Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Pengantar Asuransi Syariah

Pengantar Asuransi Syariah

Published by JAHARUDDIN, 2022-02-13 01:41:13

Description: Pengantar Asuransi Syariah

Keywords: asuransi syariah

Search

Read the Text Version

Nurul lchsan Hasan, MA. Referensi s--F-qgl$ae9lqa p gngantar SAS\\lU{RNlSffIi eS\"@d$s@*{s

MANurultchsa lts. lefugri Pcngantar Buku ini mengupas tentang bagaimana asuransi ASURANSI yang berkembang sekarang ini dapat SYARTAH disesuaikan dengan konsep dan ajaran yang ada rl,@@Ld, dalam lslam. Asuransi dan perbankan merupakan produk dunia modern, keduanya belum ada ketika lslam lahir, oleh karena itu dengan munculnya asuransi dan perbankan perlu dikaji lebih dalam bagaimana lslam memandang hukum dan ketentuannya. Hasil kajian berbagai kalangan, baik ekonom, ulama maupun cendekiawan muslim abad modern ini melahirkan asuransi takaful yaitu sistem asuransi secara lslam yang berdasarkan kepada prinsip yang menggabungkan usaha mencari keuntungan yang halal melalui sistem al-mudhorabah dan niat untuk beramal melalui sumbangan (derma) dengan sistem tabarru' untuk membantu peserta asuransi yang mengalami musibah kematian atau kerugian harta benda. Ditinjau dari sudut kontrak maka asuransi takaful merupakan suatu perjanjian komersial yang sesuai dengan hukum lslam karena adanya akad mudharabah. Selain itu sebagai bentuk asuansi dilakukan melalui akad tabarru'. Kontrak ini juga dibuat berdasarkan kesepakatan bersama antara peserta dan perusahaan asuransi takaful yang tertulis secara jelas tanpa ada unsur gharar, maisir alaupun riba yang diharamkan di dalamnya. Buku ini menjelaskan lebih jauh mengenai kedua konsep tersebut yaitu konsep tabarru' sebagai jaminan perlindungan peserta dan mudharabah sebagai keuntungan bagi hasil buat peserta. Dengan diaplikasikannya kedua sistem ini diharapkan asuransi takaful dapat berjalan sesuai dengan syariat dan pada akhirnya akan dapat memberikan modal besar buat perusahaan asuransi untuk bergerak dan mengelola uang masyarakat dan menjadikannya sebagai dana bagi penanaman modal yang nantinya akan diinvestasikan pada perusahaan-perusahaan industri yang terpilih demi kesejahteraan dan kemajuan ekonomi bangsa. Dan Allah SWT lah yang lebih mengetahui. rsBN 978-979-9152-41-1 il, lllr lr [il I llllr ilt ttll

PENGANTAR ASURANSI SYARIAH Penulis: Nurul Ichsan Hasan, MA Editor: Saiful Ibad, M.Ag. Layout Isi: Yusuf Soepriatna Desain Cover: KULTUR6 Cetakan: Pertama, Oktober 2014 Ufu. l4,5x2l Clr.---x+262 Hlmn. ISBN : 978-979-9152-41-r Diterbitkan Oleh: Referensi (Gaung Persada Press Group) Komplek Megamall BIokB22,25 U CIs Ciputat - Jakarta Telp./Falis. (021)747 07 560, Hp.0815 10020395 Email: referensi-jktpyahoo.co.id @ Hak Cipta Dilindungi Undang-undang (AlI Right Reserued)

I Satan dan kritik tetap kami terus harapkan untuk perbaikan buku ini terimakasih kepada penerbit Referensi (Gaung Persada press Group) Jakana yzflg bersedia untuk menetbitkan dan menyalurkan buku ini, begitu iuga kami ucapkan kepada semua pihak sehingga buku ini bisa disebaduaskan' 'Wassalamu'alaikum Wr \\Mb. Penulis Nurul Ichsan flasan, M.A lv

DAFTAR ISI I(ATA PENGANTAR iii DAIiIAII ISI........... v PENDAHULUAN....... BAB I TAI!{FUL A. Pendahuluan B. Sejarah Pembentukan Ti*aful I Is1am......... C. Jaminan sosial dalam asuransi takafu1....... 2 D. Pendirian perusahaan 6 E. Definisi Thkaful F. Konsep, Prinsip, FalsafahTakaful...... II G. Kesimpulan 17 33 BAB II TAI(AFUL DAI{ ASURANSI KON\\IENSIONAL.... 35 A. Pendahuluan 35 B. DefinisiAsuransi.... C. Tirjuan dan Kepentingan fuuransi ................... 40 .D. Pandangan UlamaTentang Asuransi Konvensional........... 43 E. Perbedaan Antara Thkaful Dengan Asuransi Konvensional............... 49 F. Kesimpulan 5l BAB III 53 ALMUDHARABATI DAI.AM TAKAFI.JL 53 54 A. Pendahuluan............... B. Definisi Mudharabah

C. Konsep Mudharabah Dalam Is1am......... 55 D. Kedudukan Mudharabah Dalam Takaful 59 E. Efek Implementasi Mudharabah Dalam Asuransi Takaful\" 65 68 F. Kesimpulan BAB IV 69 69 TABARRU' DALAM TAKAFUL 69 72 A. Pendahuluan............... 77 B. Definisi Thbarru' 79 C. Konsep Thbarru Dalam Is1am......... 9r D. KedudukanThbarru DalamThkaful E. Efek Implementasi Thbarru dalam fuuransi Takaful F. Kesimpulan BAB V 93 93 RUANG LINGKUP ASURANSI ............... 93 96 A. Pendahuluan............... 98 B. Definisi dan Unsur Asuransi 99 C. Risiko dan KetidakPastian 101 D. Manfaat Asuransi.. E. Prinsip PrinsiP Asuransi.... t22 F. Ruang LingkuP fuuransi.... G. Kesimpulan BAB VI r24 JENIS USAIIA ASURANSI... 124 A. Pendahuluan t25 B. Jenis Us$a Asuransi.... 134 C. Jenis Usaha Asuransi Syariah...... 176 D. Kesimpulan vl

BAB VII J. PERATURAN PERASURANSIAN DI INDONESIA........... 17 8 A. Pendahuluan 178 B. Peraturan Asuransi.... t79 C. Fawa MUI......... 186 D. Kesimpulan 198 BAB VIII ASURANSI SYARIAH : EKSISTENSI, AI'IALIS$ SS(OI PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANIGAI{NYA DI INDONESIA............. A. Pendahuluan 2OO B. pSeekilnasdLairtaiar Bnelakang..........'..... C. 200 D. Analsis S\\rOT...... E. Prospek..... 20t F. Strategi Pengembangan............ G. Kesimpulan 204 215 ' 243 248 251 DAFTAR PUsraKA................. 251 TENTANG PENULIS. 26t vlt

KATA PENGANTAR Sekalian puji bagi Allah, Rabbul ‘alamin, yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah kemudian memberikan padanya ilmu tentang bayan (pembeda) untuk hidup dan kehidupannya di muka bumi. Salawat serta salam atas jujungan baginda Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan kepada manusia melalui lisan beliau kitab suci Al-Quran mu’jizat yang hakiki yang memberikan keberkahan kepada seluruh alam semesta. Salawat serta salam juga bagi keluarga dan keturunan baginda, sahabat-sahabat, para pengikut sunnah Baginda serta kaum muslimin sekalian. Buku yang ada di hadapan saudara ini adalah buku edisi cetakan kedua dimana didalamnya terdapat banyak perbaikan dan penambahan dari cetakan yang pertama. Mudah-mudahan buku ini berguna bagi kita semua dalam melaksanakan hukum Allah SWT di dalam sendi kehidupan kita di muka bumi sampai ajal menjemput kita. Amiin

Saran dan kritik tetap kami terus harapkan untuk perbaikan buku ini terimakasih kepada penerbit yang bersedia untuk menerbitkan dan menyalurkan buku ini, begitu juga kami ucapkan kepada semua pihak sehingga cetakan kedua ini bisa disebarluaskan. Wassalamu ‘alaikum Wr Wb. Penulis Nurul Ichsan Hasan, M.A

PENDAHULUAN Umat Islam pada zaman sekarang ini semakin bersemangat untuk merealisasikan syari’at di dalam kehidupan mereka sehingga dapat sesuai dengan tuntutan al-Quran dan al-Sunnah. Mereka berusaha agar aktivitas-aktivitas yang dilakukan di dalam lingkungan masyarakat yang tidak sesuai dengan tuntutan agama itu dapat dijauhkan dari mereka dan kalau bisa dihapuskan dari kehidupan mereka. Oleh karenanya pada saat ini umat Islam sangat membutuhkan suatu sistem ekonomi yang dapat memenuhi kehendak umat Islam untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas ekonomi dan terhindar dari unsur-unsur yang dilarang oleh Islam. Banyak penelitian dan perbincangan yang telah dilakukan oleh para alim ulama dan cendikiawan muslim dalam bidang ekonomi Islam sehingga hasilnya pada saat sekarang ini telah bermunculan bank- bank yang berdasarkan kepada syariah di seluruh dunia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan umat Islam. Dalam masalah asuransi pula telah diwujudkan suatu sistem asuransi secara Islam oleh karena hampir semua urusan bank-bank Islam itu memerlukan jaminan perlindungan asuransi, selain itu kebutuhan masyarakat Islam pada zaman modern ini terhadap jasa perlindungan yang semakin meningkat. Konsep asuransi yang dapat sesuai dengan hukum Islam telah beberapa kali diteliti dan dipelajari secara mendalam oleh para pakar ekonomi dan para ulama yang paham mengenai hal asuransi. Hasilnya, muncul konsep takaful sebagai asuransi secara Islam dan didirikanlah beberapa perusahaan- perusahaan asuransi takaful di berbagai negara.

Sistem asuransi secara Islam ini berdasarkan kepada prinsip yang menggabungkan usaha mencari keuntungan yang halal melalui sistem al-mudharabah dan niat untuk beramal melalui sumbangan (derma) dengan sistem tabarru’ untuk membantu peserta asuransi yang mengalami musibah kematian atau kerugian harta benda. Ditinjau dari sudut kontrak maka takaful merupakan suatu perjanjian komersial yang sesuai dengan hukum Islam karena adanya akad mudharabah. Selain itu sebagai bentuk perjanjian jaminan perlindungan, tolong-menolong, bantu-membantu sesama peserta dilakukan melalui akad tabarru’. Kontrak ini juga dibuat berdasarkan kesepakatan bersama antara peserta dan perusahaan perniagaan takaful yang tertulis secara jelas tanpa ada unsur gharar, maisir ataupun riba yang diharamkan di dalamnya. Konsep Tabarru’ yaitu memberi hadiah, hibah, derma, sumbangan atau pemberian secara sukarela telah diaplikasikan dalam operasi perusahaan takaful dengan matlamat utama untuk menghapus segala hal yang dapat meragukan dalam kontrak takaful. Kaitannya dengan konsep takaful itu sendiri, tabarru’ ini bermakna seorang peserta takaful setuju untuk memberikan sebagian dari uang pembayaran skim takaful yang disertai sebagai tabrru’ (pemberian tanpa mengharap balasan atau gantian). Ini berarti bahwa peserta takaful tersebut telah bersedia untuk membayar sesuai kemampuan keuangan yang dimilikinya untuk menunaikan kewajiban menolong sesama anggota dan saling bertanggung jawab ke atas rekan rekan peserta lain yang tertimpa suatu musibah atau kerugian harta benda. Dapat dirumuskan bahwa konsep tabarru’ itu sebagai jaminan perlindungan peserta dan mudharabah sebagai keuntungan bagi hasil buat peserta. Dengan diaplikasikannya kedua sistem ini diharapkan

akan dapat memberikan modal besar buat perusahaan asuransi untuk bergerak dan mengelola uang masyarakat dan menjadikannya sebagai dana bagi penanaman modal yang nantinya akan diinvestasikan pada perusahaan-perusahaan industri yang terpilih melalui panel Dewan Pengawasan syariah. Adapun isi bab perbab buku ini adalah ulasan lebih jauh tentang apa yang dibincangkan diatas mengenai asuransi takaful sebagai sistem asuransi Islam disertai dengan penjelasan-penjelasan tentang konsep mudharabah dan tabarru’ secara teori maupun prakteknya di dalam mekanisme operasional perusahaan asuransi takaful. Selain itu diterangkan pula bagiamana keberadaan asuransi syariah di Indonesia baik secara konsep ruang lingkup, regulasi dan analisis SWOT terhadap perkembangannnya.

BAB I TAKAFUL A. Pendahuluan Asuransi adalah suau kesepakatan bersama antara anggota masyarakat untuk saling menjamin dan menanggung dengan cara mengumpulkan uang dan membuat sebuah tabungan dana keuangan bersama yang digunakan sebagai dana bantuan bagi seseorang yang ditimpa kesusahan. Hal ini dilakukan sebagai suatu usaha untuk menghadapi peristiwa yang mungkin akan terjadi yang menimpa seseorang dan membawa kepada kerugian. Di zaman modern ini, keperluan kepada asuransi makin meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional. Setiap individu yang membuka usaha perdagangan selalunya memerlukan perlindungan keselamatan dan jaminan kesejahteraan bagi usahanya. Dengan itu, perlindungan asuransi pada hari ini dianggap penting bagi keselamatan dan kesejahteraaan baik untuk perusahaan maupun individu. Pendirian perusahaan perusahaan asuransi juga telah memberikan sumbangan yang besar terhadap sektor ekonomi sebuah negara. Selain dapat memberikan bantuan keuangan kepada individu dan negara, perusahaan juga memberikan keuntungan dari investasi di perusahaan yang bergerak dalam pembangunan sektor sektor penting negara yang dikelola oleh swasta atau pemerintah. Oleh karena itu eksistensinya sangat diperlukan bagi pembangunan. Namun perusahaan asuransi dalam kegiatannya tidak dapat lepas dari hal hal yang dilarang oleh syariat Islam. Banyak para ulama yang berpendapat bahwa asuransi merupakan suatu akad yang

mengandung unsur riba, gharar, dan maisir serta banyak menimbulkan dampak dampak negatif yang timbul dalam masyarakat. Banyak kasus yang terjadi seperti seseorang membunuh atau merusakkan sesuatu miliknya sendiri atau orang lain dengan tujuan untuk memperoleh uang dari perusahaan asuransi. Oleh karenanya kajian kajian mengenai asuransi terus dilakukan untuk menjawab permasalahan ini yang pada akhirnya munculah konsep asuransi yang sesuai dengan hukum Islam sebagai hasil kajian itu. Pendirian perusahaan takaful adalah kesinambungan usaha para ulama dalam mewujudkan suatu institusi jaminan perlindungan terhadap diri dan harta yang sesuai dengan hukum Islam. Secara konsep, prinsip, dan falsafah takaful berlandaskan kepada ajaran ajaran Islam bersumber dari al-Quran dan al-Hadits. Takaful menjadi suatu sistem asuransi secara Islam yang mekanisme operasional kerjanya berdasarkan kepada apa yang dicita citakan para ulama yaitu suatu sistem perlindungan yang berlandaskan ajaran Islam untuk memberikan kesejahteraan dan perpaduan masyarakat demi mengharap keridhaan Allah SWT. B. Sejarah Pembentukan Takaful Umat Islam dewasa ini memerlukan suatu sistem perlindungan terhadap risiko yang mungkin menimpa diri, harta dan perusahaan yang dimiliki. Adapun asuransi konvensional sebagai suatu sistem perlindungan yang wujud sekarang ini masih berkait erat dengan unsur-unsur gharar, maisir dan riba yang dilarang oleh syariat Islam. Selain itu, kewujudan bank-bank Islam sebagai realisasi dari keinginan umat Islam dalam mengaplikasikan sistem keuangan Islam juga memerlukan sistem perlindungan asuransi yang mekanisme kerjanya mesti sejalan dengan syariat Islam. Memandangkan hal di atas, maka para ulama dan pakar ekonomi muslim telah membuat kajian-kajian yang mendalam

tentang bentuk perlindungan asuransi baik mengenai konsep, prinsip dan falsafah asuransi operasi perusahaan asuransi yang berlandaskan ajaran Islam bagi memenuhi keperluan kaum muslimin. Kajian-kajian dan pembicaraan-pembicaraan mengenai asuransi ini telah dilakukan oleh para ulama dan pakar ekonomi muslim dalam berbagai tulisan-tulisan dan perbincangan-perbincangan, diskusi, seminar-seminar bahkan dalam persidangan-persidangan internasional di seluruh dunia. Hingga saat ini boleh dikatakan asuransi konvensional masih terus menerus menjadi salah satu perbincangan yang paling kontroversi di kalangan kaum muslimin. Dalam kajian-kajian mengenai asuransi ini, banyak para ulama dan para cendekiawan memberikan pendapatnya, walaupun wujud perbedaan pemikiran dan pertentangan pendapat baik dari sudut prinsip-prinsip asuransi mahupun bentuk-bentuk organisasinya.1 Asuransi juga telah dibahas dalam beberapa persidangan Islam internasional yang dihadiri oleh hampir seluruh para ulama dan pakar-pakar ekonomi Islam di seluruh dunia, tetapi hasil putusan yang menguntungkan bagi asuransi konvensional ini tidaklah diberikan langsung karena rasa berat hati para ulama fiqh pada waktu itu. Asuransi konvensional ini kemudiannya dibincangkan kembali pada tahun 1965 dalam Islamic Research Congres yang diadakan di Kairo dan isu asuransi ini kembali dibahaskan di persidangan pada tahun 1969 yang dianjurkan di Kuala Lumpur.2 Pada tahun 1976 dalam Persidangan Ekonomi Internasional Pertama yang diselenggarakan di Makkah, diputuskan bahawa asuransi kovensional tidaklah mengamalkan maksud dan tujuan 1 Muhammad Nejatullah Siddiiqi, Muslim economic thinking, a survey of contemporary literature, The Islamic Foundation, United Kingdom, 1401H/1981, hlm.26. 2 ibid., hlm. 27

syariat yaitu saling bekerjasama dan persaudaraan. Selanjutnya persidangan ini menyeru untuk membentuk sebuah komiti yang terdiri dari para ulama syariat dan pakar ekonomi untuk menyediakan rancangan sebuah sistem asuransi yang bebas dari riba, judi, sebaliknya mengutamakan konsep saling bekerjasama yang selaras dengan syariat dan dapat menggantikan kedudukan nilai kemanfatan yang ada pada asuransi konvensional. Kaum muslimin di seluruh dunia kemudian memberikan tindakbalas menyahut seruan tersebut, seperti di India dan di Pakistan yang kemudiannya membentuk Majlis Tahqiq Syariat di Lucknow untuk menetapkan prinsip-prinsip asuransi secara Islam tersebut.3 Nadwat al-Ulama India sebelumnya telah membentuk komite yang bersidang pada 15 dan 16 Disember tahun 1965. Melalui keputusan persidangan jawatan kuasa ini, setelah mempertimbangkan pendapat-pendapat ulama yang telah dikemukakan dalam persidangan, mereka telah merumuskan bahawa dengan berpedomankan hukum Islam, asuransi melalui urusniaganya dan dalam apa juga bentuknya tidak dapat lepas dari elemen riba dan perjudian. Tetapi tidak dinafikan bahwa dalam Islam ada perintah mengenai perlindungan ke atas nyawa dan harta. Di kalangan umat Islam untuk melindungi nyawa dan harta memerlukan asuransi disebabkan keadaan terpaksa/darurat. Penentuan baik terpaksa atau tidak bergantung pada pandangan individu yang menghadapi bahaya tersebut. Sebelum individu itu memastikannya, perlulah dia merujuk kepada ulama dan disertai dengan kesedaran akan tanggung jawabnya terhadap Allah.4 Umat Islam di Sudan juga telah memberikan respon dan memperdebatkan masalah asuransi konvensional ini yang pada 3 ibid 4 Muhammad Muslehuddin, Insurance and Islamic law, Adam Publishers & Distributors, New Delhi, 1982, hlm. 153-165.

kemudiannya berhasil mendirikankan suatu organisasi khusus yang membincangkan masalah asuransi bagi memberikan pemecahan serta jalan keluar yang baik. Badan Perundingan Syariat Bank Islam Sudan yang didirikan itu selanjutnya menyatakan bahawa asuransi perniagaan adalah tidak boleh dari segi syariat tetapi asuransi kerja sama adalah boleh disisi syariat. Bahkan asuransi jenis ini merupakan suatu perkara yang digalakkan karena ia merupakan kerjasama dalam perkara-perkara kebajikan, dengan syarat mereka yang menyertai perusahaan itu adalah dengan kehendak sendiri dan dengan tujuan memberi pertolongan kepada mereka yang memerlukannya melalui perusahaan asuransi.5 Pada Disember 1985, The Islamic Fiqh Academy di bawah Organisasi Konfrensi Islam (OKI) pada saat membincangkan mengenai asuransi dan reasuransi (reinsurance) membuat keputusan bahawa kontrak asuransi komersial yang ada sekarang adalah dilarang agama (haram) dan alternatif asuransi yang sesuai dengan syariat Islam adalah asuransi yang diasaskan atas kerjasama yang berdasarkan sumbangan ikhlas dan saling membantu.6 Dengan keputusan persidangan ini maka kaum muslimin mesti mewujudkan dan mendirikan suatu perusahaan asuransi yang sesuai dan dapat memenuhi keperluan masyarakat Islam modern. Setelah begitu banyak diperkatakan mengenai asuransi secara Islam oleh ulama dan pakar-pakar asuransi, maka mereka mencoba membuat rumusan dan kesimpulan tentang apakah konsep-konsep Islam yang harus dijadikan asas falsafah asuransi secara Islam. Usulan yang diutarakan amat banyak, tetapi keseluruhannya tidak 5 Sobri Salamon, Konsep asuransi secara Islam, dalam Islam dan pembangunan negara, Penerbit UKM, Bangi, 1986, hlm. 149. 6 Mohd Fadzli Yusof, Pencapaian dan kejayaan institusi keuangan Islam rantau melayu, dalam Bangsa Melayu dan kejayaan ekonomi Islam serantau, INMID,Kuala Lumpur, 1997, hlm. 62.

lepas dari konsep takaful.7 Takaful kemudiannya dipakai sebagai nama untuk asuransi dan dipakai oleh perusahaan-perusahaan yang menjalankan perniagaan asuransi secara Islam, bahkan takaful ini menjadi lebih terkenal sebagai nama asuransi secara Islam ketimbang makna hakiki takaful itu sendiri. C. Jaminan Sosial Dalam Islam Sebenarnya, konsep tentang jaminan sosial atau perlindungan dalam masyarakat telah ada dalam ajaran Islam. Jaminan perlindungan sosial yang telah diamalkan dalam Islam itu secara umumnya dapat dibagikan kepada dua, yaitu:  Jaminan yang dilakukan oleh anggota masyarakat  Jaminan yang dilakukan oleh pemerintah. 1. Jaminan Oleh Anggota Masyarakat a. Sistem Al-caqilah Sistem ini diperkenalkan oleh baginda Rasulullah SAW setelah hijrah baginda ke Madinah dan kemudian baginda mempersaudarakan antara golongan muhajirin dan ansar. Sistem ini berasaskan kepada konsep tacawwun (saling bekerjasama) dan menjadi sistem ideal yang dapat menyelesaikan permasalahan masyarakat yang timbul di kemudian hari akibat dari pembunuhan/kehilangan nyawa, atau tercidera akibat tindakan tidak sengaja dari salah satu pihak ke atas pihak yang lain. Cara pelaksanaan sistem caqilah ini yaitu setiap anggota masyarkat setuju untuk mengadakan suatu tabung keuangan bersama yang dikenal dengan al-kanz yang dipungut setahun sekali dari kaum muhajirin dan ansar, 7 Sobri Salamon, Konsep asuransi secara Islam, dalam Islam dan pembangunan negara, hlm. 151.

tujuannya adalah utnuk memberi pertolongan kepada anggota masyarakat yang terlibat dengan kasus pembunuhan secara tidak sengaja dan juga untuk menebus tawanan perang.8 Mengikut Muhammad Hamidullah, sistem caqilah ini merupakan kosep tolong-menolong yang bertujuan memberi perlindungan orang-orang yang terlibat dalam masalah-masalah yang berhubung dengan tort dan kerosakan.9 Faedah yang paling ketara dari sistem asuransi ini ialah mereka yang melakukan pembunuhan secara tidak sengaja dapat diringankan bebannya melalui tabung ini. Sistem ini amatlah tepat dan memenuhi konsep umum al-Qur’an dan al- Sunnah berkenaan dengan perlindungan dan jaminan jiwa serta harta benda masyarakat.10 Sistem aqilah ini dapat disesuaikan dengan konsep perlindungan/keselamatan. Misalnya, badan badan umum atau badan umum milik negara dapat mengadakan sistem ini yang bertujuan untuk kebajikan, disamping mencari untung. Apabila terjadi musibah atas anggotanya maka badan ini bertanggungjawab membantunya, misalnya seorang supir taksi mengalami kecelakaan di jalan raya dan dia harus membayar ganti rugi atas korban yang ditabaraknya, sedangkan ganti rugi itu diluar kemampuannya. Dalam hal ini ia dapat meminta bantuan aqilah (persatuan sopir taksi) untuk membayar ganti rugi tersebut.Sekiranya tidak ada kecelakaan maka uang yang disimpan oleh anggota persatuan itu tetap menjadi milik 8Abu Muhammad ibnu Hisham cAbdi al-Malik bin Hisham al-Mucarif, al- Sirah al-nabawiyyah, Dar al-Fikr, Beirut, 1415H/1994, juzuk. 2, hlm. 121. 9Sobri Salamon, Konsep asuransi secara Islam, hlm. 150. 10Mustafa Haji Daud, Tamadun Islam, Utusan Publication & Dsitributors Sdn Bhd, Kuala Lumpur, 1991, hlm. 171.

anggota berkenaan dan akan dikembalikan apabila habis waktunya, jika sepakat ia juga dapat keuntungan daripadanya.11 b. Sistem Al-qasamah Sistem ini merupakan sistem yang digunakan untuk menyelesaikan masalah kesalahan pembunuhan yang dapat ditebus atau diselesaikan dengan cara sumpah sebanyak lima puluh kali oleh lima puluh orang. Lima puluh orang yang bertanggungjawab melakukan sumpah itu ialah yang dipilih dari kepala keluarga atau ketua kumpulan di dalam suatu kampung yang mana mereka bersumpah dan mengaku bahwa mereka tidak mengetahui siapakah yang melakukan pembunuhan itu. Setelah itu, mereka bertanggungjawab menentukan berapakah bayaran ganti rugi yang sepantasnya dibayar kepada keluarga si mati. Jumlah bayaran itu akan ditanggung oleh setiap anggota masyarakat secara sumbangan untuk diberikan kepada keluarga si mati. Sistem ini dilakukan sebagai pembayaran uang penebus ganti rugi buat seseorang yang terbunuh karena tidak diketahui pembunuhnya oleh keluarga yang terbunuh, ataupun tidak ada keterangan dan bukti yang cukup dari saksi-saksi yang boleh dipercayai, maka dikemukakan identifikasi pembunuhan itu secara sumpah lima puluh kali oleh lima puluh orang. Jika diketahui jelas maka si pembunuh itu dihukum, akan tetapi jika keluarga yang terbunuh itu memaafkannya dan mau menerima ganti rugi dengan bayaran tebusan, maka terselamatlah pembunuh itu dan ia wajib membayar tebusan.12 11Hailani Muji Tahir, Islam dan kedudukan asuransi nyawa, dalam kertas kerja Seminar Kewangan Islam, Persatuan Mahasiswa Ekonomi UKM, Bangi, 14- 15 Januari 1984, hlm. 12. 12Imam Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad al-Qurtubiy al-Andalusiy ibn Rushd, Bidayah al-mujtahid wa al-nihayah al-muqtasid, Misri Matbacah Ahmad Kamal, Qahirah, 1333H/1914, Juzuk. 2, hlm. 357-361.

c. Akad muwalah Yaitu akad perjanjian yang dibuat oleh seorang individu dengan individu lain yang tidak diketahui siapa keturunannya, yang mana individu pertama berjanji akan menjadi wali kepada yang kedua dan menanggung diat sekiranya orang kedua melakukan pidana pembunuhan secara tidak sengaja. Sebagai balasannya orang pertama itu boleh mempusakai harta orang kedua yang dilindungi itu sekiranya ia mati tanpa waris.13 Sistem muwalah ini merupakan suatu aqad yang paling menyamai sistem asuransi yang ada pada hari ini. Ini disebabkan aqad itu berlangsung di antara seorang individu dengan individu lain yang tidak diketahui asal-usul keturunannnya dan individu pertama telah melantik individu yang kedua itu sebagai wali atau pelindungnya. Apabila pelantikan itu dipersetujui, maka pihak kedua bertanggungjawab membayar ganti rugi apabila berlaku pembunuhan secara tidak sengaja, atau kehilangan harta benda.14 d. Akad kafalah atau dhaman Ialah kontrak jaminan dari seseorang terhadap seseorang yang lain, yang mana dalam hal ini pihak pertama menawarkan jasa untuk bertanggungjawab dalam memberi perlindungan kepada pihak kedua terhadap sesuatu perkara yang disetujui bersama. Kontrak ini juga dikenal dengan berbagai nama di antaranya hamalah, za’amah.15 Akad Ini adalah satu sistem 13Mustafa Ahmad Zarqa, caqd ta’min (al-Saukarah) wa Mauqif al-sharicah al- Islamiyah minhu, dalam Usbuc al-fiqh al-Islamiy wa mahrajan Ibn Taimiyah, al-Majlis al-ac la Li al-ricayah al-Qanun, wa al-Adab wa al-cUlum al-cIjtimaciyah, Damaskus, 16-21 Shawal 1380 H/1-6 April 1961, hlm. 383-384. 14Mustafa Haji Daud, Tamadun Islam, hlm. 172. 15Imam Abi al-Walid Muhammad bin Ahmad al-Qurtubiy al-Andalusiy ibnu Rushd, Bidayah al-mujtahid wa al-nihayah al-muqtasid, hlm. 247-250.

asuransi dalam Islam yang mempunyai beberapa nama yang bergantung kepada syarat-syarat tertentu. Sistem kafalah dan dhaman merupakan jaminan dari seseorang individu terhadap individu lain dimana pihak pertama menawarkan jasanya untuk bertanggungjawab memberi perlindungan kepada pihak kedua terhadap sesuatu perkara yang disetujui bersama.16 2. Jaminan oleh pemerintah Jaminan oleh pemerintah ini selain berupa zakat yang menjadi prasarana kepada jaminan sosial, khalifah sebagai ketua negara dalam hal ini wajib menjamin setiap rakyatnya mendapat hak dan taraf hidup yang layak. Harta-harta negara yang terkumpul dalam institusi keuangan baitul mal boleh digunakan untuk kegunaan umum, anggaran belanja negara dan pembangunan. Institusi- institusi kebajikan, baik yang diatur oleh pemerintah, individu atau swasta dapat dibentuk guna menjamin kesejahteraan rakyat dan perlindungan yang sewajarnya. Subsidi perbelanjaan boleh diambil dari baitul mal seandainya intitusi tersebut menghadapi kekurangan perbelanjaan. Dan sekiranya institusi ini mengalami kekurangan hasil negara untuk belanja pembangunan, khalifah boleh dengan persetujuan majlis syura mengenakan cukai tambahan.17 Konsep mengenai sistem jaminan sosial yang ada dalam Islam baik oleh masyarakat ataupun pemerintah menunjukkan bahwa konsep perlindungan sosial memang telah dijalankan oleh kaum muslimin sejak zaman Rasulullah SAW. Konsep ini juga dipakai para ulama dan pakar ekonomi Islam sebagai dalil untuk menjawab permasalahan asuransi konvensional dalam berbagai kajian-kajian dan pembicaraan-pembicaraan mengenai bentuk asuransi yang sejalan dengan syariat Islam di berbagai negara Islam. 16Mustafa Haji Daud, hlm. 172. 17Hailani Muji Tahir, Islam dan kedudukan asuransi nyawa, hlm. 14.

Kajian para ulama fiqh dan pakar ekonomi itu kemudiannya memberikan ide dan konsep mengenai sistem asuransi secara Islam yang dapat memberikan jaminan perlindungan terhadap risiko dan terbebas dari unsur riba, gharar, maisir yang dilarang agama. Hasil dari itu semua, lahirlah takaful dan kemudian didirikannya perusahaan-perusahaan asuransi secara Islam yang beroperasi sejalan dengan hukum Islam serta sesuai dengan keinginan kaum muslimin di seluruh dunia. D. Pendirian Perusahaan Asuransi Takaful Menurut sejarahnya, usaha asuransi konvensional mula-mula masuk ke negara-negara Islam di abad XIX sebagai akibat meningkatnya perdagangan dengan dunia barat. Eksport barang- barang dari dunia barat yang diasuransikan bagi menghadapi risiko kerusakan selama masa pengangkutan, walaupun hampir semua barang muatan itu dibawa dengan kapal-kapal milik orang-orang barat. Ini disebabkan para pengeksport barat juga merasa perlu mengasuransikan barang dagangan mereka semasa berada di pelabuhan negara Islam, maka pengimport dan saudagar Islam menyaksikan bahwa perusahaan asuransi barat mengirim badan petugas penyelidikan untuk memperkirakan jumlah uang premi. Baru selama tahun 1930–1940 terakhir ini usaha pengasuransi banyak tersebar di dunia Islam, karena sebelum tahun 1920-an hanya sejumlah kecil penduduk, termasuk para perantau yang mulai memperhatikan soal asuransi ini. Namun sekarang karena bertambahnya kegiatan usaha perusahaan-perusahaan mulai mencari perlindungan asuransi. Tidak satupun negara Islam yang melarang asuransi, namun masing-masing menghendaki agar setiap perusahaan asuransi menyesuaikan cara kerja dengan ketentuan hukum Islam.18 18Wilson, R., Bisnis menurut Islam, terj. J.T. Salim, Penerbit Internusa, Jakarta, 1988, hlm. 93-94.

Pada awal-awal pendirian takaful ini minat kaum muslimin sangatlah kurang ketimbang daripada pendirian bank-bank Islam, akan tetapi akhir-akhir ini keadaannya sudah makin berubah, minat kaum muslimin semakin bertambah dan pada tahun 1979 mulai didirikan perusahaan asuransi Islam di seluruh negara-negara Islam walaupun sangat terbatas jumlahnya. Pendirian kesemua asuransi takaful itu adalah melalui bantuan dan kemajuan bank-bank Islam itu.19 Perusahaan asuransi takaful yang pertama didirikan adalah Perusahaan Asuransi Islam Sudan pada tahun 1979, berawal dari perjalanan dan perkembangan perusahaan takaful ini maka berbagai usaha dan langkah susulan telah dibuat, khususnya oleh negara- negara Islam dan negara-negara di mana bilangan penduduknya yang beragama Islam agak besar untuk memperkenalkan perusahaan-perusahaan asuransi yang menawarkan usaha perniagaan asuransi secara Islam. 20 Selanjutnya pada awal tahun 1980-an, beberapa buah perusahaan asuransi secara Islam mulai didirikan termasuk juga yang beroperasi di negara-negara Eropa, diantaranya ialah perusahaan Asuransi Islam Arab yang didirikan pada tahun 1979 di Arab Saudi, pada tahun 1983 didirikan Takaful Islam Luxembourg oleh Dar al- Mal al-Islami (DMI) dan di negara Inggris yaitu Islamic Takaful Company (ITC), di kota London.21 Sekarang asuransi secara Islam ini di seluruh dunia telah berkembang sehingga berjumlah 59 perusahaan menurut data tahun 2000 yaitu dengan perincian sebagai berikut: 19ibid., hlm. 96-97. & 20Mohammad Fadzli Yusof, Takaful: sistem asuransi Islam, Publications Distributors Sdn. Bhd, Kuala Lumpur, 1996, hlm. 4. 21ibid., hlm. 5.

1. 29 perusahaan di negara-negara Arab Negara Nama Perusahaan Al salam Islamic takaful Co. Bahrain Bahrain Islamic Insurance Co. Bahrain Islamic Insurance and re-insurance Co. Bahrain Perusahaan Takaful al-Islamiyah Bahrain Takaful International Bahrain Islamic Insurance Co. Plc. Jordan International Company for Cooperative Kuwait Insurance Qatar Islamic Insurance Co. Qatar Al-Aman Cooperative Insurance (al-Rajihi) S. Arabia Global Islamic Insurance Co. S. Arabia/Bahrain International Islamic Insurance Co. S. Arabia/UEA Islamic Arab Insurance (Dallah al-Baraka S. Arabia Group) Islamic Arab Insurance Co. (IAIC) S. Arabia Islamic Corporation for Insurance of S. Arabia Investment and Export Credit Islamic Insurance and Reinsurance S. Arabia/Bahrain Co.(IIRCO) Islamic International Insurance (Salamat) S. Arabia/UEA Islamic takaful and Re-takaful Co. S.Arabia/Bahamas Islamic takaful and Re-takaful (Bahamas) Bahamas

Islamic Universal Insurance S. Arabia/Bahrain National Cooperative Ins Co. (NCCI) S. Arabia Takaful Islamic Asuransi Co. Bahrain S. Arabia/Bahrain Al-Baraka Insurance Co. Sudan Islamic Insurance Co. Sudan Sheikan Insurance Co. Sudan The National Re-insurance Company (Sudan) Sudan Ltd. Watania Co-operative insurance Co. Sudan BEIT Ladat Ettamine Tousi Saudi (Best Re) Tunisia Alliance Insurance UEA The Islamic Arab Insurance Co. UEA 2. 16 perusahaan di negara muslim non Arab Negara Nama Perusahaan Asuransi Islam TAIB Sdn Bhd (IITSB) Brunei Tabung Amanah Islam Brunei Takaful dan Re-Takaful Co. Brunei Takaful Ab Berhad Brunei Life Takaful (pte) Bangladesh General Takaful (pte) Bangladesh Perusahaan Takaful Indonesia Indonesia

PT. Asuransi Takaful Keluarga Indonesia PT. Asuransi Takaful Umum Indonesia PT. Perusahaan Takaful Indonesia Takaful Asuransi Indonesia Asian Re-Takaful international (L) Ltd Malaysia (ARIL) Asean Takaful Group (ATG) Malaysia Perusahaan Takaful Malaysia Bhd. (STMB) Malaysia Takaful National Sdn. Bhd. Malaysia Ihlas Sigorta AS. Turkey 3. 14 perusahaan di negara-negara non muslim Negara Nama Perusahaan Takaful Australia Australia Metropolitan Insurance Co. Ltd Ghana International Takaful Co. Luxembourg Takaful S.A (formerly Islamic Takaful Co) Luxembourg Sosar Al Amane (al baraka Group) Senegal Ampro Holding Singapore Pte Ltd Singapore Keppel Insurance Singapore Perusahaan Takaful Singapura Singapore Amana Srilanka (pte) Srilanka

Takaful T&T Trinidad Takaful UK LTd. United Kingdom UBK @ IIBU Manzil Progammes United Kingdom Failaka Investments, Inc. Amerika Serikat Takaful USA Management Services, LLC Amerika Serikat Di Asia, Malaysia adalah negara pertama yang merintis perniagaan asuransi secara Islam melalui pendirian Perusahaan Takaful Malaysia Sendirian Berhad yang mulai beroperasi pada bulan Agustus 1985. Pada bulan Mei 1993, Negara Brunei Darussalam telah mencontohi Malaysia dengan munculnya Takaful IBB Berhad. Indonesia pula mengikuti yang sama, dengan kerjasama teknikal dari Perusahaan Takaful Malaysia Sendirian Berhad, Perusahaan Takaful Indonesia telah mulai beroperasi di Indonesia pada bulan Agustus 1994.22 Dalam usaha untuk menyediakan perniagaan re-takaful (reasuransi) secara Islam, tiga buah perusahaan asuransi re-takaful atau reasuransi secara Islam kini telah beroperasi. Dua darinya menjalankan operasi melalui kantor pusat di Jeddah, yaitu Perusahaan Takaful dan Re-takaful Bahamas yang dididirikan pada tahun 1983 oleh Dar al-Mal al-Islami dan perusahaan asuransi dan Reasuransi (IIRCO) yang diperbadankan di Bahrain oleh kumpulan al-Barakah, pada tahun 1986. Sementara itu bagi menyediakan khidmat re-takaful khusus untuk negara-negara Islam yang pernah dijajah oleh Perancis di bagian Afrika Utara terdapat pula 22ibid., hlm. 4.

perusahaan Bait al-Tamwil yang beroperasi di Tunis, yang didirikan pada tahun 1986.23 E. Definisi Takaful 1. Segi Bahasa Takaful berasal dari akar kata kafala ( ‫ ) كفل‬yang artinya bermacam-macam yaitu: mendukung, memberi makan24. Takaful juga berarti saling membantu, menolong, menjamin, menanggung satu sama lain25. Dalam kitab Munjid takaful diartikan dengan kalimat : Takafalal qaum: Kaffala ba’duhum ba’dh ( ‫ كفل بعضهم بعض‬:‫) تكافل القوم‬ bermakna menyokong, memelihara, memberikan sedekah, memberikan perlindungan dan perhatian atas urusan seseorang.26 Selain itu dalam kitab Lisanul Arabi takaful diambil dari akar kata ‫ كفل‬yang bermakna rar’ul ‘ajzu atau alqathnu. ‫ كفل‬: ‫ ردف العجز‬: Menanggung kelemahan ‫ كفل‬: ‫ القطن‬: Sesuatu yang ada dibelakang manusia atau binatang (ekor).27 Dalam Kitab Mu’jam al Wasith, takaful berasal dari kata ‫كفل‬ 23ibid., hlm. 5. 24 Lane, E. W, An arabic-english lexicon, Librari Duliban, Beirut, 1968, Supplyment, hlm.30001. 25 Wehr, H. & Cowan, J. M, A dictionary of modern written Arabic, Spoken Language Service.Inc, New York, 1976, edisi. 3, hlm. 834. 26al-Munjid fi al-lughoh wa al-aclam, Dar al-Mashriq, Beirut, 1987, hlm. 691. 27 Ibn Manzur, Jamal al-Din Muhammad bin Mukarram al-Ansari. Lisan al- Arab. Beirut: Dar al-Ihya al-Turath al-Arabi, 1488H/1997. Juz 12, hlm.128

‫ كفل‬: menanggung hutang orang lain, menjamin.28 Dalam kamus Al-Maurid takaful berasal dari kata ‫كفل‬ yang berarti ‫ كفل‬: ‫ ضمن‬: memberi jaminan, menentukan, menetapkan, menjadi wali, menanggung bertanggungjawab. ‫ كفل‬: ‫ اعال‬: memberi dukungan, memelihara, menyediakan. ‫ كفل‬: ‫ ردف‬،‫ عجز‬punggung, buntut, terkemudian, belakang atau ekor.29 2. Segi Istilah Dari segi istilah, takaful sebenarnya memiliki makna yang luas, Ia bukan saja dikenal sebagai perusahaan asuransi syariah atau dipahami sebagai perkara yang hanya berkenaan dengan sedekah dan ihsan yang ditujukan kepada golingan miskin, akan tetapi arti takaful juga meliputi aspek aspek luas seperti pembinaan iman, pembinaan jiwa dan kepribadian daka kehidupan individu, keluarga dan masyarakat serta tanggungjawab satu sama lain untuk menolong, membantu, bekerjasama, menjamin hak dan kesejahteraan hidup bersama dalam seluruh aspek kehidupan muslimin. Hal ini dijelaskan oleh Abdullah Nasih Ulwan yang menyatakan bahwa konsep takaful dalam Islam bukan saja mengenai zakat dan sedekah akan tetapi juga meliputi, pemantapan iman, Islam, ihsan dalam diri dan masyarakat 28 Mustafa, Ibrahim., Abd al-Qadir, Hamid., al-Zayyat, Ahmad Hasan., al- Najjar, Muhammad Ali. t.th. al-Mu’jam al-wasith. Istambul: al-Maktabah al- Islamiyah. Hlm. 793 29 Munir Bacalbaki, al-Maurid, Dar al-cIlmi li al-Malayyin, Beirut, 1999, hlm. 897.

muslim, salah satu caranya ialah dengan pengelolaan dan pengaturan ekonomi. Hal ini mesti dilakukan oleh setiap individu dan pemerintah bersama-sama untuk mewujudkan suatu kebahagiaan. Konsep takaful dalam Islam yang terpenting juga adalah menyeru individu muslim supaya melaksanakan tanggungjawab memberi nafqah kepada diri sendiri, isteri dan anak-anaknya serta orang-orang terdekat yang berada dalam tanggungannya. Apabila tidak ditunaikan tanggung jawab ini maka akan mendapat balasan yang buruk dari Allah.30 Selain itu Abu Zahrah mendefinisikan takaful sebagai tanggungan antara individu-individu yang berada dalam masyarakat mereka, mereka saling menjamin antara satu dengan yang lain atau saling membantu dalam hal kebajikan.31 Dengan demikian takaful merupakan suatu tanggungjawab yang dipikul bersama antara kaum muslimin dan dalam hal ini ditujukan untuk menolong, membantu dan menjamin seorang muslim yang lain dalam hal-hal yang berkaitan dengan kebajikan. Takaful dari sudut pengertiannya mempunyai makna luas yang memberi penekanan kepada aspek saling bekerjasama (mutual cooperation), saling lindung-melindungi (mutual protection) dan saling bertanggungjawab (mutual responsibility) tanpa mengira baik itu bersifat individu maupun kelompok, sebagai pemerintah maupun yang diperintah, demi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.32 30Abdullah Nasih cUlwan, al-Takaful al-ijtimaci fi al-Islam, al-Dar as-Saudiyah wa al-Tauzic, Jeddah, t.th., hlm.2-20. 31Muhammad Abu Zahrah, Fi al-mujtamac al-Islamiy, Dar al-Fikr al-cArabiy, Kahirah, t.th. hlm.4. 32 Hussein Salamon, Ke arah merealisasikan konsep takaful dalam pelaksanaan sistem mu’amalah Islam di Malaysia, dalam sains muamalah Islam di Malaysia, UTM, Johor, 1999, hlm. 148-149.

Pelaksanaan konsep takaful dalam suatu masyarakat Islam itu dapat dibuat melalui pendekatan positif serta penekanan amal-amal kebajikan yang dapat dilakukan. Pendekatan negatif pula berupa perintah-perintah larangan serta lain-lain amal perbuatan tidak baik di samping melaksanakan tuntutan syariat Islam. Maka itulah kepahaman yang mendalam serta kesadaran atas ajaran Islam yang lahir dari aqidah Islamiyah yang murni akan melahirkan masyarakat takaful (takaful society) yang harmonis, saling menolong dan saling memahami. Secara ringkasnya pengertian al-takaful dari sudut istilahnya menjurus pemerhatian dan penekanan terhadap beberapa prinsip utama untuk keharmonisan dan kejayaan suatu masyarakat di dunia dan akherat.33 Berdasarkan pengertian secara bahasa dan istilah takaful diatas, dapat dirumuskan bahawa takaful merupakan sebuah kata yang yang diambil dari akar kata kafala yang bererti membantu seseorang yang memerlukan bantuan (tiap-tiap anggota suatu kumpulan berupaya keras untuk menyokong individu yang memerlukan bantuan). Konsep ini didasari atas solidaritas, membagi rata tanggungjawab dan persaudaraan di kalangan anggota-anggota. Takaful selanjutnya menjadi konsep, prinsip dan falsafah bagi asuransi secara Islam dan di masa sekarang takaful lebih dikenal sebagain nama perusahaan asuransi syariah. Takaful yang dikenal sebagai asuransi secara Islam bukanlah merupakan pemahaman yang luas sebagaimana yang dijelaskan oleh syekh Abudullah Nasih Ulwan dan syekh Abu Zahroh, akan tetapi merupakan pemahaman yang lebih sempit 33ibid., hlm. 149.

yang dikenal oleh masyarakat sebagai perusahaan asuransi yang operasionalnya berlandaskan syariah Islam. Dalam konteks asuransi secara Islam, takaful berarti perjanjian antara anggota-anggota kelompok atau peserta yang bersetuju untuk bekerjasama menjamin atau menanggung di antara mereka dalam menghadapi kerugian atau bencana yang mungkin dapat menimpa salah seorang dari mereka. Sehingganya barangsiapa yang ditimpa kasususahan tersebut akan menerima sejumlah uang atau bantuan manfaat keuangan yang diambil dari dana. Ungkapan takaful digunakan bukanlah sebagai jalan pintas inging menukar istilah atau rekaan yang dibuat buat semata untuk menggunakan kalimat takaful dengan tujuan hendak mengislamkan operasi asuransi, tetapi takaful lebih tepat dan sesuai untuk menerangkan sistem asuransi secara Islam karena falsafah, prinsip dan operasinya selaras dengan makna dan konsep “al-takaful”. Konsep ini sesuai dipakai dan dipraktekan baik sebagi usaha bisnis di bawah sektor swasta maupun bantuan jaminan sosial negara. Walau bagaimanapun, konsep takaful yang sesuai dengan kegiatan sosial masyarakat adalah bentuk jaminan kesehatan sosial atau masyarakat (al-takaful al- ijtima’i) yang biasanya disarankan dan diatur oleh pemerintah atau dibawah manajerial negara.34 F. Konsep, Prinsip dan Falsafah Asuransi Takaful Takaful yang artinya saling bertanggungjawab, sekarang ini dikenal sebagai sistem asuransi secara syariah dan masih merupakan hal baru buat masyarakat Islam. Takaful mempunyai peranan penting karena selain menjamin keselamatan juga memberikan 34 Mohammad Fadzli Yusof, Takaful: sistem asuransi Islam, hlm. 14.

perlindungan atas pribadi, harta kekayaan dan perusahaan. Aktivitas sistem asuransi secara Islam ini sejalan dengan hukum syariat dan menjauhkan unsur gharar, riba dan spekulasi dalam seluruh operasinya, serta lebih mementingkan kebaikan rakyat banyak. 1. Konsep Takaful Konsep takaful sebagai sistem asuransi secara Islam sejalan dengan syariat dan didasarkan atas prinsip ajaran Islam al-Takaful dan al-Mudharabah. 1. al-Takaful berarti perjanjian antara beberapa kumpulan orang yang berjanji untuk saling bertanggungjawab dan menanggung satu sama lain. 2. al-Mudharabah ialah kontrak perjanjian komersial untuk membagi untung dan rugi antara pemilik modal dan pengusaha dalam bentuk usaha perniagaan bersama ataupun usaha persendirian. 35 Konsep al-takaful menggambarkan satu rancangan asuransi berasaskan perpaduan, rasa tanggungjawab dan hubungan persaudaraan antara peserta. Peserta rancangan ini bersepakat untuk bersama memberi sumbangan keuangan berdasarkan tabarru’ (derma) dengan niat karena Allah SWT bagi membantu antara satu sama lain. Dengan kata lain konsep takaful bertujuan mewujudkan perhubungan yang erat secara Islam di antara peserta-peserta yang bersetuju menanggung bersama atau sebagainya antara mereka. Dengan ini, semangat asuransi Islam adalah menekankan kepada kepentingan persamaan dan persaudaraan antara para peserta.36 35 Ahmad Mazlan Zulkifli, Working system of general takaful business, dalam Takaful (Islamic insurance) concept and operational sistem from the practitioner’s perspektive, hlm. 69-70. 36 Nazri B.Kulup Mahmud dan Muhammad Rahimi Osman, Takaful:sistem Insurans Islam, Dalam Ekonomi Islam, BIROTEKS UiTM, Kuala Lumpur, 2000, hlm. 89.

Pelaksanaan konsep al-takaful sebagaimana yang telah dijalankan di Malaysia dan negara-negara lain seperti Negara Brunei Darussalam, Republik Indonesia, Sudan, Arab Saudi dan sebagainya adalah bentuk takaful kerjasama yang boleh disertai oleh satu-satu kumpulan orang banyak untuk kepentingan mereka bersama dalam ruang lingkup sektor perniagaan (tijari). Ini bermakna konsep al- takaful itu diamalkan sebagai suatu bidang perniagaan. Sebagai salah satu lembaga keuangan syariah maka perniagaan yang diusahakan dibawah takaful mempunyai jenis atau bentuknya yang tersendiri. Jika dibawah asuransi konvensional, jenis bentuknya dibagi atas asuransi jiwa dan asuransi umum, maka dibawah takaful dinamakan takaful keluarga dan takaful umum.37 Konsep takaful selain didasarkan kepada al-takaful juga didasarkan atas konsep al-mudharabah. Mudharabah memberi pengertian bahwa pemodal (penabung/pemegang polis/saham) menyerahkan modal (atas dasar amanah) kepada pengusaha (perusahaan/persero) untuk dinvestasikan dalam usaha bisnis yang dibenarkan syariat dan keuntungan (setelah diambil ongkos operasional dan managerial) akan dibagikan sesuai dengan persetujuan pada waktu akad kontrak dilaksanakan.38 Perjanjian antara perusahaan takaful dan pemegang polis adalah sesuai dengan hukum al- mudharabah. Perusahaan takaful bertindak sebagai mudharib atau pengusaha dengan menerima uang premi para peserta untuk dipakai dalam skim jaminan perlindungan takaful, menginvestasikan dana dan sebagainya. Para peserta juga bertindak sebagai shohibul mal atau pemilik harta dengan menyerahkan uang premi atau ro’sul mal mereka untuk dipakai dalam skim perlindungan 37 Mohammad Fadzli Yusof, hlm. 23. 38 Hailani Muji Tahir, Al Mudharabah, hukum dan perlaksanaannya dalam syarikat al-takaful, dalam isu syariah dan undang undang, Pusat Teknologi Pendidikan UKM, Bangi, 197 siri 3, hlm.47.

takaful yang selanjutnya akan digunakan sebagai modal usaha, dijadikan investasi atau lainnya. Dalam perjanjian tersebut, disepakati juga bagaimana pembagian keuntungan dari skim perlindungan takaful tersebut yang akan dibagi antara perusahaan takaful sebagai pengusaha (mudharib) dengan para peserta sebagai pemilik modal (shohibul mal), seperti 50:50, 60:40, 70:30. Perjanjian yang sama juga menerangkan dengan jelas bagaimana perusahaan takaful akan menggunakan uang premi para peserta untuk dikelola dan diinvestasikan dan sebagian daripadanya digunakan untuk membantu para peserta lain yang tertimpa bencana. Mengenai hal bantuan ini mekanismenya sesuai dengan prinsip tabarru’. Terdapat dua jenis rekening yang digunakan oleh pemegang polis yang telah membayar premi yaitu AKP (Akun khusus) dan AP (akun Peserta), uang premi peserta itu akan dimasukkan ke dalam kedua-dua akun ini. Beberapa persen dari uang peserta akan dimasukkan ke dalam AP untuk tujuan investasi yang halal dan tabungan, sisanya dimasukan kedalam AKP untuk tujuan bantuan ganti rugi bagi pemegang polis yang membutuhkan. Keuntungan akan dibagikan menurut nisbah pembagian untung dari masing masing rekening sesuai dengan hukum al-mudharabah sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Menurut konsep sistem asuransi Islam takaful, suatu perusahaan perlindungan takaful boleh didirikan dalam bentuk perusahaan al-‘inan. Definisi perusahaan al-‘inan yaitu dua orang yang berkongsi pada satu harta kepunyaan mereka berdua untuk berniaga dengan harta itu yang dipakai sebagai modal berniaga dan keuntungannya dibagi rata antara mereka berdua.39 Perusahaan 39Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islam wa adillatuhu, Dar al-Fikr, Damshiq, 1989, hlm.797.

takaful ini menyediakan dua jenis perlindungan yaitu asuransi jiwa dan asuransi umum. Selain itu perusahaan takaful juga memberi persetujuan yang memastikan pengikatan seseorang sebagai peserta untuk memberi sesuatu pembayaran kepada peserta lain yang mengalami musibah, kehilangan, atau lainnya yang ditimbulkan oleh suatu kejadian yang tidak diduga. Dengan ini maka konsep tabarru’ sebagai dasar bagi sistem asuransi syariah juga dapat diaplikasikan dan memberi kemaslahatan bagi orang banyak sebagaimana yang diharapkan oleh Islam. 2. Prinsip Takaful Asuransi Islam yang berdasarkan kepada konsep takaful mempunyai tiga prinsip utama. Ketiga-tiga prinsip ini diasas berdasarkan kepada al-Qur’an dan al-Hadits. prinsip-prinsip tersebut adalah:  Saling bertanggungjawab  Saling bekerjasama atau tolong-menolong  Saling melindungi a. Saling bertanggungjawab Berdasarkan prinsip ini peserta-peserta asuransi Islam setuju untuk saling bertanggungjawab antara satu sama lain, memikul tanggungjawab dengan niat baik sebagai satu ibadah dan hal ini adalah dituntut dalam agama Islam.40 Sabda-sabda Rasulullah SAW di bawah ini menunjukkan pentingnya saling bertanggungjawab di antara kaum muslimin: 40 Nazri B. Kulup Mahmud dan Muhammad Rahimi Osman, Takaful: sistem asuransi Islam, dalam Ekonomi Islam, hlm. 90.

‫ِحْاَِقهَاَْمَلِدَوتََربِاَعُسلاوَّطُُلِفَهِاهِرلَْلّمَِوواَمْْثَلََُصُّلَملّىى‬:ُ‫االََحلّْاَوُِديَ َعِدلَُثْيِِواَلاُنَّواْعَسََْمالّاََمِنَكَمبْثىَِنُلِمْنباَلْوُِشُميْعٍُؤرِمنِْضَريٌوَِنضتََِيَدفاالَعتََلَّوُوىاِّدلََعِىوُْنوُْمَسقََااوتئَََُِلرراُا‬ Maksudnya: Hadis dari Nucman bin Bashir r.a ia berkata, Rasulullah s.a.w bersabda: Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orang-orang beriman antara satu dengan lain seperti tubuh (jasad), apabila satu dari anggotanya tidak sehat, maka akan memberi kasusan kepada seluruh badan. Dalam Hadits lain disebutlkan: ‫َِوِوَسَلّ َم‬ ‫الَلّوُ َعلَْيِو‬ ‫أَْوَعقَِناَاللَنِِِّّابَا ِرهَِصَلَّماى‬:‫أبَْ َِنح ُدَمُكالِْم ٍكَحََرّتِضَُِيي اَّلبَلّوُِِلََعِْنخيوُِو‬ ‫قَاَحَِلديَلُثيُأَْنؤَِم ُِنس‬ ‫ُِي ُّب لِنَْف‬ Maksudnya: Hadith Anas Bin Malik r.a ia berkata, Nabi s.a.w bersabda: Seseorang tidak boleh dianggap beriman sehingga ia mengasihi saudaranya sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri. Hadits-hadits diatas memperlihatkan kepada kita akan kepentingan sifat saling bertanggungjawab dalam usaha menguatkan, menyatukan dan mengharmonikan masyarakat. Prinsip ini diletakkan sebagai prinsip utama takaful untuk memastikan 41 Muslim, al-sahih muslim, kitab (al-bir wa al-sillah wa al-adab) 45 , bab (tarahum al-mu’minin wa tacatufihim wa tacadudihim) 2586. 42Muslim, al-sahih muslim, Kitab (al-iman) 1, bab ( al dalil cala anna min khisal al-iman an yuhibba li akhihi al-muslim ma yuhibbu li nafsihi min al-khair) 45.

keselamatan dan keamanan masyarakat muslimin khususnya dalam bidang perlindungan asuransi. b. Saling bekerjasama atau bantu-membantu Sesuai dengan prinsip ini maka peserta-peserta rancangan asuransi bersetuju untuk bekerjasama dan bantu-membantu antara satu sama lain. Islam menuntut umatnya bekerjasama dalam perkara-perkara baik karena boleh menyuburkan perasaan taqwa. Islam juga mengajarkan umatnya sentiasa hidup bantu-membantu dan bekerjasama dalam menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Sebagaimana yang diperintahkan dalam firman Allah SWT: ‫َوتَ َعاَونُْوا َعل َى الِِّب َوالَ ْقَوى َوَلَ تَ َعاَونُْوا َعلَى اِلْثِم َوالعُ ْدَوا ِن‬ Maksudnya: Dan hendaklah kamu bertolong-tolongan untuk membuat kebajikan dan bertaqwa, dan janganlah kamu bertolong-tolongan pada melakukan dosa (maksiat) dan permusuhan. Dalam ayat lain disebutkan: ‫ى‬.َ‫َعل‬M‫ضْوَن‬aُّ‫ُى‬k‫ا‬sُ‫يس‬uََُdn‫َْلم‬yِ‫َِِتو‬a.‫ل‬:َ‫نَكاَلّاَلِّذيِْذَنيُىيَْمُد ُّعَعاْلنيَِْيَصَم‬.َِ‫لَصمِلَّاْفَيعَُِنذْلو‬.‫فَُبَوَيوْبَِياْنُلَل ِعُّدلِْيْلْوَُِمنن ا‬. .‫اأََلَّطَرأَِذَعيْيْاِمََنتالِاَُىلّمْمِذْيُيَرِاكيُْءيُِْنوَك َِنّذ‬ 43al-Qur’an, al-Maidah 3: 2. 44al-Qur’an, al-Macun 107:1-7.

1. Tahukah engkau siapa pendusta agama?, 2. Ialah orang-orang yang mengherdik anak yatim, 3. Dan tidak menganjurkan untuk memberi makan fakir miskin, 4. Maka celakalah orang yang shalat, 5. Yaitu orang-orang yang lalai dalam shalatnya, 6. Adalah mereka suka berbuat ria, 7. Dan orang-orang yang tidak memberi sedikit pertolongan (kepada orang yang berhak mendapatnya). Sabda Rasulullah SAW antara lain mengukuhkan pentingnya prinsip ini antara lain menyatakan betapa Allah SWT akan menolong seorang muslim yang menolong saudaranya dalam kesusahan: ‫ََوْسَأََلِلََّنٍرمهُيَُارُْكلَُْلسلِّربَوُُومةًَوُيلَفََْاوَّمرلَمَلَّْناِولْالَِقكَلّيَاَاصوََُلَّنمِةَعىِْنفاوُلَلَِِّوُبحَاا َعَُجكلَْْيِةربَِوأةًََِوِخميَسَِْونلّ َم‬:‫قََُاَككحاََرِلدَينِابلْالَُُيثمَلّْوُاوِْبْملِِِانُفملِْقأَعُيََاحَُمخاَمَروِةَجِاَرَلِْووَمُِمضَْونََْيملِْانَِلسمَلَّفََوََُرّرلََُعميَْن ْظَُْعهللَِِْمنًُممااوُُم‬ Maksudnya: Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a katanya: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda: Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim lain. Beliau tidak boleh menzalimi dan menyusahkannya. Barangsiapa yang mahu memenuhi hajat saudaranya, maka Allah pun akan berkenan memenuhi hajatnya. Barangsiapa yang melapangkan satu kasususahan kepada seorang muslim, maka Allah akan melapangkan salah satu kasususahan di antara kasususahan-kasususahan Hari Kiamat nanti. Barangsiapa yang menutup keaiban seseorang muslim, maka Allah akan menutup keaibannya pada Hari Kiamat. 45 Muslim, al-sahih muslim, kitab (al-bir wa al-sillah wa al-adab) 45, bab (tahrim al-zulm) 2580.

Jelas bekerjasama antara satu sama lain dalam melakukan perbuatan kebaikan dan menjauhkan perbuatan mungkar adalah merupakan prinsip utama dalam pelaksanaan konsep al-takaful.46 c. Saling melindungi Peserta asuransi Islam juga setuju untuk saling melindungi antara satu sama lain dari segala kesusahan, bencana dan sebagainya. Ini penting karena keselamatan atau keamanan adalah satu keperluan asasi dalam kehidupan manusia, sebagaimana mencari rezeki merupakan fitrah tabi’i.47 Dalam firman Allah SWT perlindungan ini disebutkan: ‫ اَلّ ِذي أَطَْع َم ُه ْم ِم ْن ُجْوٍع َوآَمنَ ُه ْم ِم ْن َخْو ٍف‬. ‫فَْليَ ْعبُ ُدْوا َر َّب َى َذا اْلبَْي ِت‬ Maksudnya: Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan yang mengusai rumah (Ka’bah) ini, (Allah( yang telah memberi (menyedia) makanan untuk menghilangkan (bahaya) kelaparan dam mengamankan (menyelamatkan) mereka dari ketakutan. Dalam ayat lain: ‫َِمَْنل‬Mُ‫ِّرته‬aَُ‫ط‬k‫ضَرا‬sْ‫م‬uََّd‫لَثأ‬nّ‫ثَُما‬y‫َن‬a‫مل‬:ًَِ‫آَوَعَِمَْذاَنقَِِامبْنَلاُهلَنِّْمبْاَِررابِاِىلَْيولبِِهْئُم َواََرلْسيَِّاْبلومَِماِاصْجلْيَآعِر ِْلخِرَىقََذااَلبَلََوًدَما ْنآِمَكنًاَفَرَوافَْرأُُزَمِّْقعُأَوُْىلَقَلِوُي‬ 46 Hussin Salamon, Hlm. 150. 47Ghafarullahuddin bin Din, hlm. 91. 48al-Qur’an, Quraish 106: 1-4. 49al-Qur’an, al-Baqarah 2: 126.

Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berdoa dengan berkata: \"Wahai Tuhanku! Jadikanlah (negeri Makkah) ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari berbagai jenis buah-buahan kepada penduduknya, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat di antara mereka\". Allah berfirman:\" (Permohonanmu itu diterima) tetapi sesiapa yang kufur dan ingkar maka Aku akan beri juga ia bersenang-senang menikmati rezeki itu bagi sementara (di dunia), kemudian Aku memaksanya (dengan menyeretnya) ke azab neraka, dan (itulah) seburuk-buruk tempat kembali\". Dalam Hadith Nabi SAW: ‫أيَََُْحّنؤَِمّداثَلُنَنَنّاِقَِّبيَعَال َصََِلصّوَمُمىْنبْاليََُلّناوََُعرلَِعُسلٍَّْييوِوَلََحاوَلَّدَلّسثََلِّونَاَمقَااقَبَْالَُنلاَلّأََِِذوابلَلّيِوِئََْللٍبيَيُأَْْمؤَعِمُْننُن َََجسواالعَُِيلّرهُِوٍدبََََلعوائِْينَُقْوؤُأَِمِبُن َُواالَرَيلِّْوٍحَل‬ Maksudnya: Telah berkata kepada kami cAsim Ibnu cAli, telah berkata kepada kami Ibnu Abi Zi’bin, dari Sacid dari Ibnu Shuraih sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda: Demi Allah s.w.t tidak beriman, Demi Allah s.w.t tidak beriman, Demi Allah s.w.t tidak beriman, ditanya siapa ya Rasulullah: sesiapa yang tidak memberi perlindungan tetangganya yang terhimpit. 3. Falsafah Takaful Falsafah asuransi Islam adalah mementingkan niat ikhlas untuk membantu satu sama lain, dengan demikian maka sumbangan keuangan untuk tujuan ini adalah berdasarkan kepada maksud 50al-Bukhari, sahih, Kitab (adab), bab (ithm man la ya’man jarahu bawaiqah yubiquhunna yuhlikuhunna maubiqan muhlakan).

tabarruc (derma). Secara jelasnya falsafah asuransi Islam dapat dinyatakan sebagai penghayatan semangat saling bertanggungjawab, bekerjasama dan perlindungan dalam aktivitas-aktivitas masyarakat demi untuk kesejahteraan ummah dan perpaduan masyarakat.51 Islam adalah agama yang mengandung ajaran ajaran yang lengkap serta universal. Salah satu daripada ajaran Islam dalam bidang sosial, ekonomi dan kemanusiaan adala altakaful yang berarti saling bekerja sama, bertanggungjawab, atau memikul beban tanggung jawab bersama sama dengan niat baik yang dinilai sebagai suatu ibadah oleh Allah SWT. Dalam al-Quran disebutkan : ‫االبََِللْيوااللُقلَّْصرِهََسََضََبَّلاراوالَةلِءَِيوَاَبّلَْوَويَوآِأَمَتَِاحْناَْميىلَتنآُاىلََِواُلّخّلزََكْوباَِرواالأَْةَمَُوِاوسلَمَوُاَجلَأامُْوُلْوَكوِئلىَِفُئِْيَُْككَونَِةَْكنمَواَابوقَِِابلّْبلََعَِذنَْهليِْكاِداَلانَلمِىََِّْْمببِشَصْيِرََِِدِولاَققلُاَنَّْوبِاوَاِويّالَْعلْماَيََوأُّْغََنىاِورلئَُِدئَِلِوِْآْوبايتَََنكََوىوالََلوُىاِلِكمَُفمَّصَاّناَاابِلللُاِِرّليْرمقَََِعَّاَبّنلُقََِِْمىوبفَْننَاوُأحَلِآقبَّبَاَأمِْوَمََنسَاِوِءي‬ Maksudnya: Bukanlah perkara kebajikan itu hanya kamu menghadapkan muka ke pihak timur dan barat, tetapi kebajikan itu ialah berimannya seseorang kepada Allah, dan hari akhirat, dan segala malaikat, dan segala Kitab, dan sekalian Nabi; dan mendermanya seseorang akan hartanya sedang ia menyayanginya, - kepada kaum kerabat, dan anak-anak yatim dan orang-orang miskin dan orang yang terlantar dalam perjalanan, dan 51Nazri B. Kulup Mahmud dan Muhammad Rahimi Osman, Takaful: sistem asuransi Islam, dalam Ekonomi Islam, hlm. 90; Sobri Salamon, Konsep asuransi secara Islam dalam Islam dan pembangunan negara, hlm. 155. 52al-Qur’an, al-Baqarah 2:177.

kepada orang-orang yang meminta, dan untuk memerdekakan hamba- hamba abdi; dan mengerjanya seseorang akan sembahyang serta mengeluarkan zakat; dan perbuatan orang-orang yang menyempurnakan janjinya apabila mereka membuat perjanjian; dan ketabahan orang-orang yang sabar dalam masa kasusempitan, dan dalam masa kasusakitan, dan juga dalam masa bertempur dalam perjuangan perang Sabil. orang- orang yang demikian sifatnya), mereka itulah orang-orang yang benar (beriman dan mengerjakan kebajikan); dan mereka itulah juga orang- orang yang bertaqwa. Rasa tanggung jawab seseorang terhadap yang lain merupakan dasar persatuan masyarakat, si miskin merasa aman karena dilindungi oleh si kaya, si sakit merasa kaut karena bantuan saudaranya yang lain, yang menderita bencana ringan kesusahannya karena dapat tanggungan dari yang lain. Ajara Islam mengenai tanggung jawab sosial ini dapat mewujudkan suatu bentuk penanggungan bersama dalam masyarakat Islam yang dinamakan konsep al-takaful al-ijtima’i yaitu suatu usaha kerjasama, lindung melindungi, tolong menolong diantara anggota masyarakat yang bertujuan untuk memperoleh keridhaan Allah SWT dalam hal keimanan, kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Kemudiannya takaful ini dipakai sebagai nama bagi suatu sistem asuransi Islam sebagai bentuk perlindungan terhadap risiko atau bencana yang diperlukan pada saat sekarang ini bagi kaum muslimin. Takaful sebagai perjanjian antara anggota anggota kelompok atau para peserta yang sepakat untuk bekerjasama saling menjamin atau menanggung diantara mereka dalam menghadapi kerugian atau bencana yang mungkin dapat menimpa salah seorang dari mereka. Barangsiapa yang tertimpa bencana akan menerima sejumlah uang atau bantuan manfaat keuangan yang diambil dari dana bersama yaitu dana takaful untuk membayar suatu kerugian yang telah pasti terjadi dari sumber dana keuangan yang jelas. Masing masing

anggota kelompok berusaha keras untuk mendukung anggota anggota yang memerlukan itulah bentuk saling tolong menolong diantara mereka. G.Kesimpulan Dalam sejarah pendiriannya asuransi takaful adalah untuk memenuhi keperluan umat Islam di zaman modern ini yang dilatarbelakangi oleh pembicaraan dan kajian mengenai asuransi secara Islam oleh para ulama dan pakar pakar asuransi. Mereka membuat kesimpulan tentang konsep konsep Islam yang dapat dijadikan dasar falsafah asuransi secara Islam. Usulan yang diutarakan amat banyak tetapi keseluruhannya tidak lepas dari konsep altakaful yang ada dalam Islam. Takaful kemudiannya dipakai sebagai nama asuransi secara Islam dan takaful ini lebih dikenal sebagai Perusahaan asuransi yang sistem operasionalnya berlandaskan ajaran Islam. Takaful berasal dari bahasa Arab yang berarti memberi makan, sedekah, perlindungan, saling menolong, menanggung atau menjamin. Definisi takaful secara istilah lebih luas yaitu menyangkut keseluruhan aktivitas kehidupan sosial dan melingkupi aspek aspek pembinaan iman, pembinaan jiwa dan kepribadian dalam kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat. Takaful juga berhubungan dengan tanggungjawab antara kaum muslimin satu sama lain untuk menolong bekerjsa sama menjamin hak dan kesejahteraan hidup bersama. Pemahaman takaful sebagai asuransi syariah adalah merupakan arti yang lebih sempit, akan tetapi takaful kini lebih dikenal sebagai nama perusahaan asuransi syariah ketimbang makna luasnya. Takaful memiliki konsep, prinsip dan falsafah yang berdasarkan kepada ajaran Islam. Ketiga tiganya ini menggambarkan

rancangan perlindungan asuransi sesuai dengan syariat Islam yang dlakukan secara bersama sama dalam masyarakat muslim yang mengadung nilai kemanusiaan dan persaudaraan didasari atas rasa kasih sayang dan pengorbanan bersumber dari ajaran Alquran dan Hadits Nabi SAW.

BAB II TAKAFUL DAN ASURANSI KONVENSIONAL A. Pendahuluan Asuransi merupakan sistem perlindungan sosial dan jaminan kesejahteraan masyarakat yang diatur sangat rapi berdasarkan kesepakatan untuk saling tolong menolong diantara satu sama lain dalam satu kumpulan masyakarakat. Tujuan asuransi adalah untuk mengurangkan risiko atau kerugian terhadap pemegang polis yang terbuka dengan kemungkinan kemungkinan terjadinya kematian, kecelakaan, kecederaan, kerugian besar perdagangan dan perusahaan dan lain alin risiko yang mungkin dihadapi. Secara konsep dan tujuan, asuransi konvensional sangatlah sesuai dengan ajaran Islam bahkan nilai nilai kemanusiaan yang ada dalam asuransi sangat dianjurkan oleh Allah SWT karena itu sebagian ulama ada yang membolehkan asuransi konvensional ini. Pertentangan pendapat para ulama bukanlah dalam konsep atau idea tentang asuransi tetapi dalam masalah organisasi dan mekanisme operasional perusahaan asuransi konvensional. B. Definisi Asuransi Pengertian asuransi sangatlah banyak dengan berbagai macam definisi yang telah diberikan oleh para ahli ekonomi dan asuransi Negara Barat antara lain: Asuransi didefinisikan sebagai upaya masyarakat secara bersama yang terdiri dari kumpulan besar individu individu dalam sebuah sistem pembayaran angsuran demi untuk meringankan atau

menghapus kerugian yang jelas nlai harganya dari segi ekonomi bagi setiap peserta kumpulan itu.1 Asuransi juga berarti usaha untuk mengatasi resiko. Fungsi utamanya adalah untuk mengganti kerugian ekonomi karena suatu bencana atau kecelakaan. Asuransi secara formal juga dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang aman peserta asuransi, dengan pertimbangan, berjanji untuk mengganti dan membayar uang atau menyumbang untuk menolong peserta asuransi yang mengalami kerugian yang berkaitan dengan kehilangan dari nilai ekonomi pada masa ia masih menjadi anggota peserta.2 Menurut Mark. S. Dorfman asuransi dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari segi keuangan dan segi hukum. Dari segi keuangan, asuransi adalah suatu rencana keuangan yang disusun untuk membagikan biaya biaya atas kerugian yang tak terduga. Dari segi hukum asuransi adalah suatu renncana kontrak yang mana satu kumpulan setuju untuk mengganti kerugian-kerugian peserta lain.3 Menurut M. Arif. Khan asuransi adalah usaha seseorang menghadapi sebuah kemungkinan bahaya kerugian yang dapat melindungi diri serta usahanya. Selain itu juga ia menyatakan bahwa asurasi adalah usaha bersama dalam menyebarluaskan suatu kerugian yang disebabkan oleh bencana tertentu kepada beberapa orang yang terlibat dalam asuransi itu dan setuju untuk mengasuransikan diri mereka dalam menghadapi bencana itu. 1 Encyclopedia Britannica, Encyclopedia Britannica Inc, Chicago, 1969, J.12, hlm. 337-339 2 Encyclopedia Britannica, Encyclopedia Britannica Inc, Chicago, 1974, J.9, hlm. 645 3 Mark S. Dorfman, Introduction to insurance, Ohio, Prentice-Hall INC, 1982, hlm. 4-5

Kerugian itu dibagikan merata dengan baik dengan cara sebuan sumbangan kecil yang ditujukan bagi dana bersama.4 Menurut buku general insurance terdapat berbagai definisi asuransi yang telah diberikan oleh berbagai macam ahli dengang maksud setepat mungkin dan dengan berbagai macam cara. Setiap definisi itu dapat memberikan arti yang lengkpa dan tepat dengan menekankan perbedaan dalam aspek tujuan, metode makonoi, maupun hasil. Secara umumnya definisi asuransi tersebut dapat dibangun atas beberapa sudut yang penting yaitu ekonomi, undang- undang, bisnis, sosial, dan matematika. Penjelasannya lebih lanjut sebagai berikut: a) Dari sudut ekonomi, asuransi ialah persediaan sesuatu yang pasti atau sesuatu yang diperkirakan besar akan berlaku, dengan maksud mengurangkan beban bahaya kerugian yang belum tentu akan berlaku (risiko) semata-mata. b) Dari sudut undang-undang, asuransi ialah kontrak atau polis yang digunakan untuk mengubah risiko menjadi premi (harga), dari seorang anggota yang dipanggil sebagai pihak yang diasuransikan atau pemegang polis kepada pihak lain yang dipanggil sebagai pengasuransi atau pengusaha asuransi. c) Dari sudut bisnes, asuransi ialah sebuah rencana beberapa orang yang berkumpul membuat sebuah organisasi dengan tujuan memindahkan ke atas bahu mereka semua risiko yang menimpa salah satu dari anggota mereka. Atau juga dapat dilihat dari segi finansial, asuransi itu adalah sebuah sarana/jasa peminjaman, penyimpanan dan investasi. 4 M. Arif Khan, Theory and Practice of insurance, Aligarh Educational Book Hause, India, 1983,Ed.5, Hlm. 6-8

d) Dari sudut sosial, asuransi ialah usaha masyarakat untuk membuat kelompok guna menghadapi bahaya kerugian yang belum pasti berlaku, dengan cara memindahkan sepenuhnya risiko yang menimpa siapapun di antara anggota masyarakat ke atas seseorang atau beberapa orang anggota kumpulan masyarakat itu. e) Dari sudut matematik, asuransi ialah aplikasi prinsip-prinsip perhitungan yang pasti berkenaan dengan nilai atau statistik asuransi. 5 Para pakar ekonomi Islam juga memberikan definisi tentang asuransi yang dalam Islam disebut aqdu ta’min/saukarah, seperti: Muhammad Muslehuddin menyatakan bahwa asuransi asalnya adalah suatu kumpulan yang berniat membuat persekutuan untuk meringankan beban keuangan seseorang atau menghindari kesusahan biaya perbelanjaan. Konsep asuransi yang ringkas dan umum yaitu persediaan yang dibuat kumpulan orang yang masing masing bersiap menghadapi risiko kerugian yang tak terduga secara bersama sama, apabila terkena atas salah satu dari mereka yang ikut sebagai anggota persekutuan itu maka bencana kerugian itu akan ditanggung bersama secara merata diantara mereka. Beliau kemudian mengutip pendapat Adam Smith yang menyatakan bahwa asuransi adalah menyebarluaskan beban kerugian kepada beberapa orang, untuk meringankan beban kerugian yang diderita seseorang dan untuk kemudahan bagi masyarakat. 6 Afzalurrahman memberikan definisi asuransi sebagai suatu kontrak dimana seseorang individu menanggung untuk membayar 5John H Magee & David L Bickelhaupt, General insurance, Richard D Irwin INC, Illinois, 1964, hlm.19-22. 6 Muhammad Muslehuddin, Insurance and Islamic Law, Islamic Publication LTD, Dhaka, 1969, hlm. 3.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook