giatan membaca, yang akan berpengaruh terhadap pembelajaran semua mata pelajaran. Hal lain yang juga sangat mempengaruhi krisis keteladanan membaca siswa adalah menjamurnya alat komunikasi handphone. Hampir setiap anak usia SMP memiliki alat komunikasi tersebut. Di dalam benda kecil tersebut tersedia berbagai fasilitas yang mudah dinikmati oleh siapa pun. Hanya dengan memencet tom- bol-tombol dalam handphone, dalam waktu yang relatif singkat akan muncul berbagai hal yang diinginkan siswa. Siswa juga lebih memlilih suntuk dengan SMS dan MMS daripada membaca. Dari benda tersebut siswa mendapatkan berbagai hiburan, men- dapatkan tontonan-tontonan yang menarik tanpa harus menge- luarkan energi dengan membaca. Pada saat ini handphone meru- pakan kebutuhan pokok bagi para siswa. Dalam sehari mereka tidak bisa lepas dari handphone, tetapi jauh dari buku bacaan. Rendahnya Motivasi Selain hal-hal di atas, masih ada satu hal yang menyebabkan rendahnya minat baca siswa, yaitu berkenaan dengan motivasi yang rendah. Rasa ingin tahu terhadap isi suatu bacaan sangat rendah. Motivasi adalah hal yang sangat penting dalam meme- rangi krisis membaca. Anak akan memiliki prestasi tinggi jika mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap suatu ba- caan. Untuk mengatasi rendahnya motivasi pada siswa diperlukan tangan dingin guru. Guru harus dengan sabar untuk berusaha menumbuhkan motivasi dalam diri anak. Salah satu cara ialah membuat rencana pembelajaran yang mengaharuskan anak mem- baca buku di perpustakaan. Untuk guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, misalnya, pada saat pembelajaran “analisis unsur in- trinsik novel” bisa memaksa anak untuk mencari novel di per- pustakaan. Tentu saja, tahap sebelumnya, guru harus melihat berapa banyak jumlah novel yang ada di perpustakaan, mencu- kupi atau tidak? Jangan sampai kelak ada siswa yang senang 34 Pelangi di Kaki Langit
karena novel di perpustakaan sudah habis sehingga ia memakai alasan terbebas dari tugas guru karena tidak mendapat novel di perpustakaan. Setelah meyakinkan semua anak mendapatkan novel, guru bisa memberikan tugas. Akan lebih baik kalau tugas yang di- kumpulkan ditulis tangan dan bukan diketik komputer. Hal ter- sebut untuk meminimalisasi tindak copy paste dari teman lain. Akan lebih baik lagi, dari pembelajaran tersebut guru memberi- kan sekadar penghargaan kepada siswa yang memiliki pekerjaan yang baik, tidak hanya berupa jempol atau kata–kata peneguhan saja. Penghargaan tersebut, misalnya, diwujudkan dengan se- buah buku bacaan yang menarik bagi siswa. Buku tersebut pasti akan dibaca siswa dengan perasaan bangga. Dengan demikian, guru benar-benar telah menjadi teladan bagi para siswa dalam meningkatkan motivasi. Berkaitan krisis keteladanan membaca, ada satu hadis Nabi yang menyatakan, “Barang siapa yang memberikan keteladanan yang baik dalam Islam maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang- orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang mengikutinya sedikit pun; dan barang siapa yang memberikan keteladanan yang buruk di dalam Islam maka baginya dosa atas perbuatannya dan dosa orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang mengikutinya” (H.R. Muslim). Hadis itu menegaskan bahwa sebebetulnya siapa saja wajib memberikan keteladanan pada anak-anak karena semua ketela- danan yang diberikan tak akan sia-sia. Keteladan akan mendapat ganjaran sampai hari kiamat. Jika tanpa ada keteladanan dari berbagai elemen, karakter anak dalam gemar membaca tidak akan pernah muncul dengan sendirinya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengajak kepada semua pihak untuk Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 35
merenung dan berpikir. Janganlah mudah menyalahkan anak jika anak tidak suka melakukan kegiatan membaca. Akan tetapi, marilah kita bersama berusaha menumbuhkan minat baca mere- ka dengan memberikan keteladanan. Keteladanan merupakan faktor utama yang dibutuhkan anak. Memang tidak mudah un- tuk memberikan dan memunculkan keteladanan membaca bagi anak. Namun, hal tersebut harus dilakukan demi cerdasnya ge- nerasi penerus bangsa, yaitu anak-anak Indonesia. Daftar Pustaka Al-Albani, M. Nahiruddin. 2005. Ringkasan Shahih Muslim. Jakarta: Gema Insani. 36 Pelangi di Kaki Langit
TUGAS UTAMA GURU VERSUS TUGAS TAMBAHAN Mardilah Guru SMP Negeri 2 Panjatan, Kulon Progo, Yogyakarta Pengantar Guru merupakan komponen yang sangat penting dalam du- nia pendidikan. Seorang guru tidak hanya sekadar mengajar atau memberi informasi ilmu atau transfer knowledge semata, tetapi juga mendidik atau transfer value. Selain itu, seorang guru juga bertugas membimbing serta melatih siswa agar menjadi manusia berhasil dan mempunyai kepribadian yang unggul. Tugas-tugas tersebut tidak akan berhasil dengan baik apa- bila seorang guru tidak memiliki dan mengusai metode, teknik, serta strategi mengajar dengan baik. Seorang guru juga harus memiliki pengetahuan luas tentang hakikat pendidikan, pengua- saan materi yang diajarkan, dan wawasan yang luas, serta ke- pribadian yang unggul. Seorang guru telah dibebani tanggung jawab mengajar, men- didik, membimbing, dan melatih siswa sampai mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.Kewajiban itu tanggung jawa yang sangat berat. Namun, kenyataannya se- lain tugas tersebut, guru banyak dibebani tugas-tugas tambahan, misalnya menangani administrasi sekolah.Tugas tersebut diberi- kan kepada guru dengan alasan SDM tata usaha kurang mampu mengerjakannya. Akibat tugas-tugas tambahan yang banyak menyita waktu itu, siswa di kelas sering diberi tugas mengerjakan soal-soal. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 37
Semua itu bertujuan agar siswa tidak berkeliaran atau ribut. Pada- hal, para siswa sebenarnya membutuhkan bimbingan dan di- dikan guru dengan baik. Ketentuan jumlah jam kerja 37,5 jam per minggu di sekolah sudah ditetapkan oleh pemerintah. Sebe- narnya untuk mengerjakan administrasi guru tidak cukup hanya dikerjakan di sekolah. Banyak juga yang dikerjakan di rumah. Lebih-lebih setelah mengajar guru harus membimbing siswa yang kurang/ketinggalan dalam belajar, tambahan pelajaran/les, membimbing berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Di sinilah letak kesulitan guru untuk membagi waktu antara tugas mengajar dan mengerjakan tugas-tugas tambahan. Memahami Tugas-Tugas Guru Tugas utama guru adalah mengajar. Proses pengajaran lebih menitikberatkan pada kemampuan untuk menyampaikan ilmu pengatahuan atau transfer knowledge. Guru perlu menguasai benar materi pelajaran yang akan disampaikan. Pengetahuan itu mulai dari tahap persiapan, tahap penyajian, dan tahap evaluasi. Menurut Sardiman dalam Sitiatava (2014:17) bahwa tugas utama guru, selain mengajar, adalah mendidik. Mendidik adalah usaha untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaan, baik secara jasmanimaupun rohani. Dapat dikatakan bahwa mendidik merupakan upaya untuk membentuk pribadi atau akhlak mulia anak didik. Diharapkan dengan tugas tersebut seorang guru akan terus belajar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru sebagai pendidik, yaitu guru harus dapat menempatkan dirinya sebagai teladan bagi siswanya, mengenali siswanya. Oleh karena itu, guru harus menguasai metode-metode penanaman nilai dan bagaimana menggunakan metode tersebut secara efektif dan efisien. Di samping itu, guru harus memahami tujuan pendidikan di Indonesia sehingga mampu memberi arah dalam memberikan bimbingan kepada siswa. Pengetahuan yang luas tentang materi yang akan diajarkan dan selalu belajar untuk menambah pengeta- 38 Pelangi di Kaki Langit
huan tentang materi ajar dan meningkatkan keterampilan meng- ajarnya agar lebih profesional. Tugas guru yang lain adalah membimbing. Kegiatan ini ber- kaitan dengan memberi motivasi dan pembinaan. Siswa akan merasa sangat senang jika diberi motivasi dan pembinaan dari guru. Inilah faktor dari dalam yang dapat membuat siswa berse- mangat dalam belajar. Lebih-lebih siswa yang mempunyai ke- mampuan kurang. Seorang guru juga sebagai pelatih. Menurut Sitiatava (2014:22) melatih merupakan pemberian keterampilan atau keca- kapan life skills. Bila ditinjau dari segi prosesnya, melatih dilaku- kan dengan menjadi contoh dan teladan dalam hal moral dan kepribadian. Apabiladitinjau dari strategi dan metode yang digu- nakan, yaitu praktik kerja, simulasi, dan magang. Seorang guru juga harus berkepribadian unggul. Kasih sa- yang guru kepada anak didik seperti menyayangi anak kandung- nya sendiri. Jika anak didik yang ketinggalan dalam belajar, guru senantiasa membimbing dengan telaten. Ungkapan nada marah membentak perlu dihindari. Siswa akan merasa nyaman belajar jika guru memunyai kasih sayang. Seorang guru juga perlu kesabaran dalam mendidik siswa. Sebuah kata yang mudah diucapkan, tetapi sulit dipratikkan.Ada saja ulah para siswa yang memancing emosi guru. Pada saat proses belajar, beberapa siswa ribut sendiri di belakang, tidak mau memperhatikan, sibuk bercerita, malas mengerjakan tugas, sering telat, dll. Kondisi seperti itu merupakan tantangan yang harus dihadapi dan diatasi oleh guru. Bagaimana kita bisa sabar? Bagaimana caranya? Memang sabar itu berat, tetapi ketika kita tahu manfaat sabar, kemarahan akan mereda. Menurut Marijan (2012:61—62) sabar memiliki beberapa manfaat, yaitu (1) membuat tidak mudah putus asa, (2) terhindar dari sifat mengeluh/menggerutu, mampu menerima keadaan orang lain secara apa adanya, dan (3) mendewasakan diri dan mampu berpikir luas. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 39
Ada beberapa kepribadian lain yang perlu diperhatikan oleh guru. Singgih D. Gunarsa dalan Sitiatava (2014:103-106) menya- takan bahwa seorang guru mesti disiplin mengajar sesuai aturan. Ketepatan waktu berada di sekolah bagi para guru merupakan salah satu syarat untuk memperoleh hasil yang baik bagi diri sendiri dan siswa. Apabila guru disiplin dalam hal mengajar, siswanya akan termotivasi dengan baik dan prestasinya pun meningkat. Sifat lain yang yang tidak kalah penting yang harus dimiliki guru adalah sifat tegas. Guru yang tegas berbeda mak- nanya dengan guru galak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:1021) kata tegas bermakna ‘jelas dan terang benar, nyata; tentu dan pasti (tidak ragu-ragu dan jelas)’. Adapun galak artinya ‘buas, suka mencaci maki, ganas, garang atau suka melawan’. Setiap guru hendaknya memiliki sifat tegas karena siswa akan menjadi taat dan patuh untuk dapat belajar dengan baik. Selain peran guru yang telah diuraiankan di atas, pakar pen- didikan di Barat yang ditulis Sitiatava (2014:32—40) telah mela- kukan penelitian tentang peran guru. Guru berperan sebagai penasihat siswa dan orang tua berkaitan dengan proses belajar mengajar di sekolah. Guru sebagai pembaharu atau inovator. Guru sebagai model dan teladan dalam bersikap, berbicara, gaya bicara, kebiasaan bekerja, hubungan kemanusiaan, gaya hidup, dan pergaulan. Guru juga berperan sebagai peneliti. Guru harus senantiasa belajar mencari tahu apa yang belum diketahui untuk meningkat- kan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Guru sebagai pendorong kreativitas. Kreativitas ditandai dengan adanya ke- giatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan ti- dak dilakukan oleh seseorang atau mampu menciptakan sesuatu. Selain itu, guru juga sebagai pembangkit pandangan. Seorang guru dituntut memberikan dan memelihara tentang keagungan kepada siswanya. Untuk mengembangkan peran ini harus te- rampil dalam berkomunikasi dengan siswa di segala umur. 40 Pelangi di Kaki Langit
Guru adalah aktor dan evaluator dalam proses belajar meng- ajar. Selain harus menguasai materi yang diajarkan dan berke- pribadian tinggi, dialah yang mendesain pembelajaran agar berhasil dan meningkatkan minat para siswa. Guru merupakan perancang, pelaksana sekaligus sebagai evaluasi pembelajaran. Evaluasi meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Evaluator atau penilaian harus bersifat adil dan objektif. Peran lain seorang guru sebagai kulminator, yaitu guru sebagai orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Tugas Tambahan Guru Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tugas Guru- Guru dan Dosen Pasal 35, Ayat (1) menyatakan sebagai berikut. 1. Kegiatan pokok, yaitu merencanakan pembelajaran, melak- sanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membim- bing dan melatih peserta didik 2. Melaksanakan tugas tambahan, yang dikelompokkan men- jadi dua kategori, yaitu tugas tambahan struktural dan tugas tambahan khusus. Tugas tambahan struktural adalah tugas tambahan yang se- suai dengan struktur organisasi sekolah. Tugas tambahan yang berkaitan dengan struktural meliputi kepala sekolah, wakil ke- pala sekolah, kepala perpustakaan, kepala laboraturium, ketua program kemahiran, dan kepala bengkel. Sedangkan tugas tam- bahan khusus, meliputi pembimbing praktik kerja industri dan kepala unit produksi. Tugas-tugas tambahan tersebut diperhi- tungkan jumlah jamnya. Sebagai contoh tugas kepala perpusta- kaan seminggu dihitung 12 jam pelajaran. Hal ini untuk meme- nuhi beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka sesuai ketentuan yang telah diatur oleh undang-undang. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 41
Ada tugas tambahan guru yang belum diperhitungkan jumlah jamnya. Sebagai contoh tugas tambahan sebagai bendahara Ban- tuan Operasional Sekolah (BOS). Waktu banyak tersita untuk membuat RABS, SPJ, membuat laporan-laporan keuangan lain. Selain itu, ada juga guru yang diberi tugas sebagai operator seko- lah. Waktu yang seharusnya untuk persiapan melaksanakan tu- gas utama sebagai pendidik, justru digunakan untuk membuat pendataan siswa, guru, dan tenaga kependidikan. Penutup Guru sebagai sosok pribadi yang mempunyai tugas mulia di depan para siswa bertugas sebagai pengajar, pendidik, pem- bimbing serta pelatih. Selain itu, seorang guru juga berperan sebagai teladan bagi siswa, yang mampu mengenali kemampuan siswa, mengetahui metode penanaman nilai dan mengunakan metode mendidik secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentang materi yang diajarkan dan metode mendidik. Sifat disiplin, kasih sayang, sabar, ikhlas, tegas senantiasa harus dimilikinya. Peran guru di sekolah sebagai inovator, sosok model, sosok pribadi, peneliti, pembangkit pandangan, aktor, dan evaluator. Tugas dan peran guru inilah yang mesti dijalankan dengan baik oleh seorang guru profesional. Tugas dan peran guru tidaklah mudah dan perlu dedikasi tinggi serta kepribadian yang unggul. Selain tugas dan peran yang mesti diemban, ada juga guru mendapat tugas tambahan yang kadang-kadang tidak berkaitan dengan bidang tugasnya. Pimpinan di lembaga pendidikan seharusnya mempertimbang- kan pembagian tugas guru atau job description yang ada di sekolah. Guru perlu mengatur waktu agar dapat mengemban tugas utama dan tugas tambahan sebaik-baiknya. Selain itu, perlu ada pelatih- an tenaga administrasi dengan peserta tenaga tata usaha. Tugas tambahan guru sebaiknya berupa tugas tambahan struktural dan tugas tambahan khusus sesuai dengan bidang tugasnya. Dengan 42 Pelangi di Kaki Langit
demikian, diharapkan para guru dapat menjalankan tugasutama dan tugas tambahan dengan maksimal sehingga pendidikan di Indonesia akan lebih maju. Daftar Pustaka Aka, Hawari. 2012. Guru yang Berkarakter Kuat: Panduan Guru yang Inspiratif bagi Anak Didik. Yogyakarta: Laksana. Depdikbud.1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Marijan. 2012. Metode Pendidikan Anak: Membangun Karakter Anak yangBerbudi Mulia, Cerdas, dan Berprestasi. Yogyakarta: Sabda Media. Putra, Sitiatava Rizema. 2014. Prinsip Mengajar Berdasar Sifat-sifat Nabi: Segudang Inspirasi Strategi Belajar Mengajar yang Kian Terlupakan. Yogyakarta: Diva Press. Undang-Undang RI nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: BP Dharma Bhakti. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 43
KANTIN KEJUJURAN: UPAYA PENANAMAN KEJUJURAN SEJAK DINI Liliek Lestari Guru SMP Negeri I Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta Kejujuran saat ini dinilai sebagai barang langka. Maraknya tayangan televisi dan berita di koran yang menggambarkan ter- tangkapnya tindak korupsi menjadi bukti mahalnya harga keju- juran. Pemberitaan seputar koruptor secara tidak langsung mem- berikan wacana pada generasi penerus, terutama usia anak dan praremaja bahwa ketidakjujuran adalah hal biasa. Kejujuran bu- kan hal yang harus dipertahankan. Bahkan, seorang yang jujur dianggap aneh dan ketinggalan zaman Dalam masyarakat terlihat jelas sikap tidak jujur telah men- darah daging. Sekolah yang merupakan lembaga edukatif yang diharapkan dapat menanamkan nilai karakter positif, sulit sekali membersihkan dari hal yang tidak jujur. Katrol-mengatrol nilai untuk memenuhi standar yang telah ditentukan bukanlah hal baru. Kebiasaan siswa mencontek saat ulangan harian atau ujian sulit sekali dihilangkan. Berbagai upaya dilakukan banyak pihak untuk membentuk karakter jujur. Di antaranya kampanye jujur yang dilakukan oleh KPK. Beragam permainan disajikan yang bertujuan untuk mena- namkan kejujuran, misalnya melempar bola pada siluet bertulis- kan koruptor yang jika terkena akan masuk ke kolam air. Stiker dan buku UU antikorupsi juga sudah dibagikan ke masyarakat. Penanaman kejujuran di sekolah juga sudah diupayakan de- ngan berbagai cara. Misalnya, melaksanakan ujian dengan soal 44 Pelangi di Kaki Langit
yang berbeda antara satu siswa dan yang lainnya. Untuk menda- patkan nilai yang diharapkan, diadakan remedi yang dilakukan tidak hanya sekali atau kadang dengan cara menurunkan standar kesulitan soal. Namun, hasilnya masih jauh dari yang diharap- kan. Akibat dari sikap tidak jujur yang telah merebak, berbagai kejahatan marak terjadi. Pencurian, perampasan, bahkan peng- ambilan paksa disertai kekerasan terjadi di mana-mana. Parah- nya pelaku tindak kejahatan telah merambah pada remaja usia SMA, SMP, bahkan SD. Seperti beberapa waktu yang lalu terjadi pencurian rokok di toko kelontong di Karangmojo, Gunungkidul. Pelakunya adalah dua orang siswa kelas VI SD dan satu siswa SMP kelas VII. Benar-benar berita yang membuat kita harus mengelus dada. Mengapa mereka bisa melakukan hal itu? Kejadian-kejadian tersebut menghantui dan menimbulkan kecemasan masyarakat. Perasaan was-was muncul saat memba- wa atau mengenakan barang berharga di tempat-tempat umum. Rasa khawatir orang tua akan pergaulan anak-anaknya di luar rumah meningkat. Keresahan guru terhadap perilaku sebagian siswa yang menghalalkan cara-cara tak terpuji dalam mendapat- kan nilai menjadi tantangan tersendiri. Pentingnya Kejujuran Alquran sebagai sumber tata hidup manusia dimuka bumi menyebutkan banyak hal yang berhubungan dengan pentingnya kejujuran. Di antaranya adalah di dalam Q.S., Surat Hud [11]:84 dan Q.S. Al-Isra’ [17]:15, “Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara me- reka, Syu’aib. Ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan se- sungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat).” Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 45
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang sesat maka sesung- guhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri dan se- orang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain dan kami tidak akan meng’azab sebelum kami mengutus seorang rasul.” Penyair besar Syauqi menyatakan “Sesungguhnya kejayaan suatu umat (bangsa) terletak pada akhlaknya, selagi mereka berakhlak/berbudi perangai uta- ma, jika pada mereka telah hilang akhlaknya maka jatuhlah umat (bangsa) ini.” Usia remaja merupakan usia topan badai, usia labil dan ingin mencoba melakukan sesuatu yang menantang. Mencoba segala hal tanpa memperhitungkan dan mempertimbangkan akibat di kemudian hari. Melakukan perilaku hanya berdasarkan emosi sesaat. Lebih parah, ada yang pendapat yang menganggap berani berbohong, mencuri, melawan peraturan, dan berhasil lolos dari kesalahan adalah prestasi. Keadaan itulah yang membuat remaja rentan terhadap pengaruh buruk. Umumnya mereka melakukan perilaku buruk karena pengaruh teman. Hal buruk dilakukan remaja selain un- tuk coba-coba supaya dikatakan pemberani, juga karena butuh aktualisasi diri. Pengaruh lingkungan buruk yang kuat kadang berhasil menggerus penanaman nilai-nilai dalam keluarga yang telah dilakukan sejak lahir. Kesibukan orang tua yang menim- bulkan minimnya komunikasi ditunjuk menjadi penyebab remaja meniru model yang dianggap hebat di luar rumah. Perilaku remaja dengan segala permasalahannya adalah per- masalahan bangsa. Bukan hanya keluarga dan sekolah, lebih jauh lagi masyarakat dan pemerintah harus melakukan segala upaya untuk membentuk karakter anak bangsa. Secara bersinergi diha- rapkan semua lembaga terkait melakukan satu kerja sama untuk 46 Pelangi di Kaki Langit
mengatasi permasalahan tersebut. Jika permasalahan ini tidak segera dicari jalan keluarnya bisa dipastikan masa depan Indo- nesia tidak seperti yang diharapkan. Perlunya Kantin Kejujuran di Sekolah Pendidikan karakter akan berhasil jika dilakukan secara te- rus-menerus sejak dini. Keberhasilan upaya penanaman karakter akan lebih berhasil dan bertahan lama menjadi sebuah kepriba- dian jika dilakukan dengan kesadaran tanpa paksaan. “Kantin Kejujuran” merupakan satu alternatif wahana penanaman karak- ter positif. Tanpa unsur paksaan mendorong seseorang dengan kesadaran melakukan perilaku jujur. Berusaha jujur karena di- gerakkan oleh hati nurani tanpa meminta pujian atau rasa ter- paksa karena takut pada pengawasan seseorang. Kantin kejujuran menerapkan sistem layanan berbeda de- ngan kantin pada umumnya. Kantin menyediakan keperluan warga sekolah dengan pola pengambilan barang dan pembayar- an secara swalayan. Pengguna (pembeli) datang dengan memilih, mengambil, dan membayar tanpa pengawasan pegawai kantin. Semua berjalan berdasarkan kesadaran untuk melakukan tran- saksi dengan jujur. Salah satu sekolah yang telah menyelenggarakan kantin ke- jujuran adalah SMP Negeri 1 Wonosari. Kantin ini diluncurkan 1 Juni 2009 sebagai upaya penanaman kejujuran sejak dini yang dilakukan oleh Kejaksaan Negeri di beberapa SD dan SMP se- Kabupaten Gunungkidul. Berawal dari bantuan Kejaksaan Ne- geri Gunungkidul sebesar Rp1.000.000,00 pada tahun 2009 di- tambah modal dasar sebanyak Rp6.500.000,00 sampai saat ini telah berkembang menjadi ± Rp16.500.000,00 (per Mei 2014) plus ketersediaan barang senilai lebih dari Rp5.000.000,00. Melakukan transaksi tanpa pengawasan orang lain merupa- kan ciri transaksi kantin kejujuran. Tidak pernah ada yang tahu pasti apakah setiap pembeli mengambil barang dan membayar serta mengambil kembalian secara tepat. Menurut pengelola kan- Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 47
tin pada mulanya memang ada beberapa siswa yang ditengarai tidak jujur. Tak ada sanksi yang diberlakukan bagi konsumen yang tidak jujur. Pelaku dibiarkan membenahi sendiri perilaku- nya. Dan, hebatnya secara berangsur-angsur siswa tersebut ter- lihat berusaha dan melakukan pembayaran secara jujur. Jika dilihat secara keuangan, memang keuntungan yang di- dapat tidaklah besar, tetapi dampak yang ditimbulkan ternyata luar biasa. Sejak diluncurkan “Kantin Kejujuran” berangsur-ang- sur berita kehilangan yang disinyalir karena perilaku tidak jujur yang dilakukan siswa menurun dratis. Bahkan, ketika siswa me- nemukan uang yang besarnya Rp500,00 sampai Rp50.000, me- reka melaporkannya kepada pihak sekolah. Kantin kejujuran memiliki pengelola. Pengelola terdiri dari susunan pengurus koperasi yang terdiri dari guru dan karyawan sekolah. Penjaga kantin adalah dua orang siswa perwakilan setiap kelas dengan jadwal yang disusun pengurus. Kantin Kejujuran buka pada saat istirahat. Sebelum istirahat piket pengurus ber- tugas membuka kantin pada jam pertama atau jam kedua. Hal itu dimaksudkan untuk memudahkan penitip meletakkan ba- rangnya. Siapapun boleh menitipkan barang yang dinilai pantas dikonsumsi oleh siswa. Satu showcase disediakan khusus untuk makanan yang siangnya akan diambil kembali oleh penitip ba- rang. Dua showcase lagi, satu disediakan untuk makanan kering, permen, dan makanan kemasan, sedangkan satu lainnya untuk aneka alat tulis. Satu kulkas besar juga tersedia berisi aneka mi- numan kemasan. Sistem transaksi di Kantin Kejujuran mengacu pada kesa- daran hati nurani untuk melakukan kegiatan jual beli dengan jujur. Sama sekali tak ada paksaan. Pengelola, penjaga kantin, dan sesama pembeli benar-benar tidak memperhatikan berapa barang yang dibeli, berapa uang yang dibayarkan, dan berapa uang kembalian yang diambil. Gambaran transaksi dalam Kantin Kejujuran menunjukkan pengembangan nilai-nilai kehidupan dengan kesadaran. Kesa- 48 Pelangi di Kaki Langit
daran melakukan hal-hal baik untuk dapat memanfaatkan kantin secara bersama-sama. Nilai-nilai positif yang dikembangkan me- rupakan upaya pendidikan karakter sejak dini. Tidak hanya keju- juran, berbagai karakter positif lain muncul dan berkembang. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang ber- hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, dan perbuatan berdasarkan norma-nor- ma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat (Utomo dan Slamet Windarto, 2011:1). Pendidikan karakter mengembangkan nilai-nilai kemanu- siaan yang terlihat dalam perilaku. Nilai-nilai kehidupan itu di- wujudkan antara lain dalam perdamaian, penghargaan, cinta kasih, toleransi, tanggung jawab, kerja sama, kejujuran, persatu- an. Jika hal tersebut dikembangkan akan membentuk lingkungan yang nyaman jauh dari konflik. Hal-hal yang bisa merusak perda- maian adalah permusuhan, perbedaan pendapat, perselisihan, kurangnya tenggang rasa, dan egoisme golongan (Utomo dan Slamet Windarto, 2011:70). Kantin kejujuran menerapkan sistem swalayan, baik dalam mengambil barang maupun membayar hingga dalam mengambil uang kembalian. Kantin kejujuran adalah satu jawaban pendi- dikan karakter sejak dini. Menciptakan masyarakat sekolah yang nyaman karena kejujuran mendasari setiap gerak keseharian da- lam masyarakat sekolah. Kejujuran yang kemudian dilanjutkan dengan pengembangan unsur kemanusiaan yang yang lain. Kejujuran merupakan sikap utama yang harus dimiliki setiap manusia. Kejujuran akan membuat hidup menjadi tenang. Kete- nangan membuahkan situasi lingkungan yang tentram tak ada kecurigaan. Perasaan nyaman berkontribusi terhadap keberhasil- an pendidikan karena siswa menjadi fokus untuk menerima kon- sep dan pedidikan yang diberikan guru. Sikap jujur menjadi modal dasar yang harus dimiliki siswa pada zaman yang (katanya) sangat sulit mencari kejujuran. Keju- Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 49
juran membuahkan perilaku yang terpuji. Perilaku yang tidak merugikan orang lain, bahkan perilaku yang membuat pribadi menjadi terpercaya dan dihargai. Kantin Kejujuran jawaban keresahan masyarakat tentang de- kadensi moral. Menciptakan masyarakat sekolah yang nyaman dan mengembangan perilaku positif. Menjadikan sekolah serasa di rumah karena memiliki rasa kekeluargaan dan kebersamaan. Tanpa rasa was-was, kecurigaan, atau prasangka. Saling meng- ingatkan jika melihat sikap yang ditafsirkan merugikan pribadi dan kepentingan bersama tanpa menyakiti. Harapan ke depan, muncul pribadi-pribadi tangguh yang dapat menjadi contoh di masyarakat. Memotivasi dan menginspirasi berlomba melakukan hal positif yang tidak melawan norma dan hukum yang berlaku. Kantin kejujuran menjadi wacana bagi pembentukan karakter generasi muda. Penanaman nilai sejak dini diharapkan menjadi dasar perilaku yang sangat penting menghadapi perkembangan dunia di masa mendatang. Generasi terpuji yang menjadikan tatanan Indonesia madani. Daftar Pustaka Utomo, Nurbaya Budi dan Slamet Windarto. 2011. Pengembangan Materi Bimbingan dan Konseling Berbasis Multimedia. Yogyakarta : Paramitra Publishing. 50 Pelangi di Kaki Langit
MADRASAH PENCETAK SISWA LANCAR MEMBACA ALQURAN? Sri Endah Pujiastuti Guru MTs Negeri Donomulyo, Kulon Progo, Yogyakarta Anggapan masyarakat terhadap siswa yang sekolah di ma- drasah pasti lancar membaca Alquran tidak salah. Hal itu karena madrasah adalah sekolah yang memberikan pelajaran agama lebih banyak dibandingkan dengan sekolah umum. Dan, pelajar- an agama bersumber dari Alquran dan hadis yang menggunakan bahasa Arab. Jam pelajaran agama di madrasah telah ditetapkan dalam kurikulum sebanyak 10 jam setiap minggu, sedangkan di sekolah umum pelajaran agama hanya diberikan 3 jam dalam satu minggu. Dengan nilai plus di bidang agama siswa seharusnya memi- liki pengetahuan yang lebih di bidang agama. Membaca Arab (Alquran dan hadis) seharusnya menjadi “makanan” harian yang harus disantap habis. Akan tetapi, tidak demikian kenyataannya. Tidak semua siswa madrasah lancar dan fasih membaca Alquran. Inilah yang menjadi persoalan mendasar luaran (output) madra- sah. Karenanya banyak orang mempertanyakan, mengapa bisa terjadi seperti itu? Faktor Kelancaran Membaca Alquran Selain persoalan-persoalan yang ada di sekolah (madrasah), sesungguhnya ada faktor yang menyebabkan alumni madrasah tidak dapat membaca Alquran dengan baik. Persoalan itu ialah yang terdapat di internal keluarga dan persoalan yang ada di lingkungan masyarakat. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 51
Madrasah adalah tempat berlangsungnya pendidikan dan pembelajara, tetapi faktor keluarga dan masyarakat akan sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Pendidikan ada- lah suatu proses yang berlangsung terus menerus. Tanggung jawab pendidikannya dipikul bersama-sama oleh keluarga, seko- lah, dan masyarakat. Akan tetapi, lingkungan keluarga mempu- nyai peranan yang jauh lebih penting. Pendidikan dalam keluar- ga adalah hal yang sangat mendasar terhadap pembinaan anak selanjutnya. Pendidikan dalam keluarga inilah akan tercetak ge- nerasi-generasi yang merupakan dambaan bagi setiap manusia, yaitu anak yang berguna bagi keluarga dan masyarakat (Makmur Daud, 1986). Peran anggota keluarga sangat menentukan anak dalam ke- lancaran membaca Alquran. Orang tua yang dapat membaca Alquran seharusnya mengajari dan memberikan contoh untuk membaca Alquran secara rutin setiap hari. Dengan begitu anak- anak akan mendapatkan contoh teladan dari kedua orang tua secara langsung. Bagi orang tua yang belum atau tidak dapat membaca seharusnya memasukkan anak ke taman pendidikan Alquran (TPA). Persoalan yang muncul ialah banyak siswa madrasah yang berasal dari keluarga tidak mampu dan orang tua mereka tidak dapat membaca Alquran. Dengan keterbatasan pendidikan orang tua dan kondisi ekonomi membuat siswa lambat dalam kelan- caran membaca Alquran. Selain itu, guru di sekolah tidak dapat menjadi contoh bagi siswa dalam membaca Alquran. Pada waktu jam tadarus yang dilaksanakan setiap pagi di sekolah, tidak setiap guru yang mengajar pada jam pertama melaksanakan dan memimpin tada- rus. Siswa membaca Alquran tanpa dibimbing oleh guru sehing- ga mereka asal-asalan. Bagi siswa yang tidak dapat dapat mem- baca Alquran mereka ngobrol, sibuk dengan kegiatannya sendiri, bahkan mengganggu siswa yang sedang membaca tadarus. Ke- 52 Pelangi di Kaki Langit
adaan seperti itu jika dibiarkan maka akan semakin banyak sis- wa yang tidak dapat membaca Alquran. Ketidaklancaran siswa dalam membaca Alquran, selain faktor guru yang kurang maksimal dalam pembinaannya, juga kurang tersedianya buku-buku iqro/Alquran yang memadai. Kementerian Agama sebagai atasan madrasah tidak pernah me- ngecek berapa siswa madrasah yang khatam Alquran. Akan teta- pi, yang selalu dicek adalah berapa nilai tertinggi hasil UN dan berapa siswa yang tidak lulus. Sekolah madrasah didirikan agar menghasilkan siswa lancar membaca Alquran ditambah kemampuan pelajaran yang sama dengan sekolah umum. Diharapkan siswa memiliki ilmu agama yang lebih dibandingkan sekolah umum. Akan tetapi, persoalan muncul bahwa siswa yang masuk di madrasah adalah mereka yang sudah tidak diterima di sekolah pilihan pertama. Mereka masuk madrasah dengan beberapa alas an, antara lain, lebih dekat tempat tinggalnya, daripada tidak sekolah, dan biaya murah. Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi kelancaran membaca Alquran. Lingkungan tempat tinggal siswa tidak men- dukung pembelajaran Alquran. Di masyarakat tempat tinggal siswa tidak ada TPA atau siswa malu untuk masuk TPA. Sepinya pengajian-pengajian remaja di masjid, tidak ada tadarus di masjid. Penghargaan terhadap Kemampuan Membaca Alquran Pemahaman Alquran dan kelancaran membacanya sampai saat ini belum mendapat kedudukan yang sama dengan pelajaran yang di-UN-kan. Untuk pelajaran yang di-UN-kan, sekolah me- narget dengan nilai tertentu. Persiapan untuk pelajaran tersebut sudah disiapkan 1 tahun sebelum UN. Persiapan yang dilakukan dengan mengadakan tambahan pelajaran (les). Selain les di seko- lah, ada juga yang masih les di luar sekolah. Dengan demikian, persiapan untuk UN maksimal. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 53
Selain diberikan tambahan pelajaran, ada beberapa guru dan kepala sekolah yang berlomba-lomba memberikan penghargaan dan hadiah bagi siswa yang mendapat nilai minimal 9 untuk pelajaran yang di-UN-kan. Akan tetapi, tidak pernah melakukan hal yang demikian bagi siswa yang lancar membaca Alquran. Lancar membaca Alquran dianggapnya tidak penting karena tidak ada nilai khusus untuk baca tulis Alquran. Pihak madrasah seharusnya membuat target dan nilai serta memberlakukan hal yang sama terhadap siswa yang khatam Alquran. Dengan demi- kian, siswa termotivasi untuk membaca Alquran dan memahami isinya. Berkaitan dengan target yang harus dibuat oleh madrasah, khususnya dalam kelancaran membaca Alquran, Kementerian Agam sudah mengadakan UAMBN (Ujian Akhir Madrasah Ber- standar Nasional) untuk pelajaran agama, tetapi hasilnya belum memuaskan. Hal itu mungkin terkait dengan hasil UAMBN yang tidak digunakan untuk pertimbangan nilai masuk sekolah SMU/ MAN/SMK. Karenanya, siswa lebih mementingkan pelajaran yang di-UN-kan yang akan digunakan untuk melanjutkan se- kolah. Sebaimana yang telah kita lihat dari beberapa faktor ketidak- lancaran siswa membaca Alquran, sebaiknya Kementerian Aga- ma daerah maupun pusat menggalakkan program TPA, baik di tingkat madrasah maupun di masyarakat. Untuk tingkat madra- sah dibuat kurikulum, nilai khusus bacaan Alquran dan dipantau keberhasilannya. Di masyarakat Kemenag dapat berkoordinasi dengan takmir masjid atau lembaga Pemberantasan Buta Huruf Al Quran (PBHA). Dengan demikian, semakin besar peluang bagi siswa untuk belajar membaca Alquran melalui fasilitas yang tersedia. Selain itu, Kementerian Agama dapat menyeleksi semua pegawai di bawah Kemenag agar lancar membaca Alquran. 54 Pelangi di Kaki Langit
RACUN MEMBACA ITU BERNAMA ELEKTRONIK Ambar Sulistyani Guru SMP Negeri 4 Wates, Yogyakarta Indonesia adalah negara yang sedang berkembang. Dengan perkembangan bangsa Indonesia berpengaruh pula dalam per- kembangan pendidikan di Indonesia. Perkembangan yang ter- jadi dapat pula dipengaruhi sikap dan perilaku bangsa Indonesia. Dengan semakin majunya bangsa tentu diimbangi dengan ada- nya sarana dan prasarana yang mendukung majunya pendidikan. Dengan tersedianya sarana, antara lain buku akan menambah wawasan dan kosakata bagi pembacanya. Sampai saat ini, masalah minat baca bagi masyarakat Indo- nesia masih menjadi bahan pembahasan, baik dalam forum resmi maupun tidak resmi. Dalam sebuah acara pameran buku, sepi pengunjung dan hasil penjualan buku tidak mencapai target, ma- ka yang akan menjadi kambing hitam adalah rendahnya minat baca masyarakat. Dalam keseharian ternyata penyebab dari berkurangnya mi- nat baca adalah banyaknya alat elektronik yang mengelilingi para pelajar, antara lain HP, dan internet. Mengapa alat-alat elek- tronik sangat berpengaruh terhadap perkembangan minat baca pelajar? Mengapa pelajar lebih suka ke warnet daripada ke per- pustakaan? Persoalan minat baca dan kebiasaan membaca masyarakat juga berpengaruh terhadap minat baca siswa SMP dan menye- babkan berkurangnya kekayaan kosakata siswa. Masalah minat Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 55
baca siswa kurang memadai berkaitan dengan kurangnya pe- nguasaan kosakata. Penguasaan kosakata yang memadai siswa mampu menyusun kalimat. Selain itu, budaya membaca juga ber- kaitan dengan sumber daya manusia. Di antara faktor yang di- anggap serius sebagai penyebab rendahnya kualitas SDM bangsa Indonesia adalah rendahnya minat baca dan budaya membaca. Dengan membuka dan mencari informasi dari internet, siswa merasa lebih mudah dalam mencari informasi-informasi yang dianggap sebagai sesuatu yang baru. Dari internet itu pula siswa dapat menemukan sesuatu yang lebih dari apa yang siswa di- perkirakan. Misalnya, siswa menuliskan sebuah judul buku saja, siswa bisa menemukan buku yang siswa inginkan, tanpa harus bersusah payah mencari dari daftar buku katalog. Dengan menguasai internet siswa merasa bahwa dirinya sudah termasuk sebagai siswa yang modern dan tidak keting- galan zaman. Siswa tidak berpikir panjang bahwa terlalu sering membuka internet, siswa akan melupakan membaca buku. Bagi sebagian siswa elektronik dan internet adalah simbol kemodern- an. Tanpa itu semua siswa akan merasa minder dan ketinggalan zaman. Pertanyaan, apakah sekarang di zaman teknologi komputer dan internet ini akan tumbuh subur minat membaca dan menulis di kalangan pelajar? Ingat, pentingnya membaca dan menulis menjadi tidak terbantahkan. Dengan membaca dan menulis, kita dapat menguasai dunia. Dunia yang kini berada dalam geng- gaman teknologi komunikasi, tidak terlepas dari perkembangan budaya membaca dan menulis itu. Dalam lingkup terbatas untuk diri sendiri, dikatakan menulis dapat membantu mengangkat karier. Membaca merupakan sikap positif yang bisa dilakukan oleh siapa saja, di mana pun, dan kapan pun. Secara tidak langsung, membaca dapat mengajarkan kepada kita bagaimana berkomu- nikasi dengan penulis, walaupun dengan konsep dan tempat yang berbeda. Membaca juga dapat memberikan rasa tenang 56 Pelangi di Kaki Langit
dan mampu menciptakan pikiran yang positif pada diri orang yang suka membaca. Membaca sendiri merupakan kegiatan yang bisa dibina dan dikembangkan, hingga seseorang akan merasa terikat dan termotivasi untuk membaca, serta membuat orang yang rajin membaca menjadi kecanduan dan akan sulit sekali untuk melepaskan diri dari kegiatan membaca. Internet merupakan salah satu media yang akrab di kalangan masyarakat perkotaan, tetapi masyarakat yang bertempat tinggal di pedesaan juga tidak ingin ketinggalan. Mereka mulai aktif belajar bagaimana menguasai teknologi informasi (dunia online) yang dapat memberikan jutaan informasi yang dikemas ke dalam sebuah perangkat teknologi. Teknologi digital merupakan salah satu bagian dari kemajuan dunia internet. Teknologi ini sendiri sudah dipakai hampir semua kalangan individu dan lembaga, baik swasta maupun pemerintah. Kemajuan teknologi digital iba- rat arus sungai yang mengalir deras, dan sulit sekali untuk di- bendung. Kita dapat berkomunikasi dengan manusia di berbagai za- man. Usia kita pun terasa jauh lebih panjang dari masa hidup kita sendiri. Dengan menulis, kita dapat mencerdaskan bangsa dari generasi ke generasi. Menulis dapat menjadikan kita terbe- bas dari beban hidup dan stress. Bahkan, menulis dapat memper- tautkan pikiran dan hati yang teraktualisasi dalam kontemplasi dan pematangan diri. Dalam kehidupan sehari-hari, kita melihat para siswa datang ke sebuah warung internet atau biasa disebut “warnet” untuk mengerjakan tugas dari sekolah atau hanya membuka situs-situs tertentu. Hal itu dilakukan untuk memenuhi hasratnya dalam membuka internet. Bahkan, para siswa membuka hal- hal yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran di sekolah. Misalnya, mere- ka membuka film yang seharusnya tidak mereka tonton, diun- duh, dan disimpan di dalam HP tanpa sepengetahuan orangtua. Kini siswa membaca dan menulis sungguh mengalami tan- tangan dengan adanya perkembangan teknologi dan internet. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 57
Budaya membaca dan menulis dapat diganti dan digiring mema- suki dunia maya dan budaya maya sehingga siswa lahir dengan budaya baru, yaitu seperti membaca layar. Dalam budaya baru ini siswa dituntut memiliki keahlian lain, misalnya, menguasai bahasa Inggris dan masalah keterampilan dalam mengolah pro- gram, membuka halaman-halaman internet. Sayangnya, maraknya teknologi ini di kalangan siswa, kita belum memiliki budaya membaca yang baik. Budaya kita masih akrab dengan budaya lisan. Teeuw (1994), menelusuri rendahnya budaya baca masyarakat Indonesia. Kolumnis Ari Subagyo, yang menelaah buku Teeuw dengan memaparkan ada empat tahap perkembangan budaya, yaitu kelisanan murni, mendengar kisah yang dibacakan (khirografik), membaca dan menulis (tipografik), serta mendengar dan menonton (elektronik). Menuurut Teeuw, mayoritas masyarakat Indonesia mema- suki tahap elektronik tanpa pencernaan budaya membaca dan menulis yang sungguh-sungguh. Saat itu budaya membaca dan menulis belum kuat benar. Mereka dimanjakan tradisi pascabaca (mendengar dan menonton), khas tahap elektronik. Budaya baca lalu teraborsi, belum tumbuh utuh, tetapi sudah harus mati. Kehadiran internet dapat menjadi ironi kultural. Internet mensyaratkan tingginya budaya baca, tetapi mendekati masya- rakat Indonesia yang tunabudaya baca. Artinya, seperti penje- lasan Ari Subagyo, meski banyak orang menggunakan internet, hakikatnya mereka tidak menghidupkan budaya baca karena hanya sekedar melanggengkan budaya mendengar dan menon- ton. Dari paparan tersebut kita dapat melihat langsung dampak dari kemajuan teknologi di kalangan pelajar. Pada waktu seng- gang, para siswa (pelajar) lebih suka membuka handphone (HP), laptop atau media elektronik yang lainnya daripada masuk ke perpustakaan dan membaca buku di perpustakaan. Bahkan, ti- dak jarang pula kita menemukan siswa yang sama sekali belum pernah memasuki perpustakaan di sekolah. Saat seorang guru menugasi siswa untuk membaca dan merangkum sebuah buku, 58 Pelangi di Kaki Langit
sangat jelas terlihat bahwa para siswa lebih suka mencari bahan bacaan tersebut di internet daripada harus membaca sebuah bu- ku. Para siswa akan lebih bersemangat jika guru memberi tugas untuk mencari materi dari internet. Hal ini membuktikan bahwa kemajuan teknologi internet sudah semakin merasuki jiwa para siswa dan kadang para siswa juga enggan untuk kembali mem- buka buku. Karena para siswa merasa lebih asyik dengan mem- buka internet. Para siswa merasa bahwa mencari bacaan di inter- net lebih mudah daripada harus mencari buku di perpustakaan yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan. Tanpa disadari ternyata di zaman internet ini budaya mem- baca dan menulis menjadi semakin memudar. Jutaan buku dan informasi ilmu pengetahuan di dunia maya memungkinkan pen- carian pengetahuan secara instan. Anak-anak sekolah kebanyakan diberi tugas oleh guru, untuk mendapatkan ilmu pengetahuan secara instan dengan cara mengambil dari internet. Membaca konvensional pun mulai ditinggalkan oleh para siswa. Budaya menonton di layar kaca dan budaya lisan lebih dikembangkan daripada budaya menulis. Penggunaan handphone menyuburkan budaya lisan dan mulai mematikan budaya menulis. Bisa dibayangkan sejauh mana penguasaan ilmu pengetahuan oleh para siswa kita di era facebook ini, lantaran semua diperoleh secara instan. Padahal membaca dan menulis, kemudian mengua- sai ilmu pengetahuan yang paling baik adalah melalui membaca dan menulis, yang dilakukan secara konvensional, bukan secara instan. Pudarnya etos membaca sebenarnya mengisyaratkan se- buah bencana besar, yaitu runtuhnya pengelolaan pengetahuan (knowledge management) dan pembangunan pengetahuan (know- ledge building) masyarakat Indonesia. Jadi, internet memberi manfaat yang tiada batas bagi peng- guna, meskipun dalam kenyataan masih terdapat penyalahguna- an internet yang dapat membawa pengaruh kurang baik bagi para siswa. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 59
Solusi untuk mengatasi dampak negatif internet adalah peranan orang tua. Peranan orang tua sangat penting dalam me- minimalkan dampak negatif internet. Orangtua diharapkan se- lalu mengawasi dan mengingatkan anak-anaknya agar tidak me- lalaikan tugas utama sebagai pelajar, yaitu belajar. Tugas utama para siswa yang harus mereka peroleh selama masa remaja dapat tercapai dan menjadi bekal dalam menyongsong masa depan. Yang tidak kalah pentingnya adalah faktor keimanan dari para siswa sendiri yang dapat membentengi diri dari semua pengaruh negatif. 60 Pelangi di Kaki Langit
PEMANFAATAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA C. Cahayaningsih Guru SMP Negeri 4 Pakem, Sleman, Yogyakarta Pendahuluan Dewasa ini internet bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat. Melalui internet, semua orang bisa mengakses apa saja, seperti berita, artikel, gambar, video, dan lain-lain. Berbagai informasi dengan mudah didapatkan melalui dunia maya, termasuk lewat sosial media facebook maupun twitter. Bisa dikatakan bahwa dunia saat ini adalah dunia tanpa batas. Kehadiran internet, khususnya di kalangan pelajar, sudah menjadi suatu kebutuhan. Di kalangan pelajar, hampir tiada hari tanpa aktivitas mengakses informasi atau membuka jejaring so- sial. Kegiatan tersebut oleh sebagian kalangan ditanggapi secara “miring” karena lebih banyak memberikan dampak negatif di- bandingkan dampak positifnya. Beberapa sekolah melarang pe- serta didik mengaktifkan HP saat proses belajar tengah ber- langsung dengan cara di setiap kelas disediakan kotak khusus untuk menaruh HP milik para peserta didik ketika memasuki kelas. Padahal, sebenarnya pendidik bisa berdamai dengan ke- canggihan teknologi, dapat mendesain pembelajaran dengan me- manfaatkan kepemilikan HP para peserta didik sebagai media pembelajaran. Terlebih lagi pada tahun pelajaran 2014/2015 akan diberlakukan Kurikulum 2013. Dalam Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum MTs/ SMP, mata pelajaran Teknologi dan Informasi ditiadakan. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 61
Dengan hilangnya mata pelajaran TIK, para peserta didik diang- gap sudah mampu menguasai TIK (sekalipun secara elementar). Berangkat dari paparan di atas, perlu ada strategi yang bisa mewadahi keaktifan peserta didik dalam mengakses internet (tuntutan terhadap kecanggihan dalam menggunakan teknologi informasi). Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah me- lalui pembelajaran secara E-Learning. Hal ini bukan pemikiran yang mengada-ada, kenyataannya hampir di setiap sekolah saat ini sudah tersedia fasilitas jaringan internet yang bisa digunakan oleh siswa maupun guru. Pengertian E-Learning E-Learning adalah singkatan dari Electronic Learning. E- Learning merupakan cara baru dalam proses belajar mengajar yang menggunakan media elektronik (khususnya internet) se- bagai sistem pembelajarannya. E-Learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (www.wikipedia.com). Menurut Darlin E. Hartley (melalui Wikipedia), E-Learning adalah proses belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke peserta di- dik dengan menggunakan media internet, intranet, atau media jaringan komputer lain. Siahaan (dalam Wikipedia) menyatakan bahwa setidaknya ada tiga fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pem- belajaran di dalam kelas, yaitu suplemen, komplemen, dan subti- tusi. Dikatakan berfungsi sebagai suplemen apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan ma- teri pembelajaran elektronik atau tidak. Sekalipun sifatnya opsio- nal, peserta didik yang memanfaatkan tentu akan memiliki tam- bahan pengetahuan atau wawasan. Dikatakan berfungsi sebagai komplemen apabila materi pembelajaran elektronik diprogram- kan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima pe- serta didik di dalam kelas, misalnya untuk pengayaan atau remi- dial. Dikatakan sebagai pengayaan apabila kepada peserta didik 62 Pelangi di Kaki Langit
yang dengan cepat dapat menguasai materi pelajaran yang di- sampaikan pada saat tatap muka, diberi kesempatan mengakses materi pembelajaran elektronik yang secara khusus dikembang- kan untuk mereka. Program remidial, apabila peserta didik mengalami kesulitan memahami materi pelajaran pada saat tatap muka diberikan kesempatan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang secara khusus dirancang untuk mereka. Semen- tara, dikatakan sebagai subtitusi apabila E-Learning dilakukan sebagai pengganti kegiatan belajar. Pembelajaran secara E-Learning memiliki beberapa manfaat, di antaranya: (1) penghematan biaya, (2) fleksibilitas, (3) perso- nalisasi, (4) efektivitas, (5) kecepatan, dan (6) kontrol sosial. Pem- belajaran secara E-Learning mampu menghemat biaya, terutama biaya pemakaian kertas, baik untuk materi maupun soal-soal. Sebagai contoh, untuk satu kali ulangan satu mata pelajaran de- ngan jumlah peserta didik 32 orang dan rata-rata jumlah soal ada 8 halaman dengan harga fotokopi tiap lembar Rp150,00, maka biaya yang dikeluarkan Rp38.400,00. Jika sepuluh mata palajaran dan ulangan diadakan berapa kali, berapa besar biaya yang di- perlukan? Memang, tidak setiap orang tua mampu membeli lap- top, tetapi tidak perlu berkecil hati karena hampir setiap peserta didik memiliki HP dan dengan HP seharga Rp600.000,00 sudah bisa digunakan mengakses program-program komputasi, seperti internet, email, facebook, dan lain-lain. Aspek fleksibilitas merupakan salah satu manfaat pem- belajaran secara E-Learning, peserta didik dapat belajar kapan saja, di mana saja, selama terhubung dengan koneksi internet. Sebaliknya, pendidik setiap saat dapat melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar mengajar sesuai dengan tuntutan perkem- bangan keilmuan. Manfaat lain adanya pembelajaran secara E- Learning adalah aspek personalisasi, efektivitas, kecepatan, dan kontrol sosial. Personalisasi dapat diartikan peserta didik belajar sesuai kemampuan mereka. Para peserta didik termotivasi belajar secara sungguh-sungguh karena tanggung jawab yang dibeban- Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 63
kan, sedangkan efektivitas maksudnya pendidik dapat meng- upload tugas-tugas dan materi pembelajaran kemudian dapat di- akses oleh seluruh peserta didik. Aspek kecepatan berkaitan dengan materi pelajaran yang dapat terdistribusi dengan cepat karena disampaikan melalui internet. Di sisi lain, pendidik dan orang tua dapat melakukan kontrol terhadap siswa, setidaknya melalui komentar-komentar yang tertera di dalam grup internet. Model E-Learning Banyak model pembelajaran secara E-Learning, salah satunya melalui Edmodo. Edmodo adalah sebuah platform berbasis web yang menyediakan cara aman dan mudah untuk berhubungan, berkolaborasi, berbagi konten, mengakses tugas/pekerjaan, nilai, dan pemberitahuan/pengumuman sekolah. Pembelajaran dalam platform Edmodo berlangsung dalam lingkungan yang aman dan terkendali sesuai kebutuhan sekolah (Seamolec: 2013). Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, pelaksanaan kelas maya perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, kelas maya mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dengan cara: (1) merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas, (2) me- nyusun bahan ajar untuk mendukung pencapaian tujuan pem- belajaran, dan (3) memfasilitasi komunikasi timbal balik antara peserta didik dan pendidik. Kedua, kelas maya dapat menye- diakan berbagai fasilitas kelas terintegrasi (rencana pembelajaran, bahan ajar, tugas-tugas, dan penilaian hasil belajar). Ketiga, kelas maya dirancang supaya peserta didik dapat berbagi hasil karya dan bertukar pengalaman dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh. Keempat, kelas maya dapat meningkatkan motivasi belajar para peserta didik. Semua harapan tersebut kiranya dapat dipenuhi dalam pembelajaran secara E-Learning menggunakan model Edmodo. Dengan Edmodo, pendidik dapat dengan mudah mengen- dalikan komunikasi peserta didik, hal ini berbeda dengan peng- gunaan facebook yang berada di luar kendali pendidik. Tidak 64 Pelangi di Kaki Langit
ada peserta yang dapat masuk ke ruang Edmodo tanpa persetu- juan pendidik. Peserta didik tidak dapat menggunakan Emodo untuk berhubungan dengan orang lain seperti di facebook. Pendi- dik dapat mengenali jika ada pengguna/penyusup yang tidak terdaftar. Seamolec (2013) dalam buku Mengenal Lebih Dekat dengan Me- dia Edmodo, menjelaskan bahwa sebagai media pembelajaran, Edmodo memiliki banyak perbedaan dengan facebook. Beberapa perbedaan itu meliputi: (1) keanggotaan Edmodo terbatas di ruang kelas, (2) pendidik membuat kelas, kemudian membagikan kode sebagai password untuk masuk kelas dan menggunakan Ed- modo, (3) Edmodo tertutup bagi mereka yang tidak terdaftar sebagai peserta/peserta didik, (4) tidak memungkinkan pengi- riman pesan antarpeserta didik, (5) Edmodo digunakan untuk memposting tugas peserta didik, dan (6) jika dikehendaki, orang tua dan kepala sekolah dapat diikutsertakan untuk melihat ak- tivitas kelas. Selain itu, di dalam Edmodo juga terdapat fitur pembuatan polling, kuis, buku nilai, dan buku tugas. Pembelajaran menggunakan Edmodo menjadi cara lebih kreatif untuk melibatkan para peserta didik dalam pembelajaran kolaboratif dan berbagi pengetahuan. Pembelajaran ini dapat membimbing peserta didik untuk berperilaku baik dan bertang- gung jawab dalam mengatur kegiatan belajar mereka dengan sistem keamanan yang terjamin. Edmodo menyediakan lingkungan yang menyenangkan bagi proses pembelajaran dengan fitur-fitur yang berkaitan dengan sistem tertentu, dan memiliki kelebihan dalam proses pem- belajaran, antara lain: (1) kelas maya dengan sistem closed group collaboration (hanya siswa yang memiliki kode grup yang dapat mengikuti kelas), (2) komunikasi dengan model media sosial, (3) memiliki manajemen konten pembelajaran, (4) dapat berfungsi sebagai evaluasi pembelajaran. Selain itu, di dalam Edmodo juga terdapat team teahing, co-teacher, teacher collaboration, dan akses bagi orang tua untuk memantau kegiatan pembelajaran siswa. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 65
Penggunaan Edmodo dan Penerapan E-Learning dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Penggunaan Edmodo sangat mudah. Tiga langkah sederha- na untuk masuk ke Edmodo: (1) kunjungi www.edmodo.com lalu pilih “I’m a Teacher” untuk membuat akun baru sebagai seorang pendidik, (2) isi form pendaftaran dengan data-data valid, lalu pilih tombol “Sign Up”sebagai pelengkap proses pendaftaran, (3) menerima konfirmasi pendaftaran melalui email disertai pe- tunjuk langkah untuk mengatur akun Edmodo. Dari halaman pengaturan akun, kita dapat mengatur hal-hal yang berkaitan dengan pemberitahuan (notifikasi), keamanan, dan informasi profil. Untuk menuju ke pengaturan tersebut, pilih Account/”Me” yang terdapat di pojok atas sebelah kanan halaman depan Edmo- do, kemudian pilih “Setting” (Seamolec: 2013). Setelah guru masuk ke home, guru dapat membuat grup un- tuk para siswa. Misalnya, guru mengajar lima rombel di kelas VII, maka guru membuat lima grup. Caranya, para siswa diminta membuka web Edmodo dan memilih “I’m a Student”. Siswa lalu mengisi email dan password. Selanjutnya, siswa mendaftarkan ke grup dengan kunci yang diberikan oleh guru. Setelah jumlah seluruh siswa di satu rombel terdaftar, maka guru mengunci grup tersebut dengan tujuan agar tidak ada siswa dari rombel lain masuk ke dalam grup tersebut. Salah satu contoh konkret pembelajaran bahasa Indonesia secara E-Learning, misalnya pembelajaran pada kompetensi dasar memahami struktur teks laporan hasil observasi, tanggapan des- kriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerpen baik secara lisan mau- pun tulisan. Indikator dari kompetensi dasar tersebut adalah (1) peserta didik mampu menentukan struktur teks eksplanasi, (2) peserta didik mampu menentukan ciri-ciri bahasa teks eks- planasi. Sebagai bahan pengayaan setelah pembelajaran di kelas, guru mengunggah di dalam grup contoh teks eksplanasi sebagai berikut. 66 Pelangi di Kaki Langit
Gunung Meletus Gunung meletus adalah peristiwa keluarnya magma dari perut bumi. Magma adalah cairan panas yang terdapat di dalam perut bumi dengan suhu yang sangat tinggi. Cairan magma yang keluar dari dalam perut bumi disebut lava. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Peristiwa ini bisa merenggut korban jiwa maupun harta dalam skala besar. Proses terjadinya gunung meletus biasanya diawali dengan adanya suara gemuruh dari dalam gunung. Suara itu berasal dari pergerakan lempengan bumi akibat aktivitas magma. En- dapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi dan akhirnya keluar sebagai lava. Selain lava gunung berapi juga mengeluarkan gas vulkanik, yaitu gas Carbon Monoksida (CO), Carbondioksida ( CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur Dioksida (SO2), dan Nitrogen (NO2) yang membahayakan manusia. Gunung meletus juga mengeluarkan material-material padat seperti batu, pasir, dan belerang. Gunung meletus tidak dapat dicegah, akan tetapi dapat diku- rangi korbannya, baik nyawa maupun harta. Adapun cara me- ngurangi jumlah korban yaitu dengan cara mengenali tanda- tandanya seperti suara gemuruh, hewan-hewan turun ke daerah kaki gunung, mata air kering, dan lain-lain. Selain mengenali tanda-tandanya, saat peristiwa terjadi kita harus mengadapinya dengan hati-hati atau tidak panik. (Sumber: belajarilmugeografiblogspot.com dengan perubahan). Selanjutnya, siswa diminta menentukan struktur teks ekspla- nasi tersebut, bagian mana yang merupakan orientasi, deretan penjelasan, dan interpretasi. Siswa juga diminta menentukan ciri- ciri kebahasaan dengan format yang sudah disiapkan oleh guru. Setelah siswa mengunduh dan mengerjakan tugas, maka hasilnya kemudian diunggah ke dalam grup. Guru memberitahukan ren- tang waktu siswa mengumpulkan tugas melalui annotate. Berikut- nya, guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa melalui file yang Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 67
diunggah siswa dan mengembalikan hasil pekerjaan yang sudah dikoreksi dan dikomentari melalui email masing-masing siswa. Fitur dalam Edmodo lainnya adalah kuis. Kuis yang dise- diakan dalam Edmodo mencakupi lima jenis pertanyaan, di an- taranya multiple choice, true false, short answer, fill in the blank, dan matching. Guru dapat memilih salah satu dari kelima jenis tersebut. Untuk membuat kuis, tinggal pilih Quiz, lalu pilih Create a Quiz, sedangkan jika akan menggunakan soal yang sudah ada, maka klik Load Previously Created Question dan pilih soal yang akan digunakan. Contoh penggunaan kuis, misalnya dipilih jenis kuis pilihan ganda. Guru mengunggah sejumlah 20 soal di grup kelas yang akan mengerjakan. Selanjutnya, guru membuat format pilihan jawaban A, B, C, D di Edmodo dan ditandai dari keempat pilihan jawaban tersebut yang merupakan kunci jawaban. Selanjutnya, siswa menjawab kuis dengan memilih jawaban yang paling tepat dengan mengeklik huruf A, B, C, atau D pada program Edmodo. Ketika siswa sudah selesai mengerjakan dan men-submit, maka secara otomatis guru akan mengetahui hasil analisis dan skor tiap siswa. Melalui program ini, guru terbantu dalam membuat analisis ulangan dan analisis butir soal. Simpulan Globalisasi dalam bidang teknologi informasi yang terjadi dewasa ini tak dapat dihindari. Buktinya, di setiap sekolah telah tersedia jaringan wi-fi yang dapat dipergunakan oleh siapa saja. Arus globalisasi tersebut perlu disikapi para pendidik secara kreatif. Salah satunya melalui pembelajaran secara E-Learning. Manfaat yang diperoleh melalui pembelajaran dengan cara terse- but, di antaranya menghemat biaya, fleksibilitas, personalisasi, efektivitas, kecepatan, dan kontrol sosial. Salah satu model pembelajaran secara E-Learning yang dapat dipraktekan adalah pembelajaran melalui Edmodo dengan berba- gai fitur pendukung. Melalui pembelajaran secara E-Learning 68 Pelangi di Kaki Langit
menggunakan media Edmodo diharapkan para pendidik dapat menyajikan pembelajaran yang mampu menjawab tantangan global sehingga mampu mewujudkan peserta didik yang cerdas, kreatif, dan bermoral. Daftar Pustaka Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. Seamolec. 2013. Mengenal lebih Dekat Edmodo. www.belajarilmugeografi.blogspot.com. Gunung Maletus. Diunduh Januari 2014. www.e-dufiesta.blogspot.com. Pengertian E-Learning. Diunduh Selasa, 13 mei 2014. www.programkomputer.blogspot.com. Syarat, Keunggulan, dan Kendala E-Learning. Diunduh Selasa, 13 mei 2014. www.Wikipedia bahasa Indonesia.com. Pembelajaran Elektronik. Diunduh Selasa, 13 Mei 2014. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 69
MAKNA PROFESIONALISME BAGI GURU Dewi Megandari Guru SMP Negeri 4 Wates, Yogyakarta Pendahuluan UU No 14 tahun 2005 Pasal (1) menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan mene- ngah. Guru yang profesional adalah guru yang mempunyai kom- petensi. UU No. 14 tahun 2004 Pasal 10 ayat (1) menyebutkan guru dituntut untuk memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kata profesional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang memiliki keahlian seperti guru, dokter, dan hakim. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka ka- rena tidak memperoleh pekerjaan lain. Profesionalisme dihargai sebagai sebuah upaya untuk ung- kapan syukur atas bidang pekerjaan yang telah dimiliki. Profe- sionalisme inilah sebagai wujud pemenuhan kewajiban dari hak yang telah diterima meskipun keduanya secara timbal balik akan terwujud. Namun, yang menjadi masalah apakah profesionalis- 70 Pelangi di Kaki Langit
me ini telah dimiliki oleh semua guru di Indonesia? Hal inilah yang akan penulis kaji dalam paparan berikut. Tugas Guru Menurut Fajar (1998) guru merupakan sosok yang mengem- ban tugas mengajar, mendidik, dan membimbing. Jika ketiga sifat tersebut tidak melekat pada seorang guru, maka ia tidak dapat dipandang sebagai guru. Menurut Henry Adam, seperti yang dikutip Fadjar (1998) bahwa “guru itu berdampak abadi, ia tidak pernah tahu, dimana pengaruhnya itu berhenti” (A teacher effects eternity, he can never tell where his influence stops). Pendidikan yang bermutu merupakan salah satu jalan keluar yang utama dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup rakyat. Hanya dengan pendidikan, kemiskinan, dan segala masalah yang menyertainya dapat diatasi. Dalam hal ini, guru memiliki peran dan tugas, yaitu melalui profesinya guru bertugas untuk mengantar siswa pada kesejahteraan dan taraf hidup yang tinggi. Untuk mencapai titik keberhasilan sebagai salah satu peme- gang aset di masa kini dan masa depan, guru dituntut untuk bersikap profesional. Kata profesional sering dikonotasikan de- ngan seseorang yang ahli atau menguasai pekerjaannya. Guru sebagai sebuah profesi, juga memiliki tuntutan untuk bersikap profesional. Tugas pokok guru kegiatan dalam proses belajar mengajar (Ibrahim Bafadal, 2003:32) dalam http://makalahtugasku. blogspot.com/2013 html. adalah sebagai berikut. a. Kegitan evaluatif, yaitu upaya guru untuk secara kontinyu menilai proses dan keberhasilan pembelajaran yang dikem- bangkannya. Dari sini, guru menganalisis kelebihan dan ke- kurangan proses belajar mengajarnya; guru diharapkan se- cara kontinyu menganalisis kekurangan dan kelebihan ma- teri, pendekatan, metode, teknik, strategi, dan media pem- belajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Apa- Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 71
kah materi, pendekatan, metode, strategi, dan media yang dikembangkan telah membuat siswa mengalami belajar se- maksimal mungkin sesuai dengan karakteristik individual siswa masing-masing. b. Kegiatan reaktif/proaktif yaitu upaya guru mencari bahan atau materi, pendekatan, metode, teknik, dan strategi yang lebih baik sebagai reaksi terhadap hasil evaluasi sebelum- nya. Seharusnya yang perlu dilakukan oleh guru adalah da- lam kegiatan ini yaitu: mencari terus menerus metode, stra- tegi, materi yang lebih unggul untuk memaksimalkan keber- hasilan proses pembelajaran yang terkait dengan belajar sis- wa yang sesuai dengan karakter individu masing-masing siswa. c. Kegiatan implementatif, dalam kegiatan ini guru menerapkan apa yang telah dikembangkan yang berbentuk materi, me- tode, strategi dan media guna mendapatkan keberhasilan yang unggul dalam proses pembelajaran. Persoalannya kemudian, bagaimana sesungguhnya yang disebut dengan guru profesional? Pertanyaan ini penting untuk diajukan, sebab dengan didapatkannya tunjangan profesi bagi para guru berarti dipundaknya tersandar beban untuk menjadi guru yang profesional. Lebih dari itu, tuntutan profesionalisme di segala bidang profesi atau keahlian akhir-akhir dihembuskan oleh banyak pihak. Salah satu tujuannya adalah dalam rangka meningkatkan layanan kepada masyarakat sekaligus meningkat- kan sumber daya para pihak terkait. Guru Profesional Standar nasional pendidikan, antara lain mengamanatkan kepada seluruh pendidik untuk memenuhi standar pendidik dan tenaga kependidikan, antara lain, sebagai berikut. a. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompe- tensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, 72 Pelangi di Kaki Langit
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pen- didikan nasional. b. Kualifikasi akademik dibuktikan dengan ijazah dan atau ser- tifikat keahlian yang relevan. c. Kompetensi sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama men- didik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan anak usia dini. Sebagai seorang pendidik profesional maka guru dituntut untuk menguasai substansi kajian yang mendalam, dapat melaksanakan pem- belajaran yang mendidik, kepribadian, dan memiliki komitmen dan perhatian terhadap perkembangan peserta didik. Profesionalisme pada guru termasuk dalam salah satu kom- petensi yang harus dikuasai oleh seorang guru. Kompetensi pro- fesional guru pada dasarnya adalah kemampuan yang berkaitan dengan profesi sebagai seorang guru. Permendiknas No. 16 ta- hun 2007 pasal 20 mencantumkan bahwa seorang guru harus menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Penguasaan ma- teri ini dibutuhkan agar guru dapat mengembangkan materi pem- belajaran yang diampu secara kreatif (pasal 21) dengan menggu- nakan teknologi informasi (pasal 24). Dengan demikian, seorang guru yang kompeten secara pro- fesional adalah guru yang memiliki pengetahuan berkaitan de- ngan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah seperti matema- tika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, atau kesenian. Maka dari itu, Permendikas ini mensyaratkan seorang guru yang mendapat sertifikasi adalah guru yang memiliki ijazah sarjana. Berbeda halnya dengan kompetensi pedagogi yang berkaitan dengan ke- mampuan dalam memahami karakteristik siswa dan teori pem- belajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis siswa, kompetensi profesional memfokuskan kepada penguasaan Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 73
isi dan struktur materi ajar termasuk cara-cara memberikan penilaian dan evaluasi yang memotivasi terhadap hasil belajar murid (Ramdhani, 2012: 30) Predikat profesional tidak hanya berjalan sendiri. Profesio- nalisme melahirkan pemerolehan hak yang menjadikan kehidup- an guru menjadi layak. Pemerintah telah memberikan kebijakan- kebijakan berkaitan dengan harapan dan keinginan dari pe- merolehan hak guru. Pada guru, tahun 2008, dikeluarkan PP Nomor 74 tahun 2008 tentang guru. Kemudian, tahun pada tahun 2009 menetapkan penghasilan minimal guru sebesar 2 juta per bulan. Pada HUT PGRI di tahun 2011, Presiden juga meminta tunjangan profesi dibayarkan tepat waktu dan tepat jumlah. Jadi, pada tahun 2005 hingga 2007, presiden menetapkan anggaran pendidikan 20 persen dari APBN dan APBD (Candra Edisi 3 Th. XLIII 2013: 4) Secara ideal bekerja dan mendapatkan imbalan adalah se- buah harga biasa. Dengan bekerja pada bidang pekerjaan ma- sing-masing, orang akan mendapatkan gaji yang seukuran de- ngan pekerjaannya. Namun, karena berbagai hal, banyak guru yang menuntut lebih dari apa yang telah didapatkan. Hal ini kadang mengakibatkan hasil kerja yang kurang maksimal dan berefek kurang baik terhadap kesan atau profesi dan guru. Idealnya pekerjaan berbanding dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan itu. Jika ada tambahan di luar upah atau gaji, seperti remunerasi dan tunjangan sertifikasi, ini adalah upaya penghargaan pemerintah pada penerimanya atas kinerja yang telah diberikan, di luar gaji pokok. Namun, yang menjadi masalah adalah ketika tunjangan-tunjangan tersebut belum cair kemudian hal tersebut dijadikan sebagai suatu bahan protes. Protes terwu- jud dalam kerja yang hanya sekenanya dan asal-asalan. Alangkah lebih bijak jika semua guru memiliki cara kerja yang sehat, yang tidak akan mempermasalahkan jika upah atau gaji sudah diterima, dan terus mengupayakan hasil kerja yang maksimal saat tunjangan profesi ataupun tunjangan kinerja belum 74 Pelangi di Kaki Langit
diterima. Tunjangan tidak menjadi bahan untuk protes, namun tunjangan dipakai sebagai hadiah yang memang layak diterima karena kerja yang telah dijalaninya. Profesionalisme guru dapat diwujudkan dalam beberapa langkah berikut. Pertama, mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajar atau komitmen tertinggi guru adalah kepada ke- pentingan siswanya. Berarti seorang guru sewajarnya memiliki etos kerja dan disiplin terhadap tugas utamanya (berdasarkan UU Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005), yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai, dan mengeva- luasi peserta didik daripada urusan atau kepentingan pribadi. Namun, jika memang itu penting sekali maka ada rentetan prose- dur yang perlu dipatuhi. Kedua,menguasai secara mendalam ba- han atau mata pelajaran yang diajarkan serta metode mengajar- kannya kepada siswa. Berarti seorang guru harus paham betul apa dan bagaimana menguasai materi pelajaran sesuai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya. Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subjek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab per- tanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan (jika perlu) bekerja sama dengan bidang studi lain demi pem- belajaran yang kolaboratif. Ketiga, bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa me- lalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam peri- laku siswa sampai tes hasil belajar. Berarti seorang guru benar- benar mengamati perkembangan belajar siswanya secara to- talitas. Keempat, mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya. Berarti seorang guru dalam mengajar di kelas pasti dapat mengatur waktu yang efektif dan efisien. Dengan kata lain: cepat, tepat, dan siswa paham. Dan, metode mengajarnya makin lama makin bagus. Kelima, seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya. Berarti seorang guru perlu terus meningkatkan mutu atau kualitas pembelajaran maupun materi Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 75
pembelajarannya. Bisa saja melalui evaluasi dan penelitian atau pun aktif berkecimpung pada kegiatan komunitas MGMP dan tim teaching (http://makalahtugasku.blogspot.com/2013/11/ contoh-makalah-profesionalisme-guru.html, diunduh Kamis, 22 Mei 2014, pukul 07.49). Keenam, mempunyai keterampilan manajemen kelas yang baik. Berarti seorang guru yang baik, memiliki keterampilan mendisiplinkan yang efektif atau manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang positif/baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif, membiasakan me- nanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen di dalam kelas. Selain itu pula, memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka. Ketujuh, menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pem- belajaran. Berarti seorang guru sebaiknya bersahabat dekat dengan information and communication technology (ICT) dan mam- pu mengoperasikan peralatan canggih seperti infokus, peralatan labor/multimedia, dan lain-lain. Kedelapan, mampu menguasai pengetahuan materi kurikulum bidang studi. Berarti seorang guru yang baik, dapat menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk me- menuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas. Selain itu, juga memi- liki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah dan stan- dar-standar lainnya. Jadi, perlu memastikan pengajaran nantinya apakah memenuhi standar yang telah ditetapkan. Kesembilan, se- lalu mempunyai energi atau semangat untuk siswanya. Berarti seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan saksama. Dan, seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak- anak/para siswa. Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa da- lam kehidupan mereka dan memahami dampak atau pengaruh 76 Pelangi di Kaki Langit
yang mereka miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak dewasa. Terakhir, sepuluh, mempunyai hubungan yang baik dengan siswa dan orang tua siswa. Berarti seorang guru yang baik dapat mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat-meng- hormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat dipercaya. Dan, senantiasa menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi panggilan. Guru bersikap profesional terhadap dunia profesinya jika bersikap tunduk dan taat kepada peraturan perundang-undang- an, yaitu Kode Etik Guru Indonesia. Bersikap selalu bersama- sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi yaitu PGRI. Bersikap memiliki hubungan harmonis terhadap te- man sejawat yaitu hubungan formal dan kekeluargaan. Bersikap mengutamakan perkembangan seluruh pribadi anak didik. Baik, kognitifnya, jasmani, rohani, sosial, maupun yang lainnya sesuai hakikat pendidikan. Berikutnya, bersikaplah menjalin kerjasama di tempat kerja baik antara guru, orang tua, dan masyarakat sekitar. Selanjutnya, bersikap positif terhadap pimpinan dalam artian melaksanakan kebijakan sekolah pada program yang di- sepakati baik di sekolah maupun di luar sekolah. Terakhir, bersi- kap selalu meningkatkan mutu martabat profesinya atau peker- jaannya, baik dilakukan secara formal maupun informal. Pengembangan sikap profesional keguruan mesti berkelan- jutan. Maksudnya, profesionalisme dimulai tatkala masih bersta- tus sebagai calon guru maupun tatkala benar-benar menjadi guru sebagai profesi tetap. Profesonalisme memang dibutuhkan sela- ma masih berprofesi sebagai guru ataupun, tak menutup ke- mungkinan, bisa saja sudah purnabakti. Artinya, profesionalisme profesi jangan sampai dirusak martabatnya lantaran kekeliruan diri sendiri. Profesionalisme merupakan syarat mutlat untuk men- Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 77
ciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Yang merupakan juga syarat utama untuk mewujudkan kemakmuran dan kemajuan suatu bangsa (http://smanplusprovinsiriau. blogspot.com/2013/06/karakteristik-guru-profesional- esai.html) Penutup Berdasarkan paparan di atas dapat diambil beberapa ru- musan sebagai kesimpulan tulisan ini. Pertama, semua profesi menuntut suatu hasil yang maksimal. Tidak ada profesi yang menuntut hasil yang biasa-biasa saja. Tuntutan hasil ini tentu saja sebanding dengan proses dan konsekuensi yang harus dija- lani dan diterima para pelaku profesi. Kedua, guru merupakan pelaku yang mendapat tuntutan dalam proses dan konsekuensi yang dijalani dan diterima. Apa- pun, bagaimanapun, di manapun guru ditempatkan, yang pasti ada banyak hal yang mendorong para guru untuk senantiasa harus mengupayakan hasil yang maksimal dari profesi mereka. Ketiga, baik tunjangan kinerja maupun tunjangan profesi sudah dimiliki ataupun belum alangkah baiknya jika bekerja de- ngan sepenuh hati. Mari, menjadi dan sebagai apapun kita be- kerja secara profesional akan menjadikan hidup dan kehidupan kita bermakna. Daftar Pustaka Fadjar, A. Malik. 1998. Visi Pembaruan Pendidikan Islam. Jakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penyusunan Naskah Indonesia [LP3NI], dalam contoh esai Didikan Guru Cerminan Masa Depan Ramdhani, Neila. 2012. Menjadi Guru Inspiratif: Aplikasi Ilmu Psikologi Positif dalam Dunia Pendidikan. Jakarta: Titian Foundation. 78 Pelangi di Kaki Langit
Candra Edisi 3 Th. XLIII 2013 http://makalahtugasku.blogspot.com/2013/11/contoh- makalah-profesionalisme-guru.html, diunduh Kamis, 22 Mei 2014, pukul 07.49. http://smanplusprovinsiriau.blogspot.com/2013/06/ karakteristik-guru-profesional-esai.html, diunduh Kamis, 22 Mei 2014, pukul 08.02. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 79
MENYIKAPI KURIKULUM 2013 Endang Kartika Utami Guru SMP Negeri 2 Sewon, Bantul, Yogyakarta Kurikulum 2013 baru diterapkan pada tingkatan tertentu, tetapi pada tahun 2014, kurikulum tersebut sudah harus diimple- mentasikan secara menyeluruh. Dalam pelaksanaannya, kuriku- lum 2013 menuai kritik dari sejumlah pihak dan menimbulkan persoalan-persoalan baru bagi dunia pendidikan. Ada persoalan besar dengan hadirnya kurikulum 2013 bagi dunia pendidikan. Persoalan tersebut, seperti dari srtuktur kuri- kulumnya, pemerintah selaku pembuat kebijakan, pelaksana ku- rikulum, yaitu sekolah dan guru serta persoalan buku ajar dan buku pegangan guru. Namun, di sini penulis hanya akan membi- carakan persoalan dari segi pelaksana kurikulum, terutama gu- ru. Guru sebagai pelaksana suka atau tidak suka harus melaksa- nakan Kurikulum 2013. Pemerintah menempatkan guru sebagai objek dan bukan subjek. Guru sudah dianggap mampu melaksa- nakannya di sekolah. Selama ini guru di dalam malaksanakan pembelajaran di ke- las berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Guru sudah terbiasa dengan sesuatu yang ajeg/mono- ton dalam hal perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pem- belajaran, evaluasi belajar, tindak lanjut, penggunaan media, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan KTSP. Dengan kebia- saan-kebiasaan yang sudah berjalan lama tersebut, kemudian ada sesuatu yang baru yang menuntut guru harus lebih kreatif 80 Pelangi di Kaki Langit
dan produktif dalam menerapkan model pembelajaran di kelas, yang akan mempengaruhi pola pikir guru. Guru berpikir bahwa dengan penerapan Kurikulum 2013 akan memberatkan guru secara administratif dan praktik. Guru merasa tertekan dalam melaksanakan Kurikulum 2013. Guru me- rasa rendah diri, bodoh, dan takut tidak bisa mengikuti perubah- an. Kurikulum 2013 menuntut guru bisa menerapkan model pem- belajaran dengan pendekatan saintifik (scientific approach) dan pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student center) serta menekankan pada pembelajaran siswa aktif dengan model pembelajaran peenemuan (discovery learning),pembelajaran berbasis proyek (project baselearning) serta pembelajaran berbasis pemecahan masalah (problem base learning). Hal tersebut sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013, yaitu untuk mempersiapkan ma- nusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan berma- syarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Berdasarkan hal diatas, pola pikir guru harus diubah, guru harus bisa bersikap bijak dalam menyikapi Kurikulum 2013. Guru harus menyiapkan mental terhadap perubahan yang terjadi saat ini. Baik tidaknya sebuah kurikulum sebenarnya terletak di ta- ngan guru. Efektivitas sebuah kurikulum tergantung kepada pro- fesionalisme guru. Di tangan guru yang profesional, kurikulum yang tidak baik bisa menjadi baik. Dengan mentalitas, kreativitas, serta daya inovasinya, kurikulum yang kurang baik bisa menjadi efektif. Sebaliknya, sebaik apapun kurikulum jika guru tidak profesional, kurikulum tidak akan berarti apa-apa. Di tangan guru yang tidak profesional kurikulum yang sebaik apa pun ti- dak akan terlaksana dengan efektif. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen telah dinyatakan bahwa guru profesional dituntut untuk memiliki sejumlah kompetensi. Demikian juga secara aka- Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 81
demik mereka juga dituntut mampu menampilkan kompetensi tertentu sebagai konsekuensi logis dari perubahan yang sangat dinamis terjadi di tengah-tengah masyarakat dewasa ini. Dengan pelaksanaan Kurikulum 2013 pola pikir guru harus diubah. Guru yang profesional dalam menyikapi kurikulum 2013 harus mem- punyai sikapsebagai berikut. Kompetensi Pedagogik Kompetensi juga dapat dipahami sebagaimana yang dinyata- kan dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ada- lah seperangkat pengetahuan, keterampilan, perilaku, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesio- nalannya. Kompetensi pada hakikatnya terdiri atas aspek kogni- tif, psikomotorik, dan afektif. Pada RPP Guru disebutkan bahwa kompetensi pedagogik merupakankemampuan guru dalam pe- ngelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi (1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kuriku- lum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pem- belajaran yang mendidik dan dialogis, (3) pemanfaatan teknologi pembelajaran, (4) evaluasi hasil belajar, dan (5) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kreatif dan Inovatif Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen di- nyatakan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, me- latih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Pada era yang hampir semuanya bergerak dengan cepat, dibutuhkan sosok guru yang secara terus menerus belajar dan terus belajar, antisipatif, proaktif, memiliki kemampuan dan keahlian yang kaya inovatif untuk meningkatkan kompetensi SDM berkualitas. Finlandia dan Singapura adalah dua negara yang miskin sumber daya alam 82 Pelangi di Kaki Langit
(SDA), tetapi keduanya diperhitungkan di pentas dunia karena SDM-nya kreatif dan inovasi. Guru-guru kita pun sebenarnya mampu melakukan hal demi- kian, apalagi yang sudah disertifikasi. Namun anehnya, seiring banyaknya jumlah guru yang telah disertifikasi, kondisi pendi- dikan kita justru malah miskin kreasi. Guru yang tidak kreatif dan enggan melakukan lompatan-lompatan inovasi cenderung memahami profesi guru secara konvensional, yaituhanya sekedar mentransfer pengetahuan pada siswa. Siswa dianggap sebagai objek yang hanya bisa mendengarkan dan menerima informasi/ pengetahuan dari guru tanpa diberi kesempatan untuk berpikir kritis, kreatif, berani berpendapat. Pokoknya ilmu yang disam- paikan pada siswa sudah tersampaikan dan sah apabila siswa mampu mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. Tujuan pembelajaran untuk mendewasakan siswa secara ho- listik kurang diperhatikan dan diabaikan. Ciri lainnya dari guru yang tidak kreatif adalah gelisah terlalu lama berada di sekolah dan bersikap apatis jika diajak berdiskusi tentang materi pelajar- an, penggunaan media pembelajaran yang menuntut kretivitas, enggan menggali dan menambah wawasan, bahkan malu berta- nya kepada teman guru sejawat yang memiliki kompetensi lebih. Di dalam Kurikulum 2013 seorang guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dituntut dapat menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pe- mecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang. Semangat Kompetitif Seorang guru hendaknya memiliki semangat kompetitif se- cara positif, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Antologi Esai dan Cerita Pendek Bengkel Bahasa dan Sastra 83
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324