r4tntifr ptfu pun mem|ujuforya agar mengetuft Saat mefafiirfom, itu sanggufr 6erat, jifut saja fotu tafiu, cBetapa saftt fotrenan)d, )ang membuat fiati terbang meklang. Ia rek 6erfor6an fengan rt)dwatua femi engforu. (Dan, fari frgfua tetefurya memfieimu air susu mutni. Aetupa sering ia mcmbersifrfotn fottoranmu fengan tongann)d, sementara fiuaianrE+ fiagimu ti[afrkin menja[i tenrylt ti[urmu, tBetapa sering ia refa fapar dan mem1eiforn mafomannYa untufonu, fotrena Qasifi [an sd)dng saat engfotumasifr kecit La[u furu sia-si\"aQgn fotrena frg[unguanmtt, saat ia tefafr fanjut usia, Eagimu, frgfiera[aannya kma, patafiafitu se1entar saia, Sunggufi [*ayngfum, seorang 1erafor[ sefiat tetaqi mengifurti nafsu Sunggufi disayngfom, seorang tutw fiati sementara tilafrtuna netra. fol a1g, senarqifafi Rgmerataan [oan1a, Se6a6 foru sangat mem1utufifurn [oa lang ia panjatfomle2 Sementara bagi ayah, anak merupakan penyejuk matanya, buah hatinya, pesona hidupnya, tumpuan harapannya, dan belahan jiwanya, yang dengan melihatnya, dunia menjadi cerah di matanya, dan senyum pun mengulum di bibirnya dengan ceria. Ini seperti yang dikatakan oleh penyair: 'Sutrafur 6agai [en1ut pa[ana[ifut putrdfut 6agai hekfian jiwafut putrafut 6agai Sintang Tang afur teroPong, agar futtatap pa[anya cafia1a Fgjora, Jifot suatu fiari E$mo fron fopa[a Attafr untu{menyaLnfrg\" pemandangan tersaci Patra ttsia senja, mafrg ia tefafr menjadi anafr.mu[a lang Lfrusyufrda[am Fgtaatan, fierparas \\ersifi, hertangan sucL Atau, memofion RgpadaAffafi suatu fiorapan Sebefum Eittemui ajat fi dtds tempat ti[urfur totafrg iletafian jiwafui itu sefang frfruqufr[i fiififurya fot e nlaingi fiintang [a[am frgtinggian. \" 5a2 Al-Kabo'ir oteh adz-Dzahabi, hal.44-45. 314 | eturon lslom Tentong Bergoul dengon Seiomo
Itulah ayah, yang bersusah payah demi anaknya. Betapa banyak usaha dan jerih payah yang ia lakukan untuk kepentingan anaknya. Ia rela melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menempuh jarak dengan segala kesulitan, menghadapi berbagai risiko demiketenteraman dan menjamin masa depan anaknya. la senang bila- mana anaknya senang dan sedih karena anaknya sedih. Ia rela berjaga demi anak dan menghabiskan banyak waktu dan tenaganya demi untuk mengasuh dan mendidik anaknya. la amat berminat dapat memberi anaknya wawasan, keterampilan, dan pembentukan kepribadian. Ia amat menginginkan kebaikan untuk anaknya dan membantunya pada kebaikan itu. Sebaliknya, ia mewanti-wanti anaknya terhadap keburukan dan berusaha keras agar menjauhinya. 'Ia ufurfotn tdngdn fengan Egbaifrgn tanpa pamrifi [an memberi nasifiat lang fiai{Fgsudafiannla ia terus mengucurforn pemfierian tanpa pamifr agar foru tetap mufia mengunggufr orang seQgtifing fietapa ia mengfiarap foru menempati fo[u[uf,gn tertinggi [an menapafr! anafrtatggapangfott tertinggi [i pknet ini. fflesfripun fotu pernafi fiergufing ria dafam fumpur saat f;gcif namun Egfua pun[aforya a[akfi tempdt ilermain terilaift\" Sungguh, hak kedua orang tua begitu agung dan jasa keduanya tidak terhitung. Kasih sayang keduanya -khususnya ibu- kepada anaknya benar-benar kasih sayang paling tulus dan suci. Terkadang manusia memperoleh kasih sayang isteri, anak-anak, dan teman-teman- nya, tetapi betapa pun besarnya kasih sayang mereka, namun se- sungguhnya itu baginya adalah kecil di depan kasih sayang orang-tua, ketulusan, dan kebenaran keduanya dalam memberikan nasehat, kasih sayang, dan kebaikan. Oleh karena itu, hak orang tua amat besar dan kewajiban terhadap keduanya juga besar dan mulia. Seorang lelaki datang menemui Umar bin al-Khatthab \"& lalu ber- kata, \"Wahai Amirul Mu'minin, ibuku berusia lanjut, akulah yang men- jadi kendaraannya, menggendongnya, memapahnya, dan membersih- kan kotorannya, apakah dengan demikian aku sudah menunaikan terima kasih kepadanya atas jasa-jasanya?\" Amirul Mu'minin menjawab, \"Belum!\" Lelaki itu bertanya lagi, \"Mengapa begitu, wahai Amirul Mu'minin?\" Ia menjawab, \"Sebab engkau melakukan demikian ter- hadapnya sambil berdoa kepada Allah agar mengambil nyawanya. |Aturon lslomTentong Bergoul dengon Sesomo 315
Sedangkan ia melakukan demikian terhadapmu sambil berdoa kepada Allah agar Dia memanjangkan usiamu.\"s3 Dari Hasan al-Basri berkata, \"Pernah seorang lelaki sedang bertawaf sambil memanggul ibunya, lalu ia menengadah ke arah ibunya seraya bertanya, 'lbu, apakah aku sudah membalas jasamu?' sementara lbnu umar uiw; yang berada di dekatnya menyela, 'Hai luka'(anak celaka), tidak, demi Allah sedikit pun tidak!\"'sa Dari said bin Abi Burdah, dari ayahnya, ia menuturkan bahwa lbnu umar pernah melakukan tawaf lalu melihat seorang lelaki sedang ber- tawaf sambil menggendong ibunya seraya menyenandungkan puisi: \",A.fut untufunu [ofrSana unta Perutut Jifot pengen[aranla panifr a?it tifo{ ,4.fom tetap setia membdwdn)d 'l{arena ia [u[u mengem1an?g fefiifi \\aryafr\" Apakah dengan demikian menurutmu, aku telah membalas jasanya, wahai lbnu Umar?' Ia menjawab, 'Belum, sedikit pun belum.'*u Dalam satu riwayat, 'Belum, sedikit pun belum, akan tetapi engkau telah ber- bakti kefadanya dan Allah memberi atas bakti yang sedikit dengan 0pahala besar.\"'s6 sa3 Riwayat lbnu Abi ad-Dunya dalam l'/iakorim olAkhlog hat' 54' rbid hat.62. w v5 tbid hat. 57. ffi Kitab al-Katuir, adz-Dzahabi hat.42. 316 | nturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo
2. BUAH BERBAKTI KEPADA OMNG TUA Bakti kepada kedua orang tua adalah salah satu dari amal yang paling mulia yang menjadi ciri utama para rasul, cara yang paling agung untuk mendekatkan diri kepada Allah dan yang paling Dia sukai, paling suci di sisi-Nya, salah satu jalan terbesar memperoleh pahala, kebaikan, terhapusnya dosa, salah satu jalan terdekat menuju kepada Allah, men- capai surga dan keridhaan-Nya. Bahkan, Allah telah menjadikan ke- ridhaan-Nya bergantung pada ridha orang tua dan kemurkaan-Nya pada kemurkaan mereka berdua. Allah menjadikan mereka tengah-tengah pintu surga, bahkan menjadikan surga di bawah telapak kaki mereka. DariAbdullah bin Amr bin al-'Ash.$, dari Nabi4!t, beliau bersabda: ,t jt r;;. c.i'lr't;; _,, 4t jr 6 t c.?')r w r_ \"Ridha Rabb ada pada keridlnan orang tua, dan kemurlcaan Rabb ada pada kemurkaan orang tua.'e7 Diriwayatkan bahwa seorang lelaki datang menemui Rasulullah 4!i lalu memohon izin untuk berjihad lalu beliau bertanya, \"Apakah kedua orang tuamu masih hidup?\" la menjawab, \"Ya, masih.\" Beliau pun ber- sabda: '+t;Jl# / \"Dengan berbakti kepada mereka berdua, be$ihad.lah.\" Dalam satu riwayat lain, \"Aku memberi sumpah setia (baiat) kepadamu dalam hijrah dan jihad untuk mencari pahala dari Allah. Latu beliau bersabda, 'Apakah di antara kedua orang tuamu ada gang masih hidup?'la menjawab, 'Ya, bahkan keduanya masih hidup.' Beliau ffi pun bersabda lagi,'Apakah engkau hendak mencari pahala dari *Allah?'la menjawab, 'Ya.' Beliau lalu bersabda; 'G:tt e\\4b iygr:S il7 Riwayat at-Tirmidzi no. 1899, lbnu Hibban no.429, at-Hakim no.7249. ia mengatakan bahwa hadits ini shahih dan dinilai shahih oteh at-Albani datam Shahih Suanon ot-Tirmidzi, no.'l 549. Datam Silsilah al-Hadi ts ash-Shahih, no. 51 5. |Aturon lslam Tentong Bergoul dengon Sesomo 317
'Maka kembalilah kepada kedua orang tuamu lalu perlakukanlah keduany a dengan baik. \"'sa Hadits ini menunjukkan bahwa jihad, meskipun bukan fardhu'ain, tidaklah sah pergi berjihad kecuali dengan izin kedua orang tua dan bahwa mempersembahkan bakti kepada mereka berdua adalah satu bentukjiha d fi sabilillah. Abdullah bin Mas'ud menuturkan bahwa ia bertanya kepada Rasulullah 3[, \"Amal apakah yang paling disukai oleh Allah Ta'ala?\" dalam satu riwayat lain, \"Amal apakah yang paling dekat dengan surga?\" Beliau Bf bersabda, \"shalat pada utaktunga.\" Beliau ditanya lagi, \"Kemudian apa?\" Beliau fE bersabda, \"Berbakti kepada orang tua.\" Beliau ditanya lagi, \"Kemudian apa lagi?\" Beliau bersabda, \"Jihad fi sabilillah.\"ile Nabi &E mendahulukan penyebutan bakti kepada orang tua atas jihad fi sabilillah dan menjelaskan bahwa berbakti kepada mereka ber- dua berada pada urutan kedua setelah shalat yang merupakan tiang agama dan ibadah yang pating mulia serta paling disukai oleh Allah S6. Ini senada dengan firman Allah $8, \"Dan Rabbmu telah me- merintahkan supa7a kamu iangan mengembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik' baiknga.\" (Al-lsraa': 23). Di sini diperintahkan agar berbuat baik terhadap kedua orang tua setelah perintah menyembah kepada Allah la'ala. Dari Abu Ayyub al- &,Anshari iu menuturkan bahwa pernah suatu kali seorang lelaki fuab *Badui menghampiri Rasulullah saat beliau dalam suatu perjalanan. Beliau pun berhenti, lalu lelaki itu menyaPa seraya bertanya, \"Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku amal apa yang mendekatkan aku kepada surga dan yang menjauhkan aku dari neraka?\" Beliau lalu ter- diam kemudian memandang ke arah sahabat-sahabatnya, lalu ber- sabda, \"Lelaki itu telah mendapat taufik atau hidayah.\" Lalu beliau meminta kepada lelaki itu agar mengulangi pertanyaannya. Setelah itu, beliau menjawab seraya bersabda: ,ir-s')t OFt ,iv,$r;*S ,U ,!;i 'i'ar iLt v8 Riwayat at-Bukhari no.2842, Mustim no. 2549. ile Riwayat at-Bukhari no. 504 dan Mustim no. 85. |318 eturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo
C.)t,VS \"Hendaklah engkau mengembah Allah dan tidak mengekutukan- Nya dengan suatu apa pun; mendirikan shalat, membagar zakat, menyambung tali persaudaraan. \" Dalam satu riwayat dikatakan bahwa ketika lelaki itu berlalu #Rasulullah bersabda: '+t F; y,t-!i dy/ 'Jika ia berpegarg pada itu niscaga ia masuksurga.'550 Ungkapan menyambung tali persaudaraan atau shilaturrahim dalam hadits tersebut menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua adalah salah satu jalan utama seseorang masuk surga dan selamat dari neraka. Sebab, orang tua adalah orang paling dekat jika dilihat dari nasab (keturunan) dan paling berhak mendapat kasih sayang persaudaraan (shilaturrahim). *:Demikian pula Sabda Nabi 'i.j;;t tI :qr $'U:u:* oV,fut 7t;1 V\"r-t4tit \"Orang tua adalah pintu surga gang paling tengah. Jika engkau mau, malca.letaklcanlah pintu itu, atau englcau me4jaganya.\"55' Dari Muawiyah bin Jahimah as-Sulami bahwa Jahimah pernah me- nemui Rasulullah 4E lalu berkata, \"Wahai Rasulullah, aku ingin ber- perang. Aku datang menemuimu hendak memohon nasihat kepada- mu.\" [-alu beliau menjawab seraya bertanya, \"Apakah engkau masih mempunAai seorang ibu?\" la menjawab, \"Ya.\" Beliau bersabda lagi: qsaiifltltivJu \"Temanilah ia, karena sesungguhnAa surga ada di bawah telapak kakinga.\" 5m Riwayat at-Bukhari No. 1332 dan Mustim No. 13. Lafazhnya Muslim. ss1 Riwayat at-Tirmidzi no. 1900, lbnu lrtajah 3663, 2089, Ahmad2177,21789,27551,27568, 27592, lbnu Hibban 425, at-Hakim 2799. ia menilai hadits ini isnadnya shahih. Dinitai shahih puta oteh at-Tirmidzi. At-Albani menitai shahih datam Shohih Sunon at-Tirmidzi no. 1 548 dan datam Silsiloh ol-Ahodits osh-Shahihoh no. 910. IAturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo 319
Dalam satu riwayat: Atiq+*l' \"Rekatilah selalu kakinya karena di sanalah surga.\"'s' Sedangkan ath-Thabraniss3 meriwayatkan dengan versi, \"Aku me- nemui Rasulullah memohon nasihat kepada beliau mengenai jihad, lalu Nabi bertanya,'Apakah engkau memPunAai kedua orang tua2' Aku menjawab, \"Ya.\" Beliau bersabda lagi, \"Rekatilah keduanya, karena se- sungguhnga surga ada di bawah telapak kaki mereka.\" Dari Aisyah q{gi-, , ia menuturkan bahwa Rasulullah ffi bersabda: \\jw rr$i :,ri, ,l6{t* titi ,,*41 ,t *;{)? :4 .lldr i|.*rt;tk ,,Aku bermimpi melihat diriku berada di surga. Tiba-tiba ada se- orang qari' sedang membaca, lalu aku bertanya, 'siapa orang ini?, Mereka (para penghuni surga) me4iawab. 'la adalah Haritsah bin an-Nu'man.' Lalu, bersabdalah Rasulullah 48: rt,q$t'5,tgS .Nt tr\"rs ,Tr ttK ,fit trk 'Demikianlah bakti, demikianlah bakti, demikianlah bakti!\"' Haritsah adalah orang yang paling berbakti kepada ibunya'sil Ini semua adalah di antara sekian banyak pahala bakti kepada ke- dua orang tua di akhirat. sedangkan di dunia, pahala berbakti kepada orang tua adalah bahwa Allah memberkahi usianya, diakhirkan ajalnya, 552 Riwayat an-Nasa'i no. 31O4, lbnu lvlajah no. 2781, Ahmad no. 15577, at-Baihaqi dalm os- Sunon ol-Kubro juz lX hat. 26, dan al-Hakim no.7248- la mengatakan hadis ini isnadnya shahih. At-Atbani menitai hadits ini hasan datam Shohih al'Jomi' osh'shoghir no. 1260' 553 Al-lAu'ia. ol-Kabir no. IZOZ, dan at-Munziri mengatakan datam at-Iarghib wo at-Tarhib Juz lll-hat. 217 bahwa hadits itu diriwayatkan ath-Thabrani dengan isnad yang baik. 5v Riwayat an-Nasa'i datam os-Sunon al Kubra no. 8233; Ahmad 24126, 25223' 25176; Abu ya'ti uzs; at-Hamidi 285; tbnu Hibban 7014; at-Hakim 4929,7247 dan ia menitai hadits ini shahih. Hadits ini memiliki syahid penguat dari hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan an-Nasa'i datam as-Sunon ol-Kubro 8234; at-Bukhari datam Khalg af'al ol-'lbad hat' 109; ath-Thabrani datam ol'lluJom ol-Ausath hat. 4605. 32O I eturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo
dilapangkan rizkinya, ditinggikan derajatnya, dimudahkan urusannya, diselamatkan dari cobaan hidupnya, diampuni dosanya, dikabulkan doa- nya, dan dibalas dengan bakti anak-anaknya. Mengenai pemberian berkah Allah kepadanya pada rizki dan pe- nambahan usianya, ini ditunjukkan dengan sabda Rasulullah $iE: \"Barang siapa ingin dilapangkan rizkinga dan diakhirkan 4jalnga, hendaklah ia menyambung tali persaudaraan.nsss Ungkapan klausa 'Aunsa'a lahu fi atsarihi' dalam hadits tersebut maksudnya adalah dipanjangkan usianya, diberkahi waktu dan umur- nya, dan dikaruniai keharuman nama setelah kematiannya.5s Mengenai pahala berupa bakti anak-anaknya adalah karena balasan berasal dari jenis perbuatan yang sama (Bagaimana Anda memperlaku- kan orang lain, begitu pula Anda akan diperlakukan). Diriwayatkan dari Ibnu Umar dalam hadits marfi\\ i3*. q ths,;3'rE j'f jr6, ri \"Berbaktilah kepada orang tua kalian, niscaya anak-anak kalian berbakti kepada kalian. Peliharalah kehormatan kalian, niscaga istrf-rstri kalian memelihara kehormatan mereka.\"ssl Kehidupan nyata menjadi saksi, betapa banyak anak yang durhaka terhadap orang tua mendapat balasan kelak dengan kedurhakaan anak- anaknya terhadap dirinya. Ini adalah satu keadilan Allah terhadap para hamba-Nya, karena Rabbmu tidaklah zhalim terhadap hamba-Nya. \"Jifre Anta ti[afrmeme [ifiira Egorangtuaan orang )aW memefrfiira frifupfln[a 555 Riwayat at-Bukhari no. 5640, Mustim 2557. 556 Akan dijetaskan secara rinci datam pembahasan tentang Shitaturrahim pada pasat ke- delapan. 557 Riwayat ath-Thabrani datam al-Ausoth no. 1002; lbnu Abdut Barr dalam ot-Tomhid 1uz ll hat. 309. At-Mundziri mengatakan dalam ot-Iarghib wo ot-Torhib juz lll hat. 218 bahwa hadits ini diriwayatkan oleh at-Thabrani dengan isnad hasan. Diriwayatkan puta oleh dia dan selainnya dari hadits Aisyah rah. Demikian puta diriwayatkan dengan isnad hasan oteh as-Safaralnl dalam Ghldzo ol-Albob Juz I hat. 375. |Aturon tslom Tentong Bergoul dengon Sesomo 321
na1e fukL1afasan penofafomfafr ai6 yng pa[ing |uruft ,4nla tewp \\erjiwa fifrk, tiala 6aQgi fiaginla Adn tutap ingQ,gr tia[a menga?$i Rgwajifian. KekL[unia mencifiir [i fia[apan wajafr fln\"fa Ag ar,4.n[a frfiat Rg frifupan me fa1ang S ep erti s drdng fa 6 a- k 6 a folengemban [erita feras fan fofrinaan fotrena furfraQg aan, pada frai perfritungan, fi sana a[a foa[iktr, juru perfritungan!\" Dari Wahab bin Munabbih, ia mengatakan5ss, \"Allah tH memberi wahyu kepada Musa ,{+iEI\\, 'Hai Musa, senangkanlah kedua orang tua- mu, karena sesungguhnya orang Aang menAerangkan kedua orang tuanga akan dipa4iangkan unumA4 dikaruniai anak yang me- ngenangkannAa. Sebaliknga, orang gang durhaka terhadap kedua orang tuanAa akan dipendekkan umurnga dan dikaruniai anak gang durhaka terhadapnga.\" Dari Tsabit al-Banani, ia mengatakans5e bahwa dikisahkan ada se- orang lelaki memukul ayahnya pada satu bagian tubuhnya. Lalu, dikata- kan kepadanya, \"Mengapa engkau lakukan itu?\" Namun, sang ayah menjawab, \"Biarkanlah anakku melakukan itu, karena sesungguhnya aku pernah memukul ayahku seperti pada bagian tubuhku ini pula. Aku pun sekarang mendapat balasan dari anakku dengan memukul pada bagian ini. Inilah balasannya. Ia tidak bersalah.\" Mengenai pahala berbakti kepada orang tua dengan dimudahkan urusan, diselamatkan dari cobaan dan dikabulkan doanya dapat diambil #dari kisah yang diceritakan oleh Nabi dalam sebuah hadits mengenai tiga orang yang sedang berlindung di sebuah gua saat hujan lebat, lalu tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dan menutupi mulut gua. Kemudian mereka masing-masing bertawassul dengan amal shalih yang pernah mereka lakukan. Salah satu dari mereka berdoa, 'Ya Allah, dulu hamba mempunAai dua orang tua gang telah la4iut usia. Hamba tidak perrah mendahulukan orang lain atas mereka dalam urusan keluarga maupun hana. Suatu hari mereka mlnta susu. Namun, sebelum hamba pergi untuk memerah sltslt, mereka tertidur pulas. Hamba pun memerah stsu lalu membawanga kepada mereka. Karena mereka 558 Kitab al-Kobair, adz-Dzahabi hat.43. 55e Tonbih ot-Ghofilin Juz I hat. 140. 322 | nturon lslomTentong Bergoul dengon sesomo
tidur, hamba pun tetap berdiam menunggu mereka bangun sambil memegang cau)an susu itu hingga fqiar mengingsing. Setelah bangun, mereka lalu minum susu itu. Ya Allah, sekiranga gang hamba lakukan itu benar-benar karena mencari ridha-Mu, lepaskan- lah kami dari batu besar fnil\" Batu besar itu pun bergeser. Lalu, kedua sahabatnya juga melakukan tauassul dengan amal shalih yang pernah mereka lakukan sehingga akhirnya mereka dapat keluar dari gua itu dengan selamat.560 Imam al-Bukhari telah membahas bab khusus me- ngenai hal ini dalam bab \"ljabah Du'a' man BarraWalidaihi.\" Mengenai balasan dihapusnya dosa, itu adalah karena bakti kepada orang tua merupakan salah satu amal shalih yang paling mulia. Allah dS berfirman, \"Sesungguhnga perbuatan-perbuatan gang baik itu meng- hapuskan (dosa) perbuatan-perbttatan gang buruk \" (Hud: 1 14) Selain itu, Nabi$i pernah bersabda: Wa*reQtCit, \"Susullah keburukan dengan kebaikan, niscaya itu akan meng- hapusnga.'66' *Diriwayatkan bahwa seorang lelaki menemui Rasulullah lalu ber- kata, \"Wahai Rasulullah, aku melakukan dosa besar, apakah ada taubat untukku?\" Beliau balik bertanya, \"Apakah engkau mempunAai ibu?\" la menjawab, \"Tidak.\" Beliau bertanya lagi, \"Apakah engkau mempungai bibi (dari saudara ibu)?\" Lelaki itu menjawab, \"Ya.\" Lalu beliau ber- sabda, \" Maka berbaktilah kepadanga.'62 Jika demikian halnya dengan keagungan dan pahala bakti kepada orang tua, maka sepatutnya bagi setiap Muslim memacu diri untuk ber- bakti kepada orang tua dan memuliakannya serta menunaikan kewajib- an terhadap mereka. Sepatutnya pula bersyukur dengan dikaruniai orang tua yang masih hidup sehingga berkesempatan untuk berbakti s@ Kisah ini terdapat datam hadits riwayat at-Bukhari no. 2152, MusLim 2743. 561 Lihat Takhrij hadits pada pasat kedua buku ini. 562 Riwayat at-Tirmizi no. 1409 dan ia mengatakan bahwa pada Bab itu riwayat dari Ati. At- Munziri mengatakan pada At-Targhib wa at-Tarhib bahwa hadits itu diriwayatkan oteh at- Tirmizi dengan tafazhnya, lbnu Hibban datam shahihnya dan at-Hakim, tetapi kedua mereka mengatakan dengan ungkapan, \"Hat laka waalidani ?\" (Adakah anda punya ibu dan bapa?) At-Hakim mengatakan bahwa hadits itu shahih sesuai dengan syarat Bukhari & Mustim. At-Atbani menshahihkannya datam Shohih Sunon at-Tirmizi no. 1554. |Aturon lslom Tentong Bergou! dengon Sesomo 323
dan mempersembahkan balas budi atas jasa-jasanya agar dapat meraih surga sebagai berkat bakti kepadanya. Dalam hal ini Rasulullah 48 mengingatkan dengan sabdanya: e,ii't i;')U u,Eti,e, i ri, ei i tU e5 fu, b* p V# ;1 u3:,;1 #t ry ii: t:J ;; :iu \"Betapa hina! Betapa hina! Betapa hina!\" lalu beliau ditanya, \"Siapa dia, wahai Rasulullah?\" Beliau menjawab, \"Orang gang mendapati orang tuanga masih hidrtp di usia la4iut, salah satu dari keduanya atau kedua-dtnnga, namun ia tidak masuk surga.'6'3 Rasulullah ffi bersabda: 'ati;,^;u.q3 S. c1fut F\"Cuit;I ;1 i$S !5\\1 'i, tai-.Oa*ot1l:. \"Barang siapa mendapati hidup kedua orang tuanAa atau salah satu dari keduanga, kemudian ia masuk neraka setelah itu, malca dengan demikian Allah telah me4iauhkan dan membinasakan' nga.\"uil c 563 Riwayat Mustim no. 2551. 5fi Riwayat Ahmad no. 19049,19051,20346; ath-Thabrani datam at-Mu'jam at-Kabir no.544, 668; Abu Ya'la 5922,926; ath-Thayatisi 1321; lbnu Hibban 907. At-Mundziri menilai hadits ini hasan datam ot-Iarghib wo ot-Tarhib juz lll hat. 235. 324 | aturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo
3. HAK-HAK KEDUA ORANG TUA A. Berbuat Baik B. Memberi Nafkah C. Mentaati D. Mendoakan A. Berbuat Baik Kepada Orang Tua Allah $6 telah memerintahkan dalam banyak ayat agar berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua. Mengenai caranya terdapat dua ayat al-Qur'an yang secara utuh mengajarkan kepada kita: *X3+ iii,jey\"e.cS ;-\"Lii; tuyit- iriiS <\\ ii: i:;i r.{: S; \\3,H, {i $-\\A & {, t13g J -\\i3';J;gi,i -, S: iJ;i i J\\i * t4 ;\"+tJ @ r:,? <i; WaSt{\\a;i \"Dan Rabbmu memerintahkan supaAa kalianjangan mengembah selain Dia dan hendaklah lcalian berbuat baik kepada ibu bapak- mu dengan sebaik-baiknga. Jika salah seorang di antara kedua- nga atau kedua-duanAa mencapai usia la4jut dalam pemelihara- anmu, maka sekali-kali janganlah englcau mengatakan kepada keduanga kata-kata'uff dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan gang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh lcasih saAang dan ucapkanlah: \"Rabbi, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdn telah mendidik hamba waktu kecil.\" (Al-lsraa': 23-24) Perintah dengan menggunakan ungkapan lhsan (berbuat baik) ter- hadap orang tua dengan membuang obyek, tanpa menyebut perbuatan baik tertentu, dimaksudkan agar ini mencakup semua jenis ihsan, baik berupa ucapan, perbuatan, sikap, bahasa tubuh maupun harta benda. |Aturon lslom Tentong Bergoul dengan Sesomo 325
Kemudian ihwal demikian ditegaskan pada masa usia lanjut mereka, karena pada kondisi tersebut mereka lebih membutuhkan bakti dan perlakuan baik, kelembutan dan kasih sayang, penghormatan dan sanjungan. Kemudian Allah Sg melarang dari perlakuan buruk terhadap mereka, memperlihatkan kejenuhan, ketidakpuasan dan keluhan ter- hadap mereka, selain juga melarang bersuara tinggi, mencela Can men- caci, merendahkan dan menghina mereka, dengan firman-Nya, \"maka janganlah mengucap 'uff ,\" Yalai, janganlah menyakiti mereka sedikit pun; janganlah sampai keluar dari engkau sedikit pun sesuatu yang melukai perasaan mereka, atau yang membuat mereka mengemban perasaan. Sebaliknya, tahanlah dirimu dan simpanlah dengan arif apa yang engkau dapati, baik itu karena kesalahan ataupun ketidaktahuan mereka. \"Dan janganlah membentak mereka\" yakni janganlah meninggikan suaramu terhadap mereka; janganlah berbicara dengan nada tinggi di hadapan mereka; janganlah menatap mereka dengan tatapan mata tajam; janganlah mengangkat tanganmu sebagai isyarat tidak berkenan dan penolakan terhadap mereka. Ketika Allah $6 telah melarang perkataan keji dan perbuatan buruk, Dia memerintahkan agar memperlakukan mereka dengan baik dengan perbuatan maupun perkataan dengan firman-Nya, \"dan ucaplcanlah kepada mereka kata-kata gang mulia.\" Yaitu, dengan lemah lembut, baik dan santun; dengan sopan, hormat dan memuliakan, sesuai dengan keadaan, kebiasaan dan walrtu. Kemudian Allah S6 berfirman, \"Rendahkanlah diri kalian terhadap mereka karena kasih saAang.\" Yaitu, tawadhu' dan rendah hati dengan perbuatanmu sebagai kasih sayang dan rendah diri di hadapan mereka, dan karena menyadari akan jasa-jasa mereka; perlakukanlah mereka dengan sikap seperti pembantu terhadap majikannya sehingga me- matuhi perintah mereka dalam hal yang baik, menyambut panggilan mereka, siap melayani dan memenuhi hajat mereka, menutup mata atas kesalahan-kesalahan mereka, siap melakukan apa saja yang dapat menyenangkan dan melegakan mereka, menyingkirkan apa saja yang mengganggu dan yang sekiranya akan membuat mereka kecewa dan murka.s5 s65 Lihat Tofsir Al-Qurthubi juz X hat. 243; Tofsir lbnu Kotsir Juz lll hat. 35; Tofsir Asy' Syaukoni juz lll hat. 303; dan Tofsir As-So'di hat. 407. |326 eturon lslom Tentong Bergoul dengan Sesomo
Suatu kali Abu Hurairah q*5 melihat seorang lelaki sedang berjalan di belakang seorang lelaki lainnya lalu bertanya, \"Siapa itu?\" Ia men- jawab, 'Ayahku.\" Abu Hurairah berkata, \"Janganlah engkau memanggil dengan namanya, janganlah duduk mendahuluinya, dan janganlah ber- jalan didepannya.\"su Jadi, merupakan kewajiban untuk bersikap lembut terhadap mereka, sopan santun dalam tutur kata, mendahulukan salam kepada mereka, memanggil dengan nama yang paling mereka sukai, dan ber- sopan santun dalam ucapan, cara duduk, makan dan dalam semua hal. B. Memberi Nafl<ah Kepada Kedua Orang Tua Di antara hak kedua orang tua atas anak mereka adalah memberi nafkah bilamana mereka membutuhkan nafkah dan ia mampu.uu' Kewajiban memberi nafkah atas anak bilamana ia mampu kepada orang tuanya yang fakir ditegaskan oleh al-Quran, sunnah, ijma', dan nalar. Dalam al-Quran terdapat banyak ayat, di antaranya adalah ayat ter- dahulu yang memerintahkan agar berbakti kepada kedua orang tua, berterima kasih, dan berbuat baik kepada mereka. Sementara bakti ter- besar, balas budi paling utama, kebaikan terbaik terhadap kedua orang tua adalah memberi nafkah kepada mereka saat mereka membutuhkan. Sedangkan dari sunnah adalah sabda Nabi &E: ,-.s bl1tsl1,# b,y'st ;sru *I'ot \"SesungguhnAa Aang terbaik gang dimakan seseorang adalah dari hasil usaha sendiri dan sesungguhnya anaknga adalah dari hasil usahanAa.\" Dalam satu riwayat Abu Daud dan al-Hakim: n4t;lurkr \"lulaka makanlah dari harta mereka.\" 566 Diriwayatkan oteh at-Bukhari datam al-Adab al-filurfad hat. 44. lbnu Abdut Barr me- nyebutkan dalam Eahjoh al-ttojolis juz ll hat. 762; dan as-Suyuthi dalam od-Durr ol- s7 lrlantsur iuz V hat. 263. lV hat. 34-35; at-Tofri' juz ll hat. 113; ollluhodzdzob juz ll Lihat Bodoi' ash-Shonai'juz hat. 166; dan ol-ltughni juz Xl hat. 374. |Aturon lslom Tentang Bergoul dengon Sesomo 327
Dalam satu riwayat an-Nasa'i: rs;i;f #'drk #,r$1, ps,{ rlly \"Sesunggultnga anak-anak lealian adalah hasil usaha terbaik lcalian, maka makanlah dari usala anak-arnk kalian.\"uu' Al-Kasani mengatakanss bahwa hadits ini adalah satu huijah pada bagian awal dan bagian akhirnya. Pada bagian akhimya itu jelas, karena Rasulullah ffi menggeneralisasikan ayah makan dari usaha anaknya bila- mana ia membutuhkan, secara mutlak tanpa ikatan izin dan ganti. Karenanya, ini menjadi dasar masalahnya. Sedangkan pada bagian awalnya, dikarenakan makna sabda Nabi 88, \"dan sesungguhnga anak- nga adalah lasil dari usahanAa.\" Yakni, hasil usaha anaknya adalah *hasil usaha orang tuanya. Sebab, Nabi menjadikan usaha seseorang sebagai sebaik-baik penghasilan, dan penghasilan adalah sesuatu yang dimakan, bukan dirinya. Jika hasil usaha anaknya adalah hasil usaha orang tuanya, maka pemberian nafkah oleh si anak merupakan bagian dari hak orang tua. Adapun rjma', Ibnu Qudamah mengatakan sebagaimana di- kemukakan oleh lbnu al-Mundzir bahwa para ulama sepakat bilamana kedua orang tua dalam keadaan fakir, tidak mempunyai pekerjaan, tidak mempunyai harta, maka memberi mereka nafkah adalah kewajiban anaknya.5To Sedangkan landasan nalar adalah karena manusia bagian dari orang tuanya. Dengan demihan, seperti halnya ia ingin menafkahi diri- nya sendiri dan keluarganya, begitu pula kepada pangkalnya (orang tua).57r Selain itu, karena pemberian nafkah oleh anak kepada orang tua adalah balas budi atas jasa orang tua kepada anaknya saat kecil dengan mengasuh, memelihara, dan mendidik hingga tumbuh dewasa dengan 56 Diriwayatkan oteh Abu Daud no. 3529; an-Nasa'i no. 4450, 4452i ot-Tirmfdzi no. 1358; lbnu lrtajah no. 2137,2290; at-Hakim no.2294, ia mengatakan hadits ini shahih dengan syarat al-Bukhari dan Musllm dan kedua ahti hadits ini tidak mentakhrij hadits tersebut dan adz-Dzahabi sepakat. At-Tirmizi mengatakan bahwa hadits lni hasan shahih. lbnu Haiar menyatakan datam Talkhis al-Hobir juz lV hal. 9 bahwa hadits itu dishahihkan oteh Abu Hatim dan Abu Zar'ah. 56e Lihat fudai' ash-Shanoi' juz lV hat. 30, juga tihat hat yang senada datam Sunan at' Tirmidzi juz lll hat. 640 dan lio'alim as-Sunan oteh al-Khatthabi juz V hat. 183. 570 Al-ttughni juz Xl hal. 373, dan tihat Eodoi ash-Shana'i juz lV hat. 30. 571 At-Mughni juz Xl hal. 373. |328 eturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo
penuh kasih sayang, maka pemberian nafkah saat orang tua mem- butuhkan adalah suatu kewajiban, karena itu termasuk balas budi atas kebaikan.5'2 C. Mentaati Orang Tua Bakti kepada kedua orang tua mengharuskan taat kepada mereka dengan cara yang ma'ruf. Bilamana orang tua memberi perintah kepada anaknya agar memenuhi kebutuhannya atau kepentingan tertentu, atau mengerjakan sesuatu atau meninggalkan sesuatu, maka ia harus segera mentaati tanpa ragu, tanpa menunda, tanpa menggerutu. Jika di sana terdapat udzur syar'i atau kendala yang tidak memungkinkan baginya melaksanakan perintah itu, maka ia harus memberi penjelasan dan meminta maaf. Allah $S berfirman, \"Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanga perlcataan 'uff dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan Aang mulia.\" (Al-lsra' : 23). Menggerutu dengan kata-kata 'uff saia dilarang, apalagi menentang dan membangkang terhadap mereka. Allah $6 juga berfirman, \"Hendaklah bersyukur kepada-Ku dan (berterima kasih) kepada kedua orang tuamu.\" (Luqman: 14). Juga dalam ayat lain, \"Dan sembahlah Allah dan janganlah mengekutukan-Nga dengan sesrtatu apa pun. Dan, kepada kedua orang tua hendaklah berbuat baik.\" Bukanlah bagian dari terima kasih kepada mereka dan berbuat baik kepada mereka: menentang dan membangkang terhadap mereka. Allah $6 berfirman dalam ayat yang lain lagi, \"Dan jika keduanga memaksamu untuk mempersekutulcan dengan Aku sesuatu gang tidak ada pengetahtanmu tentang itu, makaianganlah kamu meng- ikuti keduanya, dan pergaulilah keduanga di dunia dengan baik.\" (Luqman: 15) Ayat ini menunjukkan hukum wajib mentaati kedua orang tua dengan cara yang baik dari dua sisi: Pertama, bahwa anak dilarang mentaati kedua orang tuanya jika mereka menyuruh berbuat durhaka terhadap Allah $6 dan berbuat ke- musyrikan. Ini menunjukkan bahwa apabila mereka menyuruh sesuatu 572 Lihat Bodai'ash-shonoi'juz lv hat. 30. |Aturon lslom Tentong Bergoul dengan Sesomo 329
yang tidak ada di dalamnya kedurhakaan terhadap Allah berupa sesuatu yang mubah atau disyariatkan, maka wajib mentaati mereka. Kedua, bahwa anak diperintahkan agar memperlakukan kedua orang tuanya dengan baik sekalipun keduanya memaksanya berbuat kemusyrikan terhadap Allah. Bukanlah perlakuan baik menentang perintah mereka dan keluar dari taat kepada mereka. Selain itu, kewajib- an taat kepada kedua orang tua juga dapat dilihat bahwa jihad fl sabr- lillah, jika bukan fardhu hin, tidak sah kecuali dengan izin kedua orang tua yang beragama Islam.573 Karena mentaati orang tua adalah wajib dan jihad dalam hal ini hukumnya mrstahabb, maka tidaklah dibenarkan meninggalkan yang wajib demi perbuatan yang mustahabb.lbnu Qudamah mengatakansTa bahwa barang siapa salah-satu orang tuanya beragama lslam, maka ia tidak boleh berjihad secara sukarela kecuali dengan seizinnya. Senada dengan demikian adalah riwayat dari Umar dan Utsman, dan yang demikian dipegang oleh Malik, al-Auza'i, ats-Tsauri, asy-Syaf i, dan semua ulama. Ibnu Qudamah mendukung pendapatnya dengan dalil hadits-hadits masyhur dan sebagian hadits-hadits tersebut telah di- sebutkan terdahulu.s7s Kemudian ia mengatakan bahwa halitu dikarena- kan berbakti kepada kedua orang tua adalah fardu 'ain, sementara jihad adalah fardu kifayah, maka fardu ain harus didahulukan. la juga me- ngemukakan tentang haji tatlauswu' -yang bukan wajib karena telah menunaikannya- tidak boleh anak melakukannya jika orang tua me- larangnya karena ia mempunyai hak melarang pergi berperang, padahal hukum berperang termasuk fardhu kifayah (kewajiban kolel<tif) se- hingga hal-hal yang bersifat tatluuswu' lebih boleh ditinggalkan. Al-Kasani576 menyebutkan hal senada dengan yang dikemukakan oleh lbnu Qudamah, selanjutnya ia mengemukakan bahwa pada dasar- 573 Adapun jika kedua orang tua bukan Mustim maka tidak ada kewajiban meminta izin #mereka. Sebab, para sahabat Rasuiultah UerjinaA dan di antara mereka ada yang mem- punyai kedua orangtuanya kafir dan mereka tidak meminta izin orang tua mereka. Bahkan ada yang berperang melawan orangtuanya sendiri yang masih musyrik seperi yang di- *takukan oteh Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi'ah. la bersama Nabi pada Perang Badar. Ayahnya adatah salah seorang sesepuh kaum musyrikin pada saat itu. Lihat ol- Itughni juz Xlll hat. 26, ol-Koli juz lX hat. 254, dan Ghidzo' ol-Albob juz I hat. 386. 57a Al-hlughni juz Xlll hat. 25; ol-Kafi juz lV hat. 254; dan ol-Adob asy-Syar'iyyoh juz I hat. 434. 575 Pada hat. (naskah astinya-penerj .l 241-242. 576 Bada'i' ash-Shanai' juz Vll hat. 98. I33O eturan lslomTentong Bergou! dengon Sesoma
nya semua perjalanan yang di dalamnya terdapat risiko kebinasaan dan membahayakan tidak boleh bagi anak keluar melakukan perjalanan itu tanpa seizin orang tuanya, karena mereka merindukannya dan dengan kepergiannya itu mereka mengalami kepedihan. Sedangkan apabila perjalanannya itu tidak membawa risiko besar, maka boleh bagi anak melakukan perjalanan tanpa seizin orang tuanya jika itu tidak membuat mereka terlantar, atau tidak membuat mereka mengalami kepedihan. Kondisi ini, jika jihad yang dimaksud bukanlah yang bersifat fardhu hin (indMdual). Namun, jika kondisi jihad mengharuskan atas setiap indMdu, maka meminta izin mereka bukanlah keharusan, seperti halnya fardhu-fardhu 'ain lainnya berupa shalat Jumat, berjamaah, puasa, zakat wajib, haji wajib, menuntut ilmu yang wajib dan sebagainya. Bahkan, mereka tidak mempunyai hak melarangnya menunaikan apa yang diwajibkan oleh Allah kepadanya. Jika mereka melakukan demikian, maka berlakulah kaidah 'tidak ada keus4jiban taat kepada makhluk dalam hal maksiat terhadap Allah'. Juga dikarenakan firman Allah d6, \"Danjika mereka berdua memalcsamu berbuat kemusgri.kan terhadap-Ku dengan sesuatu gang engkau tidak ada pengetahuan tentang itu, malca janganlah engkau mengikuti keduanga, tetapi per- gaulilah merelea di dunia dengan baik.\" (Luqman: 15). Allah melarang mentaati kedua orang tua dalam hal kemaksiatan terhadap-Nya. Juga, karena ini semua adalah ibadah-ibadah yang di- tentukan atasnya sehingga izin kedua orang tua tidak dipertimbangkan di dalamnya, seperti shalat. Selain itu, karena Allah $# berfirman, 'Me- ngerjakan hqji adalah kew4jiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang Aang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.\" (Ali Imran: 97). Di sini Dia tidak mensyaratkan adanya izin kedua orang tua.577 Tentang orang laki-laki yang dilarang shalat berjamaah oleh ayah- nya, lmam Ahmad mengatakan bahwa orang tua tidak mempunyai hak untuk ditaati oleh anaknya dalam halyang bersifat wajib.s78 lmam al-Auza'i mengatakan, \"Tidak ada kewajiban taat kepada ke- dua orang tua dalam hal-halyang bersifat fardhu, shalat Jumat, jamaah, Haji, dan perang\"sTe 5z Lihat olltughni juz Xlll hat. 27. 578 Al-Adob osy-Syar'iyyah Juz I hat. 434 dan Ghidza' ot-Atbobjuz I hal. 385. 5n Al-ltughni juz Xllt hat. 26. |Aturon lslomTentong Bergoul dengon Sesomo 331
Terdapat satu kisah luar biasa mengenai hal ini, yaitu kisah Juraij, #sang ahli ibadah, dengan ibunya, yang diceritakan oleh Nabi sebagai pelajaran untuk umatnya, dan peringatan kepada mereka agar tidak bersikap masa bodoh dan mengabaikan keberadaan kedua orang tua. Selain itu juga menerangkan pentingnya posisi doa orang tua terhadap anaknya. Dari Humaid bin Bilal, dari Abu Rafi' dariAbu Hurairah bahwa Juraij sedang beribadah di dalam kuilnya, lalu ibunya datang. Lalu, Hamid menggambarkan, sebagaimana yang digambarkan oleh Abu Rafi' dari Abu Hurairah menirukan penggambaran Rasulullah ketika ibunya itu memanggilnya, bagaimana ia meletakkan telapak tangannya pada dahi kemudian mengangkat kepalanya untuk memanggilnya. Ia memanggil, \"Hai Juraij, aku ibumu! Berbicaralah denganku!\" Kebetulan Juraij sedang shalat, lalu ia berkata, \"Ya Allah, ibuku atau shalatku?\" Ia pun memilih shalatnya. Ibunya pun pergi lalu datang kembali seraya memanggil \"Hai Juraij, aku ibumu! Berbicaralah denganku!\" I-alu, ia berkata, \"Ya Allah, ibuku atau shalatku?\" Ia pun memilih shalatnya. Ibunya lalu berkata, \"Ya Allah, dia adalah Juraij, anak hamba dan hamba mengajaknya bicara tetapi ia enggan berbicara dengan hamba, Ya Allah, janganlah engkau cabut nyawanya hingga Engkau memPer- lihatkan kepadanya pelacur!\" Seandainya ia mendoakan buruk agar Allah memberi cobaan kepada anaknya, niscaya cobaan itu akan terjadi. Lalu, seorang penggembala kambing berlindung di dalam kuilnya. Tidak lama kemudian, datanglah seorang peremPuan dari desa, lalu me- lakukan hubungan intim dengan penggembala itu sehingga ia hamil dan melahirkan seorang anak. Ketika ditanya, 'Anak siapa itu?' Perem- puan tersebut menjawab, 'la adalah hasil hubungan gelap dengan Pe- milik kuil itu!'so Selanjutnya, orang-orang pun datang dengan kampak dan skop mereka seraya meneriakinya. Namun, ternyata ia sedang shalat sehingga tidak menjawab mereka. Mulailah mereka menghancur- kan kuilnya. Menyaksikan apa yang mereka lakukan, ia pun turun me- nemui mereka. Mereka meminta agar ia bertanya kepada PeremPuan lacur itu. Ia hanya tersenyum lalu mengusap kepala bayi itu seraya ber- tanya, \"Siapakah ayahmu?\" Tiba-tiba bayi itu menjawab, \"Ayahku adalah penggembala domba.\" Mendengar jawaban bayi itu, mereka lalu riuh rendah akan membangun kembali kuilyang telah mereka hancurkan itu 5e Kuit adatah biara tempat ibadah. 332 | nturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo
dengan emas dan perak. Akan tetapi, Juraij menolak, kecuali agar mereka mengembalikannya dari tanah seperti sedia kala, lalu ia pun kembali ke atas kuil itu.581 Kita bisa mencamkan kisah nabawi ini, bagaimana Allah mengabul- kan doa buruk ibunya. Padahal, yang membuat Juraij tidak menjawab panggilan ibunya bukanlah sesuatu yang tidak berarti, atau tidur dan malas, atau sibuk urusan duniawiah, atau sengaja membangkang dan mengabaikannya melainkan yang menghalanginya adalah keasyikannya dalam satu ibadah besar yang ia enggan memutusnya. Kemudian dapat dicamkan pula klausa dalam sabda Nabi S, \"seandainga ta rnendoakan buruk agar anaknga diberikan oleh Allah cobaan, nbcaga cobaan itu akan terjadi.\" Yakni, bahwa sekalipun ia murka kepada anaknya, namun ia tetap tidak berkenan mendoakan anaknya dengan doa yang mencelakakannya. la tetap menyayanginya. Sehingga, doanya hanya memohon agar anaknya melihat wajah para pelacur. Seandainya ia mendoakan agar anaknya melakukan perbuatan keji, niscaya ia akan ditimpa dengan itu. Hadits ini juga menunjukkan bahwa orang yang sedang shalat nafilah (sunnah) kemudian dipanggil oleh salah satu orang tuanya sementara ia mengetahui bahwa jika ia menunggu maka akan me- nyakitinya, atau marah terhadapnya karena terlambat menyahutnya, maka dalam hal ini menghentikan shalatnya dibolehkan. Sebab, men- jawab panggilan orang tua hukumnya wajib. Sedangkan menyelesaikan amal sunnah hukumnya mustahabb. Akan tetapi, jika diperkirakan bahwa orang tuanya tidak tersinggung dengan itu atau kalau ia me- ngetahui bahwa anaknya sedang shalat maka ia memahaminya, dalam hal ini sebaiknya menyelesaikan shalat dengan segera, lalu menjawab- nya. Hadits ini juga menunjukkan bahwa jika orang tuanya melarangnya melakukan amal yang bersifat sunnah berupa shalat, atau puasa, atau i'ktikaf, atau membaca al-Qur'an, dan sebagainya, maka sang anak tidak dibenarkan menentang dan membantahnya. Sebab, melakukan amal-amal tersebut hukumnya mustahabb, sedangkan mematuhi orang tua hukumnya wajib. Jadi, tidak dibenarkan meninggalkan yang wajib demi yang nafilah. Namun, jika ia dapat melakukannya tanPa se- s81 Riwayat at-Bukhari no. 1148; Mustim 2550. IAturon lslomTentong Bergoul dengon Sesomo 333
pengetahuan orang tuanya dan ia tidak tersinggung jika mengetahuinya serta tidak luput kemaslahatan yang ia bebankan untuk mengerjakan- nya, maka sebaiknya sang anak melakukannya. Imam Ahmad aB ditanya, bagaimana hukumnya jika kedua orang tua menyuruh agar anaknya hanya shalat wajib? Ia menjawab agar anaknya itu memahamkan mereka dan sang anak agar tetap melakukan shalat nafilah (selagi memungkinkan). Imam Ahmad juga mengemukakan tentang seorang lelaki yang melakukan puasa sunnah lalu kedua orang tuanya atau salah satu di antara mereka meminta agar membatalkan puasanya, sebagaimana di- riwayatkan dari al-Hasan bahwasanya Ahmad berkata, \"la (sebaiknya) membatalkan puasa nafilah dan ia mendapat pahala berbakti kepada orang tua selain juga pahala puasa apabila ia membatalkan puasanya.\" Tentang seorang anak yang berpuasa sunnah sementara kedua orang tuanya melarangnya berpuasa sunnah, Imam Ahmad mengata- kan, \"Aku tidak senang ia berpuasa jika mereka melarangnya dan aku tidak suka mereka melarangnya, yakniberpuasa sunnah.\" Syaikhul lslam lbnu Taimiyah mengatakan, \"Tentang puasa, se- baiknya tidak memulainya apabila mereka melarang dan sebaiknya ia membatalkan apabila ia berpuasa.\" Sedangkan mengenai shalat nafilah, Ibnu Taimiyah mengatakan, \"la harus memberi pemahaman dan hendaklah ia shalat naftlah.\" Ibnu Muflih mengemukakan bahwa Imam Ahmad berpegang pada sikap membatalkan shalat sunnah apabila salah satu orang tuanya me- mintanya. Ia menyebutkan ini tidak hanya sekali.s2 Ibnu Hajar mengatakan,s3 \"Yang paling shahih menurut madzhab Syafi'i bahwa jika shalat itu bersifat sunnah dan diketahui melukai perasaan orang tua jika diabaikan, maka wajib hukumnya memenuhi permintaannya. Namun, jika tidak demikian, maka tidak wajib. Adapun menurut madzhab Maliki, bahwa memenuhi permintaan orang tua dalam hal yang bersifat sunnah ini lebih utama daripada mengulur- ulurnya. 582 Al-Adob osy-Syor'iyyoh juz I hat. 433. juga Ghidza' at'Albab juz I hat. 384-385. 5E3 Foth at-Bori juzvl ha[.483. 334 | aturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo
D. Mendoakan Orang Tua Hak kedua orang tua demikian agung, sehingga sebesar apa pun bal<ti dan kebaikan anak kepada mereka, tidak akan terbalas dan tidak akan dapat memenuhi hak mereka. Di antara balas budi yang dapat di- lakukan adalah memperbanyak doa untuk mereka selama mereka masih hidup maupun sepeninggalmereka. Allah d6 berfirman: WaVJ(qri3;id \"Dan ucapkanlah (doa), Rabbi, rahmatilah mereka berdua se- bagaimana mereka mendidik hamba di toaktu kecil.\" (Al-lsraa': 24) Demikian Allah mengajarkan kepada para hamba-Nya, agar men- doakan kedua orang tua mereka agar diberi rahmat saat masih hidup maupun setelah wafat sebagai balas budi atas jasa dan jerih payah mereka. Ibnu Jarir mengatakana, \"Berdoalah untuk kedua orang tuamu agar diberi rahmat. Ucapkanlah, 'Ya Rabbi, rahmatilah mereka, berilah mereka kelembutan dengan maghfirah dan rahmat-Mu sebagaimana mereka memberi kelembutan kepada hamba, menyayangi dan men- didik hamba di waktu kecil, hingga hamba mempunyai kemandirian dan tidak bergantung kepada mereka!\"' Demikian pula doa Nabi Nuh $*l\\ untuk kedua orang tuanya ketika mengucapkan: t, {\"ii\\r'w;5;q, G;j3i p;'d'yrs, I \" =,' \"Rabbi, ampunilah hamba dan kedua orang tua hamba, orang Aang masuk ke rumah hamba dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempltan.\" (Nuh: 28) Nabi Nuh **Jl mendoakan kedua orang tuanya setelah me- manjatkan doa untuk dirinya sendiri, tanpa mendahulukan siapapun selain mereka, tidak untuk istri, kerabat, tidak pula teman. Ailah menceritakan tentang Nabi lbrahim .i#\\ ketika memanjatkan doa: 5u Talsir oth-Thabori juz XV hat. 50. IAturan lslom Tentong Bergoul dengan Sesomo 335
4t4i ifr;;&-w$ 63'195 4 G: \"Rabbi, ampunilah hamba dan kedua orang tua hamba serta orang-orang beriman pada hari terjadinga hisab (hari kiamat).\" (lbrahim:41) Nabi Ibrahim ,{'#t mendoakan kedua orang tuanya agar mendapat pengampunan langsung setelah berdoa untuk dirinya sendiri. Ini terjadi sebelum Nabi lbrahim berlepas diri dari ayahnya, ketika mengetahui dengan pasti bahwa ayahnya itu adalah salah seorang musuh Allah.ss Nabi ffi bersabda: fV fi ,y-tV zi'r? ,** Uil'i*j'{,frt iit'it 3Y tiy 'iixCGlsJ,i& \",\\pabila arak Adam meninggal dunia, maka puttslah amalnya kectnl tiga; shadaqah jariyah, atanr ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannga,ao Beliau menjadikan di antara tanda-tanda keshalihan anak adalah mendoakan kedua orang tuanya setelah mereka wafat, di mana ke- butuhan akan doa saat itu lebih besar daripada saat mereka masih hidup. Beliau membatasi hanya menyebut doa tanpa menyebut semua ibadah dengan sabda beliau, \"Aang mendoalean kepadanya\" tidak ber- sabda \"beramal untuknya, atau shalat untuknya, atau menghajikan, itu menunjukkan bahwa doa adalah sesuatu yang paling utama untuk di- 0berikan kepada orang tua setelah wafat. 585 Lihat Tafsir lbnu Katsir )uz ll hal. 542. 586 Riwayat Mustim no. 1631. |336 aturon lslomTentong Bergou! dengon Sesomo
4. I AIUTI\\Q\\I\\ DURHAI(A TERFI,ADAP KEDUA ORANG TUA Salah satu dari kehinaan diri dan kenistaan sifat adalah apabila anak mengingkari dan melupakan jasa dan kebaikan kedua orang tuanya. Dengan demikian, ia membalas jasa dan kebaikan mereka dengan pengingkaran dan keburukan; pemberian mereka dengan penolakan; sambung kasih mereka dengan putus kasih sayang; pengorbanan mereka dengan kedurhakaan. Mereka senantiasa berharap dan me- nantikan balas budi, bakti dan sambung kasih sayang dan kebaikan, namun anak seringkali mambalas dengan sikap masa bodoh dan peng- abaian dengan melupakan masa kecil nan lemah, kagum pada usia muda, kekuatan dan gengsinya, membanggakan keilmuannya, ter- pedaya oleh wawasannya dan jabatannya sehingga menyia-nyiakan mereka, durhaka dan membangkang, melukai perasaan mereka dengan kata-kata kasar dan mengecewakan, meremehkan bahkan memukul dan menampar, na'udzu billah! Mereka mengharap hidup anaknya, sedangkan ia mengharap kematian mereka; mereka memberi tanpa pamrih, sementara ia mengharap kebinasaan mereka: ' 1(9 z fia timan [z awi I qu r6 a (ana 8) afa fa fr f;gp e [i fran yng pe[ifin1a bbifr nerryafrtfom 6agi seseorang faripa[a tusufom petang in[ia.$7 Mereka pernah memancang harapan tinggi dengan menyiapkannya untuk menghadapi saat-saat berat dan sulit. Namun, barangkali -setelah melihat anaknya durhaka- mereka menyesali, andaikan saja mereka mandul, atau meninggal dunia sebelum menjumpai kedurhaka- an ini. lnilah ihwal ayah yang hatinya hancurffi, (sebagaimana di- kemukakan dalam bait): 'flf,g nencufrlqi kgbutufian mafommu saot masifr frCcit [an menanggung fiifupmu saat tumfiufr remaja lEngQgu dic\"EUp denganyang af,y usafiafrgn fan [i6eri air s:ustt i6u petama. cBi kmana mafam mm1 e frmutimu feng an sa frjt, w587 Bait Tharafah bin at-Abd bin Zaid. Lihat Bahjoh al-htojotisjuz il hat. 782. mnlan ot-ltoJolisjuz ll hat. 774; Tafsir ot-eurthubi juz X hat. 246 juga Ghidzo at.Atbob Juz I hat. 387. |Aturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo 337
tafrfapat furyejamfommata fotrena safttmu, sekin fierjaga gefisafi Seokfr afrjtkfryang terpufrgf, fiufrgn eryReu feng an pu fu t fan yng ti[a frne nimp a frg sefiingga fiitrp{y eryfrgu abatifr,gn tiwa?p ufurt atas frga[aanmu fotrena 6enar-6enar tafru fiafiwa fomatian mengintai Namun kgtifrg eWQeu tum|ufr [ewasa fan fiarapan yng afur gantungfotn pa[amu engfugu 6afas [engan Rgfosaran [an frgfie?gan fiati seokfi engftgufafiyng fierfiafrmeni{mati fri[up [an fiermurafi frati Eetapa cekQg jiQg eWQgu ti[a{menunaifom frafrorang tud Engf;gu 6er6uat sryerti tetdn1go sefiekfi 6er6uat Eng Rgu memper{afurfrg\"RJ, sryerti tetdqgd 'Ii [a {men [a fami p eras aan Q1t Qa[a fiartamu engfotu frifrir.\" Salah seorang fuab Badui ditanya mengenai anak-anaknya, lalu ia membaca puisi: .(ang terfiaiQ{i antdra anafranaftfut pun sryerti anjing )dng pating 6er6a(ti pafrW ficifrterfra[apfty ti[afr6 erguna penfitifrgn [an pufurkn f;y tidafrpuk sikgp mcngakfrf;p pata merefot [an timanganQy. AndaiQgn saja afut mcnhqgaf tanpa Fgturunan Atau, an[aiforn saja aQy manlut!8e Orang hina yang durhaka terhadap kedua orang tuanya, ketika mereka telah lanjut usia dan membutuhkan anaknya, justru ia mem- perlakukan mereka sebagai orang tak berguna baginya. Sementara terhadap orang lain ia berbuat baik. Jasa-jasa mereka ia balas dengan perlakuan buruk dan sikap tidak bersahabat. Ia tidak sadar bahwa ber- bakti kepada kedua orang tua adalah salah satu amalyang paling mulia dan durhaka terhadap mereka termasuk salah satu dosa besar yang paling besar dan menjadi penyebab kebinasaan dan kerugian. sBe tuhloh ol-ttojolisjuz ll hat. 23. |338 aturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo
Nabi *E bersabda, \"Maukah kalian aku beritahukan dosa besar gang paling besar?\" Beliau mengatakan ini tiga kali. Para sahabat menjawab, \"Tentu mau, wahai Rasulullah.\" Beliau # bersabda, \"Me- ngekutukan Allah, durhaka terhadap orang tua.\" Sebelumnya beliau bersandar lalu duduk, seraya melanjutkan sabdanya, \"Ketahuilah, dan kata-kata dttsta serta kesaksian palsu.\" Beliau terus mengulang sabda- nya tersebut hingga para sahabatnya berujar, \"Andaikan saja beliau diam.\" (karena merasa iba kepada beliau).ss Nabi SE menjadikan durhaka terhadap orang tua sebagai salah satu dosa besar yang paling besar disandingkan pula dengan kemusyrikan yang merupakan dosa paling besar. Karena demikian besarnya, balasan durhaka disegerakan di dunia disertai dengan adzab pedih yang di- tangguhkan bagi pelakunya hingga kelak di akhirat. Nabi Bf bersabda: o* it *gt 6 jL.;r: Y W,'ar FA 39..;,1tt eYat u ryqil;r:.{p,q4t}t \"Semua dosa diakhirkan oleh Allah di antaranga sesuai gang Dia kekehendaki hingga Hari Kiamat selain durhaka terhadap kedua orang tua. Karena, sesungguhnga Allah mengegerakan terhadap pelakunga sebelum meninggal dunia.\"sn' Beliau *ju1a bersabda: v e 6l' g r.r\"tt *q\"a, ,F- o1 3G1 y1 cY ,,--\"Jl e;a5,.:r4l ctn\\l O{'nU \"\"Tidak ada dosa Aang lebih patut pelakunga disegerakan hukumannya di dunia oleh Allah, serta ancan'an Aang tersimpan di akhirat, daripada perbuatan zhalim dan memutus tali lcasih ke- kerahatan.\"sez Durhaka terhadap kedua orang tua mencakup dua dosa, yaitu ke- sewenang-wenangan dan pemutusan shilaturrahim. Maka, betapa parah 5s Riwayat at-Bukhari no. 2511, Mustim no. 87. 5e1 Riwayat at-Hakim no. 7263 dan menilai isnad hadits ini shahih. Adz-Dzahabi sepakat. 5e2 Takhriinya tetah disebutkan terdahutu. |Aturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo 339
dosa durhaka terhadap kedua orang tua dengan ancaman balasan dan kesengsaraan di dunia sebelum mininggal. Selain itu, durhaka terhadap mereka juga menjadi penyebab disegerakannya hukuman di dunia dan masuk neraka serta dijauhkan dari surga. Nabi ffi bersabda, v f -eltiii:r:r $ s,Lk'i s,3e \"Tidaklah masuk surga orang yang durhaka terhadap orang tua, orang Aang mengungkit-ungkit kebaikan, tidak pula pecandu khamr.\"5e3 Pengaruh buruk durhaka terhadap orang tua di antaranya adalah bahwa ini menjadi sumber kemurkaan Allah d6, sebab ridha-Nya ada pada ridha kedua orang tua dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan mereka. Sedangkan dampak buruk lainnya adalah bahwa ketulusan dan kasih sayang mereka yang demikian besar terhadap anak yang durhaka dapat berbalik dengan mendoakan buruk kepadanya serta memasrah- kan kepada Allah untuk menyiksa dan mengadzab anak tersebut. Dengan kedurhakaannya Allah memberi balasan kepadanya. ltulah yang harus diterima anak yang durhaka. Sebab, doa orang tua tidak ditolak, tidak ada tirai penghalang antara doanya dan Allah d6. Kisah Juraij menjadi saksi dan contoh konkrit. Sebab, di sana ter- dapat pelajaran bagi orang yang berhati cerdas dan pendengaran peka. &,DariAbu Hurairah ia berkata bahwa Rasulullah &8 bersabda: i?sS.pjkjr irl;:,ry Un Lu.t;*, \"t?.'Lii 4: * tuti;si,12t-J-)l 'Ada tiga doagang dikabulkan, tidak ada keraguun di du'lu*nyu, gaitu doa orang yang dizhalimi; doa musafir; dan doa (buruk) orang tua terhadap araknya.'e O 5e3 Riwayat an-Nasa'i 5672; Ahmad 6882; ad-Darimi 2093; lbnu Hibban 3383 dan 3384. Hadits ini dinitai shahih oteh al-Albani datam Shahih ol-Jami' ash-Shaghir no. 7553. 5ea Riwayat Abu Daud no. 1536; at-Tirmidzi 1905; lbnu ilajah 3862; Ahmad 7501; ath- Thayatisi 2517. Dinitai shahih oteh lbnu Hibban no.2699; dinilai hasan oleh at-Tirmidzi dan at-Atbani datam Silsiloh ol-Ahadits ash-Shohihah no. 596. 34O I eturon lslom Tentong Bergoul dengan Sesomo
5. BERBAKTI KEPADA ORANG TUA SETEI.AH MEREKA WAFAT Berbakti kepada orang tua tidak putus dengan kematian mereka. Bahkan, mereka lebih membutuhkan bakti setelah kematian mereka daripada saat mereka masih hidup. Berbakti kepada mereka adalah dengan mendoakan untuk mereka; melaksanakan wasiat mereka; me- nyambung persaudaraan dengan kerabat mereka; memuliakan teman- teman mereka; anak-anaknya berziarah ke kubur mereka untuk men- doakan dan mengambil pelajaran. Di antara bakti yang lain kepada orang tua adalah mengqadha ke- wajiban puasa, haji, dan hak-hak sesama manusia yang belum ditunai- kan. Demikian pula berbuat ihsan kepada mereka dengan bershadaqah dan berbagi dalam kurban. Nabi &E bersabda, \"Apabila anak Adam meninggal dunia maka putuslah amalnga selain tiga: shadaqah jarigah, atau ilmu gang bermanfaat, atau anak shalih gang mendoa- kannya.'6es Para ulama mengatakan mengenai makna hadits ini bahwa amal orang yang meninggal dunia putus dengan kematiannya dan putus pula kelangsungan pahala untuknya kecuali pada tiga hal ini, dikarenakan ini menjadi penyebabnya, karena, anak adalah hasil dari amal didikannya. Demikian pula ilmu yang ia tinggalkan berupa tulisan maupun karya keilmuan lainnya. Demikian halnya dengan shadaqah jariyah, yakni wakaf. Hadits ini mengandung keutamaan menikah untuk mengharap anak shalih. Di dalamnya juga terdapat satu dalil bagi shahihnya dasar wakaf dan besarnya pahala. Selain itu, juga terdapat keutamaan me- nuntut ilmu, mengajarkannya atau menulis karya ilmiah. Bahwa me- ngenai hal ini selayaknya memilih ilmu yang paling bermanfaat dan paling besar dan langgeng pengaruh positifnya. Juga, terdapat di dalamnya bahwa pahala doa sampai kepada orang yang meninggal dunia, begitu pula shadaqah, keduanya disepakati oleh para ulama.5e6 Dari Aisyah €y, bahwa seorang lelaki berkata kepada Nabi #, \"sesungguhnya ibuku meninggal dunia mendadak dan belum berwasiat 5e5 Riwayat Mustim no. 't631. 5e6 syarh on-Nowawi 'ola Shahih ltluslimjuz Xl hat. 85 dan Noil ol-Authorjuz lv hat. 94. |Aturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo 341
dan aku kira seandainya ia berbicara niscaya akan bershadaqah. Apakah ia mendapat pahala jika aku bershadaqah untuknya?\" Beliau menjawab, ,,Ya.\" Dalam satu riwayat, \"Lalu apakah aku mendapat pahala jika aku bershadaqah untuknya?\"se7 Ini menunjukkan keabsahan hukum syariah tentang shadaqah atas orang yang meninggal dunia dan bahwa pahalanya sampai kepadanya dan bermanfaat baginya, begitu pula bermanfaat bagi orang yang ber- shadaqah. lni disepakati oleh kaum Muslimin-ss seorang lelah datang menemui Nabi # lalu berkata, \"wahai Rasulullah, apakah masih ada bagiku suatu bal<ti kepada kedua orang- tuaku yang dapat aku persembahkan setelah kematian mereka?\" Beliau ffi bersabda: ,q*-.y q-W \\ntJ,1fis 3t;4\\t'r,\\d; iitSt'VJ W*'?t';li'ViL k ; o dt g')t V' \"Ya, menshalati (mendoalcan) mereka, memohon PengamPunan untuk mereka, menunaikan ja4ii-ianii mereka sepeninggal mereka, mengambung shilaturrahim aang tidak tersambung kecuali dengan merelca, dan memuliakan teman mereka,\"see Muslim meriwayatkantm dari Abdullah bin Dinar, dari Abdullah bin Umar bahwa seoang lelaki dari fuab Badui menemuinya di suatu jalan Makkah, lalu Abdullah memberinya salam dan mengajaknya naik ke atas punggung hewan kendaraannya, kemudian Abdullah memberikan 'imamah (serban) penutup kepalanya kepadanya. Ibnu Dinar berkata; Lalu kami berkata kepadanya, \"semoga Allah memberimu perbaikan. sesungguhnya mereka itu orang-orang Arab Badui dan mereka cukup senang dengan yang sedikit.\" Maka, berkatalah Abdullah, \"sesungguh- nya ayah orang ini adalah teman kesayangan umar bin al-Khaththab dan aku mendengar Rasulullah ffi bersabda: 5e7 RiwayatMustim no. 10(X. 5es Syorh on-Nowawi 'olo Shohih filusllm juz Xl hat' 84. 5e Diriwayatkan oleh Abu Daud no. 5142; lbnu l'laJah 3664; Ahmad 16103 dan; at-Baihaqi datam os-Sunon al-Kubro 6684; ath-Thabrani datam ol-Mu'iam al'Kabir 592; lbnu Hibban 4,18; at-Hakim 7260 dan ia mengatakan hadits ini shahih isnad dan disepakati oteh adz- ffi Dzahabi. shahih Mustim no. 2552. |342 Aturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo
{:z;,yI llt+Vt't'rt \"Sesungguhnya bakti yang paling baik adalah mengambung kasih saAang arnk dengan keluarga teman kesagangan agah- cnaa.\" |Aturon tslom Tentong Bergoul dengon Sesomo 343
1. LOYAL TERHADAP SESA,IW{ KERABAT ADAI.AH NALURI FITRIAH lslam memberi perhatian besar terhadap bangunan keluarga, me- ngokohkan ikatan antar anggota keluarga dengan ikatan kuat berupa cinta kasih, loyalitas dan pengabdian, ketulusan dan nasihat, topangan dan tanggungan, kelembutan dan kasih kekerabatan, tolong menolong dan saling mencintai. Loyalitas antar kerabat adalah naluri fitriah yang sangat dikuatkan oleh Islam, dihormati dan dijelaskan hak-haknya. Maka, tidak meng- herankan bahwa sesungguhnya kekerabatan seseorang adalah keluarga dan keturunannya. Merekalah pembela dan penolongnya. Dengan merekalah ia bersuka ria saat sejahtera. Merekalah yang menjadi pe- nolong dan pembela saat susah dan mengalami kesempitan hidup. Merekalah yang menjadi andalan setelah Allah d6. Merekalah yang menjadi pegangan saat menghadapi cobaan. Merekalah yang menjadi penghibur dan pemberi nasihat, yang tulus mencintai karena mereka memandangnya bagian dari mereka serta menjadi representasi ke- panjangan tangan mereka. Sehingga, mereka tidak akan mau -jika mereka orang beriman dan mempunyai komitmen terhadap ajaran agamanya- mengotori kehormatannya, mencemari nama baiknya, me- rampas hak-haknya, dan mencurangi hartanya. Oleh karenanya, mereka selalu menginginkan utamanla kebaikan dan kelurusan untuknya, me- nuntunnya menuju hal-halyang baik dan akhlak yang mulia. Sebaliknya, mereka menjaganya dari ketergelinciran hidup, hal-hal yang membawa risiko dan peluang-peluang yang membawa kebinasaan. Mereka juga ingin menghalangi kehancurannya, membentenginya dari sesuatu yang menyakitkan, menolongnya saat mengalami bencana, dan menolak kezhaliman terhadapnya. Oleh karenanya, kekerabatan dan hubungan nasab mempunyai kedudukan agung dalam Islam dan mempunyai hak-hak yang sesuai dengan pengorbanan berupa kasih sayang, pengabdian dan ketulusan, kesetiaan, penopangan moril mau- pun materiil yang dipersembahkan untuk kerabatnya. $Ali bin Abu Thalib mengatakan, \"Mereka itu adalah keluargamu. Dengan mereka engkau berkumpuldan berkelana. Merekalah bekal saat susah. Muliakanlah mereka yang mulia. Jenguklah mereka yang sakit. |Aturon tslomTentong Bergoul dengon Sesoma 347
Berilah kemudahan kePada mereka yang mengalami kesulitan. Janganlah keluargamu menjadi orang yang mengalami kePedihan karenamu.\" {) 2. YAIIG DIMAKSUD DENGAN RAHIm 6ASIH KEKEMBATAII) Rahim; rahim perempuan yang dikenal adalah tempat tumbuhnya janin dalam perutnya dan kata ini digunakan untuk memberi pengertian kias para kerabat karena mereka keluar dari rahim yang sama.*' Jadi, rahim adalah mereka yang mempunyai hubungan kekerabatan manusia dari pihak ayah dan ibunya. sedangkan kekerabatan adalah hubungan antara dua manusia dengan persekutuan dalam kelahiran yang ber- dekatan atau berjauhan. Ini mencakup akar-akar, cabang-cabang, dan sisian. Akar-akar tersebut adalah Para ayah, ibu, kakek, nenek dan demikian seterusnya urut ke atas. sedangkan cabang-cabang tersebut adalah para anak laki-laki mauPun PeremPuan beserta anak-anak mereka dan demikian seterusnya urut ke bawah. Adapun sisian adalah saudara laki-laki maupun peremPuan dan demikian seterusnya urut ke bawah. selain itu juga ada paman, bibi dan demikian seterusnya ke atas beserta anak-anak mereka hingga turun ke bawah. Jadi, arham dari rahim- adalah mereka yang mempunyai hubung- -bentuk jamak mauPun yang bukan an kekerabatan dengan Anda, baik yang rnahram mahram, ahli waris maupun yang bukan ahli waris, dari pihak ayah maupun dari Pihak ibu Anda.m2 Sadhi lyadh mengemukakanm3 bahwa rahim yang menyambung' memutus, dan berbakti hanyalah rahim kekerabatan dan nasab yang disatukan oleh rahim peremPuan yang melahirkan dan bersambung satu sama lain. Maka, hubungan itu disebut rahim (kasih kekerabatan)' r,onal-Karimhat.196;al-KulliyototehAbuat.Baqa' hat. 461; tiu'jam naqcyis'ot-Lugnin iu, ll hai. 498; al-ltishboh al-l1unir hat' 223; dan od- Durr on-Noqiy fi Syarh Alfah abKharqo juz lll hat' 589' @2 Adapun teraUat istri bagi suami atau kerabat suami bagi istri, mereka bukantah dzawit arham atau nasab. lilereka adatah besan' @, Syarh an-Nowawi 'ala Shohih lliuslimjuz XVI hat. 112. Ha[ senanda disebutkan oteh ath- Thabari dalam tafsirnya, juz I hat. 184' |348 eturon lslomTentong Bergoul dengon Sesomo
Al-Qurthubi mengemukakan setelah menyebutkan pebedaan Pen- dapat para ulama mengenai maksud rahim6@, \"Yang benar adalah apa yang kami sebutkan bahwa rahim adalah kerabat seseorang dari pihak kedua orang tuanya urut ke atas dan anak laki-lakinyams urut ke bawah; dan kerabat yang berhubungan dengan saudara laki-laki dan perem- puan, bibi dan paman dari pihak ayah dan ibu serta anak cucu mereka yang terkait dengan rahim yang sama.\" *Nabi telah menjelaskan tentang rahim (kasih kekerabatan) yang harus disambung, ketika ditanya, \"Siapakah mantcsia gang paling ber- takdiberi bakti?\" Beliau menjawab dengan sabdanya: teJ r)6:J i,o6'\"; C'p,*1\"C gl \"lbumu, lemdian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu,ffi leemtdian btilottnga dan krikttnya.n' Dalam satu riwayat Abu Daud, at-Tirmidzi, Ibnu lvlajah dan Atrmadffi 'Wahai Rasulullatu kepada siapakah aku berbakti?\" Beliau menjawab: +rttt+rtr i,uf:'i g\\'{ C'( iil \"lbumu, kemudian ibumu, ketntdian ibumu, leemudian agahmu, kemudian yang l&ih delcat, berilottnga gang lebih dekat.\" Dalam satu riwayat ath-Thabrani dan al-Hakim@, 'Berbaktilah kepada lbumu dan ayahmu, saudara perempuanmu dan saudara laki- lakimu kemudian yang berikutnya dan berikutnya.\" O w Tassirot-Qurthubi,juz16hat.24TdanDatilal-FotihintiThuruqRiyodhosh-Shalihinjuzll hal. 149. @5 Lebih tepat dikatakan anak-anaknya urut ke bawah agar mencakup anak laki-laki dan perempuan, ffi Demikiantah, dengan posisi manshub dengan asumsi membuang kata kerja, artinya \"ber- baktilah kepada ayahmu.\" 07 Diriwayatkan oteh Mustim no. 2548. @ Sunon Abi Doud no. 2139; Sunan ot-Tirmidzi no. 1897i Sunon lbn ttojoh no. 3658; dan ol- w ilusnod no. 2(XX0. Al-lAu'iom ol-Austh no. 5728 dan al-ltustadrok no.7245. IAturon tslom Tentong Bergoul dengon Sesomo 349
3. KERABAT YANG PALING BERHAK DISAMBUNG KASIH KEKERABATANI{YA Hadits terdahulu menunjukkan bahwa kedua orang tua adalah nasab paling dekat dan paling layak disambung dengan bakti kasih ke- kerabatan dan bahwa bagi ibu adalah tiga kali lebih berhak daripada bakti kepada ayah, disebabkan karena tiga keistimewaan di atas ayah, yaitu susah payahnya mengandung, metahirkan, dan menyusui. Ini di- emban dan dialaminya sendiri. Kemudian ayah berbagi bersama dalam pendidikan. Singgungan pada yang demikian terdapat pada firman Allah #i#, \"Dan lhmi wasiatkan kepada manusia mengenai kedua orang- tuanga apalagi ibunga telah mengandungnga dengan susah payah yang amat berat dan menaapihnaa dalam dua tahun agar hendaknga engkau bersgukur kepada-Ku dan befterima lcasih kepada kedua orang-tuamu, kepada-Ku jua engkau kembali.\" (Luqman: 1 4). Ayat ini menyamaratakan wasiat antara kedua orang tua dan meng- ingatkan keistimewaan ibu dalam tiga hal ini. lni menuntut keberhakan mereka mendapat bakti dan sambung kasih kekerabatan. Al-Qurthubi mengatakan bahwa yang dimaksud adalah bahwa ibu mempunyai hak memperoleh bakti yang banyak atas anak dan ia di- dahulukan atas baktinya pada ayah. Sedangkan lyadh mengatakan bahwa jumhur ulama memandang ibu mempunyai keutamaan memperoleh bakti atas ayah.6t0 Kemudian setelah kedua orang tua, yang berhak mendapat bakti adalah anak-anak mereka, kemudian keluarga terdekat, dan demikian seterusnya dari kalangan kerabat. orang yang bertalian dengan kedua ibu-bapak di- dahulukan dari yang bertalian dengan salah satu dari keduanya. An-Nawawi mengemukakan6\" bahwa para sahabatnya berpendapat mengenai didahulukannya bakti kepada ibu hukumnya adalah mustahabb, kemudian ayah, kemudian anak-anak, kemudian kakek dan nenek, kemudian saudara laki-laki dan peremPuan, kemudian seluruh mahram di kalangan kerabat seperti paman dan bibi, dengan men- dahulukan yang terdekat dan demikian seterusnya, kemudian kerabat 610 Lihat Fath at-Bari juz X hat. 402. 611 Syarh an-Nawowi 'ola Shahih *luslim juz )Ul hat. 103. 35O I eturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo
yang bukan mahram seperti saudara sepupu laki-laki maupun perempuan dan sebagainya. C 4. CARA MENYAMBqNG KASIH KEKERABATAN (SIIATURRAHIM) Apa yang dimaksud dengan silaturrahim adalah memperlakukan terhadap mereka dengan perlakuan yang baik; menggauli mereka dengan baik, rendah hati, Iembut, ramah, berkasih sayang terhadap mereka, menyambut panggilan mereka, mengunjungi dan menyapa mereka, menjenguk mereka yang sakit, mengusung mereka yang meninggal dunia, menengok keadaan mereka, mengabaikan kekeliruan mereka, menyenangkan mereka dengan harta, pangkat dan pelayanan kepada mereka, tulus dalam memberi saran dan memberi tahu, meng- ajak mereka pada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, mendoa- kan mereka, menghindarkan mereka dari gangguan dan kezhaliman, mempersembahkan kebaikan untuk mereka, memenuhi hajat mereka, membantu mereka yang membutuhkan, membalas pemberian hadiah mereka, lebih mendahulukan mereka dalam hal pemberian dan shadaqah, sebab bershadaqah kepada mereka rebih baik daripada kepada selain mereka karena sabda Nabi 4€: 'es* D' A-'l e-)t $ .y 4: ,'a;-* J6.:r)t ;;'u^et Vt \"Shadaqah kepada orang mbkin adalah satu (pahala) shadaqah sedangkan shadaqah kepada kerabat dekat adalah dua (pahala) shadaqah, gaitu pahala shadaqah dan mengambung kekerabat- an,\"6'2 Dari Anas bin Malik +$b, ia menuturkan bahwa Abu Thalhah adalah warga Anshar di Madinah yang paling banyak kekayaan kebun kurma- nya dan kekayaannya yang paling ia sukai adalah kebun kurmanya yang 612 Riwayat an-Nasa'i no. 2582, at-Tirmidzi no. 65g, lbnu Majah 1g44, Ahmad 16276, ad- Darimi 1680, at-Baihaqi dalam os-sunon olKubra 7523, at-Hakim 1476 dan ia mengatakan shahih isnad, dinilai shahih puta oleh lbnu Khuzaimah no. 23g5, lbnu Hibban 3344 dan dinilai hasan oteh at-Tirmidzi. |Aturan lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo 351
*berada di Bayarha6tt dan berhadapan dengan masjid. Nabi pernah masuk ke sana dan minum air jernih yang ada di dalamnya. Ketika turun ayat, \"Kalian tidak akan memperoleh kebaikan hingga me- naftahkan sebagian harta yang kalian cintai.\" (Ali lmran: 96). Maka, bangkitlah Abu Thalhah bergegas menemui Rasulullah 48 lalu berkata, \"wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman, ,'Kalian tidak akan memperoleh kebaikan hingga menafkahkan sebagian harta gang kalian cintai.\" sementara kekayaanku yang paling aku sukai adalah Bayarha. Kebun itu aku shadaqahkan karena Allah dengan mengharap kebaikannya dan menjadi simpanan di sisi Allah. Maka, terimalah itu, wahai Rasulullah, sebagaimana Allah memPer- lihatkan kepada engkau. Maka, bersabdatah Rasulullah $€: i,;t; ,& Y .:-.;, ,brti iY ,t;1 ,bV iY a;; t4. *fit,i.t1)14 a1 eJ \"Bakh (wah, hebat!)!61a ltu suatu harta gang menguntungkan! ltu suatu hafta gang menguntungkan! Aku telah mendengar apa gang englcau katakan dan menurutku sebaiknga engkau men- jadikan harta itu di antara kerabat engleau.\" Maka, berkatalah Abu Thalhah, \"Akan aku lakukan, wahai Rasulullah,\" Lalu, Abu Thalhah membagikan harta itu kepada para kerabat dan sanak saudaranYa.6'5 An-Nawawi mengemukakan6'6 mengenai hadits ini, sebagaimana di- kemukakan terdahulu, bahwa shadaqah kepada kaum kerabat lebih baik 613 Diriwayatkan nama tempat itu adatah Bayaraha atau Biyaraha, lihat Syarh on-Nawowi 'ola Shahih tvluslim juz Vll hat. 84. 614 An-Nawawi mengatakan datam Syorh Shahih ttuslim juz Vll hat. 85 bahwa menurut ahli bahasa, bacaan tempat itu adatah fukh, Bakhkhin (dengan tanwin kasrah pada huruf kho). Menurut at-Qadhi dibaca 8okhi. Menurut at-Ahmar dibaca Eokhkhi. At-Qadhi menyebutkan riwayat dengan dibaca fokhibokh. lbnu Duraid mengatakan bahwa ini untuk memandang besai masalah dan dibaca sukun seperti bacaan sukun pada huruf lam datam hal wa bol. Bagi orang yang membaca fukhin, ini menyerupai phonetik pada kata shah wa rnah, lbnu as-lukait mengatakan bokhin bukhin dan bokhin bohin mempunyai satu arti' Ad-Dawudi mengatakan bahwa ungkapan bokh digunakan untuk memuji perbuatan yang terpuji' sedangkan ahti tain menyebutkan ungkapan tersebut digunakan untuk ungkapan me- nakjubkan. 615 Riwayat at-Bukhari no. 1392 dan Muslim no.998. 616 Syorh an-Nowawi 'olo Shohih filuslim juz Vll hat. 86. 352 | eturon lslom Tentang Bergoul dengon Sesomo
daripada kepada orang lain yang bukan kerabat bilamana mereka dalam kondisi membutuhkan. Hadits ini juga mengandung pengertian bahwa hak kaum kerabat dipelihara dalam sambung kasih (shilaturrahim) sekalipun mereka dipertemukan pada ujung pertalian keturunan yang jauh. Sebab, Nabi $! memerintahkan Abu Thalhah agar memberikan shadaqahnya di kalangan kerabat, lalu ia memberikan kepada Ubay bin Ka'ab dan Hassan bin Tsabit, padahal silsilah mereka bertemu dengan Abu Thalhah pada kakek ketujuh. Dalam ash-Shahihain617 dari Maimunah binti al-Harits €F, , bahwa ia memerdekakan seorang anak budak perempuan sementara ia tidak meminta izin Nabi &8. Lalu ketika tiba hari yang menjadi gilirannya, Maimunah berkata, \"Aku memberitahukan engkau, wahai Rasulullah, bahwa aku telah memerdekakan budak perempuanku.\" Beliau &8 ber- sabda, \"Engkau lakukan itu?!\" la menjawab, \"Ya, benar.\" Beliau ber- sabda, \"Sesungguhnga sekiranya engkau berikan budak itu kepada saudara ibumu, maka akan lebih besar pahalanya.\" An-Nawawi mengemukakano'8 bahwa dalam hadits ini terdapat ke- utamaan shilaturrahim dan berbuat baik terhadap kerabat serta bahwa- sanya yang demikian itu lebih baik daripada memerdekakan budak. Hadits ini memberi perhatian kepada keluarga ibu sebagai penghormat- an atas haknya yaitu penambahan dalam baktinya. selain itu, hadits ini membolehkan perempuan berbuat baik dengan hartanya tanpa me- minta izin kepada suaminya. Keberhakan kerabat dalam hal ini berjenjang sesuai dengan ke- dekatan silsilah sebagaimana dalam hadits terdahulu: gang terdekat lalu gang lebih dekat dan begitu setensnga. lbnu Abu Jamrah mengemukakan,6te \"shilaturrahim dilakukan dengan harta dan bantuan bagi yang membutuhkan, menghindarkan bahaya, keserian raut wajah, dan dengan doa. Shilaturrahim dalam pengertian yang lebih luas adalah menyambung kasih dengan kebaikan apa saja yang dapat dilakukan dan menyingkirkan keburukan apa saja yang dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan.\" Ini akan berlangsung hanya apabila para kerabat tersebut adarah orang baik dan memegang ajaran agama. Sebaliknya, apabila mereka 6'7 Shahih ot-Bukhori no.2452, dan Shohih hluslim no. 999. 618 op cit. 61e Foth ot-Bari juzX hat.418. |Aturon tslom Tentang Bergoul dengon Sesomo 353
adalah orang kafir atau pelaku dosa, maka kewajibannya adalah mem- beri nasihat dan mengajak mereka pada kebenaran. Bilamana mereka tetap pada kekufuran atau tetap tidak mau menerima, maka jalan yang harus ditempuh adalah memutus hubungan semata karena Allah'$E lika dengan demikian diharapkan akan membawa kebaikan dan dapat membuat mereka sadar bahwa mereka dijauhi dikarenakan mereka tidak berkenan menerima kebenaran. Begitupun, ini tidak berarti putus sama sekali shilaturrahim dengan doa dari belakang mereka agar Allah *E memberi hidayah kepada mereka dan kembali ke jalan yang lurus. Shilaturrahim dapat dilakukan dengan perkataan, perbuatan, dan pemberian harta kekayaan. Sebagian orang yang kebetulan kaya -semoga AIIah memberi hidayah- mengira bahwa shilaturrahim adalah hanya dengan kunjungan dan salam, keramahtamahan, dan perkataan yang baik. Terkadang kaum kerabatnya miskin dan dalam keadaan serba kekurangan. sementara ia adalah orang yang kaya, Allah anugerahkan kepadanya rizki, kelapangan harta kekayaan, dan ia sebenarnya mendapat ujian dengan kekayaan dan kecukupan. Dengan bersikap kikir terhadap kerabat yang miskin, tidak menaruh perhatian, bahkan memberi zakat pun tidak dilakukan padahal ia hidup dalam ke- cukupan, maka ini termasuk kategori memutus shilaturrahim dan durhaka. Sebab, yang dibutuhkan oleh kerabat yang miskin tersebut bukanlah sen)ruman, perkataan manis, keramahtamahan, dan sebagai- nya, melainkan kondisi mereka lebih membutuhkan sesuatu yang lebih penting dan lebih berguna bagi mereka. Ulama telah mengatakan bahwa setiap orang yang mewarisi sese- orang di antara keluarga dekatnya, maka wajib baginya memberinya nafkah jika ia membutuhkan dan tidak mampu mencari mata pencaharian sementara pewaris itu mampu memberi nafkah. Karena, setelah menyebutkan kewajiban memberi nafkah anak atas orang tua- nya, maka Allah -$E berfirman, \"Dan atas ahli toaris pun demikian juga.\" (Al-Baqarah: 233). Yakni, wajib atas kerabat yang menjadi ahli waris memberi nafkah kepada kerabatnya seperti halnya kewajiban orang tua kepada anaknya. Barang siapa kikir dengan nafkah yang wajib diberikan maka ia berdosa dan dituntut di Hari Kiamat, baik dituntut oleh kerabatnya yang miskin mauPun tidak dituntut karena alasan malu menyampaikannya. |354 aturan lslom Tentong Bergaul dengon Sesomo
lbnu Katsir mengemukakan620 mengenai firman Allah-$6, ,,Dan atas ahli uaris pun demikianjuga.\" (Al-Baqarah:233). yakni, wajib atasnya seperti kewajiban orang tua memberi nafkah kepada anaknya yang masih kecil. lni adalah pendapat mayoritas (umhur) urama. Ini telah di- telusuri oleh Ibnu Jarir dalam kitab tafsirnya62' pendapat demikian telah dijadikan pedoman madzhab Hanafi dan Hanbari mengenai kewajiban memberi nafkah antar kerabat. Ini diriwayatkan dari umar dan jumhur salaf. Ibnu al-Qayyim telah menyebutkan bahwa umar bin ar-Khatthab dan Zaid bin Tsabit e$-t, pernah memperkarakan dalam pengadilan dengan pedoman ayat ini dalam banyak kasus. serain itu, dari kedua orang sahabat ini diambil rujukan atsar dalam masalah tersebut. Kemudian lbnu al-Qayyim mengemukakan lagi bahwa tidak diketahui sama sekali adanya satu orang pun dari kalangan sahabat yang me- nentang terhadap Umar danZaid. Ibnu Juraij mengemukakan bahwa ia bertanya kepada .Atha. tentang, \"Dan atas ahli waris pun demikian juga.\" (Al-Baqarah: 233). Ia mengatakan bahwa para ahli waris anak yatim berkewajiban mem- berinya nafkah sebagamana juga mereka mewarisinya. Lalu, lbnu Juraij berkata kepadanya, apakah ahliwaris anak dikenakan hukuman penjara jika anak itu tidak mempunyai harta?622 la menjawab dengan balik ber- tanya, apakah ia harus membiarkannya meninggal?623 Al-Hasan mengemukakan tentang ayat, \"Dan atas ahli usaris pun demikian juga.\" (Al-Baqarah: 233). Bahwa, orang yang mewarisi wajib diberi nafkah hingga ia dapat memenuhi kebutuhan.62a Demikianlah penafsiran yang dikemukakan oleh.Tumhur salaf me- ngenai ayat tersebut. Kemudian ia menyebutkan sejumlah besar generasi tabi'in dan generasi berikutnya.62s 620 Talsir lbnu Kotsir juzl hat. 41E. 621 Lihat Tofsir ath'Thobori juzll hat. 310-31 1. demikian puta yang ditelusuri oteh tbnu At- t\" Qayyrm dalam Zod ol-hlo'od juz V hat. 545-546. Y.kni jika ia tidak bersedia memberinya nafkah. Tetah dijelaskan terdahulu mengenai hukum menotak memberi nafkah yang wajib (datam tek asti pada hat. 1 71 ). 623 Diketuarkan oteh 'Abd bin Hamid ,sebagaimana terdapat dalam kitab Ad-Durr al-*lantsur oleh as-Suyuthi juz I hat. 514. 62a Atsar ini diriwayatkan oteh lbnu Jarir dalam tafsirnya juz ll hat. 3IO-311. 625 zad al-lio'ad juzy hat. 545-545. |Aturon lslam Tentong Bergoul dengon Sesomo 355
lbnu al-Qayyim juga mengemukakan626 bahwa bukanlah shilatur- rahim membiarkan kerabat binasa dalam keadaan kelaparan, kehausan, dan tanpa busana sementara kerabatnya adalah orang terkaya' Allah d# mengharamkan pemutusan sambung kasih kekerabatan terhadap orang kafir sekalipun. Dengan membiarkan kerabat menderita dalam keadaan lapar, dahaga, dan tuna sandang, sementara dirinya hidup dalam ke- makmuran harta dan sangat mamPu membantu memenuhi kebutuh- annya, maka ini adalah pemutusan terbesar terhadap sambung kasih kekerabatan. orang kaya seperti ini hendaknya menyadari bahwa kekayaannya #adalah ujian dari Allah sementara kerabatnya diuji dengan kemiskin- an dan hajatnya agar Dia melihat bagaimana si kaya itu berbuat dengan hartanya, apakah ia menunaikan hak-hak pada hartanya berupa zakat yang hukumnya wajib, shadaqah yang hukumnya sunnah, lalu dengan amal itu ia menyambung kasih kekerabatan dan berbuat baik terhadap sanak familinya, bershadaqah kepada orang-orang fakir dan mereka yang membutuhkan, baik dalam kerabatnya mauPun di luar kerabat- nya? Atau sebaliknya, ia terkungkung oleh kekikirannya sehingga ia enggan melakukannya. Apa yang ia lakukan adalah memutus shilatur- rahim, durhaka, menahan hak, dan lebih memilih pesona duniawiah daripada keabadian akhirat. Tidak lupa dalam kesempatan ini penulis menggarisbawahi ke- dudukan mulia manusia yang diberi taufik, yaitu orang-orang yang telah membawa pahala besar dan meraih derajat tinggi. Mereka adalah orang-orang yang memahamipengabdian dan bakti, memberi kepeduli- an kepada keluarga dan kerabat, lalu jiwa mereka dermawan, tangan mereka menjadi sumber kebaikan, memberi nafkah kepada keluarga mereka tanpa ada rasa takut miskin dan tidak mengiringi pemberian mereka dengan kata-kata menyakitkan. Mereka juga tidak meng- harapkan pamrih maupun pujian dan terima kasih atas pemberian mereka, melainkan semata mengharap keridhaan Allah $6 dan pahala- Nya. Mereka telah melewati tantangan tanjakan sulit (al-aqabah) dan meraih prestasi kedudukan tinggi serta menggapai karunia yang ter- dapat dalam firman Allah iB, \"Tahukah lcamu apakahialan Aang men- daki lagi sulit itu? Yaitu melepaskan seorang budak dari perbudakan. 626 Ahkom Aht adz-Dzimmoh juz ll hat. 792. Lihat untuk tetaah lebih jauh datam Zad ol-lAo'od juz V hat. 551 dan seterusnya. |356 aturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo
Atau memberi makan pada hari kelaparan. Kepada anak gatim gang ada hubungan kerabat.\" (Al-Balad: 12-15). Yaitu yang mempunyai hubungan keluarga dan nasab. \"Atau orang miskin Aang sangat fakir.\" (AI-Balad: 16). Yaitu, yang nestapa hingga seolah telah melekat dengan tanah karena demikian miskinnya. Ia tuna wisma, tuna sandang, dan tidak mempunyai apa-apa yang dapat melindunginya dari tanah. 'Dan dia tergolong orang-orang Aang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk saling berkasih sagang.\" (N- Balad: 17) Yaitu saling berpesan untuk menyambung kasih sayang ke- rahiman lalu menyambungnya dan berbuat baik, atau saling berpesan agar berkasih sayang terhadap sesama dan yang paling berhak men- dapat kasih sayang adalah keluarga dan kerabat mereka. \"Mereka itulah golongan kanan.\" Yaitu, orang-orang yang mempunyai sifat-sifat ini, merekalah golongan kanan, yang mendapat predikat dekat dengan Rabb sekalian alam.627 C 5. PENGARUH PERTEMUAN qMUM KELUARGA PADA SAMBUNG KASIH KEKEMBATAN Salah satu fenomena yang baik yang patut digalakan, ditegaskan arti pentingnya, dan diberi apresiasi pelakunya adalah pertemuan umum keluarga yang menghimpun individu satu keluarga besar sekalipun rumah mereka di kota yang berjauhan dan jumlah mereka mencapai ratusan bahkan ribuan sesuai dengan kecil atau besarnya keluarga. Mereka bertemu pada waktu yang terbatas setiap tahunnya, saling me- ngenal keadaan masing-masing dan mengokohkan ikatan kekeluarga- dD, saling menopang, membangun kesetiakawanan keluarga, me- masang jembatan penghubung kasih kekerabatan, mengedepankan tolong menolong, saling menopang, dan saling berkasih sayang serta merasakan adanya harga diri dan kekuatan, bahwa mereka adalah satu daging, satu tubuh, satu saudara yang saling menopang. Selayaknya setiap keluarga berambisi menciptakan sebuah kas sosial kcluarga yang di dalamnya menghimpun dana zakat, sumbangan 627 Lihat Tafsir Al-Qurthubi juz XX hal. 70, 7'1. juga tihat lalsir asy-Syoukoni juz V hat. 594, 595. |Aturon tslom Tentong Bergou! dengon Sesomo 357
insidentil, bulanan maupun tahunan dari anggota keluarga untuk di- salurkan kepada kerabat yang membutuhkan, baik laki{aki maupun perempuan agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi tanpa harus me- nerima dari orang lain. Membentuk dana dukungan dari anggota keluarga yang mampu terhadap pembentukan kas seperti ini jelas akan menjadi faktor yang membantu mereka dalam menunaikan kewajiban pemberian nafkah kepada keluarga dekat yang kondisinya membutuh- kan, sebagaimana dikemukakan terdahulu. Selain itu, himpunan kekeluargaan seperti ini juga dapat menjadi ajang luas untuk mengingatkan dan memberi nasihat, menata hati, membersihkan jiwa. Apalagi, alhamdulillah, setiap keluarga besar selalu terdapat di antara mereka ulama dan juru dal$ah yang tulus, sehingga dapat diberdayakan pada kesempatan berharga sePerti ini untuk mem- beri bimbingan dan arahan kepada kerabat mereka yang merupakan orang-orang paling berhak diberi kebaikan dan nasihat, sebagaimana firman Allah $iE, \"Dan beri.lah peringatan kepada kerabat-kerabatmu gang terdekat. \" (Asy-Syu'araa' : 214\\. Namun, bagi yang berniat menerapkan gagasan ini, selayaknya memperhatikan hal-hal berikut: Pertama, belajar dari pengalaman positif dari keluarga-keluarga yang telah lebih dulu mempralrtikkan bidang ini. Selain itu, juga belajar dari kesalahan-kesalahan mereka agar tidak terjerumus dalam kesalah- an yang sama serta memahami kekurangan yang ada pada mereka. Kedua, memilih orang-orang yang dapat memegang amanat dan menduduki posisi kuat dalam keluarga untuk mengawasi kas sosial keluarga agar memperoleh kepercayaan dan dukungan dari para harta- wan di kalangan keluarga untuk memantapkan pemantauan keluarga dan mempelajari kondisi dan klasifikasi kebutuhan anggota keluarga yang membutuhkan. Ketiga, mengupayakan adanya tempat khusus berupa wisma atau gedung untuk keperluan acara-acara yang dibutuhkan kehadiran keluarga untuk berkumpul dan acara-acara keluarga, sebagaimana juga dapat dimanfaatkan untuk acara seperti pernikahan anggota keluarga. Ini jelas sangat bermanfaat, efisien, dan efektil serta untuk memPer- kokoh tali kasih kekerabatan diantara Para anggota keluarga. O |358 eturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo
6. TINGKATAN MANUSI,A DAI.AIvI KASIH KEKERABATAN Dalam kasih kekerabatan manusia terdapat tiga tingkatan: 1. Washil (penyambung); yaitu orang yang menyambung kasih ke- kerabatan terhadap orang yang memutusnya dan memberi kepada orang yang tidak memberinya. 2. Mukafi (pembalas kebaikan); yaitu orang yang membalas pem- berian kepada orang yang memberi dan menyambung kasih ke- kerabatan kepada orang yang menyambungnya. 3. Qathi'(pemutus silaturrahim); yaitu orang yang tidak menyambung kasih kekerabatan dan tidak pula disambung kasih kekerabatannya, tidak memberi dan tidak pula diberi. Yang lebih parah adalah orang yang disambung kasih kekerabatannya tetapi ia justru memutusnya, ia diberi tetapi tidak mau memberi, diperlakukan dengan baik tetapi memperlakukannya dengan buruk, diperlakukan dengan penuh kasih sayang tetapi tidak mau tahu. Seperti halnya saling menopang kasih kekerabatan terjadi antara kedua belah pihak, demikian pula saling memutus kasih kekerabatan terjadi antara kedua belah pihak. Yang mengawali pemutusan dialah pemutus dan yang mengawali sambung kasih kekerabatan setelah terjadi pemutusan, maka dialah penyambung. Jika salah satu diberi, maka orang yang memberi ke- padanya disebut penopang.u\" Qadhi 'lyadh mengatakan62e, \"Bahwa tidak ada perselisihan me- ngenai sambung kasih kekerabatan (shilaturrahim) hukumnya wajib secara umum dan memutus kasih kekerabatan adalah durhaka besar. Akan tetapi, sambung kasih kekerabatan bertingkat-tingkat, ada yang lebih tinggi dan yang paling rendah adalah tidak mendiamkan meskipun hanya menyambungnya dengan sapaan dan salam. lni beragam sesuai dengan beragamnya kemampuan dan kebutuhan, ada yang wajib dan ada pula yang mustahabb. Jika ia menyambung sebagian kasih kekerabatan tetapi belum mencapai tujuannya, maka ia tidak disebut seorang pemutus kasih kekerabatan. Namun, jika ia tidak melakukan apa yang ia mampu melakukannya dan layak baginya untuk melakukan- nya, maka ia tidak disebut seorang penyambung kasih kekerabatan.\" 628 Lihat Foth at-turi juz X hat. 424. 62e Syarh on-Nawowi 'alo Shohih tluslimjuz XVI hal. 112. |Aturan lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo 359
Selayaknya bagi orang berakal sehat berpacu menyambung kasih kekerabatan (shilaturrahim) dengan orang yang mempunyai satu garis keturunan dan menyisihkan kebencian, dendam dan dengki, kemudian diganti dengan ihsan dan kelapangan hati dengan membunuh bara ke- dengkian dan iri dengan panah kebaikan dan bakti. Sebagaimana firman Allah $ti, \"Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan. Tolak- lah keburukan itu dengan yang lebih baik, maka tiba-ti.ba orang Aang ada permusuhan antara kamu dan dia seolah-olah telah me4iadi teman Aang sangat setia.\" (Fushshilat: 34). Dari Hakim bin Huzam +*5 bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah ffi tentang shadaqah manakah yang paling utama? Beliau &[i menjawab, \"Adalah kepada orang Aang mempungai hubungan rahim Aang memutus shilaturahim Aang memendam permusuhan dalam hatinga (al-kasgih).'630 Al-kasgih adalah orang yang menyembunyikan permusuhan dalam batinnya. Artinya, bahwa shadaqah yang paling afdhal adalah kepada kerabat yang memutus shilaturahim yang memendam permusuhan dalam hatinya.63l Sebagaimana dikemukakan terdahulu bahwa membalas kebaikan dengan kebaikan adalah perbuatan timbal balik dan balas jasa; sambung kasih hakiki adalah jika Anda menyambung kasih kekerabatan orang yang memutus kerahiman Anda; memberi orang yang tidak memberi Anda; dan memberi maaf kepada orang yang menzhalimi Anda. Nabi 3|1E bersabda: ^t: *u riy 6ti1 ktj, ;.tS c.jrt<^)\\ ktlt A wr 630 Diriwayatkan oteh Ahmad no. 15355, Ath-Thabrani datam ol-ltu'jam al-Kobir no. 3126. At- Haitsami mengatakan dalam ot-Iorghib wa at-Tarhib juz ll hat. 17 bahwa derajat isnad Ahmad adalah hasan. Penulis mengatakan bahwa hadits ini mempunyai kesaksian dari Abu Ayyub at-Anshari , diriwayatkan oteh Ahmad no. 23577 dan kesaksian lain dari hadits Umm Kuttsum binti Uqbah. Diriwayatkan oteh at-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubro no. 13002, lbnu Huzaimah no. 2386, al-Hakim no. '1475. la mengatakan bahwa hadits ini shahih dengan syarat Muslim dan kedua perawi ini tidak mentakhrijnya dan hadits ini mempunyai satu saksi dengan isnad shahih. 631 At-Targhib wa ot-Torhibjuz ll hat. 17. 360 | aturan lslom Tentong Bergaul dengon Sesomo
\"Pengambung kasih kekerabatan bulcanlah orang gang membalas kebaikan dengan kebaikan Aang sama, melainkan penyambung kasih kekerabatan adalah orang gang apabila Anda putus ke- rahimannga ia mengambung nya. \"u\" Seorang lelaki datang kepada beliau lalu berkata \"Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat. Aku menyambung tali kekerabatan, namun mereka memutusnya; aku berbuat baik kepada mereka, namun mereka berbuat buruk terhadapku; aku bertenggang rasa terhadap mereka, namun mereka tidak mau tahu terhadapku.\" Lalu beliau 4E bersabda: #iot'c ac; iti,i'u ,y;t 6K ,i)3 6 L3 'J Az1t)l-t,t'c,-;Yd;W \"Jtka keadaan engkau seperti gang engkau katakan itu, maka seolah engkau me4jejali mereka dengan abu panas. Bersama engkau tetap ada penolong dari Allah atas mereka selagi engkau dalam keadaan demikian. \"633 Menjejali mereka dengan abu panas (al-mall), maknanya adalah bahwa dengan berbuat baik terhadap mereka sama dengan merendah- kan dan menghinakan mereka pada jiwa mereka karena banyaknya ke- baikan engkau kepada mereka, sementara itu keburukan perbuatan mereka kepada Anda. Maka, mereka itu terhina dan direndahkan seperti orang yang dijejali dengan abu panas. Dikatakan pula bahwa makna yang lain adalah pengibaratan dosa dan adzab yang bakalditerima seperti sakitnya pemakan abu panas.6s Dari Uqbah bin Amir al-Juhani, ia menuturkan bahwa Rasulullah &E bersabda kepadanya, \"Wahai Uqbah, maukah engkau aku beritahu tentang akhlak paling mulia penduduk dunia dan akhirat? (itu adalah) engkau mengambung kdsih kekerabatan orang Aang memutus engkau; engkau memberi orang gang tidak memberi kepadamu; dan engkau memaafkan orang A ang menzhalimimu.'s3' 632 Diriwayatkan oteh at-Bukhari no. 5645. 633 Diriwayatkan oleh Mustim no. 2558. 634 Lihat Syarh on-Nawawi 'alo Shahih ltluslim juz XVI hal. 1 1 5. 635 Diriwayatkan oteh Ahmad juz lV hat. 148 dan 158; ath-Thabrani dalam ol-tvlu'jam al-Kabir no.739; al-Hakim no. 7285. Disebutkan oteh at-Mundziri datam ot-Torghib wo at-Tarhib |Aturon lslam Tentong Bergoul dengan Sesomo 361
Membalas keburukan dengan kebaikan, pemutusan kerahiman dengan penyambungan kasih kekerabatan, kekikiran dengan ke- dermawanan, kezhaliman dengan pemberian maaf adalah satu ke- dudukan tinggi, derajat mulia yang hanya dilakukan oleh orang yang mempunyai kesatriaan dan kecerdasan mental serta keluhuran budi pekerti: ##-;'<ftft-qfu'uiil{45Y'-vs \"Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang gang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang Aang mempungai keberuntungan besar.\" (Fushshilat: 35) Di antara ungkapan yang dapat memberi gambaran mengenai hal ini adalah kata-kata al-Muqanna' al-Kindi 636berikut: \"Antara afur fiersama anafrcucu ayfiRjt [an ana{cucu pamanfut sunggufr amat 6e[a cBifa merefot mafom [og*gfrg, afut se[iafotn doging merefut, Ei[a merefot fiantam FCjq*rfrJr, afur fiangunf;gn untuQmeref;g frgjayan. cBifa mere fot mmyia-nyia fotn f,gtila Lfia\"[iran ku, afui j ag a frgtilaQfu[iran mere fot Ei[a mere for menginginfotn Rgsesatanfut, afut mengingin fom frg furusan untufrmere fot flf,jt tidafrmembawa [enfam fama terfra[ap merefot I(prena sesepufi forum |ufomfafi orang yang memfiawa [en[am 'Untufrmerefor semua fiarta{g 6ik RgQgdan menyertaifut Eik fiarta?jt se[ifrit, a?gt ti^[afrmemhefianimcrefut \\ermurafi fiati\" C juz lll hat. 232. la mengatakan hadits ini diriwayatkan oteh Ahmad dan al-Hakim dan perawi satah-satu dua isnad Ahmad adatah kepercayaan, dinilai derajatnya hasan oteh at- Arnaouth dalam tahqiqnya Jomi' al-'Ulum wa ol-Hikam juz I hat. 458. 636 Bohioh at-lAojotisjuz ll hat. 485. 362 | eturon lslomTentong Bergoul dengon Sesomo
7. BUAH SHILqTURRAHIM (KASIH KEKERABATAN) Shilaturrahim adalah salah satu ibadah yang paling agung; salah satu penyebab turunnya rahmat dan memperoleh surga serta ketinggian derajat; salah satu pintu keberkahan usia dan waktu, penambah rizki dan kebaikan; salah satu penyebab menjadi buah bibir dalam hidup dan sesudah mati, selain bagi pelakunya memperoleh kejayaan dan ke- muliaan, cinta kasih, penghormatan, dan ketulusan hati. Allah dti berfirman mengenai gambaran orang-orang beriman u/fl albab, \"(Yaitu) Orang-orang Aang memenuhi ja4ji Allah dan tidak merusak perja4jian. Dan orang-orang Aang mengambung apa Aang Allah perintahkan supaAa disambung dan merelca takut kepada Rabb merelca serta takut pada hisab yang buruk \" (fu-Ra'd: 20-21). Mengenai klausa \"(Yaitu) Orang-orang Aang memenuhi ja4ji Allah dan tidak mensak perja1jian. Dan orang-orang Aang menAambung apa Aang Nlah perintahlcan supaAa disambung,\" Ath-Thabari me- ngemukakan bahwa mereka adalah orang-orang yang menyambung kasih kekerabatan yang diperintahkan oleh Allah agar disambung, lalu mereka tidak memutusnya. \"Dan mereka takut kepada Rabb mereka,\" yaitu bahwa mereka takut kepada Allah melakukan larangan memutus kasih kekerabatan itu, agar mereka tidak dihukum atas pelanggaran ter- hadap perintah itu. 'Serta takut pada hisab gang buruh\" yaitu bahwa mereka takut akan pertanyaan mempertanggungjawabkan kepada Allah pada Hari Perhitungan kelak lalu tidak memperoleh amnesti atas dosa mereka. Sehingga, karena takut mereka demikian, lalu mereka ber- sungguh-sungguh dalam mentaati-Nya dan menjaga rambu-rambu yang Dia tentukan. Kemudian Allah tH menjelaskan mengenai pahala dan akhir ke- sudahan yang baik bagi orang-orang yang mempunyai sifat-sifat demikian dengan firman-Nya, \"Merekalah yang mendapat tempat ke- sudahan yang baik, (Yaitu) surga-surga Aden yang mereka masuk ke dalamnga bersama orang-orang Aang shalih daripara orang tua mereka, para istri mereka dan arak-anak mereka, sementara malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.\" (fu-Ra'd: 22-23). Ini menunjukkan bahwa menyambung kasih kekerabaan adalah salah satu sifat orang-orang beriman yang paling istimewa dan salah |Aturon lslom Tentong Bergou! dengon Sesomo 363
satu pintu paling besar masuk surga dan selamat dari neraka. Selain itu, juga menunjukkan sebagaimana riwayat yang terdaPat dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim dari Abu Ayyub al-Anshari q*b menutur- kan bahwa pernah suatu kali seorang lelaki fuab Badui menghampiri *Rasulullah saat beliau dalam suatu perjalanan. Beliau pun berhenti, lalu lelaki itu menyapa seraya bertanya, \"Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku amal apa yang mendekatkan akr'r kepada surga dan yang menjauhkan aku dari neraka?\" Beliau lalu terdiam kemudian me- mandang ke arah sahabat-sahabatnya, lalu bersabda, \"Lelaki itu telah mendapat taufik atau hidayah,\" l-alu beliau meminta kepada lelaki itu agar mengulangi Pertanyaann)'a. Setelah itu, beliau menjawab seraya bersabda: gi,vs i3')t aj't i{'.2st ll'o,z;t;i - y'!.) J.rX''liat'$s e')l \"Hendaklah ergleau mengembh Allah dan tidak mengeleutulcan- Nya dengan suatu aPa pw; mendirikan shalat, membagar zaleat, mengambtng tali perxudaraan.\" Dalam satu riwayat dikatakan bahwa ketika lelaki itu berlalu #Rasulullah bersabda: 'tl.3,ysie oL \"Jilca ia berpegang pada itu niscaya ia masuk surga.\"a3' Di antara hal yang menunjukkan keagungan menyambung kasih kekerabatan dan bahwa itu adalah amalyang mendekatkan dan meng- antarkan ke surga adalah bahwa Nabi # menyerukan agar manusia menyambung kasih kekerabatan dan memberi kabar gembira bagi pelakunya dengan surga sejak awal beliau menginjakkan kaki di kota Madinah pada waktu berhijrah ke sana dari Makkah. Dari Abdullah bin Salam ,q*5, ia menuturkan bahwa ketika Nabi #E tiba di Madinah, orang- orang telah berkerumun di hadapan beliau. Mereka berkata, \"Rasulullah telah datang! Rasulullah telah datang! Rasulullah telah datang! (tiga kali)\" t-alu Abdullah bin Salam datang ke kerumunan mereka agar dapat 617 Riwayat at-Bukhari no. 1332, Mustim no. 13 dan tafazh hadits ini adalah versi riwayatnya. |364 nturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo
melihat. Ketika memandangi wajah Rasulullah ffi, ia mengetahui bahwa wajah beliau bukanlah wajah pembohong. Lalu kata-kata pertama yang ia dengar dari beliau adalah: .gr;1r t*i,(6t ti,*I t.ffrJr W1 r;!f:r (, U l\\-4t t7) t:,iq.J,A,s Pt,fu s \"Wahai selcalian manusia, tebarlah salam, berilah makan, sambunglah kasih kekerabatan, shalatlah pada waktu malam sementara manusia sedang tidur, niscaga kalian masuk surga dengan selamat,'638 Ini adalah balasan (pahala) di akhirat bagi orang yang menyambung kasih kekerabatan. Adapun di dunia, menyambung kasih kekerabatan menjadi penyebab penyambungan rahmat kasih Allah kepadanya, ke- lapangan rizkinya, tambah umurnya, keberkahan waktunya, keshalihan agamanya, keharuman sebutan namanya, keberkahan keturunannya, hati orang-orang dipenuhi penghormatan dan kasih sayang kepadanya, kebaikan pada akhir hayatnya, kemudahan urusannya dan diselamatkan dari berbagai bencana. Ini adalah pahala bagi orang yang menyambung kasih kekerabatan di akhirat. Berikut adalah penjelasan globalnya: Pertama: Allah Menyambung Kepadanya dengan Rahmat Kasih-Nya Dari Abu Hurairah &, ia menuturkan bahwa Rasulullah * ber- sabda: ti,i : iv\" e'tt +iti ;bU,it- * 6s*t 5S; at';t; .y,+;)t 'c + r;)at itii c 6t +u,:),i:itt,[.:c^iti 9*1Li * eiS g^rr \"sesungguhnga Allah M menciptalcan makhluk, hingga ketika 63E Takhril riwayat ini tetah dikemukakan terdahutu pada hal. 52 dalam naskah astinya. IAturon lslom Tentong Bergoul dengon Sesomo 365
selesai menciptakan mereka, rahim berdiri seraAa berkata, 'lni adalah tempat orang yang berlindung kepada-Mu dart pemutusan kasih kekerabatan,' Allah berfirman, 'Benar, tidakkah engkau senang Aku mengambung (dengan kasih rahmat-Ku) orang Aang mengambung kasih kekerabatanmu, dan memuttts (kasih rahmat-Ku) orang Aang memutus kasih kekerabatanmu?' Rahhn me4jawab, Ya benar.' Allah berfirman, 'Demikianlah Aang berlaku untukmu.' *Kemudian Rasulullah bersabda: Wi;6,iiA\\_,i4 6 i$o,,3fr j6 :&: rLtril,l @ 6;ir #v';*X&fr ',u5\\,14i@ &rJ 'Bacalah, jika kalian mau, 'Apakah kiranga iika kalian berkuasa kalian akan berbuat kerttsakan di bumi dan memutus kasih ke- kerabatan? Merelca itulah orang-orang gang Allah beri laknat, Dia tulikan mereka dan Dia butakan penglihatan mereka.\"' (Muhammad:22-23).63e Ibnu Hajar mengatakan*o mengutip kata-kata Abu Jamrah bahwa klausa \"rahim berdiri seraAa berkata\" itu kemungkinan adalah bahasa keadaan dan juga berkemungkinan bahasa perkataan. Dua pendapat yang masyhur, namun yang kedua lebih kuat. Mengenai pendapat kedua, apakah rahim benar-benar berkata dalam bahasa perkataan? Atau, Allah menciptakan hidup dan akal untuk rahim bahasa perkataan saat berkata? Mengenai masalah ini juga ter- dapat dua pendapat masyhur. Yang pertama adalah yang paling kuat karena keberlakuan kuasa umum untuk itu. Sedangkan dua pendapat yang lainnyaer terdapat pengkhususan terhadap keumuman lafazh al- Quran dan hadits tanpa dalil, selain juga kedua pendapat tersebut ber- implikasi pada pembatasan kuasa Allah Yang Mahakuasa yang tidak ter- batas oleh suatu apa pun. 63e Riwayat at-Bukhari no. 5641, Mustim 2554. ffi Fath ot-Bori juzX hat. 417. el Yakni dua pendapat setain yang dikatakan kuat. |366 eturon lslom Tentang Bergoul dengon Sesomo
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334
- 335
- 336
- 337
- 338
- 339
- 340
- 341
- 342
- 343
- 344
- 345
- 346
- 347
- 348
- 349
- 350
- 351
- 352
- 353
- 354
- 355
- 356
- 357
- 358
- 359
- 360
- 361
- 362
- 363
- 364
- 365
- 366
- 367
- 368
- 369
- 370
- 371
- 372
- 373
- 374
- 375
- 376
- 377
- 378
- 379
- 380
- 381
- 382
- 383
- 384
- 385
- 386
- 387
- 388
- 389
- 390
- 391
- 392
- 393
- 394
- 395
- 396
- 397
- 398
- 399
- 400
- 401
- 402
- 403
- 404
- 405
- 406
- 407
- 408
- 409
- 410
- 411
- 412
- 413
- 414
- 415
- 416
- 417
- 418
- 419
- 420
- 421
- 422
- 423
- 424
- 425
- 426
- 427
- 428
- 429
- 430
- 431
- 432
- 433
- 434
- 435
- 436
- 437
- 438
- 439
- 440
- 441
- 442
- 443
- 444
- 445
- 446
- 447
- 448
- 449
- 450
- 451
- 452
- 453
- 454
- 455
- 1 - 50
- 51 - 100
- 101 - 150
- 151 - 200
- 201 - 250
- 251 - 300
- 301 - 350
- 351 - 400
- 401 - 450
- 451 - 455
Pages: