perjalanan...(QS Al-Isra' [17]: 26).Ayat ini menggarisbawahi adanya hak bagi keluarga yang tidakmampu terhadap yang mampu. Dalam mazhab Abu Hanifah memberinafkah kepada anak dan cucu, atau ayah dan datuk merupakan.Kewajiban walaupun mereka bukan muslim.Para ahli hukum menetapkan bahwa yang dimaksud dengan nafkahmencakup sandang, pangan, papan dan perabotnya, pelayan (bagiyang memerlukannya), mengawinkan anak bila tiba saatnya, sertabelanja untuk istri dan siapa saja yang menjadi tanggungannya.Hendaklah orang-orang yang mempunyai kelapangan,memberi nafkah sesuai dengan kelapangannya, dan barangsiapa sempit rezekinya maka hendaklah ia memberi nafkahsesuai apa yang diberi Allah kepadanya (QS Al-Thalaq[65]: 7).b. ZakatDari sekumpulan ayat-ayat Al-Quran dapat disimpulkan bahwakewajiban zakat dan kewajiban-kewajiban keuangan lainnya,ditetapkan Allah berdasarkan pemilikan-Nya yang mutlak atassegala sesuatu, dan juga berdasarkan istikhlaf (penugasanmanusia sebagai khalifah) dan persaudaraan semasyarakat,sebangsa, dan sekemanusiaan.Apa yang berada dalam genggaman tangan seseorang atausekelompok orang, pada hakikatnya adalah milik Allah. Manusiadiwajibkan menyerahkan kadar tertentu dari kekayaannya untukkepentingan saudara-saudara mereka. Bukankah hasil-hasilproduksi, apa pun bentuknya, pada hakikatnya merupakanpemanfaatan materi-materi yang telah diciptakan dan dimilikiTuhan? Bukankah manusia dalam berproduksi hanya mengadakanperubahan, penyesuaian, atau perakitan satu bahan dengan bahanlain yang sebelumnya telah diciptakan Allah? Seorang petaniberhasil dalam pertaniannya karena adanya irigasi, alat-alat(walaupun sederhana), makanan, pakaian, stabilitas keamanan,yang kesemuanya tidak mungkin dapat diwujudkan kecuali olehWAWASAN AL-QURAN 450Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
kebersamaan pribadi-pribadi tersebut, dengan kata lain\"masyarakat\". Pedagang demikian pula halnya.Siapa yang menjual dan siapa pula yang membeli kalau bukanorang lain?Jelas sudah bahwa keberhasilan orang kaya adalah atasketerlibatan banyak pihak, termasuk para fakir miskin:\"Kalian mendapat kemenangan dan kecukupan berkatorang-orang lemah di antara kalian.\" Demikian Nabi Saw.bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daudmelalui Abu Ad-Darda'.Kalau demikian, wajar jika Allah Swt. sebagai pemilik segalasesuatu, mewajibkan kepada yang berkelebihan agar menyisihkansebagian harta mereka untuk orang yang memerlukan.Apabila kamu beriman dan bertakwa, Allah akanmemberikan kepada kamu ganjaran, dan Dia tidak memintaharta bendamu (seluruhnya). Jika Tuhan meminta hartabendamu (sebagai zakat dan sumbangan wajib) dan Diamendesakmu (agar engkau memberikan semuanya) niscayakamu akan kikir, (karenanya Dia hanya meminta sebagiandan ketika itu bila kamu tetap kikir maka) Dia akanmenampakkan kedengkian (kecemburuan sosial) antara kamu(QS Muhammad [47]: 36-37).Bukan di sini tempatnya menguraikan macam-macam zakat danrinciannya, namun yang perlu digarisbawahi bahwa dalampandangan hukum Islam, zakat harta yang diberikan kepada fakirmiskin hendaknya dapat memenuhi kebutuhannya selama setahun,bahkan seumur hidup.Menutupi kebutuhan tersebut dapat berupa modal kerja sesuaidengan keahlian dan keterampilan masing-masing, yang ditopangoleh peningkatan kualitasnya. Hal lain yang perlu juga dicatatadalah bahwa pakar-pakar hukum Islam menetapkan kebutuhanpokok dimaksud mencakup kebutuhan sandang, pangan, papan,WAWASAN AL-QURAN 451Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
seks, pendidikan, dan kesehatan.3. Kewajiban PemerintahPemerintah juga berkewajiban mencukupi setiap kebutuhan warganegara, melalui sumber-sumber dana yang sah. Yang terpentingdi antaranya adalah pajak, baik dalam bentuk pajak perorangan,tanah, atau perdagangan, maupun pajak tambahan lainnya yangditetapkan pemerintah bila sumber-sumber tersebut di atasbelum mencukupi. *****Al-Quran mewajibkan kepada setiap Muslim untuk berpartisipasimenanggulangi kemiskinan sesuai dengan kemampuannya. Bagi yangtidak memiliki kemampuan material, maka paling sedikitpartisipasinya diharapkan dalam bentuk merasakan, memikirkan,dan mendorong pihak lain untuk berpartisipasi aktif.Secara tegas Al-Quran mencap mereka yang enggan berpartisipasi(walau dalam bentuk minimal) sebagai orang yang telahmendustakan agama dan hari kemudian.Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orangyang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkanmemberi makan orang miskin (QS Al-Ma'un [107]: 1-3).Semoga kita terhindar dari segala macam bencana demikianitu.[]7. MASJIDKata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalamAl-Quran. Dari segi bahasa, kata tersebut terambil dari akarkata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat, serta tundukdengan penuh hormat dan takzim.Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yangkemudian dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriahWAWASAN AL-QURAN 452Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
yang paling nyata dari makna-makna di atas. itulah sebabnyamengapa bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan shalatdinamakan masjid, yang artinya \"tempat bersujud.\"Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempatshalat kaum Muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandungmakna tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat melakukansegala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allahsemata. Karena itu Al-Quran sural Al-Jin (72): 18, misalnya,menegaskan bahwa,Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah,karena janganlah menyembah selain Allah sesuatu pun.Rasul Saw. bersabda,Telah dijadikan untukku (dan untuk umatku) bumisebagai masjid dan sarana penyucian diri (HR Bukharidan Muslim melalui Jabir bin Abdullah).Jika dikaitkan dengan bumi ini, masjid bukan hanya sekadartempat sujud dan sarana penyucian. Di sini kata masjid jugatidak lagi hanya berarti bangunan tempat shalat, atau bahkanbertayamum sebagai cara bersuci pengganti wudu tetapi katamasjid di sini berarti juga tempat melaksanakan segalaaktivitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada AllahSwt.Dengan demikian, masjid menjadi pangkal tempat Muslimbertolak, sekaligus pelabuhan tempatnya bersauh.SUJUD DAN FUNGSI MASJIDAl-Quran menggunakan kata sujud untuk berbagai arti. Sekalidiartikan sebagai penghormatan dan pengakuan akan kelebihanpihak lain, seperti sujudnya malaikat kepada Adam padaAl-Quran surat Al-Baqarah (2): 34.Di waktu lain sujud berarti kesadaran terhadap kekhilafanWAWASAN AL-QURAN 453Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
serta pengakuan kebenaran yang disampaikan pihak lain, itulaharti sujud di dalam firman-Nya, Lalu para penyihir itu tersungkur dengan bersujud (QS Thaha [20]: 70).Yang ketiga sujud berarti mengikuti maupun menyesuaikan diridengan ketetapan Allah yang berkaitan dengan alam raya ini,yang secara salah kaprah dan populer sering dinama hukum-hukumalam. Bintang dan pohon keduanya bersujud (QS Al-Rahman [55]: 6).Dari sunnatullah diketahui bahwa kemenangan hanya tercapaidengan kesungguhan dan perjuangan. Kekalahan diderita karenakelengahan dan pengabaian disiplin, dan sukses diraih denganperencanaan dan kerja keras, dan sebagainya, sehinggaseseorang tidak disebut bersujud, apabila tidak mengindahkanhal-hal tersebut.Al-Quran menyebutkan fungsi masjid antara lain di dalamfirman-Nya: Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya pada waktu pagi dan petang, orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan, dan tidak (pula) oleh jual-beli, atau aktivitas apa pun dan mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, membayarkan zakat, mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang (QS An-Nur [24]: 36-37).Tasbih bukan hanya berarti mengucapkan Subhanallah, melainkanlebih luas lagi, sesuai dengan makna yang dicakup oleh katatersebut beserta konteksnya. Sedangkan arti dankonteks-konteks tersebut dapat disimpulkan dengan kata taqwa.WAWASAN AL-QURAN 454Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
MASJID PADA MASA RASULULLAH SAW.Ketika Rasulullah Saw. berhijrah ke Madinah, langkah pertamayang beliau lakukan adalah membangun masjid kecil yangberlantaikan tanah, dan beratapkan pelepah kurma. Dari sanabeliau membangun masjid yang besar, membangun dunia ini,sehingga kota tempat beliau membangun itu benar-benar menjadiMadinah, (seperti namanya) yang arti harfiahnya adalah 'tempatperadaban', atau paling tidak, dari tempat tersebut lahirbenih peradaban baru umat manusia.Masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah Saw. adalahMasjid Quba', kemudian disusul dengan Masjid Nabawi diMadinah. Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tentang masjidyang dijuluki Allah sebagai masjid yang dibangun atas dasartakwa (QS Al-Tawbah [9]: 108), yang jelas bahwa keduanya--Masjid Quba dan Masjid Nabawi-- dibangun atas dasarketakwaan, dan setiap masjid seharusnya memiliki landasan danfungsi seperti itu. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah Sawmeruntuhkan bangunan kaum munafik yang juga mereka sebutmasjid, dan menjadikan lokasi itu tempat pembuangan samph danbangkai binatang, karena di bangunan tersebut tidak dijalankanfungsi masjid yang sebenarnya, yakni ketakwaan. Al-Quranmelukiskan bangunan kaum munafik itu sebagai berikut,Dan (di antara orang-orang munafik itu) adaorang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkankemudharatan (pada orang Mukmin) dan karenakekafiran-(nya), dan untuk memecah belah antaraorang-orang Mukmin, serta menunggu/mengamat-amatikedatangan orang-orang yang memerangi Allah danRasul-Nya sejak dahulu (QS Al-Tawbah [9]: 107).Masjid Nabawi di Madinah telah menjabarkan fungsinya sehinggalahir peranan masjid yang beraneka ragam. Sejarah mencatattidak kurang dari sepuluh peranan yang telah diemban olehMasjid Nabawi, yaitu sebagai: 1. Tempat ibadah (shalat, zikir). 455WAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
2. Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi-sosial budaya). 3. Tempat pendidikan. 4. Tempat santunan sosial. 5. Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya. 6. Tempat pengobatan para korban perang. 7. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa. 8. Aula dan tempat menerima tamu. 9. Tempat menawan tahanan, dan10. Pusat penerangan atau pembelaan agama.Agaknya masjid pada masa silam mampu berperan sedemikian luas,disebabkan antara lain oleh:1. Keadaan masyarakat yang masih sangat berpegang teguh kepadanilai, norma, dan jiwa agama.2. Kemampuan pembina-pembina masjid menghubungkan kondisisosial dan kebutuhan masyarakat dengan uraian dan kegiatanmasjid.Manifestasi pemerintahan terlaksana di dalam masjid, baik padapribadi-pribadi pemimpin pemerintahan yang menjadi imam/khatibmaupun di dalam ruangan-ruangan masjid yang dijadikantempat-tempat kegiatan pemerintahan dan syura (musyawarah).Keadaan itu kini telah berubah, sehingga timbullahlembaga-lembaga baru yang mengambil-alih sebagian perananmasjid di masa lalu, yaitu organisasi-organisasi keagamaanswasta dan lembaga-lembaga pemerintah, sebagai pengarahkehidupan duniawi dan ukhrawi umat beragama. Lembaga-lembagaitu memiliki kemampuan material dan teknis melebihi masjid.Fungsi dan peranan masjid besar seperti yang disebutkan padamasa keemasan Islam itu tentunya sulit diwujudkan pada masakini. Namun, ini tidak berarti bahwa masjid tidak dapatberperan di dalam hal-hal tersebut.Masjid, khususnya masjid besar, harus mampu melakukanWAWASAN AL-QURAN 456Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
kesepuluh peran tadi. Paling tidak melalui uraian parapembinanya guna mengarahkan umat pada kehidupan duniawi danukhrawi yang lebih berkualitas.Apabila masjid dituntut berfungsi membina umat, tentu saranayang dimilikinya harus tepat, menyenangkan dan menarik semuaumat, baik dewasa, kanak-kanak, tua, muda, pria, wanita, yangterpelajar maupun tidak, sehat atau sakit, serta kaya danmiskin.Di dalam Muktamar Risalatul Masjid di Makkah pada 1975, halini telah didiskusikan dan disepakati, bahwa suatu masjid barudapat dikatakan berperan secara baik apabila memiliki ruangan,dan peralatan yang memadai untuk:a. Ruang shalat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.b. Ruang-ruang khusus wanita yang memungkinkan mereka keluarmasuk tanpa bercampur dengan pria baik digunakan untuk shalat,maupun untuk Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK).c. Ruang pertemuan dan perpustakaan.d. Ruang poliklinik, dan ruang untuk memandikan danmengkafankan mayat.e. Ruang bermain, berolahraga, dan berlatih bagi remaja.Semua hal di atas harus diwarnai oleh kesederhanaan fisikbangunan, namun harus tetap menunjang peranan masjid idealtermaktub.Hal terakhir ini perlu mendapat perhatian, karena menurutpengamatan sementara pakar, sejarah kaum Muslim menunjukkanbahwa perhatian yang berlebihan terhadap nilai-nilaiarsitektur dan estetika suatu masjid sering ditandai dengankedangkalan, kekurangan, bahkan kelumpuhannya dalam pemenuhanfungsi-fungsinya. Seakan-akan nilai arsitektur dan estetikadijadikan kompensasi untuk menutup-nutupi kekurangan atauWAWASAN AL-QURAN 457Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
kelumpuhan tersebut.YANG BOLEH DILAKUKAN DAN YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN DI DALAMMASJIDMasjid adalah milik Allah, karena itu kesuciannya harusdipelihara. Segala sesuatu yang diduga mengurangi kesucianmasjid atau dapat mengesankan hal tersebut, tidak bolehdilakukan di dalam masjid maupun diperlakukan terhadap masjid.Salah satu yang ditekankan oleh sebagian ulama sebagai sesuatuyang tidak wajar terlihat pada masjid (dan sekitarnya) adalahkehadiran para pengemis,Untuk memelihara kesucian masjid, Allah Swt. berfirman agarpara pengunjungnya memakai hiasan ketika mengunjungi masjidsebagaimana firman-Nya dalam QS Al-A'raf (7): 31:Hai anak-anak Adam, pakailah pakaianmu yang indahsetiap (memasuki) masjid.Rasulullah Saw. menganjurkan agar memakai wangi-wangian saatberkunjung ke masjid, dan melarang mereka yang baru sajamemakan bawang memasukinya.Siapa yang makan bawang putih atau merah hendaklahmenghindar dan masjid kita.Masjid harus mampu memberikan ketenangan dan ketenteraman padapengunjung dan lingkungannya, karena itu Rasulullah Saw.melarang adanya benih-benih pertengkaran di dalamnya,sampai-sampai beliau bersabda,Jika engkau mendapati seseorang menjual atau membelldi dalam masjid, katakanlah kepadanya, \"Semoga Allahtidak memberi keuntungan bagi perdaganganmu,\" dan bilaengkau mendapati seseorang mencari barangnya yanghilang di da1am masjid, maka katakanlah, \"Semoga Allahtidak mengembalikannya kepadamu (semoga engkau tidakWAWASAN AL-QURAN 458Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
menemukannya).\"Kedua teks yang disebutkan di atas tidak berarti laranganberbicara tentang perniagaan yang sifatnya mendidik umat, ataumelarang para pembina dan pengelola masjid berniaga, melainkanyang dimaksud adalah larangan melakukan transaksi perniagaandi dalam masjid.Fungsi masjid paling tidak dinyatakan oleh hadis RasulullahSaw. ketika menegur seseorang yang membuang air kecil (disamping) masjid: Masjid-masjid tidak wajar untuk tempat kencing atau (membuang sampah). Ia hanya untuk (dijadikan tempat) berzikir kepada Allah Ta'ala, dan membaca (belajar) Al-Quran (HR Muslim).Dengan kata lain, masjid adalah tempat ibadah dan pendidikandalam pengertiannya yang luas. Bukankah Al-Quran berbicaratentang segala aspek kehidupan manusia? [] BAB V SOAL – SOAL PENTING UMAT1. MUSYAWARAHKata musyawarah terambil dari akar kata sy-, w-, r-, yang padamulanya bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah. Maknaini kemudian berkembang, sehingga mencakup segala sesuatu yangdapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasukpendapat). Musyawarah dapat juga berarti mengatakan ataumengajukan sesuatu. Kata musyawarah pada dasarnya hanyadigunakan untuk hal-hal yang baik, sejalan dengan maknadasarnya.Madu bukan saja manis, melainkan juga obat untuk banyakpenyakit, sekaligus sumber kesehatan dan kekuatan. Itusebabnya madu dicari di mana pun dan oleh siapa pun.WAWASAN AL-QURAN 459Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Madu dihasilkan oleh lebah. Jika demikian, yang bermusyawarahmesti bagaikan lebah: makhluk yang sangat berdisiplin,kerjasamanya mengagumkan, makanannya sari kembang, danhasilnya madu. Di mana pun hinggap, lebah tak pernah merusak.Ia takkan mengganggu kecuali diganggu. Bahkan sengatannya pundapat menjadi obat. Seperti itulah makna permusyawarahan, dandemikian pula sifat yang melakukannya. Tak heran jika NabiSaw. menyamakan seorang mukmin dengan lebah.AYAT-AYAT TENTANG MUSYAWARAHAda tiga ayat Al-Quran yang akar katanya menunjukkanmusyawarah.a. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah (2): 233Apabila keduanya (suami istri) ingin menyapih anakmereka (sebelum dua tahun) atas dasar kerelaan danpermusyawarahan antar mereka, maka tidak ada dosa ataskeduanya.Ayat ini membicarakan bagaimana seharusnya hubungan suamiistri saat mengambil keputusan yang berkaitan dengan rumahtangga dan anak-anak, seperti menyapih anak. Pada ayat diatas, Al-Quran memberi petunjuk agar persoalan itu (dan jugapersoalan-persoalan rumah tangga lainnya) dimusyawaraLkanantara suami-istri.b. Dalam surat Ali 'Imran (3): 159Maka disebabkan rahmat dari Allahlah, engkau bersikaplemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkaubersikap kasar dan berhati keras, niscaya mereka akanmenjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu,maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, danbermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (tertentu).Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad,bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukaiWAWASAN AL-QURAN 460Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.Ayat ini dan segi redaksional ditujukan kepada Nabi MuhammadSaw. agar memusyawarahkan persoalan-persoalan tertentu dengansahabat atau anggota masyarakatnya. Tetapi, seperti yang akandijelaskan lebih jauh, ayat ini juga merupakan petunjuk kepadasetiap Muslim, khususnya kepada setiap pemimpin, agarbermusyawarah dengan anggota-anggotanya.c. dalam surat Al-Syura (42): 38, Allah menyatakan bahwa orangmukmin akan mendapat ganjaran yang lebih baik dan kekal disisi Allah. Adapun yang dimaksud dengan orang-orang mukmin ituadalah:Orang-orang yang mematuhi seruan Tuhan mereka,melaksanakan shalat (dengan sempurna), serta urusanmereka diputuskan dengan musyawarah antar mereka, danmereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kamianugerahkan kepada mereka.Ayat ketiga ini turun sebagai pujian kepada kelompok MuslimMadinah (Anshar) yang bersedia membela Nabi Saw. danmenyepakati hal tersebut melalui musyawarah yang merekalaksanakan di rumah Abu Ayyub Al-Anshari. Namun demikian, ayatini juga berlaku umum, mencakup setiap kelompok yang melakukanmusyawarah.Dari ketiga ayat di atas saja, maka sepintas dapat didugabahwa Al-Quran tidak memberikan perhatian yang cukup terhadappersoalan musyawarah. Namun dugaan tersebut akan sirna, jikamenyadari cara Al-Quran memberi petunjuk serta menggali lebihjauh kandungan ayat-ayat tersebut.PETUNJUK AL-QURAN MENYANGKUT PERKEMBANGAN MASYARAKATSecara umum dapat dikatakan bahwa petunjuk Al-Quran yang rincilebih banyak tertuju terhadap persoalan-persoalan yang takterjangkau nalar serta tak mengalami perkembangan atauperubahan. Dari sini dipahami kenapa uraian Al-Quran mengenaiWAWASAN AL-QURAN 461Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
metafisika, seperti surga dan neraka, amat rinci karena inimerupakan soal yang tak terjangkau nalar. Demikian juga soalmahram (yang terlarang dikawini), karena ia tak mengalamiperkembangan. Seorang anak, selama jiwanya normal, tak mungkinmemiliki birahi terhadap orang tuanya, saudara, atau keluargadekat tertentu, demikian seterusnya.Adapun persoalan yang dapat mengalami perkembangan danperubahan, Al-Quran menjelaskan petunjuknya dalam bentukglobal (prinsip-prinsip umum), agar petunjuk itu dapatmenampung segala perubahan dan perkembangan sosial budayamanusia.Memang amat sulit jika rincian suatu persoalan yang diterapkanpada suatu masa atau masyarakat tertentu dengan ciri kondisisosial budayanya, harus diterapkan pula dengan rincian yangsama untuk masyarakat lain, baik di tempat yang sama pada masayang berbeda, apalagi di tempat yang lain pada masa yangberlainan.Musyawarah atau demokrasi adalah salah satu contohnya. Karenaitu pula, petunjuk kitab suci Al-Quran menyangkut hal ini amatsingkat dan hanya mengandung prinsip-prinsip umumnya saja.Jangankan Al-Quran, Nabi Saw. yang dalam banyak ha1menjabarkan petunjuk-petunjuk umum Al-Quran, periha1musyawarah ini tidak meletakkan rinciannya. Bahkan tidak jugamemberikan pola tertentu yang harus diikuti. Itu sebabnya carasuksesi yang dilakukan oleh empat khalifah beliau --Abu Bakar,Umar, Utsman, dan Ali r. a.-- berbeda-beda di antara satudengan lainnya.Demikianlah, Rasul Saw. tidak meletakkan petunjuk tegas yangrinci tentang cara dan pola syura. Karena jika beliau sendiriyang meletakkan hukumnya, ini bertentangan dengan prinsipsyura yang diperintahkan Al-Quran --bukankah Al-Quranmemerintahkan agar persoalan umat dibicarakan bersama?Sedangkan apabila beliau bersama sahabat yang lain menetapkansesuatu, itu pun berlaku untuk masa beliau saja. Tidak berlakuWAWASAN AL-QURAN 462Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
--rincian itu-- untuk masa sesudahnya. Bukankah Rasul Saw.telah memberi kebebasan kepada umat Islam agar mengatursendiri urusan dunianya dengan sabda beliau yang diriwayatkanoleh Imam Muslim,\"Kalian lebih mengetahui persoalan dunia kalian.\"Dan dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Ahmad,\"Yang berkaitan dengan urusan agama kalian, makakepadaku (rujukannya), dan yang berkaitan dengan urusandunia kalian, maka kalian lebih mengetahuinya.\"Sungguh tepat keterangan pakar tafsir Muhammad Rasyid Ridha:Allah telah menganugerahkan kepada kita kemerdekaanpenuh dan kebebasan sempurna di dalam urusan dunia dankepentingan masyarakat dengan jalan memberi petunjukuntuk melakukan musyawarah. Yakni yang dilakukan olehorang-orang cakap dan terpandang yang kita percayai,untuk menetapkan bagi kita (masyarakat) pada setiapperiode hal-hal yang bermanfaat dan membahagiakanmasyarakat... Kita sering mengikat diri sendiri denganberbagai ikatan (syarat) yang kita ciptakan, kemudiankita namakan syarat itu ajaran agama. Namun, padaakhirnya syarat-syarat itu membelenggu diri kita.Demikian lebih kurang tulisan Rasyid Ridha ketika menafsirkansurat Al-Nisa' (4): 59.MUSYAWARAH DALAM AL-QURANMemang banyak persoalan yang dapat diambil jawabannya dariketiga ayat musyawarah itu. Namun, tidak sedikit dari jawabantesebut merupakan pemahaman para sahabat Nabi atau ulama.Meskipun ada juga yang merupakan petunjuk-petunjuk umum yangbersumber dari Sunnah Nabi Saw., tetapi petunjuk-petunjuktersebut masih dapat dikembangkan atau tidak sepenuhnyamengikat.WAWASAN AL-QURAN 463Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Berbagai masalah yang dibahas para ulama mengenai musyawarahantara lain: (a) orang yang diminta bermusyawarah; (b) dalamhal-hal apa saja musyawarah dilaksanakan; dan (c) dengan siapasebaiknya musyawarah dilakukan.Sebelum menguraikan sekilas tentang hal-hal tesebut, terlebihdahulu periu dikemukakan petunjuk yang diisyaratkan Al-Quranmengenai beberapa sikap yang harus dilakukan seseorang untukmensukseskan musyawarah. Petunjuk-petunjuk tersebut secaratersurat ditemukan dalam surat Ali 'Imran ayat 159 yangterjemahannya telah dikutip di atas.Pada ayat itu disebutkan tiga sikap yang secara berurutandiperintahkan kepada Muhammad Saw. untuk beliau lakukansebelum datangnya perintah bermusyawarah. Penyebutan ketigasikap tersebut --menurut hemat penulis-- walaupun dikemukakansesuai konteks turunnya ayat, serta mempunyai makna tersendiriberkaitan dengan sikap atau pandangan para sahabat--sebagaimana akan diutarakan kemudian-- namun, dari segipelaksanaan dan esensi musyawarah agaknya sifat-sifat tersebutsengaja dikemukakan agar ketiganya menghiasi diri Nabi dansetiap orang yang melakukan musyawarah. Setelah itu disebutkansatu lagi sikap yang harus dilakukan setelah musyawarah, yaknikebulatan tekad untuk melaksanakan apa yang telah ditetapkandalam musyawarah. Sikap-sikap tersebut sebagian terbaca padaayat Ali 'Imran di atas.Pertama, adalah sikap lemah lembut.Seseorang yang melakukan musyawarah, apalagi sebagai pemimpin,harus menghindari tutur kata yang kasar serta sikap keraskepala, karena jika tidak, mitra musyawarah akan bertebaranpergi. Petunjuk ini dikandung oleh frase,Seandainya engkau bersikap kasar dan berhati keras,niscaya mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.Kedua, memberi maaf dan membuka lembaran baru. Dalam ayat diWAWASAN AL-QURAN 464Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
atas disebutkan sebagai fa'fu anhum (maafkan mereka).Maaf, secara harfiah, berarti \"menghapus\". Memaafkan adalahmenghapus bekas luka di hati akibat perlakuan pihak lain yangdinilai tidak wajar. Ini perlu, karena tiada musyawarah tanpapihak lain, sedangkan kecerahan pikiran hanya hadir bersamaandengan sirnanya kekeruhan hati.Di sisi lain, orang yang bermusyawarah harus menyiapkan mentaluntuk selalu bersedia memberi maaf. Karena mungkin saja ketikabermusyawarah terjadi perbedaan pendapat, atau keluarkalimat-kalimat yang menyinggung pihak lain. Dan bila hal itumasuk ke dalam hati, akan mengeruhkan pikiran, bahkan bolehjadi akan mengubah musyawarah menjadi pertengkaran. Itulahkandungan pesan fa'fu anhum.Kemudian orang yang melakukan musyawarah harus menyadari bahwakecerahan atau ketajaman analisis saja, tidaklah cukup.William James, filosof Amerika kenamaan, menegaskan,Akal memang mengagumkan. Ia mampu membatalkan suatuargumen dengan argumen lain. Ini akan dapatmengantarkan kita kepada keraguan yang mengguncangkanetika dan nilai-nilai hidup kita.Nah, jika demikian, kita masih membutuhkan \"sesuatu\" disamping akal. Terserah Anda, apa nama \"sesuatu\" itu. Namailah\"indera keenam\" sebagaimana filosof dan psikolog menamainya,atau \"bisikan atau gerak hati\" seperti kata orang kebanyakan,atau \"ilham, hidayat, dan firasat\" menurut nama yang diberikanagamawan.Tidak jelas cara kerja \"sesuatu\" itu, karena datangnyasekejap, sekadar untuk mencampakkan informasi yang diduga\"kebetulan\" oleh sebagian orang, dan kepergiannya pun tanpaizin orang yang dikunjungi.Biasanya, \"sesuatu\" itu mengunjungi orang-orang yang jiwanyadihiasi kesucian, karena Allah tidak akan memberi hidayatWAWASAN AL-QURAN 465Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
kepada orang yang berlaku aniaya (QS Al-Haqarah [2]: 258),kafir (QS Al-Baqarah [2]: 264), bergelimang dosa atau fasik(QS Al-Ma-idah [5]: 108), melampaui batas lagi pendusta (QS A1Mu'min [40]: 28), pengkhianat (QS Yusuf [12]: 52), danpembohong (QS Al-Zumar [39]: 3).Jika demikian, untuk mencapai hasil yang terbaik ketikamusyawarah, hubungan dengan Tuhan pun harus harmonis. Itulahsebabnya, hal ketiga yang harus mengiringi musyawarah adalahpermohonan maghfirah dan ampunan Ilahi, sebagaimana ditegaskanoleh pesan surat Ali 'Imran ayat 159 di atas, wa istaghfirlahum.Pesan terakhir Ilahi di dalam konteks musyawarah adalahsetelah musyawarah usai, yaitu Apabila telah bulat tekad (laksanakanlah) dan berserah dirilah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berserah diri.ORANG-ORANG YANG DIMINTA BERMUSYAWARAHSecara tegas dapat terbaca bahwa perintah musyawarah pada ayat159 surat Ali 'Imran ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw. Halini dengan mudah dipahami dari redaksi perintahnya yangberbentuk tunggal. Namun demikian, pakar-pakar Al-Quransepakat berpendapat bahwa perintah musyawarah ditujukan kepadasemua orang. Bila Nabi Saw. saja diperintahkan oleh Al-Quranuntuk bermusyawarah, padahal beliau orang yang ma'shum(terpelihara dari dosa atau kesalahan), apalagimanusia-manusia selain beliau.Tanpa analogi di atas, petunjuk ayat ini tetap dapat dipahamiberlaku untuk Semua orang, walaupun redaksinya ditujukankepada Nabi Saw. Di sini Nabi berperan sebagai pemimpin umat,yang berkewajiban menyampaikan kandungan ayat kepada seluruhumat, sehingga sejak semula kandungannya telah ditujukankepada mereka semua.WAWASAN AL-QURAN 466Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Perintah bermusyawarah pada ayat di atas turun setelahperistiwa menyedihkan pada perang Uhud. Ketika itu, menjelangpertempuran, Nabi mengumpulkan sahabat-sahabatnya untukmemusyawarahkan bagaimana sikap menghadapi musuh yang sedangdalam perjalanan dari Makkah ke Madinah. Nabi cenderung untukbertahan di kota Madinah, dan tidak ke luar menghadapi musuhyang datang dari Makkah. Sahabat-sahabat beliau terutama kaummuda yang penuh semangat mendesak agar kaum Muslim di bawahpimpinan Nabi Saw \"keluar\" menghadapi musuh. Pendapat merekaitu memperoleh dukungan mayoritas, sehingga Nabi Saw.menyetujuinya. Tetapi, peperangan berakhir dengan gugurnyatidak kurang dari tujuh puluh orang sahabat Nabi Saw.Konteks turunnya ayat ini, serta kondisi psikologis yangdialami Nabi Saw. dan sahabat beliau setelah turunnya ayatini, amat perlu digarisbawahi untuk melihat bagaimanapandangan Al-Quran tentang musyawarah.Ayat ini seakan-akan berpesan kepada Nabi Saw. bahwamusyawarah harus tetap dipertahankan dan dilanjutkan, walaupunterbukti pendapat yang pernah mereka putuskan keliru.Kesalahan mayoritas lebih dapat ditoleransi dan menjaditanggung jawab bersama, dibandingkan dengan kesalahanseseorang meskipun diakui kejituan pendapatnya sekalipun.Dalam literatur keagamaan ditemukan ungkapan:\"Takkan kecewa orang yang memohon petunjuk [kepadaAllah] tentang pilihan yang terbaik, dan tidak jugaakan menyesal seseorang yang melakukan musyawarah.\"LAPANGAN MUSYAWARAHApakah Al-Quran memberikan kebebasan melakukan musyawarahuntuk segala persoalan? Jawabannya secara tegas: Tidak.Ayat Ali 'Imran di atas, yang menyuruh Nabi Saw. melakukanmusyawarah, menggunakan kata al-amr: ketika memerintahkanbermusyawarah (syawirhum fil amr) yang diterjemahkan penulisWAWASAN AL-QURAN 467Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
dengan \"persoalan/urusan tertentu\". Sedangkan ayat Al-Syuramenggunakan kata amruhun yang terjemahannya adalah \"urusanmereka\".Kata amr dalam Al-Quran ada yang dinisbahkan kepada Tuhan dansekaligus menjadi urusan-Nya semata, sehingga tidak ada campurtangan manusia pada urusan tersebut, seperti misalnya: Mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah \"Ruh adalah urusan Tuhan-Ku\" (QS Al-Isra' [17]: 85).Ada juga amr yang dinisbahkan kepada manusia, misalnya bentukyang ditujukan kepada orang kedua seperti dalam QS Al-Kahf[18]: 16. Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu, dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu (QS Al-Kahf [18]: 16).Atau ada juga yang dinisbahkan kepada orang ketiga sepertidalam surat Al-Syura yang sedang dibicarakan ini (urusanmereka).Sebagaimana ada juga kata \"amr\" yang tidak dinisbahkan ituyang berbentuk indefinitif, sehingga secara umum dapatdikatakan mencakup segala sesuatu, seperti dalam QS Al-Baqarah(2): 117. Apabila Dia (Allah) menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata: \"Jadilah\", maka jadilah ia (QS Al-Baqarah [2]: 117).Sedangkan yang berbentuk definitif, maka pengertiannya dapatmencakup semua hal ataupun hal-hal tertentu saja. Sebagaimanasurat Al-Isra' ayat 85 yang mengkhususkan hal-hal tertentusebagai urusan Allah. Bahkan Al-Quran surat Ali 'Imran ayat128 secara tegas menafikan pula urusan-urusan tertentu dariwewenang Nabi Saw.,WAWASAN AL-QURAN 468Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka (itu), apakah Allah memaafkan mereka atau menyiksa mereka, karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berlaku aniaya (QS Ali 'Imran [3]: l28).Ayat ini turun berkaitan dengan ucapan Nabi Saw. ketika beliaudilukai oleh kaum musyrikin pada perang Uhud. \"Bagaimana Allahakan mengampuni mereka, sedangkan mereka telah mengotori wajahNabi Saw. dengan darah\"? Dari riwayat lain dikemukakan, bahwaayat ini turun untuk menegur Nabi Saw. yang mengharapkan agarTuhan menyiksa orang-orang tertentu dan memaafkan orang-orang1ain.Betapapun, dari ayat-ayat Al-Quran, tampak jelas adanyahal-hal yang merupakan urusan Allah semata sehingga manusiatidak diperkenankan untuk mencampurinya, dan ada juga urusanyang dilimpahkan sepenuhnya kepada manusia.Dalam konteks ketetapan Allah dan ketetapan Rasul yangbersumber dari wahyu, Al-Quran menyatakan secara tegas: Tidaklah wajar bagi seorang mukmin atau mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu hukum, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka (QS Al-Ahzab [33]: 36).As-Sunnah juga menginformasikan bahwa sahabat-sahabat NabiSaw. menyadari benar hal tersebut, sehingga mereka tidakmengajukan saran terhadap hal-hal yang telah mereka ketahuibersumber dari petunjuk wahyu. Umpamanya, ketika Nabi Saw.memilih suatu lokasi untuk pasukan Islam menjelangberkecamuknya perang Badar, sahabat beliau Al-Khubbab binAl-Munzir yang memiliki pandangan berbeda tidak mengajukanusulnya kecuali setelah bertanya: + \"Apakah ini tempat yang ditujukan untuk engkau pilih, ataukah ini berdasarkan nalarmu, strategi perang, dan tipu muslihat?\" tanya Al-Khubbab.WAWASAN AL-QURAN 469Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
- \"Tempat ini adalah pilihan berdasar nalar, strategi perang, dan tipu muslihat,\" jawab Nabi Saw.Mendengar jawaban itu, barulah Al-Khubbab mengajukan usuluntuk memilih lokasi lain di dekat sumber air, dan kemudiandisetujui oleh Nabi Saw. Demikian diriwayatkan oleh Al-Hakim.Ketika terjadi perundingan Hudaibiyah, sebagian besar sahabatNabi Saw. terutama Umar bin Khaththab, amat berat hatimenerima rinciannya, namun semuanya terdiam ketika Nabibersabda. \"Aku adalah Rasulullah Saw.\"Sebagian pakar tafsir membatasi masalah permusyawarahan hanyauntuk yang berkaitan dengan urusan dunia, bukan persoalanagama. Pakar yang lain memperluas hingga membenarkan adanyamusyawarah di samping untuk urusan dunia, juga untuk sebagianmasalah keagamaan. Alasannya, karena dengan adanya perubahansosial, sebagian masalah keagamaan belum ditentukanpenyelesaiannya di dalam Al-Quran maupun sunnah Nabi Saw.Dari sini disimpulkan bahwa persoalan-persoalan yang telah adapetunjuknya dari Tuhan secara tegas dan jelas, baik langsungmaupun melalui Nabi-Nya, tidak dapat dimusyawarahkan, sepertimisalnya tata cara beribadah. Musyawarah hanya dilakukan padahal-hal yang belum ditentukan petunjuknya, sertapersoalan-persoalan kehidupan duniawi, baik yang petunjuknyabersifat global maupun tanpa petunjuk dan yang mengalamiperkembangan dan perubahan.Nabi bermusyawarah dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusanmasyarakat dan negara, seperti persoalan perang, ekonomi, dansosial. Bahkan dari sejarah diperoleh informasi bahwa beliaupun bermusyawarah (meminta saran dan pendapat) di dalambeberapa persoalan pribadi atau keluarga. Salah satu kasuskeluarga yang beliau musyawarahkan adalah kasus fitnahterhadap istri beliau Aisyah r.a. yang digosipkan telahmenodai kehormatan rumah tangga. Ketika gosip tersebutmenyebar, Rasulullah Saw. bertanya kepada sekian orangsahabat/keluarganya.WAWASAN AL-QURAN 470Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Walhasil, kita dapat menyimpulkan bahwa musyawarah dapatdilakukan untuk segala masalah yang belum terdapat petunjukagama secara jelas dan pasti, sekaligus yang berkaitan dengankehidupan duniawi.Hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan ukhrawi atau persoalanibadah, tidak dapat dimusyawarahkan. Bagaimana dapatdimusyawarahkan, sedangkan nalar dan pengalaman manusia tidakdan belum sampai ke sana?BERMUSYAWARAH DENGAN SIAPA?Persoalan yang dimusyawarahkan barangkali merupakan urusanpribadi, namun boleh jadi urusan masyarakat umum. Dalam ayatpertama tentang musyawarah di atas, Nabi Saw. diperintahkanbermusyawarah dengan \"mereka\". Mereka siapa? Tentu saja merekayang dipimpin oleh Nabi Saw., yakni yang disebut umat atauanggota masyarakat.Sedangkan ayat yang lain menyatakan,Persoalan mereka dimusyawarahkan antar mereka (QS Syura[42]: 38).Ini berarti yang dimusyawarahkan adalah persoalan yang khususberkaitan dengan masyarakat sebagai satu unit. Tetapi,sebagaimana yang dipraktekkan oleh Nabi Saw. dan parasahabatnya, tidak tertutup kemungkinan memperluas jangkauanpengertiannya sehingga mencakup persoalan individu sebagaianggota masyarakat.Ayat-ayat musyawarah yang dikutip di atas tidak menetapkansifat-sifat mereka yang diajak bermusyawarah, tidak jugajumlahnya. Namun demikian, dari As-Sunnah dan pandangan ulama,diperoleh informasi tentang sifat-sifat umum yang hendaknyadimiliki oleh yang diajak bermusyawarah. Satu dari sekianriwayat menyatakan bahwa Rasul Saw. pernah berpesan kepadaImam Ali bin Abi Thalib sebagai berikut:WAWASAN AL-QURAN 471Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Wahai Ali, jangan bermusyawarah dengan penakut, karenadia mempersempit jalan keluar. Jangan juga dengan yangkikir, karena dia menghambat engkau dari tujuanmu. Jugatidak dengan yang berambisi, karena dia akanmemperindah untukmu keburukan sesuatu. Ketahuilah wahaiAli, bahwa takut, kikir, dan ambisi, merupakan bawaanyang sama, kesemuanya bermuara pada prasangka burukterhadap Allah.Imam Ja'far Ash-Shadiq pun berpesan,Bermuyawarahlah dalam persoalan-persoalanmu denganseseorang yang memiliki lima hal: akal, lapang dada,pengalaman, perhatian, dan takwa.Dalam konteks memusyawarahkan persoalan-persoalan masyarakat,praktek yang dilakukan Nabi Saw. cukup beragam. Terkadangbeliau memilih orang tertentu yang dianggap cakap untuk bidangyang dimusyawarahkan, terkadang juga melibatkan pemuka-pemukamasyarakat, bahkan menanyakan kepada semua yang terlibat didalam masalah yang dihadapi.Sebagian pakar tafsir membicarakan musyawarah dan orang-orangyang terlibat di dalamnya ketika mereka menafsirkan firmanAllah dalam Al-Quran surat Al-Nisa'(4): 59:Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dantaatilah Rasul-(Nya), dan ulil amr di antara kamu.Kemudian jika kamu berbeda pendapat mengenai suatu hal,kembalikanlah kepada (jiwa ajaran) Allah (Al-Quran) dan(jiwa ajaran) Rasul (sunnahnya). Yang demikian itulebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (QSAl-Nisa [4]: 59).Dalam ayat itu terdapat kalimat u1u1 amr, yang diperintahkanuntuk ditaati. Kata amr di sini berkaitan dengan kata amr yangdisebutkan dalam Al-Quran surat Al-Syura ayat 38 (persoalanatau urusan mereka, merekalah yang memusyawarahkan). TentunyaWAWASAN AL-QURAN 472Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
tidak mudah melibatkan seluruh anggota masyarakat dalammusyawarah itu, tetapi keterlibatan mereka dapat diwujudkanmelalui orang-orang tertentu yang mewakili mereka, yang olehpara pakar diberi nama berbeda-beda sekali Ahl Al-Hal waAl-'Aqd, dikali lain Ahl Al-Ijtihad, dan kali ketiga AhlAl-Syura.Dapat disimpulkan bahwa Ahl Al-Syura merupakan istilah umum,yang kepada mereka para penguasa dapat meminta pertimbangandan saran. Jika demikian, tidak perlu ditetapkan secara rincidan ketat sifat-sifat mereka, tergantung pada persoalan apayang sedang dimusyawarahkan.Sebagian pakar kontemporer memahami istilah Ahl Al-Hal waAl-'Aqd sebagai orang-orang yang mempunyai pengaruh di tengahmasyarakat, sehingga kecenderungan mereka kepada satu pendapatatau keputusan mereka dapat mengantarkan masyarakat pada halyang sama.Muhammad Abduh memahami Ahl Al-Hal wa Al-'Aqd sebagai orangyang menjadi rujukan masyarakat untuk kebutuhan dankepentingan umum mereka, yang mencakup pemimpin formal maupunnon-formal, sipil maupun militer.Adapun Ahl Al-Ijtihad adalah kelompok ahli dan para teknokratdalam berbagai bidang dan disiplin ilmu.SYURA DAN DEMOKRASIAl-Quran dan Sunnah menetapkan beberapa prinsip pokokberkaitan dengan kehidupan politik, seperti al-syura,keadilan, tanggung jawab, kepastian hukum, jaminan haqal-'ibad (hak-hak manusia), dan lain-lain, yang kesemuanyamemiliki kaitan dengan syura atau demokrasi.Apabila kita bermaksud membandingkan syura dengan demokrasi,tentunya perlu juga dijelaskan apa yang disebut demokrasi.Namun, untuk tidak memasuki perincian tentang makna demokrasiyang beraneka ragam, dapat dikatakan bahwa manusia mengenalWAWASAN AL-QURAN 473Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
tiga cara menetapkan keputusan yang berkaitan dengan kehidupanmasyarakat, yaitu:1. Keputusan yang ditetapkan oleh penguasa.2. Keputusan yang ditetapkan berdasarkan pandangan minoritas.3. Keputusan yang ditetapkan berdasarkan pandangan mayoritas, dan ini biasanya menjadi ciri umum demokrasi.Syura yang diwajibkan oleh Islam tidak dapat dibayangkanberwujud seperti bentuk pertama, karena hal itu justrumenjadikan syura lumpuh. Bentuk kedua pun tidak sesuai denganmakna syura, sebab apakah keistimewaan pendapat minoritas yangmengalahkan pandangan mayoritas?Memang ada sebagian pakar Islam kontemporer yang menolakkewenangan mayoritas berdasar firman Allah:Tidak sama yang buruk dengan yang baik, walaupunbanyaknya yang buruk itu menyenangkan kamu (QSAl-Ma-idah [51: 100).Dan firman Allah:Kebanyakan kamu tidak menyenangi kebenaran (QSAl-Zukhruf [43]: 78).Tetapi pandangan mereka sulit diterima, karena ayat-ayat itubukan berbicara dalam konteks musyawarah melainkan dalamkonteks petunjuk Ilahi yang diberikan kepada para Nabi danditolak oleh sebagian besar anggota masyarakatnya ketika itu.Ayat-ayat tersebut berbicara tentang sikap masyarakat Makkahketika itu, serta umat manusia dalam kenyataannya dewasa ini.Namun demikian, walaupun syura di dalam Islam membenarkankeputusan pendapat mayoritas, tetapi menurut sementara pakarWAWASAN AL-QURAN 474Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
ia tidaklah mutlak. Demikian Dr. Ahmad Kamal Abu Al-Majad,seorang pakar Muslim Mesir kontemporer dalam bukunya Hiwar laMuwayahah (Dialog Bukanlah Konfrontasi). Agaknya yang dimaksudadalah bahwa keputusan janganlah langsung diambil berdasarpandangan mayoritas setelah melakukan sekali dua kalimusyawarah, tetapi hendaknya berulang-ulang hingga dicapaikesepakatan.Ini karena syura dilaksanakan oleh orang-orang pilihan yangmemiliki sifat-sifat terpuji serta tidak memiliki kepentinganpribadi atau golongan, dan dilaksanakan sewajarnya agardisepakati bersama. Sekalipun ada di antara mereka yang tidakmenerima keputusan, itu dapat menjadi indikasi adanyasisi-sisi yang kurang berkenan di hati dan pikiran orang-orangpilihan walaupun mereka minoritas, sehingga masih perludibicarakan lebih lanjut agar mencapai mufakat (untukmenemukan \"madu\" atau yang terbaik).Ini merupakan salah satu perbedaan antara syura di dalam Islamdengan demokrasi secara umum.Memang, apabila pembicaraan berlarut tanpa menemukan mufakat,dan tidak ada jalan lain kecuali memilih pandangan mayoritas,saat itu dapat dikatakan bahwa kedua pandangan masing-masingbaik, tetapi yang satu jauh lebih baik. Di dalam kaidah agamadiajarkan apabila terdapat dua pilihan yang sama-sama baik,pilihlah yang lebih banyak sisi baiknya, dan jika keduanyaburuk, pilihlah yang paling sedikit keburukannya.Dari segi implikasi pengangkatan pimpinan, terdapat jugaperbedaan. Walaupun keduanya --syura dan demokrasi--menetapkan bahwa pimpinan diangkat melalui kontrak sosial,namun syura di dalam Islam mengaitkannya dengan \"PerjanjianIlahi\". Ini diisyaratkan oleh Al-Quran dalam firman-Nya ketikamengaangkat Nabi Ibrahim a.s. sebagai imam Allah berfirman, \"Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu 475 Imam (pemimpin) bagi manusia.\" Ibrahim berkata, \"Saya bermohon agar pengangkatan ini dianugerahkan jugaWAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
kepada sebagian keturunanku.\" Dia (Allah) berfirman,\"Perjanjian-Ku tidak menyentuh orang-orang yang zalim\"(QS Al-Baqarah [2]: 124)Dari sini lahir perbedaan ketiga, yaitu bahwa dalam demokrasisekular persoalan apa pun dapat dibahas dan diputuskan. Tetapidalam syura yang diajarkan Islam, tidak dibenarkan untukmemusyawarahkan segala sesuatu yang telah ada ketetapannyadari Tuhan secara tegas dan pasti, dan tidak pula dibenarkanmenetapkan hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaranIlahi. ***Demikian sekilas mengenai wawasan musyawarah di dalamAl-Quran. Agaknya dapat disimpulkan, bahwa musyawarahdiperintahkan oleh Al-Quran, serta dinilai sebagai salah satuprinsip hukum dan politik untuk umat manusia.Namun demikian, Al-Quran tidak merinci atau meletakkan poladan bentuk musyawarah tertentu. Paling tidak, yang dapatdisimpulkan dari teks-teks Al-Quran hanyalah bahwa Islammenuntut adanya keterlibatan masyarakat di dalam urusan yangberkaitan dengan mereka. Perincian keterlibatan, pola, dancaranya diserahkan kepada masing-masing masyarakat, karenasatu masyarakat dapat berbeda dengan masyarakat lain. Bahkanmasyarakat tertentu dapat mempunyai pandangan berbeda darisuatu masa ke masa yang lain.Sikap Al-Quran seperti itu memberikan kesempatan kepada setiapmasyarakat untuk menyesuaikan sistem syura-nya dengankepribadian, kebudayaan dan kondisi sosialnya.Mengikat diri atau masyarakat kita dengan fatwa ulama danpakar-pakar masa lampau, bahkan pendapat para sahabat NabiSaw. dalam persoalan syura, atau pandangan dan pengalamanmasyarakat lain, serta membatasi diri dengan istilah danpengertian tertentu, bukanlah sesuatu yang tepat, baikditinjau dari segi logika maupun pandangan agama.WAWASAN AL-QURAN 476Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Memang setiap masyarakat di setiap masa memiliki budaya dankondisi yang khas, sehingga wajar jika masing-masing mempunyaipandangan dan jalan yang berbeda-beda. Hakikat ini agaknyamerupakan salah satu kandungan makna firman Allah. Setiap umat (masyarakat) di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang (QS Al-Maidah [5]: 48).Mahabenar Allah Yang Mahaagung dalam segala firman-Nya.[]2. UKHUWAHUkhuwah (ukhuwwah) yang biasa diartikan sebagai\"persaudaraan\", terambil dari akar kata yang pada mulanyaberarti \"memperhatikan\". Makna asal ini memberi kesan bahwapersaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yangmerasa bersaudara.Boleh jadi, perhatian itu pada mulanya lahir karena adanyapersamaan di antara pihak-pihak yang bersaudara, sehinggamakna tersebut kemudian berkembang, dan pada akhirnya ukhuwahdiartikan sebagai \"setiap persamaan dan keserasian denganpihak lain, baik persamaan keturunan, dari segi ibu, bapak,atau keduanya, maupun dari segi persusuan\". Secara majazi kataukhuwah (persaudaraan) mencakup persamaan salah satu unsurseperti suku, agama, profesi, dan perasaan. Dalam kamus-kamusbahasa Arab ditemukan bahwa kata akh yang membentuk kataukhuwah digunakan juga dengan arti teman akrab atau sahabat.Masyarakat Muslim mengenal istilah ukhuwmah Islamiyyah.Istilah ini perlu didudukkan maknanya, agar bahasan kitatentang ukhuwah tidak mengalami kerancuan. Untuk itu terlebihdahulu perlu dilakukan tinjauan kebahasaan untuk menetapkankedudukan kata Islamiah dalam istilah di atas. Selama ini adakesan bahwa istilah tersebut bermakna \"persaudaraan yangdijalin oleh sesama Muslim\", atau dengan kata lain,\"persaudaraan antar sesama Muslim\", sehingga dengan demikian,WAWASAN AL-QURAN 477Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
kata \"Islamiah\" dijadikan pelaku ukhuwah itu.Pemahaman ini kurang tepat. Kata Islamiah yang dirangkaikandengan kata ukhuwah lebih tepat dipahami sebagai adjektifa,sehingga ukhuwah Islamiah berarti \"persaudaraan yang bersifatIslami atau yang diajarkan oleh Islam.\" Paling tidak, ada duaalasan untuk mendukung pendapat ini.Pertama, Al-Quran dan hadis memperkenalkan bermacam-macampersaudaraan, seperti yang akan diuraikan selanjutnya.Kedua, karena alasan kebahasaan. Di dalam bahasa Arab, katasifat selalu harus disesuaikan dengan yang disifatinya. Jikayang disifati berbentuk indefinitif maupun feminin, katasifatnya pun harus demikian. Ini terlihat secara jelas padasaat kita berkata ukhuwwah Islamiyyah dan Al-UkhuwwahAl-Islamiyyah.UKHUWAH DALAM AL-QURANDalam Al-Quran, kata akh (saudara) dalam bentuk tunggalditemukan sebanyak 52 kali. Kata ini dapat berarti.1. Saudara kandung atau saudara seketurunan, seperti pada ayatyang berbicara tentang kewarisan, atau keharaman mengawiniorang-orang tertentu, misalnya,Diharamkan kepada kamu (mengawini) ibu-ibumu,anak-anak perempuanmu, saudara-saudara perempuanmu,saudara-saudara perempuan bapakmu, saudara-saudaraperempuan ibumu, (dan) anak-anak perempuan darisaudara-saudaramu yang laki-laki ... (QS Al-Nisa [4]:23)2. Saudara yang dijalin oleh ikatan keluarga, seperti bunyidoa Nabi Musa a.s. yang diabadikan Al-Quran, Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari 478 keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku (QS Thaha [20]:WAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
29-30).3. Saudara dalam arti sebangsa, walaupun tidak seagama sepertidalam firman-Nya, Dan kepada suku 'Ad, (kami utus) saudara mereka Hud (QS Al-A'raf [7]: 65).Seperti telah diketahui kaum 'Ad membangkang terhadap ajaranyang dibawa oleh Nabi Hud, sehingga Allah memusnahkan mereka(baca antara lain QS Al-Haqqah [69]: 6-7).4. Saudara semasyarakat, walaupun berselisih paham. Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai 99 ekor kambing betina, dan aku mempunyai seekor saja, maka dia berkata kepadaku, \"Serahkan kambingmu itu kepadaku\"; dan dia mengalahkan aku di dalam perdebatan (QS Shad [38]: 23).Dalam sebuah hadis, Nabi Saw. bersabda. Belalah saudaramu, baik ia berlaku aniaya, maupun teraniaya.Ketika beliau ditanya seseorang, bagaimana cara membantu orangyang menganiaya, beliau menjawab, Engkau halangi dia agar tidak berbuat aniaya. Yang demikian itulah pembelaan baginya. (HR Bukhari melalui Anas bin Malik)5. Persaudaraan seagama.Ini ditunjukkan oleh firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat10 Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara.WAWASAN AL-QURAN 479Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Di atas telah dikemukakan bahwa dari segi bahasa, kata ukhuwahdapat mencakup berbagai persamaan. Dari sini 1ahir lagi duamacam persaudaraan, yang walaupun secara tegas tidak disebutoleh Al-Quran sebagai \"persaudaraan\", namun substansinyaadalah persaudaraan. Kedua hal tersebut adalah:1. Saudara sekemanusiaan (ukhuwah insaniah).Al-Quran menyatakan bahwa semua manusia diciptakan oleh Allahdari seorang lelaki dan seorang perempuan (Adam dan Hawa) (QSAl-Hujurat [49]: 13). Ini berarti bahwa semua manusia adalahseketurunan dan dengan demikian bersaudara.2. Saudara semakhluk dan seketundukan kepada Allah.Di atas telah dijelaskan bahwa dari segi bahasa kata akh(saudara) digunakan pada berbagai bentuk persamaan. Dari sini1ahir persaudaraan kesemakhlukan. Al-Quran secara tegasmenyatakan bahwa:Dan tidaklah (jenis binatang yang ada di bumi danburung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya)kecuali umat-umat juga seperti kamu (QS Al-An'am [6):38).MACAM-MACAM UKHUWAH ISLAMIAHDi atas telah dikemukakan arti ukhuwah Islamiah, yakni ukhuwahyang bersifat Islami atau yang diajarkan oleh Islam. Telahdikemukakan pula beberapa ayat yang mengisyaratkan bentuk ataujenis \"persaudaraan\" yang disinggung oleh Al-Quran. Semuanyadapat disimpulkan bahwa kitab suci ini memperkenalkan palingtidak empat macam persaudaraan:1. Ukhuwwah 'ubudiyyah atau saudara kesemakhlukan dankesetundukan kepada Allah.2. Ukhuwwah insaniyyah (basyariyyah) dalam arti seluruh umatmanusia adalah bersaudara, karena mereka semua berasal dariWAWASAN AL-QURAN 480Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
seorang ayah dan ibu. Rasulullah Saw. juga menekankan lewatsabda beliau, Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Hamba-hamba Allah semuanya bersaudara.3. Ukhuwwah wathaniyyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalamketurunan dan kebangsaan.4. Ukhuwwah fi din Al-Islam, persaudaraan antar sesama Muslim.Rasulullah Saw. bersabda, Kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kita adalah yang datang sesudah (wafat)-ku.Makna dan macam-macam persaudaraan tersebut di atas adalahberdasarkan pemahaman terhadap teks ayat-ayat Al-Quran.Ukhuwah yang secara jelas dinyatakan oleh Al-Quran adalahpersaudaraan seagama Islam, dan persaudaraan yang jalinannyabukan karena agama. Ini tecermin dengan jelas dari pengamatanterhadap penggunaan bentuk jamak kata tersebut dalam Al-Quran,yang menunjukkan dua arti kata akh' yaitu:Pertama, ikhwan, yang biasanya digunakan untuk persaudaraantidak sekandung. Kata ini ditemukan sebanyak 22 kali sebagiandisertakan dengan kata ad-din (agama) seperti dalan suratAt-Taubah ayat 11. Apabila mereka bertobat, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat, mereka adalah saudara-saudara kamu seagama.Sedangkan sebagian lain tidak dirangkaikan dengan kata ad-din(agama) seperti: Jika kamu menggauli mereka (anak-anak yatim), mereka adalah saudara-saudaramu (QS Al-Baqarah [2]: 220).WAWASAN AL-QURAN 481Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Teks ayat-ayat tersebut secara tegas dan nyata menunjukkanbahwa Al-Quran memperkenalkan persaudaraan seagama dan persaudaraan tidak seagama.Bentuk jamak kedua yang digunakan oleh Al-Quran adalah ikhwat,terdapat sebanyak tujuh kali dan digunakan untuk maknapersaudaraan seketurunan, kecuali satu ayat, yaitu,Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara (QSA1-Hujurat [49]: 10).Menarik untuk dipertanyakan, mengapa Al-Quran menggunakan kataikhwah dalam arti persaudaraan seketurunan ketika berbicaratentang persaudaraan sesama Muslim, atau dengan kata lain,mengapa Al-Quran tidak menggunakan kata ikhwan, padahal kataini digunakan untuk makna persaudaraan tidak seketurunan?Bukankah lebih tepat menggunakan kata terakhir, jika melihatkenyataan bahwa saudara-saudara seiman terdiri dari banyakbangsa dan suku, yang tentunya tidak seketurunan?Menurut penulis, hal ini bertujuan untuk mempertegas danmempererat jalinan hubungan antar sesama-Muslim, seakan-akanhubungan tersebut bukan saja dijalin oleh keimanan (yang didalam ayat itu ditunjukkan oleh kata al-mu'minun), melainkanjuga \"seakan-akan\" dijalin oleh persaudaraan seketurunan (yangditunjukkan oleh kata ikhwah). Sehingga merupakan kewajibanganda bagi umat beriman agar selalu menjalin hubunganpersaudaraan yang harmonis di antara mereka, dan tidak satupunyang dapat dijadikan dalih untuk melahirkan keretakanhubungan.FAKTOR PENUNJANG PERSAUDARAANFaktor penunjang lahirnya persaudaraan dalam arti luas ataupunsempit adalah persamaan. Semakin banyak persamaan akan semakinkokoh pula persaudaraan. Persamaan rasa dan cita merupakanfaktor dominan yang mendahului lahirnya persaudaraan hakiki,dan pada akhirnya menjadikan seseorang merasakan deritasaudaranya, mengulurkan tangan sebelum diminta, sertaWAWASAN AL-QURAN 482Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
memperlakukan saudaranya bukan atas dasar \"take and give,\"tetapi justruMengutamakan orang lain atas diri mereka, walau dirimereka sendiri kekurangan (QS Al-Hasyr [59]: 9).Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial, perasaan tenang dannyaman pada saat berada di antara sesamanya, dan dorongankebutuhan ekonomi merupakan faktor-faktor penunjang yang akanmelahirkan rasa persaudaraan.Islam datang menekankan hal-hal tersebut, dan menganjurkanmencari titik singgung dan titik temu persaudaraan. Jangankanterhadap sesama Muslim, terhadap non-Muslim pun demikian (QSAli 'Imran [3]: 64) dan Saba [34): 24-25).PETUNJUK AL-QURAN UNTUK MEMANTAPKAN UKHUWAHGuna memantapkan ukhuwah tersebut, pertama kali Al-Quranmenggarisbawahi bahwa perbedaan adalah hukum yang berlakudalam kehidupan ini. Selain perbedaan tersebut merupakankehendak Ilahi, juga demi kelestarian hidup, sekaligus demimencapai tujuan kehidupan makhluk di pentas bumi.Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikanaturan dan jalan. Seandainya Allah menghendaki,niscaya Dia menjadikan kamu satu umat, tetapi Allahhendak menguji kamu mengenai pemberian-Nya kepadamu,maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan (QSAl-Ma-idah [5]: 48).Seandainya Tuhan menghendaki kesatuan pendapat, niscayadiciptakan-Nya manusia tanpa akal budi seperti binatang ataubenda-benda tak bernyawa yang tidak memiliki kemampuan memilahdan memilih, karena hanya dengan demikian seluruhnya akanmenjadi satu pendapat.Dari sini, seorang Muslim dapat memahami adanya pandangan ataubahkan pendapat yang berbeda dengan pandangan agamanya, karenaWAWASAN AL-QURAN 483Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
semua itu tidak mungkin berada di luar kehendak Ilahi.Kalaupun nalarnya tidak dapat memahami kenapa Tuhan berbuatdemikian, kenyataan yang diakui Tuhan itu tidak akanmenggelisahkan atau mengantarkannya \"mati\", atau memaksa oranglain secara halus maupun kasar agar menganut pandanganagamanya, Sungguh kasihan jika kamu akan membunuh dirimu karena sedih akibat mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Islam) (QS Al-Kahf [18]: 6). Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang ada di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu akan memaksa semua manusia agar menjadi orang-orang yang beriman? (QS Yunus [10]: 99).Untuk menjamin terciptanya persaudaraan dimaksud, Allah Swt.memberikan beberapa petunjuk sesuai dengan jenis persaudaraanyang diperintahkan. Pada kesempatan ini, akan dikemukakanpetunjuk-petunjuk yang berkaitan dengan persaudaraan secaraumum dan persaudaraan seagama Islam.1. Untuk memantapkan persaudaraan pada arti yang umum, Islammemperkenalkan konsep khalifah. Manusia diangkat oleh Allahsebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut manusia untukmemelihara, membimbing, dan mengarahkan segala sesuatu agarmencapai maksud dan tujuan penciptaannya. Karena itu, NabiMuhammad Saw. melarang memetik buah sebelum siap untukdimanfaatkan, memetik kembang sebelum mekar, atau menyembelihbinatang yang terlalu kecil. Nabi Muhammad Saw. jugamengajarkan agar selalu bersikap bersahabat dengan segalasesuatu sekalipun terhadap benda tak bernyawa. Al-Quran tidakmengenal istilah \"penaklukan alam\", karena secara tegasAl-Quran menyatakan bahwa yang menaklukkan alam untuk manusiaadalah Allah (QS 45: 13). Secara tegas pula seorang Muslimdiajarkan untuk mengakui bahwa ia tidak mempunyai kekuasaanuntuk menundukkan sesuatu kecuali atas penundukan Ilahi. Padasaat berkendaraan seorang Muslim dianjurkan membaca,WAWASAN AL-QURAN 484Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Mahasuci Allah yang menundukkan ini buat kami, sedangkami sendiri tidak mempunyai kesanggupanmenundukkannya (QS Al-Zukhruf [43]: 13).2. Untuk mewujudkan persaudaraan antar pemeluk agama, Islammemperkenalkan ajaran,Bagimu agamamu dan bagiku agamaku (QS 109: 6), danBagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu.Tidak (perlu ada) pertengkaran di antara kami dankamu. Allah mengumpulkan kita dan kepada-Nyalahkembali (putusan segala sesuatu) (QS Al-Syura [42):15).Al-Quran juga menganjurkan agar mencari titik singgung dantitik temu antar pemeluk agama. Al-Quran menganjurkan agardalam interaksi sosial, bila tidak ditemukan persamaanhendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain, dantidak perlu saling menyalahkan.Katakanlah, \"Wahai Ahl Al-Kitab, marilah kepada satukalimat kesepakatan yang tidak ada perselisihan diantara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecualiAllah, dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun, dan tidak (pula) sebagian kita menjadikansebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah.\" Jikamereka berpaling (tidak setuju), katakanlah kepadamereka, \"Saksikanlah (akuilah eksistensi kami) bahwakami adalah orang-orang Muslim\" (QS Ali 'Imran [3]:64).Bahkan Al-Quran mengajarkan kepada Nabi Muhammad Saw. danumatnya untuk menyampaikan kepada penganut agama lain, setelahkalimat sawa' (titik temu) tidak dicapai: Kami atau kamu pasti berada dalam kebenaran atau 485 kesesatan yang nyata. Katakanlah, \"Kamu tidak akan ditanyai (bertanggungjawab) tentang dosa yang kamiWAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
perbuat, dan kami tidak akan ditanyai (pula) tentanghal yang kamu perbuat.\" Katakanlah, \"Tuhan kita akanmenghimpun kita semua, kemudian menetapkan denganbenar (siapa yang benar dan salah) dan Dialah MahaPemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui (QS 34: 24-26).Jalinan persaudaraan antara seorang Muslim dan non-Muslim samasekali tidak dilarang oleh Islam, selama pihak lainmenghormati hak-hak kaum Muslim,Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berbuatadil (memberikan sebagian hartamu) kepada orang-orangyang tidak memerangi kamu karena agama, dan tidak(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allahmenyukai orang-orang yang berlaku adil (QSAl-Mumtahanah [60]: 8).Ketika sebagian sahabat Nabi memutuskan bantuankeuangan/material kepada sebagian penganut agama lain denganalasan bahwa mereka bukan Muslim, Al-Quran menegur merekadengan firman-Nya:Bukan kewajibanmu menjadikan mereka memperoleh hidayah(memeluk Islam), akan tetapi Allah yang memberipetunjuk orang yang dikehendaki-Nya. Apa pun hartayang baik yang kamu nafkahkan (walaupun kepadanon-Muslim), maka pahalanya itu untuk kami sendiri ...(QS Al-Baqarah [2]: 272).3. Untuk memantapkan persaudaraan antar sesama Muslim,Al-Quran pertama kali menggarisbawahi perlunya menghindarisegala macam sikap lahir dan batin yang dapat mengeruhkanhubungan di antara mereka.Setelah menyatakan bahwa orang-orang Mukmin bersaudara, danmemerintahkan untuk melakukan ishlah (perbaikan hubungan) jikaseandainya terjadi kesalahpahaman di antara dua orang(kelompok) kaum Muslim, Al-Quran memberikan contoh-contohpenyebab keretakan hubungan sekaligus melarang setiap MuslimWAWASAN AL-QURAN 486Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
melakukannya:Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kaum (pria)mengolok-olokkan kaum yang lain, karena boleh jadimereka (yang diolok-olokkan) itu lebih baik daripadamereka (yang mengolok-oLokkan); dan jangan pulawanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita yanglain, karena boleh jadi wanita-wanita yangdiperolok-olokkan lebih baik dan mereka (yangmemperolok-olokkan), dan janganlah kamu mencela dirimusendiri, dan janganlah kamu panggil-memanggil dengangelar-gelar yang buruk. Sejelek-jeleknya panggilanadalah (sebutan) yang buruk sesudah iman. Barangsiapatidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yangzalim (QS Al-Hujurat [49]: 11).Selanjutnya ayat di atas memerintahkan orang Mukmin untukmenghindari prasangka buruk, tidak mencari-cari kesalahanorang lain, serta menggunjing, yang diibaratkan oleh Al-Quranseperti memakan daging-saudara sendiri yang telah meninggaldunia (QS Al-Hujurat [49]: 12).Menarik untuk diketengahkan, bahwa Al-Quran dan hadis-hadisNabi Saw. tidak merumuskan definisi persaudaraan (ukhuwwah),tetapi yang ditempuhnya adalah memberikan contoh-contohpraktis. Pada umumnya contoh-contoh tersebut berkaitan dengansikap kejiwaan (seperti terbaca di dalam surat Al-Hujurat ayat11-12 di atas), atau tecermin misalnya dalam hadis Nabi Saw.antara lain,Hindarilah prasangka buruk, karena itu adalahsebohong-bohongnya ucapan. Jangan pula salingmencari-cari kesalahan. Jangan saling iri, jangansaling membenci, dan jangan saling membelakangi(Diriwayatkan oleh keenam ulama hadis, ke An-Nasa'i,melalui Abu Hurairah).Semua itu wajar, karena sikap batiniahlah yang melahirkansikap lahiriah. Demikian pula, bahwa sebagian dari redaksiWAWASAN AL-QURAN 487Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
ayat dan hadis yang berbicara tentang hal ini dikemukakandengan bentuk larangan. Ini pun dimengerti bukan saja karenaat-takhliyah (menyingkirkan yang jelek) harus didahulukandaripada at-tahliyah (menghiasi diri dengan kebaikan),melainkan juga karena \"melarang sesuatu mengandung artimemerintahkan lawannya, demikian pula sebaliknya.\"Semua petunjuk Al-Quran dan hadis Nabi Saw. yang berbicaratentang interaksi antarmanusia pada akhirnya bertujuan untukmemantapkan ukhuwah. Perhatikan misalnya larangan melakukantransaksi yang bersifat batil (QS 2: 188), larangan riba (QS2: 278), anjuran menulis utang-piutang (QS 2: 275), laranganmengurangi atau melebihkan timbangan (QS 83: 1-3), danlain-lain.Dalam konteks pendapat dan pengamalan agama, Al-Quran secarategas memerintahkan orang-orang Mukmin untuk merujuk Allah(Al-Quran) dan Rasul (Sunnah). Tetapi seandainya terjadiperbedaan pemahaman Al-Quran dan Sunnah itu, baikmengakibatkan perbedaan pengamalan maupun tidak, maka petunjukAl-Quran dalam hal ini adalah:Apabila kamu berbeda pendapat tentang sesuatu (karenatidak menemukan petunjuknya dalam teks Al-Quran danSunnah), maka kembalikanlah kepada Allah (jiwaajaran-ajaran Al-Quran), dan (jiwa ajaran-ajaran)Rasul, jika memang kamu benar-benar beriman kepadaAllah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utamabagimu dan lebih baik akibatnya (QS Al-Nisa' [4]: 59).KONSEP-KONSEP DASAR PEMANTAPAN UKHUWAHSetelah mempelajari teks-teks keagamaan, para ulamamengenalkan tiga konsep untuk memantapkan ukhuwah menyangkutperbedaan pemahaman dan pengamalan ajaran agama.a. Konsep tanawwu'al-'ibadah (keragaman cara beribadah)Konsep ini mengakui adanya keragaman yang dipraktekkan NabiWAWASAN AL-QURAN 488Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Saw. dalam bidang pengamalan agama, yang mengantarkan kepadapengakuan akan kebenaran semua praktek keagamaan, selamasemuanya itu merujuk kepada Rasulullah Saw. Anda tidak perlumeragukan pernyataan ini, karena dalam konsep yangdiperkenalkan ini, agama tidak menggunakan pertanyaan, \"Berapahasil 5 + 5?\", melainkan yang ditanyakan adalah, \"Jumlahsepuluh itu merupakan hasil penambahan berapa tambah berapa?\"b. Konsep al-mukhti'u fi al-ijtihad lahu ajr (Yang salah dalamberijtihad pun [menetapkan hukum) mendapat ganjaran).Ini berarti bahwa selama seseorang mengikuti pendapat seorangulama, ia tidak akan berdosa, bahkan tetap diberi ganjaranoleh Allah Swt., walaupun hasil ijtthad yang diamalkannyakeliru. Hanya saja di sini perlu dicatat bahwa penentuan yangbenar dan salah bukan wewenang makhluk, tetapi wewenang AllahSwt. sendiri, yang baru akan diketahui pada hari kemudian.Sebagaimana perlu pula digarisbawahi, bahwa yang mengemukakanijtihad maupun orang yang pendapatnya diikuti, haruslahmemiliki otoritas keilmuan, yang disampaikannya setelahmelakukan ijtihad (upaya bersungguh-sungguh untuk menetapkanhukum) setelah mempelajari dengan saksama dalil-dalil keagaman(Al-Quran dan Sunnah).c. Konsep la hukma lillah qabla ijtihad al-mujtahid (Allahbelum menetapkan suatu hukum sebelum upaya ijtihad dilakukanoleh seorang mujtahid).Ini berarti bahwa hasil ijtihad itulah yang merupakan hukumAllah bagi masing-masing mujtahid, walaupun hasil ijtihadnyaberbeda-beda. Sama halnya dengan gelas-gelas kosong, yangdisodorkan oleh tuan rumah dengan berbagai ragam minuman yangtersedia. Tuan rumah mempersilakan masing-masing tamunyamemilih minuman yang tersedia di atas meja dan mengisigelasnya --penuh atau setengah-- sesuai dengan selera dankehendak masing-masing (selama yang dipilih itu berasal dariminuman yang tersedia di atas meja). Apa dan seberapa punisinya, menjadi pilihan yang benar bagi masing-masing pengisi.Jangan mempersalahkan seseorang yang mengisi gelasnya denganWAWASAN AL-QURAN 489Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
kopi, dan Anda pun tidak wajar dipersalahkan jika memilihsetengah air jeruk yang disediakan oleh tuan rumah.Memang Al-Quran dan hadis-hadis Nabi Saw. tidak selalumemberikan interpretasi yang pasti dan mutlak. Yang mutlakadalah Tuhan dan firman-firman-Nya, sedangkan interpretasifirman-firman itu, sedikit sekali yang bersifat pasti ataupunmutlak. Cara kita memahami Al-Quran dan Sunnah Nabi berkaitanerat dengan banyak faktor, antara lain lingkungan,kecenderungan pribadi, perkembangan masyarakat, kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi, dan tentu saja tingkat kecerdasandan pemahaman masing-masing mujtahid.Dari sini terlihat bahwa para ulama sering bersikap rendahhati dengan menyebutkan, \"Pendapat kami benar, tetapi bolehjadi keliru, dan pendapat Anda menurut hemat kami keliru,tetapi mungkin saja benar.\" Berhadapan dengan teks-teks wahyu,mereka selalu menyadari bahwa sebagai manusia mereka memilikiketerbatasan, dan dengan demikian, tidak mungkin seseorangakan mampu menguasai atau memastikan bahwa interpretasinyalahyang paling benar.UKHUWAH DALAM praktekJika kita mengangkat salah satu ayat dalam bidang ukhuwah,agaknya salah satu ayat surat Al-Hujurat dapat dijadikanlandasan pengamalan konsep ukhuwah Islamiah. Ayat yangdimaksud adalah, Sesungguhnya orang-orang Mukmin bersaudara,karena itu lakukanlah ishlah di antara kedua saudaramu (QS 49:10). Kata ishlah atau shalah yang banyak sekali berulang dalamAl-Quran, pada umumnya tidak dikaitkan dengan sikap kejiwaan,melainkan justru digunakan dalam kaitannya dengan perbuatannyata. Kata ishlah hendaknya tidak hanya dipahami dalam artimendamaikan antara dua orang (atau lebih) yang berselisih,melainkan harus dipahami sesuai makna semantiknya denganmemperhatikan penggunaan Al-Quran terhadapnya.Puluhan ayat berbicara tentang kewajiban melakukan shalah danishlah. Dalam kamus-kamus bahasa Arab, kata shalah diartikanWAWASAN AL-QURAN 490Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
sebagai antonim dari kata fasad (kerusakan), yang juga dapatdiartikan sebagai yang bermanfaat. Sedangkan kata islahdigunakan oleh Al-Quran dalam dua bentuk: Pertama ishlah yangselalu membutuhkan objek; dan kedua adalah shalah yangdigunakan sebagai bentuk kata sifat. Sehingga, shalah dapatdiartikan terhimpunnya sejumlah nilai tertentu pada sesuatuagar bermanfaat dan berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuankehadirannya. Apabila pada sesuatu ada satu nilai yang tidakmenyertainya hingga tujuan yang dimaksudkan tidak tercapai,maka manusia dituntut untuk menghadirkan nilai tersebut, danhal yang dilakukannya itu dinamai ishlah.Jika kita menunjuk hadis, salah satu hadis yang populer didalam bidang ukhuwah adalah sabda Nabi Saw. yang diriwayatkanoleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Ibnu Umar:Seorang Muslim bersaudara dengan Muslim lainnya. Diatidak menganiaya, tidak pula menyerahkannya (kepadamusuh). Barangsiapa yang memenuhi kebutuhansaudaranya, Allah akan memenuhi pula kebutuhannya.Barangsiapa yang melapangkan dan seorang Muslim suatukesulitan, Allah akan melapangkan baginya satukesulitan pula dan kesulitan-kesulitan yangdihadapinya di hari kemudian. Barangsiapa yang menutupaib seorang Muslim, Allah akan menutup aibnya di harikemudian.Dari riwayat At-Tirmidzi dari Abu Hurairah, larangan di atasdilengkapi dengan,Dia tidak mengkhianatinya, tidak membohonginya, dantidak pula meninggalkannya tanpa pertolongan. ***Demikian terlihat, betapa ukhuwah Islamiah mengantarkanmanusia mencapai hasil-hasil konkret dalam kehidupannya.Untuk memantapkan ukhuwah Islamiah, yang dibutuhkan bukanWAWASAN AL-QURAN 491Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
sekadar penjelasan segi-segi persamaan pandangan agama, atausekadar toleransi mengenai perbedaan pandangan, melainkan yanglebih penting lagi adalah langkah-langkah bersama yangdilaksanakan oleh umat, sehingga seluruh umat merasakannikmatnya.[]3. JIHADKebajikan dan keburukan sama-sama bersanding dalam jiwa setiapmanusia.Allah mengilhami jiwa manusia dengan kedurhakaan danketakwaan.Begitu firman Allah dalam surat Asy-Syams ayat 8, yang artinyadiri manusia memiliki potensi kebaikan dan keburukan.Seperti itu jugalah sifat masyarakat dan negara yang terdiridari banyak individu. Keburukan mendorong padakesewenang-wenangan, sedangkan kebajikan mengantarkan padakeharmonisan. Saat terjadi kesewenang-wenangan, kebajikanberseru dan merintih untuk mencegahnya. Dari sanalahperjuangan, baik di tingkat individu maupun di tingkatmasyarakat dan negara. Demikian itulah ketetapan ilahi.Kami tidak menciptakan langit dan bumi, dan segalayang ada di antara keduanya dengan bermain-main.Sekiranya hendak membuat suatu permainan, tentulahKami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendakiberbuat demikian (tentulah Kami telah melakukannya).Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yangbatil, lalu yang hak itu menghancurkannya, maka denganserta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaan bagikamu menyifati (Allah dengan sifat yang tidak layak).(QS Al-Anbiya' [21]: 16-18)Islam datang membawa nilai-nilai kebaikan dan menganjurkanmanusia agar menghiasi diri dengannya, serta memerintahkanWAWASAN AL-QURAN 492Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
manusia agar memperjuangkannya hingga mengalahkan kebatilan.Atau seperti bunyi ayat di atas, melontarkan yang hak kepadayang batil hingga mampu menghancurkannya. Tapi hal itu takdapat terlaksana dengan sendirinya, kecuali melaluiperjuangan. Bumi adalah gelanggang perjuangan (jihad)menghadapi musuh. Karena itu, al-jihad madhin ila yaumal-qiyamah (perjuangan berlanjut hingga hari kiamat).Istilah Al-Quran untuk menunjukkan perjuangan adalah katajihad. Sayangnya, istilah ini sering disalahpahami ataudipersempit artinya.MAKNA JIHADKata jihad terulang dalam Al-Quran sebanyak empat puluh satukali dengan berbagai bentuknya. Menurut ibnu Faris (w. 395 H)dalam bukunya Mu'jam Al-Maqayis fi Al-Lughah, \"Semua kata yangterdiri dari huruf j-h-d, pada awalnya mengandung artikesulitan atau kesukaran dan yang mirip dengannya.\"Kata jihad terambil dari kata jahd yang berarti \"letih/sukar.\"Jihad memang sulit dan menyebabkan keletihan. Ada juga yangberpendapat bahwa jihad berasal dari akar kata \"juhd\" yangberarti \"kemampuan\". Ini karena jihad menuntut kemampuan, danharus dilakukan sebesar kemampuan. Dari kata yang samatersusun ucapan \"jahida bir-rajul\" yang artinya \"seseorangsedang mengalami ujian\". Terlihat bahwa kata ini mengandungmakna ujian dan cobaan, hal yang wajar karena jihad memangmerupakan ujian dan cobaan bagi kualitas seseorang.Makna-makna kebahasaan dan maksudnya di atas dapatdikonfirmasikan dengan beberapa ayat Al-Quran yang berbicaratentang jihad. Firman Allah berikut ini menunjukkan betapajihad merupakan ujian dan cobaan: Apakah kamu menduga akan dapat masuk surga padahal 493 belum nyata bagi Allah orang yang berjihad di antara kamu dan (belum nyata) orang-orang yang sabar (QS Ali 'Imran [3]: 142).WAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Demikian terlihat, bahwa jihad merupakan cara yang ditetapkanAllah untuk menguji manusia. Tampak pula kaitan yang sangaterat dengan kesabaran sebagai isyarat bahwa jihad adalahsesuatu yang sulit, memerlukan kesabaran serta ketabahan.Kesulitan ujian atau cobaan yang menuntut kesabaran itudijelaskan rinciannya antara lain dalam surat Al-Baqarah ayat214:Apakah kamu menduga akan dapat masuk surga padahalbelum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya (yangdialami) oleh orang-orang terdahulu sebelum kamu?Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, sertadiguncang aneka cobaan sehingga berkata Rasul danorang-orang yang beriman bersamanya. \"Bilakahdatangnya pertolongan Allah?\" ingatlah pertolonganAllah amat dekat (QS Al-Baqarah [2]: 214).Dan sungguh pasti kami akan memberi cobaan kepada kamudengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembirakepada orang-orang yang bersabar (QS Al-Baqarah [2]:155).Jihad juga mengandung arti \"kemampuan\" yang menuntut sangmujahid mengeluarkan segala daya dan kemampuannya demimencapai tujuan. Karena itu jihad adalah pengorbanan, dandengan demikian sang mujahid tidak menuntut atau mengambiltetapi memberi semua yang dimilikinya. Ketika memberi, diatidak berhenti sebelum tujuannya tercapai atau yangdimilikinya habis.Orang-orang munafik mencela orang-orang Mukmin yangmemberi sedekah dengan sukarela dan mencela jugaorang-orang yang tidak memiliki sesuatu untukdisumbangkan (kecuali sedikit) sebesar kemampuanmereka. Orang-orang munafik menghina mereka. Allahakan membalas penghinaan mereka, dan bayi mereka siksayang pedih (QS Al-Tawbah [9]: 79).WAWASAN AL-QURAN 494Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Jihad merupakan aktivitas yang unik, menyeluruh, dan tidakdapat dipersamakan dengan aktivitas lain --sekalipun aktivitaskeagamaan. Tidak ada satu amalan keagamaan yang tidak disertaidengan jihad. Paling tidak, jihad diperlukan untuk menghambatrayuan nafsu yang selalu mengajak pada kedurhakaan danpengabaian tuntunan agama.Apakah orang-orang yang memberi minuman kepadaorang-orang yang melaksanakan haji dan mengurus MasjidAl-Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang berimankepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalanAllah? Mereka tidak sama di sisi Allah. Allah tidakmemberi petunjuk kepada kaum yang zalim (QS Al-Tawbah[9]: 19).Katakanlah, \"Jika bapak-bapak, anak-anak,saudara-saudara, istri-istri kamu, keluarga, hartakekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamukhawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggalyang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah danRasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, makatunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orangfasik.\" (QS Al-Tawbah [9]: 24).Karena itu, seorang Mukmin pastilah mujahid, dan tidak perlumenunggu izin atau restu untuk melakukannya. Ini berbedadengan orang munafik. Perhatikan dua ayat berikut:Orang-orang yang beriman kepada Allah dan harikemudian tidak meminta izin kepadamu (Muhammad Saw.)untuk berjihad dengan harta benda dan jiwa mereka.Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa (QSAl-Tawbah [9]: 44). Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) 495 bergembira di tempat mereka di belakang Rasul, mereka tidak senang untuk berjihad dengan harta dan diriWAWASAN AL-QURANTafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
mereka di jalan Allah ... (QS Al-Tawbah [9]: 81).Mukmin adalah mujahid, karena jihad merupakan perwujudanidentitas kepribadian Muslim. Al-Quran menegaskan, Barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya untuk dirinya sendiri (berakibat kemaslahatan baginya) (QS A1-Ankabut [29]: 6).Maka, jangan menduga yang meninggal di medan juang sebagaiorang-orang mati, tetapi mereka hidup memperoleh rezekinya disisi Allah Swt. (baca QS 3: 169). Karena jihad adalahperwujudan kepribadian, maka tidak dibenarkan adanya jihadyang bertentangan dengan fitrah kemanusiaan. Bahkan bila jihaddipergunakan untuk memaksa berbuat kebatilan, harus ditolaksekalipun diperintahkan oleh kedua orangtua. Apabila keduanya (ibu bapak) berjihad (bersungguh-sungguh hingga letih memaksamu) untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu, yang tidak ada bagimu pengetahuan tentang itu (apalagi jika kamu telah mengetahui bahwa Allah tidak boleh dipersekutukan dengan sesuatu pun), jangan taati mereka, namun pergauli keduanya di dunia dengan baik ... (QS Luqman [31]. 15).Mereka yang berjihad pasti akan diberi petunjuk dan jalanuntuk mencapai cita-citanya. Orang-orang yang berjihad di jalan kami, pasti akan Kami tunjukkan pada mereka jalan-jalan Kami (QS Al-Ankabut [29]: 69).Terakhir dan yang terpenting dari segalanya adalah bahwa jihadharus dilakukan demi Allah, bukan untuk memperoleh tanda jasa,pujian, apalagi keuntungan duniawi. Berulang-ulang Al-Quranmenegaskan redaksi fi sabilihi (di jalan-Nya). Bahkan Al-Quransurat Al-Hajj ayat 78 memerintahkan:WAWASAN AL-QURAN 496Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Berjihad di (jalan) Allah dengan jihadsebenar-benarnya.Kesimpulannya, jihad adalah cara untuk mencapai tujuan. Jihadtidak mengenal putus asa, menyerah, kelesuan, tidak pulapamrih. Tetapi jihad tidak dapat dilaksanakan tanpa modal,karena itu jihad mesti disesuaikan dengan modal yang dimilikidan tujuan yang ingin dicapai. Sebelum tujuan tercapai danselama masih ada modal, selama itu pula jihad dituntut.Karena jihad harus dilakukan dengan modal, maka mujahid tidakmengambil, tetapi memberi. Bukan mujahid yang menanti imbalanselain dari Allah, karena jihad diperintahkan semata-mata demiAllah. Jihad menjadi titik tolak seluruh upaya; karenanyajihad adalah puncak segala aktivitas. Jihad bermula dari upayamewujudkan jati diri yang bermula dari kesadaran. Kesadaranharus berdasarkan pengetahuan dan tidak datang dengan paksaan.Karena itu mujahid bersedia berkorban, dan tak mungkinmenerima paksaan, atau melakukan jihad dengan terpaksa.MACAM-MACAM JIHADSeperti telah dikemukakan, terjadi kesalahpahaman dalammemahami istilah jihad. Jihad biasanya hanya dipahami dalamarti perjuangan fisik atau perlawanan bersenjata. Ini mungkinterjadi karena sering kata itu baru terucapkan pada saat-saatperjuangan fisik. Memang diakui bahwa salah satu bentuk jihadadalah perjuangan fisik/perang, tetapi harus diingat pulabahwa masih ada jihad yang lebih besar daripada pertempuranfisik, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. ketika beliau barusaja kembali dari medan pertempuran.Kita kembali dari jihad terkecil menuju jihadterbesar, yakni jihad melawan hawa nafsu.Sejarah turunnya ayat-ayat A1 Quran membuktikan bahwaRasulullah Saw. telah diperintahkan berjihad sejak beliau diMakkah, dan jauh sebelum adanya izin mengangkat senjata untukmembela diri dan agama. Pertempuran pertama dalam sejarahWAWASAN AL-QURAN 497Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Islam baru terjadi pada tahun kedua Hijrah, tepatnya 17Ramadhan dengan meletusnya Perang Badr.Surat Al-Furqan ayat 52 yang disepakati oleh ulama turun diMakkah, berbunyi:Maka jangan kamu taati orang-orang kafir, danberjihadlah melawan mereka menggunakan Al-Quran denganjihad yang besar.Kesalahpahaman itu disuburkan juga oleh terjemahan yang kurangtepat terhadap ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang jihaddengan anfus dan harta benda. Kata anfus sering diterjemahkansebagai jiwa Terjemahan Departemen Agama RI pun demikian(lihat misalnya ketika menerjemahkan QS 8: 72, 49 :15;walaupun ada juga yang diterjemahkan dengan diri [QS 9: 88]).Memang, kata anfus dalam Al-Quran memiliki banyak arti. Adayang diartikan sebagai nyawa, di waktu lain sebagai hati, yangketiga bermakna jenis, dan ada pula yang berarti \"totalitasmanusia\" tempat terpadu jiwa dan raganya, serta segala sesuatuyang tidak dapat terpisah darinya.Al-Quran mempersonifikasikan wujud seseorang di hadapan Allahdan masyarakat dengan menggunakan kata nafs. Jadi tidak salahjika kata itu dalam konteks jihad dipahami sebagai totalitasmanusia, sehingga kata nafs mencakup nyawa, emosi,pengetahuan, tenaga, pikiran, bahkan waktu dan tempat yangberkaitan dengannya, karena manusia tidak dapat memisahkandiri dari kedua hal itu. Pengertian ini, diperkuat denganadanya perintah dalam Al-Quran untuk berjihad tanpamenyebutkan nafs atau harta benda (antara lain QS Al-Hajj:78).Pakar Al-Quran Ar-Raghib Al-Isfahani, dalam kamus A1-QurannyaMu'jam Mufradat Al-Fazh Al-Quran, menegaskan bahwa jihad danmujahadah adalah mengerahkan segala tenaga untuk mengalahkanmusuh. Jihad terdiri dari tiga macam: (1) menghadapi musuhyang nyata, (2) menghadapi setan, dan (3) menghadapi nafsuyang terdapat dalam diri masing-masing. Ketiga hal di atasWAWASAN AL-QURAN 498Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
menurut Al-Isfahani dicakup oleh Firman Allah:Berjihadlah demi Allah dengan sebenar-benarnya jihad(QS Al-Hajj [22]: 78).Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang yangberhijrah dan berjihad dengan harta dan diri mereka dijalan Allah, hanya mengharapkan rahmat Allah (QSAl-Baqarah [2]: 218).Rasulullah Saw. bersabda, \"Jahiduw ahwa akum kama tujahiduna'ada akum\" (Berjihadlah menghadapi nafsumu sebagaimana engkauberjihad menghadapi musuhmu). Dalam kesempatan lain beliaubersabda, \"Jahidu Al-kuffar ba aidiykum wa al-sinatikum\"(Berjihadlah menghadapi orang-orang kafir dengan tangan danlidah kamu).Pada umumnya, ayat-ayat yang berbicara tentang jihad tidakmenyebutkan objek yang harus dihadapi. Yang secara tegasdinyatakan objeknya hanyalah berjihad menghadapi orang kafirdan munafik sebagaimana disebutkan Al-Quran surat At-Taubahayat 73 dan At-Tahrim ayat 9.Wahai Nabi, berjihadlah menghadapi orang-orang kafirdan orang-orang munafik, dan bersikap keraslahterhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahannamdan itu adalah seburuk-buruk tempat.Tetapi ini tidak berarti bahwa hanya kedua objek itu yangharus dihadapi dengan jihad, karena dalam ayat-ayat laindisebutkan musuh-musuh yang dapat menjerumuskan manusiakedalam kejahatan, yaitu setan dan nafsu manusia sendiri.Keduanya pun harus dihadapi dengan perjuangan.Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karenasesungguhnya dia merupakan musuh yang nyata bagimu (QSAl-Baqarah [2]: 168).Hawa nafsu pun diperingatkan agar tidak diikuti sekehendakWAWASAN AL-QURAN 499Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan UmatDr. M. Quraish Shihab, M.A.ebook [email protected]
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334
- 335
- 336
- 337
- 338
- 339
- 340
- 341
- 342
- 343
- 344
- 345
- 346
- 347
- 348
- 349
- 350
- 351
- 352
- 353
- 354
- 355
- 356
- 357
- 358
- 359
- 360
- 361
- 362
- 363
- 364
- 365
- 366
- 367
- 368
- 369
- 370
- 371
- 372
- 373
- 374
- 375
- 376
- 377
- 378
- 379
- 380
- 381
- 382
- 383
- 384
- 385
- 386
- 387
- 388
- 389
- 390
- 391
- 392
- 393
- 394
- 395
- 396
- 397
- 398
- 399
- 400
- 401
- 402
- 403
- 404
- 405
- 406
- 407
- 408
- 409
- 410
- 411
- 412
- 413
- 414
- 415
- 416
- 417
- 418
- 419
- 420
- 421
- 422
- 423
- 424
- 425
- 426
- 427
- 428
- 429
- 430
- 431
- 432
- 433
- 434
- 435
- 436
- 437
- 438
- 439
- 440
- 441
- 442
- 443
- 444
- 445
- 446
- 447
- 448
- 449
- 450
- 451
- 452
- 453
- 454
- 455
- 456
- 457
- 458
- 459
- 460
- 461
- 462
- 463
- 464
- 465
- 466
- 467
- 468
- 469
- 470
- 471
- 472
- 473
- 474
- 475
- 476
- 477
- 478
- 479
- 480
- 481
- 482
- 483
- 484
- 485
- 486
- 487
- 488
- 489
- 490
- 491
- 492
- 493
- 494
- 495
- 496
- 497
- 498
- 499
- 500
- 501
- 502
- 503
- 504
- 505
- 506
- 507
- 508
- 509
- 510
- 511
- 512
- 513
- 514
- 515
- 516
- 517
- 518
- 519
- 520
- 521
- 522
- 523
- 524
- 525
- 526
- 527
- 528
- 529
- 530
- 531
- 532
- 533
- 534
- 535
- 536
- 537
- 538
- 539
- 540
- 541
- 542
- 543
- 544
- 545
- 546
- 547
- 548
- 549
- 550
- 551
- 552
- 553
- 554
- 555
- 556
- 557
- 558
- 559
- 560
- 561
- 562
- 563
- 564
- 565
- 566
- 567
- 568
- 569
- 570
- 571
- 1 - 50
- 51 - 100
- 101 - 150
- 151 - 200
- 201 - 250
- 251 - 300
- 301 - 350
- 351 - 400
- 401 - 450
- 451 - 500
- 501 - 550
- 551 - 571
Pages: