Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

Published by Parangtritis Geomaritime Science Park, 2022-03-14 05:55:59

Description: Seperti kita ketahui bersama bahwa Indonesia Poros Maritim dunia yang telah menjadi komitmen pemerintah dan kian intim dengan ruang-ruang diskursus, juga berhasil
mengingatkan kejayaan serta menggugah kembali spirit
kebaharian bangsa kita. Semangat yang terus menggelora
untuk tidak boleh lagi memunggungi laut,tetapi harus menghadapkan wajah dan pandangan ke laut, karena inilah
kawasan yang jadi halaman depan dan pintu negara kita
menuju lalu lintas pelayaran dunia, serta membuka cakrawala pandang kita sebagai bangsa besar untuk mendayagunakan potensi kelautan secara optimal.

Keywords: Geoekologi

Search

Read the Text Version

i

GEOEKOLOGI KEPESISIRAN DAN KEMARITIMAN JAWA TENGAH Sunarto Trini Hastuti Editor Editor Nurul Khakhim Wiwin Ambarwulan Editor Editor Th. Retno Wulan Farid Ibrahim Mega Dharma P. Dwi Sri W. Kontributor Kontributor Kontributor Kontributor ii Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

Edwin Maulana Al Fidiashtry Etik Siswanti Kontributor Kontributor Kontributor Anggara S. Putra Kontributor I Wayan Wisnu Y.M Yosep Prihanto Kontributor Kontributor Aries Dwi Wahyu R Tri Raharjo Kontributor Cover & Layout Designer Copyright © Parangtritis Geomaritime Science Park 2016, Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) didukung oleh Badan Informasi Geospasial (BIG), 2016 360 halaman; 22cm x22 cm ISBN 978-602-9439-79-3 iii

Kata Sambutan Kepala Badan Informasi Geospasial Bismillahirahmanirrahiim, Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh PSalam sejahtera untuk kita semua embangunan kemaritiman merupakan salah satu program utama pemerintahan presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla yang tercantum dalam Program Nawa Cita untuk membangun Indonesia selama 5 tahun ke depan. Fokus utama dari pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla adalah pembangunan kemaritiman yang berbasis pada pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir, pulau-pulau kecil dan kelautan untuk mewujudkan negara Indonesia yang berdaulat, maju dan sejahtera untuk kemakmuran seluruh seluruh rakyat Indonesia. Berkaitan dengan sumberdaya kemaritiman, informasi geospasial yang merupakan informasi yang terkait dengan keruangan dan wilayah mempunyai peran yang sangat strategis mengingat hampir semua aktivitas pembangunan terkait dengan ruang. Informasi Geospasial kemaritiman sangat berguna sebagai sistem pendukung pengambilan kebijakan dalam rangka iv Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

mengoptimalkan pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan ketahanan nasional. Ketersediaan informasi geospasial dapat pula memberikan gambaran tentang ketersediaan dan kondisi sumberdaya maritim yang ada sebagai modal utama pembangunan wilayah, sehingga dapat dilakukan inventarisasi dan pemodelan untuk menentukan kebijakan yang tepat sebagai dasar perencanaan pembangunan kemaritiman. Disinilah nampak peran penting Badan Informasi Geospasial sebagai tulang punggung dalam Menjamin ketersediaan akses terhadap informasi geospasial yang dapat dipertanggungjawabkan; Mewujudkan penyelenggaraan informasi geospasial yang berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif ) melalui kerja sama, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi; dan Mendorong penggunaan informasi geospasial dalam penyelenggaraan pemerintahan dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pada kesempatan ini, saya menyampaikan penghargaan atas upaya penerbitan buku Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Provinsi Jawa Tengah , yang diinisiasi oleh Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP). Kami berharap buku ini dapat memberikan gambaran yang cukup lengkap tentang kondisi kepesisiran dan kemaritiman Provinsi Jawa Tengah dalam rangka mendukung sasaran pengembangan ekonomi meritim dan kelautan Provinsi Jawa Tengah diantaranya termanfaatkannya sumberdaya kelautan, tersedianya data dan informasi sumberdaya kelautan terintegrasi untuk mendukung pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut, terwujudnya tol laut dan upaya peningkatan pelayanan angkutan laut dan konektivitas laut. Semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa meridloi langkah kita. Amin. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh Kepada Badan Informasi Geospasial Dr. Priyadi Kardono, M. Sc v

Kata Sambutan Gubernur Jawa Tengah SAssalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh eperti kita ketahui bersama bahwa Indonesia Poros Maritim dunia yang telah menjadi komitmen pemerintah dan kian intim dengan ruang-ruang diskursus, juga berhasil mengingatkan kejayaan serta menggugah kembali spirit kebaharian bangsa kita. Semangat yang terus menggelora untuk tidak boleh lagi memunggungi laut,tetapi harus menghadapkan wajah dan pandangan ke laut, karena inilah kawasan yang jadi halaman depan dan pintu negara kita menuju lalu lintas pelayaran dunia, serta membuka cakrawala pandang kita sebagai bangsa besar untuk mendayagunakan potensi kelautan secara optimal. Kita bangsa maritim, bangsa yang mengelola laut sebagai kunci dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Nenek moyangku orang pelaut, saat ini kita juga harus berpikir, bertindak dan berkarya untuk laut, serta anak cucu kita pun harus dapat diwariskan jiwa pelaut. Sejalan dengan komitmen dan program pemerintah pusat tersebut, Jawa Tengah juga terus bergerak untuk mendayagunakan seluruh aspek kemaritiman secara maksimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus perwujudan kedaulatan bangsa. Segoro lor kidul Jateng itu sarat potensi yang harus terus dieksplorasi. dari sisi historis, Jateng pernah memiliki pelabuhan dengan kapal-kapal dagang yang relatif cukup besar di Kabupaten Rembang. vi Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

Maka mengembalikan kejayaan pelabuhan menjadi tekad bersama untuk dapat mewujudkan secara nyata demi meningkatkan pelayanan angkutan laut dan konektivitas laut. Termasuk memanfaatkan dengan baik dan bijak atas sumber daya alam kelautan, kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil demi kesejahteraan, kedaulatan dan kelestarian lingkungan. Pun akulturasi masyarakat pesisiran yang telah mampu menciptakan satu produk budaya luar biasa dengan penuh kekhasannya harus terawat dengan baik. Apapun itu, sektor kemaritiman dan pesisir Jawa Tengah menjadi suatu peluang dan sekaligus tantangan untuk dapat disikapi secara bijak agar makin berdaya guna optimal bagi perwujudan kesejahteraan dan kedaulatan dalam kerangka Indonesia Poros Maritim dunia. Untuk itu, saya menyambut baik dan sangat bahagia dengan hadirnya buku ini. Sbuah kompas edukasi yang memberikan gambaran komprehensif tentang potensi sumberdaya kelautan dan pengembangannya, termasuk peluang dan juga tantangan bagi pembangunan wilayah kemaritiman di Jawa Tengah. Semoga bisa memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat yang senantiasa ingin selalu mengabdi bagi kemajuan bahari Ibu Pertiwi. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, S.H, M.IP. vii

Daftar Isi 10PROLOG iv Kata Sambutan Kepala Badan Informasi Geospasial 32WONOGIRI vi Kata Sambutan Gubernur Provinsi Jawa Tengah 80PURWOREJO viii Daftar Isi 10 Prolog: Idiosinkrasi Jawa Tengah Melalui Gayeng sebagai Roman Mutakhir 108KEBUMEN 12 Geoekologi: Tonggak Utama dalam Merawat Eksistensi Wilayah Kepesisiran Jawa Tengah 158CILACAP 20 Ecosystem-Based Disaster Risk Reduction (Eco-DRR) 26 Tipologi Pesisir – Refleksi Faktor Fisik di Wilayah Kepesisiran Jawa Tengah 36 Aku Bak Anak Tiri yang Terlantar: Namun Tak, Alam sebagai Tantangan 40 Pantai Nampu: Deru ombak yang Menghadang: Bukan Budaya Melaut tetapi Bercocok Tanam 47 Mencari Ikan tidak untuk Dijajakan tetapi Sekedar Umpan 52 Kata Orang “Pariwisata: Hanya Sampingan, tapi Mampu Menopang Kemajuan” 56 GeoPark Gunung Sewu: Situs Geologi tersembunyi di Wonogiri 60 Jejak Muara yang Menghilang tetapi Terekam 67 Merajut Pandan Peluang Masa Depan 76 Peluang dan Tantangan: Jalanku Kini Lengang Esok Hari Nantikan 80 Pun Bekas tambang, tetap hijau produktif 92 Pepaya ada, Semangka juga ada, Jagung, Cabai pun banyak 10 Gagah memantau Gisik Purworejo 108 Kebumen Pancen Maen 112 Pantai Karangbolong : Sensasi Wisata yang Sedikit Terabaikan 116 Atraksi, Amenitas dan Aksesibilitas Merupakan Kunci Sukses Karangbolong 118 Pantai Logending, Kayu dan Alat Musik : Asal Muasal Lahirnya Logending 122 Geliat Ekonomi Kawasan Logending 124 Sedimen Sejuta Berkah 128 Pantai Menganti: Secuil Surga di Ujung Perbukitan Karst 132 Potensi Ekonomi di Bawah Tebing Raksasa 134 Pantai Suwuk: Gerbang Pariwisata Menuju Kebumen yang Sejahtera 142 Berdiri Mengawasi dalam Kesunyian Demi Keselamatan Kami Wisatawan 144 Kali Bodo: Portal Harapan Masyarakat Pesisir Kebumen 148 Sungai Tak Hanya Dimaknai sebagai Sarana Transportasi, tapi Wujud Syukur kepada Illahi 154 Karst Gombong: Fenomena Alam Karst yang Seolah-olah Terpisah dari Koloninya 158 Jala Bhumi Wijayakusuma Cakti 170 Teluk Penyu: Kebijakan untuk menjaga hidup dengan mengemban filosofis, binatang purba 179 Minapolitan Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap 186 Pesona wisata Widarapayung dan Cemoro Sewu viii Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

194REMBANG 196 Lasem: Amfiteater Budaya yang Melegenda 214 Pabrik Tegel: Tegel LZ Bukti Nyata Gerusan Modernitas 280JEPARA 220 Situs Perahu Rembang: Montase Sejarah Tanpa Tuan 298DEMAK 224 Batik Lasem: Mitologi Magis dalam Selembar Kain 308SEMARANG 238 Kawista: Eksotisme Cola Van Java yang Berimbun Khasiat 328BATANG 246 Tasikagung: Pelabuhan Perikanan Pantai Denyut Nadi Pengembara Laut Jawa 340TEGAL 254 Pantai Dampo Awang: Di Bawah Rengkuhan Legenda dan Realita 358EPILOG 262 Pantai Caruban: Imperium Pasir Putih yang Setengah Ranum 268 Pantai Karangjahe: Berhias Amenitas Bertakhta Pesona 274 Hutan Mangrove: Pagar Alam Pesisir Rembang 284 Tantangan Bencana di Bumi Kartini 290 Pantai Bandengan: Keping Sejarah yang Diabadikan Tatkala Petualangan Menuju Ketidakpastian Berawal 294 Pantai Kartini: Setia Menerbitkan Asa Lewat Kemeriahan Budaya dan Anugerah Alam 298 Cermin Hubungan Terkini Dua Pihak yang Dahulu Berseteru 308 Denyut Ekonomi Bahari Jawa Tengah 316 Pantai Pelelangan Ikan Bandarharjo: Polemik Klasik akibat Lingkungan Terusik 320 Pelabuhan Tanjung Emas: Gerbang Industrialisasi yang Mengikis Ekologi 330 Taman Pesisir Ujungnegoro-Roban 336 Pantai Karang Maeso: Merasakan Denyut Ekonomi Kesejahteraan Masyarakat di Pesisir Karang Maeso 340 Mutiara Berlumpur di Jawa Tengah 350 TPI Tegalsari: Pembagian Peran Daratan-Lautan sebagai Ruang Temu Dua Pemburu 358 Epilog: Menapaki Kemelimpahan “Segoro Lor Kidul”Jawa Tengah: Mengikatnya dengan sebutan “JATENG GAYENG” ix

Prolog Idiosinkrasi Jawa Tengah Melalui Gayeng sebagai Roman Mutakhir Provinsi Jawa Tengah (Jateng) sebagai posisi pusat Pulau Jawa memiliki berbagai karakter tangguh, jujur, ramah, menggembirakan, harmonis yang unik dan menarik. Hal ini diakibatkan dan hangat.haruslah diimplementasikan dalam pengaruh dari berbagai daerah di sekitarnya. mengelola sumber daya alam dan budaya yang ada. Setidaknya, ada tiga provinsi yang bersinggungan Pada akhirnya, diharapkan semua yang ada mampu langsung dengan Jateng, yaitu Jawa Barat, Daerah dioptimalkan, khususnya sumber daya kepesisiran Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Pengaruh dari dan kemaritiman yang ada di Jateng. Semangat sekitar membuat Jateng memiliki karakteristik yang Jateng Gayeng diharapkan mampu selaras dengan khas jika dibandingkan dengan daerah di sekitarnya Pembangunan indonesia yang saat ini berkiblat atau dengan kata lain, Jateng memiliki Idiosinkrasi. ke arah laut. Tahap sektor prioritas pembangunan Hal ini dikarenakan Jateng berbeda. Tidak bermaksud nasional di era pemerintahan Presiden Joko Widodo sombong untuk menunjukkan supremasi, namun telah diterapkan secara bertahap sehingga masing- perbedaan ini menjadi keunggulan tersendiri bagi masing daerah diharapkan mampu menyesuaikan Jateng. sehingga terjadilah keniscayaan sinergitas dalam Keunggulan yang dimiliki Jateng akan menjadi nihil pembangunan. Pun, Jateng telag ditetapkan sebagai apabila sekadar didiamkan. Meskipun sumberdaya di salah satu kawasan strategis dalam tanah Jawa begitu melimpah, hingga katanya batang Selaras dengan pepatah kuno yang berbunyi barang kayu ditanam dapat tumbuh dan hidup, namun siapa menguasai lautan akan menguasai jalur rencana yang matang tetap diperlukan. Jateng kali perniagaan dunia. Kokohnya singgasana kepesisiran ini muncul melalui semangat ‘Gayeng’-nya. Jateng dan kemaritiman Jateng akan menjadi kunci bagi Gayeng merupakan wajah atau roman yang paling menjadi negara adidaya penguasa dunia. Saat ini, mutakhir dari Jateng. Semangat Jateng Gayeng bersama dengan 33 provinsi lainnya siap mendukung menggambarkan bahwa sifat penuh semangat, berani, Indonesia sebagai poros maritim dunia. Karena Jateng Gayeng untuk Jayalah Indonesia. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo bersama masyarakat nelayan 10 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

11

Geoekologi Tonggak Utama dalam Merawat Eksistensi Wilayah Kepesisiran Jawa Tengah Sebuah Diksi yang Menguraikan Hubungan Alam dan Eksistensi kelautan dan kemaritiman Jawa Tengah perlahan mulai tergerogoti oleh berbagai permasalahan yang EManusia datangnya dari ketidakharmonisan sikap manusia dan ksistensi adalah sebuah kata yang definisinya merujuk kekuasaan alam. Bagi para penganut teori determinisme, pada keberadaan dan keabadian. Ia juga diwujudkan mereka meyakini bahwa alam adalah penentu kehidupan sebagai hasil kerja keras dan kesungguhan untuk manusia. Dalam kasus wilayah kepesisiran Jawa Tengah, hidup di dalam lingkaran norma. Di Indonesia, teori determinisme terbukti nyata pada aglomerasi industri eksistensi Jawa Tengah sebagai pusat kelautan dan dan perikanan yang terjadi di wilayah kepesisiran Utara Jawa kemaritiman tidak perlu diragukan. Kepadatan aktivitas Tengah. Morfologi pantai dan laut yang landai serta kondisi pelayaran, pengangkutan barang dan manusia, perikanan, perairan yang tenang adalah faktor pendorong pesatnya serta perdagangan sudah menjadi identitas bagi wilayah perkembangan aktivitas kelautan dan kemaritiman di kepesisiran utara Jawa Tengah. Di bagian lain, keberadaan wilayah kepesisiran Utara Jawa Tengah. kilang minyak serta aktivitas pertambangan dan pertanian adalah induk semang bagi wilayah kepesisiran selatan Jawa Tengah. Pemandangan sekitar Pantai Dampo Awang, Kec. Rembang, Kab. Rembang 12 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

Berbanding terbalik dengan determinisme, paham keadidayaan alam. Pendekatan yang sesuai untuk posibilisme mengatakan bahwa sebagai makhluk yang menemukenali dan memahami karakteristik wilayah berakal, manusia mampu merespon apa yang diberikan kepesisiran adalah pendekatan geoekologi. Kajian alam. Alam bukanlah penguasa mutlak dalam kehidupan geoekologi berfokus pada perkembangan dan dinamika manusia tetapi ia memberikan pilihan-pilihan alternatif keberagaman pola ruang, interaksi ruang dan waktu bagi manusia. Melalui pemahaman yang komprehensif dalam membentuk pola ruang, serta pengelolaan pola terhadap karakteristik alam, manusia mampu merancang ruang yang beragam sehingga sesuai jika diterapkan di strategi mitigasi dan adaptasi untuk menghadapi wilayah kepesisiran yang kompleks. 13

Rembang 14 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

“ “ Geoekologi adalah sebuah diksi yang mampu menguraikan benang merah hubungan antara manusia dan alam 15

Bangunan pelindung pantai di Kec. Sarang, Kab. Rembang Istilah geoekologi (Jerman: Geoӧkologie) kali pertama dikemukakan oleh seorang geografer berkebangsaan Jerman, Carl Troll pada tahun 1939 yang berdefinisi sebagai studi yang mengkaji hubungan antara bentanglahan dan ekologi [1]. Bentanglahan sendiri adalah hasil interaksi dari pelbagai lapisan terestrial seperti: atmosfer, biosfer, litosfer, pedosfer, dan hidrosfer. Ekologi merupakan studi yang mengkaji hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Kedudukan bentanglahan sebagai wadah dan makhluk hidup di dalamnya adalah setara, artinya keduanya saling berinteraksi dan berinterelasi. [1] Jianguo Wu dan Richard J. Hobbs, Key Topics in Landscape Ecology, (Cambridge: Cambridge University Press, 2007), hlm: 274 16 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

Geoekologi adalah sebuah jendela dan seutas jalan rob), abrasi pantai, serta terancamnya keberadaan yang membentang bagi manusia untuk belajar lebih ekosistem mangrove. Peradaban manusia di wilayah arif dalam mempertahankan fungsi lingkungan di kepesisiran yang dulu berjaya seolah kehilangan wilayah kepesisiran. Wilayah kepesisiran utara dan nyawa terjerat egonya. Pelbagai bencana di wilayah selatan Jawa Tengah memiliki karakteristik fisik dan kepesisiran tidak saja disebabkan oleh semrawutnya sosial yang berbeda sehingga potensi, tantangan, pengelolaan lingkungan di bagian hilir tetapi juga di dan bentuk pengelolaan keduanya pun berbeda. bagian hulu dan tengah suatu Daerah Aliran Sungai Keserakahan manusia dalam menaklukkan alam dapat (DAS). Oleh karenanya, masalah di wilayah kepesisiran mempercepat proses geoekologi yang bermuara pada membutuhkan urun angan dan urun tangan dari stres ekologi, bahaya ekologi, dan bencana kerusakan masyarakat, lembaga, dan pemangku kepentingan lingkungan [2]. Faktanya, kabupaten/kota di wilayah di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. kepesisiran Jawa Tengah telah terancam pelbagai Harapannya, eksistensi wilayah kepesisiran Jawa bencana alam, seperti: penurunan muka tanah (land Tengah terus berpendar menerangi dunia kelautan sub-sidence), banjir genangan pasang air laut (banjir dan kemaritim Indonesia bahkan dunia. [2] Suratman Worosuprojo, Ekologi Bentanglahan dan Aplikasinya, (Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, 2004), hlm: 8. 17

Rembang 18 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

“ “ Kesemrawutan adalah sebuah cermin yang merefleksikan bagaimana suatu wilayah itu dikelola dan ego manusia yang tinggal di dalamnya 19

Kawasan konservasi hutan mangrove, Kec. Rembang 20 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

Ecosystem-Based Disaster Risk Reduction (Eco-DRR) Perisai Pengaman Wilayah Kepesisiran Jawa Tengah Wilayah kepesisiran Jawa Tengah telah dilingkupi berbagai bencana yang Implementasi Eco-DRR tidak bermaksud untuk penanganan dan penyelesaiannya memprioritaskan alam di atas kepentingan manusia memerlukan langkah solutif yang tepat, atau menghentikan pembangunan, melainkan berdaya guna, dan berkelanjutan. Dasar perumusannya mengoptimalkan jasa ekosistem secara berkelanjutan. Jasa ekosistem merupakan manfaat dari alam untuk tentu memperhatikan aspek geoekologi wilayah manusia dan perekonomiannya. Setidaknya ada dua jenis kepesisiran. Jika tidak, maka pencegahan dan jasa ekosistem, yaitu jasa penyediaan dan jasa pengaturan. penanganannya mengarah pada upaya jangka Jasa penyediaan berupa keberadaan produk-produk pendek. Ecosystem-Based Disaster Risk Reduction alam, sedangkan jasa pengaturan adalah kemampuan yang selanjutnya disingkat Eco-DRR adalah konsep ekosistem dalam mencegah dan mengurangi dampak pengelolaan lingkungan yang sesuai untuk diterapkan di bencana[3]. wilayah kepesisiran karena memanfaatkan jasa ekosistem dalam pencegahan dan penanggulangan bencana. [3] Merjin van Leeuwen, Marianne Rense, Alejandro Jimenez, Pieter van Eijk, Marie-Jose Vervest., Mengintergrasikan Ekosistem ke dalam Praktik Resiliensi: Kriteria untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim Cerdas Ekosistem, (Bogor: Wetlands International, 2014), hlm: 1-2. 21

Pendekatan Eco-DRR berusaha menstimulasi pendekatan Bentuk implementasi non struktural Eco-DRR antara lain teknik pesisir berkelanjutan dengan memanfaatkan pembudidayaan mangrove di wilayah pesisir Semarang. perlindungan alami yang diberikan oleh ekosistem, Langkah ini tidak saja melindungi ekosistem pesisir, tetapi seperti ekosistem mangrove. Pasalnya, rekayasa teknik juga dapat meningkatkan nilai ekonomi fungsi ganda. konvensional yang selama ini dilakukan mengganggu Tambak-tambak ikan akan terlindungi dari ancaman keseimbangan dinamika sedimen. Teknik perlindungan bencana kepesisiran. Perlu diketahui, jika kerugian alami yang berhasil diimplementasikan adalah pembuatan ekonomi akibat kehilangan ekosistem mangrove di Kota dam permeable dan konstruksi ‘Geohok’ di wilayah pesisir Semarang mencapai U$D 61.000/ha/tahun[4]. Apapun Demak. Dam permeable terbuat dari bambu, kayu, atau bentuk Eco-DRR yang diadopsi dan diimplementasikan semak belukar yang disusun memanjang di sepanjang yang utama adalah ia berfungsi sebagai perisai pengaman pantai dan berfungsi sebagai pemecah gelombang air wilayah kepesisiran Jawa Tengah. laut. Geohok adalah peredam dan pemecah gelombang air laut yang terbuat dari bambu, kayu, atau semak belukar yang dibentuk menyerupai kerangka kubus dan dipasang rapat sepanjang area pantai. [4] M. Aris Marfai, “Integrated Coastal Zone Management (ICZM) in Semarang, Central Java, Indonesia”, dalam UNEP-CNRD, The Ecosystem-Based Disaster Risk Reduction: Case Study and Exercise Source Book, (Nairobi: UNEP-CNRD, 2013), hlm: 32. 22 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

Semarang 23

Kawasan mangrove Pantai Caruban, Lasem 24 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

“ “ Eco-DRR bukan bermaksud memprioritaskan alam di atas kepentingan manusia atau menghentikan pembangunan, melainkan mengoptimalkan jasa ekosistem secara berkelanjutan 25

Kalibodo Kebumen 26 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

Tipologi Pesisir – Refleksi Faktor Fisik di Wilayah Kepesisiran Jawa Tengahlam adalah suatu sistem yang kompleks. Di dalamnya terdapat berbagai komponen fisik yang Tipologi pesisir Jawa Tengah ada tiga, yaitu pesisir bersatu padu membentuk sebuah bentangan unik. berlumpur, berpasir, dan berbatu. Pesisir berlumpur berada di pesisir utara Jawa Tengah. Material lumpur berasal dari ABentangan tersebut pada akhirnya menjadi ikon sedimen yang terbawa oleh aliran sungai hingga muara. Material lumpur yang halus berasal dari proses pengikisan bagi suatu wilayah yang dikenal dengan istilah tipologi tingkat lanjut yang mana jarak antara sumber material dan pesisir. Pemahaman mengenai tipologi pesisir adalah kunci muara sungai adalah jauh. Pesisir berpasir meliputi pesisir awal untuk menerapkan konsep geoekologi dan Eco-DRR utara dan selatan Jawa Tengah. Keberadaan material pasir di suatu wilayah pesisir. Tipologi pesisir ditentukan oleh berasosiasi dengan jarak sumber material yang dekat. proses geomorfologi yang berasal dari darat (terestrial) Sumber material utama berasal dari produk gunungapi- maupun proses-proses yang berasal dari marin termasuk gunungapi di Provinsi Jawa Tengah. aktivitas organisme. 27

Pesisir berbatu terdapat di pesisir Kabupaten Jepara, Pembagian tipologi pesisir Jawa Tengah Batang, Rembang, Cilacap, dan Wonogiri. Produk material berbatu ditentukan oleh genesis suatu daerah. Genesis pembentuk tipologi pasir berbatu adalah bentuklahan asal proses struktural yang dipengaruhi oleh tektonisme dan bentuklahan asal proses solusional yang terbentuk karena proses pelarutan. Setiap kabupaten/kota dapat tersusun satu atau lebih dari satu tipologi pesisir. Tipologi pesisir setiap kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 1. Tipologi pesisir berlumpur di Jawa Tengah meliputi garis pantai sepanjang 228,20 km; pesisir berpasir sepanjang 294,13 km; dan pesisir berbatu sepanjang 153,73 km. Tipologi pesisir berlumpur berada di wilayah kepesisiran utara Jawa Tengah meliputi Kabupaten Brebes, Tegal, Kendal, Demak, Jepara, Pati, Rembang, Kota Semarang, dan Kota Tegal. Tipologi pesisir berpasir berada di wilayah kepesisiran utara dan selatan Jawa Tengah meliputi Kabupaten Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal, Jepara, Rembang, Cilacap, Purworejo, dan Kota Pekalongan. Tipologi pesisir berbatu berada di wilayah kepesisiran utara dan selatan Jawa Tengah meliputi Kabupaten Batang, Jepara, Rembang, Cilacap, Kebumen, dan Wonogiri. Setiap kabupaten/kota dapat tersusun satu atau lebih dari satu tipologi pesisir. Tipologi pesisir setiap kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 1. Tipologi pesisir berlumpur di Jawa Tengah meliputi garis pantai sepanjang 228,20 km; pesisir berpasir sepanjang 294,13 km; dan pesisir berbatu sepanjang 153,73 km. Tipologi pesisir berlumpur berada di wilayah kepesisiran utara Jawa Tengah meliputi Kabupaten Brebes, Tegal, Kendal, Demak, Jepara, Pati, Rembang, Kota Semarang, dan Kota Tegal. Tipologi pesisir berpasir berada di wilayah kepesisiran utara dan selatan Jawa Tengah meliputi Kabupaten Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal, Jepara, Rembang, Cilacap, Purworejo, dan Kota Pekalongan. Tipologi pesisir berbatu berada di wilayah kepesisiran utara dan selatan Jawa Tengah meliputi Kabupaten Batang, Jepara, Rembang, Cilacap, Kebumen, dan Wonogiri. 28 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

29

Tabel 1. Tipologi pesisir setiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah Sumber: Hasil analisis, 2016. 30 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

Teluk Penyu.Cilacap 31

Wonogiri Bukit Emas Tersimpan Sejuta Asa dan Cita Kubah Karst Wonogiri 32 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

33

“ “ Desir debu silih berganti. Merajut asa di jalan berbatu Panutan para pejalan kaki. Menuai berbagai mimpi -Saiful Anwar- 34 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

Retakan jalan Sadeng di tepi lembah Bengawan Solo purba 35

Aku Bak Anak Tiri yang Terlantar: Namun Tak, Alam sebagai Tantangan Kabupaten dengan julukan anak tiri seolah menjadi hal yang lumrah tersemat untuk Wonogiri. Berada terpisah nun jauh dari di daerah perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Timur semakin mengokohkan predikat tersebut. Tidak berlebihan memang, Wonogiri menjadi kota yang berbeda di antara kabupaten atau kota di Jawa Tengah. Kesan terpencil dan terpinggirkan memberikan warna khas bagi Jawa Tengah. Kabupaten Wonogiri sebagai kawasan karst membuatnya memilki karakter yang unik. Berbukit dengan dominasi material berlumpur mewarnai jalur perbatasan Jawa Tengah-Jawa Timur. Setiap pengendara akan mudah terperosok ke dalam kubang-kubang berisi air saat hujan datang. Saat kemarau tiba, jalan berubah karakter menjadi keras dan tidak rata. Goncangan-gooncangan kecil mewarnai setiap perjalanan. Jalan berkubang menuju perbaikan 36 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

37

Upaya perbaikan jalan di Wonogiri oleh masyarakat 38 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

Upaya serius terus dilakukan pemerintah untuk Seolah berada di dalam jalur aliran sungai masa memperbaiki jalan utama. Jalan yang mulus dan lampau, pengendara kesulitan dalam mengemudikan lancar menjadi harapan bersama. Diperlukan usaha kendaraannya. Tanah berbatu dengan gundukan tanah yang keras serta pemborong cerdas yang mampu tak teratur seperti menyingkapkan suatu rahasia. Apakah membaca kawasan. Racikan yang pas saat perbaikan dulu berupa sungai purba yang berpindah? Ataukah jalan akan menjadikan jalan lebih bertahan lama karakter material kapur susah untuk ditaklukan? Atau tanpa terus dilakukan perbaikan. Komposisi bahan para pekerja yang kurang banyak pengalaman? Banyak yang bagus atau mungkin konstruksi jalan yang sekali yang perlu diselami. Kondisi alam yang beragam perlu diperhatikan. menjadi perpustakaan yang dipenuhi pengetahuan alam. Introspeksi, hayati, dan pelajari alam. Taklukkan! Alam menyimpan sejuta pengetahuan. 39

Pantai Nampu Deru ombak yang Menghadang: Bukan Budaya Melaut tetapi Bercocok Tanam Hantaman gelombang memecah kokohnya karang di tepi samudra. Betapa keras dan kuatnya karang menahan ombak, sedikit demi sedikit akhirnya terkikis jua. Deburan ombak yang bergerak menepi seketika pecah saat menabrak penghalang. Semakin dahsyat sapuan riak memecah samudra pertanda buruk cuaca. Ombak Pantai Selatan kata orang terlalu ganas untuk diselami. Dibutuhkan sosok pemberani yang mampu menembus ganasnya gelombang. Budaya melaut mungkin menjadi predikat yang melekat untuk nenek moyang kita. Tidak untuk sekarang, mungkin ke depan, sosok nelayan akan mudah kita dapatkan di Pesisir Selatan. Aktivitas melaut tidak tampak dengan jelas di sepanjang Pantai Wonogiri. Budaya melaut dapat tergantikan pamornya dengan bercocok tanam. Terlihat beberapa petani menggarap lahannya untuk menghasilkan tanaman pangan demi terpenuhinya kebutuhan sehari- hari. Tantangan menggarap lahan kering tidak jauh lebih mudah dari melaut. Diperlukan perjuangan yang keras untuk mendapatkan hasil terbaik. Tantangan dan hambatan banyak ditemui saat bercocok tanam. Tidak sedikit biaya dikeluarkan untuk menyulap lahan berbatu menjadi lahan yang menghasilkan. Ombak di Pantai Nampu Wonogiri 40 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

41

42 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

“ Bertahan sekuat batu karang. Menyala seperti mentari di bentangan langit samudra Tegas tak patah arah. Seperti itulah harapan -Abu Fathier- “ Hantaman ombak menerjang karang di Pantai Nampu Wonogiri 43

Tantangan petani tidak hanya terbatas pada lahan dalam mengolah pertaniannya. Diperlukan ide yang garapan. Musim tanam sering berubah tak terencana. cemerlang untuk mengubah tanah tandus menjadi Kawasan perbukitan karst memiliki karakter yang unik produktif. Berbagai hasil bumi yang dapat dihasilkan terhadap iklim tanam petani. Kawasan yang dikelilingi melalui tangan dingin sang petani. Berumpun-rumpun dengan kubah karst menjadikan angin tidak serta padi, jagung, kacang, dan beberapa jenis tanaman merta dapat mengalir sempurna. Intensitas hujan tidak palawija lainnya dapat dihasilkan dalam sekejap. tersebar merata pada beberapa kawasan. Beberapa Peribahasa mengatakan “Berakit-rakit ke hulu titik tertentu mengalami hujan yang cukup, akan tetapi berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu tidak sedikit juga berada pada bayang hujan. bersenang-senang kemudian”. Ungkapan peribahasa Tak hanya air hujan, namun mata air menjadi sumber tersebut memang benar adanya. Diperlukan usaha pengairan petani lahan berbatu. Petani yang mudah yang ekstra keras untuk memperoleh hasil yang mendapatkan akses mata air memiliki kemudahan memuaskan. Tidak ada ada sesuatu yang instan dan dalam mengairi lahannya. Beberapa petani yang mudah didapatkan. Diperlukan kesungguhan tekad bergantung pada kucuran hujan lebih keras lagi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Mengais asa di tanah berbatu oleh petani di Kecamatan Paranggupito Wonogiri 44 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

45

Menebar Jala di Pantai Nampu, Wonogiri 46 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

Mencari Ikan tidak untuk Dijajakan tetapi Sekedar Umpan Bukan nelayan yang mendominasi, akan tetapi para penjala ikan yang berkontribusi. Bukannya tak bernyali, akan tetapi hanya wawas diri. Hempasan riak dari selatan terus menghampiri. Ikan-ikan sulit bergelayut diantara ruang jaring ikan yang ditebar para pemburu ikan. Keberadaan nelayan tidak selalu ditemui pada beberapa kawasan pesisir. Karakter pantai dengan ombak ganas menjadi faktor utama langkanya keberadaan nelayan. Tidak adanya tambatan kapal di sepanjang pantai tak akan mengurangi daya tarik wisata pantai di Wonogiri. Keriuhan pantai bukan karena aktivitas melaut akan tetapi sesekali didapatkan para penjala ikan, pemancing, maupun wisatawan. Belum terlalu ramai memang, tetapi cukup memberikan atmosfer yang berbeda saat berkunjung ke Pantai Wonogiri. Terjangan ombak yang menghempas karang sering menyisakan rajutan jala ikan nelayan. Sebenarnya, tidak banyak dijumpai para penebar jala di pantai. Jala disebar oleh satu atau dua orang saja. Dikatakan ramai pun tidak, sepi pun juga tak. Nelayan menebar jala di tepian pantai juga tidak selalu ada. Harapan selalu ada untuk pelaut tak berseragam akan ada di masa mendatang. 47

Mencari ikan bukan untuk dijual tetapi hanya sekedar umpan. Para nelayan sering menggunakan teknik menjala ikan menggunakan umpan. Ikan yang sering didapatkan nelayan dimanfaatkan kembali untuk mencari ikan ke tengah laut. Kapal yang digunakan nelayan ditambat di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Ikan yang berada di tepian pantai mungkin terbawa oleh hempasan gelombang laut yang menepi. Tidak mudah menjala ikan dengan ombak yang cukup kuat menghantam pasir di tepian pantai. Seperti halnya dengan pertanian, perikanan pun memiliki musim-musim tertentu untuk ditangkap. Kegiatan menangkap ikan sering menyisakan peluh tanpa hasil yang penuh. Tidak jarang para nelayan menepi tanpa mendapatkan teri. Bukan sesal yang terus dicari, tetapi tekad dan usaha yang berlipat yang akan menaikkan derajat para penggiat. Bukan menyoal masalah perut, tapi jiwa pemberani yang terlalu akut. Nelayan menerabas batasan nadir hanya untuk bertahan hidup. Tidak bertujuan terlalu muluk hanya sekedar mencari lauk. Budaya melaut bukan karena adanya turunan, namun pengalaman. Lingkungan akan memberikan pengajaran, namun jangan dipaksakan. Setiap wilayah memiliki kondisi yang berbeda-beda. Kalau bukan di ranah perikanan mungkin akan maju di bidang yang lain. Jala Diantara Rongga Batu Karang 48 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah

49

50 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Jawa Tengah


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook