Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Quraish Shihab - Wawasan Al-Quran - Quraish Shihab

Quraish Shihab - Wawasan Al-Quran - Quraish Shihab

Published by haryahutamas, 2016-05-29 05:21:41

Description: Quraish Shihab - Wawasan Al-Quran - Quraish Shihab

Search

Read the Text Version

diam seribu bahasa, sampai-sampai manusia sering tidak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya, walaupun segala sesuatu --selain Tuhan-- tidak akan mampu melepaskan diri darinya.Sedemikian besar peranan waktu, sehingga Allah Swt.berkali-kali bersumpah dengan menggunakan berbagai kata yangmenunjuk pada waktu-waktu tertentu seperti wa Al-Lail (demiMalam), wa An-Nahar (demi Siang), wa As-Subhi, wa AL-Fajr, danlain-lain.APA YANG DIMAKSUD DENGAN WAKTU?Dalam Kamus Besar Bahasa indonesia paling tidak terdapat empatarti kata \"waktu\": (1) seluruh rangkaian saat, yang telahberlalu, sekarang, dan yang akan datang; (2) saat tertentuuntuk menyelesaikan sesuatu; (3) kesempatan, tempo, ataupeluang; (4) ketika, atau saat terjadinya sesuatu.Al-Quran menggunakan beberapa kata untuk menunjukkanmakna-makna di atas, seperti:a. Ajal, untuk menunjukkan waktu berakhirnya sesuatu, sepertiberakhirnya usia manusia atau masyarakat.Setiap umat mempunyai batas waktu berakhirnya usia (QSYunus [10]: 49)Demikian juga berakhirnya kontrak perjanjian kerja antara NabiSyuaib dan Nabi Musa, Al-Quran mengatakan:Dia berkata, \"Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu.Mana saja dan kedua waktu yang ditentukan itu akusempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atasdiriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas yang kitaucapkan\" (QS Al-Qashash [28]: 28).b. Dahr digunakan untuk saat berkepanjangan yang dilalui alamWAWASAN AL-QURAN 550Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

raya dalam kehidupan dunia ini, yaitu sejak diciptakan-Nyasampai punahnya alam sementara ini.Bukankah telah pernah datang (terjadi) kepada manusiasatu dahr (waktu) sedangkan ia ketika itu belummerupakan sesuatu yang dapat disebut (karena belum adadi alam ini?) (QS Al-insan [76]: 1).Dan mereka berkata, \"Kehidupan ini tidak lain saat kitaberada di dunia, kita mati dan kita hidup, dan tidakada yang membinasakan (mematikan) kita kecuali dahr(perjalanan waktu yang dilalui oleh alam)\" (QSAl-Jatsiyah [45]: 24).c. Waqt digunakan dalam arti batas akhir kesempatan ataupeluang untuk menyelesaikan suatu peristiwa. Karena itu,sering kali Al-Quran menggunakannya dalam konteks kadartertentu dari satu masa.Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban kepadaorang-orang Mukmin yang tertentu waktu-waktunya (QSAl-Nisa' [4]: 103) .d. 'Ashr, kata ini biasa diartikan \"waktu menjelangterbenammya matahari\", tetapi juga dapat diartikan sebagai\"masa\" secara mutlak. Makna terakhir ini diambil berdasarkanasumsi bahwa 'ashr merupakan hal yang terpenting dalamkehidupan manusia. Kata 'ashr sendiri bermakna \"perasan\",seakan-akan masa harus digunakan oleh manusia untuk memeraspikiran dan keringatnya, dan hal ini hendaknya dilakukan kapansaja sepanjang masa.Dari kata-kata di atas, dapat ditarik beberapa kesan tentangpandangan Al-Quran mengenai waktu (dalam pengertian-pengertianbahasa indonesia), yaitu: a. Kata ajal memberi kesan bahwa segala sesuatu ada 551 batas waktu berakhirnya, sehingga tidak ada yang langgeng dan abadi kecuali Allah Swt. sendiri.WAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

b. Kata dahr memberi kesan bahwa segala sesuatu pernah tiada, dan bahwa keberadaannya menjadikan ia terikat oleh waktu (dahr).c. Kata waqt digunakan dalam konteks yang berbeda-beda, dan diartikan sebagai batas akhir suatu kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan. Arti ini tecermin dari waktu-waktu shalat yang memberi kesan tentang keharusan adanya pembagian teknis mengenai masa yang dialami (seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan seterusnya), dan sekaligus keharusan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu-waktu tersebut, dan bukannya membiarkannya berlalu hampa.d. Kata 'ashr memberi kesan bahwa saat-saat yang dialami oleh manusia harus diisi dengan kerja memeras keringat dan pikiran.Demikianlah arti dan kesan-kesan yang diperoleh dari akarserta penggunaan kata yang berarti \"waktu\" dalam berbagaimakna.RELATIVITAS WAKTUManusia tidak dapat melepaskan diri dari waktu dan tempat.Mereka mengenal masa lalu, kini, dan masa depan. Pengenalanmanusia tentang waktu berkaitan dengan pengalaman empiris danlingkungan. Kesadaran kita tentang waktu berhubungan denganbulan dan matahari, baik dari segi perjalanannya (malam saatterbenam dan siang saat terbitnya) maupun kenyataan bahwasehari sama dengan sekali terbit sampai terbenamnya matahari,atau sejak tengah malam hingga tengah malam berikutnya.Perhitungan semacam ini telah menjadi kesepakatan bersama.Namun harus digarisbawahi bahwa walaupun hal itu diperkenalkandan diakui oleh Al-Quran (seperti setahun sama dengan duabelas bulan pada surat At-Taubah ayat 36), Al-Quran jugamemperkenalkan adanya relativitas waktu, baik yang berkaitanWAWASAN AL-QURAN 552Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

dengan dimensi ruang, keadaan, maupun pelaku.Waktu yang dialami manusia di dunia berbeda dengan waktu yangdialaminya kelak di hari kemudian. Ini disebabkan dimensikehidupan akhirat berbeda dengan dimensi kehidupan duniawi.Di dalam surat Al-Kahfi [18]: 19 dinyatakan:Dan berkata salah seorang dan mereka, \"Berapa tahunkahlamanya kamu tinggal di bumi?\" Mereka menjawab, \"Kamitinggal (di bumi) sehari atau setengah hari ...\"Ashhabul-Kahfi yang ditidurkan Allah selama tiga ratus tahunlebih, menduga bahwa mereka hanya berada di dalam gua selamasehari atau kurang,Mereka berkata, \"Kami berada (di sini) sehari atausetengah hari.\" (QS Al-Kahf [18]: 19).Ini karena mereka ketika itu sedang ditidurkan oleh Allah,sehingga walaupun mereka berada dalam ruang yang sama dandalam rentang waktu yang panjang, mereka hanya merasakanbeberapa saat saja.Allah Swt. berada di luar batas-batas waktu. Karena itu, dalamAl-Quran ditemukan kata kerja bentuk masa lampau (pasttense/madhi) yang digunakan-Nya untuk suatu peristiwa mengenaimasa depan. Allah Swt. berfirman:Telah datang ketetapan Allah (hari kiamat), makajanganlah kamu meminta agar disegerakan datangnya ...(QS Al-Nahl [16]: 1).Bentuk kalimat semacam ini dapat membingungkan para pembacamengenai makna yang dikandungnya, karena bagi kita, kiamatbelum datang. Tetapi di sisi lain jika memang telah datangseperti bunyi ayat, mengapa pada ayat tersebut dilarangmeminta disegerakan kedatangannya? Kebingungan itu insya Allahakan sirna, jika disadari bahwa Allah berada di luar dimensiWAWASAN AL-QURAN 553Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

waktu. Sehingga bagi-Nya, masa lalu, kini, dan masa yang akandatang sama saja. Dari sini dan dari sekian ayat yang lainsebagian pakar tafsir menetapkan adanya relativitas waktu.Ketika Al-Quran berbicara tentang waktu yang ditempuh olehmalaikat menuju hadirat-Nya, salah satu ayat Al-Quranmenyatakan perbandingan waktu dalam sehari kadarnya samadengan lima puluh ribu tahun bagi makhluk lain (manusia).Malaikat-malaikat dan Jibril naik (men~hadap) kepadaTuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun(QS Al-Ma'arij [70]: 4).Sedangkan dalam ayat lain disebutkan bahwa masa yang ditempuholeh para malaikat tertentu untuk naik ke sisi-Nya adalahseribu tahun menurut perhitungan manusia:Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian(urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yangkadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (QSAl-Sajdah [32]: 5).Ini berarti bahwa perbedaan sistem gerak yang dilakukan olehsatu pelaku mengakibatkan perbedaan waktu yang dibutuhkanuntuk mencapai suatu sasaran. Batu, suara, dan cahayamasing-masing membutuhkan waktu yang berbeda untuk mencapaisasaran yang sama. Kenyataan ini pada akhirnya mengantarkankita kepada keyakinan bahwa ada sesuatu yang tidak membutuhkanwaktu demi mencapai hal yang dikehendakinya. Sesuatu ituadalah Allah Swt.Dan perintah Kami hanyalah satu (perkataan) sepertikejapan mata (QS Al-Qamar [54] 50).\"Kejapan mata\" dalam firman di atas tidak boleh dipahami dalampengertian dimensi manusia, karena Allah berada di luardimensi tersebut, dan karena Dia juga telah menegaskan bahwa: Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki 554WAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

sesuatu hanyalah berkata kepadanya, \"Jadilah!\", makaterjadilah ia (QS Ya Sin [36]: 82)Ini pun bukan berarti bahwa untuk mewujudkan sesuatu, Allahmembutuhkan kata kun, sebagaimana tidak berarti bahwa ciptaanAllah terjadi seketika tanpa suatu proses. Ayat-ayat di atashanya ingin menyebutkan bahwa Allah Swt. berada di luardimensi ruang dan waktu.Dari sini, kata hari, bulan, atau tahun tidak boleh dipahamisecara mutlak seperti pemahaman populer dewasa ini. \"Allahmenciptakan alam raya selama enam hari\", tidak harus dipahamisebagai enam kali dua puluh empat jam. Bahkan boleh jadi kata\"tahun\" dalam Al-Quran tidak berarti 365 hari --walaupun katayaum dalam Al-Quran yang berarti hari hanya terulang 365kali-- karena umat manusia berbeda dalam menetapkan jumlahhari dalam setahun. Perbedaan ini bukan saja karena penggunaanperhitungan perjalanan bulan atau matahari, tetapi karena umatmanusia mengenal pula perhitungan yang lain. Sebagian ulamamenyatakan bahwa firman Allah yang menerangkan bahwa Nabi Nuha.s. hidup di tengah-tengah kaumnya selama 950 tahun (QS 29:14), tidak harus dipahami dalam konteks perhitungan Syamsiahatau Qamariah. Karena umat manusia pernah mengenal perhitungantahun berdasarkan musim (panas, dingin, gugur, dan semi)sehingga setahun perhitungan kita yang menggunakan ukuranperjalanan matahari, sama dengan empat tahun dalam perhitunganmusim. Kalau pendapat ini dapat diterima, maka keberadaan NabiNuh a.s. di tengah-tengah kaumnya boleh jadi hanya sekitar 230tahun.Al-Quran mengisyaratkan perbedaan perhitungan Syamsiah danQamariah melalui ayat yang membicarakan lamanya penghuni gua(Ashhabul-Kahfi) tertidur.Sesungguhnya mereka telah tinggal di dalam gua selamatiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (QSAl-Kahf [18]: 25).Tiga ratus tahun di tempat itu menurut perhitungan Syamsiah,WAWASAN AL-QURAN 555Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

sedangkan penambahan sembilan tahun adalah berdasarkanperhitungan Qamariah. Seperti diketahui, terdapat selisihsekitar sebelas hari setiap tahun antara perhitungan Qamariahdan Syamsiah. Jadi selisih sembilan tahun itu adalah sekitar300 x 11 hari = 3.300 hari, atau sama dengan sembilan tahun.TUJUAN KEHADIRAN WAKTUKetika beberapa orang sahabat Nabi Saw. mengamati keadaanbulan yang sedikit demi sedikit berubah dari sabit ke purnama,kemudian kembali menjadi sabit dan kemudian menghilang, merekabertanya kepada Nabi, \"Mengapa demikian?\" Al-Quran punmenjawab,Yang demikian itu adalah waktu-waktu untuk manusia danuntuk menetapkan waktu ibadah haji (QS Al-Baqarah [2]:189).Ayat ini antara lain mengisyaratkan bahwa peredaran mataharidan bulan yang menghasilkan pembagian rinci (sepertiperjalanan dari bulan sabit ke purnama), harus dapatdimanfaatkan oleh manusia untuk menyelesaikan suatu tugas(lihat kembali arti waqt [waktu] seperti dikemukakan di atas).Salah satu tugas yang harus diselesaikan itu adalah ibadah,yang dalam hal ini dicontohkan dengan ibadah haji, karenaibadah tersebut mencerminkan seluruh rukun islam.Keadaan bulan seperti itu juga untuk menyadarkan bahwakeberadaan manusia di pentas bumi ini, tidak ubahnya sepertibulan. Awalnya, sebagaimana halnya bulan, pernah tidak tampakdi pentas bumi, kemudian ia lahir, kecil mungil bagai sabit,dan sedikit demi sedikit membesar sampai dewasa, sempurna umurbagai purnama. Lalu kembali sedikit demi sedikit menua, sampaiakhirnya hilang dari pentas bumi ini.Dalam ayat lain dijelaskan bahwa: Dia (Allah) menjadikan malam dan siang silih berganti 556 untuk memberi waktu (kesempatan) kepada orang yartgWAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

ingin mengingat (mengambil pelajaran) atau orang yangingin bersyukur (QS Al-Furqan [25]: 62).Mengingat berkaitan dengan masa lampau, dan ini menuntutintrospeksi dan kesadaran menyangkut semua hal yang telahterjadi, sehingga mengantarkan manusia untuk melakukanperbaikan dan peningkatan. Sedangkan bersyukur, dalam definisiagama, adalah \"menggunakan segala potensi yang dianugerahkanAllah sesuai dengan tujuan penganugerahannya,\" dan inimenuntut upaya dan kerja keras.Banyak ayat Al-Quran yang berbicara tentangperistiwa-peristiwa masa lampau, kemudian diakhiri denganpernyataan. \"Maka ambillah pelajaran dan peristiwa itu.\"Demikian pula ayat-ayat yang menyuruh manusia bekerja untukmenghadapi masa depan, atau berpikir, dan menilai hal yangtelah dipersiapkannya demi masa depan.Salah satu ayat yang paling populer mengenai tema ini adalah:Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepadaAllah dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yangtelah diperbuatnya untuk hari esok (QS Al-Hasyr [59]:18).Menarik untuk diamati bahwa ayat di atas dimulai denganperintah bertakwa dan diakhiri dengan perintah yang sama. Inimengisyaratkan bahwa landasan berpikir serta tempat bertolakuntuk mempersiapkan hari esok haruslah ketakwaan, dan hasilakhir yang diperoleh pun adalah ketakwaan.Hari esok yang dimaksud oleh ayat ini tidak hanya terbataspengertiannya pada hari esok di akhirat kelak, melainkantermasuk juga hari esok menurut pengertian dimensi waktu yangkita alami. Kata ghad dalam ayat di atas yang diterjemahkandengan esok, ditemukan dalam Al-Quran sebanyak lima kali; tigadi antaranya secara jelas digunakan dalam konteks hari esokduniawi, dan dua sisanya dapat mencakup esok (masa depan) baikyang dekat maupun yang jauh.WAWASAN AL-QURAN 557Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

MENGISI WAKTUAl-Quran memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan waktusemaksimal mungkin, bahkan dituntunnya umat manusia untukmengisi seluruh 'ashr (waktu)-nya dengan berbagai amal denganmempergunakan semua daya yang dimilikinya. Sebelum menguraikanlebih jauh tentang hal ini, perlu digarisbawahi bahwasementara kita ada yang memahami bahwa waktu hendaknya diisidengan beribadah (dalam pengertian sempit). Mereka merujukkepada firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 yangmenyatakan, dan memahaminya dalam artiAku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agarmereka beribadah kepada-Ku.Pemahaman dan penerjemahan ini menimbulkan kerancuan, karenamemahami lam (li) pada li ya'budun dalam arti \"agar\". Dalambahasa Al-Quran, lam tidak selalu berarti demikian, melainkanjuga dapat berarti kesudahannya atau akibatnya. Perhatikanfirman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 8 yang menguraikandipungutnya Nabi Musa a.s. oleh keluarga Fir'aun.Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yangakibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka.Sesungguhnya Fir'aun dan Haman beserta tentaranyaadalah orang-orang yang bersalah (QS Al-Qashash [28]:8).Kalau lam pada ayat di atas diterjemahkan \"agar\", maka ayattersebut akan berarti, \"Maka dipungutlah ia (Musa) olehkeiuarga Fir'aun 'agar' ia menjadi musuh dan kesedihan bagimereka.\" Kalimat ini jelas tidak logis, tetapi jika lamdipahami sebagai akibat atau kesudahan, maka terjemahan diatas akan berbunyi, \"Maka dipungutlah ia (Musa) oleh keluargaFir'aun, dan kesudahannya adalah ia menjadi musuh bagimereka.\"Kembali kepada ayat Adz-Dzariyat di atas, dapat ditegaskanWAWASAN AL-QURAN 558Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

bahwa Al-Quran menuntut agar kesudahan semua pekerjaanhendaknya menjadi ibadah kepada Allah, apa pun jenis danbentuknya. Karena itu, Al-Quran memerintahkan untuk melakukanaktivitas apa pun setelah menyelesaikan ibadah ritual.Apabila telah melaksanakan shalat (Jumat),bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karuniaAllah, dan selalu ingatlah Allah supaya kamu beruntung(QS Al-Jum'ah [62]: 10).Dari sini ditemukan bahwa Al-Quran mengecam secara tegasorang-orang yang mengisi waktunya dengan bermain tanpa tujuantertentu seperti kanak-kanak. Atau melengahkan sesuatu yanglebih penting seperti sebagian remaja, sekadar mengisinyadengan bersolek seperti sementara wanita, atau menumpuk hartabenda dan memperbanyak anak dengan tujuan berbangga-banggaseperti halnya dilakukan banyak orangtua.Ketahuilah bahwa kehidupan dunia (bagi orang yang tidakberiman) hanyalah permainan sesuatu yang melalaikan,perhiasan, dan bermegah-megah antara kamu sertaberbanggaan tentang banyaknya harta dan anak (QS 57: 20dan baca Tafsir ibnu Katsir serta Tafsir Al-Manar) .Kerja atau amal dalam bahasa Al-Quran, seringkali dikemukakandalam bentuk indefinitif (nakirah). Bentuk ini olehpakar-pakar bahasa dipahami sebagai memberi makna keumuman,sehingga amal yang dimaksudkan mencakup segala macam dan jeniskerja. Perhatikan misalnya firman Allah dalam surat Ali Imranayat 195.Aku (Allah) tidak mensia-siakan kerja salah seorang diantara kamu baik lelaki maupun perempuan.Al-Quran tidak hanya memerintahkan orang-orang Muslim untukbekerja, tetapi juga kepada selainnya. Dalam surat Al-An'amayat 135 dinyatakan, Hai kaumku (orang-orang kafir), berbuatlah sepenuh 559WAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

kemampuan (dan sesuai kehendak). Aku pun akan berbuat(demikian). Kelak kamu akan mengetahui siapakah diantara kita yang akan memperoleh hasil yang baik didunia/akhirat.Bahkan Al-Quran tidak hanya memerintahkan asal bekerja saja,tetapi bekerja dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati. Al-Qurantidak memberi peluang kepada seseorang untuk tidak melakukansuatu aktivitas kerja sepanjang saat yang dialaminya dalamkehidupan dunia ini. Surat Al-'Ashr dan dua ayat terakhir darisurat Alam Nasyrah menguraikan secara gamblang mengenaituntunan di atas.Dalam surat Alam Nasyrah, terlebih dahulu ditanaman optimismekepada setiap Muslim dengan berpesan,... karena. sesungguhnya sesudah kesulitan adakemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan(QS 94: 5-6).Maksudnya, sesungguhnya bersama satu kesulitan yang samaterdapat dua kemudahan yang berbeda. Maksud ini dipahami daribentuk redaksi ayat di atas. Terlihat bahwa kata al-ushrterulang dua kali dan keduanya dalam bentuk definitif(ma'rufah) yakni menggunakan alif dan lam (al), sedangkan katayusra juga terulang dua kali tetapi dalam bentuk indefinitif,karena tidak menggunakan alif dan lam. Dalam kaidah kebahasaandikemukakan bahwa apabila dalam suatu susunan terdapat duakata yang sama dan keduanya berbentuk definitif, maka keduanyabermakna sama sedangkan bila keduanya berbentuk indefinitif,maka ia berbeda.Setelah berpesan demikian, kembali surat ini memberi petunjukkepada umat manusia agar bersungguh-sungguh dalam melaksanakansuatu pekerjaan walaupun baru saja menyelesaikan pekerjaanyang lain, dengan menjadikan harapan senantiasa hanya tertujukepada Allah Swt. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), 560WAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain(QS 94: 7).Kata faraghta terambil dan kata faragha yang ditemukan dalamAl-Quran sebanyak enam kali dengan berbagai bentukderivasinya. Dari segi bahasa, kata tersebut berarti kosongsetelah sebelumnya penuh, baik secara material maupunimaterial. Seperti gelas yang tadinya dipenuhi, oleh air,kemudian diminum atau tumpah sehingga gelas itu menjadikosong. Atau hati yang tadinya gundah dipenuhi oleh ketakutandan kesedihan, kemudian plong, semua digambarkan dengan akarkata ini. Perlu digarisbawahi bahwa kata faragh tidakdigunakan selain pada kokosongan yang didahului olehkepenuhan, maupun keluangan yang didahului oleh kesibukan.Dari sini jelas bahwa kekosongan yang dimaksud harus didahuluioleh adanya sesuatu yang mengisi \"wadah\" kosong itu. Seseorangyang telah memenuhi waktunya dengan pekerjaan, kemudian iamenyelesaikan pekerjaan tersebut, maka jarak waktu antaraselesai pekerjaan pertama dan dimulainya pekerjaan selanjutnyadinamai faragh.Jika Anda berada dalam keluangan (faragh) sedangkan sebelumnyaAnda telah memenuhi waktu dengan kerja keras, maka itulah yangdimaksud dengan fan-shab. Kata fan-shab antara lain berartiberat, atau letih. Kata ini pada mulanya berarti menegakkansesuatu sampai nyata dan mantap, seperti halnya gunung. AllahSwt. berfirman,Apakah mereka tidak melihat unta bagaimana diciptakan,dan kepada langit bagaimana ditinggiikan, dan kepadagunung bagaimana ditegakkan sehingga menjadi nyata (QS88: 17-19).Kalimat terakhir pada terjemahan di atas dijelaskan olehAl-Quran dengan kata yang berakar sama dengan fan-shab yaitunushibat dalam kalimat Wa ilal jibali kaifa nushibat. Darikata ini juga dibentuk kata nashib atau \"nasib\" yang biasadipahami sebagai \"bagian tertentu yang diperoleh dariWAWASAN AL-QURAN 561Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

kehidupan yang telah ditegakkan sehingga menjadi nyata, jelas,dan sulit dielakkan\".Kini --setelah arti kosakata diuraikan-- dapatlah kita melihatbeberapa kemungkinan terjemahan ayat 7 dan 8 dari surat AlamNasyrah di atas.Apabila engkau telah berada dalam keluangan (setelahtadinya engkau sibuk), maka (bersungguh-sungguhlahbekerja) sampai engkau letih, atau tegakkanlah (suatupersoalan baru) sehingga menjadi nyata.Ayat ini --seperti dikemukakan di atas-- tidak memberi peluangkepada Anda untuk menganggur sepanjang masih ada masa, karenabegitu Anda selesai dalam satu kesibukan, Anda dituntutmelakukan kesibukan 1ain yang meletihkan atau menghasilkankarya nyata, guna mengukir nasib Anda.Nabi Saw. menganjurkan umatnya agar meneladani Allah dalamsifat dan sikap-Nya sesuai dengan kemampuannya sebagaimakhluk. Dan salah satu yang perlu dicontoh adalah sikap Allahyang dijelaskan dalam surat Ar-Rahman ayat 29.Setiap saat Dia (Allah) berada dalam kesibukan.AKIBAT MENYIA-NYIAKAN WAKTUJika Anda bertanya, \"Apakah akibat yang akan terjadi kalaumenyia-nyiakan waktu?\" Salah satu jawaban yang paling gamblangadalah ayat pertama dan kedua surat Al-'Ashr.Allah Swt. memulai surat ini dengan bersumpah Wal 'ashr (Demimasa), untuk membantah anggapan sebagian orang yangmempersalahkan waktu dalam kegagalan mereka. Tidak ada sesuatuyang dinamai masa sial atau masa mujur, karena yangberpengaruh adalah kebaikan dan keburukan usaha seseorang. Daninilah yang berperan di dalam baik atau buruknya akhir suatupekerjaan, karena masa selalu bersifat netral. DemikianMuhammad 'Abduh menjelaskan sebab turunnya surat ini.WAWASAN AL-QURAN 562Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

Allah bersumpah dengan 'ashr, yang arti harfiahnya adalah\"memeras sesuatu sehingga ditemukan hal yang palingtersembunyi padanya,\" untuk menyatakan bahwa, \"Demi masa, saatmanusia mencapai hasil setelah memeras tenaganya, sesungguhnyaia merugi apa pun hasil yang dicapainya itu, kecuali jika iaberiman dan beramal saleh\" (dan seterusnya sebagaimanadiutarakan pada ayat-ayat selanjutnya).Kerugian tersebut baru disadari setelah berlalunya masa yangberkepanjangan, yakni paling tidak akan disadari pada waktu'ashr kehidupan menjelang hayat terbenam. Bukankah 'ashradalah waktu ketika matahari akan terbenam? itu agaknya yangmenjadi sebab sehingga Allah mengaitkan kerugian manusiadengan kata 'ashr untuk menunjuk \"waktu secara umum\",sekaligus untuk mengisyaratkan bahwa penyesalan dan kerugianselalu datang kemudian.Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam khusr(kerugian).Kata khusr mempunyai banyak arti, antara lain rugi, sesat,celaka, lemah, dan sebagainya yang semuanya mengarah kepadamakna-makna negatif yang tidak disenangi oleh siapa pun. Katakhusr pada ayat di atas berbentuk indefinitif (nakirah),karena ia menggunakan tanwin, sehingga dibaca khusr(in), danbunyi in itulah yang disebut tanwin. Bentuk indefinitif, ataubunyi in yang ada pada kata tersebut berarti \"keragaman dankebesaran\", sehingga kata khusr harus dipahami sebagaikerugian, kesesatan, atau kecelakaan besar.Kata fi biasanya diterjemahkan dengan di dalam bahasaindonesia. Jika misalnya Anda berkata, \"Baju di lemari atauuang di saku\", tentunya yang Anda maksudkan adalah bahwa bajuberada di dalam lemari dan uang berada di dalam saku. Yangtercerap dalam benak ketika itu adalah bahwa baju telahdiliputi lemari, sehingga keseluruhan bagian-bagiannya telahberada di dalam lemari. Demikian juga uang ada di dalam sakusehingga tidak sedikit pun yang berada di luar.WAWASAN AL-QURAN 563Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

Itulah juga yang dimaksud dengan ayat di atas, \"manusia beradadidalam kerugian\". Kerugian adalah wadah dan manusia berada didalam wadah tersebut. Keberadaannya dalam wadah itu mengandungarti bahwa manusia berada dalam kerugian total, tidak ada satusisi pun dari diri dan usahanya yang luput dari kerugian, dankerugian itu amat besar lagi beraneka ragam. Mengapa demikian?Untuk menemukan jawabannya kita perlu menoleh kembali kepadaayat pertama, \"Demi masa\", dan mencari kaitannya dengan ayatkedua, \"Sesungguhnya manusia berada didalam kerugian\".Masa adalah modal utama manusia. Apabila tidak diisi dengankegiatan, waktu akan berlalu begitu. Ketika waktu berlalubegitu saja, jangankan keuntungan diperoleh, modal pun telahhilang. Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. pernah bersabda,\"Rezeki yang tidak diperoleh hari ini masih dapatdiharapkan perolehannya lebih banyak di hari esok,tetapi waktu yang berlalu hari ini, tidak mungkinkembali esok.\"Jika demikian waktu harus dimanfaatkan. Apabila tidak diisi,yang bersangkutan sendiri yang akan merugi. Bahkan jika diisidengan hal-hal yang negatif, manusia tetap diliputi olehkerugian. Di sinilah terlihat kaitan antara ayat pertama dankedua. Dari sini pula ditemukan sekian banyak hadis Nabi Saw.yang memperingatkan manusia agar mempergunakan waktu danmengaturnya sebaik mungkin, karena sebagaimana sabda Nabi SawDua nikmat yang sering dan disia-siakan oleh banyakorang: kesehatan dan kesempatan (Diriwayatkan olehBukhari melalu Ibnu Abbas r.a.) .BAGAIMANA CARA MENGISI WAKTU?Tidak pelak lagi bahwa waktu harus diisi dengan berbagaiaktivitas positif. Dalam surat Al-'Ashr disebutkan empat halyang dapat menyelamatkan manusia dari kerugian dan kecelakaanbesar dan beraneka ragam. Yaitu, (a) yang beriman, (b) yangWAWASAN AL-QURAN 564Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

beramal saleh, (c) yang saling berwasiat dengan kebenaran, dan(d) yang saling berwasiat dengan kesabaran. Sebenarnya keempathal ini telah dicakup oleh kata \"amal\", namun dirincisedemikian rupa untuk memperjelas dan menekankan beberapa halyang boleh jadi sepintas lalu tidak terjangkau oleh kalimatberamal saleh yang disebutkan pada butir (b) .Iman --dari segi bahasa-- bisa diartikan dengan pembenaran.Ada sebagian pakar yang mengartikan iman sebagai pembenaranhati terhadap hal yang didengar oleh telinga. Pembenaran akalsaja tidak cukup --kata mereka-- karena yang penting adalahpembenaran hati.Peringkat iman dan kekuatannya berbeda-beda antara seseorangdengan lainnya, bahkan dapat berbeda antara satu saat dengansaat lainnya pada diri seseorang. Al-iman yazidu wa yanqushu(Iman itu bertambah dan berkurang), demikian bunyi rumusannya.Nah, upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan imanmerupakan hal yang amat ditekankan. Iman inilah yang amatberpengaruh pada hal diterima atau tidaknya suatu amal olehAllah Swt.Dalam surat Al-Furqan ayat 23 Allah menegaskan,Kami menuju kepada amal-amal (baik) mereka (orang-orangtidak percaya), lalu kami menjadikan amal-amal itu(sia-sia bagai) debu yang beterbangan.Ini disebahkan amal atau pekerjaan tersebut tidak dilandasioleh iman. Demikianlah bunyi sebuah ayat yang merupakan\"undang-undang Ilahi\"Di atas dikatakan bahwa tiga butir yang disebut dalam suratini pada hakikatnya merupakan bagian dari amal saleh. Namundemikian ketiganya disebut secara eksplisit untuk menyampaikansuatu pesan tertentu. Pesan tersebut antara lain adalah bahwaamal saleh yang tanpa iman tidak akan diterima oleh Allah Swt.Dapat juga dinyatakan ada dua macam ajaran agama, yaituWAWASAN AL-QURAN 565Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

pengetahuan dan pengamalan. Iman (akidah) merupakan sisipengetahuan, sedangkan syariat merupakan sisi pengamalan. Atasdasar inilah ulama memahami makna alladzina amanu (orang yangberiman) dalam ayat ini sebagai \"orang-orang yang memilikipengetahuan tentang kebenaran\". Puncak kebenaran adalahpengetahuan tentang Allah dan ajaran-ajaran agama yangbersumber dari-Nya. Jika demikian, sifat pertama yang dapatmenyelamathan seseorang dari kerugian adalah iman ataupengetahuan tentang kebenaran. Hanya saja harus diingat, bahwadengan iman seseorang baru menyelamatkan seperempat dirinya,padahal ada empat hal yang disebutkan surat Al-'Ashr yangmenghindarkan manusia dari kerugian total.MACAM-MACAM KERJA DAN SYARAT-SYARATNYAHal kedua yang disebutkan dalam surat Al-'Ashr adalah'amilush-shalihat (yang melakukan amal-amal saleh). Kata 'amal(pekerjaan) digunakan oleh Al-Quran untuk menggambarkanperbuatan yang disadari oleh manusia dan jin.Kiranya menarik untuk mengemukakan pendapat beberapa pakarbahasa yang menyatakan bahwa kata 'amal dalam Al-Quran tidaksemuanya mengandung arti berwujudnya suatu pekerjaan di alamnyata. Niat untuk melakukan sesuatu yang baik --kata mereka--juga dinamai 'amal. Rasul Saw. menilai bahwa niat baikseseorang memperoleh ganjaran di sisi Allah, dan inilah maksudsurat Al-Zalzalah ayat 7:Dan barang siapa yang mengamalkan kebajikan walaupunsebesar biji sawi niscaya ia akan mendapatkan(ganjaran)-nya.Amal manusia yang beraneka ragam itu bersumber dan empat dayayang dimilikinya:1. Daya tubuh, yang memungkinkan manusia memiliki antara lain kemampuan dan keterampilan teknis. 2. Daya akal, yang memungkinkan manusia memiliki 566WAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

kemampuan mengembangkan ilmu dan teknologi, sertamemahami dan memanfaatkan sunnatullah3. Daya kalbu, yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan moral, estetika, etika, serta mampu berkhayal, beriman, dan merasakan kebesaran ilahi.4. Daya hidup yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, mempertahankan hidup, dan menghadapi tantangan.Keempat daya ini apabila digunakan sesuai petunjuk Ilahi, akanmenjadikan amal tersebut sebagai \"amal saleh\".Kata shalih terambil dari akar kata shaluha yang dalamkamus-kamus bahasa Al-Quran dijelaskan maknanya sebagaiantonim (lawan) kata fasid (rusak). Dengan demikian kata\"saleh\" diartikan sebagai tiadanya atau terhentinya kerusakan.Shalih juga diartikan sebagai bermanfaat dan sesuai. Amalsaleh adalah pekerjaan yang apabila dilakukan tidakmenyebabkan dan mengakibatkan madharrat (kerusakan), atau bilapekerjaan tersebut dilakukan akan diperoleh manfaat dankesesuaian.Secara keseluruhan kata shaluha dalam berbagai bentuknyaterulang dalam Al-Quran sebanyak 180 kali. Secara umum dapatdikatakan bahwa kata tersebut ada yang dibentuk sehinggamembutuhkan objek (transitif), dan ada pula yang tidakmembutuhkan objek (intransitif). Bentuk pertama menyangkutaktivitas yang mengenai objek penderita. Bentuk ini memberikesan bahwa objek tersebut mengandung kerusakan danketidaksesuaian sehingga pekerjaan yang dilakukan akanmenjadikan objek tadi sesuai atau tidak rusak. Sedangkanbentuk kedua menunjukkan terpenuhinya nilai manfaat dankesesuaian pekerjaan yang dilakukan. Usaha menghindarkanketidaksesuaian pada sesuatu maupun menyingkirkan madharratyang ada padanya dinamai ishlah; sedangkan usaha memeliharakesesuaian serta manfaat yang terdapat pada sesuatu dinamaishalah.WAWASAN AL-QURAN 567Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

Apakah tolok ukur pemenuhan nilai-nilai atau keserasian danketidakrusakan itu? Al-Quran tidak menjelaskan, dan para ulamapun berbeda pendapat. Syaikh Muhammad 'Abduh, misalnya,mendefinisikan amal saleh sebagai, \"segala perbuatan yangberguna bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secarakeseluruhan.\"Apabila seseorang telah mampu melakukan amal saleh yangdisertai iman, ia telah memenuhi dua dari empat hal yang harusdipenuhinya untuk membebaskan dirinya dari kerugian total.Namun sekali lagi harus diingat, bahwa menghiasi diri dengankedua hal di atas baru membebaskan manusia dari setengahkerugian karena ia masih harus melaksanakan dua hal lagi agarbenar-benar selamat, beruntung, serta terjauh dari segalakerugian.Yang ketiga dan keempat adalah Tawashauw bil haq wa tawashauwbish-shabr (saling mewasiati tentang kebenaran dan kesabaran).Agaknya bukan di sini tempatnya kedua hal di atas diuraikansecara rinci. Yang dapat dikemukakan hanyalah bahwa al-haqdiartikan sebagai kebenaran yang diperoleh melalui pencarianilmu dan ash-shabr adalah ketabahan menghadapi segala sesuatu,serta kemampuan menahan rayuan nafsu demi mencapai yangterbaik.Surat Al-'Ashr secara keseluruhan berpesan agar seseorangtidak hanya mengandalkan iman saja, melainkan juga amalsalehnya. Bahkan amal saleh dengan iman pun belum cukup,karena masih membutuhkan ilmu. Demikian pula amal saleh danilmu saja masih belum memadai, kalau tidak ada iman. Memangada orang yang merasa cukup puas dengan ketiganya, tetapi iatidak sadar bahwa kepuasan dapat menjerumuskannya dan ada pulayang merasa jenuh. Karena itu, ia perlu selalu menerimanasihat agar tabah dan sabar, sambil terus bertahan bahkanmeningkatkan iman, amal, dan pengetahuannya.Demikian terlihat bahwa amal atau kerja dalam pandanganAl-Quran bukan sekadar upaya memenuhi kebutuhan makan, minum,WAWASAN AL-QURAN 568Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

atau rekreasi, tetapi kerja beraneka ragam sesuai dengankeragaman daya manusia. Dalam hal ini Rasulullah Saw.mengingatkan: Yang berakal selama akalnya belum terkalahkan oleh nafsunya, berkewajiban mengatur waktu-waktunya. Ada waktu yang digunakan untuk bermunajat (berdialog) dengan Tuhannya, ada juga untuk melakukan introspeksi. Kemudian ada juga untuk memikirkan ciptaan Allah (belajar), dan ada pula yang dikhususkan untuk diri (dan keluarganya) guna memenuhi kebutuhan makan dan minum (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim melalui Abu Dzar Al-Ghifari).Demikian surat Al-'Ashr mengaitkan waktu dan kerja, sertasekaligus memberi petunjuk bagaimana seharusnya mengisi waktu.Sungguh tepat imam Syafi'i mengomentari surat ini: Kalaulah manusia memikirkan kandungan surat ini, sesungguhnya cukuplah surat ini (menjadi petunjuk bagi kehidupan mereka).[] TAMATWAWASAN AL-QURAN 569Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]

WAWASAN AL-QURAN 570Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook