Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Nyonya Bovary

Nyonya Bovary

Published by Digital Library, 2021-01-28 01:36:19

Description: Nyonya Bovary oleh Gustave Flaubert

Keywords: Gustave Flaubert,Sastra,Sastra Dunia

Search

Read the Text Version

Bab IV PARA UNDANGAN datang pagi-pagi. Mereka naik kereta, kereta-kereta kecil berkuda satu, andong-andong beroda dua, kereta-kereta tua tanpa tudung, kereta-kereta yang ditutup tirai kulit. Dan anak-anak muda dari desa-desa yang paling dekat naik pedati. Mereka berdiri berderet, tangan memegang tepi sandaran supaya tidak jatuh, karena kudanya lari cepat dan mereka terguncang-guncang keras. Ada yang datang sepuluh mil jauhnya, dari Goderville, dari Normanville dan dari Cany. Semua anggota keluarga dari kedua pihak diundang. Teman-teman yang sudah renggang hubungannya karena salah satu perselisihan, mereka baik kembali. Kenalan-kenalan yang sudah lama hilang dari pandangan, mereka surati. Sekali-sekali terdengar bunyi cam buk dari belakang pagar. Tak lama kemudian palang pagar dibuka. Dan masuklah kereta. Kereta lari sam pai anak tangga pertam a, berhenti tersentak, dan m enum pahkan penum pangnya yang turun dari sem ua sisi sam bil

36 Gustave Flaubert mengelus-elus lutut dan menggeliatkan lengan. Para undangan perempuan memakai kudung kepala, memakai gaun model kota, kalung jam gantung dari em as, m antel pendek yang ujung- ujungnya disilangkan ke ikat pinggang, atau selendang kecil berwarna yang dipeniti di belakang dan m em biarkan tengkuk terbuka. Anak-anak laki-laki yang berpakaian seperti ayahnya kelihatan kurang senang dalam baju m ereka yang baru (bahkan banyak hari itu m em akai sepatu bot untuk kali pertam a seum ur hidupnya). Dan di sam ping m ereka seorang gadis besar um ur empat belas atau enam belas tahun, membungkam, dalam gaun putih dari kom uni pertam a yang dipajangkan untuk kesem patan ini, pasti saudara sepupu atau kakak m ereka yang sulung, dengan m uka m erah sekali, terbengong, ram but kelim is karena m inyak rambut mawar, dan sangat khawatir sarung tangan mereka kotor. Oleh karena kekurangan tukang kuda untuk mengurus semua kereta itu, bapak-bapak m enyingsingkan lengan m engurusnya sendiri-sendiri. Sesuai dengan kehidupan sosial mereka masing- masing, mereka memakai setelan, jas panjang, jas pendek, setelan dengan jas pendek; setelan bagus yang diliputi rasa kehorm atan suatu keluarga dan yang hanya dikeluarkan dari lem ari pada upaca khidm at; jas panjang dengan ujung-ujung panjangnya yang m elam bai-lam bai kena angin, dengan kerah tinggi seperti tabung, dengan saku-saku sebesar karung; jas pendek kain kasar yang biasanya disertai pet yang berkelep dengan lingkaran penguat dari kuningan; setelan dengan jas yang pendek sekali, dengan dua buah kancing di belakang yang berdekatan letaknya seperti sepasang m ata bola dan yang ujung-ujungnya seakan-akan terpancung oleh kapak tukang kayu. Masih ada beberapa orang lagi yang duduknya sudah tentu di ujung bawah m eja m akan, m ereka ini m em akai kem eja upacara, artinya yang kerahnya direbahkan ke bahu, belakangnya dikerutkan dengan lipatan-

Nyonya Bovary 37 lipatan kecil, dan pinggangnya diikat rendah sekali oleh ikat pinggang yang dijahit pada baju. Dan kem eja di dada jatuhnya sekaku zirah! Sem ua orang baru dipangkas ram butnya, telinga m ereka m encuat dari kepala, karena ram butnya dicukur pendek. Bahkan ada beberapa orang yang sudah bangun sebelum fajar tetapi karena hari m asih kurang terang waktu bercukur, akibatnya ada bekas luka yang m iring di bawah hidung atau bekas kulit terkelopek sebesar mata uang logam sepanjang rahang, merah-merah karena udara luar selama perjalanan sehingga wajah-wajah yang putih, gem uk berseri-seri itu berbelang-belang jambon di sana sini. Oleh karena balai kota letaknya setengah m il dari tem pat pertanian itu, mereka berjalan kaki saja. Dan pulang dengan cara yang sam a sehabis upacara di gereja. Iring-iringan m ereka yang pada m ulanya m enjadi satu, dan seperti selendang berwarna m engom bak-om bak di ladang sepanjang jalan setapak yang sem pit meliku-liku di tengah-tengah tanaman gandum hijau, segera m em anjang dan terputus-putus m enjadi berbagai kelom pok yang terhenti-hehti, bercakap-cakap berlama-lama. Si tukang biola berjalan di m uka dengan biolanya dihiasi pita-pita berum bai- rum bai. Lalu m enyusul kedua m em pelai, sanak saudara, handai tolan, m asing-m asing sem aunya saja. Dan anak-anak yang tertinggal di belakang sekali, bersenang-senang mencabut-cabut kembang dari tangkai-tangkai gandum, atau saling menggoda, jauh dari penglihatan orang dewasa. Gaun Em m a yang kepanjangan, bawahnya agak m enyapu tanah. Sekali-sekali ia berhenti untuk m engangkatnya. Lalu dengan hati-hati jari-jarinya yang bersarung tangan m enjum puti rum put-rum put kasar yang m encekrik-cekrik dengan duri-duri kecilnya, sedangkan Charles dengan tangan kosong m enungguinya sam pai selesai. Tuan Rouault dengan topi sutra baru di atas kepala dan tangannya tertutup sampai ke kuku oleh jumbaian lipatan-lipatan dari

38 Gustave Flaubert lengan baju hitam nya, m enggandeng Nyonya Bovary tua. Adapun Tuan Bovary tua, yang di dalam hatinya m enganggap rem eh m ereka sem ua dan yang datang hanya berpakaian jas panjang potongan militer dengan satu deretan kancing, menghamburkan kata-kata ram ah yang digem ari di lingkungan kedai m inum an kepada seorang wanita petani ram but pirang yang m asih m uda. Wanita m uda itu m engangguk, m ukanya m enjadi m erah, dan ia tak tahu bagaim ana m enyam butnya. Undangan-undangan lain pada pesta itu bercakap-cakap tentang urusan mereka atau berkelakar di belakang punggung orang, dan dengan hati gembira m enantikan m eledaknya keriangan. Dan kalau m ereka m em asang telinga, m asih terdengar juga gesekan tukang biola yang m asih terus m em ainkan biolanya di tengah-tengah ladang. Manakala ia melihat orang-orang tertinggal jauh di belakang, tukang biola itu berhenti untuk mengatur napas, lama-lama menggosok penggesek dengan dam ar supaya tali-talinya lebih m antap gesekannya, lalu m elanjutkan jalannya. Berganti-ganti turun dan naiklah gagang biolanya untuk lebih m engatur iram a bagi dirinya sendiri. Bunyi alat musik itu mengusir burung kecil dari jauh. Di dalam los kandang kereta, meja telah disediakan. Di atas meja itu terhidang empat potong daging tulang belakang, daging sapi, enam piring perkedel ayam , rebus daging sapi m uda, tiga paha dom ba, dan di tengah-tengah seekor anak babi guling yang m ungil, diapit oleh em pat sosis yang diasam . Di pojok-pojok karaf-karaf brendi. Minum an cider m anis dalam botol m em busa tebal di dekat sum batnya. Dan sem ua gelas sebelum nya sudah diisi anggur sam pai ke bibirnya. Dalam m angkuk-m angkuk besar, puding krim kuning mengapung bergerak sendiri setiap kali meja sedikit tersentuh. Pada perm ukaannya yang rata terlukis huruf- huruf inisial nam a kedua m em pelai dengan arabes-arabes yang tiada taranya. Seorang tukang kue telah dijem put dari Yvetot untuk m em buat tar dan kue-kue noganya. Oleh karena usahanya m asih

Nyonya Bovary 39 baru sekali di daerah itu, segala-galanya dikerjakannya dengan teliti. Dan pada waktu cuci m ulut ia sendiri yang m engantarkan kue bertingkat yang m engundang decak-decak kagum para tam u. Bagian bawahnya—segi em pat dari karton biru—m enggam barkan sebuah kuil yang dikelilingi regol-regol, dan seram bi-seram bi dengan dua deret pilar, dan patung-patung dari batu tahu di dalam ceruk-ceruk yang bertaburan bintang dari kertas kuning em as. Lalu pada tingkat kedua m enjulang sebuah m enara dari kue gaya Savoie, dikelilingi benteng-benteng kecil dari m anisan batang anjelika, badam, kismis kering, dan kepingan jeruk manis. Dan akhirnya, pada tingkat yang paling atas, padang rum put hijau dengan batu-batu karang dan danau-danau dari selai dan perahu- perahu dari kulit buah kenari; Am or kecil bergoyang-goyang di ayunan dari cokelat dengan kedua tiangnya dihiasi dua buah kuncup m awar tulen sebagai bola-bola di puncaknya. Sam pai m alam m ereka m akan-m akan. Kalau sudah lelah duduk, mereka berjalan-jalan di pelataran atau main tembak gabus di los gudang, lalu kem bali lagi ke m eja m akan. Ada beberapa yang m enjelang habisnya pesta tertidur di situ dan m endengkur. Tetapi waktu kopi dihidangkan, sem uanya ram ai kem bali. Mereka m enyanyi, m em am erkan kekuatan otot, m engangkat barang-barang berat, m enyelundupkan badan di bawah satu lengan dengan jempol tetap menempel di tanah, m encoba m engangkat kereta dengan bahunya, m em banyol nakal, menciumi wanita-wanita. Malam hari waktu pulang, kuda-kuda yang sudah kenyang dijejali bulgur sam pai ke ujung hidung, agak sukar m asuk palang-palang kereta. Kuda-kuda itu m enyepak- nyepak m enjom pak-jom pak, ada abah-abah yang putus, tuan- tuannya m engum pat atau tertawa. Dan sepanjang m alam itu, di cahaya terang bulan, di jalanan-jalanan negeri ada kereta- kereta yang dilarikan oleh kuda-kuda yang m encongklang cepat, terguncang m asuk alur roda yang dalam , m elonjak-lonjak di atas

40 Gustave Flaubert kerikil berm eter-m eter jauhnya, tersangkut pada tanggul dengan wanita-wanita yang m enjulurkan badan ke luar pintu kereta untuk m encoba m enangkap tali kekangnya. Mereka yang tinggal di Les Bertaux m enghabiskan m alam sam bil m inum -m inum di dapur. Anak-anak sudah tertidur di bawah bangku-bangku. Mempelai perempuan telah minta dengan sangat kepada ayahnya, tak usahlah ia digoda-goda seperti yang sudah m enjadi adatnya. Meskipun begitu, salah seorang saudara sepupunya, seorang pedagang ikan (yang m alahan m em bawa sepasang ikan sole sebagai hadiah perkawinan) sudah bersiap-siap mau m enyem burkan air dari m ulutnya lewat lubang kunci. Tepat pada waktunya m uncul Tuan Rouault untuk m enghalanginya. Ia m em beri keterangan, kedudukan m enantunya yang penting itu tidak m em bolehkan perbuatan yang kurang pantas begitu. Kem enakan tadi sukar sekali dibujuk sam pai m au m endengar alasan-alasan itu. Di dalam batinnya, ia m engum pat Tuan Rouault yang berhati angkuh. Lalu ia duduk saja di pojok bersam a em pat- lim a tam u lain yang karena kebetulan saja waktu m akan beberapa kali berturut-turut kebagian potongan daging yang kurang enak, juga berpendapat bahwa sambutan terhadap mereka kurang baik. Mereka berbisik-bisik menggunjingkan tuan rumah, dan m engharapkan kebangkrutannya dengan ucapan-ucapan yang tidak berterus-terang. Nyonya Bovary tua sehari suntuk tidak m em buka m ulut. Dia tidak pernah diajak berunding, baik mengenai pakaian m enantunya m aupun m engenai hidangan pesta. Ia lekas m asuk kam ar. Suam inya tidak m engikutinya, tetapi m enyuruh orang m em beli serutu di Saint-Victor, dan m engisap serutu sam pai pagi sam bil m inum grog dengan kirsch, cam puran yang tidak dikenal orang di sini dan yang m enjadi sum ber baru yang m enam bah rasa horm at lagi terhadapnya.

Nyonya Bovary 41 Charles tidak pandai m elucu. Selam a pesta itu tak ada kecem erlangannya. Biasa-biasa saja jawabnya kalau ia kena olok jenaka, sindiran atau kata-kata yang m endua artinya, kena pujian atau senda gurau yang agak nakal, yang m enurut anggapan para tam u wajib m ereka lontarkan kepadanya begitu hidangan sup d ikelu a r ka n . Sebaliknya esok harinya, ia seakan-akan telah m enjadi orang lain. Dialah yang sebenarnya lebih pantas dianggap perawannya hari kem arin, sedangkan m em pelai perem puannya tidak m em perlihatkan apa-apa yang dapat m em buat orang m enarik kesim pulan. Yang paling nakal pun tak tahu bagaim ana m enanggapinya. Dan bila Em m a lewat dekat m ereka, m ereka m em perhatikan n ya den gan tegan g sekali. Lain Charles, tak ada yang disem bunyikannya. Ia m em anggil Em m a “istriku”, beraku-berengkau dengan dia, m enanyakan dia kepada sem ua orang, m encarinya di m ana-m ana, dan sering m engajaknya ke halaman. Dari jauh, dari sela-sela pepohonan, orang melihat ia m elingkarkan lengannya ke pinggang Em m a dan m elanjutkan langkahnya sam bil m em bungkuk ke arah istrinya sehingga kepalanya m engerinyutkan renda blusnya. Dua hari sesudah perkawinan, kedua mempelai pergi dari Les Bertaux. Mengingat pasiennya, Charles tidak dapat lebih lam a m eninggalkan tem patnya. Tuan Rouault m enyuruh m engantarkan m ereka dengan keretanya. Dan dia sendiri m enem ani m ereka sam pai ke Vassonville. Lalu ia m em eluk anaknya untuk penghabisan kalinya, turun ke tanah dan membalik pulang. Setelah berjalan kira-kira seratus langkah, ia berhenti. Dan ketika dilihatnya kereta itu m enjauh dengan roda-rodanya yang berputar-putar di dalam debu, ia m enghela napas panjang. Lalu ia teringat pada perkawinannya sendiri, pada m asa yang lam pau, pada keham ilan istrinya untuk kali pertam a, ia dahulu juga gem bira sekali waktu m em bawa istrinya dari

42 Gustave Flaubert tem pat ayahnya ke rum ahnya sendiri, waktu ia m em boncengnya di punggung kuda yang m enderap di salju. Waktu itu sekitar hari-hari Natal dan ladang-ladang putih sepenuhnya. Istrinya m em egangnya dengan satu tangan, di tangan lainnya tergantung keranjang. Angin m enggeleparkan renda-renda kerudung buatan Caux yang panjang-panjang dan yang kadang-kadang m engusap bibirnya. Dan bila ia m enengok ke belakang, ia m elihat di dekat bahunya wajah istrinya; m ungil, m erah jam bu, tersenyum bisu di bawah pinggiran em as kerudungnya. Untuk m enghangatkan tangannya, istrinya kadang-kadang m em asukkannya ke dalam baju Rouault. Sudah lam a benar sem uanya itu! Anak laki-laki m ereka sebenarnya sudah tiga puluh tahun sekarang! Lalu ia menengok ke belakang. Tak ada apa-apa kelihatan di jalanan. Rasa hatinya sedih seperti rum ah yang dikosongkan perabotnya. Dan kenang-kenangan yang lem but itu berbaur dengan pikiran suram di dalam benaknya yang telah buram karena asap pesta m akanan yang lezat sekali. Sejenak ia ingin m engam bil jalan lewat gereja. Akan tetapi karena takut jangan-jangan pem andangan itu akan m enam bah kesedihannya, ia langsung pulang saja. Tuan dan Nyonya Charles sam pai di Tostes ham pir pukul enam . Para tetangga berdiri di jendela untuk melihat istri baru dokter m ereka. Pem bantu tua m em perkenalkan diri, m enyam paikan salam, minta maaf karena makan malam belum tersedia. Dan m inta nyonyanya m em eriksa rum ah sam bil m enunggu.

Bab V MUKA DEPAN rumah yang terbuat dari batu bata itu tepat segaris dengan jalan. J alan itu jalan raya antarkota. Di balik pintu tergantung sebuah mantel dengan kerah kecil, tali kendali, dan topi kulit hitam. Dan di pojok, di lantai, sepasang kaus kaki panjang dari kulit yang masih penuh lumpur kering. Di sebelah kanan ada salon, artinya ruang tempat makan dan tempat duduk. Kertas dinding kuning, kuning burung kenari, yang bagian atasnya dihiasi bunga rampai warna pucat, di mana-mana bergetaran karena kain pelapis di bawahnya kurang tegang pemasangannya. Tirai-tirai dari kain putih kasar yang diberi pinggiran merah dipasang bersilangan sepanjang jendela. Dan di atas bendul perapian yang sempit, sebuah jam dengan kepala Hippokrates berkilau-kilau di antara dua obor yang disepuh perak dan ditutup dengan kaca penyungkup yang lonjong. Di seberang gang terdapat kamar praktik Charles, ruangan kecil yang lebarnya kira-kira enam langkah, dengan meja, tiga kursi, dan satu kursi meja

44 Gustave Flaubert tulis. Berjilid-jilid Kam us Ilm u Pengetahuan Kedokteran yang belum dipotong halam an-halam annya, tetapi yang jahitannya sudah rusak karena telah berkali-kali diperjualbelikan, memenuhi hampir seluruh keenam papan lemari buku yang terbuat dari kayu cemara. Bau saus mentega yang sedang dimasak menembus dinding selama praktik. Begitu pula dari dapur kedengaran pasien- pasien batuk-batuk di kamar praktik dan menceritakan seluruh riwayat mereka. Di sebelahnya, yang langsung keluar ke pelataran tempat kandang kuda berada, terdapat ruangan besar yang sudah bobrok. Ruangan itu ada tungkunya, dan sekarang dipakai sebagai tem pat m enyim pan kayu bakar, sebagai gudang penuh besi- besi tua, tong-tong kosong, alat-alat pertanian yang tak terpakai lagi, dan banyak lagi barang lainnya yang berdebu dan yang tak mungkin diterka apa gunanya. Pekarangan yang lebih panjang daripada lebar itu m enjulur di antara dua dinding dari campuran tanah liat dan jerami, penuh dijalari tanaman abrikos, sampai ke sebuah pagar hidup berduri yang m em isahkan kebun itu dari perladangan. Di tengah- tengah ada piringan jam m atahari dari batu-tulis yang dipasang di atas lapik tem bok. Em pat jalur bunga églantier yang kurus- kurus mengelilingi secara simetris kebun dapur persegi empat yang lebih berguna. Di belakang sekali, di bawah pohon-pohon cemara, ada patung paderi dari batu tahu sedang membaca kitab sem bahyang. Em m a naik ke atas. Kam ar pertam a tidak ada perabotannya. Tetapi yang kedua yang m erupakan kam ar tidur istri, m em pu- nyai ranjang dari kayu m ahoni di dalam bilik kecil bertirai m erah. Sebuah kotak karang menghiasi lemari rendah berlaci. Dan di atas meja tulis di dekat jendela ada sebuah buket dari bunga jeruk m anis yang diikat dengan pita-pita satin putih dan ditaruh di dalam kan. Buket itu buket perkawinan, buket kepunyaan yang satu itu! Em m a m enatapnya. Hal itu ketahuan oleh Charles yang

Nyonya Bovary 45 segera m engam bil buket itu, lalu m em bawanya pergi ke loteng. Sem entara itu Em m a yang terpuruk di kursi dalam (sedangkan barang-barangnya ditaruh di sekelilingnya) m em ikirkan buket perkawinannya sendiri yang terbungkus dalam sebuah kardus. Dan dalam lam unannya ia bertanya-tanya, akan diapakan buket itu kalau ia sudah meninggal. Hari-hari pertama ia sibuk memikirkan perubahan-perubahan yang m au diadakannya di rum ah. Ia buka sungkup kaca penutup pelita-pelita, m enyuruh orang m em asang kertas dinding baru, mengecat baru tangga rumah, dan membuat bangku-bangku di pekarangan di seputar piringan jam matahari. Ia bahkan sampai m inta keterangan apa yang harus dikerjakan untuk m em buat kolam dengan air m ancur dan dengan ikan. Akhirnya, suam inya yang tahu bahwa dia suka naik kereta m encari hawa, m enem ukan sebuah kereta bekas yang sesudah diberi lam pu-lam pu baru dan sepatbor berlapis kulit, hampir mirip kereta tilbury . Maka Charles pun berbahagialah. Tak ada sedikit pun jua yang m enjadi pikirannya. Makan berdua, sore-sore pesiar di jalan besar, m enyentuh ram but Em m a dengan tangannya, m elihat topi pandan Em m a tergantung di tom bol jendela, dan m asih banyak lagi hal lain yang dahulu tak pernah disangka akan m enyenangkan hatinya, sekarang m erupakan kelangsungan kebahagiaannya. Di tempat tidur, pagi-pagi hari, di atas bantal di samping Emma, ia m elihat terang m atahari bersinar m elalui bulu pirang pipi istrinya yang setengah tertutup oleh tali pengikat kudung tidurnya. Kalau dilihat sedekat itu, m ata Em m a jadi tam pak m akin besar olehnya, apalagi apabila pelupuk m atanya berkedip-kedip pada waktu bangun. Hitam dalam keteduhan dan biru tua di cahaya cerah, m ata itu seakan-akan terdiri dari beberapa lapisan warna yang tindih-m enindih, yang m ula-m ula gelap di bagian dalam m enjadi m akin terang dekat perm ukaan m ata. Mata Charles tenggelam di dalam nya. Ia m elihat dirinya sendiri dalam ukuran kecil sam pai

46 Gustave Flaubert ke bahu, dengan syal yang m enutup kepalanya dan kem eja yang setengah terbuka atasnya. Ia bangun. Em m a pergi ke jendela untuk m elihatnya pergi. Dan Em m a tinggal di jendela sam bil m enyandarkan lengan pada tepinya di antara dua pot kem bang geranium , dalam gaun tidur yang longgar m enutupi badannya. Charles di jalan m em asang pacunya di atas batu penjuru rum ah. Em m a dari atas terus bicara kepadanya, dan bibirnya m encabut secuil kem bang atau daun yang diem buskan ke arah Charles. Dan cuilan itu m elayang-layang, m engam bang, seperti burung melukiskan setengah lingkaran-setengah lingkaran di udara, lalu sebelum sam pai ke tanah, m enyangkut pada surai kuda betina yang kurang rapi sisirannya, kuda putih tua yang berdiri tak bergerak di dekat pintu. Charles di atas punggung kudanya m eniupkan cium an padanya. Em m a m em balasnya dengan lam baian, lalu m enutup jendela. Dan Charles pun pergi. Lalu, di jalanan besar yang tak sudah-sudahnya m engulurkan pita debunya yang panjang, m elalui jalan-jalan jelong yang pohon- pohonnya m erunduk m em bentuk lengkungan, di jalan-jalan setapak dengan tanam an gandum nya setinggi lutut dengan m atahari yang m em bakar bahu dan udara pagi yang m enusuk hidungnya, dengan hati yang penuh rasa bahagia m alam yang baru lam pau, dengan pikiran tenang, badan puas, Charles terus berjalan sam bil m enikm ati kem bali kebahagiaannya, seperti orang yang sehabis m akan m asih juga m erasakan lezat m asakan jam ur truffe yang sedang dicernakannya. Sam pai kini kesenangan apakah yang pernah dirasakan di dalam hidupnya? Barangkali m asa sekolah waktu ia dipingit di antara tembok-tembok tinggi, kesepian di tengah-tengah kawannya yang lebih kaya atau lebih pandai di kelas yang tertawa m endengar logatnya, m em perolokkan pakaiannya, m em punyai ibu yang datang ke kam ar tam u dengan m em bawa kue-kue di dalam kantong bolong kulit berbulu penghangat tangan m ereka? Atau

Nyonya Bovary 47 kemudian, waktu ia menuntut ilmu kedokteran dan tak pernah cukup tebal dom petnya untuk m engajak salah seorang gadis buruh yang sedang m enjadi kekasihnya ikut m enari contredanse? Sesudah itu em pat belas tahun lam anya ia hidup bersam a seorang janda yang di dalam ranjang kakinya terasa sedingin es. Tetapi sekarang untuk seum ur hidup ia m em iliki wanita m anis yang dipujanya ini. Alam dunia baginya tidak m elam paui lingkaran gaunnya yang sehalus sutra. Lalu ia m enyesali diri bahwa ia tidak m encintainya. Ingin ia m elihatnya kem bali. Cepat-cepat ia pulang, dengan hati berdebar m enaiki tangga. Em m a di kam arnya sedang berpakaian. Charles m asuk dengan langkah diredam kan, lalu m encium punggungnya. Em m a m enjerit. Charles tidak dapat m en ahan diri un tuk sen an tiasa m enyentuh-nyentuh sisir Em m a, cincin-cincinnya, selendang- nya. Kadang-kadang ia m encium i pipinya dengan kecupan besar- besar, atau dengan kecupan-kecupan kecil bertubi-tubi sepanjang lengannya yang telanjang dari ujung jari sam pai ke bahu. Em m a m enolaknya setengah tersenyum setengah terganggu, seperti m enolak anak yang m enem pel tak m au lepas. Sebelum kawin, Em m a m engira bahwa yang dirasanya itu cinta asm ara. Tetapi kebahagiaan yang sepantasnya tim bul dari asm ara itu tidak datang. Rupanya ia salah sangka, pikirnya. Lalu Em m a m encari-cari, m au tahu apakah sesungguhnya yang dimaksudkan orang di dalam hidup dengan kata-kata nikm at bahagia, gairah berahi, dan m abuk asy ik, yang begitu indah kedengarannya di dalam buku-buku.

Bab VI EMMA PERNAH membaca Paul et Virginie. Maka ia lamun- kan rumah itu kecil mungil, dari bambu. Ia lamunkan si Negro Domingo, si anjing Fidèle, apalagi persahabatan manis seorang adik laki-laki yang baik, yang mau mencarikan dia buah merah di pohon-pohon besar yang lebih tinggi daripada menara lonceng gereja, atau yang datang berlarian di pasir dengan kaki telanjang memperlihatkan sarang burung. Ketika Em m a berum ur tiga belas tahun, ayahnya m engan- tarkan sendiri ke kota untuk m em asukkannya ke dalam biara. Mereka turun di sebuah losm en di daerah Saint-Gervais, dan m akan m alam dari piring-piring yang dilukisi dengan gam bar kisah Nona de la Vallière. J udul-judul tulisannya yang di sana sini terputus-putus karena goresan pisau, sem uanya m engagungkan agama, kelembutan hati, dan kemewahan istana. Mula-mula Emma sama sekali tidak bosan di biara. Ia bahkan m erasa senang bergaul dengan biarawati-biarawati yang

Nyonya Bovary 49 baik hati itu, yang untuk m enghiburnya m engajak ke kapel yang mereka masuki dari kamar makan melalui sebuah gang panjang. Kalau turun m ain, ia ham pir tidak ikut m ain. Ia cepat m em aham i pelajaran katekism us, dan dialah yang selalu m em beri jawaban kepada Tuan Pendeta bila ada pertanyaan yang sukar. J adi, dalam kehidupan ini ia tak pernah meninggalkan suasana hangat jam- jam pelajaran, dan selalu hidup di tengah-tengah wanita yang putih kulitnya dengan tasbih m ereka yang digantungi salib dari kuningan. Lam bat laun ia terlena diliputi suasana berat kem istikan yang m eruap dari wangi-wangian di altar, dari kesejukan pasu air suci dan dari cahaya lilin-lilin. Daripada m engikuti m isa ia lebih suka m elihat-lihat di dalam bukunya vinyet-vinyet saleh dengan pinggiran lazuardi. Dan yang disukainya ialah dom ba yang sakit, Hati Kudus yang tertem bus panah-panah tajam , atau Yesus yang m alang yang terjatuh-jatuh waktu berjalan dibebani salib. Untuk m enyiksa dirinya, ia m encoba berpuasa satu hari suntuk. Di dalam pikirannya, ia m encari-cari sesuatu janji yang harus d ip en u h i. Apabila ia m au m engaku dosa, ia m ereka-reka dosa-dosa kecil supaya dapat tinggal lebih lam a berlutut dalam naungan kegelapan, dengan tangan dilipatkan, wajahnya dekat kisi-kisi, di bawah bisikan pendeta. Persamaan-persamaan dengan tunangan, suam i, kekasih surga dan perkawinan abadi yang diulang-ulangi di dalam khotbah-khotbah, membangkitkan di relung-relung jiwanya kelem butan yang tak terduga. Malam hari sebelum berdoa, di ruangan belajar diberi kuliah keagam aan. Yang diceritakan pada hari-hari biasa ialah salah satu ikhtisar dari kisah-kisah Rasul atau Kuliah-kuliah Abbe Fray ssious, dan pada hari Minggu, sebagai hiburan, cukilan- cukilan dari Jiw a Agung Kekristenan. Betapa asyiknya ia pada hari-hari pertama mendengarkan ratapan kesenduan mengalun penuh rom antik yang diulang-ulangi ke sem ua penjuru dunia

50 Gustave Flaubert dan akhirat! Sekiranya m asa kanak-kanaknya telah berlalu di kam ar belakang sebuah toko di daerah niaga, m ungkin hatinya akan terbuka m enerim a landasan liris dari alam yang lazim nya hanya m encapai jiwa kita m elalui terjem ahan para penulis. Tetapi Emma teramat sangat mengetahui hidup di perladangan. Ia tahu akan embik kawanan domba, hasil-hasil pengolahan susu, bajak. Setelah terbiasa akan pemandangan-pemandangan tenang, ia sekarang berpaling kepada yang berubah-ubah. Ia m enyukai lautan hanya karena badainya dan padang hijau hanya apabila diselingi reruntuhan-reruntuhan. Ia harus bisa menarik semacam keuntungan pribadi dari segala hal. Dan ia membuang sebagai tak berguna segala sesuatu yang tidak secara langsung m em beri sum bangan pada penyem purnaan jiwanya, karena perangainya lebih sentim ental daripada berseni, karena yang dicarinya gejolak keharuan dan bukan tam asya. Di biara ada seorang perawan tua yang datang tiap bulan untuk delapan hari lam anya guna m engurus kain perlengkapan rum ah tangga biara. Karena ia dilindungi oleh keuskupan agung, ia m asih term asuk keluarga ningrat kuno, yang bangkrut waktu Revolusi—ia m akan di ruang m akan bersam a para biarawati, dan sesudah m akan—ia bercakap-cakap sebentar dengan m ereka sebelum ke atas lagi untuk m eneruskan pekerjaannya. Seringkali anak-anak yang m ondok di biara itu kabur dari ruang belajar untuk m enem uinya. Ia hafal lagu-lagu cinta abad yang lalu yang dinyanyikannya dengan suara lem but sam bil m enjalankan jarum jahitnya. Ia m enceritakan kisah, m enyam paikan berita, berbelanja untuk m ereka di kota, dan yang besar-besar dipinjam inya secara diam -diam salah sebuah rom an yang selalu dibawanya di dalam saku-saku celem eknya, sedangkan nona yang baik itu sendiri m elalap beberapa bab panjang kalau ia sedang m engaso dari pekerjaannya. Cerita-cerita itu semata-mata mengenai percintaan, kekasih, tentang wanita-

Nyonya Bovary 51 wanita yang diburu dan yang jatuh pingsan di rum ah peranginan terpencil, kusir-kusir kereta yang dibunuh pada setiap tem pat berhenti, kuda-kuda yang diderapkan sam pai m am pus pada setiap halam an, hutan-hutan rim ba yang suram , kerisauan hati, ikrar dan janji, sedu dan sedan, air mata dan peluk cium, perahu- perahu di sinar bulan purnama, burung-burung bulbul di hutan kecil yang teduh, tuan-tuan yang gagah berani bagaikan singa, lem but bagaikan anak dom ba, alim tak ada bandingannya, selalu berpakaian rapi, dan menangis bagai air mancur. Maka selama enam bulan, pada umur lima belas tahun, Emma dikotori tangannya oleh debu dari perpustakaan pem injam an yang sudah tua. Bersam a Walter Scott, kem udian, ia gem ar akan kejadian- kejadian bersejarah, memimpikan peti-peti pakaian, ruang jaga pengawal raja, dan biduan-biduan pengembara. Ia ingin tinggal di dalam salah sebuah rum ah bangsawan yang sudah tua, ingin seperti nyonya-nyonya rum ah itu m em akai gaun berbadan panjang, dan menghabiskan hari di bawah hiasan sem anggi lengkung jendelanya dengan siku bersandar pada batu dan dengan bertopang dagu, melihat kalau-kalau dari ladang yang jauh ada datang seorang penunggang kuda dengan jam bul putih di kepalanya, di atas kuda hitam yang dilarikannya. Pada waktu itu ia mengkultuskan Marie Stuart, dan memuja dengan hangat wanita-wanita yang m ulia atau yang m alang. J eanne d’Arc, Heloïse, Agnès Sorel, si Cantik Ferronniere, dan Clem ence Isaure bagi dia m enyala seperti bintang berekor di keluasan langit sejarah yang kelam . Sedangkan di sana sini berm unculan juga, tetapi lebih terbenam di dalam temaram dan tanpa hubungan satu dengan lainnya. Saint Louis dengan pohon chêne-nya, Bayard yang m enem ui ajalnya, beberapa kejalangan Raja Louis XI, sedikit-sedikit dari Santo Bartolom eus, J am bul si Bearnais, dan selalu kenang-kenangan pada piring-piring yang dilukis untuk m em banggakan Raja Louis XIV.

52 Gustave Flaubert Pada pelajaran m usik, di dalam lagu-lagu rom ansa yang dinyanyikannya, yang dipersoalkan hanyalah m alaikat kecil bersayap em as, m adona, danau dekat pantai, pendayung sam pan, sem uanya karangan m usik penuh dam ai yang di balik kesederhanaan gayanya dan keberanian nadanya m em perlihatkan sedikit betapa asyiknya khayalan-khayalan m engenai kenyataan sentim ental. Ada di antara tem an-tem annya yang m em bawa “tanda-tanda m ata” ke biara, yang telah m ereka terim a sebagai hadiah tahun baru. Buku-buku itu harus disem bunyikan. Bukan hal gam pang. Di ruang tidur, m ereka m em bacanya. Dengan hati- hati Em m a m em egang kulitnya yang bagus dari kain teluki, dan m atanya m enatap takjub nam a penulis-penulisnya yang tidak dikenal, dan yang kebanyakan m enandatangani karyanya dengan gelar com te3 atau vicom te3. Em m a gem etar bila dengan napasnya ia m eniup kertas halus tem bus cahaya di atas gam bar-gam barnya yang kem udian naik setengah terlipat dan pelan-pelan rebah kembali ke kertas halaman. Gambar-gambar itu menunjukkan seorang anak muda berm antel pendek yang di balik pagar balkon sedang m em eluk gadis dengan gaun putih dan dompet kecil pada ikat pinggang. Atau potret-potret lady -lady Inggris tanpa nam a, beram but pirang berikal, yang dari bawah topi pandan bundar m ereka m enatap Anda dengan m ata besar dan hening. Ada lagi yang tam pak bersandar dengan santai di dalam kereta m ereka yang m eluncur melintasi taman-taman, sedangkan seekor anjing grey hound m elonjak-lonjak di depan pasangan kuda yang berderap dikusiri oleh dua sais kecil bercelana pendek putih. Ada pula yang m elam un di atas sofa di sam ping sepucuk surat yang terbuka, dan m erenungi bulan m elalui jendela yang setengah terbuka dan yang dihiasi tirai hitam . Yang sederhana jiwanya, dengan air 3 Gelar bangsawan.

Nyonya Bovary 53 mata setitik di pipi, mengecup-ngecup burung perkutut melalui kisi-kisi sebuah sangkar gaya Gotik. Atau sam bil tersenyum , de- ngan kepala ditelengkan ke bahu, mencabuti daun-daun bunga m argerit dengan jari-jarinya yang runcing m elentik seperti sepatu Abu Kasim . Dan kalian pun ada pula, hai sultan-sultan yang suka mengisap pipa panjang di dalam punjung, tak sadarkan diri, bergandengan tangan dengan gadis-gadis penari, jiaur-jiaur, pedang Turki, songkok Yunani. Apalagi kalian; tam asya-tam asya yang m em udar dari daerah-daerah penuh sanjungan yang acap kali memperlihatkan kepada kita sekaligus pohon-pohon palem, cemara-cemara, harimau-harimau di sebelah kanan, singa di sebelah kiri, menara-menara masjid Tartar di cakrawala, di depan sekali reruntuhan peninggalan Rom awi, lalu onta-onta yang sedang berlutut. Sem uanya itu dibingkai hutan perawan yang bersih sekali, dan dengan sinar matahari besar dan tegak lurus yang bergetar di dalam air; latar abu-abu baja bagi gores-gores putih angsa-angsa yang nam pak terang berenang di sana sini. Dan tudung dari pelita yang tergantung pada dinding di atas kepala Em m a, m enyinari sem ua gam bar dunia ram ai itu yang satu dem i satu berlalu di depan m atanya di dalam keheningan ruang tidur, sedangkan di kejauhan masih terdengar sebuah kereta kuda yang m enggelinding di jalanan, kem alam an. Ketika ibun ya m en in ggal dun ia, ia ban yak m en an gis pada hari-hari pertama. Dengan rambut almarhumah, Emma m enyuruh buatkan gam bar adegan pem akam an. Dan dalam suratnya ke Les Bertaux penuh renungan sedih m engenai hidup ini ia m inta supaya kelak dikubur di dalam kuburan yang sam a. Si ayah m engira Em m a sakit. Ia datang m enengok. Di dalam hatinya Em m a senang karena m erasa dengan sekali pukul sudah m encapai idam an ajaib kehidupan pudar yang tak pernah akan tercapai oleh jiwa biasa. J adi, ia biarkan dirinya terbawa lekuk liku gaya Lam artine, m enyim ak suara harpa-harpa di atas danau,

54 Gustave Flaubert sem ua lagu angsa yang sudah sam pai ajalnya, sem ua daun yang gugur, para perawan suci yang naik ke surga, dan suara Yang Abadi berbicara di lem bah-lem bah. Ia pun bosan tetapi tidak m au m engaku. Bertahan karena kebiasaan, lalu karena angkuhnya. Dan pada akhirnya terheran-heran m erasa jiwanya teduh kem bali dan hatinya tak lagi kenal sedu sebagaim ana pula dahinya tak kenal kerut. Biarawati-biarawati yang baik yang tadinya am at sangat percaya akan panggilan Em m a, tercengang m enyadari bahwa Nona Rouault tam paknya terlepas dari asuhan m ereka. Sesungguhnya m ereka telah begitu sering m enyuruhnya m elakukan kebaktian, retret, novena, dan m endengar khotbah, m ereka telah begitu banyak m em idatoinya tentang rasa horm at yang harus dikandung terhadap para tokoh kudus dan para m artir, dan telah m em berinya begitu banyak nasihat baik supaya m em elihara kesederhanaan raga dan keselam atan jiwanya, sehingga Em m a berbuat seperti kuda yang ditarik tali kekangnya, ia berhenti dengan tiba-tiba dan kekangnya keluar dari giginya. J iwa ini, yang begitu pasti di tengah-tengah gelora kegairahannya, yang m enyukai gereja karena bunga-bunganya, m usik karena lirik lagu-lagunya, dan kesusastraan karena rangsangan berahinya, berontak terhadap kegaiban-kegaiban iman sebagaimana semakin jengkellah ia terhadap disiplin, yang m erupakan sesuatu yang berlawanan den gan tabiatn ya. Ketika ayahn ya m en jem put Em m a dari pem ondokannya, para biarawati tidak m enyesal m elihatnya pergi. Kepala biara bahkan berpendapat bahwa Em m a akhir-akhir ini telah m enjadi kurang horm at terhadap jem aatnya. Setelah Emma kembali pulang, ia mula-mula senang mengurus pembantu-pembantu rumah, tetapi kemudian ia m em benci hidup di perladangan dan m erindukan biaranya. Ketika Charles untuk pertam a kalinya datang ke Les Bertaux, Em m a m enganggap dirinya sudah tidak m em punyai cita-cita lagi

Nyonya Bovary 55 karena tiada lagi baginya yang dapat dipelajarinya, tiada lagi yang dapat dirasakannya. Akan tetapi rasa gelisah lantaran m engharapkan keadaan baru atau barangkali juga rasa terganggunya akibat kehadiran laki-laki itu telah cukup untuk m em buatnya m enyangka bahwa akhirnya ia pun m em iliki cinta asm ara yang m enakjubkan itu, yang sam pai saat itu bagaikan seekor burung besar berbulu m erah m uda, m elayang-layang di langit puisi yang m egah. Dan ia sekarang tak dapat m em bayangkan bahwa ketenangan yang m eliputi kehidupannya inilah kebahagiaan yang pernah diim pikannya dahulu.

Bab VII ADA KALANYA ia berpikir bahwa, bagaimana juga, hari-hari itulah yang paling indah di dalam hidupnya; hari-hari bulan madu, kata orang. Untuk menikmati kelembutannya, sudah tentu seyogianya mereka pergi ke negeri-negeri yang namanya kedengaran merdu, dengan hari-hari sesudah pernikahan penuh kemalasan yang paling manis. Di dalam kereta-kereta berkuda cepat dilindungi tudung sutra biru, sementara kuda mendaki lambat-lambat jalanan terjal, mereka dapat mendengarkan nyanyian kusir kereta yang terulang-ulang di gunung bersama bunyi genta kambing-kambing dan bunyi sayup-sayup air terjun. Bila matahari terbenam, mereka dapat menghirup bau wangi pohon-pohon limau. Lalu, malam hari, di serambi vila, berduaan saja, dengan jari terjalin, mereka dapat memandang bintang sambil membuat rencana. Pada sangka Em m a, m esti ada tem pat-tem pat di bum i yang sepantasnya menciptakan kebahagiaan, seperti ada tanaman yang tumbuh khusus di tanah dan tidak akan subur di tempat lain. Sekiranya

Nyonya Bovary 57 ia dapat bersandar pada balkon rumah kayu di pegunungan Swis, atau mengurung kesedihannya di dalam sebuah rumah kecil di Skotlandia bersama seorang suami yang berjas beledu hitam dengan ekor panjang, yang bersepatu bot empuk, bertopi runcing, dan bermanset! Boleh jadi ia sebenarnya ingin m em buka hatinya kepada seseorang m engenai sem uanya ini. Nam un bagaim ana m e- ngatakan suatu perasaan yang sukar digapai, yang berubah rupa seperti m ega, yang berpusar seperti angin? J adi ia kekurangan kata, kurang kesempatan, kurang keberanian. Meskipun begitu, sean dain ya Charles m au, sean dain ya Charles m enduganya, seandainya pandangnya satu kali saja m enyongsong pikiran Em m a, agaknya hati Em m a serta-m erta akan m elim pah-tum pahkan seluruh isinya, seperti pada m usim panas tangan cukup m enyentuh pohon espalier, serta-m erta buah- buahnya tum pah berjatuhan. Akan tetapi sem entara hubungan mesra dalam kehidupan mereka makin erat, rasa acuh tak acuh m uncul dalam hati Em m a yang m enjauhkannya dari suam inya. Percakapan Charles sam a ratanya dengan kaki lim a jalanan, dilalui gagasan-gagasan orang kebanyakan dalam pakaiannya sehari-hari, tidak merangsang emosi, gerak tawa atau impian. Waktu tinggal di Rouen, katanya, ia tidak pernah m erasa ingin menonton aktor-aktor dari Paris di pangung teater. Ia tidak pandai berenang, atau main anggar, atau menembak pistol. Dan pada suatu hari ia tidak dapat menerangkan sebuah istilah kepandaian m enunggang kuda, yang dijum pai Em m a di dalam sebuah roman. Bukankah sebaliknya seorang laki-laki harus m engetahui segala-galanya, harus unggul dalam berbagai kegiatan, m em perkenalkan padanya kuatnya cinta berahi, segi-segi kehidupan yang halus, segala rahasia? Tetapi laki-laki yang ini tak m engajarkannya apa-apa, tak m engetahui apa-apa, tidak m engi-

58 Gustave Flaubert nginkan apa-apa. Charles m engira Em m a berbahagia. Dan Em m a m arah karena ketenangannya yang dem ikian m antap ini, suasana hati yang m em berat hening ini, dan justru karena kebahagiaan yang diberikannya kepada Charles. Sekali tem po ia m enggam bar. Dan Charles senang sekali tinggal di dekatnya, tegak, m elihat Em m a m enundukkan kepalanya di atas kartonnya, m engedip-ngedipkan m ata untuk m elihat hasilnya dengan lebih terang atau m enggelinding- gelinding bulatan-bulatan kecil dari repih roti dengan jem polnya. Kalau Em m a m ain piano, m aka m akin lincah jarinya, m akin kagum Charles. Em m a m engetuki tuts-tuts piano dengan penuh keyakinan, dan jarinya m eluncuri papan tuts dari kiri ke kanan dalam satu gerak m ulus. Terguncanglah alat m usik tua yang tali-talinya sudah m eliuk itu. Apabila jendela terbuka, suaranya terdengar sampai ujung kota. Dan sering kali juru tulis juru sita yang lewat di jalanan besar, dengan bersandal dan tak bertopi, berhenti untuk m enyim aknya, sam bil m em egang sehelai kertas. Emma juga pandai mengurus rumah. Ia mengirim kepada para pasien rekening kunjungan m ereka dalam bentuk surat yang baik susunan kata-katanya sehingga tidak bau rekening. Apabila mereka hari Minggu menjamu salah seorang tetangga, Emma berhasil m enyuguhkan hidangan yang sedap dipandang, pandai m engatur buah-buah prune Reine Claude m enjadi lim as di atas alas daun-daun pohon anggur, m enyajikan selai yang sudah ditum pahkan di dalam piring kecil, tidak dalam pocinya, sam pai- sampai bicara mau membeli kobokan untuk sesudah cuci mulut. Sem uanya itu m em buat Bovary m akin terpandang di m ata orang. Charles pada ahirn ya tam bah tin ggi m en gan ggap diri- nya karena m em iliki istri sem acam Em m a. Dengan bangga ia memperlihatkan di ruang duduk dua sketsa kecil buatan Emma yang digam bar dengan potlot, yang oleh Charles diberi bingkai besar sekali dan digantungkan di depan kertas dinding dengan

Nyonya Bovary 59 tali-tali hijau panjang. Orang-orang yang pulang dari m isa, m elihat Charles di am bang pintu m em akai sandal bagus, sandal b or d ir a n . Pulangnya selalu m alam , pukul sepuluh, kadang- kadang tengah m alam . Lalu ia m inta m akan, dan oleh karena pem bantunya sudah tidur, Em m a yang m elayaninya. Charles m enanggalkan jasnya supaya lebih enak m akannya. Satu per satu diceritakannya sem ua orang yang dijum painya tadi, desa- desa yang dikunjunginya, resep-resep yang ditulisnya. Dan puas dengan dirinya sendiri, ia m enghabiskan sisa daging rebus dengan bawang, m em bersihkan keju, m engunyah apel, m inum anggur sam pai kosongkannya, lalu m asuk ranjang, rebah m enelentang dan mendengkur. Karena ia sudah lam a terbiasa m em akai songkok katun kalau tidur, syal yang dipakainya sekarang selalu lepas-lepas dari telinganya. Esok harinya ram butnya bergerai-gerai m enutupi m ukanya, putih oleh bulu-bulu dari bantalnya yang tali-talinya terurai m alam hari. Ia selalu m em akai sepatu bot yang kukuh, pada kura-kura kakinya ada dua lipatan tebal yang m iring naik ke mata kaki, sedangkan punggung bot membentuk garis lurus, tegang seakan-akan direntangkan oleh kaki kayu pengacu sepatu. Kata Charles, bot itu cukup baik buat pedesaan. Ibunya m enyetujuikehem atannya ini.Sepertidahulu,ia datang m enengok Charles tiap kali sehabis ada badai di rum ah. Sekalipun agaknya ibu Bovary kurang senang dengan m enantunya. Menurut dia, m enantunya itu terlalu tinggi tingkahnya dibandingkan dengan kedudukan kekayaan m ereka; kayu, gula, dan lilin habis seperti di dalam rum ah tangga orang besar saja, dan banyaknya arang yang terbakar di dapur sebenarnya cukup untuk m asak dua puluh lim a m acam hidangan. Ibu Bovary m engatur kain- kain keperluan rumah tangga Emma di dalam lemari-lemari dan m engajarkannya bagaim ana m engawasi tukang daging apabila

60 Gustave Flaubert ia datang mengantarkan daging. Emma menerima pelajajaran- pelajaran itu. Ibu Bovary tak kikir dalam hal itu. Maka kata-kata “Ananda” dan “Ibunda” kedengaran sepanjang hari, diiringi getaran halus pada bibir, karena masing-masing melancarkan kata-kata m anis dengan suara yang gem etar karena m arah. Di zam an Nyonya Dubuc, nyonya tua itu m asih m erasa dirinyalah yang paling disayangi. Tetapi sekarang cinta Charles pada Em m a olehnya terasa seolah-olah kasih sayangnya telah ditinggalkan, apa yang m enjadi m iliknya direbut. Kebahagiaan anaknya diperhatikannya dengan kebisuan sayu seperti sese- orang yang bangkrut m elihat dari luar jendela orang-orang yang duduk m engelilingi m eja di dalam bekas rum ahnya. Ibu Bovary m en gin gatkan Charles seakan -akan m en ceritakan ken an g- kenangan, akan segala jerih payah dan pengorbanannya. Dan setelah dibandingkannya dengan sikap Em m a yang sering kurang acuh itu, ditariknya kesim pulan bahwa tidaklah layak Charles m em uja istrinya dengan cara seistim ewa itu. Charles tidak tahu apa yan g harus dikatakan n ya. Ia m enjunjung tinggi ibunya, dan ia m encintai istrinya tanpa batas. Penilaian ibunya dianggapnya tak ada celanya, nam un istrinya m enurut pandangannya tak ada cacatnya. Ketika Nyonya Bovary sudah pulang, Charles m encoba dengan hati-hati m em beranikan diri, dengan m em akai istilah yang sam a, m engem ukakan satu dua teguran yang paling lunak dari sekian banyak yang didengarnya dari ibunya. Em m a dengan satu kata m em beri bukti bahwa Charles keliru dalam hal itu, dan m enyuruhnya supaya m engurusi pasien-pasiennya saja. Akan tetapi sesuai dengan teori-teori yang dikiranya benar, Em m a ingin dalam hidupnya ada cinta asm ara. Di pekarangan, di bawah sinar bulan purnama, ia membawakan apa saja dari sajak-sajak penuh gairah yang ia pernah hafal. Dan sam bil m engeluh, dinyanyikannya di depan suam inya adagio-adagio

Nyonya Bovary 61 penuh sendu. Tetapi sesudahnya, ia ternyata sam a tenangnya seperti sebelum nya. Dan Charles kelihatannya tidak sem akin mesra atau lebih terharu. J adi sesudah Emma sedikit-sedikit memantik-mantikkan batu api pada hatinya tapi tak ada cetusan api yang jadi, lagi pula karena ia tidak m am pu m em aham i apa saja yang tidak dialam inya, serta tidak dapat percaya pada apa pun yang tidak m enam pakkan dirinya dalam bentuk yang diterim a um um , m aka tidak sukar baginya untuk m eyakinkan diri bahwa cinta berahi Charles tidak ada lagi yang luar biasa. Curahan cintanya telah m enjadi teratur, Charles m em eluknya pada jam -jam tertentu. Suatu kebiasaan di antara kebiasaan-kebiasaan lain dan bagaikan pencuci m ulut yang dirancangkan sebelum nya, sehabis m akan m alam yang datar tak ada ubah-ubahnya. Seorang pengawas binatang perburuan yang disem buhkan radang parunya oleh Tuan Dokter, telah m em beri Ibu Dokter seekor anak grey hound Italia. Em m a m engajaknya keluar karena ada kalanya ia pergi jalan-jalan untuk bersunyi-sunyi sebentar supaya tidak usah selalu m em andangi halam an yang itu-itu juga dengan jalannya yang berabu. Ia berjalan sam pai ke hutan pohon-pohon hêtre di Banneville, dekat paviliun kosong yang m erupakan pojok dinding di pinggir desa. Di dalam parit perbatasan di antara rerumputan, ada alang- alang yang tinggi-tinggi yang daunnya tajam -tajam . Em m a pun, selalu m em perhatikan sekelilingnya untuk m elihat apakah tidak ada yang berubah setelah akhir kalinya ia datang ke sana. Di tem pat-tem pat yang sam a didapatinya kembali tumbuh-tumbuhan digitale dan ravenelle, gerombolan- gerom bolan daun gatal yang tum buh di seputar batu-batu besar, dan lapisan lum ut tebal sepanjang ketiga buah jendela, yang daun jendelanya selalu tertutup dan bergantung pada ruji-ruji besinya yang sudah berkarat, m au rontok karena lapuknya. Pikiran Em m a

62 Gustave Flaubert yang m ula-m ula tak m enentu, berkeliaran ke m ana-m ana, sam a saja seperti anjingnya yang lari m em buat lingkaran-lingkaran di ladang, m enyalak-nyalaki kupu-kupu kuning, m em buru tikus, kesturi atau menggigit-gigit bunga-bunga coquelicot di pinggir sepetak ladang gandum . Lalu angan-angannya lam bat laun memusat. Dan sampai duduk di tengah-tengah lapangan rumput yang dicungkil-cungkilnya dengan ujung payungnya, Em m a berulang-ulang berkata kepada diri sendiri. “Ya, Tuhan, m engapa aku kawin?” Ia bertanya kepada diri sendiri tidakkah dahulu lewat pertautan peruntungan yang lain, ada kem ungkinan berjum pa dengan laki-laki lain. Ia mulai berandai-andai bagaimana kejadian- kejadian yang tiada terjadi itu, kehidupan yang lain itu, suam i yang tak dikenalnya itu. Dan sem uanya tak ada yang m enyerupai suam i yang sekarang ini. Yang lain-lain itu siapa tahu, bisa saja tampan, cerdik, pandai, sopan dan anggun, menawan hati, seperti pasti m ereka yang telah m em peristri tem an-tem an lam anya di biara. Sedang apakah sekarang tem an-tem annya itu? Di kota, dengan kebisingan jalan-jalannya, dengung teater-teaternya, dan terang cahaya ruang dansanya, m ereka m enjalani kehidupan yang m em buat hati berkem bang, indra m ekar. Sedangkan ia, hidupnya dingin bagaikan loteng yang jendelanya m enghadap ke sebelah utara. Dan seperti laba-laba bisu, rasa jem unya m em buat sarangnya dalam gelap di sudut-sudut hatinya. Em m a teringat pada hari-hari pembagian hadiah, ketika ia naik ke mimbar untuk m enerim a m ahkota kecilnya. Dengan ram but dikepang, dengan baju putih dan sepatu terbuka warna biru batu tulis, manis sikapnya. Dan waktu ia kem bali ke tem patnya, bapak-bapak m em bungkuk untuk m em berikan pujian kepadanya. Pekarangan penuh dengan kereta kuda. Selam at jalan diucapkan kepadanya dari jendela kereta. Guru musik, sambil memegang tempat

Nyonya Bovary 63 biolanya, beruluk salam sam bil lewat. Alangkah lam anya sudah sem ua itu! Alangkah lam anya! Ia m em anggil J ali, m engim pitnya dengan kakinya, dengan jari-jarinya m em belai kepala binatang yang panjang lancip itu. Katanya, “Ayo! Cium ! Kau yang tak kenal sedih.” Lalu m elihat rupa sayu binatang yang langsing itu yang m enguap m alas, hatinya terharu. Dan sam bil m em bandingkan binatang itu dengan dirinya sendiri, ia bicara dengan suara keras kepadanya seperti kepada orang yang kesedihan dan yang hendak d ih ib u r n ya . Kadang kala angin datang m enyentak, siliran laut yang m elesat m enyapu seluruh dataran negeri Caux dan m em bawa kesegaran m asin sam pai jauh ke tengah-tengah ladang. Alang- alang berdesir, runduk sampai ke tanah, dan daun-daun pohon hêtre mengersik menggigil, sedangkan puncak-puncak pepohonan berayun-ayun tak henti-hentinya, terus m endesau. Em m a m enyelubungkan selendangnya ke bahunya, lalu berdiri. Di jalanan yang dibatasi pohon-pohon, cahaya hijau yang terpantul oleh dedaunan m enerangi lum ut yang m erata yang m endetus-detus lem but di bawah kakinya. Matahari terbenam . Langit m erah di sela dahan-dahan. Dan pokok-pokok serupa sem uanya, pokok pohon-pohon yang ditanam m em baris lurus seperti seram bi berpilar-pilar warna cokelat yang tercetak terang atas latar keem as-em asan. Ketakutan m encekam Em m a. Dipanggilnya J ali. Lalu cepat-cepat ia pulang ke Tostes m elalui jalan raya, roboh m em uruk di kursi dalam , dan m em bisu sesore suntuk. Tetapi m enjelang akhir bulan Septem ber, sesuatu yang luar biasa tiba-tiba m uncul dalam hidupnya. Ia diundang ke Vaubyessard, ke kediam an Marquis d’Andervilliers. Marquis yang pernah m enjadi Sekretaris Negara pada Zam an Restorasi itu berusaha hendak masuk kembali ke dalam kehidupan

64 Gustave Flaubert politik. Sudah beberapa lam a ia m em persiapkan pencalonannya untuk Dewan Perwakilan. Pada m usim dingin ia banyak sekali m em bagi-bagikan kayu bakar. Dan di Dewan Um um , ia selalu m enuntut dengan sem angat yang bergelora jalan-jalan baru untuk daerahnya. Suatu kali, sewaktu udara sedang panas sekali, ia m endapat bisul di dalam m ulut. Charles m enyem buhkannya secara ajaib, bisul ditusuknya dengan lanset tepat pada waktunya. Pengusaha yang disuruh Marquis ke Tostes untuk m em bayar ongkos pembedahan, menceritakan malam itu bahwa di halaman dokter tadi dilihatnya buah ceri, bagus-bagus. Padahal pohon ceri di Vaubyessard lazim nya kurang baik tum buhnya. Marquis m inta beberapa setek kepada Bovary, m em erlukan datang sendiri untuk berterim a kasih, m elihat Em m a, berpendapat bahwa pinggangnya jelita dan tegur salam nya tidak seperti tegur salam petani. Di kastil pun orang tidak akan menganggap ia kelewat merendahkan diri, ataupun membuat keteledoran apabila pasangan muda ini d iu n d a n g. Pada suatu hari Rabu, pukul tiga, Tuan dan Nyonya Bovary dengan naik dokar m ereka berangkat ke Vaubyessard dengan m em bawa koper besar yang diikat di belakang kereta dan tem pat topi yang ditaruh di depan sekat depan. Selain dari itu, Charles m engapit kardus di antara kedua kakinya. Mereka tiba, waktu hari sudah rembang petang. Di dalam taman lampion-lampion mulai dipasang untuk memberi pene- rangan kepada kereta-kereta.

Bab VIII KASTEL KONSTRUKSI modern gaya Italia, dengan dua sayap yang menjorok maju dan tiga serambi tangga rumah, terpapar di sebelah bawah bentangan rumput yang luas sekali. Beberapa ekor sapi sedang merumput di antara gerombolan-gerombolan pohon besar yang berselang jauh letaknya, sedangkan himpunan semak, bunga-bunga rododendron, seringa dan boule-de-neige dengan jambul-jambul hijaunya yang bercuat-cuat ke mana-mana mengerumbul mengembung memutus garis lengkung jalan pasir itu. Di bawah jembatan, sungai mengalir. Melalui kabut kelihatan gedung-gedung beratap lalang terpencar di padang rumput yang pada dua sisinya dibatasi dua lambung bukit landai yang berhutan. Di sebelah belakang pada dinding bukit yang pejal berjejer dua baris kandang kereta dan kuda, sisa dari kastel lama yang telah d ib on gka r . Kereta Charles berhen ti di depan tan gga rum ah di tengah-tengah. Pelayan-pelayan berm unculan. Marquis m ara

66 Gustave Flaubert menjulurkan lengan untuk menggandeng istri dokter, lalu m engajaknya m asuk ke vestibula. Tinggi sekali ruangan itu, berubin pualam . Maka bunyi langkah dan suara orang bergema seperti di dalam gereja. Berhadapan m uka ada tangga lurus yang naik ke atas. Dan di sebelah kiri, sebuah serambi dengan pemandangan ke halaman m enuju ke ruang biliar yang bola-bola gadingnya sudah terdengar keletak-keletuknya dari pintu. Waktu Em m a m elintasi ruang biliar itu untuk m enuju ke salon, dilihatnya sekeliling m eja bola ada beberapa laki-laki dengan wajah serius, dagu bertopang pada dasi tinggi, sem uanya m em akai tanda jasa, dan m engulum senyum apabila m enyodok bola dengan kiunya. Pada kayu gelap lapisan dinding, bingkai-bingkai besar yang disepuh em as, pada pinggiran yang bawah tertulis nam a-nam a dengan huruf hitam . Em m a m em baca, “J ean Antoine d’Andervilliers d’Yverbonville. Com tede la Vaubyessard dan Baron de la Fresnaye, gugur dalam pertem puran Coutras, tanggal 20 Oktober 158 7.” Dan pada bingkai yang lain, ”J ean-Antoine-Henry-Guy d’Andervilliers de la Vaubyessard. Laksam ana Prancis dan Satria ordo Saint-Michel, luka dalam pertem puran La Hougue-Saint-Vaast, 29 Mei 1692; m eninggal di La Vaubyessard, 23 J anuari 1693.” Lalu yang berikutnya sukar dibaca. Karena cahaya lam pu-lam pu diarahkan ke kain hijau meja biliar, keremangan mengambang di ruang itu. Kerem angan itu yang m enggelapkan warna-warna lukisan, terpecah-pecah pada perm ukaannya m enjadi pola-pola duri ikan, halus-halus, m enuruti retak-retak pernisnya. Dan dari persegi- persegi besar gelap dengan pinggiran em asnya itu tim bul di sana sini suatu bagian lukisan yang lebih terang, dahi putih, dua buah m ata yang m enatap kita, ram but palsu yang m engurai di bahu baju m erah yang putih kena bedak, atau kancing ikat kaus kaki di atas betis montok.

Nyonya Bovary 67 Marquis membuka pintu salon. Salah seorang wanita bangkit (Nyonya Marquis sendiri) dan datang m enyam but Em m a, lalu m engajaknya duduk di sam pingnya, di atas sebuah sofa kecil. Dengan ramah ia mulai bercakap-cakap seakan-akan Emma sudah lam a dikenalnya. Wanita itu um urnya em pat puluh tahunan. Bahunya indah, hidungnya seperti paruh elang, suaranya m enyeret enggan. Dan m alam itu, ram butnya yang cokelat m uda ditutup dengan selendang sederhana dari renda kembangan yang di belakang jatuh m em bentuk segitiga. Seorang wanita m uda yang beram but pirang duduk di sebuah kursi yang panjang sandarannya, agak ke sam ping. Dan di sekeliling perapian, kaum pria yang m em akai sekuntum bunga kecil di dalam lubang kancing jas, sedang berbincang-bincang dengan para wanita. Pukul tujuh m akan m alam dihidangkan. Kaum pria yang lebih banyak jum lahnya, duduk di m eja pertam a di dalam vestibula, dan kaum wanita di m eja kedua di ruang m akan bersam a Marquis dan nyonya. Waktu masuk, Emma merasa seperti diselubungi udara hangat, campuran bau wangi bunga-bungaan dan kain-kain meja yang bagus, bau sedap m asakan daging, dan harum nya m asakan jam ur truffe. Lilin-lilin di dalam kandil m em anjang nyala apinya dalam bayangannya pada genta-genta perak. Kristal-kristal dengan seribu satu fasetnya yang diliputi uap kusam saling m em antulkan sinar pudar. Buket-buket ditaruh berderet di sepanjang m eja. Dan di atas piring-piring yang lebar pinggirannya tiap serbet diatur berbentuk songkok uskup, masing-masing diselipi roti lonjong di antara dua lipatannya. Capit-capit m erah udang laut m enjorok ke luar dari piringnya. Buah-buah besar tersusun tinggi di atas lapik lum ut dalam keranjang-keranjang yang berkerawang. Burung-burung puyuh m asih lengkap dengan bulunya, m engasap harum . Dan m aitre d’hotel dengan kaus sutra panjang, celana pendek, dasi putih, hiasan renda pada leher bajunya dan dengan

68 Gustave Flaubert m uka angker seorang hakim , m enyajikan dari sela-sela bahu para tam u hidangan-hidangan yang sudah dipotong-potong rapi, dan dengan satu gerak lincah dari sendoknya m em indahkan potongan yang dipilih ke atas piring. Di atas alat pem anas besar dari porselin bertatahkan hiasan dari kuningan, patung seorang perem puan yang berselubung sam pai ke dagu m em andangi tanpa gerak ruang yang penuh tam u itu. Nyonya Bovary m elihat beberapa wanita tidak m em asukkan sarung tangannya ke dalam gelas m ereka. Sem entara itu, di ujung m eja, satu-satunya laki-laki di antara para wanita, seorang pria tua sedang makan membungkuk di atas piringnya yang terisi penuh, dengan serbet diikat di leher seperti anak kecil. Kuah m enetes dari m ulutnya. Matanya m erah, ram butnya diikat ke belakang dengan pita hitam . Pria itu m ertua Marquis: Duc4 de Laverdiere yang tua, bekas anak em as Com te d’Artois waktu perburuan m asih ram ai diadakan di Vaudreuil, di tem pat Marquis de Conleur. Dan menurut desas-desus ia pernah m enjadi kekasih Ratu Marie Antoinette, antara Tuan de Coigny dan Tuan de Lauzun. Hidupnya dahulu ram ai dengan kecabulan, penuh duel, taruhan, wanita yang dilarikan. Ia telah m enandaskan harta kekayaannya, dan m enim bulkan rasa ngeri pada seluruh keluarganya. Dengan suara keras, seorang pelayan di belakang kursinya m enyebut di dekat telinganya nam a hidangan-hidangan yang ditunjukkannya dengan jarinya sam bil m enggagap. Dan selalu m ata Em m a dengan sendirinya kem bali m enatap laki-laki tua renta dengan bibir-bibirnya yang m enggantung itu, seakan- akan yang dilihatnya itu sesuatu yang luar biasa dan m ulia. Orang itu pernah hidup di kalangan istana, dan pernah tidur di ranjang ratu! 4 Gelar bangsawan.

Nyonya Bovary 69 Anggur sam panye dihidangkan dengan es. Em m a m enggigil sekujur badannya ketika m erasa dingin m inum an itu dalam m ulutnya. Ia belum pernah m elihat buah delim a dan belum pernah m akan nanas. J uga gula bubuknya kelihatan lebih putih dan lebih halus dari di tempat lain. Para wanita kemudian masuk ke kamar masing-masing, mempersiapkan diri untuk pesta dansa. Emma berdandan dengan ketelitian seorang aktris pada penam pilannya yang pertam a. Ia m enyusun ram butnya sesuai dengan petunjuk perias rambut, lalu mengenakan gaun wol barege-nya yang terbeber di tem pat tidur. Pantalon Charles terlalu sem pit di bagian perutnya. “Tali penahan pantalon di telapak kaki akan m engganggu kalau aku berdansa nanti,” katanya. “Berdansa?” kata Em m a m engulangi. “Ya, berdansa.” “Ke m ana pikiranm u! Kau akan ditertawakan. Duduk-duduk saja. Lebih pantas untuk seorang dokter,” tam bah Em m a. Charles berdiam diri. Ia m ondar-m andir m enantikan Em m a selesai berpakaian. Ia melihat Emma dari belakang, di kaca, antara dua obor. Matanya yang hitam kelihatan sem akin kelam . Sisiran ram butnya yang agak m engem bang dekat telinga, m engilau dengan kilatan biru. Sekuntum bunga m awar di sanggulnya bergetar di atas tangkainya yang lentur, dengan tetesan-tetesan em bun buatan di ujung daun-daunnya. Ia m em akai gaun warna kuning jingga yang pucat, yang m enjadi lebih seronok karena tiga ikat bunga m awar bulat dicampur hijau daun. Charles m endekat lalu m encium bahunya, “J angan!” kata Em m a. “Nanti kernyut.”

70 Gustave Flaubert Mereka m endengar biola m em ainkan lagu refrein, dan suara terom pet. Waktu turun tangga, Em m a m enahan diri supaya jangan sampai melangkah cepat-cepat. Tarian quadrille sudah dimulai. Orang berdatangan. Desak- mendesak, Emma duduk di dekat pintu, di atas bangku kecil. Sehabis quadrille, lantai kosong untuk memberi tempat kepada kelom pok-kelom pok pria yang berdiri bercakap- cakap, sem entara pelayan-pelayan berseragam m engedarkan baki-baki besar. Dalam deretan tempat duduk para wanita, kipas-kipas berlukisan bergerak-gerak, buket-buket setengah m enyem bunyikan senyum wajah m ereka, dan buli-buli bertutup em as berputar-putar digerakkan tangan-tangan yang setengah terkem bang, tangan-tangan dalam , kaus tangan putih yang m em bayangkan bentuk kuku-kukunya dan ketat m eliliti daging di pergelangan. Hiasan renda, peniti intan, gelang bermedalion gemersik di baju, gemerlapan di dada, kemerincing di lengan telanjang. Di ram but yang rapi-rapi m enem pel ke dahi dan dipelintirkan di tengkuk terpasang bunga m y osotis, bunga melati, bunga delim a, bulir-bulir atau kem bang bluet yang berbentuk m ahkota, untaian atau tangkaian. Para ibu yang duduk tenang- tenang di tempat mereka dengan wajah suram memakai serban merah. Hati Emma berdebar-debar sedikit ketika ia maju mengambil tem pat di dalam barisan penari bersam a pasangannya yang m em egang ujung jarinya dan m enunggu suara biola untuk m ulai berdansa. Tetapi rasa harunya segera lenyap. Dan ia berayun m engikuti iram a orkes, m eluncur ke depan dengan goyangan ringan lehernya. Senyum m erekah di bibirnya bila kadang- kadang biola main sendiri dengan lembut, sedangkan alat-alat m usik lainnya berdiam diri. Denting m ata uang em as louis d’or yang dilem parkan ke atas m eja-m eja kartu di sebelah terdengar jelas. Lalu sem uanya m ulai lagi bersam aan waktu; alat tiup kornet

Nyonya Bovary 71 meletup merdu, kaki-kaki jatuh mengentak menurut irama, gaun-gaun m engem bang dan m enyerem pet, tangan-tangan bersentuhan sam but-m enyam but dan lepas, sepasang m ata yang tadi m erunduk di depan Anda, kem bali m enatap m ata Anda. Beberapa pria―kira-kira lima belas orang umur dua puluh lim a sam pai em pat puluh tahun, yang terpencar di antara orang- orang yang berdansa atau bercakap-cakap di am bang pintu, m enonjol di tengah-tengah khalayak ram ai karena ciri khas sesam a keluarga, betapapun bedanya m ereka dalam um ur, pakaian atau sosok. Pakaian m ereka yang lebih baik potongannya, seakan-akan terbuat dari kain yang lebih lem as, dan ram but m ereka yang disisir m engikal ke pelipis seakan-akan digilapkan dengan m inyak wangi yang lebih lem but. Warna kulit m ereka warna kulit orang kaya, warna putih yang tam bah indah karena kilap pudar barang porselen, karena kilau kain satin, karena pernis perabot bagus, dan yang dirawat kesehatannya dengan m akanan yang diatur dengan hati-hati dan yang terdiri dari hidangan pilihan. Leher m ereka bergerak santai di atas dasi yang rendah. Cam bang m ereka m em anjang sam pai m enyentuh kerah baju yang direbahkan. Bibir m ereka diusap dengan saputangan yang disulam dengan huruf besar dan yang wanginya harum sem erbak. Yang sudah m ulai berum ur tam pak m uda, sedangkan pada wajah kaum m udanya terdapat sorot kedewasaan. Dalam pandangan m ereka yang acuh tak acuh terpancar keayem an hawa nafsu yang saban hari terpuaskan. Dan dalam budi bahasa m ereka yang lem ah lem but m erem ang kekasaran khas yang diperoleh kalau orang m enguasai hal-hal yang sukar-sukar gam pang, bila kekuatan otot diperlukan dan kesom bongan hati bercanda, yaitu bila m enangani kuda-kuda ras dan menggauli wanita-wanita sesat. Tiga langkah dari Em m a, seorang penari yang berpakaian biru bercakap-cakap tentang negeri Italia dengan wanita muda

72 Gustave Flaubert pucat yang m em akai untaian m utiara. Mereka m em uji tebalnya tiang-tiang gereja Saint-Pierre, Tivoli, G. Vesuvius, Castellam are, dan Cassines, bunga m awar dari Genoa, Koloseum di bawah sinar bulan purnam a. Dengan telinganya yang lain, Em m a m engikuti percakapan yang penuh dengan kata yang tidak dipaham inya. Seorang laki-laki dikerum uni, laki-laki yang m asih m uda sekali, yan g m in ggu sebelum n ya m en galahkan Miss Arabelle dan Romulus, dan memenangkan dua ribu louis karena melompati sebuah parit di Inggris. Ada yang m engeluh karena kuda-kuda balapnya m enjadi gem uk. Ada lagi yang m enyesali kesalahan- kesalahan percetakan yang telah m engubah nam a kudanya. Udara pesta gerah. Lam pu-lam pu m em udar. Mereka kem bali m em asuki ruang biliar. Seorang pelayan naik ke atas kursi dan m em ecahkan dua kaca jendela. Ketika m endengar bunyi kaca pecah itu, Nyonya Bovary berpaling dan m elihat di pelataran wajah-wajah petani yang m enonton dari balik jendela-jendela. Terkenanglah ia akan Les Bertaux. Terbayang kem bali tem pat pertaniannya, kolam penuh lum pur, ayahnya dalam kem eja di bawah pohon-pohon apel. Terbayang pula dirinya sendiri seperti dahulu bila ia m encoleki gem uk susu dengan jari-jarinya dari bejana-bejana di tempat pemerahan susu. Tetapi karena kem eriahan saat ini, kehidupannya yang lam pau yang sam pai sekarang begitu tegas, m enghilang sam a sekali. Dan nyaris ia ragu-ragu, benarkah pernah dialam inya hidup itu. Ia di sini. Di luar pesta dansa ini, yang ada hanyalah bayang-bayang yang m eliputi segala-segalanya. Lalu Em m a m akan es krim dengan m araschino yang dipegangnya di tangan kiri dalam siput dari perak bersalut emas. Emma setengah memejamkan mata, dengan sendok di antara giginya. Seorang wanita di dekatnya m enjatuhkan kipasnya. Seorang penari lewat.

Nyonya Bovary 73 “Sudikah kiranya,” kata wanita itu, “Tuan m em ungut kipas saya yang jatuh di belakang sofa?” Tuan itu membungkuk. Dan ketika ia membuat gerak hendak m engulurkan tangannya, Em m a m elihat tangan wanita m uda itu m elem parkan barang putih yang terlipat m enjadi segitiga ke dalam topi tuan itu. Tuan itu mengembalikan kipas, m enyerahkannya dengan horm at kepada si wanita. Wanita itu m engangguk berterim a kasih, lalu m enghirup wangi buketnya. Sesudah m akan lagi tengah m alam dengan banyak anggur dari Spanyol dan dari daerah Sungai Rhein, sup kerang dan sup badam , segala m acam puding gaya Trafalgar, dan segala jenis m asakan daging yang dihidangkan dingin, daging berlapis agar- agar yang bergetar-getar di dalam piring, m aka kereta pun satu dem i satu m ulai m eninggalkan tem pat itu. Kalau ujung tirai dari m uslin disingkapkan, cahaya lentera-lentera m ereka tam pak m eluncur di dalam gelap. Bangku-bangku sudah m akin kosong. Masih ada beberapa pem ain kartu yang tinggal. Pem ain-pem ain m usik m enyejukkan ujung-ujung jarinya dengan lidah. Charles setengah tidur dengan punggung bersandar pada pintu. Pukul tiga pagi mulailah tari cotillon. Emma tidak pandai m enari wals. Sem ua m enari, juga Nona d’Andervilliers sendiri dan Nyonya Marquis. Yang m asih ada hanyalah tam u-tam u yang tinggal di kastel, kurang lebih dua belas orang. Tetapi salah seorang penari wals yang dengan akrab dipanggil Vicom te, dan yang baju rom pinya terbuka sekali dan pas benar m elilit dadanya, datang untuk kedua kalinya m engajak Nyonya Bovary berdansa. Ia m em bujuknya dengan kata bahwa ia akan m em bim bingnya dan bahwa Em m a lam a-lam a akan bisa juga. Mula-m ula perlahan-lahan. Lalu m akin lam a m akin cepat. Mereka berputar-putar. Sem uanya di sekeliling m ereka ikut berputar, lam pu, perabot, dinding kayu, dan lantai, bagaikan pirin gan yan g m en gitari poros. Ketika m ereka lewat dekat

74 Gustave Flaubert pintu-pintu, bagian bawah gaun Emma melingkari pantalon pasan gan n ya. Kaki m ereka salin g bersilan g. Mata Vicom te menekuni mata Emma. Emma menengadah menatap Vicom te. Badan Em m a m elem as. Ia berhenti m enari. Mereka m ulai lagi. Dan dengan gerak yang lebih cepat, Vicom te m em bawanya m elesat menghilang sampai ke ujung ruangan. Di sana Emma, terengah- engah, nyaris jatuh, dan sejenak m enyandarkan kepalanya pada dada pasangan nya. Lalu sam bil m asih juga berputar-putar, tapi dalam tem po yang lebih lam bat, Vicom te m engantarkan Em m a kem bali ke tem pat duduknya. Em m a m enghenyakkan diri bersandar ke tem bok, dan dengan tangan m enutupi m atanya. Ketika ia m em buka m atanya kem bali, di tengah-tengah salon tam pak olehnya seorang wanita sedang duduk di atas bangku kecil. Tiga orang penari wals berlutut di depannya. Wanita itu memilih Vicom te, dan biola pun mulai bermain lagi. Mereka menjadi tontonan. Mereka lewat lalu lalang; si wanita dengan badan tak bergerak, dan dagu menunduk, dan Vicom te dengan sikap yang selalu sam a, dada dibusungkan, sikut dibundarkan, m ulut m onyong. Pandai ia m enari wals, wanita itu! Masih lama mereka berdansa, sampai semua orang jemu. Masih beberapa menit mereka bercakap-cakap, dan setelah saling mengucapkan selamat malam, atau lebih tepat selamat pagi, para tamu kastel masuk ke kamar tidur. Charles terseret-seret jalan n ya sam bil m em egan g birai tangga. Kakinya tak bertenaga lagi. Lim a jam berturut-turut ia berdiri di depan meja-meja kartu melihat orang main w hist tanpa mengerti permainan itu sedikit pun. Napas lega terlontar dari bibirnya, setelah m em buka sepatu botnya. Em m a m enyelendangi bahunya, m em buka jendela, lalu bersandar pada siku. Malam kelam . Beberapa titik air hujan berjatuhan. Em m a m enghirup angin lem bap yang m enyejukkan kelopak m atanya.

Nyonya Bovary 75 Musik pesta tadi m asih terngiang-ngiang di telinganya, dan ia berusaha supaya tidak m engantuk agar dapat m em perlam a lam unan hidup m ewah iniyangsebentar lagiharus ditinggalkannya. Fajar m enyingsing. Lam a sekali Em m a m erenungi jendela- jendela kastel, mencoba menerka mana kamar-kamar orang- orang yang dilihatnya sem alam . Ia ingin benar m engetahui kehidupan m ereka, m enyelam inya berpadu dengannya. Tetapi ia menggigil kedinginan. Ia bertukar pakaian, lalu m eringkuk di bawah selim ut m erapat ke tubuh Charles yang sudah tidur. Ban yak yan g hadir waktu m akan pagi. Sarapan n ya sepuluh menit. Tak ada minuman keras dihidangkan, dan hal itu m engherankan sang dokter. Lalu Nona d’Andervilliers mengumpulkan sisa-sisa roti brioche ke dalam keranjang kecil untuk diberikan kepada angsa-angsa di kolam air. Lalu m ereka berjalan-jalan di rumah kaca penuh tumbuh-tumbuhan berbulu yang aneh-aneh, yang tersusun bertingkat-tingkat m em bentuk piram ida-piram ida di bawah jam bang-jam bang gantungan yang seperti sarang ular yang kepenuhan; dari tepi-tepinya keluar berjatuhan tali-tali hijau panjang-panjang, beruntai-untai, jalin- m enjalin. Kebun jeruk yang terdapat di ujung, rim bun m em beri keteduhan sampai ke bagian kastel tempat dapur dan kandang kuda. Untuk m enyenangkan Em m a, Marquis m engajak wanita muda itu melihat kandang-kandang kuda. Di atas keranjang tem pat m akanan kuda, terpasang piring dari porselen yang ditulisi nama tiap kuda dengan cat hitam. Setiap binatang itu di dalam kandangnya bergoyang-goyang apabila ada yang lewat di dekatnya sam bil m endecak-decakkan lidah. Lantai papan tem pat m enyim pan pelana dan abah-abah m engkilat-kilat seperti lantai papan salon. Alat-alat perlengkapan kereta diatur di tengah- tengah di atas dua tiang putaran, dan kekang, cemeti, sanggurdi, kendali, sem uanya disusun berderet sepanjang tem bok.

76 Gustave Flaubert Sem en tara itu Charles m en cari pelayan un tuk m in ta tolong m em persiapkan keretanya. Kereta diantarkan ke depan serambi rumah tangga. Dan setelah semua barang dimasukkan sem barangan ke dalam nya, Bovary suam i istri dengan sopan m inta diri kepada Marquis dan istrinya, lalu pulang ke Tostes. Emma berdiam diri sambil memandangi roda-roda berputar. Charles yang duduk di ujung tem pat duduk, m em egang kendali dengan kedua lengan terentang lebar. Dan kuda kecil itu meligas di antara kedua palangnya yang terlalu besar untuknya. Tali tem ali kendali yang kendur, m engepak-ngepak pinggang kuda dan m enjadi basah oleh busa keringatnya. Dan peti yang diikat di belakang kereta, m em bentur papan kayu dengan teratur. Mereka sam pai ke tanah tinggi Thibourville ketika di depan mereka, tiba-tiba, beberapa penunggang kuda lewat sambil tertawa, dengan serutu di mulut. Emma mengira mengenali Vicom te, lalu m enengok ke arah lain. Yang kem udian terlihat olehnya di tepi langit hanyalah kepala-kepala yang bergerak turun naik tidak beraturan, seiram a dengan tunggangan m ereka yang berderap atau lari kencang. Seperempat mil kemudian, mereka terpaksa berhenti untuk m enyam bung tali belakang abah-abah yang putus. Tetapi ketika Charles untuk akhir kalinya m em eriksa abah- abah, ia m elihat sesuatu di tanah di antara kaki kudanya. Yang dipungutnya ternyata sebuah tem pat rokok yang pinggirannya seluruhnya dari sutra hijau dan yang di tengah-tengahnya ada lambang keluarga seperti pada pintu kereta. “Malahan ada dua batang serutu di dalam nya,” katanya. “Untuk nanti m alam , sesudah m akan.” “Kau m erokok?” tanya Em m a. “Kadang-kadang. Kalau ada kesem patan.” Benda yang ditem ukannya itu dim asukkannya ke dalam sakunya. Lalu kuda yang kecil tapi kekar itu dicam buknya.

Nyonya Bovary 77 Ketika m ereka sam pai di rum ah, m akan m alam belum selesai. Nyonya m enjadi m arah. Nastasia m enjawab dengan kurang ajar. “Enyah kau!” kata Em m a. “Engkau m eledek, ya? Keluar dari sin i!” Untuk makan malam, hari itu ada sup bawang dengan sepotong daging anak sapi yang diasam . Charles yang duduk berhadapan dengan Emma, berkata dengan muka bahagia sambil m enggosok-gosok tangannya. “Senang benar aku, kita sudah pulang lagi!” Nastasia kedengaran m enangis. Charles sebenarnya suka juga pada gadis m alang itu. Dahulu Nastasia sering m enem aninya m alam hari m anakala ia tak tahu begaim ana m enyibukkan diri waktu ia m asih m enduda. Nastasia pasiennya yang pertam a, kenalannya yang paling lam a di daerah ini. “Apakah kau usir dia untuk selam a-lam anya?” katanya pada a kh ir n ya . “Ya. Ada yang m au m elarang?” jawab Em m a. Lalu m ereka berhangat-hangat di dapur, sem entara kam ar m ereka dipersiapkan. Charles m enyulut serutu. Ia m erokok dengan m elancipkan bibirnya, m eludah-ludah setiap m enit, dan mundur-mundur tiap kali mengembuskan asap. “Nanti kau sakit,” kata Em m a dengan cem ooh. Charles m eletakkan serutunya, lalu lari ke pom pa untuk m inum segelas air dingin. Em m a m enyam bar tem pat rokok tadi, dan m elem parkannya cepat ke dalam lem ari, jauh ke dalam . Keesokannya hari terasa panjang. Em m a berjalan-jalan di dalam pekarangannya yang kecil, hilir-m udik m elewati jalan- jalan yang itu-itu juga, berhenti di depan petak-petak bunga, di depan pohon espalier, di depan pendeta dari batu tahu, dan dipandangnya dengan heran sem ua benda yang dahulu dikenalnya dengan baik itu. Betapa lam a sudah rasanya pesta dansa ini! Apakah gerangan yang m em isahkan sejauh itu pagi hari kem arin

78 Gustave Flaubert dulu dan m alam hari ini? Kunjungannya ke Vaubyessard telah m em buat lubang di dalam kehidupannya, sebagaim ana badai kadang-kadang membentuk lubang-lubang besar di pegunungan dalam satu m alam saja. Nam un Em m a m enerim anya dengan sabar. Dengan rasa khidm at dim asukkannya gaunnya yang bagus ke dalam lem ari, sam pai kepada sepatunya dari satin yang solnya m enjadi kuning karena lilin gosok lantai. Hatinya seperti benda- benda itu; setelah bergeseran dengan kekayaan, hati itu telah dilekati sesuatu yang tidak bakal kunjung hilang. Maka kenang-kenangan pada pesta dansa itu menjadi suatu kesibukan bagi Emma. Setiap kali tiba hari Rabu, waktu bangun, ia berkata di dalam batin, “Ah, delapan hari yang lalu... lim a belas hari yang lalu... tiga m inggu yang lalu aku di sana!” Dan sedikit dem i sedikit raut-raut m uka m enjadi kabur dalam ingatannya. Ia lupa lagu dari quadrille. Tak lagi ingat jelas pakaian-pakaian seragam dan ruang-ruangnya. Beberapa hal kecil m engabur. Tetapi rasa sesal di hati tetap ada.

Bab IX ACAP KALI, manakala Charles tidak di rumah, Emma menge- luarkan tempat rokok sutra hijau yang disimpannya di dalam lemari, di antara lipatan-lipatan kain rumah tangga. Ia melihat- lihatnya, membukanya, bahkan mencium bau kain lapisannya, wangi bunga verbena bercampur harum tembakau. Siapa yang punya? Mestinya Vicom te yang punya. Barangkali pemberian kekasihnya. Sulamannya boleh jadi dibuat pada sebuah bingkai kayu sonokeling, sebuah alat m ungil, yang disem bunyikan dari pandangan mata orang, yang memberi kesibukan berjam- jam lam anya, dirunduki ram but ikal lem but wanita yang m engerjakannya sam bil berangan-angan. Napas kasih sayang telah mengembusi jaringan tenunannya. Setiap tusukan jarum menancapkan harapan atau kenangan. Dan semua benang sutra yang jalin-menjalin itu tidak lain dari kelanjutan keberahian bisu yang sama juga. Lalu pada suatu hari Vicom te telah membawanya pergi. Apakah yang dibicarakan waktu benda itu tergeletak di atas

80 Gustave Flaubert keliling hias perapian yang lebar, di antara bejana-bejana bunga dan jam-jam gaya Pompadour? Emma di Tostes, dia, dia di Paris sekarang, jauh! Bagaimana rupanya Paris itu? Betul-betul nama dengan arti yang bukan main! Emma mengulanginya dengan suara pelan, untuk menyenangkan hatinya. Nama itu di telinganya kedengaran seperti suara dengung di keluasan katedral, di kelopak matanya bersinar-sinar sampai terbayang-bayang pada etiket poci- poci minyak rambutnya. Malam hari, ketika para pedagang ikan lewat dengan pedati m ereka di bawah jen delan ya sam bil m en yan yikan lagu “La Marjolaine”, ia terbangun, lalu m endengarkan bunyi roda-roda yang berlapis besi, bunyi yang segera akan redam begitu m ereka sampai di jalan tanah keluar kota. Besok pagi m ereka akan tiba di sana, batinnya. Dan dalam angan-angannya, ia m engikuti m ereka naik turun tanjakan, m elintasi desa-desa, m eluncur di jalan raya di bawah terang cahaya bintang. Sesudah suatu jarak yang tak tentu jauhnya, selalu di suatu tem pat yang kabur, habislah im piannya. Ia membeli peta kota Paris, dan dengan ujung jari di atas peta m enjelajahi ibukota itu. Ia ikuti jalan-jalan raya berhenti pada setiap belokan, di antara garis-garis jalanan, di depan persegi-persegi putih yang m enunjukkan rum ah-rum ah. Akhirnya m atanya lelah. Maka dipejam kannya kelopak m atanya, dan dalam tem aram dilihatnya nyala-nyala lentera gas geliang-geliut ditiup angin, dan tangga-tangga kereta diturunkan dengan berisik di depan serambi bertiang gedung teater. Ia m enjadi langganan La Corbeille, surat kabar untuk wanita, dan Sy lphe des Salons. Semua laporan tentang pertunjukan perdana, balapan kuda, dan m alam -m alam pertem uan dilihatnya tanpa m elom pati sekata pun. Awal karier seorang biduanita, pem bukaan toko besar, m endapat perhatiannya. Ia m engetahui m ode-m ode baru, alam at tukang-tukang jahit yang baik, pada

Nyonya Bovary 81 hari-hari apa Bois atau Opera terbuka. Ia m em pelajari dalam kolom Eugène Sue, uraian tentang bagaimana mengisi rumah. Ia m em baca Balzac dan George Sand, m encari-cari di dalam buku-buku itu pem uasan kehausannya sendiri dengan khayal. Sam pai ke m eja m akan dibawanya bukunya, dan dibuka-bukanya halam annya sem entara Charles m akan sam bil bercakap-cakap kepadan ya. Ken angan pada Vicom te selalu m un cul kem bali pada waktu m em baca. Dia dibandingkannya dengan tokoh- tokoh khayal itu. Tetapi lingkungan tem pat Vicom te m erupakan pusatnya lam bat laun m eluas ke sekelilingnya, dan cahaya yang tadinya m elingkari Vicom te, m eninggalkan dirinya, pindah lebih jauh untuk m enyinari im pian-im pian Em m a lainnya. Maka Paris yang gam barannya lebih kabur daripada sam udra, di mata Emma berkilauan dalam suasana merah terang. Tetapi kehidupannya yang beraneka m acam , penuh gerak di tengah- tengah kegaduhan itu, terbagi menjadi bagian-bagian, tergolong- golongkan m enjadi lukisan-lukisan yang berbeda. Yang kelihatan oleh Em m a hanya dua-tiga lukisan saja yang m enyem bunyikan sem ua lukisan lainnya dari penglihatannya, dan yang dua-tiga itu m elam bangkan seluruh kem anusiaan baginya. Dunia duta-duta besar bergerak di atas lantai-lantai kayu yang m engkilap, di dalam salon-salon yang tem boknya dilapisi cerm in-cerm in, sekeliling m eja-m eja lonjong yang ditutupi kain beledu dengan jum bai- jumbai emas. Di sana terdapat gaun-gaun pancung, rahasia- rahasia besar, kecem asan-kecem asan yang disem bunyikan di balik senyum . Golongan berikutnya ialah m asyarakat kalangan duchesse5. Di sini m uka lazim nya pucat, orang baru bangun pukul em pat siang. Kaum wanitanya—m engibakan benar m alaikat- m alaikat ini!—m em akai gaun dengan pinggiran kem bang sulam an pada latar tule. Dan kaum prianya—otak encer yang tak dihargai 5 Gelar bangsawan untuk wanita.

82 Gustave Flaubert di balik rupa yang tak berarti, m em acu kuda m ereka sam pai sete- ngah m ati untuk bersenang-senang sem ata, pergi ke kota Baden selam a m usim panas, dan bila um urnya m enjelang em pat puluh tahun, akhirnya m em peristri putri-putri ahli waris. Di dalam kamar-kamar di restoran-restoran tempat orang datang untuk m akan sesudah tengah m alam , di terang cahaya lilin, tertawa dunia yang beraneka ragam , dunia sastrawan dan aktris. Mereka ini royal-royal bagaikan raja, penuh am bisi yang bercita-cita dan sem angat m enggila yang luar biasa. Kehidupan m ereka di atas m anusia lainnya, antara langit dan bum i, di tengah topan dan badai, sesuatu yang m aham ulia. Dunia selebihnya, entah di m ana adanya, tak tegas tem patnya, seakan-akan tiada. Lagi pula m akin dekat ihwalnya, m akin Em m a m enjauhkannya dari pikirannya. Segala sesuatu yang dekat sekali di sekelilingnya, perladangan yang m enjem ukan, orang borjuis kerdil dungu-dungu, kehidupan yang teram at biasa, baginya seakan-akan suatu kekecualian di dunia, sesuatu yang kebetulan, yang khusus m encengkam nya, sedangkan di seberang membentang luas sejauh mata memandang negeri kebahagiaan dan keberahian. Dalam keinginan hatinya, Em m a m em baurkan kelezatan hidup m ewah dengan hal-hal yang m enggairahkan hati, dengan keanggungan kebiasaan dan kelem butan perasaan. Bukankah untuk cinta kasih, seperti pula untuk tanam an India, diperlukan tanah yang dipersiapkan, suhu yang tertentu? J adi, keluh dan kesah di bawah terang bulan, dekapan yang berkepanjangan, air m ata yang jatuh m enetesi tangan yang harus dilepaskan, segala dem am di dalam tubuh dan rindu kelembutan tidaklah terpisahkan dari balkon di puri-puri agung yang penuh senggang, dari kam ar rias bertirai sutra dengan permadani tebal sekali, dari bak-bak kembang penuh bunga, dari tem pat tidur yang dipasang di panggung, tidak terpisahkan juga dari kelap-kelip batu perhiasan dan pita-pita seragam pelayan.

Nyonya Bovary 83 Pem bantu di tem pat penggantian kuda kereta yang setiap pagi datang untuk memelihara kuda betina mereka, melintasi gang dengan sepatu kayunya yang berat. Kem ejanya berlubang-lubang, kakinya yang tak berkaus langsung m asuk sandal. Dengan tukang kuda bercelana pendek itulah ia harus puas! Kalau pekerjaannya selesai, ia tidak kem bali m asuk lagi hari itu. Sebab Charles kalau pulang m em asukkan sendiri kudanya ke dalam kandang, m enurunkan pelana dan m em buka tali lehernya, sem entara si pem bantu rum ah tangga m engantarkan seikat jeram i yang dilem parnya sekenanya ke dalam tem pat m akan kuda itu. Sebagai pengganti Natasia (yang pada akhirnya m eninggalkan Tostes sambil bercucuran air mata). Emma mengambil seorang gadis, anak yatim um ur em pat belas tahun dengan raut m uka lem but. Ia dilarangnya m em akai kudung kepala dari katun. Em m a m engajarkan kalau berbicara kepada orang supaya memakai sebutan bagi orang ketiga; kalau membawa segelas air, m enghidangkannya dalam piring; kalau m au m asuk, m e- ngetuk pintu dahulu. Em m a m engajarkannya juga m enyetrika, menganji, meladeni Emma kalau berdandan, dan gadis itu hendak dijadikannya pem bantu pribadi. Pem bantu baru itu m enurut tanpa m enggerutu supaya tidak diusir. Dan karena nyonya biasanya m eninggalkan kunci tergantung di bufet, Félicité setiap sore m engam bil gula sedikit yang dim akannya seorang diri di tem pat tidur sesudah m em anjatkan doanya. Sore-sore, Félicité kadang-kadang main ke seberang, bercakap-cakap dengan kepala kereta pos. Nyonya tinggal di atas di dalam apartem ennya. Em m a biasanya m em akai gaun rum ah yang terbuka. Dari sela kelepak-kelepaknya yang m em anjang seperti selendang kelihatan baju dalam yang dipelisir, dengan tiga buah kancing em as. Sebagai sabuk dipakainya, tali pintalan yang ujung-ujungnya diberi bandulan. Dan sandal-sandal kecilnya warna buah delim a

84 Gustave Flaubert dihiasi jum baian pita lebar yang m engem bang di atas kura- kura kaki. Ia telah membeli sebuah alat peresap tinta, kertas tulis, tangkai pena, dan amplop-amplop, meskipun tidak ada orang yang disuratinya, ia m engelap-ngelap debit dari raknya, melihat-lihat diri di dalam kaca, mengambil buku, lalu sambil m elam un di antara baris-barisnya, ia m em biarkan buku itu lepas di pangkuannya, ia ingin m elawat jauh, atau kem bali ke kehidupannya di biara. Ia m engharapkan sekaligus baik m ati maupun berdiam di Paris. Di dalam salju, di dalam hujan, Charles m enunggangi kudanya menempuh jalan-jalan lintasan. Ia makan dadar di meja petani, m em asukkan tangan ke dalam tem pat tidur yang berkeringat, tersem prot m ukanya kena darah hangat yang dipantiknya, m endengarkan igau kem atian, m em eriksa bak ludah, banyak m enyingsingkan baju kotor. Tetapi tiap senja ia m endapatkan api m enyala, m eja yang tersedia m akanannya, kursi-kursi yang em puk, dan istri yang berpakaian halus, m enawan hati dan semerbak segar, meskipun tak tahu ia dari mana bau wangi itu, atau bukannya barangkali kulitnya yang m engharum i bajunya. Charles terpikat hatinya oleh aneka rupa kehalusan Em m a. Kali ini karena cara baru Em m a m em buat piring lilin dari kertas. Lain kali karena gaunnya diganti setroknya, atau karena nam a luar biasa yang diberikannya kepada salah satu hidangan yang sederhana sekali, yang tadinya gagal waktu dim asak pem bantu, tapi Charles m enelannya dengan senang hati sam pai habis. Di kota Rouen, Emma melihat wanita-wanita memakai jam tangan yang dipasangi hiasan keroncongan kecil-kecil. Ia pun m em beli keroncongan. Ia ingin, ada dua bejana besar dari kaca biru di bendul perapiannya. Dan tak lam a berselang, ia ingin m em punyai peti jahit dari gading yang ada bidalnya yang m erah m enyala. Makin tidak m engerti Charles akan segala tingkah, dan gaya itu, m akin terpikat hatinya. Bertam bahlah kesenangan perasaannya


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook