kafilah yang sedih dan membisu, menuju padang pasir. Dalam Islam, menunjukkan kesedihan pada orangyang meninggal mengindikasikan ketidakrelaan akankehendak Tuhan. Di samping itu, keluarga kami berasaldari wilayah Najd, Arab Saudi, dan masyarakat kamitidak menunjukkan duka cita ke masyarakat umumketika orang yang dicintai meninggal. Kuburan digali dan dipersiapkan oleh pelayan-pelayan Sudan di tanah kami yang sangat luas. Tubuhibu perlahan diturunkan, dan kain yang menutupiwajahnya dibuka oleh Faruq, satu-satunya anak laki-lakiibu. Kakak-kakak perempuanku berkumpul jauh daritempat istirahat terakhir ibu, tapi mataku tidak bisalepas dari kuburan itu. Aku adalah anak terakhir yanglahir dari tubuhnya; aku akan tetap mengawasi hinggakain kafan terakhir terlihat. Aku menarik diri ketika akumelihat para budak menutupkan pasir merah ke tubuhdan wajahnya. Ketika aku melihat pasir menutupi wajah orang yangsangat kucintai, aku mendadak ingat syair indah filsufbesar Libanon, Kahlil Gibran: 'barangkali pemakaman diantara manusia adalah pesta perkawinan di antaramalaikat.' Aku membayangkan ibu berada di sisi ibu danayahnya, dengan anak-anaknya berada di pelukan. Tentusaja pada suatu saat nanti aku juga akan merasakansentuhan kasih ibu seperti itu. Aku berhenti menangisdan berjalan ke arah saudari-saudariku, mengejutkanmereka dengan senyum riang dan tenang. Aku mengutipsyair hebat itu yang dikirim Tuhan untuk menghapuslukaku, dan kakak-kakakku mengangguk sangat pahamakan kata-kata bijak Kahlil Gibran.
Kami meninggalkan ibu di bentangan luas padangpasir yang kosong. Tak lagi penting, apakah ada batunisan atau tidak, atau doa hikmat yang mengungkapkancinta dan kesederhanaan perempuan itu selamahidupnya. Yang pasti, sekarang ia dengan anak-anaknyayang lain, menunggu kami di sana. Faruq juga tampak kehilangan, dan aku tahulukanya juga sangat mendalam. Ayah tak banyak bicaradan tak datang ke rumah kami sejak ibu meninggal. Iamengirim pesan-pesan pada kami melalui istri kedua,yang sekarang menggantikan ibu sebagai pemimpin istri-istrinya. Dalam sebulan, kami tahu dari Faruq bahwa ayahsedang bersiap untuk menikah lagi, karena empat istrisudah umum, apakah itu untuk laki-laki badui yangsangat kaya atau sangat miskin. Alquran mengatakanbahwa setiap istri harus diperlakukan sama dengan yanglain. Tak sulit memenuhi keadilan untuk empat istridengan kemakmuran Arab Saudi. Seorang baduitermiskin hanya perlu mendirikan empat tenda danmenyediakan makanan sederhana. Dengan alasan ini,Anda akan menemukan banyak Muslim yang paling kayaatau paling miskin memiliki empat istri. Hanyamasyarakat Saudi kelas menengah yang harusberkomitmen dengan satu orang perempuan, karenatidak mungkin baginya mendapatkan biaya untukmenyediakan tempat dengan standar kelas menengahbagi empat keluarga secara terpisah. Ayah berencana menikahi Randa, salah satu sepupukeluarga kerajaan, teman bermainku di masa kecil.Pengantin baru ayah berumur lima belas tahun, hanyasetahun lebih tua dariku, anak terkecilnya dari ibuku.
Empat bulan setelah pemakaman ibu, aku menghadiripernikahan ayahku. Aku tentu saja menolak bergabungdalam pesta, aku diliputi oleh perasaan marah dandendam yang tertahan. Setelah melahirkan enam belasanak dan bertahun-tahun mengabdi dengan patuh,kenangan tentang ibu dengan gampang dilupakan olehayah. Tidak hanya geram pada ayah, aku juga merasabenci pada Randa, teman bermainku dulu. Sekarang iaakan mejadi istri keempat, mengisi ruang kosong yangditinggalkan oleh ibuku yang wafat. Pernikahan yang megah, pengantin wanitanya mudadan cantik. Kemarahanku pada Randa hilang ketikaayahku membimbingnya dari ruang pesta yang sangatbesar ke ranjang pengantin. Mataku terbelalak ketikamelihat wajah Randa yang ketakutan. Bibirnya gemetarkarena takut! Pada saat itu juga kemarahanku yangdahsyat menghilang, tanda keputusasaan Randa sangatjelas dan itu mengubah kemarahanku menjadi rasasimpati yang lembut. Aku malu dengan rasa permusuhanku, karenakulihat Randa adalah bagian dari kami para perempuan,yang tak berdaya di hadapan dominasi kuat laki-lakiSaudi. Ayah pergi berbulan madu bersama pengantinperawannya ke Paris dan Monte Carlo. Denganperasaanku yang telah berubah, aku menunggu Randakembali, dan selama hidup aku berjanji untukmenyadarkan istri baru ayah tentang cita-cita kebebasanperempuan di negeri kami. Aku tidak saja akan memberitantangan dan mimpi akan kekuatan baru bagi Randa.Aku juga akan melukai ayah dengan kesadaran spiritual
dan kebijaksanaan istri mudanya. Aku tak bisamemafkan ayah yang dengan mudah melupakanperempuan menakjubkan, ibuku.
8. SAHABAT SEKEMBALI dari bulan madu, ayah dan Randa pindah ke rumah kami. Meskipun ibu sudah meninggal, anakanaknya yang masih muda tetap tinggal di rumah ayah,dan istri barunya diharapkan mengambil tugas-tugas ibu.Karena sebagai anak terkecil, umurku hanya terpaut satutahun lebih muda dari Randa, adat itu tampakmenggelikan. Bagaimanapun di Arab Saudi, tak adaruang manufer atau perubahan untuk menyesuaikankeadaan seseorang, sehingga begitu Randa masuk kerumah kami, ia harus bertindak sebagai perempuandewasa dan menjadi nyonya di rumah kami yang besar. Randa kembali dari bulan madunya, diam nyaris takbersemangat. Ia jarang bicara, tak pernah tersenyum,dan masuk ke rumah seolah-olah ia akan menyebabkanluka dan kerusakan. Ayah tampak senang dengan barangbarunya, karena ia menghabiskan banyak waktu di ruangterpisah bersama dengan istri mudanya itu. Setelah tiga minggu perhatian ayah seutuhnya untukRanda, Faruq mengeluarkan gurauan tentang kehebatanseksual ayah. Aku menanyakan pendapat Faruqmengenai perasaan Randa yang dinikahkan dengan orangyang jauh lebih tua, yang tak dikenal dan tak dicintainya.Ekspresi hampa Faruq dengan jelas mengatakan padaku,bukan hanya semua itu tak pernah ada dalampikirannya, namun juga pertimbangan seperti itu takakan tumbuh dalam alam pemahamannya yang sempit.Ekspresinya mengingatkanku bahwa tak ada yang bisamenembus lautan gelap sikap mementingkan diri sendiri
yang membentuk pikiran seorang lelaki Saudi. Aku dan Randa memiliki filosofi yang berbeda. Iapercaya: 'Apa yang tertulis di dahimu, matamu akanmelihatnya.' Menurutku: 'Gambar dalam pikiranmu akantercermin dalam kehidupanmu.' Tambah lagi, Randasangat pemalu dan penakut, sebaliknya aku menyambuthidup dengan keagresifan. Aku memerhatikan mata Randa yang mengikutijarum jam; ia mulai gelisah beberapa jam sebelum waktukedatangan ayah untuk makan siang ataupun makanmalam. Ia mendapat perintah dari ayah agar makanterlebih dahulu, kemudian mandi dan mempersiapkandiri untuk menyambutnya. Setiap siang hari Randa menyuruh tukang masakmenyiapkan makannya. Ia makan sedikit dan kemudianmasuk ke kamar. Biasanya ayah pulang sekitar jam satu,untuk makan siang, dan mendatangi istri barunya. Iameninggalkan rumah sekitar jam lima dan kembali kekantornya. (Di Arab Saudi, hari kerja dibagi dalam duawaktu: dari jam 9 pagi sampai jam 1 siang, dan setelahistirahat selama empat jam, dari jam 5 sore sampai jam 8malam.) Melihat paras Randa yang kurus, aku terpikir untukmenanyakan pada ayah tentang perintah Allah dalamAlquran bahwa setiap Muslim diharuskan membagi siangmalamnya di antara empat istri. Sejak ia menikahiRanda, ketiga istrinya yang lebih tua benar-benardiabaikan. Malam adalah ulangan dari istirahat siang. Randamemesan makan malamnya sekitar jam delapan, lalumakan, dan kembali ke kamarnya untuk mandi dan
bersiap menyambut suaminya. Biasanya aku tak lagimelihat dia sampai ayah berangkat kerja pagi berikutnya.Ia diperintahkan untuk tetap di kamar tidur sampai ayahpergi. Resah melihat kehidupan Randa yang suram, akuterdorong untuk berbuat nakal. Aku mempunyai duasahabat, yang keberaniannya lebih hebat dariku;mungkin mereka bisa membuat Randa lebih tegas. Akutak begitu tahu kekuatan apa yang mendorongkumembentuk klub anak perempuan bersama Randa, dandua temanku itu serta aku sendiri sebagai anggota-anggota inti. Kami menyebut klub ini dengan lively lips, karenatujuan kami adalah berani bicara sendiri untuk melawansikap menerima begitu saja peran wanita dalammasyarakat. Kami dengan sungguh-sungguh berjanji menjunjungtinggi tujuan-tujuan berikut: 1 Dalam setiap kesempatan, biarkan semangat hak- hak perempuan menggerakkan mulut dan membimbing lidah mereka. 2 Setiap anggota harus berjuang menarik satu anggota baru setiap bulan. 3 Tujuan utama kami adalah menghentikan perkawinan gadis yang sangat muda dengan lelaki tua. Kami perempuan muda Arab mengetahui bahwalelaki di negeri kami tak pernah mengikuti perubahansosial perempuan, oleh karena itu kami yang harusmemaksakannya. Sepanjang perempuan Saudi menerimabegitu saja otoritas lelaki, mereka akan di dikendalikan.
Kami menganggap tanggung jawab setiap wanita untukberkeinginan mengendalikan hidupnya sendiri danmembantu perempuan lain yang hidup di dalamlingkungan terdekatnya. Selama berabad-abadperempuan di tempat kami telah dikalahkan, sehinggakami harus mulai dengan membangun kesadaran. Dua temanku, Nadia dan Wafa, meski bukan darikeluarga kerajaan, merupakan anak-anak dari keluargakeluarga terkemuka di kota Riyadh. Ayah Nadia memiliki perusahaan kontraktor yangbesar. Karena mau membayar tinggi pada para pangeran,perusahaannya mendapat kontrak-kontrak besarpembangunan gedung pemerintah. Ia mempekerjakanribuan tenaga asing dari Sri Langka, Filipina dan Yaman. Ayah Nadia hampir sama kayanya dengan keluargakerajaan. Ia bisa dengan mudah menanggung hidup tigaistri dan empat belas anak. Nadia berumur tujuh belastahun, anak tengah dari tujuh perempuan bersaudara. Iakaget melihat tiga kakak perempuannya dinikahkan demikoneksi keluarga. Anehnya, semua perkawinan itumenyenangkan kakak-kakaknya dan mereka bahagia,dengan suami yang baik. Kata Nadia, keberuntunganseperti itu tak akan pernah berlanjut. Ia terus pesimis,merasa dirinya akan dinikahkan dengan seorang lelakitua, jelek dan sadis. Sebenarnya Nadia lebih beruntung dibandingsebagian besar perempuan Saudi; Ia diizinkanmelanjutkan pendidikan. Ayahnya mengatakan bahwa iatidak harus menikah sampai berumur dua puluh satutahun. Batas waktu yang sudah ditentukan membuatNadia bertindak. Ia menyatakan, sejak itu ia hanyapunya waktu bebas selama empat tahun. Karenanya, ia
akan mencoba semua aspek kehidupan untuk memenuhimimpi-mimpi dari sisa hidup menjemukan pernikahandengan lelaki tua. Ayah Wafa adalah seorang mutawa yang terkemuka,dan keekstriman sang ayah telah membuat si anakberbuat ekstrim pula. Ayahnya hanya memiliki satu istri,ibu Wafa. Ia seorang pria bengis dan kejam. Wafabersumpah, dia tak peduli lagi pada agama yangmengangkat lelaki seperti ayahnya sebagai pemimpin.Wafa percaya kepada Allah dan menganggap NabiMuhammad sebagai utusanNya, namun ia bingungbagaimana pesan-pesan Muhammad diputarbalikkanoleh para pengikutnya, padahal Allah tak akanmengharapkan kesedihan dari kaum perempuan yangmerupakan separuh penduduk dunia. Wafa tak perlu melihat jauh-jauh karena sudah adacontoh di rumahnya. Ibunya tak pernah diizinkan pergikeluar rumah; ia benar-benar tawanan, diperbudak olehorang yang mengabdi pada Tuhan. Mereka memiliki enamanak, lima di antaranya laki-laki yang sudah dewasa.Wafa adalah anak yang tak diharapkan oleh orang tuanya, dan ayahnya sangat kecewa memiliki anakperempuan yang kemudian benar-benar ia abaikankecuali untuk disuruh atau diperintah. Wafa diwajibkantetap tinggal di rumah, belajar memasak dan menjahit.Dari umur tujuh tahun, Wafa dipaksa memakai abayadan menutupi rambutnya. Sejak berumur sembilantahun, setiap pagi ayahnya menanyakan padanya apakahia sudah mendapatkan menstruasi pertama. Ia khawatirjika anak perempuannya keluar dengan wajah takditutup setelah dianggap perempuan dewasa oleh Tuhan. Wafa diizinkan memiliki beberapa teman. Tapi teman
yang sedikit itu tak pernah mampir lagi semenjak ayahWafa memulai kebiasaan menanyakan dengan tegasapakah teman-temannya sudah mendapatkanmenstruasi pertama. Ibu Wafa, yang capek dan bosan pada aturan kakusuaminya, membuat sebuah keputusan yang terlambatdalam hidupnya, yakni dengan diam-diam mulaimenentang keinginan suaminya. Ia membantu anakperempuannya menyelinap keluar dari rumah danmengatakan pada suaminya bahwa si anak sedang tiduratau belajar Alquran. Aku membayangkan diriku yang berani dan pembe-rontak, tapi Wafa dan Nadia membuat sudut pandangkutentang perempuan tampak begitu lemah dan takberdaya. Mereka mengatakan bahwa semua yangkulakukan hanya memberikan rangsangan yang cerdasjawabanku terhadap persoalan adalah membicarakannyamati-matian namun dalam kenyataannya, usahaku mem-bantu para perempuan tidak berguna apa-apa. Memangbenar, hidupku sendiri tak berubah. Aku menyadarimereka benar. Aku tak pernah lupa dengan sebuah kejadian diparkir mobil bawah tanah dekat area pasar (Souq), takjauh dari tempat yang disebut orang asing 'Chop ChopSquare' karena di sanalah para penjahat kehilangantangan atau kepalanya di hari Jumat, hari suci agamaIslam. Aku menyembunyikan menstruasi pertamaku dariayah. Aku tak buru-buru menutupi tubuhku denganpakaian hitam yang dipakai perempuan dewasa. Sialnya,Nura dan Ahmed tahu bahwa aku sudah terlalu lamamenangguhkan hal yang tak dapat dihindari. Nura
mengancamku jika aku tak secara bilang kepada ayah, iayang akan mengatakannya. Maka, aku mengumpulkanteman-temanku, termasuk Randa, dan pergi bersamamembeli seragam hidupku yang baru, syal hitam dancadar hitam yang dikenakan di atas abaya hitam. Omar mengantar kami ke pintu masuk area Souq.Kami berempat turun dari mobil dan setuju untukkembali ke tempat semula setelah dua jam. Omar selalumengiringi kami masuk ke dalam Souq untuk melakukanpenjagaan khusus pada perempuan dari keluarga kami,tapi hari itu ia memiliki urusan penting yang harusdilakukannya selagi kami belanja. Di samping itu, istribaru ayah sudah menemani anaknya, dan Omar merasatentram dengan kehadiran Randa yang patuh. Ia tidaktahu bahwa Randa secara perlahan mulai bangun daritidur panjang kepatuhan yang tumpul. Kami bergerak ramai-ramai dalam toko, dengantangan sibuk memilih berbagai macam syal, cadar danabaya. Aku menginginkan sesuatu yang spesial, sesuatuyang original di samudra wanita berpakaian hitam. Akumengutuk diriku karena tak bisa memiliki abaya buatanItalia, dari sutra terbaik Italia, dengan desain-desainrumit seorang seniman, sehingga, bila aku lewat, orangakan tahu bahwa ada seseorang di balik pakaian hitam,seseorang perempuan yang berkelas dan bergaya. Setiap orang memakai cadar kecuali aku. Saat me-nuju pusat Souq untuk memilih-milih barang, aku lihatWafa dan Nadia saling berbisik dan tertawa genit. Akudan Randa menghentikan langkah, dan bertanya apayang membuat mereka tertawa. Nadia melihat ke arahkudan berbicara melalu cadarnya. Ia katakan, merekasedang mengingat lelaki yang mereka temui saat terakhir
mereka ke pasar. Lelaki? Aku melihat ke Randa, kami berdua bingungdengan maksud mereka. Kami hanya perlu satu jam untuk membeli abaya,syal dan cadar yang cocok; pilihannya sangat terbatas. Hidup berubah dengan sangat cepat. Sebelumnyaaku memasuki area Souq sebagai individu yang penuhsemangat kehidupan, wajahku mengekspresikan rasagairah terhadap dunia. Namun, kemudian akumeninggalkan area Souq dengan tubuh tertutup darikepala sampai ujung jari kaki, sebuah makhluk takberwajah dalam warna hitam. Harus kuakui, saat-saat pertama memakai cadarbegitu menggembirakan. Aku merasa cadar ini sesuatuyang baru. Aku menoleh kegirangan ketika para cowokmenatap diriku, seorang gadis yang misterius di balikpakaian hitam. Aku tahu mereka berharap ada sedikitangin yang menyibakkan cadar dari wajahku sehinggamereka bisa melihat sekilas bagian tubuhku yang takboleh dilihat. Sesaat, aku merasa jadi makhluk yangcantik, sebuah karya indah yang harus ditutupi agarterlindung dari hasrat lelaki yang tidak terkontrol. Bagaimanapun, kesenangan memakai cadar danabaya berlalu dengan cepat. Ketika kami berjalan keluardari area Souq yang dingin menuju panas matahari yangterik, aku bernapas megap-megap dari balik kain hitamtipis. Udara yang melintas ke hidungku terasa pengapdan kering. Meski aku membeli cadar yang paling tipis,namun aku merasa melihat kehidupan melalui layar yangtebal. Jika kainnya lebih tebal, bagaimana mungkinperempuan bisa melihat? Langit tak lagi biru, sinar
matahari tampak suram; hatiku patah ketika kusadaribahwa, mulai saat itu, aku tidak akan mengalami hidupsejati di luar rumah dengan segala warnanya. Dunia tiba-tiba tampak membosankan. Dan berbahaya! Aku meraba-raba dan tersandung di sepanjang jalan yang tak rata,trotoar yang retak, takut kaki atau pergelangan kakikupatah. Teman-temanku tertawa melihat aku bergerak kakudan sia-sia membetulkan cadar. Aku menubruk beberapaanak perempuan badui, dan merasa iri melihat merekaleluasa dengan cadar mereka. Para perempuan baduimemakai cadar khusus, di mana mata mereka tetapterbuka dan bisa melihat keadaan sekitar. Oh,seandainya saja aku ini perempuan badui! Aku maumenutupi wajahku asalkan bisa melihat perubahanhidup tak terbatas di sekitarku. Kami tiba lebih cepat di tempat janji pertemuan yangditentukan Omar. Randa melihat jam tangannya; masihtersisa satu jam lagi sebelum Omar datang. Randamengusulkan untuk kembali masuk ke dalam area Souqagar tidak terkena sengatan panas sinar matahari. Nadiadan Wafa bertanya apakah kami mau sedikit bersenangsenang. Aku jawab tentu saja ya, tanpa ragu-ragu. Randabolak-balik mencari-cari Omar; kurasa ia risihmendengar kata-kata, senang. Aku berhasil membujukRanda untuk ikut bersama Nadia dan Wafa. Aku heranmengetahui Randa tidak pernah melanggar aturan yangditetapkan untuk perempuan. Randa yang malangmudah patuh kepada orang yang berkehendak lebihkuat. Dua gadis itu bertukar senyum dan menyuruh kamimengikuti mereka. Mereka berjalan ke arah parkir mobil
di bawah gedung perkantoran baru, tak jauh dari areaSouq. Para lelaki yang bekerja di gedung itu dan toko-toko sekitarnya memarkir mobil mereka di sana. Kami berempat perlahan-lahan menyeberangipersim-pangan jalan yang sibuk. Randa menjerit danmenampik tanganku ketika aku menaikkan cadarku agarbisa melihat lalu lintas. Terlambat, aku baru sadar telahmemamerkan aurat wajahku pada para lelaki di jalan!Mereka tampak terpesona dengan keberuntungan dapatmelihat wajah perempuan di tempat umum! Aku segeramenyadari bahwa lebih baik menubruk mobil yangsedang berjalan daripada membuka rahasia seperti itu. Ketika kami sampai di lift parkir mobil, akuterperanjat kaget melihat tindakan teman-temanku. Wafadan Nadia mendekati seorang lelaki asing dari Syria yangsangat tampan. Mereka bertanya apakah ia mau sedikitbersenang-senang. Sesaat, lelaki itu tampak bersiapmeloncat lari; ia melihat ke kiri dan ke kanan danmemencet tombol lift. Akhirnya, lelaki itu berpikir lebihbaik mau, mengingat langkanya kesempatan bertemuperempuan Arab Saudi yang mungkin saja cantik.Kemudian ia bertanya kesenangan seperti apa. Wafabertanya pada lelaki Syria itu apakah ia memiliki mobildan apatemen pribadi. Ia menjawab ya; ia memilikiapartemen dan teman sekamar, seorang Libanon. Nadiabertanya apakah temannya butuh seorang perempuan,dan orang Syria itu tersenyum lebar dan berkata, ya,tentu saja, kami berdua membutuhkan perempuan. Aku dan Randa sudah bisa menggerakkan kaki.Kami mengangkat abaya dan lari menjauh dari tempatparkir mobil itu, khawatir dengan keselamatan jiwa kami.Dalam ketergesaan itu, syalku lepas. Ketika aku kembali
untuk mengambilnya, Randa berlari menabrakku, iajatuh kebelakang dan terlentang di pasir, kakinyatersingkap. Ketika Wafa dan Nadia datang, kami berdua ngos-ngosan dan bersandar ke jendela toko. Mereka berduasaling berdekapan, tertawa. Mereka malah menontonketika aku berusaha menolong Randa berdiri. Kami berbisik marah. Bagaimana bisa merekaberbuat bodoh seperti itu? Menemui lelaki asing !Kesenangan apa yang mereka rencanakan ? Tidakkahmereka berpikir bahwa Randa bisa dirajam dan kamibertiga akan dipenjara, atau lebih buruk lagi? Senang sihsenang, tapi apa yang mereka lakukan sama saja bunuhdiri! Wafa dan Nadia tertawa, tidak menghiraukan kata-kata kami. Mereka tahu, jika mereka tertangkap, akandihukum, namun mereka tidak peduli. Bagi mereka,masa depan begitu suram, lebih baik mengambil risiko.Apalagi, mereka mungkin akan bertemu lelaki asing yangbaik dan mau menikahi mereka: lelaki asing mana punlebih baik dari pada lelaki Saudi! Aku pikir Randa akan jatuh pingsan. Ia berlari kejalan, mencari-cari Omar. Dia tahu, tak akan ada ampundari ayah jika ia tertangkap dalam situasi seperti itu. Iamerasa takut. Omar, yang waspada dan lekas mengerti, bertanyapada kami apa yang terjadi. Randa gelisah dan mulaibicara, tapi aku memotong dan mengarang cerita bahwakami melihat seorang anak muda mencuri kalung daritoko emas. Anak muda itu dipukul oleh penjaga toko dandengan kasar diseret ke penjara oleh polisi. Suaraku
gemetar ketika kukatakan bahwa kami sangat sedihmengetahui anak itu masih terlalu muda dan akankehilangan tangan karena perbuatannya. Aku lega Omarpercaya dengan ceritaku. Randa menyelipkan tangannyake balik jubahku dan memelukku, merasa berterimakasih.Kemudian, dari Nadia dan Wafa aku tahu apa yangmereka sebut 'kesenangan'. Mereka menemui lelaki asing,biasanya lelaki yang berasal dari negara-negara tetanggaArab, kadang-kadang orang Inggris atau Amerika, di liftparkir mobil. Mereka memilih lelaki tampan; lelaki yangmereka kira bisa mereka cintai. Kadang-kadang lelaki itutakut dan melompat masuk ke dalam lift, pergi dengancepat ke lantai lain. Di saat lain ada lelaki yang tertarik.Jika lelaki yang mereka dekati terperdaya, Wafa danNadia akan setuju untuk bertemu lagi, di lift yang sama.Mereka akan meminta lelaki itu mencari mobil van,bukan mobil biasa, untuk menjemput mereka. Kemudiandi waktu yang sudah disetujui, mereka akan berpura-pura pergi berbelanja. Sopir akan mengantar mereka keSouq; mereka akan membeli beberapa barang, dankemudian pergi ke tempat kencan. Kadang-kadang lelakiitu bersikap hati-hati dan tidak muncul; di saat lainmereka menunggu dengan gelisah. Jika lelaki itumendapatkan van, para gadis itu akan memastikanbahwa tak seorang pun ada di sekitar dan kemudiandengan cepat melompat ke mobil di bagian belakang. Silelaki akan mengendarai dengan hati-hati menujuapartemen, sebagaimana mereka hati-hatimenyelundupkan para gadis ini. Jika mereka tertangkap,hukumannya sangat berat. Benar, kemungkinan masing-masing pihak akan dihukum mati.
Mengapa perlu memakai mobil van, mudahdijelaskan. Di Arab Saudi, lelaki dan perempuan tidakdiizinkan berada dalam mobil yang sama kecuali jikamereka keluarga dekat. Jika para mutawa curiga, merekaakan menghentikan kendaraan itu dan memeriksa tandapengenal. Lelaki bujang juga tidak diizinkan menerimatamu perempuan di apartemen atau rumah mereka.Sedikit mencurigakan, para mutawa akan mengelilingirumah orang asing dan membawa setiap orang didalamnya, lelaki dan perempuan, ke penjara.Aku sangat khawatir terhadap teman-temanku. Akuperingatkan mereka terus-menerus dengankonsekuensinya. Mereka masih muda, sembrono danbosan dengan kehidupan mereka. Tetapi mereka santaimenceritakan aktivitas lain yang mereka lakukan sebagaihiburan. Mereka menekan sembarang nomor teleponhingga seorang asing menjawabnya. Beberapa lelaki, asalbukan orang Saudi atau Yaman, akan menjawabnya.Teman temanku itu akan bertanya apakah ia sendiriandan membutuhkan teman perempuan. Secara umum,jawabannya ya, karena sangat sedikit perempuan yangtersedia di Arab Saudi dan sebagian besar pekerja asingbekerja dengan visa berstatus bujangan. Segera setelahlelaki itu memenuhi syarat, gadis-gadis ini akanmemintanya menjelaskan bentuk tubuhnya. Merasatersanjung, biasanya lelaki itu akan memenuhipersyaratan itu dan kemudian meminta para gadis itumelakukan hal yang sama. Maka, Wafa dan Nadia akanmenjelaskan tubuhnya dari kepala sampai kaki, dengandetil yang cabul. Itu sangat menyenangkan, kata mereka,dan kadang-kadang setelah itu mereka bertemu denganlelaki tersebut, menurut gaya parking lot-lovers (parapecinta di tempat parkir).
Aku heran bagaimana bisa teman-temanku kenaldengan para pencari cinta ini. Aku heran mendengarmereka melakukan segala seluk beluk percintaan kecualipenetrasi. Mereka tidak mau mengambil risikokehilangan keperawanan, karena mereka menyadarikonsekwensi yang akan mereka hadapi pada malamperkawinan. Suami mereka akan segera mengembalikanmereka. Para mutawa akan memeriksa. Mereka mungkinakan kehilangan nyawa, kalau tidak, mereka akan sulitmencari tempat hidup. Kata wafa, dalam kencan dengan lelaki ini, ia danNadia tidak pernah melepas cadar. Mereka akan melepassemua pakaian, namun tetap memakai cadar. Si lelakiakan menggoda, meminta dan bahkan mencobamemaksa mereka membuka cadar, tapi Nadia dan Wafaberkata bahwa mereka merasa aman jika lelaki tidakmelihat wajah mereka. Mereka berkata, jika lelaki ituserius, mereka mungkin akan mempertimbangkan untukmenunjukkan wajah mereka. Tapi, tentu saja, taksatupun dari mereka yang serius. Mereka hanya sekadaringin bersenang-senang. Teman-temanku dengan putusasa mencoba menemukan sebuah lalan keluar dari masadepan mereka, yang telah terbayang di hadapan merekaseperti malam gelap yang tak berujung. Randa dan aku menangis ketika kamimendiskusikan perilaku teman-teman tersebut. Akumerasa sangat benci pada adat istiadat negeriku di manapara perempuan sama sekali tak memiliki hak dankebebasan sehingga gadis-gadis seperti Wafa dan Nadiaberperilaku putus asa. Perbuatan mereka jelas akandibayar dengan nyawa bila mereka tertangkap. Tak sampai setahun, Nadia dan Wafa tertangkap.
Sial, perbuatan mereka telah diendus oleh para anggotadari lembaga yang menamakan dirinya Komite AmarMa'ruf Nahi Munkar, yang berkeliaran di jalan-jalan diRiyadh untuk menangkap orang-orang yang melanggarlarangan Al quran. Segera setelah Nadia dan Wafa masukke bagian belakang mobil van, segerombolan orang Saudimuda yang fanatik menghentikan kendaraan itu. Merekamengamati area itu selama berminggu-minggu setelahsalah satu anggota komite, ketika sedang berpatroli,mendengar-dengar cerita dari seorang Palestina tentangdua perempuan bercadar yang mengajak berbuat cabul didalam lift. Nyawa Wafa dan Nadia selamat, karena merekaterbukti masih perawan. Para anggota Komite AmarMa'ruf Nahi Munkar, Dewan Syariah, dan terutama ayah-ayah mereka, tidak percaya dengan cerita mereka bahwamereka meminta tolong pada lelaki kecannya untukmengantar mereka pulang karena sopir mereka terlambatmenjemput. Aku rasa itu cerita terbaik yang bisa merekakarang dalam keadaan terjepit seperti itu. Dewan Syariah bertanya kepada setiap lelaki yangbekerja di area itu dan menemukan empat belas orangyang mengatakan bahwa mereka pernah didekati olehdua perempuan bercadar. Tak satupun dari semua lelakiitu yang mengaku pernah terlibat dalam aktivitas mesumbersama gadis-gadis itu. Setelah tiga bulan di penjara yang suram, karenakurangnya bukti pelanggaran seksual, Komite AmarMa'ruf Nahi Munkar melepaskan Wafa dan Nadia danmenyerahkan hukuman kepada ayah mereka masing-masing. Sangat mengherankan, ayah Wafa, seorang mutawa
yang keras, sambil duduk bersama menanyai anakperempuannya tentang alasan ia melakukan tindakanyang tak senonoh. Ketika anak gadisnya menangis danmengungkapkan rasa putus asa dan muak, si ayah ikutbersedih. Kendati bersimpati, si ayah tetap meminta Wafaberhenti menggoda. Ia dinasehati untuk belajar Alqurandan menerima kehidupan biasa yang sudah ditetapkanuntuk perempuan, pindah jauh dari kota. Ayah Wafadengan tergesa-gesa mengatur perkawinan Wafa denganseorang mutawa badui dari sebuah desa kecil. Lelaki ituberusia lima puluh tiga tahun, sementara Wafa tujuhbelas tahun, dan ia menjadi istri yang ketiga. Ironis, ayah Nadia amat sangat marah. Ia menolakberbicara pada anak perempuannya dan mengurungnyadi kamar sampai ada keputusan hukuman. Beberapa hari kemudian, ayahku pulang kantorlebih awal dan memanggil aku dan Randa ke ruangduduknya. Sambil duduk, kami tidak percaya dengancerita ayah bahwa Nadia akan ditenggelamkan ke dalamkolam renang keluarga oleh ayahnya, esok pagi, Jumat,jam sepuluh. Kata ayah, seluruh keluarga Nadia akanmenyaksikan eksekusi itu. Hatiku berdebar, takut ketika ayah bertanya padaRanda apakah ia atau aku pernah menemani Wafa atauNadia berbuat memalukan itu. Aku bergerak maju danmulai menyatakan tak tahu apa-apa, namun ayahberteriak dan mendorongku ke sofa. Randa menangis danmenceritakan pada ayah hari ketika kami pergi membeliabaya dan cadar pertamaku. Ayah duduk tak bergerak,matanya tak berkedip, sampai Randa selesai bicara. Iakemudian bertanya tentang klub perempuan yang kamibentuk, klub yang bernama Lively Lips. Ayah berkata,
sebaiknya kami mengatakan yang sebenarnya, karenaNadia sudah mengakui semua aktivitas kami di hari-hariyang telah lalu. Saat lidah Randa kelu, ayahmengeluarkan kertas klub kami dari mapnya. Ia telahmenyelidiki kamarku, menemukan catatan dan daftaranggota. Sekali dalam seumur hidupku, mulutku kering,bibirku terkunci seperti diikat. Ayah dengan kalem meletakkan kertas itu kembalike atas tumpukan di dalam map. Ia melihat dengan tajamke mata Randa dan berkata: 'hari ini kau kuceraikan.Ayahmu akan mengirim sopir dalam satu jam lagi untukmengambilmu kembali. Kamu tak boleh berhubungandengan anakku.' Aku merasa ngeri ketika ayah perlahan-lahanmenoleh ke arahku. 'Kamu memang anakku. Ibumuperempuan baik-baik. Namun, jika kamu ikutberpartisipasi dalam aktivitas mesum bersama Wafa danNadia, aku akan menegakkan hukum Alquran danmenguburmu. Berkonsentrasilah pada sekolahmusementara aku akan mencarikan jodohmu yang cocok.'Ayah berhenti sebentar, menatap lekat dan tajam kemataku: 'Sultana, terimalah masa depanmu denganpatuh, karena kamu tak punya pilihan.' Ayah membungkuk ke arah kertas dan mapnya,kemudian tanpa memandang Randa dan aku lagi, iameninggalkan ruangan. Dengan rasa terhina, aku mengikuti Randa kekamarnya dan terdiam ketika ia mengumpulkanperhiasannya, pakaiannya, dan buku-bukunya ke atastempat tidur besar. Wajahnya tanpa ekspresi. Aku takbisa mengucapkan apa-apa. Bel pintu berbunyi sangatcepat, dan secara tak sadar aku membantu para pelayan
mengangkut barang-barang Randa ke mobil. Tanpa kataperpisahan, Randa meninggalkan rumahku, tapi bukanhatiku. Jam sepuluh keesokan harinya, aku duduk sendiri.Menatap kosong balkon kamarku. Aku memikirkan Nadiadan membayangkan ia diikat dengan rantai yang berat,kerudung hitam dibebatkan di kepalanya, tangan-tanganyang mengangkatnya dari lantai dan memasukkannyakedalam air kolam renang keluarga yang jernih. Akumenutup mata dan merasakan geletar tubuhnya,mulutnya yang megap-megap, paru-paru yang menjeritkarena serbuan air. Aku ingat kilatan mata coklatnya dangaya khasnya mengangkat dagu ketika tertawa. Aku ingatsentuhan lembut kulit kuning langsatnya, danmemikirkan dengan ngeri tindakan kejam padanya. Akupandang jamku dan terlihat sekarang sudah jam 10.10.Dadaku terasa berat menyadari Nadia tak akan pernahtertawa lagi. Itulah saat yang paling dramatis dalam sejarah masamudaku. Aku sadar keinginan teman-temanku untukbersenang-senang, sejelek atau sesedih apa pun itu,seharusnya tidak menyebabkan Nadia mati atau Wafamenikah dini. Tindakan kejam seperti itu adalahpenjelasan terburuk atas kebijaksanaan dari orang-orangyang merusak sekaligus memanfaatkan tanpa perasaanhidup dan mimpi kaum perempuan.
9. PEREMPUAN ASING SETELAH kepergian Randa yang tiba-tiba, perkawinan Wafa, dan kematian Nadia, aku merasa tak terlalu bersemangat hidup. Aku merasa tubuhku tak lagimemerlukan udara segar untuk hidup. Akumembayangkan diriku tidur di musim dingin. Aku inginmerasakan nafas-nafas pendek dan detak jantung rendahseperti yang dialami makhlukmakhluk liar yangmengasingkan dirinya selama berbulanbulan. Aku inginberbaring di ranjang, memencet hidung dengan jari-jariku, dan menutup rapat-rapat mulutku. Hanya saatparu-paruku memaksa udara keluar, dengan menyesalaku mengaku tak kuasa mengendalikan kerja organ-organ vitalku. Para pelayan ikut merasakan kepedihanku, karenaaku memang anggota keluarga yang paling peka danselalu menunjukkan perhatian kepada mereka. Sedikituang gaji yang dibagi-bagikan setiap bulan oleh Omartampak merupakan sebuah harga yang mahal untukmeminta mereka menjauh dari orang-orang yang merekacintai. Untuk membangkitkan semangat hidupku, pelayanFilipinaku, Marci, mulai menghidupkan kembalipikiranku dengan kisah-kisah di negaranya.Perbincangan panjang telah mencairkan hubunganantara majikan dan pelayan. Suatu hari dengan malu-malu, ia mengungkapkancita-cita hidupnya. Dengan berkerja sebagai pelayan dikeluarga kami, ia ingin menabung uang yang cukup dan
kemudian kembali ke Filipina untuk belajar ilmukeperawatan. Perawat Filipina sangat dibutuhkan diseluruh dunia, dan dianggap sebagai karir yangmenguntungkan bagi perempuan di Filipina. Katanya, setelah lulus sekolah, ia ingin kembali keArab Saudi dan bekerja di salah satu rumah sakitmodern. Ia tersenyum ketika mengatakan bahwa perawatFilipina mendapat gaji 3.800 Riyal Saudi per bulan.Hampir $1000 sebulan. Bandingkan dengan $200sebulan yang ia dapat dengan bekerja menjadi pelayan dirumah kami. Dengan gaji besar, katanya, ia bisamembantu seluruh keluarga nya di Filipina. Ketika Marci masih berusia tiga tahun, ayahnyatewas dalam kecelakaan di pertambangan. Ibunya sedangmengandung tujuh bulan anaknya yang kedua. Hidupmereka susah. Saat ibu mereka bekerja dua waktusebagai pelayan di hotel lokal, anak-anak diasuh olehnenek Marci. Ibu Marci berulang kali mengatakan bahwahanya ilmu pengetahuan satu-satunya solusi untukkeluar dari kemiskinan, dan dengan cermat ia menabunguntuk pendidikan anak-anaknya. Dua tahun sebelum Marci mendaftar di sekolahperawat, adik laki-lakinya, Tony, ditabrak mobil danmenderita luka parah. Kakinya hancur dan harusdiamputasi. Perawatan medisnya telah menghabiskanbiaya yang dipersiapkan untuk sekolah Marci, hinggacelengan kecil pun ludes. Mendengar cerita hidup Marci, aku menangis. Akubertanya kepadanya bagaimana ia bisa tetap tersenyumdari hari ke hari, minggu ke minggu. Marci tersenyumlebar. Itu mudah, katanya, karena ia memiliki mimpi dancara untuk merealisasikannya.
Pengalaman hidup di lingkungan yang sangat miskindi Filipina membuat Marci merasa sangat beruntungdengan pekerjaan yang hanya cukup untuk mengisipiringnya tiga kali sehari. Menurutnya, masyarakat dikampungnya mati bukan karena kelaparan, tetapikurang gizi sehingga mereka mudah diserang penyakit,sesuatu yang tak akan terjadi di dalam masyarakat yangsehat. Marci begitu pandai mengkisahkan cerita tentangmasyarakatnya sehingga aku ikut merasa menjadi bagiandari ceritanya, negerinya, dan budayanya yang kaya. Akutahu, selama ini aku menganggap remeh Marci dan orangFilipina lainnya, karena aku tak mengacuhkan merekaselain memandang mereka sebagai bangsa yang takmemiliki ambisi. Betapa salahnya aku! Beberapa minggu kemudian, Marci merasa cukuppercaya diri untuk bercerita tentang temannya, Madeline.Dengan cara itu, ia berharap bisa menguak pertanyaantentang nilai-nilai moral di negeriku. Melalui Marci, kaliper tamanya aku tahu bahwa para perempuan darinegaranegara Dunia Ketiga telah dijadikan budak seks dinegeriku, Arab Saudi. Marci dan Madeline berteman sejak masa kanak-kanak. Semiskin-miskinnya keluarga Marci, keluargaMadeline lebih miskin lagi. Madeline dan tujuhsaudaranya biasa mengemis di jalan raya besar yangmenghubungkan propinsi mereka dengan Manila.Kadang-kadang, sebuah mobil besar yang membawaorang-orang asing berhenti dan menjatuhkan beberapakoin ke telapak tangan mereka yang terulur. Ketika Marcibelajar di sekolah, Madeline pergi kesana kemari mencarimakanan.
Pada usia yang masih muda, Madeline memilikimimpi dan ingin mewujudkannya. Ketika ia berumurdelapan belas tahun, ia menjahit baju dari jas bekassekolah Marci dan pergi ke Manila. Di sana ia mendatangisebuah agen pengirim tenaga kerja Filipina ke luarnegeri. Madeline melamar kerja sebagai pelayan. Dengantubuh mungil dan cantik, seorang pemilik agensiberkebangsaan Lebanon dengan lihai menawarinyapekerjaan di sebuah rumah pelacuran di Manila; di sanaia bisa mendapatkan penghasilan besar, melebihi yang iabayangkan dengan bekerja sebagai pelayan! Madeline,meskipun dibesarkan di lingkungan yang sangat miskin,adalah seorang Katolik yang taat; ia menolak tawaranorang Libanon itu. Dengan mengeluh kesal, laki-laki itumenyuruhnya mengisi formulir lamaran dan menunggu. Orang Libanon itu mengatakan bahwa ia baru sajamenerima kontrak mencari lebih dari tiga ribu pekerjaFilipina untuk ditempatkan di wilayah Teluk Persia, danMadeline akan mendapat prioritas karena orang-orangkaya Arab selalu meminta pelayan yang cantik. Laki-lakiitu mengedipkan mata dan menepuk pantat Madelineketika gadis ini meninggalkan ruang. Madeline sangat gembira sekaligus takut ketikamenerima konfirmasi pekerjaan sebagai pelayan diRiyadh, Arab Saudi. Pada saat yang sama, rencana Marciuntuk mendaftar sekolah perawat melayang, dan iamemutuskan mengikuti langkah Madeline untuk mencaripekerjaan di luar Filipina. Ketika Madeline berangkat keArab Saudi, Marci bergurau bahwa ia akan menyusul.Mereka berpelukan sebagai ucapan selamat tinggal danberjanji akan saling menulis surat. Empat bulan kemudian, ketika Marci tahu dirinya
juga akan bekerja di Arab Saudi, dia masih belummendengar kabar dari Madeline. Setelah sampai di ArabSaudi, dia tidak tahu dimana bisa menemukan Madelineselain di kota Riyadh. Karena Marci akan bekerja padasebuah keluarga di kota ini, ia bermaksud mencarinya. Aku mengingat kembali malam ketika Marcimemasuki rumah kami. Ibu bertanggung jawab terhadaprumah tangga dan penempatan para pelayan. Aku ingat,Marci tampak sedikit takut, dan langsung lengket denganpara pelayan Filipina kami yang lebih tua. Karena rumah kami memiliki lebih dari dua puluhpelayan, Marci tidak terlalu mendapat perhatian. Sebagaipelayan yang belum berpengalaman, karena masihberusia sembilanbelas tahun, ia ditugaskanmembersihkan kamar dua anak perempuan termuda dirumah ini, yakni kamarku dan kamar Sara. Aku tidakbegitu memerhatikannya selama enam belas bulan.Dengan sabar dan tenang ia bekerja di rumah, bertanyaapakah aku membutuhkan sesuatu. Aku terkejut ketika Marci mengaku bahwa parapelayan Filipina bersyukur dengan pekerjaan mereka,karena baik aku maupun Sara tidak pemah memukulatau meninggikan suara mencela. Mataku berkilat-kilat,dan aku bertanya apakah ada yang pernah dipukul. Akubernafas lega ketika ia mengatakan, tidak, bukan dirumah kami. Ia katakan, Faruq memang orang yang sulitdan selalu berbicara dengan nada keras dan menghina. Tapi satu-satunya tindakan kasar yang ia lakukanhanyalah menendang tulang kering kaki Omar beberapakali. Aku tertawa, sedikit bersimpati pada Omar. Marci berbisik ketika ia mengatakan padaku gosip
dari para pelayan. Katanya, istri kedua ayah, perempuandari salah satu negara teluk, mencubit dan memukulpara pelayan perempuan setiap hari. Seorang gadismalang dari Pakistan menderita geger otak karenadipukul sampai jatuh dari tangga. Ketika dikatakanbekerja lambat, ia dengan tergesa-gesa berjalan menujuruang cuci dengan keranjang berisi seprai dan handukkotor. Secara tak sengaja ia menabrak istri ayah. Dengansangat marah, istri ayah memukul pelayan itu diperutnya, hingga jatuh berguling di tangga. Ketika gadisitu terbaring merintih, istri ayah berlari menuruni tanggauntuk menendangnya dan berteriak padanya agarmenyelesaikan kerjaannya. Ketika tak bergerak, gadis itudituduh berpura-pura. Akhirnya, gadis itu dibawa kedokter; ia masih juga tidak kembali membaik, terusmenerus memegang kepalanya dan merintih ngilu. Atas perintah istri ayah, dokter istana mengisiformulir yang mengatakan gadis itu terjatuh danmenderita geger otak. Secepat mungkin gadis itu harusdikirim kembali ke Pakistan. Ia tidak mendapatkan duabulan gaji dan dikirim ke orang tuanya hanya denganuang lima puluh Riyal Saudi, setara dengan $15. Aku begitu terkejut. Marci ingin tahu sebabnya.Sebagian besar pelayan dianiaya di negeriku; rumah kamiadalah pengecualian yang langka. Kukatakan padanya,aku sering pergi ke rumah teman-temanku dan, haruskuakui bahwa sangat sedikit perhatian yang diberikanpada para pelayan. Tapi Aku tidak pernah menyaksikanmereka dipukul. Memang, aku pernah melihat beberapatemanku mengeluarkan kata-kata menghina padapelayan mereka, tapi aku mengacuhkannya karena akutak melihat serangan fisik.
Marci mendesah letih, dan mengatakan bahwapelecehan fisik dan seksual biasanya disembunyikan. Iamengingatkan bahwa aku tinggal hanya lima yard dariistana yang menyimpan penderitaan banyak gadis muda,dan aku tak mengenal mereka. Dengan lembut iamemintaku membuka mata, untuk melihat bagaimanaperempuan dari negeri lain dianiaya di negeri kami.Dengan sedih aku mengangguk setuju. Dari percakapan ini, Marci menjadi lebih mengenalsifat empatiku. Ia ingin membuatku lebih percaya denganmenceritakan padaku seluruh kisah tentang temannya,Madeline. Percakapan kami itu terasa seolah-olah baruterjadi kemarin. Aku ingat betul percakapan itu.Sekarang pun aku bisa membayangkan wajah Marci yangsungguh sungguh di hadapanku. 'Nona, aku ingin menceritakan kepada Anda tentangsahabat karibku, Madeline. Anda adalah seorang putri.Mungkin suatu saat Anda bisa membantu kami,perempuan-perempuan Filipina yang malang.' Memang,pagi itu aku sendirian, dan mulai merasa bosanmeringkuk di ranjang, sehingga aku mengangguk, inginsekali mendengarkan gosip apa saja, termasuk dariseorang Filipina. Kunyamankan diriku di ranjang; Marcidengan patuh menyelipkan bantal di belakang kepalaku,sesuai dengan yang kuinginkan. Kukatakan padanya: 'Sebelum kamu mulai bercerita,ambilkan aku semangkok buah segar dan segelas laban.'(Laban adalah minuman seperti dadih yang umum diTimur Tengah). Setelah sesaat, ia kembali dengannampan berisi buah dan minuman dingin. Akumengeluarkan kakiku dari bawah selimut dan menyuruhMarci menggosok-gosoknya sambil ia bercerita tentang
temannya yang bernama Madeline. Kalau diingat kembali, aku merasa malu denganperilaku egoisku yang kekanak-kanakan. Aku tergugaholeh cerita yang tragis, namun tak nyaman duduk danmendengarkan hingga semua keinginanku terpenuhi.Sekarang setelah lebih tua dan lebih bijak, aku hanyabisa mengenang kembali dengan menyesal ataskebiasaan Saudi yang hinggap dalam diriku. Tak satupunorang Saudi yang kukenal pernah menunjukkan sedikitperhatian pada kehidupan para pelayan; jumlah anggotakeluarga mereka; mimpi mereka dan aspirasi mereka.Masyarakat dari dunia ketiga ada di sini untuk melayanikami orang-orang Saudi yang kaya. Tak lebih dari itu.Bahkan ibuku, yang kuanggap baik dan pengasih, jarangmenyatakan minatnya pada persoalan pribadi pelayan;mungkin itu disebabkan karena ia harus mengurustanggung jawab rumah yang sangat besar danmemuaskan tuntutan ayah. Aku tak memiliki alasanseperti itu. Aku ngeri ketika sekarang mengetahui bahwaMarci dan pelayan-pelayan lain tak lebih dari sekadarrobot untuk melakukan perintah-perintahku. Dan akungeri, mengira Marci dan pelayan-pelayan rumah tanggamenganggapku orang baik, karena aku sendiri yangbertanya tentang kehidupan mereka. Ini adalah kenanganmenyesakkan bagi orang yang menganggap dirinya peka. Dengan termenung, wajah tanpa ekspresi, Marcimulai menggosok-gosok kakiku dan mengawali ceritanya. 'Nona, sebelum aku meninggalkan negaraku, akumemohon kepada laki-laki Libanon itu untuk memberikualamat majikan Madeline. Katanya, itu tidak boleh; iatidak diizinkan memberitahu. Ia berbohong, Nona.Kukatakan, aku punya titipan dari ibunya yang harus
kusampaikan padanya. Setelah mengemis-ngemis,akhirnya ia luluh, dan memberiku nomor telpon dannama wilayah di Riyadh tempat Madeline bekerja.' 'Apakah majikannya seorang pangeran?' 'Tidak Nona. Ia tinggal di distrik yang disebut AlMalaz, sekitar tiga puluh menit naik mobil dari sini.' Istana kami berada di area Al Nasiriah, sebuah lokasiprestisius yang didiami oleh banyak keluarga kerajaan,distrik paling kaya di Riyadh. Dahulu aku pernah pergi ke wilayah Al Malaz, dan teringat di sanabanyak istana bagus dari masyarakat bisnis kelas atasSaudi. Aku tahu, Marci dilarang pergi meninggalkanlingkungan istana, kecuali untuk pergi khusus berbelanjasebulan sekali bersama para pelayan lain dengan Omarsebagai pengaturnya. Karena para pelayan kami bekerjakeras tujuh hari dalam seminggu, lima puluh dua minggusetahun, aku heran bagaimana mungkin ia menyelinappergi mengunjungi temannya. Aku tertarik bertanya: 'Bagaimana kamu pergi ke Al Malaz?' Marci ragu-ragu sejenak. 'Nona, Anda tahu sopir Filipina bernama Antoine?' Kami memiliki empat orang sopir, dua orang Filipinadan dua orang Mesir. Aku biasanya disopiri oleh Omaratau orang Mesir lain. Orang Filipina disuruh mengantarberbelanja bahan makanan dan pergi ke sana ke mari.'Antoine? Yang selalu tersenyum dan masih muda itu?' 'Ya, Nona. Aku dan dia suka bertemu dan ia maumengantar mencari temanku.'
'Marci! Kamu punya kekasih!' Aku tertawa. 'DanOmar. Bagaimana kamu menghindari masalah denganOmar?' 'Kami menunggu hingga Omar pergi mengantarkeluarga ke Taif, setelah itu baru kami ambilkesempatan.' Marci tersenyum melihat aku senang. Iatahu tak ada yang lebih menyenangkanku selain berhasilmenipu lakilaki di rumah ini. 'Pertama, aku menelponnomor yang diberikan kepadaku saat masih di Filipina.Tak seorang pun yang mengizinkanku berbicara denganMadeline. Kukatakan bahwa aku punya pesan yangharus disampaikan dari ibunya. Setelah bersusah payahmeyakinkan, aku diberi tahu gambaran lokasi rumahnya. Antoine pergi ke wilayah itu dan menyampaikansurat untuk Madeline. Seorang laki-laki Yaman yangmenerimanya. Dua minggu kemudian aku menerimatelpon. Aku hampir tidak bisa mendengar suaraMadeline, karena ia berbisik, takut ketahuan kalau iamenggunakan telepon. Padaku, ia mengatakan beradadalam situasi yang sangat buruk, tolong datang danbantu. Melalui telepon, kami membuat rencana.' Aku sisihkan makananku dan memerhatikan Marcisepenuhnya. Aku menyuruhnya berhenti menggosok-gosok kakiku. Aku merasakan bahaya pertemuan merekadan tumbuh rasa ketertarikanku pada orang-orangFilipina pemberani yang belum kukenal ini.. 'Dua bulan berlalu. Kami tahu kesempatan akandatang pada bulan-bulan musim panas yang sangatpanas. Kami takut Madeline akan dibawa majikannya keEropa, tapi ternyata ia disuruh untuk tetap tinggal diRiyadh. Ketika Anda dan keluarga, bersama-sama denganOmar, meninggalkan kota, aku sembunyi di kursi
belakang Mercedes hitam untuk diantar oleh Antoine keMadeline.' Suara Marci serak emosi ketika menggambarkankeadaan Madeline yang dilematis: 'Aku duduk di mobilketika Antoine membunyikan bel rumah. Sementaramenunggu, aku tidak bisa membantu. Namun akumemerhatikan kondisi dinding rumah. Catnya sudahterkelupas, pagarnya berkarat, beberapa tumbuhan hijautergantung di dinding rumah, layu karena tidak disiram.Bisa kukatakan itu tempat yang buruk. Aku merasatemanku berada dalam situasi berbahaya kalau iabekerja di rumah seperti ini.' 'Aku merasa tertekan, bahkan sebelum aku diizinkanmasuk. Antoine harus menekan bel sebanyak empatsampai lima kali sebelum terdengar gerakan orang yangdatang untuk merespon panggilan kami. Segalasesuatunya terjadi seperti yang diceritakan Madeline.Mengerikan! Seorang laki-laki tua Yaman dengan pakaianwool dililitkan di atas rok, membuka pintu. Ia tampakmengantuk; wajahnya yang jelek menandakan ia tidaksenang dibangunkan dari tidur siangnya. 'Aku dan Antoine jadi takut. Suara Antoine terdengarbergetar ketika ia meminta izin berbicara denganMadeline dari Filipina. Orang Yaman itu tak tahu bahasaInggris, sedang Antoine hanya bisa sedikit bahasa Arab.Mereka berjuang untuk saling mengerti. Orang Yaman ituakhirnya tidak mengizinkan kami masuk. Ia mengusirkami dengan tangannya dan mulai menutup pintu saataku melompat keluar dari kursi belakang. Sambilmenangis, kukatakan bahwa Madeline adalah saudaraperempuanku. Aku baru saja sampai di Riyadh danbekerja di istana salah satu pangeran kerajaan. Aku pikir
itu bisa membuatnya takut, namun ternyata ia tetap takber geming. Aku lambaikan amplop padanya danmengatakan surat ini baru tiba dari Filipina. Ibu kamisakit keras. Aku harus bicara dengan Madeline sebentarsaja untuk menyampaikan pesan terakhir dari ibu kamiyang sedang sekarat. 'Aku berdoa pada Tuhan agar tidak menghukumkukarena telah berbohong seperti itu! Aku pikir Tuhanmendengarku, karena tampaknya orang Yaman ituberubah pikiran ketika mendengar kata ibu dalambahasa Arab. Aku lihat ia berfikir. Kemudian ia menatapaku dan Antoine, dan akhirnya menyuruh kamimenunggu sebentar. Ia menutup pintu, dan kamimendengar bunyi sandalnya ketika ia masuk ke dalamrumah. 'Kami tahu orang Yaman itu masuk ke dalam rumahuntuk menanyai Madeline dan diminta menggambarkansaudarinya. Aku memandang Antoine dengan senyumanlemah. Tampaknya kami berhasil.' Marci berhenti sejenak, mengingat kejadian saat itu. 'Nona, orang Yaman itu menakutkan. Tampangnyaseparuh baya dan membawa pisau bengkok dipinggangnya. Aku dan Antoine hampir saja masuk kedalam mobil dan pulang kembali ke istana. Tapi ingatanakan temanku yang malang memberiku kekuatan.' 'Kata Madeline, ada dua orang Yaman penjagakeamanan rumah. Keduanya mengawasi para perempuanyang ada di dalam. Tak satupun pelayan perempuan yangpernah diizinkan meninggalkan tempat kerjanya. Namun,kata Madeline lewat telpon, Penjaga Yaman yang mudalebih kejam dan tak akan mengizinkan siapa pun di
pintu, meski dengan alasan ibunya sedang sekarat.Namun menurut Madeline, berhadapan dengan penjagaYaman yang tua, kita mungkin akan berhasil. 'Karena seluruh keluarga sedang berlibur ke Eropa,penjaga Yaman yang muda itu diizinkan pulang keYaman selama dua minggu untuk menikah. Saat itu,laki-laki di rumah adalah penjaga Yaman yang tua dantukang kebun dari Pakistan.' 'Kulihat jam tangan, begitu juga Antoine. Akhirnya,kami mendengar langkah kaki yang berjalan diseretketika laki-laki tua itu kembali. Pintu terbuka denganpelan. Aku menggigil, karena aku merasa sepertimemasuki pintu neraka. Penjaga Yaman yang tua itumenggerutu dan membuat gerakan dengan tangannyabahwa Antoine harus menunggu di luar. Hanya aku yangdiizinkan masuk.' Aku tegang membayangkan ketakutan yang mestiditanggung Marci. 'Bagaimana kamu tetap berani? Kalauaku, aku akan panggil polisi!' Marci menggelengkan kepalanya. 'Polisi tidak akanmenolong orang Filipina di negeri ini. Kami akandilaporkan kepada majikan dan kemudian akan dipenjara atau dideportasi, sesuai dengan kehendak ayahAnda. Polisi di negeri ini melayani yang kuat bukan yanglemah.' Aku tahu apa yang dikatakannya benar. OrangFilipina satu derajat lebih rendah dari kami perempuanSaudi. Bahkan aku, seorang putri, tidak akan pernahdibantu jika polisi harus melawan kehendak laki-laki dikeluargaku. Tapi aku lagi tidak ingin memikirkanpersoalanku saat itu; dengan tekun aku mendengarkan
petualangan Marci. 'Teruskan, ceritakan padaku, apa yang kamutemukan di dalam?' Aku bayangkan kerja tersembunyisebuah monster Frankenstein Saudi! Karena merasamendapat perhatian dari tuannya, Marci menjadibersemangat. Ia mulai mengeluarkan ekspresi wajah danmenggambarkan pengalamannya dengan suka hati. 'Dengan mengikuti langkah pelan penjaga Yamanyang tua itu, aku dapat melihat sekitar. Blok-blok betontidak pernah dicat. Sebuah blok bangunan kecil di dekatsitu tak berpintu, hanya ruang terbuka dengan kainburuk tua menutup dari atas. Dilihat dari kusutnya kesetkaki, kamar kecil yang terbuka dan bau sampah, akutahu orang Yaman tua itu pasti tinggal di sana. Kamimelewati kolam renang keluarga, tapi kolam itu tidakberair kecuali sisa kotoran yang berwarna hitam dibagian terdalamnya. Tiga kerangka tulang yang sangatkecil tampak seperti sisa-sisa tulang anak kucing terletakdi bagian dangkal kolam.' 'Anak kucing? Oh Tuhan!' Marci tahu betapa akusangat menyukai semua bayi binatang. 'Kematian yangmenyedihkan!' 'Tampaknya seperti anak kucing. Aku kira merekalahir di kolam renang yang kosong itu dan induknyatidak bisa membawa mereka keluar.' Aku merasa ngeri dan putus asa. Marci melanjutkan. 'Rumah itu sangat besar tapipemandangannya sama jeleknya seperti dindingnya.Pernah dicat tapi badai pasir telah membuatnya jelek. Disana ada kebun, namun semua tanamannya mati karenatidak disiram. Aku melihat empat atau lima burung
dalam kandang yang digantung di bawah pohon besar,tampak menyedihkan dan kurus, tanpa nyanyian dihatinya.' 'Melalui pintu depan, orang Yaman itu meneriakkansesuatu dalam bahasa Arab kepada orang yang takkelihatan. Ia menganggukkan kepalanya padaku danmemintaku masuk. Aku ragu-ragu di jalan masuk ketikabau udara yang busuk menusuk hidungku. Dengansangat takut dan gemetar, aku memanggil namaMadeline. Orang Yaman itu berbalik dan kembali untuk tidursiang yang sempat terganggu. 'Madeline datang dari jalan masuk yang gelap. Dengan cahaya yang sangat remang, padahal akubaru saja melewati cahaya terang di luar, aku hampirtidak melihat ia berjalan ke arahku. Ia mulai berlariketika tahu yang datang benar-benar teman lamanya,Marci. Kami berpelukan. Aku terkejut melihat dia sangatbersih dan wangi. Ia lebih kurus dari ketika aku bertemudengannya terakhir kali.' Perasaan lega membanjiri tubuhku, karenasebelumnya aku mengira Marci akan mengatakan bahwaia menemukan temannya dalam keadaan sekarat,terbaring di tikar kotor, berjuang keras untukmenyampaikan pesan terakhir agar tubuhnya dibawakembali ke Manila. 'Apa yang terjadi kemudian?' Aku ingin cepatmengetahui akhir cerita Marci. Suara Marci kemudian berbisik, seolah-olahkenangan itu terlalu menyakitkan untuk diingat. 'Setelahkami menyudahi tangisan dan pelukan yang melegakan,
Madeline mengajakku menuju jalan masuk yang panjang.Ia menggenggam tanganku dan membimbingku menujuruangan kecil di sebelah kanan. Setelah mengarahkankuke sofa, ia duduk di lantai menghadap ke arahku.' 'Tiba-tiba ia menangis. Ketika ia menyembunyikanwajahnya ke pangkuanku, aku membelai rambutnya danberbisik agar ia bercerita apa yang terjadi. Setelahberhenti menangis, ia menceritakan hidupnya sejakmeninggalkan Manila satu tahun yang lalu. 'Di bandara, Madeline bertemu dengan dua penjagaYaman. Keduanya memegang kartu yang bertuliskannama Madeline dalam bahasa Inggris. Madeline pergidengan dua penjaga Yaman itu, karena ia tak tau apayang bisa dilakukan. Ia takut pada penampilan liarkeduanya, dan mengatakan bahwa ia cemas akankeamananan dirinya ketika mereka membawanya dengancara yang kasar ke dalam kota. Ketika sampai di rumahhari sudah larut malam; tidak ada lampu, sehingga iatidak bisa memerhatikan keadaan sekitar yang takterawat. 'Pada saat itu, seluruh keluarga sedang pergi keMekkah untuk menunaikan ibadah haji. Ia diantar kekamarnya oleh seorang perempuan Arab yang sudah tuadan tidak bisa berbahasa Inggris. Ia diberi biskuit dankurma serta teh panas. Ketika meninggalkan kamar,perempuan tua itu menyampaikan catatan pada Madelinebahwa tugas-tugasnya akan diberitahukan besok.' 'Perempuan tua itu pasti neneknya,' kataku. 'Mungkin Madeline tidak mengatakannya. Akumemang tidak tahu. Hati Madeline ciut ketika sinarmatahari menerangi rumah barunya. Ia melompat
melihat ranjang tempat ia tidur, karena seprainya sangatkotor; gelas dan piring semalam dikerumuni kecoak. 'Dengan tak bergairah, Madeline bergerak ke kamarmandi dan mendapati shower yang tidak berfungsi. Iamencoba membersihkan tubuhnya dengan sisa sabunyang kotor dan air suam-suam kuku. Ia berdoa padaTuhan agar menenangkan hatinya. Kemudian perempuantua itu mengetuk pintu.'Tak ada pilihan, ia mengikuti perempuan itu kedapur tempat ia menerima daftar kewajiban. Madelinemembaca tulisan cakar ayam dan mengetahui bahwapekerjaannya adalah membantu memasak,membersihkan rumah dan menjaga anak-anak.Perempuan tua itu memberi isyarat dengan tangan agarMadeline menyiapkan sarapannya sendiri. Setelahsarapan, ia mulai membersihkan periuk dan panci. 'Bersama dengan Madeline, di sana ada tiga pekerjaperempuan lain: tukang masak tua dari India, seorangpelayan yang cantik dari Sri Lanka dan seorang pelayansederhana dari Bangladesh. Tukang masak yang tua ituberumur lebih kurang enam puluh tahun; sedang duapelayan yang muda-muda itu kira-kira berumur duapuluh lima tahunan. 'Tukang masak itu tak mau berbicara dengan siapapun; ia kembali ke India dua bulan berikutnya, danmimpinya adalah kebebasan dan pulang. Sedangkansalah satu pelayan yang masih muda pendiam tidakbahagia, karena kontraknya baru akan selesai setahunlagi. Pelayan cantik dari Sri Langka tidak banyak bekerjadan menghabiskan sebagian besar waktunya di depancermin. Ia sangat menunggu-nunggu kepulangankeluarga majikan. Ia mengisyaratkan dengan sangat jelas
pada Madeline bahwa ia sangat dicintai oleh majikannya. Ia berharap majikannya akan membelikannya kalungemas sekembalinya dari Mekkah. 'Madeline sangat terkejut ketika pembantu cantik itumenyuruhnya berputar sehingga bentuk tubuhnyaterlihat. Perempuan itu kemudian meletakkan tangan dipinggul Madeline dan mengatakan dengan menyeringaibahwa majikannya akan menganggap Madeline terlalukurus untuk seleranya, tapi mungkin salah satuputranya akan berminat. Madeline tidak mengertimaksud perkataan itu dan melanjutkan kerja yang takada ujungnya. 'Empat hari kemudian, keluarga itu kembali dariMekkah. Madeline langsung tahu bahwa majikannyaberasal dari keluarga kelas bawah; mereka kasar dan tatakramanya buruk; perilaku mereka segera membuktikanasumsi Madeline tersebut. Mereka mendadak kaya tanpausaha keras, dan pendidikan mereka hanya darimembaca Alquran, yang karena kebodohan, maknanyamereka putar-balikkan sesuai dengan keinginan mereka. 'Bagi kepala rumah tangga, status subordinatperempuan yang diindikasikan dalam Alquran, dipahamisebagai budak. Perempuan lain yang bukan Muslimdianggap sebagai pelacur. Keadaan tidak berubah dengankenyataan bahwa ayah dan dua putranya bepergian keThailand empat kali dalam setahun untuk mengunjungirumah pelacuran di Bangkok dan membeli pelayan seksdari perempuan-perempuan Thailand yang muda dancantik. Mengetahui bahwa beberapa perempuan Timurdijual, mereka menjadi yakin bahwa semua perempuan
yang bukan Muslim adalah untuk dibeli. Ketika seorangpelayan disewa, itu mereka anggap bisa dimanfaatkanseperti seekor binatang, menurut tingkah laki-laki dirumah itu. 'Melalui ibu mereka, Madeline segera tahu bahwa iadiperkerjakan untuk melayani hasrat seksual dua anaklaki-laki remaja mereka. Sang ibu memberitahu Madelinebahwa ia harus melayani Basil dan Fads di setiap hariyang berbeda. Informasi ini disampaikan tanpamengindahkan perasaan Madeline sama sekali. 'Takjub melihat pelayan yang seksi, sang ayahmemutuskan bahwa Madeline adalah sesuai denganseleranya. Ia mengatakan pada putra-putranya bahwamereka bisa tidur dengan pelayan baru itu setelah iamemuaskan kesenangannya.' Aku menarik nafas dan kemudian menahannya; akutahu apa yang baru saja dikatakan Marci. Aku tak inginmendengarnya. 'Nona Sultana, di malam pertama keluarga itupulang, sang ayah memperkosa Madeline!' Ia terisak-isak. 'Itu baru permulaan, karena ternyata sang ayahsangat menyukai Madeline sehingga memperkosanyasetiap hari !' 'Mengapa ia tidak lari ? Minta tolong seseorang?' 'Nona, ia mencobanya. Ia memohon pada pelayan-pelayan lain agar membantunya! Tukang masak tua danpelayan muda yang jelek tidak mau terlibat, sebabmereka bisa kehilangan gaji. Pelayan yang cantikmembenci Madeline, dan mengatakan bahwa gara-garaMadeline, ia tidak mendapatkan kalung emasnya. Sangistri dan si perempuan tua tidak diperlakukan dengan
baik oleh majikan; mereka mengabaikannya danmengatakan bahwa Madeline disewa untukmenyenangkan laki-laki dirumah itu!' 'Aku akan melompat jendela dan lari !' 'Ia sering mencoba lari namun selalu tertangkap,akhirnya setiap orang di rumah diperintah untukmenjaganya. Suatu kali, ketika semua orang sedangtidur, ia pergi ke atap dan menjatuhkan catatan ketrotoar memohon pertolongan. Catatan itu diambil olehtetangga Arabnya dan diberikan ke penjaga Yaman, danMadeline dipukul!' 'Apa yang terjadi setelah kamu mendapati Madeline?' Wajah Marci sedih saat ia melanjutkan. 'Akumencoba segala cara. Aku menelpon kedutaan kami diJeddah. Aku mengatakan pada laki-laki yangmenjawabnya dengan mengatakan kami sering menerimakeluhan seperti itu tapi tak ada yang dapat merekalakukan. Negeri kami bergantung pada uang yang dikirimdari para pekerja di luar negeri; pemerintah kami tidakingin menentang pemerintah Arab Saudi denganmengajukan keluhan formal. Akan menjadi apa kami,masyarakat Filipina yang miskin, tanpa uang dari luarnegeri? 'Antoine mendiskusikan dengan beberapa sopiruntuk pergi ke polisi, tapi para sopir itu mengatakanbahwa polisi akan lebih memercayai cerita yangdisampaikan oleh majikan Saudi dan Madeline bisa jadiakan terjebak dalam situasi yang lebih buruk.'
Aku berteriak: 'Marci! Seburuk apa?' 'Tidak, Nona. Aku tak tahu apa yang dapatkulakukan. Antoine menjadi takut dan mengatakan kitatak bisa berbuat apa-apa. Aku akhirnya menulis suratpada ibu Madeline dan menceritakan keadaan anaknya. Ibu Madeline pergi ke agen penempatan tenaga kerjadi Manila, namun justru diusir. Ia pergi ke walikota dikota kami, namun pejabat ini berkata tak dapatmembantu. Tak seorang pun ingin terlibat.' Di mana temanmu itu sekarang?' 'Aku menerima surat darinya sebulan yang lalu. Akubersyukur ia telah dikirim kembali ke Filipina di akhirkontraknya selama dua tahun. Dua orang Filipina yangbaru, lebih muda dari Madeline, menggantikannya.Percayakah Anda, nona, Madeline marah padaku. Ia pikiraku meninggalkannya tanpa mencoba membantunya.'Percayalah aku telah melakukan semua yang kubisa.Aku menulis surat padanya dan menjelaskan semua yangterjadi. Namun aku tak menerima balasannya.' Aku tak bisa mengatakan apa pun untuk membelanama baik orang-orang sebangsaku. Aku menatap wajahMarci. Ia akhirnya memecah keheningan. 'Itulah nona, apayang terjadi pada temanku di negara ini.' Aku bisa katakan Marci sangat bersedih karenatemannya. Aku sendiri didera duka cita. Bagaimana bisaorang menanggapi cerita mengerikan seperti itu? Aku takbisa. Karena perilaku laki-laki di negeriku, aku merasa
malu, aku tak lagi merasa lebih tinggi di hadapan gadismuda yang beberapa saat sebelumnya adalah pelayanku. Diliputi oleh penyesalan yang mendalam, akumengubur kepalaku dalam bantal dan menyuruh Marcipergi dengan mengibaskan tanganku. Selama beberapahari, aku diam dan menyendiri; aku berfikir tentangbanyak sekali pelecehan yang menyiksa pikiran orang-orang, Saudi atau asing, yang hidup di negeri yangkusebut rumahku. Berapa banyak lagi Madeline lain yang ada di luarsana, menggapai-gapai minta perhatian dan takmenemukan pertolongan apa pun. Dibalut seragam resmiorang-orang yang membayar? Laki-laki Filipina, di negeriMarci, agak sedikit lebih baik dari laki-laki di negeriku,karena mereka mengambil langkah seribu menjauhiketerlibatan pribadi. Ketika aku terbangun dari rasa malu yangmengganggu, aku mulai menginterogasi teman-temankudan menguber ketidakpedulian mereka terhadap nasibpara pelayan perempuan mereka. Karena kegigihanku,aku mendapat banyak laporan dari pihak pertamatentang tindakan-tindakan menjijikkan dan takterucapkan yang dilakukan oleh laki-laki darikebudayaanku terhadap perempuan dari semua bangsa. Aku mendengar tentang Shakuntala dari India, anakyang pada usia tiga belas tahun dijual oleh keluarganyaseharga 600 riyal Saudi ($170). Ia bekerja di siang haridan dilecehkan pada malam hari dengan cara yang samadengan yang dialami Madeline. Namun Shakuntala dibeli.Ia adalah harta milik yang tak akan dikembalikanShakuntala tak akan pernah bisa pulang ke rumah lagi.Ia adalah harta milik penyiksanya.
Aku mendengar dengan ngeri ketika seorang ibuyang dengan tertawa membiarkan pelayan Thailandnyadiperkosa oleh anak lelakinya di rumah. Ia berkatabahwa anak laki-lakinya membutuhkan seks, dankesucian perempuan Saudi memaksa keluarga itu untukmenyediakan perempuan bagi mereka. Ia berkata denganyakin bahwa perempuan Timur tak peduli tidur dengansiapa. Anak laki-laki adalah Raja di mata ibu mereka. Tiba-tiba aku sadar dengan kejahatan yang dapatmenyusup. Aku bertanya kepada Faruq mengapa ia danayah bepergian ke Thailand dan Filipina tiga kalisetahun. Ia merengut dan mengatakan padaku itu bukanurusanmu. Tapi aku tahu jawabannya, karena banyaksaudara laki-laki dan ayah teman-temanku melakukanperjalanan yang sama ke negeri indah yang menjual anakgadis mereka dan perempuan pada setiap jahanam yangmemiliki uang. Aku sadar bahwa aku telah mengetahui sedikittentang laki-laki dan hasrat seksual mereka. Permukaanhidup tak lebih dari bagian muka sebuah gedung, dengansedikit usaha aku menyibak kejahatan yang tersembunyidi balik kulit tipis kesopanan antara dua jenis kelamin. Untuk kali pertamanya di masa mudaku, akumengerti tugas maha berat yang menghadang kaumperempuan. Aku tahu tujuanku tentang kesetaraanperempuan akan sia-sia, karena aku akhirnya tahubahwa laki-laki sangat mencintai diri mereka sendiri dankondisi itu sangat mengerikan. Kami, perempuan,hanyalah budak, dan dinding-dinding penjara kami takdapat diukur karena penyakit 'superior' yang aneh initinggal dalam sperma semua laki-laki dan diwariskandari generasi ke generasi, penyakit mematikan yang tak
dapat disembuhkan, yang tempatnya ada pada laki-lakidan korbannya adalah perempuan. Kepemilikan tubuh dan jiwaku akan segeraberpindah dari ayahku ke orang asing yang akan kusebutsuamiku, karena ayah telah memberitahuku bahwa akuakan menikah tiga bulan setelah umurku enam belastahun. Aku merasa rantai tradisi mengungkungkudengan ketat; aku hanya memiliki waktu enam bulanyang singkat untuk menikmati kebebasanku. Akumenunggu nasibku terbentang, seorang anak yang samatak berdayanya dengan serangga yang terperangkapdalam jaringan jahat yang bukan buatannya.
10. HUDA PADA tanggal 12 januari 1972 jam sepuluh malam, aku dan semua saudariku mengikuti dengan seksama ramalan masa depan Sara oleh Huda, budak Sudan kamiyang sudah tua. Setalah mengalami perkawinan danperceraian yang traumatis, Sara belajar astrologi danyakin bahwa bulan dan bintang memainkan peranmenentukan dalam kehidupannya. Huda, yang mengisitelinga kami semenjak dini dengan berbagai ceritatentang ilmu hitam, sangat senang menjadi pusatperhatian dan bisa dijadikan selingan dari hidupmonoton di Riyadh. Kami semua tahu di tahun 1899, pada usia delapantahun, Huda pergi menghilang dari ibunya yang sedangsibuk menggali ubi rambat sebagai bahan makan malamkeluarga, dan ditangkap oleh pedagang budak dari Arab.Ketika kami masih kecil, ia menjadi penghibur di rumahselama berjam-jam dengan kisah penangkapan danpengurungan dirinya. Huda selalu memerankan kembali peristiwapenangkapannya dengan bakat yang hebat, yangmemberi keceriaan pada kami, tak peduli berapa kali iamengulang-ulang ceritanya. Ia mendekam di atas sofadan menyanyi dengan pelan, berpura-pura menggarukpasir. Dengan mengeluarkan bunyi ciut-ciut liar, iamerenggut sarung bantal yang ada di belakangpunggungnya dan kemudian dikenakan menutupikepalanya, terengah-engah dan membayangkanmenendang penyiksanya. Ia mengerang dan
menghempaskan badannya ke lantai dan menendangserta berteriak memanggil ibunya. Akhirnya, ia melompatke meja dan mengintai dari jendela ruang tamu,menjelaskan air biru Laut Merah yang dilewati oleh kapalyang membawanya dari Sudan ke padang pasir Arabia. Matanya menjadi liar ketika ia membayangkanberkelahi dengan pencuri yang mengambil makanannyayang hanya sedikit. Ia mengambil buah persik atau buahpir dari keranjang buah dan dengan lapar melahapsemuanya kecuali bijinya. Kemudian ia berjalan kesekeliling ruangan, tangan diletakkan ke belakangpunggung, sambil memohon pada Allah untukpembebasannya ketika ia dibawa ke pasar budak. Huda diijual demi sebuah senapan pada keluargabani Rashid dari Riyadh. Huda tersandung ketika iadigiring dari jalanan di Jeddah melewati badai pasirdahsyat menuju benteng Mismaak, garnisun bani Rashiddi ibu kota. Dalam permainan dramanya itu, Huda kemudianbergerak dengan tiba-tiba dari satu perabot ke perabotlainnya. Kami akan menjerit sambil tertawa ketika Hudamelompat-lompat di sekeliling ruangan menghindaripeluru dari para leluhur keluarga kami Abdul Aziz mudadan enam belas anak buahnya saat menyerang garnisundan menaklukkan bani Rashid, merebut kembali negerimilik bani Saud. Huda melemparkan tubuh gemuknya keatas kursi dan berjuang mencari perlindungan ketikaprajurit padang pasir membunuh musuh-musuh mereka.Katanya, ia diselamatkan oleh kakekku. Huda akanmengakhiri permainan dramanya dengan bergulat dilantai dengan seorang anak yang ada didekatnya danmenciumnya berkali-kali, bersumpah ia telah mencium
kakekku yang menyelamatkan dirinya. Begitulah ceritabagaimana Huda masuk ke keluarga kami. Ketika kami tumbuh besar, ia mengganti ceritaceritadrama itu dengan menakut-nakuti kami dengan ceritacerita ilmu sihir. Ibu biasanya menolak cerita-cerita Hudadengan senyuman, namun setelah aku terbangun danberteriak tentang nenek sihir dan obat pengasih, ibumelarang Huda menjejalkan kisah-kisah gaibnya padaanak-anak kecil. Sekarang ibu sudah tiada. Hudakembali bersemangat dengan kebiasaan lamanya. Kami tertarik ketika Huda menatap tajam pada garistelapak tangan Sara dan mengedipkan matanya seolah-olah ia melihat kehidupan Sara terbentang dihadapannya, layaknya sebuah ramalan. Sara tampaknya tak banyak terpengaruh. Ia pura-pura mengharapkan kata-kata, ketika Huda dengansungguh-sungguh mengatakan padanya bahwa ia akangagal merealisasikan cita-cita hidupnya. Aku mengerangdan bersandar ke tumitku; aku sangat ingin Saramenemukan kebahagiaan yang patut didapatkannya. Aku merasa jengkel pada Huda, dan dengan kerasmenolak ramalannya sebagai omong kosong belaka. Takseorang pun mengacuhkanku ketika Huda terus menelitidengan cermat garis kehidupan Sara. Perempuan tua itumenggosok tulang dagunya yang kurus dengantangannya dan berkomat kamit: 'Hmm, Sara. Aku melihatdi sini bahwa kamu akan segera menikah.' Sara mendengus dan menarik tangannya darigenggaman Huda. Mimpi buruk menikah lagi bukanlahsesuatu yang ingin didengarnya. Huda tertawa lembut dan mengatakan pada Sara
agar tidak lari dari masa depan. Dia menambahkanbahwa Sara akan mendapatkan perkawinan penuh cintadan melahirkan enam anak kecil yang akan memberinyakebahagiaan. Sara mengernyitkan alisnya, merasa khawatir. Kemudian ia mengangkat bahunya dan melepaskanapa yang tak bisa dipegangnya. Ia melihat padaku dantersenyum tipis. Ia menyuruh Huda membaca telapaktanganku, sambil mengatakan jika Huda bisameramalkan tindakan apa yang akan dilakukansaudarinya yang sulit diprediksi ini, maka ia baru akanpercaya pada kemampuan Huda. Suadari-saudariku yanglain tertawa lebar dan setuju dengan apa yang dikatakanSara, dari pandangan mereka bisa kukatakan bahwamereka sangat mencintaiku, adik kecil yang selalumenguji kesabaran mereka. Ketika aku menjatuhkan diri di hadapan Huda, akuangkat kepalaku dengan kesombongan yang takkusadari. Dengan suara keras dan berlagak bos, akubuka telapak tanganku dan minta diramal apa yang akankulakukan dalam satu setahun yang akan datang. Huda tak menghiraukan sikapku yang kasar danmempelajari telapak tanganku yang terbuka, yang serasaberjam-jam sebelum ia mengungkapkan ramalannasibku. Sikapnya mengejutkan kami semua; ia menggeleng-gelengkan kepala, berkomat kamit sendiri dan mengerangkeras memenungkan masa depanku. Akhirnya, iamenatap wajahku dan dengan sangat yakin mengatakanramalannya sehingga aku takut dan merasakan anginsihir panas yang jahat dalam kata-kata itu.
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334
- 335
- 336
- 337
- 338
- 339
- 340