Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Thesis Benaya

Thesis Benaya

Published by angarlzdomugllpzol, 2021-02-01 12:36:34

Description: Thesis Benaya

Search

Read the Text Version

PERAN PENDAMPINGAN KONSELING GURU PADA SISWA SLOW LEARNER KELAS 3-5 TERHADAP PRESTASI BELAJAR DI SEKOLAH DASAR MARANATHA 01 SEMARANG BARAT TESIS Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga Program Studi Teologi Pastoral Konseling Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Teologi ( M.Th ) Disusun Oleh Benaya Dwi Cahyono NIM 18.213.103.2.068. SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA EFATA SALATIGA 2019

ii

LEMBAR PENGESAHAN PERAN PENDAMPINGAN KONSELING GURU PADA SISWA SLOW LEARNER KELAS 3-5 TERHADAP PRESTASI BELAJAR DI SEKOLAH DASAR MARANATHA 01 SEMARANG BARAT Disusun Oleh Benaya Dwi Cahyono NIM : 18.213.103.2.068. Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal 11 Oktober 2019 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima Ketua Tanda tangan Dr. David Hadi Wibisono. M.Th __________________________ Anggota __________________________ 1. Dr. David Hadi Wibisono. M.Th __________________________ 2. Dr. Bambang Sriyanto. MTh 3. Dr. Adi Chandra. M.Th iii

PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari ptogram Pascasarjana Konseling Pastoral seluruhnya merupakan hasil karya sendiri. Adapun bagian tertentu dalam penulisan Tesis yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, khaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Salatiga, 11 Oktober 2019 Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga Benaya Dwi Cahyono NIM :18.213.103.2.068.

iv KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan anugerah keselamatan dan kesempatan kepada penulis untuk bisa melanjutkan pendidikan hingga saat ini. Dan melalui penulisan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada pihak–pihak yang mendukung hingga terselesaikannya tesis yang antara lain : 1. Dr. Surdja Kusuma, M.Th selaku pendiri dari Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga. 2. Dr. David Hadi Wibisono, M.Th selaku ketua Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga yang mengijinkan penulis untuk belajar dan menyelesaikan penelitian di STEFA. 3. Dr Bambang Sriyanto, M.Th selaku Direktur Pasca Sarjana dan juga selaku dosen metodologi yang memberikan arahan dalam penulisan, hingga terselesaikanya tesis ini. 4. Dr. Adi Chandra, M,Th, selaku pembimbing I yang memberikan arahan dan motivasi kepada penulis hingga terselesaikan tesis ini. 5. Ibu Dra. Lie Ja Hwe, M.Th selaku pembimbing II yang membantu dan menolong dalam penulisan hingga terselesaikannya penulisan tesisi ini. 6. Pdt Goenawan Susanto selaku gembala Gereja Isa Almasih Jemaat dr Cipto Semarang yang memberikan izin dan kesempatan penulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. 7. Para dosen pascasarjana STEFA yang mendedikasikan ilmunya buat kemajuan pelayanan dan penulis pada khususnya.

v 8. Ibu Eny Anggoro, S.Pd. selaku kepala sekolah Sekolah Dasar Maranatha 01Semarang Barat, yang memberikan izin untuk penulis mengadakan penelitian. 9. Guru kelas 3, 4 dan 5 Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat yang telah membantu memberikan informasi tentang anak slowlearner. Dan segenap staf pengajar Sekolah Dasar Maranatha 01, Semarang Barat. 10. Segenap Rohaniwan dan majelis GIA dr Cipto Semarang yang telah mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan pendidikan di STEFA. 11. Istriku yang terkasih Hanna Setiyorini yang mendukung dan mendoakan penulis untuk belajar lagi dan menyelesaikan pengerjaan tesis, serta kedua anak penulis Christo Hazael Dikaio Cahyono dan Edgar Adonai Kharis Cahyono yang menjadi penyemangat dalam pengerjaan tesis. 12. Bp Kusno dan Ibu Supiah yang di Mojokerto yang telah mengasuh dan membesarkan penulis serta mendoakan untuk pelayanan dan pendidikan penulis. 13. Ibu Dorkas Ngatini dan Maria Hestriani yang memberikan dukungan dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan tesis. 14. Teman-teman pascasarjana angkatan 2018, terimakasih buat kerjasamanya dan semangat untuk saling menbangun dalam mencapai keberhasilan menyelesaikan pendidikan di STEFA. 15. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, penulis ucapkan terimakasih.

ABTRAKSI Pada dasarnya kesulitan belajar anak slow learner dalam hal membaca, menulis, berhitung, oleh sebab itu untuk dapat mencapai kriteria ketuntasan maksimal yang telah ditentukan yaitu 75 harus melakukan remidi . Oleh sebab itu perlukan adanya pembingan atau pendampingan konseling khusus bagi anak slow learner Sekolah Dasar Maranatha 01, agar mengalami untuk peningkatan prestasi belajar secara aka demik dan non akademik, dan hal itu dilakukan oleh guru kelas masing-masing. Tujuannya adalah supaya bisa mengikuti pelajaran dalam kelas. sebab materi yang diberikan kepada mereka yang normal dengan slow learner sama. Oleh karenanya guna menunjang perlua ada sarana mengembangkan bakat bagi slow learner baik secara akademik maupun prestasi non Akademik, sebab diantara ada yang memiliki modeling, menggambar menyanyi dan bermain musik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Salah satu jenis penelitian kualitatif adalah penelitian etnografi. Etnografi adalah metode penelitian berdasarkan pengamatan terhadap sekelompok orang dengan lingkungan yang alamiah ketimbang penelitian yang menekankan latar formalitas. dalam penelitian tersebut, peneliti meyelidiki suatu kelompok apa adanya selama masa penelitian. Data yang dikumpulkan didapat melalui pengamatan partisipatif ( melibatkan diri sendiri). Pengamatan partisipan itu dapat dilakukan dengan sebagain responden yaitu guru kelas 3-5 maupun personal. Kesulitan belajar yang di alami Anak slow leaner di Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat adalah Daya tangkap terhadap pelajaran sangat lambat, Komunikasi lamban dan tidak Fokus, Kesulitan membaca dan berhitung, IQ Rendah, Mengajarnya harus pelan-pelan, Butuh 5-7 menit memahami pelajaran, Butuh 3-4 kali pengulangan pelajaran, Susah mengingat kalimat panjang tangkapdan perlu Membutuhkan waktu 5-10 menit untuk memulai mengerjakan Tugas adapun Cara Pendamping terhadap anak slow learner adalah Melibatkan teman sebaya, Perhatian khusus mata yang terus tertuju kepada anak slow learner, Pembelajaradengan pengulangan, Kesabaran, Tekun dan telaten, Pendisplinan untuk pertanggung jawaban, Ketelaten, Pemberian motivasi, Remidi, Mendoakan mereka, Pemberian hadia, Membangun suasan kelas yang kondusif, Keprihatinan untuk menolong, Tambahan belajar setelah pulang sekolah. Membangun hubungan dengan orang tua, dan Pendekatan personal terhadap emosinya. Hasil pendampingan anak slow learner terhadap pencapaian peningkatan prestasi belajar akademik adalah mengalami kenaikan kelas, adanya Peningkatan Peningkatan nilai Akademis berdasarkan KKM 75 ( 80 -83 ), dan Memiliki kecerdasan dalam mata pelajaran tertentu (Matematika). Hasil pendampingan anak slow learner terhadap pencapaian peningkatan prestasi belajar akademik adalah sebenarnya anak slow learner mempunyai kemampuan menari namun kurang diperhatikan, dan mempunyai keberanian memimpin upacara bendera di sekolah. Kata Kunci : Pendampingan Konseling, kesulitan belajar, wawancara, prestasi belajar, akademik, non akademik. vi

ABTRAKSI Basically, the learning difficulties of slow learners in reading, writing, arithmetic, therefore to be able to achieve the maximum completeness criteria that have been set, 75 must do a remission. therefore it is necessary to have special counseling or assistance for slow learners of Maranatha 01 Elementary School children, so that they experience an increase in learning achievement aka demik and non-academic, and this is done by their respective class teachers. The goal is to be able to take lessons in class. because the material given to those who are normal with the same slow learner. Therefore, in order to support the necessity, there are facilities to develop talents for slow learners both academically and non-academically, because there are those who have modeling, drawing singing and playing music. The approach used in this study is a qualitative approach. One type of qualitative research is ethnographic research. Ethnography is a research method based on observing a group of people with a natural environment rather than research that emphasizes the setting of formality. in the study, researchers investigated a group as it was during the study period. Data collected is obtained through participatory observation (involving oneself). Observation of participants can be done with some respondents, namely class 3-5 teachers and personal Learning difficulties that are experienced by slow leaners in Maranatha 01 Elementary School West Semarang are the catching power of the subject is very slow, communication is slow and unfocused, difficulty reading and arithmetic, low IQ, teaching must be slow, It takes 5-7 minutes to understand the lesson , It takes 3-4 repetitions of the lesson, Difficult to remember long sentences and need to take 5-10 minutes to start working on the Task As for the Ways to Accompany slow learners is to involve peers, Special attention to the eyes that continue to focus on children slow learners, Learning with repetition , Patience, Diligent and diligent, Discipline for accountability, Patience, Giving motivation, Remidi, Praying for them, Giving gifts, Building a conducive classroom atmosphere, Concern to help, Additional learning after school. Building relationships with parents, and a personal approach to emotions. The results of assisting slow learner children towards achieving academic learning achievement improvement are increasing classrooms, an increase in academic value improvement based on KKM 75 (80 -83), and having intelligence in certain subjects (Mathematics). The results of assisting slow learner children on achieving academic learning achievement improvement is actually slow learner children have the ability to dance but are less noticed, and have the courage to lead a flag ceremony at school. Keywords: Counseling Assistance, learning difficulties, interviews, academic achievement, academic, non-academic. vii

MOTTO IA HARUS MAKIN BESAR, TETAPI AKU HARUS MAKIN KECIL. YOHANES 3:30 viii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iii KATA PENGANTAR............................................................................................... iv ABTRAKSI ............................................................................................................... vi MOTTO .................................................................................................................... viii DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xv DAFTAR DIAGRAM ............................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xvii BAB I ........................................................................................................................ 1 1. Pedahuluan .......................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 9 1.3 Batasan Masalah ........................................................................................... 10 1.4 Rumusan Masalah ........................................................................................ 11 1.5 Tujuan Penelitian........................................................................................... 12 ix

x 1.6 Signifikasi Penelitian..................................................................................... 12 1.6.1 Secara Teoritis ...................................................................................... 13 1.6.2 Secara Praktis ....................................................................................... 14 BAB II ....................................................................................................................... 14 2. Tinjauan Teori...................................................................................................... 14 2.1 Gambar Dan Rupa Allah .......................................................... 14 2.2 Pandangan Alkitab terhadap Pendampingan Berkebutuhan Khusus ............. 16 2.2.1 Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus Berdasarkan Alkitab .............. 16 2.2.1.1 Pandangan Berkebutuhan Khusus Dalam Perjanjian Lama ............. 18 2.2.2 Pandangan Berkebutuhan Khusus Dalam Perjanjian Baru .................. 24 2.2.3 Kesimpulan Penanganan Kebutuhan Khusus dalam Alkitab ............... 26 2.3 Slow Learner.................................................................................................. 27 2.3.1 Karakteristik anak slow learner ........................................................... 29 2.3.2 Faktor-Faktor Penyebab Anak Slow Learner ...................................... 32 2.3.3 Masalah yang Dihadapi Anak Slow Learner....................................... 36 2.3.4 Penanganan Terhadap Anak Slow Learner ....................................... 37 2.3.5 Cara pembimbingan seorang Guru pada Slow learner...................... 39 2.3.6 Layanan pendampingan guru pada slow learner ................................. 47 2.4 Pendampingan Konseling ................................................................................ 51

xi 2.5 Konseling Sebagai Hubungan........................................................................... 55 2.6 Peran Konseling Pada Slow Learner............................................................... 59 2.7 Kerangka Berpikir............................................................................................. 73 BAB III...................................................................................................................... 74 3.Metode Penelitian................................................................................................... 74 3.1 Pendekatan Penelitian.......................................................................................... 74 3.2 Subjek Penelitian dan Objek Penelitian .............................................................. 74 3.3 Lokasi dan Waktu penelitian............................................................................... 76 3.4 Teknik pengumpulan Data .................................................................................. 76 3.5 Istrumen Penelitian.............................................................................................. 78 3.8 Teknik Analisis Data ........................................................................................... 79 3.7 Teknik Validasi Data........................................................................................... 81 BAB IV...................................................................................................................... 85 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan.......................................................................... 85 4.1 Lokasi penelitian ................................................................................................. 85 4.1.1 Sejarah Sekolah ........................................................................................ 85 4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan............................................................................... 87 4.1.3 Pengajar dan murid................................................................................... 89 4.1.4 Pengajar .................................................................................................... 91 4.1.5 Saran Dan Prasarana................................................................................. 93

xii 4.2 Subjek dan objek penelitian ................................................................................ 94 4.3 Analisa dan pembahasan ..................................................................................... 95 4.3.1 Kesulitan Belajar siswa slow learner ........................................................ 96 4.4 Subjek Penelitian................................................................................................. 97 4.4.1 Kesulitan belajar....................................................................................... 97 4.4.2 Cara Pendampingan ................................................................................. 114 4.4.3 Prestasi Akademik .................................................................................... 159 4.4.4 Prestasi non akademik .............................................................................. 182 BAB V....................................................................................................................... 198 Kesimpulan Dan Saran ........................................................................................... 198 5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 198 5.2 Saran ................................................................................................................. 199 5.2.1 Secara Teoritis ........................................................................................... 199 5.2.2 Secara Praktis ............................................................................................ 200 Daftar Pustaka ........................................................................................................... 202 Lampiran ................................................................................................................... 206

xvii DAFTAR TABEL 1. Data siswa SD Maranatha 01 Tahun 2018/2019 ................................................ 89 2. Data Siswa SD Maranatha 01 Tahun 2019/2020 ............................................... 90 3. Data Guru SD Maranatha 01 Semarang Barat ................................................... 91 4. Ekstrakurikuler SD Maranatha 01 Semarang Barat ........................................... 93 5. Pernyataan kesulitan belajar subjek 1 ................................................................ 97 6. Pernyataan kesulitan belajar dari orang tua kelas 3 ........................................... 100 7. Pernyataan kesulitan belajar Subjek 1................................................................ 102 8. Pernyataan kesulitan belajar Subjek 2................................................................ 103 9.. Pernyataan kesulitan belajar dari orang tua kelas 4 ........................................... 105 10. Pernyataan kesulitan belajar subjek 3 ................................................................ 107 11. Pernyataan kesulitan belajar dari orang tua kelas 5 ........................................... 109 12. Kesimpulan pernyataan subjek 1,2dan 3 ............................................................ 112 13. Pernyataan pendampingan subjek 1 ................................................................... 114 14. Pernyataan pendampingan orang tua kelas 3 ..................................................... 122 15. Pernyataan pendampingan subjek 2 ................................................................... 124 16. Pernyataan pendampingan orang tua kelas 4 ..................................................... 136 17. Pernyataan pendampingan subjek 3 ................................................................... 139 18. Pernyataan pendampingan orang tua kelas 5 ..................................................... 152 19. Pernyataan pendampingan dari kepala sekolah SD Maranataha 01................... 154 20. Kesimpulan pernyataan subjek 1,2 dan 3 ........................................................... 156

xviii 21. Pernyataan prestasi akademik subjek 1 .............................................................. 160 22. Rekab nilai anak slow learner kelas 3 ................................................................ 163 23. Pernyataan orang tua kelas 3 akan prestasi akademik........................................ 165 24. Pernyataan prestasi belajar subjek 2................................................................... 166 25. Rekab nilai anak slow learner kelas 4 ................................................................ 170 26. Pernyataan prestasi akademik orang tua kelas 4 ................................................ 171 27. Pernyataan prestasi akademik subjek3 ............................................................... 172 28. Rekab nilai anak slow learner kelas 5 ................................................................ 176 29. Pernyataan prestasi belajar akademik orang tua kelas 5 .................................... 177 30. Kesimpulan pernyataan prestasi akademik subjek 1,2 dan 3 ............................. 180 31. Pernyataan prestasi non akademik subjek 1 ....................................................... 183 32. Pernyataan prestasi non akademik subjek 2 ....................................................... 187 33. Pernyataan prestasi non akademik subjek 3 ....................................................... 191 34. Kesimpulan Pernyataan prestasi non akademik subjek 1,2 dan 3 ...................... 195

DAFTAR GAMBAR 1. Foto Situasi guru kelas 4 ................................................................................. 258 2. Foto Hasil pengerjaan siswa slow learner kelas tiga ........................................ 258 3. Foto Catatan membuat jadual mata pelajaran kelas 5 ..................................... 259 4. Foto Pembelajaran kepada siswa slow learner kelas tiga ................................ 259 5. Foto Guru mendampingi saat siswa slow learner kelas 4 ............................... 260 6. Foto Pendampingan pembelajaran mata pelajaran komputer pada siswa slow learner kelas lima ............................................... 260 7. Foto selesai memimpin upacara ................................................................... 263 8. Foto Gambar siswa slow learner kelas 5 ....................................................... 263 xv

DAFTAR DIAGRAM 1. Kesulitan belajar................................................................................................ 113 2. Pendampingan siswa slow learner .................................................................... 158 3. Prestasi akademik.............................................................................................. 181 4. Prestasi non akademik....................................................................................... 197 xvi

xvii DAFTAR LAMPIRAN 1. Wawancara dengan guru kelas 3....................................................................... 205 2. Wawancara dengan guru kelas 4....................................................................... 211 3. Wawancara dengan guru kelas 5....................................................................... 220 4. Wawancara dengan orang tua kelas 3 ............................................................... 230 5. Wawancara dngan orang tua kelas 4................................................................. 232 6. Wawancara dengan orang tua kelas 5 ............................................................... 234 7. Wawancara dengan kepala sekolah SD Maranatha 01 ..................................... 236 8. Daftar wawancara penelitian............................................................................. 240 9. Validasi wawancara .......................................................................................... 245 10. Surat Izin penelitian ......................................................................................... 246 11. Konsultasi bimbingan ...................................................................................... 258 12. Sejarah SD Maranatha 01 ................................................................................ 255 13. Visi, Misi dan Tujuan SD Maranatha 01 ......................................................... 256 14. Inventaris SD Maranatha 01 ............................................................................ 257 15. Foto Situasi guru kelas 4 ............................................................................... 258 16. Foto Hasil pengerjaan anak slow learner kelas tiga ........................................ 258 17. Foto Catatan membuat jadual mata pelajaran kelas 5 ..................................... 259 18. Foto Pembelajaran kepada anak slow learner kelas tiga ................................ 259

xviii 19. Foto Guru mendampingi saat anak slow learner kelas 4 .............................. 260 20. Foto Pendampingan pembelajaran mata pelajaran komputer pada anak slow learner kelas lima .............................................. 260 21. Rekab Nilai kelas 3 ....................................................................................... 261 22. Rekab Nilai Kelas 4 ...................................................................................... 261 23. Rekab Nilai Kelas 5 ...................................................................................... 262 24. Foto selesai memimpin upacara ................................................................. 263 25. Foto Gambar siswa slow learner kelas 5 ..................................................... 263 26. Rapor siswa slow learner kelas 3.................................................................. 264 27. Raport Siswa slow learner kelas 4 ............................................................... 271 28. Raport Siswa slow learner kelas 5 ............................................................... 277

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Setiap orang tua menghendaki kehadiran seorang anak. Anak yang diharapkan oleh orang tua adalah anak yang sempurna tanpa memiliki kekurangan. Namun pada kenyataannya, tidak ada satupun manusia yang tidak memiliki kekurangan. Manusia tidak ada yang sama satu dengan lainnya. Seperti apa pun keadaannya, manusia diciptakan unik oleh Allah. Setiap orang tidak ingin dilahirkan di dunia ini dengan menyandang kelainan maupun memiliki kecacatan. Orang tua juga tidak ada yang menghendaki kelahiran anaknya menyandang kecacatan. Kelahiran seorang anak berkebutuhan khusus tidak mengenal berasal dari keluarga kaya, keluarga berpendidikan, keluarga miskin, keluarga yang taat beragama atau tidak. Orang tua tidak mampu menolak kehadiran anak berkebutuhan khusus. Sebagai manusia, anak berkebutuhan khusus memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keluarga, masyarakat dan bangsa. Ia memiliki hak untuk sekolah sama seperti saudara lainnya yang tidak memiliki kelainan atau normal Di Indonesia pendidikan merupakan hak setiap warga negara, tanpa ada pengecualian. Pendidikan merupakan sebuah wadah bagi setiap individu dalam proses belajar untuk mengembangkan Itelegensi , Emosi, dan Spiritual

2 maupun skill serta potensi yang ada dalam dirinya. Pendidikan itu tidak selalu berasal dari pendidikan formal seperti sekolah atau perguruan tinggi. Pendidikan informal dan non formal pun memiliki peran yang sama untuk membentuk kepribadian, terutama anak atau peserta didik. Pemerintah Republik Indonesia telah menjamin pendidikan setiap warga negara. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 menegaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Melalui pendidikan, manusia diharapkan mampu mengembangkan kemampuannya yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik serta kemampuan sosial.1 Dalam pasal 5 disebutkan bahwa: Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (ayat 1); Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus (ayat 2); Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus (ayat 3). Setiap siswa pada prinsipnya berhak memperoleh peluang untuk mencapai prestasi belajar yang memuaskan. Tetapi dari 1 Mendiknas Peratutan Pemerintah Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1

3 kenyataaan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa yang lain.2 Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian, siswa yang berkategori “di luar rata-rata” itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kepasitasnya. Dari sini kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficulty) yaitu suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat belajar dengan baik, disebabkan karena adanya gangguan, baik berasal dari faktor internal siswa di batasi faktor intelegensi maupun faktor eksternal siswa. Faktor-faktor ini menyebabkan siswa tidak mampu berkembang sesuai dengan kapasitasnya, dan hal itu tidak hanya menimpa siswa yang berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi.3 Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Berkaitan dengan istilah disability, maka anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan di salah satu 2 Ibid Pasal 5 3 Hellen. Bimbingan Konseling., (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hal 128

4 atau beberapa kemampuan baik itu bersifat fisik seperti tunanetra dan tuna rungu, maupun bersifat psikologis seperti autism.4 Pengertian lainnya bersinggungan dengan istilah tumbuh-kembang normal dan abnormal, pada anak berkebutuhan khusus bersifat abnormal, yaitu terdapat penundaan tumbuh kembang yang biasanya tampak di usia balita seperti baru bisa berjalan di usia 3 tahun. Hal lain yang menjadi dasar anak tergolong berkebutuhan khusus yaitu ciri-ciri tumbuh-kembang anak yang tidak muncul (absent) sesuai usia perkembangannya seperti belum mampu mengucapkan satu katapun di usia 3 tahun, atau terdapat penyimpangan tumbuh-kembang seperti perilaku echolalia atau membeo pada anak autis.5 Secara umum dapat dikatakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan (retarded) yang sangat sukar untuk berhasil di sekolah 4 Mulyadi, Diagnosa Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus. (Jogjakarta: Nuha Litera, 2010), hal 31 5 Ibid.,

5 sebagai mana anak-anak pada umumnya.6 Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya.7 Untuk menyikapi hal tersebut maka diperlukan seorang konselor. Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling. Konselor memiliki peranan yang sangat penting dalam membina dan mengarahkan sikap dan perilaku individu berkebutuhan khusus. Perkembangan manusia merupakan perubahan yang progresif dan berlangsung terus menerus atau berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai suatu tahap perkembangan akan sangat menentukan keberhasilan dalam tahap perkembangan berikutnya. Sedangkan, apabila ditemukan adanya satu proses perkembangan yang terhambat, terganggu, atau bahkan terpenggal, dan kemudian dibiarkan maka untuk selanjutnya sulit mencapai perkembangan yang optimal.8 Dalam hal ini sekolah yang menjadi perhatian penulis adalah Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat yang diduga ada anak yang mengalami kebutuhan khusus. Seperti dalam percakapan yang penulis lakukan bersama 6 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, , (Jakarta : Grafindo, 2012 ), hal 233 7 Barlow, D. H. Anxiety and Its Disorders: The Nature and Treatment of Anxiety and Panic. Second Edition. (New York: The Guilford Press. 2002).p18 8 Ibid., hal 35

6 Kepala Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat,9 beliau menjelaskan bahwa jumlah peserta didk dari kelas1 sampai kelas 6 berjumlah 108 siswa yang mempunyai permasalahan kemampuan belajar oleh karena sistem penilaian hasil belajar bagi anak berkebutuhan khusus selama ini disamakan dengan peserta didik yang lainnya. Siswa slow learner mengalami masalah belajar dan tingkah laku. Hal ini dikarenakan siswa mempunyai keterbatasan kemampuan intelektual dan keterampilan psikologis. Secara umum masalah siswa slow learner yang ditemukan di antaranya; memiliki prestasi akademik yang rendah, mengalami kesulitan dalam berlatih membaca, menulis, berhitung, dan menghafal. Siswa slow learner juga mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, mudah bosan, sehingga siswa cenderung memiliki banyak aktifitas yang tidak terarah. Selain masalah belajar, siswa slow learner juga menghadapi masalah tingkah laku. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan keterampilan psikologis yang meliputi; keterampilan mekanis yang terbatas, konsep diri yang rendah, hubungan interpersonal yang belum matang, permasalahan komunikasi, dan pemahaman terhadap peran sosial yang tidak tepat.10 Ketidakpahaman guru terhadap sistem penilaian hasil belajar dan penentuan kenaikan kelas bagi anak berkebutuhan khusus menyebabkan guru memperlakukan penilaian yang sama dengan peserta didik lainnya. Ketika 9 Enny Anggoro S.Pd, Kepala Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat, Percakapan pada hari sabtu tanggal 13April 2019 waktu 10.30 WIB berlokasi di SD Maranatha 01 10 Mulyadi, Op.Cit , hal 23

7 siswa slow learner tidak mencapai kriteria ketuntasan maksimal ( KKM) yang telah disepakati adalah 75, maka tindakan guru kelas melakukan remidi sampai benar-benar siswa ABK mencapai KKM dengan memberikan ulangan yang bobotnya diturunkan. Dan jika selama remidi terkadang remidi dilakukan dengan penyampaian materi secara verbal. Adapun Perincian siswa tersebut sebagai berikut : Data Siswa SD Maranatha 01 Tahun Ajaran 2018 / 2019 No Kelas Jumlah Anak Berkebutuhan khusus 1. I Siswa Slow Lainnya 21 anak Learner - 2 anak II 13 anak 1 anak - III 18 Anak 1 Anak 2 anak IV 19 Anak 2 Anak 2 Anak V 16 Anak 1 Anak 1 Anak VI 21 Anak 12 Anak 5 Anak Berdasarkan data diatas mayoritas anak yang berkebutuhan khusus adalah slow learner atau bisa disebut siswa dengan kesulitan belajar sebanyak 19 siswa slow Learner. Dan dari jumlah anak yang berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat juga didapat dari limpahan Sekolah Dasar Maranatha 02 Sampangan yang ditutup karena kurangnya tenaga pengajar dan murid yang diajar sehingga digabungkan menjadi satu.

8 Kunikan lagi dalam mengatasi ketertinggalan siswa slow learner dalam pembelajaran, setiap guru memiliki cara masing-masing dalam menangani siswa slow learner, sebab selama guru kelas mengajar dari antara mereka belum pernah ada yang mendapatkan pembelajaran khusus dalam menangani anak yang berkebutuhan khusus. Selama mereka bertanggung jawab atas pembelajaran dikelas mereka melakukan pembelajaran kepada ABK secara mandiri. Berdasarkan pembicaraan dengan guru kelas11 usaha yang mereka lakukan menolong ABK agar dapat mengalami perubahan nilai pembelajaran mereka dengan mengadakan tambahan kelas diluar jam pelajaran dan dengan pembimbingan melalui sentuhan kasih sayang, memberikan tambahan pembelajaran melalui soal dan tindakan komunikasi dengan orang tua. Dari informasi yang didapat dari pembicaraan guru-guru Maranatha 01 anak berkebutuhan khusus ada dari mereka yang memiliki prestasi diluar akademik seperti menari, modeling dan beberapa dari mereka yang berprestasi dalam kejuaraan games. Artinya bahwa ABK yang ada di SD Maranatha memiliki prestasi diluar akademik yang sebenarnya bisa digali dan dikembangkan berdasarkan anugrah yang Tuhan berikan kepada mereka, namun persoalanya hal itu belum tergali karena keterbatasan tenaga pengajar.12 Dan hal inilah yang menarik untuk dilakukan penelitian, dengan keterbatasan guru dan bimbingan konseling terdapat keistimewaan yang 11 Wawancara kepada guru kelas ( 1-6 ) diadakan pada hari Senin 29 April 2019, pk 12.30-1430 WIB, di SD Maranatha 01 12 Ibid.,

9 sebenarnya bisa digali dan dikembangkan untuk ABK diSD Maranatha 01 hingga tercapainya prestasi belajar baik aka demik maupun non akademik. Melalui persolan itulah maka penulis melakukan penelitian terhadap Sekolah Dasar Maranatha 01 yang berlokasi di jl Sri rejeki kalibanteng Semarang Barat dengan judul Peran Pendampingan Konseling Guru pada siswa slow learner kelas 3-5 terhadap prestasi belajar di Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat. 1.2 Identifikasi Masalah Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini maka akan diidentifikasi masalah: 1. Guru kelas belum mendapatkan pendidikan khusus menangani siswa slow learner karena kurangnya informasi dan keterbatasan pengajar yang diutus untuk mengikuti pelatihan. 2. Siswa slow learner mengalami kesulitan belajar dalam hal membaca, menulis, berhitung, sehinga untuk mencapai kriteria ketuntasan maksimal yang telah ditentukan yaitu 75 tidak pernah akan tercapai, sehingga untuk dapat mencapai KKM tersebut harus melakukan remidi agar bias mencapai KKM yang ditetapkan . 3. Tidak ada bimbingan konseling khusus bagi siswa slow learner dikarenakan Sekolah Dasar Maranatha 01Semarang Barat belum ada tenaga ahli bimbingan konseling, sehingga pendampingan konseling untuk peningkatan prestasi belajar dilakukan oleh guru kelas masing-masing.

10 4. Siswa Slow learner dianggap sebagai penghambat pembelajaran dikelas, dikarenakan tidak bisa mengikuti pelajaran yang diikuti dalam kelas.sebab materi yang diberikan kepada mereka yang normal dengan siswa slow learner sama. 5. Tidak ada sarana mengembangkan bakat bagi siswa slow learner diluar prestasi Akademik, meskipun ada diantara yang memiliki kemampuan dalam non akademik diantaranya modeling menyanyi dan bermain musik. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah nomer 2, 3 dan 5 maka Fokus masalah penelitian ini dikhususkan pada Pendampingan Konseling Guru terhadap Siswa Slow Learner pada kesulitan belajar siswa slow learner prestasi belajar akademik dan non akademik di Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat, yang meliputi : 1. Siswa slow learner mengalami kesulitan belajar dalam hal membaca, menulis, berhitung, sehinga untuk mencapai kriteria ketuntasan maksimal yang telah ditentukan yaitu 75 tidak pernah akan tercapai sehingga untuk dapat mencapai KKM harus melakukan remidi agar bias mencapai KKM yang ditetapkan . 2. Bimbingan konseling bagi siswa slow learner yang dilakukan oleh guru kelas, dikarenakan Sekolah Dasar Maranatha 01 belum ada tenaga bimbingan konseling.

11 3. Tidak ada sarana mengembangkan bakat bagi siswa slow learner diluar prestasi Akademik, meskipun ada diantara yang memiliki kemampuan dalam non akademik. 1.4 Rumusan Masalah Dari beberapa uraian yang penulis kemukakan pada bagian batasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : 1. Bagaimana kesulitan belajar yang dialami Siswa slow leaner di Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat ? 2. Bagaimana cara pendampingan konseling terhadap siswa slow learner di Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat ? 3. Bagaimana hasil dari pendampingan konseling pada siswa slow learner terhadap pencapaian peningkatan prestasi belajar akademik di Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat ? 4. Bagaimana hasil dari pendampingan konseling pada siswa slow learner terhadap peningkatan prestasi belajar nonakademik di Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat ?

12 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dapat diuraikan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk menjelaskan bagaimana kesulitan belajar yang di alami siswa slow leaner di Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat. 2. Untuk menjelaskan bagaimana cara pendampingan konseling terhadap siswa slow learner di Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat. 3. Untuk menjelaskan bagaimana hasil pendampingan siswa slow learner terhadap pencapaian peningkatan prestasi belajar akademik di Sekolah Dasar Maranatha 01 Semaran Barat. 4. Untuk menjelaskan bagaimana hasil pendampingan konseling pada siswa slow learner terhadap peningkatan prestasi belajar non akademik di Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat. 1.6 Signifikasi Penelitian Signifikasi penelitian menjelaskan tentang manfaat dari penelitian itu sendiri. Adapun signifikasi penelitian itu ada dua, yaitu pertama, kepentingan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan atau signifikasi secara teoritis dan kedua signifikasi praktis ialah membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada objek yang diteliti.

13 1.6.1.Secara Teoritis : Manfaat yang diharapkan secara teoritis dari penetilian peran pendampingan konseling terhadap slow learner di Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat adalah : 1. Untuk mendapatkan pemahaman yang baru dari teori konseling yang di dapat dari hasil penelitian yang ada dilapangan dengan pembelajaran yang selama ini didapat diSekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga. 2. Untuk mengembangkan teori pastoral konseling yang selama ini dipelajari dalam perkuliahan yang merupakan bagian dari disiplin ilmu diSekolah Tinggi Teologi Efeta Salatiga. 1.6.2 Secara Praktis Manfaat yang diharapkan secata praktis dari penetilian peran pendampingan konseling terhadap siswa slow learner Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat adalah : 1. Sebagai sarana untuk menolong bagi guru atau pengajar Sekolah Dasar Maranatah 01 marang Barat dalam mendamping siswa slow learner hingga menghasilkan nilai akademik yang baik dan prestasi dalam belajar. 2. Memberikan masukan kepada institusi Sekolah Dasar Maranatha 01 Semarang Barat untuk bisa menanganan siswa slow learner secara efektif dan benar.

14

14 BAB II TINJAUAN TEORI Pada bagian ini akan dijelaskan tinjauan teologis tentang gambar dan rupa Allah, pandangan Alkitab terhadap pendampingan pada orang yang berkebutuhan khusus, Slow learner, peran konseling dan peran konseling pada Slow Learner. 2.1Gambar Dan Rupa Allah Kejadian 1:26 “Berfirmanlah Allah: \"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, kata menjadikan dalam ayat tersebut berasal dari bahasa Ibrani ‘ ‫( עׂשה‬asah) yang berarti “menjadikan” atau “membuat” dengan memakai bahan. Kata tersebut berbicara mengenai tubuh manusia yang diciptakan oleh Allah dengan menggunakan bahan yaitu debu tanah, “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah” (Kej. 2:7a) dan kata ‫( ברא‬bara)’ yang berarti “menciptakan” dengan tidak memakai bahan, kata tersebut mengacu kepada jiwa manusia yang diciptakan Allah tanpa memakai bahan melainkan Allah langsung menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (Kej. 2:7b).1 Manusia pada dasarnya adalah makhluk ciptaan Allah yang paling spesial karena Allah menciptakan manusia secara langsung, Allah membentuk manusia itu dengan memakai tangan Allah sendiri (Kej.2:7) “ketika itulah 1 Jeremia Djadi, Diktat Angelologi, Antropologi, dan Hamartologi (Makassar: STT Jaffray Makassar, 2009), hal 44.

15 TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” Tidak sama halnya dengan penciptaan makhluk lainnya, Allah menciptakan makhluk lainnya hanya dengan berfirman tanpa Allah membentuk langsung. Allah juga memberikan kuasa kepada manusia atas mahkluk ciptaan yang lain (Kej. 1:26,28), ini juga merupakan salah satu bukti bahwa manusia itu berbeda dari makhluk ciptaan yang lainnya. Hal yang paling membedakan manusia dengan makhluk ciptaan yang lainnya ialah manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.2 diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. “Hakikat kemanusiaan kita adalah citra Allah (Kej. 1:26-27). Citra Allah itu meliputi gambar Allah (imago Dei) dan teladan Allah (similitudo Dei). Ini merupakan kelengkapan manusia yang di anugerahkan Tuhan kepada manusia untuk melakukan tugas-tugas yang telah diberikan- Nya.”3 Kata Ibrani untuk gambar ialah ‫( צלם‬tselem) yang diturunkan dari akar kata yang bermakna “mengukir” atau “memotong.” Maka kata ini bisa dipakai untuk mendeskripsikan ukiran berbentuk binatang atau manusia. Ketika diaplikasikan pada penciptaan manusia dalam Kejadian 1, kata tselem ini mengindikasikan bahwa manusia menggambarkan Allah, artinya manusia merupakan suatu representasi Allah. Kata Ibrani untuk rupa ialah ‫דמות‬ 2 Anthony A. Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah (Surabaya: Momentum, 2010) , hal 17-18 3 R.M. Drie S. Brotosudarmo, Etika Kristen untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2007), hal 62.

16 (damuwth) yang bermakna “menyerupai”. Jadi, orang bisa berkata bahwa kata damuwth di Kejadian 1 mengidentifikasikan bahwa gambar tersebut juga merupakan keserupaan atau kesempurnaan, “gambar yang menyerupai Kita.” Kedua kata itu memberi tahu kita bahwa bahwa manusia mempresentasikan Allah dan menyerupai Dia dalam hal-hal tertentu. 4 Namun dosa merusak gambar dan rupa Allah di dalam diri manusia itu, Kejadian 3:7: “Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.” Kerusakan inilah yang juga berdampak kepada kerusakan fisik manusia. Sehingga gambar dan rupa Allah yang seharusnya menjadi kesetaraan berakibat menjadi suatu kesenjangan. Kemuliaan akan pribadi manusia sebagai gambar dan rupa Allah menyebabkan manusia menilai dan mengukur satu dengan yang lain dan menggolong-golongkan sesuai dengan hukum yang berlaku. 2.2 Pandangan Alkitab Terhadap Pendampingan Berkebutuhan Khusus 2.2.1 Penyebab Anak berkebutuhan Khusus berdasarkan Alkitab Kondisi berkebutuhan khusus (special needs) selalu dinilai sebagai sesuatu yang berkonotasi negatif dalam dunia teologis. Jika diperhadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang disabilitas, jawaban yang terlontar dari kebanyakan orang hampir selalu sama misalnya, orang 4 Anthony A. Hoekema, Op.Cit Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah, hal 8

17 berkebutuhan khusus merupakan sebuah hukuman dari Allah; suatu ujian terhadap iman; dosa dari orang tua yang diwariskan kepada keturunannya (dosa turunan); disabilitas sebagai pekerjaan Allah; dan kebanyakan berkata bahwa disabilitas adalah suatu akibat dari dosa dan kutukan.5 Dalam injil Yohanes 9 : 1- 36 1.Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. 2.Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: \"Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?\" Jawab Yesus:\" 3.Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Di sini Yesus membetulkan pemahaman salah para murid bahwa setiap penyakit yang berat adalah akibat dosa. Anggapan bahwa semua penyakit disebabkan oleh dosa serius (Yoh 5:14). Namun anggapan penderitaan terkadang diizinkan Allah karena maksud ilahi, yaitu untuk menunjukkan kemurahan, kasih, dan kuasa Allah. Beberapa alasan yang sering pendapat umum kemukkan saat seseorang mengalami penderitaan dalam hal ini mengalami kecacatan. 1. Orang percaya mengalami penderitaan sebagai kelanjutan dampak kejatuhan Adam dan Hawa. Ketika dosa memasuki dunia, penyakit, 5 A. W. Longchar, & R. C. Rajkumar Embracing TheInclusive Community: A Disability Perspective. ( Bangalore: BTESSC/SAHRI, NCCI & SCEPTRE. 2010). 6 http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Yoh%209:1-3 diunduh hari kamis 16 mei 2019 pk 11.46 wib

18 kesusahan, pertikaian, dan akhirnya kematian memasuki kehidupan semua manusia (Kej 3:16-19) 2. Beberapa orang percaya menderita karena alasan yang sama dengan orang yang tidak percaya, yaitu sebagai akibat perbuatan mereka sendiri Prinsipnya \"orang menuai apa yang ditaburnya\" (Gal 6:7) secara umum berlaku untuk semua orang. 3. Orang percaya juga menderita, setidak-tidaknya batin mereka, karena mereka hidup di dalam dunia yang berdosa dan jahat. Di sekeliling kita terdapat dampak dosa ( 2Pet 2:8) 4. Orang percaya menderita oleh Iblis. Sebab Iblis dan sekutunya senang menganiaya orang percaya. Orang yang mengasihi Tuhan Yesus dan menaati prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan- Nya akan dianiaya karena iman mereka7 2.2.2 Pendampingan Anak Berkebutuhan Khusus Berdasarkan Perjanjian Lama Dalam kitab perjanjian lama kisah pendampingan terhadap orang yang berkebutuhan khusus juga ditunjukkan oleh Raja Daud kepada Mefiboset yang merupakan anak dari sahabatnya yaitu Yonatan dimana mereka pernah mengikat suatu perjanjian.Dalam kitab 2Sam 4:4 Yonatan, anak Saul, mempunyai seorang anak laki-laki, yang cacat kakinya. Ia berumur lima tahun, ketika datang kabar tentang Saul dan Yonatan dari Yizreel. Inang pengasuhnya mengangkat 7 http://alkitab.sabda.org/article.php?id=8420 artikel penuntun, penderitaan orang benar diunduh hari kamis 16 mei 2019 pk 12;05 wib

19 dia pada waktu itu, lalu lari, tetapi karena terburu-buru larinya, anak itu jatuh dan menjadi timpang. Ia bernama Mefiboset.(TB) Mefiboset (Ibrani: ‫ ְמ ִפי ֹב ֶׁשת‬- Mefiboset ). Bentuk asli nama ini berasal dari Meribaal (Ibrani: ‫ – ַּב ַּעל ְמ ִריב‬Meribaal ) yang berarti: 'Pahlawan Baal (1 Tawarikh 8:34; 9:40b). Nama ‫ – ְמ ִפי ֹב ֶׁשת‬Mefiboset berasal dari kata Ibrani ‫( ָּפ ָּאה‬Pa’ah): serpihan/ remukan dan kata ‫– ב ֶׁשת‬ Boset 8, Maka nama Mefiboset berarti menghilangkan rasa malu.9 Jadi nama dari mefiboset sendiri memiliki arti terbuang atau rasa malu. Hal ini disesuaikan dengan kondisi yang dialami karena mengalami kecacatan dalam tubuhnya. Kisah Ini adalah pertama kalinya Mefiboset dicatat dalam Firman Tuhan10. Mefiboset masih kecil ketika ayahnya Yonatan dan kakeknya Saul meninggal di Yizreel. Ketika mendengar kabar kematian ayah dan kakek Mefiboset pengasuhnya menjadi panik. Kenapa panik? Karena biasanya kematian seorang raja akan menjadi kesempatan bagi musuh- musuh raja tersebut untuk membunuh keturunan raja. Ketika membawa lari Mefiboset pengasuh ini menjatuhkan dia sehingga kaki Mefiboset menjadi cacat. Karena Saul dan Yonatan sudah meninggal maka Daud ingin menunjukkan kebaikan kepada keturunan Saul. Karena itu Daud 8 program file Bible Work,7/init/bw 7.00swc 2 Samuel 4:4 New international versen diunduh hari rabu tanggal 1 mei 2019 pk 13.35 wib 9 Easton, Matthew George Easton's Bible Dictionary (edisi ke-Extended Annotated). 1894, hal. 457. 10 Lembaga Alkitab Indodesia, perjanjian Lama dan perjanjian Baru kitab 2 Samuel 4:4 ( Jakarta; LAI,2011 ), hal 335

20 memanggil Ziba yang diketahuinya sebagai hamba Saul untuk mencari tahu keluarga Saul yang masih hidup. Daud adalah raja Israel yang kedua. Daud menjadi raja Israel sesudah perjuangan yang sangat panjang dan berat. Sebelum Daud menjadi raja maka Yonatan anak Saul adalah temannya yang sejati. 1 Samuel 18:1-4 (TB) Daud ingin menunjukkan belaskasinya kepada anak sahabatnya yang masih hidup bernama Mefiboset yang saat itu diasuh oleh inangnya tang bernama Ziba. Dalam catatan kitab 2 Samuel pasal 9:2-3 2 Adapun keluarga Saul mempunyai seorang hamba, yang bernama Ziba. Ia dipanggil menghadap Daud, lalu raja bertanya kepadanya: “Engkaukah Ziba?” Jawabnya: “Hamba tuanku.”3 Kemudian berkatalah raja: “Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah.” Lalu berkatalah Ziba kepada raja: “Masih ada seorang anak laki-laki Yonatan, yang cacat kakinya.” 2 Samuel 9:2-3 (TB) Ziba sebagai hamba Saul adalah seorang hamba yang kurang ajar. Perhatikanlah jawaban Ziba kepada Daud. Ziba menyatakan cacat Mefiboset. Sebenarnya Ziba cukup menyatakan bahwa Mefiboset adalah anak laki-laki Yonatan tapi Ziba ikut menyatakan bahwa Mefiboset kakinya cacat. Apa yang dikatakan Ziba adalah kebenaran dan fakta tapi tidaklah sopan untuk memberitahu suatu cacat atau keburukan orang lain tanpa hal itu ditanyakan secara langsung. Daud hanya menanyakan siapa yang masih hidup dari keluarga Saul. Ziba selain menyatakan nama Mefiboset dan orang tuanya juga memberitahu cacat Mefiboset. Padahal Mefiboset adalah cucu Saul sedangkan Saul adalah majikan Ziba sewaktu

21 dia masih hidup. Hal ini berarti Ziba kurang ajar dan tidak menaruh rasa hormat kepada Saul dan Mefiboset.11 Pernyataan Raja Daud akan Mefiboset adalah sikap yang sangat serius akan hubungan yang telah terjalin antara Yonatan dan Daud, dalam hal ini Raja daun menunjukan kasih kepada seorang kepercayaan Yonatan sewaktu hidup. 4 Tanya raja kepadanya: “Di manakah ia?” Jawab Ziba kepada raja: “Dia ada dirumah Makhir bin Amiel, di Lodebar.”5 Sesudah itu raja Daud menyuruh mengambil dia dari rumah Makhir bin Amiel, dari Lodebar 6 Dan Mefiboset bin Yonatan bin Saul masuk menghadap Daud, ia sujud dan menyembah. Kata Daud: “Mefiboset!” Jawabnya: “Inilah hamba tuanku.”7 Kemudian berkatalah Daud kepadanya: “Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku.”8 Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: “Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?” 9 Lalu raja memanggil Ziba, hamba Saul itu, dan berkata kepadanya: “Segala sesuatu yang adalah milik Saul dan milik seluruh keluarganya kuberikan kepada cucu tuanmu itu.10 Engkau harus mengerjakan tanah baginya, engkau, anak-anakmu dan hamba- hambamu, dan harus membawa masuk tuaiannya, supaya cucu tuanmu itu ada makanannya. Mefiboset, cucu tuanmu itu, akan tetap makan sehidangan dengan aku.” Ziba mempunyai lima belas orang anak laki- laki dan dua puluh orang hamba.11 Berkatalah Ziba kepada raja: “Hambamu ini akan melakukan tepat seperti yang diperintahkan tuanku raja kepadanya.” Dan Mefiboset makan sehidangan dengan Daud sebagai salah seorang anak raja.12 Mefiboset mempunyai seorang anak laki-laki yang kecil, yang bernama Mikha. Semua orang yang diam di rumah Ziba adalah hamba-hamba Mefiboset.13 Demikianlah Mefiboset diam di Yerusalem, sebab ia tetap makan sehidangan dengan raja. Adapun kedua kakinya timpang. 2Samuel 9:4- 13(TB) 11 http://www.sabc.org/uploads/1/2/2/1/12211165/_13-12-29_am mephibosheth.pdf hal 3. diunduh hari rabu 1mei 2019 pk 12.45 wib

22 Walaupun Daud mengetahui bahwa Mefiboset adalah seorang yang cacat, Daud tetap menunjukkan kemurahan hatinya. Daud memberikan segala sesuatu yang menjadi milik Saul kepada Mefiboset. Dari Firman diatas kita mengetahui bahwa Ziba memiliki lima belas orang anak laki- laki dan dua puluh orang hamba. Ini adalah bukti bahwa Ziba adalah seorang yang kaya. Bagaimana Ziba bisa menjadi kaya? Ternyata sesudah Saul mati Ziba lah yang mengelola harta kekayaan Saul. Lalu bagaimana Mefiboset? Mefiboset hidup menumpang pada seorang kaya baik hati yang bernama Makhir bin Amiel. Ada waktu yang cukup lama dari waktu Saul meninggal sampai Daud berkuasa atas seluruh Israel yang ditulis dalam 2 Samuel 8:15.12 Besar kemungkinan karena ingin tetap menguasai harta kekayaan Saul inilah maka Ziba menyatakan bahwa Mefiboset adalah seorang yang cacat kakinya. Tapi ternyata Daud tetap bermurah hati pada Mefiboset. Daud menyatakan semua harta Saul menjadi milik Mefiboset sedangkan Ziba kembali menjadi hamba yang harus mengerjakan tanah bagi Mefiboset bahkan anak-anak dan hamba-hamba Ziba sekalipun harus melayani kepentingan Mefiboset.13 Pelajaran yang dapat diambil bahwa Mefiboset adalah seorang yang rendah hati. Pada saat menjumpai Daud maka Mefiboset langsung 12 http://livingstonesclass.org/Archive/DavidChronologyGross.pdf. Diunduh hari rabu 1 mei 2019 pk 13.00 WIB 13 Ibid.,

23 sujud dan menyembah. Daud memahami penghormatan yang berlebihan ini mungkin disebabkan oleh Mefiboset takut akan menerima hukuman. Karena itulah Daud menghibur Mefiboset dan meminta Mefiboset supaya tidak takut. Daud lalu mengembalikan ladang Saul kepada Mefiboset. Karena Daud mengatakan mengembalikan ladang berarti pada saat itu ladang Saul tidak berada pada Mefiboset. Ladang Saul berada dalam kendali Ziba pada saat itu. Selain mengembalikan ladang Saul kepada Mefiboset Daud menunjukkan kasih kepada Mefiboset dengan menyatakan bahwa Mefiboset makan sehidangan dengannya. Apa maksudnya makan sehidangan? Artinya Daud menganggap Mefiboset sebagai salah seorang anaknya sendiri. (2 Samuel 9:11) Sebagai seorang anak raja maka semua kebutuhan Mefiboset baik itu makanan, pakaian maupun tempat tinggal dipenuhi oleh Daud disamping itu kekayaan yang dihasilkan oleh ladang Saul yang dikelola oleh Ziba juga menjadi milik Mefiboset. Semua kebutuhan hidup terpenuhi dan tabungan kekayaan bertambah terus tanpa perlu bekerja apapun: itulah kasih yang ditunjukkan Daud kepada Mefiboset. Saat mengalami perubahan nasib yang sedemikian bagusnya Mefiboset tetap merendahkan diri dan berkata,”Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?”14 Jadi hal yang penting yang ingin disampaikan Alkitab terhadap orang yang berkebutuhan khusus adalah: 14 William Gross The Unusual Story of Mephibosheth Chronology. ( Colorado Springs 2005), hal 4

24 1. Setiap orang memiliki hak yang sama dalam menjalani hidupnya dan jangan dicurangi sebab itu adalah haknya yang memang Tuhan taruh dalam diri orang yang berkebutuhan khusus 2. Penerimaan yang tanpa syarat meskipun secara tradisi Yahudi bahwa orang yang memiliki kekurangan tubuh tidak mendapat prioritas, namun Daud mengajarkan suatu yang mulia yaitu penerimaan 3. Bagi Daud orang yang berkebutuhan khusus perlu dibela haknya 4. Kasih yang tulus itulah yang diperlukan oleh seorang yang mengalami kebutuhan khusus. 2.2.3 Pendampingan Kebutuhan Khusus Dalam Perjanjian Baru Kisah dalam Yohanes 9 :1-6, merupakan suatu kisah yang menceritakan kisah seorang yang mengalami cacat sejak lahirnya: 1 Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya.2 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: \"Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?\" 3.Jawab Yesus: \"Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. 4 Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. 5 Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.\" 6 Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi. Dalam kisah ini setiap orang yang melihat kejadian yang dialami oleh pemuda cacat dianggap sebagai suatu dosa yang diakibatkan oleh kesalahan orang tuanya. Dan hal itu sudah terbiasa berkembang dikalangan kehidupan orang Yahudi. Namun perlakuan yang Tuhan Yesus

25 ajarkan kepada orang-orang Yahudi adalah justru sebaliknya, Yesus menunjukkan kasihnya dan perhatiannya kepada orang yang cacat sebagai bagian dari Ciptaan Tuhan yang berharga. Dan hal itu yang Yesus ingin sampakan kepada para murid yaitu bahwa : 1. Sering kali Ia menggunakan penderitaan untuk memanggil umat-Nya yang sedang menyimpang untuk bertobat dari dosa mereka dan memperbaharui iman serta kepercayaan mereka kepada-Nya. 2. Allah ada kalanya menggunakan penderitaan untuk menguji iman kita, untuk melihat apakah kita akan tetap setia kepada-Nya. ( Ayub 1:6-12; 2:1-6), (Yak 1:3), 3. Allah menggunakan penderitaan bukan hanya untuk menguatkan iman kita, tetapi juga untuk menolong kita bertumbuh dalam sifat kristiani dan kebenaran ( Rom 5:3-5 ), dan agar Kasih karunia yang diberikan kepada kita yaitu kehadiran, kemurahan, dan kuasa Allah menjadi suatu daya, suatu kekuatan sorgawi yang dikaruniakan kepada mereka yang berseru kepada Allah. Sebab Kasih karunia ini akan berdiam dalam diri orang percaya yang setia kepadaNya. 4. Allah mungkin juga mengirim kepedihan dan penderitaan agar kita lebih dapat menghibur dan memberikan semangat kepada penderita lainnya hingga kemuliaan Allah nyata dalam kehidupan kita.15 Pengajaran penting yang Yesus ajarkan dalam pendampingan dan pemulihan orang yang mengalami kebutuhan khusus adalah : 15 Ibid.,

26 1. Penerimaan tanpa syarat akan kondisi yang dialami oleh orang yang berkebutuhan khusus, ketika orang banyak memojokkan dan menolaknya. (Yoh 9:8) 2. Memulihkan keadaan secara jasmani ke pemulihan secara jasmani dan batinnya, hingga orang yang berkebutuhan khusus mengalami sukacita yang melimpah ( Yoh 9:7) 3. Memberikan pengakuan akan pribadinya kepada banyak orang, bahwa semua orang berhaga dimata Tuhan dan semua yang dialaminya atas kehendak Tuhan.16 4. Memberikan semangat hidup kembali dan penguatan untuk hidup benar bagi Allah. 2.2.4 Kesimpulan penanganan berkebutuhan khusus dalam Alkitab Dari penjelasan dari kisah mefiboset (kitab 2 Samuel pasal 9:2-13) dan perjumpaan Yesus dengan orang buta sejak lahirnya dalam menangani pribadinya sebagai orang yang berkebutuhan khusus adalah sebagai berikut : 1. Setiap orang memiliki hak yang sama dalam menjalani hidupnya dan jangan dicurangi sebab itu adalah haknya yang memang Tuhan taruh dalam diri orang yang berkebutuhan khusus 16 Penggalian dari kitab injil Yohanes perikup 9:1-41 orang yang buta sejak lahir ditafsirkan (Lembaga Alkitab Indonesia 2011 )

27 2. Orang yang memiliki kebutuhan khusus harus mendapatkan Penerimaan tanpa syarat dan mendapat perlakuan yang sama dengan lainnya 3. Seseorang yang mengalami kondis berkebutuhan khusus memerlukan perhatian dan kasih yang tulus. 4. Penerimaan tanpa syarat akan kondisi yang dialami oleh orang yang mengalami kondisi berkebutuhan khusus, ketika orang banyak memojokkan dan menolaknya. 5. Memulihkan keadaan secara jasmani ke pemulihan secara jasmani dan batinnya, hingga orang yang mengalami kondisi berkebutuhan khusus memiliki sukacita yang melimpah. 6. Memberikan pengakuan akan pribadinya kepada banyak orang, bahwa semua orang berhaga dimata Tuhan dan semua yang dialaminya atas kehendak Tuhan. 2.3 Slow Learner Slow Learner sering digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan kognitif di bawah rata-rata atau lamban belajar. Anak slow learner memiliki prestasi belajar di bawah rata-rata dari anak normal pada umumnya. Kondisi tersebut dapat terjadi di salah satu bidang akademik atau diseluruh bidang akademik. Anak lamban belajar memiliki tingkat IQ antara 70-90. Penggolongan slow learner didasarkan apabila anak tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan suatu objek belajar yang diperlukan sebagai

28 syarat memahami objek belajar pada tingkat berikutnya. Oleh karenanya, anak slow learner membutuhkan waktu dan intensitas berlatih yang lebih banyak untuk mengulang materi pelajaran tersebut agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan standar atau lebih optimal. 17 Anak slow learner memiliki kemampuan kognitif di bawah rata-rata, namun tidak bisa disebut dengan cacat. Hal ini dikarenakan slow learner adalah normal tetapi memiliki masalah tidak tertarik belajar di bawah sistem pendidikan yang diterima. Kecerdasan anak slow learner berada di bawah kecerdasan rata-rata dan berada di atas kecerdasan anak tuna grahita, dengan demikian anak lamban belajar juga sering disebut dengan borderline atau ambang batas .18 Anak slow learner secara fisik dan pergaulan tidak menunjukan perbedaan dengan anak normal pada umumnya. Hal ini membuat pihak sekolah terkadang tidak cermat bahwa di sekolahnya terdapat anak yang membutuhkan pendampingan yang khusus, yaitu membutuhkan proses yang lenih lama dan metode yang lebih sederhana dan variatif. Anak slow learner banyak memerlukan bimbingan dan pendampingan yang lebih, agar dapat mengikuti pelajaran dengan optimal sesuai dengan tingkat kemampuannya. Oleh sebab itu, Anak slow learner perlu diberikan 17 Borah., R.R . Slow Learners: Role of Teachers and Guardians in Honing Hidden Skils. (International Journal of Educational Planning&Administration. ISSN 2249-3093 Volume 32013), hal 2 18 Mumpuniarti., Pendekatan Pembelajaran Bagi Anak Hambatan Mental. (Yogyakarta: Kanwa Publisher 2007)..

29 pendampingan atau penanganan khusus agar dapat mengikuti pelajaran seperti anak lainnya. Berdasarkan paparan di atas, dapat dipahami bahwa slow learner merupakan kondisi di mana anak mengalami kelambanan dalam kemampuan kognitifnya dan berada di bawah rata-rata anak normal, oleh sebab itu anak slow learner membutuhkan waktu yang lebih lama dan intensitas belajar atau berlatih yang lebih banyak untuk memahami atau menguasai materi pelajaran dan atau latihan tertentu. 2.3.1 Karakteristik anak slow learner Karakteristik anak slow learner dapat dikelompokkan menjadi beberapa aspek yaitu: aspek kognitif, aspek bahasa, aspek fisik, aspek emosi, dan aspek moral sosial. a. Aspek kognitif; berkaitan dengan keterbatasan kapasitas kognitif, memori atau daya ingat rendah, gangguan dan kurang konsentrasi, ketidakmampuan mengungkapkan ide. Anak slow learner mengalami kesulitan hampir pada semua pelajaran, sehingga membutuhkan pendampingan pribadi maupun metode belajar untuk membantu memahami materi pelajaran. Maka, anak slow learner perlu penjelasan dengan menggunakan berbagai metode yang menarik dan mudah dipahami, serta harus dilakukan berulang-ulang agar materi pelajaran atau latihan dapat dipahami dengan baik. Tingkat kemampuan yang demikian, mempengarui kemampuann anak dalam berfikir secara abstrak,

30 sehingga mereka lebih senang membicarakan hal yang bersifat konkrit. Anak slow learner kesulitan untuk memecahkan masalah meskipun masalahnya sederhana. Hal ini karena kemampuan berfikir anak yang rendah dan ingatan mereka tidak mampu bertahan lama.19 b. Bahasa atau Komunikasi Keterbatasanya kognitif di atas mengakibatkan anak slow learner menjadi kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Anak slow learner akan lebih mudah memahami sesuatu dengan bahasa yang sangat konkrit, hal ini akan menjadi permasalahan dalam berkomunikasi dengan orang lain yang telah memasuki tahap perkembangan kognitif berfikir secara abstrak. Keterbatasan anak slow learner dalam memahami informasi yang bersifat abstrak, mengakibatkan anak slow learner memiliki kemampuan berbahasa yang sangat terbatas. Kosa kata yang dimiliki dan dipahami oleh anak slow learner sangat sederhana dan terbatas 20. c. Aspek Fisik Bahwa keadaan fisik anak slow learner sama seperti anak-anak normal pada umumnya. Secara fisik anak slow learner tidak menunjukan keanehan. Namun bila dilihat dari perkembangan motoriknya, anak slow learner terlihat lebih lamban. Perkembangan 19 M Yusuf., Pendidikan Bagi Anak dengan Problema Belajar. (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003), hal 19. 20 Borah.Op.Cit.,


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook