Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Misteri Kain Kafan Yesus

Misteri Kain Kafan Yesus

Published by haryahutamas, 2016-05-29 05:21:45

Description: Misteri Kain Kafan Yesus

Search

Read the Text Version

kehadirannya di sana hingga mereka tidak memerhatikannya.Bila si kepala penjara masuk kerja di pagi hari, dia hanyamemberi isyarat agar iparku itu terus bekerja bahkan jugasewaktu dia terlibat pembicaraan yang sensitif di telepon ataubertemu dengan pejabat tertentu. Mereka memercayai iparku.Umur iparku itu sudah lebih dari enam puluh tahun, dantidak pernah ada orang yang mencurigai seorang perempuantua beruban yang membawa ember dan pel.\" \"Bisa kita tahu hari persisnya Mendib dibebaskan?\" \"Ya, tentu saja,\" jawab pria itu. \"Bagaimana caranya?\" Addaio berkeras. \"Surat-surat perintah pembebasan selalu dikirim kekantor kepala penjara lewat fax. Iparku sudah di sanasebelum si kepala penjara tiba, dan dia sudah mendapatperintah untuk membaca apa saja yang ada di mesin faksuntuk melihat apakah surat perintah pembebasan awalMendib sudah masuk. Jika sudah, iparku akan segerameneleponku. Dia sudah kubelikan ponsel khusus untukmeneleponku.\" \"Siapa lagi yang kita punya di penjara?\" \"Dua kakak beradik yang sedang menjalani hukumankarena membunuh. Salah satunya dulu bekerja sebagai sopirseorang pejabat tinggi di pemerintah daerah Turin; yanglainnya punya kedai sayuran. Suatu malam, di disko, mereka terlibat perkelahiandengan beberapa orang yang mengata-ngatai pacar mereka.Keduanya tidak berkenan, boleh dikatakan begitu, dan salahseorang dan pengejek itu mati akibat luka tusuk. Keduanyaorang baik dan setia pada tujuan kita.\" \"Semoga Tuhan mengampuni mereka! Apa mereka benaranggota komunitas kita?\" \"Bukan, bukan, tapi salah seorang kerabat merekaanggota kita. Dialah yang berbicara dengan mereka dan bertanyaapakah mereka bisa... kautahu, apakah mereka bisa...\"

Pria itu bergerak-gerak gelisah di bawah tatapan tajamAddaio. \"Dan apa kata mereka?\" \"Tergantung bayarannya. Jika kita memberi keluargamereka satu juta euro, mereka akan laksanakan.\" \"Bagaimana kita menyampaikan pesan pada mereka?\" \"Seseorang dari keluarga mereka akan berkunjung kepenjara dan memberitahu mereka apakah kita punya uangnyadan kapan mereka harus... melaksanakan... yang sudah kauperintahkan.\" \"Uang itu akan kau terima. Tetapi kita harus bersiap dirimenghadapi kemungkinan Mendib meninggalkan penjarahidup-hidup.\" Seorang pria muda berkumis tebal dengan pembawaananggun angkat bicara. \"Pastor, seandainya itu terjadi, dia akan berusahamelakukan kontak dengan kita melalui jalur-jalur yang biasa.\" \"Bahas lagi.\" \"Dia akan pergi ke Parco Mano Carrara, di bagian utarakota, pukul sembilan pagi, dan berjalan-jalan di bagianselatan taman, dekat Corso Appio Claudio. Setiap hari padajam itu, sepupuku Arslan lewat untuk mengantar putrinya kesekolah. Selama bertahun-tahun, anggota komunitas yangpunya masalah pergi ke sana jika mereka yakin tidak adayang mengikuti. Bila melihat Arslan lewat, merekamenjatuhkan secarik kertas yang bertuliskan tempat merekabisa ditemui beberapa jam kemudian. Waktu tim-tim yang kaukirim tiba di Turin, kami memberi mereka instruksi-instruksiini juga. \"Arslan lalu mengontakku, memberitahukan di manapertemuan akan diadakan, dan kami menyusun tim untukmemeriksa apakah orang-orang kami diikuti; jika ya, kamitidak mendekati mereka, tetapi memang kami mengikutimereka dan menghubungi jika bisa. \"Jika kontak tidak mungkin dilakukan, saudara atausaudara-saudara kita itu tahu bahwa ada yang tidak beres,

dan mereka mengusahakan pertemuan lain. Kali ini merekaharus pergi ke toko buah dan sayuran di Viadell 'AccademiaAlbertina, di pusat kota, dan membeli apel; sewaktumembayar, mereka memberi si penjual secarik kertasbertuliskan tempat pertemuan berikutnya. Si penjual ituanggota komunitas kita dan akan mengontak kami. \"Tempat pertemuan yang ketiga-\" \"Aku berharap tidak perlu ada tempat pertemuanyangketiga,\" Addaio memotong. \"Jika Mendib meninggalkan penjarahidup-hidup, dia tidak boleh sampai ke pertemuan pertama.Jelas itu? Risiko yang kita hadapi besarsekali. Carabinierisudah pasti membuntutinya, dan merekaahli dalam pekerjaan mereka. Kita harus menemukan timyang sanggup melakukan apa yang harus dilakukan danmenghilang tanpa tertangkap. Itu tidak akan mudah, dan meski sangat disayangkan,kita tidak bisa memberi Mendib kesempatan untuk mengontaksalah seorang dari kita. Paham?\" Orang-orang itu mengangguk dengan takzim. Salahseorang dari mereka, yang tertua dari semuanya, berbicara. \"Aku paman ayah Mendib.\" \"Maafkan aku.\" \"Aku tahu ini kau lakukan untuk menyelamatkan kami,tetapi apakah tidak ada kemungkinan mengeluarkan dia dariTurin?\" \"Bagaimana caranya? Mereka akan menugaskan satu timuntuk membuntutinya ke manapun dia pergi. Mereka akanmemotret dan merekam siapa pun yang mendekatinya atauyang dia dekati, kemudian mereka akan menyelidiki orang-orang itu. Kita akan runtuh seperti susunan kartu. Bahkankalaupun dia berhasil mengelabui mereka untuk beberapasaat, sekarang dia sudah mereka kenali, sudah dijadikansasaran. Mereka akan mengirim fotonya ke polisi di seluruhEropa. Aku merasakan kepedihan yang sama, tetapi aku tidak

bisa membiarkannya menghubungi kita. Meski dengan segalarintangan, kita sudah mempertahankan sumpah kita selamalebih dan dua ratus tahun. Banyak leluhur kita yangmerelakan nyawa mereka, lidah mereka, harta milik mereka,keluarga mereka, untuk tujuan ini. Kita tidak mungkinmengkhianati mereka atau mengkhianati diri kita sendiri.Maafkan aku.\" \"Baiklah, Pastor. Aku mengerti dan menerimapertimbanganmu. Maukah kau mengizinkan aku yang melakukan jika anakitu meninggalkan penjara hidup-hidup?\" \"Kau? Kau adalah pria terhormat, salah satu tetuakomunitas kita. Bagaimana kau sanggup melakukan tugas itu? Kaupaman buyutnya.\" \"Aku sebatang kara. Istri dan dua putriku meninggal tigatahun yang lalu dalam kecelakaan mobil. Aku sudahberencana kembali ke Urfa untuk menghabiskan hari tuakubersama anggota keluargaku yang masih ada. Sebentar lagiumurku delapan puluh, aku sudah hidup sepanjang yangdiperkenankan Tuhan, dan Dia akan mengampuniku jikaakulah yang mencabut nyawa Mendib lalu nyawaku sendiri.Inilah cara yang paling ringkas untuk melakukan tugas ini.\" \"Kau akan mencabut nyawamu sendiri?\" \"Ya, Pastor. Bila Mendib pergi ke Parco Carrara, aku akansudah menunggunya di sana. Aku paman buyutnya, dia tidakakan curiga. Aku akan memeluknya, dan dalam pelukan itubelatiku akan mencabut nyawanya. Lalu akan kuhunjamkanbelati yang sama ke jantungku.\" Tak seorang pun dalam kelompok itu berbicara. Merekamembisu menatap orang tua itu penuh hormat, takjub. \"Aku tidak yakin ini ide bagus,\" akhirnya Addaiomenanggapi. \"Ini bukan sesuatu yang bisa kita, aku,harapkan darimu. Dan mereka akan menemukan mayatmu.Mereka akan tahu siapa jati dirimu.\"

\"Tidak, mereka tidak akan tahu. Aku akan mencabutsemua gigiku dan membakar sidik jariku. Bagi polisi, akuhanya laki-laki tanpa identitas.\" \"Apakah kau sungguh-sungguh sanggup melakukantugas ini?\" \"Aku sudah lelah hidup. Aku akan melakukanpengorbanan yang sama seperti yang sudah dilakukan begitubanyak saudara kita. Biarlah ini menjadi tindak pengabdiankuyang terakhir, yang paling menyakitkan, agar komunitas kitatetap bertahan. Akankah Tuhan mengampuniku?\" \"Tuhan memaklumi alasanmu.\" \"Kalau begitu, jika Mendib meninggalkan penjara, utusorang untuk memanggilku dan menyiapkanku menghadapikematian.\" \"Jika kau mengkhianati kami, seluruh keluargamu diUrfaakan menanggung akibatnya.\" \"Jangan menyinggung kehormatanku atau namakudengan ancaman. Jangan lupa siapa aku ini, siapa leluhur-leluhurku.\" Addaio merundukkan kepala sebagai tanda menerima,dan orang tua itu meninggalkan mereka untuk menyendiridengan pikiran-pikirannya. Sang pastor memecah keheningan yang ditinggalkanpaman buyut Mendib. \"Bagaimana status Francesco Turgut, situkang sapu di Katedral Turin?\" Ia dijawab oleh seorang laki-laki pendek gempal dengantampang kuli bongkar muat, yang bekerja sebagai tukangsapu di Museum Mesir. \"Turgut ketakutan. Orang-orang dari Divisi KejahatanSeni sudah menginterogasinya beberapa kali, dan dia yakinbahwa sekretaris kardinal, seorang yang bernama Padre Yves,menganggapnya mencurigakan.\" \"Apa yang kita ketahui tentang pastor Yves ini?\" \"Dia orang Prancis, dia punya pengaruh di Vatikan, dansebentar lagi dia akan diangkat menjadi wakil uskup diTurin.\"

\"Mungkinkah dia salah seorang dari mereka?\" \"Mungkin saja. Dia punya semua karakteristik mereka.Dia bukan pastor yang biasa. Dia berasal dari keluargaaristokrat, dia bisa berbicara dalam beberapa bahasa,berpendidikan sangat bagus, unggul dalam olah raga...dan diaberselibat, selibat total. Kau tahu bahwa mereka tidak pernahmelanggar aturan itu. Dia adalah anak didik Kardinal Visierdan Monsinyur Aubry.\" \"Yang kita yakin merupakan anggota ordo mereka,\" kataAddaio datar. \"Ya, itu tidak diragukan lagi. Mereka sangatmahir menginfiltrasi Vatikan dan meraih jabatan-jabatantertinggi di Kuria. Aku tidak akan kaget jika suatu hari nantisalah seorang dari mereka jadi paus. Itu, sungguh, sepertimengolok-olok takdir.\" \"Turgut punya seorang keponakan laki-laki di Urfa,Ismet, pemuda yang baik. Aku akan menyuruhnya tinggalbersama pamannya,\" sang pastor merenung. \"Kardinal di sana baik; kurasa dia akan mengizinkanFrancesco mengajak keponakannya.\" \"Ismet ini cerdik; ayahnya sudah memintakumengurusnya. Aku akan memberi Ismet misi untukmemantapkan dirinya di Turin dan bersiap-siapmembebaskan Turgut bila waktunya tiba. Untuk itu, diaharus menikahi gadis Italia supaya dia bisa tetap di katedralsebagai tukang sapu menggantikan pamannya. Selain itu, diaakan mengawasi Padre Yves dan mencoba mencari lebihbanyak informasi tentang pastor itu.\" \"Apakah terowongankita masih belum ketahuan?\" \"Ya. Dua hari yang lalu Kepala Divisi Kejahatan Senimemeriksa terowongan-terowongan bawah tanah; dia disertaibeberapa tentara. Sewaktu dia keluar, rasa frustrasi di wajahnyamenceritakan semuanya. Mereka tidak menemukan apa-apa.\"

Mereka terus berbicara dan meneguk minuman rakihingga larut malam, saat kedua mempelai berpamitan kepadakeluarga mereka. Addaio, yang tidak pernah minum minuman beralkohol,bahkan tidak mencicipi raki itu. Dengan didampingiBakkalbasi dan tiga pria, ia meninggalkan hotel tempatdilangsungkannya pesta pernikahan dan kembali ke rumahpersembunyian milik salah seorang anggota komunitas. Esok hari dia akan kembali ke Urfa. Dia sudah berencanauntuk pergi ke Turin, tetapi itu akan menempatkankomunitasnya dalam bahaya besar. Dia sudah memberikanperintah yang sangat teliti; setiap orang tahu apa tugas yangharus dilakukan. Sisa malam itu ia habiskan dengan berdoa, mencariTuhan sambil berulang-ulang memohon petunjuk, tetapi iatahu, seperti yang selalu ia ketahui, bahwa Tuhan tidakmendengarkan, Tuhan tidak pernah mendekatinya, ataumemberinya tanda apa pun. Tetapi dia, Addaio, Addaio yangmenderita ini, sudah menghancurkan hidupnya dan hidupbegitu banyak orang lain atas nama-Nya. Bagaimana jikaTuhan ternyata tidak ada? Bagaimana jika semua ini hanyakebohongan? Kadang ia membiarkan dirinya digoda oleh setandan membiarkan dirinya berpikir bahwa komunitasnya selamaini tetap hidup karena mitos, karena impian-impian yangsudah tertutup debu, dan bahwa tak satu pun yang merekasampaikan pada anak-anak mereka itu benar. Tetapi sekarang sudah tidak mungkin berbalik. Hidupnyatelah dipilihkan untuknya: untuk melayani dan memimpinkomunitasnya dan, di atas segalanya, untuk mengamankankafan Yesus Kristus demi komunitasnya. Dia tahu bahwamereka akan sekali lagi berusaha menghalangi, seperti yangsudah mereka lakukan selama sekian abad ini. Komunitasnya sudah balas melawan sebisanya, melacakmusuh-musuh serta jarahan mereka selama abad-abad itu,mengikuti kegiatan mereka yang mengejar tujuan yang sama.Pengetahuan yang sudah mereka kumpulkan membawa

mereka ke jalan-jalan yang penuh godaan, ke misteri-misteridan jawaban-jawaban yang dirasa Addaio berada tepat di luarjangkauan akalnya. Tetapi tidak ada misteri dalam tujuanutamanya dibumi ini. Suatu hari kelak komunitasnya akanmemiliki kembali kain suci yang mereka warisi, dandirinyalah, Addaio, yang setelah sekian lama akhirnya akanmencapai tujuan yang mustahil itu. http://anesularnaga.blogspot.com

30 Umberto D'Alaqua mengirim mobil untuk menjemputSofia di hotel, dan di pintu gedung opera asisten manajerteateritu sudah menunggu untuk mengantar Sofia mene-muipengundangnya. Sambutan itu saja sudah mengesankan, tetapi Sofiamerasakan seluruh kehebatan D'Alaqua saat memasuki bilikkhusus. Tamu-tamu lainnya adalah orang-orang kaya danberkuasa dari kalangan elit kota-dan negara-itu: KardinalVisier, Dr. Bolard, dua bankir terkemuka, seorang anggotakeluarga Agnelli dan istrinya, serta Walikota Torriani danistrinya. D'Alaqua berdiri dan menyambut Sofia dengan hangat,sambil meremas tangannya. Dia mengantar Sofia untukduduk di sebelah sang walikota beserta istrinya dan Dr.Bolard. Dia sendiri duduk di samping Kardinal Visier,yangmenyapa Sofia dengan senyuman teduh. Sofia merasa para lelaki menatapnya dari sudut matamerekasemua, kecuali sang kardinal, Bolard, dan D'Alaqua.Sofia sudah bersusah-payah untuk tampil tida khanya cantiktetapi memesona. Sore itu dia pergi menata rambutnya dankembali ke toko Armani, kali ini untuk membeli tunik dancelana panjang warna merah yang anggun. Merah bukanlah warna yang sering digunaka nsangdesainer, tetapi pakaian itu spektakuler, begitulah Marco danGiuseppe meyakinkannya. Tuniknya berpotongan leher rendah, dan sang walikotaseperti tidak sanggup mengalihkan mata dari sana. Marco terkejut karena D'Alaqua mengirim mobil untukmenjemput Sofia dan bukan datang sendiri, tetapi Sofiamemahami pesan itu. D'Alaqua tidak punya minat pribadi pada dirinya; diahanyalah tamu D'Alaqua untuk menonton opera. Pria itu

sudah meletakkan penghalang-penghalang yang taktertembuskan di antara mereka, dan meski dilakukan dengansangat halus, dia tidak menyisakan sedikitpun ruangkeraguan. Saat jeda, mereka menuju ruang pribadi D'Alaqua untukmenikmati sampanye dan canape. \"Anda menikmati opera ini, Dottoressa!\" Kardinal Visier mengamatinya seraya mengajukanpertanyaan klise itu. \"Ya, Yang Agung. Malam ini Pavarotti luar biasa.\" \"Benar sekali, meski La Boherne bukan opera terbaik-nya.\" Guido Bonomi memasuki ruangan dan dengan gayaberlebihan menyapa tamu-tamu D'Alaqua. \"Sofia! Kau kelihatan cantik luar biasa! Banyak temankuyang tak sabar ingin berkenalan denganmu, dan tidak sedikitistri yang cemburu karena kacamata opera suami merekalebih sering mengarah padamu daripada pada Pauarotti! Kauini termasuk perempuan yang membuat perempuan-perempuan lain sangat gelisah, Sayang-ku!\" Muka Sofia memerah. Dia sudah mulai hilang kesabaranmenghadapi gaya Bonomi yang tidak pada tempatnya dan iamenatap marah pada mantan profesornya itu. Sang profesormenangkap pesan dalam mata birunya dan dengan cepatmengganti topik. \"Nah, baiklah, aku akan menanti kedatangan kaliansemua untuk makan malam. Yang Agung, Dottoressa, BapakWalikota...\" D'Alaqua melihat ketidak senangan Sofia dan melangkahke sampingnya. \"Guido memang seperti itu; selalu begitu. Seorang priayang luar biasa, ahli abad pertengahan yang terpandang,tetapi secara pribadi agak... mungkin bisa kita katakan...energetik? Tidak usah kesal.\" \"Aku tidak kesal padanya, aku kesal pada diriku sendiri.Aku harus bertanya apa yang kulakukan di sini; ini bukan

tempatku. Kalau kau tidak berkeberatan, setelah pertunjukannanti aku akan kembali ke hotel.\" \"Jangan, jangan pergi, Dottoressa. Tinggallah, danmaafkan profesor tuamu, yang sepertinya tidak bisamenemukan cara yang pantas untuk mengungkapkankekagumannya padamu. Tapi dia memang tulus dalam halitu.\" \"Maafkan aku, tetapi aku benar-benar harus pergi. Samasekali tidak ada alasan bagiku untuk pergi makan malam dirumah Bonomi; aku dulu mahasiswanya, itu saja. Bahkanseharusnya aku tidak membiarkan diriku di undang ke operaini karena dia. Ikut duduk di bilikmu, di antara tamu-tamumu, teman-temanmu... sungguh, aku minta maaf sudahmerepotkanmu.\" \"Kau sama sekali tidak merepotkanku, yakinlah.\" Bunyi lonceng menandai berakhirnya jeda, dan denganenggan Sofia membiarkan D'Alaqua membimbingnyakembalike bilik. Ketika adegan berikutnya mulai berjalan, Sofia melihatbahwa D'Alaqua diam-diam memerhatikannya. Dia merasaingin lari dan situ, tetapi terkutuklah dia kalau bertingkahseperti gadis bodoh. Dia akan bertahan sampai akhirpertunjukan, lalu dia akan berpamitan dan tidak akan pernahbersilang jalan dengan laki-laki itu lagi. D'Alaqua tidak punyahubungan apa-apa dengan Kafan Suci, itu absurd, dan diasudah berniat mengatakan pendapatnya itu kepada Marco. Ketika pertunjukan selesai, hadirin seperti biasa memberiPavarotti aplaus. Sofia memanfaatkan kesempatan itu untukmengucapkan selamat malam kepada sang walikota, istrinya,suami istri Agnelli, kedua bankir. Akhirnya, dia menghampiri Kardinal Visier. \"Selamat malam, Yang Agung.\" \"Anda sudah mau pergi?\" \"Ya.\"

Visier, yang terkejut, berusaha menangkap mataD'Alaqua, tetapi D'Alaqua sedang asyik berbincang denganBolard. \" Dottoressa, saya akan sangat kecewa jika Anda tidakikut makan malam bersama kami,\" ujar sang kardinal. \"Oh, Yang Agung, saya yakin Anda lebih pahamdibandingkan siapa pun juga betapa tidak enaknya saya.Sayabenar-benar harus pergi. Saya tidak ingin merepotkan.\" \"Yah, kalau tidak ada lagi cara untuk meyakinkan Anda...tetapi saya sungguh berharap bisa bertemu Anda lagi.Pandangan Anda tentang metode-metode arkeologi modernmembangkitkan minat saya, ide-ide Anda inovatif, sungguh.Anda tahu, saya menekuni arkeologi sebelum mengabdikandiri sepenuhnya pada Gereja.\" D'Alaqua menyela mereka. \"Mobil-mobil sudah menunggu... \" \" Dottoressa Galloni tidak ikut pergi bersama kita,\" Visiermemberitahu. \"Aku sungguh menyesal, tadinya aku berharap kau ikut,tapi kalau kau lebih memilih tidak, mobil akan mengantarmuke hotel.\" \"Terima kasih, tapi aku lebih suka berjalan kaki, hotelnyatidak jauh.\" \"Maafkan saya, Dottoressa,\" sang kardinal memotong,\"tetapi saya rasa sebaiknya Anda tidak berjalan sendirian.Turin kota yang rumit; pikiran saya akan lebih tenang jikaAnda mengizinkan mobil kami mengantar Anda.\" Sofia mengalah agar mereka tidak menganggapnya tidaktahu sopan santun. \"Baiklah, terima kasih.\" \"Jangan berterima kasih pada saya,\" gumam sangkardinal. \"Anda orang yang mengagumkan, dengankemampuan yang luar biasa, Anda tidak boleh membiarkanorang lain terlalu memengaruhi Anda. Walaupun saya rasaAnda merasa kecantikan Anda lebih merupakan beban

daripada keuntungan, tepat karena Anda tidak pernahmengandalkan kecantikan itu.\" Kata-kata yang tak terduga dari sang kardinalmenenangkan Sofia. D'Alaqua menemaninya ke mobil. \"Aku senang kau datang, Dottoressa Galloni.\" \"Terima kasih.\" \"Apa kau masih di Turin beberapa hari ke depan?\" \"Ya, mungkin sampai dua minggu.\" \"Aku akan meneleponmu, dan kalau kau punya waktu,aku ingin kita makan siang bersama.\" Sofia terbata-bata mengucapkan \"Baiklah\" ketikaD'Alaqua menutup pintu mobil dan memberi perintah kepadasupirnya untuk membawa Sofia ke hotel. Ketika rombongan selebihnya sudah berangkat, KardinalVisier mengonfrontasi bekas dosen Sofia. \"Professore Bonomi, kau sudahmenyinggung Dottoressa Galloni dan menyinggung kamisemua yang bersamanya. Sumbanganmu pada Gerejamemang tak dapat disangkal lagi, dan kami sangat berterimakasih atas semua yang kaulakukan sebagai pakar utama kamidalam bidang seni abad pertengahan yang sakral itu, tetapi itutidak membuatmu berhak berkelakuan seperti orang udik.\" D'Alaqua memerhatikan, bingung. \"Paul, aku tidak menyangka Dottoressa Galloni sudahmembuatmu demikian terkesan,\" komentarnya beberapa saatkemudian ketika mereka berdua saja. Sang kardinal menggeleng. \"Menurutku sikap Bonomiburuk sekali, dia bertingkah seperti bandot tua, dan diasudah menyinggung perasaan Dottoressa secara tidaksemestinya. Kadang aku bertanya-tanya sendiri bagaimanabakat artistik Bonomi bisa begitu tidak tersangkut pautdengan kehidupannya selebihnya. Menurutku Galloni orangyang baik dan serius-pandai, berpendidikan, sopan, seorangperempuan yang bisa membuatku jatuh cinta seandainya akubukan kardinal. Seandainya kita ... seandainya kita bukan kita dengan jati diri ini.\"

\"Aku terkejut mendengar keterus teranganmu.\" \"Oh, sudahlah, Umberto, kau tahu sebaik aku tahubahwa selibat itu pilihan yang sangat berat-berat sekaligusperlu. Aku menjunjung sumpahku, Tuhan tahuitu, tetapi itutidak berarti jika aku melihat seorang perempuan yang pandaidan cantik, lalu aku tidak menghargainya. Munafik kalau aku menyangkal hal itu. Kita punya mata,kita bisa melihat, dan persis seperti kita mengagumi patungkarya Bernini, atau tergerak oleh pahatan-pahatan Phidias,atau gemetar menyentuh kerasnya granit makam Etruna, kitamengakui nilai orang-orang di sekeliling kita. Tidak usahlahkita saling menghina kecerdasan kita dengan berpura-purakita tidak melihat kecantikan dan nilai Dottoressa Galloni.Kuharap kau akan berbuat sesuatu untuk menyenangkanhatinya.\" \"Ya, aku akan meneleponnya dan mengundangnyamakan siang. Aku tidak bisa berbuat lebih dan itu.\" \"Tidak. Kita tidak bisa berbuat lebih dan itu.\" \"Wow! Kau kelihatan hebat! Habis dari pesta?\" AnaJimenez baru saja memasuki hotel ketika Sofia keluar darimobil. \"Habis dan mimpi buruk. Kau sendiri? Bagaimanapekerjaanmu?\" \"Baik, kurasa. Ini lebih sukar dan yang kuduga, tetapiaku tidak akan menyerah.\" \"Baguslah.\" \"Sudah makan malam?\" \"Belum, tapi aku akan menelepon kamar Marco; kalaudia belum makan, akan kutanya apa dia mau turun ke ruangmakan.\" \"Keberatan kalau aku bergabung?\" \"Aku tidak. Entah Marco, tunggu sebentar, nantikuberitahu.\" Sofia datang lagi dan meja resepsionis sambil memegangsecarik kertas.

\"Dia sudah keluar makan malam dengan Giuseppe.Mereka sedang di rumah komandancarabinieri Turin.\" \"Kalau begitu ayo kau dan aku makan. Aku yang bayar.\" \"Tidak, aku yang traktir.\" Mereka memesan makan malam dan sebotol Barolo dansaling menilai. \"Sofia, ada satu episode dalam sejarah Kafan Suci yangkelihatannya sangat membingungkan.\" \"Hanya satu? Menurutku semuanya. Kemunculan kainitu di Edessa, lenyapnya kain itu di Konstantinopel... \" \"Aku membaca bahwa di Edessa dulu ada sebuahkomunitas Kristen yang sangat mapan dan berpengaruh, dankeadaan begitu gentingnya hingga emir Edessa bertempurmelawan pasukan Bizantium ketimbang dipaksamenyerahkan kain itu.\" \"Ya, itu benar,\" Sofia menegaskan. \"Pada 944 pasukanBizantium mencuri Kafan Suci dalam sebuah pertempuranmelawan kaum Muslim yang pada masa itu memerintahEdessa. Kaisar Bizantium, Romanus Lecapenus,menginginkan Mandylion, begitulah orang Yunani menyebutbenda itu, karena mengira jika dia memiliki kain itu, dia akanmendapat perlindungan Tuhan dan tak terkalahkan. Diamengirim pasukan di bawah pimpinan jenderal terbaiknyadan menawarkan kesepakatan kepada emir Edessa: Jika sangemir menyerahkan Kafan Suci, pasukan itu akan mundurtanpa merusak kota sama sekali, Romanus bersediamembayar banyak untuk Mandylion, dan dia akanmembebaskan dua ratus tawanan Muslim.\" \"Tetapi komunitas Kristen di Edessa menolakmenyerahkan Mandylion kepada sang emir, dan karena sangemir, meski dia Muslim, takut kain itu menyimpan kekuatanmagis, dia memutuskan untuk bertempur. Pasukan Bizantiummenang dan Mandylion dibawa ke Bizantium pada Agustus944. Liturgi Bizantium merayakan hari itu. Ruang arsipVatikan menyimpan teks homili Paus Gregorypada 16 Agustusketika ia menerima Kafan Suci.

\"Sang kaisar mengirim kain itu untuk disimpan ke GerejaSt. Mary of Blachernae di Konstantinopel, dan disana setiapJumat kain itu disembah oleh kaum beriman,\" lanjutnya.\"Dan sana kain itu menghilang dan tidak terlihat lagi sampaiakhirnya muncul di Perancis pada abad keempat belas.\" \"Dan itulah yang ingin kuketahui. Apakah orang-orangTemplar mengambilnya?\" tanya Ana. \"Beberapa penulismengatakan para Ksatria Templarlah yang mencuri KafanSuci dari orang-orang Bizantium.\" \"Sulit dipastikan. Kelompok Templar disalahkan atassegala macam hal-mereka digambarkan sebagai orang-orangsuper yang bisa melakukan segalanya. Mungkin saja merekamengambil Mandylion, mungkin juga tidak. Tentara-tentaraPerang Salib menebar kematian dan kehancuran, dankebingungan, ke manapun mereka pergi. Atau mungkin sajaBalduino de Courtenay, yang menjadi kaisar Konstantinopel,menggadaikan Mandylion dan sesudah itu kain itu lenyap. \"Dia bisa menggadaikan kafan itu?\" \"Itu salah satu dari sekian banyak teori. Dia tidak punyacukup uang untuk mempertahankan kekaisarannya, maka diapergi mengemis pada raja-raja dan pangeran-pangeran Eropadan akhirnya menjual segala jenis relik keagamaan yangdibawa tentara Perang Salib dari Tanah Suci sebenarnya,pamannya, Louis Kesembilan dari Prancis, membeli beberapa.Mungkin juga anggota-anggota ordo Templar, yang pada masaitu merupakan bankir-bankir paling berkuasa dan juga terus- menerus berusaha mengumpulkan relik-relik suci,membayar Balduino untuk kain itu. Tetapi tidak ada dokumenyang mendukung teori itu.\" \"Yah, menurutku orang-orang Templar yang mengambil.\"Mata Ana tampak menantang. \"Kenapa?\" Sofia tidak memahami lompatan pemikiran ini,yang ternyata sama sekali bukan pemikiran. \"Entahlah, hanya dari petunjuk-petunjuk kecil dalamsemua yang sudah kubaca. Kau sendiri mengemukakan

kemungkinan itu. Mereka membawa Kafan Suci ke Prancis,tempat akhirnya kain itu muncul kembali.\" Kedua perempuan itu terus berbicara cukup lama, Anaberspekulasi tentang orang-orang Templar, Sofia denganlancar mengemukakan fakta-fakta. Marco dan Giuseppe tak sengaja bertemu merekasewaktu menuju lift. \"Sedang apa kalian di sini?\" tanya Giuseppe terkejut. \"Kami tadi makan malam bersama dan bersenang-senang, betul, Ana?\" Marco menyapa sang wartawan denganhangat tetapi hanya mengajak Sofia dan Giuseppe untukminum satu gelas terakhir bersamanya di bar hotel. \"Ada apa, kenapa kau pulang begini cepat?\" ia bertanyaketika mereka sudah duduk. \"Oh, Bonomi membuatku kesal. Dia terpesona melihatkudan membuat kami berdua kelihatan dungu. Aku merasasangat tidak nyaman dan waktu opera selesai, aku kembali kesini. Maksudku, Marco, aku sejujurnya tidak ingin berada ditempat yang bukan tempatku, aku benar-benar salah tempatdi sana, dan itu memalukan.\" \"Bagaimana dengan D'Alaqua?\" \"Dia sangat sopan, dan yang cukup mengejutkan,Kardinal Visier juga. Mereka tidak usah kita utak-atik,bagaimana?\" \"Kita lihat nanti. Aku tidak berniat menutup satu punalur investigasi ini, tak peduli semustahil apa kelihatannya.Kali ini aku akan mengejar setiap kemungkinan.\" Sofia tahu Marco bersunggung-sungguh denganucapannya. Sambil duduk di tepian tempat tidur, yang selebihnyatertutup kertas, catatan, dan buku, Ana Jimenezmerenungkan percakapannya dengan Sofia. Orang sepertiapa, pikirnya, Romanus Lecapenus, kaisar yang mencurikafan dari Edessa itu? Ia membayangkan kaisar itu kejam,percaya takhayul, gila kekuasaan.

Sungguh, sejarah Kafan Suci bukanlah sejarah yangpenuh kebahagiaan: perang, kebakaran, pencurian... dansemuanya demi sensasi memiliki yang didasari keyakinan,yang berakar jauh dalam hati manusia, bahwa ada benda-benda yang magis. Ia bukan pemeluk Katolik, setidaknya bukan pemelukKatolik yang menjalankan ibadah. Ia dibaptis seperti hampirsemua orang di Spanyol, tetapi ia tidak ingat pernahmengikuti Misa lagi sejak komuni pertamanya. Ia geser kertas-kertas di atas tempat tidur. Ia mengantuk,dan seperti yang selalu dilakukannya sebelum tidur, ia ambilbuku puisi Cauafy dan sambil melamun mencari salah satupuisi kesukaannya: Suara-suara, yang dicinta dan dipuja, dari mereka yang telah mati, atau yang telah lenyap dan hadapan kita, seperti mereka yang telah mati. Kadang mereka berbicara pada kita dalam mimpi; kadang dalam renungan, benak, mendengar mereka. Dan dengan suara mereka yang sesaat kembali bebunyian dari sajak pertama hidup kita, seperti musik, di malam hari, jauh, semakin sayup. Ia jatuh tertidur seraya masih memikirkan pertempuranpasukan Bizantium yang melawan emir Edessa. Ia mendengarsuara-suara tentara, retihan kayu-kayu yang terbakar,tangisan anak-anak yang berpegang erat pada tangan ibumereka selagi mereka panik mencari perlindungan. Ia melihatseorang pria tua yang berwibawa dikelilingi oleh pria-pria tualain, dan sekelompok pemeluk agama yang saleh, sambilberlutut, berdoa mengharap keajaiban yang tidak pernahterjadi. Lalu pria tua itu menghampiri sebuah keranjang kayuyang kecil dan sederhana, mengeluarkan sehelai kain yangdilipat dengan saksama, dan menyerahkan kain itu pada

seorang tentara Muslim bertubuh besar yang hampir tidakbisa menahan perasaannya karena harus mengambil hartayang paling diagungkan orang-orang ini. Jenderal yang memimpin pasukan Bizantium menerimaMandylion itu dari seorang bangsawan Edessa dan, denganpenuh kejayaan, cepat berkuda menuju Konstantinopel. Asap mengaburkan tembok rumah-rumah di kota itu,dan tentara-tentara Bizantium, yang menghambur kejalananuntuk menjarah kota, mengangkut pampasan mereka dalamkereta-kereta besar yang ditarik bagal. Belakangan, di gereja batu yang, entah bagaimana, masihberdiri, di samping salib, dikelilingi oleh para pastor dan umatKristen yang paling taat, uskup Edessa bersumpah, danmereka bersumpah mengikutinya, bahwa Mandylion suatuhari kelak akan mereka rebut kembali, meski untuk itumereka harus berkorban nyawa. Ana mengerang dalam tidurnya. Dia terduduk dengan airmata berlinang di wajah, tersiksa oleh kesedihan. Ia melangkah ke minibar mencari air minum danmembuka jendela untuk memasukkan udara sejuk. Puisi Cavafy seolah menjadi kenyataan, dan suara-suaramereka yang mati telah menerjang tidurnya. Begitu nyatamimpi itu hingga ia merasa bahwa semua yang ia lihat dandengar sewaktu tidur itu benar-benar terjadi. Ia yakinperistiwa-peristiwa sesungguhnya bergulir tepat seperti itu. Setelah mandi ia merasa lebih enak. Ia tidak lapar, makaia tinggal sebentar di kamar sambil membuka-buka beberapabuku yang ia beli untuk mencari informasi tentang Balduinode Courtenay, kaisar yang harus mengemis itu. Tidak banyakyang ia temukan maka ia mencoba online, meski ia tidakselalu memercayai apa yang ia temukan di Internet. Ia juga mencari informasi tentang ordo Templar dan iaterkejut ketika menemukan halaman yang agaknya dipasangoleh Ordo Ksatria Templar sendiri, sebuah ordo yang sudahtidak hidup lagi. Sudah diketahui secara luas bahwa ordo itudibasmi oleh raja Perancis pada abad keempat belas.

Ia menelepon kepala bagian TI di koran-nya danmenjelaskan apa yang ia butuhkan. Setengah jam kemudian orang TI itu membalasteleponnya. Server situs itu ada di London, dan situs itubenar-benar terdaftar, benar-benar asli. http://anesularnaga.blogspot.com

31 1250 Masehi \"Paduka, seorang kurir utusan paman Anda baru sajatiba.\" Kaisar Bizantium bergerak-gerak begitu mendengar suarapelayannya dan kemudian bangkit duduk perlahan, matanyamengerjap-ngerjap masih mengantuk. Saat sudah benar-benarterjaga dan sadar bahwa jawaban Louis yang telah lama iatunggu-tunggu akhirnya datang, Balduino melompat darikasurnya dan memerintah pelayan prianya untukmempersilakan kurir itu masuk. \"Anda harus berdandan, Paduka,\" gumam penasihatistana Balduino yang juga baru memasuki kamarnya. \"Andaseorang kaisar, dan utusan tersebut seorang bangsawan dariistana Prancis.\" \"Pascal, jika kau tidak mengingatkanku, pasti aku sudahbegitu saja lupa bahwa diriku sebenarnya kaisar. Kalaubegitu, bantulah aku. Apakah ada mantel bulu cerpelai yangbelum kujual atau kugadaikan?\" Pascal de Molesmes tetap membisu. Dia sendiri jugaseorang bangsawan yang dikirim raja Prancis untuk melayanisi keponakan raja yang tertimpa aib itu. Namun, sungguh tidak ada mantel bulu cerpelai. Belumlama berselang, kaisar Bizantium itu telah memberi perintahmencopot timah dari langit-langit istananya untuk dijual padaorang-orang Venesia yang mengambil keuntungan besar darikesulitan keuangan yang menimpa Balduino. Begitu kaisar duduk di ruangan singgasana, parapegawai istananya kasak-kusuk harap-harap cemasmenunggu kabar dari Raja Prancis. Robert de Dijon menyentuhkan lututnya ke lantai danmenundukkan kepala di hadapan sang kaisar. Balduinomengisyaratkan agar dia bangkit.

\"Bagaimana, Tuan, berita apa yang Anda bawa daripamanku?\" \"Yang Mulia Raja sedang terlibat perang dahsyat di TanahSuci dalam upaya membebaskan makam Tuhan kita. Sayamembawa kabar bagus tentang penaklukan Damietta. PadukaRaja berangkat dan akan menaklukkan negeri-negerisepanjang Nil dalam perjalanannya ke Yerusalem, sehinggapada saat ini beliau tidak bisa membantu seperti yangBaginda harapkan, karena biaya ekspedisinya jauh melebihipajak tahunan yang diterima kerajaan. Paduka Raja Louismenyarankan agar Baginda bersabar dan percaya kepadaTuhan. Tak lama lagi Kaisar akan dipanggil untuk menghadapsebagai kemenakan yang setia dan paling dia cintai, dan Rajaakan membantu mengatasi cobaan yang menimpa Padukasaat ini.\" Mata Balduino diGenarigi air mata demi mendengarpesan yang menghancurkan hatinya itu. Mata Pascal deMolesmes yang membelalak kepadanya membuatnya tegar. \"Saya juga membawa surat Yang Mulia kepada Kaisar.\" Dijon mengambil sebuah dokumen bersegel raja darisabuknya dan menyampaikannya kepada sang kaisar yangmenerimanya tanpa gairah dan kemudian memberikannyakepada de Molesmes. Lalu Balduino menjulurkan tangannyake kurir tersebut, yang kemudian menundukkan kepalanyasekali lagi serta mencium cincin sang kaisar. \"Apakah ada jawaban untuk surat Yang Mulia ini?\" \"Apakah kau kembali ke Tanah Suci?\" \"Pertama-tama saya harus menempuh perjalanan keBlanca de Castilla; saya mengantarkan surat untuk beliau danputranya, Raja Louis yang baik. Salah seorang kesatria yangmenemani saya akan segera kembali mendampingi Rajaberperang melawan kaum kafir, dan dia akan menyampaikansegala pesan yang ingin Kaisar kirimkan pada paman Kaisar.\" Balduino mengangguk dan bangkit berdiri. Diameninggalkan ruang singgasana tanpa menoleh ke belakang.

\"Apa yang mesti kulakukan, Pascal?\" teriaknya kepada deMolesmes ketika tinggal mereka berdua. \"Apa yang telah Anda lakukan pada kesempatan-kesempatan lain, Paduka?\" \"Pergilah ke istana sanak saudaraku, siapa yangtampaknya tak bisa memahami betapa pentingnyamenyelamatkan Konstantinopel bagi agama Kristen? Aku tidakmenanyakan hal ini pada diriku sendiri! Kita adalah bentengterakhir antara mereka dan umat Islam-tetapi bangsa Venesiaadalah bangsa orang tamak yang membentuk aliansi denganbangsa Utsmani tanpa sepengetahuan kita; orang-orangGenoa hanya peduli soal keuntungan dari perdaganganmereka; dan para sepupuku di Flanders mengeluh tidakpunya cukup daya untuk membantuku. Bohong! Apa aku harus menyembah-nyembah dihadapan parapangeran kacangan itu dan merengek-rengek kepada merekaagar membantuku mempertahankan kekaisaran? Apakah menurutmu Tuhan sudi mengampuniku karenamenggadaikan mahkota duri yang dipakai oleh putra-Nyayang tersalib itu?\" \"Aku tidak punya uang untuk membayar para tentara,orang-orang istana, atau para bangsawanku. Aku tidak punyaapa-apa, sungguh. Sejak aku menjadi kaisar dalam usia 21 tahun, impiankuadalah mengembalikan kemegahan kekaisaran, merebutkembali negeri-negeri yang telah lepas. Namun apa yang telahkulakukan? Tidak ada! Sejak prajurit perang salib membagikekaisaran dan merampok Konstantinopel, aku nyaris tidakmampu mempertahankan kerajaan, dan Paus Innocent yangbaik itu menutup kuping tak mau mendengar rengekanku.\" \"Tenangkan dirimu, Paduka. Raja Louis tidak akanmeninggalkan Anda.\" \"Tidakkah kau dengar pesannya?\" \"Ya, dan dalam pesan itu beliau juga bilang akanmemanggil Paduka untuk menghadap setelahbeliaumengalahkan bangsa Sarasen.\"

Emas dari kursi megah yang sekarang diduduki sangkaisar telah dipreteli beberapa waktu yang lalu. Balduinotepekur sambil mengelus-elus jenggotnya, kaki kirinyamenghentak-hentak lantai dengan gugup. \"Paduka, Anda harus membaca surat dari Raja.\" De Molesmes menyerahkan Balduino gulungan perkamenbersegel yang dihaturkan Dijon. \"Ah! Ya, pastilah pamanku menyarankan agar akumenjadi seorang Kristen yang baik dan tidak hilang keyakinankepada Tuhan kita.\" Begitu membuka segel raja, sang kaisar membaca wasiatsang raja dengan cepat, raut yang kian terlihat keherananmelingkupi wajahnya. \"Astaga! Pamanku tidak tahu apa yang dia minta!\" \"Sang raja memohon engkau melakukan sesuatu,Paduka?\" \"Louis meyakinkanku bahwa kendati dia kesulitanmembiayai Perang Salib, dia bersedia memberiku sejumlahemas jika aku menyerahkan Mandylion kepadanya. Dia punyaimpian menunjukkannya pada ibunya, perempuan palingsaleh Lady Dona Blanca. Dia memintaku menjual reliktersebut kepadanya atau membiarkan dia membawanyaselama beberapa tahun. Dia mengatakan telah bertemuseorang pria yang meyakinkannya bahwa Mandylion bisamemberikan mukjizat, bahwa benda itu telah menyembuhkanraja Edessa dari kusta, dan bahwa orang yang memilikinyatidak akan pernah menderita. Dia bilang bahwa jika akumenyetujui permohonannya, aku bisa merundingkanperinciannya dengan Comte de Dijon.\" \"Dan apa yang akan Paduka lakukan?\" \"Pertanyaan bagus, Pascal! Kautahu, Mandylion itubukan milikku yang bisa diberi-berikan sesukaku. Kalaupunaku ingin memberikannya pada pamanku, aku tidak bisa.Benda itu milik Gereja.\"

\"Tuanku, Mandylion itu adalah satu-satunya benda yangmemiliki daya tawar. Jika Anda bisa meyakinkan Uskupuntuk membiarkanmu menjaganya\" \"Mustahil! Dia tidak akan memperbolehkannya.\" \"Apakah Paduka sudah bertanya?\" \"Dia menjaganya dengan sangat ketat. Kafan tersebutberhasil selamat secara ajaib dari upaya para prajurit perangsalib yang merampok kota. Kain tersebut dipercayakan padapendahulunya, dan dia bersumpah akan melindunginyadengan taruhan nyawa.\" \"Paduka adalah kaisar.\" \"Dan dia adalah uskup.\" \"Dia adalah bawahan Paduka. Jika tidak menurut, diaharus menanggung akibatnya. Dia tidak akan mau kehilangantelinga atau hidungnya.\" \"Astaga, Pascal!\" \"Anda akan kehilangan kekaisaran, Paduka. Kain itukeramat; orang yang memiliki tidak akan takut pada apapun.Cobalah.\" Kaisar meremas-remas tangannya. Dia takut berseterudengan Uskup. Apa yang akan dia katakan pada Uskup untukmeyakinkannya agar mau menyerahkan Mandylion tersebut? \"Baiklah, berbicaralah dengan Uskup,\" akhirnya diapunmengatakan itu. \"Katakan kepadanya bahwa akumengutusmu.\" \"Ya, Paduka, tetapi dia tidak akan memercayaiku. Andaharus mengatakannya langsung.\" Balduino menyesap anggur warna delima, danselanjutnya menyuruh de Molesmes menyingkir dariruangannya. Dia perlu berpikir. Kesatria tersebut berjalan menyusun pantai, pikiran danjiwanya dibuai debur ombak yang membasuh kerikil di tepilaut. Kudanya sabar berdiri, tak tertambat, seperti kawansetia sebagaimana telah dia tunjukkan pada banyakpertempuran.

Cahaya petang menerangi Bosphorus, dan dalamindahnya saat itu Bartolome dos Capelos merasakan nafasTuhan. Kudanya meringkik dan kupingnya menegak, danBartolome menoleh untuk melihat sesosok manusiamenunggang kuda mendekat dari balik debu jalanan. Diapunsiaga memegang pedangnya, gerak-gerik yang lebih bersifatnaluriah daripada bertahan, dan menunggu untuk melihatapakah orang yang menunggang kuda ke arahnya itu orangyang dia tunggu-tunggu. Penunggang kuda itu turun dari kudanya dengancanggung dan berjalan tergesa menyusun garis pantai ketempat kesatria Portugal itu menunggu. \"Kau terlambat,\" kata Capelos. \"Aku melayani Kaisar sampai beliau bersantap malam.Baru saat itu aku bisa menyelinap keluar istana.\" \"Baiklah. Apa yang perlu kau katakan kepadaku, danmengapa mesti di sini?\" Lelaki berkulit zaitun itu bertubuh pendek dan gemuk.Mata tikusnya menatap tajam pada kesatria Templar tersebut.Dia harus berhati-hati dengan yang satu ini. \"Tuan, Kaisar akan meminta Uskup menyerahkanMandylion kepadanya.\" Bartolome dos Capelos bergeming, seolah informasi itutidak ada artinya buat dia. \"Dan bagaimana kau bisa tahu tentang ini?\" \"Aku menguping pembicaraan Kaisar dengandeMolesmes.\" \"Kaisar mau apa dengan Mandylion?\" \"Benda itu adalah relik berharga terakhir yang masihbeliau miliki; beliau akan menggadaikannya. Engkau tahu,kekaisaran tidak punya uang. Beliau akan menjualnya padapamannya, Raja Prancis.\" \"Dan apa lagi yang telah kaudengar?\" tanya sangkesatria. \"Tidak ada, Tuan.\"

\"Baiklah. Ini. Pergilah.\" Dos Capelos melempar sejumlah koin ke telapak lelaki ituyang sudah terbuka. Kemudian lelaki tersebut mengucapkanselamat pada dirinya sendiri atas nasib baiknya. Kesatriatersebut telah memberinya imbalan yang setimpal untukinformasi itu. Selama beberapa tahun ini dia telah memata-matai istanauntuk para kesatria Templar. Dia tahu bahwa para kesatriasalib merah itu punya mata-mata lain di istana, tetapi diatidak tahu siapa mereka. Kesatria Templar adalah satu-satunya kelompok yangmemiliki banyak uang di kekaisaran melarat itu dan banyakorang yang melayani kebutuhan mereka, termasuk parabangsawan. Kesatria Portugis itu tampak tidak terpengaruhketika diberitahu bahwa Kaisar berencana menjual ataumenggadaikan Mandylion. Mungkin, pikirnya, para kesatriaTemplar sudah mendengar kabar itu dari mata-mata merekayang lain. Tetapi peduli amat. Itu bukan urusannya. Dia menepuk-nepuk emas di kantungnya. Bartolome dos Capelos menunggang kudanya keRumahInduk tempat kesatria Templar di Konstantinopel,sebuah puri berpagar tembok dekat laut tempat lebih darilima puluh kesatria tinggal dengan para pelayan dan tukangkandang untuk kuda-kuda mereka. Dia menuju aula Rumah Induk, tempat saudara-saudaranya berdoa pada jam itu. Andre de Saint-Remy, kepalabiara mereka, memberi isyarat mengajaknya ikut berdoa. Barusatu jam sejak dia datang Saint-Remy memanggilnya. Padasaat itu, si kepala biara sudah berada di ruang kerjanya. \"Duduklah, Saudaraku. Ceritakan, apa yang telahdikatakan pelayan kaisar?\" \"Dia membenarkan informasi dari kapten pengawalkerajaan: Kaisar ingin menggadaikan Mandylion.\" \"Kafan Kristus...\" \"Dia sudah menggadaikan mahkota duri.\"

\"Terdapat begitu banyak relik palsu... Tetapi Mandylionbukan barang palsu. Di kain tersebut ada darah Kristus,roman muka asli sang Juru Selamat. Aku menunggu izin danImam Besar, Guillaume de Sonnac, untuk membelinya.Berminggu-minggu yang lalu aku mengirim pesan yangmenjelaskan bahwa Mandylion adalah satu-satunya relik asliyang masih ada di Konstantinopel, dan yang paling berharga.Kita harus memiliki relik itu untuk bisa melindunginya.\" \"Tetapi bagaimana jika jawaban Imam Besar tidak datangtepat waktu?\" \"Maka aku akan membuat keputusan dan berharap diabisa menerimanya.\" \"Bagaimana dengan Uskup?\" \"Kita tahu bahwa Pascal de Molesmes telah menemuinyadan meminta dia menyerahkan relik tersebut. Uskupmenolaknya. Lalu sang kaisar akan datang sendiri untukmemintanya.\" \"Kapan.\" \"Minggu ini juga. Kita akan minta bertemu denganUskup, dan aku akan menemui Kaisar. Besok aku akanmemberimu instruksi. Sekarang, pergi dan istirahatlah.\" Matahari belum juga terbit ketika para kesatriamerampungkan doa pertama mereka di hari itu. Andre deSaint-Remy tenggelam dalam surat yang dia tulis kepadaKaisar untuk meminta bertatap muka. Kekaisaran Ortodoks Timur kini sedang sekarat.Balduino de Courtenay II adalah Kaisar Konstantinopel darinegeri-negeri di sekelilingnya, yang cuma sedikit, danhubungannya dengan para kesatria Templar, kekuatanpenyeimbang di kekaisaran, terkadang menjadi pelik karenaseringnya dia berutang pada mereka. Kepala biara tersebutberhasil membina hubungan yang sulit itu dengan apik. Diaadalah seorang berpembawaan keras yang menjaga dirinyaagar tidak ternoda oleh kemilau kebejatan Konstantinopel danmencegah agar segala hasrat seksual atau kesenangan hiduptidak bisa menembus pagar tembok Rumah Induk.

Saint-Remy belum lagi selesai membereskan alat-alattulisnya ketika salah seorang kesatria bruder, Guy deBeaujeu, buru-buru memasuki ruangannya. \"Tuan, ada seorang Muslim yang datang dan memintabertemu Anda. Dia bersama tiga orang lain... \" Raut muka kepala biara Templar tersebut tidak berubah.Dia selesaikan mengemasi pena dan tinta serta dokumen-dokumen yang telah dia tulis. \"Apakah kita kenal mereka?\" \"Saya tidak kenal, Tuan; wajahnya ditutup, dan parakesatria yang menjaga pintu masuk memilih tidakmemintanya menunjukkan wajah. Dia telah memberikan anak panah dari ranting pohon inikepada para penjaga, dan katanya dengan takik-takik iniAnda akan mengenalinya.\" Guy de Beaujeu menyerahkan anak panah itu ke Saint-Remy. Wajahnya berubah saat dia mengamati senjata yangdigarap dengan kasar dan lima takik yang ada di tangkainya. \"Panggilkan dia agar menemuiku.\" Beberapa saat kemudian seorang lelaki tinggi dankelihatannya kuat memasuki ruangan di mana Saint-Remytengah menunggunya. Dia berbusana sederhana, tetapipakaiannya menunjukkan dia bangsawan. Saint-Remy memberi isyarat pada kedua kesatria Templaryang menemani Muslim tersebut, dan dengan sedikitmembungkukkan badan dia meninggalkan ruangan sambildiam seribu bahasa. Ketika mereka sendirian, kedua orang itu berpelukan danmeledaklah tawa mereka. \"Tapi Robert, kenapa menyamar seperti ini?\" \"Akankah kau mengenaliku jika kau tidak melihat anakpanah itu?\" \"Tentu aku akan mengenalimu, kau pikir aku tidak bisamengenali saudara kandungku sendiri?\" \"Semestinya kau hanya akan melihat seorang Sarasen.

Penyamaranku kurang berhasil seperti yangkuharapkan.\" \"Para bruder tidak mengenalimu.\" \"Mungkin tidak. Setidaknya, aku telah berkuda selamaberminggu-minggu melintasi negeri-negeri musuh kita tanpaseorang pun mencurigai dan mengamati topengku sampai akutahu pikiranmu. Aku tahu kau akan ingat anak panah yangkita buat saat masih kanak-kanak, punyaku berlekuk lima,punyamu berlekuk tiga.\" \"Apakah kau menemui kesulitan, Saudaraku?\" \"Semuanya bisa kuatasi dengan bantuan bruder muda,Francois de Charney.\" \"Berapa orang yang menempuh perjalanan denganmu?\" \"Hanya dua orang pemandu Muslim. Lebih mudahrasanya melintas tanpa diperhatikan jika bepergian dalamkelompok kecil.\" \"Katakan, kabar apa yang kaubawa dari Imam Besar?\" \"Guillaume de Sonnac meninggal.\" \"Meninggal! Bagaimana?\" \"Biara berperang di pihak Raja Prancis, dan bantuanyang kami berikan sangatlah dibutuhkan dan diterima denganbaik, seperti kautahu dan keberhasilan kami menaklukkanDamietta. Tetapi Raja buru-buru menyerang Al-Mansurah,meskipun Imam Besar menyarankan untuk berpikir cermatdan membuat perencanaan yang matang tanpa terbuaikemenangan. Tetapi Raja keras kepala dan tidak mau sejenakmenghentikan upayanya mewujudkan sumpah merebutkembali Tanah Suci. Dia bersikukuh memasuki Yerusalem.\" \"Aku merasa kau membawa kabar buruk.\" \"Sayangnya iya. Salah satu strategi Raja adalahmengepung bangsa Sarasen di Al-Mansurah dan menyerangmereka dari belakang. Tetapi Robert d'Artois, saudara Louis,tergesa-gesa, menyapu sebuah perkemahan kecil sebelumpasukan Raja siap dan membuat Ayubis tahu. Terjadilah pertarungan berdarah.\"

Robert de Saint-Remy mengusap matanya denganpunggung tangannya, seolah menghapus kenangan tentangorang tewas yang menjejali pikirannya. Sekali lagidia melihattanah merah tua, terGenarig darah Sarasen dan juga prajuritPerang Salib, dan kawan-kawan di kubunya bertarung denganbuas tak kenal ampun, pedang-pedang itu sepertiperpanjangan tangan mereka yang menghujam ke perutorang-orang Sarasen di segala tempat. Dia masih bisamerasakan letih pada tulang-tulangnya dan ketakutan dijiwanya. \"Banyak di antara saudara kita yang meninggal. ImamBesar terluka parah, tetapi kami menyelamatkannya,setidaknya untuk saat itu.\" Andre tetap membisu, memerhatikan wajah adiknya itudirundung prahara. \"Kesatria Yves de Payens de Aragon dan akumenyelamatkan de Sonnac dari medan pertempuran setelahsebatang anak panah menancap ke tubuhnya, dan kamimembawanya sejauh yang kami bisa. Tetapi usaha itu sia-sia;dia meninggal di tempat persembunyian kami, karenademam.\" \"Bagaimana dengan Raja?\" \"Kami memenangkan pertempuran itu. Namunkerugiannya besar; ribuan orang tergeletak tak bernyawa atauterluka parah di tanah, tetapi Louis mengatakan bahwa Tuhanbersamanya dan mengatakan bahwa dia akan berjaya. Denganteriakan perang itu dia mengerahkan para serdadu, dan diabenar, kami menang, tetapi mana ada kemenangan dengankondisi separah itu. Pasukan Kristen selanjutnya berjalanmenuju Damietta, tetapi Raja terserang disentri dan parapasukan kelaparan, kelelahan. Aku tidak tahu bagaimanaterjadinya, yang kutahu adalah para tentara menyerah danLouis dijadikan tawanan.\" Kesunyian yang dalam memenuhi ruangan itu, dankedua orang bersaudara yang tenggelam dalam pikirannyamasing-masing itu lama sekali tidak bergerak-gerak.

Dari jendela terdengar gema para kesatria yang sedangmelakukan latihan militer di atas struktur penyangga di depanbenteng, di tengah derit kereta dan dencing landasan pandaibesi. Pada akhirnya Andre memecah kesunyian. \"Siapa yang telah dipilih menjadi Imam Besar?\" \"Imam Besar kita yang baru adalah Renaud de Vichiers,guru terhormat Prancis, marichalordo. Kau mengenalnya.\" \"Benar. Renaud de Vichiers adalah orang bijak dansaleh.\" \"Dia telah dikirim dari Acre di Tanah Suci untukbernegosiasi dengan bangsa Sarasen agar membebaskanLouis.Kaum bangsawan kerajaan juga mengirim duta yang telahdiberi perintah meminta bangsa Sarasen menentukan tebusanpembebasan Raja. Kendati didampingi ahli-ahli kesehatanSarasen dan mendapatkan perawatan yang baik, Louissebenarnya amat menderita. Ketika aku pergi, negosiasi itutidak menemukan titik terang, namun Imam Besar yakin diabisa membereskan pembebasan Raja.\" \"Apakah kira-kira tebusan yang diminta?\" \"Bangsa Sarasen meminta agar para prajurit Perang Salibmengembalikan Damietta.\" \"Lalu, para bangsawan Louis bersedia menarik mundurpasukan dari Damietta?\" \"Mereka akan melakukan apa pun yang diminta Raja, diasendiri bisa menyerah. De Vichiers telah mengirim sebuahpesan kepadanya, menyarankan agar dia setuju.\" \"Perintah apa yang kau bawa dari Imam Besar untukku?\" \"Aku membawakanmu dokumen-dokumen bersegel danpesan-pesan lain, yang harus kusampaikan langsung ditelingamu.\" \"Kalau begitu katakanlah.\" \"Kita harus mendapatkan Mandylion untuk ordo. ImamBesar bilang bahwa kain tersebut adalah satu-satunya relikyang bisa dipastikan keasliannya. Bila kau sudahmemilikinya, aku akan membawa benda itu padanya di

benteng Saint-Jean d'Acre. Tidak ada seorang pun yang bolehtahu relik tersebut ada di tangan kita. Kau boleh membelinyaatau melakukan apa saja yang kau rasa perlu, tetapi tidakboleh ada yang tahu kau membelinya untuk Biara. Raja-rajaKristen bersedia membunuh demi Mandylion itu. Sri Pausjuga akan memintanya untuk dirinya sendiri. Kita telahmeminjamkan banyak relik yangtelah kau beli dari Balduinoselama bertahun-tahun ini, dan relik-relik lainnya ada ditangan Louis dan Prancis, setelah dijual atau diberikankepadanya oleh keponakannya. \"Kita tahu Louis menginginkan Mandylion tersebut,\"lanjut Robert. \"Setelah kemenangan di Damietta, dia mengirimkanseorang delegasi yang membawa pesan untuk Kaisar. Delegasitersebut juga membawa dokumen-dokumen berisi perintahuntuk Prancis.\" \"Ya, aku tahu. Beberapa hari yang lalu Comte de Dijontiba dengan membawa surat untuk Kaisar. Louis memintakemenakannya memberikan Mandylion sebagai imbalan atasbantuan untuk Konstantinopel.\" Robert mengeluarkan beberapa gulungan dokumenbersegel yang kemudian digelar Andre di atas meja. \"Andre, bagaimana kabar orangtua kita?\" Bibir saudaranya itu menegang dan dia menundukkanmatanya menatap lantai. Pada akhirnya dia menjawab. \"Ibusudah meninggal dunia. Begitu juga adik kita Casilda. Diameninggal saat melahirkan anak kelimanya. Ayah kita, walausudah tua dan sakit-sakitan karena encok, masih hidupmusim dingin yang lalu. Dia menghabiskan waktunya duduk-duduk di balai; dia nyaris tidak bisa bekerja karena bengkakdi kakinya sangat parah. Saudara kita, Umberto, menguruspeninggalan orangtua kita- tanah kita subur dan Tuhan telahmemberinya empat anak yang sehat-sehat. Sudah lama sekalikita meninggalkan Saint-Remy... \"

\"Tetapi aku masih ingat gang menuju kastil yangdikanan-kirinya terdapat pohon poplar, dan aroma roti dioven, dan ibu kita yang menyanyi.\" \"Robert, kita memilih untuk menjadi kesatria Templar,dan kita tidak bisa dan tidak boleh terbawa-bawa masa lalu.\" \"Ah, Saudaraku! Kau selalu terlalu keras pada dirimusendiri!\" \"Dan kau, bagaimana ceritanya sampai kau punyapengawal Sarasen?\" \"Aku telah mengenal bangsa Sarasen dan menghormatimereka. Mereka ternyata bijak di kalangan mereka sendiri,mereka terhormat, bersikap kesatria, dan selalu menghargai.Mereka adalah musuh yang tangguh, yang harus kita hormati.Kuakui, aku memiliki teman dari kalangan mereka. Mustahiltidak berteman dengan mereka jika kita menempati tanahyang sama dan perlu berhubungan damai dengan mereka.Imam Besar telah meminta kami semua mempelajari bahasamereka dan meminta sebagian dari kami, yang penampilannyacocok, untuk mempelajari adat istiadat mereka sehingga kamiboleh hidup di wilayah mereka, di kota-kota mereka, untukmemata-matai, mengamati, atau menjalankan misi-misitertentu demi keagungan Biara dan agama Kristen. Kulitkukian gelap terkena matahari Timur, dan rambut hitamku inijuga membantu menyamarkan ci ri-ciriku yang asli.Sementara untuk bahasa, kuakui tidak sulit bagikumemahami dan menulis dalam bahasa mereka. Aku punyaguru yang bagus, para pengawal yang menemaniku itu. Ingat,Saudaraku, aku bergabung dengan Biara saat masih sangatbelia, dan Guillaume de Sonnac memerintahkan yang termudadi antara kami untuk belajar dan bangsa Sarasen agar kamibisa bergaul dengan mereka. \"Tetapi kau bertanya tentang Ali, pengawalku. Diabukanlah satu-satunya Muslim yang menjalin hubungandengan Biara. Kotanya dihancurkan oleh para prajurit PerangSalib. Dia dan dua anak lainnya berhasil menyelamatkan diri.

Guillaume de Sonnac menemukan mereka keluyuran di suatutempat sekitar beberapa hari perjalanan berkuda dari Acre.Ali, yang lebih muda di antara mereka, kelelahan danmengingau karena demam. Imam Besar membawa mereka kebenteng kami hingga kemudian kesehatan mereka pulih. Danmereka pun tetap tinggal disana.\" \"Dan mereka setia kepadamu?\" \"Guillaume de Sonnac mengizinkan mereka salat danmenggunakan mereka sebagai perantara. Mereka belumpernah mengkhianati kami.\" \"Bagaimana dengan Renaud de Vichiers?\" \"Aku tidak tahu, tetapi dia tidak keberatan denganperjalanan kami sendiri kemari dengan Ali dan Said.\" \"Baiklah, Saudaraku, kau harus beristirahat, dan suruhkemari Francois de Charney, bruder yang datang bersamamu.\" \"Ya.\" Begitu Andre de Saint-Remy sendirian, dia membukagulungan-gulungan yang diberikan oleh saudaranya, danmempelajari perintah-perintah yang dikirimkan oleh Renaudde Vichiers, Imam Besar yang baru di Ordo Biara. Kamar tidur yang besar itu menyerupai sebuah ruangsinggasana kecil. Kelambu merah hati, bantal lembut, mejaberukir, salib dari emas murni, dan benda-benda dari peraktempaan lainnya menunjukkan makmurnya kehidupan sangpenghuni. Di atas meja kecil samping, beberapa gelas anggur dankristal berukir berisi anggur berbumbu, dan di atas loyangyang amat besar tertatalah beraneka warna manisan daridapur sebuah biara terdekat. Dengan tenang, nyaris serupa orang melamun, Uskupmenyimak Pascal de Molesmes yang datang lagi atas namaBalduino. Selama satu jam, bangsawan Prancis itumengerahkan segala dalih yang dia miliki dalam upayanyameyakinkan Uskup agar menyerahkan Mandylion padaKaisar.

Uskup memiliki rasa cinta yang besar kepada Balduino;dia tahu ada kebaikan di hatinya, meski pemerintahannyaditandai dengan deretan panjang kemalangan. Tetapi diatenggelam dalam pikirannya sendiri. Pascal de Molesmes menghentikan permohonannya saatdia sadar bahwa Uskup tidak lagi mendengarnya. Suasanayang tiba-tiba sunyi itu membangunkan Uskup darilamunannya. \"Aku telah menyimakmu dan aku memahami alasanmu,tetapi Raja Prancis tidak boleh membarter nasibKonstantinopel untuk mendapatkan Mandylion,\" katabangsawan tersebut. \"Raja kami yang paling saleh berjanji akan membantuKaisar; bila memang tidak mungkin membeli Mandyliontersebut, dia berharap, setidaknya bisa memegang kafantersebut selama beberapa waktu. Louis berkeinginan agaribunya yang saleh, Dona Blanca de Castilla, membayangkanroman muka Tuhan Yesus Kristus yang asli. Gereja tidak akankehilangan Mandylion tersebut, dan ia bisa menarikkeuntungan dari persetujuan ini, Yang Mulia, selain jugameringankan Konstantinopel dari kemelaratan yang kinimenimpanya. Percayalah, kepentingan Anda dan Kaisartidaklah berbeda.\" \"Tidak, Anakku, tidak sama. Kaisarlah yangmembutuhkan emas untuk menyelamatkan sisa-sisakekaisaran.\" \"Konstantinopel sedang sekarat; kekaisaran ini lebihmenyerupai cerita rekaan daripada kenyataan, suatu saatnanti kaum Kristiani akan menangis atas hilangnya relik itu.\" \"Seigneur de Molesmes, aku tahu engkau terlalu cerdasuntuk mencoba meyakinkanku bahwa satu-satunya yang bisamenyelamatkan Konstantinopel adalah Mandylion. Berapabanyak yang telah ditawarkan Raja Louis untuk bisamemegang Mandylion, berapa pula yang ditawarkan untukmemilikinya? Butuh banyak sekali emas untukmenyelamatkan kerajaan ini, dan Raja Prancis memang kaya,

tetapi dia tidak akan menghancurkan keuangan kerajaannyasendiri, betapapun dia mencintai kemenakannya danmenginginkan Mandylion.\" Tenggorokan de Molesmes menjadi panas. Dia belum lagimencicipi gelas yang jelas-jelas berisi anggur Rhode palingnikmat yang ditawarkan uskup kepadanya. Tetapi memangbegitulah pengorbanan diplomasi. \"Jika yang ditawarkan cukup tinggi, sudikah Yang Muliabersetuju menjual atau meminjamkannya?\" \"Tidak. Sampaikan kepada Kaisar aku tidak akanmenyerahkan relik tersebut kepadanya. Inilah keputusanterakhirku. Paus Innocent akan mengucilkanku. Karenabertahun-tahun Sri Paus berhasrat memiliki Mandyliontersebut, tetapi aku selalu bisa mengulur-ulurnya denganalasan tidak mau mengambil risiko membawa kafanmenempuh perjalanan sejauh itu. Aku butuh izin dari BapaKudus, dan jika pada suatu keadaan yang kecilkemungkinannya dia mau mempertimbangkan akanmengabulkannya, kau tahu beliau akan meminta harga tinggi,harga yang, meskipun bisa dibayarkan Louis, pastilah akandiberikan pada gereja, bukan pada Kaisar keponakannya itu.\" Pascal de Molesmes memutuskan untuk melemparkankartu truf. \"Saya peringatkan Anda, Yang Mulia, Mandylion tersebutbukan milik Anda. Pasukan kaisar Romanus Lecapenuslahyang membawanya ke Konstantinopel, dan kekaisaran tidakpernah melepaskan kepemilikannya atas kain tersebut. Gerejahanyalah tempat penyimpanan Mandylion. Balduino meminta Anda menyerahkannya dengansukarela, dan dia akan sangat berterima kasih kepada Andadan Gereja.\" Kata-kata de Molesmes mengempiskan nyali sang uskup. \"Apakah engkau mengancamku, Seigneur de Molesmes?Apakah kaisar mengancam gereja?\" \"Sebagaimana Anda ketahui, Balduino adalah pengikutGereja paling alim, yang jika perlu akan mengorbankan

nyawanya untuk membela gereja. Mandylion termasuk hartapusaka kekaisaran, dan kini kaisar menuntut haknya. Akumengharap kau menjalankan tugasmu.\" \"Tugasku adalah melindungi gambar Kristus danmemeliharanya bagi seluruh kaum Kristiani.\" \"Kau tidak menolak penjualan mahkota duri, yangdisimpan di biara Pantokrator, kepada Raja Prancis.\" \"Ah, Seigneur de Molesmes. Apakah sejujurnya kaupercaya bahwa itu adalah mahkota duri Yesus?\" \"Kau tidak?\" Tatapan murka memenuhi mata biru sang uskup.Ketegangan di antara dua orang ini semakin meningkat, danbatas sopan santun di antara mereka bisa putus sewaktu-waktu. \"Seigneur de Molesmes, tidak satu pun dari perkataanmuyang bisa mengubah pendirianku. Kamu bolehmengatakannya pada Kaisar.\" Pascal de Molesmes menganggukkan kepalanya. Duel tersebut berakhir sesaat, tetapi keduanya tahu bahwa tidak satupun dari mereka bisa dibilang menang atau kalah. Di gerbang istana sang uskup, para pelayan de Molesmessedang menunggu di samping kudanya, seekor kuda hitamsekelam malam, kawan yang paling bisa dia percaya diKonstantinopel yang bergolak ini. Akankah dia menganjurkan Balduino untukmengerahkan para prajuritnya ke istana sang uskup danmemaksanya menyerahkan Mandylion? Agaknya tidak ada pilihan lain. Paus Innocent tidak akanberani mengucilkan Balduino, lebih-lebih jika dia tahu bahwaMandylion akan diserahkan ke tangan raja paling saleh, LouisIX dari Prancis. Mereka akan meminjamkannya kepada Louisdan mereka akan mematok harga tinggi, sehingga kekaisaranbisa mengembalikan paling tidak sebagian dan kejayaannya. Semilir angin malam terasa hangat nan lembut, danpenasehat kaisar itu memutuskan untuk berkuda ke pesisir

Bosphorus sebelum kembali ke istana kaisar. Dan waktu kewaktu dia ingin membebaskan diri dari kekangan tembokistana, di mana intrik, pengkhianatan, dan kematian bercokoldi balik semua pintu, di setiap kelokan tangga, dan tidakmudah mengetahui siapa kawan dan siapa yangmengharapkan kalian menderita, mengingat canggihnya senimemecah belah yang dipraktikkan para kesatria dan nyonya-nyonya istana. Dia hanya percaya Balduino, yang kepadanya,seiring bergulirnya tahun demi tahun, dia rasakan adanyakasih sayang sejati, sebagaimana dirasakan pada Raja Louisyang baik pada masa-masa sebelumnya. Sejak belasan musim dingin yang lalu Raja Prancistersebut mengirimnya ke istana kaisar untuk melindungiemas yang Raja kirimkan sebagai bayaran atas relik-relik yangtelah Balduino jual kepadanya beserta tanah Namur. Louistelah membayar de Molesmes dengan tinggal di istana danselalu menginformasikan kepadanya segala yang terjadi diKonstantinopel. Dalam sebuah surat yang diantarkanMolesmes sendiri kepada sang kaisar, Louis memuji Pascal deMolesmes sebagai seorang pemeluk Kristen yang, menurutsurat tersebut, akan menjaga Balduino demi kebaikannya. Dia dan Balduino saling menaruh simpati sejak awalpertemuan mereka dan kini, lima belas tahun kemudian, diamenjadi penasihat dan kawan sang kaisar. De Molesmes amatsangat mengagumi upaya Balduino untuk mempertahankanmartabat kekaisaran, mempertahankan Konstantinopel,bertahan dari tekanan bangsa Bulgaria disatu sisi dangangguan bangsa Sarasen di sisi lain. Jika dia tidak menyampaikan sumpah setianya kepadaRaja Louis dan Balduino, dia pasti sudah meminta bergabungdengan Ordo Templar bertahun-tahun yang lalu agar dia bisabertempur di Tanah Suci. Namun nasib telah membawanya kejantung istana Konstantinopel, dimana bahaya dalambernegosiasi tidak kalah besarnya dengan bahaya di medanperang.

Matahari telah mulai tenggelam ke bawah kaki langitketika dia sadar bahwa dia hampir tiba di gerbang kastilBiara. Dia menaruh hormat yang amat besar kepada AndredeSaint-Remy, kepala biara Ordo Templar, seorang priaberpembawaan keras dan lurus yang telah memilih salib sertapedang sebagai jalan hidupnya. Keduanya adalah orangPrancis serta bangsawan, dan nasib telah membawa keduanyahingga ke Konstantinopel. Tiba-tiba de Molesmes ingin berbicara dengan orang yangberasal dan kampung halamannya itu, tetapi bayangan malamtelah jatuh dari para kesatria pasti sedang berdoa. Lebih baikmenunggu hingga esok hari untuk mengirimkan pesan kepadaSaint-Remy dan merencanakan pertemuan, pikirnya. Balduino menghantamkan tinjunya ke dinding. Untungada permadani dinding yang membuat pukulannya tidakterasa terlalu keras di buku-buku jarinya. Pascal de Molesmes telah menceritakan secara terperincitentang pembicaraannya dengan Uskup dan penolakan Uskupuntuk menyerahkan Mandylion tersebut. Sang kaisar sudah tahu bahwa kemungkinan besarUskup tidak mau begitu saja menyetujui permintaannya,tetapi dia telah berdoa dengan sungguh-sungguh kepadaTuhan, mengharapkan datangnya mukjizat yang bisamenyelamatkan kekaisaran. Tanpa bisa menyembunyikan kejengkelannya atas sikapKaisar yang mengumbar emosi, lelaki asal Prancis itumenatapnya dengan tatapan mencela. \"Jangan memandangku seperti itu! Aku ini memangorang paling sial!\" \"Paduka, tenanglah. Uskup tidak akanpunya pilihan lagi selain menyerahkan Mandylion tersebutpada kita.\" \"Terus bagaimana caranya agar bisa begitu? Apakah kaumenyarankan agar aku pergi dan mengambilnya secarapaksa? Bisakah kau bayangkan skandal apa yang akantimbul? Rakyat tidak akan memaafkanku karena mengambilkafan tersebut dari mereka, kafan yang mereka anggap bisa

mendatangkan mukjizat, dan Paus Innocent akanmengucilkanku. Dan kau memintaku tenang, seolah adapemecahan yang bisa menyelesaikan masalah ini, padahalkau tahu tidak ada pemecahannya.\" \"Paduka, seorang raja harus membuat keputusan-keputusan sulit untuk menyelamatkan kerajaan mereka. KiniYang Mulia berada pada posisi tersebut. Paduka harusberhenti meratapi nasib dan ambillah tindakan.\" Kaisar duduk di singgasananya, dia tak mampumenyembunyikan kelelahan yang menguasainya. Itulah getirempedu yang harus dikecapnya sebagai kaisar, dan kiniurusan kekaisaran yang muncul dihadapannya adalahkonfrontasi dengan Gereja yang tak pernah terpikir olehnya. \"Pikirkan solusi lainnya.\" \"Apakah Paduka benar-benar melihat adanya jalan keluarlain?\" \"Kamu adalah penasihatku, berpikirlah!\" \"Baginda, Mandylion itu milik Banginda, ambillah milikBaginda demi kebaikan kekaisaran. Itulah saran saya.\" \"Pergilah.\" De Molesmes meninggalkan ruangan dan segera menujuruang kerjanya. Tak disangka, di sana dia mendapatiBartolome dos Capelos. Dia menyambut kesatria Templar tersebut denganhangat, dan dia tanyakan tentang kepala biara dan bruder-bruder lain yang dia kenal. Setelah perbincangan basa-basi sesaat, dia bertanya apayang membawa dos Capelos sampai ke istana. \"Kepala biara saya, Andre de Saint-Remy, ingin bertatapmuka dengan Kaisar,\" kata kesatria Templar asal Portugal itudengan serius. \"Ada apa, Kawanku yang baik? Apakah ada kabarburuk?\" Dos Capelos dilarang berbicara lebih jauh lagi. Jelas-jelasistana belum mendengar kabar tentang kondisi Raja Louisdari Prancis yang parah itu, karena ketika Comte de Dijon

meninggalkan Damietta, kota tersebut masih di tangan bangsaFrank dan tentara mereka maju dengan membawakemenangan. \"Sudah lama Andre de Saint Remy tidak bertemu Kaisar,dan banyak hal yang terjadi selama masa itu. Bertatap mukaakan memberikan faedah bagi keduanya,\" jawab dos Capelosuntuk menepis pertanyaan itu. De Molesmes sadar bahwa orang Portugis itu tidak akanmau memberitahukan lebih jauh lagi, tetapi tampak jelasbetapa penting arti tatap muka bagi kepala biara kesatriaTemplar tersebut. \"Saya mengerti permintaan Anda, Saudaraku. BegituKaisar menentukan hari dan jam pertemuan tersebut, sayaakan memberi kabar Andre de Saint Remy, jikamemungkinkan akan saya sampaikan sendiri, dengan begitusaya bisa berbincang-bincang sebentar dengannya.\" \"Saya mohon tatap muka itu diadakan sesegeramungkin.\" \"Saya akan memastikannya, Anda tahu, saya berkawandengan Biara. Semoga Allah selalu menyertaimu.\" \"Begitu juga Anda, Tuanku.\" Pascal de Molesmes menjadi termenung setelahpertemuan dengan kesatria Templar tersebut. Air mukaCapelos yang tak bisa ditebak itu menyiratkan bahwa Biaramengetahui sesuatu yang amat sangat penting hingga hanyabisa disampaikan secara langsung pada Kaisar. Apakah yangdia minta sebagai gantinya? Di dunia carut-marut itu, hanya para kesatria Templarlahyang selalu memiliki uang serta informasi. Kepala RumahInduk di Biara Konstantinopel sama-sama tersiksa atas makinparahnya situasi kekaisaran yang melarat itu. Lebih darisekali Biara meminjamkan banyak emas kepadanya, utangyang tak bisa mereka bayar, tapi sebagai gantinya Rajamenyerahkan sejumlah relik yang selanjutnya menjadi milikpara kesatria Templar. Ada juga benda-benda lain yang tidak

akan kembali ke kekaisaran hingga Kaisar melunasi utangyang telah dia dapatkan, dan hal itu nyaris mustahil terjadi. Tetapi de Molesmes mengesampingkan pikiran-pikiransemacam itu dan segera mempersiapkan kunjungan Balduinoke tempat Uskup. Dia harus pergi disertai prajurit berbajuzirah serta membawa persenjataan, yang cukup untukmengepung istana Uskup dan Gereja St. Mary of Blachernae,tempat disimpannya Mandylion tersebut. Tidak ada yang boleh tahu tindakan apa yang Kaisartawarkan, sehingga tidak diketahui rakyat, atau Uskupsendiri, yang menganggap Balduino sebagai seorang Kristensaleh yang tidak akan pernah mengangkat senjata melawangereja. Sang penasihat memanggil Comte de Dijon, untukmerencanakan dengannya segala detail pengiriman kafantersebut. Raja Prancis telah memberi perintah terperinci padabangsawan tersebut tentang apa yang harus dilakukan ketikakemenakannya menyerahkan kafan tersebut dan bagaimanamengatur pembayarannya. Robert de Dijon berusia sekitar tiga puluh tahun,bertubuh tegap dan tingginya sedang, bermata biru danhidungnya bengkok tak ubahnya paruh rajawali. Wajah rupawan bangsawan tersebut segeramembangkitkan hasrat para perempuan bangsawan di istanaBalduino tak lama sejak kehadirannya. Pelayan yang dikirimde Moles-mes agak kesulitan menemukannya; dia harusmenyuap sejumlah pelayan di istana sebelum akhirnya bisamenemukan bangsawan tersebut di kamar Dona Maria,sepupu Kaisar yang belum lama ini menjanda. Ketika Comte de Dijon muncul di ruang kerja penasihatkekaisaran, masih terasa berkas-berkas aroma parfum yangselalu ditinggalkan perempuan bangsawan tersebut setiap kaliia melintas. \"Katakan, De Molesmes, kenapa begitu terburu-buruseperti ini?\"

\"Tuanku, saya harus tahu perintah yang diberikan YangMulia Raja Louis kepada Anda agar saya bisa membuatnyasenang.\" \"Kautahu Raja ingin Kaisar menyerahkan Mandylion.\" \"Maaf jika saya boleh langsung ke pokokpermasalahannya: Louis bersedia membayar berapa untukkafan tersebut?\" \"Jadi, apakah Kaisar akan menyetujui permintaanpamannya?\" \"Tuan, mohon jawablah pertanyaan saya.\" \"Sebelum menjawabnya, aku harus tahu apakahBalduino telah membuat keputusan.\" Dengan dua langkah panjang, de Molesmes mengambiltempat tepat di depan bangsawan itu dan membelalakkanmatanya, menaksir orang macam apa yang ada di depannyaitu. Orang Prancis tersebut tidak bergeser dari tempatnyaberdiri; bahkan dia tetap bergeming. Dengan tegap, diamembalas tatapan penasihat tersebut. \"Kaisar sedang mempertimbangkan tawaran pamannya.Tetapi dia musti tahu berapa yang siap dibayarkan RajaPrancis kepadanya untuk Mandyhon tersebut, kemana iaakan membawanya, dan siapa yang akan menjaminkeselamatannya. Tanpa mengetahui hal ini serta tetek bengeklainnya, Anda tidak bisa berharap kaisar membuat keputusansepenting itu.\" \"Aku hanya diperintah untuk menunggujawaban Kaisar, dan jika Balduino setuju memberikanMandylion tersebut kepada Louis, tugasku adalahmembawanya ke Prancis dan memberikannya langsung ketangan ibunda Raja, Dona Blanca, yang akan merawatnyahingga raja kembali dari Perang Salib. Jika Kaisar maumenjual Mandylion tersebut, maka Louis akan memberikeponakannya itu dua kantong emas yang masing-masingseberat orang dewasa, dan mengembalikan tanah Namurkepadanya. Dia juga akan memberikan lahan di Prancis yangakan dia sewa dengan harga tahunan yang bagus. Sebaliknya,jika Kaisar hanya ingin meminjamkan kafan sucikepadanya

selama beberapa saat, maka Raja juga akan memberinya duakantong emas dan Balduino harus bersumpah akanmengembalikannya untuk mendapatkan kembali Mandyliontersebut. Jika pada tanggal yang telah ditentukan kedua belahpihak sang kaisar tidak bisa mengembalikan uang tersebutsesuai sumpahnya, maka relik tersebut akan menjadi milikRaja Prancis.\" \"Louis selalu menang,\" kata de Molesmes jengkel. \"Tawaran ini adil.\" \"Tidak. Kita berdua tahu Mandylion ini adalah satu-satunya relik asli yang dimiliki umat Kristiani.\" \"Tawaran Raja ini sudah sangat bagus. Dua kantungemas sudah bisa membuat Balduino menebus banyakutangnya.\" \"Tidak cukup.\" \"Kita sama-sama tahu, Tuan, dua kantung emas,yangmasing-masing seberat orang dewasa, akan menyelesaikanbanyak persoalan kekaisaran. Tawarannya akan lebih baguslagi jika Kaisar menjual Mandylion sekalian, karena dia jugaakan menikmati pembayaran sewa tanahnya di Prancis hinggaakhir hayat, sementara jika dia hanya menggadaikannya...yah, aku tidak yakin dia akan bisa mengembalikan uangsebanyak itu.\" \"Ya, Anda yakin. Anda tahu pasti dia tidak akan pernahmendapatkan kembali kafan tersebut. Jadi, katakan, apakahAnda melakukan perjalanan kemari dengan dua kantungemas?\" \"Aku telah membawa dokumen yang telah ditanda-tangani Louis untuk perjanjian itu. Aku juga membawasejumlah emas sebagai jaminan atas kejujuran Raja.\" \"Dan apa yang Anda jadikan jaminan bahwa reliktersebut akan tiba dengan selamat di Prancis?\" \"Seperti Anda tahu, aku menempuh perjalanan denganbanyak pengawal, dan aku bersedia menerima tambahansebanyak apa pun orang untuk memastikan keselamatankafan itu. Kehidupan dan kehormatanku terikat sumpah

untuk membawa Mandylion sampai ke Prancis dengan aman.Jika kaisar setuju, kita akan mengirimkan pesan kepadaRaja.\" \"Berapa banyak emas yang Anda bawa sekarang?\" \"Sepuluh kilo.\" \"Saya akan memanggil Anda kalau kaisar sudahmembuat keputusan.\" \"Akan kutunggu. Sebenarnya aku tidak keberatan tinggalbeberapa hari lagi di Konstantinopel.\" Francois de Charney sedang berlatih memanah dengankesatria-kesatria Templar lain ketika Andre de Saint-Remymemerhatikan dari jendela aula besar. Seperti halnya Robertadik Andre, pemuda de Charney ini sangat mirip Muslim.Keduanya bersikeras tentang pentingnya menerimapenampilan itu agar bisa menyeberang daerah kekuasaanlawan tanpa mendapat serangan yang tidak semestinya.Mereka memercayai pengawal Sarasen mereka yang merekaperlakukan seperti kawan dekat. Setelah bertahun-tahun di Timur, Biara telah ber-ubah.Para kesatrianya kini telah menghargai nilai-nilai musuhmereka-para kesatria Templar tidak hanya puas terlibatdengan mereka dalam peperangan, melainkan juga dalamkehidupan sehari-hari, dan dari situlah tumbuh rasa salingmenghormati antara para kesatria Templar dengan bangsaSarasen. Guillaume de Sonnac merupakan Imam Besar yang bijak,dan dia memerhatikan ada sesuatu yang luar biasa padaRobert dan Francois, kemampuan-kemampuan yang bisamenjadikan mereka mata-mata yang sempurna dan karenaitulah mereka menjadi mata-mata. Kedua kesatria tersebut lancar berbahasa Arab, danketika mereka bersama para pengawal itu mereka bertingkahlaku seperti orang Arab sungguhan. Dengan kulit coklatkarena sengatan matahari dan jubah bangsawan Sarasen,mustahil orang mengenali mereka sebagai orang Kristen,padahal sebenarnya mereka Kristen.

Mereka telah menceritakan kepada Andre tentangpetualangan mereka di Tanah Suci yang tak terhitungjumlahnya, tentang pesona gurun tempat mereka belajarhidup, tentang karya-karya tulis para filsuf Yunani zamanpurba yang hadir kembali dalam kebijaksanaan Sarasen,tentang seni pengobatan yang mereka pelajari dari bangsaSarasen. Kedua pemuda itu tidak bisa menyembunyikankekaguman mereka pada musuh-musuh yang telah merekaperangi, yang sebenarnya bisa membuat khawatir AndredeSaint-Remy andaikan dia tidak melihat dengan matakepalanya sendiri kesetiaan dan komitmen keduanya kepadakehormatan Biara. Mereka akan tinggal di Konstantinopel sampai Andrememberi mereka Mandylion untuk dibawa ke Imam Besar.Seperti mereka berdua, Andre ragu-ragu membiarkan merekabepergian sendiri dengan relik seberharga itu, tetapi merekameyakinkannya bahwa hanya dengan cara tersebut kafan itubisa tiba dengan selamat di tempat tujuannya, bentengTemplar Saint-Jean d'Acre, tempat sebagian besar harta karunBiara disimpan. Tentu saja, pertama-tama Saint-Remy harusmendapatkan kafan Kristus dulu, dan untuk itu dia butuhkesabaran dan diplomasi, belum lagi kelicikan-kemampuanyang tidak hanya sedikit dikuasai si kepala biara RumahInduk Konstantinopel. http://anesularnaga.blogspot.com

32 Addaio memasuki rumahnya dengan tenang agar tidakmenimbulkan kegaduhan. Perjalanan tersebut telahmembuatnya lelah. Guner pasti terkejut saat melihatnyabesok pagi. Addaio belum memberitahu seorang pun di Urfabahwa dia segera kembali. Bakkalbasi tetap bertahan di Berlin. Dari sana dia akanterbang ke Zurich untuk menarik uang yang mereka perlukanguna membayar dua orang yang ditugaskan membunuhMendib sebelum dia bisa dibebaskan dari penjara. Addaio sudah kenal Mendib sejak dia masih kanak-kanak. Dia dulu anak manis, baik pada teman, dan cerdas.Patuh. Pastor itu ingat betapa suka citanya dia menerimamisinya, perbincangan terakhir mereka sebelum diamemasrahkan dirinya pada pengorbanan purba dan melepassuara pribadinya untuk selamanya sehingga perkumpulanlebih utama. Namun kini dia adalah mata rantai yang pasti antaramereka dan gereja. Sebuah mata rantaiyang harus diputus. Mereka berhasil menyelamatkan diri dari bangsa Persia,Bizantium, prajurit Perang Salib, bangsa Turki. Mereka telahmenjalani hidup mereka selama berabad-abad, menjalankanmisi yang telah mereka warisi. Seharusnya Tuhan ada di pihak mereka sebagai orangKristen sejati, tetapi tidak, sebaliknya, dia mengirimkancobaan-cobaan berat bagi mereka, dan kini seorang pemudaberiman harus mati. Pastor itu menaiki tangga perlahan-lahan dan masuk kekamarnya. Kasurnya terbalik. Guner selalu melakukannya, bahkansaat Addaio sedang pergi. Dia adalah seorang teman yangsangat setia, selalu mencoba mempermudah hidup Addaio,

selalu tahu keinginan Addaio sebelum dia sempatmengatakannya. Guner tidak akan pernah mengkhianatinya, bodoh jikasampai memikirkannya. Jika dia tidak bisa memercayaiGuner, maka dia tidak akan pernah bisa memikul beban yangditanggungnya karena dia hanya manusia biasa. Dia mendengar ketukan lembut di pintu dan akanmembukanya. \"Apakah aku membangunkanmu, Guner?\" \"Sudah berhari-hari aku belum tidur. Aku harus tahu.Apa Mendib akan mati?\" \"Kau bangun hanya untuk bertanya tentang Mendib?\" \"Adakah yang lebih penting daripada kehidupan seorangmanusia, Pastor?\" \"Apakah kau berniat menyiksaku?\" \"Sungguh tidak. Tetapi aku tidak bisa melupakannya.Addaio, aku mohon dengan sepenuh hati, hentikan kegilaanini.\" \"Pergilah, Guner. Aku butuh istirahat.\" Gunermenatapnya seolah dia bisa melihat hingga ke relung jiwanya.Lalu dia cepat-cepat membalik badan dan meninggalkankamar itu. Addaio memijit keningnya, mencoba menahanmurka dan putus asa yang menggemuruh di dadanya. http://anesularnaga.blogspot.com

33 \"Tidurmu tidak nyenyak tadi malam?\" Giuseppe bertanyakepada Ana, yang mengunyah croissant di ruang makan hotelsambil tenggelam dalam lamunan. \"Pagi. Ya. Tidurku payah, trims.Mana Dottoressa Galloni?\" \"Aku yakin sebentar lagi dia datang. Kau sudah lihatbosku?\" \"Tidak, aku baru sampai.\" Giuseppe melihat sekeliling ruangan. Semua meja terisi. \"Keberatan kalau aku duduk dan minum kopidenganmu?\" tanyanya pada reporter tersebut. \"Tentu tidak! Bagaimana perkembangan investigasinya?\" \"Lambat. Kau sendiri?\" \"Aku sudah jadi mahasiswa sejarah. Aku sudah bacapuluhan buku, buka internet berjam-jam, tapi aku kasihtahu, tadi malam aku belajar lebih banyak dengan menyimakSofia ketimbang semuanya itu.\" \"Yeah, Sofia bisa menjelaskan segalanya dengan terangbenderang, sampai-sampai kau bisa melihatnya. Aku jugapunya pengalaman serupa dengan dia. Lalu, sudah ada teori?\" \"Tidak ada yang mantap, dan sekarang kepala kurasanyapening. Aku mimpi buruk tadi malam.\" \"Pasti ada rasa bersalah dalam nuranimu.\" \"Apa?\" \"Itulah yang dikatakan ibuku setiap kali aku bangun darimimpi buruk. Biasanya dia tanya, 'Giuseppe, apa yangkaulakukan hari ini yang semestinya tidak kaulakukan?'Katanya mimpi buruk adalah peringatan dari nuranimu.\" \"Well, aku tidak ingat apa perbuatanku kemarin yangmengganggu nuraniku. Tentunya bukan sesuatu yang sampai


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook