Keadilan yang dimaksud oleh ayat ini, adalah keadilan dibidang imaterial (cinta). Itu sebabnya hati yang berpoligamidilarang memperturutkan hatinya dan berkelebihan dalamkecenderungan kepada yang dicintai. Dengan demikian tidaklahtepat menjadikan ayat ini sebagai dalih untuk menutup pintupoligami serapat-rapatnya.SYARAT SAH PERNIKAHANUntuk sahnya pernikahan, para ulama telah merumuskan sekianbanyak rukun dan atau syarat, yang mereka pahami dariayat-ayat Al-Quran maupun hadis-hadis Nabi Saw.Adanya calon suami dan istri, wali, dua orang saksi, maharserta terlaksananya ijab dan kabul merupakan rukun atau syaratyang rinciannya dapat berbeda antara seorang ulama/mazhabdengan mazhab 1ain; bukan di sini tempatnya untuk diuraikan.Calon istri haruslah seorang yang tidak sedang terikatpernikahan dengan pria lain, atau tidak dalam keadaan 'iddah(masa menunggu) baik karena wafat suaminya, atau dicerai,hamil, dan tentunya tidak pula termasuk mereka yang terlarangdinikahi, sebagaimana disebutkan di atas.Wali dari pihak calon suami tidak diperlukan, tetapi wali daripihak calon istri dinilai mutlak keberadaan dan izinnya olehbanyak ulama berdasar sabda Nabi Saw.Tidak sah nikah kecuali dengan (izin) wali.Al-Quran mengisyaratkan hal ini dengan firman-Nya yangditujukan kepada para wali:... Janganlah kamu (hai para wali) menghalangi mereka(wanita yang telah bercerai) untuk kawin (lagi) denganbaka1 suaminya, jika terdapat kerelaan di antara merekadengan cara yang makruf (QS Al-Baqarah [2]: 232).Menurut sementara ulama seperti Imam Syafi'i dan Imam Maliki,WAWASAN AL-QURAN 200Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
\"Seandainya mereka tidak mempunyai hak kewalian, maka laranganayat di atas tidak ada artinya,\" dan karena itu pula terhadappara wali ditujukan firman Allah.Janganlah kamu menikahkan (mengawinkan) orang-orangmusyrik (dengan wanita-wanita mukminah) sebelum merekaberiman (QS Al-Baqarah [2]: 221).Sedang ketika Al-Quran berbicara kepada kaum pria nyatakannya,Janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik sebelummereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukminlebih baik dari wanita musyrik walaupun ia menarikhatimu (QS AlBaqarah [2]: 221).Ada juga ulama lain semacam Abu Hanifah, Zufar, Az-zuhri dan1ain-lain yang berpendapat bahwa apabila seorang wanitamenikah tanpa wali maka nikahnya sah, selama pasangan yangdikawininya sekufu' (setara) dengannya. Mereka yang menganutpaham ini berpegang pada isyarat Al-Quran:Apabila telah habis masa iddahnya (wanita-wanita yangsuaminya meninggal), maka tiada dosa bagi kamu (haipara wali) membiarkan mereka berbuat terhadap dirimereka menurut yang patut (QS Al-Baqarah [2): 234).Ayat di atas, menurut penganut paham ini, mengisyaratkan hakwanita bebas melakukan apa saja yang baik --bukan sekadarberhias, bepergian, atau menerima pinangan-- sebagaimanapendapat yang mengharuskan adanya wali, tetapi termasuk jugamenikahkan diri mereka tanpa wali. Di samping itu, katapenganut paham ini, Al-Quran juga --dan bukan hanya sekali--menisbahkan aktivitas menikah bagi para wanita, sepertimisalnya firman-Nya,Sampai dia menikah dengan suami yang lain (QSAl-Baqarah [2]: 230).Perlu digarisbawahi bahwa ayat-ayat di atas yang dijadikanWAWASAN AL-QURAN 201Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
alasan oleh mereka yang tidak mensyaratkan adanya wali,berbicara tentang para janda, sehingga kalaupun pendapatmereka dapat diterima maka ketiadaan wali itu terbatas kepadapara janda, bukan gadis-gadis. Pandangan ini dapat merupakanjalan tengah antara kedua pendapat yang bertolak belakang diatas.Hemat penulis adalah amat bijaksana untuk tetap menghadirkanwali, baik bagi gadis maupun janda. Hal tersebut merupakansesuatu yang amat penting karena \"seandainya terjadi hal-halyang tidak diinginkan\", maka ada sandaran yang dapat dijadikanrujukan. Ini sejalan dengan jiwa perintah Al-Quran yangmenyatakan, \"Nikahilah mereka atas izin keluarga (tuan)mereka.\" (QS Al-Nisa' [4]: 25). Walaupun ayat ini turunberkaitan dengan budak-budak wanita yang boleh dikawini.Hal kedua yang dituntut bagi terselenggaranya pernikahan yangsah adalah saksi-saksi. Penulis tidak menemukan hal inidisinggung secara tegas oleh Al-Quran, tetapi sekian banyakhadis menyinggungnya. Kalangan ulama pun berbeda pendapatmenyangkut kedudukan hukum para saksi. Imam Abu Hanifah,Syafi'i, dan Maliki mensyaratkan adanya saksi-saksipernikahan, hanya mereka berbeda pendapat apakah kesaksiantersebut merupakan syarat kesempurnaan pernikahan yangdituntut. Sebelum pasangan suami istri \"bercampur\"(berhubungan seks) atau syarat sahnya pernikahan, yangdituntut kehadiran mereka saat akad nikah dilaksanakan.Betapapun perbedaan itu, namun para ulama sepakat melarangpernikahan yang dirahasiakan, berdasarkan perintah Nabi untukmenyebarluaskan berita pernikahan. Bagaimana kalau saksi-saksiitu diminta untuk merahasiakan pernikahan itu? Imam Syafi'idan Abu Hanifah menilainya sah-sah saja, sedang Imam Malikmenilai bahwa syarat yang demikian membatalkan pernikahan{fasakh). Perbedaan pendapat ini lahir dari analisis merekatentang fungsi para saksi, apakah fungsi mereka keagamaan,atau semata-mata tujuannya untuk menutup kemungkinan adanyaperselisihan pendapat. Demikian penjelasan Ibnu Rusyd dalambukunya Bidayat Al-Mujtahid.WAWASAN AL-QURAN 202Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Dalam konteks ini terlihat betapa pentingnya pencatatanpernikahan yang ditetapkan melalui undang-undang, namun disisi lain pernikahan yang tidak tercatat selama ada dua orangsaksi-tetap dinilai sah oleh agama. Bahkan seandainya keduasaksi itu diminta untuk merahasiakan pernikahan yangdisaksikannya itu, maka pernikahan tetap dinilai sah dalampandangan pakar hukum Islam Syafi'i dan Abu Hanifah.Namun demikian, menurut hemat penulis, dalam kontekskeindonesiaan, walaupun pernikahan demikian dinilai sahmenurut hukum agama, namun perkawinan di bawah tangan dapatmengakibatkan dosa bagi pelaku-pelakunya, karena melanggarketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah dan DPR (Ulil Amri).Al-Quran memerintahkan setiap Muslim untuk menaati Ulil Amriselama tidak bertentangan dengan hukum-hukum Allah. Dalam halpencatatan tersebut, ia bukan saja tidak bertentangan, tetapijustru sangat sejalan dengan semangat Al-Quran.Hal ketiga dalam konteks perkawinan adalah mahar.Secara tegas Al-Quran memerintahkan kepada calon suami untukmembayar mahar.Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita-wanita (yangkamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan (QSA1-Nisa' [4]: 4).Suami berkewajiban menyerahkan mahar atau mas kawin kepadacalon istrinya.Mas kawin adalah lambang kesiapan dan kesediaan suami untukmemberi nafkah lahir kepada istri dan anak-anaknya, dan selamamas kawin itu bersifat lambang, maka sedikit pun jadilah.Bahkan:Sebaik-baik mas kawin adalah seringan-ringannya.Begitu sabda Nabi Saw., walaupun Al-Quran tidak melarang untukWAWASAN AL-QURAN 203Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
memberi sebanyak mungkin mas kawin (QS Al-Nisa' [4]: 20). Inikarena pernikahan bukan akad jual beli, dan mahar bukan hargaseorang wanita. Menurut Al-Quran, suami tidak boleh mengambilkembali mas kawin itu, kecuali bila istri merelakannya.\"Apakah kalian (hai para suami) akan mengambilnyakembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan denganmenanggung dosa yang nyata? Bagaimana kamu akanmengambilnya kembali padahal sebagian kamu (suami atauistri) te1ah melapangkan (rahasianya/bercampur) dengansebagian yang lain (istri atau suami) dan mereka (paraistri) telah mengambil dari kamu perjanjian yang amatkokoh (QS Al-Nisa' [4]: 20-2l).Agama menganjurkan agar mas kawin merupakan sesuatu yangbersifat materi, karena itu bagi orang yang tidak memilikinyadianjurkan untuk menangguhkan perkawinan sampai ia memilikikemampuan. Tetapi kalau oleh satu dan lain hal, ia harus jugakawin, maka cincin besi pun jadilah.Carilah walau cincin dari besi.Begitu sabda Nabi Saw. Kalau ini pun tidak dimilikinya sedangperkawinan tidak dapat ditangguhkan lagi, baru mas kawinnyaboleh berupa mengajarkan beberapa ayat Al-puran. Rasulullahpernah bersabda,Telah saya kawinkan engkau padanya dengan apa yangengkau miliki dari Al-Quran. (Diriwayatkan oleh Bukharidan Muslim melalui Sahal bin Sa'ad).Adapun ijab dan kabul pernikahan, maka ia pada hakikatnyaadalah ikrar dari calon istri, melalui walinya, dan dari calonsuami untuk hidup bersama seia sekata, guna mewujudkankeluarga sakinah, dengan melaksanakan segala tuntunan darikewajiban. Ijab seakar dengan kata wajib, sehingga ijab dapatberarti: atau paling tidak \"mewujudkan suatu kewajiban\" yakniberusaha sekuat kemampuan untuk membangun satu rumah tanggasakinah. Penyerahan disambut dengan qabul (penerimaan) dariWAWASAN AL-QURAN 204Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
calon suami.Untuk menguatkan ikrar, maka serah terima itu dalam pandanganImam Syafi'i tidak sah kecuali jika menggunakan apa yangdiistilahkan oleh Nabi Saw. dengan Kalimat Allah, yaitu dengansabdanya:\"Hubungan seks kalian menjadi halal atas dasar kalimatAllah.\"Kalimat Allah yang dimaksud adalah kedua lafaz (kata) nikahdan zawaj (kawin) yang digunakan Al-Quran. Imam Malikmembolehkanjuga kata \"memberi\" sebagai terjemahan dari katawahabat sebagaimana disinggung pada pendahuluan. Ulama-ulamaini tidak menilai sah lafaz ijab dan kabul yang mengandung\"kepemilikan\", \"penganugerahan\", dan sebagainya, karenakata-kata tersebut tidak digunakan Al-Quran sekaligus tidakmencerminkan hakikat hubungan suami istri yang dikehendakioleh-Nya. Hubungan suami istri bukanlah hubungan kepemilikansatu pihak atas pihak lain, bukan juga penyerahan diriseseorang kepada suami, karena itu sungguh tepat pandanganyang tidak menyetujui lafaz mahabat (penganugerahan) digunakandalam akad pernikahan. Hubungan tersebut adalah hubungankemitraan yang diisyaratkan oleh kata zauwj yang berartipasangan. Suami adalah pasangan istri, demikian pulasebaliknya. Kata ini memberi kesan bahwa suami sendiri belumlengkap, istri pun demikian. Persis seperti rel kereta api,bila hanya satu re1 saja kereta tak dapat berjalan, ataukatakanlah bagaikan sepasang anting di telinga, bila hanyasebelah maka ia tidak berfungsi sebagai perhiasan.Mengawinkan pria dan wanita adalah menghimpunnya dalam satuwadah perkawinan, sehingga wajar jika upaya tersebutdilukiskan oleh Al-Quran dengan menggunakan kata \"menikah\"yang pengertian kebahasaannya seperti dikemukakan padapendahuluan adalah \"menghimpun\".Bahwa Al-Quran menggunakan kata wahabat khusus kepada NabiSaw. adalah merupakan satu hal yang wajar, karena siapa punWAWASAN AL-QURAN 205Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
dari umatnya wajar untuk melebur keinginannya demi kepentinganNabi Saw.Demi Allah, kalian tidak beriman (secara sempurna)sampai patuh keinginan hati kalian terhadap apa yangkusampaikan.Demikian sabda Nabi Saw. Dalam kesempatan yang lain Nabibersabda:Salah seorang di antara kamu tidak beriman, sehinggadia mencintai aku lebih dari cintanya terhadap orangtuanya, anaknya dan seluruh manusia (Diriwayatkan olehBukhari dan Muslim melalui Anas bin Malik).Makna ini sejalan dengan firman Allah,Nabi (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang Mukmin dari padadiri mereka sendiri (QS Al-Ahzab [33]: 6).Itulah Kalimat Allah dalam hal sahnya perkawinan; kalimat itusendiri menurut Al-Quran:Te1ah sempurna sebagai kalimat yang benar dan adil, dantidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya (QSAl-An'am [6]: 115).\"Dia penuh kebajikan\" (QS Al-A'raf [7]: 137), lagi \"Dankalimat Allah itulah yang Mahatinggi\" (QS Al-Tawbah [9): 40).Dengan kalimat itulah Allah menganugerahkan kepada NabiZakaria yang telah berusia lanjut, lagi istrinya mandul,\"seorang anak bernama Yahya yang menjadi panutan, pandaimenjaga diri, serta menjadi Nabi\" (QS Ali 'Imran [3]: 39).Dengan kalimat itu Allah menciptakan Isa a.s. tanpa ayah, dandiakuinya sebagai \"seorang terkemuka di dunia dan di akherat,serta termasuk orang-orang yang didekatkan kepada Allah\" (QSAli 'Imran [3]: 45).Serah terima perkawinan dilakukan dengan kalimat Allah yangWAWASAN AL-QURAN 206Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
sifatnya demikian, agar calon suami dan istri menyadari betapasuci peristiwa yang sedang mereka alami. Dan dalam saat yangsama mereka berupaya untuk menjadikan kehidupan rumah tanggamereka dinaungi oleh makna-makna kalimat itu: kebenaran,keadilan, langgeng tidak berubah, luhur penuh kebajikan, dandikaruniai anak yang saleh, yang menjadi panutan, pandaimenahan diri, serta menjadi orang terkemuka di dunia dan diakhirat lagi dekat kepada Allah.TALI-TEMALI PEREKAT PERNIKAHANCinta, mawaddah, rahmah dan amanah Allah, itulah tali temaliruhani perekat perkawinan, sehingga kalau cinta pupus danmawaddah putus, masih ada rahmat, dan kalau pun ini tidaktersisa, masih ada amanah, dan selama pasangan itu beragama,amanahnya terpelihara, karena Al-Quran memerintahkan,Pergaulilah istri-istrimu dengan baik dan apabila kamutidak lagi menyukai (mencintai) mereka (jangan putuskantali perkawinan), karena boleh jadi kamu tidakmenyenangi sesuatu tetapi Allah menjadikan padanya (dibalik itu) kebaikan yang banyak (QS Al-Nisa' [4]: l9).Mawaddah, tersusun dari huruf-huruf m-w-d-d-, yang maknanyaberkisar pada kelapangan dan kekosongan. Mawaddah adalahkelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Diaadalah cinta plus. Bukankah yang mencintai, sesekali hatinyakesal sehingga cintanya pudar bahkan putus. Tetapi yangbersemai dalam hati mawaddah, tidak lagi akan memutuskanhubungan, seperti yang bisa terjadi pada orang yang bercinta.Ini disebabkan karena hatinya begitu lapang dan kosong darikeburukan sehingga pintu-pintunya pun telah tertutup untukdihinggapi keburukan lahir dan batin (yang mungkin datang daripasangannya). Begitu lebih kurang komentar pakar Al-QuranIbrahim Al-Biqa'i (1480 M) ketika menafsirkan ayat yangberbicara tentang mawaddah.Rahmah adalah kondisi psikologis yang muncul di dalam hatiWAWASAN AL-QURAN 207Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
akibat menyaksikan ketidakberdayaan sehingga mendorong yangbersangkutan untuk memberdayakannya. Karena itu dalamkehidupan keluarga, masing-masing suami dan istri akanbersungguh-sungguh bahkan bersusah payah demi mendatangkankebaikan bagi pasangannya serta menolak segala yang mengganggudan mengeruhkannya.Al-Quran menggarisbawahi hal ini dalam rangka jalinanperkawinan karena betapapun hebatnya seseorang, ia pastimemiliki kelemahan, dan betapapun lemahnya seseorang, pastiada juga unsur kekuatannya. Suami dan istri tidak luput darikeadaan demikian, sehingga suami dan istri harus berusahauntuk saling melengkapi.Istri-istri kamu (para suami) adalah pakaian untukkamu, dan kamu adalah pakaian untuk mereka (QSAl-Baqarah [2]: 187).Ayat ini tidak hanya mengisyaratkan bahwa suami-istri salingmembutuhkan sebagaimana kebutuhan manusia pada pakaian, tetapijuga berarti bahwa suami istri --orang masing-masing menurutkodratnya memiliki kekurangan-- harus dapat berfungsi \"menutupkekurangan pasangannya\". sebagaimana pakaian menutup aurat(kekurangan) pemakainya.Pernikahan adalah amanah, digarisbawahi oleh Rasul Saw. dalamsabdanya,Kalian menerima istri berdasar amanah Allah.Amanah adalah sesuatu yang diserahkan kepada pihak laindisertai dengan rasa aman dari pemberinya karenakepercayaannya bahwa apa yang diamanatkan itu, akan dipeliharadengan baik, serta keberadaannya aman di tangan yang diberiamanat itu.Istri adalah amanah di pelukan suami, suami pun amanat dipangkuan istri. Tidak mungkin orang tua dan keluargamasing-masing akan merestui perkawinan tanpa adanya rasaWAWASAN AL-QURAN 208Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
percaya dan aman itu. Suami --demikian juga istri-- tidak akanmenjalin hubungan tanpa merasa aman dan percaya kepadapasangannya.Kesediasn seorang istri untuk hidup bersama dengan seoranglelaki, meninggalkan orang-tua dan keluarga yangmembesarkannya, dan \"mengganti\" semua itu dengan penuhkerelaan untuk hidup bersama lelaki \"asing\" yang menjadisuaminya, serta bersedia membuka rahasianya yang paling dalam.Semua itu merupakan hal yang sungguh mustahil, kecuali jika iamerasa yakin bahwa kebahagiannnya bersama suami akan lebihbesar dibanding dengan kebahagiaannya dengan ibu bapak, danpembelaan suami terhadapnya tidak lebih sedikit dari pembelaansaudara-saudara sekandungnya. Keyakinan inilah yang dituangkanistri kepada suaminya dan itulah yang dinamai Al-Quranmitsaqan ghalizha (perjanjian yang amat kokoh) (QS Al-Nisa'[4): 21).SUAMI ADALAH PEMIMPIN KELUARGAKeluarga, atau katakanlah unit terkecil dari keluarga adalahsuami dan istri, atau ayah, ibu, dan anak, yang bernaung dibawah satu rumah tangga. Unit ini memerlukan pimpinan, dandalam pandangan Al-Quran yang wajar memimpin adalah bapak.Kaum lelaki (suami) adalah pemimpin bagi kaum perempuan(istri) (QS Al-Nisa' [4]: 34).Ada dua alasan yang dikemukakan lanjutan ayat di atasberkaitan dengan pemilihan ini, yaitu:a. Karena Allah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, danb. Karena mereka (para suami diwajibkan) untuk menafkahkan sebagian dari harta mereka (untuk istri/keluarganya).Alasan kedua agaknya cukup logis. Bukankah di balik setiapWAWASAN AL-QURAN 209Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
kewajiban ada hak? Bukankah yang membayar memperolehfasilitas?Adapun alasan pertama, maka ini berkaitan dengan faktor psikislelaki dan perempuan. Sementara psikolog berpendapat bahwaperempuan berjalan di bawah bimbingan perasaan, sedang lelakidi bawah pertimbangan akal. Walaupun kita sering mengamatibahwa perempuan bukan saja menyamai lelaki da1am halkecerdasan, bahkan terkadang melebihinya. Keistimewaan utamawanita adalah pada perasaannya yang sangat halus. Keistimewaanini amat diperlukan dalam memelihara anak. Sedang keistimewaanutama lelaki adalah konsistensinya serta kecenderungannyaberpikir secara praktis. Keistimewaan ini menjadikan iadiserahi tugas kepemimpinan rumah tangga.Para istri mempunyai hak yang seimbang dengankewajibannya menurut cara yang makruf akan tetapi parasuami mempunyai satu derajat kelebihan atas mereka(para istri)\". (QS A1-Baqarah [2]: 228).Derajat itu adalah kelapangan dada suami terhadap istrinyauntuk meringankan sebagian kewajiban istri. Karena itu, tulisSyaikh Al-Mufasirin (Guru besar para penafsir) ImamAth-Thabari, \"Walau ayat ini disusun dalam redaksi berita,tetapi maksudnya adalah anjuran bagi para suami untukmemperlakukan istrinya dengan sifat terpuji, agar mereka dapatmemperoleh derajat itu.\"Imam Al-Ghazali menulis, \"Ketahuilah bahwa yang dimaksuddengan perlakuan baik terhadap istri, bukanlah tidakmengganggunya, tetapi bersabar dalam kesalahannya, sertamemperlakukannya dengan kelembutan dan maaf, saat iamenumpahkan emosi dan kemarahannya.\"\"Keberhasilan perkawinan tidak tercapai kecuali jika keduabelah pihak memperhatikan hak pihak lain. Tentu saja haltersebut banyak, antara lain adalah bahwa suami bagaikanpemerintah, dan dalam kedudukannya seperti itu, diaberkewajiban untuk memperhatikan hak dan kepentingan rakyatnyaWAWASAN AL-QURAN 210Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
(istrinya). Istri pun berkewajiban untuk mendengar danmengikutinya, tetapi di sisi lain perempuan mempunyai hakterhadap suaminya untuk mencari yang terbaik ketika melakukandiskusi.\" Demikian lebih kurang tulis Al-Imam FakhruddinAr-Razi.Sekali lagi, kepemimpinan tersebut adalah keistimewaan tetapisekaligus tanggung jawab yang tidak kecil.Kalau titik temu dalam musyawarah tidak diperoleh, sehinggakeretakan hubungan dikhawatirkan terjadi, maka barulah keluarkamar menghubungi orang-tua atau orang yang dituakan untukmeminta nasihatnya, atau bahkan barulah diharapkan campurtangan orang bijak untuk menyelesaikannya. Dalam konteks iniAl-Quran berpesan,Jika kamu khawatirkan ada persengketaan antarakeduanya, maka utuslah seorang hakam (juru damai) darikeluarga laki-laki, dan seorang hakam dari ke1uargaperempuan. Jika keduanya (suami istri dan para hakam)ingin mengadakan perbaikan, niscapa Allah memberibimbingan kepada keduanya (suami istri). SesungguhnyaAllah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS Al-Nisa'[4]: 35).TUJUAN PERKAWINANSepintas boleh jadi ada yang berkata, apalagi muda mudi, bahwa\"pemenuhan kebutuhan seksual merupakan tujuan utamaperkawinan, dan dengan demikian fungsi utamanya adalahreproduksi\".Benarkah demikian? Baiklah terlebih dahulu kitamenggarisbawahi bahwa dalam pandangan ajaran Islam, seksbukanlah sesuatu yang kotor atau najis, tetapi bersih danharus selalu bersih. Mengapa kotor, atau perlu dihindari,sedang Allah sendiri yang memerintahkannya secara tersiratmelalui law of sex, bahkan secara tersurat antara lain dalamsurat Al-Baqarah (2): 187,WAWASAN AL-QURAN 211Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahannafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberimaaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka(istri-istrimu), dan carilah apa yang ditetapkan Allahuntukmu.Dalam ayat lain Allah berfirman:Istri-istri kamu adalah ladang (tempat bercocok tanam)untukmu, maka datangilah (garaplah) ladang kamubagaimana~ saja kamu kehendaki (QS Al-Baqarah [2]:223).Karena hubungan seks harus bersih, maka hubungan tersebutharus dimulai dan dalam suasana suci bersih; tidak bolehdilakukan dalam keadaan kotor, atau situasi kekotoran. Karenaitu, Rasulullah Saw. menganjurkan agar berdoa menjelanghubungan seks dimulai.Beberapa ayat Al-Quran sangat menarik untuk direnungkan dalamkonteks pembicaraan kita ini adalah:(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagikamu dan jenis kamu sendiri pasangan-pasangan, dan danjenis binatang ternak pasangan-pasangan pula,dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan cara itu ...Tidak ada sesuatu pun yang serupa denan Dia, dan DiaYang Maha Mendengar lagi Maha Melihat\" (QS Al-Syura[42]: 11).Binatang ternak berpasangan untuk berkembang biak, manusia pundemikian, begitu pesan ayat di atas. Tetapi dalam ayat di atastidak disebutkan kalimat mawaddah dan rahmah, sebagaimanaditegaskan ketika Al-Quran berbicara tetang pernikahanmanusia. Di antara tanda-tanda (kebesaran dan kekuasaan) Allah 212 adalah Dia menciptakan dari jenismu pasangan-pasanganWAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
agar kamu (masing-masing) memperoleh ketenteraman dari (pasangan)-nya, dari dijadikannya di antara kamu mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berpikir (QS Al-Rum [30]: 21).Mengapa demikian? Tidak lain karena manusia diberi tugasoleh-Nya untuk membangun peradaban, yaitu manusia diberi tugasuntuk menjadi khalifah di dunia ini.Cinta kasih, mawaddah dan rahmah yang dianugerahkan Allahkepada sepasang suami istri adalah untuk satu tugas yang berattetapi mulia. Malaikat pun berkeinginan untuk melaksanakannya,tetapi kehormatan itu diserahkan Allah kepada manusia.Demikian sekilas pandangan Al-Quran tentang pernikahan, tentusaja lembaran kecil ini tidak menggambarkan secara sempurnawawasan Kitab Suci itu, namun paling tidak apa yangdikemukakan di atas diharapkan dapat memberikan gambaran umum.Semoga.[]CATATAN KAKI1 Kata utuw, dalam berbagai bentuknya terulang didalam Al-Quran sebanyak 32 kali. Al-Quran menggunakannya untuk anugerah yang agung berupa ilmu atau Kitab Suci.2 Mahmud Syaltut l959: 253. 5. SYUKURKata \"syukur\" adalah kata yang berasal dari bahasa Arab. Kataini dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai: (1)rasa terima kasih kepada Allah, dan (2) untunglah (menyatakanlega, senang, dan sebagainya).Pengertian kebahasaan ini tidak sepenuhnya sama denganpengertiannya menurut asal kata itu (etimologi) maupun menurutWAWASAN AL-QURAN 213Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
penggunaan Al-Quran atau istilah keagamaan.Dalam Al-Quran kata \"syukur\" dengan berbagai bentuknyaditemukan sebanyak enam puluh empat kali. Ahmad Ibnu Farisdalam bukunya Maqayis Al-Lughah menyebutkan empat arti dasardari kata tersebut yaitu,a. Pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh. Hakikatnya adalah merasa ridha atau puas dengan sedikit sekalipun, karena itu bahasa menggunakan kata ini (syukur) untuk kuda yang gemuk namun hanya membutuhkan sedikit rumput. Peribahasa juga memperkenalkan ungkapan Asykar min barwaqah (Lebih bersyukur dari tumbuhan barwaqah). Barwaqah adalah sejenis tumbuhan yang tumbuh subur, walau dengan awan mendung tanpa hujan.b. Kepenuhan dan kelebatan. Pohon yang tumbuh subur dilukiskan dengan kalimat syakarat asy-syajarat.c. Sesuatu yang tumbuh di tangkai pohon (parasit).d. Pernikahan, atau alat kelamin.Agaknya kedua makna terakhir ini dapat dikembalikan dasarpengertiannya kepada kedua makna terdahulu. Makna ketigasejalan dengan makna pertama yang mengambarkan kepuasan denganyang sedikit sekalipun, sedang makna keempat dengan maknakedua, karena dengan pernikahan (alat kelamin) dapatmelahirkan banyak anak.Makna-makna dasar tersebut dapat juga diartikan sebagaipenyebab dan dampaknya, sehingga kata \"syukur\" mengisyaratkan\"Siapa yang merasa puas dengan yang sedikit, maka ia akanmemperoleh banyak, lebat, dan subur.\"Ar-Raghib Al-Isfahani salah seorang yang dikenal sebagai pakarbahasa Al-Quran menulis dalam Al-Mufradat fi Gharib Al-Quran,bahwa kata \"syukur\" mengandung arti \"gambaran dalam benaktentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan.\" Kata iniWAWASAN AL-QURAN 214Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
--tulis Ar-Raghib-- menurut sementara ulama berasal dari kata\"syakara\" yang berarti \"membuka\", sehingga ia merupakan lawandari kata \"kafara\" (kufur) yang berarti menutup --(salah satuartinya adalah) melupakan nikmat dan menutup-nutupinya.Makna yang dikemukakan pakar di atas dapat diperkuat denganbeberapa ayat Al-Quran yang memperhadapkan kata syukur dengankata kufur, antara lain dalam QS lbrahim (14): 7:Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku)untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Kuamat pedih.Demikian juga dengan redaksi pengakuan Nabi Sulaiman yangdiabadikan Al-Quran:Ini adalah sebagian anugerah Tuhan-Ku, untuk mengujikuapakah aku bersyukur atau kufur (QS An-Naml [27]: 40).Hakikat syukur adalah \"menampakkan nikmat,\" dan hakikatkekufuran adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antaralain berarti menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yangdikehendaki oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat danpemberinya dengan lidah:Adapun terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkaumenyebut-nyebut (QS Adh-Dhuha [93]: ll).Nabi Muhammad Saw. pun bersabda,Allah senang melihat bekas (bukti) nikmat-Nya dalampenampilan hamba-Nya (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).Sementara ulama ketika menafsirkan firman Allah, \"Bersyukurlahkepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku\" (QSAl-Baqarah [2]: 152), menjelaskan bahwa ayat ini mengandungperintah untuk mengingat Tuhan tanpa melupakannya, patuhkepada-Nya tanpa menodainya dengan kedurhakaan. Syukur orangdemikian lahir dari keikhlasan kepada-Nya, dan karena itu,WAWASAN AL-QURAN 215Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
ketika setan menyatakan bahwa, \"Demi kemuliaan-Mu, Aku akanmenyesatkan mereka manusia) semuanya\" (QS Shad [38]: 82),dilanjutkan dengan pernyataan pengecualian, yaitu, \"kecualihamba-hamba-Mu yang mukhlash di antara mereka\" (QS Shad [38]:83). Dalam QS Al-A'raf (7): 17 Iblis menyatakan, \"Dan Engkautidak akan menemukan kebanyakan dari mereka {manusia)bersyukur.\" Kalimat \"tidak akan menemukan\" di sini serupamaknanya dengan pengecualian di atas, sehingga itu berartibahwa orang-orang yang bersyukur adalah orang-orang yangmukhlish (tulus hatinya).Dengan demikian syukur mencakup tiga sisi:a. Syukur dengan hati, yaitu kepuasan batin atas anugerah.b. Syukur dengan lidah, dengan mengakui anugerah dan memuji pemberinya.c. Syukur dengan perbuatan, dengan memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya.Uraian Al-Quran tentang syukur mencakup sekian banyak aspek.Berikut akan dikemukakan sebagian di antaranya.SIAPA YANG HARUS DISYUKURIPada prinsipnya segala bentuk kesyukuran harus ditujukankepada Allah Swt. Al-Quran memerintahkan umat Islam untukbersyukur setelah menyebut beberapa nikmat-Nya,Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pulakepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamumengingkari (nikmat)-Ku (QS Al-Baqarah [2]: 152).Dalam QS Luqman (31): 12 dinyatakan: Dan sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepada 216 Luqman hikmah, yaitu: \"Bersyukurlah kepada Allah. DanWAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), makasesungguhnya ia bersyukur untuk (manfaat) dirinyasendiri.\"Namun demikian, walaupun kesyukuran harus ditujukan kepadaAllah, dan ucapan syukur yang diajarkan adalah \"alhamdulillah\"dalam arti \"segala puji (hanya) tertuju kepada Allah,\" namunini bukan berarti bahwa kita dilarang bersyukur kepada merekayang menjadi perantara kehadiran nikmat Allah. Al-Quran secarategas memerintahkan agar mensyukuri Allah dan mensyukuri keduaorang tua (yang menjadi perantara kehadiran kita di pentasdunia ini.) Surat Luqman (31): 14 menjelaskan hal ini, yaitudengan firman-Nya:Bersyukurlah kepada-Ku, dan kepada dua orang ibubapakmu; hanya kepada-Kulah kembalimu.Walaupun Al-Quran hanya menyebut kedua orangtua --selainAllah-- yang harus disyukuri, namun ini bukan berarti bahwaselain mereka tidak boleh disyukuri.Siapa yang tidak mensyukuri manusia, maka dia tidakmensyukuri Allah (Begitu bunyi suatu rtwayat yangdisandarkan kepada Rasul Saw).MANFAAT SYUKUR BUKAN UNTUK TUHANAl-Quran secara tegas menyatakan bahwa manfaat syukur kembalikepada orang yang bersyukur, sedang Allah Swt. sama sekalitidak memperoleh bahkan tidak membutuhkan sedikit pun darisyukur makhluk-Nya.Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya diabersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, danbarangsiapa yang kufur (tidak bersyukur), makasesungguhnya Tuhanku Mahakaya (tidak membutuhkansesuatu) lagi Mahamulia (QS An-Naml [27]: 40)Karena itu pula, manusia yang meneladani Tuhan dalamWAWASAN AL-QURAN 217Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
sifat-sifat-Nya, dan mencapai peringkat terpuji, adalah yangmemberi tanpa menanti syukur (balasan dari yang diberi) atauucapan terima kasih.Al-Quran melukiskan bagaimana satu keluarga (menurut riwayatadalah Ali bin Abi Thalib dan istrinya Fathimah putriRasulullah Saw.) memberikan makanan yang mereka rencanakanmenjadi makanan berbuka puasa mereka, kepada tiga orang yangmembutuhkan dan ketika itu mereka menyatakan bahwa,Sesungguhnya kami memberi makanan untukmu hanyalahmengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendakibalasan darimu, dan tidak pula pujian (ucapan terimakasih) (QS Al-Insan [76]: 9).Walaupun manfaat syukur tidak sedikit pun tertuju kepadaAllah, namun karena kemurahan-Nya, Dia menyatakan diri-Nyasebagai Syakirun 'Alim (QS Al-Baqarah [2]: 158), dan SyakiranAlima (QS An-Nisa' [4]: 147), yang keduanya berarti, MahaBersyukur lagi Maha Mengetahui, dalam arti Allah akanmenganugerahkan tambahan nikmat berlipat ganda kepada makhlukyang bersyukur. Syukur Allah ini antara lain dijelaskan olehfirman-Nya dalam surat Ibrahim (14): 7 yang dikutip di atas.BAGAIMANA CARA BERSYUKUR?Di atas telah dijelaskan bahwa ada tiga sisi dari syukur,yaitu dengan hati, lidah, dan anggota tubuh lainnya. Berikutakan dirinci penjelasan tentang masing-masing sisi tersebut.a. Syukur dengan hatiSyukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwanikmat yang diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dankemurahan Ilahi. Syukur dengan hati mengantar manusia untukmenerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dankeberatan betapapun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini jugamengharuskan yang bersyukur menyadari betapa besar kemurahan,dan kasih sayang Ilahi sehingga terlontar dari lidahuya pujianWAWASAN AL-QURAN 218Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
kepada-Nya. Qarun yang mengingkari keberhasilannya atasbantuan Ilahi, dan menegaskan bahwa itu diperolehnyasemata-mata karena kemampuannya, dinilai oleh Al-Quran sebagaikafir atau tidak mensyukuri nikmat-Nya (Baca kisahnya dalamsurat Al-Qashash (28): 76-82).Seorang yang bersyukur dengan hatinya saat ditimpa mala petakapun, boleh jadi dapat memuji Tuhan, bukan atas malapetaka itu,tetapi karena terbayang olehnya bahwa yang dialaminya pastilebih kecil dari kemungkinan lain yang dapat terjadi. Darisini syukur --seperti makna yang dikemukakan dalam Kamus BesarBahasa Indonesia yang dikutip di atas-- diartikan oleh orangyang bersyukur dengan \"untung\" (merasa lega, karena yangdialami lebih ringan dari yang dapat terjadi).Dari kesadaran tentang makna-makna di atas, seseorang akantersungkur sujud untuk menyatakan perasaan syukurnya kepadaAllah.Sujud syukur adalah perwujudan dari kesyukuran dengan hati,yang dilakukan saat hati dan pikiran menyadari betapa besarnikmat yang dianugerahkan Allah. Bahkan sujud syukur dapatdilakukan saat melihat penderitaan orang lain denganmembandingkan keadaannya dengan keadaan orang yang sujud.(Tentu saja sujud tersebut tidak dilakukan dihadapan sipenderita itu).Sujud syukur dilakukan dengan meletakkan semua anggota sujuddi lantai yakni dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut dankedua ujung jari kaki)--seperti melakukan sujud dalam shalat.Hanya saja sujud syukur cukup dengan sekali sujud, bukan duakali sebagaimana dalam shalat. Karena sujud itu bukan bagiandan shalat, maka mayoritas ulama berpendapat bahwa sujud sahwalaupun dilakukan tanpa berwudu, karena sujud dapat dilakukansewaktu-waktu dan secara spontanitas. Namun tentunya akansangat baik bila melakukan sujud disertai dengan wudu.b. Syukur dengan lidahWAWASAN AL-QURAN 219Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Syukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumbernikmat adalah Allah sambil memuji-Nya.Al-Quran, seperti telah dikemukakan di atas, mengajarkan agarpujian kepada Allah disampaikan dengan redaksi\"al-hamdulillah.\"Hamd (pujian) disampaikan secara lisan kepada yang dipuji,walaupun ia tidak memberi apa pun baik kepada si pemuji maupunkepada yang lain.Kata \"al\" pada \"al-hamdulillah\" oleh pakar-pakar bahasadisebut al lil-istighraq, yakni mengandung arti \"keseluruhan\".Sehingga kata \"al-hamdu\" yang ditujukan kepada Allahmengandung arti bahwa yang paling berhak menerima segalapujian adalah Allah Swt., bahkan seluruh pujian harus tertujudan bermuara kepada-Nya.Jika kita mengembalikan segala puji kepada Allah, maka ituberarti pada saat Anda memuji seseorang karena kebaikan ataukecantikannya, maka pujian tersebut pada akhirnya harusdikembalikan kepada Allah Swt., sebab kecantikan dan kebaikanitu bersumber dari Allah. Di sisi lain kalau pada 1ahirnya adaperbuatan atau ketetapan Tuhan yang mungkin oleh kacamatamanusia dinilai \"kurang baik\", maka harus disadari bahwapenilaian tersebut adalah akibat keterbatasan manusia dalammenetapkan tolok ukur penilaiannya. Dengan demikian pasti adasesuatu yang luput dari jangkauan pandangannya sehinggapenilaiannya menjadi demikian. Walhasil, syukur dengan lidahadalah \"al- hamdulillah\" (segala puji bagi Allah).c. Syukur dengan perbuatanNabi Daud a.s. beserta putranya Nabi Sulaiman a.s. memperolehaneka nikmat yang tiada taranya. Kepada mereka sekeluargaAllah berpesan,Bekerjalah wahai keluarga Daud sebagai tanda syukur! (QSSaba [34]: 13).WAWASAN AL-QURAN 220Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Yang dimaksud dengan bekerja adalah menggunakan nikmat yangdiperoleh itu sesuai dengan tujuan penciptaan ataupenganugerahannya.Ini berarti, setiap nikmat yang diperoleh menuntut penerimanyaagar merenungkan tujuan dianugerahkannya nikmat tersebut olehAllah. Ambillah sebagai contoh lautan yang diciptakan olehAllah Swt. Ditemukan dalam Al-Quran penjelasan tentang tujuanpenciptaannya melalui firman-Nya:Dialah (Allah) yang menundukkan 1autan (untuk kamu) agarkamu dapat memakan darinya daging (ikan) yang segar, dan(agar) kamu mengeluarkan dan lautan itu perhiasan yangkamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya,dan supaya kamu mencari karunia-Nya (selain yang telahdisebut) semoga kamu bersyukur (QS An-Nahl [16]: 14).Ayat ini menjelaskan tujuan penciptaan laut, sehinggamensyukuri nikmat laut, menuntut dari yang bersyukur untukmencari ikan-ikannya, mutiara dan hiasan yang lain, sertamenuntut pula untuk menciptakan kapal-kapal yang dapatmengarunginya, bahkan aneka pemanfaatan yang dicakup olehkalimat \"mencari karunia-~Nya\".Dalam konteks inilah terutama realisasi dan janji Allah,Apabila kamu bersyukur maka pasti akan Kutambah(nikmat-Ku) (QS Ibrahim [14]: 7)Betapa anugerah Tuhan tidak akan bertambah, kalau setiapjengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap hembusan anginyang bertiup di udara, setiap tetes hujan yang tercurah danlangit dipelihara dan dimanfaatkan oleh manusia?Di sisi lain, lanjutan ayat di atas menjelaskan bahwa \"Kalaukamu kufur (tidak mensyukuri nikmat atau menutupinya tidakmenampakkan nikmatnya yang masih terpendam di perut bumi, didasar laut atau di angkasa), maka sesungguhnya siksa-Ku amatWAWASAN AL-QURAN 221Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
pedih.\"Suatu hal yang menarik untuk disimak dari redaksi ayat iniadalah kesyukuran dihadapkan dengan janji yang pasti lagitegas dan bersumber dari-Nya langsung (QS Ibrahim [14):7)Tetapi akibat kekufuran hanya isyarat tentang siksa; itu puntidak ditegaskan bahwa ia pasti akan menimpa yang tidakbersyukur(QS Ibrahim [14]:7).Siksa dimaksud antara lain adalah rasa lapar, cemas, dantakut.Allah telah membuat satu perumpamaan (dengan) sebuahnegeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinyadatang kepadanya melimpah ruah dari segenap penjuru,tetapi (penduduknya) kufur (tidak bersyukur atau tidakbekerja untuk menampakkan) nikmat-nikmat Allah (yangterpendam). Oleh karena itu, Allah menjadikan merekamengenakan pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkanoleh perbuatan (ulah) yang selalu mereka lakukan (QSAn-Nahl [16]: 112).Pengalaman pahit yang dilukiskan Allah ini, telah terjaditerhadap sekian banyak masyarakat bangsa, antara lain, kaumSaba --satu suku bangsa yang hidup di Yaman dan yang pernahdipimpin oleh seorang Ratu yang amat bijaksana, yaitu RatuBalqis Surat Saba (34): 15-19 menguraikan kisah mereka, yaknisatu masyarakat yang terjalin persatuan dan kesatuannya,melimpah ruah rezekinya dan subur tanah airnya. Negerimerekalah yang dilukiskan oleh Al-Quran dengan baldatunthayyibatun wa Rabbun Ghafur. Mereka pulalah yang diperintahdalam ayat-ayat tersebut untuk bersyukur, tetapi merekaberpaling dan enggan sehingga akhirnya merekaberserak-serakkan, tanahnya berubah menjadi gersang,komunikasi dan transportasi antar kota-kotanya yang tadinyalancar menjadi terputus, yang tinggal hanya kenangan dan buahbibir orang saja. Demikian uraian Al-Quran. Dalam kontekskeadaan mereka, Allah berfirman,WAWASAN AL-QURAN 222Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Demikianlah Kami memberi balasan kepada merekadisebabkan kekufuran (keengganan bersyukur) mereka. Kamitidak menjatuhkan siksa yang demikian kecuali kepadaorang-orang yang kufur(QS Saba [34]: 17).Itulah sebagian makna firman Allah yang sangat populer:Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku)untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Kuamat pedih (QS Ibrahim [14]: 7).KEMAMPUAN MANUSIA BERSYUKURPada hakikatnya manusia tidak mampu untuk mensyukuri Allahsecara sempurna, baik dalam bentuk kalimat-kalimat pujianapalagi dalam bentuk perbuatan. Karena itu ditemukan dua ayatdalam Al-Quran yang menunjukkan betapa orang-orang yang dekatkepada-Nya sekalipun, tetap bermohon agar dibimbing, diilhamidan diberi kemampuan untuk dapat mensyukuri nikmat-Nya.Dia berdoa, \"Wahai Tuhanku, berilah aku ilham untukmensyukuri nikmat-Mu yang telah engkau anugerahkankepadaku dan kepada kedua orang ibu bapakku, dan untukmengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai...\" (QSAn-Nam1 [27]: 19).Ia berdoa, \"Wahai Tuhanku, tunjukilah aku untukmensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadakudan kepada ibu-bapakku, dan supaya aku dapat berbuatamal saleh yang engkau ridhai\" (QS Al-Ahqaf [46]: 15).Nabi Saw. juga berdoa dan mengajarkan doa itu untukdipanjatkan oleh umatnya,Wahai Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukuruntuk-Mu, dan beribadah dengan baik bagi-Mu.Permohonan tersebut sangat diperlukan, paling tidak disebabkanoleh dua hal:WAWASAN AL-QURAN 223Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Pertama, manusia tidak mampu mengetahui bagaimana cara yangsebaik-baiknya untuk memuji Allah, dan karena itu pula Allahmewahyukan kepada manusia pilihan-Nya kalimat yang sewajarnyamereka ucapkan. Tidak kurang dari lima kali ditemukan dalamAl-Quran perintah Allah yang berbunyi. Wa qul' \"Alhamdulillah\"(Katakanlah, \"Alhamdulillah\").Mengapa manusia tidak mampu untuk memuji-Nya? Ini disebabkankarena pujian yang benar menuntut pengetahuan yang benar pulatentang siapa yang dipuji. Tetapi karena pengetahuan manusiatidak mungkin menjangkau hakikat Allah Swt., maka tidakmungkin pula ia akan mampu memuja dan me~nuji-Nya dengan benarsesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya.Mahasuci Engkau, Kami tidak mampu melukiskan pujianuntuk-Mu, karena itu (pujian) kami sebagaimana pujian-Muterhadap diri-Mu.Atas dasar ini, maka seringkali pujian yang dipersembahkankepada Allah, didahului oleh kata \"Subhana\" atau yang seakardengan kata itu. Perhatikanlah firman-Nya dalam suratAsy-Syura ayat 5:Para malaikat bertasbih sambil memuji Tuhan mereka.Atau dalam surat Ar-Ra'd (13): 13:Guntur bertasbih sambil memuji-Nya.Bahkan manusia pun di dalam shalat mendahulukan \"tasbih\"(pensucian Tuhan dari segala kekurangan) atas \"hamd\" (pujian),karena khawatir jangan sampai pujian yang diucapkan itu taksesuai dengan keagungan-Nya. \"Subhana Rabbiyal 'Azhim wa bihamdihi\" ketika rukuk, dan \"Subhana Rabbiyal 'Ala wa bihamdihi\" ketika sujud.Alasan kedua mengapa kita memohon petunjuk-Nya untuk bersyukuradalah karena setan selalu menggoda manusia yang targetnyaWAWASAN AL-QURAN 224Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
antara lain adalah mengalihkan mereka dari bersyukur kepadaAllah. Surat Al-A'raf ayat 17 menguraikan sumpah setan dihadapan Allah untuk menggoda dan merayu manusia dari arahdepan, belakang, kiri, dan kanan mereka sehingga akhirnyaseperti ucap setan yang diabadikan Al-Quran \"Engkau -(WahaiAllah)- tidak menemukan kebanyakan mereka bersyukur\".Sedikitnya makhluk Allah yang pandai bersyukur ditegaskanberkali-kali oleh Al-Quran, secara langsung oleh Allah sendiriseperti firman-Nya:Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia,tetapi kebanyakan manusia tida1k bersyukur (QSAl-Baqarah [2]: 243).Dalam ayat lain disebutkan:Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepadaAllah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yangbersyukur (QS Saba' [34]: 13) .Hakikat yang sama diakui pula oleh hamba-hamba pilihan-Nyaseperti yang diabadikan Al-Quran dari ucapan Nabi Yusuf a.s.,Kebanyakan manusia tidak bersyukur (QS Yusuf [12]: 38).Hakikat di atas tercermin juga dari penggunaan kata syukursebagai sifat dari hamba Allah. Hanya dua orang dari merekayang disebut oleh Al-Quran sebagai hamba Allah yang telahmembudaya dalam dirinya sifat syukur, yaitu Nabi Nuh a.s. yangdinyatakan-Nya sebagai \"Innahu kanna 'abdan syakura\"(Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur)(QS Al-Isra' [17]: 3), dan Nabi Ibrahim a.s. denganfirman-Nya, \"Syakiran li an'umihi\" (yang mensyukurinikmat-nikmat Allah) (QS An-Nahl [16): 12l).Al-Quran menggarisbawahi bahwa biasanya kebanyakan manusiahanya berjanji untuk bersyukur saat mereka menghadapikesulitan. Al-Quran menjelaskan sikap sementara orang yangWAWASAN AL-QURAN 225Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
menghadapi gelombang yang dahsyat di laut:.Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengihlaskanketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata),\"Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami daribencana ini, maka pastilah kami akan termasukorang-orang yang bersyukur\" (QS Yunus 110]: 22).Demikian juga dalam surat Al-An'am (6): 63.Katakanlah, \"Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu daribencana di darat dan di laut, yang kamu berdoakepada-Nya dengan berendah dri dengan suara yang lembut(dengan mengatakan): Sesungguhnya, jika Diamenyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kamimenjadi bagian orang-orang yang bersyukur\" (QS Al-An'am[6]: 63).APA YANG HARUS DISYUKURI?Pada dasarnya segala nikmat yang diperoleh manusia harusdisyukurinya. Nikmat diartikan oleh sementara ulama sebagai\"segala sesuatu yang berlebih dari modal Anda\". Adakah manusiamemiliki sesuatu sebagai modal? Jawabannya, \"Tidak\". Bukankahhidupnya sendiri adalah anugerah dari Allah?Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa,sedang ia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapatdisebut? (QS Al-Insan [76]: 1).Nikmat Allah demikian berlimpah ruah, sehingga Al-Quranmenyatakan,Seandainya kamu (akan) menghitung nikmat Allah, niscayakamu tidak akan sanggup menghitungnya (QS Ibrahim [14]:34).Al-Biqa'i dalam tafsirnya terhadap surat Al-Fatihahmengemukakan bahwa \"al-hamdulillah\" dalam surat Al-FatihahWAWASAN AL-QURAN 226Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
menggambarkan segala anugerah Tuhan yang dapat dinikmati olehmakhluk, khususnya manusia. Itulah sebabnya --tulisnya lebihjauh-- empat surat lain yang juga dimulai denganal-hamdulillah masing-masing menggambarkan kelompok nikmatTuhan, sekaligus merupakan perincian dari kandungan nikmatyang dicakup oleh kalimat al-hamdulillah dalam suratAl-Fatihah itu. Karena Al-Fatihah adalah induk Al-Quran dankandungan ayat-ayatnya dirinci oleh ayat-ayat lain.Keempat surat yang dimaksud adalah:1. Al-An'am (surat ke-6) yang dimulai dengan, Segala puji bagi Allah Yang te1ah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang.Ayat ini mengisyaratkan nikmat wujud di dunia ini dengansegala potensi yang dianugerahkan Allah baik di darat, laut,maupun udara, serta gelap dan terang.2. Al-Kahf (surat ke-18), yang dimulai dengan, Segala puji bagi Allah yang te1ah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Quran), dan tidak membuat kebengkokan (kekurangan) di dalamnya.Di sini diisyaratkan nikmat-nikmat pemeliharaan Tuhan yangdianugerahkannya secara aktual di dunia ini. Disebut pulanikmat-Nya yang terbesar yaitu kehadiran Al-Quran ditengah-tengah umat manusia, untuk \"mewakili\" nikmat-nikmatpemeliharaan lainnya.3. Saba' (surat ke-34), yang dimulai dengan, Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan bagi-Nya pula segala puji di akhirat. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetabui.WAWASAN AL-QURAN 227Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Ayat ini mengisyaratkan nikmat Tuhan di akhirat kelak, yaknikehidupan baru setelah mengalami kematian di dunia, di manadengan kehadirannya di sana manusia dapat memperolehkenikmatan abadi.4. Fathir (surat ke-35), yang dimulai dengan,Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yangmenjadikan malaikat sebagai utusan-utusan untuk mengurusberbagai macam urusan (di dunia dan di akhirat), yangmempunyai sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga, danempat.Ayat ini adalah isyarat tentang nikmat-nikmat abadi yang akandianugerahkan Allah kelak setelah mengalami hidup baru diakhirat.Setiap rincian yang terdapat dalam keempat kelompok nikmatyang dicakup oleh keempat surat di atas, menuntut syukurhamba-Nya baik dalam bentuk ucapan al-hamdulillah, maupunpengakuan secara tulus dari lubuk hati, serta mengamalkanperbuatan yang diridhai-Nya.Di atas dikemukakan secara global nikmat-nikmat-Nya yangmengharuskan adanya syukur. Dalam beberapa ayat lainnyadisebut sekian banyak nikmat secara eksplisit, antara lain:1. Kehidupan dan kematianBagaimana kamu mengkufuri (tidak mensyukuri nikmat)Allah, padahal tadinya kamu tiada, lalu kamu dihidupkan,kemudian kamu dimatikan, lalu dihidupkan kembali. (QSA1Baqarah [2]: 28).2. Hidayat AllahHendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yangdiberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur (QS Al-Baqarah[2]: 185).WAWASAN AL-QURAN 228Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
3. Pengampunan-Nya, antara lain dalam firman-Nya. Kemudian setelah itu Kami maafkan kesalahanmu agar kamu bersyukur (QS Al-Baqarah [2]: 52)4. Pancaindera dan akal. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati, supaya kamu bersyukur (QS An-Nahl [16]: 78).5. Rezeki Dan diberinya kamu rezeki yang baik-baik agar kamu bersyukur (QS Al-Anfal [8]: 26).6. Sarana dan prasarana antara lain Dan Dialah (Allah) yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daging (ikan) yang segar darinya, dan kamu mengeluarkan dan lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dan karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur (QS An-Nahl [16]: 14) .7. Kemerdekaan Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, \"Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikannya kamu orang-orang yang merdeka (bebas dari penindasan Fir'aun) (QS Al-Maidah [5]: 20)Masih banyak lagi nikmat-nikmat lain yang secara eksplisitdisebut oleh Al-Quran.WAWASAN AL-QURAN 229Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Dalam surat Ar-Rahman (surat ke-55), Al-Quran membicarakananeka nikmat Allah dalam kehidupan dunia ini dan kehidupanakhirat kelak. Hampir pada setiap dua nikmat yang disebutkan.Quran mengulangi satu pertanyaan dengan redaksi yang samayaitu,Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu ingkari?Pertanyaan tersebut terulang sebanyak tiga puluh satu kali.Sementara ulama menganalisis jumlah itu dan mengelompokkannyauntuk sampai pada suatu kesimpulan.Delapan pertanyaan berkaitan dengan nikmat-nikmat Tuhan dalamkehidupan di dunia ini, antara lain nikmat pengajaranAl-Quran, pengajaran berekspresi, langit, bumi, matahari,lautan, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.Tujuh pertanyaan berkaitan dengan ancaman siksa neraka diakhirat nanti. Perlu diingat bahwa ancaman adalah bagian daripemeliharaan dan pendidikan, serta merupakan salah satu nikmatTuhan.Delapan pertanyaan berkaitan dengan nikmat-nikmat Tuhan yangdiperoleh dalam surga pertama.Delapan pertanyaan berkaitan dengan nikmat-nikmat-Nya padasurga kedua.Dari hasil pengelompokan demikian, para ulama menyusun semacam\"rumus\", yaitu siapa yang mampu mensyukuri nikmat-nikmat Allahyang disebutkan dalam rangkaian delapan pertanyaan pertama--syukur seperti makna yang dikemukakan di atas-- maka ia akanselamat dari ketujuh pintu neraka yang disebut dalam ancamandalam tujuh pertanyaan berikutnya. Sekaligus dia dapat memilihpintu-pintu mana saja dari kedelapan pintu surga, baik surgapertama maupun surga kedua, baik Surga (kenikmatan duniawi)maupun kenikmatan ukhrawi.WAKTU DAN TEMPAT BERSYUKUR 230WAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Segala puji bagi Allah yang memelihara apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi, dan bagi-Nya (pula)segala puji di akhirat. Dialah yang Maha Bijaksana lagiMaha Mengetahui (QS Saba' [34]: l).Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Swt. harus disyukuri, baikdalam kehidupan dunia sekarang maupun di akhirat kelak. Salahsatu ucapan syukur di akhirat adalah dari mereka yang masuksurga yang berkata,Al-hamdulillah --segala puji bagi Allah-- yang memberipetunjuk bagi kami (masuk ke surga ini). Kami tidakmemperoleh petunjuk ini, seandainya Allah tidakmemberikan kami petunjuk (QS Al-A'raf [7]: 43).Demikian terlihat bahwa syukur dilakukan kapan dan di manasaja di dunia dan di akhirat.Dalam konteks syukur dalam kehidupan dunia ini, A1-Quranmenegaskan bahwa Allah Swt. menjadikan malam silih bergantidengan siang, agar manusia dapat menggunakan waktu tersebutuntuk merenung dan bersyukur, \"Dia yang menjadikan malam dansiang silih berganti, bagi orang yang ingin mengambilpelajaran atau orang yang ingin bersyukur (QS A1-Furqan [25]:62).Dalam surat Ar-Rum (30): 17-18 Allah memerintahkan,Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada dipetang hari, dan waktu kamu berada di waktu subuh, danbagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan diwaktu kamu berada pada petang hari dan ketika kamuberada di waktu zuhur.Segala aktivitas manusia --siang dan malam-- hendaknyamerupakan manifestasi dari syukurnya. Syukur dengan 1idahdituntut saat seseorang merasakan adanya nikmat Ilahi. Itusebabnya Nabi Saw. tidak jemu-jemunya mengucapkan,WAWASAN AL-QURAN 231Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
\"Alhamdulillah\" pada setiap situasi dan kondisi.Saat bangun tidur beliau mengucapkan,Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan(membangunkan) kami, setelah mematikan (menidurkan) kamidan kepada-Nya-lah (kelak) kebangkitan.Atau membaca,Segala puji bagi Allah yang mengembalikan kepadakuruhku, memberi afiat kepada badanku, dan mengizinkan akumengingat-Nya.Ketika bangun untuk ber-tahajjud beliau membaca,Wahai Allah, bagimu segala pujian. Engkau adalahpengatur langit dan bumi dan segala isinya. Bagimusegala puji, Engkau adalah pemilik kerajaan langit danbumi dan segala isinya ...Ketika berpakaian beliau membaca,Segala puji bagi Allah yang menyandangiku dengan(pakaian) ini, menganugerahkannya kepadaku tanpakemampuan dan kekuatan (dari diriku).Sesudah makan beliau mengucapkan,Segala puji bagi Allah yang memberi kami makan danmemberi kami minum dan menjadikan kami (kaum) Muslim.Ketika akan tidur, beliau berdoa,Dengan namamu Ya Allah aku hidup dan mati. Wahai Allah,bafli-Mu segala puji, Engkau Pemelihara langit dan bumi.Demikian seterusnya pada setiap saat, dalam berbagai situasidan kondisi.WAWASAN AL-QURAN 232Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Apabila seseorang sering mengucapkan al-hamdulillah, maka darisaat ke saat ia akan selalu merasa berada dalam curahan rahmatdan kasih sayang Tuhan. Dia akan merasa bahwa Tuhan tidakmembiarkannya sendiri. Jika kesadaran ini telah berbekas dalamjiwanya, maka seandainya pada suatu, saat ia mendapat cobaanatau merasakan kepahitan, dia pun akan mengucapkan,Segala puji bagi Allah, tiada yang dipuja dan dipujiwalau cobaan menimpa, kecuali Dia semata.Kalimat semacam ini terlontar, karena ketika itu dia sadarbahwa seandainya apa yang dirasakan itu benar-benar mempakanmalapetaka, namun limpahan karunia-Nya sudah sedemikianbanyak, sehingga cobaan dan malapetaka itu tidak lagi berartidibandingkan dengan besar dan banyaknya karunia selama ini.Di samping itu akan terlintas pula dalam pikirannya, bahwapasti ada hikmah di belakang cobaan itu, karena Semuaperbuatan Tuhan senantiasa mulia lagi terpuji.SIAPA YANG DISYUKURI ALLAH?Al-Quran juga berbicara menyangkut siapa dan bagaimana upayayang harus dilakukan sehingga wajar disyukuri. Dua kali katamasykur dalam arti yang disyukuri terulang dalam Al-Quran.Pertama adalah,Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi),maka Kami segerakan baginya di dunia ini apa yang Kamikehendaki bagi orang-orang yang Kami kehendaki, dan Kamitentukan baginya neraka Jahannam, ia akan memasukinyadalam keadaaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yangmenghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itudengan sungguh-sungguh sedang ia adalah Mukmin, makamereka itu adalah orang-orang yang usahanya disyukuri(dibalas dengan baik). Kepada masing-masing golonganbaik yang ini (menghendaki dunia saja) maupun yanp itu(yang menghendaki akhirat melalui usaha duniawi), KamiWAWASAN AL-QURAN 233Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
berikan bantuan dari kemewahan Kami. Dari kemurahanTuhanmu tidak dapat dihalangi (QS Al-Isra' [17]: 18-20).Kedua adalah:Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamuadalah disyukuri (QS Al-Insan [76]: 22).Isyarat \"ini\" dalam ayat di atas adalah berbagai kenikmatansurgawi yang dijelaskan oleh ayat-ayat sebelumnya, dari ayat12 sampai dengan ayat 22 surat 76 (Al-Insan).Surat Al-Isra' ayat 17-20 berbicara tentang dua macam usahayang lahir dari dua macam visi manusia. Ada yang visinyaterbatas pada \"kehidupan sekarang\", yakni selama hidup didunia ini, tidak memandang jauh ke depan. \"Kehidupan sekarang\"diartikan detik dan jam atau hari dekat hidupnya, boleh jadijuga \"sekarang\" berarti masa hidupnya di dunia yangmengantarkannya bervisi hanya puluhan tahun. Ayat di atasmenjanjikan bahwa jika mereka berusaha akan memperoleh suksessesuai dengan usahanya; itu pun bila dikehendaki Allah. Tetapisetelah itu mereka akan merasa jenuh dan mandek, karenaketerbatasan visi tidak lagi mendorongnya untuk berkreasi.Nah, ketika itulah lahir rutinitas yang pada akhirnyamelahirkan kehancuran. Hakikat ini bisa terjadi pada tingkatperorangan atau masyarakat. Kejenuhan dengan segala dampaknegatif yang dialami oleh anggota masyarakat bahkan masyarakatsecara umum di dunia yang menganut paham sekularisme --setelahmereka mencapai sukses duniawi-- merupakan bukti nyata darikebenaran hakikat yang diungkapkan A1-Quran di atas. Tetapijika pandangan kita jauh ke depan, visi seseorang ataumasyarakat melampaui kehidupan dunianya, maka ia tidak pernahakan berhenti-bagai seseorang yang menggantungkan cita-citanyamelampaui ketinggian bintang. Ketika itu dia akan terusberusaha dan berkreasi, sehingga tidak pernah merasakankejenuhan, karena di balik satu sukses masih dapat diraihsukses berikutnya. Memang Allah menjajikan untuk terus-menerusdan sementara menambah petunjuk-Nya bagi mereka yang telahmendapat petunjuk.WAWASAN AL-QURAN 234Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Dan Allah sementara menambah petunjuk-Nya bagiorang-orang yang mendapat petunjuk (QS Maryam [19]: 76).Orang yang demikian itulah yang semua usahanya disyukuriAllah. Mereka yang disyukuri itu akan memperoleh surgasebagaimana dilukiskan oleh kata masykur pada ayat kedua yangmenggunakan kata ini, yakni surat Al-Insan ayat 22. ***Demikian sekelumit uraian Al-Quran tentang syukur. Kalaulahkita tidak mampu untuk masuk dalam kelompok minoritas--orang-orang yang pandai bersyukur (atau dalam istilahAl-Quran asy-syakirun, yakni orang-orang yang telah mendarahdaging dalam dirinya hakikat syukur dalam ketiga sisinya:hati, lidah, dan perbuatan)-- maka paling tidak kita tetapharus berusaha sekuat kemampuan untuk menjadi orang yangmelakukan syukur --atau dalam istilah Al-Quran yasykurun--betapapun kecilnya syukur itu. Karena seperti bunyi sebuahkaidah keagamaan,Sesuatu yang tidak dapat diraih seluruhnya, janganditinggalkan sama sekali. []6. HALAL BIHALALAl-Quran adalah kitab rujukan untuk memperoleh petunjuk danbimbingan agama. Ada tiga cara yang diperkenalkan ulama untukmemperoleh pesan-pesan kitab suci itu. Pertama, melaluipenjelasan Nabi Saw., para sahabat beliau, dan murid-muridmereka. Hal ini dinamai tafsir bir-riwayah. Kedua, melaluianalisis kebahasaan dengan menggunakan nalar yang didukungoleh kaidah-kaidah ilmu tafsir. Ini, dinamai tafsirbid-dinyah. Ketiga, melalui kesan yang diperoleh daripenggunaan kosa kata ayat atau bilangannya, yang dinamaitafsir bir-riwayah.Kajian ini akan mencoba mencari substansi halal bihalalWAWASAN AL-QURAN 235Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
melalui Al-Quran dengan menitikberatkan pandangan pada carayang ketiga.Untuk maksud tersebut, tulisan ini akan berpangkal tolak padabeberapa istilah yang lumrah digunakan dalam konteks halalbihalal, yaitu Idul Fitri, halal bihalal, dan Minal 'Aidinwal-Faizin.IDUL FITRIKata 'Id terambil dari akar kata yang berarti kembali, yaknikembali ke tempat atau ke keadaan semula. Ini berarti bahwasesuatu yang \"kembali\" pada mulanya berada pada suatu keadaanatau tempat, kemudian meninggalkan tempat atau keadaan itu,lalu kembali dalam arti ke tempat dan keadaan semula.Nah, apakah keadaan atau tempat semula itu?Hal ini dijelaskan oleh kata fithr, yang antara lain berartiasal kejadian, agama yang benar, atau kesucian.Dalam pandangan Al-Quran, asal kejadian manusia bebas daridosa dan suci, sehingga 'idul fithr antara lain berartikembalinya manusia kepada keadaan sucinya, atauketerbebasannya dari segala dosa dan noda, sehingga dengandemikian ia berada dalam kesucian.Dosa memang mengakibatkan manusia menjauh dari posisinyasemula. Baik kedekatan posisinya terhadap Allah maupun sesamamanusia. Demikianlah salah satu kesan yang diperoleh darisekian banyak ayat Al-Quran.Ketika Adam dan Hawa berada di surga, Allah menyampaikan pesanyaitu, Janganlah mendekati pohon ini (QS Al-Baqarah [2]: 35).Namun, begitu keduanya melanggar perintah Allah (karenaberdosa dengan memakan buah pohon itu), Al-Quran menyatakan,maka Tuhan mereka menyeru keduanya, \"Bukankah Aku telahmelarang kamu berdua mendekati pohon itu?\" (QS Al-A'raf [7]22).WAWASAN AL-QURAN 236Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Kesan yang ditimbulkan oleh redaksi ayat-ayat di atas antaralain:Pertama, bahwa sebelum terjadinya pelanggaran, Allah bersamaAdam dan Hawa berada pada suatu posisi berdekatan, yaknimasing-masing tidak jauh dari pohon terlarang. Karena itu,isyarat kata yang dipergunakan untuk menunjuk pohon adalahisyarat dekat, yakni \"ini\". Tetapi, ketika Adam dan Hawamelanggar, mereka berdua menjauh dari posisi semula, dan Allahpun demikian, sehingga Allah harus \"menyeru mereka\" (yakniberbicara dari tempat yang jauh), dan ini pula yangmenyebabkan Tuhan menunjuk pohon terlarang itu dengan isyaratjauh, yakni \"itu\" (perhatikan kembali bunyi ayat-ayat diatas).Di sini terlihat bahwa baik Adam maupun Allah masing-masingmenjauh, tetapi jika mereka kembali, masing-masing akanmendekat sehingga pada akhirnya akan berada pada posisisemula. Memang, tegas Al-Quran, Jika hamba-hamba-Ku (yang taat dan menyadari kesalahannya) bertanya kepadamu tentang Aku, sesunguhnya Aku dekat, dan memperkenankan permohonan jika mereka bermohon kepada-Ku (QS Al-Baqarah [2]: 186).Kesadaran manusia terhadap kesalahannya mengantarkan Allahmendekat kepadanya. Pada gilirannya, hal itu akan menyebabkanmanusia bertobat. Perlu diingat, bahwa tobat secara harfiahberarti kembali. Sehingga dengan demikian Allah pun akankembali pada posisi semula. Al-Quran memperkenalkan dua pelakutobat, yaitu manusia dan Allah Swt. Adam menerima kalimat-kalimat dari Tuhannya, maka Dia (Allah) menerima tobatnya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat lagi Maha Pengasih (QS Al-Baqarah [2]: 37).WAWASAN AL-QURAN 237Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Walau bukan kembali dalam konteks memohon ampun, namun dapatdiperoleh kesan dari firman-Nya yang menyatakan \"Jikalau kamukembali Kami pun akan kembali\" (QS Al-Isra' [l7]: 8), bahwaAllah selalu rindu akan kembalinya manusia kepada-Nya.Hadis Nabi Saw. pun menjelaskan bahwa Allah berfirman antaralain,Apabila hamba-Ku mendekat kepada-Ku (Allah) sejengkal,Aku mendekat kepadanya sehasta. Bila ia mendekatkepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Bilaia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datangmenemuinya dengan berlari (HR Bukhari dari Anas binMalik).Kegembiraan Allah itu tercermin dari hadis Rasulullah Saw.yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik, bahwaRasulullah Saw. bersabda,Allah lebih gembira karena tobatnya seseorang, padasaat ia bertobat dan salah seorang di antara kamu yangmengendarai binatang kendaraannya di padang pasir,kemudian binatang itu pergi menjauh padahal di pundakbinatang itu terdapat makanan dan minumannya. Diaberputus asa untuk menemukannya kembali, hingga iaberbaring di bawah naungan pohon, dan tiba-tiba sajabinatang tadi muncul di hadapannya. Lantas dia punmemegang tali kendalinya sambil berkata sakinggembiranya, \"Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan AkuTuhanmu.\"Dalam konteks hubungan manusia dengan sesamanya, dapat ditarikkesan dari penamaan manusia dengan kata al-Insan. Kata ini--menurut sebagian ulama-- terambil dari kata uns yang berartisenang atau harmonis. Sehingga dari sini dapat dipahami, bahwapada dasarnya manusia selalu merasa senang dan memilikipotensi untuk menjalin hubungan harmonis antar sesamanya.Dengan melakukan dosa terhadap sesama manusia, hubungantersebut menjadi terganggu dan tidak harmonis lagi. NamunWAWASAN AL-QURAN 238Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
manusia akan kembali ke posisi semula (harmonis) pada saat iamenyadari kesalahannya, dan berusaha mendekat kepada siapayang pernah ia lukai hatinya.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa idul fltrimengandung pesan agar yang merayakannya mewujudkan kedekatankepada Allah dan sesama manusia. Kedekatan tersebut diperolehantara lain dengan kesadaran terhadap kesalahan yang telahdiperbuat.HALAL BIHALALKata halal dari segi hukum diartikan sebagai sesuatu yangbukan haram; sedangkan haram merupakan perbuatan yangmengakibatkan dosa dan ancaman siksa.Hukum Islam memperkenalkan panca hukum yaitu wajib, sunnah,mubah, makruh dan haram. Empat yang pertama termasuk kelompokhalal (termasuk yang makruh, dalam arti, yang dianjurkan untukditinggalkan). Nabi Saw. bersabda, \"Abghadu al-halal ilaAllah, ath-thalaq\" (Halal yang paling dibenci Allah adalahpemutusan hubungan suami-istri).Jikalau halal bihalal diartikan dalam konteks hukum, hal itutidak akan menyebahkan lahirnya hubungan harmonis antarsesama, bahkan mungkin dalam beberapa hal dapat menimbulkankebencian Allah kepada pelakunya. Karena itu, sebaiknya katahalal pada konteks halal bihalal tidak dipahami dalam bihalalpengertian hukum.Dalam Al-Quran, kata halal terulang sebanyak enam kali. Dua diantaranya pada konteks kecaman, yaitu:Katakanlah, \"Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yangditurunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikansebagiannya haram dan (sebagiannya) halal. Apakah Allahtelah memberikan izin kepadamu ataukah kamumengada-adakan saja terhadap Allah?\" (QS Yunus [10]:59).WAWASAN AL-QURAN 239Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Janganlah kamu mengatakan terhadap apa yangdisebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, \"Ini halal danini haram\", untuk mengada-adakan kebohongan terhadapAllah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakankebohongan terhadap Allah tidaklah beruntung. (Ituadalah) kesenangan sementara yang sedikit, dan bagimereka siksa yang pedih (QS Al-Nahl [16]: 116-117).Kesan apakah yang dapat diperoleh dari ayat ini? Paling tidak,terdapat kecaman terhadap mereka yang mencampurbaurkan antarayang halal dan yang haram. Jika yang mencampurbaurkan sajatelah dikecam dan diancam dengan siksa yang pedih, lebih-lebihlagi orang yang seluruh aktivitasnya adalah haram.Empat halal lainnya yang tersebut dalam Al-Quran mempunyai duaciri yang sama, yaitua. Dikemukakan dalam konteks perintah makan (kulu),b. Kata halal digandengkan dengan kata thayyibah (baik).Perhatikan keempat ayat berikutKulu mimma fil ardhi halalan thayyiban (Makanlah yanghalal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi) (QSAl-Baqarah [2]: 168)Wakulu mimma razaqakamullah halalan thayyiban... (Danmakanlah makanan yang halal lagi baik, dari apa yangAllah telah rezekikan kepadamu) (QS Al-Ma-idah [5]: 88)Faku1u mimma ghanimtum halalan thayyiban (Maka makanlahdari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambilitu) (QS Al-Anfal [8]: 69). Fakulu mimma razaqakumullahu halalan thayyiban (Maka 240 makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telahWAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
diberikan Allah kepadamu) (QS An-Nahl [16]: 114)Kata makan dalam Al-Quran sering diartikan \"melakukanaktivitas apa pun.\" Ini agaknya disebabkan karena makanmerupakan sumber utama perolehan kalori yang dapatmenghasilkan aktivitas. Dengan demikian, perintah makan dalamayat-ayat di atas bermakna perintah melakukan aktivitas,sedangkan aktivitasnya tidak sekadar halal, tetapi juga harusthayyib (baik). Nah jika dikembalikan pada empat jenis halalyang diperkenalkan oleh hukum Islam, maka yang makruh tidaktermasuk dalam kategori halalan thayyiban.Al-Quran menyatakan secara tegas cinta Allah (Innallaha yuhib)sebanyak delapan belas kali, yang dapat dirinci sebagaiberikut:Masing-masing sekali untuk at-tawabin (orang yang bertobat),ash-shabirin (orang-orang sabar) dan shaffan wahida (orangyang berada dalam satu barisan/kesatuan).Masing-masing dua kali terhadap al-mutawakkilin (orang yangberserah diri kepada Allah) dan al-mutathahirin (orang-orangyang menyucikan diri).Masing-masing tiga kali terhadap al-muttaqin (orang yangbertakwa) dan al-muqsithin (orang yang berlaku adil), dan limakali terhadap al-muhsinin.Kesan yang ditimbulkan oleh angka-angka itu paling tidakmengisyaratkan bahwa sikap yang paling disenangi oleh Allahadalah al-muhsinin (orang-orang yang berbuat baik terhadapmereka yang pernah melakukan kesalahan). Hal ini sesuai sekalidengan perintah Al-Quran untuk melakukan perbuatan halal yangbaik, tidak sekadar perbuatan halal (boleh), tetapi tidakmenghasilkan kebaikan.Dalam Al-Quran surat Ali-'Imran ayat 134 diisyaratkantingkat-tingkat terjalinnya keserasian hubungan.WAWASAN AL-QURAN 241Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Mereka yang menafkahkan hartanya, baik pada saatkeadaan mereka senang (lapang) maupun sulit, danorang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkanorang-orang yang bersalah (bahkan berbuat baik terhadapmereka). Sesunguhnya Allah menyukai mereka yang berbuatbaik (terhadap orang yang bersalah).Di sini terbaca, bahwa tahap pertama adalah menahan amarah,tahap kedua memberi maaf, dan tahap berikutnya adalah berbuatbaik terhadap orang yang bersalah.MINAL 'AIDIN WAL FAIZINSalah satu ucapan populer dalam konteks Idul Fitri ada Minal'Aidin wal Faizin.Kata 'Aidin, adalah bentuk pelaku 'Id.Kata al-faizin adalah bentuk jamak dari faiz, yang berartiorang yang beruntung. Kata ini terambil dari kata fauz yangberarti keberuntungan.Dalam Al-Quran ditemukan sebanyak 29 kali kata tersebut denganberbagai bentuknya. Masing-masing delapan belas kali padabentuk kata jadian fauz/al-fauz (keberuntungan), tiga kalidalam bentuk mafaz (tempat keberuntungan), dua kali dalambentuk kata kerja faza (beruntung), empat kali dengan bentukal-faizin, dan hanya sekali dalam bentuk kata kerja tunggalyang menunjuk kepada orang pertama afuz (saya beruntung). Yangterakhir itu diucapkan oleh orang munafik yang menyesal karenatidak ikut berperang bersama-sama orang Islam, sehingga iatidak memperoleh pembagian harta rampasan perang.Sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangatberlambat-lambat ke medan perang. Maka jika kamuditimpa musibah, mereka berkata, \"Sesungguhnya Tuhantelah menganugerahkan nikmat kepada saya karena tidakikut menyaksikan (peperangan) bersama mereka.\" Sungguh,jika kamu memperoleh karunia (kemenangan dan hartaWAWASAN AL-QURAN 242Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
rampasan perang) pasti dia berkata seolah-olah belumpernah ada hubungan kasih sayang di antara kamu dengandia, \"Aduhai\" kiranya saya bersama mereka, tentu sayamemperoleh keberuntungan yang besar (kemenangan danharta rampasan perang)\" (QS Al-Nisa' [4]: 72-73).Kesan yang ditimbulkan ayat ini, antara lain adalah bahwa bagiorang munafik, keberuntungan adalah keuntungan material, danpopularitas, dan keberuntungan itu hanya ingin dinikmatinyasendiri. Keberuntungan orang lain bukan merupakankeberuntungan pula baginya. Itu antara lain yang menyebab diadikecam oleh ayat di atas. Berbeda dengan petunjuk A1-Quranyang tidak mengaitkan keberuntungan dengan orang tertentu, dankalaupun dikaitkan dengan orang-orang tertentu tidak ditujukankepada individu perorangan, melainkan kepada bentuk kolektif(al-faizin atau al-faizun).Yang tidak kurang pentingnya adalah makna keberuntungan. Dariayat-ayat yang berbicara tentang al-fauz dalam berbagaibentuknya itu (kecuali surat Al-Nisa [73]), seluruhnyabermakna pengampunan Ilahi maupun kenikmatan surgawi, seba gaiganjaran ketaatan kepada Allah Swt. Perhatikan misalnya:Penghuni surga adalah orang-orang yang beruntungAl-Hasyr [59]: 20).Barangsiapa yang dijauhkan --walaupun sedikit-- darineraka, dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh diatelah beruntung (QS Ali 'Imran [3]: 185).PENGAMPUNANTerdapat beberapa istilah yang digunakan Al-Quran untukmenyebutkan pengampunan (pembebasan dosa), dan upaya menjalinhubungan serasi antara manusia dengan Tuhannya, antara laintaba (tobat), 'afa (memaafkan), ghafara (mengampuni), kaffara(menutupi), dan shafah.Masing-masing istilah digunakan untuk tujuan tertentu danWAWASAN AL-QURAN 243Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
memberikan maksud yang berbeda.a. Taubat (Tobat)Terdahulu telah dikemukakan bahwa Al-Quran mengisyaratkanadanya dua pelaku tobat, yakni Allah dan manusia. Di sinidapat ditambahkan bahwa ada dua macam tobat (kembalinya)Allah. Pertama, lahir sebelum lahirnya tobat manusia secaraaktual. Ketika itu ia baru dalam bentuk keinginan dankesadaran tentang dosa-dosanya. Tobat pertama Tuhan ini antaralain tercermin dari firman-Nya dalam Al-Quran surat Al-Baqarahayat 186, Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat...Kata 'ibadi (hamba-hamba-Ku) baik yang ditulis dengan memakaihuruf Ya' (sebanyak 17 kali) maupun tidak (4 kali), semuanyadigunakan untuk menunjukkan hamba Allah yang taat atau yangbergelimang di dalam dosa tetapi berkeinginan kembalikepada-Nya.Perhatikan firman-Nya: Masuklah ke dalam kelompok hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS Al-Fajr [89]: 29-30).Dan firman-Nya: Wahai hamba-hamba-Ku yang bergelimang dalam dosa (dan telah menyadari dosanya sehingga ingin kembali), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah (QS Al-Zumar [39]: 53)Surat Al-Baqarah ayat 186 di atas menjelaskan bahwa Allahdekat dengan hamba-hamba-Nya, walaupun mereka masihbergelimang dalam dosa dan maksiat tetapi telah memilikikesadaran untuk bertobat.WAWASAN AL-QURAN 244Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Tobat Allah (kembalinya Allah) terhadap yang berkeinginandekat kepada-Nya, lebih jelas terlihat pada ayat berikut:Maka Adam menerima dan Tuhan-Nya (petunjuk) berupakalimat-kalimat, dan Dia bertobat (mengampuninya) (QSAl-Baqarah [2]: 37).Pemberian kalimat-kalimat itu memberi isyarat bahwa Allahmembuka pintu tobat-Nya, dan memberi taufik kepada mereka yangberdosa, yang terketuk hatinya untuk kembali. \"Penerimaankalimat-kalimat dari Tuhan\" itulah yang mengantarkan Adammengajukan permohonan ampun kepada Allah.Langkah pertama dari tobat Allah ini, antara lain dipahamipula dari redaksi-redaksi fashilat (penutup) ayat-ayat yangberbicara tentang tobat-Nya.Perhatikanlah kedua ayat berikut ini:Allah hendak menerangkan kepada kamu dan mengantarmu kejalan orang-orang sebelum kamu (para Nabi danorang-orang saleh) dan hendak menerima tobatmu. AllahMaha Mengetahui lagi Bijaksana (QS Al-Nisa' [4]: 261.Maka barangsiapa bertobat (di antara pencuri-pencuriitu) sesudah melakukan kejahatannya, dan memperbaikidiri, sesungguhnya Allah bertobat kepadanya (menerimatobatnya). Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi MahaPenyayang (QS Al-Ma-idah [5]: 39).Penutup surat An-Nisa ayat 26 mengisyaratkan langkah pertamatobat Allah, yang dilakukan-Nya kepada mereka yang diketahuiterketuk hatinya atau memiliki kesadaran terhadap dosanya.Langkah tersebut dilakukan oleh Allah karena Dia MahaMengetahui segala sesuatu, termasuk bisikan-bisikan hatimanusia, dan karena Dia Maha Bijaksana. Dalam posisi inilahAllah memberi petunjuk kepada Adam dengan kalimat-kalimat yangwajar diucapkan untuk memohon ampun, karena betapapun, manusiaselalu membutuhkan petunjuk-Nya, lebih-lebih pada saat ia jauhWAWASAN AL-QURAN 245Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
dari Allah Swt.Penutup surat Al-Ma-idah juga berbicara tentang tobat A1lah,tetapi kali ini dia benar-benar telah \"tobat\" (kembali) keposisi semula. Namun harus disadari bahwa hal ini baru terjadijika sang hamba yang berdosa bertobat dan memperbaiki diri.Allah mendekatkan diri dan kembali ke posisi semula,disebabkan Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.b. Al-'Afw (Maaf)Kata al-'afw terulang dalam Al-Quran sebanyak 34 kali. Kataini pada mulanya berarti berlebihan, seperti firman-Nya:Mereka bertanya kepadamu tentang hal yang mereka nafkahkan(kepada orang). Katakanlah, \"al-'afw\" (yang berlebih darikeperluan) (QS Al-Baqarah [2]: 219).Yang berlebih seharusnya diberikan agar keluar. Keduanyamenjadikan sesuatu yang tadinya berada di dalam (dimiliki)menjadi tidak di dalam dan tidak dimiliki lagi. Akhirnya kataal-'afw berkembang maknanya menjadi keterhapusan. Memaafkan,berarti menghapus luka atau bekas-bekas luka yang ada di dalamhati.Membandingkan ayat-ayat yang berbicara tentang tobat dan maaf,ditemukan bahwa kebanyakan ayat tersebut didahului oleh usahamanusia untuk bertobat. Sebaliknya, tujuh ayat yangmenggunakan kata 'afa, dan berbicara tentang pemaafan semuanyadikemukakan tanpa adanya usaha terlebih dahulu dari orang yangbersalah. Perhatikan ayat-ayat berikut:Allah mengetahui bahwa kamu tadinya mengkhianati dirimusendiri (tidak dapat menahan nafsumu sehinggabersetubuh di malam hari bulan Ramadhan dengan dugaanbahwa itu haram) maka Allah memaafkan kamu (QSAl-Baqarah [2]: 187). Allah memaafkan kamu, mengapa engkau memberi izin 246WAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
kepada mereka, sebelum engkau mengetahui orang-orangyang benar (dalam alasannya) dan sebelum engkaumengetahui pula para pembohong? (QS Al-Tawbah [9]: 43).Balasan terhadap kejahatan adalah pembalasan yangsetimpal, tetapi barangsiapa yang memaafkan dan berbuatbaik, ganjarannya ditanggung oleh Allah (QS Al-Syura[42]: 40).Perhatikan juga firman-Nya dalam surat Ali-'Imran ayat 152 dan155, juga Al-Maidah ayat 95 dan lOl. Ternyata tidak ditemukansatu ayat pun yang menganjurkan agar meminta maaf, tetapi yangada adalah perintah untuk memberi maaf.Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dadaTidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah? (QS Al-Nur[24): 22).Kesan yang disampaikan oleh ayat-ayat ini adalah anjuran untuktidak menanti permohonan maaf dari orang yang bersalah,melainkan hendaknya memberi maaf sebelum diminta. Mereka yangenggan memberi maaf pada hakikatnya enggan memperolehpengampunan dan Allah Swt. Tidak ada alasan untuk berkata,\"Tiada maaf bagimu\", karena segalanya telah dijamin danditanggung oleh Allah Swt.Perlu dicatat pula, bahwa pemaafan yang dimaksud bukan hanyamenyangkut dosa atau kesalahan kecil, tetapi juga untuk dosadan kesalahan-kesalahan besar.Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 51-52, berbicara tentangpemaafan Allah bagi umat Nabi Musa a.s. yang mempertuhankanlembu:Dan (ingatlah) ketika Kami berjanji kepada Musa(memberikan Taurat) sesudah empat puluh hari, lalu kamumenjadikan anak lembu (yang dibuat dari emas) untukdisembah sepeninggalnya, dan kamu adalah orang-orangyang zalim. Kemudian sesudah itu Kami maafkanWAWASAN AL-QURAN 247Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
kesalahanmu, agar kamu bersyukur (QS Al-Baqarah [2]:51-52).c. Al-Shafh (Lapang Dada)Kata al-shafh dalam berbagai bentuk terulang sebanyak delapankali dalam Al-Quran. Kata ini pada mulanya berarti lapang.Halaman pada sebuah buku dinamai shafhat karena kelapangan dankeluasannya.Dari sini, al-shafh dapat diartikan kelapangan dada. Berjabattangan dinamai mushafahat karena melakukannya menjadiperlambang kelapangan dada.Dari delapan kali bentuk al-shafh yang dikemukakan, empat diantaranya didahului oleh perintah memberi maaf.Perhatikan ayat-ayat berikut:Apabila kamu memaafkan, dan melapangkan dada sertamelindungi, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Mahapenyayang (QS Al-Thaghabun [64]: 14).Hendaklah mereka memaafkan dan melapangkan dada! Apakahkamu tidak ingin diampuni oleh Allah? (QS Al-Nur [24]:22) .Maafkanlah mereka dan lapangkan dada. SesungguhnyaAllah senang kepada orang-orang yang berbuat kebajikan(terhadap yang melakukan kesalahan kepadanya) (QSAl-Ma-idah [5]: l3. Juga baca surat Al-Baqarah [2]:lO9).Ulama-ulama Al-Quran seperti Ar-Raghib Al-Isfahani menyatakanbahwa al-shafa lebih tinggi kedudukannya dari al-'afw (maaf).Pernyataan yang dikemukakan itu dapat dipahami melalui alasankebahasaan sebagai berikut.Seperti dikemukakan terdahulu dari kata al-shafh lahirlahWAWASAN AL-QURAN 248Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
shafhat yang berarti halaman. Jika Anda memiliki selembarkertas yang ditulisi suatu kesalahan, lantas kesalahan ituditulis dengan pensil, Anda tentu dapat mengambil penghapuskaret untuk menghapusnya. Seperti demikianlah ketika Andamelakukan 'afw (memberi maaf). Seandainya kesalahan padakertas itu ditulis dengan tinta, tentu Anda akan menghapusnyadengan Tipp Ex agar tidak terlihat lagi, dan di sini Andamelakukan takfir seperti yang akan dijelaskan kemudian.Betapapun Anda menghapus bekas kesalahan, namun pasti sedikitbanyak, lembaran tersebut tidak lagi sama sepenuhnya denganlembaran baru. Malah barangkali kertas itu menjadi kusut. Nah,di sinilah letak perbedaan antara al-shafh yang mengandungarti lapang dan lembaran baru dengan takfir. Al-Shafh menuntutseseorang untuk membuka lembaran baru hingga sedikit punhubungan tidak ternodai, tidak kusut, dan tidak sepertihalaman yang telah dihapus kesalahannya.Mushafahat (jabat tangan) adalah lambang kesediaan seseoranguntuk membuka lembaran baru, dan tidak mengingat ataumenggunakan lagi lembaran lama. Sebab, walaupun kesalahantelah dihapus, kadang-kadang masih saja ada kekusutan masalah.Tadi telah dikemukakan bahwa memberi maaf dilanjutkan denganperintah al-shafh. Perintah memaafkan tetap diperlukan, karenatidak mungkin membuka lembaran baru dengan membiarkan lembaryang telah ada kesalahannya tanpa terhapus. Itu sebabnyaayat-ayat yang memerintahkan al-shafh tetapi tidak didahuluioleh perintah memberi maaf, dirangkaikan dengan jamil yangberarti indah. Selain itu, al-shafh juga dirangkaikan denganperintah menyatakan kedamaian dan keselamatan bagi semua pihak(perhatikan firman-Nya dalam Al-Quran surat Al-Hijr [15]: 85,serta Al-Zukhruf [43]: 89): Berlapang dadalah terhadap mereka dengan cara yang baik (Al-Hijri [5]: 85). Berlapang dadalah terhadap mereka dengan mengatakan salam/kedamaian (QS Al-Zukhruf [43]: 84).WAWASAN AL-QURAN 249Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334
- 335
- 336
- 337
- 338
- 339
- 340
- 341
- 342
- 343
- 344
- 345
- 346
- 347
- 348
- 349
- 350
- 351
- 352
- 353
- 354
- 355
- 356
- 357
- 358
- 359
- 360
- 361
- 362
- 363
- 364
- 365
- 366
- 367
- 368
- 369
- 370
- 371
- 372
- 373
- 374
- 375
- 376
- 377
- 378
- 379
- 380
- 381
- 382
- 383
- 384
- 385
- 386
- 387
- 388
- 389
- 390
- 391
- 392
- 393
- 394
- 395
- 396
- 397
- 398
- 399
- 400
- 401
- 402
- 403
- 404
- 405
- 406
- 407
- 408
- 409
- 410
- 411
- 412
- 413
- 414
- 415
- 416
- 417
- 418
- 419
- 420
- 421
- 422
- 423
- 424
- 425
- 426
- 427
- 428
- 429
- 430
- 431
- 432
- 433
- 434
- 435
- 436
- 437
- 438
- 439
- 440
- 441
- 442
- 443
- 444
- 445
- 446
- 447
- 448
- 449
- 450
- 451
- 452
- 453
- 454
- 455
- 456
- 457
- 458
- 459
- 460
- 461
- 462
- 463
- 464
- 465
- 466
- 467
- 468
- 469
- 470
- 471
- 472
- 473
- 474
- 475
- 476
- 477
- 478
- 479
- 480
- 481
- 482
- 483
- 484
- 485
- 486
- 487
- 488
- 489
- 490
- 491
- 492
- 493
- 494
- 495
- 496
- 497
- 498
- 499
- 500
- 501
- 502
- 503
- 504
- 505
- 506
- 507
- 508
- 509
- 510
- 511
- 512
- 513
- 514
- 515
- 516
- 517
- 518
- 519
- 520
- 521
- 522
- 523
- 524
- 525
- 526
- 527
- 528
- 529
- 530
- 531
- 532
- 533
- 534
- 535
- 536
- 537
- 538
- 539
- 540
- 541
- 542
- 543
- 544
- 545
- 546
- 547
- 548
- 549
- 550
- 551
- 552
- 553
- 554
- 555
- 556
- 557
- 558
- 559
- 560
- 561
- 562
- 563
- 564
- 565
- 566
- 567
- 568
- 569
- 570
- 571
- 1 - 50
- 51 - 100
- 101 - 150
- 151 - 200
- 201 - 250
- 251 - 300
- 301 - 350
- 351 - 400
- 401 - 450
- 451 - 500
- 501 - 550
- 551 - 571
Pages: