Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Misteri Kain Kafan Yesus

Misteri Kain Kafan Yesus

Published by haryahutamas, 2016-05-29 05:21:45

Description: Misteri Kain Kafan Yesus

Search

Read the Text Version

dan pucat, dan para penjaga yang kebagian dinas malamsedang tidur ayam. Bajerai bersaudara mendorong pintu sel mereka untukmemeriksa apakah pintu itu terbuka. Ya, penjaga telahmenjalankan tugasnya sesuai kesepakatan... Sambil tetapmerapat ke dinding dan merunduk hingga nyaris merangkak,kedua kakak-beradik itu mulai berjalan menuju sisi lainkoridor, tempat sel si Bisu itu berada. Jika segalanya berjalansesuai rencana mereka, kurang dari lima menit mereka akankembali ke sel mereka sendiri seolah-olah mereka tidakpernah meninggalkannya. Mereka sudah menempuh setengah jalan di sepanjangkoridor ketika si adik, yang ada di belakang, merasakanseseorang memegang lehernya setengah detik sebelumpukulan keras menghantam kepadanya dan membuatnyaroboh tak sadarkan diri. Si kakak menoleh pada saat yangtepat hingga bisa menerima bogem mentah pas dihidungnya. Dengan darah mengucur deras, dia jatuh berlutut tanpasuara ketika sebatang besi mencekik lehernya. Dia berjuangmendapatkan udara, tidak mendapatkannya, dan dia punmerasakan nyawanya lepas dari raga. Cahaya mulai menerangi koridor penjara Turin ketikasipir giliran pagi tercengang di depan sel Bajerai bersaudara.Kemudian dia berlari untuk membunyikan alarm ketika keduatubuh pucat berlumuran darah yang saling melilit di lantai itumulai bergerak-gerak dan merintih. Di ruang kesehatan, dokter menyuruh kedua bersaudaraitu tenang dan menyuntikkan pereda nyeri banyak-banyak.Wajah mereka habis dipukuli hingga lebam-lebam, matamereka tinggal celah sempit di antara bagian-bagian yangbengkak. Ketika Marco tiba di kantor kepala penjara setelahmendapat telepon dan sana, pegawai yang dongkol itumenceritakan ulang apa yang terjadi. Dia harus memberitahupengadilan dan carabinieri.

Marco menenangkannya, memudian meminta bertemuFrasquello. \"Aku telah melaksanakan tugasku,\" capo tersebutmeludah ke arahnya ketika dia memasuki kantor kepalapenjara. \"Ya, dan aku akan melaksanakan bagianku. Apa yangterjadi?\" \"Jangan tanya-tanya. Aku melakukan seperti yangkauminta. Si Bisu masih hidup di si Turki juga, apa lagi yangkau mau, heh? Tidak ada yang terluka. Dua bersaudara ituhanya tergores sedikit, itu saja.\" \"Aku ingin kamu terus memasang mata. Mereka mungkinmencoba lagi.\" \"Siapa, dua orang itu? Kamu bercanda.\" \"Dia atau orang lain, aku tidak tahu. Awasi saja.\" \"Kapan kamu berbicara dengan dewan pembebasanbersyarat?\" \"Saat semua ini usai.\" \"Artinya kapan?\" \"Kuharap tak lebih dan lima atau empat hari lagi.\" \"Oke. Tetapi kamu memang mau melakukan apa yangkaubilang akan kaulakukan, kan, Pak Polisi? Sebab jika tidakkau akan menyesal mengapa tidak melakukannya.\" \"Dan kamu bukan mau mengancamku, kan?\" \"Pokoknya lakukan saja.\" Frasquello membanting pintu saat dia meninggalkanruangan. http://anesularnaga.blogspot.com

38 Addaio sedang bekerja di kantornya ketika ponselnyaberbunyi. Pembicaraan itu berlangsung sebentar, tetapi pada saatdia menutupnya, mukanya memerah marah. Dia berteriakmemanggil Guner, yang datang sambil berlari. \"Ada apa, Pastor?\" \"Segera cari Bakkalbasi. Tak peduli di manapun dia, akuharus bertemu dia. Dan aku ingin semua sesepuh berkumpuldi sini setengah jam lagi.\" \"Apa yang telah terjadi?\" \"Malapetaka. Sekarang kumpulkan mereka.\" Ketika dia sendirian, dia memegang pelipisnya danmemijitnya keras-keras. Kepalanya selalu sakit. Selamaberhari-hari dia merasakan sakit kepala yang paling dahsyatdan tak tertahankan. Tidurnya gelisah dan nafsu makannyahilang. Makin lama dia makin merasa kematian akan menjadiberkah pada saat ini. Dia lelah terjebak seumur hidup sepertiini, terjebak menjadi Addaio. Kabar tersebut adalah seburuk-buruknya kabar. Bajeraibersaudara telah ketahuan. Seseorang di penjara itu telahmengetahui rencana-rencana mereka dan menahannya.Mungkin keduanya terlalu banyak bicara, atau mungkin adaseseorang yang melindungi Mendib. Bisa-bisa mereka, lagi-lagimereka, atau polisi yang selalu mengendus-endus di mana-mana itu. Kentara sekali, beberapa hari terakhir dia keluarmasuk kantor kepala penjara. Dia merencanakan sesuatu,tetapi apa? Dia mendapat kabar bahwa dia beberapa kalimenemui seorang capo obat bius, seorang lelaki bernamaFrasquello. Ya,ya, dugaannya tepat, tak pelak lagi, pasti siValoni ini telah menyerahkan tanggung jawab melindungiMendib kepada mafioso itu. Dialah satu-satunya petunjuk-

petunjuk yang bisa membawa mereka ke mari, ke Urfa, danmereka harus melindunginya. Itu dia, ya, itu dia. Rasa sakit memakan otaknya. Dia mencari kuncisebentar dan membuka laci, mengeluarkan sebotol pil,menelan dua, dan kemudian duduk dengan mata tertutupmenunggu reaksinya. Dengan sedikit keberuntungan, padasaat para sesepuh nanti datang keadaannya sudah membaik. Guner mengetuk pintu kantor pelan-pelan. Para sesepuhmenunggu Addaio di ruang rapat besar. Ketika tidak adajawaban, Guner masuk dan mendapatkan Addaio dengankepala terkulai di atas meja, matanya tertutup, tak bergerak.Guner mendekat dengan ragu-ragu bercampur takut danmenggoyang-goyang tubuh pimpinannya itu perlahan hinggaterbangun. Si pelayan menghela nafas lega. \"Kau tertidur.\" \"Ya... kepalaku sakit.\" \"Kau harus kembali ke dokter; rasa sakit ini bisamembunuhmu. Kau perlu menjalani pemindaian otak.\" \"Aku baik-baik saja.\" Addaio mencegah pembicaraanlebih jauh. Beberapa saat kemudian dia berjalan ke ruang rapat.Kedelapan anggota dewan tersebut tampak mengesankan,duduk teratur di tepi meja mahoni besar mengenakan rompipendeta warna hitam. Kekhawatiran tampak di wajah mereka saat Addaiomemberitahukan kejadian-kejadian di penjara Turin. \"Mendib akan dibebaskan empat atau lima hari lagi danakan berupaya menghubungi kita,\" lanjut Addaio.\"Kita harusmencegahnya; orang-orang kita tidak boleh gagal lagi. Karenaitulah kau wajib berada di sana, Bakkalbasi, mengoordinasioperasi, terus membuat kontak denganku. Kita sudah diambang bencana.\" \"Aku mendapat kabar tentang Turgut.\"

Semua mata tertuju ke Talat, penghubung utama merekake tukang sapu Katedral Turin. Mata birunya yang tajamtertuju pada Addaio. \"Kita harus mengeluarkan dia dari sana. Makin lama diamakin tidak waras. Dia bersumpah bahwa dirinya sedangdibuntuti, bahwa orang-orang di kantor uskup tidak lagimemercayainya, dan bahwa pegawai kepolisian Roma tetaptinggal di Turin untuk menangkapnya.\" \"Itulah hal terakhir yang bisa kita lakukan di tengahsemua kejadian ini, Talat,\" balas Bakkalbasi. \"Apakah Ismet siap bepergian?\" tanya Addaio. \"Dia akanmempersiapkan diri mengambil kedudukan pamannya dikatedral. Itulah jalur terbaik kita saat ini.\" \"Kedua orangtuanya telah setuju, tetapi pria muda itutampaknya ogah-ogahan. Dia punya pacar di sini,\" jelas Talat. \"Pacar! Dan karena dia punya pacar dia akanmembahayakan seluruh perkumpulan? Panggil mereka. Diaakan pergi hari ini, dengan saudara kita Bakkalbasi. Suruhorang tua Ismet menelpon Turgut dan beritahu dia bahwmereka mengirim anak mereka untuk tinggal dengannyaselama mengadu nasib di Italia. Dan lakukan sekarang juga.\" Nada bicara Addaio yang tidak mau di ganggu gugat itutidak memberi ruang bagi keraguan atau ketidak-setujuan.Sejenak kemudian, kedelapan orang itu meninggalkan rumahbesar tersebut, masing-masing membawa perintah yang harusdikerjakan. http://anesularnaga.blogspot.com

39 Ana Jimenez membunyikan bel pintu sebuah rumahbergaya Victoria di salah satu bilangan paling elegandiLondon. Seorang kepala pelayan tua membuka pintu danmenyambutnya dengan ramah. Bisa saja rumah itu tempattinggal seorang lord. Jika ini memang benteng seorangkesatria Templar masa kini, ini benar-benar jauh berbedadengan benteng abad pertengahan yang pernah merekapertahankan. Ana memperkenalkan dirinya dan meminta bertemudirektur organisasi itu, Anthony McGilles. Tidaklah mudahmembuat janji dengan sarjana terkenal itu, tetapi Ana telahmenelepon teman dari temannya, berbagi koneksi lingkarandiplomatik, dan pertemuan itu pun pada akhirnya telahdiatur. Kepala pelayan memintanya menunggu di sebuahruangan masuk berperabot mewah, yang lantai papankayunya tertutup permadani Persia tebal dan dindingnyadipenuhi gantungan lukisan bertema keagamaan. Seorang lelaki berambut perak segera muncul dari ruangkerja tak jauh dari ruangan itu dan menyambutnya denganramah. McGilles mempersilakan Ana duduk di sofa ruangkerjanya sementara dia duduk di kursi berlengan berlapiskulit. Mereka baru menyamankan posisi duduk mereka ketikakepala pelayan tersebut masuk membawa nampan teh. Selama beberapa saat Ana menjawab pertanyaan-pertanyaan McGilles, dia tertarik dengan pekerjaannyasebagai reporter dan situasi politik di Spanyol. Pada akhirnya,profesor tersebut langsung menanyakan tujuankedatangannya. \"Anda tertarik dengan kesatria Templar?\"

\"Ya. Saya harus bilang bahwa saya terkejut begitu tahubahwa mereka masih ada dan bahkan punya alamat Internet.Itulah yang membuat saya datang kemari.\" \"Ini adalah pusat penelitian dan pembelajaran, Cuma itu.Apa sebenarnya yang ingin Anda ketahui?\" \"Begini, jika kesatria Templar masih ada hingga hari inidan zaman sekarang, maka saya ingin tahu lebih banyaktentang seluk beluk dan lingkup organisasi mereka saat ini,dan apa yang dikerjakannya. Dan saya ingin bertanya kepadaAnda tentang kejadian-kejadian sejarah ketika kesatriaTemplar turut ambil bagian, terlibat dengan sangat menonjol.\" \"Begini, Nona, kesatria Templar yang tampaknya adadalam bayangan Anda, seperti yang ada pada zaman dulu,sudah tidak ada lagi.\" \"Lalu basis data di Internet itu tidak otentik?\" \"Bukan begitu, alamat tersebut otentik. Anda sekarangberbicara dengan saya, bukan? Tetapi jangan biarkanimajinasi Anda berpikir liar membayangkan kesatria-kesatriamemakai baju zirah berkilauan. Sekarang ini abad dua satu.\" \"Begitulah yang saya dengar.\" \"Baiklah kalau begitu, kami ini adalah organisasi yangmencurahkan segala upaya untuk penelitian danpembelajaran. Misi kami bersifat intelektual dan sosial.\" \"Tetapi Anda benar-benar pewaris Biara yangsesungguhnya?\" \"Ketika Paus Clement V menutup ordo tersebut, Templarmenjadi bagian dari ordo lain. Di Aragon, mereka menjadibagian dari Ordo Montesa; di Portugal, Raja Dinismenciptakan ordo baru, Orden do Cristo; di Jerman merekamenjadi bagian Ordo Teutonic. Hanya di Skotlandia saja ordotersebut tidak pernah bubar. Keberadaan Ordo Skotlandiayang tak terputus itulah yang mencerminkan bagaimanasemangat Templar menitis hingga ke zaman sekarang. Padaabad ke-15 para Kesatria Templar Skotlandia menjadi bagiandari Garde Ecossaie Prancis, yang melindungi raja, dan

mereka mendukung Yakobit di Skotlandia. Sejak 1705 ordoitu telah terbuka; pada tahun itu ia menerapkan undang-undang baru, dan Louis Philippe dan Orleans menjadi ImamBesar. Ada kesatria Templar yang turut ambil bagian dalamRevolusi Prancis, di kekaisaran Napoleon, dalam perjuangankemerdekaan Yunani, dan tentu saja mereka menjadi bagiandari perlawanan Prancis pada Perang Dunia II... \" \"Tetapi sekarang? Melalui organisasi apa? Saya belummendapatkan referensi sejarah bahwa ordo ini beroperasisedemikian rupa. Apa nama mereka sekarang?\" \"Nona Jimenez, selama bertahun-tahun kesatria Templarhidup secara sembunyi-sembunyi, mencurahkan tenagamereka untuk merenung dan belajar, turut serta dalamkejadian-kejadian ini secara perseorangan, namun selalumengenali saudara-saudara mereka. Ada berbagai jenisorganisasi, Anda boleh menyebutnya loji, tempat kelompok-kelompok kesatria Templar bertemu. Loji-loji ini resmi; merekatersebar di banyak negara, dan mereka berjalan berdasarkanhukum setiap negara. Anda harus mengubah fokus Andaterhadap Ordo Biara; seperti saya bilang, di abad ke-21 iniAnda tidak akan menemukan organisasi seperti yang ada padaabad ke-12 atau ke-13-yang semacam itu benar-benar tidakada. \"Lembaga kami ini mendedikasikan diri untukmempelajari sejarah Biara dan kejadian-kejadian kolektif atauperseorangan yang terkait dengannya, sejak berdiri hinggamasa kini,\" lanjut profesor tersebut. \"Kami memeriksa arsip-arsip; sebagai sejarawan, kamimemeriksa kejadian-kejadian tertentu yang masih kabur;kami mencari dokumen-dokumen tua... Saya yakin sayamelihat kekecewaan di wajah Anda.\" \"Tidak, hanya saja...\" \"Anda mengharapkan kesatria pejuang? Maaf jika kamimengecewakan Anda. Saya hanya seorang profesor pensiunanCambridge yang, selain menjadi orang beriman, juga

memegang prinsip-prinsip yang sama dengan kesatria-kesatrialain: cinta kebenaran dan keadilan.\" Ana merasakan ada sesuatu yang lebih banyak di balikkata-kata Anthony McGilles, yang membuat segalanyamenjadi sejelas itu, sesederhana itu. \"Profesor, saya menghargai kesediaan Anda menjelaskansemua ini. Saya tahu saya mengambil untung dari kesabaran Anda,tetapi apakah kiranya Anda bisa membantu saya memahamisebuah kejadian yang di dalamnya saya rasa ada keterlibatankesatria Templar?\" \"Tentu, akan saya usahakan. Jika saya tidak tahujawabannya, kita akan ke arsip-arsip elektronik. Kejadian apaitu?\" \"Saya ingin tahu apakah para kesatria Templarmengambil Kafan Suci, yang sekarang ada di Turin itu, danKonstantinopel selama masa pemerintahan Balduino II. Kafantersebut menghilang pada saat itu dan baru sekitar seratustahun kemudian relik tersebut muncul kembali di Prancis.\" Apakah Ana hanya membayangkan sedikit perubahanpada prilaku sopan profesor ini? \"Ah, kafan itu... Terlalu banyak kontroversi! Terlalubanyak legenda! Pendapat saya sebagai seorang sejarawanadalah Biara tidak ada sangkut pautnya denganmenghilangnya relik itu.\" \"Bolehkan saya sedikit menelusuri arsip-arsip Anda?Saya sudah datang sejauh ini... \" \"Saya rasa bisa kami atur. Saya akan meminta ProfesorMcFadden membantu Anda.\" \"Profesor McFadden?\" \"Saya harus menghadiri sebuah rapat, tetapi sayamenitipkan Anda pada orang yang tepat. Profesor McFaddenadalah kepala juru arsip kami, dan dia mau membantu Andamendapatkan segala yang Anda butuhkan.\"

McGilles mengambil sebuah genta perak kecil danmengklonengkannya dengan halus. Kepala pelayan segeramasuk. \"Richard, antarkan Nona Jimenez ini ke perpustakaan.Profesor McFadden akan menemuinya di sana.\" \"Saya hargai bantuan Anda, Profesor.\" \"Saya berharap kami bisa membantu Anda, NonaJimenez. Selamat siang.\" http://anesularnaga.blogspot.com

40 1291 Masehi Guillaume de Beaujeu, Imam Besar Biara, dengan hati-hati memasukkan dokumen ke dalam laci rahasia di mejatulisnya, wajah kurusnya terlihat susah. Pesan dari parabruder di Prancis semakin membuktikan bahwa Biara tidaklagi memiliki banyak Teman di istana Philippe IV sebagaimanamereka miliki pada masa Raja Louis, semoga Tuhanmelindungi dan memuliakannya, karena belum pernah lagiada raja yang lebih sopan dan gagah berani di seluruh duniaKristen. Philippe berutang emas kepada mereka, emas dalamjumlah besar, dan semakin dia berutang, tampaknya semakinbesar pula kebenciannya kepada Biara. Juga di Roma, adaordo-ordo keagamaan lain yang tidak bisa menyembunyikaniri dengki mereka dengan kekuasan Biara. Tetapi pada musim semi tahun 1291 itu, GuillaumedeBeaujeu punya masalah lain yang lebih mendesak daripadaintrik-intrik di dalam istana Prancis dan Roma. Francois deCharney dan Said telah kembali dari penyusupan mereka kekamp Mameluke dengan membawa kabar buruk. Bangsa Mameluke menguasai Mesir dan Syria, danmereka telah merebut Nazaret, kota tempat Tuhan kita Yesustumbuh mulai kanak-kanak hingga dewasa. Sekarang benderamereka sudah berkibar di atas pelabuhan Jaffa, yang jaraknyatak begitu jauh dari benteng Templar Saint-Jean d'Acre.Selama sebulan ini kesatria tersebut dan pengawalnya telahtinggal di antara mereka di perkemahan militer perintismereka, telah mendengar percakapan para prajuritnya danberbagi roti, air, serta memuja Allah yang Maha Pengasihbersama mereka. Mereka menyusupkan diri mereka sebagaisaudagar-saudagar Mesir yang ingin menjual perbekalankepada tentara tersebut. Informasi yang telah mereka

kumpulkan menggiring mereka pada satu kesimpulan yangtak bisa dihindari. Hanya beberapa hari lagi, paling banterlima belas hari, tentara Mameluke akan menyerang Saint Jeand'Acre. Itulah yang dikatakan para prajurit, dan hal itu telahditegaskan oleh para petinggi yang telah menjadi sahabat deCharney. Para komandan Mameluke telah menggembar-gemborkan bahwa mereka akan kaya setelah merebut hartakarun yang disimpan di benteng Acre ,yang mereka pastikanakan jatuh, sebagaimana benteng-benteng lain yang telahjatuh di tangan tentara-tentara mereka. Angin sepoi bulan Maret menandai datangnya panasbukan main pada bulan-bulan selanjutnya di sebuah TanahSuci yang disiram darah umat Kristiani. Dua hari yang lalusekelompok kesatria Templar terpilih mengisi penuh peti-petidengan emas dan harta karun yang disimpan Biara di dalambentengnya. Imam Besar telah memerintahkan agar merekasegera memulai pelayaran, begitu mereka siap, dalamperjalanan ke Cyprus, dan dari sana ke Prancis. Tak seorangbruder pun ingin pergi, dan mereka telah memohon kepadaGuillaume de Beaujeu agar diperbolehkan tinggal danmempertahankan kota. Tetapi Imam Besar tidak akanmengubah pendiriannya: Keselamatan Ordo ada di tanganmereka, karena mereka mendapat tugas menyimpan hartakarun Templar. Kini segalanya sudah siap untukkeberangkatan mereka. Di antara semua kesatria, yang paling kebingunganadalah Francois de Charney. Dia telah menahan tangis pedihketika de Beaujeu menugasinya menjalankan sebuah misijauh dari Acre. Orang Prancis ini mengiba agar wali biaranyamembiarkan dia tinggal dan bertarung demi Salib, tetapi deBeaujeu tidak mau berdebat lebih jauh lagi. Keputusannyasudah bulat. Imam Besar itu menuruni tangga menuju tahanan bawahtanah di benteng tersebut, dan di sana, di sebuah ruang yangdijaga para kesatria, dia memeriksa peti-peti raksasa yangsegera akan diberangkatkan ke Prancis.

\"Kita akan membagi harta karun ini ke tiga bahtera agartidak mempertaruhkan semuanya di atas satu kapal. Masing-masing kalian tahu kapal mana yang akan kalian naiki.Bersiaplah untuk berlayar begitu ada pemberitahuan.\" \"Saya masih belum tahu kapal saya,\" kata de Charney.Tatapan tajam Guilalume de Beaujeu terpaku pada deCharney. Meski usianya enam puluh tahun lebih, tubuhnyamasih kuat, wajahnya rusak karena sengatan matahari, diaadalah salah satu kesatria Templar paling kawakan. Dia telahselamat dari seribu marabahaya, dan sebagai seorang mata-mata tidak ada yang bisa menandinginya selain mendiangtemannya Robert de Saint Remy, yang telah tewas selamapertempuran mempertahankan Tripoli saat panah Sarasenmenancap di jantung-nya. \"Tuan yang baik, kau akan menemaniku ke balaipertemuan Rumah Induk. Kita akan berbicara di sana. Tetapisebelum kau berangkat ke misimu sendiri, aku harusmemintamu kembali ke perkemahan Mameluke. Kita harustahu apakah mereka juga bisa mencegah kapal-kapal kitasampai ke tempat tujuannya, apakah ada penyerangan yangmenunggu kita di laut.\" Sang Imam Besar bisa membaca adanya kesedihan dimata de Charney karena kesatria tua itu harus meninggalkannegeri yang kini dia sebut negerinya sendiri, kehidupantempat dia lebih sering tidur malam beralaska tanah di bawahbintang-bintang, pada siang hari dia lebih sering mengendaraikaravan untuk mencari informasi, dan adakalanya selamaberminggu-minggu dia melebur ke dalam perkemahanSarasen, dan dia selalu berhasil kembali dari sana. Bagi Francois de Charney, kembali ke Prancis adalahtragedi. Sang pimpinan meremas pundak de Charney ketikamereka hanya berdua saja di balai pertemuan itu. \"Ketahuilah, de Charney, kaulah satu-satunya orang yangbisa kuberi kepercayaan menjalankan misi ini. Bertahun-tahun yang lalu, ketika kau masih belia dan baru masukOrdo, kau dan Saint-Remy membawa pulang dan

Konstantinopel satu-satunya relik asli Tuhan kita, kainpenguburannya, yang di situ tercetak wajah dan sosoktubuhnya. Berkat Kafan Suci itu kita tahu wajah Yesus,dandengannya pula kita berdoa kepada Tuhan sendiri. Reliktersebut telah menjadi anugerah istimewa sekaliguskepercayaan suci bagi kita. Dengan adanya perubahan waktudan politik, bangsa dan hierarki keagamaan serta lemahnyahati manusia, kita telah bersumpah sebagai saudara untuktetap menjaga kerahasiaan dan keamanan kain berharga inisehingga ia bisa bertahan melewati segala zaman manusia. \"Kau sekarang sudah tua tetapi kesetiaanmu tetapterjaga, dan kekuatan serta keberanianmu menjadi teladanbagi kami semua. Karena alasan itulah aku memercayakankepadamu keselamatan kafan Kristus Tuhan kita. Dariseluruh harta karun yang kita miliki, inilah yang palingberharga, karena tidak hanya gambar Yesus tapi darah sertaintisarinya juga meresap di dalam benangnya. Kau harusmenyelamatkannya, de Charney! Begitu kau kembali dariperkemahan Mameluke, kau harus berangkat ke Cyprusdengan siapa pun yang kaupihh untuk berangkat bersamamu.Kau boleh memilih jalurnya, naik kapal atau menunggangkuda. Aku percaya dengan penilaianmu yang bijak,kesetiaanmu, kekuatan tanganmu dalam mengemban misimembawa Kafan Suci ini ke Prancis. Tidak adayang bolehtahu apa yang kau bawa; kau sendiri harus merencanakankeseluruhan perjalanan itu. Dan sekarang,bersiap-siaplahuntuk misimu.\" De Charney, dengan ditemani pengawal setianya, Saidtua, sekali lagi menerobos ke perkemahan Mameluke. Diantara para prajurit tersebut, dia bisa mencium meningkatnyaketegangan yang mendahului terjadinya peperangan, saat disekeliling api unggun mereka mengingat-ingat keluargamereka dan memimpikan bayangan samar-samar anakmereka, yang sekarang pasti sudah tumbuh dewasa. Sebentarkemudian kesatria tersebut merasa yakin bahwa mereka tidak

merencanakan penyerangan kapal-kapal Templar, dan diamenyuruh Said kembali ke benteng dengan membawa pesanbahwa mereka boleh berlayar. Selama tiga hari selanjutnya kesatria Templar itumendengar penggalan-penggalan perbincangan antara paraprajurit dan di antara para petinggi dan juga diantara banyakpelayan para pimpinan Sarasen, berharap mendapatkaninformasi yang bisa membantu saudara-saudaranyamempertahankan kubu mereka. Ketika dia menguping salahseorang komandan memberitahukan kepada asistennyabahwa penyerangan tersebut akan digelar dua hari lagi, diaburu-buru kembali ke benteng. Dia memasuki Saint-Jean d'Acre saat cahaya pagipertama mengubah dinding batu benteng Templar yang gagahitu menjadi emas berkilauan. Guillaume de Beaujeu memerintah para kesatria Templarmelakukan persiapan terakhir untuk menahan serangan.Orang-orang kristen berlarian di jalanan dengan gusar,banyak yang dikuasai ketakutan ketika mereka tidakmenemukan cara untuk pergi dari benteng yang nasibnyatidak bisa dipastikan itu. Kapal terakhir telah berlayar, dankeputus asaan menyebar di antara penduduk. De Charney membantu saudara-saudaranyamerampungkan persiapan membuat pertahanan, mencobanyaribuan kali, dan menenangkan keributan di kalanganpenduduk, ada orang yang sampai tega membunuhtetangganya agar bisa melarikan diri. Malam telah tiba sekali lagi ketika Imam Besarmemanggilnya. \"Saudaraku yang baik, kau harus berangkat. Aku keliruketika mengirimmu ke perkemahan Mameluke, sekarang tidakada kapal yang akan membawamu. Francois de Charney berjuang untuk mengendalikanemosinya. \"Tuan, aku tahu. Aku harus memohon bantuan. Akuingin pergi sendiri, hanya ditemani Said.\"

\"Tetapi itu lebih berbahaya.\" \"Tetapi tidak seorang pun akan mencurigai kami, duaorang Mameluke.\" \"Lakukan apa yang kau anggap paling baik, Saudaraku.\" Kedua orang itu berpelukan. Itulah terakhir kalinyamereka bertemu di bumi ini; takdir mereka sudah ditentukan.Keduanya tahu bahwa Imam Besar akan mati disana,mempertahankan benteng Saint-Jean d'Acre. De Charney mencari sepotong kain linen yang ukurannyasama dengan Kafan Suci. Dia tidak mau kain yang berhargaitu rusak karena beratnya medan perjalanan, tetapi kali inidia merasa lebih baik tidak membawanya di dalam peti.Mereka akan kesulitan mencapai Konstantinopel, tempat diabertolak berlayar ke Prancis, dan semakin ringan barangbawaannya, semakin baik jadinya. Seperti Said, dia terbiasa tidur beralaskan tanah, makanapa yang bisa mereka buru di jalan, apakah itu didalambenteng atau di gurun. Mereka hanya membutuhkan dua kuda yang bagus. Hatinya dikuasai penyesalan yang mendalam karenapergi, karena dia tahu bahwa saudara-saudara sesamaanggota ordo pasti akan gugur. Dia tahu bahwa dia meninggalkan negeri ini untukselamanya, bahwa dia tidak akan kembali, dan bahwa diPrancis yang indah dia akan mengingat keringnya udaragurun, kebahagiaan perkemahan Sarasen tempat dia menjalinbanyak persahabatan, karena apa pun yang terjadi, yangnamanya lelaki tetap lelaki, tak peduli Tuhan mana yang diasembah. Dan dia telah melihat kehormatan, keadilan,dukacita, kebahagiaan, kebijaksanaan, dan kesengsaraan dijajaran musuh-musuhnya, sebagaimana juga di kelompoknyasendiri. Mereka tidaklah berbeda, mereka hanya bertarungdibawah panji yang berbeda. Dia akan meminta Said menemaninya sebentar, tetapikemudian dia akan meneruskan perjalanan sendirian. Diatidak bisa meminta kawannya itu meninggalkan negeri

asalnya, Said tidak akan terbiasa hidup di Prancis, sebanyakapa pun de Charney telah bercerita kepadany atentangkeajaiban Lirey, dekat Troyes, kota kelahiran serta masakanak-kanaknya. Di sana, de Charney belajar menunggangkuda di padang rumput menghijau dekat rumahnya, belajarmemegang pedang kecil yang dibuatkan ayahnya sang pandaibesi untuk dia dan saudaranya agar anak-anaknya tumbuhmenjadi kesatria. Tidak, Said sudah tua, seperti halnyadirinya, sudah terlambat jika dia harus belajar menjalanihidup yang berbeda. Dengan hati-hati dia melipat kafan tersebut di dalam kainlinen yang baru itu dan kemudian dia menyelipkannya ke taspunggung dari kulit yang selalu dia bawa itu. Lalu diamenemui Said dan memberitahunya tentang perintah ImamBesar. Said hanya mengangguk ketika de Charney bertanyakepadanya maukah dia berkuda dengannya sebentar sebelumakhirnya berpisah jalan. Pengawal tersebut tahu bahwa saatdia kembali, tidak akan ada lagi orang Kristen di Acre. Diaakan kembali ke kaumnya, dan menjalani sisa hidupnya. Terjadilah hujan api. Rombongan anak panah menyalamelesat di atas dinding, membakar apa saja yang merekakenai. Penyerbuan Saint-Jean d'Acre oleh Mameluke dimulaipada tanggal 6 April tahun Tuhan kita 1291. Sudah beberapahari, setelah penyerangan berminggu-minggu, tentara musuhmenghajar benteng berulang kali, meski para kesatria Templarmempertahankannya mati-matian. Berapa banyak yangbertahan? Kurang dari lima puluh kesatria mempertahankandinding kota, mereka tidak mau menyerahkannya. Pada hari dimulainya serangan, Guillaume de Beaujeutelah memerintahkan para kesatrianya agar melakukanpengakuan dosa dan melakukan komuni. Dia tahu bahwahanya sedikit, kalaupun ada, di antara mereka yang akanselamat, sehingga dia pun meminta mereka mendamaikanjiwa mereka dengan Tuhan. Kini, di dalam dinding kota Acre, di benteng Templar yangagung, terjadi pertarungan langsung ketika dinding kota pada

akhirnya berhasil diterobos. Para kesatria Templar ngotottidak mau menyerahkan sejengkal tanahpun; merekamempertahankan setiap jengkal tanah dengan taruhan nyawamereka, dan hanya ketika nyawa tersebut terrenggut musuhmereka bisa maju. Guillaume de Beaujeu telah memainkan pedangnyaselama berjam-jam; dia tidak tahu berapa banyak orang yangtelah dia bunuh atau berapa banyak yang telah mati disekelilingnya. Dia telah meminta para kesatrianya untukmencoba kabur sebelum Acre jatuh ke tangan lawan, tetapipermohonannya itu hanya masuk telinga kanan dan keluarlewat telinga kiri, karena mereka semua bertarung dengankesadaran bahwa tidak lama lagi mereka akan bersamaTuhan. Bahkan sambil terus bertarung pun, dia dengansantainya membayangkan bermil-mil jarak yang terbentangdihadapan Francois de Charney saat dia berkuda lebih jauhlagi, mengucap selamat tinggal pada tempat-tempat yang diasebut rumah. Dia percaya bahwa kesatria itu akanmenyelamatkan kafan Yesus dan membawanya ke Prancisdengan selamat. Hatinya memerintahkan agar memberikankain tersebut kepada de Charney, dan dia tahu bahwa diatelah membuat keputusan yang tepat. Lelaki yang empatpuluh tahun sebelumnya pernah membawa kafan tersebutdari Konstantinopel kini memegang relik itu sekali lagi, dalamperjalanan ke Barat. Dua orang Sarasen yang bengis menubruk Imam Besar,dan dia tiba-tiba merasakan tambahan kekuatan, danmenahan golok besar mereka dengan pedang dan tamengnya.Tetapi, oh! Apa yang telah dia perbuat? Tiba-tiba diamerasakan sakit bukan alang kepalang didadanya. Dia tidak bisa melihat apa-apa, malam telah datang.Insya Allah! Jean de Pengord menarik tubuh Guillaume de Beaujeu kedinding.

Kabar pun cepat menyebar: Imam Besar telah gugur. Acresudah di ambang kehancuran, tetapi Tuhan berkehendakbahwa terjadinya bukan pada malam itu. Mameluke kembali ke perkemahan mereka dari manatercium aroma domba berbumbu dan suara nyanyiankemenangan. Para kesatria berkumpul bersama-sama,kelelahan, di balai pertemuan Rumah Induk. Mereka harus memilih Imam Besar yang baru, di situ,saat itu juga, mereka tidak bisa menunggu. Mereka letihlunglai, dan mereka tidak peduli siapa yang menjadi pimpinanmereka, karena besok, atau paling banter besoknya lagi,mereka semua pasti mati, apa bedanya? Tetapi mereka berdoadan bermeditasi, dan mereka meminta Tuhan memberipencerahan. Thibaut Gaudin terpilih menjadi penerusGuillaume de Beaujeu yang gagah berani. Pada tanggal 25 Mei 1291, cuaca di Acre terasa panas,dan ada aroma kematian. Sebelum matahari terbit, Thibaut Gaudin memerintahkansisa-sisa prajuritnya ke Misa. Kemudian mereka mengambilposisi dan sekali lagi mereka menghadapi musuh. Pedang-pedang berdencingan tiada henti, dan anak panah berlesatantak tentu arah mencari sasaran. Benteng itu menyerupaikuburan. Hanya segelintir kesatria yang bertahan hidup. Sebelum matahari terbenam, bendera musuh berkibar dilangit Acre. Insya Allah!

41 Ana terbangun sambil menjerit, jantungnya berdegubkencang di dada seolah dia di tengah-tengah pertempuran.Tetapi dia berada di jantung kota London, disebuah kamarHotel Dorchester. Pelipisnya berdenyut-denyut, dan diamerasa keringat berleleran di punggungnya. Dengan hati dikuasai dukacita dan gelisah, dia bangkitdari ranjangnya dan berjalan gontai ke kamar mandi.Rambutnya menempel di wajah dan baju tidurnyabasahkuyup. Dia lepaskan bajunya dan memasuki shower.Sudah dua kali ini dia mendapat mimpi buruk tentangpeperangan. Jika dia memercayai transmigrasi jiwa, dia akanbersumpah dia pernah mengalaminya, di benteng Saint-Jeand'Acre, menyaksikan para kesatria Templar gugur sebagaipahlawan. Dia bisa menggambarkan wajah dan tingkah lakuGuillaume de Beaujeu dan warna mata Thibaut Gauidin. Diaada di sana; dia bisa merasakannya. Dia kenal orang-orangitu. Dia keluar dari shower dengan perasaan lebih baik, dankemudian mengenakan T-shirt. Dia tidak punya baju tidurlain. Kasurnya basah oleh keringat, sehingga dia memutuskanmenyalakan laptopnya dan berselancar di Internet sebentar. Penjelasan-penjelasan profesor McFadden yangmendalam, ditambah dokumentasi yang dia sediakan tentangsejarah kesatria Templar, memberi dampak serius terhadapdirinya. Dan dia juga memberi Ana banyak detail informasimengenai tumbangnya Saint-Jean d'Acre, menurut profesorMcFadden, salah satu masa paling pahit dalam sejarah OrdoBiara. Pastilah itu yang menyebabkan dia mendapat mimpi yangsedemikian jelasnya tentang pertahanan benteng Saint-Jeand'Acre yang diporak-porandakan, sebagaimana dialaminya

ketika Sofia Galloni menceritakan tentang gempuran yangdilancarkan pasukan Bizantium ke Edessa. Besok dia berencana menemui profesor itu lagi. Kali ini iaakan mencoba menggali sesuatu yang kongkret dari orang itusesuatu yang bukan sekadar kisah berbunga-bunga tentangjatuhnya Templar secara perlahan serta kematian mengerikanpara kesatria Templar. http://anesularnaga.blogspot.com

42 Aroma laut membangkitkan semangatnya. Dia tidak inginmenoleh ke belakang. Tahun-tahun yang dia jalani kinimendatangkan keharuan, hingga dia menangis tanpa maluketika memulai pelayaran dari Cyprus, pelabuhan terakhirnegeri Timur, sebagaimana halnya ketika dirinya dan Saidberpisah dengan satu sama lain untuk terakhir kalinya.Perpisahan mereka serupa dengan seorang manusia yangdibelah jadi dua. Setelah bertahun-tahun, inilah pertamakalinya mereka berpelukan. Bagi Said, tibalah saatnya untuk kembali ke kaumnya,sementara dia, Francois de Charney, kembali ke negeriasalnya, sebuah negeri yang hampir tidak dia kenal dan tidakpula dia rasa sebagai negerinya. Kampung halamannya adalah Biara, dan rumahnyaadalah negeri Timur. Orang yang kini menempuh perjalanan ke Prancis ituhanyalah cangkang saja. Dia telah meninggalkan jiwanya dibawah dinding kota Saint-Jean d'Acre. Kendati terasa beban berat di hatinya, keberadaanbeberapa kesatria Templar yang kembali ke Prancis, sepertijuga dia, membuat perjalanannya lebih enteng, namun merekaberhati-hati untuk tidak mengusiknya. Pelayaranpenyeberangan itu terasa tenang, meski Mediterania adalahlaut yang berbahaya, seperti diketahui Ulysses sendiri. Tetapi kapalnya membelah ombak tanpa masalah.Perintah Guillaume de Beaujeu sudah jelas: DeCharney harusmengirimkan Kafan Suci ke benteng Biaradi Marseilles danmenunggu perintah baru di sana. Tuannya telah menyuruhdia bersumpah untuk tidak melepaskan relik tersebut kepadapihak-pihak selain Ordo Biara dan dia akanmempertahankannya dengan taruhan nyawa.

Pelabuhan Marseilles sangat mengesankan. Puluhankapal dan orang-orang yang tak terhitung jumlahnyaberseliweran, berteriak dan berbicara tiada henti. Ketikamereka turun dan kapal, telah menunggu sekawanankesatria, yang mengantarkan mereka ke Rumah Induk Biaradi kota itu. Tak seorang pun tahu tentang relik yang dibawade Charney. De Beaujeu telah memberinya sepucuk surat untukpreseptor Rumah Induk Biara di Marseilles dan untuk walibiara. \"Mereka,\" katanya waktu itu, \"akan menentukan yangterbaik.\" Jacques Vazelay, sang wali biara, adalah seorangbangsawan yang tidak terlalu hangat dan tidak banyakberkata-kata. Tetapi matanya tampak ramah ketika diamenyimak kisah de Charney. Lalu dia meminta kesatria tuaitu untuk menunjukkan Kafan Suci. Selama bertahun-tahun kesatria Templar sudahmengetahui wajah asli Kristus, karena Renaud de Vichiers,imam pertama yang memegang kafan tersebut, telahmengupayakan dibuatnya salinan gambar yangmencengangkan itu dan mengirimnya ke setiap padepokandan Rumah Induk Templar. Namun, Vichiers tetapmenyarankan agar benar-benar bersikap bijak. Setiap RumahInduk memiliki salinan gambar ini di sebuah kapel rahasiadimana hanya para kesatria yang boleh beribadah. Tidak adaorang lain yang boleh melihatnya atau bahkan mengetahuikeberadaannya. Dengan begitu, rahasia kepemilikan satu-satunya relikYesus Kristus yang asli oleh Biara tetap terjaga selamabertahun-tahun. De Charney membuka tasnya dan mengeluarkanbundelan terbungkus linen yang telah dia bawa dengan amathati-hati. Dia membuka gulungannya, dan... kedua orang itupun jatuh berlutut saking takjubnya, begitulah terjadinyakeajaiban itu.

Sambil tetap berlutut, Jacques Vazelay, wali biara RumahInduk tersebut, dan Francois de Charney bersyukur kepadaTuhan atas segala ciptaan-Nya. http://anesularnaga.blogspot.com

43 Penjaga memasuki sel dan mulai menggeledah lokerMendib, mengumpulkan sejumlah pakaian yang bisa diatemukan. Si Bisu memerhatikan, tak bergerak sedikit pun. \"Waktunya tampil keren untuk menyambut dunia luar,Kawan. Sepertinya mereka akan membebaskanmu, dan kamitidak boleh membiarkan para napi keluar dengan mengenakanpakaian kotor. Aku tidak tahu kamu mengerti aku atau tidak,namun mengerti ataupun tidak, aku tetap akan membawabarang-barang ini dan mencucinya lalu aku akanmengembalikannya dalam keadaan bersih. Oh! Dan sepatuolahragamu yang bau itu, busuk sekali baunya!\" Dia menghampiri ranjang, membungkuk, dan mengambilsepatunya. Mendib mulai berdiri, siaga, tetapi penjaga itumenyentuhkan jarinya ke dada Mendib. \"Hei, santai saja. Aku hanya menjalankan perintah.Besok akan kami kembalikan semuanya.\" Ketika Mendib sendiri lagi, dia menutup matanya. Diatidak ingin kamera pengamanan melihat kekalutan yang diarasakan. Dia tidak bisa menahan kegirangan hatinya karenakemungkinan akan bebas itu. Tetap ada yang tidak beres. Diayakin itu. Marco telah berada di penjara itu selama berjam-jam. Diatelah menginterogasi Bajerai bersaudara, kendati doktermemprotesnya, tetapi tidak mendapatkan apa-apa. Dia mulaidengan pertanyaan rutin, pertanyaan-pertanyaan yang sudahmereka tunggu-tunggu. Kedua kakak-beradik itu menolakmengatakan mereka akan ke mana ketika diserang, atausiapa, jika memang ada, yang mereka curigai menghajarmereka. Yang paling bisa diketahui Marco, mereka tidakmenyadari keterlibatan Frasquello.

Lalu dia melanjutkan memeriksa koneksi mereka diluarpenjara, ada kasak-kusuk terdengar di penjara bahwa merekaberkoar-koar memiliki banyak uang. Dia mencobamenyerempet bahaya antara memaksa mereka membeberkandetail rencana pembunuhan mereka dan membangkitkankekhawatiran mereka, dan siapa pun dibelakang mereka,bahwa dia sudah tahu sasaran mereka. Tetapi Bajerai bersaudara itu tidak mengatakan apa-apa.Yang dia lakukan cuma merintih-rintih tentang sakit kepalayang berdenyut-denyut dan bahwasanya polisi ini sedangmenyiksa mereka dengan pertanyaan-pertanyaannya. Merekatidak pergi kemana-mana, mereka hanya memerhatikan pintusel terbuka, mereka melongok, dan seseorang menghajarmereka. Tidak lebih dan itu. Itulah cerita mereka dan tidakakan ada yang bisa mengubahnya. Kembali ke kantor kepala penjara, Marco mengambilsepatu si Bisu yang baru saja dicuci, sehingga chip pelacakbisa dipasang. Kepala penjara meminta Marco secara blak-blakan mendesak Bajerai bersaudara memberitahukanmengapa mereka ingin membunuh si Bisu dan siapa yangmembayar mereka, tetapi Marco terus menolak mengambillangkah itu. Di penjara manapun, ratusan mata mengawasi.Siapa yang tahu mata rantai ke luar penjara? Saat Marcomengumpulkan kertas-kertasnya untuk kembali ke hotel,keduanya setuju untuk bertanya kembali beberapa hari lagi. Tak seorang pun di antara mereka memerhatikanperempuan tukang bersih-bersih yang meninggalkan kantor.Dia baru datang dari kamar kecil pribadi di kantor kepalapenjara untuk mengganti handuk, pekerjaan yang tidakberbahaya di penjara. Marco mengantarkan sepatu itu ke markasbesar carabinieri. Ketika sampai di hotelnya, Antonino, Pietro,dan Giuseppe sudah menunggunya di bar. Sofia sudah tidur,dan Minerva telah berjanji akan datang setelah dia menelponrumah.

\"Jadi, tinggal lima hari lagi, dan si Bisu akan turun kejalan. Ada perkembangan baru?\" tanya Marco. \"Tidak ada yang pasti,\" jawab Antonino, \"tetapi sepertinyakota Turin yang cantik ini memiliki daya tarik khusus bagiimigran dari Urfa.\" Macro mengernyitkan dahi. \"Apa artinya?\" \"Aku dan Minerva telah bekerja sangat keras menanganihal ini. Kami masukkan keluarga Bajerai dan apa saja yangmuncul di otak kami ke dalam komputer dan melakukan caralama, dan muncullah hal-hal menarik dari situ. Kamu tahuPak Tua di katedral tempo hari, si tukang sapu? Orang yangnamanya Turgut? Asalnya dari Urfa, maksudku, bukan dia,tapi ayahnya. Kisahnya lumayan persis dengan kisah Bajeraibersaudara. Ayahnya datang ke Turin untuk mencaripekerjaan, mendapat pekerjaan di Fiat, menikahi seorangperempuan Italia, dan Turgut lahir di sini. Namun, selainkemiripan latar belakang itu, tidak terlihat ada hubungan diantara kedua keluarga itu. Tetapi kamu ingat Tariq?\" \"Tariq?\" tanya Marco. \"Salah seorang tukang listrik yang bekerja di katedralsaat terjadi kebakaran,\" Giuseppe mengingatkannya. \"Asalnya juga dan Urfa.\" Minerva memasuki bar. Dia lelah, dan memang terlihatlelah. Marco merasakan getaran rasa bersalah; dia telahmemberinya dan Antonino setumpuk pekerjaan selamabeberapa hari terakhir, tetapi diukur dari segi apa punperempuan itu memang ahli komputer terbaik yang dia miliki,dan keterampilan analitis serta pendataan Antonino sungguhdahsyat. Marco menaruh kepercayaan kepada mereka untukmelakukan pekerjaan terbaik yang mungkin dilakukan. \"Baiklah, Marco!\" seru Minerva saat dia duduk. \"Kautidak boleh mengatakan kita tidak mendapat gaji.\" \"Begitulah yang telah kudengar,\" jawabnya. \"Koneksi Urfaini benar-benar layak dikejar. Apa lagi yang telahkautemukan?\"

\"Bahwa mereka bukan Muslim yang taat, mungkinmereka sama sekali bukan Muslim. Mereka semua menghadiriMisa,\" kata Minerva. \"Jangan lupa, Turki adalah negara sekuler berkatAtaturk. Bahwa orang-orang ini bukan Muslim yang taat, itutidak jadi soal. Bahwa mereka menghadiri Misa dan benar-benar terlihat seperti orang Kristen yang saleh, itulah yangmenarik,\" tegas Antonino. \"Apa ada banyak orang Kristen di Urfa?\" tanya Marco. \"Hanya minoritas kecil,\" jawab Minerva. Antonino terhenyak. \"Tetapi di masa silam, Urfa adalahsebuah kota Kristen, sebenarnya namanya Edessa. Dan kaupasti ingat bahwa Bizantium menyerang Edessa pada 944untuk merebut Kafan Suci, yang ada di tangan masyarakatKristen minoritas di sana, meskipun pada saat itu kotatersebut dikuasai kaum Muslim.\" \"Panggil Sofia,\" kata Marco. \"Kenapa?\" tanya Pietro. \"Karena kita akan brainstorming. Kita mendapatpetunjuk. Belum lama ini Sofia bilang kepadaku bahwamungkin kunci semua ini adalah masa lalu. Ana Jimenezj ugapunya pikiran yang sama.\" Pietro memukul bar. \"Demi Tuhan, Marco, jangan jadigila di sini.\" \"Apa yang benar-benar membuatmu mengira aku jadigila?\" \"Aku sudah melihat gejalanya. Para perempuan inisemakin gila saja dengan urusan sialan ini. Sudahlah. Berapabanyak kota yang berdiri di atas kota-kota kuno? Di Italia sinisemua batu punya kisahnya sendiri-sendiri, dan kita tidakmenelusuri sejarah setiap kali terjadi pembunuhan ataukebakaran. Aku tahu kasus ini istimewa untukmu, Marco,tapi maaf, kurasa kau sudah kelewat batas, membawa kamisemua kemari, menghabiskan banyak waktu, padahal kitapunya banyak pekerjaan di Roma. Banyak sekali orang sini

berlatar belakang Turki yang bisa dilacak ke kota bernamaUrfa, memangnya kenapa? Berapa banyak orang Italia darisebuah kota pindah ke Frankfurt selama masa-masa sulituntuk bekerjadi pabrik-pabrik yang ada di sana? Aku raguapakah setiap kali seorang Italia melakukan tindak kejahatandi Jerman polisi Jerman mulai menggali informasi tentangkehidupan Juhus Caesar dan legiunnya. Maksudku adalah, kita tidak boleh terbawa karenakebetulan-kebetulan yang acak ini. Banyak sekali urusanesoterik terkait yang ada seputar kafan itu, kita perluberpegang teguh pada tata tertib kerja polisi yang benar dantidak asal kejar, dengan seorang sejarawan sialan berlagakjadi polisi.\" Minerva dan Antonino mulai menyemprotkan jawaban-jawaban bercampur kemarahan. Marco mengangkattangannya untuk mencegah perdebatan lebih lanjut. Diamenimbang kata-katanya dengan hati-hati. Menghentikan ucapan-ucapan yang menyerang Sofia itu,karena dialah sasaran kata-kata mereka, tak diragukan lagi,kata-kata Pietro memang ada benarnya, banyak benarnya,sampai-sampai Marco sendiri menyadari mungkin kata-katanya itu benar. Tetapi Kepala Divisi Kejahatan Seni ituorang yang sudah berpengalaman; dia telah menghabiskanhidupnya mengendus-endus jejak samar-samar, dannalurinya mengatakan bahwa dia harus meneruskan kasusini, betapapun kasus ini tampak \"esoterik\". \"Baiklah, Pietro. Kau sudah mengatakan yang harus kaukatakan. Dan kau mungkin benar. Tetapi karena tidak ada ruginyamencoba, kita akan menelusuri segala kemungkinan. Minerva,tolong panggil Sofia. Kuharap dia masih terjaga. Apa lagi yang kita ketahuitentang Urfa?\" Antonino memberinya sebuah berkas lengkap mengenaiUrfa, atau Edessa. Dia sudah mengira pimpinannya itu akanmeminta file tersebut.

\"Pietro, aku ingin kau dan Giuseppe berbicara dengantukang sapu ini besok. Beritahu dia bahwa penyidikan belumditutup dan kau ingin berbicara dengannya, siapa tahu adadetail kejadian yang sudah bisa dia ingat sejak terakhir kalianberbicara.\" Marco menatap tajam pada polisi yang masihmarah itu. \"Dia akan gugup. Dia benar-benar menangis ketika kamipertama kali menanyainya waktu itu,\" Giuseppe mengatakanapa yang diingatnya. \"Benar. Dia ini mata rantai yang lemah. Itu bagus. Kitajuga akan meminta surat perintah untuk menyadap teleponorang-orang baik dari Urfa ini yang punya keterkaitan denganBajerai bersaudara. Hanya itu satu-satunya surat perintahyang bisa kita dapatkan. Dan ayo kita mulai cari gereja-gerejayang bisa ditemukan di Urfa sendiri.\" Minerva kembali dengan Sofia. Kedua perempuan itu membelalakkan mata pada Pietrodan duduk. Ketika bar tutup pada pukul tiga, Marco dantimnya masih berbicara. Sofia merunut sejarah kafan tersebutsecara panjang lebar, sambil sesekali berhenti pada sejumlahtitik potong yang menarik minat mereka. Dia, Antonino, danMinerva setuju bahwa mereka harus melacak jalurnya keUrfa, dan Giuseppe bersikukuh dengan sikap skeptisnya.Sementara Pietro sendiri terang-terangan mengatakan bahwamereka hanya buang-buang waktu. Tetapi dengan cara apa pun mereka memahaminya,mereka semua bisa tidur malam itu dengan membawakeyakinan bahwa mereka sudah dekat dengan yang merekacari-cari. Lelaki tua itu mengerdip-ngerdipkan matanya agar benar-benar terbangun. Telepon berdering, membangunkannya daritidur yang lelap; baru dua jam sebelumnya dia tertidur.Suasana hati si duke sedang bukan main senangnya danbelum memperbolehkan mereka pulang hingga lewat tengahmalam. Makan malam itu sangat lezat dan perbincangannya

menyenangkan, cocok untuk para lelaki seusia dan setingkatmereka saat tidak ada perempuan disekeliling mereka. Dia bangun dan, seraya mengenakan sepotong jubahkasmir lembut, pergi ke ruang kerja. Dia kunci pintu danduduk di balik meja, tempat dia menekan sebuah tomboltersembunyi, mengaktifkan pengacak. Informasi yang dia terima membuatnya terusik: DivisiKejahatan Seni semakin dekat dengan perkumpulan, semakindekat ke Addaio. Addaio telah gagal dengan rencananya menyingkirkanMendib, yang sebentar lagi akan bebas untuk menggiringValoni langsung ke pastor itu dan rahasia-rahasianya, danterlalu banyak rahasia mereka sendiri. Tetapi bukan itu saja. Kini tim Valoni telahmembebaskan imajinasi mereka, dan Dr. Galloni menyusunsebuah hipotesis yang sangat dekat dengan kebenaran, meskidia sendiri masih belum bisa mencurigainya. Sedangkan si reporter asal Spanyol punya pembawaansuka berspekulasi dan imajinasinya menyerupai seorangnovelis, yang dalam kasus ini merupakan senjata yangberbahaya. Berbahaya bagi mereka. Matahari sudah muncul pada saat dia meninggalkanruang kerjanya. Dia kembali ke kamar dan mulai bersiap-siappergi menghadiri rapat di Paris yang para pesertanya barusaja dia hubungi. Ini akan menjadi hari yang panjang. Semuaorang akan datang, namun dia mengkhawatirkan kepergianmereka semua yang begitu tiba-tiba. Hal itu bisa menarikperhatian.

44 1314 Masehi Senja cepat berubah menjadi malam saat Jacques deMolay, Imam Besar Ordo Kesatria Templar, dengan diterangililin, duduk dan membaca laporan yang dikirim dari Vienneoleh Pierre Berard yang memberitahukan kepadanya tentangdetail-detail pertemuan dewan. Mata de Molay memerah, wajah agungnya kusut disertaikerut-merut dan bayang-bayang kelelahan. Malam-malampanjang tanpa tidur telah meninggalkan bekasnya. Ini adalahmasa-masa yang berat bagi Biara. Di depan Villeneuve du Temple, kawasan kota Templarberbenteng kuat, berdiri istana kerajaan yang megah, tempatRaja Philippe IV dari Prancis mempersiapkan usaha akbarnyamenggulingkan Ordo. Harta kekayaan Kerajaansudah menipis,dan Philippe le Beau punya utang yang amat besar padaBiara, amat sangat besar hingga orang-orang mengatakan diaharus menjalani sepuluh kali kehidupan untuk bisamelunasinya. Tetapi Philippe tidak berniat membayar utang-utangnya.Sebenarnya, dia memiliki rencana yang agak berbeda: Diaingin mewarisi aset Ordo, meskipun ituartinya dia harusberbagi harta kekayaan dengan Gereja. Dia telah mendekatiOrdo Hospitaller untuk meminta bantuan, denganmenjanjikan tanah serta vila jika mereka bersedia mendukungrencana kotornya melawan kesatria Templar. Dan di sekelilingPaus Clement terdapat pendeta-pendeta berpengaruh yangdibayar Philippe untuk berkomplot melawan Biara. Karena telah membeli kesaksian palsu Esquieu deFloryan, tanpa bisa ditawar-tawar lagi Philippe semakinmempererat tambang yang mencekik leher kesatria Templar,dan kian hari kian dekat pula saatnya dia mampusmelakukan penggulingan kehormatan.

Secara sembunyi-sembunyi, Raja iri kepada JacquesdeMolay atas keberanian serta integritasnya, karena memilikisemua syarat kebangsawanan dan kebajikan yang tidak diapunyai. Terlihat jelas kerisauannya saat berada di dekat siImam Besar, dan dia tidak tahan berdiri di depan bening matakesatria Templar yang tak pernah gentar itu. Dia tidak akanberhenti hingga bisa melihatnya terbakar di kayusula. Sebelumnya pada malam itu juga, seperti pada banyakmalam lainnya, Jacques de Molay pergi ke kapel untukmendoakan para kesatria yang telah menjadi korbanperaturan Raja. Kian hari kian banyak di antara mereka yangtewas karena diadukan sebagai pelaku bidah oleh penguasaserta Gereja mereka. Dia juga berdoa agar dibebaskan darikelaliman Raja Philippe. Sudah lama, sejak Clement menunjuk Philippe sebagaipenjaga aset-aset kesatria Templar, di Poitiers, dia telahmengekang ordo tersebut. Kini Imam Besar sedang tegangmenunggu keputusan Dewan Wina. Philippe telah pergisendiri untuk mendesakkan tekanan kepada Clement danpengadilan gereja. Dia tidak puas mengelola harta kekayaanyang bukan miliknya; dia menginginkan harta tersebut untukdirinya sendiri, dan Dewan Wina menjadi kendaraan yangsempurna untuk menyarangkan pukulan mematikan kepadaBiara. Ketika dia telah selesai membaca laporan itu, Jacques deMolay mengucek-ucek matanya dan kemudian mengambilselembar perkamen. Hampir selama satu jam itu penanya menari-nari di ataskertas. Pada saat selesai dia memanggil dua orang kesatrianyayang paling setia, Beltran de Santillana dan Geoffroy deCharney. Beltran de Santillana, yang lahir di sebuah rumah hangatdi pegunungan Cantabria Spanyol, adalah seorang lelaki yangsuka diam dan bermeditasi. Dia sudah masuk Ordo tak lamasetelah usianya menginjak delapan belas tahun, tetapi bahkansebelum mulai menjadi bruder dia sudah berperang di Tanah

Suci. Di sana dia bertemu deMolay dan menyelamatkannyawanya, melindungi kesatria Templar itu dengan tubuhnyaketika golok seorang prajurit Sarasen akan menebas leherMolay. Sebuah luka memanjang di dada Santillana, dekatjantungnya, menjadi saksi tindakan pemberani danmengorbankan diri pada masa yang telah lampau itu. Geoffroy de Charney, preseptor Ordo di Normandia,adalah seorang kesatria keras dan tegas yang keluarganyatelah memberikan putra-putra mereka kepada Ordo, kesatria-kesatria ternama seperti pamannya Francois de Charney,semoga dia beristirahat dalam damai, yang telah meninggalkarena melankolia bertahun-tahun yang lalu ketikamengunjungi perkebunan keluarganya. Jacques de Molay memercayai Geoffroy de Charneysebagaimana dia memercayai dirinya sendiri. Mereka pernahberperang bersama di Mesir dan di depan benteng Tortosa,dan dia tahu keberanian serta kesalehan de Charney,sebagaimana dia juga tahu keberanian serta kesalehanBeltran de Santillana. Karena alasan itulah dia memilih keduakesatria ini untuk mengemban misi maha-sulit itu. Dalam laporannya, Kesatria Templar Pierre Berardmenyampaikan kabar yang paling buruk. Clement akanmengabulkan tuntutan Philippe. Sisa umur Ordo Biara tinggal sedikit lagi, eksekusipenutupannya akan segera dikeluarkan dari Wina. Perludilakukan pengaturan cepat untuk menyelamatkan harta-harta Biara yang paling dilindungi. Suara gaduh di kejauhan dari jalanan Paris memecahkesunyian malam. De Charney dan de Santillana memasuki ruang kerjaImam Besar tanpa menimbulkan suara. Dengan tenangJacques de Molay mempersilakan kesatrianya itu untukduduk. Banyak detail yang harus mereka bahas, dan tidakperlu lagi basa-basi saat Imam Besar itu mulai memberikaninstruksi secara garis besar. Mereka semua tahu apa yangmereka hadapi.

\"Beltran, kamu harus segera berangkat ke Portugal.Saudara kita Pierre Berard telah mengabari aku bahwa Pausakan menjatuhkan hukuman kepada Biara dalam beberapahari ini. Saat ini terlalu dini untuk mengetahui apa yang akanterjadi kepada saudara kita di negara-negara lain, tetapi diPrancis kita sudah kalah. Aku sempat terpikir untukmengirimmu ke Skotlandia, karena Robert Bruce, RajaSkotlandia, telah dikucilkan sehingga di luar jangkauanClement. Tetapi aku percaya Raja Dinis yang baik darinPortugal, yang telah memberiku kepastian akan melindungiOrdo. Philippe telah mengambil banyak dari kita. Tetapibukan emas atau tanah yang membuatk ukhawatir, hanyasatu harta, permata mahkota Biara, kafan Kristus. Selamabertahun-tahun, raja-raja Kristen telah mencurigai bahwarelik tersebut ada pada kita, dan mereka sangat inginmerebutnya kembali. Kabar burung tentang kekuatan magisyang membuat pemiliknya tak terkalahkan telah berkembangseiring waktu. Namun, aku percaya keinginan Raja Louis untuk diberikesempatan berdoa di hadapan gambar asli Kristus itu benar-benar tulus. \"Banyak kejadian yang menegaskan betapa bijaknyapemahaman pengetahuan kita atas kebijaksanaan Ordo untuktetap benar-benar merahasiakan keberadaan kafan tersebut ditangan kita. Kini rahasia itu harus dijaga dan dipertahankandengan lebih berani dan serius dibanding sebelumnya. Akuyakin, Philippe berniat memasuki biara dan mencari di setiapsudut ruangan. Dia telah membeberkan rahasia kepada parapenasihatnya bahwa jika dia menemukan Kafan Suci itu,kafan itu akan melipat-gandakan kekuatannya sertakekuasaannya sebagai raja Kristen atas seluruh dunia.Matanya telah terbutakan oleh ambisi, dan kita sudahmencicipi betapa pahit kejahatan yang bersemayam dalamjiwanya. \"Kini, pada jam-jam terakhir di Prancis ini, kita harusmenyelamatkan relik berharga ini sebagaimana pernah

dilakukan pamanmu de Charney yang baik sebelumnya. Kau,Beltran, akan membawa kafan itu dari Prancis ke RumahInduk kita di Castro Marim, menyeberang Guadiana. Di sana,kau akan menyerahkannya ke wali biara di Portugal, saudarakita Jose sa Beiro. Kau harus membawa serta sepucuk suratyang aku telah tulisi instruksi-instruksi tentang caraperlindungannya.\" \"Hanya kau, Sa Beiro, de Charney, dan aku saja yangtahu di mana kafan tersebut berada, dan Sa Beiro akanmeneruskan rahasia ini kepada penerusnya, tepat pada saatdia akan meninggal. Kamu akan tinggal di Portugal, Beltran,untuk menjaga relik itu. Jika diperlukan, akan kuusahakanmengirim instruksi-instruksi baru untukmu. Selamaperjalanan, kau akan melewati kawasan teritorial sejumlahRumah Induk Templar di Spanyol. Kau akan membawasebuah dokumen yang didalaminya aku tulisi instruksikepada para wali serta kepala biara tentang bagaimana harusmenjalankan biara jika, sebagaimana kutakutkan akanterjadi, Biara ditutup atau para kesatrianya dibunuh. Anggota-anggota Ordo yang lain sudah mengunjungikerajaan-kerajaan Kristen membawa dokumen serupa bagisaudara-saudara kita yang diserbu.\" \"Kapankah saya akan berangkat, Imam?\" kesatriaSpanyol itu bertanya kepada Imam Besar, orang yang dengansenang hati akan dia bela meski harus mempertaruhkannyawanya lagi. \"Begitu kau siap.\" Geoffroy de Charney tidak bisa menyembunyikankekecewaannya ketika dia menyampaikan pertanyaan yangmembakar batinnya kepada Imam Besar. \"Kalau begitu, apakah misi saya, Tuan?\" \"Geoffroy, kamu harus pergi Lirey membawa kain yangdipakai pamanmu untuk membungkus Kafan Suci, dandisana kau harus menjaganya. Kurasa yang paling baik kaintersebut tetap ada di Prancis, tetapi di tempat yang aman.Selama bertahun-tahun ini aku telah memikirkan tentang

kejaiban yang terjadi pada selembar kain linen itu, pastilah itukeajaiban yang sebenar-benarnya. Pamanmu menangis haruketika dia menceritakan kepadaku tentang saat-saat diamembuka lipatan kain tersebut di hadapan Imam Besar diMarseilles, dan aku memiliki keyakinan bahwa kita telahdianugerahi sarana untuk melindungi Kafan Suci Yesushingga akhir zaman. Meski hanya kain pertama yang dipakaiuntuk membaringkan tubuh Tuhan kita, kedua lembar kainitu suci. \"Kini segalanya tertumpu pada kemuliaan keluarga deCharney, keluargamu, dan aku tahu bahwa saudara sertaayahmu yang sudah uzur itu akan melindungi danmenjaganya hingga Biara memintanya kembali. \"Dua kali Francois de Charney melintasi gurun melewatinegeri-negeri kaum kafir untuk membawa kafan tersebut keBiara. Sekali lagi kita menghadapi sebuah titik pentingsejarah. Dan sekali lagi Biara membutuhkan bakti keluargaKristenmu yang gagah berani.\" Ketiga orang itu tetap membisu selama beberapa saat,bukannya mengingkari perasaan mereka, namun merekatersentuh tergetar hingga ke lubuk jiwa mereka. Pada malamitu juga, kedua kesatria Templar tersebut memulai perjalananmengantarkan barang bawaan berharga dengan menempuhjalan mereka sendiri-sendiri, ke sebuah tempat tujuan yangtak seorang pun tahu. Karena Jacques de Molay benar: Tuhantelah menitipkan keajaiban pada kain yang membungkusKafan Suci itu selama perjalanan panjang berbahaya yangditempuh Francois deCharney bertahun-tahun sebelumnya,selembar kain linen halus, yang tekstur serta warnanya samadengan kain yang dipakai Yosef dari Arimathea untukmembaringkan tubuh Yesus. Mereka telah menunggang kuda selama berhari-hari,namun pada akhirnya terlihatlah oleh mereka lembahBidasoa, di Navarro. Beltran de Santillana, ditemani empatkesatria dan pengawal mereka, memacu kudanya. Mereka

ingin cepat-cepat memasuki Spanyol, meninggalkan Prancisdan para antek Raja Philippe. Karena tahu bahwa mungkin saja mereka dibuntutipembunuh, mereka hampir tidak pernah berhenti untukistirahat. Philippe punya mata-mata di mana-mana, dantidaklah mengherankan jika ada yang berbisik pada mata-matanya bahwa sekelompok orang telah meninggalkan benteng Villeneuve du Temple. Jacques de Molay telah meminta mereka untuk tidakmengenakan helm atau baju jaring besi kesatria, sehinggamereka tidak dicungai-setidaknya sampai mereka sudah jauhdan Paris. Mereka tidak boleh mengganti jubah polos merekahingga mereka agak jauh melewati perbatasan Spanyoldengan selamat. Baru kemudian mereka kembali tampilsebagaimana aslinya, sebagai kesatria, kesatria Templar,karena tidak ada lagi yang lebih terhormat daripada menjadianggota Biara dan memenuhi misi sucinya, menyelamatkanharta karunnya yang paling berharga. Selama perjalanan itu, Beltran de Santillana baru bisabernafas lega ketika dia mulai mengenali bentangan kampunghalaman yang nyaris dia lupakan itu, dan dia menikmatisuara-suara Castilian saat dia berbicara dengan para buruhdan para bruder di Rumah-rumah Induk Templar di negeri-negeri yang mereka lalui. Setelah berkuda selama berhari-hari, mereka punmendekati kota Jerez, di Extremadura, seringkah disebutJerez de los Caballeros, karena itu adalah tempatberdirinyasebuah Rumah Induk Templar. Beltran memberitahukankepada para kesatria dan pengawal yang menyertainya bahwamereka akan beristirahat selama beberapa hari sebelummemulai tahap terakhir perjalanan mereka. Saat berada di Castile ini, Beltran merasakan kerinduanakan masa lalunya, masa-masa ketika dia belum tahu apayang disiapkan masa depan untuk dirinya dan dia hanyabermimpi menjadi prajurit yang akan membebaskan Makam

Suci dari orang-orang kafir dan mengembalikannya kepadakaum Kristiani. Ayahnyalah yang meyakinkan dia agar masuk OrdoKesatria Templar dan menjadi pejuang Tuhan. Pada awalnya berat bagi dia, karena meski dia senangmemainkan pedang dan busur panah, pembawaannya yanggembira itu tidaklah cocok untuk hidup selibat. Dia harusmenghadapi masa-masa sulit penuh penyesalan danpengorbanan, hingga dia bisa menjinakkan tubuhnya,menyelaraskannya dengan gerakan jiwa-nya, dan layakmengucap sumpah sebagai kesatria Templar. Kini usianya sudah lima puluh tahun, dan usia senjamenemaninya, tetapi dia merasa kembali muda dalamperjalanan yang telah membawanya dari utara lewat selatanCastile. Di kejauhan sana, berlatarkan ufuk, berdirilah kastilBiara yang megah. Lembah yang subur menjaminketersediaan makanan bagi Rumah Induk Templar, dan aliranair serta sungai-sungai kecil yang berlimpah memuaskandahaganya. Para buruh yang bekerja di sawah melihat merekamendekat dan melambaikan tangan. Di sini, para kesatriaTemplar dihormati dan disanjung-sanjung. Seorang pengawalmenggiring kuda-kuda mereka dan menunjukkan merekajalan ke pintu masuk kastil. Beltran menceritakan tentang perkembangan terakhir diPrancis kepada wali biara yang muram dan memberinyasebuah gulungan surat bersegel Jacques de Molay. Pada hari-hari selama mereka beristirahat itu, Beltran deSantillana suka berbincang-bincang dengan seorang prajuritTemplar lain yang lahir di pegunungan Cantabria, di sebuahkota yang sangat dekat dengan kotanya. Mereka mengingat-ingat nama tempat yang sama-sama mereka kenal, parapelayan istana yang pernah mereka kunjungi, bahkan nama-nama lembu tertentu yang merumput di sawah, tanpamemedulikan jejeritan anak-anak yang berlarian.

Beltran tidak pernah membicarakan tentang misi yangtelah di amanatkan kepadanya. Dan wali biara di RumahInduk maupun saudaranya dari Cantabria tersebut tidakpernah bertanya-tanya kepada kesatria pendiam itu. Tetapiketika berpamitan, mereka pun menanyakannya dengan hatiyang nyaman. Sejumlah rumah bercat putih yang letaknya menyebardan ditempa matahari itu merupakan desa terakhir sebelummenyeberangi sungai ke Portugal. Pemilik kapal tongkangyang menyeberangkan penumpang serta barang-barang diatas sungai Guadiana setiap hari itu menarik ongkos tinggi,tetapi para kesatria Templar tidak mempersoalkan harga. Tukang perahu itu membawa mereka ke sisi lain sungaidan menunjuk pada jalan yang mengarah kegerbang CastroMarim, yang dinding batunya bisa terlihat dari sisi Castiha. Dari atas benteng kastil Templar, para kesatria bisamelihat ufuk yang jauh dan lautan. Tetapi benteng tersebutaman dari serbuan musuh manapun, karena ia berdiri ditikungan sungai Guadiana. Jose Sa Beiro, imam Rumah Induk di Castro Marim,adalah seorang lelaki bijak dan terpelajar yang telahmempelajari ilmu pengobatan, astronomi, dan matematika,dan kemampuan bahasa Arabnya memungkinkan diamembaca kitab-kitab klasik, karena pengetahuan Aristoteles,Thales dan Miletus, Archimedes, dan banyak filsuf lainnyapasti akan hilang andaikan tidak diterjemahkan para sarjanaArab. Dia pernah berperang di Tanah Suci, mengetahui anginkering datarannya yang gersang, dan dia masih merindukanmalam-malam diterangi bintang, yang dinegeri Timur terlihatseakan-akan bisa kita raih dengan tangan kita. Wali biara itu menyambut Beltran dan kawanankesatrianya dengan hangat dan mempersilakan merekaberistirahat dan membersihkan diri dari debu jalanan. Diatidak mau berbicara dengan mereka sebelum mereka makandan minum dan dia yakin mereka dipersilakan ke bilik-biliksederhana yang telah dipersiapkan untuk mereka.

Beltran bertemu dengan Sa Beiro di ruang kerja sipimpinan yang jendela besarnya menerima sepoi angin dariarah sungai. Ketika kesatria tersebut sudah menyelesaikan ceritanya,dengan takzim dia buka lipatan kain tersebut di hadapan siwali biara. Kedua orang itu takjub melihat jelasnya gambarKristus yang terbentuk di bentangan sepanjang kain tersebut.Ada tanda-tanda Penderitaan, penderitaan yang ditanggungsang Juru Selamat. Jose Sa Beiro mengelus kain tersebut, dia tahu bisamelakukannya adalah sebuah kehormatan yang amatberharga. Di tangannya itu terdapat gambar asli Yesus,gambar yang dipuja para kesatria Templar di kapel merekatanpa sepengetahuan orang lain sejak Imam Besar de Vichiersmengirimkan salinan gambar tersebut ke seluruh markaspersaudaraan mereka. Sang pimpinan mempersilakan Beltran duduk saat diamembawa surat de Molay. Ketika telah selesai membacanya,matanya menjadi panas karena amarah yang sama besarnyadengan yang membuat dia berulang kali ikut berperang diTanah Suci. \"Kesatria yang baik, kita harus mempertahankan kain inimeski nyawa jadi taruhan. Imam Besar meminta agar padasaat ini kita tidak memberitahukan kepada siapa pun bahwakain tersebut ada di sini. Kita harus menunggu apa yangterjadi di Prancis, apa dampak dari keputusan Konsul Winaterhadap ordo kita. Jacques de Molay meminta aku segeramengirim seorang kesatria ke Paris sebagai mata-mata; diaharus menyamar, dan tidak boleh mendekati Biara ataumencoba berkomunikasi dengan kesatria Templar manapun,tetapi hanya melihat dan menyimak, dan ketika dia telahmengetahui nasib yang akan menimpa Ordo, dia harus segerakembali. Pada saat itulah kita akan memutuskan apakahkafan ini tetap berada di Castro Marim atau dibawa ke tempatlain yang lebih aman. Inilah yang diinstruksikan oleh ImamBesar, dan ini pula yang harus kita lakukan.

\"Aku akan memanggil Joao de Tomar. Dia orang yangtepat untuk misi ini.\" Kota Troyes sudah di belakang, dan jaraknya tinggalbeberapa jengkal saja dari perkebunan Lirey. Geoffroy deCharney menempuh perjalanan sendirian, hanya ditemanipengawalnya, dan dia merasakan tatapan mata-mata Philippemengikutinya sepanjang perjalanan. Di tas pundaknya diamembawa kain linen yang telah melindungi Kafan Suci,sebagaimana dilakukan pamannya Francois de Charneysebelum dia. Para buruh di sawah-sawah tengah mengumpulkan alat-alat mereka saat cahaya hari mulai redup. Kesatria Templaritu merasakan gairahnya meningkat saat dia melihat tanahpertanian dari masa mudanya yang telah lama hadir di dalammimpi-mimpinya, dan dia memacu kudanya lebih cepat lagi,ingin segera memeluk abangnya. Persatuannya kembali dengan keluarga dipenuhikeharuan. Abangnya, Paul, memberinya pelukan yang sangat eratuntuk memastikan bahwa dia telah kembali ke rumahnyasendiri. Ayahnya, yang sudah bau tanah itu, menggeleng-gelengkan kepala sambil menangis sesenggukan saat menatapputra keduanya itu. Kekagumannya kepada Biara tidakpernah berkurang dan dia pun membantu Ordo kapan sajadibutuhkan. Jasa putra-putra keluarga de Charney yangsudah tersohor itu kepada jajaran kesatria Templar telahmenjadi sumber kebanggaan dan kehormatan keluarga deCharney selama bertahun-tahun itu, dan kini keluargatersebut akan berjuang di pihak Ordo. Malam itu, ketika anggota keluarga lainnya sudah tidur,Geoffroy membeberkan kepada ayah dan abangnya bahwakain suci tersebut telah dipercayakan kepada keluargamereka. Dia telah terikat sumpah setia dan mendapatperintah tegas dari Imam Besar untuk tidak menceritakankeseluruhan kisah kepada mereka. Tetapi hal itu tidak

mengurangi arti penting tugas yang harus mereka embanserta kesetiaan mereka dalam menjalankan kepercayaan ini. Demi mengetahui nasib yang hampir bisa dipastikanakan mereka hadapi, si abang memintanya untuk tetaptinggal di Lirey, bersama mereka dan kain ajaib itu,menjaganya hingga akhir hayat jika memang harus demikian.Tetapi dia telah berketetapan akan kembali bergabung dengansaudara-saudaranya di Biara dan tidak akan tergoyahkan. Diapun tidak akan mematuhi Imam Besarnya, karena dia tahubahwa keberadaannya di Lirey hanya akan membuat orangtahu tempat disembunyikannya kainsuci tersebut. Tugas sertanasibnya ada di tempat lain, di Villeneuue du Temple,mendampingi Jacques de Molay. Namun, selama beberapa hari Geoffroy mau bersenang-senang menikmati waktu di tengah kehangatan keluarganya.Dia bermain-main dengan keponakannya, yang bernama samadengan dirinya dan kelak akan mewarisi rumah keluarga itu.Kawan kecil yang cerdas dan berani ini mengikuti kemanapun pamannya pergi, memintanya mengajarkan carabertarung. \"Kalau sudah besar nanti aku akan menjadi kesatriaTemplar,\" begitu katanya. Dan Geoffroy hanya bisa menelan ludah, karena dia tahubahwa Biara sudah tidak memiliki masa depan lagi, mungkinuntuk selamanya. Pada hari keberangkatannya, Geoffroy mudamengucapkan selamat tinggal kepada pamannya sambilberurai air mata. Dia merengek meminta kesatria tersebutmengajaknya serta untuk berperang di Tanah Suci, dan diasangat sedih karena tidak boleh ikut. Dalam keluguannya itu,dia tak tidak tahu bahwa pamannya akan memasukipertempuran paling berat, melawan musuh yang tak kenalkejantanan dalam berperang dan tidak memiliki kehormatan,seorang musuh yang bukan bangsa Sarasen, namun Philippedari Prancis, raja mereka.

Jacques de Molay sedang berdoa di biliknya ketikaseorang pelayan mengabarkan kembalinya de Charney. Diameminta agar kesatria tersebut segera dibawa menghadapkepadanya dan, begitu melihat wajahnya serta menerimalaporan singkat tentang keberhasilan misinya, tanpamembuang-buang waktu dia segera memarahinya karenabergabung kembali dengan saudara-saudaranya. Sepanjang perjalanannya baliknya ke benteng Templar,de Charney telah mendengar desas-desus tentang gerakan-gerakan terakhir Philippe melawan Biara, dan sekarang ImamBesar menceritakan kepadanya tentang perkembangan fatalyang terbaru. Tampaknya, hanya beberapa hari lagi merekaakan diadili secara bersama-sama dan dipanggang dikayusula. Namun pertama-tama mereka akan disiksa dandifitnah habis-habisan, karena raja menuduh para anggotaTemplar mempraktikkan agama pagan dan sodomi, sertamemuja setan dan bersujud di hadapan berhala yang merekasebut Baphumet. Sebenarnya memang ada satu sosok yang dipuja parakesatria Templar dari segala penjuru dunia di Rumah-rumahInduk mereka, namun nama-Nya bukan Baphumet. Mungkindi suatu tempat, seorang pelayan yang tak setia telah disuapuntuk membeberkan detail-detail kehidupan di dalam dindingBiara dan telah membisikkan bahwa kesatria-kesatria ituseringkali mengurung diri mereka di dalam sebuah kapel,tempat tak seorang pun boleh masuk, dan di sana merekaberdoa. Dan di dinding kapel rahasia itu terlihat sebuahlukisan, sebuah gambar sosok tubuh yang asing, sebuahberhala, yang mereka sembah. Benteng Villeneuve du Temple bukan lagi tempatperlindungan yang sakral dan tak bisa ditembus. Para prajuritraja sudah bisa masuk dengan bebasnya dan mengambil apasaja yang mereka temukan. Hanya sedikit yang bisa diambildan tidak ada tanda-tanda ke mana perginya harta kekayaanitu. Berbulan-bulan sebelumnya, Jacques de Molay telahmembagi sisa-sisa emas yang ada dan menyebarkannya ke

Rumah-rumah Induk di tempat-tempat yang jauh danmemindahkan harta karun biara ke Skotlandia, yangmerupakan tujuan pengiriman dokumen-dokumen rahasiamereka. Kemarahan Philippe benar-benar memuncak. Namun ada satu harta karun, harta karun palingberharga, yang dia yakin pasti masih di wilayahkekuasaannya. Dia mengirimkan seorang duta ke benteng tersebut,Comte de Champagne, yang muncul di gerbang Benteng danmeminta dipertemukan dengan Imam Besar. Jacques de Molaymenerimanya dengan sikap khasnya yang tenang danberwibawa. \"Saya datang atas nama raja,\" kata bangsawan tersebutdengan gagahnya ketika tinggal mereka berdua. \"Saya sudah memperkirakan demikian. Jika bukankarena itu, pasti saya tidak akan bertemu dengan Anda.\" Imam Besar tetap berdiri, dan dia tidak mempersilakanComte de Champagne duduk, sebuah penghinaan yangmelukai perasaan halus bangsawan tersebut dan juga melukaidia yang sudah amat menguasai tata krama istana. Diadatang membawa wewenang penuh dari Raja Prancis. Namundia gentar juga menghadapi tatapan tajam kesatria tersebut. \"Yang Mulia berharap Anda sudi menerima tawarannya:nyawa Anda sebagai ganti atas Kafan Suci yang dipakai untukmenguburkan Yesus. Raja sungguh yakin relik tersebut ada ditangan Biara, Raja Louis kita yang telah menjadi santo jugapercaya demikian. Dalam arsip-arsip kerajaan terdapatdokumen-dokumen mengenai hal ini, laporan dari duta besarkami untuk Konstantinopel, berjilid-jilid hasil kerja mata-mataistana kekaisaran, pertanyaan rahasia dari Kaisar Balduinokepada pamannya Raja Prancis. Kami tahu bahwa kafanKristus ada ditangan Biara. Anda menyembunyikannya.\" Jacques de Molay menyimak ucapan Comte deChampagne sambil membisu, wajah maupun tubuhnya samasekali tidak bereaksi, benar-benar tanpa emosi. Tetapi didalam batinnya dia bersyukur kepada Tuhan karena telah

meramalkan pentingnya pemindahan relik yang, menurutnya,pada saat itu sudah aman di Castro Marim, di bawahperlindungan Jose Sa Beiro yang baik. Ketika bangsawan tersebut sudah selesai berbicara,Imam Besar menjawab dengan tenang, \"Tuanku yang baik,saya berani menjamin bahwa relik yang Anda maksud itutidak ada pada kami. Bagaimanapun, Anda boleh saja yakinbahwa meskipun relik tersebut pernah ada pada kami, sayatidak akan pernah sudi menukarnya. Raja tidak bolehmenyamakan nilai harga diri orang lain dengan harga dirinyasendiri.\" Wajah de Champagne memerah mendengar hinaankepada rajanya. Namun dia tetap berusaha. Dia yakin kesatria yang kasarini bisa diajak menggunakan akal sehatnya. \"De Molay, Raja akan menunjukkan kemurahan hatinyakepada Anda. Pikirkanlah! Anda ingin mati demi sesuatu yangsebenarnya milik Raja, milik Prancis, dan milik kaumKristiani.\" \"Milik? Jelaskan mengapa relik itu milik Philippe. \"Bangsawan tersebut nyaris tidak bisa menahan murka.Dia pasti akan senang melihat orang yang disebut \"imam\" inibeserta kawan-kawannya mengiba-iba memohon belaskasihan yang kini mereka tolak dengan congkaknya. \"Kita berdua sama-sama tahu sebanyak apa emas yangdikirim Louis, Raja Louis yang baik, ke Bizantium untukditukarkan dengan relik suci itu. Dan Anda tahu bahwaKaisar sendiri setuju bahwa hendaknya kafan Kristus itumenjadi milik Louis, sebelum kafan tersebut dicuri!\" Kesatria Templar tersebut menepis ucapannya. \"Saya tidak punya urusan dengan perdagangan antar-raja. Nyawa saya ini milik Tuhan; Raja boleh mengambilnyadari saya, tetapi nyawa saya tetap milik Tuhan. Pergilah danberitahu Philippe bahwa saya tidak memiliki benda yang diacari, tetapi kalaupun benar-benar punya, saya tidak akanpernah menyerahkan benda itu ketangan orang-orang macam

dia, meski ditukar dengan apapun, termasuk nyawa saya.Saya adalah laki-laki terhormat.\" Tidak lama sesudahnya, Jacques de Molay, Geoffroy deCharney, dan para kesatria Templar lain yang bertahan diVilleneuve de Temple ditangkap dan dibawa ke penjara bawahtanah milik raja. Philippe dan Prancis memerintahkan para penjagatahanan untuk menyiksa kesatria-kesatria Templar itu tanpakenal belas kasihan. Mereka harus memberi perhatian khususkepada Jacques de Molay, sampai mereka mendapatkanjawaban yang diinginkan Philippe, yakni, di mana Imam Besaritu menyembunyikan relik suci yang mengandung gambarKristus itu. Teriakan-teriakan orang-orang yang tersiksa itumenggema di dalam dinding tebal penjara bawah tanahtersebut. Sudah berapa hari telah lewat sejak merekaditangkap? Para kesatria Templar itu sudah tidak ingat lagihitungan hari. Dengan tulang remuk karena ditarik denganalat penyiksa, disundut dengan besi yang membara, dikulitidan kemudian disiram cuka, sejumlah kesatria mengakuikejahatan-kejahatan yang tidak pernah mereka lakukansambil berdoa agar penderitaan mereka segera berakhir.Tetapi pengakuan mereka sia-sia belaka, karena siksaan yangmereka terima terus-terusan menganiaya mereka tanpaampun. Pada saat-saat tertentu, seorang lelaki dengan wajahbertutup tudung memerhatikan dari kegelapan, menyaksikanpenderitaan yang mendera para kesatria yang dahulu pernahmengangkat pedang dan mempertaruhkan nyawa merekasatu-satunya untuk membela salib. Dengan bersuka ria di atas penderitaan mereka, sambiltersenyum hambar penuh ketamakan dan kekejaman,Philippe biasanya memberi isyarat agar penyiksaan itudilanjutkan... Suatu malam dia meminta diantarkan menghadapJacques de Molay. Imam Besar yang tubuhnya sudahremuk

dan berdarah-darah itu nyaris tidak bisa lagi melihat, tetapidia tahu siapa yang ada di balik tudung itu. Terbitlah seulassenyum di bibirnya ketika raja itu meminta dia mengaku dimana dia menyembunyikan Kafan Suci Yesus. Pada akhirnya, Philippe beranggapan sia-sia saja diamelanjutkan itu. De Molay tidak akan menyerah. Kini hanyatinggal eksekusi di depan umum, agar dunia tahu bahwaBiara telah ditumpas untuk selamanya. Keputusan pemberian hukuman mati untuk Imam BesarBiara dan para kesatria yang selamat dari penyiksaan atasperintah Raja itu ditanda-tangani pada 15 Maret 1314. Pada tanggal sembilan belas, suasana kota Paris gegapgempita seperti ada pameran, karena Raja telahmemerintahkan agar di depan puncak menara Notre Dameyang agung dibuat api unggun raksasa di mana Jacques deMolay akan dibakar di depan orang banyak. Para bangsawanmaupun rakyat jelata berkumpul untuk menyaksikankejadian tersebut, dan terdengar desas-desus bahwa Rajasendiri akan hadir. Ketika matahari baru menampakkan wajahnya, lapangantersebut dipenuhi orang-orang penasaran yang ribut dansaling dorong berebut tempat terbaik untuk menyaksikanpenderitaan terakhir orang-orang yang dulunya adalahkesatria hebat. Orang-orang selalu senang melihat tokoh-tokoh perkasa di muka bumi dipermalukan, dan Biara adalahsosok yang perkasa, meskipun keperkasaan mereka lebihbanyak digunakan untuk memberi kebaikan daripadakejahatan. Jacques de Molay dan Geoffroy de Charney dinaikkankereta kuda dan dibawa ke alun-alun. Mereka tahu bahwarasa api tersebut akan mengakhiri rasa sakit mereka untukselama-selamanya. Seisi istana telah mengenakan busana terbaik mereka,dan Raja tertawa-tawa serta bercanda dengan para putri. Dia,Philippe, Raja Prancis, telah melakukan apa yang belum

pernah dilakukan siapa pun sebelumnya dia menjatuhkanmartabat Biara. Perbuatannya itu akan tercatat dalam sejarah ketidakadilan. Api mulai membakar tubuh para kesatria Tempar yangtelah remuk itu. Mata de Molay menatap tajam pada Philippe,dan di hadapan penduduk Paris si Imam Besar menyatakanbahwa dirinya tidak bersalah dan mengharap keadilan Tuhanterhadap Raja Prancis dan Paus Clement, mengumpulkanmereka bersamanya di hadapan pengadilan Tuhan tahun itujuga. Bulu kuduk Philippe meremang saat kata-kata de Molayitu terdengar keras. Dia gemetar ketakutan dan harusmenyadarkan dirinya sendiri bahwa dia adalah raja dan tidakada yang bisa membahayakan keselamatnya, karena dia telahmendapatkan restu dari Paus dan otoritas tertinggi Gerejasebelum dia bertindak. Tidak, tidak mungkin Tuhan memihak para kesatriaTemplar ini, orang-orang bidah yang menyembah berhalarahasia ini, yang telah berbuat dosa karena melakukansodomi, dan yang dikenal sebagai kawan bangsa Sarasen. Dia,Philippe, Raja Prancis, mematuhi hukum-hukum Gereja. Tetapi apakah dia mematuhi hukum-hukum Tuhan? http://anesularnaga.blogspot.com

45 \"Kamu sudah selesai?\" Ana melompat. \"Profesor! Anda membuat saya takut!Saya tadi sedang di tengah-tengah membaca eksekusi Jacquesde Molay. Bulu kuduk saya sampai berdiri. Lagi pula, apakahpengadilan Tuhan itu?\" Profesor McFadden menghela nafas berat danmemandangnya dengan tatapan bosan. Sudah dua hari iniAna berada di institut, membolak-balik arsip dan melontarkanpertanyaan-pertanyaan yang ada kalanya benar-benarterdengar seperti omong kosong. Dia cerdas tapi tidak banyak tahu, dan Profesor Mc-Fadden harus memberikan sejumlah pelajaran sejarah dasar.Pengetahuannya tentang Perang Salib dan dunia abad ke-12,ke-13, dan ke-14 yang penuh kekacauan itu masih sangatmendasar. Tetapi dia tidak bodoh, ketidak-tahuanakademiknya tampaknya berbanding terbalik dengannalurinya dalam menemukan mutiara di lautan informasi, dannalurinya untuk langsung mencari ke jantung cerita. Diamencari terus dan terus, dan dia tahu di mana danbagaimana menemukan hal-hal yang penting. Dia memahamifrasa, kata, atau kejadian sambil terus menjalankan risetanarkisnya. Segalanya bisa dijadikan petunjuk. Profesor McFadden berhati-hati; dia berjuang mati-matian mengalihkan perhatian Ana dari kejadian-kejadianyang dia tahu mungkin akan berbahaya di tangan seorangreporter. Dia membetulkan letak kacamatanya dan mulaimenjelaskan tentang pengadilan Tuhan. Ana sekonyong-konyong merinding ketika dengan nada bicaranya yangdramatis Profesor mengulangi kata-kata Jacgues de Molay.Kemudian dia menjelaskan dampak ucapan itu.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook