Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore series 2 grup 2

series 2 grup 2

Published by Dina Widiastuti, 2021-03-04 23:47:37

Description: series 2 grup 2

Search

Read the Text Version

luar kelas sesuai dengan kenyamanan 201 yang diinginkan masing-masing kelompok. Hal ini dilakukan dengan asumsi peserta didik merasa nyaman dan bebas mengeksplor seluruh kemampuan. 4. • Finalisasi pembuatan alat peraga hukum 15 maret 2016 pascal. Setelah selesai pembuatan alat peraga hukum pascal, peserta didik menyiapkan media presentasi berupa power point. Menghasilkan alat peraga pascal hukum pascal yang dapat membuat pembelajaran fisika menjadi mengasyikkan itu yang menjadi prioritas utama. 5. • Presentasi konsep hukum pascal, hasil 21 maret 2016 pembuatan alat peraga, contoh soal dan laitihan soal. Peserta didik terlihat sangat antusias saat presentasi berlangsung. Para penyaji terlihat percaya diri saat presentasi karena mereka merasa menguasai konsep tentang hukum pascal, mereka tahu betul penerapan prinsip hukum pascal dalam kehidupan sehari- hari karena mereka mengalami langsung. Para peserta atau audien juga terlihat antusias saat sesi tanya jawab. Mereka berlomba-lomba aktif mengambil bagian untuk bertanya. Ini merupakan salah satu indikator bahwa konsep hukum pascal beserta penerapannya sudah mereka kuasai. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia

6. • Melanjutkan presentasi konsep hukum 22 maret 2016 pascal, proses pembuatan alat peraga, prinsip kerja alat peraga, latihan soal dan kesimpulan dari semua kegiatan yang mereka lakukan. • Pengambilan video pembelajaran saat di kelas, ini dilakukan untuk memotivasi peserta didik agar lebih aktif pada saat proses belajar mengajar, karena keaktifan mereka terekam langsung oleh video, yang akan digunakan sebagai salah satu dasar penilain guru. Setelah presentasi guru bersama-sama dengan peserta didik membuat kesimpulan akhir dari hasil keseluruhan presentasi. Pembelajaran diakhiri dengan guru memberikan tugas koqnitif yang harus diselesaikan peserta didik. 7. • Pengumpulan alat peraga hukum pascal, 28 maret 2016 media presentasi power point, video pembuatan alat peraga dan video pembelajaran saat presentasi di kelas. pelaksanaan evaluasi (ulangan harian).. 3) Tahap Refleksi Kegiatan refleksi ini dilaksanakan sebelum peserta didik melaksanakan presentasi di kelas. Dengan melihat video pembuatan alat peraga serta alat peraga Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 202

yang masih belum jadi, guru memberikan bimbingan dan masukan demi sempurnanya alat peraga yang dihasilkan. 3. Hasil atau Dampak yang dicapai dari Strategi yang dipilih Pada pelaksanaan pembelajaran dengan teknik pembuatan alat peraga hukum pascal oleh peserta didik SMA Negeri 2 Trenggalek ternyata membawa dampak yang sangat baik antara lain: 1. Peserta didik merasa bahwa ternyata belajar fisika itu mengasyikkan setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan teknik pembuatan alat peraga hukum pascal. Mereka antusias sekali dalam pembuatan alat peraga hukum pascal.. 2. Peserta didik terlihat berupaya membuat alat peraga dan video pembelajaran sesempurna mungkin, karena alat peraga yang bagus dan sesuai dengan prinsip hukum pascal merupakan salah satu indikator bahwa mereka telah menguasai konsep hukum pascal. Sedangkan video pembuatan alat peraga yang mereka hasilkan merupakan bukti bahwa alat yang mereka hasilkan adalah murni karya sendiri. 3. Peserta didik terlihat aktif pada saat presentasi dan pada sesi tanya jawab, karena mereka merasa menguasai materi. Adapaun hasil belajar yang diperoleh peserta didik dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut: NO NAMA NILAI 1 Ali Nur Azis 100 2 Anggi Febriana R U 95 3 Anila Rizqi 90 4 Aulia Rahmasari 95 5 Avinda Zakcy R 90 6 Bobby Mahendra P 90 7 Dewi Fitria Sari 90 8 Dhea Nova Malinda 80 9 Dony Uyung Nur C 85 Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 203

10 Ella Aurelya 95 11 Farid Tommy Laksana 95 12 Fuad Bagus Setiawan 100 13 Hafidz Farosy I N 100 14 Icon Yohna Baskhara 90 15 Ilham Ristya Mukti 90 16 Kharisma Nur Hakiki 90 17 Kiki Mila P 90 18 Kiki Widyas M 95 19 Kurnia Dwi Cahyani 95 20 Levina Rihadatul A 100 21 Maharani Indah Saputri 85 22 Nia Nurkhanifah 85 23 Nurhidayati Rofiah M 95 24 Osa Dwi Jayanti 90 25 Pandu Surya Mahendra 90 26 Primus Sari Javana C 95 27 Putri Solehana P 85 28 Rinaldi Benny H M 100 29 Rosita Purnaning T 100 30 Sabilla Tian Safitri 90 31 Sara Budi Rimbasari 90 32 Satria Budi Luhur 95 33 Septian Haryo K 85 34 Sunu Hasibudin P 95 35 Tania Ayu Wulandari 95 36 Wahyu Armi Dewi 90 Rata-Rata 92,22 Melihat hasil belajar yang kami sajikan di atas sudah sangat jelas bahwa kegiatan pembelajaran dengan teknik pembuatan alat peraga hukum pascal pada pembelajaran fisika yang telah dilaksanakan oleh peserta didik SMA Negeri 2 Trenggalek membawa dampak yang sangat signifikan terhadap hasil belajar peserta didik. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 204

BAB III KESIMPULAN Dari pembahasan yang dilakukan di atas dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan teknik pembuatan alat peraga hukum pascal pada pembelajaran fisika sangat baik di gunakan di dalam pembelajaran , selain untuk menghilangkan kejenuhan pembelajaran di dalam kelas yang paling penting adalah kegiatan tersebut memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik pengalaman hidup yang sesungguhnya, artinya peserta didik dapat menerapkan sebuah konsep fisika dalam pembuatan alat peraga dan video pembelajaran yang sama persis dengan peralatan nyata yang ada dalam lingkungan sekitar. Hal ini menjadikan kegiatan pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan, sehingga anggapan bahwa fisika itu sulit dan rumit sudah beralih menjadi belajar fisika itu ternyata mengasyikkan. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 205

LILIK IDAYATI, S.Pd., M.Pd. Guru SMA Negeri 2 Trenggalek LILIK IDAYATI, S.Pd., M.Pd. Penulis Lahir di Kabupaten Trenggalek, 8 April 1977. Tahun 2001 penulis menikah dengan Suharjo, S.Pd, dan di karuniai dua orang anak, dengan nama Rizqa Ulya Fakhrun Nisa’ dan Haziq Almas Alfarezel. Penulis tinggal di Desa Durenan, Kec. Durenan, Kabupaten Trenggalek. Penulis menyelesaikan pendidikan S1 jurusan Pendidikan Fisika di Universitas Negeri Malang tahun 2000, kemudian menyelesaikan pendidikan S2 Teknologi Pendidikan di Universitas PGRI Adibuana Surabaya tahun 2014. Pekerjaan formal yang pernah penulis jalani yaitu sebagai guru tidak ttap di SMA Negeri 1 Durenan mulai 01 Oktober 2000 sd 31 Desember 2004. Menjadi ASN mulai 1 januari 2005 sd 31 September 2014 di SMA Negeri 1 Bendungan, dan mulai 1 Oktober 20014 sd sekarang mengajar di SMA Negeri 2 Trenggalek. Prestasi yang pernah penulis raih adalah juara 2 OGN Fisika SMA tingkat Kabupaten Trenggalek tahun 2015, juara 1 guru prestasi tingkat Kabupaten tahun 2016, menerima penghargaan sebagai guru pelopor peduli lingkungan tingkat kabupaten tahun 2017 dan juara 1 guru prestasi tingkat kabupaten tahun 2018. Selain itu penulis juga merupakan Tim penilai sekaligus Tim Pembina Adiwiyata Kabupaten sejak tahun 2016 sampai dengan sekarang. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 206

Bab 30 Pembelajarn HOTS Materi oleh Lilis Endang Sunarsih Dalam menghadapi revolusi indutri 4.0 A. PENDAHULUAN Cuitan peserta UNBK di media sosial seputar kesulitan mereka menghadapi soal UNBK yang bersifat HOTS. Diantaranya mengatakan bahwa usahanya belajar bertahun-tahun tidak ada artinya. Semua yang mereka pelajari tidak ada yang keluar. Tidak nyambung begitu kata mereka. Mengapa ini dapat terjadi? Apa sebetulnya soal HOTS itu ? Soal HOTS tidak identik dengan soal yang panjang, sulit, dan berbelit-belit, tetapi soal yang meminimalkan aspek ingatan atau pengetahuan, bersifat kontekstual, memproses dan menerapkan informasi, mencari kaitan diantara informasi yang berbeda, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan menelaah informasi secara kritis” ( Idris Apandi : 2018) Jadi soal HOTS bukan soal yang rumit dan sulit, tetapi soal yang bersifat kontekstual, yang saling berkaitan dalam menyelesaikan suatu masalah. Yang menjadi permasalahan sudahkah kita di sekolah melaksanakan pembelajaran HOTS? Tugas guru pada zaman millenial ini bukan hanya mencurahkan ilmu di depan kelas. Dengan cara ceramah satu arah saja. Tetapi guru harus masuk ke alam mereka. Penulis sebagai generasi X hanyalah sebagai tamu pada zaman ini. Sedangkan anak didik kitalah pemiliknya. Maka dari itu penulis harus dapat memahami karakter generasi millenial. Generasi yang tidak dapat lepas dari ilmu dan teknologi. Generasi yang dimudahkan dengan berbagai aplikasi. Generasi yang menghubungkan ilmu yang mereka dapatkan dengan fakta di lingkungan. Sehingga ilmu tidak terkotak-kotak. Dengan informasi mereka dapat memecahkan masalah yang terjadi secara kritis. Pada zaman revolusi 4.0 peserta didik diharapkan memiliki kompetensi literasi yang mumpuni. Bukan hanya literasi dasar yaitu; baca, tulis, hitung, dan mendengar saja. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 207

Mereka juga harus memiliki kemampuan literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Semua tuntutan tersebut seyogyanya terfasilitasi dalam proses pembelajaran. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya. Proses pembelajaran yang memfasilatasi ini adalah proses pembelajaran yang bermakna. Yang dapat mengaitkan ilmu yang di dapat dengan masalah yang terjadi di masyarakat. Pembelajaran inilah yang dikatakan pembelajaran HOTS (Higher Order of Thingking Skill). B. TUJUAN Pemaparan pembelajaran HOTS ini mempunyai tujuan yaitu: 1. Meningkatkan dan mengasah daya analisis dan kemampuan berpikir kritis peserta didik 2. Penerapan nilai Pendidikan Penguatan Karakter Melalui pembelajaran HOTS peserta didik diajak menemukan dan memecahkan masalah secara kritis. Berbagai informasi dari berbagai disiplin ilmu diolah menjadi suatu formula sebuah solusi dari suatu permasalahan. Sebagai contoh dalam memecahkan polusi udara, dilihat dari komposisi senyawa kimianya, aspek biologi, fisika, sosial, ekonomi, dan sosiologi. Pembelajaran HOTS merupakan penerapan nilai pendidikan penguatan karakter. Dalam upaya memecahkan suatu masalah peserta didik harus mempunyai berbagai karakter yaitu; ingintahu, inisiatif, gigih/kerja keras, kepemimpinan, kepekaaan sosial dan budaya. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 208

C. PROSES PEMBELAJARAN Sebelum melaksanakan proses pembelajaran tentu saja terlebih dahulu disusun suatu perencanaan sesuai Kompetensi Dasar dan karakteristik peserta didiknya. Menggunakan model pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik agar berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Peserta didik diajak melihat dan mengamati lingkungan sekitar. Menemukan dan memecahkan masalah yang terjadi secara kolaborasi. Informasi sebagai sumber belajar dapat diambil dari berbagai sumber dan berbagai disiplin ilmu. Karakteristik pembelajaran HOTS yaitu : 1. Transfer pengetahuan (Transfer knowledge) 2. Berpikir kritis dan kreatif (Critical thingking dan creativiting) 3. Penyelesaian masalah Hal-hal yang dipelajari dalam pembelajaran HOTS yaitu: 1. Fakta 2. Konsep 3. Prosedur 4. Metakognitif D. PENILAIAN Penilaian yang dilaksanakan tentu saja penilaian yang bersifat HOTS. Soal-soal disusun dengan menyajikan terlebih dahulu fakta. Melalui analisis fakta yang tersaji peserta didik menjawab soal yang disajikan. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 209

PROSES PEMBELAJARAN HOTS (Pemanfat=atan daun dan buah-buahan sebagai pewarna alami) Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 210

Lilis Endang Sunarsih, S.Pd, M.Pd, Guru SMA Negeri 4 Cimahi, Jawa Barat Lilis Endang Sunarsih, S.Pd, M.Pd, lahir di Banjarmasin, 24 Agustus 1963 adalah guru SMA Negeri 4 Cimahi – Jawa Barat. Kecintaannya pada dunia literasi menjadikannya giat mengikuti berbagai komunitas menulis. Diantaranya Komunitas Pegiat Literasi Jabar (KPLJ), Menulis PTK dan Jurnal, Dosen Menulis, Menulis Eksklusif SGSI, Antologi 10,11,dan 12, Komunitas Guru Penulis 5 (KOGUPE 5), dan antologi VCT Group 2. Beberapa artikel, satu buku solo yang berjudul ‘Pengolahan Limbah’; terbit tahun 2017, beberapa buku antologi. Dan beberapa jurnal pendidikan. Riwayat pendidikan yaitu S -1 Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Terbuka lulus tahun 1997. S – 2 Program Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung. Selain sebagai pengajar beliau menjadi Fasilitator Daerah (Fasda) Sistem Penjaminan Mutu Internal. Beliau tinggal di Pondok Ciptamas D1 No.10 Cimahi – Jawa Barat, alamat email [email protected], dan Nomor HP.082117485046 Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 211

Bab 31 Bintang remedi dan si kaya Materi oleh Lilis Setiasih A.Bintang Remedi Konsekuensi dari pembelajaran tuntas adalah tuntas atau belum tuntas. Bagi peserta didik yang belum mencapai KKM maka dilakukan tindakan remedial dan bagi peserta didik yang sudah mencapai atau melampaui ketuntasan belajar diberikan pengayaan. Pembelajaran remedial dan pengayaan dilaksanakan untuk kompetensi pengetahuan dan keterampilan, sedangkan sikap tidak ada remedial atau pengayaan namun merupakan penumbuh- kembangan sikap, perilaku, dan pembinaan karakter setiap peserta didik. Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial dan pengayaan dapat dilakukan secara individu kelompok pembelajaran ulang pemberian tugas tutor sebaya selanjutnya dilakukan tes ulang . Bagaiman program remedial dalam persepsi peserta didk kelas X ?.Hasil survei yang dilakukan di kelas X dengan sampel sebanyak 72 orang ditemukan hasil sebagai berikut : Salah satu tugas wali kelas berperan dalam pengembangan kecerdasan karenanya Bintang Remedi ini adalah terobosan baru untuk walikelas menyelesaikan permasalahan remedial dalam kelasnya . Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 212

Apa saja program bintang remedi ini ? 1. Peserta didik diberi kartu kendali remedial oleh wali kelas motivasi remedial bukan hal yang memalukan menakutkan melainkan tugas mulia untuk berprestasi 2. Ketika peserta didik sudah menyelesaikan remedial diberi ucapan selamat , dan diberi bintang ,temannya memberikan ucapan selamat 3. Bintang ditempel di kelas agar semua peserta didik lain melihat usaha temannya B.Sikaya Merupakan layanan program yang dilakukan wali kelas untuk melakukan validasi atas nilai yang diperoleh peserta didik yang memiliki ranking 1-10. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 213

Sebaiknya wali kelas melakukan upaya yang mendorong peserta didik untuk meminta tes ulang kepada guru mata pelajaranagar diperoleh nilai biologi sama dengan fisika menjadi 75 dengan demikian nilai peserta didik homogen. Namun bukan berarti program Si kaya ini membuat nilai peserta didik di katrol sekali lagi disini walikelas berperan dalam menujukkan kesahihan dan keadilan suatu penilaian . ketika peserta didik yang remedial boleh jadi nilai awalnya 60 sementara KKM 75 dengan remedial dia memperoleh kenaikan 15 angka . Namun bagaimana dengan anak anak ranking 1- 10 yang nilainya diatas KKM harus ada perlakuan yang adil tentunya. Peserta didik yang kurang mendapat remedial peserta didk ranking 1-10 pun mendapat layanan yang adil .Dengan Bintang Remedi dan Si kaya diharapkan guruatau walikelas memberi penilaian yang adil, objektif, sahih dan akuntabel bagi para peserta didik. Lihatlah para peserta didk yang semangat,gembira penuh percaya diri dengan nilai yang diperolehnya. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 214

Lilis Setiasih S.Pd, M.Si Guru di SMAN 25 Bandung Lilis Setiasih SPd MSi dilahirkan di Bandung 19 April 1966. Pendidikan SD Pertiwi II tahun 1977,SMP Putera II tahun 1981, SMAN 1 Bandung tahun 1984 di kota Bandung, D3 Fmipa ITB tahun 1988, UPI Pendidikan Biologi tahun 2000 selanjutnya menamatkan pendidikan terahir dari Pasca Sarjana Biomanajemen ITB tahun 2012. Pengalaman bekerja menjadi guru di SMAN Narmada Lombok Barat NTB 1988-1991 tahun 1991-2000 di SMAN Pangalengan dan di SMAN 25 Bandung dari tahun 2000- sekarang . Karir dalam bekerja yang pernah dilalui menjadi wali kelas, pembina ekskul KIR, kepala lab , Wakil ketua tim Adiwiyata SMAN 25 Bandung tahun 2013 ,kepala perpustakaan , Wakasek Kesiswaan. Prestasi yang pernah dicapai menjadi pemenang CSF tahun 2007, 2009 dalam mewujudkan ide cemerlang menjadi guru berprestasi tingkat SMAN 25 Bandung tahun2008,2009 2013,2014. Membimbing siswa SMAN 25 menjadi juara II tingkat nasional Lomba kegiatan Ilmiah untuk siswa SLTA tahun 2008 di puslitbang air. Mendapatkan Satyalancana karya Satya XX tahun dari presiden RI tahun 2014. Nara sumber seminar inovasi pembelajaran guru IPA SD SMP SMA se-kota bandung yang diselengarakan oleh P4TK tahun 2007, Sosialisasi Sekolah Adiwiyata di SMKN 6 Bandung, menjadi Instruktur Virtual Coordiantion Indonesia wilayah Jabar . Selain itu menjadi penulis kedua buku teks Biologi terbitan Quadra sampai sekarang. Moto hidup keberanian terbesar adalah sabar, kebanggaan terbesar kepercayaan. Do the finest not to beat anyone. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 215

Kegembiraan peserta didik dengan Bintang Remedi dan Si Kaya Bintang Remedi Si Kaya Link Youtube Bintang Remedi dan Si Kaya https://www.youtube.com/watch?v=awhw4q4Jg2Q&t=158s Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 216

Bab 32 Integrasi pendidikan karakter dan high order thinking skills (HOTS) dalam pembelajaran Materi oleh Luqman Hakim A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPA merupakan sebuah proses yang tidak hanya melibatkan pengetahuan saja tetapi mencakup karakter juga di dalamnya. Pembelajaran IPA dapat berupa ilmu pengetahuan dan karakter misalnya berupa nilai-nilai karakter yang terbentuk selama melakukan proses sains (Dewi P, 2018). Menurut Susilowati (2017) menyatakan bahwa biologi sebagai salah satu bidang IPA, pada hakekatnya biologi tidak hanya sebagai produk, tetapi juga sebagai proses, sikap dan aplikasi sehingga untuk membangun karakter siswa dapat dilakukan melalui pembelajaran biologi. Pendidikan karakter dalam konteks sekarang ini sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang dirasakan di negara kita ini. Krisis moral tersebut diantaranya pergaulan bebas remaja, tingginya kekerasan terhadap anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, tawuran, kebiasaan mencontek, pornografi, penyalahgunaan narkoba dll sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diselesaikan secara tuntas. Oleh karena itu penting nya penerapan pendidikan karakter di setiap jenjang pendidikan baik pendidikan dasar maupun pendidikan menengah (Susilowati, 2017). Inilah yang mendasari pemerintah saat ini untuk menggalakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017. Pengembangan karakter bangsa Indonesia berdasarkan Kurikulum 2013 yang disempurnakan fokus pada nilai religius dan nilai sosial. Karakter yang diperkuat terutama pada 5 (lima) karakter, yaitu nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Kurikulum 2013 yang diberlakukan lebih menekankan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thingking Skills (HOTS). (Kemdikbud, 2017, Dewi, 2018) Salah satu upaya dalam menyelesaikan permasalahan sosial yang terjadi saat ini yaitu dengan pembelajaran biologi dengan menggunakan beberapa model pembelajaran diantaranya pembelajaran biologi berbasis praktikum. Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa selama ini banyak guru biologi menggunakan metode pembelajaran konvensional jarang sekali Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 217

dilakukan praktikum dalam pembelajaran biologi dan pelajaran biologi dikenal sebagai pelajaran hafalan terhadap konsep-konsep jenjang kognitif rendah serta bersifat teacher centered. Berbagai alasan yang dikemukakan oleh para guru di lapangan adalah tidak ada alokasi waktu dan dana untuk pelaksanaan praktikum, dan umumnya guru tidak mempunyai cukup waktu untuk mempersiapkan praktikum sebagai penunjang teori. Banyak guru yang enggan melakukan praktikum karena keterbatasan waktu dan sarana laboratorium. Praktikum sesungguhnya bukan hal baru dalam mempelajari biologi, namun dalam kenyataannya praktikum jarang dilakukan di sekolah karena keterbatasan waktu, sarana, prasarana dan kemampuan guru dalam mengelola praktikum (kenyataan di lapangan). Praktikum dalam pembelajaran biologi sangat diperlukan untuk membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit dan abstrak. Melalui kegiatan praktikum siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Melalui praktikum juga, keterampilan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skills-HOTS) dan sikap ilmiah siswa juga dikembangkan dalam pembelajaran biologi berbasis praktikum agar siswa mampu berpikir kreatif, kritis, mampu memecahkan masalah serta memahami hakekat sains (biologi) sebagai proses, produk dan sikap ilmiah. Konstruksi pengetahuan umumnya diperoleh melalui pengalaman belajar aktif atau dikenal sebagai experiential learning. Pembelajaran berbasis kegiatan seperti praktikum merupakan salah satu cara dalam menyampaikan kurikulum secara konstruktivistik, karena memampukan siswa untuk merefleksikan hasilnya. Praktikum yang dilakukan dalam kelompok merupakan suatu cara mengkonstruksi pengetahuan melalui kegiatan sosial yang dikenal sebagai konstruktivisme sosial. Siswa tidak bekerja secara individual tetapi bekerja sama dalam kelompok. Hal ini akan menanamkan nilai-nilai kerja sama dan sosial yang selama ini siswa selalu bersikap individualis, kurang peduli terhadap lingkungannya. Kegiatan ini menunjukkan bahwa siswa perlu merefleksikan hasil praktikum kelompoknya secara kolaboratif melalui tugas- tugas yang harus dikerjakan bersama. Vigotskyi salah satu pengagas kontruktivisme sosial dengan Teori Zone of Proximal Development (ZPD) mengamati ketika anak diberi tugas untuk dirinya sendiri mereka akan bekerja sebaik-baiknya jika mereka bekerja sama (berkolaborasi). Selanjutnya Vigotsky menyatakan setiap manusia mempunyai potensi dan potensi tersebut dapat teraktualisasi dengan ketuntasan belajar tetapi diantara potensi dan aktualisasi tersebut terdapat wilayah abu-abu. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 218

Guru berkewajiban menjadikan wilayah abu-abu ini dapat teraktualisasi caranya dengan belajar kelompok. Dalam bahasa yang lebih umum terdapat tiga wilayah “cannot yet do, can do with help and can do alone”. ZPD adalah wilayah “can do it help” wilayah ini bukan wilayah yang permanen kuncinya adalah menarik pembelajaran dari zona tersebut dengan cara kolaborasi. Kenyataan yang ada saat ini pada umumnya praktikum yang dilaksanakan di sekolah terpisah dari teori. Oleh karenanya memerlukan waktu lebih banyak, sebab guru harus menyampaikan materinya terlebih dahulu di pagi hari, kemudian menyiapkan alat dan bahan untuk praktikum yang dilaksanakan setelah jam sekolah berakhir. Tentu saja hal ini melelahkan guru dan siswa, oleh karena itu ada baiknya teori atau pembelajaran di kelas yang umumnya berpusat pada guru tidak terpisah dengan praktikum di laboratorium atau di luar sekolah yang berpusat pada siswa, sehingga menjadi pembelajaran berbasis praktikum. Kita semua menyadari bahwa terdapat kemampuan dan minat yang beragam di antara peserta didik. Di samping itu kita pun menyadari bahwa kondisi sekolah pun sangat beragam terutama dalam fasilitas maupun pendanaannya. Namun setiap guru biologi diharapkan kreatif dalam menyikapinya, tidak mudah menyerah terhadap kondisi yang dihadapinya, namun tetap mampu menyelenggarakan pembelajaran yang inovatif sesuai dengan kondisi setempat. Guru perlu senantiasa memerhatikan perkembangan, kemampuan dan minat siswa. Kegiatan pengamatan di luar kelas dapat dilakukan asalkan dilengkapi dengan bentuk penugasan yang jelas. Oleh karena itu pembelajaran berbasis praktikum yang dilakukan di sekolah hendaknya bukan hanya praktikum verifikasi semata, tetapi juga jenis praktikum investigasi ataupun bentuk mini-riset yang dapat membangkitkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Guru biologi perlu memiliki kemampuan merancang dan menyiapkan pembelajaran praktikum, pengelolaan kegiatan praktikum, asesmen praktikum, termasuk keselamatan kerja di laboratorium, sebagai bekal mereka ketika melakukan Program Latihan Profesi serta bekal pengetahuan pada saat mereka menjadi guru kelak. Dengan demikian diharapkan mereka dapat mengelola pembelajaran berbasis praktikum yang menyenangkan. Berdasarkan kajian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan yang menggambarkan hubungan antara pembelajaran biologi berbasis praktikum dengan kemampuan para siswa dalam Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 219

memecahkan masalah, berpikir kritis, berpikir tingkat tinggi, sikap ilmiah (karakter), dan penguasaan konsep. Sebagai upaya melalui pembelajaran biologi berbasis praktikum dapat membentuk karakter siswa melalui sikap ilmiah siswa dalam proses pembelajaran serta dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dan Higher Order Thingkil Skill (HOTS) dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan karakter dan HOTS ini dapat diterapkan melalui salah satunya melalui pembelajaran biologi berbasis praktikum. B. Pentingnya Pendidikan Karakter Permasalahan karakter bangsa yang terjadi sekarang ini menjadi fokus perhatian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan, baik di media online yang menjadi viral di tengah masyarakat maupun di media cetak menjadi bahan perbincangan yang hangat di masyarakat mengenai persoalan budaya dan karakter ini. Persoalan yang masih hangat di awal tahun 2019 ini, terjadi perilaku yang tidak sopan terhadap guru dilakukan di kelas dan juga perilaku siswa beserta orang tua melakukan pengeroyokan pegawai sekolah karena perilaku siswa yang tidak menghargai pegawai sekolah tersebut. Di samping beberapa persoalan yang sudah lama terjadi di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, tawuran, kehidupan politik yang tidak sehat dan sebagainya menjadi topik pembahasan di berbagai kesempatan. Ada beberapa alternatif penyelesaian untuk mengatasi permasalahan karakter ini. Diantaranya melalui peraturan, undang-undang dan peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang kuat. Alternatif lainnya untuk mengatasi permasalahan budaya dan karakter bangsa yaitu melalui pendidikan. Dalam Balitbang Kemdiknas, (2010) dinyatakan bahwa pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 220

Oleh karena itu, betapa pentingnya pendidikan karakter pada setiap jenjang pendidikan. Pendidikan karakter sebagai proses pemberian tuntunan kepada peserta didik agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, rasa, dan karsa (Winarti, 2010; Sudarisman, 2010, Susilowati, 2018). Sehubungan dengan pentingnya pendidikan karakter, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Pendidikan karakter sangat sejalan dengan Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Melalui pendidikan ini juga, tidak hanya mengembangkan potensi siswa agar menjadi siswa yang cerdas secara pengetahuan tetapi menjadi siswa yang beriman dan bertaqwa serta memiliki akhlak mulia. Oleh karena itu, dengan adanya rumusan tujuan pendidikan nasional ini menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan karakter. Karakter sebagai suatu ’moral excellence’ atau akhlak dibangun di atas berbagai kebajikan (virtues) yang pada gilirannya hanya memiliki makna ketika dilandasi atas nilai-nilai yang berlaku dalam budaya (bangsa). Kebajikan terdiri dari sejumlah nilai, moral, dan norma seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang dimiliki warga negara bangsa Indonesia berdasarkan tindakan- tindakan yang dinilai sebagai suatu kebajikan berdasarkan nilai yang berlaku di masyarakat dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa diarahkan pada upaya mengembangkan nilai-nilai yang mendasari suatu kebajikan sehingga menjadi suatu kepribadian diri warga negara (Balitbang Kemdiknas, 2010). Pengembangan karakter bangsa dilakukan pada pengembangan karakter individu. Setiap individu hidup berada pada lingkungan sosial dan budaya tertentu. Artinya pengembanga budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan bagi peserta didik yang tidak terlepas dari lingkungan sosial, budaya masyarakat dan budaya bangsa. Menurut Balitbang Kemdiknas, 2010, yang menjadi lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila. Jadi Pendidikan budaya dan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 221

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) mengandung 5 (lima) nilai karakter utama, yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas (Kemdikbud, 2016, Astutik, 2016). Perwujudan karakter individu yang bersumber dari hasil keterpaduan 4 (empat) komponen Karakter Bangsa yang sesuai Falsafah Pancasila dikembangkan dari Buku Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 Tahun 2010 antara lain: (1) Olah hati yaitu beriman dan bertakwa, bersyukur, jujur, amanah, adil, tetib, sabar, disiplin, taat aturan, bertanggungjawab, berempati, punya rasa iba, berani mengambil resiko, pantang menyerah, menghargai lingkungan, rela berkorban, dan berjiwa patriotik, (2) Olah pikir yaitu cerdas, kritis, kreatif, inovatif, analitis, ingin tahu, produktif, berorientasi IPTEKS, dan reflektif, (3) Olah rasa yaitu kemanusiaan, saling menghargai, saling mengasihi, gotong royong, kebersamaan, ramah, peduli, hormat, toleran, nasionalis, komopolit, mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air, bangga menggunakan bhaasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keraas, dan beretos kerja, (4) Olah raga yaitu bersih dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determininatif, kompetitif, ceria, ulet, dan gigih. (Kemendikbud, 2016, Astutik, 2016). Pada dasarnya tujuan penerapan PPK adalah membangun Generasi Emas 2045 yang menguasai keterampilan abad 21. Keterampilan abad 21 yang dibutuhkan oleh siswa menurut Kemdikbud (2016) meliputi: (1) Kualitas karakter yaitu bagaimana siswa beradaptasi pada lingkungan yang dinamis meliputi karakter religius, nasionalis, mandiri, integritas, gotong royong, toleransi, tanggungjawab, kreatif dan peduli lingkungan.; (2) Literasi dasar yaitu bagaimana siswa menerapkan keterampilan dasar sehari-hari yang meliputi literasi baca tulis, berhitung, sains, teknologi informasi dan komunikasi, finanSial, budaya dan kewarganegaraan; dan (3) Kompetensi yaitu bagaimana siswa memecahkan masalah kompleks meliputi berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 222

Sedangkan untuk pelaksanaan PPK dapat dilakukan setiap hari meliputi; (1) Kegiatan pembiasaan pagi melalui upacara bendera tiap hari senin, menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu nasional, berdoa bersama, pembacaan Asmaul Husna, dan kegiatan literasi selama 15 menit sebelum pembelajaran (2) Kegiatan intra-kurikuler melalui kegiatan belajar mengajar; (3) Kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang diikuti sesuai minat dan bakat peserta didik yang dilakukan di bawah bimbingan guru/pelatih/melibatkan orang tua dan masyarakat yaitu dengan kegiatan keagamaan, pramuka, PMR, Paskibra, kesenian, Bahasa dan Sastra, KIR, jurnalistik, olahraga, dsb; (4) Kegiatan pembiasaan akhir pembelajaran yaitu peserta didik melakukan refleksi, menyanyikan lagu daerah dan berdoa bersama. Untuk hari Sabtu dan Minggu digunakan untuk kegiatan PPK bersama orang tua dan lingkungan/sesama. Balitbang Kemdiknas (2010), menyatakan pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang. Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah. Proses pembelajaran Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dilaksanakan melalui proses belajar aktif. Sesuai dengan prinsip pengembangan nilai harus dilakukan secara aktif oleh peserta didik (dirinya subyek yang akan menerima, menjadikan nilai sebagai miliknya dan menjadikan nilai-nilai yang sudah dipelajarinya sebagai dasar dalam setiap tindakan) maka posisi peserta didik sebagai subyek yang aktif dalam belajar adalah prinsip utama belajar aktif. Oleh karena itu, keduanya saling memerlukan (Balitbang Kemdiknas, 2010) Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 223

C. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills-HOTS) Manusia diciptakan sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna memiliki kemampuan untuk berpikir dan berakal dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Proses berpikir berkaitan dengan tingkah laku dan memerlukan keterlibatan aktif pemikirnya. Produk berpikir dapat berupa pikiran, pengetahuan, alasan, dan hal lain dalam mengamati sesuatu. Manusia berpikir dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan karena manusia memikirkan akan kebesaran Ciptaan Tuhan, seperti bumi dan alam semesta. Terdapat tiga istilah yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, diantaranya; yaitu berpikir tingkat tinggi (high level thinking), berpikir kompleks (complex thinking), dan berpikir kritis (critical thinking). Berpikir tingkat tinggi adalah operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada proses-proses berpikir yang terjadi dalam short-term memory. Terdapat tiga istilah yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, diantaranya; yaitu berpikir tingkat tinggi (high level thinking), berpikir kompleks (complex thinking), dan berpikir kritis (critical thinking). Berpikir tingkat tinggi adalah operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada proses-proses berpikir yang terjadi dalam short-term memory. Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi termasuk didalamnya berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif (King, Goodson, Rohani, 2009). Kemampuan berpikir tersebut diaktifkan ketika individu mengalami suatu masalah, ketidakpastian, pertanyaan, atau dilema. Kesuksesan aplikasi dari hasil keterampilan tersebut diantaranya yaitu dapat memberikan penjelasan, keputusan, pertunjukan, dan produk yang berlaku dalam konteks pengetahuan dan pengalaman dan yang mempromosikan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam dan keterampilan intelektual yang lainnya. HOTS didasarkan pada keterampilan yang lebih rendah seperti diskriminasi, aplikasi sederhana dan analisis, dan strategi kognitif dan terkait dengan pengetahuan sebelumnya dari isi mata pelajaran. Dalam rangka mewujudkan Generasi Emas 2045 yang mesti menguasai keterampilan abad 21, Pemerintah menggulirkan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam lingkup pendidikan dengan salahsatu tujuannya adalah penguasaan kompetensi. Kompetensi yang dimaksud adalah kemampuan yang diajarkan kepada siswa untuk memcahkan permasalahan yang kompleks meliputi berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Adanya kemampuan berpikir ini penting untuk menghadapi tantangan masa depan mereka. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional seperti tercantum pada Undang- Undang (UU) No.20 Tahun 2003 bahwa mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 224

manusia bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Tujuan Pendidikan Nasional ini mencakup dua komponen kemampuan utama, yaitu kemampuan berperilaku (sikap dan karakter) dan kemampuan berpikir.. Tujuan ini menjadi landasan dalam merancang proses pembelajaran peserta didik serta sistem penilaiannya. Proses pembelajaran selama ini masih berorientasi terhadap penguasaan teori dan hafalan dalam bidang studi yang menyebabkan kemampuan belajar peserta didik yang mesti dikembangkan baik pengetahuan, keterampilan dan sikap menjadi terhambat. Selain itu, pilihan metode pembelajaran masih berorientasi kepada guru (teacher centered) dan konvensional. Hal ini akan cenderung mengabaikan hak-hak, kebutuhan, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, sehingga proses pembelajaran belum optimal. King, Goodson, Rohani (2009) mengungkapkan beberapa konsep utama yang relevan dengan proses berpikir tingkat tinggi berdasarkan tiga asumsi tentang berpikir dan belajar yaitu: Pertama, tingkat pemikiran tidak dapat dipisahkan dengan tingkat pembelajaran, keduanya saling ketergantungan, pada beberapa komponen dan tingkatan. Kedua, apakah berpikir bisa dipelajari tanpa isi mata pelajaran hanyalah titik teoritis. Dalam kehidupan nyata, siswa akan belajar konten baik di masyarakat maupun di sekolah, konsep-konsep yang mereka pelajari di tahun sebelumnya akan membantu mereka belajar dengan baik keterampilan berpikir tingkat tinggi di tahun mendatang. Ketiga, pemikiran tingkat tinggi melibatkan berbagai proses berpikir yang diterapkan pada situasi yang kompleks dan memiliki beberapa variabel. Pada dasarnya pembelajaran keterampilan berpikir dapat dengan mudah dilakukan. Sayangnya, kondisi pembelajaran yang ada di kebanyakan sekolah di Indonesia belum begitu mendukung untuk terlaksananya pembelajaran ketrampilan berpikir yang efektif. Beberapa kendalanya antara lain pembelajaran di sekolah masih terfokus pada guru, belum student centered; dan fokus pendidikan di sekolah lebih pada yang bersifat menghafal/pengetahuan faktual. Keterampilan berpikir sebenarnya merupakan suatu keterampilan yang dapat dipelajari dan diajarkan, baik di sekolah maupun melalui belajar mandiri. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 225

D. Pembelajaran Biologi Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989, Kemdikbud, 2013). Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996, Kemdikbud, 2013), bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik (Zamroni, 2000; & Semiawan, 1998, Kemdikbud, 2013). Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. National Academy of Science (1996:20) Menyatakan bahwa Learning Science Is an active process. Learning science is something students do, not something that is done to them. In learning science, students describe objects and events, ask questions, acquire knowledge, construct explanations of natural phenomena, test those explanations in many different ways, and communicate their ideas to others. In the National Science Education Standards, the term “active process” implies physical and mental activity. Hands-on activities are not enough—students also must have “minds-on” experiences. Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu (Beyer, 1991, Kemdikbud, 2013). Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur, 1998, Kemdikbud, 2013), dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 226

diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan: 1992, Kemdikbud, 2013). Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri (discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston, 1988, Kemdikbud, 2013). A Revision of Bloom's Taxonomy:An Overview (Krathwohl, 2002:214- 215), tiga kemampuan kognitif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi analisis (analysing) yang meliputi membandingkan, menghubungkan, mengorganisasikan, membangun ; evaluasi (evaluating) meliputi mengecek, mengkritik, memutuskan, membuat hipotesis ; dan mencipta (creating being metacognitive) yang meliputi mendesain, membangun, merencanakan, dan memproduksi. Dengan demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran. Sesuai dengan karakteristik fisika sebagai bagian dari natural science, pembelajaran fisika harus merefleksikan kompetensi sikap ilmiah, berfikir ilmiah, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data/informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. a. Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak. b. Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prisnsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannnya agar siswa memiliki kemapuan berpikir tingkat tinggi (critical thingking skill) secara kritis, logis, dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui kegiatan diksusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri, termasuk dengan menggunakan bahasa daerah. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 227

c. Kegiatan mencoba bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa untuk memperkuat pemahaman konsep dan prinsip/prosedur dengan mengumpulkan data, mengembangkan kreatifitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data. Pemanfaatan sumber belajar termasuk mesin komputasi dan otomasi sangat disarankan dalam kegiatan ini. d. Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Data yang diperoleh dibuat klasifikasi, diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktifitas antara lain menganalisis data, mengelompokan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba dan mengasosiasi memungkinkan siswa berpikir kritis tingkat tinggi (higher order thinking skills) hingga berpikir metakognitif. e. Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat laporan, dan/ atau unjuk karya. Kegiatan belajar tersebut merupakan aktivitas dalam mengembangkan keterampilan berpikir untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa. Dengan itu diharapkan siswa termotivasi untuk mengamati fenomena yang terdapat disekitarnya, mencatat atau mengidentifikasi fakta, lalu merumuskan masalah yang ingin diketahui dalam pertanyataan menanya (Majid, 2014). Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan tersebut. Menurut Hosnan (2014) beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan d. Diperoleh hasil belajar yang tinggi Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 228

e. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah f. Untuk mengembangkan karakter siswa. E. Integrasi Pendidikan Karakter dan High Order Thinking Skills (HOTS) dalam Pembelajaran Pendidikan karakter dilaksanakan di sekolah dalam upaya untuk memperkuat karakter siswa. Pemerintah mengupayakan dalam bentuk Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Gerakan ini muncul dikarenakan kondisi permasalahan negatif yang menyangkut karakter sekarang ini. Permasalahan tersebut diantaranya pergaulan bebas, tawuran siswa, pengeroyokan pegawai sekolah, siswa tidak ada lagi rasa hormat terhadap guru dan lain-lain. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mengatasi permasalahan ini. Gerakan ini agar berhasil, tentunya sangat diperlukan peran serta seluruh stakholder yang saling mendukung. Seperti yang dikatakan Raharjo (2010) bahwa pendidikan karakter dapat berjalan efektif dan berhasil apabila dilakukan secara integral dimulai dari lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan karakter mengandung 5 (lima) nilai karakter utama, yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas (Kemdikbud, 2016, Astutik, 2016). Nilai karakter tersebut diharapkan dapat membentuk budi pekerti siswa melalui pembiasaan di sekolah. Menurut Astutik (2016) Pendidikan karakter ini penting dilaksanakan karena (1) perkembangan teknologi yang semakin pesat yang membawa pengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan, kebudayaan, dan peradaban termasuk dunia pendidikan, (2) pengaruh globalisasi, hubungan multilateral antarnegara, teknologi komunikasi dan transportasi yang terintegrasi dengan masyarakat dunia, (3) semakin sempitnya dunia karena negara, korporasi, dan individu semakin mengglobal, (4) perubahan dunia yang semakin sangat cepat, (5) tumbuhnya masyarakat padat pengetahuan, informasi, dan jaringan yang menjadi modal penting kehidupan, dan (6) kebutuhan akan kreativitas dan inovasi sebagai modal penting kehidupan. Pendidikan karakter selaras dengan tujuan dan fungsi pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Pasal 3, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 229

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada intinya dengan adanya penerapan pendidikan karakter ini bertujuan untuk membangun Generasi Emas 2045 yang menguasai keterampilan abad 21. Keterampilan abad 21 yang mesti dikuasi oleh siswa menurut Kemdikbud, 2016, Astutik, 2016, meliputi: (1) Kualitas karakter yaitu bagaimana siswa beradaptasi pada lingkungan yang dinamis meliputi karakter religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, toleransi, tanggung jawab, kreatif dan peduli lingkungan; (2) Literasi dasar yaitu bagaimana siswa menerapkan keterampilan dasar sehari-hari yang meliputi literasi baca tulis, berhitung, sains, teknologi informasi dan komunikasi, finansial, budaya dan kewarganegaraan; dan (3) kompetensi, yaitu bagaimana siswa memecahkan masalah kompleks meliputi berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Penerapan pendidikan karakter ini dilaksanakan di setiap sekolah. Siswa memperoleh pendidikan dan pembelajaran ketika berada di sekolah tersebut. Ada beberapa kegiatan di sekolah yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter. Seperti yang disampaikan Astutik (2016) bahwa pendidikan karakter dapat dilakukan setiap hari meliputi (1) kegiatan pembiasaan pagi melalui upacara bendera setiap hari senin, menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu nasional, berdo’a bersama, pembacaan Asmaul Husna, dan kegiatan literasi 15 menit sebelum pembelajaran; (2) Kegiatan intra-kurikuler melalui kegiatan belajar mengajar; (3) Kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang diikuti sesuai dengan minat dan bakat peserta didik yang dilakukan dibawah bimbingan guru/pelatih/melibatkan orang tua dan masyarakat yaitu dengan kegaiatan keagamaan, Pramuka, PMR, Paskibra, kesenian, bahasa dan sastra, KIR, jurnalistik, olahraga, dsb; (4) kegiatan pembiasaan akhir pembelajaran yaitu peserta didik melakukan refleksi, menyanyikan lagu daerah dan do’a bersama. Dan untuk hari libu digunakan untuk kegaiatan pendidikan karakter bersama orang tua dan lingkungan/sesama. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 230

Berdasarkan uraian di atas, bahwa di dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sebagai salah satu bagian dari pelaksanaan pendidikan karakter dalam lingkup kegiatan intra-kurikuler. Di dalam KBM, terdapat beberapa aktivitas baik awal pembelajaran, kegiatan inti dan kegaiatan penutup. Pada setiap tahapan pembelajaran (awal, inti, penutup) ini memuat suatu kegiatan yang di dalamnya mengandung pendidikan karakter. Pada kegiatan inti, siswa melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan materi dan model yang diterapkan oleh gurunya. Model pembelajaran yang digunakan, biasanya akan mengembangkan kemampuan siswa baik kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek kognitif yang diharapkan dalam pembelajaran yaitu mengembangkan kemampuan tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS). Kemampuan ini penting dilatihkan karena bagian dari kemampuan abad 21 yang diharapkan dapat dikuasi siswa. Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini dilatihkan saat pembelajaran sebagai bentuk latihan dalam pemecahan yang kompleks terutama tantangan dan permasalahan di dalam kehidupannya kelak nanti. Menurut Dewi, P (2018) bahwa pembelajaran yang mengintegrasikan karakter dan HOTS ini dapat diterapkan pada setiap model pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan dan dapat meningkatkan karakter siswa, keterampilan siswa dan pengetahuan siswa. Beberapa model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran biologi diantaranya pembelajaran biologi berbasis praktikum, pembelajaran inkuiri dan lain-lain. Menurut Hayat (2011) Pembelajaran berbasis praktikum berdampak positif dan lebih efektif dalam pengembangan sikap ilmiah siswa daripada pembelajaran konvensional. Selain itu juga, Subiantoro (2009) sebagai suatu bangun ilmu, Sains (IPA) terbentuk dari interrelasi antara proses dan sikap ilmiah, produk ilmiah, dan penyelidikan fenomena alam. Hubungan interrelasi ini bersifat siklik dan saling mempengaruhi satu sama lain. Praktikum memiliki kedudukan amat penting dalam pembelajaran IPA, karena melalui praktikum siswa memiliki peluang mengembangkan dan menerapkan keterampilan proses sains, sikap ilmiah dalam rangka memperoleh pengetahuannya. Penerapan HOTS dalam Pembelajaran yang berkaitan dengan pengembangan karakter siswa Widodo (2013) menyatakan penerapan HOTS dalam pembelajaran digunakan sebagai sebagai sarana pengembangan karakter siswa, khususnya karakter yang terkait dengan ilmuawan seperti teliti, hati-hati, tekun, tanggung jawab, jujur dan kerja sama. Begitu juga dikatakan Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 231

Megawangi (2010) membangun karakter anak adalah suatu hal yang rumit, namun bisa dilakukan apabila lingkungan dan proses belajar mengajar memang kondusif. Berdasarkan kajian teori dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa integrasi pendidikan karakter dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill-HOTS) dalam pembelajaran biologi dengan penggunaaan model pembelajaran sangat penting dilakukan karena melalui pembelajaran ini siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan mengembangkan karakter yang sangat bermanfaat dalam menghadapi tantangan abad 21. Kualitas karakter dan kompetensi meliputi kemampuan berpikir disamping literasi dasar sebagai bagian dari keterampilan abad 21 yang mesti dikuasi siswa dengan menerapkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam rangka menyongsong Generasi Emas 2045 di Indonesia. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 232

LUQMAN HAKIM, M.Pd.Guru Biologi SMAN 2 Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau Nama Lengkap : LUQMAN HAKIM, M.Pd. NIP : 19840116 201102 1 001 Tempat/Tanggal Lahir : Lembang, 16 Januari 1984 Alamat Rumah : Perumahan Griya Betung Persada Blok C-10 Siak Sri Indrapura JL. Bangau Gg. Bangau II Kec. Siak Kab. Siak Prov. Riau 28671 Pekerjaan : PNS-Guru Biologi SMAN 2 Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Contact Person : No.HP 081320951884 Email : [email protected] Pendidikan (1990) Sekolah Dasar : SDN Cimindi IV Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat (1996) SLTP : SMPN 2 Cimahi Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat (1999) SLTA : MAN (MODEL) 1 Bandung Kota Bandung Provinsi Jawa Barat (2002) Sarjana-S1 : Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. (2013) Pascasarjana : Program Studi Pendidikan Biologi Kerjasama Universitas Riau (UR) dengan Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Padang (UNP) Pekerjaan (2006) : Staf Pengajar Lembaga Pendidikan Tridaya Bandung (2008) : Guru Sains dan Matematika SD Sains Tahfizh Islamic Center Madinatul’Ulum Kabupaten Siak Provinsi Riau (2011-sekarang) : Guru Biologi SMAN 2 Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Daftar Karya 1. Peningkatan Kualitas Pendidikan melalui Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Aplikasi Pengembangan Pulau Bengkalis sebagai Pusat Pendidikan (Tahun 2012) 2. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri-STAD (INSTAD) untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains (KPS) dan Kompetensi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Biologi di Kelas X IPA SMAN 2 Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau (Tahun 2017) 3. Integrasi Pendidikan Karakter dan High Order Thinking Skills (HOTS) dalam Pembelajaran Biologi (Tahun 2019) 4. Pengembangan Model Sekolah Siaga Bencana sebagai Upaya Peningkatan Kesiapsiagaan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Gambut di Provinsi Riau Tahun 2019 Daftar Penghargaan 1. 10 Besar Pada Lomba Penelitian Ide Dan Inovasi Penyelenggara Badan Penelitian Dan Pengembangan (Balitbangtik) Tingkat Kab. Bengkalis Provinsi Riau Tahun 2012. 2. Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Siswa Dan Guru Untuk Jenjang Sma Tingkat Provinsi Riau Tahun 2017 Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 233

Capture Youtube Link Youtube: https://youtu.be/ZNJwyfBia7U Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 234

Bab 33 Pertanyaan efektif dalam pembelajaran matematika Materi oleh Adem Istilah kalimat efektif relatif popular, tetapi tentang istilah pertanyaan efektif penulis baru mengenalnya, tepatnya pada saat mengikuti diklat online dari P4TK Matematika pada tahun 2014. Dari perkenalan pertama penulis langsung tertarik dengan pertanyaan efektif. Ketertarikan itu yang mendorong penulis berkeinginan untuk memperkenalkan pertanyaan efektif kepada sesama guru. Hal itu sudah dilakukan dengan menuliskannya di media Kompasiana, memaparkannya di pertemuan MGMP Matematika kabupaten Majalengka, dan sekarang di sini dibicarakan. Pertanyaan Efektif Penting dalam Pembelajaran Pembelajaran merupakan aktivitas yang memerlukan komunikasi. Komunikasi memerlukan bahasa. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil. Wujud kalimat dapat berupa lisan atau tulisan. Jenis kalimat dapat berupa kalimat berita, kalimat perintah, atau kalimat tanya. Kita mengenal istilah kalimat efektif. Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional pada buku berjudul Buku Praktis Bahasa Indonesia (2003:91), kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Kalimat efektif harus merupakan kalimat baku, teratur, dan tidak mengandung makna ganda. Dalam pemilihan kata, pembentukan kata dan pembentukan kalimat harus cermat sehingga nalar yang terkandung dalam kalimat jelas. Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan,dan kelogisan bahasa. Sekarang kita sedang membicarakan pertanyaan efektif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pertanyaan adalah sesuatu yang ditanyakan atau permintaan keterangan yang disampaikan dengan kalimat tanya. Apa yang ditanyakan menentukan kata tanya apa yang digunakan. Berikut ini contoh kata tanya dan peruntukkannya. 1. Apa adalah kata tanya untuk menyampaikan nama (jenis, sifat) sesuatu. Contohnya, “Apa nama garis yang menghubungkan titik A dan G pada kubus ABCD.EFGH?” 2. Siapa adalah kata tanya untuk menanyakan nomina insan atau nama orang? Contohnya, “Siapa yang mengatakan bahwa untuk x, y, dan z elemen bilangan Real dan n elemen bilangan Asli, berlaku xn + yn = zn hanya untuk n ≤ 2” 3. Kapan adalah kata tanya untuk menanyakan waktu. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 235

4. Di mana adalah kata tanya untuk menanyakan tempat. 5. Kenapa atau mengapa adalah kata tanya untuk menanyakan sebab atau alasan. Contohnya, “Mengapa rumus limas memuat faktor sepertiga?” 6. Bagaimana adalah kata tanya untuk menanyakan cara, akibat suatu kejadian, pendapat, atau penilaian atas suatu gagasan. Contohnya, “Bagaimana cara mencari akar-akar suatu persamaan kuadrat?” Pertanyaan efektif dalam pembelajaran adalah pertanyaan yang disampaikan dengan kalimat efektif dan bertujuan untuk mengelola pembelajaran dan sejalan dengan tujuan pembelajaran. Pertanyaan efektif paling tidak mempunyai dua peran strategis, pertama untuk mengelola pembelajaran dan kedua memastikan arah pembelajaran menuju tujuan pembelajaran. Memperhatikan hal itu, tentu kita sepakat bahwa pertanyaan efektif penting dalam pembelajaran. Guru dapat mengajukan pertanyaan di setiap tahapan pembelajaran, baik itu pada kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, maupun penutup. Pertanyaan yang diajukan tentu yang relevan dengan usaha agar proses pembelajaran lancar dan terarah pada pencapaian tujuan pembelajaran. Tujuan Guru Bertanya Guru menyampaikan pertanyaan dalam proses pembelajaran bertujuan untuk membantu guru dalam pengelolaan pembelajaran dan peserta didiknya. Hal itu dilakukan oleh guru di setiap tahapan pembelajaran, yaitu saat kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pada kegiatan pendahuluan guru bertanya dengan tujuan: 1. untuk mengecek PR (kalau ada PR) atau tugas, 2. untuk memastikan kesiapan peserta didik, 3. untuk mengingatkan materi pra syarat. Pada kegiatan inti guru bertanya dengan tujuan: 1. untuk pancingan, agar kegiatan berjalan sesuai rencana, 2. untuk membuat peserta didik fokus, 3. untuk membimbing proses belajar peserta didik, 4. untuk mendorong peserta didik berpikir matematis, 5. untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan inkuiri, 6. untuk mendorong peserta didik mengemukakan pendapat, 7. untuk mengkonfirmasi, 8. untuk menguji kompetensi peserta didik, Pada penutup guru bertanya dengan tujuanuntuk membuat kesimpulan atau merangkum materi pelajaran. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 236

Karakteristik Pertanyaan Efektif Guru tidak cukup hanya bertanya. Guru harus bertanya dengan menggunakan pertanyaan yang efektif. Pada modul aktivitas 2.1 tentang Pengenalan Pertanyaan Efektif (2014:14-15), Modul Diklat Online Kerjasama PPPPTK Matematika dan The World Bank, beberapa karakteristik pertanyaan efektif adalah yang memenuhi perihal berikut. 1. Menuntut peserta didik berpikir tidak hanya mengingat dan menyebutkan. Pertanyaan menghendaki peserta didik berpikir seperti menganalisis, menilai, menyimpulkan, membandingkan, mengeneralisasi, membuat hubungan, menerapkan, dan menjelaskan. 2. Bersifat atau mengarah pada pertanyaan yang open-ended. 3. Memungkinkan jawaban yang beragam atau jawaban yang benar lebih dari satu. 4. Memungkinkan peserta didik memaknai matematika dari proses menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan memberi ruang adanya proses dalam menjawab, seperti memahami, memilih data, memilih strategi, menghitung, membuat narasi dan argumentasi, review dan refleksi. 5. Memungkinkan guru menilai secara holistik kemampuan matematika peserta didik. Pertanyaan memungkinkan dapat untuk menilai kemampuan komunikasi, pemecahan masalah, afektif-matematis seperti terampil, tekun, teliti, dan kreatif Pantangan dan Anjuran dalam Bertanya Pada modul aktivitas 2.1 tentang Pengenalan Pertanyaan Efektif (2014:15-16), terdapat hal-hal yang perlu dihindari ketika mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran dan terdapat hal-hal yang harus dianjurkankan. Berikut ini pantangan dalam bertanya. 1. Menggunakan pertanyaan tertutup, misalnya yang cukup dengan jawaban ya/tidak atau mengisi titik-titik. 2. Menggunakan pertanyaan yang memandu peserta didik pada jawaban atau memberi petunjuk pada jawaban. Peserta didik perlu belajar dan berpikir di dalam matematika, tidak harus selalu dibimbing. Peserta didik perlu memiliki kepercayaan diri dan guru memberinya kesempatan dan motivasi. 3. Menggunakan pertanyaan yang terpusat kepada guru. Arahkan peserta didik menyampaikan jawabannya untuk didengar teman-temannya. 4. Memberi label mudah, sedang, sulit pada pertanyaan yang diajukan. Biarkan peserta didik mengerahkan perhatian yang maksimal untuk menjawab pertanyaan. 5. Menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan. Upayakan peserta didik yang menjawabnya walaupun pada akhirnya dengan sedikit bantuan guru. 6. Memberi judgment salah pada jawaban peserta didik, ganti dengan sebutan belum tepat, sehingga mendorong peserta didik untuk berpikir ulang dan berusaha menjawab pertanyaan sambil berpikir mengapa jawaban sebelumnya belum tepat. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 237

Berikut ini yang dianjurkan dalam bertanya. 1. Memberi kesempatan yang cukup pada peserta didik untuk menjawab. Sadari bahwa guru sendiri membutuhkan waktu untuk menjawab soal. 2. Tunjukkan perhatian dan keseriusan pada apa atau cara berpikir peserta didik. 3. Memberikan apresiasi pada usaha peserta didik dalam berpikir, apapun jawabannya. 4. Mengupayakan peserta didik berpikir secara mandiri, tidak membeo jawaban temannya. 5. Mengupayakan peserta didik tidak menjawab serentak. Beri kesempatan kepada mereka yang acung tangan untuk menjawab terlebih dahulu. 6. Selalu meminta peserta didik untuk mengemukakan alasan di balik jawabnnya. Contoh Pertanyaan dalam Pembelajaran di Kelas Pertanyaan yang efektif dapat dibuat dengan teknik bekerja mundur atau mengadaptasi pertanyaan standar. Langkah-langkah dari teknik bekerja mundur adalah sebagai berikut: 1. Buat sebuah pertanyaan Berapakah panjang diagonal ruang pada kubus yang mempunyai ukuran panjang rusuk 2√3 cm? 2. Temukan jawabannya Panjang diagonal ruang pada kubus itu sama dengan 2√3 √3 cm = 6 cm 3. Susun pertanyaan yang memuat jawaban tadi sebagai data. Jika sebuah kubus memiliki panjang diagonal ruang 6 cm, berapakah panjang rusuknya? Jika sebuah kubus memiliki panjang diagonal ruang 6 cm, berapakah panjang diagonal sisinya? Adapun langkah-langkah dari teknik mengadaptasi pertanyaan standar adalah sebagai berikut. 1. Temukan soal atau pertanyaan standar. Contoh pertanyaan berikut: Berapakah panjang diagonal ruang pada kubus yang mempunyai ukuran panjang rusuk 2√3 cm? 2. Modifikasi pertanyaan standar tersebut hingga bersifat open-ended atau memiliki cara dan jawaban beragam. Contoh pertanyaan berikut: Sebuah kubus memiliki rusuk di antara 1 cm dan 4 cm. Berapa panjang diagonal ruang kubus itu yang mungkin? Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 238

Berikut contoh pertanyaan biasa (a) dan pertanyaan efektif (b). 1. (a) Anak-anak, bagaimana sudah faham mengalikan dua matriks? Jawaban dari pertanyaan ini kemungkinan dijawab oleh anak secara serentak \"sudah\" atau \"belum\" dan substansi faham tidak terungkap. Untuk keperluan pembelajaran yang berkelanjutan, bila pertanyaan (a) sudah terlanjur disampaikan, agar disambung dengan meminta peserta didik menjelaskan jawaban. (b) Pulan, silahkan sampaikan kepada teman-temanmu, bagaimana prosedur perkalian dua matriks yang kita pelajari hari ini? Pertanyaan ini dinilai efektif, karena dapat mengkonfirmasi pengetahuan prosedur peserta didik. Setelah jawaban diperoleh guru, guru dapat memutuskan apakah ada yang harus diulang atau memberi penguatan, kemudianmenlanjutkan kegiatan pembelajaran berikutnya. 2. (a) Jika ada kawat sepanjang 96 cm, dan akan dibuat bangun persegi panjang, berapakah ukuran persegi panjang yang harus dibuat agar luasnya maksimum? Jawaban soal ini mudah ditebak, yaitu bentuk persegi panjangnya akan berupa persegi sehingga panjang dan lebarnya sama, yaitu panjang kawat dibagi 4 dan luasnya 576cm2. (b) Dari sebuah kawat sepanjang 96 cm akan dibuat kerangka seperti pada gambar. Persegi panjang ABGH, BCFG, dan CDEF kongruen.Bagaimanakah ukuran kerangka agar luas di dalam kerangka itu maksimum? Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 239

Keterampilan Menjawab dan Bertanya Bagi seorang guru, penting mempunyai keterampilan menjawab pertanyaan demikian juga keterampilan mengajukan pertanyaan. Keterampilan mengajukan pertanyaan mempunyai nilai penting yang lebih dari keterampilan menjawab. Pertanyaan yang tepat dan terukur dapat mengarahkan aktivitas belajar peserta didik menuju pencapaian tujuan pembelajaran. Pada saat guru menjawab pertanyaan, maka aktivitas belajar peserta didik tidak menonjol, guru dominan. Kecuali bila dalam menjawab pertanyaan, guru tidak memberikan isi jawabanpertanyaan, melainkan mengemasnya menjadi pertanyaan yang memancing peserta didik untuk berpikir menemukan jawabannya sendiri. Ketertarikan dan Rasa Ingin Tahu Terpuaskan dengan Bertanya \"Hal terpenting adalah jangan berhenti bertanya. Ketertarikan atau rasa ingin tahu memiliki alasannya sendiri untuk hadir,” pepatah Einstein Bertanya menjadi sarana untuk memenuhi ketertarikan dan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu seseorang itu mungkin kodrati. Kita dapat saksikan bagaimana perilaku bayi yg baru menerima mainan baru. Ia menggunakan mulutnya untuk mengetahui mainan itu. Ia menggungcangkannya, mengangkatnya, dan perlahan-lahan memutarnya. Ia menjatuhkannya dan memungutnya lagi. Demikian cara bayi mencoba memenuhi rasa ingin tahu tentang mainannya. Bukankah kita juga pernah menyaksikan, bagaiman anak kecil yang ingin mengetahui tentangapa saja yang dia lihat. Dia bertanya. Kadang pertanyaannya diulang. Bayi yang mencoba mencari jawab rasa ingin tahunya dan anak kecil yang terus-menerus bertanya adalah pelajar tulen. Orang dewasa ada yang tidak tahu di tahunya, tidak tahu di tidak tahunya, tahu di tahunya, dan tahu di tidak tahunya. Kita merasakan bahwa semakin banyak pengetahuan yang dapat kita dipelajari, semakin tahu bahwa banyak hal yang belum/tidak kita ketahui. Kiranya, manusia pembelajar adalah orang yang tahu di tidak tahunya. Dan untuk memuaskan (memenuhi tuntutan dari) ketidaktahuan/rasa ingin tahu, kita melakukannya dengan bertanya. Demikian tentang pertanyaan efektif dalam pembelajaran. Tersedia video penjelasan tentang ini yang dapat disimak di Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 240

M. Eka Djuniar Arifien Guru Matematika di SMAN 1 Majalengka M. Eka Djuniar Arifien biasa dipanggil Eka. Adem dari inisial namanya jika dibalik selalu dipakai pada akun dan karya-karyanya. Lahir di Ciamis pada 1 Juni 1967. Bersekolah di SDN Majalengka 2 (1980), SMPN 1 Majalengka (1983), dan SMA 1 Majalengka (1986). Kuliah di Pendidikan Matematika D3 FMIP IPB (1989) dan UT (1994). Sekarang menjadi guru Matematika di SMAN 1 Majalengka sejak tahun 2001. Sebelumnya dari tahun 1990 menjadi guru matematika di SMAN 4 Tasikmalaya. Suka ngoding untuk membuat website atau aplikasi yang digunakan di sekolah sendiri. Menjadi pengguna LaTeX, sejak membaca tulisan yang menyampaikan perkataan dosen ITB yang bernama Johan Matheus Tuwankotta bahwa \"Anak matematika tidak memakai latex untuk nulis skripsi dan sekaligus presentasinya adalah penyakit masyarakat matematika\". Suka mengalah, tetapi ketika meraih peringkat pertama guru berprestasi di kabupaten Majalengka menyukainya juga sambil berharap itu dapat menginspirasi anak didiknya. Masih terus belajar dan mengikuti banyak diklat online, kiranya ini dapat menyemangati anak didiknya untuk giat belajar karena yang sudah beruban pun masih rajin belajar. Link youtube https://www.youtube.com/watch?v=NlSXBiiPrhY. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 241

Bab 34 Pengalaman Bimbingan Lomba Eratosthenes Experiment Photo Contest 2018 Materi oleh Meta Indah Agnestia, S.Pd SMA NEGERI 2 PADALARANG A. PENDAHULUAN Eratosthenes Experiment Photo Contest 2018 merupakan kegiatan tahunan yang berhubungan dengan Astronomi dalam komunitas internasional yaitu Open Discovery Space (ODS). Kegiatan ini merupakan perlombaan yang berskala internasional dan diikuti oleh sekolah-sekolah dari seluruh dunia. Informasi mengenai kegiatan ini diperoleh penulis saat menjadi staff kesiswaan SMA Negeri 2 Padalarang dan bekerja sama dengan Tim Pelatihan Olimpiade Sains Siswa (OSN) Bidang Astronomi. Kegiatan ini merupakan pengalaman pertama yang diikuti oleh SMA Negeri 2 Padalarang sebagai perwakilan Indonesia. Pada tahun 2018 hanya ada dua sekolah yang mewakili Indonesia dalam lomba Eratosthenes Experiment Photo Contest ini, salah satunya yaitu SMA Negeri 2 Padalarang. Oleh karena itu melalui pelatihan Virtual Coordinator Training (VCT) Batch III, penulis ingin membagikan informasi mengenai kegiatan lomba ini kepada guru-guru di sekolah lain. Semoga lebih banyak lagi yang bisa mewakili Indonesia dalam lomba internasional. B. PENGALAMAN BIMBINGAN LOMBA Eratosthenes Experiment Photo Contest 2018 Tujuan dari kegiatan Eratosthenes Experiment Photo Contest 2018 ini adalah untuk membuktikan keliling bumi (circumference) dan Jari-jari bumi ( R ) melalui pengukuran bayang-bayang benda pada suatu daerah saat titik balik matahari. Untuk mengikuti kegiatan ini, Tim Eratosthenes harus login terlebih dahulu pada laman eratosthenes.ea.gr. Setelah login dengan menggunakan aplikasi google earth dan NOAA Solar Calculator waktu titik balik matahari ditentukan sesuai dengan posisi SMAN 2 Padalarang. META INDAH AGNESTIA 2 Gambar 1. Skema Pengukuran Keliling Bumi Berdasarkan Bayangbanyang Benda Pada Titik Balik Matahari Gambar 2. Penggunaan NOAA Solar Calculator Tahun ini titik balik matahari terjadi pada tanggal 21 Maret 2018 pada jam 11:57:21 WIB. Pada waktu tersebut empat (4) orang siswa diminta untuk mempersiapkan benda setinggi 1 m yang dipasang tegak pada area tertentu (lapangan) dan mengukur panjang bayang-bayangnya. Selain itu beberapa siswa yang lain membantu mempersiapkan pengambilan gambar (foto). Kegiatan ini sudah dipersiapkan mulai hari Jumat (16 Maret 2018) dan Senin s.d. Rabu (19 s.d. 21 Maret 2018). Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 242

Dalam kegiatan ini para siswa bersamasama dengan guru pembimbing menggunakan alat dan bahan antara lain: • Pipa paralon • ATK (pensil, pulpen, spidol, pensil warna, kertas A3, kertas warna dll) • Cat • Crayon warna • Glitter • Spanduk • Bendera merah putih • Botol-botol bekas air mineral Hasil pengukuran Eratosthenes Experiment Photo Contest 2018 yaitu: 1. Benda (pipa paralon) setinggi 1 m memiliki panjang bayangan 12 cm 2. Keliling bumi = 37611,94 Km ; Jari-jari Bumi = 5986,126 Km 3. Galat terhadap R sebenarnya = 6,041% 4. Foto kegiatan Data hasil pengukuran tersebut kemudian diisikan pada laman eratosthenes.ea.gr. Adapun foto kegiatan yang diikutsertakan yaitu: Foto yang Diikutsertakan Dalam Lomba Eratosthenes Experiment Photo Contest 2018 Setelah hasil pengukuran diisikan pada laman eratosthenes.ea.gr. pihak panitia kemudian mengumumkan pemenang 1,2, dan 3 kegiatan Eratosthenes Experiment Photo Contest Tahun 2018 yaitu: 1. Ms. Isabel Cristina Gutiérrez from Cepa Calvia Primary school (in collaborastion with Ms. Iris Morey), in the city of Magaluf in Spain. META INDAH AGNESTIA 6 2. Ms. Zeynep Karul from the Makbule Hasan Uçar Anatolian High School, in the city of Kuşadası in Turkey. 3. Ms. Serhat Çeven from Cumhuriyet Secondary School, in the city of Istanbul in Turkey. META INDAH AGNESTIA 7 C. PENUTUP Kegiatan Eratosthenes Experiment Photo Contest Tahun 2018 ini sangat bermanfaat dalam pengembangan keterampilan sains siswa. Melalui kegiatan ini, peserta melakukan percobaan, mengumpulkan data dan mengkomunikasikan hasil yang diperoleh. Selain itu kegiatan ini berskala intermasional sehingga memberikan pengalaman kompetisi bagi siswa SMA Negeri 2 Padalarang dengan siswa-siswa sekolah lain dari seluruh dunia. Walaupun SMA Negeri 2 Padalarang belum memperoleh hasil yang terbaik, yaitu summer camp di Athena, Yunani namun pengalaman selama mengikuti kegiatan ini sangat bermanfaat. Semoga tahun depan Tim Eratosthenes dapat berpartisipasi kembali dalam kegiatan ini dan memperoleh hasil yang terbaik. Melalui pelatihan VCT Batch III, penulis berharap guru-guru lain dapat memperoleh informasi mengenai lomba ini dan berpartisipasi mewakili Indonesia. Selain itu semoga pengalaman penulis mampu menjadi inspirasi bagi guru-guru lain dalam mengembangkan keterampilan sains siswa dan berkompetisi untuk meraih prestasi. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 243

META INDAH AGNESTIA, S.Pd. Guru Kimia dan Fisika SMA Terbuka 2 Padalarang Nama : META INDAH AGNESTIA, S.Pd. Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Padalarang Mata Pelajaran yang Diampu : Kimia dan Fisika Juga sebagai Tutor Online Mata Pelajaran Kimia SMA Terbuka 2 Padalarang Pendidikan Terakhir : S1 Pendidikan Kimia UPI, lulus tahun 2006 Usia : 34 tahun Prestasi yang Diperoleh : - Penulis buku INTISARI KIMIA Untuk SMA Kelas X – XI – XII (Bandung: Pustaka Setia) - Juara 1 OGN Mata Pelajaran Kimia Tingkat KBB Tahun 2016 - Finalis Lomba Inovasi Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2017 Link youtube https://www.youtube.com/watch?v=AD8QiRrbCDw Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 244

Bab 35 TAKAKURA…..UBAH SAMPAH JADI BERKAH Materi oleh Nanik Nurlaela, M.Pd SMAN 1 Kuripan, Kab. Probolinggo Permasalahan sampah di Jawa Timur masih sangat banyak. Tinggiya jumlah penduduk memicu banyaknya jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari. Permasalahan sampah ini juga terjadi di kota Probolinggo. Limbah sampah per orang mencapai rata rata 2,5 kg/hari, dan total keseluruhan limbah sampah di Kota Probolinggo dari limbah warga mencapai 30-40 ton/hari (Singgih, 2015). Sampah merupakan konsekuensi dari aktivitas manusia. Semakin tinggi aktivitasnya maka semakin banyak sampah yang dihasilkannya. Sampah domestic yang kita hasilkan bisa kita kategorikan menjadi sampah organic dan sampah anorganik. Sampah organic merupakan yang berasal dari mahluk hidup yang bisa mengalami pelapukan, terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan juga tidak berbau kita biasa menyebutnya dengan kompos. Contoh sampah organic yaitu daun, sayuran, kotoran hewan dll. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan darai berbagai macam proses, tidak bisa diuraikan oleh bakteri secara alami, kalaupun bisa diurai membutuhkan waktu yang sangat lama. Contoh sampah anorganik diantaranya adalah kaleng, botol, plastic, kaca, dll. Sebagai warga yang baik, mari kita ikut berpartisipasi dalam pengolahan sampah, khususnya sampah domestic yang kita hasilkan setiap hari. Sampah di rumah kita sebaiknya kita pisahkan tempat pembuangannya. Di rumah kita siapkan wadah untuk sampah organik, dan wadah untuk sampah anorganik. Sampah anorganik biasanya akan diambil oleh para pemulung. Sampah organic bisa kita ubah menjadi barang yang lebih bermanfaat, dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Sampah organic yang kita hasilkan dari aktivitas rumah tangga kita ubah menjadi pupuk kompos (composting). Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 245

Composting yaitu pemecahan bahan – bahan organik sampah secara biokimia, dengan hasil akhir berupa humus. Proses ini membutuhkan bantuan mikroorganisme seperti jamur, bakteri, maupun cacing tanah. Syarat pengolahan kompos adalah tersedianya mikroba, O2, kelembapan (50%-70%), suhu (45 oC-70 oC), nutrisi (C/N), dan pH. Salah satu metode yang mudah untuk membuat kompos adalah dengan menggunakan keranjang Takakura. Apa itu Takakura? Takakura merupakan suatu metode pengomposan untuk mendaur ulang sampah dapur (Widikusyanto, 2015). Metode ini cukup mudah, tidak membutuhkan lahan yang luas, sesuai untuk volume sampah domestic yang dihasilkan dari sampah rumah tangga sehari-hari. Sampah organic rumah tangga dapat dikelola dengan mudah, murah, tidak menimbulkan bau, tidak menyita banyak waktu serta hasilnya bisa lansung dimanfaatkan. Takakura diperkenalkan oleh seorang peneliti dari Jepang bernama Mr. Koji TAKAKURA. Mr. Takakura melakukan penelitian di Surabaya untuk mencari solusi dari masalah sampah domestic di kota Surabaya. Mr. Takakura mengambil sampah rumah tangga, kemudian sampah dipilah dan dibuat beberapa percobaan untuk menemukan bakteri yang sesuai untuk menghasilkan kompos kompos yang kering dan tidak berbau. Bakteri yang dapat menghasilkan kompos yang bagus akan dikembangbiakkan oleh Takakura. Bakteri ini kemudian dijadikan starter kit bagi keranjang Takakura. Hasil percobaan itu, Mr. Takakura menemukan keranjang yang disebut “Takakura Home Method” yang biasa kita kenal dengan nama “Keranjang Takakura”. Bagaimana membuat kompos dengan keranjang Takakura? Sebagai langkah awal kita siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat kompos dengan keranjang Takakura. Alat dan bahannya sebagai berikut: Alat dan bahan 1. Sekop 2. Keranjang Takakura (keranjang berlubang kecil-kecil) Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 246

3. Pisau/gunting untuk memotong-motong sampah hijau 4. Sampah Rumah Tangga 5. Starter Kompos/EM 4 6. Bantalan sekam dua buah 7. Air secukupnya Proses pembuatan kompos seperti pada bagan di bawah ini. • potong kecil-kecil Pengomposan • tuang kompos, sampah hijau keringkan, diayak • masukkan kardus • buat bantal ke dalam • kompos siap sekam keranjang digunakan Persiapan • masukkan bantal Pemanenan sekam • masukkan kompos/starter • masukkan bahan yang akan dikomposkan • masukkan bantal sekam atas • tutup dengan kain hitam Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 247

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=zwS0KNklPH8&t=143s Gb 1. Proses Komposting dengan Keranjang Takakura Ciri-ciri Kompos yang bagus: 1. Berwarna gelap (Kehitam-hitaman), rapuh, dan berbau seperti tanah 2. Bentuk fisik kompos tidak seperti aslinya, terdekomposisi dengan baik 3. Biasanya volume kompos berkisar 25%-30% dari volumen sampah organik bahan kompos 4. Suhu berkisar 30ºC-35ºC Menurut badan standardisasi nasional, kompos yang baik diantaranya memiliki persyaratan sebagai berikut: 1. Kematangan kompos ditunjukkan oleh hal-hal berikut : 1) C/N - rasio mempunyai nilai (10 - 20) : 1, 2) suhu sesuai dengan dengan suhu air tanah, 3) bewarna kehitaman dan tekstur seperti tanah, 4) berbau tanah 2. Tidak mengandung bahan asing Tidak mengandung bahan asing seperti berikut : 1) Semua bahan pengotor organik atau anorganik seperti logam, gelas, plastik dan karet, 2) pencemar lingkungan seperti senyawa logam berat, B3 dan kimia organik seperti pestisida . 3. Organisme pathogen tidak melampaui batas berikut : 1) Fecal Coli 1000 MPN/gr total solid dalam keadaan kering, 2) Salmonella sp. ,3 MPN / 4 gr total solid dalam keadaan kering. Hal tersebut dapat dicapai dengan menjaga kondisi operasi pengomposan pada temperatur 55 °C. Berikut ini ada beberapa tips yang bisa diterapkan agar berhasil membuat kompos dengan keranjang Takakura. a. potong kecil-kecil seluruh bahan sampah (buah-buahan atau sayur-sayuran) uraikan/pisahkan tangkainya b. untuk bahan-bahan kayu (seperti ranting) potong menjadi kepingan kecil c. jika ada kulit telur, maka remas kulit telur. d. Potong sampah kecil-kecil, semakin kecil sampah semakin cepat menjadi kompos e. Aduk sampah 4 hari sekali Selamat mencoba membuat kompos dengan keranjang Takakura…. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 248

Nanik Nurlaela Guru di SMA Negeri 1 Kuripan Kabupaten Probolinggo Nanik Nurlaela, lahir di Ngawi, pada tanggal 13 April 1985. Pendidikan SD hingga SMA diselesaikan di Ngawi. Tahun 2003 masuk di bangku kuliah jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang, lulus pada tahun 2007. Menikah dengan Risa Rauzi Shafar pada tahun 2008 dan dikaruniai 3 putra hingga sekarang. Menjadi penulis modul sekaligus tenaga pengajar di BMB Air-Langga tahun 2009-2011. Mengajar di SMA Negeri 1 Kuripan Kabupaten Probolinggo mulai tahun 2009 hingga sekarang. Pada tahun 2015 mendapat beasiswa S2 dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur di Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang. Pendidikan S2 diselesaikan pada tahun 2017. Pada tahun 2016 berkesempatan mengikuti kegiatan Teacher Training & Career Development di Nanjing Agricultural University (NAU) China selama 1 bulan. Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 249

Bab 36 Lawan bullying, sebab diam bukan pilihan Materi oleh Nikmatur Rohmaya sumber: http://blogsaniapujianti.blogspot.com/ Belum hilang dari ingatan kita kasus bullying siswi SMP di MH Thamrin yang viral pada bulan juli lalu, kini kembali beredar video bullying seorang siswi SMA di Palembang. Tidak tanggung-tanggung, video bullying tersebut disiarkan secara langsung via Instagram. Sungguh kejadian yang membuat kita mengelus dada. Menurut Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam melalui situs resmi KPAI menyatakan bahwa kasus kekerasan terhadap anak pada tahun 2015 menurun, namun kasus bullying pada anak justru meningkat. Sementara itu, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasa Putra menjelaskan, sejak tahun 2011 hingga 2016 pihaknya telah menemukan sekitar 23 ribu kasus kekerasan fisik dan psikis terhadap anak. Namun, khusus untuk bullying, tercatat ada sekitar 253 kasus. Jumlah tersebut terdiri dari 122 anak yang menjadi korban dan 131 anak yang menjadi pelaku. Hingga Kementerian Sosial pun memberikan perhatian khusus pada kasus bullying. Dari data survey kemsos ditemukan data sebanyak 84% anak usia 12 hingga 17 tahun pernah menjadi korban bullying. Selain itu dari layanan yang dibuka kemsos melalui telepon sahabat anak atau TESPA sejak januari hingga 15 juli, tercatat ada 976 pengaduan dan 117 diantaranya adalah kasus bullying. Data-data diatas belum termasuk kasus-kasus bullying yang tidak laporkan. Sebab, tidak semua korban bullying memiliki keberanian untuk melaporkan bullying yang dialaminya. Berikut merupakan ulasan penulis tentang bullying Kumpulan Materi Beserta Virtual Coordinator – VCT Indonesia 250


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook