Dengan suara dalam yang aneh, Huda mengungkap-kan bahwa ayah akan segera memberitahukanperkawinanku. Aku akan menemukan kesengsaraan dankebahagiaan pada seorang laki-laki. Tindakanku di masadepan akan membawa kebahagiaan sekaligus kesedihanpada keluarga yang kucintai. Aku akan menjadi penerimawarisan cinta yang agung dan kebencian yang jahat. Akuadalah kekuatan baik dan jahat. Aku adalah teka-tekibagi semua yang mencintaiku. Dengan teriakan keras yang menusuk, Hudamenjulurkan tangannya ke udara dan memohon Allahagar ikut campur tangan dalam hidupku danmelindungiku dari diriku sendiri. Ia membuatku bergeserdari tempat duduk ketika ia menyergap dan merangkulleherku dan mulai meratap dengan jeritan melengkingtinggi. Nura melompat berdiri dan melepaskanku daripelukan Huda yang menyesakkan. Saudari-saudarikumenenangkanku ketika Nura membawa Huda keluar dariruangan, dengan masih berkomat-kamit berdoa padaAllah untuk melindungi anak perempuan terkecil Fadilayang terkasih. Aku gemetar karena pengaruh kuat ramalan Huda.Aku mulai terisak-isak dan bicara ngelantur bahwa duluHuda pernah membual bagaimana ia menjadi penyihir,ibunya (ibu Huda) juga penyihir, dan kekuatan sihirmengalir dari air susu ibu ke bayi yangmenyusunya.Tentu saja, gumamku, hanya penyihir yangbisa mengetahui orang yang sejahat aku! Tahani, salah satu kakakku, menyuruhku diam,permainan bodoh sudah usai, tidak perlu didramatisir.Sara, yang berusaha menenangkan suasana, menghapus
air mataku dan mengatakan bahwa aku sedih karenatakut; bahwa hidupku tidak akan seperti yangdiramalkan Huda. Di samping usaha menenangkan dariSara, saudariku yang lain mulai bercanda dan mengingatdengan gelak tawa 'permainan' yang berhasil kulakukanpada Faruq selama bertahun-tahun. Merekamengingatkanku dengan suatu permainan yang palingmereka sukai yang, karena kedekatan, mulai kamibicarakan lagi. Permainan itu terjadi ketika aku meminta salah satuteman perempuanku untuk menelpon Faruq denganberpura-pura menyukainya. Selama berjam-jam kamimendengar Faruq mencelotehkan omong kosong ditelepon dan membuat rencana yang sangat terperinciuntuk bertemu dengan sopir teman perempuanku itu dibelakang rumah yang sedang dibangun, yang tak jauhtempatnya. Temanku meminta agar Faruq menggendongbayi domba untuk memudahkan sopir mengenalinya. Iamengatakan bahwa orang tuanya sedang keluar kota,sehingga Faruq bisa aman mengikuti sopir itu kerumahnya untuk melakukan pertemuan rahasia. Posisi bangunan yang dimaksud berada di seberangjalan depan rumah temanku. Aku, saudari-saudariku,dan temanku itu berkumpul bersama di balkon kamartidurnya. Kami tertawa sampai sakit perut saat melihatFaruq yang malang berdiri berjam-jam, menggendongbayi domba dan menengok ke kanan dan ke kiri mencarisopir yang dijanjikan. Parahnya lagi, temanku itumelakukannya tak hanya sekali dua kali, namun sampaitiga kali! Karena sangat ingin bertemu temanku itu,Faruq kehilangan akal sehatnya. Terdorong oleh gelak tawa dan pandangan saudari-
saudariku, aku membuang jauh-jauh ramalan Huda daripikiranku. Bagaimanapun, Huda telah berumur lebihdari delapan puluh tahun, dan mungkin ia sudah pikun. Aku kembali khawatir ketika ayah mengunjungikami malam itu dan mengatakan bahwa ia telahmenemukan suami yang cocok untukku. Dengan haticiut aku hanya dapat berfikir bahwa ramalan pertamaHuda telah terbukti benar. Karena ketakutan, aku lupabertanya pada ayah nama calon suamiku, lalu melarikandiri ke kamar dengan mata gelap dan tenggorokan pahitempedu. Aku berbaring dan terjaga hampir sepanjangmalam memikirkan katakata Huda. Untuk kalipertamanya di masa mudaku, aku takut akan masadepanku. Nura kembali ke rumah kami keesokan paginyauntuk memberitahu bahwa aku akan menikah denganKarim, salah satu sepupu keluarga kerajaan. Ketikamasih kecil, aku sering bermain dengan adik dari calonsuamiku itu, tapi aku rasa ia tak banyakmembicarakannya kecuali komentarnya bahwa abangnyaitu suka berlagak bos. Ia sekarang berumur dua puluhdelapan tahun, dan aku akan menjadi istri pertamanya.Nura mengatakan padaku bahwa ia telah melihat fotonya;ia sangat tampan. Tidak hanya itu; ia menyelesaikanpendidikannya di London sebagai pengacara. Lebih luarbiasa lagi, ia berbeda dari sebagian besar sepupukerajaan dan ia memiliki posisi yang pasti dalam duniabisnis. Baru-baru ini, ia membuka firma hukum sendiridi Riyadh. Nura menambahkan bahwa aku sangatberuntung, karena Karim telah mengatakan pada ayahbahwa aku harus menyelesaikan sekolahku dulu sebelumberkeluarga. Ia tidak menginginkan perempuan yang
tidak bisa dijadikan teman berbagi. Aku sedang tidak ingin digurui, akumemberenggutkan wajah pada kakakku, dan menarikselimut ke kepalaku. Nura menarik nafas panjang ketikaaku berteriak bahwa bukan aku yang beruntung, tetapiKarim! Setelah Nura pergi, aku menelpon saudaraperempuan Karim, orang yang tidak begitu kukenal, danmengatakan padanya untuk menasehati abangnya agarmempertimbangkan kembali rencana menikahiku. Akumengancam, jika menikah denganku, ia tidak bolehberistri lagi atau aku akan meracuni istri-istri itu padakesempatan pertama. Di samping itu, kukatakanpadanya, ayah sulit mencarikan suami untukkusemenjak aku mengalami kecelakaan di laboratoriumsekolah. Ketika saudari Karim bertanya padaku apa yangterjadi, aku berpura-pura malu tapi akhirnya mengakubahwa aku dengan ceroboh menumpahkan sebotol zatasam; akibatnya, wajahku menjadi sangat menakutkan.Aku tertawa senang ketika ia menggantung telepon dandengan terburu-buru menceritakan pada abangnya. Kemudian pada malam harinya, ayah dengan sangatmarah datang ke rumah membawa dua orang bibi Karim. Aku dipaksa berdiri tegak sementara mereka menelitiseluruh tubuhku, mencari tanda-tanda bekas luka diwajah atau anggota badan yang bentuknya tidak serasi. Aku sangat marah dengan pemeriksaan itu, sehinggaaku membuka mulutku dan mengatakan pada merekauntuk memeriksa gigiku, jika mereka berani. Akumencondongkan tubuh ke arah mereka danmengeluarkan suara gemertak gigi yang keras. Mereka
lari keluar, kaget, ketika aku meringkik seperti kuda danmengangkat telapak kakiku ke wajah mereka, sebuahpenghinaan yang sangat parah di Arab. Ayah berdiri dan memandangku lama. Ia tampakberusaha menahan emosinya. Aku heran, ia justrumenggelengkan kepalanya dan mulai tertawa. Akumengira ia akan menamparku atau mengomeliku, takpernah terbayang dalam pikiranku yang paling liar punbahwa beliau akan tertawa. Aku tersenyum kacau, dankemudian aku juga mulai tertawa. Terdorong rasapenasaran, Sara dan Faruq masuk ke ruangan danberdiri dengan senyum yang penuh tanya di wajahmereka. Ayah menjatuhkan tubuh ke sofa, menghapus airmata yang menetes di wajahnya dengan dengan ujungthobe (rok panjang yang biasa dikenakan laki-lakiSaudinya. Ia melihat ke arahku dan berkata: 'Sultana,apakah kamu lihat wajah mereka ketika kamu hendakmenggigit mereka? Yang satu nampak seperti kuda! Nak,kamu memang menakjubkan. Aku tak tahu apakah akankasihan atau iri kepada sepupumu, Karim.' Kata ayahsambil membersihkan hidungnya. 'Karena pasti, hidupdenganmu akan menjadi percintaan yang bergelora.' Merasa sengit dengan sikap setuju ayah, aku dudukdi lantai dan memiringkan tubuhku ke pangkuannya.Aku ingin membuat situasi ini bertahan lama ketika iamemegang bahuku dan tersenyum pada putrinya yangmengelikan ini. Dalam situasi yang akrab tersebut, akujadi berani dan meminta ayah apakah aku bisa bertemudengan Karim sebelum pernikahan. Ayah menoleh dan melihat ke Sara; gurat ekspresiSara menyentuh hati ayah. Ia menepuk sofa di
sampingnya dan menyuruh Sara duduk. Tak ada katayang terucap di antara kami bertiga, tapi kamiberkomunikasi melalui ikatan keluarga. Faruq, kaget dengan perhatian yang diberikan padaperempuan di keluarganya, menyandar ke pintu denganmulut melongo, lidahnya kelu.
11. KARIM SANGAT menyenangkan ayah, namun sedikit mengecewakanu, keluarga Karim tidak membatalkan pertunangan kami. Sebagai gantinya Karim dan ayahnyadatang ke kantor ayahku, dan dengan sopan merekameminta agar Karim diizinkan bertemu denganku, tentusaja dengan pengawasan yang sepantasnya. Darikerabatnya, Karim telah mendengar perilakuku yangsuka memberontak dan sangat ingin tahu apakah akubenarbenar gila atau hanya karena terlalu bersemangat. Ayah memang tidak merespon permohonanku untukbisa bertemu Karim, tapi berbeda halnya jika yangmeminta itu dari keluarga laki-laki. Setelah didiskusikanpanjang lebar dengan beberapa anggota keluarga, bibidan kakakku Nura, ayah memberikan jawabanmenyenangkan atas permintaan Karim. Ketika ayah menyampaikan berita itu padaku,dengan sangat gembira aku menari-nari di sekelilingruangan. Aku akan melihat terlebih dahulu laki-laki yangakan kunikahi! Aku dan kakak-kakakku sangat gembira,karena peristiwa seperti itu tak pernah terjadi dalammasyarakat kami; kami adalah tawanan yang pernahmerasakan melonggarnya rantai tradisi. Orangtua Karim, ayahku dan Nura memutuskanbahwa Karim dan ibunya akan datang ke rumah dalamdua minggu di saat minum teh sore hari. Aku dan Karimakan ditemani oleh Nura, Sara, dua bibiku, dan ibuKarim.
Dengan adanya kemungkinan mengendalikanhidupku di masa yang akan datang, muncul harapan,sebuah khayalan yang tak berani kubayangkan kemarin. Aku merasa gembira dan ingin tahu apakah Karimsudah sesuai dengan harapanku. Namun aku terasukipikiran yang tak menyenangkan tentang kemungkinanKarim tak menyukaiku! Oh betapa aku ingin cantikseperti Sara, sehingga hati-laki-laki akan berdebar-debarpenuh hasrat. Sekarang aku berdiri berjam-jam di depan cerminmengutuk tubuhku yang kecil, rambut berombak yangpendek. Hidungku tampak terlalu kecil untuk wajahku,mataku tidak berkilau. Mungkin lebih baik akubersembunyi di balik cadar sampai malam pernikahan! Sara ketawa-ketawa kecil melihat aku menderita dania mencoba meyakinkanku; laki-laki menyukaiperempuan yang mungil, khususnya yang berhidungkecil bangir dan mata yang ceria. Nura, yangpendapatnya selalu dihormati, berkata dengan tertawabahwa semua perempuan dalam keluarga menganggapkusangat cantik. Hanya saja aku tak pernah memerhatikankecantikanku; mungkin sudah waktunya aku merawattubuhku. Tiba-tiba, karena sangat ingin dianggap sebagaiperempuan cantik yang menjadi dambaan, kukatakankepada ayah bahwa aku tak punya pakaian layak pakai.Perempuan Saudi memang memakai cadar saat di luarrumah, namun penutup berwarna gelap itu akan dibuangsaat memasuki rumah teman perempuan. Karena kamitak bisa membuat lawan jenis terpesona , kecuali kepada
suami, dengan gaya pakaian yang dipilih secara hati-hati,maka kami para perempuan berusaha saling membuatterpesona satu sama lain. Di sini, kami berpakaianbenarbenar untuk perempuan lain! Sebagai contoh,untuk datang pada pesta minum teh, perempuan dinegeriku akan dengan cermat memilih pakaian berbahankain satin berjelujur emas-perak, berhiaskan permatadan batu delima yang mahal. Banyak teman asing terpesona dengan garis leheryang tertutup kalung dan pakaian minim yangtersembunyi di balik abaya-abaya kami yang takmenarik. Aku diberitahu bahwa dengan gaya pakaianyang ada di balik abaya dan cadar hitam, kami,perempuan Saudi, mirip burung eksotik yang berwarnawarni. Sudah pasti, dengan balutan kain hitam, kamimembutuhkan lebih banyak waktu dan usaha untukmemilih pakaian-pakaian pribadi dibandingkanperempuan Barat yang bebas memamerkan pakaianmereka, sesuai dengan mode terakhir. Ayah, karena gembira melihatku tertarik denganperkawinan yang ia pikir akan kukacaukan, dengan cepatmeluluskan permintaanku. Nura dan suaminyamenemaniku pergi berbelanja ke Harrods, London. Dengan susah payah aku katakan kepada wanitapenjaga toko Harrods bahwa aku akan bertemutunanganku minggu depan. Hanya karena aku putriSaudi, aku tidak ingin mereka mengira aku tak punyapilihan dalam hidupku. Aku merasa kecewa karena takseorang pun kagum atau terkejut pada kesombonganyang kuungkapkan. Orang-orang yang bebas tidak bisamengerti nilai kemenangan kecil orang-orang yang hidupdengan tali penambatan.
Ketika di London, Nura mempersiapkan make-overkosmetik untukku dan memperlihatkan pilihan-pilihanwarna untuk pakaianku. Ketika dikatakan bahwa warnahijau zambrud adalah warna yang paling sesuaidenganku, aku membeli tujuh belas pasang pakaiandengan warna itu. Rambutku, yang susah diatur ditarikke belakang dengan gulungan lembut. Ketika akuberjalan melintasi distrik pertokoan di London, daripantulan jendela toko aku menatap dengan sangat takjubpada diriku yang tampak sangat berbeda. Sara dan Marci membantuku berpakaian di haripesta itu. Aku mengutuk dan menjerit karena tidak bisakembali meniru gaya rambut Londonku saat Huda tiba-tiba muncul di pintu kamarku. 'Hati-hati,' ia berteriak,matanya menyipit. 'Pertama kau akan bahagia, tapikemudian kamu sengsara bersama suamimu.' Akumelempar sisirku padanya, dan dengan kerasmemintanya untuk tidak merusak hariku denganbualannya. Sara menjewer telingaku dan mengatakankepadaku untuk malu pada diri sendiri; Huda hanyalahseorang perempuan tua. Hatiku tak tersentuh samasekali, begitu yang kukatakan kepada Sara. Saramengatakan, hal itu disebabkan karena aku tak memilikihati nurani. Kami saling mendongkol sampai bel pintuberbunyi; kemudian ia memelukku dan mengatakan akutampak cantik dalam bungkusan pakaian hijau zambrud. Aku benar-benar akan bertemu calon suamiku tanpamemakai abaya! Suara hatiku yang berdebar kerasmemenuhi gendang telingaku. Merasa semua orang akanmemandang gerak-gerikku, pipiku menjadi merah,sehingga merusak penampilan sempurna yang akurencanakan. Oh, aku ingin kembali ke masa kecilku yang
aman! Aku tak menginginkan perasaan seperti itu. Karimbukan hanya seorang laki-laki paling tampan yangpernah kulihat; matanya yang penuh perasaanmemerhatikan setiap gerakanku dan membuatku merasamenjadi makhluk tercantik di dunia ini. Dan dari menit-menit perkenalan yang menegangkan itu, aku tahu ia takakan pernah membatalkan pertunangan. Aku merasamemiliki bakat tersembunyi yang mengejutkan, sesuatuyang paling membantu perempuan yang harus bermain-main untuk mencapai tujuannya. Aku sadar aku adalahpenggoda yang alami. Dengan sangat mudah akumengerutkan bibirku dan melihat ke Karim dengan matamerunduk. Khayalanku melambung: Karim hanya salahsatu dari sekian banyak pelamarku. Ibu Karim yang memerhatikanku dengan seksama,resah dengan kelakukan liarku. Sara, Nura, dan bibi-bibiku saling bertukar pandang sedih. Namun Karimterhipnotis, dan tak peduli dengan yang lain. Sebelum pergi bersama ibunya, Karim bertanyapadaku apakah boleh menelponku di suatu malam dalamminggu ini untuk mendiskusikan rencana perkawinan. Aku membuat malu bibi-bibiku dengan tidakmeminta izin pada mereka terlebih dahulu, dan segeramenjawab: 'Tentu saja, kapan pun, tapi sebaiknya setelah jamsembilan.' Aku memberi senyuman harapan ketika Karimmengucapkan selamat tinggal. Aku mendendangkan lagu kesukaanku, balada cintaLibanon, ketika Nura, Sara, dan bibiku mengatakankepadaku secara rinci kesalahan yang telah kulakukan.
Menurut mereka, ibu Karim pasti bersikeras untukmembatalkan perkawinan, karena aku menggodaanaknya dengan mata dan bibirku. Kukatakan, merekasemua cemburu karena aku mendapat kesempatanmelihat calon suamiku sebelum perkawinandilangsungkan. Aku meleletkan lidah ke bibi-bibiku danmengatakan kepada mereka bahwa mereka terlalu tuauntuk memahami getaran hati anak muda; akumeninggalkan mereka yang terbelalak, terkejut dengankeberanianku. Kemudian aku mengunci diri dalam kamarmandi, dan mulai menyanyi sekeras-kerasnya. Kemudian aku berfikir tentang penampilanku. Jikaaku tidak suka Karim, aku bisa pastikan dia tidak sukapadaku. Aku suka Karim, jadi akan kubuat dia jatuhcinta padaku. Bagaimanapun tindakanku sudah bagus;jika aku merasa ia menjijikkan dan ingin pertunangandibatalkan, aku akan makan dengan tidak sopan,bersendawa di hadapan wajah ibunya, danmenumpahkan teh panas ke pangkuannya. Jika Karimdan keluarganya masih tidak yakin bahwa aku bukanistri yang cocok untuk Karim, aku mungkin berpikiruntuk bunuh diri. Beruntunglah Karim dan ibunya;mereka selamat dari sore yang mengejutkan karena akumerasa dia cukup menarik dan kepribadiannyamenyenangkan. Aku begitu lega mengetahui aku tidak akan menikahilaki-laki tua, dan aku pikir cinta akan tumbuh suburdalam perkawinan kami. Dengan pikiran-pikiran yang menyenangkan sepertiitu, aku memberi Marci enam stel pakaian yang indahdari lemariku dan mengatakan padanya kalau aku akanbertanya kepada ayah apakah aku bisa mengajaknya ke
rumah baruku. Karim menelponku malam itu. Dengan sangatgembira, ia mengatakan padaku ibunya menasehatinyauntuk membatalkan perkawinan. Ibunya gemetar marahmelihat keberanianku; ia meramalkan bahwa aku akanmembuat anak tertuanya sakit kepala, dan menjadibencana bagi seluruh keluarga. Merasa yakin dengan tipu muslihat yang baru sajakutemukan, aku dengan masam menjawab agar ia lebihbaik menuruti nasehat ibunya. Karim berbisik bahwa aku adalah gadis impiannya:anggota keluarga kerajaan, cerdas dan punya selerahumor yang tinggi. Karim menyatakan, ia tak menyukaitipe perempuan yang disukai ibunya; yang hanya dudukmematung, dan mencoba memenuhi semua keinginansuami (seperti perempuan umumnya di Saudi). Ia lebihmenyukai perempuan pemberani; ia bosan denganperempuan biasa. Ia menambahkan, dengan bisikan yangmenggairahkan, bahwa aku membuat matanya bahagia. Karim kemudian mengemukakan persoalan yangmembingungkan; ia bertanya apakah aku telah dikhitan. Kukatakan padanya aku harus bertanya pada ayah.Ia memperingatiku: 'Jangan, jangan tanyakan. Jika kamutidak tahu, itu berarti kamu tidak dikhitan.' Ia tampaksenang dengan jawabanku. Dengan lugu, aku kemukakan pertanyaan karimtentang khitan saat keluarga berkumpul untuk makanmalam. Saat itu ayah sedang berada di rumah istriketiganya, sehingga Faruq yang duduk di ujung mejamakan, terkejut dengan pertanyaanku. Ia meletakkangelasnya dengan keras dan melihat ke Sara meminta
komentar. Aku terus mencocolkan rotiku ke hum(makanan khas Arab terbuat dari semacam kacangpanjang atau buncis), dan untuk sesaat, tidak melihatmata saudariku gelisah. Ketika aku mengangkat kepala,aku melihat semua orang gusar. Faruq, yang merasa sebagai pemimpin keluarga,memukulkan tangannya ke atas meja dan bertanya darimana aku mendengar kata itu. Menyadari telah terjadikesalahan, aku ingat peringatan Karim dan mengatakanaku mendengarnya dari beberapa pembicaraan parapelayan. Faruq tak peduli dengan ketidaktahuanku. Iamembelalak ke arahku dan dengan kasar meminta Saramenelpon Nura besok pagi dan menyuruhnya berbicarapada 'anak ini'. Dengan meninggalnya ibu kami, Nura, sebagai anaktertua, bertanggung jawab atas pengetahuanku tentangpersoalan seperti itu. Ia sampai di rumah sebelum jamsepuluh pagi dan langsung datang ke kamarku. Iadipanggil oleh Faruq. Wajahnya tampak masam ketika iamengatakan bahwa Faruq memberitahunya bahwaperannya sebagai anak perempuan tertua sangatmenyedihkan. Faruq bermaksud memberitahukan padaayah mengenai pengamatan dan perasaan tidaksenangnya. Nura duduk di sisi tempat tidur dan bertanyapadaku dengan suara lembut apa yang kuketahuitentang hubungan antara laki-laki dan perempuan. Akumenjawab dengan yakin bahwa aku tahu semua yangharus diketahui. Kakakku tersenyum ketika berucap: 'Aku takut jikalidahmu adalah tuanmu, adik kecil. Mungkin kamu tidakmengetahui semua tentang kehidupan.'
Seperti yang ia tangkap, aku telah mengetahui ba-nyak hal tentang perilaku seks. Di Arab Saudi, seperti di banyak dunia Arab,persoalan seks dianggap tabu. Akibatnya, perempuanmalah selalu membicarakannya. Diskusi-diskusiberkenaan dengan seks, laki-laki dan anak-anak,menyeruak dalam semua perkumpulan para perempuan. Di negaraku, karena sedikit aktifitas yang bisamenghibur perempuan, kesibukan utama mereka adalahberkumpul di istana-istana. Menghadiri pesta kaumperempuan setiap hari dalam seminggu merupakan halyang biasa, termasuk di hari Jumat, yang merupakanhari suci di dalam Islam. Kami berkumpul, minum kopidan teh, makan makanan manis, bermalas-malasan disofa yang empuk dan bergosip. Segera setelah seorangperempuan mulai memakai cadar, praktis dia masukdalam kegiatan-kegiatan ini. Sejak aku memakai cadar, aku sangat tertarikmendengarkan cerita malam pertama dari para pengantinbaru; memang, tak ada hal detil yang diungkapkan. Beberapa perempuan muda mengejutkan paraperempuan lain dengan menyatakan bahwa merekamenikmati seks. Yang lainnya mengatakan mereka pura-pura menikmati cumbuan suami mereka, supaya suamimereka tak menikah lagi. Kemudian ada juga paraperempuan yang memandang hina seks sehingga merekamenutup mata dan menahan serangan suami merekadengan rasa takut dan jijik. Yang sangat penting, adasegolongan kecil perempuan yang tetap diam selamadiskusi-diskusi itu dan menjauhkan diri dari topik seks;mereka adalah orang yang diperlakukan dengan carakasar oleh laki-laki dalam kehidupan mereka, banyak
yang mengalami nasib seperti yang diterima Sara. Yakin bahwa aku telah mengerti implikasi kehidupanperkawinan, Nura menambahkan beberapa hal. Iamengatakan bahwa tugasku, sebagai istri, adalah selalusiap melayani Karim sepanjang waktu, tak peduliperasaanku saat itu. Aku nyatakan, aku akan melakukanhubungan seks kalau aku ingin; Karim tidak bisamemaksaku melawan kehendak hatiku. Nuramenggelengkan kepadanya. Tak ada laki-laki, termasukKarim, yang bisa menerima penolakan. Ranjang perkawinan adalah milik laki-laki. Akumenyatakan bahwa Karim itu beda. Ia tak pernahmemaksa. Nura mengatakan, tidak ada laki-laki yang bisamengerti dalam hal seperti itu. Aku tidak bolehmengharapkan itu, atau aku akan hancur kecewa. Untukmengalihkan pokok pembicaraan, aku bertanya kepadakakakku tentang khitan. Dengan suara lemah dan pelan,Nura mengatakan bahwa ia disunat ketika berumur duabelas tahun. Upacara itu dilakukan pada tiga adik-adiknya. Sedangkan enam anak perempuan yangtermuda telah terbebas dari upacara barbar ini berkatcampur tangan dokter Barat yang menasehati ayahselama berjam-jam agar menentang ritual itu. Nuramenambahkan, aku beruntung tidak mengalami traumakhitan. Aku bisa melihat kakakku hampir menangis; akubertanya kepadanya apa yang terjadi. Selama beberapa generasi yang tak diketahui Nura,perempuan di keluarga kami dikhitan. Ibuku, sepertisebagian besar perempuan Saudi, disunat ketika mulai
haid, beberapa minggu sebelum mereka menikah. Padasaat berumur empat belas tahun, ketika Nura menjadiperempuan dewasa, ibu mengikuti tradisi yang ia kenaldan mengatur upacara khitan untuk Nura yang akandiadakan di sebuah desa kecil beberapa mil dari Riyadh. Perayaan diadakan, pesta dipersiapkan. Nura mudamendapat perhatian layaknya orang yang terhormat.Saat-saat sebelum ritual, Nura diberitahu oleh ibu bahwaseorang perempuan tua akan melaksanakan upacarakecil, sehingga Nura perlu berbaring diam. Seorangperempuan menabuh drum, perempuan lain bernyanyi.Perempuanperempuan yang lebih tua berkumpul disekeliling anak yang ketakutan itu. Nura, yang telanjangdari pinggang ke bawah, dipegang oleh empatperempuan, di atas seprai yang dibentangkan di lantai.Perempuan yang tertua mengangkat tangannya ke udara.Dengan ketakutan, Nura melihat perempuan itumemegang alat seperti pisau cukur. Nura berteriak. Ia merasakan kesakitan di daerahalat kelaminnya. Pusing karena kaget, ia diangkat keudara oleh perempuan-perempuan itu dan diberi ucapanselamat atas akil balighnya. Bukan kepalang takutnya iamelihat darah mengalir dari lukanya. Ia dibawa ke tenda,lukanya dibalut dan diperban. Luka itu sembuh dengan cepat, tapi ia tidakmengerti dampak dari upacara itu sampai malampertama perkawinannya; ia mangalami sakit yang taktertahankan dan begitu banyak darah keluar. Ketikakondisi itu berlangsung, ia menjadi takut untukberhubungan seks dengan suaminya. Akhirnya, setelahhamil, ia menemui dokter Barat yang terkejut melihatbekas lukanya. Ia mengatakan pada Nura bahwa semua
bagian luar alat kelaminnya telah dibuang, sehingga,secara pasti, kegiatan seksual akan selalu menyakitkandan berdarah. Ketika sang dokter mengetahui ada tiga lagi saudariNura yang telah disunat dan enam lainnya menunggu,dokter itu memohon dengan sangat pada Nura untukmengupayakan agar orang tuanya datang ke kliniknya. Tiga saudariku pergi ke dokter. Ia mengatakan,saudari kami, Baher, lebih parah kondisinya daripadaNura, dan ia tidak tahu bagaimana ia bisa menahanderita berhubungan seksual dengan suaminya. Nuramenyaksikan upacara saudari kami itu, dan ia ingatketika Baher melawan perempuan tua itu, dan berusahalari beberapa meter dari para penyiksanya. Namun iatertangkap dan dikembalikan ke tikar, danperlawanannya menyebabkan ia kehilangan banyakdarah. Dokter terkejut, karena ibukulah yang memaksauntuk mengkhitan anak-anak perempuannya. Ia sendirimenderita karena ritual itu; ia yakin itu adalah kehendakAllah. Akhirnya si dokter menyakinkan ayahku untuksama sekali tidak melakukan upacara khitan itu, sebabsangat beresiko pada kesehatan. Nura mengatakan, akuselamat dari adat yang kejam dan tak berguna itu. Aku bertanya pada Nura mengapa ia berpikir bahwaKarim akan menanyakan persoalan seperti itu. Nuramengatakan, aku beruntung karena Karim adalah laki-laki yang memiliki pendapat bahwa lebih baik bagiperempuan untuk tidak dikhitan. Ia mengatakan banyaklaki-laki masih menuntut agar pengantin perempuandisunat. Itu adalah persoalan dari daerah mana kamuberasal atau tempat seorang gadis dilahirkan. Beberapa
keluarga masih terus melanjutkan praktik itu sementarayang lain menganggapnya sebagai masa lalu yang barbar. Nura mengatakan, Karim menginginkan istri yangbisa sama-sama menikmati seks, bukan sekadar sebagaiobjek kesenangan saja. Nura meninggalkanku dalam keadaan termenungmenung. Aku tahu aku beruntung menjadi salah satu anakterkecil. Aku merasa ngeri ketika membayangkan traumaNura dan saudari-saudariku yang lain, yang mengalaminasib yang sama. Aku bahagia, Karim memerhatikan keadaanku. Akumulai mempunyai gagasan bahwa beberapa perempuanmungkin bahagia di negeriku meskipun masih adabeberapa tradisi yang sudah dibuang di masyarakat yangberadab. Bagaimanapun, masih saja ketidakadilan daritradisi itu melayang-layang dalam pikiranku. Kami,perempuan Arab, bisa mendapatkan kebahagiaan hanyajika laki-laki yang berkuasa memiliki kepedulian; bilatidak, duka cita akan mengelilingi kami. Tak peduli apapun yang kami lakukan, masa depan kami berhubungandengan tingkat kebaikan hati laki-laki yang menguasaikami. Karena masih ngantuk, aku kembali tidur; akubermimpi memakai gaun pengantin warna hijauzambrud, menunggu mempelai laki-laki, Karim. Ia takdatang, dan mimpiku beralih ke malam menakutkan; akuterbangun dengan keringat dingin; aku dikejar oleh setanperempuan tua berpakain hitam, pisau cukur di tangan,haus akan darahku. Aku berteriak menyuruh Marci membawakan air
dingin. Aku sangat sedih, karena aku tahu makna mimpiyang menakutkan itu: hambatan terbesar untuk berubahdan bebas dari adat yang kuno adalah perempuan Arabitu sendiri. Perempuan-perempuan dari generasi ibukutidak terpelajar, dan tidak memiliki pengetahuan kecualiyang dikatakan laki-laki mereka; akibat tragisnya, tradisikhitanan masih saja dilakukan oleh setiap orang yangdirinya sendiri menderita oleh pisau barbarisme itu.Dalam kebingungan mereka di masa lalu dan sekarang,mereka tanpa sadar mendukung usaha laki-lakimemenjara kami dalam ketidaktahuan dan pengasingan.Bahkan ketika dikatakan tentang bahaya medis, ibukutetap berpegang teguh pada tradisi masa lalu; ia takdapat membayangkan jalan lain bagi putri-putrinyakecuali yang pernah ia lalui sendiri, karena takut kalausetiap perubahan dari tradisi akan membahayakanpernikahan mereka. Hanya kami, perempuan terpelajar, yang bisa me-ngubah jalan kehidupan perempuan. Semua ada didalam kekuatan kami, dalam rahim kami. Aku melihattanggal perkawinanku dengan beberapa rencana yangtelah kupersiapkan. Aku akan menjadi perempuan Saudipertama yang memulai reformasi di lingkungankusendiri. Aku akan mengubahnya melalui putra putriku, yangkemudian akan mengubah bentuk Arab Saudi menjadinegara yang menghargai semua warga negaranya, lakilakidan perempuan.
12. PERNIKAHAN PADA acara pernikahanku, ruang persiapan dipenuhi kegembiraan. Aku dikelilingi oleh perempuan dari keluargaku. Tak ada suara yang bisadikenali, karena semua orang berbicara dan tertawa:sebuah perayaan yang agung. Aku berada di istana Nura dan Ahmed, yang baruselesai dibangun beberapa minggu sebelum tanggalperkawinanku. Nura merasa puas dengan rumahnya itu,namun khawatir pembicaraan orang tentang rumahbesarnya yang mewah akan bocor ke seluruh kota Riyadhsehingga semua orang bercuap-cuap terhadap banyaknyauang yang dihabiskan dan kemewahan yang dihasilkan. Aku sendiri benci istana baru Nura. Karena alasanromantis, aku ingin menikah di Jeddah, dekat laut. Tapiayahku bersikeras untuk melakukan perkawinantradisional. Untuk kali ini, ketika permintaanku tidakdikabulkan, aku tidak berteriak-teriak. Sejak beberapabulan yang lalu, aku telah memutuskan untuk menahanamarahku kecuali untuk hal-hal yang sangat penting danmembiarkan hal remeh temeh bergulir begitu saja. Takdiragukan lagi, aku lelah dengan kekurangan-kekurangan yang ada di negeriku. Sementara Nura berseri-seri gembira, kerabatperempuan kami memuji-muji keindahan istana itu. Akudan Sara saling bertukar senyum kecil, karena kamisependapat beberapa waktu yang lalu bahwa istana inimemiliki cita rasa yang sangat buruk.
Istana marmer Nura sangat besar. Ratusan pekerjaFilipina, Thailand, dan Yaman, di bawah pengawasanpara kontraktor Jerman yang sulit tersenyum, bekerjatanpa henti selama berbulan-bulan untuk menciptakanbangunan yang aneh sekali bentuknya. Tukang cat,tukang kayu, tukang besi dan para arsitek, semua tidakakur. Akibatnya, istana ini tak serasi di dalam dirinya. Ruangan istana disepuh dan dihias dengan mewahsekali. Menurut hitunganku dan Sara, setidak-tidaknyaada 180 lukisan tergantung di tempat masuk ruangan.Sara melompat kaget, mengatakan bahwa karya-karyaseni ini dipilih oleh orang yang tak memiliki pengetahuantentang maestro-maestro besar. Permadani yang berkilat-kilat bersulam burung dan binatang buas dengan segalatipe, terbentang di lantai yang tak berujung. Hiasankamar tidur membuat jiwaku terasa sesak. Aku heranbagaimana anak-anak dari darah yang sama bisa begituberbeda seleranya. Walaupun Nura mendekorasi rumahnya dengan citarasa yang sangat buruk, namun tamannya merupakankarya besar: sebuah danau dan halaman rumput seluashampir satu mil, yang dihiasi dengan bunga-bunga,semak-semak dan pohon-pohon yang diatur denganindah, mengelilingi istana. Terdapat banyak kejutan yangmembuat mata terbelalak: patung, sarang burung anekawarna, air mancur bahkan tempat bermain anak-anak. Aku akan menikah dengan Karim di kebun ini, padajam sembilan malam. Nura tahu kalau aku sangatmenyukai mawar kuning, dan ribuan mawar kuningdikirim dari Eropa, yang sekarang terapung-apung didanau di samping paviliun tempat Karim akan datanguntuk menyatakanku sebagai istrinya. Dengan bangga
Nura mengatakan bahwa masyarakat telah berbisik-bisik,inilah perkawinan dekade sekarang. Di Arab Saudi, tidak ada pengumuman pertunangandan perkawinan. Persoalan ini dianggap sangat pribadi. Tapi gossip tentang uang yang dihabiskan dantingkat kemewahan upacara akan tersebar ke seluruhnegeri, dan setiap golongan keluarga kerajaan berusahakeras untuk menyainginya. Ketika rambut di bagian pribadiku dicukur dengankasar, aku menampar bibiku dan berteriak. Sambilmenjerit kesakitan, aku bertanya dari mana asal adatyang biadab ini. Bibiku yang tertua menampar wajahkuatas kekurangajaranku. Ia menatap tajam mataku danmengatakan bahwa aku, Sultana, adalah anak bodoh dansebagai seorang Muslim, aku seharusnya tahu bahwa,demi kebersihan, nabi menganjurkan agar semua rambutkemaluan dan bulu ketiak dicukur empat puluh harisekali. Dengan sengaja aku berteriak bahwa praktik itu taklagi masuk akal. Muslim modern telah memiliki air panasdan sabun untuk membersihkan kotoran. Kita tak perlulagi menggunakan pasir gurun untuk menghilangkannyaBibiku, yang sadar akan sia-sia saja beradu argumentasidenganku, melanjutkan tugasnya. Aku mengejutkansemua yang hadir dengan teriakan bahwa, jika Nabi bisaberbicara di zaman baru yang memiliki fasilitas-fasilitasmodern ini, aku rasa Beliau akan menghapuskan tradisiyang bodoh ini. Tentu, aku mengatakan dengan keras,persoalan ini saja membuktikan bahwa kita orang Saudiadalah sama dengan keledai yang tak mendapatkanilham; layaknya keledai, kita mengikuti jejak jalanmelelahkan yang sama di depan kita, meskipun jalan itu
akan membawa kita terjun ke dalam jurang. Hanya jikakita tumbuh seperti kuda jantan yang bersemangat,dengan kemauan keras diri kita sendiri, kita akan majudan meninggalkan era primitif di belakang kita. Kerabatku saling bertukar pandangan, cemas.Mereka ketakutan dengan jiwaku yang sukamemberontak dan merasa nyaman hanya denganperempuan yang puas apa adanya. Kegembiraanmendapatkan suami sesuai pilihanku dianggap tak lebihdari sebuah keajaiban. Meskipun begitu sampai upacara perkawinan selesai,tak satupun dari kerabatku bisa bernafas lega. Pakaianku terbuat dari kain berenda berwarnamerah cerah. Aku adalah pengantin yang pemberani. Dengan gembira aku langgar sopan santun dalamkeluargaku, yang memohon agar aku mengganti pakaiandengan warna buah persik lembut atau merah mudapucat. Sebagaimana biasanya, aku tak mau mengalah. Aku tahu aku benar. Bahkan saudari-saudarikuakhirnya mengakui bahwa kulitku dan mataku lebihcantik dengan warna cerah. Aku sangat gembira ketika Sara dan Nuramengenakan pakaian warna itu dan memasangkankancing di seputar pinggangku. Saat menyedihkan datang ketika Nura mengenakanhadiah Karim; batu merah delima dan berlian di leherku.Aku tak bisa menghilangkan bayangan ibuku di harisedih perkawinan Sara. Saat itu aku masih kanak-kanakdan duduk di lantai, memerhatikan ibuku memasangkanperhiasan yang tak diinginkan di leher Sara. Itu terjadibaru dua tahun yang lalu. Aku buang kemurunganku
dan tersenyum ketika aku menyadari bahwa ibu pastimelihatku dari jarak jauh dengan sinar kepuasan dimatanya. Dalam balutan korset yang ketat ini, akuhampir tak bisa bernafas ketika menunduk untukmengambil buket bunga-bunga musim semi yangseluruhnya terbuat dari batu mulia, dan didesain khususuntuk upacara ini oleh Sara. Melihat wajah tersenyum saudariku, aku mengata-kan: 'Aku siap.' Ini saat awal baru bagiku, sebuah kehidupan yanglain. Tabuhan gendang menenggelamkan orkestra yang didatangkan dari Mesir. Dengan diapit Nura dan Sara disisiku, aku melangkah dengan bangga menuju para tamudi taman yang menunggu-nungguku dengan tak sabar. Seperti semua perkawinan ala Saudi yang lain,upacara resmi sudah dilakukan lebih dulu. DenganKarim dan keluarganya di satu bagian istana, sedang akudan keluargaku di bagian lainnya, seorang tokoh agamamasuk dari satu ruangan ke ruangan lainnya, bertanya-tanya apakah kami menerima pernikahan ini. Karim danaku tidak diizinkan mengucapkan kata-kata janji dengansaling berhadapan. Selama empat hari empat malam, kami sekeluargaberpesta. Pesta akan terus berlanjut tiga hari tiga malamlagi setelah kemunculan kami di hadapan para tamuperempuan. Upacara malam ini hanyalah panggung yangdiciptakan untuk pecinta pesta keindahan, kemudaan,dan harapan. Malam yang semarak. Sejak hari pertama kami bertemu, aku tak pernahmelihat Karim. Meskipun demikian, masa saling kenal
terus berlanjut melalui percakapan telepon yangmenyenangkan selama berjam-jam. Sekarang akumelihat Karim, ditemani oleh ayahnya, berjalan perlahanmenuju paviliun. Ia begitu tampan, dan ia akan menjadisuamiku. Karena suatu alasan yang aneh, aku kaget dengandebar jantungnya. Aku mendengar getaran suaranya danmenghitung getaran itu. Khayalanku merasuk kedadanya, sangat romantis, dan aku pikir; hati inimilikku. Aku sendiri memiliki kekuatan untuk membuatnyaberdebar dengan kebahagiaan atau dengankesengsaraan. Itu saat yang menenangkan bagi gadis muda. Akhirnya, ia berdiri tinggi dan lurus di hadapanku. Emosiku tiba-tiba menyeruak. Aku merasa bibirkubergetar dan mataku berkaca-kaca, berjuang melawan airmata yang hendak mengucur. Ketika Karim membukapenutup wajahku, kami berdua tertawa, sangat bahagia. Para perempuan mulai bertepuk tangan dengankeras dan menghentak-hetakkan kaki mereka. Di ArabSaudi sangat jarang terjadi pengantin wanita dan laki-laki begitu saling menyukai dan bergembira. Aku tenggelam dalam mata Karim dan begitu jugadia. Aku diliputi perasaan tak percaya. Aku adalah anakkegelapan, dan suamiku, bukannya objek yangmenakutkan, justru adalah pembebas yang manis darikesengsaraan masa mudaku. Karena kami ingin sekali sendirian, setelah upacarakami hanya memiliki waktu sebentar untuk menerima
ucapan selamat dari teman-teman dan kerabatperempuan. Karim melempar koin emas dari tas beludrukecil ke arah rombongan-rombongan tamu yang sedangbergembira, sementara aku menyelinap pergi untukberganti dengan pakaian bepergian. Aku ingin berbicara kepada ayah, tapi ia tergesagesaberangkat dari taman segera setelah tugasnya selesai.Pikirannya sudah bebas, putri terkecil dan ternakal dariistri pertamanya sudah menikah dengan selamat, dansekarang tidak lagi menjadi tanggung jawabnya. Akurindu sekali dengan kebersamaan keluarga, sesuatu yangselalu kuimpikan namun tak pernah menjadi kenyataan. Untuk bulan madu, Karim menjanjikan bepergiankemana pun dan melakukan apa pun yang kuinginkan. Setiap keinginanku adalah perintah baginya.Layaknya anak kecil yang riang, aku mendata semuatempat yang ingin kulihat dan segala hal yang inginkulakukan. Tempat perhentian pertama kami adalah Kairo, dandari sana ke Paris, New York, Los Angeles kemudianHawai. Kami memiliki delapan minggu kebebasan yangsangat berharga, terbebas dari keadaan takmenyenangkan di Arabia. Dengan pakaian stelan sutra berwarna hijau zam-brud, aku memeluk saudari-saudariku, mengucapkanselamat tinggal. Sara menangis keras, ia tak inginmelepasku. Ia berbisik, 'Beranilah,' dan hatiku tersentuhkarena aku mengerti dengan sangat baik bahwakenangan buruk Sara akan malam perkawinan tidakakan pernah hilang. Setelah bertahun berlalu mungkin
pikirannya tentang bulan madu akan lenyap belaka. Pakaian desainerku kututupi dengan abaya hitamdan cadar, kemudian aku masuk meringkuk di kursibelakang Mercedes hitam bersama suamiku. Empat belastasku sudah dibawa ke bandara. Demi privasi, Karim membeli semua tempat dudukkelas pertama dalam setiap penerbangan yang kamilakukan. Pramugari Libanon tersenyum lebar ketikamereka melihat tindakan bodoh kami. Kami seperti anakremaja, karena kami tidak pernah tahu seni berpacaran. Akhirnya, kami sampai di Kairo, melewati bea cukaidan naik kendaraan menuju vila mewah di tepi SungaiNil. Vila itu, milik ayah Karim, dibangun di abadkedelapan belas oleh pedagang Turki yang sangat kaya. Setelah dikembalikan oleh ayah Karim ke kemegahanaslinya, Vila itu dibagi menjadi tiga puluh kamar dengantingkatan-tingkatan yang tidak lazim dan jendela yangmelengkung mengarah ke taman yang subur. Dindingnyadilapisi ubin berwarna biru muda lembut, denganmakhluk-makhluk yang terpahat rumit sebagai latarbelakangnya. Aku merasa tergoda dengan rumah itu. Akuberkata kepada Karim bahwa rumah ini adalah tempatyang sangat sempurna untuk memulai sebuahperkawinan. Dekorasi vila yang sempurna bertolak belakang de-ngan dekorasi istana Nura yang berkilat-kilat. Aku tiba-tiba menyadari bahwa uang tidak dengan otomatismemberikan selera artistik yang tinggi kepada orang-orang di negaraku, bahkan dalam keluargaku sendiri. Aku baru berusia enam belas tahun, masih anak-anak, tapi suamiku bisa memahamiku, dan ia
membantuku mengenali dunia orang dewasa. Ia, sepertiaku sendiri, tidak setuju dengan cara perkawinan dinegeri kami. Ia mengatakan bahwa orang-orang asingseharusnya tidak berhubungan intim, sekalipun merekasuami-istri. Menurut pendapatnya, laki-laki danperempuan harus memiliki waktu untuk memahamirahasia satu sama lain, mana-mana saja yang bisamenumbuhkan hasrat. Karim mengatakan kepadaku, iatelah memutuskan seminggu sebelumnya bahwa dia danaku akan berpacaran dulu setelah pernikahan. Dan, bilaaku sudah siap, aku akan menjadi orang yang akanmengatakan: 'Aku ingin mengenalmu seutuhnya.' Kami menghabiskan hari-hari dan malam-malamkami dengan bermain. Kami makan malam, berkudamengelilingi piramida, berjalan-jalan menelusuri pasarKairo yang padat, membaca buku dan berbincang. Parapelayan bingung dengan pasangan yang riang gembirasaling memberikan ciuman selamat malam dan masuk kekamar masing-masing. Pada malam keempat, aku mendorong suamiku keranjangku. Setelah itu, dengan kepalaku yang mengantukdi atas bahu Karim, aku membisikkan bahwa aku akanmenjadi salah satu dari istri-istri yang masih muda dannakal di Riyadh, yang dengan gembira mengakui: akumenikmati seks dengan suamiku. Aku belum pernah pergi ke Amerika, dan sangatingin memiliki opini tentang masyarakat yangmenyebarkan kebudayaannya ke seluruh dunia namuntampaknya tidak begitu mengenal dunia mereka sendiri. Orang-orang New York, dengan sikap kasar merekayang lancang, membuatku takut. Aku bahagia ketikakami sampai di Los Angeles, dengan nuansa santai yang
terasa lebih familiar untuk orang Arab. Di California, setelah berminggu-minggu melakukanperjalanan dan berjumpa dengan orang-orang Amerikadari hampir setiap negara bagian, aku mengatakankepada Karim bahwa aku menyukai orang-orang asingyang berbicara keras ini, orang-orang Amerika. Ketika iatanyakan padaku mengapa, aku dengan susah payahmengemukakan apa yang aku rasakan dalam hatiku. Akuakhirnya berkata: 'Aku percaya campuran kebudayaanyang mengagumkan menghasilkan peradaban yang lebihdekat dengan realitas dibanding kebudayaan lain yanglarut dalam sejarah.' Aku yakin Karim tidak mengerti apayang kumaksudkan dan aku mencoba menjelaskannya. 'Begitu sedikit negara yang memberikan kebebasankepada semua warga negaranya tanpa kekacauan; hal ituterjadi di negara besar ini. Rasanya mustahil bilasejumlah besar orang tetap berada di jalur kebebasanbagi semua orang ketika ada begitu banyak pilihan. Cobabayangkan apa yang akan terjadi di dunia Arab; bila adasebuah negara sebesar Amerika di negeri kita, akanterjadi perang dalam satu menit, karena setiap laki-lakipasti hanya memiliki satu jawaban benar untuk kebaikansemua! Di negeri kita, laki-laki melihat penyelesaian takjauh dari hidungnya sendiri. Di sini, itu berbeda.' Karim melihat ke arahku dengan takjub. Sangattidak biasa seorang perempuan tertarik pada skemabesar dari segala hal. Ia menanyaiku sampai malamuntuk mengetahui gagasanku tentang berbagaipersoalan. Tampak jelas bahwa suamiku tidak biasadengan perempuan yang memiliki opini sendiri. Iatampak benarbenar terkejut ketika mengetahui akumemikirkan persoalan politik dan negara di dunia.
Akhirnya, ia mencium leherku dan berkata bahwa kauakan melanjutkan pendidikan segera setelah kembali keRiyadh. Jengkel dengan nada izinnya, aku mengatakanpadanya aku tidak menyadari kalau pendidikankuberkembang karena diskusi. Rencana bulan madudelapan minggu berubah jadi sepuluh minggu. Hanyasetelah telepon dari ayah Karim, kami dengan terpaksamenyeret badan kami pulang. Kami berencana untuktinggal di istana ayah dan ibu Karim sampai istana kamisendiri dibangun. Aku tahu ibu Karim benci melihatku; sekarang iaberkuasa untuk membuatku sengsara. Aku berfikirtentang ketidakacuhanku pada tradisi, yangmenimbulkan caci makinya, dan mengutuk diriku sendirikarena tidak berfikir tentang masa depanku denganmenjauhkan diri dari ibu mertuaku pada pertemuanpertama. Aku tahu kalau Karim, seperti laki-laki Arablainnya, tidak akan pernah memihak istrinya untukmelawan ibunya. Itu semua terserah padaku untukdatang dengan tanda perdamaian. Aku merasakan goncangan tak menyenangkanketika pesawat bersiap mendarat di Riyadh. Karimmengingatkan cadarku. Aku berjuang menutupi dirikudengan pakaian hitam dan merasakan kerinduan yangdahsyat akan manisnya bau kebebasan yang mulaimenghilang sesaat setelah kami memasuki wilayah udaraSaudi. Dengan rasa takut yang menyesak di tenggorakan,kami memasuki istana ibu Karim untuk memulaikehidupan perkawinan kami. Saat itu, aku tak menyadaribahwa ibu Karim begitu tak menyukaiku sehingga ia
telah mengatur cara untuk mengakhiri kebahagiaanperkawinan kami.
13. KEHIDUPAN PERKAWINAN JIKA ada satu kata yang bisa menggambarkan perempuan Saudi generasi ibuku, kata itu adalah menunggu.Mereka menghabiskan hari-hari mereka denganmenunggu. Perempuan di zaman itu dilarang mendapatkanpendidikan dan kesempatan bekerja, sehingga takbanyak yang dikerjakan kecuali menunggu menikah,menunggu melahirkan anak, menunggu menjadi nenek,dan menunggu menjadi tua. Di negeri Arab, usia memberi kesempurnaan bagiperempuan, karena mereka akan mendapatkanpenghormatan setelah memenuhi kewajiban melahirkanbanyak anak lelaki, yang dengan cara ini, mereka mampumelanjutkan garis keturunan dan nama keluarga. Mertua perempuanku, Norah, menghabiskanhidupnya menunggu menantu perempuan yang akanmemberinya penghormatan, yang menurutnya menjadihaknya sekarang. Karim adalah anak lelaki tertuanya,putra yang paling dicintai. Adat Saudi zaman dahulumenuntut agar istri putra pertama melakukan apa punyang diperintah ibunya. Seperti semua perempuan muda,aku tahu tradisi ini, tapi aku cenderung takmenghiraukannya hingga tiba saatnya aku menghadapifakta tradisi itu. Tentu saja, keinginan memiliki anak laki-laki sudahumum di dunia mana saja. Tapi negeri Arab melebihi
tempat lain. Di sini, setiap perempuan menanggungtekanan yang sangat tinggi sepanjang masa produktifnyauntuk bisa melahirkan anak laki-laki. Anak laki-lakiadalah alasan satu-satunya bagi sebuah perkawinan,kunci kepuasan hati suami. Anak laki-laki merupakanharta berharga sehingga sebuah ikatan yang kuatberkembang antara ibu dan putranya. Tak satupun,selain cinta terhadap perempuan lain, bisa memisahkankeduanya. Sejak kami menikah, ibu Karim menganggap akusebagai pesaingnya, bukan sebagai anggota keluargayang diterima dengan balk. Aku dianggap orang yangakan memisahkan Norah dan putranya. Kehadirankuhanya memperkuat keadaan hatinya yang umumnyatidak bahagia. Beberapa tahun sebelumnya, kehidupanNorah berubah tiba-tiba dan hal itu meracunipandangannya. Sebagai istri pertama dari ayah Karim, Norah telahmelahirkan tujuh orang anak, tiga di antaranya laki-laki. Ketika Karim berumur empat belas tahun, ayahKarim menikah lagi dengan seorang perempuan Libanonyang sangat cantik dan mempesona. Mulai saat itu, takada lagi kedamaian di dalam istana dua istri itu. Norah, perempuan paruh baya yang bersemangat,sungguh sangat sakit hati saat suaminya menikah untukkali kedua. Diliputi rasa benci, ia pergi kepada tukangsihir dari Ethiopia yang mengabdi pada istana Raja tapibisa disewa oleh keluarga kerajaan yang lain danmembayarnya dengan sejumlah besar uang agarperempuan Libanon itu dikutuk mandul. Norah, yangbangga dengan kesuburannya, yakin bahwa perempuanLibanon itu akan dicerai jika tak bisa melahirkan anak.
Sebagaimana yang terjadi, ayah Karim tetap men-cintai perempuan Libanon itu dan mengatakankepadanya ia tak peduli apakah kamu akan memberikuanak atau tidak. Setelah bertahun-tahun berlalu, Norahmenghadapi kenyataan bahwa perempuan Libanon itutidak beranak namun tidak dicerai. Semenjak itu Norahingin sekali memisahkan suaminya dari istri keduanya. Ia pergi ke tukang sihir dan membayar lebih banyakuang untuk membawa awan kematian pada perempuanLibanon itu. Ketika ayah Karim mendengar gosip tentangkelakuan Norah meminta bantuan tukang sihir istana, iamendatangi Norah dengan marah. Ia berjanji jikaperempuan Libanon itu meninggal terlebih dahulu, Norahakan diceraikan; diusir dengan arang di muka dandilarang berhubungan dengan anak-anaknya. Norah, yang yakin bahwa rahim mandul adalahakibat kekuatan tukang sihir, sekarang menjadi sangattakut kalau perempuan Libanon itu meninggal, padahalilmu sihir tak dapat diubah. Semenjak saat itu, Norahdiwajibkan melindungi perempuan Libanon itu. Iasekarang hidup tak bahagia karena harus berusahamelindungi jiwa perempuan yang ia coba bunuh denganguna-guna (voodoo). Rumah tangga yang aneh. Dalam ketidakbahagiaanya, Norah mencaci siapapunyang ada di sekitarnya, kecuali anak-anaknya. Karena aku bukan darah dagingnya namun sangatdicintai oleh Karim, maka aku menjadi targetnya. Setiaporang bisa melihat sikap kecemburuannya, kecualiKarim.
Seperti anak-anak kebanyakan, Karim tak melihatkesalahan melekat pada ibu tersayangnya. Dengankematangan usianya, Norah nampaknya memperolehkebijaksanaan, dengan berpura-pura mengasihiku sejauhbisa didengar oleh Karim. Setiap pagi dengan bahagia aku berjalan mengantarKarim sampai pagar. Ia bekerja keras di firma hukumnyadan berangkat jam sembilan pagi. Dan ini adalahpermulaan waktu kerja yang terlalu pagi bagi siapa pun,apalagi bagi seorang pangeran di Arab Saudi. Sangatsedikit anggota keluarga kerajaan yang bangun sebelumjam sepuluh atau sebelas siang. Aku yakin Norah melihat kami dari jendela kamartidurnya, karena sesaat setelah pagar tertutup, Norahakan memanggil namaku secara tergesa-gesa. Ia akanberteriak menyuruhku menyiapkan teh panas untuknya. Tak satupun dari tiga puluh tiga pelayan yangbekerja di rumahnya akan melakukan perintah pekerjaanini. Karena saat kecil aku banyak mengalami perlakuanburuk oleh laki-laki di keluargaku, aku tak ingin hal ituterulang kembali di bagian kedua hidupku, termasukoleh ibu Karim. Untuk sekarang, aku tetap diam. Tapi ibu Karimcepat mengerti bahwa aku pernah menghadapi lawanyang lebih dahsyat dari perempuan denganketerbelakangan mental yang gelap. Di samping itu, adapepatah tua Arab yang mengatakan: 'Kesabaran adalahkunci sebuah penyelesaian.' Untuk menang, aku merasalebih baik memerhatikan kata bijak yang diturunkan darigenerasi ke generasi itu. Aku akan sabar dan menunggu
kesempatan mengurangi kekuasaan Norah terhadapku. Untungnya, aku tak perlu waktu lama menunggu.Adik laki-laki Karim, Munir, baru saja kembali daristudinya di Amerika. Rasa marahnya, karena disuruhpulang ke Arab Saudi, benar-benar menusuk kedamaiandi rumah. Walaupun sudah banyak tulisan yang mengulaskehidupan monoton para perempuan di Arab Saudi, barusedikit yang mengupas gaya hidup boros anak-anakmudanya. Memang, hidup kaum lelaki lebih bahagiadibanding para perempuannya, namun masih banyakyang kurang. Para pemuda Arab Saudi menghabiskanjam-jam yang lesu merindukan stimulasi. Di sini tak adabioskop, klub atau makan malam campur karena laki-laki dan perempuan tidak diizinkan berada dalamrestoran secara bersama kecuali mereka suami istri,kakak dan adik, atau ayah dan putrinya.Munir, yang baru berumur dua puluh dua tahun danterbiasa dengan kebebasan di masyarakat Amerika, tidaksuka kembali ke Arab Saudi. Ia baru saja lulus darisekolah bisnis di Washington DC, dan berencana bekerjasebagai penghubung kontrak-kontrak pemerintah. Ketikamenunggu kesempatan untuk membuktikankecakapannya dalam memperoleh sejumlah besar uang,keinginan besar bagi semua pengeran kerajaan, ia mulaiberteman dengan kelompok pangeran yang terkenalmemiliki perilaku yang beresiko. Mereka mengadakandan menghadiri pesta campur. Maka hadirlah paraperempuan asing dengan moralitas dipertanyakan yangbekerja di berbagai rumah sakit dan maskapaipenerbangan.Minuman keras melimpah. Banyak dari para
pangeran ini yang kecanduan alkohol, obat-obatan ataukeduanya. Di bawah pengaruh alkohol dan obat-obatan,tumbuhlah ketidakpuasan mereka pada sanak familiyang menjalankan pemerintahan. Tak puas denganmodernisasi, mereka menginginkan westernisasi; paralelaki muda ini bergairah untuk melakukan revolusi.Tidak mengagetkan, menganggur telah membuat merekabertingkah laku dan berbicara berbahaya, dan tidak lamalagi, sikap revolusioner mereka segera diketahui umum. Raja Faisal, yang pernah menghabiskan masa mudadengan tanpa beban dan kemudian menjadi Raja yangsaleh, dengan tekun mengawasi tindakan-tindakan sanakfamili mudanya dan mencoba dengan caranya yang tertib,membimbing mereka keluar dari perbuatan keterlaluanyang disebabkan oleh hidup yang kosong. Beberapa pangeran yang menyusahkan, ditempatkandalam bisnis keluarga, sementara yang lain dikirim kedinas tentara. Setelah Raja Faisal mengutarakan keprihatinannyaatas perilaku tak pantas Munir kepada ayah, akumendengar suara teriakan keras dan marah dari ruangkerja. Aku, seperti anggota keluarga yang lain, segeramencari-cari tahu di ruang peta, yang berada langsung didepan ruang kerja. Dengan mata melihat ke arah peta,dan kuping diarahkan menangkap teriakan, kamimenghela nafas ketika mendengar Munir menuduhkeluarga yang sedang memerintah melakukan korupsidan menghambur-hamburkan uang. Munir bersumpah,ia dan teman-temannya akan melakukan perubahanyang begitu diperlukan dalam kerajaan. Dengan bibirmemaki dan keinginan memberontak, ia ribut keluar darirumah.
Meskipun Munir mengklaim negara ini perlumelangkah menuju masa depan, komitmennya sendiritidak jelas dan aktivitas yang dilakukannya kacau. Iaadalah cerita sedih salah penilaian; alkohol dan uangyang mudah didapat telah menyesatkannya. Hanya sedikit orang asing yang tahu bahwa diKerajaan Arab Saudi, sebelum tahun 1952, alkohol tidakdilarang bagi non Muslim. Dua peristiwa tragis, yangmelibatkan para pangeran kerajaan, mendorongpelarangan alkohol oleh Raja pertama, Abdul Aziz. Di akhir tahun 1940-an, Pangeran Nasir, si anakRaja, kembali dari Amerika Serikat dengan tingkah lakuyang berbeda dibandingkan saat ia berangkat mening-galkan kerajaan. Ia telah menikmati kombinasi alkoholdan perempuan Barat yang bebas. Dalam penilaiannya,alkohol adalah kunci untuk menjadi idola perempuan. Selama Nasir menjabat gubernur Riyadh, ia tidakmenemukan kesulitan menjaga suplai alkohol. Nasirmengadakan pesta-pesta terlarang, menjamu tamu laki-laki dan perempuan. Pada musim panas tahun 1947,setelah acara kumpul-kumpul tengah malam, tujuhorang yang ikut berpesta meninggal karena meminumalkohol. Beberapa yang mati adalah perempuan. Ayah Nasir, Raja Abdul Aziz, sangat marah atastragedi ini sehingga ia sendiri yang memukul anaknyadan memerintahkannya untuk dipenjara. Kemudian, tahun 1951, Mishari, anak Raja yanglain, ketika sedang mabuk, menembak dan membunuhwakil konsul Inggris dan hampir membunuh istri pria itu.Kesabaran Raja tua itu habis. Mulai saat itu, alkoholdilarang di Kerajaan Arab Saudi, dan pasar gelap mulai
tercipta. Reaksi masyarakat Arab Saudi hampir sama denganreaksi masyarakat di kebudayaan lain. Larangan justrumelahirkan penasaran. Aku tahu sebagian besar laki-lakidan perempuan Saudi minum alkohol demi alasan sosial;sejumlah besar dari mereka mengalami kecanduan yangserius. Aku tak pernah menemukan rumah-rumah diSaudi yang tidak memiliki bermacam-macam minumanalkohol terbaik dan paling mahal untuk ditawarkan padatamu. Semenjak 1952, harga alkohol naik sampai 650 riyaluntuk satu botol Scotch ($200). Keuntungan besar bisadidapat dengan mengimpor dan menjual minuman ilegalini. Sejak Munir dan dua sepupunya, yang merupakanpangeran-pangeran tingkat tinggi, berpendapat bahwaalkohol seharusnya dilegalkan, mereka menggabungkankekuatan dan segera menjadi pengangkut kaya alkoholilegal dari Yordania. Jika penjaga perbatasan curiga dengan isi kargo,mereka disogok. Satu-satunya penghalang impor ilegalalkohol adalah kelompok-kelompok yang selaluberkeliling, yakni Komite Amar Ma'ruf nahi Munkar. Komite ini dibentuk oleh para mutawa, polisi syariahyang sangat marah dengan kelancangan anggota keluargakerajaan, sebuah keluarga yang seharusnya menegakkanhukum Islam namun justru sering menganggap diri takterikat oleh ajaran Nabi. Komite inilah yang segera membongkar kedok Munirdan secara tak sengaja memberikan jalan keluar untukmengatasi mertua perempuanku. Saat itu hari Sabtu, hari pertama kami dalam satu
minggu (umat Muslim merayakan hari agamanya padahari Jumat), hari yang tak akan pernah dilupakan olehkeluarga Karim. Karim dengan cemberut berjalan melewati pintumasuk, lelah karena menjalani hari yang panas dikantornya. Ia mendatangi ibu dan istrinya yang sedangcekcok. Ketika melihat anaknya, Norah memperpanjangpeperangan dengan anak menantunya di senja itu.Sambil tersedu-sedu dan dengan suara keras iamengatakan pada Karim kalau aku, Sultana, tidakmenghormatinya. Dan tanpa alasan yang jelas, aku mulaicekcok dengan mertuaku itu. Ketika akan meninggalkan tempat itu, ia memukullengan bawahku, dan aku, yang sedang diliputi suasanahati yang sangat marah, mengejarnya dan hendakmenamparnya namun dihalangi oleh Karim. Norahmelihat marah padaku dan berbalik ke Karim. Dengancara tak menyenangkan dan meremehkan, Iamenggambarkanku sebagai istri yang tak pantas, dan jikaia (Karim) mengetahui aktivitasku, ia akanmenceraikanku. Jika terjadi di hari lain, Karim mungkin akan tertawapada pertunjukan yang menggelikan dan kekanak-kanakan ini, karena menurutnya perempuan memilikiwaktu banyak sehingga mereka cendrung bercekcok diantara mereka sendiri. Namun pada hari itu, ia barumendapat kabar dari broker Londonnya bahwa dalamseminggu ini ia telah kehilangan lebih dari satu juta dolardi pasar saham. Dengan suasana hati yang buruk, iaingin membalas kekerasan. Karena tak ada laki-laki Arabyang pernah melawan ibunya, Karim menampar wajahkusebanyak tiga kali. Tamparan itu dimaksudkan untuk
membuat penghinaan, karena dilakukan lebih dari tigakali hingga memerahkan rahangku. Sejak berumur lima tahun, aku telah memilikikarakter yang keras. Aku cendrung gugup ketika melihattandatanda kekacauan. Namun ketika bahaya datangmenghampiri, aku menjadi tak gugup lagi. Saat bahayasudah datang, aku menjadi ganas. Aku akan menghadapipenyerangku; aku tak takut dan akan berkelahi sampaiakhir tanpa memikirkan akibatnya. Peperangan terjadi, aku melempar Karim dengan vasyang langka dan sangat mahal yang kebetulan ada didekatku. Ia menyelamatkan wajahnya dengan gerakancepat ke arah kiri. Vas itu hancur ketika mengenailukisan Monet yang berharga ratusan ribu dolar. Vas danlukisan bunga lili itu rusak. Dalam keadaan sangatmarah, aku menyambar patung gading oriental mahaldan melemparkannya ke kepada Karim. Dentaman dan suara keras, bersamaan denganteriakan kami, menggemparkan seluruh isi rumah. Paraperempuan dan pelayan menyerbu ke arah kami dengantangisan keras yang tiba-tiba. Pada saat itu, Karim barumenyadari aku sedang menghancurkan ruangan, yangberisi barang-barang berharga yang dicintai ayahnya. Untuk menghentikanku, ia memukulku di rahang. Kegelapan yang pekat meliputiku. Ketika aku membuka mata, Marci sudah berdiri disampingku, meneteskan air dingin dari kain basah kewajahku. Aku mendengar suara keras di halamanbelakang dan menganggap bahwa kegemparanperkelahianku dengan Karim masih berlanjut.
Marci mengatakan tidak, kekacauan baru itu di-sebabkan oleh Munir. Ayah Karim dipanggil oleh RajaFaisal berkenaan dengan sebuah kontainer berisi alkoholyang bocor menumpahkan cairan terlarang di jalan-jalandi Riyadh. Si Sopir yang berkebangsaan Mesir berhenti disebuah toko untuk membeli sandwich, dan bau alkoholyang merembes keluar, menyebabkan banyak orangberkumpul. Saat ditahan oleh salah seorang anggotaKomite Amar Ma'ruf Nahi Munkar, si Sopir, karenaketakutan, dengan suka rela menyebut nama Munir danpangeran lain. Pimpinan Dewan Syariah bersikap hati-hati dan menghubungi Raja. Raja marah sekali. Karim dan ayahnya meninggalkan rumah dan pergike istana Raja. Para sopir dikerahkan untuk mencariMunir. Aku merawat rahangku yang membengkak danmerancang rencana baru untuk membalas dendam padaNorah. Aku bisa mendengar tangis sedihnya; aku bangkitdan berjalan menuju tangga lingkar, menghirup udarayang berisi sedu sedahnya. Sebagai seorang perempuanyang tak terlalu saleh, aku ingin melihat dan merasakankesenangan penuh atas penderitaan yang dialami Norah. Aku mengikuti arah tangisannya, yang ternyataberasal dari ruang tamu. Aku ingin tersenyum tapi takbisa karena rahangku sakit. Norah lunglai tak berdaya disudut ruang tamu, menangis sambil berseru kepadaAllah agar melindungi anaknya tercinta dari kemurkaanRaja dan para mutawa. Norah melihatku dan serta merta diam. Setelahcukup lama diam, ia melihat ke arahku dengan menceladan berkata: 'Karim telah berjanji padaku akanmenceraikan kamu. Ia setuju dengan pepatah Arabbahwa 'orang akan mati sesuai dengan kebiasaannya'.
Karena tumbuh besar liar, maka tak ada tempat un-tuk orang sepertimu di keluarga ini.' Norah, yang mengharapkanku menangis dan meng-iba-iba, yang biasa dijumpai pada orang yang dianggaptidak berdaya, meneliti wajahku dengan cermat. Pada saat yang sama aku membalas bahwa akusendiri yang akan meminta cerai dari anaknya. Akumenyatakan bahwa Marci sedang mengepak barang-barangku; aku akan meninggalkan rumahnya yangmenyesakkan nafas dalam satu jam. Untuk menguatkanpenghinaan yang kulakukan, aku menoleh ke belakangdan mengatakan bahwa aku akan mempengaruhi ayahkuagar ikut menyerukan hukuman pada Munir sebagaicontoh bagi orang-orang yang suka meremehkan hukumIslam. Anak yang sangat dihargai itu akan dicambuk ataudipenjara atau bisa keduanya. Aku meninggalkan Norahdengan rahangnya menganga ketakutan. Keadaan sudah berbalik. Suaraku terdengar sangatmeyakinkan tanpa aku sendiri menyadarinya. Norah tidak punya cara untuk mengetahui apakahaku memiliki kekuatan agar ancamanku itu bisaterlaksana. Ia mungkin bergembira jika anaknya menceraikanaku; namun ia akan dibuat malu jika aku yang memintacerai. Di Arab, seorang perempuan menceraikan suamiitu sulit dilakukan namun bukannya tidak mungkin,karena ayahku adalah seorang pangeran yang darahnyalebih dekat dengan Raja pertama dibanding ayah Karim.Norah gemetar, takut kalau-kalau aku berhasilmenyerukan hukuman bagi Munir. Ia tidak tahu bahwaayahku lebih suka melemparku keluar rumah karena
kekurangajaranku, dan aku tak tahu mau pergi kemana. Perlu tindakan yang tepat untuk memperkuatancamanku. Ketika Marci dan aku muncul di pintusambil menenteng tas untuk meninggalkan rumah, pinturumah terbuka seperti meledak. Secara kebetulan, Munir, yang ditemukan di rumahtemannya dan disuruh pulang, baru saja sampai dirumah dengan salah seorang sopir. Tak menyadarisituasi bahaya yang mengancam dirinya, ia bersumpahmendukungku ketika aku memberitahukan padanyabahwa ibunyalah yang menyebabkan perceraian yangmenanti anak lelaki tertuanya. Gelombang optimisme yang jahat menyapu seluruhtubuhku ketika Norah, yang takut dengan semakinparahnya kemarahanku, mendesakku agar takmeninggalkan rumah. Krisis ganda merongrongketetapan hati Norah; ia meminta maaf atas perseteruansengit yang terjadi di akhir pekan itu. Setelah memintamaaf berkalikali karena kesalahannya, dengan engganaku tak jadi meninggalkan rumah. Ketika Karim pulang, aku sedang tidur, letih karenaperbuatan memalukan di sore hari itu. Aku mendengarKarim meminta Munir untuk mempertimbangkan namabaik ayahnya, sebelum melakukan tindakan yangterlarang. Aku tidak harus bersusah payah mendengarrespon mulut besar Munir, yang menuduh Karimmembantu meminyaki mesin raksasa kemunafikan,Kerajaan Arab Saudi. Raja Faisal dipuja-puja oleh sebagian besar orangSaudi karena dedikasi dan gaya hidupnya yang saleh. Didalam keluarganya sendiri, ia mendapatkan rasa hormat
dari pengeran-pangeran yang lebih tua. Ia membawanegara kami dari masa kegelapan pemerintahan RajaSa'ud menuju sebuah posisi yang dihargai dan bahkandikagumi beberapa negara tetangga. Tapi terdapatperbedaan jauh antara pangeran-pangeran senior itudengan pangeran-pangeran muda. Karena rakus dengan kekayaan tanpa kerja, anakanak muda ini membenci Raja, yang memotong upahmereka, melarang keterlibatan mereka dalam bisnisilegal, dan mencaci mereka ketika tersesat dari jalan yangbaik. Bahkan tak ada kompromi antara dua kubu ini,dan kekacauan terus terjadi. Malam itu, meski sama-sama berada di ranjang kamiyang lebar, Karim tidur menjauh dariku. Di sepanjangmalam, aku mendengarnya bergerak-gerak danmembolak-balik. Aku tahu ia tenggelam dalam pikiranyang kacau. Aku jarang merasa bersalah ketikamerenungkan masalah pelik yang dihadapinya. Akuberjanji kalau perkawinanku bisa selamat dari hari yangmenyedihkan itu, aku akan memperlembut sifatku. Paginya, Karim berubah. Ia tidak mau bicara danmenemuiku. Maksud baikku yang kurencanakan malamharinya menghilang bersama datangnya cahaya pagi. Akuberkata kepadanya dengan suara keras bahwa lebih baikkita bercerai. Dalam hatiku, aku ingin ia mengajakkuberdamai. Ia menatapku dan membalas dengan suara dinginyang menakutkan: 'Terserah padamu, tapi kita baru akanmenyelesaikan perbedaan kita bila krisis dalam keluargasudah berlalu.' Karim melanjutkan bercukurnya, seolah-olah aku tak mengatakan sesuatu yang luar biasa.
Musuh baru ini, ketidakacuhan, membuatku diamdan duduk, menyanyi-nyanyi lembut tak karuan,sementara Karim menyelesaikan berpakaian. Iamembuka pintu kamar dan meninggalkanku dengangagasan perceraian: 'Sultana, kamu tahu, kamumemperdayaku dengan semangat prajuritmu, yangtersembunyi di balik senyum seorang perempuan.' Setelah dia berangkat, aku berbaring di tempat tidurdan terisak-isak sampai lelah. Norah membujukku ke meja perdamaian, danmenyelesaikan perbedaan kami dengan bahasa cinta. Iamenyuruh salah seorang sopirnya mengantarku ke pasarperhiasan untuk membelikanku kalung berlian. Akucepatcepat pergi ke pasar emas dan membeli kalung emastermahal yang dapat kutemukan. Aku menghabiskanlebih dari 3000 Riyal Saudi ($80,000) dan takmemikirkan apa yang akan dikatakan Karim. Sekarangaku melihat kemungkinan perdamaian denganperempuan yang bisa menyebabkan duka cita yang takberkesudahan bagiku dan seharusnya denganperdamaian ini perkawinanku akan selamat. Minggu-minggu berlalu sebelum nasib Munirdiputuskan. Sekali lagi, keluarga kerajaan tak melihatkeuntungan mempublikasikan kesialan anggotanya. Kemurkaan Raja sedikit melunak dengan usaha-usaha ayahku dan para pangeran yang berupayamengurangi pentingnya insiden ini sebagai kelakuanseorang pemuda bodoh yang terpengaruh oleh kejahatandari Barat. Menganggap aku ikut mempengaruhi ayahku denganentah bagaimana caranya, Norah sangat gembira dan
senang memiliki seseorang seperti aku sebagaimenantunya. Padahal sebenarnya tak demikian: aku takmengatakan apa pun kepada ayahku. Perhatian ayahmuncul karena aku telah menikah dengan keluarga inidan ia tidak ingin sebuah skandal muncul mencorengpertalian dengan saudara laki-laki Karim. Ayah hanya peduli kepada dirinya sendiri dan Faruq. Meskipun demikian, aku benar-benar senang dengankeputusan itu dan aku adalah, tak pantas diakui, obatbius di mata mertuaku. Sekali lagi, para mutawa dibuat diam oleh usahaRaja. Raja Faisal sangat dihormati oleh Dewan Syariahsehingga seruannya didengar dan ditaati. Munir diikutkan dalam bisnis mertuaku dan dikirimke Jeddah untuk mengurus kantor baru. Untukmengobati rasa kecewanya, ia ditawari sebuah kontrakbesar pemerintah. Dalam beberapa bulan, ia bicara padaayahnya bahwa ia ingin menikah. Maka dicarilah seorangsepupu yang cocok dan kebahagiaannya pun bertambah. Dalam beberapa bulan, ia mulai tumbuh kuat danbergabung dengan pangeran-pangeran kerajaan yanghidup demi mendapatkan lebih banyak uang sampairekening bank mereka berlimpah dan menghasilkaninkam mencukupi dari bunganya, yang melebihi budgetnegaranegara kecil. Sejak kami bicara terakhir kalinya, Karim telahpindah kamar. Ayah dan ibunya tak dapat berkata danberbuat apa pun untuk membujuknyamempertimbangkan kembali keputusan bercerai. Lebih manakutkanku lagi, satu minggu setelah pisahranjang, aku mengetahui kalau aku hamil. Setelah
berfikir lama, aku memutuskan bahwa aku tak punyapilihan kecuali menggugurkan kandunganku. Aku tahuKarim tak akan pernah setuju untuk bercerai jikamenemukan aku sedang mengandung. Tapi orang sepertiaku tak dibutuhkan oleh suami yang berada di bawahancaman. Aku berada dalam dilema, karena aborsi tidak biasadi negeri kami banyak anak sangat diharapkan olehsebagian besar orang dan aku tak memiliki petunjukyang jelas ke mana harus pergi dan siapa yang haruskutemui. Aku sulit mencari tahu. Akhirnya, akumengutarakan maksudku kepada salah seorangsepupuku yang memberitahuku bahwa adikperempuannya hamil setahun sebelumnya ketika sedangberlibur di Nice. Ia tak menyadari kondisinya dan kembalike Riyadh. Takut akan diketahui oleh ayahnya, iaberusaha bunuh diri. Sang ibu melindungi rahasia putrinya dan menemuiseorang dokter India untuk, dengan biaya sangat mahal,melakukan aborsi terhadap putrinya itu. Dengan hati-hati aku berencana pergi dari istana menuju kantordokter aborsi itu. Marci adalah wanita kepercayaanku. Aku sedang menunggu, sangat sedih, di dalamkantor dokter itu ketika wajah merah Karim muncul daripintu. Aku adalah perempuan bercadar di antaraperempuan bercadar lainnya, namun ia mengenaliku dariabaya sutraku dan sepatu Italiaku yang berwarna merah. Ia menarik dan mendorongku melewati pintu,berteriak pada resepsionis bahwa sebaiknya kantor ini
segera ditutup karena ia, Karim, akan segeramemasukkan dokter itu ke penjara. Aku tersenyum di balik cadarku, dan dengan sangatlembut Karim menyatakan cinta dan makian kepadakusecara bergantian. Matanya bercahaya dan membelalak! Rasa takutku akan perceraian ia buang dengansumpah bahwa ia tak pernah memikirkannya; perceraianyang hampir terjadi hanya dikarenakan harga diri dankemarahan belaka. Karim mengetahui rencana aborsiku dari Marci yangmembocorkannya pada pelayan lain di rumah. Pelayanitu mengadu ke Norah, dan ibu mertuaku dengan penuhketakutan mencari Karim ke kantor kliennya dan denganhisteris melaporkan bahwa aku sedang pergi membunuhcucunya yang belum lahir. Anak kami selamat pada saat itu juga. Aku harusberterima kasih pada Marci. Karim menggiringku ke dalam rumah sambilmemaki-maki. Di dalam kamar, ia menghujaniku dengan ciumandan kami pun berdamai. Butuh serangkaian musibahuntuk membawa kami pada puncak kebahagiaan.Dengan ajaib semuanya berakhir baik-baik saja.
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334
- 335
- 336
- 337
- 338
- 339
- 340