Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Honeymoon Express

Honeymoon Express

Published by Fairytale, 2021-03-20 06:31:06

Description: Honeymoon Express

Search

Read the Text Version

Shera terenyak, nggak tahu harus bereaksi seperti apa. Darahnya berdesir pelan karena Alva ingat hal remeh sedetail itu tentang Shera, padahal mereka cuma ngobrol sesekali. Mungkin Alva saat ini cuma basa-basi sebagai teman lama, tapi kenapa dia harus membahas itu? ”Gila, ingatan kamu tajam juga, Al. Inget aja yang kayak begitu. Aku jadi malu, tauk!” Setengah mati Shera berusaha terihat santai dan nggak gelagapan. ”Kenapa malah malu? Harusnya bangga dong. Apa yang kamu omongin dulu, berhasil kamu wujudkan seka- rang. Aku saksi hidup lho. Dijamin, aku terkenal jujur. Kalau aku jadi saksi, orang-orang pasti percaya.” ”Apaan sih? Dasar....” Shera tertawa kikuk. Dari dulu sampai sekarang, ternyata pesona tatapan dan suara Alva nggak berubah, malah bertambah kuat. Karena sekarang Alva bukan lagi cowok mahasiswa kutu buku pencinta alam yang hobi pakai kaus oblong atau kemeja lanel kotak-kotak ala pendaki gunung. ”Serius dong, Al.... Kamu malah melenceng ke mana-mana. Emangnya kamu nggak tahu kamu itu lagi berhadapan sama orang sibuk. Waktuku tuh sedikit banget. Kamu beruntung lho bisa ketemu langsung sama aku, soalnya ya, habis ini aku harus dinner di Paris, terus ngukur baju di Tokyo, belum lagi nge-blo­ rambut di Hongkong, sama beli anak kucing di Rusia.” Akhirnya Shera nggak tahan untuk nggak ngelantur dan menjebol imej profesional yang berusaha dia per- tahankan sejak tadi. 49 pustaka-indo.blogspot.com

Alva tertawa. Ahhh… tawa renyah itu lagi. Hangat dan menyenangkan. ”Hahaha... Gitu dong, Sher, santai sedikit. Biarpun urusan kerjaan, aku kan temen kamu. Aku percaya kok kamu profesional tanpa harus serius.” Alva tersenyum lagi, teringat dulu dia selalu menyukai aura ceria Shera. Shera menaikkan sebelah alis. ”Bukannya kamu yang biasanya serius? Waktu di kampus, kamu kan jarang bercanda, ngomong seperlunya, nggak suka basa-basi, ya kan? Sekalinya ngomong panjang, topiknya tentang terumbu karang sama hutan bakau.” ”Kamu merhatiin aku juga ya ternyata.” Darah Shera langsung kompak naik ke wajah. Rasanya seperti maling tertangkap basah. Kalau diibaratkan maling jemuran, Shera kepergok persis saat tangannya menyam- bar kolor atau kutang dari tali jemuran. Malu berat! Biarpun Alva mengucapkan kalimat itu dengan santai, tapi dia tepat sasaran dan sukses membuat Shera malu. ”Bukannya merhatiin, Al, tapi berdasarkan pengalaman pribadi. Kan aku salah satu dari sekian banyak teman yang kena ceramah kamu soal terumbu karang,” jawab Shera. ”Lagian, emang bener begitu, kan?” ”Bisa ya, bisa nggak. Jelas aja kamu nggak pernah bercanda sama aku, kita kalau ketemu kan selaluuu karena urusan klub. Kita jarang ngobrolin topik lain. Di luar urusan klub, pergaulan kita juga beda, ya kan?” Seketika Alva merasa disedot ke dalam mesin waktu. Dulu Shera cewek ceria yang bikin dia betah berlama- 50 pustaka-indo.blogspot.com

lama di kampus dan nggak bisa tidur sesampainya di rumah. Cewek yang selalu membuat dia deg-degan hanya dengan memikirkan niat menyatakan cinta. Dan sekarang, Shera masih cewek yang sama. Dia lebih dewasa, lebih cantik dan elegan, tapi reaksi jantung Alva tetap sama. Berdegup dengan irama berantakan. Alva harus mengon- trol diri sendiri. Dia harus tetap mengingat tujuannya, mengingat Keisha. Fokus pada Keisha. Shera tertegun karena pertanyaan Alva tadi. Dia mena- tap Alva sambil mengangkat bahu. ”Iya sih...” Ya iyalah! Setiap ketemu kamu, aku mendadak bingung harus ngomong apa. Justru kegiatan-kegiatan klub itu yang bikin aku punya alasan ngobrol sama kamu, Alvaaa! jerit Shera dalam hati. ”Eh, udah dong bahas masa kuliah. Back to your honey- moon. Jadi, gimana sih maksudnya, Al? Kamu mau kasih kejutan?” Ekspresi Alva kembali serius. ”Semacam itu sih, tapi... mungkin akan lebih ribet daripada itu, Sher. Aku sangat berharap kamu punya waktu untuk mengerjakannya. Kalau memang ada biaya tambahan, aku nggak masalah kok.” ”Lho, kok jadi kamu yang kaku gitu? Belum juga selesai diskusi, kamu sudah ngomongin biaya tambahan. Kita kan teman, jadi santai aja, Al. Coba jelasin dulu maksud- nya. Kalau cuma surprise sih nggak perlu biaya tambahan. Kan sama kayak paket biasa, cuma pelaksanaannya yang agak beda. Aku bisa sesuaikan konsepnya.” 51 pustaka-indo.blogspot.com

Alva berdeham pelan sebelum mulai bicara. ”Jadi begi- ni, Sher, kalau soal detail yang kamu bilang tadi, kayak masalah tempat yang dia suka, kegiatan yang dia pengin lakukan dan lain-lain, aku udah tahu semuanya. Aku punya semua informasi yang kamu perlukan.” ”Bagus dong. Itu sudah cukup banget. Terus, apa yang kamu maksud lebih ribet?” ”Yaaa... bakal ribet, soalnya... soalnya aku mau jalanin bulan madu itu sendiri, sebelum sama dia.” Nah, sekarang Shera mulai bingung. ”Jalanin semuanya dulu gimana maksudnya?” Alva meneguk teh manis yang tadi dibuatkan Yadi, OB Honeymoon Express. ”Bulan madu ini impian dia, Sher. Aku pengin... uhm... menjalani semuanya dulu, semacam perjalanan survei. Untuk memastikan semuanya benar dan sesuai keinginan dia. Bisa, kan?” ”Ohhh... oke. Biasanya sih aku nurunin tim survei untuk berangkat, kalau ada hal-hal yang perlu disurvei. Tapi kalau kamu mau turun langsung untuk survei, ya nggak apa-apa juga, Al. Kamu bisa ditemenin anggota tim surveiku. Soal tambahan biaya itu, nanti ada tam- bahan biaya survei, tapi untuk kamu… aku kasih harga temen aja.” Alva kelihatan agak gelisah. ”Hmm... sebetulnya bukan cuma survei, Sher.” ”Maksudnya kamu mau ngecek semua tempatnya dulu, kan?” ”Aku pengin mmm… bukan survei seperti itu, Sher. 52 pustaka-indo.blogspot.com

Kayak yang kubilang tadi, aku akan jalanin semuanya full dengan semua konsep dan kegiatannya. Tapi sendirian. Lebih tepatnya disebut perjalanan... mmm... test?” Shera mulai paham maksud Alva, dan terheran-heran. ”Jadi sama aja kamu bakal melakukan perjalanan itu dua kali dong nanti?” Alva mengangguk. ”Ya, kira-kira begitu.” Shera melongo. ”Bisa aja sih, Al, tapi... ya berarti harganya ya harga full yang harus kamu bayar dua kali.” Alva mengangguk paham. ”Iya, aku paham kok. Nggak masalah kalau soal itu, Sher. Yang penting aku bisa pastiin semuanya oke. Dan aku sudah punya semua detail yang dia mau, tapi aku minta tolong kamu untuk arrange semuanya ya? Supaya semuanya jadi istimewa. Aku pengin kamu yang nanganin langsung, karena aku yakin di tanganmu semuanya bakalan beres. Aku pengin yang terbaik buat dia.” Alva jelas bisa menangkap kebingungan di raut wajah Shera. Biarlah, Alva tetap nggak berniat memberitahu cerita di balik permintaan bulan madunya ini. Dia nggak mau Shera mengerjakan semuanya dengan kasihan. Alva mau Shera menyiapkan bulan madu yang romantis dan bahagia untuk dia dan Keisha. Shera tertegun. Rasanya dia nyaris menitikkan air mata karena terharu. Berkali-kali dia menangani klien yang merencanakan bulan madu kejutan untuk pasangan, baru sekali ada yang seperti ini. Semua kliennya hanya ber- 53 pustaka-indo.blogspot.com

konsultasi pada Shera, lalu pilih-pilih paket, bayar, dan terima beres. Tapi Alva nggak. Kalau Raymen yang mela- kukan ini, pasti semuanya bakal dilakukan dengan penuh kelebayan dan cenderung norak. Tapi Alva... dia menga- takan semuanya dengan segenap perasaan. Shera bisa langsung merasakan pria itu melakukan semuanya pakai hati. Shera menghela napas diam-diam. Sungguh beruntung calon istri Alva. Wanita itu pasti sangat istimewa di hati Alva, sampai dia mau melakukan semua ini. Tanpa bisa ditahan. Shera terpesona pada kecengan masa lalunya itu—yang sekarang sudah jadi calon suami orang. ”Bisa, Sher?” ”Bisa, bisa.... Tapi nanti kamu kasih tahu ya, list-nya mau apa aja. Habis itu aku kasih tahu kamu konsep pa- ketnya. Kalau kamu setuju, baru kita kerjakan semua- nya.” Alva tersenyum hangat. ”Oke. Nanti aku kasih kamu detailnya. Thanks ya, Sher. Untung aku memutuskan datang ke kawinan Raymen, jadi kita bisa ketemu lagi.” Shera meringis. Aku juga seneng banget bisa ketemu kamu lagi, Al. Andai kamu tahu apa yang ada dalam pikiranku di resepsi Raymen kemarin. Fokus, Shera! Fokus! Profesional! Shera diam-diam men- cubit pahanya sendiri di balik meja. Shera paling anti sama wanita-wanita pengganggu hubungan orang lain. 54 pustaka-indo.blogspot.com

Apalagi sejak hubungannya dan Darren berantakan gara- gara Monna. Betapa jahat perempuan yang tega meng- hancurkan kebahagiaan perempuan lain dengan merebut pasangannya. Shera tahu bagaimana sakitnya, dan dia nggak akan pernah mau jadi perempuan seperti itu. 55 pustaka-indo.blogspot.com

Your Honeymoon Specialist! Rasanya Shera pengin mengetuk palu ala Hakim Agung karena frustrasi. Sudah nyaris setengah jam sepasang klien di depannya ini berdebat masalah kamar menghadap kolam renang atau menghadap pantai. Shera memang sangat memuja bulan madu. Tapi nggak gini-gini amat juga. Bisa-bisa, kalau mereka terus ribut gara-gara hal semacam ini, bulan madu mereka malah kacau dan berganti jadi pertengkaran rumah tangga. ”Babe, kita kan pengin langsung punya baby. Jadi, kita butuh suasana rileks. Suara ombak pantai tuh menenang- kan. Daripada suara berisik orang di kolam berenang… Bisa-bisa kita nggak tenang karena takut diintip,” rengek si perempuan dengan ekspresi yang sebentar lagi me- wek. 5 pustaka-indo.blogspot.com

Shera nyaris terbatuk-batuk kaget mendengar kalimat ”takut diintip”. Memangnya mereka bakalan pasang poster ”Lagi bulan madu nih!” di luar kamar? Si suami tampak mengernyit nggak sepakat. ”Ya am- pun, babe. Siapa yang mau ngintip sih? Kamar yang meng- hadap pantai kan cuma jendelanya aja yang peman- dangannya ke pantai, nggak ada pintu langsung keluar. Kalau yang menghadap kolam renang, kan ada pintu buat langsung ke kolam renang. Tinggal buka pintu, kita bisa langsung nyebur. Lebih asyik, kan? Harga kamarnya juga sama.” Pria berotot itu ngotot. Bibir si istri mulai manyun. Tanda-tanda buruk. Shera harus bertindak sebelum mereka betul-betul menggelar pertengkaran rumah tangga di sini. ”Eh, Mas Bimo dan Mbak Shinta, gini aja deh. Soal kamar nggak perlu dipu- tuskan hari ini. Kalian diskusi lagi aja di rumah. Nanti kalau sudah ada keputusan, bisa hubungi saya lagi. Gi- mana?” Alis Shinta mengernyit menatap Shera. ”Memangnya, kamarnya nggak bakal diambil orang lain, Mbak She- ra?” Shera menggeleng. ”Nggak. Tenang aja. Bisa di-keep dulu kok. Honeymoon Express sudah lumayan lama kerja sama dengan hotel itu, jadi bisa diatur. Butuh berapa lama? Dua hari? Tiga hari?” ”Secepatnya deh. Maksimal besok sudah ada keputusan,” jawab Bimo cepat. Shera tersenyum lebar, profesional. Dalam hati ber- 5 pustaka-indo.blogspot.com

syukur mereka nggak ngotot menyelesaikan diskusi dengan aroma peperangan itu sekarang. Setelah bersalam- salaman, Bimo dan Shinta pamit. Shera bisa duduk lega sambil menghela napas. Ada-ada aja. ”Bu, ada telepon di line dua,” suara Mita terdengar di Intercom. Baru juga bernapas lega sebentar. Shera menekan tombol line 2. ”Ya, halo...?” ”Hei, Sher. Sibuk?” Shera langsung duduk tegak. Alva. Kayaknya Shera butuh terapi khusus nih soal Alva. Setiap kali berinteraksi dengan pria ini, Shera masih aja deg-degan. Padahal sekarang sudah jelas banget Alva calon suami orang dan terbukti sangat mencintai calon istrinya. Gilanya, melihat Alva melakukan semua itu buat ca- lonnya, malah bikin Shera makin terpesona dan terkagum- kagum. Bahaya nih. ”Eh, nggak kok. Tadi ada klien, tapi barusan mereka pulang. Kenapa telepon ke nomor kantor, nggak ke HP aja? Nomerku nggak di-save yaaa?” canda Shera sekaligus menyelidik. Alva tertawa pelan. ”Hahaha... Nggak mungkin lah. Masa nggak di-save. Saat ini kan kamu orang penting dalam hidupku.” Shera nyaris kena serangan jantung. ”Kamu yang menentukan sukses atau nggaknya acara honeymoon-ku,” sambung Alva, bikin Shera batal kena serangan jantung. ”Aku sengaja telepon ke kantor, takut- nya kamu lagi sibuk meeting atau apa lah. Kalau ke kantor kan ada sekretaris kamu yang jawab teleponku.” 5 pustaka-indo.blogspot.com

Shera terkekeh pelan. ”Ohhh... Kirain nggak di-save. Bisa-bisa aku kecewa terus merenung di gua hantu.” Alva tertawa lepas. ”Kamu jago bercanda ya sekarang. Kemajuan. Nggak kayak dulu. Ngasih proposal ke base camp PA aja ngomongnya gelagapan. Aku sampe kepikiran nyiapin tim medis sama ambulans tiap kamu datang.” Shera meringis garing. Alva dodol! Emang kamu pikir kenapa aku dulu gelagapan?! ”Kamu sendiri kayak orang gagu. Ngomong aja jarang. Makanya aku gelagapan, bingung mau ngomong apa. Jadi, ada apa kamu telepon aku?” ”Bisa kita ketemuan, Sher?” tanya Alva langsung. Kalau nggak mikirin gengsi, etika, dan tata krama di depan calon suami orang, Shera bakal bilang ”Mau!” tiga kali, ditambah efek mengangguk-angguk semangat sampai kepalanya mau copot. Tahan, Shera.... Tahaaan.… Ingat, profesional! Dan jadi pengganggu hubungan orang adalah BIG NO NO! Lebih baik pingsan diseruduk sapi daripada jadi cewek kegatelan. ”Kamu mau ke kantorku?” jawab Shera tenang, penuh wibawa. ”Hm... kamu makan siang di kantor?” Alva balik ber- tanya. ”Nggak sih, Al. Aku makan siang di luar, tapi bisa cepet kok sampe kantor lagi. Jam satu, gimana?” Alva terdiam sejenak. ”Kalau diobrolin sambil makan siang, gimana? Biar kamu nggak buru-buru makan, aku samperin ke tempat kamu makan siang. Eh, tapi kalau 59 pustaka-indo.blogspot.com

kamu nggak bisa sambil ngobrolin kerjaan, nggak apa-apa sih kalau aku ke kantor.” Tawaran yang bagus. Shera terdiam memikirkan usul Alva. Ketemu saat makan siang sambil ngobrolin kerjaan kayaknya nggak masalah, kan? Selama ini juga Shera sering melakukan itu dengan klien yang lain. Apa bedanya dengan Alva? ”Mmm... Boleh aja. Malah kebetulan, Yulia nggak bisa lunch bareng. Kamu sekalian makan siang bareng aku, kan?” ”Hahaha... iya, beres. Kalau gitu, aku samperin kamu di mana nih?” ”Padang Jaya gimana?” ”Sip! I’ll see you there.” Shera cengar-cengir sendiri setelah menutup telepon. Asyiiik... lunch sama Alva. Shera toh bukannya mau mere- but pasangan orang. Kalau cuma buat lucu-lucuan untuk dikagumi, boleh dong? Toh tujuan Shera juga baik, demi mewujudkan honeymoon yang dahsyat buat calon istrinya. Anggap aja ini meeting, dengan bonus. * Padang Jaya saat jam makan siang itu sama kayak Mid- night Sale. Desak-desakan, rebutan, dan penuh teriakan histeris. Segala bagian tubuh sapi dan ayam diteriakkan dengan penuh semangat. ”Otak dong, Bang!” 0 pustaka-indo.blogspot.com

”Paru! Satu lageee!” ”Saya kan minta dada, kok dikasihnya paha?! Dadanya yang gemuk ya!” ”Kikil duaaa!” Dan teriakan-teriakan lain sejenis itu. Untungnya Shera dan Alva datang lumayan lebih awal, persis lima menit sebelum gerombolan manusia kelaparan mulai memasuki restoran Padang paling hits di kawasan Blok M itu. Karena datang cepat, Shera berhasil duduk di tempat paling strategis. Lantai dua, di samping jendela dan di bawah AC. Beberapa orang yang belum kebagian kursi berkali-kali melirik ke arah Shera dan Alva dengan tatapan yang seolah mengatakan, ”Makannya cepetan dong! Gue juga lapar!” ”Sher, emang nggak apa-apa kita lama-lama nih? Ngobrolnya nggak mau sambil ngopi aja?” bisik Alva mulai nggak tenang. Rupanya Alva pelanggan Padang Jaya tipe makan siang ngebut, langsung pergi, lalu mem- berikan kursinya ke orang lain yang sedang antre. Ter- utama yang berdiri gelisah sambil menatap orang-orang yang duduk. Shera malah mengangkat tangan ke arah pelayan yang tampak sibuk membawa pesanan sekalian latihan akrobat dengan begitu banyak tumpukan piring di tangannya. ”Bang! Es kelapa jeruk satu ya! Kamu mau dessert apa?” ”Eh? Mm... sama aja deh.” ”Dua, Bang!” ralat Shera. ”Tenang aja, Al, selama kita 1 pustaka-indo.blogspot.com

masih punya sesuatu buat dimakan di meja kita, nggak bakal ada yang ngusir. Kuncinya itu… pesen aja terus. Lagian, sebentar lagi gelombang arus makan siang bakalan selesai. Restonya langsung sepi lagi. Bisa santai deh,” kata Shera santai, tak peduli tatapan murka pengunjung lain yang mengarah ke mereka. Alis Alva terangkat lalu dia terkekeh pelan. ”Ya am- pun, udah pegang jurusnya ternyata.” Shera ikut cekikikan. ”Siapa bilang di sini nggak ada dessert? Pesanlah es kelapa belakangan. Waktu makan, kita minum teh aja,” kata Shera berlagak iklan. Alva langsung tertawa pelan. ”Ada-ada aja,” komen- tarnya kalem. Alva oh Alva, bahkan terta­a pun kamu bisa kalem dan bikin hati adem. ”Oke, back to bussiness. Gue baca ya list-nya.” Alva menganggguk. Shera membuka selembar kertas bertulisan tangan Alva berisi list tempat dan kegiatan bulan madu sesuai keinginan sang calon istri. Shera me- ngernyit membaca tulisan di kertas itu. Serius nih list-nya?! 1. Bali: kemping di pantai, main water sport 2. Bandung: berkuda di kebun teh dan hutan cemara + romantic picnic 3. Singapore: romantic dinner, Universal Studio, Singapore Flyer 2 pustaka-indo.blogspot.com

Shera menatap Alva. ”Ini aja list-nya?” Alva mengangguk. ”Iya... Intinya sih itu. Masih kurang detail ya, Sher? Sebenarnya sih detailnya lumayan ba- nyak, tapi... mmm... cuma hal-hal kecil di seputaran Jakarta atau Bandung, dan kayaknya nggak perlu terlalu di-arrange. Bisa aku kerjain sendiri,” katanya tenang. Shera menggeleng cepat. ”Nggak, bukan. Bukan kurang detail. Malah ini detail banget, dan... mmm... ix. Biasanya klien cuma bilang mau beberapa hari di Bali, terus ke beberapa tempat, terus pindah ke Lombok atau ke tempat lain. Habis itu aku bisa kasih saran. Jadi, di Bali dan Singapura kalian cuma mau ke tempat-tempat ini aja?” Alva mengangguk. ”Mm... iya, Sher. Menurut dia— Keisha, namanya Keisha,” Alva menyebut nama tunang- annya dengan syahdu. ”Menurut Keisha begitu. Di Bali, dia mau melakukan itu aja. Memang tujuannya standar, tapi justru itu alasanku minta bantuan kamu. Kamu bisa kan bikin yang standar jadi istimewa? Semuanya nggak harus langsung dalam satu trip kok. Kalau misalnya ke Bali dulu, terus ke Jakarta lagi untuk istirahat dulu, terus pergi lagi, nggak masalah.Yang penting aku minta tolong kamu supaya semua yang simple ini kamu bikin berkesan untuk dijadikan bulan madu.” ”Oh gitu? Tapi itu ide bagus sih. Soalnya, tempat- tempat ini kalau dijalanin sekaligus capek juga,” komentar Shera, masih bingung dengan list yang dipegangnya. Semua tempat tujuannya sih bagus, biarpun agak stan- dar. Hanya saja rutenya agak nggak lazim. Shera pikir, 3 pustaka-indo.blogspot.com

untuk seorang animator sukses kayak Alva, dia bakal ambil paket Eropa, atau paling nggak Hongkong deh. ”Nggak mau ngambil paket Eropa atau Hongkong, Al? Singapura kan deket banget. Ke Bali atau Bandung kan bisa kapan aja. Itu saranku sih.” Alva tersenyum. ”Sebenernya Keisha sudah sering ke Singapura, tapi...” Mata Shera membulat. ”Nah, ya sudah, Eropa aja. Aku punya offer murah banget, Al,” potong Shera. Alva menghela napas. ”Tapi Keisha nggak bisa pergi jauh-jauh dan lama...,” sambungnya. Bibir Shera membulat. ”Oooh… kasus kayak gini emang sering sih. Klienku pengin tur yang lama, tapi dua-duanya atau salah satunya sibuk dan nggak ada waktu.” Shera teringat salah satu kliennya yang memutus- kan untuk mencari waktu lain untuk honeymoon mereka ke Eropa karena istrinya cuma dapat cuti menikah empat hari. Alva tersenyum. ”Tapi semua yang ada di list ini bakal bikin Keisha seneng kok. Aku yakin. Karena list ini dia sendiri yang buat,” tukas Alva cepat. ”Tapi ya itu tadi, Sher, tolong dikemas seindah mungkin ya. Supaya bagus kalau difoto detail-detailnya.” Suara Alva terdengar serius dan penuh cinta—cinta untuk Keisha yang membuat Alva melakukan hal seromantis ini. Romantis banget lebih tepatnya. Karena seingat Shera, di antara klien-kliannya selama ini, cuma Alva yang menyiapkan kejutan bulan madu sekaligus mau menyurvei sendiri. 4 pustaka-indo.blogspot.com

”Sher... bisa, kan?” Lamunan Shera buyar. ”Oh, bisa, Al. Honeymoon Express kan your honeymoon specialist,” canda Shera garing, menyebut moto kantornya. ”Oh ya. Ini, yang berkuda di kebun teh dan hutan cemara, kamu tahu kan lokasinya?” Shera mengernyit. ”Hmmm... belum tahu pasti sih, Al. Tapi tenang, timku bisa nyari infonya. Santai aja.” ”Aku tahu tempatnya kok. Soalnya aku pernah coba. Gara-gara aku cerita soal itu, Keisha pengin nyobain juga. Tapi aku belum kesampaian ngajak dia.” Tatapan Alva menerawang. ”Oh gitu? Di mana, Al? Biar timku bisa langsung cari infonya.” ”Di daerah Lembang. Ada tempat wisata ala co­boy. Mereka punya paket untuk trekking berkuda lewat kebun teh dan hutan cemara. Bagus banget! Kalau ambil paket full, dapat makan siang di sela-sela perjalanan. Memang kayak piknik gitu. Gelar tikar dan makan nasi liwet.” Bahkan saat mengucapkan kalimat sepanjang itu, intonasi Alva tetap tenang dan terjaga. Kebalikan dari Shera, se- tiap kalimat yang keluar dari mulutnya selalu penuh se- mangat meledak-ledak. Shera paling susah mengontrol emosi. Dia kelewat spontan dan blakblakan, apalagi dia sering panik kalau ada yang nggak beres atau melenceng dari rencana. Shera mengangguk. ”Sip! Kalau gitu, poin yang ini kita anggap aja beres.” Shera tersenyum lebar. Tangannya 5 pustaka-indo.blogspot.com

dengan cekatan menulis catatan kecil di samping poin yang dimaksud tadi. ”Poin-poin yang lainnya akan segera beres. Akan langsung aku kerjain kok. Tenang ajaaa.” Shera tersenyum ceria. Jantung Shera nyaris melompat keluar ketika tiba-tiba Alva meraih tangannya yang sedang melipat kertas, lalu menggenggamnya pelan. ”Makasih banyak ya, Sher. Aku yakin aku nggak salah pilih kamu dan Honeymoon Express.” Shera setengah mati menahan senyum supaya nggak terlihat meringis, sekaligus berdoa semoga suara jantung- nya nggak sampai terdengar Alva. Sikap kalem Alva memang juara. Sementara Shera kelojotan karena deg- degan, Alva bisa tetap kalem dan bersahaja, padahal ta- ngannya menggenggam tangan Shera. Apa memang karena buat Alva ini biasa aja ya? ”I-iya, sama-sama, Al. Tenang aja. This is my job kok.” Shera mengerti sih Alva menggenggam tangannya sebagai tanda persahabatan dan ucapan terima kasih. Karena toh mereka teman lama. Tapi tetap aja, perasaan Shera yang ternyata belum selesai sampai sekarang ini, selalu menjadi liar kalau Alva melakukan sesuatu yang berpotensi bikin Shera deg-degan. Shera menghela napas bercampur iri. Alangkah ber- untungnya wanita bernama Keisha itu.  pustaka-indo.blogspot.com

Wanti-Wanti Yulia ”Jangan coba-coba.” Suara Yulia terdengar tajam dengan tatapan yang tak kalah tajam. Persis pembawa acara infotainment investigasi yang kebanyakan mengorek skandal perselingkuhan selebriti. Rasanya cocok banget kalau sehabis kalimat tadi Yulia bilang, ”Apakaaah... She- raina Marissa akaaan terjebaaak dalaaam perasaan berba- haya ini?” dengan gaya khas presenter infotainment, bibir mencong-mencong dan mata mendelik-delik heboh. Shera mematikan laptop, lalu duduk di samping Yulia yang sejak tadi asyik membongkar koleksi majalah traveling di sofa ruangan Shera. ”Jangan coba-coba apaan sih?”  pustaka-indo.blogspot.com

”Kalau nggak bisa profesional mendingan lo kasih aja si Alva ke staf lo, Sher.” Shera mendelik. ”Maksudnya, jangan gue yang na- nganin? Nyesel deh gue cerita sama lo tadi. Yul, deg-deg- an gue itu cuma lucu-lucuan. Jangan serius gitu dong.” Huh, kalau tahu bakalan kena omel, Shera nggak mau deh cerita jujur ke Yulia. Padahal kan Shera cerita karena menganggap Yulia sebagai sahabatnya yang paling leng- ket, jadi Yulia bisa diajak ngobrol seru. Ternyata reaksi Yulia sama sekali nggak asyik. Pluk! Yulia menutup majalah di pangkuannya lalu menatap Shera. ”Anak bandel banget sih lo. Denger ya, Sher, lucu-lucuan itu kalau lo baru kenal Alva dan tiba- tiba deg-degan nggak jelas, tapi lo sama Alva itu beda. Lo beneran punya perasaan buat dia. Kalau sekarang lo masih deg-degan juga, artinya perasaan lo itu masih ada, padahal udah bertahun-tahun lo pendam. Perasaan model kayak gitu yang lebih bahaya. Dia itu klien lo, Sher. Sudah mau kawin pula. Jangan main-main! Lo inget kan gimana bencinya lo sama Monna?” Bibir Shera berubah cemberut. ”Yulia, ih! Lo kenapa jadi nyeremin gitu sih? Masa deg-degan aja nggak boleh. Lagian, gue nggak mungkin kayak Monna. Gue nggak akan pernah merusak hubungan orang.” Shera menjepit rambut panjangnya ke atas. Mendadak pembahasan ini bikin gerah. Shera jadi merasa dihakimi. Yulia menghela napas pelan. ”Gue serius, Sher. Denger ya, mungkin lo sempet mikir pertemuan lo sama Alva  pustaka-indo.blogspot.com

setelah sekian lama itu karena kalian berjodoh. Tapi faktanya, dia udah punya calon istri. Sekarang lo harus berpikir sebaliknya, Sher. Mungkin kalian ketemu justru karena kalian nggak berjodoh. Jadi, mulai sekarang, bersikap profesional yang bener deh. PDKT sama Eldi yang serius.” Dahi Shera berkerut. ”Filosoi lo aneh amat. Di mana- mana itu, kalau jodoh, Tuhan pasti mempertemukan lagi. Bukannya malah kalau NGGAK jodoh yang dipertemukan lagi.” ”Kuno,” Yulia bersungut-sungut. ”Nggak harus selalu kayak gitu. Semua hal itu ada dua sisi. Memang umumnya kalau berjodoh, maka akan ketemu lagi, tapi nggak selalu kayak gitu. Contohnya, lo sama Alva. Tuhan memper- temukan kalian justru untuk ngasih tahu lo bahwa dia bukan jodoh lo. Forget it! Tuhan mempertemukan kalian supaya lo lihat bahwa Alva udah punya kehidupan lain, dan sekarang saatnya lo move on dan melupakan dia. Karena mungkin secara nggak sadar lo masih mengharap- kan Alva selama bertahun-tahun ini, sampe Tuhan me- rasa harus turun tangan supaya lo bisa move on. Kasian banget lo, Sher.” Yulia tertawa resek setelah berpidato sangat serius. ”Sialan lo!” Shera menepak bahu Yulia, keki. ”Gue nggak se-desperate itu sampe Tuhan harus turun ta- ngan.” Yulia cekikikan. Tapi lima detik kemudian cekikikannya berhenti dan menatap Shera lagi. ”Pokoknya gue serius, 9 pustaka-indo.blogspot.com

Sher. Lo harus hati-hati. Gue nggak mau lo main-main sama perasaan. Perasaan itu bukan untuk lucu-lucuan, Sher. Jangan sampe lo keterusan dan semuanya jadi nggak lucu lagi. Mending lo tentuin sikap dari sekarang.” Serius banget sih, si Yulia! Shera jadi merasa habis selingkuh. ”Yul, please dong. Gue cuma lucu-lucuan. Suwer! Lo kan tahu gue paling anti sama perempuan pengganggu hubungan orang lain. Nggak mungkinlah gue jadi cewek macam itu, Yul. Lagian, kalaupun deg-degan gue jadi serius, yang penting kan Alva nggak tahu. Memangnya dia bisa baca pikiran gue? Ibaratnya, kalau gue mikir mau ciumin dia dua hari dua malam, dia nggak bakalan tahu, kan?” Yulia geleng-geleng. ”Yakin?” ”Yakin! Gue kan nggak bakal ngasih tahu Alva soal perasaan gue. Kecuali kalau speaker di dada gue jebol sam- pe omongan di dalam hati bisa kedengaran keluar kayak di sinetron-sinetron.” Yulia tersenyum ganjil. ”Kenapa senyum lo aneh begitu? Lo senyum apa mules gara-gara diare?” ”Lo pernah nggak, tiba-tiba menoleh karena merasa ada yang ngeliatin lo?” tanya Yulia, asal. ”Ya pernah lah! Lo ngapain ngomong begituan? Semua orang kalau diliatin kan pasti ngerasa.” Yulia menjetikkan jari. ”Exactly!” ”Exactly apaan?” 0 pustaka-indo.blogspot.com

”Itu namanya getaran sinyal, Sher. Itu karena kita satu spesies. Kita ada di frekuensi yang sama,” Yulia meracau makin nggak jelas. ”Ini kita lagi ngomongin apaan sih?” Yulia memutar bola mata. ”Ngomongin lo sama Alva! Lo manusia, Alva juga manusia. Bukan kambing, kan? Kalau cuma gara-gara diliatin aja, manusia bisa ngerasain, apalagi kalau ada yang deg-degan dan memendam perasaan buat kita! Tanpa lo bilang, lama-lama Alva juga bakal ngerasa. Karena sinyal yang paling kuat itu adalah perasaan. Manusia nggak perlu bisa melihat atau mende- ngar untuk punya perasaan. Makanya, orang buta atau tuli pun bisa jatuh cinta. Jangan anggap remeh, Sher. Ka- lau sampai Alva tahu perasaan lo, dan salah merespons... semuanya bakal kacau.” ”Maksudnya?” Shera merasa omongan Yulia mulai berpengaruh. ”Maksud gue, bagus kalau misalnya Alva tahu perasaan lo dan memutuskan untuk mengabaikannya, tapi gimana kalau Alva malah membalas perasaan lo? Lo bakal gima- na?” Shera tercekat. Yulia berdeham pelan, lalu lanjut bicara. ”Nggak ada yang lebih menyenangkan daripada perasaan yang dibalas setimpal saat kita jatuh cinta, Sher. Lo memang bilang lo paling anti jadi pengganggu hubungan orang, tapi satu hal yang lo harus ingat, Sher.... Nggak semua hal di dunia ini sesuai keinginan kita. Ada banyak hal yang kita laku- 1 pustaka-indo.blogspot.com

kan bukan atas kemauan kita, melainkan karena adanya kesempatan.” Yulia menatapnya dengan dingin. Sebagai cewek yang sedang menjalin hubungan serius, level keantian Yulia pada wanita penganggu hubungan orang jelas selevel lebih ekstrim daripada Shera. Lima detik Shera tertegun. Sialan! Omongan Yulia betul-betul tepat sasaran. Shera bukannya nggak pernah memikirkan kemungkinan itu, tapi toh dia merasa nggak perlu berpikir sampai sejauh itu. Alva sebentar lagi meni- kah, urusannya dan Alva hanya sebatas biro perjalanan dan klien. Setelah urusan honeymoon beres, Shera nggak perlu lagi sering-sering bertemu Alva. Apalagi, kalau Alva sudah jadi suami orang. Ketakutan Yulia berlebihan ah! ”Bener sih, tapi lo mikir kejauhan, Yul. Sebelum semua itu terjadi, Alva bakal jadi suami orang, punya rumah tangga, dan beranak-pinak. Dia pasti langsung sibuk sen- diri dan nggak bakal sering ketemu gue. Lagian, dia nggak ada tanda-tanda bakal macem-macem sama gue. Udah ah, jangan su’udzon! Gue bisa jaga diri.” Yulia mengangkat tangan. ”Yang penting gue udah ngingetin yaaa.... Kalau ada apa-apa, lo tanggung jawab sendiri.” ”Iyaaa, baweeel! Emang bakal ada apaan sih?” ”Ada udang di balik batu. Ada nyamuk di rumahku. Ada apa kek! Ada... cinta di tempat terlarang?” Shera mendelik, lalu ngakak. ”Iih, sumpah kayak judul ilm porno!” 2 pustaka-indo.blogspot.com

Yulia ngakak. ”Udah ah, susah nasehatin lo. Sekarang gue mau ngajak lo melakukan sesuatu yang pasti bakal bikin lo nurut aja.” Shera mencibir. ”Apa?” ”Nyalon!” Yulia nyengir lebar. Shera langsung menyambar tasnya. ”Berangkaaat!” * Gara2 si @Yuliajuly perut gue kekenyangan. Nyalon ya nyalon, makan ya makan. Jgn nyalon smbl makan >.< Shera menyelipkan gadget-nya ke balik selimut setelah meng-update status di Twitter. Sejak tadi Shera berusaha tidur, tapi nggak bisa-bisa, padahal sudah nyaris tengah malam dan besok pagi dia ada janji dengan klien. Rasanya dia nggak mengubah temperatur AC, tapi apartemennya terasa lebih dingin malam ini. Ini semua gara-gara Yulia! Pidato Yulia di kantornya tadi siang nggak bisa berhenti berdengung di telinga She- ra. Kenapa saat malam-malam sendirian begini dia jadi kepikiran sih? ”Nggak ada yang lebih menyenangkan daripada perasaan yang dibalas setimpal saat kita jatuh cinta, Sher. Lo memang bilang lo paling anti jadi pengganggu hubungan orang, tapi satu hal yang lo harus ingat, Sher... Nggak semua hal di dunia ini sesuai keinginan kita. Ada banyak hal yang kita lakukan bukan atas kemauan kita, melainkan karena adanya kesempatan.” 3 pustaka-indo.blogspot.com

Kalimat Yulia itu terus terngiang-ngiang di kepala She- ra. Masa sih bisa berkembang sampai seperti itu? Me- mangnya perasaan Shera segitunya buat Alva? Shera menatap ke luar jendela apartemen. Lampu jalanan dan mobil kelihatan semakin gemerlap karena ada lampu gedung dan reklame di mana-mana. Menyenangkan menatap Jakarta dari ketinggian dan tempat tenang kayak gini. Lampu dan keramaian di bawah jadi kelihatan indah. Kalau dia berada di dalam salah satu mobil yang berjuang di tengah lautan kemacetan, lain cerita. Di tengah kema- cetan, Shera sering iseng berdoa supaya mobilnya menda- dak berubah jadi tank. Nggak perlu macet, tinggal gilas! Drrrttt! Shera tersentak karena ponselnya tiba-tiba bergetar di balik selimut. Buru-buru Shera menyingkap selimut, mengecek layar ponsel. Mata Shera melebar dan nyaris tersedak. Alva. Malam-malam begini? Angkat, nggak, angkat, nggak, angkat, nggak... angkat... nggak. Shera membalikkan ponsel. Sebaiknya nggak deh. Dalam hati dia kepingin banget menjawab telepon Alva, penasaran kenapa Alva mengubunginya malam-ma- lam. Tapi kalau dia jawab telepon itu, sama aja dia mem- buktikan bahwa analisis Yulia tadi siang itu benar. Shera menghela napas. Ternyata dia baik-baik aja, meski nggak menjawab tele- pon Alva. Berarti dugaan Yulia salah besar. Kalaupun 4 pustaka-indo.blogspot.com

dalam waktu dekat dia akan pacaran dengan seseorang, kemungkinan pria itu adalah Eldi. Drrrt! Drrtt! Ponsel Shera bergetar lagi. Ada pesan Whatsapp masuk. Alvaro Radian. Baca Whatsapp nggak apa-apa dong? Shera membuka pesan Alva. Hi, Sher, udh tidur ya pasti? Aku telepon nggak diang- kat. Btw, klo kamu baca pesanku ini pagi-pagi mudah- mudahan sempet ya aku bikin janji buat ketemu kamu besok. Aku pengin ngobrolin kelanjutan paket bulan madu yang aku pesan. Soal rute, dll. Kabarin aku ya klo bsk lunch kamu ada waktu. Aku bisa ke kantor ato ke mana pun, terserah kamu aja. Oke deh, have a nice sleep, misalnya kamu baca pesanku ini pas kebangun mlm2. Or, good morning, misalnya kamu baca pesan ini pagi2. Shera mendekap ponselnya di dada, menatap langit- langit lalu senyum-senyum sendiri. Alva lucu deh… good nite or morning. Ada-ada aja deh. Ternyata Alva mengecek Twitter-nya, mungkin itu sebab- nya Alva menduga Shera masih terjaga selarut itu. Bisa sihhh cuma nggak sengaja lihat. Tapi kan tetap aja... berarti dia memperhatikan nama Shera di antara nama- nama lain yang memposting status malam ini. 5 pustaka-indo.blogspot.com

Ya ampun! Shera spontan terduduk. Yulia benar! Dia memang separah itu. Kalau nggak, kenapa dia jadi se- nyum-senyum sendiri dengan hati berbunga-bunga be- gini? Glek. Shera menelan ludah. Tenang, Shera, ini pasti cuma karena terpengaruh omongan Yulia. Lagian, teori Yulia soal sinyal manusia ke manusia lain itu kan cuma teori bikinan sendiri. Shera menarik selimut sampai menutupi kepala. Dia harus tidur cepat-cepat sebelum pikirannya melantur ke mana-mana.  pustaka-indo.blogspot.com

More About Me, More About You... In My Mind Betul-betul keren! Shera menatap sekeliling ruang restoran yang bernuansa tradisional modern di lantai empat sebuah gedung niaga di kawasan Kuningan. Din- dingnya dilukis karikatur khas Indonesia. ”Dinding itu beneran tim kamu yang desain?” Alva tersenyum, mengangguk. ”Iya. Gimana, suka nggak? Tim-ku nggak cuma terima job animasi, tapi de- sain mural semacam ini juga bisa. Ada di menu kami.” Shera mengacungkan jempol. ”Keren, Al!” ”Thank you. Jadi kalau ada yang butuh digambarin, hubungi saya ya, Bu Shera. Ini kartu nama saya.” Dengan gaya melawak, tapi tetap kalem dan sok resmi, Alva menyodorkan kartu nama.  pustaka-indo.blogspot.com

”Iya, pasti beres, Pak Alva. Tapi nanti akan ada komisi buat saya, kan?” Alva tertawa pelan. ”Tenang aja, Bu, nanti saya kasih komisi satu kali makan siang untuk setiap job. Biar makin sering ketemu Ibu, makin banyak dapet orderan. Ibu nggak usah khawatir.” Shera nggak bisa menahan tawa. ”Alva, udah ah. Ber- canda melulu. Aku nggak bisa lama-lama nih, Al. Masih ada janji lagi. Kita langsung bahas kerjaan aja ya?” Alva menepak dahi. ”Kenapa, Al?” Shera mengernyit bingung. ”Aku lupa aku tuh lagi ketemuan sama perempuan supersibuk. Pasti habis ini kamu mau ketemu klien di Meksiko, terus nyalon di Tibet, habis itu mau jajan bakso di Vietnam, kan?” ”Pffftt!” Shera menahan diri supaya minumannya nggak nyembur. ”Alvaaa! Masih inget aja omongan aku yang itu. Udah ah. Serius, serius. Terus ya, kamu kalau bercanda, coba ekspresi dan nada suaranya dilatih. Jangan kalem terus kayak sandal hanyut di kali!” Alva mengangkat tangan sambil masih terkekeh pelan. ”Oke, oke. Aku serius.” Alva mengusap-ngusap tangan- nya. ”So, gimana, Sher? Sudah ada planning untuk aku dan Keisha? Aku pengin bisa jalan sesegera mungkin.” Shera tertegun. Alva terdengar buru-buru. Ya wajar sih, mungkin dia pengin semuanya cepat ix supaya dia bisa tenang. ”Aku baru mau ngomong sama kamu soal itu. Yang paling simple dan dekat kan berkuda ke hutan  pustaka-indo.blogspot.com

cemara dan kebun teh itu. Aku udah kontak manajer ranch tempat wisata yang kamu maksud. Kamu udah bisa jalanin trip-nya segera. Aku udah siapin sesuatu, sesuai data yang kamu kasih ke aku soal kamu dan Keisha. Untuk tempat menginap, kamu tahu kan rumah kayu ala co­boy di dalam ranch itu?” Alva mengangguk. ”Rumah itu disewakan untuk vila. Tempatnya bagus dan tenang banget. Tematik juga. Pas banget buat honey- moon. Dan pas banget dengan kegiatan keseluruhan kon- sepnya.” Mata Alva melebar. ”Jadi bisa nginep di situ?” Shera mengangguk. ”Keren. Aku setuju banget. Aku malah nggak kepikiran untuk menginap di situ. Terus, Sher, untuk berangkat ke sana, aku sendiri ke sana dan semuanya sudah siap atau gimana?” Alva menggulung lengan kemeja dan mene- gakkan duduknya karena antusias. ”Biarpun perjalananmu ini full trip, tapi kan tetap berupa survei, kayaknya aku atau timku harus mengusa- hakan ikut untuk mengawasi langsung. Kalau ada yang kurang, kami bisa langsung tahu. Tapi kalau kamu mau pergi sendiri juga nggak apa-apa, aku bisa atur untuk—” ”Oh, nggak masalah, Sher. Aku malah seneng kalau kamu dan timmu juga ikut. Jadi aku ada temen. Aku juga butuh dibantu untuk dokumentasi.” Shera tersenyum. ”Oke. Jadi, kapan kamu mau ja- lan?” 9 pustaka-indo.blogspot.com

”Weekend ini, gimana?” Shera mengernyit serius. Wah, cepat banget. Sekarang sudah Kamis. ”Sebentar...” Shera membuka kalender di ponselnya. ”Hmmm... bisa sih, Al. Tapi kamu keberatan nggak kalau Sabtu-nya kamu berangkat ditemenin stafku dulu? Aku nyusul Sabtu malam, terus besoknya kita bisa langsung ke acara utama yang berkuda itu. Soalnya Sabtu siang aku ada acara. Aku udah arrange acara dinner untuk kalian, Al. Karena di situ tempat wisata, pas nyampe bisa makan siang di seputaran Lembang atau di lokasi wisata- nya aja. Ada food hall-nya, kamu tahu, kan? Gimana?” Alva menimbang-nimbang, lalu mengangguk setuju. ”Oke, aku setuju. Yang penting pas acara inti dinner dan berkuda, kamu ada. Kalau Keisha tahu kamu o­ner Honey- moon Express yang ngerjain langsung semua ini, dia pasti senang.” Dada Shera berdesir. Keisha... you’re so lucky! Perempuan mana yang nggak bahagia kalau pasangannya melakukan hal semanis ini? Jadi, wajar kan kalau sekarang jantung Shera berdentam heboh saking terpesonanya? Bukan cuma karena Alva tampil keren dan dewasa, tapi juga semua yang ada dalam diri Alva membuatnya terpesona. Apa yang dia lakukan untuk Keisha sekarang, betul-betul bikin Shera lumer. ”She’s so lucky,” gumam Shera pelan. ”Kenapa, Sher?” Shera tersenyum, menggeleng pelan. ”Nggak pa-pa. Aku cuma bilang Keisha beruntung banget. Kamu itu 0 pustaka-indo.blogspot.com

romantisnya...” Shera membuat lingkaran dengan jempol dan telunjuk lalu mengecupnya sekilas ala koki mengo- mentari makanan, ”...perfecto.” Dia tersenyum kocak, supaya Alva nggak sempat melihat bahwa tadi Shera betul-betul terpesona. ”Hahaha... oh ya? Bukannya wajar-wajar aja ya?” ”Kamu itu memang pria romantis sejati. Kayak gini nih romantis yang bikin perempuan meleleh. Bukan yang lebay dan bikin malu kayak Raymen, sampe aku pengin operasi plastik biar nggak ada yang ngenalin.” Shera bergidik teringat kelakuan Raymen yang menggebu-gebu dan norak. Raymen itu tipe yang sanggup ikutan reality sho­ ajaib, berdiri di depan kantor orang sambil bawa- bawa poster Will you marry me? ”Cowok-cowok di Indo- nesia harus belajar sama kamu. Mungkin kamu bisa buka kursus, cara menggaet hati wanita.” Alva tertawa pelan. ”Nggak segitunya, Sher. Tiap orang kan beda-beda. Mungkin buat kamu apa yang aku lakuin sekarang ini romantis dan menyenangkan. Tapi ada lho orang-orang yang nggak suka hal-hal kayak gini.” ”Nggak. Rata-rata semua cewek tuh instingnya suka sama hal romantis. Biarpun levelnya nggak seekstrim aku sih. Jadi, kalau ada cewek yang nggak suka, mereka itu spesies langka banget. Dan kamu juga langka, Al. Di antara semua klienku, baru kamu yang melakukan ini. Aku, sebagai penyuka semua hal romantis, kagum sama kamu. Beneran.” 1 pustaka-indo.blogspot.com

Sebelah tangan Alva mengusap rambutnya lalu meng- acak pelan, nyerah berdebat sama Shera. ”Makasih yaaa pujiannya, Sher, tapi sebetulnya aku nggak berpikiran sejauh itu pengin jadi cowok romantis atau apa. Aku cuma berusaha melakukan apa yang bisa aku untuk bikin Keisha bahagia. Apalagi, aku sudah janji, dan janji harus ditepati. Betul nggak?” Sekilas mata Alva menerawang lagi. Selalu ada kilasan itu setiap Alva menyebut nama Kei- sha. Shera mengibaskan tangan pelan. ”Tuh, udah romantis, bisa pegang janji pula. Keisha benar-benar wanita berun- tung.” Alva tertawa geli. ”Jadi, Sher, ­eekend ini udah oke ya?” Shera mengangguk. ”Iya, kalau kamu memang udah setuju sama semua usulku tadi, berarti semuanya aman.” ”Aku nggak keberatan kok. Aku setuju.” Shera tersenyum puas. ”Sip deh. Kita berangkat ­eekend ini, Pak Alva. Senang bekerja sama dengan Anda.” Shera mengulurkan tangan. Alva menjabat tangan Shera sambil tersenyum lebar. ”Senang bekerja sama dengan Anda, Bu Shera.” Alva tertawa sambil menepuk-nepuk punggung tangan Shera, ringan. Tiba-tiba Alva dibuat terkejut waktu jantungnya ber- jengit saat tangannya menyentuh kulit punggung tangan Shera yang halus. Dia menahan napas. Apa-apaan sih jantungnya bereaksi seperti itu? Shera menahan napas. Ya ampun, tepukan akrab di 2 pustaka-indo.blogspot.com

punggung tangan Shera barusan pasti nggak bermaksud apa-apa. Ini cuma bahasa tubuh yang biasa buat sesama teman, apalagi teman lama. Tapi tepukan bersahabat itu langsung bikin penyakit deg-degan Shera kumat. Kali ini levelnya lebih dahsyat daripada sebelumnya. Sejak obrolannya dengan Yulia waktu itu, Shera merasa lebih sensitif menilai reaksi tubuhnya terhadap Alva. Intinya, semakin lama Alva semakin sering berkeliaran di pikiran Shera. Yulia nggak boleh sampai tahu. Bisa-bisa dia berkoar- koar histeris kayak nenek lampir. Shera cukup memendam ini sendirian. Cukup menikmati ini diam-diam. Toh Alva juga nggak tahu apa-apa. Nanti setelah semua urusan mereka selesai, Alva menikah, berbulan madu, baru deh dia ceritakan semuanya pada Yulia untuk membuktikan bahwa teorinya soal Shera dan Alva itu salah total. Eh, tunggu... omong-omong soal menikah. ”Eh, Al, memang tanggal pernikahan kamu kapan sih? Sudah heboh-heboh bulan madu, persiapan pernikahannya sudah beres belum?” Mungkin ini cuma perasaan Shera, tapi Alva tadi keli- hatan kaget dan nggak siap dengan pertanyaan Shera. Cuma sesaat, karena sedetik kemudian Alva tertawa san- tai. ”Pokoknya, kalau aku nikah, kamu pasti dapet un- dangan VIP-nya, Sher. Tenang aja.” Ini juga mungkin perasaan Shera aja. Biarpun Alva menjawab dengan sangat santai, tapi Shera merasa Alva memang nggak mau menjawab jelas kapan pernikahannya. 3 pustaka-indo.blogspot.com

Well, nggak masalah juga sih. Mungkin pernikahannya memang untuk kalangan terbatas atau keluarga dekat aja. Apa pun alasannya, Shera sulit mengabaikan begitu aja rasa kecewanya karena Alva nggak mau terbuka. Dia releks menggigit bibir diam-diam, mendadak gusar. Ka- cau nih. Kalau begini caranya dia harus mati-matian membuktikan bahwa omongan Yulia salah. Kalau cuma deg-degan, mungkin itu memang cuma lucu-lucuan, tapi kalau dia sampai kecewa karena Alva merahasiakan sesuatu—tanpa perlu dikasih tahu Yulia—Shera juga tahu bahwa tahap lucu-lucuannya harus dikontrol lagi. Jangan sampai meningkat jadi sesuatu yang berbahaya—dan nggak lucu lagi. 4 pustaka-indo.blogspot.com

I’m a Professional. A Deal is a Deal. Shera berlari-lari kecil di koridor rumah sakit. Tiba-tiba dia dapat telepon dari Dennis, pacar Yulia, yang panik meminta tolong Shera agar segera ke rumah sakit. Katanya, Yulia masuk UGD setelah jatuh dari tangga loteng di rumahnya. Dennis bilang dia lagi meeting, belum bisa ke rumah sakit dan Yulia harus segera dioperasi. Shera berlari makin panik. Apakah sahabatnya itu sam- pai gegar otak dan nggak sadarkan diri?! Gimana kalau Yulia koma? Gimana kalau kondisinya semakin gawat, lalu—? ”Sher! Tunggu!” Shera berbalik. Alva yang sudah se- lesai memarkir mobil berjalan cepat menghampiri She- ra. 5 pustaka-indo.blogspot.com

Shera ke sini diantar Alva karena Shera mendapat tele- pon dari Dennis saat dia sedang meeting dengan Alva. Mendengar Yulia kecelakaan, Alva langsung mena- warkan diri untuk mengantar. ”Ayo, Al! Aku takut Yulia kenapa-kenapa!” Shera mempercepat langkah. Dia harus segera melihat keadaan Yulia. ”Suster, UGD-nya di sebelah mana ya?” Shera mencegat seorang suster yang sedang sibuk mendorong kereta penuh nampan obat. ”Mbak lurus aja, nanti belok ke kanan. UGD-nya ada di lorong pertama.” ”Makasih, Sus....” Shera berlari lagi. Duh, dasar bodoh, sebelum ke rumah sakit tadi, seharusnya dia mengganti sepatunya dengan sandal jepit atau sepatu teplek! Sekarang dia kerepotan harus lari-lari pakai high heels. Kalau dia kesandung dan jumpalitan di koridor rumah sakit, bisa-bisa dia jadi pasien UGD ju- ga. Ah, tapi Claire di ilm Jurrasic World juga lari-lari dikejar dinosaurus pakai heels kok! Shera melangkah masuk ke ambang pintu UGD dan langsung disambut salah satu suster yang bertugas. ”Sus, anu… saya... saya mencari temen saya, namanya Yulia. Tadi katanya dia di UGD dan harus dioperasi. Dia di mana, Sus? Dia nggak apa-apa, kan? Apa keadaannya gawat? Dia bisa diselamatkan kan, Sus?!” ”Oi! Drama deh! Siniii!” Tiba-tiba suara cempreng Yulia bergema dari salah satu pojok UGD.  pustaka-indo.blogspot.com

Shera menoleh ke arah suara itu. Katanya tadi jatuh dan mau dioperasi. Kenapa masih ngember gitu?! Shera melangkah cepat ke arah Yulia yang tampak terbaring di salah satu kasur di pojokan. ”Kok lo masih teriak-teriak kayak orang utan sih? Katanya lo mau dioperasi? Emangnya lo kenapa sih? Oh, gue tahu… lo mau operasi otak ya? Baru sadar ya kalau otak lo melenceng?” Yulia mendelik keki. ”Sialan! Gue kecelakaan malah diledekin! Kejam banget. Eh, kok ada Alva?” Shera mengamati Yulia. ”Dia lagi meeting sama gue pas Dennis telepon. Sakit apanya sih?” ”Gue jatoh gara-gara ngambil jemuran. Si Warsih lagi pulang kampung. Kaki gue retaaakkk!” Shera mengernyit. ”Kaki retak kok bisa teriak-teriak? Muka lo juga nggak kayak kesakitan.” ”Gue dikasih pain killer, Saaayyy! Sher, please lo kasih tahu dokternya bahwa gue nggak mau dioperasi. Gue takuttt! Si Dennis ngotot banget bahwa gue harus mau operasi. Dia sih enak ngomong doang!” bisik Yulia dengan muka panik. ”Lho, gimana sih, Yul? Kalau emang kaki lo harus dioperasi, ya operasi lah. Lo mau sembuh nggak?” ”Kan banyak metode lain. Lo bawa gue cabut dari sini, ke tukang reparasi tulang alternatif aja deh. Katanya kan nggak pakai sakit. Cuma didoain sama dipegang-pegang, terus sembuh. Ya, ya, ya, please?” rengek Yulia. Shera melotot. ”Hah? Gila lo, Yul! Jangan aneh-aneh! Kalo di rumah sakit, udah jelas lo akan dibius. Nggak  pustaka-indo.blogspot.com

bakal terasa apa-apa. Di tempat kayak gitu, kalau meto- denya nggak beres, lo mau minta tanggung jawab ke siapa? Terus apa tadi lo bilang, dipegang-pegang? Lo minta gue bawa ke dukun mesum?!” Yulia merengut. ”Gue takut dibius, Sheraaa!” Sebetulnya Shera pengin cekikikan melihat Yulia merengek-rengek kayak anak kecil begini, tapi dia nggak tega juga. ”Udah deh, dokter ortopedi di sini yang terbaik kok. Lo pasrah aja, oke? Gue keluar dulu, mau ngisi formulir lo.” ”Sheraaa...” ”Udaaah... Nurut aja!” ”SHEEERRR!” Shera berbalik dan berjalan cepat meninggalkan Yulia sebelum sahabatnya itu mengeluarkan jurus-jurus yang bisa bikin Shera menuruti rengekannya. Sekarang Shera harus mengisi formulir persetujuan operasi di bagian adimistrasi. Shera baru kali ini ke rumah sakit yang ini. Setelah tadi pusing mencari UGD, sekarang dia pusing mencari bagian adimistrasi. ”Al, titip Yulia sebentar ya. Jangan sampe dia kabur,” pesan Shera sebelum benar- benar keluar ruangan. Alva meringis. ”Oke.” * ”Nih...” Alva menyodorkan sebotol jus yang dia beli di minimarket rumah sakit pada Shera.  pustaka-indo.blogspot.com

”Thank you.” Shera beruntung banget ada Alva. Dia mau menemani Shera menunggu Yulia dioperasi. Yulia sudah selesai operasi dan sekarang mereka sudah di ruang perawatan, menunggu Yulia sadar. Biarpun sebelumnya penuh drama nggak mau operasi dan minta dibawa ke dukun tulang, plus tangisan Yulia yang takut kalau dibius nggak bakal bangun lagi alias mati muda, akhirnya dia dibawa masuk. Itu pun setelah seorang dokter muda nan ganteng membujuknya dengan kalimat yang mendayu- dayu. Padahal, mau dokternya muda dan ganteng atau keriput dan sadis, yang namanya operasi ya tetap saja sakit. Kadang-kadang Yulia sering berubah jadi mendadak bego kalau berhadapan dengan manusia ganteng. Tok! Tok! Tok! Nggak lama setelah suara ketukan, pintu terbuka. Eldi masuk ke ruangan. ”Sher?” Shera buru-buru berdiri menyambut Eldi. ”Kirain nggak jadi ke sini....” Eldi tersenyum lebar. ”Tadi aku takut nggak sempat, soalnya lagi follo­ up klien. Tapi ternyata sempat. Apalagi tadi pas ngebatalin meeting kita sore ini suara kamu di telepon kedengaran panik banget. Terus, gimana Yulia?” Lalu mata Eldi sekilas menatap Alva penuh tanda ta- nya. ”Oh iya, kenalin El, ini Alva. Dia temen kuliahku dan Yulia. Sekarang dia jadi klien Honeymoon Express. Tadi kami lagi meeting, tahu-tahu Dennis telepon. Alva, ini Eldi... dia…” 9 pustaka-indo.blogspot.com

Eldi dengan cepat menjabat tangan Alva. ”Eldi, kantor Shera sama kantor gue rekanan. Kebetulan gue yang handle kantor Shera. Jadi yah... kami akrab juga.” ”Alvaro. Panggil aja Alva.” Alva nggak yakin dia salah lihat atau nggak, tapi rasanya dia melihat kilat kecewa di mata Shera waktu Eldi menyebutnya rekanan baru dan menyebut kata akrab belakangan, seperti hanya tambah- an. ”Oh ya, ini kartu nama gue. Siapa tahu kapan-kapan mau tur yang bukan bulan madu.” Eldi tiba-tiba me- nyodorkan kartu nama. Alva menerima kartu nama Eldi lalu mengeluarkan kartu namanya sendiri. ”Ini kartu nama gue, siapa tahu nanti butuh animator untuk iklan atau apa pun.” ”Aaaduh! Nggak mau operasssiii!” Suara meracau Yulia membubarkan acara pertukaran kartu nama. ”Eh, Yul.... Udah sadar? ” Shera buru-buru berdiri di sisi ranjang. Alva dan Eldi ikut-ikutan berdiri di bela- kangnya. Mata Yulia terbuka pelan-pelan. Tampangnya kayak habis pulang dugem dan mabuk berat. Matanya sembap, mengerjap-ngerjap berusaha mendapatkan pandangan yang jelas. ”Yul... ini angka berapa? Lo bisa liat gue nggak?” Shera mengangkat dua jari. Alva terkekeh. Shera melotot protes. ”Ngapain ketawa?” ”Sadis kamu. Yulia baru sadar, masih pusing, malah 90 pustaka-indo.blogspot.com

disuruh ngitung jari. Bisa pingsan lagi dia. Apalagi jari kamu kurus banget gitu, mana kelihatan.” ”Resek kamu ah! Yul... Yulia...” Mata Yulia terbuka penuh. ”Shera… gue nggak mau operasi. Pleaseee...,” rengek Yulia, ngaco. ”Lo sudah beres dioperasi, nenek! Lo lihat, kaki lo udah digips. Dan ternyata bius itu kurang kuat buat bikin lo tidur dan nggak bangun-bangun lagi.” Yulia mendelik. Lalu matanya melebar kaget melihat siapa yang berdiri di belakang Shera. ”Lho... kok ada Eldi?” Eldi tersenyum lebar mengangkat sebelah tangannya menyapa Yulia. ”Hai, Yul. Iya, tadi gue ditelepon Shera yang ngebatalin meeting dengan panik, gara-gara lo kritis. Jadi gue ke sini. Hahaha.” Yulia meringis. ”Thanks. Eh, Alva... thanks juga. Kirain udah pulang. Dari tadi di sini?” Alva mengangguk. ”No problem. Eh, Sher, Yulia kan sudah sadar, dan Dennis sebentar lagi datang, kan? Aku pamit duluan, nggak apa-apa? Ada meeting nih jam li- ma.” Shera releks melirik jam tangan. ”Ya ampun, emang- nya sempet? Ini udah jam lima kurang lima belas menit, Al. Duh, aku jadi nggak enak sama kamu. Kamu kenapa nggak bilang dari tadi sih? Kamu kan nggak perlu nemenin aku.” Tangan Alva menepuk punggung Shera pelan. ”Udaaah, santai aja. Ada tim lain yang bisa mulai meeting kok. Sudah ya, Yul, aku pamit duluan.” 91 pustaka-indo.blogspot.com

Yulia mengangguk. ”Eh, Sher...” Tahu-tahu langkah Alva berhenti di ambang pintu. ”Soal ­eekend ini, kamu berangkat ke Bandung naik apa? Aku kirim sopirku untuk jemput kamu lagi ke Jakarta ya?” ”Nggak perlu, Al. Tenang aja. Aku bisa pinjam si Nono, sopir kantor kok. Pulangnya aja aku nebeng kamu. Oke?” Alva mengangguk setuju. ”Sip kalau gitu. Bye.” ”Ada apa nih di Bandung? Kayaknya aku pingsan cuma beberapa jam, tapi rasanya kayak pingsan satu setengah abad. Kok aku merasa kelewatan banyak banget berita,” celetuk Yulia, menyindir, setelah Alva benar-benar per- gi. Duh! Shera baru ingat dia merahasiakan ini dari Yulia. Sekarang, mau nggak mau ketahuan deh. Bukannya Shera ada apa-apa sama Alva, tapi dia memutuskan untuk merahasiakan konsep perjalanan ini dari Yulia karena malas mendengar Yulia bawel dan resek. Lihat aja, baru aja sadar dari bius, Yulia sudah bisa nyeletuk kepo kayak begitu. ”Nggak, Yul, lo baru pingsan beberapa jam kok. Lo pikir lo itu semacam vampir yang tidur satu setengah abad dan tetap awet muda?” Shera berusaha mengalihkan topik. ”Iya nih, ada apa di Bandung?” Eldi ikut-ikutan nyam- ber, bikin Shera dan Yulia langsung terdiam. Shera tertawa garing. ”Ada kerjaan lah, El. Aku ­eekend 92 pustaka-indo.blogspot.com

ini ke Bandung sama Alva. Ngurusin bulan madunya dia.” ”Ooo… kirain apa.” Bibir Eldi membulat. ”Eh, Sher, kamu masih lama di sini? Yulia kan udah sadar, kamu mau pulang sama aku sekarang... atau..?” ”Shera, di sini dulu, please... Gue nggak mau sendirian. Yaaa?” Tiba-tiba Yulia merengek lebay. Shera tahu pasti Yulia sedang akting, tapi aktingnya cukup meyakinkan, sampai-sampai Eldi memutuskan untuk pulang duluan. ”Kenapa lo yang berangkat ke sana? Kenapa nggak staf-staf lo yang biasa nanganin ginian?” Efek obat bius tampaknya sudah hilang sama sekali. Yulia kembali segar, bawel, dan pemaksa. Begitu Eldi pergi, serangan interogasi Yulia langsung dimulai. ”Kan gue pegang proyeknya Alva. Gue nanganin semuanya A to Z, makanya gue harus kerjain langsung supaya perfect. Biasanya juga gitu, kan? Kalau ada perjalanan survei, selalu ada orang kantor yang ikut jalan. Apalagi dalam kasus ini, gue udah menyanggupi buat menangangi langsung.” Shera mulai risih sama topik ini. Dari tatapannya yang menyipit plus hidungnya yang berkerut-kerut kayak gitu, Shera tahu persis Yulia belum selesai dan bakal terus menyerang dia. Yulia mengangkat sebelah tangan. ”Kalau itu gue tahu. Soal lo menangani konsepnya, itu gue ngerti. Tapi tetep aja, kenapa harus lo yang berangkat survei ke sana? Kan 93 pustaka-indo.blogspot.com

bisa Ferdi atau Tyas? Biasanya juga mereka yang berang- kat. Lo kan banyak kerjaan di Jakarta. Lo kayaknya niat banget ya sama proyeknya Alva ini? Jangan-jangan lo akan nginep juga?” Tuh kan, tepat dugaan Shera! Di titik ini Shera sudah nggak bisa bohong. Dia mengangguk sekilas. ”Tapi kan beda tempaaat. Gue sekalian nengokin Ivy, sepupu gue yang baru lahiran,” kata Shera, setengah bergumam—Ivy melahirkannya juga sudah dari kapan tau; mungkin bayinya sekarang sudah mahasiswi. Nama Ivy muncul begitu aja karena mendadak Shera terintimidasi omongan Yulia dan merasa harus punya alasan lain pergi ke Ban- dung. ”Gue juga bawa si Ferdi atau salah satu staf yang bisa nemenin gue kok.” ”Sama aja.” ”Sama aja gimana? Gue kan sering keluar sama klien untuk urusan beginian. Alva sama kayak klien lain.” Kalau ini adegan komik atau ilm kartun, mungkin Yulia tiba-tiba mengeluarkan palu raksasa dan menggetok kepala Shera. Dia tampak gemas menatap Shera. ”Klien yang lain ya cuma klien. Tapi Alva kan sejak awal terhi- tung special case! Gue nggak bakal bawel gini kalau Alva bukan siapa-siapa. Lo tahu kan, Sher, gue cuma nggak mau terjadi apa-apa.” Kalau didebat terus, Yulia nggak bakal mungkin mau kalah, bisa-bisa Shera makin terpojok. Ini harus segera dituntaskan. ”Yul, I’m a professional. A deal is a deal. Te- nang aja, oke? Gue bisa profesional kok. Ini kan kerjaan 94 pustaka-indo.blogspot.com

gue. Lagian, Alva maunya kalau ada yang kurang langsung dieksekusi di lapangan. Dia sekalian bikin dokumentasi. Kalau gue nurunin staf, mereka tetep aja harus nanya gue dulu. Makanya, untuk menghemat biaya dan waktu, gue sekalian yang turun. Lagian, Alva itu bayar plus-plus, sekalian untuk perjalanan survei, jadi dia berhak dapat servis maksimal.” Yulia menghela napas. Sebetulnya dia masih khawatir dan belum puas. Tapi alasan yang tadi itu sangat masuk akal. ”Pokoknya hati-hati lah, Sher. Jangan pernah meremehkan yang namanya perasaan.” Cuma satu yang bisa Shera lakukan saat terjebak inte- rogasi Yulia, dia sok sibuk mengupas apel. Yulia betul- betul kayak nenek-nenek akhir-akhir ini. 95 pustaka-indo.blogspot.com

DAY I ! Professional? Of Course! Mungkin jalan tol arah Bandung sebaiknya dibikin dua tingkat, pasti sangat berguna di setiap ­eekend. Shera menghela napas putus asa melihat antrean panjang ken- daraan di depannya yang bergerak superduper lambat. Padahal ini bukan long ­eekend, masa macetnya kayak begini sih? ”No, kok macet banget ya? Biasanya kalau bukan long ­eekend nggak gini-gini amat.” Pak sopir kantor Shera itu mengintip dari kaca spion. ”Iya, nggak tahu nih, Bu. Mungkin ada perbaikan jalan atau kecelakaan. Di sini sering banget.” Shera melirik jam tangannya. Pukul 18.45. Pasti telat nih dia sampai ke lokasi. Shera janji untuk sampai ke 9 pustaka-indo.blogspot.com

Lembang tepat pada waktu dinner supaya bisa mengecek langsung dinner yang sudah di-setting. Kalau macetnya kayak gini sih, Shera pasti telat. ”Alva, kamu sudah di lokasi?” Shera mengirim pesan WhatsApp. Pending. Shera jadi teringat ungkapan yang mengatakan bahwa kesialan kadang datang nggak sendirian. Maksudnya, setelah terkena satu kesialan, akan menyusul kesialan lainnya. Seperti sekarang. Habis kena macet, jaringan provider kumat segala. Beberapa kali pesan Shera gagal terkirim ke Alva. Mendingan langsung ditelepon. Jurusan yang Anda panggil sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Kok nggak aktif sih? Shera mengulangi panggilannya ke nomor Alva. Jurusan yang Anda panggil sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Kayaknya HP Alva memang lagi nggak aktif. Coba Shera telepon Ferdi. Stafnya itu seharusnya bareng-ba- reng Alva sekarang. Jurusan yang Anda panggil sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Nggak aktif juga?! Kenapa semua HP nggak aktif sih?! Tapi HP Ferdi kan seharusnya selalu aktif! ”Bu, ini macetnya mungkin masih sekitar enam kilo- meter lagi,” kata Nono. ”Tahu dari mana, No?” Nono mengecilkan volume radio. ”Itu barusan penyiar 9 pustaka-indo.blogspot.com

di radio bilang ada kecelakaan di depan. Lepas dari situ kayaknya lancar lagi kok, Bu.” Saking konsentrasinya berusaha menghubungi Alva dan Ferdi, Shera sampai nggak ngeuh sama siaran radio. Gila! Jauh amat! Ini sih dia bakal telat total. Mudah- mudahan nggak ada masalah soal setting dinner-nya. Shera menarik napas dalam-dalam. Ferdi salah satu andalannya, seharusnya semua bisa beres di tangan Ferdi. Shera berusaha tenang. Nanti dia akan coba menghubungi mereka lagi. * ”Halo, Bu Shera...” ”Ferdi! HP kamu dari tadi kok mati? Saya dari tadi ngontak kamu, tapi nggak bisa. Kan saya sudah bilang, HP harus selalu ON!” berondong Shera, setengah histeris karena lega sekaligus emosi. Akhirnya HP Ferdi menja- wab panggilannya. Itu pun setelah dia masuk tol Ban- dung. ”Aduh, Bu. Maaf, tadi itu—” ”Dinner-nya gimana, Fer? Ada masalah? Pak Alva ma- na?” serbu Shera sama sekali nggak memberi kesempatan Ferdi untuk melontarkan alasan apa pun. Ferdi terdiam sesaat. ”Dinner-nya... saya... nggak tahu, Bu. Bukannya, Bu Shera di sana?” What?! Nyaris aja Shera releks berdiri di dalam mobil saking kagetnya. ”Nggak tahu? Kok bisa nggak tahu?! 9 pustaka-indo.blogspot.com


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook