Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Prosiding Webinar Pengawas Sekolah

Prosiding Webinar Pengawas Sekolah

Published by WIWI PARLUKI, 2022-02-09 04:04:44

Description: Prosiding Webinar Pengawas Sekolah

Search

Read the Text Version

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 selama kegiatan berlangsung terjadi gangguan teknis. (4) Peserta terlebih dahulu mengisi presensi dan menandatanganinya. (5) Pengawas membuka acara dan menyampaikan materi pembinaan. (6) Pengawas bina menanggapi setiap pertanyaan yang diajukan peserta. Mengingat kegitan dilakukan secara virtual maka biasanya setiap pertanyaan dapat disertai contoh dalam file-file yang tersedia dan secara real time dapat diperlihatkan kepada peserta. (7) Pengawas bina mengakhir penyampaian materi. (8) Moderator menyimpulkan materi kegiatan dan menutup kegiatan. Tahap Pemantapan. Setelah kegiatan berakhir pengawas meminta responden untuk mengisi kuisioner yang juga disajikan secara online dengan cara mengklik link yang ditampilkan. Hasil kuisioner secara otomatis akan dapat ketahui setelah kegiatan berakhir sehingga pengawas bina dapat menganalisis hasil kisioner untuk kemudian membuat simpulan. Subjek pembimbingan adalah sekolah sasaran yang meliputi unsur kepala sekolah, guru,dan siswa di sekolah binaan. Sedangkan data dalam best practice ini adalah angket berupa pertanyaan. Angket ini disampaikan secara online yang memuat lima butir pertanyaan. Pertanyaan nomor 1 tentang efektivitas waktu, pertanyaan nomor 2 tentang efektivitas tempat, pertanyaan nomor 3 tentang efektivitas biaya, pertanyaan nomor 4 tentang kepuasan, dan pertanyaan nomor 5 tentang kesesuaian dengan pembelajaran di abad ke-21. Validasi Instrumen. Validasi instrumen merupakan upaya untuk mendapatkan kesahan atau validasi dan kepercayaan (realibilitas) sebuah penelitian sehingga hasilnya dapat dinyakini. Mengingat keterbatasan yang ada maka untuk kepentingan penelitian ini validasi instrumen dilakuan pada validasi isi dan validasi kontruksi meminta tanggapan teman sejawat (sesama pengawas) yang sudah menduduki jabatan pengawas madya dan pengawas utama. Saran- saran dari para pengawas ini selanjutnya menjadi bahan koreksi sebelum instrumen dijadikan digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini. Teknik Anaisis Data. Data yang didapat dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif: dideskipsikan, dikategorikan, lalu disimpulkan. Data-data yang bersifat kuantitiatif dihitung dengan menggunakan formula Microsoft Excel untuk dapat diketahui presentasenya kemudian ditarik kesimpulan. 145

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 3. Hasil dan Pembahasan Merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2016 pasal 6 ayat (2) disebutkan bahwa siklus kegiatan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah meliputi: (a) memetakan mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, (b) membuat perencanaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam Rencana Strategis Pembangunan Pendidikan, dan (c) memfasilitasi pemenuhan mutu di seluruh satuan pendidikan pada Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) Pendidikan Dasar dan Menengah dikembangkan dan dilaksanakan secara berkelanjutan oleh Pemerintah bekerja sama dengan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. Dari uraian di atas diketahui bahwa kegiatan pemetaan mutu pendidikan (PMP) merupakan kegiatan awal di tingkat satuan pendidikan sebelum membuat perencanaan menyusun rencana strategis pembangunan pendidikan dan pada akhirnya bermuara pada pemenuhan mutu di satuan pendidikan. Untuk itulah pemerintah mengembangkan sistem informasi mutu pendidikan untuk mendukung proses pemetaan mutu pendidikan yang mengintegrasikan seluruh data dan informasi tentang mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan pengawas sekolah dalam hal ini berperan sebagai pendamping dalam kegiatan pemetaan di sekolah binaannya. Perangkat Instrumen Pemetaan Mutu Tingkat Sekolah Menengah Pertama terdiri atas panduan umum, kuesioner pemetaan, petunjuk teknis pengisian kuesioner pemetaan, formulir data pokok pendidikan dan rapor peta mutu pendidikan. Kelima dokumen ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Menyadari pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi yang dalam dunia pendidikan dikenal dengan revlolusi industri 4.0 sedianya menuntut pula kemampuan segenap pelaku pendidikan guru, kepala sekolah, pengawas sekolah juga termasuk tenaga kependidikan lanya seperti tenaga administrasi, laboran, serta petugas perpustakaan untuk siap meng-upragde diri seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi tersebut. Abad ke-21 menurut Kemendikbud yang dipaparkan dalam rasionalisasi Kurikulum 2013 memiliki empat ciri yaitu adanya: informasi, komputasi, 146

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 otomatisasi, dan komunikasi. Abad ke-21 merupakan abad informasi. Kemajuan ilmu dan pengetahuan menyebabkan informasi dapat dengan mudah disampaikan dan didapatkan. Semua kejadi yang terjadi di sekeliling kita, dinegara kita, bahkan di belahan dunia dapat dengan serta merta diketahui dan/atau sampai kepada kita saat itu juga (real time) dengan kehadiran media sosial seperti facebook, whashApp, twitter, instagram, telegram, dan masih banyak lagi vdariannya. Belum lagi ditambah dengan keberasaan media massa elektronik yang juga mengembang diri dengan livestreaming atau media massa ctak seperti korang yang juga mengembangkan diri dengan koran digital. Adad ini juga ditandai dengan adanya komputasi, artinya pekerjaan manusia di abad ini hampir semua dapat dilakukan dengan mesin yang deprogram dengan komputer. Salah satu contoh dalam pembuatan spanduk atau kain rentang yang sebelumnya harus dirancang secara manual dan disablon juga seacara manual lalu dijemur diterik mata hdari, baru selesai. Belum lagi kalau ada gambar dan warna tulisan yang beragam membuatuhkan biaya yang mahal dan waktu yang lama. Bagaimana sekarang, pekerjaan itu dapat selesai dengan hitungan menit dengan hasil yang jauh lebih sempurna, biaya yang sangat efesien, dan jumlah yang banyak. Otomatisasi merupakan ciri ketiga abab ke-21. Semua pekerjaan rutinitas dan berpola dapat lakukan secara otomatis. Kereta api (baik LRT, monorel, MRT) tidak lagi memakai pengemudi (driver). Semua berjalan sendiri dengan otomatis dengan tingkat akurasi yang tinggi. Absensi kehadiran di kantor-kantor pun sudah mengunakan fingerprint yang hasil lebih bisa diandalkan (sulit dimanipulasi) jika dibandingkan dengan memakai cara manual. Semua berlajan secara otomatis. Termasuk dalam penggunaan aplikasi turnitin dalam melihat derajat plagiatsi dalam sebuah tulisan dapat dengan cepat diketahui. Ciri yang keempat adalah komunikasi. Di manapun berada dan kapanpun juga seorang individu dapat berkomunikasi. Kemajuan ilmu dan teknologi telah menjadikan orang dapat berkomunikasi tanpa terhalang jarak dan waktu. Seorang manager di sebuat perusaan masih dapat memimpin rapat dan briefing di kantornya walaupun pada saat yang sama ia sedang berada di tempat yang berbeda. Merujuk pada kemajuan pada era abad ke-21 tentulah pelaksanaan 147

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 pemetaah mutu pendidikan di sekolah binaa harus dilakukan dengan cara-cara yang efektif dan efisien (waktu, tempat, dan biaya) sesuai dengan situasi dan kondisi serta terselenggara dengan baik dan menyenagkan sesuai dengan tuntutan kemajuan zaman. Beranjak dari pemikiran itu maka penggunaan virtual coordinator trainning (VCT) dalam pendampingan pemetaan mutu pendidikan (PMP) di sekolah binaan menjadi salah satu alternatif yang dapat dilakukan. 3.1 Efektivitas waktu Terhadap pernyataan pendampingan PMT dengan CVT lebh efektif dari segi waktu, didapatkan data 0,7% responden menjawab sangat setuju dan 91,3% setuju dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju atau sangat tidak setuju. Ini artinya 100% responden mengakui bahwa pendampingan PMT melalui CVT dirasa efekif dari segi waktu. Tabel 1. Analisis Data Efektivitas waktu Pendampingan PMP melalui CVT Responden SS Pernyataan STS Jumlah 3 S TS 0 16 18,7 13 0 0 16 Persentase 81,3 0 100 3.2 Efektivitas Tempat Terhadap pernyataan pendampingan PMT dengan CVT lebh efektif dari segi tempat, didapatkan data 12,57% responden menjawab sangat setuju dan 87,5% setuju dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju atau sangat tidak setuju. Ini artinya 100% responden mengakui bahwa pendampingan PMT melalui CVT dirasa efektif dari segi tempat. Tabel 2. Analis Data Efektivitas Tempat Pendampingan PMP melalui CVT Responden SS Pernyataan STS Jumlah 2 S TS 0 16 12,5 14 0 0 16 Persentase 87,5 0 100 148

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 3.3 Efektivitas Biaya Terhadap pernyataan pendampingan PMT dengan CVT lebh efektif dari segi biaya, didapatkan data 12,5% responden menjawab sangat setuju dan 87,5% setuju dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju atau sangat tidak setuju. Ini artinya 100% responden mengakui bahwa pendampingan PMT melalui CVT dirasa efektif dari segi biaya. Tabel 3. Analisis Data Efektivitas Biaya Pendampingan PMP melalui CVT Responden SS Pernyataan STS Jumlah 2 S TS 0 16 12,5 143 0 0 16 Persentase 87,5 0 100 3.4 Efektivitas Suasana Menyenangkan Terahadap pernyataan pendampingan PMT dengan CVT lebh efektif dari segi suasana menyenangkan, didapatkan data 18,8% responden menjawab sangat setuju dan 81,3% setuju dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju atau sangat tidak setuju. Ini artinya 100% responden mengakui bahwa pendampingan PMT melalui CVT dirasa efektif dari segi sauna menyenangkan. Tabel 4. Analis Data Suasana Menyenangkan dalam Pendampingan PMP melalui CVT Responden SS Pernyataan STS Jumlah 3 S TS 0 16 18,8 13 0 0 16 Persentase 81,3 0 100 4.5 Kesesuai Pembelajaran Abad Ke-21 Terhadap pernyataan pendampingan PMT dengan CVT lebh efektif dari segi kesuaian pembelajaran Abad ke-21, didapatkan data 25% responden menjawab sangat setuju dan 75% setuju dan tidak ada responden yang menyatakan tidak 149

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 setuju atau sangat tidak setuju. Ini artinya 100% responden mengakui bahwa pendampingan PMT melalui CVT dirasa efektif dari segi kesesuaian abad ke-21. Tabel 5. Analisis Data Kesesuaian Tuntutan Pembelajaran Abad ke-21 dalam Pendampingan PMP melalui CVT Responden SS Pernyataan STS Jumlah 4 S TS 0 16 25 12 0 0 16 Persentase 75 0 100 4. Kesimpulan & Rekomendasi 4.1 Kesimpulan Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah bagaimana meningkatkan efektivitas pendampingan pemetaan mutu pendidikan (PMP) di sekolah binaan melalui penggunaan virtual coordinator trainning (VCT)? Terhadap pernyataan pendampingan PMT dengan CVT lebih efektif dari segi waktu, didapatkan data 0,7% responden menjawab sangat setuju dan 91,3% setuju dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju atau sangat tidak setuju. Ini artinya 100% responden mengakui bahwa pendampingan PMT melalui CVT dirasa efekif dari segi waktu. Terhadap pernyataan pendampingan PMT dengan CVT lebh efektif dari segi tempat, didapatkan data 12,57% responden menjawab sangat setuju dan 87,5% setuju dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju atau sangat tidak setuju. Ini artinya 100% responden mengakui bahwa pendampingan PMT melalui CVT dirasa efektif dari segi tempat. Terhadap pernyataan pendampingan PMT dengan CVT lebh efektif dari segi biaya, didapatkan data 12,5% responden menjawab sangat setuju dan 87,5% setuju dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju atau sangat tidak setuju. Ini artinya 100% responden mengakui bahwa pendampingan PMT melalui CVT dirasa efektif dari segi biaya. Terhadap pernyataan pendampingan PMT dengan CVT lebh efektif dari segi suasana menyenangkan, didapatkan data 18,8% responden menjawab sangat 150

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 setuju dan 81,3% setuju dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju atau sangat tidak setuju. Ini artinya 100% responden mengakui bahwa pendampingan PMT melalui CVT dirasa efektif dari segi sauna menyenagkan. Terhadap pernyataan pendampingan PMT dengan CVT lebh efektif dari segi kesuaian pembelajaran Abad ke-21, didapatkan data 25% responden menjawab sangat setuju dan 75% setuju dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju atau sangat tidak setuju. Ini artinya 100% responden mengakui bahwa pendampingan PMT melalui CVT dirasa efektif dari segi kesesuaian abad ke-21. 4.2 Rekomendasi Merujuk pada simpulan tulisan ini bahwa virtual cootdinator tranning (VCT) dapat meniinkatan efektivitas dalam pelaksanaan pendampingan pemetan mutu pendidikan (PMP) maka direkomendasaikan kepada pengawas sekolah untuk menggunakan VCT dalam kegiatan pendampingan. Selain itu CVT memungkin untuk disekplorasi lebih jauh bagi kepentingan pendampingan yang dilakukan pengawas sekolah seperti, pembinaan, penilaian kinerja guru dan kepala sekolah, serta pemantauan delapan standar nasionla pendidikan di sekolah binaan. Daftar Referensi Darmawan, Jon. dkk. 2021. Praktik Baik di Masa Pendemi. Bojong Genteng: Jejak Pusblishing. https://www.google.com/search?q=ciri+abad+21+menurut+kemendikbud&oq=ciri+ abad+&aqs=chrome.8.0i512l2j69i57j0i512l7.9717j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8 (diakses tanggal 22 November 2021) http://mooc.seamolec.org/courses/course-v1:SEAMOLEC+VCT01+2019_09/about (diakses tanggal 22 November 2021) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah. Saroh, Siti. 2019. Tutorial Membuat Media Pembelajaran 4.0. Surabaya: CV Media Guru. Susanto, Pendi. 2021. Best Practice Manajemen Sekolah. Ciamis: Tsaqiva Publishing. 151

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Peningkatkan Kemampuan Menyusun Soal HOTS Melalui Workshop Duta Pada Guru Kelas IV, V, dan VI Gugus Pantai Kartini Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2021/2022 Karsidi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah Santren RT 02/06 Bekonang, Kecamatan Mojolaban Kab. Sukoharjo. KP. 57554 [email protected] / [email protected] 1. Pendahuluan Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk Penilaian Harian (PH), Penilaian Tengah Semester (PTS) dan Penilaian Akhir Semester(PAS). Penilaian yang dimaksud digunakan untuk mengukur pencapain kompetensi peserta didik; sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar ; dan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. (Permendikbud nomor 23 tahun 2016). Oleh karena itu, setiap guru harus dapat menyusun alat tes yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Bentuk tes yang dibuat oleh guru sangat bervariasi, misalnya tes tertulis, tes lisan, tes kinerja/perbuatan dan tes sikap. Hasil tes dapat digunakan oleh guru, sekolah , atau institusi pendidikan lainnya untuk mengambil keputusan atau umpan balik bagi perbaikan proses pembelajaran. Jadi secara tidak langsung tes dapat digunakan untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan pendidikan dari waktu ke waktu. Selain itu, Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik, apakah Penilaian Harian (PH), Penilaian Tengah Semester (PTS) dan Penilaian Akhir Semester(PAS). Kenyataan di lapangan kemampuan guru kelas IV, V, dan VI di Gugus Pantai Kartini dalam menyusun tes tertulis , masih rendah (belum sesuai dengan kaidah 152

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 penulisan soal, baik segi materi, konstruksi, dan bahasa). Lebih memprihatinkan lagi, dalam mengadakan Penilaian Harian (PH), Penilaian Tengah Semester (PTS) dan Penilaian Akhir Semester(PAS), guru- guru hanya menyalin soal-soal dari LKS (lembar kerja siswa). Ada juga guru yang hanya menyalin dari buku- buku lainnya tanpa memperhatikan apakah soal-soal sesuai dengan indikator-indikator dan kompetensi dasar yang telah ditentukan atau tidak. Mereka menyusun tes dan mengembangkan butir soal terkesan asal-asalan tidak sesuai dengan indikator- indikator dan kompetensi dasar . Padahal Kompetensi dasar pada kurikulum 2013 mencakup kemampuan dan materi pembelajaran mata pelajaran masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti. (Permendikbud Nomor 24 tahun 2016) Hal ini dibuktikan pula dengan adanya: butir soal masih banyak yang tidak sesuai dengan indikator; materi yang ditanyakan ada yang tidak sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevasi, kontinuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi); isi materi yang ditanyakan ada yang tidak sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas; penggunaan stimulus berupa tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya masih banyak yang disajikan dengan tidak jelas keterbacaannya; tingkat kebaruan dan kompleksitas kesulitan juga belum nampak kejelasannya. Melihat kenyataan ini penulis selaku pengawas berkeinginan untuk membantu Guru di sekolah binaan dalam membuat butir soal khususnya soal-soal HOTS melalui workshop duta. Setelah penelitian, diharapkan guru kelas IV, V, dan VI dapat menyusun soal HOTS sesuai dengan kaidah penulisan soal yang benar, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. 2. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam bulan Januari s.d. April 2021, dengan pertimbangan soal yang sudah dibuat dapat digunakan untuk Penilaian Akhir Semester (PAS) tahun pelajaran 2021/2022. Lokasi yang digunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini di SD Muhammadiyah Palur untuk workshop tahan I , dan SDIT Al Hadi untuk workshop tahap II . Peneliti memilih tempat penelitian di SD Muhammadiyah Palur dan SDIT Al Hadi. Hal ini karenakan kedua 153

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Sekolah tersebut merupakan sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang lebih lengkap dan memadai dibanding sekolah lain di Gugus Pantai Kartini, yang merupakan Daerah Binaan (Dabin) Peneliti. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah yang menjadi subjek yaitu guru kelas IV, V, dan VI se gugus Pantai Kartini Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Sumber data primer merupa kan sumber data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian yaitu guru kelas IV, V, dan VI Gugus Pantai Kartini tahun pelajaran 2021/2022. Sumber data sekunder merupakan data pendukung yang digunakan untuk mendukung sumber data primer yang diperoleh dari peneliti sendiri dan dari teman sejawat. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan adalah tes. Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa instrumen observasi, kisi-kisi dan, penyusunan soal HOTS. Indikator- indikator dalam instrumen observasi meliputi, perilaku guru pada saat pelaksanaan tindakan. Indikator-indikator dalam instrumen kisi-kisi meliputi: a. Urgensi, artinya materi secara teoritis dikuasai oleh siswa b. Relevansi, artinya materi yang dipilih sangat diperlukan untuk memepelajari atau memahami bidang lain c. Kontinuitas, artinya materi yang dipilih merupakan materi lanjutan atau pendalaman materi sebelumnya pernah dipelajari dalam jenjang yang sama maupun antar jenjang. d. Kontekstual, artinya materi memiliki daya terap dan nilai guna yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari e. Komponen-komponennya rinci jelas , dan mudah dipahami f. Setiap indikator dapat dibuat soal, sesuai dengan bentuk soal yang ditetapkan. Indikator-indikator dalam instrumen penyusunan soal soal HOTS meliputi: a. Soal menggunakan stimulus. b. Soal menggunakan konteks yang baru. c. Soal mengandung kompleksitas proses berpikir. d. Soal sesuai dengan indikator yang terdapat dalam kisi-kisi e. Soal yang ditulis menggunakan kaidah penulisan soal yang benar. f. Soal yang dibuat menggunakan level koknitif 3,4,5 atau 6. 154

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 g. Soal dilengkapi dengan penskoran (rubrik penilaian). Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat - tingkat kevalidan suatu instrumen. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas instrumen lembar observasi. Diharapkan setelah diuji cobakan instrumen dapat menunjukkan valid dandapat digunakan sebagai alat penelitian. Pada penelitian ini validasi data dilakukan dengan cara trianggulasi sumber dengan kolaborasi yaitu bekerjasama dengan teman pengawas. Analisa data yang peneliti gunakan adalah analisis diskriptif komparatif menghitung peningkatannya minimal 10% dengan membandingkan kondisi awal, hasil siklus I (workshop tahap I) dan hasil siklus II (workshop tahap II). Analisa nilai yang digunakan sebagai berikut. Baik Sekali = 91 – 100 Baik = 76 – 90 Cukup = 61 – 75 Kurang = 51 – 60 Kurang Sekali = < 50 Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan sekolah. Peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang dinilai palingefektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang-ulang untuk meningkatkan kualitas soalHOTS yang digunakan dalam Penilaian Harian (PH), Penilaian Tengah Semester (PTS) dan Penilaian Akhir Semester(PAS). Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru menyusun soal HOTS sesuai dengan kaidah yang benar.Peneliti melaksanakan penelitian dua siklus. Dimulai siklus I sejak 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi hingga siklus II. Siklus I Perencanaan Tindakan (planning) a. Sebelum penelitian peneliti terjun ke lapangan untuk melihat kondisi awal soal-soal HOTS yang sudah dibuat guru kelas kelas IV, V, dan VI, khususnya pada soal formatif dan ulangan tengah semester. b. Menyampaikan hasil kondisi awal kepada kepala sekolah segugus dan 155

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 menyampaikan rencana tindakan kepada kolaborator. c. Menyerahkan lembar/Instrumen penilaian kisi-kisi dan instrumen penyusunan soal HOTS kepada kolabolator. Pelaksanaan tindakan (action) Peneliti melaksanakan tindakan workshop (penataran tingkat lokal) mengenai kisi-kisi dan penyusunan soal HOTS dibuat secara kelompok kelas. Jadi kelompok guru kelas IV, kelompok guru kelas V, dan kelompok guru kelas VI kemudian dipresentasikan dan didiskusikan. Kegiatan diakhiri dengan pemberian tugas , untuk menyusun soal HOTS di rumah. Pengamatan (observation) Kolaborator mengamati pelaksanaan tindakan dengan mengisi instrumen observasi dan setelah pelaksanaan tindakan menilai kisi-kisi dan soal yang dibuat guru dengan menggunakan instrumen penyusunan kisi-kisi dan soal HOTS. Kemudian hasil pengamatan diserahkan kepada peneliti. Refleksi (reflection) Pada akhir siklus I ini diadakan refleksi berdasarkan data / hasil pengamatan kolaborator agar peneliti dapat melihat bahwa supervisi akademik yang dilakukan dalam penelitian ini dapat meningkatkan penyusunan soal HOTS atau tidak. Siklus II Perencanaan Tindakan (planning) Peneliti menyampaikan hasil penyusunan soal HOTS pada siklus I kepada kepala sekolah dan kolaborator dan menginformasikan rencana pelaksanaan tindakan pada siklus 2. Pelaksanaan tindakan (action) Peneliti mengadakan Workshop tahap ke-2 dengan harapan masing-masing guru mengetahui kelebihan dan kekurangannya tentang soal HOTS yang sudah dibuat pada siklus I. Kemudian peneliti membahas soal HOTS yang sudah dikerjakan oleh guru di rumah. Pembahasan dilakukan dengan diskusi dan pemberian contoh-contoh soal HOTS yang baik dan benar. Kemudian guru menyusun soal HOTS dan mempresentasikannya. Dengan kegiatan ini diharapkan hasil pada siklus 2 akan meningkat. Pengamatan (observation) Kolaborator melaksanakan pengamatan dengan mengisi lembar observasi dan menilai soal HOTS menggunakan instrumen penyusunan soal HOTS setelah pelaksanaan tindakan (seperti pada siklus 1) Refleksi (reflection) Pada akhir tiap siklus diadakan refleksi berdasarkan data observasi agar peneliti dapat melihat apakah tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat meningkatkan kualitas soal HOTS apa tidak dibanding hasil siklus I. 156

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (PTS) berupa workshop duta melalui dua siklus. Dalam siklus I pemberian tindakan berupa workshop tahap I dengan kegiatan menyusun kisi-kisi dan soal HOTS secara kelompok, berdiskusi, dan mempresentasikannya, serta pemberian tugas rumah. Dalam Siklus II tindakan berupa pembahasan tugas, pemberian contoh-contoh soal HOTS, penyusunnan soal HOTS, diskusi dan presentasi. Deskripsi Kondisi Awal Temuan di lapangan kondisi awal , kualitas soal HOTS yang dibuat oleh guru kelas IV, V, dan VI gugus Pantai Kartini sangat rendah terbukti dengan hasil yang ada. Hasil rata- rata kondisi awal kelas IV: 56,4 kelas V: 54,7 kelas VI : 57,2 Sehingga hasil rata –rata kelas IV, kelas V, kelas VI, gugus Pantai Kartini termasuk kategori kurang artinya jauh dari baik. Soal HOTS yang dibuat guru sebagian besar belum memenuhi kaidah penulisan soal HOTS. Masih banyak soal yang belum sesuai dengan indikator. Penggunaan stimulus yang kurang berfungsi dalam soal. Hasil yang rendah tersebut karena belum ada workshop dari pengawas sekolah sebagai pendamping / motivator. Kondisi soal HOTS yang dibuat guru kelas IV, V, dan VI gugus Pantai Kartini Kecamatan Mojolaban Kabupaten sukoharjo dapat diamati pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Kondisi Awal 157

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata kualitas soal HOTS yang dibuat guru-guru kelas se gugus Pantai Kartini Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo sangat rendah rata-rata 56,1 (kurang) maka guru kelas IV, V, dan VI perlu diberikan pembinaan secara kelompok (workshop) agar hasilnya bisa meningkat. Deskripsi Siklus I Perencanaan Tindakan Tindakan peneliti diawali dengan pertemuan K3S gugus Pantai Kartini dan teman sejawat (kolaborator) menyampaikan instrumen hasil penilaian soal HOTS kondisi awal dan membicarakan rencana penelitian peningkatan kualitas penyusunan soal HOTS. Dan menginformasikan kepada kepala sekolah dan teman sejawat terlibat dalam penelitian ini sebagai kolaborator. Kemudian menjelaskan isi dan cara pengisian instrumen tersebut. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dalam tahap siklus I ini peneliti mengadakan workshop (penataran tingkat lokal). Peserta terdiri dari guru kelas IV, V, dan VI berjumlah 30 orang dan diobservasi kolaborator. Hasil Pengamatan Setelah selesai workshop tahap I masing-masing guru menyusun kisi- kisi dan soal HOTS sesuai dengan kelasnya, untuk PAS dengan memilih beberapa KD khususnya untuk materi yang esensial di semester Kemudian kisi-kisi dan soal pilihan ganda yang dibuat guru tersebut diserahkan kepada kepala sekolah masing-masing (kolaborator) untuk dinilai menggunakan instrumen dan juknisnya yang telah disediakan peneliti. Setelah kisi-kisi dan soal HOTS yang dibuat oleh guru dinilai oleh kepala sekolah dengan instrumen yang sudah disediakan peneliti, hasilnya diserahkan kepada pengawas sekolah (peneliti). Hasil tindakan pada siklus I dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini. 158

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 Tabel 3. Kondisi Awal dan Hasil Siklus I Refleksi: Pada tabel di atas menunjukkan tindakan pada siklus I melalui workshop kualitas soal HOTS meningkat, dengan membandingkan kondisi awal rata-rata hasilnya 56,1 (kurang) sedangkan hasil pada siklus I rata-ratanya 71,7 (cukup ) naik 27,8%, kelas IV naik 22,1 %, kelas V naik 22,5%, dan kelas VI naik 20,7 % Hasil siklus I masih perlu diadakan workshop lagi karena hasilnya masih rata-rata cukup, belum pada kriteria baik. Di samping itu hasil penyusunan soal HOTS 159

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 masih ada yang belum sepenuhnya sesuai dengan indikator dalam kisi-kisi. Maka perlu tindakan lanjutan yaitu berupa workshop tahap ke-2 pada siklus II. Deskripsi Siklus II Perencanaan Tindakan Menyampaikan hasil siklus I kepada guru, Kepala sekolah dan kolaborator. Kekurangan hasil pada siklus I ini ditindaklanjuti peneliti dengan merencanakan workshop tahap ke-2, untuk membahas soal HOTS yang sudah dikerjakan oleh guru di rumah, dipadukan dengan juknis yang ada, agar guru mengetahui kekurangsempurnaan soal HOTS yang sudah dibuatnya. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan workshop pada siklus II ini dilaksanakan dengan kegiatan pembahasan soal HOTS yang sudah dikerjakan guru di rumah. Peneliti membahas dengan cara berdiskusi dan pemberian contoh–contoh soal HOTS. Kemudian guru menyusun soal HOTS yang baik dan benar. Dalam siklus II ini , setelah diadakan workshop tahan ke-2 guru kelas IV, kelas V, dan kelas VI membuat soal HOTS. Soal yang dibuat guru kelas IV, kelas V, dan kelas VI diserahkan kepada kolaborator. Hasil penyusunan soal dan instrumen yang sudah diisi diserahkan kepada peneliti. Hasil Pengamatan Soal HOTS yang dibuat guru- guru kelas IV, kelas V, dan kelas VI setelah mendapat workshop pada tahap ke-2 hasilnya meningkat. Soal HOTS yang dibuat guru pada siklus II ini sudah menunjukkan peningkatan - peningkatan dibanding siklus I. Sebagian besar soal yang disusun sudah sesaui dengan kaidah penulisan soal HOTS. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4. 160

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 Tabel 4. Hasil Siklus I dan Siklus II Tabel di atas menunjukkan bahwa workshop tahap ke-2 dapat lebih meningkatkan kualitas soal HOTS yang dibuat oleh guru kelas. Refleksi Workshop tahap ke-2 dapat lebih meningkatkan kualitas soal HOTS yang disusun guru kelas IV, kelas V, dan kelas VI. Rata-rata hasil kemampuan guru dalam penyusunan soal HOTS pada siklus II kategori baik (81,7) sedangkan hasil siklus I rata-rata 71,7 meningkat 13,9% dibanding hasil siklus I. Hasil rata-rata kelas IV 81,5 meningkat 12,8%, kelas V 81,1 meningkat 14,5 % Siklus I Pelaksanaan siklus I dilaksanakan setelah melihat kon disi awal, kemudian dimulai dengan memberi kan bimbingan secara kelompok (workshop tahap I ) menyusun kisi- kisi dan soal HOTS untuk satu hari hasilnya dinilai kolaborator dengan menggunakan i nstrumen dan juknis yang disiapkan peneliti. Kisi-kisi dan soal tersebut kemudian diserahkan kepada pengawas sekolah beserta hasilnya..Hasil pada siklus I rata- rata 71,7 naik 27,8 % dibanding kondisi awal sehingga masih belum maksimal maka perlu diadakan workshop pada tahap ke-2 161

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 pada tindakan siklus II. Siklus II Setelah mengetahui kekurangan soal HOTS yang dibuat guru pada siklus I peneliti perlu mengadakan workshop pada tahap ke-2, tentang kekurangsempurnaan soal HOTS guru kelas IV, kelas V, dan kelas VI agar lebih sempurna pada kelas VI 82,5 meningkat 14,1%. Soal yang disusun sudah sesuai dengan kaidah penulisan soal HOTS. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus Siklus II, terbukti hasilnya meningkat 13,9% dibanding hasil siklus I. Untuk lebih jelasnya amati tabel 6 dan diagramnya. Tabel 5. Hasil penelitian Keterangan : A. Kondisi Awal S.I : Siklus I S.II : Siklus II Kesimpulan dan Hasil Penelitian Hasil workshop yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah (peneliti) yang berkolaborasi dengan teman sejawat kualitas soal HOTS yang dibuat guru kelas IV, V, dan VI dapat meningkat. Kualitas soal HOTS yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1)Soal HOTS yang disusun oleh guru sesuaidengan Kompetensi Dasar (KD) dan materi yang akan dinilai. (2)Soal HOTS yang disusun oleh guru sudah sesuai dengan kisi- kisi yang telah 162

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 dibuat. (3)Soal HOTS yang disusun oleh guru sudah sesuai dengan indikator. (4)Soal HOTS yang disusun oleh guru sudah menggunakan stimulus yang baik dan benar. (5)Soal HOTS yang disusun oleh guru sudah menggunakan kaidah penulisan soal yang baik dan benar. (6)Soal HOTS yang disusun oleh guru sudah dilengkapi dengan kunci jawaban dan rubrik penelitian. 4. Kesimpulan dan Rekomendasi 4.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, hipotesis dan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa workshop duta dapat meningkatkan kualitas soal HOTS guru kelas IV, V, dan VI gugus Pantai Kartini kecamatan Mojolaban Sukoharjo tahun pelajaran 2021/2022 dengan peningkatan 27,8 % pada siklus I dan 13,9 % pada siklus II. Adapun secara terperinci untuk kelas IV kondisi awal rata-rata 56,4 siklus I rata-rata 72,2 meningkat 28% , siklus II rata-rata 81,5 meningkat 12,8 % .Kelas V kondisi awal rata-rata 54,7 siklus I rata-rata 70,8 meningkat 29%, siklus II rata- rata 81,1 meningkat 14,5%. Kelas VI kondisi awal rata- rata 57,2 siklus I rata-rata 72,3 meningkat 26,2%, siklus II rata- rata 82,5 meningkat 14,1%. Hasil yang dicapai guru sudah memenuhi target yaitu dengan membandingkan hasil kenaikan minimal 10%. Peningkatan di atas membuktikan keberhasilan peningkatan kualitas soal HOTS melalui workshop duta guru kelas gugus Pantai Kartini Kecamatan Mojolaban Sukoharjo tahun pelajaran 2021/2022. 4.2. Rekomendasi Berdasar hasil penelitian, analisis data dan kesimpulan dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu disarankan yaitu a. Bagi Guru (1)Hendaknya guru menyusun soal HOTS secara rutin dalam setiap mengadakan Penilaian, baik Penilaian Harian (PH), Penilaian Tengah Semester (PTS), Penilaian Akhir Semester (PAS). 163

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 (2)Apabila ada masalah/ kesulitan segeralah minta bantuan teman guru/ KS/ Pengawas Sekolah untuk memecahkannya, sehingga kualitas penyusunan soal HOTS bisa maksimal. (3)Keterampilan menyusun soal HOTS yang baik dan benar akan terwujud bila guru ada kemauan untuk berlatih dan membiasakan diri membuat soal HOTS setiap kali mengadakan ulangan. b. Saran bagi para pengawas sekolah (1)Pengawas sekolah sebaiknya menjalin hubungan yang baik sebagai patner kerja bukan sebagai atasan dan bawahan (pengawas sekolah sahabat guru). (2)Workshop diprogramkan minimal 2 kali/semester sehingga guru akan terbiasa berdiskusi dan berpikir kritis. Daftar Referensi Depdiknas. (2007) Panduan Penulisan Soal Pilihan Ganda, Balitbang, Jakarta. . (2008) Pedoman Penelitian Tindakan Sekolah Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SMA/SMK, Dirjen PMPTK Jakarta .(2008) Materi Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),DirjenDikdasmen, Jakarta. . (2009) Bahan Belajar Mandiri KKPS Penelitian Tindakan Sekolah, Dirjen PMPTK, Jakarta. . (2010) Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, Dirjen Pendasmen, Jakarta Kemendikbud (2013) Bahan Pembelajaran Diklat CKS Supervisi Akademik, LPPKS, Jateng. Nurhadi (2004) Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban, Grasindo Jakarta. Permendikbud. (2014) Supervisi Akademik Implementasi Kurikulum 2013, Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Jakarta. , (2019) Panduan Penulisan Soal HOTS, Pusat Penilaian Pendidikan: Jakarta. , (2016) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan , Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kepala Biro Kepegawaian, Jakarta. https://www.dosenpendidikan.co.id/ (diakses pada tanggal 5 November 2021). 164

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyusun Instrumen Penilaian Melalui Workshop dan Pembimbingan di Sekolah Binaan Kendarti Satiti Balai Dikmen Kab. Kulon Progo Email: [email protected] 1. Pendahuluan Proses pembelajaran kurang lengkap jika tidak dilanjuti dengan penilaian. Permendikbud No 53 tahun 2015 mengamanatkan bahwa penilaian merupakan bagian kegiatan pembelajaran yang wajib dilakukan guru. Penilaian merupakan proses pengumpulan informasi atau data capaian kompetensi pembelajaran siswa dalam ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis. Penilaian digunakan untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Penilaian pembelajaran dilakukan oleh guru, satuan pendidikan, maupun oleh pemerintah. Dalam Panduan Penilaian SMK (2018), penilaian hasil belajar digunakan untuk mengetahui capaian hasil belajar siswa, pertumbuhan dan perkembangan siswa, mendiagnosis kesulitan belajar siswa, mengetahui efektivitasi pembelajaran yang dilakukan guru, dan mengetahui capaian kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah. Penilaian hasil belajar siswa mencakup yang mencakup penilaian kinerja, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio. Ada beberapa jenis penilaian yang dilakukan di jenjang SMK, yaitu penilaian harian (PH), penilaian tengah semester (PTS), penilaian akhir semester (PAS), dan penilaian akhir tahun (PAT), ujian paket kompetensi (UPK), uji kompetensi keahlian (UKK), dan ujian sekolah (US). Pelaksanaan penilaian harian dilakukan oleh guru terintegrasi dalamproses pembelajaran. PH dibuat dalam bentuk soal esay, isian singkat, dan/atau soal pilihan ganda. Pelaksanaan PTS, PAS, PAT, dan US dilakukan oleh guru di bawah koordinasi sekolah. Sedangkan pelaksanaan UPK dan UKK dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi profesi dan/atau satuan 165

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 pendidikan terakreditasi bersama mitra DUDI dengan memperhatikan paspor keterampilan dan/atau portofolio. Fawzi (2016) dalam penelitiannya mengatakan penilaian memiliki kedudukan penting dalam proses pembelajaran yang bermanfaat untuk mengetahui karakteristik, kemampuan, dan keahlian yang dimiliki masing-masing siswa. Sedangkan pada standar penilaian permendikbud nomor 34 tahun 2018 mengamanatkan bahwa penilaian hasil belajar merupakan kegiatan mengumpulkan dan mengolah informasi untuk mendeskripsikan kompetensi yang dikuasi siswa. Penilian hasil belajar juga dimanfaatkan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Penilaian hasil belajar oleh guru merupakan penilaian proses pembelajaran (assesment for learning), penilaian capaian pembelajaran (assesment of learning), dan penilaian sebagai pembelajaran (assement as learning). Mekanisme pelaksanaan penilaian oleh guru, yaitu: 1) menentukan lingkup penilaian dalam ranah sikap, pengetahuan, dan/atau keterampilan, 2) menentukan perencanaan dan melaksanakan penilaian, dan 3) memanfaatkan penilaian untuk penetingan siswa dan perbaikan pembelajaran atau untuk keperluan lain. Mendasar pendapat tersebut disimpulkan bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan informasi atau data yang dimiliki siswa dalam ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk mengetahui karakteristik, kemampuan, dan keahlian tiap siswa. Pelaksanaan penilaian dapat berupa PH, PTS, PAS, UTK, UMTK, US. Mengingat pentingnya penilaian, guru wajib menyusun perencanaan penilaian dengan baik dan benar sesuai silabus yang sudah dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penilaian harus dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar siswa dan untuk meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran. Dalam Permendiknas 20 tahun 2007 diamatkan bahwa intrumen penilaian yang disusun guru harus memenuhi persyaratan (a) substansi/materi, merujuk pada kompetensi yang dinilai dengan memperhatikan urgensi, kontinuitas, relevansi, keterpakaian (UKRK), (b) konstruksi, dalam arti memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, maksudnya menggunakan 166

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 bahasa yang baku dan komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik, serta memiliki bukti validitas empirik. Mekanisme penyusunan penilaian yang dilakukan guru meliputi 1) menyusun rencana penilaian dan menentukan bentuk penilaian yang dibuat bersamaan dengan RPP berdasarkan silabus, 2) menyusun instrumen penilaian, 3) melakukan perakitan butir soal yang sesuai tujuan penilaian, 4) melaksanakan penilaian berupa bahan sebagai laporan hasil belajar ke pihak lain, 5) melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dan deskripsi. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam melakukan serangkaian penilaian, yaitu: 1) menentukan tujuan penilaian, 2) menyusun kisi-kisi soal, 3) menyusun soal, 4) melakukan validasi soal, 5) melakukan analisis hasil validasi, 6) merevisi soal, dan 7) menyusun pedoman penilaian yang sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih. Setelah soal selesai dirakit kemudian dilaksanakan tes pada siswa menggunakan soal yang sahih dan andal. Selesai pelaksanaan penilaian dilakukan koreksi hasil pekerjaan siswa dengan memberi angka dan komentar sebagai balikan yang mendidik. Selanjutnya menganalisa hasil penilaian untuk mengetahui kemampuan kompetensi yang dikuasai peserta didik, mengetahui kesulitan belajar peserta didik, melakukan remidi/perbaikan dan pengayaan. Hasil penilaian yang sudah dikoreksi dikembalikan kepada peserta didik disertai balikan (feedback) untuk dilaporkan pada pihak terkait dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain. Mencermati instrumen penilaian harian yang dibuat guru pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021, ternyata ada 78 % guru belum paham dalam menyusun instrumen penilaian. Masih banyak guru mengadopsi langsung soal dari buku, belum semua soal tergolong High Order Thingking Skills (HOTS), rata- rata soal yang disusun guru masih pada ranah C1 sampai C4, dalam arti masih sebatas mengingat, memahami, menerapkan, dan sebagian kecil menganalisis, tidak ada kisi-kisi soal sebagai acuan penyusunan instrumen penilaian kecuali jika ditagih oleh panitia atau ditanyakan oleh pengawas sekolahnya. Jika ada sebagian guru menyusun kisi-kisi soal terkadang belum sesuai dengan tujuan penilaian dan kurang tepat dengan soal yang dibuat. Soal yang disusun guru belum memuat stimulus, sehingga siswa tidak dibiasakan untuk menganalisis suatu masalah/kejadian. Beberapa guru dalam menyusun intrumen penilaian belum 167

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 sesuai dengan kaidah penyusunan soal. Ada juga sebagian guru dalam menyusun soal penilaian sesaat sebelum penilaian dilaksanakan, sehingga ada soal yang tidak dapat dikerjakan siswa dan kurang sesuai dengan tujuan penilaian. Hasil penilaian jarang dianalisis oleh sebagian besar guru. Bahkan ada sementara guru yang tidak mengembalikan hasil penilaian siswa, sehingga siswa tidak tahu bagian mana materi yang belum paham. Untuk siswa jenjang SMK sebaiknya diberikan soal HOTS yang berada pada ranah C4 sampai C6 yaitu menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta/mengkreasi. Sementara sebagian guru masih beranggapan bahwa soal HOTS merupakan soal sulit yang akan mempersulit guru, karena harus melakukan remidial pembelajaran dan remidial tes. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kompetensi guru di sekolah binaan dalam menyusun instrumen penilaian perlu ditingkatkan. Perlu treadment tertentu dalam memahamkan guru menyusun instrumen penilaian agar sesuai dengan tujuan penilaian. Melihat kondisi di atas perlu dilakukan penelitian untuk memahamkan guru dalam menyusun instrumen penilaian. Untuk mengatasi permasalahan tersebut digunakan workshop dan pembimbingan. Tindakan ini dipilih karena termotivasi penelitian sebelumnya bahwa workshop maupun pembimbingan mampu mengatasi permasalahan yang dihadapai guru dalam pembelajaran, atau bahkan dapat meningkatkan kompetensi guru. Penelitian yang dilakukan mengkombinasi workshop dan pembimbingan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi guru dalam menyusun instrumen penilaian. Menurut Joko (2013) dalam penelitian yang diadakan di SD se Kecamatan Semarang Utara menunjukan bahwa kegiatan workshop mampu meningkatkan 75 % kompetensi guru-guru SD dalam menyusun soal digital Bahasa Jawa menggunakan adobe captivate. Sedangkan dalam penelitian di SMP Negeri 1 Tambun selatan, Annisa (2019) menyimpulkan workshop yang diselenggarakan kepala sekolah mampu meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga pelaksanaan pembelajaran lebih kondusif. Sementara workshop model integrasi terpadu yang dilakukan oleh Alif Yanuar, dkk (2021) mampu meningkatkan kemampuan guru dalam merancang strategi pembelajaran IPA. Masih menurut Alif Yanuar pelaksanaan workhop penting dilakukan karena berhasil meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar IPA, sehingga pembelajaran IPA menjadi 168

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 menarik dan menyenangkan. Sedangkan Udin (2017) dalam penelitiannya mencermati adanya peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP di SMP Negeri 10 Kota Ternate dengan pembimbingan secara berkelanjutan. Pembimbingan berkelanjutan yang dilakukan Udin menunjukkan peningkatan kompetensi guru menyusun RPP dalam tiap siklusnya. Di akhir siklus diperoleh 90% guru menyusun RPP dengan benar dan implementatif dalam pembelajaran. Sementara penelitian yang dilakukan Giyarsih (2021) menyimpulkan bahwa pendampingan dan pembimbingan yang dilakukan pengawas sekolah mampu meningkatkan pengetahuan guru daam pengembangan profesi. Guru termotivasi untuk menulis PTK yang berimbas pada peningkatan profesionalisme guru dan peningkatan jenjang karier. Membaca, mendasar, dan termotivasi penelitian yang dilakukan sebelumnya dicoba menerapkan workshop dan pembimbingan pada penelitian untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun instrumen penilaian. Penelitian dilakukan dengan mengkombinasi workshop dan pembimbingan. Workshop dilakukan di awal kegiatan diikuti oleh semua guru di sekolah binaan. Dalam kegiatan workshop guru diminta menyusun instrumen penilaian harian menggunakan langkah-langkah yang tepat dimilain dari menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi sampai pada instrumen penilaian. Pada kegiatan workshop guru diminta menyampaikan pendapat atau ide dan kesulitan yang dihadapai selama mengerjakan tugas. Pembimbingan dilakukan setelah pelaksanaan workshop. Pembimbingan diberikan pada guru yang mengalami kesulitan atau guru yang dirasa belum paham dalam menyusun instrumen penilaian. Pembimbingan dilakukan selama workshop dan dilain waktu sesuai dengan kebutuhan guru. Pembimbingan dilakukan secara individu atau kelompok di ruang guru atau ruang kepala sekolah atau di tempat lain yang dirasa nyaman. Workshop sering disebut dengan istilah lokakarya yaitu kegiatan sekelompok orang yang memiliki minat untuk meningkatkan pengetahuan atau keahlian secara sistematis agar memiliki kinerja yang profesional di bidangnya. Dalam kegiatan workshop peserta dituntut untuk aktif berlatih sesuai tujuan (Widodo dan Suparno Eko, 2015: 82-84). Sememtara Kuswana (2014: 1-4) menyatakan workshop merupakan tempat atau bengkel yang digunakan untuk bekerja dan berisi berbagai peralatan yang diperlukan. Dalam hal ini bisa 169

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 dikatakan tempat yang berisi segala keperluan guru untuk berlatih sesuai dengan tugas pokoknya agar lebih profesional. Berdasar pengertian di atas disimpulkan bahwa pengertian workshop yaitu suatu kegiatan guru di suatu tempat yang memiliki minat untuk meningkatkan pengetahuan dan keahliannya agar mampu bekerja secara profesional. Kegiatan yang dilakukan guru antara lain menyusun instrumen penilaian. Harapannya agar guru paham dalam menyusun instrumen penilaian. Workshop mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya setiap peserta dilatih dan dibimbing untuk bekerja secara ilmiah, setiap peserta diberi kebebasan untuk bekerja sama, dan diberi informasi yang jelas dalam melaksanakan tugas sesuai tujuan workshop. Akan tetapi workshop juga mempunyai kelemahan diantaranya, yaitu: membutuhkan tenaga, biaya. dan waktu. Dipilihnya workshop dalam penelitian ini karena dapat diikuti oleh banyak guru di setiap sekolah binaan. Selama workshop peserta yang semuanya guru saling berkomunikasi menyelesaikan tugas yaitu menyusun instrumen penilaian harian. Pembimbingan merupakan usaha yang dilakukan pembimbing untuk memahamkan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang lingkungan dan dirinya sendiri pada seseorang yang dibimbingnya (Winkel: 2007: 35). Menurut Syamsu Yusuf (2010) pembimbingan merupakan proses atau kegiatan memberi bantuan pada individu atau kekompok secara terus-menerus agar mampu memahami dirinya sehingga dapat melakukan kegiatan sesuai ketentuan di lingkungan sekitar. Bimbingan merupakan kegiatan pemberian bantuan dari seorang pembimbing pada individu dan dilakukan untuk menyelesaikan masalah atau kesulitan yang dihadapi. Sementara Henni dan Abdillah (2019:2-5) mengatakan pembimbingan yaitu proses pemberian bantuan atau pertolongan secara sukarela dari orang yang mempunyai kompetensi pada individu atau kelompok dengan tujuan memahami diri dan lingkungannya (sebagai guru) untuk lebih mandiri. Pemberian pertolongan diberikan dengan suka rela dan tidak memaksa orang yang dibantu harus menerima atau mengikutinya. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan pembimbingan atau bimbingan adalah proses pemberian bantuan dari sesorang yang lebih kompeten atau ahli dalam bidangnya pada individu atau kelompok agar mengembangkan 170

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 kemampuannya atau mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan ketugasanya sehingga lebih mandiri dan lebih kompeten. Dalam penelitian ini dilakukan agar pembimbingan agar guru lebih kompeten dalam menyusun instrumen penilaian. Guru dikatakan meningkat kompetensinya apabila guru tersebut mampu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melakukan penilaian hasil belajar dan melakukan tindak lanjut hasil penilaian. Jika guru mampu menguasai sejumlah kompetensi tersebut baik secara teori maupun secara praktik maka tampaklah abilitasnya. Abilitas merupakan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Kompetensi guru menurut Mulyasa (2013: 25 -26) merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan periaku yang harus dimiliki, dikuasai, dan dihayati oleh seorang guru dalam melaksanakan ketugasannya. Kompetensi guru diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruan. Undang-Undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 mengamanatkan kompetensi guru yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesiannya. Sementara Jamil (2014: 97) berpendapat bahwa kompetensi guru merupakan gambaran kegiatan yang dilakukan guru dalam melaksanakan perkerjaan baik dalam bentuk perilaku maupun hasil. Mendasar pengertian di atas disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan segala kemampuan, keterampilan, dan kualitas yang dimiliki guru dalam melaksanakan pembelajaran yang berupa hasil maupun perilaku. Seorang guru yang kompeten pasti mampu menyusun instrumen PH yang benar yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi siswa. Menyusun intrumen penilaian merupakan tugas wajib guru yang harus dilakukan selain mengajar. Dalam menyusun intrumen penilaian diperlukan kompetensi khusus agar soal yang dihasilkan sesuai tujuan sehingga dapat mengukur tingkat kompetensi siswa. Intrumen penilaian merupakan soal yang digunakan guru untuk mengukur kompetensi yang dikuasai siswa agar dapat melanjutkan kompetensi berikutnya. Intrumen penilaian harus sesuai dengan tujuan, maksudnya intrumen penilaian tersebut dapat digunakan untuk mengukur kompetensi yang harus dikuasai siswa. Soal yang digunakan guru harus sahih dan andal. Ada beberapa langkah dalam menyusun soal, yaitu: 1) menentukan tujuan tes, 2) menentukan 171

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 kompetensi yang akan diujikan, 3) menentukan materi yang diujikan, 4) menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian; dan tes praktik), 5) menyusun kisi-kisinya, 6) menulis butir soal, 7) memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif, 8) merakit soal menjadi perangkat tes, 9) menyusun pedoman penskorannya 10) uji coba butir soal, 11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik hasil uji coba, dan 12) perbaikan soal berdasarkan hasil analisis. Guru yang kompeten harus mampu menyusun soal yang baik dan bermutu. Soal yang baik dan bermutu adalah soal yang sahih/valid dan andal/reliabel. Sahih menunjukan bahwa setiap alat ukur hanya mengukur satu dimensi/aspek. Andal menunjukkan bahwa setiap alat ukur harus dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat, cermat, dan ajeg walau digunakan dalam kondisi yang berbeda. Untuk memperoleh soal yang sahih dan andal perlu dikaji menggunakan lembar kajian soal. Setelah kegiatan workshop dan pembimbingan guru mampu menyusun instrumen penilaian dengan benar secara mandiri sesuai keperluan dan kompetensi yang akan ditagih. Untuk selanjutnya tidak dijumpai soal yang disfungsi. Berdasarkan identifikasi masalah di atas disusun rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana workshop dan pembimbingan dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru muda dalam menyusun soal penilaian?” Tujuan dalam penelitian tindakan yaitu mengetahui peningkatan kompetensi guru muda dalam menyusun instrumen penilaian melalui workshop dan pembimbingan di sekolah binaan. Adapun manfaat penelitan ini dapat dirasakan oleh siswa, karena siswa lebih kritis dalam menyelesaikan soal, guru, karena menjadi lebih kompeten dalam menyusun instrumen penilaian, sekolah, karena adanya peningkatan kompetensi dan prestasi siswa, dan pengawas sekolah, yaitu meningkat dalam kompetensi penelitian dan pengembangan. 2. Metode Penelitian Kemampuan guru (muda) dalam menyusun instrumen penilaian masih perlu ditingkatkan, sehingga perlu diteliti dan dianalisis berdasarkan kondisi nyata tersebut. Kondisi dan variabel yang dilaporkan merupakan keadaan nyata 172

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 di sekolah. Dalam mengatasi permasalahan digunakan workshop dan pembimbingan. Penelitian dilakukan bulan Agustus sampai bulan Oktober 2021 dalam 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan dalam 3 pertemuan. Subjek penelitian 20 guru muda di SMK CIM Kulon Progo 8 guru, SMK BOPKRI Wates 7 guru, dan SMK Tamansiswa Nanggulan 5 guru. Guru muda merupakan guru yang pengalaman mengajarnya paling lama 2 tahun. Guru ini belum memiliki pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran dan dalam menyusun instrumen penilaian, sehingga perlu dibimbing. Pengumpulan data digunakan wawancara dan studi dokumen. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang hal yang diperlukan yang belum ada pada dokumen. Studi dokumen merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mencermati instrumen penilaian yang dirakit guru. Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis kualitatif dengan mendiskrepsikan data yang ada sesuai keadaan yang sebenarnya. Dalam penelitian ada 15 indikator pencermatan soal untuk mengetahui tingkat kesahihan dan keandalan soal, yaitu 1) guru menentukan tujuan tes, 2) penyusunan soal sesuai dengan tujuan tes, 3) rumusan soal sesuai kompetensi siswa yang diharapkan, 4) rumusan soal memperhatikan urgensi, kontinuitas, relevansi, dan keterpakaian (UKRK), 5) kisi-kisi soal yang disusun memuat stimulus, 6) kisi-kisi soal yang disusun guru pada ranah HOTS, 7) indikator dalam kisi-kisi yang memuat ABCD, 8) guru menyusun soal berdasarkan kisi- kisi yang dibuat, 9) butir soal menggunakan bahasa yang baku, 10) rumusan soal bersifat komunikatif, 11) rumusan soal tidak mempunyai tafsir ganda, 12) butir soal sebelum digunakan divalidasi, 13) guru melakukan revisi terhadap hasil validasi soal, 14) guru melakukan perakitan soal menjadi perangkat penilaian, dan guru membuat kunci jawaban dan pedoman penskoran berdasarkan kaidah penulisan. Dari 15 indikator pencermatan soal dikelompokkan dalam enam komponen yang dapat dibaca pada Tabel 1 di bawah. 173

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Tabel 1. Pengelompokkan Indikator Penulisan Soal No Komponen Soal Indikator Penulisan Soal 1. Tujuan tes 1, 2 2. Kompetensi siswa 3,4 3. Kisi-kisi soal 6, 7, 8 4. Kebahasaan 9, 10, 11 5. Validasi soal 12, 13 6. Perakitan soal 14, 15 Untuk selanjutnya instrumen penilaian yang disusun guru dianalisis dan dikelompokkan sesuai dengan Tabel 1 di atas. 3. Hasil dan Pembahasan Kegiatan workshop mengawali penyusunan isntrumen penilaian diikuti semua guru di sekolah binaan. Dalam kegiatan workshop semua guru wajib menyusun instrumen PH. Dari seluruh guru yang mengikuti workshop hampir semua guru muda mengalami kendala dalam menyusun inatrumen PH, sehingga dilakukan pembimbingan. Selama pembimbingan diberikan bantuan pada beberapa guru yang mengalami kesulitan menyusun PH atau bahkan pada guru yang belum paham cara menyusun instrumen PH. Instrumen PH yang disusun guru dianalisis menggunakan Tabel 1. Hasil analisis diperoleh gambaran seluruh guru muda mengalami kesulitan dalam menyusun instrumen penilaian. Ada 3 guru belum paham sama sekali menyusun soal PH, ini disebabkan karena guru tersebut masih baru lulus dari penguruan tinggi (fress graduade) dalam mengajar. Secara lengkap analsis hasil workshop penyusunan instru,en penilaian tersaji pada Tabel 2 berikut. 174

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 Tabel 2. Hasil Pencermatan Instrumen Penilaian Guru Siklus I Kategori (%) No Komponen Soal AB B C K 1. Tujuan tes 0 10 90 0 2. Kompetensi siswa 0 25 60 15 3. Kisi-kisi soal 0 15 10 75 4. Kebahasaan 0 50 50 0 5. Validasi soal 0 0 5 95 6. Perakitan soal 5 55 40 0 Keterangan: AB: Amat Baik, B: Baik, C: Cukup, dan K: Kurang Berdasar hasil penelitian yang tersaji pada Tabel 2 menunjukkan pada siklus 1 hampir semua guru muda belum paham menyusun PH. Pada komponen tujuan tes baru ada 10% yang berada pada kategori baik, selebihnya 90 % pada kategori cukup. Berdasar hasil dikusi dengan guru penyusun soal diperoleh informasi bahwa tujuan penilaian kurang diperhatikan oleh guru. Sering terabaikan tujuan tes karena guru merasa PH adalah kegiatan rutin yang tidak perlu memperhatikan kompetensi dan maksud penilaian. Dalam wawancara dengan guru, penulisan soal dibuat sesaat pelaksanaan PH. Pada komponen kompetensi siswa diperoleh hasil 15% pada kategori kurang, 60% pada kategori cukup, dan 25 % pada kategori baik. Hal senada disampaikan guru yang berada pada kategori kurang dan cukup, pelaksanaan dan penyusunan intrumen PH kadang- kadang dibuat mendadak. Komponen kisi-kisi soal lebih parah lagi, yaitu 75% guru pada kategori kurang, 10% cukup dan 15% baik. Pada komponen ini hampir semua guru tidak pernah menyusun kisi-kisi soal jika tidak ditanyakan oleh pengawas sekolah. Guru muda kebingungan dalam menyusun kisi-kisi soal, 15 % guru yang berada pada kategori baik mampu menyusun kisi-kisi soal dengan benar karena aktif bertanya pada pengawas pembina dan/atau bertanya dengan guru senior yang lebih kompeten. Pada komponen kebahasaan terlihat 50% pada kategori cukup dan baik. Wawancara dengan beberapa guru tentang penggunaan bahasa cukup terjadi karena soal yang di buat menggunakan bahasa baku menyulitkan dalam menyusun rumusan soal. Untuk komponen validasi soal, 175

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 hampir semua guru dalam menyusun intrumen PH tidak pernah dilakukan validasi terhadap soal yang disusunnya. Hanya 5% guru yang melakukan validasi soal, itupun dilakukan oleh guru itu sendiri, bukan guru lain. Sedangkan pada komponen perakitan soal sudah ada 5% guru merakit soal dengan lengkap diserti kunci dan pedoman penilaian, sementara untu 45% guru masih pada kategori cukup dan 55 % sudah berada pada kategori baik. Hal ini disebabkan karena sebagian guru belum menyusun kunci dan pedoman penilaian saat intrumen penilaian digunakan. Secara menyeluruh pada siklus 1 kemampunan guru dalam menyusun intrumen penilaian masih berada pada kategori kurang 80% dan kategori cukup 20%. Dalam arti disiklus ini guru belum paham dalam menyusun intrumen PH yang baik dan benar. Dengan kata lain instrumen PH yang disusun guru belum sahih dan andal. Sehingga perlu dilanjutkan penelitian pada siklus kedua. Mencermati hasil penelitian yang masih rendah, maka dilanjutkan pembimbingan melalui diskusi baik secara langsung (tatap muka) maupun menggunakan whatshap (WA). Dalam pembimbingan menyadarkan guru bahwa menyusun perangkat penilaian harus melalui langkah-langkah yang benar. Perlunya menentukan tujuan tes dibuat, memperhatikan UKRK untuk kompetensi penting yang harus dikuasai siswa, kisi-kisi soal, bahasa baku sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda dari soal yang dibuat guru, perlu validasi soal oleh guru lain dan soal dirakit dengan utuh agar instrumen penilaian dapat digunakan sesuai dengan tujuan. Akibatnya instrumen penilaian yang disusun guru bersifat sahih dan andal yang mampu digunakan dan memberi hasil yang tepat dan ajeg. Kegiatan pembimbingan dilakukan secara individual dan/atau kelompok. Pembimbingan individual dilakukan pada guru jika di sekolah tersebut hanya ada satu guru yang belum paham atau dilakukan pada guru yang kemampuaanya masih kurang. Sedangkan pembimbingan kelompok diberikan pada guru-guru yang mempunyai kesalahan sama dalam menyusun perangkat penilaian dan mempunyai kemampuan sama dalam menyusun perangkat penilaian. Pembimbingan dilakukan dengan cara mencermati kesiapan guru dan instrumen penilaian. Bersama guru mencermati instrumen PH mulai dari tujuan penyusunan tes, kisi-kisi soal, kompetensi yang harus dikuasai siswa, validasi, dan membimbing guru dalam merakit soal dengan memperhatikan materi, konstruksi 176

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 dan bahasa yang digunakan agar soal yang disusun guru mempunyai keterbacaan yang jelas, mudah, dan tidak mempunyai penafsiran ganda. Pembimbingan dilanjutkan pada sebagian guru yang belum paham dalam menysun instrumen PH. Pada pertemuan 1 siklus 2 masih dijumpai soal yang belum memuat stimulus dan materi tagihan belum memperhatikan UKRK. Pasca pembimbingan diperoleh intrumen PH yang secara lengkap dianalisis menggunakan isntrumen observasi. Hasil pembimbingan siklus 2 secara lengkap disajikan pada Tabel 3 di bawah. Tabel 3. Hasil Pencermatan Instrumen Penilaian Guru Siklus 2 Kategori (%) No Komponen Soal AB B C K 1. Tujuan tes 20 60 20 0 2. Kompetensi 15 60 25 0 siswa 3. Kisi-kisi soal 0 80 20 0 4. Kebahasaan 90 10 0 0 5. Validasi soal 55 45 0 0 6. Perakitan soal 35 65 0 0 Keterangan: AB: Amat Baik, B: Baik, C: Cukup, dan K: Kurang Membaca Tabel 3 tidak ada guru pada kategori kurang untuk semua komponen indikator penyusunan soal. Ada kenaikan pada semua komponen indikator penyusunan instrumen penilaian. Kenaikan merata untuk semua komponen walaupun pendampingan yang dilakukan pada masing-masing guru berbeda-beda. Ada guru yang hanya didampingi sebanyak 1 kali dan langsung paham, tetapi ada juga guru yang perlu pendampingan sampai 3 kali pertemuan baru memahami cara menyusun intrumen penilaian yang benar. Bacaan Tabel 3 pada komponen tujuan pembelajaran ada 20% guru mempunyai kategori amat baik, 60% baik dan masih ada 20% cukup. Guru yang berada pada kategori cukup memang kurang tepat dalam menentukan tujuan tes yang disebabkan pada siklus 2 ini guru kurang siap menyusun instrumen PH. Komponen kompetensi siswa ada 15% guru pada kategori amat baik, 60% 177

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 kategori baik, dan 25% pada kategori cukup. Hal yang sama untuk guru-guru yang berada pada kategori ini kurang siap menyusun intrumen penilaian sehingga ada kompetensi yang harus dikuasai siswa tetapi masih belum ditagih dalam instrumen penilaian. Komponen kisi-kisi soal, sudah 80 % guru ada pada kategori baik dan hanya 20% pada kategori cukup. Ini disebabkan karena sebagian guru yang ada padakategori cukup sebagian indikator kisi-kisi soal belum semua memuat audiance, behavior, condition, dan degrre (ABCD) dan soal belum mencantumkan stimulus. Pada indikator soal masih ditulis langsung ke pertanyaan yang akan ditagih dari siswa. Untuk komponen kebahasaan semua guru sudah berada pada kategori baik, karena 90% pada kategori amat baik dan 10% pada kategori baik. Artinya semua soal sudah menggunakan bahasa baku yang mudah dipahamai siswa dan tidak disfungsi soal. Komponen validasi soal 55 % guru pada kategori amat baik dan 45% guru pada kategori baik. Semua soal yang disusun guru sudah divalidasi oleh guru sejenis. Sedangkan untuk perakitan soal 35% pada kategori amat baik dan 65% pada kategori baik. Pada komponen ini semua guru mampu merakit soal sesuai kisi-kisi disertai kunci dan pedoman penskoran sebelum pelaksanaan PH dilakukan. Hasil penelitian pada siklus 2 menunjukkan, komponen kabahasaan, validasi dan perakitan pada kategori baik. Sedangkan tiga komponen lain, yaitu tujuan, kompetensi siswa, dan kisi-kisi soal yang masih perlu ditingkatkan. Secara menyeluruh pencermatan semua komponen hasil penyusunan instrumen penilaian menunjukkan 20% pada kategori cukup, 65% pada kategori baik, dan 25% pada kategori amat baik. Menyimpulkan Tabel 1 dan Tabel 2 hasil penelitian diperoleh gambaran secara utuh kompetensi guru dalam menyusun instrumen PH tersaji pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Kompetensi Guru Menyusun Instrumen PH No Kategori Siklus 1 (%) Siklus 2 (%) 1. Amat Baik 0 25 2. Baik 0 65 3. Cukup 20 10 4. Kurang 80 0 Tabel 4 memperlihatkan bahwa kompetensi guru dalam menyusun intrumen 178

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 PH mengalami peningkatan. Pada siklus 1 kompetensi guru dalam menyusun instrumen penilaian tidak ada yang berada pada kategori amat baik dan baik. Pada siklus ini kompetensi guru pada kategori cukup 20% danpada kategori kurang 80 %. Penyebabnya yaitu guru muda belum paham dalam menyusun instrumen PH yang sahih dan andal. Pada Siklus 2 terlihat kompetensi guru dalam menyusun instrumen penilaian meningkat. Jumlah guru yang berada pada kategori amat baik ada 25%, yang berada pada kategori baik ada 65% dan pada kategori cukup ada 10%. Pada siklus ini guru berkategori kurang tidak ada. Berdasar Tabel 4 dikatakan bahwa workshop dan pembimbingan mampu meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun instrumen penilaian. Instrumen PH yang disusun guru sesuai dengan tuntutan dalam pedoman penilaian SMK yaitu sahih dan andal yang jika digunakan memberi hasil yang tepat dan ajeg. 4. Simpulan Mendasar hasil penelitian yang sudah dipaparkan, dapat disarikan bahwa: 1) untuk mendapat soal yang sahih dan andal perlu dibuat melalui langkah- langkah yang tepat mulai menentukan tujuan tes, kompetensi siswa yang ditagih memperhatikan UKRK, ada kisi-kisi soal, memperhatikan kebahasaan, dilakukan validasi oleh guru sejenis, dan dirakit dengan lengkap; 2) soal HOTS bukan berarti soal yang sulit, tetapi soal yang memuat stimulus yang membiasakan siswa menganalisis permasalahan berdasarkan kompetensi yang akan ditagih; 3) pembimbingan diberlakukan pada semua guru agar semakin paham dalam melakukan penilaian; 4) workshop dan pembimbingan sangat efektif membantu guru meningkatkan kompetensi menyusun instrumen penilaian. Berdasar simpulan di atas, saran yang direkomendasikan yaitu: 1) guru dalam menyusun instrumen penilaian perlu memperhatikan komponen indikator penyusunan soal, 2) guru perlu membaca buku panduan penilaian SMK agar dalam menyusun soal lebih sahih dan handal; 3) soal yang disusun guru sebaiknya HOTS agar membiasakan siswa berfikir kritis dan menganalisis suatu masalah; 4) Pengawas sekolah terus melakukan pembimbingan pada semua guru dalam menyusun instrumen penilaian agar mempunyai bank soal yang baik; 5) sekolah perlu memprogramkan kegiatan workshop sejenis untuk peningkatan kompetensi guru dan prestasi siswa. 179

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Daftar Pustaka Alif Yanuar Zukmadini, Bhakti Karyadi, Syaiful Rochman. (2021). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Workshop Model Integrasi Terpadu Literasi Sains Dan Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran IPA. Jurnal Publikasi Pendidikan http://ojs.unm.ac.id/index.php/pu bpend Volume 11 Nomor 2, Juni 2021. Annisa. (2019). Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Melalui Workshop. Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 6 No. 2 Juli 2019, hal 171-176. Direktorat Pembinaan SMK Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, (2018). Panduan Penilian Hasil Belajar dan Pengembangan Karakter Pada Sekolah Menengah Kejuruan. E. Mulyasa. (2013). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya., Fawzi, A. (2016). Pengembangan Alat Penilaian Pembelajaran Menyimak Eksposisi Kelas X SMA. Jurnal Bahasa dan Seni, 44(2). Giyarsih (2021) Peningkatan Kompetensi Guru Untuk Mengembangkan Profesi MelaluiPembimbingan Penulisan PTK Bagi Guru SMK Jurnal Inovasi Pendidikan Kejuruan https://jurnalp4i.com/index.php/vocational/article/view/351h.93-100. https://doi.org/10.51878/vocati onal.v1i3.351 Henni Syafriana Nasution, dan Abdillah. (2019). Bimbingan Konseling “Konsep, Teori dan Aplikasinya”. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI) Jamil Suprihatiningkrum. (2014). Guru Profesional:Pedoman Kinerja, Kualifikasi&Kompetensi Guru. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Joko Sukoyo. (2013). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Workshop Penyusunan Soal Digital Bahasa Jawa Dengan Menggunakan Program Adobe Captivate. Rekayasa: Jurnal Penerapan Teknologi dan Pembelajaran. Volume 11 No. 2. Kuswana, W. S. (2014). Ergonomi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 34 tahun 2018 Lampiran IV 180

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 tentang Standar Penilaian Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Dan Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 20 Tahun 2007 tentang Satndar Penilaian Pendidikan. Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan, (2010). Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya Udin Kuka. (2017). Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Bimbingan Berkelanjutan Di SMP Negeri 10 Kota Ternate. Jurnal Edukasi FKIP Universitas Khairun http://ejournal.unkhair.ac.id/in dex.php/edu h. 643- 649 diakses tanggal 20 Agustus 2021 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Widodo dan Suparno Eko. (2015). Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Makasar: Pustaka Pelajar Winkel, W. S. (2007). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia. 181

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Pemanfaatan Virtual Comunity Berbasis Virtual Group WhatsApp dalam Pelaksanaan Pengawasan Sekolah Binaan di Kabupaten Maros Muhammad Dahlan Dinas Pendidikan, Jalan Asoka No.3, Kabupaten Maros, 90516 email: [email protected] 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Peningkatan kompotensi guru sudah menjadi sebuah keharusan. Banyak factor yang turut mempengaruhi usaha peningkatan kualifikasi kompotensi guru agar dapat meningkatkan kinerjanya yang bermuara pada peningkatan output sekolah. Aqib (2002: 32) menegaskan bahwa guru merupakan salah satu faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan disekolah karena seorang guru menjadi sentral sumber kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, peningkatan kompotensi guru harus menjadi prioritas utama melalui mekanisme pendidikan dan latihan, workshop, bimbingan dan pemantauan melalui supervisisecara berkelanjutan. Peningkatan kualifikasi guru juga menjadi tanggung jawab pengawas melalui pelaksanaan supervisi akademik dan supervisi manajerial. Kedudukan pengawas ditegaskan melalui Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 bahwa kompetensi pengawas sekolah adalah kompetensi supervisi akademik yaitu kemampuan dalam melaksanakan supervisi. Tugas dan tanggung jawab pengawas tersebut tidaklah ringan karena banyaknya kendala teknis dan non teknis yang dihadapi baik oleh pengawas sekolah maupun kendala teknis dari lingkungan kerja pengawas. Jika diidentifikasi berdasarkan realitas empiris dilapangan, kendala tersebut masih berkisar pada efisiensi waktu, jarak, sarana dan fasilitas pendukung serta anggaran dan biaya yang menunjang pelaksanaan supervisi. Berdasarkan pengalaman empiris kami adalah (1) sulitnya merekap kehadiran guru, (2) keterbatasan waktu dalam melakukan bimbingan intensif bagi guru dan kepala sekolah dan (3) keterbatasan dalam berbagi informasi dan sosialisasi 182

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 terupdate tentang regulasi dan perubahan kebijakan terkait dengan tugas pokok dan tanggung jawab guru dan kepala sekolah. Hambatan tersebut diakibatkan oleh jarak sekolah binaan sehingga pengawas kesulitan untuk melakukan tatap muka langsung dalam memberikan bimbingan dan pembinaan bagi guru dan kepala sekolah. Kinerja pengawas juga dipengaruhi oleh kemampuan memobilisasi guru dan kepala sekolah untuk mengadakan pertemuan intensif, selain karena faktor biaya, juga karena faktor efisiensi pemanfaatan waktu sehingga guru dapat tetap fokus dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya mengajar di dalam kelas. Persoalan-persoalan tersebut memang sederhana, tetapi berdampak pada efektifitas kegiatan pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya akan berimbas pada hasil belajar siswa. Jika proses bimbingan dan pantauan pengawas dilakukan secara intensif dengan mengadakan pertemuan formal, akan mengakibatkan banyaknya waktu efektif tatap muka guru dengan siswa tersita. Selama proses penyelenggaraan bimbingan seyogyanya tidak mengganggu aktivitas kegiatan pembelajaran di sekolah, sehingga kami melakukan pendekatan yang mampu tetap menjaga efektivitas proses bimbingan bagi guru dan kepala sekolah dengan pemanfaatan ICT. Pemanfaatan ICT dimaksudkan untuk dapat menghadapi hambatan jarak dan waktu sesuai dengan esensi dari pemanfaatan ICT. Dibeberapa negara maju pemanfaatan ICT melalui E-supervision berbasis web telah dilakukan untuk membangun komunikasi dan komunitas maya (virtual community) antara pegawas dan guru binaan (Valerie, 2012). Realitas tersebut menjadi acuan untuk memanfaatkan aplikasi sosial media melalui Virtual Community sebagai strategi dalam melaksanakan pengawasan. Proses ini dikhususkan pada tugas pengawas sebagai advising yaitu menasehati guru dalam pembelajaran/bimbingan yang efektif, meningkatkan, kompetensi professional, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar, melaksanakan penelitian tindakan kelas dan peningkatan kompetensi pribadi, sosial dan pedagogik. 1.2 Masalah Pelaksanaan pengawasan yang efektif perlu diwujudkan dengan mengacu pada kemampuan pengawas secara intesif melaksanakan kegiatan bimbingan dan pantauan bidang pendidikan dan administrasi terhadap guru dankepala sekolah. 183

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Untuk mewujudkan program pengawasan akademik dan manajerial tersebut terdapat beberapa pokok permasalahan yang harus diselesaikan secara tepat dan praktis karena adanya hambatan waktu, banyaknya sekolah dan kondisi geografis. Akan tetapi hambatan tersebut perlu diatasi secara bijaksana sehingga dapat mempertahankan kinerja pengawas dalam menjalankan tugasnya. Pemanfaatan ICT dengan aplikasi Virtual Community dalam bentuk Aplikasi Sosial Media menjadi salah satu alternatif untuk meretas hambatan jarak, waktu dan kondisi geografis sekolah binaan. Oleh karena itu Best Practice ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: “Bagaimanakah model tentatif Virtual Community Pengawasan menjadi media pendukung peningkatan kinerja Pengawas Satuan Pendidikan di Kabupaten Maros?” 1.3 Tujuan Menggambarkan pemanfaatan model tentatif Virtual Community Pengawasan sebagai media pendukung peningkatan kinerja Pengawas Satuan Pendidikan di Kabupaten Maros. 1.4 Manfaat Sebagai hasil dari Best Practice maka diharapkan sajian ini memberikan manfaat kepada pemerintah, akademisi dan praktisi pendidikan dan kepengawasan yang dirumuskan sebagai berikut: (1). diharapkan bermanfaat pada aspek akademis yaitu menjadi bahan acuan empiris untuk pengawas dan praktisi pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas dan efektivitas pelaskanaan pengawasan sebagai bagianyang tidak terpisahkan dari peningkatan kompetensi guru di sekolah. (2). diharapkan bermanfaat bagi pengawas secara praktis untuk dapat menjadi acuan dalam melaksanakan program kepengawasan di tingkat sekolah. (3). diharapkan bermanfaat secara umum sebagai sumber literasi baru yang memiliki minat terhadap pengembangan pendidikan khususnya bidang kepengawasan pendidikan dan pengajaran. 2. Metodologi 2.1 Prosedur dan Perangkat atau Instrumen Best practice ini disusun berdasarkan beberapa prosedur yang dilakukan untuk menemukan satu model pendekatan dalam menyiasati kondisi yang menghambat pelaksanaan program kegiatan kepengawasan. Best practice ini 184

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 menggunakan metode kualitatif dengan pengamatan partisipatif (participant observation) dan dokumentasi (documentation) sebagai instrumen untuk mengumpulkan data kondisi awal hingga proses pelaksanaan. Sebagai sebuah studi kasus maka prosedur yang dilakukan juga mengacu pada prosedur dan tahapan yang disesuaikan dengan tahapan penggunaan Virtual Community di aplikasi WhatsApp untuk membangun komunikasi intensif antara pengawas dan guru serta kepala sekolah. Data kondisi awal diperoleh dari observasi partisipatif pengawas, sementara data pelaksanaan pengawasan diperoleh dari interaksi antara pengawas dan kepala sekolah serta guru yang menggunakan aplikasi WhatsApp melalui Group Virtual yang sebelumnya telah dibuat oleh pengawas. Instrumen yang digunakan pada Best Practice ini adalah peneliti sendiri (human instrument) dengan menggunakan bantuan aplikasi berbasis android. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui dampak dari proses pelaksanaan pembinaan yang berlangsung secara terus menerus pada group WhatsApp. Selain itu juga Data hasil pelaksanaan Best Practice dianalisa melalui transkrip hasil komunikasi group, catatan di lapangan, foto-foto kegiatan pengawas, dokumentasi pengawas. 2.2 Cara Pemecahan Masalah Prosedur pemecahan masalah dilakukan dengan tetap mengacu pada prosedur pemecahan yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu analisis terhadap kondisi awal, merumuskan masalah, menetapkan alternatif model tentatif pemecahan masalah berdasarkan hasil analisis kondisi awal dan merumuskan hasil serta dampak yang ditimbulkan. Cara ini diadopsi dari 4 langkah model Heuristik Goerge Polya sebagai langkah-langkah umum sebagai berikut: (1). Memahami Masalah dilakukan dengan menganalisis kondisi awal yang dapat menimbulkan gap antara harapan dan kenyataan. (2). Merencanakan Pemecahan didasarkan pada pengalaman dan realitas kondisi awal dengan mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi sebelum menyusun prosedur penyelesaiannya. (3). Melaksanakan Rencana dengan menjalankan strategi yang telah dibuat berdasarkan urutan atau tahapan pelaksanaan rencana. (4). Melihat Kembali dilakukan dengan menganalisis dan mengevaluasi strategi yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, apakah 185

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 ada strategi lain yang lebih efektif, apakah strategi yang dibuat dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah sejenis, atau apakah strategi dapat dibuat generalisasinya. Gambar 1. Alur Strategi Pemecahan Masalah 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Pelaksanaan pengawasan memang masih cenderung rendah intensitas komunikasi dan realisasi peran yang dirasakan oleh guru dan kepala sekolah. Berdasarkan pengalaman kami sebagai pengawas, memang masih terdapat beberapa pokok persoalan yang harus diselesaikan agar dapat merubah mind set guru dan kepala sekolah terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi pengawas sekolah atau pengawas pendidikan. Olehnya itu kami melakukan beberapa model pendekatan dalam pelaksanaan pengawasan agar dapat menjamin intensitas komunikasi antara pengawas dengan sekolah binaan. Hasil pengalaman kami akan deskripsikan mulai dari kondisi keadaan awal, proses pemanfaatan Virtual Community (Vico), dan hasil akhir yang diperoleh, serta dampaknya bagi komunitas sekolah. 186

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 a. Gambaran Kondisi Awal Pelaksanaan pengawasan yang kami lakukan menemukan dua faktor utama yang menjadi kendala dan permasalahan pokok yaitu jumlah binaan sekolah yang tidak seimbang dengan rasio jumlah pengawas serta faktor lingkungan geografis yang mempengaruhi keterbatasan waktu dan jarak tempuh sehingga berdampak pada kemampuan pengawas untuk memberikan pembinaan dan pemantauan secara intens pada sekolah binaan. (1)Rasio Pengawas dengan Sekolah Binaan yang tidak seimbang Salah satu kondisi yang dihadapi oleh pengawas adalah kesenjangan jumlah pengawas dengan sekolah binaansebagai faktor yang turut mempengaruhi rendahnya kinerja pengawas. Keberadaan kepala sekolah berbanding 1:15 (satu pengawas membina 15 sekolah) yang seharusnya 1:7. Artinya bahwa pengawas harus berhadapan dengan tenaga pendidik lebih banyak dan sangat variatif baik dari sisi kemampuan dan pengalaman mereka demikian juga dengan kepala sekolah. Dari pengalaman kami bahwa dari tugas dan tanggungjawab kami sebagai pengawas sangat tinggi karena membina 15 sekolah binaan yaitu SMPN 1 Turikale Kecamatan Turikale, SMPN 12 Mallawa Kecamatan Mallawa, SMPN 13 Bontoa Kecamatan Bontoa, SMPN 19 Moncongloe Kecamatan Moncongloe, SMPN 23 Simbang Kecamatan Simbang, SMPN 25 Cenrana Kecamatan Cenrana, SMPN 29 SATAP Malaka Kecamatan Cenrana, SMPN 33 SATAP Bontopanno Kecamatan Cenrana, SMP Islam An Nas Pattiro Kecamatan Cenrana, SMPIT Darul Istiqomah Kecamatan Mandai, SMP Al Ihsan Batulotong Kecamatan Tompobulu, SMP Sanur Moncongloe Kecamatan Moncongloe, SMPIT Tigo Putra Kecamatan Lau, SMP YAFAT Baji Areng Kecamatan Bontoa, dan SMP Islam An Nas Sikapaya Kecamatan Bontoa. Sekolah binaan tersebut harus dibina selama satu semester baik bagi kepala sekolah maupaun bagi guru. Proses pembinaan tersebut dilakukan secara periodik dengan membagi waktu kunjungan antar satu sekolah binaan dengan sekolah binaan lainnya. Sekolah binaan sebanyak 15 sekolah yang tersebar di 9 Kecamatan dengan satu orang pengawas tentu sangat menyulitkan dalam menjangkau keseluruhan sekolah binaan. Kadangkala kami tidak mampu memberikan layanan bimbingan dan konsultasi bagi guru karena faktor jarak dan waktu yang tersedia. Kondisi ini menimbulkan persepsi yang negatif dari guru karena menganggap pengawas 187

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 tidak mampu menjalankan tugas pengawasan dan pembibingannya. Misalnya saja pelaksanaan supervisi akademik bagi guru sering tidak dapat menjangkau semua guru. Bahkan untuk pelaksanaan supervisi klinis berdasarkan ajuan guru, juga belum bisa tertangani secara keseluruhan. Kondisi ini menghendaki kami sebagai pengawas menemukan cara atau pendekatan dalam pemberian bimbingan sehingga semua kebutuhan tersebut dapat ditunaikan dengan baik. (2)Kondisi Geografi, Jarak, dan waktu tempuh ke Sekolah Binaan Kondisi lain yang menjadi hasil pengalaman kami sebagai pengawas adalah masalah jarak, waktu dan letak geografis, yang juga memiliki tingkat kesulitan dalam menyiasatinya. Jarak antar sekolah binaan cukup berjauhan dan memerlukan waktu tempuh diatas rata-rata 2 jam. Keadaan ini menyulitkan untuk melakukan kunjungan secara langsung pada sekolah binaan. Sementara program kepengawasan menghendaki intensitas kunjungan pengawas kesekolah binaan harus ditingkatkan. Sebagai gambaran hambatan jarak sekolah binaan pengawasan kami secara rinci jarak antar kecamatan pada lokasi sekolah binaa sebagai berikut: Tabel 1. Jarak Lokasi Sekolah Binaan Dari Kota Kabupaten Kecamatan Jarak (km) Mandai 4 Moncongloe 22 Turikale 1 Lau 4 Simbang 6 Bontoa 6 Tompobulu 18 Cenrana 32 Mallawa 48 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Maros 188

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 Gambaran jarak antar sekolah tersebut di atas membutuhkan waktu ekstra, karena kami sebagai pengawas sangat kesulitan untuk melakukan kunjungan kesekolah binaan lebih dari dua sekolah dalam satu hari kunjungan. Bagaimanapun kami sebagai pengawas terkendala dalam memberikan bimbingan kepada seluruh sekolah binaan tersebut karena disamping jumlah sekolah dan jumlah guru yang akan dibina, juga diperhadapkan pada jarak antar sekolah yang berada di 8 kecamatan. Pengalaman kami sebagai pengawas juga dihadapkan pada kondisi, dimana realisasi perencanaan program kami terkendala karena jarak, waktu dan letak geografis. Delapan sekolah binaan berada pada sembilan Wilayah Kecamatan dengan jarak tempuh kuranglebih 2 jam, dan bahkan beberapa membutuhkan waktu sampai tiga jam dengan jarak kurang lebih 24 – 50 km. Selain faktor jarak tersebut, faktor geografis dan letak sekolah yang memang sulit dijangkau seperti di Moncongloe, Mallawa, Tompobulu, dan Cenrana. Butuh waktu dan tenaga ekstra untuk menjagkaunya. Hal ini tentu akan mengurangi waktu pemberian kunjungan dan bimbingan. Berdasarkan pengalaman pelaksanaan tugas kami, waktu lebih banyak tersita dalam perjalanan ke lokasi sekolah binaan dibandingkan intensitas pembinaan di sekolah. b. Proses Pemanfaatan Virtual Community Pengawasan Bedasarkan gambaran tentang kondisi awal tersebut di atas, maka untuk menyelesaikan masalah tersebut, kami menggunakan Virtual Community Pengawasan dengan memanfaatkan ICT melalui aplikasi WhatsApp. Pemanfaatan aplikasi media Sosial WhatsApp menggunan model Virtual Community atau komunitas virtual dalam bentuk group virtual. Komunitas virtual adalah kumpulan atau sekelompok orang yang muncul berdasarkan adanya kepentingan yang sama oleh berbagai pihak dan timbulnya interaksi secara berkesinambungan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunitas tersebut (Dhroe, 2009). Kominatas virtual sebenarnya sangat beragam, akan tetapi aplikasi WhatsApp dipilih karena sudah dimiliki oleh guru dan kepala sekolah sehingga memudahkan untuk memanfaatkannya sebagai media komunikasi. Pada mekanisme ini yang dilakukan adalah membangun komunikasi berbasis aplikasi Chatting yaitu program untuk berkomunikasi menggunakan jaringan internet kepada siapa saja dan kapan saja. 189

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Penulis meyakini pada awalnya bahwa kurangnya intensitas komunikasi antara pengawasan dengan guru dalam konteks pelaksanaan pengawasan yang menjadi faktor rendahnya kinerja pengawas sendiri. Oleh karena itu dengan membangun jaringan komunikasi melalui aplikasi WhatsApp akan meningkatkan intensitas dan kualitas interaksi dan komunikasi antara pengawas dengan sekolah binaan. Deskripsi tahapan pemanfaatan virtual comunity pengawasan diuraikan sebagai berikut: (1)Langkah-Langkah Persiapan Virtual Comunity Pengawasan (Vico Pengawasan) Virtual Community pengawasan yang selanjutnya kami singkat menjadi Vico Pengawasan adalah istilah yang kami munculkan untuk membangun komunitas maya sebagai sarana bertukar informasi antara pengawas dengan guru dan kepala sekolah. Untuk memanfaatkan Vico Pengawasan maka langkah-langkah yang dilakukan adalah (a) Mengistal aplikasi media sosial WhatsApp, (b) Membentuk Virtual Group di WhatsApp, (c) Virtual Group tersebut dibuat oleh pengawas dengan cara mengundang mengundang Kepala Sekolah dan Guru untuk bergabung, (d) Memberi Nama Virtual Group dengan Nama “Sekolah Binaan” dan (e) Membuat Deskripsi Group “Group untuk pembinaan bagi Guru dan Kepala Sekolah” Selanjutnya setelah group terbentuk, maka kami memberikan informasi tentang tujuan pembentukan group dan menghimbau bagi anggota group untuk menyampaikan informasi, mengajukan pertanyaan dan mengirimkan laporan baik dalam bentuk gambar maupun file. Aplikasi WhatsApp memungkinkan pengguna untuk mengirimkan dan menerima jenis dan bentuk file yang beragam seperti file docx, png, xlcx, pdf dan sebagainya. Hal ini akan memudahkan pengawas mengirimkaninformasi, regulasi, keputusan, undangan dan sejenisnya yang terkait dengan tugas kepengawasan. Halaman Vico Pengawasan dapat dilihat pada gambar dibawah ini: 190

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 Gambar 2. Halaman Vico-pengawasan di WhatsApp Pada group yang sudah dibuat, pengawas berkedudukan sebagai admin utama dan menjalankan fungsinya untuk membagi informasi, memberi respon kepada anggota group terhadap topik-topik urgen terkait dengan pembinaan dalam rangka peningkatan kompetensi guru dan kepala sekolah. Pada group tersebut juga bisa ditampilkan materi- materi yang dapat dibuka oleh sekolah- sekolah binaan untuk mencari informasi atau materi-materi yang diperlukan oleh sekolah. Selain materi tentang pembinaan, pada Vico group ini juga diupload bahan- bahan, format-format yang berkenaan dengan pelaksanaan supervisi. Untuk pengembangan wawasan guru dan kepala sekolah, pengawas sebagai admini memosting bahan-bahan dalam bentuk powerpoint yang sebelumnya sudah di transfer dalam bentuk file pdf. Pada awalnya memang masihbelum mendapat respon dari para guru dan kepala sekolah, tetapi sejak dibuat Vico ini, kebanyakan aktif jika para guru memberikan pertanyaan terkait yang direspon oleh pengawas. (2)Pelaksanaan Virtual Comunity- pengawasan Pelaksanaan Vico-pengawasan menggunakan aplikasi sosial media WhatsApp melibatkan seluruh guru dan Kepala Sekolah binaan. Setiap guru dapat mengirimkan data dan informasi yang dibutuhkan oleh pengawas. Demikian halnya untuk kepala sekolah. Jika data yang dikirimkan bersifat rahasia, maka pengirimkan dilakukan menggunakan jaringan pribadi WhatsApp seperti untuk komunikasi penilaian kinerja kepala sekolah oleh pengawas. 191

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Beberapa contoh pemanfaatan aplikasi Vico Pengawasan melalaui watsapp adalah pengiriman daftar hadir guru sebagai bahan bagi pengawas untuk memantau kehadiran guru dalam kegiatan pembelajaran. Gambar 3. Pengiriman File Absensi Guru oleh Kepala Sekolah Selain pengiriman absensi guru oleh kepala sekolah, juga dapat dikirimkan pada Group materi-materi untuk pengembangan wawasan guru dan kepala sekolah. Seperti pengiriman bahan untuk pembuatan dan revisi kurikulum 2013 dikirimkan dalam bentuk file pdf yang dapat di dowload oleh guru dan kepala sekolah. Gambar 4. Postingan Materi Kurikulum 2013 Postingan ini menjadi bahan bagi kepala sekolah dan guru untuk memperoleh dan membaharui informasi dan pengetahuan terbaru tentang tugas pokok mereka. Hal ini menjadi bagian dari pembinaan profesionalisme guru oleh pengawas secara online. Selain itu, semua anggota group dapat membangun 192

Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 diskusi terkait dengan tupoksi masing-masing, bukan hanya antar guru pada satu sekolah tetapi juga dapat berbagi informasi antar seluruh guru dari sekolah yang berbeda yang menjadi sekolah binaan pengawas. Proses ini menjadi bagian dari penciptaan learning habits dilingkungan sekolah. (3)Tindak Lanjut Vico-pengawasan Pelaksanaan pembinaan oleh pengawas melalui aplikasi WhatsApp sebagai tindak lanjut dari kunjungan pengawas disekolah (embed learning). Beberapa temuan selama proses kunjungan di sekolah binaan oleh pengawas akan disampaikan melalui group virtual WhatsApp sehingga kelebihan dan kekurangan dari hasil kunjungan akan dapat terbaca sebagai bahan informasi bagi sekolah lain. Pola ini menganut sistem embed learning yang memadukan antara pembinaan melalui pendekatan konvensional dan pembinaan melalui aplikasi melalui media ICT. c. Hasil dan dampak Penggunaan Vico-Pengawasan pada guru dan Kepala sekolah Pemanfaatan Vico-Pengawasan yang dilaksanakan oleh pengawas selama ini dirasakan manfaatnya oleh guru, kepala sekolah dan termasuk pengawas. Beberapa manfaat yang diperoleh adalah (1). Manfaat bagi Kepala Sekolah yaitu membantu kepala sekolah (a) berkomunikasi dengan pengawas, (b) berbagi informasi mengenai profil sekolah dan hasil belajar siswa yang dibutuhkan oleh pengawas secara mudah, (c) menyediakan sumber informasi yang mutakhir dan relevan bagi pengawas di dalam group. (2). Manfaat bagi Guru yaitumembantu guru (a) memperoleh informasi terupdate tentang pengembangan kompotensi, (b) menyusun rencana pembelajaran termasuk penyediaan sumber belajar multimedia yang komprehensif dan mutakhir dengan bantuan interakrtif pengawas, (c) memantau kelengkapan administrasi pembelajaran berdasarkan format yang disampaikan pengawas, dan (d) menyusun laporan dan mengkomunikasikannya dengan pengawas. (3). Manfaat bagi pengawas yaitu: memudahkan pengawas (a) memantau dan mengevaluasi program pendidikan di sekolah, (b) berkomunikasi dengan tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah dalam rangka menjalanakan tugas pembinaan dan pemantauan administrasi sekolah, (c) terlibat dalam menyusun dan merancang dan mengevaluasi program pengembangan pengelolaan sekolah dan peningkatan mutu pembelajaran. Pemanfaatan Vico Pengawasan dapat diwujudkan jika keseluruhan sekolah 193

e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 binaan baik guru mauapun kepala sekolah mampu untuk memanfaatkan ICT, memiliki fasilitas HP versi android dan memiliki koneksi pada jaringan internet. Oleh karena itu meskipun sudah dirasakan manfaat dan efektivitas dari pemantaan group virtual ini, akan tetapi dalam pelaskanaannya masih memiliki kelemahan,meskipun keuntungannya sudah dirasakan oleh semua pihak. Pemanfaatan Virtual Community untuk pengawasan dan pembinaan oleh pengawas memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah: (1) Dapat dilaksanakan kapan saja, dimana saja; (2) Informasi dari pengawas lebih cepat tersampaikan; (3) Dalam satu waktu yang bersamaan beberapa sekolah dapat mengikuti kegiatan pembinaan bersama-sama tanpa harus berkumpul dalam satu sekolah atau tempat. Sehingga dapat menghemat transportasi; dan (4) Dapat memberikan motivasi kepada sekolah dan warga sekolah untuk menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi. Disamping kelebihan tersebut, dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan diantaranya: (1) Keterbatasan sarana pendukung disekolah masih menjadi persoalan antara lain jaringan internet, (2) Jaringan atau sinyal operator seluler kadang-kadang terlalu lemah; (3) Belum semua sekolah atau personil sekolah menguasai teknologi informasi (internet); dan (4) Secanggih apapun, Vico-pengawasan tidak bisa menggantikan kehadiran langsung pengawas sekolah kesekolah-sekolah binaan untuk melakukan pembinaan. 3.2 Pembahasan Pemanfaatan ICT dalam proses pengawasan memang sangat memungkinkan dan memperoleh banyak keuntungan diantaranyan efisensi waktu tenaga dan biaya. Hal ini juga memungkinkan karena didasarkan pada Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru salah satu kompetensi pedagodik dan profesional guru adalah memanfaatkan ICT untuk penyelenggaraan pembelajaran dan untuk mengembangkan diri. Dengan demikian maka pengawas dapat menggunakan aplikasi berbasis ICT dalam menjalankan tugas pembinaan pada guru dan kepala sekolah karena didukung oleh kompotensi ICT. Pemanfaatan ICT melalui media Sosial WhatsApp dengan membentuk Group Virtual berbasis OS dan Android memang dirasakan sangat menguntungkan. 194


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook