah menanti untuk terpuaskan. Dahaga yang sungguh menyiksa. Melia, kembang desa yang masih belia itu terlihat dari jauh hendak melintasinya. Senyum merekah, mekar di kedua sudut bibir. Pertanda penantiannya akan segera berakhir. \"Hai Melia, lihat Aku!\" serunya sebelum gadis cantik itu berlalu terlalu jauh. Mendengar namanya disebut, ia segera menoleh. Senyuman Tedjo berdaya magis. Melia tak berdaya ketika Tedjo menarik tangannya masuk ke dalam lorong gelap itu. Tak berapa lama kemudian, dari mulut lorong itu keluarlah seorang gadis cantik berparas sendu. Tedjo tersenyum bahagia. 240 | Lokananta dalam Tabir Delusi


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook