Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Petualangan Huckleberry Finn

Petualangan Huckleberry Finn

Published by Digital Library, 2021-01-28 01:37:56

Description: Petualangan Huckleberry Finn oleh Mark Twain

Keywords: Mark Twain,Sastra,Sastra Dunia

Search

Read the Text Version

Penerjemah DJOKOLELONO PeTUaLanGan hUCKLeBerrY FInn



PeTUaLanGan hUCKLeBerrY FInn

Undang-Undang Republik Indonesia Nom or 28 Tahun 20 14 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 1 Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang tim bul secara otom atis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujud- kan dalam bentuk nyata tanpa m engurangi pem batasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan Pidana Pasal 113 (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak m elakukan pelanggaran hak ekonom i sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Kom ersial dipidana dengan pidana penjara paling lam a 1 (satu) tahun dan/ atau pidana denda pal- ing banyak Rp10 0 .0 0 0 .0 0 0 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/ atau tanpa izin Pencipta atau pem egang Hak Cipta m elakukan pelanggaran hak ekonom i Pencipta sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Peng- gunaan Secara Kom ersial dipidana dengan pidana penjara paling lam a 3 (tiga) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp50 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/ atau tanpa izin Pencipta atau pem egang Hak Cipta m elakukan pelanggaran hak ekonom i Pencipta sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggu- naan Secara Kom ersial dipidana dengan pidana penjara paling lam a 4 (em pat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp1.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 (satu m iliar rupiah). (4) Setiap Orang yang m em enuhi unsur sebagaim ana dim aksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pem bajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lam a 10 (sepuluh) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp4.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 (em pat miliar rupiah).

PeTUaLanGan hUCKLeBerrY FInn PENERJEMAH DJOKOLELONO

Petualangan Huckleberry Finn Mark Twain Judul Asli The Adventure of Huckleberry Finn KPG 59 16 0 120 3 Cetakan pertam a, J uni 20 16 Sebelum nya diterbitkan oleh PT Dunia Pustaka J aya Cetakan Pertam a, 1973 Cetakan Keenam (Edisi Khusus), 20 0 8 Pe n e rje m ah Djokolelon o Perancang Sam pul Teguh Tri Erdyan Deborah Am adis Mawa Pe n atale tak Teguh Tri Erdyan TWAIN, Mark Petualangan Huckleberry Finn J akarta: KPG (Kepustakaan Populer Gram edia), 20 16 vii+383 halam an; 14 cm x 21 cm ISBN 978-60 2-424-0 69-1 Dicetak oleh PT Gramedia, J akarta. Isi di luar tanggung jawab percetakan.

DAFTAR ISI Daftar Isi v Pengum um an v ii Aku Berkenalan dengan Musa dan Para Pengum pul Rum put Purun 1 Sum pah Gerom bolan Kam i 6 Kam i Menyergap Orang-orang “Arab” 15 Nujum an Bola Ram but 21 Bapak Mem ulai Hidup Baru 26 Bapak Bertarung dengan Malaikat Maut 32 Aku Berhasil Mengelabui Bapak dan Melarikan Diri 41 Aku Menolong J im , Budak Nona Watson 49 Rum ah Kem atian Hanyut 63 Pantangan terhadap Kulit Ular 68 Kam i Dikejar 73 J angan Cari Kesulitan 83 Ram pasan Halal dari Kapal Uap Walter Scott 92 Bijaksanakah Sulaim an? 99 Menggoda J im 10 5 Akibat Melanggar Pantangan terhadap Kulit Ular 113

vi Mark Twain 125 137 Aku Tinggal pada Keluarga Grangerford 153 Mengapa Harney Pergi Mengam bil Topinya 164 Sang Pangeran dan Sang Raja Ikut Rakit Kam i 176 Apa yang Dikerjakan Sang Raja di Parkville 18 9 Suatu Kesukaran di Arkansas 197 Mengapa Sherbun Tak J adi Digantung 205 Kenekatan Sang Raja dan Sang Pangeran 214 Sang Raja J adi Pendeta 224 Hujan Air Mata 235 Aku Mencuri Hasil Ram pokan Sang Raja 245 Mayat Peter Menyim pan Uangnya Kem bali 258 Dusta Tak Menguntungkan 270 Aku Menghindari Badai 275 Em as Menolong Kedua Penipu 286 Dusta Tak Dapat Didoakan 294 Aku Mendapat Nam a Baru 303 Riwayat Sang Raja dan Sang Pangeran Berakhir Sedih 310 Kam i Menghibur Hati J im 319 Rencana Gelap dan Rumit 327 Mencoba Menolong J im 336 J im Mendapat Kue Hantu 345 Di Sini Hati Seorang Tawanan Pecah 353 Tom Menulis Surat Kaleng 361 Kekalutan dan Rencana yang Sangat Berhasil 370 Pastilah Dibantu Para Hantu 381 Mengapa J im Tak J adi Digantung Tak Ada Lagi yang Harus Ditulis

PENGUMUMAN BARANG SIAPAm encoba m enem ukan suatu m aksud tersem bunyi dalam karangan ini akan dituntut di muka hakim; barang siapa mencoba memahami inti sari karangan ini akan dihukum buang; barang siapa memahami jalan cerita karangan ini akan ditembak m a t i. ATAS PERINTAH PENGARANG, ATAS NAMA GUBERNUR J ENDERAL. Ter t a n d a , Panglim a Daerah Militer



AKU BERKENALAN DENGAN MUSA DAN PARA PENGUMPUL RUMPUT PURUN KALIAN TAK akan kenal padaku tanpa terlebih dahulu m em baca sebuah buku berjudul Petualangan Tom Saw y er. Tapi tak apalah. Buku itu ditulis oleh Tuan Mark Twain, kebanyakan tentang peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi, walaupun di sana- sini terdapat pula beberapa hal yang dilebih-lebihkannya. Itu tidak apa-apa. Tak pernah kukenal seseorang yang sam a sekali tak pernah berdusta, kecuali Bibi Polly, atau Nyonya J anda, atau m ungkin juga Mary. Bibi Polly—Bibi Polly-nya Tom —dan Mary serta Nyonya J anda Douglas sem uanya diceritakan dalam buku itu, sebuah buku kisah nyata dengan beberapa bualan seperti yang kukatakan. Buku tersebut berakhir sebagai berikut: Tom dan aku m e- nem ukan uang yang disem bunyikan oleh para peram pok di dalam gua. Uang itu m em buat kam i kaya, kam i m asing-m asing m endapat enam ribu dolar m ata uang em as. Betapa luar biasanya

2 Mark Twain uang sejumlah itu tertumpuk di atas meja. Nah, Hakim Thatcher m en yim pan kan uan g itu di ban k, den gan berbun ga. Kam i mendapat sedolar masing-masing tiap hari sepanjang tahun, jum lah yang cukup m em buat bingung untuk m em belanjakannya waktu itu. Nyonya J anda m engam bilku sebagai anaknya dan berjanji untuk mendidikku menjadi orang baik-baik. Tapi bagiku sungguh tak m enyenangkan tinggal di rum ahnya, dengan peraturan tata cara yang ketat dan m engesalkan. Akhirnya aku tak betah lagi, suatu hari aku m elarikan diri dari rum ah Nyonya J anda, kembali memakai pakaian compang-camping dan tidur di tong-tong kosong, kembali merasa bebas dan bahagia. Tapi Tom Sawyer m encari dan m enem ukanku. Katanya ia akan m endirikan suatu gerom bolan peram pok dan aku bisa m enjadi anggotanya hanya bila aku kem bali ke Nyonya J anda dan m enjadi orang baik- baik. Tak ada jalan lain, terpaksa aku kembali. Betapa Nyonya J anda m enangisiku, m enyebutku sebagai dom ba yang hilang serta banyak lagi sebutan lain untuk m e- nyatakan rasa sayangnya padaku. Ia m enyuruhku m em akai baju-baju baruku lagi, dan terpaksa aku hanya bisa berkeringat sementara seluruh tubuhku terasa kaku-kaku. Nah, mulailah sem uanya berjalan seperti sem ula. Nyonya J anda m em bunyikan sebuah lonceng tanda makan malam dimulai dan kita harus datang ke m eja m akan tepat pada waktunya. Sesam painya di m eja m akan kita tak bisa segera m enyerbu m akanan yang telah terhidang, nam un harus m enunggu dulu sam pai Nyonya J anda selesai menundukkan kepala serta bersungut-sungut sedikit di atas m akanan-m akanan itu. Tak tahu aku apa yang kurang kecuali bahwa makanan-makanan itu seakan-akan menjadi masak dan terhidang dengan sendirinya. Datang sebagai bahan m entah berbagai ragam macam bumbu, dan beres sudah, terhidang sebagai m akanan yang lezat. Selesai m akan m alam , Nyonya J anda m engeluarkan bukunya, membacakan tentang Musa dan para Pengumpul Rumput Purun

Petualangan Huckleberry Finn 3 padaku. Musa sangat menarik hatiku, penuh perhatian aku m endengarkan cerita tentangnya, nam un akhirnya Nyonya J anda memberi tahu bahwa Musa itu sudah mati lama sekali. Hilanglah perhatianku, karena aku sam a sekali tak peduli pada orang yang telah lama tiada. Segera setelah itu aku merasa ingin sekali merokok, kukatakan hal itu pada Nyonya J anda. Nyonya J anda tak m engizinkanku m erokok. Katanya m erokok adalah kebiasaan m anusia. Sesuatu yang m ereka tak tahu faedahnya dianggap sangat buruk. Nyonya J anda ini telah m eributkan soal Musa yang sam a sekali bukan sanak keluarganya dan tak ada gunanya untuk diperbincangkan lagi karena telah lam a m eninggal, yang sam a sekali tak berfaedah bagiku untuk kupelajari. Sedangkan m erokok yang sangat ber- faedah bagiku dilarangnya. Ia tak m enyalahkan kebiasaan m engisap tem bakau cium , sebab ia sendiri m em punyai kebiasaan itu. Saudara Nyonya J anda, Nona Watson, seorang perawan tua yang am at kurus dan berkacam ata, kini tinggal bersam anya. Dan ia selalu m enyiksaku dengan pelajaran m em baca dan m engeja. Sejam aku harus m enderita sebelum Nyonya J anda m enyuruhnya m em beriku sedikit kelonggaran. Aku betul-betul tak tahan. Sejam lam anya sangat m em bosankan, aku jadi gelisah. Nona Watson segera m enegurku, “J angan taruh kakim u di situ, Huckleberry!” dan “J an gan duduk m em bun gkuk seperti itu, H uckleberry, duduklah tegak-tegak!” tak lam a kem udian, “J angan m enguap dan m enggeliat seperti itu, Huckleberry, m engapa kau tak m au m encoba untuk bersikap sopan santun?” Kem udian ia bercerita tentang neraka, dan aku berkata betapa senangnya bila aku berada di tempat itu. Nona Watson jadi amat marah mendengar itu, walaupun sesungguhnya aku hanya bergurau. Aku hanya ingin pergi, tak peduli ke mana asal bisa lepas dari cengkeraman Nona Watson, itulah keinginanku sebenarnya. Betapapun Nona

4 Mark Twain Watson berkata bahwa aku jahat karena m engatakan yang tadi, dan ia sendiri tak akan sudi mengatakan kalimat itu walaupun diupah berapa saja, ia akan hidup dengan jalan baik hingga ia bisa pergi ke surga. Aku tahu, aku tak akan punya kesem patan untuk pergi ke surga, jadi aku tak m au bersusah payah m encobanya. Tentu saja itu tak kukatakan pada Nona Watson, bisa berabe n a n t i. Agaknya karena aku terdiam , Nona Watson m engira aku sangat m em perhatikan kata-katanya. Ia m ulai m enceritakan secara panjang lebar tentang surga padaku. Dikatakannya bahwa di tem pat itu tak ada yang harus dikerjakan kecuali m ondar- m andir m em etik kecapi dan m enyanyi sepanjang hari untuk selam a-lam anya. Ini m alah m em buatku sam a sekali tak tertarik untuk pergi ke surga, tapi tak kuucapkan. Aku bertanya apakah kira-kira Tom Sawyer bisa m asuk Surga. Nona Watson berkata hal itu takkan m ungkin terjadi. Aku gem bira karenanya, aku ingin agar Tom dan aku selalu bersama-sama. Masih lam a lagi Nona Watson m enyiksaku dengan pelajaran- nya, sam pai tiba saatnya untuk m engum pulkan seluruh budak negro di rumah itu untuk berdoa bersama-sama dan kemudian semua orang diharuskan pergi tidur. Aku naik ke kam arku dengan m em bawa sebatang lilin. Kutaruh lilin itu di m eja, kem udian aku duduk di kursi dekat jendela, m encoba m em ikirkan sesuatu yang m enggem birakan hatiku, tapi tak berhasil. Aku begitu m erasa kesepian, hingga kupikir lebih baik bila aku m ati saja. Bintang-bintang gem erlapan, daun-daun di hutan berdesau-desau m enyedihkan. Di kejauhan seekor burung hantu m enyanyikan tentang seseorang yang telah m ati. Seekor burung m alam lainnya serta seekor anjing m enye- rukan tentang seseorang yang akan m eninggal. Angin m encoba m enceritakan sesuatu padaku, sesuatu yang sam a sekali tak bisa kupahami hingga seluruh tubuhku gemetar. J auh di dalam hutan

Petualangan Huckleberry Finn 5 terdengar suara hantu yang ingin m enyatakan sesuatu, tapi sadar bahwa pernyataannya itu tak akan bisa dim engerti oleh m anusia, hingga ia menjadi gelisah dalam kubur dan terpaksa tiap malam mengeluh sedih. Semua suara itu membuat takut dan ngeri, dan alangkah senangnya bila waktu itu aku berkawan. Seekor laba-laba m eram bati bahuku. Kujentik laba-laba itu hingga terlem par ke api lilin. Sebelum aku bisa berbuat apa-apa, binatang itu telah mati hangus. Astaga, suatu alam at yang am at buruk! Takutku m enjadi- jadi. Kukibaskan bajuku. Kuberjalan berputar-putar tiga kali dan tiap kali kubuat tanda silang di dadaku. Kem udian kuikat sedikit rambutku dengan benang untuk mengusir roh jahat. Namun aku tak m erasa yakin. Itu penolak bala bila kita kehilangan sepatu kuda yang kita dapatkan di jalan dan seharusnya kita pakukan di atas pintu. Tak pernah kudengar digunakan untuk mencegah m ara bahaya yang disebabkan oleh m em bunuh seekor laba-laba. Aku duduk lagi. Gem etar seluruh tubuhku. Kukeluarkan pipaku. Kini rum ah telah sunyi senyap, jadi Nyonya J anda tak akan tahu bila aku m erokok. Lam a sekali kem udian kudengar lonceng di kota berbunyi teng-teng-teng dua belas kali. Setelah itu sunyi lagi, lebih sunyi dari tadi. Tapi segera juga kudengar suara dahan patah di kegelapan. Di antara semak-semak sesuatu sedang bergerak. Aku m enahan napas, m endengarkannya. Ketika itu juga terdengar sebuah suara, perlahan sekali, “Meeeowww! Meeeowww!” di bawah san a. Bagus sekali! Aku m en jawab, “Meeeowww! Meeeow!” selem but aku bisa. Kum atikan lilin, aku naik ke luar jendela, merangkak di atas atap menuju gudang kayu dan dari sana m eluncur ke tanah. Aku m erangkak ke dalam sem ak-sem ak. Tepat dugaanku, di sana kudapati Tom Sawyer sedang menunggu.

SUMPAH GEROMBOLAN KAMI KAMI BERJ INGKAT di sepan jan g jalan an tara pepohon an ke arah ujung kebun Nyonya J anda, terpaksa m em bungkuk- bungkuk agar kepala kami tak tertampar oleh dahan-dahan. Ketika kam i m elewati dapur, aku terjegal sebatang akar dan jatuh hingga m enim bulkan suara ribut. Cepat-cepat kam i m erangkak bersem bunyi dan m enahan napas. Budak negro Nona Watson yang bernam a J im dan bertubuh besar itu sedang duduk di pintu dapur. Kam i bisa m elihatnya dengan jelas sebab ia duduk m em belakangi lam pu. J im bangkit m engulurkan kepalanya dan m em asang telinga sesaat, kem udian berseru, “Siapa itu?” Ia mendengarkan sekali lagi, kemudian berjingkat mendekat, berdiri tepat di antara aku dan Tom sehingga bila aku mau, aku bisa m enyentuhnya. Lam a sekali rasanya waktu berlalu dan tak seorang pun di antara kam i bertiga yang bergerak. Pergelangan kakiku terasa gatal. Tapi aku tak berani m enggaruknya. Kupingku pun menjadi gatal pula, disusul oleh suatu tempat di antara

Petualangan Huckleberry Finn 7 pundakku. Rasanya akan m am pus aku bila tak segera kugaruk. Memang begitu selalu, bila kita sedang menghadiri upacara penguburan, atau berada di hadapan orang-orang terhormat, atau m encoba untuk tidur padahal tidak m engantuk, pokoknya pada saat-saat keadaan tak m engizinkan kita untuk m enggaruk-garuk, pasti rasa gatal muncul di seribu tempat di tubuh kita. J im berkata, “Katakan, siapa kau? Di m ana kau? Aku yakin aku m endengar sesuatu. Aku tahu apa yang akan kuperbuat. Aku akan duduk di sini dan m endengarkan sam pai suara tadi kudengar lagi!” Betul-betul ia duduk di antara aku dan Tom , bersandar di pohon dan m enjulurkan kakinya jauh-jauh hingga ham pir m enyentuh kakiku. Hidungku m ulai terasa gatal, begitu gatal hingga air m ataku keluar. Kem udian rasa gatal itu m uncul di bawah hidung. Aku tak tahu bagaim ana aku bisa diam tanpa ber- suara. Siksaan berat itu berlangsung kira-kira enam atau tujuh m enit, nam un rasanya bertahun-tahun. Rasa gatal kurasakan kira-kira di sebelas tem pat yang terbesar di tubuhku. Kupikir aku tak akan bisa bertahan semenit lagi, tapi kukertakkan gigiku dan kucoba juga untuk m enahannya. Tepat saat itu terdengar suara napas J im memberat, kemudian ia mendengkur, maka perasa- anku jadi enak lagi. Dengan suara-suara perlahan dari m ulutnya, Tom m em beri isyarat padaku, dan kam i m erangkak m enjauh. Sepuluh kaki dari J im, Tom berkata bahwa ia ingin mempermainkan J im dengan m engikatnya ke pohon. Aku tak setuju, salah-salah J im ter- bangun dan membuat ribut hingga aku akan ketahuan berada di luar rum ah. Kem udian Tom berkata bahwa ia tak m em punyai cukup lilin, ia akan m enyelinap m asuk dapur untuk m engam bil beberapa batan g. Aku m elaran gn ya, aku takut J im ban gun dan m enyusulnya. Tapi Tom berani m enanggung akibatnya, m aka kam i m enyelinap m asuk dan m engam bil tiga batang lilin.

8 Mark Twain Tom meletakkan sekeping mata uang lima sen di meja sebagai pem bayar lilin itu. Kem udian kam i keluar, aku ingin sekali segera pergi menjauh, tapi Tom tidak. Ia merangkak mendekati J im dan entah apa yang diperbuatnya. Agak lam a kutunggu, suasananya amat sepi. Segera setelah Tom kembali, kami melintasi jalan, menge- lilingi pagar kebun dan akhirnya m encapai puncak bukit di balik rumah. Tom berkata bahwa ia mencopot topi J im dan m enggantungkannya di dahan di atas kepala negro itu. J im bergerak sedikit, namun tak terbangun. Setelah kejadian itu, J im berkata bahwa roh-roh jahat telah m enenungnya, m em bawanya berkeliling negeri kem udian m engem balikannya ke bawah pohon tem patnya berbaring. Roh jahat itu m enggantungkan topinya di pohon agar J im tahu siapa yang berbuat. Saat berikutnya J im bercerita bahwa ia dinaiki sampai ke New Orleans, dan setelah itu, tiap kali bercerita, daerahnya m akin lam a m akin luas hingga akhirnya ia berkata bahwa ia dinaiki berkeliling dunia hingga am at letih dan punggungnya lecet-lecet. J im sangat bangga akan ‘pengalam annya’ itu, begitu bangga hingga ia tak m em andang sebelah m ata pada orang negro lainnya. Dari tem pat-tem pat jauh berdatangan orang negro untuk mendengarkan cerita J im, dan J im menjadi amat terkenal. Orang-orang negro selalu bercerita tentang hantu di malam hari, di sekitar api dapur. Tapi bila ada seorang negro sedang bercerita tentang hantu dan kebetulan J im m endengarnya, J im selalu m endekat dan m encibirkan bibir sam bil berkata, “Hm ! Apa yang kalian ketahui tentang hantu?” Dan negro yang sedang berbicara terpaksa tutup m ulut dan m undur. Uang lim a sen yang ditaruh Tom di dapur dianggap sebagai jim at oleh J im , dengan seutas tali dikalungkannya di leher. Katanya uang itu pem berian iblis, diberikan padanya secara langsung. Dengan jim at itu ia bisa m enyem buhkan segala m acam penyakit, dan ia bisa m em anggil sem ua roh jahat kapan saja ia

Petualangan Huckleberry Finn 9 m au, hanya dengan m em bisikkan sesuatu pada uang tersebut. Tapi tak pernah dikatakannya apa yang dibisikkan itu. Orang- orang negro yang datang dari jauh m em beri J im apa saja yang dim intanya, asal m ereka diperbolehkan m elihat uang lim a sen itu. Tapi m ereka sam a sekali tak berani m enyentuhnya. J im betul- betul m enjadi budak yang paling m alas karena pengalam annya melihat iblis dan dinaiki roh-roh jahat. Nah, ketika Tom dan aku sampai ke puncak bukit, kami berhenti untuk m em perhatikan desa kam i di kejauhan. Kam i lihat tiga atau em pat cahaya lam pu berkedip-kedip, m ungkin di rum ah-rum ah yang terdapat orang sakit. Di atas kam i bintang- bintang bersinar terang, dan di bawah desa tampak sungai Mississippi selebar satu mil mengalir dengan tenang dan agung. Kam i m enuruni bukit, dan kam i tem ui J oe Harper dan Ben Rogers, serta dua atau tiga orang anak lainnya, bersem bunyi di bekas tem pat penyam akan kulit. Kam i m elepaskan tam batan sebuah sam pan kecil, kem udian berdayung m enghilir sungai kira- kira dua setengah mil, sampai terdapat sebuah karang curam di bukit, lalu mendarat. Kam i m endekati sebuah sem ak rim bun, Tom m enyuruh semua bersumpah untuk merahasiakan tempat itu. Ia menun- jukkan sebuah gua, tepat di antara sem ak-sem ak yang lebat. Kam i m en yalakan lilin -lilin dan m eran gkak m asuk. Setelah m erangkak dalam terowongan sejauh kita-kira dua ratus yard, sampailah kami di dalam gua. Tom meraba-raba di antara gang- gang yang ada dan kem udian m enerobos m asuk ke dalam sebuah lubang yang tadinya tak tam pak. Kam i m engikutinya lewat celah sem pit hingga sam pai ke suatu tem pat yang m irip kam ar, lem bap dan dingin. Di situlah kam i berhenti. Tom berkata, “Nah, kini kita mulai membentuk gerombolan perampok, kita namakan Gerom bolan Tom Sawyer. Sem ua yang ingin m enjadi anggota harus angkat sum pah dan m enuliskan nam anya dengan darah.”

10 Mark Twain Sem ua setuju. Tom m engeluarkan secarik kertas yang bertuliskan suatu sum pah dan m em bacakannya pada kam i. Sumpah itu mengikat semua anggota untuk tetap setia pada gerom bolan dan sam a sekali tak boleh m em buka rahasia. Bila seseorang m enyakiti salah seorang anggota, setiap anggota lain yang ditunjuk untuk m em balas dendam harus m elakukannya. Adapun pem balasan dendam itu berupa pem bunuhan terhadap orang tadi beserta seluruh keluarganya. Anggota yang ditunjuk tadi tak boleh m akan atau tidur sebelum tugasnya selesai, yaitu m em bunuh serta m em buat luka silang di atas dada korbannya, karena luka silang itu menjadi lambang gerombolan kami. Tak seorang pun di luar keanggotaan Gerom bolan Tom Sawyer di- perbolehkan mempergunakan tanda itu, bila ini dilanggar setelah pelanggaran pertama ia akan dituntut di muka pengadilan dan setelah pelanggaran kedua akan dibunuh. Bila seorang anggota m em buka rahasia gerom bolan, lehernya harus digorok putus, m ayatnya dibakar, dan abunya disebarkan ke segala penjuru; nam anya dihapuskan dari daftar dengan coretan darah, dan nam a itu tak boleh disebutkan lagi oleh anggota gerombolan, karena m erupakan nam a terkutuk dan harus dilupakan selam anya. Sem ua setuju bahwa sum pah itu sangat indah dan bertanya apakah Tom sendiri yang m engarangnya. Kata Tom sebagian karangannya, sebagian lagi diam bilnya dari buku-buku perom pak dan peram pok, dan sem ua gerom bolan tingkat tinggi m em punyai sumpah semacam itu. Beberapa oran g m en gusulkan agar keluarga an ggota gerom bolan yang berkhianat juga dibunuh habis. Tom setuju usul itu dan m enam bahkannya di kertas sum pah. Kem udian Ben Rogers berkata, “Tapi bagaim ana dengan Huck Finn? Ia tak punya keluarga, apa yang kita kerjakan kalau ia berkhianat?” “Hm , bukankah ia m em punyai seorang ayah?” tanya Tom Sa wye r .

Petualangan Huckleberry Finn 11 “Benar, tapi ayahnya tak pernah m uncul lagi akhir-akhir ini. Biasanya ia berbaring-baring m abuk di antara babi-babi di tem pat penyam akan. Tapi sudah setahun lebih ia tak tam pak lagi.” Mereka lama sekali memperbincangkan hal itu, dan hampir saja aku dikeluarkan dari gerombolan karena setiap anggota harus m em punyai sanak keluarga yang harus dibunuh, supaya adil bagi sesam a anggota. Tak ada yang m enem ukan jalan lain lagi. Sem uanya terpaku terdiam . Ham pir saja aku m enangis waktu mendadak aku menemukan suatu jalan: kutawarkan pada mereka Nona Watson untuk dibunuh bila aku berkhianat. Semua m engangguk setuju, “Oh, benar, dia bisa diterim a. Baiklah, Huck boleh menjadi anggota.” Kam i m asin g-m asin g m en usuk jari den gan pen iti agar darah keluar untuk m enandatangani sum pah. Aku pun ikut membubuhkan tanda di kertas itu. “Nah,” kata Ben Rogers setelah upacara penandatanganan sum pah selesai, “apa sebenarnya rencana gerom bolan ini?” “Tidak lain kecuali peram pokan dan pem bunuhan,” jawab Tom . “Tapi siapa yan g akan kita ram pok? Rum ah, tern ak, a t a u ka h —” “Cih! Meram pok ternak dan lainnya itu bukanlah peram pokan nam anya, tapi pencurian kelas kam bing,” kata Tom Sawyer. “Kita bukanlah pencuri kelas kambing, kita perampok kelas utama. Kita adalah penyam un. Kita hadang kereta dan kendaraan- kendaraan di jalan raya dengan m em akai topeng, kita bunuh semua penumpang, kita rampas arloji dan uang mereka.” “Apakah orang-orang itu harus selalu kita bunuh?” “Tentu saja. Itulah jalan terbaik. Beberapa tokoh punya pikiran lain, tapi kebanyakan berpendapat bahwa lebih baik m em bunuh korban—kecuali beberapa orang yang harus kita bawa ke dalam gua ini dan kita tahan sampai mereka ditebus.”

12 Mark Twain “Ditebus? Apakah itu?” “Aku tak tahu. Tetapi begitulah selalu. Sering kali kubaca di buku-buku. Karena itu kita pun harus berbuat begitu.” “Tapi bagaim ana kita bisa m engerjakannya bila kita tak tahu ca r a n ya ?” “Pokoknya kita harus m engerjakannya! Bukankah kukatakan itu ada di buku-buku? Adakah kalian ingin berbuat m enyim pang dari apa yang disebutkan di buku-buku? Sehingga sem uanya campur aduk tak keruan?” “Oh, m udah sekali kau berbicara, Tom Sawyer, tapi bagaim ana kita harus berbuat bila kita tak tahu bagaim ana caranya orang- orang itu ditebus? Itulah yang ingin kuketahui. Nah, bagaim ana caranya m enurut perkiraanm u?” “Hm m , aku tak tahu. Tapi m ungkin bila kita m enawan mereka sampai mereka ditebus, mungkin itu berarti bahwa kita harus menawan sampai mereka mati.” “Nah, itu agak m asuk akal. Agaknya begitulah. Mengapa tak kau katakan dari tadi? Kita m enahan m ereka sam pai m ere- ka m am pus. Dan betapa m enyulitkannya m ereka itu, kita harus m enyediakan m akanan terus sem entara m ereka selalu berusaha untuk melarikan diri.” “Betapa pan dain ya kau bicara, Ben Rogers! Bagaim an a m ereka bisa m elarikan diri bila selalu ada seorang penjaga yang mengawasi dan siap menembak mati bila mereka berani bergerak sedikit saja?” “Seorang penjaga! Wah, bagus sekali. J adi seseorang harus menjaga mereka sepanjang malam dan sama sekali tidak tidur. Kupikir itu suatu ketololan. Mengapa tidak kita pukul saja tawanan itu dengan penggada dan m enebusnya begitu m ereka sampai di sini?” “Karena bukan begitu cara yang disebutkan di buku, itulah! Dengar, Ben Rogers, apakah kau m engingini segala sesuatu

Petualangan Huckleberry Finn 13 berjalan seperti seharusnya terjadi atau kau m au m em buat peraturan sendiri? Apakah kau pikir orang yang m enulis buku itu tak m engerti apa yang ditulisnya? Kau pikir kau lebih pandai dari para penulis buku itu? Tak mungkin. Tidak, Tuan, kita harus melakukan seperti di buku, menawan dan menunggu tebusan seperti biasa terjadi.” “Baiklah. Aku tak keberatan, betapapun kukira cara itu adalah yang paling tolol. He, apakah wanita juga kita bunuh?” “Hm , Ben Rogers, bila aku setolol engkau, tak akan ku- tunjukkan ketololanku itu. Membunuh para wanita? Tidak! Hal itu tak pernah terjadi dalam buku. Kita m enawan m ereka dalam gua, kita selalu bersikap sopan pada m ereka sehingga akhirnya mereka akan jatuh cinta pada kita dan tak pulang lagi.” “Nah, bila m em ang dem ikian harusnya, aku setuju saja, tapi kukira itu juga suatu ketololan. Pastilah sekejap saja gua kita ini penuh sesak oleh wanita dan orang yang m enunggu ditebus. Tak akan ada tempat lagi bagi kita para perampok. Tapi lanjutkan keteranganmu, aku tak akan membantah lagi.” Si kecil Tom m y Barnes waktu itu sudah tidur. Waktu diba- ngunkan, ia ketakutan dan m enangis. Ia ingin pulang pada ibunya serta tak ingin jadi perampok lagi. Kawan -kawan m em perolok-olokn ya, m en gatakan n ya ce- ngeng, dan ini membuat Tommy marah. Ia mengancam akan m em buka rahasia gerom bolan kam i pada orang banyak. Tapi Tom segera m em berinya uang lim a sen untuk m enutup m ulutnya, dan berkata bahwa kini sudah saatnya untuk pulang dan bertem u lagi di tem pat yang sam a m inggu depan, untuk m eram pok dan membunuh seseorang. Ben Rogers berkata ia tak bisa terlalu sering keluar rum ah, kecuali pada hari-hari Minggu, jadi ia ingin memulai perampokan di hari Minggu depan. Anak-anak yang lain berkata sungguh jahat untuk berbuat dosa di hari Minggu, dan itu tak bisa ditawar-tawar

14 Mark Twain lagi. Mereka akhirnya m em utuskan untuk berkum pul lagi secepat m ungkin untuk m enentukan saat yang tepat bagi gerom bolan untuk bertindak. Kem udian kam i m em ilih Tom Sawyer sebagai kapten gerom bolan dan J oe Harper sebagai wakilnya. Sesudah itu kami pulang. Aku m em anjat gudang, m enyelinap m em asuki jendelaku sebelum matahari terbit. Pakaian baruku bernoda bekas lilin dan lumpur, dan aku capek sekali.

KAMI MENYERGAP ORANG-ORANG “ARAB” PAGI HARINYA aku dim arahi habis-habisan oleh Nona Watson karena pakaianku yang tak keruan itu. Nyonya J anda tak memarahiku, diam-diam ia membersihkan bekas-bekas lilin serta lumpur dengan wajah begitu sedih, hingga dalam hati aku terharu. Kem udian Nona Watson m engajakku ke kam ar untuk berdoa, tapi tak terlihat hasilnya sam a sekali. Nona Watson pernah m enyuruhku berdoa tiap hari untuk m em inta apa yang aku inginkan dan permintaan itu pasti dikabulkan Tuhan. Tapi ternyata tidak dem ikian. Aku pernah m encobanya. Sekali aku menemukan seutas tali kail tapi tanpa mata kail. Tentu tak akan berguna tanpa m ata kail. Aku berdoa tiga atau em pat kali, meminta kail, tapi betapa pun aku berdoa, permintaan itu tak pernah terkabulkan. Akhirnya suatu hari aku m inta bantuan Nona Watson untuk berdoa. Nam un ia hanya berkata aku tolol, dan aku pun tak bisa m em ikirkanya.

16 Mark Twain Sekali aku lama sekali duduk sendirian di hutan untuk m em ikirkan hal itu. Aku bertanya pada diriku sendiri, bila seseorang bisa m endapatkan apa yang diinginkan dengan berdoa, m engapa Pendeta Winn tak bisa m endapatkan kem bali uangnya waktu ia merugi dalam perdagangan daging babi? Mengapa Nyonya J anda tak bisa m endapatkan kem bali kotak tem bakau cium peraknya yang dicuri orang? Mengapa Nona Watson tak bisa gem uk? Tidak, agaknya sem ua yang disebutkan Nona Watson tentang doa hanyalah om ong kosong belaka. Kutem ui Nyonya J anda untuk m enanyakan hal ini. Katanya pem berian yang bisa kita dapat dari berdoa adalah anugerah kejiwaan. Ini m alah m em buatku bingung, tapi diterangkannya apa yang dim aksud—aku harus m en olon g oran g lain , m em perhatikan mereka selalu, dan sama sekali tak boleh memikirkan diriku sendiri. Ini agaknya term asuk Nona Watson juga. Kem bali aku pergi ke hutan untuk m em ikirkan kata-kata Nyonya J anda itu; lam a sekali kupikirkan, nam un tak bisa kutem ui apa untungnya m enolong orang lain—yang m endapat untung pastilah orang lain itu. Akhirnya kuputuskan un tuk tidak m em ikirkan hal itu lagi. Kadang-kadang Nyonya J anda m engajakku berbicara berdua saja tentang Yang Maha Kuasa. Caranya bercerita sangat m enarik hati. Keesokan harinya Nona Watson bercerita pula tentang Yang Maha Kuasa, tapi lain sekali dari cerita Nyonya J anda, bahkan sangat bertentangan. Kupikir agaknya ada dua Yang Maha Kuasa, seseorang yang m alang m ungkin berdiri di pihak Tuhan Nyonya J anda; tapi bila ia berhadapan dengan Tuhan Nona Watson, tak ada am pun lagi kiranya. Kuputuskan untuk m engikuti Tuhan Nyonya J anda bila saja Ia m enginginiku, walaupun tak bisa kupikirkan bagaimana Ia bisa berbuat lebih baik padaku, mengingat aku begini tolol, penuh dosa, dan keras kepala. Sudah lebih dari setahun Bapak tak terlihat, dan ini m alah m em buatku sen ang. Aku tak in gin m elihatn ya lagi. Bila ia

Petualangan Huckleberry Finn 17 tak mabuk, ia selalu menghajarku mati-matian setiap ada kesem patan, walaupun sesungguhnya setiap kali ia tam pak, aku selalu m elarikan diri ke dalam hutan. Akhir-akhir ini terde- ngar kabar bahwa Bapak diketem ukan tenggelam di sebelah hilir sungai, kira-kira dua belas mil dari desa. Orang-orang tak begitu yakin, nam un m elihat ukuran tubuhnya, pakaiannya, dan ram butnya yang gondrong, m ereka m engira m ayat itu adalah Bapak. Muka m ayat tadi tak bisa dikenal lagi, agaknya telah terlalu lama terbenam dalam air hingga tak mirip wajah manusia lagi. Kata orang, m ayat itu terapung-apung telentang di air. Mayat itu dikubur di tepi sungai. Tapi cerita itu malah membuatku gelisah. Aku tahu betul bahwa m ayat seorang yang terbenam bila terapung tidaklah telentang, tapi menelungkup. J adi aku merasa pasti bahwa itu bukanlah m ayat Bapak, tapi m ayat seorang wanita yang m em akai pakaian lelaki. Inilah yang m em buatku sangat gelisah. Kupikir suatu waktu pastilah Bapak akan m uncul, walaupun aku sama sekali tak mengharapkan hal itu terjadi. Selama kira-kira sebulan kami bermain rampok-rampokan, kem udian aku berhenti jadi peram pok. Anak-anak lain juga m enyatakan keluar dari Gerom bolan Tom Sawyer, sebab ternyata kami tak pernah merampok atau membunuh seseorang, kami hanya berpura-pura saja. Biasanya kam i m enyerbu keluar dari hutan, m enyerang gem bala-gem bala babi atau wanita-wanita yang m engiringkan kereta-kereta sayuran ke pasar, tapi tak pernah kam i m em bunuh m ereka. Kata Tom Sawyer, babi-babi itu adalah ‘batang-batang em as’, sedang sayur-m ayurnya ada- lah ‘perm ata-perm ata’. Selesai penyerangan, kam i berkum pul di dalam gua untuk berbincang-bincang tentang berapa orang yang kam i bunuh dan kam i lukai. Tak tahu aku apa untungnya perbincangan itu. Suatu hari Tom m enyuruh seorang anak berlari-lari keliling kota dengan membawa obor dahan kering yang m enurut Tom adalah ‘slogan’ (tanda bagi gerom bolan

18 Mark Twain kam i untuk berkum pul). Kem udian ia m em beritahukan bahwa mata-matanya membawa berita rahasia kailah Arab yang akan berkemah di Gua Hollow bersama dua ratus gajah, enam ratus ekor unta dan lebih dari seribu ekor keledai, penuh dimuati intan berlian, dan sem ua itu hanya dijaga oleh em pat ratus orang perajurit. Kam i m erencanakan untuk m enyergap m ereka, m em bun uh sem ua oran g, dan m eram pas hartan ya. Bahkan waktu kam i akan m enyerang pedati-pedati sayur, kam i pun diharuskannya m engasah pedang dan m em bersihkan senjata, walaupun sesungguhnya senjata-senjata itu hanyalah pelepah kayu serta tongkat sapu, yang walaupun diasah hingga m am pus pun tak akan bertam bah am puh dari sem ula. Aku tak percaya kam i bisa m engalahkan rom bongan besar orang Arab dan orang Spanyol itu, tapi aku sangat ingin m elihat unta dan gajah. J adi pada hari Sabtu itu aku ikut bersem bunyi di tepi hutan, siap untuk m enyergap. Begitu perintah diberikan, kam i m enyerbu ke luar, m enerjang m enuruni bukit. Tapi ternyata tak ada orang- orang Spanyol ataupun Arab, juga tak ada unta atau gajah. Yang ada hanyalah rom bongan m urid Sekolah Minggu yang sedang berpiknik, kelas persiapan lagi. Kam i m encerai-beraikan rom bongan itu, m enghalau anak-anak itu ke gua. Tapi yang kam i dapat hanyalah beberapa kue donat dan selai, walaupun Ben Rogers m endapatkan sebuah boneka kain dan J oe Harper dapat sebuah buku nyanyian dan surat selebaran. Kem udian guru yang m enyertai rom bongan tadi balas m enyerang, hingga terpaksa kami menjatuhkan semua barang rampasan kami dan m undur. Aku tak m elihat intan sebutir pun, dan kukatakan hal itu pada Tom Sawyer. Kata Tom intan-intan itu ada, bahkan orang- orang Arab dan gajah serta lain-lainnya ada. Ketika aku bertanya m engapa aku tak m elihat sem ua itu, aku dikatakannya tolol, dan bila saja aku pernah m em baca buku Don Kisot aku tak akan bertanya setolol itu. Kata Tom sem ua itu dikerjakan dengan sihir.

Petualangan Huckleberry Finn 19 Katanya ada banyak sekali prajurit, ratusan, juga gajah-gajah dan harta karun, nam un m usuh kam i agaknya m em punyai seorang ahli sihir yang am at kuat, yang dengan kekuatan sihir sem uanya itu dijadikannya rom bongan anak-anak m urid Sekolah Minggu. Kukatakan kalau begitu lebih baik kam i m enyerang ahli sihirnya saja. Tom mengatakan aku tak berotak. “Wah,” kata Tom , “seorang ahli sihir bisa m em anggil banyak sekali jin, dan mereka bisa menghancurkan kau menjadi debu dalam sekejap mata. J in-jin itu setinggi pohon dan sebesar gereja.” “Hm , bagaim ana kalau kita m inta tolong pada jin itu?” “Bagaim ana kau akan m inta tolong pada jin-jin lain untuk m enyerang jin-jin itu?” “Aku tak tahu. Bagaim ana caranya ahli sihir itu m em anggil jin ?” “Mereka m enggosok sebuah lam pu tua atau sebentuk cincin tua. Sebentar saja jin-jin itu akan muncul dengan tergesa- gesa diiringi oleh dentuman halilintar dan kilat serta gumpalan asap, karena semua kata ahli sihir itu pasti dituruti oleh jin-jin tadi. Dengan mudah mereka bisa mencabut sebuah menara dan m enggem purkannya ke kepala seorang pengawas Sekolah Minggu, atau orang lain.” “Siapa yang m enyuruh m ereka datang dengan tergesa-gesa?” “Siapa saja yang m enggosok lam pu atau cincin itu. J in-jin itu menjadi milik si pemakai cincin dan harus mengerjakan apa saja yang diperintahkannya. Meskipun diperintah untuk m em buat istana sepanjang empat puluh mil terbuat dari intan dan meng- isinya dengan perm en karet atau apa pun yang aku kehendaki, dan m enculik istri kaisar Cina untuk kau peristri, jin-jin itu harus m engerjakan sebelum m atahari terbit keesokan harinya. Lagi pula m ereka harus m enem patkan istana itu di tem pat yang kau keh en d a ki.”

20 Mark Twain “Hm ,” kataku, “kupikir jin-jin itu sangat tolol, m engapa mereka tak mau memakai istana-istana itu untuk diri mereka sendiri. Dan lagi sungguh gila bila m ereka m au datang hanya karena seseorang menggosok sebuah lampu tua.” “Pandai benar kau om ong, Huck! Bila kau jadi jin, kau harus datang, tak peduli kau mau atau tidak.” “Apa? Bukankah jin itu setinggi pohon dan sebesar gereja? Baiklah, bila aku jin, aku akan datang dan akan kupaksa m anusia yang m em anggilku itu untuk m em anjat pohon yang paling tinggi di negeri ini.” “Huh! Sam a sekali tak ada gunanya berbicara denganm u, Huck. Tam paknya kau tak bisa m engerti apa pun, kepalam u betul-betul kosong melompong.” Dua atau tiga hari kupikirkan betul kata-kata Tom. Kuputuskan untuk m encobanya. Kubawa sebuah lam pu tua serta sebentuk cincin tua ke dalam hutan, dan kugosok hingga aku bermandikan keringat. Tapi semua itu tak memberikan hasil apa-apa, tak ada satu pun jin yang datang. Kesim pulanku pastilah sem ua itu hanya isapan jem pol Tom Sawyer saja. Biarlah ia percaya bahwa yang diserbunya adalah orang-orang Arab dan gajah-gajah, tapi aku tetap berpendirian sem uanya itu hanyalah serombongan anak Sekolah Minggu.

NUJUMAN BOLA RAMBUT TIGA ATAU em pat bulan berlalu dengan cepatnya, kini m usim dingin telah tiba. Selama itu aku pergi ke sekolah, dan kini telah bisa m engeja, m em baca, m enulis sedikit, serta m enghafalkan perkalian-perkalian sampai enam kali tujuh sama dengan tiga puluh lim a. Kukira perkalian selanjutnya tak akan bisa kuhafalkan walaupun kupelajari seum ur hidupku. Betapa pun aku sam a sekali tak menaruh perhatian pada ilmu berhitung. Mula-m ula aku sangat benci pada sekolah, nam un akhirnya tahan juga. Bila aku m erasa bosan, aku m em bolos dan cam bukan yang kuterim a esok harinya sebagai hukum an m alah m em buatku gem bira. Makin lam a aku bersekolah, m akin m udah rasanya. Aku pun m ulai terbiasa akan tata cara Nyonya J anda, dan aku tak m erasa begitu tersiksa lagi. Kadang-kadang m em ang sesak sekali rasanya tinggal di dalam rum ah dan tidur di tem pat tidur, tapi sebelum m usim dingin tiba aku sering sekali m enyelinap keluar dan tidur di hutan, begitu itu m erupakan istirahat yang

22 Mark Twain nyam an. Aku m asih m enyukai cara hidupku yang lam a, nam un cara hidup yang baru juga m ulai kusukai sedikit. Kata Nyonya J anda, walaupun lam bat tetapi telah banyak perubahan yang m enggem birakan pada kehidupanku. Katanya ia tak usah m erasa m alu m em punyai anak angkat aku. Suatu pagi tanpa sengaja aku mengeluarkan tangan meng- ambil sejimpit garam untuk kulemparkan lewat punggungku guna menolak bala, tapi Nona Watson lebih cepat dariku, mencegahku sam bil berkata, “Sin gkirkan tan gan m u, H uckleberry, akan m em buat kotor saja!” Nyonya J anda m em belaku, tapi tak guna lagi, nasib jahat pasti akan menimpaku. Selesai sarapan aku keluar rumah, merasa khawatir dan gemetar, berpikir-pikir di mana aku akan mendapat nasib jahat dan dalam bentuk apa. Banyak cara untuk m enolak datangnya nasib jahat, nam un nasib jahat yang disebabkan oleh terjatuhnya tem pat garam , tak tahu aku penolaknya. Maka aku tak m encoba berbuat apa pun, hanya mondar-mandir gelisah penuh perhatian. Aku pergi ke kebun depan, m em anjat tiang pintu pagar yang terbuat dari papan. Tanah telah diliputi salju kira-kira seinci, dan kulihat ada tapak kaki seseorang. J ejak-jejak itu berasal dari lubang galian, berhenti di sekitar tiang pintu kemudian m engitari pagar kebun. Lucu juga bahwa jejak itu tak langsung m em asuki pagar walaupun kelihatan pem iliknya lam a sekali m ondar-m andir di situ. Aku ingin m engikuti jejak itu. Mula-m ula tak ada yang m enarik, tapi kem udian kulihat bahwa pada jejak tumit sepatu kiri terlihat bekas paku bersilang, suatu alat untuk menghalau iblis. Sekejap kemudian aku telah berlari menuruni bukit. Sesekali aku m enoleh ke belakang, tapi tak kulihat siapa pun. Aku ingin mencapai rumah Hakim Thatcher secepat mungkin. Hakim Thatcher berkata, “He, Nak, kau berlari sam pai kehabisan napas. Apakah kau datang untuk m engam bil bunga uangm u?”

Petualangan Huckleberry Finn 23 “Tidak, Tuan,” jawabku, “apakah bunga ada?” “Oh, ya! Bunga tengah tahunan datang m alam tadi, lebih dari seratus lim a puluh dolar. Keuntungan yang lum ayan, Nak. Lebih baik kau tanamkan lagi bunga itu beserta enam ribu dolar, kalau tidak pasti kau habiskan cuma-cuma.” “Tidak, Tuan,” kataku, “tak akan kuhabiskan. Malahan aku tak m enginginkan sem ua uang itu, juga yang enam ribu. Kuingin Tuan m engam bilnya, sem ua.” H akim Thatcher tam pak san gat tercen gan g, “Wah, apa sebenarnya m aksudm u, Nak?” “J angan bertanya apa-apa lagi, Tuan. Tuan m au bukan, m enerim anya?” “Aku bingung sekali. Apa sebenarnya yang terjadi?” “Am billah uangku sem ua, dan jangan bertanya lagi, jadi tak usah aku berdusta pada Tuan.” Ia mempertahankan aku untuk beberapa saat baru berkata, “Oh-o! Aku kira aku m engerti m aksudm u. Kau ingin m enjual sem ua m ilikm u padaku, bukan m em berikannya. Begitu, bukan?” Ia m enulis sesuatu di secarik kertas, m em bacanya sekali dan berkata, “Nah, kau lihat, di sini ditulis ‘untuk dipertim bangkan’. Itu berarti aku m em beli hartam u dan m em bayarnya. Ini sedolar dan tanda tanganilah kertas ini.” Aku m enandatangani kertas itu dan pulang. J im , budak negro Nona Watson, m em punyai sebuah bola rambut sebesar tinju, diambil dari perut keempat seekor sapi dan digunakan sebagai bola peram al. Kata J im di dalam bola itu terdapat roh yang m engetahui segala-galanya. Malam itu aku mengunjungi J im, mengatakan bahwa bapakku telah muncul kem bali sebab kutem ui jejaknya di salju. Aku ingin m engetahui apa yang akan diperbuat Bapak, apakah ia akan tinggal di sini terus. J im m engeluarkan bola ram butnya, berbisik sesuatu di atas bola itu dan m enjatuhkannya ke lantai. Berat sekali tam paknya,

24 Mark Twain dan hanya berguling kira-kira satu inci. J im m encoba lagi, dan sekali lagi, bola itu tetap saja berbuat serupa. J im berlutut m enem patkan kupingnya ke bola itu dan m endengarkan. Tak ada gunanya, kata J im bola itu tak m au berkata tanpa terlebih dulu diberi uang. Kukatakan pada J im aku m em punyai sebuah m ata uang talen yang palsu, yang tak bisa dibelanjakan karena kasar sekali buatannya dan tam pak tem baganya di bawah lapisan perak. Walaupun tem baganya tak tam pak pun tak akan laku karena terasa seakan berm inyak, sehingga setiap orang akan tahu bahwa uang itu palsu. (Kupikir lebih baik tak kukatakan pada J im uang sedolar yang kudapat dari Hakim Thatcher). Kukatakan m eskipun uang itu sangat buruk m ungkin bola ram butnya m au m enerim a, m ungkin aku bisa m engetahui kepalsuannya. J im m encium uang palsu tadi, m engigit serta m enggosok-gosoknya. Kata J im ia bisa m em buat uang itu tam pak bagus sehingga bola ram butnya tak akan tahu. Ia akan m em belah jadi dua sebuah kentang Irlandia, menaruh uang palsu tadi di antara kedua belahan itu, dan m em biarkannya sem alam suntuk. Paginya tak akan terlihat lagi bagian tem baganya serta tak akan terasa berlemak lagi, dan bisa dibelanjakan di kota, jadi pasti juga bisa untuk m enipu si bola ram but. Aku tahu juga tentang cara itu, tapi aku lupa. J im menaruh uang talen palsu tersebut di bawah bola ram but, kem udian berlutut dan m em asang telinga lagi. Kali ini berkata bahwa bola ram butnya bekerja, bisa m eram alkan peruntungan bila aku m enghendakinya. Aku m engangguk setuju, m aka bola ram butnya bekerja, bisa m eram alkan. Bola ram but itu berbicara pada J im , yang kem udian m enerangkan padaku, “Bapakm u belum tahu apa yang diperbuat terhadapm u. Kadang- kadang ia bermasud untuk pergi lagi, tapi kadang-kadang juga ia berm aksud untuk tinggal terus di sini. J alan yang terbaik adalah menunggu saja dan membiarkan si orang tua itu mengambil

Petualangan Huckleberry Finn 25 jalannya sendiri. Ada dua orang m alaikat terbang berkitaran di atasnya. Satu m alaikat serba putih dan berkilauan, yang lainnya hitam legam . Si putih akan m em bawanya ke jalan kehidupan yang baik, tapi si hitam akan m enghancurkan hasil kerja si putih. Belum bisa diketahui siapa yang akan m enang di antara kedua m alaikat itu dalam m em perebutkan bapakm u. Kau sendiri beres. Dalam kehidupanmu nanti kau akan menemui beberapa kesulitan dan kebahagiaan. Kadang-kadang kau akan terluka dan kadang- kadang kau akan jatuh sakit, tapi tiap kali kau akan kembali sembuh dan sehat. “Ada dua oran g gadis dalam kehidupan m u. Yan g satu berkulit cerah, yang lainnya gelap. Yang satu kaya, yang lainnya m iskin. Kau akan kawin dengan yang m iskin dahulu kem udian dengan yang kaya. Kau harus m enjauhi air dan jangan berbuat serampangan, sebab menurut ramalan kau akan mati di tiang ga n t u n ga n .” Waktu aku membawa lilinku dan naik ke kamar tidurku m alam itu, kulihat Bapak sudah duduk di tiang gantungan.

BAPAK MEMULAI HIDUP BARU KUTUTUP DAN kukun ci pin tu. Aku berpalin g, dan aku berhadapan dengan Bapak. Dulu aku sangat takut padanya, ia selalu m enghajarku. Kini pun agaknya aku sangat ketakutan, tetapi kiranya hanya sem enit, yaitu pada waktu aku pertam a kali m elihatnya dan aku sangat terkejut sam pai lupa bernapas. Namun setelah itu rasa takutku hilang. Bapak kelihatan tua, um urnya kira-kira sudah lim a puluh tahun. Ram butnya panjang, awut-awutan dan berm inyak, terjurai ke bawah ham pir m enutupi m ukanya. Kedua m atanya bersinar di antara rambut itu bagaikan di balik semak belukar. Rambut itu hitam legam , tak ada ubannya, begitu juga jenggotnya yang panjang. Wajahnya tak berwarna, putih tak seperti wajah orang lain, nam un putih yang m enjijikan, putih seperti perut ikan atau katak pohon. Sedang pakaiannya hanya kain-kain rom beng saja. Ia duduk dengan sebuah kaki tertumpang di atas kaki yang lain, sepatu kaki yang tertum pang itu telah hancur hingga

Petualangan Huckleberry Finn 27 dua buah jarinya tam pak, dan sekali-sekali jari-jari itu digerak- gerakkannya. Topinya teronggok di lantai, kem pis seperti tutup p a n ci. Aku berdiri terpaku m em perhatikannya, ia duduk m em - perhatikanku dengan bersandar ke kursi yang agak condong ke belakang. Kuletakkan lilin di m eja, kulihat jendela terbuka, agaknya ia m asuk dengan jalan naik m elalui gudang kayu. Ia terus m em perhatikanku dengan teliti dan akhirnya berkata, “Pakaian setrikaan, sangat rapi. Kau pikir kau ini tuan besar, ya?” “Mungkin ya, m ungkin tidak,” jawabku. “J angan banyak om ong! Kau jadi sangat angkuh ya, sejak kutinggalkan. Sebelum kita selesai berembuk akan kurendahkan derajat keangkuhanm u setingkat. Kata orang kau ini terpelajar, bisa m em baca dan m enulis. Kini kau m erasa lebih pandai dari bapakm u, karena ia tak bisa m em baca? Kesom bonganm u itu akan kuhilangkan darim u. Siapa yang m enyuruhm u bergelim ang dalam ketololan itu, he? Siapa?” “Nyonya J anda.” “Nyonya J anda, he? Siapa yang m em beri hak pada Nyonya J anda untuk ikut cam pur dalam hal yang sam a sekali bukan u r u sa n n ya ?” “Tak seorang pun.” “Hm , akan kuberi ia pelajaran agar tidak suka ikut cam pur urusan orang lagi. Akan kuberi pelajaran orang-orang yang ikut mengurus anak orang hingga anak itu jadi sangat angkuh terhadap bapaknya sendiri. Awas, kalau kulihat kau m asih m a- suk sekolah. Dengar! Ibumu tak bisa membaca, tak bisa menulis sam pai m ati. Tak ada keluarga kita yang bisa m em baca m enulis. Aku pun tidak. Dan kini kau m em busungkan dada karena bisa. Aku tak tahan m elihat keangkuhanm u. Hm , coba, aku ingin mendengarmu membaca.” Aku m engam bil sebuah buku dan m ulai m em baca tentang J enderal Washington dalam pertempuran. Setelah aku membaca

28 Mark Twain selama kira-kira setengah menit, ia merampas dan menghem- paskan bukuku ke lantai. “Benar juga! Kau bisa m em baca! Tadinya aku m asih belum percaya. Lihat kem ari. Aku sam a sekali tak suka kau punya lagak angkuh ini. Benci aku! Aku akan selalu m engawasim u, Tuan Muda, dan bila ketahuan olehku kau masih masuk sekolah, kukuliti kau hidup-hidup. Tak lama lagi pastilah kau menjadi seorang alim . Kecewa aku punya anak seperti engkau!” Ia mengambil sebuah gambar beberapa ekor sapi dan seorang anak yang berwana biru dan kuning, bertanya, “Apa ini?” “Hadiah karena aku m enghafalkan pelajaranku dengan baik.” Bapak m erobek gam bar itu dan berkata, “Kuberi kau hadiah yang lebih, cam buk kulit sapi!” Beberapa saat ia m enggeram dan m enggerutu kem udian berkata lagi, “Kau betul-betul seorang tuan m uda pesolek, yah? Tempat tidur dengan kasur dan sprei, kaca, permadani, sedang ayahm u terpaksa tidur bersam a babi-babi di tem pat penyam akan. Belum pernah kulihat seorang anak seperti engkau. Aku berani bertaruh, bila kau ada dalam tanganku semua kesombonganmu akan lenyap. Tak ada batasnya keangkuhanm u, he, kata orang kau sangat kaya. Betulkah kabar itu, he?” “Itu hanya kabar bohong.” “Dengar, hati-hati berbicara denganku. Yang sopan! Aku sudah ham pir tak tahan lagi m elihat keangkuhanm u. Aku telah berada di kota ini selam a dua hari, dan yang kudengar hanyalah tentang kekakayaanm u. Bahkan berita itu telah kudengar jauh sekali di hilir sungai. Itulah sebabnya aku pulang kem ari. Kau am bil uang itu untukku besok, aku m enginginkannya.” “Aku tak punya uang.” “Bohong! Hakim Thatcher m enyim pannya. Am billah! Aku m em erlukannya.” “Aku tak punya uang. Kalau tak percaya tanyakan pada Hakim Thatcher, ia pasti membenarkan kataku.”

Petualangan Huckleberry Finn 29 “Baik, akan kutanyakan, dan akan kuajar kesopanan dia. Berapa uang yang ada di sakum u? Berikan padaku.” “Hanya sedolar, dan akan kugunakan untuk....” “Tak peduli akan kau apakan, tapi cepat berikan padaku!” Bapak m enerim a uangku dan m enggigitnya untuk m em e- riksa apakah tidak palsu, kemudian berkata bahwa ia akan pergi m inum , katanya sehari penuh ia belum m inum . Baru saja ia m encapai gudang kayu, ia kem bali m enjengukkan kepalanya ke dalam dan memakiku serta memperingatkanku agar tidak berlaku som bong padanya. Dan ketika kukira ia sudah pergi jauh, ia muncul lagi di jendela untuk memberi peringatan agar aku meninggalkan sekolahku, kalau tidak ia akan menghajarku sampai mampus. Hari berikutnya, Bapak sangat m abuk. Ia pergi ke rum ah H akim Thatcher dan m em aki-m akinya, berusaha m em inta uangku. Dan ketika tak berhasil, ia bersumpah untuk mengajukan perkara ke pengadilan. Hakim Thatcher dan Nyonya J anda m inta agar pengadilan m em bebaskan aku dari Bapak dan m em ilih satu di antara m ereka berdua untuk menjadi waliku. Tapi kini pengadilan diketuai oleh seorang hakim baru yang tak m engenal keadaan daerah itu dan belum kenal pada Bapak. Hakim baru itu m enolak untuk m em isahkan aku dari Bapak. Terpaksa Hakim Thatcher dan Nyonya J anda m enghentikan usahanya. Keputusan pengadilan ini sangat m enggem birakan Bapak. Ia berkata akan mencambuk badanku sampai biru-hitam bila aku tak bisa m em berinya uang. Aku m em injam uang tiga dolar dari Hakim Thatcher. Uang itu dipakai Bapak untuk m inum sam pai mabuk. Ia berteriak-teriak keliling kota sambil memukul kaleng hingga tengah malam, sampai ia ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Hari berikutnya ia diadili dan dipenjarakan lagi seminggu. Tapi ia berkata bahwa ia merasa puas menguasai lagi a n a kn ya .

30 Mark Twain Waktu hukum annya habis, hakim baru berkata akan m engubah Bapak m enjadi m anusia baru. Diajaknya Bapak ke rum ahnya, disuruh m andi dan diberi pakaian rapi, diajaknya m akan pagi, siang, dan m alam bersam a keluarganya. Sem uanya bersikap sopan pada Bapak. Selesai m akan m alam , hakim baru itu m engajak Bapak berbicara tentang cara-cara hidup yang layak dan sebagainya, sehingga akhirnya Bapak m encucurkan air m ata. Bapak berkata betapa tolol ia telah m enghabiskan hidupnya, dan kini ia akan membuka lembaran kehidupan dengan cara baru hingga tak ada orang yang jijik padanya. Ia berharap agar hakim m au m enolongnya dan tak m em andang rendah padanya. Hakim berkata betapa gem biranya m endengar kata-kata itu, begitu gem bira hingga ia dan istrinya sam pai m enangis. Bapak berkata bahwa orang selalu salah m engerti tentang dirinya, dan yang diperlukan oleh orang yang sedang jatuh di lem bah kehinaan adalah pengertian. Sam pai waktunya tidur, Bapak berdiri dan m engulurkan tangan seraya berkata, “Lihatlah, Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, lihat tangan ini, peganglah, jabatlah. Tangan ini tadinya tangan babi yang sangat kotor, tapi kini tidak lagi. Ini adalah tangan orang yang akan m em ulai hidup baru, dan m erasa lebih baik m ati daripada m engulangi kehidupannya yang lalu. Ingatlah kata-kata ini, jangan lupakan bahwa akulah yang m engatakannya. Tangan ini telah bersih kini, jabatlah, jangan takut.” Bergantian yang hadir m enjabat tangannya, kebanyakan sambil menangis, malah istri hakim baru itu mencium tangan tersebut. Kem udian Bapak m enandatangani sebuah pernyataan, dengan tanda saja. Hakim berkata saat itu adalah saat yang pa- ling suci dalam sejarah, atau kurang lebih begitulah. Semua m engantarkan Bapak ke sebuah kam ar tidur khusus untuk tam u yang besar dan indah. Malam harinya, Bapak m erasa haus. Ia keluar lewat jendela, merambati atap beranda dan meluncur ke

Petualangan Huckleberry Finn 31 tanah melalui sebatang tiang. Ia pergi ke sebuah kedai minum, m enukarkan bajunya yang baru dengan seguci besar arak dan naik kem bali ke kam arnya untuk bersenang-senang m inum . Menjelang pagi, ia keluar jendela lagi, sudah amat mabuk. Ia terguling dari atap beranda dan jatuh hingga tangannya patah di dua tem pat. Pagi harinya seseorang m enem ukannya, terbaring ham pir m ati beku. Kam ar tidurnya telah berantakan tak keruan. Betapa gem asn ya hati hakim baru itu. Katan ya, Bapak tak lagi bisa diperbaiki, kecuali dengan menggunakan sepucuk senapan. Tak ada cara lain yang m am pu.

BAPAK BERTARUNG DENGAN MALAIKAT MAUT SEGERA SETELAH sem buh kem bali, Bapak m ulai m enuntut Hakim Thatcher di pengadilan untuk m elepaskan haknya atas uangku. Ia pun m ulai m enyakiti aku karena aku tak m au berhenti bersekolah. Dua kali ia berhasil menangkap dan menghajarku, tetapi aku tetap saja masuk sekolah. Sering kali aku berhasil m en gelakkan diri dari Bapak atau lari m en in ggalkan n ya. Sebelum nya aku tak begitu suka bersekolah, tapi kini untuk m em anaskan hati Bapak, aku jadi senang sekali. Pengadilan berjalan sangat lam bat, bahkan agaknya tak pernah m aju sam a sekali. Maka aku terpaksa meminjam dua atau tiga dolar dari Hakim Thatcher untuk m enghindari cam bukan Bapak. Uang itu selalu digunakannya untuk m abuk, dan tiap kali m abuk ia selalu membuat keributan besar di kota, dan tiap kali ia membuat keributan, ia selalu dilem parkan ke dalam penjara. Agaknya kehidupan beginilah yang paling cocok baginya.

Petualangan Huckleberry Finn 33 Ia begitu sering berkeliaran dekat rum ah Nyonya J anda hingga akhirnya Nyonya J anda m engancam akan m enggunakan kekerasan bila ia tidak m enghentikan kebiasaan itu. Bapak menjadi amat marah, ia berkata akan membuktikan siapa sebenarnya yang berkuasa atas diri Huck Finn. Suatu hari di musim semi ia berhasil menangkapku, m em bawaku ke dalam perahu dan berkayuh ke arah m udik. Setelah m enem puh jarak kira-kira tiga m il, perahu itu dikem udikannya m enyeberangi sungai arah tepi Illinois yang hutannya sangat lebat dan tak berpenduduk. Di antara kelebatan hutan itu terdapat sebuah gubuk dari balok kayu yang sangat tersem bunyi. Ke gubuk itu aku dibawa Bapak. Ia selalu mengawasiku dengan ketat, hingga tak pernah aku dapat kesem patan untuk m elarikan diri. Kam i berdua tinggal dalam pondok itu, pintunya senantiasa terkunci dan selalu dibawa Bapak, bila m alam kunci itu ditaruhnya di bawah kepalanya. Bapak m em punyai sepucuk bedil, m ungkin hasil curian. Kam i hidup dari m engail dan berburu. Sesekali Bapak m engunciku di dalam rumah, dan ia pergi ke kedai kira-kira tiga mil di arah hilir, ke tempat tambangan, untuk menukarkan ikan atau hasil buruan dengan wiski. Wiski itu dibawanya pulang, dim inum nya di rum ah dan seraya m abuk ia m enghajarku. Akhirnya Nyonya J anda tahu juga di m ana Bapak m enyem bunyikan aku. Disuruhnya seseorang datang untuk m eram pasku dari Bapak, nam un Bapak berhasil m engusir orang itu dengan bedilnya. Tak lam a setelah kejadian itu, aku m erasa kerasan di tem patku yang baru itu dan m enyukai kehidupan di situ, kecuali cam buk kulit lem bu Bapak. Sungguh senang, bermalas-malasan sepanjang hari, bebas m erokok dan m engail, tanpa buku dan tak usah belajar. Cepat sekali dua bulan atau lebih lewat. Bajuku telah com pang-cam ping dan kotor. Aku tak m engerti bagaim ana dulu aku bisa tahan di rum ah Nyonya J anda, di m ana aku harus m em bersihkan diri,

34 Mark Twain m akan di piring, m enyisir ram but, pergi tidur dan bangun pada waktu tertentu, selalu disibukkan oleh buku dan selalu diawasi oleh Nona Watson. Aku tak m au lagi kem bali ke kehidupan itu. Pernah aku sama sekali berhenti memaki, karena dilarang oleh Nyonya J anda, kini aku gem ar m em aki lagi karena Bapak tak berkeberatan. Pokoknya cukup senang kehidupan di hutan itu. Tapi lam a-kelam aan Bapak terlalu sering m enggunakan tongkat pem ukulnya hingga akhirnya aku tak tahan juga. Seluruh tubuhku telah penuh bilur bekas pukulan. Bapak pun lebih sering lagi pergi keluar, mengunciku di dalam rumah. Sekali pernah aku dikuncinya selam a tiga hari berturut-turut. Sangat sepi terasa. Kukira Bapak telah m ati terbenam dan aku tak akan bisa keluar lagi selam a-lam anya. Aku jadi sangat ketakutan. Kuputuskan untuk mencari suatu jalan keluar. Tapi usahaku selalu tak berhasil. Tak ada jendela yang cukup besar bahkan untuk seekor anjing kurus pun. Cerobong asapnya juga am at sem pit. Pintunya terbuat dari lem pengan kayu oak yang tebal dan keras. Bapak cukup berhati- hati untuk tidak m eninggalkan pisau atau benda tajam lainnya di rumah bila ia pergi. Ratusan kali aku mencoba mencari benda tajam , m alahan ham pir selalu itulah yang kukerjakan untuk m elewatkan waktu bila aku sendirian, dan hasilnya nihil. Nam un kali ini agaknya aku beruntung, kutem ukan sebilah gergaji kayu tanpa pegangan, terselip di antara rusuk atap. Kum inyaki gergaji itu dan aku mulai bekerja. Di bagian belakang pondok, di belakang m eja, dindingnya ditutup dengan selim ut kuda yang dipakukan untuk m encegah m asuknya angin lewat celah-celah balok. Aku m asuk ke bawah m eja dan m engangkat selim ut itu dan mulai menggergaji balok dasar dinding, untuk membuat lubang cukup besar bagiku. Pekerjaan berat dan lama sekali, tapi peker- jaan itu sudah ham pir selesai waktu kudengar suara bedil Bapak di hutan. Cepat-cepat kusem bunyikan bekas-bekas pekerjaanku,

Petualangan Huckleberry Finn 35 kututupkan kem bali selim utnya dan kusem bunyikan gergajiku. Baru saja aku selesai, Bapak m asuk. Bapak sedang dalam keadaan biasa, yaitu sedang m arah- m arah. Katanya ia baru saja datang dari kota, dan keadaannya sam a sekali tak beres. Pengacaranya berkata bahwa ia bisa m em enangkan perkaranya di pengadilan asal saja perkara itu bisa segera disidangkan. Tetapi banyak cara untuk m enunda-nunda persidangan itu, dan Hakim Thatcher sangat berpengalaman dalam hal ini. Kata orang akan disidangkan lagi perkara untuk m em isahkan aku dari Bapak dan m em berikan aku pada Nyonya J anda yang agaknya kali ini akan berhasil. Ini m em buatku khawatir, aku tak ingin kem bali lagi ke rum ah Nyonya J anda untuk dikekang dan dididik m enjadi orang baik-baik. Kem udian Bapak m ulai m em aki-m aki siapa yang diingatnya, dan diulangi lagi satu per satu untuk m eyakinkan dirinya bahwa tak ada yang kelewat, setelah itu ia m elengkapi daftar m akian itu untuk sem ua orang, term asuk beberapa orang yang tak diketahui nam anya, dan terpaksa dipanggilnya sebagai si ‘anu’ bila sam pai pada gilir a n n ya . Bapak ingin sekali m elihat bagaim ana Nyonya J anda bisa m eram pas diriku darinya. Ia akan selalu waspada, bila ada gejala-gejala tidak baik, aku akan disem bunyikan di suatu tem pat enam atau tujuh m il dari tem pat itu, begitu tersem bunyi hingga tak mungkin bisa diketemukan oleh siapa saja. Ini membuatku khawatir sekali, tetapi hanya sesaat, kukira bila saat itu tiba aku telah lolos dari cengkeraman bapak. Bapak m enyuruhku pergi ke biduk, dan m engam bil barang- barang bawaannya. Barang-barang itu adalah sekarung jagung makanan dengan berat lima puluh pon, sepotong besar daging babi, m esiu, seguci wiski sebanyak em pat galon, sebuah buku tua dan dua lembar karton untuk sumbat, serta beberapa helai tali rami. Selesai membawa beban aku duduk beristirahat di haluan

36 Mark Twain biduk itu. Kupikir aku akan m elarikan diri dengan m am bawa senjata Bapak dan beberapa tali kail kem udian m asuk hutan. Aku tak akan tinggal terus di suatu tempat, tetapi terus saja menjelajahi seluruh daerah dan berburu serta mengail untuk hidup. Dengan berjalan hanya di waktu m alam , kupikir aku akan bisa jauh sekali m eninggalkan Bapak serta tak bisa ditem ui olehnya ataupun oleh Nyonya J anda. Bila m alam nanti Bapak m abuk berat, akan kuselesaikan lubang di dinding gubuk kem udian pergi. Begitu terbenam aku dalam pikiran-pikiran itu hingga aku lupa waktu dan sadar kem bali waktu Bapak berteriak m em anggilku, bertanya apakah aku tertidur ataukah mati terbenam. Aku telah selesai m em bawa barang-barang waktu m atahari terbenam . Waktu aku m em asak untuk m akan m alam , Bapak m eneguk m inum an kerasnya untuk m enghangatkan tubuh, dan mulai mabuk lagi. Ia telah mabuk di kota, dan semalam tidur di selokan hingga rupanya tak keruan. Seluruh tubuhnya pe- nuh lum pur hingga rupanya tak berbeda dengan Nabi Adam waktu baru saja diciptakan oleh Tuhan. Bilam ana m inum an keras m ulai m enguasai dirinya, ia selalu m enyerang pem erintah. Kali ini ia berkata, “Inilah yang dinam ai pem erintah? Cih, lihatlah! Hukum dipersiapkan untuk merebut seorang anak dari ayahnya, seorang anaknya sendiri yang telah dibesarkannya dengan bersusah payah. Ya, pada waktu anak itu sudah siap untuk bekerja m em bantu ayahnya agar si ayah bisa istirahat, hukum bangkit dan m erebutnya! Inikah pem erintah yang baik? Bukan hanya itu. Hukum juga m em bantu si tua Hakim Thatcher itu untuk m eram pas hartaku. Inilah yang dikerjakan hukum , hukum m elem parkan seseorang yang m em punyai harta enam ribu dolar lebih ke dalam gubuk jelek seperti ini dan m em buatnya ber- keliaran dengan pakaian yang untuk seekor babi pun tidak pantas. Inilah yang m ereka nam akan pem erintah. Kadang-kadang tim bul keinginanku untuk minggat saja dari sini, pergi dan tak akan

Petualangan Huckleberry Finn 37 kem bali lagi. Ya, dan telah kukatakan pula hal ini pada m ereka, kukatakan juga pada si tua Thatcher itu. Banyak saksinya. Kataku, diupah dua sen saja mau aku meninggalkan daerah ini untuk selam a-lam anya. Itulah kata-kata yang kupergunakan. Kataku, lihatlah topiku—bila saja kalian m asih bisa m enyebutnya sebagai topi—tutup kepalanya naik ke atas sedang yang lainnya turun hingga menutupi daguku, boleh dikatakan aku tidak memakai topi sama sekali melainkan kumasukkan kepalaku pada sebuah potongan cerobong kom por. Lihat aku, kataku, yang harus memakai topi semacam ini, padahal aku adalah salah seorang terkaya di kota ini bila saja aku bisa m endapatkan hakku. Oh, ya, betapa bagusnya pem erintahan ini. Sangat bagus! Coba dengar. Ada seorang negro bebas yang datang dari Ohio. Ia berdarah cam puran, kulitnya sudah ham pir seputih kulit orang putih. Ia m em akai baju paling putih yang pernah kau lihat, dan topi yang paling indah. Tak ada orang di kota ini yang punya pakaian sebagus m iliknya. Dia m em akai rantai arloji dari em as, m em - bawa tongkat berkepala perak. Agaknya dialah orang terkaya di negara bagian ini. Dan tahukah kau, kata orang dia adalah seorang profesor di perguruan tinggi, dan bisa berbicara dalam berbagai bahasa. Bukan itu saja. Kata orang di tem pat asalnya, ia punya hak pilih! Terlalu. Kupikir, apa jadinya negara ini nanti? Waktu itu hari pem ilihan um um . Aku akan m enggunakan hak pilihku, dan bila saja aku sedang tidak mabuk pastilah aku telah memasukkan kartu suaraku. Tapi ketika aku diberi tahu bahwa ada sebuah negara bagian di mana seorang negro dibo- lehkan memilih, aku memutuskan untuk sama sekali tak akan m em ilih lagi. Aku bilang, biarlah negeri ini m em busuk, aku tak akan m em ilih lagi. Banyak yang m endengar kata-kataku itu. Dan betapa tenangnya negro tadi, yang tak m au m enyingkir waktu aku akan lewat bila saja ia tak kudorong ke sam ping. Aku bertanya pada orang-orang, mengapa negro ini tidak dijual di pasar lelang?

38 Mark Twain Itulah yang ingin kuketahui. Dan tahukah kau apa jawab m ereka? Kata m ereka, negro itu tak bisa dijual karena ia belum berada di daerah ini selam a enam bulan. Itulah undang-undangnya. Itulah yang dinam akan pem erintah yang tak bisa m enjual seorang negro bebas karena ia belum enam bulan di sini. Itulah pemerintah yang m enam akan dirinya pem erintah, dan berbuat seolah-olah pem erintah, dan berpikir bahwa dirinya adalah pem erintah, tapi harus menunggu selama enam bulan untuk bisa menguasai seorang negro bebas yang bergelandangan, tukang curi, tak punya kesopanan, berpakaian putih, dan....” Bapak begitu sibuk hingga tak m em perhatikan ke m ana kakinya m elangkah. Ia tersandung pada bak tem pat daging babi asin, jatuh tunggang langgang hingga kedua tulang keringnya lecet-lecet. Makiannya jadi m enghebat, kebanyakan ditujukan pada pem erintah, bukannya pada bak yang m em buatnya jatuh. Ia berlompatan berkeliling ruangan, sekali dengan kaki kiri, sekali dengan kaki kanan, bergantian pula ia mengusap-usap tulang keringnya yang kesakitan. Akhirnya ia m engayunkan kaki kirinya untuk m enendang bak tadi sekeras-kerasnya. Nam un itu adalah tindakan yang tak m enguntungkan, sebab ternyata kaki itulah yang m em akai sepatu berlubang ujungnya hingga terpaksa ia m enjerit kesakitan. J eritan itu sangat hebatnya, m em buat bulu kudukku berdiri. Kini ia berguling-guling di lantai sam bil m em egang-m egang jari kakinya yang kesakitan, m aki-m akian yang diucapkannya m engatasi m aki-m akian sebelum nya. Itu diakuinya sendiri kem udian waktu ia sadarkan diri. Ia pernah m endengar Sowberry Hagan, si juara m em aki. Dan katanya m aki- m akiannya waktu kesakitan jari kakinya itu bahkan m engalahkan m aki-m akian Sowberry Hagan. Nam un agaknya Bapak m elebih- lebihkan saja. Mungkin. Selesai m akan m alam , Bapak m inum lagi dari gucinya. Ia berkata wiski di guci itu cukup untuk m em buatnya dua kali

Petualangan Huckleberry Finn 39 m abuk dan m ata gelap. Itulah selalu kata-katanya. Kukira dalam waktu sejam ia akan mabuk sekali sehingga aku bisa mencuri kunci pintu atau m enggergaji dinding, salah satu. Bapak terus saja m inum , sam pai akhirnya ia jatuh terguling ke selim utnya. Nam un agaknya aku sedang tak beruntung, ia tak segera tidur nyenyak, sangat gelisah. Lam a sekali ia m enggeram , m engeluh, dan berguling-guling ke sana-kem ari. Akhirnya aku begitu m e- ngantuk hingga berat sekali terasa untuk membuka mata. Tanpa terasa aku tertidur, lilin m asih m enyala. Aku tak tahu berapa lam a aku tidur, aku tersentak terba- ngun oleh suatu jeritan yang m engerikan. Bapak kelihatannya liar sekali, m elom pat-lom pat dan berteriak tentang ular. Katanya kakinya diram bati banyak sekali ular. Sam bil m elom pat dan m enjerit, ia berkata bahwa seekor ular telah m enggigit lehernya. Ia berlari berkeliling ruangan m enjerit-jerit, “Lepaskan! Lepaskan! Ia m enggigit leherku!” Tak pernah kulihat seseorang berm ata sebuas itu. Segera juga ia roboh kehabisan napas. Ia berguling- guling di lantai, m enyepak sem ua benda yang ada dalam jangkauan kakinya, sem entara tangannya m em ukul-m ukul dan m erenggut-renggut udara. Kini ia m enjerit-jerit tentang iblis yang hendak m enangkapnya. Setelah agak lam a ia berbaring dengan diam kelelahan, m ulutnya m engaduh. Kem udian ia berbaring lebih diam lagi, tak bersuara. Aku bisa m endengar suara burung hantu dan serigala di hutan. Suara itu membuat suasana makin sunyi terasa. Bapak terbaring di sudut ruangan. Akhirnya ia bangkit perlahan, m em asang telinga, kem udian berbisik, “Blug- blug-blug-blug, itulah langkah m alaikat m aut. Blug-blug-blug- blug, mereka datang untuk mengambilku, tapi aku tak akan mau pergi bersama mereka. Oh, mereka ada di sini! J angan sentuh aku, jangan! J angan pegang aku, tanganm u dingin! Lepaskan! Lepaskan aku!” Bapak m erangkak pergi sem entara m ulutnya tak putus- putusnya m inta agar dia dilepaskan. Ia m em bungkus dirinya

40 Mark Twain dengan selim ut dan bersem bunyi di bawah m eja. Kudengar ia m en a n gis. Tiba-tiba ia berguling keluar dari bawah m eja dan selim utnya, dengan buas ia m elom pat ke arahku. Sam bil m enghunus pisaunya, ia berlari mengejarku, memanggilku sebagai Si Malaikat Maut. Ia berkata akan m em bunuhku agar aku tak bisa m em bawanya pergi. Aku berteriak bahwa aku hanyalah Huck, tapi ia m alah tertawa m enyeram kan, m enggeram dan m em aki, terus saja m engejarku. Sekali aku berputar terlalu dekat di bawah tangannya, ia berhasil m encengkeram leher baju jaketku. Kupikir habis sudah riwayatku, namun aku berhasil dengan cepat melepaskan jaketku hingga aku lolos. Segera juga Bapak kehabisan tenaga, roboh bersandar di pintu. Katanya ia akan beristirahat, sem enit, kem udian akan m em bunuhku. Ditaruhnya pisau di bawah tubuhnya, dan ia berkata akan tidur untuk mengumpulkan tenaga. Tak lama ia telah mendengkur. Perlahan sekali aku m engam bil kursi lipat, berdiri di atasnya untuk m engam bil senapan. Kuperiksa betul-betul untuk m eyakinkan diriku bahwa senapan itu berisi peluru, kem udian kutaruh di atas tong sayuran, m enghadap ke arah Bapak. Aku duduk di balik tong, di belakang senjata itu, m enunggu sam pai Bapak terbangun. Betapa pelannya waktu berlalu.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook