Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Gence Membedah Anatomi Peradaban Digital

Gence Membedah Anatomi Peradaban Digital

Published by seputarfib, 2022-01-23 17:02:57

Description: Gence Membedah Anatomi Peradaban Digital

Search

Read the Text Version

(7) CITY MINDWARE Oleh Tauhid Nur Azhar Konsep smart dalam pengelolaan wilayah di berbagai tingkatan (propinsi, kabupaten/kota, sampai desa) adalah upaya mengoptimasi potensi wilayah melalui pendekatan multi elemen yang membentuk ekosistem region (kota). Elemen utama yang menjadi bagian dari ekosistem kota adalah manusia atau masyarakat (society) atau kelompok fungsional yang menjalankan fungsi tata kelola. Yang termasuk dalam hal ini adalah unsur pemerintah (pangreh praja; civil servant), dan juga kelompok masyarakat. Elemen utama lainnya adalah struktur (piranti; hardware) yang antara lain terdiri dari lingkungan (habitat), infrastruktur, dan ranah pengembangan dan pembangunan di dalamnya. Kondisi ini dapat dianalogikan sebagai sebuah sistem terintegrasi di tubuh manusia yang dalam menjalankan fungsinya harus saling terkoneksi dan memberikan feedback untuk hasilkan sebuah aksi terukur dan proporsional. Maka, kota/regio cerdas itu bisa “merasa” (sensing), dan dapat “berpikir” hingga mengerti (understanding), mungkin juga dapat di-enrich dengan fungsi emosi hingga ada empati atau pertimbangan keberpihakan dalam koridor kebaikan (fungsi diskresi). Fungsi lain adalah memberikan respons terukur (acting) dan juga umpan balik sebagai bagian dari lapis pembelajaran dan data training bagi sistem cerdas yang dikembangkan. Hal terakhir amat penting sebagai bagian dari proses control and evaluation. Jika sebuah sistem cerdas kota diekstrapolasikan sebagai sebuah sistem pakar berbasis artificial neural network maka proses belajar dan umpan balik adalah prasyarat untuk menumbuhkan intelijensinya. Maka, sebuah kota cerdas dengan konsep City Multiple Intelligence (CMI) harus mampu mengakomodir peran atau potensi anatominya (hardware/structure dan society) untuk menghadirkan pemenuhan Membedah Anatomi Peradaban Digital — 251

kebutuhan (hierarchy of needs/Maslow) dalam bentuk ketersediaan energi, permukiman, tata ruang dan lingkungan yang baik, perputaran ekonomi dan berjalannya industri (jasa-manufaktur), interaksi dan transportasi serta jalur logistik (SCM), rasa aman (security), dan kesehatan fisik serta mental (psikologi). Indeks rasa nyaman (comfortability) dan happiness akan melahirkan culture yang lahir dari konsepsi pemangku kepentingan dan kebijakan kota. Rahimnya adalah ekosistem yang dibangun bersama dengan mengacu pada smart system platform (visi, misi, tujuan, capaian, dan lain-lain). Persis sebagaimana proses diferensiasi dan maturasi di tingkat embrional di rahim manusia. Ada fungsi homeobox gene yang mengatur peran dari setiap elemen dan variabel serta faktor yang terlibat. Ada komunikasi dan interaksi yang polanya harus didesain semenjak awal, dan disepakati sebagai acuan bersama yang harus dipatuhi. Maka jika semula berawal dari neural tube, dengan peta jalan dan indikator yang jelas, dalam lini masa yang telah diprakirakan akan tercipta batang otak, otak tengah, dan otak depan. Demikian pula, idealnya pertumbuhan dan perkembangan sebuah kota cerdas. Maka, jika analogi ini berlanjut, sebuah smart region/city/village memerlukan jaringan “neuronal dan hormonal” untuk berkomunikasi dan berinteraksi serta “merasa” serta “mengetahui” (sensing, feeling, understanding). Perlu juga “muscle” untuk bereaksi dan 252 — G.E.N.C.E.

beraksi secara sadar dan terukur (voluntary) serta bereaksi di domain otomasi cerdas (unvoluntary). Sistem pakar kota dapat memfasilitasi terciptanya syarat anatomi-fisiologi ini. Tetapi jangan lupa, kota perlu “otak” untuk mengambil keputusan dari serangkaian stimulus berupa data yang diterima dan hasil analisis serta potensi reaksi/aksi yang dapat dilakukan secara terukur sebagai respon yang tepat terhadap masalah. Kota perlu “energi” seperti molekul ATP, dalam hal ini APBD dan sumber pembiayaan lain yang sah, untuk itu kota perlu siklus asam sitrat (Krebs) dan mekanisme respirasi (nafas). Juga perlu “enzim” sebagai katalisator (dalam hal ini regulasi/perda, dan sebagainya). Tentu jangan dilupakan soal immunity atau daya tahan sebuah kota. Happiness itu adalah the best adjuvant for immunity. Kota yang nyaman dan membahagiakan akan menurunkan kriminalitas dan banalitas di ruang publik. Pendidikan publik juga program utama immunity of the city ini. Perlu dipertimbangkan adanya city index immunity (CII) yang disusun dengan mengakomodir aspek antropologi, psikososial, dan pedagogi-andragogi (edukasi). Ekosistem kota yang sehat akan lahirkan kreatifitas dan inovasi, hingga terciptalah “energi’” yang berkesinambungan serta terbaharukan. Untuk itu, diperlukan enabler di sektor manusianya, manajemennya, dan tentu saja teknologi. Jika ini bisa berinteraksi dan berinterferensi saling menguatkan akan lahir harmoni yang terorkestrasi sempurna. Kota dan makna akan membangun sebuah “meaningful ecosystem” yang produktif sekaligus manusiawi. Maka, mencerdaskan kota/regio adalah investasi luar biasa yang dapat menjadi pengungkit kebangkitan sebuah bangsa. *** Membedah Anatomi Peradaban Digital — 253

(8) Beribrah dari Bencana untuk Membangun Smart People, Smart System, dan Smart Nation Oleh Tauhid Nur Azhar “Katakanlah (Muhammad), ‘Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, ketika kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah hati dan dengan suara yang lembut?’ (Dengan mengatakan), ‘Sekiranya Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur’.” (QS Al-An’âm, 6:63) Di penghujung ayat ini terpampang jelas sebuah pelajaran penting, andai kita selamat dari bencana sudahkah kita menjadi orang- orang yang bersyukur? Bagaimana praktik dan konsep syukur ini? Bersabar dalam menggali ilmu untuk mempelajari sumber bencana dan terus berupaya agar dapat memetik hikmah yang akan berbuah rahmah adalah salah satunya. Mitigasi bencana adalah bagian tidak terpisahkan dari anugerah cerdas pada manusia untuk mampu membaca ayat-ayat Allah (qauliyah dan qauniyah). Gempa bumi, dengan demikian, adalah penghantar kita untuk mengenal proses penciptaan bumi, tersajinya rupa bumi, lapis litosfera tempat manusia hidup dan berinteraksi dengan semesta. Hal ini sebagaimana terciptanya dinamika atmosfera dengan kadar oksigen dan gas lainnya yang kehadirannya adalah penunjang kehidupan manusia dan makhluk biologis lainnya. Bumi Indonesia dari Sumatera sampai Papua adalah bagian dari benua-benua yang terus berubah dan mencari keseimbangan dalam tasbih yang berkesinambungan. Batuan tua dari era Paleozoikum sampai era tersier tersebar bertumpuk dan berlapis menjalankan tugas geologisnya untuk hadirkan karakteristik khas yang membentuk tidak hanya rupa bumi tapi juga budaya dan peradaban serta menjadi sarana kita, manusia, untuk mensyukuri keberadaan kita saat ini. 254 — G.E.N.C.E.

Kerak benua dan kerak samudera sebagaimana sunatullah yang termaktub dalam Al-Quran, senantiasa bergerak dan saling berinteraksi secara rancak dan hadirkan banyak tanya di benak, mengapa? Sekurangnya ada tiga lempeng yang menyokong negeri kita: Indo Australia, Eurasia, dan Pasifik. Indo-Australia di selatan, Eurasia di utara, dan Pasifik yang terdiri dari lempeng laut Filipina dan lempeng Carolina di timur. Adanya lempeng yang bergerak tentu menimbulkan aktivitas tektonik berupa fenomena subduksi (menunjam), obsduksi (mengangkat), dan collision alias saling bertabrakan. Sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan, gejala tektonik tentu terkait dan terikat erat dengan gejala vulkanik yang ditandai dengan lahirnya cincin gunung api di jajaran pulau Sunda Kecil, penerus tapak geologis benua Gondwana. Kekhasan batuan yang dapat diamati berdasar usia geologis memberi kita ilmu dan pengetahuan tentang apa yang pernah terjadi dan memprakirakan apa yang kelak mungkin akan terjadi. Observasi di daerah Timika-Tembagapura memperlihatkan adanya lapisan formasi batuan berdasar usia pembentukan; formasi Awigatoh dari zaman Paleozoikum (2,5M tahun), serta Kariem dan Tuoba yang lebih muda dari sekitar Mesozoikum di jaman kapur dan Jura. Batuan inipun beragam jenisnya dan dapat dibedakan berdasar proses pembentukannya. Ada batuan sedimen yang berasal dari proses endapan, ada batuan intrusi dari terobosan magmatik, dan ada juga batuan metamorf atau hasil perubahan struktur dan karakter karena adanya perpindahan lokasi, dan lain sebagainya. Pergerakan lempeng bumi dan dinamika litosfera akan menghasilkan antara lain sesar-sesar atau daerah batas. Keberadaan sesar (darat) inilah yang dapat menjadi sumber dari hadirnya gelombang seismik. Ada energi yang terlepas dari desakan yang saling mendorong untuk mencari ruang. Dalam konteks ilmu sosial, ada katarsis berupa “letupan-letupan” ketidakpuasan, perang, benturan kepentingan dan perebutan sumber daya seperti pada berbagai perang yang melanda dunia. Sesar normal adalah pergeseran dua sesar yang saling menjauh, sesar naik apabila ada bagian yang terangkat, dan sesar geser adalah jika dua sesar bertemu dalam arah gerak yang saling berlawanan. Membedah Anatomi Peradaban Digital — 255

Gempa yang terjadi di Pidie Jaya beberapa waktu ke belakang diduga adalah mekanisme sesar geser yang menimbulkan gelombang seismik akibat pecahnya struktur batuan akibat adanya pertemuan lempeng tektonik atau sesar aktif. Gelombang seismik ini secara sunatullah mengikuti hukum-hukum fisika gelombang. Maka, karakter dan jenisnya antara lain adalah adanya tubuh gelombang (body wave) yang terdiri dari gelombang primer atau rambatan utama dari sumber gelombang dan sifatnya longitudinal, searah dengan perlambatan energi yang terjadi. Sedangkan gelombang kedua yang mengikuti adalah gelombang sekunder yang terdiri dari gelombang Love (berdasar nama penelitinya) dengan ciri sejajar dan tegak lurus dengan arah rambatan gelombang. Lalu ada gelombang Rayleigh, dimana partikel yang bergerak seirama gelombang berada dalam arah elips atau berputar. Maka, dalam gambaran seismograf akan didapati parameter gelombang vertikal, utara-selatan, dan timur-barat sesuai dengan karakter masing-masing gelombang seismik yang terjadi. Beribrah pada musibah yang ditimbulkan oleh fenomena alam, dalam hal ini gempa, manusia sesungguhnya dapat belajar dan mengelola berbagai resiko yang muncul dari potensi bencana. Adanya gempa subduksi di laut dangkal, kedalaman kurang dari 300 meter, intensitas gempa di atas 7 SR, dan pusat gempa kurang dari 15 km (Sutopo Purwo Nugroho, BNPB, 2016) misalnya, dapat menimbulkan dampak ikutan berupa tsunami. *** Potensi gempa di negeri ini sebenarnya telah mulai dipetakan dan dapat dijadikan acuan dalam proses mitigasi untuk mencegah terjadinya musibah yang bersifat masif serta destruktif. Teknologi kebumian telah mampu menghasilkan teknik tomografi seismik yang memberikan gambaran tentang penjalaran gelombang seismik di permukaan bumi. Dapat dilakukan perhitungan site specific response analysing atau SSRA dan probabilistic hazard analysis atau PHA dengan mengoptimasi perhitungan peak ground acceleration yang tentu saja bersifat multifaktorial dan harus mempertimbangkan beberapa faktor dominan seperti karakteristik dinamika tanah, karakteristik lapis tanah 256 — G.E.N.C.E.

lokal, juga karakteristik getaran gempa dan sumber gempanya. Dari data-data yang tersedia ini (big data) dapat dibangun suatu rujukan perencanaan wilayah (smart planning) berupa zonasi (mikro zonasi) berdasarkan risiko bencana yang mungkin dihadapi. Sebenarnya tidak hanya itu saja, dari data yang tersedia dapat dipetakan berbagai resiko dari berbagai ranah, misal potensi bencana hidrogeologi seperti banjir, tanah longsor (pergerakan tanah/landslide), bencana ekonomi sosial karena munculnya kerawanan akibat akses ekonomi dan benturan sosial multidimensional, bencana peradaban karena menurunnya sumber daya manusia akibat akumulasi persoalan gizi, tumbuh kembang, dan meningkatnya penyakit tidak menular yang juga saling terkait dalam hubungan sebab akibat yang kompleks dengan berbagai bencana di ranah yang berbeda. Konsep Smart Nation tentu harus mampu mengakomodasi data dan hasil analisa cerdas yang dapat membantu proses perencanaan pembangunan dan memberi alasan logis untuk setiap kebijakan di domain public policy. Data-data potensi bencana akibat gelombang seismik (gempa bumi) misalnya, telah melahirkan standar tertentu yang dapat digunakan untuk mendesain dan mengonstruksi bangunan, seperti SNI-03- 1726-2002. Penggunaan standar seperti SNI bangunan tahan gempa yang tentu merupakan hasil analisis dan penelitian mendalam multidisiplin ini adalah upaya konstruktif untuk merancang keamanan dan kesejahteraan di masa depan. Tidak pelak lagi, inilah model konsep syukur yang aplikatif dan bagian tidak terpisahkan dari konsep tugas manusia sebagai khalifah yang harus mampu menghadirkan rahmah bagi segenap sekalian alam. Dalam konteks yang sama, ada contoh lain yang perlu kita pikirkan, antara lain adalah dalam bidang meteorologi dan Geofisika. Keberadaan fenomena El Nino atau La Nina yang bersifat siklikal dan periodik dalam kurun waktu tertentu yang berulang tentu dapat menjadi acuan prediksi perubahan iklim global yang dapat menghasilkan proses antisipasi. Mungkin inilah hikmah kisah inspiratif Nabi Yusuf as yang termaktub dalam Al-Quran. Kemampuan membaca tanda alam dan zaman secara cerdas. Membedah Anatomi Peradaban Digital — 257

Bukankah Indonesian Oceanic Dipole (IOD) yang dapat diamati dari citra satelit adalah “tanda” atau ayat yang begitu nyata bagi mereka- mereka yang mau berpikir? Maka, sapi kurus dan batang gandum yang meranum adalah perlambang dari kemampuan berpikir ke depan (future thinking) yang melekat pada manusia yang cerdas dan beriman (yang ditinggikan derajatnya dalam majelis). Smart People. *** Apa itu smart people? Ya tidak lain dan tidak bukan adalah kita yang kaffah dengan cara mau bersyukur lewat mengoptimasi cara berpikir dan berzikir. Pada gilirannya zikir konstruktif inilah yang akan menghadirkan ketenangan. Secara hipotetikal manusia akan mendekati konsep paripurna jika berhasil mengembangkan dan meningkatkan daya nalar dan sadarnya serta kemampuan kontributif kebermanfaatan bagi semesta dan sesama yang maujud dalam capaian level of thinking, level of consciousness, dan level of engineering-nya yang dibundling dengan level of EC (emphative-contributive) sebagai perwujudan fungsi khalifatullâh yang harus mampu mewujudkan prinsip dasar rahmatan lil ‘âlamîn. Dan, hal itu adalah sebuah keniscayaan, mengingat secara neurosains manusia telah dilengkapi dengan bagian fungsional otak yang mampu mencerna informasi sosial (sulkus temporalis superior/ STS), mendeteksi error atau suatu hal yang kurang tepat dalam sebuah sistem yang berjalan (korteks singulata anterior/ACC, Shackman, dkk., 2011), dan tentu saja fungsi respon mitigatif, kendali kognisi, serta problem solving yang diperankan oleh dorso lateral prefrontal cortex/dlPFC. Serta masih dilengkapi pula dengan berbagai struktur yang menunjang proses sensing, understanding, acting, dan learning yang tersebar dari barang otak, limbik, striatum, sampai area asosiatif di korteks otak. Itu semua akan menjadi asupan pertimbangan moral di orbito frontal cortex/OFC kiri yang bertugas untuk menjaga kepedulian moral sebagai manusia yang harus memberi makna pada fakta keberadaannya. Menjadi ada itu untuk apa? Maka, mari kita mulai bersyukur dan belajar dari bencana dan berbagai fenomena yang tengah kita alami dalam rentang waktu dan lebar ruang hidup kita agar kita tidak tergolong sebagai orang-orang yang merugi. *** 258 — G.E.N.C.E.

(9) Smart People for Smart Nation Oleh Tauhid Nur Azhar “Science and Technology revolutionize our lives, but memory, tradition, and myth frame our response.” (Arthur Schlesinger, Historian) Berkah silaturahim, sepulang dari Pontianak dikirimi file hasil riset BI perwakilan Kalbar soal penilaian terhadap Pontianak sebagai “smart city”. Dalam resume termaktub 6 dimensi dan 15 aspek mulai dari smart people dengan aspek antara lain akses terhadap pendidikan dasar, sampai ke dimensi smart mobility dengan aspek antara lain ketersediaan jalur bersepeda. Untuk aspek yang terakhir itu kebetulan saya malah sudah mengujinya sendiri dan memperoleh pengalaman yang menyenangkan, terbukti antara lain dengan banyaknya foto-foto aktivitas gowes di Pontianak saya posting di Instagram. Sedangkan pada kuadran “importance” vs “performance” didapatkan data objektif berdasar persepsi warga bahwa akses terhadap pendidikan dasar, layanan kesehatan, respon terhadap asupan publik, dan layanan publik berbasis daring, serta transparansi tata kelola anggaran (APBD) dianggap penting dan ternyata berkinerja baik. Terbang ke daerah lain yang dipisahkan laut Jawa, tepatnya di daerah yang dikenal sebagai tempat terbitnya matahari di Jawa dan memiliki api biru di salah satu gunungnya (Ijen), Banyuwangi, terdapat riset yang nyaris serupa tetapi lebih berfokus pada subjek pariwisata. Berdasar indeks persepsi pada 250 responden yang turut dalam penelitian didapatkan bahwa skor tertinggi terkait dengan keberhasilan sektor pariwisata justru dinisbatkan pada aspek kepemimpinan daerah (leadership). Sedangkan pada indeks daya saing pariwisata di tingkat Kabupaten dengan mengolah data statistik sekunder dari 505 kabupaten/kota berdasar 4 dimensi, 14 pilar, dan 84 indikator diketahui bahwa justru bukan potensi natura wisata alam yang memiliki skor tertinggi, melainkan tata kelola pariwisata. Membedah Anatomi Peradaban Digital — 259

Kedua fenomena dari dua wilayah administratif yang terpisah rentang geografis dan berbeda pula subjek penelitiannya, menghantarkan kita pada satu titik temu,bahwa secara objektif dan subjektif tetaplah faktor manusia yang dianggap menjadi penentu dalam setiap proses cerdas. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa manusia itu entitas biologis yang sangat unik. Hasil riset terkini menunjukkan bahwa perjalanan evolutif telah membuktikan bahwa manusia dibanding spesies dengan kapasitas kognitif terdekat, bangsa primata, memiliki kelebihan yang maujud pada berkembangnya area korteks prefrontalis. Salah satu kemampuan manusia yang menjadi konsekuensi dan anugerah prefrontalis adalah kemampuannya berencana yang berangkat dari ketrampilan untuk memetakan kebutuhan di masa depan yang termaktub di dalam visi dan misi sebagai perwujudan pengetahuan yang akan ditindaklanjuti sebagai bagian dari aksi yang akan dilakukan. Jantsch (1972) mendeskripsikan kemampuan berencana manusia itu dalam satu frasa “human creative action.” Di mana sekurangnya ada empat tahapan yang terlibat di dalamnya, yaitu forecasting, perancangan, pengambilan keputusan, dan aktualisasi. Keempat tahapan itu terelaborasi dalam lapis “legit” aksi, yaitu: lapis kebijakan, strategi, dan operasi (Yuliar S, 2009). 260 — G.E.N.C.E.

Maka, untuk mewujudkan cita-cita mencerdaskan bangsa (smart nation), teknologi seperti apa yang perlu kita kembangkan dan jadikan pengungkit? Dalam ranah fungsional teknologi akan terdiversifikasi menjadi kelompok bricolage atau engineering. Bricoleur atau insinyur? Pengintensifikator atau inventor ekstensifikator? Prosesnya nanti akan mengerucut pada pola kultivasi (agrobisnis, perikanan, kehutanan, dan lainnya) dan konstruksi (menemukan, mengembangkan, dan memanfaatkan). Tentu perlu keselarasan yang terukur di antara keduanya. Adakah grand design kita untuk menyelaraskan kultivasi dan konstruksi dalam ranah kebijakan teknologi nasional? Mungkin sudah waktunya berpikir terintegrasi, holistik, dan mengedepankan kepentingan bangsa di masa kini dan masa depan. Tak dapat dipungkiri ICT adalah subsektor teknologi yang dapat menjadi penggerak hampir semua sektor lainnya. Keberadaan teknologi ICT menghadirkan jaminan konektivitas,efisiensi,dan juga transparansi (objektivitas). Bahkan perlahan tapi pasti telah terjadi pergeseran peradaban dengan hadirnya technolifeworld of the screen. Habitat digital telah menjadi ruang pikiran yang mengakomodasi hampir semua kebutuhan yang kita perlukan. Internet of Things/IoT telah mengubah pola interaksi, komunikasi, bahkan transaksi kita. M2M communication akan lebih mendominasi pola komunikasi, dan Membedah Anatomi Peradaban Digital — 261

dunia layar akan segera menjadi dunia kita. Evolving system dan self learning machine juga akan hadirkan kecerdasan baru berupa self reliant tools dengan konsep sibernetika yang melekat di dalamnya. Kita akan memasuki abad dimana mesin akan berpikir untuk kita dan seolah juga dapat “mewakili” perasaan dan kebutuhan kita. Maka entitas biologis cerdas yang bernama manusia ini harus beranjak lebih cerdas dan membangun tata kelola yang akan menempatkan semua variabel dan aspek dalam lapis kecerdasan ini sesuai dengan fungsi yang proporsional. Tata kelola ini pulalah yang harus maujud dalam bentuk kebijakan yang mampu mengakomodir perkembangan teknologi sebagai enabler yang konstruktif sekaligus kultivatif dan semata bertujuan untuk menyejahterakan jiwa raga manusia. Maka ada baiknya kita renungkan kembali definisi tata kelola teknologi (technology governance) yang disitir Prof. Bambang Bintoro sebagai berikut: “Technology governance is an approach and a set of policies undertaken by the public and private sector and society actors in a given space in time to develop a knowledge base, social cohesion, and competitiveness at the same time.” Maka, tugas kita yang tersulit sesungguhnya menemukan teknologi yang tepat untuk “mengungkit” potensi dasar kemanusiaan agar mau dan mampu bergerak untuk mengonstruksi kesejahteraan dan kebahagiannya sendiri. Barangkali inilah definisi dari arti kemerdekaan yang sesungguhnya. Setiap orang merdeka berhak untuk sejahtera dan bahagia. *** 262 — G.E.N.C.E.

(10) DIGITAL NATION oleh Dani Sumarsono, CEO CBN Saat ini masyarakat telah berada di era baru yang disebut dengan era digital. Jika kita melihat ke 5-10 tahun ke belakang, masyarakat masih berada di dalam kondisi kebingungan untuk mendapatkan informasi. Pada masa itu masyarakat masih bingung bagaimana cara mendapatkan informasi untuk dapat digunakan yang dapat mempermudah pemenuhan kebutuhan. Tetapi sekarang masyarakat berada di era baru dimana masyarakat dapat memilah informasi yang masuk yang disebut sebagai era Digital Nation oleh Dani Sumarsono selaku CEO dari perusahaan jaringan internet CBN. Informasi dapat di akses dengan berbagai media seperti smartphone, komputer, tab, dan lainnya. Di era pemilahan informasi ini, secara otomatis masyarakat akan memilah konten informasi yang sesuai dengan kebutuhan saja. CBN sebagai penyedia jaringan, menyediakan pilihan-pilihan konten yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat digital saat ini. CBN membentukdata center menggunakan Big Data Analysis sehingga memungkinkan untuk dapat menyimpan data dalam volume yang besar, variabel yang luas dan dapat diakses dengan cepat. Dengan adanya big data analysis, sistem dapat belajar lebih cepat dari manusia. Semakin banyak data yang masuk semakin pintar juga knowledge yang dapat dilakukan oleh system tersebut. contohnya kulkas digital yang dapat memilah sendiri makanan apa yang cocok bagi pengguna kulkas tersebut denngan menggunakan analisis data yang telah diprogram didalam sistemnya. Atau aplikasi untuk mengukur umur, berat badan dan ukuran baju yang digunakan belanja online sehingga berbelanja online dapat dilakukan sama seperti belanja pada umumnya di pusat pertokoan. Membedah Anatomi Peradaban Digital — 263

Secara otomatis hal ini memicu adanya perubahan karakter pada masyarakat. Bisa dibayangkan jika konsumen tidak perlu lagi keluar rumah untuk membeli sesuatu. Telah bermunculan aplikasi yang memfasilitasi masyarakat dalam berbelanja. Sehingga konsumen dapat memilih dan memesan sesuatu seperti makanan, pakaian bahkan sampai obat-obatan hanya dengan sekali sentuh tanpa harus menghadapi kemacetan, kendala cuaca, waktu dan sebagainya. Salah satu perusahaan digital yang mencetus hal ini di Indonesia yaitu gojek. Dengan adanya layanan Gojek seperti Go Food, Go Mart sampai dengan Go Massage, hal ini mempermudah gaya hidup masyarakat dii era digital ini. Fenomena ini mendorong perubahan karakter perilaku pasar yang pada akhirnya berdampak pada berkurangnya kebutuhan akan tenaga manusia pada pada bidang insdustri. Yang sudah terkena dampaknya seperti petugas pintu tol yang sudah mulai dikurangi akibat adanya pemberlakuan E toll card wajib bagi setiap pengendara. Bahkan gerai- gerai ritel yang mengalami kebangkrutan karena kalah saing dengan belanja online seperti Lotus, Debenhams, dll. Pada akhirnya manusia akan memilih disadari atau tidak hal-hal yang dianggap dapat mempermudah hidup . Secara otomatis industri akan beralih kepada pilihan konsumen yang paling disukai. Kedepannya kehidupan akan semakin simple di segala bidang. Dalam bidang kedokteran sudah ada pembedahan yang dilakukan dengan mesin. Dalam bidang hiburan sudah banyak game yang diciptakan sesuai dengan kehidupan sehari hari yang dapat dimainkan selama 24 jam. Bahkan sering kali kehidupan di dalam game dinilai lebih nyaman daripada kehidupan nyata. Gamers dapat bermain dengan gamers lainnya di belahan dunia lain tanpa harus bertemu di sebuah konferensi game. Dalam bidang pendidikan misalnya, sudah banyak universitas yang berbasiskan pembelajaran online. Dosen dan mahasiwa tidak perlu lagi datang ke kelas, mereka hanya cukup menyediakan internet dan kamera saat pembelajaran dilakukan dengan jarak jauh (distance learning). 264 — G.E.N.C.E.

Bukan hanya itu saja, pendidikan singkat seperti kursuspun sudah ditawarkan secara gratis dengan pembicara-pembicara yang kompeten dan dilatarbelakangi oleh universitas ternama. Contohnya seperti Harvard university USA yang bekerja sama dengan edx.org untuk dapat memmberikan ilmu mereka secara cuma-cuma kepada semua orang di seluruh dunia. Untuk ke depannya, dalam mencari pekerjaan tidak diperlukan lagi sebuah ijazah S1, S2 atau bakan S3 untuk dapat melamar suatu pekerjaan. Karena masyarakat memilih untuk belajar yang disukai dan dinilai bermanfaat bagi dirinya. Sistem pembelajaran tradisional yang mempelajari semua bidang yang tidak spesifik penggunaan dan manfaatnya akan ditinggalkan. CBN telah melakukan hal ini, dalam mempekerjakan karyawan tidak memerlukan ijazah secara legal. CBN akan mempekerjakan karyawan berdasarkan kemampuan yang dibutuhkan CBN secara spesifik tanpa melihat latar belakang pendidikannya. *** Membedah Anatomi Peradaban Digital — 265

(11) GEOSMART 2016: (Sebuah Catatan) Oleh Tauhid Nur Azhar Seusai menyaksikan gempita pesona koreografi indah Laskar Wanita Surabaya di Taman Surya semalam, terngiang celoteh Giralt tentang banyaknya C dalam sebuah kota. Ada Citizens, ada cooperation, ada community, ada collectivity, ada connectivity, ada co-working, ada crowd sourcing, dan tentu saja ada creativity. Maka banyak C itu juga mungkin yang maujud dalam Cingur (rujak) dan bercampur harmoni dalam tahu campur yang semalam bersanding damai dengan rawon malaikat (kan ada rawon setan). Tidak terasa, tari dan rasa semalam mampu merangkai aktivitas minda seharian di arena cendekia tempat para ahli kota bercengkerama. Narasumber mancanegara membahas mulai dari anatomi topografi, platform, dan pengalaman membangun sistem cerdas terintegrasi. Giralt banyak mengupas soal masalah sistemik dan perlunya platform yang menjamin data dan sistem dapat terintegrasi dan berdayaguna. Masalah Kota-Wilayah secara metabolik sirkular disajikan menarik, CKAN dan open repository jadi contoh menarik tentang pentingnya pengolahan data di masa kini. Sensing system dengan sensor lingkungan dapat tingkatkan kualitas hidup manusia kota. Mas Hendar punya moment membekas di otak saya, stick and carrot katanya. Edukasi itu tak sekadar membanjiri informasi, tapi juga menciptakan needs. Warga merasa perlu dan butuh terhadap perubahan itu sendiri. Lalu mereka mau, dan perubahan menjadi candu. Tentu dalam konteks kebaikan. Teman-teman Ditjen Migas berkisah tentang konversi energi menuju pemenuhan catu daya masyarakat agar berenergi dan dapat mengoptimalkan potensi agar bersinergi dalam berbagai sendi. Gasifikasi, elektrifikasi dan verifikasi berbasis aplikasi menjadi bagian dari sistem energi cerdas untuk negeri. ITS sebagai garda terdepan suar akademik Jawa Timur dan Indonesia tentu unjuk gigi. Smart grid 266 — G.E.N.C.E.

dan solusi big data serta IoT (internet of thing) yang dikelola dengan inovasi dan kreatifitas dapat hasilkan kemaslahatan eksponensial yang tak terduga. Banyak fakta terungkap dari banyak kota dan kabupaten dengan inovasi horizontal-vertikal. Mulai dari siaga bencana, kemampuan “merasa” atau sensing terhadap masalah riil yang terjadi, sampai kemudahan dalam hal payment, perizinan,dan layanan kesehatan ditayangkan dan disimulasikan. Perlu digarisbawahi bahwa smart system itu bukan semata bertumpu pada teknologi, wa bil khusus ICT. Tapi pada desain, sistem, dan tata kelola yang mampu mengoptimalkan berbagai potensi dan tools yang tersedia. Kota yang “merasa” (sensing) akan menghasilkan kemampuan untuk mengerti dan memahami (understanding), lalu tentu akan dapatemberikan respon yang terukur (acting). Tapi jangan lupa pada Giralt, semua itu Cycle dan Circle. Titik sambung Ourosboros-nya adalah “Learning”. Sensing-Understanding-Acting-Learning adalah lingkar sempurna sebuah kota yang terus menapaki dan mencari arti sempurna. *** Sayup terdengar azan Subuh berkumandang di sepanjang Tunjungan, dan saya terbangun dengan senyuman. Mimpi semalam indah sekali. Seusai berjalan dari Grand City Convex menyusuri Ketabang Kali dan lewat Taman Prestasi saya tertidur karena lelah. Dan saya bermimpi, terlempar di lorong waktu saat berjalan bersama Pak Danny Pomanto melihat Alleways-nya bersama para Dirut Bank (sampah) se-Makassar. Kami hendak ke Paotere makan bolu bakar. Tepat saat saya melihat jajaran tanaman cabai yang subur dan menggiurkan terdengar sirine dottoro’ta yang melontarkan saya ke masa depan. *** Dan saya melihat Indonesia ... Indonesia yang saya impikan akan menjadi negara tempat bernaung anak dan cucu saya. Indonesia yang cerdas, sejahtera, membanggakan, dan memuliakan peradaban dengan Membedah Anatomi Peradaban Digital — 267

menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang berketuhanan. Bangsa dan negara yang menjadi ruang untuk menghadirkan segenap potensi kebaikan manusia-manusia yang menjadi warganya. Mimpi yang dihiasi senyum anak-anak bangsa yang bahagia dengan hidupnya karena sehat, terdidik, merasa aman, nyaman dengan lingkungannya, dan dapat berusaha serta bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bangsa yang bahagia! Dan mimpi itu penting, bahkan dalam Mazhab Freudian mimpi adalah kunci dari akumulasi memori dan emosi yang terorkestrasi sebagai bagian dari kognisi. Maka mimpi saya tentang Indonesia yang bahagia pasti lahir dari memori indah sehari kemarin. Saat saya melihat, mendengar, dan bertemu dengan orang-orang yang saya bangga karena mereka dititipi nasib bangsa, nasib anak cucu saya, dan mereka dengan berani mengambil sebagian tanggung jawab kita untuk menjamin dan menghadirkan banyak mimpi seperti mimpi saya untuk jadi nyata. Saya bersyukur ada dalang yang mau menjadi eselon I Kominfo, hingga dengan kewaskitaan dan kemampuan bertuturnya jagat pakeliran ICT dapat mengalir dengan regulasi yang lahirkan inovasi untuk negeri. Tidak terhitung berapa banyak bupati, walikota, pelaku usaha, penggiat komunitas, dan tentu saja akademisi yang dua hari kemarin menunjukkan “keaslian” jati dirinya. Mereka “gila” karena kok ya mau mencurahkan segenap tenaga, bahkan hidupnya untuk Indonesia. Tentu dalam ruang lingkup dan skala yang mereka bisa. Ada pensiunan sekjen yang mengisi masa purnabakti dengan “menolak” diistirahatkan dengan terus melakukan “perlawanan” clandestin dengan gerilya memperbaiki sistem layanan kesehatan yang memang anatomi masalahnya sudah sangat beliau kenali. Ada eselon I bahkan mantan wakil menteri yang “mewaqafkan” anaknya yang cerdas untuk jadi bupati padahal bisa bergaji super tinggi kalau kerja di luar negeri. Dan ada seorang Sutarmidji yang menggerakkan anak- anak Pontianak dengan hati. “Datang dan lihat jalan-jalan Pontianak jam 6 sore Mas. Jika bersih itu bukan karena Dinas Kebersihan, melainkan peran warga yang sadar akan pentingnya kebersihan, tak perlu ada jadwal petugas menyapu,” demikian tutur beliau santun. 268 — G.E.N.C.E.

Padahal, di balik sosok bersahaja itu, tersimpan kekokohan seorang bapak yang bekerja dengan hati hingga lahirkan konsep rumah sakit tanpa diskriminasi dan 149 layanan inovatif yang diapresiasi lembaga resmi negeri. People oriented menjadi kata kunci dalam mimpi ini. Potensi sumber daya adalah anugerah yang secara cerdas haruslah mendapat sentuhan VAS, value added system. Hingga listrik bukan hanya soal pembangkit dan elektrifikasi, melainkan juga kanal transmisi dan infrastruktur informasi. Hadirlah Pak Edhi dan jaringannya, smart grid perjuangannya. Di kota pahlawan kali ini berkumpul banyak pahlawan negeri, dan mereka bersama menjadi bagian dari mimpi-mimpi kita tentang Indonesia di masa yang akan datang. Tentu, para pakar berkumpul karena cinta dan sayang pada bangsa ini. Semua digerakkan karena peduli pada nasib negeri ini. Maka prakarsa datang tidak hanya dari birokrasi murni seperti Pak Koswara dari Bekasi, tapi juga dari korporasi, dan tentu saja para Profesor akademisi seperti Mas Arry, Pak Suhardi, dan panglima tertinggi sekaligus sales kaos Smart City, Prof SHS. Membedah Anatomi Peradaban Digital — 269

Kita boleh bangga jika ada anak muda bergelar Ph.D mau pindah dari Oita ke Trenggalek sana. Namun, kita pun jangan lupa bahwa kita punya orang-orang unik super langka seperti insinyur metalurgi yang mau mencurahkan segenap energi untuk memperbaiki generasi seperti Kang Bubi. Maka, pernyataan Surabaya sebagaimana redaksinya dikoreksi Mas Dharma, legislator yang mampu mengubah pandangan saya tentang citra wakil rakyat karena pesona pribadi dan kejembaran visinya soal masa depan negeri, pada hakikatnya adalah sekumpulan harapan dengan panduan untuk mewujudkan mimpi menjadi kenyataan. Acuan agar akademisi, pemerintah, pelaku usaha, dan segenap komponen masyarakat dapat mengulir dan mengukir sejarah bersama dan hadirkan sebuah bangsa besar bernama Indonesia. Conectivity memerlukan infrastruktur teknologi, cooperation-collaboration adalah next step dari conectivity. Crowd sourcing dan co-creation adalah part of action dan itu semua perlu wadah, perlu aturan, dan perlu keberpihakan, termasuk pembiayaan, pendidikan, dan keinginan untuk memanfaatkan dalam program yang berkesinambungan. Rekan dari Frost & Sullivan SG memberikan gambaran tentang multiple benefit dari smart city/region, indirect monetizing karena efisiensi waktu dan proses men-deliver services, kenyamanan dan rasa aman yang intangible, hidup jadi lebih sehat dan berkualitas, business process menjadi lebih simple, dan lain-lain. 270 — G.E.N.C.E.

Maka, konsep Sensing-Understanding-Acting-Learning akan lahirkan proses yang bertujuan untuk mengoptimasi pemenuhan hirarki kebutuhan manusia dalam satu ikatan wilayah secara berkesinambungan. Surabaya Statement telah melahirkan butir pemikiran tentang upaya cerdas untuk mengoptimalkan pengelolaan sumber daya dan potensi kewilayahan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan bangsa secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Maka, sekali lagi smart city bukan sekadar ICT, tetapi ini soal hati, soal manusia, people and citizen. Sebagaimana yang disampaikan Pak Amrullah, single ID sejak lahir adalah kunci eksistensi entity bernama manusia, selanjutnya dapat berdayaguna untuk berencana dan memprediksi hingga terjadi efisiensi dan optimasi. Maka, manusia inilah yang harus didekati oleh manusia lainnya secara manusiawi, dan tentu saja dengan hati. Maka, izinkanlah inovasi infrastruktur berbasis teknologi dipandu regulasi dan distandarisasi agar memiliki platform yang berdaya guna tinggi karena dapat dimanfaatkan bersama di berbagai lini fungsi. Sinergi sistemik horizontal vertikal dalam berbagai aspek dan bidang layanan publik dapat maujud jika ada prakarsa bersama untuk belajar saling memahami dan melayani. Dan saya terbangun dari mimpi pagi ini. Anehnya rasa bahagia itu tidak mau pergi, karena saya yakin bahwa mimpi tadi tak lama lagi akan jadi kenyataan. Sebuah catatan dan harapan dari Goesmart Surabaya 2016. *** Konsep Sensing-Understanding-Acting-Learning akan lahirkan proses yang bertujuan untuk mengoptimasi pemenuhan hirarki kebutuhan manusia dalam satu ikatan wilayah secara berkesinambungan. Surabaya Statement telah melahirkan butir pemikiran tentang upaya cerdas untuk mengoptimalkan pengelolaan sumber daya dan potensi kewilayahan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan bangsa secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Membedah Anatomi Peradaban Digital — 271

Dialog dengan Profesor Prof. Henry salam kenal dan salam hormat. Terkait dengan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi pada pengguna ICT yang bersifat intersubjektif tampaknya perlu merumuskan epoche yang unik ya Prof, mengingat perkembangan teknologinya sendiri sangat cepat didukung kemajuan ilmu material dan kemampuan prosesing yang sangat pesat (Gordon Moore dengan Moore’ law nya) sehingga unsur esensi, struktur invarian, dan makna kesadaran yang di internalisasi (memori eksplisit, citra, dan lain-lain) (Husserl) sangat dinamik hingga dasar yang menentukan konsep kesadaran probandus dalam merespon fenomena juga menjadi sangat dinamis ya Prof. Adapun varian fenomenologinya juga menjadi sangat menarik karena terciptanya kondisi “banjir pengetahuan” atau unlimit knowledges yang difasilitasi TIK sebagaimana tesis borderless worldnya Kenichi Ohmae mulai terbukti saat ini dengan digital globalization. Varian klasik dapat berkurang dan aspek persepsi serta hermeneutik akan menggejala. Akan terjadi polarisasi antara subjektivitas dan objektifitas dalam memaknai fenomena karena adanya pengetahuan dan pengaruh peer group atau komunitas cyber influencer-nya. Tiga prinsip Deetz seperti pengetahuan, makna (materi, asosiatif- korelatif-kausalistik), dan bahasa yang mengekspresikan kesadaran dan respon berubah dan sangat fluktuatif. Maka pendekatan profiling komunitas dengan etnografis juga memiliki konteks baru yang jika mengacu pada Luhmann akan didasari pada pola autopoietic yang lahirkan genre komunitas baru berdasar pada kondisi yang menyertainya. Dan tanpa disadari, dengan semakin bergantungnya kita pada teknologi (ICT), kita sudah dapat melakukan pendekatan observasi partisipatif (first hand) untuk memetakan budaya komunitas dalam lokus digital. Melihat fenomena ini tampaknya mungkin akan lahir pendekatan antropologis baru dari sebuah lapis generasi yang unik dan makin tidak terdiferensiasi jelas, makin homogen dan bergerak ke arah satu masyarakat dunia yang akan lebih mengedepankan sisi/unsur kemanusiaan yang universalis sebagai nilai-nilai acuan. Hadoooh panjang ya Prof? 272 — G.E.N.C.E.

(12) Enzymatic Leadership Oleh Tauhid Nur Azhar Pada suatu malam di suatu ruang kelas teater berlangsung sebuah diskusi seru pasca penyampaian materi. Saya berdiri membelakangi layar presentasi dan menatap penuh konsentrasi pada seorang peserta pelatihan kepemimpinan PT. Telkom Indonesia, Tbk. yang tengah mengajukan sebuah pertanyaan kritis terkait materi. Pertanyaan itu bukan hanya kritis melainkan juga memunculkan konsep baru mengenai kepemimpinan. Ya, malam ini alam membidani lahirnya satu terminologi baru manajemen kepemimpinan: enzymatic leadership. Apakah gerangan makna yang digambarkan melalui idiom indah yang mengawinkan disiplin ilmu biologi dengan manajemen itu? Tak lain dan tak bukan sebuah rumusan konseptual tentang pemimpin masa depan yang mampu melakukan proses transformasi melalui fase turbulensi perubahan zaman. Ramalan lama Gordon Moore soal akselerasi teknologi berbasis pada inovasi materi dan ilmu komputasi telah menghantarkan kita pada perlunya pola pikir disruptive dalam menyikapi perkembangan zaman di fase kebangkitan teknologi digital ini. Perusahaan teleko yang menua dan berbasis pada struktur organisasi klasik makin terbebani dengan kecepatan gerak dalam dinamika rancak yang sulit dipungkiri dapat diikuti oleh sendi-sendi yang mulai mengalami pengapuran. Tubuh tambun dari korporasi obesitas akan memicu munculnya sindroma metabolik yang ditandai dengan adanya penumpukan lemak di daerah lingkar pinggang. Bertumpuknya lemak ini ibarat akumulasi sumber daya di level middle up management yang terjebak dalam rutinitas dan saturasi inovasi akibat melemahnya jenjang aktualisasi yang ditandai dengan menurunnya semangat untuk menyampaikan nilai-nilai korporasi. Tuntutan untuk berciri smart, speed, dan solid memerlukan pendekatan disruptive, termasuk dalam konteks filosofi korporasi. Membedah Anatomi Peradaban Digital — 273

Maka, malam ini langit berbisik dan bercerita tentang gejala semesta yang bernama proses katalisa. Proses perubahan memerlukan subjek dan objek untuk diubah dan mengubah, sekaligus membutuhkan agen pengubah alias katalisator. Era kepemimpinan berbasis penguasaan rentang kendali kekuasaan dan pesona figur akan tergusur oleh hadirnya generasi Z, C, G dan seterusnya yang berciri egaliter, yakin pada sistem merit, dan punya banyak akses untuk belajar dari multi sumber informasi. Kondisi ini adalah konsekuensi wajar dari lompatan teknologi yang hadirkan konektivitas tanpa batas. Diikuti dengan lahirnya semangat kooperasi, kolaborasi, dan berbagi (crowdsourcing). Smelser (dalam Kuntowijoyo, 1994:94), menyebutkan ada tiga macam kemungkinan perubahan dalam konteks hubungan sosial dan psikokultural. Yang pertama adalah perubahan dalam proses sosial, kedua adalah segmentasi struktur sosial dalam konteks interaksi yang berubah, dan yang ketiga adalah perubahan struktural. Teori perubahan sosial Smelser ini dapat digunakan untuk mengkaji pengembangan konsep kepemimpinan korporasi di masa yang akan datang. Perubahan teknologi yang bersifat struktural secara sosial terbukti telah mengubah banyak paradigma konvensional tentang tata nilai yang selama ini dikultuskan sebagai basic principle yang tak akan tergantikan, tak lekang oleh zaman. 274 — G.E.N.C.E.

Kehadiran model bisnis baru dalam domain OTT (over the top) misalnya, membuat pola bisnis teleko sebagai pemilik aset jaringan tidak lagi sepenuhnya memiliki akses untuk aktivitas profit taking di jaringannya sendiri. Bentuk inovasi layanan teleko dalam domain OTT terentang luas dari voice over IP sampai text message tanpa biaya yang tak perlu ribut-ribut soal interkoneksi dan tarik ulur yang bikin pusing, mulai dari sender keep all sampai soal cost sharing segala. Ciri dari dunia yang menua ini adalah meningkatnya volatilitas perubahan yang sangat dinamis. Mengapa? Tentu saja antara lain karena teknologi komunikasi yang melesat pesat nan cepat. Jika mengacu pada hukum Termodinamika I, di mana energi tidak dapat dimusnahkan sekaligus tidak dapat diciptakan, dan dalam sistem tertutup (terisolasi) tidak ada transfer (knowledge, dan lain-lain, misalnya) maka ∆E akhir - ∆E awal = 0. Akan tetapi, dalam hukum Termodinamika II di mana terdapat proses spontan dan reversibel yang dicirikan dengan arah, ada perhitungan entropi yang asyik. Peningkatan temperatur, volume, dan pergerakan molekul menghasilkan peningkatan derajat kebebasan, S(g)>S(l)>S(s). Maka, dalam konteks ∆t perubahan entropi dapat dinotasikan sebagai q/T. Sebaliknya pada konsep entalpi yang dihitung dari jumlah kalori yang diperlukan untuk membentuk zat sebesar 1 mol. Misal pada perhitungan kalor yang dihasilkan dalam reaksi sebuah benda dengan oksigen (pembakaran) tercipta panas (kalor) yang bersifat eksotermik. Metafora dan analogi kimia yang merupakan perumusan terhadap reaksi semesta, mulai dari pemahaman stoikiometri sampai energetika sebagaimana tergambar dalam hukum Hess dan energi bebas Gibbs. Mengacu pada Hess, perubahan besaran energi pada suatu reaksi adalah akumulasi dari setiap tahapan reaksi itu sendiri yang kerap bertingkat. Sedangkan pada teori energi bebas Gibbs sebagai penentu kespontanan reaksi, faktor temperatur, entalpi dan entropi menjadi parameter perubahan yang dinamis (Julia Onggo, 2013). *** Mari kita geser sedikit frame pemikiran kita ke dalam bingkai ilmu sosial. Ada pendekatan sinkronis dan diakronis (Wanda Listiani, 2015). Membedah Anatomi Peradaban Digital — 275

Sinkronis menempatkan suatu struktur sosial dalam konteks ruang dengan menafikan waktu, sebaliknya pada pendekatan diakronis dimensi waktulah yang menjadi parameter dominan. Tidak bisa dipungkiri bahwa memang ada tata nilai dalam struktur sosial budaya yang relatif tidak berubah dalam konteks waktu (t), misal norma. Sedangkan dinamisitas karya manusia sebaliknya, sangat reaktif dalam konteks waktu. Akselerasi ilmu material, komputasi, biologi, dan fisika kuantum telah menghadirkan perubahan mendasar dalam sendi-sensi peradaban dan tata nilai kemanusiaan. Maka, jika kita kembali dalam konteks kepemimpinan transformatif yang diperlukan dalam era turbulensi akibat adanya “jet stream” yang dihasilkan pemanasan dan pergerakan molekul acak berkecepatan tinggi karena pengungkit teknologi ini, maka pembahasan kita harus mengerucut pada kompetensi dasar para calon “pilot” ataupun “nahkoda” dari sebuah pesawat atau kapal berbentuk korporasi, mungkin juga negara. Volatilitas dan tingginya reaksi spontan yang diikuti entropi pada perubahan fasa pastilah diikuti konversi energi ke dalam bentuk panas dan kerja. Maka, berdasar pemahaman filosofis tersebut kita sampai pada suatu kondisi di mana muncul kebutuhan untuk mengoptimasi dan mengkanalisasi konversi energi besar-besaran yang distimulasi oleh teknologi. Proses konvergensi dan migrasi hampir semua aspek kehidupan ke dalam bentuk-bentuk digitalnya menjadikan pendekatan sinkronis-diakronis makin tidak jelas. Waktu dan ruang mengkerut, jadi pendek dan sempit. Borderless world, begitu kata Kenichi Ohmae lebih dari sewindu yang lalu. Perubahan peradaban dari era Paleolithic (+-35000 BC) yang mengekspresikan gagasan melalui “cap-cap” tangan seperti di Lascaux ataupun di Gua Ramang-Ramang Karst Maros atau Leang Pattakere di Sulawesi Selatan, Gua Mardua Kalimantan Timur, atau juga gambar pteroglipik di batuan karang berbagai penjuru dunia , telah beranjak menjadi “piktograp” baru dalam bentuk simbol-simbol digital yang ditandai dengan cap tangan berupa status yang di-update di media sosial, avatar, dan juga vlog. Lalu dunia melaju dan waktu pun berputar dengan kecepatan relatif yang terus terakselerasi. 276 — G.E.N.C.E.

Tidak cukup energi bagi pemimpin untuk terus menempa diri menjadi sosok Super Seiya yang mampu bertiwikrama sebagaimana Prabu Arjuna Sasrabahu (protagonis) ataupun Prabu Rahwana (antagonis), hingga selalu dapat menjadi teladan serta problem solver korporasi dengan kemampuan manajerial super mumpuni. Konsep kooperasi, kolaborasi, dan berbagi membutuhkan sosok leader yang simple, humble, dan credible hingga mampu menghadirkan trust bagi segenap entitas dalam habitat korporasi dan ekosistem bisnisnya. Prasyarat dan kebutuhan ini maujud dalam bentuk ideal pemimpin yang sekurangnya harus memiliki kemampuan memfasilitasi terjadinya proses transformasi berkesinambungan dan bersifat evolving. Kemampuan mengontrol konsep “termodinamika” korporasi dengan mengoptimasi variabel “temperatur, entalpi, dan entropi”, serta memberikan efek eksotermik berupa “panas” atau energi sekunder bagi kemaslahatan stake holder adalah menu baru bagi pemimpin masa depan. Sebenarnya, bukan hanya pemimpin korporasi, tetapi juga pemimpin negara, bahkan dunia, dan jangan salah, di tingkat mikro atau strategic business unit bernama keluarga ini juga penting sekali. Kepemimpinan transformatif ini adalah satu pokok warisan terpenting dari ajaran Rasulullah saw., yaitu perbaikan akhlak yang berkesinambungan. Pribadi dan komunitas berkarakter shiddiq atau jujur dalam semua tingkatan dan dimensi kehidupan adalah kata kunci. *** Maka, kini saatnya kita belajar sedikit mengenali apa dan siapa itu yang bernama “enzim”. Konsep katalis transformatif memerlukan pendekatan cerdas untuk menjamin efisiensi dan efektivitas perubahan. Prinsip dasar pengertian molekul enzim adalah suatu zat yang membantu reaksi perubahan kimia tanpa dirinya sendiri ikut berubah. Reaksi katalis akan terjadi jika ada penempelan substrat yang akan diubah (pada active site-nya) ke enzim. Perubahan pada enzim selama reaksi bersifat sementara dan reversible alias dapat kembali pada jati dirinya semula. Pemimpin enzimatik punya syarat harus memiliki kapasitas dan kompetensi untuk “mendampingi” substrat dalam proses perubahan Membedah Anatomi Peradaban Digital — 277

yang ditandai dengan memiliki “active center/site” dengan kuantitas dan kualitas memadai agar tercipta ikatan (interaksi/bonding) enzim- substrat. Enzymatic leader harus dicintai dan mencintai serta harus ikhlas melepas saat substrat telah berevolusi menjadi zat baru dengan fungsi yang juga baru. Kehadiran dan efektivitas enzymatic leadership dapat diukur dari efisiensi penggunaan energi aktivasi dalam sebuah proses transformasi. Sebagai contoh kongkret di bidang biologi, penguraian hidrogen peroksida (H2O2) menjadi hidrogen dan air memerlukan energi sebesar 18000 kal, dengan kehadiran dan kerja enzim katalase hati maka energi yang dibutuhkan hanya 5500 kal. Karena kerja enzim ini mengikuti hukum universal law mass action, maka keberadaan dan sebaran pemimpin enzimatik di setiap lapis manajemen korporasi akan meningkatkan efektifitas dan kecepatan reaksi. Ingat konsep smart, solid, dan speed di atas. Karena dalam teori kinerja enzim ada konstanta disosiasi dan konstanta Michaelis yang menyoal karakteristik perubahan yang bersifat siklikal, konsep enzymatic leadership ini dengan demikian akan terus bergulir dan dapat mengubah serta menghasilkan kebermanfaatan yang bestari. Regulasi keluarga mono amin yang terlibat dalam proses neurotransmisi dalam pembentukan kognisi, memori, ataupun emosi di otak dan jaringan syaraf manusia pun tak lepas dari kerja enzim-enzim seperti monoamin oksidase dan berbagai jenis enzim lainnya. Kebutuhan untuk mengevaluasi kinerja dan perlunya indikator keberhasilan dalam suatu unit bisnis juga dapat dijawab oleh konsep kepemimpinan enzimatik ini. Sebagai ilustrasi, kecepatan transformasi atau reaksi dapat dihitung secara objektif dengan rumus v = dx/dt = k(a-x) , di mana dx/dt adalah kecepatan reaksi dan k adalah konstanta. Jumlah substrat yang terukur dan konstanta yang diketahui adalah variabel perhitungan yang bisa diterjemahkan dalam bentuk-bentuk praktis di berbagai model bisnis. Uniknya, tentu saja dalam konteks kemanusiaan kita dituntut untuk sekaligus dapat menjadi enzim dan juga substrat. Jadi, singkat cerita ternyata mengambil hikmah dari berbagai fenomena di semesta itu dapat membantu kita mengoptimasi fungsi dan potensi yang kita miliki. Inilah mungkin esensi dari dikaruniakannya kecerdasan prokreasi pada manusia. *** 278 — G.E.N.C.E.

(13) Peran PFC di Masa Turbulensi VUCA Oleh Bambang Iman Santoso Mengutip pernyataan Prof. Paul Brown, Ph.D. bahwa kita percaya sedang berada pada titik yang sangat penting mengenai sifat kepemimpinan, dan di dunia Barat bahkan posisinya di ambang kegelapan dalam sejarah budaya manusia. Untungnya, ilmu otak dan perilaku manusia mulai digabungkan untuk memberikan wawasan tentang apa yang mendasari kepemimpinan. Hal itu bisa membantu kita menjadi lebih jelas, bukan hanya mengapa kepemimpinan begitu penting, tapi bahkan juga bisa membantu kita melakukannya dengan lebih baik. Dalam tulisan ini bertujuan memperkenalkan kita kepada otak manusia, otak kita semua. Hal ini berasal dari disiplin ilmu baru yang disebut neurosains terapan (applied neuroscience). Dan juga mengenalkan kita pada pentingnya dua ilmu baru. Salah satunya disebut ‘connectomics’ yang lain disebut ‘epigenetics’. Tapi yang terpenting juga bagaimana mengenalkan ide Pemimpin Limbik yang mengoptimalkan PFC, atau menjadi Neuroleader yang baik. Satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas sesuatu yang transformasional. Kepemimpinan atau Manajemen? ‘Manajemen’ mengacu pada cara perusahaan yang kompleks dipelihara secara tertib, tidak kacau dan produktif. ‘Kepemimpinan’, sebaliknya mengacu pada penanganan daya saing, volatilitas, dan konflik secara efektif yang dihadapi oleh tujuan operasional dan strategis organisasi. Dalam organisasi politik, sifat kepemimpinan lebih dipilih daripada yang dipelajari. Inggris dan pada tingkat yang lebih rendah, sistem politik Amerika yang demokratis kini telah menciptakan kondisi di mana hampir tidak ada kesempatan sama sekali untuk menumbuhkan pemimpin secara sistematis. Membedah Anatomi Peradaban Digital — 279

Dalam organisasi militer yang baik, sifat kepemimpinan masih sangat dihargai; dan akibatnya secara aktif dieksplorasi, dimodelkan, di-sistematis-kan, diajarkan, dinikmati, dialamiw dan diandalkan, serta dibenci oleh masyarakat yang terus berkembang dan tanpa kepemimpinan. Di banyak organisasi komersial, proses menciptakan pemimpin seringkali sangat serampangan. Jika ada sesuatu yang biasa terjadi pada pemimpin di dunia komersial modern, ada banyak fokus pada ketidakpastian lingkungan yang kompleks dan sangat cepat berubah, serta seringkali singkat sekali. Pikirkan blockchain. Dalam situasi apapun, bagaimanapun, para pemimpin harus meminimalkan risiko dan ketidakpastian. Risikonya adalah mereka melakukannya dengan memaksimalkan prediktabilitas dan pengendalian. Di Zona Transisi, sistem-sistem yang sebelumnya menjadi hancur dan muncul yang baru. Inilah batas kritis di mana perubahan untuk individu dan organisasi sedang terjadi. Di situlah pemimpin terbaik menampilkan yang terbaik - area otak dengan ketidakstabilan yang dibatasi - dan di mana otak kanan berada pada posisi terbaik. Sedangkan stabilitas di Zona Keseimbangan akan aman (kontrol tinggi, prediktabilitas tinggi), fungsi otak kiri. Untuk kemudian apa yang hilang adalah tantangan nyata bagi pikiran adaptif: bagaimana di Industrial College of the Armed Services di Washington sekitar lima belas tahun yang lalu mereka mulai menyebutnya dengan istilah; VUCA. Perkembangan pemimpin berikut adalah model bagaimana seorang pemimpin bisa berkembang. Sebuah metafora menunjukan: mulai dari 1) pikirkan bayi manusia sebagai perangkat keras kit yang rumit yang disematkan di wetware, 2) hidup yang menyediakan perangkat lunak, dan 3) insinyur perangkat lunak disebut orang tua. Jika semua sudah berjalan sesuai rencana, otak dengan dua kaki, dua lengan dan lima indra, beberapa refleks dan potensi energi yang sangat besar untuk berpikir, untuk merasakan dan menjadikannya sibuk di dunia. Bayangkan kira-kira dua puluh lima tahun pembangunan masih ada di depan. Dan kemungkinan menjadi pemimpin. 280 — G.E.N.C.E.

Kepemimpinan sebagai arti pembentukan Tahapan-tahapan pengembangannya sebagai berikut: 1) pra konvensional: impulsif, dan oportunis, 2) konvensional: diplomat, ahli teknis, dan pengejar target, 3) pasca konvensional: transisi ke individualis, strategis, pesulap, dan ironis. Berurusan dari hari ke hari dengan lingkungan VUCA yang dimilikinya: • Kedinamisan (volatility) • Ketidakpastian (uncertainity) • Kompleksitas (complexity) • Kemenduaan (ambiguity). Di dalam lingkungan yang terus bergejolak dan beresiko tinggi, siapa dan atau apa yang dipercayai pemimpin? Dan mengapa kepercayaan itu penting? Kami ingin menyarankan bahwa orang pertama yang harus dipercaya oleh pemimpin adalah dirinya sendiri: tetapi sama pentingnya bahwa dia menciptakan lingkungan di mana dia dipercaya. Neurosains untuk Para Pemimpin di Dunia VUCA Bagaimana kita dapat memimpin di dunia VUCA ini. Bagaimana kita mendapatkan yang terbaik dari diri kita sendiri? Bagaimana kita terus mendorong dan menaikan kinerja. Dan bagaimana kita saling mendukung saat kita menavigasi dunia yang semakin tidak stabil, tidak pasti, kompleks, dan ambigu (membingungkan). Dunia di mana keahlian kita tumbuh usang hampir secepat perubahan organisasi kita. Di mana kita semua harus menyesuaikan belajar dan beradaptasi tidak seperti sebelumnya. Keterlibatan dengan ketidakpastian adalah kondisi normal yang baru. Mengelola prediktabilitas bukan lagi menjadi masalah. Lalu bagaimana kita bisa mengembangkan pola pikir dan kemampuan untuk memimpin di dalamnya. Seiring teknologi yang terus mendorong perubahan pada tingkat yang belum pernah terjadi Membedah Anatomi Peradaban Digital — 281

sebelumnya. Jadi hal inilah yang memengaruhi kemampuan kita untuk memahami bagaimana perilaku berasal dari otak. Penelitian dan potensi manusia, serta ilmu neurosains, semakin dapat mengungkapkan cara praktis bagi para pemimpin untuk mengembangkan pola pikir dan kemampuannya memimpin di dunia VUCA kita ini. Membangun kekuatan kognitif, meningkatkan ketahanan emosional. Memahami bagaimana melepaskan wawasan dan kreativitas. Sensing atau merasakan bagaimana membuat kesabaran dan jejaring sosial yang aktif. Bersama dengan keingintahuan yang tak terpuaskan akan menjadi keunggulan masa depan dari kepemimpinan yang efektif dan menarik. Sekarang semuanya telah dibuka. Diberikan kesempatan yang sangat luas. Sebagai ilmu neurosains yang memungkinkan kita untuk memahami otak manusia dengan jauh lebih baik. Meningkatkan kecerdasan emosional dan kecakapan sosial kita. Menciptakan keterlibatan yang berkelanjutan dan mendorong kinerja internal, untuk meningkatkan keterampilan kita dan memperkuat kemampuan kepemimpinan semua menjadi sesuatu yang menarik. Perubahan terus terjadi dan semakin cepat. Sesuatu yang baru muncul dan mengubah cara kita bekerja, cara kita hidup ataupun bermain. Tidak ada yang sama lagi, dan jalan baru perdagangan tercipta. Selamat datang di jaman disrupsi. Dahulu kala, bumi diyakinkan tidak bundar seperti pemahaman sekarang. Bumi diyakini datar. Sampai pada akhirnya tahun 1492, Christopher Columbus berlayar keliling dunia membuktikan bahwa bumi memang benar-benar bulat. Tahun 1903, Henry Ford pergi ke bank untuk memperoleh pinjaman investasi. Dan berhasil memproduksi mobil terbanyak (secara masif) pertama kalinya. Sebelumnya terkenal dengan komentar berikut; “Kuda itu ada di sini untuk tinggal tapi mobil itu hanya barang baru - sebuah mode.” - Presiden Bank Tabungan Michigan yang sebelumnya menasihati pengacara Henry Ford, Horace Rackham, untuk tidak berinvestasi di Ford Motor Co. Tahun 1921, David Sarnoff menasihatkan kepada teman bisnisnya untuk berinvestasi di industri radio. Kotak musik nirkabel tidak memiliki nilai komersial yang bisa dibayangkan. Siapa yang 282 — G.E.N.C.E.

akan membayar sebuah pesan yang tidak terkirim kepada siapa pun? Rekan David Sarnoff menanggapi permintaan terakhir untuk investasi tersebut. Ingat pernyataan kalimat di bawah ini, sebelum terwujudnya kereta api cepat. “Perjalanan dengan kecepatan tinggi tidak dimungkinkan karena penumpang tidak dapat bernafas, akan meninggal karena asfiksia.” Dr. Dionysius Lardner, 1830. Decca Recording tahun 1962 juga awalnya menolak The Beatles. Siapa yang tahu kalau group band ini bakalan meledak. Steve Jobs juga drop out dari sekolah yang berhasil meledakan produk-produk komputernya (Apel). Kenneth Harry “Ken” Olsen adalah seorang insinyur Amerika yang mendirikan Digital Equipment Corporation (DEC) pada tahun 1957 bersama rekannya Harlan Anderson dan saudaranya Stan Olsen. Pada tahun 1980, Apple II dan komputer pribadi lainnya dipasarkan mengubah pikiran perusahaan komputer yang lebih tua dan lebih tua tentang masa depan komputasi personal. IBM, yang mendominasi pasar komputer mainframe besar, dan Digital Equipment Corporation, yang telah melakukan bisnis yang booming dalam apa yang kemudian dilihat sebagai komputer “lebih kecil” dengan berbagai macam aplikasi, lamban melihat PC itu adalah gelombang. Masa depan Ken Olsen, pendiri DEC (yang dinyanyikan Bill Gates saat remaja), telah membongkar PC sejak 1977, ketika dia memberi tahu sebuah konvensi tentang World Future Society, “Tidak ada alasan bagi setiap individu untuk memiliki komputer di rumahnya.” Judgment yang terkenal keliru ini mangartikan bahwa DEC kemudian harus melakukan usaha besar untuk mengejar ketinggalan, dan akhirnya menyebabkan Olsen harus keluar dari perusahaan. Sama seperti Xerox pertama kali melihat peluncuran produknya IBM, dan memohon untuk bergabung. Dan masih banyak kesalahan- kesalahan besar lainnya. Perusahaan-perusahaan yang gagal beradaptasi telat merespon perubahan. Contoh lain; Yellow Pages. Dulu phone directory sempat melambung tinggi. Sekarang bisa dipastikan - bila masih ada hotel yang menyimpan buku tersebut, tentunya kelasnya akan ketahuan :) Membedah Anatomi Peradaban Digital — 283

Kekaisaran abad ke-21 tidak akan dibuat oleh bricks & mortar, tapi melalui pikiran. Jadi perang sebenarnya adalah di pikiran atau kualitas otak manusianya. Bergeraklah, sebelum kita merasa perlu untuk bergerak. Seperti yang disampaikan Albert Einstein: “Kita tidak bisa memecahkan masalah dengan menggunakan jenis pemikiran yang sama seperti yang kita gunakan saat kita menciptakannya.” REFRAME - Change the way you think of things. Coba pikirkan kembali, atau rubah cara pikir kita untuk segala hal. Beberapa fakta sebagai berikut: • Uber, perusahaan taxi terbesar di dunia yang tidak memiliki kendaraan. • Airbnb adalah perusahaan penyedia akomodasi terbesar namun tidak mempu-nyai real estate. • The most popular media provider yang tidak punya konten adalah Facebook. • Instagram menjadi perusahaan yang memiliki koleksi foto termahal yang tidak memiliki kamera. • Netflix perusahaan TV berbayar terbesar yang tidak memiliki kabel. • Alibaba berhasil menjadi perusahaan retailer raksasa yang tidak memiliki inventory. Change - Challenge the status quo! Bila ingin maju menjadi pemenang berikutnya, tantang dan hadapi pemenang status quo yang ada. Diperlukan kreatifitas, inovasi, dan solusi. Dibutuhkan darah segar (fresh blood). Dari generasi millennial terdapat pemikiran- pemikiran baru dan ide-ide cemerlang. Kita harus mau belajar dari mereka. Lihat ide gagasan seorang jenius Nadiem Makarim yang berhasil merealisasikan menjadikan layanan GoJek dan brand-brand salience turunannya. Bila kita ke kantornya yang penuh dengan interior menarik, di bawah jam 11 siang akan terlihat sepi. Karena memang jam masuk kerjanya. Kantor dibuat senyaman mungkin. Ruang-ruang diskusi dibuat menarik dengan warna warni yang dinamis. Diskusi tidak selalu harus di atas bangku dan meja. “If it’s not impossible why do it.” Begitu 284 — G.E.N.C.E.

semboyan kerjanya yang terpampang di salah satu dinding ruang kerja mereka. Lihatlah dunia melalui mata muda dan gelisah. “Yang buta huruf abad ke 21 bukanlah seseorang yang tidak bisa membaca dan menulis, akan tapi seseorang yang tidak dapat belajar, tidak mempelajarinya, dan belajar kembali dari segala hal yang telah dia pelajari.” Gordon Moore, Intel’s legendary co-founder and former CEO. Korteks Prefrontal (PFC) Satu-satunya organ otak bagian PFC (prefrontal cortex) ini yang berfungsi dan yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya. Letaknya di bagian depan kepala, persis di belakangan antar kedua belah mata kita. Bagian otak tersebut sering dijelaskan sebagai fungsi yang menjalankan fungsi eksekutif. PFC bekerja menjalankan tidak hanya fungsi keputusan, namun juga akan berhubungan dengan seluruh fungsi bagian-bagian otak lainnya (the whole brain system). Merujuk kepada pernyataan Prof. Dr. dr. Taruna Ikrar, MD, M.Pharm., Ph.D. bila diuraikan jumlah seluruh neuron otak di kepala manusia, jaringannya mungkin sama dengan luasnya galaksi dunia yang kita tinggali ini. Di situlah tempatnya Allah Swt. – Sang Pencipta memberikan kenapa kita menjadi khalifah di muka bumi ini. Karena ada 100 milyar sel-sel syaraf - neuron, yang akan saling berhubungan. Proses hubungannya disebut ‘synaps’. Kemampuan satu sel syaraf neuron lebih unggul dibanding 1 labtop atau komputer. Artinya baru akan menyamai dengan jumlah kira-kira 100 milyaran komputer. Padahal 1 sel neuron ini dapat berhubungan sebanyak 10.000 synaps. Itu artinya, dengan perhitungan matematika, kurang lebih seribu triliun. Seribu triliun koneksi yang ada di dalam otak kita ini, yang membuat kapasitas dan kemampuan berpikir unlimited! Tidak terbatas. Oleh karenanya dalam proses filosofi - filsafat dikatakan “di atas langit selalu ada langit” dan di atas pemikiran ada pemikiran lain. Seluruh sistem organ tubuh kita ini diperintahkan oleh otak. Dan ternyata semua sistem yang ada di dalam tubuh manusia kita ini diatur oleh sistem syaraf neuron kita. Tanpa ada sistem syaraf, semua tak ada. Membedah Anatomi Peradaban Digital — 285

Artinya, di situlah letak seluruh sistem kita. Mulai dari; psikologi kita, desire atau motivasi kita, gairah kita, rasa bibir kita, kecerdasan kita, termasuk kecemasan sampai ketakutan, baik berbuat baik maupun berbuat jelek. Semuanya berada dalam kontrol interaksi sistem syaraf kita. Oleh karena itu, maka kalau ingin melihat masa depan umat ini, bangsa ini kalau mau maju ke depan, itu terletak pada otak tersebut. Tapi kenapa hanya manusia yang menjadi cerdas, semakin cerdas dan terus semakin cerdas. Ini pertanyaan filosofi yah. Kenapa binatang; anjing, monyet dan sebagainya tidak menjadi cerdas - kalau itu faktor evolusi. Seharusnya faktor evolusi itu kan terus berubah karena faktor tantangan alam yang terus menerus berubah. Tapi kenapa hanya manusia. Berarti pada saat itulah kemanusian ditetapkan Allah Swt. dengan memberikan hanya kepada manusia semacam chip. Microchip yang hanya dibuat Allah yang disisipkan ke dalam tubuh yang namanya manusia, diletakan di dalam otak. Dan oleh karena itu, maka berdasarkan otak manusia, kebudayaan manusia terus berkembang. Sedangkan mahluk lainnya hanya fisiknya yang berkembang pada proses evolusi. Alasan yang kedua, karena manusia mampu dengan kemampuan otaknya dapat memperbaiki sistem yang ada di sekitarnya. Sehingga dia mampu mempertahankan sustainability-nya. Maka secara fisik; badan, kaki, dan lain sebagainya - organ-organ tubuh lainnya itu, kalau panas kita lebih senang, kalau dingin kita bisa bikin sistem penghangat, kalau ada tantangan dari luar kita bisa terus bertahan. Kembali kepada fungsi utama PFC, bagian otak yang membedakan manusia dengan mahluk (binatang lainnya), korteks prefrontal atau prefrontal cortex (PFC) adalah area otak yang ditemukan di bagian depan kepala, di belakang dahi kita, di lobus frontal kita. Secara evolutif adalah salah satu area otak terbaru yang bertanggung jawab banyak atas fungsi kognitif. Dalam anatomi otak mamalia, korteks prefrontal (PFC) adalah korteks serebral yang menutupi bagian depan lobus frontal. PFC berisi area Brodmann 9, 10, 11, 12, 46, dan 47. Banyak penulis telah mengindikasikan hubungan yang tidak terpisahkan antara kepribadian seseorang dan fungsi korteks 286 — G.E.N.C.E.

prefrontal. Wilayah otak ini telah terlibat dalam perencanaan perilaku kognitif yang kompleks, ekspresi kepribadian, pengambilan keputusan, dan perilaku sosial moderat. Aktivitas dasar wilayah otak ini dianggap sebagai orkestrasi pemikiran dan tindakan sesuai dengan tujuan internal. Istilah psikologis yang paling khas untuk fungsi yang dilakukan oleh area korteks prefrontal adalah fungsi eksekutif. Fungsi eksekutif berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara pemikiran yang saling bertentangan, menentukan baik dan buruk, lebih baik dan terbaik, sama dan berbeda, konsekuensi masa depan dari kegiatan saat ini, bekerja menuju tujuan yang telah ditetapkan, prediksi hasil, harapan berdasarkan tindakan, dan “kontrol” sosial (kemampuan untuk menekan mendesak bahwa, jika tidak ditekan dapat menyebabkan hasil yang tidak dapat diterima secara sosial). Korteks frontal mendukung pembelajaran aturan secara kongkrit. Daerah anterior lainnya di sepanjang sumbu rostro-caudal dari aturan dukungan korteks frontal belajar pada tingkat abstraksi yang lebih tinggi. Korteks prefrontal dorsal (dPFC) dihubungkan dengan area otak yang terlibat dengan perhatian, kognisi dan tindakan. Korteks prefrontal dorsolateral (dlPFC) diketahui terlibat dalam memori jangka pendek dan terlibat dalam pengendalian diri. Korteks prefrontal ventral (vPFC) dihubungkan antar daerah otak yang terlibat dengan fungsi emosi. Korteks prefrontal ventromedial (vmPFC) melakukan analisis risiko-manfaat setelah menerima masukan dari amigdala dan bagian lainnya dari lobus frontal. Kisah Phineas Gage Terkait dengan Fungsi PFC Ada cerita terkenal di dunia neurosains yang melibatkan seorang pria bernama Phineas Gage. Pada tahun 1848 Gage adalah seorang pekerja konstruksi berusia 25 tahun. Dia telah menjadi teman terhormat bagi orang-orang yang bekerja dengannya dan bersikap baik dalam pekerjaannya. Pada suatu hari ada ledakan sementara Gage sedang menepuk serbuk dengan fuse di lubang (sebelum pasir dituangkan). Besi Membedah Anatomi Peradaban Digital — 287

batangnya bila ditimbang beratnya hampir satu batu, berdiameter 3 kaki 7 inci dan berdiameter 1,25 inci. Saat terbang ke udara, dia menusuk pipi kiri Gage, melewati pangkal tengkorak, melintasi bagian depan otaknya dan keluar dengan kecepatan tinggi dari atas kepalanya. Batang tersebut menembus dan lebih banyak menghancurkan lobus depannya, termasuk korteks prefrontalnya. Hal pertama yang mengejutkan para pengamat adalah bahwa Gage mampu berjalan, berbicara dan ‘normal’ (ingat bahwa sebagian organ otaknya muncrat agak jauh di ujung jalan). Hal kedua adalah bahwa dia selamat dari infeksi yang dapat diprediksi bahwa pada tahun 1848 diobati tanpa antibiotik. Namun meski secara fisik utuh, kepribadiannya berubah, dari yang menyenangkan menjadi tidak menyenangkan. Dia menjadi seorang yang sering gusar atau gelisah, tidak sopan, kadang-kadang memanjakan diri dengan kata-kata kotor paling kasar yang sebelumnya bukan kebiasaannya. Memperlihatkan sedikit rasa hormat untuk rekan-rekannya. Tidak sabar menahan diri atau nasihat saat konflik dengan keinginannya. Terkadang sulit, namun berubah- ubah dan tidak jelas. Senang merancang banyak rencana operasi masa depan, yang tidak diatur lebih cepat daripada yang ditinggalkan. Seorang anak dalam kapasitas intelektual dan manifestasinya, dia memiliki hasrat hewan dari orang yang kuat. Kerusakan pada otaknya - seperti yang bisa kita lihat (terima kasih atas tengkorak yang telah digali, diperiksa, dan dipindai) - berada di korteks prefrontal. Kepribadiannya berubah selamanya dan dia tidak dapat membuat pilihan yang baik. Beberapa penelitian terbaru tentang orang-orang dengan cedera korteks prefrontal telah mengembangkan pemahaman kita tentang wilayah otak ini. Ketika individu-individu yang bersangkutan ditanyai, apakah respons sosial yang tepat akan diberikan dalam keadaan tertentu, mereka akan memberikan jawaban yang tepat. Namun, ketika mereka benar-benar membuat pilihan secara real time, mereka akan memilih perilaku yang segera memuaskan meskipun mereka tahu dalam jangka panjang itu bukan rencana terbaik. Kemampuan kita untuk menunda kepuasan sangat penting bagi manusia dan merupakan contoh otak yang berfungsi secara sehat. 288 — G.E.N.C.E.

Contoh modern tentang kepuasan jangka pendek dengan mengorbankan keuntungan jangka panjang akan seperti memakan terlalu banyak makanan berlemak, membeli barang-barang hari ini daripada menabung untuk hari esok, memiliki urusan ekstra- perkawinan dan duduk dengan segelas anggur di depan TV daripada memukul atau berlatih gym. Mengoptimalkan fungsi PFC di dunia yang VUCA Mengetahui lebih jauh tentang PFC sangatlah penting, karena fungsi terlibat dalam: 1) semua fungsi eksekutif kita, 2) kemampuan kita untuk merencanakan, 3) pengambilan keputusan, 4) mengekspresikan kepribadian kita, 5) menyelaraskan pikiran dengan tindakan kita (untuk mencapai tujuan internal), dan 6) memoderasi perilaku sosial. Istilah psikologisnya; “fungsi eksekutif” yang mencakup berbagai kegiatan. Fungsi ini mencakup kemampuan untuk menentukan yang baik dan buruk, sama dan berbeda, memproses konsekuensi masa depan dari aktivitas saat ini, bekerja menuju tujuan yang telah ditetapkan, menekan dorongan sosial yang tidak diinginkan dan memprediksikan hasil. Seorang profesor psikologi matematika, David Meyer, melakukan eksperimen yang luar biasa. Dia mengundang sekelompok orang dewasa muda untuk menguji apa yang terjadi saat orang beralih di antara hal-hal dengan penuh perhatian. Eksperimen melibatkan peserta yang mengerjakan masalah matematika dan mengidentifikasi bentuk. Ketika mereka harus beralih antara tugas, ketepatan dan kecepatan mereka menurun dibandingkan saat mereka bisa melakukan satu tugas dan kemudian melakukan yang lain. Dalam beberapa kasus multitasking ditambahkan 50% ke waktu yang dibutuhkan. Bayangkan seseorang yang bekerja 12 jam sehari dan mencapai hasil yang sama dengan orang yang bekerja 8 jam, namun dengan lebih banyak kesalahan dan kurang elegan hanya karena orang 12 jam sehari itu multitasking. “Bukan hanya kecepatan kinerja, akurasi kinerja, tapi juga yang disebut adalah kelancaran kinerja, keanggunan kinerja mereka, secara Membedah Anatomi Peradaban Digital — 289

negatif dipengaruhi oleh kelebihan beban multitasking” (Meyer et al, 2001). Di bawah tekanan korteks prefrontal kita tidak berfungsi dengan baik. Sirkuit neural dan neurokimia PFC dapat diubah oleh pengalaman kita. Stres selama masa kanak-kanak dan remaja dapat sangat mempengaruhi struktur dan fungsi PFC, walaupun efek ini tidak permanen. Pada orang dewasa, telah ditunjukkan bahwa stres akut (berlawanan dengan kronis) yang ringan pun dapat memiliki dampak yang cepat dan dramatis terhadap kemampuan PFC kita untuk berfungsi. Hal ini dapat memengaruhi kreativitas, pemecahan masalah yang fleksibel, memori kerja dan proses lainnya. Banyak orang yang mengalami stress merasa sangat terbangun untuk mengetahui bahwa stres kronis secara harfiah dapat menyebabkan arsitektur PFC mereka berubah. Suatu studi memperlihatkan efek stres psikososial setelah satu bulan, yang menunjukkan bahwa subjek memiliki gangguan kontrol perhatian dan gangguan konektivitas fungsional dalam jaringan front parietal yang memediasi pergeseran perhatian. Kabar baiknya adalah bahwa setelah satu bulan mengalami stres, respons mereka menjadi normal kembali. Dalam skenario di mana seseorang merasa terbebani, dengan terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan atau dengan tujuan yang terlalu besar, maka bisa bermanfaat untuk memecahnya menjadi apa yang perlu terjadi hari ini. Sebagai contoh, jika sebuah pertemuan meeting anggaran berlangsung dan menghasilkan sebuah tujuan keuangan yang sangat besar yang perlu dipenuhi, ini bisa membantu memecahnya menjadi target mingguan. Bisa melibatkan kembali PFC dorsolateral (ingatan jangka pendek) dengan memasukkan barang ke dalam potongan kecil - bongkahan ukuran kecil. Sebaliknya, ketika seseorang merasa sangat cemas mungkin PFC ventromedial mereka diaktifkan. Pertimbangkan skenario penjelajahan pribadi di mana pasangan seseorang memberitahu mereka bahwa mereka tidak lagi merasa dicintainya. Orang itu mungkin merasakan ancaman langsung, membayangkan apa yang akan terjadi jika mereka 290 — G.E.N.C.E.

putus dan betapa sulitnya hal itu dalam banyak hal. Tujuan di sini adalah untuk mengurangi ancaman langsung. Ubah kerangka waktu dari yang sangat pendek menjadi prespektif jangka panjang. Hal ini juga mungkin berguna untuk beralih dari keadaan empati ke posisi kognitif. Dapatkan perencanaan - apa yang bisa dilakukan selama bulan depan untuk membantu memindahkan situasi ke arah yang diinginkan kita. Sekarang, setelah memahami penjelasan itu semua, apa yang kira-kira kita bisa lakukan dalam dunia yang VUCA. Akan sangat relevan bagi pemimpin siapa saja yang mengerjakan produktivitas, efisiensi, atau keefektifannya. Apa yang perlu kita ketahui tentang korteks prefrontal? Perannya digambarkan secara klasik seperti CEO (jika kita berpikiran bisnis) atau konduktor (jika kita berpikiran secara musikal) - singkatnya, bosnya bertanggung jawab atas fungsi ‘eksekutif’ kita, yang berarti kemampuan kita untuk berpikir, memilih, merencanakan, dll. Selama bertahun-tahun ini telah berkembang dengan pesat, dan studi terbaru menunjukkan bahwa meditasi semakin meningkat lebih jauh lagi. Lapar yang sangat (membutuhkan energi besar), tapi terkuras dengan cepat. Stres mengganggu kemampuannya untuk menggunakan energi. Secara struktural, ini adalah bagian dari lobus frontal kita, yang merupakan area di bagian paling depan otak kita. Lalu motivasi apa yang memastikan PFC kita dalam kondisi kerja yang baik? Bila PFC kita tidak bekerja optimal, kita menemukan diri kita sendiri: 1) merasa malas, 2) merasa lesu tak bersemangat, 3) mudah terganggu, 4) menjadi miskin dalam menyelesaikan sesuatu, 5) memperbaiki perhatian pada berulang negatif sekalipun tidak teratur, 6) menjadi pelupa, dan 7) merasa terlalu emosional. Di sisi lain, ketika PFC bekerja dalam kondisi prima kita dapat berharap untuk: 1) kesadaran yang disengaja, 2) perhatian panjang, 3) mampu merenungkan kemungkinan, 4) mampu merencanakan, 5) mampu mengikuti rencana, dan 6) berfokuslah dengan mudah. JIka PFC terlalu banyak bekerja, akan sangat tidak berfungsi dengan baik. Untuk memperbaiki situasi ini, lihat rekomendasi di bawah ini. Membedah Anatomi Peradaban Digital — 291

Jika PFC tidak berfungsi dengan baik, akan membuat sangat sulit untuk menjadi efektif, apalagi efisien, yang seringkali sangat membuat frustrasi saat kita berusaha melewati hari. Pada saat seperti itu, sangat umum untuk merasakan ada sesuatu yang salah dan mungkin jatuh kembali pada kebiasaan lama. Hal tersebut merupakan bentuk mekanisme bertahan hidup. Ketika orang menemukan diri mereka melakukan micromanaging, mengendalikan atau menghukum sering terjadi defisit otak. Akan tetapi tidak selalu berarti bahwa ada sesuatu yang terlalu aktif di PFC (yang kurang aktif) juga menyebabkan masalah. Dopamin, kita akan segera tahu, apakah neurotransmitter ini memiliki banyak fungsi untuk otak termasuk reward, motivasi, memori kerja dan perhatian. Jika otak memiliki kemampuan menurunkan penggunaan atau akses dopamin, ini berarti area otak lain tidak terdiam sehingga otak bisa fokus pada satu hal pada satu waktu. Hal ini membuat hidup sulit bagi kita karena kita berjuang untuk fokus, jadi menjadi kurang efisien. Sebagai pemimpin yang baik, kita juga bisa masuk ke peran mentoring dan memimpin dengan memberi contoh, dengan mengikuti rekomendasi berikut: 1) mematikan fungsi email di ponsel kita di malam hari agar otak kita mengalami downtime sebelum mulai bekerja keesokan paginya, 2) memprioritaskan tugas mingguan besar terlebih dahulu, tugas yang lebih kecil setiap hari, bereksperimen dengan malam sebelumnya atau hal pertama di pagi hari untuk melihat apa yang terbaik bagi kita, 3) aktifkan email hanya pada waktu-waktu tertentu dalam sehari, 4) monotask (satu tugas - fokus) untuk keuntungan jangka pendek dan panjang, dan 5) pilih hal-hal kecil yang kita ketahui bisa kita capai dan yang kita dapat lakukan, karena hal tersebut bisa meningkatkan kadar dopamin kita. Sama halnya, kita bisa bekerja sama dengan tim yang kita pimpin untuk membantu mereka mengalami korteks pre-frontal mereka bekerja dengan baik. Bawa mereka keluar dari lingkungan kerja dan berpikir normal mereka. Misalnya, jika mereka terikat dengan kantor, bawalah mereka ke pedesaan. Bantu mereka untuk terhubung dengan perasaan mereka, merasakan angin di rambut mereka, sinar matahari (mudah-mudahan) 292 — G.E.N.C.E.

pada kulit mereka dan bernapas dengan bau yang berbeda. Harapannya adalah bahwa perubahan lingkungan ini akan mengundang beberapa pemikiran baru. Kemimpinan Limbic (Limbic Leadership) Selanjutnya mungkin kita akan bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan kepemimpinan limbik. Jadi inilah pengantar singkat untuk menjelaskan tentang fokus utama pada kepemimpinan limbik otak tentang mengelola dan memimpin orang, dengan menggunakan pemahaman kita tentang bagaimana otak bekerja untuk mencapai pengaruh yang lebih besar. Keterlibatan yang lebih tinggi dan mencapai hasil yang lebih baik. Jadi mengapa limbik, dan di mana limbik berasal, dengan hanya memberi wawasan singkat mengapa kita menyebutnya sebagai kepemimpinan limbik. Agar kita semua tahu seperti apa otak kita dari luar. Tetapi yang terpenting dan perlu diingat ada tiga bagian inti di bagian dalam otak manusia. Perlu ada wawasan kita tentang mengapa kita memanggil kepemimpinan limbik. Bagian di sini ini adalah bagian pertama dari otak yang berevolusi. Hal yang dimaksud adalah otak reptil kita (batang otak). Inilah yang membuat kita tetap hidup terus. Membuat jantung kita tetap memompa, serta membuat kita tetap bernapas. Semuanya terjadi secara otomatis jutaan tahun yang lalu. Inilah yang pertama kali direvitalisasi dan inilah inti yang membuat kita tetap hidup. Sekarang bagian ketiga otak manusia yang berkembang paling akhir adalah di sekitar sini – di daerah neocortex, daerah terluar. Sedikit yang kita lihat di luar. Otak ini adalah korteks prefrontal yang memberikan kita kesadaran kenapa kita berada di sini. Tapi, sedangkan di tengah yang dikenal dengan otak sedang (mid brain). Daerah teluk di sini inilah bagian kedua otak yang berevolusi. Dan ini disebut sistem limbik. Dan sistem limbik benar-benar mengendalikan emosi kita, bagaimana perasaan kita. Cukup banyak membuat mood kita. Segala sesuatu tentang siapa kita dan bagaimana perasaan kita. Dan ini sangat penting bagi para pemimpin untuk mengerti. Membedah Anatomi Peradaban Digital — 293

Bagaimana mereka menciptakan suasana hati dan perasaan di dalam orang-orang yang bekerja untuk mereka dan itulah sebabnya kami menyebutnya kepemimpinan limbik. Sekarang di sini pada kepemimpinan limbik kita tahu bagaimana otak bekerja sebanyak yang kita bisa. Ada kemajuan besar dalam ilmu neurosains selama lima tahun terakhir yang memberikan beberapa wawasan nyata tentang apa yang sebenarnya terjadi di dalam otak orang-orang ketika mereka mengalami hal-hal tertentu. Ketika mereka merasakan hal-hal tertentu, dan yang lebih penting lagi ketika mereka mengalami hal-hal tertentu, serta mungkin cara perilaku pemimpin tersebut muncul. Hal ini sangat penting bagi para pemimpin untuk memahami dampak yang mereka hadapi pada tim mereka, bukan karena mereka adalah orang-orang mereka. Sekarang hal lain yang mengetahui bagaimana otak bekerja juga memungkinkan kita untuk mengetahui bagaimana otak bersandar. Dan itulah mengapa program yang dirancang berbeda untuk orang lain. Kita tidak melakukan program tiga atau empat hari yang membosankan yang membuat semua orang tertidur. Program kita benar-benar ramah otak yang dioptimalkan untuk memastikan bahwa delegasi dan manajer yang mengikuti program kita benar-benar lolos dengan pembelajaran dan perubahan yang berlangsung lama. Dan mereka juga dipecah menjadi potongan-potongan kecil. Jadi kita tidak dapat melakukan semuanya sekali jadi. Hal inilah yang membuat mereka begitu sukses. Jadi itulah sedikit tentang kepemimpinan limbik. Masih banyak video-video tersebut di kanal- kanal media sosial yang bisa kita peroleh. Lihat sekeliling apa yang kita pikirkan, dan jika kita ingin datang dan mengobrol, maka cukup klik tombol yang meminta diskusi. Tidak ada kewajiban, dan kita dapat mengetahui sedikit lebih bagaimana kepemimpinan limbik benar- benar dapat membuat kita, membuat organisasi dan manajer kita mencapainya. Hasil yang luar biasa. Neuroleader – Pemimpin Bisnis Sebuah perjalanan melalui otak untuk “Pemimpin Bisnis” oleh Argang Ghadiri, Andreas Habermacher, Theo Peters. Dalam paradigma lama, 294 — G.E.N.C.E.

ilmu kepemimpinan manajemen dan bisnis, (serta ilmu sosial lainnya) umumnya hanya membahas proses kognitif berpikir yang secara sadar dan mampu dikendalikan. Sedangkan di dalam paradigma yang baru akan banyak dijelajahi juga 1) proses berpikir kognitif yang tanpa kendali atau seringkali disebut pikiran-pikiran otomatis, 2) proses berpikir afektif yang secara sadar dan dapat dikendalikan, serta 3) proses berpikir afektif yang otomatis atau bawah sadar. Aplikasi neurosains untuk bisnis sering disebut juga neurobisnis. Penting untuk disampaikan, bahwasannya disiplin ilmunya tidak berubah, tetapi cara pandang serta alat yang dipergunakan berubah menjadi lebih baik, sesuai pemahaman otak secara ilmiah. Disiplin ilmu yang dimaksud termasuk; neuroekonomi (neuro-business administration) meliputi area-area mikroekonomi (neuro-economy): bidang pemasaran (neuromarketing) yang lebih sering mengulas proses pengambilan keputusan konsumen membeli, sedangkan bidang keuangan (neurofinance) lebih banyak mendalami keberhasilan proses pengambilan keputusan dan resiko-resikonya; sukses atau gagal. Di bidang manajemen (neuromanagement) lebih dalam membahas penggerak proses manajerial, baik metode maupun terkait dengan tools- nya. Terakhir terkait bidang organisasi dan personalia (neuroleadership) lebih rinci menelaah interaksi hubungan antara pemimpin dan bawahannya. Sejarah konsep terus berkembang. Terakhir dalam pembahasan bukunya, Argang dkk. banyak memaparkan konsep yang dikenal memasuki era brain directed man (2000-an), pekerja dipandang sebagai mahluk rasional mengambil peran sekunder dalam motivasi manusia. Di era ini mulai meyakini dan membahas bahwa perilaku manusia berasal dari otak. Perilaku tidak didasarkan pada rasionalitas tetapi dibedakan berdasarkan motivasi-motivasi yang berasal dari berbagai daerah otak. Pola-pola dan pemicu-pemicu otak yang betul-betul diprogram; berlapis melalui pengalaman yang telah terbentuk sejak lahir. Emosi adalah driver perilaku yang paling efektif dan mengandalkan sebagian besar proses kognitif. Proses-proses rasional memiliki dampak sekunder. Pemenuhan kebutuhan dasar neurosains manusia sangatlah penting bagi kepuasan karyawan; berbagai faktor mempengaruhi kebutuhan ini. Realitas dan rasionalitas mengambil peran sekunder dalam motif dan perilaku manusia. Membedah Anatomi Peradaban Digital — 295

“Organisasi dan Manajemen Personalia” memiliki dampak langsung pada cara otak manusia beroperasi dan bereaksi terhadap lingkungan. Perilaku membuat dan memperkuat sirkuit otak; lingkungan membentuk otak. Kebutuhan dasar manusia sangat tergantung terutama pada interaksi pribadi dengan lingkungan dan perilaku pribadinya. Lingkungan yang tidak selaras dengan kebutuhan dasar individu akan menyebabkan ketidakcakapan berperilaku. Motivasi dasar penggerak manusia sangat didorong oleh manifestasi dari keinginan untuk memenuhi atau melindungi kebutuhan dasar manusia. Untuk memanfaatkan potensi, motivasi pada tingkat intrinsik yang lebih dalam, kita perlu memahami kebutuhan dasar dan bagaimana mereka diwakili dan dipenuhi oleh setiap individu. Fakta-Fakta dan gambaran otak dibahas di sini, kemudian diaplikasikan dan diterapkan kepada konsep-konsep manajemen dan kepemimpinan yang baru. Berat otak manusia rata-rata 1.3 kg dan 80% terdiri dari air. Berat otak memang hanya 2% dari total berat badan manusia, tetapi mengkonsumsi 20% lebih dari total sumber energi tubuh (air, oksigen dan glukosa). Otak terdiri dari sekitar 100 miliar neuron dan 100 triliun koneksi antara satu sama lain. Sampai 1.200 liter aliran darah melalui otak setiap harinya, untuk membawa hingga 70 liter oksigen. Belahan kiri otak manusia cenderung berhubungan dengan fakta dan detail. Spesifik bahasa, kosa kata dan tata bahasa juga duduk di sini. Belahan kanan memiliki koneksi yang lebih luas untuk emosi, dan empati. Namun lebih penting untuk hal holistik dan besar tampilan gambaran dunia. Banyak mitos-mitos terkait otak yang perlu diluruskan. Seperti mitos ukuran otak selalu tetap dan tidak berubah sepanjang usia - banyak perubahan terjadi dan karena neuroplastisitas otak senantiasa berubah. Kecerdasan intelijen adalah genetik juga merupakan kesimpulan yang salah, maksudnya sebagian genetik iya betul, tetapi selebihnya terkait dengan kemampuan untuk menghubungkan dan menarik koneksi pada berbagai sumber daya di otak. Mitos lainnya adalah pendapat alasan dan rasionalitas terpisah dengan emosionalitas, padahal pusat-pusat emosi otak beroperasi bersama-sama dengan emosionalitas mengambil posisi kendali. Perilaku tidak terprogram karena kita memiliki banyak reaksi naluriah 296 — G.E.N.C.E.

yang terprogram, tetapi banyak perilaku yang terkait dengan interaksi kita dengan lingkungan. Bagian-bagian anatomi otak disederhanakan, terdiri dari 5 bagian besar. Lobus frontal, lobus parietal, lobus temporal dan lobus oksipital, serta lobus insula. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bagian depan (lobus frontal) yang sering dikenal dengan prefrontal cortex (PFC): menjalankan fungsi rasional, membutuhkan usaha, sumber daya yang terbatas yang menguras cepat. Setara dengan 1 kubik feet dalam ukuran dibanding Milkyway (bagian otak). Di bagian tengah otak, yang dikenal dengan sistem limbik: melakukan fungsi gugup/panik, selalu mencari ancaman, membuat keputusan setiap saat berinteraksi. Otak mengatur dua prinsip - bahaya dan reward. Bahaya (ancaman) menciptakan kebisingan, otak membutuhkan tenang. Sedangkan bahaya / takut memiliki dampak yang mendalam pada korteks prefrontal dan dampak kinerja yang berat. Metode pengukuran dalam penelitian otak terbagi dua bagian besar: (1) teknik-teknik Elektrofisiologi: elektroensefalografi dan magnetoensefalografi, dan (2) teknik-teknik Pencitraan: PET - positron emisi tomografi dan fungsional magnetik resonansi tomografi. Ada 4 tahapan besar bagaimana prosesi perubahan pola koneksi neuron bekerja. Bagaimana neuron otak terus berplastisitas. Tahap awal (tahap 1) seakan-akan sel neuron berdiri sendiri seperti titik-titik yang tidak dihubungi. Kemudian titik-titik saling berhubungan, interkonesi antar neuron (tahap 2). Selanjutnya beberapa garis hubungan antar titik (antar neuron) akan menebal, membentuk pathways dan connectome (tahap 3). Tahap akhir (tahap 4) garis-garis tersebut semakin menebal sementara garis-garis hubungan neuron lainnya yang menipis, yang tidak diperlukan, akan menghilang. Reward dibedakan antara reward primer dan reward sekunder. Rewad primer seperti; makan, minum, kebutuhan biologis, dan tempat berlindung (shelter). Sedangkan reward sekunder yang dibutuhkan seperti; informasi, status, pengakuan, ucapan terima kasih, nilai sosial, altruisme, percaya, kontak fisik. Reward & pleasure memiliki banyak koneksi dan asosiasi yang kompleks. Dopamin bagaimanapun bukan hanya sekedar reward, namun memiliki banyak fungsi penting sebagai Membedah Anatomi Peradaban Digital — 297

neurotransmitter. Sistem dopamin ini sering dikenal juga sebagai “happy hormone”. Ada banyak jenis-jenis neurotransmiter atau enzim di dalam otak sesuai kebutuhan dan perluannya. Sembilan di antaranya yang perlu diketahui (terkait dengan aplikasi neuroleadership), yaitu; asetikolin, serotonin, noradrenalin, dopamin, endomorfin (endorfin), oksitosin, kortisol (kortikosteroids), GABA-deficiency, dan testosteron. Asetilkolin berpengaruh pada memori dan atensi. Serotonin menimbulkan rasa takut, pengambilan keputusan, suasana hati (mood). Sedangkan noradrenalin untuk energi, mood, dan juga atensi. Dopamin menimbulkan perasaan dihargai dan atensi. Endomorfin (endorfin) merasakan senang (sejahtera). Dengan oksitosin rasa percaya diri akan timbul, dan cinta (dicintai dan mencintai). Kortisol (kortikosteroids) menimbulkan stres, marah. Serta GABA-deficiency menimbulkan gangguan ketakutan. Terakhir, testosteron berpengaruh pada neurotransmiter dopamin, dan agresi. Ketakutan memiliki dampak negatif yang signifikan pada keseimbangan hormon di otak dan di dalam tubuh kita. Amigdala, yang terletak di dalam sistem limbik berperan dalam pengolahan ketakutan dan memroses dampak berikutnya pada pikiran dan tubuh manusia. Amigdala yang terlalu aktif dapat menghambat fungsi kerja PFC - korteks prefrontal (fungsi berpikir rasional dan memori jangka pendek). Rasa takut (fear) menurunkan kemampuan kognitif berpikir dan membuat kita bodoh. Setiap perasaan ancaman memiliki dampak yang mendalam pada otak, dan sangat mengurangi kemampuan berpikir kognitif. Rasa takut dapat diproses secara tidak sadar tanpa sepengetahuan eksplisit kita - organisasi mungkin tidak tahu rasa takut telah diaktifkan dan akan mendistorsi proses berpikir. Dominasi sistem limbik dalam proses berpikir dan kemampuan pengambilan keputusan kita, adalah kunci penting untuk organisasi. Ketakutan dan ancaman yang luar biasa, signifikan memengaruhi perilaku dan emosi kita, tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya. HTPA-Axis menjelaskan proses dampak marah dan rasa takut. Rasa takut ini mengaktifkan amigdala dan daerah lain di batang otak serta hipotalamus, melalui rilis dari transmisi glutamat. Kemudian hypothalamus melepaskan CRH (hormon corticotropin-releasing). 298 — G.E.N.C.E.

Berikutnya, giliran sinyal ke kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon adrenokortikotropik yang dikirim ke dalam aliran darah yang kemudian beredar ke kelenjar adrenalin di mana dia mengikat. Selanjutnya menstimulasi pelepasan kortisol yang memiliki dampak luas pada sistem fungsi kortisol dalam berbagai cara. Tetapi membantu tubuh melawan stres dengan melepaskan dan mendistribusikan energi, misalnya jantung dan jauh dari bagian non-kritis tubuh (dalam jangka pendek) misalnya sistem pencernaan. Namun juga akan mengurangi sistem kekebalan tubuh. Dalam jangka panjang stres kronis akan berdampak buruk dan vital. Banyak tokoh-tokoh sebelumnya yang terus coba mengembangkan konsep kepemimpinan berbasiskan neurosains (neuroleadership), menjawab tantangan lingkungan bisnis yang semakin VUCA. Ned Hermann – 1996, dikenal dengan HBDI-nya (Herman Brain Dominance Instrument) 4 Model Berpikir (Thinking): Rasional, Experimental, Berdasarkan Feeling, Berdasarkan Keselematan. David Rock – 2006, NeuroLeadership Institute, terkenal dengan SCARF-nya: Status, Certainty, Autonomy, Relatedness, Fairness. Gerald Huther – 2009, dikenal dengan Supportive Leadership-nya: New Challenge, Network Corporate Knowledge, Positive Culture, Positive Experience. Christian E. Elger – 2009, terkenal dengan 4 Sistem Dasar NeuroLeadership-nya: Reward, Emosional, Memori, Decision, dan dikenal dengan 7 Prinsip Dasar Neuroleadership: Reward, Fairness & Feedback, Informasi, Individualitas Otak, Emosi-Emosi, Experience, Situational Dynamics. Srinivasan Pillay – 2010, terkenal dengan Bisnis dan Otak Anda: Identify Mental State, Brain Regions and Activation, Intervention. Kebutuhan dasar manusia sebelumnya kita pernah mengenal teori konsep kebutuhan dasar versi Henry Murray (1938) dan Abraham Maslow (1943). Pada teori Maslow kebutuhan manusia digambarkan dengan 5 tingkatan piramida kebutuhan. Dimulai kebutuhan fisik – kebutuhan paling dasar, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk memiliki dan mencintai serta dicintai, kebutuhan akan self-esteem, serta tingkat tertinggi adalah kebutuhan aktualisasi diri. Sedangkan melalui ilmu neurosains, kita bisa mempelajari kebutuhan manusia lebih detil dan ilmiah. Otak adalah organ pendorong emosional. Otak bersifat plastis yang terus berubah dengan neuron-neuron yang terhubungkan Membedah Anatomi Peradaban Digital — 299

secara organik, menghubung-hubungkan kembali dan tumbuh setiap saat. Dengan memeriksa substrat saraf (Gazzaniga et al 2008), kita sekarang dapat melihat bahwa proses yang mendorong reaksi tertentu dengan perilaku yang mirip. Reaksi terhadap berbagai stimulus, bagaimanapun tetap berbeda. Jika proses-proses psikologis didasari oleh pemahaman proses-proses saraf ini, akan banyak menawarkan berbagai cara untuk mempengaruhi lingkungan di perusahaan-perusahaan di mana karyawan berkerja. Jika kita memahami substrat saraf dari pikiran manusia, dan terlebih lagi dasar interaksi manusia, maka kita dapat memahami di mana kita dapat menerapkan titik leverage. Klaus Grawe – 2006 mendefinisikan kebutuhan dasar manusia neurosaintifik sebagai 4 kebutuhan dasar yang keluar dalam skema-skema dalam rangka bentuk motivasi, perencanaan-perencanaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan (goals) yang keluar dalam bentuk perilaku dan pengalaman. Berdasarkan penelitian-peneliian neurosains, 4 kebutuhan dasar dimaksud adalah: 1) attachment, 2) pleasure maximization dan pain avoidance, 3) orientasi dan kendali, 4) self-esteem atau enhancement. Attachment atau kedekatan, mengambil efek penting sejak lahir dan seterusnya. Oksitosin sebagai hormon ikatan juga distimulasi oleh rasa percaya diri (diberikan kepercayaan). Sedangkan orientasi dan kontrol, mampu merancang dan mengembangkan lingkungannya. Kurangnya kejelasan dan ambiguitas merangsang reaksi negatif pada amigdala (ketakutan). Self-esteem atau harga diri merupakan suatu kebutuhan manusia yang spesifik. Terus mencari untuk meningkatkan harga diri dan melindunginya. Sulit diteliti di tingkat neurosaintifik. Terakhir, pleasure maximisation atau memaksimalkan kesenangan, bertujuan untuk meningkatkan kesenangan dan menghindari rasa sakit. Wilayah subjektif dari otak dengan pengalaman dari waktu ke waktu sehingga menimbulkan jaringan seluruh pemicu terutama kesadaran. Terkait dengan pengalaman positif atau negatif. Sehubungan dengan pengembangan diri dan berorganisasi, masing-masing alat instrumen dan model teori mempunyai kelebihan 300 — G.E.N.C.E.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook