Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Honeymoon Express

Honeymoon Express

Published by Fairytale, 2021-03-20 06:31:06

Description: Honeymoon Express

Search

Read the Text Version

Mia Arsjad HONEYMOON EXPRESS pustaka-indo.blogspot.com

pustaka-indo.blogspot.com

pustaka-indo.blogspot.com

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta 1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan atau huruf g, untuk penggunaan secara komesial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah). 4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000.00 (empat miliar rupiah). pustaka-indo.blogspot.com

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta pustaka-indo.blogspot.com

HoNeymooN exPreSS oleh Mia Arsjad 617171012 © Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Gedung Kompas Gramedia Blok 1, Lt.5 Jl. Palmerah Barat 29–37, Jakarta 10270 Editor: Asty Aemilia Desain sampul: Ella Elviana Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama anggota IKAPI, Jakarta, 2017 www.gpu.id Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN: 978 - 602 - 03 - 4613 - 7 312 hlm.; 20 cm Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan pustaka-indo.blogspot.com

Beberapa Tahun Yang Lalu... ”Jadi ketika terumbu karang itu dijaga di habitat asli- nya—blablabla—maka ikan-ikan dan organisme lain—” ”Kalau aku putri duyung, pasti cocok ya jadi pacar ka- mu.” ”Ha?” Alva yang sedang serius menjelaskan soal pen- tingnya terumbu karang melongo kaget karena celetukan Shera. Teman sekampusnya itu tadi menanyakan kenapa klub Pencinta Alam mau bikin kegiatan penggalangan dana untuk kampanye penyelamatan terumbu karang, dan Alva mencoba menjelaskan, tapi... Shera releks nyengir. Lebih tepatnya meringis. ”Eh, sori, sori... maksudnya, kamu itu kan Pencinta Alam ba- nget ya, kalau kamu ketemu putri duyung mungkin kamu 5 pustaka-indo.blogspot.com

bakal tertarik jadi pacarnya. Kan putri duyung hidup di laut, bisa sekalian bantu kamu ngawasin terumbu karang di sana.” Alva makin melongo. Duh! Shera pengin menepuk jidat sendiri. Kenapa di waktu serius begini dia malah ngajak bercanda Alva— cowok yang jelas-jelas jiwa humorisnya cuma nol koma sekian dibanding jiwa pencinta alamnya. Habis gimana dong? Shera grogi! ”E-eh, bercanda, bercanda, Al. Itu karena aku takjub lihat keseriusan kamu memperhatikan lingkungan. Nggak usah putri duyung, aku juga bisa jadi pacar kamu—” ”Uhuk!” Alva terbatuk kaget. ”Aduh! Bukan, bukan, maksudku, nggak harus putri duyung yang jadi pacar kamu, manusia juga bisa. Tadi kan aku ngomong seolah yang bisa pacaran sama kamu cuma makhluk yang dekat sama alam. Itu perumpamaan ajaaa... Aku bercandaaa....” PLAK! Shera nggak tahan dan akhirnya menepak jidatnya sendiri. ”Duh, ngaco nih aku! Aku balik ke base camp Budaya yah. Proposalnya aku bawa. Nanti aku kasih lihat ke anak-anak Budaya. Mereka pasti mau ikut nyumbang pertunjukan amal. Sudah ya.... Dah, Alva!” Shera melambaikan tangan dan berlari keluar base camp Pencinta Alam dengan jantung nyaris pecah. Bego! Bego! Bego! Alva bakal mikir apa ya soal aku? Genit? Bisa dibilang barusan Shera nyaris menyatakan cinta. Ya ampun! Kenapa sih Alva nggak kelihatan reaksinya? Alva selalu bersikap ramah ke Shera. Dan sebagai  pustaka-indo.blogspot.com

anggota klub yang base camp-nya bersebelahan, mereka lumayan dekat. Shera sangat menyukai Alva. Cowok kalem itu selalu tenang dan suka menggambar. Tapi... Alva suka nggak sih sama Shera? Alva masih tertegun menatap pintu base camp. Shera sudah menghilang dari pandangan. Bodoh! Bodoh! Bodoooh! Padahal tadi itu kesempatan bagus! Tapi, kenapa waktu Shera tergagap menjelaskan soal pa- caran dengan putri duyung, Alva malah diam saja? Ha- rusnya dia tangkap tangan Shera, lalu bilang bahwa dia mau Shera jadi pacarnya, meskipun dia bukan putri du- yung. Alva lupa sejak kapan, tapi dia jatuh cinta pada cewek ceria dan supel yang menggilai hal-hal romantis serta segala hal tentang bulan madu itu. Cewek itu bahkan punya album kliping khusus yang dia beri nama Honey- moon Dreams—album scrapbook berisi berbagai macam hal romantis dan bulan madu. Mulai dari foto-foto semua tempat indah dan romantis di dunia, cuplikan-cuplikan ilm romantis, kutipan-kutipan romantis... semua ada di album itu. Alva menyukai aura ceria dan santai yang mengelilingi- nya setiap kali ada Shera. Nggak heran dia punya banyak teman. Alva menutup proposal yang tadi dia bacakan untuk Shera. Kenapa sampai hari ini nyali dan rasa percaya dirinya  pustaka-indo.blogspot.com

masih aja melempem? Dia sama sekali nggak berani menyatakan cinta. Apakah cewek ceria dan gaul seperti Shera bisa pacaran dengan cowok pencinta hutan kayak Alva? Shera memang salah satu dari segelintir cewek yang bisa akrab dengan Alva. Tapi Alva nggak boleh ge-er. Itu pasti karena sifat Shera yang mudah akrab dengan semua orang. Nggak ada yang istimewa.  pustaka-indo.blogspot.com

Honeymoon Express Masalah kutu beras? BERES! Setelah menutup telepon, Shera menatap Mita, salah satu pegawainya yang berdiri sambil meringis ngeri. Pe- rasaan Mita sekarang kalau diumpamakan, seperti me- nunggu disembur api naga. ”Kamu pantau kepindahan Pak Darno dan Sutinah ke hotel baru. Kamu harus bersyukur, Mita, saya masih bisa mengontak dan mendapat kamar di hotel lain yang sesuai sebelum bulan madu mereka kacau gara-gara kutu beras—” ”Iya, Bu,” cicit Mita. ”—dan itu gara-gara kamu!” lanjut Shera, ternyata be- lum tuntas ngomel. 9 pustaka-indo.blogspot.com

”I-iya, Bu,” suara Mita makin kelelep. Shera terus menatap Mita tajam. ”Makanya, Mita, lain kali kalau mau ngatur paket untuk klien dan sesuai per- mintaan klien, dipikirin dulu. Jangan sampai terjadi ma- lapetaka kayak gini. Gimana kalau sampe mereka ribut, dan kedengeran calon klien kita? Gimana kalau kita dicap jelek? Kamu mau kita kehilangan klien? Kehilangan job? Kehilangan reputasi?” Shera merepet bagai senapan yang pelatuknya jebol. Shera memang termasuk orang yang mudah cemas. Terutama kalau sudah berkaitan dengan bisnis kesayang- annya ini. Honeymoon Express. Biro perjalanan khusus bulan madu. Istilahnya, honeymoon organizer. ”T-tapi, Bu, kan Pak Darno sendiri yang minta supaya vilanya menghadap sawah, terus… lantainya ditaburi beras. Katanya supaya… supaya mengingatkan pada awal kisah cinta mereka. Pak Darno itu bandar beras, terus… Sutinah itu gadis desa yang kerja di sawahnya. I-itu lho, Bu, kamar tematik.” DOENG! Shera mendelik. ”Iya, ngerti, tematik! Saya juga ngerti permintaan klien yang satu ini agak aneh, tapi kamu jangan ikutan aneh! Paling nggak, berasnya kamu cuci dulu sebelum ditabur ke lantai! Lagian, kamu yang bener aja, Mita, masa pakai beras yang ada kutunya? Terus mereka malam pertama sambil digigitin kutu, gitu?! Ya sudah lah, Mita, pokoknya sekarang kamu pantau keadaan Pak Darno dan istrinya di Bali. Jangan sampai kacau lagi dan mengganggu saya di tempat pameran 10 pustaka-indo.blogspot.com

kayak gini. Kalau masih pusing juga, minta bantuan Ferdi.” Shera menyebut nama salah satu staf andalan- nya. Mita mengangguk cepat, antara mengerti dan pengin buru-buru kabur dari stan pameran kantor mereka. Honey- moon Express itu jasa perjalanan khusus bulan madu milik Shera. Bosnya yang cantik, feminin, dan lemah lembut, tapi bisa berubah jadi monster kalau lagi marah. ”Haaahhh.…” Shera merentangkan tangan, melepas ketegangan gara-gara kekonyolan Mita yang membawa pasukan kutu beras ke kamar bulan madu Pak Darno. Si bandar beras memang pantas dapat predikat klien terajaib tahun ini, atau mungkin abad ini? Apa yang lebih ajaib dari menaburkan beras di lantai kamar seharga dua setengah juta semalam? Ada juga tabur bunga kaleee…! Sejak dirintis nyaris tiga tahun lalu, sambutan untuk Honeymoon Express cukup baik. Makanya, sampai seka- rang perusahaan Shera bisa terus berkembang. Kliennya makin banyak, dan namanya makin terkenal. Cita-cita masa remajanya untuk memiliki biro perja- lanan bulan madu benar-benar kesampaian. Yang tadinya cuma meng-handle paket bulan madu di dalam negeri, sekarang Honeymoon Express bisa melayani perjalanan bulan madu ke seluruh dunia. Shera pun sukses masuk ke halaman proil majalah wanita kelas A sebagai wanita pengusaha muda yang kariernya terbilang sukses di usia menjelang 27 tahun. Buat Shera, mengurus segala detail bulan madu itu 11 pustaka-indo.blogspot.com

menyenangkan. Apalagi sebagai pemilik Honeymoon Express sekaligus direktur pelaksana, Shera bisa mengun- jungi tempat-tempat yang dulu cuma bisa dia lihat di majalah, TV, Internet, atau di album Honeymoon Dreams- nya—album itu isinya khusus segala macam hal romantis dan bulan madu yang dia buat sejak SMP kelas 1 dan masih dia simpan sampai sekarang—meski bukan dalam rangka bulan madunya sendiri. Yah, tentu saja waktu SMP bayangan perjalanan bulan madu untuk Shera adalah trip romantis berdua pasangan yang pastinya bikin deg-degan dan malu-malu kucing. Kala itu sih nggak kepikiran kalau perjalanan honeymoon termasuk aksi hot malam pertama, mencoba berbagai macam gaya bercinta di segala sudut ruangan, dan tidur telanjang sampai pagi. Shera ingat waktu pertama kali menginjakkan kaki di Venice dalam rangka survei, dia sempat nyaris menjedot- kan jidat ke dinding dermaga gondola untuk membuktikan dirinya tidak sedang bermimpi. Waktu itu dia juga lang- sung bertekad dalam hati bahwa dia pasti akan kembali untuk menjalani bulan madunya sendiri. Lamunan Shera buyar begitu ponselnya menjerit- jerit. Pak Darno. ”Halooo... ya, Pak, gimana? Oh ya, syukurlah, Pak. Iya, memang nggak sempat dicek ada kutunya atau tidak. Oh gitu? Syukurlah... Oke, Pak. Sama-sama. Selamat siang.” Shera memutus sambungan telepon dengan lega. 12 pustaka-indo.blogspot.com

Untung Pak Darno puas dengan kamar penggantinya. Untung juga Pak Darno yakin dengan ucapan Shera bahwa bulan madu nostalgianya akan jauh lebih indah dengan kamar yang menghadap bentangan sawah dari- pada taburan beras di lantai. Pak Darno memang bandar beras, tapi kan beras awalnya dari padi. Padi tumbuhnya di sawah—sungguh, bagai pelajaran anak SD. ”DOR! Ngelamun nih yeee... Pasti ngelamun jorok. Siang-siang pikiran udah kotor aja lo, Sher.” Entah dari mana datangnya, tahu-tahu Yulia nongol di hadapan- nya. ”Sialan lo, Yul! Otak gue kan nggak mesum kayak otak lo! Gue lagi—” ”Ngelamun kerja bakti membongkar selokan mampet, menguras bak sampah, bersihin kandang sapi. Itu kan jorok semua. Kayaknya gue nggak ngomongin yang me- sum-mesum deh. Otak lo yang porno! Sukanya ngeba- yangin cowok-cowok bertelanjang dada sama bulu udel- nya Adam Levine. Ya kaaan?” sambung Yulia menyebal- kan. ”Gila!” Shera melempar gumpalan kertas brosur robek ke arah Yulia. Sobatnya sejak zaman kuliah ini memang sudah janji bakal mengunjungi stan pameran Shera dan mengajaknya makan siang bareng. Kebetulan pameran wisata tahun ini diadakan di hotel Maximum, salah satu hotel bintang 5 di Jakarta, tempat Yulia bekerja sebagai staf marketing. Yulia cengengesan. ”Kan, ngelamun jorok,” katanya 13 pustaka-indo.blogspot.com

sambil nyengir. ”Jadi lunch nggak? Naga-naga di perut gue udah akrobatik nih. Laparrr!” Kadang Shera bertanya-tanya, hotel ini kok bisa-bisa- nya menerima staf marketing senyablak dan sengasal Yulia. Atau, jangan-jangan berkat sifat nyablaknya, Yulia bisa meyakinkan—lebih tepatnya: memaksa—klien-klien- nya untuk bilang ”oke”? Shera membereskan isi tasnya yang berserakan di meja. ”Ya jadi dong. Gue juga lapar. Mau makan apa?” ”Apa ajalah, asal jangan beling atau sandal jepit! Yuk! Evan mau ikut. Dia udah nungguin kabar dari kita mau lunch di mana.” Yulia menyeret Shera supaya cepat-cepat berdiri. * ”Nih....” Yulia menyodorkan undangan beramplop pink dengan aksen pita putih raksasa yang menurut Shera agak lebay. Alis Shera mengernyit. ”Undangan siapa nih?” ”Ya baca dong. Be-u-bu de-i-di... Budi... Bisa baca, kan?” jawab Yulia rese sambil menyeruput Thai tea- nya. Karena perut laparnya nyaris bikin pingsan, Shera dan Yulia akhirnya langsung masuk ke salah satu kafe di Maxi Mal di seberang hotel. Kelihatannya di sana masih ada meja kosong di tengah jam makan siang Jakarta yang cro­ded ini. 14 pustaka-indo.blogspot.com

Shera hampir menggetok Yulia pakai sendok sup kalau saja matanya nggak keburu melotot membaca nama di undangan lebay yang dia pegang. ”Hah? Raymen? Raymen yang itu? Raymen gue?” ”Raymen lo? Bukan punya lo lagi kaleee...,” jawab Yulia rese. ”Iyeee... maksudnya mantan gue? Dia mau kawin?” lanjut Shera takjub. ”Nikah, Sher.” Yulia betul-betul minta dijitak pakai tenaga dalam. ”Iya, ­hatever, Yul, nikah. Ini Raymen yang itu kan?” Yulia mengangguk. ”Yoi. Raymen yang itu. Undangan ini dikirim ke Shisha, admin grup Blackberry kampus. Satu undangan untuk rame-rame, buat anak kampus. Lo sih nggak join grup.” ”Males ah,” jawab Shera singkat. ”Kita datang ya?” ajak Yulia semangat. ”Kali aja si Raymen nyesel kawin pas lihat lo.” Shera melotot. Nih anak otaknya memang rada korslet. ”Amit-amit lo, Yul. Makanya sekrup otak tuh dikencengin biar nggak ngaco melulu.” Yulia ngakak. ”Eh, Sher, tapi pasti sekarang lo nyesel deh. Si Raymen ternyata cowok sejati, pacaran untuk menuju pernikahan. Coba kalau lo nggak putus, pasti nama lo yang tercetak di undangan pink ini. Terus lo dan dia bakal bermalam pertama romantis, bertema pink, terus lo... pakai lingerie Hello Kitty.” ”Yulia, iih... amit-amit banget sih lo! Jangan belajar 15 pustaka-indo.blogspot.com

gila deh. Lo nggak amnesia kan? Gue dulu putus sama Raymen karena nggak tahan sama romantisnya yang kelewat batas normal, tau?! Kalau undangan pernikahan gue kayak gini, sekalian aja yang diundang anak-anak TK se-Jabodetabek!” Yulia cekikikan geli. ”Daripada Darren, mendingan Raymen, kan?” Wajah Shera langsung keruh mendengar Yulia menye- but nama Darren. Pria brengsek yang tega menghancurkan kebahagiaan Shera setahun yang lalu. Perempuan mana yang nggak hancur waktu dijanjikan akan dilamar setelah dua tahun pacaran serius, tapi yang Shera dapat malah SMS Darren yang bilang bahwa mereka sebaiknya putus karena Darren jatuh cinta pada perempuan lain. Darren nggak bohong. Dia memang meninggalkan Shera demi Monna—cewek montok ekstramodern yang bekerja sebagai marketing bank dan mau melayani Darren lahir batin tanpa harus dinikahi. ”Sori, Sher, kelepasan,” kata Yulia, merasa bersalah. ”Kelepasan lo itu kayak rem truk yang udah butut di jalur Pantura. Blong, nek!” Terdengar suara cempreng pria nyeletuk menyebalkan. Evan, si calon desainer muda Indonesia, menoyor jidat Yulia lalu mengempaskan badan gempalnya yang berkaus ketat di samping Yulia. ”Eh, Van, kali ini lo yang traktir kan? Ini kan perayaan lo mau berangkat ke Italia selama dua bulan. Minggu depan lo udah cabut. Jadi ini kesempatan lo traktir kita- kita,” todong Yulia sambil menowel bahu Evan. 1 pustaka-indo.blogspot.com

Jadi, setelah menabung mati-matian, akhirnya impian Evan untuk menonton langsung pagelaran fashion kelas dunia bakal segera terwujud. Dia akan terbang ke Italia. Selain itu, Evan punya niat sampingan: cari jodoh. Kali- kali aja ada cowok bule keren yang nyangkut buat dibawa pulang ke Indonesia. Catat ya, yang keren, yang ganteng, yang body-nya ramping tapi six pack, yang bokongnya bulat dan kencang, yang… yang... yang mustahil dida- pat. Evan cuma manyun. ”Iyeee... tapi jangan kalap ya. Nanti uang jajan gue berkurang. Emangnya di sana gue nggak makan? Kalau pas pulang gue malah kurus kurang gizi, gimana? Kalian juga kan yang sedih.” ”Emang dasar pelit mendarah daging! Lo kira gue sama Shera gajah Lampung yang sekali makan ngabisin duit jajan lo sebulan? Lagian, bukannya lo ke sana sekalian cari jodoh? Jangan banyak-banyak makan lah! Perut lo bisa melaaar. Bule-bule nggak bakalan nafsu lihat lo.” Sementara duo Tom and Jerry itu berdebat, Shera meng- amati undangan pernikahan Raymen yang lebih mirip undangan ulang tahun anak-anak bertema Hello Kitty atau Princess Aurora daripada undangan pernikahan. Ray- men ini teman kuliah Shera dan Yulia. Dulu, setelah Alva—cinta terpendam Shera—tiba-tiba pindah, Shera sempat pacaran sama Raymen. Cowok cakep yang luma- yan populer di kampus. Raymen juga manis dan romantis, tapi romantisnya itu yang justru bikin Shera nggak sang- gup lagi jadi pacarnya. Sekarang, akhirnya Raymen 1 pustaka-indo.blogspot.com

ketemu juga dengan perempuan yang tepat dan cocok dengan ekspresi romantisnya yang ultra megalodon, alias ekstrem. Shera memang menyukai hal-hal romantis, tapi yang wajar, natural, bisa bikin deg-degan dan merinding tanpa perlu usaha berlebihan. Bukan romantis menggebu-gebu ala Raymen yang malah cenderung bikin malu. Shera jadi ingat puncak kejadian yang bikin dia nggak tahan lagi. Waktu itu mereka berantem dan tiba-tiba Raymen meminta maaf dengan puisi romantis, rangkaian bunga-bunga, dan bernyanyi syahdu sambil berderai air mata di depan kompleks rumah Shera. Amat sangat malu- maluin! Soalnya, ditambah adegan Raymen nggak bisa menahan tangis sesenggukkan. Lebaynya akut! Shera suka pria romantis, tapi bukan yang menye-me- nye cengeng. Apalagi yang drama dan cenderung memper- malukan diri sendiri dan orang lain. Shera pengin ngerasain deg-degan yang bikin lutut gemetar dan pipi panas, seperti waktu dia diam-diam me- naruh hati pada Alva dulu. Pipi Shera memanas. Ya ampun, setelah bertahun-ta- hun nggak pernah bertemu Alva sesudah cowok itu pergi ke Australia, ternyata mengingat pertemuan-pertemuan mereka di base camp kampus masih bikin Shera tersipu. Tujuh tahun. Sepertinya sudah selama itu mereka putus kontak sama sekali. Shera tercenung. Ingatannya melayang kembali ke ma- sa itu. 1 pustaka-indo.blogspot.com

* ”Al...” Alva yang sedang asyik mengamati foto di layar laptop base camp mendongak ke arah pintu. ”Eh, Sher. Masuk aja. Sori, tadi nggak ngeuh kamu ada di situ. Sudah lama ya?” Mata teduh Alva menatap Shera lurus-lurus. Jantung Shera deg-degan nggak beraturan. Selalu begitu setiap berhadapan sama Alva, dia mendadak lemas. Kalau Alva superhero, kekuatannya ada pada matanya. ”E-eh, uhm… nggak sih. Baru kok,” ja­ab Shera kikuk sambil melangkah masuk dan duduk di kursi kosong di hadapan Alva. ”Ada apa, Sher?” suara Alva lembut dan tenang seperti biasa. Dia bukan co­ok berpenampilan modis ala metroseksual dengan potongan rambut up to date yang banyak berkeliaran di Bandung raya. Rambut Alva bergelombang dan sedikit gon- drong. Kacamata bingkai hitam bertengger di hidung bangirnya yang tegas, tapi sorot mata tajam dan teduh itu nggak bisa disembunyikan kacamatanya. Suaranya juga dalam dan lembut. Alva itu... one of a kind. Shera buru-buru menekan tombol pause lamunannya. ”Mm… ini, Al... aku ba­a materi dari anak-anak Budaya untuk acara peduli anak, kolaborasi Pencinta Alam dan Budaya. Di sini ada detail lengkap acara yang bisa kami sumbang, barang- barang yang mau kami lelang, plus tenaga yang bisa membantu. Ada detail-detail lain juga sih. Nih...” Shera menyodorkan sebundel kertas pada Alva. 19 pustaka-indo.blogspot.com

Alva tersenyum sangat manis sambil menerima proposal dari tangan Shera. ”Aku lihat-lihat sekilas ya.” Lalu, ”Sher...?” ”Ya, Al?” Ja­aban Shera terlalu cepat dan agak panik, takut ke-gep lagi bengong, ”Overall sih kayaknya oke. Tapi aku obrolin dulu sama anak-anak Pencinta Alam yang lain ya? Biar ix. Siapa tahu ada yang punya usulan lain. Habis itu kita meeting bareng anak PA dan anak Budaya, gimana?” Shera mengangguk setuju. ”Sure. Kalau gitu, aku jalan dulu ya. Kalau ada apa-apa, just call me, Al.” Rasanya Shera pe- ngin menggetok jidat sendiri pakai pentungan satpam. Apa-apaan tuh tadi? Just call me?! Flirty banget sih! Harusnya bisa pakai kalimat lain yang lebih ”aman”. Misalnya: kontak, telepon, SMS, atau apa kek! ”Eh, sebentar, Sher!” Alva membuka laci, lalu mengeluarkan sesuatu. ”Nih... buat melengkapi Venice.” Shera tertegun menatap apa yang disodorkan Alva. Kertas putih dengan sketsa gondola khas Venesia. Shera nggak nyang- ka Alva bakal ingat. Shera memang pernah nggak sengaja bi- lang bah­a dia pengin mencari gambar gondola ala Venesia tapi yang dibuat dari sketsa pensil untuk ditempel di halaman Venice dalam album Honeymoon Dreams-nya. Ini pasti buatan Alva. Co­ok ini jago gambar—dalam artian, benar-benar jago. Alva bercita-cita jadi animator kelas dunia yang terlibat dalam pembuatan ilm-ilm animasi ter- kenal. Dada Shera berdesir. Alva membuatkan ini untuknya. ”Eh... jelek ya, Sher? Sini, biar aku benerin. Apa yang kurang dari gambarnya?” 20 pustaka-indo.blogspot.com

”Nggak, nggak. Ini bagus. Bagus banget! Sesuai bayanganku. Makasih ya, Al. Makasih banget. Mm, ya sudah… gue jalan dulu ya? Nanti kalau sudah ditempel di album, aku kasih lihat kamu.” Alva mengangguk sambil tersenyum, menatap punggung Shera yang menjauh dari pintu base camp, lalu membuang napas berat. Satu lagi kesempatan lepas. Alva membuang napas lagi. Bego banget dia terjebak pikiran buruknya sendiri karena takut ditolak. Dia jadi kalah sebelum berperang. Kalau saja dia berani mencoba, pasti dia nggak menyesal seperti sekarang. Kalaupun ditolak, paling nggak dia sudah mencoba, kan? * Dua bulan kemudian... Shera bengong nggak percaya. Serius?! Alva bakal pindah dari kampus ini? Bukan ke Jakarta atau Surabaya atau Jogja atau kota-kota di Indonesia yang lain, tapi ke Australia! Setelah mengajukan lamaran beberapa ­aktu lalu dan mengi- rimkan beberapa contoh desainnya untuk program beasis­a, akhirnya Alva dipanggil untuk menerima beasis­a dan me- lanjutkan sekolah khusus calon animator di sana. Hari ini hari terakhir Alva di kampus. Dia mentraktir semua anak PA dan anak Budaya di Bakso Mas Miun sampai gerobak baksonya kosong. Semua makan bakso dengan kalap karena gratisan, kecuali Shera. 21 pustaka-indo.blogspot.com

Dia terlalu bingung untuk makan. Dadanya mendadak sesak karena diam-diam nggak rela Alva pergi. Tapi, mana mungkin Shera menyatakan cinta duluan? Sampai sekarang, semua sinyal yang Shera kasih sepertinya nggak pernah Alva balas. Mungkin co­ok itu memang nggak suka sama Shera. Mung- kin Shera bukan tipenya. Alva tertegun di pojokan base camp. Sekarang semuanya sudah terlambat. Dia sudah mau pergi. Percuma menyatakan cinta sekarang. Alva harus menutup buku soal cintanya yang nggak kesampaian pada Shera. Sekarang ­aktunya dia mengejar mimpi. * ”Eh, Yul, si Alva apa kabar ya? Dateng nggak ya dia?” Dan serta-merta pipi Yulia menggembung bagai ikan buntal karena berusaha mencegah Thai tea-nya menyembur bebas. ”Gile lo, Sher! Lo masih mikirin si kutu kertas raja hutan?!” ”Siapa yang mikirin? Gue cuma kepikiran. Menda- dak.” Mata Yulia menyipit jahil. ”Hmm... itu berarti, di dasar hati lo yang paling dasar, lo masih mikirin dia. Hasrat terpendam yang—mmm, bukan, bukan hasrat... tapi naf- su—nafsu terpendam yang penasaran karena dia pergi sebelum lo pernah mencicipi bagaimana rasanya melumat bibirnya yang—” ”Ssst! Diem deh, Yul. Jangan sampe gue bilangin 22 pustaka-indo.blogspot.com

Dennis bahwa menurut lo Fero lebih hot dari dia,” ancam Shera sadis. Dennis pacar Yulia itu cemburuan banget. Kalau sampai Shera beneran ngadu, Yulia jelas terancam berantem sampai tiga kali bulan purnama. Hhh... pakai baju apa ya ke resepsi Raymen? Shera berpikir dalam hati. Kayaknya dia harus bikin kebaya baru deh. Sudah lama juga dia nggak ke resepsi pernikahan. Apalagi ini resepsi mantan pacar, yakin deh, pasti ada yang usil menilai Shera. Dia harus tampil maksimal. Lagian, siapa tahu aja Alva datang. Shera terenyak. Tersipu sendiri karena lamunannya. Betul juga sih omongan Yulia tadi. Dulu memang Shera pernah diam-diam membayangkan gimana rasanya berciuman sama Alva. Hah, tapi jangankan ciuman, gan- dengan tangan aja belum pernah, kecuali salaman dan toss bisa dihitung sebagai gandengan. ”Eh, Sher, lo jadi jual paket yang itu?” Shera tertegun. Tanpa harus menjelaskan paket apa, dengan menyebut kata itu Shera paham paket apa yang dimaksud Yulia. Paket perjalanan bulan madunya ber- sama Darren. Setelah sekitar setahun Darren meninggalkan Shera begitu saja, konsep dan rute perjalanan yang khusus Shera buat untuk bulan madu mereka masih tersimpan rapi di ile folder komputernya. Waktu Darren bilang mau mela- mar Shera dan kemungkinan mau menikahinya dalam waktu dekat, dengan semangat Shera merangkai rencana bulan madu impiannya. Begitu istimewa, begitu romantis, 23 pustaka-indo.blogspot.com

khusus untuk dia dan Darren. Itu paket perjalanan spesial yang dirancang langsung oleh sang Ahli Bulan Madu. Shera mengerjakannya sepenuh hati karena itu untuk dirinya sendiri. Dan setelah semua gagal, Shera masih menyimpan semua detail paket itu. Dia nggak tega me- musnahkannya, mengingat betapa bahagia dirinya waktu menyusunnya. Tapi dia juga nggak rela menjualnya, mengingat itu adalah impiannya. Hanya saja... setelah sekian lama akhirnya Shera sadar, kenangan apa pun ten- tang Darren nggak pantas disimpan. ”Iya, jadi, Yul. Gue akan jual paket itu. Daripada di- simpan sia-sia gara-gara Darren, lebih baik gue jual. Me- nyimpan paket itu cuma bikin gue nggak bisa ngelupain kekecewaan gue. Kalau gue jual, kan bisa bikin bahagia orang lain… dan jadi duit tentunya.” ”Cocok!” Evan mengangkat dua jempol gempalnya. ”Lo harus bisa memusnahkan Darren dari hidup lo sampe ke debu-debunya, Sher. Masa lihat pantat montoknya si Monna itu aja langsung belok! Nanti juga si Monna bakal ditendang sama Darren kalau dia ketemu perempuan montok kayak Beyonce.” Shera tertawa pelan. ”Paham, Bos Evan. Lagian, untuk bulan madu gue sama pasangan masa depan gue nanti, gue akan bikin semuanya baru. Khusus gue bikin buat dia, si calon masa depan gue itu.” ”Eldi ya?” Yulia nyengir. Eldi itu staf marketimg biro tour and travel besar rekanan Honeymoon Express. Shera dan Eldi memang nggak jadian, tapi beberapa 24 pustaka-indo.blogspot.com

bulan terakhir kedekatan mereka cukup intens. Urusan bisnis selalu ditambah dengan acara ngopi atau makan bareng. Shera cukup nyaman dekat cowok itu, yang sopan tapi penuh ambisi. Mereka memang belum lama kenal, tapi kayaknya Shera nggak keberatan kalau jadian sama Eldi. Bahasa tubuh Eldi yang akrab cukup bikin Shera ge-er bahwa kedekatan mereka memang di atas level ”saha- bat”. Yah... itu juga kalau Eldi ada niat nembak dia. 25 pustaka-indo.blogspot.com

Something Called Destiny—Maybe Semoga nggak telat! Alva melirik jam tangan lalu melambai pada taksi yang lewat di depan Rumah Sakit. Untung urusan kerjaan di salah satu rumah sakit besar di Jakarta itu cepat selesai, jadi dia bisa buru-buru mengejar waktu. Nggak nyangka si Raymen masih menyimpan alamat e-mailnya dan me- ngirim undangan pernikahan via e-mail. Padahal sejak pindah kuliah ke Australia, Alva nggak pernah lagi ada kontak dengan teman-teman dari kampus lama. Waktu Alva iseng tanya Raymen soal undangannya, baru Alva tahu Raymen memang mengirim undangan ke daftar kontaknya di e-mail, Facebook, Twitter, dan semua media sosial yang dia punya. Pesta pernikahan besar-besaran rupanya. 2 pustaka-indo.blogspot.com

”Hotel Flora ya, Pak....” Sopir taksi berseragam biru muda itu mengangguk sopan lalu langsung menjalankan taksinya begitu Alva menutup pintu. Alva merapikan lipatan lengan kemeja biru mudanya. Kalau betul Raymen menyebar undangan ke semua media sosial, pasti pestanya bakal rame banget. Raymen sempat bercanda waktu bilang pesta pernikahannya bisa jadi reuni dadakan. Alva tersenyum tipis. Siapa aja ya yang bakal datang? Seru juga kalau dia bisa ketemu lagi dengan anggota PA atau mungkin anggota klub Budaya yang base camp-nya bertetangga dengan base camp PA. Alva terenyak. Klub Budaya. Dia jadi ingat Shera. Ce- wek cantik yang dulu selalu bikin dia deg-degan. Cewek yang selalu bikin Alva harus menahan diri setengah mati untuk nggak nekat mengecup bibirnya yang mungil dan menggemaskan. Apa kabar ya dia sekarang? Waktu Alva bikin acara traktiran makan bakso dalam rangka fare­ell kecil-kecilan dulu, rasanya dia nggak melihat Shera di antara teman-temannya yang menyerbu gerobak bakso. Dia cuma lihat cewek itu sekilas di pintu base camp. Setelah itu Shera menghilang. Mungkin dia ada acara lain, karena Alva ingat betul waktu itu hari Sabtu. ”Hotel Flora, Mas.” Suara sopir taksi membuyarkan lamunan Alva. Ternyata taksi sudah berhenti di depan lobi hotel yang malam ini tampak uhm... norak, dengan dekorasi serba pink. 2 pustaka-indo.blogspot.com

* Raymen terpana. Kalau rahangnya disetel bisa lepas, mungkin sekarang Raymen menganga selebar mulut kuda nil. Shera cantik banget. Cantik dan seksi. Tube dress hitam berlapis brokat emas kelihatan pas dan anggun menempel di badan langsing Shera. Belum lagi rambutnya yang dikepang prancis dengan ujungnya yang dijatuhkan ke satu sisi bahu, plus make up minimalis yang bikin Shera... lebih cantik dibandingkan Diana, calon istri Raymen se- dang semringah dengan kebaya pink dan hiasan rambut bunga-bunga—yang juga pink. Mengerikan, Raymen me- nelan ludah. Raymen masih nggak ngerti—lebih tepatnya, nggak terima—kenapa dulu Shera bilang mereka nggak cocok dan lebih baik putus. DUG! ”Aduduh!” pekik Raymen tertahan begitu pinggangnya disikut sadis oleh Diana di pelaminan. Mata Diana yang tampak bekerja keras menahan beban bulu mata setebal karpet yang menempel di atas-bawah kelopak matanya. ”Eh, makasih ya, Sher, kamu sudah dateng. Yulia ju- ga...” Buru-buru Raymen melepas jabatan tangannya dari Shera yang sudah kelamaan sampai-sampai harus disikut istrinya dengan penuh dendam. Shera tersenyum manis. ”Iya, sama-sama. Semoga ka- lian happily ever after ya....” 2 pustaka-indo.blogspot.com

Raymen gelagapan. Senyum Shera yang manis itu per- nah jadi miliknya. Bibir itu… Raymen pernah mengecup- nya—ups! Raymen buru-buru merangkul Diana mesra sebelum kena sikut yang kedua kali. ”Aku yakin Diana soulmate-ku yang akhirnya dipertemukan oleh alam se- mesta. Kami pasti bahagia.” Lalu Raymen menatap Diana dengan tatapan lebay romantis andalannya. Raymen harus menunjukkan pada Shera bahwa perni- kahan ini adalah impiannya, dan bahwa Diana adalah perempuan paling beruntung. Siapa tahu aja Shera cem- buru dan menyesal sudah melepaskan dia begitu aja. ”Se- telah ini kami bakal bulan madu. Eh, Sher, aku bisa kan pakai jasa Honeymoon Express-mu. Biro perjalananmu itu paling top untuk urusan honeymoon. Aku pengin men- jalani bulan madu paling indah sama Diana. Bisa?” Shera releks melongo. Serius nih? ”Oh, bisa banget dong, Ray. Kamu datang aja ke kantor, atau telepon dulu juga bisa. Nanti bisa diatur paketnya sesuai keinginan kalian berdua. Aku punya beberapa staf khusus untuk itu.” Biarpun tatapan Diana kelihatan cem- buru dan sebal karena Raymen meminta mantannya yang cantik dan outstanding buat mengurus bulan madu mereka, Shera tetap lempeng dan santai. Bussiness is bussiness. Re- zeki bisa menghampiri di mana pun—termasuk di pela- minan mantan. Raymen tersenyum lebar. ”Nah, Sayang... aman, kan? Di tangan Shera pasti beres semua. Siapa sih yang nggak tahu Honeymoon Express. Yakin deh, Sayang, perjalanan 29 pustaka-indo.blogspot.com

bulan madu kita pasti mengesankan banget. Kita bisa mesra-mesraan berdua, di kamar, di ruang tamu, di kamar man—” ”Oke, Raymen. Gue... turun dulu ya? Tuh, masih pan- jang antrean tamu yang mau salaman sama kalian,” po- tong Shera cepat sebelum Raymen semakin vulgar meng- absen tempat-tempat yang mau dia pakai mesra-mesraan. Terserah amat dia mau mesra-mesraan di kolong meja, di atas mesin cuci, di teras rumah tetangga—Hiii... Shera bergidik ngeri sambil mengajak Yulia turun dari panggung pelaminan. ”Ayo, Yul...” Yulia cekikikan mengikuti langkah Shera. ”Kode tuh, Sher. Kode...” Shera melotot. ”Kode apa?” ”Ya kode lah! Kalau aja lo yang jadi pengantin wanita hari ini, lo yang bakal diajak mesra-mesraan di semua tempat yang memungkinkan. Di sumur, di atap rumah, di kandang macan—” ”Sialan!” Shera mendelik keki sambil melenggang me- nuju meja prasmanan. Cuma satu cara yang bisa bikin Yulia bungkam. Jejelin makanan. * Alva melangkah masuk ke ballroom hotel. Ternyata dia masih tepat waktu. Undangan pernikahan Raymen jam sebelas sampai jam dua siang. Sekarang baru jam dua belas. Di dalam ballroom juga masih ramai. Alva melempar 30 pustaka-indo.blogspot.com

pandangan ke seisi ruangan. Mencari-cari siapa tahu ada yang dia kenal. Di meja khusus dessert Alva melihat beberapa orang yang dia kenal. Ada Icha teman satu jurusannya dulu, lalu Vino dan Akbar temannya di PA. Biarpun Akbar tampak gemukan dan perutnya agak buncit, Alva tetap bisa mengenali cowok yang hobinya panjat tebing itu. Sebelum menyapa mereka, mendingan Alva salaman dulu sama mempelai. ”Congrats, Ray.” Alva menjabat tangan Raymen erat. ”Thanks, Al. Lo lagi liburan di Indonesia? Masih tinggal di Australia, kan?” ”Nggak, Ray. Gue sudah balik ke sini beberapa tahun lalu. Begitu tamat sekolah, gue cuma sempat kerja setahun di sana. Habis itu ya di Jakarta terus, tapi gue lost contact sama semua anak-anak kampus. Untung dapet undangan lo.” Alva menepuk-nepuk bahu Raymen. Sebetulnya dulu dia dan Raymen juga bukan teman satu pergaulan. Yang Alva tahu Raymen itu cowok po- puler di kampus yang aktif di senat mahasiswa. Alva jadi sedikit lebih dekat dengan Raymen sejak kegiatan PA sering disponsori senat dan membuat mereka harus meeting bareng, tapi ya gitu-gitu aja. Setelah itu, dia masih sempat dengar berita soal Raymen jadian sama Shera, entah dari siapa. ”Untung e-mail lo nggak ganti, Al.” Alva mengangguk setuju. Kalau e-mailnya ganti, pasti undangan Raymen nggak bakalan sampai ke tangannya. 31 pustaka-indo.blogspot.com

”Thanks again ya, Al.” Tahu-tahu Raymen menarik badan Alva mendekat. ”Tadi ada si Shera. Gila... cantik banget dia! Untung gue sudah resmi...,” bisik Raymen bercanda, sambil menepuk-nepuk punggung Alva. Alva terenyak. Ada Shera? Kayak apa cewek itu sekarang? Di mana dia? Apa sudah pulang? Dari meja makanan, Shera mematung menatap lurus ke arah tangga podium. Itu dia. Betul-betul Alva! Dari podium, Alva menatap perempuan yang kelihatan cantik seperti biasanya itu. Selalu menggemaskan. Alva bisa melihat Shera juga sedang menatap ke arahnya dari samping meja prasmanan. Mungkin perempuan itu sedang berusaha mengingat-ingat dia. Shera menelan ludah. Cowok itu… bukan, sekarang dia adalah pria dewasa… bukan cowok kuliahan lagi. Rambut Alva memang nggak gondrong lagi seperti dulu. Rambut- nya tercukur rapi dengan model masa kini. Kacamatanya pun model baru. Shera tak mungkin salah mengenali Alva. Dengan kemeja yang lengannya digulung dan di- padu dasi serta jins, Alva terlihat dewasa dan... gan- teng. Nggak nyangka Alva benar-benar datang. Shera me- ngira pria itu masih di Australia. Tapi... Apa-apaan sih dia bengong begini?! Masa-masa kuliah itu sudah bertahun-tahun lalu. Sekarang mereka dua orang dewasa, teman sekampus yang sudah lama nggak bertemu. 32 pustaka-indo.blogspot.com

”Alva!” Shera melambai yakin, berjalan mantap meng- hampiri Alva setelah membuang semua kekikukkannya tadi. Menghadapi klien yang resenya setengah mati aja Shera bisa, masa menghadapi teman lama dia grogi? Jantung Alva berdegup kencang. Ternyata Shera ingat. Dia menghela napas lega. Tadi dia pikir, kalau Shera nggak ingat berarti Alva yang harus memberanikan diri menyapa Shera lebih dulu dengan risiko malu kalau Shera sama sekali tidak mengingatnya. ”Apa kabar, Sher?” ”Baik... Kamu?” Alva menegang sewaktu Shera menarik tangannya lalu menempelkan pipinya ke pipi Alva. Dia berusaha meng- ingat-ingat, apakah memang dulu mereka seakrab ini? Rasanya nggak. Jangankan cipika-cipiki, rasanya dulu kontak isik mereka betul-betul tahap paling dasar: sa- laman, toss, atau—apalagi ya? Kayaknya nggak ada lagi. Mereka lebih sering ngobrol soal kegiatan klub, atau sesekali basa-basi soal yang lain, tapi itu pun sangat ja- rang. Alva bukan tipe orang yang bisa berbasa-basi de- ngan banyak topik obrolan, apalagi waktu itu dia memen- dam perasaan buat Shera. Setiap ketemu Shera, dia sudah cukup sibuk mengendalikan perasaannya sendiri. Tapi itu dulu. Alva akhirnya bisa rileks. ”Aku baik, Sher. Kamu sama siapa?” Shera celingukan mencari-cari Yulia di kerumunan 33 pustaka-indo.blogspot.com

tamu. ”Sama Yulia, tapi... mana ya dia? Cari es krim kayaknya. Kamu sama siapa?” Shera diam-diam waswas mencari-cari orang yang kemungkinan menemani Alva ke sini. Jangan-jangan ada pacarnya, tunangannya, atau malah istri dan anak-anaknya. ”Sendirian.” ”Ha?” Jawaban Alva langsung bikin Shera salting. Karena dia memang berharap Alva datang sendirian, jadi rasanya kayak tertangkap basah. ”Sendirian,” ulang Alva, menyangka Shera tadi nggak dengar karena ada keluarga Raymen yang lagi asyik dangdutan di panggung band. ”Aku kira kamu masih di Australia, Al. Kamu tuh ya, pergi tiba-tiba, datang tiba-tiba. Metode jelangkung banget. Datang tak diundang pulang tak diantar.” Mudah- mudahan bercandaan garing Shera bisa sedikit menyamar- kan kekepoannya yang membabi buta ini. Ternyata cinta yang dipendam itu akibatnya dahsyat juga. Bertahun-tahun Shera nggak pernah tahu kabarnya Alva, tapi begitu ketemu lagi, ternyata dia betul-betul masih deg-degan. And thanks to omongan Yulia waktu itu soal rasa penasarannya mencium bibir Alva, sekarang Shera malah nggak bisa fokus bicara sambil menatap mata Alva karena matanya bolak-balik releks menatap bibir pria itu. Alva tertawa pelan. ”Wah... asal mukaku nggak keli- hatan kayak setan aja.” ”Eh... nggak... aku kan nggak bilang gitu, Al.” 34 pustaka-indo.blogspot.com

Buat aku, muka kamu itu ya tetep aja ganteng. Malah makin ganteng, sambung Shera dalam hati. Kalau setan-setan jelangkung modelnya kayak Alva begini, mungkin per- mainan jelangkung bakal jadi permainan favorit cewek- cewek jomblo sedunia. ”So...?” tanya Shera lagi karena jawaban Alva belum menjelaskan apa-apa. Sumpah, Shera betul-betul penasaran ke mana aja Alva selama ini dan apa aja yang terjadi dalam hidupnya? ”Aku sudah sepenuhnya kembali ke Indonesia, sudah lama. Beres kuliah, coba kerja di sana setahun, terus langsung balik ke sini, sampe sekarang. Lebih cinta negeri sendiri, Sher. Lagian, belum seluruh Indonesia aku jelajahi.” ”Masih anak pencinta alam yang hobi keluar-masuk hutan toh?” ”Itu sih cinta mati. Cinta selamanya.” Alva tertawa renyah. Sebetulnya sih Shera juga nggak tahu persis seperti apa tepatnya tertawa renyah itu. Yang pasti, suara tawa Alva terdengar hangat dan menyenangkan. Aduuhh... masih aja pipi Shera rasanya panas kalau lihat Alva tertawa kayak gini. Matanya yang menyipit di balik kacamata itu saat dia tertawa masih nggak berubah. ”Sudah jadi animator sukses dong ya sekarang? Kamu waktu itu sekolah khusus animasi, kan?” ”Wah amiiin... Makasih lho doanya, Sher. Aku sekarang punya kantor sendiri sih, bikin bareng teman 35 pustaka-indo.blogspot.com

waktu sekolah di Australia itu. Kami ngerjain animasi- animasi untuk TV atau ­ebsite. Kebanyakan untuk iklan. Ngerjain proyek kecil-kecilan dari perusahaan luar juga. Kamu?” ”Aku pernah cerita soal cita-cita nggak sama kamu?” Setelah bertanya, Shera kaget sendiri. Ya ampun, kenapa dia jadi nggak bisa menahan diri gini sih? Pede banget dia menanyakan pertanyaan tadi pada Alva. Dulu kan mereka nggak seakrab itu. Kalaupun Shera pernah cerita pada Alva, belum tentu juga Alva ingat. Dia kan dulu bukan siapa-siapanya Alva. ”Cita-cita yang... pengin punya biro perjalanan bulan madu? Kamu masih suka sama yang romantis-roman- tis?” Rasanya jantung Shera barusan berhenti berdetak se- persekian detik saking kagetnya. Dia juga nyaris nggak bisa menahan diri untuk nggak joget Poco-Poco saking terkejutnya. Alva ingat! Memang sih Shera pernah me- nyebut soal hobi dan cita-citanya waktu ngobrol santai sama Alva, tapi dia sama sekali nggak nyangka Alva ma- sih ingat sampai sekarang. Tiba-tiba pikiran itu melintas begitu aja di kepala Shera. Mungkin ini memang kehendak Tuhan. Mereka memang dipertemukan di sini oleh takdir. Seperti pepatah yang mengatakan kalau jodoh takkan ke mana, mungkin ini yang terjadi sekarang. Mereka dulu memang nggak sampai pacaran, tapi bisa jadi sekaranglah mereka baru berjodoh. Shera langsung 3 pustaka-indo.blogspot.com

merinding karena efek deg-degan yang sekarang kekuat- annya bertambah berkali-kali lipat. ”Ternyata kamu inget....” Alva tersenyum kalem. ”Ya inget dong, Sher. So... gimana kamu sekarang? Kok nanya soal cita-cita dulu?” Shera sangat bersyukur kalau Alva memang dikirim Tuhan untuk berjodoh sama dia di masa sekarang. Semua yang dia kenal tentang Alva nggak berubah. Dia masih kalem, tenang, dan manis. Bedanya, sekarang dia lebih dewasa dan lebih... keren. Kali ini Shera nggak boleh sampai menyesal kayak dulu. Dengan senyum selebar dan semanis mungkin, She- ra mengeluarkan selembar kartu nama dari tas tangannya. ”Ini, kartu namaku.” Well, dia memang sedang dekat dengan Eldi, tapi... mereka kan nggak pacaran. Prospek ke depan juga belum terbaca. Intinya, status Shera sekarang ini single. Titik. Alva membaca kartu nama Shera. ”Honeymoon Ex- press, your honeymoon specialist,” Alva bergumam membaca tulisan di kartu nama Shera, lalu menatap wanita itu. ”Ini punya kamu?” Shera mengangguk mantap. ”Biro perjalanan bulan madu. Sesuai cita-cita.” Alva masih menatap kartu nama Shera. ”Aku sudah sering dengar soal Honeymoon Express. Sempat kepikiran kalau ini mungkin punya kamu, tapi aku nggak nyangka ini betul-betul punya kamu.” Hati Shera makin berbunga-bunga. Wah, ternyata Alva 3 pustaka-indo.blogspot.com

sempat kepikiran soal dia. Yaaa... biarpun pria itu teringat Shera karena Honeymoon Express, tapi kan tetap aja, Alva teringat pada Shera, bukan pada jutaan hal lain di dunia ini. Rasanya Shera semakin yakin pertemuannya dengan Alva hari ini adalah takdir—takdir untuk melan- jutkan perasaan Shera yang dulu. ”Iya, Al, ini mimpi yang jadi kenyataan. Awalnya kecil-kecilan, lama-lama bisa berkembang kayak sekarang. Dulu Honeymoon Express cuma meng-handle perjalanan domestik, tapi sekarang...” ”Aku boleh mampir ke kantor, Sher?” tanya Alva tiba- tiba, dan otomatis bikin Shera terdiam kaget. Wah, Alva langsung mau main mampir aja. Mungkin dia juga merasakan apa yang Shera rasakan, bahwa per- temuan ini adalah takdir. ”Boleh dong, Al, mampir aja. Alamat kantornya ada di kartu namaku. Di daerah Gan- daria. Telepon dulu ya, biar memastikan aku ada di kantor.” Mendadak Shera jadi terlalu bersemangat. Kalau diingat-ingat, sampai Alva pergi ke Australia dulu, Shera nggak pernah tahu apakah Alva juga punya perasaan yang sama untuk Shera. Tapi, bagaimanapun perasaan Alva zaman kuliah dulu, sepertinya nggak pen- ting lagi. Melihat gelagat Alva yang bersemangat pengin mampir ke kantor Shera, bisa jadi itu pertanda bahwa sekarang Alva menaruh perhatian buat Shera, kan? Bukti- nya, tanpa basa-basi Alva langsung mau melanjutkan pertemuan mereka hari ini ke pertemuan berikutnya. Ini yang namanya gayung bersambut, biarpun sudah tujuh tahun berlalu. 3 pustaka-indo.blogspot.com

”Kamu nanganin klien-klien kamu sendiri?” tanya Alva serius, nggak menanggapi kalimat Shera. ”Hampir semuanya iya. Tapi, kalau aku lagi full, aku yang ngerjain konsepnya, sementara eksekusinya aku serahkan ke beberapa staf.” Dahi Shera mulai mengernyit. Kenapa jadi ngomongin kerjaan sih? ”Sekarang lagi full?” tanya Alva lagi, seperti nggak ngeuh dengan kebingungan Shera. Shera menggeleng pelan. ”Hmm... nggak sih. Ada beberapa klien, tapi sudah nggak dalam tahap ribet. Kenapa sih, Al?” Alva menatap kartu nama Shera, lalu berganti menatap Shera lekat-lekat. Dalam hati Alva menimbang-nimbang untuk mengatakan situasi yang sebenarnya pada Shera, tapi... setelah sekian lama mereka nggak bertemu, rasanya aneh dan nggak nyaman kalau menceritakan masalah pribadi begitu aja. Alva nggak mau dianggap berlebihan atau sentimentil. Alva cuma perlu bulan madu yang sempurna. Sebagai biro perjalanan profesional, Alva yakin Shera nggak perlu tahu masalah pribadi kliennya. ”Sher, aku... mau pakai jasa Honeymoon Express kamu untuk... bukan maduku. Bisa kamu yang nanganin langsung kan, Sher? Kayaknya... aku lebih nyaman kalau diskusi sama orang yang aku kenal.” Jedeeerrr! Ctaaarrr! Ctaaarrr! Shera mendadak pusing dan seperti bisa mendengar gledek menyambar-nyambar tepat di depan jidatnya. ALVA MAU MEMAKAI JASA HONEYMOON EXPRESS UNTUK BULAN MADUNYA?! 39 pustaka-indo.blogspot.com

Itu... itu artinya Alva sudah punya calon istri?! Terus, tadi... getaran-getaran itu?! Fakta bahwa Alva ingat segala sesuatu soal Shera?! Soal mereka dipertemukan oleh takdir… itu juga khayalan Shera belaka? Bodoh! Betul-betul bodoh! Shera sudah kebablasan membiarkan diri terpesona dan terlena kenangan masa lalu, membiarkan dirinya ge-er plus pede habis-habisan. Please deh, Shera, orang datang ke kondangan sendiri bukan berarti dia single. Bisa jadi pacarnya sibuk, sakit, atau ada jad­al senam yang nggak bisa dibatalkan. ”Sher...?” panggil Alva karena Shera mendadak be- ngong. ”O-oh, b-bisa, Al. Bisa. Ya bisa dong! Ke... ke kantor aja ya?” Shera gelagapan karena masih ada sisa efek kesamber geledek shock tadi. ”Eh, Alva?!” Tahu-tahu Yulia nongol. Sepertinya dia sudah kenyang mencicipi semua makanan yang ada di ballroom. ”Alva, kan?” Alva menjabat tangan Yulia. ”Hai, Yul…. Apa ka- bar?” Shera sudah nggak mendengar lagi obrolan Yulia dan Alva. Dia terlalu kecewa dan malu pada diri sendiri ka- rena sempat kege-eran. Untung dia belum sempat ngo- mong macam-macam atau nekat usaha bergenit-genit ria sama Alva. Kalau nggak, dia pasti malu setengah mati. Sekarang dia harus fokus mengatur sikap supaya nanti bisa profesional waktu Alva datang ke kantor sebagai klien. Shera juga harus mengembalikan kesadarannya bahwa mereka ini cuma teman lama. 40 pustaka-indo.blogspot.com

Alva punya calon istri, dan Shera lagi dekat sama El- di. Gila, bisa-bisanya Shera mengalami dua kali patah hati dengan orang yang sama. Konyol. Betul-betul konyol! Bisa-bisanya Shera lupa diri begitu. 41 pustaka-indo.blogspot.com

Why , oh Why , oh Why... ”APA?! Jadi lo dulu serius suka sama Alva? Lo beneran jatuh cinta sama dia?!” pekik Yulia, bagai tukang ayam mengobral dagangan di pasar. ”Ssst! Nyebelin lo, Yul!” desis Shera keki. Gini nih kalau punya sahabat yang terlalu dekat. Pada- hal setelah resepsi Raymen, Shera mati-matian menyem- bunyikan soal Alva. Toh semuanya sudah lewat. Tapi bukan Yulia namanya kalau nggak kepo. Nenek bawel yang satu itu berhasil mengorek semuanya, hanya dengan memulai lewat pertanyaan basa-basi saat mereka mem- baca-baca menu di Satelicious tadi. Shera nyaris membekap mulut Yulia pakai serbet. Enak banget dia menjerit di restoran yang penuh minta ampun pas jam makan siang kayak begini. 42 pustaka-indo.blogspot.com

Shera berhenti menggigit sate dan menatap aneh ke arah tisu yang disodorkan Yulia. ”Buat apa?” Yulia menjawab sambil pasang muka serius, yang nggak bisa dideteksi itu ekspresi serius apa ngeledek. ”Buat menghapus air mata lo, Sher. Kalau lo pengin nangis meraung-raung dengan segenap perasaan, nggak apa-apa, darling. I’m here. Kalau lo perlu lagu India buat backsound, gue bisa cariin.” Yulia mengangguk meyakinkan, dan menyebalkan. Hampir aja Shera tersedak sate kalau nggak buru-buru minum. Dengan penuh dendam, Shera menggumpal- gumpalkan tisu yang disodorkan Yulia, lalu menimpuk Yulia sambil melotot—yang dia bayangkan berkekuatan super untuk mengubah Yulia jadi kentang. ”Ngasal ya lo! Ngapain gue nangis meraung-raung segala?!” ”Lo memendam perasaan buat Alva selama bertahun- tahun. Dan pas ketemu lagi, lo mengira ada kesempatan, tapi tahu-tahu… dia malah udah mo kawin, dan mau pakai jasa Honyemoon Express. Itu kan pasti...,” Yulia menun- juk-nunjuk dadanya dengan muka penuh drama, ”menu- suk-nusuk hati banget. Sakit. Perih. Hidup memang keras, Jenderal!” katanya cekikikan. Dasar norak! Betul-betul sahabat yang perlu dijitak pakai ulekan batu. Hidup Yulia itu kayaknya nggak bisa tenang kalau nggak bercanda atau ngeledek orang. ”Sembarangan! Ngapain pakai sakit segala?” ”Pasti sakit lah. Yang sudah jadian terus putus aja sakit 43 pustaka-indo.blogspot.com

kalau patah hati. Apalagi kayak lo gini, cinta yang nggak kesampean, pasti lebih sakit.” Shera cuma bisa geleng-geleng mendengar analisis sok tahu Yulia. ”Ngarang bebas lo, Yul. Siapa juga yang patah hati?! Waktu mikir, siapa tahu ketemu Alva itu takdir, itu cuma lucu-lucuan aja, nggak seserius itu juga sampe patah hati segala.” ”Bohong!” tukas Yulia, sangat menyebalkan. ”Serius! Kan gue juga lagi deket sama Eldi. Gimana sih lo?” balas Shera, nggak mau kalah. Alis Yulia mengernyit dan matanya menyipit menatap Shera. ”Jadi... lo beneran bakalan ngambil job dari Alva?” ”Ya iyalah! Kenapa harus ditolak? Profesional ajalah sekarang. Dia nanti jadi klien gue. Beres, kan? Lagian, belum tentu jadi. Kan belum ada deal apa-apa. Siapa tahu dia berubah pikiran atau kemarin itu cuma basa-basi.” Tahu-tahu Yulia menatap Shera serius. ”Sher, kenapa sih dulu lo nggak jujur sama gue kalau perasaan lo itu sebenarnya buat Alva? Kalau kayak gitu kan gue nggak bakalan nyuruh lo jadian sama Raymen. Gue pasti bakal mendukung pilihan lo.” Pih! Shera langsung mencibir. ”Mendukung? Yulia Anita Citrasari, bukannya lo yang rajin banget nyebut dia kutu kertas raja hutan? Yang kata lo nggak bisa me- menuhi harapan-harapan romantis gue. Lo kan tim Raymen sejati.” Yulia cekikikan. ”Yaaa, itu kan karena gue nggak tahu 44 pustaka-indo.blogspot.com

kalau perasaan lo sedalem itu buat Alva. Ah, tapi lo jadian sama Raymen juga nggak rugi, kan? Dia romantis banget. Cinta banget pula sama lo. Sampe setahun lalu kan dia masih ngejar-ngejar lo. Ya, kan?” Shera berlagak kecekik dan sesak napas. ”Romantisnya sampe bikin mual-mual. Lo sudah menghancurkan masa kuliah gue dengan menjebloskan gue ke dalam kisah romantika terajaib yang pernah ada di era perdagangan bebas ini,” cerocos Shera asal. Dddrrt! Dddrrt! Ponsel Shera bergetar di meja. Nama Alva berkelap-kelip di layar. Yulia menyeringai garing. ”Ingeeet... profesionaaal....” Shera mendelik, buru-buru menekan tombol Ans­er. ”Halo. Ya, hai, Al. Gimana? Oh... bisa sih, tapi sekarang aku lagi di luar. Kalau stafku sih ada di kantor…. Apa? Oh, gitu. Iya, kita obrolin aja dulu. Hmm, kantor aja gimana? Boleh.... Satu jam lagi lah…. Oke, bye.” Yulia menatap penasaran. ”Alva mau ke kantor. Ngobrolin soal honeymoon- nya.” Bibir Yulia membulat. ”Ooo....” Shera tahu ”O”-nya Yulia tadi itu mewakili banyak makna. Jelas si nenek mulut ember itu masih pengin ber- komentar ini-itu, tapi berhubung Shera sudah melempar tatapan penuh ancaman untuk nggak membahas yang aneh-aneh lagi, Yulia langsung membatalkan niatnya— daripada benjol kena timpuk sendok makan. 45 pustaka-indo.blogspot.com

* Shera menatap aneh Alva yang duduk di hadapannya. Barusan Mita mengantar Alva masuk ke ruangan Shera. ”Sendirian?” Alva mengangguk. Shera makin bingung, lalu menatap Alva nggak ngerti. ”Calon istri kamu mana? Planning honeymoon kan harus berdua pasangan.” Dahi Alva mengernyit. ”Harus ya?” Telunjuk Shera mengetuk-ngetuk sampul kulit iPad- nya. ”Nggak sih, tapi umumnya begitu. Kan supaya tahu apa maunya si pria dan si perempuan. Biar lebih gampang nentuin tujuan dan kegiatan yang mau dijalanin. Bulan madu kan buat berdua. Jadi dua-duanya harus cocok, harus happy, biar puas. Soalnya, konsep Honeymoon Ex- press bukan cuma menyediakan jasa perjalanan, tapi lebih ke organizer. Kami akan bikin konsep yang sesuai untuk masing-masing klien.” ”Iya, aku ngerti kok konsep Honeymoon Express, tapi... nggak boleh ya bulan madu sendirian?” cetus Alva serius. ”Ha?” Tahu-tahu Alva tertawa pelan. ”Muka kamu lucu ba- nget kalau kaget. Aku bercanda, Sher. Masa bulan madu sendirian?” Shera memutar mata sebal sambil agak-agak salting dan malu-malu kucing karena candaan Alva. 4 pustaka-indo.blogspot.com

Hhh… Shera mengutuki diri sendiri kenapa harus malu- malu kucing kayak tadi. ”Jail banget sih! Jadi, mana calon istrimu? Harusnya kan dia juga ada di sini buat diskusi. Jadi aku bisa bikinin paket yang pas buat kalian berdua, sesuai budget yang kalian mau. Bulan madu harus jadi the best month ever, Al.” Alva tersenyum. ”Nggak salah aku pilih ke sini. Kamu profesional banget.” Lagi-lagi, tanpa bisa dicegah, pipi Shera memanas. Dari tadi ditanya di mana calon mempelainya, Alva malah bolak-balik bikin Shera salting. ”Belum apa-apa udah dipuji. Bisa pusing nih kepalaku karena keberatan pujian. Jadi?” Shera mengingatkan Alva supaya kembali lagi ke topik. Jangan sampe Alva kebablasan melempar pujian, terus nanti tahu-tahu bilang Shera perempuan paling keren se-Jakarta Selatan, kan gawat juga! Shera bisa pingsan kena serangan ge-er. ”Calonku ya?” Shera ngangguk. Alva menggosok-gosok tangannya lalu menatap Shera. ”Gini, Sher... Sebenarnya, ini rahasia. Makanya dia nggak aku ajak ke sini.” ”Rahasia? Maksudnya kejutan?” tanya Shera takjub. Memang nggak semua klien datang berdua pasangannya sih. Ada juga yang datang sendirian karena mau menja- dikan bulan madu mereka sebagai kejutan buat pa- sangannya. 4 pustaka-indo.blogspot.com

Bukannya mau underestimate, tapi Shera sama sekali nggak menyangka Alva tipe pria romantis dan bisa punya ide untuk ngasih kejutan bulan madu buat istrinya nanti. Well, mengingat Alva yang Shera kenal itu pendiam, kalem, dan lebih banyak menghabiskan hari-harinya di depan kertas atau di hutan, mmm... ya... nggak disangka aja. Dalam bayangan Shera, Alva lebih mungkin belajar bahasa beruang daripada merencanakan kejutan bulan madu romantis. Perasaan kaget Shera cukup wajar. Biarpun dulu Shera suka sama Alva, tapi sebetulnya dia nggak begitu mengenal pria itu. ”Kalau kejutan ya bisa juga, Al. Biar sukses, kamu harus mencari tahu de- ngan detail maunya dia apa. Misalnya, dia pengin ke mana, pengin ngapain aja, suka tempat yang kayak apa, pokoknya hal yang semacam itu, Al. Kalau ada data, itu semua gampang diatur. Aku bisa mengatur honeymoon terbaik untuk kalian berdua, yang nggak akan terlupa- kan.” Mata Shera yang berbinar-binar semangat waktu men- jelaskan soal bulan madu, membuat Alva nggak bisa menahan senyum. ”Semangat kamu masih sama kayak dulu. Inget nggak, waktu kamu kepergok bro­sing tempat- tempat romantis di dunia? Habis itu kamu nyerocos pan- jang lebar soal alasanmu suka tempat-tempat itu, terus kamu cerita kalau kamu bakal buka biro perjalanan khusus bulan madu. Cara kamu ngomong, persis kayak barusan.” 4 pustaka-indo.blogspot.com


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook