artinya: Sesungguhnya pada yang demikian itu (natural). Sedangkan firasah imaniyah atau benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan disebut pula dengan firasat ilahiyah adalah Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan firasat cahaya (nur) ilahi dalam mata hati tanda-tanda. (‘ain bashirah) orang mukmin yang dapat memahami suatu yang akan terjadi. Dalam ayat di atas dijelaskan mengenai tawasum. Term ini oleh al-Harawi disamakan Ibn Arabi dalam tadbirat al-ilahiyah tafarus. Sedangkan pengertiannya adalah menjelaskan mengenai firasat dengan menyingkap suatu hikmah yang ghaib tanpa mendasarkan pendapatnya dengan firman menggunakan metode trial dan error atau Allah surat al-Hijr ayat 75., dan hadits Nabi penelitian ilmiah terlebih dahulu. Muhammad saw mengenai perlunya takat atas firasat orang mukmin yang diriwayatkan Perbedaan tersebut, ketika dilihat dari oleh Imam al-Turmudzi, Imam al-Thabari aspek bahasa asilnya (bahasa Arab) maka dan lain sebagainya. Masih dalam kitab yang ditemukan bahwa fisarah merupakan akar kata sama, Ibn Arabi menjelaskan bahwa firasat dari farasa yang arti aslinya adalah kuda. Oleh merupakan cahaya (nur) dari cahaya Allah karena adalah wajar ketika KH Umar Samarani yang dapat memberi petunjuk kepada hamba- menulis ilmu firasah dalam salah satu kitabnya Nya. Firasat ini dapat diketahui tanda-tanda dikenal dengan istilah ilmu katuranggan dalam fenomena zhahir makhluk. Dalam (kuda). kitab ini, Ibn Arabi membagi firasat menjadi dua yaitu, Syar’iyyah dan hikmiyyah. Firasat Al-Zajjaj sebagaimana yang dikutip oleh syar’iyah tidak akan melenceng dari kebiasan. Ibn Manzur dalam Lisan al-Arab menyatakan Semua ini berjalan sesuai dengan firman Allah bahwa orang yang hebat dari firasat ada tiga dalam surat al-Kahfi 82 (dan bukanlah aku yaitu: Istrinya Aziz mengenai keberadaan atau melakukannya itu menurut kemauanku sendiri masa depan Nabi Yusuf, Anak perempuan Nabi {wa ma fa’altuhu ‘an amri)). Sedangkan firasat Syu’aib mengenai keberadaan Nabi Musa, dan hikmiyyah adalah pengetahuan berdasar Abu Bakar yang memprediksi kepemimpinan pemikiran dan perenungan dan percobaan. Umar Ibn Khaththab. Firasat ini yang biasa terjadi dan dapat dikaji oleh seseorang. Al-Kamasykhanawiya dalam kitab Jami’ al-Ushul fi al-Awliya menyebutkan bahwa Salah satu contoh mengenai firasat firasat mempunyai arti bahasa tatsabbut dan adalah seseorang ideal orang yang rambutnya nazhr. Sedangkan menurut ishtilah adalah berwarna blonde (merah kekuning-kuningan) terbukanya keyakinan dan tertolongnya adalah tanda sebagai orang khiyanat, fasiq dan hati. Firasat juga dapat diartikan dengan kurang akalnya. Contoh ini adalah salah satu kemampuan melihat beberapa hal yang ghaib contoh yang diberikan oleh Ibn Arabi sebagai dengan cahaya pancaran Allah atas hati bentuk firasat hikmiyyah. seseorang. Firasat dapat pula diartikan dengan ingatan yang tertancap dalam hati yang Dalam al-Quran firasat dapat difahami mampu menafikan yang berlawanan. dalam surat Muhammad ayat 30 “Dan kalau Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka Junaid al-Baghdadi menyatakan bahwa kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat Firasah adalah ……..? mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka Ibn Arabi dalam futuh al-Makiyyah dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah memandang firasat berasal dari iftirah yaitu mengetahui perbuatan-perbuatan kamu. suatu sifat ilahi yang hukumnya menjadi pemaksaan dalam aspek-aspek yang di luar Ayat di atas turun kepada Nabi Muhammad nalar biasa. Firasat oleh Ibn Arabi dibagi saw yang telah diberi kemampuan untuk menjadi dua yaitu firasah hikmiyyah dan memahami sikap batin seseorang berdasarkan nafsiniyyah. Firasah hikmiyyah adalah firasah sifat zhahirnya. yang terjadi pada seseorang yang diketahui tanda-tanda yang dapat diamati secara alami 142 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Ayat yang kedua adalah surat al-Hijr ayat akan meleset. Ungkapan seperti ini juga 75 “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- disepakati oleh Ibn Taymiyyah. benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda- Firasat seperti ini adalah berbeda dengan tanda. prasangka (zhann). Sebab zhan terkadang salah dan terkadang pula benar.oOleh karena Ulama ahli firasat mendasarkan firman itu dalam al-Quran dan Hadis Nabi zhan adalah Allah swt terutama dalam kata ‘mutawassimin. sesuatu yang dilarang. Sedangkan firasah dalah Kata ini yang kemudian menjadi perdebatan. suatu kepastian dari Allah. Al-Qusyairi sebagai salah satu tokoh sufi dalam tafsirnya memaknai mutawasimin dengan Firasat menurut Ibn Qayyim dalam kitab ahli firasat. Ahli firasat dalam pandangan Madarij al-Salikin tingkatanya berada di al-Qusyairi ini adalah wali Allah yang diberi bawah ilham. Ilham mempunyai kedudukan anugerah untuk mengetahui sesuatu yang lebih tinggi dibandingkan firasat. Ibn Qayyim masih rahasia bagi orang lain. Hanya saja ahli juga menjelaskan bahwa sebab terjadinya firasat tidak selalu mampu menggunakan firasat ada dua yaitu; cerdas dan bersihnya pengetahuan setiap saat dan setiap waktu. hati serta baiknya perilaku seseorang. Kedua, Akan tetapi dalam waktu-waktu tertentu tidak nampaknya tanda dan petunjuk atas orang mampu menggunakannya. Al-Tustari dalam yang diberi firasat. Tanda yang nampak ini tafsirnya menyatakan bahwa ayat itu diartikan dapat terjadi pada sesuatu yang berlainan. dengan ahli firasat dengan mengambil contoh Akan tetapi sebenarnya jika berlainan ketika Umar khutbah di atas mimbar tiba- hakekatnya keduanya dapat terjadi. tiba berkata “Hai Sariyah musuh ada di atas gunung, musuh ada di atas gunung, dan Tahapan mencapai firasat. pasukan Sariyahpun pergi dan menghindari dari gunung tersebut. Firasat dapat dicapai dengan tahapan- tahapan yang harus dilakukan yaitu: Zamakhsyari dengan pemikiran secara rasionya menyatakan bahwa mutawassimin Iman yang dalam kepada Allah, mempunyai merupakan proses perenungan sehingga sikap ikhlas kepada Allah baik ketika sendiri mampu memahami tanda-tanda. Artinya, atau bersama orang lain, memperbanyak dalam pandangan Zamakhsyari hal ini zikir kepada Allah, bersihnya pola fikir dan merupakan proses nalar murni, bukan cerdsanya perasaan, bersihnya hati dari karomah dari Allah sebagaimana kelompok syahwah dan hal subhat, mengosongkan sufi. hati dari aspek duniawi. Menjahui perbuatan maksiat dan dosa, berakhlak baik dhahir batin, Sementara itu, tawasum sendiri jika selalu makan yang halal, mencegah pandangan dilihat dari aspek bahasa mempunyai arti dari perbuatan yang diharamkan, mengisi menetapkan dan memikirkan. Hal ini dapat bathin dengan muraqabah dan zhahir dengan terjadi jika proses tersebut disertai dengan mengikuti sunnah, berbuat jujur bukan ketajaman hati dan kebersihan dalam berfikir. berbuat bohong. Berdasarkan ayat di atas maka firasah akan Derajat-derajat firasat terjadi hanyak pada orang-orang yang sholeh. Pola kesolehan ini diakui oleh Syah ibn Syuja’ Ibn Qayyim dalam madarij al-Salikin al-Kirmani yang menyatakan, “ orang yang membagi firasat menjadi tiga derajat. meramaikan zhahirnya dengan mengikuti sunnah dan bathinnya dengan melanggengkan Pertama, firasat yang muncul, langka dan muraqabah dan menjaga pandangan mata dari hanya terjadi sekali dalam hidup seseorang. hal-hal yang diharamkan serta mencegah dari Firasat seperti ini terjadi dan tidak mungkin perbuatan syahwat, membiasakan makan salah dan bukan bagian dari perdukunan makanan yang halal, maka firasatnya tidak firasat ini terjadi karena adanya hajat dari yang menginginkan dengan cara melakukan banyak zikir sehingga mendapatkan petunjuk dari Allah secara langsung Edisi Budaya | 143
Kedua, firasat yang muncul karena yang difahami masyarakat Indonesia atas para dalamnya iman seseorang, sehingga mampu wali Allah yang mendapatkan karomah. Hal melihat kebenaran hakiki. Firasat ini hanya ini terjadi misalnya dalam KH Khalil Madura terjadi bagi orang-orang yang beriman kepada yang mendapatkan karomah sehingga mampu Allah dengan imam yang sebenarnya, bukan untuk membaca kondisi santrinya yang kelak iman karena suatu aspek yang lain. Aspek akan terjadi. kedua ini merupakan bagian dari kasyf dari Allah swt. Tingkat akuritas firasat ini Kedua, firasat riyadhah, yaitu firasat tergantung atas kekuatan iman dan kasyf yang yang dapat diperoleh oleh seseorang dengan diberikan oleh Allah swt menjalan olah badan seperti puasa tertentu, tidak tidur malam dalam waktu tertentu dan Ketiga, firasat yang terjadi atas orang- menyendiri (khalwat dalam waktu tertentu). orang mulia untuk melakukan suatu hal dan Firasat ini dapat terjadi untuk setiap orang bukan untuk diucapkan. Hal sebagaimana yang melakukan suatu ritual tertentu dan tidak terjadi pada Maryam ketika akan melahirkan membedakan agama atau keyakinan. Firasat anak, ibunya Nabi Musa yang menghayutkan ini jika dilihat di Indonesia, dapat dilihat dari bayinya. Semua itu adalah firasat yang beberapa ahli kejawen, para tokoh di suku dayak diberikan oleh Allah tanpa harus diucapkan yang dianggap mempunyai kesaktian, dan akan tetapi dilakukan saja demi keselamatan tokoh lainnya yang tidak menjalankan syariat meraka. Islam akan tetapi mempunyai kemampuan di atas kemampuan manusia biasa. Macam-macam firasat Ketiga, firasat khalqiyah. Firasat ini dibuat Firasat dilihat dari aspek yang oleh ilmuan yang meneliti suatu kondisi zhahir mendapatkannya dibagi menjadi dua yaitu seseorang untuk melihat kondisi perilaku firasat agung muli dan firasat rendah. Firasat (khalq) seseorang. Misalnya ketika ada orang rendah adalah firasat yang didapatkan baik yang dahinya lebar, maka orang itu dianggap orang mukmin atau orang kafir. Firasat ini sebagai penyabar dan lain sebagainya dapat terjadi oleh semua orang yang melakukan ritual tertentu seperti riyadhah, tidak Cara mengaplikasikan firasat makan makanan terntu, tidak tidur malam, menyendiri, dan membersihkan batin dari hal Dalam tradisi masyarakat kita, ada yang menyebabkan orang tersibukkan dari seseorang yang menjadi rujukan dalam keinginan mendapatkan fitasat. Sedangkan mempertanyakan sesuatu yang akan terjadi, firasat agung mulia adalah firasat yang terjadi atau sesuatu yang lain. Orang dianggap hanya bagi orang yang beriman dan selalu mempunyai firasat dapat mengaplikasikan jujur dalam kehidupannya. Firasat seperti ini firasatnya. caranya adalah dengan dapat diperoleh dengan cara cukup beriman mengheningkan cipta memanfaatkan kepada Allah secara utuh dan selalu berlaku pandangan, pendengaran dan hati secara jujur secara zhahir dan bathin. bersamaan. Firasat jika dilihat dari aspek cara Orang-orang yang mendapatkan firasat memperolehnya dapat dibagi menjadi dalam al-Quran tiga, yaitu pertama, firasat imaniyah, yaitu cahaya Allah yang menghunjam dalam hati Data mengenai orang yang mendapat orang mukmin yang dapat memahami dan firasat dalam al-Quran didasarkan pada membedakan tanda-tanda yang hak dan batil. pendapat Ibn Mas’ud yang diriwayatkan Semakin kuat iman seseorang, maka akan oleh Imam Sufyan al-Tsauri: “ahli firasat semakin baik firasatnya dalam membedakan ada tiga yaitu Aziz ketika mengambil Nabi hal yang hak dan batil. Firasat seperti ini adalah Yusuf sebagai anak, anak Syuaib meminta firasat yang terjadi pada para wali Allah dengan ayahnya agar menjadikan Nabi Musa sebagai mendapatkan karamah Allah sebagaimana pengembala yang kuat lagi dapat dipercaya, dan terakhir adalah Abu Bakar yang meminta Umar sebagai khalifah setelah beliau. 144 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Berdasarkan pendapat Ibn Abbas peraturan tidak secara utuh. Ada tahun dimana tersebut, setidaknya dalam al-Quran adalah anak laki-laki yang lahir dibolehkan. Dalam dua tokoh yang dianggap mampunyai firasat kesempatan tersebut, Harun saudara laki-laki kuat yaitu Aziz dan anaknya Nabi Syuaib. Musa lahir, sedangkan pada waktu kelahiran Kisah Aziz disebutkan dalam surat Yusuf ayat Nabi Musa hukum membunuh anak laki-laki 21. “Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) berlaku. Firaun juga mempunyai firasat bahwa yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita anak itu bukanlah dari jauh akan tetapi dari atau kita pungut dia sebagai anak.” suku Qibthi. Hal ini dilihat dari warna kulit dan perawakan anak tersebut. Namun, Firaun Aziz yangmembeli Yusuf menjadi tidak dapat membunuh anak tersebut atas perdebatan para ahli tafsir mengenai status permintaan Asiah. agamanya, kafir atau muslim. Imam Alusi menyatakan bahwa ia adalah kafir sedangkan Firasat lain yang berkaitan dengan Musa Imam Mujahid mengenai adalah mukmin. adalah yang diperoleh oleh Khidr as yang Akan tetapi para mufasir sepakat bahwa melakukan perbuatan yang di luar batas firasatnya Aziz adalah benar, bahwa Yusuf manusia. Firasat inilah yang membuat Musa benar-benar menjadi orang yang mulia dan merasa kecil walaupun ia seorang Rasul. menjadi Nabi yang membantu membebaskan masyarakatnya dari belenggu kemiskinan. Firasat pada sahabat Sementara itu, anaknya Nabi Syu’aib Sahabat Nabi Muhammad adalah generasi ketika melihat perilaku Nabi Musa yang tidak yang baik dan mempunyai banyak firasat yang dikenal dan peduli untuk membantunya dalam diakui kebenarananya. Misalnya, Firasatnya mencarikan minuman untuk ternaknya, Abu Bakar bahwa yang akan menjadi pemimpin menganggap bahwa perilaku itu menunjukkan setelah ia adalah Umar. Menurut Abu Bakar, perilaku firasat akan kebaikan Nabi Musa. Umar orangnya adalah keras dan tidak kenal Aspek lain yang menjadi perhatian para kompromi, walaupun begitu jika menjadi mufassir sehingga menganggap sebagai firasat pemimpin, Umar dapat memimpin dengan baik adalah ketika dalam perjalanan menuju baik dan tegas. Ternyata firasat Abu Bakar pulang dari tempat pengembala sampai rumah benar. artinya, sepanjang kepemimpinan dengan sikap yang baik pula. Umar, umat Islam mengalami kejayaan yang luar biasa. Keadilan dapat ditegakkan, Hal ini yang menjadi salah satu indikasi kesejahteraan terwujud. bahwa ada tabiat baik dalam diri Musa as. Umar merupakan sahabat yang Bentuk firasat lain yang hanya diketahui mempunyai firasat yang kuat. Saking kuatnya oleh orang baik adalah firasat yang dirasakan firasatnya Umar. Ibn Qayyim menyatakan oleh istrinya FIraun, sebagaimana yang “Umar adalah guru besar dalam bidang disebutkan dalam surat al-Qashash ayat 9. “Dan firasat yang tidak ada kesalahan dalam berkatalah isteri Fir’aun: “(Ia) adalah penyejuk menjalankannya. Umar dalam memimpin mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu Negara menggunakan firasat yang dikuatkan membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat dengan wahyu.” Untuk menulusuri mengenai kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak”, firasat Umar ini dapat dilihat karyanya Imam sedang mereka tiada menyadari” Suyuthi, Qathfu al-Tsamar fi Mauqifi Sayyidina Umar. Dalam rangkaian cerita mengenai Musa dan istrinya Firaun ini ada beberapa bentuk Para sahabat lain juga masih banyak yang firasat yang muncul yaitu firasat riyadhah memiliki firasat seperti Umar, yaitu antara yang dimiliki oleh tukang sihirnya raja Firaun lain Ali, Utsman, Abdullah Ibn Umar dan lain yang menyatakan bahwa akan ada anak laki- sebagainya. laki yang dapat menggulingkan kekuasannya. Namun kesalahan yang terjadi atas firasat Sementara ulama lainnya juga memiliki tersebut adalah raja fir’aun memberlakukan firasat antara lain Imam Syafii bertemu gurunya Imam Malik bin Anas untuk yang pertamakali, Edisi Budaya | 145
Imam Malik berkata: “Hai Muhammad, Alloh perempuan berdasarkan muka dan telapak telah meletakkan nur ilmu di dalam hatimu. tangan. Kitab tersebut berjudul Majmua’ah Maka janganlah kamu memadamkannya al-Syariah al-Kafiyah li al-‘Awam. Pokok dengan melakukan maksiat kepada-Nya”. bahasannya adalah dalam fash al-khitbah. Ucapan itu pertanda bahwa Imam Malik Dalam kitab tersebut disebutkan dikutip dengan firasatnya telah mengetahui bahwa menurut pendapat ahli firasah, namun tidak Imam Syafii adalah calon ulama besar di masa disebutkan dari mana sumber tersebut. yang akan datang. Dan firasatnya itu benar dan terbukti, satelah Imam Malik meninggal, Dua buku ini merupakan salah satu sarana Imam Syafii benar-benar menjadi kiblat bagi yang dapat dipakai oleh setiap orang yang para ulama pada saat masih hidup dan sesudah akan menikah untuk melihat kebaikan dan wafat, hingga pengaruhnya menyebar ke ketidakbaikan dari jodoh yang akan dinikah. seluruh pelosok dunia Islam. Dan Imam Syafii tercatat sebagai murid yang bisa melebihi Dalam kasus tertentu, firasat dapat terjadi gurunya.2. Imam Syafii bersama teman dan dalam keadaan mendeteksi kejadian yang akan sekaligus gurunya, Imam Muhammad bin Al- datang. Misalnya pernyataan KH Shonhaji Hasan As-Syaibani, sedang beristirahat di Al- menyatakan Gus Dur akan menjadi Presiden, Masjid Al-Haram seusai melakukan umroh. padahal saat itu, gus Dur sedang sakit. Pada saat bersamaan datanglah sesorang di Pernyataan KH Shonhaji ini adalah benar bagian masjid yang tidak jauh dari tempat adanya. Masih dalam kasus Gus Dur misalnya keduanya beristirahat. Lalu Imam Muhammad ketika ziarah ke makam Kakeknya, lantas berkata dalam rangka berfirasat terhadap mengatakan besok tanggal 31 Desember saya orang yang datang itu : akan ke sini lagi dan banyak tokoh yang datang ke sini. Aspek firasat ini menunjukkan bahwa Firasat di Nusantara. ia meninggal dan dikuburkan pada tanggal tersebut. Tanah Nusantara ini mempunyai banyak tokoh yang memiliki firasat yang kuat. Aspek firasat ini juga pernah ditulis oleh Firasat tersebut ada yang hanya menjadi Ronggowarsito yang menulis tanda-tanda cerita melegenda. Firasat yang ditulis antara (firasat) orang yang akan meninggal. Firasat lain dengan menggunakan bahasa Jawa oleh ini dimulai sejak setahun sebelum meninggal Kanjeng Pangeran Harya Tjakraningkrat. sampai beberapa jam sebelum meninggal. Firasat yang dibukukan merupakan firasat khalqiyah berupa rajah tangan. Dalam tulisan Firasat lain misalnya yang dilakukan tersebut, ia menulis beberapa tanda garis oleh KH Kholil ketika mendidikan muridnya tangan yang berkaitan dengan watak dan dengan berbagai model dan cara. Firasat yang sifat seseorang. Rajah tangan ini tidak dapat ia peroleh ditunjukkan dengan beberapa cara diaplikasikan oleh setiap orang, sebelum orang kepada santri dan calon santrinya. Sampai tersebut melakukan riyadhah tertentu. akhirnya, berdirinya NU juga atas firasat yang diberikan KH Kholil kepada KH Hasyim Bentuk Syekh Umar Semarang salah Asy’ari. satu ulama besar di Indonesia menulis kitab yang didalamnya berisi mengenai ilmu firasat [Masyhar] yang bermanfaat untuk mengetahui sifat Sumber Bacaan Ibnu Manzur, Lisan al-Arabi, Baerut : Dar al-Shadir, 2008 Ibn Qayyim, Siraj al-Salikin, Ibn Arabi, Futuh al-Makiyyah Ibn Arabi, Insya al-Dawair, Al-Syaukani, Fath al-Qadir, Al-Qusyairi, lathaif al- Isyarah Al-Jurjani, al-Ta’rifat 146 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Ilmu Hikmah Kata hikmah dalam tradisi intelektual mengenai rahasia huruf itu kemunculannya Islam mempunyai banyak arti. Menurut tergolong baru, yakni muncul di kalangan al-Jurjani, hikmah merupakan suatu sufi yang telah mengalami penyingkapan ilmu yang membahas hakikat sesuatu sesuai hijab inderawi dan memperoleh kemampuan kenyataannya dalam wujud sesuai batas supranatural (khariqul ‘adah) sehingga mampu kemampuan manusia. Oleh karena itu, bertindak di alam anasir. Menurut Ibnu hikmah merupakan suatu ilmu yang sifatnya Khaldun, para sufi tersebut menganngggap teoritis non-mekanistik. Selain itu, hikmah bahwa manifestasi kesempurnaan asma itu juga berarti kondisi potensi intelektual-ilmiah terletak pada roh bintang-bintang; sementara yang berada di tengah-tengah antara naluri tabiat huruf-huruf dan rahasianya itu (insting) manusia yang ingin melampaui batas mengalir dalam asma, dan dengan demikian potensi intelektualnya dan sifat kebodohan mengalir pula ke alam semesta. Sementara itu, yang merupakan sikap pengabaian terhadap berkaitan dengan rahasia di balik penggunan potensi intelektualnya tersebut. huruf, para ahli ilmu rahasia huruf berbeda pendapat: sebagian berpendapat bahwa Selain itu, dalam tradisi spiritual Islam, rahasia huruf terlepak pada wataknya; hikmah merupakan pengetahuan mengenai sebagian berpendapat bahwa rahasia huruf rahasia spiritual yang terkandung dalam ayat- terletak pada empat unsur-unsur alam yang ayat suci, nama-nama-nama Tuhan yang indah, terkandung di dalamnya; dan sebagian lain huruf-huruf hijaiyah, dan doa-doa atau bacaan berpendapat bahwa rahasia huruf terletak tertentu yang dipercaya atas kuasa Allah pada nilai bilangannya. mengandung kekuatan spiritual sehingga dapat digunakan untuk memenuhi berbagai hajat, Uraian Ibnu Khaldun lebih jauh mengenai baik yang sifatnya meteria maupun spiritual. ilmu simiya atau ilmu rahasia huruf di atas Dalam konteks ini, karya-kaya Abu al-Abbas menunjukkan bahwa pengetahuan spiritual Ahmad bin Ali al-Buni, seperti Manba’u Ushul mengenai asma dan rahasia huruf sebenarnya al-Hikmah dan Syams al-Ma’aarif merupakan merupakan buah dari laku spiritual seorang dua kitab tentang ilmu hikmah yang popular sufi dalam perjalanan menuju Tuhan, bukan dan menjadi menjadi rujukan penting bagi tujuan dari laku tasawuf itu sendiri. Dengan peminat ilmu hikmah. Dalam dua kitab demikian, buah dari laku para ahli tasawuf tersebut, al-Buni menguraikan berbagai segi tersebut kemudian diterima oleh orang mengenai hikmah, yang mencakup berbagai lain dan dipelajari serta diamalkan dengan rahasia mengenai ilmu bilangan, ilmu huruf, mengikuti prosedur tertentu, sehingga dikenal ilmu wafaq, ilmu tabi’ah, ilmu astronomi, ilmu sebagai ilmu hikmah. asma’, ilmu ruqyah, dan doa-doa tertentu. Di di kalangan ahli spiritual, ilmu-ilmu tersebut Pada tataran praktik, pengamalan ilmu berada di bawah payung ilmu simiya, sebuah hikmah, baik berupa pengamalan doa atau penamaan yang berasal dari bahasa Ibrani asma’; baik untuk memenuhi kepentingan yang berarti asma Tuhan. pribadi pengamalnya maupun untuk memenuhi kebutuhan orang lain, seringkali Berkaitan dengan kemunculan ilmu melalui serangkaian ritual tertentu, seperti simiya, Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa ilmu berpuasa dengan menghindari makanan Edisi Budaya | 147
tertentu, seperti menghindari makanan dari tarekat, seperti zikir, wirid, dan ratib oleh unsur hewani. Hal yang menarik, meskipun penduduk Nusantara dianggap memiliki doa-doa dan asma’-asma’ yang diajarkan dalam efek supranatural, sehingga amalan-amalan kitab-kitab ilmu hikmah tidak semuanya tersebut digunakan untuk hal-hal di luar menggunakan bahasa Arab, tetapi juga tasawuf. Ilmu debus Banten merupakan satu menggunakan bahasa Semit lainnya, seperti contoh dari penggunaan amalan-amalan yang bahasa Ibrani atau Suryani. berasal dari tarekat Rifaiyyah dan Qadiriyyah. Berbagai amalan hizib yang berasal pendiri Selain itu, pada tataran praktik, tarekat, terutama hizib-hizib yang disusun oleh pengamalan ilmu hikmah adakalanya Imam al-Syadzili, pendiri tarekat Syadziliyyah, menggunakan sarana atau media tertentu, seringkali juga digunakan dan difungsikan seperti penggunaan bukhur, yaitu wangi- layaknya amalan ilmu hikmah. wangian yang dibakar, wafaq, yaitu huruf- huruf yang mengandung rahasia tertentu Hal yang menarik, di samping menerima berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai ilmu hikmah yang berasal dari tradisi spiritual oleh pengamal ilmu hikmah atau pihak-pihak Arab-Islam, kalangan muslim Nusantara juga yang memerlukan jasa ilmu hikmah. Dari segi memiliki khazanah ilmu yang sifatnya spiritual bentuk, wafaq ditulis dalam pola segi empat sebagaimana ilmu hikmah yang berkembang yang terdiri atas tiga kolom (mutsallas), empat di dunia Arab-Islam. Oleh karena itu, tidak kolom (murabba’), lima kolom (mukhammas), mengherankan jika berbagai ilmu hikmah enam kolom (musaddas), tujuh kolom yang berkembang di Nusantara mengandung (musabba’), delapan kolom (mutsamman), muatan lokal-Nusantara, seperti penggunaan dan sembilan kolom (mutassa’). Selain itu, bahasa-bahasa daerah dalam doa-doa yang dalam beberapa hal, penulisan wafaq tersebut diamalkan sebagai sarana mencapai tujuan- dikombinasikan dengan sebagain asmal husna tujuan spiritual dan supranatural tertentu yang atau ayat-ayat Alquran. Teknik penulisan dikombinasikan dengan doa-doa berbahasa penulisan wafaq dengan berbagai polanya itu Arab, dan dalam batas minimal diawali atau disebut juga dengan ism atau yang populer di diakhiri dengan kalimah thayyibah. Berbagai Nusantara sebagai rajah. jenis aji-ajian yang dikenal dalam tradisi ilmu kanuragan di Jawa, seperti aji brajamusti dan Seiiring kuatanya pengaruh Islam di aji penglimunan, terlihat memasukkan kalimah Nusantara, Ilmu hikmah yang berkembang di thayyibah di dalam bacaan amalannya. dunia Arab-Islam itu pada perkembangannya Selain itu, dalam beberapa hal unsur lokal juga diterima oleh kalangan muslim dalam pengamalan ilmu hikmah juga terlihat Nusantara. Penerimaan masyarakat muslim dari penggunaan berbagai jenis ritual yang Nusamtara terhadap ilmu hikmah terserbut digunakan dalam pengamalannya, seperti yang tampaknya tidak dapat dilepaskan dari peran tampak dalam jenis puasa yang dipilih. Puasa penting yang dimainkan oleh tasawuf dan mutih, ngrowot, ngebleng, pati geni, merupakan tarekat dalam proses Islamisasi Nusantara. sekian jenis puasa yang biasa digunakan untuk Mengingat penduduk Nusantara mempunyai mengamalkan ilmu kanuragan atau ilmu kecenderungan kuat pada hal-hal yang hikmah tertentu dalam laku tirakatnya. sifatnya supranatural, berbagai amalan dalam Sumber Bacaan Ahmad, M. Athaullah. 2011. Rahasia Kesaktian Para Jawara. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Bruinessen, Martin van. 1995. Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat. Cet. II, Bandung: Mizan Al-Buni, Abu al-‘Abbas Ahmad bin ‘Ali. 1941. Manba’ Ushul al-Hikmah. Kairo: Musthafa al-Babi al-Halabi. Al-Buni, Abu al-‘Abbas Ahmad bin ‘Ali. t.t. Syams al-Ma’arif al-Kubra. Beirut: al-Maktabah al-Sya’biyyah Ibnu Khaldūn, ’Abd ar-Ra mān bin Mu ammad. 2004. Muqaddimah Ibnu Khaldūn. ed. Abdullah Muhammad ad-Darwīsyī. Damaskus: Dāru Ya‘rib. al-Jurjānī, ‘²lī bin Mu ammad. 1988. Kitāb at-Ta‘rīfāt. Ed.ke-3. Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 148 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Ilmu Kasyaf Ilmu dalam terminologi bahasa Arab pengertian seperti inilah perkataan ilmu adalah pengetahuan yang mendalam atau dipergunakan pada zaman Nabi Muhammad pengetahuan hakekat sesuatu, sedangkan saw., tetapi setelah generasi para sahabat, akar katanya ‘alima ya‘lamu ‘ilman yang artinya Islam mulai berkembang sebagai sebuah pengetahuan, informasi, kognisi, persepsi, “tradisi.” Ada bukti perkataan ilmu mulai pelajaran. Ibn Manzhûr mengartikan ilmu dipergunakan dengan pengertian pengetahuan dengan lawan dari kebodohan dan diri sendiri yang diperoleh melalui belajar terutama sekali (nafs). Ilmu juga dapat diartikan sebagai dari generasi yang lampau (Nabi, para sahabat suatu cabang studi yang berkenaan dengan dan lain lainnya). pengamatan dan pengklasifikasian fakta, dan khususnya dengan penetapan kaidah Quraish Shihab ketika menerangkan kata umum yang bisa diuji. Kata ‘ilmu bisa juga ‘ilm mengartikannya sebagai menjangkau disepadankan dengan kata Arab lainnya, yaitu sesuatu sesuai keadaan sebenarnya atau sesuatu ma`rifat (pengetahuan), Fiqh (pemahaman), pengenalan yang sangat jelas terhadap suatu hikmah (kebijaksanaan), dan syu‘ur (perasan). objek, karena itu seseorang yang menjangkau Sedangkan ma`rifat adalah padanan kata yang sesuatu dengan benaknya tetapi jangkauannya sering digunakan. itu masih dibarengi dengan sedikit keraguan, maka ia tidak dapat dinamai mengetahui Dalam bahasa Inggris ilmu dipadankan apa yang dijangkaunya itu. Lebih lanjut, dengan science, bahasa latinnya scientia Quraish Shihab menjelaskan bahwa bahasa (pengetahuan)- scire (mengetahui), yang menggunakan semua kata yang tersusun sinonim yang lebih akurat dalam bahasa dari huruf huruf ‘ain, lam dan mim dalam Yunani adalah episteme. Dalam Kamus berbagai bentuknya untuk menggambarkan Besar Bahasa Indonesia ilmu secara definitif sesuatu yang sedimikian jelas sehingga tidak diartikan sebagai pengetahuan tentang menimbulkan keraguan. Misalnya kata ‘alamât suatu bidang yang disusun secara bersistem yang berarti tanda yang jelas bagi sesuatu menurut metode-metode tertentu, yang dapat atau nama jalan yang mengantar seseorang digunakan untuk menerangkan gejala-gejala menuju tujuan yang pasti. A`lam yang berarti tertentu dibidang (pengetahuan) itu. Ilmu bendera menjadi tanda yang jelas bagi suatu juga didefinisikan sebagai pengetahuan atau bangsa atau kelompok, atau dapat berarti kepandaian (tentang soal, akhirat, dunia, lahir, gunung yang karena ketinggiannya menjadi bathin, dan sebagainya), sehingga kata ilmu sedemikian jelas dibandingkan dengan dataran selalu dirangkaikan dengan sesuatu saeperti disekelilingnya. Atas dasar itu pula Allah swt. ilmu akhirat, ilmu hitam, ilmu akhlak dan lain- Dinamai `Alim adalah karena pengetahuannya lain. yang amat jelas sehingga terungakap bagi-Nya hal-hal yang paling kecil sekalipun. Fazlur Rahman mengemukakan bahwa al- Qur`ân sering mengemukakan perkataan ilmu, Sedangkan term kasyf dalam bahasa kata jadianya yang umum, dan pengertiannya Inggris dipadankan dengan unveiling sebagai “pengetahuan” melalui belajar, berfikir, (pembukaan), manifestation (manifestasi). pengalaman dan lain sebagainya. Dengan Dalam bahasa Arab istilah ini dapat dibaca Edisi Budaya | 149
dengan fathah fa’nya atau dibaca sukun penglihatan dan tersingkapnya mata batin fa’nya, yang tentunya mempunyai makna dengan ittishal. yang berbeda. Dalam Lisan al-Arab, Ibn Manzhur menyebutkan bahwa kasyf (dibaca Berdasarkan term kasyf ini, Ibn Arabi sukun) berarti terbukanya tirai yang menutupi dalam kitab Insya al-Dawa’ir membagi kasyf anda. Sementara itu, al-Jauhari mengartikan menjadi beberapa bagian. Pertama, kasyf ‘Aqli kasyafah dengan dibaca berharakat dengan yaitu sesuatu yang akal mampu menemukan sesuatu yang botak dibagian kepala. dengan menggunakan pemikiran dan Berdasarkan dua makna tersebut, maka kasyf perenungan. Kedua, kasyf nafsani, yaitu sesuatu adalah sesuatu yang terbuka. Kasyf juga yang terbentuk dalam jiwa imajinatif secara dapat diartikan suatu genus yang dibawahnya mutlak berdasarkan penggunaan perenungan ada spesies. Kasyf ini merupakan bagian dengan melalui beberapa riyadhah dan dari pengetahuan syariah dan pengetahuan mujahadah setelah terbukan tirai penjelas dan tentang alam, seperti melihat Rasulullah saw pembeda. Ketiga, kasyf ruhani yaitu setelah setelah beliau wafat, bertemu Nabi Hidhir, terbukanya penutup akal dan nafs (jiwa) dan isra’ mi’raj dan lain sebagaianya diperlihatkannya munculnya jiwa rahmani (nafs rahmani). Keempat, kasyf rabbani, Kasyf dalam istilah diartikan dengan yaitu dengan jalan tajalli yang perolehannya sebagian karamah bagi orang mukmin yang adakalanya melalui tanazzul atau ta’azruj. shaleh yang selalu menjalankan al-Quran, Sunnah tanpa melakukan penyelewengan Dalam kitab Futuh al-Makiyyah, Ibn terhadap ajaran tersebut. Adapula yang Arabi menjelaskan bahwa kasyf juga dapat mendefinisikan dengan keberadaan tentang digolongkan ke dalam, pertama, kasyf al- terbukanya ruh manusia beriman sehingga Haqaiq yaitu yaitu terbuka hakekat yang mampu mengetahui beberapa hal yang ghaib. ditemukan bagian-bagiannya secara akal, Sedangkan Imam al-Jurjani dalam kitab dan adakalanya ditemukan dengan wujudnya al-Ta’rifat mendefiniskan Kasyaf dengan susunan yang ada seperti adanya langit, alam, tersingkapnya hijab. manusia dan batu. Kedua, kasyf al-Ilmu al- shahih yaitu ilmu yang ditancapkan oleh Allah Dalam term tasawuf istilah kasyaf dalam hati seorang alim. Ilmu ini merupakan juga didefinisikan dengan tersingkapnya nur ilahi yang diberikan kepada yang telah penghalang dari hati dan mata bashirah ditentukan oleh Allah seperti malaikat, para seorang sufi setelah mampu menyatu (ittihad) rasul, wali, orang-orang mukmin. Oleh karena dengan Allah swt, sehingga orang yang kasyf itu, orang yang tidak mempunyai kasyf maka mengetahui sebagian kejadian yang ada di alam ia tidak mempunyai ilmu. atau mampu memahami makna yang baru mengenai isi al-Quran dan Hadits yang dikenal Al-Yasyruthiyyah dalam kitab Nafahât dengan ilmu Haqiqah yang tidak diketahui al-Ins menyebutkan bahwa kasyf merupakan oleh ulama syariah dan ulama zhahir. Imam al- istilah yang digunakan oleh para wali dalam Thusi dalam kitab al-Luma menyebutkan Kasyf tiga martabat, yaitu pertama, wali yang kasyf sebagai tersikap jelasnya sesuatu yang masih mengeni bentuknya para Nabi. Kedua, wali menjadi rahasia dalam memahami sesuatu, yang kasyf mengenai ruhnya para Nabi, dan sehingga seseorang dibuka tirainya, seakan- ketiga, yang kasyf mengenai sifat ruhaniyyah akan mampu melihat dengan pandangan mata. Nabi Muhammad saw., yang kemudian, dalam Hal ini berkaitan dengan ungkapan Imam hati mereka terpantri nur tauhid dzati. Abu Muhammad al-Hariri yang menyatakan “orang yang tidak beramal antara dia dan Allah Al-Jilli dalam kitab al-Isfar yang dengan taqwa dan muraqabah, maka ia tidak merupakan syarh dari karya Ibn Arabi akan sampai pada kasyf dan musyahadah. yang berjudul al-Isfar ‘An risalah al-Anwar Sementara itu, Imam al-Nuri menyatakan membedakan antara al-kasyf al-khayyali bahwa tersingkapnya mata lahir dengan dan al-kasyf al Hissi. Kasyf khayyali adalah jika seseorang matanya ditutup dan orang 150 | Ensiklopedi Islam Nusantara
tersebut masih mampu membayangkan dilanjutkan dengan musyahadah. bentuk seseorang atau perbuatan seseorang. Sedangkan kasyf al-Hissi adalah terbukanya Muhadlarah adalah hadirnya hati seluruh alam material yang gaib dari aspek yang terkadang dapat diperoleh dengan kebiasaan karen a jauhnya benda tersebut atau menggunakan demonstrative (burhan). tertutupnya. Jika Kasyf ini telah tercapai maka Setelah itu, muncul mukasyafah yang tidak ada yang menghalangi pandangan mata merupakan dari semua benda yang hendak dilihat oleh indera. Ilmu mukasyafah tidak dibukukan karena khawatir akan jatuh kepada orang yang bukan Ilmu Kasyf menjadi bagian dari kajian ahlinya justru akan menyebabkan kerusakan dalam tasawuf yang kemudian dikenal bagi pemiliknya. Ilmu hanya dipelajari melalui dengan term mukasyafah. Mukasyafah adalah mudzakarah (diskusi) dan melalui jalan yang terangkatnya hijab yang ada antara ruh jasmani rahasia. yang tidak mungkin ditemukan dengan panca indera. Mukasyafah terkadang juga digunakan Ilmu mukasyafah jika dilihat dari aspek dengan musyahadah. hadits maka menjadi bagian dari Isyarat hadits Nabi saw diungkapkan bahwa sebagian ilmu Imam al-Ghazali mengartikan ilmu adalah bagaikan mutiara yang tidak dikenal mukasyafah dengan ilmu yang membahas kecuali oleh ahli ma’rifat kepada Allah. Jika hal mengenai Allah dan sifat-Nya, atau ilmu itu dibicarakan secara jelas maka orang bodoh ini biasanya disebut dengan ilmu ma’rifat. akan terbujuk. Pembicaraan al-Ghazali mengenai ilmu Mukasyafah ini berkaitan dengan pembagian Macam-macam mukasyafah ilmu yang memberi manfaat di akhirat yaitu menjadi ilmu mu’amalah dan ilmu Mukasyafah. Dalam al-Luma’ disebutkan bahwa Syekh Ihsan al-Jampesi dalam Siraj al-Thalibin mukasyafah dapat dibagi menjadi beberapa mendefinisikan ilmu mukasyafah dengan macam. Pertama, mukasyafah penglihatan nur yang nampak dalam dalam hati ketika dengan mata pada hari kiamat, mukasyafah seseorang sudah membersihkan diri, sehingga hati dengan memahami hakekah iman dengan akan muncul dalam dirinya makna-makna yang pandangan keyakinan tanpa cara dan batasan, indah. Orang yang sudah membersihkan diri ketiga mukasyafah ayat al-Quran dengan cara juga akan memperoleh ma’rifah Allah, asma, mu’jizat, karamat dan ijabat. sifat, kitab, para rasul. Ia juga akan menemukan berbagai rahasia yang tidak dimiliki oleh orang Aspek-aspek ilmu mukasyafah. lain. Perolehan ilmu ghaib ini minimal adalah mempercayai dan menyerahkan kepada ahli Aspek untuk mendapatkan kasyf adalah; dibidangnya. pertama, Tauhid sebagai rasahia utama. Tauhid merupakan aspek utama ilmu mukasyafah. Imam al-Qashthalani menyebutkan Dalam tauhid yang menjadi catatan adalah jika seseorang tidak memiliki ilmu kasyf tauhid yang dipegang oleh Ulama ahl Sunnah dikhawatirkan akan meninggal dalam keadaan wa al-Jamaah. Orang yang tidak mengikuti su’ul khatimah (akhir yang tidak baik). Ilmu tauhid ahli Sunnah wa al-Jamaah maka secara mukasyafah merupakan ilmu yang tertulis otomatis tidak mampu memperoleh ilmu dalam kitab dan keadaanya menjadi misteri. Kasyf. Hal ini berkaitan dengen kepercayaan Sebab ilmu ini adalah ilmu dzauqiyah kasyfiyah mengenai adanya tasawuf yang benar dan yang hanya difahami melalu musyahadah lurus. bukan melalui dalil ataupun logika demonstrative. Adapula yang mendefinisikan Dalam perspektif keislaman Nusantara, mukasyafah dengan suatu tahapan dalam ilmu kasyf merupakan salah satu ilmu yang tasawuf untuk mencapai makrifat. Tahapan menjadi tujuan dalam pencarian hakekat tersebut adalah muhadlarat, mukasyafat dan kebenaran. Mereka ada yang melakukannya Edisi Budaya | 151
dengan menggunakan metode tertentu seperti tersebar di kalangan masyarakat Indonesia. melakukan ritual puasa dalam waktu tertentu Selain itu, mereka juga menjadi rujukan dalam disertai dengan melakukan wirid tertentu. menyelesaikan masalah terutama dengan Adapula yang mereka lakukan dengan permasalahan yang tidakdapa diselesaikan oleh mempercaryai mendapatkannya dengan masyarakat dengan cara meminta pandangan langsung pemberian Allah swt. dari ulama yang dianggap mempunyai kasyf. Tokoh-tokoh besar di kalangan pesantren [Masyhar] hampir semuanya mempunyai kasyf. Hal ini dibuktikan dengan beberapa cerita yang Sumber Bacaan Muhammad Ali al-Tahanawi, Kasysyaf Ishtilahat al-Funun wa al-Ulum, Beirut: Maktabah Lubnan, 1996 Muhammmad Ibn Hamid al-Ghazali, Ihya al-Ulum al-Din, Abu Nashr al-Thusi, al-Luma fi tasawuf Imam al-Qusyairi, Risalah al-Qusyairiyah Ibn Arab, Futuh al-Makiiyah Ibn Arabi, al-Isfar Al-Jilli, al-Insan al-Kamil Ibn Qayyim, Madarij al-Salikin 152 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Imkan Rukyah Mendasarkan pada kelangkaan (sadz) seperti tentang shalat Iid, musafir, puasa dan penelitian di bidang ini, maka penulis lain-lain. mencoba meramaikan penelitian di bidang ini dengan mengangkat penelitian Muhammad Mas Manshur al-Batawi nama tentang pemikiran hisab rukyah Muhammad lengkapnya adalah Muhammad Manshur bin Mas Manshur al -Batawi. Mengingat Abdul Hamid bin Muhammad Damiri bin Habib berdasarkan pelacakan sejarah, pemikiran bin Pangeran Tjakradjaja Temenggung Mataram, hisab rukyah Muhammad Mas Manshur lahir di Jakarta pada tahun 1295 H/1878 M. yang terakumulasi dalam kitabnya Sullamun Bermula dari didikan orang tuanya sendiri, Nayyirain dan Mizanul I’tidal termasuk yang Abdul Hamid, dan saudara-saudara orang paling tradisional dan paling klasik dalam tuanya seperti Imam Mahbub, Imam Tabrani, khasanah pemikiran hisab rukyah. dan Imam Nudjaba Mester, dia sudah nampak tertarik dengan ilmu falak (Panitia Haul ke1, Ketradisionalan dan keklasikannya, t.th: 2). nampak dari data yang digunakan yakni menggunakan data Ulugh Beik Al-Samarqandy Ketika usia 16 tahun atau tepatnya pada (As-Samarqandy, 854H) dalam bentuk tahun 1894 M, dia pergi ke Makah bersama table “Abajadun Hawazun Chathayun…, ”. ibunya untuk menunaikan ibadah haji dan Di samping secara prinsip menggunakan bermukim di sana selama empat tahun. Di sana prinsip Ptolomeus–Geosentris–Homosetris dia belajar ilmu dengan banyak guru besar, di (Taufik, 1992: 20) dan menggunakan dasar antaranya guru Umar Sumbawa, guru Muhtar, matematika yang sangat sederhana. Namun guru Muhyidin, Syeh Muhammad Hajat, Sayyid demikian, dalam realita di masyarakat masih Muhammad Hamid, Syeh Said Yamani, Umar al- digunakan sebagai dasar penetapan awal bulan Hadramy dan Syeh Ali al-Mukri. Ini merupakan sebagai acuan ibadah secara syar’i, walaupun salah satu bukti bahwa memang pada masa itu dalam klasifikasi hisab hakiky taqriby. Tidak masih banyak orang Indonesia yang melakukan diklasifikasikan dalam katagori hisab urfi ibadah haji sekaligus melakukan rihlah ilmiyah yang dianggap tidak layak untuk acuan ibadah – meguru dengan bermukim di Makkah. secara syar’i, padahal masih menggunakan prinsip geosentris yang secara ilmiah sudah Namun demikian menurut lacakan tumbang dengan prinsip yang baru yakni penulis, kemahiran Mas Manshur al –Batawi prinsip heliosentris. dalam bidang ilmu falak kiranya tidak banyak dari hasil rihlah ilmiyahnya di Makah. Tapi dari Di samping itu, jika dilihat dalam kitab rihlahilmiyah yang dilakukan SyehAbdurrahman Mizanul I’tidal, ternyata Muhammad Mas al-Misra ke Betawi (Jakarta) dengan membawa Manshur al-Batawi dalam kajian hisab rukyah data Ulugh Beik –Zeij Ulugh Beik. Dengan tidak hanya sekedar hisab murni, namun melihat Betawi terdapat tempat rukyah yang juga dikemukakan pemikiran-pemikiran layak, sehingga dalam waktu yang tidak lama, beliau tentang fiqh hisab rukyah dengan Syeh Abdurrahman al- Misra mengadakan mengkomparasikan pemikiran ulama-ulama penyesuaian data dengan merubah markas yang lain. Di antaranya tentang had (batasan) data dari bujur Samarkand menjadi bujur imkanurrukyah, had (batasan) mathla’urrukyah, Betawi. Lalu beliau memberi pelajaran kepada persaksian hilal dan masih banyak lagi yang para kyai –kyai Betawi, termasuk Abdul Hamid lain. Bahkan juga dibahas kajian fiqh yang bin Muhammad Damiri (ayah Mas Manshur sedikit melebar dari kajian hisab rukyah, al- Betawi) (Panitia Haul ke1, t.th: 2). Dari Edisi Budaya | 153
sinilah cikal bakal pemikiran hisab rukyah Arab (al-Betawi). yang ada dalam kitab Sullamun Nayyirain karya monumental Mas Manshur al-Betawi. “Perdebatan” ini sebagaimana diceritakan Mas Manshur dalam kitab Mizanul I’tidal, Namun demikian, rihlah ilmiyah para ketika terjadi persoalan persaksian rukyah ulama Indonesia ke Makah (termasuk yang yang dilakukan dalam penetapan awal dilakukan oleh Abdul Hamid bin Muhammad Ramadan 1299, di mana pada malam Ahad, Damiri maupun Mas Manshur) kiranya tetap hilal dalam ketinggian 2,5 derajat, salah satu menjadi awal munculnya pemikiran hisab murid Syeh Abdurrahman yakni Muhammad rukyah di Indonesia. Karena sangat tidak Shaleh bin Syarbini al-Betawi menyatakan dapat mungkin, kedatangan Syeh Abdurrahman al- melihat hilal (al-Betawi, t.th: 7). Misra ke Betawi dalam acara rihlah ilmiyah tanpa diawali dengan hubungan meguru (atau Dalam pemikiran hisab rukyah mas paling tidak silaturahim) yang dilakukan oleh Manshur al-Batawi ternyata tidak hanya para ulama Indonesia termasuk oleh Abdul berasal dari seorang guru, Syeh Abdurahman Hamid bin Muhammad Damiri ke sana (Mesir). al-Misra. Terbukti dengan banyak kitab Falak yang menjadi rujukan pemikirannya. Selain Sebelum kitab Sullamun Nayyirain, di merujuk pada kitab Syarhal-Bakurahlil-Khiyath, Betawi (Jakarta) ternyata sudah ada kitab hisab Syarh al-Syily ala risalatih, dan al-Mukhlis yang dipelajari dan diamalkan oleh masyarakat karya Syeh Abdurahman al-Misra, juga merujuk Betawi yakni kitab Iiqazhun Niyam karya banyak kitab hisab rukyah. Di antaranya Durar al Sayyid Usman bin Yahya. Model perhitungan -Natwij karya Ulugh Beik, syarh al-Jafny karya kitab ini, sama persis dengan kitab Sullamun Qadi Zadah al-Rumi, Hasyiah karya Maulana Nayyirain, hanya berbeda dalam ketentuan Muhammad Abdul Alim, al –Darur al-Tauqiqiyah batas minimal hilal dapat dilihat (dirukyah) dan al-Hidayah al-Abasiyah karya Musthafa al- yakni 7 derajat. Kitab ini banyak berkembang di Falaki, Kusyufat al-Adilah karya Judary, Syarh daerah bukit duri Puteran, Cikoko Pengadegan al-Tasyrih karya al-Dahlawy, Syarh Natijatul Jakarta Selatan, Cipinang Muara dan sekitar Miiqaat karya Marzuqy, Wasilah al-Thulab karya tanah delapan puluh Klender Jakarta Timur Muhammad al-Khitab (al-Betawi, t.th: 7). (Asadurhaman, 2000: 27-28. Kitab pembahasan tentang hilal Kebenaran keberadaan kitab Iiqazhun diantaranya al-Minhah karya Dimyathy, Ilm Niyam karya Sayyid Usman bin Yahya di al- Mansyur karya al-Subkhy, al-Irsyad karya Betawi sebelum kitab Sullamun Nayyirain Muthi’I, Iiqazhun Niyam dan Tamziyulhaq karya nampak dari adanya “perdebatan” tentang Sayyid Usman, Tanbih al-Ghafil karya ibn Abidin, batas imkanurrukyah antara Abdul Hamid Thiraz al-Lal karya Ridwan Afandi, Natijatul bin Muhammad Damiri dan para santri Syeh Miiqaat karya Mahmud Afandi, Rasail al -Hilal Abdurrahman al-Misra dengan Sayyid Usman. karya Thanthawi (al-Betawi, t.th: 7). Di mana menurut Abdul Hamid bin Muhamad Damiri dan para santri Syeh Abdurahman Banyak juga kitab-kitab yang berisi data- al -Misra bahwa rukyah dalam kondisi hilal data bulan – matahari (zaij) yang dirujuknya, di bawah 7 derajat adalah sulit bukan tidak di antaranya al-Zaij Ulugh Beik karya ibn al- mungkin ( istihalah). Syatir, al-Zaij karya ibn al-Bina, al-Zaij karya Abi al-Fath al-Shufi, al-Zaij karya Abdul Hamid Sedangkan menurut Sayyid Usman, al-Musy (al-Betawi, t.th: 7). kondisi demikian tidak mungkin dapat dilihat (istihalaturrukyah). Perbedaan ini Dengan merujuk banyak kitab tersebut, muncul karena memang Sayyid Usman tidak diakhir hayat Mas Manshur al –Betawi menggunakan dasar zaij Syeh Abdurahman meninggalkan banyak karya yang merupakan al-Misra, tapi berdasarkan zaij dari gurunya kumpulan pemikiran hisab rukyah Mas Syeh Rahmatullah al-Hindi di Makah. Sayyid Manshur al-Betawi. Diantaranya kitab Usman tidak pernah bertemu dengan Syeh Sullamun Nayyirain, Chulashal al-Jadwal, Abdurrahman di Betawi, karena sejak kecil dia Kaifiyah Amal Ijtima’, Khusuf dan Kusuf, Mizanul sudah meninggalkan Betawi dan menetap di I’tidal, Washilah al -Thulab, Jadwal Dawairul Falakiyah, Majmu Arba Rasail fi Masalah Hilal, 154 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Jadwal Faraid, dan masih banyak lagi yang Sehingga dengan berpangkal pada intinya masalah ilmu falak dan faraid. Diantara waktu ijtima rata-rata. Interval ijtima rata banyak kitab tersebut, yang dapat penulis rata menurut system ini selama 29 hari 12 temukan hanya Sullamun Nayyirain, Kaifiyah menit 44 detik. Dengan pertimbangan bahwa Amal Ijtima’, Khusuf dan Kusuf, dan Mizanul gerak matahari dan bulan tidak rata, maka I’tidal (al-Betawi, t.th: 7). diperlukan koreksi gerakan anamoli matahari (ta’dil markas) dan geraka anamoli bulan Posisi Pemikiran Mas Manshur (ta’dil khashshah), yang mana ta’dil khashshah dikurangi ta’dil markas. Koreksi markas Merujuk pada kitab rujukannya, jelas kemudian dikoreksi lagi dengan menambahnya bahwa pemiki ran hisab rukyah Mas Manshur ta’dil markas kali lima menit. Kemudian berdasarkan pada Zaij Ulugh beik al-Samarkand dicari wasat (longitud) matahari dengan cara (wafat 804 M) yang ditalhis (dijelaskan ) menjumlah markas matahari dengan gerak auj ayahnya Abdul Hamid bin Muhammad Damiri (titik equinox) dan dengan koreksi markas yang al-Betawi dari Syeh Abdurahman bin Ahmad al- telah dikoreksi tersebut (muqawwam). Lalu Misra (al-Betawi, t.th.: 1). Zaij Ulugh beik ini dengan argumen, dicari koreksi jarak bulan disusun berdasarkan teori Ptelomeus yang matahari (daqaiq ta’dil ayyam). Seterusnya ditemukan Claudius Ptolomeus (140 M). Jadwal dicari waktu yang dibutuhkan bulan untuk tersebut dibuat oleh Ulugh Beik (1340-1449 M) menempuh busur satu derajat ( hishshatusa’ah). dengan maksud untuk persembahan kepada Terakhir dicari waktu ijtima sebenarnya yaitu seorang pangeran dari keluarga Timur Lenk, dengan mengurangi waktu ijtima rata -rata cucu Hulagho Khan (Husein, 1964: 115). tersebut dengan jarak matahari bulan dibagi hisasatussa’ah)(al-Betawi, t.th.). Namun dalam perjalanan sejarah, teori geosentris tersebut tumbang oleh teori Meskipun metode serta algoritma (urutan Heliosentris yang dipelopori oleh Nicolass logika berfikir) perhitungan waktu ijtima Copernicus (1473-1543). Di mana teori yang tersebut sudah benar, tetapi koreksi -koreksinya dikembangkan adalah bukan bumi yang terlalu sederhana. Sebagai contoh sebagai dikelilingi matahari, tetapi sebaliknya dan dalam perhitungan irtifaul hilal (ketinggian planet-planet serta sateliti-satelitnya juga hilal), dimana iitafaul hilal dihitung dengan mengelilingi matahari. Teori ini pernah hanya membagi dua selisih waktu terbenam dilakukan uji kelayakan oleh Galileo Galilie dan matahari dengan waktu ijtima dengan dasar John Keppler walaupun ada perbedaan dalam bulan meninggalkan matahari kearah timur lintas planet mengelilingi matahari (Izuddin, sebesar 12 derajat setiap sehari semalam (24 2003: 45-46). jam). Dari sini nampak bahwa gerak harian bulan matahari tidak diperhitungkan, hal ini Namun dalam lacakan sejarah hisab dapat dimengerti karena berdasarkan pada rukyah Islam, berkembang wacana bahwa teori Ptolomius. yang mengkritik dan menumbangkan teori geosentris adalah al -Biruni (Baiquni, 1996: 9.; Padahal sebenarnya busur sebesar 12 Amin, 2001: 122-124). derajat tersebut adalah selisih rata -rata antara longitud bulan dan matahari, sebab Dalam kitab Sullamun Nayyirain yang kecepatan bulan pada longitud rata-rata 13 asli dengan menggunakan angka –angka Arab derajat dan kecepatan matahari pada longitud “Abajadun Hawazun Khathayun Kalamanun sebesar rata-rata satu derajat. Seharusnya Sa’afashun Qarasyatun Tsakhadhun Dhadlagun” irtifa tersebut harus dikoreksi lagi dengan (Schimmel, 1993) yang menurut lacakan menghitung mathla’ul ghurub matahari dan merupakan angka yang akar - akarnya berasal bulan berdasarkan wasat matahari dan wasat dari India, menunjukkan keklasikan data yang bulan (Taufik, 1992: 19-21). dipakainya. Dengan angka-angka itu, sistem hisabnya bermula dengan mendata al-alamah, Di samping itu, hisab ini tidak al-hishah, alkhashshah, al-markas dan al-auj memperhitungkan posisi hilal dari ufuk. Asal yang akhirnya dilakukan ta’dil (interpolasi) data. sebelum matahari terbenam sudah terjadi ijtima walupun hilal masih di bawah ufuk Edisi Budaya | 155
maka malam harinya masuk bulan baru. Indonesia, di mana kitab Sullamun Nayyirain Sebagaimana diutarakan sendiri Mas Manshur: karya monumental Mas Manshur hanya dikatagorikan system hisab hakiki taqribi “Apabila terjadi ijtima sebelum matahari (Badan Hisab Rukyah Depag Pusat, 1981: 35), terbenam maka malam hari berikutnya termasuk sebagaimana diakui secara gentelmant oleh bulan baru, baik terjadi rukyah maupun tidak. pengarangnya sendiri Mas Manshur bahwa Dan apabila ijtima itu terjadi setelah matahari “ Ini sedikit kira-kira (taqribi). Hal ini diketahui terbenam maka malam itu dan keesokan harinya dari gerak bulan pada orbitnya sehari semalam masih bagian dari bulan yang telah lalu atau dengan satuan derajat dan jam” (al-Betawi, belum masuk bulan baru” (al-Betawi, t.th: 11). t.th.). System hisab ini nampak sekali lebih Namun demikian, system hisab Sullamun menitik beratkan pada penggunaan astronomi Nayyirain yang merupakan akumulasi murni, di dalam ilmu astronomi dikatakan pemikiran Mas Manshur tersebut masih bahwa bulan baru terjadi sejak matahari dan banyak dipergunakan dasar oleh masyarakat bulan dalam keadaan konjungsi (ijtima). muslim Indonesia di antaranya keluarga besar Dalam system ini menghubungkan dengan Yayasan al-Khairiyah al-Manshuriyyah Jakarta perhitungan awal hari adalah terbenamnya dan Pondok Pesantren Ploso Mojo Kediri. matahari sampai terbenam matahari berikutnya, sehingga malam mendahului [Masyhar] siang yang dikenal dengan system ijtima qablal ghurub. Sehingga dikenal sebagai penganut kaidah “Ijtima’unnayyirain istbatun baina al- syahrain” (Ijtima adalah batas pemisah antara dua bulan (Badan Hisab Rukyah Depag Pusat, 1981: 35). Dengan prinsip demikian, maka wajar manakala hasil dari seminar sehari Hisab Rukyah pada tanggal 27 April 1992 di Tugu Bogor, dihasilkan kesepakatan paling tidak ada tiga klasifikasi pemikiran hisab rukyah di Sumber Bacaan Abdul Hamid, Muhammad Mas Manshur al-Batawi. t.th. Mizanul I’tidal, Jakarta: Madrasah Al-Khairiyyah. ----------------- t.th. Sullam al-Nayyirain, Jakarta: Madrasah Al-Khairiyah. Abdul Wahd Wafi Ali. 1989. Perkembangan Madzhab Dalam Islam. Jakarta: Minaret. Abdurrahim. 1983. Ilmu Falak, Yogyakarta: Liberty. Ahmad bin Hajar al-Haitami Syihabuddin. t.th. Tuhfatul Muhtaj, Kairo: Beirut, t.th. Ahmad SS Noor. t.th. Nurul Anwar, Kudus: TBS Kudus. -------------------- t.th. Syamsul Hilal, Kudus: TBS Kudus. Al-Falaky Muhammad. 1981. Haul Asbab Ikhtilaf Awail al-Syukur al-Qomariyah, dalam Dirasat Haul Tauhid al-Ayyad waa al-Mawasim al-Diniyah, Tunisia: Idarah Su’un al-Diniyah. Alfonso Nallino Carlo. 1911. Ilmu Falak wa Tarjih Inda al-Arab, Roma. Al-Ghazaly. t.th. Al-Mustashfa min illm al-Ushul, Kairo: Sayyid al-Husain. Al-Hayyan. t.th. Al-Bahr al Muhith, Kairo: Beirut. A. Alies Elias,. 1970. Pockeet Dictionary, Kairo: Elias Modern Press. Al-Jaelani Zubaer Umar. t.th. al Khulashoh al-Wafiyah, Kudus: Menara Kudus. Al-Jaziry Abdurrahman. t.th. Fiqh Ala Madzahib Al-Arba’ah, Kairo: Beirut. Al-Qulyubi, Syihabuddin. 1956.Hasyiah Al Minhaj al Thalibin, Kairo: Musthafa al-Baby al- Halaby. Al-Subkhi Taqiyuddin. t.th. Fatawa al-Subkhy, Beirut: Dar al-Maarif. Al-Syarwani. t.th. Hasyiah Syarwani, Kairo: Beirut. Al-Syatibi, Abu Ishaq. 1341 H.al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam, Beirut: Dar al-Fikr. Amin KH Ma’ruf. 1993. Rukyah Untuk Penentukan Awal dan Akhir Ramadhan Menurut Pandangan Syari’ah dan Sorotan IPTEK, dalam Mimbar Hukum, Jakarta: Dirjen Binbaga Depag RI. Astonomical Club al-Farghani. 1992-1993. Mawaqit Islamic Keeping, Copyright. 156 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Istighotsah Ada banyak cara dan bentuk ekspresi yang datang berturut-turut. keberagamaan Islam Nusantara, salah satunya Istighatsah. Istighatsah Istighatsah juga disebut dalam al-Ahqaf sendiri sebetulnya adalah bentuk ritual doa bersama (berjamaah). Umumnya dilakukan 17 di alun-alun, halaman masjid, juga di ruang publik lainnya. أُ ۡخ َر َج َو َق ۡد لقيۡنهَِف ََقيأُۡبُق ِّٖولُفل َو َّل َُهماَُكماَمَايهَٰٓ َۡذَأسآتََتإِِعِغَّ َيد�ٓ َثاانأَِ َِِن ٰٓسنٱ ِطأَ َّ َُۡ�نيَّٞإَِو َٱخَّنَّ َل ِل َو ِ ۡتعي ٱَد ۡلَق ُاٱق َ ُرلَّو�ِلِ َُنوَٰح ِ ِم ن١ۡ ٧ٱَو ۡ ۡي َللَ َّو َلِك َ َيءا ِم Secara bahasa “al-istighatsah” berasal dari akar kata “al-ghauts” artinya “pertolongan”. “Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu Dalam tata bahasa Arab disebut, sebuah bapaknya: «Cis bagi kamu keduanya, apakah kalimat yang mengikuti pola (wazan) kamu (keduanya) memperingatkan kepadaku “istaf’ala” dengan menambah “alif”, “syin”, bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh dan “fa” maka artinya adalah “pertolongan” telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu atau “permintaan”. Sebagaimana “al-ghufran” kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan diikutkan wazan istif’al menjadi “istighfar” kepada Allah seraya mengatakan, «Celaka kamu, yang meminta ampunan berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar». Lalu dia berkata: «Ini tidak lain hanyalah Sehingga, jika mengacu pada arti semantik dongengan orang-orang yang dahulu belaka». dari istilah ini, istighatsah berarti “meminta pertolongan”. Karena yang dimintai adalah Ayat ini bercerita tentang orang tua Allah SWT, maka disebut doa. menghadapi anaknya yang durhaka dan mengingkari hari kebangkitan Namun, meskipun secara bahasa artinya sama, para ulama membedakan antara Istighatsah biasanya dilakukan ketika “isti’anah” dan “istighatsah”. Yang pertama menghadapi persoalan-persoalan besar meminta pertolongan ketika dalam keadaan dan berat, membutuhkan campur tangan sukar, sulit, darurat, dan biasanya ketika Tuhan, mengharapkan sebuah keajaiban dan menghadapi persoalan besar. Sedangkan yang mukjizat. Karena itu, seringkali istighatsah kedua lebih bersifat umum. dilakukan secara bersama-sama, melibatkan orang banyak, sebab problem yang dihadapi Sebagai ritual keagamaan khas Nusantara, bukanlah problem biasa. istighatsah sendiri memiliki landasan teologis dan secara eksplisit disebut baik di dalam al- Al-Quran surat al-Baqarah 45 juga Quran maupun al-Hadis. menyuruh umat Islam atau orang-orang beriman untuk senantiasa meminta Dalam al-Anfal ayat 9 disebut: pertolongan dengan sabar dan salat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya istighatsah َب لَ ُك ۡم َأ ِّن ُم ِم ُّد ُكم٩إِبِ َأۡذ ۡل تَٖ ۡفس َت ِّمِغيَن ُث ٱولۡ ََمن َ ٰٓل َرئِ َّب َك ِةُك ُۡمم ۡرفَِدٱفِ ۡس ََتي َجا �َ َ َّ ٌَل َكبِ َية � َّ� َها َِۚوٱل َّص َل ٰوة ِبِٱل َّص ۡب َْوٱ ۡس َتعِي ُنوا “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan �ِإ ٤٥ ٱ ۡل َخٰ ِشعِ َي kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: «Sesungguhnya Aku akan mendatangkan Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat Edisi Budaya | 157
dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imron: 191) sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, Surat al-Ahzab ayat 35, 41 dan 42 Dalam sebuah hadis disebut: إِ َّن ٱلۡ ُم ۡسلِ ِم َي َوٱلۡ ُم ۡسلِ َمٰ ِت َوٱلۡ ُم ۡؤ ِمنِ َي َوٱلۡ ُم ۡؤ ِم َنٰ ِت ََووٱٱ ۡلل َ َّقٰنِصٰتبِِ َرَٰي ِتَوٱ ۡل َقَٰوٱنِ ۡلَتٰ َخِٰت ِش َو ِعٱل َ َّيصٰ ِد َوقِٱ ۡل َي َخَٰوٱ ِلش َ َّعٰصٰ ِ ِدت َقٰ ِ َوتٱلۡ َوُمٱ َتل ََّصصٰ ِّدِ ِبقِي ََني ان اﻟﺸﻤﺲ ﺗﺪﻧﻮا �ﻮم اﻟ��ﺎ�� �� �ﺒ�� اﻟﻌﺮق ﻧﺼﻒ � َمٰ َكِثتِ ٗيا َوٱَوۡلٱل َ َّذحٰٰ ِفكِ َِظرٰ َِتي٣َِصَّئ٥ٰٓ أَُفَوٱَُرلعۡ َُّومد َتَجٱ َُه َّص ۡمُّ�ِد لَََقوُٰٱه ۡل ِمت َ َّمحٰ ِۡفغ ََِفوٱظَٰرل ٗة َِّتَوٰٓصأَئَِوۡٱجِملًراََّذٰيكَِعرِ ِظي َويٱَ ٗنلما َّٱ اﻻذن ﻓﺒﻴﻨﻤﺎﻫﻢ ﻛﺬاﻟﻚ اﺳﺘﻐﺎﺛﻮا ﺑﺎدم ﺛﻢ �ﻮ� ﺛﻢ “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang Mu’min, ﺑﻤﺤﻤﺪ laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, Hadis tersebut di atas dengan gamblang laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan menyebut bahwa istighatsah tidak harus perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan ditunjukkan langsung pada Allah SWT., yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang melainkan bisa juga dialamatkan kepada para berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memel Nabi, bahkan para wali dan orang-orang salih. hara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah Di lingkungan pesantren Istighatsah meny diakan untuk mereka ampunan dan pahala diartikan sebagai dzikir atau wirid yang yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 35) dilakukan secara bersama-sama (jamaah) dan biasanya diadakan di tempat-tempat terbuka. ٤١ َ ٰٓي َأ ُّي َها ٱ َّ ِلي َن َءا َم ُنواْ ٱ ۡذ ُك ُرواْ ٱ َّ َ� ذِ ۡك ٗرا َكثِ ٗيا Tujuannya untuk meminta ampunan serta pertolongan dari Allah SWT. “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang Dzikir dalam Istighatsah sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab: 41) Bacaan dzikir dalam istighatsah memiliki ٤٢ �ً َو َس ّبِ ُحو ُه بُ ۡك َر ٗة َوأَ ِصي banyak versi dan pada umumnya sama. Dzikir, secara bahasa adalah “mengingat”. Maksudnya “Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan mengingat Allah SWT. Dzikir sendiri memiliki petang.” (QS. Al-Ahzab: 42) pijakan dalil di dalam al-Quran. Misalnya Sementara Hadits Nabi salah satunya Surat al-Baqoroh ayat 152 yang artinya ١٥٢ فَٱ ۡذ ُك ُرو ِ ٓن أَ ۡذ ُك ۡر ُك ۡم َوٱ ۡش ُك ُرواْ ِ� َو َ� تَ ۡك ُف ُرو ِن “Diriwayatkan dari Abu Huroiroh bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya memiliki para Malaikat yang berkeliling di jalanan Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah untuk mencari orang-orang ahli dzikir. Dan ketika kepada- Ku, dan janganlah kamu mengingkari mereka mene- mukan sekelompok orang yang (ni’mat)-Ku.” (QS. Al-Baqoroh: 152) senantiasa berdzikir kepada Allah, para Malaikat ini kemudian memanggil, “Ambillah kebutuhan Surat Ali Imron ayat 191 kalian.” (HR. Muttafakun Alaihi. Tirmidzi dan Ahmad) و َّب ََن َا ٰ� َما ُج َخُن َلو ۡبقِ ِه َ ۡتم١َ َر٩١ٱََوَّهَٰي ِل َتَيذ َاف َن ََّبكٰ ُرِطيَ ٗو ۡذ َ�ن ُك ُُِرسفۡبو ََنَحٰخ َنۡل ٱَِقك َّٱَ�لفَقَِّسَناقَِمَٰ َيٰوَٰعٗم َاِذات ََوَبٱو ُۡقٱلَُۡعرلَّوا ِٗدرِاض Menurut Imam al-Alamah Ibnu Abidin “(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil dalam kitabnya “hasyiah fi ma’rodi dzikrillah” berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring berkata, Bahwa dzikir berjamaah itu lebih dan mereka memikirkan tentang penciptaan besar pengaruhnya di hati daripada dzikir langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah 158 | Ensiklopedi Islam Nusantara
sendirian (Ibnu abidin “hasyiah ibnu abidin”, Wahai Allah, wahai Dzat Yang Maha Mendengar hal. 263, vol 5). Sementara Imam Abdul dan Maha Melihat Wahab Sya’roni dalam kitabnya “dzi- kru adz- dzakir…” mengatakan, bahwa ulama’ salaf ٣٣× �ﺎ ﻣﺒﺪع �ﺎ ﺧﺎﻟﻖ maupun ulama’ khalaf telah sepakat atas disun- nahkannya dzikir berjama’ah baik di Wahai Dzat yang mewujudkan sesuatu dari tidak masjid maupun di luarnya. Juga pendapat ada, wahai Dzat Yang Maha Pencipta ulama lain yang telah masyhur kealiman dan kesalehannya. ٣٣× �ﺎ ﺣﻔـ�� �ﺎ ﻧﺼـﻴﺮ �ﺎ وﻛ�ـﻞ �ﺎ اﷲ Bacaan dalam Istighatsah Wahai Dzat yang memelihara dari keburukan dan kebinasaan, wahai Dzat Yang Maha Menolong, Berikut ini adalah doa-doa yang dibaca wahai Dzat yang menjamin rizki para hamba dan dalam istighotsah, sebagaimana dalam buku mengetahui kesulitan-kesulitan hamba, ya Allah “Panduan Praktis Istighotsah” oleh Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama x٣٣ �ﺎ � �َﺎ َﻗ ُّ� ْﻮ ُم ﺑِ َﺮﺣْ َﻤ ِﺘ َﻚ أ ْﺳﺘَ ِﻐ�ْ ُﺚ (LDNU): ٣٣× �ﺎ ّ� �ﺎ ﻗـ ّ�ﻮم ﺑﺮﺣﻤـﺘﻚ أﺳﺘـﻐ�ﺚ ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣ�ﻢ Wahai Dzat Yang Hidup, yang terus menerus mengurus makhluknya, dengan rahmat-Mu aku Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi memohon pertolongan-MU Maha Penyayang x٤١ �َﺎ ﻟَ ِﻄ�ْ ُﻒ ١× اﻟ َﻔﺎ ِﺗ َﺤﺔ ٤١× �ﺎ ﻟﻄـ�ﻒ (Surat Al-Fatihah) Wahai Dzat yang Maha Pengasih dan Maha ٣× أﺳﺘﻐﻔﺮ اﷲ اﻟﻌﻈ�ﻢ Penyayang Saya mohon ampun kepada Allah Yang Maha x٣٣ أ ْﺳ َﺘ ْﻐ ِﻔ ُﺮ ا َﷲ اﻟْ َﻌ ِﻈ�ْ َﻢ إﻧَّ ُﻪ ﻛ َﺎ َن َﻟ َّﻔﺎ ًرا Agung ٣٣× أﺳﺘﻐـﻔﺮ اﷲ اﻟـﻌﻈـ�ﻢ إﻧّﻪ ﻛﺎن ﻏـ ّﻔﺎرا ٣× ﻻ ﺣﻮل وﻻ ﻗ ّﻮة إﻻ ﺑﺎ ﷲ اﻟﻌﻠ ّﻲ اﻟﻌﻈ�ﻢ Aku mohon ampung kepada Allah Yang Maha Agung, sunggu Allah Dzat Yang Maha Pengampun Tiada daya untuk menjauhi maksiat kecuali dengan pemeliharaan Allah dan tiada kekuatan أﻟﻠﻬـﻢ ﺻﻠّﻰ ﻟﺒ ﺳـ�ﺪﻧﺎ ﻣﺤـﻤﺪ ﻓﺪ ﺿﺎﻗﺖ ﺣ�ﻠ� أدرﻛﻨﻲ untuk melakukan ketaatan kecuali dengan pertolongan Allah ٣× �ﺎ اﷲ ٣× أﻟﻠﻬـﻢ ﺻﻠﻰ ﻟﺒ ﺳ�ﺪﻧﺎ ﻣﺤ ّﻤﺪ وﻟﺒ آل ﺳ�ﺪﻧﺎ ﻣﺤ ّﻤﺪ Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan kemuliaan Ya Allah. Limpahkanlah rahmat dan kemuliaan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, kepada junjungan kami Nabi Muhammad berserta keluarganya sungguh telah habis daya dan upayaku maka ٤٠× ﻻ ﻟﻪ إﻻ أﻧﺖ ﺳﺒﺤﺎﻧﻚ إﻧّـ� ﻛﻨﺖ ﻣﻦ اﻟﻈﺎﻟﻤﻴﻦ tolonglah kami, Ya Allah Ya Allah Ya Allah أﻟﻠﻬـ ّﻢ ﺻﻠﻰ ﺻﻼة ﻛﺎﻣﻠﺔ وﺳـﻠّﻢ ﺳﻼﻣﺎ ﺗﺎ ّﻣﺎ ﻟﺒ ﺳ�ـﺪﻧﺎ Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau, ﺗﻨﺤـ ّﻞ ّ Maha Suci Engkau, Sungguh aku termasuk orang- اﻟﻜﺮب ﺑﻪ وﺗﻨﻔـﺮج اﻟﻌﻘـﺪ ﺑﻪ ا�ي ﻣﺤ ّﻤﺪ orang yang telah berbuat dzalim وﺗﻘـ� ﺑﻪ اﻟﺤﻮاﺋﺞ وﺗﻨـﺎل ﺑﻪ اﻟ ّﺮﻟﺬﺋﺐ وﺣﺴﻦ اﻟﺨﻮاﺗﻢ ٣٣× �ﺎ اﷲ �ﺎ ﻗﺪ�ـﻢ وﻳﺴﺘﺴﻘﻰ اﻟﻐﻤـﺎم ﺑﻮﺟﻬـﻪ اﻟﻜﺮﻳﻢ وﻟﺒ آ� وﺻﺤـﺒﻪ ﻓﻰ Wahai Allah, wahai Dzat yang ada tanpa ١× ﻛﻞ ﻟﻤﺤـﺔ وﻧﻔﺲ ﺑﻌﺪد ﻛ ّﻞ ﻣﻌﻠﻮم ﻟﻚ permulaan Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna ٣٣× �ﺎ ﺳﻤـ�� �ﺎ ﺑﺼـﻴﺮ dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan Edisi Budaya | 159
dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat ﻣﺎ ﻛﺎن ﻣﻦ ﻧﻌـﻤﺔ ﻓﻤﻦ اﷲ ﺑﺴﻢ اﷲ ﻣﺎ ﺷـﺎء اﷲ ﻻ ﺣﻮل dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, ١× وﻻ ﻗ ّﻮة إ ّﻻ ﺑﺎﷲ اﻟﻌـﻠ ّﻲ اﻟﻌ�ـ�ﻢ dan semua yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang Dengan nama Allah yang segala sesuatu mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkan terjadi dengan kehendak-Nya, tidak ada yang kepada keluarganya serta para sahabatnya, mendatangkan kebaikan kecuali la. Dengan di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan bilangan semua yang diketahui oleh Engkau kehendak-Nya, tidak ada yang menyingkirkan keburukan kecuali la. Dengan nama Allah yang ٤١× ���ﺎ ﺑﺪ segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tidak ada kenikmatan melainkan dari Allah. Wahai Dzat yang menciptakan makhluk tanpa Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi ada contoh sebelumnya dengan kehendak-Nya, tiada daya untuk berbuat kebaikan kecuali dengan pertolongan Allah dan ٣٣× ﺣﺴﺒﻨﺎ اﷲ وﻧﻌﻢ اﻟﻮ�ـ�ﻞ tiada kekuatan untuk menghindar dari perbuatan maksiat kecuali dengan perlindungan Allah yang Cukup bagi kami Allah, dan Dia sebaik-baik maha Mulia dan maha agung penolong �ﺎ اﷲ ﺳﺄﻛﺤـﻚ �ﺎ ﻏ ّﻔـﺎر ﻋﻔـﻮا وﺗﻮﺑﺔ وﺑﺎﻟﻘﻬـﺮ �ﺎ ﻗ ّﻬـﺎر ١× ��ـ ٣× ﺧﺬ ﻣﻦ �ـ ّ�ﻼ (Surat Yasiin) Ya Allah, aku memohon ampunan dan taubat اﷲ أﻛـﺒﺮ �ﺎ ر ّﺑﻨﺎ وإﻟـﻬﻨﺎ وﺳـ�ﺪﻧﺎ أﻧﺖ ﻣﻮﻻﻧﺎ ﻓﺎﻧﺼﺮﻧﺎ yang diterima kepada-Mu Ya Allah yang maha pengampun, dan dengan kekuatan dan kekuasaan- ٣× ﻟﺒ اﻟﻘﻮم اﻟﻜﺎﻓﺮﻳﻦ Mu Wahai Dzat yang maha mengalahkan, tundukkan dan hukumlah orang yang melakukan Allah maha besar maha mulia, Wahai Tuhan tipu muslihat dan ingin mencelakai kami kami, sesembahan kami, tuan kami, Engkau-lah �ﺎ� ّ�ﺎر �ﺎﻗ ّﻬـﺎر �ﺎ ذا اﻛﻄـﺶ اﻟ�ـﺪ�ﺪ ﺧﺬ ﺣ ّﻘـﻨﺎ وﺣ ّﻖ اﻟﻤﺴـﻠﻤﻴﻦ ﻣ ّﻤﻦ ﻇﻠﻤﻦ واﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ وﺗﻌـ ّﺪى ﻋﻠـ�ﻨﺎ penolong kami, menangkan kami atas orangorang kafir ّ ا�ي ودﻓﻌـﺖ أﺑﺪا ��ﻤﻮ ﻻ اﻟﻘـ�ﻮم �ّ ﺑﺎﻟ ﺣ ّﺼﻨﺘﻜﻢ ﻋﻨـﻜﻢ اﻟﺴـﺆ ﺑﺄﻟﻒ أﻟﻒ أﻟﻒ ﻻ ﺣﻮل وﻻ ﻗ ّﻮة إ ّﻻ ٣× ﺑﺎﷲ اﻟﻌﻠ ّﻲ اﻟﻌ�ـ�ﻢ ٣× وﻋـﻠﻰ اﻟﻤﺴﻠﻤـﻴﻦ Aku mohonkan pemeliharaan untuk kalian Wahai Dzat yang maha mengalahkan, maha kepada Dzat yang maha hidup dan terus menerus menundukkan, Dzat yang keras azab-Nya, mengatur hamba-Nya yang tidak pernah mati ambilkan hak-hak kami dan hak-hak umat Islam selamanya, dan aku tolak dan hindarkan dari dari orang-orang yang menzhalimi kami dan kalian segala keburukan dengan sejuta bacaan menzhalimi umat Islam, yang telah menganiaya “La haula wa la quwwata illa billahil aliyyil adzim” kami dan menganiaya umat Islam ٣× اﻟﺤﻤﺪ ﷲ ا�ي أﻧﻌﻢ ﻋﻠ�ﻨﺎ وﻫﺪاﻧﺎ ﻟﺒ د�ﻦ اﻹﺳﻼم ١× اﻟﻔﺎﺗـﺤﺔ اﻛ َّﺤ ْﻬ ِﻠ�ْﻞ Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita (Surat Al-Fatihah) nikmat dan petunjuk kepada agama Islam (Bacaan tahlil lengkap...) ّ [Jamaluddin Muhammad] ﺑﺴﻢ اﷲ ﻣﺎ ﺷـﺎء اﷲ ﻻ ﻳﺴﻮق اﻟﺨـﻴﺮ إﻻ اﷲ ﺑﺴﻢ اﷲ ﻣﺎ ﺷـﺎء اﷲ ﻻ �ﺼﺮ� اﻟﺴﻮء إ ّﻻ اﷲ ﺑﺴﻢ اﷲ ﻣﺎ ﺷـﺎء اﷲ Sumber Bacaan Ahmad Ibnu Taymiyah, al-Istighatsah al-Rad Ala al-Bakri, (Riyadh: Maktabah Darul Minhaj, 1426 H) Soeleiman Fadeli Mohammad Subhan, Antologi NU: Sejarah, Istilah, Amaliyah, Uswah, (Jakarta: Khalista, 2004) Tim NU Online: Amaliyah NU dan Dalilnya http://www.nu.or.id/post/read/16456/doa-doa-istighotsah 160 | Ensiklopedi Islam Nusantara
J Jampi Janur
Jampi Istilah dan definisi Jampi Penggunaan Jampi Kata Jampi adalah Bahasa Jawa, yang Jampi memiliki fungsi atau manfaat yang sudah menjadi bahasa Indonesia. bermacam-macam, yang mencakup seluruh “Jampi” dapat diartikan sebagai kebutuhan dan permasalahan manusia. susunan kata atau kalimat, layaknya puisi Menurut Snouck Hurgronje, terdapat beberapa yang dianggap mengandung kekuatan gaib, naskah mengenai astrologi (ilmu nujum dan biasanya diucapkan oleh ahlinya untuk primbon) yang memiliki fungsi bermacam- menandingi kekuatan gaib yang lain. Padanan macam, yang memiliki kesamaan fungsi kata “jampi” adalah mantera. Istilah “jampi” dengan mantera dan jampi, diantaranya yang dalam masyarakat, bisa digunakan pada istilah bisa mengakibatkan kekebalan, keselamatan, jampi kebal, jampi selamat, jampi pengasihan, dan pengasihan. Peugawe salah satu bentuk jampi berusaha dan lain sebagainya. Penulis azimat yang berbentuk tulisan di atas kertas juga menemukan istilah jampi angina sarhabat yang kemudian dibungkus dengan endapan dan jampi terkeliat (urat yang tergilir) getah (ekmalo). Getah tersebut, dalam waktu dalam karya Harun Mat Piah, Kitab Tib; Ilmu tertentu berubah menjadi besi dengan disertai Perobatan Melayu. do’a. benda itu, memiliki fungsi kebal, khusus dibuat dari unsur ‘bahr an-Nubuwwah’ Istilah “jampi” dalam masyarakat berarti ‘laut kenabian’. Bila benda ini dipakai Indramayu Jawa Barat, memiliki dua arti; seseorang, maka akan menunjukkan kekebalan pertama, jampi diartikan sebagai kalimat yang atau kekuatan. mengandung kekuatan gaib, seperti jampi pengasihan, jampi kebal, jampi kesuksesan, Penelitian Hermansyah pada masyarakat dan lain-lain. Kedua, jampi yang disamakan Melayu di Kawasan Embau menunjukkan dengan arti do’a dan niat, seperti; Jampi sholat persamaan dengan penelitian Syamsul (niat sholat), jampi bepergian (do’a bepergian), Kurniawan tentang praktik jampi-jampi, di jampi puasa, dan sebagainya. Kampung Saigon Kota Pontianak. Menurut Hermansyah praktik jampi-jampi yang Istilah jampi di Kampung Adat Naga berkembang di daerah Melayu di Kawasan kabupaten Tasikmalaya, di Kampung Adat Embau adalah cuca dan tawar. “Cuca” Dukuh kabupaten Garut, di Kampung Adat adalah bacaan jampi-jampi yang diyakini Kuta dan Kampung Adat Urug, Jawa Barat mempunyai kekuatan magis, yang berfungsi disebut dengan istilah syariat (jampe). Syariat untuk keselamatan, melemahkan musuh ini, memiliki kegunaan yang serupa dengan dan menaklukkan perempuan, atau berbagai tradisi jampi di daerah-daerah lain. keperluan lainnya. “Tawar” adalah bacaan jampi-jampi yang dipercayai memiliki Istilah jampi juga memiliki keserupaan kekuatan magis untuk menyembuhkan dengan istilah Ruqyah. Perbedaan ruqyah berbagai penyakit. Adapun “Serapah” diyakini dengan jampi hanya dari segi penggunaan mempunyai kekuatan magis, dengan berbagai kalimat. Ruqyah hanya dengan bacaan al- fungsi seperti untuk melindungi diri dan qur’an, sedangkan kalimat-kalimat jampi tidak harta, melemahkan musuh dan menaklukkan hanya sebatas dengan bacaan al-qur’an, bisa perempuan, dan lain-lain. jadi Bahasa daerah atau yang lainnya. Hasil penelitian terkini mengenai “syariat” Edisi Budaya | 163
di beberapa Kampung Adat lainnya, “syariat” kesehatan adalahsSunangGunungjJati (Syaik di Kampung Adat Naga, Tasikmalaya biasa Syarif Hidayatullah). dimanfaatkan untuk mengobati sakit yang bersifat “sasalad” (medis) dan “kabadi” (magis) Sunan Gunung Jati memiliki metode serta digunakan ketika hendak melakukan dakwah yang khas terutama dalam bidang sesuatu. Bacaan yang digunakan meliputi kesehatan. Metode pengobatan yang Bahasa Sunda Buhun (kuno), Jawa Kuno dan dilakukansSunangGunungjJati, ada dua Arab. “Syariat” atau “jampe” di Kampung Adat metode, yaitu; pertama, Pengobatan lahir Naga merupakan bacaan yang digunakan harus diatasi dengan obat-obatan maddiyah untuk menyembuhkan penyakit atau bahaya (lahiriah) seperti daun-daun dan akar- kecelakaan. akaran, kedua, pengobatan batin diatasi dengan pengobatan spiritual yang awalnya Penjelasan di atas, menunjukkan bahwa menggunakan jampi-jampi dan mantra- manfaat atau fungsi jampi di berbagai daerah mantra yang diubah menjadi doa-doa (Islam). memiliki persamaan. Ada 4 fungsi jampi secara global, yaitu; Penelitian Muhammad Qais Izzuddin dan 1) Pengobatan. Rodiyati Azrianingsih mempertegas tentang 2) Pelindung diri. perubahan jampi, yang awalnya dengan ajaran- 3) Pekerjaan. ajaran terdahulu, berubah menjadi jampi yang 4) Adat-istiadat. bernafaskan Islam. Mereka menyatakan bahwa “syariat” atau “jampe” adalah suatu kegiatan Titik singgung Istilah Jampi dengan untuk memohon atau berdo’a kepada Allah Islam Nusantara SWT melalui perantara tokoh. Tokoh tersebut biasanya adalah Kepala Adat. Banyak orang salah mengartikan dan memahami jampi, dari segi bacaan dan Kesimpulan permintaannya. Kalimat atau bacaan “jampi”, mengalami perubahan dalam masyarakat Perubahan makna dan rutual jampi Islam Nusantara. Awalnya bacaan jampi dalam masyarakatnNusantara menjadi itu, dengan menggunakan bacaan ajaran jampi yang bernafaskan Islam, merupakan agama hindu, budha, atau ajaran yang kearifan dan kecerdasanwWalisSongo dalam lainnya, lalu setelah datangnya agama Islam, mengembangkan dan mensiarkan ajaran melalui wali songo, bacaan jampi itu, diubah Islam. Wali songo adalah figure yang harus menjadi bacaan Islam atau bacaan dengan kita contoh, dalam kehidupan beragama, BahasadDaerah yang tidak bertentangan berbangsa, dan bernegara. dengansSyariat Islam. Salah satuwWalisSongo yang memiliki pengetahuan dalam bidang [Ayatullah] Sumber Bacaan Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Harun Mat Piah, Kitab Tib; Ilmu Perobatan Melayu, (Kuala Lumpur: Perpustakaan Negara Malaysia, 2006), Muhammad Qais Izzuddin dan Rodiyati Azrianingsih, “Etnobotani Tradisi Syariat di Kampung Adat Urug, Desa Urug, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor”, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia, (Jurnal Biotropika,Vol. 2 No. 3 2014), Snouck Hurgronje, Aceh Rakyat dan Adat Istiadat (Jakarta: INIS, 1997), Syamsul Kurniawan, Serapah Dalam Masyarakat Melayu Kampung Saigon Kota Pontianak, (Jurnal Religi, Vol. IX, No. 1, Januari 2013), Muhammad Qais Izzuddin dan Rodiyati Azrianingsih, “Etnobotani Tradisi Syariat di Kampung Adat Urug, Desa Urug, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor”, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia, (Jurnal Biotropika,Vol. 2 No. 3 2014), Dadan Wildan, Sunan Gunung Jati. (Ciputat: Salima, 2012), Muhammad Qais Izzuddin dan Rodiyati Azrianingsih, “Etnobotani Tradisi Syariat di Kampung Adat Urug, Desa Urug, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor”, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia, (Jurnal Biotropika,Vol. 2 No. 3 2014), 164 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Janur Kata “Janur” yang berasal dari bahasa sedemikian rupa sehingga tampak seperti Jawa merupakan penyebutan untuk tatanan sesaji buah yang biasa dipersembahkan daun muda dari tumbuhan berjenis dalam upacara ritual keagamaan. Secara palma besar seperti kelapa dan sejenisnya. lengkap, “kembar mayang” merupakan hiasan Dalam tradisi suku bangsa di Nusantara, janur yang dirangkai pada batang semu pisang (jw. biasa dipakai sebagai bagian dari kehidupan gedebog). Batang semu pisang ini biasanya sehari-hari. Di antara suku bangsa Nusantara ditegakkan pada wadah kuningan. Hiasan yang memiliki tradisi pemanfaatan “janur” janur yang disertakan paling tidak memiliki adalah suku Jawa, Sunda, Bali, Melayu, dan empat ragam anyam, yaitu keris, belalang, beberapa suku di Indonesia Timur, terutama payung, dan burung. Selain itu, disertakan juga masyarakat pesisir atau pulau di Sulawesi dan empat macam daun, yakni daun kemuning, Maluku. Penggunaan “janur” dalam tradisi nering, alang-alang, dan croton. Bunga yang masyarakat Nusantara berada dalam aneka disertakan adalah melati, kantil, dan pudak, ragam pranata, mulai dari pranata keagamaan serta bunga merak. Buah yang biasanya hingga budaya, dan lain sebagainya. digunakan adalah nanas yang diletakkan di posisi paling atas, kadang-kadang ditambah Penggunaan Janur dalam Tradisi Jawa apel dan jeruk. “Sindur” (selendang pinggang berwarna merah-putih) juga dibebatkan pada Dalam tradisi masyarakat Jawa, “janur” kembar mayang. Namun demikian, aturan digunakan sekurang-kurangnya dalam dua kelengkapan isi dari “kembar mayang” ini saat pranata; pernikahan dan lebaran. Dalam ini sudah tidak lagi ketat diberlakukan. pernikahan, “janur” biasa digunakan sebagai kembar mayang yang merupakan perangkat Ragam anyam janur yang berjumlah penting dalam adat pernikahan Jawa. empat memiliki simbol tersendiri. Ragam keris Kemudian dalam suasana lebaran, “janur” berarti melindungi dari bahaya dan pesan agar dimanfaatkan sebagai bahan utama membuat berhati-hati dalam kehidupan. Ragam belalang ketupat. memberi pesan agar tidak ada halangan di kemudian hari. Ragam payung berarti Kembar Mayang pengayoman atau perlindungan. Yang terakhir, ragam burung melambangkan kerukunan dan Kembar mayang adalah hiasan dekoratif kebahagiaan seperti burung. simbolik yang digunakan dalam upacara perkawinan adat Jawa, khususnya dalam Sebagai perangkat simbolik, kembar prosesi midodareni sampai panggih. Kembar mayang ada sepasang, yang masing-masing mayang biasanya dibawa oleh pemuda dan dinamakan Dewandaru dan Kalpandaru. mendampingi sepasang cangkir gading yang “Kembar mayang” difahami sebagai pinjaman dibawa oleh sepasang gadis. dari “dewa”, sehingga setelah upacara selesai harus dikembalikan dengan membuang di “Kembar mayang” tersusun dari bunga, perempatan jalan atau dilabuh (dihanyutkan) buah, serta anyaman janur yang disusun di sungai atau laut. Edisi Budaya | 165
Ketupat dari bahasa Jawa ku = ngaku (mengakui) dan pat = lepat (kesalahan) yang digunakan oleh Sunan “Ketupat” atau “kupat” adalah hidangan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di khas Nusantara - yang selain di Jawa, Pulau Jawa. Selain itu, rumitnya membuat sebenarnya juga dapat dijumpai di tempat- anyaman ketupat dari janur sebagai bungkus tempat lain di Nusantara, seperti di Bali, beras, dipandang pula sebagai cerminan Sumatera, hingga Malaysia dan Brunei bahkan kesalahan manusia. Warna putih ketupat juga di Filipina. Hidangan ini berupa beras ketika dibelah melambangkan kebersihan dan yang dibungkus dengan pembungkus terbuat kesucian hati setelah saling memaafkan. dari anyaman daun kelapa (janur) yang berkualitas bagus, tidak terlalu muda tapi Penggunaan janur sebagai kemasan juga belum terlalu tua. Ada dua bentuk utama pun memiliki makna tersembunyi. “Janur” ketupat yaitu 1) kepal bersudut tujuh – yang dipercaya sebagian masyarakat berasal dari lebih umum dan lazim juga disebut ketupat kata dalam bahasa Arab ja’a an-nur (telah datang bawang karena bentuknya yang seperti cahaya), dan sebagian yang lain mengartikan bawang, dan 2) jajaran genjang bersudut enam. janur dengan sejatining nur (cahaya sejati). Masing-masing bentuk tersebut memiliki alur Artinya, keadaan suci manusia dapat diperoleh anyaman yang berbeda. setelah mendapatkan pencerahan cahaya selama bulan Ramadan dan bermaaf-maafan Di Nusantara, “ketupat” paling banyak di momen Lebaran. ditemui pada saat musim Lebaran, baik pada hari pertama Idul Fitri atau pada hari kedelapan Meskipun menghadapi tantangan yang – setelah enam hari puasa sunnah Syawal. Di berasal dari alam, yakni semakin terbatasnya kalangan masyarakat yang menghidangkan keberadaan pohon kelapa yang merupakan ketupat pada hari kedelapan Lebaran, momen bahan utama mendapatkan “janur” sebagai ini biasa pula disebut sebagai Bakda Kupat pembungkus, tradisi ketupat hingga saat ini (Hari Raya Ketupat). masih tetap eksis sebagai salah satu simbol budaya Islam Nusantara. Di komunitas Menurut H.J. de Graaf (19xx), ketupat masyarakat Jawa yang berdiaspora ke banyak merupakan simbol resmi perayaan hari raya daerah di luar Pulau Jawa pun, terutama yang Islam sejak masa pemerintahan Demak yang ada di Indonesia, di Pulau Sumatera (terutama dipimpin Raden Patah awal abad ke-15. De Lampung) dan Pulau Sulawesi (terutama Graaf menduga kulit ketupat yang terbuat Tondano), tradisi ketupat ini juga masih lestari. dari janur berfungsi untuk menunjukkan identitas budaya pesisiran yang ditumbuhi Penggunaan Janur di Bali banyak pohon kelapa. Warna kuning pada janur dimaknai oleh de Graff sebagai upaya Di Bali, sebutan nama untuk daun kelapa masyarakat pesisir Jawa untuk membedakan muda adalah busung, sedangkan untuk daun warna hijau dari Timur Tengah dan merah dari kelapa tua adalah selepan. Keduanya (busung Asia Timur. Namun demikian, tradisi ketupat dan selepan), tetapi terutama adalah daun di Jawa sebenarnya dapat dilacak hingga masa yang muda, dapat dimanfaatkan sebagai sebelum Walisanga di mana Sunan Kalijaga janur untuk pranata adat yang disebut dengan menggunakan ketupat yang sudah merupakan istilah sampian. Bentuk sampian ada yang segi tradisi lokal sebagai salah satu media tiga (ilukiluk, celemik, tangkih dan kojong), segi dakwahnya. Artinya, ketupat mengalami empat (ceper dan taledan), bundar (tamas dan Islamisasi dari yang awalnya merupakan taledan) dan berbentuk wakul. hidangan khas masyarakat Nusantara, menjadi hidangan khas masyarakat Islam Nusantara. Di masyarakat yang erat dengan tradisi khas Hindu ini, “janur” juga banyak digunakan Secara filosofis, tradisi ketupat (kupat) dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada waktu lebaran dipercaya oleh sebagian dalam kegiatan-kegatan adat. Selain sebagai masyarakat Jawa sebagai simbolisasi ungkapan sampian, janur juga dijadikan penjor, di mana 166 | Ensiklopedi Islam Nusantara
“janur” yang masih terangkai pada tangkai darat), Manganu Ina (mengambil hasil daun diikat dengan bambu panjang dan tangkapan/ikan), Matahia Ina (membagi hasil) kemudian dipasang di gerbang atau tepi jalan. dan Manarm’Ma Alama (ucapan syukur lewat Selain sebagai penjor, sebagaimana di Jawa, makan bersama hasil tangkapan). penggunaan janur di Bali juga sebagai sejenis instrumen kembar mayang dalam pernikahan Acara puncak “Mane’e” dimulai sehari dan ketupat dalam upacara adat lainnya. sebelumharipelaksanaan.SeorangRatumbanua atau tetua adat setempat memimpin sebuah Selain dalam kegiatan-kegiatan adat, ritual bernama Malahaan sebagai ungkapan “janur” juga dimanfaatkan untuk peralatan syukur kepada Tuhan. Pada ritual ini, semua biasa dalam kehidupan sehari-hari, seperti perlengkapan yang akan digunakan dalam daun tua (selepan) yang dapat dibuat anyaman acara puncak Mane`e didoakan, seperti perahu penutup kepala (capil) yang banyak dipakai oleh dan tali hutan yang telah dililit janur. Tak petani Bali. Kemudian model anyaman lainnya ketinggalan, sejumlah warga pilihan yang akan yang disebut kelabang, dipakai untuk dinding terlibat langsung dalam prosesi tersebut juga dan atap bangunan sementara – seperti gedhek diberikan restu agar diberi kekuatan. dalam masyarakat Jawa. Perlengkapan acara adat berupa tali Penggunaan Janur di Indonesia Timur mendapatperhatiankhususdaripenyelenggara. Karena unsur ini menjadi jantung dari prosesi Masyarakat Pulau Kakorotan dan Intata itu. Tali yang digunakan haruslah diambil dari di Kepulauan Talaud Sulawesi Utara memiliki dalam hutan oleh beberapa orang kampung tradisi unik yang memanfaatkan penggunaan Kakorotan-Intata. Mereka kemudian bertugas janur. Daun pohon kelapa ini, atau yang dalam merangkai penggalan-penggalan tali yang bahasa masyarakat pulau ini disebut sammi, diambil dari hutan tersebut menjadi sebuah digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan. tali yang panjang. Tali dengan panjang sekitar Memang penggunaan janur untuk menangkap 600 meter ini lantas dililit dengan janur dari ikan tidak dilakukan sepanjang tahun, ujung hingga pangkal. melainkan hanya pada satu momen tersendiri, tepatnya dalam kegiatan adat tradisional yang Pada hari pelaksanaan, tali serupa jaring disebut “Mane’e”. ikan tersebut dibentangkan di daerah perairan yang telah ditentukan sebelumnya dengan Sebagai sebuah tradisi yang diawariskan perahu untuk membentuk setengah lingkaran. turun menurun, bahkan dipercaya telah ada Beberapa pria ditunjuk untuk menggerak- sejak abad ke-17, “Mane’e” diselenggarakan gerakkan lilitan janur dan secara perlahan setiap bulan Mei atau Juni. Periode ini mendorongnya ke perairan yang lebih dangkal. bertepatan dengan puncak surut terendah air Ikan-ikan akan mengikuti arah tarikan jaring laut ketika berakhirnya masa Eha atau periode tersebut menuju pantai di mana para warga pelarangan mengambil hasil laut dan darat telah berkumpul. yang berlangsung antara 3 hingga 6 bulan. Sebelum menangkap ikan di nyare atau Prosesi adat “Mane’e” terdiri dari sembilan perairan dangkal yang telah dikurung dengan tahapan yang dilaksanakan secara berurutan jaring alami tersebut, Ratumbanua melafalkan dalam beberapa hari. Rangkaian tahapan itu sebuah mantra dalam bahasa setempat. Dalam meliputi Maraca Pundangi (memotong tali situasi ini, seluruh peserta Mane’e harus hutan), Mangolom Par’ra (permohonan kepada tenang agar ikan-ikan tidak terlepas kembali Tuhan), Mattuda Tampa Pane’can (menuju ke laut. Sampai pada waktunya, prosesi lokasi acara), Mamabi’u Sammi (membuat alat penangkapan ikan dilakukan. Ratumbanua tangkap dari janur kelapa yang dilingkarkan membukanya dengan memotong ikan yang pada tali hutan), Mamoto’u Sammi (menebar dia tangkap. Setelah itu, giliran warga untuk janur), Mamole Sammi (menarik janur ke menangkap berbagai jenis ikan yang hidup di perairan Kakorotan-Intata. Sebut saja ikan Edisi Budaya | 167
Layar, Bawal, Barongan, Kakap Merah, Marlin Tentunya, anak kecil dan orang tua kalah Putih, Todak bahkan Hiu menjadi rebutan para cekatan dengan orang dewasa dalam warga. menangkap ikan. Maka, hasilnya pun akan lebih sedikit. Dengan dikumpulkannya ikan Hasil tangkapan ikan tak boleh langsung terlebih dahulu, setiap warga dijamin akan dibawa pulang oleh warga. Namun harus mendapatkan bagiannya secara adil. Setelah dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian baru masing-masing orang mendapatkan jatahnya, dibagi-bagi kepada tamu dan warga masyarakat. mereka menuju ke pantai untuk berpesta ikan Hal ini ditempuh untuk menerapkan prinsip bersama. (Dawam Multazam) keadilan mengingat perbedaan kemampuan menangkap ikan masing-masing warga. [Dawam Multazam] Sumber Bacaan: Anjas Prasetiyo, Prosesi Adat Mane’e; Perlambang Cinta Laut Masyarakat Kakorotan-Intata http://www. kompasiana.com/anjasprasetiyo/prosesi-adat-mane-e-perlambang-cinta-laut-masyarakat-kakorotan- intata_559604abf57a615705a881f1 diakses tanggal 10 November 2016 Kinayati Djojosuroto, “Ikon Tradisi Ba’do Katupat sebagai Refleksi Kebudayaan Masyarakat Jaton di Sulawesi Utara” dalam el Harakah Vol.15 No.2 Tahun 2013. Nyoman Adiputra, dkk., “Kelapa Dalam Budaya Bali Serta Upaya Pelestariannya”, dalam Jurnal Bumi Lestari, Volume 15 No. 1, Pebruari 2015, hlm. 87 - 91 Observasi terhadap folklor di Ponorogo, Jawa Timur, Agustus 2016. 168 | Ensiklopedi Islam Nusantara
K Kasunyatan Kenduri Kentongan Keris Kerudung Khalîfah Khataman Kiai Kidung Kupatan
Kasunyatan Istilah dan definisi Kasunyatan tetapi lebih dalam dari itu. Ha Na Ca Ra Ka, yang berarti ada utusan. Maksudnya adalah Kasunyatan adalah sebuah istilah yang utusan hidup, berupa napas yang menjadi memiliki arti realitas, dalam tradisi penanda bagi bersatunya jiwa dan jasad dalam filsafat Yunani, masuk dalam kajian diri manusia. Karena ada utusan (pembawa ontology. Istilah kasunyatan merupakan istilah utusan) berarti ada pula yang mengutus (Sang yang selalu disandarkan pada istilah kaweruh Pemberi Utusan) dan sesuatu yang dibawa (isi (pengetahuan, ilmu, atau memahami). risalah atau utusan). Da Ta Sa Wa La, artinya Kasunyatan dapat didefinisikan sebagai saling bertengkar. Terjadi perselisihan antara pengetahun terhadap realitas (wujud dalam utusan dan yang menerima utusan, yaitu Bahasa filsafat Islam). Kaweruh kasunyatan dalam hal menafsirkan amanah kehidupan. adalah pengetahuan tentang hakikat seluruh Pertarungan sengit antara jiwa yang tenang realitas. (nafs muthmainnah) dan jiwa yang gelisah (nafs lawwamah). Pada maqam yang lebih “Kasunyatan” adalah realitas sehati, tinggi diartikan sebaliknya, yaitu tidak ada jelas, dan self evident. Dalam filsafat Jawa perselisihan antara yang mengutus dan yang terdapat dalam tulisan Ha-na-ca-raka: yang menerima utusan. Lebih tepatnya lagi Ha-na itu nyata ada, mengisyaratkan ilmu perselisihan yang dimaksud adalah dialog yang kasunyatan. Ca-ra-ka, mengandung aksara yang akrab. Pa Dha Ja Ya Nya, artinya sama-sama menyiratkan kata cipta, rasa dan karsa, yakni jaya atau digdaya. Keduanya sama-sama kuat salah satu unsur kelengkapan hidup manusia. dan tidak ada yang mau mengalah. Dan pada Da-ta-sa-wa-la: mengiaskan zat yang da-ta-sa- tingkatan spiritiual yang lebih tinggi diartikan wa-la, yakni zat yang tidak pernah dapat salah, sebagai kesetaraan dalam penyatuan, artinya yaitu Tuhan. Pa-dhaja-ya-nya: “sama jayanya”. baik yang mengutus maupun penerima utusan Sedang Ma-ga-ba-tha-nga: Ma menyiratkan telah melebur. Sedangkan Ma Ga Ba Tha Nga, kata sukma, dan ga menyiratkan kata angga artinya paling popular adalah sama-sama (badan). Maksudnya jika sukma masih bersatu mati (palastra), drama kehidupan di dunia dengan badan, manusia itu masih hidup, telah tutup layar. Namun, bagi mereka yang tetapi jika sukma telah meninggalkan badan, menghayatinya secara pegedhongan (kalangan manusia itu mati, tinggal ba-tha-nga yaitu terbatas), mengartikan sebagai “Mangga bangkainya. Sukma kembali kepada Tuhan. Batanga” (silahkan ditemukan sendiri misterinya). Para penghayat Kasunyatan Jawi meyakini bahwa huruf Jawa yang berjumlah Para penghayat Kejawen di Tengger 20 huruf sesungguhnya adalah kitab sucinya menafsirkan Ha Na Ca Ra Ka sebagai Kirata orang Jawa yang mengandung Japa, Mantra, atau singkatan dari: Hingsun Nitahake Cahya Guna, Sarana, dan Sabda selaligus. Urutan Rasa Karsa (Aku Menciptakan Cahaya, Rasa, hurufnya dari yang pertama (Ha) hingga yang dan Karsa). Da Ta Sa Wa La dari: Dumadi terakhir (Nga), sesungguhnya tidak sekedar Tetesing Sarira Wadi Laksana (Menjadi Tetes mengandung arti sebuah hikayat atau kisah, Edisi Budaya | 171
Badan (air mani) yang mengandung rahasia kita dalam berpikir. Rasa suka dan tidak Pencipta alam semesta). Pa Dha Ja Ya Nya suka ini sering muncul pada diri seseorang dari: Panca Dhawuh Jagat Yekti Nyawiji sesuai dengan keadaannya. Bekal berikutnya (Lima Unsur Bersabda, Alam Semesta Pasti adalah ketabahan, yaitu kesungguhan dan Menyatu), dan Ma Ga Ba Tha Nga dari: keberanian dalam mengambil sikap atas Marmane Gayuhen Bali Thukul Ngakasa segala sesuatu secara objektif, apa adanya, (Hakikatnya Temukanlah, maka Kamu akan walaupun bertentangan dengan pemahaman Kembali Merdeka). Ketika susunan aksara dan keinginan kita. Jawa ditukar posisi, ia pun dapat menjadi tuntunan hidup yang kombinasinya bisa tak Mencari tahu tentang hakikat ilmu terhingga. Salah satunya adalah Ha Ma Ca Ja Kasunyatan secara mandiri dan objektif. Wa diartikan: Menghayati budaya Jawa, Sa Pemahaman atau pengetahuan parsial Nya Ta Da Ya diartikan: Selamat dari Petaka, (particular) dapat membantu kita untuk Ba Tha Ra Ga Na diartikan: Orang yang arif mengetahui dan memahami persamaan dan dan bijaksana akan mampu meghadapi segala perbedaan zat benda-benda dan segenap rintangan, dan Ka La Pa Dha Nga diartikan: peristiwa secara sekaligus, sedangkan Ilmu Saat yang telah terang benderang. Semua itu Kasunyatan hanya dapat kita pakai untuk merupakan khasanah kebudayaan adiluhung memahami persamaan seluruh zat benda- yang dimiliki manusia Jawa. benda dan peristiwa yang ada, dan tidak dapat kita pergunakan untuk membeda-bedakannya. Tradisi Kasunyatan Pemahaman rasa antara batas tahu objektif Masyarakat Jawa, hingga hari ini, masih dan rasa tahu subjektif dapat kita ketahui dari berusaha mempertahankan ajaran Kasunyatan pemahaman berikut; Sesungguhnya manusia Jawi (Kasunyatan Jawa) yang mereka yakini terbagi menjadi empat kategori dalam sudah ada sejak jaman nenek moyang. Ilmu pengetahuannya, pertama orang yang sudah itu diyakini telah diturunkan oleh Yang Maha mengetahui dan dia mengetahui bahwa dirinya Kuasa kepada para leluhur mereka bersamaan tahu. Kedua, orang yang sudah tahu, tetapi dengan lahirnya huruf Jawa sekitar 900 belum tahu bahwa dirinya tahu. Ketiga, orang sebelum Masehi, sebelum masuknya Hindu yang belum tahu, namun tahu bahwa dirinya ke nusantara. Inti dari Ilmu Kasunyatan Jawi tidak tahu. Dan keempat, orang yang tidak adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha tahu dan tidak pernah tahu bahwa dirinya Esa, menurut Agus Sunyoto yang dinamakan tidak pernah tahu. dengan agama Kapitayan. Siapa pun yang berusaha mendalaminya kasunyatan, harus Orang yang sudah tahu dan menyadari dapat bersinergi dengan keempat saudaranya bahwa dirinya memang mengetahui secara (dulur papat) terlebih dahulu, yaitu Sukma, objektif, antara pembenarannya terhadap Jiwa, Raga dan Jagat Raya, beserta saudara ilmu Kasunyatan dan ilmu Kasunyatan yang kelimanya (lima pancer), yaitu Tanah (paing), dipercayainya berjalan selaras. Orang-orang Air (pon), Api (Wage), Angin (kliwon), dan yang termasuk dalam kategori ini akan selalu Matahari (Legi). percaya diri dan tidak pernah terpengaruh opini public. Kalaupun pendapat kebanyakan Bekal dalam meneliti dan mempelajari orang dapat memepengaruhinya, pengaruhnya ilmu Kasunyatan adalah kebersihan hati dan hanya sebatas memberi permakluman. Orang ketabahan. Bersih hati dalam hal ini adalah hati yang sudah tahu, tetapi belum atau tidak yang tidak terkontaminasi agenda keinginan menyadari bahwa dirinya tahu, mengetahui dan tidak dicampuri oleh rasa suka dan tidak dengan pasti kebenaran ilmu Kasunyatan suka. Dalam memikirkan ilmu Kasunyataan, yang telah dipercayainya. Akan tetapi, rasa suka dan tidak suka pengaruhnya dalam membenarkan ilmu Kasunyatan yang sangaa besar sekali dalam menghalangi dipercayai masih menggunakan rasa aku subjektif sehingga kesimpulannya tidak tepat. Orang-orang yang masih dalam kelompok ini 172 | Ensiklopedi Islam Nusantara
akan senantiasa ragu-ragu dalam bersikap segala sesuatu dan peristiwa, maka ketika dan mudah diombang-ambingkan oleh opini bereaksi terhadapnya kitaakan dengan mudah public. Orang yang belum tahu, namun menyesuaikan diri dengan karakteristik menyadari sepenuhnya bahwa dirinya tidak masing-masing. Untuk mengetahui dan tahu, merasakan dengan pasti akan adanya memahami persamaan serta perbedaan ilmu Kasunyatan yang benar dan berlaku zat benda-benda atau beragam peristiwa universal, sehingga mutlak harus dipercaya (maujud), kita memang harus menggunakan dalam hidup dan kehidupan ini. Akan tetapi, ilmu-ilmu parsial. Sementara ketika kita butuh dia belum menemukan cara untuk mengetahui memahami persamaan seluruh zat benda- sekaligus memverifikasi secara langsung benda dan segenap peristiwa yang ada tanpa keberadaan ilmu Kasunyatan. Orang-orang membeda-bedakannya (wujud), maka yang yang termasuk dalam golongan ini akan selalu mutlak dapat kita gunakan hanyalah ilmu berhati-hati dalam menyikapi setiap informasi, Kasunyatan. tanda-tanda, atau apa saja yang terkait dengan ilmu Kasunyatan. Tidak mudah membenarkan Ketika rasa ingin tahu total bercampus dan tidak gegabah menyalahkan. Orang yang dengan rasa ingin tahu parsial, maka akan tidak tahu atau belum tahu dan tidak pernah menimbulkan kerancuan. Sehingga timbul menyadari bahwa dirinya tidak tahu bermuara pertanyaan “Apa tujuan Barang Asal (Wujud) pada kerancuan dalam memahami ilmu menciptakan barang jadi (mauwjuwd)?”. Kasunyatan yang mutlak benarnya. Kerancuan bermula dari sebuah pendapat yang menjelaskan bahwa manusia diadakan oleh Untuk menghindari kompleksitas Barang Asal dengan tujuan untuk megolah berbagai istilah dan definisi dalam mengetahui serta memelihara alam semesta (khalifah). Dan secara total, atau memahami secara utuh segala sesuatu di alam semesta ditujukan untuk dan menyeluruh maka semua barang yang melayani manusia. Ada lagi pendapat yang ada (wujuwd) harus dibatasi menjadi “Aku” menerangkan bahwa manusia adalah sukma dan “Bukan Aku”. Setelah melakukan yang dicoba. Apabila perjalanan hidupnya penyederhanaan, subjek yang mengetahui benar, setelah mati ia akan diterima dan disebut “Aku”, dan seluruh objek yang mendapatkan anugerah kemuliaan yang kekal. diketahui disebut “Bukan Aku”. Karena Tetapi bila laku hidupnya tidak benar, maka mengetahui merupakan keselarasan antara setelah mati akan mendapat siksaan tanpa berpikir, merasa, memahami, merespon, dan henti. Sebuah pendapat yang religious adalah mengalami dengan pancaindera yang harus bahwa manusia diciptakan oleh Barang Asal kita padu padankan secara komprehensif. dengan tujuan agar senantiasa menyembahNya “Barang Asal” dalam hal ini merupakan satu- dengan setia di dunia, dalam keadaan apapun. satunya objek dalam mengetahui secara total. “tujuan mengadakan” yang dilebelkan kepada “Barang Asal” adalah sesuatu yang tidak berasal Barang Asal, sesungguhnya hanya ide, konsep, dan menjadi asal segala sesuatu dan peristiwa atau gagasan rasa aku manusia yang subjektif, yang ada. Bersifat tidak dapat dihitung, tidak karena di dalam setiap aktivitasnya ia tiada kasatmata dan tidak dapat diindera, dan tidak pernah terlepas dari adanya sebuah tujuan. beruang waktu (timeless-spaceless). Barang Adalah sebuah kerancuan jika menganggap Asal yang dimaksud disini adalah satu-satunya Barang Asal (Wujud) memiliki tujuan seperti penyebab dari seluruh akibat yang senantiasa halnya subjectivitas manusia yang secara nyata memiliki sebab-sebab antara sebelum berhulu adalah barang jadi (maujud). Kerancuan yang kepada-Nya. dimaksud adalah upaya menggunakan ilmu parsial pada wilayah global ilmu Kasunyatan. Menegtahui secara parsial adalah meneliti Sebab Barang Asal asal segala sesuatu adalah barang jadi satu per satu dan mengobservasi keniscayaan yang tidak perlu lagi direka-reka gerak laku peristiwa yang dialami langkah atau diimajinasikan. Sebagaiman karakteristik- demi langkah. Apabila kita telah memiliki Nya yang tidak terbilang, tidak kasatmata, dan pengetahuan parsial yang spesifik terhadap tidak dapat diindera, serta tida beruang waktu, Edisi Budaya | 173
maka Barang Asal juga tidak dapat diserupakan Pertama, wali songo menafsirkan istilah dengan barang jadi dalam hal apapun, baik “dulur papat, lima pancer” sebagai symbol secara lahir maupun batin. rukun Islam. Syahadat disebut sebagai pusat rukun Islam (lima pancer), sedangkan sholat, Tokoh yang mengusung Kasunyatan zakat, puasa, dan haji, sebagai penopangnya (dulur papat). Kedua, istilah “dulur papat, Ada banyak tokoh yang mengusung dan lima pancer” merupakan simol dari Nabi memiliki teori tentang kaweruh kasunyatan Muhammad dan 4 (empat) sahabatnya. Nabi (pengetahuan tenang realitas hakikat) walau Muhammad sebagai pusat (lima pancer), dan dengan istilah yang berbeda-beda. Diantara sahabat Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali teori tentang kaweruh kasunyatan adalah sebagai (dulur papat). sebagai beriku, yatu; kisah dewa ruci dalam lakon pewayangan Jawa, wali songo, Syaikh Kearifan dan kecerdasan wali songo Siti Jenar dengan ajaran manunggaling kawulo dalam berdawah, menjadi dasar para kyai gustinya, Ki ageng Sela, Sultan Agung Adi Pondok Pesantren dalam mengembangkan Prabu Hanyakrakusuma, Syaik Amongraga, ajaran Islam. Penulis telah menjelaskan Ranggawarsita, Sri Mangkunegara IV, Ki bahwa pesantren merupakan bagian budaya Ageng Suryamentaram, Sosrokartono, dan masyarakat pada pembahasan diniyah. Hal itu, sebagainya. salah satunya disebabkan, karena para kyai menggunakan metode yang digunakan wali Titik singgung Istilah Kasunyatan songo dalam menyiarkan agama Islam. dengan Islam Nusantara Kesimpulan Masyarakat Jawa menyakini, siapapun yang berusaha mendalaminya kasunyatan, Kasunyatan adalah pengetahun tentang harus dapat bersinergi dengan keempat hakikat realitas. Banyak tokoh-tokoh saudaranya (dulur papat) terlebih dahulu, yaitu nusantara yang memiliki konsep original Sukma, Jiwa, Raga dan Jagat Raya, beserta tentang hakikat realitas. Hakikat hidup dalam saudara kelimanya (lima pancer), yaitu Tanah ajaran filsafat Jawa adalah salah satu poin (paing), Air (pon), Api (Wage), Angin (kliwon), penting yang harus dipahami dan diamalkan dan Matahari (Legi). masyarakat nusantara, sebagai dasar dalam kehidupan berbangsa, dan bernegara. Penulis Pemahaman tentang “dulur papat, lima menyakini, dengan berpegang pada ajaran pancer” yang ada dalam tradisi jawa memiliki tersebut, kita akan menjadi bangsa yang arif, banyak pemahaman dan penafsiran. Wali songo santun, dan disegani bangsa lain. menambahkan dengan 2 (dua) pemahaman. [Ayatullah] Sumber Bacaan Purwadi, “Konsep Pendidikan Keagamaan Menurut Paku Buwana IV,” P3M STAIN Purwokerto, (INSANIA, Vol. 11, No. 3 Sep-Des 2006, 287-302), Waryunah Irmawati, “Makna Simbolik Upacara Siraman Pengantin Adat Jawa,” IAIN Surakarta, (Walisongo, Volume 21, Nomor 2, November 2013), Muhaji Fikriono, Puncak Makrifat Jawa, (Jakarta: Noura Books, 2012), Agus wahyudi, silsilsh dan ajaran Makrifat Jawa, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), 174 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Kenduri Arti Istilah Kenduri ada anggapan bahwa adat kebiasaan dan tradisi keagamaan yang dilakukan oleh Dalam kamus besar bahasa Indonesia kalangan umat Islam tradisional adalah hasil (KBBI), arti kenduri adalah perjamuan pencampuradukkan antara ajaran Hindu- makan untuk memperingati peristiwa, Buddha dengan Islam atau yang lebih familiar meminta berkat, dan sebagainya. “Kenduri” disebut sinkretik. Tanpa didukung fakta tidak hanya persoalan perjamuan makan sejarah, dinyatakan bahwa tradisi keagamaan bagi yang memperingatinya dan disuguhkan yang berkaitan dengan kenduri memperingati kepada para tamu, melainkan juga pembacaan kematian seseorang pada hari ke-3, ke-7, ke- doa yang dipimpin oleh seorang tokoh agama 40, ke-100, dan ke-1000 adalah warisan Hindu- untuk mendoakan orang yang telah meninggal Buddha. Padahalh, dalam agama Hindu dan dan keluarga yang ditinggalkan. Buddha sendiri tidak dikenal tradisi kenduri dan tradisi memperingati kematian seseorang Istilah lain yang serupa atau mewakili pada hari ke-3, ke-7, ke-40, dan ke-1000. istilah kenduri adalah selametan. Kata Pemeluk Hindu mengenal kematian seseorang “selametan” dipinjam dari bahasa Arab salamah dalam upacara sraddha yang dilaksanakan dua yang berarti selamat. Padanan lain yang belas tahun setelah kematian seseorang. serupa dengannya adalah hajatan, syukuran atau tasayakuran, dan juga sedekah yang juga Lebih lanjut Agus Sunyoto menyatakan berasal dari bahasa Arab. Selametan sendiri bahwa tinjauan sosio-historis terjadinya adalah upacara dengan mengundang para perubahan adat kebiasaan dan tradisi tetangga, disertai doa bersama yang dipimpin kepercayaan di Nusantara khususnya di oleh seorang rois/modin, dengan menyajikan Jawa pasca runtuhnya Majapahit, tidak makanan yang terdiri dari nasi tumpeng, ikan bisa ditafsirkan kecuali sebagai akibat dari ayam, jajan pasar, sayur, dan buah-buahan. pengaruh kuat para pendatang asal negeri (Sutiyono, “Benturan Budaya Islam: Puritan Champa yang beragama Islam, yang ditandai dan Sinkretis,” Jakarta: Kompas, 2010: 357) kehadiran dua bersaudara Raden Rahmat dan Raden Ali Murtadho. Peristiwa yang Setiap ritus peralihan atau siklus diperkirakan terjadi sekitar tahun 1440 Masehi kehidupan masyarakat Islam Nusantara yang disusul hadirnya pengungsi-pengungsi hampir selalu dilakukan upacara kenduri atau asal Champa pada rentang waktu antara selametan. Tradisi kenduri kematian yang tahun 1446 hingga 1471 Masehi, yaitu masa dilakukan umat Islam di Nusantara, khususnya runtuhnya kekuasaan Kerajaan Champa akibat di tanah Jawa bukan karena pengaruh Hindu serbuan Vietnam, kiranya telah memberikan atau Budha. Dalam Agama Hindu atau Budha kontribusi yang tidak kecil bagi terjadinya tidak dikenal Kenduri dan tidak pula dikenal perubahan sosiokultural-religius masyarakat peringatan orang meninggal pada hari ketiga, Majapahit yang meagalami Kemunduran. ketujuh, ke empat puluh, ke seratus atau ke seribu. Mengutip Antoine Cabaton dalam Les Chams Musulmans de I’Indochine Francaise, Agus Menurut Agus Sunyoto, bagi kebanyakan Sunyoto mengatakan bahwa masyarakat Cam umat Islam yang kurang memahami sejarah, Edisi Budaya | 175
Bani (orang-orang Champa muslim) di Binh- Masyarakat tradisional menggambarkan Thuan setelah melakukan upacara pemakaman bahwa setelah memasuki bulan ketujuh, anggota keluarganya yang meninggal dunia, dunia manusia sudah sempurna, di mana mengadakan upacara peringatan ke-3, ke- bayi sudah memilih struktur anggota 7, ke-10, ke-30, ke-40, ke-100, dan ke-1000. badan yang lengkap, juga bersih dan (Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, 370) bebas dari dosa. Keadaan yang bersih dan tidak berdaya ini menjadi kondisi yang Ragam Kenduri sempurna dan menjadi semacam kondisi acuan bagi muslim yang bail dalam usaha Sebagai tradisi yang telah berlangsung spiritualnya. sejak lama di Nusantara, kenduri dilihat dari macamnya dapat dipetakan ke dalam beberapa Proses upacara mitui lebih rumit dari acara: proses ngupati. Puncaknya adalah pemandian ibu hamil sebagai lambing 1. Siklus Kehidupan Manusia pembersihan secara total. Air mandi yang diambil dari tujuh mata air ditampung Dalam memaknai kehidupan, masyarakat dalam wadah yang cukup besar dan nusantara memandang bahwa setiap gerak dicampur dengan tujuh macam bunga kehidupan manusia harus disyukuri dan serta bahan tetumbuhan lain. Ibu hamil didoakan. Perkawinan, kehamilan, kelahiran, didudukkan di kursi; berpakaian kain khitanan, hingga kematian, yang merupakan batik atau kain panjang yang baru dan bagian dari siklus kehidupan manusia, bagi terbaik, untuk menutupi payudara orang nusantara adalah tahapan yang harus (kembenan, jawa) hingga batas mata kaki. dilakukan upacara kenduri. Selama permandian, kain diganti sebanyak tujuh kali. Sebuah kelapa gading muda a. Upacara Kehamilan bertuliskan ayat al-Quran dan kadang juga lukisan tokoh wayang favorit, dengan Upacara kehamilan antara lain adalah beberapa uang logam yang disisipkan upacara waktu kehamilan tujuh bulan di seputar permukaan kulit kelapa, yang disebut tingkeban atau juga disebut diletakkan di pangkuannya, tepatnya di mitoni atau selapanan. Upacara tingkeban bawah perutnya yang membesar. Makna ialah upacara utama sehingga seringkali filosofis dari kelapa muda adalah sebagai dibuat secara besar-besaran terutama bagi perlambang anak yang diharapkan kehamilan pertama. Kehamilan kedua, berwajah tampan yang tokohnya ketiga, dan seterusnya hanya dengan diidealkan dengan sosok lukisan wayang, brokohan saja atau upacara sederhana. hidup bahagia dan berkecukupan yang (Nur Syam, 168) diandai dengan sisipan uang logam, serta selamat dunia-akhirat yang dilambangkan Di Cirebon, sebagaimana hasil penelitian dengan ayat al-Quran. (Muhaimin AG, Muhaimin AG, menunjukkan bahwa 202-203) upacara kehamilan dilakukan tiga kali. Yaitu saat usia kehamilan mencapai Permandian dimulai oleh seorang 4 bulan, 7 bulan, dan 9 bulan. Untuk wanita yang merupakan tokoh sesepuh tahapan yang pertama atau usia empat dan dianggap bijak dan salehah, serta bulan kehamilan diadakan selametan atau diyakini telah berhasil membesarkan dan kenduri dengan mendoakan kesehatan mendidik anak-anaknya menjadi orang sang ibu dan bayi yang dikandungnya dan baik. Dengan gayung, sesepuh tersebut diadakan selametan ngupati. Selametan ini menyiramkan air dari wadah ke sekujur biasanya ditandai dengan ketupat dalam tubuh ibu hamil, mulai dari bagian brekat (besek). Slametan berikutnya adalah kepala. Setelah itu, sesepuh tersebut saat bayi di dalam kandungan memasuki mendampingi sang suami, sementara usia 7 bulan yang dinamakan dengan mitui, ngrujaki, memitu, atau tingkeban. 176 | Ensiklopedi Islam Nusantara
tugasnya dilanjutkan oleh yang lain yang yang lengkap, ia masih memerlukan pada umumnya oleh para sesepuh pria pematangan yang proses normalnya dan wanita. Prosesi pemandian berakhir membutuhkan waktu sekitar dua bulan, begitu semua sesepuh telah mendapat sebelum akhirnya dilahirkan di bulan ke giliran menyiramkan air mandi dan kain -9. Melahirkan, khususnya kelahiran anak sudah mengalami tujuh kali penggantian. pertama, merupakan saat-saat genting bagi seorang wanita. Keselamatan atas Setelah permandian, emas dan permata dirinya dan bayinya dipertaruhkan. Agar di dalam wadah air dikelurakan, Sang proses melahirkan berjalan mudah, lancar, suami membawa wadah yang terbuat dari dan selamat, dan tidak terlalu menyiksa, tempayan ke tempat orang yang biasa lalu di bulan terakhir kehamilan kepada Allah lalang (biasanya di perempatan jalan) dan SWT dipanjatkan doa melalui slametan membantingnya ke tanah. Ketika wadah yang disebut nglolosi, yaitu membuat tersebut hancur berkeping-keping, anak- bubur (bubur yang terbuat dari tepung anak dan remaja bertepuk tangan dan beras dan santan yang dibungkus dengan bersorak gembira. (Muhaimin AG, 203- daun pisang yang kedua ujungnya terbuka. 204) Biasanya di dalam tempayan yang Ketika bubur tersebut diletakkan dengan dibanting tersebut sebelumnya diisi uang posisi berdiri maka secara perlahan bubur recehan yang diperebutkan oleh anak-anak tersebut akan keluar dengan sendirinya, dan remaja yang menunggu di tempat filosofi ini dikaitkan dengan proses yang akan dipilih untuk membanting kelahiran si bayi agar mudah keluar dari tempayan tersebut. perut ibunya) untuk dibagikan kepada tetangga dan keluarga. (Muhaimin AG, Sementara berdasarkan hasil penelitian 204-205) Nur Syam, upacara tingkeban didominasi oleh jumlah angka dua dan tujuh. Angka b. Upacara Kelahiran dan Pasca Kelahiran dua melambangkan jenis kelamin, lelaki dan perempuan, yang salah satunya Setelah bayi keluar dari perut ibunya dan akan dilahirkan, sedangkan angka terlahir ke dunia, maka ritual kenduri tujuh melambangkan usian kandungan pertama adalah mengadakan selametan si jabang bayi. Punar dan polopendem atau tasyakuran kecil yang disebut dengan melambangkan hasil bumi, bucu atau bancakan (keluarga dari ibu dan bayi yang buceng melambangkan cita-cita yang baru lahir tersebut menyiapkan nasi dan digantungkan dan kembang setaman lauk pauk yang kemudian ditaruh di sebuah melambangkan suka-cita, bubur merah tempat dan dibagikan ke tetangga dan putih melambangkan darah perempuan sanak famili). Lalu selametan berikutnya dan sperma lelaki yang telah menyatu adalah puputan yang diselenggarakan dan kelapa muda melambangkan cengkir saat tali pusar bayi terlepas (puput). (kencenge pikir) atau keteguhan cita-cita. Dalam selametan ini biasanya keluarga (Nur Syam, 169-170) menyiapkan sega bugana (semacam nasi uduk) untuk para tetangga. Secara umum, upacara tingkeban ini tidak memiliki perbedaan yang menonjol. Hanya Upacara selanjutnya adalah pencukuran saja teknis upacara antar daerah memiliki rambut bayi. Cukuran pertama adalah saat sejumlah perbedaan sebagaimana hasil bayi telah berusia genap empat puluh hari. penelitian Muhaimin AG di Cirebon dan Untuk slametan ini dihidangkan bubur Nur Syam di Tuban yang dijelaskan di atas. abang putih (bubur merah putih) pada pukul 10 pagi untuk dijadikan bancakan. Setelah melewati ritual kenduri atau Di malam harinya, keluarga yang cukup selametan tingkeban di usia bayi yang mampu akan mengadakan selametan ketujuh bulan dan meskipun di usia resmi, yaitu akikahan (lihat dalam entri tersebut si bayi telah menjadi makhluk Akikah). Edisi Budaya | 177
Jika usia anak telah mencapai usia 7 bulan dari sisi ekonomi keluarga si anak. (lihat (batas usia ini berbeda-beda antar satu dalam entri walimah) daerah dengan yang lainnya), upacara selanjutnya adalah upacara tedhak siten Sedangkan untuk selametan pernikahan (mudunlema/turun tanah). Sebuah upacara juga memiliki tradisi yang berbeda-beda yang menandai bahwa seorang anak telah antar satu suku dengan suku lainnya. siap untuk berjalan di atas bumi dimana Prosesi walimah yang digelar satu sebelumnya ia dilarang untuk menginjak masyarakat dengan masyarakat lainnya tanah. Prosesi upacara ini juga beragam. juga bisa berbeda-beda dengan melihat Di sebagian daerah upacara tedhak siten status sosial dan tingkat ekonomi yang ini dilakukan pada pagi hari pukul 09.00. dimilikinya. (lihat dalam entri walimah) Perangkat peralatan maupun sajian yang biasanya digunakan untuk upacara ini d. Kematian terdiri dari sebuah kurungan ayam yang cukup besar, tujuh macam makanan yang Dalam ajaran Islam, ketika seorang dibuat dari beras ketan, dan sepuluh muslim meninggal dunia, maka macam makanan yang berwarna yang diwajibkan bagi yang ditinggalkan disebut jenang, yang terbuat dari beras (yang masih hidup) untuk memandikan ketan atau dari beras biasa. Semuanya jenazahnya, mengkafani, menshalati itu diletakkan teratur dalam beberapa jenazah, membawa dan menguburkan deret menuju sebuah tangga kecil (anda), jenazahnya untuk dikebumikan di yang terbuat dari batang-batang tebu. pemakaman. Prosesi selametan kematian (Sulaiman, 1993: 103) diadakan di rumah jenazah dari hari pertama meninggal hingga hari ke-7 Di dalam kurungan ayam tadi juga dengan mengundang para tetangga diletakkan berbagai macam benda, dan kerabat untuk membaca tahlil dan seperti misalnya pensil, padi, uang logam, bacaan-bacaan lainnya yang dihadiahkan kadang-kadang juga kepingan emas dan kepada si mayyit. Pada selametan atau sebagainya. Tentu saja tidak semua orang kenduri hari ke-3 dan hari ke-7, makanan menyediakan sekalian benda itu kalau ia dan brekat disediakan oleh keluarga yang akan mengadakan upacara tedhak siten. ditinggalkan untuk dibagikan kepada Hal ini kembali lagi pada status sosial orang yang datang mengikuti tahlil. dan kondisi ekonomi dari yang punya Selanjutnya upacara selametan diadakan hajat. Upacara ini juga mengundang kembali pada hari ke-40, 100 hari, dan para tetangga dan kerabat untuk turut 1000 hari. (Muhaimin AG, 220-221) mendoakan anak yang sedang melakukan tedhak siten dengan membaca barzanji. Setelah 1000 hari, biasanya akan Pada saat pembacaan barzanji dalam diadakan selametan di setiap tahunnya. keadaan berdiri (mahallul qiyam), maka Penentuan hari di selametan terakhir ini si anak tersebut akan dibopong oleh hasil kesepakatan keluarga. Sedangkan seseorang yang dianggap sesepuh untuk bila yang meninggal adalah seorang tokoh melewati tangga yang telah disediakan. agama (Kiai) acara terakhir ini disebut haul. Dan diadakan dengan cukup besar. c. Khitanan dan Pernikahan (lihat dalam entri Haul) Setelah bayi (laki-laki) telah tumbuh besar 2. Kenduri Hari Besar Islam dan sudah berusia sekitar 6 atau 7 tahun maka akan diadakan upacara khitanan. Tradisi kenduri atau selametan dalam Prosesinya berkisar dari perayaan masyarakat Jawa tidak hanya terbatas pada sederhana atau ada pula yang penting ritus peralihan atau siklus kehidupan. Dalam menggelar acara biasa ala kadarnya hingga memperingati hari-hari besar Islam juga pesta besar-besaran. Hal ini tentu melihat dilakukan upacara-upacara tertentu. Misalnya 178 | Ensiklopedi Islam Nusantara
upacara awal bulan syuro (Muharam). Upacara atau masjid. Upacara megengan, upacara yang di bulan ini ialah upacara tompo tahun, menandai masuknya bulan puasa juga bagian yaitu menandai pergantian tahun. Ini hanya dari kenduri hari besar Islam. upacara selametan biasa sekadar mengundang tetangga –dan tanpa keruwetan yang berarti. 3. Kenduri Nyadran atau Sedekah Laut (Nur Syam, 180) Upacara ini dilakukan untuk menandai Selain bulan syuro atau muharam, masa awal musim penangkapan ikan setelah beberapa bulan lain juga dilakukan upacara masa paceklik, sehingga dengan upacara tertentu. Misalnya di bulan Sapar (Shofar) ini diharapkan membawa berkah agar bagi keluarga yang memiliki rejeki biasanya penangkapan ikan mendapatkan hasil yang mengadakan selametan apeman. Yaitu sangat baik. Upacara ini disebut juga babakan membuat apem dan membagikannya ke atau permulakan atau masa awal. (Nur Syam, tetangga dan sanak saudara. (Lihat dalam entri 183) Upacara ini dilakukan oleh masyarakat Apem). Di bulan mulud (Rabiul Awwal) mereka pesisir yang memang mata pencahariannya mengadakan maulidan yang melibatkan adalah sebagai nelayan. semua masyarakat untuk turut serta membaca maulid Nabi yang diselenggarakan di musolla [Saifuffin Jazuli] Sumber Bacaan: Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, Depok: Pustaka IMaN, 2012 Koentjaraningrat, Ritus Peralihan di Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1993, cet. II Muhaimin AG, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal, Ciputat: Logos, 2002, cet. II Nur Syam, Islam Pesisir, Yogyakarta: LKiS, 2005 Sutiyono, Benturan Budaya Islam: Puritan dan Sinkretis, Jakarta: Kompas, 2010 http://www.antara.co.id/arc/2008/4/27/kenduri-kematian-bukan-pengaruh-hindu-budha Edisi Budaya | 179
Kentongan Arti Kata dan Sejarahnya ruang shalat dan terutama adanya kebiasaan untuk memanggil umat untuk melakukan Dalam kamus besar bahasa Indonesia, salat dengan sebuah kentongan yang terbuat kentongan atau kentung-kentung dari kayu nakus. Kentongan-kentongan yang sebagai bunyi-bunyian yang berasal ada di Jawa ini, bagi Lombard, mengingatkan dari bambu atau kayu berongga, dibunyikan pada muyu-muyu tertentu, melihat bentuknya atau dipukul untuk menyatakan tanda waktu yang seperti ikan; dan beberapa motif hiasan atau tanda bahaya atau mengumpulkan di masjid Sendang Duwur dan di Mantingan massa. Dinamakan kentongan atau kentungan – seperti daun seroja dan gunung dengan sehubungan dengan bunyinya “thung, thung” karang-karang tegak lurus- langsung diilhami (dalam bahasa Jawa). Selain itu, menurut buku oleh contoh-contoh Cina. Ensiklopedi Umum menyebutkan hal serupa dengan Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bentuk dan Fungsi Kentongan bahwa kentongan terbuat dari kayu atau bambu dengan panjang yang berbeda-beda di tengah- Bentuk kentongan bermacam-macam. tengahnya terdapat alur/rongga memanjang. Dari kentongan dengan ukuran kecil yang Jika kentongan dipukul dengan pasangannya biasa dipasang di pos ronda hingga kentongan tongkat pemukul, udara di dalamnya akan yang berukuran cukup besar yang dipasang beresonansi, sehingga dapat menimbulkan di serambi musholla atau masjid. Kentongan suara (F. Sumiyati, 2011: 4). Dalam sejarahnya, dengan ukuran kecil biasanya terbuat dari orang-orang dahulu menggunakan kentongan bambu tua. Bagian yang diambil cukup satu yang terbuat dari bambu untuk memanggil ruas. Di antara ruas ini kemudian diberi warga masyarakat agar berkumpul dalam lubang sekitar 2 hingga 4 cm memanjang suatu tempat. Sedangkan sejarah awal hampir sepanjang ruas bambu. Karena bagian munculnya kentongan serta siapa yang dalam bambu itu hampa, maka lubang persegi pertama kali menemukan atau menciptakan memanjang itu akan menimbulkan efek kentongan belum ada ditemukan tulisan yang bunyi yang keras ketika dipukul. Sedangkan membahasnya. Oleh karena itu, perdebatan kentongan dengan ukuran besar biasanya teologis dalam persoalan penggunaan terbuat dari batang pohon jati atau nangka. kentongan di mushalla atau masjid menjadi Pembuatan kentongan jenis ini cukup rumit. tak terelakkan. Bagian dalam dari batang pohon harus dikeluarkan sehingga membentuk ruang Menurut Denys Lombard (Jilid 2, dan menyisakan celah lebar. Panjangnya 2005:219), salah satu kesulitan dalam tergantung besar dan panjang batang pohon melakukan penelitian pengaruh kebudayaan kayu yang hendak dijadikan kentongan (A. lain terkait pola arsitektur masjid di Khoirul Anam, jilid 3, 2012: 168). Nusantara adalah adanya fakta bahwa tidak ada satu model tunggal masjid di sepanjang Dalam sejarahnya, kentongan digunakan pesisir Jawa. Meski demikian, tampaknya ada sebagai alat komunikasi warga masyarakat beberapa ciri khas yang umum yaitu; adanya guna menandakan adanya kegiatan. Awalnya suatu serambi lebar (teras masjid) di depan 180 | Ensiklopedi Islam Nusantara
melaporkan kejadian tersebut kepada Jaksa Tuduh, yang bersangkutan akan kena denda (Marwati Djoened Poesponegoro, jilid 3, 2008: 236). Dahulu, di berbagai daerah kentongan berfungsi bermacam-macam.Kentongan difungsikan sebagai pemanggil masyarakat untuk melakukan kegiatan gotong royong ,memberitahukan kabar baik maupun kabar buruk, meminta bantuan tetangga sekitar, atau bahkan difungsikan sebagai ritual adat istiadat seperti munculnya gerhana matahari, acara penyambutan pernikahan, dan acara- acara adat lainnya. Di dalam kentongan terdapat banyak sekali filosofi dan makna hidup di dalamnya, sebenarnya apa saja sih filosofi yang terdapat dalam kentongan? Berikut beberapa filosofi yang terdapat dalam kentongan: http://zakyz88.blogspot.co.id/2011/02/kentongan.html Tentang Menyatukan kentongan digunakan sebagai alat pendamping Kentongan yang hanya terbuat dari ronda, sebagai tanda apabila ada maling atau sebilah bambu, dapat mengumpulkan bencana alam (banjir, tanah longsor, gempa, masyarakat, membuat masyarakat berkumpul dll). Saat ini kegunaan kentongan semakin hanya dari bunyi yang dihasilkan dari pukulan bervariatif, kentongan digunakan untuk sederhana. Masyarakat dapat bersilaturahmi pemanggil agar masyarakat berkumpul di ketika kentongan dipukul, masyarakatpun suatu tempat untuk tujuan tertentu. Petani dapat lebih peka terhadap isu sosial yang ada menggunakan kentongan untuk mengusir di daerahanya. Kentongan itu menyatukan, hewan yang merusak tanamannya. Selain bukan hanya memanggil dan memukul saja. itu suara kentongan yang khas membuat kentongan dikenal sebagai salah satu alat Tentang Kebersamaan musik tradisional. Berawal dari kentongan yang dipukul Dari Papakem Cirebon kita mendapatkan dan menghasilkan bunyi itulah, didengar catatan bahwa kentongan atau titir sebagai masyarakat sekitar di dekatnya pasti akan alat komunikasi. Kentongan atau titir pada menghampirinya, sehingga menimbulkan umumnya ditempatkan dekat alun-alun atau suatu kumpulan yang dapat digunakan dalam dekat balai desa. Penduduk setempat bila memecahkan sesuatu masalah untuk mencapai mendengar bunyi titir atau kentongan sudah mufakat. Dari kebersamaan itu juga kita dapat paham bahwa saat itu terjadi huru-hara. menghargai orang lain, terjauhkan dari hal-hal Dalam papakem Cirebon juga disebutkan yang negatif, dan sebagainya. bahwa jika terjadi suatu huru-hara, misalnya pembunuhan atau perampokan yang Tentang Informasi mengganggu penduduk, maka kentongan akan dibunyikan yang kemudian melaporkan Seperti yang sudah dijelaskan diawal, kejadian kepada seorang Jaksa Tuduh (jaksa kentongan dapat memberitahukan kabar pepitu). Apabila ada kejadian dan seseorang membunyikan kentongan tetapi tidak segera Edisi Budaya | 181
baik maupun kabar buruk. Dan tentunya dari menerima kehadiran bedug dan kentongan di sebuah kentongan saja kita dapat menggali masjid-masjid.Tradisi penggunaan kentongan informasi yang lebih akurat tentang apa sangat akrab dengan tradisi warga jamiyyah yang terjadi. Jika kentongan dipukul dan Nahdlatul Ulama (NU), tapi tidak bagi sebagian mengajak masyarakat untuk berkumpul, orang kelompok muslim lain yang menganggapnya yang memukul tersebut dapat memberikan sebagai bid’ah. Perdebatan mengenai informasi apa adanya. penggunaan bedug dan kentongan ini sempat menjadi perdebatan hangat di kalangan Islam Sedangkan kentongan yang dipasang tradisional dan modernis. NU sendiri, pada di serambi musholla atau masjid fungsinya Muktamar ke-11 di Banjarmasin Kalimantan adalah sebagai penanda masuk waktu shalat, Selatan tahun 1936, kembali mengukuhkan buka puasa, sahur, atau undangan berkumpul. penggunaan bedug dan kentongan di masjid- Selain kentongan, alat penanda kegiatan masjid karena diperlukan untuk syiar Islam. keagamaan yang diletakkan di serambi masjid Perdebatan itu, selain soal-soal lainnya, masih adalah bedug. Biasanya kentongan ditabuh mengemuka pada 1950-an dan 1960-an. terlebih dahulu kemudian disusul dengan memukul bedug. Sesudah itu adzan pun Abdurrahman Wahid (2006: 235-236) dikumandangkan. memaparkan tentang perdebatan antara Kiai Hasyim Asy’ari dan Kiai Faqih Maskumambang Sumbangsih dari Beragam Budaya perihal hukum penggunaan kentongan di Masjid dalam terbitan perdana sebuah Asal usul tradisi kentongan tidak jurnal ilmiah bulanan Nahdlatul Ulama, diketahui secara pasti. Apakah ia berasal yang diterbitkan pada 1928 dan bertahan dari hasil kreativitas masyarakat pribumi sampai tahun 60-an, KH. M. Hasyim Asy’ari atau merupakan sumbangan dari tradisi dan menuliskan fatwa: bahwa kentongan (alat dari budaya luar. Konon, Sejarah budaya teknologi kayu yang dipukul hingga ber-bunyi nyaring) kentongan sebenarnya dimulai sebenarnya tidak diperkenankan untuk memanggil shalat berasal dari legenda Cheng Ho dari Cina dalam hukum Islam. Dasar dari pendapatnya yang mengadakan perjalanan dengan misi itu adalah kelangkaan hadits Nabi; biasanya keagamaan. Dalam perjalanan tersebut, Cheng disebut sebagai tidak adanya teks tertulis (dalil Ho menemukan kentongan ini sebagai sarana naqli) dalam hal ini. dalam penerbitan bulan komunikasi ritual keagamaan. Penemuan berikutnya, pendapat tersebut disanggah oleh kentongan tersebut diboyong ke China, wakil beliau, Kyai Faqih dari Maskumambang, Korea, & Jepang. Kentongan telah ditemukan Gresik, yang menyatakan bahwa kentongan sejak awal masehi. Tiap-tiap daerah pastinya harus diperkenankan, karena bisa mempunyai peristiwa penemuan yang dianalogikan atau di-giyas-kan kepada beduk berlainan dengan nilai sejarahnya yang sebagai alat pemanggil shalat. Karena beduk tinggi. Di Nusa Tenggara Barat, kentongan diperkenankan, atas adanya sumber tertulis ditemukan di kala Raja Anak Besar Agung {dalil naqli) berupa hadits Nabi Muhammad Ngurah yg berkuasa kurang lebih abad XIX SAW mengenai adanya atau dipergunakannya menggunakannya buat menyatukan massa. Di alat tersebut pada zaman Nabi, maka kentongan Yogyakarta kala musim kerajaan Majapahit, pun harus diperkenankan. Segera setelah kentongan Kyai Gorobangsa tidak jarang uraian Kyai Faqih Maskumambang itu muncul, dimanfaatkan yang merupakan pengumpul KH. M. Hasyim Asy’ari segera memanggil para penduduk. ulama se-Jombang dan para santri senior beliau untuk berkumpul di pesantren Tebu Perdebatan Hukum Penggunaan Ireng, Jombang. Ia pun lalu memerintahkan Kentongan di Masjid kedua artikel itu untuk dibacakan kepada para hadirin. Setelah itu, beliau menyatakan mereka tidak semua umat Muslim di Indonesia dapat menggunakan salah satu dari kedua alat pemanggil itu dengan bebas. Yang beliau minta 182 | Ensiklopedi Islam Nusantara
hanyalah satu hal, yaitu hendaknya di Mesjid di musholla dan masjid-masjid. Teknologi Tebu Ireng, Jombang kentongan itu tidak pengeras suara di beberapa masjid di sejumlah digunakan selama-lamanya. Pandangan beliau daerah dianggap lebih efektif sebagai pengganti itu mencerminkan sikap sangat menghormati bunyi kentongan dan bedug. Pada titi ini, pendirian Kyai Faqih dari Maskumambang tradisi kentongan dan bedug yang telah lama tersebut, dan bagaimana sikap itu didasarkan menjadi ciri khas Islam di Nusantara mulai pada “kebenaran” yang beliau kenal. terkikis. Meski demikian, di sejumlah masjid di daerah kentongan dan bedug masih tetap Kentongan di Era Teknologi ada dan digunakan sebagai penanda masuknya waktu shalat dan kegiatan keagamaan lainnya. Derasnya laju perkembangan teknologi turut memengaruhi keberadaan kentongan [M. Jamaludin] Sumber Bacaan Abdurrahman Wahid, Islamku, Islam Anda, Islam Kita: Agama Masyarakat Negara Demokrasi, Jakarta : The Wahid Institute, 2006 Denys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia, jilid II, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996 A.Khoirul Anam, Ensiklopedia Nahdlatul Ulama Jakarta: Mata Bangsa dan PBNU, 2014 F. Sumiyati, Makna Lambang dan Simbol Kentongan dalam Masyarakat Indonesia, Marwati Djoened Poeponegoro & Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia Jilid III, Jakarta: Balai Pustaka, 2008 http://historia.id/budaya/taktaktak-dung-ini-sejarah-bedug http://www.beritasatu.com/hiburan/201941-bedug-bermula-dari-alat-komunikasi-hingga-menjadi-alat-bermusik.html http://muspen.kominfo.go.id/index.php/berita/281-filosifi-kehidupan-dalam-kentongan http://kentongandotnet.blogspot.co.id/2016/05/sejarah-kentongan-ternyata-sejauh-ini.html Edisi Budaya | 183
Keris Benda tajam terbuat dari besi dengan Dari segi keilmuan, “keris” adalah benda rupa khusus sesuai dengan kemauan seni yang meliputi seni tempa, seni ukir, seni pembuatnya. Pembuat keris disebut pahat, seni bentuk dan dan seni perlambang. empu. Teknologi keris bukan semata-mata Oleh karena itu, terdapat beberapa jenis seni atau budaya, tetapi juga sains. Dalam istilah keris, seperti keris pusaka dan keris kehidupan modern dan global saat ini, biasa. Keris pusaka itulah yang sering menjadi pewarisan keris sebagai budaya Indonesia perbincangan peradaban Nusantara, mulai pra sudah ditetapkan badan dunia, U N E S C O Majapahit hingga saat ini. Contoh keris pusaka melalui pengakuannya pada adalah keris kyai Sangkelat atau kyai Ageng tanggal 25 Nopember 2005. Puworo, awalnya keris ini diperuntukkan Dengan pengakuan UNESCO tersebut, maka keris Sunan Ampel, tetapi Indonesia merupakan karya karena tidak sesuai agung warisan kemanusiaan pesanan, maka keris yang harus dilestarikan. Dalam itu diberikan kepada konteks Islam di Nusantara, Prabu Brawijaya V. keris pernah menjadi salah satu alih media pada era Sunan Keris Pusaka dan Fungsinya Giri. Saat itu, Sunan Giri bersama para muridnya sedang Berbeda dengan senjata berdakwah dengan penanya, lainnya, keris selalu dikaitkan tetapi karena sesuatu hal, Sunan dengan sang pembuatnya, Giri mengubahnya menjadi keris terutama keris pusaka. Empu yang dapat menyelamatkan umat. Keris Pusaka tidak mungkin Beberapa keris yang bersentuhan membuat karya keris tanpa dengan dakwah para wali, antara tujuan, dan semua tujuannya lain, keris Kyai Carubuk milik untuk kebaikan. Di Jawa, hampir Sunan Kalijaga. semua keris pusaka dibuat karena permintaan sang penguasa, kerabat Sudut Keilmuan Keris kerajaan, atau atas dasar kemauan sendiri. Para empu berkarya untuk tujuan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mamayu-hayuning bawana yaitu memenuhi keris adalah senjata tajam bersarung, berujung dan memelihara kesejahteraan manusia tajam dan bermata dua, bilahnya ada yang dalam mengarungi kehidupan (Purwadi dalam lurus dan ada yang berkelok-kelok. Dalam Waluyo: 84). arti lain, keris adalah senjata tikam termasuk dalam belati, berujung runcing dan tajam pada Fungsi keris pusaka sesuai dengan daya kedua sisinya. yoni. Keris semacam itulah yang membedakan dengan keris biasa, tanpa daya yoni. Biasanya keris pusaka tersebut sebagai wadah wahyu, 184 | Ensiklopedi Islam Nusantara
dimana sebenarnya yoni keris itu berasal dari alu, alugara, sarampang, gada, palu, busur, Tuhan. Bedanya, jika wahyu berasal dari sabda gayur, calimprit, berang, rajang, karangtang, Tuhan, maka wahyu keris itu hasil dari jerih dan luyang. Nenek moyang orang Jawa pada payah dan laku tapa brata sang empu. Dalam umumnya beragama Hindu atau Budha, tetapi lingkungan keraton, keris pusaka dapat menjadi belum ada bukti bahwa budaya keris berasal tanda kebesaran, tanda jabatan, dan tanda dari India, atau Negara lain. Dalam sejarahnya, pangkat serta kelengkapan pakaian resmi, tidak ada senjata berpamor dari India. Dalam barang pusaka yang dipuja. Keris pusaka dapat cerita Mahabrata dan Ramayana juga tidak dipahami secara diakronis untuk membangun dijumpai ada keris, kecuali setelah cerita itu jembatan legitimasi antara penguasa kerajaan diadaptasi orang Jawa dalam wayang, maka sebelumnya dengan penguasa kerajaan baru. Arjuna memiliki keris bernama keris Kyai Sejak zaman dinasti Mataram, keris pusaka Pulanggeni dan Kyai Pasopati. berfungsi sebagai simbol kekuasaan dan kedaulatan atas wilayah. Makna dan fungsi Keris juga selalu dikaitkan dengan keris pusaka dalam mendukung legitimasi lambang maskulinalitas (laki-laki) dan kekuasaan raja semacam itu dipelihara melalui kekuasaan. Raja-raja di Jawa (Yogyakarta ritual siraman pusaka. dan Surakarta) dalam penobatannya selalu tidak lepas dari keris pusaka sebagai penanda Fungsi lain keris bagi masyarakat kekuasaannya. Di Bali, seperti disebut dalam Jawa antara lain dapat digunakan untuk Babad Buleleng, kekuatan dan legitimasi sang menghindarkan serangan wabah penyakit, raja dan kerajaannya terletak pada kepemilikan mala petaka, hama tanaman, menyingkirkan keris yang digambarkan sebagai ‘pasupati astra’ dan menangkal gangguan makhluk halus. yaitu senjata sakti yang diberikan dewa Siwa ke Arjuna (Waluyo: 69). Sebutan “kyai” dan “nyai” pada keris pusaka karena di dalamnya mempunyai daya Pada masa Sunan Giri juga diceritakan yoni. Daya kekuatan itu dianggap sebagai pernah membuat keris dan langsung berfungsi pribadi yang hidup. Oleh karena itu keris pada saat itu, dengan caranya sendiri, seperti juga perlu sesajian tertentu, dibersihkan, disebutkan dalam Serat Centhini: dan “dimandikan”, sebagaimana perlakuan manusia terhadap makhluk hidup yang (1) Sang Prabu utusan gupuh, Gadjah Mada memerlukan makan dan kebersihan badan. kyana patih, kinen lumampah priyangga, Praktik semacam itu orang yang merawat keris mukul perang ing Giri Gresik, tan cinatur pusaka adalah orang yang melakukan ritual lampahira, wus prapta jajahan Giri. penghayatan suatu doa dan harapan. (2) Gegere kadya pinusus, kang katjarang Dalam konteks sekarang, keris seringkali samnya ngeli, minggah Giri Prawata, jeng hanya sebagai benda pusaka yang bersifat Sunan Giri marengi, anyerat manedhak turun temurun dalam keluarga, sebagaimana Qur’an, kagyat mireng swaraning. naskah kuno yang disimpan para pewaris naskah. Keris menjadi benda yang sangat (3) Tiyang alok mungsuh rawuh, sumedya mahal harganya. ngrisak ing Giri, kalam ingkang kagem nyerat, anulya binucal aglis, andodonga ing Sejarah Keris Pangeran, sinembadan ing sakapti. Di Nusantara, keris dikenal sejak abad (4) Kalam lajeng dadya dhuwung, cumlorot ke-6 Masehi. Keris terbuat dari besi, baja, ngamuk pribadi, pra wadya ing Majalengka, dan bahan pamor. Sebelum keris, senjata atau kathah ingkang angemasi, sakantune kang pusaka orang Jawa, seperti disebut dalam palastra, pra samya lumayu nggendring. Serat Pustaka Raja Purwa, antara lain trisula, limpung, musara, lori, bajra, kretala, alu- (5) Mantuk marang Majalangu, sawusira mengsah gusis dhuwung wus wangsul pribadya, sumeleh ing ngarsaneki, panyeratan Sang Pandhita, sarta akukuthah getih. Edisi Budaya | 185
(6) Kagyat ri sang amanengkung, miyat sebelumnya, antara lain Keris Mpu Gandring dhuwung kuthah getih dahat panalanganira, yang sangat terkenal pada masa Kerajaan dyan dodonga mring Hyang Widi, mugi Allah Singhasari (1222-1294). Awalnya keris itu ngapuntena, solah amba ingkang sisip. dipesan oleh Ken Arok untuk membangun Kerajaan Singhasari di Tumapel. Keris terkenal (7) Sang pandhita ngandika rum, marang ing lainnya yaitu Keris Kyai Setan Kober (milik waadyanireki, kabeh padha piyarsakna, Arya Penangsang, murid Sunan Kudus, Jakfar myang aneksanana sami, katgeki sunwehi Shadiq), Keris Kanjeng Kyai Ageng Sengkelat aran Si Kalam Munyeng prayogi. atau Kyai Ageng Puworo (Mpu Supa, santri Sunan Ampel), Kyai Nagasasra dan sabuk Terjemahannya: inten, dan Keris Kyai Carubuk (keris milik Sunan Kalijaga). (1) Sang Prabu segera mengirim utusan, Patih Gadjah Mada (bukan Gadjah Mada Keris biasanya dibuat dengan cara dan zaman Hayam Wuruk), disuruh langsung tujuan tertentu, seperti beberapa nama keris di memimpin, memukul perang Giri Gresik, atas. Dilihat dari cara dan niat pembuatannya, tidak diceritakan bagaimana di jalan, keris dapat dibagi atas dua golongan besar, sudah sampai di daerah kekuasaan Giri. yaitu keris ageman dan tayuhan. Keris Ageman itu hanya mementingkan keindahan eksoteris. (2) Geger seperti badai, yang diterjang lari, Keris tayuhan itu lebih mementingkan tuah naik ke Giri Prawata, Kanjeng Sunan Giri atau kekuatan gaib isoteris. yang sedang menulis Al-Qur’an, kaget mendengar suara. Ada juga keris yang memang benar-benar untuk membunuh orang, seperti keris yang (3) Orang-orang berteriak kedatangan dulu dipakai algojo untuk melaksanakan musuh, hendak merusak Giri, pena yang hukuman terpidana mati dan untuk para dipakainya menulis, segera dilempar dan prajurit. Akan tetapi, kegunaan keris sebagai berdoa kepada Tuhan dan terkabul alat pembunuh itu lebih bersifat seremonial dan khusus, seperti keris Kanjeng Kyai (4) Pena menjadi keris, berkelebat mengamuk Balabar milik Pangeran Puger. Keris-keris jenis sendiri, para prajurit Majapahit, banyak ini disebut sebagai sifat kandel, yakni untuk yang tewas, selain yang mati, lari terbirit- menambah keberanian dan rasa percaya diri birit. pemilik keris. (5) Kembali ke Majapahit. Setelah musuh Masa Depan Per-keris-an bersih, keris kembali sendiri, berhenti di tempat penulisan, sambil berlumuran Sesuai dengan perkembangan zaman, darah. keris takkan lekang waktu. Sejak masa era menggapai kemerdekaan hingga saat mengisi (6) Terkejut Sunan Giri, melihat keris kemerdekaan, keris ternyata mampun berlumuran darah, menyesal batinnya, bertahan. Pertama, secara akademik, keris kemudian berdoa kepada Allah, memohon masih dapat dijadikan perumpamaan dalam ampunan karena merasa bersalah. ajaran tasawuf di Jawa. Zoetmulder (1990: 336) dalam penjelasannya tentang suluk Jawa, (7) Sunan Giri berkata kepada seluruh menggunakan perumpamaan keris dan sarung pengikutnya, wahai semua ketahuilah dan (tempatnya), disetarakan dengan wayang dan jadilah saksi, keris ini aku beri nama Kyai dalang. Perumpamaan tersebut berkaitan Kalamunyeng, “pena mengamuk” dengan gambaran Tuhan dan manusia, manunggal atau tidak, serta kemanunggalan Melihat tuturan dalam Serat Centhini di dalam perlawanan. atas, keris juga pernah dibuat dan dipergunakan Sunan Giri untuk mempertahankan diri, sekalipun dalam kondisi darurat. Keris seperti Kyai Kalamunyeng ini, ternyata sudah ada 186 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Kedua, keris masih menjadi simbol Ratu Kidul yang mengingatkan Diponegoro keberanian pada era kolonial. Salah satu jangan mau menerima apapun jabatannya contohnya, Pangeran Diponegoro sebagai dari Belanda sebagai penjajah. Setelah suara salah seorang Pahlawan Nasional yang itu hilang jatuhlah sinar putih membawa menggunakan keris pada masa perjuangan senjata cundrik. Dengan cundrik itu semangat melawan kolonial. Keris kecil, cundrik Pangeran Diponegoro semakin membara. yang sering dibawa Pangeran Diponegoro bernama Keris Sarotaman, hasil khalwat Ketiga, keris dapat menjadi benda unik, dan diberi keris oleh Ratu Kidul. Cundrik khas milik bangsa Indonesia. Contohnya, keris ini diporelah setelah Pangeran Diponegoro sebagai souvenir yang khas dari Indonesia. mandi di Parangtritis, lalu bersandar di sebuah Presiden Soekarno pernah melakukan itu pada batu (Watu Gilang) di Parangkusuma, dan tahun 1960 untuk Fidel Castro di Kuba. mendengar suara tanpa wujud dari Kanjeng [Mahrus el-Mawa] Sumber Bacaan Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya, Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris, Jakarta: Gramedia, 2005, cet. III. (Bagian I-III). Hariwijya, M. Islam Kejawen: Sejarah, Anyaman Mistik, dan Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Gelombang Pasang, 2004. Solikhin, K.H. Muhammad. Kanjeng Ratu Kidul dalam Perspektif Islam Jawa. Jakarta: Narasi, 2009 Wahyudi, Agus. Serat Centini 1: Kisah Pelarian Putra Putri Sunan Giri Menjelajah Nusa Jawa. Yogyakarta: Cakrawala, 2015 Waluyo Wijayatno dan Unggul Sudradjat (edit.), Keris dalam Perspektif Keilmuan, (PPPK BPSDKP Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011) Edisi Budaya | 187
Kerudung Kerudung adalah kain penutup Kerudung Sebagai Status Kelas kepala perempuan. Ia berasal dari kata “kudung” atau “tudung” yaitu Di masa awal Indonesia modern, sesuatu yang dipakai untuk menutup kepala perempuan yang mengenakan kerudung perempuan. Mendapatkan awalan ke-r sebagai cenderung menunjukkan kelas santri. Baik ungkapan yang bermakna mempunyai sifat pelajar puteri dan ibu nyai di pesantren atau menutup atau menyelubungi kepala. madrasah mengenakan pakaian penutup kepala ini ketika melakukan berbagai aktivitas. Ide menutup kepala ini merujuk pada Pada masa pemerintahan Sukarno, ibu- standar kesopanan yang dibentuk oleh nilai- ibu yang tergabung dalam gerakan wanita nilai kultural dan keagamaan serta pada Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) bahkan tingkat tertentu estetika yang terus berubah. mengenakan kerudung yang diikatkan pada Kerudung yang dibuat dari kain tipis segitiga leher sambil memanggul senjata saat berlatih ataupun selendang segi empat biasanya militer. Hal ini juga nampak pada ibu-ibu yang menempel di kepala dan menjulur hingga tergabung dalam organisasi Aisyiah sebagai ke bagian dada. Kerudung oleh sebagian organisasi sayap perempuan Muhammadiyah. pemakainya digunakan untuk kegiatan- Kerudung dalam hal ini merupakan cara santri kegiatan keagamaan seperti pengajian, majelis menampilkan kesalehannya dan membedakan ta’lim, kenduri, atau pertemuan perempuan mereka dari kelas sosial yang lain. kalangan santri. Praktek berkerudung juga terlihat Dalam perkembangannnya, istilah pada Ibu Fatmawati, istri Presiden Pertama kerudung sering dipertukarkan dengan jilbab. Republik Indonesia. Dalam berbagai peristiwa Padahal konsep jilbab di tempat asalnya penting, Fatmawati mengenakan kerudung merujuk pada pakaian yang menutup seluruh tradisional yang longgar dan sederhana. tubuh. Bukan hanya bagian kepala. Menurut Tampilan semacam ini oleh banyak pihak Fadwa El-Guindi, konsep jilbab sesungguhnya sering dilihat sebagai simbol wanita nasionalis. mengacu pada jubah longgar yang panjang Dalam konteks kekinian, gaya berkerudung dengan ukuran lengan baju yang lebar. semacam ini masih dikenakan oleh sebagian perempuan Muslim, meski sudah tergolong Baik jilbab maupun khimar (penutup klasik. Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid kepala) dicelup ke dalam warna yang keras dan dan puterinya Yeni Wahid cenderung memakai kuat (seperti biru laut, coklat, atau abu-abu) kerudung jenis ini. serta terbuat dari bahan tebal dan tidak tembus cahaya. Perempuan yang memilih kostum jenis Paduan kerudung dan kebaya di masa ini biasanya tidak bermake-up, tidak pernah lalu menjadi penanda menyatunya Islam dan mengenakan warna terang atau pakaian budaya lokal. Unsur kerudung yang merupakan ketat yang menampakkan lekuk tubuhnya. ciri khas muslimah santri dan pakaian Terkadang penggunanya melengkapinya khas perempuan Jawa menyatu menjadi dengan sarung tangan. entitas penting yang mengisi perubahan 188 | Ensiklopedi Islam Nusantara
kultur berpakaian dimana perempuan Jawa Situasi sosial dan politik masa Orde sebelumnya mengenakan kemben alias kain Baru yang membatasi gerak kelompok- penutup dada. kelompok Islam tercermin pada peraturan tentang seragam Sekolah Menengah. Melalui Kerudung Sebagai Gerakan Politik Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Sejak rezim Suharto mencurigai dan Kebudayaan (Dikdasmen) No. 052/C/Kep/D menekan kelompok Islam, gerakan dakwah 82, banyak pengelola sekolah menggunakannya di masjid-masjid dan kampus sekuler sangat sebagai landasan formil untuk melarang gencar dilakukan. Materi-materi dakwah tidak siswi yang mengenakan kerudung di sekolah. hanya berkaitan dengan fikih ibadah dan Sejumlah demonstrasi anak-anak berkerudung mu’amalah, tetapi juga mendorong bentuk di berbagai tempat terjadi menyusul berbagai “kesalehan superfisial” sebagai idealisasi kasus intimidasi yang semakin gencar di dari masyarakat Muslim yang sempurna. sekolah umum. Kerudung pada masa gejolak Seruan-seruan para penceramah terkait isu ini politik ini sering dipertukarkan dengan istilah kemudian disikapi dengan munculnya sejumlah jilbab. siswi sekolah menengah yang mengenakan kerudung di sekolah-sekolah umum. Sebagai Seiring dengan perubahan haluan politik praktek yang tidak lazim masa itu, para siswi rezim penguasa dari kelompok Abangan- yang berkurudung mendapatkan berbagai Kristen ke kelompok Islam, kebijakan negara intimidasi dari lingkungan sekitarnya, pun berubah. Kontrol terhadap seragam termasuk teman sebaya, guru, dan kepala sekolah menjadi lebih longgar dengan sekolah. terbitnya pedoman pakaian seragam sekolah No. 100/C/Kep/D/1991. Peraturan ini pada tingkat tertentu menjadi penanda mencairnya ketegangan antara negara dan kelompok- kelompok Islam. Perempuan berkerudung sebelum Kerudung Sebagai Mode Pakaian kemerdekaan di Minangkabau. Ketika negara telah menunjukkan Sumber: http://www.rajawow.com/2015/03 semangat akomodatif terhadap aspirasi kelompok-kelompok Islam, kampanye penggunaan kerudung dalam paket busana muslim semakin gencar. Sejumlah selebritis dikerahkan untuk memperagakan kerudung dengan berbagai mode dan tampilan. Dalam berbagai acara fashion show busana Muslim, aneka kerudung ditampilkan dalam rangka menarik minat berbagai segmen perempuan Muslim. Pada saat yang sama, industri fashion juga menawarkan banyak alternatif kerudung berikut perlengkapannya sehingga mendorong banyak konsumen pakaian hijrah dari pakaian ala Barat ke busana muslim. Gairah industri fashion direspons dengan gairah konsumen Muslim yang terus tumbuh. Produksi busana Muslim sejak periode awal reformasi hingga pemerintahan Jokowi begitu pesat menyusul semakin banyaknya Edisi Budaya | 189
perempuan yang memilih berkerudung dalam Sumber: http://www.rajawow.com/2015/03/inilah-sejarah-hijab-di-indonesia.html aktifitas kesehariannya. Pada tahap ini, hubungan antara praktek berkerudung dengan agama, tetapi lebih cenderung terminologi keberagamaan atau kesalehan sudah semakin sosial budaya. Dalam pandangan kyai senior longgar. Motif perempuan yang mengenakan ini, perintah menutup aurat memang perintah busana Muslim tidak lagi melulu didasarkan agama, tetapi batasan mengenai aurat adalah pada semangat menjalankan agama, tetapi ditentukan olehpertimbangan-pertimbangan juga pertimbangan-pertimbangan pragmatis kemanusiaan dalam berbagai aspeknya. Untuk yang manusiawi. Misalnya, mereka merasa itu, dalam menentukan batas aurat, baik bisa tampil lebih rapih dan cantik dengan untuk laki-laki maupun perempuan diperlukan balutan kerudung yang menghiasi busana mekanisme tertentu yang akomodatif kesehariannya. dan responsif terhadap segala nilai yang berkembang di masyarakat sehingga dalam Perkembangan busana muslim yang tingkat tertentu batasan itu bisa diterima demikian pesat menyebabkan munculnya oleh sebagian besar komponen masyarakat. tarik menarik kepentingan bisnis di satu Tetapi Kyai Husein juga mewanti-wanti bahwa sisi dan upaya pencarian kriteria kerudung pertimbangan khauf al-fitnah yang sudah syar’i. Fenomena kerudung gaul yang dikembangkan oleh ulama fiqih juga harus banyak digandrungi anak-anak muda telah menjadi salah satu penentu pertimbangan, mendapat kritikan dari kalangan muslim agar tubuh manusia tidak dieksploitasi konservatif yang risih dengan kecenderungan untuk kepentingan-kepentingan rendah dan berkerudung tetapi dengan pakaian yang murahan yang bahkan bisa menimbulkan ketat atau membentuk tubuh. Istilah gejolak (fitnah) yang mengakibatkan kerudung yang sering dipertukarkan dengan kerusakan yang tidak diinginkan terhadap jilbab menemukan label tersendiri yang tatanan kehidupan masyarakat. dilekatkan pada pengguna kerudung gaul yang mengkombinasikan gaya berpakaian M. Quraish Shihab juga menyimpulkan Barat yang menonjolkan bentuk tubuh dengan adanya ketidakpastian mengenai kewajiban sebutan jilboob. mengenakan kerudung bagi perempuan Muslim. Menurutnya, konsep-konsep aurat, Kerudung Sebagai Pilihan Berpakaian batas kesopanan dan isyarat-isyarat teks Muslimah suci cenderung menempatkannya dalam wilayah yang tidak mutlak. Misalnya, Hadis Gelombang Islamisasi pada tingkat tentang kewajiban menutup kepala bagi permukaan ditandai dengan menguatnya wanita ketika shalat tidak menyinggung simbol-simbol keagamaan superfisial yang secara langsung tentang keharusan wanita tergolong baru dalam jejak rekam Islam menutup kepala di luar aktivitas shalat. nusantara. Para pendakwah sufistik seringkali Sehingga Hadis tersebut tidak bisa dijadikan kurang menaruh perhatian pada keberagamaan dasar mengenai kewajibapemakaian kerudung simbolik, tetapi lebih menekankan kepada keberagamaan yang esensial dan berorientasi pada wilayah esoterik. Di kalangan ulama nusantara kontemporer, persoalan pakaian perempuan ini juga dipandang sebagai sesuatu yang tidak pasti atau tidak tegas (dzanni). Sehingga anjuran mengenakan kerudung (khimar) tidak bisa dianggap setara dengan kewajiban agama lainnya. Menurut Husein Muhammad, konsep busana muslim bukan melulu terminologi 190 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Berbagai macam bentuk kerudung masa kini bagi wanita dalam ranah publik. Menutup sehingga menimbulkan berbagai pendapat. kepala, menurutnya, bisa menjadi kewajiban Untuk itu, alih-alih menjadi kewajiban, jika saja hadis riwayat ‘Aisyah ra tentang praktek berkerudung bagi perempuan Muslim ‘pengecualian aurat wanita yang meliputi Nusantara lebih tepat disebut sebagai pilihan wajah dan telapak tangan’ dianggap sahih pribadi. oleh sebagian besar ulama. Sayangnya hadis tersebut dinilai beragam oleh para ulama [Hamdani] Sumber Bacaan Hamdani, Deny, Anatomy of Muslim Veils: Practice, Discourse and Changing Appearance of Indonesian Women. Germany: Lambert, 2011. Muhammad, Husein, Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan Gender. Yogyakarta: LkiS, 2001. Shihab, M. Quraish, Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah: Pandangan Ulama Masa Lalu dan Cendekiawan Kontemporer. Jakarta: Lentera Hati, 2004. El-Guindi, Fadwa. “Veiling Infitah with Muslim ethic: Egypt’s contemporary Islamic Movement.” Social Problems, Vol. 28, (1981), h. 465-485. Edisi Budaya | 191
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334
- 335
- 336
- 337
- 338
- 339
- 340
- 341
- 342
- 343
- 344
- 345
- 346
- 347
- 348
- 349
- 350
- 351
- 352
- 353
- 354
- 355
- 356
- 357
- 358
- 359
- 360
- 361
- 362
- 363
- 364
- 365
- 366
- 367
- 368
- 369
- 370
- 371
- 372
- 373
- 374
- 375
- 376
- 377
- 378
- 379
- 380
- 381
- 382
- 383
- 384
- 385
- 386
- 387
- 388
- 389
- 390
- 391
- 392
- 393
- 394
- 395
- 396
- 397
- 398
- 399
- 400
- 401
- 402
- 403
- 404
- 405
- 406
- 407
- 408
- 409
- 410
- 411
- 412
- 413
- 414
- 415
- 416
- 417
- 418
- 419
- 420
- 421
- 422
- 423
- 424
- 425
- 426
- 427
- 428
- 429
- 430
- 431
- 432
- 433
- 434
- 435
- 436
- 437
- 438
- 439
- 440
- 441
- 442
- 443
- 444
- 445
- 446
- 447
- 448
- 449
- 450
- 451
- 452
- 453
- 454
- 455
- 456
- 457
- 458
- 459
- 460
- 461
- 462
- 463
- 464
- 465
- 466
- 467
- 468
- 469
- 470
- 471
- 472
- 473
- 474
- 475
- 476
- 477
- 478
- 479
- 480
- 481
- 482
- 483
- 484
- 485
- 486
- 487
- 488
- 489
- 490
- 491
- 492
- 493
- 494
- 495
- 496
- 497
- 498
- 499
- 500
- 501
- 502
- 503
- 504
- 505
- 506
- 507
- 508
- 509
- 510
- 511
- 512
- 513
- 514
- 515
- 516
- 517
- 518
- 519
- 520
- 521
- 522
- 523
- 524
- 525
- 526
- 527
- 528
- 529
- 530
- 531
- 532
- 533
- 534
- 535
- 536
- 537
- 538
- 539
- 540
- 541
- 542
- 543
- 544
- 545
- 546
- 547
- 548
- 549
- 550
- 551
- 552
- 553
- 554
- 555
- 556
- 557
- 558
- 559
- 560
- 561
- 562
- 563
- 564
- 565
- 566
- 567
- 568
- 569
- 570
- 571
- 572
- 573
- 574
- 575
- 576
- 577
- 578
- 579
- 580
- 581
- 582
- 583
- 584
- 585
- 586
- 587
- 588
- 589
- 590
- 591
- 592
- 593
- 594
- 595
- 596
- 597
- 598
- 599
- 600
- 601
- 602
- 603
- 604
- 605
- 606
- 607
- 608
- 609
- 610
- 611
- 612
- 613
- 614
- 615
- 616
- 617
- 618
- 619
- 620
- 621
- 622
- 623
- 624
- 625
- 626
- 627
- 628
- 629
- 630
- 631
- 632
- 633
- 634
- 635
- 636
- 637
- 638
- 639
- 640
- 641
- 642
- 643
- 644
- 1 - 50
- 51 - 100
- 101 - 150
- 151 - 200
- 201 - 250
- 251 - 300
- 301 - 350
- 351 - 400
- 401 - 450
- 451 - 500
- 501 - 550
- 551 - 600
- 601 - 644
Pages: