nesia dapat meningkatkan kualitas kehidupan sehingga menjadi bangsa yang berperadaban maju. Kajian tentang pendidikan karakter banyak dilakukan sejak isu tentang pendidikan karakter mencuat. Kajian pendidikan karakter dapat dilakukan pada berbagai subjek, antara lain: pro- ses pembelajaran bahasa, media pembelajaran bahasa, karya sas- tra, dan karya sastra anak. Karya sastra-anak yang baik adalah karya atau buku yang sengaja ditulis, ditujukan kepada anak yang ditandai dengan isi menarik dan tulisan yang jelas. Karakter yang muncul seringkali anak, orang yang sudah tidak asing bagi anak, atau bisa juga binatang. Latar cerita berupa tempat yang dikenali oleh anak atau tempat yang disukai oleh anak. Selain itu, tema dan cerita yang terkandung di dalamnya berkaitan dengan anak. Contoh sastra anak, antara lain: buku bergambar, puisi, fiksi realistis, fiksi fantasi, fiksi historis, biografi, buku informasi, dan cerita tradisional seperti mitos, fabel, dan cerita rakyat (Nurgiyantoro, 2010). Tampaknya, para pendidik sependapat bahwa sastra memi- liki kontribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju ke kedewasaan sebagai manusia yang mempunyai jati diri yang jelas. Kepribadian dan atau jati diri seorang anak dibentuk dan terbentuk lewat lingkungan, baik diusahakan secara sadar maupun tidak sadar. Lingkungan yang dimaksud amat luas, yaitu mulai dari kebiasaan, tingkah laku, contoh, dan lain-lain yang diberikan oleh orangtua, pendidikan yang secara sadar dan terencana dilakukan di lembaga sekolah, sampai adat-istiadat, konvensi, dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Di antara hal-hal tersebut, salah satu yang termasuk di dalamnya adalah sastra, baik sastra lisan yang diperoleh anak melalui tuturan maupun sastra tulis yang diperoleh melalui baca- an. Sastra diyakini mampu dipergunakan sebagai salah sarana untuk menanam, memupuk, mengembangkan, dan bahkan me- lestarikan nilai-nilai yang diyakini baik dan berharga oleh ke- 134 Pelangi di Kaki Langit
luarga, masyarakat, dan bangsa. Karena adanya pewarisan nilai- nilai itulah eksistensi suatu masyarakat dan bangsa dapat diper- tahankan. Persoalan yang dapat dikemukakan adalah kontribusi apa saja yang dapat diberikan oleh sastra bagi pendengar dan pem- baca, khususnya bagi peserta didik. Saxby (Nurgiyantoro, 2010) mengemukakan bahwa kontribusi sastra anak tersebut memben- tang dari dukungan terhadap pertumbuhan berbagai pengalaman (rasa, emosi, dan bahasa), personal (kognitif, sosial, etis, dan spiritual), eksplorasi dan penemuan, namun juga petualangan dalam kenikmatan. Hal yang tidak berbeda dikemukakan oleh Huck dkk. (Nurgiyantoro, 2010), yaitu nilai sastra anak secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu nilai personal dan nilai pendidikan dengan masing-masing masih da- pat dirinci menjadi sejumlah nilai. Suatu hal yang amat penting dan relevan yang dapat dipetik dari bacaan sastra adalah menanamkan, menumbuhkan, dan me- ngembangkan sikap sosial dan minat baca. Kedua itu juga ditun- juk Kemendiknas dalam ke-18 nilai-nilai karakter yang perlu dibudayakan, yaitu ke-15 (Gemar membaca: kebiasaan menye- diakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberi- kan kebajikan bagi dirinya) dan ke-17 (Peduli sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Bertindak secara baik, pe- nuh kasih dan memperlihatkan sikap peduli dan rasa syukur; mengampuni orang lain; membantu orang yang membutuhkan). Kedua hal tersebut perlu mendapat penekanan karena dewasa ini terlihat bahwa sikap peduli sosial, yaitu dengan bukti-bukti berbagai perilaku penyimpangan di atas, semakin terdegradasi. Demikian pula kemauan membaca yang kini terlihat semakin dijauhi oleh para siswa dan bahkan mungkin juga dijauhi oleh para guru. Semua anak senang cerita dan anak senang mendengarkan cerita dari guru atau orang dewasa. Anak akan mengidentifikasi- Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 135
kan dirinya dengan tokoh-tokoh cerita yang menjadi hero, tokoh yang dapat mewakili apa yang diinginkannya. Mereka secara suntuk menerima cerita itu seolah-olah ada dan terjadi sungguh- sungguh. Melalui cerita itu pula mereka dapat belajar bersosial, sikap, dan rasa peduli sosial melalui tokoh diidealkannya. Bacaan cerita fiksi mendemonstrasikan bagaimana tokoh ber- interaksi dengan sesama dan lingkungan. Bagaimana tokoh-to- koh itu saling berinteraksi untuk bekerja sama, saling membantu, bermain bersama, melakukan aktivitas keseharian bersama, menghadapi kesulitan bersama, membantu mengatasi kesulitan orang lain, dan lain-lain yang berkisah tentang kehidupan bersa- ma dalam masyarakat. Orang yang hidup di tengah masyarakat tidak mungkin berada dalam keadaan terisolasi tanpa berhu- bungan dengan orang lain. Dalam kehidupan, anak akan me- nyadari bahwa ada orang lain di luar dirinya, dan bahwa orang akan saling membutuhkan. Kesadaran bahwa orang hidup mesti dalam kebersamaan, rasa tertarik masuk dalam kelompok, sudah mulai terbentuk ketika anak anak berusia 3–5 tahun, dan kesa- daran bahwa ada orang lain di luar dirinya bahkan sudah ada sebelumnya. Kesadaran inilah yang kemudian dapat ditumbuh- kembangkan dalam diri anak lewat bacaan sastra lewat perilaku tokoh (Nurgiyantoro, 2010). Semua manusia, anak-anak, dan peserta didik adalah makhluk sosial yang secara alamiah oleh Tuhan dijadikan sifat demikian. Maka, mereka pasti membutuhkan kehidupan ber- masyarakat, terkecuali ketika manusia masih berstatus anak- anak. Kesadaran untuk hidup bermasyarakat atau masuk dalam kelompok tersebut pada diri anak semakin besar sejalan dengan perkembangan usia. Bahkan, pengaruh kelompok dan atau kehi- dupan bermasyarakat tersebut akan semakin besar melebih pengaruh lingkungan di keluarga, misalnya, dalam penerimaan konsep baik dan buruk. Anak pada usia 10-12 tahun sudah mem- punyai citarasa keadilan dan peduli kepada orang lain yang lebih 136 Pelangi di Kaki Langit
tinggi. Bacaan cerita sastra yang “mengeksploitasi” kehidupan bersosial secara baik akan mampu menjadikannya sebagai contoh bertingkah laku sosial kepada anak sebagai-mana aturan sosial yang berlaku. Selain itu, perlu ditekankan bahwa lazimnya sastra adalah karya sastra tertulis. Sastra adalah sebuah karya seni yang ber- mediakan bahasa, maka aspek bahasa memegang peran penting di dalamnya. Sastra tidak lain adalah suatu bentuk permainan bahasa, dan dalam genre puisi unsur permainan tersebut cukup menonjol, misalnya, berwujud permainan rima dan irama. Ber- hadapan dengan sastradapat diartikan berhadapan dengan kata- kata, bahasa, dan tulisan. Artinya, untuk dapat memahami karya sastra,diperlukan kompetensi untuk membaca. Prasyarat untuk dapat membaca atau mendengarkan dan memahami sastra adalah penguasaan bahasa yang bersangkutan. Hal itu khususnya ber- laku bagi orang dewasa, dan bagi anak keadaannya juga tidak terlalu berbeda. Bahasa dipergunakan untuk memahami dunia yang ditawarkan, tetapi sekaligus sastra berfungsi meningkatkan kemampuan berbahasa anak, baik menyimak, membaca, berbi- cara, maupun menulis. Hal yang terakhir ini sudah lazim dikata- kan dan diyakini kebenarannya. Dewasa ini sering terdengar keluhan bahwa siswa malas membaca. Sebenarnya, penyebab mereka malas membaca, bu- kannya tidak mungkin karena buku/bahan bacaan kurang mena- rik. Bacaan sastra yang menampilkan cerita menarik berdasar- kanpengalaman emosional dan intelektual dapat dijangkau oleh siswa tentu akan menarik perhatian mereka. Artinya, mereka mau membacanya. Hal tersebut dapat diartikan bahwa bacaan sastra dapat menjadi salah satu faktor yang memicu kemauan dan atau gemar membaca sepanjang menarik dan sesuai per- kembangan kejiwaan siswa. Sebagai contoh dongeng yang berju- dul “Cinderella” yang menceritakan seorang gadis cantik yang berbudi pekerti mulia. Dia sangat rajin bekerja, sabar, dan tabah Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 137
dalam menghadapi kejahatan ibu tiri, dan saudara tirinya. Berkat kesabaran dan ketabahannya dia akhirnya disunting seorang pangeran yang tampan dan hidup bahagia. Dalam cerita ini me- ngandung amanat agar siswa mempunyai sifat sabar, dan tabah, tidak mudah putus asa dalam menghadapi cobaan hidup. Genre puisi juga banyak menampilkan muatan yang mengan- dung unsur pendidikan karakter yang dapat dijadikan bahan ajar di sekolah. Bahkan, karena bentuknya yang singkat, puisi dapat diajarkan dalam satu kali pertemuan. Misalnya, jika ingin mengetuk hati siswa agar tertanam sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama, maka dapat menampilkan puisi-puisi yang bertemakan religius. Misalnya, puisi Chairil An- war yang berjudul “Doa”. Sebelumnya,dijelaskan apa yang se- harusnya dilakukan seorang siswa apabila menghadapi kesulitan, misalnya, dengan selalu mengingat Tuhan atau berdoa. DOA Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu Biar susah sungguh Mengingat Kau penuh seluruh Caya-Mu panas suci Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku Aku mengembara di negeri asing 138 Pelangi di Kaki Langit
Tuhanku Di pintu-Mu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling Makna dari puisi di atas adalah bahwa kita harus selalu ingat kepada Allah SWT setiap detik setiap saat menyerahkan segala beban dan perasaan sepi, galau, sedih, gelisah, dan khawatir. Dengan selalu berdoa kepada-Nya manusia harus yakin dan sa- dar bahwa manusia selalu dalam kasih sayang-Nya, karena Allah SWT pun meminta kita untuk menyerahkan segala urusan hanya kepada-Nya. Allah SWT tidak akan menganiaya hamba-Nya, dan di balik segala kesulitan pasti ada kemudahan jika manusia selalu berdoa memohon kepada-Nya. Jadi, nilai karakter puisi di atas adalah ketakwaan, jujur, disiplin, dan toleransi. Apabila ingin membentuk karakter cinta tanah air, kerja keras, rela berkorban, semangat kebangsaan, dengan puisi Tanah Air karya Muh. Yamin sebagai berikut. Tanah Air Tersenyum Tuan tanah airku Fajar tersingit di tepi langit Alamat surya terang cuaca Inilah kami bersusun bahu Rela berjuang menempuh sulit Menjunjung Tuan ke puncak jaya Puisi yang berjudul Tanah Air karya Muh. Yamin di atas menggambarkan tanah air Indonesia sebagai negara yang maju apabila penduduknya mau bekerjasama, rela berkorban, ber- juang untuk mengisi kemerdekaan sehingga dapat membawa nama baik bangsa dan negara Indonesia. Makna kata-kata puisi di atas mengandung amanat atau pesan agar siswa cinta tanah air, rela berkorban, kerja keras, dan semangat kebangsaan. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 139
Penutup Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karya sastra dapat digunakan sebagai media pendidikan karakter sis- wa. Karya sastra sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai pembentukan karakter, yaitu sastra didaktis, karya yang me- mang ditulis dengan tujuan memberikan ajaran moral atau nasihat perihal kebajikan hidup. Sastra hadir pertama-tama untuk memberikan hiburan. Oleh karena itu, pemilihan bahan ajar sastra haruslah dilakukan secara selektif. Misalnya, dipilih yang menarik ceritanya, sesuai dengan perkembangan kejiwaan siswa, dan sekaligus mengandung un- sur pendidikan karakter yang diharapkan. Bagaimanapun, karya sastra berperan dalam usaha menun- jang pembentuk karakter yang terpuji bagi siswa, dalam hal ini juga tergantung pada guru yang mengkreasikan. Selain itu, tidak kalah pentingnya adalah peran keluarga dalam mendidik dan membudayakan anak-anak agar kelak menjadi manusia dewasa yang bermartabat. Daftar Pustaka Kemendiknas. 2010. Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa, Pedoman Sekolah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengem- bangan, Pusat Kurikulum. Larlen. 2013. “Peran Bahasa dan Sastra terhadap Pendidikan Karakter” online, http://edukasi-bambangsetiawan. blogspot.com. Martono, Joko. 2011. “Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai Pembentuk Karakter Bangsa”, online, http://bahasa. kompasiana.com. Mundilarto. 2013. “Pembentukan Karakter melalui Pembelajaran Sains” dalam Jurnal Pendidikan Karakter, Vol. 3, No. 2. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 140 Pelangi di Kaki Langit
Sardiman. 2009. “Membangun Karakter Bangsa melalui Pem- belajaran Sejarah” dalam Darmiyati Zuhdi (ed) Pendidikan Karakter, Grand Design dan Nilai-nilai Target. Yogyakarta: UNY Press. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 141
PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN MELALUI PENDIDIKAN NONFORMAL Sri Yantini Guru SMP Negeri 3 Jetis, Bantul, Yogyakarta Pendahuluan Beberapa tahun terakhir ini, di Indonesia, perhatian sebagian warga masyarakat terhadap kehidupan anak-anak makin me- ningkat. Hal ini didorong oleh rasa kemanusiaan dan kondisi anak yang makin terpuruk. Kini, anak-anak di Indonesia tampil dalam kehidupan yang kian tak menggembirakan. Hal itu tampak pada jumlah anak jalanan yang semakin meningkat. Kondisi anak-anak sekarang yang terpuruk itu hanya terlihat dari tam- pilan fisiknya. Di samping tampilan fisik itu, ada kondisi yang lebih memprihatinkan. Kondisi ini disebabkan oleh semakin ru- mitnya krisis di Indonesia: krisis ekonomi, hukum, moral, dan berbagai krisis lainnya. Anak merupakan genarasi penerus bangsa. Kemajuan bangsa juga ditentukan oleh generasi muda. Kenyataannya, kondisi anak-anak di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Mereka tumbuh dan berkembang dengan latar belakang yang dekat de- ngan kemiskinan dan tindak kekerasan. Hilangnya kasih sayang orang tua dan rendahnya tanggung jawab dari orang tua memicu mereka berperilaku negative. Kondisi ini merupakan korban ke- bijaksanaan pemerintah yang belum dapat mengurus rakyat. Hal itu juga dapat diartikan bahwa kondisi itu merupakan korban penyimpangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. 142 Pelangi di Kaki Langit
Kondisi yang memprihatinkan itu dirasakan juga oleh anak- anak jalanan. Pada umumnya, mereka berasal dari keluarga yang ekonominya lemah dengan pekerjaan yang berat. Anak jalanan itu tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya ka- sih sayang. Keadaan itu memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif. Istilah anak jalannan kadang diasumsikan dengan anak–anak yang telibat dalam kriminalitas, anak yang tidak mempunyai ikatan keluarga, dan sebagian besar waktunya dihabiskan di jalanan ataupun tempat–tempat umum. Mereka ada yang tinggal di kota setempat, di kota terdekat, atau di propinsi lain. Ada anak jalanan yang ibunya tinggal di kota yang berbeda dengan tempat tinggal ayahnya karena pekerjaan, menikah lagi, atau bercerai. Ada anak jalanan yang masih tinggal bersama keluarga. Ada juga anak jalanan yang tinggal terpisah, tetapi masih sering pulang ke tempat keluarga. Di samping itu, ada anak jalanan yang sama sekali tidak pernah tinggal bersama keluarganya, bahkan ada anak yang tak mengenal keluarganya. Ada tiga ketegori kegiatan anak jalanan, yakni (1) mencari kepuasan; (2) mengais nafkah; (3) melakukan tindakan asusila. Kegiatan anak jalanan itu erat kaitannya dengan tempat mereka mangkal sehari-hari, seperti di alun-alun, bioskop, jalan raya, simpang jalan, stasiun kereta api, terminal, pasar, pertokoan, dan mal. Faktor-faktor yang Menyebabkan Anak Menjadi Anak Jalanan Kota yang padat penduduk dan banyak keluarga bermasa- lah membuat anak menjadi kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, dan bermasyarakat. Kondisi itu mengakibatkan anak-anak dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain yang lebih dewasa. Mereka tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 143
dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya ka- sih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya ber- perilaku negatif. Seorang anak yang menjadi anak jalanan disebabkan oleh banyak hal. Penganiayaan orang tua kepada anak merupakan penyebab utama. Penganiayaan dapat berupa penganiayaan men- tal dan fisik. Selain itu, anak jalanan dapat berasal dari keluarga yang pekerjaannya berat dan ekonominya lemah. Pemberdayaan Anak Jalanan Anak jalanan merupakaan anak yang terkategori tak ber- daya. Mereka merupakan korban berbagai penyimpangan dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu, me- reka perlu diberdayakan melalui demokratisasi, pembangkitan ekonomi kerakyatan, keadilan dan penegakan hukum, partisi- pasi politik, serta pendidikan luar sekolah. Permasalahanya, ba- gaimana cara memberdayakan anak jalanan melalui pendidikan nonformal? Anak jalanan, pada hakikatnya, adalah “anak-anak”, sama dengan anak-anak lainnya yang bukan anak jalanan. Mereka membutuhkan pendidikan. Pemenuhan pendidikan itu haruslah memperhatikan aspek perkembangan fisik dan mental mereka. Sebab, anak bukanlah orang dewasa yang berukuran kecil. Anak mempunyai dunianya sendiri. Dunia mereka berbeda dengan orang dewasa. Kita tidak cukup memberinya makan dan minum saja, atau hanya melindunginya di sebuah rumah, karena anak membutuhkan kasih sayang yang merupakan fundamen pendi- dikan. Tanpa kasih sayang, pendidikan ideal tak mungkin dija- lankan. Pendidikan tanpa cinta menjadi kering tidak menarik. Dalam mendidik anak, ibu dan ayah harus sepaham. Mereka harus bertindak sebagai sahabat anak, kompak dengan guru. Orang tua harus memiliki sabar untuk menjadi benteng perlin- dungan bagi anak, menjadi teladan, rajin bercerita, memilihkan mainan, melatih disiplin, mengajari bekerja, dan meluruskan sifat 144 Pelangi di Kaki Langit
buruk anaknya (misalnya : berkata kotor, berkelahi, suka mela- wan, pelanggaran sengaja, mengamuk, keras kepala, selalu me- nolak, penakut, manja, nakal). Pemerintah sebenarnya telah me- lakukan pengentasan masalah anak jalanan, tetapi kenyataannya jumlah anak jalanan belum berkurang, bahkan semakin ber- tambah. Pemberdayaan anak jalanan perlu disesuaikan dengan ka- rakteristik mereka. Hal ini perlu ditunjang dengan sarana prasa- rana yang tepat. Rumah singgah bagi anak-anak jalanan juga merupakan salah satu cara pembedayaan anak jalanan. Rumah singgah bisa berfungsi sebagai pemusatan sementara yang ber- sifat nonformal, yaitu tempat anak-anak dapat belajar dan mem- peroleh informasi pengetahuan wawasan pembinaan diri. Sebelum menuju proses yang lebih lanjut, pembentukan ru- mah singgah merupakan hal utama yang harus dilakukan. Rumah itu digunakan untuk membantu anak jalanan untuk mengatasi masalah-masalah dan menemukan alternatif untuk kebutuhan dirinya. Dijelaskan oleh Acmad (2002) bahwa melaui rumah sing- gah anak-anak yang masih di jalalan dapat dijangkau untuk diberi ketrampilan sesuai dengan bakat dan minatnya melalui beberapa program luar sekolah. Keberadaan rumah singgah sangat pen- ting bagi anak-anak jalanan untuk memperoleh masukan yang berkaitan dengan pembinaan dan penanaman moral, nilai nor- matif ilmu pengetahuan, dan kesempatan untuk bermain bersama dengan anak-anak yang lain. Melalui rumah singgah, akan ter- bentuk tingkah laku sesuai dengan aturan nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan memberikan pendi- dikan moral dan karakter, dapat terwujud pemenuhan dasar kebutuhan anak serta menyiapkan masa depan. Fungsi Rumah Singgah Menurut Tsnaini (2010), seseungguhnya terdapat beberapa fungsi rumah singgah, yakni sebagai berikut. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 145
(1) Rumah singgah digunakan untuk tempat perlindungan dari berbagai bentuk tindak kekerasan yang sering kali menimpa anak jalanan baik tindak kerasan maupun perilaku penyim- pangan seksual ataupun berbagai bentuk kekerasan lainya. (2) Rumah singgah digunakan sebagai rehabilitasi artinya me- nanamkan dan menumbuhkan fungsi sosial anak. Sebagai akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan se- mentara anak jalanan dan sekaligus sebagai pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, lokasi rumah singgah harus berada di tengah-tengah masysrakat agar lebih mudah pro- ses pendidikan dini penanaman norma dan resosialisasi bagi anak jalanan. (3) Rumah singgah digunakan sebagai tempat pemusatan se- mentara yang bersifat nonformal, yaitu tempat anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal, sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut, sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah singgah merupakan proses pendidikan nonformal yang memberikan suasana positif, pusat resosialisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma di masyarakat. Tujuan dibentuknya rumah singgah ialah resosialisasi yaitu membentuk kembali sikap dan peri- laku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan memberikan pendidikan dini un- tuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa de- pannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif. (4) Rumah singgah digunakan sebagai tempat persinggahan anak-anak jalanan akses pelayanan sosial seperti kesehatan dan pendidikan Selain itu, upaya yang perlu dilakukan dalam rangka pem- berdayaan anak jalanan yaitu pembuatan program, pembuatan peningkatan kesadaran masyatrakat yang bertujuan untuk tidak menelantarkan anak yang berujung menjadi anak jalanan, serta 146 Pelangi di Kaki Langit
menumbuhkan empati masyarakat agar lebih peduli terhadap anak jalanan. Pemerintah berupaya pemberdayaan anak jalanan pada pembinaan anak dalam keluarga atau komunitasnya. Akan tetapi, karena beragamnya masalah, program secara menyeluruh menyertakan anak keluarga, dan komunitasnya harus segera dikembangkan untuk melihat hasil akhir program tersebut. Pendidikan, pada prinsipnya, hendaknya mempertahankan anak yang masih sekolah dan mendorong mereka melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, pemerintah memfasilitasi anak yang tidak lagi bersekolah ke program pendidikan luar sekolah yang setara dengan sekolah. Program itu, antara lain, berupa Kejar Paket A dan Kejar Paket B yang merupakan program pendidikan setara SD/SLTP. Menurut Ishaq (2000: 371) pendi- dikan luar sekolah yang sesuai adalah dengan melakukan proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam wadah “rumah singgah” dan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat). Anak jalanan dilayani di rumah singgah, sedangkan anak rentan ke jalan dan orang dewasa dilayani dalam wadah PKBM. Rumah singgah dan PKBM itu dipadukan dengan-sekaligus menerapkan pende- katan kelompok dan CBE (Community Based Education)/pendi- dikan berbasis masyarakat serta strategi pembelajaran partisi- patif dan kolaboratif. Program pendidikan luar sekolah bagi anak-anak yang putus sekolah dan anak-anak yang membutuh- kan perlindungan khusus terselenggara itu dapat berupa Kejar Usaha; Kejar Paket A (setara SD); Kejar Paket B (setara SLTP); bimbingan belajar; Diktagama (pendidikan watak dan dialog keagamaan); Latorma (pelatihan olahraga dan bermain); Sinata (sinauwisata); Lasentif (pelatihan seni dan kreativitas); Kelompok Bermain; Kampanye KHA (Konvensi Hak Anak-anak); FBR (Forum Berbagi Rasa); dan pelatihan Taruna Mandiri. Materi pembelajarannya mencakup pelajaran agama dan ke- warganegaraan; calistung (membaca, menulis, berhitung); hidup bermasyarakat; serta kreativitas dan wirausaha. Prestasi belajar Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 147
dan keberhasilan program dievaluasi dengan tahapan self-eva- luation, yaitu (1) penetapan tujuan belajar; (2) perumusan kriteria keberhasilan belajar; (3) pemantauan kegiatan belajar; serta (4) penetapan prestasi belajar dan keberhasilan program. Hasil eva- luasi itu diungkapkan pada akhir masing-masing kegiatan mela- lui laporan lisan atau tertulis. Hasil evaluasi kegiatan belajar insidental dilaporkan secara lisan atau ditempel pada papan peng- umuman yang terdapat di rumah singgah atau PKBM. Untuk hasil evaluasi kegiatan belajar berkesinambungan dilaporkan me- lalui buku raport. Keberhasilan program diungkapkan secara berkala: harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Jadi, upaya pemberdayaan kepada anak-anak jalanan se- yogyanya terus digalakkan melalui berbagai penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah/nonformal (misalnya: Kejar Paket A, Kejar Paket B, Kejar Usaha, bimbingan belajar dan ujian persamaan, pendidikan watak dan agama, pelatihan olahraga dan bermain, sinau wisata, pelatihan seni dan kreativitas, kampa- nye, forum berbagi rasa, dan pelatihan taruna mandiri). Penye- lenggaraan program tersebut seyogyanya menerapkan partisi- pasi/kolaborasi maksimal, yaitu melibatkan berbagai pihak se- cara lintas sektoral, lintas disiplin ilmu, dan lintas kawasan dalam kerjasama secara maksimal, baik para akademisi maupun praktisi. Mereka ini perlu didampingi, terutama bagi mereka yang putus sekolah ataupun bagi mereka yang tidak sekolah sama sekali. Kita harapkan, pemberdayaan tersebut bisa mengubah kehidup- an mereka seteah mempunyai pengetahuan dan ketrampilan menjadi lebih baik dikemudian hari. Program pendidikan luar sekolah ada tiga komponen dasar, yaitu sebagai berikut. 1. Pengetahuan Umum/Dasar Mereka belajar matematika karena sering dipalak atau di- kompas dengan kakak mereka yang lebih dewasa. Mereka sering tersesat di kota lain atau tempat mereka singgah, karena mereka tidur digerbang kereta api sehingga terbawa di kota lain ini 148 Pelangi di Kaki Langit
menjadi pengetahuan penting tentang geografi dan bahasa Indo- nesia. Mereka mencari uang dengan mengamen ini masuk seni dan budaya. Anak menceritakan kepada tutor tentang uangnya yang diperolehnya di jalan atau di tempat kerja dicurangi oleh orang yang lebih dewasa atau temannya. Dari cerita tersebut tutor bisa menyimpulkan bahwa anak membutuhkan kemam- puan untuk berhitung agar tidak dicurangi orang lain. Selain itu, anak dibekali agama yang kuat untuk menambah iman dan takwa kepada Tuhan, sehingga mereka tidak mau mengambil barang yang bukan miliknya. Permainan yang dilakukan di sela- sela kesibukan bisa diarahkan kepelajaran olah raga sepak bola, dan sebagainya. 2. Keterampilan Vokasional Tutor memberikan kursus mengelas, menjahit, melukis, sa- blon, membatik, kerajinan tangan, perbengkelan, menyupir, dan komputer sesuai dengan minat dan bakat. Ketrampilan itu digu- nakan untuk membekali anak yang dibutuhkan di kemudian hari, sehingga mereka bisa mandiri secara ekonomis. 3. Keterampilan Hidup Ketrampilan hidup yang diberikan kepada mereka ditujukan untuk mempertahankan kehidupan mereka (keterampilan voka- sional dan ketrampilan hidup). Misalnya, komponen keterampil- an hidup sehat dan penyalahgunaan obat, perlu diberikan ka- rena anak jalanan kadang sering bermasalah dengan pernafasan karena mereka memang tidak dalam lingkungan yang sehat (ku- muh). Keterampilan hidup yang diberikan kepada mereka dtuju- kan untuk mempertahankan kehidupan mereka untuk mengha- dapi kehidupan serta lingkungan yang keras sehingga mereka dapat beradaptasi dan mengembangkan strategi. 4. Keterampilan Kesehatan Kesehatan termasuk pengetahuan yang perlu diketahui anak jalanan. Anak jalanan membutuhkan pendidikan kesehatan peng- Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 149
obatan primer atau cara–cara mengakses layanan kesehatan yang ada di lingkungan mereka tinggal. Jadi, kalau sakit, mereka tidak takut untuk berobat ke puskesmas atau rumah sakit. Fakta menunjukkan bahwa mereka sering berhubungan seks antarmereka sendiri. Untuk itu, penting bagi mereka dididik tentang cara menjaga kesehatan. Mereka juga harus tahu cara mengakses fasilitas kesehatan yang ada di sekitar mereka, misal- nya ke klinik atau puskesmas Mereka sering tidak tahu cara memperoleh informasi kesehatan akibatnya mereka takut untuk berobat. Keterampilan anak jalanan yang diberikan untuk membekali anak bekerja dengan berbagai keterampilan yang dibutuhkan di kemudian hari sehingga mereka bisa mandiri secara ekono- mis. Anak jalanan masih berpeluang untuk mengubah nasibnya melalui belajar. Karena itu, mereka perlu menggali sumber atau pendukung program. Agar anak-anak jalanan mau mengikuti program, sumber belajar harus bersikap empati dan mampu me- yakinkan kepada mereka bahwa program pendidikan tersebut benar-benar mendukung pengembangan diri mereka. Untuk itu, penguasaan terhadap karakteristik dan kebutuhan belajar anak- anak jalanan akan sangat membantu narasumber untuk bersikap empati kepada mereka melalui berbagai kegiatan yang dilaku- kan, seperti mengamen, penyemir sepatu, pemulung, kernet, pen- cuci kacamobil, pekerja seks, pengemis, gelandangan. Pekerjaan itu bersifat informal dengan upah sekedarnya bergantung de- ngan si pemberi/pemakai jasa. Faktor pendorong banyaknya anak jalanan memilih hidup di jalanan salah satunya disebabkan kondisi tidak baik kehidupan rumah tangga asal anak-anak jalanan. Kondisi itu mencakup ke- tidakharmonisan keluarga, seperti perceraian, percekcokan, serta hadirnya ayah atau ibu tiri, meninggalnya orang tua. Hal ini diperparah dengan hadirnya kekerasan fisik atau emosional ter- hadap anak. Hal itu menjadi faktor utama anak lari dari rumah. 150 Pelangi di Kaki Langit
Dengan adanya krisis ekonomi yang melanda, keluarga mis- kin semakin tersingkir sehingga memaksa anak untuk menghi- dupi diri sendiri dan anak terjerumus terjun ke jalanan. Kehi- dupan yang keras di jalanan membuat mereka harus bertahan hidup dan memaksa anak menjadi dewasa sebelum waktunya. Apabila anak-anak yang lain masih dirawat orangtuanya, anak jalanan harus menghidupi dirinya sendiri dan mempertahankan hidup. Mereka yang mengalami kekerasan fisik dari orangtua harus mempertahankan diri dengan cara mengamen, menyemir sepatu di tempat yang ramai, atau mengelap kaca mobil yang berhenti di persimpangan jalan. Kadang ia harus menghidupi orang yang lebih besar atau kadang preman-preman yang meminta uang (ngompas). Kenya- taan ini memaksa dirinya menjadi anak yang dewasa sebelum waktunya. Hal ini tercermin dengan sikapnya yang selalu mem- bantah. Namun, kadang saat-saat tertentu ia masih terlihat sifat anak-anaknya karena memang ia masih anak-anak. Anak jalanan menjadi anak yang pada suatu taraf tertentu belum memiliki cukup mental dan emosional yang kuat. Mereka harus berjuang di tengah jalanan yang keras dan cenderung men- dapat pengaruh negatif bagi pembentukan dan perkembangan kepribadiannya. Jumlah anak jalanan dari tahun ke tahun cenderung mening- kat. Anak jalanan terbagii beberapa kelompok yang keberada- annya menimbulkan masalah, terutama di sudut kota-kota besar. Anak jalanan membutuhkan perhatian dari berbagai pihak, bu- kan untuk diasingkan dan dikucilkan, yang dibuang semena- mena tanpa dibekali sesuatu yang bermanfaat bagi mereka. Se- cara garis besar, ada dua kelompok anak jalanan, yaitu (1) yang bekerja dan hidup di jalanan secara kelompok dan (2) yang be- kerja di jalan, tetapi pulang ke rumah keluarganya. Berdasarkan observasi, cara yang paling sulit dalam men- dampingi anak jalanan dan pekerja anak adalah memotivasi. Rata- rata mereka pernah putus sekolah dan sebagian banyak waktu- Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 151
nya dihabiskan di jalan atau di tempat kerja. Oleh karena itu, tutor harus selalu kreatif dalam menggunakan strategi pem- belajaran. Misalnya, menggunakan metode mendongeng, berce- rita, bahkan dengan menyayi, menggambar, dan permainan un- tuk membangkitkan minat belajar anak. Selain itu, pendamping juga harus mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kebutuhan anak serta kemampuan untuk berkomunikasi dengan bahasa anak. Dukungan dari berbagai pihak tentu sangat diharapkan baik dari masyarakat maupun pemerintah agar program ini ter- laksana dengan baik. Simpulan Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil simpulan, bahwa diharapkan agar anak jalanan dan pekerja anak dapat beradaptasi dengan lingkungan yang keras, yang dihadapi setiap hari. Me- reka harus mempunyai karakteristik dalam mengembangkan strategi untuk mempertahankan kehidupan yang berbeda dari anak pada umumnya. Namun demikian, anak jalanan juga me- rupakan anak yang berhak untuk mendapatkan pendidikan. Ber- bagai bentuk upaya harus dilakukan oleh pemerintah ataupun masyarakat. Hal itu bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama pada anak jalanan dan pekerja anak untuk mendapat- kan pendidikan nonformal. Ada tiga komponen pokok yang dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk anak jalanan dan pekerja anak, yaitu sebagai berikut. (1) Pengetahuan dasar diberikan agar dapat membekali anak jalanan dengan berbagai pengetahuan sehingga mereka da- pat mengikuti tujuan persamaan dan mendapat ijazah untuk melajutkan ke sekolah formal. (2) Pengetahuan hidup diberikan untuk anak jalanan dan pekerja anak dengan strategi mempertahankan hidup yang akan di- hadapi di jalanan dan tempat kerja. 152 Pelangi di Kaki Langit
(3) Keterampilan vokasi yang harus dimiliki untuk mendapat- kan makan dan mempertahankan hidup tanpa harus ber- gantung pada orang lain. Pendamping perlu berdiskusi tentang keterampilan hidup, karena anak yang paling tahu kondisi di jalan dan tempat kerja. Salah satu pendidikan yang sangat penting diberikan dan dipro- gramkan yaitu pengetahuan tentang hukum. Dalam kenyataan anak jalanan dan pekerja anak sering berkonflik dengan hukum, misalnya mencuri, mengganggu ketertiban umum ketika berada dijalan dipalak, dipukul dianiaya oleh teman sebaya, dilecehkan, dan berbagai bentuk perlakuan yang negatif. Oleh karena itu, cukup penting bagi mereka untuk mengetahui hak dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kaitannya dengan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Selain itu, mereka perlu diberi pen- didikan keterampilan hidup, seperti keterampilan vokasional. Dengan diberi kesempatan untuk tampil dengan berbagai cara dan kreativitasnya diberi apreasiasi sehingga rasa percaya diri akan lebih besar. Dukungan dan motifasi harus selalu ditum- buhkan. Daftar Pustaka Abin, Syamsuddin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Achmad, Arief. 2002. “Rumah Singgah sebagai Tempat Alternatif Pemberdayaan Anak Jalanan.” Dalam Jurnal Fajar. Jakarta: LPM UIN, hlm 1. Afifah, Riana. 2011. “Jumlah Anak Jalanan Meningkat Signifikan”. Dalam Kompas. Tanggal 24 Agustus 2011. Amandemen IV. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999. Tentang Hak Asasi Manusia. (Surakarta: A Al-Hikmah. 2002), hlm. 14. Asmawati. 2001. “Anak Jalanan dan Upaya Penanganannya di Kota Surabaya”. Jurnal Hakiki Vol 1/No 2/Nov 1999. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 153
Darmawan, W. 2008. “Peta Masalah Anak Jalanan dan Alternatif Model Pemecahannya Berbasis Pemberdayaan Keluarga” dalam HTML Docoment. Tanggal 21 Januari, hlm.28. Dewi, Ni Luh Putu Sintya. 2013. Menanggulangi Masalah Anak Jalanan. pada 20 September 2013. 154 Pelangi di Kaki Langit
DAMPAK PRESENSI FINGERPRINT Sugiyatmi Guru MTs Negeri Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta Yang dimaksud judul tersebut sebenarnya, bukanlah dampak penggunaan mesin fingerprint, melainkan dampak peraturan tentang disiplin kehadiran yang menggunakan sistem elektronik. Dalam rangka meningkatkan profesionalisme, kinerja, efektivi- tas, dan efisiensi pelaksanaan tugas guru di lingkungan madra- sah, diterbitkanlah Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1 Tahun 2013 tentang Disiplin Kehadiran Guru di Ling- kungan Madrasah. Guru yang dimaksud dalam peraturan terse- but adalah guru madrasah yang berstatus sebagai Pegawai Ne- geri Sipil (PNS). Sementara itu, disiplin kehadiran adalah ke- sanggupan guru untuk menaati kewajiban datang, melaksanakan tugas, dan pulang sesuai dengan ketentuan jam kerja. Hari kerja guru dapat ditetapkan lima atau enam hari kerja dengan akumulasi beban kerja per minggu sebanyak 37,5 jam. Bagi yang menggunakan 5 hari kerja ditetapkan hari Senin sampai Kamis hadir pukul 07.00 dan pulang pukul 15.30; hari Jumat hadir pukul 07.00 dan pulang pukul 16.00. Bagi yang menggunakan 6 hari kerja ditetapkan hari Senin sampai Kamis hadir pukul 07.00 dan pulang pukul 14.30; hari Jumat pukul 07.00 sampai pukul 11.30; dan hari Sabtu pukul 07.00 sampai pukul 13.00. Bagi guru yang tidak dapat memenuhi ketentuan hadir sebagaimana di- maksud dalam ketentuan tersebut diberikan toleransi sampai pukul 07.30 dengan kewajiban memenuhi ketentuan jam kerja Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 155
37,5 jam per minggu. Guru yang hadir setelah pukul 07.30 tanpa alasan yang sah dinyatakan tidak hadir. Guru wajib mengisi daftar hadir pada setiap hari kerja dengan menggunakan sistem daftar hadir di satuan kerja masing-masing. Pengisian daftar hadir itu dilakukan satu kali pada saat masuk kerja dan satu kali pada saat pulang kerja. Menyikapi peraturan tersebut madra- sah serentak menggunakan sistem daftar hadir elektronik yang mampu memindai sidik jari, fingerprint. Penerbitan peraturan tersebut tentu disertai harapan atau tujuan meningkatkan kedisiplinan. Sebelumnya guru yang tidak terjadwal mengajar jam pertama bisa saja hadir menjelang jam mengajarnya. Begitu pula guru yang tidak terjadwal mengajar jam terakhir bisa saja pulang lebih awal. Dengan diberlakukan- nya peraturan tersebut guru diharapkan datang dan pulang ber- sama, melaksanakan tugas dengan maksimal, dan dapat meman- faatkan waktu untuk mencurahkan dharma bhaktinya kepada sekolah dan pada pendidikan pada umumnya. Sudah selayaknya sebuah aturan bersifat memaksa. Hal ter- sebut harus dijelaskan (terang tarwaca) agar tidak ada celah untuk munculnya pertanyaan atau kelemahan. Peraturan tersebut be- gitu jelimet, berhitung matematis menit demi menit. Seolah-olah tidak ada peluang bagi guru untuk melakukan hal lain selain mengajar di sekolah. Sebab di samping peraturan tersebut ada pula buku alibi dan blanko surat keterangan yang harus diisi ketika seorang guru tidak hadir, ketika terlambat hadir walau hanya satu menit, atau ketika guru meninggalkan kantor baik untuk keperluan dinas maupun nondinas. Guru harus menuliskan alasan yang sah di dalam buku alibi dan surat keterangan yang ditandatangani Kepala Sekolah. Namun, tidak ada penjelasan apa yang dimaksud dengan kata sah tersebut. Seperti dikemukakan terdahulu bahwa peraturan ini bertu- juan untuk meningkatkan kinerja, profesionalisme, keefektifan, dan efisiensi pelaksanaan tugas guru. Namun, barangkali terbit- nya peraturan ini salah satunya didasari oleh unsur kurang 156 Pelangi di Kaki Langit
percaya terhadap guru. Atau berdasarkan panyawang enaknya menjadi guru, bekerja setengah hari, mendapat tunjangan sertifi- kasi. Maka peraturan itu kemudian menjadi senjata yang senan- tiasa terhunus dan siap melukai siapa yang tidak berhati-hati bergerak. Dapat juga peraturan ini menjadi semacam kerangkeng yang membatasi ruang gerak guru. Dengan diberlakukannya peraturan itu guru akan lebih disiplin bekerja, tidak mudah me- ninggalkan tugas yang memang menjadi kewajibannya. Hampir satu semester peraturan itu dilaksanakan, dampak yang terjadi di lapangan justru pantas kita renungkan. Misalnya, ketika datang pagi sudah biasa para siswa menyambut dan me- nyalami gurunya walaupun masih berada di tempat parkir atau sedang berjalan menuju ke kantor. Kini guru tidak lagi ikhlas menerima jabat tangan dari para siswa, apalagi untuk memberi perhatian dengan menyapa siswa karena terburu-buru untuk menapakkan sidik jari pada mesin. Ada juga terjadi seorang guru dalam perjalanan ke sekolah mendapati teman mengalami kece- lakaan lalu lintas tidak menolong, namun hanya sekadar berbasa- basi lalu minta maaf tidak dapat mengantar ke rumah sakit kare- na buru-buru agar segera sampai di sekolah. Pernah juga seorang guru yang di lingkungan tempat tinggalnya menjadi imam salat di masjid dekat rumahnya, sudah hampir takbiratul ihram salat Isak tiba-tiba ingat belum presensi pulang. Serta merta guru ini mundur, meninggalkan jamaahnya, kemudian tergesa-gesa me- nuju ke sekolah untuk menapakkan sidik jari pada mesin. Tidak adanya penjelasan mengenai alasan yang sah dalam aturan tersebut adalah merepotkan.Walaupun dapat diraba bah- wa alasan yang sah, mungkin yang dimaksud, adalah alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara formal dan moral atau sosial, serta kalau perlu dapat dibuktikan secara tertulis. Alasan lupa, misalnya tidak diakui atau tidak diterima sebagai alasan yang sah walaupun pada kenyataannya benar-benar de- mikian. Alasan kesiangan juga tidak sah. Alasan anak rewel bagi guru wanita yang kebetulan masih memiliki anak balita juga Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 157
tidak diterima sebagai alasan yang sah. Ketika mengisi blangko surat keterangan atau buku alibi alasan demikian harus diganti dengan alasan yang berlaku. Artinya, guru harus merekayasa atau mengarang alasan. Misalnya, anaknya seorang guru sedang rewel tidak dapat diterima, namun dapat diubah menjadi meng- antar anak berobat ke dokter. Dengan demikian, peraturan ini justru mengajarkan guru untuk berbohong dan mengesamping- kan kejujuran. Pada gilirannya guru pun berpikir bahwa meskipun mati- matian mengajar atau melaksanakan pembimbingan sampai lem- bur, kalau tidak memotretkan sidik jari pada mesin dianggap tidak hadir. Sebaliknya, asalkan ada bukti presensi datang dan pulang, meskipun tidak mengajar di kelas tetap dianggap hadir. Parahnya lagi, bukti kehadiran ini dikaitkan dengan klaim uang makan setiap hari. Kehadiran yang “terbukti” sempurna, tidak terlambat dan tidak pulang lebih cepat berhak atas klaim uang makan, sekali lagi, meskipun tidak bekerja. Sedangkan yang be- nar-benar bekerja kalau tidak ada bukti kehadiran, misalnya, karena lupa atau halangan lain, maka tidak berhak atas uang makan hari itu. Dengan begitu mengajar sebagai tugas utama guru justru terkesampingkan dan guru hanya mengejar presensi saja. Peraturan tersebut menjadi sempurna seharusya tidak hanya terlihat waktu datang dan pulang saja yang dibuktikan dengan sistem elektronik. Seorang guru benar-benar melaksanakan tugas mengajar di kelas juga harus ada bukti fingerprint-nya. Artinya, harus disediakan mesin fingerprint itu di setiap kelas, sehingga setiap selesai mengajar guru harus menempelkan sidik jarinya pada mesin tersebut. Namun, betapapun bagus peraturan itu sungguh telah terbukti membuat para guru mengalami stress. Ketulusan dan keikhlasan guru yang selama ini didengung-de- ngungkan juga kian terkikis. Guru yang seharusnya mengajarkan kejujuran justru harus pintar berbohong. 158 Pelangi di Kaki Langit
Sebenarnya, semua itu tidak perlu terjadi. Dengan suasana kerja yang nyaman, yang dapat diciptakan oleh para guru dalam rengkuhan hangat dan keteladananpemimpin, dalam hal ini ke- pala sekolah/madrasah, disiplin dan dinamika pendidikan akan berjalan dengan baik dan sinergis. Satu contoh langkah yang dapat ditempuh ialah menerapkan slogan 5S (Senyum, Sapa, Sa- lam, Sopan, dan Santun) di sekolah. Dijadwalkan setiap hari dua atau tiga orang guru untuk piket atau jaga pagi minimal 30 menit lebih awal dari waktu masuk. Guru jaga ini stanby di pintu ger- bang untuk menyalami dan berjabat tangan dengan siswa sebe- lum masuk kelas. Dapat juga menempatkan guru jaga di tempat lain, seperti musala untuk mengarahkan siswa melaksanakan salat dhuha sebelum masuk kelas. Hal yang sama dijalankan ketika pulang sekolah. Jika setiap hari dijalankan, setiap guru akan me- ngenal semua siswa. Siswa yang terlambat pasti mendapat te- guran dan malu jika terlambat lagi. Tentu saja ini juga harus diiringi kedisiplinan guru, terutama pada jam pertama pelajaran. Jika siswa saja disiplin, guru pasti juga malu jika tidak disiplin. Hasilnya pasti sudah terasa pada bulan pertama pelaksanaan dan demikian seterusnya, sepanjang tahun dan tahun-tahun se- lanjutnya. Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan tentu bukan hal yang sulit untuk dijalankan. Fingerprint dapat tetap dijalankan tanpa harus merasa tertekan. Tekanan, ancaman, dan hukuman mungkin efektif untuk mendisiplinkan pegawai, tetapi akan mengendurkan semangat dan mematikan inisiatif. Orang tidak akan bisa maju dengan tekanan, hambatan, dan rasa takut. Sebaliknya, kedisiplinan di- laksanakan dengan hati nurani, dengan rasa nyaman akan lebih bermakna. Kedisiplinan dilaksanakan dengan ketulusan justru akan melahirkan kedekatan antara atasan dan bawahan. Layak- nya, manusia tentu mudah didekati dengan diuwongke, disentuh rasa kemanusiaannya. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 159
SEPULUH LANGKAH MENINGKATKAN MINAT BACA REMAJA Dwi Martati Guru SMP Negeri 8 Yogyakarta Pendahuluan Minat baca masyarakat Indonesia harus ditingkatkan. Mem- baca bukan saja diartikan sebagai “membaca buku”, tetapi mem- baca yang dilakukan dengan beragamnya media yang ada. Ada- nya media memungkinkan masyarakat untuk lebih mudah me- nyerap pengetahuan sebanyak-banyaknya. Akan tetapi, hanya segelintir orang yang menyadari betapa pentingnya membaca, bahkan lebih sedikit lagi yang menjadikan membaca sebagai agenda rutin setiap hari. Padahal, kebiasaan membaca harus di- miliki oleh setiap orang untuk dapat memahami berbagai hal dan memiliki pengetahuan yang luas. Survei yang dilakukan UNESCO menunjukkan minat baca masyarakat Indonesia berada pada urutan paling rendah se- ASEAN. Hal ini yang menjadi faktor mengapa negara kita susah bersaing dengan negara-negara lain. Dengan membaca dapat membuka jendela dunia. Ketika jendela dunia sudah terbuka, masyarakat Indonesia akan dapat melihat keluar, sisi-sisi apa yang ada di balik jendela tersebut. Dengan demikian, cara ber- pikir masyarakat akan maju dan keluar dari zona kemiskinan menuju kesejahteraan. Data lain terlihat pada hasil PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study), yaitustudi tentang literasi membaca yang dilakukan oleh IEA (International Association for the Evaluation of 160 Pelangi di Kaki Langit
Education Achievement) pada siswa kelas IV SD. Studi PIRLS tahun 2011menempatkan Indonesia pada peringkat 42 dari 45 negara peserta, dengan skor rata-rata 428. Hal ini berarti Indonesia termasuk negara yang prestasi membacanya berada di bawah rerata negara peserta PIRLS secara keseluruhan. Alasan Rendahnya Minat Baca Remaja Rendahnya kemampuan membaca pada remaja juga tergam- bar pada studi internasional PISA (Programme for International Student Assessment). PISA merupakan studi literasi yang dilaku- kan oleh OECD (Organization for Economic Co-operation Develop- ment) yang bertujuan untuk meneliti secara berkala kemampuan siswa usia 15 tahun (kelas IX SMP dan X SMA) dalam bidang matematika, sains, dan membaca. Studi PISA tahun 2012 menem- patkan Indonesia pada posisi ke-64 dari 65 negara peserta. Untuk literasi membaca, Indonesia berada pada peringkat ke-61 dengan skor 396. Hal ini tentu saja bukan hal yang patut dibanggakan. Apalagi, dari enam tingkatan kecakapan siswa, 55,2% siswa In- donesia masih berada pada level 1. Artinya, sebagian besar siswa kita masih memiliki kemampuan membaca pada taraf ‘belajar membaca’. Pada level 1, siswa hanya mampu mencari informasi tunggal dari bacaan yang pendek dan sederhana. Data-data di atas menunjukkan bahwa anggapan belum ter- capainya “melek membaca” pada masyarakat Indonesia, terma- suk siswa sekolah memang benar. Apakah budaya membaca dan kegemaran membaca begitu sulit diterapkan pada negara kita? Apakah budaya “melek membaca” sudah sedemikian dianggap tidak penting oleh sebagian besar masyarakat kita? Padahal, tidak ada satupun ahli pengetahuan yang dapat menjadi “ahli” tanpa banyak membaca. Bukankah kemampuan kita memperoleh infor- masi dalam belajar juga bergantung pada kemampuan membaca? Diakui atau tidak, minat baca mempunyai andil yang cukup besar terhadap kualitas daya saing masyarakat Indonesia, baik di kan- cah nasional maupun internasional. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 161
Upaya Menumbuhkan Minat Baca Remaja Upaya untuk menumbuhkan minat baca bukannya tidak dila- kukan. Pemerintah ataupun institusi swasta telah melakukan ber- bagai upaya untuk meningkatkan kesadaran remaja dan masya- rakat untuk membaca. Salah satunya dengan mengadakan pro- gram minat baca. Akan tetapi, upaya tersebut belum sepenuhnya menunjukkan hasil yang optimal. Bacaan yang kurang menarik dan minimnya sarana perpustakaan menjadi faktor utama penye- bab minat baca siswa rendah. Kurangnya koleksi buku, terbatas- nya bacaan yang menarik, adanya buku paket dan pelajaran yang mayoritas menguasai rak-rak perpustakaan membuat siswa menjadi malas menghabiskan waktu di perpustakaan. Bacaan umum maupun karya sastra (baik novel, cerpen, cerita rakyat) sebenarnya merupakan media yang efektif untuk siswa, tidak hanya untuk menumbuhkan minta baca, tetapi juga untuk mena- namkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam buku bacaan tersebut. Tidak hanya itu, rendahnya minat baca juga dipengaruhi oleh rendahnya daya beli buku. Tingkat ekonomi yang rendah akan mengakibatkan daya beli buku rendah pula. Susahnya me- menuhi kebutuhan hidup sehari-hari membuat masyarakat kita enggan menyisihkan uang untuk membeli buku. Namun, sebe- narnya pemerintah sudah berupaya untuk mengatasi hal tersebut dengan adanya perpustakaan keliling. Akan tetapi, lagi-lagi pe- laksanaan program tersebut tidak berjalan optimal karena tidak semua daerah terjamah oleh perpustakaan keliling. Lantas, bagaimana dengan masyarakat tingkat menengah dan atas? Apakah daya beli buku mereka tinggi? Jawabannya belum tentu. Jika masyarakat tingkat ekonomi rendah tidak membeli buku karena alasan rendahnya penghasilan, berbeda dengan golongan menengah dan atas, tidak membeli buku, ka- rena tidak ada kesadaran akan pentingnya buku dalam kehi- dupan. 162 Pelangi di Kaki Langit
Sebenarnya membaca tidak harus dari buku. Kemajuan tek- nologi, seperti yang sudah disinggung di atas, membuat masya- rakat lebih mudah mengakses semua jenis bacaan yang mereka inginkan. Akan tetapi, kemajuan teknologi juga mempunyai dam- pak positif dan negatif. Bagi masyarakat yang sadar, adanya berbagai perangkat elektronik sebagai hasil kemajuan teknologi, digunakan sebagai sarana untuk terus menggali pengetahuan. Mencari informasi dan pengetahuan melalui artikel, berita, jurnal, ebook, atau yang lainnya dari internet. Sayangnya, tidak semua orang dapat memanfaatkan media dengan baik. Adanya berba- gai gadget penunjang kemudahan memperoleh informasi justru kurang dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, termasuk siswa. Kebanyakan siswa lebih tertarik menggunakan fasilitas yang mereka miliki untuk sekadar bermain game atau bersosial media. Hanya segelintir orang yang melakukan ke- giatan membaca untuk memperluas pengetahuannya. Lingkungan yang kurang mendukung kebiasaan membaca juga berperan terhadap rendahnya minat baca. Misalnya, dalam lingkungan keluarga, orang tua yang terlalu disibukkan dengan pekerjaan, tidak mempunyai waktu luang untuk membaca, atau bahkan orang tua yang sama sekali tidak pernah membaca, secara tidak langsung juga mempengaruhi rendahnya minat anak untuk membaca. Tidak adanya teladan yang dapat dicontoh anak me- nyebabkan anak menjadi malas membaca. Bukankah kebiasaan yang dilihat anak di rumah berpotensi membuat anak meniru kebiasaan tersebut? Terdapat tiga cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat baca, yaitu memotivasi minat membaca, mulai membaca sesuatu yang disukai, dan menumbuhkan rasa ingin tahu. Mem- baca harus mempunyai minat dan pada awal membaca harus fokus, memiliki niat, harus memaksakan diri untuk membaca serta membiasakan agar tidak buta aksara. Minat baca itu sendiri adalah kemauan atau ketertarikan terhadap suatu bacaan untuk membacanya, sedangkan buta aksara adalah suatu disabilitas Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 163
yang disebabkan ketidakmauan atau ketidakmampuan manusia untuk membaca. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebu- dayaan (2013), minat baca masyarakat Indonesia harus diting- katkan dan buta aksara harus terus diberantas. Peningkatan mi- nat baca perlu dilakukan karena pada masa perkembangan tek- nologi, masyarakat banyak disuguhi informasi di berbagai me- dia. Media itu harus dimanfaatkan masyarakat untuk mening- katkan pengetahuan,yaitu sebagai media membaca. Upaya pertama adalah memotivasi minat membaca. Mening- katkan minat baca harus dimulai dengan motivasi diri. Dengan membaca, pandangan menjadi terbuka terhadap hal-hal baru yang tidak diketahui sebelumnya. Upaya kedua adalah mulai membaca sesuatu yang disukai, salah satu kesalahan terbesar dari seseorang yang ingin mulai membiasakan diri untuk mem- baca adalah image buku dan bacaan yang sebenarnya ia buat sendiri: berat dan membosankan. Padahal, banyak sekali jenis buku dengan karakteristik yang beragam. Upaya ketiga, yaitu minat baca harus dipicu dari diri sendiri untuk menumbuhkan rasa ingin tahu. Kita harus membuat pertanyaan setiap hal yang ada di sekitar dan carilah jawabannya di buku. Kemudian juga dapat melihat-lihat buku di toko atau perpustakaan dan cobalah pertanyakan, Apa sih isi buku ini? Biasanya rasa ingin tahu dan penasaran sangat efektif untuk menggerakkan diri untuk mela- kukan sesuatu. Membaca membuka wawasan, dan tanpa membaca tidak dapat mengetahui dunia luar. Membaca merupakan suatu kebu- tuhan yang tidak dapat dihindari. Jika sudah terbiasa membaca dan tidak melakukan membaca karena sesuatu hal, akan terasa seperti ada yang hilang dalam kehidupan dan tidak nyaman. Oleh sebab itu, kebutuhan membaca penting untuk dibudayakan kepada setiap orang agar tidak buta pengetahuan. Seperti yang diketahui, minat baca di Indonesia memang masih sangat rendah. Faktor rendahnya minat baca ini relatif beragam. Kurangnya bahan bacaan dan tidak menarik bisa 164 Pelangi di Kaki Langit
menjadi salah satu faktornya. Pada tahun 2010, indeks membaca sekitar 0,001. Itu berarti, dari 1.000 orang di Indonesia, hanya ada satu orang yang benar-benar gemar membaca. Coba ban- dingkan dengan negara tetangga, Singapura, yang memiliki in- deks 0,55. Apalagi kalau dibandingkan dengan Jepang yang me- miliki indeks 17 koma sekian? Tidak hanya itu, kemahiran mem- baca pada siswa sekolah masih tergolong rendah, terutama di daerah terpencil. Menurut hasil survei Badan Pusat Statistik RI, penduduk Indonesia yang buta aksara pada umur 10 tahun 17,89% dan yang terbesar adalah Papua 40,59%. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah men- dirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan Taman Baca Masyarakat (TBM) untuk meningkatkan minat baca dan memberantas buta aksara. Agar tumbuh minat bacanya perlu menyediakan waktu khusus untuk membaca. Jika benar-benar sibuk, cobalah manfaatkan waktu sebelum tidur atau sesudah tidur. Belilah buku yang dianggap menarik dan berguna agar menumbuhkan rasa ketertarikan untuk membaca, manfaatkan waktu menunggu, menunggu jemputan misalnya, ataupun bisa pula lewat komunitas membaca agar lebih intensif lagi dalam membaca. Sementara itu, buku adalah sumber pengetahuan, seperti semboyan “buku jendela ilmu” dan “baca buku, buka dunia”. Dengan membaca buku, akan memperoleh pengetahuan. Oleh sebab itu, membaca dapat memperbaiki kehidupan. Untuk itu, usaha peningkatan minat baca dan pemberantasan buta aksara ini perlu didukung terus sehingga taraf hidup masyarakat me- ningkat. Tidak ada hal lain yang lebih penting dalam pencapaian aka- demis selain membaca secara ajeg. Anak-anak remajaharus me- ngenal dengan baik serta dapat menyediakan waktu dan perhati- an khusus melatih diri untuk dapat membaca dengan efektif (Yadi Novian, 2012). Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 165
Cara Ampuh Meningkatkan Minat 1. Sediakan waktu secara rutin untuk membaca setiap hari. Hasil studi menunjukkan bahwa membaca secara teratur de- ngan bersuara akan menghasilkan keuntungan yang signifi- kan bagi pemahaman, kosakata, dan kata-kata. 2. Kelilingi remaja dengan bahan bacaan Remaja yang dilengkapi dengan bahan-bahan bacaan yang banyak di rumah, biasanya akan mendapatkan nilai sekolah di atas rata-rata. 3. Memiliki jadwal membaca Sediakan waktu 15--30 menit setiap hari bagi semua anggota keluarga untuk membaca bersama. Setelah melihat Anda membaca, hal ini akan menginspirasi remajauntuk membaca. Hanya dengan membaca 15 menit setiap hari sudah cukup untuk meningkatkan kebiasaan membaca. 4. Kembangkan dan kreasikan aktivitas membaca Buatlah kegiatan membaca sebagai bagian yang menyeluruh dalam hidup. Mintalah untuk membaca menu-menu ma- kanan, tanda-tanda lalu lintas, petunjuk permainan, laporan prakiraan cuaca, daftar jadwal film di bioskop, dan informasi praktis setiap hari. Selain itu, pastikan mereka selalu me- miliki sesuatu untuk dibaca pada waktu luang, ketika sedang menunggu seseorang atau saat sedang naik mobil. 5. Kembangkan kebiasaan berkunjung ke perpustakaan. Bujuklah remaja untuk membaca lebih banyak lagi dengan mengajak mereka ke perpustakaan umum beberapa minggu sekali untuk mendapatkan bahan-bahan bacaan yang baru. Pihak perpustakaan juga menawarkan program membaca bagi remaja dengan segala usia yang menarik unutuk me- ningkatkan minat membaca. 6. Ikutilah perkembangan membaca anak-anak Anda. Pastikan remaja tahu keterampilan membaca seperti apa yang diharapkan dalam tiap-tiap tingkat pendidikan. Kurikulum sekolah akan memberikan informasi. Ikutilah hasil perkem- 166 Pelangi di Kaki Langit
bangan dari keterampilan dasar mereka dalam membaca melalui buku rapor dan tes yang distandardisasi. 7. Cobalah untuk mencari tahu permasalahan-permasalahan dalam membaca. Para guru tidak selalu dapat menemukan masalah-masalah yang dihadapi remaja dalam membaca, sampai masalah ter- sebut sudah terlanjur parah. Cobalah untuk mencari tahu apakah remaja dapat mengucapkan kata-kata, mengenali ka- ta-kata, menggunakan konteks bacaan itu untuk mengidenti- fikasi kata-kata yang tidak dikenal, dan memahami apa yang mereka baca dengan jelas. 8. Carilah bantuan secepatnya untuk mengatasi masalah-masa- lah dalam membaca. Masalah-masalah membaca tidak secara ajaib bisa menghi- lang seiring berjalannya waktu. Semakin awal anak-anak mendapatkan pertolongan, semakin banyak kemungkinan mereka akan menjadi pembaca yang baik. Pastikan remaja mendapatkan bantuan yang diperlukan dari para guru, pen- didik, atau pusat pembelajaran, segera setelah menemui ma- salah. 9. Manfaatkanlah berbagai alat bantu untuk menolong remaja. Untuk membantu remaja meningkatkan kemampuan mereka dalam membaca, gunakanlah buku pegangan, program kom- puter, format buku yang diaudiokan, dan bahan-bahan lain yang tersedia di toko-toko. Berbagai permainan, khususnya, bisa menjadi pilihan yang baik karena berbagai permainan tersebut dapat membuat remaja menikmatinya sembari mengasah kemampuan membaca. 10. Tunjukkanlah antusiasme kegiatan membaca. Reaksi memunyai pengaruh yang sangat besar terhadap se- berapa keras mereka berusaha untuk menjadi pembaca yang baik. Pastikan memberikan pujian yang tulus kepada mereka atas usaha-usaha mereka. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 167
Simpulan Bertolak dari paparan di atas dapat diambil simpulan sebagai berikut. Pertama, minat baca bagi remaja penting untuk ditingkat- kan karena jika remaja rendah pengetahuannya, negara akan mudah dijajah oleh negara lain. Oleh sebab itu, remaja sebagai generasi penerus perlu diberikan motivasi untuk gemar mem- baca. Kedua, dalam menumbuhkan minat baca dimulai dari hal- hal yang disukai, menarik, dan sesuai dengan usia remaja. Ketiga, budaya membaca penting dibiasakan sejak dini, lebih- lebih bagi remaja yang sedang mulai bekembang. Remaja yang sudah membudaya dalam hal membaca akan memiliki wawasan yang sangat luas dan nantinya akan menjadi penentu bagi diri- nya, keluarga, dan masyarakat serta bangsa dan negara. Keempat, remaja yang berpengetahuan luas tidak akan mung- kin semena-mana untuk memperlakukan dirinya dalam mengha- dapi masa depan. Remaja akan selalu membuat dirinya berguna dan bermanfaat dalam kehidupannya. Pastilah remaja yang gemar membaca tidak akan membiarkan waktu berlalu begitu saja. Daftar Pustaka Anonim.”Cara Meningktakan Motivasi Minat Baca”http:// stylehidup.blogspot.com/2013/04/cara-meningkatkan- motivasi-minat-baca.html, diunduh pada tanggal 3 Oktober 2013 pukul 15:20 WIB. Rahmawan,Arry. 2013. http://arryrahmawan.net/8-cara- menumbuhkan-minat-baca/, diunduh pada tanggal 31 Oktober 2013. KementrianPendidikandanKebudayaan.2013. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan (Buku Siswa). Jakarta: Kemendikbud. Yusuf, Suhendra. 2012. “Outlook Literasi Siswa Indonesia”. Makalah disampaikan pada Konferensi Linguistik Tahunan 168 Pelangi di Kaki Langit
Atma Jaya (Kolita) Kesepuluh Tingkat Internasional. Pusat Bahasa dan Budaya: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Wahyuni, Sri. 2009. “Menumbuhkembangkan Minat Baca Menuju Masyarakat Literat”. Diksi, Vol 16, Nomor 1, Januari 2009. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 169
170 Pelangi di Kaki Langit
CERITA PENDEK Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 171
172 Pelangi di Kaki Langit
ANAK JADAH Yeti Islamawati MTs.N LAB. UIN Yogyakarta Aku perempuan berusia empat puluh tahun. Anak pertamaku laki-laki berusia limabelas tahun. Namun sekarang aku hamil lagi, tanpa suami. Tapi bagiku tak masalah selagi ada cinta dari lelaki yang aku cintai. Itu sudah lebih dari cukup. Kata orang, aku cantik dan seksi, kupikir aku bisa memanfaatkan kelebihan itu. Namun aku tenyata juga tak bisa membutakan mata dan menulikan telinga dari tetangga-tetangga. Tiap aku lewat, mata mereka seperti hendak menelanjangi dan menelanku bulat-bulat. Kasak-kusuk mereka memenuhi gendang telingaku. Aku gelisah dan mulai tak nyaman. Bahkan gadis-gadis belia ikut menghakimiku. Aku pernah mendengar obrolan mereka secara tidak sengaja. “Mil, kok bisa-bisanya, ya, Mbak Ning berbuat begitu,” aku mendengar percakapan Ajeng. “Bisa apa maksudmu?” tanya teman Mila, tetangga dekat rumahku. “Masak kamu tidak tahu? Rumahmu kan lebih dekat dengan rumahnya dibandingkan rumahku,” sahutnya. “Memangnya kenapa? Aku memang jarang ingin tahu urusan orang lain. Ayahku mengajarkan demikian,” jawaban Mila cukup menghiburku. “Mbak Ning hamil tanpa suami! Benar-benar menjijikkan. Apa nggak kasihan sama Aji anaknya?” Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 173
Belum lagi ibuku tak henti-hentinya bertanya siapa bapak dari janin yang aku kandung. Demi apa pun, aku akan tutup mulut. Aku tidak mau mendengarkan apa kata ibu. Aku masih sakit hati saat ibu dulu menjodohkanku dengan lelaki yang hanya bisa menikmati setiap jengkal tubuhku tanpa becus memberikan nafkah. Aku muak dan benci mengingatnya. Jadi kupikir apa salahnya bersenang-senang dengan lelaki yang aku cinta. Tak peduli dia sudah menikah. Salahnya dia memberi lampu hijau. Tiap pulang sekolah, Handoko, anakku, selalu mengulang pertanyaan yang sama, seperti pita kaset yang berulang kali diputar. “Bu, Ibu kok hamil, to? dengan siapa, Bu?” Aku diam. “Jawab, Bu…. Aku malu, semua teman meledekku, mener- tawaiku, bahkan menjauhiku. Mereka berkata, jangan-jangan aku juga anak jadah.” “Bukan urusanmu. Kamu hanya perlu belajar yang benar, memakai baju yang layak. Ini urusan ibu.” Aku keluar sambil membanting pintu. Aku sebenarnya kasihan kepada anakku. Tapi apa boleh buat, semua harus berjalan sesuai rencana. Aku tahu Aji menjadi sangat tertekan. Dicaci, diberondong pertanyaan yang tentu saja menyudutkan dia. Sungguh aku dapat membayangkan dan merasakan sakitnya anakku. Mempunyai adik seharusnya membahagiakan dia, karena sudah sejak lama dia mengingingkan. Namun ada adik tanpa kehadiran ayah hanyalah membuatnya semakin tertekan. Aku bekerja sebagai buruh cuci pada pemilik perusahaan travel. Entah kenapa aku jatuh cinta pada salah satu sopir travel. Rupanya dia juga menaruh minat padaku. Ternyata lelaki itu belum mempunyai anak. Hingga terjadilah perjanjian itu. Kang Parman mengatakan bahwa istrinya ingin mempunyai anak. Usia perkawinannya sudah sepuluh tahun, namun rahimnya belum bisa memberikan bayi. Sementara keluarga besarnya selalu me- rongrong. Suatu hari kami bertiga duduk semeja. Istrinya meng- 174 Pelangi di Kaki Langit
inginkan aku hamil dari benih suaminya. Rupanya, istri Kang Parman sudah kehabisan alasan untuk bisa mempunyai anak de- ngan jalan apapun. Istri yang aneh, pikirku, masak mengizinkan suaminya bercinta denganku. Kadang aku tak habis pikir dengan jalan pikiran mereka. Aku tertawa dalam hati, segitu berartikah keberadaan seorang anak hingga mereka melakukan cara yang tidak terlintas dalam benakku. Tapi sudahlah, itu urusan mereka. Urusanku hanya menyediakan diri untuk hamil dan melahirkan anak Kang Par- man. Urusan periksa dan biaya persalinan tak perlu kupikirkan lagi. *** Persalinanku tinggal menghitung hari. Aku bahkan telah be- lanja perlengkapan bayi dengan Kang Parman. Rumah sakit yang akan kugunakan untuk melahirkan pun sudah kami tentukan. Pada usia kehamilan sembilan bulan, aku masih bekerja seperti biasanya, menjadi buruh cuci. “Ning, ini ada titipan buatmu…!” seru Mbok Mardi tukang masak “Dari siapa Mbok?” “Kamu baca sendiri saja.” Aku mendapatkan surat. Kertas lusuh yang ditulis dengan tergesa-gesa. Untuk Ning, Aku harus pergi, Ning. Istriku di desa menginginkanku pulang meneruskan usaha penggilingan padi milik bapaknya. Selain itu, Ning, istriku sudah hamil. Jadi selamat tinggal. Maafkan aku. Perutku tiba-tiba mulas, mataku berkunang-kunang. Samar- samar aku mendengar Mbok Mardi berteriak-teriak tak jelas. Aku sadar ketika sudah berada di ruang persalinan. Rasa mulas kulalui dengan kesakitan yang amat sangat ditambah dengan tercabiknya hatiku. Aku tak bisa menghentikan rasa sakit yang semakin bertambah-tambah, rasanya aku mau mati saja, biar Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 175
tak ada lagi yang harus aku pikirkan. Dengan begitu, aku tak membuat aib bagi anakku. Dengan susah payah, aku mengejan tapi bayiku tak kunjung keluar. Situasi ini benar-benar menyiksaku dan tak ada jalan lain kecuali aku harus melahirkan dengan sesar. Saat Suster mem- berikan bayi mungil dalam bedongan, aku menatapnya dengan gamang. Yang ada dalam pikiranku, bagaimana aku harus mem- bayar biaya rumah sakit dan dengan apa aku membesarkan anak jadah ini seorang diri…? Terbayang dengan jelas Kang Parman tersenyum bahagia bersama anak yang lahir dari rahim istrinya…. 176 Pelangi di Kaki Langit
ARJUNA Hariyanto SMPN 2 Bambanglipuro, Bantul Matahari sudah sesaat tenggelam ditelan petang. Di luar rumah samar-samar mulai tampak rasi bintang menghias angkasa, meskipun udara masih terasa panas. Jam di tembok batu bata merah kuno dan antik menunjukkan pukul sembilan belas lebih sembilan belas menit, memang baru saja habis isyak. Di dalam kamar yang luas, amat luas, tepat di depan joglo, di sinilah tempat aku mengadu, tempat aku menangis, tempat aku tertawa. Aku selalu lekat dengan tempat ini. Sekarang aku duduk menyendiri dalam keheningan. Pandanganku lurus menerawang jauh ke depan, menembus tebalnya tembok kamar dan pekatnya malam. Tentu pikiranku tidak kosong. Kubuka lembaran-lem- baran lama yang begitu indah. Terbayang perjalanan hidupku yang begitu melelahkan. Tak ku sangka sudah lima tahun beru- mah tangga dengan Mas Bimo. Itu artinya sudah lima tahun lamanya aku dan suamiku menunggu kehadiran putra yang akan menghiasi dan mengisi hari-hari kami. “Dik Gayuh kok melamun terus?” Kata-kata itu membuatku tersentak dari lamunan. Aku hafal betul dengan suara itu, Mas Bimo suamiku. Itu pasti suara suamiku. Lagi pula hanya ada satu orang di dunia ini yang memanggilku dengan panggilan Gayuh. Semua orang memanggilku Mbak Lintang, kecuali Mas Bimo. Tapi aku merasa nyaman dengan kedua nama panggilan itu. Lagi pula nama itu pemberian almarhum orang tuaku “Gayuh Lintang Pamungkas”. Katanya sih nama itu mengandung makna Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 177
yang sangat mulia. Orang tuaku berharap aku mempunyai cita- cita yang tinggi sampai akhir hayat. Menurut aku, arti nama itu adalah bahwa dalam hidup harus berjuang menuju kehidupan yang lebih baik tanpa pernah berhenti. “Dik mbok ya istirahat! Melamunnya berhenti dulu, dite- ruskan besok saja, kasihan perutmu. Nanti jagoan kecilku jadi keju kalau Dik Gayuh duduk terus begitu!” “Iya Mas, kenapa to Mas manggil anak kita jagoan, padahal belum tentu laki-laki lho Mas!” Mas Bimo sangat merindukan kehadiran anaknya. Dia ingin punya anak laki-laki yang gagah dan tampan. Katanya, anak laki-laki adalah penerus keturunan. Katanya pula kalau kami tidak punya anak laki-laki, Trah Bimo Diharjo akan putus. Di satu sisi aku merasa amat sangat bahagia dengan keha- milanku ini. Bagiku mempunyai anak adalah tujuan terdekat da- lam hidupku. Saat ini usia kehamilanku masuk hitungan bulan ketiga, tepatnya tiga bulan tiga hari. Di sisi lain aku merasa takut dengan sifat dan keinginan Mas Bimo. Dia selalu membicarakan anak laki-laki terus. Setiap ada kesempatan berduaan, yang ia bicarakan selalu tentang anak laki-laki. Aku takut kalau kelak anak kami yang lahir perempuan. Aku takut Mas Bimo jadi ke- cewa dan menganggap aku sebagai perempuan tak berguna. Hampir setiap malam aku menangis dalam kegelisahan. Setiap malam pula, suamiku mengelus-elus perutku sambil berkata, “Le, cah bagus tidur yang nyenyak ben sesok bisa bangun pagi! Besok lari pagi sama bapakmu yang gagah dan ganteng ini! Besok kalau besar kamu mau jadi apa? Jadi tentara saja yo Le biar seperti Arjuna, kesatria yang sangat gagah, sangat tampan, dan paling berani di medan perang saat menjadi panglima!” Hari terus berjalan, minggu berganti bulan usia kehamilanku sudah berada di bulan ke tujuh, tepatnya tujuh bulan tujuh hari. Aku semakin takut, semakin khawatir. Kadang aku berpikir suamiku seperti kerasukan jin. Mengapa suamiku tergila-gila de- ngan tokoh dalam pewayangan itu. Arjuna, nama yang sebenar- 178 Pelangi di Kaki Langit
nya tidak pernah ada dalam kamus hidupku, tidak pernah terlin- tas dalam pikiranku bahwa aku akan mempunyai anak seorang Arjuna. Biar pun semua orang tahu Arjuna itu kesatria. Biar pun semua orang di dunia ini mengatakan Arjuna itu gagah perkasa. Biar pun Arjuna itu paling tampan di antara laki-laki tampan di dunia ini, aku tetap tidak mau mempunyai anak seorang Arjuna. “Tidak! Tidak…! tidak…… ! Aku tidak sudi punya anak Arjuna!” Tiba-tiba Mas Bimo datang menenangkan aku. Dia memeluk aku. Dia menungguiku tidur. Setelah malam itu, setiap malam Mas Bimo selalu menemani dan menunggui aku tidur. Malam Jumat Kliwon, ya aku masih ingat betul malam Jumat Kliwon. Usia kandunganku sudah sembilan bulan, tepatnya sem- bilan bulan sembilan hari. Malam itu aku pura-pura tidur. Mas Bimo masih setia menungguiku. Kulihat tangan Mas Bimo mulai bergerak, bergeser, mengarah tepat di perutku. Dielusnya perut- ku tepat di bawah payudaraku kemudian bergeser ke bawah tepat di atas pusarku, terus dia mengelus-elus perutku. Dia meng- elus dan membelai dengan kasih sayang, kadang terdengar lirih terucap kata-kata sayang yang ia ucapkan tepat di atas pusarku. Aku merasakan suara itu masuk merayap melewati pori-pori dinding pusarku, merambat mengetuk-ngetuk lalu masuk mem- buka pintu rahimku. Kata-kata itu terus berjalan merambat mele- wati daun telinga anakku, merayap lagi memasuki gendang teli- nga anakku dalam rahim. Aku merasa bahagia, aku merasa disa- yangi, aku merasa dicintai, aku merasakan bagaimana senangnya menjadi seorang ibu. Malam itu aku merasa hidup di surga de- ngan kebahagiaan tiada tara. Langit cerah warna biru berhias putih kapas sutera. Burung- burung prenjak berkicau dengan merdu. Jumat siang selepas salat Jumat, Mas Bimo duduk santai di ruang tengah. Dia asyik nonton siaran televisi ditemani sepiring kacang godhog dan se- cangkir air putih. Benar-benar santai nonton berita sambil makan kacang dan minum air putih. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 179
“Mas ini sudah aku siapkan makan siang!” Seperti hari-hari biasanya, aku menyiapkan makan siang untuk Mas Bimo. Hari ini aku masak sayur asem dan ikan asin. Sayur asem dan ikan asin adalah menu kesukaan Mas Bimo. Duduk di pojok ruang tengah sambil tersenyum Mas Bimo makan dengan lahap. Seberkas cahaya melintas di atas kepalaku menyelinap dari celah genting yang bocor. Yaa… sang surya yang selalu setia kepada para penghuni bumi. Walaupun tidak setiap waktu, namun Ia telah menjadi sahabat sehari-hari. Bagaimana tidak, karena setiap ia tak muncul kita selalu mengharapkannya. Di sini pun aku me- renung, memikirkan masa depan anak dalam kandunganku. Kuharap anakku bisa mendapat masa depan yang cerah seperti cerahnya mentari siang ini. “Mas, tadi malam aku merasa bahagia sekali lho! Tadi Mas Bimo sayang banget padaku dan dedek bayi yang ada di perut ini! Iya kan Mas?” “Iya, iya, Mas sayang pada kamu Dik Gayuh! Sama anak kita juga!” “Dik, sebenarnya Mas mau bicara serius pada kamu! Masalah penting, tentang anak kita.” “Memangnya ada apa to Mas, kok sepertinya penting banget begitu?” “Dik Gayuh sudah saatnya melahirkan, kandunganmu sudah berusia sembilan bulan, tepatnya sembilan bulan sembilan sete- ngah hari, makanya kita harus cepat-cepat menentukan nama buat anak kita cah bagus nanti, begitu Dik!” “Woo, alah Mas, kita itu belum tahu anak kita nanti itu lanang apa wedok, kok dibilang cah bagus! Nanti Mas Bimo pasti terus bilang, anak kita nanti kita beri nama Arjuna saja! Gitu to Mas? Mas tak kasih tau ya Mas, dahulu saat kita mitoni kandungan anak kita ini, gambar Arjuna yang ada di cengkir gading itu aku ganti. Aku menyuruh orang melukis gambar Rama dan Sinta pada cengkir gading yang akhirnya kita gunakan dalam upacara mitoni. Arjuna itu playboy Mas, dia itu tukang kawin. Lebih baik 180 Pelangi di Kaki Langit
Rama dan Sinta Mas, mereka itu simbol kesetiaan dan manusia sejati. Aku sengit pada Si Arjuna itu. Aku tidak setuju, titik!” “Lho Dik, kalau tidak setuju itu dasarnya apa? Arjuna itu nama yang bagus lho! Nama seorang kesatria Pandawa lho Dik! Dia gagah, tampan, baik hati, disayang banyak orang lagi! Po- koknya nama Arjuna itu nama yang paling bagus. Tidak ada nama yang lebih bagus dari Arjuna. Pokoknya anak kita kalau lahir laki-laki harus diberi nama Arjuna. Kalau lahir perempuan, ya terserah Dik Gayuh, mau diberi nama siapa….” “Ingat Mas apa yang terjadi pada kakak saya, Mbak Galuh. Ingat penderitaanya Mas, kurang apa Mbak Galuh itu. Dia wanita lugu, sayang keluarga. Ia perempuan yang setia Mas! Tega-te- ganya si Joko Arjuno yang berlagak sok setia, sok tanggung jawab tapi akhirnya menduakan cintanya. Ia kawin lagi Mas, bahkan dia menikahi dua wanita sekaligus. Kasihan Mbak Galuh Mas, Ia hidup dalam penderitaan dengan ketiga putrinya Mas….” “Tapi Dik!” “Tidak, pokoknya aku tidak setuju kalau pakai nama Arjuna! Aku tidak mau cerita tentang kakakku terulang kembali. Tidak pada diriku, tidak juga pada orang lain! Tidak…! Tidak …! Arju- na itu istrinya di mana-mana, setiap dia tinggal di suatu tempat pasti dia kawini gadis-gadis yang ada di sana. Perempuan yang sudah bersuami saja dia kawini! Pokoknya tidaaaak! Si Arjuna itu Playboy. Tidaaaaak…! Aku nggak mau punya anak tukang kawin! Playboy! Tukang rebut istri orang! Tidaaaaaaaak….!” Sam- bil berteriak histeris Gayuh Lintang Pamungkas melahirkan se- orang bayi laki-laki dengan wajah tidak tampan dan kaki kiri bengkok. Bimo Diharjo, suami Gayuh Lintang Pamungkas, kaget melihat anaknya yang baru lahir. Ia terkulai lemas sambil bicara lirih. “Anak kita bernama ARJUNA TIDAK POLIGAMI!” ***** Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 181
AWAL HADIRNYA CINTA Asiyah, S.Pd. SMPN 5 Wates, Kulonprogo Tet, tet, tet, bel berdering menandakan berakhirnya mata kuliah sore. Sore itu hujan turun dengan deras. Suara guntur menggelegar di atas genting kampus. Tak ada keciau burung terdengar. Selang satu jam, hujan mulai reda. Ais dan Mimi keluar dari ruang kuliah kampus Universitas Taman Siswa Yog- yakarta. Angin sore yang lembut menyapa mereka dengan mesra. Bau tanah lihat yang diguyur hujan tercium tajam. Bunga-bunga bermekaran menyambut datangnya waktu asar. Burung-burung keluar dari sangkar dan saling bercengkerama. Sepertinya me- reka tahu bahwa sebentar lagi ada sang putri yang mulai terse- jukan hatinya karena ada seorang pemuda yang akan menyirami kalbu sang putri dengan ketulusan cinta. Tiba-tiba Ais terkejut, ternyata di pintu gerbang kampus ada teman prianya, Adi yang menunggu Ais dan Mimi dengan membawa dua payung mungil berbunga pink. “Mbak, ini kubawakan payung buat Mbak berdua,” tutur Adi sopan dengan senyuman yang manis. “O, ya terima kasih ya Mas Adi,” jawab Ais tersenyum. Ais dan Mimi meninggalkan kampus. Begitu juga Adi. Ais sepayung dengan Mimi. Dalam perjalan pulang, hati Ais bertanya-tanya, “Kenapa Mas Adi kok sebaik ini? Apakah dia naksir sahabatku Mimi atau ada maksud lain? Naksir aku? Ah, kok aku jadi GR….. “ 182 Pelangi di Kaki Langit
Pertnyaan-pertanyaan itu mengusik hati Ais, meskipun akhirnya tak dihiraukan Ais. *** Jalan di sekitar Kali Mambu Yogyakarta mereka lalui ber- sama sambil ngobrol tentang demo di kampus seminggu lalu. Hamparan sawah nan hijau membuat mata mereka betah meman- dang. Ilalang-ilalang bergoyang tertiup angin sore. Petak demi petak sawah mereka lalui. Dari kejauhan terdengar suara anjing menggonggong. Hati Ais mulai cemas karena ia paling takut dengan anjing. “Aku sangat takut dengan anjing, walau aku tahu ada se- orang pelacur yang masuk surga gara-gara memberi minum an- jing yang sedang kehausan dengan ikhlas.” Aku trauma dengan anjing. Aku teringat kejadian waktu aku kelas III SD dulu. Malam itu sekitar pukul 20.00 sepulang mengaji di langgar Haji Sobari, ada seekor anjing yang sedang kencing dan terkejut ketika mendengar hentakan suara kakiku dan melihat cahaya lampu senter yang aku bawa. Anjing itu langsung menggonggong sambil lari tunggang langgang. Begitu pun aku, aku takut sekali, aku lari sampai minyak lampu sentirku tumpah sambil menyingsingkan kain yang kupakai tinggi-tinggi. Desahan nafasku tak karuan. Bulu kudukku merinding. Angan- ku bingung tak karuan. *** Suara gonggongan anjing semakin lama semakin jelas. Keta- kutan dan kecemasan semakin menghantui langkah Ais. Tiba- tiba apa yang dicemaskan Ais menjadi kenyataan. Seekor anjing menghampiri Ais sambil menggonggong keras. Sontak Ais lang- sung menjerit minta tolong. “Tolooong, tolooong….!” teriaknya. Adi yang berjalan tepat di belakang Ais bergegas menolong perempuan yang ketakutan itu. Tangan Ais digandeng oleh Adi dengan penuh rasa cinta dan ketulusan. Jantung Ais berdetak kencang, hatinya bergetar tak karuan. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 183
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324