SOLUSI PENINGKATAN KUALITAS Dari data tersebut diatas, maka permasalahan yang muncul harus dicarikan jalan keluarnya. Maka, beberapa hal yang dilatihkan saat bimtek adalah : 1) Meningkatkan penguasaan terhadap substansi/materi fisika melalui penyusunan modul dan pembahasan pada materi-materi yang kategori sukar; 3) Meningkatkan keterampilan dalam menjabarkan kisi-kisi UN ke dalam indikator soal melalui penyusunan soal soal HOTS; 4) Meningkatkan keterampilan dalam mengembangkan butir soal dan menelaah butir soal (analisis butir soal secara efektif). Selain itu, beberapa rekomendasi yang akan kita laksanakan agar hasil UN tahun mendatang lebih meningkat adalah sebagai berikut: 1. Melaksanakan tanggung jawab mendidik dengan lebih baik 2. Memberikan penbelajaran remedial dan pengayaan. 3. Membuat Latihan soal HOTS dan trik triknya 4. Memperbanyak media, model pembelajaran 5. Mengoptimalkan tutor sebaya 6. Membuat bahan ajar TIK 7. Menggunakan e modul 8. Merancang tugas ujian on line agar bimbingan bisa dilakukan setiap saat 9. Cara belajar hubungan antara materi dan praktek 10. Kesempatan lebih untuk menemukan konsep-konsep yang dipersyaratkan melalui eksperimen diskusi literasi 11. melakukan feedback dan tindak lanjut dari proses dan penilaian pembelajaran 12. Kerjasama dengan orang tua 13. Peningkatan kompetensi guru melalui pemberdayaan MGMP Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 301
Sugiono, Guru SMAN 1 Panarukan Situbondo Sugiono, dilahirkan di Situbondo pada tanggal 10 Juni 1979. Lulus Sekolah Menengah Atas pada tahun 1997 yaitu di SMA Negeri 1 Panarukan. Lulus S1 dari Universitas Jember, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Pendidikan Fisika tahun 2001. Kemudian meneruskan studinya ke Program Pascasarjana, pada Program Studi Pendidikan IPA di Universitas Jember. Lulus Tahun 2016, dengan predikat wisudawan terbaik tingkat fakultas dan universitas dengan meraih IPK tertinggi. Saat ini, penulis aktif sebagai pengajar tetap di SMAN 1 Panarukan Situbondo mengampu mata pelajaran Fisika. Pada tahun 2012, penulis meraih penghargaan sebagai Juara I Guru Berprestasi Tingkat SMA/SMK se–kabupaten Situbondo. Semangatnya yang tiada padam untuk selalu belajar, membawanya untuk selalu berkarya. Perjalanan studi S-2 menghasilkan karya berupa buku pedoman Model Pembelajaran Orisinal (Orientasi-Instruksional) Berbasis Saintifik. Selain tugas utamanya sebagai guru fisika. Penulis juga mendapat tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Pengalaman di bidang kurikulum saat mengikuti diklat, bimtek maupun workshop salah satunya akan dibagi dalam penulisan buku antologi seamolec berikut ini. Semoga bermanfaat dalam menambah ilmu sekaligus pengalaman dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 302
Bab 76 model pembelajaran snowball throwing sebagai upaya meningkatkan minat belajar bahasa Inggris SMA NEGERI 3 PURWOREJO Berdasarkan konsep atau teori tentang standar proses pendidikan nasional dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 22 tahun 2018 bahwa: pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, inspiratif, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dijelaskan pula dalam Permendikbud tersebut bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan tenaga pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam Juknis Permendikbud Kurikulum 13 menjelaskan bahwa proses ideal pembelajaran adalah siswa mencari tahu bukan siswa diberi tahu, sedangkan proses penilaiannya berbasis kemampuan melalui penilaian proses dan output bukan berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output. Sebuah penilaian dikatakan ideal apabila guru secara aktif dan sistematik memperoleh informasi diagnostik dari siswa secara persiswaan mengenai pemahaman mereka tentang kemajuan siswa secara persiswaan. Menurut Permendikbud nomor 23 tahun 2016 “Ketuntasan belajar individual tercapai apabila diperoleh nilai kompetensi pengetahuan tiap individu mencapai KKM (Kriteria Kelulusan Minimal). Permasalahan yang terjadi pada siswa kelas X di SMA Negeri.3 Purworejo setelah mengikuti pembelajaran dengan metode informasi atau ceramah untuk khususnya materi Narrative hanya 34% siswa yang mencapai nilai 70 sesuai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), meskipun siswa sudah dibekali dengan sejumlah rumus kalimat dan contoh text Narrative untuk membantu memahami materi yang sedang dipelajari. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan cara konvensional tidak mampu meningkatkan kemampuan siswa memahami konsep pembelajaran Narrative. Hal ini terjadi karena siswa tidak sepenuhnya terlibat dalam proses pembelajaran, cenderung bersikap pasif dan hanya menerima sepenuhnya materi secara teori sebagaimana yang dijelaskan guru di depan kelas. Kondisi demikian sungguh menyulitkan bagi siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Berdasarkan kenyataan ini, maka pembelajaran bahasa Inggris materi Narrative perlu mendapat perhatian dan pemecahan yang tepat bagi guru mata pelajaran. Untuk mengatasi masalah di atas, penulis menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing Sebagai Upaya Meningkatkan Minat Belajar. Ini merupakan jenis pembelajaaran kooperatif yang didesain seperti permainan melempar bola. Metode ini bertujuan untuk memancing kreatifitas dalam membuat soal sekaligus menguji daya serap materi yang disampaikan oleh ketua kelompok. Karena berupa permainan, Siswa harus dikondisikan dalam keadaan santai tetapi tetap terkendali tidak ribut, kisruh atau berbuat onar. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 303
Metode Pendekatan pembelajaran ini memiliki kelebihan diantaranya sebagai berikut:: 1. Melatih kesiapan siswa 2. Saling memberikan pengetahuan Pada Pelaksanaan Model Pembelajaran Snowball Throwing ada beberapa tahap yang harus dilakukan oleh guru di kelasnya, mereka adalah sebagai berikut: 1. Pada tahap awal Guru di depan siswa melakukan tanya jawab pada siswa tentang gambar yang ditunjukanya. Siswa menjawab dengan benar bahwa gambar tersebut adalah cerita legenda Malin Kundang dari Sumatera Barat. Kemudian guru menjelaskan genre text narrative, text structure, dan fungsinya di kelas tersebut. 2. Setelah itu guru membagi siswa menjadi 9 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa. 3. Kemudian guru memanggil setiap ketua kelompok ke depan lalu guru menjelaskan materi text narrative yang lain yang telah dipersiapkan oleh guru kepada ketua kelompok setelah itu masing-masing ketua kelompok diminta kembali ke kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan materi dan tugas yang mereka terima kepada teman-teman dalam kelompoknya. 4. Setelah itumasing-masing siswa pada setiap kelompok membuat satu pertanyaan dari materi tentang narasi tersebut di kertas satu lembar, setelah selesai kertas tersebut di remas-remas dibentuk menyerupai bola. Kemudian kertas berisi pertanyaan tadi dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 30 detik. 5. Setelah masing masing siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan, mereka diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan kelompoknya. 6. Guru secara aktif berkeliling ke setiap kelompok untuk melihat apakah mereka menemukan kesulitan dan membutuhkan bantuan, dan apakah mereka bekerja secara tim atau perindividu. 7. Setelah siswa dirasa selesai berdiskusi mengerjakan atau menjawab pertanyaan, Guru meminta masing masing kelompok untuk menyampaikan jawaban atas pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut di papan tulis (whiteboard) secara bergantian dengan didampingi oleh guru. 8. Guru membahas jawaban yang disampaikan siswa tiap kelompok bersama seluruh siswa seusai tiap masing masing kelompok memberikan jawaban dan penjelasanya di depan kelas. 9. Guru memberikan rangkuman tentang semua jawaban diberikan siswa. 10. Evaluasi. 11. Penutup. Dengan menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing dapat dipastikan minat belajar bahasa Inggris materi narrative pada kelas X di SMA Negeri.3 Purworejo tersebut meningkat terlihat bahwa siswa tersebut menjadi sangat antusias setiap mereka mengikuti pelajaran tersebut, dan hasil pembelajara merekapun meningkat terlihat bahwa semula yang mereka yang mencapai KKM hanya 34% menjadi 86% setelah guru menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing di kelasnya. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 304
Suharyono, S.Pd, Guru SMAN 3 Purworejo Nama Lengkap : Suharyono,S.Pd NIP : 196510031992031009 pangkat /Gol. : Pembina, IV/a Jabatan : Guru Madya Kelamin : Laki-laki Tempat,tgl. Lahir : Kulonprogo, 3 Oktober1965 Agama : Islam Unit Kerja : SMA Negeri 3 Purworejo Alamat Kantor : Jl.Yogyakarta Km.8 Purworejo, JawaTengah Alamat Rumah : Komplek Perumahan Pagak Indah, Blok W.14, Rt.09/ Rw.10,Sumbersari, Banyuurip,Purworejo, Jawa Tengah. Telepon / HP : 0852 2668 7967 E-mail / G-mail : [email protected] Status : Nikah Anak : 2 orang Pendidikan : S1 Pengalaman Mengajar: SMA Negeri 1 Manufahi (1992 – 1997), SMA Negeri 1 Petang, Badung, Bali (1998 – 2000), SMA Negeri 3 Purworejo ( 2001 – Sekarang) Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 305
Bab 77 penguatan pendidikan karakter Latar Belakang Adanya urgensi penguatan pendidikan berkarakter dipengaruhi oleh pembangunan sumber daya manusia sebagai pondasi pembangunan bangsa, gerakan emas 2045 yang dibekali keterampilan abad 21 yang dihadapi dengan kondisi moral, etika dan budi pekerti, yang dipengeruhi kodisi global, dengan berlangsungnya revolusi digital, perubahan peradaban masyarakat yang semakin tegas fenomena abad kreatif. Berdasarkan UUSPN Pasal 3 menyebutkan Pendidikan Nasional berfungsi : Mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk, berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sasaran Adapun sasaran dalam pendidikan berkarakter adalah; Seluruh sekolah di Indonesia Semua warga sekolah, terutama para peserta didik sebagai prioritas utama Pendidik berperan sebagai teladan ( ing ngarso sung tuladha, ig madya mangun karsa, tut wuri handayani) Tujuan Tujuan dalam pendidikan berkarakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah melalui pembentukan karakter peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan standar kompetendi lulusan. Nilai-nilai dalam SK/KD seluruh mata pelajaran (MAPEL) Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam standar kompetensi dan kompompetensi dasar pada seluruh mata pelajaran antara lain; religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 306
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, senang mambaca, peduli sosial, peduli lingkungan dan tanggung jawab. Agresivitas Peserta Didik Mengutif Penyair Arab Syauqi Bey ; فَإِ ْنُ هُ ْمُ َذ َه َب ْتُ أَ ْخلاَقُ ُه ُْم َذ َه ُب ْوا¤ َوإِ َّن َما الأُ َم ُمُ الأَ ْخل َا ُُق َما َب ِق َي ُْت Artinya:” Sesungguhnya kejayaan suatu umat (bangsa) terletak pada akhlak/karakternya. Jika iti telah runtuh, maka runtuh pulalah bangsa itu” Pengertian karakter, menurut beberapa para ahli: Gordon Wilard Aliport ( Psikolog Amerika ) Karakter sebagai penentu bahwa seseorang sebagai pribadi. Imam Al-Ghozali (Hujjatul Islam) Karakter lebih dekat dengan Akhlak,yaitu spontanitas manusia dalam bersikap atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehinggaketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi. Apabila yang lahir tingkah laku yang indah dan terpuji maka dinamakan akhlak yang baik, dan apabila yang lahir itu tingkah laku yang keji maka dinamakanlah akhlak yang buruk. Tingkah laku seseorang itu adalah lukisan batinnya sendiri. Untuk mencapai Pendidikan berkarakter yang baik, hendaknya harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan, tetapI juga merasakan dengan baik prilaku yang baik, dengan demikian pendidikan berkarakter erat kaitanya dengan kebiasaab yang harus terus menerus di praktekkan dan dilakukan. Peran Guru dalam Pengembangan Karakter Guru memiliki pengetahuan dan pandangan yang konprenhensif futuristic tentang profil tenaga kerja yang dibutuhkan dalam dunia usaha/industri. Guru perlu memiliki kemampuan dalam mendesain kurikulum dan pelaksanaan pasar kerja yangmenyangkut aspek keterampilan maupun karakter kerja yang dibutuhkan ketika anak didik kita sudah menyelesaikan pendidikan. Guru mampu mengintegrasikan karakter kerja dalamproses pembelajaran. Guru mampu menjadi teladan bagi anak didiknya dalam menumbuhkan budaya sekolah yang kondusif, bagi tumbuhnya karakter yang unggul. Menurut KI Hadjar Dewantara, Budi Pekerti, Watak atau karakter; bersatunya gerak, fikirian, perasaan dan kehenda atau kemauan yang lalu menimbulkan tenaga. Maksudnya dengan budi pekerti tiap Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 307
manusia berdiri sebagai manusia yang merdeka, berkepribadian, yang dapat memerintahkan dan menguasai diri sendiri (mandiri). Inilah tujuan pendidikan dalam garis besarnya. Metode pendidikan karakter yang diterapkan disekolah Adapun metode pendidikan karakter yang diterapkan disekolah antara lain; 1. Mengajarkan ( melibatkan siswa, tidak bersikfat monolog ) 2. Keteladanan ( guru dan seluruh warga sekolah ) 3. Menentukan prioritas 4. Praktis prioritas ( verifikasi sejauh mana realilasasi terhadap prioritas yang telah ditentukan ) 5. Refleksi 6. Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Bidang Pendidikan Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dengan pendidikan karakter bisa menumbuhkan kepribadian siswa yang baik, dengan melalui kegiatan pendidikan agama,seni budaya, olah raga dan apresiasi kegiatan yang ada. Saran Seluruh pemangku kepentingan pendidikan nasional harus berbagi sarana-prasarana. Untuk pelaksanaan pendidikan karakter, termasuk juga program pendidikan yang lain, tidak ada fasilitas yang tertutup bagi yang lain, jika dibutuhkan. Semua berbagi dan bersinergi dalam muatan/substansi, segala kegiatan sosialisasi, penguatan kapasitas, penerapan di sekolah pada monitoring dan pengawasannya harus mengacu kepada keterbijakan yang telah dotetapkan. Harus te.rjadi sinergi antara satuan kerja dengan satuan kerja lainnya di dalam pendidikan nasional. Sukmarini, Guru SMAN 1 Pangkalan Lampam Sukmarini Penulis lahir di Palembang, tanggal 08 Agustus 1976 dari enam bersaudara, Menyelesaikan pendidikan S.1 di Universitas Muhammadiyah Palembang tahun 2000, Pekerjaan formal yang pernah di jalani sebagai team keuangan di Pd. BumiHyatt Palembang tahun 2000-2002, Guru ekonomi di SMA Negeri 1 Lempuing Jaya 2003-2015, Guru ekonomi d SMA Negeri 1 Pangkalan Lampam tahun 2015- hingga sekarang, dan sebagai tutor Univesitas Terbuka fokjar Lempuing, tahun 2003-2015, pernah jadi tutor paket B dan paket C PKBM Harapan Bangsa, dan pernah terpilih sebagai Tenaga Pendidik dan Terdidik di Tingkat Kabupaten dan Propinsi tahun 2013-2014, Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 308
Bab 78 MAU KUIS???.... YA DI QUIZIZZ SAJA Materi oleh: Sultan Ilustrasi \"Derap sepatu terdengar sangat cepat di luar kelas. Silih berganti dan serasa sudah akan memasuki sebuah ruangan. Gemuruh anak-anak yang tadinya terdengar riuh tetiba berhenti menjadi tenang, sunyi, senyap dan nyaris tak ada suara. Sosok tubuh laki-laki berjalan tegap memasuki kelas dan menyapa, \"Assalamu Alaikum anak-anak?\". Dengan kompak anak-anak menjawab, \"Waalaikum salam Pak\", secara serempak. Sambil mengambil gawai dari saku celananya, Pak Guru berkata,\"Anak-anak, hari ini kita kuis. Silahkan ambil gawai ataupun laptop dan letakkan di depan kalian masing-masing.\" Semua anak melakukan instruksi yang dilakukan oleh guru dan sambil berbisik satu sama lain dengan pertanyaan yang bermacam-macam, \"kuis apa yah? Ko diminta mengambil gawai dan laptop? Biasanya juga pakai kertas selembar? Kayaknya ulangan deh kita ini?\", dan banyak lagi pertanyaan yang tidak tersampaikan kepada bapak guru mereka.\" Kata gawai dan laptop, adalah kata yang sangat populer di masyarakat Indonesia saat ini. Pun halnya dengan kaum pembelajar. Penggunaan gawai oleh pelajar di sekolah pada semua tingkat pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas ataupun Sekolah Menengah Kejuruan memberikan fenomena tersendiri di dunia pendidikan. Banyak kalangan pemerhati pendidikan, sering memperdebatkan keberadaan alat-alat ini di sekolah. Apakah memang benar, keberadaan gawai memberikan efek yang baik atau tidak bagi anak-anak didik masa depan bangsa ini? Pertanyaan ini perlu disikapi dengan bukti nyata bagaimana memanfaatkannya dengan cara yang benar oleh pelaku-pelaku pendidikan yang menjadi ujung tombak pencetak generasi bangsa. Di era digital sekarang ini, pemanfaatan gawai dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pengembang aplikasi yang dapat digunakan dalam bidang pendidikan. Dengan akses internet yang begitu mudah, para pengguna hanya tinggal mengunduh aplikasi yang diinginkan dan memanfaatkannya. Satu hal yang tidak terbantahkan, menurut data dari bisnis.com, total pengguna internet di Indonesia di tahun 2019 adalah 130 juta, atau 56% dari total populasi yang mencapai 268, 2 juta. Laporan berjudul The Global State of Digital in 2019 Report dalm bisnis.com, oleh M. Taufik Basari menyebutkan bahwa pengguna medua sosial aktif menjadi 150 juta atau sama dengan pengguna internet. Kata kuis juga merupakan istilah yang tidak asing di lingkungan pendidikan. Hampir setiap hari kita dengar bapak ibu guru di sekolah ataupun dosen di perguruan tinggi menggunakannya. Kuis menurut KBBI berarti 1) ujian lisan atau tertulis yang singkat; 2) acara hiburan dalam radio atau televisi yang berupa perlombaan adu cepat menjawab pertanyaan; cepat tepat; cerdas cermat; 3) (dalam majalah) daftar pertanyaan sederhana yang berhadiah (kadang-kadang mengandung promosi dagang). Dan pertanyaannya sekarang adalah apakah ada sesuatu yang dapat menggabungkan ketiga definisi diatas dalam pemanfaatannya melalui sebuah media dan diintegrasikan dengan pembelajaran? Jawabnya adalah tentu saja ada. Apakah itu? Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 309
Kuis, gawai dan laptop menjadi hal yang tidak terpisahkan ketika dikaitkan dengan pembelajaran di era industri 4.0. Menurut Istiqomah (hal. 17), salah satu strategi pembelajaran pada revolusi industri 4.0 adalah meningkatkan implementasi dan pemerataan pembelajaran digital. Hal ini dapat diwujudkan dengan integratif teaching melalui pembelajaran blended learning (hybrid) dan menggunakan sistem ODL (online distance learning). Oleh karenanya, salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk memenuhi konsep-konsep tersebut diatas adalah pemanfaatan aplikasi quizizz. Dimana, dengan memanfaatkan aplikasi ini, maka pembelajaran akan menjadi lebih interaktif. Mau tahu bagaimana pengertian tentang quizizz, cara membuat kuis di quizizz dan penerapannya dalam pembelajaran. Berikut ini deskripsi tentang quizizz yang penulis ambil dari http://nancyradjah31.blogspot.com/2018/05/softwere-pembelajaran- online.html: PENGERTIAN QUIZIZZ Quizizz merupakan sebuah web tool untuk membuat permainan kuis interaktif yang digunakan dalam pembelajaran di kelas. Kuis interaktif yang dibuat memiliki hingga 4 pilihan jawaban termasuk jawaban yang benar dan dapat ditambahkan gambar ke latar belakang pertanyaan. Bila pembuatan kuis sudah jadi, kita dapat membagikan kode ke siswa agar siswa dapat login ke kuis tersebut. LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN KUIS DI QUIZIZZ 1. Masuk ke www.quizizz.com lalu klik \"Sign Up” 2. Pilih “ sign up with email” atau “ sign up with google” 3. Klik “Teacher” jika ingin login sebagai guru 4. Masukkan identitas ( Username, email, dan password) klik \"Continue\" 5. Jika sudah masuk, buatlah kuis dengan cara mengklik “create new quiz” pada bagian kiri atas. 6. Akan muncul tampilan Let’s create a quiz : Masukkan nama kuis, bahasa, lalu klik “save” 7. Akan muncul tampilan selanjutnya lalu klik “Create new question” 8. Masukkan pertanyaan pada kolom “Write your question here” lalu masukkan opsi jawaban (jika menggunakan pilihan ganda) pada kolom “ Answer option 1, answer option 2, dan seterusnya.” 9. Beri centang pada bagian kolom jawaban yang benar, atur durasi pengerjaan dalam satu soal, lalu klik “ save”. 10. Jika sudah menulis semua kuis, klik “ Finish Quiz” 11. Maka akan muncul tampilan Quiz Detail ( atur kelas berapa kuis itu ingin ditujukan dan mata pelajaran apa yang digunakan) lalu klik “save details” 12. Akan muncul tampilan selanjutnya, pilih “Homework” jika ingin digunakan sebagai PR dan pilih “ Play Live” jika ingin digunakan sebagai mulai sekarang. 13. Masukkan deadline pengerjaan (atur tanggal dan jam) lalu klik “Proceed” 14. Akan muncul tampilan selanjutnya yaitu kode yang digunakan untuk masuk dalam pengerjaan kuis. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 310
CARA MENGERJAKAN KUIS 1. Siswa membuka link https://join.quizizz.com 2. Siswa memasukkan 6 digit kode yang diberikan oleh guru lalu klik “Proceed” 3. Siswa memasukkan nama mereka masing-masing lalu klik \"start” 4. Siswa mengerjakan kuis tersebut dengan waktu setiap soal 20 detik (sesuai dengan aturan guru) KETERANGAN KUIS Setiap siswa selesai menjawab pertanyaan dengan benar maka akan muncul berapa point yang didapatkan dalam satu soal dan juga mendapat ranking berapa dalam menjawab soal tersebut. Jika siswa menjawab salah pertanyaan tersebut, maka akan muncul jawaban yang benar/correct. Jika selesai mengerjakan kuis, pada akhir kuis akan ada tampilan Review Question untuk melihat kembali jawaban yang kita pilih. Dalam pengerjaan kuis, setiap siswa mendapatkan daftar pertanyaan yang berbeda dengan siswa lainnya karena kuis tersebut dibuat dalam bentuk Homework sehingga daftar soalnya diacak dan setiap siswa, soal yang muncul berbeda-beda. Selanjutnya, anda juga dapat melihat atau menonton video tutorial tentang quizizz yang merupakan hasil rekaman VCT 49 Wilayah Kalseltara Batch 3 penulis: https://www.youtube.com/watch?v=IBJt7j59Gnk&t=40s Setelah membaca dan menyimak video tentang quizizz, semoga dapat memberikan gambaran bagaimana menggunakan aplikasi ini dalam pembelajaran. Sebuah media pembelajaran tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pun dengan aplikasi quizizz ini. Kelebihan dari aplikasi ini antara lain: 1) dapat diakses dimanapun karena sistemnya adalah online; 2) menjadi media pembelajaran yang sangat interaktif; 3) menyediakan hasil kuis dengan analisis yang dapat diunduh oleh si pemakai; 4) memberikan hiburan bagi pemakainya; 5) kuis yang kita dan orang lain buat dapat dimanfaatkan/digunakan bersama; 6) sangat mudah dalam pembuatan dan pengaplikasiannya. Terlepas dari kelebihan tersebut diatas, terdapat pula kekurangan yang tidak dapat dipungkiri, yaitu tidak dapat diakses jika jaringan internet tidak ada. Sultan, SMAN 1 Nunukan Sultan. Lahir di Maroangin, 09 November 1981. Saat ini mengajar di SMAN 1 Nunukan dan mengampu pelajaran Bahasa Inggris. Link : https://www.youtube.com/watch?v=IBJt7j59Gnk&t=40s Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 311
Bab 79 UANG Apa sih yang terlintas di fikiran kita kalau kita membaca kata “uang”? Bagi beberapa orang tentu, uang merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Bayangkan aja, kalau kita mau beli sesuatu tapi kita nggak ada duit. Apa yang kita rasakan? Oooooow..atau begini deh, kita sudah berjanji ke temen kita buat beliin es krim, tapi karena satu dan lain hal kita nggak jadi beliin es krim. Padahal, tinggal bilang aja “Aku lagi nggak ada uang” Adanya perasaan kekurangan uang secara terus-menerus inilah yang memungkinkan munculnya praktik korupsi saat dewasa. Ya karena merasa nggak cukup terus dan kurang bersyukur juga sih. Lebih parahnya lagi, jika kita duduk di suatu jabatan, melakukan korupsi. Nah, baru-baru ini kan ada kasus korupsi ABPD-P Kota XXX yang dilakukan oleh 41 orang anggota DPRD. Kira-kira kenapa ya mereka mengorupsi dana APBD? Emang apa sih APBD itu? Fungsinya apa dan tujuannya untuk apa? Selain membahas tentang APBD, kita tentunya bakal membahas tentang APBN. Penasaran ? Apa sih APBN itu? APBN itu singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Kalau APBD itu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Paling nggak ada dua pengertian yang bisa kita jadikan dasar untuk merumuskan pengertian APBN. Pertama, Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 23 menjelaskan bahwa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang- undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Kedua, dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 1 menjelaskan yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Nah, dari pengertian dasar di atas tadi dapat kita simpulin nih kalau APBN itu merupakan daftar yang memuat rincian berbagai sumber pendapatan negara dan jenis-jenis pengeluaran negara dalam satu tahun. Kalau APBN itu kan berasal dari pemerintah pusat, nah pemerintah daerah baik di tingkat I (provinsi) atau II (kota/kabupaten) juga membuat daftar anggaran yang disebut dengan APBD. Berdasarkan Permendagri No.13 Tahun 2006 , APBD adalah rencana keuangan tahunan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBN dan APBD itu kan disusun supaya sasaran pembangunan dalam jangka waktu satu tahun dapat tercapai. Kebayang nggak sih kalo APBN dan APBD tersebut dikorupsi? Apa yang bakalan terjadi? Yaa...fungsi-fungsi dari APBN dan APBD tidak akan berjalan secara maksimal. Emmm….ngomong- ngomong tentang fungsi APBN dan APBD, ternyata ada enam fungsi lho. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 312
Berikut penjelasan dari fungsi-fungsi tersebut ya, Squad. 1. Pertama, fungsi otorisasi. Fungsi ini menjadi dasar untuk negara/daerah dalam pelaksanaan pendapatan dan pengeluaran pada tahun yang direncanakan. 2. Kedua, fungsi perencanaan. APBN/APBD dibuat sebagai pedoman untuk merencanakan kegiatan pada tahun anggaran yang direncanakan. 3. Ketiga, fungsi pengawasan. Nah, APBN/APBD menjadi pedoman penyelenggaraan kegiatan sudah sesuai dengan ketentuan atau belum. 4. Fungsi keempat ialah fungsi alokasi. Fungsi ini dapat dikatakan sebagai penyediaan barang publik (sektor pembangunan). APBN/APBD kan bersumber dari pajak, nah dialokasikan deh untuk membangun sarana umum yang nantinya bisa memacu pertumbuhan ekonomi. Contohnya apa? Yaaa paling mudah sih adanya pembangunan MRT (Mass Rapid Transit). 5. Fungsi kelima yakni fungsi distribusi. Artinya, dana yang akan digunakan itu nggak boleh terpusat di satu sektor atau daerah saja. Memang sih saat ini masih terjadi ketimpangan atau prinsip keadilan belum dijalankan secara maksimal. Tapi, lambat laun di kemudian hari nanti, teman-teman kita yang ada di Papua, bisa saja merasakan transportasi massal seperti Commuter Line atau bahkan MRT. Fungsi keenam atau yang terakhir ialah fungsi stabilisasi. Adanya APBN/APBD dapat menyetabilkan keadaan ekonomi. Contohnya begini, ketika harga barang dan jasa naik, pemerintah akan menaikkan pajak. Nah, dengan begitu jumlah uang yang beredar akan berkurang dan harga-harga bisa normal kembali. Kalau dananya sampai dikorupsi otomatis fungsi dari APBN/APBD tersebut nggak bakalan berjalan secara optimal. Itu baru fungsinya lho yang terganggu, apalagi tujuannya. Wah, bakalan sulit tercapai sih. APBN yang berfungsi sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan negara memiliki tujuan melaksanakan kegiatan kenegaraan yang pada akhirnya mencapai kemakmuran masyarakat. Begitu juga dengan APBD, tujuan akhirnya ya supaya kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi di daerah semakin merata. Nah, itu tadi penjelasan tentang kenapa sih APBN/APBD itu penting? Ternyata dari pengertian, fungsi, dan tujuannya saja sudah cukup menjelaskan kalau ternyata APBN dan APBD mempunyai keterkaitan dalam mencapai tujuan untuk menyejahterahkan masyarakat. Kamu masih pengen cari tahu lebih dalam tentang APBN dan APBD? Coba belajar privat yuk di ruangles. Ada banyak guru privat berkualitas dan kamu bisa pilih sesuai keinginanmu lho. Yuk pilih gurunya sekarang juga! Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 313
Supatmiatun, S.Pd, M.Pd, 1. Nama : SUPATMIATUN,S.Pd.M.Pd 2. NUPTK : 2941742643300012 3. NIP : 19640609 198901 2 002 4. Pangkat/Golongan : PembinaTk I / IV b 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Tempat, tggl lahir : Trenggalek, 09 Juni 1964 7. Pendidikan Terakhir : S2 / Teknologi Pembelajaran 8. Alamat : RT 24 RW 07 Desa Sumberingin , Karangan, Trenggalek 9. Email : [email protected] 10. No. HP : 081555874036 Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 314
Bab 80 sosialisasi pemanfaatan rumah belajar SMA Negeri 11 Medan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) adalah salah satu unsur pendukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bidang teknologi informasi dan komunikasi pendidikan dan kebudayaan yang bertanggungjawab kepada Menteri melalui Sekretariat Jenderal sesuai dengan Permendikbud RI. No. 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pustekkom melaksanakan tugas pengembangan dan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan dan kebudayaan. Berbagai produk dari Pustekkom berkenaan dengan pengembangan dan pendayagunaan TIK meliputi Portal edukasi Rumah Belajar, m-edukasi.net, Anugrah Ki Hajar, TV Edukasi, suara Edukasi, dan Film Pendidikan. Kemendikbud melalui Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) mengembangkan suatu portal pembelajaran yang bernama portal Rumah Belajar pada Juli 2011 Portal Rumah Belajar ini merupakan salah satu usaha untuk memfasilitasi proses pembelajaran melalui media jaringan atau secara online yang dapat dimanfaatkan oleh pendidik dan peserta didik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) sebagai sumber media pembelajaran. Pada menu Fitur Utama terdapat delapan kelompok konten, yaitu Sumber Belajar, Buku Sekolah Elektronik, Bank Soal, Laboratorium Maya, Peta Budaya, Wahana Jelajah Angkasa, Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, dan Kelas Maya. Sedangkan pada menu Fitur Pendukung terdapat tiga kelompok konten, yaitu Karya Guru, Karya Komunitas, serta Karya Bahasa dan Sastra. Ada pula materi pembelajaran yang terhimpun dalam Fitur Pendukung. Rumah Belajar juga memberikan layanan ketersediaan sumber media pembelajaran dalam bentuk bahan belajar interaktif yang dilengkapi dengan media pendukung gambar, animasi, video dan simulasi, serta dalam bentuk buku digital. Konten-konten yang ada pada Rumah Belajar tersebut disediakan untuk berbagai tujuan, agar pendidik dan peserta didik dapat melaksanakan pembelajaran secara komprehensif. Misalnya fitur Peta Budaya, disiapkan untuk menyediakan berbagai macam materi pembelajaran budaya di Indonesia sehingga peserta didik dapat lebih mengetahui dan menghargai keragaman adat istiadat/budaya. Sedangkan Wahana Jelajah Angkasa dikembangkan agar peserta didik lebih mudah mengenal benda-benda angkasa. Selanjutnya, Bank Soal, berisi kumpulan soal-soal latihan/tes. Juga Karya Guru dan Karya Komunitas, memberi kesempatan pendidik mengunggah karya terbaiknya. Di sini pendidik bisa berbagi informasi/ ilmu dengan yang lain. Fitur yang lain, yakni Kelas Maya, memberi layanan pendidik dan peserta didik menyelenggarakan kegiatan e-learning atau pembelajaran secara daring (online) kapan saja dan di mana saja. Fitur itu memfasilitasi pembelajaran daring antara pendidik dan peserta didik kapan saja dan di mana saja. Baik pada saat jam sekolah maupun di luar jam sekolah (sesuai kesepakatan pendidik dan peserta didik), asalkan guru dan siswa memiliki koneksi internet dan perangkat gawai seperti komputer/laptop/ notebook. Adapun Laboratorium Maya dapat digunakan peserta didik dan pendidik melakukan percobaan di laboratorium secara virtual (maya). Semua percobaan atau simulasi yang tersedia di Laboratorium Maya dapat diunduh oleh pengguna dengan melakukan login terlebih dahulu. Di fitur ini terdapat konten untuk mata pelajaran IPA dan matematika dengan kategori SMP dan SMA. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 315
Penjelasan singkat untuk fitur utama Rumah Belajar yaitu Kelas Maya. Kelas Maya di Rumah Belajar merupakan sebuah learning management system (LMS) yang dikembangkan khusus untuk memfasilitasi terjadinya pembelajaran dalam jaringan ( online ) antara peserta didik dan guru kapan saja, di mana saja. Pada waktu tertentu yang terjadwal oleh guru, peserta didik dapat mengikuti pembelajaran virtual dengan pendidik melalui alat komunikasi synkronous ( chat, video conference, audio conference, desktop sharing, whiteboad). Strategi pembelajaran di Kelas Maya lebih bersifat konstruktivistik yang menuntut pembelajaran aktif dan berpusat pada peserta didik sehingga mendorong keterampilan mereka. Implementasi pemanfaatan TIK dalam pembelajaran melibatkan pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah, guru, peserta didik, admin (operator) dan orang tua. Sekolah sebagai penyelenggara kelas maya, sehingga sekolah melalui kepala sekolah membuat kebijakan untuk membuka kelas maya, mengatur, merencanakan, dan melaksanakan pembelajaran melalui kelas maya. Pendidik sebagai pengelola kelas maya memiliki peran dalam keberhasilan pelaksanaan kelas maya. Hal ini terkait tugas- tugas yang harus dilakukan pendidik dalam merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran melalui kelas maya. Peserta didik sebagai peserta kelas maya mendapatkan fasilitas pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu materi. Peserta kelas maya dituntut kemandirian dan kesungguhan dalam mengikuti kelas maya ini. Administrator memiliki hak akses dalam mengelola keseluruhan sistem diantaranya mengelola master data sistem (mata pelajaran, kelas, statistik), mengelola akses seluruh pengguna sistem (penyelenggara, guru, siswa), mengatur pengelolaan seluruh kelas, monitoring seluruh aktivitas sistem pembelajaran, monitoring seluruh aktivitas pengguna sistem. Administrator dari Pustekkom dan sekolah.Pemanfaatan kelas maya Rumah Belajar memiliki potensi yang besar dalam pembelajaran yang bersifat jarak jauh dalam jaringan. Rumah Belajar telah banyak dimanfaatkan oleh pendidik sebagai sumber media pembelajaran baik secara online dan luring (offline). Secara offline, pendidik mengunduh materi terlebih dulu melalui gawai yang berkoneksi internet. Rumah belajar memfasilitasi untuk belajar di mana saja dan kapan saja dan dengan siapa saja. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 316
Suprabaka Ika Sari, S.Pd, M.Pd, Guru SMAN 11 Medan Supraba Ika Sari, S.Pd, M.Pd. Penulis lahir di Stabat, Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 05 Juli 1979. Menyelesaikan Program Pendidikan Biologi S1 pada tahun 2000, dan Program Pasca Sarjana Pendidikan Biologi di Universitas Negeri Medan pada tahun 2009. Saat ini bertugas sebagai guru Mata pelajaran Biologi di SMA Negeri 11 Medan dan sebagai Narasumber IGI Sagusanov. Pelatihan yang pernah diikuti, diantaranya : Pelatihan Instruktur Kabupaten/Kota Kurikulum Sekolah Menengah Atas Provinsi Sumatera Utara Tahun Pelajaran 2016/2017, Pelatihan Nasional Dosen pembimbing Lapangan (DPL) dan Guru Pamong Tahun 2016, Diklat Teknis Implementasi Kurikulum 2013 BSDM Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018, Peningkatan Kompetensi TIK Untuk Pembelajaran Bagi Guru dan Pemilihan Duta Rumah Belajar Provinsi Sumatera Utara Oleh Pustekkom Kemdikbud Tahun 2018, Virtual Coordinator Online Traning Batch 3 Oleh SEAMEO Tahun 2019, SAGUSANOV Sites 19 Oleh Ikatan Guru Indonesia Tahun 2019. Materi Sosialisasi Rumah belajar dapat di lihat pada link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=RDLwXAzoXI8 Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 317
Bab 81 Pengaruh Model Pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS) terhadap Keterampilan Metakognitif & Hasil Belajar Materi oleh Suprapto Latar Belakang Masalah Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan; Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016). Dimensi keterampilan siswa lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) harus memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: 1) kreatif, 2) produktif, 3) kritis, 4) mandiri, 5) kolaboratif, 6) komunikatif, melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri (Lampiran Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016). Keterampilan-keterampilan penting di abad ke-21 yang ditetapkan UNESCO masih relevan dengan empat pilar pendidikan, meliputi: 1) learning to know (belajar untuk mencari tahu), 2) learning to do (belajar untuk mengerjakan), 3) learning to be (belajar untuk menjadi pribadi), dan 4) learning to live together in peace (belajar untuk hidup bersama dalam kedamaian). Keterampilan-keterampilan khusus yang perlu ditumbuhkan, dikembangkan, dan diberdayakan dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya keterampilan metakognisi, berkomunikasi, berkolaborasi, dan berbagai keterampilan lainnya (Scoot, 2015; Zubaidah, 2016). Keterampilan tersebut sebagai pilar pendidikan (sokoguru pendidikan) dan di Indonesia ditambah pilar yang ke-5 yaitu: belajar memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia (Kemendikbud, 2017). Siswa perlu dilatih, dibudayakan, dan diberdayakan dengan pembelajaran yang memfokuskan keterampilan metakognisi. Slavin (2011), menyatakan implikasi dari teori Piaget bahwa pembelajaran harus dipusatkan pada proses berpikir, bukan hanya pada hasil akhir. Agar tindakan siswa benar, maka siswa perlu dilatih dan dibekali keterampilan metakognisi. Kualitas pendidikan di Indonesia berada pada kategori rendah. Fakta tersebut dibuktikan oleh keterampilan metakognisi siswa yang masih rendah pada proses pembelajaran. Fakta-fakta keterampilan metakognisi masih rendah, sebagaimana yang dilaporkan Priyanti (2012); Siswati (2012); Budi (2014); Listiana (2016); Rosyida (2016); dan Sholihah (2016). Priyanti (2012) melaporkan ada pengaruh signifikan model pembelajaran TPS dipadu RT terhadap keterampilan metakognisi siswa yang diukur dengan menggunakan rubrik. Model pembelajaran Reciprocal Teaching (RT) lebih berpotensi meningkatkan keterampilan metakognisi siswa dibandingkan dengan model TPS, RT+TPS, dan pembelajaran konvensional. Rerata skor terkoreksi keterampilan metakognisi kelas konvensional sebesar 53,0 (notasi LSD a), kelas RT+TPS sebesar 53,8 (notasi LSD a), kelas TPS sebesar 55,3 (notasi LSD a), dan kelas RT sebesar 68,3 (notasi LSD b). Fakta-fakta hasil belajar kognitif masih rendah, sebagaimana yang dilaporkan Priyanti (2012); Siswati (2012); Budi (2014); Robitah (2014); Listiana (2016); Rosyida (2016); Sholihah (2016). Priyanti (2012) melaporkan ada pengaruh model pembelajaran RT+TPS terhadap hasil belajar kognitif siswa. Skor rerata Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 318
terkoreksi hasil belajar kognitif kelas RT+TPS sebesar 51,1 (notasi LSD a), kelas konvensional sebesar 51,6 (notasi LSD a), kelas TPS sebesar 52,5 (notasi LSD a), dan kelas RT sebesar 66,3 (notasi LSD b). Model pembelajaran RT berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa. Berdasarkan hasil observasi kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pada bulan Mei 2016 di SMAN 1 Babat dan SMAN 1 Kedungpring, Kabupaten Lamongan ditemukan permasalahan-permasalahan yang berdampak kurang baik. Fakta-fakta permasalahan yang dapat ditemukan di SMAN 1 Babat dan SMAN 1 Kedungpring, di antaranya: (1) rendahnya minat membaca terutama untuk membaca materi pelajaran biologi (56% siswa membaca materi biologi sebelum pembelajaran); (2) kurangnya keterampilan untuk membuat ringkasan materi pelajaran biologi (29%); (3) rendahnya minat bertanya dalam kegiatan belajar biologi (18%); (4) kurangnya sifat kooperatif siswa dalam kerja kelompok; dan 5) keterampilan metakognisi (58%), dan 6) rendahnya hasil belajar kognitif siswa rata-rata 60%. Disamping fakta-fakta tersebut, hasil wawancara dengan guru-guru di SMAN Kabupaten Lamongan belum membelajarkan keterampilan metakognisi. Menurut Schraw & Dennison (1994), metakognisi adalah kemampuan merenung, memahami dan mengontrol pembelajaran. Metakognisi berhubungan dengan apa yang diketahui siswa tentang kognisi secara umum, proses memori dan kognitif secara khusus, dan bagaimana menggunakan pengetahuan untuk mengatur proses informasi dan perilaku. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan metakognisi, yaitu: Reading, Questioning, and Answering (RQA). Model pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) pada sintaks pembelajarannya terdapat proses pembelajaran yang saling menunjang dan berkesinambungan. Tahap-tahap pembelajaran dalam RQA dimulai dengan: 1) Reading (membaca) yaitu memahami isi materi pelajaran atau literatur yang dilanjutkan dengan membuat ringkasan; 2) Questioning (menyusun pertanyaan dari ringkasan yang telah dibuat); dan 3) Answering (menjawab pertanyaan) yang telah dibuat oleh siswa pada tahap Questioning (Corebima, 2009). Model pembelajaran kooperatif yang diyakini dapat memberdayakan proses dan meningkatkan hasil pembelajaran siswa adalah Think Pair Share (TPS). Model Pembelajaran TPS adalah model pembelajaran yang memiliki karakteristik, yaitu: 1) kesempatan siswa untuk berpikir lebih lama, 2) dapat berdiskusi secara berpasangan, dan 3) dapat bertukar informasi/diskusi sesama siswa. Model pembelajaran TPS terjadi proses: (1) think (berpikir), yaitu siswa memikirkan jawaban dari pertanyaan guru, (2) pairing (berpasangan), siswa berpasangan dengan kelompoknya untuk berdiskusi atas jawaban yang diperolehnya, dan (3) sharing (berbagi), setiap pasangan siswa berbagi informasi atau pemahaman dengan seluruh siswa (presentasi di depan kelas) tentang jawaban pertanyaan yang telah didiskusikan siswa dengan pasangannya (Chotimah, 2009). Model pembelajaran TPS menyediakan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawabannya, berdiskusi, memberikan, menanggapi respon serta saling bertukar informasi antar siswa dalam kelas. Siswa diharapkan setelah melalui proses belajar TPS memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh interaksi antara siswa dengan pasangannya (anggota kelompok), antar siswa dalam kegiatan sharing (presentasi), dan antara siswa dengan guru. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 319
Berbagai penelitian yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran RQA, menunjukkan bahwa model tersebut dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa membaca materi yang ditugaskan, sehingga model perkuliahan yang dirancang dapat terlaksana dan dapat meningkatkan pemahaman materi perkuliahan (Corebima, 2009). Perpaduan antara model pembelajaran RQA dan TPS ini diharapkan dapat semakin menunjang dan melengkapi, artinya, kelemahan dari model pembelajaran RQA dapat ditutupi oleh model pembelajaran TPS dan sebaliknya kelemahan dari model TPS dapat ditutupi oleh model pembelajaran RQA, karena dari sintaks RQA yang telah membentuk keterampilan berpikir akan semakin diperkuat dengan model pembelajaran TPS yang dilaksanakan di dalam kelas, sehingga dari kedua model pembelajaran yang dipadukan sintaksnya akan berimbas pada peningkatan keterampilan metakognisi, dan hasil belajar kognitif siswa. Penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran RQA dan TPS yang dapat meningkatkan keterampilan metakognisi dan hasil belajar mahasiswa telah dibuktikan oleh peneliti yaitu Hasanuddin (2013); Efendi (2013); Fauziyah (2013); Pantiwati (2013); Kusuma (2014); dan Bahri (2015). Kusuma (2014) melaporkan model pembelajaran RQA dipadu TPS berpengaruh terhadap keterampilan metakognisi siswa berdasarkan angket MSI dengan rata-rata terkoreksi pada pembelajaran RQA dipadu TPS 2,65% lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran dengan model RQA, 2,81% lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran dengan model TPS, dan 7,37% lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Efendi (2013) melaporkan terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan metakognisi siswa. Hasil uji LSD menunjukkan rerata terkoreksi nilai kemampuan metakognisi pada kelas TPS tidak berbeda nyata dan lebih tinggi 1,29% dari kelas RT, tetapi berbeda nyata dan lebih tinggi 2,72% dari kelas konvensional. Fauziyah (2013), melaporkan ada hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognisi dengan hasil belajar kognitif sebesar 32,5% dengan koefisien korelasi sebesar 0,570. Pantiwati (2013) melaporkan pemantauan keterampilan adalah bagian dari kesadaran metakognisi. Kesadaran metakognisi meliputi berpikir bagaimana berpikir (kemampuan untuk mengendalikan pikiran). Bahri (2015) melaporkan kontribusi keterampilan metakognisi pada hasil belajar kognitif siswa lebih tinggi daripada kontribusi motivasi belajar. Harapannya dengan model pembelajaran RQA dipadu TPS dapat meningkatkan keterampilan metakognisi, dan hasil belajar kognitif siswa. Alasannya karena RQA dipadu TPS dapat meningkatkan keterampilan metakognisi, maka keterampilan metakognisi yang dimiliki memengaruhi hasil belajar kognitif. Permasalahannya belum ada laporan atau informasi secara utuh model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan metakognisi, dan hasil belajar kognitif siswa. Berdasarkan beberapa hasil penelitian dan pemikiran tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS) terhadap Keterampilan Metakognisi dan Hasil Belajar Kognitif Pada Pembelajaran Biologi SMAN di Kabupaten Lamongan”. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 320
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Adakah pengaruh model pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS), RQA, TPS dan pembelajaran konvensional terhadap keterampilan metakognisi siswa? Adakah pengaruh model pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS), RQA, TPS, dan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar kognitif siswa? Kegunaan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah penelitian diharapkan hasil penelitian memberikan kontribusi sebagai berikut: Berguna bagi guru pada umumnya, dan guru biologi pada khususnya dalam memilih model pembelajaran konstruktivisme dan kooperatif yang tepat sebagai upaya memberdayakan keterampilan berpikir metakognisi dan hasil belajar kognitif siswa. Dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan keterampilan metakognisi dan hasil belajar kognitif siswa selama pembelajaran. Asumsi Penelitian Asumsi penelitian yang diajukan dalam penelitian adalah: Instrumen yang digunakan telah divalidasi dan dapat digunakan untuk mengambil data secara tepat dan benar. Data yang didapat dari siswa merupakan hasil kerja siswa secara serius dan sungguh-sungguh. Semua siswa diasumsikan memiliki tanggung jawab dan berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan model pembelajaran RQA dipadu TPS, RQA, TPS, dan pembelajaran konvensional. Faktor-faktor lain selain model pembelajaran yang dilaksanakan dalam penelitian yang memengaruhi variabel terikat dianggap sama dan tidak berpengaruh. Keterbatasan Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Babat dan SMAN 1 Kedungpring, Kabupaten Lamongan pada kelas XI MIPA Tahun Pelajaran 2016/2017. Materi pelajaran yang diajarkan pada pembelajaran biologi dalam penelitian ini meliputi: Sistem Sirkulasi, Sistem Pencernaan, Sistem Respirasi, dan Sistem Ekskresi. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 321
Definisi Istilah atau Definisi Operasional Model Pembelajaran RQA dipadu TPS adalah model pembelajaran yang sintaks pembelajarannya merupakan perpaduan dari model pembelajaran RQA dan TPS, meliputi: 1) membuat ringkasan dari hasil memahami literatur (reading), 2) menyusun pertanyaan (questioning), 3) menjawab pertanyaan dan memikirkan jawabannya sendiri (answering/think), 4) berpasangan dengan kelompoknya untuk berdiskusi atas jawaban yang diperolehnya (pair), dan 5) berbagi informasi atau pemahamannya dengan seluruh siswa (share) dalam bentuk presentasi di depan kelas. Keterampilan Metakognisi adalah keterampilan yang diperlukan untuk memahami tentang tugas-tugas yang mencakup keterampilan perencanaan diri, keterampilan pemantauan diri, keterampilan evaluasi diri dan keterampilan memperbaiki diri. Keterampilan metakognisi merupakan salah satu komponen yang dimiliki siswa dari hasil belajar. Keterampilan metakognisi diukur dengan rubrik keterampilan metakognisi yang terintegrasi dengan tes berbentuk uraian yang dikembangkan oleh A.D. Corebima (2009). Hasil Belajar Kognitif adalah hasil belajar berupa pengetahuan yang dapat dinyatakan dalam bentuk angka (skor) diperoleh dari hasil tes tentang materi sistem sirkulasi, sistem pencernaan, sistem respirasi, dan sistem ekskresi. Tes hasil belajar menggunakan tes uraian dengan membandingkan hasil pretest dan posttest. Keterampilan Metakognisi Siswa dapat belajar memikirkan proses pemikiran mereka sendiri melalui tugas-tugas yang sulit. Self- questioning strategy adalah strategi belajar yang sangat efektif, yang meminta siswa mengajukan kepada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan siapa, apa, di mana dan bagaimana ketika mereka membaca bahan bacaan atau literatur (Slavin, 2011). Keterampilan metakognisi mencakup penggunaan strategi metakognisi atau regulasi metakognisi. Keterampilan metakognisi dapat membantu siswa dalam meregulasi proses pembelajaran, merancang dan memonitor aktivitas kognitif serta membandingkan hasil dari aktivitas kognitif tersebut. Apabila siswa sudah memiliki keterampilan metakognisi yang baik, siswa tersebut mampu memonitor aspek kognitifnya sendiri sehingga hasil belajar akan meningkat (Flavell, 1979). Menurut Greenstein (2012), metakognisi adalah cara ekspansif untuk mengatakan “memikirkan pemikiran seseorang”, namun tetap menjadi ide yang sulit dipahami. Pembelajaran metakognisi di kelas memiliki beberapa aspek, meliputi: 1) tujuan, sasaran, dan tujuan yang berorientasi: belajar membutuhkan usaha dan fokus; 2) pandangan ke depan: fokus pada pembelajaran dan pemikiran masa depan; 3) sadar: penggunaan pikiran, gagasan, dan gaya yang dipilih, menyadari efek pada orang lain; 4) mengatur diri sendiri: belajar terus dipantau dan disesuaikan; dan 5) fleksibel: belajar dan berpikir dapat berubah-ubah. Selanjutnya, menurut Kuswana (2012), keterampilan metakognisi diperlukan pentingnya membangun swaregulasi (pengaturan diri), yang memiliki dua dimensi utama dan aksesi yaitu: pemantauan kinerja tugas dan memilih strategi yang tepat. Metakognisi adalah faktor yang menentukan integrasi informasi-informasi di dalam ingatan siswa. Semakin baik kemampuan metakognisi siswa, maka semakin rapi dan teratur informasi tersimpan di Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 322
memorinya (otak). Keterampilan metakognisi yang dimiliki siswa berpengaruh terhadap hasil belajar kognitifnya. Bahri (2015) melaporkan keterampilan metakognisi mempunyai kontribusi pada hasil belajar kognitif siswa lebih tinggi dari pada motivasi belajar. Keterampilan metakognisi diukur menggunakan rubrik keterampilan metakognisi yang terintegrasi dengan tes berbentuk uraian yang dikembangkan oleh A.D. Corebima (2009). Hasil Belajar Kognitif Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), belajar adalah berusaha mengetahui sesuatu; berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan). Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan, yang di dalamnya terjadi hubungan-hubungan antara stimulus-stimulus dan respon-respon (Dahar, 2011). Ciri-ciri belajar antara lain: a) terjadinya perubahan perilaku sebagai hasil belajar mencakup hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, keinginan, motivasi, dan sikap yang disadari dan disengaja; b) terjadinya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar relatif permanen dan berkesinambungan serta dapat tahan untuk jangka waktu yang cukup lama (Hosnan, 2014). Menurut Suyono & Hariyanto (2015), belajar kognitif terkait pemrosesan informasi dalam benak siswa. Informasi yang diproses oleh otak berupa pengetahuan yang dapat berupa fakta, konsep, prosedur, dan prinsip- prinsip. Dimensi Proses Kognitif Menurut Anderson & Krathwohl (2015), dimensi proses kognitif, meliputi: Mengingat (C1) Kategori dalam dimensi mengingat, meliputi: 1) proses mengenali (mengidentifikasi), yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang untuk membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima; 2) mengingat kembali (mengambil), yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Memahami (C2) Kategori dalam dimensi memahami, meliputi: menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan. Mengaplikasikan (C3) Kategori dalam dimensi mengaplikasikan, meliputi: mengeksekusi (melaksanakan) dan mengimplementasikan (menggunakan). Menganalisis (C4) Kategori dalam dimensi menganalisis, meliputi: membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan (mendekonstruksi). Mengevaluasi (C5) Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 323
Kategori dalam dimensi mengevaluasi, meliputi: memeriksa dan mengkritik (menilai). Mencipta (C6) Kategori dalam dimensi mencipta, meliputi: merumuskan (membuat hipotesis), merencanakan (mendesain), dan memproduksi (mengkonstruksi). Dimensi Pengetahuan Menurut Anderson & Krathwohl (2015), dimensi pengetahuan, meliputi: 1) pengetahuan faktual, 2) pengetahuan konseptual, 3) pengetahuan prosedural, dan 4) pengetahuan metakognisi. Hasil belajar kognitif diukur dengan menggunakan bentuk tes uraian, karena bentuk tes uraian dapat merekam proses berpikir yang menunjukkan tingkat pemahaman yang lebih tinggi (dimensi proses kognitif yang lebih tinggi), misalnya C3, C4, C5, dan C6. Model Pembelajaran RQA dipadu TPS Model pembelajaran RQA dipadu TPS disusun menjadi tiga langkah pembelajaran, yaitu : Tahap Awal Dimulai dengan pelaksanaan sintaks model pembelajaran RQA yang dilakukan siswa sebelum kegiatan tatap muka di kelas (sebagai tugas rumah) yang terdiri dari kegiatan: Siswa ditugaskan oleh guru membaca materi pelajaran tertentu sesuai dengan materi yang akan diajarkan sebagai tahap membaca (reading) dan atas dasar pemahaman terhadap isi bacaan atau literatur, kemudian membuat ringkasan materi pelajaran yang telah dibaca. Siswa ditugaskan menyusun pertanyaan sebanyak 2-4 butir soal dari ringkasan materi yang telah dibuat sebagai tahap menyusun pertanyaan (questioning). Tahap Perpaduan antara Model Pembelajaran RQA dengan TPS Tahap perpaduan dilakukan di dalam kelas yang terdiri dari kegiatan: siswa membaca ringkasan materi dan pertanyaan yang telah dibuat di rumah, kemudian berpikir (tahap think) dari model pembelajaran TPS dan menjawab pertanyaan (tahap answering) dari model pembelajaran RQA sehingga tahap think dari TPS = tahap answering dari RQA. Tahap Akhir Kegiatan pembelajaran tetap dilakukan di dalam kelas yang merupakan tahap lanjutan dari sintaks pembelajaran TPS, yang terdiri dari: Tahap pair (berpasangan) adalah siswa ditugaskan membentuk kelompok yang beranggotakan empat orang untuk berdiskusi kelompok membahas pertanyaan dan jawaban yang telah dikerjakan secara mandiri pada tahap sebelumnya (think = answering). Kelebihan pada tahap pair akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih berusaha mengaktualisasi diri dalam pembelajaran di kelas karena adanya motivasi untuk berkompetisi dalam memenuhi kebutuhan belajarnya dan untuk meningkatkan kompetensinya. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 324
Tahap share (berbagi) adalah masing-masing perwakilan anggota kelompok secara bergiliran mempresentasikan hasil diskusinya dari tahap pair (berpasangan). Pada tahap share dapat memberikan dampak kepedulian untuk saling berbagi pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki siswa, semakin memantapkan proses berpikir dan pemrosesan informasi karena untuk dapat menyampaikan suatu ide/pemikirannya, siswa harus sudah menguasai materi dari ide yang akan disampaikan. Sintaks model pembelajaran RQA dipadu TPS seperti ditunjukkan pada Tabel 2. PEMBAHASAN Pengaruh Model Pembelajaran RQA dipadu TPS terhadap Keterampilan Metakognisi Siswa Analisis data keterampilan metakognisi siswa menunjukkan bahwa model pembelajaran RQA dipadu TPS memiliki pengaruh yang signifikan (p < 0,05) terhadap keterampilan metakognisi siswa. Hasil uji anakova menunjukkan ada perbedaan keterampilan metakognisi siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran RQA dipadu TPS dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa rerata terkoreksi keterampilan metakognisi kelas RQA dipadu TPS sebesar 76,560 lebih tinggi 4,67% dari pada kelas RQA sebesar 73,114 dengan notasi LSD berbeda signifikan (a dan b). Rerata terkoreksi keterampilan metakognisi kelas RQA dipadu TPS sebesar 76,560 lebih tinggi 13,39% dari pada kelas konvensional sebesar 67,515 dengan notasi LSD berbeda signifikan (a dan c). Rerata terkoreksi keterampilan metakognisi kelas RQA dipadu TPS sebesar 76,560 lebih tinggi 15,67% dari pada kelas TPS sebesar 66,186 dengan notasi LSD berbeda signifikan (a dan c). Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran RQA dipadu TPS dapat meningkatkan keterampilan metakognisi siswa. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil sejumlah penelitian menggunakan model pembelajaran RQA dipadu TPS yang dilakukan oleh Hasanuddin (2013); Kusuma (2014); Syarifah (2016). Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan et al (2013), yang menyatakan bahwa model pembelajaran Reciprocal Teaching (RT) dipadu PBMP berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan metakognisi siswa dengan rubrik metakognisi dan tidak berpengaruh dengan menggunakan Metacognitive Awareness Inventory (MAI). Hasil penelitian tidak sesuai dengan hasil penelitian Budi (2014), yang melaporkan bahwa model pembelajaran PBMP dipadu TPS tidak berpengaruh terhadap keterampilan metakognisi siswa. Hasil uji anakova menunjukkan ada perbedaan keterampilan metakognisi siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran RQA dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Memperhatikan sintaks model pembelajaran RQA, sangat beralasan untuk meyakini bahwa model pembelajaran RQA berpotensi besar untuk memberdayakan keterampilan metakognisi. Alasannya adalah bahwa agar dapat menyusun pertanyaan-pertanyaan esensial tentang sesuatu topik pembelajaran, seorang siswa terlebih dahulu harus cermat membaca dan memahami materi terkait, membuat ringkasan untuk menangkap makna esensial, selanjutnya menyusun pertanyaan dan menjawab pertanyaannya (Corebima, 2010). Guru perlu menanamkan pentingnya keterampilan metakognisi kepada siswa dan menjelaskan bahwa keterampilan metakognisi merupakan kebutuhan bagi siswa itu sendiri. Zubaidah (2016) menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan metakognisi berarti menyadari berapa banyak mereka Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 325
memahami topik pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa. Beberapa langkah penting untuk mengajarkan keterampilan metakognisi meliputi: 1) ajarkan kepada siswa bahwa belajar itu tidak terbatas jumlahnya dan kemampuan seseorang untuk belajar dapat diubah; 2) ajarkan bagaimana menetapkan tujuan belajar dan merencanakan pencapaiannya; dan 3) berikan siswa banyak kesempatan untuk berlatih memantau kegiatan belajarnya secara akurat. Metakognisi mencerminkan kesadaran kritis individu tentang bagaimana siswa berpikir dan belajar, serta penilaian siswa tentang diri sendiri sebagai seorang pemikir dan pelajar. Metakognisi bukan semata-mata bakat instrinsik; tetapi dapat diajarkan secara eksplisit dan dilatihkan, termasuk dalam pembelajaran Biologi. Guru harus melatih budaya metakognisi dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi kesulitan siswa, meminta siswa untuk menemukan kesulitan dan mengakuinya, serta mengintegrasikan refleksinya ke dalam tugas belajarnya (Zubaidah, 2016). Hasil uji anakova menunjukkan tidak ada perbedaan keterampilan metakognisi siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran TPS dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian Ekoningtyas (2013); Budi (2014), yang menyatakan tidak ada pengaruh signifikan model pembelajaran TPS dipadu PBMP terhadap keterampilan metakognisi siswa. Hal tersebut terjadi karena banyak faktor, di antaranya siswa itu sendiri. Pembelajaran TPS dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan partisipasi, tetapi kelemahannya terkadang sebagian siswa dalam kelompok kurang aktif karena menggantungkan anggota kelompoknya. Hal tersebut dapat menyebabkan keterampilan metakognisi siswa tersebut rendah. Sintaks model pembelajaran TPS berpotensi mengembangkan keterampilan metakognisi siswa, namun karena dilaksanakan secara terus menerus selama waktu penelitian, menyebabkan munculnya kejenuhan sebagian siswa. Temuan lain siswa tersebut kurang terbiasa mengerjakan soal-soal uraian yang masuk kategori high order thinking skill. Hasil penelitian tidak sesuai dengan hasil penelitian Efendi (2013), yang menyatakan bahwa rata-rata nilai keterampilan metakognisi pada kelas TPS berbeda nyata dan lebih tinggi 2,72% dari pada kelas konvensional. Pengaruh Model Pembelajaran RQA dipadu TPS terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Analisis data hasil belajar kognitif siswa menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran RQA dipadu TPS memiliki pengaruh yang signifikan (p < 0,05) terhadap capaian hasil belajar kognitif siswa. Hasil uji anakova menunjukkan ada perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran RQA dipadu TPS dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa rerata terkoreksi hasil belajar kognitif kelas RQA dipadu TPS sebesar 65,361 lebih tinggi 14,68% dari pada kelas konvensional sebesar 56,993 dengan notasi LSD berbeda signifikan (a dan b). Rerata terkoreksi hasil belajar kognitif kelas RQA dipadu TPS sebesar 65,361 lebih tinggi 14,97% dari pada kelas TPS sebesar 56,849 dengan notasi LSD berbeda signifikan (a dan b). Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran RQA dipadu TPS dapat meningkatkan capaian hasil belajar kognitif siswa. Hasil penelitian sesuai dengan sejumlah penelitian yang menggunakan model pembelajaran RQA dipadu TPS yang dilakukan oleh Kusuma (2014); Widayati (2015); Priantari (2015). Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 326
Priantari (2015) melaporkan model pembelajaran RQA dipadu TPS berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa, dengan rerata skor terkoreksi sebesar 3,1% lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran TPS. Penggunaan model pembelajaran RQA dipadu TPS bersifat student centered learning, sehingga siswa berdayakan untuk mampu mengonstruksi pengetahuan dan pemahamannya sendiri serta memiliki kemampuan mengatur dirinya sendiri untuk konsekuen terhadap perkembangan belajarnya, maka secara tidak langsung akan meningkatkan keterampilan metakognisi dan hasil belajar kognitifnya. Hasil uji anakova menunjukkan ada perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran RQA dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian Maulida, et al (2017), yang melaporkan penerapan model pembelajaran RQA dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas X MIPA-1 MAN Rukoh Banda Aceh pada materi Gerak Lurus sebesar 92% pada siklus 3. Siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran RQA mempunyai tanggung jawab secara mandiri dan tidak bergantung dengan siswa lain karena dia berusaha mengeksplorasi pengetahuan dan pemahamannya sendiri terhadap hasil belajarnya, sehingga hasil belajarnya meningkat secara signifikan. Hasil uji anakova menunjukkan tidak ada perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran TPS dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TPS mengalami peningkatan dalam sikap sosial meliputi: kerja sama dalam kelompok, lebih bertanggung jawab, lebih aktif berpartisipasi, lebih berani menyampaikan pendapat, dan lebih dapat menghargai pendapat orang lain. Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian Budi (2016), yang melaporkan bahwa model pembelajaran TPS, TPS dipadu PBMP tidak berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa. Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian Sampsel (2013), yang melaporkan bahwa dengan pembelajaran Think Pair Share meningkatkan jumlah siswa yang berpartisipasi dalam diskusi kelas, bertambah panjangnya penjelasan yang diberikan siswa, dan meningkatkan kenyamanan dan kepercayaan diri siswa saat berbagi pemikiran dan gagasan dalam diskusi kelas. Namun demikian, pembelajaran TPS ini mempunyai kelemahan yaitu sebagian siswa masih menggantungkan kelompoknya (kurang bertanggung jawab terhadap tugas dalam kelompoknya), dan hal ini memengaruhi hasil belajar kognitif siswa yang bersangkutan sehingga secara tidak langsung memengaruhi hasil belajar kognitif di kelasnya secara keseluruhan. Hal tersebut dimungkinkan sebagai penyebab hasil belajar kelas TPS tidak berbeda signifikan dengan kelas konvensional. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Ada perbedaan pengaruh model pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS), RQA, TPS, dan pembelajaran konvensional terhadap keterampilan metakognisi siswa. Model pembelajaran yang paling efektif dalam memberdayakan keterampilan metakognisi siswa adalah Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 327
model pembelajaran RQA dipadu TPS. Selanjutnya, berturut-turut model pembelajaran RQA, pembelajaran konvensional, dan model pembelajaran TPS. Ada perbedaan pengaruh model pembelajaran Reading, Questioning, and Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS), RQA, TPS, dan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar kognitif siswa. Model pembelajaran yang paling efektif dalam memberdayakan hasil belajar kognitif siswa adalah model pembelajaran RQA dipadu TPS. Selanjutnya, berturut-turut model pembelajaran RQA, pembelajaran konvensional, dan model pembelajaran TPS. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, saran yang dapat diajukan adalah: Bagi guru Model pembelajaran RQA dipadu TPS dapat diterapkan sebagai alternatif pembelajaran untuk memberdayakan keterampilan metakognisi, dan meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Dianjurkan para guru untuk menerapkan model pembelajaran RQA dalam memberdayakan keterampilan metakognisi, dan meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Penelitian untuk mengukur keterampilan dengan model pembelajaran RQA dipadu TPS, RQA, dan TPS tidak hanya dilakukan pada pada jenjang SMA saja, tetapi perlu diteliti lebih lanjut pada jenjang SD, SMP maupun di Perguruan Tinggi. Bagi peneliti lain Perlu dilaksanakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan model pembelajaran RQA dipadu TPS, RQA, dan TPS untuk meningkatkan keterampilan metakognisi dan hasil belajar kognitif pada mata pelajaran lain serta pada jenjang pendidikan yang berbeda. Perlu diteliti lebih lanjut pengaruh model pembelajaran RQA dipadu TPS, RQA, dan TPS terhadap sikap sosial, misalnya: partisipasi, kerja sama, dan komunikasi, baik pada jenjang SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 328
Bab 82 Aplikasi QR CODE untuk pembeljaran misterius Peserta didik terkadang bosan dengan sebuah rutinitas yang terjadi dalam sebuah pembelajaran dan didukung juga pembelajaran para guru yang terkesan masih menggunakan classical learning padahal diera milenial ini para siswa sudah berpikir dan berproses secara digital. Saya sangat memahami perasaan peserta didik dikarenakan saya juga memiliki pemikiran yang sejalan dengan mereka dimana saya juga bosan dengan pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu, muncul pemikiran pembelajaran apa yang dapat membuat para peserta didik keluar dari zona bosan dan zona rutinitas belajar mereka, sehingga muncullah sebuah ide untuk menciptakan sebuah pembelajaran Misterius yang tidak dapat di prediksi oleh peserta didik, sehingga memunculkan rasa penasaran dan keingintahuan yang sangat besar pada diri mereka. Dengan cara, memunculkan dan mengkombinasikan berbagai metode dan model pembelajaran dan jangan lupa untuk dimodifikasi contohnya seperti, pembelajaran dilakukan outside class atau flipped class, cara diskusi tutor sebaya atau diskusi kelompok, persaingan mulai dari game kelompok maupun individual, dan proses evaluasi quiz, chain question, maupun hidden tricky question. Pertama guru harus mengubah cara pembelajaran dimana yang awalnya teacher centre menjadi student centre. Kedua guru harus menyesuaikan pembelajaran yang menuju ke era milenial atau digital learning seperti laboratorium maya menggunakan simulasi, augmented reality video untuk mewakili pemikiran era milenial, namun boleh juga dikombinasikan dengan alat praktikum fisika untuk proses kinestetik. Ketiga mencari ide yang sederhana yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran misterius dimana semua elemen-elemen diatas dapat diterapkan. Ide sederhana kali ini yang saya pakai dalam pembelajaran misterius adalah aplikasi QR Code. QR Code (quick response code) adalah suatu jenis kode matriks atau kode batang dua dimensi yang dikembangkan oleh Denso Wave yang dipublikasikan pada tahun 1994 oleh divisi dari perusahaan jepang. Selain itu, QR Code dapat digunakan untuk menyampaikan atau menyisipkan berbagai macam informasi mulai dari text, URL, Image, E-Mail, Wi-Fi etc. dimana aplikasi ini sangat sesuai dengan harapan guru untuk dapat menerapkan pembelajaran misterius yang dapat menggabungkan beberapa elemen metode pembelajaran era digital. Proses pembuatan QR Code, pertama secara online klik link https://www.qr-code-generator.com/ ini merupakan website yang menunjang pembuatan QR Code. Pada laman ini langsung tersedia beberapa pilihan informasi yang akan disematkan seperti text, URL, Image, E-Mail, Wi-Fi, pdf, mp3, etc. Pertama menyisipkan pada QR Code, pilih bagian Text, lalu tulis soal pada kotak (messages) yang telah disediakan lalu klik button create QR Code, lalu akan muncul QR Code image di bagian sebelah kanan, lalu klik button download dan menghasilkan file .jpeg. Kedua menyisipkan Link pada QR Code, pilih bagian URL, lalu tulis link pada kotak (website) yang telah disediakan lalu klik button create QR Code, lalu akan muncul QR Code image di bagian sebelah kanan, lalu klik button download dan menghasilkan file .jpeg. QR Code pada pembelajaran dapat disajikan atau diaplikasikan dalam berbagai macam cara, aplikasi pertama yang pernah saya lakukan, menyisipkan soal-soal pada QR Code, lalu dicetak sebanyak yang diperlukan, lalu saya sebar di berbagai macam tempat seperti di pot tanaman, perpustakaan, pintu, ring basket, tangki pemadam, dll. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 329
Saat guru masuk ke dalam kelas, guru menjelaskan bahwa pembelajaran dilakukan di luar kelas, guru menjelaskan aturan treasure hunt QR Code poin dan punishment yang di akan dijalankan, lalu memberi kesempatan siswa mencari sebanyak-banyak soal yang telah disembunyikan. Aplikasi Kedua saya pernah memberikan soal teka-teki silang (TTS) QR Code materi gejala gelombang bunyi fisika dimana perintah soal yang disediakan yaitu pertanyaan mendatar dan menurun di sediakan dalam bentuk QR Code, sehingga untuk mengerjakan TTS tersebut harus menscan QR Code terlebih dahulu untuk mengetahui soal yang akan dikerjakan Aplikasi Ketiga yang pernah saya lakukan, permainan catch up QR Code dimana permainan ini mendapat modifikasi dimana QR Code tidak disembunyikan di tempat-tempat tertentu, namun diletakkan di punggung setiap peserta didik dan setiap anak akan mengambil undian dimana undian tersebut berisi nama teman-temannya, dan peserta didik memiliki target sesuai dengan undian tersebut pembelajaran ini dilakukan di tempat yang luas seperti lapangan sehingga akan sangat menyenangkan. Modifikasi-modifikasi pembelajaran ini dilakukan demi menciptakan suasana atau atmosfer misterius dalam pembelajaran para guru. Misterius disini memiliki arti bertujuan untuk meningkatkan rasa keingintahuan peserta didik dalam pembelajaran, para peserta didik akan selalu menerka-nerka pembelajaran apa lagi yang akan dibawakan oleh guru tersebut, peserta didik juga merasa lebih tertantang saat menghadapi berbagai macam soal yang disajikan, peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan menyenangkan, dan peserta didik juga dapat cakap menggunakan teknologi digital dalam pembelajaran kedepannya. QR Code hanya serpihan kecil dari era teknologi digital yang masuk ke dalam pembelajaran, masih banyak lagi aplikasi lain yang dapat diterapkan dalam pembelajaran yang menunjang era milenial ini yang sering kita sebut sebagai era pendidikan 4.0. Guru sebagai fasilitator adalah membimbing para peserta didik untuk menjadi lebih aktif dalam menggunakan teknologi digital dalam pembelajaran sehingga tercipta siswa yang lebih kreatif dan menjadi creator sehingga nantinya dapat menciptakan sebuah produk melalui pemikiran kreatif para peserta didik. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 330
Surya Arif Kartono, Guru Xin Zhong School Surabaya Surya Arif Kartono Penulis lahir di Surabaya, tanggal 11 Desember 1987. Menyelesaikan program pendidikan Fisika S1 di FKIP Fisika Unika Widya Mandala Surabaya pada tahun 2009. Menyelesaikan program pascasarjana S2 Fisika di Universitas Negeri Surabaya pada tahun 2014. Pekerjaan formal yang pernah dijalani Asisten Dosen di Unika Widya Mandala (2008-2009), Guru Fisika di YPPI 1 Surabaya (2008-2009), Guru Fisika SMP Dharma Mulya (2009-2010), Guru Fisika SMA St. Carolus Surabaya (2009-2010), Guru Fisika di Xin Zhong School Surabaya (2010-sekarang); dan sebagai mitra pengembangan media pembelajaran berbasis TIK dengan Pustekkom Kemdikbud. Pekerjaan Non formal yang pernah dijalani diantaranya menjadi instruktur SMART PRIMAGAMA (2008- 2009), Tentor GIPIKA Gasing Yohanes Surya (2013), dan Instruktur di Unika Widya Mandala (2008-2009) Beberapa Prestasi yang pernah diraih diantaranya: Juara 1 Lomba Karya Tulis Pendidikan Kesehatan 2009 se-Jawa Timur, Finalis Lomba MembaTIK (membuat bahan ajar berbasis TIK) 2017 Pustekkom Kemdikbud, Finalis Lomba PembaTIK 2018 duta rumah belajar Pustekkom Kemdikbud, Juara 3 Nasional lomba MembaTIK 2018 Pustekkom Kemdikbud, dan Juara 1 Lomba Video Pembelajaran Interaktif 2018 jenjang SD, SMP, SMA, SMK se-Jawa Timur. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 331
Bab 83 penggunaan media dalam pembelajaran MEDIA PEMBELAJARAN Dalam pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa salah satu misi penyelenggaraan pemerintahan Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga pendidikan adalah bidang yang harus diutamakan dalam Negara karena menyangkut masa depan bangsa. Dalam Undang Undang tentang sistem Pendidikan Nasional no 20 tahun 2003 pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaaaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. Kemudian dalam pasal 40 ayat 2 dinyatakan bahwa Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, keatif, dinamis dan dialogis, mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan memberi tauladan, menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaanyang diberikan kepadanya. Berangkat dari amanah itulah guru sebagai pendidik harus memberikan pengajaran terbaiknya kepada peserta didik. Pengajaran yang efektif perlu dikembangkan dengan memperhatikan keinginan peserta didik dalam hal ini disesuaikan dengan perkembangan jaman. Dalam Era industry 4.0 guru diharapkan bisa menggunakan media yang ada untuk mempermudah pemahaman peserta didik khususnya dalam pelajaran matematika. Istilah “media” sering dikaitkan dengan kata” tehnologi” yang berasal dari kata “tekne” (bahasa Inggris “art”) dan logos (bahasa Indonesia “ilmu”). Webster (1983;105), “art” adalah keterampilan (skill) yang diperoleh lewat pengalaman, study dan observasi. Dalam kegiatan belajar mengajar, pemakaian kata media pembelajaran sering digantikan dengan istilah bahan pengajaran (instructional material), komunikasi pandang-dengar (audio-visual communication), pendidikan alat peraga pandang (visual education), tehnologi pendidikan (education technologi), alat peraga, dan media penjelas. Berdasarkan batasan tentang media yang dikemukan di atas, berikut dikemukan ciri-ciri umum dari media (Bistari,2015:353). Ciri yang pertama adalah media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu suatu benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca indera. Ciri yang kedua adalah media pendidikan memiliki pengertian non fisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras , merupakan isi yang ingin disampaikan kepada peserta didik. Ciri yang ketiga adalah penekananan media pendidikan terdapat pada visual dan audio. Ciri yang keempat adalah media pendidikan memiliki pengertian alat bantu dalam proses belajar baik di dalam atau di luar kelas. Ciri yang kelima adalah media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru-peserta didik dalam proses pembelajaran. Ciri keenam adalah media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya radio, tv), kelompok besar dan kelompok kecil (film, slide, video, OHP) atau perorangan ( modul, computer, kaset, video recorder). Ciri ketujuh adalah media pendidikan bias berupa sikap, perbuatan, organisasi, strategi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 332
Media Teknologi Ilmu Komputer yang bisa kita gunakan diantaranya adalah Google, Blog, Edmodo, Youtube. Dalam menggunakan media pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah Kementrian pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui Pusat Taknologi Informasi dan Teknologi pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) mengembangkan laman belajar daring (online) yaitu Rumah Belajar. Ada dua fitur dalam Rumah Belajar, yaitu fitur Utama dan fitur penunjang. Dalam fitur utama terdapat sumber belajar, buku sekolah elektronik (BSE), peta budaya, laboratorium maya, kelas maya, wahana jelajah angkasa, dan bank soal yang bisa digunakan guru sebagai media pembelajaran. Penggunaaan media dalam pembelajaran bertujuan untuk mengatasi keterbatasan ruang, waktu, memaksimalkan daya indera (melihat dan mendengar), membuat kongkrit konsep yang abstrak, memperjelas penyajian pesan, menyamakan rangsangan, pengalaman, dan persepsi, memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannnya sehingga menjadikan kualitas belajar menjadi meningkat. Dalam beberapa hal media pembelajaran perlu dipilih dengan mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai, kesesuaian dengan materi, ketersediaan media dan karakteristik peserta didik. Sebagai guru ada baiknya kita untuk mengembangkan diri dengan memulai memanfaatkan media yang telah tersedia bahkan memulai untuk mengembangkannya. Ada beberapa tips dari Romi Satrio W (Dominikus, 2018) dalam mengembangkan TIK, yang pertama menentukan jenis media pembelajaran yang akan digunakan, apakah berupa presentasi pembelajaran atau berupa pembelajaran mandiri. Yang kedua, menentukan tema materi ajar, hal ini berhubungan dengan tujuan dari penggunaan media sebagai alat bantu untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi ajar yang akan ajarkan. Yang ketiga menyusun alur cerita (story board). Yang keempat, manfaatkan situs yang ada misalnya kalau dalam matematika adalah www.geogebra.org. Yang kelima adalah menggunakan tehnik ATM, yaitu amati, tiru dan modifikasi. Yang keenam adalah menetapkan target, ini sangat penting karena tugas guru diluar mengajar yang menumpuk. Yang ketujuh adalah selalu ingat tiga resep dari success story, yaitu berani mencoba dan mencoba lagi, belajar mandiri dari buku, tekun dan tidak menyerah meskipun peralatan terbatas. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 333
Susgati, M.Pd, Guru SMAN 8 Pontianak Susgati, M.Pd. Penulis lahir di Sintang, tanggal 15 Juni 1971. Menyelesaikan program Pendidikan Matematika S1 di Universitas Tanjungpura Pontianak Kalimantan Barat pada tahun 1995. Melanjutkan pendidikan Magister Pendidikan Matematika pada Universitas Tanjungpura Pontianak pada tahun 2014. Pertama kali bertugas mengabdikan diri sebagai pengajar di SMA Negeri 1 Sandai Ketapang pada tahun 1996 sampai dengan tahun 1999. Sebagai pengajar di SMA Negeri 8 Pontianak sejak tahun 1999 sampai dengan sekarang. Bimtek yang pernah diikuti tentang pengembangan Kurikulum 2013 pola 20 dan 30 jam pada tahun 2017 dan tahun 2018 sebagai Instruktur Kota. Aktif sebagai pengurus inti organisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika SMA kota Pontianak sejak tahun 2016 sampai sekarang. Prestasi terakhir yang dicapai adalah Guru SMA Berprestasi tingkat kota Pontianak tahun 2018. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 334
Bab 84 membuat video pembelajaran dengan powtoon Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi mengharuskan pembaharuan secara menyeluruh dalam bidang kehidupan khususnya dalam bidang pendidikan yang mutlak diperlukan untuk meningkatkan sumber daya manusia yang mampu bersaing dalam dunia global. Seiring dengan meningkatnya tuntutan akan mutu dan kualitas pendidikan, profesionalisme pendidik juga menjadi wacana di dunia pendidikan saat ini. Guru sebagai pilar utama yang berinteraksi langsung dengan siswa dalam pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajarannya dan memiliki kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan siswa, yaitu mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif, sehingga pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Sagala 2009). Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna. Pendidikan dan media pembelajaran memiliki kaitan yang sangat erat. Proses pembelajaran tidak akan berjalan lancar tanpa adanya media pembelajaran yang tepat. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pemberi kepada penerima pesan. Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Penggunaan media yang tepat mampu menyampaikan informasi maupun pesan yang disampaikan oleh penyampai pesan sehingga dapat diterima dengan jelas oleh penerima pesan. Begitu juga ketika media digunakan dalam proses pembelajaran, informasi yang disampaikan guru sebagai penyampai pesan dapat diterima dengan jelas oleh siswa sebagai penerima pesan. Pemanfaatan media yang baik serta memadai, diharapkan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menggairahkan. Salah satu media audio visual yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran yaitu powtoon. Powtoon merupakan software animasi berbasis web untuk membuat sebuah presentasi yang memiliki fitur animasi sangat menarik diantaranya animasi tulis tangan, animasi, kartun, dan efek transisi yang lebih hidup serta penggunaan timeline yang sangat mudah. Dalam Powtoon hampir semua fitur dapat diakses dalam satu layar. Hal ini membuat PowToon mudah digunakan dalam proses pembuatan sebuah presentasi. Presentasi yang memiliki built-in karakter kartun, model animasi dan benda benda kartun lainnya membuat layanan ini sangat cocok digunakan untuk membuat media ajar khususnya untuk para pelajar sehingga dapat menambah minat siswa dalam pembelajaran di kelas. Media video animasi powtoon memiliki kelebihan seperti memiliki tampilan yang menarik, interaktif, praktis, dapat memberikan feedback serta motivasi. Salah satu tugas guru dalam proses pembelajaran adalah mampu menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa sangat penting untuk melihat kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar. Pada proses belajar mengajar guru harus mampu menghasilkan hasil belajar yang maksimal. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 335
Spesifikasi laptop atau PC yang dapat digunakan untuk menjalankan Powtoon adalah sebagai berikut: a. Processor : Quad Core Celeron atau diatasnya b. RAM : minimal 1GB c. VGA : On Board d. Koneksi internet yang stabil Langkah-langkah membuat animasi di website PowToon : 1. Buka websitenya di alamat https://www.powtoon.com/ kemudian klik tombol warna biru yang ada tulisan START NOW. 2. Muncul halaman pendaftaran. Jika belum mendaftar menjadi anggota di web Powtoon, silahkan mendaftar terlebih dahulu. Daftarnya bisa menggunakan akun Google, Facebook, Linkedin, atau E-mail. 3. Kalau sudah memiliki akun, klik tulisan Log in. Isi username dan passwordnya bila menggunakan email atau menggunakan akun Google, Facebook, office 365 maupun Linkedin. 4. Setelah log in akan tampil menu untuk membuat animasi. Untuk membuat sebuah presentasi baru menggunakan powtoon, klik BLANK POWTOON untuk membuat sebuah project. 5. Setelah klik BLANK POWTOON nanti akan muncul tampilan slide yang kosong. 6. Judul presentasi diisi dengan cara mengetikkan judul pada panel bagian atas “Untitled”. 7. Pembuatan presentasi dilakukan pada bagian slide yang kosong seperti bila kita membuat presentasi dengan powerpoint pada panel bagian tengah. 8. Pada panel bagian kanan terdapat pilihan scene yang bisa dipilih sesuai dengan tema presentasi. Pada panel bagian kanan juga terdapat menu yang memiliki fungsi untuk mengatur Layouts, Background, Text, Library, Objects, Graphs, Sound, dan Images yang akan dimasukkan ke dalam Panel Timeline. 9. sebelah kiri untuk melihat slide yang sudah dibuat dan bisa digunakan untuk menambah slide baru dengan cara mengklik add slide, atau bisa juga untuk menghapus slide bila tidak dibutuhkan. 10. Apabila telah selesai membuat animasi sesuai dengan kebutuhan kemudian disimpan. Video yang telah dibuat dapat dilihat di akun powtoon tempat kita simpan, Video yang telah selesai dibuat juga bisa di upload dengan cara klik tombol Export. Kemudian tampil menu EXPORT OPTIONS. Silahkan pilih fitur yang akan digunakan, misalnya kita pilih Download as MP4 atau Upload to YouTube. 11. Yang perlu diperhatikan dari powtoon adalah jika menggunakan fitur export untuk membuat file MP4 atau upload ke situs SlideShare tidak gratis alias berbayar. Tetapi hal ini bisa disiasati dengan cara upload dahulu ke akun facebook atau akun youtube kemudian baru didownload. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah karena menggunakan layanan berbasis web, pada saat membuat animasi loadingnya lama walaupun kecepatan internet lumayan cepat. Pada saat membuat animasi disarankan menggunakan browser google chrome, karena ketika menggunakan mozilla firefox responnya lambat. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 336
Teguh Larasati Andriani, S.Si, M.Si, Guru SMAn 1 Pecangaan Jepara Teguh Larasati Andriani., S.Si., M.Si Penulis dilahirkan di Kudus Jawa Tengah pada tanggal 29 September 1974. Anak kelima dari enam bersaudara pasangan Bapak H. Soejatmin dan Ibu Hj. Sumaryatun. Ia memulai Pendidikan dasar pada SD Negeri Jember 2 Kudus tamat pada tahun 1987. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 2 Kudus tamat pada tahun 1990. Pendidikan berikutnya SMA Negeri 1 Kudus tamat pada tahun 1993. Tahun 1993 menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta namun tidak sampai menyelesaikan kuliahnya. Tahun 1994 menempuh pendidikan di Jurusan Biologi FMIPA UNDIP hingga tamat tahun 1999. Penulis sangat tertarik dengan hal-hal yang bersifat nyata dan kongkrit dan bercita- cita bekerja di bidang biologi. Setelah menyelesaikan program sarjana S1 ia bekerja sebagai guru honorer di SMA Negeri 1 Pecangaan Jepara sambil menempuh kuliah Akta Mengajar di Universitas Negeri Semarang. Selama mengajar di SMA Negeri 1 Pecangaan Jepara ia aktif dalam kegiatan pemberdayaan siswa seperti membawa siswa terjun langsung ke instansi pendidikan tinggi misalnya fakultas Teknik Kelautan Undip di Teluk Awur Jepara. Ia juga banyak membantu persiapan siswa dalam lomba biologi antar sekolah. Tahun 2005 ia mendapatkan kesempatan diterima sebagai CPNS di lingkungan kementrian agama kabupaten Kudus menjadi guru biologi di MAN 1 Kudus. Di lingkungan kerja yang baru, semangatnya untuk memajukan siswa madrasah tetap menyala.Tahun 2007 ia mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi S2 dengan beasiswa dari kementrian agama pusat. Pendidikan S2 ditempuh dari tahun 2007 hingga tahun 2009 di IPB. Program studi yang yang dipilih adalah Biosains Hewan Fakultas Biologi IPB. Selama menempuh Pendidikan di IPB aktif dalam membantu dosen dan rekan sejawat guna menambah ketrampilan dan pengetahuan. Ketrampilan dan pengetahuan yang didapatkan selama menempuh pendidikan di IPB digunakannya untuk pembelajaran siswa juga.dalam pembimbingan karya siswa, Link presentasi youtube : https://www.youtube.com/watch?v=EJGPft5QbK8 Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 337
Bab 85 TIPS GOOGLING Bagi pengguna internet Google adalah mesin pencari yang paling umum dan mudah digunakan setiap hari untuk berbagai keperluan, dari pekerjaan hingga sekolah, penelitian hingga berbelanja, untuk menonton film, mendengar lagu, sampai mencari berita dan gosip, maka Google adalah yang pertama kali dibuka. Google sudah menjadi mesin pencari informasi yang handal. Tiap tahun selalu ada perbaikan agar informasi yang ditampilkan makin akurat. Pengguna Google juga harus beradaptasi agar proses pencarian jadi makin mudah dan tepat sasaran. Anda mungkin sudah terbiasa mengetikkan sebuah kata atau kalimat yang anda cari pada kolom pencari di google, lalu melihat hasil pencariannya satu per satu. Tetapi sebetulnya ada beberapa cara pencarian yang efisien dan mempercepat anda untuk mendapatkan apa yang anda cari. Berikut 10 teknik rahasia pencarian Google agar hasilnya jadi makin akurat. 1. Gunakan tab tertentu Tab bisa berupa web, gambar, video, dan lain-lain. Ketika kita mengetik suatu web maka yang tampak di layar adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan web tersebut. Ketika kita mengetik gambar, hanya gambar-gambar saja yang tampak di layar, sedangkan jika kita mengetik video, maka yang tampak adalah video-video yang pernah di upload. 2. Gunakan tanda petik “....” Jika anda ingin mencari sebuah frasa (gabungan kata) atau kalimat yang benar tepat apa adanya, pergunakan tanda petik. Tanda petik ini untuk menjadikan kalimat yang kita ketikkan menjadi satu kesatuan sehingga hasil dari pencarian kita menjadi lebih sedikit dan akan menghemat waktu kita dalam pencarian. Contoh ketika kita mencari teori asam basa arrhenius tanpa tanda petik, maka kita akan mendapatkan 43.700 web tetapi jika kita tuliskan “teori asam basa arrhenius” dengan tanda petik maka kita mendapatkan 13.800 web. 3. Gunakan tanda titik dua (:) hanya untuk mencari di situs tertentu Misal kita mencari berita tentang Asean Games yang ada di wikipedia, maka kita ketik asean games : wikipedia. Jadi beritanya hanya yang ada di wikipedia saja. 4. Temukan file tertentu (doc, ppt, pdf, dll) Misal kita akan mencari file industri 4.0 dalam bentuk office word, maka kita ketikkan industri 4.0.doc. jika yang kita cari dalam bentuk power point maka kita ketikkan industri 4.0.ppt. 5. Cari hal yang berkaitan dengan angka Misal kita ingin tahu siapa presiden amerika 2015, maka kita ketikkan presiden amerika 2015 maka hasil pencariannya adalah Barrack Obama. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 338
6. Perbandingan nutrisi makanan gunakan “vs” jika kita akan membandingkan nutrisi dua buah yang berbeda misal mangga dan apel, maka saat pencarian kita ketikkan mangga vs apel, maka hasilnya adalah hal-hal yang berhubungan dengan perbedaan kedua buah tersebut. 7. Mengecualikan kata pakai tanda minus (-) Ada beberapa kata yang sama tetapi maknanya berbeda, misal jaguar. Kata ini bisa berarti hewan atau merk mobil. Saat kita mencari jaguar sebagai hewan maka kita harus mengetikkan jaguar-car. 8. Mencari menggunakan sinonim (tilde “~”) Terkadang kita ingin melakukan riset suatu topik tertentu dari berbagai sumber. Daripada mencari sumber satu demi satu, gunakan simbol “ ~ “. Simbol “ ~ “ berguna untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Misalnya, jika Anda mencari istilah “sehat ~ makanan” Anda akan mendapatkan hasil tentang prinsip-prinsip makan sehat, memasak resep, serta pilihan tempat makan yang sehat. 9. Menggunakan kerangka waktu (1900 ... 2000) Untuk mencari beberapa angka dalam bidang angka. Jika kita ingin mencari sesuatu antara tahun 1900- 2000 maka kita ketikkan tanda titik sebanyak tiga diantara rentang tahun yang kita cari. Misal scientific discovery 1900 ... 2000. Maka yang tampak di layar adalah penemuan-penemuan yang terjadi dalam kurun waktu 1900-2000. 10. Cari judul (intitle: Jika kita akan mencari judul tulisan tentang science, maka kita ketikkan intitle: science. Jadi kita akan menemukan semua tulisan yang judulnya science. Sepuluh cara yang telah dijelaskan di atas ini dapat dikombinasikan satu sama lain, dan bisa digunakan beberapa sekaligus dalam satu pencarian. Misalnya ingin mencari kata kunci spesifik dengan mengecualikan suatu kata yang tidak diinginkan. Kita bisa bereksperimen untuk menjelajahi kemampuan dari mesin pencari Google. Daftar Pustaka http://smarthdy.blogspot.com, 2012. (http://smarthdy.blogspot.com/2012/06/17-cara- pencarian-di-google-lebih-cepat.html) https://kumparan.com. 2017. 7 Cara Agar Pencarian di Google Lebih Efektif. Nurmanto, Fajar, 2017, 10 Teknik Rahasia Pencarian Google Agar Makin Akurat & Cepat.(https://www.idntimes.com/tech/trend/fajarnurmanto/10-teknik-rahasia-pencarian-google-agar- makin-akurat-cepat, diakses tanggal 22 april 2019) Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 339
Titik Susianah, S.Pd, M.Si, Guru SMAN 3 Malang Titik Susianah, S.Pd., M.Si, lahir di Malang, 12 Nopember 1979. Ia menempuh pendidikan dasar dan menengah di SDN 01 Sidodadi Lawang, SMPN 02 Lawang, dan SMAN Lawang. Selanjutnya, Pendidikan S1 di tempuh di Universitas Negeri Malang Jurusan Pendidikan Kimia Lulus tahun 2003, sedangkan S2 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Jurusan Kimia Anorganik Lulus tahun 2005. Sejak Tahun 2007- sekarang, penulis merupakan guru kimia di SMAN 3 Malang. Selama menjadi guru, penulis mendapat tugas tambahan sebagai pembina OSIS selama 6 tahun, staf wakil kepala sekolah bidang kurikulum selama 1 tahun, dan mulai Tahun Pelajaran 2018/2019 penulis mendapatkan amanah sebagai wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana. Link : https://www.youtube.com/watch?v=Fb0SBtWdu60&feature=youtu.be Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 340
Bab 86 penerapan photo story untuk meningkatkan kemampuan menulis caption bahasa Inggris Dalam mempelajari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, ada hal – hal yang perlu diperhatikan. Seperti halnya bahasa Indonesia, dalam bahasa Inggris juga terdapat terdapat beberapa ketrampilan yang harus diperhatikan dan dipelajari untuk bisa menguasai bahasa Inggris dengan baik. Ketrampilan – ketrampilan tersebut antara lain: Listening (mendengarkan), Reading (membaca), Speaking (berbicara) dan Writing (menulis). Pembelajaran bahasa Inggris dikatakan efektif jika dalam pembelajaran tersebut dapat mencakup keempat ketrampilan di atas sebagai suatu kesatuan. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan peserta didik kita untuk lebih menguasai bahasa Inggris secara menyeluruh. Kurikulum 2013 yang diberlakukan di sekolah – sekolah juga diterapkan dalam pembelajaran bahasa Inggris. Disampaikan bahwa tugas guru adalah sebagai fasilitator, dimana mendorong peserta didik untuk berlatih menggunakan bahasa pada ketrampilan menulis. Tujuan pembelajaran bahasa Inggris di SMA adalah agar peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi fungsional, memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa di masyarakat global. Menulis adalah sebuah proses penyampaian ide, pikiran dan perasaan lewat system bunyi atau huruf yang sudah diakui oleh masyarakat pengguna bahasa. Menulis itu mendorong seseorang untuk mengkomunikasikan pikiran –pikirannya dan membuat pemikiran – pemikirannya tercermin dalam bentuk tulisan. Ketrampilan menulis merupakan ketrampilan yang penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pendidikan maupun masyarakat. Ketrampilan menulis perlu diperhatikan karena merupakan salah satu ketrampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh peserta didik. Dengan menulis mereka dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran dan perasaan yang dimiliki. Menurut Halliday (dalam Hasan 1994) tujuan berbahasa tercermin dalam berbagai jenis teks. Setiap teks sesuai dengan tujuannya memiliki karakteristik yang berbeda, misalnya jenis huruf yang digunakan, struktur kalimat, struktur teks, dan organisasi teks. Ini berarti bahwa pembelajaran menulis di sekolah bukan hanya menulis wacana yang berbentuk paragraf, namun juga yang berbentuk non paragraf seperti iklan (advertisement), pengumuman (announcement), pesan singkat (short message), teks penyerta gambar (caption) , surat (letter). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan suatu kegiatan aktif dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang teratur yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Keterampilan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman sebagai suatu keterampilan yang produktif. Menulis dipengaruhi oleh keterampilan produktif lainnya, seperti aspek berbicara maupun keterampilan reseptif yaitu aspek membaca dan menyimak serta pemahaman kosa kata, diksi, keefektifan kalimat, penggunaan ejaan dan tanda baca Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 341
Berawal dari sikap peserta didik yang merasa kesulitan dalam belajar Bahasa Inggris secara tertulis. Dalam proses pembelajaran masih banyak siswa yang mengalami kebingungan dalam mengembangkan karangannya dan tidak semua siswa bisa menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. Hal ini membuat pencapaian siswa khususnya pada kecakapan menulis masih rendah. Selain itu, dari pengamatan penulis, guru cenderung melaksanakan pembelajaran dengan metode yang kurang variatif, kurang menyesuaikan antara metode dengan materi pokok sehingga tampak monoton (cenderung teoiritis. Hal ini akan membawa suasana belajar menjadi membosankan dan tidak dapat mengembangkan keterampilan siswa tentang Bahasa Inggris. Miarso (2005) menyatakan bahwa agar pembelajaran tidak membosankan diperlukan adanya penggunaan media pembelajaran berbagai kajian teoritik maupun empirik menunjukkan kegunaan media dalam pembelajaran sebagai berikut: (1) mampu memberikan rangsangan yang bervariasi pada otak, (2) dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki peserta didik, (3) media dapat melampaui batas ruang kelas, (4) memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dan lingkungannya, (5) menghasilkan keseragaman pengamatan, (6) membangkitkan dan keinginan dan minat baru, (7) membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar, (8) memberikan pengalaman menyeluruh dari sesuatu yang konkret dan abstrak, (9) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri, pada tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri, (10) meningkatkankemampuan keterbacaan baru, (11) meningkatkan efek sosialisasi, (12) meningkatkan kemampuan ekspresi diri guru maupun peserta didik. Media dapat meningkatkan motivasi belajar. Dengan adanya media yang menarik dapat menumbuhkan kecintaan terhadap mata pelajaran sehingga siswa dapat lebih giat dan maksimal didalam mengembangkan materi pembelajaran. Berdasarkan pengamatan penulis, banyak peserta didik yang kurang berminat dalam memperhatikan pelajaran dan kurang memahami proses belajar yang sedang berlangsung. Dan ini bisa terlihat dari hasil belajar yang belum maksimal. Keadaan ini perlu mendapat perhatian kaitannya dengan upaya untuk meningkat proses pembelajaran. Dengan meningkatkan proses pembelajaran diharapkan hasil belajar nya pun akan meningkat. Belum optimalnya keterampilan proses belajar menulis paragraf dalam Bahasa Inggris bagi peserta didik kelas XII SMAN 7 Surakarta dapat disebabkan oleh berbagai hal. Salah satu aspek tersebut dari pengamatan yang di lakukan penulis, ada kemungkinan bahwa bahasa Inggris dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang tidak menyenangkan bagi mereka. Di samping itu bahasa Inggris dianggap tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan kehidupan peserta didik yang berencana untuk menghabiskan hidup mereka hanya di Indonesia saja sehingga bahasa Inggris dianggap tidak perlu bagi mereka. Hal ini membuat peserta didik tidak mempunyai semangat untuk mengerjakan tugas – tugas bahasa Inggris yang diberikan oleh guru mereka. Akibatnya, seringkali mereka tidak menyelesaikan tugas yang diberikan. Ada juga siswa yang sudah mulai menulis, kemudian macet di tengah jalan, hal ini dikarenakan siswa kesulitan memunculkan ide, padahal tema atau judul sudah ditentukan. Hal ini membuat mereka tidak menyelesaikan tugas tersebut. Kamus, sebagai sarana pendukung yang penting dalam belajar bahasa asing, jugajarang yang memilikinya. Ada yang memiliki, tapi malas membawanya karena berat. Banyak yang menggunakan hp sebagai kamus tetapi kadang terkendala karena tidak ada kuota. Itu semua terjadi karena kurangnya motivasi dan kurang minatnya terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 342
Sebab lain adalah faktor guru yang belum dapat memanfaatkan teknologi atau media yang ada yang sangat mendukung sebagai sumber belajar.Pada umumnya guru jarang menggunakan media pembelajaran pada saat penyampaian materi, sehingga para siswa menjadi cepat jenuh dan semakin tidak berminat untuk menulis, dan banyak siswa beranggapan bahwa keterampilan menulis itu adalah keterampilan yang paling sulit karena mereka sulit untuk mengawali kalimat dalam sebuah paragraf. Berdasar pada beberapa permasalahan tersebut, peneliti mencoba untuk mencari suatu metode dan media yang bisa digunakan untuk merangsang minat siswa untuk lebih tertarik kepada pelajaran bahasa Inggris, khusus nya untuk menulis. Salah satu metode yang menarik untuk digunakan adalah metode pemberian tugas ynag menggunakan imajinasi siswa dalam menulis. Upaya guru dalam meningkatkan pembelajaran menulis paragraph dengan meminta peserta didik menulis caption dalam bahasa Inggris dengan menggunakan media photo story. Untuk itu dalam makalah ini penulis mencoba menyampaikan pengalaman sederhana tetapi sangat menarik dilengkapi dengan pemecahan masalah. “ Penerapan media Photo Story untuk meningkatkan kemampuan menulis Caption Bahasa Inggris ” yang dapat menjadi salah satu solusinya. Menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Association (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Menurut Sadiman (1996) media pembelajaran adalah paduan antara bahan dan alat atau perpaduan antara software dan hardware. Media Pembelajaran bisa dipahami sebagai media yang digunakan dalam proses dan tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya proses pembelajaran juga merupakan komunikasi, maka media pembelajaran bisa dipahami sebagai media komunikasi, maka media pembelajaran bisa dipahami sebagai media komunikasi yang digunakan dalam proses komunikasi tersebut, media pembelajaran memiliki peranan penting sebagai sarana untuk menyalurkan pesan pembelajaran. Menurut Boove (1997), media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang berfungsi untuk menyalurkan atau menyampaikan pesan, yang mana dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.Manfaat Media Pembelajaran adalah pengajaran yang lebih menarik perhatian peserta didik dapat menumbuhkan motivasi belajar, bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga lebih mudah untuk dipahami para peserta didik, serta memungkinkan peserta didik menguasai tujuan pengajaran dengan baik, model pembelajaran yang bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan lisan pengajar, peserta didik tidak bosan dan membuat pengajar tidak kehabisan tenaga. peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dapat dilakukan seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan sebagainya. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 343
Photo Story media Photo Story media adalah aplikasi bebas yang memperbolehkan pengguna membuat presentasi foto mereka. Dalam membuat photo story dapat ditambahkan fitur penambahan narasi, efek, transisi dan musik untuk membuat media photo story.(wikipedia/photostory). Ada dua jenis dari photo story, yaitu foto naratif dan foto tematik. Foto naratif adalah kumpulan karya foto berdasarkan urutan dari sebuah kejadian atau peristiwa. Sedangkan foto tematik adalah kumpulan karya foto yang memfokuskan pada sebuah tema sentral dimana foto-foto yang diambil tidak selalu mentitikfokuskan pada sebuah tempat ataupun peristiwa tertentu. Tetapi foto – foto tersebut relevan dengan tema yang diambil, misalnya isu pendidikan yang rendah, pengentasan kemiskinan, sport, education, lingkungan, binatang, dan lain sebagainya. Ada dua istilah yaitu istilah photo essay dan photo story/picture story. Perbedaan singkatnya adalah: § Photo Essay – menceritakan sebuah kisah, dan biasanya bertujuan sesuatu misalnya mengingatkan pemirsa akan bahaya narkoba, menceritakan pentingnya pelestarian lingkungan dan lain-lain. Foto-foto bisa dibuat di tempat dan dengan subjek foto yang berbeda-beda tapi masih satu topik yang sama. § Photo story/picture story – Bercerita tentang seseorang, tempat atau situasi, ada bagian awal, tengah dan akhirnya. Misalnya cerita tentang kehidupan seorang petani, dokter, dll. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Photo Story atau foto cerita adalah kumpulan karya foto yang dibuat dengan tujuan untuk menyampaikan sebuah cerita dari suatu tempat, peristiwa ataupun sebuah isu yang ada. Dimana foto – foto tersebut mempresentasikan karakter serta menyuguhkan emosi bagi yang melihatnya, berdasarkan sebuah konsep yang menggabungkan antara seni dan jurnalisme. Semua karya photo story merupakan kumpulan karya foto, tetapi tidak semua kumpulan karya foto merupakan karya/photo story. Langkah-langkah Penerapan Media Photo story. Penulis menggunakan media Photo Story dalam pembelajaran bahasa Inggris berawalpenulis melihat peserta didik tidak antusias saat harus menulis dalam Bahasa Inggris, ingin bisa menulis tetapi mereka tidak tahu apa yang harus ditulis, karena kurang nya ide/topik dan kosakata. Selain itu peserta didik tidak mempunyai semangat untuk mengerjakan tugas – tugas bahasa Inggris yang diberikan oleh guru mereka. Akibatnya, seringkali mereka tidak menyelesaikan tugas yang diberikan. Ada juga siswa yang sudah mulai menulis, kemudian macet di tengah jalan, hal ini dikarenakan siswa kesulitan memunculkan ide, padahal tema atau judul sudah ditentukan. Hal ini membuat mereka tidak menyelesaikan tugas tersebut. Akhirnya dalam Kompetensi Dasar ini, penulis mencoba menggunakan Photo Story, untuk menggali bakat dan kemampuan peserta didik dalam menulis, membangkitkan motivasi belajar Bahasa Inggris peserta didik, meningkatkan kreatifitas sekaligus menanamkan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris itu menarik dan menyenangkan, dan yang jelas adalah membangkitkan rasa percaya diri peserta didik dalam belajar bahwa mereka mampu menulis dan menghasilkan karya terbaik. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 344
Luar biasanya, photo story buatan peserta didik sangat bagus, mereka berinovasi dengan menggunakan berbagai aplikasi video dilengkapi dengan fitur- fitur penampilan yang menarik serta musik yang indah. Tanpa terasa, mereka sudah mencoba menuliskan caption di setiap rangkaian foto – foto yang ada dan menyusunnya menjadi photo story yang baik. Untuk membuat rangkaian foto bercerita (Photo story) yang bagus, peserta didik tidak hanya membutuhkan pengetahuan bagaimana membuat foto yang baik, tapi juga ketrampilan untuk bercerita. Peserta didik membutuhkan ide atau topik membuat perencanaan. Selain itu peserta didik membutuhkan kerjasama antara otak, mata dan hati. Dengan kerjasama antara ketiganya dengan baik, peserta didik bisa mengetahui kapan saat dan dimana saat yang tepat untuk membuat foto. Interaksi antar peserta didik semakin aktif dan rasa percaya diri yang semakin meningkat membuat peserta didik yang semula memilih diam, mulai mencoba terlibat baik dalam pengambilan foto ataupun menuliskan caption di setiap foto tersebut. Peserta didik mampu membuat foto bercerita yang merupakan suatu hal yang baik untuk mengungkapkan apa yang terjadi di dalam foto tersebut. Dalam menerapkan media photo story, langkah – langkah yang dilakukan oleh penulis adalah: 1. Menentukan topik misalnya cerita kegiatan seseorang selama sehari, kondisi lingkungan di sekitar sekolah. 2. Riset – Cari informasi tentang topik yang dipilih 3. Merencanakan foto-foto yang akan diambil (pemandangan, karakter/portrait, seni budaya, dll) 4. Membuat foto di lokasi dan waktu yang telah direncanakan. Biasanya langkah ini yang paling banyak memakan waktu. (Penulis membatasi 15 menit untuk mengambil foto). 5. Editing dan pemilihan foto 6. Tata letak/layout foto yang dipilih. Semakin penting fotonya semakin besar ukurannya relatif dengan foto yang lain Penerapan media Photo story dalam materi Captiondiberikan pada peserta didik yang mana tetap mengacu pada pendekatan Scientific dalam hal ini penulis memadukannya antara media dan model pembelajaran. Penulis menggunakan model Problem-based Learning, dimana peserta didik mengerjakan tugas yang berupa Photo story secara berkelompok.Kegiatan pembelajaran yaitu pendahuluan, inti dan penutup. Kegiatan pendahuluan di antaranya adalah menampilkan beberapa Caption dan penulis memberikan motivasi pentingnya topik ini. Menginformasikan Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai. Kegiatan inti meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Pada kegiatan mengamati, peserta didik ditunjukkan teks penyerta gambar (caption) dan peserta didik diminta memberikan tanggapan. Peserta didik di bangkitkan rasa ingin tahunya dengan menjelaskan apa itu teks penyerta gambar (caption), fungsi dari teks penyerta gambar (caption) dan bagaimana cara membuatnya. Pada kegiatan menanya, peserta didik diminta untuk mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan teks penyerta gambar (caption) atau penjelasan guru yang berhubungan dengan teks penyerta gambar (caption). Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 345
Selanjutnya guru meminta peserta didik untuk berkelompok yang terdiri dari 4 orang, untuk mendiskusikan tema apa yang diambil dan mengambil foto – foto di seputar lingkungan sekolah berdasarkan tema yang dipilih. Data yang telah diperoleh peserta didik, kemudian diasosiakan dan untuk selanjutnya peserta didik diberikan tugas untuk membuat photo story dari foto – foto yang diperoleh dan menuliskan teks penyerta gambar (caption) pada setiap foto – foto yang dipilih. Photo story yang dibuat dapat di percantik dengan menambah musik dan fitur – fitur yang menarik sehingga photo story menjadi lebih hidup. Pada saat peserta didik mengkomunikasikan dengan cara membagikan photo story mereka di grup face book, peserta didik yang lain diberi kesempatan untuk memberikan feedback dengan memberikan komentar, dalam hal ini sekaligus untuk melatih peserta didik menulis komentar dalam bahasa Inggris. Setelah menerapkan media Photo story dapat diperoleh pengalaman belajar pada aspek baik itu pengetahuan, sikap maupun ketrampilan. Hasil belajar peserta didik pada aspek pengetahuan dibuktikan melalui penilaian hasil belajar peserta didik secara tertulis dalam bentuk writing (tulisan) peserta didik pada photo story mereka, hampir semua peserta didik meraih nilai diatas KBM. Nilai ketrampilan dibuktikan dengan hasil komentar dan photo story mereka. Media ini sangat menarik, karena tidak membosankan dan membuat peserta didik lebih interaktif dan kreatif. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 346
Tri Andaris, S.Pd, M.Pd, Guru SMAN 7 Surakarta 1. Nama : TRI ANDARI S, S.Pd,M.Pd 2. Bidang Studi : Bahasa Inggris 3. NUPTK : 5259752654300063 4. NIP : 19740927 200801 2 005 5. Pangkat/ Golongan : Penata Tk.1/ IIId 6. Masa Kerja Sebagai Guru : 22 tahun 4bulan 7. Jenis Kelamin *) : L / P 8. Tempat, Tanggal Lahir : Bojonegoro, 27 September 1974 9. Pendidikan Terakhir/Program Studi : S – 2 / Bahasa Inggris 10. Jenis/ Jenjang Pendidikan Tempat Tugas*) : TK /SD/ SMP/SMA/SMK/ SLB 11. Mata Pelajaran/ Guru Kelas**) : Bahasa Inggris 12. Beban Kerja perminggu :24 Jam Tatap Muka 13. Tugas Tambahan : Wali Kelas 14. Sekolah Tempat tugas a. Nama Sekolah : SMA Negeri 7 Surakarta b. Alamat Sekolah : Jl. Mr. Muh. Yamin No.79 Surakarta c. Kecamatan : Serengan d. Kabupaten/ Kota : Surakarta e. Provinsi : Jawa Tengah f. Nomor Telepon Sekolah :(0271) 718679 g. Nomor Statistik Sekolah : 301036103060 Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 347
Bab 87 sekolah Adiwiyata PROFIL SMA NEGERI 1 LUBUKLINGGAU SEKOLAH ADIWIYATA Profil Sekolah Sekolah Menenggah Atas (SMA) Negeri 1 Lubuklinggau beralamatkan Jalan Garuda Km.02 Keluarahan Pelita Jaya Lubuklinggau Barat II yang menempati area milik sendiri seluas 3827 m2 . SMAN 1 Lubuklinggau dengan akredidatsi “A” yang mempunyai program Ilmu Pengertahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Motto, Visi,Misi dan Tujuan SMAN 1 Lubuklinggau Motto : SMANSA EMAS ( Eksplorasi, Mandiri dan Sisiwa Berkualitas) Visi :“Menjadi Sekolah Unggul di Bidang Imtaq, Iptek, Dan Berwawasan Lingkungan serta Mampu Memberikan Pelayanan Prima” Indikator Visi : Unggul dalam prestasi akademik Unggul dalam prestasi ekstrakurikuler Unggul dalam penguasan bahasa Inggris Unggul dalam pengamalan dan aktivitas keagamaan Unggul dalam penguasaan IPTEK Unggul dalam disiplin Unggul dalam kepedulian terhadap lingkungan hidup Unggul dalam memberikan pelayanan publik Misi Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif. Menumbuhkan semangat keunggulan dalam bidang ekstrakurikuler pada seluruh warga sekolah. Menerapkan penggunaan bahasa Inggris dalam komunikasi antar warga sekolah setiap hari Senin dan membuat kelompok gemar bahasa Inggris. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.. Melatih siswa dalam penguasaan di bidang IPTEK. Membudayakan sikap disiplin bagi warga sekolah. Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 348
Membudayakan sikap kepedulian warga sekolah terhadap lingkungan hidup. Membudayakan sikap kepedulian warga sekolah untuk tidak melakukan pencemaran dan merusak lingkungan hidup. Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pengguna layanan di lingkungan sekolah. Tujuan Mempersiapkan peserta didik yang memiliki prestasi akademik dalam perlombaan tingkat daerah dan provinsi. Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian, cerdas, berkualitas dan berprestasi dalam bidang olah raga dan seni. Memiliki tim debat bahasa Inggris yang mampu memenangkan perlombaan tingkat kota dan provinsi. Mempersiapkan peserta didik yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Membekali peserta didik untuk memiliki keterampilan teknologi informasi dan komunikasi dan dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran secara maksimal. Menanamkan sikap disiplin dan kepedulian warga sekolah terhadap lingkungan hidup. Sekolah Adiwiyata Awal prestasi SMANSA sekolah adiwiyata pada tahun 2011 di tunjuk menjadi sekolah adiwiyata kota dan pada awal tahun 2012 ditunjuk menjadi sekolah adiwiyata provinsi. Berlanjut pada tahun 2013 SMANSA kembali meraih prestasi di bidang adiwiyata sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional yang langsung diberikan oleh Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Kemudian 3 tahun berikutnya pada tahun 2016 naik level lagi menjadi Sekolah Adiwiyata Mandiri yang juga langsung diberikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Setelah mencapai ke level Sekolah Adiwiyata Mandiri, SMANSA Lubuklinggau persiapan menuju Sekolah Adiwiyata ASEAN. ‘ Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 349
Tuty Agustiana, M.Pd, Guru SMAN Lubuklinggau Nama : Tuty Agustina, M.Pd. Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 13 Agustus 1982 NIP : 19820813 200501 2 009 NUPTK : 7145760661300003 Pendidikan Terakhir : S-2 Mulai Mengajar : 1 januari 2015 Pangkat / Golongan : Penata / III.d Jabatan : Guru Madya Tempat Bertugas : SMA Negeri 1 Lubuklinggau Alamat Sekolah : Jln. Garuda Km.2 Kel. Pelita Jaya Kec.Lubuklinggau Barat I Lubuklinggau No HP : 0821-7823-5713 Alamat Rumah : Jalan Depati Djati Rt. 01 No. 37 Kelurahan Kayuara Kecamatan Lubuklinggau Barat I Lubuklinggau Email : [email protected] Riwayat Pendidikan : 1. SDN 4 Lubuklinggau tahun 1991 - 1997 2. SMPN 4 Lubuklinggau tahun 1994 - 1997 3. SMAN 1 Lubuklinggau Tahun 1997 – 2000 4. S.1 Pendidikan Matematika di Univ. PGRI Palembang Tahun 2000–2004 5. S.2 Manajemen Pendidikan di Universitas Bengkulu Tahun 2014-2016 Riwayat Pekerjaan : SMAN 5 Lubuklinggau tahun 2005 – 2012 SMAN 1 Lubuklinggau tahun 2012 – sekarang Untuk melihat profil SMANSA Sekolah Adiwiyata dapat di lihat pada link https://youtu.be/3UMiJIPItjg dan https://youtu.be/53L4BNTtl6g Kumpulan materi beserta virtual coordinator – VCT Indonesia 350
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334
- 335
- 336
- 337
- 338
- 339
- 340
- 341
- 342
- 343
- 344
- 345
- 346
- 347
- 348
- 349
- 350
- 351
- 352
- 353
- 354
- 355
- 356
- 357
- 358
- 359
- 360
- 361
- 362
- 363
- 364
- 365
- 366
- 367
- 368
- 369
- 370
- 371
- 372
- 373