Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Princess - Jean P. Sasson

Princess - Jean P. Sasson

Published by haryahutamas, 2016-05-29 05:21:44

Description: Princess - Jean P. Sasson

Search

Read the Text Version

Undang-undang Republik lndonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak CiptaLingkup Hak CiptaPasal 2: 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pem- batasan menurut peraturan perundangan-undangan yang berlaku.Ketentuan Pidana:Pasal 72: 2. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dsmaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 3. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Sekedear Berbagi Ilmu & Buku Attention!!! Please respect the author’s copyrightand purchase a legal copy of this book AnesUlarNaga. BlogSpot. COM

PRINCESS Kisah TragisPutri Kerajaan Arab Saudi

Catatan Penulis DI akhir 1970-an, sebagai perempuan lajang aku melakukan perjalanan ke Arab Saudi untuk mencari pengalaman yang baru. Aku sampai di Kerajaan ini padatanggal 7 september 1978, dan menetap di sana hinggamusim semi 1991. Dari 1978 sampai 1982, aku bekerjadi Urusan Kesehatan Pemerintah di Rumah Sakit Khususdan Pusat Penelitian Raja Faisal. Selama empat tahun ituaku bertemu dengan berbagai anggota keluarga KerajaanSaudi. Setelah keluar dari bekerja di rumah sakitkerajaan (karena aku menikah dengan seorang warganegara Inggris bernama Peter Sasson), aku tetap tinggaldi kerajaan ini selama sembilan tahun berikutnya, tinggaldi lingkungan tetangga-tetangga Saudi bersama dengansuamiku. Selama dua belas tahun, aku berada dalam posisiyang sangat menguntungkan karena aku bisamempelajari banyak hal tentang negeri ini, sesuatu yangsangat sedikit dipahami oleh dunia luar. Aku banyakdibantu oleh masyarakat Arab kelas menengah, danwarga negara Arab lain yang hidup di Arab Saudi. Selamamasa ini aku melakukan perjalanan ke banyak tempat,mengenal banyak daerah di Arab. (Karena pemerintahSaudi melarang perjalanan ke Israel, aku tak bisamengunjungi Israel hingga setelah tahun 1991.) Tahun 1983, aku bertemu dengan seorangperempuan Saudi yang luar biasa, Putri Sultana Al Saud.Aku dengan cepat menyukai keluarga kerajaan ini.Menurutku, menjadi seperti dia adalah mimpi semua

perempuan. Bukan hanya muda dan cantik, Sultana jugasangat menyenangkan dan cerdas, dan memilikisemangat kemandirian yang jarang aku temui padaperempuan Saudi lain. Ketika persahabatan kami terus berkembang, akumulai tahu bahwa ia adalah perempuan yang sangatterluka karena tidak mendapat kasih sayang ayah.Walaupun ia lahir dalam keluarga yang sangat kaya,memiliki empat rumah besar di tiga benua, memilikipesawat jet pribadi, dan perhiasan berharga jutaan,ketika sampai pada kemerdekaan pribadi, Sultana takmendapatkannya. Dan, meskipun tampak riang danluwes, aku segera bisa melihat bahwa putri Sultanaadalah seorang perempuan yang mendidih hatinyakarena ketidakkuasaannya untuk mengendalikanhidupnya sendirian. Sanak saudara laki-laki dalamkeluarganya memiliki kekuasaan hidup dan mati atasdirinya, dan juga seluruh saudara perempuannya. Waktu berlalu, persahabatan kami terus berjalandan Putri Sultana dengan perlahan menceritakan kisahkehidupan pribadinya, dari masa kecilnya yang bergolaksampai pengaturan pernikahannya. Begitu juga dengankisah-kisah kehidupan sembilan saudara perempuannya,teman-temannya, dan pelayan-pelayannya. Dua atau tigatahun setelah pertemuan pertama dengan Sultana, diamemintaku menuliskan kisahnya. Dia memutuskanbahwa dunia harus tahu tentang penganiayaanperempuan di negerinya. Aku kurang antusias, prihatinakan keselamatannya. Aku juga mempertimbangkanbahwa tak ada seorang pun yang akan tertarik padakehidupan seorang putri yang tinggal di kerajaan yangbegitu mencurigai orang asing, bahkan turis pun tidak

diizinkan berkunjung. Aku dan Peter bercerai setelah delapan tahunperkawinan, tapi aku beruntung memiliki visa multi exitdan re-entry, sehingga aku bisa tetap keluar masuk keKerajaan Saudi. Aku baru benar-benar meninggalkanKerajaan pada musim semi 1991. Walaupun Sultanasudah tidak sabar agar kisahnya segera dibukukan, akutetap menunggu sampai setiap orang yang aku anggapsebagai teman dekat mendukungku menulis bukusemacam itu. Ketika Princess dipublikasikan, dunia merangkulkisah nyata Sultana, menyambut dengan kasihperempuan yang membolehkan mereka mengintip kebalik cadar dan dinding istana. Para pembacamengetahui meskipun sebagian besar kehidupan Sultanasuram, ia juga menikmati saat-saat yang menyenangkan.Kisah nyata kehidupannya digambarkan dalam buku ini,menebarkan persahabatan, humor, dan cinta di antaraibu, saudari, dan pelayan perempuannya. Para pembacamemperoleh saat-saat yang menyenangkan ketikamengetahui rahasia Sultana dalam pembalasandendamnya kepada saudara laki-lakinya, Faruq.Buku ini menyentuh perempuan dari segala umurdan bangsa, dan mencapai penjualan terbaik di banyaknegara. Sekarang banyak guru yang menjadikan bukuPrincess sebagai karya yang harus dibaca untuk literaturkelas mereka. Dengan bangga aku juga menceritakanbahwa buku ini dikatakan sebagai salah satu dari 500buku yang ditulis perempuan yang dijadikan acuanuntuk studi perempuan (lihat websitekuwww.jeansasson.com) semenjak tahun 1300.Sudah lebih dari tiga belas tahun sejak kali pertama

aku menuliskan Princess, namun buku ini tetap relevan.Mengapa? Karena kehidupan perempuan Arab Sauditetap dan hampir sama dengan ketika aku tinggal diKerajaan tersebut. Saat itu banyak perbincangan tentangkeinginan untuk mengubah kehidupan perempuan dalamKerajaan, dan beberapa perempuan di Arab Saudimencoba memutuskan rantai yang mengikat mereka,namun aku dengan sangat menyesal melaporkan bahwadi tahun 2004, perempuan-perempuan Arab Saudi masihbelum bebas untuk mewujudkan mimpi mereka.Walaupun tidak ada aturan dalam agama Islam yangmelarang perempuan mengendarai mobil, perempuanSaudi masih terikat dalam hukum itu. Walaupun 58%lulusan universitas adalah perempuan, hanya 6% yangterlibat dalam dunia kerja. Mengapa? Karena perempuanSaudi tidak diizinkan bekerja atau bercampur baurdengan laki laki yang bukan keluarga mereka. WalaupunIslam memberikan hak pada perempuan untuk berkata\"tidak\" pada pernikahan yang tak diinginkannya, banyakgadis muda di Arab Saudi masih harus menahan rasatakut karena perkawinan yang sudah diatur dengan laki-laki yang berumur dua atau tiga kali umurnya. Masih banyak yang harus dilakukan bila berkaitandengan kehidupan yang dijalani oleh begitu banyakperempuan tak beruntung. Semua itu terserah pada kitaperempuan yang bebas mengekspresikan pikiran, danbebas mengontrol tindakan kita sendiri bagaimanamembantu perempuan-perempuan tak beruntung inidengan cara apa pun. Buku ini berisi tentang kebulatan tekad dankeceriaan putri Saudi untuk mengubah kehidupan diseluruh dunia. Banyak perempuan muda di seluruh

dunia sekarang bekerja untuk menciptakan kesadarandan perubahan. Para pelajar menulis padaku bahwapelajaran di universitas sudah berubah sehingga merekabisa berbicara mengenai persoalan yang berhubungandengan perempuan. Para ibu menulis padaku bahwamereka membesarkan anak laki-laki mereka agarmenghargai saudara perempuan mereka, dan perempuanlain sebagai manusia yang setara dengan mereka. Dengan bekerja sama, kita bisa menciptakan peru-bahan besar pada peran perempuan di seluruh dunia.Aku minta Anda bergabung dengan Putri Sultana danaku dalam tujuan yang berharga ini, untuk hidup didunia, di mana setiap perempuan memiliki hak untukmenjalani hidup yang bermartabat. Sebagai seorang penulis, dan sebagai seorang teman,aku sangat bangga menjadi suara bagi Putri Sultana. Juli, 2004

Surat dari Putri Sultana YANG saya cintai, para pembaca Princess. Ketika menulis kata-kata ini, saya tersenyum puas karena Anda membaca cerita tentang masa kecil sampai awalperkawinan saya. Semenjak saya masih seorang gadiskecil yang tak dicintai ayah, dan menderita karena kakaklaki-laki yang jahat, saya sangat ingin menceritakankepada seluruh dunia betapa banyaknya gadis mudaSaudi yang hidup dirundung kesedihan atau marahkarena saudara laki-laki mereka sangat dicintaisementara mereka, sebagai anak perempuan, diabaikan. Saya hidup sebagai seorang Putri, meskipun begitusaya tidak punya banyak pilihan. Ayah saya hanyamencintai anak laki-lakinya. Saya sangat ingin dicintaiayah, namun apa pun yang saya rasakan dan katakansama sekali tak mengubah ketakacuhannya kepada saya. Meskipun tak terpelajar, orangtua saya adalahkeluarga kerajaan, sehingga semua kebuTuhan sayaterlengkapi, seperti pendidikan, makanan, pakaian, danperhiasan yang indah. Saya dikeliling oleh kakakperempuan yang penuh kasih. Dan ibu yang sangat baikselalu berusaha melindungiku dari laki-laki dalamkeluarga kami. Saya sangat beruntung dibandingkebanyakan gadis kecil lain. Saya hampir tidak bisa membayangkan bagaimanagadis-gadis muda Saudi lain bertahan dalam hidupmereka. Saya mengenal gadis-gadis muda yang dipaksamenjadi istri ketiga atau keempat seorang laki-laki tua.

Saya mengenal perempuan muda yang langsung diceraiketika didiagnosa memiliki penyakit serius. Beberapa dariperempuan ini adalah para ibu, sementara anak-anakmereka diambil dari pangkuannya dan dibesarkan olehperempuan lain. Saya mengenal gadis muda yangdibunuh oleh anggota keluarganya tak lain hanya karenamerasakan adanya kelakuan yang tak senonoh. Saya juga mengetahui begitu banyak cerita tragis.Anda akan mengetahui cerita-cerita ini dalam ketigabuku yang membahas tentang kehidupan saya, dankehidupan banyak perempuan yang saya kenal. Anda mungkin bertanya: bagaimana kekejaman se-perti itu bisa terus terjadi di negara kaya minyak, dimana setiap warga negara menjadi terpelajar dantercerahkan? Saya percaya bahwa sebagian besar laki-laki di negara saya ingin mengatur semua orang disekeliling mereka. Tindakan-tindakan seperti itudidukung oleh orang yang dengan sengaja membelokkankata-kata Nabi tercinta kami, Nabi Muhammad, (semogaAllah memberikan rahmat dan keselamatan padanya)untuk satu-satunya tujuan, membuat perempuan tetaptak berdaya dan patuh. Hanya sedikit kemungkinan bagi kami untuk dapatmelakukan perubahan. Kami, perempuan Saudi,membutuhkan pertolongan Anda. Karena sebagian besardari kalian hidup di negara-negara di mana Anda bisameminta dengan tegas agar pemerintahan menuntutperubahan pada salah satu patner politik dan ekonominegara kalian, Arab Saudi. Namun kami, perempuan Saudi, bukanlah satu-satunya masyarakat yang membutuhkan pertolongankalian. Ketika saya mengetahui tentang status

perempuan di seluruh dunia, saya terkejut mengetahuibahwa banyak perempuan di negara-negara lain jugamendapat perlakuan buruk dari laki-laki. Gadis mudadari Laos dan Kamboja serta Thailand, dipaksa masukdalam perdagangan budak seks. Bayi-bayi perempuan diCina yang hidup di lereng bukit menderita kelaparan.Bidanbidan di India dibayar untuk mematahkan tulangbelakang bayi perempuan, karena keluarga hanyamenginginkan anak laki-laki. Perempuan Amerika seringdibunuh oleh kekasih atau suami yang cemburu. Sayasangat terluka mengetahui semua itu, karena mengetahuisemua itu membuat saya sakit dan sedih. Kita semua harus bekerja sama untuk menciptakanperubahan di bumi ini. Kita harus terus melakukannyasampai setiap anak perempuan diterima dengan baiksebagaimana anak laki-laki. Saya berdoa semoga Allah mengabulkannya.Putri Sultana Al Saud

PRINCESS Kisah TragisPutri Kerajaan Arab Saudi JEAN P. SASSON

Princess Diterjemahkan dari Princess karya Jean P. Sasson Copyright 1992, Jean P. Sasson Hak cipta dilindungi undang-undang All rights reserved Hak terjemahan ke dalamBahasa Indonesia ada pada RAMALA Books Pewajah Sampul: Eja Assegaf Pewajah Isi: Ahmad Bisri Penerjemah: Husni Munir Penyunting: Faruq Noer Zaman Cetakan I: April 2007 ISBN: 979-1238-36-7 RAMALA BOOKSJI. Warga 23A, Pejaten Barat, Pasar Minggu Jakarta Selatan 12510, Indonesia Phone: 62-21 7976587, 79192866 Fax: 62-21 79190995 Blog : http://ramalabooks.blogspot.com

Daftar IsiCatatan Penulis........................................................ 2Surat dari Putri Sultana........................................... 7Daftar Isi ................................................................ 12Pendahuluan.......................................................... 141. MASA KECIL ...................................................... 242. KELUARGA ........................................................ 363. KAKAKU SARAH................................................. 464. PERCERAIAN ..................................................... 585. FARUQ ............................................................... 686. PERJALANAN ..................................................... 807. KEMATIAN ......................................................... 938. SAHABAT ..........................................................1029. PEREMPUAN ASING..........................................12010. HUDA..............................................................14411. KARIM.............................................................15412. PERNIKAHAN ..................................................16813. KEHIDUPAN PERKAWINAN .............................18014. KELAHIRAN ....................................................19815. RAHASIA GELAP .............................................21116. KEMATIAN RAJA.............................................22617. RUANGAN PEREMPUAN..................................242

18. ISTRI KEDUA ..................................................25719. PELARIAN .......................................................26720. HARAPAN BESAR............................................286EPILOG .................................................................302KATA PENUTUP ....................................................304APENDIK A............................................................314 Hukum-Hukum di Arab Saudi ....................................... 314APENDIK B ...........................................................319 Istilah ............................................................................. 319APENDIK C ...........................................................324 Kronologi ........................................................................ 324

Pendahuluan AKU seorang putri dari sebuah negeri yang diperintah oleh seorang Raja. Sebut saja aku, Sultana. Namaku yang sebenarnya tak bisa kukatakan, karena cerita yangakan kusampaikan ini bisa membahayakan diriku dankeluargaku. Aku seorang putri keluarga Kerajaan Saudi. Sebagaiperempuan di negeri yang dikendalikan oleh kaum laki-laki, aku tak bisa bercerita langsung kepada Anda,sehingga aku terpaksa meminta perantara, seorangteman perempuan dari Amerika yang juga penulis, JeanSasson. Meski terlahir sebagai orang merdeka, aku sekarangberada dalam belenggu. Memang, belenggu itu takterlihat, dipasang secara longgar dan tak menarikperhatian hingga aku mulai mengerti bahwa itumengurungku dalam ranah kehidupan menakutkan yangsempit. Aku tak ingat apa-apa tentang kehidupan masakecilku hingga aku berusia empat tahun. Mungkin penuhcanda tawa dan permainan sebagaimana yang dialamianak kecil, berbahagia tanpa kesadaran bahwa diriku takmemiliki nilai di negeri yang mengunggulkan organ laki-laki. Untuk mengerti hidupku, Anda harus tahu siapaleluhurku. Sebelum kami, telah ada enam generasi sejakAmir pertama Nadj, negeri badui yang sekarang menjadibagian dari Kerajaan Arab Saudi. Para pemimpin bani

Saud yang pertama-tama adalah orang-orang yang hanyabermimpi menaklukan tanah padang pasir di sekitarmereka, dan melakukan petualangan serangan di malamhari pada suku tetangga. Pada tahun 1891, bani Saud mengalami kekalahanperang dan terpaksa meninggalkan Nadj. Kakekku, AbdulAziz, saat itu masih kecil. Ia nyaris tidak mampubertahan dari penderitaan dalam pelarian di padangpasir. Ia ingat betapa malunya ketika ayahnya menyuruhmasuk ke dalam sebuah tas besar yang kemudiandiletakkan di atas pelana unta. Saudaranya, Nura, jugadimasukkan ke dalam tas untuk digantungkan di sisipelana unta yang lain. Karena masih kecil, ia tak bisaikut bertempur menyelamatkan rumahnya; dengan rasamarah ia mengintai dari dalam tas yang terayun-ayun diatas punggung unta. Merasa malu oleh kekalahankeluarganya, itu adalah titik balik dalam kehidupan masakecilnya, saat ia menatap keindahan kampunghalamannya yang menghilang dari pandangan. Setelah berkelana selama dua tahun di padang pa-sir, keluarga Saud menemukan tempat perlindungan didaerah Kuwait. Hidup di tempat perlindungan sangatdibenci oleh Abdul Aziz sehingga ia sudah bersumpahsejak dini untuk merebut kembali gurun pasir yangpernah menjadi rumahnya. Maka, September tahun 1901, Abdul Aziz yang ber-usia 25 tahun kembali ke kampung halaman. Setelahperjuangan berbulan-bulan, pada tanggal 2 Januari1902, ia dan anak buahnya mengalahkan lawannya, baniRashid. Pada tahun-tahun selanjutnya, untuk menjaminkesetiaan suku-suku padang pasir, Abdul Aziz menikahilebih dari 300 perempuan, yang lambat laun

menurunkan lebih dari lima puluh anak laki-laki dandelapan puluh anak perempuan. Anak-anak lelaki dariistri yang paling disukainya mendapat kehormatandengan perlakuan istimewa yang berlebihan, dan kelakbila dewasa, menjadi pemegang kekuasaan di negerikami. Istri yang paling di cintai Abdul Aziz adalah HassaSudairi, dan sekarang anak-anak lelakinya mengepalaipasukan-pasukan gabungan bani Saud dalammemerintah kerajaan yang dibangun sedikit demi sedikitoleh ayah mereka. Fahd, salah satu dari anak-anak lelakiini, sekarang adalah Raja kami. Banyak anak laki-laki dan perempuan menikahisaudara sepupu di dalam keluarga terkemuka kamiseperti dari Al Turkis, Jiluwis dan Al Kabirs. Parapangeran keluarga Saudi yang berpengaruh sekarang iniberasal dari perkawinan antar-keluarga ini. Pada tahun1991, keluarga besar kami terdiri dari hampir 21.000anggota. Dari jumlah ini, kira-kira seribu orang adalahputra-putri turunan langsung dari pemimpin besar, RajaAbdul Aziz. Aku, Sultana, adalah salah satu keturunan langsungini. Kenangan pertamaku yang masih terus terngiangadalah kekerasan: saat masih berumur empat tahun akuditampar oleh ibuku yang biasanya lembut. Mengapa?Gara-gara aku meniru cara salat ayahku. Gara-gara akusalat menghadap ke kakak laki-lakiku, Faruq, yangberumur enam tahun, karena kupikir dia Tuhan,bukannya menghadap ke Makkah. Bagaimana aku tahudia bukan Tuhan? Tiga puluh dua tahun kemudian, akuteringat kepedihan dari tamparan itu dan mulai bertanya-tanya dalam kepalaku; jika kakak laki-lakiku bukan

Tuhan, mengapa ia diperlakukan seperti Tuhan? Dalam sebuah keluarga dengan sepuluh anakperempuan dan satu orang anak laki-laki, ketakutanmenyelimuti rumah kami; takut kematian yang kejamakan merenggut satu-satunya anak laki-laki yang ada,takut tak akan ada lagi anak laki-laki yang akan lahir,takut Tuhan akan mengutuk rumah kami dengansepuluh anak perempuan. Ibuku selalu takut pada setiapkehamilannya, karena mengharapkan kelahiran anaklakilaki, kalau-kalau yang akan lahir adalah anakperempuan. Memang, ia selalu melahirkan bayiperempuan sampai semuanya berjumlah sepuluh. Ketakutan ibuku menjadi kenyataan ketika ayahkumenikahi perempuan lain yang lebih muda denganmaksud mendapatkan lebih banyak anak laki-laki yangmemang lebih dihargai. Istri baru ini memberinya tigaanak laki-laki, yang semuanya meninggal. Ayahkemudian menceraikannya. Akhirnya, dari istri keempat,ayahku mendapatkan banyak anak laki-laki. Namunabangku akan selalu menjadi anak sulung dengan begitudialah yang paling berkuasa. Seperti saudara-saudaraperempuanku, aku berpura-pura menghormatinya, meskidi dalam hati aku membencinya. Saat berumur dua belas tahun, ibuku menikah de-ngan ayahku yang waktu itu berumur dua puluh tahun.Itu terjadi tahun 1946, setelah perang dunia yangmenganggu produksi minyak di negeri kami. Saat ituminyak belum memberikan kekayaan berlimpah padakeluarga ayahku, bani Saud. Tapi akibatnya telahdirasakan melalui cara-cara yang tak kentara. Pemimpinbangsa-bangsa besar mulai memberi penghormatan padaRaja kami. Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill,

menghadiahi Raja Abdul Aziz dengan mobil Roll Royceyang mewah. Berwarna hijau cerah, dengan kursibelakang seperti singgasana, mobil itu berkilau sepertiperhiasan ditimpa cahaya matahari. Meski mobil ituhebat, Raja sangat kecewa, karena setelah diperiksaternyata, barang mewah itu diberikan pada saudarakesayangannya, Abdullah. Abdullah, paman dan teman dekat ayahku,menawari ayahku mengunakan mobil ini untukperjalanan bulan madu ke Jeddah. Ayah menerimanya,lebih untuk menyenangkan ibuku, yang tak pernahmenaiki mobil. Sebelum tahun 1946 unta merupakanalat transportasi yang biasa di Timur Tengah. Butuhwaktu tiga dekade sebelum rata-rata orang Saudimengendarai mobil dengan nyaman dan tidak lagimengangkang di atas unta. Berkenaan dengan bulan madu mereka selama tujuhhari tujuh malam, orang tuaku dengan bahagia melintasipadang pasir menuju Jeddah. Sialnya, akibat ketergesaanberangkat dari Riyadh, ayah lupa membawa kemah;karena kelalaian ini dan tidak adanya budak, perkawinanmereka harus tertunda hingga mereka tiba di Jeddah. Perjalanan yang melelahkan dan berdebu adalahsalah satu kenangan ibuku yang paling membahagiakan.Ia senantiasa membagi kehidupannya menjadi duabagian; 'saat sebelum perjalanan' dan 'saat setelahperjalanan'. Ia pernah mengatakan padaku bahwaperjalanan tersebut merupakan akhir masa kecilnya,karena dia terlalu muda untuk memahami apa yangberada di depannya, di akhir perjalanan panjang itu.Orang tuanya meninggal karena wabah demam,membuatnya yatim piatu pada usia delapan tahun. Ia

menikah pada usia dua belas tahun dengan lelaki kuatyang bengis. Tak sedikitpun yang dapat ia lakukankecuali melakukan perintah ayah. Setelah tinggalsebentar di Jeddah, orang tuaku kembali ke Riyadh,karena di sanalah keluarga bani Saud yang patriakalmelanjutkan dinasti mereka. Ayah adalah seorang yang tak kenal ampun, dan ibuperempuan melankoli. Perkawinan mereka yang tragisakhirnya menghasilkan enam belas anak dan hanyasebelas yang bertahan hidup dari masa kecil yang penuhbahaya. Sekarang, sepuluh anak perempuan merekamenjalani hidup di bawah kendali kaum laki-laki yangmenikahi mereka. Satu-satunya anak laki-laki ayahkuyang bertahan hidup adalah seorang pangeran danpengusaha Saudi terkemuka dengan empat istri dansekian gundik, yang hidup dengan penuh kesenangan. Dari membaca, aku tahu bahwa para penerus yangpaling beradab dari kebudayaan-kebudayaansebelumnya, tersenyum pada kebodohan primitif nenekmoyang mereka. Ketika peradaban semakin maju,ketakutan akan kemerdekaan individu diatasi melaluipencerahan. Masyarakat manusia dengan tak sabarmenyerbu untuk merangkul ilmu pengetahuan danperubahan. Yang mengherankan, negeri leluhurkuhampir tidak berubah dibanding seribuan tahun yanglalu. Ya, bangunanbangunan modern sudahbermunculan, pusat kesehatan tercanggih tersedia bagisemua orang, namun masalah perempuan dan kualitashidup masih belum diacuhkan. Bagaimanapun, bukanlah hal yang benar jikadikatakan bahwa keyakinan Islamlah yang menempatkanperempuan dalam posisi rendah di masyarakat kami.

Walaupun Alquran menyebutkan bahwa posisiperempuan di bawah laki-laki, sebagaimana juga AlKitabmemberi kuasa laki-laki untuk memerintah perempuan,namun Nabi kami Muhammad mengajarkan kebaikanhati dan keadilan kepada perempuan. Orang-orang yangdatang setelah Nabi Muhammad memilih mengikutitradisi Zaman Kegelapan dibanding mengikuti kata-katadan contoh dari Nabi Muhammad. Nabi kami menolakpraktik pembunuhan bayi perempuan, sesuatu yangmenjadi kebiasaan umum pada masa beliau. Setiap kata-kata Nabi Muhammad mengingatkan dengan kerastentang kemungkinan pelecehan dan penghinaan kepadaperempuan: 'Siapa pun yang memiliki anak perempuan,dan tidak menguburnya hidup-hidup, atau tidakmencercanya, atau tidak lebih memilih anak laki-lakidibanding perempuan, maka Allah akan memasukkannyake Surga.' Namun apa pun akan dilakukan semua laki-laki dinegeri ini untuk mendapatkan keturunan laki-laki,bukan perempuan. Nilai kelahiran anak di Kerajaan ArabSaudi masih diukur dengan ada tidaknya organ laki-laki. Laki-laki di negeri kami merasa melakukan apa yangpantas mereka lakukan. Di Arab Saudi, kebanggaan dankehormatan laki-laki berasal dari perempuan miliknya,sehingga ia harus menjalankan otoritas dan pengawasanatas seksualitas perempuan miliknya atau akan malu dihadapan masyarakat umum. Diyakini bahwa perempuantak memiliki hak untuk mengontrol hasrat seksualnyasendiri, sehingga menjadi sangat penting jika kaum laki-laki dominan dengan hati-hati harus menjaga seksualitasperempuan. Pengawasan absolut terhadap perempuantak ada hubungannya dengan cinta, semua itu hanya

merupakan ketakutan akan hilangnya kehormatan laki-laki. Otoritas laki-laki Saudi tidak terbatas; istri dananaknya bertahan hidup hanya kalau diinginkan. Dirumah kami, laki-laki adalah penguasa. Situasi kompleksini bermula dari pengasuhan anak laki-laki di rumahkami. Sejak kecil anak laki-laki berfikir bahwa kaumperempuan sama sekali tidak berharga; mereka adahanya untuk kenyamanan dan alat kesenangan hidup.Pandangan ini diperoleh dari sikap ayahnya yangmeremehkan ibu dan saudara-saudara perempuannya;penghinaan terbuka ini mendorong anak laki-lakimemandang rendah semua perempuan, dan membuatnyamerasa mustahil berteman dengan lawan jenisnya.Karena hanya diajarkan peran tuan kepada budaknya,tidak mengherankan ketika seorang anak laki-laki telahcukup umur untuk kawin, ia menganggap perempuanhanyalah barang bergerak, bukan partner. Perempuan di negeriku diabaikan oleh ayah mereka,dipandang rendah oleh saudara laki-laki mereka dandilecehkan oleh suami mereka. Lingkaran ini sulitdihancurkan, selama laki-laki yang memaksakankehidupan seperti ini terhadap perempuan-perempuanmereka, tetap menginginkan kehidupan perkawinanmereka yang tak bahagia. Laki-laki macam apakah yangbisa tahan dengan keadaan yang menyengsarakan ini?Buktinya laki-laki di negeriku mencari kegembiraandengan beristri lagi dan lagi, kemudian gundik demigundik. Hanya sedikit laki-laki yang tahu bahwakebahagian mereka bisa ditemukan di dalam rumahnyasendiri, dengan seorang perempuan yang sama

kedudukannya. Dengan memperlakukan perempuansebagai budak, sebagai properti, laki-laki hanya membuatdirinya tidak bahagia sama seperti perempuan yang iakuasai; membuat cinta dan persahabatan sejati tak akandapat dicapai oleh keduanya. Sejarah perempuan di negeri kami, dikubur di balikkerahasiaan cadar hitam. Baik kelahiran maupunkematian perempuan kami tak pernah tercatat dalammasyarakat umum. Meskipun kelahiran anak laki-lakididokumentasikan dalam catatan suku, tak satupuntempat bagi perempuan. Perasaan umum yangdiekspresikan pada saat kelahiran anak perempuanadalah dukacita dan malu. Walaupun kelahiran di rumahsakit dan pencatatan oleh pemerintah meningkat,mayoritas kelahiran di daerah pedesaan terjadi di rumah.Tak ada sensus yang dilakukan oleh pemerintah ArabSaudi. Aku sering bertanya kepada diri sendiri? Apakah iniberarti kami, perempuan padang pasir, tidak ada jikakelahiran dan kematian kami tak pernah dicatat? Jikatak seorang pun tahu akan keberadaanku, apakah ituberarti aku tidak ada? Kenyataan ini, yang lebih dari sekadar ketidakadilandalam hidupku, mendorongku berani mengambil risikomenceritakan kisah hidupku. Perempuan di negerikumungkin tersembunyi di balik cadar mereka dandikontrol dengan sangat ketat oleh masyarakat patriakalkami, tapi perubahan harus terjadi, karena kami lelaholeh kekangan adat. Kami ingin sekali memilikikebebasan pribadi. Dari kenangan masa kecil, dibantu dengan catatanharian yang rahasia, aku mulai menulis pada usia

sebelas tahun. Aku akan mencoba memberi Andagambaran kehidupan seorang putri kerajaan Saudi. Akuakan berusaha membongkar kehidupan perempuanSaudi lain yang terkubur dan jutaan perempuan rakyatbiasa yang tidak lahir dari keluarga kerajaan. Keinginanku sederhana, karena aku adalah salahsatu dari perempuan yang diabaikan oleh ayah,diremehkan oleh saudara laki-laki dan dilecehkan olehsuami. Aku tidak sendiri di sini. Masih banyak lainnyayang tidak memiliki kesempatan untuk menceritakankisah mereka. Sangat jarang kisah sejati seperti ini bisa keluar dariIstana Saudi, karena ini adalah rahasia besar masyarakatkami. Namun apa yang aku ceritakan di sini dan apayang ditulis oleh penulis buku ini adalah kisah yangbenar-benar terjadi.

1. MASA KECIL FARUQ menjatuhkanku ke tanah, tetapi aku tetap menolak menyerahkan apel merah pemberian seorang juru masak asal Pakistan. Wajah Faruq mulai marah saataku dengan cepat memakan apel itu dengan gigitan-gigitan besar dan menelannya. Aku melakukan tindakannekat dengan menolak patuh pada superioritas hakprerogatif laki-laki, dan aku tahu akan konsekuensinya.Faruq menendangku dua kali dan lari ke arah sopir ayahbernama Omar, seorang Mesir. Saudari-saudarikuhampir sama takutnya kepada Omar sebagaimanamereka takut kepada Faruq dan Ayah. Mereka masuk kerumah, membiarkanku sendirian menghadapi kemarahankaum laki-laki. Tak lama kemudian, Omar, diikuti oleh Faruq, ber-gegas melintasi gerbang samping. Aku tahu bahwa diaakan menjadi pemenang, karena sejak usia yang masihdini, apa pun yang diinginkannya akan dipenuhi.Meskipun demikian, aku menelan gigitan apel terakhirdan memandang dengan penuh kemenangan ke arahFaruq. Berjuang dengan sia-sia dalam genggaman tanganbesar Omar, aku diangkat dan dibawa ke ruang kerjaayah. Dengan malas, dari balik buku besarnya, ayahmemandang jengkel pada anak perempuan yangtampaknya tak pernah diinginkan, sambil bersamaanmengulurkan tangan ke harta yang berharga, anak laki-laki tertuanya. Faruq diizinkan bicara, sementara aku dilarang

merespon. Terdorong keinginan untuk mendapatkancinta dan restu ayah, tiba-tiba muncul keberanianku.Aku mengatakan kejadian sebenarnya. Ayah dankakakku diam terkejut dengan alur bicaraku yang bawel,karena di tempatku, masyarakat akan mengerutkan dahipada kaum perempuan yang mengeluarkan pendapat.Sejak usia dini, semua perempuan telah belajar untuktidak berkonfrontasi langsung. Api keberanian yang dulupernah berkobar di hati perempuan-perempuan baduitelah padam; yang tersisa tinggal perempuan lembut yangtak begitu mirip dengan mereka. Ketakutan menyeruak dalam perutku ketika mende-ngar teriakan suaraku. Kakiku gemetar ketika ayahbangkit dari kursinya, dan aku melihat gerakantangannya, meski aku tak pernah merasakan tamparandi wajahku. Sebagai hukuman, semua mainanku diberikankepada Faruq. Untuk mengajarkan kepadaku bahwa laki-laki adalah majikan, ayah meminta Faruq mengisipiringku pada saat makan. Faruq pun memberiku porsiyang sangat sedikit dan potongan daging yang palingjelek. Setiap malam, aku tidur dalam keadaan lapar,karena Faruq menugaskan penjaga di depan pintukuuntuk melarangku menerima makanan dari ibu atausaudarisaudariku. Abangku itu masuk ke kamarkudengan mengejekku di tengah malam sambil membawapiring yang berisi ayam dan nasi panas dengan bau yangsangat enak. Akhirnya Faruq capek menyiksa, namun semenjakitu, ia yang berumur sembilan tahun, adalah musuhku.Meskipun peristiwa apel itu terjadi saat aku masihberusia tujuh tahun, namun aku telah menyadari bahwa

diriku adalah perempuan yang terbelenggu oleh laki-lakiyang tak memiliki nurani. Aku melihat hancurnyasemangat ibu dan saudari-saudariku, namun aku tetapoptimis dan tak pernah ragu bahwa suatu hari aku akanmenang dan lukaku akan terobati dengan keadilan yangsejati. Dengan tekad ini, sejak berusia masih sangatmuda, aku menjadi pengacau dalam keluarga. Ada juga saat yang sangat menyenangkan di masakecilku. Saat-saat paling membahagiakan itu kurasakandi rumah bibi ibuku, seorang janda yang sudah terlalutua hingga tak menarik perhatian kaum laki-laki. Iabanyak menyimpan cerita-cerita perang menakjubkanantar suku yang terjadi pada masa mudanya. Iamenyaksikan kelahiran negara kami dan memikat kamidengan ceritacerita tentang keberanian Raja Abdul Azisdan pengikutnya. Duduk bersila di atas karpet orientalyang tak ternilai, sambil menggigit kue kering dan kuealmond, aku dan saudara perempuanku larut dalamcerita drama kemenangan besar leluhur kami. Bibimenumbuhkan rasa bangga pada keluarga kami ketika iamenceritakan keberanian bani Saud dalam perang. Tahun 1891 keluarga ibuku menyertai bani Saudmelarikan diri dari Riyadh ketika mereka dikalahkan olehbani Rashid. Sepuluh tahun kemudian, bersama AbdulAziz, anggota laki-laki dari keluarga ibuku kembali untukmerebut tanah kelahiran; saudara laki-laki bibikubertempur berdampingan dengan Abdul Aziz. Kesetiaantelah membuat keluarga ibuku bisa masuk ke dalamkeluarga kerajaan melalui pernikahan anak-anakperempuan mereka. Takdir telah menjadikanku seorangputri. Di masa kecil, keluargaku memiliki hak istimewa,

meskipun tidak kaya. Pendapatan dari produksi minyakmenjamin ketersediaan makanan dan perawatankesehatan, yang pada masa itu merupakan sebuahkemewahan. Kami tinggal di sebuah rumah besar yang terbuatdari balok-balok beton dengan cat warna putih salju.Setiap tahun, badai pasir mengubah warna putih itumenjadi warna krem. Tapi budak-budak ayah denganpatuh mencatnya kembali. Dinding-dinding balok yangmengelilingi tanah kami dirawat dengan cara yang sama.Tempat tinggal saat aku masih kecil adalah sebuahrumah besar jika diukur menurut standar Barat; kalaudibandingkan dengan masa sekarang rumah seperti itusangat sederhana bagi sebuah keluarga kerajaan. Sebagai seorang anak, aku merasa rumahkeluargaku terlalu besar untuk menciptakan kehangatan.Ada lorong-lorong panjang yang gelap dan menakutkan.Kamar kamar dengan berbagai bentuk dan ukuran,menyembunyikan rahasia kehidupan kami. Ayah danFaruq tinggal di ruang laki-laki di lantai dua. Aku biasamengintipnya dengan rasa ingin tahu seorang anak.Gorden beludru berwarna merah tua menghalangi sinarmatahari, bau tembakau Turki dan wiski membuat udarajadi pengap. Aku mengintip dan kemudian dengantergesa-gesa kembali ke ruangan perempuan di lantaidasar, kamar tempat aku dan saudara perempuanku,Sara, tinggal. Kamar kami menghadap ke taman khususbagi perempuan. Ibu tinggal di kamar dengan catberwarna kuning cerah, sehingga kamar itumemancarkan cahaya kehidupan yang tidak dimilikiruangan lain. Pelayan dan budak keluarga tinggal di ruangan kecil

yang tak berventilasi di bagian terpisah, di belakangkebun. Berbeda dengan milik kami, tempat tinggal parapelayan tidak dilengkapi dengan alat pendingin, sehinggamereka merasakan udara padang pasir yang panas. Akuingat para pelayan asing dan para sopir membicarakanketakutan mereka saat akan tidur. Satu-satunya yangmembuat mereka terbebas dari panas adalah angin yangdihasilkan kipas angin listrik yang kecil. Kata ayah, bilatempat tinggal mereka diberi pendingin udara, merekaakan tidur sepanjang hari. Hanya Omar yang tidur di ruang kecil, di rumahutama. Sebuah tali panjang tergantung di jalan masukutama rumah kami. Tali ini terhubung dengan loncengsapi di ruangan Omar. Jika dibutuhkan, Omar akandipanggil dengan membunyikan lonceng itu. Suaralonceng yang berbunyi siang atau malam akanmembuatnya segera pergi ke ruangan ayah. Haruskuakui, aku sering membunyikan lonceng itu ketikaOmar tidur siang, atau di tengah malam. Kemudiandengan berdebardebar aku kembali ke tempat tidur danberbaring diam, pura-pura tidur nyenyak tanpa merasabersalah. Suatu malam ibuku menungguku saat akuberjalan kembali dengan cepat ke tempat tidur. Dengangurat kekecewaan di wajahnya atas kelakuan buruk anakbungsunya, ia menjewer telingaku dan mengancam akanmelaporkannya kepada ayah. Namun ia tak pernahmelakukannya. Sejak jaman kakekku, kami memiliki sekeluargabudak Sudan. Jumlah budak kami meningkat tiap tahunkarena setiap pulang dari Haji, ayah membawa budakbaru yang masih kanak-kanak. Orang-orang dari Sudandan Nigeria yang pergi Haji, akan membawa serta anak

mereka untuk kemudian dijual pada orang Saudi yangkaya, dengan begitu mereka bisa kembali ke kampunghalamannya. Setelah menjadi milik ayah, budak-budakitu tidak diperjual-belikan seperti budak-budak diAmerika; mereka berpartisipasi dalam kehidupan dirumah kami dan ikut mengelola bisnis ayah seolah-olahsemua itu milik mereka sendiri. Mereka adalah temansepermainan kami, dan mereka tidak merasa ditekandalam memberikan pelayanan. Pada tahun 1962, ketikapemerintah menghapuskan sistem perbudakan, budak-budak Sudan yang tinggal bersama kami benar-benarmenangis dan memohon pada ayah agar merekadipertahankan. Mereka tinggal di rumah ayahku sampaisekarang. Ayahku selalu mengenang Raja yang paling kamicintai, Abdul Aziz. Ia membicarakan laki-laki hebat ituseolah-olah ia melihatnya tiap hari. Waktu itu akuberusia delapan tahun, aku sangat terkejut saatdiberitahu bahwa Raja tua itu sudah wafat sejak tahun1953, tiga tahun sebelum aku lahir! Setelah kematian Raja pertama kami, kerajaan kamiberada dalam bahaya, karena Saud, anak laki-laki yangdipilih sendiri oleh Raja lama sebagai penerus tahta,tidak memiliki kualitas kepemimpinan sedikitpun. Ia menghambur-hamburkan kekayaan minyaknegara untuk membeli istana, mobil, dan perhiasanuntuk istri-istrinya. Akibatnya, negara kami tergelincirdalam kekacauan politik dan ekonomi. Aku ingat suatu peristiwa di tahun 1963, ketikabanyak keturunan laki-laki dari keluarga penguasa iniberkumpul di rumah kami. Waktu itu aku seorang gadisberumur tujuh tahun yang memiliki rasa ingin tahu yang

besar. Omar, sopir ayah, masuk tergesa ke kebun danberteriak kepada para perempuan agar pergi ke lantaiatas. Ia menghalau kami seolah-olah sedang mengusirsetan jahat, dan menggiring kami ke lantai atas, kesebuah ruang duduk yang kecil. Sara dan kakakkutertua, memohon dengan sangat pada ibu agarmengizinkan mereka bersembunyi di belakang balkonuntuk mengintip apa yang sedang dilakukan parapenguasa itu. Kami sering melihat paman-paman dansaudara sepupu kami berkumpul dalam acara keluargabiasa, namun tak pernah melihat mereka di tengah-tengah persoalan negara yang penting. Tentu saja, setiapperempuan yang sudah menstruasi dan bercadar harusdipisahkan dari laki-laki yang bukan ayah atau saudaralaki-laki mereka. Hidup kami benar-benar terasing danmembosankan, itulah mengapa ibu sangat kasihan padakami. Hari itu, dia benar-benar bergabung dengan anak-anak gadisnya di lantai lorong untuk mengintip melaluibalkon dan mendengarkan pembicaraan kaum laki-lakiyang berada di ruang tamu besar di bawah kami. Sebagaianak bungsu, aku berada dalam pangkuan ibu. Untukjaga-jaga, ia menutup mulutku dengan tangannya. Sebabjika kami ketahuan, ayah akan sangat marah. Aku dan saudari-saudariku sangat tertarik denganparade besar para anak laki-laki, cucu dan keponakanRaja yang sudah wafat. Para lelaki besar dalam jubahberjela-jela, berkumpul diam-diam dan sangat serius.Wajah suntuk Pangeran Faisal menarik perhatian kami.Di mataku, ia tampak sedih dan sangat terbebani. Padatahun 1963, semua orang Saudi menyadari bahwaPangeran Faisal lebih memiliki kemampuan mengatur

negara ketimbang Raja Saud. Ada bisik-bisik yangmengatakan bahwa kekuasaan Saud hanya sebuahsimbol persatuan keluarga yang begitu teguhdipertahankan. Rasanya itu merupakan keputusan yanganeh, tidak adil untuk Pangeran Faisal dan untuk negeriini. Pangeran Faisal tidak setuju dengan pendapat itu.Suaranya yang biasanya tenang, terdengar keras ketika iabertanya apakah ia diizinkan berbicara tentang persoalanyang sangat penting mengenai keluarga dan negara.Putra Mahkota Pangeran Faisal khawatir jika tahta yangsusah payah didapatkan akan segera hilang. Iamengatakan bahwa masyarakat umum sudah jenuhdengan perbuatan keluarga kerajaan yang sangatketerlaluan, dan ada rumor bahwa bukan hanya RajaSaud yang akan didepak karena kebobrokannya, tetapijuga pengusiran seluruh bani Saud untuk diganti denganseorang pemimpin pilihan Allah. Pangeran Faisal memandang tajam kepada parapangeran muda, dan dengan suara yang tegas, iamenyatakan bahwa ketidakacuhan pada gaya hiduptradisional kaum badui akan merobohkan singgasana. Iamengatakan hatinya sedih melihat sangat sedikitkeluarga muda kerajaan yang mau bekerja dan hanyapuas hidup bergantung pada gaji bulanan dari kekayaanminyak. Kesunyian panjang menunggu komentar darisanak saudaranya. Ketika tak seorang pun berkomentar,ia menambahkan bahwa jika dirinya yang mengendalikankekayaan minyak, aliran uang untuk para pangeran akandipotong. Ia menganggukkan kepala kepada saudaranyaMuhammad, dan kemudian duduk mendesah. Daribalkon, aku melihat beberapa sepupu muda mengeliat

gelisah. Meskipun gaji bulanan terbesar tak lebih darisepuluh ribu dollar, para lelaki di keluarga bani Saudhidup semakin kaya. Arab Saudi adalah negeri yang luas,dan sebagian besar properti adalah milik keluargakerajaan. Tambah lagi, tak ada penandatanganankontrak bangunan tanpa keuntungan untuk salah satudari keluarga kami. Pangeran Muhammad, kakak tertua ketiga, mulaibicara; dan, dari apa yang bisa kami ketahui, Raja Saudsekarang ingin mengambil kembali kekuasaan absolutyang dilepaskan di tahun 1958. Di daerah pedalaman,ada desas-desus ia berteriak lantang menentangsaudaranya, Faisal. Itu adalah saat yang menghancurkankeluarga Saud, karena anggota keluarga ini selalutampak bersatu di hadapan warga. Aku ingat ketika ayah menceritakan alasanpenyisihan Muhammad, putra tertua setelah Faisal, daritahta kerajaan. Raja lama mengatakan bahwa jikaMuhammad diberi jabatan putra mahkota, banyak orangakan mati, karena Muhammad dikenal memiliki watakyang kejam. Perhatianku kembali ke pertemuan itu, dan akumendengar Pangeran Muhammad mengatakan bahwamonarki sedang dalam bahaya; ia mulai membicarakankemungkinan penggulingan kekuasaan secara fisik danmengangkat Faisal sebagai penggantinya. PangeranFaisal menghembuskan nafas dengan keras, hinggamenyesakkan Muhammad. Faisal tampak menangisketika ia berbicara. Ia mengatakan kepada sanakfamilinya bahwa ia telah berjanji di ranjang kematianayah tercintanya kalau ia tak akan pernah menentangkekuasaan saudaranya. Dan tak satu peristiwa pun yang

akan membuatnya melanggar janji itu, meskipun Saudakan membangkrutkan negeri. Kalau pembicaraantentang pemecatan saudaranya menjadi inti pertemuan,maka Faisal akan pergi. Semua keluarga setuju bahwa Muhammad, kakaktertua setelah Faisal, harus berusaha berbicara denganRaja. Kami melihat para laki-laki itu bersulang dengangelas kopi mereka dan bersepakat untuk setia padaharapan ayah mereka bahwa semua anak Abdul Azizakan bersatu menghadapi dunia. Setelah salingmengucapkan selamat tinggal, kami melihat merekaberbaris dengan tenang keluar dari ruangan, samaseperti ketika mereka memasuki ruangan. Aku tak menyangka kalau pertemuan ini adalah awaldari akhir kekuasaan pamanku, Raja Saud. Seperti yangtertulis dalam sejarah, keluarga dan masyarakat tampaksedih, anak-anak Abdul Aziz terpaksa mengusir salahsatu keluarga mereka. Paman Saud sangat kecewa danakhirnya ia mengirim surat ancaman kepada saudaranyaPangeran Faisal. Tindakan ini mengesahkan takdirnya,karena tak mungkin seorang saudara menghina ataumengancam saudara lainnya. Dalam aturan tak tertulissuku badui, saudara tak pernah menentang saudaralainnya. Krisis meledak dalam keluarga dan negara. Kamitahu kemudian bahwa sebuah usaha revolusi oleh PamanSaud dicegah oleh Putra Mahkota Faisal denganpendekatan halus. Ia menepi dan menyerahkan kepadasaudara-saudaranya dan para ulama untuk memutuskanjalan terbaik untuk negeri kami yang masih muda. Dalammelakukan itu, ia mengesampingkan drama pergerakanpribadi sehingga persoalannya tidak terlalu menguap,

dan para negarawan membuat keputusan yang tepat. Dua hari kemudian, saat ayah dengan saudarasaudara dan sepupunya sedang pergi, salah satu istriPaman Saud memberitahu kami tentang penurunan Raja.Salah seorang bibi kesayangan kami, yang menikahdengan Raja Saud, datang ke rumah kami dengan sangatagitatif. Aku terkejut melihatnya melepaskan cadar dariwajahnya di depan para pelayan laki-laki. Ia datang dariIstana Nasiriyah milik Paman Saud (sebuah bangunanbesar yang, menurutku, menghabiskan banyak uang danbukti kebobrokan negeri kami). Aku dan kakak-kakakku berkumpul di sekeliling ibu,karena bibi sudah lepas kontrol dan berteriak membuattuduhan terhadap keluarga. Ia sangat marah pada PutraMahkota Pangeran Faisal dan menyalahkannya atasposisi dilema yang dihadapi suaminya. Ia mengatakanbahwa saudara-saudara suaminya telah berkonspirasimerebut tahta yang diberikan oleh ayah mereka untukanaknya, Saud. Ia berteriak bahwa Majelis Ulama datangke Istana pagi-pagi dan menginformasikan kepadasuaminya bahwa ia harus turun tahta. Aku takjub dengan pemandangan di hadapanku, ka-rena sangat jarang kami melihat konfrontasi. Berbicaralembut, setuju dengan apa yang ada dihadapan kami,dan kemudian mengatasi kesulitan dengan diam-diam,merupakan sesuatu yang biasa kami lakukan. Ketikabibiku, seorang perempuan yang sangat cantik denganrambut ikal panjang, mulai memotong-motongrambutnya dan mencampakkan mutiara mahal darilehernya, aku baru sadar bahwa persoalannya sangatserius. Akhirnya ibu menenangkannya dan membawanyake ruang duduk untuk minum teh dingin. Saudari-

saudariku berkumpul di sekitar pintu yang tertutup danmendengarkan bisikan mereka. Aku menendangsekumpulan rambut dan membungkuk untukmengumpulkan mutiara-mutiara besar yang sangathalus. Aku menggenggam mutiara itu dan meletakkannyadalam sebuah jambangan kosong agar tersimpan denganaman. Ibu memapah bibi ke mobil Mercedes hitam yangmenunggunya. Kami semua mengawasi ketika sopirmelaju menjauh dengan penumpanganya yang sedangbersedih dan tak seorang pun bisa menghibur. Kami takpernah lagi melihatnya, karena ia menemani Paman Sauddan para pengiringnya ke pengasingan. Tapi ibumenasehati kami untuk tidak menyalahkan PamanFaisal. Ia mengatakan bahwa bibi mengucapkan kata-kata seperti itu karena dia mencintai laki-laki yangsangat pemurah dan baik hati, namun laki-laki itu tidakbisa menjadi penguasa yang baik. Ia mengatakan padakami bahwa Paman Faisal akan membawa negara kitapada era yang lebih stabil dan makmur, dan denganmelakukan itu ia mendapat kekhawatiran dari orang-orang yang kurang mampu. Meski menurut ukuranBarat, ibuku bukan orang yang terpelajar, namun iabenar-benar bijak.

2. KELUARGA IFFAT, istri Raja Faisal, menganjurkan ibuku agar mengusahakan pendidikan bagi anak-anak perempuannya, meskipun ayahku tidak mengizinkan. Selamabertahun-tahun ayah menolak, bahkan sekadar untukmempertimbangkannya. Lima kakak perempuanku tidakbersekolah, mereka hanya menghapal Alquran dari guruprivat yang datang ke rumah. Selama dua jam di sorehari, enam hari seminggu, mereka akan mengulangi kata-kata Fatima, seorang guru yang berasal dari Mesir,perempuan keras berumur kira-kira empat puluh limatahun. Suatu kali ia pernah meminta izin orang tuakuuntuk mengembangkan pendidikan saudari-saudarikudengan memasukkan tambahan pelajaran sains, sejarahdan matematika. Ayah meresponnya dengan kata yangtegas, tidak. Hanya lafal hadits-hadits Nabi yang terusberdengung di rumah kami. Setelah beberapa tahun berlalu, ayah melihatbanyak keluarga kerajaan yang mengizinkan anakperempuannya mendapatkan manfaat pendidikan.Kekayaan yang bersumber dari minyak telahmembebaskan hampir semua perempuan Saudi kecualiorang-orang suku badui dan masyarakat pedesaan darisegala macam pekerjaan. Namun tanpa aktifitas dan rasakejenuhan telah menjadi persoalan nasional. Anggotakeluarga kerajaan jauh lebih kaya dari sebagian besarorang Saudi, kekayaan minyak juga mendatangkanpelayan-pelayan dari Timur Jauh dan daerah-daerahmiskin lain ke setiap rumah.

Semua anak perlu mendapat dorongan. Namun akudan saudari-saudariku tak memiliki pekerjaan apa punkecuali bermain di kamar atau di kursi panjang di tamanuntuk kaum perempuan. Tak ada tujuan untukbepergian dan tak ada yang bisa dikerjakan, karenaketika aku kecil, di kota tidak ada kebun binatangataupun taman. Melihat lima anak gadisnya yang energik merasajemu, Ibu, merasa bahwa sekolah akan membebaskandisamping mengembangkan pikiran kami. Akhirnya,dengan bantuan bibiku Iffat, Ibu membuat ayahmengalah dan mendukung rencananya. Jadi lima anakperempuan termuda, termasuk Sara dan aku, bisamenikmati jaman baru yakni pendidikan bagi perempuanyang dikabulkan dengan setengah hati. Ruang kelas pertama kami berada di rumah kerabatkerajaan. Tujuh keluarga dari bani Saud mempekerjakanseorang perempuan dari Abu Dhabi. Sekelompok kecilmurid, semuanya enam belas, pada saat itu disebutkutab, sebuah metode kelompok yang kemudian dikenalsecara umum sebagai tempat untuk mengajar para gadis.Kami berkumpul setiap hari di rumah sepupu kami darijam sembilan pagi sampai jam dua siang, dimulai darihari sabtu sampai kamis. Di sanalah, kakakku Sara menunjukkan kecer-dasannya. Ia lebih cepat menerima pelajaran ketimbanggadis-gadis berusia dua kali lipat di atas umurnya.Gurunya bahkan bertanya apakah ia sudah lulus SD,dan menggelengkan kepala keheranan ketika tahu bahwaSara belum lulus SD. Instruktur kami sangat beruntung memiliki ayahberfikiran modern yang mengirimkannya ke Inggris untuk

melanjutkan pendidikan. Karena kakinya cacat, takseorang laki-lakipun mau menikahinya, sehingga iamemilih jalan kebebasan dan mandiri untuk dirinyasendiri. Ia tersenyum ketika ia mengatakan kepada kamibahwa cacat kakinya adalah karunia Tuhan agarpikirannya tidak ikut cacat. Meskipun ia tinggal di rumahsepupu kami (saat itu masih tak terpikirkan perempuantanpa suami hidup sendiri di Arab Saudi), iamendapatkan gaji dan bisa membuat keputusan tentanghidupnya tanpa pengaruh dari luar. Aku menyukainya semata-mata karena ia baik dansabar saat aku lupa mengerjakan tugasku. Tak sepertiSara, aku bukan tipe pelajar yang berkemampuan tinggi,dan aku lega guruku tidak banyak mengekspresikankekecewaan atas kelemahanku. Aku lebih sukamenggambar dan menyanyi daripada matematika danhapalan doa. Sara kadang-kadang mencubitku ketikaaku berperilaku buruk, tapi setelah aku menangis yangmengganggu seluruh kelas, ia membiarkan kenakalanku.Memang instruktur kami benar-benar cocok dengannama yang diberikan kepadanya dua puluh tujuh tahunyang lalu Sakina, yang berarti 'ketenangan' dalam bahasaArab. Nona Sakina mengatakan kepada ibu bahwa Saraadalah murid paling cerdas yang pernah ia ajar. Sambilmelompat-lompat aku berteriak, 'bagaimana denganku?'Ia berfikir sesaat sebelum menjawab. Dengan tersenyumdia berkata: 'Sultana tentu saja akan menjadi orangterkenal.' Pada saat makan malam, ibu dengan bangga me-nyampaikan perihal Sara kepada ayah. Ayah, yangtampak senang, tersenyum pada Sara. Ibu berseri-seri

karena senang, namun kemudian dengan kasar ayahbertanya apa sebabnya anak-anak perempuan yang lahirdari perut ibu bisa belajar dengan baik. Dia juga tidakmemberikan penghargaan pada ibu atas kontribusinyaatas kecerdasan Faruq, yang menjadi juara di kelasnya disekolah menengah modern di kota. Agaknya prestasiintelektual anak-anak semata-mata merupakan warisandari ayah mereka. Bahkan sekarang aku merasa tak suka ketikamelihat kakak-kakak perempuanku berusaha menambahatau mengurangi kontribusi mereka terhadap kecerdasananak. Aku berdoa dan berterimakasih pada Bibi Iffat,karena ia telah mengubah kehidupan begitu banyakperempuan Saudi. Pada musim panas 1932, paman Faisal pergi keTurki, dan di sana, ia jatuh cinta pada perempuan mudayang unik bernama Iffat al Thunayan. Mendengar seorangPangeran Muda Saudi mengunjungi Konstatinopel, Iffatmuda dan ibunya mendekati Pangeran itu untukmengadukan properti yang diperselisihkan milik sangayah yang sudah meninggal dunia. (Keluarga Thunayanberasal dari Saudi tapi dibawa ke Turki oleh kerajaanTurki Usmani selama masa kekuasaannya yang panjangdi wilayah itu.) Terhenyak oleh kecantikan Iffat, Faisalmengundang Iffat dan ibunya ke Arab Saudi untukmenyelesaikan kesalahpahaman tentang persoalanproperti tersebut. Tidak hanya memberikan padanyaproperti tersebut; Paman Faisal juga menikahinya. Kemudian ia mengatakan bahwa itu adalahkeputusan terbijak dalam hidupnya. Ibuku berceritabahwa Paman Faisal telah berpindah dari satuperempuan ke perempuan lain, seperti laki-laki

kesurupan, sampai akhirnya ia bertemu Iffat. Selamapemerintahan Paman Faisal, Iffat menjadi pendorongpendidikan untuk perempuan Saudi. Tanpa usahanya,perempuan di Arab sekarang tidak akan diizinkan keruang kelas. Aku sangat kagum pada kekuatankarakternya dan menyatakan kalau aku besar nanti, akuakan seperti dia. Bahkan ia berani menyewa pengasuhdari Inggris untuk anak-anaknya yang sungguh takterpengaruh oleh kekayaan yang melimpah. Sedihnya, banyak sepupuku di kerajaan yang hanyutoleh serbuan kekayaan. Ibu biasa berkata, orang baduibisa bertahan dari kekejaman padang pasir, namun tidaktahan akan kekayaan berlimpah dari ladang minyak.Pencapaian dari pikiran dan kesalehan para leluhur baniSaud tidak diwarisi oleh kebanyakan anak-anak merekasekarang. Aku yakin bahwa anak-anak pada generasi initelah mengalami kemunduran akibat kemudahan hidupmereka. Keberuntungan yang besar telah mencabutmereka dari ambisi atau kepuasan hidup yang sejati.Sesungguhnya kelemahan monarki di Arab Saudidikarenakan terlalu asyik dan ketagihan pada kehidupanmewah. Aku takut ini akan menjadi kehancuran kami. Sebagian besar masa kecilku dihabiskan denganmelakukan perjalanan dari satu kota ke kota. Darahnomaden mengalir ke seluruh orang Saudi, dan segerasetelah kami kembali dari satu perjalanan, kami akanmendiskusikan perjalanan selanjutnya. Kami orang-orangSaudi tak lagi memiliki domba untuk digembalakan,namun kami tidak berhenti mencari padang rumput yanghijau. Riyadh adalah pusat pemerintahan, namun taksatupun dari keluarga Saud yang menyukai kota ini.

Mereka selalu mengeluh dengan kesuraman hidup diRiyadh. Kota ini terlalu panas dan kering, dan sangatdingin di malam hari. Sebagian besar keluarga memilihJeddah atau Taif. Jeddah dengan pelabuhan kunonyalebih terbuka untuk perubahan dan modernisasi. Di sanakami bernafas lebih mudah dalam udara laut. Umumnya kami menghabiskan waktu dari bulanDesember sampai Februari di Jeddah. Kami akan kembalike Riyadh di bulan Maret, April dan Mei. Panasnya bulan-bulan di musim panas akan membawa kami kepegunungan Taif dari bulan Juni sampai September.Kemudian kembali ke Riyadh pada bulan Oktober danNovember. Tentu saja, kami menjalani bulan Ramadhandan dua minggu Haji di Mekkah, kota suci kami. Tahun 1968 saat aku berumur dua belas tahun,ayahku menjadi sangat kaya raya. Meskipun demikian, iatermasuk salah satu dari keluarga Saud yang tidakterlalu boros. Tapi ia membuat empat istana untuk setiaporang dari empat istrinya, di Riyadh, Jeddah, Taif, danSpanyol. Istana-istana itu benar-benar sama bentuk danisinya, bahkan warna karpet dan perabotan yang dipilih.Ayahku benci akan perubahan, dan ia ingin merasaseolah-olah ia berada di rumah yang sama bahkansetelah perjalanan dari kota ke kota. Aku ingat iamengatakan kepada ibuku agar membeli empat buahuntuk setiap item, sampai pada pakaian dalam anak-anak. Ia tidak mau bersusah-susah mengepak pakaiandalam kopor. Aku merasa ngeri ketika aku masuk kekamarku di Jeddah atau Taif, rasanya sama sepertikamarku di Riyadh, dengan pakaian serupa yangtergantung di lemari pakaian yang serupa. Buku danmainanku semua berjumlah empat, untuk diletakkan di

setiap istana. Ibuku jarang mengeluh, tapi ketika ayah membelikanempat buah mobil Porsche merah yang sama untukFaruq, yang saat itu baru berumur empat belas, iaberteriak, itu melakukan pemborosan karena masihbanyak yang miskin di dunia ini. Bagaimanapun, bilaberkaitan dengan Faruq, tak ada ongkos yang harusdihemat. Ketika Faruq berumur sepuluh tahun, ia mendapat-kan jam Rolex emas pertamanya. Aku benar-benarmenderita, karena saat aku meminta kepada ayahsebuah gelang emas yang ada di Souq (pasar), Ayahmenolak permintaanku dengan kasar. Selama duaminggu Faruq memamerkan jam Rolex-nya, aku melihatia meletakkan jam itu di atas meja dekat kolam renang.Karena cemburu, aku mengambil batu danmenghancurkan jam itu. Kali ini, kenakalanku tak diketahui, dan sangat me-nyenangkan ketika aku melihat Faruq dimarahi ayahkarena kecerobohannya. Tapi tentu saja, dalamseminggu, Faruq dibelikan lagi jam Rolex emas yangbaru, dan aku kembali marah dendam. Ibu sering berbicara padaku tentang kebenciankukepada Faruq. Perempuan bijak itu melihat api kebenciandi mataku, meskipun aku berusahamenyembunyikannya. Sebagai anak bungsu, aku palingdimanja oleh ibu, kakak kakak perempuan dan anggotakeluarga yang lain. Kalau dikenang, sulit menyangkalbahwa aku dimanja terlalu berlebihan. Karena untukanak seusiaku, tubuhku termasuk kecil, berbeda dengankakak-kakak perempuanku, mereka tinggi dan berbadanbesar, aku selalu diperlakukan seperti bayi sepanjang

masa kecilku. Semua saudariku berperilaku tenang danpenuh kendali, cocok sebagai seorang putri Saudi.Sedang aku anak yang ribut dan tak penurut, tidakterlalu peduli dengan citra kerajaan. Betapa aku benar-benar menguji kesabaran mereka! Bahkan sekarang inisemua saudariku akan menyerah padaku jika merekamulai marah. Sebaliknya, di mata ayahku, aku adalah gambarankekecewaan terakhir. Akibatnya, selama masa kecil, akuberusaha mendapatkan kasih sayangnya. Akhirnya, akuputus asa meski terus menuntut perhatiannya, termasukdalam bentuk hukuman karena kelakuanku yang buruk.Menurut pikiranku, jika ayah cukup sering melihatku, iaakan mengenali sifat istimewaku dan akan mencintaianak perempuannya ini, sama seperti ia mencintai Faruq.Namun ternyata, kegaduhan yang kubuat justrumembuat ayah berpindah dari acuh tak acuh menjadibenci secara terbuka. Ibuku menerima kenyataan bahwa negeri tempatkami lahir adalah tempat yang ditakdirkan untukkesalahpahaman antar-jenis kelamin. Meski masih kecil,dengan dunia yang terbentang di hadapanku, aku sudahsampai pada kesimpulan itu. Kalau diingat kembali, aku mengira Faruq pastimemiliki sifat pembawaan yang baik dan jelek, tapi sulitbagiku untuk melupakan kejahatannya yang terbesar:Faruq kejam. Aku melihatnya ketika ia mengejek anaktukang kebun yang cacat. Anak malang itu memilikitangan yang panjang dan bentuk kaki yang aneh. Ketikateman-teman Faruq datang berkunjung, ia seringmemanggil Sami yang malang itu dan menyuruhnya'berjalan ala monyet.' Faruq tak pernah memerhatikan

wajah sedih Sami atau air mata yang menetes di pipinya. Ketika Faruq menemukan anak-anak kucing, ia akanmemisahkan mereka dari induknya dan berteriakkegirangan ketika induknya berusaha dengan sia-siauntuk menemukan anak-anak itu. Tak seorang pun dirumah kami yang berani menghukum Faruq, karenaayah kami tak melihat bahaya dalam tindakan Faruqyang kejam itu. Setelah pembicaraan yang menggetarkan hati denganibu, aku berdoa tentang perasaanku pada Faruq danmemutuskan untuk memakai cara-cara manipulatifseperti yang biasa dilakukan perempuan Saudi,bukannya berkonfrontasi seperti yang telah kulakukan,terutama dengan abangku itu. Ibu sendiri jugamenggunakan ayatayat suci sebagai landasannya.Memang, menggunakan nama Tuhan selalu merupakanformula yang ampuh untuk meyakinkan anak-anak agarmengubah perilaku mereka. Dengan mengikutipertimbangan ibuku, akhirnya aku tahu bahwa apa yangkulakukan sekarang ini hanya akan membawaku padajalan yang sulit. Maksud baikku berhenti dalam seminggu karenakelakukan Faruq yang tak terpuji. Aku dan kakak-kakakperempuanku menemukan anak anjing yang terpisahdari induknya dan merintih kelaparan. Karena merasasenang, kami buru-buru mengumpulkan botol-botolcantik dan memanaskan susu kambing. Kami bergantianmemberinya makan. Dalam beberapa hari, anak anjingini sudah sehat dan gemuk. Kami memberinya pakaianbahkan melatihnya duduk di dalam kereta dorong. Meskipun benar bahwa orang-orang Islam tidak sukadengan anjing, namun jarang yang menyakiti bayi hewan

apa pun. Bahkan ibu kami, seorang Muslim yang sangatsaleh, suka tersenyum dengan kelucuan anak anjing ini. Suatu sore, kami membawa anjing yang kami berinama Basem, artinya 'wajah yang tersenyum,' itu didalam kereta dorong. Faruq kebetulan lewat denganteman-temannya. Merasa teman-temannya suka padaanak anjing kami, Faruq memutuskan bahwa anakanjing itu harus menjadi miliknya. Ketika Faruqberusaha mengambil Basem dari tangan kami, kamisemua berteriak berusaha mempertahankannya.Mendengar keributan itu, ayah keluar dari ruangkerjanya. Ketika Faruq bilang bahwa ia menginginkananak anjing itu, ayah menyuruh kami menyerahkannya.Kami tak bisa berbuat apa-apa. Faruq menginginkananak anjing itu, dan ia pun mendapatkannya. Kami menangis ketika Faruq dengan riang menjauhmembopong Basem yang kelelahan. Hilanglah selamanyacinta kami untuk saudara laki-laki itu, dan aku semakinmembencinya ketika tahu bahwa Faruq segera bosandengan rengekan Basem, yang kemudian dilempar keluardari jendela mobil dalam perjalanan mengunjungi temantemannya.

3. KAKAKU SARAH SEDIH melihat kakak kesayanganku, Sara, menangis dalam pelukan ibu. Di keluarga kami, dia anak perempuan ke sembilan, tiga tahun lebih tua dariku.Hanya kelahiran Faruq yang menyelingi kami. Saat ituulang tahun Sara yang ketujuh belas, dan ia seharusnyagembira, namun ibu baru saja menyampaikan beritayang menyedihkan dari ayah. Sara memakai cadar sejak menstruasi pertama, duatahun sebelumnya. Cadar itu telah mencabut dirinyayang berpribadi, dan menghentikannya dari mimpikanak-kanak tentang prestasi yang hebat. Ia menjadijauh dariku, seorang adik yang belum terikat denganinstitusi cadar. Aku rindu kebahagiaan bersama di masakanak-kanak. Tiba-tiba aku sadar bahwa kebahagiaanbaru dirasakan bila kita berhadapan denganketidakbahagiaan, karena aku tak pernah tahu kamibegitu bahagia sampai ketidakbahagiaan Saramenghampiriku. Sara sangat cantik, jauh lebih cantik dari ku dansaudara lainnya. Kecantikan justru menjadi kutukanyang menimpa dirinya, sebab sekarang banyak laki-lakiyang ingin menikahinya setelah mendengar kecantikanSara melalui ibu dan saudara-saudara perempuanmereka. Sara tinggi dan ramping, dan kulitnya putih.Mata coklatnya yang besar berseri-seri penuh denganpengetahuan, sehingga semua orang yangmamandangnya, memuji kecantikannya. Rambutnyayang hitam panjang, menimbulkan kecemburuan

saudari-saudarinya. Selain cantik alami, Sara juga sangat manis dandisukai oleh siapa pun yang mengenalnya. Parahnya,selain mendapat kutukan karena kecantikannya, Sarajuga sangat pintar. Di negeri kami, kecerdasan dipercayaakan membuat seorang perempuan sengsara di masadepan, karena tak akan ada tempat untukkejeniusannya. Sara ingin belajar seni di Italia dan membuka galeripertama di Jeddah. Ia telah bekerja keras untuk cita-citaitu sejak berumur dua betas tahun. Kamarnya dipenuhioleh buku dari semua maestro besar. Sara membuat akutenggelam dengan deskripsi-deskripsi seni yangmenakjubkan di Eropa. Tak lama sebelum pengumumanperkawinan itu, saat aku secara diam-diam masuk kekamarnya, aku melihat daftar tempat yang rencananyaakan ia kunjungi; Florence, Venice dan Milan. Sedih, karena aku tahu bahwa mimpi Sara itu takakan pernah jadi kenyataan. Memang benar, di negerikami, sebagian besar perkawinan diatur oleh para tetuakeluarga yang perempuan. Namun di keluarga kami,ayah adalah pembuat keputusan dalam semua persoalan.Sudah lama ia ingin anak perempuannya yang tercantikakan menikah dengan laki-laki yang kaya danterkemuka. Laki-laki pilihan ayah untuk menikahi anakperempuannya yang paling diminati adalah anggotakeluarga pedagang terkemuka di Jeddah yang memilikipengaruh keuangan pada keluarga kami. Mempelai laki-laki dipilih semata-mata karena hubungan bisnis di masalalu dan yang akan datang. Ia berumur enam puluh duatahun; Sara akan menjadi istrinya yang ketiga. Meskipun


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook