["Terlihat salah satu teman A pergi keluar untuk mencuci tangan di depan kelas. Dan satu lagi teman saya yaitu teman B mendapatkan ide yaitu dengan berjalan pelan-pelan menuju belakang pintu dan jongkok. Dan terlihat bahwa guru dan teman A sedang berjalan menuju kelas saya, dan Teman B bersiap-siap di belakang pintu. Guru tersebut ahkirnya masuk ke pintu kelas saya, dan terlihat teman-teman lainya tertawa terbahak-bahak dan kelas pun menjadi suasana lucu. Perasaan malu dan tidak berkutik pun menyelimuti keadaan teman B, yang dimana teman B tersebut ternyata salah target, yaitu tanpa ia sadari, ia malah mengageti guru tersebut bukan teman A. Lokananta dalam Tabir Delusi | 141","Hutan Jumat Kliwon Karya: Atanasius Basilika Chrisna Dellon Seorang pria yang mengikuti tur ke daerah Banyuwangi, dengan wajah kusut. Sepertinya ia baru saja terkena masalah saat bus ini berangkat, karena mukanya sangatlah menakutkan. Ia seperti menahan emosi terhadap suatu masalah. Malam harinya, orang itu pun tiba-tiba jalan menuju ke arah sopir bus, dengan muka yang sangat emosi dari pagi tadi. Semua penumpang pun melihat ke arah muka orang tersebut. Orang tersebut ternyata meminta sang sopir untuk memberhentikan busnya, ternyata oh ternyata ia hanya kebelet untuk buang air besar dari pagi tadi. Akhirnya di tengah hutan yang luas, bis ini berhenti sejenak. Ia pun segera mencari tempat sepi untuk membuang hajat. Saat sedang berusaha mengeluarkannya, terdengar suara seperti ranting- ranting yang terinjak oleh kaki, dan yang Ia lihat saat itu adalah jubah putih yang sedang tertawa melihat pria itu jongkok. Pria ini pun terlari terbirit-birit dan masuk ke dalam bus, dan satu bus bingung kenapa si pria ini berlari dan yang anehnya lagi satu bus ini pusing. Ternyata oh ternyata, si pria ini lupa untuk membersihkan pantatnya. 142 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Takdir Yang Sama Karya: Audrey Eugenia Budiono Pada hari itu sudah pasrah aku dengan apa yang akan terjadi. Semua kurelakan dan kupasrahkan kepada Tuhan. Apapun yang terjadi aku hanya bisa menuruti keinginan ayahku untuk menikah dengan orang pilihannya. Kekasihku yang sekarang ini pun ia sudah dijodohkan juga dengan orang lain. Mau tidak mau kita harus berpisah. Walau ini sangat berat untuk kami tapi kami harus menerima keputusan ini. Aku dan pacarku masih saling mencintai. Kami tidak pernah membayangkan perpisahan ini. Kami selalu berpikir bahwa kami akan menuju ke jenjang selanjutnya. Tapi takdir berkata lain. Tibalah hari di mana aku dan pacarku harus menemui jodoh yang sudah ditentukan orang tua kami. Aku pun datang ke tempat makan yang sudah disepakati untuk bertemu. Tidak lama kemudian calon suami yang dijodohkan untukku melihat aku. Pandanganku sangat samar tapi kulihat seperti orang yang sangat kukenal. Aku semakin mendekat dan ternyata dia adalah orang yang sangat kucintai yaitu pacarku sendiri dan akhirnya kami menikah. Lokananta dalam Tabir Delusi | 143","Malaikat Rania Oleh: Brigitta Delfine Bandung merupakan tempat yang katanya menyimpan banyak kenangan. Setiap sudutnya banyak hal yang bisa diketahui. Begitu juga dengan Sisil seorang mahasiswa yang hidupnya sebatang kara, ia merupakan anak tunggal yang harus berjuang hidup sendiri. Sisil merupakan mahasiswa jurusan teknik sipil di suatu Perguruan Tinggi Negri terbaik yaitu ITB. Sisil bisa masuk univeristas tersebut karena mendapatkan beasiswa serta lolos snmptn, dia juga merupakan siswa berprestasi sejak dia bersekolah. Sisil adalah sosok yang bertanggung jawab, dia berusaha mendapatkan ipk sempurna. Disisi lain ia juga menghabiskan separuh waktunya untuk part time job disebuah caf\u00e9 dekat kampusnya. Semua itu dilakukan Sisil agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Suatu ketika dia diajak kawanya untuk membantu mengajar di suatu desa yang banyak anak- anak di tempat tersebut tidak bersekolah karena faktor ekonomi yang kurang. Hal tersebut membuat Sisil tergerak hatinya untuk menerima ajakan tersebut. Terik panas matahari tidak membuat Sisil merasa malas untuk melanjutkan kegiatan mengajarnya serta ia ingin mencoba lebih dekat dengan Rania yang merupakan salah satu muridnya. Setelah Sisil berhasil dekat dan akrab dengan Rania, ia bertanya kepadanya 144 | Lokananta dalam Tabir Delusi","\u201cmengapa kamu selalu diam saat kelas, tetapi kamu sangat pandai berbicara saat denganku, bahkan kamu sangat peduli denganku dalam kondisi apapaun ?\u2019\u2019 dia menanyakan hal tersebut karena Rania setiap 3 kali sehari berkunjung kerumah Sisil untuk belajar secara private dan bermain denganya. Rania sebagai seorang anak yang bisa dibilang misterius juga terus berjalan, dia juga tetap belajar private dirumah Sisil. Tidak hanya hal tersebut setiap kali Sisil ujian Rania hanya menebak-nebak nilai yang didapatkan pada ujian tersebut dan hasilnya selalu sama dengan ucapannya. Setiap Sisil jatuh sakit Rania selalu mendoakannya serta memegang telapak tangan Sisil dan berkata \u201cbentar lagi juga sembuh kak, tunggu aja ketika aku pulang\u2019\u2019. Perkataan tersebut sungguh terjadi Sisil sangat heran sebenarnya Rania ini siapa, apa yang dikatakanya selalu terjadi.\u201d Telepon berbunyi sekitar pukul 21.00 malam, ternyata teman Sisil yakni Roy mengabarkan bahwa Rania telah berpulang ke surga. Suasana hati Sisil berubah dia sangat kecewa karena belum sempat membalas kebaikannya, dia sangat sedih. Waktu itu juga Sisil langsung bergegas menuju kediaman Rania bersama temanya Roy. Setelah sampai di kediaman Rania, ia menangis deras berdoa kepada Tuhan mengucap syukur karena telah menghadirkan sosok anak kecil yang menolong hidupnya. Disana Sisil membisikan ke telinga Rania \u201c terimakasih Malaikat Lokananta dalam Tabir Delusi | 145","Rania\u201d. Bandung dan segala isinya memang menarik dan menawan hati. Termasuk Rania anak didiku yang membuat aku sekarang mendapatkan posisi magang dengan gaji yang menurutku sangat tinggi, karena sebelumnya aku tidak pernah merasakan hal ini. Meskipun Rania sudah tenang di surga kenanganya sangat membekas banyak hal yang mengubah kehidupanku. 146 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Kembali Pulang Karya: Catherine Patricia Gunawan Sepulang dari sekolah, aku kembali ke rumah. Senang rasanya akan bermain dengan ayah. Tidak sabar ingin bercanda dan bermain bersama ayah. Aku akan merasa sangat kesepian, jika tanpa ayah di hidup ini. Sesampainya di rumah, ternyata ayah sudah menunggu di depan rumah. Tanpa banyak bicara, ayah segera menyambut dan memelukku erat. Tidak seperti biasanya, kali ini ayah sedikit berbeda, mungkin karena sudah lama tidak bercanda dan bermain lagi. Kami langsung berbicara, bermain dan bercanda bersama menghabiskan waktu bersama selama sehari itu. Setelah lama berbincang, aku bingung dengan keadaan rumah, karena aku hanya melihat cahaya terang yang datang perlahan dari langit ke dalam rumah. Dan ternyata aku melihat ayah menjemputku dari sudut cahaya tersebut. Lokananta dalam Tabir Delusi | 147","Rumah Sakit Karya: Christopher Vidianto Di masa pandemi virus COVID-19 ini, banyak sekali orang yang terjangkit virus COVID. Teman kami si Tono pun juga ternyata ikut terjangkit virus tersebut. Aku dan Martin memiliki niatan untuk menjenguk dan membawakannya makanan. Tetapi kami menelepon Tono terlebih dahulu untuk bertanya di rumah sakit mana dia dirawat. Setelah mengetahui tempat ia dirawat, kami pun segera bersiap-siap dan pergi ke rumah sakit tersebut. Sesampainya di sana, kami bertanya kepada suster di ruangan mana teman kami dirawat. Tetapi suster mengatakan bahwa jam untuk menjenguk pasien dari jam 08.00 sampai jam 10.00 dan jam 14.00 sampai jam 16.00, juga ini pun sudah malam dan sudah lewat jam jenguk. Akhirnya malam itu, kami pun setuju untuk tidur di ruang tunggu rumah sakit tersebut. Keesokan paginya setelah bangun, perut kami pun lapar dan bertanya kepada suster tempat orang berjualan makanan untuk dijadikan sarapan. Setelah itu kami pun berjalan untuk membeli sarapan dan penjual itu tiba-tiba bertanya kepada kami ada urusan apa di rumah sakit tersebut. Kami pun menjawab bahwa teman kami sedang sakit dan kami mau menjenguknya tetapi karena sudah lewat jam jenguk kami pun terpaksa untuk tidur di ruang tunggu rumah 148 | Lokananta dalam Tabir Delusi","sakit itu. Tidak lama penjual itu pun menjelaskan bahwa rumah sakit tersebut sudah lama tidak terpakai dan sudah terbengkalai selama 5 tahun. Lokananta dalam Tabir Delusi | 149","Kegiatan Teater Karya: Cleon Novallino Pulang dari sekolah dengan membawa tas yang berat, Aku melihat keatas dan ada tulisan di langit. Aku pun menghiraukannya lalu pergi ke toilet sekolah untuk mencuci mata. Aku pun ke kafetaria untuk meminum kopi sehingga aku tidak merasa lelah dengan kegiatan sekolah. Temanku mengunjungi ku untuk mengobrol santai, akupun menerimanya dan mengobrol dengannya. Ketika aku dan temanku asik mengobrol santai, kita mendengar suara teriakan di sekitar lapangan sekolah. Aku dan temanku pun bergegas untuk melihat apa yang terjadi, Kita melihat orang memakai jubah hitam pekat dan pisau dipenuhi darah dan juga mayat yang tergeletak yang dipenuhi oleh darah. Kita pun bergegas lari dan membawa tas yang ditinggal di kafetaria, kita lari secepat mungkin dan hampir sampai di pintu keluar sekolah. Kita pun melihat orang memakai jubah hitam pekat dengan pisau yang dipenuhi darah dan juga mayat yang tergeletak itu berbicara santai di depan pintu keluar sekolah. Kita pun terheran-heran, orang yang memakai jubah hitam pekat dengan pisau dipenuhi darah menuju ke arah kita. Kita pun berteriak dan orang tersebut bilang jangan takut ini hanyalah properti semata , kita pun berhenti dan menyadari 150 | Lokananta dalam Tabir Delusi","bahwa mereka melakukan latihan untuk kegiatan teater untuk acara besok. Aku dan temanku melihat satu dengan yang lain dan tertawa. Lokananta dalam Tabir Delusi | 151","Pengagum Rahasia Di Masa SMA Karya : Ferdy Illyasa Al Hakim Saat aku masuk SMA dalam hatiku berkata ini adalah masa paling indah di hidupku. Masa SMA dikenal sebagai masa pengenalan remaja. Benar saja masa SMA-ku terasa sangat indah dikala ketika aku berada di suatu kelas yang sudah ditatetapkan sebelum kelasku saat ini. Di dalam kelas aku memiliki banyak teman dari bebagai suku dan agama. Tetapi sesaat mata aku terdiam dan terpana pada kecantikan suatu wanita dalam kelasku itu. Wanita yang membuatku terpana itu menurutku dia adalah wanita yang termasuk dalam tipe ku. Wanita itu memiliki ciri \u2013 ciri rambut panjang , paras cantik , dan memiliki gigi gingsul yang menurutku hal itu yang membuat dia terasa cantik . Akan tetapi karena suatu alasan dari pihak sekolah memintaku untuk pindah kelas ke kelas yang aku tempati saat ini. Tapi aku tidak akan berhenti begitu saja untuk menggagumi wanita itu. Pada saat pulang sekolah aku langsung pulang ke rumah untuk beristirahat karena pada saat itu badanku terasa capek dan lesu. Saat dirumah selesai bersih-bersih badan aku langsung beristirahat dan kemudian saat aku tertidur aku bermimpi bertemu dengan kakekku yang sudah lama meninggal dan selama aku bermimpi aku tidak pernah bermimpi tentang kakekku itu. Dalam mimpiku itu aku melihat 152 | Lokananta dalam Tabir Delusi","kakekku yang sudah lama meninggal dan dia bersama seorang wanita seumuranku dan wanita itu adalah wanita yang kutemui di kehidupan nyata aku. Dan setelah aku bangun sesaat aku berfikir apakah ini jodohku. Pada akhirnya seiring berjalannya waktu hingga aku lanjut ke kelas 12 SMA dan karena adanya masalah dari beberapa siswa pihak sekolah memberikan perintah untuk menggabungkan kedua kelas tersebut yaitu kelasku dan kelas wanita yang aku kagumi itu. Dan disitu aku merasa kaget ketika aku sekelas lagi dengan wanita itu yang aku kagumi selama ini. Pada saat itu aku merasa senang ketika aku sekelas lagi dengan wanita itu akan tetapi sesaat hatiku mulai tidak menggagumi lagi wanita itu karena dengan satu alasan yaitu dia sudah mempunyai pacar. Dan disitu aku sangat menyesal kepada diriku sendiri kenapa tidak dari dulu aku mengungkapkan perasaan ku. Kemudian sesaat aku berfikir dan berbicara dalam hatiku, \u201caku hanya bisa menggagumi dan melihat akan tetapi aku tidak bisa mencintai , menyayangi , dan memiliki,\u201d dan mulai saat itu aku mulai berhenti menggagumi dia sebagai wanita yang aku impi-impikan akan tetapi aku menggagumi dia sebagai teman biasa. Lokananta dalam Tabir Delusi | 153","Jalan Yang Sepi Karya: George Antonius Widianto Pada suatu malam aku dan teman temanku ingin pergi keluar untuk membeli sebuah nasi goreng di dekat perempatan lampu merah, namun karena kondisi cuaca yang sedang tidak kondusif aku dan teman temanku menunda untuk membeli nasi goreng. Kemudian sekitar jam 01.02 cuaca sudah mulai bersahabat. Akhirnya aku dan teman temanku beragkat ke tempat nasi goreng. Namun karena habis hujan maka malam itu udara begitu dingin menyapa pori-pori kulit. Menembus pertahanan tubuh yang hanya berlapis\u202fjaket cuaca sudah tidak enak sejak tadi yang menyisahkan bekas butir hujan. Dan kondisi jalan yang sudah sepi dan minim pencahayaan lampu setelah berjalam beberapa meter tubuhku mulai lemas dan gemetar. Dan setelah beberapa meter akhirnya sampai di tempat nasi goreng. Entah kenapa badanku tetap lemas dan gemetar Setelah sampai di tempat aku dan teman temanku langsung pesan nasi goreng setelah makan dan makan badanku yang asalnya lemas dan gemetar sudah tidak lemas dan gemetar lagi. Ternyata aku baru ingat dari sore rupanya aku belum makan sama sekali karena asik bermain dengan teman-temanku. 154 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Takan Terlupakan Karya: Gerarda Seconda Jedaut Pada senja ini, kita berjalan melewati pepohonan dan pasir pantai yang begitu indah. Dimana kamu terlihat cantik dengan senyum yang merekat pada wajahmu. Tatapanmu yang sangat aku sukai, yang membuatku langsung jatuh hati padamu. Kita duduk berdua menikmati indahnya senja yang akan berubah menjadi malam yang indah. Kamu bersenandung di sampingku dengan suaramu yang sangat merdu, membuatku semakin tergila-gila padamu. Kita saling bertatapan dan saling melepas rindu. Kenangan itu takan pernah aku lupakan. Disaat kita bersama. Disaat aku masih bisa bersamamu untuk terakhir kalinya. Baik-baik di sana sayangku, aku akan selalu menyayangimu. Lokananta dalam Tabir Delusi | 155","Sahabat Terbaikku Karya: Gregorio Isaac Satyawan Di suatu pagi hari yang cerah, aku terbangun dan semalam aku tidur nyenyak. Saat aku bangun aku berharap agar bisa menjalani aktivitas sepanjang hari ini dan juga hari esok dengan baik dan lancar. Aku doa pagi kemudian membuka jendela kamar kemudian aku melihat suasana yang cerah dan angin yang segar. Kemudian aku keluar rumah dan main ke rumah tetanggaku sekaligus sahabatku yaitu Adam. Adam adalah sosok sahabat yang diidamkan dengan teman-teman yang lain karena sikapnya yang setia kawan, peduli, ramah, dan tidak sombong. Adam selalu membantu teman-temannya yang kesulitan dalam hal pelajaran ataupun hal yang lain. Aku sudah kenal dan berteman dengannya dari kelas 3 SD sampai sekarang kelas 3 SMA, bahkan kita satu sekolah dari SD hingga SMA. Maka dari itu aku benar- benar mengenali bagaimana sifat dan karakter Adam yang peduli dengan orang di sekitarnya. Aku juga pernah cerita dengannya bahwa mengalami kesulitan mengerjakan tugas matematika karena aku kurang memahami materinya. Kemudian Adam membantu aku untuk berdiskusi dan mengerjakan tugas tersebut bersama-sama dengan ikhlas dan tanpa pamrih. Beberapa hari kemudian setelah tugas matematika itu dikumpulkan aku melihat 156 | Lokananta dalam Tabir Delusi","nilainya adalah 85. Kemudian saat pulang sekolah aku pergi ke rumah Adam dan mengucapkan terima kasih banyak atas bantuannya selama ini. Lokananta dalam Tabir Delusi | 157","Pembunuh yang Cerdas Karya: Jehezkiel WP Suatu hari, ada seorang pembunuh bayaran yang sangat cerdas, diperintahkan untuk membunuh seseorang dari atas gedung. Ia pun kemudian memasang sniper-nya, mengatur jaraknya, memasang laser, dan mengisi pelurunya. Kemudian dia mengarahkan snipernya ke sebuah gedung kantor lantai 12. Laser dari sniper itu menempel di dinding diatas seorang pria yang sedang bekerja menggunakan komputernya. Pria itu pun menyadari bahwa dia sedang dalam bahaya. Ia pun lalu mengambil pistol yang dia miliki kemudian menembak dengan tidak beraturan dan dengan sembrono melawan arah laser tersebut. Namun saking sembrononya, peluru yang dia tembakkan itu malah mengenai seorang pembersih kaca yang sedang membersihkan kaca tersebut. Namun tidak di sangka-sangka, pembunuh bayaran itu pun kemudian pergi meninggalkan tempat. Rupa- rupanya target yang diharuskan untuk dibunuh adalah si pembersih kaca tersebut. Sang pembunuh bayaran pun berhasil membunuh tanpa menyentuh dan mengeluarkan satu peluru pun. Kemudian pria yang berpistol ini pun ditangkap oleh kepolisian. 158 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Luka Yang Kembali Terulang Oleh : Jerri Benardus Sore hari setelah selesai dari lelahnya pekerjaan rumah yang Membuat badanku sangat lemas. Setelah beberapa menit kukumpulkan semangat untuk membersihkan diriku yang sudah penuh keringat dan bau yang tidak sedap. Setelah 30 menit berlalu kuselesaikan ritual mandiku dan segera bersiap siap dengan perasaan penuh keceriaan dan kebahagiaan untuk merayakan hari spesial pacarku yang sudah kusiapkan untuknya. Setelah berdandan aku langsung bersiap pergi ke rumah pacarku tanpa dia sadari karena memang ini adalah kejutan untuknya. Setelah 30 menit berada di hiruk pikuk kota Jakarta yang sangat melelahkan akhirnya aku sampai di depan rumah yang bernuansa putih modern dengan aksen kayu yang jelas. Kulihat juga motor kesayangan pacarku yang terparkir di garasi rumahnya. Kulangkahkan kakiku perlahan memasuki rumahnya dengan perasaan campur aduk dan sedikit perasaan mengganjal di hatiku. Kuberanikan diriku menjelajahi rumahnya hingga aku tiba di depan tangga yang bisa membawaku ke lantai atas. Kunaiki tangga satu persatu hingga tiba di lantai atas. Betapa terkejutnya aku melihat bahwa ulang tahun pacarku sudah dirayakan oleh orang lain yang terlihat begitu spesial di matanya. Aku diam tak berkutik ditempat-Ku. Lokananta dalam Tabir Delusi | 159","Tanpa mereka sadari dan alangkah kagetnya aku ketika melihat pacarku melamar wanita tersebut dengan tatapan penuh Kepercayaan dan keyakinan hingga membuatku yang sudah diliputi rasa kecewa pergi meninggalkan mereka. Pacarku yang menyadari hal itu pun ikut mengejarku dengan sekuat tenaga diikuti juga dengan calon tunangannya yang ikut mengejarku. Setelah berselang lama aku lihat calon tunangan pacarku yang berada di tengah jalan untuk mengejarku dengan posisi yang tidak terlalu jauh dariku. Betapa takutnya aku ketika melihat ada truk bermuatan yang melaju dengan lumayan cepat ke arah calon tunangan pacarku yang rupanya ia sedang letih hingga terdiam di tempat dan meneriaki diriku. Setelah kejadian itu aku berlari secepat mungkin hingga kurasakan tubuhku menyentuh aspal yang menyakitkan hingga pada akhirnya aku tidak dapat melihat terangnya bulan dan mataku diselimuti kegelapan. Mungkin pada akhirnya ini adalah hadiah terakhir sekaligus hadiah terindah untuk pacarku yang sudah menjadi milik sahabatku sendiri. 160 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Hampa Karya : Kevin Antonio Loekito Aku sedang menyusuri jalanan di malam yang temaram, bersama Ibu dan Ayahku. Malam hari ini semua terlihat gelap gulita dan angin malam itu membuat bulu kudukku sedikit merinding. Namun aku tetap berjalan menyusuri jalanan tanpa arah dan mencari titik terang dalam perjalananku ini. Tapi ditengah tengah perjalanan ada suara yang tidak asing bagiku, suara itu seakan akan memanggilku dari belakang tapi aku tak tahu pastinya apa suara itu. Tiba-tiba aku tersadar dan berkata \u201cOh, rupanya hanyalah dering ponsel genggamku\u201d Dan dilayar ponselku aku melihat ada pesan dari seseorang. Kulihat dengan seksama ternyata nama orang di dalam ponsel genggamku bernama Kakak. Pesan itu berisikan kalimat \u201cDek, ayo pulang jangan terlalu berlarut larut dalam kesedihan. Percayalah bahwa Tuhan punya rencana lain yang lebih baik untuk Ayah dan Ibu\u201d Sontak aku pun tersadar bahwa sedari tadi aku hanya berjalan tanpa arah sendirian karena aku merasakan hidup yang hampa karena kehilangan kedua orang tua yang sangat aku sayangi. Dari situ aku bisa menyimpulkan bahwa kehilangan sesuatu yang berharga didalam hidup bisa menghadirkan perasaan kosong dan hampa. Lokananta dalam Tabir Delusi | 161","\u201dTerlelap dalam Mimpi\u201d Karya : Kevin Dinata Sinar matahari sudah menyelimuti bumi, pagi hari telah tiba. Tetapi aku masih belum tau apa yang harus aku lakukan, kala itu mataku masih terpejam dan aku masih terlelap dalam tidur seolah gravitasi di kasur tersebut sangatlah kuat. Aku hanya menggesekan kakiku dikasur dengan sprei yang lembut. Di situ aku terlelap dalam mimpi. Aku berjalan di sepanjang lorong yang aku tidak ketahui dimana lokasinya. Tetapi tetap yang aku ketahui adalah ragaku tetap terbaring dalam kasur. Hingga saat itu aku akhirnya tidak bisa menggerakan tubuhku, entah mengapa serasa otot-otot tubuh begitu sangat berat. Mataku juga terus terpejam. Seketika aku berpikir bahwa aku sudah mati, tetapi dengan anehnya aku masih bisa merasakan darahku mengalir dan aku juga masih bisa merasakan nafasku dengan lega. \u201cTapi mengapa aku tidak bisa menggerakan tubuhku?\u201d Hatiku membatin, lalu aku mendengar suara samar-samar memanggil namaku, \u201cJo!\u201d. Lalu aku terbangun dan terkaget pada saat itu baju ku telah basah. Aku masih belum sadar dan nyawaku masih belum terkumpul lalu seseorang menanyakanku,\u201dapa kamu sudah meninggal?\u201d Saat nyawa ku sudah terkumpul aku terkejut bahwa aku berada didalam 162 | Lokananta dalam Tabir Delusi","kelas, ternyata guru menyiramku dengan air agar aku terbangun tetapi aku belum juga terbangun. Oleh karena itu, aku baru paham mereka panik seperti ini. \u201cSyukurlah kamu sudah terbangun.\u201d 240 menit kuhabiskan dengan terlelap dalam mimpi, memang sungguh sial. Lokananta dalam Tabir Delusi | 163","Apa Definisi Hidup Bahagia yang Sebenarnya? Karya: Lourensia Shirley Natasya Sesak. Itu yang dirasakan Amarilis sejak nilai ujiannya keluar tiga hari lalu. Sejak saat itu pula, ia terus memeluk pelik. Tangis tanpa suara menyeruak di celah-celah kelambu merah muda kamar dominan putihnya yang kini sudah lusuh. Berpuluh rematan tisu berserakan di kanan kiri kasur dan karpet kamarnya. Amarilis sangat kacau. Hasil berkawan dengan dini hari yang belakangan dilakukannya tak membuahkan hasil. Ia sungguh tidak menyangka akhirnya akan seperti ini. Nilainya terjun bebas, sama seperti mentalnya kini. Sejak dulu, Amarilis tak pernah berhenti semerbak. Di masa putih abu-abunya, ia menyabet gelar \u201cEinstein Perempuan dari Kelas Soshum\u201d. Amarilis sangatlah jenius. Paralel satu di sekolah adalah hak paten milik Amarilis. Namun, kekuatan itu perlahan sirna pada satu semester yang lalu. \u201cMaaf, sayang. Ayah dan ibu tidak bisa mempertahankannya lagi. Kita bertiga berhak untuk hidup bahagia, bukan?\u201d Amarilis tahu perkataan ibunya sangat egois. Tapi, dalam sanubarinya, ia mengutuki dirinya yang jauh lebih egois. Amarilis haus afeksi dan pujian seperti yang selama ini terus menghujaninya. Ia merindukan kesempurnaan hidup. 164 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Sejak enam bulan lalu, hingga kini, ia kehilangan arah. Ia benci hidupnya. Ia juga benci pertanyaan yang terus memenuhi pikirannya. Apa definisi hidup bahagia yang sebenarnya? Lokananta dalam Tabir Delusi | 165","Mental Karya: Maria Mega Kharisma Cafe yang terletak dekat toko buku lama itu sudah lama menjadi spot favorit Yoga untuk bersantai. Hampir setiap hari dia ke cafe tersebut, dari mengerjakan tugas kuliah, ngopi, hingga hanya untuk mengahabiskan waktu ketika dia sedang bosan. Dia sudah sangat hapal dengan wajah wajah familiar yang sering muncul di daerah cafe tersebut, namun satu hari, sebuah wajah baru menunjukkan dirinya saat Yoga sedang menikmati kopinya sambil memandang kearah luar cafe tersebut melalui jendela kaca besar yang menghadap ke jalan raya. Yoga melihat seorang perempuan sedang duduk di bangku jalan yang membelakanginya, perempuan itu hanya diam melihat mobil yang berlalu lalang tanpa melakukan apapun. Satu, dua, dan tiga jam Yoga memperhatikan perempuan tersebut yang hanya mematung memandangi jalan yang rame. Yoga menganggap hal ini sangat aneh. \u201cMental,\u201d bisiknya pada diri sendiri, perempuan itu memiliki penyakit mental. Beberapa hari pun lewat, dan Yoga tetap selalu memperhatikan perempuan tersebut. Perempuan tersebut tidak pernah absen sehari pun untuk duduk di bangku jalan dan memandangi jalan sibuk yang sama setiap hari. \u201cApakah dia tidak memiliki teman? Apakah dia tidak memiliki handphone? Mengapa dia terus memandang 166 | Lokananta dalam Tabir Delusi","jalan raya setiap hari?\u201d Pertanyaan tersebut terus menerus mengelilingi kepala Yoga sehingga suatu hari, dia akhirnya menghampiri perempuan tersebut dan mengajaknya ngobrol dikarenakan rasa penasarannya itu. Perempuan itu tampak sangat senang saat Yoga membuka percakapan dengannya, Yoga juga tidak kalah kaget setelah menyadari bahwa seberapa asiknya perempuan ini. Mereka berbicara tentang banyak topik dan tanpa mereka sadari, matahari sudah mulai terbenam. Mereka pun pulang dan bertemu lagi keesokkan harinya di waktu dan tempat yang sama. Yoga tidak menyangka perempuan yang pernah dia panggil mental telah menjadi salah satu temen terdekatnya sekarang, dengan kehadiran perempuan ini, Yoga mulai jarang bermain dengan teman-teman lainnya. Yoga mulai menolak ajakan main teman- temannya karena yang ada dipikirannya hanya si perempuan itu, dia merasa teman-teman lainnya tidak ada yang lebih asik daripada temen barunya ini. Saat ditanya sama temennya, Yoga mengatakan bahwa sekarang dia lebih suka jalan bersama seorang perempuan cantik yang bernama Kayla. Temen Yoga sempat bingung bagaimana cara terbaik untuk menyampaikan hal ini kepada Yoga, namun mereka akhirnya memutuskan untuk memberi tahunya lewat group chat mereka. Saat mendengar kabar tersebut dan menelusuri lebih lanjut, Yoga kaget sekagetnya. Semuanya mulai masuk akal, dari tidak adanya satu Lokananta dalam Tabir Delusi | 167","orang yang pernah berbicara langsung dengan Kayla hingga ke tatapan bingung serta aneh yang diterima oleh Yoga dari orang-orang yang melihatnya saat dia jalan dan ngobrol dengan Kayla, bagaimana tidak ketika Yoga selama ini telah berbicara dengan arwah. Kayla Alethia, mahasiswi dari universitas yang juga sedang Yoga hadiri, meninggal 5 tahun yang lalu ketabrak mobil ketika ingin menyebrang ke toko buku lama setelah membeli makan di cafe favorit yoga. Kayla tidak memiliki penyakit mental, Yoga lah yang memilikinya. 168 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Perjalanan Cinta Seorang Sophie Karya: Meliane F.K Aku adalah Sophie seorang wanita yang mandiri dan sangat dibanggakan oleh kedua orang tua ku karena aku adalah wanita karir dan selalu memiliki pendirian yang kuat. Karakterku yang ceria dan mudah membaur membuat orang menyukaiku.Aku memiliki seorang lelaki yang aku cintai yang bernama Dean,ia adalah pria yang sangat berkesan untukku karena ia selalu mendukungku dalam segala hal.Orang tua ku juga sangat menyukainya karena karakternya dan sifatnya yang bisa memikat hati orang tua ku kurasa ia adalah pria yang tepat untukku. Pada suatu kali Dean membuat kesalahan padaku yang membuat kedua orang tua ku tidak memaafkan nya karena Dean telah menyakitiku secara fisik dan juga Dean melakukan kekerasan padaku di depan mata orang tua ku.Akhirnya aku dan Dean memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan karena kedua orang tua ku juga tidak menyukainya.Aku sendiri juga sudah tidak kuat berhubungan dengannya karena ia tidak menghargaiku. Akhirnya suatu kali orang tua ku menjodohkan aku dengan lelaki yang mandiri dan memiliki sifat yang sama tentangku.Akupun menyetujui untuk menerima lamaran dari kedua orang tua ku, aku pun Lokananta dalam Tabir Delusi | 169","semakin mengenali sifat dan karakter dari lelaki ini. Dan akhirnya setelah mengenali selama berbulan bulan aku menikahi pria ini karena ia sangat baik dalam segala hal yang membuatku bisa mempercayai lelaki lagi. 170 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Kebenaran Yang Terungkap Karya: Michelle Cindy Lay Malam itu adalah malam yang sangat membingungkan. Tiba-tiba saja aku sudah berada disebuah tempat yang tak ku ketahui, namun tak asing. Seluruh tubuhku kesakitan, bahkan untuk berjalan pun rasanya susah setengah mati. Dingin malam musim panas itu menusuk hingga ke tulang-tulangku, serasa tak dapat menahannya lagi. Tubuhku penuh dengan bekas luka. Ada rasa sakit yang terus kurasakan berulang kali, rasa sakit yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Tubuhku kesakitan, aku menjerit namun tak ada yang menanggapiku. Aku berusaha untuk meminta tolong kepada siapapun yang kutemui, tetap saja tak ada yang menghiraukanku. Aku terus berjalan tanpa arah. Meminta tolong kepada orang pun aku sudah lelah. Perasaan campur aduk memenuhi pikiranku. Aku masih saja bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi, mengapa aku menjadi seperti ini. Sampai aku tiba disebuah tempat, dimana disitu aku melihat diriku sendiri sedang terbaring tanpa sehelai benang pun. Lokananta dalam Tabir Delusi | 171","Kejutan Oleh : Michelle Fulbertus Di suatu malam yang indah, ku duduk disamping lelaki gagah nan tampan. Ya, perasaanku tak bisa dibohongi lagi. Seperti berada di tengah taman yang penuh dengan indahnya bunga-bunga. Tak perlu kuragukan lagi akan segala perbuatannya yang membuatku merasa spesial. Hari itupun aku melihat dia menuliskan puisi yang menceritakan tentang bagaimana dia mencintaiku. Sebagai tanda untuk menghargai keistimewaanku padanya. Keesokan harinya, ditutupnya mataku dan diarahkannya tanganku untuk memegang setangkai mawar yang aku sukai. Kini, rasa yakinku terus- menerus menghantuiku untuk hidup bersama selamanya. Aku bayangkan betapa bahagianya ketika aku bersamanya. Sambil membaca hasil puisi yang t\u2019lah ia tulis, sungguh manis sekali situasi ini. Aku pun meminta agar berikan puisi tersebut untuk kusimpan, dan tidak ia berikan dengan beribu alasan. Seminggu kemudian di pagi hari. Ponselku berdering. Ternyata sang Ibu dari lelaki yang aku cintai menghubungiku. Terdengar suara yang halus, mengajakku untuk datang kerumahnya. Sesampinya dirumah, aku melihat banyak orang yang berkumpul. Ibunya memberikanku setangkai bunga mawar yang dititipkan oleh lelaki itu, lengkap dengan 2 surat. Ku 172 | Lokananta dalam Tabir Delusi","kira ini adalah sebuah pesta makan bersama dengan sedikit kejutan diawalnya. Akupun masuk ke dalam rumah, dan melihat sebuah kotak panjang dengan foto lelaki itu didepannya. Kemudian aku membaca surat tersebut, akupun tersadar. Ternyata ada puisi lain yang ia tulis, sebagai pesan terakhir dia di bumi ini. Lokananta dalam Tabir Delusi | 173","Hari Menyenangkan Karya: Michelle Luna Lihat! langit mendengar doaku! Sebuah mendung tanpa hujan yang menemaninya. Sungguh indah bukan!. Sshh, jangan berisik, ayah dan ibu sedang bergandeng erat di sofa!. Astaga aku tidak boleh melewatkan momen ini. Cekrek. Aaaa senangnya. Oiya, jangan sampai mereka bangun! Ayah ibu, ku taruh fotonya di atas meja ya!. Hmm, sebuah pagi yang indah tidak lengkap rasanya jika belum menyantap sop warung nyamleng. Baik, ayo kita berangkat!. \u201cAh tunggu, sial, sepatu kesayanganku bernoda, kalian tahu bukan jika noda merah susah hilang?, aduh bagaimana ini?\u201d \u201cSelamat pagi dik, kalau masalah noda, bapak sering menggunakan pembersih noda dari Toko Eglare, mungkin adik bisa membeli disana?\u201d, \u201cToko Eglare di Raya Langsep sana pak?, bukankah itu dekat Warung Nyamleng, baik terima kasih Pak!, semangat bekerja ya Pak!\u201d. Pak polisi tadi terlihat tampan sekali, baiklah mari berangkat!. Toko Eglare sepertinya baru saja buka, para pegawai kulihat masih sibuk menyapu dan bahkan pegawai itu masih sarapan dan menonton televisi. \u201cHey kalian, lihat, ada pembunuhan, katanya si anak membunuh orang tuanya, pembunuhannya terjadi di rumah Jalan Wilis! bukankah itu tidak jauh 174 | Lokananta dalam Tabir Delusi","dari sini?\u201d \u201cPermisi Pak, maaf menyela, saya ingin membeli ini.\u201d Perut ini keroncogan sekali rasanya. Tunggu-tunggu, oh, bukankah itu bapak polisi tampan? Apa? Apa ini?, ia membalut tanganku dengan besi dingin, lalu menarik ku keluar. Astaga! Banyak yang memotret ku disini. \u201cSelamat pagi semuanyaa\u2026selamat pagi lagi Pak Polisi!, apakah pembersih noda Bapak habis? kita bertemu lagi ya Pak, hihihi!, oh iya, mohon maaf pak pegawai Eglare!, saya beli lain waktu ya!\u201d. Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang sangat menyenangkan!. Lokananta dalam Tabir Delusi | 175","Ulang tahun Karya: Mila Febrianti Hari ini adalah hari ulang tahunku hari dimana biasanya orang selalu sibuk mempersiapkan acara ulang tahunku. Semua orang dirumah akan berbondong-bondong untuk menyiapkan acara ultahku. Dari kakak yang harus pergi membeli kue, mama yang sibuk memasak hingga abang dan ayahku juga sibuk mendekor. Hari ini tepat aku berumur 17, jam masih menunjukkan pukul 7.00 pagi aku bangun dari tidurku yang nyenyak. Semua orang tampak biasa dan mereka sibuk dengan kegiatan mereka masing masing. Aku bertanya kepada diriku mengapa mereka tidak mempersiapkan acara ulang tahunku? Kenapa semua orang dirumah ini tampak sedang bersedih setiap ku bertanya dan ku hampiri mereka tidak juga merespon. Aku berpikir mungkin mereka akan memberikan kejutan. Namun entah kenapa semakin siang mereka justru semakin mengabaikanku, bahkan mereka juga berpergian tanpa mengajaku. Aku kesal dengan mereka, sikap mereka tidak seperti biasanya. Aku membuntuti mereka dan bertapa terkejutnya aku ketika mereka berhenti di pemakaman dengan membawa setangkai bunga mawar dan juga kue. Awalnya aku terheran tapi setelah aku membaca namaku didalam sebuah batu nisan kecil dan akupun 176 | Lokananta dalam Tabir Delusi","tersadar bahwa hari ini adalah hari ulang tahun terkahirku dan tak lagi berada disisi mereka. Lokananta dalam Tabir Delusi | 177","Ulang Karya: Myra Ivana Sani Penghujung waktu dipenutup senja 6 Juni, semangat membara tidak enggan meluangkan waktu untuk wanitaku tercinta. Wendy, ras kulit putih, matanya yang seindah ciuman malaikat pada rembulan, suaranya menghantarkan rayuan bunga tidur, Wendy wanitaku yang cantik hanya milikku. Gaun biru sewarna pantulan laut melekat pada perpotongan tubuhnya, sexy. Kurasa Wendy pamer tulang selangka, nampak jelas terlihat sapuan serbuk emas miliki ibunya, menawan. \u201cKita akhiri saja hubungan ini, aku tidak ingin mengubah kodrat manusia ku, Mave. Maaf.\u201d lidahku kelu, hatiku seperti biasa tak pernah berdetak namun kali ini terasa nyeri, wanitaku yang sempurna, mengakhiri hubungan tak simbiosis ini. Aku hanya tersenyum sepat, namun mantan wanitaku menangis terisak, kami bingung. Waktuku tidak pernah berjalan, menua sedikit, namun bumi berputar cepat, karena itulah lebih menyenagkan jika punya awal dan juga akhir. Gerhana yang muncul esok, tidak akan punya makna penting. seperti orang bodoh yang menunggu tuannya di dalam liang kubur. Wendy, mantan wanitaku yang teristimewa, tenang saja 3 abad menunggumu kembali bukan waktu yang lama, kau pun tau itu. \u201cWendy sayangku jangan terlalu lama istirahat. Nanti bisakah 178 | Lokananta dalam Tabir Delusi","kita bertemu di malam hari? Di hari apapun itu di malam hari, ayo\u2026 kita bertemu kembali.\u201d \u2018DUAKK!\u2019 \u201cAH! Maafkan aku tuan, maaf\u2026\u201d suara itu\u2026? Aku mendenar suaranya lagi, suaranya sedikit berbeda, namun rasanya sama. Dirimu yang tak ingin aku percayai terlalu nyata untukku, \u201ckumuhon jangan pergi\u2026 lagi\u201d kataku lirih, terdengan olehnya. Manis wajahnya, pantulan rembulan subuh membantu iris mataku, telisik dari ujung kaki sampai ujung rambut. Aku kaget \u201cIni salah. Kamu kah itu?\u201d dia menatapku dengan mata yang sama, wanitaku, Wendy ku. Jantungku berpacu lebih cepat dari pada kali terkahir menemunya berabad lalu. \u201cAh! Saya Cala, anak Pak Lurah, salam kenal\u201d Pemuda dengan senyum yang damai, tulang selangka sialan itu, tidak adil inikah balasannya, Wendy? Tersenyum gentir. Saat itu aku tau, aku telah mencintaimu, yang seharusnya tak boleh aku cintai. Demi melihat lautan yang tak bisa ku lihat, Cala demi menemuimu yang tidak akan pernah aku gapai. Lokananta dalam Tabir Delusi | 179","Kecelakaan Karya : Natasya Da Costa Rao Di masa sekarang ini banyak sekali anak muda yang sangat suka balapan, ngebut-ngebutan bawa motor maupun mobil. Saya memiliki teman bernama Yuda dan Yuda memiliki sebuah teman bernama Hendra. Kami melewati hari biasa, aku bersama temanku cewek lainnya sedang berada di Champion basket. Hendra meminta kepada temanku Aldo untuk meminjam motornya dan pergi ke caf\u00e9 bersama Yuda, Ado pun menginyakan pinjaman tersebut. Motor yang digunakan adalah motor besar (moge), Hendra adalah anak yang sangat ngebut-ngebutan di jalan dan tentunya Yuda pun menyukai. Hendra menggunakan helm, sedangkan Yuda tidak. Sebelum lampu merah terdapat perempatan, bisa dikatakan perempatan itu sepi tetapi jalan menuju ke lampu merah cukup ramai. Ketika Hendra menaikan gasnya hingga 100 Km\/jam disitu adalah sebuah mobil yang ingin berbelok kearah lampu merah tersebut. Aku pun bangun dari tidurku. Aku merasa semua itu nyata sangat nyata sampai aku merasa sesak di bagian dadaku. Dan ternyata aku salah mimpi itu adalah kebenaran aku mendapatkan sebuah pesan dari temanku yang berada di Malang, sedangkan aku masih berada di NTT. Aku tak bisa berkata apapun tadi 180 | Lokananta dalam Tabir Delusi","malam aku merasa itu tidak nyata, tetapi dengan mimpi itu membuatnya sangat nyata. Aku dan teman- temanku yang jauh di Malang hanya bisa menangis dan nangis. Lokananta dalam Tabir Delusi | 181","Bukan Salahku Karya: Shammarel Anastasia Jannice S. Hari Sabtu, hari di mana sekolah tidak mengadakan pembelajaran. Pagi itu, Loly dan teman- teman janjian untuk jalan-jalan ke suatu tempat wisata. Mereka di sana begitu menikmati momen-momen kebersamaan. Mereka bermain, berfoto, makan, dan melakukan kegiatan seru lainnya. Tiba-tiba, Loly kepikiran Rey karena Rey tidak bisa ikut kumpul- kumpul bersama teman-teman. Loly berpikir mengapa Rey tidak member kabar kepada Loly. Loly pun menelepon Rey, tetapi tidak diangkat juga. Loly semakin khawatir tetapi Loly berpikir positif \u201cah paling Rey lagi sibuk ada urusan keluarga\u201d. Loly pun bergabung kembali berbain bersama teman-teman. Tak terasa hari sudah sore, mereka semua memutuskan untuk pulang. Saat di perjalan pulang, Loly kaget melihat Rey pingsan di pinggir jalan. \u201cReyyyy\u201d teriak Loly sambil menangis dan memangku kepala Rey \u201cRey bangun, Rey\u201d tetapi Rey tidak bangun juga. Tak lama kemudia tante Gina yang sedang jalan kaki menuju rumah melihat anak nya Rey yang pingsan di pinggir jalan. Tante Gina pun langsung lari menghampiri Rey dan Loly lalu marah-marah ke Loly \u201ckamu apakan anak saya? Jawab Loly!!!\u201d Loly sambil menangis \u201ctante...Aku juga gak tau Rey kenapa bisa 182 | Lokananta dalam Tabir Delusi","pingsan, tadi Aku lihat Rey udah begini di pinggir jalan\u201d. \u201cbohong kamu, kamu pasti ada niat jahat kan sama anak saya\u201d kata tante Gina sambil terus menyalahkan Loly. Tiba-tiba Loly mendapat kiriman video dari nomor yang tidak dikenal. Saat Loly melihat video itu Dia sangat terkejut, karena terlihat di dalam video itu Naura memukul kepala Rey dengan bambu sehingga Rey jatuh pingsan. Tante Gina pun melihat video itu dan meminta maaf kepala Loly \u201cMaaf ya Loly, tante udah kebawa emosi.\u201d Lokananta dalam Tabir Delusi | 183","Kukira hanya untukku Karya: Vito Timotius Kukira hanya untukku ternyata terbagi ke segala penjuru yang mengagumimu, aku bertanya pada mu apakah kurang telinga ini mendengar keluh kesahmu di setiap harinya? Kamu merasa aku yang bisa menenangkanmu lalu mengapa dia yang menenangkanmu? Apakah masih kurang waktuku yang kuberikan untukmu? Semua pertanyaan itu ada di pikiranku pada malam itu, aku hanya mencoba untuk tetap yakin bahwa kamu untukku, berselang beberapa hari kemudian kamu memberikanku sebuah pesan singkat yang menyatakan bahwa kamu sudah bahagia sekarang. Harapan yang sudah penuh namun sudah dipatahkan oleh orang lain, saat aku sedang berharap padamu malam itu mungkin kamu sedang bermalam mingguan bersamanya, ketika ku ingin membantu permasalahanmu mungkin sudah ada dia yang membantumu dan menjadi pahlawan untukmu, aku hanya berfikir kalah sebelum bertarung adalah perasaaan yang sangat menyebalkan, sekarang aku sudah bisa mengikhlaskanmu untuk pergi bersamanya yang bisa membuatmu lebih bahagia. Sekarang sudah waktunya aku memulai lagi dengan hal yang baru, memakai kembali topeng senyumku dan kusimpan kembali harapan untukmu, 184 | Lokananta dalam Tabir Delusi","meninggalkanmu menurutku adalah hal yang sangat sulit untukku, namun sekarang aku sudah berhasil melupakanmu yang kukira hanya untukku, aku hanya bisa mengucapkan selamat kau telah berhasil membahagiakannya dan ku berharap kamu juga bahagia dengan pilihanmu. Lokananta dalam Tabir Delusi | 185","IPS 2 Tanjakan Sejuta Penyesalan Karya: Andreas Widhi Prasetya Di suatu Minggu pagi yang cerah, diriku mengajak gebetanku untuk pergi ke puncak. Diiringi dengan embun pagi yang sejuk membuatku semakin yakin untuk menembak dirinya. Motor kubawa dengan santai supaya ada waktu yang lebih lama dengan dirinya. Tak di sangka ternyata dia memelukku dari belakang sambil menyenderkan kepala di pundakku. Pada akhirnya aku sudah dekat dengan pemandangan puncak. Sungguh tak sabar diriku untuk menembak pujaan hatiku itu. Akhirnya akupun memtusukan untuk melewati jalur alternatif yang dimana terdapat tanjakan yang sangat curam. Diriku memutuskan melewati jalur tersebut karena jalur utama macet dan juga untuk mempersingkat waktu. Tepat beberapa meter sebelum puncak akupun hendak menyalip truck didepanku. Namun tanpa kusadari aku terpisah dengan wanita idamanku. Aku berada di pinggir jalan dan wanita itu tepat berada di bawah kolong truk. Sungguh tepat semuanya terjadi di tanjakan itu sebelum diriku menyatakan perasaan pada wanita idamanku. 186 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Kosong dan Mati Karya: Angelica Anastasia Budi Kusuma Bertahun-tahun sudah aku menjalin cerita cinta bersama pujaan hatiku, Brian. Berkeliling kota kecilku di malam hari dengan menunggangi motor matic berlambang sayap yang ia miliki. Pergi camping hanya untuk makan masakanku sembari menonton film. Aneh bukan, menonton film tapi di ruang terbuka, hahahaha. Tidur di rumah walaupun tidurnya hanya di sofa ruang tamu dengan ditemani adik bungsuku. Ya, sesederhana itulah kebahagiaan kami waktu itu. Walaupun hanya dengan seperti itu, aku sudah sangat bersyukur bisa menjalani hari-hari dengan tenang dan bahagia. Pastinya, dengan sepengetahuan dan restu orang tuaku. Malam itu adalah malam terindah sekaligus penuh haru bagiku. Dia datang membawa kenangan yang mungkin akan menjadi awal kebahagiaanku yang sebenarnya. Saat itu, dia datang membawa buket bunga lavender favoritku. Kedatangannya tidak semata membawa kebahagiaan untukku, tetapi juga untuk kedua orang tuaku. \u201cOm, Tante, untuk beberapa bulan ke depan saya akan kembali ke kota kelahiran, karena atasan di kantor menugaskan saya untuk dinas di sana. Sekembalinya saya ke sini, mohon doanya agar saya bisa membawa Papa, Mama, serta kerabat dari Lokananta dalam Tabir Delusi | 187","keluarga kami juga\u201d, ujar Brian pada malam hari itu menyatakan keseriusannya mengenai hubungan kami. Kedua orang tuaku hanya bisa mengiyakan dan tersenyum bahagia mendengar keberanian Brian menyatakan kalimat tersebut. Mereka bak mencari jarum di tumpukan jerami, dan kini menemukannya. Keinginan mereka melihat anak tunggalnya untuk dipoles serta dibalut dengan budaya jawa, lalu diiringi dengan kembar mayang menuju ke atas singgasana pernikahan akan segera terwujud. Melihat antusias kedua orang tuaku, \u201cApakah aku bahagia?\u201d Dalam hatiku bertanya. Sebenarnya aku juga bahagia, bahkan sangat bahagia. Akan tetapi, jujur saja aku juga sangat sedih karena harus menjalin hubungan secara jarak jauh. Selain itu, aku juga mulai merasakan keraguan. Aku mengkhawatirkannya. Mengkhawatirkan ia di sana nanti. Setelah ia berpamitan dengan meninggalkan pelukan teduh nan hangat, perasaanku makin menjadi-jadi. \u201cHaruskah aku melarangnya?\u201d, pikirku saat itu. \u201cSudah gapapa, toh dia pergi juga buat kamu, kan?\u201d, ucap Mama waktu itu yang membuatku lebih tenang. Ya, karena memang selama ini hubungan kami baik-baik saja dan tidak pernah menghadapi masalah serius, sehingga aku mencoba percaya dan yakin semua akan baik-baik saja. Alhasil, mau tidak mau, aku harus mengikhlaskannya pergi untuk sementara waktu. 188 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Beberapa minggu berjalan, semua masih baik- baik saja. Kami tetap menjalin hubungan dengan intens, walaupun hanya sebatas tatap maya. Setelah menginjak bulan ketiga, semua perlahan berubah. Kalimat-kalimat sayang dan perhatian yang sering kami ungkap satu sama lain, perlahan memudar. Berkirim kabar pun juga sebatas formalitas. Akan tetapi, aku masih berusaha menaruh prasangka baik padanya. \u201cMungkin ia sedang capek dengan pekerjaannya\u201d, hanya itu kalimat yang bisa menguatkan diriku sendiri. Sekembalinya ia ke sini, ia mengajakku untuk bertemu untuk yang pertama kali, sejak perpisahan kita delapan bulan yang lalu. Alangkah senangnya hatiku saat mendengar ia telah kembali. Saat kami bertemu, ternyata semua berakhir tak seperti apa yang aku impikan. Kulihat sudah terselip cincin perak sederhana yang terlihat penuh makna pada jari manisnya. Sontak, aku hanya bisa menangis. Tak bisa aku membendung air mataku di depan orang yang selama ini aku percaya dan cintai. Semua cerita yang telah ku ukir bersamanya hanyalah palsu. Semua yang selama ini ku anggap milikku dan kebahagiaanku, bagaikan debu yang seketika tersapu. Hilang semuanya, hancur-sehancur-hancurnya. Tanpa kusadari, keraguanku malam itu malah menjadi. Jarak membuat komunikasi dan hubungan kami memburuk, hingga berujung pada pilihannya untuk berbagi hati dengan orang yang tidak aku mengerti. Bukan jarak Lokananta dalam Tabir Delusi | 189","yang salah, tapi ternyata komitmen kami yang rapuh bagai sebuah embun di atas daun. Malam itu, malam yang kuanggap sebagai puncak awal muara kebahagiaan abadiku, ternyata malah menjadi awal kehancuranku. Semenjak itu, aku membiarkannya kosong. Biar pun ruang itu sangat-sangat lebar untuk ditempati. Walau pun banyak kemauan untuk mengisi, sekali pun aku tidak peduli. Biarlah ia tetap kosong karena luka yang membusuk ini, hingga ajal menjemputku nanti. 190 | Lokananta dalam Tabir Delusi"]
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254