Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Selamat Datang, Saudaraku

Selamat Datang, Saudaraku

Published by buditjenggunawan, 2020-11-20 17:27:17

Description: Budi Tjenggunawan

Sebuah tulisan yang menceritakan tentang pengalaman penulis dalam tahun-tahun pertamanya menjawab panggilan Tuhan dengan menjalani kehidupan di Seminari Menengah Wacana Bhakti, Jakarta.

Keywords: Seminari,Seminari Wacana Bhakti,Katolik,Imam,Biara

Search

Read the Text Version

kesempatan menggunakan komputer, entah untuk mengerjakan tugas atau hal-hal lain. Ada banyak sekali fasilitas seminari yang ada di ruangan ini. Selain proyektor dan papan tulis sebagai peralatan mengajar, terdapat banyak sekali komputer, sebuah printer, 2 AC, serta meja dan kursi. Desain ruangan ini bagiku cukup unik. Satu hal yang kuyakini, ruangan ini memiliki kenangan tersendiri bagi setiap orang yang telah melewati masa-masa KPP, masa- masa setahun belajar di sana.  Lapangan Di kompleks seminari, ada dua buah lapangan besar yang dapat digunakan untuk berolahraga. Yang pertama adalah lapangan di depan asem yang memiliki permukaan semen, dan lapangan dalam (biasa disebut lapangan min-soc) yang memiliki permukaan rerumputan. Kedua lapangan ini terkadang juga digunakan untuk kegiatan SMA Kolese Gonzaga, dari ekskul hingga Gonzaga Festival. Kami masih memiliki 1 lagi tempat berolahraga, yaitu sports hall, meskipun lebih tepatnya itu adalah fasilitas SMA Kolese Gonzaga. Pada konteks ini, aku akan lebih menceritakan mengenai lapangan mini soccer. Sebenarnya lapangan ini terdiri dari sebidang tanah yang luas, namun karena ada beberapa ruang atau benda yang berada di sana, lapangan ini seakan terbagi menjadi dua.

Bagian lapangan yang lebih besar menjadi lapangan untuk bermain mini soccer, lengkap dengan 2 buah gawang. Sedangkan bagian lapangan yang lebih kecil, biasanya digunakan untuk bermain voli, THS, atau terkadang bulu tangkis. Di pinggiran lapangan mini soccer terdapat beberapa bangku panjang yang dapat digunakan untuk menonton pertandingan. Fungsi dari lapangan ini rasanya sudah cukup jelas, yakni untuk berolahraga. Biasanya, teman- teman komunitas bermain mini soccer pada setiap jam templi, atau pada saat jam ekskul. Selain untuk bermain bola, di sekeliling lapangan juga terdapat jogging track sehingga kita dapat menggunakan lapangan hanya untuk sekadar berlari mengelilinginya. Selain itu, beberapa kali aku menemukan bahwa berbaring di atas rumput sambil memandangi langit terbuka merupakan kesempatan yang istimewa. Terkadang ketika hujan, teman-teman tetap nekat bermain bola sambil bermain hujan, nampak seru sekali tanpa mempedulikan pakaian yang basah dan kotor, atau bahkan terkadang bertelanjang dada. Setahuku pihak seminari tidak merekomendasikan yang seperti itu, namun tidak menjadi larangan keras, jadi ya.. begitulah. Kalian akan menemukan lebih banyak fenomena unik lainnya ketika masuk ke seminari.  Unit secara umum

Unit adalah tempat tinggal utama para seminaris, yakni area pribadi. Sampai tulisan ini dibuat, seminari WB memiliki 4 unit, masing-masing diberi nama sesuai dengan keempat nama pengarang Injil. Setiap unit dihuni oleh 1 angkatan, dengan pembagian yang tergantung dari keputusan pamong. Setiap tahun ajaran seminaris akan pindah kamar ke unit lain, sehingga pada setiap akhir tahun ajaran kami harus membereskan semua perlengkapan yang kami miliki. Semua unit memiliki fungsi utama dan beberapa ruangan yang sama, meskipun di setiap unit pastinya memiliki keunikannya masing-masing. Di setiap unit terdapat beberapa peralatan opera seperti sapu, pel, pengki, dan lap yang harus dikembalikan ke tempat semula setelah selesai digunakan. Secara keseluruhan, lantai 1 di setiap unit adalah ruang belajar (kecuali unit 1) dan lantai 2 adalah kamar tidur. Arsitektur unit 1 mirip dengan unit 2, sementara arsitektur unit 3 dan unit 4 sama persis namun terbalik kanan-kiri, seperti dicerminkan. Ruang studi/belajar adalah ruangan di mana masing-masing seminaris memiliki meja studi pribadi untuk belajar, mengerjakan tugas, membaca buku, dan pekerjaan lainnya. Menurutku, meja studi adalah daerah paling privasi kedua setelah kamar, karena di meja studi aku juga meletakkan sebagian besar barang-barang yang kumiliki. Selain untuk belajar, ruang studi biasanya juga menjadi tempat untuk

mengobrol, bercanda, dan lain-lain. Meja studi adalah salah satu tempat yang pasti setiap hari dikunjungi, karena di sanalah terletak berbagai macam keperluan sekolah. Mulai dari buku pelajaran, alat tulis, hingga benda-benda lain seperti patung, koleksi hobi, foto keluarga, novel, tas sekolah, dan barang-barang lainnya ditata di meja studi sesuai kreatifitas masing- masing. Maka, ada meja studi yang rapi dan ada meja studi yang berantakan, semua tergantung pemiliknya. Ruang studi biasanya akan menjadi salah satu tempat yang penuh kenangan, di mana hampir setiap hari kami menghabiskan untuk belajar, dan seringkali harus begadang sampai larut malam karena besoknya ada ulangan. Lantai 2 setiap unit pastinya adalah kamar tidur yang dibagi menjadi beberapa lingkungan, sesuai dengan bentuk ruangan. Setiap unit mempunyai 3 lingkungan, sedangkan setiap lingkungan memiliki 3- 4 kamar. Di unit 3 dan 4, terdapat beberapa bangunan kamar yang disebut dengan kamar “konektor”, yakni 2 bangunan kamar yang sengaja dijadikan 1 sehingga menjadi kamar yang lebih luas dibandingkan kamar biasa. Setiap kamar dipastikan memiliki 1 kamar mandi internal (dengan toilet duduk), kipas angin (ya, kamar seminaris tidak dipasangi AC), lampu, salib, speaker yang terhubung dengan central, dan cermin (semuanya berjumlah 2 untuk kamar konektor). Setiap kamar dilengkapi dengan 2-3 tempat tidur,

tergantung dari bentuknya ranjang susun atau tidak. Normalnya, sebuah kamar biasa memiliki kapasitas maksimal 4 orang, dan kamar konektor berarti dua kali lipatnya. Setiap seminaris juga memiliki sebuah lemari pribadi, loker, lemari besar, dan rak sepatu untuk menyimpan pakaian dan berbagai macam barang lainnya, juga diatur masing-masing. 1 kamar biasanya memiliki 2 jendela sehingga dapat menikmati pemandangan lingkungan sekitar, atau menyapa teman yang berada di kamarnya di seberang sana. Meskipun kamar merupakan area privasi, kami tidak memiliki kunci apapun untuk mengunci pintu kamar. Di seminari, tidak ada pintu yang bisa kami kunci kecuali pintu kamar mandi. Semua serba terbuka begitu saja, sehingga semuanya harus saling membangun kepercayaan satu sama lain. Di masing- masing unit juga terdapat sebuah bel listrik yang dibunyikan dengan menekan sebuah tombol yang ada di dekat refter. Fungsinya untuk membangunkan di pagi dan sore hari, serta sebagai penanda untuk berakhir dan dimulainya seluruh jadwal komunitas. Kamar juga jelas menjadi salah satu tempat penuh kenangan. Banyak hal terjadi di dalam kamar selama setahun. Momen-momen rebutan kamar mandi karena waktu mepet, terlambat bangun sekamar, ataupun mengobrol bersama teman-teman sekamar (atau bahkan lintas kamar) hingga larut malam. Setiap kamar memiliki keunikan dan tingkat

kerapiannya masing-masing, sekali lagi tergantung pada kepribadian penghuninya. Biasanya, suster atau pater sering berkeliling untuk memastikan kebersihan dan kerapian kamar. Kami memiliki jadwal wajib membersihkan area unit (kamar + toilet, meja studi, dan wash). Oh iya, setiap unit juga memiliki balkon yang di sana terdapat banyak gantungan handuk untuk kami meletakkan handuk seusai mandi. Suster melarang keras menggantung pakaian, apalagi handuk di kamar. Semua harus rapi, pakaian yang masih digunakan digantung di dalam lemari, dan pakaian kotor harus diletakkan di ember masing-masing di wash. Kami juga dilarang untuk mencuci baju di kamar mandi. Berbicara mengenai mencuci baju, di setiap unit juga terdapat wash yang terletak di lantai 1. Wash adalah tempat untuk mencuci, menjemur, dan menyetrika banyak sekali pakaian seminaris. Kami diharuskan untuk mengurus pakaian kami sendiri. Di sana terdapat cukup banyak keran air, kawat jemuran, dan tempat untuk menggosok pakaian. Masing- masing wash juga dilengkapi dengan sebuah (khusus unit 1 terdapat 4 buah toilet) toilet kecil sebagai toilet unit di lantai 1. Di masing-masing wash juga terdapat 2 buah setrika dan sebuah mesin cuci (yang baru ada sejak 2019) yang dapat digunakan. Aku masih ingat, kami cukup heboh ketika awal-awal memiliki mesin cuci. Semua orang bersyukur sekali karena akhirnya

tidak perlu repot-repot membuang waktu dan tenaga untuk membersihkan pakaian. Meskipun demikian, penggunaan 1 mesin cuci untuk lebih dari 20 orang bukanlah hal yang mudah. Mengatasi hal ini, teman- teman bidel unit menyusun jadwal pembagian giliran mencuci, dalam sehari hanya boleh 2 kamar (berarti sekitar 6 orang) yang boleh menggunakan mesin cuci. Atau jika mendesak, orang selain kamar itu boleh menggunakannya setelah mendapat izin dari kamar yang bersangkutan. Sejauh ini, belum ada insiden parah yang berkaitan dengan mesin cuci. Sementara itu, alat setrika sudah cukup banyak menyebabkan insiden kain alas meja setrika terbakar karena kelalaian beberapa oknum. Wash juga menjadi salah satu tempat yang menyimpan kenangan, khususnya bagi teman-teman yang sempat merasakan harus mencuci pakaian secara manual. Ketika belum ada mesin cuci, kami sering menghabiskan waktu untuk mencuci baju (masing-masing) bersama sambil mengobrol, menyanyi (dari lagu biasa, lagu The Webs, sampai lagu-lagu koplo remix), dan bahkan bercanda sambil bermain air. Ketika sudah ada mesin cuci, momen itu hilang, tergantikan dengan momen malam hari duduk bersama di meja setrika (hei!) sambil menunggu mesin cuci selesai bekerja. Hal ini terutama terjadi pada hari Selasa malam, yang akan dibahas pada satu bagian khusus.

Selain itu, setiap unit juga dipastikan memiliki setidaknya satu kamar khusus untuk romo pamong/frater subpamong. Kamar kepamongan inilah yang paling sering diketuk oleh kami apabila ada keperluan khusus, sekaligus kamar yang paling dipantau, ada orangnya atau tidak. Beberapa dari kami bahkan sampai menghafalkan kebiasaan pamong sehingga dapat membedakan kamar itu kosong atau tidak, mulai dari nyala lampu sampai meletakkan kaki di bawah pintu, untuk merasakan ada hawa dingin dari AC atau tidak. Ketika malam hari, kamar ini juga paling diperhatikan, jangan sampai ada suara berisik yang mengganggu, atau pamong akan keluar dan marah karena kami belum tidur. Bahkan kami diam-diam saja pun, seringkali mereka berkeliling untuk mengecek dan mengingatkan agar kami tidak tidur larut malam, tidak peduli kalau besok ada 2 ulangan, remedial, tugas, dan presentasi sekaligus. Kurang lebih demikian yang dapat kugambarkan mengenai unit pada umumnya. Yang pasti, unit memiliki banyak sekali kenangan berkesan, entah baik atau buruk, lebih sering keduanya. Selain yang disebutkan di atas, masing-masing unit juga memiliki ruangan khusus/keunikannya masing-masing. Perbedaan di setiap unit akan dijelaskan pada beberapa subbagian berikut ini:

1. Unit 1 – Unit St. Yohanes Unit 1 adalah unit yang letaknya paling depan dibandingkan dengan ketiga unit lainnya. Oleh karena itu, unit ini adalah unit yang paling terbuka dan “berinteraksi” dengan pihak luar. Lantai 1 pada unit ini tidak memiliki ruang studi, kecuali ruang kelas KPA yang sekaligus menjadi ruang studi mereka. Di lantai 1 terdapat ruang konsultasi, ruang administrasi, ruang guru untuk guru-guru KPP dan tutor orkestra, ruang rapat unit 1 untuk rapat ofisi dan panitia, perpustakaan seminari, wash, serta kamar subpamong. Di dekat unit 1, terdapat juga beberapa kandang anjing seminari yang berdekatan dengan bagian belakang rektorat. Ruang konsultasi, ruang administrasi, serta ruang guru adalah ruangan yang ditempati oleh para karyawan seminari, dan dapat dikategorikan sebagai tempat yang jarang dikunjungi seminaris, kecuali mungkin ruang administrasi. Ruang konsultasi adalah ruangan pribadi psikolog seminari, Bu Putri, yang siap menerima curhatan dan memberikan berbagai bimbingan kepada seminaris yang membutuhkan konsultasi, atau dengan kata lain semacam ruang BK di sekolah. Sayangnya, fasilitas ini jarang sekali digunakan oleh seminaris. Di belakang ruang konsultasi terdapat ruang administrasi. Di tempat ini seminaris dapat mengambil dan menitipkan uang saku, serta

menerima jasa fotokopi dengan tarif yang telah ditentukan. Ruangan ini cukup penting karena berurusan dengan uang saku kami, dan juga untuk beberapa keperluan lainnya, misalnya tempat pelaporan kerusakan alat musik. Di sebelah ruang konsultasi dan ruang administrasi terdapat ruang guru, tempat berkumpulnya para guru dan tutor seminari, tempat untuk beristirahat sejenak sebelum dan sesudah mengajar. Karena ini merupakan ruang guru, maka seminaris hampir tidak pernah masuk ke dalamnya, kecuali ada urusan tertentu. Setiap hari Jumat sore, ruangan ini juga digunakan oleh salah satu presidium seminari untuk mengadakan rapat mingguan Legio Maria. Oh iya, di depan ruang administrasi juga terdapat perangkat sound system dan bagian pusat informasi. Di sini terdapat sebuah mixer dan peralatan lainnya yang berfungsi untuk menyampaikan berita ataupun memutar musik yang akan terdengar di seantero seminari, khususnya di kamar-kamar dan ruang studi seminaris. Ruang rapat unit 1 biasa digunakan untuk keperluan rapat para seminaris, dan seringkali membahas beberapa hal yang cukup penting. Setiap hari Rabu, ruangan ini juga digunakan sebagai tempat tutor untuk tutor alat musik trombon bagi para seminaris. Ruangan berkarpet dan ber-AC ini sangat nyaman untuk acara-acara

formal semacam rapat panitia, dan juga digunakan juga untuk rapat mingguan salah satu presidium Legio Maria setiap hari Jumat sore. Perpustakaan seminari sebenarnya memiliki banyak koleksi buku-buku bagus, sebagian besar koleksinya adalah buku rohani dan ilmiah, namun ada juga beberapa novel dan komik. Sebenarnya perpustakaan adalah tempat yang menarik dan menyenangkan, namun sayangnya sepi peminat karena mungkin terlihat kurang menarik dibandingkan dengan perpustakaan SMA Kolese Gonzaga yang dapat kami akses, dan harus kuakui jauh lebih canggih dan menarik daripada perpustakaan kami. Meskipun demikian, tetap saja perpustakaan seminari lebih dari layak untuk dipertahankan, karena dari tahun ke tahun perpustakaan ini semakin maju dan memperbanyak koleksi buku yang berkualitas. Semua seminaris diperbolehkan untuk meminjam buku di perpustakaan ini, maksimal 3 setiap peminjaman, dengan durasi peminjaman seminggu dan denda terlambat pengembalian Rp 500,00 per hari. Perpustakaan untuk saat ini dikelola oleh Pak Markus, buka pada jam sekolah sampai sekitar pukul 3. Sama seperti ruang guru dan ruang rapat unit 1, perpustakaan juga digunakan untuk rapat mingguan salah satu presidium Legio Maria setiap Jumat sore.

Wash unit 1 dapat dikatakan unik jika dibandingkan dengan wash ketiga unit lainnya. Wash unit 1 memiliki 4 toilet, karena sekaligus memfasilitasi untuk toilet para karyawan seminari. Wash di unit 1 ini juga terhubung langsung dengan area parkiran seminari. Selebihnya, kelengkapan fasilitas dan perlengkapan lainnya tidak jauh berbeda dengan wash di unit lain. Tidak banyak yang dapat diceritakan kembali mengenai kamar subpamong dan ruang KPA. Di lantai 2 unit 1 terdapat kamar para seminaris, dan dari tahun ke tahun unit 1 selalu ditempati oleh seminaris kelas 3 atau tahun terakhir bersama teman-teman KPA. Oleh karena itu, aku jarang sekali pergi ke atas sana karena hampir tidak pernah memiliki kepentingan. Secara keseluruhan bentuk bangunan unit 1 dan unit 2 mirip, setiap lingkungan memiliki 4 kamar yang berhadapan satu sama lain dengan masing-masing kamar mandi di tengahnya. Berbeda dengan unit 3 dan 4, loker unit 1 dan 2 terdapat di lantai 2. Selain itu, unit 1 juga dikenal memiliki kamar tamu dan beberapa kamar mandi ekstra yang dapat digunakan. Kurang lebih, demikian yang dapat kugambarkan mengenai keunikan unit 1. 2. Unit 2 – Unit St. Markus

Secara arsitektur unit 2, tidak jauh berbeda dengan unit 1. Perbedaannya hanya terletak pada pemanfaatan berbagai ruangan yang ada di dalamnya. Di lantai 1 unit 2 terdapat labkom lama, kamar pamong umum, wash serta tiga ruang studi. Labkom, atau disebut labkom lama untuk membedakannya dari ruang kelas KPP, adalah ruangan yang paling digemari oleh seminaris. Mengapa? Jelas, karena di dalamnya terdapat banyak komputer yang dapat digunakan untuk mengerjakan tugas, dan terutama internet untuk terhubung dengan “dunia luar” melalui media sosial (yang juga dibatasi dengan berbagai peraturan). Bidel komputer bertanggungjawab atas ketertiban dan kesiapan kondisi perangkat- perangkat di semua labkom, serta mengingatkan teman-teman yang menggunakan komputer untuk hal-hal yang menyeleweng. Tepat di seberang labkom lama terdapat ruang kerja dan kamar Pater Ari selaku pamong umum. Ini juga merupakan salah satu ruangan yang paling sering diketuk oleh beberapa orang yang memiliki suatu tanggungjawab dalam kehidupan berkomunitas. Selain itu, terdapat tiga buah ruang studi yang digunakan oleh teman-teman seminaris, pembagiannya berdasarkan keputusan pamong. Lalu ada wash yang juga di depannya terdapat

gudang unit 2 untuk menyimpan peralatan opera. Di lantai 2 terdapat kamar seminaris, dengan bentuk bangunan mirip dengan unit 1. 3. Unit 3 – Unit St. Matius Sejujurnya, hampir tidak ada yang istimewa yang dapat dijelaskan di unit 3. Bentuk bangunannya mirip dengan unit 4. Di lantai 1 terdapat area luas untuk ruang studi, kemudian di sudut terdapat wash, gudang, lalu kamar pamong. Selain itu, tidak ada ruangan yang spesial di unit 3 ini. Di sebelah unit 3 juga terdapat jalan kecil yang menuju ke tempat pembuangan sampah di area belakang seminari. Di lantai 2 unit 3 terdapat kamar-kamar seminaris, dengan 3 kamar konektor dan sebuah kamar untuk subpamong tambahan (jika tidak ada, kamar ini menjadi kamar kosong). 4. Unit 4 – Unit St. Lukas Bentuk bangunan unit 4 tidak jauh berbeda dengan unit 3, bahkan sama persis, hanya saya bersifat terbalik seperti cermin. Perbedaan utamanya adalah, di depan ruang kerja pamong unit 4 terdapat valet. Valet adalah tempat untuk merawat teman-teman seminaris yang sakit, atau biasa disebut UKS di sekolah-sekolah. Valet dikelola oleh suster, dan dibantu oleh beberapa teman bidel valet yang menyimpan obat-obatan

tertentu (jangan salah paham di sini ya...) untuk teman-teman yang sakit. Selain itu, beberapa kamar kosong di lantai 2 digunakan sebagai kamar valet, yaitu kamar untuk teman-teman yang sakit cukup parah sampai harus beristirahat di tempat tidur. Agar mencegah penularan penyakit dengan teman sekamar, orang yang sakit itu harus beristirahat di kamar valet agar mendapat perawatan secara khusus oleh suster dan beberapa bidel valet. Selain itu, hal yang menarik dari unit 4 adalah lokasinya yang berada di pinggir lapangan, dengan sebuah pohon rambutan yang tinggi besar di depannya. Ketika musim berbuah, beberapa teman memanjat pohon untuk memetik banyak buah rambutan untuk dimakan beramai-ramai. Di samping unit 4 ini juga terdapat bagian belakang lapangan, di sana tumbuh beberapa pohon rindang yang membuat udara menjadi lebih sejuk, namun agak menyeramkan ketika malam hari. Lokasi unit yang berdekatan dengan lapangan ini juga merupakan lokasi unit yang paling strategis, karena dekat dengan kapel dan refter, serta unit yang paling dekat dengan SMA Kolese Gonzaga. Mungkin karena itulah, beberapa tahun ini unit 4 ditempati oleh teman-teman kelas 1, mungkin agar mereka dapat lebih cepat sampai ke sekolah dibandingkan dengan teman-teman yang tinggal di unit lainnya.

Lokasi yang berada di dekat lapangan juga berarti mudah untuk menonton orang-orang bermain dari pinggir lapangan. Selain itu, unit 4 juga terletak di ujung seminari sehingga berdekatan dengan pagar, yang dimanfaatkan untuk beberapa tujuan tertentu...(?) Apa maksudnya itu tidak akan dibahas di sini, karena tidak lulus sensor. Lebih baik kita segera membahas ruangan berikutnya, yaitu ruang karawitan.  Ruang Karawitan Ruangan ini terletak di samping refter dan ruang kelas KPP, serta berada di belakang taman yang ada di samping studio. Ruangan kecil yang terbuat dari kaca ini digunakan untuk bermain alat musik gamelan. Di dalamnya, sudah tertata rapi semua peralatan gamelan yang dimiliki oleh seminari. Sayangnya, gamelan ini hanya dipelajari ketika kelas 1 sehingga ruangan ini hanya digunakan saat pelajaran tersebut. Selain itu, ruangan ini tidak digunakan dan seakan hanya menjadi dekorasi semata. Meskipun demikian, bangunan ini indah karena tersusun dari kaca, dengan tanaman merambat di atapnya sehingga memberi kesan natural.  Taman Di seminari terdapat beberapa taman. Ada taman di belakang asem dan depan studio yang memiliki

kolam ikan, patung St. Mikael serta tulisan 4 pilar hidup SWB; taman di samping studio dan depan ruang gamelan; taman di setiap unit yang memiliki patung pelindung setiap unit; serta taman di belakang refter, yang adalah taman terbesar dari semua taman di seminari. Keberadaan taman-taman ini dimaksudkan agar para seminaris dapat melepas penat dan stress dengan mengamati keindahan alam dan makhluk hidup di lingkungan sekitar. Secara garis besar kerapian dan kebersihan taman-taman ini dijamin oleh teman-teman bidel opera dan lingkungan hidup, dan juga dibantu oleh beberapa tukang kebun seminari. Taman di belakang refter adalah taman yang paling strategis untuk dijadikan tempat nongkrong di sore hari, selain di lapangan. Taman ini memiliki 2 buah tempat duduk yang di tengahnya terdapat pohon rindang. Taman ini juga seringkali digunakan oleh teman-teman KPP untuk beristirahat atau ketika sedang menunggu guru, karena letaknya persis di depan ruang kelas KPP.  Dapur Dapur termasuk salah satu ruangan yang jarang didatangi oleh seminaris, kecuali ada urusan tertentu, misalnya kehabisan makanan karena terlambat mengikuti jadwal makan siang. Sejak pagi-pagi sekali, dapur tampak sibuk mempersiapkan menu sarapan untuk kami para seminaris. Dapur seminari dikelola

oleh suster dan beberapa ibu-ibu karyawan yang siap memasak makanan untuk kami, 3 kali sehari dan juga 2 kali snack. Aku kagum sekali dengan mereka yang dapat dengan cepat dan sigap mempersiapkan makanan dengan porsi besar-besaran setiap harinya. Aku agak kesulitan membayangkan, bagaimana rasanya memasak makanan untuk lebih dari 100 orang sekaligus, sekalipun ada beberapa orang yang mengerjakannya. Dapur juga menjadi salah satu area paling belakang dari seminari, dan di belakang dapur terdapat pintu ke arah area di belakang seminari, yang masih menjadi bagian dari kompleks SWB. Kurang lebih begitulah yang dapat kuceritakan mengenai tempat-tempat yang ada di lingkungan seminari. Semoga penjelasanku cukup memberi gambaran mengenai lingkungan seminari. Bertahun-tahun tinggal di seminari membuatku nyaman dan mengenal seluruh sudut tempat di seminari, yang semuanya memiliki kenangan tersendiri bagiku. Kuharap aku dapat selalu mengingatnya, dan aku dapat kembali ke sana pada suatu hari nanti.

Bonus MK (Momen Ketika)... Pada bagian ini diceritakan beberapa momen-momen tertentu di seminari yang (mungkin) lucu dengan model teks percakapan. Cerita ini adalah fiktif belaka kisah nyata. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata fakta dan tidak ada unsur kesengajaan. Terdapat beberapa adegan berbahaya dengan peringatan “jangan tiru adegan ini”, harap waspada. Mohon agar jangan terlalu dianggap serius, nanti sakit loh... (lah, apaan sih?) Momen ketika: Darurat mengerjakan tugas Pada suatu malam di ruang studi... Endru : “Eh Buddd, ngeprint Biologi yokk,” Budi : “Nah, hayuk dah gue juga belom ngeprint. Kertasnya masing-masing yee,” Endru : “Yah elah... iya dah iya... Eh Jo bagi kertas HVS dong 5 lembar...” Jonan : “Ah kebiasaan lu... ambil sendiri tuh di lemari gue,”

Endru : “Hehehe... makasih yakk, lu mah baek ga kek Budi,” *mengambil kertas dari lemari Jonan* Budi : “Lah... iya dah serah lu... yok ke labkom, gecee...” (Di labkom KPP) Kakel : “Eh... lu mau ngeprint yak? Printernya lagi rusak nih...” Endru : “Yah... kaga bisa yak... yaudah dah, Bud coba lu cek printer di labkom lama,” 2 menit kemudian... Budi : “Lagi gak bisa juga... gimana dongg, besok ulangan nihh udah jam segini...” Endru : “Hadehh... gimana yak, bisa rusak gitu printernya... Oh gue tau! Coba kita ke kamar pater aja, siapa tau boleh numpang ngeprint di sana,” Budi : “Eh buset... seriusan lu? Ya..yaudah serah dah daripada gak bisa ngeprint...” (Depan kamar pamong) Endru : “Ryan, ada pater gak?”

Ryan : “Ada tuh, tadi baru balik dia,” Endru : “Oke dehh... lu aja Bud yang ketok pintunya,” Budi : “Lah... kok gue sih? Kan lu yang usul ke sini...” Endru : “Lu mau ngeprint juga gak nih?” Budi : “Ah elah... yaudah deh... gue yang ketok, lu yang ngomong yaa,” Endru : “Iyaa iyaa... cepetan!” Tok tok tok... Budi : “Permisi... Pater!!!” Pater : “Iyaa tunggu sebentar...” Endru *membuka pintu* Pater : “Permisi Pater, saya sama Budi boleh numpang ngeprint nggak? Printer di labkom lagi bermasalah soalnya...” : “Ohh, boleh boleh.. masuk aja dulu,” *masuk ke ruangan pater* Budi : “Ini Pater, filenya ada di flashdisk saya,” Pater : “Okee.. sebentar ya... filenya yang ini? Diprint dua kali ya?”

Budi : “I-Iya Frat, eh.. Ter,” Pater : “Mau dibagi dua halaman atau gimana?” Budi : “Iya, boleh Frat, eh... Ter,” Pater : “Okee...” Beberapa menit kemudian... Pater : “Ini sudah semua kan ya? Ada yang mau diprint lagi?” Endru : “Enggak, Ter... udah cukup ini aja, terimakasih ya Ter,” Budi : “Iya, terimakasih banyak Pater, maaf mengganggu...” Pater : “Iya sama-sama, gak apa-apa kok, santai aja..” Budi : “Oke Pater, selamat malam.” Pater : “Selamat malam..” *menutup pintu* Endru : “HAHAHAHAH tuh kan bisaa! Aduh ngakak gue, lu kocak banget sih!” Budi : “Huh... untung bisa ngeprint juga akhirnya. Berisik ah, bodo amat. Yuk kerjain, udah malem nih bentar lagi bel...”

*berjalan menuju ruang studi* Momen ketika: Mencuci baju Selasa malam Setiap malam di hari Selasa... (Di wash) *ngobrol-ngobrol* Yayas : “Wehh.. pada ngapain ni rame amat!” Bandot : “Biasa Yas.. ngobrol-ngobrol, gabut kitaa” Jacobs : “Ya elu gabut... nih setrikaan gue banyak banget bantuin dong!” Bandot : “Yehh bocah, udah bagus gue temenin yak,” Adi : “Tau tuh.. bersyukur lu ditemenin kita-kita,” Yayas : “Eh ini yang lagi nyuci siapa? Hari ini mesin cuci buat kamar berapa sih?” Bandot : “Kosong tuh... kamarnya si Yohan tapi udah pada nyuci semua, pake ae,” Yayas : “Nah cakepp, gue mau nyuci baju putih nih,” Adi : “EH GUE NITIP DONGG!!” Bandot : “Wet.. santai bang, lu gimana sih bukannya nyuci dari kemaren-kemaren? Eh Yas, gue nitip juga yak,”

Adi : “Yeh sama aja lu!!! Eh Jacobs emang lu udah nyuci seragam besok?” Jacobs : “Belom, sans jeehhh... eh tapi boleh deh sekalian, bentar gue ambil bajunya” Yayas : “Nih bocah kok santai banget... yaudah dah siapa lagi nih yang mau nitip?” Jonathan : “Akuu akuu, punten bang ikutan yakk wkwkkwk” Yayas : “Yaudah siapa lagi nihh? Udah yeee udah penuh nih mesinnya,” Bandot : “Busett, penuh amat tuh mesin, udahlah gapapa sans..” Yayas : “Iya dah gapapa, 30 menit aja yak biar cepet...” Adi : “Yaudah sabeb, yang penting bersih dah. Oiyak, keringinnya yang lama,” Yayas : “Siapp bangg...” Aceng : “Samlekom... buset rame amat lagi pada ngapain?” Bandot : “Biasa Ceng... nungguin cucian,” Aceng : “Eh buset ini seragam semua... baju siapa ae?” Yayas : “Gatau pokoknya banyak dah, yang penting aman baju gue ada namanya.”

Bandot : “Hah? Baju lu dikasih nama Yas?” Yayas : “Iye dah serah lu Dot...” Aceng : “Kalian kok pada bisa yak, nyuci malem-malem gini.. besok kering nih?” Jacobs : “Sans jehhh, kipas banyak Ceng,” Aceng : “Ckckck... yaudah terserah dah..” Sean : “Ehh, yah udah telat yak? Baru mau nitip cucian...” Bandot : “Auk, telat banget lu, tapi gapapa sih sans masukin ae,” Sean : “Ah yaudah dah, daripada lama lagi...” *beberapa saat kemudian, tampak deretan seragam putih abu-abu digantung dan 4 buah kipas angin yang menyala dengan kecepatan maksimal semalaman...* Keesokan paginya... Adi : “Yas cepetan lu nyetrika lama amat... udah jam segini nihh!” Yayas : “Sabar atuh... Di bagi kispr*y yakk..” Adi : “Yaudah pake ae, tapi cepetan yakk kalo udah bilang gue,” Yayas : “Siapp boskuhh!”

Jonathan : “Yahh, setrikanya penuh yak, abis lu gue dongg...” Yayas : “Yah telat lu Jo, barusan abis gue Adi...” Jonathan : “Aduh, yaudah dah.. nasib..” Aceng : “Halo gaess, eak pada nyetrika berjamaah..” Yayas : “Eh Ceng, Ceng, pinjem baju OR dongg...” Aceng : “Buset nih anak... baju OR gue ada di ember kotor noh..” Yayas : “Yah, baju OR gue ilang Ceng, Jo lu ada baju OR gak?” Jonathan : “Gaada, punya gue juga ilang, gatau siapa yang betak..” Yayas : “Aduh, pinjem siapa yakk? Ehh Di, Adi, pinjem baju OR dongg!” Adi : “Buset baru juga dateng gue... yaudah ntar ambil aja di lemari gue. Eh lu udah belom nyetrikanya?” Yayas : “Iya nih dikit lagi.. eh jam berapa sekarang?” Aceng : Jam 7 kurang 10 nih, cepetan gaess, gue duluan yaakk...” Adi : “WEH YASSS CEPETAANNN!!!!”

Yayas : “Iyaaaa niii udah nihhh,” Jonathan : *pasrah* Momen ketika: SKS dan Ujian Pada suatu malam... Yayas : “Yokk capsa capsa, player one player one...” Asep : “Sekipp dulu gua, ini latihan belom kelar..” Alvin : “Ah kentang lu sepp.. gassss lah boii, asik nih bodoamat lah sosiologi...” Nuel : “Yoii..” Matheus : “Lah sekuuttt!!” Star : “Eh gue ikut dong! Password kalah ganti” Yayas : “Yaudeh, abis ini yee” Asep : “Eh entar gue ikutan dongg..” Alvin : “Lah katanya tadi gak mau..” Asep : “Ya ini bentar lagi kelar tugas gua...” Matheus : “Yaudah sabeb ae sabeb.. maen tinggal maen dah..” Nuel : “Gas lah... horeee menanggg wkwkwk”

Yayas : “Yahh sialan kan, abis ini gue nih yang menang...” Star : “Udeh Yas, majuin Yas! Pede aja pede!” Sean : “Weh weh weh ikutan dong, password kalah ganti,” Matheus : “Ini lagi telat banget.. ngantri lu..” Sean : “Yah yaudah dah, kalo udah kelar panggil gue yaak,” Hames : “Lu pada kagak belajar?” Alvin : “Udah capek nih, butuh refreshing kitaa,” Yayas : “Iya Hames, capek, bentar ni dua kali doang kok maennya,” Hames : “Hhh.. yaudah serah lah..” Setelah doa malam... Andro : “Cengg pinjem catetan lu yakk, besok gue balikin,” Aceng : “Ah kebiasaan lu, yaudah tuh... kalo udah taro di meja gue yaa,” Andro : “Okee siap!”

Aceng : “Capek banget gue, mending tidur ah...” *naik ke kamar* Andro : “Aaaaaa gilak udah jam segini edan, belom belajar apa-apa gue...” Hames : “Daritadi ngapain aja lu Ndro?” Andro : “Ada deh, mau tau aja lu..” Hames : “Hadehh.. gue duluan ya mau tidur,” Andro : “Sok atuh... tidur jam berapa ya gue.. Ah, untung gue ada temennya!” Guse : “Haduh ngantukkk!! Aaaaa capek bangettt...” Andro : “Nah ayo Gus sekalian temenin gue belajar...” Guse : “Gue sekalian nungguin cucian doang tuh, abis itu tidur capek bangett..” Andro : “Yah... yaudah deh...” Oppa : “Cie Androo lagi belajarr...” Andro : “Berisik lu ahh, diem napa..” Oppa : “Waduh iya dah, galak banget.. gue tidur duluan ya,”

Beberapa menit kemudian... Pater : “Haloo Andro... sudah jam berapa ini?” Andro : “Eh, iya Pater, sebentar saya lagi belajar Fisika, besok ulangan...” Pater : “Mending kamu tidur dulu, besok bangun pagi- pagi belajar lagi... sudah waktunya tidur..” Andro : “Iya Pater, sebentar saya bereskan.” Pater : “Baik.. jangan biasakan tidur malam-malam ya..” Andro : “Baik Pater...” *naik ke kamar* Beberapa saat kemudian... Andro : *menuruni tangga pelan-pelan* *tengok kiri-kanan, lalu mengambil catatan dan buku pelajaran* *naik ke kamar, lanjut belajar sampai ketiduran* Momen ketika: Ada fogging dadakan Pada suatu makan malam di hari Jumat... Star : “Selamat malam teman-teman, pengumuman besok pagi ada fogging, diharapkan untuk

membereskan jemuran, tempat tidur, dan peralatan lainnya. Terimakasih.” Sfx : *bisik-bisik ramai* Noel : “Yah elah, mana gue baru nyuci lagi...” Mamang : “Iya sama, mana banyak banget lagi cucian gue... yaudahlah siap-siap abis ini..” Keesokan paginya... Daniel : “Yokk teman-teman jangan lupa diberesin baju- bajunya yaa...” Yohan : “Siapp kaka..” Daniel : “Mantapp.. ini yang laen gimana dah? Itu wash masih berantakan gitu?” Guse : “Iyaa bentar bentar, ini baru mau gue rapihin... sabarrrr...” Vinno : “Oh iya, bentar, bentar..” Jonathan : “Ehh Gus, sekalian dong baju gue nitip..” Guse : “Ah ambil sendiri lahh, ini baju gue aja udah banyak banget, cucian 2 ember...” *suara mesin fogging* Guse : “AAAAA ADUH ADUH CEPETAAANNN”

Iman : “Ayoo teman-teman, cepattt cepatt...” Mamang : “Tuh kan dibilangin daritadi, baru panik sekarang...” Jonathan : “EHH CUPANG GUE, CUPANG GUE! KERTAS MANA KERTAS...” Vinno : “EH IYA JOOO SEKALIAN DONG CUPANG GUAAA!!!” Daniel : “Bocah yakk... dibilangin daritadi juga malah santai-santai..” Jonathan : “Yamaap bang tadi gue baru kelar mandi iniii,” Guse : “OH IYAAA HANDUK GUE JUGA BELOMM” *berlari ke kamar* Daniel : “Iya yak handuk masih banyak tuh yang belom diambilin... yaudah yuk kita bantu tutupin, kasian kalo sampe kena asep...) Yohan : “Hadehh, yaudah hayukk,” Mamang : “Yaudah, ayo cepetan itu asepnya udah mau ke sini..” Hames : “Jangan lupa gaes 10 menit lagi masuk kelas,” Iman : “Waduh... kita harus cepat teman-teman”

Daniel : “Iya iyaa, siapp.. ayo cepetan!” *secepat kilat menyambar semua pakaian, menyimpannya di lemari* NGEEEEEENNNNGGGGGGGGGG

UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama, syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus yang sudah membimbing saya agar dapat menyelesaikan tulisan ini. Syukur atas kesempatan yang Ia berikan kepada saya untuk mengalami kehidupan di seminari dan mendapat berbagai pengalaman menarik dari sana. Tanpa campur tangan-Nya, saya tidak mungkin dapat menjadi seperti sekarang ini. Semoga saya senantiasa mampu mengambil makna dari setiap peristiwa kehidupan saya dan semakin mampu untuk mendekatkan diri kepada- Nya, karena hidup ini adalah sebuah “Perjalananku Bersama-Mu”. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mama yang dengan setia membimbing dan menemani saya selama di rumah, dari awal hingga akhir proses penulisan ini. Terima kasih atas segala dukungan dan motivasinya, maaf jika terkadang ada kesalahpahaman dan salah ucap ketika sedang sibuk mengerjakan tugas-tugas sekolah. Terima kasih kepada pihak SMA Kolese Gonzaga yang memberikan tugas Babak Jiwa Raga Utama, yang kembali menyulut semangat saya untuk mengerjakan tulisan ini dengan sungguh-sungguh di tengah kesibukan PJJ. Terima kasih juga kepada Ibu Ely yang bersedia menjadi guru pendamping untuk geladi cipta sastra ini, menemani saya dan membantu memperbaiki kemampuan saya dalam

menulis. Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan yang memilih geladi cipta penulis, karena sharing-nya yang menguatkan dan saling memotivasi untuk terus melanjutkan tulisannya masing-masing. Terima kasih juga kepada seluruh teman-teman komunitas Seminari Menengah Wacana Bhakti, khususnya WB angkatan 32 yang telah menemani hari-hari saya di seminari dan menjalani kehidupan bersama. Banyak suka dan duka yang telah kita lalui, dan banyak juga pelajaran dan pengalaman bermakna yang kini kita miliki. Semuanya menjadi momen yang indah dan berkesan dari masa lalu, untuk terus maju di jalan panggilan Tuhan menuju masa depan. Terima kasih telah menjadi teman cerita, motivator, pendukung setia, dan teman yang baik dalam proses menjalani kehidupan hari demi hari. Terima kasih sudah membantu saya mencetak berbagai macam pengalaman menarik dalam ingatan, yang beberapa di antaranya dapat dituangkan ke dalam tulisan ini. Terima kasih pula karena mau membaca dan memberi masukan untuk tulisan saya pada tahap-tahap awal. Terima kasih juga kepada teman- teman dan para guru serta karyawan SMA Kolese Gonzaga yang telah membantu menemani hari-hari kami di sekolah. Terkhusus, terima kasih kepada teman saya Dhita yang bersedia menjadi pembaca pertama dari beberapa tulisan saya.

Dan yang terakhir, terima kasih banyak kepada kalian semua yang meluangkan waktu untuk membaca tulisan saya yang masih sederhana ini. Semoga tulisan ini dapat membantu kalian dalam mengenal lebih dekat mengenai Seminari Menengah Wacana Bhakti dengan segala dinamikanya. Saya berharap, melalui tulisan ini mungkin ada lebih banyak lagi orang yang tertarik untuk menanggapi panggilan Tuhan menjadi pelayan-Nya dengan masuk ke seminari. Tidak harus ke seminari WB, saya akan senang mendengarnya apabila semakin banyak orang yang masuk ke seminari manapun itu. Akhir kata, saya memohon maaf atas segala kekurangan yang ada di buku ini, kritik dan saran yang membangun saya terima dan semoga menjadi pelajaran untuk menjadi lebih baik lagi ke depannya. Sekali lagi, terima kasih! Semoga Tuhan menyertai kita semua.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook