Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Novel KEMUNING, Cinta Tanpa Bicara

Novel KEMUNING, Cinta Tanpa Bicara

Published by flindakurniawati, 2019-07-16 00:47:53

Description: Sebuah Novel tentang kesetiaan dan pengabdian istri yang berharap cinta sang suami

Search

Read the Text Version

Kemuning Cinta Tanpa Bicara untuk sesi pemotretan pertama dan kedua. Ada tiga tempat yang diminta Citra untuk kita berpose. Besok tujuannya di Pantai Jogan Gunung Kidul dan menjelang sore di Candi Ijo. Di Candi Ijo, sunsetnya keren.” Aku memegang tangannya. Tetap fokus pada wajah bidadariku. Bejo tenan dirimu Arya, mendapatkan bidadari surga seperti Kemuning. “Ning besok bagaimana ya, Mas? Pakai gaya yang bagaimana? Selfie saja Ning tidak bisa.” Aku hanya senyum melihat rona wajahnya. Sorot lampu berpendar remang. Bayang-bayang kami menyatu dalam tembok berwarna hijau lumut. Nuansa segar dalam ruangan. Sesegar aura cantiknya. Kujaga ranumnya tidak ingin membiarkannya layu. “Ning, Sayang, natural saja. Ada Mas yang akan membimbingmu. Terpenting, jangan lupakan kontak mata kita. Itu chemistry. Chemistry itu kesesuaian secara naluri antara dua insan yang membuat kita nyaman dan cocok saat berdekatan atau bersama. Selama ini, Ning merasakan chemistry itu tidak saat bersama Mas dan saat berada di sisi Mas?” Kucium punggung tangannya. Menanti jawabannya. Dia hanya mengangguk. Aku pandang penuh manik matanya. Mencium keningnya dan berakhir dengan cumbuan mesra kami. Suara alam malam hari seakan mewarnai keterikatan cinta kami. Di kamar yang penuh cinta dari mendiang mbah kakung dan mbah putri. Mereka mungkin tersenyum melihat kesempurnaan hasrat kami. Hasrat cinta dari mahligai pernikahan. 296

Kemuning Cinta Tanpa Bicara Kami sudah sampai di Pantai Jogan Gunung Kidul. Setelah sebelumnya kami nyekar di makam almarhum dan almarhumah yang sangat berperan penting bagi kehidupanku sebelumnya hingga saat ini. “Hati-hati, Sayang.” Hampir saja Kemuning terpeleset saat hendak menuruni berbatuan berundak ketika hendak menuju air terjun. Tempatnya memang licin. Aku merangkul menahan tubuhnya. Wajah kami bertatapan. “Wah... jan sippp. Aku potret ini.” Citra berteriak sembari memainkan kamera profesionalnya. “Sekarang, aku yang turun ya, Mas. Tak potret dari sana biar air terjunnya lebih kelihatan.” Citra menuruni berbatuan berundak dengan hati-hati. Aku membantunya turun. Sesi pemotretan ini tidak memakan waktu lama. Kostum kita sederhana namun memikat. Make up di bantu oleh Risa, sahabat Citra yang memang dia bertepatan liburan di Yogyakarta juga. Hingga tempat kedua kami kunjungi. Candi Ijo. Candi Ijo terletak pada ketinggian 375 meter dari permukaan laut. Ini candi yang letaknya tertinggi jika dibandingkan candi di sekitarnya. Uniknya, saat kita berada di puncak Candi Ijo ini, kita bisa menikmati panorama Yogyakarta. Kami mengamati relief-relief candi peninggalan kerajaan Hindu ini. Hingga menanti sunset untuk kami mengambil gambarnya. Kemuning tampak canggung ketika kami harus berpose lebih dekat. Saling bersentuhan dahi kami dan menyatukan hidung kami. 297

Kemuning Cinta Tanpa Bicara “Ning, tidak perlu gugup. Bayangkan keseharian kita. Saat rinai hujan menyemaikan benih-benih cinta kita.” Dia terpejam memaknai kata-kataku. Kami sama-sama terpejam dalam senyuman. Merasakan chemistry diantara kami. Citra berteriak. “Bravooo!! Mbak Ning dan Mas Arya. Chemistrynya keren banget.” Citra bersenyum puas. “Cit, aku jadi iri sama mereka. Kapan ya kita bisa seperti mbak Ning dan mas Arya.” Suara Risa begitu jelas terdengar. Kami mendekati mereka berdua. Berbincang-bincang untuk pemotretan selanjutnya, jadwalnya lusa depan. Jadi besok aku bisa mengajak Kemuning jalan- jalan mesra. Pagi sekali kami begitu dekat dengan lokasi perkebunan teh Nglinggo. Kebun teh ini berlokasi di daerah Samigaluh di Dusun Nglinggo, Desa Pagerharjo, Kulon Progo. Menurut penuturan masyarakat sekitar, lokasi ini salah satu markas Pangeran Diponegoro. Namun sekarang sudah berubah fungsi menjadi perkebunan dan tempat wisata. Atas bantuan Citra, aku dan Kemuning bisa menikmati bersepeda dengan begitu bahagia. Energi alam sekitarnya seakan mengiringi perjalanan kami. Sejuk sekali, hamparan hijau pohon teh yang bikin mata adem, dan pemandangan puncak delapan gunung sekaligus. Aksesibilitas ke daerah ini juga sudah cukup bagus terdapat homestay yang bisa dimanfaatkan untuk bermalam. Andai saja besok 298

Kemuning Cinta Tanpa Bicara tidak ada sesi pemotretan lagi, sudah pasti aku dan Kemuning menginap di sini. Suhunya mendukung sekali buat bulan madu kami. Citra mengiringi perjalanan indah kami. Sesekali menggoda. “Mas, lebih syahdu kalau bersepeda satu untuk dua.” Citra terkekeh. Dia ikut karena ingin memotret panorama perkebunan teh. Lalu hal yang diucapkan Citra terjadi. “Citra, doamu terkabul. Ban sepeda yang dikendarai mbak ayumu bocor. Biar mbakmu Ning kamu bawa dalam mobil ya?” Aku menepikan sepeda Kemuning. Ning menghela napas panjang. Bingung harus berbuat apa. “Eisshh... cinta butuh perjuangan. Tidak semudah itu. Aku hanya bisa angkut sepedanya saja. Bukan mbak Ning. Kalau mbak Ning, Mas Arya saja yang angkut.” Citra keluar dari mobil. Aku hendak protes padanya. “Hayo... dalam urusan cinta tiada kata protes. Ingat perjuangan cintamu tidak semudah itu Kakangmas Mahendra Arya Putra.” Citra menunjukkan telapak tangannya padaku. Menghentikan ucapanku yang hendak protes. “Yowis, tidak masalah kan, Ning. Adik kita menzholimi kita.” Aku terkekeh. Citra mencubitku. “Oke, pejuang cinta. Semangat!” Citra berjalan melintasi kami. Aku mengambil sepedaku. Menaikinya dahulu. Karena sepeda gunung tidak ada tempat boncengan, jadi Kemuning duduk di bagian top tube. Tepat di depanku. 299

Kemuning Cinta Tanpa Bicara Bagian dadaku menyentuh pungungnya. Pipinya menyentuh hidungku. Dia memandang ke depan. Kupegang handle bar. Seakan memeluknya. “Sudah siap, Sayang?” Aku berbisik lirih dekat telinganya. Kemuning mengangguk. Rona pipinya memerah. Dia canggung saat aku memboncengnya seperti ini. “Tenang ya, Sayang. Anggap saja aku adalah Gatotkaca yang siap membawa Dewi Pergiwa pergi kemana pun.” Kuberbisik lagi padanya. Dia hanya mengangguk saja. Terdiam tanpa kata. Aku tahu dia begitu bahagia. Jalan beraspal ini tidak terlalu lebar. Seakan seperti lintasan pelangi, membawa warna di hati kami. Tumbuh-tumbuhan hijau terhampar layaknya awan-awan yang berjejar menyambut sang dewa dewi cinta menuju khayangan. Hijabnya meliuk-liuk ibarat panji kemenangan untuk kebersamaan kami, rasa kami, hasrat kami. “Kamu senang pemandangannya, Ning?” Kudekatkan bibirku pada telinganya. “Iya, Mas.” Dia hanya menjawab lirih. “Apa Ning bahagia saat berada di sisi, Mas?” Kudekatkan pipiku pada pipinya. Mencari radar hatinya, perasaannya yang mendalam akan kebersamaan kami. “Iya, Mas.” Kata-kata sederhana namun jauh di dasar telaga hatinya, dia memaknai perasaan ini begitu dalam. 300

Kemuning Cinta Tanpa Bicara “Ingatlah selalu, Sayang. Setiap detik kebersamaan kita. Mas tidak akan melupakan semua peristiwa ini. Karena Ning bagian dari napas Mas. Nama Ning mengalir di seluruh nadi hingga jantung Mas. Kumohon jangan pernah pergi dari sisi Mas ya, Ning.” Dia menoleh memandang wajahku. Manik matanya yang berbicara. Rasa kami begitu mendalam. Kami menikmati waktu demi waktu begitu berharga. Menit demi menit kebersamaan kami. Allah telah mengilhami kita dengan cinta begitu besar. Hingga kami bisa merasakan betapa agung cinta yang bertahta penuh di hati kami. Hingga, tanpa kami sadar, Citra memotret kami. Ini adalah tempat pemotretan terakhir kami. Sebelumnya kami meminta ijin waktu yang tepat untuk privasi kami saat mengambil gambar. Risa sudah siap kostum pengantin dan lengkap dengan media make up. Taman Sari ini di bangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwana I. Di tempat inilah tempat bertemunya para istri-istri sultan. Terdapat menara, mitosnya sultan akan melihat para istri-istrinya menyegarkan tubuh, kungkum di kolam pemandian Taman Sari ini. Aku sudah siap dengan busanaku. Menanti Kemuning dengan busana pengantinnya. Kuingat saat pernikahan di balai dusun itu. Kebaya putih yang sederhana, dengan kerudungnya. Waktu itu memesonaku namun tiada hasrat cinta di hatiku. Namun hari ini, aku nervous 301

Kemuning Cinta Tanpa Bicara menantikan dirinya bergaun pengantin lagi. Gaun yang berbeda. Rasa dan hasratku juga berbeda. Kunanti dirinya saat berada di masjid kuno. Tepat berdiri di mimbar dikelilingi tangga berundak. Aku begitu takjub akan kedatangan Kemuning diiringi Risa membantunya menaiki tangga berundak. Gaun pengantin berwarna kuning keemasan dengan kilauan hiasan manik- manik serupa berlian. Gaunnya panjang menjuntai. Jujur, aku terpaku sesaat. Menikmati keindahan yang Allah cipta untuknya. Hatiku sudah bertekuk lutut padanya. Jika dia ingin meminta jantungku, aku siap beri untuknya. Napasku tertahan sesaat, jantungku tiada bosan berpacu, mata ini tertuju selalu padanya. Tanganku gemetar menyambutnya. Kugapai tangannya, pandanganku tiada lepas darinya. Permaisuri tunggalku. Tiada yang biasa menggantikan tahtamu di hatiku. “Ning, dimana aku sekarang? Kesadaran dan akalku pupus saat melihatmu. Sungguh, Mas begitu sangat mencintaimu.” Kemuning menundukkan kepala dengan disertai senyuman menawannya. Dialah bagian dari hidupku. Tulang rusukku. Layaknya baju zirah dan anting Bathara Surya yang melekat sejak kelahiran Adipati Karna. “Mas Arya... sudah siap, pose yang mesra ya!” Citra bersiap dengan kamera profesionalnya. Hingga menuju kolam, pusat pemotretan kami. Citra yang hobi fotografi sangat bersemangat mengambil gambar kami. Berkali-kali Citra 302

Kemuning Cinta Tanpa Bicara menggoda dan mengumbar senyumannya. Risa temannya, berkali-kali berbicara tentang chemistry kami yang membuatnya iri. “Ok! perfect Mbak Ning dan Mas Arya.” Citra memberikan kode pada kami. Foto-foto kita sudah selesai. Kami berganti kostum. Namun kejadian janggal terjadi. Saat seorang petugas memberikan sepucuk kertas kepadanya. Aku menghampiri Kemuning. “Surat apa itu, Ning?” Dia meremas kertas itu dan membuangnya. “Oh tidak, Mas. Bukan apa-apa.” Matanya berkaca-kaca. Aku mengeja raut wajahnya. Pasti ada tidak beres, hingga yang membuatnya seperti itu. “Mas, ayo balik. Aku ingin ke depot. Ingin makan sate klatak di Bantul.” Citra mengiringi langkah Kemuning dan Risa. Aku mengikutinya dari belakang. Pikiranku tertuju pada selembar kertas yang dibaca oleh Ning. Ada yang tidak beres pada tulisan itu. Aura wajah Kemuning meredup seketika, setelah membacanya. “Sebentar ya, Cit. Mas kebelet mau ke belakang.” Aku turun sebentar, saat mobil masih berada di area parkir. Langkahku kupercepat kembali ke Taman Sari. Mencari kertas yang sudah di buang oleh Kemuning. Kucari kertas itu, diantara pelataran lantai kokoh bangunan, hingga kutemukan di rerumputan. Kubuka kertas yang sudah bulat tidak beraturan. Aku membacanya. 303

Kemuning Cinta Tanpa Bicara Tempat yang tepat bagimu. Tempat yang akan menempatkan posisimu sebagai selirnya. Tunggulah saat itu. Aku meremas lagi kertas itu. Membuangnya di tempat sampah. Ya Allah, cobaan apa lagi buat cinta kami. Firasat apa lagi ini, ya Allah. Aku hela napas panjang. Menahan emosiku. “Lagi lihat apa, Sayang?” Kurengkuh tubuhnya yang sejak tadi melihat pohon kesemek di pekarangan melalui bingkai jendela kamar yang dibiarkan terbuka, meski sudah larut malam. Pekarangan yang berada di samping rumah mbah kakung. Terdapat lampu yang cukup terang. Hal ini menghindari buah yang mulai masak di makan codhot yaitu sejenis kelelawar yang memakan buah-buahan. Saat ini buah kesemek sedang berbuah dan mulai ranum. “Itu Mas, buah kesemek. Dulu Ning paling suka buah itu. Tapi kenapa, sekarang tidak suka ya, Mas?” Aku balik tubuhnya. Menghadap tepat di depanku. “Lalu, Ningku, Sayang mau minta buah apa?” Aku pegang pundaknya. Mencari sorot matanya. Semenjak kejadian di Taman Sari itu. Dia tampak murung. Setiap kucari kejujurannya, dia mengalihkan pembicaraan. 304

Kemuning Cinta Tanpa Bicara “Aku ingin sekali, buah yang tumbuhnya menempel di batang pohon. Warna kulit mirip buah sawo tapi bentuknya bulat. Daging buahnya berwarna kuning membungkus biji buah yang cukup besar. Pasti rasanya manis, Mas.” Pandangan matanya ke atas. Bibir tipisnya mengeja angan-angannya. “Memangnya, Ning sudah pernah mencicipi buahnya?” Kubelai pipinya. Menatap tajam keinginannya. “Belum pernah, Mas. Tapi Ning seakan-akan ingin sekali mencicipi buah itu. Bisa Ning bayangkan, betapa nikmat dan manisnya buah itu. Buah apa itu, Mas?” Dia memandangku. Mencari tahu jawabanku. “Itu buah kepel, Sayang. Buah itu digemari para putri kerajaan Mataram. Buah kepel banyak tumbuh di sini. Kalau kamu mau, besok aku minta pada paklik Brata biar di carikan di pekarangan belakang rumah mbah Karyo.” Aku tersenyum akan keinginannya. “Sekarang ya, Mas. Rasanya ingin banget. Sampai Ning terbawa mimpi.” Tangannya memegang erat tanganku. Manik matanya penuh berharap agar aku segera mencarikannya buah yang diinginkannya. “Tapi, Sayang. Ini sudah malam. Sudah hampir jam sebelas malam lho.” Kupandangi wajahnya meyakinkannya. “Heemmm... ayolah, Mas. Ning tidak bisa tidur nanti, sebelum makan buah itu.” Aku hanya garuk-garuk kepala. Kebingungan. Ini sudah larut malam. 305

Kemuning Cinta Tanpa Bicara Ya, sudah aku pergi malam-malam ke rumah mbak Karyo. Minta tolong paman Brata. Semoga mbah Karyo sudah tidur sehingga tidak membuatnya semakin marah kepadaku. Bisa gawat kalau dia tahu aku minta buah kepel malam-malam. Dikira aku tidak punya aturan. Aku nekat, demi Ningku sayang. Kubawa sekantong plastik buah kepel. Kemuning begitu senang sekali. Dia belai buah berwarna coklat tua itu. Mencium aromanya dengan senyuman yang begitu lebar. Ada-ada saja kamu, Ning. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya. Lalu dia bergegas mencari piring dan pisau. Memakannya. Satu kantong plastik, dia habiskan sendiri. Duh, Gusti, Ning, Ning, ada apa denganmu? Makan buah kepal seperti itu. Khilaf barang kali ya. Aku hanya tersenyum melihatnya, begitu senang melihat tingkahnya kali ini. Meski aneh, tidak seperti biasanya. Jantungku berpacu cepat Napasku tertahan sesaat Melihat gaun pengantin yang dia kenakan Tanganku gemetar saat menggapainya Sungguh… Dia memesona Mengalihkan seluruh jagat raya Pandanganku hanya tertuju padanya I love you forever Kemuningku… 306

Kemuning Cinta Tanpa Bicara 23 BUKAN MENGKHIANATI CINTAMU POV : Keysha Larasati “Arya! Arya tunggu!” Aku terpaksa menaiki sepeda motornya. Dia hendak pulang. “Apa maksud kamu, Key? Kumohon turun! Aku tidak ingin ada fitnah di antara kita.” Arya menepis tanganku yang sedang merangkulnya dari belakang. “Oke Ar, tapi please, ikut denganku sebentar. Ada sesuatu yang harus kamu ketahui.” Aku melepaskan pelukanku. Masih duduk di atas sepeda motornya. Di belakangnya. “Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, Key. Semua sudah terlambat. Aku sudah bahagia dengan istriku. Jangan usik kehidupanku! Aku sudah cukup sabar atas semua kelancanganmu.” Dia sedikit menoleh. Suaranya meninggi. Arya mulai tersulut emosi atas sikap nekatku. “Arya! Kumohon, Aku tidak ingin memikul kebencianmu padaku atas semua perbuatanku delapan tahun yang lalu. Aku terpaksa Ar.” Aku mulai menangis. Tempat parkir yang mulai ramai orang, melihat keadaanku yang emosional. Aku tidak peduli pada beberapa pasang mata melihat tangisanku. 307

Kemuning Cinta Tanpa Bicara “Oke! Oke, aku turuti apa yang kamu mau. Tapi cukup sekali ini saja. Setelah itu, jangan usik rumah tanggaku!” Dia sedikit menoleh padaku. Aku tersenyum. Kuhapus sisa-sisa air mataku. “Terima kasih, Ar. Aku tunjukkan sesuatu padamu. Ikutlah denganku.” Dia meminjam helm pada petugas parkir. Memberikannya padaku. Aku memakainya. Sepanjang perjalanan, aku kembali mengenang masa lalu kami. Saat hubungan persahabatan mengalir menjadi hubungan cinta. Detik- detik kebersamaan ini membuat benang-benang harapan terangkai kembali. Kuharap dengan dia mengetahui alasanku, Arya berhenti membenciku. Memulai kembali rangkaian cinta yang dulu pernah terputus. “Ini di mana, Key?” Dia menghentikan motornya. Menepi pada sisi jalan, tepat di depan gapura area pemakaman. Dia tampak kebingungan. Dibuka helm putihnya. Tampak wajahnya berkeringat di antara dahinya. “Iya, Ar. Ini penjelasanku yang pertama. Lebih baik kita masuk.” Arya menggantungkan helmnya di sebelah kiri gagang setir sepeda motornya. Sepeda motornya dia hidup kan kembali, memasuki area makam. Di dalam area makam terdapat tempat parkir. Ada beberapa sepeda motor dan mobil terparkir di tempat itu. Dia memakirkan sepeda motornya. Aku menantinya di sisi tempat parkir. 308

Kemuning Cinta Tanpa Bicara “Ikuti aku, Ar.” Aku berjalan mendahuluinya. Menapaki jalan bersemen yang tidak terlalu lebar. Di setiap langkah kami, kiri dan kanan jalan terhampar rerumputan hijau yang melingkupi batu nisan dengan begitu terawat dan rapi. Hingga aku hentikan langkahku tepat di depan sebuah batu nisan. “Ini, Ar. Inilah alasanku. Keterpaksaanku meninggalkanmu, tepat di waktu bahagia kita dulu.” Aku duduk berjongkok di samping makam ibuku. Arya terlihat syok. Sorot matanya nanar. Dia memegang dahinya dengan kedua telapak tangannya dan mengusapnya hingga seluruh mayangnya. “Tidak Key! Ini tidak mungkin. Kamu pasti berbohong!” Ia mundur beberapa langkah. Matanya berkaca-kaca. Seakan tidak percaya pada apa yang dia lihat pada goresan di batu nisan itu. “Inilah kenyataannya, Arya. Tepat di hari pernikahan kita, aku kehilangannya. Aku kalut saat itu. Tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa menghubungi ayahku yang tinggal di Oxfordshare Inggris. Ayah mengajakku setelah sehari pemakaman ibu. Dia orang tuaku juga, Ar. Aku tidak bisa melawan kehendaknya.” Aku bangkit, melangkah mendekati Arya. Aku putri dari sepasang suami istri yang berbeda negara. Ibu berasal dari Indonesia yang bersedia menikah dengan ayah berkebangsaan Inggris. Mereka menjalin hubungan berumah tangga jarak 309

Kemuning Cinta Tanpa Bicara jauh. Ayah pulang setiap tiga bulan sekali yang hanya memiliki waktu bersama hanya tujuh hari. “Sebelum ibu menghembuskan napas terakhirnya, beliau berpesan padaku. Menghentikan pernikahan kita sementara waktu, hingga aku bisa melanjutkan study S2 ke Oxford. Ini kehendak ayahku juga, Ar.” Kudekatkan wajahku pada Arya. Pria yang kucintai. Memandang matanya yang nanar. “Aku dibawa ayah di Oxfordshare. Tempat kelahiran ayah. Aku lolos ujian masuk universitas di sana.” Kupandang penuh wajahnya. Kegundahan hatinya aku rasakan juga. “Lalu, mengapa kamu bungkam. Tidak ada sepatah kata pun yang mewakili. Kamu menggantung hubungan kita. Kamu terlalu kejam terhadapku, Key.” Dia memalingkan muka. Memunggungiku. Aku tahu perasaannya tersiksa saat ini. Hatinya masih tersisa cinta untukku. “Aku terpaksa dan dipaksa, Ar. Ayah mengambil ponselku. Membatasi ruang gerakku. Dia berambisi melebihi almarhumah ibuku. Ayah mengekangku. Aku berusaha mengirim surat padamu, namun tidak ada satu pun surat balasan darimu. Aku kirim email saat itu, namun kamu sudah tidak aktif di dalamnya. Bagaimana bisa aku menjelaskannya, Ar?” Aku menangis. Melawan kepedihanku. Tidak berdaya pada keadaanku saat itu. “Ya, aku yang membakar semua surat-surat darimu. Tidak pernah sekalipun aku membaca suratmu. Bahkan email, aku ganti. Aku tutup segala akses tentangmu. Aku melemah, Key. Kamu tahu itu! Aku 310

Kemuning Cinta Tanpa Bicara sangat berharap padamu hingga ibuku meregang nyawa karenamu!” Arya meninggikan suaranya. Emosi telah menguasai hatinya. Aku melangkah menghadap wajahnya. Memegang kedua pipinya yang basah karena air mata. “Ar, maafkan aku. Aku tidak punya kekuatan saat itu. Aku melemah. Cinta kita sudah kalah karena keadaan.” Aku pandang lingkaran bola matanya. Memerah karena air matanya berderai. Beban yang sangat berat, seakan berada dipundaknya. Jujur, aku tidak bisa melihatnya rapuh. Namun aku tidak ingin dia membenciku seumur hidup. Dia harus tahu keadaanku sebenarnya. “Lepaskan tanganmu, Key. Aku sudah milik orang lain.” Dia menepis kedua tanganku. “Masih adakah secuil cinta untukku, Ar? Aku hanya inginkan kejujuran hatimu.” Aku mencari kejujuran di matanya. “Apa yang harus aku sisakan untukmu, Key? Aku pria beristri. Tidak mungkin aku bagi hati dan cintaku untuk wanita lain. Maafkan aku.” Dia melangkahkan kaki. Hendak kembali ke area parkir. “Tapi Ar, aku sanggup menjadi istri ke duamu.” Aku pegang tangannya. “Gila kamu, Key!” Dia sedikit berteriak. Memandang wajahku dengan tajam. “Ya Arya! Aku tergila-gila padamu. Delapan tahun aku bertahan. Hingga aku merasa kehilanganmu sebulan itu. Begitu kamu kembali. 311

Kemuning Cinta Tanpa Bicara Kamu telah menikah dengan wanita dusun itu. Hatiku hancur, Ar.” Air mataku berderai lagi. Memandang wajahnya, yang selalu aku rindukan. “Tidak, Key! Aku tidak bisa.” Arya berjalan melintasiku. “Arya! Bukankah berpoligami bukan suatu kesalahan. Kumohon Ar, aku tidak bisa hidup tanpamu.” Aku mengejar langkahnya. “Aku antar kamu kembali ke rumah sakit. Pembicaraan dan penjelasanmu sudah cukup bagiku. Kuharap kamu mengerti keadaanku.” Arya memberikan helm padaku. Aku hanya menghela napas panjang. Menghapus air mataku. Sesampainya di rumah, kucari kamarku. Kuhempaskan tubuhku di atas ranjang pegas. Ranjang yang dulu kubermimpi tentangnya. Berkata-kata penuh manja saat menelepon dirinya, sembari merebahkan tubuhku. Dia selalu kirimkan rekaman suara indahnya yang teriring melodi gitarnya. Puisi-puisi cintanya membuai tiap malam-malamku. Hatiku selalu meleleh karena sikap romantisnya. Arya, pria sopan yang selalu menjaga kehormatanku. Baginya, wanita adalah makhluk yang harus dijaga kehormatannya. Aku berusaha untuk menciumnya. Namun dia mengelak dengan lembut. Dia berprinsip, tidak akan ada kontak fisik belum ada ikatan pernikahan. Ini yang membuatku semakin mengagumi Arya. Hingga aku bersikeras melawan kehendak orang tua agar aku bisa menikah dengannya. Menikah dengan Mahendra Arya Putra, pria yang selalu aku cintai. 312

Kemuning Cinta Tanpa Bicara Angan-angan indahnya tentang pernikahan dan tentang sosok istri idamannya, membuatku semakin yakin, dia pria yang bertanggung jawab akan diriku. Aku beranikan dengan penuh keyakinan, mengungkapkan perasaan cintaku padanya. Dia juga mencintaiku. Bagiku dia cinta pertamaku. Baginya aku cinta pertamanya. Dia pria yang teguh akan janjinya. Melamarku setelah kami menamatkan pendidikan di universitas. Kami pasangan populer, sepasang mahasiswa teladan dan dikagumi di kampus. Keyakinan kami, kebersamaan kami akan berakhir bahagia. Kuingat hari, dimana dia melamarku secara terang-terangan di malam inagurasi fakultas. Kukira listrik sedang padam, saat pertengahan acara itu. Lalu, beberapa teman membawa beberapa lilin di atas panggung. Dia juga membawa lilin dengan gitar di bahunya. Duduk di tengah panggung. Memainkan gitarnya, menyanyikan lagu “I Knew I Love You” dari Savage Garden. Listrik menyala kembali, saat Arya tepat duduk menekung lututnya menghadapku. Meminta ijin, untuk melamarku. “Keysha Larasati, Will you merry me?” Dia tengadah memandang wajahku. Menunggu jawabanku. Aku menerimanya. Dekan, dosen dan semua mahasiswa menjadi saksinya. Semua bersorak akan keberaniannya. Akulah wanita yang paling bahagia saat itu. Kejutan manis untuk melamarku. Hari terindah terangkai, saat dia bersama kakek dan adiknya datang meminangku. Aku berusaha yakinkan ibu, aku siap berumah 313

Kemuning Cinta Tanpa Bicara tangga. Ayah menentangku. Ambisi ayah agar aku melanjutkan kuliah di Oxford, kulawan kehendaknya. Cintanya membuatku menutup telinga dari saran orang tua kandungku. Aku hanya mendengarkan suara hatiku, saat cintanya memanggilku. Merajut benang-benang asmara dan tenggelam bersama di samudera luas yang bernama cinta. Menyiapkan bahtera besar untuk kita arungi bersama. Tiga hari setelah acara lamaran. Arya mengajakku ke Yogya. Dia hendak memperkenalkan keluarga besarnya di sana. Kami bertiga bersama Citra yang masih ABG, berumur lima belas tahun saat itu. Kereta api melaju, membawa kami menuju Yogyakarta. Kota budaya yang sangat kental mempertahankan tradisi. Kehebatan kesultanan Yogyakarta, dalam memimpin hingga sekarang, Yogyakarta sebagai magnet tujuan wisata. Modernisasi yang merambah di Indonesia tidak mempengaruhi Yogyakarta untuk berubah. Aku mencintai budaya Indonesia dari Arya. Dia yang memperkenalkan etika budaya Jawa yang menjunjung tinggi tepa slira, sopan santun. Arya memberikan kejutan bagiku. Dia menyewa andong untuk mengantarkanku dari stasiun ke kediaman mbah kakungnya. Saat menaiki andong pun, Arya membuatku berbunga-bunga. Seperti putri raja dituntun dengan pangeran setampan dia. Senyuman dan tatapan matanya hingga sekarang sulit aku lupakan. Ini yang membuatku bertahan selama delapan tahun menantinya. Kami sampai pada pelataran yang asri. Hijau dengan rerumputan tersusun rapi. Rumah joglo yang cukup megah. Ukiran-ukiran kayu jati 314

Kemuning Cinta Tanpa Bicara di pintu, jendela dan perabotannya khas berkelas seni. Aku duduk penuh ketakjuban. Sangat berbeda dengan yang ada di rumah. Apalagi kediaman ayah di Oxfordshare Inggris. Kakek buyutnya dulu seorang telik sandi kesultanan, yang menikah dengan keluarga dari keraton. Begitu juga kakeknya, beliau seorang Tumenggung di keraton, yang menikah dengan keluarga sultan. Aku tercengang saat itu. Pria lugu yang selalu tampil apa adanya adalah bagian dari keluarga keraton. Pagi yang masih tersisa embun. Matahari masih bersembunyi di balik gedung megah perkotaan. Kupandangi gaun pengantinku. Semalam aku tertidur ditemani gaun pengantin itu. Malam nanti akan ditemani Arya pangeranku. Bayangan indah saat itu, masih membekas dibenaku. “Non, perias mantennya sudah datang.” Si mbok mengetuk pintu kamarku dan membukanya. “Ya Mbok, suruh masuk kamar sini langsung. Aku mau mandi dulu.” Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 06.30 WIB. Bergegas kuambil handuk segera menuju kamar mandi pribadiku. Aku duduk di meja rias. Menanti perias memoles wajahku. Ini hari bahagiaku. Awal aku berlabuh menanti bahtera bersama nakhoda pilihanku yang aku cintai. Hampir tiga tahun kebersamaan kita. Inilah puncaknya. Kita dipertemukan dalam ikatan suci pernikahan. Senyumanku selalu bergulir, mengingat sikap manisnya. Dia pria 315

Kemuning Cinta Tanpa Bicara romantis dan akan menjadi suamiku. Bayangan indah bersamanya sudah berada di pelupuk mataku. Hari-hari bahagia akan kita rangkai bersama. Pukul delapan tepat, aku sudah siap dengan gaun pengantin warna ungu. Warna pilihan Arya. Kupandangi penampilanku di depan cermin hias. Aku begitu siap bersanding bersama pangeranku, Mahendra Arya Putra. “Non... Non... gawat Non...!!” Suara si mbok datang seketika, membuyarkan lamunanku. Pintu terbuka. Si mbok tampak terengah- engah. “Ada apa, Mbok? Tenang Mbok. Ambil napas dulu.” Si mbok berhenti sesaat. Mengambil napas panjang. “Nyonya jatuh terpeleset di kamar mandi, Non,” ucapan si mbok membuatku menghempaskan seikat bunga yang dikirim dari Arya padaku. Aku bergegas turun, meski kesulitan melangkahkan kaki dengan cepat. Kain jarit yang melilit kakiku cukup kuat. Ibu sudah terkapar tidak berdaya di lantai kamar mandi. Aku bersama si mbok memapahnya perlahan menuju ranjangnya. Wanita umurnya telah separuh abad yang telah melahirkanku dan menyusuiku. Begitu sabar dengan segala ego yang kumiliki. Begitu tegar menanti ayah di setiap bulan-bulannya. Kini tubuhnya ringkih di atas ranjangnya. Napasnya begitu lemah. Kurasakan denyut nadinya melemah. “Mbok, aku sudah panggil ambulans.” Aku menunggu datangnya ambulans dengan perasaan cemas. 316

Kemuning Cinta Tanpa Bicara Hampir satu jam ambulans belum tiba. Aku menghubungi ayah yang sekarang ada di Oxford Inggris. Dia begitu marah, meski dia merestui pernikahanku dengan Arya. Namun karena dia tidak begitu ikhlas, dia mewakilkan wali nikah pada wali hakim. “Dad, mommy. Mommy fell from the bathroom,” aku membuka percakapanku dengan perasaan gugup. “What? How can that happen, Dear?” suara ayah begitu cemas. “I don’t know, Daddy. Please, go home soon.” Aku menangis. Mengapa kejadian ini terjadi disaat hari bahagiaku. “Allright, Darling. Calm down, do not cry. Daddy, will be home soon.” Kututup panggilan ponselku. Duduk di tepi ranjang melihat ibuku begitu lemah. Aku hanya berpikir tentang ibu dan ayah. Ambulans membawa ibu. Aku berada di sampingnya. Masih mengenakan gaun pengantin dengan keadaan dandanan yang tidak bisa aku pikirkan. Pikiranku hanya tertuju pada ibu. Aku tidak ingin terjadi hal-hal buruk padanya. Apalagi hingga kehilangannya. Aku melintasi masjid itu. Masjid dimana begitu banyak saksi di hari bahagiaku bersamanya. Arya, aku harus menghubunginya. Oh tidak, ponselku mati. Ponselku lowbat. Bagaimana ini, aku tidak bisa menghubunginya. Mungkin ini waktunya. Harusnya aku sekarang berada di masjid itu. Bersanding dengannya. Mendengarkan dia mengucapkan ijab qobul atas diriku. Ya Allah, cobaan ini begitu berat untukku. 317

Kemuning Cinta Tanpa Bicara Air mataku berderai, mencemaskan dua hal. Keadaan ibuku atau nasib pernikahanku. Pikiranku buntu. Kemelut ini memasungku erat. Aku tiada daya. Hanya mampu menangis hampa. Ruang ICU seakan pengap bagiku. Hati ini telah terbawa saat melintasi masjid itu. Namun diri ini harus berada di sisi ibu. Menemaninya di masa kritisnya. Selang oksigen dan alat deteksi frekuensi jantung terpasang padanya. Saat kritisnya, suaranya memanggilku. Aku melihatnya melalui kaca jendela dengan korden putih yang sedikit terbuka. “Keluarga pasien atas nama Keysha. Segera di ruang ICU. Pasien ingin bertemu,” perawat berbicara padaku. Tanpa menjawab, aku bergegas di ruangan itu. Kondisi ibu yang penuh alat-alat medis, seakan tidak sanggup kulihat. “Key, tundalah pernikahanmu. Jadilah wanita karier dahulu sebelum kamu berumah tangga.” Napas ibu tersengal-sengal. “Turuti kemauan Mommy dan daddy. Mommy mohon padamu, Key.” Tangan ibu yang kugenggam melemah. Napasnya semakin sesak. Denyut nadinya terhenti. Ibu telah tiada. Pesannya bagai titah besar. Aku berat memanggulnya. Kutangisi jasad ibuku yang terbujur kaku. Masih di atas ranjang di ruang ICU. Ruangan seakan tak bergeming. Menyembunyikan tangisannya untukku. Kulihat jam di dinding bercat putih bersih, menunjukkan pukul sebelas lewat. Gaun pengantin ini masih lengkap kukenakan. Make up tidak beraturan. Aku tidak peduli. Kehilangan ibu 318

Kemuning Cinta Tanpa Bicara seakan tersayat sembilu. Ditambah lagi kehilangan belahan jiwaku. Arya, maafkan aku. Aku tiada daya saat ini. “Dad, mom is gone.” Aku menangis dalam pelukan ayah. Dia datang ketika ibu hendak di kuburkan. Jasadnya terbungkus kain putih. Aku tiada sanggup melihatnya. “I have contact Arya, Dad.” Aku mengambil ponselku. Hendak menghubungi Arya. “Stop! Break your love relationship with him.” Ayah meraih ponselku. “Not, Daddy. He is my future hustband. I have to tell my situation.” Aku meyakinkan ayah agar Arya mengetahui keadaanku sebenarnya. “Come on, Dear. Forget that man!” Ayah membanting ponselku hingga hancur. Aku hanya menangis. Mengikuti langkah-langkah kaki menuju pembaringan terakhir ibu. Dua wajah itu selalu membayangiku. Hingga aku sampai di Oxfordshare, kediaman ayah. Ayah mengajakku serta. Membujukku. Jika aku mampu melewati kuliah ini hingga S3, aku dibebaskan untuk kembali di Indonesia mencari cinta sejatiku. Oxford kota non metropolitan. Kota kecil yang ramah. Fasilitas kendaraan bermotor tidak ada di sini. Jalan kaki dan bersepeda telah 319

Kemuning Cinta Tanpa Bicara melekat di keseharian penduduk dan mahasiswa Oxford. Kujalani kuliahku selama lima tahun di sini. Belajar mandiri dalam hidup. Awal perkuliahan di tahun pertama dan kedua, harus dilakukan di asrama. Setiap akhir minggu, ayah menjemputku. Dia selalu mengawasi setiap ruang gerakku meski aku tinggal di asrama. Tahun berikutnya, pihak universitas memberikan kebebasan bagi mahasiswanya untuk memilih hunian. Aku memilih tinggal di apartemen. Meski, ayah melarangku. Hidup dalam kemandirian adalah keinginanku. Tiap malam, keheningan yang kutemui. Suara indah dan alunan melodi gitar Arya mengitari sepiku. Aku selalu memutar rekaman suara indahnya, sebagai pengantar tidurku. Hanya itu yang bisa kubawa pergi dari 7300 mil jarak kami sekarang. Aku sangat merindukannya. Setiap akhir minggu, kukirim surat untuk dia. Berkisah tentang kesendirianku tanpa dirinya. Berkisah tentang rinduku pada dirinya. Berkisah tentang mimpi-mimpi kami yang hendak kita rangkai kembali. Namun, tiada jawabannya. Aku selalu bersabar. Hingga kucoba lacak emailnya, nihil. Dia sudah tidak aktif di dalamnya. Kutanya pada sahabat-sahabatnya, dia bungkam. Aku memahami luka hatinya. Ini bagian dari kesalahanku. Lima tahun telah berlalu. Gelar yang dibanggakan ayah telah kusandang. Aku terbebas dari belenggu ini. Lima tahun telah memasung cintaku. Kabar tentang Arya banyak kuterima dari sahabat-sahabatku di Jakarta. Dia masih sendiri. Aku bertahan akan cinta ini untuknya. Nantikan diriku Arya. Mengembalikan cinta ini bersamanya. 320

Kemuning Cinta Tanpa Bicara Aku sudah berkemas untuk kembali pada Aryaku. Cinta ini terlalu besar untuk aku himpun sendiri. Tiba-tiba, ayah datang menghardikku. “Stop! Daddy, never let you go.” Ayah mencegahku pergi. Dia meraih koperku. Mengambil paspor, ijazah dan beberapa identitasku. “Why, Dad? I have not fulfilled my Daddy’s wishes.” Aku menentangnya. “Daddy, will introduce you to the best man than your choices Key.” Ayah dengan nada memaksa. Membuatku semakin terpuruk. “Please, Daddy. I don’t want an arranged marriage.” Aku menentang perjodohan ini. Tapi apa dayaku. Ayah adalah pria ambisius. Tiga hari setelah ayah menahan kepergianku, seorang pria seumuranku datang ke rumah. Dia pria berkebangsaan sama dengan ayah. Anak dari kolega ayah. Semua ayah lakukan hanya untuk memperlancar usahanya. Aku hanya sebagai bonekanya. Calvin, namanya. Awalnya dia terlihat sopan terhadapku selama dua tahun itu. Namun, sikapnya semakin lain. Ada hal yang tidak aku sukai dari diri Calvin. Dia selalu membelikanku pakaian yang seksi. Aku tidak nyaman. Berkali-kali aku berbicara tentang perilaku Calvin pada ayah. Semua sia-sia, ayah lebih percaya pada putra koleganya. Dia selalu memaksaku. Hingga mencoba menciumku dengan paksa. Aku berontak akan sikap a moralnya. Namun, tamparan yang aku dapat darinya. Hinaan dan merendahkan posisi keluargaku selalu aku dengar. 321

Kemuning Cinta Tanpa Bicara “Come on, Honey. Let’s enjoy tonight. Haven’t we got engaged.” Dia memaksaku untuk melayani nafsunya. Aku menolaknya, kami belum resmi menikah. Kami masih bertunangan. “Please, Calvin. Don’t do this to me. Love is not the way it is.” Aku memberontak. Mengingatkan kalau ini bukan cinta, tapi nafsu. “Nonsense for me! You are just a link to my family business.” Dia semakin kalap terhadapku. Pelecehannya terhadapku sudah diambang batas. Calvin hendak memperkosaku. ‘Brakkk…!!!’ Pintu kamar terdobrak paksa. Ayah berdiri di bibir pintu yang sudah terbuka lebar. “What do you say? You are not very polite to my daughter. Get out of here.” Ayah memukul Calvin. Dia tumbang dan bergegas pergi dengan rasa malu. Semenjak kejadian itu, sikap ayah berubah terhadapku. Dia memahami perasaanku. Mencoba ingin tahu apa saja keinginanku. Hanya satu keinginanku. Kembali pada Arya. Cinta sejatiku. Ayah mengabulkan permintaanku. Aku kembali ke Indonesia. Ayah telah merestui hubunganku pada Arya. Dia berjanji, akan menjadi wali nikah buatku. Menggapai Arya tidak semudah yang aku kira. Aku kesulitan masuk dalam rumah sakit tempat kerjanya. Rumah sakit yang cukup 322

Kemuning Cinta Tanpa Bicara terkenal di kota itu. Aku mundur selangkah. Mencari jaringan penghubung rumah sakit itu. Rumah sakit Changi adalah jawabannya. Aku menembus seleksi dokter spesialis bedah di rumah sakit Changi, sebagai tim ahli bedah. Selama enam bulan aku full bekerja di rumah sakit Changi. Namun, aku mengajukan tugas freelance di rumah sakit Changi. Rumah sakit ini merekomendasikan aku untuk kerja full di rumah sakit tempat Arya bekerja. Ini adalah sebuah keajaiban bagiku. Memintal benang-benang cinta pada Arya. Dia juga masih sendiri saat itu. Begitu aku sampai rumah sakit di kota itu. Aku kehilangan Arya. Arya dikabarkan menghilang karena menjadi korban perampokan di jalan. Ku nanti dalam kecemasan yang panjang. Berharap ada kemukjizatan, dia kembali dengan selamat. Doaku terkabul, Arya kembali dengan selamat. Namun, dia telah bersanding dengan wanita bisu di dusun itu. Hatiku hancur seketika. Pupus harapanku. Wanita dusun yang cantik telah diboyongnya. Meski, belum ada cinta di mata Arya untuk wanita itu. Cinta Arya masih tersudut padaku. Walaupun, kebenciannya di matanya masih tercipta untukku. Arya, hanya dirimu cinta pertama dan terakhirku. Aku tidak bisa merelakanmu dalam rengkuhan wanita lain. Hanya aku yang bisa menghujanimu dengan cinta. Hanya aku yang begitu besar mencintaimu. Hanya aku yang sanggup menahan kepedihan selama delapan tahun 323

Kemuning Cinta Tanpa Bicara tanpamu. Hanya aku Arya. Cintaku sangat luas. Seluas samudera tanpa batas. I love you forever until I die. Cintamu kubawa hingga 7300 mil Delapan tahun aku bertahan untukmu Mengembalikan cinta ini padamu Merengkuhmu dalam rindu Meski… Hatimu miliknya, tapi cintaku tercipta untukmu I love you forever until I die Arya Perasaan Mas Arya setelah tahu kebenaran tentang Keysha : POV : Mahendra Arya Putra Subuh kami begitu khidmat. Kami menjemputnya dalam jamaah subuh. Meski hatiku selalu berdesir akan kisah cintaku dengan Keysha yang harus kandas karena keadaan. Ini mungkin sudah takdir dari-Nya. Kuharap Keysha bisa menerima kenyataan dan jalan takdirnya. Hujan di ujung subuh begitu terasa lembab, dingin. Membuaiku. Seperti cinta Kemuning yang begitu agung dan jernih. Aku tidak mampu membuatnya keruh. Kugurat senyumannya. Senyumannya itu yang membuatku mampu jalani hari-hariku saat ini. 324

Kemuning Cinta Tanpa Bicara Dia wanita dewasa, membuatku lebih menjadi pria bijaksana. Sifat keibuan dari usianya yang masih 25 tahun, terpaut delapan tahun dariku. Namun, bersamanya aku menjadi sosok Arya yang baru. Lebih ceria, lebih agresif dan terang-terangan manja saat bersamanya. Minggu subuh ini, ingin kuungkap semua perasaanku padanya mulai dari awal pertemuanku padanya. Aku lakukan untuk mengubur rasa gundahku akan masa lalu cintaku yang terkaram bersama Keysha. Dialah wanitaku, belahan jiwaku, permaisuriku, bidadari surgaku dan segala-galanya untukku. Aku sulit berpaling darinya. “Lho, Mas, Ning kok gak boleh keluar? Ning mau bantu mbok Yem masak nih.” Kututup kembali pintu kamar kami. Menguncinya. “Minggu pagi yang syahdu ini. Dengan rinai hujan. Lebih indah kita bermesraan, Ning Sayang.” Aku tatap wajahnya. Mendekatkan tubuhku padanya. Dia gugup. Inilah yang aku suka. Kutatap penuh manik matanya. Dia terdiam sesaat. Berdiri tegak memandang wajahku. “Mas, terus mbok Yem tidak ada yang bantu,” jawabnya dengan lembut kepadaku. “Biarkan mbok Yem sementara sibuk sendiri, Sayang,” kujawab seenakku. Tidak ingin suasana seindah ini berlalu. “Jangan biarkan momen ini terlewatkan, Sayang. Aku butuh dirimu untuk menumpahkan segala rasaku. Kumohon, jangan pasung hati ini.” Aku raih kedua tangannya. Mencium punggung tangannya sembari menatap wajahnya. 325

Kemuning Cinta Tanpa Bicara Membopongnya menuju ranjang pegas kami. Dia masih terdiam. Tiada sepatah kata lagi yang keluar dari bibir tipisnya. Kusandarkan tubuhnya tepat di tengah permukaan ranjang. Dia duduk terpaku. Aku menyusulnya. Duduk tepat di depannya. Bersila kaki. “Ning, izinkan aku untuk berkisah tentang rasaku padamu.” Kugenggam tangannya erat. “Pertemuan kita adalah takdir. Delapan tahun cintaku kandas. Aku menepi tanpa menerima cinta yang lain. Hatiku begitu merepih saat itu, Ning. Hingga aku menemukanmu. Wanita yang menyita perhatianku, dirimu yang sedang memetik kembang turi. Menerobos gerimis saat senja itu. Aku terpaku saat melihatmu.” Kucekup punggung tangannya. “Kejadian yang hampir merenggut kehormatanmu. Bukan suatu kebetulan aku berada di dekatmu saat itu. Menolongmu. Hingga, fitnah keji yang dilontarkan dari pria yang melecehkanmu. Aku tidak bisa berpikir apapun, selain menyelamatkan harga dirimu. Ini adalah awal penyatuan kita.” Kupandang tajam indah matanya. Kornea mata yang begitu bening mulai berkaca-kaca. “Selama dua bulan lebih aku tidak menyentuhmu. Sungguh, aku terpukul saat itu. Antara kewajibanku sebagai suami atau bias nafsu yang akan membuatku hina. Ya, Ning. Aku butuh keyakinan atas cinta ini. Tidak mudah bagi pria sepertiku mencintai seorang wanita yang masih asing bagiku. Meski dirimu memesona bagiku.” Air mata Kemuning melesat. Melintasi kedua pipinya yang halus. 326

Kemuning Cinta Tanpa Bicara Kusandarkan kepalaku ke pangkuannya. Melingkarkan tangan kiriku ke pinggangnya. Kuseka bulir air matanya dengan jemari tangan kananku. Memahami perasaannya. “Hingga aku terpaku saat itu. Lingerie merah yang kau kenakan. Seakan mengumbar hasratku. Menerbangkan semua khayalan untuk segera menyentuhmu. Namun, kutahan sekuat yang aku mampu. Aku tidak ingin hanya nafsu yang membelenggu. Kau sosok wanita yang sejak awal aku impikan. Aku menemukannya padamu. Ini yang membuatku terkesan untuk belajar mengenalmu. Mencintaimu.” Kugenggam tangan kirinya lalu ku letakkan pada dadaku. “Ning, ingat, saat pertama kali aku membopongmu? Jujurlah, bagaimana perasaanmu waktu itu? Adakah debaran begitu cepat di jantungmu, Sayang?” Aku memandang wajahnya. Mencari jawabannya. “Iya, Mas. Detak jantung Ning cepat sekali,” dia menjawabnya. “Begitu juga diriku, Ning. Aku tidak bisa melawan perasaanku sendiri. Kecemasanku saat itu. Membopongmu pun dengan detak jantung berpacu cepat. Ada perasaan aneh saat menatap wajahmu saat itu. Hingga, dinner kita di resto pondok bambu. Sepanjang perjalanan itu, aku terkesan padamu. Hijab ungu memesonaku. Seakan medan magnet menarik kuat netraku untuk tiada berpaling memandangmu. Mencari bagian terindah darimu. Aku telah menemukan hal terindah itu. Senyumanmu.” Aku semakin mempererat pelukan tangan kiriku ke lingkaran panggulnya. 327

Kemuning Cinta Tanpa Bicara “Tugas seminggu di Singapura menyiksaku. Aku tersiksa tidak menikmati masakanmu. Aku tersiksa tidak bisa menikmati teh jahe racikanmu. Aku tersiksa tanpa sholat berjamaah bersamamu. Rindu sepertiga malam bersamamu. Yang paling menyiksaku adalah senyumanmu. Senyumanmu yang selalu mengitariku. Video call bersamamu tiap malam semakin memperkuat rasaku padamu. Ya, aku mulai merasakan kehadiranmu di sisiku.” Tangannya mulai membelai rambutku. Aku terpejam. Merasakan sentuhan lembut jemarinya yang menyusuri serumpun mayangku. Sesekali dia membelai permukaan daguku. Memainkan jemarinya di bulu-bulu halus cambangku yang mulai tumbuh. “Kepulanganku dari sana, semakin memperkuat perasaanku. Aku gugup saat bertemu denganmu. Perasaanku jauh lebih berbeda terhadapmu. Aku mulai mencintaimu. Kucoba untuk mengungkapkan perasaan murniku padamu. Hingga malam yang kuinginkan, menyatukan perasaan kita. Aku terkejut, Ning. Kamu menolak hasrat cintaku. Kutelusuri penyebab penolakanmu.” Aku cium tangannya. Kuterpejam. Belaian lembut telapak tanganmu menyentuh hingga relung hatiku. “Jangan ada tabir kasta yang membuat jarak diantara kita, Ning. Aku abaikan hal duniawi. Yang kuingin menggapai surga bersamamu.” Aku raih pipinya. Lembab, penuh air mata membasahi permukaan pipinya. “Pengorbananmu terlalu besar untukku, Mas. Aku seakan…” Aku menghentikan bibirnya untuk berbicara dengan jari telunjukku. 328

Kemuning Cinta Tanpa Bicara “Pengorbanan seorang suami untuk istri shaleha sepertimu, tidak akan ada yang sia-sia, Ning. Dirimu adalah perhiasan berhargaku di dunia hingga kita gapai surga bersama di akhirat nanti.” Kemuning menitikkan air mata. Bulir-bulir bening air matanya menetes hingga menyentuh wajahku. Aku menyekanya. Bangkit dan duduk menghadap tubuhnya. Sepenggal lagu cinta, kulantunkan untuknya. Lagu Marcell “Jangan Pernah Berubah.” “Jangan biarkan senyumanmu terenggut dariku, Ning. Senyumanmu sangat berharga untukku. Dengan senyummu, aku mampu hadapi apapun itu. Hingga, cinta masa laluku berlalu karenamu. Karena senyumanmu, kutemukan cinta sejatiku. Ya, Ning. Kamulah cinta sejatiku. Tetaplah di sisiku, Ning. Apapun yang terjadi. Kamu nyawaku. Napasku. Jantung ini tidak mampu bertahan untuk berdetak tanpa dirimu. I love you forever.” Aku kecup keningnya. Menyatukan dahi kami. Merasakan napas kami. Debaran jantung ini saling berpacu. Aku akhiri kecupan di bibirnya. Mencumbuinya. Merasakan rinai hujan yang menghujam permukaan bumi. Air langit yang menyertai perasaan cinta kami. Mengalir hingga menemukan muara yang begitu luas yaitu samudera cinta. 329

Kemuning Cinta Tanpa Bicara 24 PERJODOHAN TAK TERDUGA POV : Keysha Larasati Aku buka secarik kertas yang diberikan Arya padaku. Kertas warna merah jambu. Mengingatkanku akan kisah cinta kami masa lalu. Untuk Keyshaku Sayang : Aku paham delapan tahun lalu bukanlah kesalahanmu Cinta kita terpasung saat itu Kita mengalah akan keadaan Semua terkubur bersama kenangan Aku terpuruk saat ini Aku tiada tega melihatmu merepih sendiri Tapi aku milik Kemuning Tiada dayaku membagi cintanya yang begitu bening Key... Di hatiku masih tersisa secuil cinta untukmu Kini menggenang air mata penyesalanku Akan rasa benciku dulu padamu 330

Kemuning Cinta Tanpa Bicara Ringkih... Hatiku sungguh merepih Maafkan aku Key... Tahta di hatiku telah menjadi milik Kemuningku Bukan... Bukan dia yang merebutnya darimu Akulah yang mempersunting cintanya mengganti tahtamu Kumohon maafkan aku (By : Mahendra Arya Putra) Aku menangis membaca puisi darinya. Pesan yang mendalam. Mencabik-cabik hatiku. Kata-kata puitisnya ini seperti pedang yang menghunusku. Tanpa darah. Namun berbekas lara. Diriku tak sanggup. Jika memaksa bayang-bayang cintanya pergi dari diriku. Aku tak berdaya. Saat ini ada jadwal tugas di rumah sakit Changi Singapura. Kukemas semua kekecewaan atas penolakan Arya. Aku begitu inginkan dia menjadi bagian dari hidupku. Meski aku harus merelakan hatinya dibagi untuk Kemuning. Arya menolaknya. Tiada keinginannya untuk menjadikan diriku madu dari Kemuning. Cintanya pada Kemuning 331

Kemuning Cinta Tanpa Bicara begitu besar. Aku memahami pengorbanannya dalam memulihkan suara Kemuning kembali. Kemuning menjadi wanita sempurna. Bukan wanita bisu seperti dulu. Inilah yang membuatku terobsesi akan cinta Arya. Aku begitu iri pada Kemuning. Hanya wanita yang beruntung yang bisa mendapatkan cinta Arya. Arya, pria yang mampu menghujani seluruh cinta untuk wanitanya. Aku mengenalnya cukup lama. Kesetiaannya, pengorbanannya. Melebihi cintanya pada dirinya sendiri. Lamunanku buyar. MRT yang aku kendarai sudah berhenti. Saat keluar dari pintu MRT, aku dikejutkan oleh kerumunan orang. Kudekati. Mencari tahu apa yang terjadi. Seorang pria tua tergolek lemah dengan kerumunan orang-orang. “Excuse me. I ‘m a doctor. I will check the condition of this man.” Aku meraba denyut nadinya. Meletakkan telingaku di dada sebelah kiri pria tua yang tergolek tak berdaya. Denyut jantungnya melemah. Perlu segera dilakukan penanganan medis. “We must immadialety take him to the hospital. This man’s condition is worrying,” kataku pada mereka. Mereka membawa tubuh pak tua yang tak berdaya itu ke rumah sakit. Aku yang mengurus segala administrasi dan membantu merawatnya di sela-sela senggang pekerjaanku. “Assalamuallaikum, Bapak. Bagaimana kesehatannya saat ini?” kusapa pria tua yang umurnya lebih dari separuh abad. Terbaring dengan selang oksigen masih tertaut dilubang hidungnya. Dia sudah sadar setelah dua hari melewati masa kritisnya. 332

Kemuning Cinta Tanpa Bicara “Wa’alaikum-salam, Nak. Alhamdulillah... kondisi Bapak sudah mulai membaik.” Dia hendak duduk. Namun aku mencegahnya. Kondisinya masih lemah. “Sudah, Bapak. Bapak istirahat saja.” Kubuat lebih nyaman bantal penyangga kepalanya. “Terima kasih banyak, Dokter. Bagaimana saya bisa membalas kebaikan Dokter. Saya hanya pria tua tuna wisma. Hidup menjadi gelandangan. Pulang saja saya tidak bisa.” Wajah pria tua yang sudah mulai berkerut keriput dirundung sendu. “Bapak, masih punya keluarga?” Aku duduk disampingnya. Memandang seluruh keriput wajahnya. Rambut yang hampir seluruhnya putih. Disertai rimbunan alis yang sebagian bulu alis memutih. “Saya memiliki dua anak. Putra dan putri. Saya telah meninggalkannya. Meninggalkan istriku yang begitu mencintaiku.” Matanya menatap ke atas. Melihat langit-langit ruang perawatan. “Saya terbuai oleh perasaan cinta terlarang. Menghianati istri dan anakku sendiri.” Matanya berkaca-kaca. Mengenyam penyesalan dalam hati dan pikirannya. “Bapak, siapa namanya?” Kucoba untuk menanyakan identitasnya. Akan memudahkanku untuk membantunya pulang. “Adi. Itu panggilan saya. Nama lengkap yang kusandang sudah tak pantas lagi untuk diriku. Aku pria hina.” Dia mulai menitikkan air mata. 333

Kemuning Cinta Tanpa Bicara “Lalu, Bapak, tinggalnya di mana?” Aku bangkit dari tempat duduk. Memeriksa selang infus. Mengatur agar cairan infus tidak menetes terlalu lambat. “Saya tinggal di Jakarta. Tapi saya lupa alamatnya di mana. Hanya ingat arah pulang jalan rumah saya, itu saja, Dokter” Dia mendongak melihatku yang sedang memperbaiki aliran selang infus. “Panggil saja saya Keysha, Pak. Lalu untuk paspor dan identitas lainnya bagaimana?” Aku duduk kembali. “Raib, Nak. Sudah hampir satu tahun. Hidup jadi gelandangan, bekerja seadanya. Bersembunyi dari kejaran petugas imigrasi. Paspor yang lainnya, entahlah. Terbawa oleh mantan kekasihku. Dia menghianatiku dan mengusirku setelah aku mulai sakit-sakitan. Mungkin ini karma.” Dia menitikkan air mata. Raut muka penyesalan yang terlihat di wajahnya. “Sudahlah, Pak. Setiap orang pasti punya masa lalu yang suram. Kita hanya menjalani saja.” Aku menghela napas. Teringat Arya yang sulit sekali aku melupakannya sampai detik ini. “Nak, sudah berkeluarga? Putranya berapa?” kata pak Adi membuncah hatiku. Jika delapan tahun lalu itu aku menikah dengan Arya, pastilah aku telah memiliki beberapa anak yang tampan dan cantik. Air mataku seakan sulit aku bendung. “Belum, Pak. Saya belum menikah. Pernikahan delapan tahun lalu sudah kandas dan hancur.” Aku seka air mataku. Membuat simpul 334

Kemuning Cinta Tanpa Bicara senyumku sendiri dari kepahitan yang aku lalui. Tanpa cinta Arya. Pria yang selalu aku cintai. “Lho... lho... Nak. Jangan menangis. Mengapa tidak jadi, Nak? Dokter itu cantik, baik dan santun. Pria mana yang bisa menolak, Nak Dokter? Pasti akan ada pangeran tampan yang akan menikahi Nak Dokter.” Tangan yang sudah hampir keriput berusaha menyeka air mataku. “Bagaimana bisa, Pak. Aku begitu mencintainya. Hingga sekarang.” Aku tersenyum. Menahan derita cinta yang aku alami. “Nak Dokter, sudah. Mungkin itu bukan jodoh terbaik untuk Nak Dokter. Pasti sebentar lagi jodoh untuk Nak Dokter segera tiba.” Senyuman pak Adi seakan menghibur keadaanku. Senyum itu mengingatkanku pada seseorang. Mirip sekali. Terdapat cambang yang hampir seluruhnya putih memenuhi dagunya. “Saya sulit untuk melupakannya, Pak.” Senyumku terpaksa. Air mataku mengalir. “Nak Dokter, aku teringat putra bapak di Jakarta. Seperti apa rupanya sekarang. Pasti sangat tampan. Dulu aku membanggakan dirinya. Anak yang santun dan tampan. Sangat tampan. Kulitnya putih seperti istri saya dulu. Badannya tegap, seperti diriku dulu. Pribadinya berbeda. Bukan menurun dariku. Dia seperti ibunya. Jangan sampai dia menjadi pria sebejat diriku.” Pria itu mulai muram kembali. Matanya berkaca-kaca. 335

Kemuning Cinta Tanpa Bicara “Aku ingin menjodohkan Nak Dokter dengan putraku. Dia pasti sudah menjadi pria sukses sekarang. Aku ingat, dia begitu cerdas. Mewarisi kecerdasan ibunya. Ibunya dahulu keturunan orang Turki. Begitu cantik. Aku dulu mencintainya. Mengagumi keistimewaan seluruhnya padanya. Hingga aku mencampakkannya.” Air matanya melesat. Melintasi wajah keriputnya. “Pak, mana mau putra bapak sama saya.” Aku tersenyum. Mendengar angan-angan pria tua ini. Pikiranku hanya pada Arya. Pria yang selalu menghiasi bilik kalbuku. “Sudahlah, Dokter. Saya yakin. Anak Bapak adalah jodohnya Dokter.” Senyumannya tercipta di dua sudut bibirnya. Senyuman yang sama, seperti pria yang aku cintai. “Bagaimana kalau, anak Bapak sudah menikah? Pria setampan putra Bapak, pasti sudah menikah.” Aku tersenyum. Melihat keyakinan pria tua yang sekarang terbaring di hadapanku. “Saya yakin belum. Meski dia tampan, dia pria pemalu. Seperti ibunya. Kesehariannya saja hanya belajar dan menjaga adik dan ibunya. Ya, itu yang membuatnya menjadi pria yang santun dan baik.” Senyum itu tersimpul lagi. “Belum tentu lho, Pak. Siapa tahu, anak Bapak sudah menikah.” Aku menyalin senyum bapak tua itu. Memecah sunyiku. Bayang-bayang wajah Arya semakin mengitari pikiranku. “Ya, saya suruh dia menceraikan istrinya. Kalau tidak mau. Ya, saya suruh dia untuk poligami. Aduh, Nak Dokter. Maafkan, Bapak, 336

Kemuning Cinta Tanpa Bicara bicara Bapak lancang. Mana mau Nak Dokter dimadu.” Kata-kata pak Adi seakan mengingatkanku pada Arya. Aku sangat ingin menjadi istrinya. Hingga memohon untuk dipoligami. “Sudah ya, Pak. Sekarang waktunya, Bapak makan malam dan minum obat. Dua hari lagi, Bapak sudah bisa pulang. Sementara waktu, Bapak tinggal di apartemen saya. Nanti akan saya antar pulang. Biar ayah saya yang membantu untuk kepulangan Bapak.” Aku mengambil baki yang berisi bubur dan beberapa lauk yang sesuai dengan kondisi kesehatan pasien. Aku menyuapinya. Ada senyum kebahagiaan di wajahnya saat aku mendaratkan sesendok bubur di mulutnya. Seakan terlukis harapan di manik matanya. Kepulangan pak Adi dibantu oleh ayah. Ayah menyewa pesawat pribadi dari Singapura ke Jakarta. Sesampainya di lapangan terbang pribadi, kupersiapkan taksi untuk membawa kami menuju rumah pak Adi. Taksi kami membelah jalan raya yang mulai padat kendaraan. Macet saat itu. Pak Adi tidak henti-hentinya berbicara tentang putra yang dia banggakan. Dia membayangkan betapa tampan dan gagahnya putranya sekarang. Pasti menjadi orang sukses seperti dirinya dulu sebagai kontraktor. “Nak Dokter, tenang ya. Pasti putra Bapak senang ketemu Nak Dokter yang cantik dan baik seperti Nak Dokter ini. Nak Dokter, pasti akan kepincut juga kalau ketemu putra Bapak.” Aku hanya tersenyum. 337

Kemuning Cinta Tanpa Bicara Terus terang, aku tidak nyaman. Bayangan Arya makin mencengkeram hatiku. Aku masih terpasung akan cintanya. Cinta suciku untuknya. Tidak ada yang bisa menggantikan singgasananya di hatiku. Meski pangeran tampan sekalipun. Saat taksi berbelok di suatu jalan. Terjadi keanehan saat pak Adi memberikan instruksi ke sopir taksi arah jalannya. Jalan yang makin aku kenali. Jalan penuh kenangan akan Arya. Tidak, tidak mungkin. Tidak mungkin rumah Arya yang dituju. Mungkin rumah orang lain. “Pak, nama putranya siapa ya?” Aku beranikan untuk menanyakan nama putranya. Dia hanya tersenyum. “Sudah, Nak Dokter. Jangan gugup atau risau ya. Nanti, Nak Dokter kenalan saja sendiri. Biar saling kenal namanya masing-masing,” jawab pak Adi. Membuatku semakin dicekam perasaan penasaran dan kecemasan. Hingga taksi kami berhenti di depan pagar hitam. Terdapat rimbunan bunga glory morning menjalar di ruas-ruas pagar. Hatiku semakin takut. Aku mengenal sekali pagar ini. Rumah ini. Taksi membunyikan klakson berkali-kali. Seorang wanita sudah sepuh membukakan pintu. Aku mengenalnya. Mbok Yem. Wajah mbok Yem penuh keheranan. Terkaget melihat wajah pak Adi di antara bingkai kaca film pintu taksi yang terbuka separuh. Bergegas mbok Yem itu berlari. Meski tidak cukup cepat. Segera menyambut kami. 338

Kemuning Cinta Tanpa Bicara “Tuan Rahadi! Ya Allah, Tuan.” Mbok Yem terkaget saat pak Adi turun. Bukan, dia bernama Hadi. Apa mungkin dia Raden Rahadi Hadiningrat. Ayah Arya. Ya Allah. Mengapa harus aku? Menjejaki kisah lamaku. Meski, rasa rindu dan cintaku masih utuh untuk Arya. “Mbok, Arya ada di rumah?” Ayah Arya berdiri dengan tongkat. Tubuhnya belum seratus persen sehat. Operasi jantung yang beliau lakukan masih perlu pemulihan. “Ada, ada Tuan. Sedang dahar di ruang makan. Monggo, Tuan.” Mbok Yem mempersilahkan kami memasuki. Mbok Yem hanya bersalaman denganku. Dia lupa padaku. Dulu aku tidak berhijab. Sekarang aku berhijab. Penampilanku yang berbeda membuatnya tidak mengenaliku. Kutapaki lantai porselen putih mengilat. Aku pernah menapaki kakiku di sini. Saat bersamanya dulu. Sedang asyik duduk lesehan sembari belajar bersama. Mbok Yem yang selalu menjadi sasaran kami. Kami senang menggodanya. Mbok Yem berkebaya coklat itu bergegas masuk dalam rumah setelah kami masuk di ruang tamu. Sofa yang sama. Saat Arya meluangkan waktu bersamaku. Masa kuliah kami dahulu. Masih kuingat wajah cantik ibunya. Begitu bahagia saat melihat kebersamaan kami. Aku menghormatinya seperti ibuku sendiri. Almarhum sosok wanita yang baik dan ramah. Kuingat nikmat masakannya. Aku sering belajar memasak dengannya. Ingin tahu masakan favorit Arya. Menjadi istri yang sempurna buatnya. 339

Kemuning Cinta Tanpa Bicara Lamunanku buyar. Arya muncul dari balik lorong. Bersama Kemuning. Hatiku sakit. Melihat kebersamaan mereka. Meski mereka sudah sah saling memiliki. “Bapak!” Arya terperangah. Mukanya pucat. Memandang ayahnya dan diriku. Muncul kecurigaan dihatinya. “Iya, Le. Ya Allah. Awakmu tambah ganteng. Gagah. Bapak, kangen.” Ayah Arya berdiri memeluk Arya dengan rasa bahagia. Arya hanya mematung. Rasa tidak percaya. Ayahnya yang dahulu mencampakkan dirinya, ibu dan adiknya kembali hadir di kehidupannya. Bersamaku. Begitu banyak pertanyaan di benak Arya dan Kemuning akan kehadiranku bersama ayahnya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku mesti apa? Apa aku harus berlari atau berteriak sembari menangis. Aku tidak berdaya saat ini. “Oh ya, Bapak datang membawa calon istrimu. Calaon mantu Bapak. Berkat pertolongannya, Bapak selamat dari maut. Dia wanita baik yang cocok buatmu, Arya. Bapak ingin, kamu mempersuntingnya.” Terasa seperti tersambar petir. Pernyataan ayah Arya. Kulihat mata Arya kosong. Kemuning yang sejak tadi tidak digubrisnya. Menampakkan mata yang berkaca-kaca. Ada kepedihan yang mendalam bagi mereka berdua. Aku bisa apa Arya? Aku sendiri tidak ingin berada di tengah- tengah kalian. Puisi darimu yang terakhir untukku telah membuatku 340

Kemuning Cinta Tanpa Bicara sadar. Dirimu bukan milikku lagi. Hati dan cintamu sudah menjadi milik Kemuning. Rasanya ingin aku berlari dari kenyataan ini. “Reneo, Nduk. Kenalan dulu sama putraku. Ganteng dan gagah kan? Putranya Raden Rahadi Hadiningrat. Raden Mahendra Arya Putra Hadiningrat. Dia yang akan jadi suamimu.” Arya menatap wajah ayahnya tajam. Ada rasa marah yang terpendam. Dia menahan emosinya. Namun Kemuning beranjak dari tempatnya. Pergi meninggalkan kami bertiga. Dengan air mata yang sudah berderai. “Sebentar, Pak. Beri aku waktu berbicara. Menjelaskan semuanya.” Arya menatapku tajam. Dalam benaknya muncul kecurigaan. Mungkin aku yang dianggap biang masalah pada biduk rumah tangganya. Menghadirkan ayahnya kembali. “Aku tidak bisa menikah dengan Keysha, Pak. Aku sudah menikah.” Arya tertunduk. Dia berbicara dengan rasa hormat pada ayahnya. Meski, pria tua itu yang menyia-siakan dirinya, ibu dan adiknya. “Kalian sudah saling kenal? Arya kah, pria yang kamu cintai selama ini, Nak Keysha?” Ayah Arya tertawa. Bagaikan kemenangan besar baginya. Tapi bukan bagiku. Arya semakin terpuruk. “Ceraikan saja istrimu. Menikahlah dengan nak Keysha. Kalian dulu saling mencintai kan?” Dengan seenaknya, ayah Arya menjawab. “Pak! Aku mencintai istriku. Aku tidak mau berpisah dengan Ning, Pak.” Mata Arya berkaca-kaca. Aku hanya bisa bungkam. Membisu. Tidak bisa berkata-kata lagi. 341

Kemuning Cinta Tanpa Bicara “Kalau kamu tidak bisa menceraikan. Poligami saja. Jadikan nak Keysha istri keduamu. Bereskan.” Mata ayah Arya terlihat datar. Berbicara tanpa beban. Mudah sekali memindahkan beban itu di pundak Arya. Memberikan kedukaan Arya seketika. Begitu pula denganku. Aku tidak ingin menjadi tabir dari kehidupan Arya dan Kemuning. Mereka saling mencintai. Meski hatiku begitu sangat menginginkan Arya dipelukanku. Dikehidupanku. “Pak!” Suara Arya sedikit meninggi. Emosinya mulai merayapinya. Matanya memandang tajam. Penuh kecurigaan. Aku melihat tatapan kebencian darinya. Aku tidak sanggup. Aku menangis. “Wis, wis, aku ngantuk. Mau tidur. Pokoknya, kamu harus pikirkan permintaan Bapakmu ini!” Ayah Arya berlalu pergi. Teriakannya terdengar memanggil mbok Yem. Arya terduduk di atas sofa kulit berwarna krem dengan ukiran indah di sandarannya. Disandarkan siku tangan kanannya. Menutup dahinya dengan telapak tangannya. Aku mendekatinya. Duduk di sampingnya. “Key, jebakan apa lagi darimu untukku dan Kemuning. Aku mau bicara padamu. Tapi bukan di sini. Aku tidak ingin Kemuning mendengarnya.” Arya bangkit. Menarik tanganku untuk keluar. Berjalan menuju taman depan rumah. “Sekarang bicaralah, Key. Kumohon kejujuranmu.” Tangannya menyelusup di saku celananya. Menatapku tajam. 342

Kemuning Cinta Tanpa Bicara “Maaf, Ar. Aku tidak tahu. Orang yang telah aku tolong adalah ayahmu. Sungguh. Beliau tanpa identitas. Hanya menyebut namanya Adi. Bukan yang lain. Dia juga lupa alamat rumahnya. Hanya ingat arah jalan pulang ke rumah ini.” Aku menangis. Menatap mata Arya yang penuh kemarahan. “Kenapa, Key? Bapak harus hadir di saat aku merengkuh kebahagiaan. Mengapa bapak juga yang membuka masa lalu kita? Kita sudah mengubur kisah kita dalam-dalam.” Arya tengadah. Menahan tangisannya. Bulir air matanya melintasi pipinya. “Ar, beri aku waktu untuk meyakinkan ayahmu. Aku akan menolaknya. Kucoba membatalkan keputusannya. Kumohon, Ar. Aku butuh kepercayaanmu untukku. Meski aku tidak pernah bisa melupakan cinta kita. Tapi aku sadar, aku hidup di antara kalian. Aku tidak berdaya, Ar.” Aku menangis. Duduk berlutut di depan pria yang selalu aku cintai. “Aku dan Kemuning berharap padamu, Key. Kumohon jangan membuat kami terluka. Sudah cukup kelancanganmu dulu memasung cinta kami. Hingga ada jarak yang sulit aku jangkau untuk meraih cinta Kemuning.” Tatapan itu. Seakan pedang yang menghunusku. Kata- katanya sebagai sembilu yang mencabik-cabik hatiku. Arya berlalu di hadapanku. Meninggalkanku. Aku masih berlutut. Menangis. Risau menggerogotiku. Aku melihat dari arah balkon. Kemuning menangis. Memandang ke langit. Arya datang memeluknya dari belakang. Memutar tubuhnya. Menyeka air matanya. Pelukan penuh cinta dari Arya untuk Kemuning. 343

Kemuning Cinta Tanpa Bicara Kecupan itu. Aku tidak sanggup melihatnya. Kutertunduk. Merasakan rasa sakit ini lebih dalam. Ayah Arya pria ambisius dan arogan. Setiap keputusannya harus dilakukan. Bagaimana caraku meyakinkannya? Sedangkan dia tahu perasaan cintaku yang mendalam pada putranya. Dia kukuh pada keputusannya. Disisi lain, aku harus memegang janjiku untuk kebahagiaan Arya dan Kemuning. Aku menangis tersedu-sedu. Semilir angin sore itu membawa semerbak wangi bunga melati. Cahaya sang surya menangkap tubuhku. Menggurat siluet yang condong ke timur. Aku didera kegundahan. Aku tiada sanggup melihat mereka Dalam rengkuhan cinta yang mendalam Aku hanya tabir bagi Arya dan Kemuning Meski, harapan untuk cinta kembali padaku Ku kembalikan cinta mereka? Atau aku harus menelan kepahitan keputusan untuk merengkuh cinta Arya kembali? Aku tak berdaya… 344

Kemuning Cinta Tanpa Bicara 25 IMPIAN KITA POV : Mahendra Arya Putra Kubiarkan Keysha di taman itu sendiri. Berlutut. Jujur, aku tidak tega melihatnya berada dalam posisi demikian. Hingga aku menekannya. Namun, aku lebih terluka jika Kemuning terluka. Aku bergegas menemui Kemuningku. Melihat keadaannya. Setelah pernyataan bapak padaku. Memaksaku untuk menikahi Keysha atau memilih menduakan cinta Kemuning. Aku merasa ada kepedihan besar di hatinya. Pintu kamar kami tertutup. Kubuka perlahan. Memandang penuh sudut-sudut ruangan kamar. Tidak kutemukan Kemuning di ranjang pegas. Sofa pun kosong. Namun, pintu balkon terbuka. Aku melangkah ke arah balkon. Kutemukan Kemuning berdiri di sana. Memandang ke langit. Suara tangisannya terdengar lirih. Ini yang membuat hatiku semakin terluka. “Ning, bidadari surgaku.” Aku memeluknya dari belakang. Menyusupkan kedua tanganku, melingkarkan ke perutnya. Tangisannya semakin menjadi. Kuterpejam sesaat. Merasakan kepedihannya. Ya, sayang. Kurasakan juga rasa sakitmu. 345


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook