Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Nyonya Bovary

Nyonya Bovary

Published by Digital Library, 2021-01-28 01:36:19

Description: Nyonya Bovary oleh Gustave Flaubert

Keywords: Gustave Flaubert,Sastra,Sastra Dunia

Search

Read the Text Version

PENERjEmAh winarsih arifin NYONYA BOVARY



N YO N YA B OVA RY

Undang-Undang Republik Indonesia Nom or 28 Tahun 20 14 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 1 Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang tim bul secara otom atis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujud- kan dalam bentuk nyata tanpa m engurangi pem batasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan Pidana Pasal 113 (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak m elakukan pelanggaran hak ekonom i sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Kom ersial dipidana dengan pidana penjara paling lam a 1 (satu) tahun dan/ atau pidana denda pal- ing banyak Rp10 0 .0 0 0 .0 0 0 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/ atau tanpa izin Pencipta atau pem egang Hak Cipta m elakukan pelanggaran hak ekonom i Pencipta sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Peng- gunaan Secara Kom ersial dipidana dengan pidana penjara paling lam a 3 (tiga) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp50 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/ atau tanpa izin Pencipta atau pem egang Hak Cipta m elakukan pelanggaran hak ekonom i Pencipta sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggu- naan Secara Kom ersial dipidana dengan pidana penjara paling lam a 4 (em pat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp1.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 (satu m iliar rupiah). (4) Setiap Orang yang m em enuhi unsur sebagaim ana dim aksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pem bajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lam a 10 (sepuluh) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp4.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 (em pat miliar rupiah).

N YO N YA B OVA RY PENERJEMAH WINARSIH ARIFIN

Nyonya Bovary Gustave Flaubert Judul Asli Madam e Bovary KPG 59 16 0 120 6 Cetakan Pertam a, J uni 20 16 Sebelum nya diterbitkan oleh PT Dunia Pustaka J aya Cetakan Pertam a, 1990 Pe n e rje m ah Winarsih Ariin Perancang Sampul Teguh Tri Erdyan Deborah Amadis Mawa Penataletak Leopold Adi Surya Wendie Artswenda FLAUBERT, Gustave Nyonya Bovary J akarta: KPG (Kepustakaan Populer Gram edia), 20 16 xiv + 481 hlm .; 14 x 21 cm ISBN: 978-60 2-424-0 16-5 Dicetak oleh PT Gramedia, J akarta. Isi di luar tanggung jawab percetakan.

Daftar Isi v vii Daftar Isi ix Foto Gustave Flaubert xi Pr a k a t a Pen g a n t a r 1 95 Bagian Pertam a 317 Bagian Kedua Bagian Ketiga 480 Tentang Penulis



Lukisan potret Gustave Flaubert oleh Eugène Giraud Gustave Flaubert (12 Desem ber 1821– 8 Mei 1880 )



Prakata DALAM DUNIA kesusastraan Prancis tak ada penulis seperti Gustave Flaubert yang tulisannya begitu banyak dibaca kembali, begitu banyak m em unculkan penem uan baru, begitu banyak diperiksa kembali kebenarannya, dan begitu banyak menyebabkan orang dengan tiba-tiba berubah pendapat hingga bertolak belakang dengan pendapat yang berlaku terdahulu. Pada abad ke-17 ia dianggap penulis realis. Madam e Bovary dijadikan perkara di depan pen gadilan , karen a “m elan ggar susila dan agam a”. Ia disesali karena “warna sensual” dalam rom an tersebut dan karena “keindahan tantangan” Em m a. Ia dinyatakan tidak bersalah, tetapi tetap dipersalahkan. “Tugas suci kesusastraan”, dem ikian diperingatkan kepadanya, “ialah menghiasi, menciptakan kembali jiwa dengan meningkatkan kecerdasan dan m en yem purn akan adat kebiasaan .” Karen a kehebohan perkara itu, rom annya m em peroleh sukses (dalam

x Gustave Flaubert en am bulan terjual 15.0 0 0 eksem plar!), suatu hal yan g menjengkelkan Flaubert. Baru setelah m unculnya form alism e terutam a rom an baru, maka Flaubert diakui sebagai bapak kesusastraan modern. Proust- lah m em ang yang pertam a m enyoroti dari segi baru rahasia- rahasia prosa khas Flaubert dalam karangannya Pastiches et m elanges. Akan tetapi Robbe Grillet, Sarraute, dan Butor-lah yang m engem ukakan pelajaran Flaubert bahwa kepribadian penulis tidak boleh terbawa-bawa ke dalam karyanya, dan yang m en on jolkan perjuan gan n ya m elawan “psikologi lam a yan g dikatakan baik” dan “khayalan yang realistis” itu. Akhirnya, J ean Paul Sartre m em persem bahkan keadaan sebuah karya: L’idiot de la fam ille, satu-satunya contoh yang tak ada duanya m engenai mawas diri dan perjalanan di pusat kegiatan menulis sang penulis. Di seluruh dunia, penulis-penulis yang term asuk paling besar seperti Kafka, para penulis Anglo-Sakson, Henri J am es, J am es J oyce, Vargas Llosa—dan ini baru beberapa nam a saja— m enyatakan diri “pewaris-pewaris” Gustave Flaubert. Dalam hubungan inilah usaha terjemahan Ibu Winarsih Ariin ini pantas dicontoh. Menyajikan kepada kalangan pembaca Indonesia terjem ahan yang berm utu dari karya sastera yang besar ini bukan pekerjaan kecil. Berkat usaha bersam a penerjem ah yang berpengalam an dan penerbit yang berani, usaha itu telah berhasil. Terima kasih. J ean Maiffredy J akarta, 1989

Kata Pengantar MADAME BOVARY ditulis oleh Gustave Flaubert, pengarang Prancis yang hidup pada abad ke-19 (1821– 1880 ). Karya Flaubert ini terbit pada tahun 1857 dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat luas. Baik dari segi isi maupun bentuknya, karya tersebut merupakan napas baru di dalam khasanah kesusastraan Prancis. Analisisnya yang tajam, pemeriannya yang terperinci, penelanjangan moralnya yang terus terang, menyebabkan pembaca terpukau. Berbagai pendapat dan sorotan dilontarkan para kritikus terhadap karya ini. Rom an Kehidupan Sebelum menulis roman ini, pengarang membaca sebuah berita di koran tentang riwayat Tuan dan Nyonya Delam are. Berita koran ini mengilhami Flaubert untuk menulis roman. Walaupun dem ikian, dari riwayat yang tak berarti ini, Flaubert telah berhasil m enyusun sebuah rom an yang m engem ukakan kelem ahan

xii Gustave Flaubert m anusiawi, dan m enjadikan Madam e Bovary seorang tokoh yang universal. Hal ini dilakukannya dengan m em pelajari dirinya dan zam annya. Berkali-kali dikatakannya, “Madam e Bovary , c’est m oi.” (“Madam e Bovary adalah aku sendiri”). Kalim at ini seringkali diartikan secara sem pit, yaitu bahwa peristiwa- peristiwa yang dialam i Madam e Bovary tak lain dari pengalam an pribadi penulis. Sebenarnya, secara luas dapat dikatakan bahwa pengarang m enjiwai karyanya. Madam e Bovary adalah wanita yang sentim ental, dem ikian pula Flaubert adalah artis yang penuh perasaan dan seringkali terbawa arus lirisme. Memang, Flaubert adalah pengagum Victor Hugo, dan pada awal karirnya, karyanya cenderung bersifat rom antik. Penjiwaan pengarang m enjadikan Madam e Bovary tokoh yang hidup dan benar-benar mengalami konlik antara impian dan kenyataan. Em m a Bovary adalah korban ilusi kehidupan yang dim ilikinya dan korban dari hasrat yang tak terpenuhi, karena sam a sekali tak sesuai dengan kehidupan yang dijalaninya. Dengan menggambarkan kehidupan pribadi tertentu, Flaubert berhasil m enyam paikan ilusi zam annya. Pengarang sendiri m engatakan: “Ma pauvre Bovary souffre et pleure dans vingt villages de france.”(“Bovary-ku yang m alang m enderita dan m enangis di dua puluh desa di Prancis.”). Pada m asa itu tim bul istilah bovarysm e yang dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk m enganggap diri sendiri sebagai seseorang yang diidam kannya. Rom an Realis Flaubert m em perkenalkan tokohnya, Madam e Bovary, m elalui kejadian sehari-hari dalam kehidupan sebuah keluarga borjuis kecil di desa. Penulis m em berikan gam baran yang sangat rinci dan tepat, sehingga m endapat sebutan gam baran yang “ilm iah”. Pem baca dapat m em bayangkan apa yang dibacanya dengan jelas dan untuk penggambaran ini seringkali Flaubert bertumpu pada

Nyonya Bovary xiii gam baran tem pat-tem pat atau kota yang dikenalnya dengan baik. Hal inilah yang m enyebabkan beberapa kritikus m enghubungkan karya iksi ini dengan kehidupan pribadi si pengarang. Pemerian tentang kota, losm en, apotek, dan tem pat-tem pat lainnya dikem ukakan setelah pengarang m elakukan penelitian yang cermat. Sebagai putera seorang dokter, Flaubert dibesarkan dalam lingkungan kedokteran yang m em butuhkan observasi ketat sebelum pengobatan. Demikianlah, Flaubert mempergunakan m etode “ilm iah” dalam penulisan karyanya. Pendidikan dan lingkungannya m endorongnya untuk m elakukan penelitian yang obyektif agar dapat m elukiskan berbagai hal sebagaim ana adanya. Misalnya, sebelum m enggam barkan peristiwa Em m a Bovary m em inum racun. Flaubert m erasa perlu m em baca buku- buku kedokteran dan melakukan berbagai penelitian agar dapat melukiskan tahap-tahap perubahan kesehatan seseorang setelah meminum racun. Pada masa itu, keindahan diartikan sebagai sesuatu yang m uncul dari kebenaran. Terlalu m engagungkan fantasi dan imajinasi tidak lagi dibenarkan. Suatu karya iksi seharusnya bersifat “ilm iah”, artinya tetap berada pada hal-hal yang”um um ” dan tidak terlam pau jauh larut dalam perasaan pribadi si pengarang. Hal-hal inilah yang m enyebabkan suksesnya M adam e Bov ary , dan selam a beberapa generasi karya ini dianggap sebagai buku suci kaum realis. Sukses ini tidak dicapai dengan mudah. Sebelum diterbitkan sebagai karya yang utuh, Madam e Bovary m uncul pertam a kalin ya pada tan ggal 1 Oktober 18 56 dalam “La Revue de Paris”, selam a enam nom or berturut-turut. Sebagian pem baca m enganggap karya ini tidak berm oral karena m enggam barkan serangkaian peristiwa aib sebagai sesuatu yang wajar. Dalam hal ini, kebenaran dan m oral diperm asalahkan oleh pem baca. Karena itulah pada awal tahun 1857, karya ini m enghadapi tuntutan pengadilan. Untunglah Flaubert m em bela dirinya dengan

xiv Gustave Flaubert m engatakan, bahwa bacaan seperti ini justru m enyebabkan orang takut untuk berbuat dosa, dan ketakutan akan beban penyesalan yang tidak habis-habisnya akan m em im pin seseorang ke jalan yang benar. Pem belaan ini berhasil m em bebaskan Flaubert dari hukum an. (Seorang sastrawan lain, yaitu penyair terkenal Baudelaire, tidak terlepas dari tuntutan pengadilan dan m endapat hukum an karena penulisan karyanya Les Fleurs du Mal pada tahun itu juga.) Sebagaimana telah dikemukakan, setelah bebas dari tuntutan pengadilan, Madam e Bovary mencapai sukses yang m engagum kan. Em ile Zola yang dianggap sebagai pem uka aliran naturalism e, m enganggap terbitnya Madam e Bovary seba- gai revolusi sastra. Menurut pendapatnya, pengertian tentang rom an m odern yang terdapat di sana sini di dalam karya-karya Balzac yang m ahabesar, tersirat dengan padat di dalam Madam e Bovary . Pengagum karya ini tidak hanya terdiri dari orang-orang sezam an. Tak kurang dari William Faulkner, pengarang Am erika yang terkenal, m enyatakan pula kekagum annya atas karya ini. Mem ang, karya ini telah m enjadi m ilik sastra dunia. Telah tiba saatnya publik Indonesia m engenal khasanah kesusastraan dunia secara luas, dan menerjemahkan Madam e Bovary adalah pilihan yang sangat tepat. Okke K.S. Zaim ar J akarta, 1985

Bagian Pertama



Bab I KAMI SEDANG belajar waktu kepala sekolah masuk diikuti anak baru yang berpakaian seperti orang kota dan opas sekolah yang membawa bangku sekolah yang besar. Mereka yang ketiduran terbangun, dan kami semua berdiri dengan lagak seakan tiba-tiba terganggu dalam pekerjaan kami. Kepala sekolah m em beri isyarat supaya kam i duduk kem bali. Lalu ia m em balikkan badan kepada guru yang m engawasi kam i belajar. “Tuan Roger,” katanya perlahan, “m urid ini saya serahkan kepada Tuan . Ia m asuk kelas lim a1. Kalau pekerjaan dan kelakuannya m em uaskan, ia akan dinaikkan ke kelas anak- anak yang lebih dewasa yang sebenarnya lebih sesuai dengan um urnya.” 1 Kelas tujuh Sekolah Menengah Pertam a.

4 Gustave Flaubert Anak baru yang berdiri di pojok di belakang pintu sehingga ham pir tidak kelihatan itu, anak desa yang kira-kira berum ur lim a belas tahun, lebih tinggi badannya daripada kam i sem ua. Ram butnya dipotong lurus di dahi m engikuti m odel penyanyi kor gereja desa. Kelihatannya alim dan sangat canggung. Meskipun bahunya tidak lebar, jasnya dari kain wol hijau berkancing hitam tampak sempit di bagian ketiak. Dan dari celah lipatan lengan bajunya kelihatan pergelangannya yang m erah terbakar karena biasanya tak tertutup oleh baju. Kakinya yang berkaus biru keluar dari celana panjang kekuning-kuningan yang tertarik ke atas oleh bretelnya. Ia m em akai sepatu sol tebal berpaku, agak suram sem irannya. Kam i m ulai m endengungkan hafalan pelajaran. Ia m ende- ngarkan penuh perhatian, tekun seperti kalau mendengarkan khotbah. Menyilangkan betis saja ia tak berani, bersandar pada siku pun tidak. Dan ketika pukul dua lonceng berbunyi, guru sam pai harus m enyuruhnya berdiri dalam barisan bersam a kam i. Kalau m asuk kelas, kam i punya kebiasaan m em banting pet ke lantai supaya tangan bebas. Begitu m enginjak am bang pintu, pet harus dilemparkan ke bawah bangku sehingga kena dinding dan m engepulkan debu banyak-banyak. Begitulah caranya. Boleh jadi karen a ia tidak m elihat tin gkah kam i atau barangkali karena tidak berani ikut-ikutan, maka ketika kami selesai berdoa, pet anak baru itu m asih juga di pangkuannya. Pet itu m acam tutup kepala yang tidak keruan bentuknya. Ada m iripnya dengan topi yang dibuat dari kulit beruang, dengan topi barisan kuda bertom bak zam an Napoléon III, dengan topi bundar, dengan pet kulit berang-berang atau dengan kopiah dari katun. Pendeknya sebuah barang yang am at m engibakan. Dan rupanya yang jelek dan bisu m engungkapkan perasaan kedalam an seperti wajah seorang dungu. Pet itu yang berbentuk bujur telur dengan rangka tulang-tulang insang, bagian bawahnya terdiri dari tiga

Nyonya Bovary 5 uliran yang m elilit. Lalu bergantian ada wajik-wajik dari beledu dan kulit kelinci yang dipisah-pisah bis m erah. Lalu bentuknya m irip kantong yang ujungnya segi banyak berlapis karton dengan sulam an pita yang rum it. Dan sebagai kuncir, sebuah bentuk salib dari benang em as bergantungan pada tali panjang yang terlalu halus. Topi itu baru. Klepnya m engkilat. “Berdiri!” kata guru. Ia berdiri. Pet jatuh. Kelas tertawa. Ia m em bungkuk m em ungut pet. Tetangganya m enyinggung pet itu dengan siku hingga jatuh lagi. Sekali lagi dipungutnya. “Taruhlah dulu pet itu,” kata guru yang jenaka. Murid-m urid meledak ketawa sehingga anak baru itu kebingungan, tidak tahu apakah topi itu sebaiknya dipegang saja, dijatuhkan ke lantai, atau ditaruh di atas kepalanya. Ia duduk kem bali dan m enaruh topi di atas pangkuan. “Berdirilah,” kata guru lagi, “dan katakan siapa nam am u.” Anak baru itu m enggum am cepat, m engucapkan nam a yang tak ked en ga r a n . “Ula n g!” Terdengar gumam kata seperti tadi, diliputi sorak sorai seluruh kelas. “Kurang keras!” teriak guru. “Kurang keras!” An ak baru itu m en gam bil keputusan . Den gan n ekat ia m em buka m ulut luar biasa lebarnya, dan sekuat tenaga seperti hendak m em anggil orang, m elontarkan perkataan ini: Syarbovari. Gaduh terjadi menggejolak, membubung tinggi, dengan ledakan suara keras-keras (anak-anak melolong, menggonggong, m engentak-entakkan kaki, m engulang-ulangi: Syarbovari! Syarbovari!). Lalu gem uruh hanya di sana sini, m ereda dengan payah m eski kadang-kadang tiba-tiba m ulai lagi di salah satu deretan bangku karena ada yang tertawa tertahan-tahan, seperti petasan yang belum sam a sekali habis.

6 Gustave Flaubert Akan tetapi, sem entara hukum an m enghujan, sedikit dem i sedikit ketertiban di dalam kelas pulih kem bali. Dan guru yang pada akhirnya dapat m enangkap nam a Charles Bovary, karena anak baru itu diharuskannya m endikte nam anya, m engeja, dan m em bacanya kem bali, segera m enyuruh anak sialan yang mengibakan itu duduk di bangku tempat hukuman murid malas di bawah m eja tinggi guru. Anak itu m ulai beranjak, tetapi m asih ragu-ragu. “Apa yang kau cari?” tanya Pak Guru. “Pet...” kata an ak baru m alu-m alu, dan pan dan gan n ya berkeliling dengan cemas. “Ayo, sem uanya, kalian salin sajak, lim a ratus baris!” suara Pak Guru, m arah. Baru badai terbendung (seperti angin lautan yang pernah terbendung oleh kem arahan Neptunus). “Tenang sedikit,” tam bahnya dengan berang, sam bil m enyeka dahinya dengan saputangan yang baru saja dikeluarkann dari ba- retnya. “Dan kau, anak baru, kau harus m entasrifkan dua puluh kali kata kerja ridiculus sum 2.” Lalu dengan suara yang lebih lunak, “Ah! Nanti kan ketem u juga petm u itu. Tidak dicuri, tidak!” Semua tenang kembali. Semua kepala merunduk di atas alas meja tulis. Dan anak muda itu selama dua jam mempertahankan sikap yang patut dicontoh, m eskipun sekali-sekali m ukanya kena percikan gum palan kertas yang disentilkan dari ujung anak pena. Tetapi hanya disekanya dengan tangan. Badan tetap tak bergerak, serta mata memandang ke bawah. Malam hari, waktu belajar, ia mengeluarkan sarung lengan dari laci bangkunya, m em bereskan barangnya, m enggaris-garisi kertasn ya den gan saksam a. Kam i m elihat betapa sun gguh- sungguh ia berusaha dengan tekun. Sudah tentu berkat kemauan 2 Bahasa Latin: saya konyol.

Nyonya Bovary 7 yang diperlihatkannya itulah, m aka ia tidak usah turun kelas. Karena m eskipun ia tahu juga aturan-aturannya, ia tidak pandai m enyusun kalim at dengan indah. Pastor desanyalah yang m ula- m ula m engajarkan bahasa Latin kepadanya, karena untuk m enghem at uang, orangtuanya selam bat m ungkin m engirim nya ke sekolah bruderan. Ayahnya, Tuan Charles-Denis-Bartholom é, bekas m antri pada m ayor dokter ahli bedah m iliter, setelah sekitar tahun 1812 terlibat dalam suatu perkara dan terpaksa semasa itu meninggalkan dinas tentara, telah m em pergunakan kelebihan-kelebihan pribadinya sebaik mungkin, dan sambil lalu menggait emas bawaan enam puluh ribu franc dari pengantinnya, dara anak pedagang bahan jahit-m enjahit, yang telah jatuh cinta pada ketam panannya. Mem ang ganteng orangnya, m ulut besar, suka m endentingkan pacu sepatu botnya keras-keras. Cam bangnya m enyam bung ke kum is. Dan jari-jarinya selalu dihiasi cincin. Pakaiannya selalu berwarna m enyala. Rupanya seperti orang baik-baik, gem bira dan ram ah seperti penjual yang m enawarkan barangnya dari pintu ke pintu. Setelah kawin, dua-tiga tahun lam anya ia hidup dari kekayaan istrinya; m akan enak, bangun siang, m em ipa dengan cangklong-cangklong besar dari porselen, baru pulang malam- m alam sehabis m enonton, dan suka duduk-duduk di kafe. Mertua laki-lakinya m eninggal. Tak seberapa warisannya. Ia m enjadi m arah, terjun ke bidang “pabrik”, kehilangan uang sedikit, lalu m engundurkan diri ke desa agar “berm anfaat”. Tetapi oleh karena ia juga sama tidak pandai dalam hal bercocok tanam seperti dalam hal tekstil, karena ditungganginya kuda-kudanya bukan disuruhnya bekerja di ladang, karena dihabiskannya m inum an cider-nya berbotol-botol bukan dijualnya bertong-tong, karena dim akannya unggasnya yang paling bagus dan sepatu berburunya disem irnya dengan lem ak babi-babinya, m aka segera disadarinya bahwa segala spekulasi itu lebih baik dia lepaskan saja.

8 Gustave Flaubert Dengan m em bayar dua ratus franc setahun di sebuah desa di perbatasan antara tanah Caux dan Picardie, ia m em peroleh semacam tempat tinggal, setengah rumah peternakan setengah tempat kediaman tuan besar. Dengan hati sedih, dimakan oleh sesal, sam bil m enyalahkan Tuhan dan iri pada sem ua orang, ia mengeram di sana sejak umur empat puluh lima tahun, muak pada m anusia, katanya, dan dengan tekad hendak hidup dam ai. Istrin ya dahulu tergila-gila padan ya. Cin ta kasihn ya ditunjukkannya dengan m elayani suam inya dengan seribu satu cara yang justru m akin m enjauhkan sang suam i. Dahulu perempuan itu suka bersenda gurau, ramah dan penuh kasih sayang. Tetapi sekarang dengan m enanjaknya um ur (sebagai- m ana anggur yang berm alam m enjadi cuka) perangainya m enjadi payah, suka cerewet, gam pang gugup. Betapa besar pen deritaan n ya—m ula-m ula tan pa keluh—apabila dilihatn ya suam inya m engganggu-ganggu gadis-gadis petani, m alam -m alam pulang dari selusin tempat maksiat, masa bodoh karena jemu, lagi pula dengan bau busuk kem abukannya! Kem udian rasa angkuhnya m em berontak. Ia diam , m enelan kejengkelannya dalam dada yang dingin m em bisu sam pai akhir hayatnya. Ia tak sudah-sudahnya pergi berbelanja dan m enyelesaikan urusannya. Pergi ke pengacara, ke ketua pengadilan, ingat kapan surat-surat utang harus dibayar, m em peroleh penangguhannya. Dan di rum ah ia m enyetrika, m enjahit, m encuci, m engawasi pekerja, m em bayar rekening, sedangkan tuan besar, yang senantiasa m em beku dalam kantuk m urung dan hanya berjaga untuk m engatakan hal- hal yang kurang sedap didengar kepada istrinya, tinggal dekat perapian, merokok, dan sekali-sekali meludahi abu perapian. Waktu istrinya m elahirkan, si bayi terpaksa dititipkan kepada inang penyusu. Ketika si buyung kem bali pada orangtua- nya, ia dim anjakan bagai putra raja. Ibunya m em besarkannya dengan m anisan selai, ayahnya m em biarkannya berlarian tanpa

Nyonya Bovary 9 sepatu. Sang ayah yang agaknya mau bersikap seperti ilsuf, bahkan berkata bahwa si anak boleh saja berkeliaran telanjang bulat seperti anak hewan. Berlawanan dengan kecenderungan si ibu, si ayah dalam pikirannya m em punyai idam an kejantanan tertentu m engenai m asa kanak-kanak, yang diturutinya untuk m em bentuk anaknya. Ia m enginginkan anak itu dibesarkan dengan keras, sesuai dengan pendidikan Sparta, supaya kuat badannya. Anak itu disuruhnya tidur tanpa pem anas di kam ar, diajari minum rum dengan tegukan besar-besar, dan menghina iring-iringan keagam aan. Tetapi karena adatnya suka dam ai, si kecil kurang baik m enyam but usaha ayahnya. Ibunya ke m ana pergi selalu m em bawanya serta, m em buatkan barang dari karton untuknya, bercerita, m engajak m engobrol tak habis-habisnya tanpa m em berinya kesem patan untuk bersuara, penuh riang- riang sayu dan cerewet tanpa jem u. Dalam kesepian hidupnya, ia alihkan ke atas kepala anak itu sem ua angan-angannya yang m uluk, yang telah hancur berantakan. Ia m em im pikan jabatan tinggi-tinggi untuk buah hatinya. Ia m elihat anaknya sudah besar, tampan, cerdik, berkedudukan di Pekerjaan Umum atau di Pengadilan. Ia m engajarnya m em baca. Bahkan dengan iringan sebuah piano tua m iliknya, diajarkannya pula m enyanyikan dua-tiga lagu asm ara. Tetapi Tuan Bovary yang tak peduli akan kesusastraan berkata, sem uanya itu tidak ada gunanya! Apakah m ereka akan m am pu m engirim nya ke sekolah negeri kelak, m am pu m em belikannya jabatan atau usaha perdagangan? Lagi pula, asal saja berani, seorang laki-laki selalu akan berhasil di dunia. Nyonya Bovary m enggigit bibir. Dan si anak berkeliaran di desa. Ia mengikuti para pekerja, dan dengan gumpalan-gumpalan tanah m engusir burung-burung gagak yang karena kaget terbang menghilang. Ia makan buah murbei sepanjang parit, menjaga kalkun dengan galah, mengumpulkan jerami pada waktu panen,

10 Gustave Flaubert menjelajahi hutan, kalau hujan main gundu di pintu gereja, dan kalau ada perayaan besar m em inta-m inta kepada pelayan gereja agar diperbolehkan m em bunyikan lonceng, supaya ia dapat bergelantungan pada tali besar dengan seluruh badannya dan m erasakan dirinya berjuntai-juntai dengan ayunannya. Ia tum buh subur bagaikan pohon. Tangannya m enjadi besar, warna kulitnya segar bugar. Ketika Charles berum ur dua belas tahun, ibunya berusaha supaya pelajarannya dapat dim ulai. Tugas itu diberikan kepada pastor. Tetapi waktu belajarnya begitu singkat dan tidak teratur, sehingga tak m ungkin besar m anfaatnya. Pelajaran diberikan pada saat-saat terluang, di tem pat penyim panan barang upacara gereja, sam bil berdiri, terburu-buru, antara pem baptisan yang ini dan pem akam an yang itu. Ataupun pastor m enyuruh panggil m uridnya sesudah doa Angelus bila ia tidak pergi ke m ana-m ana lagi. Mereka naik ke kamar pastor, dan masing-masing mengambil tem patnya. Nyam uk dan ngengat beterbangan m engelilingi lilin. Hawa panas. Charles tertidur. Dan pastor yang baik itu terlena, tangan m enyungkup perut. Dan tak lam a kem udian ia m endengkur dengan m ulut terbuka. Ada kalanya pula pastor itu dalam perjalanannya pulang setelah m em berikan sakram en penghabisan kepada seorang yang sakit di daerah itu, m elihat Charles berlarian di ladang. Dipanggil anak itu, dikhotbahinya selam a seperem pat jam dan dipakainya kesem patan itu untuk m enyuruh m uridnya m entasrifkan kata kerja pada kaki sebatang pohon. Hujan mengganggu mereka atau ada kenalan lewat. Selebihnya pastor itu selalu puas tentang Charles. Bahkan katanya, “anak m uda” itu kuat ingatannya. Pelajaran Charles tidak m ungkin hanya sam pai di sana. Ibunya tegas. Karena m alu atau barangkali lebih karena kesal, ayahanda m engalah tak m elawan. Tetapi m ereka m enanti satu tahun lagi sam pai sesudah kom uni pertam anya.

Nyonya Bovary 11 Masih enam bulan lagi berlalu. Tahun berikutnya Charles benar-benar dikirim ke sekolah di Rouen, diantar oleh ayahnya sendiri, pada akhir bulan Oktober waktu pekan raya Saint Rom ain sedang berlangsung. Kini tak ada seorang pun di antara kam i yang m asih ingat sedikit pun tentang dia. Tabiatnya biasa-biasa saja. Ia m ain pada waktu turun main, bekerja bila sedang jam belajar, di dalam kelas m endengarkan guru, tidur nyenyak di ruang tidur, m akan enak di ruang m akan. Yang bertanggung jawab atas dirinya di kota itu seorang pedagang besar barang besi di J alan Ganterie yang m engajaknya keluar sekali sebulan, pada hari Minggu, sesudah tokonya ditutup. Lalu m enyuruhnya jalan-jalan di pelabuhan m elihat-lihat kapal. Dan sudah m em ulangkannya ke sekolah waktu baru pukul tujuh, sebelum m akan m alam . Tiap Kam is m alam Charles m enulis surat panjang kepada ibunya, dengan tinta m erah dan tiga batang lak. Lalu ia m elihat kem bali catatan sejarahnya atau m em baca jilid lam a Anacharsis yang tergeletak di ruang pelajaran. Waktu kelasnya berjalan-jalan, ia bercakap- cakap dengan si pelayan yang seperti dia dari pedesaan asalnya. Karena rajinnya ia selalu dapat bertahan di kelas. Satu kali ia malahan memperoleh angka terbaik untuk ilmu hewan dan tum buh-tum buhan. Tetapi pada akhir tahun ketiga, orangtuanya m engam bilnya dari sekolah itu supaya ia dapat m enuntut ilm u kedokteran, karena m ereka yakin bahwa ia dapat belajar sendiri sampai ke tingkat bakaloreat. Ibunya m encarikan kam ar untuknya di arrondisem ent keem pat, di tepi Kali Eau-de-Robec, di tem pat tukan g celup, kenalannya. Ibunyalah yang m enyelesaikan urusan pem ondokannya, m encarikan perabotannya pula, sebuah m eja dan dua kursi, yang m endatangkan dari rum ah tem pat tidur tua dari kayu pohon m erisier, dan m em belikannya alat pem anas kecil dari besi tuang beserta bekal kayu bakarnya yang nanti harus

12 Gustave Flaubert m enghangatkan anaknya yang m engibakan hatinya itu. Lalu sem inggu kem udian ibunya pergi setelah m em beri seribu satu nasihat kepada Charles supaya berkelakuan baik, karena sekarang ia akan ditinggalkan seorang diri. J adwal pelajaran yang dibaca Charles di papan pengum um an m em usingkan kepalanya. Kuliah anatom i, kuliah patologi, kuliah isiologi, kuliah farmasi, kuliah kimia dan botanika, dan klinik, dan terapeutika. Belum lagi ilm u kesehatan atau pelajaran kedokteran. Sem ua nam a yang tidak ia ketahui etim ologinya, dan yang bagaikan sekian banyak pintu m enuju ke tem pat suci penuh keremangan agung. Ia tidak m engerti apa-apa. Betapapun tekunnya ia m engikuti kuliah, ia tidak paham-paham. Sekalipun begitu, ia bekerja. Buku-buku catatan dijilidnya, sem ua m ata kuliah diikutinya, tak satu kuliah praktik pun ditinggalkannya. Ia m enunaikan tugasnya sehari-hari seperti kuda penggilingan yang berputar-putar di tempat dengan mata ditutup, tetapi tak tahu apa-apa tentang pekerjaan giling-menggiling itu. Untuk m engurangi pengeluaran, ibunya setiap m inggu menitipkan kepada tukang pengantar sepotong daging anak sapi yang telah dibakar di tungku. Dan Charles m enyantapnya untuk makan siang setelah pulang dari rumah sakit, sambil mengentak- entakkan sol sepatu ke dinding. Lalu Charles harus lari ke kelas, lari ke amiteater, lari ke rumah orang jompo, lalu pulang kembali m elalui jalan-jalan yang itu juga. Malam hari, sesudah m akan yang disediakan sekadarnya oleh induk sem angnya, ia kem bali naik ke kam arnya dan kem bali bekerja, dalam pakaian basah- basah yang m engasap di badan, di depan alat pem anas yang merah membara. Pada m alam -m alam m usim panas yang cerah, waktu jalanan yang hangat sedang lengang, bila pem bantu-pem bantu rum ah main bola di ambang pintu, ia membuka jendela dan bersandar

Nyonya Bovary 13 bertopang dagu. Kali yang m em buat kota Rouen bagian ini m enjadi kota Venesia ukuran kecil yang jelek, m engalir di sana di bawahnya, kuning, ungu atau biru, di antara jem batan-jem batan dan pagar-pagarnya. Di tepinya buruh-buruh berjongkok, m encuci tangan di dalam air. Pada galah-galah yang dipasang di atas loteng-loteng, gulungan-gulungan kapas berjemuran di udara. Di depannya, di balik atap-atap, langit luas m em bentang hening, m atahari m erah m ulai terbenam . Rasa-rasanya nyam an di sana! Alangkah sejuknya di bawah gerom bolan pohon-pohon itu! Dan hidungnya dikem bangkannya untuk m enghirup bau sedap dari ladang yang sayangnya tidak sam pai ke tem pat ia berada. Ia bertam bah kurus. Badan n ya m em an jan g. Dan raut m ukanya m em bayangkan sem acam kesedihan yang m em buat wajah itu hampir menarik. Karena ia acuh tak acuh, dengan sendirinya lam bat laun ia m elepaskan segala keputusan yang pernah diam bilnya. Satu kali ia tidak hadir pada kunjungan klinik. Esok harinya ia tidak m asuk kuliah. Dan setelah m erasakan enaknya berm alas-m alas begitu, lama-kelamaan ia sama sekali tidak masuk lagi. Ia menjadi suka pergi ke kabaret dan gemar main domino. Mengurung diri setiap m alam di dalam tem pat um um yang kotor, membanting kepingan-kepingan dari tulang domba yang bertitik-titik hitam ke atas m eja m arm er, m enurut angga- pannya m erupakan bukti yang bagus untuk m em perlihatkan kem erdekaannya hingga bertam bahlah penghargaan terhadap dirinya. Seakan-akan berkenalan untuk pertam a kalinya dengan dunia. Seakan-akan m em asuki tem pat hiburan yang terlarang. Dan bilam ana ia m asuk, tangannya m em egang tom bol pintu dengan rasa girang penuh gairah. Maka segala perasaan yang tertekan di dalam jiwanya m engem banglah. Ia m enghafal bait- bait yang kem udian dinyanyikannya untuk sahabat-sahabat yang

14 Gustave Flaubert dia sukai, m en jadi gem ar akan Béran ger, belajar m em buat m inum an punch, dan akhirnya tahu apakah cinta itu. Berkat kerja persiapannya itu, ia gagal total pada ujian untuk menjadi perwira kesehatan. Malam itu juga ia ditunggu di rumah untuk m erayakan kelulusannya! Ia berangkat berjalan kaki, berhenti di dekat jalan masuk ke kotanya dan m enyuruh orang m em anggilkan ibunya, lalu m enceritakan segalanya. Ibunya m engam puninya dan melemparkan kegagalan pada ketidakadilan para penguji, lalu m encoba m em besarkan hati anaknya dan berjanji akan m enyelesaikan perkara itu. Baru lim a tahun kem udian Tuan Bovary m en getahui keben aran n ya. Sudah lam a, hin gga ia m enerim anya. Lagi pula m enurut pikirannya, tidak m ungkin seorang laki-laki keturunannya orang tolol. J adi, Charles kem bali bekerja dan tak habis-habisn ya m em persiapkan bahan ujian yang pertanyaan-pertanyaan dihafalnya dahulu. Ia pun diterim a dengan angka lum ayan. Betapa cerah hari itu bagi ibunya! Malam itu diadakan pesta makan besar-besaran. Di m anakah kepandaiannya itu dapat diam alkan? Di Tostes. Di sana hanya ada seorang dokter yang sudah lanjut um ur. Sudah lam a Nyonya Bovary m engintai-intai kem atiannya, dan sebelum m anusia yang baik itu angkat kaki, Charles sudah m enem pati rum ah di depannya sebagai penggantinya. Akan tetapi m em besarkan an ak, m em un gkin kan n ya mengikuti pelajaran kedokteran, dan menemukan Tostes sebagai tem pat m em buka praktiknya saja belum cukup. Perlu ada istri. Ibunya m enem ukan istri itu, janda seorang juru sita di Dieppe, um urnya em pat puluh tahun, pendapatan pribadinya seribu dua ratus franc. Meskipun rupanya buruk, m ukanya berbisul-bisul dan badannya sekurus papan, Nyonya Dubuc tidak kekurangan

Nyonya Bovary 15 pelam ar, tinggal m em ilih saja. Untuk m encapai m aksudnya, Nyonya Bovary harus m enyingkirkan m ereka sem ua. Ia m alah berhasil m enggagalkan dengan begitu lihainya m uslihat seorang penjagal babi yang m endapat dukungan para pendeta. Charles m en gira den gan perkawin an akan tercapailah keadaan yang lebih m enyenangkan. Dan dalam bayangannya, ia akan lebih bebas bergerak dan m em akai uangnya sesuai dengan kem auannya. Tetapi istrinyalah yang berkuasa. Di depan orang banyak Charles disuruhnya berkata begini dan tidak boleh berkata begitu, pada hari J umat tidak boleh makan daging, diharuskan berpakaian m enurut kem auan sang istri, atas perintah istrinya harus m engejar-ngejar pelanggan yang belum m em bayar. Nyonya Dubuc m em buka surat-surat untuk Charles, m engintai segala gerak-geriknya. Dan bila pasiennya perem puan, ia ikut m enyim ak dari balik dinding bagaim ana suam inya m em beri nasihat di kamar periksa. Setiap pagi istrinya harus m inum cokelat, harus dilayani tak sudah-sudahnya. Ia m engeluh tentang sarafnya, tentang dadanya, tentang air jaringan tubuhnya. Mendengar bunyi langkah, telinganya sakit. Orang pergi, ia m em benci kesepian. Orang datang kem bali, katanya pasti untuk m elihatnya m ati. Senja hari bilam ana Charles pulang, ia m engeluarkan kedua lengannya yang kurus panjang dari bawah selim ut, m erangkulnya. Dan sesudah menuruti perintah untuk duduk di tepi ranjang, menceritakan segala kesusahan hatin ya, Charles pasti lupa akan istrin ya, Charles cinta perem puan lain! Orang m em ang sudah bilang, wanita itu tidak bakal berbahagia. Dan pada akhirnya ia m inta obat untuk kesehatan dan cinta agak lebih banyak.

Bab II PADA SUATU malam, menjelang pukul sebelas, keluarga itu terbangun karena derap kuda yang berhenti tepat di depan pintu. Perempuan pembantu rumah tangga membuka jendela kamar lotengnya dan beberapa lama berbantah dengan seorang laki-laki yang tinggal di bawah, di jalan. Orang itu datang memanggil dokter. Ada suratnya. Nastasia turun tangga. Ia menggigil kedinginan. Ia membuka kunci dan palang pintu satu demi satu. Laki-laki itu membiarkan kudanya. Ia membuntuti si pembantu dan begitu saja ikut di belakangnya masuk kamar. Dari dalam songkok wolnya yang berumbai-rumbai warna kelabu ia mengambil sepucuk surat yang terbungkus dalam sepotong kain, lalu dengan hati-hati memberikannya kepada Charles yang menopangkan siku di atas bantal untuk membacanya. Nastasia di dekat ranjang memegang lam pu. Nyonya, karena m alu, terus m enghadap ke dinding membelakangi mereka.

Nyonya Bovary 17 Surat ini yang ditutup dengan cap kecil atas lak biru, m em inta dengan sangat supaya Tuan Bovary segera datang ke tanah pertanian Les Bertaux untuk m erawat kaki yang patah. Tetapi dari Tostes sam pai Les Bertaux, jalan yang harus ditem puh enam m il lebih m elalui Longueville dan Saint Victor. Malam pekat. Nyonya Bovary m uda khawatir suam inya akan kecelakaan. Maka diputuskan bahwa si tukang kuda tadi akan m endahuluinya. Charles akan m enyusul tiga jam kem udian, ketika bulan keluar. Ia akan ditunggu anak m uda yang nanti akan m enunjukkan jalan ke tempat pertanian dan membukakan pintu-pintu pagar. Menjelang pukul em pat pagi, Charles berangkat ke Les Bertaux, terbungkus hangat dalam m antelnya. Masih setengah mengantuk dari kehangatan tempat tidur, ia membiarkan diri terbuai-buai oleh kudanya yang lari dengan tenang. Apabila kuda itu berhenti sendiri di depan lubang-lubang yang terbentuk di tepi alur-alur yang sekelilingnya penuh duri, Charles terbangun kaget dan segera teringat akan kaki yang patah, lalu m encoba m engingat- ingat sem ua jenis patah kaki yang diketahuinya. Hujan sudah tidak turun lagi. Hari mulai terang. Dan di dahan-dahan pohon apel yang gundul-gundul, burung-burung bertengger dan tak bergerak dengan bulu-bulu kecilnya dikem bangkan untuk m enahan angin dingin pagi hari. Tanah ladang yang datar m em bentang sejauh mata memandang, dan gerombolan-gerombolan pepohonan sekitar tanah-tanah pertanian merupakan bintik-bintik ungu gelap yang terpancar berjauhan dalam keluasan abu-abu yang m enghilang di cakrawala, m enyatu dengan warna langit yang redup. Sekali-sekali Charles m em buka m atanya. Tetapi karena pikirannya m enjadi lelah dan kantuk kem bali dengan sendirinya, segera ia bagaikan terlena. Nam un dalam kelenaan itu perasaannya yang baru lalu bergalau dengan kenang-kenangannya sehingga ia m elihat dirinya berganda, pelajar sekaligus suam i, terbaring di ranjangnya seperti tadi, m elintasi bangsal-bangsal pasien yang

18 Gustave Flaubert habis dioperasi seperti dahulu. Bau hangat tapal-tapal tercam pur di dalam kepalanya dengan bau segar em bun. Terdengar olehnya gelang-gelang besi yang m eluncur di ruji ranjang sakit, serta istri- nya yang tidur.... Ketika ia m elintasi kota Vassonville, ia m elihat di pinggir parit anak laki-laki muda duduk di rerumputan. “Tuan dokter?” tanya anak itu. Dan ketika m endengar jawabannya, ia m enenteng sepatu bakiaknya, lalu lari m endahului Charles. Selama perjalanan, perwira kesehatan itu menangkap dari percakapan penunjuk jalannya bahwa Tuan Rouault agaknya pengusaha tanah pertanian yang term asuk berkecukupan sekali. Kakinya patah kem arin sore, waktu ia pulang sehabis m erayakan Pesta Raja-raja di tem pat salah seorang tetangga. Istrinya sudah m eninggal dua tahun lalu. Sekarang yang bersam anya hanyalah si nona yang m em bantunya m engurus rum ah. Alur-alur bekas tam bah dalam . Mereka sudah m endekati Les Bertaux. Lalu anak m uda itu m enyusup m asuk lubang di pagar, menghilang, tetapi muncul kembali di ujung halaman untuk m em buka palang pintu. Kuda terpeleset-peleset di rum put basah. Charles m enunduk supaya dapat lewat di bawah dahan-dahan. Anjing-anjing jaga di kandang m enggonggong m enarik-narik rantai m ereka. Ketika ia m asuk Les Bertaux, kudanya kaget dan melonjak ke samping. Tanah pertanian itu kelihatannya bagus. Di dalam kandang- kandang kuda, dari pintu-pintu yang daun atasnya terbuka tam pak kuda-kuda bajak, besar-besar, yang m akan dengan tenang dari tem pat m akan m ereka yang m asih baru-baru. Sepanjang gedung- gedung, onggokan-onggokan rabuk melebar menjulang tinggi, m engeluarkan asapnya. Dan di antara ayam -ayam dan kalkun- kalkun , lim a-en am ekor burun g m erak—kem ewahan tem pat pem eliharaan unggas di daerah Caux—m em atuk-m atuk di atas onggokan itu.

Nyonya Bovary 19 Kandang dom banya panjang lum bungnya tinggi, bertem bok licin sehalus tangan. Di los ada dua gerobak besar dan empat buah bajak bersam a cam buk-cam buknya, tali-tali leher dan sem ua pa- kaian kuda yang kain penutupnya dari wol biru sem akin kotor tiap kali kejatuhan debu halus dari loteng tem pat m enyim pan jerami kering. Halaman rumah melandai naik, ditanami pohon- pohon yang diatur supaya sim etris. Dan bunyi ria sekawanan angsa menggema dekat kolam. Seorang perem puan m uda yang m em akai gaun wol biru berlajur kerut susun tiga keluar di ambang pintu rumah kediaman untuk m enyam but Tuan Bovary. Ia m em persilakannya m asuk ke dapur yang apinya m enyala besar. Makanan untuk sarapan para pekerja sedang m endidih di sekelilingnya, di dalam periuk- periuk kecil berbagai ukuran. Beberapa pakaian basah sedang dijemur di dalam ruang cerobong. Sekop, supit arang, dan cucuk puputan angin, sem uanya berukuran besar sekali, berkilap-kilap seperti baja yang dikilapkan. Dan sepanjang dinding-dinding terpajang banyak sekali alat dapur yang m em antulkan nyala terang perapian dan sinar-sinar pertam a m atahari pagi yang m asuk dari kaca jendela dengan pantulan yang kadang berkilap- kilap kadang mengelip-ngelip. Charles naik ke tingkat pertam a untuk m em eriksa yang sakit. Ia m endapatkan pasiennya di ranjang, basah karena berkeringat di bawah selim ut-selim utnya, sedangkan songkoknya dari katun terbuang jauh. Orangnya pendek gem uk um ur lim a puluh tahun, berkulit putih, berm ata biru, kepalanya botak di bagian depan, di telinganya ada anting-anting. Di sam pingnya, di atas kursi, ada karaf besar berisi brendi yang sekali-sekali dim inum untuk sem angatnya. Tetapi begitu dilihatnya dokter datang, hilanglah kegem biraannya. Dan ia tidak lagi m encaci-m aki seperti yang telah dua belas jam dilakukannya, tetapi m erintih lem ah.

20 Gustave Flaubert Patah kakinya ternyata ringan, tak ada kom plikasi apa pun, Charles tak sam pai m engharapkan yang sem udah itu. Ia ingat tingkah guru-gurunya di sisi ranjang pasien yang terluka. Maka ia pun m enghibur pasiennya dengan segala m acam kata m anis, belaian ahli bedah yang bagaikan m inyak untuk m elum as pisau lansetnya. Karena ia perlu belat, salah seorang pergi m encari seikat kayu di bawah tem pat kereta-kereta. Charles m em ilih sebilah, m em belah-belahnya, m enghaluskannya de- ngan sepotong kaca, sedangkan seorang pelayan perem puan merobeki kain-kain untuk membuat pembalut dan Nona Emma berusaha m enjahitkan bantal-bantal kecil. Karena lam a kotak jahitannya tidak ditem ukan, ayahnya hilang kesabaran. Em m a tidak m enjawab, tetapi ketika m enjahit berkali-kali jari-jarinya tertusuk, lalu jari itu dirapatkan ke m ulut dan diisapnya. Charles heran m elihat betapa putih kuku Em m a. Kuku-kuku itu mengkilap, meruncing di ujung, lebih cermat dibersihkan daripada barang gading di kota Dieppe, dan seukuran buah badam . Tangannya sebenarnya tidak bagus, kurang pucat barangkali, dan agak kering di buku-bukunya; lagi pula terlalu panjang, dan tak ada lekuk-lekuk em puknya. Yang indah m atanya. Meskipun warnanya cokelat, kelihatannya seperti hitam lantaran bulu m atanya. Dan pandangannya terus terang m enem bus m ata dengan keberanian yang tulus. Setelah balutan selesai, dokter diundang oleh Tuan Rouault sendiri untuk ikut makan sedikit sebelum pergi. Charles turun ke ruang di bawah. Dua piring dan gelas minum dari perak telah disediakan di atas meja kecil, dekat kaki sebuah ranjang besar dengan langit-langit dari katun yang dihiasi gambar orang-orang Turki. Harum bunga iris dan bau kain seprai yang m asih basah tercium dari lem ari tinggi berbahan kayu chêne yang berhadapan dengan jendela. Di lantai di pojok- pojok bertum puk karung-karung gandum yang tidak term uat di

Nyonya Bovary 21 loteng tidak jauh dari situ. Loteng itu dapat dim asuki setelah naik tiga anak tangga dari batu. Untuk menghiasi ruangan tadi, maka di tengah-tengah tem bok yang cat hijaunya m engelupas karena salpeter, digantungkan pada paku gam bar kepala Minerva yang digam bar dengan krayon hitam , berbingkai warna em as, dan yang di bawahnya ditulisi dengan huruf-huruf Gotik, “Untuk Ayahanda t er sa ya n g”. Mereka mula-mula bicara tentang si sakit lalu tentang cuaca, tentang hari-hari yang dingin sekali udaranya, tentang serigala- serigala yang berkeliaran di ladang-ladang pada waktu m alam . Nona Rouault tidak begitu senang di pedesaan, apalagi sekarang tugas m engurus tem pat pertanian itu ham pir seluruhnya m enjadi tanggungan ia seorang. Karena ruang itu sejuk, ia m enggigil waktu m akan, sehingga bibirnya yang padat, yang m enurut kebiasaannya digigit-gigitnya pada saat-saat ia berdiam diri, agak merekah. Lehernya m enyem bul dari kerah putih yang rebah. Ram butnya terbelah di tengah-tengah oleh garis tipis yang m em benam sedikit mengikuti lengkung tempurung kepala dan kelebatan rambut hitam nya yang disisir ke belakang itu begitu halus dan licin hingga kelihatan seakan-akan utuh. Telinga hanya ujungnya saja yang tam pak. Lalu ram but itu di belakang m engum pul m enjadi satu m em bentuk sanggul berat, dengan gerak yang m engom bak ke arah pelipisnya. Yang seperti itu dilihat dokter baru sekali ini seum ur hidupnya. Tulang pipi si nona berwarna m erah m uda. Di antara dua kancing blusnya, seperti laki-laki, terselip sebuah kaca m ata jepit dari penyu. Ketika Charles kem bali ke dalam ruang itu setelah m inta diri pada Tuan Rouault, ia menemukan Emma sedang berdiri dengan dahi m enyentuh kaca jendela, m em andangi halam an. Di halaman, tonggak-tonggak penunjang tanaman buncis telah tumbang oleh angin. Emma membalikkan badan.

22 Gustave Flaubert “Ada yang Tuan cari?” tanya Em m a. “Cam buk saya. Anda tahu di m ana?” jawab Charles. Lalu ia m eraba-raba di ranjang, di balik pintu-pintu, di bawah kursi-kursi. Cam buk itu terjatuh ke lantai di antara karung- karung dan tem bok. Nona Em m a m elihatnya, lalu m em bungkuk ke atas karung-karung gandum . Karena ingin m enolong, Charles datang bergegas. Dan ketika ia pun m enjulurkan lengannya seperti Em m a, terasa olehnya dadanya m enyentuh punggung gadis itu yang sedang m em bungkuk di bawahnya. Gadis itu kem bali tegak, m erah m ukanya. Ia m em andang Charles dari atas bahunya, sam bil m engulurkan cam buk itu kepadanya. Bovary kem bali ke Les Bertaux bukan tiga hari kem udian sebagaim ana dijanjikannya, tetapi sudah esok harinya. Lalu secara teratur ia datang dua kali seminggu, tidak terhitung kunjungan-kunjungannya yang m endadak, sekali-sekali, seakan- akan tak disengaja. Selain itu sem uanya berlangsung baik. Kesem buhan berjalan sebagaim ana m estinya. Dan waktu sesudah em pat puluh enam hari Tuan Rouault terlihat mencoba-coba berjalan sendiri di dalam rum ah, orang m ulai m enganggap Tuan Bovary sebagai seorang yang tinggi kepandaiannya. Kata Tuan Rouault, dokter- dokter ulung dari Yvetot, bahkan yang dari Rouen sekalipun, tidak akan lebih pandai m enyem buhkannya. Charles sen diri tidak sam pai bertan ya kepada dirin ya sendiri, m engapa ia datang ke Les Bertaux dengan senang hati. Seandainya terlintas dalam pikirannya, pasti akan dikatakan sem angatnya itu disebabkan m engingat parahnya penyakit itu, atau barangkali m engingat keuntungan yang diharapkan. Akan tetapi apa m em ang karena itukah kunjungan-kunjungannya ke tem pat pertanian itu m erupakan keistim ewaan yang m anis dalam kesibukan hidupnya yang hina itu? Pada hari-hari itu, Charles bangun pagi-pagi, berangkat m enderapkan kudanya,

Nyonya Bovary 23 m endorong-dorong tunggangannya, lalu turun sebelum m asuk untuk m enyeka kakinya di rum put dan m em akai sarung tangan hitam nya. Ia suka m asuk ke halam an rum ah itu dan m erasakan pintu pagar yang berat m elawan dorongan bahunya, m endengar ayam jago yang berkeruyuk di atas tem bok, m elihat bujang- bujang datang m enyam butnya. Ia suka pada gudang-gudang dan kandang-kandang kuda, ia suka pada Tuan Rouault yang m enjabat tangannya kuat-kuat dan m enyebutnya penyelam at. Ia suka pada kelom -kelom kecil kepunyaan Nona Em m a di atas ubin dapur yang habis dicuci bersih. Karena tum itnya tinggi, Emma kelihatan lebih besar sedikit. Dan bila ia berjalan di muka Charles, sol-sol kayunya yang cepat terangkat kem bali, m enepuk kulit botnya dengan bunyi kering. Nona Em m a selalu m engantarnya sam pai ke anak tangga yang pertam a di depan rum ah. Apabila kuda Charles belum diantarkan, gadis itu ikut m enunggu di sana. Charles sudah berpamitan dan mereka tidak bicara lagi. Udara lepas mengelilingi si gadis, bermain-main dengan rambut-rambut pendek di tengkuknya, atau m eniup kian kem ari tali celem ek di pinggulnya yang berkibar-kibar seperti ular-ular. Pada suatu hari waktu salju mulai mencair, kulit pohon-pohon berkeringat di pelataran, salju di atas gedung-gedung meleleh, si gadis berdiri di ambang pintu. Ia m asuk m engam bil payungnya. Dibukanya payung itu yang bila ditem bus sinar m atahari, berubah-ubah warnanya seperti tem bolok burung dara dan m enerangi kulit putih wajahnya dengan bayangan lincah. Di bawah kehangatan yang lem but itu si gadis tersenyum . Dan butiran-butiran air terdengar jatuh tetes dem i tetes ke atas kain sutra yang terentang. Waktu m ula-m ula Charles m engunjungi Les Bertaux, Nyonya Bovary m uda tidak lupa m enanyakan si sakit. Sam pai-sam pai di dalam pem bukuannya yang dibuat dalam dua eksem plar, dipilihnya halam an putih bersih untuk Tuan Rouault. Tetapi ketika

24 Gustave Flaubert ia m engetahui bahwa ada anak gadisnya, ia m encari keterangan. Ia m endapat tahu bahwa Nona Rouault yang dibesarkan di biara, di tem pat biarawati-biarawati Ursulin, telah m endapat apa yang dikatakan orang pendidikan yang baik. Karena itulah ia pandai menari, pandai ilmu bumi, menggambar, membuat permadani, dan m endentingkan piano. Keterlaluan! “J adi,” dem ikian ia m em batin, “karena itulah m ukanya selalu berseri-seri kalau ia m au pergi m engunjunginya? Karena itulah ia m em akai rom pinya yang baru, biarpun rusak nanti karena hujan? Ah! Perem puan itu!” Dengan perasaan nalurinya, ia m em benci si nona. Mula- mula ia melegakan dada dengan melancarkan sindiran-sindiran. Charles tidak m engerti. Kem udian dengan celaan di sini, sentilan di sana, yang dibiarkan Charles berlalu karena takut akan badainya. Akhirnya dengan teguran-teguran sengit tanpa tedeng aling-aling yang Charles tidak tahu bagaim ana m enjawabnya. “Mengapa ia pergi lagi ke Les Bertaux, padahal Tuan Rouault sudah sem buh dan orang itu belum juga m em bayar? Ah! Karena di sana ada ‘seseorang’, orang yang berpendidikan, pandai bercakap-cakap dan m enyulam . Itulah yang digem arinya. Yang dicarinya nona- nona dari kota!” Lalu sam bungnya, “Anak Tuan Rouault, nona dari kota! Om ong kosong! Kakek m ereka seorang gem bala. Dan m ereka m em punyai saudara sepupu yang nyaris diseret ke pengadilan karena telah m em ukul orang seenaknya waktu bertengkar. Buat apa berlagak begitu. Atau m em perlihatkan diri di gereja tiap hari Minggu dengan gaun sutra, seperti putri ningrat. Tetapi perlu dikasihani juga orang tua itu. Sekiranya tak ada tanam an kolza-nya tahun yang lalu, ia pasti sudah kesusahan benar m em bayar tunggakannya!” Karena jem u, Charles tidak lagi pergi ke Les Bertaux. Sesudah banyak sedu sedan dan peluk cium , dalam luapan asm ara yang m ahabesar, Heloïse telah m em buat Charles bersum pah, dengan

Nyonya Bovary 25 tangan di atas buku doa, bahwa ia tidak akan ke sana lagi. Charles m enurut. Nam un rasa rindunya yang kuat m em berontak terhadap kepatuhannya itu. Dan dengan semacam kemunaikan naif, ia m enganggap bahwa larangan m elihat gadis itu justru m em berinya hak untuk m encintainya. Lagi pula si janda itu kurus. Ia rakus. Apa pun m usim nya, ia m em akai syal kecil hitam yang ujungnya jatuh di antara tulang belikatnya; pinggangnya yang keras tersalut gaun-gaun model tabung, terlalu pendek, sehingga m em perlihatkan m ata kakinya dengan pita-pita dari sepatunya yang lebar bersilangan di atas kaus kakinya yang abu-abu. Ibu Charles kadang-kadang datang m enengok. Dan setelah beberapa hari, agaknya sang m enantu telah m em buatnya seia sekata. Lalu bagaikan dua bilah pisau, m ereka m enjadikan Charles korban dari tutur kata dan ucapan m ereka. Salah ia m akan sebanyak itu! Buat apa ia selalu m engajak m inum sem barang orang yang datang! Keras kepala benar tidak m au m em akai baju lanel! Pada awal musim semi terjadilah peristiwa, seorang notaris di Ingouville, pem egang harta kekayaan janda Dubuc, pada suatu hari yang baik m enghilang sam bil m em bawa sem ua uang yang ada di kantornya. Heloïse m em ang m asih m em iliki rum ah yang di J alan Saint Francois, selain saham sebuah kapal yang diperkirakan bernilai enam ribu franc. Meskipun begitu, dari kekayaan ini yang dahulu dengan lantang digem bar-gem borkan ke luar, tak sedikit pun yang tam pak di dalam rum ah tangganya sekarang, kecuali barangkali beberapa alat rumah tangga dan beberapa helai pakaian tua. Hal itu perlu diusut. Rumah di Dieppe ternyata sudah dirongrong hipotek sam pai dengan tiang- tiangnya. Beberapa yang dititipkan kepada notaris itu hanya Tuhanlah yang tahu. Dan bagiannya dalam perahu itu tidak lebih dari seribu écu. J adi, ia telah berdusta, nyonya yang m ulia itu! Karena jengkel, Tuan Bovary tua m em bantingkan kursi ke

26 Gustave Flaubert ubin sam pai patah berkeping-keping, m enuduh istrinya telah mencelakakan anak mereka karena dijadikan pasangan dari kuda tua bangka sem acam itu, yang seluruh abah-abahnya belum senilai kulitnya. Mereka pergi ke Tostes. Ada penjelasan. Tim bul pertengkaran. Heloïse dengan sedu sedan lari ke dalam pelukan suam inya dan m inta, m endesak, supaya ia dilindungi terhadap orangtuanya. Charles hendak angkat bicara untuk m em belanya. Orangtuanya m arah-m arah. Lalu pergi. Akan tetapi “pukulan telah kena”. Delapan hari kem udian, waktu menjemur kain di pekarangan, Heloïse muntah darah. Dan esok harinya ketika Charles sedang m em belakanginya untuk m enutup tirai jendela, ia berseru, “Ya Tuhan!” m elontarkan desah, lalu jatuh pingsan. Ia mati! Mengherankan! Sesudah upacara di kuburan selesai, Charles pulang ke rum ah. Di bawah tak dijum painya seorang pun. Ia naik ke tingkat satu. Di kam ar tidur ia m elihat gaun Heloïse yang m asih tersam pir di ranjang. Ia duduk m enyandar pada m eja tulis dan tinggal sam pai senja, terbuai renungan yang m enyedihkan. Betapapun, Heloïse m encintainya.

Bab III PADA SUATU hari, Tuan Rouault datang mengantarkan uang kepada Charles sebagai upah untuk kakinya yang sudah sembuh, tujuh puluh lima franc berupa mata uang empat puluh sou, dan seekor kalkun. Ia tahu Charles sedang kesusahan. Ia menghibur sed a p a t -d a p a t n ya . “Saya tahu apa artinya!” katanya sam bil m enepuk-nepuk bahu Charles. “Saya dahulu juga seperti Anda! Waktu kehilangan m endiang istri saya, saya pergi ke ladang untuk tinggal seorang diri. Saya terhenyak di kaki pohon. Saya m enangis. Saya m enyebut- nyebut Tuhan. Saya katakan yang bukan-bukan kepada-Nya. Saya ingin m enjadi seperti tikus-tikus m ondok yang saya lihat di dahan-dahan, yang perutnya pada akhirnya pecah karena penuh diriapi ulat. Dan apabila saya pikirkan bahwa orang-orang lain pada saat itu ada bersam a istri m ereka yang tersayang, sedang m em eluki m ereka erat-erat, saya sentak tongkat saya dengan keras ke tanah. Saya seolah-olah m enjadi gila sehingga tidak lagi

28 Gustave Flaubert m au m akan. Bahkan m em bayangkan pergi ke warung kopi saja, saya sudah m uak—takkan percaya Anda. Tetapi, pelan-pelan sekali, hari silih berganti. Sehabis musim dingin tiba musim sem i. Lewat m usim panas, datang m usim gugur. Dan luluslah waktu sejimpit-sejimpit, sececah-sececah. Hilang sudah. Pergi. Terbenam , m aksud saya. Karena selalu m asih ada saja sedikit yang tinggal pada dasarnya, seakan-akan—sebagaim ana kata orang—ada berat, di sini, yang m enekan di dada! Tetapi karena begitulah nasib kita semua, jangan kita biarkan diri merana, dan karena yang lain-lain sudah m ati, lalu ingin juga m ati saja.... Tuan Bovary, Tuan harus m enyadarkan diri, sem ua ini akan lewat! Datanglah ke tem pat kam i. Anak saya, Tuan tahu, kadang kala m em ikirkan Anda, katanya, begitu saja Tuan m elupakan dia. Sebentar lagi m usim sem i. Kam i m au m engundang Anda berburu kelinci di tam an perburuan supaya agak terhibur.” Charles m enuruti nasihatnya. Ia datang lagi ke Les Bertaux. Segala-galanya ditem ukan kem bali seperti kem arinnya, seperti lim a bulan yang lalu artinya. Pohon-pohon pir sudah berbunga. Dan Tuan Rouault yang sekarang dapat berdiri lagi, m ondar- mandir lalu lalang, sehingga pertanian itu menjadi lebih ramai. Oleh sebab dianggap kewajiban sebanyak-banyaknya m em perlihatkan budi baiknya kepada Pak Dokter yang sedang dirundung sedih itu, Rouault berkata bahwa Charles, tidak usah m em buka topinya. Ia bicara kepadanya dengan suara rendah seolah-olah Charles sedang sakit. Bahkan ia pura-pura m arah karena Charles tidak disediakan m akanan yang lebih ringan seperti um pam anya krim atau setup buah pir. Ia m engeluarkan segala m acam cerita. Charles sam pai kaget m endengar dirinya sendiri ketawa lagi. Tetapi tiba-tiba kenangan pada istrinya tim bul kem bali dan Charles m enjadi m urung. Kopi pun dihidangkan. Terlupa lagilah kenangan itu.

Nyonya Bovary 29 Makin terbiasa ia hidup sendiri, makin kurang ia memikirkan kesedihan n ya. Karen a perasaan sen ang perasaan yang baru baginya akibat kebebasannya, ia segera lebih betah m enanggung kesepian. Sekarang ia seenaknya dapat m engubah jam m akan, pulang atau pergi tanpa memberi alasan, dan merebahkan diri m enjulurkan keem pat anggota badannya m em enuhi seluruh ranjang. Maka ia m em perm anjakan diri, m enyenang- nyenangkan diri, dan m enerim a dengan suka hati hiburan yang diberikan kepadanya. Lagi pula kem atian istrinya tidak sedikit m enguntungkan praktiknya, karena sebulan lam anya orang m engulang-ulangi terus, “Kasihan, anak m uda itu! Sial benar ia!” Nam anya tersebar. Pasiennya bertam bah banyak. Dan ia dapat pergi ke Les Bertaux sesuka hatinya. Di dalam kalbunya ada harapan tanpa sasaran, kebahagiaan yang sam ar-sam ar. Bila ia m enyikat cam bangnya di depan kaca, m ukanya m enurut perasaannya kelihatan lebih m enyenangkan. Pada suatu hari ia datang pada lebih kurang pukul tiga. Semua orang sedang di ladang. Ia masuk ke dapur, tapi tidak seketika melihat Emma. Daun-daun jendela luar tertutup. Sinar-sinar m atahari yang melalui celah-celah papan menjalar ke lantai, melebar tipis, m enyentuh ujung-ujung perabot, dan bergetar-getar di langit- langit. Di m eja beberapa ekor lalat sedang m erayapi gelas-gelas yang habis dipakai, dan m endengung-dengung bila tenggelam ke dalam sisa m inum an cider di dasarnya. Terang m atahari yang m asuk dari cerobong m em beri kilau beledu pada jelaga di dalam nya, dan m ewarnai abu yang sudah dingin dengan warna kebiru-biruan. Di antara jendela dan perapian, Emma sedang m enjahit. Ia tidak m em akai selendang. Di bahunya yang telanjang kelihatan titik-titik halus keringatnya. Seperti adatnya di pedesaan, Em m a bertanya apakah Charles m au m inum . Charles m enolak. Em m a m endesak. Dan akhirnya sam bil tertawa m engajaknya m inum sopi m anis bersam a-sam a.

30 Gustave Flaubert Ia m engam bil botol m inum an Curaçao dari lem ari. Ia m eraih dua seloki, m engisi yang satu sam pai penuh, m enuangkan beberapa tetes ke dalam yang lain. Lalu setelah m enyentuhkan selokinya pada seloki Charles, ia m engangkat gelas ke bibirnya. Karena gelas ham pir tak ada isinya, ia m endongak untuk m inum . Dan dengan kepala tengadah, bibir dim onyongkan, leher terjulur, ia tertawa karena tak ada yang tercicip olehnya, lalu ujung lidahnya m enjulur di antara giginya yang m erintik, m enyentuh dasar gelas dengan jilatan-jilatan kecil. Em m a duduk kem bali, m eneruskan pekerjaannya, kaus kaki dari katun putih yang sedang ditisiknya. Ia bekerja dengan kepala m enunduk. Ia tidak bicara. Charles pun tidak. Hawa yang m asuk dari bawah pintu m enerbangkan debu sedikit di ubin. Charles m elihat debu itu terseret-seret. Dan yang didengarnya hanyalah deburan darah di kepalanya, serta di kejauhan kokok ayam yang bertelur di halam an. Em m a, sekali-sekali, m enyejukkan pipinya dengan telapak tangan yang sesudah itu didinginkannya kem bali pada tom bol besi tem pat kayu bakar perapian. Ia mengeluh karena sejak permulaan musim itu sering pusing-pusing. Ia bertanya apakah ada m anjurnya jika ia m andi- m andi di laut. Ia m ulai bicara tentang biaranya, Charles tentang sekolahnya. Dan berluncuranlah kata-kata m ereka. Mereka naik ke kam ar Em m a. Gadis itu m em perlihatkan buku-buku m usiknya yang lam a, buku-buku kecil yang dihadiahkan kepadanya, dan karangan daun-daun chêne yang terlupakan di dalam lem ari, di bawah-bawah. Ia bicara tentang ibunya, tentang kuburan, m enunjukkan petak bunga yang kem bangnya ia petik setiap bulan pada hari J um at pertam a untuk diletakkan di pusara ibunya. Akan tetapi tukang kebun m ereka tidak pandai m erawatnya. Pekerjaannya benar-benar kurang m em uaskan! Sebenarnya ia ingin sekali tinggal di kota, sekalipun hanya selam a m usim dingin saja. Meskipun boleh jadi panjangnya hari-hari cerah m em buat

Nyonya Bovary 31 pedesaan lebih menjemukan lagi dalam musim panas. Dan tergantung dari apa yang sedang diceritakannya, m aka suaranya terang, tajam , atau tiba-tiba lem as lesu m erendahkan alunnya, dan m enghilang m enjadi bisikan bila ia bicara untuk dirinya sendiri. Kadang-kadang ia bergem bira, m atanya dibelalakkan dengan naif, lalu dengan kelopak m ata disipitkan, pandangannya penuh rindu, pikirannya m enerawang. Malam hari waktu Charles pulang dari Les Bertaux, satu per satu ia m engulang-ulangi kalim at-kalim at yang telah diucapkan Em m a dan m encoba m engingatnya kem bali, m engisi m aknanya, supaya ia dapat m enyusun kem bali bagian kehidupan yang dilalui Em m a sebelum Charles berkenalan dengan dirinya. Nam un tak pernah ia berhasil m em bayangkan Em m a yang lain dari Em m a yang dilihatnya untuk kali pertam a dulu atau yang baru saja ditinggalkannya tadi. Lalu ia ingin tahu bagaim ana kiranya kelak bila Em m a sudah kawin, dan dengan siapa kawinnya? Susahnya, Tuan Rouault sungguh kaya, dan Em m a sendiri... sungguh cantik! Tetapi wajah Em m a selalu m uncul kem bali di ruang m atanya. Dan sebuah suara yang senada bagaikan dengkur gasing, selalu m engiang-ngiang di telinganya, Bagaim ana kalau engkau y ang m engaw ininy a! Bagaim ana! Malam hari, ia tidak tidur-tidur. Kerongkongannya seolah-olah tersum bat. Ia kehausan. Ia bangun untuk m eneguk air dari kan. Lalu ia m em buka jendela. Langit bertaburan bintang, angin m enyilir hangat, di kejauhan anjing- anjing menggonggong-gonggong. Ia memalingkan kepala ke arah Les Bertaux. Karena m enurut pikirannya bagaim anapun ia tidak akan rugi apa-apa, Charles berjanji di dalam hati akan m em inangnya apabila ada kesempatan baik. Tetapi setiap kali kesempatan itu m uncul, karena takut tidak akan m enem ukan kata-kata yang selayaknya, bibirnya terkatup.

32 Gustave Flaubert Tuan Rouault sebenarnya tidak akan m enyesal sekiranya ia dibebaskan dari anak gadisnya yang ham pir tidak ada guna baginya di dalam rum ah. Di dalam hatinya ia tidak m enyalahkan anaknya karena m enurut anggapannya, Em m a terlalu pintar untuk bertani, pekerjaan yang agaknya terkutuk oleh surga, sebab tak pernah ada orang tani jutawan. Pekerjaan itu sama sekali tidak m em buatnya kaya. Ia tiap tahun rugi. Sebab m eskipun ia unggul dalam pem asaran karena m enyukai m uslihat-m uslihat perdagangan, untuk pekerjaan bercocok tanam itu sendiri dan untuk mengelola usaha pertanian, ia kurang cocok dibandingkan dengan siapa pun. Ia tidak suka m enyingsing lengan, dan tidak berhemat-hemat dalam pengeluaran untuk segala keperluan hidupnya. Maunya m akan lezat, badannya hangat, tidurnya nyenyak. Ia suka m inum an cider yang sudah lam a disim pan, m asakan kaki dom ba yang setengah m atang, kopi cam pur m inum an keras yang dikocok lam a-lam a. Ia m akan di dapur, seorang diri, di depan api, pada sebuah m eja kecil yang diantarkan kepadanya dengan m akanan yang sudah siap terhidang seperti di p a n ggu n g. J adi, waktu ia m elihat Charles m em erah pipinya dekat anak gadisnya, artinya sebentar lagi bakal ada lam aran, ia sudah m ulai m em ikir-m ikirkan. Benar, Charles m enurut pendapatnya agak kerem peng dan bukan seperti itulah m enantu yang diharapkannya, tetapi kata orang, ia berkelakuan baik, hem at, sungguh pandai, dan pasti tidak akan terlalu banyak tawar- menawar mengenai harta bawaan Emma. Nah, oleh karena Tuan Rouault tak lama lagi akan dihadapkan pada kemungkinan harus m enjual dua puluh are “m iliknya”, sebab utangnya kepada tukang batu banyak, banyak pula kepada tukang pelana, dan sebab gagang alat pem eras anggur harus diganti, batinnya, Kalau ia m em inang putriku, akan kukabulkan.

Nyonya Bovary 33 Pada hari-hari Saint-Michel, Charles tinggal di Les Bertaux selama tiga hari. Hari penghabisan berlangsung seperti hari-hari sebelum nya, ditunda-tunda seperem pat jam dem i seperem pat jam . Tuan Rouault m engantarnya. Mereka berjalan-jalan di salah satu jalan yang legok. Sebentar lagi m ereka akan berpisah. Inilah saatnya. Charles m em beri dirinya waktu sam pai di ujung pagar, dan akhirnya sudah m elewati pagar. “Tuan Rouault,” gum am nya, “saya ingin m engatakan se- suatu.” Mereka berhenti. Charles bungkam . “Sudahlah! Ceritakan saja. Bukankah saya sudah tahu?” kata Tuan Rouault sambil tertawa kecil. “Tuan Rouault, Tuan Rouault...” gagap Charles. “Kalau saya, tidak ada yang lebih baik yang saya harapkan,” kata si petani lagi. “Meskipun si upik pasti sam a pikirannya dengan saya, tapi pendapatnya harus ditanyakan juga. Sana, pergilah—saya akan pulang ke rum ah. Kalau dia m engatakan ‘ya’—dengarkan baik-baik—tak usah Anda kem bali karena m asih ada tam u. Lagi pula nanti hatinya terlalu bingung. Tetapi supaya Anda tidak usah terlalu lam a dim akan rasa gelisah, daun penutup jendela luar akan saya buka lebar-lebar sam pai m erapat ke tem bok. Anda dapat m elihatnya dari belakang kalau m enjulurkan kepala ke atas pagar.” Ia pergi. Charles m enam batkan kudanya pada sebatang pohon. Ia lari untuk berdiri di jalan setapak. Ia menanti. Setengah jam berlalu. Kem udian ia m enghitung sem bilan belas m enit di jam tangannya. Tiba-tiba terdengar bunyi benda m enggebrak tem bok. Daun jendela luar terbuka lebar. Gerendelnya m asih bergetar. Esok harinya, dari pukul sem bilan ia sudah kem bali di tem pat pertanian. Em m a m erah m ukanya ketika ia m asuk. Tetapi gadis itu m em aksa diri tertawa sedikit untuk m enyem bunyikan

34 Gustave Flaubert m alunya. Tuan Rouault m em eluk bakal m enantunya. Mereka m ulai m em bicarakan lagi urusan kepentingan m ereka. Bukankah m asih banyak waktu, karena tidak pantaslah diadakan perkawinan sebelum m asa perkabungan bagi Charles berakhir, artinya sam pai m usim sem i tahun yang akan datang? Musim dingin berlalu dengan ternanti-nanti. Nona Rouault sibuk dengan perlengkapan pakaian m em pelainya. Sebagian dipesan di Rouen. Dan ia sendiri membuat baju-baju tidur dan kudung-kudung tidur menurut gambaran-gambaran model yang dipinjam nya. Bila Charles datang berkunjung di tem pat pertanian, mereka membicarakan persiapan-persiapan untuk perkawinan, mereka mempersoalkan di ruang mana jamuan makan akan diadakan. Mereka mengangankan jumlah hidangan yang perlu disediakan. Dan apa saja hidangan pem bukanya. Em m a, sebaliknya, ingin m engikat perkawinan pada te- ngah m alam , diterangi cahaya obor. Nam un Tuan Rouault tidak mengerti pikiran semacam itu. Maka dilangsungkanlah pesta perkawinan yang dihadiri oleh em pat puluh tiga undangan. Enam belas jam mereka dijamu di meja makan. Dilanjutkan lagi esok harinya. Dan m asih juga sedikit-sedikit pada hari-hari berikutnya.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook