* ”Duh, sori banget deh, El, kami sudah dapet rekanan baru. Nggak, nggak perlu pengajuan baru. Oke deh, gue rasa itu aja ya. Bye, El.” Yulia menekan tombol End dengan hidung mengembang puas. ”Mampus tuh si Eldi!” Yulia meletakkan HP-nya di meja kerja Shera. Yulia baru saja pulang dinas luar kota selama dua hari. Begitu pesawatnya mendarat, tujuan pertamanya adalah kantor Shera. Setelah kemarin menerima pesan Shera yang berisi berita insiden Alva dan Eldi, hari ini Yulia minta cerita lengkap. ”Nggak usah gitu juga, Yul.” Shera meringis nggak enak. Setelah mendengar cerita lengkapnya, emosi Yulia langsung meledak-ledak. Tadinya ada dua proyek luma- yan besar yang dipimpin Yulia yang akan memakai jasa kantor Eldi—tentunya Eldi dianggap sukses oleh kantor- nya sendiri karena berhasil menangkap proyek itu, tapi hari ini Yulia mendepaknya tanpa ampun. Shera sebetulnya senang. Tapi dia jadi merasa bersalah karena melibatkan kerjaan Yulia. Mata Yulia menyipit. ”Nggak usah gitu juga gimana maksud lo, Sher? Itu cowok brengsek. Penipu! Udah ba- gus nggak gue samperin dan gue tabok pakai sandal jepit yang udah gue oles kotoran ayam!” maki Yulia emosi. Shera terkekeh.”Itu sih nggak sakit, cuma bau.” Yulia ikut cekikikan. ”Sama perih dikit.” Yulia lalu 249 pustaka-indo.blogspot.com
mencondongkan badan ke depan. ”Lo bener udah nggak apa-apa, Sher?” Shera menekan-nekan dahinya. ”Bohong juga sih kalau gue bilang gue nggak apa-apa, Yul. Gue nggak nyangka Eldi kayak gitu, padahal gue kagum sama dia. Apalagi gue pikir tinggal selangkah lagi dia bakal nembak gue. Sakit hati banget gue, Yul, tapi lebih baik begini. Jadi, nggak terlalu berlarut-larut.” Yulia tersenyum tipis lalu memeluk Shera sekilas. ”Lo akan baik-baik aja.” ”Aaahhh!” Tiba-tiba Shera menepuk-nepuk dahi berulang kali. ”Masalah percintaan gue kacau banget ya, Yul? Sementara gue punya biro perjalanan yang meng- akomodir orang untuk mengungkapkan cinta, gue malah belum pernah ngerasain apa itu cinta yang sejati. Gue PDKT sama orang yang salah. Ditembak sama orang yang seharusnya nembak gue tujuh tahun yang lalu. Belum lagi gue pernah pacaran sama laki-laki yang lebih lebay daripada banci perempatan.” ”Ha?” Yulia menganga nggak paham. ”Gimana kalau… gue yang begitu menyukai hal-hal romantis, mengagumi indahnya bulan madu, memiliki Honeymoon Express yang bisa mewujudkan segala im- pian romantis gue, ternyata... malah nggak akan pernah memiliki kisah percintaan yang indah? Gimana kalau emang kehidupan cinta gue terkutuk?! Gimana kalau ternyata gue cuma jadi pencipta perjalanan romantis tapi nggak akan pernah mengalaminya? Seperti bridesmaid yang akan selamanya jadi bridesmaid.” 250 pustaka-indo.blogspot.com
”Woi... tenang, jangan mulai panik.” Yulia menepuk- nepuk tangan Shera. ”Saran gue ya, Sher, lo butuh liburan. Jalan-jalan gih. Refreshing.” Shera mengatur napasnya. ”Lusa gue mau ke Singapura sama Alva.” ”APA?! Ke Singapura sama Alva?! Kok nggak bilang dari tadi?!” Shera menelungkupkan wajah di meja. Ternyata masih banyak yang harus dia ceritakan, padahal tenaganya te- rasa minim. 251 pustaka-indo.blogspot.com
Hold My Hand and Keep the Distance... ”Are you here for your honeymoon?” Pertanyaan sopan aitress yang menuangkan air dingin ke gelas Alva dan Shera memecah keheningan. Alva baru mau membuka mulut untuk menjawab. ”Yes,” tiba-tiba Shera menjawab lebih cepat. Jawaban yang membuat Alva tercengang karena tadinya Alva mau menjawab no. ”His honeymoon, not mine. We are not a couple.” Kalimat selanjutnya bikin Alva makin tercengang, sekaligus membuat wajah semringah aitress yang mela- yani mereka makan malam romantis di Singapore Flyer itu berubah drastis menjadi aneh. Pasti di dalam pikirannya, aitress itu sibuk mencerna apa maksud jawaban Shera barusan. Lagi bulan madu tapi 252 pustaka-indo.blogspot.com
romantic dinner sama perempuan lain yang bukan istri- nya. ”Pusing, pusing deh tuh dia....” bisik Shera sambil ce- kikikan. ”Hmppfftt!” Alva hampir menyemburkan air putih yang dia minum karena terlalu kaget. ”Jail banget sih kamu.” ”Lagian kepo.” Shera minum dengan tenang. Shera yakin aitress itu pasti nggak tahan pengin acara dinner ini segera selesai supaya dia bisa bergosip sama teman-temannya. Shera dan Alva berangkat dari Jakarta naik pesawat sore dan mendarat di Changi menjelang senja. Mereka langsung menuju hotel untuk check in dan menjalankan jadwal pertama di negara ini. Romantic dinner di tabung Singapore Flyer—makan malam di langit Singapura. Dua piring hidangan dengan tampilan yang sangat sophisticated dihidangkan untuk Shera dan Alva. Lampu- lampu kota di bawah sana mulai gemerlap, membuat Shera terkesima. Indah banget. Alva merogoh saku, mengeluarkan gelang anyaman hitam emas milik Keisha lalu meletakkannya di atas ser- bet di samping piring. Seperti sebelum-sebelumnya, Alva mengambil foto gelang keberuntungan Keisha bersama dengan makanan yang tersaji. ”Yuk, makan.” Dalam hati Shera mempertimbangkan sesuatu. Pulang dari sini sepertinya Shera harus memberi Ferdi liburan. 253 pustaka-indo.blogspot.com
Dalam dua hari Ferdi berhasil menyiapkan semua yang mereka butuhkan di sini karena Shera betul-betul lagi kehilangan fokus. Shera menyerahkan semua daftar yang harus Ferdi kerjakan, dan hasilnya sempurna. Mulai dari mobil yang mengantar-jemput mereka, sampai pemain gitar dan pe- nyanyi yang mengiringi dinner sekarang. Tiba-tiba Alva berdiri menghampiri si pemain gitar, lalu meminjam gitarnya. Pria itu berdiri di samping She- ra, tersenyum sambil menyetem senar. Shera balas tersenyum. Pasti Can’t Smile Without You, lagu kesukaan Keisha, tebak Shera dalam hati. Eh, tapi kok—? Alis Shera mengernyit. Petikan gitar Alva bukan melodi lagu itu... Stars shining bright above you, night breezes seems to hisper I love you... Birds singing in the sycamore tree, dream a little dream of me... Shera menutup mulut dengan telapak tangan. Ini lagu Shera. Kenapa Alva menyanyikan lagu ini, bukan lagu Keisha? Jantung Shera berdegup kencang. Dadanya menghangat, seperti ada desir bahagia yang aneh, membuat bibirnya spontan tersenyum. Say nighty night and kiss me, just hold me tight and tell me you miss me, 254 pustaka-indo.blogspot.com
When I’m alone as blue as can be, dream a little dream of me... Shera ingat mereka sudah sepakat perjalanan ini adalah perjalanan untuk Keisha. Tapi… ah, Alva kan cuma menyanyikan sebuah lagu. Dia cuma menyanyikan lagu yang Shera suka. Nggak apa-apa, kan? Stars fading , but I linger on dear, Still craving your kiss, I’m longing to linger till dan dear, just saying this... Sweet dreams till sunbeams ind you, Seet dreams that leave all orries behind you, But in your dreams, hatever they be, dream a little dream of me.... Tanpa sadar mata Shera sudah berkaca-kaca. Suara Alva belum berubah. Masih sama seperti waktu Shera pertama kali mendengarnya bernyanyi. Suaranya lumayan merdu untuk bernyanyi-nyanyi di depan api unggun, bukan tipe suara yang bisa menjadi juara kontes menyanyi atau jadi artis rekaman semacam Afgan. Tapi, suaranya yang biasa-biasa aja itu terdengar tulus, menyen- tuh hati. Membuat Shera menatapnya haru. Alva mengembalikan gitar itu lalu berjalan kembali mendekati Shera yang masih speechless. ”Shall e?” katanya dengan gaya khas pangeran meng- ajak sang putri berdansa. 255 pustaka-indo.blogspot.com
Saat menerima uluran tangan Alva, Shera baru sepenuh- nya sadar pria itu tampak keren dan cocok dengan kemeja, dasi, dan jaket denim cokelat muda. Wangi parfumnya lembut dan tercium samar saat posisi mereka sudah ber- hadapan dekat. Stars shining bright above you, night breezes seems to hisper I love you... Birds singing in the sycamore tree, dream a little dream of me.... Setelah intro petikan gitar, lagu itu mengalun lagi. Dream A Little Dream. Hanya saja kali ini mengalun merdu dari suara sang penyanyi yang berbalut gaun me- rah. Suasana jadi semakin syahdu dan romantis. Shera bisa merasakan genggaman tangan Alva ber- tambah erat. Wajah mereka begitu dekat. Shera dan Alva terus bertatapan. Suasana yang seperti ini pernah mem- buat mereka kelepasan. Shera menggeleng pelan, membuang jauh-jauh penga- ruh aura sekitar mereka yang menjadi terlalu romantis. Mereka sudah sepakat, ingat, perjalanan ini untuk Kei- sha. Seperti tersadar apa yang Shera pikirkan, Alva meng- usap pelan rambutnya. Tampaknya dia juga berusaha membuang jauh-jauh apa pun yang terlintas dalam be- naknya. Shera menatap Alva dengan tenang. ”Memangnya ka- 25 pustaka-indo.blogspot.com
mu bisa dansa?” bisik Shera sambil menahan senyum geli. Masalahnya, setelah berpegangan dan berdiri berha- dapan, mereka cuma berdiri diam, nggak ada yang mulai bergerak. ”Kamu cantik banget pakai gaun ini. Jadi kelihatan agak kalem.” Shera mendelik karena Alva malah usil meledek. ”Resek!” Shera memang sengaja memakai gaun pink pucat berbahan sifon ringan dengan sedikit payet di pundak. Dia ingin terlihat cantik tapi nggak berlebihan. ”Jawab dulu. Emangnya kamu bisa dansa? Sok-sokan ngajak dansa, terus diem begini.” Alva meringis. ”Nggak bisa. Tadi itu gerakan ngajak dansanya juga nyontek di ilm kok.” Mata Shera membulat. ”Wah, parah kamu. Nyonteknya semua dong, masa sampe adegan ngajak doang? Terus ini kita ngapain?” ”Mm... berdiri aja... menikmati lagu.” Ya ampun! Shera menepak pundak Alva. ”Kamu ter- nyata ngaco. Ayo, Al, keluarkan pengalaman kamu ber- dansa sama binatang. Tarian lumba-lumba, joget beruang, atau apa kek. Ada kan?” Shera cekikikan. ”Ngeledeknya bener-bener sadis. Tapi…. Oke!” Tiba- tiba Alva bergerak ke kanan dan ke kiri dengan asal. Gaya anak SD menyanyikan lagu Pelangi sambil terus meng- genggam tangan Shera. ”E-eh... ngapain sih?” 25 pustaka-indo.blogspot.com
Alva tersenyum lebar. ”Tarian lumba-lumba...” katanya dengan gaya asal. Setelah itu, mereka berdua asyik berdansa dengan asal sambil tertawa-tawa geli. Semua kecanggungan seperti menguap, yang ada cuma kebahagiaan. Shera menikmati malam ini. Mereka ternyata bisa ber- senang-senang dan tertawa setelah apa yang terjadi. ”Sher, kita sudah sampai puncak!” Alva mengandeng Shera menghadap ke luar jendela. Seluruh lanskap Singapura terlihat dari tempat mereka berdiri sekarang. Gedung-gedungnya yang mewah berki- lauan, lampu-lampu mobil yang bergerak lambat. Dan, entah kenapa, Shera mendadak merasa waktu juga ber- jalan pelan. Alva meraih tangan Shera. ”Kamu mewakili Keisha ya?” ”Hah? Maksudnya, Al?” Alva memakaikan gelang Keisha ke pergelangan tangan Shera lalu mengambil kameranya. ”Kamu sudah mewu- judkan ini buat Keisha. Aku rasa Keisha pasti senang bisa foto bareng kamu di sini.” Shera menyentuh lembut gelang anyaman di perge- langan tangannya. Walau gelap tapi tetap semangat, She- ra terenyuh teringat penjelasan Alva tentang arti warna hitam dan emas di gelang itu. Senyum Shera merekah. Dengan bebas, Shera meren- tangkan tangan, membuat gelang Keisha terlihat jelas di jepretan kamera, mewakili Keisha yang pasti akan se- bahagia Shera sekarang jika berada di sini. 25 pustaka-indo.blogspot.com
Ada rasa lega di dada Shera. Dia bahagia bisa jadi bagian dari misi ini. Mungkin ini hal paling romantis yang pernah dia saksikan langsung sampai saat ini. Dia percaya Tuhan memang adil. Setelah segala kesusahannya dulu, Keisha mendapatkan cinta sebesar ini. Sedangkan Shera, sehat walaiat, usaha berjalan lancar, tapi kehidupan percintaannya belum pernah berjalan mulus. Mungkin suatu saat, dan dia masih harus menunggu. Hatinya masih sakit karena Eldi, tapi ternyata hari per- tama perjalanan ini bisa membuat dia merasa lebih baik. 259 pustaka-indo.blogspot.com
Katakan Hari Ini, Putuskan Hari Ini... ”KAMPREEET!!!” Beberapa orang Indonesia yang ada di situ sepertinya langsung kepo pengin menatap langsung tampang perempuan yang naik roller coaster dan teriak kampret sekencang itu. Shera menggenggam erat pengaman yang menjepit badannya supaya nggak terbang dan mendarat di suatu tempat yang belum tercatat di peta, atau malah nyangsang di pohon terdekat. Bodoh! Betul-betul bodoh! Mau-maunya dia diajak Alva duduk di rangkaian roller coaster di Universal Studio Singapore ini. Padahal, meski sudah berkali-kali ke sini, Shera selalu men-skip wahana yang satu ini. Jantungnya berdegup cepat, panik dan ketakutan. 20 pustaka-indo.blogspot.com
Bagaimana kalau selesai ini dia muntah? Ya ampun, malu banget! Harga diri! Biasanya Shera bisa ngeles tiap kali ada yang merayunya untuk mencoba rangkaian rel roller coaster merah-biru dengan rel yang saling melilit ini. Tapi kali ini.... ”KAMPRET! KAMPRET! KAM- PREEET!!!” jerit Shera lagi waktu mereka berputar ter- balik dan kaki Shera serasa melayang di udara. Yang lebih menyebalkan, biarpun nggak terbahak-bahak, jelas dari ekspresi Alva yang tersenyum ajaib menyaksikan kela- kuan Shera. Cowok ini pasti kebanyakan lompat dari gunung, makanya nggak takut sama ketinggian dan ke- cepatan. Hari kedua di Singapura sampai saat ini berjalan lancar. Semalam, sepulang dinner, Shera mengusulkan mereka untuk langsung pulang ke hotel dan masuk ke kamar masing-masing, lalu istirahat mengisi tenaga untuk hari ini. Sebenarnya selain itu, Shera merasa keputusan itu paling baik. Sebisa mungkin dia harus mencegah terjadi- nya sesuatu yang nggak diinginkan di antara mereka. Menutup peluang terjadinya masalah untuk datang. Hari ini, sesuai jadwal yang mereka buat, tujuan mere- ka memang hanya ke Universal Studio, seperti yang Keisha tulis bukunya. Nggak ada hal istimewa yang disiapkan untuk kunjung- an ke sini. Konsepnya betul-betul hanya main sampai puas. Intinya, rangkaian acara selama di Singapura yang disiapkan khusus hanya romantic dinner di Singapore Flyer semalam. 21 pustaka-indo.blogspot.com
Keisha bukannya belum pernah ke Singapura, sering malah. Hanya saja, rute Keisha biasanya cuma airport, hotel, dan rumah sakit. Nggak pernah yang lain. Waktu theme park franchise kelas dunia ini dibuka, Keisha cuma bisa melihat dan mendengar kehebohannya lewat iklan, berita, atau cerita orang. Itu alasan tempat ini masuk da- lam daftar, dan wahana ini, menurut Alva, berada dalam daftar teratas Keisha. Tapi sekarang Shera curiga itu bohong. Sepertinya itu cuma alasan Alva untuk mengerjai Shera. Alva tertawa kalem. ”Teriakan kamu kencang juga ya?” Shera melayangkan tas selempangnya dan menggebuk punggung Alva. ”Ketawa aja terus! Puas kamu? Gara-gara tampang memelas kamu, aku jadi teperdaya mau dikerjain. Kamu bohong kan soal Keisha pengin banget naik roller coaster laknat tadi? Kalau lihat muka kamu ketawa se- karang, aku yakin kamu bohong. Ayo ngaku!” Alva masih tertawa geli. ”Ehem....” Alva berdehem su- paya tawanya mereda. ”Rasa penasaran Keisha besar. Kalau dia bisa ke sini, aku yakin dia pasti naik roller coaster tadi. Cuma ya nggak bakal teriak-teriak ”kampret” kayak kamu tadi.” Lalu Alva terkekeh lagi, gagal menahan geli. ”Nyebelin banget!” Alva berhasil melompat menghindari gebukan tas selempang Shera untuk kedua kalinya. Tiba-tiba Alva sudah berdiri di belakang punggung Shera. Kedua tangan pria itu memegang pundak Shera sambil memijatnya 22 pustaka-indo.blogspot.com
pelan. ”Sabar, sabar, jangan ngamuk-ngamuk. Nanti da- rah tinggi. Coba deh rasain sekarang, kamu lega nggak? Yang kamu teriakin kampret tadi bukan sembarang kam- pret, kan?” tanya Alva dengan suaranya yang tetap kalem dan tenang. Langkah Shera terhenti. Shera lalu berbalik menghadap Alva. Matanya nggak berkedip. ”Bukan kampret biasa. Kolor ijo.” Shera mengayunkan tas selempangnya tepat ke perut Alva, lalu melenggang pergi. ”Eh, Shera!” Diam-diam Shera tersenyum waktu meninggalkan Alva yang mengejarnya. Tapi Alva benar, setelah berteriak-teriak dengan kata yang sangat nggak elit tadi, dada Shera agak plong. Hati Shera terasa lebih enteng saat mereka keluar dari theme park. Waktu Alva memakaikan gelang Keisha ke tangan Shera lagi, Shera juga nggak keberatan. Shera ma- lah memberikan pose gembira yang maksimal dengan melompat sambil mengangkat tangan waktu difoto ber- sama gelang itu di depan logo theme park yang berbentuk bola dunia. * ”Lho, kita ngapain di sini? Ferdi kok nggak bilang kita akan mampir ke sini juga?” Shera menatap Alva bingung saat mereka berdiri di pintu masuk S.E.A. Aquarium. Alva menyerahkan tiket pada petugas lalu tersenyum 23 pustaka-indo.blogspot.com
pada Shera. ”Memang nggak. Tiket ini aku yang beli. Kita ke sini untuk kamu.” ”Untuk aku? Ngapain? Udah jam berapa nih, Al? Kita kan mau balik ke Jakarta nanti sore. Nanti telat ke air- port.” Alva malah menarik tangan Shera. ”Ya ampun, Sher, di sini mana ada yang jauh, mana ada macet. Tenang aja, masih sempat kok. Inget kan, kita ke sini untuk Keisha dan untuk menghibur kamu. Ayo!” Alva melangkah maju, menarik Shera masuk. S.E.A. Aquarium mungkin bisa dibilang versi raksasa- nya Seaworld Indonesia di Ancol. Bedanya di sini semua serba lebih bagus. Sekarang mereka berdiri di depan jendela kaca raksasa yang dihuni berbagai macam ikan dengan berbagai ukur- an. Shera melirik Alva. ”Kok kepikiran ngajak aku ke sini sih? Biasanya menghibur cewek selagi ada di negara ini ya dengan shopping. Kok aku malah diajak lihat ikan?” Shera menggodanya dengan cuek. Alva menoleh. ”Pertama, shopping itu standar. Aku pikir mungkin kalau ke sini, kamu akan lebih terhibur. Kata orang, akuarium bisa meredakan stress. Bikin hati tenang. Siapa tahu efeknya bisa begitu juga buat kamu, atau—” Alva menahan senyumnya, ”—mungkin dengan melihat hiu-hiu itu kamu bisa melepaskan kemarahan dengan membayangkan Eldi masuk ke akuarium, lalu ditelan hiu.” 24 pustaka-indo.blogspot.com
Shera tertawa pelan. ”Bisa juga... tapi sebenarnya dari- pada melihat dia mati dimakan hiu, aku lebih suka meli- hat dia tersiksa. Misalnya, dia dicemplungin ke situ, lalu hiu-hiu itu dilatih cuma untuk ngejar-ngejar dia sampai dia kencing di celana, terus dia ditangkap petugas karena mencemari air akuarium dengan ompolnya.” Ekspresi Alva melongo kocak. ”Kamu pelatih hiunya,” lanjut Shera sambil cekikkan. ”Sebagai pencinta alam, lingkungan hidup, dan seisinya, pasti kamu bisa ngomong bahasa hiu.” Alva garuk-garuk kepala. ”Jangankan bahasa hiu. Ikan- ikan teri di akuarium ini juga bisa aku latih untuk nge- royok Eldi.” Shera tertawa. ”Mana ada ikan teri! Kamu pikir ini pasar?” Karena mereka ke sini bukan saat eekend atau musim liburan, tempat ini nggak terlalu ramai. Cuma Alva dan Shera yang berdiri di depan jendela bulat berisi ubur-ubur. Akuarium khusus ubur-ubur itu sengaja dibuat agar ubur- ubur terlihat glo in the dark. Sekitarnya dibuat gelap, lalu dengan teknik pencahayaan, ubur-ubur di dalamnya tampak menyala persis lampion. ”Ubur-ubur juga, Al...,” kata Shera sambil mengetuk kaca akuarium dengan telunjuknya. Alva mengernyit. ”Ubur-ubur juga apa?” ”Ubur-uburnya juga tolong dilatih. Mereka potensial untuk jadi pasukan penyerang Eldi. Suruh mereka setrumi Eldi, tapi jangan sampai mati, sampai bengkak-bengkak aja.” 25 pustaka-indo.blogspot.com
Mata Alva membulat. ”Ya ampun, Sher! Masih bahas itu? Kamu tuh ya....” Seperti releks, lengan Alva meraih dan merangkul bahu Shera. Memiting perempuan itu pelan, dengan gestur bercanda. Alva nggak bisa mengon- trol tangannya karena terlalu gemas. Shera merasa sekujur tubuhnya merileks. Begitu tangan Alva merangkulnya, Shera malah tertawa, bukannya mengelak. Toh cuma bercanda. Shera juga sering bercanda dengan teman-temannya, nggak masalah. Lengan Alva masih merangkul bahu Shera. Dengan gerakan cepat Alva menoleh menatap Shera. Tapi, Alva sama sekali nggak siap karena ternyata Shera sedang me- natap dia dengan sisa-sisa tawanya. Tatapan mata mereka langsung bertemu. Jarak itu terlalu dekat. Rangkulan itu membuat mereka bisa merasakan hangat tubuh masing- masing. Sekeliling mereka mendadak hening. Tawa Shera ikut menghilang. Musik ceria yang tadi terdengar mendadak senyap. Alva cuma bisa mendengar suara degup jan- tungnya sendiri, begitu pula Shera. Alva mendekatkan wajahnya. Lebih dekat daripada sebelumnya. Tubuhnya seolah siap untuk apa pun reaksi Shera. Ditampar, ditendang, atau didorong sampai jatuh terjengkang, dia siap. Dia merasa harus mencobanya se- kali lagi. Perasaan ini nggak bisa diabaikan. Terlalu kuat dan menuntut. Shera tahu apa yang akan terjadi. Tapi badannya seperti mendapat perintah untuk diam. Tangannya lemas, kaki- 2 pustaka-indo.blogspot.com
nya seperti terpaku ke lantai. Irama jantungnya seperti tabuhan drum yang semakin nggak beraturan. Dia cuma bisa merasakan Alva. Wangi parfumnya yang lembut, napasnya yang hangat dan semakin dekat, tangannya yang semakin erat merangkul. Shera cuma sanggup me- mejamkan mata, lalu... ciuman lembut itu lagi. Bibir Alva menyentuh bibirnya lembut bersamaan dengan wangi parfum dan napasnya yang semakin kuat. Nggak ada respons kaget dan marah seperti waktu di Bali. Ciuman yang pertama terasa ragu. Ada sedetik jeda se- perti menunggu reaksi Shera. Lalu ciuman itu berubah menjadi ciuman yang penuh perasaan dan membuat Shera terhanyut. Dia pun membalas ciuman Alva dengan ke- sadaran penuh. Shera melingkarkan tangannya di leher Alva. Pasrah ketika Alva melingkarkan tangan di pinggangnya, lalu menariknya sampai tubuh mereka begitu rapat. Perasaan itu terlalu kuat untuk terus-menerus dikurung. Akal sehat Shera kalah, dan memutuskan untuk menikmatinya sa- ja. Telapak tangan Alva memegang bahu Shera. Ciuman menghipnotis itu sudah berhenti. Tapi, Alva masih me- nempelkan dahinya ke atas kepala Shera. ”Maaf, Sher....” Shera menahan napas. ”Untuk apa?” ”Maaf untuk—” Alva terenyak. Dia menegakkan ke- pala, menatap Shera dengan canggung. ”M-maksudnya, kamu nggak marah?” Shera balas menatap Alva. ”Marah sama siapa? Marah 2 pustaka-indo.blogspot.com
sama kamu? Aku udah nggak bisa marah sama kamu dan menyalahkan kamu seperti waktu di Bali. Yang tadi itu, aku sadar sepenuhya.” Binar mata Alva berubah. Dari takut, lalu bingung, lalu bahagia. Alva meraih jemari Shera. Entah keberanian dari mana, entah apa yang merasukinya. Mungkin perasaan yang terpendam terlalu lama, mungkin itu kebahagiaan yang terlalu meluap-luap. Alva menggenggam jemari Shera erat. ”Shera ill you... marry me?” Dengan terbata- bata setelah mengumpulkan segala keberanian dan mem- buang semua kecanggungannya. Waktu mendadak berhenti. Shera mengerjap kaget. Ubur-ubur di dalam akuarium di belakang Alva yang tadi berenang ke sana kemari seolah menatap ke arah mereka. Biarpun Shera nggak yakin ubur-ubur punya mata atau nggak ”Al...?” Cuma itu yang bisa keluar dari mulut Shera untuk memastikan. ”Sher, menikahlah sama aku. Aku dapat panggilan kerja, Sher. Aku dapat panggilan untuk jadi animator di rumah produksi besar di Tokyo dan akan berangkat ke sana bulan depan. Tadi malam aku baru terima e-mailnya. Mereka akan kontrak aku satu tahun sebagai awalnya. Setelah itu, kalau mereka puas dengan kerjaanku, aku akan menetap di sana. Kita menikah, lalu kamu ikut ke sana sama aku. Kita atur waktu untuk ke rumah kamu, lalu kita—” ”Stop, stop, Al.... Tunggu dulu....” Shera mengangkat tangan panik. ”Menikah...?” 2 pustaka-indo.blogspot.com
Alva mengangguk yakin. ”Iya, Sher. Menikah. Aku cinta kamu, masih sama seperti aku jatuh cinta sama ka- mu enam tahun lalu. Kamu... juga sama, kan? Kita sudah terpisah begitu lama, dan ternyata perasaan itu masih ada. Aku... nggak mau kehilangan kamu lagi, Sher.” Letupan kebahagiaan dan sensasi deg-degan saat dicium Alva tadi tiba-tiba berubah arah. Shera bingung. Meni- kah?! Memang, dulu mereka saling suka, dan ternyata pera- saan mereka masih sekuat itu sekarang. Tapi, menikah? Mana bisa mereka begitu saja memutuskan menikah. Mereka baru ketemu lagi sebulan lebih. Dan sebagian besar pertemuan mereka selama itu berkaitan dengan Honeymoon Express. Oke, mereka berciuman dua kali. Tapi apa itu cukup untuk memutuskan untuk menikah? Dulu hubungan Shera dan Darren berjalan dua tahun, lalu apa? Darren pergi begitu saja, membuat Shera dan keluarganya malu. Saat itu saja Shera sudah begitu yakin dan percaya pada Darren, tapi pria itu bisa mengkhianati- nya—apalagi ini, pria yang datang dari masa lalu, dan baru dekat dalam hitungan bulan. Apa bisa Shera percaya begitu saja? Shera semakin panik. Berbagai pikiran berkecamuk di benaknya. Bagaimana kalau Shera setuju menikah dengan Alva, tapi ternyata kehidupan pernikahan mereka tidak bahagia? Bagaimana kalau ternyata setelah menikah, ba- nyak hal tentang pribadi Alva yang nggak bisa Shera terima? 29 pustaka-indo.blogspot.com
Shera memang menyayangi Alva, tapi kenyataannya, dia belum terlalu mengenal Alva. Apa jadinya kalau setelah mereka menikah ternyata ini semua cuma letupan perasaan sesaat, dan bukan cinta? Apakah mereka akan saling meninggalkan? Lalu, apa yang akan terjadi dengan Honeymoon Ex- press kalau Shera ikut ke Jepang bersama Alva? Kepala Shera mulai terasa pusing karena paniknya merajarela. Tapi, memikirkan harus long distance relation- ship aja Shera sudah nggak suka. Lalu satu fakta lagi melintas di kepala Shera. Apa iya Shera mencium Alva tadi karena tulus? Atau itu cuma karena egonya yang merasa terhina oleh Eldi? Dulu Shera begitu marah menuduh Alva menjadikan dia pelampiasan, bagaimana kalau sekarang, tanpa sadar, dia yang mela- kukan itu pada Alva? Nggak perlu waktu lama untuk Alva menyadari ada yang nggak beres. Alva langsung gugup. ”Sher, kamu nggak apa-apa?” Shera tercekat. ”Aku... nggak bisa. Maaf.” Seperti ada karung sebesar kuda nil dijatuhkan tepat di atas kepala Alva, tiba-tiba kepalanya terasa berat. Semua euforia, semangat, dan optimisme yang menggebu-gebu tadi seperti menguap. Padahal Alva tadi begitu yakin saat gagasan itu muncul di kepalanya dengan spontan. Alva yakin chemistry mereka nyata. ”Kenapa Sher?” Lalu masih di depan para ubur-ubur yang menyala di dalam akuarium, Shera mengatakan semuanya yang ber- 20 pustaka-indo.blogspot.com
keliaran di benaknya tadi. Alva mendengarkan dengan tertegun. Dia terlihat tenang seperti biasa, tapi sorot mata- nya sama sekali nggak bisa menyembunyikan kekecewa- annya. ”Kita nggak bisa begitu saja menikah, Al. Kita bahkan nggak pernah pacaran. Aku nggak menyangkal aku masih suka sama kamu seperti dulu. Tapi kamu sadar nggak sih, kita ini sebetulnya nggak terlalu saling kenal? Dulu kita memang saling suka, tapi aku dan kamu juga nggak sedekat itu, kan? Kita cuma sesekali ngobrol, ketemu di kegiatan klub dan diam-diam saling mengagumi.” Napas Alva terdengar berat. Alva meraih jemari Shera. Dia nggak mau melepaskan Shera begitu saja. ”Jadi kamu mau kita lebih saling kenal? Kita jadian aja sekarang. Jadi pacarku. Nanti setelah masa kontrak tahap awal selesai, aku akan kembali dan melamar kamu.” Shera menepuk telapak tangan Alva yang menggenggam sebelah tangannya dengan lembut. ”Kamu nggak dengerin aku ya, Al? Aku… aku nggak yakin bisa LDR. Coba kamu bayangkan, Al, kita baru ketemu dan harus berpisah lagi. Aku nggak yakin aku bisa sepenuhnya percaya sama kamu.” Alva menggenggam tangan Shera lebih erat. ”Kalau gitu, menikah sama aku, Sher. Aku janji akan memba- hagiakan kamu. Aku cinta sama kamu.” ”Berapa ukuran sepatuku, Al?” Alva terenyak. ”Apa?” ”Kamu tahu restoran favoritku?” Shera menatap Alva 21 pustaka-indo.blogspot.com
lurus-lurus. ”Kamu tahu siapa Evan? Kamu tahu kakekku meninggal tiga bulan yang lalu?” Shera mengembuskan napas sangat pelan melihat Alva terdiam. ”Itu, Al… sedangkal itu kamu tahu tentang aku, dan pasti sedangkal itu juga yang aku tahu tentang kamu. Aku bahkan belum pernah ke rumahmu.” Alva melepaskan genggamannya di jemari Shera. Ucapan Shera benar. Yang mereka tahu cuma kenangan enam tahun lalu dan begitu sedikit tentang masa seka- rang. Ego Alva nggak bisa menerima penolakan Shera karena dia yakin ini memang cinta. Di sisi lain, Alva mengerti sepenuhnya maksud Shera. Sekian detik Alva terdiam. Kembali mencerna semua yang Shera katakan, lalu ia pun paham. ”Jadi menurut kamu, kita harus gimana? Apa kamu benar-benar nggak mau ngasih kesempatan untuk kita?” ”Aku mau tapi....” Alva menahan napas. Menunggu kalimat selanjutnya dari mulut Shera. ”Tapi aku juga mau memastikan perasaan kita ini memang nyata. Aku mau mengulang pertemuan kita ini dari awal.” ”Maksudnya gimana, Sher?” Shera membulatkan tekadnya. Dia perlu bukti bahwa perasaan mereka bukan hanya karena situasi. Shera perlu meyakinkan diri sendiri. ”Aku mau setelah ini kita ber- pisah dan jalan sendiri-sendiri.” Alva semakin nggak paham. Katanya Shera mau mem- beri kesempatan untuk mereka, tapi kenapa malah mau berpisah? 22 pustaka-indo.blogspot.com
”Aku mau kita putus kontak sepenuhnya. Menghilang dari kehidupan masing-masing.” ”Tunggu, maksudmu apa, Sher?” Shera menyentuh tangan Alva pelan. Biasanya Alva selalu tenang. Selalu bisa menjaga perasaanya stabil dan nggak panik. Tapi kali ini beda. Belum mendengar sampai habis omongan Shera, perasaannya sudah lebih dulu kalut. ”Al, aku mau kita putus kontak dan menghilang dari kehidupan masing-masing. Kamu nggak usah tahu apa- apa soal aku dan aku juga nggak usah tahu apa-apa soal kamu. Satu tahun, Al. Sama seperti lama kontrak kerja kamu di Jepang. Itu batas kita untuk bisa saling me- ngontak lagi.” ”Aku... beneran belum ngerti, Sher.” Shera menggenggam tangan Alva. Alva harus tahu bahwa dia melakukan ini demi mereka berdua. Supaya sama sekali nggak ada keraguan. ”Kalau dalam waktu satu tahun, kita sama sekali nggak pernah kebetulan bertemu, temui aku di gerbang depan kampus kita. Tanggal dan jam yang sama seperti hari ini, satu tahun lagi. Kalau saat itu perasaan kita masih sama, dan kita sama-sama belum punya pasangan, aku mau jadi pacar kamu, Al. Tapi ingat ya, kita sama sekali nggak boleh saling mencari selama setahun.” ”Satu tahun? Satu tahun itu lama, Sher—” ”Al...,” potong Shera, ”seandainya sebelum setahun kita bertemu tanpa direncanakan, dan ternyata perasaan kita 23 pustaka-indo.blogspot.com
masih sama, dan belum punya pasangan, aku... aku mau jadi istri kamu.” Suara Alva seakan mendadak hilang. Alva sama sekali nggak menyangka Shera bakal mengajaknya melakukan perjanjian gila seperti itu. ”Kenapa diam, Al? Kamu nggak yakin kita bisa mela- kukan itu? Kamu jadi nggak yakin sama perasaanmu?” ”Bukan begitu, Sher.” ”Kalau gitu...,” Shera mempererat genggamannya, ”kamu setuju, kan? Kamu bilang kamu mau kasih kesem- patan untuk kita. Aku juga mau, tapi sebelum itu, aku harus yakin. Dan dengan cara ini, aku mau meyakinkan diriku sendiri dan pengin membuktikan bahwa kamu juga yakin.” Shera menahan napas. ”Tapi kalau kamu nggak setuju aku—” ”Aku setuju, Sher.” Shera terpaku menatap Alva. ”Aku setuju,” ulangnya. ”Lalu... apa selanjutnya?” ”Handphone kamu...,” Shera mengulurkan tangan me- minta ponsel Alva. Dengan wajah bingung Alva menyerahkan gadget-nya. ”Semua kontakku juga semua komunikasi kita udah aku hapus. Aku juga bakal melakukan hal yang sama di gadget- ku, termasuk kontaknya Yulia dan semua yang berhu- bungan dengan kantorku. Kita mungkin ingat alamat e- mail masing-masing, tapi aku nggak akan pernah mengi- rimi kamu e-mail atau membalas e-mail dari kamu.” Alva sangat terkejut Shera bakal sampai sejauh itu. Tapi sepertinya Alva bisa mengatur pertemuan nggak 24 pustaka-indo.blogspot.com
sengaja tanpa perlu punya nomor kontak Shera. Dia masih punya tiga minggu lebih. Shera bilang, kalau mere- ka ketemu nggak sengaja sebelum setahun, Shera langsung mau menjadi istrinya, kan? ”Al, kamu berangkat bulan depan, kan?” Alva mengangguk. Lalu kalimat Shera selanjutnya me- matahkan semua rencana yang terlintas di kepala Alva. ”Kita mulai putus kontak dari sekarang ya, Al. Tapi setahun itu terhitung setelah kamu berangkat. Misalnya sebelum kamu berangkat, kita nggak sengaja ketemu, itu... nggak terhitung.” Alva nggak bisa menyembunyikan kekecewaanya. Shera sangat serius dengan rencananya dan sudah mem- perhitungkan segalanya. Dan... dengan saksi beberapa ekor ubur-ubur yang menyala, Alva dan Shera sepakat hari ini adalah pertemuan dan komunikasi terakhir me- reka mungkin sampai setahun ke depan. Shera mendekat ragu, lalu memeluk Alva—sangat erat. 25 pustaka-indo.blogspot.com
Seperti Hari-hari yang Lalu, Tanpa Kamu. ”L o berdua sudah gila ya gue rasa. Yang lebih gila lagi elo. Bisa-bisanya ya kepikiran ide ajaib kayak gitu sih, Sher? Nggak paham gue!” Yulia ngomel sambil mondar- mandir di ruang TV apartemen Shera. Shera dari tadi cuma duduk di sofa sambil mengamati Yulia yang berjalan bolak-balik bagai setrikaan. ”Kalau gue sih ya Sher, ngerti lo nggak bisa nerima lamaran kawin. Nggak mau LDR juga paham. Yang gue nggak paham ngapain pakai putus kontak segala sih? Ka- lau gue sih ya sudah jalanin aja. Nggak jadian dulu nggak masalah. Pedekate LDR kan bisa.” ”Ya itu kan elo....” Shera mendekap bantalnya. Berkali- kali dia menjelaskan pada Yulia tapi tetap aja sahabatnya 2 pustaka-indo.blogspot.com
itu menganggap pikiran Shera rumit dan berhasil bikin Alva nurut mengikuti kerumitannya. Yulia sampai ge- leng-geleng dengan ekspresi aneh begitu perempuan itu tahu Shera dan Alva pulang dari Singapura sendiri-sen- diri. Alva tetap melanjutkan sesuai jadwal, sedangkan Shera membeli tiket pesawat paling pagi untuk keesokan harinya. Tahu nggak yang bikin Yulia semakin uring-uringan? Karena begitu mendarat di Jakarta, Shera nggak langsung mengabari Yulia. Yang Shera lakukan adalah langsung pulang ke apartemen, mengurung diri seharian, dan baru mengabari Yulia hari ini. ”Elo kan belum pernah LDR, padahal coba aja dulu.” ”Duuuhh... elo ah. Gue melakukan semua ini kan ada alasan sendiri. Justru karena gue ngerasa perasaan gue sama dia itu besar banget makanya gue pengen ngetes perasaan gue ke dia dan perasaan dia ke gue.” Yulia duduk di sofa di hadapan Shera. ”Kalau lo beli motor di tes. Kalau beli kompor di tes. Ini perasaan sudah jelas masih di tes. Gue tetep nggak nyambung sama pikiran lo Sher. Lo berdua sudah jelas-jelas saling suka, ciuman hot sampe dua kali, dan lo itu maniak hal-hal romantis kan?—Lo bilang Alva itu cowok romantis yang tipe lo banget, natural. Terus lo dilamar dengan romantis juga, eh lo tolak.—Tahu nggak kesimpulan gue? Lo egois. Atau bego. Atau udah egois, bego pula.” Kata-kata Yulia bikin Shera releks meletakkan kembali sesendok es krim yang nyaris masuk ke mulutnya kembali ke cup-nya. ”Kok gue jadi egois?” 2 pustaka-indo.blogspot.com
”Lo itu lagi menciptakan drama romantis kisah cinta yang sempurna versi elo.” Analisis macam apa itu? ”Ngarang lo, Yul. Nggak ada hubungannya deh sama kisah cinta romantis yang sem- purna. Gue nggak mau mutusin sembarangan apalagi untuk milih pasangan hidup. Gue mau menikah dengan orang yang tepat yang bener-bener cinta sama gue. Yang beneran cinta sejati gue. Makanya gue harus memasti- kan.” ”Itu kalimat lo aja udah menjelaskan dengan nyata lo egois. Aslinya lo cemburu sama Keisha kan?” Dan pertanyaan—lebih tepatnya tuduhan Yulia—baru- san bikin Shera ternganga. ”Ih? Semakin ngarang be- bas.” ”Bukan ngarang, ini fakta yang lo tutup-tutupi. Dan sebagai sahabat lo yang tahu lo sampe ke jumlah kolor bolong yang masih lo simpen, lo nggak bisa bohong sama gue.” ”Fakta yang ditutup-tutupi apa? Ditutup-tutupi dari siapa coba?” Yulia menaikkan sebelah alis. ”Dari diri lo sendiri lah. Alias, denial.” Yulia mengucapkan kata denial dengan dramatis. Tone suara dibuat rendah dan mata yang me- nyipit serius. Dahi Shera berkerut nggak ngerti. ”Lo bilang lo kagum sama apa yang Alva lakukan untuk Keisha. Awalnya iya emang kagum. Tapi begitu lo tahu perasaan lo buat dia serius dan dia bales perasaan lo, lo 2 pustaka-indo.blogspot.com
jadi cemburu sama Keisha biarpun dia sudah nggak ada. Karena dia sudah nggak ada pun Alva masih mau mela- kukan sesuatu yang segitunya buat dia. Ya kan?” Shera menggigit-gigit bibirnya. ”Hmm... nggak gitu juga ah....” Yulia berdiri dari tempat duduknya lalu tiba-tiba pin- dah duduk di samping Shera. ”Lo masih aja deh, ngeles. Ini gue lho, Sher. Lo ngeles pakai jurus paling canggih ala kungfu shaolin juga percuma.” Shera mendengus. ”Ya elo menganalisis gue dengan sok tahu gitu. Yang ngalamin gue apa elo? Kan gue sudah bilang gue cuma nggak mau perasaan gue sama dia itu ternyata cuma luapan perasaan sesaat karena terbawa si- tuasi. Emang nggak boleh? Gue ketemu dia karena Keisha. Terus gue juga lagi deket sama Eldi. Gue mau memastikan kalau gue bukan pelarian dari Keisha, dan dia bukan pela- rian gue dari Eldi. Terus misalnya gue sama dia terlanjur kawin ternyata pernikahan gue sama dia ancur gimana? Atau gue sok-sok LDR tahu-tahu dia selingkuh? Atau gue selingkuh?” Shera merepet emosional. Mendadak dia kok panik karena merasa dipojokkan ya? ”Nah.” ”Nah apa?” Shera nggak suka dengar nada ”nah”-nya Yulia tadi. Cuma ”nah” doang tapi terasa sangat mengha- kimi. ”Nah itu lo merepet panik begitu, nyadar nggak lo se- dang mengakui gue benar? Pasti nggak nyadar. Ini nggak ada hubungannya sama Eldi. Kejadian Eldi malah bikin lo makin kagum sama Alva.” 29 pustaka-indo.blogspot.com
”Ya itu sih emang iya. Kalau nggak karena Alva gue nggak tahu gimana aslinya si Eldi....” ”Sst, ntar dulu. Denger dulu.” Yulia mengangkat telun- juknya menyuruh Shera diam dan menyimak dia sampai selesai. ”Setelah lo semakin kagum sama dia daaan... ternyata perasaan lo juga semakin nyata, lo jadi cemburu melihat apa yang dia lakukan buat Keisha. Dan elo... pengin tahu apa dia juga bisa melakukan sesuatu sebesar itu untuk elo. Secara halus sebenernya lo nantang dia buat buktiin dia setia kan? Mempertahankan perasaan tetap sama biarpun kalian putus kontak. Lo pengin kagum sama dia bukan karena dia melakukan sesuatu yang romantis buat orang lain, lo pengin kagum karena dia melakukan sesuatu yang sama romantisnya buat elo. Lo berharap besar sama dia kan, Sher?” Shera diam. Diam yang membuat Yulia merasa di- bukakan pintu semakin lebar untuk membeberkan anali- sisnya. ”Lo yakin lo pasti bertahan karena emang lo cinta ba- nget sama dia. Tapi yang pengin lo lihat dia juga bertahan sebagai bukti dia juga cinta banget sama lo. Gue sudah tahu jalan pikiran lo wahai sahabat gue yang gila kero- mantisan. Lo sama sekali nggak takut dia adalah pelam- piasan lo dari Eldi. Ini murni karena lo ketakutan sama bayang-bayang Keisha. Setelah semua yang dia jelaskan dan semua kejadian yang lo berdua alami, lo itu masih ketakutan jadi pelampiasan.” Isi kepala Shera serasa diaduk-aduk. Seperti ada yang 20 pustaka-indo.blogspot.com
memutar gambar-gambar lash back hari-hari bersama Alva di kepalanya. Rasa deg-degannya, rasa kagumnya, dan... betapa Shera selalu merasa betapa beruntungnya Keisha. Selalu, Shera selalu merasa Keisha beruntung. Lalu Shera teringat ciuman pertama mereka di Bali. Ciuman yang membuat Shera begitu marah. Shera marah bukan karena ciuman itu. Dia menikmati setiap detik ciuman Alva yang membuat darahnya berdesir dan selu- ruh mukanya mendadak serasa direbus. Tapi marah ka- rena dia merasa Alva membuat dia seperti cewek peng- ganggu hubungan orang yang bisa dicium sembarangan sementara cinta Alva sebetulnya untuk Keisha. Lalu, saat dia melihat makam Keisha, entah kenapa dia kecewa. Kecewa yang aneh karena sebenarnya urusan pribadi Alva bukan urusan dia. Tapi saat itu dia betul-betul kece- wa dibohongi Alva. Dan setelahnya Shera malah merasa begitu iri pada Keisha yang dicintai bahkan sampai saat dia sudah tidak ada di dunia ini. Iri. Shera tercekat, tersadar oleh kata iri yang terlintas di pikirannya barusan. Jarinya releks memuntir ujung ban- tal yang dia pangku. ”Kalau pun iya, kenapa? Emang ada orang yang mau jadi pelampiasan?” desis Shera dengan suara ragu. ”Wajar kan kalau gue butuh pembuktian?” Detik itu juga cuping hidung Yulia mengembang kom- pak berbarengan dengan matanya yang membulat puas. Ekspresi kemenangan karena tebakannya benar. ”Yaaah... nggak pa-pa juga siiih. Wajar-wajar aja kalau lo perlu pembuktian biar yakin....” 21 pustaka-indo.blogspot.com
”Nah, bener kan?” sambar Shera semangat. ”Iya, tapi nggak sampe ekstrim kayak gitu juga kali. Ya kalau ketemu lagi. Kalau nggak? Ya kalau pas ketemu masih pada jomblo? Kalau nggak?” ”SSSTTT! Berisik ah. Gue mo mandi!” Obrolan ini harus segera di-cut sebelum menyebabkan perdebatan panjang yang berpotensi bikin Shera kena serangan gi- la. Shera melengos pergi ke kamar mandi. Kepalanya serasa membesar beberapa senti saking penuhnya dengan berbagai macam pikiran. Omongan Yulia tadi betul-betul mengena. Tapi Shera nggak boleh mundur. Dia yakin ini semua bakal terasa sepadan pada saat nanti dia dan Alva bertemu lagi. Kalau semua berjalan lancar, saat itu pasti Shera sudah benar-benar yakin untuk serius sama Alva. Tapi... kalau semuanya nggak berjalan sesuai rencana seperti kata Yulia.... Shera memutar keran shower. Air langsung mengguyur kepala Shera. Dia nggak mau mikirin itu sekarang! * Siapa sangka sebulan aja sudah terasa sangat berat. Shera harus setengah mati menahan diri nggak mengontak Alva sebelum dia berangkat ke Tokyo. Kalau Alva berangkat sesuai jadwal yang sempat dia tulis di notes kecil yang dia titipkan pada resepsionis hotel di Singapura waktu itu, berarti Alva akan terbang ke Tokyo hari ini. Dan artinya hari ini hitungan satu tahun dimulai. 22 pustaka-indo.blogspot.com
Shera mengetuk-ngetukkan bolpoin ke ujung meja. Semakin dekat hari keberangkatan Alva, Shera takut rencana ini bukannya membuktikan cinta Alva, malah membuat dia kehilangan pria itu. Bagaimana kalau saat mereka bertemu, Alva membawa pacar, tunangan, atau bahkan istrinya? Tapi Shera harus melakukan ini. Shera percaya kalau memang Alva mencintainya, dia pasti akan menepati janjinya. Beribu-ribu kali Yulia bilang Shera sinting. Tapi ini hidup Shera, bukan orang lain. ”Hai, Neeek....” Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dan wajah semringah Evan terpampang. Ya ampun, kok Shera bisa lupa? Bulan ini Evan kembali ke Indonesia setelah dua bulan dia berkelana menyaksikan pagelaran fashion designer sekaligus berlibur di Italia. ”Ya ampun, Evaaan!!! Gue lupa lo pulang bulan ini! Gimana, udah jago cas-cis-cus bahasa Itali? Oleh-oleh buat gue mana?” Dengan gaya gemulainya, Evan menyambar lengan Shera yang sedang berdiri dengan tangan terentang, siap memeluk sahabatnya itu. ”Cus, bawa tas lo... yang ini, kan?” Evan menyambar tas Shera dari atas meja. ”Ayo!” Lho? ”E-eh, Van. Mau ke mana? Tas gue mau dibawa ke mana?” ”Ikut aja deh, baweeel! Ntar juga tahu.” Evan menarik Shera menuju mobilnya. Sepanjang jalan, setiap ditanya jawaban Evan cuma ”Ssstt!” Dengan terpaksa Shera mencari tahu sambil ber- 23 pustaka-indo.blogspot.com
sabar menunggu tanda-tanda yang menunjukkan mau ke mana mereka sebenarnya. ”Heh? Ngapain ke sini?” Shera mengernyit begitu mereka memasuki gerbang tol bandara. ”Jemput seseorang!” ”Siapa? Temen lo? Ngapain ngajak-ngajak gue? Lo yang nggak-nggak aja, gue lagi kerja malah lo ajak cabut buat nemenin jemput temen lo!” Shera merepet sambil berlari- lari kecil karena tangannya ditarik Evan yang juga sedang berlari-lari dari parkiran ke pintu terminal 2. ”Pacar baru yang lo temuin di Italia?” tanya Shera lagi karena Evan nggak menjawab. Sesampainya di terminal 2, Evan berhenti. ”Telepon dia, bilang lo di sini,” perintahnya pada Shera. ”Hah? Telepon siapa?” Shera melongo. Tapi beberapa detik kemudian dia menyadari sesuatu dan matanya langsung membulat. ”Jangan bilang—Yulia ngomong apa sama lo?!” Evan menepak jidatnya. ”Duh! Masih pakai diskusi lagi. Pokoknya semuanya! Dan gue nggak bisa membiar- kan sahabat gue yang drama ini menyia-nyiakan sesuatu yang seindah itu dengan bertindak bodoh! Buruan telepon si Alva sebelum dia cabut ke Jepang, lo bilang deh kalau perjanjian ajaib buatan lo itu batal! Nggak ada itu yang namanya putus kontak! Cus lo ending-in your kelakuan yang aneh itu. ” Shera bengong. Antara kaget dengan perintah Evan dan bahasa Evan yang setelah pulang dari Italia malah semakin nggak jelas. 24 pustaka-indo.blogspot.com
Evan melambai-lambaikan tangan di depan mata Shera. ”Heeelaawww? Kenapa malah pose bengong ya? Buruan telepon! Gue baru sampe Jakarta tadi subuh dan gue bela- belain bangun lagi pagi-pagi demi ke kantor lo dan nyeret lo ke sini! Look at my mata panda karena kurang tidur! Demi lo nih gue keluar dengan mata panda. No time for bengong! Telepon dia!” Shera terdiam bimbang. Tunggu, tunggu, kalau dia bertemu Alva di sini, mungkin Shera bisa memperhitung- kan itu sebagai pertemuan nggak sengaja sebelum setahun. Kalau mereka bertemu hari ini, itu kan karena andil Evan dan bukan rencana mereka. Jadi bisa dong, Shera anggap sebagai pertemuan nggak disengaja yang memenuhi ”sya- rat”—seandainya saja begitu. ”Nggak bisa, Van...” Mata Evan membesar sekitar empat juta kali lipat. ”Nggak bisa gimana? Nggak bawa HP?” ”Bukan. Gue udah nggak punya kontak dia. Lagian, Van, kita terlambat. Dia udah berangkat. Penerbangan subuh tadi. Mungkin pas lo mendarat, dia pergi.” Bahu Evan seperti melorot. Kecewa. ”Oh my God, lo bener-bener konyol. Stupidity yang fatality! Udah deh, lo kontak dia lewat apa kek, Facebook atau e-mail, bisa kan? Kasih tahu deh perjanjian aneh itu batal!” Shera menggeleng. ”Makasih, Van, lo perhatian banget sampe bawa gue ke sini, tapi gue mau terusin perjanjian ini. Gue bener-bener berharap he’s the one. Dan ini cara gue untuk ngebuktiin itu. Gue juga makin yakin, dengan 25 pustaka-indo.blogspot.com
kami gagal ketemu hari ini, itu artinya rencana ini me- mang harus dilanjutkan.” Shera memaksakan senyum. Shera berbalik berjalan meninggalkan Evan. Baru selangkah, Shera berbalik lagi menghadap Evan dengan tatapan penuh ancaman. ”Gue ingetin ya, lo sama Yulia jangan bikin rencana aneh-aneh buat gue. Pokoknya ini keputusan gue. Titik! Kalau lo berdua usil... nih!” Shera membuat gerakan gorok leher sambil cemberut. Saat berjalan memunggungi Evan, Shera mengusap setetes air mata yang tiba-tiba meluncur ke pipinya. 2 pustaka-indo.blogspot.com
Menunggu itu Rasanya... Shera mengetuk-ngetukkan ujung jari ke ujung meja coffee shop tempat dia, Evan, dan Yulia duduk sekarang. Tadinya mereka janjan makan siang lalu kembali ke kan- tor masing-masing. Tapi tiba-tiba Ferdi menelepon, bi- lang ada yang penting. Jadi Shera suruh Ferdi yang me- nyusul ke mal dan menemui Shera di coffee shop ini. ”Jadi gimana, Bu? Mereka minta saya segera hubungi mereka.” Shera menghela napas. Kepalanya terasa penuh. Kok bisa begini ya? Dulu tiga klien Honeymoon Ex- press kabur karena ulah Eldi yang menikung dari bela- kang. Shera bisa maklum karena kesalahan bukan berada di pihak Honeymoon Express, tapi yang ini—Ferdi me- 2 pustaka-indo.blogspot.com
laporkan ada dua klien bermasalah. Yang satu baru sam- pai ke tujuan tapi langsung komplain karena menurut mereka yang mereka dapat di lapangan nggak sesuai de- ngan konsep yang mereka minta. Yang satu lagi nggak puas dengan detail konsep yang Shera buat karena di- anggap terlalu standar. Mereka meminta uang mukanya dikembalikan. ”Mereka bilang detailnya, apa yang bener-bener salah sampai mau cancel?” Ferdi tampak ragu. Dia berdeham pelan sebelum men- jelaskan. ”Mm... yang satu, kayaknya Ibu salah baca detailnya, Bu. Setelah saya cek datanya, memang tertulis mereka lebih suka tempat modern di tengah keramaian yang dekat ke mana-mana dan nggak suka tempat ter- pencil yang bernuansa tradisional. Tapi, yang mereka dapat justru kebalikannya. Saya sudah berusaha menje- laskan, tapi... suaminya keburu kesal karena perjalanan lumayan jauh.” Ternyata sefatal itu. Itu betul-betul teledor. Shera terdiam. Yulia dan Evan di samping Shera cuma bisa diam dengan canggung. Ferdi cemas melihat wajah gusar Shera. Tapi hal seperti ini memang harus dilaporkan langsung pada bosnya. ”Maaf ya, Bu, saya nggak mengecek ulang data dan book- ing-nya. Karena biasanya kalau Ibu yang pegang nggak pernah ada masalah.” Shera seperti tertohok. Ferdi benar. Selama ini dia nggak pernah mengalami masalah berarti saat mengatur perja- 2 pustaka-indo.blogspot.com
lanan bulan madu. Bahkan biasanya dia yang selalu turun tangan untuk membereskan kekacauan stafnya. Shera nggak pernah mau mengacaukan sebuah bulan madu. Bahkan di saat patah hati dan sedih ditinggal Darren be- gitu aja, dia tetap bisa profesional. Hatinya memang han- cur, tapi sepertinya nggak sebegitu hancurnya sampai bisa merusak konsentrasi. Shera nggak ngerti. Kenapa kali ini? ”Bu?” panggil Ferdi, ragu-ragu, melihat kegusarsan Shera. ”Bu, sekali lagi saya minta maaf karena saya nggak—” ”Bukan salah kamu, Fer,” potong Shera cepat. ”Ini bukan salah kamu,” ulang Shera menegaskan. ”Ini salah saya. Saya yang kurang teliti. Kamu urus saja refund-nya kalau memang mereka nggak mau pakai jasa kita untuk membereskan kekacauan ini. Bagaimanapun kesalahan ini dari pihak kita. Dan yang satu lagi... saya akan coba kontak mereka langsung. Siapa tahu masih bisa minta kesempatan untuk merevisi.” ”I-iya Bu. Yang kedua itu, mereka nggak mau yang standar.” Standar. Shera nggak pernah menawarkan perjalanan standar saat klien memercayai dia untuk menyusun konsep dan paket utuh. Shera selalu bisa mengolah data dari klien dan menjadikan bulan madu mereka indah. Ada apa dengan Shera sih?! Biasanya, apa pun yang terjadi dalam kehidupan pribadinya, nggak akan sampai memengaruhi Honeymoon Express. Honeymoon Express adalah sumber kebahagiaan Shera yang utama. 29 pustaka-indo.blogspot.com
”Masih denial juga? Masih ngeles-ngeles bajaj? Nggak mau ngaku aja, menyerah, dan mengibarkan bendera putih?” komentar Evan begitu Ferdi pamit. Yulia mendelik protes. Kalau ada Evan, dia selalu kalah sadis. Moncong Evan kalau bersuara memang bisa begitu sadis dan tak berperasaan. ”Jangan nyambung-nyambungin masalah deh lo, tem- bem!” desis Shera sambil menoel jambul baru di rambut Evan. Entah apa yang ada di pikirannya sampai menye- matkan jambul John Travolta dari era ilm Grease di ke- palanya. Evan langsung panik mengecek jambul. ”Heh, ucapan lo barusan itu penistaan atas jambul gue.” Shera dan Yulia cekikikan. ”Lo resek sih!” sembur Shera. ”Resek apaan? Gue bener, kan? Gue cuma memaparkan fakta yang sesuai dengan data-data akurat,” katanya, lebay. ”Lo nggak fokus kerja, kenapa? Karena nggak konsentrasi, lo mikirin Alva. Udahlah, Shera, mendingan lo cari dia. Lo itu beneran berantakan tiga bulan terakhir ini. Baru tiga bulan lho!” ”Evan bener, Sher. Lo maksain diri. Gue setuju sama dia. Mendingan lo cari Alva.” Duuuh! Dua sahabatnya ini malah bikin dia makin pusing. Kepalanya sudah pusing karena kerjaan, masih ditambah vonis sakit cinta akut. ”Kalian berdua tuh ya, kenapa sih? Bukannya hibur gue karena baru dapet ma- salah sama klien, malah komentar yang aneh-aneh.” 290 pustaka-indo.blogspot.com
”Siapa yang komentar aneh-aneh, Neeek? Jelas-jelas lo begini gara-gara nggak fokus. Dan keenggak-fokusan lo ini dimulai sejak perjanjian konyol lo itu. Kesimpulannya? Nenek-nenek pingsan juga pasti tahu kesimpulannya!” Setelah ngomong panjang dengan satu tarikan napas, Evan ngos-ngosan dan buru-buru menyeruput minum- an. ”Iya, betul!” Yulia dengan kilat mengiyakan. Shera melirik. ”Oh, lo nenek-nenek pingsan?” ”Sialan!” Yulia mendengus keki. Shera menatap Yulia dan Evan bergantian. ”Denger ya kalian, duo rempong se-dunia, yang namanya kerjaan pasti sesekali pernah teledor. Jangan disambung-sam- bungin deh. Lagian, kalian belum lupa, kan? Gue sama dia udah putus kontak—saling menghapus kontak dalam bentuk apa pun.” Yulia berpindah dari tempat duduknya di samping Evan ke sebelah Shera. ”Kayak orang susah aja sih lo, Sher? Kalau cuma mau nyusul ke Tokyo kan gampang. Lo kan ada jatah tiket promo. Hotel juga gampang. Susul aja. Lo kan tahu nama kantor tempat dia kerja. Ya kan?” Memang susah membuat orang lain paham sepenuhnya pada perasaan kita biarpun itu sahabat sendiri. Shera me- mandang Yulia dan Evan putus asa. ”Kalian bisa ngomong gitu. Karena kalian bukan gue. Yang ngerasain ini kan gue. Yang ngejalanin juga gue.” Yulia menghela napas. ”Ya tapi kan, Sher—” ”Yul, please…. Gue pengin meyakinkan perasaan dia ke 291 pustaka-indo.blogspot.com
gue, jadi kalau ada proses cari-carian, atau susul-susulan sebelum waktunya, seharusnya dia yang nyari gue. Bukan gue yang nyari dia. Yang butuh diyakinkan kan gue, bu- kan dia. Kalau gue susul dia dan kami ketemu, terus apa? Gue jadi nggak bisa membuktikan apa-apa, kan? Karena itu berarti bukan kebetulan, dan belum satu tahun.” Evan menggeser duduknya lebih dekat ke Shera. ”Tapi Sher—” ”Ssst! Udah deh, kalian. Gue tahu kok kalian khawatir sama gue. Tapi gue nggak mau mundur. Dan gue janji, nggak bakal ada lagi kekacauan gara-gara gue nggak fokus. Oke? Cheers!” Shera mengangkat gelas green tea-nya. Dia sudah berhasil melewati tiga bulan. Sembilan bulan lagi seharusnya bukan masalah. Dia hanya harus lebih menstabilkan diri supaya nggak terjadi kekacauan lagi. * Shera mengempaskan tasnya ke sofa. Hari ini melelahkan. Dia masih terpukul karena komplain klien gara-gara kesalahannya sendiri. Shera harus mengembalikan semua sisa uang mereka. Tapi bukan itu yang membuat dia gusar. Shera makin sedih karena Honeymoon Express kehilangan kepercayaan klien. Yang lebih parah, semua ini terjadi karena keteledoran Shera sendiri. Untungnya, satu klien lagi mau memberi Shera kesempatan untuk merevisi konsep. Shera betul-betul harus berkonsentrasi untuk itu. 292 pustaka-indo.blogspot.com
Shera duduk di tepi ranjang lalu mengempaskan badan ke belakang. Apa iya dia kacau gara-gara Alva? Akhir- akhir ini mood-nya memang aneh. Belakangan ini, perasaannya waktu mengerjakan pro- yek klien, bukan lagi penuh semangat menggebu-gebu. Dia nggak lagi membayangkan betapa puas dan baha- gianya klien itu nanti. Belakangan ini rasanya lebih se- perti melakukan... kewajiban. Shera tercekat. Kenapa bisa gitu? Masa iya dia kehi- langan passion-nya begitu aja? Sesuatu yang dia sukai selama belasan tahun! Dengan cepat Shera bangkit dari ranjang. Nggak bisa kayak gini terus! Lama-lama Honeymoon Express bisa berantakan gara-gara dia. Nggak boleh ada klien yang mundur lagi. Shera harus jadi Shera yang dulu. Yang semua idenya harus dibuat dengan penuh perasa- an. Shera membuka salah satu laci. Menarik album Honey- moon Dreams-nya keluar. Halaman demi halaman Shera buka. Dia nggak tahan untuk nggak tersenyum geli di halaman-halaman pertama. Dia masih berumur sekitar tiga belas tahun waktu mem- buat halaman-halaman itu. Halaman pertama isinya be- tul-betul menggambarkan tekad Shera terhadap mimpi- nya. Guntingan gambar bola dunia yang di pinggir- pinggirnya ditempeli ikon-ikon tempat-tempat indah di dunia. Guntingan-guntingan gambar menara Eiffel, Pisa, Taj Mahal, sampai Borobudur. Ditambah guntingan 293 pustaka-indo.blogspot.com
bentuk hati berwarna-warni di atas masing-masing gam- bar. Lalu, di sudut bawah ada guntingan foto Shera ABG sedang tersenyum lebar. Di sampingnya, ada guntingan kertas berwarna hitam membentuk siluet seorang pria dan satu lambang hati berwarna pink di atas kepala me- reka berdua. Shera masih ingat, pikirannya tentang hal-hal romantis dan bulan madu berupa traveling keliling dunia bersama cowok yang dia suka. Sesimpel itu. Dan, polos. Dia bahkan belum mengerti kalau bercinta ada di dalam daftar kegiatan bulan madu. Kegiatan ”dewasa” itu yang nggak pernah dia bayangkan sebelumnya. Shera senyam-senyum sendiri. Jemarinya membuka halaman selanjutnya. Ada benda yang jatuh. Benda yang bikin dada Shera berdegup kacau lagi. Gelang anyaman benang hitam dan emas. Shera ingat terakhir kali dia dan Alva berpisah di S. E.A. Aquarium, gelang itu masih melingkar di pergelangan tangannya. Shera benar-benar lupa mengembalikannya. Dia baru sadar gelang itu masih di tangannya keesokan pagi sebelum berangkat ke airport. Shera sempat berpikir menemui Alva untuk mengembalikan gelang itu sesam- painya di Jakarta, tapi langsung mengurungkan niatnya. Shera nggak mau mengambil risiko kalau mereka bertemu lagi, perjanjian ini bisa goyah dan batal. Shera memutuskan untuk menyimpannya. Menyelip- kannya di dalam laci di halaman paling belakang album Honeymoon Dreams-nya. 294 pustaka-indo.blogspot.com
Entah kenapa tiba-tiba saja Shera menangis. Menangis sambil menggenggam gelang itu, lalu semuanya berkelebat di kepalanya bagai ilm. Kebersamaan mereka di Bandung, di Bali, dan terakhir di Singapura. Ciuman itu.… Dada Shera seakan sesak. Dia benar-benar lupa dengan Keisha. Semua yang ada di benaknya cuma Alva. Di mana dia sekarang? Sedang apa? Apa dia teringat pada Shera seperti Shera mengingat dia? Apa dia pernah berpikir untuk mencari Shera lebih dulu dan melanggar perjanjian karena nggak tahan jauh-jauh dari Shera? Atau malah, sebaliknya? Shera menangis. Isakannya semakin kuat. Bagaimana kalau ternyata Alva justru melupakan Shera, dan sedang bersantai menikmati hidup? Tiba-tiba Shera patah hati. Pria yang bisa diandalkan memang pria yang bisa memegang janjinya. Mungkin saja Alva sedang memegang kuat-kuat komitmennya un- tuk mengikuti perjanjian ini sesuai yang Shera minta. Tapi gimana kalau nggak? Tangis Shera semakin kencang. * Di rumahnya, Yulia mengernyit melihat e-mail yang masuk tengah malam begini. Sekilas dia seperti mengenal alamat e-mail itu. Begitu dibuka, Yulia terkaget-kaget. 295 pustaka-indo.blogspot.com
From: [email protected] To: [email protected] Dear Yulia, Hai, Yul, apa kabar? Ini gue, Alva. Sebetulnya e-mail lo juga sudah dihapus Shera dari kontak gue. Termasuk e-mail yang masuk dari lo waktu lo kirim e-mail materi workshop ke gue dulu. Tapi Shera lupa hapus sent item. Makanya, gue nemu alamat e-mail lo di sent item. Gue nggak usah basa-basi ya, Yul. Gue yakin lo sudah tahu semua yang terjadi antara gue dan Shera. Gue sudah janji untuk komit dan ngikutin permintaan Shera karena dia bilang dia perlu semua ini untuk meyakinkan diri. Sebetulnya gue kecewa dia nolak lamaran gue, dan juga ajakan gue untuk LDR. Tapi bagaimanapun, gue nggak bisa memaksa perasaan orang. Gue pengin banget e-mail dia. Tapi gue nggak mau Shera nganggep gue cemen dan nggak bisa pegang janji. Tapi pada akhirnya gue nggak tahan juga kalau nggak tahu kabar dia. Gue kirim e-mail ke lo cuma pengin tahu… dia baik-baik aja, kan? Gue ngerti kalau lo nggak mau bales e-mail gue. Trims, Yul. -Alva- 29 pustaka-indo.blogspot.com
Yulia tercenung. Dia gemas, kenapa juga Alva nggak nekat kirim e-mail ke Shera? Perempuan biasanya luluh dengan pria yang nekat demi cinta. Tapi, Yulia juga salut sih dengan sikap penuh komitmen Alva. Itu bukti bahwa dia pria yang bisa pegang janji. Tangan Yulia mengambang di atas keyboard. Ragu mau membalas e-mail Alva atau nggak. 29 pustaka-indo.blogspot.com
Dream a Little Dream of Me... 3 bulan kemudian.... Jemari lincah penjahit kebaya pengantin menjelujur brokat di area pinggang. ”Dietnya ketat banget ya, Mbak? Padahal baru dua minggu lalu itting pas banget. Eh, sekarang berkurang satu senti,” komentar si penjahit ke- baya. ”Ya maklum lah.... Namanya juga mau jadi pengantin. Pasti biar malam pertamanya nanti hot dan seksi ya, Cin? Bodinya sudah ala-ala Miranda Kerr. Singset langsing ala ala macan gimanaaa gitu.... Tadi pagi aja pas akad, si mas- nya kayak udah nggak tahan banget tuh.” Sambil menata sanggul, hair stylish bergaya nyentrik dan gemulai ikutan komentar. Nggak lupa mengedip-ngedipkan mata penuh 29 pustaka-indo.blogspot.com
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316