Petualangan Huckleberry Finn 341 “J im , setelah beberapa lam a, engkau tak akan takut pada ular-ular itu. Kau bisa m enjinakkannya.” “Menjinakkan ular!” “Ya, m udah sekali. Setiap binatang selalu punya rasa terim a kasih untuk kebaikan hati kita, karena belaian kita, dan mereka tak akan punya kehendak untuk m enyakiti orang yang m em belai- belai mereka. Setiap buku akan membenarkan kata-kataku ini. Kau bisa m encobanya. Hanya itulah yang kum inta, coba saja untuk dua atau tiga hari. Kau akan heran bagaim ana ular-ular itu akan mencintaimu, tak ingin jauh lagi darimu, dan malah m em biarkan dirinya kau lingkarkan di leher serta kau m asukkan kepalanya ke dalam m ulutm u.” “Oh, Tuan Tom , jangan berkata begitu. Aku tak tahan m en- dengarnya. Dia m em perbolehkan aku m em asukkan kepalanya ke dalam m ulutku, sebagai rasa terim a kasih, bukan ? Aku yakin ia akan m enunggu lam a sekali sam pai aku m inta agar ia m em asukkan kepalanya ke dalam m ulutku. Aku pun tak ingin dia tidur bersamaku.” “J im , jangan begitu tolol. Seorang tawanan harus m em punyai hewan peliharaan. Mem ang, sam pai saat ini belum ada yang mencoba memelihara ular keluntang, karena itu sebagai orang pertam a kau akan m enjadi sangat term asyhur.” “Tuan Tom , aku tak ingin kem asyhuran sem acam itu. Bila ular itu m enggigit dagu J im , di m ana letak kem asyhuran itu? Tidak, Tuan, aku tak ingin berbuat serupa itu.” “Terkutuk, tapi bukankah kau bisa m encobanya? Aku hanya ingin agar kau m encobanya, bila gagal tak usah kau teruskan.” “Soalnya bukan gagal atau tidak, Tuan Tom , sekali ular keluntang itu menggigitku, beres sudah, tak usah Tuan repot- repot lagi. Apa pun yang Tuan kehendaki akan kukerjakan, tapi kalau Tuan dan Huck membawa ular keluntang kemari, lebih baik aku saja yang pergi.”
342 Mark Twain “Baiklah! Baiklah! Keras kepala benar kau ini. Akan kam i carikan ular tali untukm u, kita ikatkan kancing baju di ekornya dan kita anggap saja ular keluntang. Rasanya hanya itu yang bisa kita kerjakan dalam hal ini.” “Kalau hanya m em elihara ular tali aku tak keberatan, tapi sebenarnya tanpa ular itu pun aku m asih bisa hidup. Berat juga kiranya jadi tawanan ini.” “Mem ang berat, sebab kau jadi tawanan m enurut cara yang benar. Ada tikus di sini, J im ?” “Tidak, Tuan, seekor pun tidak.” “Akan kam i bawakan beberapa ekor untukm u.” “Wah, Tuan Tom , aku tak inginkan tikus! J angan-jangan aku diganggu mereka terus, bila aku tidur pasti mereka berlarian di tubuhku, menggigit kakiku. Tidak, Tuan, lebih baik aku akan memelihata ular tali, tapi jangan suruh aku memelihara tikus.” “Sem ua tawanan yang baik m em elihara tikus, J im , jadi kau pun harus. J angan m em bantah lagi. Tak pernah ada tawanan yang tak memelihara tikus. Tak pernah ada. Tikus-tikus itu mereka latih, mereka belai-belai, mereka ajar berbagai kepandaian, hingga mereka sangat bersahabat dengan si tawanan. Tapi kau harus m ain m usik untuk m ereka. Ada alat m usik apa di sini?” “Biasanya aku m ain m usik dengan m eniup secarik kertas yang kutem patkan di sisir. Dan aku juga punya sebuah kecapi yahudi. Tapi agaknya tikus tak suka m endengar suara kecapi.” “Siapa bilan g. Tikus tak peduli alat m usik apa yan g disem bunyikan. Kecapi cukup baik bagi seekor tikus. Sem ua binatang suka akan musik, terutama dalam penjara. Teristimewa bila m usik yang dim ainkan m usik sedih. Bukankah hanya m usik sedih yang bisa kau m ainkan dengan kecapi yahudi? Tikus-tikus pasti akan datang, ingin tahu m engapa kau bersedih. Ya, beres sudah kau kini. Sebelum tidur atau sesudah bangun duduklah sebentar, m ainkan lagu “Mata Rantai Terakhir Patah Sudah”. Tak sampai dua menit, mata tikus, ular, dan laba-laba akan
Petualangan Huckleberry Finn 343 datang untuk mengetahui mengapa kau bersedih. Mereka akan mengerumunimu, bergembira ria.” “Ya, m ereka akan bergem bira ria, Tuan Tom , tapi apakah J im ini juga akan gembira ria? Sama sekali tak masuk di akal. Tapi baiklah, bila aku harus membuat binatang-binatang itu teman, baiklah, akan kuhibur mereka daripada aku harus bertengkar dengan mereka.” Tom berpikir-pikir sebentar, kalau-kalau ada yang kelewatan. Kem udian ia berkata, “Oh ya, ham pir lupa. Kau bisa m enanam bunga di sini, J im?” “Aku tak tahu, m ungkin bisa, Tuan Tom . Tapi tem pat ini begitu gelap, dan aku tak tahu apa gunanya bunga, kecuali membuat capai dan lelah saja.” “Bagaim anapun, coba saja. Beberapa orang tawanan berhasil m engerjakannya.” “Pokok kem bang m ullen yang seperti ekor m acan itu m ungkin bisa tum buh di sini, Tuan Tom , tapi rasanya tak sebanding hasilnya dengan tenaga yang dipakai untuk m enanam nya.” “Om ong kosong. Akan kam i bawakan kau pokok m ullen itu yang m asih kecil. Kau tanam di sudut itu, kau pelihara baik-baik. J angan sebut m ullen, dalam penjara nam anya yang benar adalah pitchiola. Dan harus kau sirami dengan air matamu.” “Astaga, Tuan Tom , saban hari aku diberi banyak sekali air su m u r .” “Kau tak boleh m enggunakan air sum ur, harus kau siram i dengan air m ata. Itulah kebiasaan yang berlaku.” “Tuan Tom , kau kira aku bisa m em buat pokok m ullen itu tumbuh dua kali lebih cepat dengan air sumur daripada pokok m ullen yang dipelihara dengan air m ata.” “Bukan begitu, tapi suatu keharusan, peraturan.” “Pasti m ati pokok itu di tanganku, Tuan Tom , sebab aku sangat jarang sekali menangis.”
344 Mark Twain Tom term enung, berpikir-pikir. Kem udian ia berkata bahwa J im harus mencoba mencucurkan air mata dengan bantuan bawang putih. Tom berjanji akan menaruh sebutir bawang di kopi J im besok pagi. J im m enyahut ia lebih suka bila kopinya ditaruhi tembakau saja. J im juga berkeluh-kesah berkepanjangan karena ia harus banyak bekerja, m enanam m ullen, m em ainkan kecapi untuk tikus, membelai-belai dan membujuk laba-laba, ular dan sebagainya, selain itu ia juga harus m em buat pena. m encukil tulisan di batu gerinda, m enulis catatan harian, dan lainnya, yang betul-betul sangat berat terasa olehnya. Menjadi tawanan lebih banyak m em punyai tanggung jawab, kesulitan, serta kekhawatiran daripada bekerja apa saja yang pernah dialam inya. Begitu banyak keluh-kesah J im hingga habis kesabaran Tom . Kata Tom , J im m em iliki kesem patan-kesem patan paling indah yang bisa dipunyai oleh seorang tawanan di m ana pun juga di dunia ini, m endapat kesem patan besar untuk m enjadi term asyhur, tetapi agaknya kesem patan-kesem patan itu akan terbuang sia-sia. Mendengar itu J im m enyatakan penyesalannya, ia berjanji untuk tidak berkeluh-kesah lagi. Aku dan Tom pergi pulang.
TOM MENULIS SURAT KALENG PAGI HARINYA kam i pergi ke desa, m em beli perangkap tikus yang terbuat dari kawat. Kam i bawa perangkap tikus itu ke gudang di bawah tanah, kam i pasang di depan lubang yang paling banyak tikusnya. Sum bat lubang itu kam i buka, dan dalam sejam saja kami berhasil menangkap lima belas ekor tikus besar-besar. Kam i bawa perangkap tikus yang telah penuh itu ke kam ar Bibi Sally, kam i taruh di bawah tem pat tidurnya, sebab kam i kira itulah tem pat persem bunyian yang paling baik. Tapi sem entara kam i m encari laba-laba, putra Pam an Silas yang m asih kecil, yang bernam a Thom as Franklin Benjam in J efferson Eleander Phelps m asuk ke kam ar ibunya, dan m enem ukan perangkap tikus tadi. Dibukanya pintu perangkap untuk m elihat apakah tikus-tikus itu m au keluar. Dan ternyata m em ang tikus-tikus itu m au keluar. Waktu itulah Bibi Sally m asuk. Ketika kam i pulang dari m encari laba-laba, kam i dapati Bibi Sally m arah-m arah di atas tem pat tidur sam bil m enjerit-jerit sekeras suaranya. Untuk
346 Mark Twain kelalaian kami itu, kami diberi hadiah gebukan dengan tongkat pem ukul. Baru setelah bersusah-payah selam a dua jam kam i bisa mendapatkan lima belas atau enam belas ekor tikus, tikus-tikus kecil. Betul-betul sialan Si Thom as Franklin itu. Belum pernah aku m elihat tikus-tikus sebagus hasil tangkapan kam i yang pertama tadi. Kam i m em punyai persediaan cukup berbagai jenis binatang seperti laba-laba, katak, ulat, dan binatang-binatang kecil lainnya. Kam i sudah ham pir berhasil m endapatkan sarang lebah, tapi gagal karena lebah-lebah sedang berada di dalam nya. Kam i tunggu saja sehingga lebah-lebah itu keluar, sebab hanya ada dua kemungkinan: kami membuat mereka lelah di dalam sarang, atau m ereka yang m em buat kam i lelah duduk m enunggu. Ternyata m ereka yang m enang, terpaksa kam i pergi dengan seluruh tubuh kesemutan, dan untuk beberapa lama terasa sakit pantat kami bila duduk. Kam i cukup berhasil m engum pulkan ular. Kam i menangkap kira-kira dua lusin ekor ular tali dan ular rumah. Kam i taruh ular-ular itu di dalam sebuah karung, kam i sim pan di kam ar kam i sebab waktu m akan m alam telah tiba. Kam i sangat lelah, dan lapar. Selesai makan, kami dapati tak ada seekor ular pun dalam karung, ternyata karung itu kurang rapat m uncungnya hingga ular-ular tadi keluar semua. Tapi tak apa sebab pasti ular- ular itu belum keluar dari rumah. J adi beberapa di antara mereka pasti bisa kam i tangkap lagi. Benar dugaan kam i. Sekali-sekali jatuh seekor ular dari rusuk atap, dan pada um um nya ular-ular itu jatuh ke piring, atau ke punggung kami atau leher, atau tem pat-tem pat yang bukan sem estinya. Ular-ular itu kulitnya indah sekali, dan sam a sekali tak berbahaya, nam un Bibi Sally sam a sekali tak am bil pusing, segala m acam ular sam a baginya, dan bagaim anapun ia selalu m em benci m ereka. Bila ada seekor ular m enjatuhinya, tak peduli ia sedang m em egang apa, barang yang dipegangnya itu pasti dibantingkannya dan ia angkat kaki
Petualangan Huckleberry Finn 347 secepat m ungkin. Belum pernah aku m elihat seorang wanita seperti itu. Setiap kali berteriak, kita bisa mendengarkan teriakan itu dari J erikho, Israel. Bagaim anapun dipaksa, ia tak akan m au m em egang ular-ular itu dengan jepit. Bila didapatinya seekor ular di tem pat tidurnya, ia akan m elom pat turun dan lari, m enjerit- jerit seolah-olah rum ah sedang terbakar. Ketakutannya benar- benar mengganggu pikiran Paman Silas, hingga Paman Silas berkata alangkah baiknya bila ular tak pernah diciptakan Tuhan. Bahkan sem inggu setelah rum ah bersih dari ular, Bibi Sally tak pernah bisa tenang. Bila ia sedang term enung m em ikirkan sesuatu, kem udian kita sentuh lehernya dengan bulu, sudah pasti ia akan melonjak dan lari. Sungguh ganjil. Tapi kata Tom m em ang begitulah kebiasaan wanita, katanya wanita diciptakan m em punyai sifat begitu, entah dengan m aksud apa. Setiap kali ada ular jatuh di dekat Bibi Sally, pasti kam i dapat gebukan. Katanya gebukan itu bukanlah apa-apa bila di- bandingkan dengan gebukan yang akan kam i terim a bila kam i m em bawa ular lagi ke dalam rum ah. Aku tak peduli gebukan itu, sebab memang hampir tak terasa, tapi aku betul-betul sedih karena ular-ular itu lari setelah jerih payah kam i m engum pulkan m ereka. Tapi akhirnya terkum pul juga binatang-binatang yang kam i perlukan. Dan betul-betul hebat pondok J im bila ia memainkan m usik dan binatang-binatang m engerum uninya. J im tak senang pada laba-laba, dan laba-laba juga tak senang pada J im, maka m ereka selalu m encari kesem patan untuk m engganggu J im . Kata J im , kini ham pir tak ada tem pat baginya untuk tidur, begitu penuh ruangan itu dengan batu jentera, ular, dan tikus. Walaupun tak sesem pit itu, pastilah sukar baginya untuk tidur, sebab pondok itu kini tak pernah tenang lagi, terus saja ram ai. Sebabnya ialah karena binatang-binatang itu tak pernah tidur dalam waktu yang bersam aan, bila ular-ular tidur tikus-tikus m engganggu, dan bila tikus-tikus tidur, ular-ular berjaga-jaga. J adi J im selalu saja
348 Mark Twain berhadapan dengan salah satu dari kelompok binatang itu; selalu saja ada yang lagi di bawahnya, di depannya, atau berm ain sirkus di dadanya. Dan bila ia berm aksud pindah tem pat tidur, laba-laba akan m enyerangnya pada saat ia bergeser. Kata J im , bila ia bisa keluar, tak mau lagi ia jadi tawanan, walaupun digaji berapa saja. Tiga m inggu selesailah segala pekerjaan kam i. Kem eja Pam an Silas telah kami kirimkan pada J im dengan melalui sebuah kue. Kini setiap kali seekor tikus m enggigit J im , ia bangun dan m enulis catatan hariannya sem entara tintanya m asih segar. Pena telah jadi, begitu juga kesan-kesan dan lambang telah diukirkan di batu gerinda. Kaki tem pat tidur J im telah kam i gergaji, m enjadi dua, serbuknya kam i m akan, dan hebat sekali sakit perut yang tim bul karenanya. Kam i kira kam i akan m ati, tetapi ternyata tidak. Serbuk gergaji itu adalah serbuk yang paling tak tercernakan. Tom juga berkata begitu. Tapi seperti kataku tadi, semua pekerjaan kami beres sudah. Dan kami telah kehabisan tenaga, terutama J im. Paman Silas telah dua kali menulis surat pada perusahaan pertanian di sebelah hilir New Orleans, minta agar mereka m engam bil negro m ereka yang tertangkap di sini. Tetapi tentu saja surat-surat itu tak dapat jawaban, sebab m em ang alam at yang ditulis di surat itu tak ada. Paman Silas mengambil keputusan untuk m em asang iklan di beberapa surat kabar St. Louis dan New Orleans. Waktu dikatakannya keinginan m em asang iklan di surat kabar St. Louis itu, hatiku berdebar keras, dan aku berpendapat bahwa kini kami tak boleh membuang-buang waktu lagi. Tom berkata bahwa tiba saatnya kini untuk m enulis surat-surat kaleng. “Surat kaleng? Apa itu?” tanyaku. “Peringatan pada sem ua orang bahwa sesuatu akan terjadi. Banyak caranya. Tetapi selalu saja ada seseorang yang m engetahui rahasia seorang tawanan dan memberitahukan kepada penjara. Waktu Louis XVI akan m elarikan diri dari Toolertes, seorang gadis pelayan m em buka rahasianya. Itu cara yang baik, begitu
Petualangan Huckleberry Finn 349 juga cara dengan mempergunakan surat kaleng. J adi kita akan mempergunakan kedua cara tersebut. Sudah pula jadi kebiasaan ibu si tawanan bertukar pakaian dengannya. Si ibu tinggal di dalam dan si tawanan lari dengan m em akai pakaian ibunya. Kita pun akan berbuat begitu.” “Tapi dengar, Tom . Untuk apa kita m em peringatkan orang- orang bahwa sesuatu akan terjadi? Biarlah m ereka m enem ukan sendiri bahwa ada hal penting akan terjadi, itu urusan mereka.” “Ya, aku tahu, tapi kita tak bisa m engandalkan m ereka. Dari perm ulaan, kitalah yang harus m engerjakan segala sesuatunya. Orang-orang ini begitu m udah percaya dan tolol sekali, sesuatu pun tak ada yang m enerbitkan kecurigaan m ereka. J adi bila m ereka tak kita peringatkan, tak akan ada yang m enghalang- halangi kita, dan setelah kita bersusah payah m erancangkan pelarian ini akhirnya tak akan terjadi apa-apa, tak ada kesulitan apa pun, nihil.” “Bagiku lebih baik bila kita tak m endapatkan kesulitan, Tom .” “Cih!” kata Tom , seakan-akan jijik. “Aku tak akan m engeluh, Tom , apa pun yang kau inginkan akan sesuai dengan keinginanku. Lalu bagaim ana kau bisa m em peroleh seorang gadis pelayan?” “Kau yang akan jadi gadis pelayan itu. Tengah m alam kita curi pakaian gadis pelayan Bibi Sally.” “Wah, Tom , esok hari akan terjadi keributan kalau begitu. Sebab sangat m ungkin sekali pakaian itu satu-satunya pakaian yang dim ilikinya.” “Aku tahu, tetapi kau hanya m em erlukan pakaian itu untuk selam a lim a belas m enit, yaitu untuk m em bawa surat kaleng itu dan memasukkan ke bawah pintu depan.” “Baiklah. Akan kulakukan itu. Tapi bukankah dengan ber- pakaian biasa aku juga bisa membawa serta memasukkan surat itu?”
350 Mark Twain “Bukankah dengan begitu kau sam a sekali tak tam pak seperti seorang gadis pelayan?” “Ya, tetapi juga tak ada yang m enyaksikan apakah aku kelihatan seperti gadis pelayan atau tidak.” “Itu bukan soaln ya. Yan g harus kita kerjakan adalah m engikuti segala peraturan yang ada, dan tak m em pedulikan apakah ada yang m elihat atau tidak. Apakah kau sam a sekali tak punya pendirian?” “Baiklah, aku tak akan m em bantah lagi. Aku jadi pelayan itu. Lalu siapa yang akan jadi ibu J im ?” “Akulah ibunya. Akan kucuri sebuah gaun Bibi Sally.” “Kalau begitu kau harus tinggal dalam pondok J im bila J im dan aku lari?” “Bukan begitu. Akan kuisi pakaian J im dengan jeram i, dan kubaringkan di tem pat tidurnya untuk m em erankan ibunya. Ia akan m em akai gaun yang sebelum nya kupakai dan kita m elarikan diri bersam a-sam a. Bila seorang tawanan term asyhur m elarikan diri disebut orang suatu penghindaran, begitu juga bila seorang raja m elarikan diri, m isalnya. Hal yang sam a bila anaknya melarikan diri, baik anak sah atau tak sah.” Maka Tom m enulis surat kaleng yang dim aksudkannya. Malam itu, dengan m engenakan pakaian si gadis pelayan, kum asukkan surat tadi ke bawah pintu depan seperti yang diperintahkan Tom . Surat itu berbunyi: Aw as! Bahay a akan tiba. W aspadalah selalu. Sahabat tak dikenal. Malam berikutnya kam i tem pelkan sebuah gam bar di pintu depan, gam bar yang dibuat Tom dengan darah, gam bar tengkorak dan tulang bersilang. Malam berikutnya lagi kam i tem pelkan gam bar peti m ati di pintu belakang. Belum pernah kulihat
Petualangan Huckleberry Finn 351 suatu keluarga yang begitu gelisah. Mereka ketakutan, seakan- akan rum ah itu penuh dengan hantu yang m engancam m ereka dari balik setiap barang, dari bawah setiap tempat tidur dan bergelayutan di udara. Bila sebuah pintu terhem pas, Bibi Sally m elom pat dan berseru: “Ouh!” Bila ada suatu barang jatuh, ia m elom pat dan berseru: “Ouh!” Bila ia kita sentuh pada saat ia terlena, ia pun berbuat serupa. Ia tak bisa tenang ke mana pun ia menghadap, sebab ia selalu mengira bahwa ada sesuatu di belakangnya. J adi ia selalu berputar-putar secara tiba-tiba, sem bil berseru: “Ouh!” Sebelum ia m encapai dua pertiga putaran, ia telah berputar kembali dan berseru lagi. Ia tak berani tidur, tetapi juga tak berani berjaga. J adi sem uanya berjalan seperti yang kam i rancangkan. Kata Tom , tak pernah ia m elihat suatu rencana yang berjalan begitu memuaskan. Semua itu menunjukkan bahwa rencana kam i tepat pada sasarannya. Kin i tiba saatn ya un tuk pukulan yan g terakhir, yan g m enentukan. Pagi berikutnya, sebelum fajar m enyingsing, kam i mempersiapkan sepucuk surat lagi. Tapi agak bingung juga kami bagaim ana m enyam paikan surat itu, sebab kini baik pintu depan maupun pintu belakang dijaga masing-masing oleh seorang negro. Tom turun lewat penangkal petir untuk melihat-lihat. Ternyata negro yang berjaga di pintu belakang tertidur. Tom m enyelipkan surat itu di belakang tengkuk negro itu. Surat tadi b er b u n yi: Jangan m em buka rahasiaku. Aku ingin m enjadi sahabatm u. Ada segerom bolan pem bunuh dari daerah Indian y ang berm aksud untuk m em bebaskan negro pelarian y ang kini kau taw an. Selam a ini gerom bolan y ang sudah sangat nekat itu m encoba untuk m enakut-nakutim u, agar kau sekeluarga tak ada y ang berani keluar rum ah dan m enghalang-halangi tujuan m ereka. Aku salah seorang anggota gerom bolan itu, tetapi aku
352 Mark Twain telah beragam a dan ingin kem bali m enurut kehidupan y ang tak bergelim ang dosa. Akan kubocorkan rahasia gerom bolan kejam itu. Mereka akan m eny elundup dari arah utara, m eny usur pagar, di tengah m alam tepat. Dengan sebuah kunci palsu m ereka akan m asuk ke pondok negro itu dan m em bebaskannya. Tugasku berjaga-jaga, di kejauhan. Bila ada bahay a, aku diharuskan m eniup suatu terom pet seng. Tetapi aku tak akan m elakukan itu. Aku akan m engem bik seperti dom ba segera setelah m ereka m asuk ke dalam pondok. Saat itu pastilah m ereka sedang sibuk m elepaskan rantai y ang m engikat kaki si negro, saat y ang tepat bagi kalian untuk m eny elinap m asuk dan m engunci pintuny a serta m em bunuh m ereka sesuka hati kalian. Jangan berbuat sesuatu y ang bertentangan dengan nasihatku ini, sebab ini hany a akan m em buat m ereka curiga dan m em batalkan segala rencanany a. Aku tak m enginginkan hadiah, aku hanya ingin berbuat sesuatu yang kuanggap benar. Sahabat tak dikenal.
KEKALUTAN DAN RENCANA YANG SANGAT BERHASIL SELESAI MAKAN pagi, aku dan Tom pergi ke sungai. Dengan membawa bekal untuk makan siang, kami bermain-main, berperahu, m engail, dan m enyiapkan rakit untuk keperluan m alam nanti. Kam i pulang pada waktu m akan m alam . Keluarga Phelps tampak sangat bingung dan khawatir, hingga seolah- olah mereka tak tahu apakah mereka berdiri dengan kaki atau dengan kepala. Segera setelah kami selesai makan malam, kami diperintahkan untuk tidur, tanpa memberi tahu kesulitan apa yang sedang m ereka hadapi. J uga tak ada yang bercerita tentang surat yang diketem ukan di leher negro penjaga m alam , tapi rasanya m em ang tak perlu, sebab kam i telah tahu, begitu juga orang lain. Kam i berada di pertengahan tangga waktu Bibi Sally berpaling pada kam i sebentar lalu pergi entah ke m ana. Cepat- cepat kami turun ke gudang di bawah tanah, membuka lemari dan m engam bil bahan m akanan sebanyak-banyaknya untuk kam i
354 Mark Twain bawa ke kam ar. Kira-kira setengah sebelas m alam kam i bangkit dari tem pat tidur. Tom m engenakan baju Bibi Sally yang telah dicurinya. Ia siap akan berangkat dengan m em bawa m akanan tadi, tapi dilihatnya ada yang kurang. “Mana m enteganya?” “Kutaruh di atas kue jagung, segum pal besar.” “Agaknya tertinggal, tak ada di sini.” “Tak apa-apa bukan, tanpa m entega.” “Mem ang tak enak tanpa m entega. Pergilah kau ke gudang, dan am bil. Kem udian susul aku. Aku akan pergi dulu sebab aku harus membuat orang-orangan dari jerami untuk menggantikan ibu J im dan segera setelah aku sampai di sana aku akan m en gem b ik.” Ia pergi keluar, aku pergi ke gudang. Gumpalan mentega itu ternyata m asih di tem patnya sem ula. Kuam bil juga potongan kue jagung. Kum atikan lilin dan aku m enaiki tangga bertingkat, tiba-tiba m uncul Bibi Sally dengan m em bawa lilin. Cepat-cepat kue jagung dan mentega itu kutaruh di bawah topi, di atas kepala. Kubenam kan topiku dalam -dalam . Saat itu Bibi Sally m elihatku dan bertanya, “Kau dari gudang?” “Ya, Bibi.” “Mengapa kau di sana?” “Tidak apa-apa.” “Tidak apa-apa?” “Sam a sekali tidak, Bibi.” “Lalu apa m aksudm u ke gudang m alam -m alam begini?” “Aku tidak tahu, Bibi.” “Kau tidak tahu? J angan jawab seperti itu, Tom . Aku ingin tahu apa yang kau kerjakan di gudang itu.” “Aku tak berbuat apa-apa, Bibi Sally, dem i Tuhan tidak.” Biasanya aku akan dilepaskan begitu saja. Tapi kukira setelah terjadi beitu banyak kejadian ganjil, Bibi Sally akan curiga sekali. Dengan suara yang tak bisa ditawar-tawar lagi ia berkata, “Pergi
Petualangan Huckleberry Finn 355 ke ruang tamu, dan tetap di tempat itu sampai aku datang lagi. Kukira kau baru saja berbuat sesuatu yang bukan urusanm u. Aku akan segera m enem ukan apa yang telah kau kerjakan di sana.” Aku m em buka pintu ruang tam u, dan Bibi yang ke gudang. Astaga, ternyata ruang tam u itu telah penuh orang! Kira-kira lima belas orang ada di situ, masing-masing membawa senjata. Tubuhku jadi begitu lemas hingga aku terpaksa menjatuhkan diri ke sebuah kursi. Orang-orang itu duduk berkeliling, berbicara dengan suara perlahan. Tampak semua orang gelisah, tapi berbuat seolah-olah mereka tenang saja. Tapi aku tahu benar mereka gelisah, sebab sebentar-sebentar mereka mencopot dan memakai kembali topi mereka, geruk-garuk kepala, pindah tempat duduk, dan berm ain-m ain dengan kancing bajunya. Aku sendiri tak bisa duduk tenang, dan tak berani m em buka topiku. Alangkah senangnya bila Bibi Sally cepat datang dan m enggebukiku hingga persoalan ini selesai dan aku bisa cepat-cepat pergi ke Tom untuk mengatakan bahwa rencana kami berhasil baik, tapi kami bagaikan m engusik sebuah serang lebah. Akan kukatakan agar ia tak membuang-buang waktu lagi, sebelum kelompok orang-orang itu bergerak dan mengepung kami. Akhirnya Bibi Sally datang juga. Berbagai-bagai pertanyaan diajukan padaku, dan semua kujawab dengan membohong, karena pikiranku begitu kacau. Aku sangat takut sebab beberapa orang telah mengusulkan untuk berangkat dan menunggu kedatangan rombongan penjahat itu, sebab tengah malam tinggal beberapa m enit lagi. Beberapa orang lainnya m inta agar m ereka m enunggu tanda suara em bikan dom ba. Sem entara itu Bibi Sally juga m asih m enyerangku dengan berbagai pertanyaan, hingga gem etar seluruh tubuhku menahan kegelisahan. Hawa di tempat itu terasa m akin panas hingga akhirnya m entega di bawah topiku m ulai meleleh, mencari, merambati belakang kepalaku, lewat belakang telinga ke leher. Waktu seseorang berkata, “Baiklah, kalau begitu
356 Mark Twain aku akan berangkat sekarang juga, kutunggu di dalam pondok itu dan akan kutembak penjahat-penjahat itu waktu mereka masuk,” ham pir saja aku terguling jatuh. “He! Anak itu dem am otak, dem i Tuhan! Dan otaknya m erem bes keluar!” seru orang-orang. Sem ua orang berlarian. Akhirnya Bibi Sally datang juga, lalu m endekatiku, m enyam bar topiku hingga tam pak kini roti dan sisa m enteganya. Melihat ini Bibi Sally jadi tertawa gem bira, m erangkul dan m em elukku erat-erat sam bil berkata, “Oh, betapa kau sudah mengejutkan hatiku! Dan betapa gembira aku karena dugaanku yang buruk tak terbukti. Kam i sedang m engalam i kesialan yang datang bertubi-tubi bagaikan hujan lebat, Nak, kukira tadi kesialan itu akan bertambah dengan kehilangan engkau, sebab cairan itu betul-betul mirip sekali dengan otak. Seandainya otakm u.... Ya am pun! Ya am pun! Mengapa tak kau katakan dari tadi bahwa kau ke gudang itu mengambil roti dan m entega. Aku tak akan am bil pusing, Nak. Kini pergilah ke kam arm u, dan jangan kau terlihat lagi olehku sebelum pagi tiba!” Sekejap saja aku telah berada di kamarku dan meluncur ke tanah lewat penangkal petir, berlari dalam kegelapan menuju pondok J im . Aku m asuk ke dalam sengkuap, m enerobos m asuk terowongan. Begitu tergesa-gesa aku hingga kata-kataku sukar terucapkan. Dengan tergesa-gesa kuterangkan pada Tom apa yang terjadi. Kudesak agar kam i segera berangkat, tak m em buang waktu semenit pun sebab rumah telah penuh orang bersenjata! “Betul begitu?” m ata Tom bercahaya. ”Wah, Huck, bila kita bisa m em perpanjang waktunya, pastilah aku bisa m endatangkan lebih dari dua ratus orang. Bila saja....” “Cepat! Cepat!” tukasku, “m ana J im ?” “Di dekat sikum u. Bila kau ulurkan tanganm u, kau akan bisa m enyentuhnya. Dia telah berpakaian. Sem ua telah siap. Kini kita akan m enyelinap keluar dan akan kubunyikan em bikan dom ba.” Tapi saat itu kam i dengar suara langkah orang banyak m endatangi. Kem udian suara orang m em eriksa gem bok pintu,
Petualangan Huckleberry Finn 357 dan seseorang berkata, “Apa kataku! Kita terlalu cepat kem ari. Mereka belum datan g. Pin tu m asih terkun ci. Begin i saja, beberapa orang di antara kalian masuk ke dalam, dan kukunci lagi pintunya, kalian tunggu hingga penjahat-penjahat itu m asuk. Lainnya m em encar, pasang telinga kalau-kalau m ereka datang.” Mereka betul-betul masuk, tapi begitu gelap pondok itu hingga kami tak terlihat. Hampir saja kami terinjak waktu masuk ke bawah tempat tidur. Tanpa suara kami mulai masuk terowongan, satu per satu. J im dulu, lalu aku, baru kemudian Tom , sesuai urutan yang telah dirancangkan Tom . Kam i telah berada di dalam sengkuap. Di luar, kami dengar suara kaki orang- orang itu. Kam i m erangkak ke pintu, Tom m engintai ke luar lewat lubang di pintu itu. Tapi tak bisa melihat apa-apa sebab di luar pun sangat gelap. Tom menunggu hingga suara kaki-kaki itu m enjauh, kem udian digam itnya J im , berbisik m em beri tanda, agar J im m enyelinap keluar, disusul oleh aku, dan Tom terakhir. Tom m enem pelkan telinganya di lubang pintu, m em asang telinga. Lam a juga suara kaki-kaki itu berkeliaran di sekeliling pondok. Nam un akhirnya Tom m em beri tanda. Kam i m enyelinap keluar, membungkuk-bungkuk, menahan napas, tak mengeluarkan suara sedikit pun. Satu per satu kami menuju pagar. J im dan aku selam at m elewatinya. Tapi celana Tom terkait pada secerpih kayu di pagar. Seseorang datang mendekat, terpaksa Tom menarik saja celananya itu. Serpihan kayu itu patah berderak. Tom m elom pat turun m engejar kam i pada saat seseorang berseru, “Siapa itu? J awab, kalau tidak kutembak.” Kam i tak m enjawab, m alah lari secepat kam i dapat. Terdengar keributan, disusul oleh letusan banyak sekali senapan. Kam i rasa peluru berdesingan di sekeliling kami. Terdengar seseorang berteriak lagi, “Itu m ereka pergi ke sungai! Kejar! Lepaskan a n jin g!” Mereka m engejar beram ai-ram ai. Kam i bisa m endengar dengan jelas, mereka memakai sepatu bot dan berteriak-teriak.
358 Mark Twain Kam i bertelanjang kaki dan sam a sekali tak m em buka m ulut. Kam i m engikuti jalan yang m enuju ke penggergajian. Ketika kami kira mereka sudah terlalu dekat, kami masuk ke dalam semak-semak di tepi jalan. Mereka lewat, dan kami keluar, berlari di belakang mereka. Tadi anjing-anjing dibungkam agar para penjahat tidak takut, namun kini semua anjing dilepaskan. Anjing-anjing itu m enyerbu kam i dengan suara gegap gem pita. Tapi m ereka sudah kenal pada kam i. Kam i berhenti m enunggu mereka. Waktu anjing-anjing itu melihat bahwa kami bukan orang asing, dan kecewa karena keributan mereka sia-sia, mereka berhenti sebentar untuk memandang ramah pada kami, lalu m enyerbu rom bongan orang-orang yang bersorak-sorai tadi. Kam i sendiri lari ke arah m udik, m engikuti para pengejar hingga sam pai ke dekat penggergajian kayu. Kam i m asuk ke dalam sem ak-sem ak, m enerobosnya hingga sam pai ke tem pat perahu yang kam i sem bunyikan. Kam i berdayung sekuat tenaga, secepat mungkin ke tengah sungai, tapi tetap menjaga agar tak terdengar bunyi apa-apa. Baru kem udian dengan tenang dan hati lega kam i berdayung ke arah tem pat rakit di pulau. Kam i m asih saja mendengar teriak serta salak anjing dari kejauhan, sampai akhirnya suara-suara itu tak terdengar lagi. Tiba di rakit, aku berkata pada J im , “J im , kini kau jadi orang m erdeka lagi, dan kuharap kau tak akan pernah lagi kembali ke perbudakan.” “Dan betapa bagusnya pem bebasanku ini, Huck. Direncana- kan dengan bagus dan dilaksanakan dengan bagus juga. Tak akan ada orang lain yang bisa m em buat rencana begitu indah dan rumit seperti ini.” Kam i sangat gem bira, tapi yang paling gem bira adalah Tom , sebab sebutir peluru telah bersarang di betisnya. Hilang kegembiraan J im dan aku waktu tahu hal itu. Tam paknya luka Tom sangat m enyakitkan, dan darahnya m engucur. Kam i baringkan ia di dalam gubuk, kam i robek sehelai
Petualangan Huckleberry Finn 359 baju sang pangeran untuk bebat, tapi Tom berkata, “Berikan padaku kain-kain itu, biar kubebat sendiri. J angan membuang- buang waktu, jangan berhenti di sini, setelah kita berhasil menghindar dengan begitu bagus. Pegang kemudi, lepaskan tam batan, m ari berangkat. Kawan-kawan, betapa gem ilangnya hasil kerja kita ini! Betul-betul gem ilang! Bila kita berada di zam an Louis XVI, tak m ungkin ia sam pai diberi gelar ‘Putra Orang Suci Louis, naik ke surga’, seperti disebutkan dalam riwayat hidupnya. Tidak, Tuan, dengan perbuatan kita ini m aka Louis tak akan mendapat pujian apa-apa, ia akan terdesak oleh kita, terdesak hingga keluar perhitungan! Kita belum m engerahkan segenap kekuatan kita lagi! Ayo, kawan, pegang kem udi! Pegang kem udi!” Tapi J im dan aku tak m enghiraukannya, kam i berdua berunding dan berpikir. Setelah semenit aku berkata pada J im, “Katakan, J im .” “Begini, Huck,” jawab J im , “m isalkan saja Tuan Tom yang sedang kita bebaskan dari tawanan. Salah seorang dari kita kena peluru. Apakah Tuan Tom akan berkata ‘J angan hiraukan yang kena peluru, ayo lari, selam atkan aku. J angan cari dokter untuk m engobati dia!’ Apakah begitu yang akan dilakukan oleh Tom Sawyer? Pasti tidak, berani bertaruh! Nah, apakah J im akan berkata seperti itu? Tidak, Tuan, aku tak akan beranjak dari tempat ini sebelum ia dirawat dokter, walaupun untuk itu aku harus m enunggu sam pai em pat puluh tahun!” Aku tahu sekalipun J im kulitnya hitam , tapi hatinya putih. Sudah kuduga ia akan berkata begitu, jadi aku berkata pada Tom bahwa aku akan menjemput dokter. Tom ribut sekali menentang pendapat kami, tapi J im dan aku tak mau mengalah. Tom akan merangkak keluar untuk melepaskan tambatan rakit, kami halang-halangi dia. Dim aki-m akinya kam i habis-habisan, tapi tak kami pedulikan. Waktu ia m elihat aku m enyiapkan perahu, ia berkata, “Baiklah, bila kau m asih m au pergi juga, tahu cara-cara yang
360 Mark Twain harus kau ikuti sepenuhnya bila kau sam pai di desa. Setelah m asuk ke rum ah dokter, tutup pintunya, dan bebat m ata dokter itu. Suruh dia bersumpah untuk merahasiakan tempat ini, dan taruh sekantung em as di tangannya. Tuntun dia berputar-putar lewat gang-gang gelap, baru kau bawa dia ke perahu. Kau bawa kemari, tetapi dengan lebih dulu mengambil jalan berputar- putar pula di antara pulau-pulau itu. Geledah dia agar ia tak bisa m enandai rakit ini dengan kapur. Nah, begitulah cara yang paling tepat dalam keadaan seperti ini.” Kusanggupi saja perm intaan itu. Aku berpesan kepada J im agar bersem bunyi di hutan pulau itu bila dokter datang, dan tak keluar lagi. Aku berangkat ke desa.
PASTILAH DIBANTU PARA HANTU DOKTER ITU sudah tua, seorang tua yang tam paknya berhati sangat baik. Waktu aku datang ke rum ahnya, ia sedang tidur, tapi segera bangun setelah di dengarnya ada yang m em butuhkan tenaganya. Aku berkata bahwa aku dan saudaraku berburu di Pulau Spanyol sore kem arin, dan m alam ini berkem ah di sebuah rakit yang kam i tem ukan di pulau itu. Tengah m alam saudaraku m erendam senjatanya, hingga m eletus dan peluru bersarang di betisnya. Aku m inta dia segera ikut denganku untuk m erawat saudaraku itu, tanpa mengatakan apa-apa tentang kejadian itu pada siapa pun, sebab malam ini kami akan pulang dan mengejutkan keluarga kami. “Siapa keluargam u?” tanya dokter itu. “Keluarga Phelps, di sebelah hilir.” “Oh,” dia diam sejenak, bertanya lagi, “bagaim ana saudaram u tadi tertembak?”
362 Mark Twain “Dia m im pi. Dan im pian itulah yang m enem baknya.” “Mim pi aneh.” Dokter itu m enyalakan lentera, m engam bil tasnya, dan berangkat bersamaku. Waktu melihat perahuku, ia jadi ragu- ragu, katanya perahu itu m em ang cukup besar untuk seorang, tapi tak cukup besar untuk dua orang. “Tak usah takut, Tuan,” kataku, “perahu ini cukup untuk tiga orang. Kam i bertiga m em akainya.” “Bertiga? Siapa saja?” “Aku, Sid dan... dan... dan senjata-senjata kam i.” “Oh .” Dijulurkannya kakinya ke tubir perahu, digoyang-goyangkan. Ia m enggelengkan kepala, m encari perahu yang lebih besar. Tapi semua perahu dirantai. J adi perahu itu akan digunakan sendiri oleh dokter tersebut. Aku bisa m enunggu di tepi sungai itu sam pai ia kem bali, atau aku bisa m encari perahu lain yang m ungkin tak dirantai, atau bisa juga aku pulang ke rum ah untuk m enyiapkan agar mereka lebih terkejut lagi waktu saudaraku pulang nanti, dem ikian nasihatnya. Aku m enggelengkan kepala, lebih baik aku m enunggu saja. Kuterangkan pada dokter itu bagaim ana cara m enem ukan rakit kami. Ia berangkat. Begitu dokter itu sudah agak jauh, terpikir olehku bahwa mungkin sekali luka Tom tak akan bisa segera disembuhkan. Bagaim ana kalau untuk m enyem buhkan luka itu diperlukan tiga atau em pat hari? Apa yang akan kam i kerjakan? Pasti dokter itu m em buka rahasia kam i. Tidak, aku tahu apa yang harus kukerjakan. Aku akan m enunggu di tepi itu. Bila dokter itu datang dan berkata bahwa ia masih harus merawat Tom lagi, aku pun akan pergi bersam anya, tak peduli aku harus berenang untuk itu. Kem udian aku akan m engikatnya di rakit, dan kam i bawa ia ikut m enghilir. Nanti bila ia sudah berhasil m enyem buhkan Tom ,
Petualangan Huckleberry Finn 363 akan kam i bayar dia sesuai dengan perm intaannya, atau kam i berikan sem ua m ilik kam i padanya. Putusanku tetap, aku naik ke tum pukan kayu untuk tidur. Waktu aku terbangun, metahari telah berada di atas kepalaku! Cepat-cepat aku berlari ke rum ah dokter, tapi ternyata ia belum pulang. Agaknya keadaan Tom buruk sekali, jadi aku harus cepat- cepat ke rakit kam i. Aku berlari. Dan di tikungan aku m enubruk perut seseorang, Paman Silas! “Astaga, Tom !” seru Pam an Silas, “anak nakal, ke m ana kau dan Sid? Ke m ana saja kau pergi? Bibim u sangat gelisah.” “Kam i tak apa-apa. Kam i m engikuti orang-orang itu dan anjing-anjing. Tetapi kam i tertinggal. Kam i kira m ereka lari ke sungai. Kam i m enyeberang dengan naik perahu, tetapi ternyata di sana sepi. Kam i m enyusur ke arah hulu, sam pai kam i lelah. Kam i tidur di perahu, baru bangun sejam yang lalu. Kam i m enyeberang kem ari untuk m engetahui berita tentang negro yang lari itu. Sid pergi ke kantor pos untuk m aksud yang sam a, aku pulang dulu untuk mengambil makanan, nanti kami pulang.” Pam an m engajakku ke kantor pos untuk m encari ‘Sid’. Seperti yang kudalihkan, Sid tak ada di tem pat itu. Pam an m endapat sepucuk surat dari kantor pos. Kam i m enunggu beberapa lam a di kantor pos itu. Kem udian pam an berkata, biar Sid berjalan kaki pulang atau naik perahu kalau ia selesai bergelandangan, sedang kami akan naik kereta pulang. Tak bisa kubujuk ia agar aku diperbolehkannya m enunggu di kantor pos. Aku harus pulang agar Bibi Sally tak m erasa khawatir lagi. Sesam pain ya di rum ah, Bibi begitu gem bira hin gga ia menangis dan tertawa bersamaan, memelukku dan memukuliku, pukulan-pukulan yang ham pir tak terasa itu. Katanya bila nanti Sid pulang ia pun akan menerima pukulan serupa pula. Rum ah penuh sesak dengan para tetangga yang datang dengan istri mereka untuk makan siang bersama. Hiruk-pikuk sekali, semua orang berbicara tak mau bergantian.
364 Mark Twain Si Nyonya Tua Hotchkiss adalah pem bicara yang paling m enjengkelkan yang pernah ketem ui, lidahnya tak pernah berhenti bergoyang. Katanya, “Wah, Nyonya Phelps, aku telah m enggeledah pondok itu, kukira pastilah negro itu gila. Aku berkata begitu pada Nyonya Dam rell, bukankah begitu, Nyonya Dam rell? Kataku: ‘Negro itu gila,’ kataku. Itulah yang kukatakan waktu itu. Kalian sem ua jadi saksi, aku berkata bahwa negro itu gila, sem ua hal m em buktikan bahwa ia gila. Coba saja batu gerinda itu. Bagaim ana m ungkin seorang waras m enulis kalim at- kalim at begitu rupa? Seperti yang tertulis di batu gerinda itu? Di sini seseorang telah hancur hatinya. Dan di sini si anu ditawan tiga puluh tujuh tahun dan seterusnya... anak sah dari Louis entah siapa, dan om ong-om ong lainnya. Ia am at gila, itulah kata-kata perm ulaanku, kata-kata pertengahanku, dan kata-kataku yang terakhir... kapan saja aku akan berkata bahwa negro itu gila— segila Nebukadnezar, kataku.” “Dan coba lihat tangga yang terbuat dari robekan kain itu, Nyonya Hotchkiss,” sebut si nyonya tua Dam rell, “dem i Tuhan, aku tak tahu untuk apa benda itu.” “Tepat, ya, seperti itulah kata-kata yang kuucapkan baru sem enit yang lalu pada Nyonya Utterback, bukankah begitu, Nyonya Utterback? Dia bertanya untuk apa tangga kain itu, tanya dia; dan kataku, ya, lihat tangga itu, kataku—dem i Tuhan untuk apa tangga yang terbuat dari kain itu, kataku. Dia berkata lagi, Nyonya Hotchkiss, katanya....” “Tetapi bagaim ana bisa ia m em asukkan batu gerinda sebesar itu ke sana? Siapa yang m enggali terowongan itu? Dan siapa....” “Itulah kata-kataku tadi, Saudara Penrod! Aku tadi berkata— tolong am bilkan air gula itu—kataku tadi pada Nyonya Dunlap, baru saja, ‘Bagaim ana bisa batu gerinda besar itu dibawa m asuk ke sana?’ kataku. Tanpa bantuan, kalian harus ingat itu, tanpa bantuan! Itulah yang aneh. ‘J angan katakan padaku,’ kataku, ia
Petualangan Huckleberry Finn 365 tak m endapat bantuan untuk itu. Pasti ia banyak sekali m endapat bantuan, pasti lebih selusin orang m em bantunya dan bila saja kutahu siapa saja yang m em bantunya, ia akan kukuliti hidup- hidup, lagi pula, kataku....” “Selusin, katam u, bahkan em pat puluh orang rasanya tak akan bisa m engerjakan apa saja yang ada di pondok itu. Lihat saja gergaji dari pisau roti itu, dan yang lainnya, betapa rapi buatannya. Lihat saja bagaim ana kaki tem pat tidur digergaji dengan gergaji dari pisau itu, seminggu kerja untuk enam orang! Lihat saja orang-orangan yang dibuat dari jeram i di tem pat tidur, lih a t ....” “Kali ini kau yang m engatakannya, Saudara Hightower! Tepat seperti yang kukatakan pada Saudara Phelps barusan, kalau tak percaya tanya saja padanya. Dia bertanya padaku, apa yang kau pikirkan tentang ini, Nyonya Hotchkiss? tanyanya. Berpikir tentang apa, Saudara Phelps? tanyaku. Tentang kaki tem pat tidur yang digergaji seperti itu, katanya. Berpikir tentang itu? kataku. Aku yakin aku belum pernah m elihat sebuah kaki tem pat tidur terpotong dengan sendirinya seperti itu, pasti ada orang yang m enggergajinya, kataku; itulah pikiranku, diterim a atau tidak tak apa, mungkin juga tak berharga pikiran itu, kataku, tapi itulah kenyataannya, itulah pendapatku, kataku, dan bila ada yang punya pendapat lebih baik, katakan saja, kataku. Itulah yang kukatakan. Aku berkata pada Nyonya Dunlap, kataku....” “Wah, aku yakin benar pastilah tiap hari banyak negro berada di tempat itu selama empat minggu ini untuk mengerjakan semua itu, Nyonya Phelps. Lihat ke m eja itu, setiap inci dipenuhi dengan tulisan-tulisan rahasia Afrika, yang ditulis dengan darah! Aku yakin segerom bolan besar orang negro tiap m alam ada di tem pat itu. Mau aku m em beri uang dua dolar pada siapa saja yang bisa membacakan tulisan rahasia dengan darah itu dan untuk negro yang m enulisnya, aku akan m enyediakan cam buk untuk m ereka, cambukan hingga mereka....”
366 Mark Twain “Dia ditolong, Saudara Maples? Anda tak akan berpikir begitu bila anda ada di rumah ini beberapa waktu berselang. Semua yang bisa dicuri, dicuri, walaupun sem ua orang di dalam rum ah ini berjaga-jaga. Kem eja itu dicuri dari tali jem uran. Dan sprei untuk membuat tangga tali itu, entah berapa kali telah mereka curi, kadang-kadang hilang, kadang-kadang ada. J uga tepung, lilin, tempat lilin, sendok, baskom pemanas, dan seribu macam benda lainnya yang kini tak kuingat lagi, juga baju kain m oriku. Padahal siang-malam aku, Silas, Tom, dan Sid selalu berjaga-jaga, seperti yang kukatakan tadi. Tapi tak seorang pun di antara kam i m engetahui siapa yang m engerjakan sem ua pencurian itu. Dan kini, pada menit-menit terakhir, gerombolan pembebas negro itu telah berhasil m enipu kita, bukan saja hanya kita yang tertipu, tetapi juga rombongan penjahat dari daerah Indian itu. Mereka berhasil mencuri negro itu dari bawah hidung kita, walaupun kita jaga dengan enam belas orang dan dua puluh dua ekor anjing. Kukatakan, ini betul-betul suatu kejadian yang am at luar biasa. Bahkan hantu pun tak akan bisa m engerjakan sebaik ini, dan secerdik ini. Dan aku yakin pasti penolong negro itu adalah hantu- hantu, sebab, kalian tahu anjing-anjing kam i, tak ada anjing yang lebih baik dari mereka di daerah ini, tapi anjing-anjing itu sama sekali tak pernah m enem ukan jejak m ereka! Kalian terangkan hal itu padaku, bila dapat, siapa saja!” “Wah itu m em ang....” “Astaga, belum pernah aku....” “Am pun! Aku tak akan....” “Pencuri juga....” “Dem i Tuhan, aku tak akan berani, aku tak akan berani tinggal di rumah....” “Takut? Oh, tak terkira lagi takutku. Aku tak berani tidur, tak berani bangun, tak berani m erebahkan diri, atau duduk, Nyonya Ridgeway. Bahkan m ereka berani m encuri. Wah, wah, bisa
Petualangan Huckleberry Finn 367 kalian kirakan betapa takutnya aku tengah m alam tadi, kukira m ereka akan m encuri salah satu dari keluarga kam i. Agaknya aku sudah tak bisa berpikir dengan waras lagi, begitu takutnya aku. Kini, di siang hari ini, tam paknya perbuatanku sangat tolol, tapi tengah malam tadi terpikir olehku, dua orang keponakanku sedang tidur di ruang atas, di kam ar yang sepi, bagaim ana kalau mereka dicuri? Waktu itu tak berpikir lagi aku naik ke atas, dan kukunci pintu m ereka dari luar. Benar! Kukira orang lain juga akan berbuat serupa, dalam keadaan seperti aku. Sebab bila kita ketakutan, saban hari ketakutan dan keadaan kita makin lama makin buruk, akal kita tak keruan, dan kita mulai mengerjakan hal-hal yang kegilaan, akhirnya kita akan berpikir dem ikian: andaikan aku seorang anak lelaki, tinggal senidrian di kam ar yang sunyi itu, pintunya tak terkunci, dan, dan....” Bibi Sally berhenti berbicara, pandang m atanya keheranan, ia berpaling perlahan sam pai akhirnya terpandang olehnya aku. Aku terpaksa bangkit dan berjalan-jalan. Aku akan bisa m enerangkan pada Bibi Sally, m engapa aku tidak ada di kam ar itu pagi ini, untuk itu aku harus m enyendiri sesaat dan berpikir. Tapi aku tak berani terlalu jauh pergi, sebab pasti Bibi akan m enyuruh orang m enyusulku. Waktu tam u- tam u telah pulang, aku m asuk ke rum ah, m engatakan pada Bibi bahwa keributan orang-orang tadi malam membuat aku dan Sid terbangun. Pintu terkunci, sedang kami ingin melihat apa yang jadi sum ber keributan, jadi kam i turun ke bawah lewat penangkal petir, tapi karenanya kam i berdua luka sedikit hingga berjanji untuk tidak turun lagi lewat jalan itu. Aku m elanjutkan ceritaku itu dengan cerita yang telah kukatakan pada Pam an Silas sebelum nya. Bibi Sally berkata bahwa ia bisa m engam puni kam i, sebab m em ang wajar tindakan seperti yang kam i lakukan itu dilakukan oleh anak-anak seumur kami, semua anak lelaki m em ang penuh pikiran gila, sepanjang pengetahuannya. J adi
368 Mark Twain sepanjang tak ada yang cedera, ia m erasa harus bersyukur karena kami masih hidup bersama, tak usah lagi ia cerewet akan hal-hal yang telah lam pau. Bibi Sally m encium ku, m em belai kepalaku, kemudian ia termenung-menung. Tapi tak lama, tiba-tiba ia m elom pat, berseru, “Astaga! Hari telah ham pir m alam , Sid belum juga pulang! Apa yang terjadi dengan anak itu?” Kukira itu suatu kesem patan yang baik, cepat-cepat aku berkata, “Biar aku ke kota untuk m encarinya, Bibi.” “Tidak! Tak boleh, kau jangan pergi. Cukup satu saja yang hilang kali ini. Bila sam pai m akan m alam ia belum datang, biar pam anm u yang m enyusulnya.” Sam pai m akan m alam ternyata betul-betul ‘Sid’ tak m uncul. Begitu m akan m alam selesai, Pam an Silas berangkat. Menjelang jam sepuluh malam Paman pulang, lebih khawatir lagi, sebab ternyata ia sam a sekali tak bisa m enem ukan jejak Tom . Kekhawatiran Bibi Sally jadi berlipat ganda, pam an m enghiburnya dengan mengatakan memang begitulah kenakalan anak lelaki, dan supaya Bibi tak usah khawatir, besok pagi ia pasti m uncul dalam keadaan sehat walaiat. Bibi Sally merasa bahwa kata-kata Pam an benar juga. Betapa pun m alam nanti ia tak akan tidur, kalau-kalau Tom pulang, dan ia akan terus m enyalakan lam pu. Waktu aku pergi tidur, Bibi Sally m engantarku, dengan m am bawa lilinnya. Diaturnya tidurku, dan sikapnya bagaikan seorang ibu yang sangat m enyayangiku. Aku jadi m erasa sangat m enyesal dan berdosa, tak berani aku m em andang m atanya. Ia duduk di tepi tempat tidur, berbicara lama sekali, mempercakapkan betapa baik hati Sid. Rasanya tak puas-puas Bibi m em uji dia, dan sekali-sekali bertanya padaku apakah m ungkin ia tersesat, luka, atau mungkin terbenam, mungkin saat itu juga ia sedang terbaring basah kuyup dan tak bergerak lagi, entah di m ana, sedang dalam pederitaan atau m ungkin juga telah m ati. Bibi Sally m eneteskan air m ata m em bayangkan kem ungkinan itu. Kukatakan pada Bibi,
Petualangan Huckleberry Finn 369 Sid pasti selam at, dan besok pagi pasti telah ada di rum ah. Bibi jadi sangat gembira, meremas tanganku dan menciumku, serta m enyuruhku berkata seperti tadi sekali lagi sebab kata-kata tadi sangat m enghiburnya. Waktu Bibi Sally akan m eninggalkan kam arku, ia m enatap m ataku, dengan pandang tetap dan lem but, seraya katanya, “Pintum u tak akan kukunci, Tom , begitu juga jendela, sedang di luar itu penangkal petir masih bisa kau gunakan. Tapi aku mohon jangan hendaknya kau pergi, Tom , jangan. Maukah kau berjanji padaku, Tom? Demi aku?” Demi Tuhan aku sangat ingin sekali pergi melihat keadaan Tom, dan sudah bermaksud untuk pergi. Tapi mendengar kata- kata Bibi itu, niatku kubatalkan. Diupah berapa pun tak akan m au aku m enyalahi janjiku pada wanita tua itu. Bibi Sally m em enuhi pikiranku, Tom juga dem ikian, jadi tak bisa aku tidur nyenyak. Dua kali aku telah keluar jendela, m eluncur hingga ke tanah, m enyelinap ke depan rum ah. Kulihat Bibi duduk di dekat jendela, lilinnya m enyala, dan m atanya terus tertuju ke jalan, air m ata m em basahi pipinya. Betapa senangnya bila aku bisa m enghiburnya, tapi aku tak bisa. Bisaku hanya bersum pah dalam hati bahwa aku tak akan m em buatnya sedih lagi. Ketiga kalinya aku terbangun dan turun ke luar, fajar telah m enyingsing.
MENGAPA JIM TAK JADI DIGANTUNG SEBELUM SARAPAN, Pam an Silas pergi ke kota lagi, tapi m asih juga tak m endapat kabar sedikit pun tentang Tom . Kem udian Pam an dan Bibi duduk berdua di m eja, sam a-sam a term enung, tak berkata sepatah pun, dan tam pak sangat bersedih. Kopi mereka sampai dingin, dan mereka tak mau makan sama sekali. Setelah lam a berdiam diri, Pam an Silas bertanya, “Sudah kuberikan padamu surat itu?” “Surat apa?” “Yang kem arin kudapat dari kantor pos.” “Tidak, kau tak m em berikan surat apa pun.” “Kalau begitu aku lupa.” Pam an m encari-cari di sem ua sakunya, kem udian bangkit entah ke mana, kembali lagi dengan membawa sepucuk surat yang diberikannya pada Bibi. Bibi m em baca dan berseru, “Astaga, dari St. Petersburg, dari Sis!”
Petualangan Huckleberry Finn 371 Kukira aku harus berjalan-jalan lagi sedikit untuk m em ikirkan suatu siasat, tapi aku tak bisa beranjak dari tempatku duduk. Nam un sebelum Bibi sem pat m em buka surat itu, ia bangkit terkejut dan lari. Surat itu jatuh. Aku juga m enyusul Bibi, sebab kulihat Tom Sawyer dibawa m asuk halam an, digotong di atas kasur, diikuti oleh dokter yang m erawatnya, dan J im yang m asih m em akai pakaian Bibi Sally, tangannya diikat di punggungnya, dan banyak lagi orang yang m engiringkan. Sam bil lari, kusam bar surat tadi, kusem bunyikan di tem pat yang paling dekat denganku, dan aku m engejar Bibi. Bibi Sally m elem parkan diri ke tubuh Tom , m enangis, dan berkata, “Oh, dia telah m ati, dia telah m ati, aku tahu dia m ati!” Saat itu Tom m em alingkan kepalanya sedikit, dan m em bisikkan sesuatu yang tak bisa diartikan, tanda bahwa kesadarannya sedang terganggu. Bibi Sally m enengadah dengan tangan terangkat tinggi-tinggi dan berseru, “Dia m asih hidup, terim a kasih ya Tuhan! Cukup itu bagiku!” Dicium nya Tom cepat- cepat, kemudian berlari ke dalam rumah, mengeluarkan perintah ke sana-kem ari dan pada siapa saja untuk m enyiapkan sebuah kamar bagi Tom. Aku m engikuti orang banyak itu, untuk m elihat apa yang akan mereka perbuat pada J im, sementara dokter dan Paman Silas mengikuti Tom masuk ke dalam rumah. Orang-orang itu sangat m arah. Beberapa orang berm aksud untuk m enggantung J im, untuk dijadikan contoh bagi orang-orang negro di daerah itu agar tak berbuat onar seperti J im, dengan menimbulkan keributan begitu besar dan membuat sebuah keluarga ketakutan siang dan m alam . Beberapa orang lagi tak setuju m aksud ini, sebab J im bukanlah negro daerah itu, dan pem iliknya suatu hari akan datang. Bila ia digantung, m aka sem ua orang akan terpaksa m em bayar ganti kerugian nanti. Alasan ini m em buat orang-orang yang paling ingin m enggantung seorang negro sedikit m ereda
372 Mark Twain am arahnya. Mem ang, orang-orang berbuat salah biasanya paling segan untuk m em bayar ganti kerugian. Betapapun J im terus saja dim aki-m aki, dan ditem pelengnya beberapa kali. J im diam saja, dan tak sekali pun menunjukkan tanda bahwa ia kenal denganku. Ia dibawa kem bali ke pondoknya sem ula, disuruh m em akai kem bali pakaiannya, dan dirantai lagi, tidak dirantai pada tem pat tidurnya, tapi pada sebuah gelang besi yang dihunjam kan ke balok dasar dinding pondok itu. Bukan hanya kakinya, tangannya pun diikat dengan rantai besar, dan ia harus puas dengan roti dan air saja sam pai nanti tuannya datang atau sam pai ia dijual di pasar lelang. Lubang yang kam i gali telah ditutup, dan menurut rencana setiap malam dua orang petani akan ditugaskan menjaga J im dengan bersenjata, serta seekor anjing penjaga yang am at galak diikatkan di tem pat itu setiap siang. Setelah selesai mengerjakan segala persiapan untuk rencana mereka itu, semua orang kembali memaki-maki J im sebagai salam perpisahan. Tepat waktu itu dokter yang m engobati Tom keluar, m em perhatikan m ereka dan berkata, “J an gan berlaku terlalu kasar padanya, Tuan-tuan, sebab ia bukanlah seorang negro yang jahat. Waktu aku sam pai ke tem pat anak itu terbaring, ternyata aku tak bisa m engam bil pelurunya tanpa bantuan lain. Anak itu keadannya juga sangat parah, jadi tak bisa kutinggalkan untuk mencari bantuan, sementara makin lama m akin tak keruan ia m engigau, sam pai-sam pai akhirnya ia tak m em perbolehkan aku m endekatinya. Ia berkata bila aku m em beri tanda pada rakitnya m aka aku akan dibunuhnya. Banyak lagi om ongannya yang kegila-gilaan seperti itu, dan aku sam a sekali tak bisa berbuat apa-apa padanya. Maka aku berkata, bahwa aku akan m encari bantuan, apa pun yang akan terjadi. Begitu selesai aku berkata, negro ini merangkak masuk, menawarkan bantuannya. Dan ia betul-betul m em bantuku dengan sangat baik. Tentu saja aku segera tahu pasti bahwa dialah negro yang
Petualangan Huckleberry Finn 373 m elarikan diri itu. Dan betapa terjepitnya keadaanku! Sepanjang m alam dan siang! Betul-betul terjepit! Aku m asih punya pasien lain, yang harus kulihat saat itu juga. Bila aku pergi, pasti negro pelarian itu akan lenyap dan aku akan disalahkan orang. Tapi tak sebuah perahu pun terlihat lewat cukup dekat hingga bisa kupanggil. Begitulah keadaanku sam pai pagi ini. Selam a itu tak pernah kulihat seorang juru rawat yang sebaik dan sepatuh negro ini, walaupun untuk itu ia m em pertaruhkan kebebasannya. Dia juga am at lelah, nyata sekali ia baru saja bekerja keras. Aku suka pada negro itu karena alasan-alasan tadi. Tuan-tuan, seorang negro seperti dia berharga paling rendah seribu dolar, ditambah perawatan yang baik juga. Kebutuhanku waktu itu cukup, anak itu juga berangsur baik, nanti bila ia mendapat perawatan di rum ah, lebih baik lagi m ungkin. Karena keadaan yang sunyi aku terpaksa gelisah, sebab tanggunganku jadi berganda, menjaga si anak dan m enjaga si negro. Baru pada pagi ini ada sebuah perahu lewat, dan untung sekali negro itu sedang tidur terduduk karena lelahnya. Diam -diam ia kuikat, m udah saja. Dan karena si anak sedang tidur pula, dayung kubebat dengan kain agar tak bersuara sem entara perahu m enarik rakitnya. Waktu terbangun, negro ini sam a sekali tak m elawan atau berkata sepatah pun. Ia negro yang baik, Tuan-tuan, itulah pendapatku.” Seseorang m enyahut, “Kedengarannya bagus sekali, dokter, aku percaya.” Orang-orang lainnya juga m em perlunak sikap m ereka. Betapa berterim a kasih aku pada dokter itu, sudah sejak sem ula kuduga bahwa ia baik hati. Orang-orang itu semua sepakat bahwa J im sedikit banyak telah berjasa, dan wajib m enjadapat sedikit keringanan. Saat itu pula semua orang berjanji tidak akan memaki-maki J im lagi. Orang-orang itu pergi setelah mengunci pintu bilik J im. Alangkah baiknya bila untuk kebaikan hati J im itu ia tidak hanya
374 Mark Twain m endapat keringanan seperti yang diucapkan orang-orang tadi, tapi sam pai juga pada pelepasan rantai-rantai yang berat dan pem berian m akanan yang tidak hanya terdiri dari roti dan air, tapi juga daging dan sayur. Tapi kukira tidaklah baik bila aku ikut cam pur. Lagi pula aku juga lupa untuk m engatakan bahwa Sid tertembak waktu aku dan Sid berperahu mengejar negro pelarian. Aku cukup punya banyak waktu. Bibi Sally ham pir tak pernah keluar dari kamar Tom, sedang setiap kali aku melihat Pam an Silas terhuyung-huyung keluar dari kam ar itu aku selalu m en gh in d a r . Pagi harinya kudengar keadaan Tom bertam bah baik. Bibi Sally telah m eninggalkan kam ar itu untuk tidur. Aku m enyelinap ke kamar Tom, dan bila ia bangun kami berdua akan merencanakan suatu dongeng yang cukup m asuk akal. Tapi ternyata ia tidur, tidur nyenyak. Wajahnya pucat, tak m erah m em bara seperti pada waktu ia tiba. Aku duduk di dekat tem pat tidur, m enunggu ia bangun. Kira-kira setengah jam kem udian Bibi Sally m enyelinap m asuk. Aku tersudut! Tapi ia tak berkata apa-apa, m em beri isyarat agar aku tak ribut, lalu duduk di sam pingku. Ia berbisik m en gatakan bahwa kin i hatin ya ten an g lagi. Keadaan Tom berangsur baik. Ia tidur sangat tenang dan lam a; Bibi berani bertaruh sepuluh lawan satu bila nanti Tom bangun, pikirannya akan kembali waras seperti biasa. Begitulah, kam i berdua diam -diam m enunggu, dan akhirnya Tom bergerak sedikit, membuka mata, melihat berkeliling dan berseru, “Halo! Astaga, aku di rum ah! Apa yang terjadi? Di m ana rakit kita?” “Beres,” sahutku. “Dan J im ?” “Begitu juga,” kataku, tak berani terlalu jelas. Tapi Tom tak m em perhatikan suaraku, m alah berkata, “Bagus! Hebat! Kini sem ua beres dan kita selam at! Sudah kau katakan pada Bibi?”
Petualangan Huckleberry Finn 375 Aku akan berkata ‘ya’, tapi Bibi m enyela, “Tentang apa, Sid?” “Tentang bagaim ana sem ua itu kam i laksanakan.” “Sem ua apa?” “Wah, ya sem uanya. Hanya ada satu hal yang paling luar biasa akhir-akhir ini, yaitu bagaim ana kam i m em bebaskan budak pelarian itu, kam i yang m em bebaskan, aku dan Tom .” “Astaga! Mem bebaskan budak. Apa yang kau bicarakan, Nak, pasti kau bingung lagi, pasti kau m engigau lagi!” “Tidak! Aku tahu apa yang kukatakan! Kam i betul-betul telah m em bebaskan negro itu. Aku dan Tom . Kam i yang m erancangkan segala siasat, kam i yang m engerjakan siasat-siasat itu. Dan betapa bagusnya rencana-rencana tersebut!” Tom tak bisa dihentikan lagi, ceritanya m eluncur tak terputuskan dari m ulutnya. Bibi Sally mendengarkan terus dengan penuh perhatian, dan kupikir lebih baik bila aku tak coba-coba ikut bercerita. “Minta am pun Bibi, berat sekali kerja yang kam i lakukan. Berm inggu-m inggu. Berjam - jam tiap m alam , waktu seisi rum ah tidur sem ua. Kam i juga harus mencuri lilin, sprei, baju bibi, sendok, piring seng, pisau roti, baskom pem anas, batu gerinda, dan m asih banyak lagi. Bibi tak akan tahu bagaim ana beratnya m em buat gergaji, pena, tulisan di batu gerinda itu, dan lain-lainnya, dan juga Bibi tak akan bisa memperkirakan betapa kami sangat gembira mengerjakan semua itu. Kam i juga yang m em buat gam bar peti m ati dan lainnya, juga surat-surat kaleng itu. Kam i harus naik turun lewat penangkal petir, membuat terowongan di bawah pondok J im dengan jalan m em asukkannya dalam sebuah kue, kam i kirim kan sendok dan barang-barang kecil dengan jalan m em asukkannya ke dalam saku celem ek Bibi....” “Ya am pun!” “...dan kam i penuhi pondok itu dengan tikus, ular dan bin atan g-bin atan g lain n ya un tuk m en em an i J im . Kem udian Bibi m enahan Tom di sini dengan m entega di bawah topinya
376 Mark Twain hingga hampir-hampir saja semua rencana kami gagal, sebab orang-orang telah datang sebelum kami semua keluar dari dalam pondok. Kam i terpaksa bergerak cepat, hingga m ereka bisa m endengar dan m enem bak serta m engejar kam i. Aku tertem bak. Kam i bersem bunyi di pinggir jalan, sam pai para pengejar itu lewat. Ketika anjing-anjing m endatangi kam i, m ereka tak tertarik, m alah m engejar kelom pok orang-orang yang sangat ribut itu. Kam i berhasil m asuk ke perahu, dan selam at m encapai rakit. J im kini bebas, dan sem ua ini kam i kerjakan sendiri! Bukankah sangat luar biasa, Bibi!” “Belum pernah aku m endengar hal sem acam ini seum ur hidupku! J adi sem ua ini gara-gara kau! Bajingan cilik! Sem ua ketegangan dalam rum ah ini, penyebab kegilaan sem ua orang, yang m enakut-nakuti kam i hingga ham pir m ati, sem ua ini kau! Kalau kuturuti hatiku, kukuliti kau sekarang juga! Hh, dan setiap malam aku di sini... oh, cepatlah sembuh, bangsat cilik, agar kau bisa tahu rasa nanti!” Tapi Tom begitu bangga dan gembira hingga ia sama sekali tak m em perhatikan Bibi Sally, terus saja ia m engoceh, sam bil sekali-sekali Bibi Sally m enyela, dan m enyeburkan api kem arahannya, kadang-kadang m ereka berdua sam a-sam a berbicara, ributnya m engalahkan suatu rapat para kucing. Dan akhirnya Bibi Sally berkata, “Baiklah, baiklah, kini kau bisa menikmati kegembiraanmu, tapi awas kalau kau berani sekali lagi mengusik-usik dia lagi....” “Mengusik siapa?” Tom m em utuskan ceritanya, senyum nya segera lenyap, digantikan rasa heran. “Siapa lagi kalau bukan negro pelarian itu? Kau kira siapa?” “Tom ,” Tom berpaling dan m em andangku dengan pandang tajam , “bukankah katam u tadi J im selam at? Apakah ia tertangkap lagi?” “Dia?” tanya Bibi Sally. “Negro yang lari itu? Pasti, tak usah khawatir, ia telah tertangkap lagi, ditahan lagi di dalam pondok,
Petualangan Huckleberry Finn 377 hanya diberi m akan roti dan air, diikat dengan rantai besar sam pai tuannya datang atau ia terjual di pelelangan.” Tom bangkit, berdiri tegak di tem pat tidur, m atanya bagaikan berapi, cuping hidungnya kem bang kem pis, berkata keras padaku, “Mereka tak punya hak untuk m enawannya! Cepat! J angan buang waktu lagi! Lepaskan dia! Dia bukan budak, dia bebas, sebebas setiap m akhluk yang berjalan di atas bum i ini!” “Apa yang kau m aksud, Nak?” “Setiap kataku bukanlah isapan jem pol, Bibi Sally! Bila tak ada yang berangkat untuk m em bebaskan J im , aku yang akan pergi. Aku m engenalnya sejak aku kecil, begitu juga Tom ini. Nona Watson m eninggal dua bulan yang lalu, dia begitu m alu karena punya m aksud untuk m enjual J im ke daerah Selatan, hal ini dikatakannya sendiri, dan dalam surat wasiatnya disebutkan bahwa J im dinyatakan bebas dari perbudakan.” “Lalu untuk apa kau ingin m em bebaskannya lagi, kalau kau tahu bahwa dia sudah bebas?” “Itulah soalnya, tapi m em ang akan begitulah pertanyaan dari seorang wanita. Wah, Bibi, Bibi tak tahu bagaim ana hausnya aku akan petualangan, rasanya m au aku m enyeberangi danau darah asal saja.... Astaga, Bibi Polly!” Benar-benar Bibi Polly! Muncul berdiri di pintu, m anis dan tersenyum bahagia bagaikan patung m alaikat yang terbuat dari kue. Bibi Polly! Bibi Sally m elom pat, m em eluk saudaranya itu. Mem eluknya erat-erat hingga kukira copotlah kepala Bibi Polly. Tak lupa air mata mulai membanjir. Dan sementara mereka sibuk, aku m endapat waktu cukup untuk bersem bunyi di bawah tem pat tidur, sebab kukira ini keadaan akan sangat gawat bagi kami. Aku m engintai ke luar, kulihat Bibi Polly m elepaskan diri dari pelukan saudaranya, m em andang tajam pada Tom lewat atas kacam atanya, pandang tajam seakan hendak m enghancurkan
378 Mark Twain Tom . Baru kem udian ia berkata, “Ya, ya, kukira lebih baik bila kau palingkan kepalamu, Tom, memang lebih baik begitu.” “Oh, astaga!” seru Bibi Sally, “apakah wajahnya begitu berubah? Ia bukan Tom, ia Sid. Tom... Tom... wah, di mana Tom tadi? Baru saja ia ada di sini.” “Kau m aksud di m ana Huck Finn, itulah yang kau m aksud. Rasanya setelah sekian lam a m em besarkan seorang bangsat cilik seperti Tom ini tak akan bisa aku lupa padanya, aneh sekali bila itu terjadi. Keluar dari bawah tem pat tidur, Huck Finn!” Aku keluar. Tapi tanpa tenaga rasanya. Bibi Sally m erupakan orang yang paling bingung di dunia ini waktu itu, kecuali Paman Silas, tentu. Paman Silas jadi seperti orang m abuk waktu sem uanya diterangkan padanya. Dan sepanjang hari tak tahu ia apa yang diperbuatnya; m alam harinya waktu diadakan pertemuan doa, ia berkhotbah sedemikian m em bingungkan sehingga kewarasan otaknya diragukan orang, bahkan orang yang tertua sekalipun tak bisa m engerti isi doa itu. Bibi Polly m enceritakan apa dan siapa aku ini sebenarnya. Kem udian ganti aku bercerita, bagaim ana sam pai aku berada dalam keadaan yang sangat terjepit hingga waktu Nyonya Phelps, Bibi Sally, m enyela, berkata, “Oh, kau boleh terus m em anggilku Bibi Sally, aku telah terbiasa kini, dan tak perlu diubah lagi,” sehingga waktu Bibi Sally m enyangkaku Tom Sawyer, aku terpaksa tak menolak, tak ada jalan lain kecuali menerima saja anggapan itu, lagi pula aku tahu Tom tak akan m enyalahkanku. Sebab aku tahu ia am at suka pada hal-hal yang rum it dan penuh rahasia, dan pasti ia akan m em buatnya suatu petualangan untuk m em uaskan hatinya. Dugaanku betul, ia datang dan m engaku sebagai Sid untuk m em peringan tanggung jawab yang harus kupikul. Bibi Polly m em benarkan kata-kata Tom tentang isi wasiat Nyonya Watson yang m em bebaskan J im selam a-lam anya dari
Petualangan Huckleberry Finn 379 perbudakan. J adi benarlah, Tom telah bersusah payah m em eras tenaga dan pikiran untuk m em bebaskan seorang negro yang sebenarnya sudah bebas! Makanya walaupun kubujuk-bujuk dulu tetap saja ia berkinginan membebaskan J im tanpa takut nanti nam anya dan nam a keluarganya runtuh di m ata orang banyak. Bibi Polly berkata, waktu Bibi Sally berkirim surat bahwa Tom dan Sid telah tiba dengan selam at, ia berkata pada dirinya sendiri, “Lihatlah! Seharusnya telah kuduga sejak sem ula, ku- lepaskan anak itu pergi jauh seorang diri, dan entah apa yang sedang diperbuatnya kini di tem pat yang jauh itu. Terpaksa aku m engadakan perjalanan sebelas ratus m il, hanya untuk mengetahui bangsat cilik itu kini sedang berbuat apa, sebab kau tak pernah menjawab surat-suratku.” “Tapi, aku tak pernah m enerim a surat darim u,” sela Bibi Sally. “Ah, m asa! Dua kali aku berkirim surat, m enanyakan apa yang kau m aksudkan dengan m engatakan bahwa Sid ada di sini.” “Surat-surat itu tak pernah kuterim a.” Bibi Polly perlahan m em alingkan kepalanya, m em andang tajam pada Tom dan m em bentak, “Kau, Tom !” “Ada apa?” tanya Tom terputus-putus. “J angan bertanya ada apa, kau anak kurang ajar, berikan surat-surat itu!” “Surat-surat m ana, Bibi?” “Surat-suratku! Bila tidak kau akan ku....” “Ada di koperku! Nah, jangan gusar lagi. Surat-surat itu belum kubuka, m asih seperti waktu kudapat dari kantor pos. Aku tahu surat-surat itu akan membuat keadaan kami makin panas, jadi bila saja Bibi tak tergesa-gesa datang aku akan....” “Kau betul-betul harus kukuliti hidup-hidup! aku juga berkirim surat mengatakan bahwa aku akan datang, mungkin ia juga yang....”
380 Mark Twain “Tidak, surat terakhirm u itu datang kem arin, aku belum m em bacanya, tapi sudah kuterim a.” Aku berani bertaruh dua dolar, pasti Bibi Sally tak tahu di mana surat itu kini. Tapi kukira lebih baik bila aku diam saja.
TAK ADA LAGI YANG HARUS DITULIS SAAT AKU sem pat berdua dengan Tom , kutanyakan padanya tentang m aksud sebenarnya dengan ‘waktu penghiburan’, apa m aksudnya, dan apa yang akan kam i perbuat andaikan rencana- nya itu berhasil dengan sem purna, dan ia berhasil m em bebaskan J im , kam i bertiga akan berhanyut dengan rakit sam pai ke m uara sungai, bertualang terus di sepanjang perjalanan. Bila kam i telah m encapai m ulut sungai, akan diberitahukannya pada J im bahwa sebenarnya sejak sem ula ia telah bebas, kem udian akan dibawanya J im dengan naik kapal uap di kelas satu pulang ke St. Petersburg, serta akan diberinya J im uang sebagai pengganti waktunya yang hilang karena petualangan kam i. Sebelum nya Tom akan menulis surat ke rumah, hingga kedatangan J im akan disambut meriah oleh orang-orang negro di kota itu, dengan arak-arakan obor dan orkes tiup, pastilah dengan begitu J im akan m encapai gelar ‘pahlawan’, begitu juga kam i. Tapi kukira lebih baik bila akhir kejadian itu seperti yang telah terjadi saja.
382 Mark Twain Tak membuang waktu lagi J im dibebaskan dari segala rantainya. Dan waktu Bibi Polly, Pam an Silas, dan Bibi Sally m engetahui betapa baiknya J im m em bantu dokter m erawat Tom , m ereka sangat m em anjakan negro itu. Segala yang diperlukan J im diberi, m akan ia boleh sebanyak-banyaknya dan sekehendak seleranya, serta tak diperbolehkan J im bekerja sedikit pun. J im boleh pula m enunggu Tom di kam arnya, dan bertiga kam i berbicara panjang lebar. Tom memberi J im uang empat puluh dolar, untuk kesudiannya m enjadi tawanan kam i dengan penuh sabar dan m engerjalan segala apa yang kam i kehendaki. Uang itu m em buat J im ham pir m ati kegirangan, katanya, “Nah, Huck, apa kataku, kau ingat waktu kita di Pulau J ackson, dan kukatakan bahwa karena dadaku berbulu lebat aku akan kaya, entah kapan? Dan benar sekali, ini buktinya. Aku katakan padam u bahwa aku pernah kaya, dan akan kaya lagi, dan ini buktinya. Kini jangan bantah lagi aku m enerangkan tanda-tanda ajaib yang bisa m eram alkan nasib kita, sebab aku yakin pertanda-pertanda itu benar, buktinya ini, Huck!” Tom punya rencana baru, ia m engajak aku dan J im m engem bara ke daerah Indian, m enyelinap lari dari rum ah Paman, mengumpulkan perbekalan, kemudian bertualang di antara orang-orang Indian untuk selam a dua atau tiga m inggu. Aku setuju saja, tetapi aku katakan aku tak punya uang untuk m em beli perbekalan, dan kukira uangku di rumah telah dihabiskan oleh Bapak, setelah diam bilnya dari Hakim Thatcher dihabiskannya untuk mabuk-mabuk. “Tidak,” kata Tom . “Uangm u m asih ada, enam ribu dolar dan banyak lagi lebihnya. Bapakm u tak pernah m uncul kem bali. Setidak-tidaknya waktu aku berangkat kem ari, belum ada berita tentang dia.” “Ia tak akan kem bali lagi, Huck,” kata J im penuh arti. “Kenapa, J im ?” tanyaku.
Petualangan Huckleberry Finn 383 “J angan tanya kenapa, Huck, tapi ia tak akan kem bali lagi.” Kudesak terus dia hingga akhirnya ia berkata, “Kau ingat rum ah yang hanyut waktu kita berada di Pulau J ackson dulu? Kau ingat di rum ah itu ada orang m ati, tertutup selim ut, aku masuk mendahuluimu untuk melihat siapa dia, dan kemudian tak kuperkenankan kau m elihatnya? Nah, kini kau boleh yakin bahwa uangmu masih tetap seperti dulu, sebab orang mati itu adalah bapakmu.” Tom kini sudah ham pir sem buh. Peluru yang m engenai betisnya kini digantungkannya di leher pada rantai arlojinya. H abis sudah, tak ada lagi yang harus kutulis, dan ini m em buatku gem bira, sebab ternyata kini bahwa m em buat buku itu suatu pekerjaan yang am at sulit. Kalau dari dulu aku tahu, aku tak akan m enulis lagi. O, ya, agaknya aku akan terpaksa lari m eninggalkan daerah ini lebih dulu dari Tom atau J im , sebab Bibi Sally telah m enyatakan m aksudnya untuk m engam bilku sebagai anak dan m endidikku jadi orang beradab. Rasanya aku tak akan tahan bila keinginan Bibi Sally terpenuhi. Aku pernah m engalam i hal yang sam a dengan Nyonya J anda Douglas.
marK TWaIn PeTUaLanGan hUCKLeBerrY FInn Karya klasik Amerika karangan Mark Twain ini merupakan sekuel buku Petualangan Tom Sawyer. Huckleberry Finn si gelandangan diangkat anak oleh Nyonya Janda dan dididik menjadi orang terhormat. Tapi Huck idak betah dengan segala tata krama yang dianggapnya terlalu kaku. Ditambah dengan kedatangan kembali ayahnya yang pemabuk, Huck memutuskan untuk kabur. Dimulailah petualangan Huck bersama Jim, seorang budak negro yang juga sedang melarikan diri. Mereka berlayar menyusuri Sungai Mississippi, bertemu dengan orang-orang baru, dan berkali-kali lolos dari maut. SASTRA KPG: 59 16 01203 KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA) Gedung Kompas Gramedia, Blok 1 Lt. 3, Jl. Palmerah Barat 29-37,Jakarta 10270 Telp. 021-53650110, 53650111 ext. 3359; Fax. 53698044, www.penerbitkpg.com KepustakaanPopulerGramedia; @penerbitkpg; penerbitkpg
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334
- 335
- 336
- 337
- 338
- 339
- 340
- 341
- 342
- 343
- 344
- 345
- 346
- 347
- 348
- 349
- 350
- 351
- 352
- 353
- 354
- 355
- 356
- 357
- 358
- 359
- 360
- 361
- 362
- 363
- 364
- 365
- 366
- 367
- 368
- 369
- 370
- 371
- 372
- 373
- 374
- 375
- 376
- 377
- 378
- 379
- 380
- 381
- 382
- 383
- 384
- 385
- 386
- 387
- 388
- 389
- 390
- 391
- 392
- 393
- 394
- 395
- 396