Dwi Sri Wahyuningsih, dkk. i
Dermaga Pulau Komodo Sumber: Aris Haryanto, BIG
GEOEKOLOGI KEPESISIRAN DAN KEMARITIMAN INDONESIA Kontributor Dwi Sri Wahyuningsih Bernike Hendrastuti Fajrun Wahidil Muharram Farid Ibrahim Gianova Andika Putri Mega Dharma Putra Ahmad Cahyadi Agung Budiono Raudatul Husna Yulia Nanda Aris Haryanto Fakhruddin Mustofa Yoniar Hufan Ramadhani Penanggungjawab Kepala Parangtritis Geomaritime Science Park Editor Dwi Sri Wahyuningsih Layout Tri Raharjo Penerbit Badan Informasi Geospasial Jl. Raya Jakarta - Bogor KM. 46 Cibinong 16911 Telepon 021-8752062 Email [email protected] ISBN : 978-602-6641-06-9 Revisi Pertama, 2018 Revisi Kedua, 2019 Hak Cipta © Badan Informasi Geospasial 2018, Pertama kali diterbitkan dalam Bahasa Indonesia oleh Badan Informasi Geospasial, 2018 21 cm x 21 cm iv Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Kata Pengantar Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) memiliki Visi sebagai center of excellent for geospatial information technology, education, research and innovation di bidang kepesisiran dan kelautan di Indonesia. Berbagai misi telah disusun sebagai jembatan mewujudkan visi PGSP. Terkait dengan Visi tersebut, PGSP melakukan penyusunan buku untuk mendukung eksistensi, pengembangan, dan wujud dedikasi PGSP terhadap teknologi dan pengetahuan. Buku Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia disusun agar memberikan informasi kepada masyarakat umum tentang keberagaman Indonesia dari beragam sudut pandang. Buku ini sengaja dihadirkan untuk memberikan warna berbeda mengenai Indonesia. Buku Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia berisi delapan bab, yakni Bab 1 Geoekologi, Bab 2 Penutup Lahan, Bab 3 Geomorfologi, Bab 4 Sumber Daya Air, Bab 5 Flora dan Fauna, Bab 06 Kebudayaan, Bab 7 Ekonomi, dan Bab 8 Pariwisata yang kesemuanya dikemas dalam studi kasus ringkas mengenai hubungan interdependensi antara makhluk hidup dan kondisi alam sekitarnya pada regional wilayah indonesia. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Buku Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia. Akhir kata semoga Buku Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia yang telah disusun dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi semua pihak. Penyusunan Buku Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia tentu tidak lepas dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan buku ini. Semoga kawasan pesisir ke depan dapat maju dan berkembang. Yogyakarta, Desember 2018 Parangtritis Geomaritime Science Park Kepala Nicky Setyawan v
Daftar Isi 51 9 Geomorfologi Geoekologi 23 87 Penutup Sumber Lahan Daya Air vi Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
113 251 Flora dan Ekonomi Fauna 177 281 Kebudayaan Pariwisata vii
viii Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Geoekologi 9
1. Ekologi Bentanglahan dan Geoekologi Istilah Ekologi Bentanglahan memiliki kaitan definisi yang yang erat dengan Geoekologi. Kedua istilah rancu. Contoh tersebut dicetuskan oleh orang yang sama yaitu penggunaan kata peneliti berkebangsaan Jerman bernama Carl bentanglahan di Troll. Ekologi Bentangalam lahir lebih awal di tahun berbagai bidang 1939 sebagai hasil penggabungan antara Ekologi ilmu antara lain dengan Bentanglahan (yang dalam ilmu Geografi bentanglahan diterjemahkan sebagai bentanglahan). Ekologi Bentanglahan muncul pertama kali di Luftbildplan alami, und ökologische Bodenforschung’, Zeitschrift der bentanglahan Gesellschaft für Erdkunde zu Berlin 1939, hlm. 241– 298. [1] budaya, bentanglahan Penyempurnaan istilah Ekologi Bentanglahan menjadi Geoekologi kemudian dilakukan pada ekonomi, tahun 1970 di Jerman dalam Revue de Geologie, bentanglahan Géophysique et Géographie, série de Géographie, mental (mental Volume 14, No.1, 1970, hlm. 9–18 [2]. Selang setahun kemudian, naskah serupa muncul dalam bahasa landscape), Inggris pada Landscape Ecology (Geoecology) atau lukisan and Biogeocenology—A Terminological Study, pemandangan Geoforum, Volume 2, Issue 4, 1971, hlm. 43–46 [3]. (landscape Penyempurnaan ini semakin menegaskan bahwa Geoekologi berbeda dari Ekologi karena juga painting). memperhatikan faktor abiotik. Carl Troll, Pencetus Geoekologi 1.1. Pengertian Bentanglahan Meyer. 2001. Diunduh pada 20 Desember 2018, dari https:// Pembahasan mengenai Geoekologi tidak terlepas www.spektrum.de/lexikon/geographie/troll-carl/8298 dari keberadaan bentanglahan. Pemahaman bentanglahan menjadi hal yang penting sebelum Terkait dengan Geoekologi, bentanglahan juga membahas lebih lanjut mengenai Geoekologi. didefinisikan dalam banyak arti. Letak perbedaannya Bentanglahan telah menjadi kunci konsep di sejumlah ada pada skala spasial dan isi bentanglahan itu bidang mulai dari sosial dan ekologi, sehingga perlu sendiri. Sebagai contoh, telah disepakati bahwa adanya kesepakatan dalam pembahasan buku ini. bentanglahan didefinisikan sebagai area geografis Kata Geoekologi beberapa dekade lalu mulai populer, dengan jangkauan kilometer yang mengacu pada namun bentanglahan terlebih dulu dipergunakan bentanglahan skala manusia [4]. Definisi yang secara luas yang bersifat interdisiplin. Banyaknya dimaksud adalah definisi yang digunakan saat penggunaan kata bentanglahan terkadang menjadi Geoekologi mulai dikembangkan pertama kali di Eropa dan dalam studi bentanglahan di seluruh dunia sejak konsep Geoekologi dikembangkan. Penggunaan definisi bentanglahan skala manusia sesuai dengan unit geografis seperti Daerah Aliran Sungai (DAS) dan kawasan perkotaan yang merupakan domain spasial pandangan manusia pada umumnya. [1] Huggett, R. (2002). Geoecology: an evolutionary approach. Routledge [2] Troll, C. (1970). Landschaftsokologie (Geoecology) und Biogeocenologie. Eine terminologische Studie: Rev. roumaine de Geol. et Geogr., Ser. Geogr., 14, 9-18 [3] Troll, C. (1971). Landscape ecology (geoecology) and biogeocenology—a terminological study. Geoforum, 2(4), 43-46. [4] Turner, M. G. (2005). Landscape ecology: what is the state of the science?. Annu. Rev. Ecol. Evol. Syst., 36, 319-344 10 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Definisi bentanglahan yang cukup berbeda dari 1.2. Pengertian Geoekologi paragraf sebelumnya muncul dari ahli ekologi Definisi Troll tentang Geoekologi sebagai ilmu tentang yang telah mendefinisikan bentanglahan sebagai hubungan sebab akibat yang kompleks antara konsep multiskala atau hierarkis. Dengan kata komunitas hidup dengan lingkungan (yang menjadi lain, bentanglahan adalah area yang secara spasial bagian dari bentanglahan). Hubungan sebab akibat heterogen dan memungkinkan memiliki berbagai tersebut diungkapkan secara regional dalam pola ukuran, tergantung subjek studinya. Dalam hal ini, distribusi yang pasti dan dalam regionalisasi alami bentanglahan dianggap sebagai Kriteria Ekologi dan dalam berbagai tingkatan. esensinya tidak terletak pada skala absolut melainkan pada heterogenitas internalnya. Spesies tanaman dan Definisi lain Geoekologi juga datang dari berbagai hewan yang berbeda akan merasakan, mengalami, ahli, yaitu sebagai studi tentang hubungan multifaset dan menanggapi heterogenitas spasial pada skala antara substrat dengan biota [6]. Bahan induk, iklim, yang berbeda. Pola dan proses dalam bentanglahan topografi, dan waktu, akan menentukan jenis substrat pun akan cenderung memiliki skala karakteristik yang yang ada tersedia untuk kolonisasi biota. Selanjutnya, berbeda. proses tinggalnya biota akan mempengaruhi substrat. Definisi bentanglahan, baik dalam skala manusia Dalam penjelasan sebelumnya, ada banyak bidang maupun multiskala, jelas berbeda. Namun, keduanya spesifikasi lebih lanjut tentang Geoekologi. Masing- dibutuhkan karena dapat saling melengkapi. Konsep masing telah dikembangkan dan diarahkan untuk bentanglahan skala manusia digunakan apabila dirujuk ke sumber tertentu. area studi tergolong luas. Sebaliknya, jika area studinya sempit, konsep multiskala yang digunakan. Geoekologi juga didefinisikan sebagai ilmu Unsur pembentuk bentanglahan sangat bervariasi. interdisipliner dan multidisiplin yang mengintegrasikan Sederhananya, komponen bentanglahan dapat Geosains dengan Ilmu Hayati. Kebanyakan studi yang diklasifikasikan sebagai nyata dengan tidak berwujud pernah dilakukan adalah seputar penjelasan pengaruh dan biofisik dengan budaya. Pembedaan tersebut proses sejarah geologi terhadap pola biogeografi (baik bertujuan positif sehingga ada penyesuaian agar historis maupun temporer), baik skala makro dan mikro. dapat saling melengkapi. Usulan konsep bentanglahan Historis-temporer itu berkaitan dengan dimensi waktu dipandang sebagai ilmu yang transdisiplin yang kejadian, sementara skala makro-mikro berkaitan mencakup lima dimensi, yakni (1) bentanglahan dengan cakupan kajian secara spasial. sebagai entitas spasial, (2) bentanglahan sebagai entitas mental, (3) bentanglahan sebagai dimensi Geoekologi juga berbicara tentang peran biota temporal, (4) bentanglahan sebagai perhubungan yang dimainkan dalam berbagai proses geoedafik alam dan budaya, dan (5) bentanglahan sebagai sistem (termasuk tentang pelapukan dan pedogenesis yang yang kompleks [5]. Studi Geoekologi sering terfokus bisa mengubah komposisi kimia dan fisik permukaan pada beberapa dimensi tersebut namun jarang bumi beserta pola keanekaragaman hayatinya). Dulu, menerapkan kelima dimensi secara bersamaan. Konsep ada anggapan yang mengaitkan keberadaan spesies bentanglahan tersebut memberikan ruang temu bagi tanaman tertentu dengan fenomena geologi sehingga sejumlah disiplin ilmu, termasuk Ekologi, Geografi, dapat digunakan untuk kepentingan Biogeokimia yang Ekonomi Regional, Sejarah, Geologi, Arkeologi dan mana keberadaan spesies tanaman tertentu dapat ilmu lainnya. Untuk mencapai tujuan interdisipliner digunakan untuk mencari mineral atau logam tertentu. dan transdisiplin, Geoekologi perlu mengakomodasi beragam perspektif dari disiplin ilmu yang berbeda. [5] Tress, B., & Tress, G. (2001). Capitalising on multiplicity: a transdisciplinary systems approach to landscape research. Landscape and urban planning, 57(3-4), 143-157 [6] Rajakaruna, N., & Boyd, R. (2014). In The Oxford English Dictionary. Retrieved from http://www.oxfordbibliographies.com/view/document/obo- 9780199830060/obo-9780199830060-0125.xml#firstMatch 11
1.3. Perkembangan Geoekologi Seperti ahli Geografi di Eropa dan USSR (sekarang 1.3.1. Periode Perkembangan di Eropa Rusia) pada saat itu, Troll berpikir bahwa bentangalam Geoekologi yang dicetuskan Troll pertama kali itu sesuatu yang gestalt (bahasa Jerman artinya lahir di Eropa kemudian berkembang hingga saat mengacu pada konfigurasi berbagai elemen atau ini. Awalnya, Troll dilatih sebagai seorang botanis organisasi sistem yang terintegrasi, yang mana kemudian menghasilkan disertasi doktoral di bidang keseluruhan bagiannya tidak hanya penjumlahan dari fisiologi tumbuhan. Setelah itu, ia menghabiskan bagian-bagiannya). Setelah definisi yang dicetuskan beberapa dekade untuk bekerja pada bidang oleh Troll, muncul beberapa definisi baru, namun yang berkaitan dengan geologi, geografi, iklim, masih mengacu pada definisi Troll. Zonneveld dan ekologi dari berbagai bentanglahan di Eropa, menganjurkan bahwa bentanglahan harus dipelajari Amerika Selatan, dan Afrika. sebagai karakter total suatu wilayah, sehingga tidak terpisah dari unsur-unsur komponennya [9]. Lebih Seiring perjalanan kariernya, Troll mengagumi lanjut, Geoekologi didefinisikan sebagai bagian dari konsep ekosistem yang diajukan oleh Tansley [7]. sains terapan Perencanaan dan evaluasi lahan. Yang Di saat yang berdekatan, ia juga tertarik dengan menarik, Zonneveld mengatakan dengan tegas teknologi pengindraan jauh, khususnya dengan foto bahwa Geoekologi bukan bagian dari Biologi namun udara. Berawal pada ketertarikannya terhadap pola cabang dari Geografi. keruangan bentangalam yang dipotret melalui foto Pandangan bentanglahan holistik atau menyeluruh udara dan juga konsep ekosistem dariTansley, lahirlah kemudian diteruskan oleh Naveh dan Lieberman Geoekologi yang mengintegrasikan pendekatan yang mendefinisikan Geoekologi sebagai studi struktural horizontal (Geografi) dan pendekatan tentang entitas spasial dan fungsional total ruang fungsional vertikal (Ekologi). Keduanya, baik hidup alam dan budaya [10]. Naveh dan Lieberman Geografi dan Ekologi saling melengkapi. Geografi juga mendefinisikan bentangalam sebagai subsistem membutuhkan pengetahuan ekologis tentang biosibernatika yang disebut ekosistem manusia unit lahan, sementara Ekologi butuh memperluas mutlak atau level tertinggi kompleksitas ko- analisisnya dari lokal ke regional. evolusioner dalam hierarki ekologi global. Naveh lebih lanjut mengatakan bahwa Geoekologi membutuhkan Berdasarkan pada peristiwa tersebut, Geoekologi integrasi geosfer, biosfer, dan noosferik, dan artefak memiliki hubungan konseptual yang erat dengan buatan manusia (teknosfer) [11]. Pada dasarnya, Ekologi Ekosistem. Troll akhirnya mendefinisikan definisi Naveh disebut Ekologi Bentangalam Geoekologi sebagai studi kompleks utama, Holistik yang sering digambarkan sebagai Sains hubungan sebab akibat antara komunitas hidup Kelingkunganan Transdisipliner. dengan lingkungan pada bentanglahan tertentu [8]. Secara umum, kebanyakan studi geoekologi di Eropa Hubungannya didefinisikan secara regional dalam sejak 1930 telah merefleksikan perspektif humanistik pola distribusi yang pasti/ jelas, dalam regionalisasi dan holistik, melibatkan pemetaan bentanglahan, alami di berbagai ukuran orde. Pola yang dimaksud evaluasi, konservasi, perencanaan, desain, dan dapat dibagi menjadi dua: (1) mosaik bentanglahan manajemen. Namun, itu harus ditunjukkan bahwa dan (2) pola bentanglahan. [7] Tansley, A. G. (1935). The use and abuse of vegetational concepts and terms. Ecology, 16(3), 284-307. [8] Troll, C. (1939). Luftbildplan und ökologische Bodenforschung. Ihr zweckmäßiger Einsatz für die wissenschaftliche Erforschung und praktische Erschließung wenig bekannter Länder. Zeitschrift der gesellschaft für erdkunde zu Berlin, 1939(7, 8), 241-298 [9] Zonneveld, I. S. (1972). Land evaluation and land (scape) science. Enschede, The Netherlands: International Institute for Aerial Survey and Earth Sciences. [10] Naveh, Z. (1984). i Lieberman, AS (1984). Landscape Ecology. Theory and Aplications. Springer Verlang. NY. [11] Naveh, Z. (1991). Some remarks on recent developments in landscape ecology as a transdisciplinary ecological and geographical science. Landscape Ecology, 5(2), 65-73. 12 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Peserta Lokakarya Geoekologi 25—27 April 1983 di Allerton Park, Piatt County, Illnois (kiri ke kanan) R.V. O’neill, J.R. Karr, P.G. Risser, M. Wiley, S.A. Levin, W.G. Ruesink, M. Godron, H.H. Shugart, R.L. Rabb, F.B. Golley, R. Woodmansee, R. Costanza, J.A Wiens, C. Steinitz, G.W. Barret (baris belakang). T. Hoekstra (baris tengah), W.J. Parton (baris tengah), D.B. Botkin (baris depan), J.W. Thomas (baris belakang), G. Merriam, D.M. Sharpe, L.R. Iverson, G.C. Sanderson, C. Becker, R.T.T. Forman. dipengaruhi oleh letak geografi dan sosio-ekonomi. berkembang semakin cepat dengan aliran perspektif Sebagai tradisi akademis dan kebudayaan, studi dan metode baru. Konsekuensinya, Geoekologi Geoekologi Eropa melakukan banyak ragam fokus semakin dikenal luas di seluruh dunia. Forman dan penelitian dan metodologi, mulai dari pemetaan teknis Godron menawarkan definisi baru Geoekologi pada area populasi padat, evaluasi lahan sistematik, sebagai studi tentang struktur, fungsi, dan perubahan dan terkadang menekankan aspek filosofis. bentanglahan dengan cakupan kilometer yang di dalamnya ada pengulangan ekosistem lokal [12]. 1.3.2. Periode Perkembangan di Amerika Utara Struktur mengacu pada hubungan keruangan di Geoekologi masuk di Amerika Utara pertama kali antara berbagai ekosistem yang berbeda. Fungsi pada tahun 1980 atau sekitar 40 tahun lebih setelah mengacu pada aliran energi, material, dan spesies di dipraktikkan di Eropa. Fokus Geoekologi yang antara komponen ekosistem. Perubahan mengacu berkembang di Amerika Utara lebih menekankan pada pada perubahan di dalam struktur dan fungsi dari sistem lahan manusia. Beberapa tahun berikutnya mosaik ekologi seiring dengan berjalannya waktu. [12] Forman, R. T., & Godron, M. (1981). Patches and structural components for a landscape ecology. BioScience, 31(10), 733-740.Huggett, R. (2002). Geoecology: an evolutionary approach. Routledge 13
Definisi Geoekologi yang dicetuskan oleh Forman di bentanglahan? (3) Bagaimana heterogenitas dan Godron konsisten dengan pernyataan asli bentanglahan mempengaruhi persebaran gangguan Troll yang pada intinya mengintegrasikan antara penyakit, hama, kebakaran, dan lainnya? (4) pola spasial bentangalam dengan proses ekologi Bagaimana manajemen sumber daya alam dapat di dalamnya. Namun, Forman dan Gordon ditingkatkan melalui pendekatan bentanglahan. mengembangkan Geoekologi dengan menyediakan Keempat pertanyaan yang dimunculkan dapat kerangka kerja konseptual sistematis yang pertama mempengaruhi Geoekologi secara signifikan. Ide kali untuk mempelajari pola bentangalam dan empat pertanyaan tersebut didapatkan dari Teori Island Biogeography and Patch Dynamic. Sejalan prosesnya, ditandai dengan model patch-corridor- dengan hal tersebut, perkembangan definisi matrix. Model ini memainkan peran penting dalam Geoekologi di Amerika Utara semuanya telah mempertimbangkan heterogenitas spasial sebagai mempromosikan Geoekologi di seluruh dunia sejak pijakan Geoekologi. Meskipun memiliki pijakan yang 1980-an karena dinilai mampu menerjemahkan sama, bukan berarti semua ahli Geokologi di Amerika konsep spasial secara mudah. Utara memiliki kesamaan persepsi. Perbedaan Definisi lainnya tentang Geoekologi yang mendasarnya justru terletak pada pengertian dikembangkan di Amerika Utara diberikan oleh Risser bentangalam. Berdasarkan riset Forman dan Gordon dan rekannya yang menerbitkan publikasi penting (1981), bentanglahan didefinisikan sebagai area karena mencerminkan gambaran kolektif ahli Ekologi dengan cakupan luas kilometer dan memiliki pola Amerika Utara. Publikasi tersebut menjelaskan pengulangan ekosistem lokal. Namun, kebanyakan Geoekologi yang seharusnya dan berfungsi sebagai ahli Ekologi menggambarkan bentangalam hanya cetak biru pengembangan Geoekologi di Amerika berupa area yang heterogen secara spasial yang Utara pada beberapa dekade terakhir. Dokumen itu jangkauan spasialnya bervariasi tergantung pada adalah sintesis dari Lokakarya Geoekologi di Amerika proses atau organisme tertentu yang jadi objek (pada Serikat pada April 1983 dengan rincian peserta hal ini bentangalam hanyalah patokan ekologi) yang (terdiri dari ahli Ekologi dan Geografi) berjumlah 33 esensinya tidak mutlak pada skala keruangan, tapi orang (Amerika), 1 orang (Kanada), dan 1 orang dari pada hubungan heterogenitas pada pertanyaan Perancis. penelitian yang spesifik. Risser et.al. mendefinisikan Geoekologi sebagai studi Akhirnya, definisi bentangalam dapat diterapkan pengembangan, manajemen, dan konsekuensi dari pada sistem akuatik. Konsep skala/ hierarki ganda/ heterogenitas keruangan, atau hubungan antara bertingkat bentangalam lebih cocok karena lebih keruangan dengan proses ekologi yang tidak dibatasi konsisten oleh keberagaman skala pola dan proses oleh skala tertentu [13]. Berdasarkan definisi yang yang terjadi di bentangalam yang sesungguhnya. telah dijelaskan kemudian dikembangkan empat Selain itu definisi bentangalam dapat memfasilitasi pertanyaan yang merepresentasikan Geoekologi: (1) perkembangan teoritis dan metodologi dengan bagaimana heterogenitas bentangalam berinteraksi mengenali pentingnya pendekatan mikro-meso- dengan aliran organisme, material, dan energi? makro dan lintas skala. (2) Apa proses formatif, baik yang telah lalu dan saat ini, bertanggung jawab untuk pola saat ini [13] Risser, P. G., Karr, J. R., & Forman, R. T. T. (1984). Landscape ecology: directions and approaches. Illinois Natural History Survey, Special Publication Number. Champaign: Illinois Nat-ural History Survey. 14 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
1.3.3. Periode Perkembangan Kekinian tetapi juga pengaruh dari interaksi tersebut dapat Perkembangan Geoekologi, baik yang ada di Eropa digunakan untuk melestarikan bentanglahan. maupun di Amerika Utara telah membuat dua Akhirnya, ada kerangka hierarkis dan pluralistis yang perspektif dalam Geoekologi. Perspektif Amerika diusulkan untuk memfasilitasi interaksi sinergis Utara menekankan pada interelasi antara pola dengan antara biofisik/ proses pola dan perspektif holistik/ proses yang tidak hanya mengacu pada definisi Troll. humanistis. Hierarkis yang dimaksud mengacu pada Perkembangan yang ada mampu mengintegrasikan berbagai tingkat interdisipliner, hierarki tingkat Geografi (pendekatan struktural) dengan Ekologi organisasi, dan keragaman skala spasio-temporal (pendekatan fungsional). Sementara itu, orang Eropa studi ekologi bentanglahan. Sementara itu, pluralistis tetap memegang ide bentanglahan Troll sebagai menunjukkan kebutuhan dan pentingnya mengenali sistem yang didominasi manusia. Jika mau jujur, dan menilai perspektif dan metode yang berbeda kedua perspektif ini tidak saling bertentangan dan dalam Geoekologi karena asal dan tujuannya yang justru saling melengkapi. beragam. Geoekologi menunjukkan berbagai tingkat disiplin Kunci untuk menyatukan Geoekologi Eropa dengan silang yang sepadan dengan pertanyaan dan tujuan Amerika Utara adalah memahami Geoekologi penelitian tertentu. Secara umum, keilmuannya akan bergerak dari dasar interdisipliner menuju sebagai cross-disiplinarity. Definisi yang jelas tentang puncak transdisiplin. Tingkat integrasi di antara Geoekologi sebagai cross-disiplinarity dipaparkan disiplin ilmu, keunggulan pada perspektif humanistis oleh Tress et.al [14]. Di dalam cross-disiplinarity, dan holistik, dan relevansi langsung dengan isu- isu kemasyarakatan semua meningkat. Fokus yang terdapat multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin. ada adalah dapat mengintegrasikan dengan poin Penelitian multidisiplin melibatkan banyak disiplin sosial dan bentanglahan ekonomi untuk memenuhi ilmu yang berinteraksi dan bersinggungan secara kebutuhan dalam pengelolaan dan perencanaan. longgar dengan tujuan yang dibagi secara pararel. Konsekuensinya, fokus penelitian bergeser secara Penelitian Interdisiplin melibatkan banyak disiplin ilmu, dan berinteraksi secara erat untuk mencapai bertahap dari plot-base ke investigasi solution-driven, tujuan umum berdasarkan kerangka kerja bersama. Transdisiplin adalah banyaknya disiplin ilmu yang sehingga subjektivitas meningkat dan ketidakpastian berinteraksi secara erat, serta melibatkan partisipasi dalam deskripsi sistem bertambah. Dampak lain non akademisi, seperti stakeholders dan badan yang akan muncul adalah temuan penelitian yang pemerintahan berdasarkan tujuan umumnya. cenderung lebih idiosinkratik karena terkait erat dengan berbagai aspek mulai dari lingkungan, Akhirnya, muncul kesepakatan bersama bahwa ekonomi, dan sosial budaya khusus dari bentanglahan Geoekologi bukan hanya disiplin akademis, atau wilayah. melainkan bidang studi yang sangat interdisipliner Geoekologi telah dikenal luas sebagai sebagai sains [15]. Geoekologi adalah ilmu interdisiplin dan interdisiplin dari heterogenitas. Secara umum, transdisiplin yang berfokus pada hubungan antara heterogenitas mengacu pada struktur multiskala pola spasial dan proses di seluruh skala. Tujuan Geoekologi tidak hanya untuk memahami interaksi, [14] Tress, G., Tress, B., & Fry, G. (2005). Clarifying integrative research concepts in landscape ecology. Landscape Ecology, 20(4), 479-493. [15] Wu, J., & Hobbs, R. (2007). Landscape ecology: the state-of-the-science. In Key topics in landscape ecology. Cambridge University Press 15
Sumber: Wu, J. J. (2006). Landscape ecology, cross-disciplinarity, and sustainability science. Landscape Ecology (2006) 21:1-4. yang disusun jalinan tambalan dan gradien dalam Geoekologi juga dipertimbangkan sebagai sebuah ruang dan waktu. Pentingnya heterogenitas akhirnya sains transdisiplin dari studi bentanglahan, penilaian, dapat membuat perspektif bentanglahan menjadi sejarah, perencanaan dan manajemen, konservasi, sangat meresap dan sesuai pada ekologi di level dan restorasi. Pandangan heterogenitas sebagai organisasi yang berbeda, seperti sains Kebumian pusat keilmuan sering dikritisi karena membuat (melintasi rentang luas skala spasial). Heterogenitas Geoekologi menjadi terlalu analitis atau tidak cukup boleh/mungkin dipandang sebagai sebab utama dan sederhana. Beberapa bahkan menyebutnya sebagai konsekuensi diversitas dan kompleksitas pada sistem paradigma pergeseran yang menjauhi fokus ekologi alam dan sosial, kemudian memainkan peran penting dan justru lebih menitikberatkan pada antroposentris. dalam kaitannya dengan kompleksitas di teori dan Jika demikian, bentanglahan dan ekosistem lebih praktik. Pada ulasan terbaru, Turner menyimpulkan dipandang sebagai sumber dalam pandangan definisi Geoekologi sebagai suatu bidang ilmu yang antroposentris [17]. Akhirnya, fokus ekologi dalam telah berintegrasi dengan ekologi secara matang [16]. dua dekade terakhir berakibat adanya transformasi Lebih lanjut, Turner menyarankan bahwa Geoekologi pada Geoekologi, dari bidang penelitian terapan seharusnya terus berfokus pada heterogenitas spasial regional menjadi sains mainstream kelas global. dan hubungan antara pola dan proses. Bagi kebanyakan ahli, Geoekologi tetaplah Ekologi, [16] Turner, M. G. (2005). Landscape ecology: what is the state of the science?. Annu. Rev. Ecol. Evol. Syst., 36, 319-344. [17] Haines-Young, R., & Potschin, M. (2005). Building landscape character indicators. European Landscape Character Areas. Typologies Cartography and Indicators for the Assessment of Sustainable Landscapes. Final project report as deliverable from the EU’s. 16 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
tidak peduli mau bagaimanapun bentanglahan Penggunaan lahan dan perubahan penutup lahan didefinisikan. Meskipun para ahli Geoekologi utamanya dipicu oleh faktor sosio-ekonomi, dan tampaknya ingin menyatukan perbedaan Geoekologi merupakan salah satu bidang penelitian penting menjadi Geoekologi terpadu, ide tersebut tetap sekaligus menantang di bidang Geoekologi. Sejumlah secara signifikan masih menyimpang dari usaha penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki efek penyatuan itu sendiri. penggunaan lahan dan perubahan penutup lahan pada biodiversitas dan aliran ekologi pada bentanglahan yang 1.4. Topik Penelitian Kunci Geoekologi didominasi oleh manusia. Upaya penelitian lebih lanjut Topik penelitian kunci ekologi menjadi penting dibutuhkan untuk menggabungkan pandangan geografi untuk diketahui dalam memahami Geoekologi ekonomi (yang mempelajari bagaimana kegiatan secara lebih mendalam. Berdasarkan saran dari para ekonomi didistribusikan dalam ruang dan ekonomi ahli geoekologi, Wu dan Hobbs mengidentifikasi sumber daya yang menentukan bagaimana lahan akan terdapat sepuluh topik penelitian kunci [18]. Sepuluh digunakan). Perubahan bentanglahan jangka panjang topik yang dimaksud adalah disebabkan oleh aktivitas ekonomi, perubahan iklim, warisan penggunaan lahan (seperti jenis, luasan, dan 1. Aliran ekologi dalam Bentanglahan Mosaik jangka waktu efek terus-menerus penggunaan lahan Tujuan utama ekologi bentanglahan adalah untuk yang sebelumnya) butuh dieksplorasi pada penelitian memahami hubungan timbal balik antara pola spasial yang akan datang. dengan proses ekologi. Memahami mekanisme 3. Dinamika Nonlinear dan Kompleksitas Bentanglahan. aliran organisme, energi, material, dan informasi Bentanglahan adalah sistem kompleks yang diperluas di mosaik bentanglahan adalah pusat dari ekologi secara spasial, sehingga menunjukkan sifat-sifat bentanglahan. Secara khusus, studi tentang efek pola tertentu, transisi fase, dan perilaku ambang batas. Untuk spasial pada populasi dan proses ekosistem telah memahami kompleksitas bentanglahan, dibutuhkan membuat banyak progres pada beberapa dekade konsep dan metode dari ilmu kompleksitas dan dinamika terakhir. Ada kebutuhan untuk mengintegrasikan nonlinier. Sebagai contoh, self-organization, percolation teori sosio-ekonomi perubahan bentanglahan ke theory, complex adaptive systems, dan algoritma genetika dalam model metapopulasi, sehingga menjadi telah digunakan dalam studi dinamika spasiotemporal lebih relevan untuk isu konservasi biodiversitas dan bentanglahan. Namun, potensi teoritis dan implikasi pelestarian bentanglahan. Penyebaran spesies telah praktis dari konsep dan metode yang disebutkan menjadi permasalahan ekologi dan ekonomi yang sebelumnya hingga saat ini belum sepenuhnya penting dan layak untuk diteliti lebih lanjut melalui dieksplorasi. penelitian. 4. Penyekalaan Penyekalaan mengacu pada penerjemahan informasi 2. Penyebab, Proses, dan Konsekuensi Perubahan dari satu skala ke skala lainnya, baik ruang, waktu, atau Penggunaan dan Penutup Lahan dalam tingkatan organisasi. Skala ruang, khususnya sangat penting baik dalam teori dan praktik Geoekologi Penggunaan lahan dan perubahan penutup lahan dapat dikatakan sebagai pemicu paling penting dalam struktur dan fungsi bentanglahan. [18] Wu, J., & Hobbs, R. (2007). Landscape ecology: the state-of-the-science. In Key topics in landscape ecology. Cambridge University Press 17
karena heterogenitas spasial tidak akan masuk menjadi bagian utama dari penelitian Geoekologi akal tanpa pertimbangan skala. Ketika efek skala selama beberapa dekade terakhir. Sejumlah metrik diakui secara luas dalam Geoekologi, pembesaran bentanglahan dan metode statistik spasial telah skala atau penurunan skala pada heterogenitas dikembangkandanditerapkanuntukmendeskripsikan bentanglahan menyisakan tantangan besar dalam sekaligus membandingkan pola spasial bentanglahan, Geoekologi. Kaidah umum dan metode pragmatis memantau dan memprediksi perubahan dalam pola tentang penyekalaan pola dan proses bentanglahan bentanglahan, serta menghubungkan antara pola membutuhkan pengembangan dan pengujian lebih dengan proses ekologi pada skala tertentu atau lanjut. pada beberapa skala. Namun, pemahaman ekologi 5. Metodologi Tingkat Lanjut yang baik dari perspektif ini belum dikembangkan Variabel bentanglahan sering kali berkolerasi sepenuhnya. secara otomatis secara spasial dan bergantung 7. Mengintegrasikan Manusia dan Aktivitasnya ke secara spasial, yang menimbulkan tantangan serius apabila menggunakan metode statistik tradisional dalam Geoekologi. berdasarkan pada asumsi kemandirian pengamatan. Proses sosial ekonomi adalah pendorong utama untuk Autokorelasi spasial dan ketergantungan bahwa penggunaan lahan dan perubahan penutup lahan metode statistik tradisional mencoba untuk yang pada gilirannya akan mempengaruhi struktur, menghilangkan secara normal apa yang ingin fungsi, dan dinamika sebagian besar bentanglahan. dilakukan oleh analisis bentanglahan. Dengan Proses sosial dan ekonomi semakin terintegrasi demikian, metode statistik spasial yang secara ke dalam studi Geoekologi. Kebutuhan untuk langsung berhubungan dengan autokorelasi spasial menggabungkan manusia, termasuk persepsi, sistem dan ketergantungan semakin banyak digunakan nilai, tradisi budaya, dan aktivitas sosial ekonomi, ke dalam Geoekologi. Tantangan Geoekologi dalam Geoekologi telah membuat perkembangan kebanyakannya perlu dipelajari dalam skala besar pesat sebagai interdisiplin dan transdisiplin. Artinya, dan multiskala secara eksplisit spasial. Kebutuhan efektifnya integrasi proses yang terkait manusia ke ini memunculkan permasalahan seperti kurangnya dalam ekologi tetap menjadi salah satu tantangan kemampuan mereplika atau pseudoreplikasi. utama bagi ahli Geoekologi di masa depan. Untuk sampai ke proses dan mekanisme fenomena 8. Optimasi Pola Bentanglahan bentanglahan, Geoekologi telah mengembangkan Jika pola spasial secara signifikan dapat mempengaruhi serangkaian pendekatan pemodelan eksplisit spasial. proses pada bentanglahan, maka seharusnya ada Dalam analisis spasial dan pemodelan bentanglahan, pola tertentu yang lebih baik untuk mempromosikan pengindraan jauh dan SIG telah menjadi sesuatu fungsi ekosistem dan jasa ekosistem. Ini adalah yang sangat dibutuhkan. tentang optimasi pola bentanglahan. Sebagai contoh, 6. Kaitan Antar Pengukuran Pola Spasial dengan dapatkah pola bentanglahan dioptimasikan dalam hal komposisi dan konfigurasi patch dan karakteristik Proses Ekologi matriks untuk memaksimalkan biodiversitas dan jasa Untuk memahami hubungan antara pola dan proses, ekosistem? Adakah cara untuk menyatukan alam kuantifikasi pola bentanglahan perlu dilakukan. dan budaya secara spasial untuk mempromosikan Memang benar jika analisis pola bentanglahan telah keberlanjutan bentanglahan? Itu adalah beberapa 18 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
pertanyaan yang menantang bagi ahli Geoekologi yang harus dijawab sekarang dan di masa depan. Optimasi spasial pola bentanglahan untuk tujuan lingkungan menyajikan peluang dan membutuhkan pendekatan interdisipliner. 9. Konservasi Bentanglahan dan Keberlanjutan Biodiversitas, fungsi ekosistem, dan aktivitas manusia, semuanya terjadi di dalam bentanglahan. Fragmentasi bentanglahan sangat mengubah proses ekologi dan sosial ekonomi. Dengan demikian, pentingnya aplikasi prinsip Geoekologi dalam konservasi biodiversitas dan pembangunan berkelanjutan semakin dikenal. Namun demikian, pedoman Geoekologi yang spesifik untuk konservasi keanekaragaman hayati diperlukan, dan definisi operasional yang komprehensif tentang kelestarian bentanglahan perlu dikembangkan saat ini juga. 10. Pengumpulan Data dan Penilaian Akurasi Studi Geoekologi menggunakan multiskala karena bisa jadi area cakupan penelitiannya luas. Area yang luas cocok menggunakan berbagai teknologi canggih yang telah tersedia saat ini, mulai dari teknik pengindraan jauh, SIG, GPS, analisis spasial, dan juga pendekatan dengan menggunakan pemodelan. Lebih dari itu, pemahaman ekologis spesies dan ekosistem sangat penting diperlukan dalam Geoekologi. Tidak hanya itu saja, namun pengumpulan data biologis dasar bentanglahan juga diperlukan. Isu kunci dalam penelitian Geoekologi, seperti kesalahan analisis, analisis ketidakpastian, dan penilaian keakuratan diperlukan untuk memastikan kualitas data bentanglahan. 19
2. Zonasi Kepesisiran Penampang Melintang Area Kepesisiran dan Sekitarnya. 2.1. Offshore atau Lepas Pantai Tidak ada definisi yang disepakati bersama mengenai Istilah kepesisiran mungkin akan terdengar awam lepas pantai. Ada tiga pendapat yang menyatakan titik bagi masyarakat umum, namun tidak di kalangan awal zona lepas pantai: (1) nearshore (dekatpantai), akademisi. Ada perbedaan mendasar antara (2) littoral zone, atau (3) dari pecah gelombang (ke kepesisiran, pesisir, pantai, dan istilah lainnya yang arah laut). Dalam buku ini, lepas pantai didefinisikan serupa namun tidak sama. Sebelum membahas lebih sebagai area yang diawali dari titik pecah gelombang lanjut, sangat penting untuk menyamakan persepsi dan terus ke arah laut. mengenai berbagai istilah yang ada di zona kepesisiran dan pembagian areanya. Supaya memudahkan, 2.2. Coastal atau Kepesisiran pembahasan akan menggunakan gambar penampang Kepesisiran merupakan area di antara lautan dan melintang kepesisiran dan sekitarnya, serta diurutkan daratan yang di dalamnya terjadi proses saling dari zona laut ke arah daratan. Sebagian besar mempengaruhi. Cakupan kepesisiran di wilayah yang penjelasan mengenai kepesisiran diambil dari US Army Corps of Engineers [19] [19] US Army Corps of Engineers. (1984). Shore protection manual. US Government Printing Office. 20 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
berbeda bervariasi antara 10—100 kilometer. Batas c. Coast (Pesisir) kepesisiran di laut ditandai dengan adanya pecah Definisi pesisir adalah area yang dibatasi oleh garis gelombang dan batas di daratan ditandai dengan pesisir hingga coastal hinterland yang di dalamnya perbatasan antara pesisir dengan coastal hinterland. terjadi perubahan, baik morfologi topografi maupun Kepesisiran memiliki beberapa pembagian zona di vegetasi. Perubahan morfologi tersebut ditandai dalamnya: shoreface, shore/ beach, dan coast. dengan kemunculan gumuk pasir, tebing, dan wilayah dataran rendah seperti sawah. Pesisir masih mendapat a. Shoreface (Muka pantai) Memiliki Nama Lain Littoral pengaruh dari proses/ tenaga laut. Zone. Definisi dari muka pantai adalah area yang berada di 2.3. Coastal Hinterland antara zona lepas pantai dan garis surut terendah. Di Coastal hinterland adalah sebuah area yang berada ke dalamnya, ada breaker zone yang definisinya hampir arah daratan (tepatnya setelah kepesisiran) dan tidak mirip dengan mukapantai karena sama-sama diawali mendapat pengaruh dari aktivitas laut. Sederhananya, dari zona pecah gelombang namun breaker zone coastal hinterland adalah daratan yang tidak lagi dibatasi hingga garis pasang tertinggi. mendapat pengaruh laut. b. Shore (Pantai) atau Beach (gisik) Dalam buku Shore Protection Manual, pantai dan gisik dianggap sebagai hal yang sama. Hal yang menarik adalah istilah gisik tidak terlalu populer bagi masyarakat umum di Indonesia dan belum ada definisi yang pasti. Sejauh informasi yang didapat di Indonesia, definisi yang jelas tentang pantai telah ada dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 121 Tahun 2012 yaitu sebagai area di antara pasang tertinggi dan surut terendah. Jika melihat pada buku Shore Protection Manual, baik pantai atau gisik didefinisikan sebagai area dengan material lepas-lepas yang dibatasi dari garis surut terendah hingga coastline (garis pesisir). Lebih lanjut, buku Shore Protection Manual membagi pantai dan gisik menjadi dua bagian, yaitu (1) foreshore dan (2) backshore. Foreshore adalah area yang dibatasi oleh garis surut terendah dan garis pasang tertinggi (sama dengan definisi pantai yang ada di Indonesia). Backshore didefinisikan sebagai bagian dari pantai/ gisik yang berada di antara foreshore dengan garis pesisir. Pada kondisi normal (tidak ada badai), backshore cenderung kering. 21
3. Kemaritiman sehingga dikatakan sebagai negara maritim: (1) kedudukan geografi, (2) bentuk tanah dan pantainya, 3.1. Pengertian Kemaritiman (3) luas wilayah, (4) jumlah penduduk, (5) karakter Indonesia merupakan negara dengan sumber penduduk, dan (6) sifat pemerintahannya termasuk kekayaan laut yang luar biasa. Oleh karena itu, lembaga-lembaga nasional [21]. Pendapat serupa Indonesia mendapat julukan sebagai negara juga dilontarkan oleh Geoffrey Till dalam bukunya kelautan. Namun demikian, seharusnya Indonesia Seapower, kata maritim berhubungan dengan juga mendapatkan status sebagai negara pengertian armada laut dalam makna yang luas, baik kemaritiman, meskipun ada yang memandang untuk kegiatan ekonomi serta yang berkaitan dengan hal tersebut belum tepat. Apa perbedaan antara aktivitas masyarakat sipil pada umumnya [22]. Indonesia sebagai negara kelautan dan Indonesia Dapat disimpulkan bahwa negara maritim ditinjau dari sebagai negara kemaritiman? aspek dinamis akan berkaitan dengan perekonomian suatu negara. Untuk menunjang ekonomi, tentu Berdasarkan tata kalimat bahasa Indonesia tidak terlepas dari politik dan pertahanan-keamanan. (khususnya kesamaan bentuk, fungsi, dan makna), Jika ditinjau dari aspek dinamis, sebagian pihak Apabila definisi dilihat berdasarkan macamnya, maka berpendapat bahwa Indonesia belum sepenuhnya laut digolongkan sebagai kata benda, sementara menjadi negara maritim yang kuat (Darmawan, maritim digolongkan sebagai kata sifat. Penentuan 2018). Untuk mewujudkan poros maritim dunia, jenis kata tersebut menjadi penting. Definisi tentu kekurangan tersebut perlu dibenahi. Sebagian Indonesia sebagai negara kelautan menerangkan caranya telah dituangkan dalam tujuh pilar kebijakan bahwa Indonesia kaya akan sumber daya laut. kelautan Indonesia dalam Peraturan Presiden Nomor Sementara itu, definisi Indonesia sebagai negara 16 Tahun 2017. kemaritiman menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara yang mampu mengelola sumber daya laut. 3.2. Aspek Negara Maritim Darmawan membagi aspek negara maritim menjadi dua, yaitu aspek nyata dan aspek dinamis [20]. Pembagian ini diperlukan untuk menjawab status Indonesia sebagai negara maritim. Jika melihat aspek nyata, mulai dari letak geografis Indonesia yang strategis hingga sejarah kebudayaan, sebagian akan menyatakan bahwa Indonesia telah menjadi negara maritim. Namun, bagaimana dengan aspek dinamis? Dalam buku The Influence of Sea Power Upon History, 1660—1783 karya Alfred Thayer Mahan, ada enam aspek yang dibutuhkan suatu negara [20] Darmawan, L. M. T. P. I. (2018). Menyibak Gelombang Menuju Negara Maritim: Kajian Strategis Mewujudkan Poros Maritim Dunia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia [21] Mahan, A. T. (2013). The influence of sea power upon history, 1660-1783. Read Books Ltd. [22] Till, G. (2018). Seapower: A guide for the twenty-first century. Routledge 22 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Penutup Lahan Mangrove Rembang 23
Tambak Garam 24 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Definisi Penutup lahan penggunaan lahan yang memiliki dampak besar terhadap keanekaragaman hayati, tanah, degradasi, Peneliti kerap membedakan istilah tutupan dan kemampuan bumi untuk mendukung kebutuhan lahan (land cover) dan penggunaan lahan manusia (Lambin et al., 2003 dalam Dwiprabowo (land-use). Menurut Lambin et al. (2001) dalam et al.).[26] Perubahan penggunaan lahan juga Dwiprabowo (2014) tutupan lahan adalah atribut merupakan salah satu faktor penting dalam siklus biofisik dari permukaan bumi pada suatu wilayah perubahan iklim dan adanya saling ketergantungan (seperti rumput, tanaman, bangunan). Adapun antara keduanya. Perubahan penggunaan lahan penggunaan lahan adalah pemanfaatan lahan berpengaruh terhadap perubahan iklim. Sementara yang aktual oleh manusia (misalnya padang perubahan iklim juga akan berpengaruh terhadap rumput untuk penggembalaan ternak atau masa depan penggunaan lahan. Ekologi pada wilayah untuk perumahan) [23] . Menurut Dewi satuan ekoregion perbukitan, pegunungan, karst, (2011) dalam Dwiprabowo (2014), menyatakan lereng atas atau sebagian lereng tengah vulkan, bahwa istilah tutupan lahan lebih mengacu serta kawasan gambut tebal (tebal gambut >3m) pada tipe vegetasi yang ada pada lahan tertentu, sebaiknya tetap dijaga dan dipertahankan sebagai sementara penggunaan lahan mengacu kepada kawasan lindung dan konservasi yang antara lain aktivitas manusia pada lahan tersebut [24] . berfungsi untuk menjaga kelestarian lingkungan. Perubahan penggunaan lahan merupakan proses Penutuplahanialahtutupanbiofisikpada permukaan dinamis yang kompleks. Terdapat hubungan bumi yang dapat diamati merupakan suatu hasil antara lingkungan alam dengan manusia yang pengaturan, aktivitas dan perlakukan manusia yang memiliki dampak langsung terhadap tanah, air, dilakukan pada jenistutupan lahan tertentu untuk atmosfer, dan isu kepentingan lingkungan global melakukan kegiatan produksi, perubahan, ataupun lainnya (Koomen et al., 2007 dalam Dwiprabowo perawatan pada penutup lahan tersebut.[27] et al) [25]. Deforestasi dalam skala besar di daerah tropis bertransformasi menjadi lahan pertanian merupakan salah satu contoh dari perubahan [23] [24] [25] [26] Dwiprabowo, Hariyatno. et al., 2014. Dinamika Tutupan Lahan: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi. Kanisius untuk Kementrian Kehutanan. Jakarta. [27] SNI 7645-2010 Klasifikasi penutup lahan 25
Penutup Lahan PAPUA Kawasan Hutan di kawasan Sorong Sumber: Chandra, Wahyu. 2017. Diunduh pada 31 Januari 2019 dari https://www.mongabay.co.id/2017/11/30/kemah-hutan-papua-inisiatif- mempertahankan-hutan-dari-papua-barat/ 26 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Dinamika Tutupan Lahan Pesisir Papua Dinamika perubahan tutupan lahan di Provinsi Penggunaan lahan di Provinsi Papua didominasi Papua. Dapat diperhatikan bahwa Tutupan Hutan oleh kawasan hutan (78,71%), yang kemudian diikuti Primer memiliki tren penurunan dari sekitar dengan pekarangan dan tegalan. Kawasan hutan yang 23 juta ha pada tahun 1990 menjadi sekitar 20 mendominasi Papua menunjukkan bahwa sumberdaya juta ha pada tahun 2011. Sebaliknya tutupan hutan masih cukup berlimpah, di sisi lain penggunaaan Hutan Sekunder memiliki tren peningkatan lahan lainnya masih sangat terbatas. Jumlah populasi dari sekitar 4 juta ha pada tahun 1990 menjadi dan pembangunan ekonomi berbasis lahan masih lebih dari 5 juta ha pada tahun 2011. Tutupan terbatas menjadi salah satu penyebab keberadaan Hutan Tanaman, Sawah, Pertanian Lahan Kering, hutan di Papua mendominasi. Berdasarkan data Statistik dan Perkebunan memiliki luas yang kecil jika Kehutanan Provinsi Papua, kawasan hutan terbagi atas dibandingkan dengan luas tutupan hutan. hutan lindung, hutan produksi, hutan konservasi, dan Adapun tutupan Pertanian Lahan Kering Campur cagar alam. Pada tahun 2010, luas hutan lindung adalah Semak memiliki tren meningkat dari tahun 1990 yang terluas dibanding status atau fungsi hutan lainnya. hingga tahun 2011 yang mencapai sekitar 1 juta Kurun periode tahun 2005-2010, luas kawasan hutan ha. Luas wilayah Provinsi Papua adalah sebesar berdasarkan fungsinya menunjukkan kecenderungan 420.540 km2 dengan sebaran penggunaan lahan yang tetap, tidak terlalu banyak perubahan. Apabila di Provinsi Papua yang beragam. melihat pada dinamika data, pada periode tersebut menunjukkan fluktuasi yang sangat besar. [28] [28] Dwiprabowo, Hariyatno. et al., 2014. Dinamika Tutupan Lahan: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi. Kanisius untuk Kementrian Kehutanan. Jakarta. 27
Penutup Lahan SULAWESI Mangrove Sumber: Subhan, Muhammad. 2016. Diunduh pada 31 Januari 2019 dari http://lawankanan.blogspot.com/2016/01/tanarajae- destinasi-wisata-pesisir-di.html 28 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Dinamika Tutupan Lahan Pesisir Sulawesi Kabupaten Pangkep memiliki luas kawasan pesisir degradasi mangrove menjadi salah satu isu sebesar 781,13 km2 atau 70% dari luas daratan. yang paling serius. Menurut Bengen (2000) [30], Selain itu, Kabupaten Pangkep memiliki panjang kerusakan hutan mangrove yang semakin luas garis pesisir sepanjang 95 km. Pada rentang untuk dikonversi menjadi tambak akan berdampak waktu 2003 sampai dengan 2007, kawasan pada hilangnya biodiversitas dan sumberdaya- hutan mangrove di sepanjang kawasan pesisir di sumberdaya lainnya, serta fungsi ekologi dari Kabupaten Pangkep banyak mengalami konversi ekosistem. Selain itu, konversi hutan mangrove menjadi tambak. Selama rentang waktu itu, luas untuk pengembangan kegiatan perikanan tambak yang telah dikembangkan seluas 3.311, 32 tambak akan berdampak pada kondisi ekonomi hektar tambak dengan komoditas utama udang masyarakat di sekitarnya, seperti penyerapan dan bandeng (Pemerintah Daerah Kabupaten tenaga kerja lokal dan peningkatan tingkat Pangkep, 2008) [29]. Hal ini menyebabkan kesejahteraan masyarakat (Nurfiarini, 2003) [31]. [29] Pemda Kabupaten Pangkep. 2008. Potensi Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pangkep. Pangkajene: Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan [30] Bengen, D.G. 2000. Teknik Pengambilan Contoh Dan Analisis Data Biofisik Sumberdaya Pesisir Sinopsis. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (PKSPL). Bogor: IPB Bogor. [31] Nurfiarini, A. (2003). Kajian Pengembangan Budidaya Perikanan Pesisir Dan Pengaruhnya Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Teluk Saleh Kabupaten Dompu. Bogor: IPB Bogor. Tesis tidak dipublikasikan. Tambak di Kabupaten Pangkep Sumber: Tribunpangkep.com. 2016. DIunduh pada 31 Januari 2019 dari http://makassar.tribunnews.com/2016/02/28/sensasi-ekowisata- pangkep-hamparan-tambak-dan-hutan-mangrove 29
Penutup Lahan MALUKU Hutan Mangrove Sumber: Ichi, Mahmud. 2018. Diunduh pada 31 Januari 2019 dari https://www.mongabay.co.id/2018/10/01/guruapin-kampung-mangrove- di-garis-khatulistiwa-bagian-1/ 30 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Dinamika Tutupan Lahan Pesisir Maluku Lokasi Teluk Kotania terletak di wilayah Kecamatan berkembangnya hutan mangrove. Selain itu, Piru, Kabupaten Maluku Tengah. Propinsi Maluku kawasan pesisir Teluk Kotania ini juga ditopang pada posisi 2o 58’ 00” Lintang Selatan dan 128o oleh beberapa aliran sungai yang membawa 00’ 00” – 128o 08’ 00” Bujur Timur. Kawasan pesisir sedimen yang diperlukan untuk tumbuhnya Teluk Kotania ini terlindung dari hempasan ombak hutan mangrove, sehingga luasannya semakin karena di mulut teluk terdapat banyak pulau- bertambah. Hutan mangrove memiliki kemampuan pulau kecil, antara lain adalah Pulau Buano, Pulau untuk beradaptasi pada lingkungan pesisir yang Marsegu, Pulau Burung, Pulau Tatumbu, Pulau Osi sangat ekstrem. Hutan mangrove juga dicirikan dan Pulau Buntal. oleh adanya jenis tumbuhan yang memiliki Kawasan pesisir Teluk Kotania, Seram Barat tipe perakaran yang khas, sehingga mampu merupakan lembah yang sangat datar dan menangkap dan mengendapkan sedimen. Jenis cukup luas, serta terlindung dari pukulan tumbuhan tersebut antara lain adalah Sonneratia gelombang. Kondisi yang ada di kawasan pesisir sp. dan Avicennia sp. yang memiliki akar horisontal sangat mendukung untuk pertumbuhan dan yang dilengkapi pneumatophore. 31
Jenis mangrove Bruguiera sp. dan Ceriops tagal endapan halus, atau coral grid dan kondisi sangat dilengkapi dengan akar lutut dan Rhizophora sp. menguntungkan penyemaian tumbuhan mangrove dengan “drop root dan prop root”nya. Dari bentuk untuk beradaptasi dan tumbuh. Kehadiran terumbu perakaran yang khas tersebut, dapat dipergunakan karang dan padang lamun di perairan teluk sangat mangrove untuk beradaptasi pada habitat menguntungkan bagi penyemaian mangrove. yang khusus pula. Terkait dengan kemampuan Keberadaan terumbu karang dimanfaatkan sebagai beradaptasi terhadap lingkungan tersebut, maka pelindung dari gerakan energi gelombang atau arus. hutan mangrove dikenal sebagai tutupan lahan Partikel sedimen halus dapat terendapkan, sehingga paling dinamis diantara, hutan tropis. dapat dipakai sebagai substrat tumbuhnya mangrove. Perubahan luasan hutan mangrove dalam kurun Perubahan areal mangrove dari tahun 1983 sampai waktu sekitar 14 tahun, yaitu dari tahun 1972 sampai dengan tahun 1993 masih menunjukan trand positif dengan tahun 1983 bertambah cukup drastis, (14,3 hektar), walaupun sudah mengalami kelambanan yaitu sekitar 292 hektar. Diperkirakan kecepatan atau penurunan kecepatan. Sejak tahun 1993 sampai pertambahan luas areanya adalah sekitar 21 hektar dengan tahun 1997, atau dalam kurun waktu sekitar pertahun. Perubahan ini disebabkan karena hutan empat tahun sudah terjadi pengurangan luas area mangrove mempunyai kemampuan beradaptasi hutan mangrove secara drastis, yaitu sekitar 6,2 dengan menggunakan perakaran yang khas dari hektar (negatif ). Berkurangnya areal hutan mangrove beberapa jenis pioner, seperti Rhizophora sp, disebabkan karena beberapa tahun terakhir ini Avicennia sp., Sonneratia sp.. Rataan terumbu di pertumbuhan penduduk daerah Kotania dan daerah kawasan Teluk Kotania ditutupi oleh endapan pasir, Pelita Jaya cukup tinggi. [32] [32] Prambudi. (2001). Dinamika Areal Hutan Mangrove di Kawasan Pesisir Teluk Kotana, Seram Barat. Jurnal Oseana. Volume XXVI, 1-16. 32 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Hutan Mangrove Sumber: Ichi, Mahmud. 2018. DIunduh pada 31 Januari 2019 dari https://www.mongabay.co.id/2018/03/27/fokus-liputan-ironi-sawit-di- negeri-giman-bagian-1/ 33
Penutup Lahan KALIMANTAN Mangrove Setapuk di Singkawan Sumber: Nugroho, Hendra Setyo Adi. 2018. Diunduh pada 31 Januari 2019 dari http://www.wisataku.id/destinasi-wisata/wisata- indonesia/singkawang-rumah-pesona-dan-panorama-alam-yang-memukau/ 34 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Dinamika Tutupan Lahan Pesisir Kalimantan Kota Singkawang secara geografis terletak memberikan legitimasi agar tetap lestari. Upaya pada 0° 44’ 57,57” - 01° 00’ 48,65” Lintang Utara memberikan legitimasi kawasan hutan mangrove (LU) dan 108° 52’ 14,19” - 109° 09’ 46,22” Bujur sebagai sabuk hijau (Greenbelt) di sepanjang pantai Timur (BT), dengan luas 504 Km2 (50.400 ha). dan tepi sungai sebagai areal yang dilindungi Kota Singkawang merupakan salah satu kota di dikuatkan dengan Surat Keputusan Bersama Kalimantan Barat yang terbentuk pada tanggal Menteri Pertanian dan Menteri Kehutanan No. 17 Oktober 2001 berdasarkan Undang-Undang KB 550/264/Kpts/4/1984 dan No. 082/Kpts- (UU) No. 12 tahun 2001. Kota ini merupakan II/1984 tanggal 30 April 1984 yang di antaranya pemekaran dari wilayah Kabupaten Bengkayang. menyebutkan bahwa lebar sabuk hijau hutan Secara geografis, sebelah barat Kota Singkawang mangrove adalah 200 m. Surat Keputusan Bersama berbatasan dengan Laut Natuna, sebelah timur ini selanjutnya dijabarkan oleh Nilai Manfaat Hutan dan selatan berbatasan dengan Gunung Raya Pasi, Mangrove dan Faktor-Faktor Penyebab Konversi Poteng, dan Roban. Sebagian besar wilayah Kota Zona Sabuk Hijau menjadi Tambak (Slamet Singkawang merupakan pesisir dan perairan laut Jumaedi) 228 Departemen Kehutanan dengan sehingga potensi pembangunan banyak berada mengeluarkan Surat Edaran No. 507/IV-BPHH/1990 pada kawasan ini. yang di antaranya berisi penentuan lebar sabuk Kawasan mangrove memiliki peranan yang sangat hijau pada hutan mangrove, yaitu selebar 200 m penting, sehingga memerlukan pengelolaan untuk di sepanjang pantai dan 50 m di sepanjang tepi sungai. 35
Penentuan lebar sabuk hijau tersebut selanjutnya lebih dikuatkan lagi dengan Keputusan Presiden No.32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Menurut Keppres tersebut ditetapkan bahwa perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai, di mana kriteria sempadan pantai yang dimaksud adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi pantai, minimum 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Selanjutnya berdasarkan hasil kajian ekologis, disarankan lebar sabuk hijau pada kawasan pantai berhutan mangrove minimal selebar 130 dikalikan nilai rata-rata perbedaan antara air pasang tertinggi dan terendah tahunan yang diukur dari air surut terendah ke arah daratan. Ilustrasi Hutan Mangrove Singkawang Sumber: Ayudila, Gardena Puteri.__. Diunduh pada 31 Januari 2019 dari https://blog.reservasi.com/hutan- mangrove-singkawang-harta-karun-tersembunyi-di-kalimantan-barat/ 36 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Zona Sabuk hijau (Greenbelt) Hutan mangrove di Kota Singkawang sesuai Surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Kehutanan No. KB 550/264/Kpts/4/1984 dan No. 082/Kpts-II/1984 tanggal 30 April 1984 yang di antaranya menyebutkan bahwa lebar sabuk hijau hutan mangrove adalah 200 m, akan tetapi tidak sepenuhnya dapat melindungi ekosistem mangrove dari kerusakan dan degradasi. Zona Sabuk hijau Kawasan mangrove di Kota Singkawang mengalami kerusakan karena sebagian telah dikonversi menjadi tambak. Pengambilan pohon mangrove untuk kayu bakar dan arang oleh masyarakat setempat juga ikut menambah kerusakan hutan mangrove di Kota Singkawang. Kegiatan ini akan berdampak negatif pada ekosistem pesisir dan lautan. Degradasi ekosistem mangrove di Kota Singkawang akibat berbagai aktivitas pemanfaatan seperti konversi untuk lahan tambak dan pengambilan kayu/ penebangan liar perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Menara Pengawas di Hutan Mangrove Singkawang Sumber: Rivaldi, Rero. 2018. Diunduh pada 31 Desember 2019 dari https://travelingyuk.com/spot-selfie- singkawang/97793/ 37
Penutup Lahan SUMATERA Udang Vaname Sumber: Komoditas.co.id. 2017. diunduh pada 31 Januari 2018, dari https://www.komoditas.co.id/daerah-ini-butuh-investor- untuk-pengembangan-udang-vaname/ 38 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Dinamika Penutup Lahan Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Sumatera Kecamatan Bungus Teluk Kabung merupakan arah konservasi sepertinya bertolak belakang salah satu lokasi pengembangan wilayah pesisir di dengan kondisi saat ini, dimana kawasan pesisir Kota Padang (Ahmad, 2009) [33]. Kecenderungan tersebut telah mengalami perubahan tutupan pengembangan wilayah berdampak pada lahan yang mengarah dari area terbuka menjadi peningkatan penduduk yang pesat di kecamatan area terbangun. ini, dan akan diikuti oleh degradasi kualitas Penambahan luasan tutupan lahan dari tahun lingkungan, merubah kualitas perairan Teluk 2003 sampai dengan tahun 2013 terjadi pada Bungus yang sebagian besar masih berkondisi baik lahan permukiman, mangrove atau bakau dan 76% (Salim et al., 2007) [34]. Imbas dari peningkatan pasir, dengan nilai 47,59 ha, 10,06 ha dan 9,97 jumlah penduduk dan pembangunan salah satunya ha (Yulius et.al: 2011) [37], menjelaskan adanya adalah kegiatan alih fungsi lahan dari area terbuka akresi atau sedimentasi di perairan Teluk Bungus menjadi area terbangun. Hal ini terlihat dari adanya disebabkan oleh limpasan sedimen dari daratan, perubahan penggunaan lahan akhir-akhir ini yang ditunjukan dengan banyaknya terumbu karang mengarah pada penutupan lahan (area terbangun). yang ditutupi oleh sedimen dan juga munculnya Perubahan terjadi akibat meningkatnya kebutuhan tumbuhan mangrove Rhizophora sebagai zona akan jasa, yaitu permukiman, industri, serta awal pada hutan mangrove yang ada di Teluk pembangunan lain untuk menunjang kehidupan Bungus. Sedimentasi di Teluk Bungus berasal dari manusia (Akhirudin, 2006) [35]. Perubahan tutupan tipe sedimen yang didominasi oleh material pasir lahan mengarah pada tutupan lahan pemukiman. berlumpur (Yulius et al., 2011) [38]. Pengurangan Pembangunan lahan permukiman membutuhkan luasan tutupan lahan terjadi pada semak belukar, areal lahan yang sangat luas. Menurut Arifin hutan dan perkebunan dengan nilai -31,68 ha, (2010) [36], di kawasan pesisir Kecamatan Bungus -27,96 ha dan - 14,15 ha. Penambahan luasan Teluk Kabung pengembangan pemukiman belum terbesar yaitu untuk permukiman sebesar 47,59 menjadi prioritas namum lebih diarahkan ke pada ha dan pengurangan luasan terbesar terjadi pada peruntukan kawasan konservasi. Peruntukan ke semak belukar yaitu sebesar -31,68 ha. [33] Ahmad. 2009. Analisis zonasi kawasan Teluk Bungus berdasarkan pendekatan kondisi biofisik. J. Segara, 5(1):47-55. [34] Salim, H., A. Rustam, dan R.N.H. Ati. 2007. Pola sebaran spasial kualitas air Teluk Bungus [35] Akhirudin, N.H. dan Suharjo. 2006. Identifikasi perubahan penggunaan lahan kota Surakarta tahun 1993 – 2004 dengan aplikasi sistem informasi geografis (SIG). J. Penelitian Sains dan Teknologi, 7(2):170- 178. [36] Arifin, T. dan S.N. Amri. 2010. Integrasi sistem informasi geografis dan analytic hierarchy process dalam penentuan zonasi pengembangan kawasan pesisir Teluk Bungus. J. Segara, 6(1):15-24. [37] [38] Yulius, G. Kusumah, dan H. Salim. 2011. Pola spasial sebaran material dasar perairan di Teluk Bungus, Kota Padang. J. Ilm 39
Penutup Lahan JAWA Hutan Mangrove 40 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Dinamika Ekosistem Mangrove Rembang Pesisir Jawa Mangrove merupakan salah satu ekosistem Tingkat kerusakan ekosistem mangrove dunia, langka, karena luasnya hanya 2% permukaan termasuk Indonesia, sangat cepat akibat adanya bumi. Indonesia merupakan kawasan ekosistem pembukaan tambak, penebangan hutan mangrove, mangrove terluas di dunia. Ekosistem ini memiliki pencemaran lingkungan, reklamasi, sedimentasi, peranan ekologi, sosial-ekonomi, dan sosial- pertambangan, sebab-sebab alam, seperti badai/ budaya yang sangat penting. Beberapa manfaat tsunami, dan lain-lain. Restorasi mangrove mangrove misalnya menjaga stabilitas pantai dari mendapat perhatian luas mengingat tingginya abrasi, sumber kayu bakar, sumber kayu bangunan, nilai sosial-ekonomi dan ekologi ekosistem ini. sumber ikan, udang, dan keanekaragaman hayati Restorasi dapat menaikkan nilai sumber daya hayati lainnya. Tidak hanya pemanfaatan hayati dan mangrove, memberi mata pencaharian penduduk, non hayati saja, peranan mangrove dapat lebih mencegah kerusakan pantai, menjaga biodiversitas, luas lagi, seperti memiliki fungsi konservasi, produksi perikanan, dan lain-lain (Setyawan, 2002 pendidikan, ekoturisme, dan identitas budaya. dalam Setywan, 2006). 41
Ekosistem mangrove di pesisir Kabupaten Rembang. Vegetasi hutan primer dan sekunder Rembang, tidak hanya terbentuk di kawasan muara hampir tidak ada lagi, karena telah diubah menjadi sungai, namun pada kawasan yang terlindung dari lahan budidaya seperti tambak dan sawah (Steenis, gelombang laut. Sedimen dari sungai dan laut 1965 dalam Setywan, 2006). yang terendapkan kemudian membentuk tidal Pada masa lalu, ekosistem mangrove sangat flat atau mud flat (dataran lumpur pasang surut). melimpah di pantai utara Jawa, mulai dari Banten Sifat Laut Jawa yang merupakan laut pedalaman hingga Jepara,“cekungan”antara Pati dan Rembang, dengan jeluk yang dangkal dan arus gelombang serta Delta Solo-Brantas. Di pantai selatan ekosistem yang relatif tenang sangat mendukung proses ini ini tumbuh di Teluk Grajakan, Pulau Sempu, Segara (Steenis, 1958; 1965 dalam Setywan, 2006). Pantai Anakan, dan Ujung Kulon (Whitten dkk., 2000 dalam utara Jawa kebanyakan berupa lumpur atau tanah Setywan, 2006). Keragaman bentuk fisiografi pantai lempung yang ditumbuhi mangrove. Pantai terbuka mempengaruhi kultur masyarakat dalam menyikapi yang berpasir jarang dijumpai. Pantai berkarang kondisi ekosistem mangrove, hal ini berdampak dan kadang-kadang bergamping/ karst hanya pada kelestarian ekosistem tersebut. [39] dijumpai di sebagian tempat, seperti bagian timur [39] Setyawan, Ahmad Dwi, et al. 2006. PermasalahanKonservasi Ekosistem Mangrove di Pesisir Kabupaten Rembang, Jawa Timur. Biodeversitas Volume, 7 Nomor 2 Hal:159-163. 42 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Hutan Mangrove 43
Penutup Lahan BALI DAN NUSA TENGGARA Nelayan dan PLTU Celukan Bawang Sumber: Balebengong.id. 2018. DIunduh pada 31 Januari 2019 pada https://balebengong.id/wp-content/uploads/2018/09/07-Seorang-nelayan- memancing-dengan-latar-belakang-PLTU-Celukan-Bawang.jpg 44 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Studi Kasus: Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali Kecamatan Gerokgak terletak di Kabupaten sulit untuk melaksanakan pembangunan di Buleleng bagian barat. Kecamatan ini memiliki garis wilayah tersebut. Perubahan penggunaan lahan pantai terpanjang di Kabupaten Buleleng. Wilayah di Kecamatan Gerokgak bermacam-macam, di ini memiliki luas sebesar 26.524,25 hektar dan antaranya adalah pembangunan Pelabuhan, jumlah penduduk sebayak 82.687 jiwa (BPS 2017). PLTU Celukan Bawang, dan hotel yang menjorok Gerokgak memiliki panjang garis pantai 76,69 ke Pantai (Indrawan, dkk). Faktor ini merupakan Km (DKP Kab. Buleleng 2017). Mata pencaharian penyebab abrasi di sepanjang Pantai Kecamatan penduduk di Kecamatan Gerokgak cenderung ke Gerokgak (Kabuth, et al. 2014). Abrasi adalah aktivitas pariwisata dan perikanan (BPS. 2017). erosi atau berkurangnya daratan akibat dari kerja Pembangunan di Kecamatan Gerokgak mengarah hidrodinamika gelombang laut (Kabuth, et al. 2014). pada wilayah kepesisiran karena di bagian selatan Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius Kecamatan Gerokgak merupakan daerah bukit degradasi garis pantai yang disebabkan oleh angin, lipatan yang masyarakatnya cenderung cukup hujan, arus, dan gelombang serta aktivitas manusia (Tarigan 2007). 45
Kondisi topografi di sepanjang pantai Ada berbagai faktor yang berperan dalam Kecamatan Gerokgak tergolong landai dengan mekanisme perubahan garis pantai, yakni ketinggian 0-5 mdpl. Wilayah ini memiliki satu antara lain besarnya energi gelombang yang muara sungai besar dan beberapa muara yang menghempas di pantai, sudut yang dibentuk dilalui oleh sungai kecil. Muara sungai kecil ini antara muka gelombang saat pecah dengan beberapa dimanfaatkan untuk kegiatan tambak garis pantai, lereng dasar perairan, jenis dan perikanan (Eryani, 2016). Pantai di sepanjang ukuran sedimen yang terdeposit, keterbukaan Kecamatan Gerokgak umumnya memiliki pasir pantai terhadap hantaman gelombang dan berwarna hitam dan sebagian berwarna putih bentuk morfologi garis pantai (Purba dan Jaya, karena adanya aktivitas vulkanis dari Gunung 2004). Abrasi mengakibatkan berubahnya garis Agung dan Gunung Batur. Kondisi batimetri di pantai di wilayah ini. Hal itu berpengaruh pada wilayah pesisir Bali Utara adalah dangkal dan keseimbangan transportasi sedimen di pantai dengan lereng landai (Setiawan, et al 2014). (Kalay 2008). PLTU Celukan Bawang https://ariksasmita.files.wordpress.com/2016/07/2016-07-14-11-33-51-1.jpg 46 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
47
Teluk Saleh Sumber: discoversumbawa.co.id. 2018. DIunduh pada 31 Januari 2018 dari http://discoversumbawa.co/wp- content/uploads/2018/11/DJI_0104.jpg 48 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Identifikasi Perubahan Tutupan Lahan di Pesisir Teluk Saleh, Kabupaten Sumbawa Tahun 2004-2014 Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara Teluk adalah estuaria tertutup yang memiliki ekosistem darat dan laut yang masih dipengaruhi peran strategis sebagai salah satu sumberdaya oleh perubahan di darat dan laut (Anonim, 2014). ekologi dan layanan lingkungan (Ramdhan, 2012). Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu Teluk Saleh terletak di sebelah timur laut wilayah dari 10 (sepuluh) Kabupaten/ Kota di Provinsi Kabupaten Sumbawa merupakan perairan semi Nusa Tenggara Barat (NTB), dan jika dilihat dari tertutup dan berhubungan langsung dengan Laut luas wilayahnya merupakan kabupaten terluas Flores (Mujiyanto dan Wasilun, 2006). Perairan Teluk di Provinsi NTB. Secara administrasi, dari 24 Saleh memiliki sumberdaya alam pesisir dan laut wilayah kecamatan terdapat 18 kecamatan pesisir yang beraneka ragam, sehingga untuk masa yang (memiliki wilayah pesisir) dengan panjang garis mendatang merupakan sumber ekonomi baru pantai 982 km, terdapat 63 pulau-pulau kecil dan bagi pertumbuhan pembangunan di propinsi NTB 63 desa pesisir (Anonim, 2013). (Radjawane, 2006). 49
Teluk Saleh merupakan pusat kegiatan pada perairan Teluk Saleh sangat dipengaruhi oleh perekonomian laut yang dimanfaatkan sebagai adanya aktivitas di daratan. Aktivitas daratan yang lokasi penangkapan ikan (fishing ground) sangat produktif, berpotensi untuk menurunkan masyarakat nelayan tradisional dan sebagai kualitas perairan. Aktivitas tersebut, dapat lahan budidaya. Beberapa contoh lahan budidaya menjadi ancaman terhadap potensi sumberdaya meliputi budidaya rumput laut, budidaya ikan hayati laut, sehingga dikhawatirkan mengganggu Kerapu, keramba jaring apung, dan budidaya proses pengembangan wilayah (Mujiyanto dan kerang mutiara (Anonim, 2004). Perairan Teluk Hartati, 2009). Imbas dari pembangunan salah Saleh memiliki keanekaragaman hayati laut yang satunya adalah kegiatan alih fungsi lahan dari area tinggi yaitu potensi ekosistem mangrove, terumbu terbuka menjadi area terbangun. Kondisi tersebut karang, dan ikan karang (Satria dan Mujiyanto, terlihat dari adanya perubahan pengguna lahan 2011). Keanekaragaman hayati di Perairan Teluk akhir-akhir ini yang mengarah pada penutupan Saleh juga didukung karena banyaknya pulau- lahan (area terbangun). Perubahan terjadi pulau kecil yang mengelilinginya, seperti Pulau akibat meningkatnya kebutuhan akan jasa, yaitu Dangar Rea, Pulau Liang, Pulau Ngali dan Pulau permukiman, industri, serta pembangunan lain Rak (Ismunarti dan Rochaddi, 2013). untuk menunjang kehidupan manusia (Akhirudin, Kecenderungan pengembangan wilayah 2006). Perubahan tutupan lahan di lokasi berdampak pada peningkatan penduduk penelitian memerlukan usaha pengkajian berbasis yang pesat biasanya diikuti oleh degradasi kewilayahan yang diharapkan dapat memperoleh kualitas lingkungan (Yulius dkk., 2014). Kualitas data dan informasi yang nantinya dapat digunakan lingkungan pada perairan semi tertutup seperti sebagai bahan rekomendasi dalam pengelolaan kawasan tersebut. Salah Satu Pantai di Pulau Moyo-Teluk Saleh Sumber: tuanakottapaolo.files.wordpress.com. 2011. DIunduh pada 31 Januari 2019 dari https:// tuanakottapaolo.files.wordpress.com/2011/11/img_9639.jpg 50 | Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Indonesia
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334