\"Siapa pun pasti tahu. Dalam hal-hal tertentu kau sepertisebuah buku yang terbuka.\" \"Pietro, aku menyayangimu, tetapi aku tidakmencintaimu, dan aku tidak ingin komitmen. Aku ingin kitaberteman dan bekerja bersama-sama seperti yang sudah kitajalani sejauh ini, tanpa perasaan canggung atau sakit hati.\" \"Sofia, aku mencintaimu. Hanya orang idiot yang tidakjatuh cinta padamu, tetapi aku sangat sadar bahwa kitaberasal dari sisi jalan yang berbeda.\" Sofia, yang merasa tidak enak, memberi isyarat untukmenghentikannya. \"Jangan bilang begitu. Itu konyol.\" \"Aku ini polisi. Penampilanku seperti polisi dan tindaktandukku seperti polisi. Kau gadis kuliahan, seorangperempuan berkelas, entah kau pakai jins atau setelanArmani. Selama ini aku beruntung bersamamu, tetapi akuselalu tahu bahwa suatu hari kau akan keluar pintu, dan hariitu sudah tiba. D'Alaqua?\" \"Dari mana pikiran itul Dia sama sekali tidaktertarik.Tidak, Pietro, ini bukan tentang orang lain.Masalahnya adalah kita sudah menjalani apa yang ada diantara kita ini sejauh kita bisa. Kita sudah sampai di ujungjalan. Kau mencintai istrimu, dan aku mengerti itu. Dia orangyang sangat baik, juga cantik. Kau tidak akan pernahmenceraikannya; kau tidak akan sanggup hidup tanpa anak-anakmu.\" \"Sofia, seandainya kau memberiku ultimatum, aku pastimeninggalkannya.\" Mereka duduk membisu. Sofia berusaha keras menahanair mata. Dia sudah membulatkan hati untuk berpisah dan Pietrodan tidak membiarkan dirinya terombang-ambing oleh emosiapa pun yang akan menunda keputusan yang seharusnya diaambil berbulan-bulan yang lalu.\"Kurasa ini yang terbaik bagikita berdua,\" akhirnya dia berkata. \"Kita bisa tetap berteman?\" \"Aku tidak tahu,\" jawab Pietro setelah beberapa saat. \"Kenapa tidak?\"
\"Karena aku tidak tahu. Sejujurnya aku tidak tahu akanbagaimana perasaanku saat melihatmu tetapi tidak bisabersamamu, atau saat kau suatu hari nanti masuk danmengumumkan ada seorang pria lain dalam hidupmu.Memang mudah mengatakan kita akan tetap berteman, tetapiaku tidak ingin berbohong kepadamu, aku tidak tahu apakahaku akan sanggup berteman. Dan jika aku tidak bisa, akuakan pergi sebelum aku mulai membencimu.\" Hati Sofia tergerak oleh ketulusan Pietro. Mata PietrodiGenarigi air mata. Sofia tidak pernah membayangkan bahwaPietro sangat menyayanginya. Atau mungkin itu hanya hargadiri yang terluka. Marco benar sekali memang fatalmencampur adukkan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Tetapiyang sudah berlalu biarlah berlalu. Sekarang mereka harusmencoba melupakan. \"Tidak, akulah yang akan pergi,\" ujarnya pada Pietro.\"Aku hanya ingin menyelesaikan pekerjaan kita dalam kasusKafan Suci ini. Lalu aku akan minta dipindahkan, atau cuti.\" \"Tidak, itu tidak adil. Aku tahu kau pasti bisamemperlakukanku sebagai seorang teman, seorang rekanbiasa. Akulah masalahnya, bukan kau, aku kenal dirikusendiri. Aku yang akan minta dipindahkan.\" \"Tidak, Pietro. Kau suka Kejahatan Seni, ini peningkatanbagimu, dan kau tidak boleh melepas posisi ini gara-gara aku.Menurut Marco sebaiknya aku mencari sesuatu yang baru,dan kenyataannya adalah, aku memang merasakan keinginanuntuk mencari hal-hal baru, mengajar di universitas,menekuni arkeologi, bahkan mungkin membuka galeri seni. Aku merasa seolah satu tahap kehidupanku sudahberakhir dan tahap lain mulai membuka. Marco sudahmelihat hal itu dan dia mendorongku untuk menemukansesuatu yang lain, dan jauh di dalam hati aku tahu dia benar.Aku hanya ingin minta tolong satu hal padamu: Lakukansemua yang kau bisa untuk bertahan beberapa bulan lagi,sampai kita merampungkan investigasi ini. Tolonglah, marikita buat beberapa bulan ini semenyenangkan mungkin.\"
19 Izaz dan Obodas melahap keju dan buah ara yangdihidangkan Timaeus di depan mereka. Mereka amat letihsetelah berhari-hari menempuh perjalanan yang selaludihantui ketakutan akan tertangkap oleh tentara Maanu. Tetapi sekarang mereka di sini, di Sidon, di rumahTimaeus. Harran, pemimpin karavan, sudah berjanji akanmengirim kurir ke Senin di Edessa, untuk melaporkan bahwaperjalanan mereka berakhir selamat. Tatapan Timaeus tajam menusuk meski usianya telahrenta. Dia menyambut mereka dengan hangat dan berkerasagar mereka beristirahat sebelum menceritakan kembaliinsiden-insiden selama perjalanan karena tahu mereka lelahjiwa dan raga. Sudah berbulan-bulan Timaeus mengharapkedatangan mereka, sejak ia menerima surat dari Tadeus yangmenceritakan keprihatinan Tadeus akan kesehatan Abgar danmenjelaskan situasi sulit yang akan dihadapi orang-orangKristen bila sang raja wafat, meski Ratu mendukung mereka.Ratu sendiripun sudah mengirim beberapa pesan. Timaeus sudah mengatur bahwa Izaz dan Obodas tinggalbersamanya di rumahnya, berbagi sebuah kamar yang kecil,satu-satunya kamar selain kamarnya sendiri. Rumah Timaeussederhana, sesuai bagi pengikut ajaran-ajaran sejati Kristus. Selagi mereka makan, Timaeus memberitahu keduatamunya itu tentang komunitas kecil Kristen di Sidon.Kelompok ini berkumpul setiap petang untuk berdoa danberbagi berita; selalu ada pengelana yang membawa beritatentang Yerusalem, atau salah satu anggota keluarga yangmengirim surat dan Roma. Izaz mendengarkan orang tua itu dengan penuhperhatian, dan ketika ia dan Obodas sudah selesai bersantap,ia meminta berbicara berdua saja dengan Timaeus.
Obodas mengerutkan kening. Perintah Senin jelas sekali:Keponakan Josar tidak boleh lepas dan pandangannya, dandia harus membela Izaz dengan nyawanya sendiri. Timaeus tua, yang melihat kabut keraguan di mata siraksasa, berbicara untuk menenangkan hatinya. \"Tak usahkau cemas, Obodas. Kami punya banyak mata-mata yang selalu waspada, dankami pasti tahu seandainya orang-orang Maanu berhasilmencapai Sidon. Beristirahatlah sementara aku berbicaradengan Izaz. Kami akan berbicara di luar, dan kau bisamelihat kami dari jendela kamar yang akan kautempati.\" Obodas tidak berani membantah orang tua itu, tetapiketika ia tiba di kamar, ia duduk di sebelah jendela kecil dandari sana ia bisa mengamati Izaz setiap saat. Ia memerhatikanketika pemuda itu berbicara lembut dengan Timaeus. Kata-kata Izaz tidak terdengar dalam semilir lembut angin pagi,tetapi Obodas dapat melihat begitu banyak emosi yangmelintasi wajah si orang tua. Ketakjuban, kesedihan,kekhawatiran, ini semua serta emosi-emosi lain datang ketikaTimaeus mendengarkan kisah Izaz. Saat Izaz selesai berbicara, Timaeus memeluknya denganhangat dan memberkatinya dengan tanda salib untukmenGenarig Yesus. Lalu mereka kembali masuk kerumah,tempat Izaz dan Obodas akan beristirahat sampai petang itudan nanti bergabung dengan komunitas Kristen di Sidon,rumah baru mereka. Mereka tahu bahwa mereka tidak akanpernah bisa kembali ke tanah leluhur mereka. Ketika keduanya sudah mulai terlelap, Timaeusmemasuki kuil kecil di sebelah rumah. Di sana ia berlutut danberdoa kepada Yesus, memohon kepada Tuhan agarmemberinya petunjuk apa yang harus dilakukan denganrahasia yang Izaz percayakan kepadanya, sementara demirahasia itu Josar, Tadeus, Marcius, dan orang-orang Kristenlain hampir pasti sudah mati sebagai martir sekarang. Sekarang hanya ia dan Izaz yang tahu di mana kafanYesus disembunyikan. Timaeus gemetar membayangkan
bahwa rahasia sebesar itu dipegang mereka berdua saja. Padasuatu saat kelak, ia sendiri pun akan memercayakan rahasiaitu kepada orang lain, karena ia sudah tua dan tak lama lagiakan mati. Izaz masih muda, tetapi apa yang akan terjadi bilaIzaz pun menjadi tua? Maanu, tentu saja, sebaiknya matisebelum mereka, supaya orang-orang Kristen bisa kembali keEdessa, tetapi bagaimana jika tidak? Mereka harusmemastikan bahwa rahasia tempat Marcius menyembunyikankafan itu dipertahankan sampai benda suci itu bisa diambillagi. Baik ia maupun Izaz tidak mungkin membawa rahasia ituke dalam kubur. Jam-jam berlalu tanpa Timaeus sadari. Di sanalah,masih bersimpuh dan berdoa, Izaz dan Obodasmenemukannya saat matahari terbenam. Pada saat ituTimaeus sudah mengambil satu keputusan. Perlahan-lahan Timaeus bangkit berdiri. Lututnya kakudan nyeri. Ia tersenyum kepada kedua tamunya dan memintamereka menemaninya ke rumah cucunya yang terletak tepatdi seberang rumahnya sendiri, terpisah oleh sebuah kebunkecil. \"John! John!\" orang tua itu memanggil di luar sebuahrumah bercat kapur putih yang terlindung dari matahari olehtanaman merambat. Seorang perempuan muda dengan seorang anak kecildalam gendongan muncul. \"Dia belum kembali, Kakek. Tidakakan lama lagi; dia selalu pulang pada jam berdoa.\" \"Ini Alaida, istri cucuku. Dan ini putri mereka, Myriam.\" Alaida mengundang kedua orang asing itu ke dalam.\"Masuklah. Ada air dingin dengan madu.\" \"Tidak, Anakku, tidak sekarang; saudara-saudara kitatentu sudah mulai berdatangan untuk berdoa kepada Tuhankita. Aku hanya ingin kau dan John berkenalan dengan duapemuda ini, yang akan tinggal denganku sekarang.\" Ketiganya berjalan menuju kuil komunitas itu dan disana sudah berkumpul keluarga-keluarga yang akrab
bercakap-cakap, orang-orang desa dan seniman-seniman kecilyang telah mengimani Yesus. Timaeus memperkenalkanmereka, seorang demi seorang, kepada Izaz dan Obodas, lalumeminta kedua pemuda itu menceritakan kembali pelarianmereka dari Edessa. Mula-mula dengan malu, Izaz mulai menyampaikankabar tentang Edessa dan menjawab pertanyaan-pertanyaanyang diajukan kepadanya oleh warga komunitas itu. Setelah iaselesai berbicara, Timaeus mengajak kelompok itu berdoakepada Yesus agar menolong saudara-saudara mereka diEdessa. Dan demikianlah mereka semua berdoa danbernyanyi dan bersama-sama menyantap roti dan anggur yangdibawa Alaida. Kulit John berwarna zaitun tua dan janggutnya hitam,sehitam rambutnya; tubuhnya tidak tinggi ataupun pendek.Dia datang terlambat, diikuti Harran dan beberapa orang darikaravan, sambil memanggul karung-karung berat. Timaeusmemerintahkan mereka membawa semuanya ke rumahnya. \"Tuanku Senin,\" ujar Harran kepada mereka di sana,\"ingin menyampaikan hadiah ini bagi Anda, yang akanmembantu Anda menghidupi Izaz, kemenakan Josar, sertapengawalnya, Obodas. Beliau juga meminta sayamenyerahkan tas berisi emas ini, yang tentu berguna bagiAnda di saat-saat sulit.\" Izaz memerhatikan dengan takjub hadiah yangsedemikian banyak. Senin amat sangat murah hati; sebelum Izazmeninggalkan Edessa, Senin pun telah memberinyasekantung emas, cukup untuk hidup nyaman sepanjangsisahidupnya. \"Terima kasih, Harran, temanku yang baik,\" jawabTimaeus, suaranya penuh perasaan ketika ia menggenggamtangan pemimpin karavan itu. \"Aku berdoa agar saat kaliankembali, kalian mendapati Senin seperti keadaannya saatkalian tinggalkan dan agar kemurkaan Maanu tidakmenimpanya. Sampaikan kepada tuanmu bahwa semua
hadiah ini, seperti yang kaubawa untukku dari sang ratubeberapa bulan yang lalu, akan dikhususkan untukmembantu kaum miskin, seperti yang diajarkan Yesus, danuntuk menjamin kesejahteraan komunitas kecil kami. Karenakau baru akan meninggalkan Sidon untuk kembali ke Edessabeberapa hari lagi, aku punya waktu untuk menulis sendirisurat untuk Senin.\" Mimpi buruk mengganggu tidur Izaz. Dalam mimpinya iamelihat wajah-wajah yang dilahap api, padang yang dibanjiridarah. Ketika ia terbangun, tepat saat fajar, tubuhnyabermandi keringat, keringat ketakutan. Ia melangkah ke luar rumah, ke pasu air di sebelahkebun dan ia mendapati Timaeus di sana, sedang menebassebatang pohon limau. Timaeus mengajaknya berjalan-jalan ke tepi laut, untukmenikmati sejuknya pagi. \"Apakah Obodas tidak akan panik saat nanti diaterbangun?\" \"Aku akan meminta John mengawasi supaya bilapengawalmu itu bangun, John bisa memberitahu ke manakitapergi.\" Setelah menyampaikan perintah itu kepada cucunya,yang sudah bangun dan sedang bersiap bekerja di kebun yangdiolah bersama-sama sang kakek, Timaeus membimbing Izazmenuju laut. Mare Nostrum, seperti sebutan orang-orang Romawiuntuk laut itu, pagi itu sedang marah. Gelombangmenghempas di bebatuan kecil sepanjang garis pantai danmenggerus pasir dan pesisir. Inilah pertama kalinya Izazmelihat air seluas itu, yang baginya tampak seperti keajaiban,dan ia memerhatikan gejolak laut dengan takjub. Di sana, dipantai laut purba itu, Timaeus memberitahu keponakan Josarrencana yang telah disusunnya. \"Izaz, sudah kehendak Tuhan bahwa kau dan akumenjadi penjaga sebuah rahasia yang sangat besar, tempatkafan putra-Nya, yang telah melakukan begitu banyak
keajaiban, disembunyikan. Tempat Marcius memercayakankain itu harus tetap menjadi rahasia kita sepanjang yangdiperlukan, tidak boleh diungkapkan sebelum Edessa kembalimenjadi kota Kristen dan kita yakin kain itu tidak terancambahaya apa pun. Kau dan aku mungkin tidak akanmenyaksikan hari itu, maka bila aku mati, kau harus memilihseseorang untuk menjaga rahasia itu dan pada gilirannyananti menyerahkan kepada seseorang yang lain, dan begituseterusnya hingga tidak ada lagi awan yang menggelapikehadiran Kristen di Edessa. Jika Senin tetap selamat,sesekali dia akan mengirimi kita berita mengenai semua yangtejadi di kerajaan itu. Tetapi bagaimanapun juga, aku harusmenepati janji yang kuberikan kepada Tadeus, pamanmuJosar, dan sang ratu ketika mereka mengirim surat kepadakuyang menjelaskan masa depan seperti apa yang akan terjadibila Abgar wafat. Mereka memintaku, apapun yang terjadi, untukmemastikan bahwa benih-benih yang telah ditanam olehKristus tidak mati di Edessa dan bahwa, seandainya yangterburuk harus terjadi, setelah beberapa tahun aku harusmengirim orang-orang Kristen lagi ke kota itu.\" \"Tetapi itu berarti mengirim mereka menemui ajal.\" \"Mereka yang pergi akan pergi tanpa mengungkapkankeyakinan mereka. Mereka akan tinggal di kerajaan itu,bekerja di sana, dan berusaha mencari orang-orang Kristenyang masih ada untuk membangun kembali komunitasKristen, secara rahasia. Mereka akan berusaha untuk tidakmembangkitkan kemurkaan Maanu atau menyulutpenganiayaan, tetapi sebaliknya bertindak dengan cara yangbegitu rupa agar benih-benih ajaran Yesus bisa mengakar dantumbuh lagi di antara rakyat disana. Itulah keinginan Tuhanketika ia mengutus Josar dengan kafan itu pada Abgar. Yesustelah menguduskan negeri itu dengan kehadirannya dankeajaiban-keajaibannya, dan kita harus mematuhi kehendakTuhan kita dalam hal ini, tak peduli berapa harga yang harus
kita dan orang-orang yang mengikuti kita bayar atau berapalamawaktu yang dibutuhkan. \"Kita akan menunggu Harran kembali dengankaravannya, lalu kita akan bisa memutuskan apa yang harusdiperbuat dan kapan. Tetapi apa pun yang terjadi, atau sudahterjadi, kafan Yesus tidak boleh meninggalkan Edessa, dankita harus mengerahkan segala kemampuan kita untukmemastikan bahwa iman pada Yesus tidak pernah meredup dikota itu. Kita akan mengabdikan hidup kita untuk memenuhijanji-janji ini, yang dibuat atas nama mereka yang telahmengorbankan segalanya demi imankita.\" http://anesularnaga.blogspot.com
20 Zafarin gemetar. Hanya kehadiran ayahnya yangmencegahnya berbalik dan lari. Ibunya memegangi lengannya,dan istrinya, Ayat, bersama putri cilik mereka, berjalan disampingnya tanpa sepatah kata pun, mereka sama takutnya.Seorang pria kecil bertubuh kurus dan berpenampilan lemah,dengan pakaian yang sederhana, tadi membukakan pintu danmenyambut mereka dengan suara lirih. Sekarang pria itu membimbing para wanita ke sebuahruangan lain. \"Tunggu di sini,\" ujarnya, sambil menutup pintu dibelakang badannya ketika ia berbalik menghampiri Zafarindan sang ayah lagi. Ia memandu mereka melalui ruang tunggumenuju ambang sebuah pintu kembar yang penuh ukiran,lalu membuka pintu itu dan mengantar mereka ke dalam. Rak-rak menutupi dinding-dinding ruangan, penuhdengan buku dan benda-benda lain yang tidak mungkindikenali dalam kerlip cahaya lilin. Tirai-tirai tebal di jendela menghalangi setiap berkassinar mentari, mempertahankan efek senja yang abadi yangmembuat bayang-bayang tampak hidup. Laki-laki di ujung meja kayu yang sangat besar denganpahatan yang renik itu seharusnya terlihat kerdil olehbesarnya kursi tempat ia duduk, tetapi kursi itu hanyamembuat sosoknya yang mengesankan semakinmengintimidasi. Tak ada sehelai rambut pun di kepalanyatetapi kerut-merut di seputar mata dan mulutnya tidakmeninggalkan keraguan mengenai usianya, yang juga terlihatjelas pada kedua tangannya yang kurus denganbuku-bukuyang besar, yang tertangkup di hadapannya diatas meja,dengan pembuluh-pembuluh darah yang tampak berdenyutmenembus kulit yang nyaris transparan.
Sepanjang kedua sisi meja itu terdapat empat kursibersandaran tinggi. Di kursi-kursi itu duduk delapan priayang berpakaian hitam pekat. Mata mereka tetap tertuju ke bawah ketika Zafarin danayahnya memasuki ruangan. \"Kau gagal.\" Suara Addaio bergema ke seluruh ruangan yang terasamembekap itu. Zafarin menundukkan kepada, tidak sanggupmenyembunyikan rasa malu dan ketakutan yang tersimpanjauh di dalam jiwanya. Ayahnya maju selangkah ke depan dantanpa gentar membalas tatapan sang pastor. \"Aku sudah memberimu dua putraku. Baik Zafarinmaupun Mendib sebelum dia telah bertindak berani dan tidakmemikirkan diri sendiri; mereka sudah berkorban untukmu;masing-masing sudah menyerahkan tubuh, lidah, masadepannya. Mendib sekarang menderita didalam penjara asing.Mereka tidak akan berbicara sampai tiba Hari Perhitungan,saat Tuhan membangkitkan kembali mereka dari kematian.Keluarga kami tidak layak menerima tuduhan balikmu.Selama berabad-abad, orang-orang terbaik kami telahmenyerahkan hidup demi Yesus Kristus dan komunitas ini.Kami ini manusia, Addaio, hanya manusia, dan kami bisagagal. Zafarin ini pandai, dan kau-tahu itu. Kau sendiri yangberkeras agar dia, seperti Mendib, melanjutkan ke universitas.Putraku yakin ada pengkhianat di antara kita, seseorang yangmemiliki akses terhadap rencana-rencanamu bahkan di saatmasih kau-susun dan tahu setiap gerakan yang akan kitalakukan bahkan sebelum kita memulai. \"Kegagalan itu ada di sini, Addaio, di dalam, dan kauharus menemukan pengkhianat yang hidup di antara kita itu.Pengkhianatan hidup dalam komunitas kita sepanjang masa.Itulah satu-satunya cara untuk menjelaskan fakta mengapasejauh ini setiap upaya untuk menyelamatkan apa yangmenjadi milik kita selalu gagal.\" Addaio mendengarkan tanpa menggerakkan satuototpun, tetapi matanya sarat dengan kemarahan.
Ayah Zafarin melangkah maju hingga ke meja dan diataspermukaan meja yang mengilat itu ia letakkan sebundelkertas, lebih dari lima puluh lembar, yang masing-masingtertutup tulisan tangan di kedua halaman. \"Ini adalah laporan yang sudah putraku siapkanmengenai apa yang terjadi. Kecurigaan-kecurigaannya jugatertulis di sana.\" Addaio mengabaikan kertas-kertas itu. Ia berdiri danmulai berjalan mondar-mandir tanpa suara. Lalu ia memutariZafarin, membayangi pemuda itu seolah akan menyerangnya. \"Kautahu apa arti kegagalan ini? Berbulan-bulan,mungkin bertahun-tahun sebelum kita bisa mencoba lagi!Polisi sedang menyelidiki, mereka sudah mulaimenghubungkan kegagalanmu dengan kegagalan kakakmudan semua yang lain, dan kali ini mereka bertekad akanmengejar sampai ke inti permasalahan. Beberapa orang kitamungkin akan ditangkap. Jika mereka bicara, lalubagaimana?\" \"Tetapi orang-orang lain itu sama sekali tidak tahu yangsebenarnya... buat apa mereka dikirim\" ayah Zafarin menyela. \"Diam! Kau tahu apa? Orang-orang kita di Italia, diJerman, di negara-negara lain, tahu apa yang perlu merekaketahui, dan jika mereka jatuh ke tangan polisi, mereka bisadipaksa bicara, yang berarti jejak itu akan menuju kita. Laluapa yang harus kita lakukan? Apa kita semua harusmemotong lidah supaya tidak bisa mengkhianati Tuhan kita?\" \"Apa pun yang terjadi, itulah kehendak Tuhan,\" ujar ayahZafarin. \"Bukan! Itu sama sekali bukan kehendak Tuhan! Ituadalah akibat dan kegagalan dan kebodohan orang-orang yangtidak bisa memenuhi kehendak-Nya! Itu adalah kesalahankukarena tidak mampu memilih orang-orang yang lebih baikuntuk melaksanakan apa yang diminta Yesus dari kita, orang-orang yang pantas melakukan misi sucinya.\" Pintu terbuka dan dua pemuda lagi diantar masuk, jugaditemani ayah-ayah mereka seperti Zafarin.
Rasit, pemuda kedua yang bersama Zafarin di Turin, danDermisat, yang ketiga, merangkul Zafarin sementara Addaiomemandang sebal. Zafarin baru tahu bahwa teman-temannya sudah tiba diUrfa. Addaio telah memberlakukan sumpah bisu padakeluarga dan teman-teman sehingga mereka bertiga tidakmungkin saling tahu kehadiran yang lain di kota itu. Ayah Rasit dan Dermisat berbicara atas nama putramereka, memohon pengertian dan belas kasihan. Addaio tampak seperti tidak mendengarkan; dia kelihatanjauh, tenggelam dalam rasa frustrasi dan kesedihannyasendiri. Kesenyapan mengisi ruangan itu selama beberapasaat. Lalu pastor itu mengangkat kepala, tatapannya dingin. \"Kalian bertiga harus membayar kegagalan kalian, yangmerupakan dosa terhadap Tuhan kita.\" \"Apakah pengorbanan yang sudah putra kami lakukanbelum cukup bagimu? Mereka sudah membiarkan diri merekadimutilasi, dan satu orang sudah tewas. Hukuman apa lagiyang akan kautimpakan pada mereka?\" ayah Rasit meledak. \"Kau berani menentangku?\" tanya Addaio mengancam. \"Tidak. Semoga Tuhan melindungiku! Kau tahu bahwaiman kami pada Tuhan tak tergoyahkan dan bahwa kamimematuhimu dalam segala hal. Aku hanya meminta belaskasihan bagi putra-putra kami, yang telah menyerahkanbegitu banyak untuk kita, untuk misi kita,\" sang ayahmenjawab. Ayah Dermisat, yang tampak lebih menyesal,menjauhkan diri dari yang lain. \"Kau adalah pastor kami,\"ujarnya, \"dan ucapanmu adalah hukum. Lakukansekehendakmu pada mereka, karena kau mewakili Tuhan kitadi bumi.\" Mereka berenam menjatuhkan diri berlutut dan, dengankepala tertunduk, mulai berdoa. Yang bisa mereka lakukanhanyalah menunggu keputusan Addaio. Tak seorang pun dari kedelapan pria yang mengelilingiAddaio yang berbicara. Dengan isyarat dan Addaio,mereka
keluar satu per satu dari ruangan. Addaio mengikuti tanpamelihat lagi pada enam orang yang berlutut itu. \"Bagaimana?\" tanya Addaio, ketika mereka sudahberkumpul di sebuah ruangan yang bersebelahan. \"Apa adapengkhianat di antara kita?\" Kebisuan kelompok itu yang takjuga putus membuatnya murka. \"Kalian tidak ingin mengatakan apa pun? Apa pun,setelah semua yang terjadi itu?\" \"Addaio, kau adalah pastor kami, yang dipilih Tuhan kita;kami mengandalkan bimbinganmu dalam hal ini,\" akhirnyasalah seorang mencoba. \"Hanya kalian berdelapan yang tahu keseluruhanrencana ini. Kalian berdelapan tahu siapa saja kontak kita.Siapa yang berkhianat?\" Orang-orang itu saling menatap dengan gugup, tidakyakin apakah Addaio, sebenarnya, sedang menuduh mereka.Mereka adalah, setelah Addaio, pemimpin-pemimpin tertinggikomunitas itu. Keluarga mereka bisa ditelusur ke belakang keawal sejarah bangsa mereka, dan mereka serta leluhur merekaselalu setia pada Yesus, setia pada kota mereka, setia padasumpah mereka. \"Jika memang ada pengkhianat, dia harus mati.\" Setiap orang dari kedelapan orang itu tahu Addaiosanggup membunuh siapa saja yang mengkhianati tujuanmereka. Pastor mereka adalah orang baik yang hidupbersahaja dan yang berpuasa empat puluh hari setiap tahununtuk menGenarig masa puasa Yesus di gurun. Ia membantusemua orang yang datang kepadanya dalam kesusahan, entahmembutuhkan pekerjaan, uang, atau penengah dalamperselisihan keluarga. Perkataannya menjadi hukum bagisemua pengikutnya tetapi lebih dari itu, perkataannyamenjadi penuntun di masa-masa sulit. Dia orang yangdihormati di Urfa, sementara orang-orang non-Knstenmenganggapnya pengacara serta mengakui danmenghormatinya dalam profesi itu. Tetapi mereka berdelapan
sudah pernah melihat kekuatan-kekuatan mengerikan yangbergolak persis di bawah permukaannya yang saleh. Seperti semua anggota dewan itu, Addaio sudahmenjalani kehidupan klandestin sejak masih kecil, berdoadalam bayang-bayang gelap, di tempat yang tidak bisa dilihattetangga dan teman, karena dia adalah penjaga sebuahrahasia yang akan menentukan hidup mereka sebagaimanarahasia itu telah menentukan hidup ayah mereka danayahanda ayah mereka. Mereka tahu dia lebih suka tidak diangkat menjadi pastormereka, bahwa dia mendambakan hidup yang bebas dansemua tanggung jawab berat yang dituntut perannya itu.Tetapi ketika ia dipilih, ia menerima kehormatan danpengorbanan suci itu dan bersumpah seperti orang-orangsebelumnya bersumpah, bahwa ia akan melaksanakankehendak Yesus dan mengabdikan hidupnya di dunia demikesejahteraan komunitasnya serta mengembalikan Kafan Sucike tempat yang telah ditakdirkan diantara mereka. Seorang anggota dewan lainnya berdeham. Rambut putihmenutupi kepalanya seperti mantel; wajahnya yang penuhkeriput tampak bijak dan mulia. \"Bicaralah, Talat,\" perintah Addaio. \"Kita tidak boleh membiarkan kecurigaanmenghancurkan kepercayaan yang kita miliki satu pada yanglain. Aku tidak percaya ada pengkhianat di antara kita. Kitasedang menghadapi kekuatan-kekuatan yang tangguh dancerdas; itulah yang menghalangi kita mengambil kembali apayang menjadi milik kita sedari awal. Kita harus kembalibekerja dan merumuskan rencana baru, dan jika kita gagal,kita tetap harus mencoba lagi. Tuhan yang akan memutuskankapan kita layak berhasil dalam misi kita.\" Talat lalu berdiam diri, menunggu yang lain berbicara. \"Tunjukkan belas kasihan kepada tiga orang yang terpilihitu,\" seorang lagi, Bakkalbasi, meminta. \"Bukankah merekasudah cukup menderita?\"
\"Belas kasihan? Apa kaupikir, Bakkalbasi, kita bisabertahan hidup dengan belas kasihan? Itu tidak pernahmenolong kita di masa lalu.\" Addaio mengepalkan tangan karena frustrasi. Suaranyaterdengar tersiksa. \"Kadang aku berpikir kalian melakukankesalahan ketika kalian memilihku menjadi pastor kalian, akubukan orang yang dibutuhkan Yesus untuk masa dankeadaan ini. Aku berpuasa, aku bertobat, dan aku berdoakepada Tuhan agar memberiku kekuatan, untukmencerahkanku, dan untuk menunjukkan jalan, tetapi Yesustidak menjawab doa-doaku, atau menunjukkan suatupertanda padaku...\" Kemudian pastor itu tampak mengendalikan diri. Iamenatap masing-masing dan mereka bergantian sementaraberbicara. \"Tetapi selama aku masih pastor kalian, aku akanmengambil keputusan dan bertindak seperti yangdiperintahkan hati nuraniku, dan dengan satu tujuan yangjelas: membawa kembali pada komunitas kita apayang duludiberikan Yesus dan mengupayakan kesejahteraan kitabersama. Di atas segala hal lain, aku akan memastikankeselamatan kita. Tuhan tidak ingin kita mati; Dia ingin kitahidup. Dia tidak membutuhkan lebih banyak martir lagi.\" \"Apa yang akan kau perbuat pada mereka?\" Talatbertanya tentang ketiga pemuda yang sedang menanti nasibitu. \"Untuk sementara aku akan memerintahkan merekahidup dalam pengasingan, berdoa dan berpuasa, disini,hingga aku bisa mengawasi mereka. Jika dan bila akumerasa mereka sudah cukup mendapat ganjaran, akuakanmengirim mereka kembali pada keluarga mereka. Terlalu banyak yang dipertaruhkan. Kita tidak bolehmenganggap enteng kegagalan. Mereka harus menghukumdiri untuk menebus kegagalan mereka. Sementara itu, kau,Bakkalbasi, akan mengabdikan otak analitismu yang hebat ituuntuk meninjau ulang operasi-operasi kita secarakeseluruhan.\"
\"Dengan tujuan apa, Addaio?\" \"Aku ingin kau mempertimbangkan dengan cermat,sangat cermat, apakah ada ruang di antara kita untukberkhianat, dan di mana itu, dan mengapa.\" \"Kalau begitu kaupercaya bahwa Zafarin dan ayahnyamungkin benar?\" \"Kita tidak boleh menyangkal bukti itu. Jika memang adapengkhianat, kita akan menemukannya.\" Setiap pria itu tahu apa kelanjutannya. Ketika mereka kembali ke ruang dewan, merekamendapati ketiga pemuda beserta ayah mereka masih berlututberdoa. Sang pastor dan para tetua kembali ke tempat dudukmereka. \"Berdiri,\" perintah Addaio. Dermisat terisak lirih, mataRasit penuh kemarahan, dan Zafarin tampak sudah tenang. \"Kalian akan menjalani hukuman untuk menebus dosakarena gagal dalam misi kalian dengan cara menarik diri daridunia ini dan berdoa dan berpuasa selama empat puluh hariempat puluh malam. Kalian akan tetap di sini, bersamaku.Kalian akan bekerja di kebun selagi kalian masih punyakekuatan. Bila empat puluh hari itu sudah berlalu, aku akanmemberitahu apa lagi yang menanti kalian.\" Zafarin melempar tatapan cemas pada ayahnya. Sangayah membaca tatapan putranya dan berbicara untuknya. \"Apakah kau mengizinkan mereka berpamitan padakeluarga mereka?\" \"Tidak. Masa penebusan dosa sudah dimulai.\" Addaio membunyikan sebuah lonceng perak yang ada diatas meja. Beberapa detik kemudian, si pria kecil masuk. \"Guner, bawa mereka ke kamar-kamar yang menghadapke kebun. Carikan pakaian untuk mereka dan beri mereka air danjus buah. Hanya itulah yang akan mereka makan atau minumselama mereka di sini bersama kita. Aku ingin kaumenjelaskan kebiasaan-kebiasaan rumah ini dan jam kita
bangun dan bekerja dan tidur. Nah, kalian bertiga, tinggalkankami.\" Ketiganya memeluk ayah mereka sebentar, tidak beraniberlama-lama. Ketika mereka sudah mengikuti Guner keluarruangan, Addaio berbicara lagi sambil ia dan para anggotadewan bangkit dari kursi mereka. \"Kembalilah pada keluarga kalian. Kalian akanmendengar berita tentang putra-putra kalian empat puluhhari lagi.\" Ketiga ayah itu bergiliran menghampiri Addaio,membungkuk dan mencium tangannya dan menundukkankepala dengan khidmat kepada para tetua komunitas, yangberdiri diam seperti patung. Setelah mereka tinggal bersembilan lagi, Addaiomemimpin yang lain melalui lorong redup menuju sebuahpintu kecil, yang ia buka dengan anak kunci yang tergantungdi ikat pinggangnya. Ruangan itu sebuah kapel, yang tidakakan mereka tinggalkan sampai malam turun. Malam itu Addaio tidak tidur. Meski lututnya perih akibatberjam-jam berdoa, ia merasa perlu menghukum diri. Tuhantahu betapa dalam Addaio mencintai-Nya, tetapi cinta sajatidak bisa membujuk Tuhan untuk mengampuni Addaio ataskemarahannya-kemarahan yang tidak pernah sanggup iaenyahkan dari hatinya. Setan tentu senang, ia tahu itu, jikakarena dosa berat itu dia kehilangan jiwa abadinya. Pada saat Guner tanpa suara memasuki kamar Addaiolagi, fajar sudah berganti pagi. Pelayan yang setia itumembawakan kopi dan sebejana air dingin. Ia membantuAddaio bangkit lalu memapahnya ke satu-satunya kursi dikamar yang nyaris kosong itu. \"Terima kasih, Guner. Bagaimana keadaan anak-anakmuda itu?\" \"Mereka sedang bekerja di kebun, mata merah danbengkak akibat malam yang berat. Semangat mereka sudahruntuh sebelum mereka tiba.\" \"Kau tidak senang denganhukuman ini, betul bukan,Guner?\"
\"Aku hanya menjalankan, Tuan. Aku hanya pelayanmu.\" \"Bukan! Kau bukan pelayanku! Kau adalah satu-satunyatemanku, dan kautahu itu, kau membantuku.\" \"Aku melayanimu, Addaio, dan aku melayanimu denganbaik seperti yang sudah kulakukan semenjak hari ulangtahunku yang kesepuluh, ketika ibuku menyerahkanku untukmenjadi pelayanmu. Beliau menganggap suatu kehormatanbahwa putranya terpilih untuk melayanimu. Permintaanterakhir beliau adalah agar aku selalu menjagamu.\" \"Ibumu itu orang suci.\" \"Beliau hanya seorang wanita sederhana yang menerimaajaran leluhurnya secara mutlak.\" \"Apakah kau, Guner, meragukan keyakinan kita?\" \"Addaio, aku beriman pada Tuhan dan Yesus Kristus.Tetapi sulit bagiku melihat kebajikan dalam demam yang telahmerasuki pastor-pastor komunitas kita selama berabad-abad,tindakan-tindakan gila yang mereka lakukan atauperintahkan untuk dilakukan atas nama Tuhan. Tuhan semestinya disembah dengan hati.\" \"Kau berani mempertanyakan dasar-dasar komunitaskita? Kau berani mengatakan bahwa pastor-pastor sucipendahuluku itu telah berbuat salah? Apa menurutmu mudahmenjaga perintah-perintah leluhur kita?\" Gunermenundukkan kepala. Ia tahu bahwa Addaiomembutuhkannya dan mencintainya seperti saudarakandung, karena hanya dirinyalah yang punya tempat dalamkehidupan pribadi Addaio. Setelah bertahun-tahun di sisi sang pastor, Guner tahubahwa hanya dengan dialah Addaio menunjukkan diri yangsebenarnya, seorang priayang marah yang ditelan olehtanggung jawab memimpin komunitas ini dan melaksanakanmisi purba komunitas ini, seorang pria yang tidak percayapada siapa pun dan memberlakukan wewenangnya atassemua orang. Semua, kecuali dia, Guner, yang mencucipakaian Addaio, menyikat setelannya, menjaga tempattinggalnya bersih tak bernoda.
Satu-satunya orang yang melihat Addaio dengan kantukdi mata atau bermandi peluh setelah demam semalaman.Satu-satunya orang yang tahu rasa frustrasi dan depresinyaserta usahanya untuk tampil di hadapan pengikutnya denganmengusung aura keagungan dan kesempurnaan, agar ia dapatmenenangkan jiwa mereka dan menuntun mereka dijalanyang penuh bahaya yang sudah mereka pilih. Guner tidak akan pernah meninggalkan Addaio. Ia puntelah mengucapkan sumpah kesucian dan ketaatan, dankeluarganya, orangtuanya selagi mereka masih hidupdansekarang saudara-saudaranya beserta anak-anak mereka,menikmati kenyamanan finansial yang diberikan Addaiokepada mereka serta status yang mereka nikmati dalamkomunitas ini. Ia sudah melayani Addaio selama empat puluh tahun,dan sekarang ia mengenal Addaio sebaik ia mengenal dirinyasendiri. Itulah sebabnya ia takut pada Addaio, meski dengankepercayaan yang sudah lama ada di antara mereka. \"Apakah menurutmu ada pengkhianat di antara kita?\"sekarang Addaio bertanya kepadanya. \"Mungkin saja.\" \"Apa kau mencurigai seseorang?\" \"Tidak.\" \"Dan jika ya, kau akan mengatakan kepadaku, bukan?\" \"Tidak, tidak akan, kecuali jika aku yakin. Aku tidakingin seseorang dihukum hanya karena kecurigaan.\" Addaio menatap Guner lekat-lekat. Ia iri pada kebaikanGuner, ketenangan hati Guner, dan untuk pertama kalinya iatersadar bahwa pelayannya itu bisa menjadi pastor yang lebihbaik daripada dirinya-orang-orang yang dulu memilihnyasudah melakukan kesalahan; garis keturunannya terlalumemberati pertimbangan mereka. Mereka memilihnyaberdasarkan kebiasaan kuno yang konyol untuk menghujaniketurunan orang-orang besar dengan penghormatan dan hak-hak istimewa, sekalipun mereka tidak pantas menerima.
Keluarga Guner adalah keluarga orang desa yangsederhana yang leluhurnya, seperti leluhur Addaio sendiri,memeluk keyakinan mereka secara sembunyi-sembunyi. Bagaimana kalau dia mengundurkan diri saja?Bagaimana kalau dia panggil dewan untuk berkumpul danmenyarankan agar mereka memilih Guner sebagai pastormereka? Tidak, pikirnya, mereka tidak akan pernah setuju,mereka akan mengira ia sudah gila. Dan sebenarnya, iamerasa bahwa ia memang mulai gila dalam peran yangmustahil ini, terus-menerus berjuang melawan kodratnyasendiri, berusaha menjinakkan kemarahannya yang penuhdosa, mengucapkan kepastian-kepastian yang dimintapengikutnya yang beriman, dan melindungi rahasiakomunitasnya di atas segala hal lain. Ia ingat setiap detail hari yang mengerikan itu ketikaayahnya, yang tersiksa oleh emosi, menemaninya kerumahini, tempat pastor Addaio pendahulunya tinggal, danmeninggalkannya di sini. Ayahnya, seorang laki-laki terpandang di Urfa danseorang militan klandestin Iman Sejati, sudah memberitahuAddaio sejak ia masih kecil bahwa jika ia bersikap baik, jika iahidup lurus dan suci, suatu hari ia akan menggantikanAddaio tua itu. Addaio sendiri selalu menolak gagasan itu; iameyakinkan orang tuanya bahwa itu hal terakhir yang iainginkan. Pesona dan warna dunia mengisi hatinya dengankegembiraan: berlarian melintasi kebun-kebun yang penuhbuah dan sayuran, berenang di sungai, bertukar pandang dankedipan mata dengan gadis-gadis remaja yang menyimpankehidupan yang mulai tergugah, seperti yang terjadi dalamdirinya. Ia khususnya menyukai putri salah seorang tetanggamereka, Rania yang manis, gadis dengan mata buah badamdan rambut gelap panjang. Ia mengimpikan Rania dikegelapan kamarnya.
Tetapi ayahnya punya rencana-rencana yang berbedauntuknya. Belum lagi meninggalkan masa remaja, ia sudahdiperintahkan untuk tinggal di rumah Addaio tua danmengucapkan sumpah sebagai persiapan untuk misi yang,menurut orang-orang, telah ditetapkan Tuhan untuknya. Komunitas mereka telah memutuskan untuknya bahwadia akan menjadi Addaio. Satu-satunya teman sepanjang tahun-tahun yangmenyakitkan itu adalah Guner, yang tidak pernahmengkhianatinya ketika ia kabur dan bersembunyi di dekatrumah Rania, berharap bisa melihat gadis itu meski darikejauhan. Seperti dirinya, Guner adalah tahanan harapan-harapanorang tua, yang Guner hormati dengan bersikap patuh.Orang-orang desa yang miskin itu telah menemukan untukputra mereka, dan dengan demikian untuk seluruh keluargamereka, nasib yang lebih baik daripada bekerja di ladangsejak matahari terbit hingga matahar iterbenam. Ibu dan ayahAddaio, karena percaya anak itu memang pantas, telahmenghormati Guner dan seluruh keluarganya ketika merekamenerima Guner atas nama putra mereka yang terpilih. Maka kedua pria itu berserah diri mengikuti keinginanorang tua mereka, dan keinginan komunitas mereka, sertakeinginan semua orang yang datang sebelum mereka, danberhenti menjadi diri mereka sendiri untuk selamanya. http://anesularnaga.blogspot.com
21 John mendapati Obodas sedang menggali di kebun, asyikdengan pekerjaannya.\"Di mana Timaeus?\" \"Bersama Izaz. Mereka sedang berbicara. KautahuTimaeus sedang mengajarinya agar suatu hari nanti Izazbisa menjadi pemimpin yang baik bagi komunitas ini.\" Obodas menyeka keringat dari alisnya dengan punggunglengan dan mengikuti John ke dalam rumah. \"Aku membawa berita,\" John memulai, ketika Timaeusdan Izaz menyapanya. \"Harran sudah tiba dengan rombongankaravan.\" \"Harran! Bagus sekali! Mana dia?\" tanya Izaz sambilmelompat bangkit. \"Tunggu, Izaz. Karavan itu bukan milik Senin, meskiHarran menempuh perjalanan dengan karavan itu.\" Johnberhenti, wajahnya berkennyut oleh emosi. \"Ada apa? Bicaralah, John, demi Tuhan!\" \"Ya, harus kusampaikan padamu, meski ini berat...Harran sekarang buta. Ketika ia kembali ke Edessa, Maanumemerintahkan para pengawal untuk mencungkil mataHarran. Tuannya, Senin, sudah dibunuh dan mayat Senindilempar untuk binatang-binatang pemakan bangkai digurun. \"Harran bersumpah dia tidak tahu apa-apa tentangdirimu, bahwa dia meninggalkanmu di Tyre, di dermaga, danbahwa sekarang kau pasti ada di Yunani, tetapi itu justrumembuat Maanu semakin meradang.\" Izaz mulai tersedu. Demi dirinyalah orang-orang baik inimenderita. Timaeus merangkulnya untuk menghibur. \"Kita harus menemuinya dan membawanya ke sini. Kitaakan menolongnya. Dia akan tinggal bersama kita jika diamau.\"
\"Aku sudah memintanya ikut denganku, tetapi diamenolak. Dia ingin kau tahu kebutaannya sebelum diadatang. Dia bersikeras bahwa dia tidak maumembebanimudengan menampungnya.\" Izaz, ditemani Obodas dan John, bergegas ke tempatkaravan. Salah seorang pemandu jalan memberitahukan di manamereka bisa menemukan Harran dan apa yang sudah terjadi. \"Pemimpin karavan ini adalah kerabat Harran. Itulahsebabnya dia bersedia membawa Harran ke sini. Harran tidakpunya siapa-siapa lagi di Edessa: istri dan anak-anaknyasudah dibunuh, dan tuannya, Senin, disiksa dan dibunuh diplaza di hadapan semua orang yang ingin menyaksikanpenderitaannya. Maanu menghukum dengan kejam semuateman Abgar.\" \"Tetapi Harran bukan teman Abgar.\" \"Seninlah yang teman Abgar, dan Senin menolakmengungkapkan tempat persembunyian kafan Yesus yangtelah menyembuhkan Abgar. Maanu sudah menghancurkanrumah Senin, membakar semua harta miliknya, danmenyalakan sebuah api unggun yang besar sekali untukmengorbankan ternak Senin. Maanu menganiaya danmenyiksa pelayan-pelayan Senin, ada yang dipotonglengannya, lainnya, kaki, dan Haran, matanya dicungkil, matayang telah memandu karavan Senin melintasi gurun. Harranseharusnya gembira masih hidup.\" Mereka menemukan Harran sedang duduk di tanahdiluar salah satu tenda. Izaz menariknya hingga berdiri danmemeluknya. \"Harran, Temanku yang baik!\" \"Izaz? Kaukah ini?\" \"Ya, Harran, ya, aku datang menjemputmu. Kau harusikut bersamaku. Kami akan merawatmu dan kau tidak akankekurangan apa pun.\" Timaeus menyambut Harran denganhangat. Ia meminta John menerima Harran di rumah cucunya
itu sementara sebuah kamar lain dibangun menempel padarumah kecil yang ia tinggali bersama Izaz dan Obodas. Harran merasa tenang karena tahu bahwa ia akan punyatempat di antara teman-temannya dan bahwa ia tidak perluberkeliaran di kota, meminta-minta derma. Dengan suarabergetar ia menceritakan kepada mereka bahwa Maanu telahmemerintahkan semua rumah orang Kristen dibakar, bahkanpara bangsawan yang telah menyatakan beriman pada Yesus.Maanu tidak memperlihatkan belas kasihan sama sekali,bahkan pada perempuan dan anak-anak dan orang-orang tua.Darah orang-orang yang tidak bersalah menodai pualam putihdi jalan-jalan kota, yang sekarang bahkan merupakan baukematian. Obodas, dengan suara parau, bertanya tentangkeluarganya, ayah dan ibunya, yang juga pelayan Senin dan,seperti Obodas, memeluk Kristen. \"Mereka sudah meninggal. Aku turut berduka, Obodas.\" Air mata membasahi wajah raksasa itu, dan kata-kataTimaeus serta Izaz tidak mampu menghiburnya. Akhirnya Izaz mengajukan pertanyaan yang sedari taditakut ia ajukan, yaitu mengenai nasib Tadeus dan pamannyaJosar. \"Josar dibunuh di plaza, seperti Senin. Maanu inginkematian para bangsawan itu menjadi peringatan bagi rakyat,agar mereka tahu bahwa dia tidak akan berbelas kasihanpada orang Kristen, tak peduli seluas apa tanah mereka. Josartidak mengeluarkan suara apa pun. Maanu hadir untukmenyaksikan sendiri penyiksaan Josar dan memaksa sangratu untuk menyaksikan juga. Ratu memohon kepada Maanu,Ratu berlutut dan memohon-mohon demi nyawa pamanmu,tetapi Maanu hanya tersenyum melihat ibunya menderita. Akutidak tahu apa-apa tentang Tadeus. Aku takut nasibnyasama.\" Izaz berjuang menahan air mata. Mereka semua punyaalasan untuk tenggelam dalam kesedihan dan kepiluan.Keyakinan mereka semua telah diserang dan mereka
kehilangan orang-orang yang sangat berarti bagi mereka. Iamerasa suatu desakan kecil dalam dirinya perlahan-lahanberubah menjadi hasrat yang membara untuk membalasdendam. Timaeus tua mengamati pergolakan yang terjadi dalamhati pemuda itu- pergolakan yang sama yang sedangterjadidalam hati Obodas. \"Balas dendam bukanlah jawabannya,\" gumamnya padamereka. \"Aku tahu bahwa kalian berdua akan senang jika Maanudihukum, jika kalian bisa melihatnya mati dengan kematianyang perlahan-lahan dan menyakitkan. Kuyakinkan kalianbahwa dia pasti akan menerima hukuman, karena dia harusmempertanggung jawabkan kepada Tuhan semua kejahatanyang telah dia lakukan.\" \"Bukankah kau mengatakan, Timaeus, bahwa ampunanTuhan tak berbatas?\" Obodas melemparkan pertanyaansambil terisak. \"Begitu pula keadilan-Nya.\" \"Dan sang ratu, apa dia masih hidup?\" Izaz bertanyakepada Harran tetapi gentar mengetahui jawabannya. \"Setelah kematian pamanmu, tidak ada yang melihatsang ratu lagi. Beberapa pelayan di istana mengatakan Ratu meninggalkarena duka dan bahwa Maanu memerintahkan jenazahnyadibawa ke gurun dan dilemparkan pada binatang-binatangpemakan bangkai di sana. Sebagian lagi mengatakan bahwaMaanu memerintahkan Ratu dibunuh. Tak ada yangmelihatnya. Maafkan aku, Izaz ... aku menyesal harusmenyampaikan berita yang demikian menyedihkan.\" \"Temanku, sang kurir tidak bisa dipersalahkan atasberita yang ia bawa,\" ujar Timaeus. \"Mari kita berdoa ber-sama dan memohon kepada Tuhan agar menolong kitamenanggung kepedihan hati karena kehilangan orang-orangyang kita cintai serta agar mengangkat kemarahan dari hatikita.\"
22 Malam itu dipenuhi harum bebungaan. Kota Romaberkelip-kelip di kaki tamu-tamu John dan Lisa, dansemuanya berbincang dalam kelompok-kelompok kecil diterasluas yang menghadap ke kota. Lisa sedang gugup. John marah besar ketika,sepulangnya John dari Washington, Lisa memberitahu bahwadia memutuskan untuk mengadakan pesta untuk Mary danJames dan bahwa dia sudah mengundang Marco dan Paola.John tahu persis apa yang ia rencanakan dan menuduhnyatidak setia pada kakak perempuannya. \"Apa kau akan memberitahu Mary apa yang sedangterjadi? Tidak, tentu saja tidak, karena tidak boleh, kau betul-betul tidak boleh memberitahu Mary. Marco itu teman kitadan aku bersedia membantunya dengan cara apa punsebisaku, tetapi itu tidak berarti melibatkan keluargaku,apalagi mengizinkanmu mencampuri penyelidikannya. Kauistriku, Lisa, dan aku tidak menyimpan rahasia apa pundarimu, tetapi hanya sampai di situ. Jangan mengendus-endus pekerjaanku- aku saja tidak pernah mencampuripekerjaanmu. Aku tidak percaya kau memanfaatkan kakakmuseperti ini, dan untuk apa? Memangnya apa pedulimu padakebakaran di katedral?\" Itulah pertengkaran serius pertama mereka selamabertahun-tahun, dan dia harus mengakui bahwa John benar.Dia sudah terbawa perasaan dan bertindak gegabah, dansekarang dia merasa sangat bersalah. Mary tidak berkeberatan dengan daftar tamu yangdikirim Lisa lewat e-mail. Keponakannya pun, Gina, tidakprotes ketika melihat nama Marco Valoni dan istrinya, Paola.Gina tahu keduanya adalah teman baik bibi dan pamannya.Dia pernah bertemu mereka dua atau tiga kali; mereka sangatbaik, dan dua-duanya enak diajak bicara. Akan tetapi, Gina
memang menanyakan siapa Dottoressa Galloni yang akandatang bersama suami istri Valoni. Bibinya menjelaskanbahwa Dottoressa Galloni adalah seorang ilmuwan yangbekerja di Divisi Kejahatan Seni dan teman dekat Marco danPaola. Penjelasan itu sudah cukup bagi Gina. Para pramusaji melintas di antara tamu-tamu denganmembawa baki-baki berisi minuman dan makanan kecil. \"Akumerasa agak salah tempat,\" Marco membisiki Paola dan Sofiaketika mereka tiba. Orang-orang yang hadir disana sungguhmengesankan, meski sudah memperhitungkan lingkuppergaulan keluarga Stuart. Tamu yang datang termasuk duamenteri pemerintahan, seorang kardinal, beberapa diplomateselon atas, di antara mereka duta besar A.S. untuk Italia,dan sejumlah pengusaha penting, belum lagi setengah lusinprofesor yang merupakan teman-teman Lisa dan beberapaarkeolog yang diundang Gina. \"Yeah, aku juga,\" balas Paola, \"tetapi kita sudah di sinidan tidak mungkin mundur lagi sekarang.\" Sofia memerhatikan pesta itu untuk mencari UmbertoD'Alaqua. Di lihatnya pria itu di seberang teras, sedangberbicara dengan seorang perempuan pirang yang cantik dankelihatan modern dan agak mirip Lisa. Mereka tertawa, jelas merasa senang dengan si temanbicara. \"Hei, kalian! Selamat datang! Paola, kau kelihatan cantiksekali. Dan Anda pasti Dottoressa Galloni. Senang berkenalandengan Anda.\" John tahu perasaannya yang tidak enak pasti terbacaoleh Marco. Dia sudah kesal sejak tahu tentang permainankecil Lisa dan sudah dengan halus berusaha membujuk Marcoagar menolak undangan Lisa, dengan tidak kentara, tanpanada sumbang, tetapi dia tetap berusaha. Marco sendiri dalam hati bertanya-tanya apapenyebabnya.
Lisa menghampiri mereka sambil tersenyum. SepertiJohn, ia terlihat tegang. Marco berpikir apakah dirinyasekarang paranoid. Tetapi tidak, senyum Lisa memang benaragak kaku, dan mata John, yang biasa begitu hangat, tampakgelisah. Gina juga datang untuk menyapa mereka, lalu Lisamulai mengajak mereka berkeliling untuk diperkenalkan padatamu-tamu lain. John memerhatikan pengaruh Sofia pada tamu-tamupria. Sebagian besar memandang Sofia diam-diam, atau tidakbegitu diam-diam, bahkan sang kardinal. Dengan tunikArmani putih, rambut pirang panjang tergerai, tanpaperhiasan apa pun kecuali giwang intan di telinga dan arlojiCartier di tangan, Sofia tak diragukan lagi perempuan palingcantik di sana malam ini. Sebentar saja dia sudah asyikterlibat dalam percakapan di tengah kelompok yang terdiridari para duta besar, seorang menteri, beberapa pengusaha,dan bankir. Mereka sedang menganalisis perang di Irak, dan sangmenteri menoleh dan menanyakan pendapat Sofia. \"Maafkan saya, tetapi sejak awal saya menentang perangitu,\" kata Sofia. \"Menurut pendapat saya, Saddam Husseinbukan ancaman bagi siapa pun kecuali rakyatnya sendiri.\" Pendapatnya adalah satu-satunya pendapat yangmenentang hingga jelas menambah hangatnya percakapan itu.Ia sodorkan argumen demi argumen yang menentang perang,menyampaikan kuliah singkat tentang sejarah wilayah itu,dan segera saja teman-teman bicaranya memandangnyadengan rasa hormat yang memang sepantasnya ia terima. Sementara itu Marco dan Paola bercakap-cakap dengandua teman arkeolog Gina yang juga merasa salah tempatseperti mereka. Sofia terus memerhatikan perempuan pirang yangbercakap-cakap penuh semangat dengan D'Alaqua. Ketikadilihatnya John menghampiri Marco dan Paola, iamemanfaatkan kesempatan itu untuk minta diri danbergabung dengan mereka.
\"Terima kasih banyak sudahmengundangku, Signor Barry.\"\"Kami sangat senang Anda bisa datang bersama Marcodan Paola.. \"Si perempuan pirang menoleh sambil tersenyum lalumelambai.Barry membalas lambaian itu. \"Kakak iparku. MaryStuart,\"jelasnya.\"Dia mirip sekali dengan Lisa,\" ujar Marco. \"Maukah kaumemperkenalkan kami?\"Sofia menunduk. Dia tahu Marco mulai bergerak. Tepatsaat itu Lisa mendekat.\"Sayangku,\" kata Barry, \"Marco ingin berkenalan denganMary dan James.\"\"Oh, tentu saja!\"Lisa mengantar mereka ke tempat kakakdan iparnya sedang bercakap-cakap dengan D'Alaqua dan tigapasangan lain.Mata Sofia terpaku pada D'Alaqua, tetapi pria itukelihatannya hampir tidak memerhatikan. Mungkin bahkantidak ingat Sofia.\"Mary, aku ingin memperkenalkan dua sahabat kami,Marco dan Paola Valoni, danDottoressa Sofia Galloni, yangbekerja bersama Marco.\"Perempuan pirang itu tersenyum lebar. \"Senangberkenalan dengan Anda,\" katanya, lalu dengan sopanmenyertakan mereka dalam kelompok dan memperkenalkanmereka pada yang lain. D'Alaqua mengangguk sopan dantersenyum biasa.Mary menoleh pada adiknya. \"Apakah mereka arkeologjuga?\"\"Bukan, Marco adalan ketua Divisi Kejahatan Seni, Paolamengajar sejarah seni di universitas, dan Sofia, seperti yangtadi kukatakan, bekerja bersama Marco.\"\"Divisi Kejahatan Seni? Apa itu?\"
Marco angkat bicara. \"Kami adalah biro khusus yangmenyelidiki kejahatan yang melibatkan benda-benda berhargadan warisan budaya Italia, pencurian benda seni,pemalsuan,penyelundupan...\"\"Oh! Menarik sekali!\" sahut Mary sopan. \"Kami tadisedang membicarakan lukisan yang belum lama ini dilelang diNew Vork, lukisan Kristus oleh El Greco. Aku berusahamembuat Umberto mengaku bahwa dialah orang yangmembeli lukisan itu.\"\"Sayangnya bukan, seperti yang sudah kukatakan padaMary,\" kata D'Alaqua dengan senyum kecil. Lalu ia menolehpada Sofia, nada suaranya sangat wajar dan sopan, tetapijauh.\"Bagaimana perkembangan penyelidikanAnda, Dottoressa Galloni?\"Mary dan yang lainnya dalam kelompok itu menatapnyabingung.\"Kalian berdua saling kenal?\" tanya Mary.\"Ya, aku berkenalan dengan Dottoressa Galloni di Turinbeberapa minggu yang lalu. Aku yakin kalian semua sudahmendengar tentang kebakaran di katedral. Divisi KejahatanSeni saat itu- barangkali masih, Dottoressa Galloni?- sedangmenyelidiki kebakaran tersebut.\"\"Dan apa hubunganmu dengan peristiwa itu?\" tanyaMary.\"Yah, yang sedang mengerjakan perbaikan di katedral ituadalah COCSA. DottoressaGalloni menyelidiki kecurigaan-kecurigaan tertentu yang ia dan rekan-rekannya kembangkanmengenai insiden itu.\"Marco kagum oleh penguasaan diri D'Alaqua yang luarbiasa.D'Alaqua memancarkan kesan sama sekali tidak bersalahtanpa sedikit pun mengakui bahwa ketidak-bersalahannya itumasih harus dipertanyakan.\"Beritahu saya, Dottoressa Galloni, apa yangmencurigakan?\" tanya salah seorang perempuan dalam
kelompok itu, seorang putri yang muncul di semua majalahmode dan majalah tentang masyarakat kelas atas. \"Saya kira kebakaran itu murni kecelakaan.\" Sofia melemparkan tatapan terluka pada D'Alaqua.Dalam waktu singkat saja pria itu sudah membuatnya merasacanggung, kikuk, seolah ia sudah merusak suasana pesta.Paola dan Marco juga kelihatan tidak enak. \"Bila suatu kecelakaan terjadi di tempat yang menyimpankekayaan budaya sebesar ini, seperti katedral, dalam kasusini, sudah tanggung jawab kami untuk mempertimbangkansemua kemungkinan,\" jawab Sofia. \"Dan apakah Anda sudahmencapai kesimpulan tertentu?\" sang putri bertanya. Sofia menatap Marco yang berdeham untukmenunjukkan dia akan mengambil alih. \"Pekerjaan kami lebih rutin dan yang mungkinterlihat, Principessa. Italia memiliki kumpulan benda seni dan segala jenisyang luar biasa, seperti yang Anda tahu, dan tugas kamiadalah menjaganya.\" \"Ya, tetapi..\" Lisa menyela sang putri dengan memanggil pramusajiuntuk menyajikan minuman lagi, dan sebagian besarkelompok itu mulai beranjak ke arah meja hidangan. Johnmemanfaatkan kesempatan itu untuk menggiring Marcodengan lembut di sikunya dan membawanya ke kelompoktamu lain; Paola mengikuti. Tetapi Sofia tetap berdiriditempatnya, tidak pernah melepaskan matanya dariD'Alaqua. \"Sofia,\" kata Lisa yang mencoba mengajaknya pergi, \"Aku ingin kau berkenalan dengan Profesor Rosso.Beliaua dalah kepala ekskavasi di Herculaneum.\" \"Apa spesialisasi Anda, Dottoressa Galloni?\" tanya Mary. \"Saya punya gelar doktor dalam bidang sejarah seni, danaku menyelesaikan strata satu dalam bidang filologi Italia danbahasa-bahasa mati Aramaik, Latin, yang semacam itu. Saya
bisa berbicara dalam bahasa Inggris, Prancis, Spanyol,Yunani, dan bahasa Arab saya lumayan.\" Sofia berbicara dengan bangga tetapi terlambatmenyadari bahwa dia kedengaran konyol, sok ilmiah, mencobamembuat orang-orang terkesan padahal mereka sama sekalitidak peduli siapa dia atau apa yang dia tahu. Ia marah padadirinya sendiri dan merasa seperti diletakkan di bawahmikroskop, diamati seperti spesimen eksotis oleh paraperempuan cantik dan para pria berkuasa ini. Lisa mencoba lagi. \"Mau ikut, Sofia?\" \"Lisa, biarkan Dottoressa Galloni bersama kami sebentarlagi. Ini sangat menarik.\" Kata-kata D'Alagua mengejutkan Sofia. Lisa berbalik, mengundurkan diri, tetapi menarik Marybersamanya. Tiba-tiba saja Sofia dan D'Alaqua mendapatimereka berdua saja. \"Kau tampak tidak tenang, Dottoressa Galloni. Ada yangtidak beres?\" \"Aku memang tidak tenang, dan kurasa kau tahusebabnya.\" \"Yah, kau tidak perlu kesal pada Mary, dalam halapapun, gara-gara minatnya yang tulus pada pekerjaanmu.Dia benar-benar perempuan yang luar biasa-pandai dansensitif, dan pertanyaannya tidak didasari maksud apa-apa,percayalah padaku.\" \"Kurasa begitu.\" \"Yang sesungguhnya adalah, kau dan teman-temanmudatang ke pesta ini untuk menemuiku, betulbukan, Dottoressa Galloni?\" Sofia merasa wajahnya memerah. Sekali lagi D'Alaquamencetak angka telak. \"Bosku adalah teman John Barry, dan aku... aku...\" \"Dan kau meninggalkan kantorku dengan tangan kosong,jadi kau dan dia memutuskan untuk mengatur kebetulan ini,wah kebetulan, bertemu di sini seperti ini! Terlalugamblang,Dottoressa Galloni.\"
Wajah Sofia merah padam. Dia tidak siap untuk duel ini,untuk keterus terangan pria ini, yang begitu yakin akankeunggulan dirinya dan yang menatapnya dengan geli. \"Bertemu denganmu itu tidak mudah.\" \"Tidak, memang tidak. Nah, sekarang karena kita disini,silakan, bertanyalah sesukamu.\" \"Sudah kukatakan padamu: Kami curiga bahwa yangdiduga kecelakaan di katedral itu bukan kecelakaan danbahwa hanya beberapa orang yang bekerja untukmu yang bisamenyalakan api itu, tetapi untuk apa?\" \"Kau tahu aku tidak punya jawaban untuk pertanyaanitu. Tetapi kau tentu punya teori, jadi katakan padakubagaimana teorimu dan nanti kulihat apakah aku bisamembantumu.\" Di ujung lain teras itu Marco memerhatikan merekadengan terheran-heran, begitu pula suami istri Barry.Akhirnya John tidak sanggup lagi menahan kejengkelanmengenai situasi ini dan menyuruh Lisa membebaskanD'Alaqua. \"Sofia, maafkan aku, tetapi Umberto punya banyak sekaliteman di sini yang ingin berbicara dengannya, dan kaumemonopoli dia, Sayang. James sedang mencarimu, Umberto.\" Sofia merasa seperti orang tolol. \"Lisa, akulah yang memonopoli Dottoressa Galloni. Kautentu mengizinkan kami menyelesaikan pembicaraan kami,bukan? Sudah lama sekali aku tidak terlibat dalampercakapan yang semenarik ini.\" \"Oh, tentu saja, aku... baiklah, kalau kau perlusesuatu...\" \"Ini malam yang hebat, pestamu indah, dan kau danJohn adalah tuan rumah yang sangat baik. Aku gembirasekali kau mengundangku untuk menikmati bersama-samaMary dan James. Terima kasih, Lisa.\" Lisa kembali pada suaminya dengan langkah cepat danmembisikkan sesuatu di telinga John.
\"Terima kasih,\" ujar Sofia. \"Sudahlah, Dottoressa Galloni, jangan meremehkandirimu sendiri!\" \"Aku tidak pernah begitu.\" \"Kurasa itulah yang tadi kaulakukan.\" \"Bodoh sekali kami datang ke sini.\" \"Harus kuakui, memang terlalu gamblang. Dankeresahan tuan rumah kita membenarkan bahwa merekasudah mengatur 'pertemuan' kecil ini. Tapi aku akan kaget seandainya Mary danJames tahu.\" \"Mereka tidak tahu, atau tadinya tidak tahu. Aku yakinmereka heran mengapa Lisa mengundang kami karena kamibenar-benar salah tempat. Maafkan aku, ini kesalahan.\" \"Kau masih belum menjawab pertanyaanku.\" \"Pertanyaanmu?\" \"Ya. Aku ingin tahu teorimu tentang kejahatan, ataudugaan kejahatan ini.\" \"Kami yakin bahwa seseorang menginginkan Kafan Suci,apakah untuk dicuri atau dihancurkan, kami tidak tahu.Tetapi kami yakin kebakaran itu berhubungan dengan KafanSuci dan begitu pula semua lainnya yang disebut 'kecelakaan'di Katedral Turin di masa lalu.\" \"Itu teori yang menarik. Sekarang katakan siapa yangkaucurigai, siapa yang menurutmu ingin mencuri ataumenghancurkan kafan itu, dan terutama mengapa.\" \"Itulah yang sekarang kami selidiki.\" \"Dan kau tidak punya petunjuk yang memperkuatkecurigaanmu, betul?\" \"Ya.\" \" Dottoressa Galloni, apa menurutmu aku ingin mencuriatau menghancurkan kafan itu?\" Kata-kata D'Alaqua diucapkan dengan sebersit nadamengejek yang memperparah perasaan konyol dalam hatiSofia.
\"Aku tidak akan mengatakan kami mencungaimu secaralangsung, tetapi mungkin saja salah seorang pegawaimuterlibat.\" \"Kepala bagian sumber daya manusia kami diCOCSA, Signor Lazotti, aku sudah memberi perintah tegasagar dia bekerja sama sepenuhnya denganmu. Apa itu sudahdia lakukan?\" \"Ya, tidak ada yang kami keluhkan di sana. Signor Lazottisangat efisien dan sangat dermawan meluangkan waktu, dandia sudah mengirimi kami laporan yang panjang mengenaisemua informasi yang kuminta.\" \"Kalau begitu izinkan aku mengajukan satu pertanyaanlagi, Dottoressa Galloni, apa yang kau dan bosmu harapkandari 'pertemuan kebetulan' denganku malam ini?\" Sofia menundukkan kepala dan menyesap sampanyenya.Dia tidak punya jawaban untuk pertanyaan itu, setidaknyabukan jawaban yang logis. Kau tidak bisa menyampaikankepada pria seperti D'Alaqua alasan semacam \"Marco punyafirasat.\" Untuk kedua kalinya, ia merasa sudah gagal dalamujian yang halus ini. Sofia mengangkat bahu sedikit dan tersenyum. \"Kamipikir kami akan datang saja dan melihat bagaimanaseterusnya, Signor D'Alaqua.\" \"Bagaimana kalau kita makan sesuatu?\" Terkejut olehperubahan arah yang mendadak ini, Sofia menatap D'Alaqua.Apa pendengarannya tidak salah? Tetapi saat itu UmbertoD'Alaqua dengan lembut memegang sikunya danmembimbingnya ke meja hidangan yang panjang. JamesStuart, ditemani Menteri Keuangan, berjalan santaimenghampiri mereka. \"Umberto, aku dan Horacio sedang berdebat tentangbagaimana flu Asia akan memengaruhi pasar-pasar Eropatahun ini...\" Sofia mendengarkan ketika D'Alagua menguraikan secaragaris besar penafsirannya atas krisis ekonomi Asia, dan diakagum pada penguasaan D'Alaqua atas masalah itu. Tak lama
kemudian Sofia mendapati dirinya terseret dalam perdebatandengan sang Menteri Keuangan dan menyanggah beberapapendapat Stuart, sementara D'Alaqua mendengarkan penuhminat. Ketika kelompok kecil mereka pecah, Sofia danD'Alaqua mencari tempat duduk di sebuah meja bersamatamu-tamu lain, dan D'Alaqua terus bersikap penuh perhatiandan menawan. Sofia bisa melihat bahwa pria itu santai danbersenang hati, dan ia merasa dirinya pun mulai tenang. \"Temanmu itu menyenangkan.\" Suara ceria Mary Stuartmembawa Marco kembali ke dunia nyata selagi ia mengamatirekannya yang memesona di seberang teras. Atau barangkahcolekan diam-diam Paola di rusuknya? \"Ya, memang,\" jawab Paola. \"Pandai, cakap,danmenawan.\" \"Dan cantik,\" tambah Mary. \"Aku tidak pernah melihatUmberto begitu tertarik pada seorang perempuan. SofiaGalloni pastilah luar biasa jika Umberto sampai begituterpesona olehnya. Umberto kelihatan begitu gembira, begiturileks bersamanya.\" \"D'Alaqua masih lajang, bukan?\" tanya Paola. \"Ya, tetapi kami tidak pernah mengerti kenapa. Diapunya semuanya, kepandaian, tampang, pendidikan, budaya,uang, dan, di samping itu, dia orang yang sangat baik. Akutidak mengerti kenapa kau tidak lebih sering berkumpuldengan dia, John, dan kau juga, Lisa.\" \"Mary, Sayang, kami ini tidak bergerak dalam lingkunganpergaulannya Umberto. Lingkunganmu juga tidak, meski kaukakak kesayanganku.\" \"Oh, Lisa, jangan konyol begitu.\" \"Aku tidak konyol, Sayang. Dalam kehidupan kusehari-hari, aku tidak berpapasan dengan para menteri atau bankiratau pengusaha multinasional. Aku tidak punya alasan untukitu. Begitu pula John.\" \"Yah, seharusnya kau lebih sering berkumpul denganUmberto. Dia sangat menyukai arkeologi. Dia sudah
membiayai beberapa penggalian, dan aku yakin kalian berduapunya banyak kesamaan,\" Mary mengotot. Waktu sudah hampir pukul satu ketika Paolamengingatkan Marco bahwa dia harus bangun pagi esokharinya. Kelas pertamanya dimulai pukul delapan. Marcomemintanya memberitahu Sofia bahwa mereka harus pergi. \"Sofia, kita akan pulang,\" kata Paola sambilmembungkuk di dekat kursi sang Dottoressa. \"Kau mau kamiantar?\" \"Aku akan sangat berterima kasih, Paola.\" D'Alaqua bangkit ketika Sofia berdiri, menciumtangannya tanda selamat berpisah, dan segera memberikanpenghormatan yang sama kepada Paola. Pria itu tersenyumtetapi matanya berubah jauh lagi. Beberapakali, selagi mereka berbincang, Sofia merasamelihat sesuatu yang lain dalam mata itu. Tetapi sekarang dia membaca dengan jelas pesan pria itu. Sementara Lisa dan John mengiringi mereka ke pintu,Sofia memandang sekilas untuk terakhir kalinya ke teras.Umberto D'Alaqua sedang berbicara dengan penuh semangatdengan sekelompok tamu. Mereka belum benar-benar di dalam mobil ketika rasapenasaran Marco menguasainya. \"Nah, ceritakan, Dottoressa, ceritakan padaku apa yangdikatakan pria hebat itu.\" \"Tidak ada.\" \"Tidak ada?\" \"Baiklah, Marco, dia memang mengatakan bahwakelihatan sekali kita datang ke pesta itu untuk menemui dia.Dia membuatku merasa seperti orang yang benar-benar tolol,yang tertangkap basah sedang berbohong. Dan dia bertanyatanpa tedeng aling-aling dengan sarkasme menetes-netes,tentu saja apakah kita mengira dialah orangnya yangmengincar kafan itu.\" \"Cuma itu?\"
\"Sepanjang sisa malam tadi kami membicarakan flu Asia,harga minyak, seni, dan sastra.\" \"Nah, kalian berdua memang sepertinya cocoksekali,\"ujar Paola. \"Kurasa ya, dalam hal tertentu, tetapi cuma itu.\" \"Dia mungkin tidak berpikir begitu,\" Paola berkeras. \"Kalian berencana akan lebih sering bertemu?\" tanyaMarco. \"Tidak, kurasa itu tidak akan terjadi. Dia menawan,seperti yang kukatakan, tetapi cuma itu.\" \"Dan itu menyakitkan.\" \"Kurasa jika aku harus benar-benar jujur tentangperasaanku, aku akan mengaku memang menyakitkan, tetapiaku sudah dewasa. Aku bisa mengatasi perasaanitu.\" \"Yang berarti memang menyakitkan,\" kata Marco sambilmeringis. \"Kalian bisa jadi pasangan yang serasi.\" Paola pantangmenyerah. \"Baik sekali kau berkata begitu, Paola, tapi aku tidakmau menipu diriku sendiri. Pria seperti Umberto D'Alaguatidak tertarik pada perempuan seperti aku. Kami tidak punyakesamaan apa-apa.\" \"Kalian punya banyak kesamaan,\" Marco berkukuh. \"Mary memberitahu kami D'Alaqua mencintai seni danarkeologi, bahkan membiayai ekskavasi, kadang D'Alaquasendiri pergi menggali. Dan kau, seandainya kau belum tahu, juga pandai,berpendidikan, berbudaya, dan sangat cantik, betul, Paola?\" \"Tentu saja. Mary bahkan mengatakan bahwa dia tidakpernah melihat D'Alaqua setertarik itu pada seorangperempuan seperti padamu malam ini.\" \"Baiklah, kalian berdua, jangan bicarakan itu lagi. Intinyaadalah bahwa dia mengatakan kepadaku dengan kata-katayang jelas sekali bahwa kita sudah merusak pesta itu. Kitaberharap saja dia tidak mengajukan protes pada menteri ataupresiden tertentu di suatu tempat.\"
Hujan turun tak putus-putus tetapi api yang meretihmenambah kemewahan maskulin yang nyaman dalamruangan itu, sebuah perpustakaan. Beberapa lukisan karyaseniman-seniman terkemuka Belanda menunjukkan selerakalem sang pemilik. Di sofa-sofa kulit yang mewah, enam priasedang bercakap-cakap serius. Mereka berdiri ketika pintu membuka dan ketua merekayang sudah lanjut usia masuk. Seorang demi seorangmelangkah maju untuk memeluknya. Ia memberi isyarat agarmereka kembali duduk. \"Maaf aku terlambat, tetapi sulit pergike manapun di London pada jam-jam seperti sekarang. Akutidak bisa keluar dari permainan brudge dengan sang dukedan teman-temannya dan saudara-saudara kita.\" Suara denting lembut di pintu mengumumkankedatangan kepala pelayan, yang masuk untuk mengangkatperalatan minum teh dan menawari pria-pria itu minuman.Ketika tinggal mereka bertujuh lagi, laki-laki tua itu yangpertama berbicara. \"Baiklah, kalau begitu, mari kita ulas lagi.\" \"Addaio menahan Zafarin, Rasit, dan Dermisat dikediamannya di luar Urfa. Hukuman yang ia kenakan padamereka akan berlangsung empat puluh hari, tetapi kontakkumeyakinkanku bahwa Addaio tidak akan melepas begitu saja,bahwa dia sedang menyiapkan sesuatu yang lebih jauh lagiuntuk mereka. Sedangkan mengenai pengiriman tim baru, diabelum memutuskan, tetapi cepat atau lambat dia pastimengirim satu tim. Dia mengkhawatirkan Mendib, tahanan dipenjara Turin itu. Rupanya dia bermimpi, mimpi yang tidakbisa dia lupakan, bahwa Mendib akan membawa kehancuranpada komunitasnya. Sejak itu dia hampir tidak makan dantidak seperti dirinya dulu. Kontakku mengkhawatirkankesehatannya dan tindakanapa yang mungkin dia putuskan.\" Pria yang berbicara itu berusia separuh baya, denganjanggut tebal dan kulit coklat tua. Pakaiannya rapi,punggungnya tegak, dan dia berbicara dengan aksen kalanganatas yang sempurna. Pembawaannya seperti seorang
pensiunan perwira militer yang terbiasa dengan disiplin danperintah. Si pria tua memberi isyarat kepada seorang lagi untukberbicara. \"Divisi Kejahatan Seni tahu banyak, tetapi tidak tahu apayang mereka ketahui.\" Mereka semua menatapnya dengan kekhawatiran dankeingin tahuan selagi ia melanjutkan. \"Mereka sedang mengejar teori bahwa semua 'kecelakaan'yang terjadi di Katedral Turin selama tahun-tahun ini samasekali bukan kecelakaan.\" Ia berhenti sejenak danmemandang berkeliling pada rekan-rekannya. \"Mereka yakinperistiwa-peristiwa itu berkaitan dengan Kafan Suci, bahwaseseorang ingin mencuri atau menghancurkan kain tu. Tetapimereka belum mengetahui motifnya. Dan mereka masihmenyelidiki COCSA karena menduga akan menemukan matarantai mereka di sana. Seperti yang kulaporkan sebelumnya, operasi kuda Troyamereka sudah berjalan, dan Mendib akan dibebaskan daripenjara Turin beberapa bulan lagi.\" \"Sudah tiba waktunya untuk bergerak,\" ujar si pria tua,suatu aksen halus muncul dan menunjukkan bahwa bahasaInggris bukanlah bahasa ibunya. \"Mendib harus diurus,\" lanjutnya. \"Sedangkan mengenaiDivisi Kejahatan Seni, sekarang waktunya menekan teman-teman kita untuk menghentikan si Valoni ini. Dia dan orang-orangnya mulai bergerak ke arah yang berbahaya.\" \"Addaio mungkin sudah mencapai kesimpulan yangsama, bahwa demi keselamatan komunitasnya, Mendib harusdihabisi,\" ujar si pria militer. \"Mungkin sebaiknyakitamenunggu untuk melihat apa keputusan Addaio sebelumkita sendiri melakukan sesuatu. Aku lebih suka nurani kitatidak terganggu oleh kematian Mendib seandainya itu bisakita hindari.\"
\"Tidak ada alasan Mendib harus mati. Yang harus kitalakukan hanyalah memastikan dia sampai ke Urfa,\" timpalsalah seorang pria lain. \"Itu riskan,\" sahut yang lain. \"Begitu dia di jalan, DivisiKejahatan Seni akan menugaskan seseorang untukmembuntutinya. Mereka bukan amatiran; mereka akanmelakukan operasi kelas satu, dan kita mungkin akantersudut pada posisi bahwa untuk menyelamatkan nyawanyakita harus mengorbankan banyak nyawa lain yang kitabicarakan adalah polisi dan carabinieri. Sepertinya episodeterakhir ini akan memberati nurani kita seperti apa pun caradimainkannya.\" \"Ah, ya. Nurani kita!\" teriak si pria tua. \"Sudah terlalusering kita mengesampingkan nurani kita, mengatakankepadadiri kita sendiri bahwa tidak ada jalan lain. Sejarah kita selalumelibatkan kematian. Begitu pula pengorbanan, keyakinan,pengampunan. Kita ini manusia, hanya manusia, dan kitabertindak sesuai dengan apa yang menurut kita paling baik.Kita melakukan kesalahan, kita melakukan dosa, kitabertindak benar. Semoga Tuhan mengampuni kita semua.\" Sejenak tak seorang pun berbicara. Pria-pria lainmerendahkan tatapan mereka, kesedihan membayangi wajahmereka. Akhirnya, ketua mereka mengangkat mata dan duduktegak di kursinya. \"Baiklah, kalau begitu, akan kukatakan apayang aku yakin harus kita lakukan, dan setelah itu aku inginmendengar pendapat kalian.\" Hari sudah malam ketika pertemuan itu berakhir. Hujanmasih juga turun di seluruh penjuru kota. http://anesularnaga.blogspot.com
23 542-544 Masehi \"Eulalius, ada seorang pemuda meminta berbicaradenganmu. Dia datang dari Alexandria.\" Sang uskup menyelesaikan doanya dan bangkit dengansusah payah, dibantu oleh pastor yang tadi menyelanya. \"Katakan, Ephron, mengapa pendatang dan Alexandriaini begitu penting sampai kau mengganggu doaku?\" Si pastor sudah memperkirakan pertanyaan itu, meskiEulalius tahu persis bahwa Ephron hanya akan memanggilnyauntuk masalah yang penting. \"Dia pemuda yang aneh. Kakakku yang mengutusnya.\" \"Abib? Dan berita apa yang dibawa pemuda aneh ini?\" \"Aku tidak tahu. Dia berkata hanya akan berbicaradenganmu. Dia letih sekali; berminggu-minggu dia dijalan,melakukan perjalanan ke sini.\" Eulalius dan Ephron meninggalkan gereja kecil danmenuju sebuah rumah di dekat gereja. Di sana sang uskupmenyapa pemuda berkulit gelap itu, yang kelelahannya jelasterlihat di mata dan bibirnya yang kering. \"Aku datang untuk berbicara dengan Eulalius, uskupEdessa,\" ujar sang pengelana sambil meneguk air yangditawarkan Ephron padanya. \"Aku Eulalius. Siapa kau ini?\" \"Puji Tuhan! Eulalius, aku akan menceritakan kepadamusesuatu yang sangat luar biasa, yang akan memenuhi hatimudengan ketakjuban. Apakah kita tidak bisa bicara berdua saja?\" Ephron menatap Eulalius, yang mengangguk. Sangpastor memohon diri, meninggalkan mereka berdua saja. \"Kau masih belum mengatakan siapa namamu,\" ujaruskup itu sambil menoleh kembali pada orang yangmengunjunginya.
\"John. Namaku John.\" \"Kalau begitu, silakan duduk, John, dan beristirahatlahsementara kau menceritakan kepadaku hal yang luar biasaini.\" \"Memang luar biasa, Tuan. Dan kau akan sukarmemercayaiku, tetapi aku percaya pada pertolongan Tuhanbahwa aku akan dapat meyakinkanmu dengan kisah yangkubawa ini.\" \"Nah, ceritakan saja.\" \"Kisahnya panjang. Sudah kusampaikan kepadamubahwa namaku John, begitu pula nama ayahku, danayahanda ayahku, juga kakeknya dan kakek buyutnya. Akupernah menelusuri garis keluargaku hingga ke tahun limapuluh tujuh zaman kita ini, ketika Timaeus, pemimpinkomunitas Kristen pertama, tinggal di Sidon, yang sekarangAlexandria. Timaeus berteman dengan dua orang murid Tuhan kitaYesus Kristus, yaitu Tadeus dan Josar, yang tinggal di sini diEdessa. Cucu Timaeus bernama John.\" Eulalius mendengarkan dengan seksama, menunggupemuda itu tiba pada inti kisahnya. \"Kau harus tahu bahwa di kota ini dulu ada komunitasKristen di bawah perlindungan Raja Abgar. Setelah Abaarwafat, Maanu, putra sang raja, mewarisi tahta danmenganiaya orang-orang Kristen kota Edessa. Ia merampassemua barang dan harta milik mereka dan membuat banyakdan mereka merasakan sakitnya siksaan karena terusberpegang pada iman pada Yesus.\" \"Aku sudah tahu sejarah kota ini,\" kata Eulalius tidaksabar. \"Kalau begitu kautahu bahwa Abgar, yang terjangkitlepra, disembuhkan oleh Yesus. Josar membawa ke Edessakain kafan yang dipakai membungkus jenazah Tuhan kitasewaktu dikuburkan. Saat kain itu diletakkan pada kulit rajayang sakit itu, terjadilah keajaiban. Pada kafan itu sendiri adasesuatu yang luar biasa: citra Tuhan kita serta tanda-tanda
siksaan yang dideritanya. Sewaktu Abgar masih hidup, kainitu menjadi objek pemujaan dikota, karena di kain itu terlihatwajah Kristus.\" \"Katakan padaku, Anak muda, mengapa Abibmengutusmu?\" \"Maafkan aku, Eulalius, aku tahu aku mengujikesabaranmu, tetapi aku mohon kepadamu dengarkanduluaku. Aku sendiri yang memutuskan untuk datangpadamu dan hanya meminta Abib untuk mendukungku. Ketika Abgar merasa bahwa ajalnya sudah dekat, iamenugasi teman-temannya, Tadeus dan Josar serta arsitekkerajaan Marcius, untuk melindungi kafan itu di atas semuayang lain. Marcius diberi tugas menyembunyikan kain itu, danbahkan Tadeus dan Josar, kedua murid Yesus, tidak tahu dimana tempat persembunyian itu. Marcius memotong lidahnyasendiri agar apa pun siksaan yang ditimpakan Maanupadanya, dia tidak akan pernah mengatakan. Dan memangsiksaanlah yang ia terima, Eulalius, seperti yanq tentukautahu, karena siksaan itu adalah siksaan yang sama sepertiyang harus ditanggung sebagian besar orang Kristenterkemuka di Edessa. Tetapi ada satu orang yang memangtahu di mana Marcius menyembunyikan kafan dengan citraYesus itu.\" Mata Eulalius berbinar kaget, dan terasa gigilanmenyusuri tulang punggungnya. Ia pernah mendengardongeng tentang kain kafan yang ajaib ini, yang sudah begitulama menghilang. Kisah yang diuraikan John memang sepertifantasi, tetapi John tidak kelihatan seperti orang gila. \"Marcius memberitahu Izaz, keponakan Josar, di mana iamenyembunyikan kafan Yesus. Izaz melarikan diri dari kotasebelum Maanu sempat memerintahkan ia dibunuh, dan iamencapai Sidon, tempat Timaeus dan cucunya, John, tinggal.Mereka adalah leluhurku.\" \"Izaz lari membawa kafan itu?\" \"Tidak, dia lari membawa rahasia tempat persembunyiankain itu.
Timaeus dan Izaz bersumpah bahwa mereka akanmematuhi perintah terakhir Abgar dan kedua murid Yesus:Kafan Yesus tidak akan pernah meninggalkan Edessa. Kainitu milik kota Edessa, tetapi harus tetap disembunyikansampai mereka yakin bahwa kain itu aman dari bahaya apapun. Mereka bersepakat bahwa jika sebelum merekameninggal orang-orang Kristen Edessa masih dianiaya,mereka akan memercayakan rahasia itu pada seorang lagi,dan bahwa orang itu pada gilirannya disumpah untuk tidakmengungkapkan rahasia ini kecuali jika ia yakin bahwa kainitu aman dari bahaya, dan begitu seterusnya sampai umatKristen bisa hidup di kota itu dengan damai. Sebelummeninggal, Izaz menyampaikan rahasia itu pada John, cucuTimaeus, dan rahasia itu diturunkan dari John yang satu keJohn berikutnya. Dari generasi ke generasi, satu orang darikeluargaku menjadi penjaga rahasia kafan yang membalutjenazah Yesus saat dikuburkan.\" \"Tuhan Maha besar! Apa kau yakin? Ini bukan dongeng?Jika ini hanya dongeng, kau pantas menerima hukumanberat, Anak Muda, karena tidak seorang pun bolehmenggunakan nama Tuhan dengan sembarangan. Katakanpadaku, mana kafan itu? Apakah ada padamu?\"John, yangsangat letih, kelihatannya bahkan tidak mendengar Eulalius,dan dengan keras kepala melanjutkan kisahnya. \"Beberapa hari yang lalu, ayahku meninggal. Di ranjangtempatnya menanti ajal, ia menceritakan kepadaku rahasiakafan suci itu. Beliaulah yang menyampaikan kepadaku kisahtentang Tadeus dan Josar, dan beliau juga menceritakanbahwa Izaz, sebelum meninggal, menggambar peta Edessaagar John yang pertama bisa tahu ke mana harus mencari. Aku membawa peta itu dan peta itu menunjukkan tempatsang arsitek kerajaan, Marcius, menyembunyikan kafanTuhan kita Yesus.\" Pemuda itu terdiam. Matanya yang merah menunjukkanberatnya beban yang ditanggung tubuh dan jiwanya sejak iamengetahui rahasia itu. \"Katakan padaku, mengapa baru
sekarang keluargamu ingin mengungkapkan rahasia tempatpersembunyian itu?\" \"Ayahku mengatakan bahwa ia menyimpan rahasia itusedemikian lama karena takut kafan Yesus jatuh ketanganyang salah dan dihancurkan. Tak seorang pun leluhurkuberani mengungkapkan apa yang mereka ketahui; semuamewariskan tanggung jawab itu kepada penerusnya.\" Mata John berkilau oleh air rnata. Ia lemah oleh beratnyaperjalanannya serta peristiwa-peristiwa pilu yang sudahmengubah hidupnya dalam minggu-minggu terakhir ini. Dukakarena kematian ayahnya menggerogoti bagian dalamtubuhnya, dan ia menderita menjadi satu-satunya pemegangrahasia yang bisa mengguncang dunia Kristen hingga kedasar-dasarnya. \"Kau membawa peta itu?\" Eulalius bertanya. \"Ya,\" jawab si pemuda. \"Berikan padaku,\" perintah sang uskup tua. \"Tidak, aku tidak bisa. Aku harus pergi bersamamuketempat kafan itu disembunyikan, dan kita tidak bolehmemberitahu siapa pun rahasia ini.\" \"Tetapi, Anakku, apa yang kau takutkan?\" \"Kafan itu dapat menciptakan keajaiban, Tuan, tetapisudah banyak pemeluk Kristen yang mati dalam pertikaianuntuk merebut kain itu. Kita harus yakin bahwa kain itu akanaman dari bahaya apa pun, dan aku takut aku tiba di Edessapada saat yang tidak tepat. Karavanku berpapasan denganpengelana yang memberitahu kami bahwa kota ini mungkinakan segera dikepung lagi. Selama bergenerasi-generasi paralelaki dalam keluargaku menjadi penjaga kafan Kristus secaradiam-diam; aku tidak boleh menjadi orang yang melakukankesalaha nbesar dan sekarang menempatkan kain itu dalambahaya.\" Sang uskup mengangguk. Pemuda yang kebingungan itujelas perlu beristirahat dan berdoa. Ia akan memohon kepadaTuhan agar memberinya petunjuk mengenai tindakan yangharus dilakukan.
\"Anakku, jika yang kaukatakan ini benar dan kafanTuhan kita ada di suatu tempat di kota ini, aku tidak inginmenjadi orang yang menempatkan kain itu dalam bahaya.Sebaiknya kau beristirahat di rumahku, dan bila kau sudahpulih dari perjalananmu, kita akan bicara dan kita berduaakan memutuskan tindakan yang terbaik.\" \"Kau tidak akan memberitahu siapa pun semua yangsudah kuceritakan?\" \"Tak seorang pun, Anakku, aku berjanji.\" Sikap kukuh Eulalius serta ketegasan jawabannyamenenangkan John. Pemuda itu berdoa kepada Tuhansemoga yang ia lakukan bukanlah kesalahan. Ketika ayahnyayang sekarat menyampaikan kisah itu, ayahnyamemperingatkan bahwa nasib kafan yang membawa citraYesus itu ada di tangannya, dan ayahnya memintanyabersumpah bahwa ia tidak akan mengungkapkan rahasiaitukecuali jika ia yakin sudah tiba waktunya bagi umat Kristenuntuk sekali lagi memiliki kafan itu. Tetapi ia, John, merasakan desakan yang amat kuatuntuk melakukan perjalanan ke Edessa. Di Alexandria iadiberitahu mengenai Eulalius, mengenai kebaikan uskup itu,dan ia yakin bahwa sudah tiba saatnya untuk mengembalikanpada umat Kristen apa yang sudah keluarganya, penjaga-penjaga rahasia yang luar biasa ini, lindungi bagi mereka. Tetapi mungkin saja dia sudah bertindak terlalu cepat,begitu pikirnya sekarang, terserang keraguan. Mengambilkembali kafan itu di saat Edessa di ambang perang baruadalah langkah yang nekat. John takut ia sudah salahmenilai. John adalah seorang tabib, seperti juga ayahnya. Sangayah sudah menurunkan semua ilmunya pada sang putra,yang juga menuntut ilmu dan guru-guru terbaik di kota itu.Orang-orang terkemuka di Alexandria datang ke rumah Johnuntuk menimba ilmu dan keahliannya. Hidupnya bahagia sampai kematian ayahnya, yang iacintai dan hormati melebihi semua orang, bahkan istrinya
sendiri yang manis dan gemulai, Myriam, yang berparascantik dan bermata hitam dalam. Eulalius menemani John ke sebuah kamar yang kecil. Didalam kamar itu ada sebuah tempat tidur dan sebuah mejadari kayu kasar. \"Aku akan mengirim sesuatu untuk dimakan dan air lagi,agar kau bisa menyegarkan diri setelah perjalananmu.Beristirahatlah selama kau ingin.\" Kemudian sang uskup tua, tenggelam dalam pikirannya,berjalan kembali ke gereja. Di sana, sambil berlutut di depansalib, ia menyembunyikan wajahnya di antara kedua tangandan memohon kepada Tuhan agar menunjukkan apa yangharus ia perbuat, seandainya kisah si pengelana muda itubenar. Di salah satu sudut, terselimut bayangan, Ephronmengawasi uskupnya dengan cemas. Tidak pernah ia melihatEulalius merasa terganggu atau tak berdaya oleh tanggungjawab. Ia memutuskan akan mencari karavan yang akan pergike Alexandria supaya ia bisa mengirim surat kepada kakaknyaAbib dan meminta informasi tentang pemuda yang aneh ini,yang tampaknya sudah meletakkan beban yang begitu beratpada uskupnya. Cahaya pucat bulan menerangi kota ketika sang uskupberjalan pulang dari gereja. Ia merasa letih; tadi ia berharapakan mendengar suara Tuhan tetapi yang ia temukan hanyakesunyian. Baik pikirannya maupun hatinya tidakmemberinya petunjuk sekecil apa pun. Ia mendapati Ephronsedang menunggu di pintu, raut wajah Ephron yang anggunbergurat kecemasan. \"Kau pasti lelah. Ini sudah larut,\" ujar sang uskup lirihkepada pastor itu. \"Aku menunggumu. Bisakah aku membantumu dalamhal apa saja?\" \"Aku ingin kau mengutus seseorang ke Alexandria untukmeminta Abib memberitahu kita lebih banyak lagi mengenaiJohn.\"
\"Aku sudah menulis surat untuk kakakku, tetapi suratitu akan sulit mencapainya. Di tempat karavan merekamengatakan kepadaku bahwa karavan terakhir sudahberangkat dua hari yang lalu menuju Mesir dan bahwa dalamwaktu dekat ini tidak ada yang akan berangkat. Parapedagang dan saudagar itu cemas. Mereka menduga perangdengan pasukan Persia tak terelakkan lagi, jadi sejumlahkaravan meninggalkan kota lebih cepat dari yangdirencanakan. Eulalius, izinkan aku bertanya apa yang sudahdisampaikan pemuda itu hingga begitu mengganggupikiranmu.\" \"Aku belum bisa mengatakan kepadamu. Aku berdoakepada Tuhan semoga itu bisa segera kulakukan karenadengan begitu hatiku akan tenang. Beban yang terbagi akanlebih ringan bagi manusia, tetapi aku sudah berjanji padaJohn bahwa aku akan menjaga rahasianya.\" Sang pastor menatap ke bawah; ia merasakan sengatanrasa sakit. Eulalius selama ini selalu memercayakan segala halkepadanya; bersama-sama mereka sudahberbagi kesukarandan bahaya yang kadang melanda komunitas mereka. Sang uskup, yang menyadari perasaan Ephron, tergodauntuk membuka rahasia yang dibawa John, tetapi padaakhirnya dia tetap berdiam diri. Kedua pria itu, masing-masing dengan bebannya sendiri,saling mengucapkan selamat malam. \"Kenapa kalian memusuhi bangsa Persia?\" \"Kami bukan memusuhi mereka; merekalah yang, karenaserakah ingin memiliki yang bukan hak mereka, inginmenguasai kota kami.\" John sedang bercakap-cakap dengan seorang pemudayang kira-kira seumur dengannya dan bekerja untuk Eulalius. Kalman sedang mempersiapkan diri untuk menjadipastor. Dia adalah cucu seorang teman lama Eulalius, dansang uskup sudah menjadi pengayomnya. Kalman menjadisumber informasi yang terbaik bagi John, karena Kalman
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334
- 335
- 336
- 337
- 338
- 339
- 340
- 341
- 342
- 343
- 344
- 345
- 346
- 347
- 348
- 349
- 350
- 351
- 352
- 353
- 354
- 355
- 356
- 357
- 358
- 359
- 360
- 361
- 362
- 363
- 364
- 365
- 366
- 367
- 368
- 369
- 370
- 371
- 372
- 373
- 374
- 375
- 376
- 377
- 378
- 379
- 380
- 381
- 382
- 383
- 384
- 385
- 386
- 387
- 388
- 389
- 390
- 391
- 392
- 393
- 394
- 395
- 396
- 397
- 398
- 399
- 400
- 401
- 402
- 403
- 404
- 405
- 406
- 407
- 408
- 409
- 410
- 411
- 412
- 413
- 414
- 415
- 416
- 417
- 418
- 419
- 420
- 421
- 422
- 423
- 424
- 425
- 426
- 427
- 428
- 429
- 430
- 431
- 432
- 433
- 434
- 435
- 436
- 437
- 438
- 439
- 440
- 441
- 442
- 443
- 444
- 445
- 446
- 447
- 448
- 449
- 450
- 451
- 452
- 453
- 454
- 455
- 456
- 457
- 458
- 459
- 460
- 461
- 462
- 463
- 464
- 465
- 466
- 467
- 468
- 469
- 470
- 471
- 472
- 473
- 474
- 475
- 476
- 477
- 478
- 479
- 480
- 481
- 482
- 483
- 484
- 485
- 486
- 487
- 488
- 489
- 490
- 491
- 492
- 493
- 494
- 495
- 496
- 497
- 498
- 499
- 500
- 501
- 502
- 503
- 504
- 505
- 506
- 507
- 508
- 509
- 510
- 511
- 512
- 513
- 514
- 515
- 516
- 517
- 518
- 1 - 50
- 51 - 100
- 101 - 150
- 151 - 200
- 201 - 250
- 251 - 300
- 301 - 350
- 351 - 400
- 401 - 450
- 451 - 500
- 501 - 518
Pages: