Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Published by Parangtritis Geomaritime Science Park, 2022-03-14 05:48:08

Description: Buku Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia disusun agar memberikan informasi kepada masyarakat umum tentang keberagaman Indonesia dari beragam sudut pandang. Buku ini sengaja dihadirkan untuk memberikan warna berbeda mengenai Indonesia. Buku Geoekologi
Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia berisi delapan bab, yakni Bab 1 Geoekologi, Bab 2 Penutup Lahan, Bab 3 Geomorfologi, Bab 4 Sumber Daya Air, Bab 5 Flora dan Fauna, Bab 06 Kebudayaan, Bab 7 Ekonomi, dan Bab 8 Pariwisata yang kesemuanya dikemas dalam studi kasus ringkas mengenai hubungan interdependensi antara makhluk hidup dan kondisi alam sekitarnya pada regional wilayah indonesia.

Search

Read the Text Version

Geomorfologi 51

Geomorfologi PAPUA Pulau Pepaya Sumber: Anonim. 2018. Diunduh pada 26 Desember 2018., dari https://www.triptrus.com/ destination/1816/pulau-papaya 52 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Pulau Pepaya, Papua Busur Melanesia selama akhir Miosen/ Pliosen. Lebih lanjut, konvergensi tersebut memunculkan Pulau Pepaya terletak di KecamatanYaur, Kabupaten struktur kompresi [40]. Nabire, Provinsi Papua dan termasuk di dalam Luas Pulau Pepaya mencapai 3,75 hektar dengan Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. panjang garis pantai 1.194,88 meter [41]. Material Teluk Cenderawasih sendiri merupakan cekungan penyusun kepesisiran Pulau Pepaya adalah pasir yang berbentuk triangular embayment, sehingga yang berwarna cerah dengan lebar pantai mencapai memisahkan kepala burung dan badan burung 18 meter. Kemiringan pantainya mencapai 7O. Pulau Papua. Cekungan Teluk Cenderawasih Umumnya vegetasi yang ada di Pulau Pepaya ada pada deformasi kompleks antara subduksi adalah pohon kelapa dan tidak ditemukan biota Lempeng Indo-Australia (ke arah utara) dengan berbahaya. Lempeng Samudra Pasifik-Caroline (ke arah barat). Pergerakan kedua pasang lempeng tersebut menyebabkan konvergensi miring dan muncul [40] Rizka, G. M. (2013). Studi Pencitraan Struktur Bawah Permukaan Bumi Menggunakan Pemodelan Constrained Velocity Inversion dan Grid Based Tomography pada Lintasan Gmr165 di Daerah Teluk Cendrawasih. Jurnal Geofisika Eksplorasi, 1(02), 9-18. [41] Wahyudi, M., & Erny Poedjirahajoe, M. P. (2012). Kajian Ekologis Wilayah Pesisir dan Laut untuk Atraksi Ekowisata Bahari di Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada). 53

Pantai Warmamedi Sumber: Runtuboi, Ferawati. 2012. Diunduh pada 10 November 2018, dari https://repository.ipb.ac.id/ handle/123456789/62029 54 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Pantai Warmamedi, Papua Barat Pantai Warmamedi terletak di Kampung Warmandi, Secara umum, morfologi kepesisiran Pantai Distrik Abun, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Warmamedi dan sekitarnya relatif datar. Namun, Barat. Area Warmedi dan kawasan sekitarnya pada area tertentu terdapat tebing berbatu dengan memegang peran penting dalam kelangsungan kemiringan mencapai 45O [41]. Lebar pantai penyu belimbing (Dermochelys coriacea), sehingga bervariasi mulai dari 10—60 meter. Jenis batuan di dijadikan sebagai Suaka Margasatwa Jamursba sekitar area pantai didominasi oleh batuan sedimen Medi dan Kawasan Konservasi Laut Daerah dan vulkanik sehingga tanahnya didominasi oleh Abun. Akhirnya, pada 22 Desember 2017 Pantai podsolik dan latosol [43]. Substrat pasir pantai Warmamedi bersama Pantai Warmon ditetapkan bervariasi mulai dari pasir halus hingga pasir kasar sebagai Taman Pesisir Jeen Womom melalui dengan perbandingan kira-kira 1:3. Umumnya pasir Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor berwarna gelap. Area ini juga memiliki gelombang 53/KEPMEN-KP/2017 [42]. yang besar, khususnya pada periode November— Februari [44]. [42] https://www.papuabarat-icbe2018.org/id/article/taman-pesisir-jeen-womom-dulu-dan-sekarang/ [43] Suartana, I. K. G. (2013). Analisis Ekologis Kawasanpantai Warmamedi untuk Pengembangan Ekowisata Pantai di Suaka Margasatwa Jamursba Medi Propinsi Papua Barat (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada). [44] Balai Besar KSDA Papua Barat, 2010. Rencana Pengelolaan Suaka Margasatwa Jamursba Medi. Balai Besar KSDA Papua Barat, Sorong 55

Geomorfologi SULAWESI Mallawa Mallusetasi Sumber: Anonim. __. diunduh pada 11 Oktober 2018. dari https://mapio.net/pic/p-110320269/ 56 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Geomorfologi Pantai Mallusetasi, Sulawesi Selatan Pantai Mallusetasi merupakan salah satu pantai sedimen berumur Miosen Tengah sampai Pliosen yang terletak di Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi berselingan dengan batuan gunungapi berumur Selatan. Pantai Mallusetasi berada di Kabupaten 8,93-9,29 juta tahun, di mana batuan ini sekaligus Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Pantai Mallusetasi sebagai penyusun Formasi Camba. Sedimen klastik memiliki material yang dapat diidentifikasi melalui diendapkan di Lembah Walanae dengan tebal sekitar bahan galiannya. Bahan galian yang terdapat di 4500 m. Selain adanya sedimen klastik, juga ada Kabupaten Barru antara lain batu marmer, batupasir, material vulkanik dari aktivitas gunungapi selama monzonite (sejenis batuan beku intrusi), trass Miosen akhir sampai Pliosen Awal. Selama Pliosen (sejenis tuff vulkanik), serpentinite, lempung,dan kegiatan gunungapi juga diperkirakan masih aktif batugamping. [45] yang kemudian menghasilkan batuan gunungapi Keberadaan bahan galian tersebut tidak terlepas Pare-Pare dan Baturape Cindako. Pada masa Pliosen dari formasi geologi yang menyertainya. Batuan Akhir sudah mulai tidak ditemukannya aktivitas gunungapi berumur Paleosen (58,5-63 juta) vulkanik, namun yang mendominasi adalah aktivitas diendapkan di lingkungan laut kemudian menindih pengendapan. Pada Miosen Awal mulai juga sudah batu Flysch berumur Kapur Akhir. Formasi Tonasa dimulai adanya aktivitas tektonik. Munculnya sebagai dasar dari batuan gunung Miosen aktivitas tektonik menjadi permulaan terbentuknya Tengah kurang lebih setebal 3000 m. Batuan Walane yang diperkirakan terjadi pada awal Miosen Tengah. [46] [45] Priyono, Sugeng., et.al. 2005. Inventarisasi dan Evaluasi Mineral Non Logam di Kabupaten Pangkejene Kepulauan dan Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Kolokium Hasil Lapangan-DIM [46] Rochmanto, Budi dan Stefano Arby Franscies. 2012. Karakteristik Morfologi Pantai Mallusetasi Berdasarkan Data Spasial Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Prosiding Grup Teknik Geologi. Vol 6, Desemer 2012 57

Geomorfologi Pantai Wangi-Wangi, Sulawesi Tenggara Pantai Wangi-Wangi menjadi salah satu pulau yang Berdasarkan litologi penyusunnya, Pulau Wangi- berada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Banyak orang Wangi didominasi oleh Batu Gamping Koral. Terkait lebih akrab menyebut kumpulan pulau-pulau besar karakteristiknya,Pantaiyangterdapat diPulau Wangi- di Sulawesi Tenggara sebagai Wakatobi. Wakatobi Wangi terdiri dari Pantai berpasir, Pantai berpasir merupakan akronim dari empat pulau yang bercampur fragmen karang, dan pantai bertebing terdiri dari Pulau Wangi-Wangi, Pulau Kaledupa, karang. [48] Keberadaan batu gamping koral di Pulau Pulau Tomia, dan Pulau Binangko. Salah satu yang Wangi-Wangi erat kaitannya dengan pembentukan menarik perhatian terkait dengan Wakatobi adalah atol yang terdapat di Kepulauan Wakatobi. Adanya keindahan taman bawah lautnya. Tercatat bahwa batu gamping koral mengakibatkan karakteristik Wakatobi memiliki luas wilayah lautan lebih besar pantai memiliki material pasir berwarna putih. daripada daratannya, yakni dengan presentase Contoh Pantai berpasir di Pulau Wangi-Wangi sebesar 97% untuk lautan dan 3% untuk daratan. Keanekaragaman ikan di Taman Nasional Wakatobi cukup tinggi. Sebanyak 500 jenis ikan berhasil Geomorfologidiidentifikasi diTaman NasionalWakatobi. [47] meliputi Pantai Waha, Pantai Cemara. Pantai berpasir bercampur fragmen karang meliputi Pantai Wapia, Pantai Patuni, Pulau Matahora. Pantai bertebing karang meliputi Pantai Weki, Pantai Bungi, dan Pantai Batutobengko. SULAWESI [47] http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/basisdata-kawasan-konservasi/details/1/12 [48] Purbani, Dini, et. Al. 2014. Karakteristik Pantai Taman Nasional Wakatobi dalam Mendukung Potensi Wisata bahari: Studi Kasus Pulau Wangi-Wangi. Depik, 3 (2): 137-145. Agustus 2014 Terumbu Karang Sumber: Arifin, Muhammad. 2015. Diunduh pada 11 Oktober 2018, dari http://travelafin.blogspot. MallawcaoMma/2ll0u1se5t/a0s5/pulau-wangi-wangi-gerbang-utama-menuju.html 58 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

a. Gua Kuntamale di Wanci (Atas) dan b. Pulau Wanci (Bawah) Sumber: Arifin, Muhammad. 2016. Diunduh pada 11 Oktober 2018, dari http://travelafin.blogspot. com/2015/05/pulau-wangi-wangi-gerbang-utama-menuju.html 59

Geomorfologi MALUKU Sulamadaha Sumber: Rafikhalif, Dinar. 2016. Diunduh pada 11 Oktober 2018, dari http://kppnternate.net/artikel/tujuh- keunikan-kota-ternate 60 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Geomorfologi Pesisir Pulau Ternate Pulau Ternate terbagi atas dua belas macam bentuklahan, yakni Kawah, Lereng Puncak Kerucut Vulkanik, Lereng Atas Kerucut Vulkanik, Lereng Bawah Kerucut Vulkanik, Lereng Kaki Fluvio-Vulkanik, Aliran Lava, Maar Laguna, Maar Tolire Besar, Maar Tolire Kecil, Gisik Pantai, dan Daratan Antropogenik. [49] Luasan tertinggi dibandingkan dengan bentuklahan lainnya adalah Lereng Bawah Kerucut Vulkanik. Terkait dengan pesisir di Pulau Ternate, bentuklahan berupa gisik pantai terbentang mengelilingi Gunungapi Gamalama. Material hasil erupsi Gunungapi Gamalama mendominasi kawasan pesisir Pulau Ternate. Terdapat dua jenis material yang terdapat di kawasan pesisir Pulau Ternate yakni pasir halus berwarna hitam dan kerikil. Pasir berwarna hitam berasal dari aliran lahar yang dibawa oleh aliran lahar menuju ke pantai. Kerikil berasal dari material vulkanik yang dikeluarkan oleh Gunungapi Gamalama berupa batuan yang telah mengalami abrasi. Dominasi material vulkanik yang terdapat di Pesisir Ternate disebabkan oleh keberadaan Gunungapi Gamalama yang masih aktif. Gunungapi Gamalama tidak hanya menyebabkan karakteristik pasir berwarna hitam, namun ada hal unik lagi untuk digali lebih dalam. Pantai Tobololo memiliki sumber mata air panas yang dapat ditemukan di balik batu karang atau di dalam pasir. Uniknya, air panas yang dihasilkan merupakan air tawar. Sumber air panas disebabkan karena adanya air yang melewati titik panas kemudian mengisi sesar-sesar yang terdapat pada Pulau Ternate. Titik panas yang dimaksud merupakan panas bumi yang merupakan cabang magma induk. Panas yang dihasilkan oleh magma induk kemudian dirambatkan secara konduktif ke batuan dasar (bed rock). Suhu air tanah yang dihasilkan dari proses aliran air panas berkisar antara 26oC-35,5oC. Kisaran suhu paling tinggi masuk ke dalam kategori suhu hangat (sedang). [50] [49] Ikqra., Budi, Tjahjono., dan Euis Sunarti. 2012. Studi Geomorfologi Pulau Ternate dan Penilaian bahaya Longsor. Jurnal Tanah Lingkungan. Vol. 14 (1) April 2012: 1-6 [50] Rajab, Abdul Haris., Rohima, Wahyu Ningrum., dan Jumaris. 2015. Kajian Sebaran Air Panas di Kelurahan Tobololo dan Kelurahan Sulamadaha Kecamatan Pulau Ternate Kota Ternate. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisikan Al Biruni. Vol. 4, No. 1 (2015) Pulau Ternate Sumber: Rafikhalif, Dinar. 2016. Diunduh pada 11 Oktober 2018, dari http://kppnternate.net/artikel/tujuh-keunikan-kota-ternate 61

Geomorfologi Namrole Pulau Buru, Maluku Utara Berdasarkan catatan ilmiah terkait bentukan geomorfologi, Pulau Buru merupakan sebuah kompleks pegunungan dengan puncak tertinggi Gunung Kapalatmada. Sebagian kecil berupa dataran terutama di wilayah Waeapo, sisi timur laut Buru. Buru termasuk dalam kawasan di luar Busur Banda (jalur gunung api aktif ). Saat berkeliling ke pesisir Buru terhadap hal unik yang dapat ditemukan. Salah satu hal unik tersebut dapat dijumpai di Namrole. Bongkah-bongkah batu hitam berbentuk cenderung membulat terserak di Pantai Namrole, Kabupaten Buru Selatan, pada koordinat 3o 50’ 57” LS, 126o42’ 52” BT. Di beberapa sudut batuan tumbuh vegetasi mangrove, akarnya menyela di atas bebatuan itu, menjulur ke bawah untuk mencari sumber air sekaligus penguat ranting. [51] Pulau Buru, Maluku Utara Sumber: Andhie, Mow. 2016. Diunduh pada 11 Oktober 2018, dari: https://www.youtube.com/watch?v=wVZ7SVt1IJg 62 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Bongkahan yang dikenal dengan tipe lava basal saling melekat satu sama lain. Fenomena ini mencirikan ada aktivitas aliran lava akibat letusan gunung api purba, kemudian lava tersebut membeku di tepi Namrole, ibukota Kabupaten Buru Selatan. Keberadaan lava basal dapat menjadi bahan penelitian lebih lanjut akan sejarah geologi Buru masa lampau. Terkait dengan asal mula lava basal termasuk ke dalam kelompok Jura- Eosen (JE). Saat terbentukanya Formasi Mefa (Jm) yang terdiri dari basal dan tuf kemungkinan aktivitas gunung api berlangsung di bawah laut. [52] [51] Mustofa, Fakhruddin. 2013. Survei: Atlas Bentanglahan Maluku. Badan Informasi Geospasial: Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas [52] Widodo, Sri., et.al. 2007. Potensi Panas Bumi Wilayah Kabupaten Buru, Maluku. Buletin Sumber daya Geologi. Vol. 02, No. 1, Tahun 2007 Pantai Jikumerasa Sumber: Indonesian Traveler. 2013. Diunduh pada 10 Oktober 2018, dari http://indonesiantraveler93. blogspot.com/2013/09/buru-island-maluku.html 63

Geomorfologi Pulau Bair, Maluku Pulau Bair menjadi salah satu kepulauan di Indonesia Pulau Bair dengan Kepulauan Raja Ampat di Papua. berada di satuan wilayah Kepulauan Kei. Sama halnya Pulau Bair memiliki gugusan pulau terumbu karang dengan kepulauan di Indonesia, Pulau Bair memiliki yang terbentuk karena adanya endapan kapur yang keunikan dari segi geomorfologinya. Topografi Pulau dihasilkan oleh biota laut. Terumbu karang terbentuk Bair terletak pada ketinggian 0-30 meter di atas pada masa Pleistosen dimana saat itu terjadi variasi permukaan laut. Karakteristik pantai di Pulau Bair kedalaman laut di sepanjang paparan kontinental. merupakan pantai berbatu dengan dominasi tebing Proses pembentukan terumbu karang berhubungan dan batu karang. [53] Banyak orang yang menyamakan dengan adanya pemekaran kerak bumi . [54] Pulau Bair Tual, Maluku Tenggara Sumber: Sabigaju. 2018. Diunduh pada 11 Oktober 2018, dari: https://www.sabigaju.com/pulau-bair-pesona-raja-ampatnya-maluku-tenggara 64 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Pembentukan terumbu karang tidak terlepas dari keberadaan gunung berapi dasar laut pada masanya. Karang terbentuk dari perubahan gunung berapi dasar laut yang sudah tidak aktif lagi. Selama kurun waktu jutaan tahun, gunung api yang sudah tidak aktif kemudian berubah menjadi pulau karang. Formasi pertumbuhan karang dimulai dari formasi karang menjumbai (fringing reefs) kemudian berkembang menjadi barrier reefs, atol, dan terakhir menjadi gunung kecil di laut (guyot). [53] Rahantan, Rosdiana. 2017. Kajian daya Dukung dan Pengelolaan Pulau Bair sebagai Kawasan Wisata bahari Berkelanjutan di Kota Tual, Maluku. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada [54] Rosita, Sari. 1998. Aspek Geologi dan Sejarah Terbentuknya Terumbu Karang. Oseana, Vol. 23. No. 3 dan 4, hal. 1-9 Pulau Bair Tual, Maluku Tenggara Sumber: Mahendra, Dika. 2017. Diunduh pada 11 Oktober 2018, dari: https://www.instagram.com/p/BTiSE2HlnJ6/ 65

Geomorfologi KALIMANTAN Pantai di Kota Singkawang Sumber: Darlan, Yudi. 2012. Diunduh pada 10 November 2018, pada http://ejournal.mgi.esdm.go.id/index.php/bomg/article/view/47 66 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Sebagian Kepesisiran Kalimantan Barat Sebagian Kepesisiran Kalimantan Barat yang didominasi oleh tenaga long-shore current, di diulas mencakup dua kabupaten/ kota yaitu mana gelombang mengerosi bebatuan di sekitar sebagian Kabupaten Bengkayang (sebelah selatan) kepesisiran. Kecuali Teluk Sawah, semua pantai di dan Kota Singkawang (sebelah utara). Ditinjau zona kepesisiran Sungai Raya—Sedau didominasi dari karakteristik geomorfologinya, ada dua oleh proses erosi dengan energi pantai menengah- zona kepesisiran yang berbeda, yakni (1) Zona tinggi. Kepesisiran Sungai Raya—Sedau dan (2) Zona Morfologi pesisir didominasi oleh dataran aluvial Kepesisiran Sedau—Semelagi Kecil [55]. Zona yang relatif landai dengan diselingi sungai berpola Kepesisiran Sungai Raya—Sedau terletak di Desa aliran Trellis. Lebar sungai di zona kepesisiran relatif Sungai Raya, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, kecil jika dibandingkan sungai lainnya di Kalimantan, Kabupaten Bengkayang dan di Kelurahan Sedau, yaitu kurang dari 20 meter. Sungai-sungai tersebut Kecamatan Singkawang Selatan, Kota Singkawang. bersifat musiman. Jika terjadi pasang, sungai-sungai Sementara itu, Zona Kepesisiran Sedau—Semelagi akan membentuk rataan-rataan pasang surut di tepi Kecil berada di Kelurahan Sedau, Kecamatan sungai. Singkawang Selatan dan Kelurahan Semelagi Kecil, 2. Zona kepesisiran Sedau—Semelagi Kecil Kecamatan Singkawang Utara. Keduanya terletak Zona kepesisiran Sedau—Semelagi Kecil memiliki di Kota Singkawang. kondisi kepesisiran yang relatif seragam. Pantainya 1. Zona kepesisiran Sungai Raya—Sedau didominasi oleh material berlumpur dengan Zona kepesisiran Sungai Raya—Sedau memiliki tumbuhan mangrove. Gisiknya cenderung landai panjang garis pantai sekitar 27 kilometer. Lebar dengan kemiringan kurang dari 5 derajat. Panjang pantai/ garis pasang-surutnya diperkirakan gisik berlumpur kurang lebih 18 kilometer dan lebar mencapai 100—500 meter. Material gisik di zona ini gisik lumpur mencapai 200 meter. Zona ini memiliki terdiri dari pasir, berbatu, dan juga berlumpur. Gisik gisik dengan potensi erosi tinggi, namun dengan dengan material berpasir dapat ditemukan di Pantai energi gelombang rendah hingga menengah. Panjang dan Pantai Gosong, juga Pantai Teluk Suak Sementara itu, morfologi pesisirnya cenderung dengan tipe gisik saku. Pantai berbatu/ tanjung landai karena didominasi dataran aluvial. Kecepatan berbatu juga dapat ditemukan di Tanjung Banjar, aliran sungai relatif rendah namun pada musim Tanjung Batu Belat, Tanjung Gondol, dan Tanjung hujan, kecepatannya bertambah seiring banyaknya Bajau. Area yang didominasi material berlumpur air sungai yang ditampung. Proses geomorfologi banyak ditemukan di Teluk Sawah. Seringkali pada yang dominan pada zona kepesisiran Sedau- area yang memiliki material berlumpur ditumbuhi Semelagi Kecil adalah adalah tenaga marin. mangrove. Tenaga pembentukan gisik berpasir [55] Darlan, Y., & Kamiludin, U. (2016). Coastal Dynamics of Singkawang, West Kalimantan. Bulletin of the Marine Geology, 27(2), 77-86. http://ejournal.mgi.esdm.go.id/index.php/bomg/article/view/47 67

Persebaran Kepesisiran Singkawang-Bengkayang Sumber: Darlan, Yudi, 2012. Diunduh pada 10 November 2018, pada http://ejournal.mgi.esdm.go.id/index.php/bomg/article/view/47 arlan, Yudi. 2012. Diunduh pada 10 November 2018, pada http://ejournal.mgi.esdm.go.id/index 68 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Delta Barito Delta Barito secara administrasi masuk ke dua Tenaga geomorfologi yang mengontrol Kepesisiran provinsi yaitu Kalimantan Selatan dan Kalimantan Delta Barito adalah dominan marin, khususnya tenaga Tengah. Topografi Delta Barito hampir datar secara pasang surut yang menciptakan dataran pasang surut. menyeluruh. Topografi datar dibuktikan dari saat Pasang surut air laut membentuk lapisan tanah yang pasang terjadi. Gelombang pasang masuk hingga tipis. Selain pasang surut, tenaga lainnya yang ikut 25 kilometer dari garis pantai melalui sungai [56]. membentuk morfologi adalah long-shore current. Jika mengacu pada konsep zonasi kepesisiran, Material yang dibawa sungai akan mencapai laut dan maka garis pantai Delta Barito menjadi unik karena long-shore current akan membawa kembali material menjorok ke arah daratan melalui sungai akibat tersebut ke pantai. Lambat laun akan terbentuk beting pasang laut. gisik dari endapan material yang dibawa oleh sungai dan dipindahkan oleh long-shore current. Bentuklahan Delta Barito Sumber: https://repository.ugm.ac.id/123002/ [56] Arisanty, D., & Sartohadi, J. (2013). Morphodynamic of barito delta, Southern kalimantan (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada). 69

Geomorfologi SUMATERA Pantai Panjang Sumber: Harun, Shandy. 2015. Diunduh pada 22 Oktober 2018, dari https://www.flickr.com/photos/ sandyharun/24237601612/ 70 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Geomorfologi Pesisir Bengkulu Pantai Panjang berada di pesisir barat Kota spit yang berkembang ke arah selatan dan utara. Bengkulu dengan jarak sejauh 2 kilometer dari Lebih tepatnya berada diantara Tanjung Bengkulu pusat kota. Keberadaan Pantai Panjang menjadi dan Tanjung Kerbau. [59] Keberadaan pantai yang pengembangan wisata pantai, wisata urban, berbatasan langsung dengan Samudera Hindia wisata rakyat, wisata air, ekowisata, dan wisata menyebabkan kecepatan angin berkisar 20-40 km/ pelabuhan [57]. Pantai Panjang tersusun akan jam. Pantai dengan tipe terbuka memungkinkan keberadaan dataran pantai dan lereng pantai. dapat terbentuknya bukit pasir di tepian pantai. Keberadaan dataran pantai tersusun adanya Syarat kecepatan angin yang mampu membawa dataran aluvial dengan ketebalan 3-5 meter. endapan pasir ke daratan adalah sebesar 16 km/ Material yang menyusun pada dataran aluvial jam. Kecepatan angin yang bertiup di Pantai Panjang tersebut merupakan pasir lepas (sand loose). [58] telah memenuhi syarat untuk terbentuknya bukit Dataran Pantai Panjang juga ditemui adanya pasir. [57] Pratama, Handaka Fikri. Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang Bengkulu, Ditinjau dari Perspektif Wisatawan dan Masyarakat Lokal. Ekombis Review. [58] Refrizon, dkk. 2008. Penentuan Struktur Bawah Permukaan Daerah Pantai Panjang Kota Bengkulu dengan Metode Seismik Refraksi. Jurnal Gradien. Vol. 4, No.2, Juli 2008: 337-341 [59] Setyawan, Wahyu Budi. 2016. Kondisi Geomorfologi dan Pengelolaan kawasan Wisata Pantai Panjang Kota Bengkulu. Prosiding Seminar Nasional Kelautan XI. Universitas Hang Tuah: Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Pantai Panjang Sumber: Sari, Karina. 2007. Diunduh pada: 22 Oktober 2018, dari: https://www.flickr.com/photos/ karinasari/2504372635/in/photostream/ 71

Berbeda halnya dengan Tipologi Pesisir Mukomuko, berkerikil. Karakteristik pantai berupa gisik berpasir Bengkulu. Pantai Mukomuko juga berada di pesisir tersusun atas Aluvium Holosen sampai Formasi barat Sumatera dan berbatasan langsung dengan Bintunan Plio-Plstosen. Formasi Bintunan (Qas) Samudera Hindia. Pantai Mukomuko merupakan terdiri dari konglomerat aneka bahan, batupasir bagian dari Cekungan Bengkulu. Adapun material batuapung, batulanau, batulempung dengan sisa yang menyusun pada Formasi Bengkulu terdiri tanaman, sisipan lignit dan batugamping. Endapan dari Formasi Bintunan (tersusun oleh konglomerat, Rawa (Qas) berupa lempung mengandung sisa batupasir berbatuapung, batulanau, batulempung, tanaman dan pasir. Aluvium (Qa) lepas berukuran lignit, dan batu gamping), Endapan Rawa (lempung lempung-bongkah. Karakteristik gisik berkerikil juga dan pasir), dan Aluvium [60]. Karakteristik pantai tersusun dari Formasi Bintunan (Plie-Plistosen) yang yang terdapat di Pantai Mukomuko memiliki tersusun oleh aneka bahan, batupasir, batulanau, karakteristik pantai berupa gisik berpasir dan gisik batulempung dan batugamping. [61] [60] Kamiludin, Udaya, dkk. 2012. Kaitan Tipologi Pantai dengan Keberadaan Pasir Besi di Pantai Mukomuko, Bengkulu. Jurnal Geologi Kelautan, Vol. 10, No.2, Agustus 2012 [61] Kusnama, Pardede, R., dan Andi mangga, S. 2010 dalam Udaya Kamiludin, dkk. 2012. Kaitan Tipologi Pantai dengan Keberadaan Pasir Besi di Pantai Mukomuko, Bengkulu. Jurnal Geologi Kelautan, Vol. 10, No.2, Agustus 2012 Foto udara wilayah Mukomuko Sumber: Sbamueller. 2010. Diunduh pada 22 Oktober 2018, dari: https://www.flickr.com/photos/sbamueller/5010062131/in/photostream/ 72 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Keberadaan pasir besi di Pantai Mukomuko menjadi hal yang menarik dan patut dikaji lebih lanjut. Pantai bertipe gisik berpasir berasal dari hasil pelapukan dan erosi tanah oleh sungai yang diendapkan ke pantai. Keterdapatan magnetit pada material pasir pantainya diduga berasal dari Formasi Bintunan (konglomerat) dan Formasi Hulusimpang (Andesit tua dan batuan Gunungapi). Formasi penyusun material tersebut pada akhirnya tersingkap di daratan Mukomuko dan tersebar ke arah selatan Bengkulu. 73

Geomorfologi Pesisir Kota Padang, Sumatera Barat Pesisir Kota Padang berada pada pesisir barat Beting gisik berada di Kecamatan Koto Tengah. Pulau Sumatera. Pesisir Kota Padang berada Bentuk beting gisik memiliki karakteristik pada jalur patahan. Secara umum, bentuklahan memanjang di sepanjang pantai. Gisik pantai berada penyusun Pesisir Kota Padang terbagi ke dalam di Kecamatan Bungus Teluk Kabung dan Kecamatan empat macam bentuklahan, yakni bentuklahan Padang Selatan. Rawa pasang Surut berada di asal proses fluvial, marine, denudasional, dan Kecamatan Koto Tengah, yakni berada di Hilir Batang struktural. Setiap bentuklahan tersebut memegang Kandis. Bentuk lereng pada bentuklahan rawa peranan penting terhadap penyeimbang alam. pasang surut adalah cekung seperti penampang Setiap bentuklahan asal proses memiliki satuan sungai. Dataran Aluvial berada pada Kecamatan bentuklahan. Satuan bentuklahan penyusun Koto Tengah, Kecamatan Nangalao, Kecamatan pesisir Kota Pedang meliputi Beting Gisik, Gisik, Kuranji, Kecamatan Pauh, Kecamatan Padang Timur, Rawa Pasang Surut, Bura (Spit), Dataran Aluvial, dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Besaran Dataran Aluvial Pantai, Kipas Aluvial Aktif, Teras sudut lereng untuk dataran aluvial adalah 2-4 %. Sungai, perbukitan denudasional terkikis kuat, Dataran Aluvial Pantai berada di Kecamatan Koto kipas koluvial, dan perbukitan blok sesar. Tangah, Kecamatan Padang Utara, dan Kecamatan Pantai Tiram Sumber: Fakhri, Iqbal. 2017. Diunduh pada 22 Oktober 2018, dari https://www.flickr.com/ photos/144130211@N07/32250853833/ 74 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Padang Barat. Besar kemiringan lereng untuk Sudut lereng untuk bentuklahan kipas koluvial sebesar dataran aluvial pantai adalah sebesar 2-4%. Kipas 8-15 %. Perbukitan Blok Sesar memiliki sudut lereng Aluvial aktif berada di Kecamatan Bungus Teluk sebesar 15-55% yang ditemukan di Kecamatan Lubuk Kabung. Besar sudut lereng kipas aluvial aktif Begalung dan Kecamatan Lubuk Kilangan. adalah 3-15 %. Teras sungai memiliki bentuk relief Geologi penyusun pesisir Kota Padang meliputi aliran berombak. Teras Sungai banyak dijumpai seperti yang tidak teruraikan (Qtau), Aluvium (Qal), Tuf kristal, batang Bungus, Batang Arau, dan Batang Kandis. Andesit atau porfir dasit, batuan gunungapi Olgio- Perbukitan Denudasional Terkikis Kuat memiliki Miosen, batugamping jura, dan batuan sedimen kemiringan lereng sekitar 15-55% yang ditemukan jura [62] . Karakteristik pantai didominasi oleh pantai di Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Pauh, berpasir dengan ukuran butir sedang-kasar, berwarna Kecamatan Kuranji, Kecamatan Lubuk Kilangan, abu kecoklatan, mengandung mineral kuarsa, fragmen dan Kecamatan ungus Teluk Kabung. Kipas Koluvial batuan, dan mineral mafik.[63] Litologi penyusun Pesisir berada pada Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Padang Pariaman didominasi oleh endapan aluvium. Pauh, Kecamatan Kuranjo, Kecamatan Lubuk Dominasi material aluvium tersebut menyebabkan Kilangan, dan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. [62] Yosan, Ari. 2012. Respon Bentuklahan sebagai Peredam Gelombang Tsunami di Pesisir Kota Padang Sumatera Barat. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah mada [63] Solihuddin, Tb. 2011. Karakteristik Pantai dan Proses Abrasi di Pesisir Padang Pariaman, Sumatera Barat. Jurnal. Globe Volume 13 No 2 Desember 2011: 112-120 75

pantai mudah mengalami abrasi. Material aluvium adanya sedimentasi yang terdapat di setiap muara memiliki material bersifat lepas-lepas. Karakteristik sungai besar, seperti S. Gasan, S. Sunur, S. Tiram, dan S. material lepas-lepas inilah yang menjadikan mudahnya Anai. Berlimpahnya material yang dibawa oleh sungai mengalami pengikisan. Pantai Apar menjadi salah satu menjadi salah satu faktor terbentuknya laguna. Pantai di Kota Padang yang mudah mengalami proses Material yang mengendap di beberapa muara sungai abrasi. Bukti adanya kejadian abrasi ditunjukkan kemudian dihempaskan oleh gelombang laut. Peran oleh terdapatnya gawir abrasi setinggi 1,5-2 m. Bura arus sejajar pantai (longshore current) menyebabkan (spit) berada di Kecamatan Padang Utara yaitu pada pantai membentuk spit (pematang pantai). Muara Muara Batang Kuranji. Persentase sudut lereng pada sungai yang berpindah-pindah menyebabkan bentuklahan bura antara 0-8 %. luasan laguna juga bersifat dinamis. Terbentuknya Selain abrasi, Pesisir Kota Padang juga memiliki laguna laguna di pesisir Kota Padang juga dapat menambah di belakang pematang pantai. Laguna terbentuk oleh keberagaman ekosistem pesisir. Pantai Tiram Sumber: Mahendra, Vicky. 2014. Diunduh pada 22 Oktober 2018, dari https://www.flickr.com/photos/vicqyy/16622382064/in/photolist- MVvpLE-2a42JUn-2a42Jb8-ay6o52-bEQYmT-48dVDg-Sz5R7T-uNhDX7-rjS45d-nJgDTy-nNWyBb-5KbmBh-6LkNMD-6D9yoA-fPG4N4-5TENW1- 2a7kk19-eetHr6/ 76 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

77

Geomorfologi JAWA Terumbu Karang di Karimunjawa (www.mongabay.co.id) Sumber: Ambari, M. 2016. Diunduh pada 27 Desember 2018, pada http://www.mongabay.co.id/2016/09/06/menjaga-terumbu-karang-dunia- dari-kepunahan/ 78 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Pulau Menjangan Kecil, Kepulauan Karimunjawa Kepulauan Karimunjawa memiliki tiga pulau, salah Kepulauan Menjangan Kecil juga memiliki satunya adalah Pulau Menjangan Kecil. Proses penampakan geomorfologi bawah bawah air. geomorfologi yang di wilayah pesisir hingga Setidaknya, ada tiga tipe geomorfologi karang, pantai didominasi oleh tenaga marin. Proses yaitu tipe barrier reef atau potongan melintang geomorfologi oleh tenaga marin dibuktikan yang memiliki terumbuh karang peghalang. Tipe denganbanyaknya endapan pasir, pecahan lainnya adalah fringing reef dan yang terakhir karang, pasir-lumpuran, dan juga humus. Pulau adalah reef crest [64]. Tipe barrier reef dapat Menjangan Kecil masuk dalam klasifikasi dataran ditemukan di sebelah barat Kepulauan Karimun aluvial jika ditinjau dari bentuklahannya. Tenaga Jawa. Bentuklahan ini dapat dengan mudah geomorfologi lainnya yang turut mempengaruhi diidentifikasi karena umumnya berdekatan dengan perkembangan geomorfologi Pulau Menjangan lagoon yang kedalamannya berada di sekitar 13 Kecil umumnya berasal dari tenaga eksogen, di meter. Tipe fringing reef dapat ditemukan di sebelah antaranya adalah iklim, curah hujan, angin dan barat laut Kepulauan Karimunjawa. Tipe fringing reef lainnya. Adapun tenaga endogennya dikontrol umumnya berada di pantai dengan lebar sekitar 400 oleh jenis batuan dan juga topografinya. Beberapa meter. Tipe fringing reef biasanya identik dengan reef mineral yang menyusun material gisik adalah batu flat. Reef flat adalah geomorfologi terumbu karang pasir mikaan, kuarsa, serpih kuarsa, batu lanau yang menurun secara signifikan mulai dari inner reef kuarsa, batu pasir kuarsa, dan lainnya. Lempung, ke reef slope. Tipe geomorfologi terumbu karang lanau, dan pasir bercampur dan membentuk yang ketiga adalah reef crest yang dapat ditemukan lapisan dengan ketebalan 1—2 meter. di sebelah timur. [64] Dwianasari, W., & Priyono, K. D. (2017). Analisis Spasial secara Geomorfologi untuk Habitat Bentik Menggunakan Citra Pleiades di Sebagian Perairan Taman Nasional Karimunjawa (Doctoral dissertation, Univeritas Muhammadiyah Surakarta). 79

Area Kajian Pesisir Tuban Sumber: Google Map. 2018. Diunduh pada 27 Desember 2017, pada https://www.google.com/maps/ place/Kec.+Tuban,+Kabupaten+Tuban,+Jawa+Timur/@-6.9440328,112.04673,11.96z/data=!4m5!3m4!1s 0x2e77a2ae672ed041:0x9e63fa6f5cfc08d1!8m2!3d-6.8954851!4d112.029752 80 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Kepesisiran Sebagian Kabupaten Tuban Area pembahasan tulisan ini mencakup sebagian area yang berbatasan dengan muara sungai. Tenaga Kabupaten Tuban, yaitu Kecamatan Bancar, pasang surut menjadi pengontrol utama bentuklahan Jenu, dan Tambakboyo. Ditinjau dari kondisi ini. Ketika surut, material dari daratan akan menimbun dan bergantian dengan material dari arah laut ketika geomorfologi, terdapat enam bentuklahan yang ada terjadi pasang. di area pembahasan yaitu bekas tombolo, dataran Beting gisik adalah salah satu bentuklahan yang fluviomarin, tanah genting, beting gisik, dataran ada di sebagian area kepesisiran Kabupaten Tuban. Pembentukan beting gisik dipengaruhi faktor long- pantai, dan rawa belakang, [65]. Bekas tombolo dapat shore current yang membawa material pecahan ditemukan di Kecamatan Jenu, khususnya di hampir karang. Bentuklahan ini memanjang di seluruh gisik kecuali di Desa Sugihwaras. Bentuklahan yang seluruh Tanjung Awar-awar. Undak pantai yang ada di ada di sebelah selatan (masuk ke arah daratan) Tanjung Awar-awar disusun oleh batugamping koral adalah dataran pantai. Dataran pantai merupakan yang menandakan adanya proses pengangkatan perkembangan lebih lanjut dari beting gisik. Pada batuan di masa lalu [66]. Di antara bekas zaman dahulu, dataran pantai adalah beting gisik. tombolo dan daratan utama terletak Bergerak lebih jauh ke arah daratan, di belakang tanah genting. Dataran dataran pantai ada rawa belakang. Material penyusun fluviomarin dapat area ini didominasi oleh lempung dan juga banyak ditemukan di ditemukan vegetasi mangrove. [65] Richard, R., & Sunarto, S. (2015). Perubahan Garis Pantai dan Kerusakan Pantai di Kawasan Kepesisiran Kabupaten Tuban Bagian Barat. Jurnal Bumi Indonesia, 4(4). [66] Sarmili, L., & Hermansyah, G. M. (2016). Pembentukan Undak Batugamping dan Hubungannya dengan Struktur Diapir Di Perairan Tanjung Awar-Awar Paciran Jawa Timur. Jurnal Geologi Kelautan, 8(3), 127-138. 81

Geomorfologi BALI DAN NUSA TENGGARA Perahu Nelayan Papela Sumber: Arief, Darso. 2015. Diunduh pada 27 Desember 2018, dari: http://thayyiba.com/2015/09/28/1255/perahu-nelayan-papela/ 82 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Kepesisiran Papela, Pulau Rote, NTT Pantai Papela terletak di sebelah ujung timur laut tengah Pantai Papela (ditandai dengan Teluk Papela). Pulau Rote. Identifikasi Pantai Papela yang mencapai Di sepanjang pantai berbatu, terkadang disusupi oleh panjang 60 kilometer memiliki karakteristik yang gisik saku. beragam. Material penyusun gisik bervariasi mulai Pantai gisik saku disusun dari material lepas yaitu dari pantai pasir, gisik saku, lumpur, dan juga rataan Aluvium Holosen dan Batugamping Tersier [26]. batuan [67]. Lebar pantai bervariasi mulai dari 50 Keduanya memiliki resistensi yang bervariasi sehingga meter dan lebih lebar. Proses geomorfologi yang perlahan terjadi erosi dan menghasilkan gisik saku. didominasi oleh tenaga marin menyebabkan terjadi Contoh gisik saku pada area ini adalahTanjung Pukuafu, dinamika erosi pantai. Ada beberapa titik yang Pantai Usulain, Tanjung Sardale, dan Tanjung Airami. mengalami erosi dan titik lainnya stabil terhadap Pantai gisik saku memiliki warna pasir cenderung erosi. cerah, mulai dari putih hingga coklat terang, dan Pada pantai berbatu, khususnya di Tanjung Mondo, material pasirnya cenderung halus hingga menengah. berdasarkan istilah kepesisirannya, sebenarnya Geologi pantai Papela disusun oleh berbagai material: tidak memiliki pantai. Material penyusun Tanjung Kompleks Bobonaro Tersier, Aluvium Holosen, Mondo adalah tebing batuan sehingga tidak dan Batugamping Koral Kuarter. Berbagai macam terpengaruh oleh pasang surut air laut. Lebar pantai material penyusun tersebut memiliki resistensi yang berbatu di sepanjang Pantai Papela bervariasi mulai berbeda-beda mulai dari rendah hingga tinggi. Hal ini dari 5—50 meter. Di pantai berbatu terjadi proses menyebabkan variasi morfologi pantai berupa dataran simultan antara erosi tenaga gelombang dengan pantai aluvium hingga kak/ lereng perbukitan dengan gravitasi Bumi. Jenis pantai berbatu mendominasi di relief yang bervariasi. Pantai Papela, mulai dari Tanjung Pukuafu hingga di [67] Gerhanae, N. Y., & Kamiludin, U. (2016). Coastal characteristics of Papela and adjacent area, Rote Island, East Nusa Tenggara. Bulletin of the Marine Geology, 28(1), 21-29. 83

Pulau Nusa Penida, Bali Wilayah Pulau Nusa Penida dapat dibagi menjadi tiga, yakni (1) relief datar, (2) relief landai, dan (3) relief agak terjal. Relief datar ada di daerah Desa Toyapakeh, Ped, Kutampi, dan Bantununggul. Relief landai (4—9 derajat) ada di Desa Tangland, Sekartaji, Sakti, Bungamekar, Batumadeg, Lembingan, Jungutbatu, Klumpu, Kutampi, Batukandik, Pejukutan, dan Suana. Sementara di relief agak terjal (10-17 derajat), ada di desa Ped, Tanglad, Sekartaji, Sakti, Bungamekar, Batumandeg, Lembongan, Jungutbatu, Klumpu, Kutampi, Batukandik, Pejukutan, dan Suana. Formasi utama yang menyusun wilayah Karst Nusa Penida adalah Formasi Selatan, dengan jenis tanah dominan Mediteran Coklat. Meskipun berada di area dengan curah hujan berkategori rendah, Karst Nusa Penida dapat berkembang dengan baik. Perkembangan karst di Nusa Penida disebabkan karena adanya tutupan lahan yang rata di seluruh karst sehingga mampu menahan jatuhnya air hujan ke dalam tanah. Menurut pedoman perkembangan karst Van Zuidam (1979), maka area tersebut termasuk ke dalam karst dengan perkembangan dewasa. [68] [68] Tawan, I. G. (2013). Karakteristik Kawasan Karst di Pulau Nusa Penida Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung (Kajian Geomorfologi). Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha, 1(1). Karst Nusa Penida Sumber: Schultz, Tommy. 2017. Diunduh pada 27 Desember 2018, dari https://silkwindsmagazine.com/nusa-penida 84 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

85

Kota Mataram, NTB Endapan Aluvium Mataram dibedakan menjadi dua, yakni Endapan Fluviatil dan Endapan Pantai [70]. Kota Mataram relatif datar dengan dominasi Endapan Fluviatil dibagi menjadi dua, yaitu endapan wilayah kemiringan lereng 0—2 persen seluas 76 alur sungai dan endapan cekungan banjir. Keduanya, persen atau setara dengan e4.652 hektar. Dataran dibedakan berdasarkan ukuran dan jenis penyusun tersebut merupakan hasil endapan aluvium yang material endapan. Endapan alur sungai disusun terdiri dari kerakal, pasir, lempung, gambut, dan oleh material berukuran lemping hingga kerakal. pecahan koral. Dataran ini memanjang ke arah Sementara itu, endapan cekungan banjir didominasi utara-selatan hingga Kabupaten Lombok Barat. oleh endapan batu apung dengan sebaran yang luas. Di sekelilingnya ada perbukitan (utara, timur, dan Untuk endapan pantai, materialnya didominasi pasir selatan). Sementara, di sebelah barat menghadap lepas dengan sortasi baik. Endapan pantai banyak ke laut. Perbukitan tersebut berumur Tersier ditemui di pantai barat Kota Mataram [69]. kecuali lereng Gunung Rinjani yang berumur kuarter [69]. [69] Marjiyono, M. (2016). Potensi Penguatan Gelombang Gempabumi oleh Sedimen Permukaan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, 7(3), 135-144. [70] Santoso, Murtolo, dan Suharsono, 1994. Peta Geomorfologi Lembar Mataram, Nusatenggara Barat skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Abrasi Pantai Ampenan Sumber: Yanto. 2017. Diunduh pada 27 Desember 2018, dari https://www.suarantb.com/headline/2017/08/243523/Abrasi.di.Pesisir.Ampenan. Makin.Parah/ 86 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Sumber Daya Air 87

Sumber Daya Air PAPUA Pesisir Ransiki Sumber: Sabubun, Khajock. 2017. Diunduh pada 26 Desember 2018, dari https://www.youtube.com/ watch?v=SFzIMmsLyMo 88 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Kepesisiran Distrik Ransiki, Manokwari Data dan informasi tentang sumber daya air Arah aliran airtanah di Distrik Ransiki mendapat Distrik Ransiki diambil dari penelitian yang pengaruh topografi yang mengalir dari berjudul Evaluasi Potensi Sumberdaya Airtanah Pegunungan Arfak dan Namtul ke arah laut. Nilai Bebas di Distrik Ransiki Kabupaten Manokwari konduktivitasnya cenderung besar karena memiliki Provinsi Papua [71]. Ditinjau dari bentuklahannya, batuan poros dan airtanah mengalir secara Distrik Ransiki yang terletak di Kabupaten lateral. Jika dikaitkan dengan aktivitas manusia, Manokwari, Provinsi Papua termasuk dalam pembangunan permukiman telah sesuai dengan bentuklahan aluvial. Di area kepesisiran Ransiki, distribusi airtanah yang ada di Distrik Ransiki. terdapat akuifer bebas dengan karakteristik dan Penempatan permukiman berada di area dengan kualitas airtanah yang relatif seragam. Koefisien potensi airtanah tinggi hingga sangat tinggi. transmisivitasnya mencapai 8—50 m2 dan 50— Hanya sebagian kecil saja yang berada di wilayah 300 m2 atau dikategorikan tinggi. Kedalaman pesisir Ransiki. Kualitas airtanah di dekat laut juga muka airtanahnya cenderung dangkal yaitu menunjukkan gejala air payau. Uji daya hantar listrik kurang dari tiga meter (yang terdalam mencapai menunjukkan nilai >1000 µmhos/cm, sehingga tujuh meter) dan memiliki fluktuasi umumnya diperlukan studi lebih lanjut terkait perencanaan mencapai dua meter. Ditinjau dari nilai daya pembangunan. hantar listrik, nilainya bervariasi mulai dari <500 µ mhos/cm hingga >1000 µ mhos/cm. [71] Mirino, R. R. (2005). Evaluasi potensi sumberdaya airtanah bebas di Distrik Ransiki Kabupaten Manokwari Provinsi Papua (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada). 89

Kepesisiran Distrik Ransiki, Manokwari Data dan informasi tentang Neraca Airtanah Iklim Kabupaten Merauke termasuk tipe iklim Kabupaten Merauke diambil dari penelitian monsun dan masuk ke dalam zona intertropikal. Pemodelan Neraca AirTanah untuk Pendugaan Jenis iklim yang dimiliki Kabupaten Merauke Surplus dan Defisit Air untuk Pertumbuhan menyebabkan curah hujan yang terjadi Tanaman Pangan Di Kabupaten Merauke, Papua mendapatkan pengaruh dari angin muson. [72]. Merauke merupakan kabupaten dengan Umumnya, musim hujan terjadi pada Oktober— dataran yang sangat luas. Dari utara ke selatan Maret dan musim kemarau terjadi April— berturut-turut bentangalam Merauke terdiri dari September. Pola hujan yang mendominasi beting gisik, rawa belakang, dataran teras, dan Kabupaten Merauke adalah adanya perbedaan dataran pedalaman. Jika diklasifikasikan ke dalam tegas antara musim hujan dengan kemarau. bentuklahan, maka Merauke memiliki lima macam Setidaknya, Kabupaten Merauke mengalami defisit bentuklahan, yakni (1) aluvial, (2) marin, (3) fluvio- air 4—7 bulan dan surplus sekitar 3—6 bulan marin, (4) gambut), dan (5) struktural. dengan distribusi temporal yang berbeda-beda di setiap lokasi. [72] Djufry, F. (2015). Pemodelan Neraca Air Tanah Untuk Pendugaan Surplus dan Defisit Air Untuk Pertumbuhan Tanaman Pangan Di Kabupaten Merauke, Papua. Informatika Pertanian, 21(1), 1-9. 90 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Pantai Lampu Satu Sumber: Budhyharto , Yobi. 2013. Diunduh pada 26 Desember 2018, dari http://blog-yobibudhyharto.blogspot.com/2013/09/hutan-merauke- keindahan-terpendam-dari.html 91

Sumber Daya Air SULAWESI Kampung Bajo Samabahari di Kepulauan Wakatobi Sumber: Wisnonugroho, Susilo. 2017. Diunduh pada 26 Desember 2018, dari https://bohaywakatobi.blogspot.com/2017/02/manusia-bani-tatalea-ma-silangang.html 92 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Kondisi Hidrologi Kepulauan Wakatobi Data dan informasi tentang Kondisi Hidrologi air akan semakin payau. Masyarakat setempat Kepulauan Wakatobi diambil dari Laporan Akhir menampung air hujan ke dalam tangki-tangki air Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi [73]. sebagai cadangan untuk pemenuhan kebutuhan, Seluruh Kepulauan Wakatobi tidak memiliki mulai dari mencuci, mandi, dan kebutuhan kakus. sungai yang mengalir sepanjang tahun karena Musim hujan di Kepulauan Wakatobi juga tidak termasuk ke dalam bentuklahan karst. Kebutuhan berlangsung stabil akibat perubahan iklim. Tercatat air di Kepulauan Wakatobi diambil dari airtanah. di tahun 2011, Desember—Mei menjadi bulan Umumnya air diambil dari topa (gua) yang dengan curah hujan yang cukup tinggi. Sementara didominasi oleh pengaruh pasang surut air laut. Juni—November merupakan bulan dengan hari Semakindekatjaraknyadenganairlaut,makakondisi hujan paling rendah. [73] Laporan Akhir Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi diakses di http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/finish/76-5-1-wakatobi/749- rencana-pengelolaan-pariwisata-wakatobi 93

Sumber Daya Air MALUKU Pantai Tolire Menghadap Timur Laut Sumber: Salam, Ramdani. 2017. Diunduh pada 26 Desember 2018, dari Tipologi Akuifer pada Bentuklahan Marin dan Bentuklahan Gunungapi di Pulau Ternate. Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada 94 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Tipologi Akuifer Bentuklahan Marin di Pulau Ternate Data dan informasi tentang Tipologi Akuifer persebaran air tawar (berwarna merah), air laut (biru Kepesisiran Pulau Ternate diambil dari penelitian gelap), dan campuran keduanya (biru cerah). yang berjudul Tipologi Akuifer pada Bentuklahan Pada bentuklahan beting gisik di Kastela, nilai Marin dan Bentuklahan Gunungapi di Pulau Ternate resistivitas berkisar 2,02 – 8,9 Ωm (air tawar). Lensa [74]. Penelitian dilakukan pada Bentuklahan Marin air tawar mulai terlihat pada kedalaman 19 meter. Di Pulau Ternate, Maluku Utara. Secara lebih spesifik, Beting Gisik Tolire, nilai resistivitasnya 1,6 – 7,05 Ωm bentuklahan marin yang dibahas adalah beting (air laut). Air tawar yang ada di dekat permukaan gisik yang berada di tiga lokasi, yaitu Kastela, Tolire- merupakan hasil rembesan dari air tawar hingga Takome, dan Sulamadaha. Selain beting gisik, kedalaman dua meter. Di bawahnya, juga ditemukan juga ada dataran aluvial pesisir di timur laut Pulau adanya air laut hingga kedalaman 16 meter. Baru Ternate (Tanjung Tabam), di Tenggara (Kecamatan setelahnya, ditemukan lagi air tawar. Beting Gisik Ternate Tengah—Kecamatan Ternate Selatan), dan Sulamadaha juga menunjukkan dominasi pengaruh di selatan Pulau Ternate (Fitu). Potensi akuifer dapat air laut. Nilai resistivitasnya berkisar 8 – 15,4 Ωm dideskripsikan melalui pengukuran geolistrik di untuk air tawar. Air tawar terlihat pada kedalaman beting gisik maupun dataran aluvial. Hasil geolistrik 7—15 meter namun terputus di bagian tengah. adalah penampang melintang yang menunjukkan [74] Salam, Ramdani. 2017. Tipologi Akuifer pada Bentuklahan Marin dan Bentuklahan Gunungapi di Pulau Ternate. Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 95

Pantai Sulamadaha Menghadap Barat Laut (Kiri) dan Tenggara (Kanan) Sumber: Salam, Ramdani. 2017. Diunduh pada 26 Desember 2018, dari Tipologi Akuifer pada Bentuklahan Marin dan Bentuklahan Gunungapi di Pulau Ternate. Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada 96 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Bentuklahan dataran aluvial memiliki lapisan akuifer bebas dengan produksi baik. Keberadaan akuifer bebas karena adanya dominasi endapan gunungapi. Posisi akuifer bebas rendah sehingga tersusun atas material berbutir halus hingga sedang. Hasil pengukuran secara umum menunjukkan bahwa air laut muncul pada kedalaman setelah 15 meter. Nilai resistivitas airtanah di Dataran Aluvial Kepesisiran Tabam antara 20–90 Ωm. Air tanah ditemukan pada kedalaman 3—10 meter. Di Sangaji, air tawar ditemukan hingga kedalaman 12 meter. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Dataran Aluvial Kepesisiran Taman Ria yang menunjukkan percampuran air tawar dengan air laut hingga kedalaman 20 meter. Terakhir, di Dataran Aluvial Kepesisiran Sasa, ada air payau pada kedalaman 16 meter. 97

Sumber Daya Air KALIMANTAN Sungai Selakau Sumber: Surya, Joko. 2009. Diunduh pada 26 Desember 2018, dari https://mapsights.com/selakau/kapal-di-muara-sungai-selakau/24309100 98 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia

Hidrologi Kota Singkawang Data dan informasi tentang Hidrologi Kota Banyaknya sungai di Kota Singkawang Singkawang diambil dari Laman Laboratorium menyebabkan potensi banjir jika tidak ditangani Pemerintahan dan Museum IPDN [75]. Topografi secara baik. Seperti yang diketahui, pusat menjadi faktor dominan dalam karakteristik kota yang berada di Singkawang Tengah hidrologi Kota Singkawang. Kota Singkawang memiliki pembangunan yang sangat intensif. memiliki topografi datar di sebelah barat dan Selain masalah pembangunan yang intensif, utara. Sementara itu, di sebelah timur dan selatan permasalahan penyumbatan akibat sampah topografinya cenderung bergelombang hingga dan gulma juga meningkatkan potensi banjir bergunung. Ada banyak sungai yang mengalir di ketika musim hujan. Sungai Singkawang tidak Kota Singkawang dan berhulu dari selatan kota. akan mampu menampung aliran dari hulu jika Sebagian sungai mengalir ke sebelah barat ke arah kondisinya terhambat karena pusat kota relatif Laut Natuna dan sebagiannya mengalir ke utara lebih rendah. Beruntung telah ada terusan yang dan berakhir di Sungai Selakau. Sungai Singkawang menghubungkan Sungai Singkawang dengan adalah salah satu sungai yang bermuara ke Laut Sungai Selakau. Natuna dan berhulu dari Gunung Roban dan Gunung Poteng. [75] http://labpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/Profil-Kota-Singkawang.doc 99

Sumber Daya Air SUMATERA Potret Sungai Pisang Sumber: AlAmin.2018.Diunduh pada26Desember2018,dari https://www.kompasiana.com/a.history/5528584ff17e61a23c8b45b2/ sungai-pisang-negeri-paling-selatan-kota-padang 100 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook