BAB 13 WISATA RAMAH MUSLIM DI NUSA TENGGARA BARAT (NTB) PENDAHULUAN Pariwisata menurut definisi Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata merupakan industri jasa. Artinya, pariwisata menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa terkait lainnya, seperti bank, asuransi, keamanan, dan lain-lain. Pariwisata juga menawarkan tempat istirahat, budaya, petualangan, serta pengalaman baru dan berbeda. 243
244 Wisata Ramah Muslim Potensi ekonomi pariwisata menjadikan banyak negara bergantung pada industri pariwisata sebagai sumber pajak bagi negara dan sumber pendapatan bagi pihak-pihak yang bergerak di bidang pariwisata. Bahkan, organisasi nonpemerintah menggunakan pariwisata untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata sehingga dapat meningkatkan sektor perekonomian di daerah tersebut. Perkembangan pariwisata Indonesia juga semakin meningkat akhir-akhir ini. Makin banyaknya destinasi-destinasi pariwisata yang menarik untuk dikunjungi dan dinikmati yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Indonesia tidak kekurangan jenis wisata yang dapat disuguhkan, seperti wisata alam, wisata seni dan budaya, wisata pendidikan, wisata belanja, serta jenis wisata lainnya. Perkembangan pariwisata terbukti memberikan dampak yang bagus, terutama dari segi perekonomian dan kemakmuran masyarakat, pada daerah-daerah yang dulunya tidak begitu maju atau dikenal. Oleh karena itu, banyak daerah tertinggal di Indonesia mulai melirik akan prospek perkembangan pariwisata ke depannya. Seiring dengan perhatian pemerintah terhadap wisata ramah muslim, daerah-daerah yang ingin mengembangkan industri pariwisatanya juga dapat mempertimbangkan pengembangan wisata ramah muslim sebagai daya tarik yang unik. Wisata ramah muslim mengacu kepada pertimbangan syariat Islam. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, tentu ini adalah peluang yang sangat bagus. Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki populasi penduduk muslim mayoritas. Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat sendiri telah memiliki definisinya sendiri mengenai pariwisata halal. Menurut Peraturan Daerah Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pariwisata Halal, bahwa Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pariwisata halal adalah kegiatan
Bab 13 Nusa Tenggara Barat 245 kunjungan wisata dengan destinasi dan industri pariwisata yang menyiapkan produk, pelayanan, dan pengelolaan pariwisata yang memenuhi syariat. Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, setelah Lombok, ibu kota NTB, diklaim sebagai destinasi halal Indonesia pada 2015, wisatawan yang berkunjung ke NTB meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, pada 2017, jumlah wisatawan naik hingga 50 persen. Ini menunjukkan bahwa wisata ramah muslim merupakan potensi yang sangat bagus bagi pengembangan provinsi Nusa Tenggara Barat. SEJARAH SINGKAT NUSA TENGGARA BARAT (NTB) Nusa Tenggara Barat terdiri atas kepulauan, yaitu bagian barat Kepulauan Sunda Kecil, dengan pengecualian Bali yang merupakan provinsi tersendiri. Ibu kotanya adalah Mataram, di Lombok, yang juga merupakan kota terbesar di provinsi tersebut. Jumlah penduduk menurut Sensus 2020 adalah sebanyak 5.320.092 jiwa. Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah Lombok di barat dan pulau Sumbawa yang lebih besar di timur. Penduduk asli wilayah Nusa Tenggara Barat adalah orang Sasak yang sebagian besar bermukim di pulau Lombok. Sedangkan di Pulau Sumbawa juga terdapat penduduk asli yang terdiri atas dua kelompok, yaitu suku Sumbawa (Samawa) dan Bima. Namun dengan gelombang pendatang dari Bali, Makassar, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur, masyarakat adat masuk ke lahan pertanian dan kemudian menetap di pedalaman. Keberadaan kawasan ini tidak lepas dari masa kejayaan Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 yang berhasil menaklukkan semua kerajaan yang terletak di pulau Lombok dan Sumbawa. Oleh karena itu, pada masa awal pemerintahan raja-raja di Nusa Tenggara Barat, pengaruh agama Hindu sangat kuat. Namun dengan runtuhnya kerajaan Majapahit, pengaruh agama Hindu mulai berkurang dengan masuknya pengaruh Islam di masyarakat pesisir.
246 Wisata Ramah Muslim Proses terbentuknya Provinsi NTB berlangsung dalam rentang waktu yang cukup lama. Setelah Indonesia merdeka, NTB sempat mengalami beberapa kali proses perubahan sistem ketatanegaraan hingga tahun 1958. Penetapan Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 Tanggal 14 Agustus 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Bali, NTB dan NTT, menjadi awal pembentukan provinsi NTB. Dengan dilikuidasinya Pemerintah Daerah Lombok dan Sumbawa pada 17 Desember 1958, provinsi NTB akhirnya resmi terbentuk. POPULASI MUSLIM DI NTB Kesultanan Demak di Jawa Tengah memiliki peran yang besar terhadap penyebaran ajaran Islam di Nusa Tenggara Barat. Pengaruh Islam di Nusa Tenggara Barat umumnya dibawa oleh orang Melayu. Pengaruh Islam di Bima tidak lepas dari dukungan Raja I Mallingkaang Daeng- Mannyonriq Makassar yang saat itu dikenal dengan nama Karaeng Matoaya yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di wilayah tersebut. Pengaruh Islam di Kesultanan Bima muncul pada masa pemerintahan Raja Manuru Salehi sekitar tahun 1605 dan mulai berkembang pesat pada masa pemerintahan Raja Abdul Kahir. Raja Abdul Kahir juga dikenal sebagai Sultan Bima I karena dialah raja yang pertama kali memeluk agama Islam di Bima sehingga dianggap era baru, terpisah dari raja Bima sebelumnya yang memeluk agama Hindu. Islam kemudian menjadi agama resmi raja-raja di Nusa Tenggara Barat. Menurut Sensus 2010, persentase penduduk beragama Islam di NTB sebesar 96,47% dari 4.500.212 penduduk. Pada 2018, persentasenya meningkat menjadi 96,80%.
Bab 13 Nusa Tenggara Barat 247 LEMBAGA-LEMBAGA ISLAM DI NTB Sebagai provinsi dengan mayoritas muslim, terdapat banyak lembaga atau organisasi Islam di NTB termasuk lembaga pendidikan. Namun, lembaga Islam terbesar di provinsi tersebut adalah Nahdlatul Wathan, atau disingkat NW. Pendiri NW adalah TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid yang dijuluki Tuan Guru Pancor serta Abul Masajid wal Madaris (Bapaknya Masjid-Masjid dan Madrasah-Madrasah) pada tanggal 1 Maret 1953 bertepatan dengan 15 Jumadil Akhir 1372 Hijriyah di Pancor, Kabupaten Lombok Timur. Organisasi ini mengelola sejumlah lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. PERAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP WISATA RAMAH MUSLIM DI NTB NTB merupakan satu-satunya provinsi yang memiliki Perda Pariwisata Halal, yaitu Perda nomor 2 Tahun 2016 yang disahkan pada 21 Juni 2016. Dalam perda tersebut, terdapat satu rumusan penting bahwa pengaturan pariwisata halal adalah untuk memberikan keamanan dan kenyamanan pelayanan kepada wisatawan agar dapat menikmati kunjunganwisatadenganaman,halal,danjugamemperolehkemudahan bagi wisatawan dan pengelola dalam kegiatan kepariwisataan. Tujuan pengaturan pariwisata ramah muslim adalah sebagai pedoman bagi pengelola pariwisata dalam memberikan pelayanan pariwisata ramah muslim kepada wisatawan. Dalam pelaksanaannya, penyelenggaraan pariwisata ramah muslim berdasarkan asas transparansi, akuntabilitas, keadilan, dan partisipatif. Dengan demikian, dapat disimpulkan dari perda tersebut bahwa pengembangan wisata ramah muslim di NTB berfokus pada peningkatan pelayanan kepada para wisatawan yang datang dari seluruh dunia. Tidak ada pengaturan zona-zona tertentu untuk wisata
248 Wisata Ramah Muslim ramah muslim, yang terpenting adalah menyediakan kebutuhan minimal yang diperlukan para wisatawan muslim. Beberapa penghargaan telah diraih Lombok sebagai destinasi wisata ramah muslim dunia, antara lain World’s Best Halal Tourism Destination dan World’s Best Halal Honeymoon Destination pada 2015 yang diselenggarakan oleh World Halal Travel Awards (WHTA) 2015 yang diselenggarakan di Abu Dhabi, UEA. Pada 2016, Lombok kembali meraih tiga penghargaan sebagai World’s Best Halal Honeymoon Destination, World’s Best Halal Beach Resort, World’s Best Halal Travel Website. Pencapaian tersebut menunjukkan kepariwisataan di Nusa Tenggara Barat yang sudah berkembang pesat. Hal ini merupakan hasil dari program-program yang dilaksanakan pemerintah daerah bersama dengan dinas terkait untuk mengembangkan kepariwisataan di Nusa Tenggara Barat. Peran pemda di sini berfokus pada peningkatan pelayanan, mulai dari mempersiapkan kebutuhan penginapan yang memudahkan wisatawan beribadah, hingga sajian kuliner yang halal untuk dikonsumsi. PERAN SWASTA DAN PIHAK LAINNYA TERHADAP WISATA RAMAH MUSLIM DI NTB Konsep wisata ramah muslim di NTB mendapatkan dukungan dari penyelenggara wisata menurut Dinas Pariwisata NTB. Hal tersebut terbukti dari minat hotel ataupun restoran untuk mendapatkan sertifikasi halal yang semakin meningkat. Salah satunya Hotel Novotel di Lombok yang menyediakan fasilitas bagi muslim, yaitu restoran bersertifikat halal dan juga kamar yang dilengkapi sarana ibadah. Dengan sertifikat halal, tak ada keraguan bagi tamu-tamu untuk makan di restoran mereka. Adanya sertifikat halal secara signifikan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan muslim. Pengembangan wisata ramah muslim di Indonesia, khususnya Nusa Tenggara Barat, juga mendapat dukungan dari Presiden
Bab 13 Nusa Tenggara Barat 249 Bank Pembangunan Islam atau Islamic Development Bank (IDB) Ahmad Mohamed Ali Al-Madani. Saat menghadiri acara roadshow mempromosikan sidang tahunan ke-41 IDB di kawasan wisata Senggigi, Lombok Barat, pada bulan April 2016, dia mengatakan bahwa IDB sangat mendukung kerja sama dengan Provinsi NTB. Organisasi tersebut turut mendanai pembangunan KEK Mandalika Lombok Tengah dan Bandar Kayangan di Lombok Utara. STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA RAMAH MUSLIM DI NTB Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi yang telah berhasil sukses dalam menerapkan strategi city branding atau destination branding untuk pariwisatanya. Strategi ini telah mengantarkan Lombok menyandang predikat sebagai destinasi halal dunia. Awal pengembangan wisata ramah muslim di NTB adalah visi provinsi itu sendiri, yaitu Beriman, Berbudaya, Berdaya Saing, dan Sejahtera. Masyarakat NTB memang sangat memegang teguh agama dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan visi tersebut dan mayoritas penduduk beragama Islam, provinsi ini sesuai untuk dikembangkan sebagai zona wisata halal di Indonesia. Oleh karena itu, dimulailah strategi city branding untuk NTB, Lombok khususnya, sebagai destinasi wisata ramah muslim di Indonesia untuk menarik wisman. Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi mengatakan meski secara fiskal NTB rendah, tetapi pertumbuhan ekonominya mampu di atas rata-rata nasional. Dinas Pariwisata bersama dengan stakeholder bidang pariwisata mengadakan acara yang bertajuk “Sosialisasi Perda No.2 Tahun 2016 untuk Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal”. Acara ini menyinggung tentang bagaimana mempersiapkan dan mengembangkan Pariwisata Halal di Nusa Tenggara Barat. Seluruh pelaku pariwisata harus mengimplementasikan dalam setiap kegiatan kepariwisataan hal-hal yang menjadi syarat-syarat utama pariwisata
250 Wisata Ramah Muslim ramah muslim, baik dalam lingkup hotel, biro perjalanan, restoran, hingga seluruh aspek kepariwisataan di Nusa Tenggara Barat. Strategi percepatan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Perkembangan Destinasi: Mendekati desa-desa yang ada agar dikemas menjadi destinasi desa wisata sehingga perkembangan pariwisata ramah muslim dapat berkembang secara menyeluruh. 2. Peningkatan infrastruktur pariwisata ramah muslim. 3. Pengembangan atraksi dan amenitas pariwisata ramah muslim kelas dunia: Peningkatan angka kunjungan yang datang dari berbagai negara baik negara mayoritas muslim atau nonmuslim yang mencari pelayanan dan fasilitas berbasis halal karena wisatawan nonmuslim juga percaya bahwa produk halal tersebut terjamin proses pengolahannya. Menurut Faozal, Kepala Dinas Pariwisata NTB, konsep wisata yang dianut oleh NTB tidak akan memisahkan wisatawan laki-laki dan perempuan secara permanen. Konsep wisata ramah muslim tersebut juga tidak membatasi cara berpakaian para wisatawan di tempat- tempat wisata. Meskipun telah mendapat beberapa penghargaan, NTB terus melakukan perbaikan, terutama masalah kebersihan. Ini untuk menjaga kenyamanan para pengunjung ketika berwisata ke NTB dan juga untuk menjaga kelestarian alam sehingga dapat mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan. Selain itu, untuk menarik kunjungan wisatawan mancanegara, dibuka penerbangan langsung dari Kuala Lumpur ke Lombok. Pembangunan KEK Mandalika Lombok Tengah dan Bandar Kayangan di Lombok Utara merupakan strategi lain untuk meningkatkan pariwisata di NTB. KEK Mandalika ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014 untuk menjadi KEK Pariwisata. KEK Mandalika memiliki konsep pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan dengan pembangunan objek-
Bab 13 Nusa Tenggara Barat 251 objek wisata dan daya tarik wisata yang selalu berorientasi kepada kelestarian nilai dan kualitas lingkungan hidup yang ada di masyarakat. Bandar Kayangan akan dikembangkan menjadi kota baru yang akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di NTB. Kedua kawasan itu memiliki arti yang cukup penting dan strategis tidak hanya bagi NTB, melainkan Indonesia. Pada 2019, Nusa Tenggara Barat (NTB) resmi menjadi provinsi pertama yang meluncurkan Calendar of Event (CoE) 2019. Peluncuran dilakukan di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta pada Desember 2019. Ada 18 acara yang digelar tahun 2019, di antaranya berupa acara bertaraf nasional, seperti Festival Pesona Bau Nyale, Tambora, Moyo, dan Khazanah Ramadhan. DESTINASI WISATA RAMAH MUSLIM DI NTB Banyak destinasi wisata ramah muslim di NTB yang tidak hanya menawarkan keindahan pemandangan alam atau bangunan tetapi juga mengajak wisatawan melakukan aktivitas-aktivitas menarik, seperti membaca Al-Qur’an di tengah sawah, menginap di pondok pesantren, dan berkunjung ke masjid kuno. Makanan halal pun tidak sulit dicari karena sebelum menjadi destinasi wisata ramah muslim pun nuansa islami sudah sangat terasa di setiap segi kehidupan masyarakatnya. Beberapa destinasi wisata ramah muslim di NTB dibahas sebagai berikut. Lombok Utara Kecamatan Bayan di Lombok Utara adalah salah satu gerbang masuknya Islam di Lombok. Di sinilah, berdiri masjid tertua di pulau Lombok, Masjid Kuno Bayan Beleq. Dibangun sekitar abad ke-17, tepatnya tahun 1634, kini usianya telah lebih dari 300 tahun. Arsitektur masjid ini mencerminkan kekhasan bangunan masa lampau di Lombok. Bangunan tersebut tampak sederhana, berbentuk
252 Wisata Ramah Muslim persegi berukuran 81 meter persegi. Dinding-dindingnya terbuat dari anyaman bambu, dengan atap berbentuk tumpang yang juga disusun dari bilah-bilah bambu. Fondasi masjid terbuat dari batu-batu kali. Tokoh-tokoh agama penting di daerah tersebut beberapa dimakamkan di area Masjid Bayan Beleq. Salah satunya adalah Gaus Abdul Rozak, salah seorang penyebar agama Islam pertama di kawasan ini. Ada pula dua gubuk kecil yang merupakan makam tokoh-tokoh agama yang turut membangun dan mengurusi masjid ini sedari awal. Gambar 13-1 Masjid Kuno di Beleq Sumber:Torbenbrinker, CC BY-SA 3.0, https://commons.wikimedia.org/w/ index.php?curid=32605136. Mataram Mataram, merupakan jantung pulau Lombok. Sebagai pulau dengan sebutan “Pulau dengan 1.000 masjid”, terdapat banyak masjid dan hotel ramah muslim di sini. Salah satunya Masjid Islamic Center. Masjid megah yang berdiri di atas tanah seluas 7,6 hektar merupakan perpaduan arsitektur budaya Lombok dan Sumbawa. Kubahnya memiliki hiasan berupa motif batik khas NTB, yaitu motif batik sasambo.
Bab 13 Nusa Tenggara Barat 253 Tidak hanya menawarkan keindahan bangunan yang megah, ketika bulan Ramadan, Gubernur setempat mengundang imam-imam besar dari Suriah, Libanon, Maroko, dan Mesir untuk memimpin salat tarawih. Selain itu, di Islamic Center, pengunjung juga dapat memanfaatkan berbagai literatur untuk memperdalam ilmu agama Islam. Gambar 13-2 Foto Udara Kawasan Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB di Mataram. Sumber:Antara Foto, 2017. Lombok Barat Lombok Barat terkenal akan pantainya yang indah, antara lain Pantai Senggigi dan Gili Trawangan. Bagi penyuka wisata alam, terutama wisata bahari, daerah ini mungkin akan menjadi favorit. Selain Senggigi, Lombok Barat memiliki Kepulauan Gili (Meno, Air, Nanggu). Ada juga taman dan hutan wisata, seperti Taman Narmada, dan Hutan Wisata Suranadi.
254 Wisata Ramah Muslim Gambar 13-3 Pantai Gili Trawangan Sumber: Magul, CC BY-SA 4.0, https://commons.wikimedia.org/w/index. php?curid=61625342. Lombok Tengah Lombok Tengah bisa menjadi lokasi yang cocok untuk mempelajari budaya asli Lombok. Ada Desa Suka Rara tempat pusat pengrajin tenun, Desa Sade, Kota Tua Ampenan, Museum Nusa Tenggara Barat, Makam Loang Baloq yang menjadi lokasi wisata ziarah, berbagai Pura Suci, sampai Pantai Kuta. Desa Setanggor atau populer disebut desa 'halal' juga terletak Lombok Tengah. Desa tersebut sudah terkenal di kalangan wisatawan mancanegara. Konsep wisata ramah muslim benar-benar diterapkan di desa ini. Seperti menyediakan alat kelengkapan salat berupa mukena, sajadah, sarung, dan Al-Qur’an. Aktivitas khas yang tidak boleh dilewatkan selama di Desa Setanggor adalah membaca Al-Qur’an di tengah sawah. Jika wisatawan tidak bisa membaca Al-Qur’an, mereka bisa mendengarkan lantunan ayat-ayat suci dari anak-anak kecil di sana.
Bab 13 Nusa Tenggara Barat 255 Di Desa Setanggor, wisatawan akan diajak menginap semalam di pondok pesantren dan diperkenalkan dengan kehidupan pondok pesantren sekaligus menjalin silaturahmi dengan sesama muslim. Selain itu, wisatawan juga diajak untuk merasakan kehidupan khas pedesaan, seperti memanen ketela pohon dan buah-buahan di kebun, makan di tengah sawah, memerah susu sapi, dan belajar menenun. Gambar 13-4 Desa Setanggor Sumber: Republika/Muhammad Nursyamsyi, 2019. Lombok Timur Lombok pernah memenangkan kategori lokasi bulan madu terbaik dunia dalam Halal Tourism Award 2016. Lokasi tersebut tepatnya terletak di Kecamatan Sembalun yang terdiri atas enam desa. Daerah tersebut berada di dataran tinggi di kaki Gunung Rinjani sehingga udaranya sejuk dan tanahnya subur. Di Lombok Timur juga terdapat Pantai Pink yang terkenal dan Pantai Tebing yang dramatis.
256 Wisata Ramah Muslim Gambar 13-5 Pantai Pink Sumber:Astri Nina Sanderiana, CC BY-SA 4.0, https://commons.wikimedia. org/w/index.php?curid=59519494. SITUS WEB DAN PUSAT INFORMASI WISATA RAMAH MUSLIM DI NTB Situs web dan pusat informasi wisata ramah muslim di NTB dapat diakses di http://www.disbudpar.ntbprov.go.id/. Melalui situs tersebut, wisatawan dapat mengakses seluruh informasi terkait dengan tujuan wisata ramah muslim yang ada di NTB.
BAB 14 WISATA RAMAH MUSLIM DI KEPULAUAN RIAU PENDAHULUAN Kepulauan Riau merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Sumatra. Kepulauan Riau merupakan salah satu daerah yang pernah menjadi bagian dari kejayaan kerajaan-kerajaan di Melayu pada masa lampau. Setelah dimekaran dari Provinsi Riau menjadi provinsi tersendiri, Kepulauan Riau menjadi provinsi yang bertujuan untuk menyejahterakan masyarakatnya dan menjadi makin mandiri. Wisata ramah muslim merupakan salah satu bentuk wisata berbasis budaya yang mengedepankan nilai-nilai dan norma syariat Islam sebagai landasan dasarnya. Sebagai konsep baru di dalam 257
258 Wisata Ramah Muslim industri pariwisata, masih diperlukan pemahaman yang sebenarnya kepada masyarakat karena masih banyak yang menyamakan wisata ramah muslim dengan wisata religi. Pengembangan yang lebih lanjut dan partisipasi dari berbagai pihak juga diperlukan. Jumlah wisatawan muslim begitu besar dan termasuk mayoritas sehingga menjadi peluang yang sangat bagus bagi para pelaku industri pariwisata. Konsep wisata ramah muslim merupakan jawaban akan besarnya pasar yang belum tersentuh dengan maksimal. BTidak hanya untuk menarik wisatawan domestik, pariwisata ramah muslim juga dapat menarik wisatawan mancanegara. Pengembangan wisata ramah muslim yang berkelanjutan akan memberikan kontribusi ekonomi yang cukup signifikan bagi masyarakat. Kepulauan Riau memiliki potensi sebagai destinasi wisata ramah muslim. Bukan hanya dikarenakan daya tarik dari objek wisatanya, melainkan juga letak Kepulauan Riau yang berbatasan dengan beberapa negara tetangga Indonesia, seperti Malaysia, yang juga mayoritas berpenduduk muslim, dan Singapura. Kepulauan Riau juga dapat menjadi jembatan bagi kerja sama Indonesia dengan negara tetangga dalam berbagai bidang, terutama pariwisata. SEJARAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Kepulauan Riau merupakan provinsi yang terdiri atas pulau-pulau yang terletak di dekat Pulau Sumatra dan berbatasan dengan beberapa negara tetangga Indonesia, seperti Malaysia, Vietnam, Kamboja, dan Singapura. Dahulu, Kepulauan Riau termasuk dalam Provinsi Riau sebelum adanya keputusan mengenai pemekaran Provinsi Riau yang menjadikan Kepulauan Riau sebagai provinsi tersendiri. Ibu kota provinsi adalah Tanjungpinang, tetapi populasi penduduk terbanyak berada di Batam. Ditemukannya Prasasti Pasir Panjang di Karimun merupakan awal masa sejarah di Kepulauan Riau. Prasasti tersebut diduga berhubungan
Bab 14 Kepulauan Riau 259 dengan Kerajaan Melayu di Sumatra. Masuknya Islam di Riau kemudian ditandai oleh berdirinya Kesultanan Riau-Lingga dan kemungkinan ajaran Islam dibawa oleh pedagang dari Gujarat, India, dan Arab. Setelah Indonesia merdeka, Kepulauan Riau bergabung dengan wilayah Kesultanan Siak di daratan Sumatra sehingga membentuk provinsi Riau. Dahulunya, Kepulauan Riau juga menggunakan mata uang tersendiri bernama Uang Kepulauan Riau (KR). Namun secara perlahan, penggunaan mata uang ini dihentikan dan digantikan dengan mata uang Rupiah. Tanjungpinang pernah menjadi ibu kota Provinsi Riau. Namun, ibu kota kemudian dipindahkan Pekanbaru pada tahun 1959. Kepindahan ini menyebabkan perubahan penting dalam sejarah perkembangan sosial, ekonomi, dan politik di Kepri. Tanjungpinang yang awalnya adalah pusat perdagangan, budaya dan sejarah selama berabad-abad, berubah menjadi kawasan pinggiran dari Provinsi Riau. Kepulauan Riau dahulu menjadi pusat jalur perdagangan maritim, tetapi setelah perdagangan lebih mengandalkan jalur darat, Kepri menjadi daerah yang terlupakan. Penduduk Kepri kembali mengandalkan aktivitas ekonomi melalui pelayaran dan perdagangan tradisional antarpulau dan memanfaatkan kawasan pertumbuhan ekonomi Singapura dan Malaysia untuk memenuhi kebutuhannya. Namun, konflik yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia pada tahun 1961 yang melahirkan berbagai perubahan kebijakan di Kepri yang berada pada perbatasan Semenajung Malaya dan Singapura, mengakibatkan kegiatan perdagangan yang menjadi tulang punggung perekonomian di Kepri terhambat. Setelah konflik berakhir, barulah pemerintah pusat memberikan perhatian ke Kepulauan Riau, terutama Batam, guna ikut memanfaatkan jalur perdagangan dunia yang paling ramai dan penting di belahan timur. Berbagai kebijakan dikeluarkan untuk membangun kembali kawasan ini, terutama Batam. Pulau Batam dikembangkan menjadi daerah industri khusus, guna mendukung pertumbuhan ekonomi
260 Wisata Ramah Muslim nasional. Pemerintah juga menjalin kerja sama regional dengan membentuk kawasan segitiga pertumbuhan ekonomi Singapura- Johor-Riau (Sijori) yang dikenal sebagai IMS-GT atau Indonesia Malaysia Singapore Growth Triangle. Pertumbuhan ekonomi juga membangkitkan kawasan-kawasan industri dan pariwisata di daerah ini, seperti Bintan dengan dibukanya resor wisata di Lagoi serta Lobam di sekitar Tanjunguban. Namun, pembangunan masih belum merata. Fasilitas pendidikan masih begitu kurang sehingga Kepri tidak memiliki tenaga SDM yang terampil untuk mengimbangi perkembangan industri di kawasan ini. Kerusakan alam akibat penambangan dan sebagainya menyebabkan nelayan-nelayan kehilangan mata pencahariannya. Pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh pemilik modal dan pendatang, bukan penduduk asal Kepri sendiri. Sebagai bagian dari Provinsi Riau, Kepri memiliki posisi yang lemah karena pembangunan dipusatkan pada Provinsi Riau bagian daratan. Oleh karena itu, rakyat Kepri mulai berjuang untuk mendapatkan kekuasaan otonomi daerah untuk membangun kawasannya sendiri. Secara geografis, Kepulauan Riau terdiri atas 96 persen perairan dan hanya 4 persen daratan dengan 2.408 pulau. Kondisi ini dan jauhnya dari pusat pemerintahan menyebabkan panjangnya rentangan kendali. Secara administratif rentang kendali itu akan menjadi singkat apabila pusat pemerintahan berada di Kepri. Hal ini akan mempermudah berbagai urusan masyarakat dan layanan dari pemerintah provinsi. Aspirasi ini semakin berkembang dan disambut baik oleh masyarakat Kepri. Setelah melalui berbagai musyawarah dan perjuangan berbagai pihak, pada sidang paripurna 24 September 2002, RUU Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau menjadi Undang- Undang No. 25 Tahun 2002, disahkan dan ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno. Sejak saat itu, Kepulauan Riau resmi menjadi provinsi ke-32 di Indonesia.
Bab 14 Kepulauan Riau 261 POPULASI MUSLIM DI KEPULAUAN RIAU Sebagian besar penduduk Kepulauan Riau beragama Islam. Jumlah populasi muslim di Kepulauan Riau berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2020 mewakili 78,25 persen dari total populasi penduduk. Islam telah memasuki daerah Sumatra setidaknya sejak abad ke-12. Pengaruh Islam menguat dengan berdirinya berbagai kerajaan Islam. Begitu pula Islam masuk ke wilayah Kepulauan Riau. Apalagi Kepulauan Riau berada di jalur perdagangan maritim yang disinggahi pedagang-pedagang dari Jazirah Arab, Persia dan India. Proses Islamisasi berlangsung sejak terjadinya kontak antara penduduk lokal dengan pedagang-pedagang tersebut sehingga terbentuk komunitas dimana orang-orang Arab yang menetap di desa tersebut menikah dengan penduduk setempat sehingga membentuk komunitas muslim. Agama Islam umumnya dianut oleh suku Melayu, Jawa, Minangkabau, Banjar, Bugis, Sunda dan beberapa sub kelompok Batak. Beberapa ormas Islam di Indonesia memiliki cabang di Kepulauan Riau, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. PERAN PEMERINTAH TERHADAP WISATA RAMAH MUSLIM DI KEPULAUAN RIAU Pengembangan wisata ramah muslim di Indonesia terus dilakukan oleh pemerintah dan para pebisnis, apalagi bisnis wisata ramah muslim dinilai memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang. Wisata ramah muslim saat ini telah menjadi tren positif karena memperhatikan wisatawan muslim dari berbagai negara di dunia. Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus melakukan upaya konkret untuk mengembangkan pariwisata ramah muslim, terutama di Kepulauan Riau, antara lain melalui Workshop Rencana Aksi Pengembangan Pariwisata Halal dalam Rangka Pemberian Dukungan Fasilitasi Pengembangan Destinasi Regional I Area II di Provinsi
262 Wisata Ramah Muslim Kepulauan Riau (Kepri) pada 2019. Kepri merupakan salah satu dari sepuluh destinasi halal yang ditetapkan oleh Kemenpar. Workshop tersebut bertujuan untuk mengoordinasi dan melakukan sinkronisasi program pengembangan pariwisata ramah muslim di Provinsi Kepri. Program tersebut telah disusun sebelumnya pada Desain, Strategi dan Rencana Aksi (DSRA) dengan pihak-pihak yang terkait. Dalam workshop tersebut ditegaskan bahwa pariwisata ramah muslim adalah peluang bisnis dan media dakwah membangun pencitraan Islam sebagai agama Rahmatan Lil ‘Alamin, sekaligus memberikan syafaat dan kebaikan. PERAN SWASTA DAN PIHAK LAINNYA TERHADAP WISATA RAMAH MUSLIM DI KEPULAUAN RIAU Pengembangkan pariwisata bukan hanya tugas pemerintah, melainkan ada andil pihak swasta dan lainnya, termasuk media massa, yang sangat besar. Pada Workshop Rencana Aksi Pengembangan Pariwisata Halal dalam Rangka Pemberian Dukungan Fasilitasi Pengembangan Destinasi Regional I Area II di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), tidak kurang 60 orang stakeholder pariwisata Kepri mengikuti kegiatan itu, yang berasal dari berbagai SKPD di Provinsi Kepri. Kegiatan ini pun melibatkan berbagai lembaga terkait, seperti ASITA, PHRI, HPI, GenPI, MUI, serta akademisi. Sektor pariwisata ramah muslim perlu digarap oleh semua pihak, karena dampak dari itu juga berpengaruh pada banyak sektor lainnya. STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA RAMAH MUSLIM DI KEPULAUAN RIAU Dalam pengembangan wisata ramah muslim, diperlukan perencanaan yang baik untuk mempersiapkan destinasi-destinasi yang sebagai destinasi wisata ramah muslim dunia. Pemerintah Kepri telah membuat perencanaan tersebut melalui Desain, Strategi dan Rencana
Bab 14 Kepulauan Riau 263 Aksi (DSRA) Pengembangan Pariwisata Halal agar pengembangan wisata ramah muslim dapat dipersiapkan dengan baik dan sinergis. Hal-hal yang menjadi perhatian utama untuk dikembangkan adalah destinasi pariwisata, industri pariwisata, pemasaran, dan kelembagaan kepariwisataan. Terdapat tiga destinasi wisata ramah muslim di Kepri yang telah disepakati, yaitu Kawasan Lagoi sebagai wisata alam serta Pulau Penyengat dan Gedung Gonggong sebagai wisata budaya. Kawasan Lagoi merupakan kawasan milik swasta sehingga diperlukan upaya dari Pemprov Kepri untuk menghimbau pemilik untuk menerapkan prinsip-prinsip wisata ramah muslim di Kawasan Lagoi. Program prioritas pengembangan pada ketiga destinasi wisata tersebut dilakukan setidaknya dalam kurun waktu 3 tahun. Hal yang perlu dilakukan, antara lain peningkatan fasilitas umum ramah muslim (MCK, sarana ibadah, air bersih), sertifikasi halal pada industri kuliner, serta peningkatan kapasitas SDM industri wisata ramah muslim dan masyarakat. Dinas Pariwisata provinsi Kepri mengusulkan pembentukan Tim Percepatan Pariwisata Halal Kepri. DESTINASI WISATA RAMAH MUSLIM DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU Pulau Penyengat Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kepri Buralimar mengatakan bahwa pihaknya akan menetapkan Pulau Penyengat sebagai pilot project destinasi wisata ramah muslim di Kepulauan Riau. Selain sebagai objek wisata, Pulau Penyengat merupakan pusat budaya dan sejarah di Kepulauan Riau. Untuk mencapai Pulau Penyengat, wisatawan dapat menggunakan perahu atau lebih dikenal dengan perahu pompong yang membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Pulau Penyengat merupakan salah satu pulau di Provinsi Kepulauan Riau yang terletak tidak jauh dari Pulau Bintan dan
264 Wisata Ramah Muslim Gambar 14-1 Pulau Penyengat Sumber:Achmad Rabin Taim, mulanya diunggah di Flickr sebagai P1010179, CC BY 2.0, https://commons.wikimedia.org/w/index. php?curid=10656895. dekat dengan ibu kota Kepri, yaitu Tanjungpinang. Pulau Penyengat menyimpan sejarah yang masih dapat disaksikan hingga kini bukti sejarah tersebut. Pada abad ke-18, pulau ini merupakan pusat pertahanan yang menjadi bagian dari Kesultanan Johor-Riau oleh orang Bugis. Di Bukit Kursi terdapat benteng yang masih berdiri sampai sekarang lengkap dengan meriam-meriam yang menghadap ke laut. Raja Ali Haji, seorang sejarawan dan sarjana Islam abad ke-19, dimakamkan di pulau ini. Warisan budaya lainnya yang bisa dilihat di Pulau Penyengat, antara lain Masjid Agung Sultan Riau yang terbuat dari putih telur, makam raja-raja, serta kompleks istana dan kantor Blokir di Bukit Kursi. Kawasan Lagoi Treasure Bay Lagoi, terletak di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, merupakan kolam renang terbesar di Asia Tenggara. Luasnya mencapai 6,3 hektar, dan memiliki panjang 800 meter, setara dengan
Bab 14 Kepulauan Riau 265 50 kolam renang untuk ukuran olimpiade. Treasure Bay Lagoi sudah populer di antara masyarakat sekitar Kepulauan Riau, bahkan hingga negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Fasilitas di sini cukup lengkap dan sangat nyaman untuk berwisata bagi wisatawan muslim karena terdapat masjid berkapasitas cukup besar dan beberapa rumah makan yang menawarkan makanan halal. Selain sebagai kolam renang terbesar di Asia Tenggara, Treasure Bay Lagoi diklaim ramah lingkungan karena telah mengadopsi teknologi inbivatid crystal lagoons. Teknologi tersebut berguna untuk menyaring air sehingga air kolam sebening kristal, tetapi hanya menggunakan bahan kimia 100 kali lebih sedikit sehingga ramah lingkungan, hemat energi, dan lebih efisien. Namun, daya tarik utamanya tentu pemandangan yang indah bak berada di pantai. Treasure Bay Lagoi memang didesain semirip mungkin dengan pantai. Kolamnya landai dengan dasar berwarna putih dan pasir di sekelilingnya. Dengan demikian, wisatawan dapat menikmati suasana pantai tanpa takut sengatan ubur-ubur, ombak Gambar 14-2 Treasure Bay Lagoi Sumber: https://pesona.travel via https://pesonaindonesia.kompas.com/ read/2019/04/18/072300727/menyelami-treasure-bay-lagoi-kolam-renang- terbesar-se-asia-tenggara.
266 Wisata Ramah Muslim yang besar, atau terganggu oleh sampah dan air yang kotor. Selain itu, wisatawan dapat bermain kayak, paddle boarding, jet sky, ataupun water sport lainnya di sini. Disediakan pula segway atau scooter yang bisa digunakan untuk berkeliling area kolam renang. Gedung Gonggong Gedung Gonggong merupakan bangunan berbentuk lingkaran, menyerupai gonggong (sejenis keong laut) berwarna emas. Letaknya yang strategis berhadapan dengan laut Laman Boenda menyajikan pemandangan yang apik. Seluruh dindingnya terbuat dari kaca yang tampak gelap dari luar. Gedung tersebut terdiri atas dua lantai, dilengkapi dengan televisi yang menampilkan selayang pandang Tanjungpinang. Gedung Gonggong yang baru diresmikan Oktober 2016 oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya akan menjadi sentra wisata di Tanjungpinang, Kepri. Fungsi utama gedung ini adalah sebagai pusat informasi bagi wisatawan dan sebagai tempat untuk tempat memamerkan kebudayaan daerah Tanjungpinang. Bentuknya yang unik menjadikan Gedung Gonggong sebagai bangunan ikonik di Tanjungpinang. Pada pagi hari, kawasan sekitar Gedung Gonggong ramai digunakan untuk olahraga pagi warga sekitar. Di lantai basement terdapat toko oleh- oleh yang menjajakan makanan dan kerajinan khas Tanjungpinang. Di sekitar kawasan gedung ketika menjelang sore, banyak pedagang menggelar dagangannya sampai malam sehingga wisatawan juga dapat menikmati wisata belanja di sini.
Bab 14 Kepulauan Riau 267 Gambar 14-3 Gedung Gonggong Sumber: Kompas.com/Ambar Nadia, https://travel.kompas.com/ read/2017/05/17/100800927/gedung.gonggong.akan.dibuat.mirip.opera. house.di.australia. SITUS WEB DAN PUSAT INFORMASI WISATA RAMAH MUSLIM DI KEPULAUAN RIAU Wisatawan dapat mengakses beberapa situs berikut ini untuk mencari informasi mengenai wisata ramah muslim di Kepulauan Riau. 1. https://kepri-travel.kepriprov.go.id/. 2. http://www.halaltrip.com/bintan-resorts.
268 Wisata Ramah Muslim
BAB 15 WISATA RAMAH MUSLIM DI KALIMANTAN TIMUR PENDAHULUAN Pariwisata merupakan industri yang dapat secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga berdampak langsung terhadap masyarakat setempat dan sekitarnya. Pengelolaan pariwisata yang baik bahkan meningkatkan standar hidup masyarakat dan lingkungan setempat. Wisata ramah muslim merupakan subkategori pariwisata yang sedang tumbuh dengan baik di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Dengan penduduk muslim terbesar di dunia, wisata ramah muslim memiliki potensi besar untuk dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia. 269
270 Wisata Ramah Muslim Kalimantan Timur, dengan pertumbuhan ekonomi syariah yang semakin meningkat, merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan wisata ramah muslim. Kunjungan wisman dan lokal yang terhitung belum maksimal bisa dioptimalkan dengan pengembangan wisata ramah muslim di daerah tersebut. Belajar dari Lombok yang berhasil meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, khususnya, melalui destinasi wisata ramah muslimnya, Kalimantan Timur juga sedang bergerak menjadi salah satu destinasi wisata ramah muslim. SEJARAH SINGKAT KALIMANTAN TIMUR Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan. Wilayahnya dulu didominasi hutan hujan tropis. Beberapa kerajaan masa lampau yang pernah menguasai wilayah Kalimantan Timur adalah Kerajaan Kutai, Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura, dan Kesultanan Pasir. Kerajaan Kutai berkuasa selama berabad-abad sejak tahun 400 hingga tahun 1635 sebelum rajanya dibunuh oleh Sultan Kutai Kertanegara. Kesultanan Kutai Kertanegara berbeda dengan Kerajaan Kutai. Kesultanan Kutai Kertanegara awalnya merupakan kerajaan Hindu yang berdiri pada abad ke-13, tetapi kemudian berubah menjadi kerajaan Islam pada abad ke-16. Pada abad ke-17, atas campur tangan VOC, Kesultanan Kutai Kertanegara menjadi bagian dari Kesultanan Banjar dan pada 1826, Kutai Kertanegara menjadi daerah pendudukan Hindia Belanda berdasarkan perjanjian antara Sultan Kutai Kertanegara dengan pihak Hindia Belanda. Pada saat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memiliki 8 provinsi, yaitu Sumatra, Borneo (Kalimantan), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil. Kemudian, Indonesia mengalami
Bab 15 Kalimantan Timur 271 perubahan wilayah akibat kembalinya Belanda untuk menguasai Indonesia selama 1945–1949. Wilayah Kalimantan Timur baru bergabung ke dalam Negara Republik Indonesia secara resmi pada 10 April 1950. Pada saat itu, Kalimantan Timur masih merupakan salah satu keresidenan Provinsi Kalimantan yang beribu kota di Balikpapan. Kalimantan Timur menjadi provinsi tersendiri setelah pemekaran pada tahun 1956 yang membagi Provinsi Kalimantan menjadi Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat. Samarinda ditetapkan sebagai ibu kota provinsi Kalimantan Timur, sedangkan Balikpapan sebagai pintu gerbangnya. Pada 25 Oktober 2012, pembentukan Provinsi Kalimantan Utara yang merupakan pemekaran dari Kalimantan Timur disahkan oleh DPR RI. Dengan demikian, jumlah kabupaten dan kota di Kalimantan Timur berkurang menjadi 9 wilayah. Namun, pada Mei 2013, Kabupaten Mahakam Ulu dimekarkan dari Kutai Barat sehingga kabupaten dan kota di Kalimantan Timur menjadi 10 wilayah. POPULASI MUSLIM DI KALIMANTAN TIMUR Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur, jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Timur yang menganut Islam sebanyak 3.170.868 jiwa, atau 87 persen dari seluruh populasi di Kalimantan Timur. Masuknya Islam ke Kalimantan Timur ditandai dengan perubahan Kerajaan Kutai Kertanegara menjadi Kesultanan Kutai Kertanegara. Ini berarti Islam berkembang melalui pengaruh para bangsawan dan keluarga kerajaan yang terlebih dahulu menerima Islam sebagai agama mereka. Seorang Muballig bergelar Tuanku Tunggang Parangan yang berasal dari Sumatra adalah ulama pertama yang berhasil mengislamkan raja Kutai Kertanegara. Ajaran Islam juga disebarkan dan berkembang karena migrasi bangsa Melayu, Bugis, serta penduduk Pulau Jawa.
272 Wisata Ramah Muslim PERAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP WISATA RAMAH MUSLIM DI KALIMANTAN TIMUR Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman mengatakan, destinasi pariwisata di Kaltim sangat banyak dan lengkap. Untuk memanfaatkan seoptimal mungkin potensi-potensi tersebut, diperlukan perencanaan pembangunan di sektor pariwisata sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan. Selain itu, Kalimantan Timur memiliki modal sarana transportasi yang cukup baik. Kalimantan Timur telah memiliki bandara, yaitu Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan sehingga akses ke Kalimantan Timur mudah dan cepat. Bandara tersebut telah mampu melayani hingga tujuh juta penumpang setahun. Kementerian Pariwisata telah mengadakan Bimbingan Teknis guna menanggapi potensi yang ada di Kalimantan Timur pada 2018. Bimbingan Teknis tersebut mengusung tema Peningkatan Tata Kelola Destinasi Melalui Ekowisata Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Dalam rangka meningkatkan ekonomi kreatif dan bersertifikasi syariah, Pemkot Balikpapan mengadakan studi banding ke Pulau Lombok, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) selama tiga hari. Melalui studi banding tersebut, Pemkot Balikpapan belajar mengenai sertifikasi halal yang diterapkan Kota Mataram untuk sektor pariwisata, baik destinasi wisata, kuliner, maupun hotel. Studi banding ini diharapkan dapat memberikan pandangan bagaimana Kalimantan Timur mengembangkan potensi wisatanya dan menjadi salah satu destinasi wisata ramah muslim di Indonesia, bahkan dunia. Kota Balikpapan juga bekerja sama dengan Balai POM untuk membentuk LOKA POM di Balikpapan. Hal ini diharapkan dapat mempermudah dan mempercepat pertumbuhan ekonomi syariah di Balikpapan. Secara tidak langsung, ini juga bisa menjadi fondasi Kalimantan Timur untuk tumbuh sebagai destinasi wisata ramah muslim.
Bab 15 Kalimantan Timur 273 PERAN SWASTA DAN PIHAK LAINNYA TERHADAP WISATA RAMAH MUSLIM DI KALIMANTAN TIMUR Pengembangan wisata ramah muslim di Kalimantan Timur tentu membutuhkan peran besar dari pihak swasta dan lainnya. Dibutuhkan modal dari para penanam modal dan dibutuhkan SDM dari masyarakat sekitar untuk mengelola dan mengembangkan fasilitas serta destinasi wisata. Indonesia, selain menjadi tujuan destinasi wisata halal dunia, juga merupakan pusat mode busana muslim dunia. Kalimantan Timur memiliki ciri khas kerajinan dan kain tenun Ulap Doyo. Masyarakat dapat menangkap potensi ini dan mengembangkannya sehingga wisatawan tidak hanya berkunjung untuk tujuan berwisata ke destinasi-destinasi wisata di Kalimantan Timur, tetapi juga untuk wisata belanja busana muslim dengan kain dan motif khas Kalimantan Timur. STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA RAMAH MUSLIM DI KALIMANTAN TIMUR Strategi yang pertama kali perlu dilakukan untuk mengembangkan wisata ramah muslim di Kalimantan Timur adalah perencanaan yang baik. Perencanaan harus dilakukan dari bawah (pemerintah setempat) hingga dapat benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat setempat. Pemerintah daerah harus mampu membuat perencanaan destinasi-destinasi pariwisata yang akan dikembangkan sebagai destinasi wisata ramah muslim yang berkelanjutan. Dengan demikian, peningkatan industri pariwisata hendaknya tidak hanya dinikmati oleh para pemegang modal saja, tetapi juga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya. Kemudian, pengembangan wisata ramah muslim dapat dilakukan dengan mendorong usaha kecil mikro dan menengah untuk
274 Wisata Ramah Muslim mendapatkan sertifikasi halal, baik itu kuliner ataupun hotel. Selain itu, perlu dibangun destinasi dengan fasilitas ramah muslim yang lengkap dan mengembangkan potensi wisata halal, seperti fesyen dan kerajinan kreatif yang khas. Hal terakhir dan terpenting adalah pemasaran. Pemasaran memegang peran penting untuk dapat menjual sektor-sektor yang ditawarkan kepada wisatawan Nusantara maupun mancanegara. DESTINASI WISATA RAMAH MUSLIM DI KALIMANTAN TIMUR Destinasi wisata yang paling terkenal di Kalimantan Timur adalah wisata alamnya. Salah satu kabupaten di kalimantan Timur, yaitu Kabupaten Berau, telah menyatakan siap sebagai destinasi wisata ramah muslim. Kabupaten Berau sendiri, selain memiliki visi sebagai kabupaten yang religius, juga memiliki banyak wisata alam yang sangat menarik dan indah. Mulai dari pulau-pulau eksotis, gua-gua besar, air terjun, danau, hingga sumber air panas, semua ada di Kabupaten Berau. Danau Labuan Cermin Danau Labuan Cermin adalah danau yang terkenal akan keindahan dan keunikannya. Objek wisata air ini berlokasi di Desa Labuan Kelambu, Kecamatan Biduk-biduk, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Danau Labuan Cermin dinamakan demikian karena memang air danaunya sangat bening dan mengilap hingga tampak seperti cermin. Jika difoto, benda yang mengambang di atasnya akan tampak seperti melayang di udara saking jernihnya. Dasar danau yang berupa pasir laut pun tampak jelas dari permukaan sehingga menambah keindahannya. Keistimewaan lain danau ini adalah airnya yang memiliki dua rasa, yaitu asin dan tawar. Air permukaannya berasa tawar, sedangkan
Bab 15 Kalimantan Timur 275 air di dasarnya berasa asin. Dua jenis air inilah yang membuat danau memiliki sebuah lapisan pemisah sehingga air terlihat mengilap. Dua jenis air ini juga menyebabkan jenis-jenis ikan yang hidup di danau ini juga ada dua, yaitu jenis ikan air tawar dan ikan air laut. Wisatawan dapat berenang, snorkeling, menyelam, dan berswafoto di danau atau hanya sekadar menikmati pemandangan sekitar dengan berkeliling menggunakan perahu dengan harga sewa yang terjangkau. Di sekeliling danau ditumbuhi rerimbunan pohon sehingga suasananya sangat teduh dan nyaman untuk membuat wisatawan merasa santai. Untuk mencapai Danau Labuan Cermin, wisatawan dapat berangkat dari Balikpapan menuju Kabupaten Berau, lalu Tanjung Redep. Dari Tanjung Redep dapat dilanjutkan ke Kecamatan Biduk- biduk dengan waktu tempuh sekitar 6 jam. Dari sini, perjalanan berlanjut menggunakan perahu dengan mengikuti petunjuk arah menuju Danau Labuan Cermin. Selain jalur air, dapat juga menggunakan jalur darat, yaitu dari kota Samarinda atau Sangatta menuju Kecamatan Biduk-biduk dengan waktu tempuh sekitar kurang lebih 13 jam. Gambar 15-1 Danau Labuan Cermin Sumber:Akurat.co via https://www.celebes.co/borneo/tempat-wisata-berau.
276 Wisata Ramah Muslim Kepulauan Derawan Kepulauan Derawan populer akan keindahan alam bawah laut. Terletak di Kabupaten Berau, Kepulauan Derawan terdiri atas 31 pulau, di antaranya yang terkenal adalah Pulau Derawan, Maratua, Sangalaki, dan Kakaban. Keindahan biota laut di kepulauan ini memang tiada duanya. Apalagi dengan air yang masih jernih lingkungan yang terjaga. Di Kepulauan Derawan, wisatawan dapat dapat menikmati aktivitas diving, snorkeling, surfing, atau hanya berjalan jalan di tepi pantai. Penginapan-penginapan yang menawarkan pemandangan elok juga bisa menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu. Bagi wisatawan yang hobi menyelam, Kepulauan Derawan menawarkan berbagai titik menyelam yang sangat diburu oleh para penyelam dari seluruh dunia. Salah satu titik yang merupakan surga bagi para penyelam adalah di “Blue Light Cave”, sebuah gua bawah laut yang sangat menakjubkan. Tidak hanya itu, penyelam juga bisa melihat langsung atau bahkan berinteraksi dengan satwa laut, seperti hiu tutul, hiu paus, penyu hijau, dan lainnya. Beberapa titik menyelam dinamakan sesuai dengan biota laut yang ada di sana, yaitu Shark Gambar 15-2 Pulau Derawan Sumber:Totabuan.news, https://totabuan.news/wisata/pulau-derawan-surga- tersembunyi-di-kalimantan-timur/.
Bab 15 Kalimantan Timur 277 Point yang terkenal akan keberadaan hiu-nya, Coral Garden yang menawarkan keindahan ragam terumbu karang, Tuturuga Point, Snapper Point, dan sebagainya. Beberapa pulau di Kepulauan Derawan merupakan tempat bertelur penyu dan merupakan situs peneluran penyu hijau terbesar di Indonesia. Dengan demikian, beberapa tempat dijadikan sebagai kawasan konservasi penyu hijau oleh pemerintah. Tak hanya keindahan alamnya yang menarik di Kepulauan Derawan. Kulinernya juga tak kalah lezat dan perlu untuk dicoba. Derawan memiliki ragam olahan boga bahari yang unik, seperti tehe-tehe, yaitu olahan ketan yang dimasak bersama santan dan pandan menggunakan cangkang landak laut. Selain Tehe-tehe, masih ada Kima-kima, yaitu kerang laut yang diasinkan dan dikeringkan. Kepulauan Derawan juga memiliki buah khas, yaitu buah elai yang berbentuk menyerupai durian dan rasanya unik. SITUS WEB DAN PUSAT INFORMASI WISATA RAMAH MUSLIM DI KALIMANTAN TIMUR Berikut adalah situs web yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam mencari informasi wisata ramah muslim di Kalimantan Timur. 1. https://dispar.kaltimprov.go.id/ 2. https://chse.kemenparekraf.go.id/detail-province/kalimantan- timur
278 Wisata Ramah Muslim
BAB 16 WISATA RAMAH MUSLIM DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN Pariwisata telah menjadi salah satu sektor yang dapat berperan penting dalam pembangunan perekonomian negara. Dengan majunya teknologi dan meningkatnya kesejahteraan di dunia, pariwisata saat ini menjadi kebutuhan pokok atau gaya hidup manusia, dan menggerakkan manusia untuk mengenal alam dan budaya di negaranya sendiri hingga di kawasan-kawasan negara lain. Secara tidak langsung, pergerakan manusia tersebut memberikan dampak pada mata rantai ekonomi yang saling berkesinambungan menjadi industri jasa yang turut memberikan kontribusi bagi perekonomian. 279
280 Wisata Ramah Muslim Perkembangan industri pariwisata yang semakin pesat juga menumbuhkan sebuah tren baru, yaitu wisata ramah muslim. Indonesia sendiri telah populer sebagai destinasi wisata ramah muslim terbaik di dunia setelah mendapatkan penghargaan dalam “The World Halal Travel Summit & Exhibition 2015”. Indonesia berhasil mendapatkan tiga penghargaan sekaligus, meliputi; World Best Family Friendly Hotel, World Best Halal Honeymoon Destination, dan World Best Halal Tourism Destination. Dari tahun ke tahun, Indonesia juga berada di peringkat atas sebagai destinasi wisata ramah muslim menurut indeks GMTI. Sebagai negara dengan populasi muslim terbanyak di dunia, bukanlah hal sulit bagi masyarakat Indonesia untuk menjalankan setiap kegiatan berlandaskan syariat Islam. Hal ini menjadi peluang yang sangat besar bagi para pengusaha barang maupun jasa untuk menjalankan perekonomian yang sesuai dengan syariah Islam, termasuk dalam industri pariwisata. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu wilayah yang strategis yang menjadi sasaran pengembangan wisata ramah muslim oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. Yogyakarta merupakan salah satu aset penting pariwisata di Indonesia. Tidak hanya memiliki keindahan wisata alam, Yogyakarta juga menyimpan segudang keelokan dalam warisan budayanya. Menurut Kepala Dinas Pariwisata DIY Aris Riyanta pada 2016 lalu, peluang pasar wisata ramah muslim di Yogyakarta cukup besar, terbukti dengan tingginya kunjungan wisata dari negara-negara dengan mayoritas penduduk Islam. Jika pengembangan konsep pariwisata ramah muslim digarap secara optimal dengan dukungan seluruh pelaku wisata di DIY, ia meyakini akan semakin banyak wisatawan dari negara-negara muslim, termasuk dari Timur Tengah berkunjung ke Yogyakarta.
Bab 16 Daerah Istimewa Yogyakarta 281 SEJARAH SINGKAT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di Pulau Jawa dan merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang pemerintahannya menganut sistem monarki meskipun masih tunduk pada hukum Republik Indonesia. Oleh karena itu, DIY merupakan pusat budaya Jawa. Berbagai cagar budaya masih dilestarikan hingga kini. Wilayah DIY dahulu merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno yang dapat dibuktikan dari candi-candi yang ditemukan di daerah Sleman. Pada era Majapahit, daerah di sekitar Yogyakarta disebut sebagai “Mataram” dan diakui sebagai salah satu dari dua belas provinsi Majapahit di Jawa yang diperintah oleh seorang adipati yang dikenal sebagai Bhre Mataram. Pada masa Kesultanan Mataram, daerah Kotagede merupakan ibu kota Kesultanan Mataram dari tahun 1587 hingga 1613. Ibu kota Kesultanan Mataram kemudian pindah ke Karta dan ke Plered yang terletak di Kabupaten Bantul, sebelum akhirnya pindah ke Kartasura. Pada 1745, dimulailah perang saudara antara Pakubuwono II penguasa terakhir Kartasura, dan adik laki-laki sekaligus pewaris takhta, Pangeran Mangkubumi, yang terjadi hingga 1749. Pakubuwono II setuju bekerja sama dengan Belanda dan menyerahkan sebagian wilayah Mataram kepada Belanda, sedangkan Pangeran Mangkubumi menentang perjanjian tersebut, dengan alasan kekhawatiran bahwa orang-orang akan menjadi budak di bawah pemerintahan Belanda. Selama perang, Pangeran Mangkubumi mengalahkan pasukan Pakubuwono II. Setelah Pakubuwono meninggal, melalui Perjanjian Giyanti antara pihak Belanda, Pangeran Mangkubumi, dan Pakubuwono III, wilayah Mataram dibagi menjadi dua. Pangeran Mangkubumi kemudian dikenal sebagai Hamengkubuwono I, Sultan Yogyakarta pertama, dan pendiri Kesultanan Yogyakarta yang berada wilayah Kesultanan Mataram bagian selatan. Peristiwa ini menandai berakhirnya Kesultanan Mataram.
282 Wisata Ramah Muslim Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Kasultanan Yogyakarta dan Pakualaman diakui sebagai kerajaan yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri yang dinyatakan dalam kontrak politik. Eksistensi kedua kerajaan tersebut telah mendapat pengakuan dari dunia internasional, baik pada masa penjajahan Belanda, Inggris, maupun Jepang. Ketika Jepang meninggalkan Indonesia, kedua kerajaan tersebut telah siap menjadi sebuah negara sendiri yang merdeka, lengkap dengan sistem pemerintahannya (susunan asli), wilayah, dan penduduknya. Namun, setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Sri Sultan Hamengkubuwana IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan kepada Presiden RI, bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta, dan Daerah Pakualaman menjadi wilayah Negara RI, bergabung menjadi satu kesatuan yang dinyatakan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sri Sultan Hamengkubuwana IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI. POPULASI MUSLIM DI YOGYAKARTA Berdasarkan data dari Bappeda DIY, penduduk yang menganut agama Islam di DIY pada 2020 sebanyak 3.406.213 dari total populasi 3.665.132, atau sekitar 93 persen. Tersebarnya Islam di Yogyakarta dimulai sekitar akhir abad ke-16 dengan berdirinya Kesulatanan Mataram yang pernah beribu kota di Kotagede. Berdirinya kerajaan Islam ini menjadi sarana berkembangnya Islam, menggantikan keyakinan mayoritas yang dianut oleh masyarakat setempat sebelumnya, yaitu Hindu dan kepercayaan lokal. Perkembangan Islam di DIY dilakukan melalui pendekatan budaya. Ini terlihat dari Masjid Gede Mataram Kotagede yang bergaya akulturasi Hindu dan Islam. Masjid tersebut dibangun pada tahun 1587 secara gotong royong oleh masyarakat yang pada saat itu masih banyak yang menganut agama Hindu dan Buddha. Dari masjid
Bab 16 Daerah Istimewa Yogyakarta 283 inilah Islam menyebar dan akhirnya Kerajaan Mataram yang awalnya merupakan kerajaan Hindu berubah menjadi kerajaan Islam. Kesultanan Yogyakarta saat ini merupakan pecahan dari Kesultanan Mataram. Hingga sekarang, Kesultanan Yogyakarta masih meneruskan tradisi bernuansa Islam, seperti Grebeg Pasa, Grebeg Besar, dan Grebeg Maulud. Grebeg Pasa adalah tradisi untuk merayakan Idul fitri, Grebeg besar untuk merayakan bulan besar/ Dzulhijjah atau Idhul Adha/kurban, sedangkan Grebeg Maulud untuk merayakan maulud (kelahiran) Nabi Muhammad SAW. PERAN PEMERINTAH TERHADAP WISATA RAMAH MUSLIM DI YOGYAKARTA Peran pemerintah sangat penting dalam mengembangkan wisata ramah muslim di Yogyakarta. Pemerintah harus membuat regulasi untuk menentukan konsep wisata ramah muslim terkait dengan standardisasi pelayanan syariah. Pemerintah harus memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pemahaman wisata ramah muslim, pengembangan SDM dan prasarana (pelengkap) untuk pengembangan wisata ramah muslim. Perbaikan dan penambahan atribut-atribut wisata ramah muslim untuk mengembangkan wisata ramah muslim di DIY harus diperhatikan sehingga DIY siap untuk menerima wisatawan dengan tujuan untuk melakukan perjalanan wisata ramah muslim. Pengelolaan dan pengembangan potensi wisata ramah muslim harus lebih digali dan dikaji sehingga produk wisata ramah muslim di DIY mampu bersaing dengan produk wisata ramah muslim wilayah-wilayah lain yang sudah mulai mengembangkan konsep wisata tersebut. PERAN SWASTA DAN PIHAK LAINNYA TERHADAP WISATA RAMAH MUSLIM DI YOGYAKARTA Masyarakat, pihak swasta, dan lainnya juga turut berperan dalam pengembangan wisata ramah muslim. Pelaku usaha wisata sebaiknya
284 Wisata Ramah Muslim lebih bersemangat untuk memasarkan paket-paket wisata ramah muslim dengan produk destinasi yang sudah ada di kota Yogyakarta yang sudah layak untuk dikunjungi sebagai destinasi wisata ramah muslim. Tidak lupa dengan memperhatikan susunan atau jadwal paket wisata yang dijual dengan mengutamakan unsur-unsur halal di dalamnya. Sedangkan untuk pelaku usaha akomodasi, sebaiknya dapat melakukan pemasaran secara masif, sehingga keberadaan hotel/ penginapan halal dapat diakses oleh wisatawan yang membutuhkan. Penambahan dan perbaikan fasilitas juga harus menjadi rencana ke depan, guna memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan yang melakukan perjalanan wisata ramah muslim. Semua pelaku bisnis pariwisata, baik swasta maupun pemerintah, sebaiknya melakukan sosialisasi kepada masyarakat atau wisatawan umum mengenai wisata ramah muslim. Menurut hasil penelitian, diperoleh data, yaitu 36% wisatawan sangat tidak paham mengenai konsep wisata ramah muslim, dan 35% wisatawan menyatakan sedikit paham mengenai konsep wisata ramah muslim. Dikarenakan pengembangan wisata ramah muslim ini sudah menjadi sebuah program pemerintah, maka diharapkan pemerintah dan semua pelaku bisnis wisata membuktikan keseriusan dalam melakukan pengembangan, terutama dalam memberikan pemahaman tentang apa itu wisata ramah muslim kepada masyarakat/wisatawan umum. STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA RAMAH MUSLIM DI YOGYAKARTA Menurut Ketua Pengurus Pusat MES, Muliaman D. Hadad, salah satu strategi pengembangan wisata ramah muslim di Yogyakarta adalah dengan mengembangkan kuliner halal. Kuliner halal merupakan hal penting sebagai daya tarik wisata ramah muslim, baik hidangan yang lansung disantap maupun kuliner yang sifatnya sebagai oleh-
Bab 16 Daerah Istimewa Yogyakarta 285 oleh. Apalagi, di beberapa negara maju, kuliner halal sedang populer di masyarakat nonmuslim sekalipun. Alasannya, hidangan halal dikaitkan dengan hidangan yang sehat. Yogyakarta juga memiliki potensi untuk menggelar acara- acara berskala internasional yang bertujuan untuk mempromosikan produk-produk syariah, seperti busana muslim, kuliner halal, maupun kerajinan tradisional khas Yogyakarta. Kegiatan-kegiatan bernuansa halal tersebut mampu menjadi daya tarik karena wisatawan dapat menikmati wisata bernuasa syariah dan halal sekaligus menikmati sajian panorama alam serta kearifan budaya yang ada di Yogyakarta. Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pengembangan pariwisata ramah muslim meliputi empat jenis komponen usaha pariwisata, yaitu perhotelan, restoran, biro perjalanan, atau jasa perjalanan wisata, dan spa. Selain itu, sarana penunjang pariwisata lainnya juga akan diikutsertakan. Dengan demikian, pengembangan wisata ramah muslim juga dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip halal pada layanan-layanan wisata, seperti penyediaan tempat ibadah, tempat wudu, dan kamar mandi pria- wanita yang dipisah, serta hotel atau penginapan yang menerapkan prinsip syariah dalam pengelolaannya. Kemudian, dilakukan promosi yang masif melalui berbagai media untuk mengenalkan pada dunia bahwa DIY memiliki produk wisata ramah muslim. Di kota Yogyakarta sendiri terdapat fasilitas dan infrastuktur yang mendukung perkembangan wisata ramah muslim, antara lain terdapat beberapa hotel yang telah menggunakan konsep wisata ramah muslim, restoran halal, bank dengan sistem Syariah, dan lainnya. Dalam penelitian Analisis Potensi Pariwisata Syariah dengan Mengoptimalkan Industri Kreatif di Jawa Tengah dan Yogyakarta (Haidar Tsany Alim, Andi Okta Riansyah, dkk.), dari segi konsep, 48% responden setuju dengan konsep wisata ramah muslim. Dari segi kebutuhan, 68% responden menekankan bahwa wisata ramah muslim memiliki urgensi yang tinggi dalam pelaksanaannya.
286 Wisata Ramah Muslim DESTINASI WISATA RAMAH MUSLIM DI DIY Provinsi DIY yang terkenal akan pariwisatanya menawarkan berbagai macam destinasi atau objek wisata yang beragam dan juga menarik yang dapat dikunjungi saat melakukan wisata ramah muslim. Keraton Yogyakarta, Warisan Kerajaan Islam di Yogyakarta Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah sebuah kompleks istana di kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Istana tersebut merupakan tempat kedudukan Sultan Yogyakarta yang berkuasa dan keluarganya. Kompleks tersebut masih hidup dengan berbagai upacara kerajaan dan tradisi sehingga merupakan pusat kebudayaan Jawa, dan berisi museum yang memamerkan artefak kerajaan. Kompleks keraton mulanya dibangun atas perintah Sultan Hamengkubuwono I pada 1755 untuk dijadikan pusat pemerintahan Kesultanan Yogyakarta yang baru saja berdiri setelah ditandatanganinya Perjanjian Giyanti. Kompleks istana dibangun di sebuah hutan beringin yang terletak di antara dua sungai, Kali Code dan Kali Winongo, atas dasar strategis untuk pertahanan dan terlindung dari banjir. Pada 1812, Keraton Yogyakarta dijarah dan dibakar oleh pasukan Inggris dan kemudian Kesultanan Yogyakarta tunduk di bawah pemerintah Inggris sebelum kendali dikembalikan kepada Belanda. Sebagian besar istana yang ada saat ini dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono VIII (masa pemerintahan 1921–1939), dan dibangun kembali setelah gempa bumi pada tahun 1876 dan 2006. Kepala arsitek istana adalah Sultan Hamengkubuwono I. Keahlian arsitekturnya dihargai oleh ilmuwan Belanda Theodoor Gautier Thomas Pigeaud dan Lucien Adam, yang menganggapnya sebagai penerus yang layak dari Pakubuwono II. Kompleks tersebut terdiri atas pelataran yang dilapisi pasir pantai selatan, bangunan
Bab 16 Daerah Istimewa Yogyakarta 287 induk, dan bangunan sekunder. Bangunan-bangunan tersebut berupa joglo yang dipisahkan tembok dengan regol atau pintu gerbang bergaya semar tinandu. Di belakang (atau di depan) gapura dalam arsitektur Jawa biasanya terdapat dinding penyekat (Renteng atau Baturono), terkadang dengan ornamen tradisional yang khas. Gaya arsitektur tradisional Jawa terlihat dalam bangunan kayu yang dihiasi dengan motif flora, fauna, atau alam, meskipun terdapat pula beberapa pengaruh asing dari Portugis, Belanda, dan Tiongkok. Setiap bangunan diklasifikasikan berdasarkan penggunaan. Bangunan kelas induk (bekas sultan) memiliki lebih banyak ornamen dan memiliki lantai utama yang lebih tinggi daripada bangunan kelas bawah, yang memiliki ornamen sederhana atau tidak sama sekali. Beberapa bangunan memiliki batu persegi (Selo Gilang) untuk tahta sultan. Saat ini, Keraton Yogyakarta dibuka sebagai museum. Berbagai peninggalan bersejarah dapat dilihat, seperti kereta kencana, gamelan, hingga beberapa pusaka dan foto-foto para Sultan yang pernah memimpin Yogyakarta. Selain itu, beberapa bangunan menjadi tempat untuk menyelenggarakan pertunjukan gamelan (musik), tari Jawa, macapat (puisi), dan wayang kulit yang dapat ditonton masyarakat umum. Jika ingin mengenal budaya Jawa lebih jauh dan mengagumi keindahan dan kearifannya, Keraton Yogyakarta adalah tujuan yang tepat. Keraton Yogyakarta merupakan destinasi wisata ramah muslim karena beberapa alasan. Pertama, ada beragam pilihan tempat menginap yang terletak tidak jauh dari Keraton Yogyakarta, hanya berjarak kurang lebih 300 meter dari Keraton Yogyakarta. Wisatawan juga dapat menginap di hotel berbintang yang terletak di sepanjang jalan Malioboro. Penginapan yang murah meriah juga mudah ditemukan.
288 Wisata Ramah Muslim Gambar 16-1 Keraton Yogyakarta Sumber: Gunawan Kartapranata, CC BY-SA 3.0, https://commons. wikimedia.org/w/index.php?curid=6898102. Kedua, banyak ditemukan tempat makan yang memanjakan lidah. Seperti pada umumnya kota besar lainnya, ada beragam jenis kuliner yang bisa ditemukan di sekitar objek wisata sejarah Keraton Yogyakarta. Di kawasan ini, terdapat banyak penjual dan tempat makan yang menyajikan menu lezat sekaligus menarik. Wisatawan juga akan dimudahkan menemukan kuliner khas Yogyakarta yang akan memberikan sentuhan menarik pada liburan tersebut. Ketiga, toko cinderamata dan oleh-oleh yang mudah ditemui. Berkunjung ke keraton di Yogyakarta seperti masuk ke wilayah one stop yang menyajikan banyak pilihan kegiatan dan fasilitasnya. Wisatawan yang berkunjung tentu sangat tertarik untuk berburu cendera mata khas daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Banyak toko suvenir dan cendera mata, seperti toko batik, keris, dan lain sebagainya yang bisa dijumpai tidak jauh dari Keraton Yogyakarta. Untuk oleh- oleh makanan khas Yogyakarta, wisatawan bisa membeli bakpia patok, geplak dan jajanan khas Yogyakarta lainnya atau bisa langsung naik becak dan minta diantar ke kawasan pertokoan yang khusus menjual
Bab 16 Daerah Istimewa Yogyakarta 289 makanan khas Yogyakarta. Berlibur pun akan terasa semakin mudah sekaligus praktis sehingga bisa hemat biaya dan tenaga. Keempat, tersedia tempat beribadah dan area parkir yang lapang. Lokasi keraton yang tidak jauh dari jalan Malioboro memudahkan wisatawan menemukan tempat parkir di seputaran Keraton Yogyakarta. Ada beberapa titik lokasi yang memang disediakan untuk memarkir kendaraan, seperti di sebelah timur alun-alun utara ataupun di area parkir Masjid Agung yang berada di sebelah barat alun-alun utara. Kemudian, di dekat keraton juga terdapat Masjid Gedhe Kauman bergaya klasik yang berada di sebelah barat alun-alun keraton sehingga wisatawan muslim bisa beribadah sekaligus berwisata sejarah di sini. Kelima, transportasi untuk ke sini mudah. Banyak transportasi yang bisa dipakai untuk menuju ke tempat wisata Keraton Yogyakarta karena lokasinya yang berada di tengah kota. Wisatawan bisa menggunakan transportasi umum, seperti bus, taksi, becak, andong, ojek, atau bisa juga menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi online. Malioboro Malioboro merupakan kawasan perbelanjaan yang legendaris yang menjadi salah satu kebanggaan kota Yogyakarta. Penamaan Malioboro berasal dari nama seorang anggota kolonial Inggris yang dahulu pernah menduduki Yogyakarta pada tahun 1811–1816 yang bernama Marlborough. Kolonial Hindia Belanda membangun Malioboro di pusat kota Yogyakarta pada abad ke-19 sebagai pusat aktivitas pemerintahan dan perekonomian. Secara simbolis juga bermaksud untuk menandingi kekuasaan Keraton atas kemegahan istananya yang mendominasi kawasan tersebut. Daya tarik utama Malioboro adalah wisata belanjanya. Barang yang banyak ditawarkan adalah suvenir dan cenderamata yang dijajakan oleh pedagang kaki lima yang berjajar di sepanjang trotoar jalan Malioboro. Berbagai macam cendera mata dan kerajinan,
290 Wisata Ramah Muslim seperti kerajinan dari perak, kulit, kayu, kain batik, gerabah dan sebagainya, bisa didapatkan di sini. Beberapa pusat perbelanjaan yang menjual berbagai barang kebutuhan juga ada di sepanjang jalan Malioboro. Selain jalan-jalan dan membeli aneka kerajinan tangan khas Yogyakarta, wisatawan juga bisa duduk dan bersantai di bangku- bangku taman yang tertata rapi di sepanjang jalur pedestrian. Berbagai hidangan khas Jogja bisa dicoba di beberapa warung lesehan yang ada di sekitar Jalan Malioboro sembari menikmati alunan musik para seniman Malioboro. Ketua Yayasan Widya Budaya Yogyakarta, Widi Utaminingsih, menjelaskan bahwa daya tarik Malioboro, selain berada di tengah kota, adalah sarana transportasi menuju ke kawasan itu mudah didapat dari segala penjuru kota. Ia juga menambahkan bahwa wisatawan tidak perlu khawatir jika berkunjung ke Malioboro karena di kawasan itu tersedia Tourism Information Center (TIC) atau pusat informasi pariswisata sehingga wisatawan bisa memperoleh informasi dengan jelas mengenai objek wisata di daerah tersebut. Fasilitas dan akomodasi sebagai sarana penunjang yang mendukung sektor kepariwisataan di Malioboro sudah sangat lengkap. Hotel berbintang lima sampai dengan hotel kelas melati banyak tersedia di sekitar tempat ini, seperti di Jalan Mangkubumi, Jalan Dagen, Jalan Sosrowijayan, Jalan Malioboro, Jalan Suryatmajan, dan Jalan Mataram. Wisatawan juga bisa mencari penginapan di bagian barat, yaitu di Jalan Ngasem dan daerah Wijilan yang letaknya tidak jauh dari Malioboro. Rumah makan pun banyak tersebar di wilayah ini dengan menu dan selera yang sangat beragam, mulai dari warung angkringan (warung berbentuk gerobak yang menyediakan makanan lokal) hingga masakan khas Yogyakarta yang disajikan dalam suasana lesehan, seperti gudeg, nasi goreng, sambel dan lalapan, dan sebagainya. Tersedia juga restoran atau cafe yang menyediakan makanan Tiongkok, makanan cepat saji, atau masakan ala barat, dan lain-lain.
Bab 16 Daerah Istimewa Yogyakarta 291 Gambar 16-2 Jalan Malioboro Sumber: Gunawan Kartapranata, CC BY-SA 3.0, https://commons. wikimedia.org/w/index.php?curid=10760169. Fasilitas lain berupa tempat ibadah, polisi pariwisata, pos informasi, kios penukaran uang, ATM, warnet, tempat parkir, dan lain- lain juga tersedia. Ada juga kios yang menyediakan oleh- oleh makanan khas Yogyakarta yang berada di Jalan Mataram atau sebelah barat Malioboro yang menyediakan beragam jenis dan bentuk oleh-oleh dan penganan khas Jogja, seperti yangko, geplak, bakpia, berbagai jenis keripik, dan lain-lain. Malioboro merupakan kawasan wisata andalan dari kota Yogyakarta sehingga banyak cara untuk sampai ketempat ini. Dari Terminal Giwangan atau halte yang tersebar di kota Yogyakarta menggunakan bus kota jalur 4 dan bus Transjogja trayek 3A atau 3B. Wisatawan juga bisa menggunakan jasa taksi dengan memesan via telepon maupun bisa mencegatnya di pinggir jalan. Wisatawan bisa juga menggunakan andong atau becak sambil menikmati suasana kota Yogyakarta. Kotagede Kotagede merupakan kawasan bersejarah karena merupakan asal dari kesultanan Mataram Islam dan pernah menjadi ibu kotanya. Ki
292 Wisata Ramah Muslim Gede Pemanahan membangun desa kecil di hutan bekas kerajaan Mataram Hindu pada 1575 dan perlahan-lahan desa tersebut semakin berkembang sampai Ki Gede Pemanahan wafat. Kepemimpinan selanjutnya diteruskan oleh puteranya yang bergelar Senopati Ingalaga. Desa tersebut, di bawah kepemimpinan Senopati Ingalaga, tumbuh dan berkembang dengan pesat sehingga berubah menjadi sebuah kota yang sangat ramai dan makmur dan akhirnya disebut dengan Kotagede atau Kota Besar. Bahkan, saat ibu kota Mataram telah dipindah ke daerah lain, Kotagede tetap menjadi kota yang semakin ramai. Kotagede memiliki banyak peninggalan berupa menawarkan banyak bangunan dengan struktur yang sedikit berbeda dengan bangunan rumah Jawa pada umumnya, yaitu berupa rumah besar dikelilingi tembok yang tebal dan tinggi yang merupakan ciri bangunan peninggalan sebagai bentuk pertahanan pada masa kerajaan Mataram Islam pada waktu yang lalu. Bangunan-bangunan tersebut akan mengingatkan kita pada kebudayaan Mataram pada abad ke- 16 Masehi. Kemudian juga terdapat bangunan-bangunan dari tahun 1930 dengan berbagai macam bentuk dan arsitek yang berbeda dan unik. Sepanjang jalan kita akan menemukan deretan toko yang hanya menjual kerajinan perak yang sebelumnya merupakan kerajinan yang turun-menurun yang sudah ada pada zaman Mataram dahulu. Di Kotagede juga terdapat Masjid Agung Kotagede atau disebut juga Masjid Mataram. Masjid ini merupakan masjid yang dibangun oleh Ki Gede Pemanahan dan merupakan salah satu pusat penyebaran ajaran Islam di Jawa. Konsep masjid yang berasal dari Sunan Kalijaga ini berkonstruksi sederhana tetapi sarat akan makna simbolis, seperti Gapura Paduraksa sebagai simbol akulturasi Hindu dan Islam, Gada sebagai simbol rukun iman, hingga Mustoko sebagai simbol rukun Islam. Bagi para wisatawan, berkunjung ke Kotagede akan memberikan sensasi tersendiri yang tidak dirasakan di tempat-tempat wisata lain dengan menyusuri jalanan yang dipenuhi berbagai bangunan yang
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334
- 335
- 336
- 337
- 338
- 339
- 340
- 341
- 342
- 343
- 344
- 345
- 346
- 347
- 348
- 349
- 350
- 351
- 352
- 353
- 354
- 355
- 356
- 357
- 358
- 359
- 360
- 361
- 362