Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman DIY

Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman DIY

Published by Parangtritis Geomaritime Science Park, 2016-11-01 08:05:31

Description: Titah Gubernur Yogyakarta yang mengemukakan bahwa pantai selatan Yogyakarta merupakan “halaman depan” DIY menjadi isu penting untuk ditindaklanjuti. Buku Geoekologi DIY dapat menjadi referensi penting bagi pemerintah, masyarakat, akademisi dan bisnis dalam rangka mengembangkan kawasan pesisir DIY.

Keywords: geoekologi, yogyakarta, maritim, pesisir

Search

Read the Text Version

i

GEOEKOLOGI KEPESISIRAN DAN KEMARITIMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Titiek Suparwati Muh Aris Marfai Editor Editor Wiwin Ambarwulan Suprajaka Editor Editor Th. Retno Wulan Dwi Sri W. Kontributor Kontributor Farid Ibrahim Mega Dharma P. Kontributor Kontributor ii Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta

Erwin Isna M. Zheni Setyaningsih Kontributor Ayu Ratna K. Kontributor Kontributor Edwin Maulana Anggara S. Putra Kontributor Kontributor Gunadi Yunianto Budi Susanta Kontributor Kontributor Sri Tuti Pujiwati Tri Raharjo Kontributor Cover & Layout Designer Copyright © Parangtritis Geomaritime Science Park 2016, Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) didukung oleh Badan Informasi Geospasial (BIG), 2016 228 halaman; 22cm x22 cm ISBN 978-602-9439-79-3 iii

Kata Sambutan Kepala Badan Informasi Geospasial Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakaatuh, Salam sejahtera untuk kita semua, Ketika gagasan Poros Maritim Dunia dikumandangkan oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di awal pemerintahannya maka hal itu mengisyaratkan bahwa orientasi pembangunan nasional akan berfokus kepada pembangunan sektor kemaritiman. Kekayaan sumberdaya kelautan dan segala potensi besar kemaritiman yang dianugerahkan kepada bangsa dan negara ini menunggu untuk dikelola sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia secara berkelanjutan dan bertanggung jawab. Kompleksitas permasalahan dan pengelolaan kemaritiman hingga isu mempertahankan kedaulatan negara adalah kerja besar yang membutuhkan kerjasama dan peran serta aktif semua komponen bangsa. iv Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta

Dalam konteks kemaritiman, salah satu platform penting yang diusung pemerintah saat ini adalah ingin mewujudkan kedaulatan nasional untuk kemandirian ekonomi dengan mendayagunakan sumberdaya maritim. Harapan salah satu platform tersebut dapat menuju kepada restorasi ekonomi maritim Indonesia, dimana Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan serta hamparan lautan dengan berbagai sumberdayanya, mampu menopang kebangkitan perekonomian negara yang selama ini masih berbasiskan pembangunan wilayah daratan. Hal yang menarik adalah ketika Badan Informasi Geospasial secara khusus menyelenggarakan penyiapan data dan informasi geospasial untuk mendukung gagasan proros maritim dunia, dan bersama dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai bagian dari Indonesia telah menyiapkan langkah penting untuk berpartisipasi dalam pembangunan maritim Indonesia. Pada kesempatan ini, saya menyampaikan penghargaan atas upaya penerbitan buku GEOEKOLOGI KEPESISIRAN DAN KEMARITIMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, yang diinisiasi oleh Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP). Kami berharap, buku ini dapat memberikan inspirasi berupa paradigma shifting mengenai pentingnya pembangunan di sektor kemaritiman di DIY khususnya Kabupaten Gunungkidul, Bantul, Kulonprogo dan serta dapat memberikan peta kekuatan dan tantangan dalam upaya mewujudkan Visi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Bawono X, yaitu terciptanya sebuah sinergi pemikiran Among Tani Dagang Layar. Semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa meridloi langkah kita semua. Amin. Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakaatuh. Cibinong, Oktober 2016 Kepada Badan Informasi Geospasial Dr. Priyadi Kardono, M. Sc Kata Sambutan : Kepala Badan Informasi Geospasial v

Kata Sambutan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Assalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh Salam sejahtera untuk kita semua Seperti kita ketahui bersama bahwa sejarah kerajaan kerajaan besar dan peradaban maju di Indonesia diawali dari pesisir dan lautan, dengan dibuktikan banyaknya kota- kota besar di Indonesia yang berada di kawasan pesisir. Hal ini menandakan bahwa maritim sejak dulu kala merupakan penopang kehidupan masyarakat dan penyangga berlangsungnya peradaban. Potensi sumberdaya kemaritiman yang sangat berlimpah, baik yang terletak di lautan, dasar lautan dan kawasan pesisir merupakan modal penting dalam menjaga keberlangsungan perikehidupan umat manusia. Menyadari pentingnya maritim bagi kehidupan manusia, pemerintah Indonesia mencanangkan Indonesia sebagai negara maritim. Hal ini tentu saja berdasarkan fakta yang sangat sesuai yaitu Indonesia sebagai negara kepulauan, dimana lautan menjadi bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat, Daerah Istimewa Yogyakarta telah vi Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta

mengembangkan gagasan dan paradigma pembangunan dengan semangat “among tani dagang layar”. Semangat ini adalah suatu semangat bersama untuk mencapai sinergitas yang selaras, dalam pemanfaatan potensi dan sumberdaya pertanian, dengan kegiatan-kegiatan ekonomi dan pemanfaatan potensi maritim dalam aspek yang luas, demi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan. Karakteristik bentang alam dan bentang budaya kawasan kepesisiran Daerah Istimewa Yogyakarta sangat beraneka ragam. Karaktersitik kepesisiran DIY dari segi fisik, biotik dan abiotik berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dalam harmoni berkeseimbangan serta menyediakan segala macam potensi yang dapat dimanfaatkan manusia. Karakteristik bentang alam dan bentang budaya kawasan kepesisiran tersebut dapat dikaji dan dipelajari melalui paradigma geoekologi. Geoekologi adalah pendekatan yang mampu memberikan penjabaran dan penjelasan karakteristik wilayah kepesisiran DIY, termasuk didalamnya segenap potensi dan tantangan yang ada. Pendekatan geoekologi juga dapat digunakan dalam kaitannya untuk mendukung perencanaan pengembangan wilayah kepesisiran. Secara lebih jauh konsep geoekologi juga mampu memberikan kontribusi pada program-program pengurangan risiko bencana melalui pendekatan Ecosystem based Disaster Risk Reduction (Eco-DRR). Dengan hadirnya buku geoekologi kepesisiran dan kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta ini, diharapkan mampu memberikan gambaran yang komprehensif dan serba cakup tentang kekayaan potensi pesisir sekaligus berbagai peluang dan tantangan yang ada di dalamnya. Saya menyambut baik dan sangat senang dengan hadirnya buku ini, semoga buku ini memberikan manfaat yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat. Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakaatuh, Yogyakarta, Oktober 2016 Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X Kata Sambutan : Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta vii

Daftar Isi iv Kata Sambutan Kepala Badan Informasi Geospasial vi Kata Sambutan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta ix Daftar Isi 12 PROLOG 12 Peluang Keistimewaan Selatan Mengimbangi Kejayaan Utara 16 Geoekologi: Kunci untuk Mengungkap Keistimewaan Kepesisiran dan Kemaritiman DIY 16 Semangat Kebangkitan Maritim DIY dalam Among Tani Dagang Layar 22 Mengungkap Potensi dan Tantangan Sumber Daya Pembangunan Maritim Melalui Aspek Geoekologi 30 Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Seribu Gunung 32 Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih 36 Menggapai Harap Berkemajuan dari Jalur Lintas Selatan 40 Riwayat Sadeng : Riwayat mu Dulu, Hulunya dari Solo, Terkurung Gunungsewu “Sebuah Mulajadi Bengawan Solo Purba Kajian Morfogenesis” 50 Wedi Ombo Satu dari Volcanic Coast yang Memiliki Bekuan Lava Pemecah Ombak 58 Tebing Curam Pemikat di Pantai Siung 68 Sadranan : Bawah Airnya Terdapat Eksotisme Alam Bahari 78 Baron : Akhir Muara Sungai Bawah Tanah Gunungsewu viii Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta

90 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi 94 Jembatan Kretek : Merajut Asa Penghidupan Parangtritis 98 Jalur Jalan Lintas Selatan : Peluang dan Tantangan Projotamansari 102 Gumuk Pasir : Bukan Sekadar Butir Pasir 110 Menerjang ombak Tiada Takut 114 Mangrove Baros : Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir Bantul 130 Banyu Anyar : Ikan Datang Mencari Kail 138 Kayu Laut : Sampah di Negeri Sendiri, Harta di Negeri nun jauh 146 Wijojo Pengklik : Mangrove Tua Petunjuk Masa Lampau dan Simbol Kearifan Lokal 156 Laguna Purba : Bulak Buntu “Agawe Ijo Royo-Royo” 160 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto” 164 Sejoli Jembatan Srandakan di Atas Aliran Progo : Urgensi Jembatan Penghubung 173 Menapaki Awal “Jalan Pembangunan” DIY dari Pembangunan Jalan 178 Bandar Udara di Bumi Menoreh : Lepas Landas Menuju Tidak Terbatas 182 Pantai Trisik yang Dipilih Si Penyu (Muara Progo Sisi Kulon) 190 Melabuhkan Apungan Asa Kemaritiman Menanti Reinkarnasi Keistimewaan Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta 198 Laguna Glagah : Evolusinya Menjadi Pembangunan Maritim 204 Jangkaran Menimbang Mata Pencaharian 212 Pantai Congot: Si Muara Bogowonto 227 EPILOG 227 Keistimewaan itu Bernama Harmonisasi Semesta Alam DIY Daftar isi ix

“ DIY baru menghadap utara dalam fokusnya mengelola sumber daya. Sudah saatnya pembangunan DIY juga menghadap ke selatan, untuk mewujudkan kehidupan yang lebih mapan. “ 10 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta

Pelabuhan Sadeng 11

Prolog Peluang Keistimewaan Selatan Mengimbangi Kejayaan Utara Pantai Depok 12 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta

ndonesia sebagai negara kepulauan perlu dimaknai perkembangan sejarahnya, khususnya untuk Pulau sebagai negara kelautan yang memiliki banyak pulau, Jawa. Fakta itu adalah distribusi kota pesisir Pulau Jawa bukan dimaknai sebagai negara kepulauan yang hanya berada di sebelah utara. Kota pesisir ini akhirnya Idipisahkan oleh lautan . Laut memiliki nilai strategis berkembang menjadi pelabuhan unggulan di Pulau 1 dalam perkembangan Indonesia dan telah dibuktikan Jawa dan mendorong pertumbuhan ekonomi kota-kota sejak zaman kerajaan/kesultanan. Urgensi dinamika di utara Pulau Jawa. aktivitas maritim menyebabkan pemindahan pusat pemerintahan dari pedalaman menuju wilayah yang Lalu, bagaimana dengan selatan Pulau Jawa? Dilihat lebih dekat dengan pesisir . Pemindahan ini bertujuan dari jumlah pelabuhan, jumlahnya jelas lebih banyak 2 untuk memperkuat kebijakan pembangunan armada utara Pulau Jawa. Kondisi ini tidak lantas menjadikan dagang dan armada tempur. selatan Pulau Jawa “kalah”. Pelabuhan strategis bukan satu-satunya potensi maritim yang ada. Pengkajian Banyaknya kota besar di pesisir adalah bukti sejarah karakteristik masing-masing wilayah pesisir menjadi kekuatan maritim Indonesia di zaman dulu, seperti di perlu dilakukan untuk mengetahui berbagai potensi dan Kota Aceh, Medan, Banten, Demak, Goa, dan Maluku. tantangan. Tujuannya adalah untuk menemukan cara Berbagai pelabuhan strategis yang menjadi peninggalan pengelolaan terbaik dalam memaksimalkan potensi yang saat ini telah berkembang menjadi pelabuhan modern. ada dan meminimalisasi dampak yang ditimbulkannya Terdapat fakta yang menarik dari peninggalan dan dari pembangunan. 1 Yuliati, “Kejayaan Indonesia sebagai Negara Maritim (Jalesveva Jayamahe), Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 2, Agustus 2014, hlm. 130. 2 Dedi S. Adhuri, A. Wiratri, dan A. B. Bismoko, “Interseksi Budaya dan Peradaban Negara-Negara di Samudra Hindia: Perspektif Indonesia, Masyarakat Indonesia, Volume 41 (2), Desember 2015, hlm. 116. 3 “Among Tani Dagang Layar: Konsep Strategis Majukan Perekonomian DIY”, diakses di http://www.jogjaprov.go.id/pebisnis/perluasan/view/among- tanidagang-layar-konsep-strategis-majukan-perekonomian-diy tanggal 22 Agustus 2016 pukul 08:05 WIB. Prolog : Peluang Keistimewaan Selatan Mengimbangi Kejayaan Utara 13

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai bagian dari Perencanaan yang matang, mencakup potensi dan Indonesia telah menyiapkan langkah penting untuk tantangan, akan menjadikan keistimewaan selatan Pulau berpartisipasi dalam pembangunan maritim Indonesia. Jawa dapat mengimbangi kejayaan utara Pulau Jawa. Melalui Visi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Bawono X, Harapan selanjutnya adalah terciptanya sinergi di seluruh terciptalah pemikiran Among Tani Dagang Layar . Selama Pulau Jawa dalam pengelolaan wilayah pesisir dan potensi 3 ini, pembangunan ekonomi DIY masih berorientasi di di bidang kemaritiman untuk kemakmuran masyarakatnya. daratan, khususnya utara DIY. Sudah waktunya selatan Seandainya cita-cita kemaritiman Indonesia ini terwujud, DIY yang diwakili oleh Kabupaten Kulonprogo, Bantul, maka sekali lagi kita akan jadi “raksasa di lautan dunia”. dan Gunungkidul dikelola mengingat adanya potensi pengembangan kegiatan pesisir dan maritim. Nelayan gotong-royong merapatkan perahu di Pantai Depok 14 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta

“ Ini bukan tentang menang-kalah antara utara-selatan. Ini tentang mewujudkan maritim Indonesia yang siap kembali berjaya. “ 15

Geoekologi Kunci untuk Mengungkap Keistimewaan Kepesisiran dan Kemaritiman DIY Semangat Kebangkitan Maritim DIY dalam Among Tani Dagang Layar ndonesia membutuhkan waktu untuk kembali Pemerintahan di era Presiden ke-7 Republik Indonesia mengenali jati diri sebagai negara maritim. Hal ini saat ini, Joko Widodo bersama tim pendukung, mencoba dikarenakan Indonesia sempat telah cukup lama mengajak kembali kepada konsep maritim. Hal tersebut Iberfokus pada pembangunan yang berorientasi ke tercermin pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah arah darat. Program pembangunan yang berbasis sumber Nasional (RPJMN) 2015-2019. Jati diri Indonesia sebagai daya daratan seakan telah menghapus ingatan Indonesia Negara maritim mulai diaplikasikan lagi dalam beberapa tentang potensi bahari yang begitu melimpah. kebijakan yang dibuat. Semuanya itu untuk menjadikan Indonesia sebagai poros Maritim Dunia. Gelombang dan ombak di selatan kepesisiran Bantul. 16 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta

Bagai gayung bersambut, cita-cita Indonesia sebagai Among Tani Dagang Layar sebagai visi misi DIY menjadi poros maritim dunia direspon positif dari berbagai paradigma baru bagi pembangunan perekonomian daerah di penjuru Indonesia. Pekerjaan rumah yang DIY serta konsep strategis pengembangan wilayah besar ini harus segera diselesaikan dan bukan hanya pesisir selatan DIY. Among Tani Dagang Layar memberi tugas bagi pemerintah pusat, melainkan menjadi arti usaha swadaya pangan yang simultan antara pekerjaan bersama-sama dengan pemerintah daerah kegiatan pertanian dengan kelautan yang terintegrasi untuk mengubah orientasi pembangunan. Sinergi dari membentuk aktivitas perekonomian dalam upaya banyak pihak tentu akan mempercepat terwujudnya pengembangan pesisir selatan DIY. Indonesia sebagai poros maritim dunia. Konsep Among Tani Dagang Layar juga terdorong dari Sejalan dengan program tersebut, DIY juga mengusung kecenderungan alih fungsi lahan di utara DIY dari lahan paradigma baru dalam pembangunan daerah, yaitu pertanian menjadi lahan terbangun. Perubahan tersebut Among Tani Dagang Layar. Among Tani Dagang Layar, semakin menyadarkan semua pihak potensi pesisir adalah suatu bentuk harmonisasi antara kegiatan selatan DIY yang dapat memberikan kesejahteraan, atau usaha di bidang pertanian dengan kegiatan atau khususnya bagi masyarakat nelayan. Pesisir selatan DIY usaha di bidang kelautan. Dengan konsep ini, arah pada akhirnya bukan lagi menjadi halaman belakang pembangunan mulai berorientasi juga pada potensi namun menjadi halaman depan yang menyimpan kemaritiman. sumber daya terbarukan. Geoekologi : Kunci untuk Mengungkap Keistimewaan Kepesisiran dan Kemaritiman DIY 17

‘Putar Kemudi’ yang dilakukan oleh Ngayogyakarta Selatan DIY yang siap menjadi nadi baru bagi pesisir Hadiningrat dari ‘agraris di daratan’ menjadi ‘tebar DIY. Jalur yang membentang dari Karangnongko jala di lautan’ adalah pilihan strategis yang wajib (Kabupaten Kulonprogo) sampai dengan Jerukwudel segera diwujudkan. Pilihan strategis ini juga selaras (Kabupaten Gunungkidul) diharapkan akan memacu dengan Ekonomi Biru yang sering dikaitkan dengan pembangunan di bagian selatan DIY. wilayah kepesisiran. Pada akhirnya, wajah DIY yang baru diharapkan mampu mengoptimalkan industri ‘Putar Kemudi’ ini bukan tanpa dasar, melainkan perikanan, kelautan, dan pariwisata namun tetap sebuah usaha DIY untuk kembali pulang pada jati mampu memberikan hasil yang berkelanjutan. diri yang maritim. Pesisir selatan DIY terdiri dari ekosistem yang merupakan kesatuan dari tiga Sebuah konsekuensi logis dari babak baru DIY wilayah administrasi, yaitu Kabupaten Gunungkidul, dengan paradigma Among Tani Dagang Layar adalah Kulonprogo, dan Bantul. Ketiganya memiliki ciri menyiapkan segala kelengkapan yang diperlukan. khas yang sangat unik, baik dari segi bentuklahan Salah satu persiapan untuk menyambut keistimewaan (landform), keanekaragaman biota, serta kebudayaan maritim DIY adalah terwujudnya akses Jalur Lintas yang begitu istimewa. 4 Torrido, Aryan. 2012. Pengembangan Industri Pariwisata Parangtritis: Studi Dampak Sosial, Ekonomi, dan Budaya. Jurnal Sosiologi Reflektif Volume 7 Nomor 1 Oktober 2012. 18 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta

Masing-masing daerah memiliki ciri utama yang Hal utama yang penting dan perlu mendapat sorotan membedakan satu dengan yang lainnya. Gunungkidul adalah cara untuk menyelaraskan potensi yang ada di yang berupa wilayah karst memiliki pelbagai pantai tiga kabupaten tersebut, tanpa dibatasi administrasi. unik dengan ornamen alam yang indah. Pesisir Setiap pantai tidak bersifat parsial, namun terikat Bantul juga tidak kalah karena memiliki pantai paling dan saling mengontrol antara satu dengan yang lain romantis se-DIY, yaitu Pantai Parangtritis sekaligus sehingga terjadi dinamika alam yang unik. Manusia pantai yang paling banyak dikunjungi wisatawan sebagai salah satu unsur lingkungan pun sangat 4 dan juga bentuklahan gumuk pasir barkhan yang dipengaruhi oleh kondisi alam. Cita-cita pesisir selatan langka di dunia. Kabupaten yang ketiga, Kulonprogo, DIY sebagai ‘halaman depan’ bukanlah masalah yang juga hadir dengan keistimewaan sumber daya yang menjadi beban, melainkan peluang strategis yang melimpah. Kulonprogo juga sedang dipersiapkan perlu segera diwujudkan. Inilah saat yang tepat untuk sebagai ‘Gerbang Maritim’ pesisir selatan DIY. membangkitkan semangat maritim DIY. Kondisi JJLS di Kabupaten Kulonprogo. Geoekologi : Kunci untuk Mengungkap Keistimewaan Kepesisiran dan Kemaritiman DIY 19

20 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta

“ Aktivitas manusia mulai mendominasi proses alam dan perlahan manusia mencoba memanipulasi Bumi. “ Fenomena gelombang besar di Pantai Depok. 21

Mengungkap Potensi dan Tantangan Sumber Daya Pembangunan Maritim Melalui Aspek Geoekologi aktor alam memang memegang peranan yang begitu baru dalam pembangunan wilayah. Dengan perkembangan besar dalam penentuan potensi dan tantangan suatu teknologi dan inovasi yang dikembangkan, perlahan manusia wilayah. Terbukti bahwa perkembangan pelbagai kota mulai menaklukkan alam. Fdi utara Pulau Jawa lebih pesat ketimbang selatan Pulau Skala waktu geologi menunjukkan bahwa zaman terakhir Jawa. Kondisi perairan yang lebih tenang dan pesisir yang (saat ini) adalah Holosen. Belakangan, pendapat tersebut dominasi landai membuat kondisi perkembangannya lebih mulai disanggah karena zaman telah berganti, dari Holosen kondusif untuk kegiatan manusia beraktivitas. Selanjutnya, menjadi Antroposen. Antroposen ini mencerminkan bahwa aktivitas ekonomi berkembang semakin pesat dan sarana- bumi telah memasuki zaman baru, yang mana aktivitas prasarana mulai dikembangkan. Dampaknya adalah kemajuan manusia mulai mendominasi pembentukan Bumi ketimbang pembangunan dapat lebih cepat tercapai. proses alami . Sebelumnya, faktor manusia bahkan telah 5 diperhitungkan sebagai faktor pembentuk alam yang relatif Kondisi tersebut menyatakan bahwa alam bertindak sebagai baru di dalam ilmu geomorfologi . Dapat dikatakan bahwa 6 faktor penentu kehidupan manusia. Jika dilihat lebih jauh, manusia mulai mampu memanipulasi Bumi. faktor alam memang yang mempengaruhi perkembangan sosial yang terjadi. Namun, di saat ini, faktor alam tampaknya Alam memang jauh lebih superior ketimbang kekuatan bukan hal yang mutlak. Usaha manusia untuk beradaptasi, manusia. Namun manusia dapat memegang kendali ketika menolak bahwa kondisi tidak dapat diubah adalah babak mengenal karakteristik alam. Dengan begitu, manusia dapat 5 Eko Haryono. 2016. Dinamika Interelasi Manusia dan Kawasan Karst Kala Pleistosen-Antroposen di Indonesia. Disampaikan dalam Dies Natalis Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada ke-53 1 September 2016. 6 Szabo, Jozsef. 2010. Antrhopogenic Geomorphology: Subject and System dalam Anthropogenic Geomorphology: A Guide to Man-Made Landforms. Jozsef Szabo, Lorant David, dan Denes Loczy (Eds). Springer. 7 Nishanta Rajakaruna and S. Boyd. “Geoecology” Oxford Bibliographies in Ecology (2014). 22 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta

menentukan rencana yang tepat untuk meminimalisasi beragam jenis substrat yang nantinya akan mempengaruhi dampak kerugian yang timbul dan mengoptimalkan biota atau makhluk hidup yang tinggal di atas substrat. keuntungan yang mampu diperoleh dari alam. Hal ini tentu Berdasarkan pengertian ini, geoekologi dapat dikatakan tidak terlepas dari asas pembangunan yang berkelanjutan sebagai pendekatan yang komprehensif dalam memahami sehingga hasil yang diperoleh dapat dinikmati pula oleh proses yang terjadi di alam, khususnya wilayah pesisir yang generasi mendatang. memiliki kompleksitas yang menarik. Pengetahuan akan kondisi alam mutlak diperlukan sebagai Geoekologi juga dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan syarat bagi manusia untuk dapat bersahabat dengan alam. tata ruang yang selanjutnya berbasis Ecosystem Disaster Risk Dalam hal ini, pendekatan geoekologi pesisir dinilai sebagai Reduction. Pengurangan risiko bencana berbasis ekosistem pendekatan yang tepat dalam merumuskan kebijakan. adalah pemanfaatan peran ekosistem untuk meminimalisasi Geoekologi adalah pendekatan yang menjabarkan dampak bencana yang mungkin terjadi. Dalam hal ini, karakteristik wilayah kepesisiran DIY, termasuk di dalamnya ekosistem memiliki setidaknya dua manfaat, yang pertama potensi dan tantangannya secara komprehensif. Harapannya, adalah meningkatkan ketersediaan sumberdaya, dan yang melalui geoekologi tercipta inventarisasi data yang mumpuni kedua adalah berfungsi sebagai penghalang, pelindung, dan sehingga kebijakan pembangunan yang dihasilkan mampu penyangga alami terhadap ancaman fisik. Fungsi ini hanya jadi yang terbaik. dapat dilakukan apabila dalam manajemennya dilakukan perlindungan, restorasi, dan perbaikan ekosistem sehingga Geoekologi merupakan studi yang mengkaji pelbagai menciptakan kondisi ekosistem yang sehat. Berbagai 7 hubungan nyata antara substrat dan biota . Substrat sendiri ekosistem yang berpotensi berperan sebagai pengurang mendapat pengaruh dari bahan induk, iklim, topografi, dan risiko bencana adalah hutan, mangrove, lahan basah dan waktu. Variasi faktor pengaruh substrat akan menciptakan bakau, gumuk pasir, dan ekosistem lainnya. Geliat pembangunan Pelabuhan Adikarto, Kulonprogo. Mengungkap Potensi dan Tantangan Sumber Daya Pembangunan Maritim Melalui Aspek Geoekologi 23

Tebing di perbatasan Bantul-Gunungkidul. 24 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta

Manajemen risiko bencana berbasis ekosistem seringkali ganda pun akan didapatkan ketika pembangunan menghasilkan rasio manfaat-biaya yang menarik berdasarkan infrastruktur hijau. Ruang-ruang hijau akan ketimbang solusi-solusi rekayasa teknik konvensional. menyerap lebih banyak air hujan dan mengurangi beban Pengalaman dari seluruh dunia menunjukkan tren pada sistem pembuangan air limbah. Selain itu, kualitas positif dari manajemen risiko bencana berbasis udara akan cenderung menjadi lebih baik serta biaya- ekosistem untuk berbagai potensi bencana yang terjadi. biaya air dan energi dapat ditekan. Walaupun demikian, Salah satu buktinya adalah Kota New York yang telah hasil yang diberikan tidak langsung secara instan. Selain menginvestasikan US$5,3 milyar dalam infrastruktur itu, sikap meremehkan nilai moneter berbagai layanan hijau untuk mengurangi banjir ketimbang investasi ekosistem dalam persepsi umum masih menjadi senilai US$6,8 milyar untuk perbaikan pipa dan tangki hambatan dalam penerapan manajemen risiko berbasis secara tradisional. Selain biaya yang lebih murah, manfaat ekosistem di berbagai tempat. Mengungkap Potensi dan Tantangan Sumber Daya Pembangunan Maritim Melalui Aspek Geoekologi 25

Keindahan salah satu sudut Pantai Depok, Parangtritis. 26 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta

Kawasan kepesisiran DIY memiliki banyak proses alam di DIY dapat dimaksimalkan untuk mengembangkan di dalam ruangnya, khususnya ditinjau dari proses pengurangan risiko bencana berbasis ekosistem. geomorfologi yang terjadi di dalamnya yang terjadi secara terus menerus. Apabila proses geomorfologi Data dan informasi tentang pesisir yang begitu ini terganggu aktivitas manusia, potensi kemunculan bervariasi, pun demikian masing-masing kabupaten, bencana akan meningkat. Pada dasarnya, kepesisiran baik Gunungkidul, Bantul, dan Kulonprogo memiliki DIY memiliki berbagai potensi bencana seperti cara memanajemen yang tersendiri. Harapannya tsunami, abrasi, sedimentasi, dan amblesan batuan ke depan, sumber daya maritim yang ada tidak (rock falling). Kegiatan manusia seyogyanya harus hanya dikelola oleh Kabupaten Kulonprogo-Bantul- selaras dengan proses alam sehingga potensi bencana Gunungkidul, tapi juga melibatkan Kota Yogyakarta yang diketahui dapat diminimalisasi. Berdasarkan serta Kabupaten Sleman, dan jika memungkinkan pemahaman tersebut, pendekatan pengurangan Provinsi Jawa Tengah sebagai tetangga terdekat risiko bencana berbasis ekosistem dapat digunakan dapat menjadi rekan usaha untuk mengembangkan untuk wilayah kepesisiran DIY. Potensi alam yang ada maritim yang ada di DIY-Jawa Tengah. Mengungkap Potensi dan Tantangan Sumber Daya Pembangunan Maritim Melalui Aspek Geoekologi 27

Seorang nelayan di muara Sungai Progo menebar jala. 28 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta

“ Geoekologi adalah kunci untuk memahami teka-teki alam. Lewat pemahaman yang baik dan menyeluruh, maka kita akan bersahabat dengan Bumi. Hingga kelak anak-cucu kita nanti. “ 29

Gunungkidul Euforia Pasir Putih di Celah Seribu Gunung Cakrawala biru di gerbang Sadeng 30 Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”

31

Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih eunikan alam Gunungkidul cukup berbeda apabila dibandingkan dengan Kulonprogo ataupun Bantul. Pasalnya, pembentukan KGunungkidul utamanya dikontrol oleh proses pelarutan (solusional) karst dan inilah yang membuat nilai tambah karena keunikan karakteristiknya. Kedua kabupaten lainnya di pesisir DIY didominasi oleh proses fluvial dan marin. Khusus di bidang pariwisata, Gunungkidul memiliki keunggulan tersendiri dengan karakteristik karst-nya. Ditinjau dari proses pembentukannya, secara umum Gunungkidul mengalami setidaknya empat tahapan pembentukan; 1) pengangkatan Gunungsewu (nama yang mengacu pada banyaknya kubah karst, sering disebut seribu gunung atau gunungsewu) sehingga menciptakan pantai bertebing curam (structurally shaped coast), 2) pembentukan pantai yang terkikis tenaga gelombang (wave erosion coast), 3) pembentukan pantai dari endapan material sedimen (marine deposition coast), dan tahapan terakhir 4) pantai yang didominasi aktivitas manusia. Gunungkidul kemudian menghasilkan berbagai macam bentuk pantai yang bervariasi. Tidak hanya terjal, namun juga pantai berpasir dan lainnya. Saat ini, banyak berkembang pantai baru yang dikembangkan oleh masyarakat Gunungkidul, khususnya pantai berpasir putih. Baik yang telah lebih dulu ataupun yang baru berkembang di celah Gunungsewu, menggeliatnya euforia baru primadona pariwisata DIY kini mulai terasa gaungnya. Pasir Putih Pantai Gunungkidul 32 Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”

Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih 33

“ Gunungkidul Handayani, Di selanya tersembunyi eksotisme pasir putih, Nun memandang cakrawala biru berlapis biru. Sebuah kekaguman yang perlu untuk segera disadari. “ Pantai Sadranan di Celah Bukit Seribu 34 Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”

35

Menggapai Harap Berkemajuan dari Jalur Lintas Selatan enyusuri tepian pantai DIY untuk menemukan semangat bahari berawal dari sini. Kata sakti “Among Tani Dagang Layar” yang dicetuskan Moleh Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam Rapat Paripurna DPRD DIY 21 September 2012 lalu teruntuk pantai selatan, Gunungkidul, Bantul maupun Kulonprogo. Sebuah gagasan merdeka untuk mewujudkan strategi budaya sang pelaut yang muncul dari Renaisans akan peradaban maritim, kemudian dicetuskan sebagai visi misi DIY. Pantai Selatan bukan lagi halaman belakang, namun menjadi atau lebih tepat menggunakan ungkapan “kembali”, “kembali menjadi halam depan”. Menyongsong peradaban maritim, menggali sumber daya mineral dan nutrisi bahari serta geliat pariwisata diusung untuk mencapai poros maritim dunia bagi Indonesia, paling tidak bermula dari DIY. Kelimpahan sumber daya di laut selatan perlu segera ditadah. Bukan diabaikan bahkan dilupakan. Lewat gagasan ini pencanangan pantai selatan sebagai halaman depan percaturan pembangunan dan perekonomian DIY, perlu dan sudah perlu diberi porsi yang istimewa. Pembangunan infrastruktur dan aksesibilitas terus didorong untuk mendukung semangat pembangunan DIY. Masyarakat Panggang Gunungkidul melintasi JJLS 36 Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”

Menggapai harap berkemajuan dari Jalur Lintas Selatan 37

Jalur Lintas Selatan DIY sepanjang 125,125 km dari Jerukwudel, Gunungkidul hingga Karangnongko 38 Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”

Terwujudnya Jalur Lintas Selatan DIY sepanjang 125,125 km dari Jerukwudel, Gunungkidul hingga Karangnongko, Kulonprogo menjadi gayung bersambut. Mungkin DIY mendapatkan pisang terkubak, Semangat Among Tani Dagang Layar dicetuskan, disusul cita-cita Indonesia sebagai poros maritim dunia oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam KTT ke-9 East Asia Summit, 13 November 2014 di Myanmar pada deklarasinya. Menilik kembali, Jalur lintas selatan bagaikan saraf pembangunan pantai selatan. Jalur ini merupakan kawasan strategis pengembangan perekonomian DIY seperti Pelabuhan Pantai Sadeng, kawasan wisata Pantai Wediombo, Pantai Siung, Pantai Sadranan, Pantai Nglambor, serta Pelabuhan Pantai Baron. Mulai bermunculan pantai-pantai sebagai kawasan wisata di Gunungkidul membutuhkan dukungan pembangunan infrastruktur. Jalur lintas selatan akan membuka akses dari dan ke Wonogiri masuk ke DIY khususnya Gunungkidul, daerah di timur Gunungkidul serta kota kota lainnya seperti Pacitan, Ponorogo, Blitar dan daerah lainnya. Menggapai harap berkemajuan dari Jalur Lintas Selatan 39

Riwayat Sadeng Riwayat mu Dulu, Hulunya dari Solo, Terkurung Gunungsewu “Sebuah Mulajadi Bengawan Solo Purba Kajian Morfogenesis” antai Sadeng merupakan salah satu kepingan yang menyusun sejarah dinamika Sungai Bengawan Solo (purba), bersama Giribelah dan PGiritronto. Ketiga wilayah ini adalah kesatuan dalam ekosistem purba Sungai Bengawan Solo. Giribelah merupakan hulu dari Sungai Bengawan Solo purba dan modern, sementara Giritronto adalah wilayah tengah dari Sungai Bengawan Solo di masa lalu. Sementara itu, Pantai Sadeng berperan sebagai wilayah hilir sehingga muatan yang ada di Sungai Bengawan Solo Purba bermuara ke Samudra Hindia. Masa lalu Pantai Sadeng yang berperan sebagai muara Sungai Bengawan Solo purba adalah kunci untuk menjelaskan pembentukannya saat ini. Peran Pantai Sadeng sebagai muara adalah mengalirkan endapan material sedimen Sungai Bengawan Solo purba. Secara tidak langsung, genesis Pantai Sadeng terpengaruh dari keberadaan material sedimen. Hal ini menyebabkan karakteristik pembentukan Pantai Sadeng termasuk ke dalam klasifikasi pantai tipe sub-aerial deposition coast. Air Tenang di Pelabuhan Sadeng 40 Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”

Riwayat mu dulu, Hulunya dari solo, terkurung gunung seribu “Sebuah Mulajadi Bengawan Solo Purba kajian Morfogenesis” 41

Sungai Bengawan Solo Purba di antara celah Gunungsewu 42 Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”

“ Mata air mu dari Solo, Terkurung Gunungsewu. Air mengalir sampai jauh. Riwayat mu dulu~ “ 43

Waktu tetap berjalan hingga kini, dan manusia mengkudeta alam sebagai proses yang mendominasi. Pengendapan sudah berkurang signifikan di Pantai Sadeng. Hal tersebut dikarenakan faktor erosi dari gelombang yang begitu intensif, dan saat ini telah diminimalisasi dengan bangunan pemecah gelombang. Faktor manusia memang tidak selalu memberikan pengaruh yang buruk namun apabila tidak terencana dengan baik, manfaat Pantai Sadeng tidak dapat dikelola secara optimal. Kini, Pantai Sadeng memulai cerita baru di bawah kuasa manusia sebagai agen geomorfologi yang paling dominan. Barier - Pemecah gelombang di Pantai Sadeng 44 Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”

Riwayat mu dulu, Hulunya dari solo, terkurung gunung seribu “Sebuah Mulajadi Bengawan Solo Purba kajian Morfogenesis” 45

Pelabuhan menjadi alternatif pilihan untuk mengembangkan potensi di Pantai Sadeng, di samping pariwisata. Pembangunan pelabuhan di sini dilengkapi dengan balok-balok pemecah gelombang yang berbentuk secara memanjang di mulut teluk sehingga gelombang besar tidak mencapai daratan. Status Pantai Sadeng saat ini telah menjadi pelabuhan bertaraf nasional. Keunggulan pelabuhan ini adalah kemudahan memperoleh air, meskipun masih cenderung payau. Banyaknya bangunan permukiman menunjukkan perkembangan urbanogenik yang begitu pesat, sehingga perhatian lebih banyak perlu ditekankan untuk meminimalisasi dampak potensi tsunami yang ada. Kapal Bersandar di Pelabuhan Ikan Sadeng 46 Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”

Riwayat mu dulu, Hulunya dari solo, terkurung gunung seribu “Sebuah Mulajadi Bengawan Solo Purba kajian Morfogenesis” 47

Sadeng Merupakan Muara Bengawan Solo Purba 48 Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”

Perkembangan ketiga aspek pendukung pariwisata seperti atraksi, amenitas, dan aksesibilitas di Pantai Sandeng tergolong baik. Pantai Sadeng memiliki sedikit pasir sehingga arena aktivitas bagi wisatawan. Wisatawan juga mendapatkan bonus berupa pemandangan pantai berbentuk teluk yang indah. Terkait fasilitas yang ada di Pantai Sadeng cenderung lengkap bagi wisatawan mulai dari tempat peribadatan, kamar mandi, keamanan, hingga kedai makanan. Aksesibilitas Pantai Sadeng juga cukup mudah dijangkau. Potensi lainnya yang dapat dikembangkan adalah potensi pertanian karena kedalaman tanah yang cukup dalam untuk dikembangkan menjadi pertanian, dan dapat didukung juga dengan adanya usaha peternakan. Riwayat mu dulu, Hulunya dari solo, terkurung gunung seribu “Sebuah Mulajadi Bengawan Solo Purba kajian Morfogenesis” 49

Wediombo, Satu dari Volcanic Coast yang Memiliki Bekuan Lava Pemecah Ombak awasan Pantai Wediombo merupakan kawasan pantai yang berbentuk teluk. Pada dasarnya kawasan ini terdiri atas pantai, karst dan Kvulkanik purba sehingga memiliki topografi yang bermacam-macam dari wilayah landai hingga bergunung dengan titik tertinggi yaitu Gunung Batur. Keadaan alam yang kompleks ini menjadi salah satu daya tarik Wediombo sebagai tujuan wisata. Pantai Wediombo merupakan hasil proses yang kompleks dari proses vulkanik purba dan proses erosi. Pasir putih di Pantai Wediombo merupakan hasil erosi material karst dan sedimentasi dari organisme laut. Sedangkan pada bagian lain terdapat lava flow yang merupakan hasil dari proses vulkanik purba. Berdasarkan proses pembentukannya yang kompleks Pantai Wediombo dapat digolongkan sebagai pesisir dengan tipe volcanic coast ataupun land erosion coast. Batuan breksi vulkanik pantai Wediombo 50 Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook