STUDI EVALUASI PASTORAL KONSELING PADA LANSIA YANG HIDUP SENDIRI DI GBI BULU SEMARANG Tugas Metodologi Penelitian Yulia Fridani S NIM: 18.213.103.2.060 PROGRAM PASCASARJANA PASTORAL KONSELING SEKOLAH TINGGI TEOLOGI EFATA 2018
BAB I PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab I (satu) ini akan memberikan gambaran mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan signifikansi penelitian. 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia merupakan proses yang terus berlangsung. Sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Salah satu konsekuensi dari kejatuhan manusia kedalam dosa adalah hilangnya kehidupan kekal. Manusia mengalami kematian dan mulai memiliki batas waktu.1 Batas waktu ini dimulai sejak manusia dilahirkan, menjadi bayi, tumbuh menjadi anak-anak, remaja, dewasa, tua hingga akhirnya meninggal. Setiap proses ini akan mengalami fasenya masing-masing. Demikian juga dalam proses menjadi tua, banyak hal akan berubah mulai dari fisik hingga mental. James dalam Banner menyatakan usia lanjut adalah menurunnya secara berangsur-angsur sistem organis manusia menuju akhir kehidupan dan kematian.2 Usia lanjut menjadi tahap pamungkas didalam kehidupan manusia. Usia lanjut menjadi titik pangkal terakhir dimana kehidupan manusia sudah 1 Surja Kusuma, Kompas Iman (Yogyakarta: Rangkang Education, 2016), hal 163. 2 Banner Siburian, “Pelayanan Pastoral Bagi Lansia”, Sekilas Tentang Pelayanan Pastoral di Indonesia. Daniel Susanto (Jakarta: Majelis GKI Menteng, 2010), hal. 108. 1
2 mencapai titik akhir kehidupan. Kematian memang bisa menjumpai manusia dalam periode perkembangan apapun tetapi usia lanjut diidentikan dengan masa menjelang kematian. Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998, menjelaskan lanjut usia sebagai seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.3 Namun demikian, pemerintah menetapkan permulaan usia lanjut dengan memberikan pensiun. Pensiun normal adalah 55 tahun dan batas usia pensiun wajib maksimum adalah 60 tahun.4 Berdasarkan data proyeksi penduduk diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta).5 Warga lansia sama seperti warga negara lainnya yang memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti warga negara lainnya di Indonesia. Warga lansia juga menjadi bagian masyarakat yang diharapkan memiliki kontribusi bagi negara di usia senja mereka. Gereja Baptis Indonesia Bulu (GBI Bulu) beralamatkan di Jalan Indraprasta No. 13, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah memiliki jemaat dengan beraneka ragam. Jemaat yang dilayani memiliki rentang usia mulai dari anak-anak hingga lansia. Anggota yang terdaftar GBI Bulu sebanyak 140 orang. GBI Bulu dengan jumlah anggota aktif sebanyak 80 orang. 3 Lukas Eko S dan Dwi Endang S, Reksa Pastoral Adiyuswa Panduan Pendamping Pastoral Bagi Lansia (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2012), hal. 68. 4 “Undang-undang Tenaga Kerja Tidak Menentukan Batas Usia Maksimum”, www.gajimu.com (akses 16 Desember 2018) 5 Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Analisis Lansia di Indonesia (Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2017), hal.1.
3 Sama seperti gereja lain pada umumnya GBI Bulu juga memiliki jemaat lansia. Mereka beribadah bersama dan mengikuti kegiatan gereja. Jumlah lansia dari GBI Bulu adalah 20 orang. Populasi ini menunjukkan bahwa sebanyak 14% dari jumlah anggota yang terdaftar adalah lansia. Kedua puluh jemaat ini dilayani oleh GBI Bulu dengan berbagai aktivitas kegerejaan yang membantu kehidupan para lansia dengan TuhanNya. Periode usia lanjut, sama seperti halnya periode lain dalam perkembangan, akan ditandai dengan adanya kondisi-kondisi khas yang menyertainya. Tahapan lansia merupakan tahapan yang paling sulit dihadapi dibandingkan dengan tahapan perkembangan dan pertumbuhan yang pernah dilewatinya.6 Tahapan ini menjadi lebih sulit dihadapi selain karena berbagai perubahan yang terjadi namun juga karena dekatnya seseorang dengan kematian. Seseorang bisa merasakan ketidakmampuan beraktivitas berkaitan dengan proses penuaan. Tahapan ini menjadi lebih kompleks ketika lansia harus menghadapi keadaan tersebut seorang diri. GBI Bulu memiliki 7 orang jemaat lansia yang tinggal sendirian. Mereka tidak hidup bersama dengan sanak saudara maupun keluarga mereka. Ketujuh orang lansia ini mengurus kehidupan mereka sendiri di usia senja mereka. Mereka menjalankan segala aktivitas mereka sendiri tanpa bantuan dari keluarga terdekat. Munandar dalam Endah dan Sartini menyatakan kondisi-kondisi khas yang menyebabkan perubahan pada lansia diantaranya adalah tumbuhnya uban, 6 Totok S.Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral (Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia, 2014), hal.48.
4 kulit yang mulai keriput, penurunnya berat badan, tanggalnya gigi geligi sehingga mengalami kesulitan makan. Selain itu muncul juga perubahan yang menyangkut kehidupan psikologis lanjut usia, seperti perasaan tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru misal penyakit yang tidak kunjung sembuh atau kematian pasangan.7 Perubahan ini secara umum terjadi pada seluruh lansia. Setiap lansia akan merasakan hal yang sama dimana kondisi fisik dan mental akan mempengaruhi kehidupan mereka. Kondisi-kondisi khas ini tidak dapat dihentikan meskipun banyak teknologi yang berkembang untuk melawannya. Khalid mendaftarkan secara garis besar terdapat enam perubahan yang terjadi dalam perkembangan lansia yaitu perubahan tubuh/fisik, perubahan psikososial, perubahan spiritual, perubahan mental, perubahan intelegensia quantion (IQ), dan perubahan ingatan.8 Setiap perubahan ini berangsur-angsur terjadi selama proses bertambahnya umur. Perlahan-lahan tetapi pasti, lansia akan mengalami perubahan-perubahan ini. Perubahan akan terjadi secara kasat mata ataupun tidak kasat mata. Setiap perubahan akan menghasilkan konsekuensi yang berbeda bagi lansia. Lanjut usia selalu terdapat dalam komunitas masyarakat. Mereka menjadi bagian dari masyarakat, hidup dengan masyarakat dan beraktifitas dengan masyarakat. Warga lansia tidak bisa dianggap sebelah mata karena mereka adalah 7 Endah Puspita Sari dan Sartini Nuryoto, “Penerimaan Diri Pada Lanjut Usia Ditinjau Dari Kematangan Emosi”, jurnal psikologi, No.2 (2002), hal.74. 8 Khalid Mujahidullah, Keperawatan Geriatrik Merawat Lansia dengan Cinta dan Kasih Sayang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal. 15-24.
5 generasi terdahulu yang memunculkan generasi penerus. Mereka yang mewariskan dan mengajarkan falsafah hidup dan norma kehidupan kepada anak cucu mereka. Generasi penerus tidak akan ada tanpa generasi terdahulu. Lanjut usia potensial biasanya hidup di rumah sendiri atau tidak tinggal di Panti Wreda. Mereka masih mampu bekerja dan mencari nafkah baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya. Lanjut usia tidak potensial membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari- hari. Bagi yang masih memiliki keluarga, maka mereka bergantung pada keluarganya. Bagi yang tidak lagi memiliki keluarga, bahkan hidupnya terlantar, biasanya menjadi penghuni panti wreda yang berada di bawah naungan Departemen Sosial.9 Lansia di GBI Bulu sama seperti lansia pada umumnya yang mengalami banyak persoalan. Pemerintah mengidentifikasi masalah yang terjadi pada lansia menjadi tiga sub pokok yaitu masalah kesehatan, masalah ekonomi dan masalah sosial.10 Pertama, masalah yang dihadapi lansia adalah masalah kesehatan. Masalah kesehatan muncul karena menurunnya kemampuan fisik dan mental. Kebutuhan lansia akan kesehatan menyebabkan kebutuhan pelayanan kesehatan juga meningkat. Beberapa penyakit yang mengiringi lansia di antaranya arthritis (radang sendi) yang sekaligus menjadi keluhan tertinggi, menyusul 9 Yeniar Indriana, Gerontologi dan Progeria (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal. 1. 10 Kurniawan A. Wicaksono.“Pemerintah Identifikasi Tiga Masalah Lansia”, https://ekonomi.bisnis.com/read/20170507/12/651511/pemerintah- identifikasi-3-masalah-lansia (akses 4 Mei 2019).
6 hipertensi dan gangguan kardiovaskular, bronkitis, diabetes. Adapun stroke berada di peringkat keenam, disusul TBC, patah tulang, dan kanker.11 Kasus yang terkait karena penurunan kesehatan yang terjadi baru-baru ini yaitu seorang lansia diselamatkan dari bawah kolong jembatan tol di wilayah Jakarta Utara. Kondisi Pak Bernandus yang sakit dan tidak diurus keluarganya mengharuskan pihak Dinas Sosial melakukan penyelamatan. Pak Bernandus telah lama tinggal dibawah kolong jembatan tol setelah rumahnya dijual oleh anak tirinya.12 Kasus tentang pergumulan kesehatan juga dialami oleh para lansia di GBI Bulu. Menghadapi masa tuanya jemaat lansia mengeluhkan terjadinya penurunan kesehatan. Salah seorang jemaat harus menjalani fisioterapi setiap bulannya di rumah sakit. Syarafnya terjepit sehingga tubuh bagian kanannya tidak berfungsi secara sempurna. Hal yang lebih memprihatinkan jemaat tersebut hidup seorang diri. Kedua, masalah yang dihadapi lansia yaitu masalah ekonomi. Masalah ekonomi muncul karena menurunnya produktivitas kerja dan tidak dimilikinya jaminan sosial. Kemiskinan menjadi ancaman kesejahteraan terbesar bagi lansia. Hal itu dapat terjadi karena lansia memiliki pendapatan yang rendah, kesehatan dan gizi buruk serta akses terhadap pelayanan dasar berkurang. 11 Agregasi Koran Sindo. “Kesehatan Menurun, Ini Keluhan Sakit yang Sering Dialami Lansia”, https://lifestyle.okezone.com/read/2018/04/19/481/1888776/kesehatan-menurun- ini-keluhan-sakit-yang-sering-dialami-lansia (akses 4 Mei 2019). 12 Ivan Aza. “Tak Punya Keluarga, Dalam Keadaan Sakit Lansia Ini Diselamatkan dari Kolong Tol”, https://kumparan.com/ivan-aza/tak-punya- keluarga-dalam-keadaan-sakit-lansia-ini-diselamatkan-dari-kolong-tol (akses 4 Mei 2019).
7 Kementrian sosial mengakui bahwa lansia telah menambah beban ekonomi dan sosial.13 Masalah ekonomi terjadi karena hanya sedikit saja lansia yang memiliki pensiunan di hari tuanya. Masalah ekonomi menjadi masalah berat yang harus ditangani. Baru- baru ini di Konawe Utara, pasangan suami istri lansia harus menahan lapar dengan mengikat perutnya dengan ikat pinggang. Kondisi tubuh yang renta membuat mereka tidak lagi bekerja secara maksimal. Suaminya hanya bekerja sebagai pemungut kelapa dan istrinya hanya sebagai ibu rumah tangga biasa. Kondisi ekonomi yang tidak mencukupi mengharuskan mereka hidup dari belas kasihan tetangga.14 Ekonomi yang sulit juga dirasakan oleh beberapa jemaat lansia di GBI Bulu. Seorang ibu lansia yang baru ditinggal meninggal suaminya hidup dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. Rumah tersebut terbuat dari kayu yang sudah rapuh dan bila hujan bocor disana-sini. Dia tidak memiliki anak kandung dan hanya tinggal seorang diri. Hubungan dengan anak tirinya juga tidak berjalan baik. Dia tidak memiliki penghasilan secara tetap. Penghasilan yang selama ini dia dapatkan yaitu menjaga lansia tetangganya yang sakit stroke. Beberapa lansia di GBI Bulu memang memiliki pensiunan atau masih disokong 13 Ardan Adhi Chandra. “Kemensos: Banyaknya Jumlah Lansia Menambah Beban Ekonomi dan Sosial”, https://finance.detik.com/berita- ekonomi-bisnis/d-3215598/kemensos-banyaknya-jumlah-lansia-menambah- beban-ekonomi-dan-sosial (akses 4 Mei 2019). 14 Ahmad Akbar Fua. “Ikat Pinggang Penahan Lapar Jadi Saksi Kemiskinan Pasangan Lansia di Konawe Utara”, https://www.liputan6.com/regional/read/3931020/ikat-pinggang-penahan-lapar- jadi-saksi-kemiskinan-pasangan-lansia-di-konawe-utara (akses tanggal 4 Mei 2019)
8 oleh keluarga mereka namun tidak sedikit yang tidak mendapat bantuan finansial dari pihak manapun. Ketiga, masalah yang dihadapi lansia yaitu masalah sosial. Masalah sosial yang muncul diakibatkan dari perubahan pola kehidupan. Perubahan pola kehidupan ini terjadi karena rangkaian kehilangan hubungan dengan teman-teman dan keluarga, sistem kekeluargaan, nilai sosial yang terjadi di masyarakat dan hubungan dengan masyarakat, korban tindak kekerasan serta social exclusion. Pemerintah mencatat setidaknya 2,3 juta orang lanjut usia hidup terlantar. Selain masalah kemiskinan muncul karena ketiadaan daya dukung juga menjadi faktor pemicu selanjutnya.15 Hubungan sosial yang tidak baik dengan keluarga maupun masyarakat setempat menjadikan kondisi ini menjadi tidak menguntungkan. Kasus di Jakarta Barat telah menjadi berita yang memprihatinkan. Seorang Lansia harus diselamatkan dari atas selokan. Lebih miris lagi anak nya tinggal tidak jauh dari lokasi lansia ini ditemukan telah membuat surat pernyataan bermaterai tidak mengakui bapak ini sebagai anggota keluarganya.16 Hubungan sosial yang tidak baik juga dijumpai pada jemaat Gereja Baptis Indonesia Bulu. Seorang ibu lansia menempati sebuah kamar sempit setelah rumah warisannya dijual oleh keponakannya. Kasus yang lain terjadi di GBI Bulu adalah hubungan anak tiri yang tidak akur dengan ibunya. 15 Kompas.“Jutaan Orang Lanjut Usia Terlantar di Indonesia.” https://nasional.kompas.com/read/2012/04/11/04405453/jutaan.orang.lanjut.usia.t elantar.di.indonesia?page=all (akses 4 Mei 2019) 16 Herianto Batubara. “Lansia Telantar di Got Tak Diakui Anak, Ini Surat Pernyataannya”, https://news.detik.com/berita/d-3760982/lansia-telantar-di-got-tak- diakui-anak-ini-surat-pernyataannya (akses 4 Mei 2019)
9 Kondisi khas yang berubah pada kondisi lansia telah membuat masalah-masalah tersebut terjadi. Jay menyebut there are many problems that arise age in old age. One of the greatest of these is coping with change. Another is the fear of approaching death. A third is the loss of community. A fourth is the many possible physical effects of aging. A fifth may have to do with decreased mobility. To mention only one more, often there are problems connected with diminishing finances.17 Perubahan ini mengakibatkan berbagai tantangan dan masalah bagi lansia. Secara umum kaum lansia akan menanggapi setiap tantangan ini dengan dua macam sikap yaitu negatif dan positif. Pertama, kaum lansia akan menerima masa tuanya dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam. Kedua, kaum lansia akan cenderung menolak datangnya masa tua. Kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada. Dua cara pandang ini akan menghasilkan pemahaman, kesimpulan serta perilaku yang sama sekali berbeda.18 Cara pandang negatif, masa lansia yang dihayati sebagai masa yang menakutkan dan banyak masalah. Asumsi yang mengemuka dipahami sebagai sudah tua, sudah pensiun, dan sudah tidak berguna lagi, fisik menjadi lemah, banyak penyakit, dan makin banyak hambatan lain yang membuat hidup terbatas dan produktivitas menurun. Lansia merupakan periode akhir pada masa kehidupan. Lansia cenderung merasa kesepian, cemas dan takut, bahkan masa kini dan masa depan sering dipandang dengan pesimis. Hal ini juga terjadi pada lansia 17 Jay E. Adams, Pastoral Counseling (Michigan: Baker Book House, t.th), hal. 104. 18 Lukas, hal. 8-9.
10 di GBI Bulu. Lansia akan mengalami kehilangan dan kemunduran self-image. Hal yang mengikutinya adalah merasa diri tidak berguna dan merasa kehilangan status. Cara pandang ini menjadikan masalah karena tidak semua orang siap untuk menghadapinya. Bagi individu yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri, akan mengalami gangguan psikologis maupun fisiologis.19 Besarnya jumlah penduduk lansia yang menjadi beban jika lansia memiliki masalah penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya pelayanan kesehatan, penurunan pendapatan/ penghasilan, peningkatan disabilitas tidak ada dukungan sosial dan lingkungan yang tidak ramah terhadap penduduk lansia.20 Kedua, cara pandang yang positif muncul apabila masa lansia yang dihayati sebagai suatu berkat Tuhan. Kementrian kesehatan menyebutkan besarnya penduduk lansia akan berdampak positif apabila penduduk lansia berada dalam keadaan sehat, aktif dan produktif.21 Berpikir positif merupakan sikap mental yang melibatkan proses memasukkan pikiran-pikiran, kata-kata dan gambaran-gambaran yang konstruktif bagi perkembangan pikiran lansia. Pikiran positif menghadirkan sukacita, kebahagiaan, kesehatan, optimisme serta kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan.22 Cara pandang lansia juga dipengaruhi oleh kematangan emosi. Penelitian yang dilakukan oleh Endah dan Sartini menunjukan kematangan emosi menyumbang 31,20% terhadap penerimaan diri. Penerimaan diri yang baik dari 19 Ibid., hal.9. 20 Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, hal.1. 21 Ibid., hal.1. 22 Lukas, hal.14.
11 lansia terwujud apabila lansia memiliki kematangan emosi. Kematangan emosi akan membuat lansia mampu menerima kelebihan dan kekurangan dirinya serta mau hidup dengan keadaan tersebut. Selain itu, individu lanjut usia juga tahu cara meningkatkan dan memperbaiki kelebihannya dan mengurangi kekurangannya. Lebih lanjut individu dengan penerimaan diri memiliki kemampuan untuk mengekspresikan emosinya secara tepat dalam menghadapi berbagai keadaan dalam kehidupan sehari-hari.23 Anderson dalam Andi menyatakan suatu ketidakstabilan emosi bagi seseorang juga dapat di sebut sebagai ketidakmatangan. Banyak orang lanjut usia diketahui sangat tidak dapat berdiri sendiri, tidak bertanggung jawab dan tidak efektif. Mereka disebut tidak matang meskipun mereka dalam masa dewasa.24 Gereja memandang kaum lansia sebagai kaum yang berharga. Yesaya 46:4 menyatakan “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu.” Allah jelas sekali begitu mengasihi kaum lansia walaupun dengan kekurangan yang dimiliki. Kaum lansia jelas memiliki kekuatan tersendiri. Mereka memiliki kekuatan batin untuk bisa mengembangkan potensi lain di dalam dirinya. Mazmur 92:13-16 memberi tahu kita “Orang benar akan bertunas seperti pohon kurma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon, mereka yang ditanam di bait Tuhan akan bertunas di pelataran Allah kita. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk 23 Endah, hal.73-88. 24 Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa Bagi Penyesuaian dan Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal.18.
12 memberitakan, bahwa Tuhan itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan padaNya.“ Alkitab mencatat Allah memakai orang-orang lanjut usia untuk menyatakan kehendak-Nya dan melakukan tugas-tugas khusus. Pada Perjanjian Lama, ada beberapa nabi yang diutus Allah ketika mereka sudah uzur. Abraham dipanggil oleh Allah untuk meninggalkan negeri dan keluarganya pada usia 75 tahun. Ia kemudian pergi ke tempat yang tidak ia ketahui. Musa diutus oleh Allah untuk membebaskan bangsa Israel dari penindasan Firaun di Mesir pada usia 80 tahun. Yosua dipilih Allah untuk menggantikan Musa memimpin bangsa Israel merebut tanah kanaan pada usia 70 tahun. Elia menjelang akhir hidupnya diutus oleh Allah untuk menegur Raja Ahab. Yesaya pada usia lanjut dipanggil oleh Allah untuk menubuatkan kedatangan sang Juru Selamat. Perjanjian Baru mencatat bagaimana Allah memakai umat-Nya hingga tua untuk kemuliaan-Nya. Petrus, Yohanes, Yakobus, Paulus tercatat melayani Tuhan hingga akhir hidupnya.25 Gereja tidak bisa mengingkari kaum lansia sebagai pihak yang membutuhkan pelayanan khusus. Gereja memiliki andil yang besar membentuk pemahaman, kesimpulan serta perilaku para jemaatnya. Gereja harus bersiap dengan pelayanan yang membantu lansia untuk dapat menjawab pergumulan mereka dan membantu mereka menemukan cara pandang yang benar. Kaum lansia tidak dapat disisihkan dan tetap menjadi produktif di Gereja. Menemukan potensi kaum lansia dan menjadi generasi emas yang mendukung dalam 25 Lukas, hal.18.
13 pelayanan merupakan salah satu tugas panggilan Gereja. Perubahan spiritual akan semakin terintegrasi karena lansia sadar akan dekatnya umur mereka dengan kematian (sense of awareness of mortality). Keputusan untuk memaknai hidup bagi lansia bisa berawal melalui pengenalan yang benar akan Tuhan dan dirinya. Doa, ibadah, dan Roh Kudus akan menolong lansia tidak hanya dalam pengambilan keputusan namun juga untuk mengakrabkan diri dengan Tuhan. Lansia akan lebih terbuka dengan bimbingan Tuhan. Gereja juga menyediakan pertolongan dan bimbingan kepada jemaat tidak terbatas pada masalah besar saja. Pertolongan dan bimbingan itu harus terus menerus ada. Unsur terpenting dalam pertolongan ini adalah nasihat, penerimaan dan dukungan yang dapat diperoleh dari saudara-saudara seiman. Gereja pun menjadi tempat untuk tumbuh bersama. Hal lain yang mempengaruhi yaitu Alkitab. Alkitab berperan dalam pembentukan iman dan tabiat. Pengaruh moral dari Alkitab tidak terbatas kepada norma-norma dan petunjuk-petunjuk moral yang termuat didalamnya. Bahan historis, cerita-cerita, pembahasan theologis, mazmur dan nubuat turut menentukan tabiat dan kepribadian orang Kristen.26 Gereja Baptis Indonesia Bulu melakukan pelayanan pastoral konseling bagi para lansia. Pertama, Gereja Baptis Indonesia Bulu dalam bidang kerohanian mengadakan Sekolah Minggu Lansia. Sekolah Minggu Lansia diadakan untuk tumbuh kembang rohani para lansia. Sekolah Minggu Lansia diadakan di GBI Bulu pada hari minggu mulai jam 07.00. Acara dimulai dengan 26 Malcolm Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor- Faktor Didalamnya (Yogyakarta: STT Duta Wacana, 1981), hal.241-243.
14 doa pembukaan, kesaksian, pembahasan Alkitab, dan persembahan. Sekolah Minggu Lansia dipimpin oleh seorang guru sekolah minggu yang akan memimpin jalannya sekolah minggu. Guru sekolah minggu akan mengajar para lansia dengan menggunakan bahan khusus yang diterbitkan oleh Lembaga Literatur Baptis. Penyampaian bahan sekolah minggu menggunakan kurikulum yang biasa dipakai oleh dominasi Gereja Baptis sehingga diharapkan adanya tumbuh kembang dalam diri setiap jemaat lansia dalam memaknai hidupnya. Kelompok sel menjadi bidang kerohanian lainnya yang dilakukan oleh Gereja Baptis Indonesia Bulu. Kelompok sel ini memang belum secara spesifik hanya dikhususkan untuk para lansia namun, kelompok sel ini sangat membantu para warga jemaat lansia pada khususnya dan jemaat lainnya pada umumnya untuk mendalami firman Tuhan. Kelompok sel menjadi wadah warga jemaat untuk tumbuh bersama. Kesehatan para lansia juga menjadi perhatian Gereja Baptis Indonesia Bulu. Sesekali waktu diadakan pelayanan kesehatan bagi para lansia. Kunjungan kepada lansia yang sakit juga diprioritaskan oleh para hamba Tuhan di GBI Bulu. Gereja Baptis Indonesia Bulu juga memiliki dana diakonia yang digunakan untuk membantu para jemaat. Para lansia yang sakit akan dijenguk dan menggunakan dana diakonia. Gereja Baptis Indonesia Bulu juga bekerja sama dengan Yayasan Santa Maria membantu para lansia untuk mengurus pemakaman. Segala hal yang berkaitan dengan prosesi dan upacara pemakaman akan diurus oleh pihak Gereja dan Yayasan Santa Maria. Lansia yang mampu membayar bisa mencicil biaya
15 pemakaman setiap bulannya tetapi apabila lansia tersebut tidak mampu membayar biaya pemakaman akan disubsidi oleh gereja. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dan meringankan keluarga yang berduka apabila sewaktu-waktu kematian terjadi. Bakti sosial juga diadakan oleh Gereja Baptis Indonesia Bulu. Kegiatan bakti sosial ini bersifat momen pada waktu acara-acara tertentu seperti natal ataupun paskah. Walaupun demikian yang menjadi prioritas dalam acara ini adalah warga lansia yang membutuhkan. Pelayanan ini dilakukan untuk mewujudkan kasih Yesus Kristus. Sebagai bagian dari penggembalaan, pastoral konseling diberikan dengan penuh hikmat bagi Allah dan pada akhirnya akan memberi dampak bagi pertumbuhan iman warga jemaat.27 Orang dalam tahap perkembangan lansia sebaiknya mempersiapkan diri atau dipersiapkan dalam menghadapi berbagai macam krisis yang terjadi baik fisik, mental, spiritual-psikis, maupun krisis sosial.28 Lansia yang hidup sendiri sudah pasti mengalami tahap kehidupan yang lebih membutuhkan perhatian khusus. Berbagai macam krisis akan dijumpai dihidup mereka. Masalah-masalah yang umum dijumpai pada lansia akan terasa lebih rumit ketika mereka diperhadapkan pada kondisi mereka yang hidup sendiri. Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui apakah pastoral konseling yang dilakukan oleh pihak Gereja sudah memberikan pelayanan yang terbaik untuk membantu kehidupan para lansia. Pelayanan yang tepat kepada para lansia yang 27 Surja, hal.222. 28 Lukas, hal.48.
16 hidup sendiri pada khususnya diharapkan bisa membentuk lansia yang memiliki cara pandang yang positif terhadap masa tuanya dan menjadi lansia yang ideal. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Periode usia lanjut ditandai dengan adanya kondisi-kondisi khas yang menyertainya dan tahapan lansia merupakan tahapan yang paling sulit dihadapi dibandingkan dengan tahapan perkembangan dan pertumbuhan yang pernah dilewatinya. Tidak dapat dipungkiri, tahap ini merupakan tahap akhir kehidupan dan periode menjelang kematian. Perubahan ini mengakibatkan berbagai tantangan dan masalah bagi lansia. Secara umum kaum lansia akan menanggapi setiap tantangan ini dengan dua macam sikap yaitu negatif dan positif. Dari latar belakang masalah tersebut, diduga ada peranan pastoral konseling dilakukan oleh GBI Bulu terhadap kerohanian para lansia. 2. Seperti kebanyakan lansia pada umumnya, umur menua merupakan waktu dimana terjadi perubahan bentuk tubuh/fisik. Penurunan kesehatan juga terjadi pada masa ini. Masalah kesehatan yang lainnya yaitu gizi yang tidak mencukupi karena penurunan nafsu makan. Lansia juga sangat umum mengalami gangguan syaraf, penyakit kronis dan keterbatasan melakukan aktivitasnya. Pelayanan kesehatan yang dilakukan secara rutin diperlukan oleh para lansia. Dalam beberapa kesempatan acara gereja, GBI Bulu melakukan kegiatan aksi sosial berupa pelayanan kesehatan. Dari latar belakang masalah
17 tersebut, diduga ada peranan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh GBI Bulu terhadap kesehatan para lansia. 3. Pada tahapan ini, lansia mengalami penurunan produktivitas kerja dan tidak memiliki jaminan sosial. Kemiskinan menjadi ancaman kesejahteraan terbesar bagi lansia sebab pendapatan yang rendah. Hal ini dikarenakan hanya sedikit saja lansia yang memiliki pensiunan di hari tuanya. Beberapa dari mereka tidak memiliki pendapatan yang tetap. Beberapa lansia GBI Bulu yang hidup sendiri memiliki kondisi ekonomi yang tidak baik. Dari latar belakang masalah tersebut, diduga diperlukan pelayanan diakonia yang rutin bagi para lansia di GBI Bulu. 4. Lanjut usia membutuhkan bantuan orang lain dalam kehidupannya. Mereka membutuhkan bantuan keluarga, saudara seiman maupun masyarakat. Bagi yang masih memiliki keluarga, maka mereka bergantung pada keluarganya. Bagi yang tidak lagi memiliki keluarga, hal ini bisa menjadi masalah. Tahapan ini menjadi lebih kompleks ketika lansia harus menghadapi keadaan tersebut seorang diri. Gereja Baptis Indonesia Bulu memiliki jumlah lansia sebanyak dua puluh orang yang tercatat di tahun 2018 dan tujuh orang dinyatakan hidup sendiri. Masalah sosial yang muncul diakibatkan dari perubahan pola kehidupan. Perubahan pola kehidupan ini terjadi karena rangkaian kehilangan hubungan dengan teman-teman dan keluarga, sistem kekeluargaan, nilai sosial yang terjadi di masyarakat dan hubungan dengan masyarakat, korban tindak kekerasan serta social exclusion. Dari latar belakang tersebut diduga ada peranan GBI Bulu terhadap hubungan sosial lansia.
18 1.3. Pembatasan Masalah Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih terarah dan mempermudahkan dalam pembatasan sehingga tujuan penelitian akan tercapai. Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini yaitu dengan mengambil identifikasi masalah no 1, 3, dan 4. 1. Periode usia lanjut ditandai dengan adanya kondisi-kondisi khas yang menyertainya dan tahapan lansia merupakan tahapan yang paling sulit dihadapi dibandingkan dengan tahapan perkembangan dan pertumbuhan yang pernah dilewatinya. Tidak dapat dipungkiri, tahap ini merupakan tahap akhir kehidupan dan periode menjelang kematian. Perubahan ini mengakibatkan berbagai tantangan dan masalah bagi lansia. Secara umum kaum lansia akan menanggapi setiap tantangan ini dengan dua macam sikap yaitu negatif dan positif. Dari latar belakang masalah tersebut, diduga ada peranan pastoral konseling dilakukan oleh GBI Bulu terhadap kerohanian para lansia. 3. Pada tahapan ini, lansia mengalami penurunan produktivitas kerja dan tidak memiliki jaminan sosial. Kemiskinan menjadi ancaman kesejahteraan terbesar bagi lansia sebab pendapatan yang rendah, Hal ini dikarenakan hanya sedikit saja lansia yang memiliki pensiunan di hari tuanya. Beberapa dari mereka tidak memiliki pendapatan yang tetap. Beberapa lansia GBI Bulu yang hidup sendiri memiliki kondisi ekonomi yang tidak baik. Dari latar belakang masalah tersebut, diduga diperlukan pelayanan diakonia yang rutin bagi para lansia di GBI Bulu.
19 4. Lanjut usia membutuhkan bantuan orang lain dalam kehidupannya. Mereka membutuhkan bantuan keluarga, saudara seiman maupun masyarakat. Bagi yang masih memiliki keluarga, maka mereka bergantung pada keluarganya. Bagi yang tidak lagi memiliki keluarga, hal ini bisa menjadi masalah. Tahapan ini menjadi lebih kompleks ketika lansia harus menghadapi keadaan tersebut seorang diri. GBI Bulu memiliki jumlah lansia sebanyak dua puluh orang yang tercatat di tahun 2018 dan tujuh orang dinyatakan hidup sendiri. Masalah sosial yang muncul diakibatkan dari perubahan pola kehidupan. Perubahan pola kehidupan ini terjadi karena rangkaian kehilangan hubungan dengan teman-teman dan keluarga, sistem kekeluargaan, nilai sosial yang terjadi di masyarakat dan hubungan dengan masyarakat, korban tindak kekerasan serta social exclusion. Dari latar belakang tersebut diduga ada peranan GBI Bulu terhadap hubungan sosial lansia. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus masalah yang sudah dilakukan di atas, maka dapat disusun rumusan pernyataan masalah penelitian. Rumusan masalah penelitian dapat ditulis dalam bentuk kalimat tanya atau pernyataan yang jelas.29 Dalam penelitian ini rumusan masalah penelitian berbentuk kalimat tanya, sebagai berikut: 1. Bagaimana pastoral konseling dalam bidang kerohanian pada lansia yang hidup sendiri di GBI Bulu Semarang? 29 Sumanto, Pembahasan Terpadu Statistika & Metodologi Riset, Buku 1 (Yogyakarta: ANDI, 2002), hal.19.
20 2. Bagaimana pastoral konseling dalam bidang ekonomi pada lansia yang hidup sendiri di GBI Bulu Semarang? 3. Bagaimana pastoral konseling dalam bidang sosial pada lansia yang hidup sendiri di GBI Bulu Semarang? 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai setelah penelitian dilakukan, yaitu untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan.30 Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pastoral konseling dalam bidang kerohanian pada lansia yang hidup sendiri di GBI Bulu Semarang. 2. Mengetahui pastoral konseling dalam bidang ekonomi pada lansia yang hidup sendiri di GBI Bulu Semarang. 3. Mengetahui pastoral konseling dalam bidang sosial pada lansia yang hidup sendiri di GBI Bulu Semarang. 1.6. Signifikansi Penelitian Signifikansi penelitian menjelaskan tentang manfaat dari penelitian itu sendiri. Adapun signifikansi penelitian itu ada dua, yaitu pertama, kepentingan untuk mengembangkan ilmu atau signifikansi secara teoritis dan kedua, 30 Riduwan, Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2009), hal.11.
21 signifikansi praktis ialah membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada objek yang diteliti.31 1.6.1. Signifikansi Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi berupa pemahaman dan pengetahuan ilmu teologi khususnya dalam bidang pastoral konseling. 2. Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi berupa pemahaman dan pengetahuan ilmu teologi khususnya dalam bidang pastoral care. 1.6.2. Signifikansi Praktis 1. Memberikan kontribusi kepada gembala sidang agar evaluasi pelayanan konseling pada lansia bisa mendewasakan, membimbing dan mengarahkan jemaat lansia. Lansia akan merasakan kasih dan kepedulian gembalanya secara langsung. 2. Memberikan kontribusi pada tim pastoral dan diakon untuk melengkapi program-program yang ada secara lebih profesional. 3. Memberikan kesempatan dan menanamkan kepedulian kepada warga jemaat GBI Bulu pada khususnya dan gereja pada umumnya dalam melaksanakan pelayanan kepada lansia. 4. Memberikan masukan kepada lembaga yang bergerak pada pelayanan kepada lansia seperti panti jompo untuk bisa memberikan pelayanan terbaik bagi para lansia. 5. Memberikan masukan kepada STT Efata untuk memberi bekal kepada para mahasiswa dengan pengetahuan praktis terkait pastoral konseling pada lansia. 31 Ibid., 1.
BAB II LANDASAN TEORI Bab dua dari penelitian ini memaparkan tinjauan pustaka penelitian baik tinjauan pustaka secara teologi maupun tinjauan pustaka secara umum. Peneliti memfokuskan pada kajian teori yang memaparkan tentang pastoral konseling terhadap lansia di GBI Bulu Semarang. 2.1. Landasan Teori Teologi Lanjut Usia Alkitab memandang lansia secara berharga dan positif. Lanjut usia (lansia) harus diperhatikan, dikasihi dan dihormati secara tulus. Gereja berperan melayani lansia sebagai satu keluarga (Roma 12:4-5, Markus 3:35) bersama jemaat yang lainnya. Gereja juga harus memandang lansia sebagai tubuh Kristus (1 Korintus 12:27). Ketika jemaat bersama-sama saling melayani maka Allah dimuliakan dalam segala hal. 2.1.1. Lanjut Usia dalam Perjanjian Lama Beberapa ayat dalam Alkitab merujuk pada lanjut usia. Bahasa Ibrani untuk tua atau menua adalah zaqen (zaw-kane) ָז ֵקןyang pada dasarnya berarti “to be bearded” atau “be or grow old” (Kejadian 18:12-13;19:31; Imamat 19:27; 1 Samuel 17:35). Usia lanjut itu sendiri disebut dengan zoqen (zo'-ken) ( ֹז ֶקןKejadian 48:10) atau zaqun (zaw-koon) ( ָזקּוןKejadian 21:2,7) dan ziqnah (zik-naw) ִז ְק ָנהyang berarti “growing old” (1 raja-raja 11:4). Kata zaqen (zaw-kane) ָז ֵקןdipakai untuk sebutan “old man” (Hakim-hakim 19:16- 22
23 22; 1 Samuel 28:14) atau yang meninggal dengan sebutan “full of days” (Kejadian 25:8; 35:29) maupun ayah yang tua (Kejadian 44:22). Orang yang sudah tua dan putih rambutnya dipakai istilah seybah (say-baw) ( ֵשי ָבהHakim- hakim 8:32; Hosea 7:9). Kata sifat untuk tua (“aged”, “decrepit” adalah jompo, tua sekali), dipakai kata Ibrani yashesh (yaw-shaysh) ( ָי ֵשׁש2 Tawarik 36:17), dan tua (“aged”, “venerable”: dimuliakan) dipakai kata Ibrani yashiysh (yaw-sheesh) ( ָי ִשישAyub 12:12, 15:10).1 2.1.1.1. Lansia adalah Berkat Kemuliaan Allah Lansia adalah berkat kemuliaan Allah. Lansia disebutkan dalam Perjanjian lama dan memuat setidaknya 250 ayat. Lansia adalah anggota jemaat yang harus dihargai dalam komunitas bermasyarakat. Lansia ada di antara totalitas kehidupan manusia yaitu saat dibentuk dari tanah (Kejadian 2:7) hingga waktu kembali ke tanah (Kejadian 3:19).2 Kejadian 2:7 menyebutkan “dari debu tanah” secara tidak langsung menunjukkan bahwa unsur-unsur kimiawi ada dalam tubuh manusia. Allah memberi tubuh manusia “nafas hidupNya”. Bila Allah mengambil nafas manusia maka tubuh tersebut akan mati dan kembali menjadi debu.3 Adam mendapat nafas hidup yang dihembuskan Allah. Pemberian nafas Adam 1 Banner, hal. 115. 2 Ibid., hal 126. 3 Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan Seri Life Application Study Bible (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2016), hal. 10.
24 merupakan simbol hubungan akrab manusia dengan Allah. Manusia memiliki gambar yang serupa dengan Allah.4 Sejak manusia jatuh kedalam dosa, maut menjadi hukuman yang harus ditanggung. Kejadian 3:19 menjelaskan bahwa hidup manusia dikuasai oleh maut. Maut menjadi kutuk bagi manusia.5 Hidup manusia kemudian dipenuhi sejumlah umur tertentu. Hidup manusia memiliki jangka waktu tertentu dan kehilangan hubungan akrab dengan Allah. Manusia memiliki batas waktu dan tentu saja manusia tidak bisa hidup dalam kekekalan. Perjanjian Lama memandang salah satu tanda kehidupan yang penuh dengan berkat dari Allah adalah lansia. Beberapa catatan tokoh Alkitab memiliki umur yang panjang. Adam berumur 930 tahun (Kejadian 5:5). Umur Ishak adalah 180 tahun (Kejadian 35:28). Umur Sara adalah 127 tahun (Kejadian 23:1). Setelah memperanakan Lamek, Metusalah hidup 780 tahun lagi. Umur Metusalah genap 969 tahun (Kejadian 5:25-27). Umur anak-anak Nuh semakin berkurang. Umur Sem adalah 600 tahun. Selah hidup selama 433 tahun. Umur Peleg adalah 239 tahun dan ayah Abraham, Terah hidup selama 205 tahun (Kejadian 11:10-25, 32). Umur manusia semakin berkurang. Umur Abraham adalah 175 tahun (Kejadian 25:7). Yakub berusia 147 tahun (Kejadian 47:28). Umur Harun adalah 123 tahun (Bilangan 33:39). Musa 4 Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 Kejadian-Ester (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1998), hal. 83 5 Ibid., hal 87.
25 berusia 120 tahun (Ulangan 34:7). Umur Yosua adalah 110 tahun (Yosua 24:29).6 Keluarga menjadi tempat perlindungan terhadap Lansia yang pertama. Hal ini diungkapkan dalam perintah kelima (Keluaran 20:12, Ulangan 5:16, Imamat 19:3). Menghormati orang tua bisa dilakukan dengan berbicara yang baik kepada mereka dan sopan (Keluaran 20:12). Ajaran dan teladan mereka dalam mengutamakan Allah perlu diteladani. Allah memandang orang tua secara istimewa. Orang-orang yang sulit untuk hidup harmonis dengan orang tua mereka tetap diperintahkan untuk menghormati orang tua.7 Salah satu hubungan kemanusiaan yang paling erat disebutkan dalam Ulangan 5:16 yaitu tiap orang berhutang budi kepada orang tuanya. Allah menjanjikan panjang umur sebagai hadiah dari ketaatan tersebut.8 Orang tua ditaati tidak hanya ketika seseorang hidup sebagai anak kecil, namun menghormati orang tua terus dilakukaan bahkan setelah kematian mereka. Salah satu cara untuk menghormati orang tua dapat dilakukan dengan memperhatikan mereka dalam bidang keuangan. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu merawat orang tua bila sakit dan tidak mampu merawat diri sendiri.9 Alkitab mencatat peringatan-peringatan yang keras dalam memperlakukan orang yang lebih tua. Hal ini diantaranya tercantum dalam 6 Banner, hal. 116. 7 Alkitab penuntun hidup berkelimpahan, hal 165 8 Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 Kejadian-Ester, hal 316 9 Alkitab Penuntun hidup Berkelimpahan, hal 348
26 Keluaran 21:15, siapa memukul ayah atau ibunya akan dihukum. Bahkan hal ini dinyatakan sebagai kejahatan dengan hukuman mati.10 Ulangan 27:16 menyebutkan orang yang memandang rendah ibu atau bapanya disebut terkutuk. Amsal 19:26 memperingatkan Anak yang menganiaya ayah dan mengusir ibunya membawa malu dan celaan pada diri sendiri. Amsal 30:17; Imamat 19:32 menulis siapa yang mengolok-olok ayah serta enggan mendengarkan ibu akan dipatuk gagak lembah dan dimakan anak rajawali. Allah akan menjadi pelindung dan menjadi tempat perlindungan bagi mereka (Mazmur 71:9).11 2.1.1.2. Lansia sebagai Teladan Hikmat dan Iman. Abraham dan Sarah memiliki anak, Ishak ketika mereka menjadi Lansia (Kejadian 18:11-14). Ishak menjadi jawaban doa Abraham dan Sara setelah sekian lama. Kehidupan Abraham dan Sara tentunya dipandang istimewa oleh Allah. Allah tetap menjawab doa mereka walaupun mereka sudah tua. Abraham dan Sara telah membuktikan bahwa kehidupan mereka telah menjadi teladan hikmat hingga Allah berkenan kepada mereka. Kisah lain yang tercatat yaitu Musa. Musa mati pada umur 120 tahun, walaupun matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang (Ulangan 34:7).12 Dalam sejarah hidupnya Musa hidup akrab bergaul dengan Allah. Musa dipakai Allah untuk membawa bangsanya yang besar itu menuju 10 Tafsir Alkitab Masa Kini 1 Kejadian-Ester, hal 172. 11 Banner, hal. 116. 12 Ibid
27 tanah perjanjian. Walaupun Musa tidak dapat masuk kedalam tanah perjanjian tetapi Musa merupakan contoh dari pemimpin yang baik. Usia lanjut sangat familiar dengan rambut yang memutih. Perubahan ini tidak bisa ditolak dan berjalan seiring dengan waktu. Rambut putih adalah mahkota yang indah (Amsal 16:31). Umur panjang adalah tanda dari berkat Allah itulah yang bangsa Ibrani yakini. Rambut putih dan usia tua menjadi suatu kebaikan. Orang-orang muda bisa saja mengagungkan kekuatan mereka namun orang-orang tua memiliki keunggulan pengalaman dan hikmat praktis mereka. Rambut putih bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti namun menjadi mahkota yang indah.13 Orang tua akan memandang masalah dari sudut pandang yang berbeda. Mereka akan merenungi lebih dalam berkat pengalaman hidup mereka. Ini merupakan keunggulan mereka. Orang tua bisa memakai hikmat dari Allah untuk memberikan pertimbangan dan memutuskan sesuatu secara lebih baik. Henok hidup akrab dengan Allah. Ia terangkat menuju kekekalan tanpa kematian pada umur 365 tahun (Kejadian 5:22-24). Henok pasti juga memiliki kesetiaan yang sangat luar biasa kepada Allah. Hidup Henok berkenan kepada Allah hingga dia tidak mengalami kematian. Hikmat dan iman yang luar biasa telah membuat Henok memiliki anugrah yang istimewa. Umur panjang bukan menjadi landasan lansia sebagai sumber berkat dan sumber hikmat. Lansia bisa menjadi sumber berkat dan sumber hikmat karena kesetiannya kepada Allah (Mazmur 105:22, Mazmur 90:12, 13 Alkitab Penuntun hidup Berkelimpahan, hal 1267
28 Ayub 12:12).14 Kesetian kepada Allah telah membuat lansia memiliki hidup yang berkenan kepada Allah. Lansia akan menggunakan hikmatnya untuk membantu kehidupan orang yang lebih muda. Nasehat dan petuahnya menjadi penolong kaum muda dalam menjalani hidup. Selain itu iman dari lanjut usia telah menjadi teladan kepada kaum muda. 2.1.1.3. Lansia sebagai Gambar Allah yang Harus Dihormati. Manusia diciptakan segambar dengan Allah (Kejadian 1:27). Perlu disadari setiap manusia adalah unik. Pemazmur melukiskan kita diciptakan sedikit kurang dari Allah (Mazmur 8:5). Manusia adalah manusia. Dia bukanlah Allah. Manusia harus sadar dengan keterbatasannya disamping dengan segudang potensi yang dimilikinya. Kesadaran akan hakikat dirinya akan menolong manusia terhindar dari kesombongan narsistik dan pemujaan kepada diri sendiri. Manusia menjadi lebih rendah hati secara konstruktif.15 Kesadaran bahwa lansia memiliki pengalaman yang lebih banyak mungkin akan membawa mereka menjadi tinggi hati. Lansia harus menyadari walaupun mereka memiki jalan hidup yang lebih lama dari orang lain namun mereka juga perlu untuk mendengarkan pendapat orang lain. Lansia yang rendah hati akan menjadi suri teladan bagi kaum muda. 2.1.2. Lansia dalam Perjanjian Baru Perjanjian baru melihat Lansia memiliki martabat dan peran yang sangat krusial. Petunjuk paling kuat terhadap lansia terdapat dalam Injil Lukas. 14 Banner, hal.117. 15 Ibid.
29 Injil Lukas menggambarkan peran lansia dalam membantu kehadiran Mesias yang telah dijanjikan. Dalam masa tuanya, Zakharia sebagai seorang iman dan istrinya Elisabet mengandung seorang anak yang ditentukan menjadi “suara yang berseru-seru di padang gurun” (Lukas 1:7, 13, 3:4).16 Kelahiran dalam masa tua menjadi hal yang sangat sulit dipahami dengan logika. Walaupun demikian Allah tetap memakai pasangan suami istri ini untuk melahirkan putra yang nantinya melayani Allah siang dan malam. Berkat ketekunan doa dan iman mereka, keturunan mereka hidup sangat berkenan kepada Allah. Alkitab juga menjelaskan tentang seorang tua bernama Simeon. Simeon seorang yang saleh, taat dalam iman, dipenuhi roh, memasuki bait Allah. Lukas 2:25, 29 menjelaskan dia tetap berpegang teguh dalam iman menantikan penghiburan bagi Israel. Setelah melihat Sang Mesias, Simeon bisa mati dalam damai.17 Simeon dengan tekun menunggu kehadiran sang Mesias. Tanpa iman yang kuat mustahil Simeon bisa menunggu dan mempercayai kehadiran Sang Mesias. Allah telah membantunya mengenali Sang Mesias. Inilah puncak kebahagiannya bahwa Allah telah mengizinkannya melihat Sang Juru Selamat. Lansia lain yang diceritakan Alkitab adalah Hana. Hana adalah seorang janda. Hana berumur sangat lanjut dan telah berusia 84 tahun. Hana tidak pernah meninggalkan Bait Allah. Hana menyerahkan hidupnya dengan beribadah, berpuasa dan berdoa kepada Allah (Lukas 2:36-37).18 Hana juga 16 Ibid., hal. 117-118. 17 Alkitab Penuntun hidup Berkelimpahan, hal. 2048 18 Banner, hal. 118.
30 percaya bahwa dia akan melihat Mesias. Hana tidak pernah kehilangan harapan untuk melihat Sang Mesias. Roh Kudus menginzinkannya menjadi orang-orang pertama yang memberi kesaksian tentang Yesus. Dalam budaya Yahudi, orang tua dihormati jadi karena Simeon dan Hana sudah tua, nubuat mereka mempunyai nilai lebih.19 Perkataan mereka begitu dipercaya. Mereka menjadi penuntun bangsanya untuk memberi kesaksian kehadiran Sang Juru Selamat. Kesaksiannya begitu berarti sebagai penegasan bahwa manusia memiliki harapan terbebas dari kuasa Allah dan janji anugrah Allah telah tergenapi. Hal utama yang dimiliki lansia adalah ketaatan tunggal kepada Allah. Dia berkata kepada seorang yang hendak mengikut Dia:…..biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka (Matius 8:21-22). Murid- muridNya diminta untuk meninggalkan bahkan membenci keluarga mereka. Secara tidak langsung termasuk untuk membenci orang tua mereka (Matius 10:34-39; Lukas 9:59-62; 14:25-27). Yesus meresponnya dalam cara yang nampaknya menyangkal mereka sebagai keluargaNya (Matius 12:48-49) ketika Yesus diberi tahu bahwa ayah, ibu serta saudara-saudaraNya ada di luar dan ingin berbicara kepadaNya. Namun demikian hal ini tidak bertujuan menampilkan bahwa keluarga menjadi tidak penting atau orang tua yang lansia tidak berarti lagi. Yesus ingin menunjukan uncompromising terhadap kasih Allah, dan urgensi misinya tentang kerajaan Allah dibandingkan dengan semua hubungan, nikmat sosial, pekerjaan atau kesibukan-kesibukan yang tidak 19 Alkitab Penuntun hidup Berkelimpahan, hal. 2049
31 relevan. Yesus begitu mengasihi orang-orang miskin, para janda, orang-orang lemah dan menderita (Lukas 7:12).20 Martabat lansia telah dipulihkan oleh Yesus Kristus. Di hadapan orang-orang Farisi, keberadaan lansia diperjuangkan oleh Yesus (Markus 7:9- 13). Orang Farisi memakai Allah sebagai alasan untuk menghindar dari kewajiban menolong keluarga mereka. Mereka mengira lebih penting untuk memberikan uang ke dalam perbendaharaan Bait Allah daripada menolong orang tua yang miskin, sekalipun Taurat Allah secara khusus menyuruh menghormati ayah dan ibu (Keluaran 20:12).21 Yesus melihat hal ini sangat tidak baik. Yesus meluruskan pandangan orang Farisi yang mengesampingkan keberadaan orang tua. Dia ingin mengembalikan keberadaan lansia sebagai pihak yang diperhatikan. Yesus ingin mengingatkan mereka bahwa perintah untuk menghormati orang tua masih tetap berlaku. Ketika seorang pemuda kaya bertanya apa yang diperbuat untuk beroleh hidup kekal, Yesus menyebut seluruh perintah termasuk menghormati ayah dan ibunya (Lukas 18:18-20). 22 Menghormati orang tua menjadi perintah yang penting. Walaupun pemuda tersebut kaya raya namun tanpa menghormati orang tua, dia tidak dapat hidup kekal. Yesus ingin menegaskan pentingnya hubungan keluarga antara anak dan orang tua. Yesus ingin mengingatkan bahwa kasih harus menjadi pondasi dalam sebuah hubungan keluarga. 20 Banner, hal. 118. 21 Alkitab Penuntun hidup Berkelimpahan, hal 1990 22 Banner, hal 119.
32 Titus 2:2-4 menjelaskan bagaimana cara hidup benar para lansia untuk hidup dalam gereja. Memiliki anggota gereja yang terdiri dari berbagai usia membuat gereja kuat, tetapi hal tersebut berpotensi menimbulkan masalah. Paulus menasehati Titus tentang bagaimana membantu berbagai kelompok orang. Orang-orang yang lebih tua hendaknya mengajar kelompok yang lebih muda dengan perkataan dan teladan. Inilah caranya nilai-nilai diteruskan dari generasi ke generasi.23 Secara umum aspek-aspek yang menonjol secara Alkitab dalam memahami lanjut usia antara lain: 1. Lansia harus diperhatikan dan dihormati (Keluaran 20:12, Efesus 6:4, Imamat 19:32). 2. Senioritas dianggap sumber kebijaksanaan (Imamat 4:15, Ulangan 19:12; 21: 2, Markus 8:31, Lukas 2:25-38; 20:1; Kisah 4:5; 8; 23). Hikmat tidak otomatis datang dari mereka, tetapi dari kebenaran dan ketaatan pada Allah. 3. Hormat akan yang muda atau yang tua tidak terletak pada produktifitas atau kebergunaan tetapi pada eksistensi (Imamat 19:32; Bilangan 8:23-26) 4. Lansia dan orang miskin dipelihara dari penindasan (Kisah Para Rasul 6; 1 Timotius 5) 5. Lansia dapat berdosa, bukan karena mereka tua, tetapi karena berpaling dari anugerah. Mereka juga dipanggil untuk bertobat dan terbuka pada perubahan sebagaimana dengan anak-anak (Yohanes 3:1-15; Matius 18:2-4).24 23 Alkitab Penuntun hidup Berkelimpahan, hal 2625 24 Banner, hal. 119.
33 2.2. Landasan Teori Pastoral Konseling pada Lanjut Usia 2.2.1. Lanjut Usia 2.2.1.1. Definisi Lanjut Usia Ketika manusia dikaruniai umur yang panjang dalam perjalanan hidupnya, proses penuaan merupakan hal yang wajar.25 Proses penuaan secara alamiah akan terjadi dan tidak dapat ditolak. Proses penuaan menjadi salah satu siklus kehidupan yang dirancang Allah sebagai wujud regenerasi kehidupan. Proses penuaan akan diakhiri dengan proses kematian. Secara singkat kelahiran yang akan ditutup dengan kematian. Usia lanjut adalah suatu proses perubahan yang terjadi pada seseorang setelah kematangan fisik tercapai.26 Banyak istilah yang dipakai untuk menyebut usia lanjut seperti lansia (lanjut usia), manula (manusia lanjut usia), wulan (warga usia lanjut), usia tua, adiyuswa dan lain-lain. Istilah ini merujuk pada manusia yang sudah mengalami penuaan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan fase akhir dari kehidupan manusia. Usia lanjut manusia ini dapat dijelaskan dalam dua aspek pendekatan, yaitu pendekatan biologis dan pendekatan kronologis. Pertama yaitu pendekatan biologis. Pendekatan biologis diukur dengan usia biologis. usia biologis adalah usia yang diukur berdasarkan pada kapasitas fisik/biologis seseorang. Kedua yaitu pendekatan kronologis. Pendekatan kronologis dapat diukur dengan usia kronologis. usia kronologis adalah usia seseorang yang diukur berdasarkan hitungan umur seseorang. Kesenjangan dapat terjadi antara 25 Khalid, hal. 1. 26 Banner, hal. 109.
34 umur biologis dan umur kronologis pada seseorang. Seseorang yang secara secara fisik sudah nampak tua namun bisa jadi umur kronologis masih tergolong muda. Sebaliknya, seseorang yang nampak muda namun secara umur kronologis sudah tergolong tua. Cara menghitung yang wajar digunakan dalam kehidupan manusia adalah usia kronologis. Usia manusia akan dihitung berdasarkan pada umur kalender atau umur dari ulang tahun terakhir.27 Perhitungan pendekatan usia biologis dan kronologis telah banyak membantu kehidupan manusia. Perhitungan usia biologis telah membantu kehidupan manusia dalam masalah kesehatan. Manusia bisa menjaga pola hidup dan pola makan, agar semua fungsi organ vitalnya tidak menua secara cepat. Manusia akan menemukan dan menerapkan cara-cara agar tetap sehat. Perhitungan usia kronologis telah membantu manusia secara hitungan sehingga manusia bisa menetapkan berbagai keputusan yang berkaitan dengan kehidupan mereka misal kapan manusia pertama kali dilahirkan, kapan manusia akan pergi ke sekolah, kapan manusia akan bekerja, atau pensiun dan lainnya. Menurut Ina Hernawati perubahan pada lansia meliputi: 1. Perubahan biologis a. Jumlah cairan tubuh akan berkurang. Perubahan ini mengakibatkan kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput, serta muncul garis- 27 Siti Partini Suardirman, Psikologi Lanjut Usia (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2016), hal. 2-3.
35 garis halus yang menetap. Jumlah perubahan cairan tubuh ini diakibatkan dari masa otot yang berkurang dan masa lemak yang bertambah. b. Indra tubuh manusia akan berubah. Indra tubuh akan melemah khususnya indra penglihatan, indra pengecap dan indra pendengaran. c. Gangguan yang terjadi pada fungsi mengunyah. Hal ini diakibatkan dari tanggalnya gigi geligi. d. Gangguan yang terjadi pada saluran pencernaan. Hal ini diakibatkan dari penurunan mobilitas usus. e. Usia lanjut identik dengan gerak yang lambat. Hal ini diakibatkan dari penurunan kemampuan motorik. f. Lansia akan mengalami penurunan fungsi otak. Penurunan fungsi otak ini akan menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek. Lansia juga akan mengalami perlambatan proses informasi. Hal lain yang akan terjadi yaitu lansia akan kesulitan berbahasa dan kesulitan mengenal benda-benda. g. Kapasitas ginjal akan mengalami penurunan. h. Lansia akan mengalami incotenensia urine di luar kesadaran. 2. Perubahan psikologis Banyak hal yang akan mempengaruhi psikologis orang lanjut usia. Pada umumnya orang usia lanjut akan mengalam ketidakmampuan untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya. Pada usia ini
36 biasanya lansia akan mengalami sindroma lepas jabatan, sedih berkepanjangan dan lain sebagainya. 3. Perubahan sosiologis Tingkat pendidikan dan pemahaman usia lanjut itu atas dirinya sendiri sangat mempengaruhi usia lanjut. Pekerjaan akan membentuk status sosial seseorang. Perubahan pekerjaan akan mempengaruhi perubahan status sosial usia lanjut. Perubahan ini perlu dihadapi dengan baik agar tidak membawa akibat yang buruk bagi yang bersangkutan. Usia lanjut perlu memahami aspek sosial ini sedini mungkin. Persiapan yang baik akan membantu lansia menghadapi masa tuanya.28 2.2.1.2. Teori-Teori Penuaan Setiap individu memiliki tahap penuaan yang berbeda-beda, masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda. Berikut adalah teori-teori yang menjelaskan proses penuaan. 1. Teori Biologi a. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatic Theory) Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Perubahan biokimia yang terprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel akan mengalami mutasi mengakibatkan penuaan. 28 Lukas., hal 25
37 b. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory) Suatu zat khusus diproduksi dalam proses metabolisme tubuh. Jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit karena tidak tahan terhadap zat tersebut. Penyakit autoimun mungkin muncul ketika orang mengalami penuaan. Mereka mungkin mengalami penyakit rheumatoid, alergi terhadap makanan dan penyakit karena faktor lingkungan yang lain. c. Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus Theory) Proses penuaan digambarkan sebagai suatu kemunduran dalam teori imunitas. Pertahanan lansia terhadap organisme asing mengalami penurunan. Mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh d. Teori Stress Hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh untuk regenerasi telah mengakibatkan penuaan. Kestabilan lingkungan internal tidak dapat dipertahankan karena regenerasi jaringan yang tidak baik. Usaha yang berlebihan dan stress menyebabkan sel-sel tubuh dalam kondisi yang jenuh. e.Teori Radikal Bebas Kelompok atom yang menyebabkan radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas. Oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan proton telah menyebabkan ketidakstabilan radikal bebas Hal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
38 f. Teori Apoptosis Teori ini disebut teori bunuh diri (comint suitalic). Secara fisiologis program bunuh diri diperlukan apabila sel lingkungannya berubah. Hal ini diperlukan untuk merusak sistem program prolifrasi sel tumor. Pada teori ini, lingkungan berubah akan memacu apoptosis diberbagai organ tubuh. Perubahan ini terjadi karena stress dan hormon tubuh yang berkurang konsentratnya.29 2. Teori Psikologi Menurut Hangskerst perasaan bahagia dan sukses akan tercapai bila setiap individu terus memperhatikan tugas perkembangan secara spesifik pada tiap tahap kehidupan. Muturasi fisik, penghargaan kultural masyarakat, serta nilai dan aspirasi individu menjadi hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tugas perkembangan yang spesifik. Penerimaan adanya penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan masa pensiun, penurunan pendapatan, penerimaan kematian dari pasangan dan orang-orang yang berarti bagi dirinya menjadi tugas perkembangan pada dewasa tua yang perlu dihadapi. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah lansia perlu mempertahankan hubungan dengan grup yang seusianya. Lansia juga perlu 29 Mickey Stanley, Buku Ajar Keperawatan Gerontik (Jakarta: EGC, 2006), t.hlm, seperti dikutip oleh Erna Setiyaningrum, “Gerontik dan Persoalannya untuk Pengembangan Materi pada Mata Kuliah Pastoral Konseling Bagi Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia Efata Salatiga Jawa Tengah”, (Tesis, Program Magister Pendidikan Agama Kristen, Institut Injil Indonesia, Batu, 2016), hal 33-35.
39 melakukan adopsi dan adaptasi dengan peran sosial secara fleksibel. Lansia harus mempertahankan kehidupan mereka yang memuaskan. 30 3. Teori Pembebasan Seseorang mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya saat bertambahnya usia seseorang. Hal ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun. Penurunan ini terjadi baik secara secara kualitas maupun kuantitas. Lansia akan mengalami kehilangan ganda (Triple Loss) yakni: kehilangan peran (Loss of Role), hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and Relationships), berkurangnya komitmen (Reuced Commitment to Social Mores and Values).31 2.2.1.3. Kebutuhan Lanjut Usia Lansia membutuhkan perhatian, baik dari keluarga, masyarakat maupun gereja, sehingga mereka dapat menikmati kehidupannya secara wajar seiring dengan proses penuaan tersebut. Manusia dipanggil Allah untuk saling mengasihi dan melayani tanpa harus membedakan kelompok umur. Dengan demikian, mereka tidak merasa terbuang pada masa tuanya, atau ditinggalkan ketika tenaganya telah habis (Mazmur 71:9). Mereka membutuhkan pendeta, para pelayan dan orang lain menjadi sahabatnya. Dengan lebih terperinci, Earl F.Zeigher mendaftarkan kebutuhan lansia dalam proses menjalani masa tuanya, yakni: 30 Ferry Efendi, “Teori-teori Proses Menua”, http://indonesiannursing.com/teori-%E2%80%93-teori-proses-menua-penuaan/ (Akses tanggal 9 Januari 2019). 31 Ibid
40 1. Kepastian tentang kasih Allah yang berkelanjutan 2. Jaminan bahwa hidupnya terlindungi 3. Bebas dari emosi yang memuncak (khususnya mengenai rasa bersalah, kesedihan, rasa takut) 4. Bebas dari kepedihan karena kesepian 5. Suatu pandangan hidup menyangkut waktu dan kekekalan 6. Melanjutkan pertumbuhan spiritual melalui pengalaman baru 7. Kepuasaan status dalam kehidupan selaku manusia 8. Merasa dibutuhkan atau merasa dirinya memiliki sesuatu yang berguna bagi orang lain.32 2.2.1.4. Kepribadian Lanjut Usia Menurut Birren dan Jenner ada beberapa tipe kepribadian lansia yaitu: 1. Tipe Kepribadian konstruktif (Construction Personality) Lansia tipe ini cenderung memiliki integritas yang baik. Mereka juga dapat menikmati hidup di masa tua dan memiliki toleransi yang tinggi. Mereka adalah orang-orang yang humoris, fleksibel, tahu diri, serta dapat menikmati proses menua dengan tenang. 2. Tipe Kepribadian tidak mandiri (Dependent Personality) Lansia tipe ini cenderung memiliki sifat tergantung pada orang lain. Mereka menjadi orang yang pasif dan tidak memiliki ambisi lagi. Mereka cenderung tahu diri, tidak memiliki inisiatif, bertindak tidak praktis, 32 Ibid., hal. 114-115.
41 cenderung dikuasai oleh pasangan. Mereka akan sangat menikmati masa pensiun, suka makan dan minum, suka berlibur serta tidak suka bekerja. 3. Tipe Keperibadian mandiri (Independent Personality) Lansia tipe ini cenderung memiliki sifat mandiri dan tidak mau tergantung pada orang lain. Ia ingin membuktikan bahwa masih mampu. Hal ini sangat dipengaruhi oleh jabatan atau pekerjaan pada masa sebelum pensiun. Mereka selalu menolak bantuan dan kadang-kadang emosi sering tidak terkontrol. Mereka selalu memegang teguh kebiasaan-kebiasaanya. Mereka akan takut menjadi tua dan tidak menyenangi masa pensiun. 4. Tipe Kepribadian bermusuhan (Hostility Personality) Lansia tipe ini menganggap orang lain sebagai penyebab kegagalannya. Mereka cenderung selalu mengeluh, bersikap agresif dan curiga. Mereka menganggap menjadi tua tidak ada manfaatnya. Lansia tipe ini cenderung takut mati dan iri hati pada orang muda. 5. Tipe Kepribadian membenci diri sendiri (Self Hate Personality) Lansia tipe ini cenderung suka menyalahkan diri sendiri dan menyesali masa lalu. Mereka tidak punya ambisi. Mereka merasakan perkawinannya sebagai yang tidak membahagiakan dan selalu merasa menjadi korban keadaan. Mereka menerima fakta dan proses penuaan. Mereka tidak iri pada orang muda dan merasa cukup dengan apa yang ada. Mereka memiliki konsep bahwa kematian adalah penyembuh penderitaan
42 2.2.1.5. Potensi Lanjut Usia Artur H Becker memaparkan potensi yang diperoleh (gains) oleh lanjut usia dini sebagai berikut: 1. Lansia akan memiliki kapasitas yang berkurang. Walaupun demikian hal ini bisa dipandang bahwa lansia akan menjadi aktif dan sibuk. Kemudahan dalam hidup bisa didapat walaupun lansia memiliki energi yang lebih rendah. Lansia tidak lagi bergantung pada aspek material kehidupan (Physical-psyhological gains) dalam kehidupannya. 2. Tekanan time schedule dan tekanan berproduksi tidak lagi dirasakan oleh para lanjut usia. Mereka akan beroleh waktu dan energi untuk bertumbuh di luar pekerjaan secara formal. Hal ini dapat menguntungkan secara bersama dan timbal balik (gains in the social domain). 3. Pola hubungan lansia akan sampai tahap yang kurang menuntut. Suatu cara yang berbeda dapat ditemukan pada persahabatan lanjut usia. Mereka akan saling mengasihi meski kurang merasa memiliki (Gains in relationship). 4. Lansia akan menerimaan diri sendiri dengan bebas. Mereka terbebas dari kepentingan kultur dan ekonomis (bukan lagi what one should do or has to do). Lansia tidak lagi memiliki kebutuhan untuk tergantung kepada pikiran orang lain. Lansia dapat berbagi pengalaman, pengakuan dan pandangan yang lebih bebas. Mereka akan lebih terbuka dan terus terang (gains in self esteem). Mereka menjadi lebih individualis.
43 5. Lansia memiliki kesempatan untuk terlibat dalam komunikasi sosial (Yoel 2:28). Kreativitas lanjut usia akan terwujud dalam proses ini. Lansia akan bertumbuh dalam kasih. Mereka akan memiliki persekutuan dan kegiatan- kegiatan lainnya. Lansia tetap memiliki kemampuan untuk menjadi kreatif. Namun, harus lebih banyak perhatian diberikan untuk kreatifitas lansia. Kaum yang lebih muda disarankan untuk tidak membatasi mereka. Kreatifitas ini dibangun yang terutama adalah membangun keyakinan menolak ageism. Hal ini dilakukan supaya mereka tidak akan memiliki tujuan hidup yang rendah. Selain itu hal-hal yang menghambat proses lansia yang kreatif juga perlu diminimalisir.33 2.2.2. Masalah-Masalah Lansia 2.2.2.1. Mitos Lansia Banyak mitos yang berkembang pada lansia. Mitos yang berkembang ini berupa cerita-cerita yang seolah-olah nyata namun sesungguhnya hanya rekaan dan belum diketahui kebenarannya. 1. Mitos Kedamaian dan Ketenangan Masa yang penuh dengan ketenangan dan kedamaian menjadi mitos lansia. Mereka tidak lagi direpotkan dengan urusan anak. Mereka juga tidak diganggu dengan urusan pekerjaan dan berbagai rutinitas lainnya. Tentu saja hal ini adalah sebuah mitos. Banyaknya umur yang telah dilalui tidak 33 Banner, hal. 112-113.
44 dapat mengukur kedamaian dan ketenangan seseorang. Kesepian dan tidak damai banyak dialami oleh orang tua. 2. Mitos Konservatisme dan Kemunduran Orang yang semakin tua akan bersikap kekanak-kanakan. Mereka memiliki pandangan yang kuno. Mereka akan sulit menerima hal-hal baru dan semakin terbelakang. Mitos ini juga tidak benar. Lansia tidak bisa dipandang menjadi kanak-kanak kembali meskipun memang secara fisik kaum lansia akan mengalami kemunduran. Banyak kaum lansia berpikiran modern dan akomodatif sehingga tidak bisa disamaratakan jika kaum lansia selalu kuno. 3. Mitos Ketidakproduktifan Lansia selalu identik dengan kaum yang tidak produktif. Namun, banyak kaum lansia yang bisa menjadi produktif setelah masa pensiun. 4. Mitos Berpenyakitan Lansia selalu identik dengan berpenyakitan. Namun, banyak juga lansia yang sehat pada masa senjanya.34 2.2.2.2. Masalah-Masalah Lansia Lansia memiliki banyak pergumulan yang perlu diperhatikan. Sama seperti manusia lainnya, lansia memiliki kesulitan tersendiri. Selain masalah kerohanian, semua ini mengandung isu-isu produktifitas, kepatutan 34 Lukas., hal. 29-31.
45 atau penghargaan (worth) dan kekuatan (power) sosial, ekonomis, dan moral.35 1. Masalah Kerohanian Kerohanian menjadi masalah pokok para lansia. Mereka menyadari bahwa mereka berada pada proses akhir kehidupan. Kerohanian dipandang sebagai sesuai yang penting untuk berhubungan dengan pencipta alam di akhir fase kehidupan mereka. Dorongan utama terhadap komitmen keagamaan diawali dari kekuatiran terhadap kematian. Lansia akan berubah lebih taat pada agama dan menenangkan diri. Mereka merasa agama sangat penting dalam hidupnya. Mereka akan mengambil bagian menjadi pemimpin spiritual di lingkungan masyarakatnya. Lansia akan terdorong untuk lebih banyak berdoa, membaca buku-buku agama dan mendengarkan program-program siaran agama. Pada masa usia lanjut, perhatian terhadap agama meningkat dan membawa kebahagiaan bagi mereka. Agama menjadi sumber kekuatan mereka. Beberapa kebutuhan psikologis dapat dipenuhi oleh agama pada masa usia lanjut. Orang yang lebih muda bisa membantu mereka untuk menghadapi kematian. Lansia juga perlu mendapatkan rasa berarti dalam hidupnya. Lansia juga akan mengalami berbagai kehilangan sehingga perlu ditolong agar mereka mampu menerima hal tersebut.36 Komitmen keagamaan mereka juga muncul karena dorongan berbagai perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka. Sedikit banyak 35 Banner, hal. 112. 36 Yeniar, 31-32
46 perubahan tersebut telah mempengaruhi pola pikir mereka sehingga mereka perlu mendekatkan diri pada Tuhan yang Maha Kuasa. Mereka menyadari setiap perubahan tersebut telah menjadi tanda bahwa mereka akan kembali kepada Sang Pencipta. Mereka berharap kedekatan dengan Tuhan akan menuntun mereka untuk mempersiapkan hari akhir mereka lebih baik. Garry Collins dalam Christantio mengatakan jemaat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan rohani mustahil akan bertumbuh. Kerohanian yang membaik dalam diri jemaat akan menyehatkan gerejanya, membangun keyakinan semakin kuat, gereja akan bertumbuh dengan sendirinya.37 Gereja yang tanggap terhadap masalah kerohanian para jemaatnya dan lansia pada khususnya akan membuat gereja menjadi sel yang hidup. Masalah kerohanian yang muncul dan dapat diselesaikan dengan baik maka akan menghasilkan penyerahaan diri yang maksimal kepada Tuhan. Jemaat lansia tidak lagi berpikir menyelesaikan masalah dengan kekuatannya sendiri tetapi mulai hidup bergantung kepada Allah. 2. Masalah Ekonomi Masalah ekonomi terjadi pada lansia. Banner menjelaskan pada masa lansia akan kehilangan peran pekerjaan (work role) dan peran ekonomis (economic role). Dengan kehilangan pekerjaan, di dalamnya termasuk kehilangan kuasa dan otoritas. Kuasa dan otoritas sering 37 Chrsitantio Nurdian, Pelayanan Konseling Dalam Gereja Masa Kini, 8 Prinsip Penting dalam Konseling Gereja (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2014), hal. 37.
47 diekspresikan melalui pekerjaan.38 Ketika mereka berhenti dari pekerjaan yang mereka tekuni secara pasti mereka akan kehilangan peran dan jabatan mereka. Jabatan yang tadinya mereka banggakan sudah diserahkan kepada orang lain dan hal ini tentunya membutuhkan sikap rendah hati untuk mau mengakuinya. Efek yang paling besar adalah menurunnya pendapatan. Kecemasan finansial terbesar terjadi tepat sebelum pensiun itu diputuskan dan terus menurun setelah ada keputusan.39 Menurunnya pemasukan ini secara pasti dapat diprediksi oleh para lansia. Mereka tidak lagi bisa membelanjakan uang sebebas mereka saat masih bisa bekerja. Sedikit banyak keuangan mereka akan terganggu. Lansia harus mengatur keuangan mereka karena pendapatan mereka yang berkurang. Dana yang lebih besar diperlukan oleh para lanjut usia. Dana ini dipakai untuk mencukupi gizi agar tetap sehat, perawatan dan pemeriksaan kesehatan yang rutin, kegiatan-kegiatan yang bersifat rekreatif. Terkadang lansia juga perlu membayar orang yang siap menjaga dan membantu aktivitasnya sehari-hari. Keadaan ekonomi yang kurang mencukupi akan menggangu tercapainya kebahagiaan hidup orang usia lanjut.40 Pengeluaran tersebut mau tidak mau harus dipenuhi baik ada atau tidak adanya pendapatan yang tetap. Apabila pengeluaran pokok tersebut tidak dipenuhi maka akan muncul masalah lainnya seperti penyakit kekurangan gizi dan 38 Banner, hal. 112. 39 Yeniar, hal. 41-42. 40 Ibid., hal. 78.
48 penyakit lain yang lebih gawat. Lansia harus berpikir bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah ekonomi mereka. Idealnya masa usia lanjut adalah masa yang tidak direpotkan oleh urusan mencari uang. Masa lansia diidentikan dengan masa menikmati atas jerih payahnya bekerja pada waktu muda, sehingga hidup tenang, sejahtera dan bahagia.41 Lansia diharapkan bisa berkecukupan di hari tua mereka. Mereka bisa mandiri dan membiayai kebutuhan hidup mereka. Lansia yang demikian tentunya adalah lansia yang ideal dari segi ekonomi karena mereka tidak terpengaruh dengan perubahan yang terjadi di dalam fase kehidupan mereka. Pakar keuangan sering menyarankan para pra-usia lanjut untuk mempersiapkan diri dengan menciptakan “passive income” atau penghasilan yang diperoleh secara pasif. Pra usia lanjut dapat memiliki rumah yang dapat disewakan, memiliki saham, memliki tabungan deposito, memiliki usaha yang dijalankan oleh orang lain. Hal ini dimaksudkan agar mereka memiliki pendapatan saat usia lanjut tanpa harus bekerja lagi. Kondisi keuangan seseorang menjadi lebih baik apabila mereka memiliki pensiun dan memiliki akses layanan kesehatan dari pemerintah.42 Sumber- sumber keuangan lansia yang telah dipersiapkan dengan baik akan membantu mereka dalam mengatasi masalah keuangan. Dengan demikian, nantinya mereka menikmati masa tuanya tanpa adanya masalah ekonomi yang berarti. 41 Siti, hal. 10. 42 Ibid., hal. 10.
49 Sisi lain yang terjadi yaitu tidak semua lanjut usia memiliki kondisi keuangan yang baik. Banyak para lansia tidak memiliki pensiunan atau jaminan hari tua, tabungan atau yang lain-lain sehingga tidak ada yang diharapkan menjamin hidupnya. 43 Lansia dengan kondisi demikian akan menjadi tanggungan/beban bagi anak cucu atau anggota keluarga lainnya. Dengan demikian status ekonomi para usia lanjut pada umumnya berada pada status ekonomi kurang, miskin, bahkan terlantar. Kondisi demikian sangat tidak diharapkan. Berkembangnya dunia industri mempengaruhi manusia dalam perilaku terhadap produk yang beredar. Konsep hidup materialistis semakin menjamur di tengah masyarakat.44 Para lansia sudah tergerus dengan zaman. Mitos negatif yang berkembang pada lansia menjadi kabar yang kurang baik bagi lansia untuk mendapat penghasilan. Banyak pelaku usaha tidak menginginkan pekerjanya adalah orang tua. Hurlock dalam Siti menyatakan, apabila pendapatan orang usia lanjut secara drastis berkurang maka minat untuk mencari uang tidak lagi berorientasi pada apa yang ingin mereka beli. Mereka tidak lagi menggunakan pendapatan mereka untuk membayar simbol status yang biasa dilakukan pada kehidupan masa muda. Mereka mulai menggunakan pendapatan mereka untuk sekedar hanya hidup mandiri. Lansia akan berpikir bagaimana mereka dapat tinggal. Mereka juga akan berpikir di 43 Siti, hal. 192 44 Christantio, hal.34.
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239