Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 Elemen menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal, para siswa mengatakan bahwa 81,6% atau sejumlah 921 orang pelajar, “Elemen menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal”; 12,4% atau sejumlah 140 orang pelajar mengatakan “Saya mengerti tetapi tidak memiliki kemampuan menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal” dan 5,8% atau sejumlah 65 orang pelajar mengatakan “Saya tidak memahami makna menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal”. Sisanya memberikan berbagai tanggapan dengan kalimat yang berbeda. Gambar 23. Profile pelajar pada Elelemen Menghasilkan Karya dari Tindakan yang Orisinal Pada pengujian hubungan korelasional antar ciri utama didapatkan hasil sebagai berikut Tabel 2. Korelasi Antar Ciri Utama Correlations CU1 CU2 CU3 CU4 CU5 CU6 CU1 1 0,318 0,328 0,313 0,236 0,158 CU2 0,318 1 0,313 0,347 0,445 0,308 CU3 0,328 0,313 1 0,47 0,401 0,433 CU4 0,313 0,347 0,47 1 0,506 0,49 CU5 0,236 0,445 0,401 0,506 1 0,558 CU6 0,158 0,308 0,433 0,49 0,558 1 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Korelasi antar ciri utama dengan menggunakan formula Pearson signifikan 245
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 sehingga bisa digunakan sebagai alat analisis. Tampak bahwa korelasi antar ciri utama paling besar adalah antara Ciri utama Bernalar kritis, hampir untuk semua ciri utama lainnya kecuali untuk ciri utama Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia relative kecil tetapi tetap signifikan. Hal ini konsisten Ketika mengunakan formula Kendall's tau_b maupun Spearman's rho. 3.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa realitas profile pelajar secara umum relative memenuhi profile pelajar Pancasila dengan skor rata rata sesuai harapan profile 91,29%. Berdasarkan data ini pula bisa dilihat bahwa ada 2 Ciri utama yang belum memenuhi profile pelajar Pancasila yaitu Ciri utama Bernalar Kritis sebesar 87,1% dan Ciri utama Kreatif sebesar 80,65%. Pada Ciri utama Bernalar Kritis terutama bisa dilihat pada elemen memperoleh dan memproses informasi dan gagasan sebesar 89,3%; sedangkan pada elemen menganalisis dan mengevaluasi penalaran sebesar 82,3%; sedangkan dua elemen sisanya diatas 90%. Berbeda dengan Ciri utama kreatif berada dibawah 90%: elemen menghasilkan gagasan yang orisinal sebesar 79,7% dan elemen menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal sebesar 81,6%. Tabel 3. Rata-rata Skor Ciri Utama Profile Variabel/ Ciri Utama Elemen Skor Rerata 97,46 Beriman, bertakwa kepada Tuhan a) akhlak beragama 98,7 95,47 YME, dan berakhlak mulia b) akhlak pribadi 97,8 c) akhlak kepada manusia 97,6 d) akhlak kepada alam 96,8 e) akhlak bernegara 96,4 Berkebinekaan global a) mengenal dan menghargai 99 budaya b) kemampuan komunikasi 91,7 interkultural dalam berinteraksi dengan sesama 95,7 c) refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalamankebinekaan 246
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 Bergotong royong a) Kolaborasi 86 Mandiri b) Kepedulian 98,8 94,7 Bernalar kritis c) Berbagi 99,3 92,35 a) kesadaran akandiri dansituasi 96,9 87,1 Kreatif yang dihadapi Rerata Skor b) regulasi diri 87,8 80,65 a) memperoleh dan memproses 89,3 informasi dan gagasan 91,29 b) menganalisis dan mengevaluasi 82,3 penalaran c) merefleksi pemikiran dan 92,4 proses berpikir 91,8 d) mengambil Keputusan a) menghasilkan gagasan yang 79,7 orisinal b) menghasilkan karya dan 81,6 tindakan yang orisinal Dengan pertimbangan ini maka arah kebijakan dan inovasi sekolah dalam mengembangkan profile pelajar Pancasila harus menjadikan 2 Ciri utama Bernalar Kritis dan Kreatif sebagai prioritas kebijakan untuk dilakukan upaya perbaikan. Terutama pada ciri uatama Kreatif pada elemen menghasilkan gagasan yang orisinal. Sebagai prioritas kebijakan inovasi tentu saja tidak bermakna menapikkan ciri utama dan elemen yang lain. Ciri utama Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia tentu saja bisa dijadikan pijakan utama karena memiliki skor tertinggi dan disemua elemennya. Pertimbangan ini sejalan jika menimbang besaran korelasi Ciri Utama Bernalar kritis. Ini menunjukkan bahwa Kemampuan bernalar kritis memiliki hubungan yang relatife besar dengan ciri utama lainnya. Maknanya jika Ciri utama berpikir kritis meningkat maka akan signifikan mengakibatkan peningkatan ciri utama lain dibandingan dengan peningkatan ciri utama lain terhadap ciri utama lainnya. 247
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 4. Kesimpulan dan Rekomendasi 4.1 Kesimpulan Berdasarkan Analisa deskriptif diketahui bahwa realita profile pelajar mendekati profile pelajar Pancasila dengan tingkat pemenuhan 91,29%. Skor terbesar didapat oleh ciri utama Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia sebesar 97,46% dan skor terkecil didapat oleh ciri utama Kreatif sebesar 80,65%. Skor terbesar didapat elemen berbagi pada ciri utama bergotong royong sebesar 99,3%, sedangkan skor terkecil didapat elemen menghasilkan gagasan yang orisinal pada ciri utama kreatif sebesar 79,7%. Berdasarkan Analisa korelasional diketahui bahwa ciri utama bernalar kritis memiliki nilai korelasional terbesar yang bermakna bahwa peningkatan ciri utama bernalar kritis akan meningkatkan ciri utama lainnya secara signifikan lebih besar dibandingkan jika ciri utama lain berhubungan dengan ciri utama lainnya. 4.2 Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan agar pengawas, kepala sekolah dan pemangku kebijakan di sekolah memprioritaskan inovasi sekolah dalam upaya mengembangkan profile pelajar Pancasila dengan menjadikan pengembangan elemen menghasilkan gagasan yang orisinal dan menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal sebagai prioritas utama. Dengan dasar pengembangan ditekankan pada ciri utama bernalar kritis. Daftar Referensi Badan Pusat Statistik . (2020). Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Modul Ketahanan Sosial. Jakarta: BPS. Basar, A. (2021). Problematika Pembelajaran Jarak Jauh Pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus di SMPIT Nurul Fajri – Cikarang Barat – Bekasi). Edunesia: Jurnal Ilmiah Pendidikan. 2 (1), 208-218. Hadisi, L. (2015). Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini. Jurnal Al-Ta’dib, 8 (2)., 50-69. Hasnah, S. (2014). Kajian Implementasi E-Learning Berdasarkan Tingkat Kesiapan Peserta E-Learning. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2021). Cerdas Berkarakter. Retrieved from Profil Pelajar Pancasila: 248
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/profil-pelajar-pancasila/ Raharjo. (2020). Analisis Perkembangan Kurikulum PPKn: Dari Rentjana Pelajaran 1947 sampai dengan MerdekaBelajar2020. PKn Progresif, 15 (1), 63-82. Santika, I. W. (2020). Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Daring. Indonesian Values and Character Education Journal, 3 (1), 8-19. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (10 ed.). Bandung: Alfabeta. World Bank. (2021). Human Capital Project : Year 3 Progress Report (English). Washington, D.C.: World Bank Group. 249
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Simanja Imut Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila Muhari Pengawas SMA Cabdin Wilayah VII Provinsi Jawa Tengah Email: [email protected] 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tercapainya tujuan Pendidikan nasional melalui penyelenggaraan system pendidikan yang berkualitas di semua jalur dan jenjang pendidikan. Melalui jalur pendidikan formal, pengawas sekolah memiliki kontribusi menjamin terwujudnya tujuan pendidikan nasional melalui penjaminan mutu pembelajaran dalam bidang pengawasan akademik dan penjaminan efektifitas pengelolaan pendidikan dalam bidang pengawasan manajerial. Kegiatan ini harus dijalankan secara inovatif. Pemerintah telah merumuskan visi Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berdasarkan Gotong Royong. Salah satu misi pemerintah adalah Peningkatan Kulitas Manusia Indonesia. Visi dan Misi tersebut memiliki relevansi dengan tujuan pendidikan nasional. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendukung visi dan misi tersebut melalui terciptanya Profil Pelajar Pancasila yaitu bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global. Pengawas sekolah memiliki peran yang besar dalam mendukung terwujudnya profil pelajar Pancasila. Pemikiran ini didasarkan pada Permen PAN dan RB Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 yang menegaskan bahwa instansi pembina jabatan fungsional Pengawas Sekolah adalah Kementerian Pendidikan Nasional. Pengawas sekolah dituntut mempunyai kualifikasi dan kompetensi yang 250
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 memadai untuk mampu melaksanakan tugas pengawasan. Kualifikasi dan kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi akademik, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan pengembangan, dan kompetensi sosial. Kompetensi pengawas sekolah perlu terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada saat ini pengawas sekolah berada pada era digital yang ditandai dengan pemanfaatan jejaring dalam menjalankan tugasnya. Kegiatan penulis dalam supervisi adalah memanfaatan jejaring secara inovatif dan bermutu. Supervisi penulis memberikan kontribusi besar dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila. Kegiatan ini perlu dideskripsikan secara jelas agar dapat memberikan pemahaman mendalam mengenai supervisi memanfaatkan jejaring secara inovatif dan bermutu. Data hasil supervisi berguna sebagai bahan pembinaan dan pembimbingan bagi guru dan kepala sekolah di sekolah binaan berkaitan dengan program mewujudkan profil pelajar Pancasila. Berdasarkan persoalan yang perlu dideskripsikan, penulis menyusun makalah dengan judul “Supervisi Memanfaatkan Jejaring Inovatif Bermutu (SIMANJA IMUT) Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.“ 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu: (1) Bagaimanakah implementasi Supervisi Memanfaatkan Jejaring Inovatif Bermutu (SIMANJA IMUT Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila?; (2) Bagaimanakah hasil dan dampak implementasi Supervisi Memanfaatkan Jejaring Inovatif Bermutu (SIMANJA IMUT Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah: (1) Untuk mendeskripsi implementasi Supervisi Memanfaatkan Jejaring Inovatif Bermutu (SIMANJA IMUT Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila; (2) Untuk mendeskripsi hasil dan dampak implementasi Supervisi Memanfaatkan Jejaring Inovatif Bermutu (SIMANJA IMUT Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila? Manfaat penulisan makalah ini adalah: (1) Untuk memberikan wawasan mengenai implementasi Supervisi Memanfaatkan Jejaring Inovatif Bermutu (SIMANJA IMUT Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila; (2) Untuk 251
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 memberikan wawasan mengenai hasil dan dampak implementasi Supervisi Memanfaatkan Jejaring Inovatif Bermutu (SIMANJA IMUT) Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. 2. Metodologi 2.1 Pelaksanaan Strategi dalam Pengawasan Manajerial Pelaksanaan strategi dalam pengawasan managerial meliputi pembinaan, pemantauan, penilaian, bimbingan dan pelatihan. Pembinaan bertujuan untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan tenaga kependidikan. Tujuan pemantauan adalah mengetahui keterlaksanaan SNP. Penilaian bertujuan untuk memperoleh data kinerja kepala sekolah.Tujuan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah yaitu untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah. 2.2 Pelaksanaan Strategi dalam Pengawasan Akademik Pelaksanaan pengawasan akademik meiputi pembinaan, pemantauan, penilaian dan pembimbingan dan pelatihan. Pembinaan bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru yang terdiri dari kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional. Pemantauan bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan SKL, SI, standar proses dan standar penilaian. Penilaian dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data kinerja guru yang dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah pada unsur pembelajaran dan menggunakan data kinerja guru untuk bahan pembinaan. Tujuan memberikan bimbingan dan pelatihan adalah untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran dan memenuhi tuntutan pengembangan karir. 2.3 Instrumen yang Digunakan Materi pembinaan penulis sajikan dalam onedrive microsoft office 365 seperti PPT Standar Proses, Standar Penilaian dan Kata Kerja Operasional. Instrumen pemantauan perangkat pembelajaran yang tersimpan dalam office 365 kemudian responden mengirim jawaban melalui alamat seperti: bit.ly/PANTAU_PERANGKAT untuk pengiriman perangkat pembelajaran, bit.ly/INSTRUMEN_KBM untuk memantau dokumen administrasi pembelajaran guru, bit.ly/PERANGKAT_PEMBELAJARAN untuk memantau silabus dan RPP guru binaan, bit.ly/REKAP_SUPERVISI untuk mengumpulkan hasil supervisi guru dan 252
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 masih banyak lagi alamat link lainnya. Proses pembuatan link pada office 365 melalui akun [email protected]. Pemanfaatan microsoft teams dengan akun [email protected] juga menjadi salah satu instrumen dalam pemantauaan kegiatan guru selama pandemi covid-19. Dokumen pembelajaran guru diupload melalui teams yang berada dalam kelas supervisi akademik bagi sekolah yang sudah melakukan diklat microsoft office 365. Teams ini juga sebagai sarana kirim pesan dari guru kepada pengawas sekolah. Untuk mengetahui integrasi profil pelajar Pancasila dalam pembelajaran, instrumen yang digunakan adalah https://bit.ly/SUPERVISI_SMASKH untuk sekolah di Kabupaten Sukoharjo dan https://bit.ly/SUPERVISI_SMASKA untuk sekolah di Surakarta. Kedua wilayah ini merupakan wilayah kerja cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Disdikbud Provinsi Jawa Tengah sebagai unit kerja penulis. Dalam menyosialisasikan profil pelajar Pancasila penulis menggunakan instrument https://bit.ly/PROFIL_PELAJAR. Berikut ini tampilan instrumen supervisi memanfaatkan jejaring untuk kabupaten Sukoharjo yang sudah penulis kreasi menggunakan akun [email protected]. Gambar 1.Instrumen Supervisi Kabupaten Sukoharjo 253
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Tampilan instrumen supervisi untuk kota Surakarta penulis kreasi sebagai berikut: Gambar 2. Instrumen Supervisi Kota Surakarta Tampilan materi profil pelajar Pancasila dalam google doc penulis kreasi pada gambar berikut: Gambar 3. Tampilan google doc profil pelajar Pancasila 254
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 2.4 Pengumpulan Data Supervisi memanfaatkan jejaring penulis lakukan dengan membuat form dan membuat konten pada google drive atau one drive. Jenis akun yang penulis gunakan adalah akun gmail dan akun office 365. Akun office yang penulis gunakan adalah (1) [email protected]; (2)[email protected]; (3) [email protected] Pembuatan form penulis lakukan dengan tahapan: (1) menyambungkan perangkat dengan jaringan internet; (2) masuk ke akun gmail atau akun office; (3) memilih google form pada akun gmail atau form pada akun office 365; (4) membuat form; (5) mengirimkan link google form atau form ke responden. Substansi pada form sesuai dengan masalah yang disupervisi. Pembuatan konten pada google drive atau one drive penulis lakukan dengan tahapan: (1) menyambungkan perngkat pada jaringan internet; (2) masuk ke akun gmail atau akun office; (3) memilih google drive atau one drive; mengunggah folder atau file; (4) membagikan link ke sekolah. Integrasi profil pelajar Pancasila sudah penulis sajikan pada google drive maupun one drive. Hasil karya penulis dalam supervisi jejaring penulis sajikan dalam beberapa tautan. Pembagian tautan tersimpan dalam bit.ly management sebagaimana tampak pada gambar berikut ini. Gambar 4. Contoh tampilan tautan pengiriman instrument supervisi. 255
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Berikut ini daftar link yang sudah penulis buat untuk supervisi: a https://bit.ly/HASIL_SURVEY_KBM_DARING b http://bit.ly/LK_MANAGERIAL c http://bit.ly/LAPORAN_KBM_ONLINE d https://bit.ly/IDENTIFIKASI_SEKOLAH e https://bit.ly/KUIZ_PTK f https://bit.ly/Pengawas_Penggerak g https://bit.ly/LAPORAN_PKG h https://bit.ly/IHT_SMAN4SKA i https://bit.ly/PROFIL_PELAJAR j https://bit.ly/SUPERVISI_SMASKA k https://bit.ly/SUPERVISI_SMASKH l https://bit.ly/KERJA_KERAS m https://bit.ly/KEDISIPLINAN_IASP2020 3. Hasil dan Dampak Supervisi memanfaatkan jejaring memberikan kemudahan bagi penulis untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Hasil Supervisi manajerial yang penulis dapatkan berupa dokumen e-KTSP dan dokumen RKAS yang sudah mendapat pengesahan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah. Komponen dalam dokumen e-KTSP sudah mencakup integrasi profil pelajar Pancasila baik pada buku 1 tentang dokumen e-KTSP, buku 2 tentang silabus maupun buku 3 tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Integrasi profil pelajar Pancasila pada buku 1 terdapat pada bab ketiga Struktur dan Muatan Kurikulum yang ditulis dengan istilah Penguatan Pendidikan Karakter. Penguatan Pendidikan Karakter adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karekter peserta didik melalui harmonisasi oleh hati (etik), oleh rasa (estetis), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestatik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dengan karakter yang kuat-tangguh beserta kompetensi yang tinggi, yang dihasilkan oleh pendidikan yang baik, berbagai kebutuhan, tantangan, dan tuntutan baru dapat dipenuhi atau diatasi. Oleh karena itu, selain pengembangan 256
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 intelektualitas, pengembangan karakter peserta didik sangatlah penting, oleh karenanya pendidikan harus menempatkan potensi- potensi intelektual dan karakter peserta didik sebagai tujuan. Gerakan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) mencakup lima nilai utama karakter bangsa yaitu: b. Religius yang mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini,meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). c. Nasionalis yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Sub-nilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,dan agama. d. Gotong Royong yang mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama. Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/ pertolongan pada orang- orang yang membutuhkan. Sub-nilai gotong royong antara lain menghargai, kerjasama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan. e. Integritas. Upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. Nilai karakter integritas 257
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai. f. Mandiri, tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Sub-nilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar. Komponen RKAS juga sudah memuat integrasi profil pelajar Pancasila. Sebagai buktinya adalah dimuatnya Standar Kompetensi Lulusan sebagai salah satu program yang perlu direalisasi sekolah. Menurut Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dimensi sikap lulusan SMA adalah memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: (1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME; (2) berkarakter, jujur, dan peduli; (3) bertanggungjawab; (4) pembelajar sejati sepanjang hayat; dan (5) sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional. Dimensi pengetahuan lulusan SMA adalah memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berkenaan dengan: (1) ilmu pengetahuan; (2) teknologi; (3)seni; (4) budaya; dan (5) humaniora. Lulusan SMA harus mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan internasional. Lulusan SMA harus memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: (1) kreatif; (2) produktif; (3) kritis; (4) mandiri; (5) kolaboratif, dan (6) komunikatif melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri. 258
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 Selama pembelajaran jarak jauh integrasi profil pelajar Pancasila dilaksanakan oleh sekolah secara intensif. Berdasarkan data yang penulis akumulasi melalui https://bit.ly/SUPERVISI_SMASKH dan https://bit.ly/SUPERVISI_SMASKA integrasi profil pelajar Pancasila telah dilaksanakan di sekolah. Berdasarkan supervisi Pembelajaran Jarak Jauh SMA Kabupaten Sukoharjo tahun 2021, integrasi profil pelajar Pancasila tampak pada diagram berikut ini. Gambar 5. Diagram Pengintegrasian Profil Pelajar Pancasila Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan grafik tersebut pengintegrasian profil pelajar Pancasila di SMA kabupaten Sukoharjo tahun 2021 telah dilakukan oleh guru yang tersebar di sekolah negeri maupun swasta. Jumlah laporan yang dikirim pada tautan supervisi sebanyak 135 laporan. Persentase paling besar laporan supervisi Pembelajaran Jarak Jauh adalah SMA Negeri 1 Mojolaban sebesar 47 laporan atau 34,8%. Laporan terbesar kedua adalah SMA Negeri 2 Sukoharjo sebanyak 25 laporan atau 18,5%. Selanjutnya laporan terbesar ketiga adalah SMA Negeri 1 Weru sebanyak 24 laporan atau 17,8%. 259
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Gambar 6. Data laporan sekolah kabupaten Sukoharjo Integrasi profil pelajar Pancasila di SMA Kota Surakarta pada tahun 2021 sudah dilakukan. Sejumlah 82 responden mengisi instrument supervisi yang telah penulis bagikan melalui tautan. Data penulis sajikan pada diagram berikut. Gambar 7. Diagram Pengintegrasian Profil Pelajar Pancasila Kota Surakarta Sekolah yang melaporkan data integrasi profil pelajar Pancasila paling besar adalah SMA Islam 1 Surakarta sebanyak 21 laporan atau 25,6%. Posisi kedua paling besar adalah SMA Muhammadiyah 6 Surakarta sebanyak 11 laporan atau 13, 4%. Posisi ketiga paling besar adalah SMA Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat sebanyak 8 laporan atau 9,8 persen. Berikut ini diagram sekolah di Kota Surakarta yang melaporkan integrasi profil Pelajar Pancasila. 260
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 Gambar 8. Data laporan sekolah Kota Surakarta Laporan supervisi pembelajaran jarak jauh menggunakan jejaring telah berdampak pada pemahaman sekolah mengenai pelaksanaan pembelajaran yang mengintegrasikan profil pelajar Pancasila. Komitmen sekolah dalam mengintegrasikan profil pelajar Pancasila sudah terbangun baik walaupun distribusi belum 100% pada setiap nilai. Integrasi paling besar di kedua wilayah adalah nilai iman, takwa dan akhlah mulia. Tingkat integrasi nilai ini di Kabupaten Sukoharjo sudah mencapai 90,4% sedangkan di kota Surakarta 86,6%. Integrasi paling rendah adalah nilai kebhinekaan global yaitu 38,5% di kabupaten Sukoharjo dan 43,9% di kota Surakarta. Melalui jejaring sosial sosialisasi profil pelajar Pancasila juga dapat berlangsung dengan baik. Pengguna dapat memperoleh pemahaman konsep profil pelajar Pancasila melalui tautan google doc yang penulis bagikan. Dalam tautan tersebut penulis memberikan deskripsi masing-masing nilai. Berikut ini tampilan bit.ly untuk menyosialisasikan profil pelajar Pancasila kepada public. 261
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Gambar 9. Tautan sosialisasi profil pelajar Pancasila 4. Kesimpulan dan Rekomendasi Supervisi memanfaatkan jejaring merupakan kegiatan yang penulis lakukan secara inovatif dan hasilnya bermutu. Penulis menggunakan jaringan internet untuk mengembangkan instrument supervisi. Substansi instrument memuat unsur profil pelajar Pancasila. Penyusunan instumen berlangsung secara inovatif karena berbeda dengan penyusunan yang biasa dilakukan orang lain. Kemampuan menggunakan teknologi menjadi syarat utama dalam pengembangan instrument ini. Setelah instrument selesai penulis rancang, selanjutnya penulis membagikan tautan yang sudah penulis sesuaikan dengan masalahnya. Untuk memudahkan klasifikasi data, penulis memberikan alamat link yang berbeda di kedua wilayah kerja penulis. Link untuk kabupaten Sukoharjo berbeda dengan kota Surkarta. Karena berbeda tautan, deskripsi masing-masing tautan juga berbeda sesuai daerah sasaran. Inti deskripsi adalah permintaan kepada sekolah untuk mengisi laporan hasil supervisi secara benar. Kegiatan ini di satu sisi meningkatkan tanggung jawab kepala sekolah untuk melakukan supervisi dan di sisi lain untuk mengetahui telah tersosialisasikan profil pelajar Pancasila di sekolah. Data yang penulis peroleh dari pemanfaatan jaringan memiliki mutu yang dapat diandalkan. Hal ini terbukti dari data persentase yang valid dalam setiap aspek supervisi. Persentase integrasi profil pelajar Pancasila tersedia dengan jelas 262
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 di wilayah kabupaten Sukoharjo dan wilayah kota Surakarta. Data ini menggambarkan telah dilaksanakan integrasi profil pelajar Pancasila di saat pembelajaran jarak jauh. Pemahaman profil pelajar Pancasila telah ditanamkan melaui integrasi nilai iman, takwa dan akhlak mulia, bernalar kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong dan berkebhinekaan global. Integrasi profil pelajar Pancasila perlu terus dilaksanakan secara menyeluruh di semua sekolah melalui pembelajaran semua mata pelajaran. Guru mata pelajaran wajib merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi pembelajaran yang mengintegrasikan profil pelajar Pancasila. Ketentuan dalam merancang pembelajaran tetap mengacu regulasi yang berlaku tetapi kegiatannya bersifat merdeka. Kemerdekaan ini berlaku juga dalam pelaksanaan dan penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran di semua sekolah. Daftar Pustaka Kemdikbud. (2017). Panduan Supervisi Akademik. Direktorat Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Kemdikbud. (2017). Panduan Kerja Pengawas Sekolah Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Mulyadi, Fahriana. Swastika. (2018). Supervisi Akademik. Malang: Madani. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya . Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 143 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. https://gtk.kemdikbud.go.id/ https://www.kemdikbud.go.id/main/tentang-kemdikbud/visi-dan-misi https://www.menpan.go.id/site/tentang-kami/tentang-kami/visi-misi-presiden- dan-wakil-presiden-ri 263
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 https://pgsd.binus.ac.id/2020/04/15/supervisi-dalam-sistem-pendidikan/ https://qwords.com/blog/mengenal-google-form/ 264
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 Supervisi Akademik Kepala Sekolah Berbasis Kolaboratif Bahrodin Pengawas Sekolah SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas Email: [email protected] 1. Pendahuluan Kepala sekolah memiliki peran penting dan strategis dalam kepengawasan pendidikan di sekolah. Kepengawasan merupakan quality controll untuk mengawasi jalannya proses pendidikan di sekolah. [1]. Oleh karena itu, kepala sekolah memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan kepengawasan baik dalam bentuk pemantauan, supervisi, evaluasi dan pelaporan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, menetapkan bahwa ada lima dimensi kompetensi kepala sekolah salah satunya adalah supervisi akademik. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses belajar-mengajar [2,3,4], digunakan untuk membantu meningkatkan kompetensi, profesionalisme dan kinerja guru dalam pembelajaran di kelas [5]. Wahana pembinaan untuk peningkatan kualitas, dan perbaikan kinerja pembelajaran guru di kelas [6,7]. Walaupun supervisi akademik penting, tetapi kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademiknya masih rendah dan belum optimal.Kompetensi dan keterampilan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik masih rendah [8]. Kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik masih bersifat formalistis yang hanya menekankan pada perangkat administrasi pembelajaran [9]. Kepala sekolah yang melaksanakan supervisi akademik kunjungan kelas baru (77,5%), demokratik (75%) [10]. Hasil pengukuran indikator standar pelayanan mininimal (SPM) pendidikan dasar di Banyumas menunjukkan kepala sekolah dan pengawas yang melaksanakan supervisi akademik secara rutinitas, terjadwal serta berkelanjutan baru (56,25%). Penilaian Kinerja Kepala Sekolah SMP di Kabupaten Banyumas (2015/2016) pada komponen proses dari aspek supervisor baru 63,4%. Permasalahan supervisi akademik kepala sekolah di Kabupaten Banyumas 265
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) budaya dan kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik masih rendah; (2) kompetensi/kemampuan kepala sekolah sebagai supervisor akademik masih rendah; (3) keterampilan konseptual, interpersonal, dan teknikal kepala sekolah belum memadai; (4) kualitas hasil kinerja supervisi akademik seperti: penyusunan program, instrumen observasi, analisis dan evaluasi hasil pengamatan, pelaporan dan tindak lanjut hasil supervisi masih rendah. Berdasarkan kenyataan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja kepala sekolah dalam supervisi akademik telah banyak dilaksanakan antara lain: workshop, pelatihan, penilaian kinerja kepala sekolah (PKKS), pembinaan kepala sekolah melalui bahan belajar mandiri (BBM) pada kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) dan kegiatan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS). Tetapi berbagai usaha tersebut belum membuahkan hasil untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam supervisi akademik sehingga perlu dicarikan solusi salah satunya dengan melaksanakan supervisi berbasis kolaboratif. Supervisi kolaboratif adalah supervisi yang direncanakan bersama antara supervisor dengan supervie [1]. Supervisi kolaboratif mampu menghasilkan perubahan sikap kooperatif, perilaku inovatif, karakter dan keterampilan emosional guru [11,12,13]. Supervisi akademik berbasis kolaborasi dapat meningkatkan keefektifan untuk peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas [11]. Berpijak dari latar belakang, maka perlu dikembangkan model supervisi akademik kepala sekolah berbasis kolaboratif di Kabupaten Banyumas. Penelitian bertujuan untuk menganalisis model faktual, desain model hipotetik, dan mensintesis model final yang layak supervisi akademik kepala sekolah SMP Negeri berbasis kolaboratif di Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian bermanfaat bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, pengawas, kepala SMP dan guru yaitu sebagai bahan acuan dan masukan dalam pelaksanaan supervisi akademik di sekolah. 266
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 2. Metode Penelitian Lokasi penelitian ini di SMP Negeri di Kabupaten Banyumas. Design penelitian menggunakan metode Research and Development (R&D). Prosedur penelitian yang digunakan mengadopsi dari Borg & Gall [14] (2007) dengan tiga tahap utama yakni: tahap pendahuluan, pengembangan dan validasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 300 orang. Sampel penelitian 10% yakni 30 orang. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: data dokumentasi kinerja kepala sekolah, data hasil angket, data hasil observasi, data hasil wawancara, data hasil Focus Group Discussion (FGD). Teknik pengumpulan data yaitu: teknik kuesioner, wawancara, observasi, studi dokumen, dan FGD. Validitas data menggunakan validitas konstruk dan validitas item. Teknik analisis data menggunakan kuantitatif dan kualitatif. 3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan, Hasil penelitian pendahuluan pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di Kabupaten Banyumas yang dilakukan selama ini kategori baik rerata skor sebesar 420,07 berada di rentang 351-457 persentase 74,87%. Kategori baik tersebut, terdistribusi untuk aspek kinerja sistem diperoleh rerata skor 192,70 di rentang 165-214 persentase 72,64%; komponen sistem rerata skor 227,37 di rentang 201-262 persentase 75,99%. Pada aspek kinerja sistem perolehan nilai tertinggi yaitu: pelaksanaan persentase 74,53%. Ini berarti 74,53% responden menyatakan pelaksanaan sudah baik, tetapi masih ada 25,47% kurang baik. Indikator yang perlu diperbaiki yaitu: tahap pertemuan balikan. Pertemuan balikan sebagai wahana refleksi atas keberhasilan dan kelemahan [15]. Kegiatannya meliputi: menganalisis hasil observasi, perilaku mengajar guru dalam mengajar [16]. Nilai terendah dari kinerja sistem adalah evaluasi dengan persentase 70,71%. Ini artinya evaluasi perlu diperbaiki karena masih ada 29,29% yang menyatakan kurang baik. Indikator yang perlu diperbaiki yaitu: solusi untuk memperbaiki kinerja guru, dan pelaporan. Pada aspek komponen sistem yang selama ini dilaksanakan dalam kategori baik rerata skor 227,37 di rentang 201-262 persentase 75,99%. Kategori baik tersebut, terdistibusi untuk supervisor rerata skor 101,17 di rentang 87-105 267
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 persentase 76,64%; supervie diperoleh rerata skor 46,67 di rentang 39-51 persentase 72,92%; materi rerata skor 18,90 di rentang 15-19 persentase 78,75%. Nilai tertinggi adalah materi persentase 78,75% kategori baik. Ini artinya materi sudah relevan, dan memiliki kebermanfaatan. Nilai terendah yaitu: supervie perolehan nilai 72,92%. Ini berarti kinerja guru perlu ditingkatkan. Supervie sebagai bagian dari obyek, dan subjek sasaran [17]. Kinerja guru yang perlu ditingkatkan yaitu: kemampuan mempersiapkan administrasi perangkat KBM, penguasaan komponen pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran mulai dari apersepsi sampai refleksi [18]. Temuan model faktual supervisi akademik kepala sekolah SMP Negeri di Kabupaten Banyumas yang selama ini dilaksanakan. Pada aspek kinerja sistem meliputi: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Hasil nilai kinerja sistem rerata skor sebesar 192,7 di rentang (165-214). Artinya kinerja sistem telah dilaksanakan sesesuai prosedur/pentahapan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut [19]. Komponen sistem supervisi akademik meliputi: aspek supervisor, supervie, materi, metode, sarana dan prasarana serta waktu. Hasil nilai komponen sistem rerata skor 227,37 di rentang (201-262) kategori baik. Artinya komponen sistem telah mendukung keterlaksanaan kegiatan sesuai peran dan fungsinya. Supervisi mampu berjalan baik apabila didukung oleh beberapa komponen yaitu: supervisor, supervie, materi, metode, sarana dan prasarana [20]. Hasil analisis kebutuhan supervisi akademik kepala sekolah berbasis kolaboratif sangat penting rerata skor 612,51 di rentang 575-708 persentase 85,82%. Kategori sangat penting tersebut, terdistribusi untuk aspek analisis kebutuhan kinerja sistem rerata skor 227,47 di rentang 215-264 persentase nilai sebesar 85,94; komponen sistem rerata skor 260,57 di rentang 244-300 persentase 84,91%; strategi kolaborasi rerata skor 124,47 di rentang 117-144 persentase 86,39%. Pada aspek kinerja sistem tersebut, nilai tertinggi yaitu: pelaksanaan persentase 87,22%. Artinya, pelaksanaan sangat penting mulai dari pertemuan awal, kegiatan inti dan diskusi balikan. Kegiatan pelaksanaan, meliputi: sosialisasi program, observasi kelas, evaluasi, dan tindak lanjut [21]. Pelaksanaan meliputi: persiapan, pelaksanaan, penentuan metode, penerapan strategi kolaborasi dan 268
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 brainstroming [1]. Nilai terendah yaitu: evaluasi, persentase 84,78% kategori sangat penting. Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik [21]. kegiatan evaluasi meliputi: output, feedback, pelaporan dan tindak lanjut [22,23]. Pada aspek analisis kebutuhan komponen sistem nilai tertinggi adalah materi, persentase 88,19%. Ini artinya materi sangat penting. Materi yang dibutuhkan meliputi: pembuatan program kerja, jadwal, instrumen observasi, evaluasi, tindak lanjut; pelaksanaan (pertemuan awal, inti dan umpan balik), analisis data, dan pelaporan [1]. Nilai terendah adalah metode, persentase 85,29% kategori sangat penting. Artinya kepala sekolah perlu memperhatikan kefektifan dan kebermanfaatan metode. Pada aspek analisis kebutuhan strategi kolaborasi nilai tertinggi adalah penentuan nilai-nilai dasar kolaboratif persentase 89,30%. Nilai-nilai kolaboratif meliputi: pengembangan sikap saling menghormati, bekerjasama, komitmen dalam menyelesaikan tugas [1]. Nilai-nilai kolaborasi dapat meningkatkan sinergi kepala sekolah [24]. Nilai terendah dari analisis kebutuhan kolaboratif yaitu: directing setting persentase 81,25%. Ini berarti directing setting perlu ditingkatkan mulai dari: penentuan aturan dasar, penyusunan agenda, pengorganisasian, penentuan kelompok. Hal ini sesuai karakteristik supervisi kolaboratif yaitu: mengkomunikasikan, sharing, brainstorming, konsensus, negosiasi, kerjasama tim supervisor, penetapan tujuan bersama, dan pembagian tugas antar [25,26]. Model supervisi akademik yang divalidasi pakar, praktisi dan uji kelayakan melalui FGD-1 sampai model hipotetik. Selanjutnya diujicobakan secara terbatas dan diperluas serta dievaluasi, hasil tercantum pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji Coba Terbatas dan Uji Coba di Perluas Supervisi Akademik Kepala Sekolah Berbasis Kolaboratif Uji Coba Terbatas Uji Coba di Perluas Pening- No Aspek Rerata Kategori Rerata Kategori katan Nilai Nilai Nilai A. Kualitas Kinerja Kepala Sekolah 1. Pembuatan program kerja, jadwal, penyusunan 70,00 Baik 88,33 Sangat 18,33 269
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Baik instrumen observasi 2. Pelaksanaan supervisi 72,50 Baik 84,00 Sangat 11,50 akademik 66,67 Baik 87,00 Baik 20,33 3. Penganalisisan data hasil 70,00 Baik 89,00 Sangat 19,00 67,50 Baik 85,00 Baik 17,50 pengamatan 433,33 Sangat 86,66 4. Pembuatan laporan supervisi 86,67 Baik 17,34 Sangat akademik Baik 15,00 5. Umpan balik dan tindak lanjut Sangat 15,00 baik 12,50 Jumlah perindikator 346,67 Baik Sangat 17,50 Baik 10,00 Rerata perindikator 69,33 Baik 5,00 10,00 B. Strategi Kolaboratif 80,00 Baik 95,00 Sangat 7,50 6. Raport 80,00 Baik 22,50 Baik 115 7. Penentuan Nilai Dasar 65,00 Baik 12,78 Kolaborasi 70,00 Baik 82,50 Sangat 8. Prinsip-Prinsip Kolaboratif 87,50 Baik 85,00 Sangat 9. Problem Setting 70,00 Baik 85,00 Baik 85,00 Sangat 10. Directing Setting 75,00 Baik 87,50 Baik 87,50 Sangat 11. Kerja Sama antar Supervisor 80,00 Baik 775 Baik 86,11 Sangat 12. Partisipasi 75,00 Baik Baik Sangat 13. Diskusi 80,00 Baik Baik Sangat 14. Tindak Lanjut 66,00 Baik Baik Sangat Jumlah perindikator 660 Baik Baik Sangat Rerata perindikator 73,33 Baik 270
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 Jumlah seluruh Indikator 1006,6 Baik 1200,8 Baik 2207, Rerata seluruh Indikator 7 Baik 3 Sangat 5 71,91 86,25 Baik 14,40 Sangat Baik Tabel 1, dideskripsikan hasil ujicoba terbatas supervisi akademik kepala sekolah berbasis kolaboratif diperoleh rerata nilai 71,91 kategori baik. Kategori baik tersebut, terdistribusi untuk kualitas kinerja rerata nilai 69,33, strategi kolaboratif rerata 73,33. Nilai tertinggi ujicoba terbatas yaitu: kinerja kepala sekolah rerata niliai 72,50. Ini berarti kualitas kinerja kepala sekolah sudah baik mulai dari pertemuan awal, kegiatan inti, dan pertemuan balikan. Pelaksanaan kegiatan supervisi akademik diutamakan pada pemberian pembinaan proses belajar mengajar guru [5]. Agar pelaksanaan pembinaan guru dapat berjalan efektif dan efisien, maka perlu mempersiapkan instrumen observasi. Kegiatan observasi kelas meliputi: pengecekan perangkat pembelajaran, pengamatan guru dalam mengajar, dan pertemuan balikan [21]. Nilai terendah dari uji coba terbatas yaitu: penganalisisan data rerata nilai 66,67. Ini berarti kepala sekolah perlu meningkatkan kemampuannya dalam menganalisis data. Pengolahan data hasil pemantauan supervisi akademik dapat berupa catatan, rekaman, dan dokumentasi dari kondisi riil hasil pengawasan, pengamatan [15,21]. Hasil analisis kemudian ditafsirkan dipergunakan untuk menetapkan prioritas tujuan, sasaran, strategi serta langkah-langkah program pengawasan tahun berikutnya [5]. Pada uji coba terbatas diperoleh hasil dalam kategori baik rerata nilai 73,33. Nilai tertinggi yakni: raport, kerjasama antar supervisor, dan diskusi dengan rerata 80. Raport adalah membina hubungan baik antara kepala sekolah sebagai supervisor dengan supervie/guru yang disupervisi. Nilai terendah adalah penentuan nilai-nilai dasar kolaboratif dan tindak lanjut rerata 65. Ini berarti penentuan nilai-nilai dasar kolaboratif dan tindak lanjut masih perlu diperbaiki. Nilai dasar kolaboratif sangat penting, karena mampu menciptakan kerjasama yang kondusif, menyenangkan, saling rnenghargai dan terbuka [27]. Supervisi kolaboratif mampu merubah perilaku guru, dan sinergitas kepala sekolah [11,28]. Ujicoba diperluas diperoleh rerata sebesar 86,25 kategori sangat baik. 271
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Kategori sangat baik tersebut, terdistribusi untuk aspek kualitas kinerja rerata 87,66, strategi kolaborasi rerata 87,66 kategori sangat baik. Nilai tertinggi untuk ujicoba diperluas, yaitu: raport rerata nilai 95,00 kategori sangat baik. Nilai terendah yaitu: penentuan nilai dasar kolaboratif rerata nilai 80 kategori baik. Nilai dasar kolaborasi bermanfaat untuk meningkatkan pengembangan karakter dan keterampilan emosional guru [11]. Nilai kolaboratif yang dikembangkan yaitu: respect for people, honor and integrity, ownership and alignment, consensus, full responsibility and accountability, trust-based relationship recognition and growth [27]. Hasil ujicoba terbatas dan diperluas terdapat peningkatan rerata nilai sebesar 14,40 point. Artinya, supervisi kolaboratif mampu memberikan sumbangan peningkatan kualitas kinerja guru sebesar 14,40% dari dimensi lainnya. Hasil peningkatan tersebut terdistribusi untuk kualitas kinerja diperoleh peningkatan 17,34%, srategi kolaboratif 12,78%. Artinya strategi kolaboratif mampu memberikan sumbangan terhadap kualitas kepala sekolah dalam membangun raport, nilai dasar kolaborasi, problem setting, directing setting, partisipasi, diskusi tim, kerjasama, dan tindak lanjut. Optimalisasi strategi mampu memberikan sinergitas tugas pokok dan fungsi kepala sekolah [27]. Penilaian terhadap model supervisi kolaboratif yang diujicoba terbatas maupun diperluas, dikonsultasikan kepada pakar dan didiskusikan melalui FGD-2 untuk perbaikan model, buku pedoman, dan panduan, yang hasilnya disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Validasi Pakar/Ahli dan Praktisi tentang Kelayakan Model, Buku Pedoman dan Panduan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Berbasis Kolaboratif. No Aspek Skor Rerata Rentang Konversi Kategori Skor nilai (%) 1. Desain Model 220 27,50 26-32 85,94 Sangat Layak 2. Buku 800 10 98-120 83,33 Sangat Layak Pedoman 0 3. Buku Panduan 688 86 84-104 82,69 Sangat Layak Jumlah 1708 213,5 208-256 251,96 Sangat Layak Rerata 213,5 71,17 70-74 83,99 Sangat Layak 272
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 Tabel 2, hasil validasi pakar dan praktisi tentang kelayakan model, buku pedoman dan buku panduan diperoleh hasil dalam kategori sangat layak dengan persentase 83,99%. Nilai tertinggi yaitu: model supervisi rerata nilai sebesar 85,94%. Ini berarti desain model pengembangan sangat layak dipergunakan untuk peningkatan supervisi akademik kepala sekolah berbasis kolaboratif. Nilai terendah yaitu: buku panduan dengan persentase nilai 82,69% sehingga perlu diperbaiki. Buku panduan yang perlu diperbaiki yaitu: kejelasan manfaat, teknik, dan ketercukupan daftar pustaka. Temuan model final supervisi akademik kepala sekolah berbasis kolaboratif di Kabupaten Banyumas disajikan, pada gambar 1. Gambar 1. Model Final Supervisi Akademik Kepala Sekolah Berkolaboratif dengan Guru SMP Negeri di Kabupaten Banyumas. Gambar 1, model final supervisi akademik kepala sekolah berbasis kolaboratif merupakan penyempurnaan dari model faktual dan model hipotetik. Model faktual dan hipotetik setelah di FGD-kan, divalidasi pakar dan praktisi untuk memperoleh masukan dan penyempurnaan sehingga menjadi model final yang layak. Hasil validasi pakar dan praktisi terhadap kinerja sistem: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, tindak lanjut, dan kontroling. 273
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Aspek perencanaan meliputi: sasaran, program kerja, waktu, langkah-langkah, instrumen dan tim. Pelaksanaan meliputi: praobservasi, observasi dan pasca observasi. Evaluasi meliputi: kualitas kinerja kepala sekolah dalam supervisi akademik, mencakup: pembuatan program kerja, jadwal, penyusunan instrumen observasi, praktik pelaksanaan supervisi akademik, analisis data hasil pengamatan, pembuatan laporan, dan umpan balik dan tindak lanjut. Strategi kolaboratif meliputi: rapor, penentuan dasar kolaborasi, prinsip- prinsip, problem setting, directing setting, partisipasi, diskusi tim, kerjasama, dan tindak lanjut. Aspek pelaporan meliputi: sistematika pelaporan, dan kelengkapan dokumen. Tindak lanjut supervisi akademik kepala sekolah dengan workshop, pelatihan dan pendampingan. Controling meliputi: monitoring dan evaluasi pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah. Komponen sistem meliputi: supervisor, supervie, materi, metode, sarana dan prasarana dan waktu. Implikasi praktis dari model supervisi akademik kepala sekolah berbasis kolaboratif yaitu: mampu meningkatkan kualitas kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi sehingga dapat menjadi alternatif model untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran. Saran yang disampaikan agar kepala bidang pembinaan SMP Dinas Pendididikan Kabupaten Banyumas memberikan pembinaan kepada kepala sekolah dalam supervisi akademik. Kepala sekolah hendaknya meningkatkan kompetensi, kualifikasi, track recordnya dalam melaksanakan supervisi akademik. Pengawas sekolah sebagai mitra dapat meningkatkan kinerja supervisi akademik. Guru hendaknya berpartisipasi aktif dalam kegiatan supervisi akademik sehingga dapat meningkatkan kinerja pembelajarannya. 4. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dikemukakan simpulan bahwa: model faktual supervisi akademik kepala sekolah yang selama ini dilaksanakan dalam kategori baik; desain model supervisi akademik kepala sekolah berbasis kolaboratif di Kabupaten Banyumas sangat penting dan dibutuhkan; model final supervisi akademik kepala sekolah berbasis kolaboratif sangat layak digunakan untuk peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran. 274
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 Daftar Referensi Bahrodin. (2017). Model Supervisi Akademik Kepala Sekolah dengan Strategi Kolaborasi bagi Guru SMP Negeri di Kabupaten Banyumas. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper. Untidar. 1(1), 35-44. Glickman, C. D. (2007). Supervision Of Intruction: A Developmental Approach, Boston: Allyn and Bacon. Inc. Daresh, J. C. (2001). Supervision as proactive leadership. 3rd ed. Prospect Heights, IL: Waveland Press. Dharma, S. (2009). Modul Supervisi Pendidikan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah. Jakarta: Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Rahayu, P. (2015). Peran Kepala Sekolah dalam Supervisi Akademik Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru. Jurnal Unila, 3(3), 1-13 Marzano, R., Frontier, T., dan Livingston, D. (2011). Effective Supervision : Supporting The Art And Science Of Teaching. Alexandria, Virginia USA : ASCD Guntoro, D., Totok S; Ahmad R. (2016). Pengembangan Model Supervisi Akademik Berbantuan Esupervision Berbasis Web. EM5 2(2), 22-28. Cahyono, B. (2014). Pengembangan Model Supervisi Akademik Berbasis Total Quality Management di SMP Negeri di Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur, EM 3(2), 114-118. Clark, A.O. dan Olumese, H.A. (2013). Effective Supervision As A Challenge In Technical And Vocational Education Delivery: Ensuring Quality Teaching/ Learning Environment And Feedback Mechanism”. Basic Research Journal of Education Research and Review. 2(1):6-15 Behlol, M. G. (2011). “Concept of Supervision and Supervisory Practices at Primary Level in Pakistan”. International Education Studies Journal 4(4):28-35 Fakhruddin, (2017). Efek Mediasi Kecerdasan Emosi pada Pengaruh Supervisi Kolaboratif dan Kepemimpinan terhadap Perilaku Inovatif Guru. Educational Management 6 (1), 71- 79. Taoefik, M. (2016). Supervisi Kolaboratif dan Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Perilaku Inovatif Guru. EM 5(3), 1-78. Cooper, R. K. dan Sawaf, A. (2002). Executive EQ: Kecerdasan Emosional dalam 275
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Kepemimpinan dan Organisasi. Alih Bahasa: Alex Tri Kantjono Widodo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Borg G. (2007). Educational Research. New York: logman. Ernawati. (2014). Pengembangan Model Supervisi Akademik dengan Teknik Kunjungan Kelas Berbasis Guru Senior Pada Guru TIK SMA Kota Semarang. Educational Management 3 (1), 41-46. Makawimbang, J. H. (2013). Supervisi Klinis Teori dan Pengukurannya (Analisis di Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Syukri, (2015). Pelaksanaan Supervisi Akademik oleh Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar Pada Gugus I UPTD Dewantara Aceh Utara. Jurnal 3 (2), 79-80. Surachman, M. (2014). Pengembangan Model Pemantauan Pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi EM 4 (2) (2015):125-133. Gultom. S. (2014). Bahan Ajar Diklat Supervisi Kepala Sekolah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Manggar, Y, (2011). Supervisi Akademik Kepala Sekolah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Indonesia. Prihatin, T. (2017). Pengembangan Model Supervisi Akademik dengan Mentoring Method dalam Pembelajaran yang Mendidik pada SMK di Kabupaten Kupang EM 6 (1), 9-19. Widodo, (2007). Supervisi Guru Mata Pelajaran Ekonomi di Indonesia antara Teori dan Realita. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2 (2), 291-313. Himdani. (2017). Pengembangan Model Supervisi Klinis Teknik Konseling Kelompok pada Guru BK SMA Kabupaten Lombok Timur. EM 6 (1), 1-8. Wasitohadi, (2016). Kolaborasi dan Sinergi Antar Lembaga dalam Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah. Jurnal UKSW 3 (2), 230-245 Silck M. (2000). Handbook Educational Supervion. A. Guide for The Practition. Boston: Ailyn & Bacon Inc. Pidarta, M. (2009). Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta. Djumara, N. (2008). Negoisasi, Kolaborasi, dan Jejaring Kerja. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. 276
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 Upaya Meningkatkan Kompetensi Peserta Didik dalam Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila Melalui Aplikasi PENDIKAR di Sekolah Binaan Wiwi Parluki Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas Jln. Perintis Kemerdekaan no 75 Purwokerto Email: [email protected] 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Dewasa ini, perkembangan sosial budaya di dalam masyrakat, sangatlah cepat. Perkembangan ini membawa pengaruh pada perkembangan kharakter anak bangsa. Menurut Timothy Wibowo, dalam bukunya Success begins with character` Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain- lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya). Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus DIBANGUN dan secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu PROSES yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari. Pendapat Timothy tersebut sejalan dengan Sumarna Surapranata, Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P2TK) Ditjen Pendidikan Dasar (Dikdas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang mengkaitkan pendidikan karakter dengan penerapan kurikulum 2013, beliau menjelaskan “Aplikasi Kurikulum 2013, menekankan pada penanaman karakter dan budaya kepada siswa terdidik sejak usia dini. Fokus pengajaran tidak hanya pada mata pelajaran ilmu pasti, seperti Matematika atau IPA. Penanaman karakter tersebut menjadi sangat penting dan bisa dijadikan pedoman pendidikan karakter pada masa mendatang. Sebab, penanaman karakter anak akan berkembang ke sifat- sifat anak selanjutnya setelah dewasa. Hanya saja, hasil dari pendidikan itu 277
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 membutuhkan waktu beberapa lama” (Kompas,. Kamis, 6 /3/2014) Pendidikan karakter juga sudah digariskan dalam UU No.20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang SISDIKNAS, yang mengutamakan pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan di sekolah digambarkan oleh Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dalam Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011) dalam Samani Muchlas dan Hariyanto (2012:52) yang bersumber dari agama, pancasila budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yakni: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja Keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa ingin tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikasi, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, dan (18) Tanggung Jawab. Jadi Pendidikan kharakter memang sudah digariskan dalam kurikulum kita, namun seiring perkembangan jaman, perubahan-perubahan muncul membawa dampak pada pergaulan dan perubahan jaman. Perubahan ini terlihat dari kenakalan remaja dan kerawanan sosial yang terjadi di masyarakat. Apabila tidak diantisipasi, tentu akan menjadikan tergerusnya nilai-nilai luhur yang telah ada. Pengawas Sekolah bertanggung jawab melaksanakan pembinaan sekolah, dan mencari cara untuk meningkatkan kompetensi peserta didik di sekolah binaanya. Berdasarkan Peraturan mendiknas Nomor 12 tahun 2007 tentang standar Pengawas Sekolah/Madrasah, diamanatkan bahwa seorang pengawas sekolah memiliki standar kompetensi yang sudah ditetapkan. Kompetensi ini diantaranya kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi supervisi akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian pengembangan dan kompetensi sosial. Landasan ini yang menjadikan seorang pengawas sekolah memiliki tanggung jawab dan berempati membina sekolah- sekolah dalam berbagai hal, termasuk pembinaan kharakter para peserta didik. Salah satu upaya menyelamatkan generasi anak bangsa adalah dengan menguatkan pendidikan kharakter secara kental. Profil Pelajar Pancasila menjadi 278
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 hal yang perlu ditanamkan dalam diri para generasi muda. Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Profil pelajar Pancasila tertuang dalam dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024. Dewasa ini, Pemanfaatan teknologi informasi dengan media komputer dan jaringan internet kini sudah menjadi kebutuhan. Hal ini ditunjukkan oleh pesatnya perkembangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) serta aplikasinya dalam berbagai bidang seperti pendidikan, dunia usaha dan perkantoran dsb. Joo and Choi (2015), menyatakan bahwa penggunaan internet sebagai sumber informasi didukung oleh beberapa faktor yang meliputi kemudahan akses, kemanfaatan, aksesibilitas, kredibilitas, kelengkapan/jangkauan,biaya, dan format. Oleh karena itu kemampuan mengakses internet sudah menjadi tuntutan kompetensi di era global. Maka, pengawas sekolah perlu mencari alternatif media yang dapat menjawab tantangan di era revolusi industri 4.0. Pengawas sekolah mencari terobosan cara memantau penerapan pendidikan kharakter melalui aplikasi internet. Aplikasi internet yang dimaksud yaitu Aplikasi PENDIKAR (Penerapan Pendidikan Kharakter). Selanjutnya pengawas sekolah menerapkan aplikasi Pendikar ini dalam penelitian tindakan sekolah, agar memudahkan pemantauan kompetensi peserta didik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dalam pembahasan sebelumnya, maka rumusan masalahnya adalah: bagaimana meningkatkan kompetensi peserta didik, khususnya dalam mewujudkan profil Pelajar Pancasila melalui Aplikasi Pendikar di sekolah binaan? 1.3 Tujuan Berdasarkan pembahasan sebelumnya, tujuan penelitian tindakan sekolah ini adalah meningkatkan kompetensi peserta didik, khususnya dalam mewujudkan profil Pelajar Pancasila melalui Aplikasi Pendikar di sekolah binaan. 279
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 1.4 Kajian Pustaka a. Upaya meningkatkan Kompetensi peserta didik Menurut kamus berbahasa Inggris, hlm 208, 314, upaya atau` effort` memiliki padanan kata `Usaha` dan meningkatkan atau `to improve`memiliki makna bertambah baik, jika kita simpulkan, maka maknanya usaha bertambah baik. Jadi, judul penelitian tindakan sekolah, `Upaya meningkatkan kompetensi peserta didik melalui Aplikasi Pendikar` memiliki makna usaha untuk menambah menjadi lebih baik pada kecakapan peserta didik dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila. Aplikasi Pendikar ini adalah sebuah program komputer dalam fitur google sites- nya yang membuat halaman web secara gratis tanpa menggunakan domain. Kepala sekolah dapat mengakses aplikasi Pendikar ini untuk melaporkan jenis penerapan pendidikan kharakter yang dikembangkan di sekolah, sekaligus menyampaikan hambatan yang dialami dalam pelaksanaan penerapan pendidikan kharakter untuk mendapatkan solusi, dalam upaya pembinaan oleh pengawas sekolah di sekolah binaanya. b. Profil Pelajar Pancasila Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Ada enam komponen yang dikembangkan untuk menjadi guru penggerak, karakter yan dikembangkan yaitu: 1) beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2)berkebhinekaan global, 3)gotong royong, 4)mandiri,5) bernalar kritis serta,6) kreatif. Profil Pelajar Pancasila ini dikuatkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak (PPG )yang digelontorkan oleh kemenristek. Pada kenyaataanya, program ini sangatlah tepat untuk diterapkan dalam pembinaan pelajar atau genetasi muda sebagai asset bangsa. Profil pelajar Pancasila tertuang dalam dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024. Dengan demikian, program perwujudan profil pelajar Pancasila ini, segera dapat diimplementasikan di sekolah-sekolah. Pengimplementasianya, tentu membutuhkan pengarahan atau perhatian dari berbagai pihak termasuk pengawas sekolah. 280
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 c. Kelebihan menggunakan aplikasi Pendikar Beberapa manfaat aplikasi Pendikar adalah: (1)Mengatur komunikasi secara teratur (2)Sumber /Pusat Informasi yang gratis (3)Media pengontrol secara cepat dan efektif : (4)Menyajikan laporan bidang tertentu di sekolah secara transparan dan cepat 2. Metodologi 2.1 Desain penelitian Desain penelitian menggunakan penelitian kuantitatif dengan membandingkan antar subyek penelitian. Jadi, dari Sembilan sekolah binaan yang diamati, akan dipotret sekolah mana saja yang telah mengembangkan penerapan pendidikan kharakter dalam upaya mewujudkan profil pelajar Pancasila, serta dapat diketahui hambatan apa yang terjadi pada setiap sekolah binaan, sebagai bahan pembinaan oleh pengawas sekolah binaan. 2.2 Subyek penelitian Subyek penelitianya yaitu sembilan sekolah yang terdiri dari empat sekolah negeri dan lima sekolah swasta di lingkungan Kabupaten Banyumas. 2.3 Teknik pengumpulan data Dalam teknik pengumpulan data-data diperoleh melalui wawancara dan pengamatan. a. teknik wawancara diterapkan saat pencarian data awal atau pra siklus b. teknik pengamatan, diterapkan pada pengamatan pada aplikasi Pendikar dan pengamatan langsung ke sekolah-sekolah dengan visitasi 2.4 Instrumen pengumpulan data Instrumen pengumpulan data berupa lembar wawancara dan lembar pengamatan. Lembar wawancara digunakan untuk mendapatkan data sekolah- sekolah yang menerapkan pendikar. Sedangkan lembar pengamatan digunakan untuk mengecek kesungguhan sekolah menerapkan pendikar sekaligus mendata hambatan yang dialami para sekolah binaan dalam mengimplemenatsikan pendikar tersebut. 281
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 2.5 Analisis data a. Data yang dikumpulkan akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan rumus berikut: Catatan: M= N M = Rerata Σx = Jumlah skor sekolah yang menerapkan pendikar dalam profil pelajar Pancasila N = jumlah seluruh sekolah (subyek) (diadopsi dari yang terbaik, dalam faisal, 1982:258) b. Data hasil observasi juga dianalisis secara deskriptif komparatif untuk saling dipertemukan dengan semua data dan selanjutnya direfleksikan dan disimpulkan. Ini dilakukan diakhir siklus 1 dan 2. 2.6 Indikator Pada akhir siklus 2: Sekurang-kurangnya 80 % sekolah meng-upload program pendikar di semua sekolah binaan. 3. Hasil Pelaksanan Penelitian dan Pembahasan Berikut ini uraian pelaksanaan penelitian: 3.1 Pra Siklus Sebelum memulai penelitian, peneliti melakukan wawancara secara acak dengan kunjungan langsung ke sekolah-sekolah. Hasil wawancara menunjukkan sekolah-sekolah ada yang telah menerapkan pendidikan kharakter. Peneliti juga menemukan kendala, agak sulit untuk memantau. Setelah diadakan pembinaan, para kepala sekolah sepakat untuk memanfaatkan aplikasi pendikar untuk memotret penerapan kharakter secara optimal. 3.2 Siklus 1 a. Perencanaan Perencanaan yang telah dilaksanakan diantaranya: (1)mengumpulkan para kepala sekolah untuk berdiskusi menyampaikan kondisi sekolah masing-masing (2)mengarahkan pentingnya memanfaatkan teknologi informasi berbasis android di sekolah dalam pemantauan pendikar di masing-masing sekolah 282
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 binaan (3)sekolah berupaya memanfaatkan teknologi informasi, yaitu aplikasi Pendikar (4)masing-masing sekolah harus menyiapkan program berikut laporan pendikar di sekolahnya, sekaligus menyampaikan evaluasi dan tindak lanjut, sekaligus menyampaikan hambatan yang dihadapi di masing- masing sekolah binaan b. Pelaksanaan Hal–hal yang dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik diantaranya (1) sekolah diberi kesempatan melaporkan pelaksanaan pendikar, misalnya (a) Penerapan kharakter beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha (b) berkebhinekaan global, gotong royong, (c) mandiri, (d) bernalar kritis serta, (e) kreatif. (2) sekolah hendaknya, secara aktif memanfaatkan aplikasi pendikar., dengan selalu update data (3) peneliti terjun melaksanakan visitasi ke sekolah untuk mengecek keabsahan data c. Pengamatan Teknik pengamatan yang dilaksanakan yaitu peneliti membuka laman aplikasi PENDIKAR untuk melihat data penerapan karakter di sekolah binaan. Peneliti mendapatkan data dari sekolah binaan yang telah melakukan pengisian survei melalui aplikasi PENDIKAR berbasis Android yang dapat didownload oleh sekolah melalui Play Store. Selain itu Peneliti juga melaksanakan visitasi ke sekolah untuk melihat secara langsung pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter sebagai tri angulasi data. 283
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Gb 2. d. Refleksi Setelah dilaksanakan pengamatan diperoleh hasil: (1) Ada 6 sekolah yang telah menerapkan Pendidikan kharakter di sekolah– sekolah. Ini berarti hanya 66% (2) Kendala adanya masa pandemic serta kurangnya sarana yang mendukung menjadi permasalahan tersendiri Tindak lanjutnya, karena hanya 60 % yang baru menerapkan Pendidikan kharakter di sekolah, padahal indikatornya adalah 80%, maka penelitian tindakan sekolah ini dilanjutkan pada siklus 2 dengan catatan, akan diupayakan untuk melakukan pembinaan serta pembimbingan untuk mengatasi kendala yang ada. 3.3 Siklus 2 a. Perencanaan (1) akan mengumpulkan para kepala sekolah untuk berdiskusi menyampaikan evaluasi penerapan pendidikan kharakter sekolah masing-masing (2) mengarahkan pentingnya penerapan pendidikan kharakter, bahkan juga mengembangkan terobosan baru untuk mengadakan pembinaan dan pembimbingn untuk mengoptimalkan penerapan pendidikan kharakter di sekolah (3) sekolah berupaya mengembangkan inovasi dalam penerapan pendidikan kharakter (4) merevisi aplikasi yang memberi kesempatan kepada sekolah-sekolah untuk melakukan upload kegiatan yang menerapkan pendidikan 284
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 kharakter di sekolahnya. Selain itu, Sekolah-sekolah juga melaporkan hambatan yang ditemui sebagai bahan pembinaan bagi pengawas b. Pelaksanaan Setelah dilaksanakan siklus 1, peneliti merencanakan kembali kegiatan pada siklus 2. Hal–hal yang dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik lebih difokuskan melaporkan jenis-jenis kegiatan yang menerapkan 6 kharakter pelajar Pancasila contohnya: (1) Pembinaan penerapan kharakter pelajar Pancasila Peneliti mengadakan waktu khusus untuk pembinaan dan pembimbingan khusus tentang profil pelajar Pancasila. (2) Pemantapan penerapan profil pelajar Pancasila, yaitu penerapan kharakter, mengkaji hambatan di lapangan dan mencari solusi bersama juga memantau penerapan kharater pelajar Pancasila a) penerapan kharakter beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha b) berkebhinekaan global, c) gotong royong, d) mandiri, e) bernalar kritis serta, f) kreatif. catatan: (a) sekolah secara aktif memanfaatkan aplikasi pendikar untuk melaporkan penerapan Pendidikan kharakter di sekolah di sekolah, dengan selalu update data (b) peneliti melakukan kunjungan ke sekolah kembali untuk mengecek keabsahan data c. Pengamatan Teknik pengamatan yang dilaksanakan yaitu peneliti membuka laman aplikasi PENDIKAR untuk melihat data penerapan karakter di sekolah binaan. Peneliti mendapatkan data dari sekolah binaan yang telah melakukan pengisian survei melalui aplikasi PENDIKAR berbasis Android yang dapat didownload oleh sekolah melalui Play Store. Selain itu Peneliti juga melaksanakan visitasi ke sekolah untuk melihat secara langsung pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter sebagai tri angulasi data. d. Refleksi Setelah dilaksanakan pengamatan diperoleh hasil: Ada 9 sekolah yang telah penerapan pendidikar, yang artinya peningkatan kompetensi peserta didik mencapai 100%. 285
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 3.4 Hasil dan Pembahasan a. Hasil penelitian Berdasarkan data empirik pada hasil penelitian tindakan penelitian sekolah dapat peneliti sajikan data- data sebagai berikut: (1) Hasil wawancara acak pada pra siklus, dengan para kepala sekolah menunjukkan sekolah-sekolah ada yang telah mengaplikasi pendikar (2) Data hasil pengamatan (a) Kemudian setelah peneliti mengadakan tindakan pada siklus 1 dengan cara mengarahkan sekolah untuk menginstal di playstore pada android mereka tentang aplikasi Pendikar , sekolah- sekolah di daerah binaan mengisi form 1. Data merekam kondisi awal rata-rata hanya 66%, telah menerapkan Pendidikan kharakter pelajar Pancasila. Setelah itu, peneliti mengadakan tindakan pada siklus 2 dengan melakukan pembinaan serta pembimbingan sekolah pada penerapan Pendidikan kharakter pelajar Pancasila di sekolah- sekolah di daerah binaan. Selanjutnya mereka mengisi formulir yang telah disediakan form (b) Kegiatan berikutnya sekolah-sekolah mengakses aplikasi Pendikar dan meng- upload program yang menerapkan Pendidikan kharakter pelajar Pancasila, serta melaporkan hambatan yang dialami. Dari aplikasi pendikar ini terkam data yang semula nilai rata-rata siklus 1, 66% pada siklus 2 naik menjadi 100%atau naik menjadi 33%. Jadi, perbandingan nilai rata-rata siklus 1 semula 66% pada tindakan siklus 2 juga naik menjadi 100% atau kenaikan dari kondisi awal hingga siklus 2 yaitu 33%. Data lebih rinci, terangkum dalam grafik. 1, berikut ini: Gb 2. grafik pendikar di sekolah binaan 286
Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 e-ISSN 2722-2440 p_ISSN 2721-7464 4. Simpulan dan saran 4.1 Simpulan Setelah diadakan evaluasi di akhir siklus 2 maka disimpulkan ada perubahan: a. Data siklus 1 tercapai 66 % padahal indikator keberhasilan penelitian jika tercapai 80 % b. Data siklus 2 menunjukkan ada perubahan dari 66 % menjadi 100 %, berarti ada peningkatan sebesar 33 % Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana terdapat pada kerangka berpikir pada bab II bahwa melalui aplikasi Pendikar dapat meningkatkan kompetensi peserta didik, terutama dalam pemantauan dan pembinaan/ pembimbingan melalui aplikasi Pendikar di sekolah-sekolah binaan tahun pelajaran 2020/2021. Dengan demikian, dapat dilihat dengan jelas bahwa kesimpulan secara teoritis sejalan dengan kesimpulan secara empirik. 4.2 Saran a. Sekolah Agar supaya pemantauan dan pembinaan/ pembimbingan melalui aplikasi Pendikar di sekolah- sekolah binaan menjadi membudaya di sekolah- sekolah, sehingga kompetensi peserta didik terpantau dan terbina , yang pada akhirnya mengoptimalkan pelaksanaan pendikardi sekolah-sekolah binaan di sekolah tersebut. b. Dinas pendidika kabupaten Banyumas Dinas pendidikan dapat ikut serta memantau dan mengevaluasi serta mengapresiasi sekolah-sekolah yang telah memanfaatkan dan mengembangkan teknologi informasi di sekolah. Daftar Referensi Barorina, Zahrotun (2021), Konseptual Implementasi Profil Pelajar Pancasila (studi kasus di MI Al-Kautsar Durisawo Ponorogo dan SDN 1 Nologaten Ponorogo)http://eprints.umpo.ac.id/8157/ 2/Halaman%20Depan%20ada% 20materai.pdf Diunduh tanggal 24 Nopember 2021. Faisal, S. (1982). Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. John Eschols dan Hasan Shadily. (2003). Kamus Bahasa Inggris. Jakarta: Gramedia 287
e-ISSN 2722-2440 Prosiding Webinar Guru Penggerak Tahun 2021 p_ISSN 2721-7464 Pustaka. Joo, S., & Choi, N. (2015). Factors affecting undergraduates’ selection of online library resources in academic tasks: Usefulness, ease- of-use, resour-ce quality, and individual differences. Library Hi Tech, 33(2), 272–291. https://doi.org/https://doi.org/10.1108/LHT-01-2015-0008 Muchlas Samani & Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Kharakter. Bandung: Remaja Rosda Karya. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 12 tahun 2007 tentang standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020- 2024. Suhana (2021). Analisis Kebijakan Penguatan Pendidikan Karakter dalam Mewujudkan Pelajar Pancasila di Sekolah. https://www.ypinuruzzaman.com/i nfo-te/diambil tanggal 24 Nopember 2021 Sumarna. (2014). Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembangunan Kharakter Anak. Kompas 6 maret 2014. https://bangka.tribunnews.com/2014/03/06/sumarna- kurikulum-2013- lebih- menekankan-pada- pembangunan-karakter-anak UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang SISDIKNAS. Wibowo, Timothy. 2018. Success Begins with Character. Surabaya: Pendidikan Karakter. 288
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294