Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Honeymoon Express

Honeymoon Express

Published by Fairytale, 2021-03-20 06:31:06

Description: Honeymoon Express

Search

Read the Text Version

Mata Shera membesar. ”Kamu udah bilang saya nggak mau ketemu?” Kali ini alis Ferdi berkerut kebingungan. ”Mm... me- mangnya Ibu nyuruh saya ngomong gitu?” Duh, sial, siaaal! rutuk Shera dalam hati. Tingkah panik Shera pasti sekarang sukses bikin Ferdi curiga kalau alasan pemutusan kerja sama ini bukan alasan profesional. ”E-eh, ya, maksudnya kan kamu bisa bilang saya nggak mau ketemu.” Shera gelagapan. Alis Ferdi masih berkerut bingung. Di kepalanya ter- lintas bayangan bosnya yang selalu ngomel-ngomel kalau stafnya berani-berani mengambil keputusan sendiri tanpa diskusi di saat ada masalah. Itu sebabnya Ferdi nggak mungkin sok tahu bilang Shera nggak mau ketemu klien kalau bukan atas perintah langsung. Lagian, nggak mau bertemu rasanya sangat nggak profesional. Biasanya. sepe- lik apa pun masalahnya, bosnya itu selalu siap mengha- dapi langsung. Ferdi malah sering salut pada Shera karena kalau lagi panik atau kepepet, bosnya itu malah semakin kreatif. ”Ibu, ada masalah sama Pak Alva ya?” tanya Ferdi takut-takut. ”Maksud saya bukan masalah... mm, peker- jaan?” Melihat mata Shera yang melebar Ferdi merasa perta- nyaannya terlalu lancang. ”Maaf, Bu...” tambah Ferdi, buru-buru. ”Tapi kalau Ibu butuh bantuan saya untuk bicara lagi sama Pak Alva, saya—” ”Ya sudah, kamu keluar aja deh, Fer, lanjutin kerja. Nanti aja diomongin lagi.” 199 pustaka-indo.blogspot.com

”Baik, Bu. Permisi.” ”Eh, Ferdi...” panggil Shera sebelum Ferdi menyentuh gagang pintu. ”Ya, Bu?” ”Pak Alva bilang sama kamu kapan dia mau ngomong langsung?” Ferdi menggeleng. ”Nggak, Bu. Apa Ibu mau saya ta—” ”Nggak, nggak usah. Ya sudah.” Ferdi mengangguk pelan lalu keluar ruangan. Bosnya aneh banget hari ini. ”Duuhhh...” Shera menepuk-nepuk dahinya frustrasi. Gimana nih kalau tiba-tiba Alva nongol dan minta ketemu? Sumpah, Shera sama sekali nggak siap bertatap muka dengan Alva. ”Aaahhh!!!” Shera mengacak-ngacak rambutnya sen- diri. Menyebalkan! Apa nggak bisa dia punya kisah cinta yang manis dan lancar-lancar aja? Kayaknya hari ini otaknya nggak mungkin bisa diajak kerja. Dia harus menenangkan diri. Minum smoothies, makan cake, atau apa pun lah! Asal jangan mikir. Shera melirik jam tangannya. Ngopi di hotelnya Yulia sepertinya ide yang bagus. * Ferdi meringis menyambut Shera begitu membuka pin- tu ruangannya. Dari posisi sebelah tangannya yang 200 pustaka-indo.blogspot.com

mengambang, Shera menerka Ferdi berniat mengetuk pintu tapi Shera keburu membuka pintu. ”Eh, Fer, kalau ada apa-kamu handle dulu ya. Saya mau keluar seben- tar....” ”Eh… tapi, Bu... ada tamu buat Ibu....” ”Duh, kamu dulu deh ya yang tanganin, Fer. Tamu dari mana sih?” Ferdi meringis lagi. ”Hai, Sher, aku yang mau ketemu kamu.” Sekujur tubuh Shera mendadak beku. Alva tiba-tiba sudah berdiri di belakang Ferdi. Posisi ruang tunggu tamu dan pintu ruangan Shera cuma dibatasi pot-pot tanaman hias yang lumayan besar. Cukup mudah buat Alva duduk di sana tanpa terlihat, dan tiba-tiba muncul tanpa mem- beri waktu Shera untuk menghindar. Saat itu juga di dalam kepala Shera langsung membuat catatan untuk memindahkan pot-pot penghalang. Dia harus bisa mengintip langsung ke ruang tunggu tamu dari dalam ruangan untuk mendeteksi kehadiran tamu-tamu tak diinginkan. Alva tersenyum sewajar mungkin sambil menatap Shera. ”Bisa kan, Sher? Mau ngobrolin soal kelanjutan kerja sama kita.” Lalu semua mata di ruang kantor Honeymoon Express yang minimalis dan nggak terlalu besar itu menatap ke arah Shera dengan penasaran. Ada yang yang pura-pura berdiri sambil menelepon, ada yang berlagak sibuk baca brosur, ada yang terlalu lama berdiri di depan mesin foto- 201 pustaka-indo.blogspot.com

kopi, tapi yang pasti mata dan telinga mereka semua siap menguping. Shera menebak mulut ember Ferdi pasti berkoar tadi pagi. Permintaan Shera untuk membatalkan kerja sama dengan klien memang sangat di luar kebiasaan itu. Selama ini, serumit apa pun permintaan klien, asalkan masih sesuai dengan kapasitas Honeymoon Express, Shera akan berusaha mengerjakan sebaik mungkin. Kalau Shera meno- lak bertemu, kemungkinan besar Alva akan memaksa. Tetapi, Shera nggak mau memuaskan staf-stafnya yang tampak haus gosip itu. ”Aku ada perlu ke luar kantor. Bisa ikut?” Nggak perlu ditanya dua kali, Alva mengangguk. 202 pustaka-indo.blogspot.com

Kejujuran itu Manis, Tapi Pahit ”Aku nggak bisa lama-lama ngobrol sama kamu di sini. Masih ada keperluan lain,” kata Shera berbohong begitu mereka duduk berhadapan di sofa empuk coffee shop hotel tempat Yulia bekerja. Mereka sampai di sini naik kenda- raan masing-masing. Shera menolak waktu diajak berang- kat naik mobil Alva. No ­ay! SHERA: Yul, gue d coffee shop. Ada Alva. Gue ngo- mong sm dia dulu. Lo turun 15 menit lagi ya. Shera menekan tombol Send. Lima belas menit cukuplah untuk ngobrol singkat sama Alva. Sekarang Shera benar-benar hanya mau fokus 203 pustaka-indo.blogspot.com

membicarakan soal pemutusan kerja sama. Soal yang lain-lain, Shera nggak mau bahas. Kalau memang percuma menugaskan Ferdi kemarin, hari ini akan Shera hadapi sendiri sampai urusan soal proyek bulan madu Alva beres. Shera nggak mau lagi mengerjakan bulan madu bohong- bohongan ini. Itu sama saja dengan penghinaan kesakralan bulan madu—dan pada profesi Shera. Dan yang paling menyedihkan, pelakunya adalah pria yang Shera ka- gumi. ”Kamu buru-buru ya? Kalau memang hari ini waktunya sempit aku nggak masalah kok kita jadwalin ulang. Besok atau—” ”Nggak. Nggak besok-besok. Hari ini aja. Pokoknya aku ada urusan. Besok-besok juga pasti ada urusan. Lagi- an, rasanya apa yang disampaikan Ferdi udah cukup jelas, kan? Sekarang kita tuntasin aja. Aku akan kembaliin sisa uang kamu yang belum terpakai plus denda karena aku terhitung lalai. Kalau kamu keberatan sama nominalnya, kamu bisa—” ”Jalan kaki sambil gandengan di Tembok Cina.” ”Hah?” Kenapa tiba-tiba Alva ngomongin Tembok Cina? Aneh. Ekspresi Alva nggak berubah, padahal dahi Shera sudah berkerut-kerut. ”Tembok Cina apaan? Aku nggak lagi mood bercanda ya, Al. Ini serius. Jadi aku lanjutin. Misal- nya kamu ada ketidakpuasan silakan kamu bikin—” ”Pesta kembang api kayak tahun baru di Ancol.” Shera menegakkan duduknya. Kali ini mulutnya terka- 204 pustaka-indo.blogspot.com

tup rapat. Dia nggak yakin apa maksud celetukan-cele- tukan Alva barusan. Tapi... sepertinya dia tahu. Mata Alva lurus menatap Shera, lalu bicara lagi, kali ini dengan tenang. ”Aku masih ingat waktu mergokin kamu lagi bro­sing lihat-lihat foto Tembok Cina di base camp klub budaya. Kamu bilang, gara-gara habis nonton ilm Mandarin yang ada adegan romantis di sana, kamu jadi pengin gandengan sama pacarmu di Tembok Cina. Kayak di ilm itu. Hasil bro­sing itu kamu tempel di album kliping Honeymoon kamu. Buku itu masih ada?” Astaga, Alva masih ingat. Jangankan album itu, bahkan sketsa kapal kertas yang Alva buat masih menempel manis di halaman Venice. Bibir Shera bergerak-gerak gusar. Nggak tahu harus be- reaksi apa. Hampir semua teman-teman SMA dan kuliah Shera memang tahu dia terobsesi pada hal-hal romantis, terutama bulan madu. Tapi nggak banyak yang tahu Shera sampai punya buku kliping dan berkhayal punya biro perjalanan khusus bulan madu. Alva salah satu yang tahu, tapi Shera nggak pernah menyangka dia akan ingat. ”Soal pesta kembang api, kamu juga pasti ingat, kan? Itu gara-gara kamu kebanyakan nonton Meteor Garden. Kamu bilang, kalau di opening serial Meteor Garden itu, tokohnya duduk di bukit lalu ada hujan meteor. Kamu bilang kamu akan mewujudkannya dengan versi kamu. Duduk di atas bukit, berdua sama orang yang disayang 205 pustaka-indo.blogspot.com

lalu bikin pesta kembang api pribadi yang meriah kayak tahun baru di Ancol—karena bakal lama kalau nungguin hujan meteor sungguhan, dan belum tentu ada.” Shera makin gelagapan. Dia shock. Kok bisa sih Alva ingat semua itu? Seingat Shera se- mua itu cuma obrolan santai sekilas dan Alva lebih ba- nyak diam sambil tersenyum maklum setiap kali Shera mengoceh. Shera tercekat. Dia tiba-tiba tersadar dirinya bahkan masih mengingat motif dan warna tiga kemeja kotak- kotak favorit Alva dulu. Dia ingat, Alva nggak suka seledri, tapi cowok itu nggak pernah protes kalau tukang bakso di kantin kelupaan memasukkan seledri. Beda dengan Shera yang nggak suka bawang goreng. Kalau si tukang bakso lupa pesanannya, Shera bakal bela- belain nyamperin tukang bakso lalu protes. ”Eh, Mang Tarman sama Teh Etty, penjual soto depan kampus itu jadi kamu berangkatin bulan madu? Waktu itu kamu bilang, kalau suatu hari punya biro perjalanan bulan madu, kamu bakal kasih bulan madu gratis buat mereka, karena menurut kamu mereka pasangan paling romantis seantero kampus. ” Mata Shera nyaris melompat ke luar. Alva juga ingat itu?! Shera bahkan lupa dia pernah ngomong begitu. Dada Shera berdesir pelan. Hangat. Rasanya mendadak ada perasaan senang yang menggelitik. Ternyata dulu Alva memperhatikannya sedetail itu. 20 pustaka-indo.blogspot.com

Astaga, apa-apaan sih! Kenapa Shera jadi terbawa sua- sana lagi? ”Stop, Al! Kenapa jadi ngomongin aku sih? Tolong fokus. Aku mau menyelesaikan soal kontrak kerja sama kita, bukan ngobrol ngalor-ngidul. Aku cuma punya waktu lima belas menit. Dihitung dari kita sampai di sini tadi.” Shera makin panik. ”Sher, apa nggak bisa kita lurusin masalah aku sama kamu dulu baru ngomongin kerjaan?” Emosi Shera berantakan. ”Oke, urusan kita. Terus apa hubungan urusan kita sama tembok Cina, pesta kembang api pribadi, dan bulan madu gratis buat Mang Tarman dan Teh Etty?” Suara Shera mulai bergetar. ”Supaya kamu nggak menuduh aku jadiin kamu pelarian, Sher. Kamu bukan pelarian. Perasaanku ke kamu sudah ada sejak dulu, sejak kita kuliah. Aku selalu menik- mati setiap mendapat kesempatan bisa sama-sama kamu di kegiatan kampus, biarpun aku cuma bisa jadi pengecut yang diam-diam mengagumi kamu. Biarpun aku cuma bisa menikmati mata kamu yang ceria setiap kamu asyik cerita. Aku mengagumi semua tentang kamu. Makanya aku nggak pernah lupa detail sekecil apa pun. Sama seperti perasaanku yang ternyata nggak pernah hilang.” Ini semakin nggak bisa dikendalikan. Kalau dibiarkan, bisa-bisa Shera nggak kuat lagi membendung perasaan. Kejujuran Alva begitu manis. Ternyata Alva memendam perasaan yang sama besar. Tapi kejujuran ini juga pahit. 20 pustaka-indo.blogspot.com

Seharusnya nggak seperti ini. Nggak boleh! Alva seha- rusnya nggak berbohong soal Keisha. Sekali lagi Shera harus mengakui omongan Yulia benar. Shera nggak boleh terjerumus lebih jauh. Eldi. Shera nggak boleh melupakan Eldi. Dia kan sedang dekat dengan Eldi. Memang sih mereka belum resmi pacaran, tapi kan mereka sudah ada pendekatan pasti ke arah sana. Bertahap. ”Sher, apa kamu nggak mau kasih kesempatan buat kita? Tujuh tahun kita simpan. Mungkin aja sekarang waktunya untuk kita? Aku sudah lebih dewasa. Nggak sepengecut dulu. Sekarang aku berani ngomong sama kamu.” Shera menatap Alva tajam. Dia bilang apa tadi? Kepala Shera berdengung. ”Udah gila kamu, Al. Emang- nya kamu pikir semudah itu meyakinkan aku? Kamu tetap aja jahat, Al. Jahat sama almarhumah Keisha. Dan kalau kamu ngotot aku bukan pelarian, berarti kamu itu pria yang nggak setia! Baru ditinggal, sudah nyatain cinta sama perempuan lain. Aku kan juga lagi dekat sama Eldi. Paling nggak Eldi masih hidup!” ”Kamu kan nggak jadian sama Eldi. Dan satu lagi, kamu bukan sekadar perempuan lain. Kamu perempuan yang selalu ada di hatiku.” Alasan, alasan, alasan... pasti Alva sudah menyiapkan berbagai macam alasan sebagai pembenaran. Dasar egois! Memangnya dia pikir dengan mengumbar semua alasan itu lalu kekecewaan Shera hilang begitu aja? 20 pustaka-indo.blogspot.com

Shera bangkit dari sofa sampai dengkulnya menghajar ujung meja dan menumpahkan iced lemon tea-nya yang masih penuh. ”Cukup, Al! Aku males denger alasan- alasan lagi. Obrolan kita selesai hari ini. Titik! Begitu juga hubungan kita yang lain-lain! Permisi!” ”Sher!” Sebelum Alva sempat menangkap pergelangan tangan Shera, tangannya keburu ditepis kasar oleh She- ra. Lalu Shera berjalan cepat dengan terpincang-pincang karena lututnya nyut-nyutan setelah menghantam meja, tapi Shera nggak peduli. Dia harus cepat-cepat keluar dari situ. ”Eh, Shera? Nggak jadi nongkrong di coffee shop?” Yulia yang baru keluar dari lift terkaget-kaget karena nyaris ditubruk Shera. ”Mau ke mana sih, Sher? Ya ampun, lo nangis? Kenapa?” Yulia cuma bisa menjerit-jerit heboh karena Shera sama sekali nggak berhenti. Yulia baru saja berniat mencopot sepatu karena kakinya yang baru sembuh dari retak belum bisa diajak lari pakai sepatu. Tiba-tiba Alva yang tergopoh-gopoh muncul di situ dan hampir menyundul Yulia. ”E-eh, Alva!” ”Yul... lihat Shera nggak? Shera lewat sini?” Yulia mengernyit. ”Iya, barusan. Gue panggil-panggil tapi dicuekin. Dia malah lari ke luar. Emang ke—” ”Thanks!” Tanpa membiarkan Yulia menyelesaikan kalimatnya Alva melesat meninggalkannya. ”Pada kenapa sih?!” gerutu Yulia, bingung. Dia batal mencopot sepatunya. 209 pustaka-indo.blogspot.com

Dengan napas terengah-engah Alva sampai ke luar pintu lobi. Tapi terlambat. Mobil Shera sudah berdecit pergi meninggalkan pelataran parkir. * ”Jadi kamu memutuskan untuk membatalkan kerja sama Honeymonn Express sama teman kamu itu, Sher?” Shera menusuk potongan wafle dengan tenaga eksta. Mengangguk atas pertanyaan Eldi. ”Ya iyalah, El, gue ngerasa dibohongin banget. Pantesan dia nggak pernah jawab kalau gue tanya soal kapan pernikahannya.” Selu- ruh otot di wajah Shera menegang kesal. Seharusnya Shera bertemu Eldi sambil makan malam, tapi setelah kehebohan dengan Alva di coffee shop, emosi Shera langsung meledak-ledak, butuh pelampiasan. Saat ini dia belum pengin curhat ke Yulia karena biasa- nya dia bakal nangis-nangis ala curhat sesama sahabat cewek. Shera lebih pengin ngomel tanpa perlu bercerita detail. Cuma perlu meredakan emosi. ”Betul-betul cuma karena alasan itu, Sher?” Mata Eldi yang lincah dan selalu berkilat penuh ambisi, mencari-cari mata Shera. Shera menelan ludah. Terdiam sepersekian detik. ”I-iya lah, El, cuma karena itu. Mmm... emangnya kenapa? Itu kan sama aja penghinaan terhadap profesiku. Merendahkan bidang yang aku cintai, merendahkan karyaku untuk ran- cangan bulan madu sempurna yang dia minta. Bayangin, 210 pustaka-indo.blogspot.com

El, itu kan berarti semua yang aku lakuin jadi sia-sia. Bikin bulan madu untuk orang yang nggak akan berbulan madu. Tega banget dia! Aku udah mati-matian ngerjain- nya. Aku tanganin semuanya sendiri. Itu semua karena aku kagum banget sama tujuan dia melakukan perjalanan survei—yang ternyata bohongan dan nggak jelas buat apa!” Dengan lancar Shera berhasil menyortir cerita- nya. Bagian ciuman dan pernyataan cinta Alva dilarang ke- ras sampai bocor ke telinga Eldi. Bisa berantakan progres PDKT mereka tiga bulan ini. Eldi pasti langsung ilfeel atau langsung kabur meninggalkan Shera. Lesung pipi Eldi terlihat jelas waktu pria itu tersenyum lebar. Telapak tangannya yang ramping menepuk-nepuk punggung tangan Shera. ”Iya, ngerti kok, Sher. Sampai berapi-api begitu. Aku paham perasaan kamu. Kalau jadi kamu, reaksiku mungkin akan sama. Apalagi, buat kamu, setiap proyek bulan madu yang kamu kerjakan semua spesial, ya kan?” Hati Shera sedikit tenang. Napasnya pelan-pelan mulai normal. Senyuman Eldi memang maut. Manis dan mengundang untuk dicium—itu istilah Shera untuk senyum Eldi yang selalu bikin Yulia meringis malas. ”Thanks ya, El, kamu mau dengerin aku. Lumayan, agak plong sekarang. Makasih juga sudah ngertiin dan nggak nge-judge aku karena keputusanku memutus kerja sama sepihak.” 211 pustaka-indo.blogspot.com

Eldi tertawa halus. Terdengar ringan dan merdu di telinga. Eldi ini memang termasuk golongan ”magnet para cewek”. Bukan dalam arti dia terlalu ganteng bagai cowok-cowok Korea yang bolak-balik operasi plastik. Wajah Eldi manis, dan itu didukung sifatnya yang easy going dan selalu bisa bikin orang cepat akrab dan nyaman di dekatnya. Pembawaannya mendukung banget untuk bikin dia sukses jadi marketing. Ibaratnya, Eldi dagang apa pun pasti laku. Semua pasti mau beli kalau Eldi yang menawarkan. ”Ngapain aku nge-judge kamu, Sher. Masing-masing orang kan punya prinsip dan passion masing-masing. Nggak ada yang salah kok. Yah selama kamu juga nggak masalah untuk ngembaliin sisa deposit dia atau dendanya. Tadi kamu bilang dia masih pengin nerusin, kan?” ”Nggak masalah. Daripada aku harus nerusin proyek yang makan hati dan melanggar prinsipku.” Eldi mengangguk-angguk dengan maklum. ”Yang penting kamu tenang, nyaman, ikutin aja kata hati kamu, Sher,” katanya, ditutup senyum mautnya lagi. Shera balas tersenyum. Keputusannya menemui Eldi memang tepat. Setelah dipikir-pikir kayaknya Shera me- milih untuk menumpahkan kekesalannya pada Eldi ka- rena dia butuh semacam penyemangat. Sekaligus meng- ingatkan diri sendiri bahwa dia punya kehidupan pribadi yang menyenangkan. Seharusnya masalah antara dia dan Alva nggak perlu berlarut-larut, kan? Cukup menggetok diri sendiri supaya sadar bahwa ini gara-gara kebodohannya sendiri. 212 pustaka-indo.blogspot.com

Shera cuma perlu mengembalikan semuanya ke jalur yang benar. Berpikir jernih. Ya kan? Semudah itu, kan? ”Jadi... sekarang kita masih mau bahas materi meeting nggak nih? Kalau perasaan kamu masih nggak enak, dan belum bisa mikirin kerjaan, meeting-nya kita reschedule aja dulu aja, Sher. Hari ini kita lanjutin makan cake aja gi- mana, atau mau nambah wafle? Yang penting kamu rileks dulu deh.” ”Nggak usah, El. Kita lanjut meeting aja. Aku masih bisa fokus kok. Ngomelnya kan tadi udah. Makasih ya, El.” Sisa meeting mereka berjalan lancar. Shera mendengarkan Eldi dengan serius, seserius dia diam-diam mengamati wajah manis Eldi yang penuh semangat menjelaskan pa- ket kerja sama baru yang mungkin mereka jalankan. Ten- tunya diiringi pertanyaan yang hilir-mudik di kepala Shera. Kenapa Eldi belum juga nembak dia? Sepertinya mere- ka sudah cukup dekat untuk meresmikan proses PDKT ini jadi sepasang kekasih. 213 pustaka-indo.blogspot.com

Jadi ternyata Eldi itu... Shera memijat-mijat kening mendengar laporan stafnya di meeting hari ini. Rasanya kok dua bulan belakangan ini jadi banyak masalah ya? Setelah sebelumnya tiga klien yang nilai nominal deal-nya lumayan besar batal memakai jasa Honeymoon Express, sekarang kejadian lagi. Tiga klien yang Shera sebut tadi tidak termasuk Alva. Karena kasus Alva beda. Risma, staf marketing yang menangani klien itu, barusan melaporkan soal keputusan calon klien mereka dan ter- diam cemas. ”Kok bisa sih mereka batal pakai jasa kita, Ris?” Risma menggeleng. ”Nggak tahu juga, Bu. Mereka bi- lang batal begitu aja. Saya juga nggak bisa apa-apa karena mereka belum menandatangani apa pun.” 214 pustaka-indo.blogspot.com

Shera menggeleng-geleng. ”Bukan itu masalahnya, Risma—dan yang lain juga tolong diperhatikan. Yang jadi pikiran saya, kok bisa tiga klien batal memakai jasa kita dalam dua bulan terakhir. Apa masalahnya? Apa ada yang salah dengan service kita?” Shera kembali menatap Risma. ”Mudah-mudahan sih nggak ada yang salah dengan service kita, Bu. Kita nggak pernah dapat komplain soal service kok, Bu. Tapi—” ”Tapi apa?” kejar Shera, mendengar kata tapi yang menggantung di ujung kalimat Risma. Risma tampak ragu-ragu. ”Tapi kalau saya nggak salah tangkap, mereka secara nggak langsung bilang dapat harga yang lebih bagus.” ”Lebih murah? Jauh?” Risma kelihatan semakin ragu, tapi semua mata di ruang meeting mereka yang minimalis itu menatap ke arahnya. Penasaran. ”Ya... saya juga kurang tahu, Bu. Itu hanya sekilas dan nggak sengaja. Tapi itu yang saya tangkap. Tapi kalau mereka sampai batal pakai jasa kita lalu pindah ke yang itu ya... kemungkinan jauh ya, Bu.” ”Kamu sudah kasih penawaran yang bagus, Ris?” Risma mengangguk. ”Sudah, Bu. Begitu mereka kelihatan mulai ragu, saya sudah kasih budget terendah kita untuk paket yang mereka mau tanpa mengubah apa pun.” Biarpun rasanya nggak terima, Shera harus menelan ludah pahit. Selama ini dia merasa penawaran di Honey- 215 pustaka-indo.blogspot.com

moon Express sudah sangat masuk akal dan leksibel. Honeymoon Express memang bisnis yang Shera jalankan dengan serius, tapi Shera juga nggak melupakan kecinta- anya terhadap bulan madu dan hal-hal romantis. Makanya Shera nggak mengambil keuntungan yang terlalu berlebihan. Dia pengin kliennya menikmati bulan madu dengan harga terbaik. Hati happy, dompet juga happy. Oke, Shera nggak bisa bilang dia memiliki penawaran yang paling murah juga. Setiap ide punya harga. Di situ masalahnya. Tiga klien yang batal ini sudah sampai pada tahap konsultasi dan brainstorming soal konsep dan paket yang akan diambil. Shera sudah sempat menyebutkan ide-idenya dan menyarankan banyak hal. Bahkan konsep yang Shera ajukan sudah jadi secara utuh. Shera tercenung. Apa memang harga Honeyoon Ex- press mulai kurang bersaing? Tapi masa sih sampai klien membatalkan setelah proses akhir dan tinggal jalan aja? Kehilangan tiga klien memang nggak membuat Honey- moon Express jadi mendadak bangkrut atau merugi. Tapi, ini kan harus dievaluasi. Bagaimana kalau kejadian lagi? Bagaimana kalau semakin banyak klien yang kabur? Urat-urat di kepala Shera berdenyut. Jemarinya kem- bali menekan-nekan dahi karena mendadak migrain. Shera menatap seisi ruangan dengan serius. ”Masalah ini harus kita tanggapi secara khusus. Kita evaluasi, dan telu- suri kemungkinan-kemungkinan penyebabnya. Kita nggak mau kan Honeymoon Express lama-lama kehi- langan semua klien? Kita belum sampai puncak. Jangan 21 pustaka-indo.blogspot.com

sampai terjun bebas.” Shera mengedarkan pandangan menatap tim-nya satu per satu. Setelah beres meeting, Shera menelan obat sakit kepala dan tidur di ruangannya. Sepertinya dia harus mengatur janji lagi dengan Eldi. Alasan apa kek, yang penting bisa ngobrol. * Alva melirik arloji. Ada apa ya Eldi tiba-tiba SMS minta ketemu? Apa masalah Shera? Alva mengetuk-ngetukkan jari gelisah. Espresso-nya tinggal setengah. Sebetulnya mereka janjian di coffee shop ini lima menit lagi, tapi berhubung Alva ada pertemuan dengan klien di luar kantor dan selesai lebih cepat, dia tiba di sana lebih awal. Saat jam makan siang begini se- pertinya hampir mustahil ada mal yang kosong, bahkan coffee shop pun penuh. Untung Alva masih dapat tem- pat. ”Sudah lama, bro?” Satu tepukan di punggung Alva membuat acara meng- amati orang hilir-mudik terhenti. Eldi menyalami Alva dan langsung duduk di hadap- annya. ”Apa kabar nih?” Alva menegakkan duduknya yang tadi mulai melorot. ”Baik, gue baik. Lo sendiri apa kabar?” Eldi merapikan rambutnya sambil tersenyum lebar, menunjukkan lesung pipi dan giginya yang juga rapi. Dia 21 pustaka-indo.blogspot.com

memang good looking dan percaya diri. Pantas saja Shera kepincut dan bersabar biarpun belum diberi kepastian soal status hubungan mereka. ”Gue juga baik. Dancing ­ith the rhythm of life lah. Menggali berlian lebih dalam.” Lalu dia tertawa santai. Sepertinya termasuk tipe tawa pemikat wanita. ”Sudah pesan minum?” tanya Alva basa-basi. Dia baru bertemu Eldi dua kali, itu pun sekilas. Bisa dibilang mere- ka memang nggak akrab, tapi sepertinya itu bukan ma- salah buat Eldi. Dia sama sekali nggak terlihat cang- gung. ”Sudah. Tadi pas masuk gue mampir ke kasir. Langsung pesan.” ”Sip.” Cuma itu yang bisa keluar dari mulut Alva. Sejak dulu dia memang bukan tipe orang yang gampang akrab dengan orang baru. Bukan karena sombong, lebih karena dia canggung dan sering kurang percaya diri. Salah satu penyesalannya jelas waktu dia mendengar Shera mengaku bahwa dulu dia juga menyukai Alva. Kalau saja waktu itu Alva nggak terlalu pengecut, mungkin Shera nggak akan pacaran sama Raymen. Eldi menggulung lengan kemejanya. Menatap Alva dengan percaya diri. ”Denger-denger Shera batalin kerja sama kalian ya?” Alva nyaris terbatuk mendengar pertanyaan Eldi yang tanpa basa-basi. Tapi Eldi tertawa santai. ”Ya ampun, bro, sampe kaget banget gitu. Santai aja, Shera yang cerita ke gue. Gue 21 pustaka-indo.blogspot.com

nggak bakal kasih tahu Shera kok kalau gue kasih tahu lo soal dia cerita ke gue. Asal lo juga jangan cerita kalau kita ketemuan. Rahasia antarcowok aja.” Mendadak Alva speechless. Shera cerita apa aja? Soal mereka berciuman? Alva menyatakan cinta? Tapi kenapa Eldi tampak santai-santai saja? Apa jangan-jangan seben- tar lagi pria ini bakal membogem mentah Alva di depan gerombolan ABG berisik yang baru masuk dan seluruh pengunjung coffee shop?! ”Shera?” ”Iya... Shera bilang lo bohong sama dia dan dia kecewa banget. Apa bener calon istri lo sudah meninggal?” Alva menahan semua yang nyaris keluar dari mulutnya lalu mengangguk. Eldi balas mengangguk-angguk. ”Wah, speechless gue, bro. Tapi intinya dia kecewa karena ngerasa selama ini yang dia kerjain buat lo itu bener-bener maksimal dan akan jadi bulan madu sungguhan yang bakal lo jalanin sama istri lo. Lo tahu sendiri kan, buat Shera apa yang dia kerjakan di Honeymoon Express itu bukan sekadar bisnis. Ini obsesi dia—karya seni. Makanya dia kecewa berat karena merasa lo bohongin. Memang sih alasan dia membatalkan kerja sama itu nggak profesional, tapi ya itu lah Shera.” Alis Alva mengeryit. ”Itu yang Shera ceritain ke elo?” Eldi mengangguk sambil melonggarkan dasinya. ”Iya. Emangnya kenapa? Ada hal lain juga yang bikin dia marah?” 219 pustaka-indo.blogspot.com

Alva releks menggeleng. ”Nggak, nggak, nggak ada. Mm… begini, sori, tapi… sebetulnya lo ngajak gue ketemu ada apa ya, El? Jadi agak bingung nih gue, kok malah ngomongin soal gue dan Honeymoon Express.” ”Ya karena itu ada hubungannya,” jawab Eldi santai. Rasanya Alva semakin bingung. ”Maksudnya gimana ya?” Eldi menepukkan tangannya satu kali. ”Gini, bro, gue denger dari Shera kalau lo sebetulnya masih pengin nerusin paket bulan madunya, kan?” Dengan wajah masih bingung Alva mengangguk. ”Iya, tapi—” ”Nah!” Eldi menepuk tangannya lagi sambil memotong omongan Alva. ”Gue ada penawaran bagus buat lo nih. Gimana kalau lo kasih proyek sisanya itu ke gue? Soal konsepnya pasti lo sudah pernah ngobrol sama Shera, kan? Lo kasih tahu aja ke gue, nanti gue kerjain.” Kali ini Alva betul-betul melongo. ”A-apa? Gimana, gimana?” ”Aduuhh, lo kok jadi kayak orang bingung gitu sih? Gini, bro, Shera kan nggak mau ngerjain proyek lo lagi, nah, biar gue yang kerjain. Masih ada sisa paket yang belum dijalanin, kan? Shera kan bakal kembaliin tuh sisa deposit lo. Lo kasih deh proyeknya ke gue, harga gue jauh di bawah Shera. Lo dapet berapa dari Shera, dijamin gue di bawahnya. Soalnya kan untuk perjalanan dia juga kerja sama sama kantor gue. Nah, gue kasih lo harga yang di bawah basic. Soalnya, gue juga nggak ambil dari kantor. 220 pustaka-indo.blogspot.com

Gue kan punya channel langsung ke orang dalam pener- bangan dan hotel. Jadi bakal jauhhh di bawah, asli! Gue juga maen di belakang kantor gue.” Karena kaget, perlu beberapa saat buat Alva mencerna apa yang sedang terjadi sekarang. ”Tunggu, tunggu. Shera emang berencana mau mutusin kerja sama, tapi kan be- lum. Pembicaraan kami belum inal. Jadi posisi gue masih sebagai klien Shera. Kalau dia tahu kan nggak enak dong? Apalagi kalian berdua kan... dekat.” Eldi mengacak rambutnya pelan sambil menggeleng, seolah-olah menertawakan ucapan Alva. ”Yaaah, bro, emang sih gue sama Shera deket, tapi kan—” Lalu ponsel Eldi berbunyi. ”Sebentar.” Eldi mengangkat sebelah tangannya, meminta Alva menunggu. Alva hanya mengangkat bahu. ”Halo, baby? Iya, aku udah di sini. Jadi dong.... Kamu ot­, kan? Oke… see you, baby.” Tak ada hal lain yang bisa Alva lakukan selain bengong setelah menyaksikan percakapan tadi. Yang menelepon tadi jelas perempuan, kecuali kalau Eldi ini gay. Dan yang menelepon tadi Alva yakin bukan Shera. Sepertinya hubungan Eldi dan Shera belum sampai tahap baby-baby- an begitu. ”Sori, tadi cewek gue. Mau nyusul ke sini.” Dan Alva nggak sempat menelan lagi pertanyaannya yang sudah di ujung lidah. ”Cewek lo? Gue kira lo sama Shera—” Eldi terkekeh santai. ”Ada apa-apa?” sambungnya tetap santai. 221 pustaka-indo.blogspot.com

Alva hanya mengangkat alis, mengiyakan. ”Jangan salah paham, bro. Gue sama dia emang deket. Tapi gue sudah punya cewek. Lo harus lihat cewek gue, nggak mungkin gue lepasin dia. Kalau sama Shera, gue ya memang deket, dan makin deket setelah tiga bulan terakhir makin banyak proyek yang dia kasih ke kantor gue lewat gue. Nggak ada ruginya deket sama dia. Gue jadi dapet promosi, bonus kenceng. Orangnya juga asyik diajak jalan, tapi gue nggak ada niat ngajak dia jadian. Bussiness is bussiness, bro. Shera itu termasuk klien gede. Bolehlah gue jadi temen curhat sama temen ngopi-ngopi dan jalan, selama proyek jalan terus.” Kalimat Eldi ter- dengar enteng ditutup tawa tanpa dosa. ”Lo sebagai cowok pasti ngerti lah.” Jakun Alva begerak naik-turun karena mendadak teng- gorokannya kering dan susah menelan ludah. Terngiang di benak Alva binar mata Shera waktu pertama kali mengenalkan Eldi pada Alva. Senyum semringah Shera waktu bilang bahwa dia dan Eldi dalam proses PDKT. Walau sekilas, Shera memang sering mengungkapkan kekagumannya soal Eldi. Yang paling melekat di hati Alva, waktu terakhir di coffee shop hotel itu, Shera menye- butkan nama Eldi sebagai salah satu alasan Alva nggak bisa seenaknya menyatakan cinta pada Shera. Rahang Alva mengeras dan tiba-tiba aja tangannya su- dah mengepal. ”Kok malah bengong, bro? Gimana soal pakai jasa gue? Lo nggak usah khawatir masalah kualitas kerjaan gue. 222 pustaka-indo.blogspot.com

Off the record nih ya, sudah tiga kliennya Honeymoon Express pindah ke gue dalam kira-kira dua bulan ini. Semuanya puas. Apalagi harganya oke banget. Dan ide- ide Shera yang dia kasih buat klien itu bisa gue wujudkan dengan sempurna.” Tanpa sadar bahwa Alva sedang shock, Eldi terus bicara. Dia yakin Alva dan Shera hanya teman lama yang sempat ada hubungan profesional. Dia sama sekali nggak memikirkan kemungkinan bahwa hubungan Alva dan Shera nggak sedangkal yang dia kira. Seolah- olah dia yakin Alva pasti kesal pada Shera dan meng- anggap Shera tidak profesional. Eldi benar-benar nggak tahu apa-apa soal dia dan Shera. ”Oh, jadi tiga klien Honeymoon Express pindah ke lo?” Dengan bangga Eldi mengangguk. ”Yup. Gue sama Shera kan belakangan ini sering ngobrol dan sharing, ter- masuk soal kerjaan dan proyek-proyek. Nah, kalau ada klien yang gue pikir potensial, ya gue coba tawarin di belakang. Ternyata mereka mau dan malah puas.” Alva berdehem pelan. ”Memangnya paket apa aja yang lo kerjain buat tiga klien itu, El?” ”Yang pertama ngambil paket Hongkong. Namanya Robi sama Marsha, kalau nggak salah. Puas banget tuh mereka, apalagi gue kasih mereka tiket Disneyland setengah harga. Padahal itu jatah gratis gue. Gue masih untung, hahaha. Terus yang kedua, standar lah, Singapura dan Malaysia. Mereka juga gue kasih bonus jatah gratis tiket Universal Studio dan Singapore Flyer dengan 223 pustaka-indo.blogspot.com

setengah harga. Yang ketiga baru mau jalan nih proyek- nya. Mereka baru batalin ke Honeymoon Express kema- rin, dan ntar malem mau ketemu gue buat ikatan kerja sama, sekalian ngomongin lebih lanjut paket yang ix.” Nggak bisa dipercaya. Pria bernama Eldi ini jelas cuma memanfaatkan Shera. Dia sama sekali nggak tertarik pada Shera kecuali karena perempuan itu pemilik Honeymoon Express dengan banyak proyek dan klien yang bisa dire- but. Bayangan wajah Shera yang cemas dan kecewa waktu mendapat laporan dari stafnya soal pembatalan kerja sama klien Honeymoon Express waktu itu melintas di kepala Alva. Alva menatap Eldi penasaran. ”Ya wajar sih kalau mereka tergiur. Sudah harga murah, lo kasih bonus segala. Emangnya lo nggak takut ini bocor ke Shera? Lo bisa bermasalah kan sama dia. Gue cuma penasaran aja sih. Penawaran lo emang menarik. Bisa dibilang, kalian saing- an.” ”Nggak bocor kok. Klien-klien yang pindah ke gue tahu ”etika’-nya kok. Apalagi untuk harga murah dengan paket yang sama. Hari gini sih pasti orang-orang akan mencari harga yang bersaing, bro.” Eldi membuat tanda kutip dengan jarinya waktu mengucapkan etika. ”Lo pikir-pikir dulu aja, bro, sambil nunggu Shera beresin sisa deposit lo. Soalnya dia sudah bulet banget mau putusin kerja sama kalian.” Alva terdiam sejenak. Setelah menimbang-nimbang, 224 pustaka-indo.blogspot.com

sepertinya dia tahu apa yang paling tepat untuk meng- hadapi situasi ini. Alva menatap Eldi serius. ”Lo kapan ketemu Shera lagi?” ”Hm... tadi siang dia SMS gue, ngajak ketemu besok sore jam empatan di sini. Kenapa, bro? Lo mau ikutan?” ”Oh, bukan. Kalau lo ketemu dia, tolong tanyain kapan dia balikin deposit gue? Dia nggak mau ngangkat telepon dari gue atau bales SMS gue. Kalau lo tanyain dan gue tahu kepastiannya, habis itu kan gue bisa nerusin proyek ini sama lo.” Eldi bertepuk tangan senang. Dua kali. ”Ah gitu aja sih gampang, bro! Besok gue tanya, habis itu gue kabarin lo.” Eldi menjabat tangan Alva erat. Alva membalas lebih erat. 225 pustaka-indo.blogspot.com

Hurt. But it’s the truth. ”Baju lo terlalu kencan, rambut lo terlalu kondangan, make up lo terlalu pemotretan. Lo jadi kayak orang yang mau pemotretan terus ke kondangan sekalian kencan,” komentar Yulia setelah mengamati penampilan Shera hari ini. ”Nggak ada kalimat yang lebih ribet buat ngomentarin gue, Yul? Lo cuma mau bilang gue menor, kan? Menor dari mananya sih? Emangnya baju gue terlalu kencan kayak gimana? Rambut gue tata begini emangnya cuma boleh pas kondangan doang? Terus gue harus ganti baju, nata ulang rambut sama hapus make up?” Dengan sukses Yulia menekan tombol panik Shera. Membuat Shera betul-betul takut salah kostum untuk ketemu Eldi sore ini. 22 pustaka-indo.blogspot.com

Shera akui dia memang pengin tampil oke di depan Eldi. Hari ini dia sengaja mengajak Yulia ke salon untuk menemani dia blo­ dry dan menata rambut. ”Apa gue beli baju baru dulu? Ngambil ke apartemen sih nggak bakalan sempet.” Yulia meringis. ”Ya nggak gitu juga sih, Sher. Sini gue kalemin dikit make up lo yang terlalu menggebu-gebu itu. Eh, Mbak, ­ave rambutnya bisa dikurangin dikit biar nggak berombak liar begini?” Yulia menarik kursi duduk di hadapan Shera sambil memanggil pegawai salon yang tadi menata rambut Shera. ”Beneran gue nggak usah ganti baju?” Shera bertanya lagi. Mulai kepikiran mini dress lace rose gold-nya agak berlebihan. Yulia memencet pipi Shera. ”Nggak, baweeel. Asal make up lo minimalis dan rambut lo nggak ngamuk ke segala arah begini, you look ine. Lagian, lo sama Eldi ada acara apaan sih? Candle light dinner? Tumben pakai mini dress. Lo pakai celana dalam, kan?” ”Sinting!” Shera melotot kesal karena candaan Yulia yang ngaco. Dengan bibir masih monyong karena dipen- cet Yulia yang sedang menghapus lipstiknya, Shera meng- geleng. ”Nggak sih. Cuma janjian makan malam biasa aja. Ngomongin paket rute baru.” ”Buset! Gue kira ada acara apa gitu. Sampe dandan be- gini. Terus, si Alva apa kabar? Udah beres?” dengan usil, Yulia bertanya. Dasar perusak mood! ”Jangan sebut-sebut Alva dulu 22 pustaka-indo.blogspot.com

deh, Yul! Kepala gue pusing urusan kerjaan, dan gue mau ketemu Eldi. Pas banget si Alva nggak ngontak-ngontak gue. Jadi biarin aja dulu sampe otak gue bisa mikir jer- nih.” Yulia memoles lipstik peach ke bibir Shera. ”Oke deh, Madam. Soriii....” Shera menghela napas. Hari ini dia harus bisa menik- mati waktunya bersama Eldi. Seperti yang biasa dia lakukan sebelum Alva kembali ke kehidupannya. * Eldi memang selalu kelihatan keren. Lengan kemeja digulung dan dasi agak longgar, dia kelihatan modis tanpa perlu banyak usaha. Wangi parfumnya malah makin seksi karena sudah seharian menempel di bajunya. Eldi memang bukan o­ner tour travel rekanan Shera itu, dia hanya salah satu staf marketing senior. Tapi meli- hat ambisinya, Shera yakin dia pasti bakal mati-matian untuk mencapai puncak. Bukankah itu salah satu kuali- ikasi yang perempuan mau dari seorang pria—ambisi? Segelas green tea latte milik Shera dan segelas espresso milik Eldi diantar oleh ­aitress ke meja mereka. ”Eh, Sher, aku sudah punya list harga pesawat murah untuk enam bulan ke depan. Nanti aku e-mail ke kamu. Lumayan kan buat kamu jual di a la carte kayak biasa. Untuk yang nggak ambil full package.” Eldi menyeruput espresso-nya. 22 pustaka-indo.blogspot.com

”Oh, thanks, El.” Shera releks memuntir ujung ram- butnya, nggak bisa menyembunyikan kekecewaannya karena Eldi langsung membicarakan pekerjaan dan sama sekali nggak menyinggung penampilan Shera. Mungkin dandanannya jadi terlihat biasa saja karena sudah direvisi Yulia, tapi masa sih? Hari ini kan baju yang Shera pakai bukan ala ketemu sahabat, tapi lebih manis dari itu. Seingat Shera, Eldi belum pernah melihat Shera pakai dress semanis ini. Biasanya Shera akan mene- mui Eldi dengan pakaian modis yang wajar. Shera nggak pernah mau terlihat too much di depan co- wok itu. ”So, paket baru apa lagi nih yang kamu punya untuk masuk ke kantorku, Sher? Keren nih, Honeymoon Ex- press melebarkan sayap terus.” Eldi tersenyum lebar me- lengkapi pujiannya untuk Shera. ”Sama kayak lo, El. Gimana, lo udah tanya Shera kapan dia bakal balikin duit gue supaya gue bisa kasih proyeknya ke lo?” Bagai adegan ilm horor yang setannya tiba-tiba mun- cul, Eldi tercekat menatap Alva sudah berdiri di belakang Shera. Dan bagai adegan drama pertengkaran rumah tang- ga dalam sinetron prime time, Shera terbelalak kaget melihat siapa yang berdiri di belakangnya. Shera langsung berdiri. Memutar badan menghadap Alva. ”Alva?! Kamu ngapain sih?! Maksud omongan ka- mu apa?!” Eldi ikut berdiri. Badannya kaku, matanya tajam dan 229 pustaka-indo.blogspot.com

panik menatap Alva. ”Maksud lo apa ya, Al? Gue lagi meeting nih sama Shera. Lo kalau ada perlu sama gue, habis ini aja.” Rahang Alva mengeras. Dia nyaris menendang kursi karena emosinya mulai meluap. Untung dia berhasil menahan gerakan kakinya sendiri sebelum kursi kosong di dekat Shera mental. Memang dasar laki-laki licik! ”Masih bersandiwara lo, El?” ”Ada apa sih, Al? Kamu ngomongin apa?” Shera me- natap Alva gusar, minta penjelasan. ”Kamu tanya tuh sama dia! Denger ya, Sher, sebaiknya kamu nggak usah berhubungan sama dia lagi. Pertemanan, bisnis, putusin aja semua. Dia cuma manfaatin kamu. Tatapan Alva seolah menghunjam Eldi. Urat-urat berton- jolan di punggung telapak tangannya yang mengepal. Shera terperangah sampai rahangnya seakan nyaris jatuh ke lantai. ”A-apa?” ”Jaga mulut lo ya, Al! Lo jangan bikin ribut di sini!” ”Jaga mulut? Lo yang harusnya jaga mulut dari awal dan nggak ngomong sembarangan. Elo itu sebenernya—” ”DIEM LO!!!” Tiba-tiba kepalan tangan Eldi mendarat ke pelipis Alva dengan sangat keras, sampai-sampai Alva terhuyung ke belakang. Shera memekik histeris melihat darah segar mengalir dari luka di pelipis Alva. ”Stop! Eldi, Alva! Apa-apaan sih?!” Dengan panik Shera mendorong Eldi mundur agar menjauh dari Alva. 230 pustaka-indo.blogspot.com

Semua mata pengunjung coffee shop mulai tertuju pada mereka, belum ada yang berani melerai. Alva nggak peduli darah yang menetes sampai ke pipi dan mendarat di kerah bahunya. Dengan pelan Alva berdiri dengan mata menyala ma- rah. ”Brengsek!” Bagai banteng mengamuk, Alva menye- ruduk perut Eldi. ”Ah!” Shera yang berdiri di dekat Eldi releks melompat mundur. Saking kencangnya, Eldi nggak bisa menahan serangan dan ambruk dengan Alva berada di atasnya. Alva mengun- ci posisinya tetap di bawah. Eldi berusaha mengguncang- kan bahu untuk menyingkirkan Alva, tapi percuma. Tinju balasan Alva melayang ke wajah Eldi. Nggak sampai membuat luka dan berdarah, tapi cukup kuat mem- buat pipi dan sudut bibir Eldi membiru. Alva menekan tangannya di leher Eldi sampai cowok metroseksual itu nggak bisa bergerak. ”Eh, denger ya, Eldi! Apa yang lo bilang sama gue kemarin itu bikin gue marah. Lo pikir gue mau nerima tawaran orang picik kayak lo?!” Sambil berdiri mematung, Shera menatap dengan tu- buh gemetar. Lututnya lemas. Berbanding terbalik dengan emosinya yang melonjak ke ubun-ubun. ”Ini ada apa sih? Alva! Eldi! Ada apa? Udah dong berantemnya, please! Bikin malu, tauk!” Shera menjerit-jerit panik. Shera maju mendekati punggung Alva yang sedang menduduki Eldi. Dengan tangan masih gemetar dan lemas Shera meraih bahu cowok itu, berusaha menariknya 231 pustaka-indo.blogspot.com

berdiri dan melepaskan Eldi. ”Al, udah dong!” Shera me- narik-narik bahu Alva, tapi cowok itu masih bergeming. Napas Alva terengah-engah marah. Alva sama sekali nggak menoleh. Dan sesaat kemudian dia berbicara dengan suara rendah dan gemetar. ”Sher... mendingan kamu mundur. Aku nggak mau sampe pukul- anku buat bajingan ini, malah kena kamu.” ”Tapi—” ”Mundur, Sher. Nanti aku jelasin.” Shera nggak tahu lagi harus berbuat apa. Entah bagai- mana, dia tahu sengotot apa pun dia melerai, nggak akan berhasil membuat Alva melepaskan Eldi sebelum urusan mereka beres. Shera akhirnya mundur dengan wajah bingung. Tangan Alva terangkat ke atas. Siap-siap melayangkan pukulan selanjutnya. ”Lain kali hati-hati kalau memper- lakukan orang!” ”Ada apa ini? Berhenti!” Dua sekuriti mal berbadan sebesar beruang kutub datang dan langsung bertindak. Satu orang memegang Alva dan berusaha menjauhkannya dari Eldi. Alva meronta-ronta sambil berteriak marah. ”Eh, Pak, lepasin saya! Dia penipu, harus dihajar! Eldi, lo bilang sama Shera kalau lo sudah punya cewek dan modus lo ngedeketin dia cuma karena proyek-proyek Honeymoon Express! Bilang sama dia kalau lo cuma pecundang tukang tipu yang memanfaatkan dia!” Sambil mengamuk, Alva menantang Eldi. 232 pustaka-indo.blogspot.com

Eldi bangkit duduk sambil memegang pipinya kesa- kitan. Salah satu satpam menariknya berdiri. Shera menatap Eldi. Meminta penjelasan. ”El?” Alva kembali teriak. ”Kamu tahu kenapa tiga klien kamu kabur? Tanya dia, Sher! Dia yang nusuk kamu dari belakang! Dia yang merebut klien kamu dengan kasih harga murah! Dia juga nawarin aku untuk pakai jasa dia. Dia pikir aku ini tolol kali! Dia bahkan mencurangi kantornya sendiri!” Wajah Shera memanas. Kembali menatap Eldi. ”El...?” tanya Shera lagi, dengan suara bergetar. Dalam hatinya masih ada secil harapan supaya Eldi menyangkal semua- nya, tapi sebagian besar hatinya yakin Alva nggak mung- kin bohong soal ini. Eldi cuma diam. Tapi dia memang nggak perlu menga- takan apa-apa. Karena dengan hanya mendengar perkataan Alva dan melihat kilatan marah di mata pria itu, Shera tahu Alva nggak berbohong. Shera mematung melihat Alva dan Eldi digiring ke ruangan sekuriti mal karena keributan tadi. Benak Shera seakan membeku. Keadaan semakin kacau saja. Seha- rusnya, Eldi yang jadi penghibur hati Shera karena keka- cauannya dengan Alva, tapi sekarang apa? Eldi tiba-tiba jadi penjahat. * Di ruangan sekuriti, Alva dan Eldi duduk agak berjauh- an. 233 pustaka-indo.blogspot.com

Shera masuk. Wajah Eldi ada memar biru besar akibat pukulan Alva. Matanya menatap Shera. Sepertinya dia sudah sempat berpikir kejadian ini hampir pasti membuat dia kehilangan banyak pemasukan. ”Sher, tadi itu cuma salah paham. Bukan begitu sebenarnya. Dia cuma ambil kesimpulan sembarangan. Aku—” Shera berjalan dengan ekpresi dingin, melewati Eldi tanpa melirik sedikit pun. ”Ayo,” Shera mengulurkan tangannya pada Alva. Alva mendongak. Kerah bajunya berlepotan darah. ”Ke mana?” ”Luka kamu kayaknya perlu dijahit.” * Setelah mendapat dua jahitan kecil, pelipis Alva ditempeli plester khusus. ”Jangan kena air dulu ya. Tiga hari lagi kembali dan ganti perban. Sekalian cek jahitan.” Dokter UGD yang menjahit luka Alva mewanti-wanti. Alva mengangguk. Shera muncul dengan membawa belanjaan dari mini- market. ”Nih.” ”Apa ini?” ”Kaus oblong. Memangnya kamu mau keluyuran pakai baju banyak darah gitu? Cuma ada ini. Mudah-mudahan cukup.” Alva menerima kantong plastik yang Shera sodorkan, lalu mengeluarkan kaus oblong abu-abu. Dengan cuek 234 pustaka-indo.blogspot.com

Alva membuka kancing kemeja dan menggantinya dengan pemberian Shera. Shera terkesiap. Melihat Alva sekilas bertelanjang dada, dia baru tahu ternyata Alva nggak sekurus yang terlihat dari luar. Badannya cukup berisi dengan otot seperlu- nya. Shera releks terbatuk kecil karena mendadak grogi. Matanya seperti ngotot menatap terus-terusan ke dada dan perut rata Alva. ”Kamu sakit, Sher? Kedinginan kali.” Shera tersenyum garing. ”Nggak, nggak. Cuma batuk karena tenggorokan kering.” Dan pikiran nakal yang aneh- aneh, sambung Shera dalam hati. ”Al, kita makan dulu ya? Di kafetaria Rumah Sakit aja. Aku mau ngomong.” Alva mengangguk. ”Oke.” * Kafetaria Rumah Sakit ini cukup keren dan sangat mo- dern. Mungkin karena Rumah Sakit itu salah satu milik swasta yang mewah. Harga sesuai dengan fasilitas. Shera memilih tempat duduk persis di samping jendela kafetaria yang seluruhnya kaca. Mereka sekarang seperti duduk di taman saking beningnya kaca jendela itu. Shera mengetuk-ngetuk mug berisi hot chocolate dengan gelisah. ”Al...” ”Hm?” Alva meletakkan mug-nya lalu menatap Shera. 235 pustaka-indo.blogspot.com

Shera menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan perlahan. ”Makasih ya. Kalau bukan karena kamu, aku nggak akan sadar bahwa Eldi itu—” Shera menggantung kalimatnya. Rasanya dia nggak menemukan julukan yang pas untuk Eldi. Alva terdiam beberapa saat. ”Aku sengaja tanya dia kapan kalian ketemu, supaya aku bisa konfrontasi dia di depan kamu langsung. Maaf ya, aku jadi bikin kamu malu.” ”Beneran, Al. Terima kasih. Berkat kamu, aku jadi tahu siapa Eldi sebenarnya. Yah... biarpun aku kecewa...,” suara Shera tercekat. Shera berusaha mengatur napas dengan maksud mena- han tangis, tapi percuma. Sia-sia. Akhirnya Shera me- nangis. Sambil tertunduk bahunya berguncang Ternyata rasanya menyakitkan mengetahui bahwa Eldi, orang yang Shera anggap bisa diandalkan, ternyata pria kurang ajar yang hanya memanfaatkannya. Shera marah dan malu. Dia ternyata cuma ge-er. Dan yang pertama tahu kedok Eldi dan membela Shera ternyata Alva—orang yang dia anggap jahat karena sudah membo- honginya. Padahal kebohongan itu bahkan mungkin nggak ada hubungannya dengan Shera. Satu fakta lagi terlintas di benak Shera. Shera marah pada Alva karena egonya tersentil merasa Alva nggak menganggapnya ”sedekat” itu sampai cowok itu merasa nggak perlu menceritakan semuanya pada Shera. Bahu Shera semakin berguncang. Kenapa hidupnya jadi 23 pustaka-indo.blogspot.com

berantakan begini sih?! Belum selesai satu masalah, datang masalah lain yang sangat menyakitkan! ”Hei....” Tiba-tiba Alva sudah duduk di sebelahnya. Sebelah tangannya merangkul hangat bahu Shera dan sebelah lagi menyodorkan tisu. ”Ikut aku yuk?” ”Ke mana?” Shera mendongak. Menghapus air matanya dengan tisu pemberian Alva. Aneh, dia bahkan nggak marah merasakan tangan Alva di bahunya. ”Sudah, ikut aja.” Alva membimbing Shera berdiri lalu mengajak Shera pergi dari situ dengan tetap merangkul bahunya. * Setelah naik lift sampai lantai paling atas, di sinilah me- reka. Di helipad rumah sakit. Shera baru tahu rumah sakit ini punya helipad tempat helikopter untuk pasien gawat darurat atau orang kaya yang ogah naik ambulans. Shera menatap Alva ragu. ”Emangnya kita boleh ya naik ke sini?” Tangan Alva menahan pintu lift yang hampir tertutup, mempersilakan Shera keluar lebih dulu. ”Dulu Keisha pernah dirujuk ke sini karena harus menjalankan suatu metode pengobatan. Aku sama dia pernah naik ke sini. Selama kita nggak telentang di tengah-tengah helipad, kayaknya nggak masalah.” Shera menahan napas. Canggung dan bingung harus 23 pustaka-indo.blogspot.com

bereaksi apa mendengar Alva menyebut nama Keisha. Rasanya masih ada yang mengganjal. Alva terlihat tulus dan betul-betul menyayangi Keisha. Apa iya dia setega itu melupakan Keisha begitu aja? ”Ini, pegang sebentar.” Alva menyodorkan dua gelas kertas berisi teh hangat yang mereka beli di kafetaria. Alva mengangkat kursi panjang kayu dari ruangan kecil yang sepertinya adalah pos sekuriti. Di dekat pos itu ada ruangan lain, semacam ruang perawat untuk menunggu. Kursi itu Alva letakkan di depan tembok pembatas heli- pad. Beberapa saat kemudian mereka sudah duduk berse- belahan dengan pemandangan lepas Jakarta saat senja. ”Wah, lampu-lampu Jakarta mulai menyala....” Shera menatap kagum pemandangan di bawahnya. Lampu- lampu kendaraan bekerlap-kerlip mirip kunang-kunang. Sementara lampu jalanan mulai menyala dan membentuk garis cahaya yang indah. Alva tersenyum menatap ke arah yang sama. ”Bagus ya? Dari sini, kita nggak tau, mungkin saja orang-orang di bawah sana, yang di dalam mobil, lagi marah-marah karena macet. Terkadang sesuatu jangan dilihat terlalu dekat supaya tetap kelihatan bagus.” Shera tertawa kecil. ”Kayak Eldi maksudnya?” Shera menyeruput tehnya lalu membuang napas berat, sekaligus membuang bebannya. Angin menyapu pelan, membuat poni Shera melayang ringan. Kejadian hari ini seperti mengubah masa de- pannya. Bayangkan kalau Eldi nggak pernah menawarkan 23 pustaka-indo.blogspot.com

jasanya pada Alva, lalu bayangkan kalau Alva nggak pe- duli dan memutuskan untuk nggak memberi tahu Shera? Sampai kapan Shera bakal terus dibodohi Eldi? Bayangkan sakitnya kalau perasaan Shera sudah telanjur dalam untuk Eldi. Shera melirik Alva. Mungkin Alva adalah cara Tuhan membocorkan kebusukan Eldi. ”Kamu boleh jelasin, Al...,” ujar Shera pelan tapi mantap. Alva membatalkan niatnya menyeruput teh, lalu me- natap Shera nggak ngerti. ”Soal Keisha. Kamu udah melakukan sesuatu yang besar buatku hari ini. Aku rasa impas kalau aku kasih kamu kesempatan menjelaskan soal Keisha sekarang. Kamu bilang, penjelasan itu akan bikin aku ngerti apa yang kamu lakukan. Iya kan?” Alva mengangguk. ”Aku harap begitu, Sher.” Pria itu menatap Shera. ”Kamu bukan pelarian, Shera. Sekali lagi aku bilang, aku mencium kamu karena perasaanku untuk kamu.” Shera terdiam seketika. Entah sejak kapan jantungnya mulai berdegup sekencang ini waktu bertatapan dengan Alva. Embusan napas pria itu rasanya hampir bisa terasa di ujung hidung Shera karena jarak mereka yang cukup dekat dan Alva terus menatap Shera selama bercerita. ”Seperti aku bilang sebelumnya, aku dan Keisha sudah berpisah dan memutus pertunangan kami beberapa bulan sebelum Keisha jatuh koma. Itu bukan keinginanku, Sher. Keisha yang memaksa.” 239 pustaka-indo.blogspot.com

”Kenapa? Kamu bikin dia marah?” Alva tertawa pelan. ”Keadaan yang bikin dia marah. Dia tahu penyakitnya sudah gawat, Sher. Dia tahu, kalau- pun dia tetap hidup, itu nggak akan lama dan dia nggak bisa berbuat apa-apa. Dia bergantung dengan semua alat yang menempel di tubuhnya. Intinya dia marah sama semua yang ada di sekitarnya. Marah karena dia sakit, marah karena dia nggak bisa lagi berbicara, bersalaman, atau memelukku tanpa masker. Penyakit itu nggak cuma menggerogoti badannya, tapi juga jiwanya.” Alva berhenti sejenak. Shera diam menunggu kalimat Alva selanjutnya. ”Keisha itu gadis kuat dan sabar. Sampai sebelum dia koma, dia seperti orang lain. Dia bisa begitu marah melihat aku atau teman-temannya. Dia mengusir aku dan baru berhenti mengamuk setelah aku setuju memutus pertunangan kami. Dia ngotot, katanya dia bisa melihat tatapan iba di mataku.” Shera masih diam. Dia tahu Alva belum selesai bica- ra. ”Aku sayang sama dia, Sher. Tapi bukan lagi sebagai kekasih. Aku sayang sama dia sebagai sahabat, sebagai adik. Aku kagum sama perjuangannya karena aku me- nyaksikan langsung. Aku juga harus realistis, hubungan kami memang nggak mungkin diteruskan. Perhatianku cuma membuat dia marah dan akhirnya kesehatannya turun drastis.” Sekilas Alva tersenyum miris, ”Yah, mung- kin memang tugasku menemani dia hanya bisa sampai 240 pustaka-indo.blogspot.com

sebatas itu, atau malah sebaliknya, tugas dia untuk meng- hiasi hidupku cuma sesingkat itu. Perasaanku buat dia, dan buat... kamu itu beda.” ”Terus, buat apa kamu bikin perjalan bulan madu itu? Bahkan kamu berbohong dengan menyebut itu sebagai perjalanan survei.” Alva tersenyum hangat. ”Aku tahu kamu mengerjakan semua itu dengan maksimal. Makanya hasilnya bagus banget, dan aku yakin itu sesuai dengan keinginan Kei- sha—kalau dia masih ada.” Shera mengernyit nggak paham. ”Dua hari setelah dia meninggal, aku melayat dan me- nemukan sesuatu di kamarnya. Impian terakhirnya yang belum tercapai, dan itu melibatkan aku.” ”Maksud kamu?” Alva menghela napas. Sedih dan berat. ”Besok aku tunjukkan semua ke kamu. Supaya kamu betul-betul ngerti, apa yang membuat aku melakukan semua itu.” Ternyata benar kata Yulia, seharusnya dia memberi kesempatan Alva untuk bicara. Dia nggak marah lagi sa- ma Alva. Sekarang Shera merasa simpati dan penasaran, dengan sedikit debaran di dada. Mungkin karena kagum mendengar cerita Alva tadi. ”Nggak nyangka kamu jadi animator,” celetuk Shera iseng. Mata Alva membulat. Senang Shera membahas topik lain dan itu menyangkut dirinya. Alva mengedipkan sebe- lah mata sambil tersenyum hangat. ”Nggak nyangka ka- mu jadi honeymoon organizer.” 241 pustaka-indo.blogspot.com

Shera tertawa pelan. ”Itu kan memang cita-citaku. Kon- sisten dari awal. Kamu? Kamu memang hobi gambar, gambaran kamu keren, tapi kan yang kamu peduliin dan omongin cuma hutan, gunung, laut, beruang kutub, lum- ba-lumba, paus. Giliran ngomongin orang, malah ngeba- has orang utan.” Shera menatap Alva serius lalu meringis usil. ”Aku pikir kamu bakalan jadi pelatih lumba-lumba. Atau pawang gajah Lampung.” Alva tertawa pelan. Shera juga ikut tertawa. Tiba-tiba mereka berdua tertawa terbahak-bahak karena alasan yang kurang jelas. Mungkin membayangkan Alva memberi hormat pada penonton pertunjukan lumba-lumba dengan baju ketat. Atau... tertawa lepas karena itu yang mereka perlukan sebelum menutup hari ini. 242 pustaka-indo.blogspot.com

Album Keisha ”Bulan Madu Kita Begini Aja.” Tulisan tangan Keisha dan selembar foto polaroid dengan pose asal-asalan Keisha dan Alva ditempel di bawahnya. Judul itu seperti pengantar sekaligus penjelasan tentang apa yang akan ada di halaman-halaman selanjutnya. Setelah di halaman depan album itu Shera melihat Amerika, Eropa, Mesir, India dan tempat-tempat indah lainnya di seluruh dunia melalui foto, gambar, dan ber- bagai ornamen yang Keisha tempelkan di sana, bagian Bulan Madu Kita Begini Aja terasa begitu sederhana tapi penuh perasaan. Hari ini Shera menepati janjinya bertemu Alva. Mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah restoran seafood di 243 pustaka-indo.blogspot.com

kawasan Ancol. Angin laut meniup rambut Shera karena mereka duduk di kursi di dek outdoor yang menjorok ke laut. Tak lupa album Keisha dibawa bersama mereka. Shera seperti melihat album kliping Honeymoon Dream-nya saat melihat album Keisha itu. Album ini seperti diary. Bedanya, album Honeymoon Dream Shera berisi tempat-tempat romantis di seluruh dunia yang akan dia datangi, entah itu untuk menjalankan bisnis Honey- moon Express atau perjalanan bulan madunya sendiri. Album Keisha, terbagi menjadi dua bagian. Halaman depan sampai tengah adalah kliping indah tentang tem- pat-tempat yang tak mungkin Keisha datangi karena ke- sehatannya. Keisha memberi judul, ”Tak Mungkin Biar- pun Aku Ingin”. Tapi lalu ada bagian ini: ”Bulan Madu Kita begini Aja”. Isinya adalah tempat-tempat yang sama persis seperti yang ada dalam daftar yang Alva berikan sewaktu me- minta Honeymoon Express untuk menangani bulan ma- dunya. Halaman-halaman ini berbeda. Semuanya berisi foto- foto Alva saat mengunjungi tempat-tempat itu. Semua dihias dengan ornamen-ornamen lucu, tulisan-tulisan menyenangkan, menggambarkan betapa bersemangatnya Keisha mengerjakan semua ini. Shera terpaku. ”Waktu dia sakit, aku masih sering traveling. Setiap aku bepergian di dalam negeri dia minta aku foto, cetak, dan kasih ke dia. Aku pernah tanya buat apa, dia bilang rahasia. Ternyata untuk ini.” 244 pustaka-indo.blogspot.com

Shera membuka halaman terakhir. Dia tercekat. Bulan maduku bersama kamu, walau mungkin nggak sempat terwujud, paling nggak, aku pernah memimpikannya.... ”Hari itu, saat aku menemukan ini, aku berjanji akan mewujudkannya untuk Keisha. Sebagai permintaan maaf- ku karena setelah dia sebulan koma, aku begitu sibuk dan jarang membesuk dia. Semakin lama aku semakin sibuk dan semakin jarang menengok kondisinya. Aku membiar- kan dia berjuang sendiri.” Alva terdiam sesaat. ”Ini peng- hormatan terakhirku buat dia. Kamu lihat tanggal-tanggal di kertas-kertas itu? Dia membuat bagian itu bahkan se- telah dia nggak stabil dan mengusirku pergi. Diam-diam dia masih memimpikan semua ini. Tapi aku malah nggak sadar diriku menjauh karena berpikir dia memang benci sama aku.” Alva termenung beberapa saat, lalu bicara lagi. ”Maaf, aku bohong soal keadaan Keisha. Aku... aku cuma bingung gimana menjelaskan semuanya ke kamu. Aku takut kamu menganggap apa yang aku lakukan ini aneh dan mengada- ada. Aku juga nggak mau kamu mengerjakan semua itu karena kamu kasihan. Aku mau kamu mengerjakannya untuk Keisha yang masih ”hidup”. Penuh kegembiraan. Bukan karena simpati apalagi kasihan.” ”Itu bukan hal yang mengada-ada, Al,” gumam Shera dengan suara bergetar. 245 pustaka-indo.blogspot.com

Alva merogoh saku dan mengeluarkan gelang hitam emas milik Keisha. ”Ini gelang kesayangan Keisha. Gelang ini mewakili dia. Setelah foto-foto perjalanan ini sudah jadi, bakal aku susun dan tempel di halaman album Keisha. Kamu tahu kenapa gelang ini warnanya hitam dan emas?” Shera menggeleng. Alva menggenggam gelang itu. ”Hitam artinya gelap, emas artinya cahaya. Keisha percaya, di tengah kegelapan apa pun, cahaya bisa menyusup, seperti benang emas di gelang ini.” Shera menutup album Keisha dengan hati-hati lalu mengusap matanya yang agak basah. ”Kalau dari awal kamu jujur, aku tetap bakalan mau bantu kamu. Aku justru akan kagum sama apa yang kamu lakukan.” Ada kelegaan di mata Alva. ”Jadi kamu tetap mau menyelesaikan trip ini, kan? Aku cuma pengin mewakili dia. Mewakili kami berdua. Aku anggap ini permintaan terakhirnya.” Alva terdiam sejenak lalu menatap Shera serius. ”Setelah kami bertunangan, dia memang sempat bilang, kalau kami menikah, aku harus ajak dia bulan madu ke tempat yang dia pilih. Waktu itu aku mengiyakan dan janji sama dia. Dulu aku pikir dia cuma bercanda. Dan setelah aku lihat album ini.... Yah, intinya, setelah melakukan ini, aku bisa melanjutkan hidup dengan tenang karena sudah mewujudkan permintaan terakhirnya.” Shera terenyak. Niat Alva melakukan semua ini bikin Shera terharu dan kagum. 24 pustaka-indo.blogspot.com

”Al, kita hampir mengacaukan bulan madu impian Keisha. Gue... juga sempat terbawa suasana dan nggak profesional. Gue... mau merampungkan proyek bulan madu untuk Keisha ini, tapi dengan satu syarat, Al.” ”Syarat apa?” Shera menatap Alva serius. ”Aku mau, setelah menye- lesaikan perjalanan ini... kita bisa bersikap profesional. Aku mau kita menyelesaikan perjalanan ini betul-betul untuk Keisha, seperti tujuan kamu sejak awal. Aku nggak mau lagi ada insiden apa pun karena kita... kelepasan dan nggak, mm... profesional.” Pipi Shera mendadak panas teringat ciuman dan pernyataan cinta Alva. Dia harus tegas. Mata Alva menatap Shera gusar. ”Tapi kamu nggak mengacaukan apa-apa. Hubungan kita nggak akan me- nyakiti siapa-siapa.” ”Al, please, kamu mau nerusin ini dengan jasa Honey- monn Express, kan? Itu syarat dariku. Aku... aku mau tujuan utama perjalanan ini murni untuk Keisha. Ini juga bentuk tanggung jawabku secara profesional, sekalian membantumu sebagai teman. Dan aku rasa, sekarang bener-bener bukan waktu yang tepat untuk ngomongin apa pun soal hubungan kita. Apalagi... aku dan Eldi baru aja....” Shera menarik napas panjang. Bagaimana mungkin Shera bisa meyakinkan diri sendiri bahwa dia bukan pelarian kalau penjelasan Alva justru menyatakan sebalik- nya. Alva menatapnya dengan sungguh-sungguh, nggak 24 pustaka-indo.blogspot.com

mau Shera berbohong saat menjawab pertanyaannya. ”Terlepas dari masalah Eldi, apa kamu... nggak punya perasaan lagi buat aku? Sedikit pun?” Shera berusaha memberanikan diri membalas tatapan Alva.”Aku minta kamu mengerti, Al. Bagaimanapun aku nggak bisa pura-pura baik-baik aja setelah perbuatan Eldi. Dan saat ini, aku yang nggak mau terbawa situasi dan... mencari pelarian. Aku nggak mau ada kerumitan lagi.” Shera benar-benar masih sedih dan kecewa dengan per- lakuan Eldi. ”Perjalanan ini... mungkin juga jadi hiburan buat aku.” ”Oke. Deal. Aku setuju.” Tiba-tiba Alva menjabat ta- ngan Shera dengan senyum lebar. Alva yakin pada perasa- annya untuk Shera, tapi sepertinya banyak hal keliru dan tidak pada tempatnya yang terjadi sepanjang pertemuan mereka kembali. Shera sudah tahu semuanya dan mau melakukan satu perjalanan lagi untuk Keisha. Itu sudah cukup bikin Alva lega. Seenggaknya perempuan itu berhenti memusuhi Alva. Itu lebih dari cukup. Apa pun yang terjadi nanti, yang penting dijalanin dulu aja. ”Jadi, perjalanan ini untuk mewujudkan mimpi Keisha dan... menghibur kamu. Deal.” Shera tersenyum tipis. Seandainya saat ini Shera nggak sedang dekat dengan Eldi dan Alva nggak baru aja batal menikah dan kehilangan Keisha, Shera yakin dia pasti akan langsung menjawab iya saat Alva menyatakan cin- ta. 24 pustaka-indo.blogspot.com


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook