Tak Rugi Keluar dari Status Buruh Pabrik Swasta Beruntung Pernah Menjadi Ketua Karang Taruna Sebagaimana penulis sampaikan di atas, bekerja sebagai pendamping desa adalah pengalaman baru. Sebagai pekerja perusahaan swasta, bisa dikatakan penulis tidak pernah bersinggungan dengan kehidupan desa, apalagi bersentuhan dengan pemerintahan desa. Karena ketika kali pertama bertemu dengan kepala desa rasanya kami belum memiliki pengalaman penuh dalam kerja-kerja pendampingan Desa. Beruntung penulis memiliki sedikit pengalaman di desa yaitu pernah menjadi pengurus organisasi Karang Taruna. Dengan pengalaman tersebut,penulissangat terbantu dalam pekerjaan ini karena sedikit banyak sudah mengetahui program yang ada di desa dan apa yang seharusnya dikerjakan sebagai pendamping desa, walau hanya setingkat lokal desa. Tantangan tersebut tidak .....saya menjadi peka dan menyurutkan penulis untuk kritis terhadap kegiatan yang terus belajar dalam melakukan ada di desa, sehingga dengan dampingan di 4 (Empat) banyaknya pengalaman yang Desa tersebut. Saat tulisan ini di dapat saya memiliki rasa ditulis, penulis sudah menjadi peduli terhadap desa..... Pendamping Desa Pemberdayaan (PDP) Di Kecamatan Belitang Madang Raya (BMR). Syukur, penulis mendapat kesempatan naik tingkat, berkat pengalaman sewaktu menjadi pendamping lokal desa (PLD) di Kecamatan Semendawai Timur.Setelah menjadi PDP, tantangan yang saya hadapi tentunya lebih besar dari pada saat menjadi PLD. Artinya kalau sebelumnya hanya berhubungan dengan 4 desa, sekarang berhubungan dengan desa di satu kecamatan, di mana dalam satu kecamatan terdapat 16 desa. Belum lagi tuntutan untuk berhubungan dengan para pihak terkait di tingkat kecamatan semakin kompleks. Hal itulah yang mendorang saya untuk terus semangat belajar 127
Berguru Pada Desa saya sebagai pendamping desa me dalam menjalin rasakan kenapa pendampingan desa k o m u n ik a s i sangat diperlukan dalam mengawal dengan ber pemerintahan di desa. Ya karena itu bagai pihak disebabkan oleh adanya pemanfaatan baik dengan Dana Desa yang belum sepenuhnya kepala desa dapat dirasakan oleh masyarakat di maupun pihak desa. P em er i n t a h Kecamatan Belitang Madang Raya (BMR). Penulis yakin, dengan adanya komunikasi dan koordinasi yang baik antar semua pihak maka proses pendampingan dapat berjalan dengan baik. Adabanyakmanfaatyangsayadapatkandarikerjamendampingi desa dan masyarakat. Saya dapat lebih memahami arti ber- Desa yang baik. Bagi saya, sesungguhnya potensi yang ada di desa saat ini sangat luar biasa, tinggal bagaimana pemerintahan desa dan masyarakatnya dalam mengelola potensi yang ada di dalam desanya. Bila mau berhasil, maka pemerintah desa dan masyarakatnya harus giat dan kreatif membangun.Selain dari pada itu, saya menjadi peka dan kritis terhadap kegiatan yang ada di desa, sehingga dengan banyaknya pengalaman yang di dapat saya memiliki rasa peduli terhadap desa.Dengan demikian saya berharap dengan banyaknya pendamping desa, akan mampu mendorong masing-masing desa menjadi desa yang unggul dan maju. Dalam melakukan pemdampingan desa, sangat banyak menghadapi permasalahan.Di antaranya berkaitan dengan Sumber daya Manusia (SDM) pemerintahan desa dan masyarakat yang belum memadai harapan. Selain itu di awal- awal keberadaan pendamping desa itu sendiri di kecamatan atau desa dampingan tidak sepenuhnya langsung diterima oleh 128
Tak Rugi Keluar dari Status Buruh Pabrik Swasta kepala desa.Hampir rata-rata pemerintah desa belum begitu memahami program pendampingan desa. Seiring berjalannya waktu, maka posisi pendamping desa mulai diterima di desa dampingan, karena pendamping desa mampu memberikan win win solution terhadap permasalahan-permasalahan yang pihak desa hadapi. Selain dari pada itu, saya sebagai pendamping desa merasakan kenapa pendampingan desa sangat diperlukan dalam mengawal pemerintahan di desa. Ya karena itu disebabkan oleh adanya pemanfaatan Dana Desa yang belum sepenuhnya dapat dirasakan oleh masyarakat di desa. Untuk mendorong desa dampingan menjadi lebih baik, terutama agar desa memiliki kemampuan memahami serta mampu menjalankan program dan kegiatan pembangunan berjalan efektif, penulis melancarkan beberapa strategi. Strategi-strategi yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: 1. Memahami Tugas Pokok dan Fungsi sebagai Pendamp- ing desa sehingga ketika sudah paham dengan TUPOKSI maka, pekerjaan kita akan Tepat sasaran. 2. Melakukan Koordinasi Tingkat Desa Dan Kabupaten Dan Juga Pendamping Lokal Desa agar proses Pendamp- ingan Berjalan dengan Sebagai Mestinya. 3. Mendorong Pemerintah Desa untuk dapat memahami tujuan penggunaan Dana Desa melalui Aktif dalam ber- musyawarah, Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). 4. Memberikan solusi agar pemerintah desa Aktif Dalam melakukan penanganan masalah yang ada di dalam desa tersebut. 5. Mengajak Pemerintahan Desa agar kreatif aktif serta ino- vatif supaya desa menjadi desa yang ber-SDM unggul dan maju. Selama mendampingi desa tentunya ada beberapa hasil 129
Berguru Pada Desa capaian yang digapai. Dengan kerja keras dan semangat serta upaya dalam memaksimalkan kerja sebagai Pendamping Desa dalam mengawal atau mendampingi penggunaan Dana Desa, kami sebagai Pendamping Desa patut bangga dengan desa-desa dampingan. Karena, Desa dalam melakukan proses kegiatan yang ada, saat ini sudah semakin baik.Diawali dari perencanaan, saat ini tingkat partisipatif masyarakatnya sudah meningkat.Padahal awalnya, setiap dalam musyawarah desa, penyelenggara hanya mengundang Perangkat Desa.Saat ini dari berbagai pihak sudah ikut berperan aktif. Di tingkat pembangunan desa, saat ini juga sudah terlihat dan dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat desa. Dari 16 desa dampingan, sudah hampir 50% jalan poros desa terselesaikan, 50% lainnya baru selesai sebagian. Hal ini disebabkan oleh luasnya ruas jalan dan minimnya pembangunan sebelun turun Dana Desa, selain jalan poros desa ada gorong gorong siring dll. Selain infrastruktur yang berupa jalan sebagai wahana transportasi desa, di desa dampingan kami juga sudah dibangun berbagai fasilitas publik yang berfungsi untuk mendongkrak kapasitas sumber daya manusia membangun gedung PAUD yang terletak di Desa Mekar Jaya, Bangsa Negara, Tebing Sari Mulya, Pelita Jaya dan Karang Binangun II. Selain gedung PAUD,ada banyak hasil lainnya yang sudah tercapai, seperti Taman Pintar di Desa Karang Binangun II. Pembangunan Taman Pintar ini merupakan pelaksanaan dari komitmen kepala desa dalam kegiatanBursa Inovasi Desa (BID). Ada pula yang membangun Sekolah Sepak Bola (SSB). Kegiatan ini dikembangkan di Desa Marga Cinta. SSB ini merupakan pengembangan kegiatan dari sarana Olah Raga Desa. Menyimak hasil-hasil pembangunan desa, rasanya senang. Karena saya merasakan, bekerja sebagai pendamping desa 130
Tak Rugi Keluar dari Status Buruh Pabrik Swasta bukan pekerjaan mudah, apalagi bila tak disertai rasa senang. Menjadi pendamping desa, membutuhkan kesabaran dan ketekunan, utamanya dalam menjalin komunikasi dengan semua pihak agar semua progam dapat berjalan dengan baik. 131
Bertransformasi dari Pegawai Bank ke Pendamping Desa Oleh: Maira Erliyani (PDP Kec. Muara Beliti, Kab. Musirawas) S ejak November 2017 saya mendapatkan amanah sebagai Tenaga Pendamping Desa profesional. Tugasnya di Kecamatan Muara Beliti, Kabupaten Musi Rawas. Saat ini sudah terhitung hampir 2 tahun mendampingi dan ikut mengawal pelaksanaan UU Desa, khususnya dalam hal pengelolaan Dana Desa. Sebagaimana kita tahu, Undang- Undang Desa telah memberikan ruang pada desa sebagai ujung tombak pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desa kini, memiliki wewenang untuk mengelola sumber daya manusia dan sumber daya alam dengan dana yang memadai guna mengelola potensi yang ada di desa agar dapat meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat desa. Segmentasi pembangunannya tentu meliputi banyak bidang seperti bidang perternakan, perikanan, mengangkat harkat ekonomi lokal berupa aneka ragam jenis kerajinan tangan yang dibuat oleh kelompok ibu-ibu, bidang pelatihan dan mengembangkan destinasi wisata di desa agar dapat 132
Bertransformasi dari Pegawai Bank ke Pendamping Desa dikelola oleh BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) agar desa bias menghasilkan PAD (Pendapatan Asli Desa). Bekerja sebagai pendamping tentu tidak hanya sekadar mengawal tahapan pencairan DD, tapi juga mengevaluasi dan merefleksikan bagaimana DD dikelola oleh Pemdes penerimanya. Hasil evaluasi dua tahun terakhir, Dana Desa khususnya di Kecamatan Muara Beliti Kabupaten Musi Rawas, telah membawa perubahan yang saya kira patut mendapat apresiasi yang membanggakan. Dana Desa telah menjadikan Kecamatan Muara Beliti meninggalkan status lamanya sebagai kecamatan dengan tingkat desa tertinggal yang tinggi. Dari 11 desa yang ada, kini lepas dari status tertinggal, menjadi desa berkembang dan maju di tahun 2019. Saya patut bersyukur karena dengan demikian, Dana Desa sangat bermanfaat bagi masyarakat dan desa.Terlebih bila pandangan kita jatuhkan pada banyaknya infrastruktur desa yang dibangun oleh pemerintah desa, mulai dari pembangunan sarana dan prasarana jalan, drainase, PAUD, Polindes, TPT, rumah sehat, lapangan olahraga, volly, bulu tangkis, gedung sarana olahraga, kumbung jamur, taman desa, embung, hingga masuknya jaringan internet ke desa serta pengembangan usaha BUMDes. Maka kian tumbuh harapan saya akan adanya apresiasi yang ditujukan kepada para pendamping. Bagaimana pun di balik prestasi pembangunan infrastruktur tadi, dibaliknya ada kerja para pendamping. Ketercapaian dalam pengawalan Dana Desa di atas tentu tidak lepas dari pendampingan kami di lapangan. Bukan bermaksud pamer, tapi sekadar menulis apa yang kami lakukan kepada masyarakat luas tentu sesuatu yang saya kira penting. Karena dengan demikian, kerja-kerja saya yang berada di bawah koordinasi Kemendesa PDTT, dapat saya pertanggungjawabkan kepada publik. Tentu merupakan 133
Berguru Pada Desa kegembiraan bagi saya dan para pendamping desa lainnya di Indonesia, manakala pelaksanaan UU Desa berbuah manis, yakni lahirnya desa sejahtera, mandiri dan demokratis. Sekali lagi kami tak butuh pengakuan, tapi kami butuh ruang untuk menyampaikan peran dan kerja kami dalam menjalankan mandat UU Desa tadi. Dalam menjalankan amanah pendampingan saya menghadapidilemma.Karena ilmu pemberdayaan saya di masyarakat masih sangat minim sekali. Tapi prinsip saya, justru saat terjun di masyarakat, justru ilmu akan bermanfaat. Berbagai upaya saya terapkan, mulai dari pendekatan, mengajak masyarakat bekerja sama antara aparat desa dengan masyarakat dalam mewujudkan desa yang diimpikan. Mengukir kesuksesan dalam hal pendampingan desa bukan sesuatu yang mudah dalam pembangunan SDM (sumber daya alam) dan pembangunan desa. Ukurannya tentu sulit di buktikan. Namun dengan adanya perubahan status desa, dari status desa tertinggal menjadi berkembang dan maju membuat saya bersama rekan kerja, pendamping dan pendamping lokal desa merasa bersyukur, kesuksesan tersebut akhirnya dapat diketahui. Ini prestasi yang saya kira tidak dapat saya perankan sendiri, melainkan, tetapi ada dukungan dan peran aktif seluruh masyarakat desa dan pemerintah setempat, serta pendamping desa dan pendamping lokal desa. Menjadi pendamping desa jelas memiliki tantangan, karena menjadi pendamping desa, saya harus siap berada di zona tidak nyaman, Sejak memiliki pengalaman 2 tahun menjadi FO (Funding Officer/Middle Funding) di salah satu perbankkan swasta. Satu tahun menjadi teller di bank juga pernah saya rasakan. Ilmu marketing bagaimana masyarakat dapat menabung dan mempercayakan simpanannya di bank kita. Pengalaman dan ilmu yang didapat selama bekerja di bank 134
Bertransformasi dari Pegawai Bank ke Pendamping Desa menjadi modal berharga bagi saya berbakti pada masyarakat. Dengan kata lain pengalaman kerja di bank dan terbiasa berbaur bersama masyarakat saya terapkan dalam kerja mendampingi desa, misalnya dalam melakukan pendekatan dan verifikasi lingkungan sekitar dan bagaimana RKL dan plan (rencana) kedepannya yang harus dilakukan. Awal bergabung di program P3MD di bawah naungan Kementerian Desa PDTT, saya mengalami kesulitan dalam hal pendampingan, yaitu saya masih sulit menyesuaikan diri dengan wilayah yang saya dampingi. Kepala Desa masih belum begitu mengenal saya, belum lagi adanya perbedaan pendekatan yang berbeda dengan pendamping sebelumnya, sampai dengan karakter kepala desa yang masih belum saya pahami, termasuk juga kurang terbukanya kepala desa soal administrasi desa, khususnya masalah laporan keuangan, kurangnya koordinasi antara pemerintah desa dengan pendamping desa, sampai wilayah yang jarak tempuhnya jauh, sepi, rawan dan sering rawan konflik, adalah sederet tantangan yang mau tidak mau harus saya hadapi dan temukan jalan pemecahannya. Awal mula saya merasa tidak nyaman.Seiring berjalannya waktu saya terus melakukan mendampingan ke desa. Saya berusaha selalu mengajak pemerintah desa untuk berkumpul bersama, sharing, dan duduk bareng sembari minum teh hangat dan singkong goreng.Akhirnya, perlahan baik saya sendiri maupun warga desa dampingan saling timbul rasa sayang dan cinta akan desa.Apalagi, bagi saya sendiri Musi Rawas Kecamatan Muara Beliti adalah tanah kelahiran saya sendiri. Kepala desa dan perangkat desa mulai mengenal saya.Benar kata pepatah “tak kenal maka tak sayang”. Interaksi sosial 135
Berguru Pada Desa hasil dari kerja pendampingan, saya bersama rekan saya diterima dengan sangat baik.Disanalah kami menemukan keluarga baru. Nuansa kehangatan tersebut kami dapatkan saat kami berkumpul bersama dengan jamuan sederhana di desa. Melalui pendekatan demi pendekatan dilakukan, akhirnya pemerintah desa mau membuka diri kepada kami untuk membangun transparansi baik mengenai administrasi maupun non aadministrasi. Bahkan kami kian rajin berkoordinasi, serta sering saling menyampaikan keluhan tentang pembangunan, sehingga kami mau saling belajar bersama bagaimana mewujudkan desa yang lepas dari status tertinggal menjadi berkembang dan maju. Tantangan menjadi pendamping desa bagi saya tak seberat menjadi penyuluh pertanian, ataupun sebagai pemasar (marketer) produk bank. Karena memberdayakan desa berarti mendampingi dari berbagai sisi, mulai dari pengawalan dana desa, yaitu mulai dari kegiatan penyusunan perencanaan pembangunan desa sampai dengan penyusunan dokumen anggaran APBDes. Intinya memastikan tata kelola Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD) berjalan efektif. Selain itu, di dataran pelaksanaan anggarannya, kami pun harus memantaunya, untuk memastikan apakah kegiatan tersebut terlaksana dengan baik atau tidak, memastikan apakah pembangunan itu tepat sasaran atau tidak dan mengawasi agar tidak terjadi penyimpangan. Terhadap praktik pendampingan yang demikian, terkadang masih membuat pemerintah desa merasa kurang nyaman. Tetapi di situlah letak tantangan peran pendampingan yang harus saya jalani. Saya memilih pendekatan kekeluargaan, agar para aparat pemerintah desa tidak merasa asing kepada saya. Singkat cerita, saya bisa diterima dan pemerintah desa mau terbuka, walau untuk sekadar berbagi informasi permasalahan 136
Bertransformasi dari Pegawai Bank ke Pendamping Desa administrasi, walaupun menyangkut keuangan desa. Saya cukup bergembira, selama berinteraksi sebagai pendamping desa sejak tahun November 2017 hingga sekarang, desa-desa dampingan di Kecamatan Muara Beliti telah mengalami kemajuan, misalnya, banyak desa yang sudah mendirikan BUMDes, membangun atau merehab bangunan irigasi, membangun jalan usaha tani. Jalan usaha tani di kecamatan ini merupakan salah satu akses vital bagi masyarakat. Pasalnya, sebagian besar penduduknya adalah pekebun. Jadi, setiap hari mereka harus ke kebun. Nah, dengan dibangunnya jalan tani menjadi lebih berkualitas, mobilitas para pekebun menjadi lancar dan nyaman. Selain itu, desa-desa di Kecamatan Muara Beliti, juga ada yang membangun gedung sarana olahraga. Sebelum ada gedung olah raga, anak-anak dan pemuda desa banyak berolah raga di lapangan dan perkebunan. Dengan gedung olah raga, kini mereka dapat mengisi aktivitas olah raga tidak hanya di sore hari, tapi bisa malam hari. Yang lebih penting, sarana olah raga desa secara tidak langsung menjadi bagian cara desa mengelola dan mengembangkan talenta warganya. Selain itu, industri wisata, bila boleh dikatakan demikian di Kecamatan Beliti juga mulai tumbuh baik. Jalan desa yang semula sulit di lalui, becek dan berdebu sekarang sudah dirabat beton sehingga memperlancar masyarakat hendak berpergian tanpa terhalang jalan licin dan terjal. Ada pula rumah sehat yang dibangun dari Dana Desa telah membantu penduduk miskin untuk menjadikan rumah sehat dan layak huni, pembangunan tempatPendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Yang tak kalah menarik adalah ada Dana Desa yang dibelanjakan untuk SPP gratis anak desa dari keluarga tak mampu, sehingga tetap dapat bersekolah.Di bidang 137
Berguru Pada Desa kesehatan, beberapa desa saya dapati mengalokasikan Dana Desa untuk merehab Polindes yang sudah tidak layak lagi. Kini, kegiatan posyandu dapat dilakukan di Polindes bukan lagi di rumah warga. Selain itu, meski jumlahnya masih sedikit, di kecamatan tempat saya bekerja, sudah mulai mengembangkan jaringan internet desa, sehingga memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses informasi, terutama mahasiswa dapat mencari berita dengan mudah tanpa harus membayar. Intinya, Dana Desa telah membawa perubahan besar bagi desa. Dan, saya tidak menyesal berhenti sebagai pemasar bank lalu menjadi pendamping desa, yang penting desa berubah menuju titik kemajuan dan kemakmuran. 138
Kami Tak Sempurna Tapi...... Oleh: Ales Toteles (PLD Kec. Buay Madang Kab. Oku Timur) Dunia pemberdayaan masyarakat adalah dunia menebar sejuta manfaat bagi manusia disekeliling lingkungan seorang pekerja pemberdayaan berada. Bahkan bukan hanya bagi manusia, tapi juga lingkungan hidup. Pada bulan Desember 2015, adalah awal waktu bagi saya memulai bekerja memberikan kontribusi positif pada lingkungan sekitar. Kala itu, saya masuk ke dalam keluarga besar Pendamping Desa, lebih tepatnya sebagai Pendamping Lokal Desa (PLD). Lokasi dampingan saya di desa Aman Jaya, Desa Tebet Jaya, Desa Muda Sentosa, dan Desa Way Halom. Karakteristik desa dampingan saya sangat beragam, baik dari segi keragaman suku, agama, profesi pekerjaan, maupun latar pendidikan masyarakatnya, sehingga perlu pendekatan yang intensif dan persuasif agar bisa masuk serta diterima sehingga mampu memberikan sentuhan mengubah dan mengajak serta elemen desa dalam menyukseskan program pembangunan. Keikutsertaan mereka menentukan manfaat pembangunan kepada mereka sendiri. Terlebih saya orang desa, maka saya ingin desa dampingan saya bisa menjadi desa maju, yaitu tercukupi kebutuhan sarana dan prasarana pokok 139
Berguru Pada Desa Pertama kali terjun di dunia pemberdayaan ini masih minim ilmu dan pengalaman. Namun dengan adanya Pelatihan Peningkatan Kapasitas (OJT) oleh Tenaga Ahli P3MD, saya menjadi paham tupoksi sebagai pendamping desa di level PLD sesuai dengan Undang- undang No. 6 Tahun 2014. masyarakatnya, serta meningkatnya kualitas sumber daya manusianya. Pertama kali terjun di dunia pemberdayaan ini masih minim ilmu dan pengalaman. Namun dengan adanya Pelatihan Peningkatan Kapasitas (OJT) oleh Tenaga Ahli P3MD, saya menjadi paham tupoksi sebagai pendamping desa di level PLD sesuai dengan Undang-undang No. 6 tahun 2014. Saya mencatat ada permasalahan yang terjadi di desa, seperti tingkat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah, khususnya pada perangkat desa dan mereka nyaman didalam nya tanpa mau mengubah menjadikan dirinya lebih baik kapasitasnya. Ketika pertama kali melakukan pendampingan, saya dikira akan mengganggu jalannya pemerintahan desa, bahkan dikira menjadi mata-mata (intel) pemerintah yang hanya melihat kekurangan mereka saja. Seiring pendampingan yang rutin dan bertahap serta pemberian bimbingan kepada mereka mengenai menyusun rancangan usulan melalui musyawarah dusun (musdus), lalu usulan yang terangkum di bawa ke Musyawarah Desa (musdes), dan ditetapkan di Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes), anggapan tersebut mencair. Dengan tahapan-tahapan pendampingan, khususnya dalam tahapan perencanaan yang sistematis ini diharapkan dapat muncul usulan-usulan yang sangat diperlukan mulai dari 140
Kami Tak Sempurna Tapi... Ketika pertama kali melakukan pendampingan, saya dikira akan mengganggu jalannya pemerintahan desa, bahkan dikira menjadi mata-mata (intel) pemerintah yang hanya melihat kekurangan mereka saja. bawah. Selanjutnya saya berusaha berperan dalam pembentukan tim Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes), perencanaan pembangunan tahun berjalan dengan penyusunan dokumen Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes), sampai dengan pencermatan pagu indikatif melalui musyawarah perencanaan pembangunan desa (musrenbangdes). Tahapan berikutnya saya terlibat dalam penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes), pembuatan dokumen peraturan desa (perdes) yaitu Perdes RPJMdes, Perdes RKPDes, Perdes APBDes, Perdes BUMDesa serta peraturan desa yang lainya. 141
Berguru Pada Desa Desa Aman Jaya adalah desa dampingan sekaligus desa tempat kelahiran saya. Saya ingin pembangunan manusia dan infrastrukturnya berjalan baik dan tidak tertinggal dari desa tetangga. Karakteristik warganya sebagian besar berprofesi sebagai petani dan pedagang. Karenanya perlu pendekatan berbeda. Pendekatan-pendekatan mulai dilakukan secara bertahap baik secara personal maupun secara formal kepada perangkat desa dan warga yang semakin lama semakin memahami manfaat adanya pendamping desa. Pembangunan infrastruktur desa semakin baik dan terlihat nyata oleh warga. Jalan-jalan cor didesa Aman Jaya sudah hampir 90% selesai, termasuk jalan tani menuju persawahan untuk mengangkut hasil pertanian. Desa Way Halom, Desa Tebat Jaya, dan Desa Muda Sentosa telah mengalami perubahan positif yang signifikan. Antara sebelum dan sesudah adanya pendamping desa profesional ada perbedaan 142
Kami Tak Sempurna Tapi... cukup jauh. Intinya desa lebih maju dari sebelumnya. Hal yang terberat dan menjadi tantangan dalam pendampingan adalah mengubah paradigma pola pikir perangkat desa yang merasa enak di zona nyaman menuju pola kinerja yang ideal sehingga perangkat desa mandiri kedepannya. Meski Tak Sempurna Tapi Tetap Bermanfaat Memang jauh dari kata kesempurnaan namun besar manfaat yang dirasakan atas keberadaan pendampingan di desa bila mau jujur dapat dirasakan dan dibuktikan. Hal positif yang telah dirasakan oleh masyarakat dampingan saya diantaranya: ¾¾ Peran serta animo masyarakat sangat tinggi untuk terus bergotong-royong dan ikut membantu mengawasi jalann- ya pembangunan di desa masing-masing. ¾¾ Sarana dan prasarana yang semakin lengkap dan layak un- tuk kehidupan masyarakat. ¾¾ Perangkat desa sudah mampu dan mandiri dalam mem- buat perencanaan desa dan pelaporan keuangan desa baik manual maupun secara online. ¾¾ Program inovasi desa di setiap desa dampingan mulai menjadi sektor ekonomi pendapatan masyarakat. ¾¾ Sistem Informasi Desa (SID) semakin baik dan transpar- ansi juga, walau dengan adanya baliho rincian dana desa yang dibangun. Banyak sekali kemajuan yang dicapai dengan program pendamping profesional ini bukan saja di bidang pembangunan infrastruktur desa, tetapi juga di bidang sumber daya manusia. Semoga desa semakin mandiri, makmur, dan maju sejahtera. Maju desa nya serta bahagia masyarakatnya. Aamiin..... 143
Mengangkat Pamor Kampung Tari Remo Oleh:Muhmmad Yusuf (PD Kecamatan Bareng, Jombang) Hal yang mengasyikan kerja di dan bersama desa adalah sejarah desanya. Dengan tahu sejarah desa, kita sebagai generasi muda menjadi tahu lebih dalam tentang sejarah nasional Indonesia. Maklum bila kita belajar sejarah di bangku sekolah dulu, lebih banyak diberi pelajaran sejarah dalam arti makro. Kita dikenalkan dengan sejarah perkembangan manusia dari fase ke fase, lalau diajarkan peradaban dunia hingga akhirnya masuk ke sejarah politik bangsa kita dari masa penjajahan sampai masa kemerdekaan. Tapi sejarah desa, nyaris tak pernah kita dapati di bangku sekolah. Tarian adalah salah satu warisan budaya nasional yang ternyata lahir dari dan masih lestari di desa. Nah, salah satunya di Desa Jenisgelaran, Bareng. Agar persinggungan saya dengan sejarah lokal desa tersebut tidak menguap, dan semoga berguna tumrap masyarakat lebih luas, maka pengalaman saya sebagai pendamping desa di Kecamatan Bareng saya tuliskan. 144
Mengangkat Pamor Kampung Tari Remo Profil Desa Jenisgelaran Mari kita mulai jelajah sejarah ini kita mulai engan mempelajari profil desa. Desa Jenisgelaran adalah salah satu dari 13 desa di Kecamatan Bareng yang terletak paling ujung timur, Desa Jenisgelaran merupakan Desa yang terletak ± 6 Km dari pusat Pemerintahan Kecamatan Bareng, dengan luas wilayah 582,00 Ha. Sebelah utara dari Desa Jenisgelaran adalah Desa Pulosari, sebelah selatan ada Desa Ngampungan, dan sebelah barat ada Desa Bareng, sedangakan di sebelah timur Desa Jenisgelaran berbatasan dengan Desa Wonosalam Kec. Wonosalam. Desa Jenisgelaran terdiri dari 3 Dusun 5 RW (Rukun Warga) dan 13 RT (Rukun Tetangga). 6 RT dan 2 RW berada di Dusun Jenisgelaran, 5 RT dan 2 RW berada di Dusun Balekambang, sedangkan di Dusun Ngadirejo terdiri dari 2 RT dan 1 RW. 145
Berguru Pada Desa Legenda Desa Jenisgelaran Desa Jenisgelaran terdiri dari tiga dusun, yaitu Dusun Jenisgelaran, Dusun Balekambang, dan Dusun Ngadirejo. Dari masing-masing dusun memiliki cerita yang melatarbelakangi berdirinya dusun-dusun tersebut. Asal mula Dusun Jenisgelaran awalnya adalah hutan belantara yang sangat angker. Ada salah satu sesepuh desa yang bernama Mbah Garinten yang berasal dari Mataram memberanikan diri untuk membabat hutan belantara itu. Mbah Garinten membuka hutan (babat alas) itu dengan susah payah agar bisa bertahan hidup dari penindasan Belanda, setiap hari dia membabat hutan, setiap payah dia berteduh di bawah pohon yang rindang dengan menggelar tikar, setiap hari selalu berpindah-pindah untuk mendapatkan tempat yang cocok untuk menanam. Setiap beristiraahat selalu menggelar tikar dan selalu berpindah- pindah sampai berkali-kali sehingga terlihat banyak sekali bekas gelaran-gelaran tempat beristirahat Mbah Garinten. Dari serangkaian kegiatan tersebut akhirnya Mbah Garinten memberi sebutan hutan itu dengan sebutan Jenisgelaran yang artinya Jenis = macam, dan Gelaran = Tikar yang digelar untuk berteduh. Maka jadilah Dusun Jenisgelaran yang merupakan cikal bakal adanya dusun-dusun laninya di Desa Jenisgelaran. Asal-usul Dusun Balekambang Selanjutnya, kedatangan orang dari Yogyokarta yang bernama Mbah Den Pangat. Beliau membabat hutan yang dijadikannya kampung dan ladang. Wilayah atau hutan yang dibabatnya berbukit dan berlembah. Pada saat membabat hutan, di tengah-tengah hutan belantara, Mbah Den Pangat dan keluarganya menemukan sebuah lembah, yang merupakan sumber mata air yang mengaliri tanah-tanah disekitarnya. 146
Mengangkat Pamor Kampung Tari Remo Mbah Den Pangat pada saat membabat hutan itu kehausan, maka dia pun ke lembah itu untuk mencari air minum. Pada saat mau minum di sumber itu, Mbah Den Pangat dikejutkan dengan sekawanan kera yang hidup di atas pohon gondang yang besar. Pohon itu berada di tepi sumber air itu, sehingga banyak buah pohon gondang yang terjatuh ke permukaan air. Bentuk buahnya bulat-bulat seperti bola mengambang di atas permukaan air. Mulai saat itu Mbah Den Pangat menamakan lembah itu dengan nama Balekambang yang artinya buah gondang yang bulat-bulat seperti bola mengambang di atas permukaan air. Asal-usul Dusun Ngadirejo Dusun Ngadirejo adalah salah satu dusun yang paling akhir berdirinya di Desa Jenisgelaran. Dusun paling timur dari Desa Jenisgelaran ini berbatasan dengan Desa Wonosalam. Dengan 147
Berguru Pada Desa semakin ramainya jumlah penduduk yang ada di Dusun Jenisgelaran dan Balekambang, ada salah satu sesepuh Desa Jenisgelaran memberanikan diri membuka lahan di hutan belantara yang berada di sebelah Dusun Wonosalam dekat Gunung Kuncung. Sesepuh itu adalah Mbah Samin. Karena keangkeran dan kelebatan hutan belantara itu, Mbah Samin setiap mau melakukan aktifitasnya membabat hutan selalu mengucapkan salam. Dari sinilah maka Mbah Samin memberi nama hutan itu dengan nama Wonosalam yang artinya setiap masuk hutan itu harus mengucapkan salam. Lama-kelamaan, Mbah Samin kecapekan dan beristirahat di rumahnya yang berada di tengah hutan yang sepi dan mencekam. Apalagi saat itu masih dihuni berbagai binatang buas. Setiap malam Mbah Samin berdo’a agar dia selamat dan ada temannya yang mau ikut membuka/membabat hutan belantara, akhirnya do’anya dikabulkan. Banyak temannya yang mau ikut membabat hutan. Pada saat istirahat bersama, Mbah Samin mengucapkan ikrar, tanah yang habis dibabat itu dinamakan Ngadirejo yang artinya Ngadi itu berdo’a, Rejo itu ramai, jadi Ngadirejo adalah dusun yang dido’akan bisa jadi dusun yang ramai (rejo). Potensi Desa Jenisgelaran dan Ancaman Dari cerita asal-usul ketiga dusun tersebut di atas, barangkali belum tampak keistimewaan yang bisa digali dari masing- masing dusun. Namun, jika dirangkai dari ketiganya, akan muncul sebuah harapan besar terhadap Desa Jenisgelaran. Apa itu? Desa Jenisgelaran memiliki potensi Sumber Daya Alam yang sangat luar biasa.SDA tersebut adalah Sumber Mata Air dan 148
Mengangkat Pamor Kampung Tari Remo Air Terjun Grenjeng, sebuah sumber mata air yang jernih dan menjanjikan sumber kehidupan bagi warga desa dan wilayah- wilayah disekitarnya. Hingga hari ini, mata air sumber Grenjeng tersebut belum dikelola dengan baik. Padahal jika mata air ini dikelola dengan baik, bisa dipastikan akan menjadi sumber Pendapatan Asli Desa yang tiada habisnya. Hampir setiap hari mata air ini dimanfaatkan oleh warga dan masyarakat sekitar, bahkan diambil begitu saja oleh pihak luar wilayah Bareng dengan perhitungan yang tidak jelas. Begitu pula dengan Air Terjun Grenjeng. Kekayaan alam yang satu ini banyak sekali yang melirik untuk dikembangkan 149
Berguru Pada Desa menjadi objek wisata alam. Bahkan tanah/sawah di sekitar Air Terjun Grenjeng ini sudah dimiliki oleh para pemodal yang berasal dari Surabaya. Jika masyarakat tidak tanggap akan potensi dan kekayaan alam yang luar biasa ini, maka bukan tidak mungkin kedepannnya sumber daya alam yang ada di Desa Jenisgelaran akan dikuasai oleh para pemodal dari luar, dan warga lokal hanya akan menjadi pekerja. Namun jika kesadaran tersebut mulai dibangun, gotong-royong dalam membangun desa, maka aset desa dan kekayaan alam yang ada di Desa Jenisgelaran akan dikelola sendiri oleh masayarakat lokal, dalam arti dikelola dalam manajemen Pemerintah Desa Jenisgelaran, maka hasilnya akan dinikmati langsung oleh masyarakat desa. Keberadaan sumber dan air terjun yang tidak jauh dari jalan desa menjadikan potensi wisata ini semakin diminati, hingga saat ini Air Terjun Grenjeng menjadi wisata liar yang hanya dikunjungi oleh para muda-mudi dari wilayah sekitar. Kesadaran di tingkat internal Pemerintah Desa Jenisgelaran sudah terbangun, dan Desa Jenisgelaran akan mulai berbenah untuk membangun desa melalui wisata alam, wisata Air Terjun 150
Mengangkat Pamor Kampung Tari Remo Grenjeng. Selain itu, Sumber Daya Manusia yang tersedia di Desa Jenisgelaran bisa dilihat dari data jumlah penduduk, baik menurut golongan umur, tingkat pendidikan maupun mata pencaharian. Jumlah penduduk di Desa Jenisgelaran pada Tahun 2013 adalah sebanyak 2.776 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 1.430 jiwa dan perempuan 1.346 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga 818 KK dengan mata pencaharian mayoritas masyarakatnya adalah petani dan buruh tani. Ada satu kelebihan yang dimiliki warga Desa Jenisgelaran yang sampai saat ini belum terekspos secara luas, hanya terkenal di kawasan lokal saja, yaitu banyak diantara warga Desa Jenisgelaran yang selain berprofesi sebagai petani juga nyambi sebagai pekerja seni. Pekerja seni di sini sebagai “Penari Remo” dan “penabuh gamelan”. Bahkan ada salah satu warga yang mampu membuat seperangkat gamelan lengkap dengan tangannya sendiri. Seniman dan kesenian yang ada di Desa Jenisgelaran pernah mencapai puncak ketenaran yang diakui di kawasan Kabupaten Jombang. Namun dengan berjalannya waktu, entah apa penyebabnya, kesenian di Desa Jenisgelaran makin terkikis. Saya optimis, dengan adanya semangat membangun Desa dari pinggiran, sesuai amanat Undang-undang yang mengatur tentang Desa, Desa berhak untuk mengatur dirinya sendiri dengan tetap berpedoman kepada regulasi yang ada, maka dari potensi Sumber Daya Manusia yang ada tersebut, bukan tidak mungkin jika Desa Jenisgelaran akan bermetamorfosis untuk menghidupkan kembali kejayaan yang pernah diraih, dan menjadikan desa jenisgelaran menjadi desa wisata dengan sebutan Kampung Tari. 151
Berguru Pada Desa Konsep Wisata Desa Jenisgelaran Kolaborasi tata kelola Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang ada di Desa Jenisgelaran akan mengangkat citra positif Desa. Juga, menjadikan sebuah ciri khas desa yang tidak dimiliki oleh desa/wilayah lainnya, sehingga mampu membuka peluang ekonomi. Terbukanya peluang ekonomi ini, akan menjadikan masyarakat semakin mandiri dan sejahtera. Masyarakat tidak akan lagi berfikir tentang apa yang akan didapatkan, tapi mereka akan berfikir tentang apa yang bisa diberikan agar desa makin jaya dan maju secara bersam- sama. Untuk mengawali rencana besar yang akan mengubah Desa Jenisgelaran ini memerlukan kesadaran masyarakat akan potensi wisata yang ada di desa. Maka, menurut saya penting untuk membentuk Kelompok Sadar Wisata atau biasa disingkat Pokdarwis, sebuah wadah untuk warga masyarakat yang peduli akan wisata Desa Jenisgelaran. Dari Pokdarwis ini, diharapakan menjadi penggerak warga masyarakat agar harapan untuk membentuk desa wisata segera tewujud, 152
Mengangkat Pamor Kampung Tari Remo langkah kecil kebaikan dalam bentuk apapun akan sangat berarti untuk perkembangan desa kedepan. Misalnya saja untuk memulai mewujudkan Wisata Air Terjun Grenjeng, perlu adanya pembersihan dan penataan kawasan wisata, polesan agar pemandangan semakin menarik, manajemen yang baik dan visioner, serta promosi yang terus- menerus baik secara online maupun offline. Pemanfaatan sumber mata air yang jernih berpotensi untuk membangun kolam renang yang akan menjadi paket wisata alam dan wisata desa. Atau mungkin, untuk membentuk Desa Wisata Kampung Tari, perlu melakukan pendataan warga desa yang bekerja di bidang seni ini, memahamkan mereka terkait dengan konsep besar pengembangan desa wisata untuk Desa Jenisgelaran ke depan. Contoh konkrit yang bisa dilakukan misalnya dengan membuat pelatihan kesenian pemukul gamelan (karawitan) yang lebih intens untuk melestarikan kesenian yang ada, membuat sanggar-sangar tari, dan menampilkannya dalam pagelaran seni tari atau campursari yang diadakan setiap sabtu malam minggu di desa Jenisgelaran misalnya. Ciri khas desa tersebut akan dikenal dan menjadi kebanggaan desa, tergantung pengemasan dan promosi yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya. Sejak adanya Dana Desa, Pemerintah Desa Jenisgelaran telah mengalokasikannya untuk pembangunan fisik maupun non- fisik yang diarahkan pada optimalisasi potensi wisata. Salah satunya untuk membangun jalan, rabat beton, menuju Air Terjun Grenjeng. Selain pembangunan infrastruktur, Pemerintah Desa Jenisgelaran juga telah mengalokasikan Dana Desa untuk mengembangkan Lembaga Seni Tradisional. Namun sangat disayangkan, alokasi dana yang 153
Berguru Pada Desa telah dianggarkan oleh Pemerintah Desa untuk melestarikan kesenian tradisional tersebut tidak terserap. Hal ini dikarenakan pemahaman mereka masih minim terkait konsep besar untuk membangun desa melalui kesenian. Meski anggaran untuk lembaga seni tradisional tersebut tidak terserap, Pemerintah Desa Jenisgelaran tetap optimis bahwa pelan-pelan masyarakat akan memahami maksud dan tujuan dari pemerintah desa menganggarkan kepada lembaga kesenian tersebut. Ke depan, menurut pandangan saya, untuk mewujudkan Kampung Tari ini, perlu memahamkan konsep besar pembangunan desa wisata tersebut terlebih dahulu kepada para pelaku di dalamnya. Tujuannya, agar antarpihak yang terlibat memiliki persepsi, frekuensi dan gelombang yang sama dalam membangun Desa Jenisgelaran melalui kesenian. Harapan untuk menjadikan Desa Jenisgelaran mandiri dan sejahtera semakin nyata. Hal ini terlihat dari semangat masyarakat dalam bergotong-royong membangun desa, swadaya masyarakat yang semakin tinggi, dan tumbuhnya kesadaran atas potensi desa secara berkelanjutan. Agar 154
Mengangkat Pamor Kampung Tari Remo harapan tersebut kian nyata dan mewujud, maka kita sebagai pendamping desa, perlu mengembangan daya inovasi kita, lalu didialektikakan dengan fakta sosial desa yang ada, sehingga tumbuh motivasi dari dalam desa untuk bangkit membangun. Selain itu, kita perlu mengintensifkan pendampingan agar masyarakat Jenisgelaran semakin yakin akan potensi dan keunggulan yang dimilikinya. Potensi itu ada pada manusia dan sumber daya alamnya. Karena semua akan menjadi aset yang handal dan menjadi kebanggaan desa, maka masyarakat desa yang kita dampingi harus kita giatkan, karena dari merekalah nanti kegiatan membangun Desa Jenisigelaran tetap berlanjut. Seperti cita-cita pertama berdirinya Desa Jenisgelaran, kalau boleh kita artikan secara bebas terdapat makna yang tersirat bahwa “dengan adanya berbagai macam jenis pagelaran (Jenisgelaran) yang pernah ada dan sempat tenggelam, kini kembali muncul dan berkembang (Balekambang) dengan harapan dan do’a agar desa ini menjadi desa yang ramai, maju, dan sejahtera untuk semua (Ngadirejo). 155
Berguru Pada Desa 156
Menapaki Jejak Kemajuan Desa Pulosari Oleh :Muhammad Yusuf (PD Kec. Bareng, Jombang) Menjadi pendamping desa yang penuh dengan jejak sejarah sungguh sangat menyenangkan. Sebagaimana kita tahu, desa-desa di Jombang, boleh dikatakan adalah bagian dari wilayah ibu kota Kerajaan Majapahit. Karenanya tak mengherankan bila desa dampingan saya yaitu Desa Pulosari terdapati beberapa situs bersejarah. Di sinilah menariknya bekerja sebagai pendamping desa. Di samping menjalankan tugas teknokratik pendampingan di mana tugas dan fungsi yang kami perankan tak lepas dari petunjuk operasional dari pusat, utamanya terkait dengan pencapaian visi pemerintah, kami juga perlu mengembangkan sisi gerakan pemberdayaan dalam bentuk kerja pendokumentasian sejarah lokal desa. Siapa tahu bermanfaat, utamanya dalam penyusunan profile desa, utamanya dalam penyusunan dokumen RPJMDesa. Berikut catatan sejarah lokal desa dampingan kami tersebut. 157
Berguru Pada Desa Legenda Desa Pulosari Sebuah legenda masyhur dibalik berdirinya Desa Pulosari, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, adalah legenda yang berkait dengan Kerajaan Majapahit yang pada masa itu dipimpin oleh Raja Brawijaya. Kala itu, Desa ini masih 158
Menapaki Jejak Kemajuan Desa Pulosari berbentuk hutan belantara dan hanya ditempati oleh beberapa penduduk saja. Untuk memenuhi kebutuhan syiar agama, yang pada saat itu memeluk agama hindu, Prabu Boko memerintahkan keponakanya yaitu Joko Lodang untuk medirikan tempat peribadatan yang berupa candi. Candi ini sekarang dikenal dengan sebutan “Candi Arimbi”. Lokasi Candi Arimbi hanya berjarak beberapa meter saja dari Kantor Desa Pulosari. Letaknya persis berada di pinggir jalan raya menuju kawasan Kecamatan Wonosalam. Konon, keberadaan Candi Arimbi ini tak lepas dari sosok Dewi Arimbi yang merupakan bagian dari keluarga Raja Brawijaya. Petilasan Dewi Arimbi dipercaya tidak jauh dari Desa Pulosari, tepatnya berada di Desa Ngrimbi Kecamatan Bareng, yang merupakan tetangga desa Pulosari. Dikisahkan dari mulut ke mulut, pada masa itu datanglah seorang tokoh Ulama yang bernama Kyai Sari bersama dengan istrinya yang bernama Mayang Sari. Sepasang suami istri ini kemudian membuka hutan (yang selanjutnya dikenal dengan nama Kampung Pulosari) untuk dijadikan sebuah pemukiman, sekaligus membawa ajaran agama Islam. Dalam perkembanganya Kampung Pulosari menjadi kampung yang subur, Gemah Ripah Loh Jinawi serta menjadi pusat pemerintahan sampai pada masa sekarang, yang selanjutnya disebut dengan Desa Pulosari. Di sebelah selatan Kampung Pulosari ada juga seorang tokoh Ulama bernama Kyai Nashir. Beliau merupakan warga pendatang yang mendirikan sebuah kampung baru yang disebut Kampung Pulonasir. Kampung ini merupakan bagian dari Kampung Pulosari. Selanjutnya Kampung Pulonasir disebut sebagai Dusun Pulonasir yang merupakan bagian dari Desa Pulosari. Masih ada satu Kampung lagi yang merupakan 159
Berguru Pada Desa bagian dari Kampung Pulosari, yaitu Kampung “Segitik”. Segitik berarti adu pukul. Dinamakan Kampung Segitik (adu pukul) karena pada saat itu tempat ini merupakan tempat untuk adu kesaktian, adu kuat, atau arena untuk adu pukul, maka pantaslah jika tempat ini akhirnya menjadi sebuah perkampungan dengan nama Kampung Segitik. Namun dalam perkembangannya, kampung ini berubah nama menjadi Kampung Sumbermulyo, dan sekarang disebut Dusun Sumbermulyo Tiga dusun yang ada di Desa Pulosari, masing-masing menyimpan sejarah panjang yang erat kaitannya dengan nama besar Kerajaan Majapahit. Hal ini dibuktikan dengan adanya Candi Arimbi beserta legendanya. Selain yang sudah terungkap, kami yakin bahwa Desa Pulosari masih menyimpan banyak sekali potensi yang bisa untuk digali lebih dalam, baik itu dari sisi sejarah, maupun Sumber Daya Alam yang masih tersembunyi. Keyakinan kami membawa nama besar Kerajaan 160
Menapaki Jejak Kemajuan Desa Pulosari Majapahit, bahwa Desa Pulosari dipilih oleh Kerajaan Majapahit untuk didirikan sebuah Candi pasti mempunyai alasan-alasan tertentu, dan pasti melalui pertimbangan dan perhitungan yang matang. Profil Desa Pulosari Desa Pulosari adalah bagian dari wilayah Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Secara geografis desa ini merupakan daerah dataran tinggi yang didominasi oleh tanaman tebu. Desa Pulosari memiliki Luas 585,878 Ha, yang terdiri dari persawahan 228,374 Ha, Tegal/Ladang 47,46 Ha, pemukiman 82 Ha, dan pekarangan 55,934 Ha, perkebunan 105,10 Ha, tanah kas desa 58,16 Ha, fasilitas umum 8,85 Ha. Jumlah penduduk Desa Pulosari pada tahun 2016 berjumlah 3.928 jiwa yang terdiri dari 1.985 penduduk Laki-laki dan 1.943 penduduk perempuan dari 161
Berguru Pada Desa 1.270 Kepala Keluarga, dengan kepadatan penduduk 670 jiwa/Km2. Berdasarkan data 2016, pekerjaan atau mata pencaharian penduduk Desa Pulosari sangat bervariasi. Namun dari berbagai macam jenis pekerjaan tersebut, profesi petani adalah yg paling dominan, disusul profesi karyawan perusahaan swasta, dan wiraswasta. Tingkat pendidikan penduduk Desa Pulosari hingga saat ini juga sudah cukup merata, dari mulai SD sampai Sarjana, itupun masih ditambah lagi dengan pendidikan usia dini dan juga ada beberapa warga yang sudah S2. Kondisi ini merupakan kemajuan yang cukup signifikan bagi desa Pulosari yang sebelumnya desa ini adalah desa yang masuk dalam IDT (Impres Desa Tertinggal) antara tahun 1990 – 1992. Kondisi Desa Pulosari Sebelum Pelaksanaan Dana Desa Pemandangan yang menawan, suasana yang asri dan peninggalan situs sejarah yang rupawan berupa Candi Arimbi yang masih tegak berdiri merupakan pancaran Sumber Daya Alam yang dimiliki oleh desa Pulosari. Namun hingga tahun 2015, kekayaan alam yang sangat potensial ini belum tersentuh sama sekali, bahkan terkesan dibiarkan. Padahal dukungan Sumber Daya Manusia juga lebih dari cukup jika mau bersama-sama mewujudkan Desa Pulosari sebagai Desa Wisata. Salah satu cerminan potensial SDM yang dimiliki oleh Desa Pulosari adalah adanya Radio “Anjasmoro”, sebuah Radio Komunitas yang di kelola oleh Karang Taruna sejak tahun 2000. Keberadaan Radio komunitas tersebut harusnya bisa untuk mengangkat citra positif dari Desa Pulosari, misalnya sebagai sarana promosi wisata, atau sebagai bentuk transparansi 162
Menapaki Jejak Kemajuan Desa Pulosari publik. Tapi sayangnya keberadaan Radio Komunitas tersebut hanya bertahan hingga awal tahun 2014. Hal ini disebabkan karena kerusakan alat pemancar Radio. Karena tak kunjung mendapatkan dana, stasiun radio komunitas ini belum kembali memancarkan siarannya sebagaimana sebelumnya. Konsep Baru “MANIS” 1. Mandiri yaitu mampu membangun Desa dengan menggali potensi yang ada di Desa dan mengedepankan nilai kebersamaan 2. Nasionalis yaitu menciptakan rasa persatuan dan kesatuan antar umat beragama dengan hidup berdampingan sesuai dengan koridor adat dan budaya yang ada 3. Istimewa yaitu membeikan pelayanan yang prima kepada masyarakat, dan mengedepankan kepentingan umum daripada yang lainya 4. Sejahtera yaitu bertekat mensejahterakan rakyat dengan kemampuan yang dimiliki Pemerintah Desa, hal ini selaras dengan visi Pemerintah Kabupaten Jombang yakni Jombang Sejahtera untuk Semua Kondisi Desa Pulosari Setelah Pelaksanaan Dana Desa Lahirnya desa progresif salah satunya ditandai dengan keberaniannya membuat Konsep Baru dalam arah pem bangunannya. Kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki oleh Desa Pulosari semakin baik, keinginan untuk mengeksplorasi Sumber Daya Alam dikolaborasikan dengan Sumber Daya Manusia yang memadai sehingga mampu mewujudkan Desa Pulosari yang MANIS (Mandiri, Nasionalis, Istimewa, dan Sejahtera). Sebuah konsep yang mudah diingat bukan? Satu demi satu misi tersebut telah diwujudkan dalam bentuk penyelenggaraan kegiatan pembangunan seperti memaksimalkan peran dan fungsi Struktur Organisasi dan 163
Berguru Pada Desa Tata Kerja Pemerintahan Desa Pulosari, penguatan terhadap kelembagaan desa, dan pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Pulosari. Di samping kelihatan dari progresifitas pemerintah desa dalam membranding diri sebagai Desa MANIS, ukuran lain untuk melihat geliat desa menuju desa mandiri adalah peran lembaga kemasyarakatan dan partisipasi masyarakatnya. Perlu diketahui, Desa Pulosari memiliki beberapa lembaga-lembaga yang membantu dan memperkuat kerja Pemerintahan Desa untuk mewujudkan Visi Misi Pemerintahan Desa Pulosari, lembaga tersebut terdiri dari: 1) RT/RW 2) LPMD 3) PKK 4) GSI 5) KPM 6) Linmas 7) Karang Taruna 8) FKDM 9) Seni Budaya 10) Pokdarwis Setelah tersedia anggaran pembangunan, lalu pemeirntah desa, atas hasil musyawarah bersama masyarakat mengalokasikan APBDesa untuk pengembangan lembaga kemasyarakatannya, peran mereka pun kian mekar. Sebagai contoh peran Pokdarwis. Pokdarwis Pulosari tergolong cukup aktif dalam upaya pengembangan sumber daya alam desa, sehingga dalam perkembangan terkini, Pulosari mulai dikenal sebagai desa wisata. di samping situ purbakala candi Arimbi di atas, Desa Pulosari memiliki beberapa spot wisata seperti air terjun dan 164
Menapaki Jejak Kemajuan Desa Pulosari goa Ngesong. Secara bergotong-royong suatu hari terlihat membersihkan dan merapikan jalan-jalan desa menuju spot wisata tersebut. Untuk memasarkan spot wisata tersebut, mereka memanfaatkan website desa. Semua kegiatan ini tak lepas dari perencanaan kegiatan pengembangan wisata desa yang mereka rumuskan melalui musyawarah. Pemerintahan dan Layanan Publik Ukuran berikutnya adalah menyimak kegiatan pemerintahan nya. Misalnya dari segi tansparansi dan layanan publiknya. Pulosari bisa dikatakan masuk kategori smart village, bila dilihat dari bagaimana ia membangun keterbukaan informasi. Pemdes Pulosari menyebarluaskan informasi berkait dengan kebijakan publik dan pembangunan desa secara online maupun offline. Baliho APBDesa Pulosari dipampang di depan kantor desa dengan ukuran 3 x 2 meter. Dalam baliho tersebut diuraikan semua sumber pendapatan dan belanja secara terperinci berikut nominal anggarannya. Selain itu secara online, APBDesa Pulosari juga diposting dalam website Desa Pulosari yaitu http://pulosari-jombang.web.id, Dalam website tersebut bukan hanya penganggaran saja yang diposting, tapi semua penatausahaan dan laporan realisasi juga ditampilkan dalam website tersebut. 165
Berguru Pada Desa Selain itu, website tersebut juga untuk pelayanan publik, yang bisa untuk pelayanan surat-menyurat dan pencarian data secara instan, layanan itu disebut dengan Sistem Informasi dan Pelayanan Masyarakat Terpadu (SIP MAS Terpadu). Bahkan tahun 2018 Radio Komunitas “Anjasmoro” dihidupkan kembali sebagai bentuk komitmen desa membangunan layanan publik dan transparansi desa kepada warga. Bila di atas sudah ditunjukan adanya kegiatan ekonomi dari subsektor wisata, Desa Pulosari sebenarnya telah memulai kegiatan ekonomi sektor riil yang dikemudikan melalui BUMDesa. BUMDesa tersebut bernama “Sari Artha”. Pada akhir tahun 2015, pada awal terbentuknya, BUMDesa tersebut masih bergerak di bidang bisnis keuangan mikro yaitu unit usaha Simpan Pinjam saja. Pada akhir tahun 2016, BUMDesa “Sari Artha” mengembangkan usaha dengan membangun beberapa unit usaha yang lebih mengarah pada sektor riil seperti membuka kios sekelas mini market. Rencana tersebut dituangkan dalam RKPDesa Pulosari pada tahun 2017 lalu dengan nomenklatur penyertaan modal untuk BUMDes “Sari Artha” sebesar Rp. 50.000.000,- . 166
Menapaki Jejak Kemajuan Desa Pulosari Di tahun 2017 lalu, BUMDesa “Sari Artha” Desa Pulosari sudah mengembangkan lagi unit-unit usaha BUMDes, diantaranya, PPOB, Desa Mart, Desa Wisata, HIPAM, dan Simpan Pinjam. Hal ini merupakan manfaat Dana Desa yang digelontorkan oleh Pemerintah pusat, yang setiap tahunnya anggaran Dana Desa semakin meningkat, sehingga menjadikan desa semakin mandiri dan sejahtera. Unit simpan pinjam hingga hari ini berjalan cukup lancar, bahkan diperlukan penambahan modal agar unit ini semakin berkembang. Perkembangan yang bermanfaat dan mendapat apresiasi dari masyarakat Pulosari adalah unit usaha PPOB, dengan adanya unit usaha tersebut maasyarakat sangat terbantu sehingga tidak perlu jauh-jauh ke Mojowarno atau ke jantung kota Bareng hanya untuk sekedar bayar listrik, pulsa, cicilan, dan sebagainya, karena semua bisa dilakukan cukup di Desa sendiri. Unit usaha ini bekerjasama dengan BNI 46, sehingga tidak perlu khawatir terkait sistem transaksinya, masyarkat juga bisa menabung dan tarik tunai dengan nilai tertentu di BUMDes ini secara langsung dan tidak perlu jauh-jauh ke Bank. Selain itu, unit usaha Desa Mart juga tidak kalah ber kembangnya, masyarakat juga merasa sangat terbantu dengan adanya Mart Desa Pulosari ini. Sebelum adanya Mart Desa, warga harur menempuh jarak yang cukup jauh jika ingin harga yang agak murah. Namun dengan adanya Mart Desa ini setidaknya warga bisa berbelanja untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dengan harga yang cukup terjangkau, karena Mart Desa ini bekerja sama langsung dengan Bulog. Itulah sekelumit cerita saya selama berkecimpun di Desa Pulosari. Sungguh merupakan pembelajaran berharga menjadi pendamping desa. Bukan hanya dari segi politik dan demokrasi kita dapat mereguk pembelajaran hidup di dan dari desa tapi dari segi ekonomi, budaya, sejarah tapi 167
Berguru Pada Desa perjuangan hidup dari warga desa. Mereka tetap dapat dan mampu berkembang dalam hidup di tengah modernitas pembangunan yang kadangkala membikin kita ingin pindah dari desa ke kota. Dari Desa Pulosari ini kita dapat belajar, justru ada dan tidak adanya dana untuk membangun, mereka tetap berkarya. Malah dengan adanya uang, Dana Desa, ikatan untuk tidak berurbanisasi semakin menguat. Mereka telah memanfaatkan peluang Dana Desa tersebut untuk kian menambahkan berkah bagi kehidupan mereka tanpa harus ke kota. 168
Lawan Buta Huruf dengan Taman Baca Oleh: Amirudin Robo, SE (Tenaga Ahli Pembangunan Partisipastif Kota Tidore Kepulauan) “ angka putus sekolah sangat tinggi, banyak diantara yang putus sekolah tidak bisa membaca. Karenanya kami membangun taman baca ini sebagai upaya menjadikan aktivitas membaca sebagai jadi tradisi,”( Estevanus Ga- binae, Kepala Desa Gosale) Desa Gosale merupakan salah satu desa dari sebelas desa di Kecamatan Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara. Desa dengan luasan wilayah 6000 Ha ini, adalah desa yang baru dimekarkan oleh Pemerintah Kota Tidore Kepulauan pada tahun 2012 melalui Peraturan Daerah (Perda) Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Pemekaran Desa Gosale. Namun kegiatan pemerintahan secara definitif baru terselenggara pada 2 Desember tahun 2013. Ini artinya, si akhir tahun 2019, desa dengan 562 jiwa penduduk itu akan menyelenggarakan pesta demokrasi elektoral yang disebut pemilihan kepala desa. 169
Berguru Pada Desa Estevanus Gabinae adalah Kepala Desa Gosale yang pertama. Ia menyebut, sejak berpisah dari Kelurahan Guraping, Gosale berdiri secara otonom sebagai sebuah desa pada tahun 2012. Sayangnya, semangat otonomisasi desa itu belum dibarengi dengan sumber daya pendukung yang memadai, baik sumber daya manusia maupun infrastruktur. Karena alasan itulah sejak terpilih sebagai kepala desa, Estevanus menaruh perhatian penuh pada pembangunan infrastruktur desa. Hanya saja, karena saat itu, anggaran pembangunan desa bisa dikatakan sangat minim, maka pembangunan infrastruktur tidak masif dilakukan. Setelah pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia menyetujui lahirnya Undang-Undang Nomor 6Tahun 2014Tentang Desa, dan Desa Gosale memiliki hak menerima Dana Desa, sejak tahun 2015, pembangunan infrastruktur di Desa Gosale mulai menampakkan hasilnya. Namun sayang, di tengah giatnya pembangunan infrastruktur desa,muncul tantangan dari bidang kehidupan yang lain yang harus dijawab oleh Pemdes dan masyarakat Gosale. Tantangan 170
Lawan Buta Huruf dengan Taman Baca tersebut, yakni menurunnya semangat bersekolah di kalangan anak-anak usia Sekolah Dasar, sehingga menyumbang tingginya angka putus sekolah di Desa Gosale. Pada tahun 2015, anak usia Sekolah Dasar yang putus sekolah di Desa Gosale sebanyak 4 orang.Angka ini bertambah menjadi 5 orang pada tahun 2016.Pada tahun 2017, jumlahnya kembali bertambah dimana diketahui ada 2 anak yang kembali meninggalkan bangku pendidikan. “Saat orang tua kami panggil, alasannya kalau anak mereka sudah tidak mau ke sekolah. Ini aneh, bagaimana mungkin orang tua begitu pasrah menghadapi alasan anak-anak mereka. Ini tidak boleh dibiarkan, kami harus cari cara akan keinginan sekolah bisa hadiri sendiri melalui hati dan pikiran anak-anak. Karena dengan respon orang tua semacam itu kita tidak bisa berharap banyak. Kalau kita akumulasikan maka angka putus sekolah sangat tinggi, banyak diantara yang putus sekolah tidak bisa membaca. Karenanya kami berencana membangun taman baca agar anak-anak itu bisa belajar membaca. Dan semangat membaca dapat menjadi tradisi masyarakat kami,” kata Estevanus. Pendamping Desa yang Tak Diharapkan Sementara itu, pada bulan November tahun 2015, Tenaga Pendamping Profesional mulai terdistribusi ke 49 desa di Kota Tidore Kepulauan.Tak terkecuali di desa Gosale. Penempatan pendamping desa itu tidak serta merta membuat pemerintah desa menjadi senang. Ada sebagian pemerintah desa yang menyamakan pendamping desa ‘mata-mata’ yang akan selalu berseberangan dengan pemerintah desa. Dugaan kuat adanya politisasi dalam rekruitmen pendamping desa ditingkat pusat juga ikut berpengaruh terhadap keberadaan pendamping desa disemua jenjang. Bahkan, pada tahun 2016, terjadi penolakan 171
Berguru Pada Desa secara terbuka disalah satu surat kabar harian terbesar di Maluku Utara oleh Wakil Walikota Tidore Kepulauan. Kondisi ini tentunya menjadi pukulan berat dan telak bagi pendamping desa yang mana disatu sisi ingin membuktikan diri sebagai agent of changes untuk mendorong desa menjadi berkembang, maju dan mandiri. Tapi, disisi lain dianggap tidak memiliki legalitas karena telah ditolak oleh kepala daerah. Selain itu, yang lebih miris lagi, ditengah badai cobaan terhadap aksistensi pendamping yang baru saja ditempatkan itu, sejumlah pendamping desa justeru menunjukan attitude yang tidak baik. Misalnya tidak menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam pendampingan, tidak pernah hadir ditengah-tengah masyarakat desa, tidak mendampingi forum musyawarah desa, pendamping terlihat didesa bila tiba masanya dia membuat laporan individu. Kondisi semacam ini juga terjadi pada pendampingan di Desa Gosale. Hingga akhirnya pada Januari 2017, terjadi pergantian pendamping lokal desa di Desa Gosale. Sejak itulah interaksi 172
Lawan Buta Huruf dengan Taman Baca pendamping desa dengan pemerintah dan masyarakat desa mulai dibangun. Ada rasa saling membutuhkan, baik ide, gagasan dan solusi bagi kebaikan desa Gosale itu sendiri. Mulai dari fasilitasi tahapan perencanaan desa, penentuan prioritas atau pe-ranking-an kegiatan, pelaksanaan kegiatan hingga pelaporan. Banyak ide dan gagasan bersama akhirnya terwujud, seperti pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) sampai pembangunan taman baca sebagai wujud dari komitmen pengentasan buta huruf di Desa Gosale. Saat ini, masyarakat Desa Gosale begitu welcome kepada Tim Pendamping Profesional, baik itu Pendamping Lokal Desa (PLD), Pendamping Desa (PD) danTenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM). Serasa tidak ada lagi sekat-sekat antara kami sebagai pendamping desa yang nota bene bukan warga desa dampingan, tidak ada lagi saling curiga sebagaimana saatkali pertama pendamping ditempatkan. Kondisi ini juga berlaku pada pendampingan tingkat kecamatan dan pendampingan tingkat kabupaten kota. Taman Baca, Melawan Buta Huruf Menyadari betapa tingginya angka putus sekolah dan buta huruf di Desa Gosale di atas, Pemerintah Desa, Masyarakat dan Pendamping Lokal Desa berdiskusi, saling tukar gagasan untuk menemukenali solusi bagi pengentasan masalah dimaksud. Akhirnya, mereka bersepakat bahwa pendirian taman baca akan menjadi solusi. Komitmen ini kemudian dibawa ke dalam forum musyawarah desa. Diforum ini, kepala desa menyampaikan maksud dan tujuan pendirian taman baca kepada seluruh perwakilan masyarakat, baik itu tokoh gereja, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, tokoh perempuan serta perangkat kemasyarakatan lainnya. Kepala 173
Berguru Pada Desa desa menyebut, bahwa selain pengentasan angka buta huruf dan putus sekolah, pendirian taman baca akan mengurangi angka kenakalan remaja karena minuman keras. “Dulunya, lokasi taman baca itu sering dipakai untuk tempat menenggak minuman keras,tapi setelah taman baca dibangun sudah tidak ada lagi pemandangan-pemandangan seperti itu, mereka yang hobinya miras menjadi malu,” kata Kepala Desa. Alasan–alasan itulah kemudian usulan pembangunan taman baca mendapat persetujuan seluruh peserta musyawarah. Hingga akhirnya, melalui Alokasi Dana Desa (ADD) tahun 2018, pemerintah desa mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 190.500.000 untuk pembangunan taman. Sementara, kebutuhan lain berupapengadaan buku, baru dianggarkan pada tahun 2019 melalui Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp. 15.000.000. Geliat pemerintah desa dalam megentaskan angka putus sekolah dan buta huruf ini ternyata mendapat perhatian pihak ketiga, dalam hal ini Perusahan Listrik Negara (PLN) ranting Galala Kecamatan Oba Utara. Melalui kepala kantornya, PLN memberikan bantuan berupa buku dan lemari untuk memenuhi ruang perpustakaan taman baca.“Saat ini yang tersedia 300-an lebih judul buku. Kami tetap berupaya agar jumlah buku terus bertambah, tentu dengan melobi kepada pihak ketiga. Kenapa kami begitu antusias, karena taman baca memberikan perubahan yang signifikan.Anak- anak yang dulunya tidak mau sekolah dan tidak bisa baca itu, saat ini sudah mulai kembali ke sekolah dan sudah bisa mengenal huruf,” ungkap Estevanus.Karena itu,kepala desa tetap berharap agar Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi bisa memperhatikan geliat taman baca itu sebagai bagian dari semangat mengembangkan literasi desa, harap sang kepala desa. 174
“Patroli Asi” Oleh: Sumadi (TA PID Provinsi Sulawesi Tengah) Meski kadang desa disudutkan sebagai kumpulan masyarakat yang tidak kreativ membangun. Saya kira penyudutan itu tidak benar. Pasalnya dalam kegiatan pendampingan desa, saya temukan kreativitas warga yang berkontribusi positif terhadap kualitas kesehatan masyarakat. saya kira pengalaman ini penting untuk saya tuliskan. Dari sudut Desa Tompotika Makmur adalah salah satu desa yang sedang melakukan pembenahan diri melalui implentasi Undang Undang Desa yang telah bergulir sejak tahun 2015. Atas dasar kewenangan itulah desa ingin mencapai visinya menjadi desa maju, mandiri dan demokratis serta masyarakat sejahtera yang berkadilan. Ada ide cemerlang dari seorang Bidan Desa yang sering dipanggil Bu Bidan Irawati Z Madina. Ibu ini mengusulkan kepada kepala desa Bapak Saiful Bahri Anggo agar menjalankan gerakan yang disebut Patroli Asi. Patroli asi ini sebagai upaya agar para ibu-ibu yang memiliki anak bayi untuk terus dilakukan pemantauan dalam memberikan air susu eklusif 175
Berguru Pada Desa selama 6 bulan full sebelum diberikan makanan tambahan dan sampai pada usia 2 tahun. Gerakan ini dilakukan tanpa terjadwal namun rutin seminggu sekali dan dilakukan terkadang secara dadakan oleh Bidan bersama para kader posyandu untuk mendatangi para ibu yang sedang memiliki bayi umur dibawah 2 tahun. Kegiatan ini sudah berlangsung dari Tahun 2018 dan sudah menangani sebanyak 15 ibu menyusui dengan hasil 5 bayi berhasil mendapatkan asupan gizi dari susu eklusif secara penuh selama 2 tahun. Atas prestasi itu, Kades memberikan reward kepada ibu-ibu tersebut dengan memberikan Pakaian 176
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334
- 335
- 336
- 337
- 338
- 339
- 340
- 341
- 342
- 343
- 344
- 345
- 346
- 347
- 348
- 349
- 350
- 351
- 352
- 353
- 354
- 355
- 356
- 357
- 358
- 359
- 360
- 361
- 362
- 363
- 364
- 365
- 366
- 367
- 368
- 369
- 370
- 371
- 372
- 373
- 374
- 375
- 376
- 377
- 378
- 379
- 380
- 381
- 382
- 383
- 384
- 385
- 386
- 387
- 388
- 389
- 390
- 391
- 392
- 393
- 394
- 395
- 396
- 397
- 398
- 399
- 400
- 401
- 402
- 403
- 404
- 405
- 406
- 407
- 408
- 409
- 410
- 411
- 412
- 413
- 414
- 415
- 416
- 417
- 418
- 419
- 420
- 421
- 422
- 423
- 424
- 425
- 426
- 427
- 428
- 429
- 430
- 431
- 432
- 433
- 434
- 435
- 436
- 437
- 438
- 439
- 440
- 441
- 442
- 443
- 444
- 445
- 446
- 447
- 448
- 449
- 450
- 451
- 452
- 453
- 454
- 455
- 456
- 457
- 458
- 459
- 460
- 461
- 462
- 463
- 464
- 465
- 466
- 467
- 468
- 469
- 470
- 471
- 472
- 473
- 474
- 475
- 476
- 477
- 478
- 479
- 480
- 481
- 482
- 483
- 484
- 485
- 486
- 487
- 488
- 489
- 490
- 491
- 492
- 493
- 494
- 495
- 496
- 497
- 498
- 499
- 500
- 501
- 502
- 503
- 504
- 505
- 506
- 507
- 508
- 509
- 510
- 511
- 512
- 513
- 514
- 515
- 516
- 517
- 518
- 519
- 520
- 521
- 522
- 523
- 524
- 525
- 526
- 527
- 528
- 529
- 530
- 531
- 532
- 533
- 534
- 535
- 536
- 537
- 538
- 539
- 1 - 50
- 51 - 100
- 101 - 150
- 151 - 200
- 201 - 250
- 251 - 300
- 301 - 350
- 351 - 400
- 401 - 450
- 451 - 500
- 501 - 539
Pages: