Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Thesis Benaya

Thesis Benaya

Published by angarlzdomugllpzol, 2021-02-01 12:36:34

Description: Thesis Benaya

Search

Read the Text Version

31 motorik yang lamban menyebabkan anak lamban belajar dan memiliki keterampilan yang rendah. Oleh sebab itu anak slow learner seringkali mengalami kesulitan dalam koordinasi motorik ketika menggunakan pensil atau berolahraga21. d. Aspek Emosi Anak slow learner seringkali nampak memiliki kendali emosi yang rendah. Anak slow learner seringkali mudah merasakan emosi negatif ketika apa yang menjadi keinginan dan ego-nya tidak terpenuhi dengan segera. Anak slow leaner cenderung sensitif, mudah marah dan terkadang hingga meledak-ledak. Anak juga cepat patah semangat apabila mereka merasa tertekan atau melakukan suatu kesalahan. Namun, hal ini bukan semata-mata karena anak slow learner selalu memiliki kontrol emosi yang rendah. Bisa jadi, anak dengan slow learner hanya mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosinya. Ekspresi emosi anak slow learner sangat halus namun mereka tetap memiliki kebutuhan dasar emosi layaknya anak normal, seperti kebutuhan rasa aman, kebutuhan memberi dan menerima kasih sayang, kebutuhan diterima oleh orang lain, pengakuan dan harga diri, 21 Rumini.S Pengetahuan Subnormalitas Mental. (Yogyakarta: UNY 1980), hal18.

32 kebutuhan kemandirian, tanggung jawab, dan membutuhkan pengalaman dari aktivitas baru.22 e. Aspek Moral Sosial Anak slow learner mampu bergaul di masyarakat, berperilaku seperti anak normal pada umumnya apabila mereka mendapatkan bimbingan secara tepat. Anak slow learner yang berperilaku seperti anak normal tidak diketahui oleh masyarakat bahwa mereka adalah slow learner. Oleh karenanya, orang tua perlu memberikan bimbingan yang lebih dan tidak menuntut hasil dari mereka seperti anak normal. Apabila anak kurang siap secara mental maka anak dapat mengalami frustasi, tertekan bahkan histeris karena merasa tidak mampu memenuhi tuntutan atau keinginan masyarakat.23 2.3.2 Faktor-Faktor Penyebab Anak Slow Learner Banyak ahli mengemukakan adanya multi faktor penyebab terjadinya slow learner, yaitu antara lain; a) Faktor prenatal dan genetik yang dapat menyebabkan anak slow mengalami learner diantaranya : 22 Tansley, AE & Gulliford. RThe Education of Slow Learning Children. (London: Routledge Paper Back, 1977), hal 34. 23 Borah.Op.Cit.,

33 1) Kelainan kromosom, Kromosom adalah benang-benang halus yang tersusun dari asam nukleat, seperti DNA dan RNA yang terdapat pada nukleus (inti sel) setiap sel yang bertanggung jawab dalam hal sifat keturunan (hereditas) yang diwariskan dari induk kepada keturunannya.24 2) Gangguan biokimia dalam tubuh yaitu disaat seorang ibu saat mengandung kurang mengalami kebutuhan protein, karbohidrat dan kebutuhan kandungan gizi saat janin dikandung. 3) Kelahiran premature, yaitu kelahiran yang tidak sesuai dengan masa seorang ibu melahirkan pada umumnya yang berkisar antara 38-40 minggu. b) Faktor Biologis Non-keturunan, yaitu: 1) Ibu hamil mengonsumsi obat-obatan yang merugikan janin atau ibu alkoholis, pengguna narkotika dan zat aditif dengan dosis berlebih yang dapat mempengaruhi memori jangka pendek anak 2) Ibu hamil dengan gizi buruk sebagai bagian karena ketidak - mampuan ekonomi keluarga. 3) Radiasi sinar X yang disebabkan saat pemeriksaan kehamilan atau berdekatan dengan industry dan factor alat medis lainnya 24 Begot Santoso. Biologi: Pelajaran Biologi untuk SMA/MA Kelas XII. (Jakarta: Interplus 2007), hal 21

34 4) Faktor lain saat kondisi kehamilan yang tidak disadari oleh orang tua saat mengandung.25 c) Faktor saat proses Kelahiran. Kondisi kekurangan oksigen saat proses kelahiran karena proses persalinan yang lama atau bermasalah, sehingga menyebabkan transfer oksigen ke otak bayi terhambat. d) Faktor sesudah melahirkan dan Lingkungan, meliputi: 1) Kekurangan gizi dan nutrisi karena keretbatasan ekonomi atau pendapatan 2) Trauma fisik akibat jatuh atau kecelakaan; dan 3) Beberapa penyakit seperti meningitis dan enchepalis.26 e) Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan anak mengalami slow learner yaitu stimulasi yang salah, sehingga anak tidak dapat berkembang optimal. f) Pendapat lain, yang menyebutkan beberapa penyebab anak slow learner, meliputi: 25 Suwarno. Jumlah anak berkebutuhan khusus di indonesia. Retrieved from Republika berita: http://.Republika. berita/nasional/umumjumlah-anak- berkebutuhan khusus-di-indonesia-tinggi. (31Desember 2013). 26 Ibid.,

35 1) Faktor keturunan, yaitu keadaan dimana dalam system keluarga terdahulu ada yang mengalami gannguan slow leaner yang secara genetika menurunkan kegenerasi selanjutnya.27 2) Perkembangan otak terbatas karena kurangnya rangsangan. 3) Motivasi yang rendah dari orang tua atau lingkungan yang tidak mendukung. 4) Masalah perhatian yang kurang atau sama sekali tidak diperhatikan dalam lingkungan keluarga. 5) Perbedaan latar belakang kebudayaan anak dengan sekolah. 6) Kekacauan masalah pribadi yaitu kondisi anak yang mengalami persoalan dengan dirinya sendir karena kurang mampunya daya ingat.28 Dalam hal ini terdapat banyak faktor yang dapat menjadi pemicu terjadinya slow learner pada anak. Inti dari faktor-faktor penyebab slow learner tersebut dapat berasal dari internal maupun eksternal si anak. Oleh sebab itu, baik bila keluarga memperhatikan kondisi dan situasi yang dapat menjadi protectif factor (Faktor 27 dr Jolinda Johary www.haibunda.com/parenting/20180915093749-62- 25198/benarkah-kecerdasan-anak-hanya-ditentukan-faktor-genetik. Diunduh hari selasa 21 mei 2019 28 Hopkins., Bill. The Child Who is a Slow Learner. Teachers Resource Manual. (Cortland:State University of New York 2008).p 73

36 protektif adalah faktor yang dapat mengurangi dampak negatif dari ancaman yang ada). Sedangkan ancaman adalah mediator yang menyebabkan terjadinya suatu perilaku yang bermasalah. Faktor protektif dan ancaman terdiri dari faktor internal (individu) dan faktor eksternal (keluarga dan lingkungan). maupun risk factor (Faktor Resiko adalah hal-hal atau variabel yang terkait dengan peningkatan suatu resiko dalam hal ini penyakit tertentu. Faktor resiko di sebut juga faktor penentu, yaitu menentukan berapa besar kemungkinan seorang yang sehat menjadi sakit. Faktor penentu kadang-kadang juga terkait dengan peningkatan dan penurunan resiko terserang sutu penyakit.) dari slow learner.29 2.3.3 Masalah yang Dihadapi Anak Slow Learner30 Berdasarkan pemahaman yang dimiliki bahwa anak slow learner mengalami masalah belajar dan tingkah laku. Hal ini dikarenakan anak mempunyai keterbatasan kemampuan intelektual dan keterampilan psikologis. Secara umum masalah anak slow learner yang ditemukan di antaranya; memiliki prestasi akademik yang rendah, mengalami kesulitan dalam berlatih membaca, menulis, berhitung, dan menghafal. Anak slow learner juga mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, 29 Ibid., 30 Krisna Indah Marheni. Art therapy bagi anak slow learner. Op.Cit., hal 157

37 mudah bosan, sehingga anak cenderung memiliki banyak aktifitas yang tidak terarah. Selain masalah belajar, anak slow learner juga menghadapi masalah tingkah laku. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan keterampilan psikologis yang meliputi; keterampilan mekanis yang terbatas, konsep diri yang rendah, hubungan interpersonal yang belum matang, permasalahan komunikasi, dan pemahaman terhadap peran sosial yang tidak tepat. 2.3.4 Penanganan Terhadap Anak Slow Learner 1) Pengulangan isi materi dengan penguatan kembali melalui aktivitas praktek dapat membantu proses generalisasi dalam memahami materi yang diajarkan sangat dibutuhkan dibandingkan dengan teman sebayanya yang berkemampu- an rata-rata. 2) Pembimbingan secara individual atau privat, bertujuan untuk membantu optimis terhadap kemampuan dan harapan dicapai secara realistik. 3) Waktu penyampaian materi pelajaran tidak panjang dan pemberian tugas lebih sedikit dibandingkan dengan teman-temannya. 4) Membangun pemahaman dasar mengenai konsep baru lebih penting daripada menghafal dan mengingat materi. 5) Demonstrasi/peragaan dan petunjuk visual lebih efektif dibanding verbalisasi. 6) Konsep-konsep atau pengertian-pengertian disajikan secara sederhana.

38 7) Jangan memaksa anak berkompetisi dengan anak yang memiliki kemampuan lebih tinggi belajar bersama dapat mengoptimalkan pembelajaran, baik bagi anak berprestasi maupun tidak. 8) Pemberian tugas terstruktur dan kongkrit, slow learner dalam belajar kelompok dapat ditugaskan untuk bertanggung jawab pada bagian yang konkret, sedang anak lain dapat mengambil tanggung jawab pada komponen yang lebih abstrak.31 9) Berikan kesempatan kepada anak untuk bereksperimen dan praktek langsung tentang berbagai konsep dengan menggunakan bahan- bahan kongkrit atau dalam situasi simulasi. 10) Untuk mengantarkan pengajaran materi baru maka kaitkan materi tersebut dengan materi yang telah dipahaminya sehingga familiar untuknya. 11) Instruksi yang sederhana memudahkan anak untuk memahami dan mengikuti instruksi tersebut. Diusahakan saat memberikan arahan berhadapan langsung dengan anak.32 12) Berikan dorongan kepada orangtua untuk terlibat dalam pendidikan anaknya di sekolah. Membimbing mengerjakan PR, menghadiri pertemuan-pertemuan di sekolah, berkomunkasi dengan guru. 31 Sanjaya,Wina. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses Pendidikan ( Jakarta:Kencana Prenada Media2006), hal 25 32 Hamalik Oemar. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta : PT Bumi Aksara2005)., hal 21.

39 13) Mengetahui gaya belajar masing-masing anak didik, ada yang mengandalkan kemampuan visual, auditori atau kinestetik. Pengetahuan ini memudahkan penerapan metode belajar yang tepat bagi mereka.33 2.3.5 Cara pembimbingan seorang Guru pada Slow learner: 1. Pembimbingan bagi anak dengan masalah konsentrasi a) Mengubah cara mengajar dan jumlah materi yang akan diajarkan. Jika materi yang diberikan terlalu banyak dan kompleks. Hendaknya memperlambat laju presentasi materi. menjaga agar peserta didik tetap terlibat dengan memberi pertanyaan pada saat materi diberikan. menggunakan perangkat visul seperti bagan/skema garis besar materi untu memberikan gambaran pada pesert didik mengenai langkah- langkah diajarkan. b) Mengadakan pertemuan dengan peserta didik. Dalam pertemuan dijelaskan dengancara memberikan hukuman tanpa ancaman sehingga berguna bagi peserta didik . c) Pembimbingan peserta didik ke proses pengajaran. Tanpa disadari kita telah mengalihkan perhatian kita dari peserta didik, dengan membawa mereka dekat dengan kita secara fisik maka secara harfiah akan membawa si anak lebih dekat kepada proses pengajaran. 33 Krisna Indah Marheni. Op.Cit.,

40 d) Memberikan dorongan secara langsung dan berulang-ulang. biarkan peserta didik tahu kalau kita memperhatikannya ketika di kelas. kontak mata ketika pembelajaran berlangsung sangat penting. Berikan penghargaan atas kehadirannya.34 e) Mengutamakan ketekunan perhatian daripada kecepatan menyelesaikan tugas. peserta didik mungkin merasa kecil hati dan tidak diperhatikan bila mereka dihukum karena tidak menyelesaikan tugas secepat orang lain. membuat penyesuaian jumlah tugas yang harus diselesaikan dan waktu yang disediakan untuk menyelesaikan tugas berdasar kemampuan individu. f) Ajarkan self-monitoring of attention melatih peserta didik untuk memonitor perhatian mereka sendiri sewaktu-waktu dengan menggunakan jam alarm. mengajarkan untuk mencatat interval, apakah mereka perhatian atau tidak pada saat pengajaran. Catatan ini akan berguna dalam strategi untuk memperkokoh keterampilan memperhatikan “attention skill”. 35 34 Suparno.. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. (Jakarta:Dirjen DIKTI. 2008), hal 36 35 Ibid., hal 156-175

41 2. Pembimbingan bagi anak dengan masalah daya ingat. a) Mengajarkan untuk memberi tanda dengan cara menggaris bawahi topik bacaan, kalimat dan istilah kunci untuk membantu ingatan, kemudian mengulang bacaan yang sudah digaris bawahi. b) Memperbolehkan menggunakan alat bantu mengingat (memory aid), karena alat-alat itu berfungsi sebagai alat pengingat dan juga sebagai alat pengajaran. c) Membantu peserta didik yang mengalami masalah sulit mengingat untuk mengambil tahapan yang lebih kecil dalam pengajaran. d) Mengajarkan peserta didik untuk berlatih mengulang dan mengingat, dengan memberikan tes langsung setelah pelajaran disampaikan.36 3. Pembimbingan bagi anak dengan masalah kognisi a) Memberikan materi yang dipelajari dalam konteks “high meaning” untuk mengetahui peserta didik memahami arti bacaan atau arti pertanyaan mengenai materi baru menggunakan contoh, analogi atau kontras. b) Menunda ujian akhir dan penilaian. Cara terbaik dengan memberikan umpan balik dan dorongan yang lebih sering bagi 36 Suparno.. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Op. Cit hal 38

42 peserta didik lambat belajar, dengan menunda ujian akhir sampai menguasai materi yang dipelajari. c) Menempatkan peserta didik dalam konteks pembelajaran yang “tidak memperhatikan prinsip”37 4. keterampilan belajar slow learner : a) Usahakan anak lebih banyak mengalami sukacita karena keberhasilannya. b) Hindarkan kegagalan yang berulang-ulang. dorong anak untuk mencari tahu jawaban yang benar atau salah dengan usahanya sendiri. Dengan demikian anak dapat dipacu semangatnya untuk belajar. c) Beri dukungan moral setiap perubahan sikap anak agar mereka puas. Suatu waktu, berilah hadiah kepada anak. d) Perhatikan taraf kemajuan belajar anak. e) Lakukan latihan secara sistematis dan bertahap sehingga mencapai kemajuan belajar. f) Boleh memberikan pengalaman berulang yang cukup, tetapi jangan diberikan dalam jangka pendek. g) Jangan merencanakan pelajaran yang terlampau banyak bagi peserta didik lebih banyak menggunakan teknik bahasa indra. 37Bill Hopkins. The Child Who is a Slow Learner. Teachers Resource Manual. ( Cortland: State University of New York2008).p 65

43 h) Aturlah tempat duduk sedemikian rupa agar mereka merasa nyaman dan tidak terganggu.38 5. Mengatasi Kemalasan Siswa SlowLearner Pola belajar anak, memang dibentuk saat di sekolah dasar. Sesuai dengan masanya ia mengalami perkembangan mental dan pembentukan karakternya. Di masa kini anak tidak hanya belajar menghitung, membaca, atau menghafal pengetahuan umum, tapi juga belajar tentang tanggung jawab, skala nilai moral, skala nilai prioritas dalam kegiatannya. a) Perhatikan Mood untuk mengenal mood siswa, seorang guru harus mengenal karakter dan kebiasaan belajar siswa. Apakah siswa belajar dengan senang hati atau dalam keadaan kesal. Jika belajar dalam suasana hati yang senang, maka apa yang akan dipelajari lebih cepat ditangkap. Bila saat belajar, ia merasa kesal, coba untuk mencari tahu penyebab munculnya rasa kesal itu. Apakah karena pelajaran yang sulit atau karena konsentrasi yang pecah. Di sini tugas guru untuk menyenangkan hati siswa.39 b) Upayakan ruang belajar yang nyaman kesulitan belajar bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai. Karena itu, coba 38 Ibid., 73 39 Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta : PT Bumi Aksara2005), hal 54

44 mendekor ruang belajar tersebut menjadi lebih nyaman. Selain itu, saat mengajar siswa tersebut anda bisa melakukannya dengan mencontohkan cara belajar yang baik. Misalnya bercerita kepada siswa tentang bagaimana dahulu sang guru menyelesaikan mata pelajaran yang dianggap sulit. Biasanya siswa cepat larut dengan cerita sehingga ia mencoba mencocok-cocokkan dengan apa yang dijalaninya sekarang.40 c) Komunikasi dari orang tua di rumah langkah-langkah tindakan diagnosa. Langkah-langkah mendiagnosis kesulitan belajar ada tiga tahap, yaitu: 1. Langkah-langkah diagnosis yang meliputi aktivitas, berupa : (a) Identifikasi kasus yang dialami anak slow learner dari berbagai sumber yang mengetahu keberadaan anak dengan kebutuhan slow learner. (b) Lokalisasi jenis dan sifat kesulitan yaitu melihat apa yang menjadi kesulitan paling mendasar dari anak slow learner dan sejauh mama ia perlu mendapatkan pendampingan. 40 Ibid.,

45 (c) Menemukan faktor penyebab baik secara internal maupun eksternal.41 2. Langkah prognosis yaitu suatu langkah untuk mengestimasi (mengukur),memperkirakan apakah kesulitan tersebut dapat dibantu atau tidak. 3. Langkah Terapi yaitu langkah untuk menemukan berbagai alternatif kemungkinan cara yang dapat ditempuh dalam rangka penyembuhan kesulitan tersebut yang kegiatannya meliputi antara lain. (a) Pengajaran Remedial Pembelajaran remedial adalah pembelajaran yang bersifat menyembuhkan sehingga menjadi baik atau sembuh dari masalah pembelajaran yang dirasa sulit . Menurut Nafsiah Ibrahim dan Partino dalam bukunya Pengantar Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial, pembelajaran remedial perlu diadakan bila telah diketahui terlebih dahulu apa dan bagaimana kesulitan belajar yang dialami peserta didik, pengajaran remedial merupakan bentuk khusus pengajaran yang meliputi cara mengajar, cara belajar, materi pelajaran, metode mengajar, cara 41 Suparno.. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Op. Cit hal 62

46 belajar, materi pelajaran, fasilitas dan lingkungan yang ikut mempengaruhi proses belajar tersebut.42 Fungsi pembelajaran remedial dalam proses belajar mengajar di sekolah adalah sebagai penunjang terlaksananya kegiatan belajar siswa ke arah yang lebih baik. Untuk itu sangat perlu siswa diberikan bantuan serta bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajarnya. Dengan jalan ini kita menggunakan suatu bentuk pengajaran mengatasi kekeliruan-kekeliruan yang menjadi penyebab kesulitan belajar sehingga ia dapat memahami kembali konsep-konsep pelajaran yang pernah didapatkannya.43 Langkah yang bias dilakukan guru terhadap anak slow Learner untuk mendapatkan kriteria ketuntasan maksimal (KKM) adalah : (1) Memberikan soal yang diturunkan tingkat kesulitannya, namun jika masih remidi maka langkah yang dipakai adalah dengan cara lain. (2) Membuat soal secara lesan yang disesuaikan dengan kemampuanya hingga dijawab berdasarkan kemampuannya sesuai dengan KKM minimal 75. 42 Nafsiah Ibrahim dan Partino, Pengantar Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial, (Jayapura: FKIP Universitas Cenderawas, 1983), hal 25 43 M. Entang, Diagnosa Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial (Jakarta : Remaja Rosdakarya, 1981), hal 121.

47 Dengan demikian pembelajaran remedial adalah sebuah bentuk pembelajaran yang sifatnya memperbaiki kekeliruan- kekeliruan siswa dalam belajar atau untuk lebih memberikan pemahaman yang lebih bagi siswa yang mengalami kelambanan dalam belajar, ini berarti bahwa pengajaran remedial merupakan lanjutan dari kegiatan-kegiatan diagnostik kesulitan belajar. (b) Referal.44 Istilah Referal yang dipakai adalah usaha untuk mendapatkan referensi atau rekomendasi dari seseorang terhadap temennya atau kenalannya sehubungan dengan kondisi slow learner agar saat memberikan bantuan pertolongan bisa sesuai dengan kebutuhan anak tersebut. 2.3.6 Layanan Pendampingan Guru Terhadap Slow Learner a) Bimbingan Rohani Kata bimbingan dalam bahasa Indonesia memberikan dua pengertian yang mendasar, Pertama, memberi informasi, yaitu memberikan suatu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk mengambi keputusan, atau memberikan sesuatu dengan memberikan nasehat. Kedua, mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan.Tujuan yang hanya diketahui oleh orang yang 44 Krisna Indah Marheni. Op.Cit.,

48 mengarahkan dan yang meminta arahan.45 Rohani adalah kebutuhan yang dapat memberikan rasa puas pada diri seseorang sehingga dapat memberi rasa damai, kagum, tentram, dan lain- lain. Jadi bimbingan rohani adalah pemberian informasi atau nasehat akan kebutuhan spiritual supaya memahami akan Tuhan dan Tujuan Tuhan akan hidup sehingga dapat menemukan kedamaian dan kepuasan batin hingga menemukan kepuasan dalam diri seseorang. Cara yang bisa digunakan seorang guru dalam pembimbingan rohani adalah dengan (1) Mendoakan siswa slow learner agar diberikan anugrah Tuhan mencapai kemajuan kecerdasan dan perkembangan yang lain karena doa adalah sebuah harapan (2) Memberikan siraman rohani berupa renungan melalui ibadah yang diadakan oleh sekolah, baik secara bersama maupun secara kelompok kecil (3) Konseling pribadi yang dilakukan guru terhadap kehidupan rohani siswa slow learner.46 b) Sentuhan Kasih Sayang 45 Shahudi Siradji, Pengantar Bimbingan & Konseling, (Surabaya: PT. Revka Petra Media, 2012), hal. 5 46 Mulyono Abdurahman. Pendidikan bagi anak dan berkesulitan dalam belajar.(Jakarata : Aneka Cipta 2003), hal 6.

49 Manusia memlilik empat indera seperti penglihatan, penciuman, pendengaran, dan rasa. Itu semua hanya ditemukan di bagian-bagian tertentu dari tubuh kita. Salah satunya adalah rasa sentuhan yang mempunyai rasa yang berbeda. sentuhan kasih sayang bermanfaat dalam mengurangi stres serta tingkat kecemasan, meningkatkan proses belajar seseorang, pengolahan bahasa, pemecahan masalah, dan kecepatan pemulihan secara fisik. Sentuhan kasih sayang juga memiliki kekuatan untuk meningkatkan kesehatan jantung dan mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh orang yang menderita penyakit kronis. Bila anak- anak tidak menerima sentuhan kasih sayang dari orang tua mereka karena kelalaian emosional, ikatan antara orangtua dan anak tidak akan kuat, menyebabkan anak dalam tumbuh kembang menjadi orang yang tidak bahagia, lantaran sulit mempercayai orang lain.47 Oleh karena itu ketika seorang guru dapat memberikan kasih sayang besar harapan siswa slow learner akan banyak mengalami perubabahan dan perkembangan baik sikap maupun peningkatan kemauan belajar hingga dapat meningkatkan prestasi belajar dengan peningkatan KKM-nya. c) Kesabaran Dalam Memberikan Bimbingan Belajar Ketika seorang guru mau mendampingi anak slow learner dengan kesabaran dan dengan ketekunan kemungkinan besar ada 47 https://www.aktual.com/manfaat-sentuhan-kasih-sayang-bagi- kesehatan/ diunduh hari senin 13 Mei 2019 12.36 wib

50 perubahan yang dapat dirasakan. Namun dalam hal ini juga perlu ada evaluasi berkala dalam minat belajarnya hingga benar-benar anak slow learner mengalami kemajuan dalam minat belajar. d) Memberi motivasi Manusia mempunyai kebutuhan yang mendorong timbulnya perilaku. Motivasi, sebagaimana terlihat adalah berasal dari dalam diri individu yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk perilaku. Perilaku terjadi karena suatu determinan tertentu, baik biologis maupun psikologis atau berasal dari Iingkungan.48 Determinan ini akan merangsang timbulnya suatu keadaan psikologis tertentu dalam tubuh yang disebut kebutuhan, kebutuhan menciptakan suatu keadaan tegang (tention) dan ini mendorong perilaku untuk memenuhi kebutuhan tersebut (perilaku instrumental). Bila kebutuhan terpenuhi, ketegangan akan melemah sampai timbul ketegangan lagi dengan munculnya kebutuhan baru, Inilah yang disebut motivasi.49 Sebagaimana setiap anak berhak mendapatkan pendidikan untuk mengembangkan potensi dirinya secara maksimal, tidak 48 Sondang P Siagian. Teori Motivasi dan Aplikasinya. (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1995), hal 13 49 Malayu S. P Hasibuan , Manajemen Dasar, dan. Masalah Pengertian. (Jakarta : PT Gunung Agung1996), hal 23

51 terkecuali anak berkebutuhan khusus . Seorang guru harus aktif menggali apa yang menjadi kelebihan anak-anaknya. Dasar pemberian motivasi kepada seorang siswa slow learner adalah : (1) mereka mampu seperti anak-anak lainnya dan bisa bergaul dengan teman-temannya. (2) Setiap anak punya talenta dan setiap anak berhak atas pendidikan dan kesempatan, untuk menonjolkan apa yang mereka bisa.50 2.4 Pendampingan Konseling Konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat membantu yaitu adanya interaksi antara konselor dan klien dalam suatu kondisi yang membuat konseli terbantu dalam mencapai perubahan dan belajar membuat keputusan sendiri serta bertanggung jawab atas keputusan yang ia ambil. Beberapa pendapat dari para ahli dalam mendefinisikan konseling: a. Menurut Rosjidan, mengemukakan bahwa konseling merupakan proses dimana sturktur diri (pribadi) dibuat sesantai mungkin demi menjaga hubungan dengan ahli terapi, dan pengalaman-pengalaman sebelumnya 50https://lifestyle.kompas.com/read/2014/11/10/163000923/Anak.Berkebut uhan.Khusus.Perlu.Dukungan.diunduh hari senin 13 mei 2019 pk 13.22 wib.

52 yang tertolak dirasakan dan selanjutnya diintegrasikan kedalam suatu diri (self) yang telah dirubah.51 b. Gibson dan Mitchell menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. c. Rosjidan menyatakan bahwa konseling merupakan suatu hubungan.52 Professional, dilakukan untuk membantu pengertian klien dan menjernihkan memperjelas pendapatnya selama kehidupannya sehingga dia bisa menentukan pilihan yang berguna dan dinyatakan dengan sifat esensial dan lingkungan yang dimilikinya. Konseling merupakan suatu proses belajar-mengajar, karena klien belajar tentang kehidupannya. Apabila dia harus membuat pilihan-pilihan yang berarti, dia harus mengetahui tentang dirinya sendiri fakta-fakta tentang situasi yang dimilikinya sekarang, dan kemungkinan-kemungkinan, serta konseksuensi-konsekuensi yang sangat mungkin adanya dari berbagai pilihan tersebut. d. Menurut Mappiare menyatakan bahwa definisi konseling dapat digambarkan konseling adalah suatu proses dimana ada seseorang yang 51 Rosjidan. Modul Pengantar Wawancara Konseling. (Malang: PPB FIP IKIPMalang, 1994), hal 4 52 Gibson, R.L & M.H. Mitchell.. Introduction to Counseling and Guidance; 6th edition. (Englewood Cliffts New Jersey: Merrill, Prentice Hall 2003).P 56

53 dipersiapkan secara profesional untuk membantu orang lain dalam memahami diri, pembuatan keputusan dan memecahkan masalah. Selain itu konseling adalah pertemuan “dari hati ke hati” antar manusia yang hasilnya sangat bergantung pada kualitas hubungan.53 e. Menurut Abimanyu mengemukakan bahwa konseling adalah proses yang melibatkan hubungan antar pribadi antara seorang terapis dengan satu atau lebih klien dimana terapis menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sistematik tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental klien.54 f. Menurut Brammer dan Shostrom mengemukakan bahwa konseling adalah suatu perencanaan yang lebih rasional, pemecahan masalah, pembuatan keputusan intensionalitas, pencegahan terhadap munculnya masalah penyesuaian diri, dan memberi dukungan dalam menghadapi tekanan- tekanan situasional dalam kehidupan sehari-hari.55 Dari berbagai rumusan definisi-definisi yang dikemukakan terdapat beberapa kesamaan. Kesamaaan tersebut menyangkut ciri-ciri pokok konseling yaitu sebagai berikut : 53 Andi Mappiare, Pengantar Konseling dan Psikloterapi. (Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada 2002), hal 16. 54 Abimanyu, Soli dan Manrihu, Thayeb.. Tehnik dan Laboratorium Konseling. (Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti1996), hal 9 55 Brammer, L.M dan Shostrom, E.L.. Therapeutic Psychology: Fundamental of Counseling and Psychoterapy: Fourth Edition. (New Jersey: Prentice Hall Inc1982), hal 8

54 1)Konseling dilakukan oleh seorang konselor yang mempunyai kemampuan secara profesional dalam menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan keputusankeputusan pribadi, sosial, karier dan pendidikan serta memahami proses-proses psikis maupun dinamika perilaku pada diri klien. 2) Konseling melibatkan interaksi dan komunikasi antara dua orang yaitu konselor dan klien baik secara langsung (bahasa verbal) maupun secara tidak langsung (non verbal). 3) Tujuan dari hubungan konseling ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri klien sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh klien. Konselor berupaya untuk memfasilitasi dan memberikan dukungan, bersama klien membuat alternatif-alternatif pemecahan masalah demi perubahan ke arah lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam konseling. Selain itu tujuan lain yang ingin dicapai dalam konseling terutama pada diri klien adalah:56 a. Klien akan memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya. b. Mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang obyektif tentang dirinya. c. Terhindar dari gejala-gejala kecemasan 4) Konseling merupakan proses yang dinamis, di mana individu klien dibantu untuk dapat mengembangkan dirinya, mengembangkan kemampauan- 56 Andi Mappiare, Pengantar Konseling dan PsikloterapiOp.Cit.,

55 kemampuannya dalam mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapi. 5) Konseling merupakan suatu proses belajar terutama bagi klien untuk mengembangkan perilaku baru dan membuat pilihan, keputusan sendiri (autonomous) kearah perubahan yang dikehendaki. 6) Adanya suatu hubungan yang salaing menghargai dan menghormati sehingga timbul saling kepercayaan, dengan kata lain konselor menjamin kerahasiaan klien.57 2.5 Konseling Sebagai Hubungan Konseling pada dasarnya merupakan suatu hubungan membantu (helping relationship) yang profesional. Beberapa contoh hubungan yang professional antara lain: dokter dan pasien, pekerja sosial dan masyrakat, pengacara dan klien, guru dan siswa. Sekalipun sama-sama hubungan profesional, tetapi masing-masing hubungan ini memiliki karateristik tersendiri. Demikian pula dengan hubungan konseling berbeda dengan pola hubungan yang lain. Pada dasarnya hubungan antara konselor dan klien pada proses konseling merupakan hubungan pemberian bantuan yang bersifat profesional dan memiliki keunikan tersendiri. Profesional dalam hal ini dikarenakan di dasarkan pada pengetahuan khas, menerapkan suatu teknik intelektual dalam suatu pertemuan khusus dengan orang lain (klien) agar klien 57 Mulawarman. Psikologi Konseling : Sebuah Pengantar bagi Konselor Pendidikan (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2016), hal 9.

56 tersebut dapat lebih efektif menghadapi dilema, pertentangan-pertentangan atau konflik yang terjadi dalam dirinya. Keunikan ini tercermin pada kekhususan karakteristik yang terjadi antara konselor dan klien. Kekhususan ini dapat dilihat dari sasaran yang dibantu oleh konselor, metode hubungannya dan masalah yang dihadapi oleh klien. terlebih dahulu mengenai pengertian secara umum tentang hubungan membantu. Pada suatu hubungan bantuan (Helping relationship) ditandai oleh ciri-ciri dasar tertentu. Menurut Shertzer dan Stone hubungan membantu (helping) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:58 1) Hubungan helping adalah penuh makna dan bermanfaat 2) Afeksi sangat mencolok dalam hubungan helping 3) Keutuhan pribadi tampil atau terjadi dalam hubungan helping. 4) Hubungan helping terbentuk melalui kesepakatan bersama individu- individu yang terlibat. 5) Saling hubungan terjalin karena individu yang hendak dibantu membutuhkan informasi, pelajaran, perintah ( advis ), bantuan, pemahaman atau perawatan dari orang lain. 6) Hubungan helping dilangsungkan melalui komunikasi dan interaksi. 7) Struktur hubungan helping adalah jelas. 58 Andi Mappiare, Kamus Konseling dan Psikoterap,Op.Cit hal 2.

57 8) Upaya-upaya yang bersifat kerja sama (collaborative) menandai hubunganhelping. Selain itu menurut Cappuzzi dan Gross mengartikan bahwa hubungan membantu merupakan beberapa individu bekerja bersama untuk memecahkan apa yang menjadi perhatiannya atau masalahnya atau membantu perkembangan dan pertumbuhan salah seorang dari keduanya.59 Sedangkan George dan Cristiani (1982) dalam Latipun, (2004) mengemukakan bahwa pemberian bantuan merupakan proses dinamis dan unik yang dilakukan individu untuk membantu orang lain dengan menggunakan sumber-sumber dalam (inner resources) agar tumbuh ke dalam arahan yang positif dan dapat mengaktualisasikan potensipotensinya untuk sebuah kehidupan yang bermakna. Secara lebih mendalam bahwa hubungan membantu memberikan maksud untuk peningkatan pertumbuhan, kematangan, fungsi, cara penanganan kehidupannya dengan memanfaatkan sumber-sumber internal pada pihak yang diberikan bantuan.60 Jadi dari beberapa rumusan definisi dan ciri-ciri pokok konseling maka dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan suatu proses bantuan secara profesional antara konselor dan klien yang bertujuan membantu individu 59 Capuzzi, D., dan Gross, D.R.. Introduction to Counseling. (Needham Heights: Allyn and Bacon1991), p 53. 60 Latipun. Psikologi Konseling.( Malang: UMM Press. 2004), hal 45

58 (klien) dalam memecahkan masalahnya agar individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sesuai potensi atau kemampuan yang ada pada dirinya. Selain itu peran konseling memiliki 4 komponen utama, yakni hubungan, masalah, tujuan, dan treatment. 1. Hubungan Hubungan yang dimaksud adalah hubungan antar konselor dengan konseli, pentingnya hubungan dalam konseling telah lama digali oleh para ahli psikologi seperti Freud, Sullivan, dan Rogers. Dalam hubungan konseling, konselor mengembangkan berbagai sikap seperti empati, hangat, terbuka, unconditional positive regard (hal positif tanpa syarat)61, sehingga hubungan yang dibuat antara konselor dan konseli dapat menjadi sebuah instrumen yang dapat membantu konseli, oleh karena itu hubungan dalam konseling disebut sebagai helping relationship atau hubungan yang membantu. 2. Masalah Masalah merupakan komponen penting dalam konseling, berbagai teknis konseling yang dikemukakan oleh para ahli pada dasarnya bertujuan untuk mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah yang dialami oleh konseli 3. Tujuan 61 Ibid., hal 10.

59 Tujuan konseling bervariasi sesuai dengan orientasi teoritis dan masalah konseli. Beberapa teori menekankan pada perubahan kognisi dan pemahaman, teori lainnya menekankan pada perubahan emosi dan perilaku, dan ada juga teori yang bertujuan pengembangan dan pertumbuhan individu. Terdapat pendekatan konseling fokus secara langsung pada proses belajar dengan fokus utama mengubah perilaku yang maladaptif dengan perilaku yang adaptif, tetapi secara umum, berbagai pendekatan tersebut fokus pada salah satu dibawah ini:62 a. Meningkatkan kompetensi interpersonal dan intrapersonal. b. Perkembangan kepribadian. c. Membantu individu yang mengalami hambatan dalam pertumbuhannya. 4. Treatment Treatment dalam hubungan konseling dilaksanakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam proses konseling. Pelaksanaan treatment sangat bergantung pada permasalahan konseli dan pendekatan yang digunakan. 2.6 Peran Konseling Pada Slow Learner Penerapan peran konseling dapat diwujudkan dalam berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling. Setiap layanan dan kegiatan pendukung konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu 62 Ibid., hal 11

60 kepada satu atau lebih peran tersebut di atas agar hasil-hasil yang hendak dicapainya secara jelas dapat di identifikasi dan dievaluasi. 1. Peran konseling sebagai Pemahaman Peran konseling yang menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan individu dan/atau kelompok yang mendapat pelayanan; pemahaman itu meliputi pemahaman tentang diri sendiri, lingkungan dan berbagai informasi yang diperlukan.63 Konseling individu terjadi ketika seorang konselor bertemu secara pribadi dengan seorang siswa untuk tujuan konseling. Ini adalah interaksi antara konselor dan konseling dimana banyak yang berpikir bahwa ini adalah esensi dari pekerjaan konselor. Layanan konseling individu merupakan bentuk layanan bimbingan dan konseling khusus antara peserta didik (klien) dengan konselor dan mendapat layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang diderita peserta didik (klien).64 Peran konseling sebagai Pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang membantu konseling agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseling diharapkan mampu 63 Prayitno, & Emti, E. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. (Jakarta: Rineka Cipta. 2004), hal 4 64 Winkel, Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan, (Jakarta: Gramedia, 1978), hal 61.

61 mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.65 Peran konseling pemahaman yang dimaksud yaitu bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa Slow Learner. Pemahaman ini mencakup: a. Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru dan guru pembimbing. b. Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah), terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru, dan guru pembimbing. c. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalamnya informasi pendidikan, jabatan, pekerjaan, dan atau karir, dan informasi budaya/nilai-nilai), terutama oleh siswa slow learner. Pemahaman masalah oleh individu sendiri merupakan modal dasar bagi pemecahan masalah tersebut, apabila pemahaman masalah telah tercapai, agaknya pelayanan bimbingan dan konseling telah menjalankan fungsi pemahaman dengan baik. Pemahaman masalah siswa slow learner sama bergunanya dengan pemahaman tentang individu pada umumnya oleh orang tua dan guru sebagaimana telah dijelaskan di atas, yaitu untuk kepentingan berkenaan dengan perhatian dan pelayanan orang tua terhadap 65 Ibid.,

62 anak, dan pengajaran oleh guru terhadap siswa. Para siswa slow learner perlu memahami dengan baik lingkungan sekolah, dan juga perlu diberi kesempatan untuk memahami berbagai informasi yang berguna berkenaan dengan pendidikan yang sekarang dijalaninya dengan pendidikan jenjang selanjutnya dan yang berhubungan dengan pekerjaannya di kemudian hari.66 Fokus utama pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu klien dengan berbagai permasalahannya, dan dengan tujuan-tujuan konseling. Berkenaan dengan kedua hal tersebut, pemahaman yang sangat perlu dihasilkan oleh pelayanan bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh klien sendiri, dan oleh pihak-pihak yang akan membantu klien, serta pemahaman tentang lingkungan klien oleh klien.67 a) Pemahaman tentang klien Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian bantuan terhadap klien. Sebelum seorang konselor atau pihk-pihak lain dapat memberikan layanan tertentu kepada klien, maka mereka perlu terlebih dahulu memahami individu yang akan dibantu itu. Pemahaman tersebut tidak hanya sekedar mengenal diri klien, melainkan lebih jauh lagi yaitu pemahaman yang menyangkut latar 66 Moh Surya, Tehnik-tehnik konseling individu, (Bandung: CV Ilmu, 1995), hal. 102. 67 Ibid., hal 103

63 belakang pribadi klien, kekuatan dan kelemahannya serta kondisi lingkungannya. Pemahaman tentang klien secara komprehensif yang mencakup aspek-aspek diatas, apabila dijabarkan meliputi: (1) identitas individu (2) latar belakang pendidikan (3) status sosial ekonomi orang tua (4) kemampuan yang mencakup inteligensi (5) kesehatan tubuh dan emosionalnya (6) kecenderungan sikap dan kebiasaan (7) cita-cita pendidikan dan kerja (8) keadaan lingkungan tempat tinggal (9) kedudukan dan prestasi yang pernah dicapainya (10) kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, dan lain-lain.68 Pemahaman tentang diri klien juga perlu bagi pihak-pihak lain, khususnya konselor. Pemahaman konselor terhadap klien dipergunakan oleh konselor baik untuk secara langsung membantu klien dalam pelayanan bimbingan dan konseling lebih lanjut, maupun sebagai bahan acuan utama dalam rangka kerjasama dengan pihak- 68 Sukardi, Pengantar bimbingan konseling di sekolah, (Bandung: Rineka Cipta, 1996), hal. 49

64 pihak lain dalam membantu klien (terutama orang tua dan guru untuk para siswa di sekolah). Bagi konselor, upaya mewujudkan fungsi pemahaman merupakan tugas paling awal dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling terhadap individu tertentu.69 b) Pemahaman tentang lingkungan lain Lingkungan bisa dikonsepsikan segala sesuatu yang ada disekitar individu yang secara langsung mempengaruhi individu seperti keadaan rumah atau tempat tinggal, sosial ekonomi dan emosional keluarga, keadaan hubungan antar teman, tetangga dan lainnya. Bagi siswa di sekolah, melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling diberikan agar mereka memahami lingkungannya secara baik. Lingkungan sekolah yang perlu dipahami secara baik oleh setiap siswa ABK meliputi lingkungan fisik, berbagai hak dan tanggung jawab siswaABK , aturan-aturan, disiplin, pembelajaran dan lain-lain70 2. Peran konseling pencegahan Fungsi pencegahan adalah fungsi konseling yang menghasilkan kondisi bagi tercegahnya atau terhindarnya konseli atau kelompok konseli dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang dapat 69 Ibid., hal 50 70 Moh Surya, Tehnik-tehnik konseling individu,Lok.Cit.,

65 mengganggu, menghambat atau menimbulkan kesulitan dan kerugian- kerugian tertentu dalam kehidupan dalam proses perkembangannya.71 Upaya pencegahan yang dilakukan oleh konselor, yaitu: a. Mendorong perbaikan lingkungan yang akan berdampak negative terhadap individu yangbersangkutan. b. Mendorong perbaikan kondisi diri pribadi klien. c. Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan dan mempengaruhi perkembangan serta kehidupannya. d. Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang aka memberikan resiko yang besar, dan melakukan sesuatuyang akan memberikan manfaat. e. Menggalang dukungan kelompk terhadap individu yang bersangkutan.72 Secara operasional konselor perlu menampilkan kegiatan dalam rangka pelaksanaan fungsi pencegahan. Kegiatannya antara lain dapat berupa program-program nyata. Secara garis besar program-program tersebut dikembangkan, disusun dan diselenggarakan melalui tahap-tahap: 71 Hartono dan Boy Soedarmadji, Psikolgi Konseling, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012), hal. 37 72 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hal. 206

66 1. Identifiksasi permasalahan yang mungkin timbul 2. Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber penyebab timbulnya masalah-masalah 3. Mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat membantu pencegahan masalah tersebut 4. Menyusun rencana program pencegahan 5. Pelaksanaan dan monitoring terhadap siswa slow learner dalam pembelajaran. 6. Evaluasi dan laporan.73 Fungsi pencegahan dalam pelaksanaannya bagi konselor merupakan bagian dari tugas kewajibannya yang amat penting. Dalam dunia kesehatan mental “pencegahan” didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana, lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian itu benar-benar terjadi Lingkungan merupakan hal yang penting, karena lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh positif terhadap individu. Lingkungan yang mendukung harus dipelihara dan dikembangkan. Sedangkan lingkungan yang sekiranya dapat menimbulkan pengaruh yang negatif harus diubah, sehingga hal yang diperkirakan tidak dapat menjadi kenyataan. Ruang kelas yang gelap dan kotor, pekarangan sekolah yang 73 Ibid., hal . 208

67 sempit, sarana belajar yang kurang memadai, hubungan guru murid yang kurang serasi, semuanya akan menimbulkan kerugian-kerugian bagi siswa itu sendiri. Pencegahan di sini juga bisa berarti menahan atau menghindarkan dari bahaya yang akan timbul dari sesuatu yang bersifat negatif. Dengan adanya pengarahan dari guru di sekolahan para siswa slow learner akan lebih terarah dalam setiap tindakan, sehingga akan mencegah dari kerusakan dan bentuk gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan adanya fungsi pencegahan yang baik, maka perkembangan potensi akan menjadi lebih baik. Peningkatan kemampuan khusus individu diperlukan untuk memperkuat perkembangan dan kehidupannya. Ketrampilan pemecahan masalah, ketrampilan belajar dengan berbagai aspeknya, ketrampilan berkomunikasi dan hubungan sosial, pengaturan pemasukan pengeluaran uang merupakan beberapa contoh kemampuan yang perlu ditingkatkan pada individu.74 3. Peran Konseling Sebagai Penyembuhan Peran konseling penyembuhan adalah Istilah fungsi pengentasan inidipakai sebagai pengganti istilah fungsi kuratif atau fungsi terapeutik dengan arti pengobatan atau penyembuhan. Tidak dipakainya istilah tersebut karena istilah itu berorientasi bahwa peserta didik adalah orang yang “sakit” serta untuk mengganti istilah “fungsi perbaikan” yang 74 Hartono dan Boy Soedarmadji, Psikolgi Konseling Op.Cit ,hal 40

68 berkonotasi bahwa peserta didik yang dibimbing adalah orang “tidak baik atau rusak”75 Melalui peran pelayanan ini akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha membantu pemecahan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik, baik dalam sifatnya, jenisnya maupun bentuknya. Pelayanan dan pendekatan yang dipakai dalam pemberian bantuan ini dapat bersifat konseling perorangan ataupun konseling kelompok.76 Peran konseling sebagai penyembuhan berarti juga fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami peserta didik. Jika fungsi pencegahan dan pemahaman sudah dilaksanakan, namun siswa yang bersangkutan masih mengalami masalah-masalah tertentu. Disinilah fungsi pengentasan dan layanan bimbingan dan konseling berusaha untuk memecahkan masala- masalah yang dihadapi siswa. Bantuan yang diberikan disesuaikan dengan masalah yang dihadapi, baik dalam bentuk jenisnya, sifatnya maupun bentuknya. Pendekatan yang dipakai dalam pemberian bantuan itu dapat bersifat perorangan atau kelompok, langsung berhadapan dengan siswa 75. Ermis Suryana, Bimbingan Konseling di Sekolah , (Palembang: Noer Fikri Offset, 2012), hal 48-49 76 Hartono dan Boy Soedarmadji, Op.Cit.,42

69 yang bersangkutan, melalui perantara orang lain misalnya orang tua, ataupun melalui pengubahan lingkungan.77 Jadi, dalam pelaksanaan fungsi pengentasan bimbingan dan konseling menganggap bahwa orang yang mengalami masalah itu berada dalam keadaan yang tidak mengenakkan, sehingga harus diangkat dan dientaskan dari keadaan tersebut. Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara perorangan, sebab setiap masalah adalah unik. Masalah-masalah yang diderita oleh individu-individu yang berbeda tidak boleh disamaratakan. Dengan demikian penanganannya pun harus secara unik disesuaikan terhadap kondisi masing-masing masalah itu. Untuk itu konselor perlu memilik ketersediaan berbagaibahan masalah yang beraneka ragam itu. 4. Peran konseling sebagai pemeliharaan dan pengembangan Yaitu fungsi konseling yang menghasilkan terpelihara dan terkembangannya berbagai potensi dan kondisi positif individu dan/atau kelompok yang mendapat pelayanan dalam rangka perkembangan diri/kelompok secara mantap dan berkelanjutan. Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. Intelegensi yang tinggi, bakat yang istimewa, minat yang menonjol untuk hal-hal yang positif dan produktif, 77 Ibid., hal 40.

70 sikap dan kebiasaan yang telah terbina dalam bertindak dan bertingkah laku sehari-hari, cita-cita yang tinggi dan cukup realistic, kesehatan dan kebugaran jasmani, hubungan sosial yang harmonis dan dinamis, dan berbagai aspek positiflainnya dari individu perlu dipertahankan dan dipelihara. Pemeliharaan yang baik bukanlah sekedar mempertahankan agar hal-hal yang dimaksudkan tetap utuh, tidak rusak dan tetap dalam keadaan semula, melainkan juga mengusahakan agar bertambah baik, kalau dapat lebih indah, lebih menyenangkan, memiliki nilai tambah dari pada waktu- waktu sebelumnya. Pemeliharaan yang demikian itu adalah pemeliharan yang membangun, pemeliharaan yang memperkembangkan. Oleh karena itu, fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan tidak dapat dipisahkan.78 Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, fungsi pemeliharaan dan pengembangan dilaksanakan melalui berbagai pengetahuan, kegiatan dan program. Misalnya disekolah, bentuk dan ukuran meja/kursi murid disesuaikan dengan ukuran tubuh serta sikap tubuh yang diharapkan. Ventilasi, suhu, bentuk dan susunan ruang kelas diusahakan agar mereka berada diruang itu merasa nyaman, betah dapat melakukan kegiatan dengan tenang dan sepenuhnya kemampuan. Pengaturan, kegiatan dan program-program lain yang mengacu kepada fungsi bimbingan dan 78 Ibid., hal . 45-46

71 konselingtersebut dapat disusun dan kembangkan dalam jenis dan jumlah yang bervariasi dengan kemungkinan yang tidak terbatas79. Bimbingan dan konseling dapat berfungsi pemeliharaan dan pengembangan, artinya layanan yang diberikan dapat membantu para siswa dalam mengembangkan keseluruhan pribadinya secara lebih terarah dan mantap, terpelihara dan terkembangankannya berbagai potensi positif siswa ABK dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Selain itu pemeliharaan dan pengembangan merupakan sarana penyaluran bakat , yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.80 Melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling berupaya mengenali masing-masing peserta didik secara perorangan, selanjutnya memberikan bantuan menyalurkan ke arah kegiatan atau program yang dapat menunjang tercapainya perkembangan yang optimal. 79 Prayitno dan Erman Amti, Op. Cit., hal. 216 80 Fenti hikmawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal 17.

72 5. Peran konseling sebagai Pembelaan ( Advokasi ) Adalah fungsi konseling yang menghasilkan kondisi pembelaan terhadap hak-hak dan atau kepentingan pendidikan atau perkembangan yang dialami klien atau pengguna pelayanan konseling. Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan di dalam masing-masing fungsi tersebut. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil- hasil yang hendak dicapainya jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.81 Jadi advokasi adalah memberikan pembelaan kepada konseli atau sekelompok konseli agar konseli mendapakan semangat dan bangkit dalam sebuah harapan sehingga permasalahan yang terjadi tidak menjadikan konseli terpuruk danakan mendapatkan masalahyang baru. Bentuk pembelaan bukan berarti membenarkan apa yang dilakukannya itu benar tetapi memberikan pemahaman/pengarahan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh konseli, sebagai guru yang melayani setiap permasalahan yang dihadapi oleh konseli harus memberikan pembelaan agar mendapatkan kenyamanan itu maka dengan mudah menyelesaikan masalah yang ada. 81 Ermis Suryana, Op.Cit, hal 63.

73 2.7 Kerangka Berpikir Slow Leaner . Gambar Dan Rupa Pendampingan PB Allah Pendampingan PL 1. Penerimaan 1. Penerimaan Penyebab berdasarkan tanpa syarat tanpa syarat Alkitab : 2. Membela Dosa 2. Penyembuha haknya n batinnya 3. Kasih yang Kesalahan orang tua Tulus Perbuatannya sendiri 3. Pengakuan 4. memotivasi iblis Faktor Penyebab : Genetik Biologis non keturunan Proses persalinan Lingkungan Stimulus yang salah Kesulitan Belajar 1. Mendengarkan 2. Berfikir 3. Membaca 4. Menulis 5. Berhitung Peran pendampingan Konseling Pada Anak Slow Learner 1. Pemahaman, 2. Pencegahan, 3. Penyembuhan, 4. Pemeliharaan, 5. Pembelaan Prestasi Prestasi Non Akademik Akademik Naik Kelas Bakat KKM Di atas Menggambar Bakat menari 75

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Salah satu jenis penelitian kualitatif adalah penelitian etnografi. Etnografi adalah metode penelitian berdasarkan pengamatan terhadap sekelompok orang dengan lingkungan yang alamiah ketimbang penelitian yang menekankan latar formalitas. dalam penelitian tersebut, peneliti meyelidiki sutu kelompok apa adanya selama masa penelitian. Data yang dikumpulkan didapat melalui pengamatan partisipatif ( melibatkan diri sendiri). Pengamatan partisipan itu dapat dilakukan dengan sebagain responden yaitu dalam kelas maupun personal.1 Penelitian ini menggunakan penelitian etnografi karena membahas tentang pendampingan pastoral konseling yang diberikan oleh guru melalui Peran pendampingan konseling terhadap pemahaman, terhadap pencegahan, terhadap penyembuhan, terhadappengembangan, dan terhadap pembelaan. 3.2 Subjek Penelitian dan Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru kelas 3-5 Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat. Alasan memilih guru kela 3-5 sebagai subjek penelitian karena: 1 Andreas B Subagyo.Pengantar riset kualitatif dan kuantitatif ( Bandung : Kalam Hidup 2014), hal 109-110. 74

1. Guru kelas 3-5 Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat masih aktif mengajar saat akan diadakan penelitian. 2. Guru kelas 3-5 Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat dianggap paling mengetahui kebutuhan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus yang ada di kelasnya. Penelitian ini juga memilih siswa, orang tua dari siswa kelas 3-5 Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat sebagai informan untuk mendukung data yang diperoleh dari subjek penelitian terkait dengan pelaksanaan layanan pendampingan belajar bagi siswa slow learner yang ada dikelas 3-5 Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat. Objek dalam penelitian ini adalah informasi yang akan diketahui dari subjek penelitian tentang peran pendampingan konseling pastoral yang dilakukan oleh guru kelas 3-5 Sekolah Dasar Maranatha 01Semarang Barat. Informasi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Peran pendampingan konseling terhadap pemahaman 2. Peran pendampingan konseling terhadap pencegahan 3. Peran pendampingan konseling terhadap penyembuhan 4. Peran pendampingan konseling tehadap pemeliharaan dan pengembangan. 5. Peran pendampingan konseling terhadap pembelaan. 75

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1 Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat, khususnya Guru kelas 3-5. Sekolah tersebut beralamat jalan Sri rejeki 1 kelurahan Gisikdrono Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Jawa Tengah. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini karena: a. Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat adalah SD yang melaksanakan pendidikan bagi siswa slow learner yang walaupun belum ada guru bimbingan konseling. b. Guru kelas berkomitmen untuk memberikan pendampingan pembelajaran bagi siswa low learner, meskipun guru tersebut kurang memiliki pengetahuan tentang layanan pendampingan pembelajaran yang tepat bagi siswa slow learner. 3.3.2 Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Agustus 2019, setelah memperoleh izin penelitian. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Observasi Penelitian ini menggunakan jenis observasi partisipasi (participant observation). Observasi partisipatif digunakan untuk mengamati layanan pendampingan konseling yang guru berikan pada siswa slow learner di 76

Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk menggali informasi Peran pendampingan konseling terhadap pemahaman terhadap pencegahan, terhadap penyembuhan, terhadappengembangan, dan terhadap pembelaan. b. Wawancara Penelitian ini menggunakan wawancara semistruktur, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Pelaksanaan wawancara perlu mendengarkan secara teliti apa yang dikemukakan oleh siswa slow learner , kepala sekolah, orang tua , guru kelas. Wawancara digunakan untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai pelaksanaan Peran pendampingan konseling terhadap pemahaman terhadap pencegahan, terhadap penyembuhan, terhadap pengembangan, dan terhadap pembelaan. Pencarian informasi tentang pelaksanaan pendampingan konseling bagi guru kelas 3-5 Sekola Dasar Maranatha 01 Semarang Barat menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara. c. Dokumentasi. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk menggali informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan layanan bimbingan pembelajaran dan ketersediaan dokumen/ benda-benda yang berhubungan dengan pelaksanaan pendampingan konseling yang dilakukan oleh guru kelas 3-5 bagi siswa slow learner Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat. 77

Penelitian ini juga melampirkan foto-foto kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pendampingan konseling yang dilakukan oleh guru kelas 3-5 bagi siswa slow lerner Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat dan hasil tulisan siswa. Selanjutnya dokumen-dokumen tersebut sebagai pelengkap dalam menganalisis data penelitian berupa hasil wawancara dan observasi. 3.5 Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan peneliti sebagai instrumen penelitian utama, alasannya bahwa segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Setelah fokus penelitiannya jelas, maka dapat dikembangkan menjadi instrumen sederhana. Instrumen ini dikembangkan berdasarkan komponen-komponen yang harus diperhatikan guru dalam pendampingan konseling pada siswa slow learner. a. Pedoman observasi Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk check list. Proses observasi dilakukan dengan memberikan tanda check list (√) pada kolom ya/tidak. Bila kejadian yang diamati lebih dari 1 kali, maka pemberian tanda cukup 1 kali dalam setiap pengamatan. b. Pedoman wawancara Pedoman wawancara digunakan sebagai panduan dalam memperoleh informasi yang lebih mendalam dari hasil observasi. Pedoman wawancara terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Peran 78

pendampingan konseling terhadap pemahaman terhadap pencegahan, terhadap penyembuhan, terhadappengembangan, dan terhadap pembelaan oleh guru kelas 3-5 bagi siswa slow learner. Wawancara dilakukan dengan guru kelas, siswa slow learner, kepala sekolah, dan orang tua. 3.6 Teknik Analisis Data. Model analisis data dalam penelitian kualitatif, dikenal dengan model interaktif. Langkah-langkah analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Reduksi data. Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan abstraksi dan pentrasformasian “data mentah” yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Kegiatan reduksi data adalah suatu bentuk analisis untuk mempertajam, memilih, memfokuskan, dan membuang dan menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan. Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan dengan memfokuskan pada layanan bimbingan pembelajaran bagi siswa slow learner. Reduksi data dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi pembelajaran di dalam dan di luar kelas, wawancara dengan guru kelas , siswa slow learner, kepala sekolah, dan orang tua, serta data yang diperoleh dari hasil studi dokumentasi pada pelaksanaan layanan bimbingan pembelajaran. 79

b. Model data (data display). Langkah yang dilakukan setelah reduksi data yaitu model data. Model dapat berupa matrik, grafik, jaringan kerja dan bagan. Bentuk yang paling sering dari model data kualitatif adalah teks naratif. Penyajian data pelaksanaan pendampingan konseling, dalam penelitian ini dalam bentuk teks naratif. Data tersebut berasal dari hasil observasi pembelajaran di dalam dan diluar kelas, wawancara dengan guru kelas, siswa slow learner, kepala sekolah, dan orang tua, serta data yang diperoleh dari hasil studi dokumentasi. c. Penarikan / verifikasi kesimpulan. Langkkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan dan verifikasi kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Hal ini juga dapat berbalik, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat kembali mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel. Penarikan kesimpulan diperoleh dari data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi tentang pelaksanaan pendampingan konseling siswa slow learner Ssekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat. 80


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook