Kapal Suku Bugis Sumber: Bunting, Steve. 2016. Diunduh pada 17 Oktober 2018, dari https://www.flickr.com/photos/ stevebfotos/27082520304/ 201
Benteng Belgica Sumber: Kompas. 2014. Diunduh pada 5 November 2018, dari https://travel.kompas.id/2014/09/19/benteng-belgica-salah-satu-world- heritage/kompas-travel-raiyani-muharramah_benteng-belgica-dan-gunung-api_pulau-bandaneira-maluku_081315250556/ 202 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Kebudayaan MALUKU 203
Kerajaan Ternate dan Tidore sebagai Pusat Kerajaan Islam Diperkirakan Kerajaan Ternate dan Tidore berdiri penyebaran agama Islam melalui pembesar kerajaan sejak abad 19 M. Kerajaan Ternate dan Tidore terlebih dahulu memudahkan dalam penyebaran dikenal sebagai Pusat Kerajaan Islam. Menurut agama Islam di wilayah Tidore. Penyebaran Islam beberapa literatur menyebutkan bahwa Islam tidak melalui jalur kekerasan, namun melalui jalur dibawa ke Maluku oleh orang Arab, Persia, perdamaian. dan Melayu. Penyebaran agama Islam menjadi Jejak-jejak penyebaran agama Islam Ternate dan lebih mudah apabila mengarah kaum elite atau Tidore juga terlihat melalui jalur budaya. Budaya pembesar terlebih dahulu, dalam hal ini adalah yang berkembang dalam masyarakat Maluku tidak raja. Raja dianggap sebagai salah satu orang yang serta merta terkikis habis, namun kebudayaan Islam berpengaruh dari suatu lingkungan masyarakat. berbaur dengan harmonis di tanah Maluku. Rohomoni, Apabila seorang raja terlebih dahulu telah menganut Kecamatan Haruku, Kabupaten Maluku Tengah ajaran Islam, maka masyarakat lebih mudah dalam memiliki adat istiadat dan budaya yang unik. Budaya menerima Islam. Kesultanan Ternate diperintah yang berkembang di Rohomoni menyangkut budaya pertama kali oleh Raja Masyhur Mulamo (1257- Islam, sayangnya adanya akulturasi kebudayaan 1272 M). [189] Raja Masyhur Mularmo merupakan menyebabkan pertentangan dengan budaya Islam putra dari Raja Ja’far Sadiq. Selain Ternate, kerajaan sendiri. Beberapa adat Maluku yang bertentangan terbesar kedua di Maluku adalah Kerajaan Tidore. dengan hukum Islam antara lain berkaitan dengan Raja pertama dari Kerajaan Tidore adalah Raja khitan dan perayaan hari besar keagamaan. Beberapa Sahajati yang merupakan saudara dari Raja Masyhur kegiatan adat istiadat yang terdapat di Maluku juga Mulamo. Hampir serupa dengan Kerajaan Ternate, [189] Rusdiyanto. 2018. Kesultanan Ternate dan Tidore. Jurnal Aqlam (Journal of Islam and Pluarality). Vol. 3, Nomor 1 Juni 2018. Hal: 44-53 204 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Benteng Oranye Sumber: Sekitar. 2017. Diunduh pada 7 November 2018, dari https://www.flickr.com/photos/sekitar/34845297923/ 205
berpedoman pada penanggalan Islam. Keberadaan Benteng Cobo berada di atas perbukitan Khitan merupakan kewajiban seorang muslim. sehingga dapat memantau arah laut. Secara Akulturasi hukum Islam dengan budaya setempat administrasi, keberadaan Benteng Coba berada menyebabkan munculnya adat mengasingkan anak di sisi utara Pulau Tidore. Benteng Rum berada di yang telah dikhitan selama tujuh hari tujuh malam. Desa Rum Kecamatan Tidore. Lokasi keberadaan Saat proses pengasingan telah usai, dilakukan prosesi Benteng Rum berada di sisi barat Pulau Tidore pencelupan kaki di pantai sebagai penyucian diri. dan berhadapan langsung dengan Pulau Meitara Upacara adat yang menyertai khitan pada dasarnya [191]. Selain benteng juga ditemukan beberapa tidak ada tuntunannya. Perayaan yang menyertai situs bangunan seperti Situs Mareko dan Situs Biji khitan merupakan akulturasi yang terjadi di kalangan Nagara. Situs Mareko diduga merupakan bekas masyarakat Maluku. Ajaran Agama Islam seolah kedaton Tidore di Toloa. Beberapa sebaran fragmen bercampur dengan ritual adat masyarakat setempat. gerabah dan keramik juga ditemukan berada ± 1 km Selain perayaan khitan, di Maluku juga berkembang di sebelah selatan Benteng Ome. Situs Biji Nagara tradisi perayaan Maulid Nabi dan perayaan Hari ditemukan di Desa Toloa. Ditemukannya sebaran Fatimah. Upacara Maulid Nabi dilaksanakan dalam fragmen keramik dan gerabah menjadi bukti kaitannya dengan kelahiran nabi Muhammad SAW. arkeologis keberadaan kesultanan Tidore. Pengaruh Merayakan hari kelahiran sejatinya juga tidak ada budaya Islam juga dikaitkan dari adanya penemuan tuntunannya dalam agama Islam. Penghormatan naskah Bebeto di wilayah Teluk Waru Seram. Naskah kepada Siti Fatimah juga ditunjukkan dengan Bebeto merupakan suatu naskah perjalanan syiar diadakannya perayaan Hari Fatimah khusus bagi para Islam oleh Sultan Tidore bernama Baba Ito. wanita [190]. Keberadaan benteng dan beberapa bangunan Tidak hanya bukti-bukti kebudayaan secara turun peninggalan yang berada pada beberapa lokasi temurun, adanya jejak arkeologis yang ditemukan di Maluku menyiratkan bahwa dahulu pernah di Maluku merujuk keberadaan Ternate dan berdiri suatu Kerajaan Islam yang kuat. Keberadaan Tidore sebagai Kerajaan Islam. Kesultanan Tidore benteng juga menunjukkan perkembangan berkembang sebagai pusat kerajaan dibuktikan peradaban masyarakat Maluku. Beberapa akulturasi adanya bangunan masjid, makam, pasar, dan kebudayaan yang berkembang di Maluku permukiman. Data lapangan menunjukkan bahwa bersanding harmonis dengan budaya setempat. ditemukannya beberapa benteng yang diduga Penemuan beragam naskah kuno juga semakin menjadi bukti keberadaan kesultanan Tidore. memperkaya peradaban budaya kerajaan. Beberapa benteng tersebut diantaranya adalah Benteng Ome, Benteng Toloa, Benteng Coba, dan Benteng Rum. Benteng Ome berada di sisi barat Pulau Tidore sehingga keberadaannya dapat memantau arah Benteng Kastela dan Benteng Kota Janji di Ternate. Benteng Toloa berada di perbukitan sebelah tenggara permukiman di Desa Toloa. Benteng Cobo berada di Kampung Cobo Kecamatan Tidore Utara. [190] Handoko, Wuri. 2009. Dinamika Budaya Islam di Wilayah Kepulauan Maluku Bagian Selatan. Jurnal Kapata Arkeologi. Vol. 5, No. 9. November 2009 [191] Handoko, Wuri dan Syahruddin Mansyur. 2018. Kesultanan Tidore: Bukti Arkeologi sebagai Pusat Kekuasaan Islam dan Pengaruhnya di Wilayah Periferi. Jurnal Berkala Arkeologi. Vol. 38. No. 1, Mei 2018. Hal: 17-38 206 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Benteng Tolukko Sumber: Achili, Fabio. 2014. Diunduh pada 6 November 2018, dari https://www.flickr.com/photos/travelourplanet/15012617927/ 207
Budaya Cengkeh sebagai Identitas Maluku Pulau Maluku berada pada jalur strategis Menurut pasar dunia, cengkeh menjadi komoditas perdagangan internasional. Lokasi yang strategis yang banyak dibutuhkan. Negara-negara Asia dan tersebut juga didukung oleh adanya sumberdaya Eropa berebut untuk menguasai Maluku untuk alam yang mumpuni. Sumberdaya alam yang terkenal dijadikan sebagai negara jajahannya. Beberapa di Maluku adalah cengkeh. Cengkeh menjadi magnet negara yang pernah ingin dan telah menguasai tersendiri terhadap sejarah keberadaan Maluku. Maluku adalah Cina, Arab, Portugis, Spanyol, dan Banyak negara tertarik ingin menguasai Maluku Belanda. Bangsa Cina datang menjadi negara asing karena cengkeh. Komoditas cengkeh seolah menjadi pertama yang menginjakkan tanah ke Maluku tulang punggung perekonomian Maluku. Kondisi setelah ditemukan teknologi kompas. Hubungan alam yang cocok memungkinkan cengkeh tumbuh baik terjalin antara Cina dengan Indonesia sejak subur di Maluku. Syarat tumbuh tanaman cengkeh lama. Sayangnya, semenjak diberlakukannya adalah curah hujan berkisar antara 1500-2500 mm/ sistem perdagangan Majapahit, Cina mengurangi tahun atau 2500-3500 mm/ tahun, ketinggian tempat pelayarannya ke Maluku. Sistem dagang yang 200-600 m dpl, tanah gembur dengan lapisan olah dimaksud adalah adanya kewajiban untuk minimal 1, 5 m, kedalaman air tanah lebih dari 3 m, mengumpulkan komoditas dagang ke Jawa terlebih dan tingkat keasaman tanah antara 5,5-6,5. [192] dahulu sebelum diserahkan kepada para pedagang Seluruh syarat tumbuh cengkeh dipenuhi dengan asing. Tahun 1512 M Bangsa Portugis datang ke baik di tanah Maluku. Maluku untuk menguasai rempah-rempah. [192] Ali, Mahrus. 2018. Teknik Budidaya Tanaman Cengkeh. Skripsi. Surabaya: Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Surabaya [193] Sapari, Pery Achmad. 2011. Kesultanan Ternate dalam Lintas Perdagangan Abad XVI-XVII. Skripsi. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora [194] Pattikayhatu, John A. 2012. Bandar Niaga di Perairan Maluku dan Perdagangan Rempah-Rempah. Jurnal Kapata Arkeologi. Vol. 8. No. 1 208 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Pohon Cengkeh Sumber: Levischem. 2011. Diunduh pada 7 November 2018, dari https://www.flickr.com/photos/14908373@N05/6050953563/in/photostream/ 209
Sebagai salah satu upaya penguatan politik dan perdagangannya, Portugis mendirikan benteng di Maluku. Tidak hanya Portugis saja, namun Bangsa Belanda juga menginjakkan tanah ke Maluku. Tercatat pertama kali Belanda tiba di Ternate pada tanggal 22 Mei 1599 untuk mencari rempah-rempah. [193] Tidak ketinggalan juga dengan Bangsa Arab. Cengkeh menjadi komoditas unggulan bangsa Arab mengakibatkan para pedagang Arab juga berlayar sampai ke Maluku.[194] Hampir setiap negara yang datang ke Maluku karena ingin berburu cengkeh, bahkan tidak sedikit juga ingin menguasai Maluku secara utuh. Upaya paksa melalui jalan perangpun kerap ditempuh. Pemerintah yang berkuasa di Maluku pada saat itu menganggap bahwa cengkeh menjadi jati diri bangsa. Mempertahankan keberadaan cengkeh ditempuh hingga mengorbankan jiwa dan harta. Keberadaan cengkeh memberikan manfaat yang banyak dari segi perekonomian Maluku. Cengkeh tidak hanya menjadi sumberdaya perekonomian Maluku saja, namun lebih dari itu. Cengkeh menjadi warna dalam hal kuliner Maluku. Setiap masakan khas Maluku diberikan sebuah identitas rasa dari cengkeh. Tanaman cengkeh oleh warga dijadikan aset untuk menunjang masa depan. Masyarakat Maluku merasa malu apabila kebun yang mereka miliki tidak ditanami dengan cengkeh. Akhirnya, keberadaan cengkeh menjadi warna di setiap sendi perekonomian dan kehidupan Maluku. [193] Sapari, Pery Achmad. 2011. Kesultanan Ternate dalam Lintas Perdagangan Abad XVI-XVII. Skripsi. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora [194] Pattikayhatu, John A. 2012. Bandar Niaga di Perairan Maluku dan Perdagangan Rempah-Rempah. Jurnal Kapata Arkeologi. Vol. 8. No. 1 210 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Pengeringan Cengkeh Sumber: Tahalele, Christin. 2014. Diunduh pada 7 November 2018, dari https://www.flickr.com/photos/34195228@N03/7975746552/in/ photostream/ 211
Tarian Khas Suku Dayak 212 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Kebudayaan KALIMANTAN 213
Desa Budaya Pampang Perwujudan Suku Dayak Masa Kini Jejak keberadaan suku Dayak dewasa ini sudah mulai terpinggirkan. Adat istiadat dan budaya mulai luntur termakan zaman. Berbeda halnya di Desa Budaya Pampang, Pemerintah Kota Samarinda berupaya untuk tetap menjadikan desa tersebut sebagai wujud pelestarian terhadap adat istiadat Suku Dayak. Suku Dayak merupakan suku asli dari Kalimantan. Terdapat beragam etnis suku Dayak yang tinggal di Kalimantan. Beberapa etnis suku Dayak itu sendiri diantaranya, yakni Suku Dayak Kenyah, Suku Dayak Bahau, Suku Dayak Tidung, dan lain-lain. Setiap suku tersebut memiliki ciri yang berbeda-beda dalam kehidupan sehari-harinya. Keberagaman adat istiadat yang dimiliki setiap daerah di Kalimantan memiliki benang merah antara Dayak yang satu dengan lainnya, yakni rumah adat, senjata mandau, dan seni tari. Rumah adat suku Dayak cukup unik dan khas. Rumah adat suku Dayak disebut sebagai Rumah Panjang (Lamin). Keberadaan rumah Lamin tidak hanya difungsikan sebagai rumah tinggal saja, namun lebih dari itu. Rumah Lamin juga dimanfaatkan oleh Suku Dayak untuk melaksanakan upacara persembahan, sebagai benteng pertahanan dari serangan suku lain, maupun pertahanan terhadap serangan binatang buas. Dahulu, lamin dimanfaatkan sebagai rumah tinggal bagi satu kelompok suku Dayak, namun saat ini lamin hanya dimanfaatkan untuk mengelola fasilitas umum (lamin adat). Bentuk khas dari Rumah lamin adalah kotak memanjang dengan tiga ruang pokok, yakni dapur, bilik, dan ruang tamu. Rumah Lamin memiliki ciri khusus berbentuk panggung dengan material dari kayu. Rumah panggung dimaksudkan sebagai pertahanan terhadap Suku Dayak Masa Kini 214 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
serangan binatang buas maupun kondisi iklim dan Masyarakat menyebut tarian tersebut Tari “Ajat lingkungan. Setiap rumah Lamin memiliki ukiran Temuai Datai” (Tari Menyambut Tamu).[196] dan penggunaan warna tertentu. Pemilihan warna “Tari penyambutan tamu dibedakan antara memiliki simbol yang beragam. Pemanfaatan lelaki dan perempuan. Penyambutan tamu yang warna merah melambangkan keabadian, kuning ditujukan untuk tamu laki-laki yang menari adalah melambangkan kekayaan, putih melambangkan kaum laki-laki. Sebaliknya, apabila tamu yang kesucian, dan hitam melambangkan penolak bala hadir adalah perempuan, maka yang melakukan [195]. tarian adalah perempuan. Tarian penyambutan Keberadaan akan Desa Budaya Pampang setidaknya tamu ditujukan sebagai penghormatan dan penghargaan terhadap tamu yang datang. menjadi penyejuk diantara kegersangan terhadap Aksesoris yang dibawa saat menari antara laki-laki minoritas suku-suku di Indonesia. Menyoal akan dan perempuan juga berbeda. Penari perempuan hal itu, salah satu budaya yang masih terpelihara membawa aksesoris berupa dua ikat bulu yang adalah tarian adat. Tarian adat yang sering dibawa di tangan kiri dan tangan penari. Pada ditunjukkan adalah tarian penari laki-laki, aksesoris yang dibawa berupa menyambut tamu. tameng dan mandau. [195] Abito Bamban Yuuwono. Peran, Fungsi, dan makna Arsitektur Rumah lamin dalam Budaya Adat Suku Dayak di Kutai Barat Kalimantan Timur. Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur. Surakarta: Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. Vol. 08. No. 12 A. Desember 2010 [196] Hamid Darmadi. Dayak Asal Usul dan Penyebarannya di Bumi Borneo. Jurnal Pendidikan Sosial (Sosial Horizon). Vol. 3, No. 2, Desember 2016 Rumah Adat Suku Dayak 215
Simbol identitas Suku Dayak lainnya adalah adanya senjata Mandau sebagai senjata khas Suku Dayak. Senjata Mandau juga dimaknai sebagi simbol kehormatan Suku Dayak. Dahulu, Mandau dianggap memiliki unsur magis sehingga keberadaannya menjadi hal yang sakral. Pemanfaatan Mandau hanya digunakan untuk hal-hal tertentu seperti perang dan perlengkapan upacara adat. Saat ini, mandau juga dimanfaatkan sebagai perlengkapan aksesoris dalam tarian adat maupaun sebagai perlengkapan pakaian. Ukiran dari mandau juga menunjukkan nilai seni yang cukup tinggi. Bagian gagang atau hulu pada mandau biasanya berbentuk kepala burung. Penambahan aksesoris berupa bulu burung dan taring binatang juga dapat menambah keindahan mandau. 216 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Suku Dayak Kalimantan Timur 217
Mappanretasi Budaya Bugis di Kalimantan Selatan [197]1 Mappanretasi adalah upacara adat suku Bugis di selalu siap menerima kedatangannya kapan saja, Pagatan, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan dan selalu mengingat orang itu baik di waktu senang Selatan, sebagai bukti rasa syukur kepada sang maupun sedih. pencipta[197]. Sejarah Mappanretasi sendiri Akhir cerita, Muhammad Saleh pun mengabulkan berawal pada tahun 1850. Seorang nelayan permintaan-permintaan dari orang bersurban dengan bernama Muhammad Saleh pergi melaut yang bantuan dari Sandro yang menjadi cikal bakal adanya mendapati sesosok orang bernampilan dengan kepala ritual. Sandro merupakan gelar keturunan dari surban putih di kepalanya, serta mengenakan baju kalangan leluhur yang dipercaya dapat berkomunikasi dan celana berwarna kuning. Kesepakatan terjadi dengan alam gaib. Sandro merupakan pemimpin utama antaraMuhammadaSalehdenganorangbersurban yang bertugas mencarikan titik sentral dimana posisi putih. Kesepakatan yang diberikan kepada orang penyerahan sesajen untuk dilepaskan di tengah laut. bersurban putih adalah kesediaannya untuk Sandro diwariskan secara turun temurun berdasarkan menjaga Muhammad Saleh dalam menangkap garis keturunan Sandro. Syarat yang harus dimiliki untuk ikan, selalu mengenang Muhammad saleh, dan menjadi Sandro adalah mengetahui proses ritual dan selalu membantu Muhammad Saleh dalam dapat memimpin acara Mappanretasi. Sandro dipilih menangkap ikan. Berbeda halnya dengan oleh lembaga adat dan masyarakat yang mempunyai Muhammad Saleh. Kesepakatan yang diberikan perilaku baik di tengah masyarakat dan mempunyai Muhammad saleh kepada orang bersurban adalah garis keturunan dari Sandro sebelumnya. memberi makan sebagai tanda persaudaraan, Mappanretasi Sumber: Iskandar, Roniansyah. 2016. Diunduh pada 7 November 2018, dari http://www.bingkaibanua.com/2016/05/kemeriahan-pesata-adat- mappanretasi-2016.html [197]1 Kontributor Artikel Yulia Nanda, Universitas Negeri Padang [197] Santoso, Rumaliadi, dkk. 2014. Analisis Pesan Moral dalam Komunikasi Tradisional Mappanretasi Masyarakat Suku Bugis Pagatan. Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No. 3 Oktober 2014: 233-250. 218 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Sandro yang pertama waktu itu adalah Wa’icu merupakan makanan atau sesajen yang dijadikan dan Pua’Daceng yang merupakan adik dari isteri untuk acara puncak. Masing-masing sesajen memiliki Muhammad Saleh. Tak lama setelah itu, Muhammad arti yakni ketan melambangkan unsur kejadian Saleh selalu membawa ikan yang banyak ketika manusia yang terdiri dari angin, api, air dan tanah. pulang dari melaut. Semakin seiring berjalannya Ketan merah melambangkan api, ketan hitam waktu Muhammad Saleh menjadi seorang yang melambangkan tanah, ketan kuning melambangkan kaya, bahkan diangkat menjadi kepala desa. air, dan ketan putih melambangkan angin. Telur rebus Ritual memberikan sesajen ke laut akhirnya tak melambangkan manusia dalam kehidupan. Bunga hanya dilakukan oleh keluarga Muhammad Saleh, rampai melambangkan manusia dalam kehidupan namun oleh seluruh warga kampung Pagatan. yang mulia. Dupa melambangkan keinginan agar Perkembangan Mappanretasi pada zaman acara berjalan lancar dan baik. Emas dan perak sekarang diubah menjadi Mappanre ri tassi atau melambangkan suatu penghargaan. Kesimpulan dari kegiatan makan di atas kapal. Perubahan nama semua sesajen yang dipersembahkan memiliki makna dari Mappanretasi menjadi Mappanre ri tassi untuk tertentu bagi kehidupan manusia maupun alam gaib menghindari dari adanya kegiatan yang bersifat syirik. yang berhubungan dengan laut dan alam semesta. Pemerintah mengkhawatirkan ritual Mappanretasi Ketiga, adalah Mallibu Wanuwa atau berkeliling karena sebagian pelakunya menganut keyakinan kampung. Sebelum rombongan sampai kepanggung Islam. Hakekat dari ritual Mappanretasi adalah utama terlebih dahulu dilakukan ritual Mallibu sebagai perwujudan syukur kepada sang pencipta. Manuwa yaitu ritula yang dilakukan dengan Mengganti ritual yang bersifat syirik dengan tetap berkeliling (Mallibu) benua atau daerah (Wanuwa) menguatkan budaya menjadi penengah antara dengan berdoa, bersholawat, dan berdzikir untuk pemerintah dan warga. keselamatan semua. Diadakannya ritual Mallibu Pelaksanaan pesta laut Mappanretasi ini memiliki Wanuwa adalah bentuk kesadaran masyarakat akan beberapa urutan. Pertama, adalah Mappammulagau pentingnya arti sebuah lingkungan. yang berarti musyawarah. Hal yang dibahas dalam Keempat, Prosesi Adat di Panggung Adat sebelum musyawarah adalah penetapan hari dilaksanakannya Turun ke Laut. Acara prosesi adat dimulai dengan Mappanretasi. Musyawarah dihadiri oleh Penata permohonan izin dari sesepuh adat kepada ketua Adat, Sandro, Tokoh Masyarakat, dan Pemerintah adat. Atas izin ketua adat, sesepuh menyampaikan Daerah. Selain penentuan hari H Mappanretasi hal kepada Sandro untuk minta izin segera turun ke laut. yang dikaji dalam musyawarah juga berupa teknis Acara selanjutnya adalah sesepuh adat mengajak sebelum acara dimulai. Beberapa persiapan yang seluruh tamu udangan seperti bupati dan masyarakat perlu dilakukan diantaranya berupa sumber dana untuk bersama-sama ikut turun ke laut melaksanakan yang akan dikumpulkan, kegiatan, atraksi-atraksi acara syukuran di laut (Massorong Olo). Acara prosesi kesenian, hiburan, perlombaan, pertandingan, adat di panggung menunjukkan kepada masyarakat dan pameran. Melalui Mappamulagau diharapkan cara memohon izin oleh seorang sesepuh adat. dapat menciptakan keeratan tali persaudaraan, Prosesi memohon izin oleh sesepuh adat juga kekompakan, dan tanggung jawab. Kedua, adalah mewakili keberadaan masyarakat Bugis sebagai Maddemme Berre yang berarti merendam beras sosok masyarakat yang menjunjung tinggi adab dan ke dalam air. Ritual ini dilakukan oleh Sandro sopan santun, khususnya dalam memuliakan tamu- dibantu oleh beberapa keluarga lain. Beras ketan tamunya. yang dipergunakan pada acara Mappanretasi 219
Melarung Sesajen Ke Laut Sumber: Iskandar, Roniansyah. 2018. Diunduh pada 7 November 2018, dari http://humasprotokol.kalselprov.go.id/2018/04/30/mappanreretasi- layak-jadi-even-wisata-nasional/ 220 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Kelima, acara puncak Mappanretasi. Puncak acara Mappanretasi ditandai dengan diserahkannya Olo (sesajen) oleh ibu sesepuh adat kepada Sandro Utama. Semua rombangan kemudian bersiap-siap menuju dermaga, tempat kapal-kapal yang telah dihias oleh para nelayan. Kapal hias yang telah berada di tengah laut oleh Sandro dan pendampingnya kemudian diperiksa kebenaran dari titik koordinat ritual. Sandro kemudian mencelupkan tangannya ke dalam air laut untuk memastikan kebenaran titik ritual penyerahan Olo. Ritual tersebut dilanjutkan dengan melakukan pembacaan doa, penaburan bunga, mengangkat parang pusaka, melakukan penyembelihan ayam, melarung ketan, melarung duplikat perahu, dan terakhir adalah menyantap makanan yang telah dibawa berikut sesajen yang telah dilarung ke laut. Semua makanan yang telah dilarung tersebut diambil kembali untuk menghindari mubazir. Setelah selesainya acara prosesi Mappanretasi di tengah laut, kapal-kapal hias memutar halun untuk kembali ke pantai Wiritasi dalam bentuk parade atau iring-iringan adu kecepatan antar kapal. Terakhir setelah sampai di dermaga, semua rombongan kembali naik ke Panggung Adat untuk mengikuti penutupan acara. Mappanretasi esensinya adalah wujud syukur masyarakat nelayan atas nikmat yang diberikan Allah SWT melalui sumber perairan laut selama satu tahun. Upacara Mappanretasi bertujuan untuk merasakan suasana kebersamaan, kekerabatan, silahturahmi antara etnis Bugis dengan etnis yang lain dapat terjalin dengan baik. Tradisi Mappanretasi di dalamnya juga terdapat acara selamatan yang bertujuan untuk memohon keselamatan agar selama melaut terhindar dari mara bahaya. 221
Budaya Tabuik Sumber: Hidayat, Rizky. 2010. Diunduh pada 19 Oktober 2018, dari https://www.flickr.com/photos/kidia/5981213131/in/photostream/ 222 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Kebudayaan SUMATERA 223
Festival Tabuik dari Pariaman Wujud Ritual Agama dan Budaya [198]1 Wilayah pesisir menjadi lokasi paling strategis untuk Festival Tabuik (*) masuknya berbagai kebudayaan. Para pendatang sengaja singgah atau menetap dengan tujuan yang kesepuluh dengan mengarak dan membuangnya berbeda-beda. Tradisi-tradisi yang berkembang ke laut.Tabuik yang dibuat sebanyak dua buah atau di masyarakat menjadi perwujudan akulturasi satu pasang. Tabuik yang dimaksud adalah Tabuik kebudayaan yang berasal dari pendatang dan Pasa (Tabuik Pasar) dan Tabuik Subarang (Tabuik membaur bersama masyarakat lokal. Festival Tabuik Seberang). Jenis tabuik tersebut berdasarkan di Kota Padang Pariaman adalah contoh populer dari lokasi pembuatan tabuik, yakni berada di sebelah perpaduan tersebut. Tabuik adalah festival agama utara dan selatan dari sungai yang membelah yang menggabungkan unsur-unsur lokal dan asing Pariaman. Tempat pembuatan tabuik biasa disebut sebagai cerminan pengaruh agama dan budaya. sebagai di Rumah Tabuik. Tabuik pada awalnya tumbuh dan berkembang di Kota Pariaman sejak datangnya Kolonial Inggris dan Apa saja prosesi di dalama Tabuik? Ritual tabuik Belanda ke Indonesia. Penyebaran budaya Tabuik terbagi ke dalam tiga tahapan yakni Pra Tabuik, sampai ke Pariaman pada akhir abad kedelapan PembuatanTabuik,danPembuanganTabuikkelaut. belas dan awal abad kesembilan belas. [198] Awal Acara Pra Tabuik dimulai dengan mengumpulkan masuknya Tabuik ke Sumatera Barat dibawa oleh para pemangku adat dan tabuik. Seluruh prosesi tentara dan petani India pada masa pemerintahan dimusyawarahkan mulai dari penggalangan dana, Inggris. Keturunan dari masyarakat India dan pelaksanaan tabuik, dan pembagian kerja. Saat penduduk asli yang menjadi pelaksana upacara Tabuik. Dari Bengkulu, upacara Tabuik kemudian dibawa ke Pariaman diduga oleh seorang pemimpin Muslim bernama Kadar Ali. [199] Kata Tabuik sendiri berasal dari Bahasa Arab yang berarti keranda. [200] Acara Tabuik digelar untuk memperingati kesyahidan Imam Hussein, cucu Nabi Muhammad dalam pertempuran Karbala pada 680 Masehi. Ritual agama berbalut budaya pada upacara Tabuik dimulai pada tanggal 1 sampai 10 bulan Muharram. Puncak acara Tabuik dilakukan pada hari [198]1 Kontributor Artikel: Yulia Nanda, Universitas Negeri Padang [198] Mason, Paul H. 2016. Jurnal. Fight-Dancing and the Festival: Tabuik in Pariaman, Indonesia, and Iemanjá in Salvador da Bahia, Brazil. Martial Arts Studies 2. 71-90 [199] Kartomi, Margaret. 1986. ‘Tabut - a Shia Ritual Transplanted from India to Sumatra’, in Nineteenth and Twentieth Century Indonesia: Essays in Honour of Professor J.D. Legge, edited by David P. Chandler and M.C.Ricklefs, Australia: Monash University, Centre for Southeast Asian Studies, 141-162. [200] Dalmenda dan Novi Elian. Makna Tradisi Tabuik oleh Masyarakat Kota Pariaman (Studi Deskriptif Interaksionisme Simbolik). Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya. Desember 2016 Vol. 18 (2): 135-151 [*] Sidauruk, Ares Jonekson Saragi. 2010. Diunduh pada 19 Oktober 2018, dari https://www.flickr.com/photos/aresjonekson/8092684056/in/photostream/ 224 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Tradisi pembuatan tabuik diawali dengan maambiak tanah (mengambil tanah), manabang batang pisang (menebang batang pisang), maatam (meratapi kesedihan), maarak jari-jari (mengarak jari-jari), maarka saroban (mengarak sorban), tabuik naiak pangkek (penggabungan tabuik bagian atas dan bawah). Setiap ritual dalam tabuik memiliki makna tersendiri. Prosesi maambiak tanah menyimbolkan prosesi pengambilan jenazah Husein dari Sungai Eufrat di karbala. Ritual Manabang Batang Pisang menggambarkan tentara Yazid melakukan perampasan harta dari keluarga Husein. Maatam menjadi penggambaran kesedihan terhadap orang yang telah meninggal dunia. Maarak jari-jari menyimbolkan jari-jari Husein yang telah dipotong oleh musuh. Maarak Saroban dimaknai sebagai semangat untuk membela kebenaran dan keadilan. Tahapan tabuik naiak pangkek menandakan telah siapnya seluruh rangkaian pembuatan tabuik untuk diarak dan dihanyutkan ke laut. Bentuk tabuik menyerupai kuda, bersayap, dan berkepala manusia. Penggambaran tabuik dianggap sebagai perwujudan Buraq yang dipercaya dapat membawa Husein ke langit. Ketinggian Tabuik sendiri mencapai dua belas meter yang dibuat dalam dua bagian. Bagian atas menyimbolkan menara dan bagian bawah dimaknai sebagai Buroq. Sejarah tabuik tidak hanya dimaknai sebagai ritual keagamaan saja, namun unsur budaya turut andil di dalamnya. Akulturasi nilai budaya setempat menghiasi keberadaan tabuik sebagai bagian dari Indonesia. Tidak hanya melulu menyoal mengenai Syiah, namun budaya musyawarah dan gotong- royong menjadi nilai tersendiri dalam ritual Tabuik. Kohesi sosial dan identitas wilayah turut serta menggaungkan nilai budaya yang melekat erat dari Pariaman untuk Indonesia. Budaya Tabuik Sumber: Sidauruk, Ares Jonekson Saragi. 2010. Diunduh pada 19 Oktober 2018, dari https://www.flickr.com/photos/ aresjonekson/8092688602/in/photostream/ 225
Dualisme Budaya Tato Suku Mentawai antara Adat Istiadat dan Medis [201]1 Mentawai merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Bahari. [204] Tato dari Suku Mentawai diperkirakan Sumatera Barat berjarak sekitar 90-120 mil dari menjadi tato yang pertama di dunia. Kenapa begitu? ibukota. Keberadaan Mentawai sebagai suatu pulau Keberadaan tato diperkirakan muncul bersama yang terpisah dengan Pulau Sumatera menjadikan kedatangan masyarakat Proto Melayu. Keberadan Mentawai terisolir dengan pusat keramaian masyarakat Proto Melayu ke Indonesia pada tahun kota. Terisolirnya suku Mentawai menjadikan 1500 SM – 500 SM [205]. Keberadaan tato menjadi masyarakatnya masih memegang teguh tradisi sisa kebudayaan pada masa prasejarah terutama leluhur berupa kepercayaan animisme. Animisme pada masa Neolitikum. adalah suatu kepercayaan bahwa benda-benda Tato pada masyarakat mentawai ini memiliki hidup ataupun mati memiliki roh. Istilah kepercayaan makna yang sangat sakral karena dianggap sebagai yang dianut oleh masyarakat Mentawai disebut keseimbangan alam.Tato pada masyarakat Mentawai dengan Arat Sabulangan. [201] Berdasarkan asal memiliki corak yang beragam seperti motif pohon katanya, Sabulangan terdiri dari kata Sa dan Bulung. sagu, motif binatang buruan, dan lain sebagainya. Sa berarti seikat dan bulung berarti daun. Apabila Salah satu ciri dari motif tato Suku Mentawai dirangkai dalam satu makna, maka Arat Sabulungan adalah motif Salio. Penggambaran dari motif Salio dapat bermakna daun-daun yang dirangkai dalam menunjukkan harga diri, identitas diri, dan simbol suatu ikatan kemudian diyakini memiliki suatu kekayaan. Beberapa alat dan bahan yang digunakan kekuatan ghaib dari roh-roh pujaan atau ketcat dalam proses menato meliputi: 1. Jarum, berfungsi dalam bahasa Mentawai. sebagai penusuk (rajah) di atas permukaan kulit Arat Sabulungan pada akhirnya menjadikan tubuh. 2. Tangkai kayu digunakan sebagai pemberi seni merajah tubuh atau tato dianggap sebagai kedudukan pada jarum agar dapat mempermudah salah satu wujud kepercayaan yang dianut Suku masuknya jarum ke dalam tubuh yang akan ditato. Mentawai. Menurut bahasa Mentawai, seni menato 3. Lidi (tulang daun kelapa) digunakan untuk dikenal dengan sebutan tik-tik [202] atau titi [203]. mempermudah dalam menggaris pola-pola tato. 4. Budaya tato diperkirakan sudah ada sejak tahun Tempurung kelapa berfungsi sebagai zat pewarna 1300 SM saat Ramses II berkuasa. Beberapa bukti tato. 5. Daun pisang, memiliki fungsi yang sama dapat terlihat pada mumi yang ditemukian di Nubia dengan tempurung yaitu sebagai zat pewarna. 6. Air dan Mesir. Tato yang paling terkenal berasal dari tebu berfungsi sebagai pengental campuran arang Mesir pada Dinasti XI yang ditemukan di Deir el- dan daun pisang. [201]1 Kontributor Artikel: Raudatul Husna, Universitas Negeri Padang sitas Negeri Padang [201 Herman Sihombing dalam Enem Ogok Saroro. 2015. Perubahan Makna Tato (Tiktik) sebagai Identitas Masyarakat Mentawai Desa Saliguma Kecamatan Siberut Tengah. Skripsi. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP). [202] Saroro, Enem Ogok. 2015. Perubahan Makna Tato (Tiktik) sebagai Identitas Masyarakat Mentawai Desa Saliguma Kecamatan Siberut Tengah. Skripsi. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP). [203] Rumbiati, Ambar Retno dan Yanladila Yeltas Putra. 2015. Konsep Diri pada Masyarakat Mentawai yang Memakai Tato. Jurnal RAP UNP. Vol. 6, No. 2, November 2015, hlm. 114-125 [204] Tassie, Geoffrey. 2003. Identifying the Practice of Tattooing in Ancient Egypt and Nubia. Paper. Instittute of Archeology 14(2003):85-101 [205] Munaf, dkk. 2001. Kajian Semiotik dan Mitologis terhadap Tato Masyarakat Tradisional Kepulauan Mentawai. Jakarta: Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional 226 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Suku Mentawai Sumber: Dollah, Muhammad. 2018. Diunduh pada 17 Oktober 2018, dari https:// www.instagram.com/p/BlGJhcijTeP/?taken-by=matasulu 227
Proses pembuatan tato pada masyarakat mentawai Proses Tato Suku Mentawai memiliki waktu yang cukup lama karena proses Sumber: Kelambit. 2018. Diunduh pada 17 Oktober 2018, menato merupakan bagian dari arat sibulanga. dari https://www.kelambit.com/kepulauan-mentawai/ Prosesi adat “Punen Kepa” dilakukan terlebih dahulu sebelum menato. Tujuan dari ritual adat sehingga masyarakat Mentawai wajib memilih salah tersebut adalah untuk menyingkirkan pengaruh satu agama yang diakui oleh pemerintah. Semenjak jahat terhadap kampung yang dihuni. Acara kepercayaan masyarakat mulai berubah, kebiasaan puncak upacara adat adalah melakukan perjalan ke menato tubuh sudah mulai berkurang. Faktor lain yang Pulau Siberut kemudian membawa manik-manik menyebabkan budaya tato mulai sirna adalah adanya khas Siberut saat kembali. Apabila kembali dengan kesadaran dari masyarakat Mentawai untuk menjaga selamat, baru diperbolehkan untuk menato diri. kesehatan tubuhnya. Prosesi menato sebenarnya Pembuatan tato Mentawai dilakukan sebanyak wujud dari penyiksaan tubuh yang berdampak tidak tiga tahap tahapan. Tahap pertama dilakukan baik untuk kesehatan. Tato memberikan dampak bagi pada saat berusia 11-12 tahun. Penatoan dilakukan kesehatan saat proses penusukan dan memasukkan pada pangkal lengan. Tahap kedua pada usia 18-19 pewarna ke dalam tubuh. Proses penusukan yang tahun dengan mentato bagian paha.Tahap terakhir tidak higienis akan menimbulkan infeksi serius pada dilakukan saat sudah dewasa. Proses menato kulit. Dampak yang ditimbulkan oleh tinta yang tubuh dimulai dengan upacara adat yang di sebut dimasukkan ke dalam kulit beragam yakni hanya ”Punen Enegat” yang dipimpim oleh seorang menimbulkan alergi bahkan dapat memicu terjadinya sikerei (dukun) yang bertempat di “Putukurat” kanker. Budaya tato saat ini tidak menjadi ritual yang yang menjadi tempat khusus penatoan. Proses disakralkan. Para pelancong dapat mencoba tato penatoan dimulai dengan membuat sketsa pada tanpa ritual adat terlebih dahulu. [207] tubuh menggunakan lidi. Sketsa gambar yang telah digambar pada bagian tubuh kemudian ditusuk- tusuk menggunakan jarum secara berulang. Proses penatoan dinyatakan selesai pada saat telah dimasukkannya pewarna (campuran arang dan daun pisang) ke tubuh yang telah ditusuk- tusuk menggunakan lidi. [206] Tradisi menato tubuh pada masyarakat Mentawai saat ini sudah mulai luntur. Lunturnya tradisi menato disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah masuknya agama dan sosialisasi kesehatan. Tahun 1954, arat sibulanga resmi dihapuskan, [206] Josi dan Juliana. 2011. Analisis Tradisi Mentato pada Suku Drung dan Suku Mentawai. Skripsi. Universitas Bina Nusantara. 2011 [207] Darsan P. Saulakan , dkk. 2015. Perubahan Makna dan Fungsi Tato di Desa Sioban Kecamatan Sipora Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 1954-2000. Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat 228 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Suku Mentawai Sumber: Kelambit 2018. Diunduh pada 17 Oktober 2018, dari https://www. kelambit.com/kepulauan-mentawai/ 229
Proses Membatik Sumber: Berita Rembang. __. Diunduh pada 17 Oktober 2018, dari https://pena3emas.wordpress. com/2011/11/14/proses-pembuatan-batik-lasem/ 230 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Kebudayaan JAWA 231
Harmonisasi Budaya Setempat dengan Pendatang Kota Pesisir Lasem Tahukah kamu Lasem adalah saksi bisu kejayaan Dahulu kala, Lasem merupakan kerajaan otonom imperium bahari Majapahit. Bangunan kuno di bawah kerajaan Majapahit. Keberadaan Lasem yang masih berdiri dengan kokoh menjadi bukti menjadi simbol kejayaan maritim Kerajaan adanya sejarah perkembangan peradaban masa Majapahit. Lasem sebagai kekuatan maritim saat lalu. Budaya Lasem nampak sebagai perwujudan ini telah mengalami masa kemuduran, namun akulturasi antara penduduk asli dengan pendatang. jejak-jejak kejayaan Lasem masih terekam pada Lasem dikenal sebagai kota maritime diperkuat lagi setiap bangunan-bangunan kunonya. Bangunan dengan kedatangan Laksamana Cheng Ho pada berarsitektur nuansa Cina nampak kental di setiap tahun 1413 M. Pelayaran Cheng Ho membawa sudut-sudut tepian kota pesisir Lasem. Bangunan sekitar 60 kapal besar dengan 27.000 awak buah bercat warna merah dan kuning menjadi ciri khas kapal [208]. Tak hanya dalam sekali pelayaran, etnis Tionghoa. Tak hanya itu saja ornamen naga namun kunjungan Cheng Ho yang berkali-kali dan beberapa tulisan Cina juga menjadi penciri memberikan dampak yang cukup signifikan bangunan peninggalan etnis Tionghoa. Kampung terhadap daerah singgahan. Pemerintahan pada Heritage di Desa Karangturi Lasem menjadi salah saat itu menunjuk beberapa kota pelabuhan seperti satu desa di Kecamatan Lasem yang masih kental Gresik, Surabaya, Tuban, dan Lasem sebagai daerah akan budayaTionghoa. Kentalnya budayaTionghoa yang bebas bagi rombongan Cheng Ho. Dampak tidak lantas menghilangkan budaya setempat. adanya kunjungan Cheng Ho membawa beberapa Akulturasi budaya nampak pada beberapa penduduk Cina menetap di sekitar wilayah bangunan dan motif batik yang dimiliki Lasem. pelabuhan yang disinggahi, termasuk Lasem. Pada Bangunan peribadatan berupa klenteng dan Abad ke XVI, daerah pelabuhan di Kecamatan Lasem masjid nampak harmonis berada dalam kompleks sering disinggahi kapal-kapal dagang asing.[209] yang sama. Keberadaan kelenteng sebagai tempat Lokasi Lasem merupakan daerah strategis terhadap peribadatan menjadi simbol bahwa masyarakat jalur pelayaran internasional. Berada di Pesisir Utara Cina pada saat itu memutuskan untuk menetap. Jawa menjadikan Lasem sebagai wilayah yang sibuk Perkembangan suatu permukiman Cina selalu terhadap arus perdagangan. [210] diikuti dengan pembangunan kelenteng baru. [208] Unjiya, M Akrom. Lasem Negeri Dampoawang Sejarah yang Terlupakan. Yogyakarta: Salma Idea [209] Hidayat, Anwar. 2009. Kajian Pola Struktur Ruang Kota lasem Ditinjau Dari Sejarahnya sebagai Kota Pantai. Skripsi. Semarang: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro [210] Rachman, Farhan Noor, dkk. 2013. Lasem Kota Sejarah yang Terpinggirkan Zaman. Rembang: [211] Kusrianto, Adi. 2013. Batik: Filosofi, Motif, dan kegunaan: Yogyakarta: Andi Publisher Motif Batik Lasem Sumber: Forum Economic Development and Employment Promotion Rembang. 2011. Diunduh pada 17 Oktober 2018, dari https://pena3emas.files.wordpress.com/2011/09/merahnya-batik-lasem1.jpg 232 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Wujud harmonisasi lainnya adalah berupa batik yang bahwa Lasem pernah menjadi tempat masuknya dibuat oleh masyarakat setempat. Beberapa motif penyelundupan candu. Pemerintahan Belanda khas Cina juga digoreskan pada selembar kain putih pada saat itu memiliki hak monopoli terhadap sebagai penciri batik Lasem. Warna cerah khas pesisir jalur perdagangan opium. Begitu mudahnya akses Utara juga terlihat dari teknik pewarnaan batik. Motif masuknya opium, meskipun pada saat itu jalur yang dimaksud adalah motif hewan dan tumbuhan. perdagangannya dijaga ketat oleh Pemerintah Hindia Setiap goresan batik tersebut dimaknai berbeda-beda. Belanda. Apakah sebagai strategi Belanda dan untuk Simbol naga melambangkan perlindungan, simbol mengadu domba Indonesia dan Cina? Hanya sejarah burung hong (phoenix) melambangkan kelembutan, yang dapat menjawabnya. Menurut kepala Dusun simbol ayam jantan melambangkan kemajuan dalam Dasun, bapak Gandor Sugiharto, Lawang Ombo usaha, dan beberapa simbol lain yang memiliki makna dimanfaatkan sebagai gudang penyimpanan opium yang mendalam. Motif tanaman yang biasa digunakan pada waktu itu. Lubang tersebut terhubung dengan adalah buah delima buah jeruk, bunga lotus, anggrek, Kelenteng Cu An Kiong untuk selanjutnya terhubung dan tanaman bambu. Buah delima menggambarkan Sungai Babagan hingga sampai ke Pelabuhan Lasem. kesuburan, Buah jeruk melambangkan kekayaan dan Sejarah kelam Lasem dapat dijadikan pelajaran nasib baik, bunga lotus menggambarkan kemurnian, terhadap pembangunan masa kini. Saat ini, Lasem bunga anggrek menggambarkan keagungan dan tengah berbenah untuk menjadikannya diakui kecantikan, serta tanaman bambu menggambarkan UNESCO sebagai salah satu warisan pusaka dunia. keuletan, kelembutan, dan umur panjang. [211] Keberadaan Lasem menambah keanekaragaman Tidak hanya pengaruh positif saja berada pada jalur budaya Indonesia terkait beberapa situs budaya yang strategis perdagangan Lasem. Sempat terdengar juga tersisa. Semoga ke depannya Lasem dapat menjadi contoh pelestarian warisan budaya Indonesia. [4] Kusrianto, Adi. 2013. Batik: Filosofi, Motif, dan kegunaan: Yogyakarta: Andi Publisher Vihara Peninggalan Bangsa Cina 233
Ritual Sedekah laut sebagai Perwujudan Syukur Kepada sang Pencipta Kebudayaan masyarakat Pesisir Selatan Jawa menyingkirkannya dari kerajaan. Guna-guna terkenal akan budayanya yang sangat kental. sengaja ditujukan sang Putri menyebabkan Legenda Nyi Roro Kidul menjadi bumbu pelengkap wajahnya menjadi buruk rupa. Singkat cerita, menambah mistisnya lautan selatan. Tenggelamnya akhirnya sang Putri diusir dari kerajaan karena takut seseorang, buruknya cuaca, serta kurangnya hasil nasib sial akan menimpa kerajaan. Atas bisikan dari tangkapan nelayan sering diidentikkan adanya makhuk gaib, akhirnya sang Putri menerjunkan pengaruh penguasa Ratu Selatan. Banyak versi kisah tubuhnya ke lautan. Mukjizat sekejap terjadi. Secara di balik keberadaan Ratu Selatan, Nyi Roro Kidul. menakjubkan, wajah sang Putri akhirnya kembali Santer berhembus bahwa penguasa selatan adalah cantik bahkan lebih cantik dari semula. Berhembus seorang putri yang berasal dari Kerajaan Padjajaran. kabar terdengar bahwa sang Putri akhirnya menjadi penguasa laut selatan. Kisah sang Putri tersebut Malangnya sang Putri memiliki ibu tiri terdengar sepanjang pesisir selatan Jawa. Legenda yang berkeinginan untuk tersebut berkembang dari masa ke masa dan turun temurun. Labuhan di Parangtritis Sumber: Edzan Raharjo. 2016. Diunduh pada 17 Oktober 2018, dari https://news.detik.com/berita/3205372/ keraton-yogyakarta-larung-baju-sultan-hb-x-di-pantai-parangkusumo-bantul 234 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Wujud penangkal ketidakberuntungan seseorang Berbeda halnya dengan ritual sedekah laut oleh selalu dikaitkan dengan beberapa ritual di laut keraton. Upacara labuhan oleh keraton dilakukan selatan, termasuk diantaranya adalah sedekah laut. dalam rangka satu hari setelah Jumenengen Ritual sedekah laut dilakukan oleh masyarakat (penobatan seorang raja), satu hari setelah Tingalan pesisir atau langsung dari keraton. Tidak sepenuhnya Jumenengan (peringatan satu tahun penobatan untuk tujuan penangkal kesialan, lebih dari itu, raja) biasanya disebut dengan Labuhan Alit, sedekah laut sebagai perwujudan syukur kepada dilakukan delapan tahun sekali (Labuhan Ageng), sang pencipta. Ritual rutin yang dilaksanakan oleh dilakukan dalam kondisi tertentu (contohnya adalah masyarakat pesisir selatan dilakukan setiap tahun ketika putra atau putri dari raja akan menikah).[212] sekali. Sedekah laut yang dilakukan berupa melabuh Upacara labuhan dilakukan pada tempat-tempat hasil alam atau kepala hewan. Beberapa ritual yang yang memiliki sejarah terkait dengan keberadaan dilaksanakan sebelum melaksanakan ritual adat, keraton Yogyakarta. Tempat bersejarah tersebut pemimpin upacara persembahan memanjatkan juga dimaknai sebagai petilasan. Labuhan yang doa-doa. Wujud akulturasi budaya dan agama dilakukan di tempat-tempat tertentu tersebut melebur menjadi satu dalam rangkaian ritual sekaligus sebagai upaya untuk menghormati dan sedekah laut. Doa-doa yang dipanjatkan tersebut menapak tilas perjuangan para pendahulu keraton. sebagai wujud syukur atas pemberian sang Pencipta. Adapun petilasan untuk Labuhan Keraton dilakukan Masyarakat merasa takut apabila beberapa ritual di empat lokasi yakni Pantai Parangkusumo, sengaja dihilangkan karena dapat mendatangkan Gunung Merapi, Gunung Lawu, dan Perbukitan malapetaka. Dlepih Khayangan.[213] [212] https://pgsp.big.go.id/labuhan-tradisi-upacara-adat-yang-masih-terjaga/ [213] https://kratonjogja.id/hajad-dalem/2/hajad-dalem-labuhan 235
Khusus pesisir selatan, keraton Yogyakarta memilih pakaian keraton, mata uang, bahan kosmetika Pantai Parangkusumo sebagai petilasan labuhan. tradisional, minyak wangi, benda-benda sesaji, dan Menurut legenda, Pantai Parangkusumo menjadi pusaka-pusaka keraton. Semua sesembahan dibawa tempat bertemunya Panembahan Senopati dengan berarak-arakan oleh para abdi dalem keraton. Semua Kanjeng Ratu Kidul. Saat itu, Panembahan Senopati pengiring menggunakan atribut keraton lengkap sedang melakukan pertapaannya. Pertemuan sesuai jabatan masing-masing. Sesembahan yang tersebut Kanjeng Ratu Kidul berjanji akan membantu akan dilabuh dipanggul bersama-sama. Semua Panembahan Senopati beserta keturunannya. bentuk sesembahan diletakkan pada suatu tempat Panembahan Senopati pada akhirnya berhasil yang terbuat dari papan atau bambu yang dikemas membangun kerajaan yakni Kerajaan Mataram, secara apik layaknya seperti sebuah tandu. Iring- sebagai penerusnya adalah Keraton Yogyakarta. iringan para abdi keraton tersebut disambut Ritual yang dilaksanakan oleh keraton adalah secara antusias oleh para warga masyarakat. Setiap melakukan labuhan berupa sesembahan atau Ubo rangkaian ritual adat yang dilakukan oleh keraton rampe. Beberapa diantaranya adalah pakaian- juga diikuti oleh warga-warga yang hadir dalam acara labuhan. Semua warga berkumpul agar dapat Pengangkatan Sesajian Labuhan Sumber: Edzan Raharjo. 2016. Diunduh pada 17 Oktober 2018, dari https://news.detik.com/berita/3205372/ keraton-yogyakarta-larung-baju-sultan-hb-x-di-pantai-parangkusumo-bantul 236 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
mengambil benda-benda keraton yang dilabuh. Tidak banyak orang menganggap semua barang yang berasal dari keraton akan dapat membawa berkah, segelintir orang lagi labuhan sebagai ritual ibadah, sebagian lagi menganggap sebagai budaya yang harus dilestarikan, dan beberapa lagi menganggapnya sebagai pembuang sial. Semua akhirnya dikembalikan lagi terhadap tujuan masing- masing. Semoga dengan adanya perbedaan tetap terjalinnya keharmonisan bersama. 237
Upacara Melasti Sumber: Moeliadi, Agoes. 2011. Diunduh pada 17 Oktober 2018, dari https://www.flickr.com/photos/ tenfingers-lotsofstory/6314165391/in/photostream/ 238 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Kebudayaan BALI DAN NUSA TENGGARA 239
Harmonisasi Budaya Nelayan Andon antara Adat Bali dan Jawa Nelayan andon atau biasa disebut sebagai nelayan singgah, merupakan nelayan yang berasal dari daerah lain untuk kemudian bermukim pada daerah yang disinggahi. Beberapa nelayan andon memiliki tujuan yang berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Khusus untuk nelayan andon yang berada di Desa Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, sebagian besar nelayan berasal dari Pulau Jawa. Adapun Pulau Jawa yang dimaksud meliputi Kota Malang, Kabupaten banyuwangi, Kabupaten Pacitan, dan beberapa kota/ kabupaten dari Provinsi Jawa Timur. 240 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Nelayan menjalin keakraban dan berbaur Sebelum acara dilaksanakan, tetua adat bersama penduduk lokal. Selayaknya sebagai melayangkan peraturan kepada para nelayan pendatang, para nelayan beradaptasi dan tersebut untuk dijalankan. Apabila melanggar, menjalankan adat istiadat yang dilakukan oleh akan dikenakan sanksi. Sanksi yang dikenakan penduduk setempat. Beberapa aturan yang berupa denda sejumlah uang. turut dijalankan. Wujud penghargaan budaya dari nelayan andon kepada penduduk pribumi adalah dengan tidak melakukan aktivitas melaut. 241
Beberapa upacara adat yang dilakukan di Pantai Kedonganan bermacam-macam, diantaranya sebagai wujud syukur atas hasil bumi yang telah diberikan, upacara untuk menolak bala, maupun upacara melarung abu keluarga yang telah tiada. Setiap upacara memiliki kekhasan dan kesakralan tersendiri. Upacara yang dilakukan di laut dapat dilakukan secara beramai-ramai atau hanya dilakukan oleh kelurga inti saja. Tidak semua upacara yang dilakukan di pantai mewajibkan para nelayan untuk tidak melaut, namun hanya upacara tertentu saja yang mengharuskannya. Upacara yang melibatkan seluruh warga terutama pada hari-hari tertentu, misalnya upacara Melasthi. Upacara Melasthi sebagai Tolak Bala Nasib Sial di Pantai Melasti Upacara Melasthi bertujuan untuk melakukan penyucian diri untuk menyambut hari raya Nyepi oleh seluruh umat Hindu di Bali. Upacara Melasthi biasa dilakukan di beberapa sumber air, misalnya danau dan laut. Sumber-sumber air tersebut dianggap sebagai air kehidupan yang dapat membersihkan dari perbuatan buruk atau hal-hal yang buruk pada seseorang. Ritual yang dilakukan pada upacara Mealsthi adalah melakukan sembahyang dan diakhiri dengan melarung benda- benda ke laut. Diharapkan dari adanya upacara tersebut akan muncul kehidupan baru yang lebih baik ke depannya. 242 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Upacara Pembuangan Abu Jenazah di Pantai Kuta, Bali 243
Filosofi Nyegara Gunung sebagai Wujud Kesatuan dengan Alam di Bali Utara[214]1 Konsep Nyegara Gunung berawal dari masuknya menuju ke gunung untuk melakukan penyucian agama Hindu ke Bali oleh Rsi Markadeya dari menggunakan sumber air. Ritual Nyegara Gunung Jawa Timur. Keterkaitan antara wilayah lautan dan menggunakan sesajen berbahan organik. Kenapa daratan nampak pada sejarah penguasaan wilayah begitu?Tujuannya adalah apabila sesajen dilarung, pelabuhan oleh raja-raja lokal yang bermukim maka tidak akan dapat merusak alam. Setiap warga di pegunungan [214]. Ideologi Nyegara Gunung diharuskan melakukan ritual dengan mengenakan memiliki filosofi terintegrasinya antara lautan dan pakaian adat. Tidak hanya berdampak untuk daratan. Nyegara Gunung juga dimaknai sebagai alamnya saja. Filosofi Nyegara Gunung juga dapat hubungan timbal balik antara daratan dan lautan. menjadi tradisi yang mempertemukan masyarakat Setiap tindakan yang dilakukan di daratan akan pegunungan dengan masyarakat pantai. berdampak di lautan, begitu pula sebaliknya. Gunung Terapan konsep Nyegara Gunung juga terdapat dan laut menjadikan pelengkap yang sempurna pada lokasi tempat peribadatan. Pura-pura untuk sumber penghidupan bagi makhluk hidup. dibangun di atas gunung atau laut. Pembangunan Segala ritual dalam Nyegara Gunung adalah wujud pura diidentikkan dengan penguasa pada zaman perenungan agar dapat mengantarkan roh leluhur dahulu. Pura berperan dalam mengubah religi masuk ke Surga. masyarakatnya. Pengaturan masyarakat akan lebih Beberapa konsep Nyegara Gunung diadaptasi mudah apabila didekati dengan lingkungan yang dengan baik oleh masyarakat Pesisir Bali Utara. religius. Penempatan pura yang menggunakan Perjalanan ritual dimulai dengan membawa sesajen sistem Nyegara Gunung menjadi sinkron dengan menuju ke pesisir. Upacara dipimpin oleh seorang keberadaan masyarakat. Setiap pura yang pendeta dengan melakukan ritual penyucian dibangun diharapkan dapat memancarkan aura diri ke laut. Beranjak dari laut, ritual dilanjutkan keagungan dari sang Pencipta. [214]1 Kontributor Artikel Raudatul Husna, Universitas Negeri Padang [214] Pageh, I Made dan Ida Bagus Rai. 2014. Identifikasi Pola Sosio-Kultural Nyegara Gunung di Bali Utara (dalam Persektif Trihita Karana). Jurnal Kajian Budaya. Vol. 10, No.20, Juli 2014 Nyegara Gunung Sumber: Agoes, Moeliadi. 2011. Diunduh pada 17 Oktober 2018, dari https://www.flickr.com/photos/tenfingers-lotsofstory/6314734447/in/ photostream/ 244 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Nyegara Gunung melibatkan masyarakat pesisir dan bekerjasama. Seperti masyarakat di daerah dan masyarakat gunung. Ritual Nyegara Gunung pegunungan mengembangkan berbagaia aktivitas ini memiliki nilai positif yaitu sebagai pemersatu di bidang pertanian dan peternakan. Masyarakat di masyarakat baik untuk wilayah gunung maupun daerah pesisir mengembangkan usaha di bidang pesisir. Pemaknaan konsep Nyegara Gunung juga pertambakan, penangkapan ikan, pembuatan dapat menyadarkan masyarakat akan pentingnya garam, dan sebagainya. Setiap masyarakat tersebut menjaga lingkungan hidup. Nyegara Gunung kemudian saling berbagi hasil dan terus berusaha merupakan suatu idiologi yang sangat dipercaya menghadapi rintangan. [215] oleh masyarakat akan pentingnya hidup berbagi [215] Mudana, I Wayan. 2013. Ideologi Nyegara Gunung: Sebuah Kajian Sosiokultural Kemiskinan pada Masyarakat Pesisir di bali Utara. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora. Vol. 2, No. 1, April 2013 Nyegara Gunung Sumber: I Nengah Januartha. 2011. Diunduh pada 17 Oktober 2018, dari https://www.flickr.com/photos/ janumedia/6063837132/in/photostream/ 245
Cerita Rakyat sebagai Pencetus Ritual Budaya di Lombok-NTB Cerita rakyat di berbagai daerah memang menjadi ke Pantai Kuta, Lombok, tak terkecuali seluruh daya tarik tersendiri. Tidak terkecuali cerita rakyat penduduk Lombok. Seluruh pemuda dan warga yang berkembang di Pulau Lombok. Alkisah di berkumpul untuk menantikan keputusan sang putri. pantai selatan Pulau Lombok terdapat kerajaan yang Para tamu undangan mulai kebingungan tatkala memiliki sorang putri yang cantik jelita bernama sang putri mulai berdiri di atas suatu bukit kemudian Mandalika. Kecantikan sang putri hampir memikat menjatuhkan dirinya ke laut yang dalam. Seluruh seluruh pemuda dari negeri seberang. Tak hanya hadirin yang menyaksikan kejadian tersebut secara cantik secara ragawi, namun sifat dan tutur katanya spontanitas kemudian ikut menceburkan dirinya pun demikian. Seluruh pemuda berlomba-lomba ke laut untuk menolong sang putri. Apa mau dikata ingin memikat hati sang putri. Setelah sekian ternyata mereka tak mendapati sang putri. Sesaat lamanya berpikir, akhirnya sang putri mencoba kemudian tiba-tiba muncul binatang kecil berbentuk untuk menentukan pilihan terbaiknya. Tiba di cacing panjang. Banyak yang beranggapan bahwa suatu waktu yang telah ditentukan, sang putri hewan tersebut merupakan jelamaan dari sang putri. akan membuat keputusan. Seluruh pemuda dari Binatang tersebut oleh penduduk lokal dinamakan negeri antah berantah diundang untuk berkumpul nyale. Hampir semua pantai di Lombok terdapat nyale. Patung Putri Mandalika Sumber: Yoniar Hufan Ramadhani, BIG 246 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Legenda yang berkembang di masyarakat menjadi Legenda yang diceritakan secara turun temurun adat dan budaya yang terus dilestarikan oleh secara tidak langsung merupakan salah satu upaya warga Lombok. Sampai saat ini, setiap setahun untuk mempertahankan kebudayaan setempat. sekali masyarakat setempat menyelenggarakan Budaya lekat dengan kebiasaan warga setempat upacara Bau Nyale. Upacara tersebut adalah untuk terkait dengan sejarah masa lalu. Pemerintah melalui menangkap Nyale yang terdapat di tepian pantai. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata turut mendukung Masyarakat meyakini bahwa Nyale tersebut akan terhadap upacara nyale yang diselenggarakan rutin mendatangkan kesejahteraan. Selain digunakan di Lombok. Penentuan tanggal penyelenggaraan sebagai santapan, Nyale juga dimanfaatkan untuk Bau Nyale dilakukan oleh pemangku empat penjuru menyuburkan tanah pertanian. Menurut beberapa mata angin bersama pemerintah. [216] Istilah dari penelitian yang telah dilakukan, Nyale tersebut rapat penentuan dilaksanakannya upacara Bau memiliki kandungan nutrisi yang tinggi untuk dapat Nyale itu sendiri dinamakan Sangkep Warige. meningkatkan gizi [216] http://lombokita.com/bau-nyale-2018-digelar-awal-maret/ Menangkap Nyale Muhajir, Anton. 2017. Diunduh pada 17 Oktober 2018, dari https://www.flickr.com/photos/antonemus/34009453286/ 247
Budaya Berburu Paus di Lamalera Nusa Tenggara Timur Lamalera adalah salah satu pemerintahan di Nusa satu jenis paus yang termasuk dalam kelas Mamalia Tenggara Timur setingkat kecamatan. Kota Lamalera ordo Cetacea [217]. Kotaklema menjadi salah satu terbagi atas dua wilayah, yakni Lamalera A (wilayah jenis paus bergigi dengan dominasi warna tubuhnya bukit) dan Lamalera B (wilayah tepian pantai). Wilayah adalah hitam dan abu-abu kecoklatan. Ukuran paus Pantai Lamalera memiliki karakteristik berupa pantai jantan dapat mencapai 15-18 meter, sedangkan berpasir dan landai. Karakteristik pantai tersebut paus betina mencapai 11-12 meter. Paus seguni sangat ideal untuk berlabuhnya kapal nelayan. (Orcinus orca) merupakan jenis paus pembunuh Berbicara mengenai Lamaleira, erat kaitannya dengan dari keluarga lumba-lumba. Masyarakat Lamalera budaya berburu paus. Berburu paus dilakukan pada jarang membunuh paus seguni karena keganasan musim lefa dan baleo. Musim lefa terjadi pada bulan pausnya berda pada level atas. Paus seguni menjadi Mei hingga November, sedangkan musim baleo penyeimbang rantai makanan di wilayah perairan terdapat tanda-tanda berupa semburan dari pantai. karena memakan ikan, lumba-lumba, anjing laut, dan Jenis paus yang diburu oleh masyarakat lemafa hiu putih. Selain paus, beberapa jenis hiu, lumba- adalah kotaklema dan seguni. Kotaklema atau lumba, dan mokku (sejenis ikan pari kuning) juga Sperm Whale (Physeter macrocephalus) adalah salah dilakukan perburuan oleh masyarakat Lamalera. [217] Sari, Ramadhan. 2015. Pengelolaan Sumberdaya Paus Sperma (Physeter macrocephalus) Berbasis Traditional Ecologial Knowledgw (TEK) di Lamalera, Nusa Tenggara Timur. Skripsi. Bogor: IPB Pantai di Lembata Sumber: Syukaery, Ahmad. 2014. Diunduh pada 17 Oktober 2018, dari https://www.flickr.com/photos/ytse-jam/15591837000/in/photostream/ 248 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Kapal yang digunakan oleh masyarakat untuk minum tuak. Sebelum berburu, terlebih dahulu berburu terdapat dua macam, yaitu peledang dan masyarakat melakukan upacara keagamaan dan sampan.[218] Peledang merupakan perahu besar adat untuk memanggil ikan paus supaya naik ke dengan panjang 10 meter dan lebar sekitar 1,5- atas permukaan air. Seluruh rangkaian upacara 2 meter, sedangkan sampan memiliki ukuran di keagamaan dibalut dengan nuansa Katolik. bawah peledang. Terdapat rangkaian upacara yang Upacara keagamaan dipimpin oleh seorang pastur, dilakukan oleh masyarakat Lamalera berupa upacara sedangkan upacara adat dipimpin oleh seorang adat dan keagamaan. Upacara adat dilakukan tuan tanah. pada saat pembuatan perahu dan sebelum Proses penangkapan dan pembagian hasil berburu. Upacara adat pada proses pembuatan tangkapan paus tersebut dilakukan secara perahu dinamakan toda ie. Upacara dipimpin oleh bergotong royong. Beberapa awak kapal (matros) atamolan dengan cara membenturkan kepala memiliki posisi yang beragam, yakni atamolan seekor ayam jantan pada lunas perahu kemudian (pembuat kapal), lamafa (juru tikam), dan laja darahnya dioleskan pada bagian-bagian lain alap (tuan layar). Kayu bahan peledang berasal sambil mengucapkan doa-doa. Rangkaian adat dari kayu kena dan kayu kepapa, yang terdiri dari selanjutnya adalah menuangkan tuak sedikit pada 5 pohon kena dengan diameter 70 cm dan kayu lunas perahu juga sambal mengucapkan doa. Ayam kepapa untuk dasar perahu atau lunas. Tali untuk jantan kemudian dibakar dan dimakan sambil [218] Batafor, Adam Harnadi, dkk. 1991. Nelayan Lamalera. Laporan Penelitian Tim ekspedisi Lamalera Kapalasastra (Keluarga Pecinta Alam Fakultas Sastra) UGM. Yogyakarta: Fakultas Sastra UGM Menangkap Paus Sumber: Erfepe. 2016. Diunduh pada 17 Oktober 2018, dari https://www.flickr.com/photos/erfepe/24698595234/ 249
Penjemuran daging Paus menangkap ikan berasal dari daun pohon lontar, daun pohon gebang, serat pohon waru, dan jalinan benang kapas. Pembagian hasil dibedakan menjadi beberapa bagian, yakni untuk pemilik sampan, pemilik layar, pemilik pukat, pemilik alat pancing, orang yang melakukan pukat dan memancing. Berburu ikan paus menjadi tradisi adat yang dilakukan secara turun temurun. Tradisi yang seharusnya terus diletarikan keberadaannya. Kenapa budaya berburu paus tersebut itu harus dilestarikan? Budaya berburu yang dilakukan oleh masyarakat Lamalera menggunakan perlengkapan tradisional. Penggunaan alat tradisional seharusnya tidak akan menyebabkan kepunahan terhadap hewan yang akan diburu. Waktu berburu juga dipertimbangkan secara matang melalui penetapan musim. Pada musim Lefa menjadi ajang untuk menangkap ikan besar secara bersama-sama. Tidak semua waktu pada musim lefa untuk melakukan perburuan paus. Terdapat masa blelagering untuk tidak melakukan perburuan koteklema (paus sperma) karena ikan pari berada pada jumlah banyak. [219] Pelarangan perburuan tersebut bertujuan untuk menghindari risiko kecelakaan pada saat berburu. Beberapa aturan ditetapkan warga untuk tidak berburu ikan yang sedang bunting, ikan paus muda, dan ikan paus yang sedang berhubungan intim. Tujuan berburu ikan sendiri oleh masyarakat Lamalera adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan bukan untuk tujuan komersial. Masyarakat Lamalera melakukan barter ikan paus tersebut dengan beberapa komoditas pangan lainnya untuk menyambung kehidupan. [219] Desrianti, Febrina. 2011. Perubahan Sosial Masyarakat Nelayan Lamalera Penjualan Daging Paus (Sudut Pandang Sosial Ekonomi, dan Ekologi). Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor Sumber: Syukaery, Ahmad. 2014. Diunduh pada 17 250 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia Oktober 2018, dari https://www.flickr.com/photos/ytse- jam/15652084598/in/photostream/
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334