Vesper (Ibadat Sore), dan pada hari Rabu untuk Misa komunitas. Sekitar 15 menit sebelum bel makan malam, biasanya teman-teman yang kemarin bertugas mencuci piring sudah mulai bersiap untuk parare. “Parare”, berasal dari bahasa latin yang berarti “menyiapkan”, adalah kegiatan untuk menyiapkan makan malam, seperti mengisi teko air, menyendok nasi ke dalam tempat nasi untuk dibagikan ke meja-meja, memastikan persediaan kecap dan saus di setiap meja, dan kegiatan semacam itu bagaikan pelayan restoran. Sebenarnya kegiatan ini adalah kegiatan yang menyenangkan, apalagi jika semua yang bertugas hadir. Parare berlangsung hingga 10 menit setelah bel doa makan, sehingga para petugas baru boleh makan ketika parare selesai, yang biasanya ditandai dengan tepuk tangan dari para petugas. Makan Malam + Visitasi Makan malam adalah kegiatan makan bersama yang paling ramai diikuti oleh semua seminaris, karena tidak ada yang berhalangan hadir atau sibuk dengan urusan sekolah. Pada jam makan malam inilah, sebagian besar interaksi seminaris lintas angkatan terjadi. Oleh karena itu, pada jam ini juga teman-teman ofisi membacakan beberapa pengumuman penting (yang didahului dengan bunyi bel agar semua diam), entah pengumuman dari kepamongan atau dari anggota komunitas itu sendiri.
Setelah makan malam, ada 2 kelompok meja yang bertugas untuk mencuci semua peralatan makan, sehingga ruang cuci piring sangat ramai dengan orang-orang yang bertugas untuk mencuci. Jangan coba-coba membolos dari pekerjaan ini, atau akan mendapat hukuman untuk mencuci peralatan makan di hari Minggu pagi. Semuanya itu diatur dan diawasi oleh teman-teman bidel refter. Setelah makan malam ada salah satu kegiatan opsional, yaitu visitasi. Sela waktu antara makan malam dengan jam studi biasanya digunakan oleh beberapa orang untuk pergi ke kapel, diam, dan berdoa. Bebas hendak berdoa apa, pokoknya kegiatan rohani secara pribadi di hadapan Sakramen Mahakudus yang ada di Tabernakel. Oleh karena itu, biasanya dihimbau agar setelah makan malam teman-teman yang lain menjaga keheningan. Studi Setelah makan malam dan visitasi, bel yang paling ditunggu-tunggu adalah bel jam studi. Beberapa menit sebelumnya, dipastikan labkom lama maupun labkom baru dipadati oleh barisan orang-orang yang hendak menggunakan komputer, karena memang jumlah komputer tidak sebanyak jumlah seminaris. Untuk dapat mengakses komputer, orang-orang harus “berebut” agar tidak kehabisan tempat. Ini adalah salah satu momen heboh dan keterbatasan yang ada di seminari. Alternatif dari waktu penggunaan labkom adalah ketika jam templi,
apabila tidak ingin terlalu bersusah payah mendapatkan komputer pada jam studi, yang tidak jarang sampai berdesak-desakan secara fisik. Beberapa detik kemudian, suasana mulai hening karena semua sudah tenang mendapatkan komputer, sementara yang kehabisan meninggalkan labkom dengan bersungut-sungut kecewa. Oke, lupakan keributan di labkom. Jam studi adalah kesempatan bagi kami untuk belajar, mengerjakan tugas sekolah, atau melakukan kegiatan lainnya di meja studi maupun labkom. Pada hari Senin sampai Kamis kami hanya memiliki 2 jam waktu untuk studi, sementara hari Jumat dan Sabtu ada 2 jam 30 menit waktu studi yang dibagi menjadi 2 bagian, yaitu studi 1 dan studi 2. Studi 1 dimaksudkan untuk belajar secara pribadi sehingga semuanya harus hening, dan penggunaan labkom masih dilarang. Studi 2 dimaksudkan untuk belajar atau berdiskusi kelompok, dan boleh menggunakan lab komputer. Ada banyak sekali dinamika yang terjadi selama jam studi ini, karena ini menjadi salah satu waktu yang cukup bebas selain templi. Kami mengatur sendiri hendak belajar apa atau mengerjakan apa selama jam studi, pada intinya untuk meyelesaikan urusan sekolah. Seringkali waktu studi terasa kurang, dan harus dihentikan ketika bel doa malam sudah berbunyi. Pada hari Rabu, jadwal studi diganti dengan rekreasi, yaitu kami boleh menonton televisi, dan bidel toko membuka tokonya yang selalu ramai dengan pembeli. Bidel Toko adalah semacam bidel yang mengurusi “kantin”
di seminari, yang diurus oleh seminaris sendiri. Di sana dijual berbagai macam makanan ringan, mie instan, minuman dingin, serta menyediakan air panas dan air dingin. Karena itulah, toko ini selalu diminati oleh sebagian seminaris, meskipun ada juga yang tidak terlalu tertarik karena biasanya antriannya panjang jika hendak membeli sesuatu di sana. Meskipun judulnya adalah jam rekreasi, tetapi tetap diperbolehkan untuk studi, apalagi biasanya di hari Kamis ada banyak ulangan di sekolah. Oleh karena itu, hari Rabu sebenarnya tidak bisa benar- benar dikatakan sebagai jam rekreasi. Setidaknya, pada jam ini ada beberapa kelonggaran yang diberikan daripada ketika jam studi biasa. Doa Malam Sesibuk dan setanggung apapun pekerjaan yang sedang dilakukan ketiga jam studi, semua harus dihentikan begitu bel doa malam berbunyi. Semua orang diharuskan untuk berkumpul di kapel (atau tempat lain yang sudah ditentukan) untuk mengikuti doa malam. Di seminari terdapat berbagai jenis doa yang berbeda setiap harinya, yaitu: Senin Completorium, yaitu Ibadat Harian untuk malam hari. Selasa Ibadat Sabda yang dibawakan oleh teman-teman kelas 3 dan KPA atau Bible Sharing, yaitu sharing Alkitab
secara berkelompok (yang digilir setiap minggu ganjil/genap). Rabu Puncta, adalah renungan yang dibawakano oleh romo, frater, atau suster. Kamis Adorasi Sakramen Mahakudus (dibawakan oleh romo atau frater). Jumat Doa Kreatif, yaitu secara bergiliran masing- masing angkatan menjadi “panitia” untuk doa ini, bebas mengadakan doa apa saja selagi sesuai dengan ketentuan. Misalnya berdoa rosario, koronka, devosi kepada santo- santa, dan sebagainya. Selama Masa Prapaskah, biasanya jenis Doa Kreatif diwajibkan menjadi Jalan Salib. Sabtu Latihan Koor yang disusul doa spontan. Minggu Completorium, sama seperti hari Senin namun menggunakan bagian doa untuk hari Minggu. Doa-doa di atas biasanya berlangsung sekitar 30 menit, kemudian dilanjutkan dengan doa malam secara pribadi dan refleksi. Refleksi dan Istirahat Seusai doa malam, kami masih memiliki kewajiban, yaitu menulis refleksi harian untuk merenungkan segala peristiwa yang terjadi pada hari itu, dan kemudian
memetik makna dari sana. Setelah selesai menulis refleksi, kami diharapkan untuk langsung tidur. Meskipun demikian, kenyataannya banyak sekali seminaris yang masih menggunakan waktu untuk belajar, mengerjakan tugas, atau bahkan menggunakan mesin cuci. Beberapa kali pamong akan mengecek ketika malam hari, memastikan para seminaris sudah beranjak tidur. Apabila didapati masih belum tertidur, ada 3 kemungkinan yang terjadi: ditegur secara baik-baik, diusir untuk segera naik ke kamar, atau dimarahi serta mendapat hukuman. Pada intinya, pada jam ini kami semua diharuskan untuk silentium atau menjaga keheningan, membangun suasana yang mendukung untuk bersiap tidur. Setelah semua urusan selesai, kami naik ke kamar masing-masing, kemudian bersiap untuk tidur. Ada yang langsung tertidur setelah berganti pakaian, dan beberapa masih ada yang mengobrol dengan teman kamarnya sebelum tidur, hal itu tergantung dari masing-masing kamar. Ketika sudah jam tidur, semua kamar diwajibkan untuk mematikan lampu, dan kemudian tidur hingga keesokan harinya.
JADWAL AKHIR PEKAN Pada hari Sabtu dan Minggu (dan hari-hari libur lainnya), kami memiliki jadwal tersendiri yang agak berbeda dari hari Senin sampai dengan hari Jumat. Pada akhir pekan, ada saatnya kami memiliki banyak sekali waktu luang untuk bersantai dan beristirahat, tetapi ada juga saatnya ketika kami justru semakin disibukkan dengan berbagai kegiatan khusus seminari. Jadwal hari Sabtu dan hari Minggu juga sangat berbeda, namun bagiku keduanya merupakan hari yang spesial. Sabtu Menurutku, Sabtu adalah hari yang unik. Ada beberapa hal atau kegiatan yang hanya terjadi pada hari Sabtu. Salah satu keunikan di hari Sabtu adalah sempat diberlakukannya hari tanpa bel, dan menu sarapan yang tidak pernah tergantikan. Setiap hari Sabtu dan Minggu juga diadakan kesempatan opsional bagi para seminaris
untuk menjemur kasurnya. Sejak opera bidel hari Jumat, teman-teman bidel unit sudah mempersiapkan peralatan untuk menjemur kasur di lapangan, bergiliran berdasarkan unit pada setiap minggunya. Meskipun demikian, setiap orang tetap bertanggungjawab penuh pada kasurnya masing-masing, mau dijemur atau tidak, diangkat atau tidak. Oleh karena itu, patut berhati-hati setiap menjemur kasur agar tidak kehujanan. Hari Sabtu pagi adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh sebagian besar seminaris, karena menu sarapannya adalah mie kuah. Ini adalah satu-satunya hari di mana kami dapat menyantap mie yang disediakan oleh suster dan ibu-ibu dapur. Mie kuah selalu dinanti-nanti dan menjadi makanan favorit, dan aku yakin memang mie kuah telah menjadi makanan favorit sejuta umat. Hal ini sekaligus menjadi momen ketika kami harus cepat-cepat ke refter setelah Misa. Terlambat sedikit datang ke refter, mie sudah habis dan harus berkeliling untuk mengumpulkan sisa-sisa mie di panci meja lain, itupun kalau masih ada. Itulah momen yang selalu terulang setiap Sabtu pagi, menjadi salah satu kebiasaan yang selalu diingat oleh siapapun yang ada di sana. Secara garis besar, kegiatan hari Sabtu tidak jauh berbeda seperti jadwal ketika hari Jumat. Jadwal masih sama persis hingga siang hari. Kami seminaris tetap mengikuti pelajaran pada hari Sabtu (tidak seperti SMA Kolese Gonzaga), yaitu pelajaran khusus seminari dengan mata pelajaran yang berbeda di setiap tingkat. Pelajaran
khas seminari juga menjadi momen yang unik bagi kami, apalagi ketika kami dapat bertemu lagi bersama teman- teman seangkatan di dalam kelas, yang biasanya terpisah- pisah kelas ketika bersekolah di Gonzaga. Selain itu kegiatan kami tetap sama, istirahat, lalu makan siang. Perbedaan jadwal pada hari Sabtu mulai terlihat setelah makan siang. Alih-alih templi, kami pada hari Sabtu kami justru melakukan kegiatan opera harian, setelah itu ada waktu templi sekitar 30 menit, lalu siesta. Setelah siesta, karena tadi sudah opera maka kami tidak melakukannya lagi. Kami mandi, setelah itu mengambil alat musik masing-masing dan berkumpul di ruangan yang sudah ditentukan. Ada jam wajib untuk latihan alat musik orkestra hingga sore hari. Pada malam harinya, di hari Sabtu diadakan kegiatan latihan koor komunitas untuk berlatih paduan suara, khususnya untuk angkatan yang bertugas untuk Misa hari Minggu esoknya. Di seminari, petugas koor mingguan digilir per angkatan. Oleh karena itu, kami harus mempersiapkan dengan baik untuk bertugas koor agar Perayaan Ekaristi mingguan dapat berjalan dengan meriah dan terasa penghayatannya. Pada jam latihan koor, biasanya semua angkatan pada awalnya ikut berlatih menyanyikan lagu-lagu umum, misalnya Ordinarium. Setelah angkatan yang bertugas fokus untuk melatih lagu- lagu dengan pecah suara dan sebagainya, angkatan lainnya dipersilakan duduk dan boleh melakukan kegiatan bebas di kapel (biasanya mengobrol atau membaca buku)
asalkan tidak mengganggu jalannya latihan koor. Latihan koor ditutup dengan doa spontan dan membacakan Bacaan Injil esok hari. Setelah itu, semuanya diperbolehkan untuk meninggalkan kapel. Acara di malam hari (setelah latihan koor) biasanya bergantung dari hari itu adalah Sabtu ke-berapa dalam bulan itu. Pada hari Sabtu pertama, diadakan jam rekreasi bebas hingga sekitar pukul setengah 11 malam. Pada hari Sabtu kedua dan keempat, adalah jadwal nonton film bersama dari berbagai genre berbeda yang ditentukan oleh teman-teman bidel rekreasi. Khusus pada hari Sabtu ketiga, biasanya sejak pukul 6 sore diadakan rekoleksi komunitas dan penerimaan Sakramen Tobat, sehingga pada Sabtu ketiga biasanya tidak ada latihan koor. Pada hari Sabtu pertama, rekreasi bebas sama seperti rekreasi hari Rabu, tetapi kami tidak diperbolehkan menggunakan komputer. Tujuannya adalah agar kami menghabiskan waktu untuk rekreasi, bermain, mengobrol, seru-seruan dengan teman-teman komunitas, bukan malah malam mingguan dengan keluarga, teman, atau “teman”. Bidel Toko dibuka, studio pun ramai dengan beberapa orang yang menonton televisi. Beberapa lainnya memilih untuk bermain kartu atau catur di ruang rekreasi, ada yang berlatih orkes, mengobrol di ruang studi, menyetrika pakaian, asyik membaca novel di meja studi, dan berbagai aktivitas lainnya. Ini adalah salah satu momen menyenangkan, karena kami memiliki waktu bebas di malam hari, dan karena ini malam minggu maka
kami tidak perlu terlalu mengkhawatirkan urusan-urusan sekolah. Sekitar pukul setengah 11 malam, bel berbunyi menandakan semua kegiatan harus dihentikan, masuk ke jam silentium untuk berefleksi dan beristirahat. Pada Sabtu kedua dan keempat, ada jadwal nonton film bersama. Film horror, action, comedy, romance, thriller, mystery, dan berbagai genre lainnya secara bergiliran dipilih untuk ditonton. Biasanya, kami disajikan beberapa pilihan film dengan genre yang sama untuk ditonton. Pertama-tama kami menyaksikan semua trailer dari film yang disajikan, kemudian bidel rekreasi akan mengadakan voting untuk menentukan film apa yang akan ditonton malam itu. Acara ini jelas sekali diadakan oleh teman- teman bidel rekreasi, bersama dengan bidel sound dan perlengkapan yang menyiapkan hal-hal teknis. Kegiatan menonton film ini biasanya dilaksanakan di asem atau di studio, dan selama menonton film lampu dimatikan. Masing-masing genre memiliki kesannya masing-masing dan reaksi yang berbeda-beda. Terlihat seru ketika situasi menjadi tegang, cemas, atau bahkan takut karena menonton film horror. Beberapa orang yang tidak suka dengan film-film menakutkan memilih untuk menutup mata, tidur di ruangan itu, atau diam-diam kembali ke unit. Oh iya, kami juga diperbolehkan untuk menonton film sambil menikmati berbagai macam camilan yang kami beli dari bidel toko, asalkan kami tetap menjaga kebersihan asem/studio. Setelah film selesai, orang-orang bertepuk tangan, lampu dinyalakan, lalu semua membereskan
kursinya masing-masing ke tempat semula, kemudian melangkah ke unit masing-masing untuk beristirahat, karena biasanya film baru selesai pada tengah malam. Sabtu ketiga adalah jadwal untuk rekoleksi bulanan seminari. Seperti rekoleksi pada umumnya, rekoleksi ini bertujuan untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, menjalani keheningan selama beberapa saat di tengah kesibukan sehari-hari, dan berusaha merenungkan sesuatu sesuai dengan tema yang diangkat pada rekoleksi itu. Pada minggu rekoleksi, kami mengikuti berbagai macam sesi dari Sabtu sore hingga Minggu siang, dengan berbagai macam pembicara. Romo tamu, awam, pembicara profesional, suster, bruder, atau bahkan romo pamong sendiri pernah menjadi pembicara pada rekoleksi kami. Tak jarang juga, kami menerima promosi panggilan dari berbagai macam ordo atau tarekat, tujuannya adalah memperkenalkan kami kepada ordo/tarekat tersebut dengan harapan ada beberapa dari kami yang tertarik melanjutkan pendidikan seminari ke sana. Kurang lebih sama seperti promosi sekolah-sekolah atau universitas, hanya saja konsepnya agak berbeda. Hal ini cukup menarik karena menambah pengetahuan kami mengenai berbagai macam ordo dan tarekat yang ada, beserta spiritualitas dan ciri khas yang dimiliki. Selama masa rekoleksi, kami diwajibkan untuk menjaga keheningan (silentium), dan biasanya ada Pengakuan Dosa (tidak wajib) pada hari Sabtu sore atau malam.
Jadwal di atas berlaku pada akhir pekan pada umumnya, karena kerap kali kami juga memiliki kegiatan ekstra lainnya yang harus kami ikuti. Misalnya saja Expo Panggilan, live in dari berbagai sekolah atau paroki, dan sebagainya. Pada intinya, hari Sabtu dimanfaatkan sepenuhnya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan seminari, bonding dengan teman-teman komunitas, dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tertentu yang diberikan oleh seminari. Hari yang menyenangkan, dan seringkali memiliki peristiwa-peristiwa unik yang mengesankan dan kemudian menjadi kenangan bersama. Minggu Sama seperti pada umumnya, (biasanya) hari Minggu merupakan hari yang paling nyaman bagi para seminaris. Karena, hari Minggu adalah hari dengan jadwal bangun paling siang, yaitu jam 6 pagi. Ya, jam 6 pagi, dan itu “paling siang”. Dibandingkan dengan bangun pukul 4.45 setiap harinya, bangun pukul 6 menjadi suatu kesenangan tersendiri bagi kami. Jadwal di hari Minggu pagi tetap sama seperti biasa, yaitu Laudes, Misa mingguan, kemudian sarapan. Bedanya adalah, kami melangkah memasuki kapel ketika hari sudah terang. Misa mingguan adalah menjadi salah satu momen yang menggembirakan bagiku, karena pada kesempatan inilah kami bertugas atau mendengarkan koor menyanyikan berbagai macam lagu liturgi yang indah dan
megah untuk mengiringi Perayaan Ekaristi. Lektor dan misdinar juga dipersiapkan lebih baik, terkhusus jika ada Hari Raya atau Pesta pada hari itu. Misa hari Minggu menjadi Misa yang tentu saja paling meriah jika dibandingkan dengan Misa harian setiap harinya, oleh karena itu patutlah momen ini menjadi momen yang membahagiakan untuk kegiatan rohani dan memuji Tuhan. Selesai Misa, kami berkumpul di refter dan berdoa bersama doa sebelum sarapan dengan sebuah lagu. Tuhan datanglah, dan berkati kami Pada waktu kami makan Tuhan datanglah, dan berkati kami Pada waktu kami makan Oh Tuhan, eratkan persaudaraan kami ini Biarlah kubimbing salib-Mu Untuk karya bagi sesamaku Biasanya, menu sarapan di hari Minggu pagi adalah menu yang cukup “istimewa”, entah itu krecek, nasi goreng, telur balado, dan sebagainya. Sarapan di hari Minggu menjadi momen yang ramai seperti pada makan malam. Oleh karena itu juga, setelah sarapan teman-teman bidel refter mengumumkan beberapa orang yang dihukum
untuk mencuci piring karena melanggar peraturan (misalnya membawa potus keluar refter, atau membolos ketika bertugas cuci piring atau parare). Kegiatan setelah sarapan adalah opera unit, yaitu opera yang dikhususkan untuk membersihkan unit masing-masing, khususnya kamar, toilet, dan meja studi. Pada jam inilah, terkadang banyak orang yang cenderung nongkrong di salah satu kamar, kemudian dimarahi teman kamarnya karena tidak ikutan membersihkan kamar. Tak jarang juga, pada jam ini kami sampai harus mengantri untuk menggunakan sapu atau alat pel. “Eh... abis lu sapunya kasih ke gue yaakkk,” “Ehh... abis ini si A dulu tuhh, dia juga mau pake katanya,” “Ohh, yaudah abis dia gue deh yakk...” “Okesip!” “WEHHH OPERA LUU ENAK AE DUDUK DUDUK DOANG!!!” “Sans laaa entar gue sikat WC dehh.. tenang ae luu,” “Bener yeee, jan omdo nihhh,” “Iyak elah... santuyy..” “Yodeh, awas aje ni ampe kagak..” “Asyiapp bangg!!!”
Kurang lebih begitulah kalimat percakapan yang sering sekali terjadi pada hari Minggu pagi. Kemudian orang yang meminta sapu itu kembali ke kamarnya, tiduran, atau mengerjakan pekerjaan lain. Terkadang seakan tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain menunggu giliran ketika kehabisan alat bersih-bersih, meskipun sebenarnya ada saja yang bisa dikerjakan jika dicari. Kegiatan setelah opera unit berbeda-beda setiap minggunya, tergantung hari itu minggu ke-berapa dalam bulan. Bahkan, ada beberapa kegiatan yang dimulai sejak pagi sehingga jadwal sejak Minggu pagi menjadi khusus. Bagian ini akan diceritakan secara khusus di akhir bagian ini nantinya. Setelah kegiatan itu, jadwal siang seperti biasa, ada makan siang, kemudian siesta, dan ekskul. Kami seminaris mengikuti ekskul khusus seminari setiap hari Minggu. Sampai saat ini ada 6 cabang ekskul yang tersedia, yaitu THS (Tunggal Hati Seminari), Voli, Basket, Mini Soccer, Tenis Meja, dan Amason (Amatorum Societas Naturae) atau pencinta alam. Semuanya dilakukan di dalam lingkungan seminari. Setelah ekskul masih ada templi, kemudian mandi, dan bersiap untuk mengikuti Sidang Akademi. Sidang Akademi adalah salah satu kegiatan khas seminari, yaitu kegiatan formal di mana para seminaris belajar untuk melatih kemampuan public speaking dengan berbagai macam jenis tampilan yang harus dibawakan secara bergantian, mulai dari yang ringan (misalnya menjadi lektor, membaca puisi) sampai yang cukup sulit
(seperti menjadi pemandu wisata, stand up comedy, dan sebagainya). Dalam 1 pertemuan Sidang Akademi biasanya ada 2-3 orang yang menjadi penampil, dan sisanya menjadi audiens yang belajar untuk bersikap formal. Selama Sidang Akademi, kami diharuskan menggunakan pakaian seformal mungkin, yakni kemeja batik, celana bahan, dan sepatu pantofel lengkap dengan kaus kaki. Selain itu juga dipilih 4 orang pengurus (ketua, wakil, dan 2 notulen) yang bertugas mengatur jalannya Sidang Akademi selama 1 semester, serta terdapat 1 orang moderator yaitu romo/frater yang bertugas untuk menilai penampilan tersebut. Kegiatan ini, secara tidak langsung meningkatkan kemampuan kami dalam berbicara, khususnya di depan orang banyak. Aku bersyukur memiliki kesempatan untuk mengikuti kegiatan yang cukup unik ini. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan berbeda tempat berdasarkan angkatan. Bisa jadi di kapel, ruang KPP, asem, studio, atau beberapa ruangan lainnya yang memungkinkan. Jadwal malam hari setelah Sidang Akademi dapat dikatakan jadwal biasa, mirip dengan jadwal malam pada hari Jumat. Kegiatan di hari Minggu ditutup dengan Completorium (atau Instruksi Kepamongan setiap minggu kedua dan pendampingan tingkat setiap minggu keempat). Setelah melakukan banyak sekali aktivitas selama akhir pekan, di malam hari kami kembali mempersiapkan diri untuk kembali ke dunia sekolah dengan segala kesibukannya. Kemudian rutinitas itu terulang lagi dan
lagi, diselingi oleh berbagai kegiatan khusus yang menarik. Begitulah, kehidupan kami selama di seminari. Kegiatan khusus Minggu 1: Kunjungan Kegiatan ini adalah salah satu kegiatan yang paling ditunggu-tunggu oleh seminaris, yaitu kunjungan keluarga. Siapa sih, yang tidak senang bertemu dengan keluarga? Setelah opera unit, kami bersiap di depan asem untuk menyambut kedatangan orangtua kami masing-masing. Setelah bertemu, kemudian kami bersama orangtua masing-masing memilih tempat tertentu untuk menghabiskan 3,5 jam waktu kebersamaan, biasanya di lapangan depan asem, di dalam asem, atau di area kantin SMA Kolese Gonzaga. Momen kunjungan ini biasanya menjadi momen yang cukup berkesan. Selain momen bertemu dengan keluarga yang hanya sebulan sekali, pada saat ini juga kami diperbolehkan untuk menggunakan HP yang dibawakan oleh orangtua, dibawakan makanan atau keperluan lain, dan bisa juga bergabung dengan keluarga teman untuk mengobrol bersama. Kegiatan bebas bersama keluarga ini dimanfaatkan secara unik, tergantung dari kebiasaan masing-masing keluarga. Ada yang berkumpul dengan beberapa keluarga lain, ada yang hanya privat dengan keluarganya sendiri, atau ada juga yang izin keluar area seminari selama beberapa saat bersama orangtua dan saudara. Bagi teman-teman yang tidak dikunjungi oleh orangtuanya
karena satu dan lain hal, mereka bebas melakukan apapun. Boleh nimbrung dengan salah satu keluarga teman, atau menghabiskan waktu di labkom, belajar, atau tidur, pokoknya terserah. Kemudian ketika bel sudah berbunyi, para orangtua diharapkan meninggalkan area seminari dan para seminaris masuk kembali untuk siesta dan bersiap untuk ekskul. Oh iya, acara kunjungan ini biasanya masih belum boleh diikuti oleh teman-teman KPP dan KPA yang masih dalam masa karantina. Biasanya, mereka melakukan ambulasi terpimpin (sama seperti minggu keempat) ketika jadwal kunjungan ini. Kegiatan khusus Minggu 2: Perutusan Paroki Kegiatan yang cukup baru diadakan ini cukup menarik, yaitu kami para seminaris diberi kesempatan untuk mengikuti Misa mingguan di berbagai paroki yang ada di KAJ. Kepamongan membagi kami menjadi beberapa kelompok (1 kelompok biasanya terdiri dari sekitar 10 orang campur angkatan), kemudian ditentukan kami harus mengikuti Misa di paroki mana. Kami dibebaskan untuk mengikuti Misa jam berapapun, dan sebagai bentuk tanggungjawab kami harus mencatat pesan homili dan meminta tandatangan pastor pemimpin Misa sebagai tanda bukti bahwa kami sudah mengikuti Misa di paroki tersebut. Pada kegiatan ini kami diberi banyak sekali kebebasan, dan setiap
kelompok harus mencari rute kendaraan umum sendiri untuk bisa pergi ke paroki yang telah ditentukan itu. Biasanya setiap bulan paroki yang dituju adalah paroki-paroki yang berada dalam 1 dekenat. Misalnya bulan ini adalah dekenat timur, maka para seminaris dibagi menjadi kelompok- kelompok untuk mengikuti Misa di beberapa paroki yang ada di dekenat timur. Kegiatan ini menjadi momen yang sangat unik dan menyenangkan, meskipun terkadang sangat merepotkan ketika lokasi parokinya kurang strategis. Melalui acara ini terjadi komunikasi antarangkatan, semua bekerjasama dan berjalan bersama menuju sebuah tempat yang dituju. Pergi bareng, nyasar bareng, tanya-tanya ke orang juga bareng. Terkadang kami hanya bisa tersenyum dan agak bingung ketika bertanya ke orang lalu dijawab, mengapa kami tidak membuka Google Maps untuk menentukan arah. Kami tidak diperbolehkan membawa apalagi menggunakan HP selama di area seminari dan kegiatan semacam ini. Oleh karena itu, perjuangan kami untuk menuju paroki yang bahkan belum kami kunjungi itu menjadi salah satu momen menarik, dan juga menambah wawasan kami mengenai paroki-paroki yang ada di KAJ. Seusai Misa, kami diberi kebebasan untuk jalan ke manapun, pokoknya sudah harus sampai di seminari pukul 2 siang. Kami dipersilahkan untuk
membeli makanan di luar, dan harus melapor jika tetap ingin mendapat jatah makan siang dari seminari. Biasanya, setelah selesai Misa masing-masing orang berpencar dari kelompoknya karena memiliki berbagai macam tujuan. Ada yang ingin langsung kembali ke seminari, ada yang ingin mampir ke mall atau supermarket, atau beberapa kepentingan lainnya. Oleh karena itu, sama seperti ketika ambulasi, pada kegiatan ini kami harus menyiapkan sejumlah uang yang cukup untuk transportasi dan beberapa keperluan lainnya. Kegiatan khusus Minggu 3: Rekoleksi Sama seperti yang sudah dijelaskan pada jadwal hari Sabtu, ini adalah kelanjutan dari rekoleksi sejak Sabtu malam. Seusai opera unit kami mengikuti beberapa sesi dan kegiatan (biasanya di asem), ada waktu istirahat sejenak, kemudian melanjutkan sesi hingga makan siang. Biasanya kegiatan semacam ini selalu selesai sebelum jadwal makan siang, sehingga setelah makan kami sudah kembali ke jadwal harian seperti biasa. Tidak terlalu banyak yang bisa diceritakan mengenai kegiatan ini, intinya kami mengikuti sesi demi sesi yang dibawakan oleh pembicara. Rekoleksi ini juga seringkali menjadi salah satu kegiatan yang meneguhkan iman dan panggilan kami ketika sedang suntuk menghadapi kesibukan dunia sekolah dan hari-hari di seminari.
Kegiatan khusus Minggu 4: Ambulasi Kegiatan ini juga termasuk salah satu kegiatan yang paling ditunggu oleh seminaris, khususnya teman-teman KPP. Kegiatan ini adalah satu-satunya kesempatan di mana kami boleh keluar area seminari dan bebas pergi ke mana saja tanpa ada tugas (berbeda dengan perutusan paroki), kecuali pulang ke rumah. Kegiatan ini paling ditunggu karena kami memiliki kesempatan untuk jalan-jalan, entah bersama teman atau sendirian. Kami bebas berkeliaran ke manapun hingga pukul 3 sore, dan harus mengikuti ekskul setelah pulang dari ambulasi. Kegiatan ini membutuhkan uang, banyaknya tergantung dari lokasi dan tujuan ambulasi. Salah satu tempat favorit ambulasi para seminaris adalah Pejaten Village yang dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki 10 menit dari seminari, atau warnet yang ada di daerah Pasar Minggu. Kedua lokasi itu adalah tempat yang sangat cocok ketika tidak sedang memiliki banyak uang, namun ingin menghabiskan waktu dengan kegiatan yang menghibur. Seperti mall pada umumnya, di Pejaten Village kami dapat menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan, melihat- lihat toko buku, membeli beberapa keperluan, atau bahkan menonton film di bioskop jika waktunya memungkinkan. Apabila ingin bermain game atau chatting, kami juga dapat pergi ke warnet yang dapat
ditempuh dengan menaiki angkot satu kali. Itu adalah alternatif, di mana kami dapat menghabiskan waktu tanpa mengeluarkan banyak uang. Selain kedua tempat tersebut, masih ada banyak sekali tempat- tempat lain yang bisa kami kunjungi, pokoknya bebas terserah mau pergi ke mana. Entah itu ke Katedral, Gramedia, Ragunan (mungkin), Pondok Indah Mall, atau lokasi apapun selagi itu bukan rumah sendiri (yang sebenarnya tidak terlalu dipatuhi juga). Ini adalah kesempatan kebebasan sekali sebulan yang sangat disenangi oleh teman-teman KPP. Tetapi setelah naik ke kelas 1 dan kemudian kelas 2, percayalah, ambulasi menjadi suatu momen yang agak membosankan karena bingung mau hendak pergi ke mana lagi. Biasanya beberapa orang hanya menghabiskan waktu beberapa menit untuk membeli keperluan di supermarket, kemudian pulang lebih awal ke seminari sehingga dapat memiliki waktu luang untuk belajar, tidur, atau kegiatan bebas lainnya. Seminari tetap menyediakan jatah makan siang bagi teman-teman yang masih ingin makan siang di seminari, sehingga tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli makanan di luar. Apapun tujuan dan kegiatannya, jadwal ambulasi menjadi jadwal yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh sebagian besar seminaris. Kegiatan khusus Minggu 5: ???
Apabila ada Minggu kelima dalam bulan, biasanya ada beberapa kegiatan khusus yang dilakukan. Atau, tidak menutup kemungkinan juga kegiatan khusus tersebut (misalnya live in, Expo Panggilan, dan sebagainya) diadakan pada Minggu lainnya sehingga menimpa jadwal Minggu tersebut. Apabila tidak ada agenda khusus pada hari Minggu kelima, maka hari itu menjadi hari yang memiliki banyak templi. Hari bersantai, beristirahat, atau justru mengerjakan tugas-tugas yang menumpuk. Sekali lagi, itu tergantung masing-masing pribadi. Apapun kegiatannya, hari Minggu menjadi salah satu kesempatan bagi para seminaris untuk menjauhkan diri sejenak dari kesibukan sekolah, dan menghabiskan waktu bersama komunitas, keluarga, atau dengan Tuhan dan diri sendiri. Kegiatan-kegiatan ekstra Opera Magna Seperti yang pernah kusebutkan, opera magna adalah kegiatan membersihkan seluruh area seminari saat beberapa hari sebelum dan sesudah libur semester. Setiap liburan kami pulang ke rumah masing-masing, oleh karena itu lingkungan seminari menjadi sepi dan perlu dibersihkan agar tetap nyaman ketika hendak digunakan kembali. Opera magna menjadi kegiatan yang menyenangkan karena
kami dapat bekerjasama sebagai satu angkatan untuk membersihkan satu tempat tertentu, yang seringkali dilakukan sambil bercanda dan menemukan hal-hal baru di ruangan tersebut. Musik opera yang terus menggema di seluruh penjuru seminari menambah semangat kami, dan bahkan terkadang sampai teriak- teriak nyanyi bareng, kemudian tertawa. Meskipun terkesan main-main, pada akhirnya hasil kerja kami terlihat ketika opera magna selesai. Meskipun lelah, kami senang karena sudah membersihkan area seminari dengan baik, apalagi setelah menghitung hari ketika kami dapat pulang ke rumah. Biasanya setelah diadakan opera magna, refter tidak boleh digunakan agar tidak kotor lagi. Maka, setelah opera magna hingga waktunya pulang kami harus makan di luar refter, yakni di taman dan di koridor. Hal itu juga terasa menyenangkan, karena kami dapat duduk lesehan atau di bangku taman untuk makan, sambil mengobrol dan bercanda lintas angkatan. Momen-momen sebelum liburan semester, selalu menjadi momen yang dirindukan ketika sudah berada di rumah. Latihan Orkestra WBSO seringkali mendapat proyek untuk bermain orkestra dalam acara-acara besar, dimulai dari acara HOTS dan upacara sekolah sampai dengan acara-acara resmi seperti JP II Cup dan Expo
Panggilan. Oleh karena itu, dibutuhkan waktu latihan selain dari waktu yang ditentukan pada jam sekolah. Sejak beberapa bulan sebelum acara berlangsung, partitur lagu mulai dibagikan dan dipelajari. Studio menjadi lebih ramai dari biasanya ketika jam templi, banyak orang yang berlatih orkestra, dan berharap memiliki kesempatan main. Karena jumlah alat musik yang terbatas, terkadang tidak semua seminaris dapat tampil pada saat itu juga. Berlatih memainkan beberapa lagu menggunakan alat musik orkestra bukanlah suatu hal yang mudah, namun kami berusaha untuk melakukannya. Seiring berjalannya waktu, kami pun semakin mahir memainkan lagu- lagu yang akan digunakan pada acara tersebut. Sekitar sebulan sebelum hari H, latihan orkestra gabungan mulai dijadwalkan. Setelah beberapa waktu latihan masing-masing alat musik, kami pun mencoba untuk berlatih gabungan menjadi sebuah kelompok orkestra. Ada banyak suka duka di sini, sebuah perjuangan untuk hasil yang terbaik. Pada awal-awal latihan orkestra gabungan, biasanya ada pemain alat musik tertentu yang belum siap sehingga membutuhkan latihan lebih ekstra lagi. Biasanya latihan orkestra gabungan diadakan sepulang sekolah atau sore hari, menggantikan jadwal siesta atau bacaan rohani. Meskipun lelah setelah sekolah, kami harus langsung berlatih orkestra hingga sore. Rasa lelah itu terkadang tergantikan oleh semangat dan
nuansa yang dihasilkan oleh keindahan suara musik. Setelah latihan orkestra gabungan, biasanya mulai diadakan latihan gabungan dengan koor, yakni teman-teman KPP. Di sini kami banyak mengevaluasi apabila ada perbedaan pada teks yang digunakan, kapan harus masuk, dan segala macam urusan teknis lainnya. Mempersiapkan itu semua bukanlah hal yang mudah. Dalam latihan itu entah berapa kali harus mengulang, mengeluh, dan marah-marah karena kesalahan yang dilakukan oleh satu atau beberapa orang. Namun dari sana kami belajar untuk bersabar, kompak, peka, serta berusaha untuk mempersiapkan yang terbaik untuk acara yang akan kami iringi. Semua pengorbanan, untuk hasil yang luar biasa demi memuliakan Tuhan. Rapat Legio Maria Sejak 2018 yang lalu, kegiatan Legio Maria kembali diaktifkan di komunitas WB. Organisasi ini bersifat opsional, tidak wajib diikuti oleh seluruh seminaris. Legio Maria adalah kegiatan bersama di mana kami belajar untuk mengikuti rapat, mengerjakan tugas-tugas, dan berdoa yang ditujukan kepada Tuhan melalui perantaraan Bunda Maria. Setiap minggunya kami mengadakan rapat presidium, pada hari Jumat jam 6 sore dalam 3 ruangan yang berbeda, karena kami memiliki 3 presidium. Di sini
juga para seminaris belajar untuk terbuka satu sama lain, belajar berorganisasi, serta bersosialisasi dengan baik. Tetapi yang terutama, kegiatan ini diadakan untuk membangun devosi secara khusus kepada Bunda Maria. Meskipun demikian, sayangnya kegiatan ini tidak cukup populer di kalangan teman- teman komunitas. Tahun demi tahun berlalu, Legio Maria di Seminari Wacana Bhakti mendapat dukungan penuh dari kepamongan dan terus berkembang menjadi lebih baik lagi, dan semakin aktif dalam berkegiatan dengan Legio Maria dalam lingkup yang lebih luas. Forum Komunitas dan Rapat Perbidelan Setiap pengumuman makan malam hari Jumat, teman-teman ofisi inti mengadakan forum bersama seluruh teman komunitas untuk membahas beberapa topik tertentu berdasarkan salah satu 4 pilar utama hidup kami di seminari, yakni Sanctitas, Scientia, Sanitas, dan Societas. Ada beberapa permasalahan dan kritik yang dibicarakan dalam kesempatan ini, siapapun boleh berbicara apapun yang dapat diperbaiki mengenai topik yang bersangkutan, dengan tujuan agar kehidupan di seminari terus dapat menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Notulen dari forum ini dicatat oleh teman-teman ofisi (biasanya sekretaris dan humas) dan kemudian
diajukan kepada kepamongan untuk ditindaklanjuti. Pada kesempatan ini semua orang diberi kebebasan untuk berbicara, sehingga melatih kemampuan untuk berpikir kritis dan mampu memberikan usulan- usulan yang tepat untuk semakin memajukan kehidupan di seminari. Dalam jangka waktu tertentu, diadakan rapat perbidelan bersama dengan pihak kepamongan, atau biasanya lebih sering hanya antara ofisi inti dengan kepamongan. Rapat ini merupakan acara yang cukup resmi meskipun berjalan dengan santai, dan tidak semua orang bisa memiliki kesempatan untuk mengikuti rapat ini. Biasanya rapat ini diadakan pada hari Jumat malam di ruang rapat unit 1, untuk membahas berbagai macam hal. Mulai dari hasil perbincangan pada forum komunitas, rencana dan usulan program kerja, kegiatan-kegiatan mendatang, evaluasi kegiatan yang baru saja berlalu, dan sebagainya. Meskipun memotong jam studi, kegiatan ini juga menarik untuk beberapa orang, karena dalam rapat ini kami dapat menyampaikan dan menyalurkan aspirasi-aspirasi kepada kepamongan agar kehidupan di seminari menjadi lebih baik lagi. Sebenarnya masih ada banyak sekali kegiatan- kegiatan khusus selain yang disebutkan di atas, yang tidak dapat disebutkan satu per satu karena akan ada banyak
sekali. Kegiatan tersebut selalu muncul dengan berbagai macam tujuan tertentu, dan juga agar kehidupan kami selama di seminari dapat semakin bervariasi dan memiliki berbagai macam dinamika. Semuanya itu membantu kami untuk melatih diri menjadi pribadi yang lebih baik, lebih disiplin, dan mampu memiliki kompetensi dalam melakukan apapun.
Gudang Kamar Tangga Area Pamong Studi Area Belakang Wash Lantai 2: Kamar Tangga D Seminari Area Pintu Pintu Area Taman Tempat Pembuangan Studi Sampah Unit 3 Studi Santo Matius Area Studi Pintu Tangga Taman Area Area Taman Studi Studi Patung St. Matius Tangga Ruang Studi Gudang dan Unit 2 Ruang KPP Taman Wash Santo Markus Lab Komputer Tangga Lantai 2: Kamar Ruang MusikKran Air Taman Kamar Patung St. Markus Ruang Cuci Pamong Piring Lab Komputer Ruang Studi Tangga Lantai 2: Kamar Tangga Ruang Karawitan Tangga Kapel Semin Kamar Frater Ruang Taman (Lantai 2) KPA Tangga Sakristi (Lt. Wash Unit 1 R. Studio Perpustakaan Pubdok Tower Air WB St.Yohanes Kran Air Kolam dan Tam Ruang Ruang Ruang Rapat Guru Konsultasi Unit 1 Ruang Taman Tangga Administrasi Patung St. Yohanes Koridor Belakang Ruang Pintu Minister Refter Rektorat Lantai 2: Perpustakaan, Ruang Panggung Kamar Romo, Rektor Kapel Rektorat Aula Seminari Parkiran Rektorat Ruang Resepsionis Toilet Rapat Wanita Ruang Pintu Utama Ruang Tamu Toilet Pria Tamu Lapangan Depan dan Parkiran Parkiran
Area Kamar Tangga Wash Pintu belakang DENAH SEMINARI MENENGAH WACANA BHAKTI Studi Pamong Gudang Pepohonan Dapur Ruang Kerja Lapangan Kecil Pamong Valet Pintu Tangga Pintu Unit 4 Area Studi Lantai 2: Santo Lukas Kamar Taman Pintu Area Studi Tangga Taman Area Studi Taman Patung St. Lukas Pohon Rambutan Kran Got Besar Air Air Toilet Lapangan Mini Soccer Refter nari Tangga Gawang Gawang ) Gudang Tangga Perkap 2) R. R. Drum Piano man Kran Air Kran Air Kantin Belakang SMA Kolese Gonzaga Asem Pintu Pintu (Asem) Pintu Asem Kecil Kompleks SMA Kolese Gonzaga a Gua Maria
AREA SEMINARI MENENGAH WACANA BHAKTI Gambar di atas kurang lebih menunjukkan mengenai ruangan-ruangan yang ada di Seminari Wacana Bhakti. Aku berusaha menjelaskan sebaik yang kubisa mengenai tempat-tempat yang penuh kenangan ini. Biasanya, lingkungan seminari terbuka untuk dikunjungi oleh siapapun pada acara-acara tertentu, misalnya HOTS atau Live In dari pihak luar. Selain itu, orang luar tidak diperkenankan untuk memasuki area internal seminari. Oke, aku akan berusaha menjelaskan dimulai dari bagian depan. Aula Seminari Aula seminari (kami biasa menyingkatnya menjadi “asem”) adalah tempat yang paling dikunjungi oleh banyak orang dari luar seminari. Di tempat ini, dilangsungkan hampir semua acara besar yang diadakan oleh SWB maupun SMA Kolese Gonzaga, mulai dari acara internal seperti Welcome Party, rekoleksi, MIG (Masa Inkorporasi Gonzaga), sampai acara-acara yang mengundang banyak orang seperti HOTS, JP II Cup, dan acara-acara lainnya. Terkadang asem juga digunakan sebagai tempat berkumpul untuk kegiatan komunitas yang tidak terlalu resmi, seperti Sidang Akademi, latihan orkestra, dan menonton film bersama pada hari Sabtu
malam. Namun, ketika sedang tidak ada acara semacam itu, aula ini hampir tidak pernah dikunjungi siapapun. Di bagian tengah asem terdapat panggung dengan banner yang berubah-ubah setiap tahunnya, sesuai dengan acara terdekat yang dilaksanakan. Di samping kanan asem terdapat ruangan kecil yang kami sebut sebagai “aula kecil”, biasanya digunakan untuk menyimpan kursi dan sebagai tempat bermain tenis meja. Namun, belakangan ini nampaknya ruangan itu sudah dibereskan dan disulap menjadi ruangan semacam kelas. Di sebelah kiri asem, terdapat toilet pria dan wanita. Perlu diperhatikan, ini adalah satu-satunya toilet khusus wanita yang terdapat di lingkungan seminari, selain yang ada di lingkungan SMA Kolese Gonzaga. Oh iya, selain itu terdapat lemari piala, foto-foto rektor, dan ruangan kecil di sudut kiri asem yang berfungsi sebagai ruangan sound system, dan di sebelahnya terdapat tangga untuk jalan pintas menuju lantai 2 lingkungan SMA Kolese Gonzaga. Sepengetahuanku, asem adalah salah satu tempat yang paling tidak diharapkan oleh kami untuk menjadi lokasi opera (bersih-bersih), karena sangat luas sehingga butuh waktu lama untuk membersihkannya. Sekalipun dikerjakan bersama- sama, biasanya tetap repot dan butuh ketekunan tinggi. Meskipun demikian, biasanya selalu diadakan
kerja bakti bersama membersihkan aula sesudah acara-acara besar, dan beberapa saat kemudian asem sudah kembali bersih. Kami para seminaris juga sudah terlatih untuk menyusun maupun merapikan kursi-kursi berwarna biru yang digunakan dalam acara. Ketika sedang tidak ada acara, semua kursi itu ditumpuk dan diletakkan di aula kecil atau di sudut- sudut asem. Pekerjaan yang membutuhkan cukup banyak tenaga, yang dikerjakan oleh banyak orang juga. Rektorat Rektorat termasuk salah satu tempat yang jarang kami kunjungi, karena tidak ada seminaris yang ke sana jika tidak ada keperluan dengan beberapa romo. Di rektorat terdapat resepsionis, kemudian di sebelah kiri dan kanan terdapat ruang tamu yang biasa digunakan untuk bimbingan rohani antara romo dengan seminaris, atau menerima tamu pada hari biasa. Kemudian terdapat refter rektorat, yaitu ruang makan untuk para romo dan frater, entah itu romo/frater yang bertugas di seminari, Gonzaga, atau tamu, semuanya makan di sini. Ssttt! Terkadang, beberapa dari kami memberanikan diri ke refter ini untuk meminta sepiring nasi ketika di refter kami sudah kehabisan nasi, hahaha... Selain itu, di lantai 1 rektorat juga terdapat ruang kerja minister dan Pater rektor. Di sebelah kiri
belakang terdapat sebuah toilet untuk tamu. Kemudian, sekitar di tengah rektorat terdapat akuarium dan beberapa sofa empuk (lengkap dengan meja dan beberapa koleksi majalah rohani), dan di seberangnya terdapat tangga menuju lantai 2. Selama ini aku baru sekali pergi ke sana, itupun hanya sebentar karena ada keperluan di kapel rektorat. Aku sempat menengok sebentar area yang cukup privasi ini. Di lantai 2 rektorat terdapat beberapa peralatan olahraga, perpustakaan rektorat (jangan bertanya padaku apa saja isinya, aku tidak tahu), kamar para romo dan frater yang tidak menjadi pamong seminari, dan kapel rektorat di tengah-tengah, yang menurutku sangat indah. Berbeda dengan kapel seminari, kapel rektorat sangat kecil dan memiliki cahaya yang temaram. Ruangannya hanya sedikit lebih luas dari kamar, tidak memiliki kursi, tetapi memiliki AC. Di depannya terdapat meja altar dan Tabernakel yang terbuat dari kayu dengan ukiran yang indah. Sepengetahuanku, kapel ini sangat jarang digunakan (setidaknya oleh kami seminaris), atau terkadang digunakan sebagai ruangan meditasi atau latihan doa. Kurang lebih begitu yang kuketahui mengenai area rektorat, apabila ternyata masih ada ruangan lain, aku tidak (atau belum) mengetahuinya lagi. Kuharap gambaran yang kuberikan cukup jelas untuk area ini.
Kapel Dilihat dari namanya, sudah jelas apa yang ada di tempat ini. Kapel, atau disebut kapel seminari untuk membedakan dari kapel rektorat, adalah bangunan berbentuk bundar yang unik, tempat ibadah kami di seminari. Kapel ini memiliki 4 buah pintu di 4 penjuru, dan masing-masing memiliki tangga untuk turun ke bawah. Oh iya, kapel ini berada di lantai 2, sementara di lantai 1 terdapat studio dan refter yang akan dijelaskan pada bagiannya tersendiri. Bangunannya berbentuk bundar, dengan atap yang tidak secara langsung menyentuh dinding kapel. Di sekeliling dinding terdapat kaca patri berwarna-warni, seperti bangunan gereja pada umumnya. Di dalam bangunan kapel deretan kursi umat, dengan altar berbentuk setengah lingkaran di depan dan sepasang ruang pengakuan dosa di area belakang. Di sebelah kiri altar terdapat patung Yesus yang diletakkan di atas speaker, sementara di sebelah kanan altar terdapat patung Bunda Maria yang berdekatan dengan gong. Di bagian kanan altar juga terdapat sebuah Tabernakel, dan di tengah altar terdapat salib Yesus yang cukup besar. Di sebelah kiri altar juga terdapat seperangkat organ dan beberapa kabel lainnya, serta seperangkat proyektor yang menggantung di atas. Di sebelah kiri dan kanan altar juga terdapat pintu yang terhubung dengan ruangan tepat di belakang altar.
Di belakang altar terdapat ruangan yang terbagi menjadi 2, yaitu sakristi di sebelah kanan, dan gudang di sebelah kiri. Seperti sakristi pada umumnya, di sana terdapat lemari penyimpanan alat-alat dan pakaian imam, cermin, wastafel, dan perlengkapan sound system. Apa saja yang ada di sakristi ini mungkin secara lebih lanjut bisa dijelaskan oleh teman-teman bidel koster. Sedangkan di sebelah kiri sakristi, terdapat gudang kapel. Di situ terdapat lemari penyimpanan pakaian liturgi untuk petugas (misdinar dan lektor), piano yang sebenarnya masih berfungsi tetapi tidak digunakan, rak untuk menyimpan tumpukan teks lagu koor, dan beberapa barang-barang lainnya seperti tempat lilin atau semacam itu. Terkadang ruangan ini agak berantakan, tetapi secara rutin dibersihkan oleh suster dan teman-teman yang opera di sana. Sakristi dan gudang kapel ini adalah salah satu tempat opera favoritku, karena tidak luas dan mudah untuk membersihkannya. Kapel ini menjadi pusat dari hidup rohani para seminaris. Di sana kami mengikuti Ibadat Pagi, Misa, bacaan rohani, visitasi, doa malam, latihan koor, atau pengakuan dosa. Selain dari kegiatan yang diwajibkan, kapel juga selalu terbuka untuk orang-orang yang secara pribadi atau kelompok kecil ingin berdoa secara khusus . Bagian teras kapel juga menjadi tempat yang menyenangkan untuk duduk-duduk,
karena lumayan sejuk dan dari sana kami dapat memandangi langit dan sekeliling area seminari dengan jelas. Selain itu, kapel ini juga mungkin menjadi “kamar kedua” bagi beberapa orang... namun sebaiknya hal itu dibahas pada lain waktu saja. Studio Studio juga termasuk salah satu ruangan yang jarang dikunjungi oleh sebagian besar seminaris, atau malah dikunjungi setiap hari oleh beberapa orang tertentu. Ruangan ini diberi nama studio, ruangan yang dirancang supaya kedap suara (meskipun tidak terlalu efektif) dengan beberapa ruangan kecil di dalamnya. Ruangan ini biasanya digunakan untuk latihan orkestra (pribadi atau gabungan), menonton film atau televisi (pada jam-jam tertentu), atau kegiatan-kegiatan lainnya seperti bible sharing, pertemuan angkatan, dan lain-lain. Ruangan ini termasuk salah satu ruangan terfavorit di seminari, karena memiliki AC yang sangat dingin dan nyaman. Studio menjadi semacam versi lebih kecil dari asem, yakni ketika kami hendak melakukan kegiatan yang tidak formal dan tidak terlalu serius, tetapi harus mengumpulkan seluruh anggota komunitas. Di dalam studio terdapat 4 ruangan kecil. Ruangan paling kiri (dari sudut pandang depan seminari) adalah ruangan khusus untuk bidel pubdok (Publikasi & Dokumentasi). Di ruangan kecil ini
terdapat rak berisi partitur orkestra (yang dititipkan ke sini) dan sebuah meja dengan seperangkat komputer canggih di atasnya. Di ruangan inilah teman-teman bidel pubdok bekerja untuk mengedit video-video dan konten menarik, serta melakukan beberapa keperluan lainnya. Ruangan ini juga salah satu tempat favorit beberapa orang untuk nongkrong ketika gabut (tetapi diusir pamong jika terlihat), karena di ruangan ber-AC ini terdapat komputer yang dapat diakses bebas dengan koneksi internet yang cepat, lengkap dengan speaker untuk mendengarkan berbagai macam lagu. Tentu saja komputer canggih itu memiliki password sehingga hanya dapat digunakan oleh pihak berwenang, yaitu bidel pubdok. Maka, biasanya ketika ada bidel pubdok yang sedang bekerja, di situ berkumpullah sekitar 3,4,5 orang atau lebih untuk memberi masukan mengenai proyek yang sedang dikerjakan, atau sekadar mengobrol sambil request berbagai macam musik yang terkadang membuat bidelnya sendiri kesal karena banyak sekali request yang diajukan. Ruangan di samping ruang pubdok adalah semacam gudang, namun juga berisi seperangkat drum elektronik. Kemudian di seberang kanan terdapat ruangan yang berisi seperangkat drum “asli”, dan ruangan yang paling kanan adalah ruang piano. Ruang piano juga merupakan salah satu ruangan favorit kami. Selain ber-AC, di ruangan ini terdapat 2
piano dan sebuah organ yang dapat kami mainkan secara bebas bertanggungjawab pada waktu-waktu yang diperbolehkan untuk itu. Di sini kami dapat berkumpul sambil mengobrol, atau sekadar menghabiskan waktu dengan bermain piano. Entah benar-benar bermain piano atau hanya asal pencet, intinya membunyikan piano tersebut untuk mendengarkan alunan melodi. Ruangan ini juga digunakan untuk pelajaran seni oleh beberapa anak Gonzaga sehingga cukup terbuka untuk mereka. Di depan studio terdapat taman, lengkap dengan kolam ikan dan patung St. Mikael. Di sebelah studio (atau lebih tepatnya di bawah tangga menuju kapel) terdapat ruangan kecil. Di sayap kiri terdapat ruang musik yang digunakan sebagai tempat penyimpanan alat musik orkestra. Ruangan ini dilengkapi dengan CCTV dan AC, dan menjadi ruangan yang nyaman karena dingin. Karena sempit sekali (ruangan di kolong tangga), kami harus membawa keluar sebagian besar alat musik jika hendak memainkannya, yaitu ke studio. Akan tetapi, ruangan ini masih cukup apabila digunakan untuk sekadar bermain biola, gitar, kajon, dan alat musik lainnya yang tidak terlalu besar. Di sayap kanan terdapat gudang tempat penyimpanan sound dan perlengkapan, berisi banyak sekali peralatan sound system (seperti speaker, mic, dan sebagainya). Ruangan ini hanya diakses oleh bidel sound dan perlengkapan, dan sejujurnya tidak terlalu
menarik melihat apa saja yang ada di dalamnya. Di belakang studio, terdapat ruangan besar yang disebut dengan refter, yang akan kita bahas pada bagian selanjutnya. Refter Refter atau ruang makan, adalah salah satu ruang yang paling sering kami kunjungi (ya iyalah!). Seperti namanya, ruangan ini digunakan untuk sarapan, potus pagi (atau snack), makan siang, potus sore, dan makan malam. Di dalamnya terdapat sekitar 13-15 meja makan (@7-8 kursi), menyesuaikan dengan jumlah seminaris. Di ruangan inilah sebagian besar komunikasi antarangkatan terjadi, karena meja makan diatur sedemikian rupa agar dalam satu meja terdapat seminaris dari semua angkatan. Pembagian kelompok meja makan ini diubah dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh bidel refter. Ketika jam makan, refter menjadi sangat ramai dengan berbagai macam perbincangan di setiap meja. Dari obrolan ringan hingga perdebatan serius, semua dapat saja terjadi pada jam makan malam, kecuali pada waktu makan pagi. Ketika sarapan, kami diharuskan untuk hening dan tidak boleh mengobrol, karena masih pagi (silentium). Pada jam makan, semua dapat membicarakan apapun dengan leluasa karena tidak ada pamong yang mendengar perkataan kami.
Di bagian depan tengah refter terdapat podium, yang digunakan oleh teman-teman ofisi inti untuk membacakan berbagai macam pengumuman pada saat makan malam. Di sudut kanan refter terdapat lemari berisi berbagai macam komik dan sedikit tempat untuk membacanya. Di sana juga diletakkan koran harian yang diatur oleh bidel rekreasi, serta meja dan lemari penyimpanan bidel toko. Di belakang refter ada sebuah ruangan untuk mencuci piring yang memiliki sekitar 5 wastafel. Di seminari, semua orang diharuskan untuk mencuci peralatan makannya masing-masing, dan pada malam hari ditugaskan 2 kelompok meja untuk mencuci semua piring, tempat lauk, dan tempat nasi. Di bagian belakang ruang cuci piring ini, terdapat taman yang cukup luas. Ruang KPP dan Labkom Baru Ruangan yang berada di antara Unit 2 dan Unit 3 ini adalah ruang kelas untuk teman-teman KPP. Di ruangan ini, teman-teman KPP mengikuti pelajaran khusus seminari selama setahun. Sejak tahun 2019, ruangan ini dilengkapi dengan fasilitas komputer, sehingga kemudian ruangan ini disebut juga dengan “labkom baru” atau “labkom KPP”. Pada pagi hari, ruangan ini ramai dengan teman-teman KPP yang mengikuti pelajaran. Sementara pada sore dan malam hari, ruangan ini ricuh dengan teman-teman komunitas yang rebutan agar mendapatkan
kesempatan menggunakan komputer, entah untuk mengerjakan tugas atau hal-hal lain. Ada banyak sekali fasilitas seminari yang ada di ruangan ini. Selain proyektor dan papan tulis sebagai peralatan mengajar, terdapat banyak sekali komputer, sebuah printer, 2 AC, serta meja dan kursi. Desain ruangan ini bagiku cukup unik. Satu hal yang kuyakini, ruangan ini memiliki kenangan tersendiri bagi setiap orang yang telah melewati masa-masa KPP, masa- masa setahun belajar di sana. Lapangan Di kompleks seminari, ada dua buah lapangan besar yang dapat digunakan untuk berolahraga. Yang pertama adalah lapangan di depan asem yang memiliki permukaan semen, dan lapangan dalam (biasa disebut lapangan min-soc) yang memiliki permukaan rerumputan. Kedua lapangan ini terkadang juga digunakan untuk kegiatan SMA Kolese Gonzaga, dari ekskul hingga Gonzaga Festival. Kami masih memiliki 1 lagi tempat berolahraga, yaitu sports hall, meskipun lebih tepatnya itu adalah fasilitas SMA Kolese Gonzaga. Pada konteks ini, aku akan lebih menceritakan mengenai lapangan mini soccer. Sebenarnya lapangan ini terdiri dari sebidang tanah yang luas, namun karena ada beberapa ruang atau benda yang berada di sana, lapangan ini seakan terbagi menjadi dua.
Bagian lapangan yang lebih besar menjadi lapangan untuk bermain mini soccer, lengkap dengan 2 buah gawang. Sedangkan bagian lapangan yang lebih kecil, biasanya digunakan untuk bermain voli, THS, atau terkadang bulu tangkis. Di pinggiran lapangan mini soccer terdapat beberapa bangku panjang yang dapat digunakan untuk menonton pertandingan. Fungsi dari lapangan ini rasanya sudah cukup jelas, yakni untuk berolahraga. Biasanya, teman- teman komunitas bermain mini soccer pada setiap jam templi, atau pada saat jam ekskul. Selain untuk bermain bola, di sekeliling lapangan juga terdapat jogging track sehingga kita dapat menggunakan lapangan hanya untuk sekadar berlari mengelilinginya. Selain itu, beberapa kali aku menemukan bahwa berbaring di atas rumput sambil memandangi langit terbuka merupakan kesempatan yang istimewa. Terkadang ketika hujan, teman-teman tetap nekat bermain bola sambil bermain hujan, nampak seru sekali tanpa mempedulikan pakaian yang basah dan kotor, atau bahkan terkadang bertelanjang dada. Setahuku pihak seminari tidak merekomendasikan yang seperti itu, namun tidak menjadi larangan keras, jadi ya.. begitulah. Kalian akan menemukan lebih banyak fenomena unik lainnya ketika masuk ke seminari. Unit secara umum
Unit adalah tempat tinggal utama para seminaris, yakni area pribadi. Sampai tulisan ini dibuat, seminari WB memiliki 4 unit, masing-masing diberi nama sesuai dengan keempat nama pengarang Injil. Setiap unit dihuni oleh 1 angkatan, dengan pembagian yang tergantung dari keputusan pamong. Setiap tahun ajaran seminaris akan pindah kamar ke unit lain, sehingga pada setiap akhir tahun ajaran kami harus membereskan semua perlengkapan yang kami miliki. Semua unit memiliki fungsi utama dan beberapa ruangan yang sama, meskipun di setiap unit pastinya memiliki keunikannya masing-masing. Di setiap unit terdapat beberapa peralatan opera seperti sapu, pel, pengki, dan lap yang harus dikembalikan ke tempat semula setelah selesai digunakan. Secara keseluruhan, lantai 1 di setiap unit adalah ruang belajar (kecuali unit 1) dan lantai 2 adalah kamar tidur. Arsitektur unit 1 mirip dengan unit 2, sementara arsitektur unit 3 dan unit 4 sama persis namun terbalik kanan-kiri, seperti dicerminkan. Ruang studi/belajar adalah ruangan di mana masing-masing seminaris memiliki meja studi pribadi untuk belajar, mengerjakan tugas, membaca buku, dan pekerjaan lainnya. Menurutku, meja studi adalah daerah paling privasi kedua setelah kamar, karena di meja studi aku juga meletakkan sebagian besar barang-barang yang kumiliki. Selain untuk belajar, ruang studi biasanya juga menjadi tempat untuk
mengobrol, bercanda, dan lain-lain. Meja studi adalah salah satu tempat yang pasti setiap hari dikunjungi, karena di sanalah terletak berbagai macam keperluan sekolah. Mulai dari buku pelajaran, alat tulis, hingga benda-benda lain seperti patung, koleksi hobi, foto keluarga, novel, tas sekolah, dan barang-barang lainnya ditata di meja studi sesuai kreatifitas masing- masing. Maka, ada meja studi yang rapi dan ada meja studi yang berantakan, semua tergantung pemiliknya. Ruang studi biasanya akan menjadi salah satu tempat yang penuh kenangan, di mana hampir setiap hari kami menghabiskan untuk belajar, dan seringkali harus begadang sampai larut malam karena besoknya ada ulangan. Lantai 2 setiap unit pastinya adalah kamar tidur yang dibagi menjadi beberapa lingkungan, sesuai dengan bentuk ruangan. Setiap unit mempunyai 3 lingkungan, sedangkan setiap lingkungan memiliki 3- 4 kamar. Di unit 3 dan 4, terdapat beberapa bangunan kamar yang disebut dengan kamar “konektor”, yakni 2 bangunan kamar yang sengaja dijadikan 1 sehingga menjadi kamar yang lebih luas dibandingkan kamar biasa. Setiap kamar dipastikan memiliki 1 kamar mandi internal (dengan toilet duduk), kipas angin (ya, kamar seminaris tidak dipasangi AC), lampu, salib, speaker yang terhubung dengan central, dan cermin (semuanya berjumlah 2 untuk kamar konektor). Setiap kamar dilengkapi dengan 2-3 tempat tidur,
tergantung dari bentuknya ranjang susun atau tidak. Normalnya, sebuah kamar biasa memiliki kapasitas maksimal 4 orang, dan kamar konektor berarti dua kali lipatnya. Setiap seminaris juga memiliki sebuah lemari pribadi, loker, lemari besar, dan rak sepatu untuk menyimpan pakaian dan berbagai macam barang lainnya, juga diatur masing-masing. 1 kamar biasanya memiliki 2 jendela sehingga dapat menikmati pemandangan lingkungan sekitar, atau menyapa teman yang berada di kamarnya di seberang sana. Meskipun kamar merupakan area privasi, kami tidak memiliki kunci apapun untuk mengunci pintu kamar. Di seminari, tidak ada pintu yang bisa kami kunci kecuali pintu kamar mandi. Semua serba terbuka begitu saja, sehingga semuanya harus saling membangun kepercayaan satu sama lain. Di masing- masing unit juga terdapat sebuah bel listrik yang dibunyikan dengan menekan sebuah tombol yang ada di dekat refter. Fungsinya untuk membangunkan di pagi dan sore hari, serta sebagai penanda untuk berakhir dan dimulainya seluruh jadwal komunitas. Kamar juga jelas menjadi salah satu tempat penuh kenangan. Banyak hal terjadi di dalam kamar selama setahun. Momen-momen rebutan kamar mandi karena waktu mepet, terlambat bangun sekamar, ataupun mengobrol bersama teman-teman sekamar (atau bahkan lintas kamar) hingga larut malam. Setiap kamar memiliki keunikan dan tingkat
kerapiannya masing-masing, sekali lagi tergantung pada kepribadian penghuninya. Biasanya, suster atau pater sering berkeliling untuk memastikan kebersihan dan kerapian kamar. Kami memiliki jadwal wajib membersihkan area unit (kamar + toilet, meja studi, dan wash). Oh iya, setiap unit juga memiliki balkon yang di sana terdapat banyak gantungan handuk untuk kami meletakkan handuk seusai mandi. Suster melarang keras menggantung pakaian, apalagi handuk di kamar. Semua harus rapi, pakaian yang masih digunakan digantung di dalam lemari, dan pakaian kotor harus diletakkan di ember masing-masing di wash. Kami juga dilarang untuk mencuci baju di kamar mandi. Berbicara mengenai mencuci baju, di setiap unit juga terdapat wash yang terletak di lantai 1. Wash adalah tempat untuk mencuci, menjemur, dan menyetrika banyak sekali pakaian seminaris. Kami diharuskan untuk mengurus pakaian kami sendiri. Di sana terdapat cukup banyak keran air, kawat jemuran, dan tempat untuk menggosok pakaian. Masing- masing wash juga dilengkapi dengan sebuah (khusus unit 1 terdapat 4 buah toilet) toilet kecil sebagai toilet unit di lantai 1. Di masing-masing wash juga terdapat 2 buah setrika dan sebuah mesin cuci (yang baru ada sejak 2019) yang dapat digunakan. Aku masih ingat, kami cukup heboh ketika awal-awal memiliki mesin cuci. Semua orang bersyukur sekali karena akhirnya
tidak perlu repot-repot membuang waktu dan tenaga untuk membersihkan pakaian. Meskipun demikian, penggunaan 1 mesin cuci untuk lebih dari 20 orang bukanlah hal yang mudah. Mengatasi hal ini, teman- teman bidel unit menyusun jadwal pembagian giliran mencuci, dalam sehari hanya boleh 2 kamar (berarti sekitar 6 orang) yang boleh menggunakan mesin cuci. Atau jika mendesak, orang selain kamar itu boleh menggunakannya setelah mendapat izin dari kamar yang bersangkutan. Sejauh ini, belum ada insiden parah yang berkaitan dengan mesin cuci. Sementara itu, alat setrika sudah cukup banyak menyebabkan insiden kain alas meja setrika terbakar karena kelalaian beberapa oknum. Wash juga menjadi salah satu tempat yang menyimpan kenangan, khususnya bagi teman-teman yang sempat merasakan harus mencuci pakaian secara manual. Ketika belum ada mesin cuci, kami sering menghabiskan waktu untuk mencuci baju (masing-masing) bersama sambil mengobrol, menyanyi (dari lagu biasa, lagu The Webs, sampai lagu-lagu koplo remix), dan bahkan bercanda sambil bermain air. Ketika sudah ada mesin cuci, momen itu hilang, tergantikan dengan momen malam hari duduk bersama di meja setrika (hei!) sambil menunggu mesin cuci selesai bekerja. Hal ini terutama terjadi pada hari Selasa malam, yang akan dibahas pada satu bagian khusus.
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287