menjelaskan detail-detail keadaan politik kota itu, perubahan-perubahan yang dihadapi rakyatnya dalam masa kelam ini,intrik-intrik dalam istana. Ayah Kalman adalah penasihat raja, dan kakek Kalmandulu adalah pemegang arsip kerajaan; Kalman sendiri pernahmempertimbangkan ide mengikuti jejak kakeknya, tetapidukungan Eulalius telah menetapkan jalannya, dan sekarangia mendambakan ingin menjadi seorang pastor, mungkinsuatu hari kelak menjadi uskup. Ephron menyelinap tanpa suara ke dalam kamar tempatJohn dan Kalman sedang berbicara tanpa diketahui keduapemuda itu. Selama beberapa saat ia mendengarkanpercakapan yang penuh semangat itu, tetapi kemudian,sambil batuk pelan, ia menyadarkan mereka akankehadirannya. \"Eulalius ingin berbicara denganmu,\" katanya kepadaJohn. \"Dia ada di ruang kerjanya, menunggumu.\" John berterima kasih kepada Ephron dan berjalanmenuju ruangan sang uskup. Ephron seorang pria yang baik,dan pastor yang penuh pengabdian, tetapi John bisamerasakan ketidak percayaan Ephron dan tidak nyamanberada di dekatnya. \"Aku punya berita buruk, Anakku,\" tutur sang uskupketika John sudah duduk. Eulalius tampak lelah dansuaranya penuh kekhawatiran. \"Aku takut tidak lama lagi kita akan dikepung olehpasukan Persia. Jika itu terjadi, kau tidak akan bisameninggalkan kota ini, dan nyawamu, seperti nyawa kamisemua, dalam bahaya besar. Kau sudah satu bulan di Edessadan aku tahu kau masih belum yakin apakah akanmengungkapkan kepadaku tempat kafan Tuhan kitadisembunyikan. Tetapi aku mengkhawatirkan nyawamu, John, dan akumengkhawatirkan kain yang membawa wajah Tuhan kita. Jikayang pernah kau sampaikan kepadaku itu benar, kau harusmenyelamatkan kain itu dan meninggalkan kota ini sesegera
mungkin. Kita tidak mungkin menanggung risiko kota inidihancurkan dan wajah Yesus yang sesungguhnya hilangselamanya.\" Eulalius melihat kebimbangan melanda wajah John. Iaberharap tidak perlu memerintahkan langkah yang sedrastisitu, tetapi ia tidak melihat pilihan lain mengingat bahaya yangmereka hadapi. Sejak hari John tiba, sang uskup tidak lagitenang tidurnya karena sepanjang siang dan malammencemaskan nasib kafan yang dibicarakan pemuda itu. Kadang ia meragukan keberadaan benda itu, tetapi padasaat-saat lain mata jernih John membuatnya percaya sepenuhhati. John bangkit berdiri. \"Tidak! Aku tidak bolehmeninggalkan kota ini! Aku tidak boleh membawa pergi kafan yang membalutjenazah Tuhan kita saat dikuburkan! Kain itu harus tetap diEdessa!\" \"Tenangkan dirimu, John; aku sudah memutuskan apayang terbaik. Kau punya istri di Alexandria; kau tida kbolehtetap di sini lebih lama lagi. Kita tidak tahu akan bagaimananasib kerajaan ini. Kau adalah penjaga sebuah rahasia yangsangat penting, dan kau harus melanjutkan tugasmu itu. Akutidak akan memintamu mengatakan kepadaku di mana kafanYesus, tetapi hanya bagaimana aku bisa membantumumengambil benda suci itu supaya bisa kau selamatkan.\" \"Eulalius, aku harus tetap di sini, aku tahu aku harustetap di sini. Aku tidak mungkin pergi sekarang, apalagi memaparkankain itu pada bahaya selama perjalanan. Ayahku sudahmemintaku bersumpah untuk mematuhi perintah Abgar,Josar, dan Tadeus sang rasul. Aku tidak boleh membawa pergikafan itu dari Edessa, karena aku sudah bersumpah.\" \"John, kau harus mematuhiku,\" uskup itumengoreksinya. \"Aku tidak bisa; tidak boleh. Aku akan tinggal danberserah diri pada kehendak Tuhan.\"
\"Katakan padaku, apa kehendak Tuhan itu?\"John merasa suara murung dan lelah sang uskup sepertipalu yang memukul-mukul hatinya. Ia menatap Eulalius dantiba-tiba ia mengerti betapa kedatangannya dan kisahnyayang fantastis tentang kafan Yesus telah membuat orang tuaitu teramat masygul.Eulalius selama ini sabar dan murah hati terhadapnya,tetapi sekarang Eulalius menyuruhnya meninggalkan Edessa.Keputusan uskup itu memaksa John menghadapi kenyataan.Dia tahu bahwa ayahnya tidak berbohong kepadanya, tetapibagaimana jika ayahnya telah dibohongi?Bagaimana jika pada saat tertentu selama rentang sekianabad sejak kelahiran Tuhan kita, seseorang sudah merebutuntuk dirinya sendiri atau menghancurkan kafan itu?Bagaimana jika seluruh kisah ini hanya dongeng?Sang uskup tua melihat badai emosi melintasi wajahJohn, dan ia merasakan rasa kasihan yang mendalam karenapenderitaan pemuda itu.\"Edessa sudah berhasil bertahan melalui beberapa kalikepungan, perang, kelaparan, kebakaran, banjir... Edessaakan sanggup bertahan melawan pasukan Persia, tetapi kau,Anakku, harus bertindak sesuai dengan arahan akal sehat,dan demi kebaikanmu dan demi keamanan rahasia yangsudah dijaga keluargamu selama sekian dasawarsa, kauharus menyelamatkan diri. Sekarang aturlahkeberangkatanmu, John, karena dalam tiga hari kau akanmeninggalkan kota ini. Sekelompok saudagar sudah memuatkaravan; ini kesempatan terakhirmu untuk menyelamatkandiri.\"\"Dan jika kukatakan kepadamu tempat kafan Yesus?\"\"Aku akan membantumu menyelamatkan benda itu.\"Pikiran John masih bergejolak ketika ia meninggalkanruang kerja sang uskup, dan matanya penuh air mata. Iakeluar ke jalan, kesejukan pagi belum lagi buyar olehmatahari bulan Juni yang membakar, dan ia berjalan kesanake mari tanpa tujuan. Untuk pertama kalinya, ia sepenuhnya
sadar bahwa warga Edessa sedang bersiap untuk menghadapipengepungan yang mereka tahu akan menimpa kota mereka. Buruh-buruh bekerja tak kenal lelah memperkuattembok-tembok dan para tentara sibuk memantauseluruhkota, wajah mereka keras, alis mereka berkerut dalam.Dikedai-kedai para pedagang hanya menjajakan sedikitbarang dan di wajah semua orang ia melihat rasa takut. John tersadar betapa selama ini ia hanya memikirkan dirisendiri dan tidak memerhatikan apa yang sedang terjadi disekelilingnya, dan untuk pertama kalinya sejak ia tiba, iamerindukan Myriam, istrinya yang masih muda. Ia bahkanbelum menulis surat untuk mengabarkan bahwa ia baik-baiksaja. Eulalius benar: Pilihannya adalah entah diameninggalkan Edessa secepatnya atau dia menghadapi nasibyang sama seperti warga kota ini. Gigilan ketakutan dankengerian melanda tubuhnya karena ia merasa mungkinkematianlah yang menjadi takdirnya. Ia tidak tahu berapa jam ia berjalan ke seluruh kota,tetapi ketika ia kembali ke rumah Eulalius, tiba-tiba saja iamenyadari rasa haus yang sudah menyertainya sepanjang haridan rasa lapar yang menggerotinya. Ia mendapati Eulalius bersama Ephron dan Kalman,sedang berbicara dengan dua bangsawan yang diutus dariistana. \"Masuklah, John. Hannan dan Maruta membawa beritayang menyedihkan,\" ujar sang uskup. \"Pengepungan sudahdimulai. Edessa tidak akan menyerah pada pasukan Persia.Hari ini, dua kereta tiba di gerbang kota. Yang ada di dalamkereta itu adalah kepala sekelompok tentara yang pergi untukmengukur kekuatan pasukan pimpinan Khusro. Kita sekarang berperang.\" Kedua bangsawan, Hannan dan Maruta, menatappemuda Alexandria itu tanpa banyak minat lalu mereka terusmelaporkan keadaan kota kepada sang uskup. John, yangbingung dan tertegun, mendengarkan orang-orang ituberbicara. Ia sadar bahwa meski ia ingin, meninggalkan kota
tidak akan mudah. Situasinya lebih buruk daripada yang diduga Eulalius: Tidak akan ada karavan lagi. Tidak ada yangmau menanggung risiko kehilangan nyawa dijalan. John melalui hari-hari berikutnya seakan dalam mimpiburuk. Dari tembok-tembok kota terlihat jelas tentara-tentaraPersia mengelilingi api unggun. Serangan kadang berlangsungsehari penuh. Para lelaki tidak memperbolehkan keluarga merekakeluar dan tembok-tembok rumah mereka, sementarapasukan tentara menghadapi serangan yang selalu datang.Masih belum terjadi kekurangan bahan makanan dan airkarena raja Edessa sudah menimbun gandum dan dagingasin, juga sudah membawa banyak ternak ke dalam kota agartentaranya bisa makan dan tetap kuat. \"Apa kau tidur, John?\" \"Tidak, Kalman, rasanya sudah berhari-hari aku tidaktidur. Suara desing anak panah dan suara gemuruh alatpelantak yang menghantam tembok terus menyusupikepalaku, dan aku tidak bisa tidur.\" \"Kabarnya tak lama lagi kota akan jatuh. Kita tidak dapatmenahan lebih lama lagi.\" Bulan-bulan sudah berlalu, hampirdua tahun, sementara Edessa tetap melawan. \"Aku tahu, Kalman, aku tahu. Aku lelah membaluti lukapara tentara dan merawat perempuan dan anak-anak yangmati di tanganku karena kejang atau terkena wabah.Tanganku kapalan karena menggali lubang ditanah untukmengubur jenazah mereka. Pada akhirnya tentara Khusrotidak akan menunjukkan belas kasihan pada siapa pun. Bagaimana keadaan Eulalius? Aku belum sempatmenemuinya... Aku menyesal.\" \"Jangan, dia memang menginginkan kau menolongorang-orang yang paling membutuhkan. Tubuhnya ringkihakibat puasa yang berkepanjangan ini dan rasa nyeri yangmencengkeram tulang-tulangnya. Perutnya membengkak, tetapi dia tidak pernahmengeluh.\"
John mendesah. Ia seperti tidak pernah beristirahat, laridan satu tempat ke tempat lain di tembok, mengobati lukaparah para tentara yang tidak bisa lagi ia beri pereda sakitkarena ia sudah tidak punya tanam-tanaman untuk membuatolesan atau ramuan. Siang dan malam perempuan-perempuan yang putus asadatang ke pintunya, memintanya menyelamatkan anak-anakmereka, dan ia menitikkan air mata tak berdaya karena tidakada yang bisa ia perbuat untuk mereka. Mereka kelaparandan kelelahan, dan nyawa mereka lambat laun pergi. Betapa hidupnya berubah sejak ia meninggalkanAlexandria. Saat terkantuk-kantuk karena lelah, iamemimpikan aroma bersih lautan, tangan lembut Myriam,makanan panas yang disiapkan pembantu tuanya untukmereka, rumahnya yang dikelilingi pohon-pohon jeruk.Selama bulan-bulan pertama pengepungan ia mengutukinasibnya dan menyalahkan diri sendiri karena datang keEdessa untuk mengejar sebuah mimpi, tetapi sekarang tidaklagi. Ia tidak punya tenaga untuk itu, dan mimpinya tetapterpendam, mungkin tak akan terjangkau selamanya. John menepis kantuknya dan bangkit berdiri. \"Aku akanmenemui Eulalius,\" katanya kepada sang pastor. \"Keadaannya pasti akan lebih baik setelah melihatmu.\" Dengan ditemani Kalman ia berjalan ke kamar tempatsang uskup berbaring di ranjang sambil berdoa. \"Eulalius...\" \"Selamat datang, John. Duduklah di sini di sampingku.\" Pedih hati sang tabib melihat perubahan penampilanuskup tua itu. Laki-laki itu sudah menciut dan garis-garis tulangnyaterlihat melalui kulitnya yang nyaris transparan. Pucatwajahnya menandakan kematian. John sangat tergugah melihat sang uskup yang sudahmendekati ajal. Ia, yang datang ke Edessa dengan sikapmendekati angkuh, yang bangga karena akan menunjukkanwajah Tuhan kepada dunia Kristen, tidak memiliki keberanian
untuk menuntaskan tugasnya. Ia jarang sekali memikirkankafan itu selama bulan-bulan pengepungan ini, dan kini,melihat kematian mendekat di wajah Eulalius, ia tahu bahwatidak lama lagi kematian akan mendatangi dirinya juga. \"Kalman, tolong tinggalkan aku berdua dengan Eulalius.\" Dengan lemah sang uskup memberi isyarat kepadaKalman agar meninggalkan mereka. Kalman cemas ketikameninggalkan kamar karena ia tahu kedua pria itu tidaksehat. Pada diri John jelas terlihat bahwa kesedihan telahmeninggalkan bekas-bekasnya; pada diri Eulalius, raganyalahyang mulai menyerah. John menatap mata Eulalius dan, sambil menggenggamtangannya, duduk di samping sang uskup. \"Maafkan aku, Eulalius, aku tidak melakukan apa punselain keburukan sejak aku datang ke sini, dan yang terburukdan dosa-dosaku adalah tidak memercayakan rahasiakupadamu. Aku telah berdosa karena berbangga diri tidakmengatakan kepadamu rahasia tempat kafan itudisembunyikan. Sekarang akan kukatakan kepadamu, dankau akan memutuskan apa yang harus kita lakukan. SemogaTuhan mengampuniku jika yang akan kukatakan inimenunjukkan keraguan, tetapi jika pada kain itu wajahTuhankita benar-benar tercetak, maka Ia akan menyelamatkan kita,sebagaimana Ia menyelamatkan Abgar dari kematian yangsudah di depan mata.\" Dengan takjub Eulalius mendengarkan John membukarahasia itu. Selama lebih dari empat ratus tahun kain kafan Yesustersimpan di balik batu-batu bata di sebuah celah yang dibuatdi dalam tembok di atas gerbang barat kota. Itulah satu-satunya tempat yang selama ini mampu menahan gempurantentara Persia. Laki-laki tua itu berusaha duduk dan, sambil menangis,merangkul si orang Alexandria. \"Puji Tuhan! Aku merasakan kegembiraan yang sangatdalam hatiku. Sekarang juga kau harus pergi ke tembok barat
dan menyelamatkan kain itu. Ephron dan Kalman akanmembantumu, tetapi kau harus pergi sekarang. Aku merasabahwa Yesus masih mengasihi kita dan menghadirkankeajaiban.\" \"Eulalius, aku tidak mungkin muncul di hadapantentara-tentara yang sedang mempertaruhkan nyawa menjagagerbang barat dan mengatakan bahwa aku mencari sebuahcelah yang tersembunyi di tembok. Mereka akan mengira akugila, atau bahwa aku menyembunyikan harta karun... Tidak,aku tidak bisa pergi ke sana.\" \"Kau harus pergi, John.\" Sekonyong-konyong suara Eulalius kembali tegas dankuat. Begitu tegasnya hingga John tertunduk, tahu bahwakali ini ia harus patuh. \"Kalau begitu, Eulalius, izinkan aku mengatakan bahwakau yang mengutusku.\" \"Memang aku yang mengutusmu! Sebelum kau tiba,dalam mimpiku aku mendengar suara ibunda Yesusmengatakan kepadaku bahwa Edessa akan diselamatkan. Danitulah yang akan terjadi, dengan perkenan Tuhan.\" Di luar mereka bisa mendengar teriakan para tentaraberbaur dengan tangisan beberapa bayi yang masih hidup.Eulalius memanggil Kalman dan Ephron. \"Aku mendapat mimpi. Kalian harus pergi bersama Johnke gerbang barat dan—\" \"Tetapi, Eulalius,\" teriak Ephron, \"para tentara tidakakan membolehkan kami lewat.\" \"Kalian tetap pergi, dan kalian akan mematuhi perintahJohn. Edessa bisa diselamatkan.\" Sang kapten, yang meradang, memerintahkan keduapastor dan teman mereka meninggalkan tempat itu. \"Gerbang sudah hampir rubuh, dan kalian ingin kamipergi mencari sebuah celah tersembunyi, kalian gila! Akutidak peduli meski uskup yang mengutus kalian! Pergi!\"
John melangkah maju dan memberitahu sang kaptenbahwa dengan atau tanpa bantuannya mereka akan memanjattembok di atas gerbang barat dan menggali. Anak-anak panah berjatuhan di sekeliling mereka, tetapidi depan tatapan kagum para tentara, mereka tetap taktersentuh. Dengan mengerahkan sisa tenaga terakhir, tentara-tentara menggandakan upaya mereka mempertahankanbagian tembok itu sementara ketiga laki-laki menggali denganpanik. \"Ada sesuatu di sini!\" teriak Kalman. Beberapa saat kemudian, John memegang sebuahkeranjang yang sudah menghitam oleh waktu. Ia membukakeranjang itu dan dengan lembut menyentuh kain yangterlipat. Tanpa menunggu Kalman atau Ephron, ia merayap turundan mulai berlari menuju rumah Eulalius. Ayahnya telah mengatakan kebenaran: Ayahnya dansemua ayah sebelum ayahnya adalah penjaga rahasia kainkafan yang dipakai Yosef dan Arimathea untuk membalutjenazah Yesus. Sang uskup gemetar penuh emosi ketika John memasukikamar. Pemuda itu mengeluarkan kain kafan dari balik tuniknyadan membentangkan di hadapan sang uskup, yang bangkitdari tempat tidur dan jatuh berlutut karena terpukau melihatwajah seorang pria yang tercetak sempurna di kain itu. http://anesularnaga.blogspot.com
24 Dikelilingi buku-buku, Sofia begitu terserap dalambacaannya hingga tidak sadar bahwa Marco sudah masukkeruangan kantor. Sudah berjam-jam Sofia di sana,memanfaatkan keheningan pagi sebelum hari mereka resmidimulai. \"Apa pun itu, pasti menakjubkan,\" ujar Marco, \"karenakau bahkan tidak tahu aku di sini.\" \"Oh, maaf, Marco,\" jawab Sofia, agak terlompat. \"Sedang membaca apa?\" \"Sejarah kafan Yesus.\" \"Tapi kau sudah hafal di luar kepala. Semua orang Italiatahu sejarah itu.\" \"Itu betul. Tapi aku ingin menggali sedikit lebih dalam.Mungkin ada sesuatu di sini yang bisa memberi kitapetunjuk.\" \"Sesuatu dalam sejarah kafan itu?\" \"Sebut saja ini riset spekulatif. Tidak satu batu pun yangtidak diangkat.\" \"Menarik. Sudah menemukan sesuatu?\" \"Belum. Aku hanya membaca sambil berharap cahaya ituakan muncul.\" Sofia tersenyum dan mengetuk dahi. \"Sudah sejauh mana?\" \"Abad keenam, waktu seorang uskup di Edessa bernamaEulalius mendapat mimpi. Dalam mimpi itu seorangperempuan mengungkapkan kepadanya di mana kafan ituberada. Kau tahu bahwa selama itu Kafan Suci menghilang,tidak ada yang tahu di mana keberadaannya. Sebenarnya, sama sekali tidak diketahui bahwa kain ituada. Tetapi Evagrius-\" \"Evagrius? Siapa itu Evagrius?\" Minerva menjatuhkanbawaannya di sebuah meja dan bergabung dengan mereka.
\"Evagrius Ponticus. Menurut Evagrius dalam bukunyaHistoria Ecclesiasticus, pada 544 Edessa dikepung olehpasukan raja Persia, Khusro, tapi entah bagaimana kota itubalik menyerang pasukan Persia dan menang, semua itu,diduga, berkat Mandylion, yang diarak penduduk kota itusepanjang tembok pertahanan dan-\" \"Tapi siapa pula itu Evagrius dan apa pula ituMandylion?\" Minerva berkeras. \"Kalau kau membiarkanku menyelesaikan,\" kata Sofiadengan ketidaksabaran yang hampir tidak disembunyikan,\"kau mungkin akan tahu.\" \"Maaf.\" Minerva mengangkattangan dan meringkuk. Marco tersenyum. \"Sofia,\" jelasnya, \"sedang menelitisejarah Kafan Suci, dan kami tadi sedang membicarakankemunculan kain itu di Edessa pada 544 ketika kota itudikepung pasukan Persia. Rakyat Edessa sudah putusharapan, hampir menyerah atau takluk. Tak peduli berapabanyak anak panah berujung api yang mereka tembakkan kearah pasukan Persia, alat-alat pengepungan itu tidakterbakar.\" \"Jadi apa yang terjadi?\" tanya Minerva. \"Nah, menurut Evagrius,\" Sofia melanjutkan sambilmengangkat alisnya ke arah Marco dan mengangguk penuhpenghargaan, \"Eulalius, uskup Edessa, bermimpi dan dalammimpi itu seorang perempuan mengungkapkan kepadanyatempat kafan itu disembunyikan. Mereka pergi mencari kainitu dan mereka temukan di gerbang barat kota, dalam sebuahcelah yang dibuat di dalam tembok. Penemuan itumemulihkan semangat kota dan kafanYesus diarak sepanjangtembok pertahanan di atas tembok kota, sementara tentarayang bertahan terus menembakkan anak panah mereka kearah alat-alat pengepungan milik pasukan Persia. Tetapi kali ini alat-alat itu benar terbakar dan tentaraPersia akhirnya meninggalkan pengepungan.\" \"Cerita yang bagus, tapi apa itu benar?\" tanya Minerva.
\"Coba pikir, Minerva. Ada banyak hal yang selama sekianperiode oleh para ahli sejarah dianggap legenda yang turuntemurun tetapi akhirnya ternyata adalah tuturan peristiwayang benar terjadi. Contoh yang paling baik adalah Troy,Mycenae, Knossos... kota-kota yang selama ratusan tahundiyakini milik dunia mitos tetapi keberadaan historisnyaakhirnya dibuktikan oleh Schliemaan, Evans, dan arkeolog-arkeolog lain,\" jawab Sofia. \"Tapi, apa pun kejadian lainnya, uskup itu pasti tahukafan itu ada di sana, bukan? Tak peduli seberapa inginnyakau percaya, kau tidak mungkin memercayai urusan mimpiitu, bukan?\" \"Yah, itulah kisah yang diturunkan pada kita,\" Marcomenjawab, \"tapi kau mungkin benar. Eulalius pasti tahu tempatkafan itu disembunyikan, atau mungkin dia yang menyimpandi sana supaya bisa dia keluarkan pada saat yang tepat danmengatakan telah terjadi keajaiban. Siapa yang tahubagaimana kejadian sebenarnya seribu lima ratus tahun yanglalu? Sedangkan pertanyaanmu tentang Mandylion, Mandyliondiduga sehelai kain kecil yang ditutupkan pada Kristus saatkematiannya, yang memiliki citra wajahnya. Banyak orangmenganggap Mandylion adalah kafan itu, tetapi dilipat agarhanya memperlihatkan wajah, bukan seluruh tubuh.\" Tepat saat itu Pietro, Giuseppe, dan Antonino masuksambil panas memperdebatkan sepak bola. Marco memanggil semuanya agar berkumpul untukmenyampaikan perkembangan terbaru mengenai pembebasansi Bisu di Turin. Pietro melirik Sofia. Selama ini keduanya sebisa mungkinsaling menghindar, dan meski mereka berusaha untukmempertahankan hubungan profesional yang akrab, merekajelas tidak nyaman bersama-sama. Jelas kelihatan bahwaPietro masih mencintai Sofia dan bahwa Sofia mulai
menjauhinya. Marco dan yang lainnya berusaha sebisa-bisanya untuk memisahkan mereka. \"Baiklah,\" Marco memulai. \"Dewan pembebasan bersyaratakan kembali ke penjara Turin beberapa hari lagi. Sewaktumereka tiba di sel si Bisu, kepala penjara, pekerja sosial, danpsikolog penjara akan diminta memberikan penilaian terakhirmengenai si Bisu. Ketiganya akan sepakat bahwa dia hanyapencuri kelas teri yang tidak menimbulkan bahaya bagidirinya sendiri ataupun masyarakat dan sudah ditahan cukuplama.\" \"Terlalu gampang ditebak,\" Pietro memotong. \"Tidak, tidak akan terlihat seperti itu,\" jelas Marco. \"Mereka akan berpura-pura hanya sekedar melakukanformalitas. Si pekerja sosial akan mengusulkan si Bisu dikirimke penjara khusus, unit psikiatri, untuk dievaluasi apakah diamampu berdiri sendiri. Kita lihat apakah dia jadi gugupdengan ide terkurung di rumah sakit psikiatri atau tetaptenang. Langkah berikutnya adalah membisu. Kita biarkan diamerasa gerah beberapa lama dan meminta para penjagamengamati reaksinya. Jika semuanya berjalan baik, sebulankemudian dewan akan kembali ke penjara itu lagi, mengambilkeputusan final, dan dua minggu kemudian dia dibebaskan.Sofia, aku ingin kau pergi keTurin bersama Giuseppe danmulai membentuk tim disana. Beritahu aku apa saja yangakan kita perlukan. \"Dan jangan lupa makan malam nanti,\" Marcomengingatkan mereka setelah ia selesai. Hari ini hari ulangtahunnya dan Paola mengadakan pesta kecil di rumahmereka. \"Jadi kau akan membebaskan orang itu. Riskan sekali.\"Marco dan Santiago Jimenez menyesap soda Gampari yangbaru saja dibawakan Paola sementara mereka berbicara. \"Ya, tapi hanya dia satu-satunya petunjuk yang kamipunya. Entah dia membawa kami ke suatu tempat atau kasusini akan terbuka sepanjang sisa hidup kami.\" Karena meja mereka tidak cukup besar untuk semuaorang, Paola menyiapkan hidangan secara prasmanan dan,
dengan dibantu putri-putri mereka, sekarang berkelilingmengisi kembali gelas dan piring dan mengurusi sekitar duapuluh tamu. Selain anggota divisi Marco dan teman-temanlain, John dan Lisa Barry juga datang. \"Sofia dan Giuseppe akan mulai menyiapkan segalasesuatunya di Turin minggu depan.\" \"Adikku Ana juga akan pergi ke Turin. Aku harusmemberitahu, sejak kau mengundang kami makan malam,Ana terobsesi dengan kasus ini. Dia baru saja mengirimiku e-mail panjang tentang sejarah kafan itu, di sanalahmenurutnya kunci kasus ini berada.\" Santiago terus berbicarameski Marco memperlihatkan ekspresi kesal. \"Bagaimanapun juga, aku memang ingin kautahu. Anabersumpah tidak akan menerbitkan satu kata pun daripembicaraan kita, tetapi dia memutuskan untuk menyelidikisendiri, di Turin. Dia hebat, cerdas, tahan banting, danambisius, seperti semua wartawan yang baik, kurasa, dan diapunya insting yang kuat. Kuharap penyelidikannya tidak akanmenyulitkanmu, tetapi kalau kau dengar ada wartawan yangmengendus-ngendus di tempat yang tertutup baginya danmenimbulkan masalah, beritahu aku. Maafkan aku, Marco,seperti inilah jadinya kalau berhubungan dengan pers, meskiitu keluarga sendiri.\" \"Boleh kulihat e-mail itu?\" tanya Marco. \"E-mail Ana?\" \"Ya. Sofia juga sedang membaca sejarah kafan itu.Mereka punya jalan pemikiran yang sama dan harus kuakuimenurutku itu bukan ide jelek.\" \"Oh, ya? Boleh saja, nantikukirim, tetapi semuanya sangat spekulatif. Aku tidak yakinada yang bisa kaugunakan.\" \"Nantinya akan kuteruskan pada Sofia meski aku benar-benar tidak suka melibatkan wartawan dalam kasu sini ataukasus lainnya. Cepat atau lambat mereka akanmengacaukansemuanya, dan demi menjadi orang pertama yangmenurunkan berita tertentu mereka sanggup—\"
\"Tidak, tidak, Marco, aku tidak menutup-nutupi apapundarimu. Ana itu jujur, dan dia adikku, dia mencintaiku, diatidak akan melakukan apa pun yang akan merugikanku. Diatahu aku tidak boleh terlibat masalah dengan pihak-pihakberwenang di sini, apalagi dengan seseorang yangkuperkenalkan kepadanya.\" \"Dia akan mengatakan kepadamu kalau dia menemukansesuatu?\" \"Ya. Dia ingin membuat kesepakatan denganmu,mengirimimu semua yang dia yakin akan dia temukan, dansebagai gantinya kau memberinya yang sudah kautahu. Tentusaja aku sudah mengatakan kepadanya bahwa dia bermimpikalau berpikir dia bisa membuat kesepakatan denganmu atausiapa saja yang berkaitan denganmu, tetapi aku kenal Ana,dan jika dia menemukan sesuatu, dia tentu harusmenyediakan bukti yang memperkuat halitu, jadi dia akanmeneleponku dan memintaku menyampaikan kepadamu-\" \"Jadi kami sudah punya seorang sukarelawan, seorangmagang di Kejahatan Seni, boleh dibilang begitu! Baiklah,Santiago, tidak masalah. Akan kuberitahu Giuseppe dan Sofia agar membukamata mewaspadai Ana bila mereka sudah di Turin.\" \"Untuk apa kami membuka mata?\" \"Sofia!\" Marco menoleh pada sang ahli sejarah ketikaSofia bergabung. \"Santiago menceritakan kepadaku tentangadiknya Ana, aku tidak tahu apakah kau pernah bertemudengannya... \" \"Kurasa pernah, beberapa tahun yang lalu. Bukankah diakau ajak ke pesta untuk merayakan pensiunnya Turcio?\" Sofiabertanya kepada Santiago. \"He-eh, kau benar. Waktu itu Ana sedang di Roma danikut denganku. Dia sering menengokku, aku yang tertua, dansatu-satunya kakak lelaki. Ayah kami meninggal sewaktu diamasih kecil, dan kami selalu sangat akrab.\" Sofia mengangguk. \"Aku ingat kami berbicara sebentarmengenai hubungan pers, polisi. Menurutnya kadang-kadang
keduanya bisa bersanding bersama demi keuntungantertentu, tetapi akan selalu berakhir di pengadilan perceraian.Aku suka Ana, dia cerdas.\" \"Aku lega kau menyukainya, karena mungkin kau akanberpapasan dengannya di Turin, sedang mengejar kisahtentang kain kafan kita,\" Marco memberitahu Sofia. Sofia mengangkat alis karena kaget dan Santiago cepat-cepat menjelaskan. \"Tapi kautahu apa yang baru saja dikatakan Santiagokepadaku, Sofia?\" ujar Marco ketika Santiago selesai. \" Anajuga sedang mengorek-ngorek sejarah kafan itu. Menurutnyadi sanalah kita akan menemukan jawaban.\" \"Ya, sama seperti yang kupikirkan.\" \"Itulah yang kukatakan kepada Santiago. Dia akanmeneruskan pada kita e-mail yang Ana kirim tentang sejarahitu. Mungkin akhirnya Ana akan berlari-lari membunyikan beldi sekeliling kita!\" \"Jadi kenapa kita tidak bicara saja dengannya?\" tanyaSofia. \"Untuk sekarang ini, biar kita berpegang pada tim kitasendiri,\" jawab Marco bijak. \"Ini bukan pertama kalinya, dan kau tahu itu, polisibekerja bersama-sama wartawan dalam suatu kasus.\" \"Aku tahu, tapi aku tidak ingin menarik perhatian danmenjaga kisah ini hanya dalam lingkungan yang bisadikendalikan, selama kita bisa. Jika Ana menemukan sesuatuyang bisa kita gunakan, baru kita pikirkan lagi.\" http://anesularnaga.blogspot.com
25 Guner sudah selesai menyikat setelan hitam Addaio danmenggantung pakaian itu di lemari pakaian di ruang ganti.Dalam perjalanannya kembali ke kamar tidur ia merapikankertas-kertas yang ditinggalkan Addaio di meja danmengembalikan beberapa buku ke rak. Addaio kemarin bekerja sampai larut. Bau harumtembakau Turki masih tercium di kamar yang sederhana itu.Guner membuka jendela dan berdiri sejenak memandang keluar ke kebun. Ia tidak mendengar langkah kaki halus dibelakangnya atau melihat ekspresi resah di wajah tuannya. \"Apa yang sedang kaupikirkan, Guner?\" Guner berbalik,berusaha agar tidak menampakkan perasaan apa pun daribalik wajahnya yang kaku. \"Tidak ada, sungguh. Ini hari yang indah sekali danmembuat orang merasa ingin keluar.\" \"Kenapa kau tidak melewatkan beberapa hari bersamakeluargamu? Kau bisa pergi begitu aku berangkat.\"\"Kau akan pergi?\" \"Ya. Aku akan ke Jerman dan Italia, aku inginmengunjungi orang-orang kita. Aku harus tahu kenapa kitaterus melakukan kesalahan dan di mana pengkhianatan ituterjadi. Penyelidikanku di sini tidak membuahkan hasil.\"\"Sebaiknya kau tidak pergi, Addaio. Itu berbahaya.\" \"Aku tidak mungkin menyuruh mereka semua datang kesini: itu baru berbahaya.\" \"Suruh mereka menemuimu di Istambul. Kota itu penuhwisatawan sepanjang tahun, tidak akan ada yangmemerhatikan mereka di sana.\" \"Tetapi tidak semua akan bisa datang. Lebih mudahbagiku jika aku yang pergi menemui mereka daripada jikamereka yang datang menemuiku. Bagaimanapun juga, akusudah memutuskan. Aku akan berangkat besok.\"
\"Apa yang akan kaukatakan pada orang-orang di sini?\" \"Bahwa aku lelah dan akan berlibur sebentar, untukmengunjungi teman-teman di Jerman dan Italia.\"\"Berapa lamakau pergi?\" \"Satu minggu, sepuluh hari, tidak lebih lama dari itu, jadimanfaatkan kepergianku dan istirahatkan dirimu. Tentu baikbagimu jauh dariku sebentar. Akhir-akhir ini kau kelihatantegang, seperti marah kepadaku. Kenapa begitu?\" \"Baiklah, Addaio, akan kukatakan yang sebenarnya.Mungkin kau mau memikirkan selama kau pergi. Aku sudahmenderita, jauh di dalam hatiku, karena masalah ini selamaberbulan-bulan, mungkin bertahun-tahun.\" Pelayan ituberhenti sejenak dan menatap sang pastor, lalu menghelanafas dalam-dalam dan melanjutkan. \"Aku merasa sepertinyakita sudah mengkhianati semua yang seharusnya kita junjungsesuai sumpah yang sudah kita ucapkan. Aku kasihan sekalipada pemuda-pemuda yang kaukorbankan. Dunia ini sudahberubah, tetapi kau berkeras kepala bahwa segala sesuatunyaharus tetap sama. Kau tidak bisa terus mengandalkanmutilasi yang kejam ini dan mengirim pemuda-pemuda untukmenjemput ajal, dan..\" Tuannya menghentikan sebelum ia bisa melanjutkan.\"Kita berhasil bertahan hidup selama dua ribu tahun karenapengorbanan dan kebisuan orang-orang sebelumkita,pengorbanan yang membuat pengorbanan kita tampak takada apa-apanya. Ya, aku memang menuntut pengorbananyang besar, aku sendiri pun sudah mengorbankan hidupku,hidup yang tidak pernah menjadi milikku, seperti jugahidupmu bukanlah milikmu. Mati demi tujuan kita adalah suatu kehormatan;mengorbankan suara pun begitu. Aku tidak memotong lidahmereka; merekalah yang dengan sukarela menawarkanpengorbanan itu karena mereka tahu itu sangat penting bagitujuan kita. Dengan berbuat begitu, mereka melindungi kitasemua dan melindungi diri mereka sendiri.\" \"Kenapa kita tidak memunculkan diri saja?\"
\"Apa kau gila, Guner? Apa kau benar-benar mengirabahwa kita akan selamat jika kita mengungkapkan diri?Kautahu kekuatan orang-orang yang menentang kita danbahaya yang kita timbulkan bagi mereka. Sejarah kita dan mereka saling terjalin dan mereka sudahmenghabisi semua orang, semua, sepanjang abad ini, yangmencoba mengikuti jalinan itu ke titik asalnya. Kita sendirihanya menemukan setengah kebenaran dan kebohongan,meski dengan semua jerih payah kita. Kau ini kenapa, iblisapa yang merasuki pikiranmu?\" \"Kadang aku berpikir bahwa iblis sudah menguasaimu.Kau jadi keras dan kejam. Kau tidak merasa kasihan padasiapa pun, pada apa pun. Apakah itu demi memenuhisumpahmu, Addaio? Atau apakah itu seseorang yangsepanjang hidupmu kau hindari?\" Mereka berdiri membisu, saling menatap. Guner sadarbahwa ia sudah mengatakan lebih dari yang seharusnya, danAddaio terkejut sendiri bahwa ia menerima, tanpa membalassepatah kata pun, teguran Guner. Hidup mereka sudah salingterlilit dan tidak bisa diurai lagi, dan mereka sama-sama tidakbahagia. Sanggupkah Guner mengkhianatinya? Addaio menolakpikiran itu, tidak, tidak sanggup. Ia memercayai Guner;sebenarnya, ia memercayakan hidupnya pada Guner. \"Kemastasku untuk besok,\" akhirnya ia memerintahkan. Tanpa menjawab, Guner berbalik dan menyibukkan diridengan menutup jendela. Rahangnya sakit karena terusmenggertakkan gigi. Ia menarik nafas dalam ketikamendengar suara lirih pintu yang menutup di belakang sangpastor. Ia melihat secarik kertas di lantai, di samping tempattidur Addaio, dan ia membungkuk untuk memungut. Ternyatasepucuk surat yang ditulis dalam bahasa Turki, tanpa tandatangan. Orang yang menulis surat itu memberitahu Addaiobahwa dewan pembebasan bersyarat di Turin sedang meneliti
kemungkinan pembebasan Mendib, dan meminta petunjuk,khususnya apa yang harus dilakukan jika Mendibdibebaskan. Guner bertanya kepada dirinya sendiri mengapa Addaiotidak menyimpan surat sepenting ini. Apakah Addaio inginGuner menemukan surat ini? Apakah Addaio sedangmengujinya, apakah Addaio menduga dialah si pengkhianat? Sambil membawa surat itu ia melangkah ke kantorAddaio, mengetuk halus di pintu, dan menunggu pastor itumengizinkannya masuk. \"Addaio, surat ini ada di lantai di sebelah tempattidurmu,\" katanya tanpa pendahuluan ketika ia menghadaptuannya lagi. Sang pastor menatapnya tanpa perasaan danmengulurkan tangan meminta surat itu. \"Surat itu sudah kubaca. Kukira kau sengajamenjatuhkan surat itu supaya kutemukan dan kubaca,jebakan untuk melihat apakah akulah si pengkhianat. Bukanaku. Aku sudah mengatakan pada diriku sendiri ribuan kalibahwa seharusnya aku pergi saja; aku sudah berpikir ribuankali untuk memberitahu dunia siapa kita dan apa yang kitalakukan. Tetapi itu belum, dan tidak akan, kulakukan, demimenGenarig ibuku, dan supaya keluargaku bisa terus hidupdengan kepala tegak dan keponakan-keponakanku bisamenikmati hidup yang lebih baik dan lebih bahagia daripadahidupku selama ini. Demi merekalah, dan karena aku tidaktahu akan bagaimana nasibku nanti, aku tidakmengungkapkan keberadaan kita. Aku ini hanya seorang laki-laki, seorang laki-laki miskin, yang terlalu tua untuk memulaihidup baru. Aku ini pengecut, seperti dirimu, kita berduasudah jadi pengecut sewaktu kita menerima kehidupan ini.\" Addaio menatap Guner tanpa berbicara, mencoba melihatdalam ekspresi pelayannya itu pikiran tertentu, emositertentu, jejak dari sesuatu yang bisa mengatakan kepadanya
bahwa satu-satunya temannya ini masih menyimpan kasihsayang untuknya. \"Sekarang aku tahu kenapa kau berangkat besok,\"lanjutpelayan kecil itu. \"Kau cemas, kau takut pada apayangmungkin menimpa Mendib. Apakah ayahnya sudah kau beritahu?\" \"Karena kau begitu yakin bahwa kau tidak akan pernahmengkhianatiku, kau akan kuberitahu bahwa aku cemaskarena mereka akan membebaskan Mendib. Kalau kau sudahbaca surat ini, maka kau tahu bahwa kontak kita di penjaramelihat Kepala Divisi Kejahatan Seni mengunjungi Mendib,dan menyampaikan pada kita bahwa jelas terlihat kepalapenjara sedang merencanakan sesuatu. Kita tidak bolehmengambil risiko apa pun.\" \"Apa yang akan kaulakukan?\" \"Apa pun yang mungkin perlu dilakukan untuk menjaminkelangsungan hidup komunitas kita.\" \"Bahkan memerintahkan Mendib dibunuh?\" \"Sebenarnya kau atau aku yang sampai pada kesimpulanitu?\" \"Aku kenal kau, dan aku tahu apa yang sanggup kaulakukan.\" \"Guner, kaulah satu-satunya teman yang pernahkumiliki. Aku tidak pernah menyembunyikan apa pun darimu;kautahu semua rahasia komunitas kita. Tetapi sekarang akusadar bahwa kau tidak menyimpan rasa kasih apa pununtukku, sedari dulu pun tidak.\" \"Kau salah, Addaio, kau salah. Kau selalu baik padaku,sejak hari pertama aku tiba di rumahmu, ketika usiakusepuluh tahun. Saat itu kau tahu betapa aku sedihmeninggalkan orang tuaku, dan kau melakukan semua yangbisa kaulakukan untuk membantuku menemui mereka. Akutidak akan pernah melupakan bagaimana kau bersedia pergike rumah keluargaku bersamaku dan membiarkan akumelewatkan malam di sana sementara kau berkelanamenjelajahi pedesaan, sengaja berlama-lama agar
kehadiranmu tidak jadi beban bagi kami. Aku tidak akanpernah bisa menyalahkanmu atas perilakumu terhadapku.Tetapi perilakumu terhadap dunia, terhadap komunitas kita,kepedihan yang begitu parah yang kautimbulkan, itu yangtidak bisa kusetujui.\" Guner meninggalkan kantor itu dan berjalan ke kapel. Disana, sambil berlutut, ia biarkan air mata membasahi pipinyaselagi ia mencari pada salib yang terletak di altar jawaban ataspertanyaan-pertanyaan yang menyiksanya. http://anesularnaga.blogspot.com
26 944 Masehi Edessa berkobar dilahap api. Jeritan penduduknyamembumbung mengalahkan suara berdebam kayu-kayu yangterbakar dan suara pertempuran saat pasukan sang kaisarmulai menelan kota. Mengapa Tuhan meninggalkan mereka? Uskup tua itu terhuyung bangkit ketika komandanpasukan emir yang tinggi besar memasuki kapel, wajahnyayang lelah oleh beban peperangan penuh garis-garispenyesalan. Para pejuang Muslim kota itu bertempur dengangagah berani atas nama orang-orang Kristen, ratusan sudahtewas untuk mempertahankan bagi Edessa Mandylion miliksang rasul Yesus, semoga Allah melindunginya. Tetapi sekarang tidak ada pilihan lagi. Mandylion ituharus diserahkan. Tangisan keras terdengar dan kerumunanumat Kristen yang memenuhi gereja ketika sang uskupmelangkah maju ke altar dan mengeluarkan kain yang sangatbernilai itu dari peti penyimpanan yang sederhana. Lalu, bersama para tetua komunitasnya yang berkumpulmengelilinginya, ia berjalan dengan langkah tertatihmenghampiri komandan yang menunggu dan menyerahkankain yang terlipat itu dengan hati-hati. Mereka jatuh bertulutketika kafan Yesus diambil dari mereka, untuk memulaiperjalanan panjang dari tempatnya yang sebenarnya di Edessake tangan Kaisar Bizantium. Mereka telah melanggar sumpah,padahal leluhur-leluhur mereka tewas demi menjunjungsumpah itu. Orang-orang ini, keturunan si penulis istana Timaeus, siraksasa Obodas, Izaz keponakan Josar, John si orangAlexandna, dan begitu banyak pemeluk Kristen yang telahmengorbankan nyawa demi Kafan Suci, akan mengambilkembali kain itu, dan jika mereka tidak berhasil, maka anak-
anak mereka sendiri, dan sesudah itu anak-anak dan anak-anak mereka, bila perlu, tidak akan berhenti sampai misi itutercapai. Mereka bersumpah di hadapan Tuhan, di hadapan salibkayu besar yang menggantung di atas altar, di hadapanlukisan sang Bunda yang Terberkati, di hadapan Kitab Injil. http://anesularnaga.blogspot.com
27 \"Kau jadi sedikit Neurotik dalam masalah ini, bos,\"Giuseppe mengeluh ketika Marco sekali lagi mengemukakantopik terowongan Turin. \"Kami sudah meneliti peta-peta itu,dan tidak ada terowongan yang menuju katedral. Titik.\" \"Dengar, Giuseppe, orang-orang ini keluar masuk melaluisesuatu yang bukan pintu depan. Tanah di bawah Turin iniseperti keju Swiss. Penuh dengan terowongan dan tidak semuanya ada dipeta.\" Sofia merasa Marco benar. Penyusup-penyusup katedralitu sepertinya muncul dan menghilang seolah dengan sihir,dan tanpa jejak apa pun. Pada detik terakhir atasannya itu memutuskan akanpergi ke Turin bersama mereka. Menteri Kebudayaan sudahmembujuk Menteri Pertahanan agar mengeluarkan surat izinbagi Marco untuk menjelajahi terowongan-terowongan Turin,termasuk yang sudah ditutup untuk umum. Pada peta-petainfrastruktur bawah tanah kota Turin yang dipegang angkatandarat, tidak ada terowongan yang menuju katedral, tetapiMarco merasa peta-peta itu salah. Dengan bantuan seorangkomandan di bagian reka cipta dan beberapa spesialisfortifikasi dari regimen Petro Micca, Marco akan menjelajahiterowongan-terowongan yang ditutup itu. Dia sudahmenanda-tangani surat pernyataan yang membebaskanangkatan darat dan pemerintah kota dari semua tanggungjawab jika ia menyebabkan dirinya sendiri tewas atau cedera,dan sang menteri sudah mengatakan dengan sangat jelasbahwa ia tidak boleh membahayakan nyawa orang-orang yangmendampinginya. \"Giuseppe,\" Sofia menyela, \"kita ini sebenarnya tidaktahu ada apa di bawah Turin. Jika kita menggali, hanyaTuhan yang tahu apa yang akan kita temukan. Sebagia
nterowongan yang menjalar di bawah kota ini belum pernahditeliti di zaman modern; yang lainnya kelihatannya tidakmenuju ke mana-mana. Sebenarnya, salah satu dariterowongan-terowongan itu mungkin saja menuju katedral.Bagaimanapun juga, itu masuk akal kota ini sudah pernahdikepung berapa kali? Dan katedral menyimpan banyak sekalibenda yang tidak mungkin tergantikan dan warga Turin tentuingin melindungi harta itu jika kota mereka diserang atauditaklukkan musuh.\" Giuseppe terdiam. Dia tahu kapan harus menyerah. Mereka menginap di Hotel Alexandra, di dekat pusat kotatua yang bersejarah. Esok hari mereka akan mulai bekerja.Marco akan pergi menyusuri terowongan-terowongan kota,Sofia sudah membuat perjanjian dengan Kardinal, danGiuseppe akan menemui carabinierikota untuk memutuskanberapa banyak petugas yang mereka perlukan untukmembuntuti si Bisu. Tetapi saat itu, atas undangan Marco,mereka sedang menikmati makan malam di Al GhibellinFuggiasco, sebuah restoran Turin yang klasik dan nyamandan terkenal akan hidangan laut kelas dunianya. Hidangan kedua baru saja disajikan ketika merekadikejutkan oleh Padre Yves. Pastor itu menghampiri mejamereka dengan senyum tersungging dan menjabat tangansetiap orang dengan hangat seolah ia senang sekali bertemumereka. \"Saya tidak tahu Anda juga datang keTurin, Signor Valoni. Kardinal memang memberitahu sayabahwa Dottoressa Galloni akan mengunjungi kami, saya rasaAnda punya janji dengan Yang Agung besok, Dottoressa?\" \"Ya, benar,\" jawab Sofia. \"Dan bagaimana perkembangan investigasi Anda? Baik,saya harap?\" Marco mengangguk tetapi tidak mengatakanapa-apa ketika Padre Yves meneruskan. \"Pekerjaan di katedralsudah selesai, dan Kafan Suci sudah bisa dilihat kembali olehmereka yang beriman. Kami sudah memperkuat langkah-langkah pengamanan, dan COCSA sudah memasang sistem
pemantau kebakaran yang canggih. Saya rasa sekarang tidakakan ada lagi bencana.\" \"Saya harap Anda benar, Padre,\" ujar Marco. \"Ya, sesungguhnya saya juga berharap begitu. Nah, sayapamit. Buon appetito.\" Mereka melihatnya duduk di sebuah meja tak jauh darimereka, dan di sana seorang perempuan muda berambutgelap sedang menunggunya. Marco tertawa. \"Tahu siapa yang bersama Padre Yves kitayang baik itu?\" \"Seorang gadis cantik, rupanya, mau tak mau kauherandengan pastor-pastor itu,\" kata Giuseppe terkejut. \"Itu Ana Jimenez, adik Santiago. Sekarang gilirankuharus ke sana dan menyapanya!\" Marco melintasi ruangan, mendekati mereka. Anamelemparkan senyum lebar dan bertanya apakah Marco bisamenyisihkan beberapa menit untuk berbicara bila sedangpunya waktu. Dia tiba di Turin empat hari yang lalu. Marco tidak menjanjikan apa-apa; ia mengatakan akansenang sekali minum kopi jika punya waktu tetapi ia tidakakan lama di Turin. Ketika ia bertanya hotel mana yang bisa ia telepon untukmenemui Ana, adik Santiago itu menjawab Hotel Alexandra. \"Kebetulan sekali. Kami juga menginap di sana.\" \"Kakakku yang merekomendasikan, dan hotel itusempurna untuk beberapa hari.\" \"Nah, kalau begitu, aku yakin kita bisa mencari sedikitwaktu untuk berbicara.\" \"Dia menginap di Alexandra,\" kata Marco setelah kembalibergabung dengan Sofia dan Giuseppe. \"Oh, ya? Kebetulan sekali!\" \"Itu bukan kebetulan. Santiago yang menyarankan,seharusnya aku menduga. Itu akan membuat kita semakinsulit menghindarinya.\"
\"Aku tidak yakin aku ingin menghindari gadis cantikseperti itu!\" Giuseppe berkata sambil tertawa. \"Yah, kau harus menghindarinya, dengan dua alasan:pertama, karena dia seorang wartawan dan dia bertekaduntuk mengetahui apa yang kita lakukan dalam kasuskatedral ini, dan kedua, karena dia adik Santiago dan akutidak ingin ada masalah, mengerti?\" \"Mengerti, Bos, tadi itu cuma bercanda.\" \"Ana Jimenez adalah perempuan yang gigih dan pandai,aku akan serius memperhitungkannya jika aku jadi kau.\" \"E-mail yang dia kirim pada kakaknya penuh dengan ide-ide menarik. Aku tidak keberatan bicara dengannya,\" Sofiamenyela. \"Aku tidak akan melarang, Sofia, tetapi kita harusberhati-hati memilih apa yang kita sampaikan padanya.\" \"Aku ingin tahu apa yang dia lakukan bersama PadreYves,\" Sofia merenung. \"Dia cerdik,\" jawab Marco. \"Seperti yang kukatakan, kitaharus berhati-hati.\" Pria tua itu menutup telepon dan membiarkan matanyamengembara mengamati pemandangan di luar jendela selamabeberapa saat. Daerah pedesaan Inggris itu berkilau hijauzamrud di bawah hangatnya sinar matahari. Teman-temannya menunggunya berbicara dengan penuhharap. \"Dia akan dibebaskan dalam bulan ini. Dewanpembebasan bersyarat sudah secara resmi mengajipermohonan pembebasan bersyarat untuknya.\" \"Itulah sebabnya Addaio pergi ke Jerman dan, menurutinforman kita, akan menyeberang ke Italia. Mendib sudahmenjadi masalahnya yang paling besar dan mendesak,\" ujar siorang Italia. \"Apa menurutmu dia akan membunuh Mendib?\" priadengan aksen Prancis bertanya.
\"Addaio tidak mungkin membiarkan polisi membuntutiMendib pulang atau menuntun mereka ke kontak-kontak yanglain. Karena kalaupun Mendib tidak mendatangi kontak-kontak itu, dia bisa saja mengungkap kehadiran mereka tanpasengaja. Addaio sadar bahwa ini jebakan, dan dia datanguntuk mencegah konsekuensi yang nyata itu,\" tanggap si mantan perwira militer. \"Di mana mereka akan menghabisinya?\" si orang Prancisingin tahu. \"Di penjara, tentu saja,\" kata si orang Italia. \"Di sanatempat yang paling aman. Memang akan ada skandal keciltapi tidak lebih dan itu.\" \"Jadi bagaimana usul kalian?\" si pria tua bertanya. \"Yang terbaik bagi semua orang adalah jika Addaiomenyelesaikan masalah kita,\" ujar si orang Italia. \"Rencana apa yang sudah kausiapkan seandainyaMendib berhasil keluar dari penjara hidup-hidup?\" tanya siorang tua. \"Saudara-saudara kita akan berusaha mencegah polisimengikutinya,\" jawab si orang Italia. \"Tidak cukup jika saudara-saudara kita berusaha;mereka tidak boleh gagal.\" Suara sang pemimpin terdengarmenakutkan seperti guntur. \"Mereka pasti berhasil,\" jawab si Italia. \"Dalam beberapajam ini aku berharap sudah mengetahui detail-detail operasiini.\" \"Baiklah, kita tiba pada inti persoalan, hanya bisa adasatu kesimpulan: Kita harus mengalihkanperhatian carabinieri dari Mendib, atau...\" Si pria tua tidak menyelesaikan kalimatnya. Yang lainmengangguk, hampir serentak; mereka tahu bahwa dalam halMendib, kepentingan mereka sama dengan kepentinganAddaio. Mereka tidak bisa membiarkan si Bisu itu menjadikuda Troya dan menyebabkan komunitasnya diselidiki.
Sebuah ketukan ringan terdengar di pintu, mendahuluimasuknya seorang pelayan berseragam ke dalam ruangan,dan menghentikan pertemuan pagi itu. \"Para tamu sudah mulai berpakaian untuk berburu,Tuan. Mereka akan segera turun.\" \"Baiklah.\" Seorang demi seorang, ketujuh pria, yang sudahmengenakan pakaian berburu untuk hari itu, meninggalkanperpustakaan dan memasuki ruang makan yang hangat,tempat hidangan makan pagi menanti mereka. Beberapamenit kemudian seorang aristokrat tua dengan ditemaniistrinya memasuki ruangan. \"Astaga, kukira kitalah si burung yang selalu bangunpagi, tapi kau lihat, Charles, teman-teman kita sudah bangunbahkan lebih pagi lagi dari kita.\" “Benar-benar burung yang bangun pagi, keluar untukmencari cacing. Pasti memanfaatkan pagi untuk membica-rakan bisnis,\" dengus si suami. Si orang Prancis meyakinkan keduanya bahwa merekabertujuh hanya ingin segera memulai. Semakin banyak tamuyang masuk ke ruang makan, sampai akhirnya ada palingsedikit tiga puluh orang yang berdiri atau berjalan ke sana kemari. Hampir semua pembicaraan terdengar penuh semangat. Si pria tua memandangi mereka dengan tatapan kalah.Dia benci berburu, seperti juga teman-temansepersaudaraannya, tetapi dia tidak mungkin menghindar darihiburan yang sangat Inggris itu. Para anggota keluargakerajaan sangat menyukai olah raga ini dan merekamemintanya, seperti dalam banyak kesempatan sebelum ini,untuk menyelenggarakan acara di tanahnya yang indah ini.Dan di sinilah mereka. Sofia menghabiskan hampir sepanjang pagi bersama sangkardinal. Dia belum melihat Padre Yves; seorang pastor lain tadimengantarnya ke kantor Yang Agung.
Petinggi gereja itu senang dengan hasil akhir pekerjaanperbaikan dan pemugaran. Pujiannya terutama ditujukanpada Umberto D'Alaqua, yang sudah secara pribadi turuntangan dan menambah jumlah pekerja, tanpa biaya tambahanbagi katedral, dan memastikan bahwa pekerjaan itu selesailebih cepat dari yang diperkirakan. Di bawah pengawasan Dr. Bolard, Kafan Suci sudahdikembalikan ke Kapel Guanni, ke peti peraga yang terbuatdari perak. Tetapi baik Sofia maupun Marco belum meneleponsang kardinal untuk melaporkan perkembangan terbarudalam investigasi mereka, dan sang kardinal dengan halusmemberitahu Sofia bahwa dia tidak senang. Sofia memintamaaf dan berhasil mengambil hati sang kardinal kembalidengan menyampaikan secara garis besar sudah sejauh manapekerjaan mereka. Sesuai arahan Marco, dengan halus ia mendorong sangkardinal untuk mengambil langkah-langkah pengamananyang lebih ketat lagi dan biasanya karena sekarang kafan itusudah kembali ke katedral dan ia juga memberitahukan upayaMarco mencari titik-titik masuk yang mungkin dariterowongan-terowongan di bawah kota. \"Anda mengatakan bahwa Signor Valoni mencariterowongan bawah tanah yang menuju katedral ini? Tetapi itutidak mungkin. Tim Anda sudah meminta Padre Yvesmenelaah lagi arsip kami, dan saya yakin dia sudah mengirimiAnda laporan yang terperinci mengenai sejarah katedral ini.Dalam laporan itu sama sekali tidak disebut-sebut bahwa adaterowongan atau jalan rahasia.\" \"Tapi itu tidak berarti tidak ada.\" \"Atau bahwa memang ada. Jangan percaya semua ceritafantastis yang ditulis tentang katedral-katedral.\" \"Yang Agung, saya ini ahli sejarah. Saya tidak biasamengurusi cerita-cerita fantastis.\" \"Saya tahu, saya tahu, Dottoressa; saya minta maaf. Sayamengagumi dan menghormati pekerjaan yang Anda dan timAnda lakukan. Bukan niat saya menyinggung Anda, yakinlah.\"
\"Saya yakin, Yang Agung, tetapi saya juga inginmeyakinkan Anda, bahwa sejarah bukan sekadar yang sudahditulis. Kita tidak mengetahui segala sesuatu yang terjadi dimasa lalu, apalagi niat orang-orang yang hidup saat itu.\" Ketika Sofia kembali ke hotel, ia berpapasan dengan AnaJimenez di lobi. Ia punya perasaan bahwa sang wartawan sudahmenunggunya. \" Dottoressa Galloni...\" \"Apa kabar?\" \"Baik, terima kasih. Masih ingat aku?\" \"Tentu saja. Kau adik teman kami Santiago Jimenez.\" \"Kautahu apa yang sedang kukerjakan di Turin?\" \"Menyelidiki kebakaran-kebakaran di katedral.\" \"Aku tahu bosmu tidak terlalu senang dengan kegiatankuitu.\" \"Itu wajar saja, bukan? Kau sendiri tentu tidak terlalusuka jika polisi mulai mencampuri pekerjaanmu.\" \"Benar, dan aku mencoba sebisaku untuk menghindar.Tapi ini berbeda. Aku tahu aku mungkin kelihatan naif, tetapiaku benar-benar yakin aku bisa membantu kalian, dan akuingin kalian tahu bahwa kalian bisa memercayaiku. Kakakkuadalah segalanya bagiku- aku tidak akan pernah melakukanapa pun yang bisa menyulitkannya, atau bahkan membuatnyasakit kepala. Memang benar aku ingin menulis artikel tentangmasalah ini- aku ingin sekali meliput. Tetapi tidak akankulakukan. Aku bersumpah aku tidak akan menulis satubaris pun sampai kau dan timmu menutup investigasi, sampaikasus ini dipecahkan.\" \"Ana, ini bukan masalah memercayai atau tidakmemercayaimu. Kau harus paham bahwa divisi kami tidak bisamengizinkanmu masuk tim investigasi 'hanya karena', karenakau jujur dan bisa dipercaya dan berminat pada kasus ini.Tentu kau paham itu?\" jawab Sofia.
\"Tapi kita bisa bekerja sejajar. Aku akan menceritakankepadamu apa yang kutemukan, dan kau juga begitukepadaku.\"\"Ana, ini investigasi resmi.\"\"Aku tahu, aku tahu...\"Sofia terkesan melihat kegigihan dalam ekspresiperempuan muda itu. \"Kenapa kasus ini begitupentingbagimu?\" tanyanya.\"Aku tidak yakin aku bisa menjelaskan. Kenyataannyaadalah, sebelumnya aku tidak pernah peduli padaKafan Suciatau memerhatikan segala hal yang terjadi di katedral. Tetapikakakku mengajakku makan malam dirumah bosmu dengankesan seolah itu makan malam biasa, hanya mengundangbeberapa teman, yang seperti itulah, danternyata SignorValoni ingin Santiago dan seorang pria lain,John Barry, memberikan pendapat mengenai kebakaran itu.Mereka berbicara sepanjang malam, membahas berbagaispekulasi, tahu sendirilah, dan aku terpincut. Kasus ini begitukaya-lapis demi lapis sejarah, intrik—\"\"Apa yang sudah kautemukan?\" Sofia menyelanya. \"Bisakita sambil minum kopi?\"Sofia bimbang lalu berkata, \"Tentu,\" dan langsungmenyesali keputusannya ketika muka Ana berseri lega.Dia suka perempuan muda ini, bahkan berpikir dia bisamemercayai Ana, tetapi Marco benar, kenapa mereka haruspercaya? Apa untungnya?\"Baiklah, ceritakan padaku apa yang sudah kau temukansejauh ini,\" ujar Sofia setelah mereka mendapat meja.\"Aku sudah membaca beberapa versi sejarah kain kafanitu, menarik sekali.\"\"Ya, memang.\"\"Menurut pendapatku, seseorang menginginkan kain itu,persis seperti yang dispekulasikanSignor Valoni malam itu.Kebakaran itu hanya tabir asap, maafkan istilahku ini, untukmembingungkan polisi. Atau mungkin ada faktor lain yangmenghubungkan pembobolan dengan kecelakaan. Yang
manapun alasannya, tujuannya adalah mencuri kafan itu.Tetapi kita harus melihat ke masa lalu. Masalahnya bukanlahsekadar mencuri Kafan Suci, seseorang ingin mengambilkembali kain itu,\" Ana setengah berbisik dengan berapi-api.\"Seseorang yang memiliki keterkaitan dengan masa lalu, masalalu kain kafan itu.\" \"Dan bagaimana kau sampai pada kesimpulan itu?\" Si wartawan menggeleng dan mengangkat bahu. \"Akutidak tahu. Itu hanya perasaan yang timbul sewaktu aku memikirkanjalan panjang yang sudah ditempuh Kafan Suci, tangan-tangan yang dilewatinya, gelora yang selalu ditimbulkannya.Aku punya seratus teori, masing-masing lebih gila dari yangsebelumnya, tapi-\" \"Ya, aku sudah baca e-mailmu.\" \"Jadi, bagaimana pendapatmu?\" \"Menurutku, kau punya imajinasi yang hebat, takdiragukan lagi, dan bahkan mungkin kau benar.\" Ana mendadak berubah haluan. \"Kurasa Padre Yves tahulebih banyak dari yang dia sampaikan tentang kafanitu.\" \"Kenapa kau berpendapat begitu?\" \"Karena dia terlalu sempurna, terlalu benar, terlalu tidakbersalah, dan terlalu transparan, aku jadi berpikir dia sedangmenyembunyikan sesuatu. Dan tampan, maksudku, diabenar-benar seksi. Kau sependapat, kan?\" \"Dia pria yang sangat menarik, itu betul. Bagaimana kaubisa kenal dia?\" \"Aku menelepon kantor uskup, menjelaskan bahwa akuseorang jurnalis dan ingin menulis artikel tentang Kafan Suci.Ada seorang perempuan berumur di sana, seorang mantanwartawan, yang bertanggung jawab atas hubungan pers. Kamibertemu selama dua jam, dan pada dasarnya perempuan itumengulang isi brosur wisatawan tentang Kafan Suci, meski diajuga memberiku pelajaran sejarah tentang Keluarga Savoy. \"Sewaktu aku pergi, pengetahuanku sama saja sepertiketika aku datang. Dia bukan orang yang benar-benar tepat
untuk bisa diharapkan memberi petunjuk. Jadi akumenelepon lagi dan minta berbicara dengan sang kardinal;mereka bertanya aku ini siapa dan apa yang kuinginkan, dankujelaskan bahwa aku adalah wartawan yang sedangmenyelidiki kebakaran dan kecelakaan-kecelakaan lain yangterjadi di katedral itu. Mereka mengirimku kembali ke perempuan yang ramahitu, yang kali ini agak jengkel padaku. Aku mendesaknyamembuatkan perjanjian dengan Kardinal. Tidak berhasil.Akhirnya aku mainkan kartu terakhirku, kukatakankepadanya bahwa mereka menyembunyikan sesuatu danbahwa aku akan memublikasikan kecurigaanku, ditambahbeberapa hal yang sudah kutemukan. \"Sesudah itu barulah Padre Yves meneleponku. Diamenjelaskan bahwa dia adalah sekretaris kardinal dan bahwasang kardinal tidak bisa menemuiku tetapi sudah memintaYves agar 'siap melayaniku', yang kuanggap per-tanda baik.Maka kami bertemu dan berbicara lama sekali. Tampaknya dia cukup jujur ketika menceritakan apayang terjadi dalam kebakaran yang terakhir ini, dan ia pergibersamaku mengunjungi katedral, lalu kami pergi minumkopi. Kami sudah sepakat untuk berbicara lagi. Waktu akumenelepon untuk membuat janji kemarin, dia berkata akansibuk sepanjang hari tetapi jika aku tidak berkeberatan, kamibisa makan malam. Begitulah.\" \"Dia pastor yang aneh sekali,\" kata Sofia menyuarakanpikirannya. \"Kubayangkan kalau dia memimpin Misa, katedral pastipenuh sampai ke langit-langit, ya?\" Ana tertawa. \"Kalau sajadia bukan pastor, aku akan...\" Sofia kaget menyadari betapa bebasnya Ana Jimenez. Diasendiri tidak akan pernah mengatakan kepada seseorang yangtidak ia kenal baik bahwa menurutnya pastor muda itu seksi.Tetapi memang seperti itulah perempuan-perempuan yanglebih muda. Umur Ana pasti tidak lebih dari dua puluh limadan Ana termasuk generasi yang terbiasa bercinta kapan saja
mereka merasa ingin, tanpa kemunafikan atau kerumitan,meskipun fakta bahwa Padre Yves adalah seorang pastorsepertinya memang agak menahan Ana, paling tidak untuksaat ini. \"Kautahu, Ana, aku juga menganggap Padre Yves itubikin penasaran, tapi kami sudah menyelidikinya dan benar-benar tidak ada apa pun yang mengindikasikan sesuatu selainyang tampak oleh mata. Kadang manusia memang seperti itu, bersih, transparan.Nah, apa rencanamu selanjutnya?\" \"Kalau kau membolehkanku ikut, kita bisa berbagiinformasi... \" \"Tidak, aku tidak bisa.\" \"Tidak akan ada yang tahu.\" \"Jangan salah menafsirkanku, Ana. Aku tidak sukamelakukan sesuatu di belakang siapa pun, apalagi orang-orang yang kupercayai, orang-orang yang bekerja bersamaku.Aku menyukaimu, tetapi aku punya tugasku sendiri dan kaupunya tugasmu sendiri. Jika suatu saat nanti Marcomemutuskan bahwa kami bisa mengizinkanmu bergabung,maka dengan senang hati aku akan berbagi informasidenganmu, dan jika Marco tidak memutuskan begitu, makasejujurnya, bagiku sama saja.\" \"Jika seseorang ingin mencuri atau menghancurkankafan itu, masyarakat berhak tahu.\" \"Aku yakin kau benar. Tapi kaulah yang mengemukakanklaim-klaim itu. Kami sekarang sedang menyelidiki penyebabatau penyebab-penyebab kebakaran. Bila kami sudahmenyelesaikan penyelidikan, kami mengirimkan laporankepada atasan kami, dan merekalah yang akanmengumumkan kepada masyarakat jika mereka yakin temuankami itu menyangkut kepentingan masyarakat.\" \"Aku tidak memintamu mengkhianati bosmu.\" \"Ana, aku paham apa yang kau minta dariku, danjawabannya tidak. Maafkan aku.\"
Ana menggigit bibir, kecewa. Dia bangkit dari meja tanpamenghabiskan cappuccinonya. \"Nah, mau bagaimana sekarang?\" Dia mengangkat bahu,lalu tersenyum. \"Tapi, kalau aku menemukan sesuatu, bolehaku meneleponmu?\" \"Tentu, teleponlah kapanpun kau mau.\" Perempuan muda itu tersenyum lagi dan melangkahmantap dari kafe hotel. Sofia ingin tahu ke mana tujuan Ana.Ponselnya berbunyi, dan ketika didengarnya suara Padre Yves,dia hampir tertawa keras. \"Kami baru saja membicarakan Anda,\" katanya. \"Siapa?\" \"Ana Jimenez dan saya.\" \"Oh! Wartawan itu. Dia menawan, dan sangat cerdas,bukan? Dia sedang menyelidiki kebakaran-kebakaran dikatedral, persis seperti Anda, rupanya. Dia memberitahu sayabahwa bos Anda, Marco, adalah teman kakaknya, wakilSpanyol di Europol di Italia.\" \"Itu benar. Santiago Jimenez adalah teman Marco dankami semua. Dia orang baik dan sangat profesional.\" \"Ya, ya, begitulah tampaknya. Tetapi alasan sayamenelepon, Dottoressa Galloni, adalah karena Kardinalmeminta saya menelepon Anda. Beliau ingin mengundangAnda danSignor Valoni ke sebuah resepsi.\" \"Resepsi?\" \"Ya, untuk komite ilmuwan Katolik yang secara teraturdatang ke Turin untuk memeriksa Kafan Suci. Merekamemastikan kain itu terjaga dalam kondisi yang baik.Dr.Bolard adalah ketua komite itu. Setiap kali mereka datang,Kardinal mengadakan resepsi untuk mereka, tidak terlalubanyak orang, paling banyak tiga puluh atau empat puluh,dan beliau ingin Anda berdua datang. Signor Valoni pernahmenyinggung bahwa dia ingin bertemu para ilmuwan ini, dansekarang kesempatan itu datang sendiri.\" \"Dan saya juga diundang?\"
\"Ya, tentu saja, Dottoressa, Yang Agung jelas-jelasmeminta agar Anda diundang. Lusa, di kediaman Kardinal,pukul tujuh. Kami juga mengharapkan kedatangan sejumlahpengusaha yang bekerja bersama kami dalam memeliharakatedral ini, bapak walikota, wakil-wakil dari pemerintahdaerah, dan mungkin Monsinyur Aubry, pembantu penjabatSekretaris Muda Negara Vatikan, serta Yang Agung KardinalVisier, penanggung jawab keuangan Vatikan.\" \"Baiklah, Padre. Terima kasih banyak atas undangan ini.\" \"Sama-sama, Dottoressa Galloni.\" Marco sedang uring-uringan. Hampir sepanjang hari itudia habiskan di terowongan-terowongan di bawah kota Turin.Catatan-catatan arkeologi menunjukkan bahwa sebagianterowongan dibuat pada abad-abad pertama sesudah Masehi.Banyak yang berasal dari abad ke enam belas, lainnya abadke delapan belas, dan bahkan ada beberapa yang diperlebaroleh Mussolini di tempat-tempat tertentu. Menelusuriterowongan-terowongan itu sungguh pekerjaan yang berat danberbahaya. Di bawah tanah, terbentang Turin yang samasekali berbeda, sebenarnya, beberapa Turin : wilayah lamakota- negara yang ditaklukkan Roma; Turin yang dikepungoleh Hannibal; Turin yang diserbu oleh bangsa Lombard; danakhirnya kota yang diperintah oleh Keluarga Savoy. Turinadalah tempat sejarah dan fantasi saling berbelit tak putus-putus, disetiap langkah kaki. Comandante Colombaria bersikap sabar dan membantu,sampai saat tertentu. Saat itu tiba ketika Marco mencobamembujuknya memasuki terowongan yang kondisinya jelekatau membobol bagian tembok tertentu untuk melihat apakahdi baliknya tersembunyi jalan rahasia yang menuju ke arahlain. \"Perintah yang saya terima adalah memandu Andamenelusuri terowongan-terowongan ini,Signor Valoni, dansaya tidak akan membahayakan nyawa Anda atau nyawaanak buah saya dengan memasuki terowongan yang tidak adadi peta atau yang bisa saja ambruk. Dan saya tidak
berwenang untuk membobol tembok. Maafkan saya,\" katasang comandante kaku. Tetapi yang menyesal sebenarnya Marco, yang dipenghujung hari itu merasa bahwa dia sudah bepergianmenelusuri terowongan-terowongan bawah tanah Turin tanpahasil apa-apa. Giuseppe mencoba memberikan pandangan dari sisi lain,tetapi tidak terlalu berhasil. \"Oh, sudahlah, lupakan saja,Marco. Comandante Colombaria benar. Dia hanya mengikutiperintah. Memang gila kalau kau mulai merubuhkan tembokseperti penambang batu bara.\" Usaha Sofia juga tidak membuahkan hasil yang lebihbaik. \"Marco, yang ingin kau lakukan itu hanya mungkinterlaksana jika Menteri Kebudayaan, bekerja sama denganBadan Arkeologi Turin, membentuk tim arkeolog dan teknisi dibawah wewenangmu untuk mengekskavasi lebih banyak lagiterowongan. Kau jangan berharap bisa begitu saja masuk danmembobol setiap tempat yang menurut firasatmu adaterowongan tersembunyi. Maksudku, itu tidak bakal terjadi.Kau tidak berpikir logis.\" \"Kalau kita tidak mencoba, kita tidak akan pernah tahuapakah ada sesuatu di sana atau tidak,\" Marco meradang. \"Kalau begitu bicaralah dengan Menteri dan \" \"Dalam hari-hari ini Menteri akan mengatakan kepadakudi mana aku harus menjejalkan firasat-firasatku. Dia sudahagak muak padaku dan kasus Kafan Suci ini.\" \"Nah, aku punya berita yang mungkin bisamenghiburmu,\" Sofia mencoba. \"Kardinal mengundang kita keresepsi lusa.\" \"Resepsi? Dan 'kita' itu siapa?\" \"Kita itu kau dan aku. Padre Yves tadi meneleponku.Komite ilmuwan yang bertanggung jawab menjaga kondisiKafan Suci sedang berada di Turin, dan Kardinal selalumengadakan resepsi untuk mereka. Semua tokoh penting kota yang berhubungan dengankatedral akan hadir. Rupanya kau pernah menunjukkan
minat untuk bertemu dengan ilmuwan-ilmuwan ini, jadi diamengundangmu.\" \"Aku sedang tidak ingin pesta-pesta. Aku lebih sukabicara dengan mereka dalam situasi lain misalnya, entahlah,di katedral, sewaktu mereka memeriksa kain itu. Sejauh inikita tidak dapat apa-apa dan menyelidiki nama dan organisasidalam daftar yang diberikan Kardinal. Tapi inilah adanya, bukan? Jadi, kita akan datang. Akuakan minta setelan jasku disetrika. Dan kau, Giuseppe, sudahdapat apa?\" \"Kepala carabinieri di sini tidak punya cukup orang, atausatu pun orang, sebenarnya, untuk tim yang kita perlukan.Katanya dia akan membantu sebisanya bila saatnya tiba. Akusudah berbicara dengan Europol seperti yang kausuruh, danmereka bisa membantu kita dengan dua atau tiga orang. Jadikau harus bicara dengan Roma untuk memintakekurangannya.\" \"Aku tidak ingin orang dan Roma. Aku lebih sukamasalah ini tetap dalam tim. Siapa orang kita yang bisadatang?\" \"Divisi sedang kewalahan, Bos,\" kata Giuseppe.\"Pokoknya tidak ada satu orang pun, kecuali kalau ada yangmenghentikan pekerjaan yang sedang dipegang, jika merekabisa, dan kau mendatangkan mereka ketika operasi dimulai.\" \"Aku lebih suka begitu. Perasaanku lebih tenang kalauorang kita sendiri yang membuntuti. Kita terima saja yangbisa diberikan carabinieri di sini, setelah itu kita akanberpura-pura jadi polisi sebentar.\" \"Tadinya kukira kita memang polisi,\" kata Giuseppedengan sarkastis. \"Kau dan aku memang polisi, tetapi Sofia bukan, atauAntonino, atau Minerva.\" \"Maksudmu mereka akan membuntuti si Bisu itu?\" \"Kita semua akan melakukan apa pun yang harusdilakukan, jelas itu?\"
\"Sejelas kristal, Pak Kepala, sejelas kristal. Nah, kalausudah selesai, aku punya janji makan malam dengan seorangtemanku di carabinieri, orang baik yang bersedia membantukita. Dia akan datang kira-kira setengah jam lagi. Mungkinkalian bisa minum bersama kami sebelum kami pergi?\" \"Tentu, aku ikut,\" kata Sofia. \"Baiklah,\" ujar Marco, \"aku akan ke atas dan mandi danturun lagi. Bagaimana rencanamu, Dottoressa?\" \"Aku tidak punya rencana, kalau kau mau, kitabisamakan malam di sekitar sini.\" \"Bagus. Mungkin itu bisa membuat hatiku lebih riang.\" http://anesularnaga.blogspot.com
28 Sofia tidak membawa pakaian yang pantas untuk resepsi,maka ia melihat-lihat toko-toko di Via Roma sampai ia tiba diArmani dan di sana, selain sehelai gaun sutra hitam untukdirinya sendiri, ia membeli dasi untuk Marco. \"Kau akan jadi gadis paling cantik di sana,\" kataGiuseppe ketika Sofia dan Marco berangkat ke kediamanKardinal. \"Sudah pasti,\" Marco membenarkan. \"Aku akan membentuk klub penggemar, dimulai dengankalian berdua,\" kata Sofia sambil tertawa. Padre Yves menyambut mereka di pintu. Kerah dan jubahpastornya tidak kelihatan di manapun. Sebaliknya, diamemakai setelan biru gelap dan dasi Armani yang persis samadengan yang Sofia berikan kepada Marco. \" Dottoressa... Signor Valoni... silakan masuk, silakan.Yang Agung akan senang sekali bertemu kalian.\" Marco melirik dasi Padre Yves dan Padre Yves tersenyumkecil kepadanya. \"Anda punya selera yang bagus sekali dalam soaldasi, Signor Valoni.\" \"Selera yang bagus itu milik Dottoressa Galloni. Dasi inihadiah darinya.\" \"Sudah kuduga!\" tawa sang pastor. Mereka berjalanmenghampiri sang kardinal, dan sang kardinalmemperkenalkan mereka kepada Monsinyur Aubry, seorangpria Prancis yang tinggi ramping dengan pembawaan anggundan sikap ramah. Usianya sekitar lima puluh tahun danpenampilannya sesuai dengan pekerjaannya, seorang diplomatyang berpengalaman dan lihai. Dan rupanya dia sangattertarik pada perkembangan investigasi Kafan Suci, karenatanpa membuang waktu dia memberitahukan minatnya itukepada Marco dan Sofia.
Mereka sudah berbincang selama beberapa menit dengansang monsinyur ketika mereka melihat semua mata tertujupada dua tamu yang baru tiba. Yang Agung Kardinal Visier dan Umberto D'Alaqua barusaja masuk. Sang kardinal dan Monsinyur Aubry mohon diri dan pergimenyambut mereka. Sofia bisa merasakan jantungnya mulai berdegup cepat diluar kendalinya. Dia sudah mengatakan kepada dirinyasendiri dia tidak akan melihat D'Alaqua lagi. Apakah D'Alaquaakan bersikap sopan tetapi dingin atau akan mengabaikannyasama sekali? \"Sofia, mukamu merah sekali,\" Marco berbisik. \"Aku? Aku hanya kaget.\" \"Kemungkinannya memang sangat besar bahwa D'Alaquaakan ada di sini.\" \"Tidak terpikir olehku. Aku tidak pernah menduga.\" \"Dia salah satu penyantun Gereja, seorang 'priakepercayaan,' seperti sebutan untuk orang-orang ini. Sebagian uangVatikan diam-diam lewat melalui tangannya. Dan ingatbahwa, menurut laporan Minerva, dialah yang membiayaikomite ilmiah yang malam ini ada di sini. Tetapi tenang saja,kau tampak spektakuler, jika D'Alaqua menyukai perempuan,tidak mungkin dia tidak jatuh dikakimu.\" Mereka disela oleh Padre Yves, yang membimbingwalikota dan dua pria berumur. \"Saya ingin memperkenalkan Anda dengan Sofia Gallonidan Marco Valoni, Kepala Divisi Kejahatan Seni,\" katanyapada orang-orang yang diajaknya. \"Bapak Walikota. Dr.Bolard, dan Dottore Castiglia...\" Mereka mulai bercakap-cakap hangat mengenai KafanSuci meski pikiran Sofia ada di tempat lain dan telinganyahanya separuh mendengarkan. Dia terlompat ketika Umberto D'Alaqua melangkahdidepannya. Pria itu didampingi Kardinal Visier.
Setelah saling menyapa, D'Alaqua menggamit lenganSofia dan mengajaknya pergi dari kelompok itu hingga semuaorang terkejut. \"Bagaimana perkembangan investigasimu?\" \"Terus terang, tidak bisa kukatakan kami sudah banyakkemajuan. Kami perlu waktu.\" \"Aku tidak mengira akan bertemu denganmu di sini.\" \"Kardinal mengundang kami; beliau tahu kami inginbertemu dengan para anggota komite, dan aku berharap kamibisa melewatkan waktu sebentar bersama mereka sebelummereka pergi.\" \"Jadi kau datang ke Turin untuk resepsi ini... \" \"Tidak, tidak persis begitu.\" \"Bagaimanapun juga, aku senang bertemu denganmu.Akan berapa lama kau di sini?\" \"Aku belum tahu pasti-\" \"Sofia!\" Lengking suara seorang pria memutus momenitu. Sofia tersenyum lemah ketika melihat seorang profesortua dari universitas datang mendekat, profesor yang pernahmengajarinya seni abad pertengahan, seorang ilmuwanterkenal yang sudah menulis sejumlah buku, seorang bintangdi lingkungan akademis Eropa. \"Mahasiswi terbaikku! Aku senang, senang sekalibertemu denganmu! Apa kegiatanmu sekarang?\" \"Professore Bonomi! Senang bertemu lagi denganmu.\" \"Umberto, aku tidak tahu kau kenal Sofia. Meskipun akutidak kaget: Sofia adalah salah satu spesialis seni yang palingterkemuka di Italia. Sayang dia tidak mau tetap di kalanganakademis. Aku sudah menawannya agar menjadi asistenku,tapi kurasa permohonanku tidak digubris.\" \"Jangan begitu, Professore'.\" \"Tidak, sungguh, aku tidak pernah punya murid sepandaidan secakap kau, Sofia.\" \"Ya,\" D'Alaqua menyela, \"aku tahu Dottoressa Gallonisangat kompeten.\"
\"Kompeten, salah, brilian, Umberto, dan dengan otakspekulatif yang luar biasa. Maafkan kelancanganku, tetapi apayang kaulakukan di sini, Sofia?\" \"Aku bekerja untuk Divisi Kejahatan Seni,\" Sofiamenjawab dengan gelisah, \"dan aku di Turin hanya beberapahari.\" \"Ah! Divisi Kejahatan Seni. Entah bagaimana aku tidakpernah membayangkan kau bekerja sebagai investigator.\" \"Pekerjaanku lebih bersifat ilmiah. Aku tidak benar-benarmelakukan pekerjaan investigatif itu sendiri.\" \"Ayo, Sofia, akan kuperkenalkan kau pada beberapakolegaku.\" D'Alaqua meraih lengan Sofia dan menahannya tetap ditempat hingga Professore Bonomi tidak bisa mengajaknyapergi. \"Tunggu, Guido. Aku baru saja akanmemperkenalkan Dottoressa pada Yang Agung.\" \"Oh, baiklah, mm... Apa kau akan datang ke konserPavarotti besok malam, Umberto? Dan makan malam yangkuadakan untuk Kardinal Visier?\" \"Ya, tentu.\" \"Kenapa tidak kauajak Sofia? Aku ingin sekali kaudatang,Sayang, kalau kau tidak punya rencana lain.\" \"Yah, aku ...\" \"Dengan senang hati aku akan mendampingi DottoressaGalloni jika dia tidak punya rencana lain. Nah, permisi, sangkardinal menunggu... Nanti kita bicara lagi,Guido.\" D'Alaqua membimbing Sofia kembali ke kelompok yangberdiri bersama Kardinal Visier. Sang kardinal mengamatiSofia penuh keingin tahuan, seolah sedang menilainya;Kardial Visier terlihat ramah tetapi sikapnya sedingin es.Memang tampaknya dia punya hubungan yang dekat denganD'Alaqua; mereka memperlakukan satu sama lain denganakrab, seolah dihubungkan oleh benang yang halus.
Mereka berbicara tentang seni sebentar, lalu politik,kemudian tentang Kafan Suci. Saat itu pukul sembilan lebih sedikit ketika para tamumulai meninggalkan acara. D'Alaqua bersiap-siap pergibersama Aubry dan kedua kardinal, ditambah Dr. Bolard dandua ilmuwan lain, tetapi mula-mula ia mencari Sofia, yangsaat itu sedang bersama Marco dan mantan profesornya. Selamat malam, Dottoressa, Guido, Signor Valoni...\" \"Kau akan makan malam di mana, Umberto?\" tanyaBonomi. \"Di kediaman Yang Agung Kardinal Turin.\" \"Begitu. Baiklah, kuharap bisa bertemu denganmu besokmalam bersama Sofia.\" Sofia bisa merasakan mukanya memerah. \"Ya, tentu. Aku akanmenghubungimu, Dottoressa Galloni. Selamat malam.\" Sofia dan Marco berpamitan kepada Kardinal dan PadreYves. Sang kardinal menegaskan bahwa mereka sudahmengatur pertemuan dengan Dr. Bolard dan kemudianmengusulkan agar Yves mengajak Sofia dan Marco malammalam. Dan meski keduanya protes, mereka semua pergibersama-sama ke La Vecchia Lanterna, salah satu restoranterbaik di kota itu. Sudah lewat tengah malam ketika Padre Yvesmenurunkan Sofia dan Marco di pintu hotel mereka. Malamitu berjalan dalam suasana bersahabat. Merekamembicarakan segala macam hal dan menyantap hidanganyang luar biasa, seperti yang memang diharapkan di restoransemasyhur La Vecchia Lanterna. \"Kehidupan sosial ini bisa membunuhku!\" Marco tertawaselagi ia dan Sofia berjalan ke bar hotel untuk minum sedikitsebelum tidur dan membahas perkembangan malam itu. \"Tetapi tadi kita bersenang-senang.\"
\"Kau ini seorang putri, jadi tadi itu kau memang dalamduniamu. Aku ini polisi, jadi tadi itu aku bekerja.\" \"Marco, kau jauh dari sekadar seorang polisi. Kau punyagelar dalam bidang sejarah, dan kau mengajari kami semualebih banyak lagi tentang seni dan yang pernah kami pelajaridi universitas.\" \"Oh, sudahlah... Nah, apa yang bisa kau ceritakantentang D'Alaqua?\" \"Aku tidak tahu harus menceritakan apa. Padre Yves dandia sangat mirip, menurutku: Mereka sama-sama pandai,lurus, 'baik,' tampan, dan sama sekali tidak bisa dijangkau.\" \"Menurut yang kulihat D'Alaqua tidak sebegitu tidakterjangkaunya untukmu; lagi pula, dia bukan pastor.\" \"Bukan, memang bukan, tetapi ada sesuatu dalamdirinya yang membuatnya terlihat seperti dia... seperti diabukan dari dunia ini, kalau kau paham yang kumaksud,seolah dia mengambang di atas kita yang makhluk fanadibawah sini... Entahlah, ini perasaan yang asing bagiku, akutidak terlalu bisa menjelaskan.\" \"Sepertinya dia memerhatikan setiap kata yang kauucapkan.\" \"Tetapi tidak lebih dan dia memerhatikan ucapan oranglain. Aku memang ingin berpikir dia tertarik padaku, tetapikenyataannya tidak begitu, Marco, dan aku tidak mau menipudiri sendiri. Aku sudah cukup tua untuk tahu bila seorangpria tertarik padaku.\" \"Dia bilang apa padamu?\" \"Sewaktu kami hanya berdua sebentar, dia menanyakantentang investigasi kita. Tidak kukatakan kepadanya apa yangkita lakukan di sini, kecuali bahwa kau ingin bertemu dengankomite yang menangani Kafan Suci.\" \"Bagaimana pendapatmutentang Bolard?\" \"Janggal rasanya, tetapi dia pria yang sejenis denganD'Alaqua dan Padre Yves. Sekarang kita tahu bahwa merekasaling kenal, kurasa itu mudah ditebak, ya?\"
\"Tahu tidak? Aku memikirkan hal yang sama, adasesuatu yang sangat menyolok dan tidak biasa pada dirimereka itu. Aku tidak yakin apa. Aku jadi agak ngeri. Akusudah biasa mempelajari manusia itu sudah bagian daribawaanku, tetapi ada sesuatu yang lain di sini. Ketiga pria inisangat mengesankan, hampir seperti dari dunia lain, sepertiyang kau katakan. Mungkin karena penampilan fisik mereka,keanggunan mereka, keyakinan diri mereka. Mereka terbiasamemberi perintah. Professore Bonomi kita yang senang bicaraitu mengatakan kepadaku bahwa Bolard sangat mengabdipada sains, dan itulah sebabnya Bolard tidak pernahmenikah.\" \"Menurutmu mengapa dia begitu mengabdikan diri padaKafan Suci, padahal karbon keempat belas menarikhkan kainitu berasal dan Abad Pertengahan?\" \"Entahlah. Tetapi sewaktu dia membicarakan Kafan Sucimalam ini, tak diragukan lagi bahwa dia menganggap relik itupekerjaan utamanya. Kita lihat saja bagaimana pertemuanku dengan diaberjalan besok. Aku ingin kau ikut. Ada apa dengan makanmalam di kediaman Bonomi?\" \"Bonomi berkeras agar D'Alaqua mengajakku ke operalalu ke rumahnya, menghadiri makan malam yang dia adakanuntuk Kardinal Visier. D'Alaqua tidak punya pilihan lagi selainsetuju. Tetapi aku tidak tahu apakah aku harus pergi.\" \"Oh, kau sudah pasti harus pergi. Dan kau akanmemasang mata dan telinga lebar-lebar. Ini sebuah misi, dankau menerima; semua pria terhormat dan berkuasa itu pastimenyimpan rahasia masa lalu, dan salah seorang dari merekamungkin tahu sesuatu tentang kasus kita.\" \"Marco, please!. Konyol kalau kau mengira orang-orangitu ada sedikit saja kaitannya dengan semua ini..\" \"Tidak, tidak konyol, Dottoressa. Yang sedang berbicaradenganmu ini polisi. Aku tidak percaya pada orang-orang yangberkuasa. Untuk sampai ke tempat mereka sekarang, merekaharus mengarungi banyak sekali kesulitan dan menginjak
kaki banyak orang. Kau sendiri pasti ingat bahwa setiap kalikita membongkar kelompok pencuri benda seni, kitamendapati penerima karya seni itu adalah seorang miliunereksentrik yang merasa wajib menyimpan benda milik seluruhumat manusia di dalam galeri pribadinya sendiri. \"Kau seorang putri, seperti yang tadi kukatakan, tetapimereka itu hiu, dan mereka melahap apa saja yangmenghalangi mereka. Jangan lupakan itu besok malam.Semua tindak tanduk mereka yang sempurna, pembicaraanmereka yang terjaga, kemewahan mereka, topeng, itu murnitopeng. Aku lebih percaya pada pencuri dan pencopet diTrastevere, yakinlah.\" http://anesularnaga.blogspot.com
29 Wajah sang pengantin perempuan berseri ketikamenerima ucapan selamat dari kerabat-kerabatnya yang takterhitung jumlahnya. Ruangan itu penuh sesak. Ini samaranyang sempurna, pikir Addaio. Ia menempuh perjalanan bersama Bakkalbasi, salah satudari delapan uskup rahasia dalam komunitas mereka, yangresminya adalah seorang saudagar kaya di Urfa. Pestapernikahan keponakan perempuan sang uskup telahmemungkinkan Addaio bertemu dengan sebagian besaranggota komunitasnya di Berlin. Bersama tujuh pemimpin komunitas di Jerman dan tujuhdi Italia, ia masuk ke sebuah ruangan kecil di sampingruangan pesta yang sangat besar itu. Di sana mereka semuamenyalakan cerutu panjang. Salah seorang keponakan laki-laki Bakkalbasi berjaga-jaga di dekat mereka supaya tidak adaorang yang mendekat tanpa terduga. Dengan sabar Addaio mendengarkan laporan orang-orangitu, perincian kehidupan komunitas di negeri-negeri barbaritu. Lalu salah seorang pemimpin dan Italia menyinggungmasalah yang paling menyita pikiran Addaio. \"Bulan ini Mendib akan dibebaskan. Kepala Penjarasudah berbicara beberapa kali lewat telepon dengan KepalaDivisi Kejahatan Seni. Mereka menyuguhkan semacampermainan, untuk menyingkirkan setiap kecurigaan yangmungkin dirasakan Mendib. Si pekerja sosial dan psikologsudah mengajukan protes, tetapi sudah jelas bahwa rencanaitu terus dilanjutkan.\" \"Siapa kontakmu di dalam penjara?\" tanya Addaio. \"Ipar perempuanku. Dia bekerja di sana sebagai tukangbersih-bersih. Sudah bertahun-tahun dia membersihkankantor adminstrasi dan tempat-tempat lain dipenjara itu, danmenurutnya mereka semua sudah begitu terbiasa dengan
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334
- 335
- 336
- 337
- 338
- 339
- 340
- 341
- 342
- 343
- 344
- 345
- 346
- 347
- 348
- 349
- 350
- 351
- 352
- 353
- 354
- 355
- 356
- 357
- 358
- 359
- 360
- 361
- 362
- 363
- 364
- 365
- 366
- 367
- 368
- 369
- 370
- 371
- 372
- 373
- 374
- 375
- 376
- 377
- 378
- 379
- 380
- 381
- 382
- 383
- 384
- 385
- 386
- 387
- 388
- 389
- 390
- 391
- 392
- 393
- 394
- 395
- 396
- 397
- 398
- 399
- 400
- 401
- 402
- 403
- 404
- 405
- 406
- 407
- 408
- 409
- 410
- 411
- 412
- 413
- 414
- 415
- 416
- 417
- 418
- 419
- 420
- 421
- 422
- 423
- 424
- 425
- 426
- 427
- 428
- 429
- 430
- 431
- 432
- 433
- 434
- 435
- 436
- 437
- 438
- 439
- 440
- 441
- 442
- 443
- 444
- 445
- 446
- 447
- 448
- 449
- 450
- 451
- 452
- 453
- 454
- 455
- 456
- 457
- 458
- 459
- 460
- 461
- 462
- 463
- 464
- 465
- 466
- 467
- 468
- 469
- 470
- 471
- 472
- 473
- 474
- 475
- 476
- 477
- 478
- 479
- 480
- 481
- 482
- 483
- 484
- 485
- 486
- 487
- 488
- 489
- 490
- 491
- 492
- 493
- 494
- 495
- 496
- 497
- 498
- 499
- 500
- 501
- 502
- 503
- 504
- 505
- 506
- 507
- 508
- 509
- 510
- 511
- 512
- 513
- 514
- 515
- 516
- 517
- 518
- 1 - 50
- 51 - 100
- 101 - 150
- 151 - 200
- 201 - 250
- 251 - 300
- 301 - 350
- 351 - 400
- 401 - 450
- 451 - 500
- 501 - 518
Pages: