Mendidik dengan Setulus Hati Tasbihah S.Pd.I, dkk. Editor : Etik Fadhilah Ihsanti, M.S.I., M.Pd. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | i
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 1: Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 9: 1. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan: a. penerbitan Ciptaan; b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya; c. penerjemahan Ciptaan; d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan; e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman Ciptaan; h. Komunikasi Ciptaan; dan i. penyewaan Ciptaan. Ketentuan Pidana Pasal 113: 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah). 2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp500. 000. 000,00 (lima ratus juta rupiah). 3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegan g Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (l) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp1. 000. 000. 000,00 (satu miliar rupiah). 4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000 000,- (empat miliar rupiah). Pasal 114 Setiap Orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah). ii | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Mendidik dengan Setulus Hati MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | iii
Mendidik dengan Setulus Hati Cetakan Pertama, November 2020 Penulis : Tasbihah S.Pd.I, dkk Editor : Etik Fadhilah Ihsanti, M.S.I., M.Pd. Penyunting : Chotib, M.S.I Desain Cover : Kanaka Media Penerbit: CV. KANAKA MEDIA Surabaya, Jawa Timur Email : [email protected] IG : katalog_knk FB : Kanaka Media Telp/WA: 0895384076090 ISBN: 978-623-258-408-2 Tebal: 208 hlm; A5 Hak cipta dilindungi undang-undang. dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa seizin tertulis dari penulis dan penerbit. iv | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Pengantar Assalamu‟alaikum wr. wb. Alhamdulillahirabbil 'alamin. Wabihi nasta'inu 'ala umuridunya waddin. Washolatu wassalamu 'ala asrofil anbiya'i wal mursalin. Wa'ala alihi wa ashabihi ajma'in. Amma ba'du. Robbisrohli shadri wayassirli amri, wahlul 'uqdatan millisani yafqohu qouli. Segala puji bagi Allah SWT, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan umatnya yang senantiasa mengikuti sunnahnya. Buku antologi ini merupakan kisah perjuangan guru yang harus mendidik dengan penuh kesabaran. Karena berbagai macam sifat dan karakter anak didik selalu membawa warna tersendiri dalam menguji kesabaran. Semakin banyak jumlah anak didik yang diajar maka akan semakin banyak pula macam-macam karakter yang ada. Itulah yang menjadi tuntutan bahwa seorang guru harus mampu mendidik dengan setulus hati. Banyak kejadian yang unik dan menarik yang layak untuk ditulis dan dikisahkan. Kisah yang mampu membawa pembaca supaya bisa merasakan bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan yang tidak mudah. Karena keberhasilan peserta didik juga bukan semata-mata tugas guru saja, melainkan perlu kerja sama dan tanggung jawab dari semua pihak yang terkait. Kisah dalam buku ini adalah kisah dari sebagian guru yang merasakan manis getirnya menghadapi peserta didik. Semua disajikan dengan apik dan menarik, MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | v
sesuai dengan rangkaian kata dan gaya bahasa masing-masing penulis. Harapan kami sebagai penulis, semoga karya ini akan memberikan banyak manfaat. Sebuah karya memang belum tentu sempurna, dan kami menyadari itu semua karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Namun semangat inilah yang menjadikan kami sebagai manusia pembelajar, berusaha terus menerus hingga akhir hayat. Saya mewakili penulis lainnya mengharapkan semoga sumbangsih karya penulisan buku ini menjadi ladang ibadah yang terus mengalir sepanjang zaman. Mohon kritik dan saran dari para pembaca yang budiman, kami penulis menyadari bahwa dalam buku ini banyak kata-kata yang kurang pas, baik penulisan ejaan maupun rangkaian katanya. Terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung proses penerbitan buku dari awal sampai akhir. Semoga Komunitas Belajar Mennulis ini menjadikan kita percaya bahwa menulis itu siapa saja bisa melakukan selama masih ada kemauan. Salam literasi. Wassalamu‟alaikum wr. wb. Purworejo, November 2020 An. Komunitas Belajar Menulis Etik Fadhilah Ihsanti, M.S.I., M.Pd. vi | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Daftar Isi Pengantar Bagian Satu Allah Lebih Sayang Shovi Tasbihah......................................................................... 1 Bagian Dua Kisah Anak Didik Spesial Anna Tri Rusmiati ........................................................ 20 Bagian Tiga Muridku ke Tanah Suci Etik Fadhilah Ihsanti .................................................... 39 Bagian Empat Penulis Hatiku Irma Mulyanti ............................................................... 58 Bagian Lima Anak Bermata Bulat Nisfa Azizah Idrus ....................................................... 66 Bagian Enam Kebersamaan Itu Indah Suhelli............................................................................. 79 Bagian Tujuh Raffi Murid Istimewaku Dwi Winarti................................................................... 100 Bagian Delapan Romantika Di Sekolah Nur Fajriyah .................................................................. 111 Bagian Sembilan Guru-Guru Kecilku Umi Martuti................................................................... 126 Bagian Sepuluh Mutiara Goresan Canting MIN 2 Kulon Progo Sri Handani Widiyaningrum ...................................... 139 Bagian Sebelas Anak-Anak Istimewaku Nurul Dwi Astuti.......................................................... 151 Bagian Dua Belas Generasi-Generasi Emas Heni Wijayanti .............................................................. 168 Bagian Tiga Belas Selamat Ulang Tahun Sukiya............................................................................. 178 MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | vii
viii | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Bagian Satu Allah Lebih Sayang Shovi Tasbihah Namanya Shovi, lengkapnya As Shovi Salsabila gadis kecil berkulit putih yang selalu ceria. Wajahnya selalu berseri-seri, ia anak sulung dari pasangan suami istri yang sederhana. Ibunya seorang guru taman kanak-kanak, ayahnya berwiraswasta membuka toko kelontong di depan rumahnya. Seperti anak-anak lain, kelahiran Shovi begitu membuat bahagia kedua orang tuanya, senyum manisnya niscaya embun kesejukan di pagi hari. Menjadi obat dikala lelah melanda. Berusaha mencukupi seluruh kebutuhan Shovi adalah cita-cita ayah dan ibunya, mulai dari kebutuhan pakaiannya, makanannya pun pendidikannya. Ketika usianya 5 tahun, Shovi masuk sekolah pertamanya yaitu TK Ya BAKII Kesugihan Cilacap, hari-harinya di TK berlalu dengan indah, masa-masa kanak-kanak ia lewati bersama teman-teman sebayanya dengan bermain dan penuh keceriaan. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 1
Tahun 2014 aku menjadi wali kelas dua di MI, salah satu muridku adalah Shovi. Pertama melihatnya masuk kelasku aku bergumam dalam hati bahwa Shovi anak yang ramah dan baik pada siapa saja. Teman di kelasnya terlihat suka jika bergaul dengan Shovi, bagaimana tidak? jika ada teman yang butuh pertolongan, Shovi tak segan membantunya. Suatu ketika saat aku sedang kerepotan dengan pekerjaan di kelasku yaitu mengatur tempat duduk murid. Karena setiap dua minggu aku mengatur ulang posisi tempat duduk agar para murid tidak bosan dengan adanya suasana belajar yang baru. Saat itu jam pelajaran telah usai, murid lain telah berlarian keluar kelas, pulang ke rumah masing-masing. Tinggal regu 2 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
piket yang belum pulang. Ada empat anak yang bertugas, termasuk Shovi. Dengan cekatan Shovi membantu mengangkat dan memindahkan kursi dan mengajak temannya untuk ikut membantu memindahkan meja yang terasa berat baginya. Sesekali ia menyeka keringat yang keluar di dahinya, kulit wajahnya memerah tapi ia dan teman- teman tetap ceria. Tangan mungilnya terus bekerja membantu sampai pekerjaan itu selesai, aku senang melihatnya. Aku hanya mengarahkan sambil ikut memindahkan kursi atau meja. Setelah selesai ia dan teman-temannya berpamitan pulang dengan bersalaman denganku, kuucapkan terima kasih pada mereka. Aku berniat memberikan mereka sekadar uang jajan, namun Shovi kecil menolaknya. Kami ikhlas, begitu ia menjawab. Saat Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) telah tiba, Shovi mengerjakan setiap soal sebisanya dan semam- punya. Setelah koreksi selesai, hasilnya kubagikan pada murid-muridku. Ada yang sangat senang karena nilai- nya tinggi, ada yang terlihat murung, termasuk Shovi. Shovi memang bukan bintang kelas, nilai-nilai akademiknya bukan yang tertinggi, tapi juga bukan yang terendah. Biasa saja. Aku berusaha menjelaskan pada semua murid di kelasku bahwa nilai bukanlah segalanya. Yang terpen- MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 3
ting adalah usaha dan perjuangannya dalam belajar setiap hari, memahami penjelasan guru di kelas dan akhlaqnya. Yang mendapat nilai tinggi hendaklah bersyukur dan tetap rendah hati dan sebaliknya yang nilainya masih belum tinggi tidak boleh merasa rendah diri harus tetap semangat belajar lebih rajin lagi. Setiap dua tahun sekali, di Kabupaten Cilacap mempunyai agenda AKSIOMA (Ajang Kompetisi Seni dan Olahraga Madrasah). AKSIOMA tingkat kabupaten adalah hasil seleksi di tingkat kecamatan. Seluruhnya berjumlah 17 Kecamatan, adapun tempatnya bergilir sesuai kesepakatan panitia. Pada tahap seleksi kecamatan ini, setiap sekolah akan berlomba mengirimkan duta terbaiknya untuk 4 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
mengikuti perlombaan cabang olah raga yang meliputi: atletik, sepak bola, bulu tangkis, tenis meja dan catur. Sedangkan untuk cabang seni adalah lomba pidato (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa), Tahfidz Juz Amma, Hadroh, Tartil dan Tilawah. Untuk mencari yang terbaik, di sekolahku juga dibentuk team khusus untuk mencari bibit-bibit terbaik yang akan diajukan berlomba. Aku termasuk salah satu dari team itu. Aku dan teman-teman guru dalam team berbagi tugas untuk mengkoordinir setiap cabang lomba dan aku mendapat tugas di bidang pidato Bahasa Indonesia. Tugasku adalah membuat naskah pidato, menyeleksi anak yang akan maju berpidato Bahasa Indonesiaa untuk kemudian melatihnya. Syarat peserta lomba adalah murid kelas III, IV dan V. Sementara kelas VI sudah tidak boleh mengikutinya agar lebih fokus pada pelajaran dan ujian nasional. Saat itu setiap tingkat ada tiga rombongan belajar (kelas A, B dan C) jadi aku harus memilih satu anak putra dan satu putri diantara sembilan kelas itu. Agar lebih mudah aku meminta bantuan wali kelas IV dan V agar memilih tiga siswa terbaik di kelas mereka. Siang itu usai KBM, seluruh siswa terbaik di kelas IVA, IVB, IVC, VA, VB dan VC aku kumpulkan. Di salah satu ruang kelas aku memberi pengarahan tentang akan adanya seleksi lomba pidato Bahasa Indonesia. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 5
Setiap anak aku beri naskah pidato untuk dipelajari di rumah serta di hafalkan, aku memberi waktu tiga hari. Tiga hari kemudian aku kumpulkan mereka kembali, aku ingin mendengar hafalan naskah pidato mereka satu persatu. lalu aku menyimak hafalan dengan seksama, memang sih baru sebatas hafalan kata dan nada, tapi aku bisa meraba anak-anak yang memilik bakat untuk naik panggung berpidato. Dari 30 anak, aku memilih 3 anak putera dan 3 anak puteri, salah satu dari mereka itu adalah Shovi. Pada ke enam anak itu aku lebih menekankan bahwa mereka harus siap berkompetisi, karena sekolah harus memilih dua anak saja yang akan maju berlomba. Kuberi waktu 3 hari lagi untuk mereka bisa mempelajari naskah pidato dengan lebih baik lagi. Tak hanya pada anak-anak namun aku juga menghubungi orang tua mereka melalui WhatsApp dengan tujuan agar orang tua juga bekerjasama mendukung anak-anak mereka. Setelah tiga hari aku menyimak bagaimana mereka membacakan pidato dan berimprovisasi. Ada yang sudah mulai lancar, hafal tetapi penghayatanya masih kurang, ada juga yang pandai menghayati isi pidato akan tetapi masih kurang lancar hafalannya. Aku mencoba memberi arahan sesuai pengetahuan yang kumiliki. Aku pun membuat jadwal latihan di luar jam sekolah yaitu jam tiga sore. Aku ingin mereka lebih intens dan lebih konsentrasi berlatih, karena ketika 6 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
badan lelah itu akan mempengaruhi penampilan mereka . Sebelum jam tiga sore aku telah siap menanti anak- anak hebat ini di sekolah, satu persatu mereka datang. Ada yang diantar oleh orang tuanya ada juga yang datang sendiri mengendarai sepedanya. Shovi termasuk anak yang diantar oleh ibunya, ibunya ikut menyaksikan putrinya berlatih. Ibunya memang sangat mendukung dan sangat senang saat tahu Shovi masuk babak enam besar. Aku sempat melihat air mata haru di mata ibunya saat melihat Shovi membacakan pidato dengan penuh percaya diri. Orang tua mana saja pasti merasa bangga dan tersentuh saat buah hatinya menampilkan apa yang tidak semua anak bisa melakukannya. Satu persatu mereka berlatih dan berulang-ulang. Menurutku mereka semua bagus, aku sampai merasa kesulitan untuk memilih dua diantara mereka. Sehingga aku dan teman guru berinisiatif untuk melakukan vooting. Yang melakukan vooting bukan dari guru tapi seluruh siswa di sekolah. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 7
Hari itu hari Sabtu, aku meminta waktu pada bapak kepala sekolah untuk menampilkan keenam calon peserta lomba di hadapan semua siswa. Bapak kepala sekolah memberi waktu pagi jam 08.00 WIB. Siswa dari kelas I sampai VI yang berjumlah 456 siswa berkumpul di halaman sekolah, aku yang meng-handle acara tersebut. Setelah kata-kata pembukaan aku memanggil satu persatu peserta selesksi lomba pidato untuk menyampaikan pidatonya. Dengan tepukan tangan meriah setiap kali peserta seleksi selesai menampilkan penampilan terbaiknya, tidak hanya pidato bahasa Indonesia, tetapi juga Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Siswa kelas III, IV, V dan VI kemudian menerima selembar kertas yang dibagikan oleh teman guru, mereka menulis nama peserta yang menurut mereka paling bagus penampilannya. Setelah itu kertasnya 8 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
dikumpulkan dan dihitung perolehan suaranya satu persatu. Ternyata Shovi ada di urutan kedua, itu artinya dia tidak lolos untuk maju mewakili sekolah pada seleksi AKSIOMA tingkat kecamatan. Keesokan harinya para peserta aku kumpulkan untuk mengumumkan siapa saja yang lolos seleksi, ini adalah hal terberat bagiku. Aku tahu sekali perjuangan mereka, dari mulai menghafal alenia demi alenia, mengatur mimik wajahnya, mengatur tinggi rendah nada suaranya dan menata mentalnya saat tampil di depan teman-temannya. Meski teramat berat tapi aku harus menunaikan tugas, akhirnya aku umumkan dua orang yang berhak maju seleksi tingkat kecamatan. Namanya Azmi dan Amel. Shovi termasuk yang tidak bisa maju untuk berlomba. Satu jam usai pengumuman pemenang seleksi, Shovi menemuiku dan menangis. Air matanya deras. Aku tahu dan paham sekali, itu air mata kekecewaan. Aku memeluknya dengan terdiam. Aku membiarkan dia menangis meluapkan emosi dan perasaannya melalui airmatanya. Cukup lama, setelah tangis Shovi mereda dan lebih tenang, nafasnya kembali teratur barulah aku berkata padanya. Aku meminta maaf, mengungkapkan bahwa aku memahami perasaannya dan sangat mengagumi kegigihan, perjuangan dan penampilan pidatonya. Kami mengobrol cukup lama, aku yakinkan dia, bahwa Shovi itu hebat dan ini yang terbaik menurut Allah SWT dan pasti di lain MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 9
kesempatan dia akan bisa membuat kedua orang tuanya bangga pada Shovi. Sampai di rumah, aku termenung memikirkan Shovi, aku telah membuat hatinya terluka dan kecewa. Aku ingin sedikit bisa mengobati rasa kecewanya. Lalu aku berfikir akan memberinya kado spesial yang mungkin bisa membuat dia tersenyum. Aku mengambil ponselku karena ingat aku mengambil gambar saat semua peserta mempraktikkan pidato di hadapan teman-teman kelas I sampai VI. Rasanya aku sudah punya ide kado apa yang akan aku berikan untuk Shovi. Keesokan harinya aku pergi ke studio foto lalu mencetak foto Shovi dan membelikannya sebuah pigura foto yang menurutku cantik. Sesampainya di rumah akupun membungkusnya dengan rapi tak lupa aku 10 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
memberikan sepucuk surat untuk Shovi. Keesokan harinya saat di sekolah aku memberikan kado tersebut pada Shovi, dia terlihat senang sekali, wajahnya berbinar cerah. Aku berharap kado tersebut bisa sedikit mengobati rasa kecewa di hatinya. Dua tahun setelah kejadian itu, Shovi duduk di kelas VI dengan wali kelas guru lain karena aku masih menjadi wali kelas IV. Di sekolah kami khusus untuk kelas VI ada jam tambahan belajar, kami menyebutnya dengan les. Dalam hal ini bapak kepala sekolah berbagi tugas, aku mendapat tugas memberikan tambahan jam pelajaran Bahasa Indonesia. Seminggu sekali aku pun bertemu dan mengajar Shovi serta teman-temannya lagi. Saat kelulusan telah tiba. Shovi dan teman- temannya pun lulus. Terkadang aku bertemu dengan Shovi dijalan atau di mana saja. Dia selalu tersenyum dan menyapaku dengan ramah masih sama seperti saat bersekolah di MI dulu. Suatu ketika aku bertemu dengan ibunya di tempat fotocopi. Kami mengobrol sebentar dari obrolan tersebut aku tahu bahwa Shovi melanjutkan di SMP Negeri. Selain itu Shovi juga melanjutkan di pesantren yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Ibunya berkata Shovi yang meminta sendiri untuk tinggal di pondok pesantren. Alasannya biar bertambah alim ilmu agamanya dan lebih mandiri, ibunya bercerita itu sambil berkaca-kaca, mungkin karena rindu pada puterinya. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 11
Dua tahun lebih aku tidak bertemu langsung dengan Shovi, tapi sesekali waktu kami mengobrol lewat sosial media Facebook. Kadang aku mengomentari status atau foto-fotonya. Shovi sudah bertambah besar, ia tumbuh menjadi gadis yang cantik dan sholihah, hal itu aku lihat dari statusnya yang tidak pernah lepas jilbab. Juga unggahan kegiatan-kegiatan positif yang ia ikuti baik di sekolah maupun di pondok pesantren. Shovi termasuk anak yang aktif di sekolahnya, dia mengikuti kegiatan ektra kurikuler PMR (Palang Merah Remaja), pramuka dan juga Marching Band. Jiwanya yang periang dan ramah menjadikannya memiliki banyak teman baik di sekolah maupun di pesantren. Shovi mengaji dan belajar menjadi santri di Pondok Pesantren APIK (Asrama Pelajar Islam Kesugihan). Tahun pertama di pondok pesantren dia khatam hafalan Al Quran juz 30 atau Juz Amma dan mengkhatamkan kitab Nahwu Jurumiyah. Pertengahan Februari 2019, aku mendengar kabar bahwa Shovi sakit, sakitnya apa aku belum tahu. Kemudian salah satu teman guru yang bercerita bahwa Shovi sakit DB (Demam Berdarah). Ia di rawat di klinik tak jauh dari rumahya. Aku sedih mendengarnya aku hanya mengucap lirih. “Ya Allah, hatiku tulus berdoa semoga Allah SWT mengangkat penyakitnya.” 12 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Seminggu kemudian aku mendengar kabar lagi bahwa Shovi sudah tidak dirawat di klinik, akan tetapi di Rumah Sakit Islam Fatimah di Kabupaten Cilacap. Aku mencari tahu kabarnya melalui temanku yang masih saudara dekat dengan Shovi. Ia bercerita bahwa kondisi Shovi belum mengalami perbaikan sehingga harus dirujuk ke RS yang lebih besar, yaitu di Rumah Sakit Pertamina Cilacap. Di RS Pertamina diagnosa masih DB. Shovi opname 9 hari dan mendapat transfusi 20 kantong darah merah dan 5 darah putih. Sesekali Shovi mengalami mimisan (keluar darah dari hidung yang cukup banyak). Lalu Shovi dinyatakan sembuh, tapi anehnya trombositnya tetap rendah. Akhirnya diberi rujukan ke RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang lebih lengkap peralatannya supaya terdeteksi penyakitnya. Di RSUP Dr. Sardjito dokter menyarankan agar Shovi diambil sampel darahnya untuk dibawa ke laboratorium. Hasil diagnosa dokter, Shovi terkena penyakit Anemia Aplastis (Jenis anemia yang terjadi ketika tubuh berhenti memproduksi sel darah merah, sel darah putih atau trombosit). Penyakit langka yang bisa menyerang tiba-tiba. Seharusnya Shovi tetap dirawat untuk menjalani kemoterapi secara rutin. Tetapi saat itu Shovi belum memiliki kartu BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Sehingga menjadikan pihak keluarga khususnya kedua orang tua Shovi kesulitan dalam biaya. Alhamdulillah mereka memiliki MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 13
sanak saudara dekat yang mau memberikan uluran dana untuk pengobatan Shovi. Akhirnya kedua orang tuanya meminta agar Shovi dibawa pulang terlebih dahulu untuk mengurus BPJS. Karena kalau masuk pengobatan kemoterapi dari awal tidak memakai BPJS, maka sampai akhir pun harus tetap dengan biaya pribadi. Dan hal itu pastinya berat bagi keluarga. Dengan pertimbangan seperti itu, akhirnya Shovi diijinkan dibawa pulang beserta keluarga ke Cilacap. Setelah 5 hari di rawat dan menghabiskan 12 kantong darah merah akhirnya Shovi dibawa pulang. Namun dengan kondisi hidung yang disumbat kain kasa gulung yang panjang dengan tujuan menyumbat muncratnya darah dari hidung. Dokter berpesan agar berhati-hati jangan sampai keluar darah dalam waktu 5 hari. Tapi apa yang terjadi, saat Shovi di rumah darah kembali muncrat keluar dari hidung Shovi sebelum lima hari. Kemudian Shovi segera dilarikan ke RSI Fatimah Cilacap. Di RS Fatimah Shovi harus mendapat transfusi darah merah dan darah putih segera, karena HB Shovi turun drastis. Wajahnya pucat, lemas tak berdaya, transfusinya harus darah segar tidak boleh darah yang sudah ditimbun untuk persediaan di PMI. Tapi prosesnya lama, darah yang dibutuhkan tidak segera datang sementara kondisi Shovi semakin drop. 14 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Pagi harinya, Bulik menunggui Shovi, wajah Shovi pucat, mulutnya kering. Lalu Buliknya menawarinya minum, hanya seteguk air putih memakai sedotan, ternyata itu berakibat fatal. Beberapa detik kemudian Shovi mimisan tidak hanya dari hidung, tetapi juga dari mulutnya keluar banyak sekali darah hitam kotor dan kental. Tangan Shovi sempat masuk ke mulutnya sendiri untuk mengambil gumpalan darah yang mengganjal di tenggorokannya. Darah itu sangat banyak sampai satu baskom. Semua orang yang menyaksikan di kamar rawat itu menangis melihatnya, terutama ayahnya menangis sambil berterik memanggil nama Shovi. Setelah kejadian itu, Shovi semakin lemas dan mengerang “Ya Allah..Ya Allah.....” Selama di RSI Fatimah Shovi mendapat tranfusi 15 kantong darah merah dan 7 kantong darah putih. Sementara itu ibu Shovi sedang mondar mandir mengurus BPJS. Memohon ke puskesmas untuk segera dimudahkan BPJS supaya Shovi bisa segera berobat dan kemo terapi ke RSUP Dr Sardjito. Lalu ke kantor BPJS, tapi semua menunggu proses sekitar satu lima hari untuk aktivasi BPJS. Setelah kartu BPJS telah dapat digunakan, tgl 8 Maret 2019 langsung dirawat intensif di RSUP Dr. Sardjito dan menjalani kemoterapi rutin seminggu sekali. Bapak kepala sekolah mengajak semua guru termasuk aku, untuk melantunkan doa untuk Shovi. Kami berdoa bersama dengan membacakan surat Al MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 15
Fatihah dan juga shalawat. Kami berdoa dengan penuh harapan, semoga Allah memberikan yang terbaik untuk ananda Shovi. Apapun itu. Hari itu tanggal 18 Maret 2020, aku mendengar kabar bahwa Shovi telah menghembuskan nafas terakhir, kembali pada Allah SWT pada usia yang sangat belia, 15 tahun. Aku sontak merasa terkejut, degup jantung lebih kencang, kesedihan itu tiba-tiba muncul dengan cepat. Pada akhirnya air mata jadi muaranya, aku berbisik lirih...Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun. Inilah takdir Allah SWT, orang tua dan keluarganya telah berusaha sekuat tenaga. Mengusahakan berbagai upaya baik harta atau materi yang tak terhitung nilainya. Untaian doa tiada putusnya untuk kesembuhan Shovi buah hatinya, namun ternyata Allah SWT berkehendak Shovi kembali padaNya. Semua memang mencintai Shovi tapi Allah SWT lebih mencintai Shovi dan memanggil untuk kembali kepadaNya. Semua milik Allah dan hanya kepadaNya semua akan kembali. Bagi orang tuanya terutama sang ibu pastilah merasa sangat berat kehilangan putrinya. Bagaimana tidak? anak yang pertama, dengan proses mengandung selama sembilan bulan dengan penuh kepayahan, dilahirkan bertaruh nyawa, dibesarkan sepenuh cinta, 16 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
kini titipan itu telah diambil kembali oleh sang penitipnya, Allah Azza Wajalla. Shovi.... Kembalilah dengan tenang Pada sang Pencipta, pemilik sejatimu Engkau gadis kecil yang cantik lagi baik Hatimu tulus, tutur katamu halus Shovi... Wajahmu berbinar ceria Engkau pergi di usia belia tanpa dosa Engkau tiada saat engkau mencari ilmuNya Tapi tidak... engkau tidak tiada Engkau hanya berpindah ke tempat yang lebih mulia Shovi... Kini kau tidak merasa sakit lagi Engkau pasti sedang tersenyum bahagia Doa tulus kami tiada henti Semoga engkau lebih bahagia bersamaNya ““Selamat Jalan Shovi” Dari yang menyayangimu Bu guru MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 17
Biografi Penulis Tasbihah, S.Pd.I, dilahirkan di Cilacap pada tanggal 3 Maret 1981. Dia anak ke enam dari tujuh bersaudara, ayahnya bernama Asyhar ibunya bernama Chadiroh. Sejak usia tiga tahun, ayahnya telah meninggal dunia.dia dibesarkan oleh ibunya dan pendidikannya dibantu oleh kakak-kakaknya. Menikah pada tahun 2005 dengan seorang pria bernama Miftakhul Ulum dan dikaruniai tiga orang anak yang diberi nama Muhammad Fakhri (15 Tahun), Itsna Kamilatuz Zain (12 Tahun ) dan Zidna Hikmatus Syafira (7 Tahun). Tahun 2020 ini menjadi kontributor pada buku antalogi : Kasih Sayang Allah dan Sepenggal Kisah Perjalanan Guru. Menjadi penulis besar adalah cita- citanya. Agar lebih banyak manfaat yang di berikan pada orang lain sekarang dan selamanya 18 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Prestasi yang pernah diraih adalah juara satu guru mendongeng tingkat kecamatan Kesugihan pada tahun 2008, Juara Harapan satu guru inovasi pada KOMADU ( Kompetisi Madrasah Terpadu ) tahun 2016 dan juara satu lomba guru INKRESI ( Inovatif, Kreatif dan Berprestasi). Motto nya adalah Semangat Ceria Cemerlang. INNAMA‟AL „USRI YUSRO, Sesungguhnya di setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan. Man Jadda Wajada , Siapa yang bersungguh-sungguh pasti bisa. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 19
Bagian Dua Kisah Anak Didik Spesial Anna Tri Rusmiati Kota Malang pada tahun ini memilki 30 SMP Negeri dan 2 MTs Negeri yang tersebar di berbagai kecamatan, juga memiliki hampir 80 SMP Swasta dan banyak MTs Swasta. Dari sekian banyak sekolah swasta setingkat SMP tersebut, ada sebuah sekolah dalam naungan yayasan yang sudah sangat lama berdiri yaitu setelah Indonesia merdeka tepatnya 1 Juni 1946. Sekolah ini terletak di tengah Kota Malang dengan lokasi yang sangat strategis, berbasis sekolah umum. Dari semua pemeluk agama ada di sekolah ini, masyarakat menyebutnya sekolah yang melayani semua agama. Sekolah ini tidak terlalu besar, karena lahannya juga untuk lembaga lain yang ada dalam satu yayasan. Jumlah rombelnya sangat terbatas, karena ruang kelas yang tersedia juga terbatas. Di sekolah inilah awal kisah peserta didik yang “spesial” berada, bersekolah, mengembangkan karakter dan prestasinya. Sekolah ini memang di dalamnya banyak sekali keunikan-keunikan, keistimewaan-keistimewaan. Hal ini terjadi karena penyebabnya antara lain adalah sebagian besar peserta didik berasal dari kalangan keluarga yang sosial 20 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
ekonomi dan pendidikan menengah ke bawah. Kurang sadarnya akan arti penting pendidikan (karena anak-anaknya masih kecil sudah harus bekerja, bahkan yang wanita sudah dinikahkan muda), keluarga yang bermasalah (tidak harmonis hubungan dalam keluarga), anak yang broken home (tidak betah tinggal di rumah, karena dirumah banyak masalah. Sehingga anak cenderung keluar dari rumah bahkan jarang pulang ke rumah, anak kurang perhatian orang tua dan keluarganya (karena orang tua dan kelurganya sibuk bekerja untuk menyokong hidup hariannya). Perpisahan orang tua, tidak tinggal bersama orang tua (anak tinggal bersama saudara/nenek yang kurang harmonis juga komunikasinya atau bahkan tinggal bersama orang lain yang iba akan kehidupan anak tersebut dengan niat ingin membantu, menolong, menyelamatkan masa depan anak tersebut). Semangat belajar dan sekolah yang sangat rendah (ini hampir semua peserta didik dengan latar belakang bermasalah pasti motivasi untuk belajar sangat rendah bahkan tidak ada semangat sama sekali untuk belajar). Banyak peserta didik pindahan/mutasi dari sekolah lain yang permasalahan orang tua sudah angkat tangan akan kasus anaknya dan bahkan hampir semua sekolah tidak bersedia menerima anak ini karena akan menjadi “racun” dan “ulat” disekolahnya. Lingkungan masyarakat kumuh dan kurang berpendidikan (kesehatan fisik dan psikis anak yang dipertaruhkan, orang tua/keluarga sangat susah untuk dihadirkan ke sekolah jika diperlukan klarifikasi atas perkembangan putra-putrinya). Peserta didik dalam MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 21
keseharian di lingkungannya berteman dengan anak yang tidak sekolah bahkan dalam keseharian mereka ada yang ngamen, jadi tukang parkir, ada juga yang berteman dan berkelompok dengan para preman, anak pank dan sejenisnya dan masih banyak lagi. Sehingga dengan latar belakang permasalahan tersebut menjadikan bentuk layanan sekolah ini luar biasa untuk dapat menjadian peserta didik berkarakter dan berprestasi. Keunikan peserta didik di sekolah ini beragam. Salah satu keunikan yang pertama dan menjadi special adalah adanya peserta didik yang perlu penanganan khusus, anak berkebutuhan khusus (ABK). Karena sebagai sekolah yang melayani program inklusi, meski tidak memiliki guru yang memiliki latar belakang khusus dalam membina, mendidik dan mengembangkan potensi anak berkebutuhan khusus, maka dengan berbagai upaya tanpa membedakan dengan peserta didik reguler mereka dapat berbaur, belajar bersama, bersosialisasi dengan teman-temannya. Bahkan dengan ketelatenan guru dan semua warga sekolah, mereka juga dapat memperoleh prestasi juara diberbagai cabang perlombaan. Kurikulum belajarnya, evaluasi penilaian peserta didik dan penugasannya mengadopsi dari kurikulum pemerintah yang disederhanakan. Tujuannya agar dapat lebih mudah memahamkan materi pelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang mayoritas katagori siswa terlambat belajar, dan ada juga yang tuna rungu dan berkursi roda. Bukan hal yang mudah untuk dapat mencapai itu 22 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
semua, banyak hambatan, kendala, bahkan tantangan. Dari dalam sekolah sendiri, guru dan siswa regular, mereka keberatan dengan keberadaan siswa berkebutuhan khusus di kelasnya. Bagi guru agak kesulitan menjelaskan materi pelajarannya, bagi siswa regular merasa direpoti dengan adanya ABK dan masih banyak alasan lagi. Tidak mudah untuk menyamakan persepsi dan memahamkan bagaimana mengkondisikan pembelajaran kelas regular yang didalamnya terdapat 3 sampai 4 peserta didik inklusi. Yang terberat adalah dari masyarakat dan orang tua peserta didik regular yang sebagian besar tidak setuju dan keberatan anaknya berteman bahkan bersekolah dengan anak berkebutuhan khusus. Namun dengan berbagai upaya sekolah yang mengemban amanah dari orang tua dan masyarakat, sekolah terus berusaha untuk memahamkan bahwa mereka butuh berteman, mereka memiliki hak yang sama seperti yang lain untuk bersosialisasi. Yang terpenting bahwa Tuhan tidak pernah gagal menciptakan umatNya, mereka seperti itu bukan lah keinginannya, bukan harapan anak dan orang tuanya. Jika anak boleh memilih kehidupannya, pastinya yang sempurna baik secara fisik dan batinnya. Sehingga mari kita samakan persepsi bahwa kita berkewajiban untuk membentuk kehidupan yang lebih baik bagi mereka yang perlu pendampingan khusus, dan dapat memberikan harapan berkehidupan yang layak di masa depannya. Jangan pernah memandang sebelah mata kepada mereka yang berkebutuhan khusus, mereka tidak ingin dikasiani, tetapi ingin dihargai keberadaannya di dunia ini. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 23
Jangan pernah membeda-bedakan atau membanding-banding mereka dengan anak kita yang sempurna secara fisik dan kemampuan lainnya. Biarlah mereka bersosialisasi, berteman dengan siapapun dan berkegiatan selayaknya kehidupan yang dapat mereka jalani sebatas kemampuannya. Dengan pemahaman seperti ini akan mengantarkan mereka dalam tumbuh kembangnya untuk mencapai keinginan dan cita-cita luhur dari peserta didik berkebutuhan khusus. Tentunya harus mendapat dukungan penuh dari pihak keluarga, lingkungan masyarakat sekitar dan lingkungan sekolahnya. Peserta didik inklusi tidak harus bersekolah di sekolah khusus. Mereka dapat bersekolah di sekolah regular. Bahkan alumni/lulusan peserta didik inklusi dari sekolah ini hampir 95% melanjutkan dan diterima di sekolah negeri, baik SMA maupun SMK Negeri. Sedangkan yang 5% di sekolah swasta yang memang dituju oleh peserta didik maupun orang tuanya karena terkait dengan jurusan yang diinginkannya yang ada di SMK. Hal ini menjadikan harapan besar bagi orang tua yang memiliki putra berkebutuhan khusus agar tidak didiskriminasikan di lingkungan masyarakat. Harus bangga karena putranya sekarang ini dapat bersekolah, bersosialisasi dengan siswa reguler. Di Kota Malang sekolah negeri pun sudah diwajibkan untuk menerima peserta didik inklusi dengan jumlah sesuai dengan keterbatasan dan kemampuan sekolah masing-masing dalam melayani peserta didik berkebutuhan khusus. Dari sinilah, tercetak peserta didik- peserta didik inklusi menjadi special dimata masyarakat dan dunia pendidikan di Kota Malang. 24 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Keunikan yang kedua adalah adanya satu kisah yang bermula dari adanya seorang peserta didik spesial. Dikatakan spesial karena dia memang unik dan menarik untuk ditelusuri kisah perjalanan hidupnya, yang agak berbeda dengan teman- temannya. Dalam pengamatan keseharian oleh bapak dan ibu guru di lingkungan sekolah dan perkembangannya dalam mengikuti pelajaran di kelasnya, ditemukan hal yang cukup unik dibanding dengan yang lainnya. Keunikannya lebih mengarah ke arah hal-hal yang negatif. Dia tertinggal jauh dari semua mata pelajaran yang ada yaitu sekitar 12 mata pelajaran, Tetapi peserta didik ini sangat rajin ke sekolah jarang ijin/tidak masuk kecuali sakit, rajin mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah karena sebagai anggota OSIS. Tidak pernah absen mengikuti remedial ulangan harian semua mata pelajaran, baik pada penilaian tengah semester maupun akhir semester. Disamping itu dia juga anak yang gigih, tekun, ulet, dewasa dalam bersikap dan bertutur kata, semangatnya dia tunjukkan ketika mengikuti pelajaran. Namun sulit/susah untuk mudah mengerti dengan materi yang diberikan oleh guru mata pelajarannya. Sering melamun dengan tatapan/pandangan, pikiran yang kosong, yang berakibat menjadi sering di buli teman-temannya karena tertinggal jauh dari temannya. Peserta didik ini secara sepintas tidak termasuk siswa berkebutuhan khusus, sehingga pihak sekolah tetap memberikan layanan yang terbaik seperti siswa regular. Berbagai upaya guru dilakukan untuk dapat meningkatkan pemahanan terhadap materi pelajaran yang di berikan. Baik MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 25
dengan pemanggilan oleh guru mapel untuk menindaklanjuti materi pelajaran yang tertinggal, motivasi oleh wali kelas dan guru BP/BK, dan masih banyak lagi upaya agar tidak tertinggal perlajarannya. Pihak sekolah juga berusaha dengan berbagai upaya untuk membantu peserta didik ini, salah satunya dengan menelusuri jejak kehidupan di keluarganya. Al hasil ditemukan fakta yang sangat mengejutkan dan mengharukan. Anak ini ternyata anak piatu, ditinggal mati ibunya sejak dia masih kelas III SD dulu. Setelah adiknya baru lahir, ibunya meninggal dunia, ayahnya seorang tukang kebun di salah satu sekolah setingkat SMP di Kota Malang, dan punya seorang adik masih kelas IV SD sekarang. Dari sinilah terkuak berbagai informasi yang menjadikan anak ini mengalami permasalahan yang ada. Ternyata anak ini tidak dapat fokus berfikir tentang kegiatan bahkan pelajaran di sekolah, karena yang dipikirkan tidak di sekolah saja. Dalam keseharian, anak ini melakukan pekerjaan dan kegiatan yang luar biasa yang sebenarnya belum waktunya. Mulai mengurus kegiatan dapur, menyiapkan makanan untuk keluarga, belanja, membersihkan rumah, bahkan harus mendampingi adiknya dalam persiapan sekolahnya. Hal ini dia lakukan karena ayahnya mulai pagi harus sudah berada di tempat kerja yang tidak dapat ditawar lagi. Karena sebagai tukang kebun yang sekaligus sebagai tenaga kebersihan yang harus datang lebih awal untuk membersihkan tempat kerjanya sebelum guru dan karyawan lain datang. Dan yang menjadi beban berat adalah sering tidak ada uang untuk 26 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
keperluan sehari-hari. Karena bayaran sebagai tukang kebun sudah sering habis sebelum ahkhir bulan, karena untuk menutupi hutang bulan sebelumnya yang belum terbayarkan untuk keperluan sehari-hari. Jadi hal inilah yang membuat peserta didik ini menjadi sering melamun, tidak bisa berkonsentrasi, sehingga ketinggalan jauh dengan teman- temannya. Berdasarkan hasil penelusuran tersebut, maka pihak sekolah mengambil kebijakan yang antara lain untuk membebaskan semua biaya sekolah dari peserta didik ini. Bahkan pihak sekolah berusaha untuk memberi bantuan dari berbagai bentuk, mulai pengajuan beasiswa dari donator yang ada, kebetulan mendapatkan dari orang yang peduli pendidikan. Beasiswa bagi keluarga tidak mampu baik dari Perguruan Tinggi, Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, bahkan dari Pemerintah Pusat. Dengan adanya bantuan-bantuan ini, alhamdulillah ternyata dapat memberikan sedikit perubahan kearah yang lebih baik dari keseharian peserta didik ini di sekolah. Dengan berjalannya waktu, meski lambat, ada perubahan positif yang dapat dilihat dari hasil penilaian hariannya. Dan yang lebih mengangumkan lagi adalah perubahan sikap, karakter, dan tabiat yang luar biasa. Sangat sopan dengan guru dan siapapun, taat beribadah, mengajinya bagus dan bahkan tidak ada cela terhadap akhlaknya. Dan yang menjadi lebih spesial lagi, peserta didik ini dapat memperolah peringkat prestasi di kelasnya yang saat ini berada di kelas 9. Sehingga pihak sekolah memberikan MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 27
apresiasi terhadap prestasi yang diperoleh peserta didik tersebut, yang dapat mendorong dan bahkan memotivasi belajarnya. Betapa senangnya hati orang tua khususnya dan warga sekolah yang dapat mengantarkan kesuksesan masa depan peserta didik yang spesial ini. Keunikan yang ketiga adalah adanya peserta didik yang membuat warga sekolah gempar dengan permasalahan dan kasus-kasus yang ada pada seorang peserta didik yang spesial. Hampir semua warga sekolah pernah bermasalah dengan peserta didik ini. Mulai dari pesuruh sekolah pernah ditantang berkelahi, bahkan pekerjaan pesuruh sekolah dirusak dan banyak lagi. Hampir semua guru mapel, guru BP/BK, Waka juga bermasalah dengan anak ini. Akhirnya kepala sekolah mendapat masukan dan saran dari guru agar peserta didik ini dikeluarkan saja dari sekolah ini. Karena sudah sangat keterlaluan yang menurut warga sekolah baru kali ini kedatangan siswa dengan permasalahan yang tidak kunjung reda. Tidak hanya guru, siswa pun mendapatkan perlakuan yang sama, ditantang berkelahi, yang akhirnya tidak punya teman sama sekali. Anak ini menjadi preman dan bahkan sangat ditakuti dan dibenci teman-temannya karena mereka diancam, dipalak, bahkan kegiatan lain yang sangat membuat tidak nyaman teman-temannya. Ini baru awal kisah peserta didik yang sepesial karena permasalahannya. Setelah ditelusuri ternyata memang catatan hitam anak ini sudah sangat banyak. Anak ini adalah peserta didik mutasi/pindahan dari sekolah lain. Dia masuk di sekolah ini posisi di kelas VIII ditengah-tengah perjalanan, 28 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
tidak diawal tahun pelajaran, sempat mogok tidak mau sekolah. Padahal ia anak tunggal, anak yatim yang ditinggal ayahnya sejak kecil, ibunya sudah tua dan harapan satu- satunya adalah anak ini. Bahkan menurut cerita ibunya, anak ini sering bertengkar, berkelahi termasuk dengan ibunya sendiri saja sering membantah, tidak mempan dinasehati. Ibunya sudah putus asa dengan permasalahan yang ada, sudah sekian banyak sekolah dia masuki. Yang ada hanyalah permasalahan, kasus dan berbagi persoalan yang mengakibatkan peserta didik ini harus keluar dari sekolah tersebut. Pihak sekolah sudah tidak kuat dan tidak bisa memperbaiki segala karakter buruk yang ada pada anak ini. Sampai suatu ketika sang ibu berfikir untuk yang terakhir kalinya memindahkan anaknya di sekolah ini. Dengan berlinang air mata sang ibu mendaftarkan anaknya yang awalnya sang ibu datang sendirian dan menceritakan tanpa ditutup-tutupi. Segala permasalahan yang ada pada diri anaknya diceritakan, tidak ada habis-habisnya yang cenderung durhaka kepada ibu satu-satunya. Bahkan sering menyakiti tidak hanya batin, fisik pun terjadi kekerasan oleh anaknya sendiri. Berbekal dari informasi orang tua ini lah, pihak sekolah merasan iba, merasa sangat prihatin dan kasihan kepada ibu ini. Akhirnya mencoba membantu dengan memberi kesermpatan anak ini bersekolah di sekolah ini. Dengan tekat ingin memperbaiki kelakuan, karakter, tabiat buruk yang melekat pada anak yatim ini dan mencoba mengembalikan keharmonisan di keluarganya. Dan keesokan MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 29
harinya ibu ini datang lagi ke sekolah dengan anaknya. Betapa terkejutnya pihak sekolah melihat penampilan/gaya anak ini, sebenarnya dari postur masih kecil, badannya kurus tidak terawat. Tapi dari tatapan mata dan gaya bicaranya, sangat tidak disangka; kasar, pasif, gaya menantang dan penampilan yang acak-acakan. Dengan berat hati sebenarnya, anak ini akhirnya diterima dengan berbagai persyaratan yang harus ditulis dalam surat pernyataan bermaterai yang ditandatangani oleh anak dan ibunya. Awalnya ditolak dengan amarah, bahkan tidak mau sekolah, sampai akhirnya ibunya menangis tersedu. Dengan bujuk rayu pihak sekolah, akhirnya mau sekolah tapi menunggu waktu dia mau sekolah. Memang anak ini susah untuk diarahkan, hatinya tertutup emosi, nasehat dan bujuk rayu tidak mempan. Hanya dengan mengelus dada dan usapan air mata seorang ibu yang paling dalam. Ibunya berharap dan bersyukur masih ada sekolah yang berbaik hati dan mau menerima, memberi kesempatan untuk dapat bersekolah lagi. Seandainya tidak bersekolah, ibunya tidak punya gambaran, akan jadi apa anak ini. Beberapa hari kemudian, anak ini kelihatan hadir di sekolah sudah sangat terlambat dengan diantar ibunya yang sudah tua. Akhirnya anak ini dengan didampingi kepala sekolah diantar masuk ke dalam kelasnya, yaitu kelas VIII. Dalam perjalannya belum sampai seminggu sekolah, sudah banyak informasi negatif tentang anak ini. Mulai hadir seenaknya, tidak mau mendengarkan penjelasan guru, tidak mau mengerjakan tugas sekolah, bahkan sudah mulai muncul 30 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
menyakiti temannya. Wali kelas, guru mapel, guru BP/BK sudah mulai resah, karena permasalahan yang ada sudah mengarah pada lingkungan pendidikan yang kurang kondusif. Namun hal ini pihak sekolah masih berkomunikasi dengan pihak keluarga terutama ibunya terkait dengan segala permasalahan putranya. Beliau hanya pasrah dengan meneteskan air mata yang tidak dapat terbendung lagi. Hanya sedikit harapan bahwa pihak sekolah masih mempunyai hati untuk dapat memberi kesempatan lagi, dan anaknya masih dapat bersekolah lagi. Melihat situasi seperti ini, naluri sosok guru sebagai orang tua masih ada dan sangat beriba terhadap ibunya. Berjalannya waktu sebulan, dua bulan dan seterusnya pihak sekolah berusaha mencari pola pendekatan kepada peserta didik spesial ini. Akhirnya ditemukan sebuah formula pendekatan psikologis individu yang dilakukan super intensif dan perlakuan melebihi pendampingan terhadap anak berkebutuhan khusus. Dari sinilah diperoleh beberapa informasi lebih mendalam terhadap peserta didik ini. Antara lain diketahui bahwa peserta didik ini tertekan secara psikologis, akibat dari kurang perhatian dari orang tua, berada pada lingkungan pergaulan remaja yang tidak sehat/ tidak mendidik. Peserta didik ini memiliki karakter tidak mau diperlakukan dengan keras, tegas, bahkan intimidasi. Berawal dari data ini, maka pihak sekolah mengambil langkah-langkah preventif dengan merubah cara pendekatan terhadap peserta didik yang bermasalah. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 31
Dengan penuh kelembutan, ketulusan, penuh perasaan dan penuh kekeluargaan. Menganggap sebagai bagian keluarga, sebagai adik, sebagai teman, sebagai anak sendiri yang saat ini sedikit adanya masalah, dan memancing untuk dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya yang diinginkan. Maka dengan langkah seperti ini, peserta didik ini sudah merasa lebih nyaman bersekolah. Sudah ada keinginan sekolah, sudah merasa punya teman curhat, sudah merasa ada tempat yang lebih nyaman dibanding di rumah dan di lingkungan tempat bermainnya. Dan selalu diingatkan bahwa dia menjadi harapan dari ibunya yang sudah tua. Alhamdulillah upaya ini sedikit dapat membuka hati yang sangat keras, sikap yang sangat kaku keras kepala, egois, dan meredakan sifat emosional. Disisi lain, pihak sekolah juga berusaha memberikan gambaran dan pemahaman kepada teman-temannya khususnya yang satu kelas, bahwa siapapun orangnya pasti memiliki sisi baik dan sisi buruk. Hal ini diharapkan bisa membuat ia lebih baik didukung oleh lingkungan di sekolah terlebih dahulu dan orang tua yang mendampingi sepulang sekolah. Pihak sekolah meminta kepada teman-temannya, ambil sedikit sisi baik atau menuju ke arah yang lebih baik dari anak ini. Tidak menjauhi, tidak memandang dengan tatapan yang menantang, tidak membicarakan keburukannya, dan menghargai keberadaannya sebagai seorang teman dikelasnya, dan anggota keluarga di keluarga besar warga sekolah ini. Dari sisi teman-teman dan warga sekolah cukup mendukung upaya memperbaiki peserta didik mutasi yang 32 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
special ini. Lambat laun dia memiliki satu teman yang bisa mengajak bicara nyaman dan mengajak kebaikan. Bersama waktu berlalu ternyata sedikit-demi sedikit tabiat peserta didik ini mengalami perubahan menuju yang lebih baik. Sudah tidak kasar lagi, sikap yang lebih bersahabat, dan dengan ibunya lebih lembut. Jika disebut bahwa dia adalah harapan satu-satunya dari seorang ibu, maka dia dapat meneteskan air mata. Pihak sekolah sudah dapat menyimpulkan bahwa kelembutan hati sudah mulai ada pada diri peserta didik yang sangat spesial ini. Dengan berjalannya waktu, perserta didik yang spesial ini sudah dapat beradaptasi dengan segala aktifitas terkait dengan pembelajaran dan pembiasaan yang dilaksanakan di sekolah ini. Dapat memberikan dampak positif karena peserta didik ini mau berubah dari segi tabiat. Mulai mau mengerjakan tugas, mau mendengarkan informasi dari guru, dan yang paling membuat orang tua sangat senang dan bangga adalah perubahan sikap anak ini kepada orang tuanya. Hal ini ditandai dengan semakin lembutnya perkataan anak ini kepada ibunya, tidak mudah membentak-bentak, sudah tidak kasar lagi. Dan yang lebih penting lagi peserta didik ini lebih perasa, bahkan lebih mudah untuk dinasehati dan diarahkan. Orang tuanya sudah merasa sangat senang dan puas dengan sedikit perubahan sikap yang ada pada putranya. Sehingga menyebabkan semakin bersemangatnya ibu ini untuk berkomunikasi dengan pihak sekolah. Bahkan menganggap pihak sekolah adalah bagian dari keluarganya MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 33
karena telah mampu dengan bersama-sama merubah karakter seorang anak yang lebih baik. Peserta didik ini masih bertahan di sekolah ini dan sekarang sudah naik di kelas IX. Semoga kebaikan anak ini dapat terus ditingkatkan dan membawa perubahan di masa depannya yang akan menjadi kebanggaan dari peserta didik sendiri dan ibunya yang mendambakannya. Kisah peserta didik spesial yang keempat adalah berawal dari hadirnya seorang peserta didik yang berasal dari luar Jawa, tepatnya dari pulau Sumatra. Meskipun anak ini bukan siswa mutasi/pindahan karena masuk di sekolah ini saat kelas 7. Peserta didik ini menjadi istimewa dan spesial karena penampilan peserta didik ini secara sepintas seperti anak berkebutuhan khusus. Badannya sangat besar untuk ukuran peserta didik kelas 7, berat badan hampir 90 kg. Wajah yang sangat berbeda dengan anak jawa pada umumnya, berat badannya sangat gemuk dibanding teman-teman seangkatannya. Kebiasaannya selalu membawa makanan dan cara makan yang tidak sewajarnya, membuatnya menjadi sangat pesat pertumbuhan berat badannya. Peserta didik ini di Kota Malang sudah lama ditinggal ibunya dan dia keseharian tinggal bersama neneknya. Sebagai anak yang baru beradaptasi di pulau Jawa, maka kebiasaan dari pulau Sumatra masih sangat melekat. Baik dialek/percakapannya, maupun perilaku keseharian tampak betul bukan anak dari Jawa. Hal inilah yang mengawali sikap teman-temannya menganggap sebagai peserta didik yang aneh. Bahkan sering 34 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
dibully teman-temannya sebagai anak berkebutuhan khusus, padahal tidak. Dalam perjalanan waktu, peserta didik ini memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki teman-teman sekelasnya. Di semester pertama belum tampak spesialnya, begitu masuk disemester kedua, ada hal yang menjadikan anak ini menjadi spesial. Yaitu kelebihan dan kemampuannya dalam mengingat angka-angka, dan sangat mudah mengingat nomor telepon teman-teman dan guru-gurunya. Bahkan saat ada mata pelajaran yang mengandung angka-angka, anak ini sangat mudah melakukan hitungan baik penjumlahan, perkalian dan pembagian. Hal ini ditemukan di mata pelajaran matematika dan fisika. Dengan kemampuan yang dimiliki ini membuat teman-temannya merasa bahwa kemampuan hitungan mereka ada dibawahnya. Sehingga dari sinilah teman-temannya mulai mendekat dan mulai akrab. Yang tadinya menjauh dan cenderung tidak menyukai, mulai mengurangi mengejek, mulai berbaik-baik, dan akhirnya mulai memiliki banyak teman. Bahkan sering dimintai teman-temannya berhitung dan mempunyai julukan kalkulator berjalan. Hal inilah yang menjadikan anak ini menjadi sangat spesial dan akhirnya disemester kedua ini dia memperoleh peringkat pertama di kelasnya. Dan hal ini menjadi sebuah prestasi yang dapat dibanggakan bagi peserta didik dan orang tua khususnya neneknya yang sangat senang dan bangga akan keberhasilan cucunya dalam meraih prestasinya. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 35
Pihak sekolah mencoba menelusuri jejak dari peserta didik sepesial ini melalui neneknya dan menyempatkan berkunjung ke rumah neneknya. Ternyata dia adalah cucu kesangannya karena hanya satu cucu yang tinggal di rumah tersebut. Kondisi di rumah yang sering sendirian pada saat tidak kesekolah, anak ini tidak punya teman main yang sebayanya. Berbekal dari keluarga yang cukup berada, maka fasilitas bermain, belajar tambahan di tempat les/bimbingan belajar, inilah yang menjadi kegiatannya. Bimbingan belajar online juga diikutinya. Permainan-permainan online yang paling disenangi adalah uji ketangkasan terutama menghitung cepat baik gambar, angka maupun kalimat cerita. Ternyata hal inilah yang menjadikan dia menjadi kalkulator berjalan. Semakin diasah dengan permainan ketangkasan, semakin kuat ingatan akan angka-angka dan hitungan, dan mengantarkannya menjadi peserta didik yang berprestasi, berpikir kritis, dan berkomunikasi yang bermutu. Sebenarnya masih banyak lagi kisah-kisah peserta didik yang unik dan menjadi spesial di sekolah ini yang belum dikisahkan di sini. Antara lain kisah peserta didik yang harus membantu kerja orang tua baik pekerjaan rumah maupun pekerjaan untuk mencari uang guna menopang ekonomi keluarga. Ada yang harus membantu menjaga adiknya yang masih bayi, ada yang harus jaga warung, ada yang harus membawa kue buatan ibunya untuk dijajakan ke tempat lain. Ada juga yang harus jaga parkir sepulang sekolah, ada yang harus mengamen, dan masih banyak lagi kisah-kisah mengharukan dari peserta didik spesial lainnya. 36 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Dari kisah-kisah peserta didik istimewa dan spesial di atas, maka ada pembelajaran buat kita, baik sebagai orang tua maupun masyarakat sekitar. Lebih-lebih sebagai guru/pendidik dan bahkan pengelola sekolah, bahwa sejelek- jeleknya orang pasti mempunyai sisi baik. Sebaliknya sebaik- baiknya orang pasti mempunyai sisi yang kurang baik. Artinya kita harus berpikir positif khususnya ketika menemukan hal yang kurang baik, kita ambil sisi baiknya. Mendidik anak yang spesial perlu pengertian, ketelatenan, keuletan, keteladanan, dan kesabaran yang spesial juga. Menjadi guru sebenarnya kita mendapat banyak pelajaran hidup dari peserta didik terutama pelajaran dari kepolosan dan kejujuran mereka yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi diri. Hal itu dilakukan supaya kita menjadi lebih baik, lebih profesional dalam mendidik dan mengajar. Sehingga dapat menjadi figur dan suri tauladan bagi peserta didik yang terus dibawa dalam kehidupannya sehari-hari. Guru tidak salah melangkah dalam mendidik dan mengajar, setiap peserta didik memiliki karakter yang berbeda yang tidak dapat disamakan perlakuan guru kepada mereka. Sehingga guru tepat sasaran tidak mal praktek dalam membentuk karakter generasi muda yang menjadi tumpuan pembangunan bangsa di masa yang akan datang. Mencetak generasi muda yang tangguh, berkarakter, dan berakhlak mulia akan menjadi modal dasar pembanguan sebuah negara. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 37
Biografi Penulis Anna Tri Rusmiati, S.Pd., lahir di Malang, 21 Agustus 1974. Saat ini dia bekerja sebagai Guru PPKn pada MTsN 1 Kota Malang sebagai ASN Kementerian Agama Kota Malang. Pengalaman mengajar 10 Tahun menjadi GTT di madrasah yang sama dan pada tahun 2007 di angkat menjadi CPNS, total hampir 22 tahun menjadi guru. Saat ini mengajar pada kelas 8 dan sudah 10 tahun lebih menjadi wali kelas. Prestasi yang pernah diraih, tahun 2018 juara 1 Anugerah Konstitusi tingkat Propinsi Jawa Timur yang akhirnya masuk 6 besar nominator tingkat nasional Anugerah Mahkamah Konstitusi. Pada tahun yang sama berhasil meraih juara harapan I Anugerah Konstitusi Guru PPKn Berprestasi Tingkat Nasional. Keinginan yang kuat untuk belajar menulis dipertemukan dengan teman-teman penulis sehingga memotivasi diri untuk lebih giat lagi mengembangkan diri dengan menulis meskipun masih dalam taraf belajar dan belajar, karena penulis yakin selama ada kemauan pasti ada jalan. Mau tau lebih jauh sosok penulis? IG: antrianna16 WA: 081334582413 Email: [email protected] 38 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Bagian Tiga Muridku ke Tanah Suci Etik Fadhilah Ihsanti Murid spesial yang akan aku ceritakan ini adalah kisah saat aku masih menjadi guru dan wali kelas IV B di salah satu madrasah. Aku menganggapnya special karena jarang sekali murid seumuran itu bisa berkesempatan melakukannya. Bahkan sebagian gurunya sekalipun ada yang masih hanya sebatas mimpi dan harapan, belum bisa mewujudkannya. Inilah kisah muridku yang sangat spesial karena mendapat anugerah dan keseempatan yang tidak dimiliki oleh murid yang lain. Pembelajaran bermakna memang bisa dilakukan dimana saja dan dengan cara apapun. Salah satunya dengan pembiasaan dan pengamatan kepada obyek pembelajaran atau dengan praktek secara langsung. Sebagai contoh adalah pembiasaan sholat dhuha yang diamalkan secara rutin disetiap waktu istirahat itu adalah merupakan pembelajaran yang dicontohkan secara langsung oleh bapak ibu guru. Dengan pembiasaan yang konsisten dilakukan maka anak akan menganggap itu sebagai rutinitas yang selalu diamalkan tanpa adanya pemaksaan. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 39
Contoh lain pembelajaran yang perlu dilatih dengan pembiasaan dan praktek secara langsung adalah kegiatan dalam melaksanakan ibadah kurban yang diadakan setiap tahun sekali. Dalam berkurban memang untuk satu ekor kambing hanya bisa diperuntukkan untuk satu orang saja akan tetapi apabila itu bertujuan sebagai sarana latihan saja dengan cara patungan atau iuran untuk membeli seekor kambing dan disembelih di lingkungan madrasah hal itu boleh-boleh saja. Harapan kedepan semoga anak selalu mempunyai jiwa sosial yang tinggi yang selalu konsisten untuk berkurban. Harga seekor kambing yang sekian juta rupiah bisa disiasati dengan cara menabung dan menyisihkan uang seperti yang diajarkan dimadrasah, bisa harian, mingguan atau bulanan tergantung dari target harga hewan kurban yang diniatkan. Begitu juga dengan pengenalan rukun Islam yang berjumlah lima, tidak ada cara yang paling praktis dan efisian selain melalui pengenalan dan praktek secara langsung. Dari mengucapkan dua kalimat syahadat dan mendirikan sholat bisa dilakukan saat melaksanakan sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah di musholla madrasah. Pengenalan rukun Islam yang ketiga yaitu membayar zakat juga rutin dilakukan dan dikoordinasi oleh pihak madrasah dan anak dilibatkan langsung dalam pembagiannya dengan cara takjil (membayar zakat dan membagikannya lebih awal). Pelaksanaan rukun Islam yang keempat yaitu puasa Ramadhan juga menjadi kegiatan rutin dimadrasah bahkan disertai juga dengan kegiatan ibadah yang lainnya seperti tadarus, baca tulis 40 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Qur‟an (BTQ) bahkan diadakan pula program pesantren kilat. Untuk pengenalan rukun Islam yang kelima biasanya ini diagendakan langsung oleh Kemenag dalam kegiatan bulan Dzulhijjah dengan mengadakan kegiatan manasik haji secara bersama-sama. Dibulan November 2019 ada salah seorang muridku bernama Malika baru pulang dari Tanah Suci karena melaksanakan ibadah umrah. Sebenarnya ia berangkat bersama ibunya bulan lalu, selain umroh sekaligus mengunjungi ayahnya yang menjadi mutowif di Makkah Al Mukarromah sehingga ia disana hampir satu bulan dan memaksimalkan visa umrohnya. Selain melaksanakan ibadah umroh tentunya dalam satu bulan banyak kegiatan yang ia lakukan disana. Sehingga penting sekali untuk mengenalkan kepada murid-murid yang lain tentang apa dan bagaimana ibadah umrah tersebut. Karena itu perlu pembelajaran secara langsung melalui foto, video, dan juga cerita secara langsung. Aku jadi teringat kenangan beberapa tahun yang lalu yaitu tahun 2016 saat aku melaksanakan ibadah haji bersama suamiku. Di Makkah waktu harus selalu digunakan untuk memaksimalkan ibadah dari shalat berjamaah di Masjidil Haram, tadarus Al Quran, sholat sunah, berzikir dan memperbanyak amalan sholeh lainnya. Ibadah tersebut benar- benar harus dimaksimalkan mengingat pahala yang diperoleh saat melakukan ibadah di Makkah Al mukarramah digandakan 100,000 kali lipat bila dibandingkan melaksanakan ibadah serupa yang dilakukan disini. Ibadah tersebut juga akan digandakan 1.000 kali lipat apabila MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 41
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210