Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore BUKU-ENSIKLOPEDI-ISLAM-NUSANTARA-BUDAYA-FULL

BUKU-ENSIKLOPEDI-ISLAM-NUSANTARA-BUDAYA-FULL

Published by SMP Negeri 1 Reban, 2022-07-12 13:47:55

Description: BUKU-ENSIKLOPEDI-ISLAM-NUSANTARA-BUDAYA-FULL

Search

Read the Text Version

berbagai serat atau suluk yang berisi mistik naskah. Kitab-kitab yang dihasilkan antara lain: Jawa dan Islam, sementara Sultan yang (1) Kitab Primbon Bektijamal Adammakna, kedua menciptakan kalender Jawa Islam yang (2) Kitab Adammakna, (3) Kitab Primbon merupakan perpaduan tahun Saka dan Hijriah. Betaljemur, (4) Kitab Primbon Lukmanakim Adammakna, (5) Kitab Primbon Atassadhur Buku primbon yang tergolong awal muncul Adammakna, (6) Kitab Primbon Bektijamal adalah Primbon Jawa Abad Enam Belas (Een Adammakna Ayah Betaljemur (7), Kitab Javanse Primbon Uit De Zestiende Eeuw) yang Primbon Shadhatsahthir Adammakna, (8) berbentuk manuskrip tulis tangan, sezaman Kitab Primbon Qoamarrulsyamsi Adammakna, dengan Buku Sunan Bonang. (9) Kitab Primbon Naklassanjir Adammakna, (10) Kitab Primbon Quraysin Adammakna, Pada mulanya, primbon berisi catatan (11) Kitab Primbon Ajimantrawara Yogabrata pribadi yang diwariskan secara turun menurun. Yogamantra, (12) Kitab Primbon Kunci Penyebaran secara luas dilakukan baru pada Betaljemur dan (13) Primbon Betaljemur abad ke 20. Primbon cetakan paling awal yang Adammakna. berisi 36 halaman terbit pada tahun 1906 oleh De Bliksem. Saat itu, kontennya belum Dari berbagai macam primbon yang ada, disusun secara sistematis. Primbon yang lebih kesusasteraan Jawa ini paling sedikitnya sistematis mucul pada tahun 1930an. Ia tidak mengandung 11 topik yang meliputi: hanya berisi catatan keluarga, tetapi diperluas pranata mangsa (kalender musim), petungan mencakup petunjuk praktis kehidupan. Salah (perhitungan hari berbasis numerik), pawukon satunya adalah Kitab Adammakna yang terdiri (perhitungan wuku), pengobatan (terapi atas beberapa seri dalam bahasa Jawa dan tradisional), wirid (pesan, sugesti atau larang Bahasa Indonesia. bersifat mistik), aji-aji (mantera magis), kidung (syair nasihat dan kata bijak), ramalan/jangka Macam-macam Primbon (prediksi masa depan), tata cara slametan (tata cara ritual Jawa), donga atau mantera (bacaan- Berbagai macam primbon banyak bacaan dari Al-Qur’an) dan ngalamat atau direproduksi oleh Pangeran Tjakraningrat atau sasmita gaib (pertanda atau isyarat gaib). Patih Danuredjo VI sekitar abad ke 19 M melalui upaya penyaduran, penulisan dan penyalinan [Hamdani] Sumber Bacaan Samidi, “Tuhan, Manusia, dan Alam: Analisis Kitab Primbon Atassadhur Adammakna” dalam Jurnal Shahih, Vol. 1, Nomor 1, Januari-Juni 2016. Simuh, 1988, Mistik Islam Kejawen R.Ng. Ronggowarsito, Jakarta: UI Press. __________, 2000, Sufisme Jawa, Yogyakarta: Bentang Budaya. Suseno, Frans Magniz, 1985, Etika Jawa Sebuah Analisis Falsafi tentang Kebijaksanaan Orang Jawa, Jakarta: Gramedia. 392 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Pupuh Bagian dari suatu karangan atau karya bentuk-bentuk puisi, dalam setiap baitnya sastra, yang sering disamakan dengan mempunyai jumlah baris tertentu. Orang yang bab. Pupuh biasanya dikaitkan dengan menyanyikan pupuh disebut juru tembang atau salah satu metrum, sebab dalam sastra Jawa juru mamaos. Istilah pupuh bagi sastra Sunda kuno penulisan sastra selalu menggunakan sama dengan bait, lagu, dan tembang. Bahkan, bentuk puisi. Pengertian pupuh tersebut biasa karya sastra yang dilagukan dapat pula disebut dikenal di sastra Jawa, sedangkan dalam sastra sebagai pupuh dalam sastra Sunda. Berbeda Sunda mempunyai beberapa arti, antara lain dengan sastra Jawa, pupuh disamakan dengan disamakan dengan bait dalam karawitan Sunda, bab dalam suatu karangan karya sastra. Apa disamakan dengan lagu, dan tembang.Contoh yang disebut sastra Sunda sebagai pupuh dalam sastra Sunda, pupuh Kinanti sama tersebut dalam sastra Jawa lebih dekat dengan dengan lagu Kinanti atau tembang Kinanti. sekar Macapat. Istilah pupuh sering dikenal di daerah pulau Jawa, baik Jawa Barat (termasuk Sunda), Jawa Pupuh dalam Sastra Sunda dan Jawa Tengah, dan Jawa Timur (termasuk Madura). Istilah pupuh ini ada beberapa kesamaan dan Perbedaan yang terlihat jelas, pupuh perbedaan dalam sastra Jawa dan Sunda. dalam sastra Jawa itu bagian dari dari suatu karangan atau karya sastra, yang dapat Konteks Pupuh disamakan juga dengan bab. Pupuh biasanya Dalam kesustreraan Sunda dan Jawa, dikaitkan dengan salah satu metrum. Setiap satu pupuh dalam macapat hanya digunakan pupuh disamakan dengan tembang, yaitu satu jenis pola persajakan. Bahkan, kadang- kadang terjadi kerancuan pengertian antara Kumpulan lagu-lagu pupuh sunda mangkoko. pupuh dan nama pola persajakan (Saputra, 1992: 8 dan 19). Sumber : ttps://pemulungbukubekas.blogspot.co.id Kesamaan pupuh dalam sastra Sunda sesungguhnya bisa dimaklumi, karena menurut para ahli, pupuh itu asalnya dari Jawa. Pembagian pupuh baik dalam sastra Jawa, terbagi menjadi empat; sekar kawi (Kakawin), sekar agung, sekar tengahan dan sekar alit. Adapun dalam sastra Sunda, sebagian membaginya dalam dua kategori; sekar ageung dan sekar alit. Termasuk dalam sekar Ageung jumlahnya ada 4 (empat); Kinanti, Sinom, Asmarandana, dan Dangdanggula. Adapun sekar alit, jumlahnya 13, yaitu Balabak, Durma, Gambuh, Gurisa, Edisi Budaya | 393

Jurudemung, Ladrang, Lambang, Megatruh berniat minggat malam hari (Magatru), Maskumambang, Wijil (Mijil), Harita emban talibra Pangkur, dan Pucung. (Suryani, 2011: 69). saat itu emban tidur nyenyak Perbedaan dengan pupuh dalam sastra Jawa, Dikira eta babari jumlahnya 15 (lima belas), yang berbeda itu dikiranya mudah Ladrang dan Lambang. Kaluar ti jero pura keluar dari dalam pura Sekilas Sejarah Pupuh dan Contohnya Henteu aya nu ningali tidak ada yang melihat Istilah pupuh berkembang di Sunda sekitar abad ke-17. Sementara di Jawa, jika mengacu Pupuh 3 Asmarandana pada Macapat asli atau kidung, diperkirakan pada tahun 1541 (abad ke-16). Pada masa Pandita buda geus lami itu adalah tahun-tahun kehidupan para wali pandita Buddha sudah lama songo. Terdapat beberapa naskah kuno yang Di gunung singkep keur tapa menjelaskan tentang wali songo tersebut. bertapa di gunung Singkep Salah satunya naskah Sajarah Lampahing Para Tapi tacan aya keneh Wali Kabeh, 12 Juni 1897. Disebutkan berikut tetapi belum ada juga ini, sekaligus sebagai contoh dari pupuh- Eta the elmu sareat pupuh yang disebutkan di atas. yang disebut ilmu syareat Kawantu pandita Buda Pupuh 1 Dangdanggula maklum Pandita Buddha Sujudna ka dewa agung Dangdanggula bubukaning tulis bersujudnya kepada dewa Dangdanggula pembuka tulisan Henteu aya tingal dua Nu dianggit carita sajarah tidak memiliki pikiran lain Yang digubah cerita sejarah lampahing wali kabeh Pupuh 4 Megatru Perjalanan para wali asalna anu di turun Enggeus sidik Raden ningali ka luhur Asal yang dikutip Raden melihat ke atas jelas basa Jawa tapi ku abdi Taya antarana deui Berbahasa Jawa, tapi oleh saya Tidak ada batas antara diganti basa Sunda Eunteupna di luhur kayu Diganti dengan bahasa Sunda hinggap di atas kayu pamarih nu kadangu Pateep rapet tur pipit Harapan bagi pendengar rapat berhimpitan burung pipit siteri pameget sadaya Dahan kabeh menol bango Lelaki perempuan semuanya cabang melengkung dengan bangau malah mandar aya mangfaat ka diri Mudah-mudahan bermanfaat bagi diri Pupuh 5 Pucung dunya rawuh aherat Di dunia dan akhirat Syeh Nurjati eukeur prihatin kalangkung Syekh Nurjati sdg prihatin sekali Pupuh 2 Kinanti Taya lian tingal Rarasantang nu dicatur tidak melihat yang lain diceritakan Rarasantang Ngan nyipta salira dewek Niat ngalolos ti peuting hanya memikirkan diri sendiri 394 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Anak-anak Sunda sedang bernyanyi pupuh. Di jalanna teu kawarti tidak diberitakan di jalannya Sumber : http://www.wacana.co/2015/09/pupuh-sunda/ Enggalna eta geus cunduk ringkas cerita sudah tiba Syeh Nur Bayan sidik eta geus uninga Enggeus datang ka Judah Syeh Nur Bayan pasti tahu sudah sampai di Jedah Sarta lajeng ka nagari Pupuh 6 Mijil lalu menuju ke negeri Enggeus dongkap eta ka Negara Mekah Kira-kira sarebu jeungkal pasagi sudah tiba di Mekah kira-kira seribu jengkal persegi Kitu cek cerios Kontekstualisasi Pupuh begitulah menurut cerita Enggeus nyieun pager di dinya the Tembang, lagu, puisi, atau seirama sudah membuat pagar di situ dengan hal-hal itu yang dapat menjelaskan Kandang jaga kitu deui kelangsungan dari istilah pupuh saat ini. Dalam begitu juga pos jaga beberapa literatur mutakhir, sejalan dengan Sarta nyieun bumi perkembangan ilmu pernaskahan di perguruan dan membangun rumah bagus tinggi, tampaknya pupuh-pupuh semacam itu di kanoman alus akan tetap lestari. Apalagi, di koran daerah di kanoman (lokal) juga disediakan lembar khusus untuk kelangsungan seni budaya semacam pupuh Pupuh 7 Sinom ini. Dengan demikian kontekstualisasi pupuh dapat dilakukan. Di antara beberapa contoh Tapi eta garwana mah dari Elis Suryani (2011), sebagai berikut: sedang isterinya Ka Mekah the henteu ngiring Pupuh Balakbak tidak ikut ke Mekah Aya monyet tingguntayang dina tangkal Ngantos bae di nagara nerekel menunggu di negerinya Kocapkeun nu angkat deui Edisi Budaya | 395 dikisahkan orang yang bepergian

Jalu bikang jeung anakna sukan-sukan Pupuh Gurisa rarecet Ku Hyang geura laksana Tingcalekroh-tingcalekroh ngakanan Tuh ka nu kempot pipina mangga Jeun teuing lega tarangna Nu asak teu repeh Kacipta the ku hipuna Deungdeuleueun ku kembuna Pupuh Durma Malah omong tatanggana Di mamana panjajah pada marudah Majar teh ngaheungheum gula Lantaran dikiritik Jeun teuing da kuring suka Ku ahli nagara Yen eta lampah jahat Pupuh Jurudemung Tatapi kalah muriding Ya Allah tobat pangeran Ambek-ambekan Duh gusti nu Maha Agung Dasar nu buta tuli Ampun diri abdi Rumaos jalmi sarakah Pupuh Gambuh Kaduhung saageung gunung Tuh itu beurit lintuh Mani rendey anakna sapuluh Pupuh Landrang Arilikan gambarna masing taliti Coba teguh masung telek telik Anakna kabeh ngariung Eta gambar (eta gambar) Saregep hormat ka kolot Sugan naon reujeng di mana ayana [Mahrus el-Mawa] Sumber Bacaan Sapurtra, Karsono H. Pengantar Serat Macapat. Depok: FSUI, 1992 Suryani NS, Elis, Calakan, Aksara, Basa, Sastra, Katut Budaya Sunda. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011 Yunardi, H.E. Badri. Sajarah Lampahing Para Wali Kabeh. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Depag RI, 2009 396 | Ensiklopedi Islam Nusantara

R Rahmatan Lil ‘Âlamîn Rajaban Rebo Wekasan Riyadhah Rukyah Ruwahan



Rahmatan Lil ‘Âlamîn Klausul rahmatan lil ‘âlamîn terdiri dari bagi orang-orang yang beriman kepada tiga kata yaitu rahmah, huruf jar; lâm Rasulullah, membenarkannya dan menaatinya dan al-‘âlamîn. Kara rahmatan berasal saja. Kendati demikian, mayoritas ulama dari rahima-yarhamu-rahmah yang secara menguatkan pendapat pertama. Karena itulah, etimologi berarti ar-ra’fah (kasihsayang), ar- diksi yang digunakan Al-Qur’an adalah al- riqqah (halus) dan at-ta’atthuf (lembut). Huruf ‘âlamîn bukan al-mu’minîn. Artinya rahmat dan lâm berfungsi sebagai kata penyambung yang kasih sayang itu berlaku dan diberikan kepada mengandung kemungkinan dua makna yaitu seluruh makhluk Tuhan. Ibnu Abbas, Ibnu li at-tamlîk (menunjukkan makna kepemilikan Jarir ath-Thabari, Ali ash-Shabuni termasuk [agar/untuk]) dan li at-ta’lîl wa as-sababîyah ulama yang memilih pendapat pertama. (alasan/sebab [karena]). Sementara al-âlamîn adalah bentuk plural dari al-‘âlam yang berarti Dengan demikian Islam adalah semesta, makrokosmos atau semua hal selain agama rahmatan lil ‘alamin. Artinya Islam Allah Swt (makhluk-Nya), (Ibn Manzhur, merupakan agama yang membawa rahmat 2000). dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi Terma rahmatan lil alamin kemudian manusia. Karena itulah baginda Nabi Saw melarang umatnya berlaku semena-mena berkembang menjadi sebuah istilah yang terhadap makhluk, sebagaimana sabdanya: kerap dipakai untuk menyebut universalitas ��‫ﻣﺎ ِﻣﻦ إﻧﺴﺎن ﻗﺘﻞ ﻋﺼﻔﻮ ًرا ﻓﻤﺎ ﻓﻮﻗﻬﺎ ﺑﻐﻴﺮ ﺣﻘﻬﺎ إﻻ ﺳ‬ :‫ وﻣﺎ ﺣ ّﻘﻬﺎ؟ ﻗﺎل‬،‫ �ﺎ رﺳﻮل اﷲ‬:‫ ﻗ�ﻞ‬.‫اﷲ ﻋ ّﺰ وﺟ ّﻞ ﻋﻨﻬﺎ‬ ajaran Islam yang dibawa baginda Muhammad ‫ )رواه‬.‫ وﻻ �ﻘ�� رأﺳﻬﺎ ��� ﺑﻬﺎ‬،‫���ﻬﺎ ﻓ����ﻬﺎ‬ Saw. Padahal secara tekstual terma tersebut (�‫ا��ﺴﺎ‬ sejatinya diambil dari firman Allah Swt: “Tak seorangpun yang dengan sewenang-wenang .‫ّلِلْ َعالَ ِم َي‬ ‫َر ْ َح ًة‬ َّ ‫أَ ْر َسلْ َنا َك‬ ‫َو َما‬ membunuh burung pipit, atau hewan lain yang �ِ‫إ‬ lebih kecil darinya, kecuali Allah akan meminta pertanggungjawaban kepadanya. Dikatakan: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu Lalu apa haknya burung itu ya Rasul?, Rasul (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) menjawab: disembelih lalu dimakan, maka jangan rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyâ’ : diputus lehernya dengan cara dilemparkan.” (HR. 107) an-Nasâ’i) Di antara tujuan utama pengutusan Nabi Hadis di atas menjadi salah satu bukti Muhammad Saw ke muka bumi adalah untuk kuat bahwa Islam adalah agama kasih sayang membawa rahmat, menyebarkan ajaran kasih dan rahmat bagi semesta. Jangankan berbuat sayang, kelembutan dan kesejahteraan bagi zhalim kepada manusia, kepada hewan seperti segenap penghuni alam. Memang terjadi burung pipit atau bahkan yang lebih kecil saja perbedaan di kalangan mufasir mengenai tidak diizinkan. Itulah ajaran rahmat dan kasih makna rahmatan li al-‘âlamîn. Ada yang mengatakan rahmat itu diperuntukkan bagi Edisi Budaya | 399 seluruh makhluk Allah Swt, baik dari jenis manusia, jin, hewan, tumbuhan dan lainnya, baik yang beriman atau kufur. Ada juga yang memahami rahmat itu hanya berlaku

sayang Islam yang secara teknik-operasional secara hitam putih, tapi selalu diambil wajhul dicontohkan oleh baginda Rasul dalam hikmahnya. Dengan demikian, dakwah Islam segenap perjalanan hidupnya, sehingga tidak di Indonesia, khususnya di Jawa, berjalan berlebihan bila beliau pernah mengatakan: cukup damai dan ramah lingkungan. (‫ )رواه ا��ﻬ� ﻋﻦ أ� ﻫﺮﻳﺮة‬.‫إﻧّﻤﺎ أﻧﺎ رﺣﻤﺔ ُﻣﻬﺪاة‬ Dalam konteks negara bangsa, umat Islam Indonesia berhasil mengambil jalan “Sesungguhnya aku adalah rahmat yang tengah antara sistem demokrasi dan sistem dihadiahkan (oleh Allah).” (HR. al-Baihaqi) Islam dengan menjadikan Pancasila sebagai dasar sekaligus falsafah hidup berbangsa dan Rahmatan lil alamin ini juga menjadi bernegara. Pilihan Pancasila sebagai dasar dan falsafah hidup merujuk antara lain kepada karakter dakwah baginda Nabi Saw, sehingga Piagam Madinah yang dijadikan sebagai dasar “negara” Madinah oleh Rasulullah Saw. ketika salah seorang sahabat mengusulkan Artinya, secara teologis, Pancasila menemukan pijakan hukum yang sangat kuat dari praktek agar beliau melaknat kaum kafir Qurays, kenegaraan yang praktekkan Nabi Saw. Selain memiliki akar keagamaan yang cukup kuat, baginda justru bersabda: Pancasila juga merupakan jalan tengah untuk mendamaikan warga bangsa Indonesia di ‫ﻋﻦ‬ ‫ﺣﻤ�ﺪ‬ ‫ﺑﻦ‬ ‫ﻋﺒﺪ‬ ‫)رواه‬ .‫رﺣﻤ ًﺔ‬ ‫ﺑُﻌﺜ ُﺖ‬ ‫إﻧﻤﺎ‬ ‫ﻟَ ّﻌﺎﻧًﺎ‬ ُ ‫ﻟﻢ‬ tegah pluralitas dan hiterogenitas bangsa. ‫أﺑﻌﺚ‬ Kemampuan mendialogkan agama dengan realitas kebangsaan adalah bagian dari (‫ﻋﻜﺮﻣﺔ‬ pengejawantahan konsep Islam rahmatan lil ‘alamin. “Aku diutus bukanlah sebagai pelaknat (tukang kutuk), tetapi aku diutus sebagai pembawa Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, rahmat.” (HR. ‘Abd bin Humaid) muslim Indonesia juga dikenal sebagai muslim yang ramah dan santun. Keramahan dan Ajaran yang mulia ini kemudian kesantunan muslim Indonesia ini terbentuk dilanjutkan oleh sahabat dan terus ditularkan selain karena faktor alam tropisnya, juga kepada tabi’in dan para generasi setelahnya karena faktor doktrin keagamaan yang selalu hingga sampai kepada umat Islam sekarang. mengedepankan hikmah dan rahmah. Doktrim keagamaan yang demikian itu muncul melalui Dalam konteks Indonesia, ajaran Islam konsep ortodoksi Islam yang dalam bidang rahmatan lil ‘alamin yang dicontohkan teologis mengikuti Imam Asy’ari dan Maturidi, oleh baginda Rasul di atas kemudian dalam bidang fikih memilih empat madzhab diejawantahkan dalam semua lini kehidupan (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali) dan dalam masyarakat Muslim. Dalam konteks dakwah bidang tasawuf berafiliasi kepada Imam al- misalnya, bangsa Indonesia diakui dunia Ghazali dan Imam Junaid al-Baghdadi. secara aklamatif sebagai bangsa yang berhasil menyeberkan Islam secara damai dan santun. Tokoh-tokoh di atas adalah representasi Santun dan damai dalam berdakwah itu dari Islam moderat yang selalu menawarkan tentu tidak terlepas dari kadalaman ilmu dan jalan tengah sebagai resolusi konflik atas samudera kearifan para pendakwahnya. berbagai persoalan kehidupan umat. Praktek keagamaan berdasarkan rumusan para imam Sebut saja misalnya wali sanga, di atas, kemudian melahirkan prinsip sekaligus sembilan pendakwah awal di pulau Jawa, sikap keagamaan yang tawassuth (moderat), dalam menjalan dakwah, mereka selalu tawâzun (seimbang), i’tidal (adil) dan tasâmuh mengedepankan dialog dan kompromi (toleran). Dengan menerapkan prinsip- daripada konfrontasi. Kendatipun terpaksa prinsip tersebut, umat Islam Indonesia dapat melakukan jalan konfrontasi, maka cara yang dilakukannya pun tetap mengedepankan rasa persahabatan dan persaudaraan dalam bingkai kebangsaan ataupun kemanusiaan. Secara praksis, metode dakwah yang dikembangkan selalu mengawinkan antara kearifan lokal dengan maqashid syari’ah agama Islam. Menyikapi sebuah persoalan tidak dipandang 400 | Ensiklopedi Islam Nusantara

menampilkan sekaligus mengaktualisasikan mengembangkan konsep ikatan sosial ajaran Islam rahmatan lil ‘alamin. melalui konsep trilogi ukhuwah (tiga konsep persaudaraan), yakni ukhuwah islamiyah Di era modern ini, Ormas Islam yang (sesama Islam), basyariyah (sesama manusia) paling getol menkampanyekan konsep Islam dan wathaniyah (sesama warga negara). rahmatan lil ‘alamin adalah Nahdlatul Ulama Bahkan belakangan ada yang menambah satu (NU). Tercatat sejak periode kepemimpinan bentuk ukhuwah lain yaitu ukhuwah khalqiyah KH. Hasyim Muzadi hingga saat ini (periode (persaudaraan sesama makhluk). Tawaran kepemimpinan KH. Said Aqiel Siraj), NU terus konsep tersebut tentu dalam rangka untuk menggaungkan ajaran tersebut ke segenap menjaga keberlangsungan kehidupan yang penjuru Nusantara bahkan dunia. rahmatan lil ‘alamin (damai dan harmonis) di bawah payung Islam dan kebangsaan. Secara konsepsional, selain mengajarakan empat prinsip tersebut di atas, NU juga [Adib M Islam] Sumber Bacaan Asy’ari, Hadratus Syekh Hasyim. Risalah Ahlis-Sunnah wal Jama’ah: fi Haditsil Mawta wa Asyrathi Sa’ah wa Bayan Mafhumis Sunnah wal Bid’ah, (Jombang: al-Maktabah al-Masruriyah Tebuireng, tt.). Baso, Ahmad. NU Studies: Pergolakan Pemikiran antara Fundamentalisme Islam dan Fundamentalisme Neo-Liberal, (Jakarta: Erlangga, 2006). Ibnu Manzhûr. Lisân al-‘Arab, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1991). Imarah, Muhammad. Karakteristik Metode Islam, (Jakarta 1994). Madjid, Nurcholish. Islam, Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 2008) al-Qardhawy, Yusuf. Pengantar Kajian Islam, terj. (Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar 2002). al-Qurthubi, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshârî. al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân. (Kairo: Maktabah al-Manar, 2000). ath-Thahhan, Musthafa Muhammad. Pribadi Muslim Tangguh, terj. (Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar 2000). Wahid, Abdurrahman. Islamku, Islam Anda, Islam Kita, (Jakarta: The Wahid Institute, 2006). Edisi Budaya | 401

Rajaban Banyak sekali tradisi yang diwariskan Para Ulama terdahulu telah banyak leluhur Jawa secara turun-temurun. mewariskan amalan-amalan besar yang biasa Semua tradisi tersebut tidak bisa lepas mereka kerjakan di bulan Rajab. Hal tersebut dari laku (tata cara) dan petung (perhitungan) merupakan manifestasi atas pengagungan yang rinci. Berbagai macam ritual, prosesi terhadap bulan Rajab. Beragam amal kebaikan ataupun upacara tradisional Jawa ini yang mereka lakukan memberikan satu bertujuan agar mendapatkan keselamatan dan pelajaran penting kepada kita, bahwa bulan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat yang mulia harus diisi dengan tindakan- (Bayuadhy, 2015: 5). Di dalam masyarakat tindakan yang mulia. Imam al-Ghazali dalam Jawa khususnya, banyak jenis tradisi kenduri kitab Mukasyafatul Qulub, menceritakan atau slametan yang masih dilaksanakan sebuah hikayat yang berkaitan dengan sampai sekarang. Tradisi tersebut bermacam- keutamaan Bulan Rajab tersebut. Konon, macam seperti tradisi yang berhubungan tersebutlah seorang wanita di Baitul Maqdis dengan kehamilan, kelahiran, pernikahan Yerussalem, senantiasa membaca surat al- dan kematian serta tradisi yang berhubungan Ikhlas sebanyak dua belas ribu kali setiap dengan penanggalan. Dalam hubungannya harinya di bulan Rajab. Dan setiap bulan itu, dengan penanggalan, masyarakat Jawa dia terbiasa memakai pakaian yang terbuat melaksanakan tradisi kenduri yang telah dari wol. Hingga suatu ketika, wanita tadi jatuh dilaksanakan secara turun-temurun sakit. Dan dalam sakitnya itu, dia berwasiat sebagaimana pada tanggal 27 Rajab yang kepada sang anak agar jika meninggal, maka dikenal dengan tradisi rajaban atau rejeban. dia harus dikafani dengan kain wol yang biasa dia pakai. Singkat cerita, anak tadi lalai Rajaban atau orang Jawa menyebutnya dengan isi wasiat sang ibu. Hingga suatu dengan istilah rejeban yakni perayaan Isra’ malam, datanglah sang ibu menyatakan tidak Mi’raj, perjalanan Nabi menghadap Tuhan rela atas perbuatan sang anak. Ketika sang dalam satu malam (Geertz, 1983: 105). Hampir anak bangun, dan bermaksud menjalankan setiap daerah memiliki tradisi yang mungkin wasiat sang ibu dengan menggali kuburannya, berbeda istilah atau cara perayaannya. Secara ternyata jenazah sang ibu sudah tidak ada bahasa, kata Rajab (‫)ﺭﺟﺐ‬, diambil dari kata lagi di dalamnya. Hingga terdengarlah suara tarjiib (‫)ﺗﺮﺟﻴﺐ‬, secara bahasa bermakna berujar “Tidak tahukan engkau, bahwa orang mengagungkan (‫)ﺗﻌﻈﻴﻢ‬. Diungkapkan yang taat kepada kami di Bulan Rajab, tidak dalam kalimat rajabtu as-sya’ia (‫)ﺭﺟﺒﺖ ﺍﻟﺸﻴﺊ‬, akan kami tinggalkan sendirian” (Al-Ghazali, t.t, bermakna aku mengagungkannya (Al-Azhari, 255). 1964: 39). Rajab bisa bermakna al-ashab, yang berarti dituangkan. Secara filosofis, pengertian Bulan Rajab termasuk dalam bulan harfiyah ini menurut al-Ghazali sejalan dengan arba’atun hurum, yang merupakan empat keutamaan Rajab, dimana pada bulan tersebut bulan yang dimuliakan (disucikan) dari dua Allah menuangkan rahmat-Nya atas orang- belas bulan yang ada pada sisi Allah adalah orang yang bertaubat (Al-Ghazali, t.t, 255). bulan Muharam, Zulqa’dah, Zulhijjah dan 402 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Rajab (Halim, 2002: 31). Pemuliaan terhadap terjadi pada masa kesedihan (Âm al-Huzni) arba’atun hurum merupakan sebuah tradisi karena meninggalnya dua pelindung beliau; yang telah dijalankan oleh kalangan suku-suku istrinya Siti Khadijah dan pamannya Abu Arab sebelum Islam datang, dan ketika Nabi Thalib, sehingga perjalanan Isra’ Mi’raj ini Muhammad saw. datang dengan membawa merupakan pelipur lara dari kesedihan Nabi ajaran Islam dengan menggunakan Al-Qur’an tersebut (Rachman, 2006: 1211). sebagai pedoman ajarannya. Berkenaan tentang arba’atun hurum memberi apresiasi, Peristiwa Isra’ Mi’raj membuktikan yaitu melanjutkan dan mengabsahkan bahwa ‘ilm dan qudrat Tuhan meliputi dan keberlakuannya. Apresiasi Al-Qur’an terhadap menjangkau, bahkan mengatasi, segala yang tradisi penghormatan arba’atun hurum yang finite (terbatas) dan infinite (tak terbatas) mana tradisi tersebut merupakan tradisi tanpa terbatas waktu atau ruang. Pendekatan jahiliyah akan tetapi Al-Qur’an masih yang paling tepat untuk memahami peristiwa mempertahankan dan mengabsahkan tersebut adalah pendekatan imaniy. Salah satu keberlakuan hukumnya (al-Sharqawi, 1986: hal yang menjadi pusat pembahasan Al-Qur’an 69). adalah masa depan rohani manusia demi mewujudkan keutuhannya. Uraian al-Qur’an Rajaban, rejeban atau slametan 27 tentang Isra’ dan Mi’raj merupakan salah Rajab diselenggarakan guna memperingati satu cara pembuatan skema rohani tersebut peristiswa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw, (Shihab, 2013: 531). setahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah (Ahsin, 2006: 125). Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Peringatan rajaban merefleksikan gema tersebut, Rasulullah menerima wahyu berupa Kitab Suci dalam pikiran setiap orang muslim perintah melaksanakan shalat lima waktu dari yang memperingati atau mengerjakan Allah swt. Perintah tersebut merupakan salah berbagai ibadah-ibadah suci lainnya seperti satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan puasa, dzikrullah (Istighfar Rajab), dan oleh seluruh kaum muslim (Aizid, 2015: 159). lain sebagainya di bulan suci itu. Dan pada Kisah peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad gilirannya gema tersebut akan membuat saw. tersebut termaktub dalam QS. al-Isra’ kenangan dalam pikiran dan jiwa orang-orang [17]: 1 yang berbunyi “Maha Suci Allah, yang yang melakukannya dengan hati yang ikhlash telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu karena Allah Ta’ala semata. “Karena keikhlasan malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha inilah yang akan mengembalikan mereka pada yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar keadaan dengan kegembiraan dan keindahan perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda- surgawi”. Di sinilah pengaruh kimiawi atas tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Pawai Rejeban di Yogyakarta 2015. Kandungan yang ada di dalam ayat tersebut Sumber: http://www.rakosa-fm.co.id/ secara implisit menjelaskan bahwa Allah swt, Yang Maha Suci telah memperjalankan (meng- Isra’ Mi’raj-kan) Nabi Muhammad saw. pada malam hari dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Yerussalem (Palestina) untuk kemudian dinaikkan ke langit pertama sampai langit ketujuh hingga sampailah beliau di Sidratul Muntaha (al-Ghaithiy, 2000: 13) guna menerima wahyu berupa perintah shalat lima waktu yang sampai sekarang perintah tersebut wajib dilaksanakan oleh seluruh umat Islam dan menjadi salah satu rukun Islam. Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw. Edisi Budaya | 403

jiwa seseorang dalam menjalankan puasa dan tersebut merupakan aktualisasi dari pikiran, memperbanyak dzikrullah (Istighfar Rajab) keinginan, dan perasaan jamaah untuk lebih di bulan itu akan mempengaruhi jiwanya, mendekatkan diri kepada Tuhan. Upaya terhadap adanya kebenaran. pendekatan diri tersebut dicapai melalui ritual sedekahan, kenduri atau selamatan pada Pada hakikatnya, Isra’ Mi’raj Nabi perayaan rajaban. Muhammad saw. yang termaktub pada ayat pertama surah al-Isra’ ini mempunyai ‘ibrah Mayoritas umat Islam di Jawa yaitu perintah melaksanakan shalat lima memperingati perayaan Isra’ Mi’raj Nabi saw. waktu. Akan tetapi dalam praktiknya, terdapat guna mengingat kembali peristiwa agung yang masyarakat yang mencoba memahami ayat dialami oleh Nabi Muhammad yang mana tersebut ke dalam bentuk sebuah praktek yang dalam peristiwa tersebut beliau memperoleh sudah menjadi salah satu tradisi keislaman wahyu dari Allah swt. berupa shalat lima di Indonesia pada umumnya yakni dalam waktu. Perayaan tersebut sudah menjadi bentuk tradisi atau ritual rajaban. Maka ketika tradisi dan syiar Islam yang turun menurun bulan Rajab tiba, sebagian besar umat Islam dilakukan oleh nenek moyang terdahulu. di Indonesia memperingati rajaban. Umat Dalam memperingati peristiwa Isra’ Mi’raj Islam dari berbagai daerah, berbagai kalangan, Nabi Muhammad yang diperingati oleh berbagai jamaah memperingati hari besar masyarakat Indonesia, Jawa pada khususnya, Islam tersebut dengan menggelar pengajian diadakan dengan berbagai acara tertentu. bersama-sama pada suatu tempat seperti di Misalnya dengan lantunan syair-syair dan masjid, musholla atau lapangan. qasidah pujian, pembacaan kita suci Al-Qur’an dan shalawat Nabi saw, mauidhah khasanah Peringatan rajaban yang sejak zaman yang berisikan hikmah peristiwa Isra’ Mi’raj nenek moyang dulu sampai sekarang masih Nabi Muhammad dan sebagainya. diperingati umat Islam secara kontinyu dan meriah. Dimana umat Islam bertemu, Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi berkumpul bersama sambil membaca bagian- sendiri memperingati hari Isra’ Mi’raj. Cirebon bagian al-Qur’an, dzikir, wirid, uraian tentang misalnya mempunyai tradisi Isra’ Mi’raj yang hikmah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw. jatuh pada tanggal 27 Rajab dalam Kalender dan diakhiri dengan doa khusus yang terkait Hijriah yakni bernama rajaban. Biasanya dengan tujuan ritual tersebut. Rajaban masyarakat Cirebon berbondong-bondong memegang peranan yang sangat penting. pergi berziarah ke Plangon, tempat dua makam Peran tradisi Rajaban tersebut yaitu sebagai penyebar ajaran agama Islam yakni Pangeran salah satu syi’ar Islam serta sebagai penguat Kejaksan dan Pangeran Panjunan. Selain itu ukhuwah islamiyah dan ukhuwah basyariyah. tradisi rajaban juga biasa digelar di Keraton Tradisi Rajaban dapat dikatakan sebagai salah Kasepuhan Cirebon. Keraton Kasepuhan satu syi’ar Islam dikarenakan dalam rangkaian biasanya menggelar pengajian untuk umum kegiatan tradisi tersebut terdapat penyampaian dan melakukan tradisi membagikan nasi mau’izhah hasanah dalam hal ini da’wah bil lisan bogana kepada wargi keraton, kaum masjid, yang diharapkan pesannya dapat sampai pada abdi dalem dan masyarakat mager sari. Nasi jamaah yang mendengarkan. bogana itu terdiri dari kentang, telor ayam, tempe, tahu, parutan kelapa dan bumbu Kemudian hal tersebut berkolaborasi kuning yang dijadikan satu. dengan ritualitas sebagai wujud pengabdian dan ketulusan penyembahan kepada Allah, Berbeda halnya di Yogyakarta, di kota yang sebagian diwujudkan dalam bentuk gudeg ini tradisi rajaban telah ratusan tahun simbol-simbol yang memiliki kandungan dilakukan di Kraton. Nama tradisi tersebut makna mendalam. Simbol-simbol tersebut adalah Rejeban Peksi Buraq yang digelar diantaranya adalah ubarampe (piranti dalam sehari sebelum peristiwa Isra` Mi`raj, tidak bentuk makanan) yang disajikan dalam ritual lain yaitu pada tanggal 26 Rajab. Upacara mampir dalam upacara selamatan rajaban. Hal ini dimaksudkan untuk memberi gambaran 404 | Ensiklopedi Islam Nusantara

“buraq” yang ditunggangi oleh Nabi menjalani ibadah puasa Ramadhan. Syiar Muhammad saat berisra’. Hal itu disimbolkan Islam dapat saja dilakukan dalam bentuk dengan dua ekor burung jantan dan betina acara acara seremonial. Khusus masyarakat yang sedang bertengger di pohon buah-buahan Gorontalo dalam memperingati hari hari besar di taman surga. Burung buraq dibuat dari buah Islam sangat syarat dengan acara tradisional. manggis, rambutan jeruk bali dan juga tebu. Perayaan Isra’ Mi’raj bagi masyarakat Pembuatan miniatur buraq ini dikerjakan Gorontalo di setiap ruang dan dimensi waktu oleh para kerabat dekat Sultan, khususnya di bulan Rajab pelaksanaan secara tradisional kaum putri. Nantinya, gundungan buah itu dengan membaca naskah yang diselesaikan akan dibagikan kepada jamaah masjid usai sepertiga malam sama dengan perjalanan pengajian (Yahya, 2009: 61-62). Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan Isra’ Mi’raj. Naskah klasik Isra’ Mi’raj adalah Di kelurahan Kampung Bukit, kelurahan bentukan hasil pemikiran orang orang Toboali, kecamatan Toboali, kabupaten Bangka Gorontalo terdahulu yang tertulis dengan Selatan, provinsi Bangka Belitung punya huruf Arab Pegon versi Gorontalo sebagai hasil tradisi untuk menyambut hari Isra’ Mi’raj. budaya cipta yang secara substantif memuat Nama tradisi itu adalah Tradisi Nganggung. tulisan tentang ajaran Islam yang memuat Nganggung adalah tradisi membawa makanan sifattun Nabiyyun Muhammad SAW (sifat sifat dari rumah masing-masing menggunakan Nabi Muhammad SAW), memuat konsep Isra’ dulang atau rantang. Makanan yang dibawa Mi’raj dan konsep wafati (cerita wafatnya Nabi biasanya berupa kue, buah-buahan atau Muhammad SAW) sekaligus doa keselamatan nasi lengkap dengan lauk pauknya. Tradisi manusia di dunia dan akhirat. nganggung pada Isra’ Mi’raj biasanya tak hanya dilaksanakan warga Kampung Bukit, Memperhatikan uraian tersebut di atas tetapi juga warga desa lain di Bangka Selatan. mengantarkan kita kepada suatu etos di kalangan para ulama yang amat patut untuk Tradisi rajaban dilaksanakan oleh kesekian kalinya kita renungkan, yaitu etos masyarakat Gorontalo pada bulanRajab, “al-muhâfadzah ‘ala al-qadîm al-shâlih wa al- baik secara individual, kelompok atau dan akhdzu bi al-jadîd al-ashlah” (memelihara yang dilaksanakan oleh pengurus masjid, lembaga lama yang baik dan mengambil yang baru pendidikan sampai pada dinas instansi dan yang lebih baik). Sedangkan perayaan Isra’ jawatan. Hasil penelusuran penulis di lapangan, Mi’raj yang dilaksanakan secara tradisional pada umumnya pada acara di tingkat lembaga oleh masyarakat Gorontalo mempunyai syair pendidikan dan instansi jawatan, institusi tersendiri untuk mengingat kembali perjalan kemasyarakatan, masjid, musholah, surau atau Rasulullah yang oleh Atho Mudzhar dipandang di lingkungan keluarga perayaannya melalui bahwa kegiatan semacam ini dikategorikan penyampaian hikmah oleh mubaligh dan sebuah budaya Islam lokal yang syarat dengan mubaligha serta doa dan dilanjutkan dengan simbol-simbol dan penjabaran naskah-naskah membaca naskah Isra’ Mi’raj yang bacaan tua budaya keagamaan (Mudzhar, 1998: 20). harus dihabiskan dalam sepertiga malam sama dengan waktunya Nabi Muhammad SAW Di Pekalongan, Jamaah Ummahatur melaksanakan Isra’ Mi’raj. Rifa’iyah melaksanakan tradisi rajaban tak ubahnya seperti jamaah yang lain. Akan Naskah Isra’ Mi’raj yang tertulis dengan tetapi ada beberapa hal yang membedakan bentuk huruf arab pegonversi Gorontalo rajaban Jamaah Rifa’iyah dengan jamaah sebuah bentuk budaya cipta yang lahir yang lain. Salah satunya adalah bahwa yang dari pemikiran dankreativitas orang orang melaksanakan kegiatan atau tradisi rajaban terdahulu yang menunjukkan syiar Islam ini hanyalah Jamaah perempuan atau yang dijabarkan dalam acara yang dimensi disebut dengan Jamaah Ummahatur Rifa’iyah. waktu di setiap bulan Rajab dilaksanakan Beberapa acara yang dilaksanakan dalam secara meriah sebagai tanda agar masyarakat kegiatan rajaban tersebut, seperti diawali segera membenahi diri untuk persiapan Edisi Budaya | 405

dengan membaca kitab Arja’ (Salah satu kitab setiap bulan Rajab bagi masyarakat karangan K.H. Ahmad Rifa’i yang di dalamnya Indonesia mencirikan karakter syiar Islam dibahas mengenai hikayah Isra’ Mi’raj Nabi yang tidak mengabaikan unsur-unsur lokal Muhammad saw), tilawah Al-Qur’an, membaca karena memberi nilai spiritual yang tinggi shalawat Nabi saw, acara inti yakni pengajian dalam pandangan hidup masyarakat yang (mauidhah khasanah) untuk kemudian secara kreatif terbukanya ruang gerak bagi diakhiri dengan doa majlis. Upacara ritual individu untuk aktif mengkonstruk realitas tradisi rajaban jamaah Ummahatur Rifa’iyah keberagaman dalam rangka mengkritisi konsep merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Isra’ Mi’raj yang selama ini sangat familiar Allah swt. yang termasuk dalam kategori di kalangan masyarakat Islam tradisional. mencari ilmu sebagai bekal hidup di dunia dan Masyarakat Nusantara adalah masyarakat di akhirat kelak. adat, yang menempatkan adat bersendikan syara’ dan syara’ bersendikan kitabullah, Rajaban dapat juga dikatakan sebagai hari sehingga secara kultural, masyarakat kita raya dan hari kasih sayang jamaah Ummahatur sangat menghargai tradisi-tradisi baik secara Rifa’iyah. Dikatakan demikian karena dalam simbolik, yang bernuansa pesan-pesan moral praktiknya usai rangkaian acara ditutup, para yang islami tetap dipelihara dan dilestarikan. jamaah saling tukar hadiah pada jamaah lain dalam bentuk buah tangan (jajan) dalam ritual Adanya pelaksanaan ritual tradisi mampir. Ritual mampir tersebut dilakukan rajaban akan menambah keyakinan serta dengan cara mendatangi setiap rumah jamaah meningkatkan keimanan seseorang yang yang dekat dengan masjid atau mushola tempat dengan khusyu’ memahami hakikat diselenggarakannya tradisi rajaban. Tradisi pelaksanaan rajaban. Karena dari adanya rajaban berperan sebagai penguat ukhuwah pelaksanaan rajaban tersebut mengingatkan islamiyyah dan ukhuwah basyariyyah antar umat muslim bahwa Nabi Muhammad saw. sesama umat Islam. Hal ini dapat dibuktikan telah di-Isra’ Mi’rajkan oleh Allah swt. dan dengan melihat adanya ritual mampir setelah hasil dari peristiwa tersebut adalah perintah seluruh rangkaian kegiatan dalam tradisi melaksanakan shalat lima waktu yang rajaban selesai dilaksanakan. merupakan salah satu rukun Islam. Semangat perayaan peringatan Isra’ [M Ulinnuha] Mi’raj secara tradisional yang dilaksanakan Sumber Bacaan Aizid, Rizem. Islam Abangan dan Kehidupannya: Seluk Beluk Kehidupan Islam Abangan. Yogyakarta: DIPTA, 2015. Azhari al-. Tahdzib al-Lughah, Juz 2. Kairo: Al-Dar al-Mishriyah, 1964. Bayuadhy, Gesta. Tradisi-tradisi Adiluhung Para Leluhur Jawa. Yogyakarta: Dipta, 2015. Geertz, Clifford. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa Terj. Aswab Mahasin dengan judul asli The Religion of Java. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983. Ghaithiy al-, Syekh Najmuddin. Menyingkap Rahasia Isra’ Mi’raj Rasuullah saw. terj. K.H. Abdullah Zakiy al-Kaaf dengan judul asli Qishatul Mi’raj wa al-Mi’rajul Kabir. Bandung: CV Pustaka Setia, 2000. Ghazali al-. Mukasyafatul Qulub (Rahasia Ketajaman Mata Hati). Surabaya: Terbit Terang, t.t. Hafidz al-, Ahsin W. Kamus Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Amzah, 2006. Halim, Abdul. Ensklopedi Haji dan Umrah Ed. I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Mudzhar, Atho. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka pelajar. 1998. Rachman, Budhy Munawar. Ensiklopedi Nurcholis Madjid: Pemikiran di Kanvas Peradaban, Editor Ahmad Gaus AF, et.al. Cet. I. Jakarta: Mizan, 2006. Sharqawi al-, Effat. Filsafat Kebudayaan Islam, Terj. Ahmad Rofi’ Usmani. Bandung: Pustaka, 1986. Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 2013. Yahya, Ismail. Adat-adat Jawa dalam Bulan-bulan Islam Adakah Pertentangan. Solo: Inti Medina, 2009. Gambar: Kirab Budaya Nyekar Leluhur bersama seluruh warga kampung Sagan dalam rangka Merti Kampung Gelar Budaya Rejeban di Sagan, Gondukusuman 406 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Rebo Wekasan Secara bahasa, “Rebo” merupakan Sebagian yang lain memahami kata kasan nama hari dalam bahasa Jawa yang merupakan penggalan dari kata wekasan sama maknanya dengan ‘hari rabu’ yang dalam bahasa Indonesia mempunyai dalam bahasa Indonesia, ‫( أرﺑﻌﺎء‬Arab), atau arti pesanan. Berangkat dari teori ini istilah ‘Wednesday’ (Inggris); sedangkan “Wekasan” rebo kasan berarti hari Rabu yang spesial dalam bahasa jawa berarti ‘akhir’ (the end / tidak seperti hari-hari Rabu yang lain. Seperti ��‫)���ﺎ‬. “Rebo Wekasan” berarti “Rabu Terakhir”. barang pesanan yang dibikin secara khusus dan tidak dijual kepada semua orang. Kesimpulan Secara etimologis, istilah rebo wekasan ini bisa dipahami karena rebo kasan memang berasal dari dua kata yaitu rebo dan wekasan. hanya terjadi sekali dalam setahun dimana Menurut Sudarmanto (2014: 275), kata rebo para sesepuh manti–manti (wekas) agar hati- berarti nama hari dalam bahasa Jawa, yaitu hati pada hari itu. Selain kedua versi tersebut Rabu dalam bahasa Indonesia, Wednesday ada satu lagi yang mengasumsikan bahwa (Inggris), ‫( أرﺑﻌﺎء‬Arab), Çarşamba (Turki), kata kasan berasal dari kata bahasa Arab, ‫( ﭼھﺎرﺷﻨﺒﮧ‬Persia), atau hari keempat dalam hasan yang berarti baik. Barangkali kata kasan perhitungan satu minggu. Sedangkan wekasan yang berarti baik sengaja dibubuhkan untuk berasal dari bahasa Jawa ‘wekas’ (Achmadi, memberi sugesti pada umat atau masyarakat 2013: 27-28) yang berarti yang paling akhir/ agar tidak terlalu cemas dengan gambaran the end/��‫( ���ﺎ‬Pijper, 1984: 171). Rebo wekasan yang ada pada hari rebo wekasan tersebut (al- berarti hari Rabu yang terakhir dari bulan Marbawi, 1987: 126). Safar (bahasa Jawa: Sapar). Dalam kalender Hijriyah, bulan Safar merupakan bulan kedua, Secara terminologi, rebo wekasan dapat yaitu Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul didefiniskan sebagai bentuk ungkapan yang Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, menjelaskan satu posisi penting pada hari Sya’ban, Ramadhan, Syawwal, Dzulqa’dah, dan Rabu di akhir bulan khususnya pada akhir Zulhijjah. bulan Safar untuk kemudian dilakukan berbagai macam ritual seperti (1) shalat tolak Istilah rebo wekasan disebut juga dengan balak; (2) berdoa dengan doa-doa khusus; (3) rebo kasan, rebo pungkasan dan dalam istilah minum air jimat; dan (4) selametan, sedekah, masyarakat Madura dikenal dengan rebbu silaturrahim, dan berbuat baik kepada sesama, bhekkasan. Istilah rebo wekasan sering supaya terhindar dari berbagai musibah yang digunakan oleh masyarakat Jawa Timur, sedang turun pada hari Rabu akhir di bulan Safar. istilah rebo kasan atau rebo pungkasan banyak Menurut kepercayaan sebagian masyarakat, digunakan oleh masyarakat Jawa Tengah dan termasuk masyarakat Jawa dan Madura, Jawa Barat. Kata kasan merupakan penggalan sifat bulan Safar hampir sama dengan bulan dari kata pungkasan yang berarti akhir dengan sebelumnya yang merupakan kelanjutan dari membuang suku kata depan menjadi kasan. Edisi Budaya | 407

bulan Suro (Muharram), yang diyakini sebagai sedikit menggesernya menjadi sesuai dengan bulan yang penuh bencana, balak, malapetaka tahun Hijriyah. Bulan pertama (Muharram) dan kesialan (hadis Abu Daud: No. 3414). Hal di Jawa dinamakan Sura, berhubung dengan ini membuat beberapa kalangan masyarakat hari perayaan kesepuluh (Asyura). Setelah menganggap perlunya mengadakan tradisi berpuasa (puasa sunat) dihidangkan bubur ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan sura, upacara yang harus dihubungkan di satu dan sekaligus sebagai penghormatan kepada pihak dengan perayaan kesuburan zaman pra- leluhur. Islam. Artinya sejarah mengatakan bahwa saat Islam datang dan masuk ke dalam budaya Rebo wekasan merupakan fenomena Jawa, Islam sendiri tidak menghapus tetapi yang terjadi di masyarakat karena faktor menumpangi sehingga tidak menggeser akulturasi budaya Jawa dengan Islam secara kebudayaan di Jawa. intensif. Islam di wilayah Jawa memiliki karakter tersendiri karena banyak prosesi Upacara Rebo Wekasan atau sering ritual keagamaan yang sebenarnya merupakan diperpendek Rebo Kasan merupakan ritual produk animisme, dinamisme, Hinduisme dan yang dilaksanakan sekali dalam satu tahun, Budhisme dipertahankan dalam bingkai dan yaitu setiap hari Rabu akhir pada bulan nilai-nilai Islam, seperti dengan pemberian doa Safar, bulan kedua dari 12 bulan penanggalan secara Islam dan tradisi kenduri, selamatan dan Hijriyah. lain-lain. Faktor yang melatar belakangi rebo wekasan adalah pembingkaian adat dan tradisi Hari tersebut dipercaya sebagai hari non Islam dengan nilai-nilai Islam tersebut diturunkannya bala bencana ke alam dapat terwujud karena warisan budaya Jawa dunia. Atas dasar itulah dilakukanlah ritual yang halus dapat dipertahankan dan menyatu keagamaan berupa ibadah, doa-doa, dan apabila dipadukan dengan unsur-unsur Islam. sedekah. Tradisi ini di Indonesia dikenal khususnya di Pulau Jawa, Bangka Belitung, Menurut Denys Lombard bulan Safar dan beberapa daerah di Kalimantan Selatan. (rebo wekasan) merupakan kutub negatif. Orang tidak keluar rumah dan menghindari Tradisi upacara rebo wekasan ini adalah segala kegiatan, untuk mengenang Nabi salah satu bentuk dari kepercayaan masyarakat Muhammad sakit. Hari itu juga merupakan yang bisa dikatakan tradisi nenek moyang hari yang kurang baik menurut penanggalan (Yusuf, 2011: 11). Sudah menjadi tradisi di pra-Islam (Lombard, 1996: 240). Dikatakan kalangan sebagian umat Islam terutama di dalam penanggalan-penanggalan pra-Islam masyarakat Islam Indonesia, seperti halnya itu pertama-tama menunjukkan indikasi- di Palembang, Lampung, Kalimantan Timur, indikasi hari yang baik dan yang buruk. Suatu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, indikasi waktu tertentu selalu akan tampak Yogyakarta, dan kemungkinan sebagian kecil mengandung potensi ini dan itu, dan orang masyarakat Nusa Tenggara Barat. Tradisi yang berkepentingan harus memperhitungkan rebo wekasan dilaksanakan dengan beberapa dengan perhitungan “ala ayu” waktu karena ragam cara. Ada yang merayakan dengan cara itulah cara menghindari bencana yang besar-besaran, melaksanakan haul sesepuh mengancam. Tetapi penanggalan Islam dan tahlilan bersama, ada yang merayakan sebaliknya, mencoba meratakan semua secara sederhana dengan membuat makanan ketidaksamaan itu dengan tujuan mengangkat yang kemudian dibagikan kepada tetangga, persepsi waktu yang secara mendasar bersifat namun diawali dengan tahmid, takbir, zikir dan netral, koheren dan seragam. tahlil serta diakhir dengan doa. Ada juga yang merayakan dengan melakukan shalat rebo Satu hal yang menarik adalah melihat wekasan atau shalat tolak balak, baik dilakukan bagaimana perayaan-perayaan Islam sendiri-sendiri maupun secara berjamaah. menumpangi perayaan-perayaan yang terkait Bahkan ada yang cukup merayakannya dengan dengan ritme tahun matahari, dan sedikit demi jalan-jalan ke pantai untuk mandi yang 408 | Ensiklopedi Islam Nusantara

dimaksudkan untuk menyucikan diri dari Wekasan adalah kitab-kitab klasik yang rata- segala kesalahan dan dosa. rata ditulis pada akhir abad 17 M dan awal abad 18 M. Kitab-kitab rujukan ini adalah hasil Sejarah karya para cendekiawan Islam yang bukan berasal dari tanah Jawa. Oleh karena itu ada Tradisi ritual Rebo Wekasan telah menjadi yang berpendapat bahwa ritual Rebo Wekasan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bukan budaya asli budaya Jawa meskipun keagamaan masyarakat muslim di beberapa menggunakan istilah Jawa. Di antara kitab- tempat di Jawa seperti Madura, Gresik, kitab rujukan yang digunakan adalah: Probolinggo, Situbondo, Pasuruan (Jawa Mujarrabat al-Dairabi al-Kabir karya syekh Timur), Yogyakarta (DIY), Demak, Cilacap Ahmad al-Dairabi, Kanzun al-Najah karya (Jawa Tengah), Cirebon, Tasikmalaya (Jawa Syekh Abd al-Hamid al-Qudsi, al-Jawahir al- Barat), Pandeglang, Serang (Banten), dan Khams karya Syekh Muhammad Khatir al-Din sebagainya. al-Atthar, Syarah Sittin, Khazinat al-Asrar dan lain-lain. Kepercayaan atas keunikan Rebo Wekasan berkaitan dengan keyakinan bahwa Fenomena rebo wekasan dilatarbelakangi Allah menurunkan bala dan bencana pada adanya pendapat Abdul Hamid Quds yang hari tersebut. Atas dasar hal itu masyarakat dituangkan dalam kitab Kanzun Najah kemudian meyakini bahwa hari tersebut adalah wa-Surur fi Fadhail al-Azminah wa-Shuhur. hari buruk untuk memulai atau melaksanakan Dijelaskan dalam kitab tersebut, setiap tahun aktivitas tertentu. Mereka menghindari Rebo pada hari Rabu terakhir di bulan Safar, Allah Wekasan dalam melangsungkan akad nikah, menurunkan 320.000 macam bala bencana melakukan perjalanan, memulai membangun ke bumi. Hari tersebut dianggap sebagai rumah, memulai usaha, dsb karena dipandang hari yang terberat sepanjang tahun. Maka akan membawa dampak buruk pada hasil barangsiapa yang melakukan shalat 4 rakaat, yang akan dicapai. Sebagai gantinya, mereka di mana setiap rakaat setelah surat al-Fatihah kemudian melakukan ritual-ritual agama dibaca surat al-Kautsar 17 kali, lalu surat al- seperti salat, doa-doa, dan sedekah dengan Ikhlas 5 kali, surat al-Falaq dan surat an-Naas harapan agar terhindar dari segala bala’ yang masing-masing sekali; kemudian setelah salam diturunkan pada hari tersebut. membaca do’a, maka Allah dengan kemurahan- Nya akan menjaga orang yang bersangkutan Disebutkan dalam beberapa sumber dari semua bala bencana yang turun di hari itu referensi Islam Klasik bahwa salah seorang sampai sempurna setahun. Waliyullah yang telah mencapai makom kasyaf (mendapatkan ilmu tentang sesuatu yang sulit Kegiatan serupa dalam mengartikan dimengerti orang lain seperti hal–hal gaib) bulan Safar sebagai bulan bencana adalah mengatakan bahwa dalam setiap tahun Allah sebagaimana dikisahkan oleh al-Syeikh swt. menurunkan bala’ (penyakit, bencana, Muhammad bin Atwi al-Maliki al-Hasani, dalam kejahatan, dsb.) sebanyak 320.000 macam kitabnya Abwab al-Faraj, Pasal pengobatan dalam satu malam. Oleh karena itu Wali dengan ayat syifa (penyembuh), mengkisahkan tersebut memberi nasehat mengajak pada al-lmam al-Syeikh Abu al-Qashim al-Qusyairi umat untuk mendekatkan diri kepada Allah Rahimahullah memiliki anak dalam kondisi dan memohon agar dijauhkan dari semua sakit keras sehingga hampir berputus asa bala’ yang diturunkan pada hari itu dengan melihat anaknya. Dalam tidurnya ia mimpi membaca doa-doa keselamatan dan tolak bala. bertemu dengan Nabi dan ia menyampaikan Atas dasar itulah ritual yang dilakukan pada kondisi sakit anaknya, dan Nabi berkata; hari Rebo Wekasan bersifat bersifat tolak bala. “apakah engkau tidak mengetahui ayat-ayat syifa di dalam al-Qur’an?”. Kemudian al-lmam Sumber-sumber rujukan yang biasa al-Syeikh Abu al-Qashim al-Qusyairi segera digunakan sebagai landasan ritual Rebo mencari ayat-ayat yang dimaksud Rasulullah Edisi Budaya | 409

tersebut. Ditemukanlah enam ayat dalam al- yang ada di masyarakat Yogyakarta dengan Qur’an yang mengandung kata syifa, yaitu Gresik Jawa Timur. Tradisi rebo wekasan di yang terdapat dalam surat at-Taubah (14), Yogyakarta dianggap sakral dan penting, Yunus (57), surat al-Nahl (69), surat al-Isra karena menurut cerita pada hari Rabu terakhir (82), dan surat al-Syu’ara (80). Kemudian tersebut merupakan waktu pertemuan antara beliau menulis ayat-ayat tersebut di atas Sri Sultan Hamengkubuwono I dengan Mbah kertas dan memasukkannya ke dalam air dan Kyai Faqih Usman, seorang ulama Islam disuguhkan kepada anaknya untuk diminum terkenal di Yogyakarta. Tradisi rebo wekasan sebagai penawar, maka kemudian sembuhlah atau rebo pungkasan dilaksanakan sebagai anak tersebut dari penyakitnya. Adapun wujud ungkapan rasa syukur kepada Allah ketujuh ayat yang disebut di dalam kitab Tajul SWT. Puncak acara dalam tradisi ini adalah Muluk terdapat dalam surat Yasin (58), surat kirab lemper (makanan yang terbuat dari ash-Shafat (79, 109, 120, 130), surat al-Zumar beras ketan), seperti halnya yang terjadi pada (73), dan surat al-Qadar (5) (Arsyad, 2005: 9). masyarakat`desa Wonokromo. Lemper ini dikirab dari masjid desa Wonokromo menuju Atas dasar pendapat dan kisah tersebut, balai desa Wonokromo (Mulyadi, 1983: 4). sebagian masyarakat menyakini bahwa bulan Safar adalah adalah bulan sial sehingga harus Asal-usul rebo wekasan dalam pandangan mengadakan sebuah ritual untuk menolak bala masyarakat Gresik yaitu sejak sejarah bencana sebagaimana tradisi-tradisi selamatan keberadaan upacara rebo wekasan pada zaman lainnya yang diperingati untuk memperoleh Kanjeng Sunan Giri (Raden Paku) yang keselamatan. Fenomena tersebut merupakan mensyukuri sebuah masjid serta sumber bentuk pengalaman subjektif atau pengalaman air yang ditemukan di desa Suci pada hari fenomenologikal terhadap kesadaran pokok Rabu akhir bulan Safar. Pada tengah malam seseorang, dalam hal ini adalah pengalaman- itu Sunan Giri mengajak para santri dan pengalaman ritual yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk mandi keramas masyarakat yang menyakini turunnya bencana serta mengajak shalat dua rakaat secara di bulan Safar. berjamaah pada hari Rabu terakhir, banyak turun balak, maka untuk menghindarinya Hal itu dikuatkan dengan pendapat- mereka mengadakan selametan dan selametan pendapat yang didapatkan sebagian besar tersebut dikenal dengan rebo wekasan (Sa’adah, dari cerita mulut ke mulut dari para orang 2011: 34-35). tua ke generasi selanjutnya, sehingga tidak ada yang dapat memastikan darimana ritual Setidaknya ada dua makna yang perayaan ini berasal meskipun sudah tersebar terkandung dalam perayaan rebo wekasan bagi dimana-mana. Bahkan mungkin ada sebagian masyarakat muslim, kedua makna tersebut masyarakat Malaysia dan juga Pattani (sebuah adalah makna yang sangat sakral dan makna provinsi bagian selatan Thailand) juga ulama ketenangan. Sebagian masyarakat muslim Pattani yang menyebut tentang kena’asan kebanyakan mereka meyakini bahwa hari Rabu terakhir. Menurut cerita (gugon tuhon), Rabu terakhir bulan Safar atau rebo wekasan rebo wekasan adalah sebuah kepercayaan untuk mempunyai makna yang mendalam dan memperingati hari berkabungan dimana nabi disakralkan karena dianggap hari nahas, hari Muhammad SAW. sakit dan wafatnya tepat di dimana Allah SWT. menurunkan 320 ribu hari Rabu akhir bulan Safar. Maka, terdapat balak, hari yang menakutkan atau hari yang sebagian masyarakat yang menganggap pada bisa menjadikan seseorang mendapatkan hari itu membawa kesedihan. bahaya. Kemudian sebutan hari nahas ini menurut beberapa orang berdasarkan pada Untuk cerita dari mulut ke mulut tafsir QS. al-Qomar yang artinya dari para orang tua, hal ini menimbulkan perbedaan beberapa versi sehingga menjadi “Sesungguhnya Kami telah menghembuskan berbeda nuansa ritualnya. Seperti kejadian kepada mereka angin yang sangat kencang pada 410 | Ensiklopedi Islam Nusantara

hari nahas yang terus menerus. (QS. al-Qomar bencana yang diturunkan. [54]: 19) 4) Slametan. Pada sebagian masyarakat Bentuk Ritual disamping ritual-ritual di atas dilakukan pula upacara slametan, yakni bersedekah Pada dasarnya rangkaian ritual Rebo membagikan nasi pada tetangga dan saudara. Wekasan dapat berbeda-beda di setiap daerah. Di beberapa daerah dikenal pula ngapem Hal ini berkaitan dengan kearifan lokal (membuat kue apem) untuk disedekahkan. masyarakat setempat. Beberapa ritual umum Saat ini bahkan sedekah itu sudah bervariasi, yang dapat ditemui dalam upacara Rebo tergantung kesanggupan misalnya berupa Wekasan yaitu: makanan ringan atau pun sekadar air minum. Makanan-makanan yang akan disedekahkan 1) Solat Rebo Wekasan atau Solat Tolak itu umumnya di bawa ke suatu tempat umum Bala (li daf ’i al-balā`), yaitu salat sunat mutlaq misalnya musalla dan kemudian dibagikan sebanyak 4 rakaat. Pada setiap raka’at di atau dimakan bersama-sama setelah rangkaian dalamnya membaca al-Fatihah 1 kali, Surat al- doa-doa selesai dilakukan. Sebagaimana ritual Kautsar 17 kali, surat al-Ikhlash 15 kali dan al- lainnya, sedekah slametan juga dilakukan Falaq-an-Nas 1 kali. Salat ini dilakukan dengan sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada harapan untuk memohon agar dapat terhindar Allah dengan didasari harapan diselamatkan dari bala bencana yang dipercayai diturunkan dari segala bentuk bala bencana. Allah pada hari itu. Pelaksanaan tradisi ritual Rebo Wekasan 2) Zikir dan doa, yaitu rangkaian ritual berkisar antara setelah salat Subuh sampai adat dengan cara membaca doa-doa yang setelah salat Ashar, kira-kira mulai pukul khusus dipimpin oleh tokoh setempat yang 05.00 sampai 16.00. Pada masyarakat Madura, tujuannya, selain untuk mengingat Allah salat Rebo Wekasan dilakukan pada waktu juga untuk memohon agar bala bencana yang Duha. Hal ini dipandang lebih utama karena diturunkan pada hari itu tidak mengenai perlindungan dari Allah swt diyakini turun mereka. Saat ini, rangkaian zikir dan doa pada waktu tersebut. Selain di tempat ibadah sering ditemukan dalam bentuk pembacaan seperti musalla, ritual Rebo Wekasan juga ada Alquran Surah Yasin 3 kali atau al-Barzanji/al- yang melakukannya di rumah masing-masing, Dzibai, selawatan, dsb. yang tujuannya adalah karena meskipun di pusatkan di musalla salat untuk mendapatkan syafaat dari Nabi SAW Rebo Wekasan dilakukan secara sendiri-sendiri agar terhindar dari segala bencana yang jatuh (tidak berjamaah). Hanya zikir dan doa-doa pada hari Rebo Wekasan. yang biasanya dilakukan secara bersama-sama. 3) Minum air jimat, yaitu meminum Seperti muslim Jawa lainnya, sebagian air yang telah direndam tulisan wifiq khusus masyarakat juga melakukan ritual-ritual ke dalamnya. Wifiq yang tertulis dengan khusus pada hari rebo wekasan ini. Ritual ini menggunakan angka-angka Arab merupakan merupakan suatu bentuk upacara tradisional simbol nama empat malaikat, Jibril, Mikail, yang dilakukan dengan maksud untuk Israfil dan Izrail dengan disertai tulisan ayat- menghindari marabahaya yang datang di ayat salamah, yaitu tujuh ayat Alquran yang hari Rabu yaitu dengan melaksanakan shalat diawali dengan lafal “Salāmun” : “Salāmun sunnah 4 rakaat dan membuang rajah di sumur Qaulam-mir-robir-roḥīim, Salāmun ‘alā nūḥin (sumber air) sebagai tumbal agar terhindar fil-‘ālamīn, “Salāmun ‘ala Ibrāhīm, “Salāmun dari segala marabahaya serta membaca bacaan- ‘alā Mūsā wa Hārūn, Salāmun ‘alā Ilyāsīn, bacaan tertentu dan bersedekah (Muthohar, Salāmun ‘alāikum ṭibtum fadkhulū-hā khālidīn, 2012: 77-78). Berkenaan dengan shalat Salāmun hiya ḥattā maṭla’il-fajr.” Meminum air sunnah, setelah rakaat pertama membaca randaman doa-doa tersebut dipercaya dapat surat al-Kausar 11 kali, rakaat kedua membaca menyelamatkan seseorang dari segala bala surat al-Ikhlas 11 kali, rakaat ketiga membaca Edisi Budaya | 411

surat an-Naas 11 kali. Setelah salam, membaca Terdapat keunikan dalam praktik ritual shalawat dan membaca doa yang intinya rebo wekasan di desa Sukoreno Jember, salah mohon kepada Allah SWT. memberikan dan satunya adalah menuliskan ayat-ayat Al- terhindar dari segala macam balak. Dengan Qur’an diatas piring porselen putih, kemudian demikin maka penyakit, marabahaya tidak dicelupkan ke dalam air, dan diminum yang akan pernah datang (Achmadi, 2013: 28). berkhasiat sebagai pencegah dari bencana- bencana yang turun pada hari tersebut. Praktik Setelah mereka melakukan ritual penulisan ini disebut dengan pembuatan jimat. sebagaimana di atas, mereka merasakan Ayat-ayat yang terdapat dalam tulisan jimat ketenangan dalam hati serta tidak was-was merupakan potongan-potongan ayat dari akan bahaya yang menimpanya. Dengan beberapa surat Al-Qur’an, seperti surat Yasin meyakini bahwa setelah melakukan ritual ayat 8, as-Shaffat ayat 79-80, 109-110, 130- dengan segala rangkaiannya ia merasa tenang 131, surat az-Zumar ayat 73, surat ar-Ra’d ayat karena sudah berusaha dengan berdo’a, shalat 24 dan surat al-Qadr ayat 5 (Syamsudin, 2007: li daf ’il bala’, melakukan sedekah yang menurut xi-xiv). keyakinan orang Islam sebagai penolak balak karena berdasarkan hadis, bahwa shadaqah Rebo wekasan yang dirayakan oleh akan menolak segala bahaya. Di samping itu, masyarakat Gresik dan Yogyakarta lebih ia sudah merasa berusaha untuk meminum bernuansa kirab budaya dan rasa syukur atas air yang telah diberikan wafaq atau rajah nikmat Allah yang mereka terima, karena asal- yang berisi tulisan-tulisan Al-Qur’an, dengan usulnya berbeda. Sementara itu, secara umum harapan mendapatkan berkah dari tulisan masyarakat justru perayaan rebo wekasan tadi. Seandainya perbuatan yang mereka ini dengan nuansa perihatin karena diyakini lakukan itu kurang ada tuntunannya menurut bahwa pada hari Rabu terakhir pada bulan teks-teks Al-Qur’an atau hadis, mereka masih Safar Allah telah menurunkan 320 ribu balak mengatakan itu sekedar ibadah afdhaliyatu (marabahaya) kepada umat manusia. Sehingga a’mal dan tentu tetap mendapatkan pahala. pada hari itu umat manusia dianjurkan selalu Dari keyakinan-keyakinan inilah mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan cara merasa puas bahagia, tenang, tentram tidak berdoa selamatan dan shalat tolak-balak. merasa takut dalam menjalani hari-hari mereka pada hari rebo wekasan (Muthohar, Berbeda dengan tradisi rebo wekasan yang 2012: 78-80). dilaksanakan masyarakat desa Gambiran merupakan tradisi yang diwariskan secara Dalam prosesinya sendiri terdapat turun-temurun, yang didasarkan atas perbedaan antar daerah. Misalnya upacara keyakinan masyarakat bahwa pada Rabu rebo wekasan di Cirebon, tradisi rebo wekasan terakhir di bulan Safar akan turun balak diadakan dengan beberapa kegiatan, seperti dari langit sejumlah 320.000 macam balak. doa tolak balak, ngirab mandi, tarwuji Keyakinan ini didasarkan atas sebuah kitab (shadaqah), serta makan kue apem dan nasi yang bernama Kitab Tarjuman, yang dikarang uduk bersama. Sedangkan di Gresik, tradisi oleh RKH. Abdul Hamid Bin Itsbat Banyuanyar, rebo wekasan dirayakan dengan silaturahmi Pamekasan Madura. Adapun sampainya tradisi kepada para tetangga dan diadakan pasar ini di desa Gambiran merupakan pengaruh malam selama 1 minggu. Hal ini tidak lepas dari beberapa pondok pesantren yang juga dari ritual doa bersama dan mandi di sumber. mengajarkan tradisi tersebut, seperti pondok Di Banyuwangi, tradisi ini juga diperingati pesantren Raudlatul Ulum Sumberbringin dan dengan mengarak hasil bumi yang kemudian pondok pesantren al-Wafa Tempurejo. Adapun dilarung di pantai Cacalan. Di desa Gambiran pelaksanaan tradisi rebo wekasan di Desa sendiri, tradisi rebo wekasan dilaksanakan Gambiran terdiri dari tiga bagian, yaitu shalat dengan shalat lidaf ’il bala’, minum air azimat, lidaf ’il bala’, minum air suci, dan sedekahan. dan sedekahan. Dalam tradisi ini, tidak ada penggunaan sesaji. Hal ini merupakan ciri khas dari tradisi ini, 412 | Ensiklopedi Islam Nusantara

yaitu menonjolkan nuansa islami daripada serta aktivitas salat di dalamnya adalah wilayah lain yang juga mengadakan tradisi rebo perbuatan bid’ah yang tidak boleh (haram) wekasan ini. dilakukan karena tidak disyariatkan di dalam Islam. Akan tetapi bagi para pendukungnya, Sampai saat ini, tradisi tersebut masih ritual Rebo Wekasan dipandang baik dilakukan tetap terjaga. Hal ini tidak lepas dari para karena inti di dalamnya diyakini sebagai sarana kyai yang setiap tahunnya menyelenggarakan untuk berzikir dan memohon perlindungan tradisi ini. Walaupun hanya sederhana, namun kepada Allah. Pendapat-pendapat mengenai arti dan nilai-nilai di balik tradisi tersebut hal tersebut dapat diringkas di bawah ini. yang tetap dipertahankan. Seiring dengan masuknya budaya-budaya moderen, hal ini Pertama, ritual Rebo Wekasan haram, tidak membuat tradisi ini luntur. Bahkan tetap tidak boleh dilakukan. Perdapat ini didasari bertahan sampai sekarang. Meskipun ada oleh argumentasi bahwa ritual dan doa-doa, beberapa prosesi yang diubah seiring dengan apalagi salat, tolak bala yang dikhususkan pada perubahan pola hidup masyarakatnya, namun hari Rebo Wekasan tidak diajarkan oleh Nabi tidak mengurangi nilai-nilai dari tradisi Muhammad saw. Pendapat ini merupakan tersebut. fatwa Lajnah Daimah li al-Buhuts al-Ilmiyyah wa al-Ifta’ di Saudi dan diikuti oleh Markaz Al- Secara umum, perkembangan upacara Fatwa di Qatar. Kepercayaan akan hari naas adat rebo wekasan banyak yang mengalami yang bertapatan dengan Rabu dan bulan Safar perubahan dalam bentuk pergeseran nilai, itu itu telah ada sejak zaman Jahiliyah dan bahkan penambahan bentuk upacara. telah dihapus oleh Islam. Adapun hadis yang Perubahan pola fikir masyarakat telah menyatakan hari Rabu adalah hari naas adalah berpengaruh pada pemaknaan nilai dalam palsu, sebagaimana diungkapkan Ibn al-Jauzi tradisi upacara adat rebo wekasan. Sehingga dan diikuti oleh Syaikh Al-Albani. mengakibatkan terjadinya pergeseran nilan dari pemaknaan transenden ke pemaknaan Kedua, ritual Rebo Wekasan adalah mubah, instrumen. Tradisi rebo wekasan yanga boleh dilakukan dan boleh tidak. Pendapat awalnya bertujuan untuk dakwa islamisasi ini didasari argumentasi bahwa hadis/kabar dan memohon keselamatan hidup kemudian adanya bala’ (hari naas) di Rebo Wekasan bergeser sekedar menjadi alat untu memang tidak lepas dari pro dan kontra, tetapi memperoleh keuntungan ekonomi dan alat ulama-ulama ‘Arifin melakukannya. Menurut untuk memperoleh hiburan. Tetapi pergeseran pendapat ini, amaliah yang dilakukan orang- itu memang mutlak karena kebutuhan daerah orang saleh boleh diikuti karena mereka telah tertentu, misalkan adanya pendatang atau dianugerahi keistimewaan dan ketersingkapan modernisasi (pola pikir), tetapi sejatinya batin yang tidak dimiliki oleh kebanyakan tidak merubah esensi makna rebo wekasan itu manusia. Dalam pendapat ini, orang boleh tidak sendiri. Ritual ini merupakan suatu bentuk sependapat dengan pendapat mereka selama upacara tradisional yang dilakukan dengan tidak menghina ulama saleh. Rebo Wekasan maksud untuk menghindari marabahaya yang berkaitan dengan keyakinan terhadap hal datang pada hari Rabu akhir di bulan Safar. yang gaib, tidak ada kaitannya dengan hukum, oleh karena itu dipandang boleh-boleh saja Seputar Pendapat dilakukan. Adapun tentang keyakinan akan adanya hari naas memiliki dasar hukum di Sebagaimana ritual-ritual tradisi lainnya, dalam Alquran, khususnya ayat “Sesungguhnya pelaksanaan ritual Rebo Wekasan ternyata juga Kami telah menghembuskan kepada mereka tidak luput dari pro dan kontra di kalangan (kaum ‘Ad) angin yang sangat kencang pada hari masyarakat, khususnya mengenai pelaksanaan nahas/sial yang terus menerus” (QS. al-Qamar salat di dalamnya. Beberapa kalangan [54] : 19). menganggap bahwa kepercayaan atas Rebo Wekasan merupakan takhayul dan khurafat Ketiga, ritual Rebo Wekasan adalah sunah. Pendapat ini ditopang oleh beberapa hadis, Edisi Budaya | 413

antara lain “Sesungguhnya dalam setahun ada saat terjadi sebab-sebab siksa langit yang malam (riwayat lain, hari) yang didalamnya menakutkan seperti gerhana. Kehawatiran turun wabah” (H.R. Muslim), hadis yang akan bencana pada Rabu Wekasan dikiaskan dinyatakan sahih oleh Syaikh Al-Albani: dengan peristiwa tersebut, sebagaimana “Sesungguhnya Kusta tidak muncul kecuali halnya disunahkan salat pada saat panik atau malam Rabu atau hari Rabu”. Selain itu, Ibn keadaan takut seperti angin kencang, gelap Rajab al-Hambali juga menyebutkan bahwa gulita, dan sebagainya. Rasulallah saw memerintahkan untuk berbuat baik seperti salat, berdoa, bersedekah pada [M Ulinnuha dan Dan A Ginanjar Sya’ban] Sumber Bacaan Abdurrahman, Moeslim (2003). Islam sebagai Kritik Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga. Achmadi, Asmoro. Islam dan Kebudayaan Jawa. Surakarta: CV. Cendrawasih Asri Anggota Ikapi, 2013. Al-Marbawi, Idris. Kamus Bahasa Arab Idris Marbawi. Semarang: Thoha Putra, 1987. Aman, A. & Suwaidi, F. 2013. Ensiklopedia Syirik dan Bid’ah Jawa. Solo: PT. Aqwam Media Profetika Arsyad, M. As’ad. Acara Ritual Mandi Safar dan Syukuran Nelayan. Jambi: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Tanjung Jabung Timur, 2005. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1995. Fathoni, Sulthon (2014). “Rebo Wekasan: Tradisi dan Hukumnya dalam Islam” diakses melalui www.kompasiana.com. Hadis Riwayat Abu Daud. Sunan Abu Daud, Kitab Pengobatan, Bab Penjelasan Tiyarah. Nomor 3414. Lombard, Denis. Nusa Jawa 2: Silang Budaya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1996. Mulyadi dkk. Upacara Tradisional sebagai Kegiatan Sosialisasi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Depdikbud, 1983. Muthohar, Ahmad. Perayaan Rebo Wekasan. Semarang: Lembaga Penelitian IAIN Walisongo Semarang, 2012. Nuzori, Ahmad (2016). “Rebo Wekasan dalam Ranah Sosial Keagamaan di Kabupaten Tegal Jawa Tengah”. Jurnal An- Nuha, vol. 3, No. 1, Juli 2016 Pijper, G. F. Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950. Jakarta: UI Press, 1984. Sa’adah. Makna Tradisi Rebo Wekasan Menurut Masyarakat Desa Suci, Manyar, Gresik (Studi Teologi). Skripsi Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel, 2011. Sudarmanto. Kamus Lengkap Bahasa Jawa (Jawa-Indonesia, Indonesia-Jawa). Semarang: Widya Karya, 2014. Syamsudin, Shahiron. Ranah-ranah dalam Studi Al-Qur’an. Yogyakarta: TH. Press dan Teras, 2007. Yusuf dkk, Mundzikirin. Islam dan Budaya Lokal. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2011. 414 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Riyadhah Kata riyadhah dalam bahasa arab artinya Makna riyadhah semacam ini mengalami adalah latihan. Dikatakan dalam kamus sedikit pergeseran ketika digunakan para yarudhu almuhra, ia sedang melatih anak santri di Nusantara. Sebagaimana dilaporkan kuda. Yaitu melatih atau mengajarinya berlari oleh Bambang Pranowo dalam penelitiannya dan melompat. Pada mulanya kata riyadhah bahwa praktik riyadhah di pesantren Tegalrejo dalam konteks masyarakat Arab identik telah banyak dipengaruhi oleh tradisi Jawa. dengan tema olahraga dan militer inilah yang Dalam riyadhah terkandung pula ritual puasa disebut dengan ar-riyadhah al-badaniyah atau mutih (tidak makan apapun kecuali nasi ar-riyadhah al-jasmaniyah. Yaitu latihan fisik putih, tapa lauk-pauk tanpa garam, dan hanya untuk mencapai satu tingkat kemahiran minum air putih) dan ngrowot (hanya makan tertentu. Namun dalam perkembangannya umbi-umbian). Hal ini sekaligus menunjukkan kemudian riyadhah digunakan dalam wacana betapa nilai-nilai dalam kebudayaan Jawa keislaman dengan makna yang sangat masyhur dapat saling bersetangkup dengan ajaran sebagai proses melatih diri mengendalikan Islam. hawa nafsu yang diistilahkan dengan riyadhah an-nafsi. Dalam tradisi Jawa, subtansi riyadhah bukanlahhalbaru.Semenjakdahulumasyarakat Riyadhah merupakan proses pendisiplinan Jawa telah mengenal istilah bantingraga. diri secara asketis yang akan menghantarkan Sebuah istilah yang dapat dikategorikan seorang hamba mendekati Allah swt. Riyadhah sebagai padanan kata pengendalian nafsu. adalah sebuah metode bukan tujuan. Karena Bantingraga biasa dilakukan masyarakat Jawa metode itulah setiap sufi dapat mengisinya demi menjaga stabilitas jagad raya. Secara sesuai pengalaman masing-masing. Al- harfiyah bantingraga berarti ‘menjatuhkan Ghazali misalkan memulai keterangan diri’. Yaitu upaya menghalangi fungsi raga dalam bab riyadhah an-nafsi dari pendidikan sebagaimana biasanya demi tercapainya akhlak, hakikat akhlak yang mulia, hingga sesuatu maksud. Ada beragam bentuk dalam berbagai macam penyakit hati dan cara banting raga diantaranya adalah tapa atau penyembuhannya. Adapun sufi yang lain bertapa yaitu berdiam diri dalam waktu yang menunjukkan cara-cara melatih ruhaninya ditentukan sesuai dengan perintah sang guru. secara praktis dengan beristiqamah mendirikan Atau juga patigeni, yaitu bergadang sepanjang shalat lima waktu berjamaah, melaksanakan hari da malam. Dan yang lumrah adalah sunah-sunnah muakkad seperti shalat sunnah puasa. Namun ada berbagai macamnya puasa rawatib, dhuha, tahajjud dan witir, ditambah ngalong yaitu puasa yang disaat berbuka hanya shalat tasbih setiap malam jika memungkinkan, memperbolehkan makan buah-buahan seperti berzikir setiap saat dan berpuasa dalam halnya binatang kalong (kelelawar). Ada juga hari-hari yang memungkinkan. Inilah arti puasa mutih yaitu puasa yang ketika berbuka riyadhah dalam tasawuf dan contoh praktis hanya boleh makan nasih putih saja. Ada juga pengamalannya. puasa senin-kamis, yaitu puasa pada setiap Edisi Budaya | 415

hari senin dan kamis. Ada juga puasa ngrowot inilah pola puasa yang pernah dilakukan Nabi yaitu puasa yang ketika berbuka hanya makan Dawud AS. Yaitu melaksanakan puasa dengan umbi-umbian saja. Dan masih banyak lagi cara bergantian hari, yakni sehari puasa sehari jenis puasa yang lain. Intinya dalam banting tidak puasa. Demikain seterusnya dilakukan raga adalah mengkosongkan perut untuk dalam jangka waktu tertentu sesuai petunjuk menghindari makanan agar tidak terlalu kiai. Selama puasa dawud seorang santri harus mudah terjatuh dalam kepulasan tidur. Karena mengamalkan berbagai bacaan doa yang bergadang sepanjang malam adalah sebuah diberikan sang kiai. anjuran. Demikian pentingnya mengosongkan perut dalam kebudayaan Jawa. Karena perut Demikianlah diantar bentuk riyadhah yang kosong dianggap mampu menahan nafsu yang ada di lingkungan pesantren. Dan dan menjernihkan pikiran. Sehingga berbagai masih banyak lagi praktik riyadhah yang ngelmu dapat dicerna. lainnya. Berbagai praktik riyadhah ini hanya boleh dilaksanakan oleh santri, setelah ia Pesantren sebagai lembaga pendidikan memperoleh ijazah dari seorang kiai. Iajzah yang hidup bersama masyarakat, tidak bisa adalah semacam izin informal yang diberikan melepaskan diri dari pengaruh lingkungannya. seorang kiai kepada santri untuk menjalankan Meskipun pada mulanya konsep riyadhah satu amalan tertentu (lihat entri ijazah). Tidak berisikan tentang ajaran tasawuf, tetapi sembarang santri boleh menjalankan praktik dalam praktiknya telah diwarnai dengan corak riyadhah. Setiap riyadhah mengandaikan riyadhah ala banting raga orang Jawa. Diantara beberapa syarat. Misalkan untuk ngrowot praktik riyadhah adalah puasa ngrowot selama hanya boleh dilaksanakan oleh santri senior. tiga tahun, yakni menghindarkan diri dari Santri yang telah mencapai tingkatan dan makan beras dan berbagai jenis makanan umur tertentu. Begitu juga dengan puasa yang berasal dari beras. Biasanya para santri dalalil, puasa dawud dan lain sebagainya. Setiap yang melaksanakan puasa ngrowot hanya pesantren memiliki aturan berbeda mengenai mengkonsumsi tepung gandum, gaplek batasan melaksanakan riyadhah. (ketela yang dikeringkan), dan sayur-sayuran. Selama puasa ngrowot para santri tidak boleh Sumber motivasi para para santri dalam melewatkan bacaan wajib setelah shalat melaksanakan riyadhah adalah keyakinan yang magrib, surat An-Nas, Al-Falaq dan Al-Kautsar mendalam bahwa keberkahan hidup dapat sebanyak tiga kali. Masing-masing psantren diraih dengan cara mendekatkan diri kepada biasanya memiliki konsep riyadhah yang Allah swt. Hidup yang berkah adalah hidup berbeda. Hal ini sangat tergantung pada kiai dengan bersahaja. Hidup yang penuh dengan sebagai penentu kebijakan di pesantren. kemanfaatan baik untuk masyaraat dan keluarga. Sukur-sukur memiliki lebihan harta, Di sebagian pesantren praktik riyadhah ataupun sekedar cukup untuk kebutuhan bisa berupa puasa dalail, yakni berpuasa hidup. sambil mengamalkan doa dalail al-khairat minimal satu hari satu kali atau tergantung Demi mendekatkan diri kepada Allah pada aturan yang ditentukan oleh kiai. Puasa inilah, para santri harus terlebih dahulu mampu dalail dilaksanakan selama tiga tahun tidak mengendalikan dan menundukkan hawa nafsu boleh putus kecuali hari-hari yang diharamkan yang selama ini cenderung pada kemaksiatan. berpuasa oleh syariat Islam. Yaitu lima hari Dengan berpuasa dan berzikir secara terus- pada tanggal 1 Bulan Syawal dan tanggal 10, menerus, nafsu yang liar secara perlahan 11,12, 13 Bulan Dzulhijjah. Oleh sebagian akan menjadi jinak dan cenderung menuruti santri dipercaya bahwa bulan Muharram ajakan hati untuk mengabdi kepada ilahi. adalah bulan yang tepat untuk memulai puasa Harapan santri kemudian pada kemurahan- dalail. Nya, semoga Allah segera meletakkan bagian cahaya-Nya kedalam hati agar hilang semua Dianatara bentuk riyadhah yang lain adalah penyakita hati, sehingga yang tersisa adalah puasa dawud. Dinamakan demikian karena kejernihan hati yang terartikulasikan dalam 416 | Ensiklopedi Islam Nusantara

husnul khuluq tindakan dan tingkah laku yang Namun dalam konteks kekinian riyadhah mulia. Inilah semangat utama para santri semacam ini menjadi satu barang langka. melaksanakan riyadhah sebagaimana yang Modernisasi dan globalisasi yang melanda telah diajarkan oleh para ulama terdahulu. bangsa ini cukup kuat menghujam. Kapitalisme tidak hanya merambah dunia bisnis dan Secara global praktik riyadhah memiliki ekonomi, tetapi juga menyergap kehidupan fungsi utama sebagai salah satu bentuk petani di kampung dan juga santri-santri di silatrrahim yang memperkokoh jejaring antar pesantren. Di sini spiritualitas mendapatkan pesantren. Fungsi ini dibangun semenjak tantangannya. Sebagian besar pesantren seorang santri datang kepada kiai untuk tergerus arus, secara perlahan menggeser memohon ijazah amalan riyadhah. Biasanya arah kiblatnya. Menjadi pesantren modern ijazah semacam ini didapat oleh seorang santri dengan sistem pembelajaran, tatakelola dan dari kiai lain di luar pesantrennya. Seorang administrasi yang lebih rapi. Dan sebagain kiai ahli hikmah yang masyhur pada masanya. lain bertahan dalam keterbatasan dengan Dalam proses inilah santri akan berkunjung tetap mempertahankan nilai-nilai warisan ke pesantren lain dan bertemu dengan santri- leluhurnya. Sementara sebagian yang lain lagi santri dari pesantren lain yang memiliki selalu melakukan negosiasi, terkadang menang maksud sama. Maka terjadilah interaksi dan dan sering kali terkalahkan. tukar informasi antar mereka. Seringkali hal ini berlanjut hingga mereka kembali ke [Ulil Hadrawi] kampung masing-masing. Sumber Bacaan Abu Hamid Al-Gazali, tanpa tahun. Ihya’ Ulumid Din Juz III. Singapura-Jeddah-Indonesia: Al-Haramain. ---------------------------, tanpa tahun. Mukasyafati Al-Qulub, Amatullah Armstrong, 2001. Khazzanah Istilah Sufi, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf. Bandung: Mizan. Bambang Pranowo, 2009. Memahami Islam Jawa. Jakarta: Insep dan Pustaka Alvabet. Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka Kodiran, 2007. Kebudayaan Jawa. dalam Koentjaraningrat, (2007). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan Marbangun Hardjowirogo, 1995. Manusia Jawa. Jakarta: Toko Gunung Agung Said Hawwa, 1996. Jalan Ruhani, Bimbingan Tasawuf untuk Para Aktivis Islam. Bandung: Mizan Edisi Budaya | 417

Rukyah Rukyah atau rukyatu al-hilal adalah cara menggunakan metode rukyah. Setiap tanggal atau metode yang pertama digunakan 29 Sya’ban ada sekelompok orang Islam pergi oleh umat Islam untuk menentukan ke pantai atau ke atas bukit untuk melihat hilal datangnya bulan Ramadhan maupun bulan di ufuk barat setelah matahari terbenam. Jika Syawal. Meskipun ilmu astronomi sudah ada hilal dapat dilihat, maka mereka menentukan sebelum Islam datang—sehingga perjalanan bahwa malam itu dan keesokan harinya adalah bulan dan matahari sudah dipelajari oleh tanggal 1 bulan Ramadhan. Dan jika mereka para ilmuwan—namun nabi Muhammad saw tidak dapat melihah hilal, maka keesokan memerintahkan umat Islam untuk melihat harinya adalah tanggal 30 bulan Sya’ban. hilal dalam penentuan awal bulan puasa maupun bulan syawal, dan jika hilal tidak Ketika kerajaan-kerajaan Islam sudah dapat dilihat, maka umat Islam diperintahkan berdiri di Nusantara, kegiatan melihat hilal untuk menggenapkan bulan Sya’ban menjadi ini lalu dikoordinasikan oleh para pejabat 30 hari. kerajaan. Adapun saat ini, urusan rukyatu al- hilal dikoordinasikan oleh kementerian agama Dalam satu riwayat, nabi Muhammad saw RI, meskipun beberapa ormas juga ada yang juga mengatakan bahwa kaumnya adalah kaum melakukannya di beberapa daerah. Pengadilan ummiy yang tidak biasa menulis dan berhisab. agama di bawah kementerian agama bahkan Oleh karena itu untuk menentukan awal bulan diinstruksikan untuk melakukan rukyah Ramadhan, rukyatu al-hilal menjadi pilihan sebanyak enam kali dalam setahun, yaitu dan disyari’atkan. Dalam memahami hadis pada bulan-bulan Muharram, Rajab, Sya’ban, ini dan hadis-hadis lain yang berhubungan Ramadhan, Syawal, dan Dzul Hijjah. Adapun dengan penentuan awal bulan Ramadhan, departemen agama pusat melakukannya para ulama, sebagaimana disebutkan oleh delapan kali setahun, dengan menambahkan Imam Ibnu Hajar al-Asqollani, menyimpulkan bulan Robiul Awal dan Dzul Qo’dah. bahwa hisab tidak pernah menjadi pilihan dan pijakan syar’iy dalam menentukan awal bulan Laporan rukyah bulan Ramadhan dan Ramadhan. Bahkan ada pula yang berlebihan Syawal disampaikan secara lisan sesaat setelah dan mengatakan bahwa menentukan awal pelaksanaan rukyah kepada sidang itsbat pada bulan Ramadhan menggunakan hisab adalah setiap awal bulan Ramadhan atau bulan Syawal bid’ah, seperti pendapat Ibnu Taimiyah. yang diselenggarakan sekitar pukul 18:30 WIB dipimpin oleh menteri agama. Di Nusantara, praktik rukyatu al-hilal diyakini sudah dilakukan oleh umat Islam Pelaksanaan Rukyah sejak awal masuknya agama tauhid ini mengingat puasa Ramadhan adalah salah Pada mulanya rukyatu al-hilal dilaksanakan satu rukun Islam, yang hanya bisa dilakukan dengan cara sederhana dan tradisional. Dari apabila awal bulan Ramadhan diketahui, dan tempat yang tinggi atau pantai, orang-orang cara mengetahuinya secara tradisional adalah yang ditugasi untuk melakukan rukyah 418 | Ensiklopedi Islam Nusantara

melihat ke arah barat di sekitar matahari tanpa lokasi diletakkan menghadap arah yang mempergunakan alat perlengkapan seperti sudah ditentukan sebelumnya dengan teliti teropong maupun data-data astronomi. berdasarkan data-data astronomi mengenai Namun setelah ilmu astronomi dan ilmu falak posisi hilal. mengalami perkembangan yang pesat dan banyak orang Islam yang menguasainya, data- Pada dasarnya, untuk mempermudah data astronomi kemudian digunakan untuk kegiatan rukyah, ada beberapa hal yang membantu pelaksanaan rukyah. Data-data sangat penting untuk diketahui, di antaranya astronomi yang digunakan tersebut adalah ketinggian hilal, berapa azimuthnya, dan kapan terjadinya ijtima’, saat terbenamnya berapa kemiringan falak bulan dari ekliptika. matahari, ketinggian hilal, deklinasi matahari dan hilal, serta azimuth matahari dan hilal. Bulan adalah benda langit yang tidak memiliki cahaya sendiri. Cahaya yang ada pada Seiring perkembangan zaman, peralatan bulan adalah pantulan sinar matahari yang astronomi juga digunakan dalam melakukan bisa dikatakan tidak begitu terang apalagi rukyah, seperti teropong, kompas, rubu’ pada awal kemunculannya pada hari pertama mujayyab, gawang lokasi, serta tongkat istiwa’. setiap bulan. Hal ini yang membuat kegiatan Namun teropong berlensa dan binocular rukyah tidak mudah dilakukan. Pengamatan dianggap kurang efektif dibadingkan dengan hilal dilakukan beberapa saat setelah matahari alat-alat lain yang tidak menggunakan lensa, terbenam, tetapi pada saat itu langit masih seperti gawang lokasi, sehingga ada beberapa cukup terang sehingga bulan sabit baru yang usulan untuk menggunakan teropong yang tipis sulit dilihat, bahkan ketika langit cerah dilengkapi dengan pembacaan skala derajat tak berawan, karena pantulan cahaya matahari teliti. Bahkan sudah ada ilmuwan yang pada bulan hampir sama dengan terangnya berusaha menciptakan teropong canggih yang langit pada saat itu, meskipun matahari sudah bisa digunakan untuk melihat hilal meskipun tenggelam. tertutup awan tipis. Sehingga apabila hilal benar-benar sudah ada namun tidak dapat Berikut ini adalah urutan metode rukyah dilihat dengan mata telanjang, dengan hilal tanpa teropong: teropong tersebut, hilal bisa dilihat. 1. Persiapan. Yaitu mencari tahu posisi Saat ini, orang yang melihat hilal bulan setelah terbenamnya matahari juga menggunakan gawang lokasi yang pada tanggal yang dimaksudkan, baik dilengkapi dengan data-data dari beberapa dengan cara melakukan hisab sendiri atau almanak astronomi internasional seperti menggunakan data dari Badan Hisab dan almanak Nautika dan American Ephemeris. Rukyat. Tinggi hilal dan selisih azimuth Menggunakan gawang lokasi dengan data- bulan dan matahari harus diketahui data astronomi yang akurat, para orang yang supaya pengamatan lebih terarah. melakukan rukyah lebih mudah mengarahkan pandangannya ke lokasi hilal, untuk kemudian 2. Menetapkan jam. Hal ini harus dilakukan berusaha melihat hilal dengan mata telanjang. minimal 3 hari sebelum tanggal yang Metode ini terbukti sangat efektif untuk ditentukan, dan harus dilakukan setiap melakukan rukyatu al-hilal. hari. Caranya adalah sebagai berikut: Gawang lokasi merupakan sebuah alat • Menggunakan patokan jam dari yang dibuat untuk membantu para observer RRI pada pukul 19:00 WIB. Tanda mengarahkan pandangan dengan tepat ke waktu tersebut terdiri dari enam kali posisi hilal. Alat ini berupa dua buah tiang; nada tit. Nada tit terakhirlah yang yang pertama tiang pendek dengan lubang menunjukkan waktu tepatnya. pengintai, dan satunya lagi tiang panjang berbentuk gawang. Tidak ada lensa pada • Penetapan waktu ini dilakukan lagi alat ini. Pada saat mengamati hilal, gawang pada hari-hari berikutnya sambil memperhatikan penyimpangan (percepatan atau perlambatan). Edisi Budaya | 419

• Jika terjadi penyimpangan, berikan beberapa hal yang perlu dilakukan: koreksi pada penujukan waktunya. Misalnya jika jam itu terlambat 5 • Mempersiapkan kompas, dan menit, maka penujukan waktunya memastikan tidak ada benda- juga harus dikurangi 5 menit, dan benda yang mengandung magnet di seterusnya. dekatnya. • Jam itu digunakan untuk menyatakan • Letakkan kompas pada tempat waktu pada saat matahari terbenam yang rata horizontal (tidak miring). dan pada saat melihat bulan. Tepatkan jarum kompas utara menunjuk pada azimut 0 derajat, 3. Menyatakan cuaca sebelum matahari dan jarum kompas selatan menunjuk terbenam. Hal ini perlu dilakukan untuk tepat pada azimuth 180. mendapatkan gambaran umum mengenai cuaca pada saat observasi dengan cara • Tentukan arah menggunakan data sebagai berikut: azimuth bulan dan matahari. Tanda- tanda berupa benda seperti bangunan • Periksa horizon barat di sekitar atau pohon pada horizon bisa perkiraan tempat terbenamnya digunakan untuk mengingat arah. matahari dan terlihatnya bulan. • Dari data tinggi hilal, alat bisa • Menyatakan keadaan cuaca menurut diarahkan ke perkiraan arah bulan, tingkatannya. Tingkatan 1, horison sesuai dengan ukuran arah azimuth bersih dari awan, dan birunya langit yang sudah didapatkan. terlihat jelas. Tingkatan 2, apabila pada horison terdapat awan tapi 5. Melihat hilal. tidak merata sehingga langit di atas horison terlihat keputih-putihan atau • Mencatat waktu terbenamnya kemerah-merahan. Cuaca tingkat matahari dengan cara mengamati 3, apabila terdapat awan tipis yang matahari dari saat ia belum terbenam. merata di sepanjang horison atau jika Waktu dicatat tepat pada saat bagian terdapat awan tebal sehingga warna piringan atas matahari terbenam. langit tak terlihat biru. • Memperhatikan daerah perkiraan 4. Mengecek letak matahari dan letak bulan dan memulai pengamatan memperkirakan letak bulan. Berikut ini pada titik itu. Sumber: http://pwnujatim.or.id/ 420 | Ensiklopedi Islam Nusantara

• Mencatat waktu dengan tepat mendekatinya, namun dengan teknologi ketika melihat hilal. Tinggi hilal dan seperti teleskop, manusia tidak harus azimuthnya juga perlu dicatat. mendekati bulan untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih besar terhadapnya. • Mencatat keadaan langit di sekitar bulan pada saat itu menurut tingkatan Masalahnya cahaya yang sampai ke cuacanya. mata manusia melalui cermin telah melewati beberapa lapisan komponen optik, sehingga 6. Melaporkan hasil observasi. Hasil intensitasnya berkurang dan menjadi observasi dilaporkan kepada petugas lebih redup. Jadi meskipun teropong bisa dengan menyertakan formulir Laporan memperbesar gambar yang kita lihat, Hasil Observasi Bulan. tetapi cahayanya berkurang. Perkembangan teknologi kemudian berhasil memberikan Penggunaan teknologi dalam solusi atas permasalahan melemahnya cahaya pelaksanaan rukyah pada teropong. Para ilmuan menemukan teknologi untuk melipat-gandakan cahaya MayoritasumatIslammasihberpandangan (light intensification) dengan menggunakan bahwa penentuan awal bulan Ramadhan dan instrumen yang disebut dengan image Syawal dengan rukyah itu boleh dilakukan intensifier. Dengan alat ini, intensitas cahaya apabila langit (horizon) cerah. Jika langit dapat dilipat-gandakan sampai 50,000 kali. mendung, maka bulan Sya’ban digenapkan Para ilmuan juga mengembangkan filter menjadi 30 hari. Maka selama ini usaha untuk memblokir cahaya yang sewarna pengembangan teknologi berkenaan dengan dengan cahaya rembang petang, yang disebut rukyah hilal difokuskan pada penemuan alat dengan substraction filter. Kombinasi dua alat bantu rukyah dalam keadaan langit cerah. ini terbukti sangat membantu pelaksanaan Seandainyapun ada teknologi yang dapat rukyah hilal. membantu melihat hilal dalam keadaan langit mendung, akan tetap banyak umat Islam yang Beberapa peralatan yang biasa digunakan tidak dapat menerimanya, karena dianggap dalam kegiatan rukyatu al-hilal adalah sebagai bertentangan dengan petunjuk syari’ah. berikut: Meskipun bulan sabit merupakan benda 1. Alarm Clock sebagai alat aba-aba memulai langit paling besar yang dapat diamati pada dan mengakhiri pelaksanaan rukyat. malam hari, tapi ia tetaplah sulit diamati baik menggunakan mata telanjang maupun 2. Altimeter, yaitu alat pengukur ketinggian teropong, kecuali teropong khusus. Hilal tempat. yang diamati untuk menentukan awal bulan qomariyah adalah bulan sabit yang baru terbit 3. Chronometer atau lonceng astronomi. rendah di atas ufuk, yang tidak lama kemudian Alat ini adalah penunnjuk waktu yang tenggalam lagi, dan cahanyapun sangat lemah memiliki nilai ketepatan sangat tinggi, jika dibandingkan dengan cahaya langit pada tidak seperti jam biasa. saat terbitnya hilal baru. 4. Gawang lokasi. Selain itu, bulan berjarak sekitar 500,000 km dari bumi, sehingga diperlukan alat untuk 5. Jarum pedoman atau kompas. dapat membantu melihatnya dengan lebih jelas. Teleskop atau teropong dilengkapi 6. Mistar radial. Alat ini digunakan untuk dengan komponen optik seperti lensa, cermin mengukur derajat posisi suatu benda dan prisma yang fungsinya mendekatkan langit dari posisi yang ditentukan. Alat pandangan atau memperbesar sudut pandang. ini terbuat dari sebuah mistar atau benda Tanpa teknologi, untuk memperbesar sudut lurus yang diberi skala milimeter atau pandang terhadap sesuatu, manusia harus centimeter. 7. Pemotret bintang dan pesawat equatorial. 8. Pesawat lingkaran meridian atau transit Edisi Budaya | 421

theodolit. Ini adalah teropong yang hanya skala derajat. Alat ini hanya digunakan dapat bergerak bebas sepanjang bidang untuk mengetahui “saat” setiap benda meridian, arah utara selatan. Pada alat langit berkulminasi. ini terdapat sebuah skala yang dipasang vertikal dengan pembagian satuan derajat. 10. Pesawat komunikasi. Pesawat ini digunakan untuk menentukan saat dan tinggi suatu benda langit yang 11. Stopwatch. sedang berkulminasi. 12. Theodolit. 9. Pesawat pelaluan atau pesawat passage. Alat ini seperti pesawat lingkaran 13. Tongkat istiwa. meridian tetapi tidak dilengkapi dengan 14. Teropong yang dilengkapi image intensifier dan subtraction filter. [Ali Mashar] Sumber Bacaan Ahmad Ibn Ali Ibn Hajar al-Asqollani, Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari, Dar al-Royan li-alturots, 1986. Almanak Hisab Rukyat, Direktorat Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung RI, 2007. Farid Ismail, Selayang Pandang Hisab Rukyat, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradila Agama, 2004. Farid Ismail dan Sriyatin Shadiq (ed.), Hisab Rukyat, Jembatan Menuju Pemersatu Umat, Yayasan Asy Syakirin Rajadatu Cineam, Tasikmalaya, 2005. Taqiyuddin Ibnu Daqiqil Ied, Ihkâm Al Ahkâm Syarhu ‘Umdat Al Ahkâm, Tahqiq Ahmad Muhammad Syakir, Dâr Ălam al- Kutub, Beirut, 1407 H. Yahya Ibn Syarf al-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, Mathba’ah al-Muniriyah, 1986. 422 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Ruwahan Salah satu bentuk dalam tradisi selametan kepada baginda Rasul: “Wahai Rasulullah, adalah ruwahan. Nama ruwah ini terambil kenapa aku tidak pernah melihat Engkau dari kata arwah, jamak dari ruh. Ruwah berpuasa sunah dalam satu bulan tertentu juga mengacu pada nama bulan yang disebut yang lebih banyak dari bulan Sya’ban?” Beliau oleh sebagian orang Jawa. Bulan Ruwah diapit SAW menjawab: oleh Rejeb (Rajab) dan Poso (Ramadhan). Ruwah merupakan bulan ke 8 dalam kalendar ‫ ْﻗ َﻤﺎل‬.‫ا ﻓََّﺠﺄُﺎ ُِﺣس ُّﺐ َﻗأَﻨْ ُْﻪن َ�ُو ُْﺮﻫ ََﻓﻮ َﻊ َﺷ ْﻬﻋ ٌﺮﻤﻠﺗُﻲْﺮ َﻓَوأَُﻊﻧَﺎ ِﻓ� َِﻪﺻﺎاﺋِ ٌَﻷﻢ‬،‫إِ َذﻟﻟِﻰ َ َرﻚ ِّ َبﺷ ْﻬاﻟٌﺮ َﻌ َﻓﺎﻟ ْﻐ ِﻤِﻔﻴُ َﻞﻦ‬ Jawa, sementara dalam penanggalan hijriyah sendiri disebut bulan Sya’ban. Tradisi ruwahan “Ia adalah bulan di saat manusia banyak yang sendiri sudah ada sejak zaman nenek moyang. lalai (dari beramal shalih). Ia adalah bulan Agak sulit sejak kapan pastinya, dimulainya disaat amal-amal dibawa naik kepada Allah tradisi kebudayaan ini. Bukti yang kita lihat Rabb semesta alam, maka aku senang apabila adalah hingga kini tradisi itu dilakukan dalam amal-amalku diangkat kepada Allah saat aku berbagai macam cara. mengerjakan puasa sunah.” (HR. Tirmidzi, An- Nasai dan Ibnu Khuzaimah) Selain ruwahan, orang Jawa juga menyebut munggahan. Ada juga yang menyebutnya Karena begitu mulianya bulan Sya’ban ini, megengan sebagaimana orang Aceh. Kata lain tidak berlebihan kiranya jika Rasul Saw kerap bisa juga sedekah makam sebagaimana ada melaksanakan puasa sunnah, sebagaimana di sebagian masyarakat Cirebon. Biasananya riwayat Aisyah: “Aku tidak pernah melihat mereka juga mengiriginya dengan tipar atau Rasulullah SAW melakukan puasa satu bulan ngunjung buyut yaitu ziarah ke makam, penuh kecuali puasa bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak Kata ruh dalam ruwahan, yang jamaknya berpuasa sunah melebihi (puasa sunah) di bulan adalah arwah sendiri dimaksudkan sebagai Sya’ban.” (HR. al-Bukhari dan Muslim). penanda bahwa pada saat acara dilangsungkan, doa –doa dikirimkan dari yang hidup kepada Pada bulan ini pula Allah akan ruh, kepada mereka yang sudah meninggal. mengampuni dosa-dosa makhluk-Nya. sebagaimana diceritakan Abu Musa Al-Asy’ari Bulan Sya’ban diyakini oleh umat Islam bahwa Nabi Saw bersabda: sebagai salah satu bulan yang istimewa. Sebab di dalamnya terjadi banyak peristiwa ‫إن اﷲ ��ﻠﻊ �ﻠ� اﺠﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎن ﻓ�ﻐﻔﺮ �ﻤ�ﻊ‬ fenomenal yang menentukan kehidupan manusia. Di antara peristiwa itu misalnya .‫ﺧﻠﻘﻪ إﻻ ﻟﻤﺸﺮك أو ﻣﺸﺎﺣﻦ‬ adalah perubahan arah kiblat umat Islam dari Masjidil Aqsa di Baitul Maqdis, Palestina, “Sesungguhnya Allah melihat pada malam ke Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah. Di pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni dalamnya juga terjadi peristiwa laporan amal semua makhluk-Nya, kecuali orang musyrik dan perbuatan manusia kepada Allah Swt. orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah dan at-Thabrani) Terkait dengan peristiwa yang terakhir, sahabat Usamah bin Zaid pernah bertanya Karena begitu bertuahnya bulan Edisi Budaya | 423

Syah’ban maka masyarkat muslim Nusantara, bersama-sama di halaman makam. Tradisi khususnya Jawa, kerap menjadikan bulan ini ini disebut dengan Nyadran. Nyadran adalah sebagai momentum untuk beramal saleh secara kegiatan makan bersama di dekat pemakaman kolektif, seperti sedekah dan do’a bersama. setelah dibacakan doa bersama yang dipimpin oleh kepada suku atau kyai. Pada momentum Sementara dalam tradisi Jawa kuno, bulan ini, biasanya semua anggota keluarga akan Sya’ban ini dikenal dengan istilah bulan Ruwah hadir untuk berziarah ke makam leluhur dan atau bulan arwah. Sesuai dengan mananya, bersilaturahim dengan sanak keluarga. bulan ini dijadikan sebagai momentum untuk mengingat dan menghormati para leluhur yang Sementara kenduri dan megengan sudah meninggal dunia. Mereka melakukan (kirim hantaran makanan; yang dalam ritual-ritual tradisi yang sangat naluriah dan tradisi Aceh harus berupa daging/meugang) manusiawi untuk memuliakan orang-orang tua adalah manifestasi dari praktik do’a bagi pendahulunya dengan mengunjungi makam, semua keluarga sanak saudaranya yang membersihkan bahkan berdoa bersama di masih hidup dengan saling bersilaturahmi, makam keluarga. Diantara tradisi ruwahan saling memaafkan dan membantu untuk siap yang biasa dilakukan adalah besik, kenduri memasuki ibadah puasa dengan rasa yang suci dan megengan serta nyadran. penuh suka cita. Besik adalah membersihkan makam. Selain itu, pada pertengahan bulan Ruwah, Kegiatan ini dilakukan baik secara gotong juga dilaksanakan sedekah ruwah. Pada hari royong di makam kampung ataupun bersama ini disajikan beberapa jenis makanan seperti keluarga di makam keluarga. Rumput liar nasi dan beras, bubur merah dan bubur putih, atau apapun yang terlihat mengganggu ayam panggang, telor, kopi susu, teh manis, pemandangan akan dibersihkan sehingga kopi pahit, rokok daun nipah dan serabi. pada bulan Ruwah ini makam-makam akan terlihat bersih dan tidak terasa angker atau Nasi dan beras melambangkan kasih menakutkan karena dibersihkan oleh sanak sayang dan kebutuhan pangan bagi masyarakat keluarga dan keturunan mereka yang sudah setempat. Sementara bubur merah dan bubur meninggal dunia. putih melambangkan bahwa makhluk ciptaan Tuhan memiliki 20 sifat, diantaranya manusia Setelah itu, pada tanggal yang sudah diciptakan dari tanah, malaikat diciptakan dari ditentukan di tiap makam atau kampung, cahaya yang dilambangkan dengan wana putih warga melakukan tahlilan bersama di halaman bersih yang berarti kebaikan. Sementara jin makam dengan membawa makanan maupun diciptakan dari api yang dilambangkan dengan hasil bumi untuk dibagikan atau dimakan warna merah yang berati kejahatan. https://groupcahayaiman.wordpress.com Bagi masyarakat Melayu Bangka misalnya, acara sedekah ruwah ini dirayakan lebih meriah daripada Idul Fitri. Semua sanak saudara dan segenap penduduk desa bahkan mereka yang berada di luar desa, berduyun-duyun datang untuk bersilaturahim dan sekaligus menyaksikan upacara sedekah ruwah yang dilaksanakan di pantai. Secara teknis, upacara sedekah ruwah dimulai oleh masing-masing kepala keluarga dari setiap warga desa dengan membawa makanan secukupnya ke masjid terdekat. Secara filosofis, upacara ini dilaksanakan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Untuk memeriahkan acara, maka 424 | Ensiklopedi Islam Nusantara

diadakan makan bersama sebagai wujud rasa Acara Ruwahan syukur karena dapat berkumpul dan akan dipertemukan kembali dengan bulan yang Secara terus menerus ruwahan suci. Akhirnya kegiatan semacam ini menjadi berlangsung hingga kini dalam berbagai tradisi yang diwariskan secara turun temurun bentuk budaya yang menarik. Di Jawa Tengah setiap bulan Sya’ban tahun Hijriyah. misalnya ruwahan bisa disebut juga megengan. Tak semua kota kota di Jawa punya cara yang Sedekah ruwah dapat dipahami antara sama dalam budaya ini. Masyarakat muslim lain sebagai momentum persiapan menyambut mereflesikan ruwahan biasanya dengan acara puasa Ramadhan yang dianggap sebagai jihad inti doa dan mengantarkan makanan kepada melawan hawa nafsu. Sebelum berangkat ke saudara atau tetangga dengan cara yang khas. medan “perang” di sepanjang Ramadhan, pembersihan diri dan doa restu para pendahulu Tradisi yang sudah dilakukan sebelum sangat dibutuhkan agar niat berpuasa sebulan Islam datang ini, dalam pelaksanaannya mendapatkan kekuatan dan ridha dari yang telah banyak mengalami banyak perubahan Maha Kuasa. utamanya dalam relasinya dengan prinsip- prinsip ajaran Islam. Pada awalnya mengirim Sebagian ada yang memahami ritual makanan sebagai sesaji untuk para roh diganti Ruwahan tersebut bertujuan untuk mendoakan dengan sedekah dan berkirim doa kepada arwah leluhur yang telah meninggal. Selain keluarga yang sudah meninggal. untuk mendoakan arwah leluhur, ritual Ruwahan beserta tradisi yang ada di dalamnya Tadisi ruwahan bagi orang Kudus Jawa memiliki maksud agar orang yang menjalankan Tengah biasanya juga diikuti hantaran ibadah puasa di bulan Ramadhan sudah suci makanan kepada kerabatan atau tetangga secara lahir dan batin. Kemudian melalui yang disebut ater-ater, dulu biasanya nasi ritual ini, masyarakat juga mengharapkan agar lengkap dengan lauk pauknya, atau popular dalam menjalankan ibadah puasa diberikan dengan berkat .Setelah itu ada acara nglumpuk kelancaran dan keberkahan. yaitu membawa nasi beserta lauknya ke Tradisi masyarakat di Yogja dan jawa menjelang bulan ramadhan. Sumber: http://seyogyanya.com/ Edisi Budaya | 425

mushola terdekat atau masjid untuk kemudian disampaikan informan dalam masa penelitian. dibacakan tahlil dan doa serta ditutup dengan makan bersama. Apem konon berasal dari kata afwan yang berarti minta maaf, harapan mendapat Sementara, di Jepara Jawa Tengah, ampunan dari yang Allah Swt. terhadap tepatnya di desa Tunahan, ruwahan bisa kesalahan-kesalahan kita. Sedangkan kolak dilakukan dengan cara individual atau kolektif barasal dari kata kholik, yang artinya kita . Mereka yang punya banyak dana biasanya harus selalu ingat sang kholik, Tuhan pencipta mengadakan di rumah. Tuan rumah akan semata. Ada juga yang memaknai bahwa mengundang para saudara dan tetangga, lalu kolak yang dibuat dari buah pisang dan buah mereka berdoa bersama, dengan membaca yang menggantung pada pada pohonnya, tahlil misalnya. Dalam doa tahlil itulah mengingatkan kita akan kesalahan pada orang kemudian doa- doa dikirim, sohibul bait tua, saudara yang sudah mendahului dan yang akan me-list nama-nama arwah yang dituju Maha Kuasa. Adapun ketan yang bersifat dan biasnya seorang imam atau kyai akan lengket mengandung pesan senantiasa untuk memimpin doanya. Dalam pertemuan itu menjalankan atau merekatkan silaturahmi. bisa diisi tahlil, istighosah maupun sholat tasbih, beda daerah beda adat/ kebiasaan Budaya ruwahan telah membentang doanya. Nanti para undangan yang pulangi sepanjang tanah nusantara, Kita lihat di masing – masing membawa berkat (biasanya Aceh, yang disebut Mengengan, Meugang, nasi atau kue-kue) dari tuan rumah. Adapun atau Makmeugang. Meugang tidak hanya yang kolektif, hampir sama dengan di daerah diartikan ziarah kubur tapi juga mandi ramai lain, biasanya dikumpulkan di masjid atau ramai membersihkan badan. Orang Jawa musholla. Para penduduk disitu membawa Tengah menyebutnya Padusan, Di Sumbar dan makanan lalu ada yang memimpin doa dan Riau mereka menyebutnya Mandi Balimau. diaminkan jamaah yang hadir. Mereka lalu Sedangkan di Tapanuli Selatan dinamakan mengakhiri acara dengan makan bersama. Marpangir. Selain sedekah dan doa sebagaimana di Makmeugang sendiri merupakan atas, ruwahan yang biasanya di minggu terakhir rangkaian aktivitas, membeli, mengolah bulan Sya’ban, juga mempunyai kegiatan lain, dan menyantap daging sapi. Meski intinya yakni nyadran (ziarah kubur) dan bersih –bersih menghidangkan dan makan sapi namun, desa. Ada pendapat yang mengatakan bahwa mereka juga menambahkan ayam ataupun pada ruwah adalah hari rayanya orang-orang daging kambing. yang sudah wafat. Maka menengok tempat akhir dari kehidupan manusia yaitu maqbaroh, Menurut sejarawan Aceh, Amir Hamzah, berziarah kubur adalah keharusan. Kita akan tradisi ini sudah terjadi sejak abad ke-14 melihat fenomena bagaimana makam makam yakni masa tersebarnya agama Islam kesana. akan sangat ramai dan membuat jalan sampai Mengengan biasanya dilakukan tiga kali macet pada Jumat terakhir bulan Sya’ban setahun, 2 hari sebelum bulan puasa tiba, 2 maupun hari terakhirnya. Adapun bersih hari sebelum hari Raya Idul Fithri dan 2 hari – bersih desa merupakan cara menyambut sebelum idul adha. Bulan puasa dan tentu juga kedatangan Ramadhan yang melambangkan dua hari raya itu adalah bulan yang baik. Mereka silaturahmi dan kegotong royongan umat. ingin menghidangkan dan bersedakah dengan makanan yang terbaik. Menurut A.Hasyimi Ada yang unik dalam budaya ruwahan dan Lombard, Meugangan juga dirayakan ini, yakni kekhasan kue yang disediakan oleh keluarga kerajaan Aceh Darussalam dan pada ruwahan; Apem, ketan dan kolak. diikuti dengan pembaikan sedekah kepada Entah bagaimana asal usul kata ini dalam fakir miskim. kaitannya dengan ruwahan. Dalam banyak literatur biasanya ungkapan atau makna kueh Dari Aceh menuju daerah lain, Bawean itu berasal dari sumber –sumber lisan yang di ujung Jatim juga masih melaksanakan ruwahan dengan mengantar makanan kepada 426 | Ensiklopedi Islam Nusantara

para sudara dan handai taulan. Sementara di ziarahi. Tradisi ini bagi masyarakat Kabupaten Lampung Timur diperingati dengan sholat Cirebon di bagian utara disebut juga sebagai tasbih dan pemberian makanan kepada fakir ngunjung buyut (berkunjung kepada para miskin. Adapun di Yogya, orang orang biasanya leluhur). membuat nasi Ambeng dan kemudian dibawa ke ketua dukuh (kepala kampung). Disitu lah Tradisi ini sebagaimana di banyak mereka membaca doa dengan dipimpin oleh tempat dulu memang adalah budaya animism ketua dukuh. Lalu dikuti ziarah ke makam dinamisme. Mereka biasanya membawa bersama-sama. sesajen makanan yang dipersembahkan kepada para roh agar terjadi keseimbangan Jawa Barat pun punya tradisi unik, alam dan bentuk syukur. Intinya, bahwa misalnya Cirebon. Keluarga kraton kasepuhan pada diri manusia itu, sadar akan eksistensi biasanya memperingati ruwahan ini di dalam yang Maha yang di luar kekuasaannya, itulah keratin dan tertutup untuk public. Namun kemudian yang mereka ekspresikan dalam tahun mereka melakukannya di masjid agung tingkat akal yang mereka pahami. sang cipta rasa dan dilanjutkan dengan ziarah ke astana gunung jati. Dimana Sunan Gunung Namun kekuatan strategi yang digunakan Jati disemayamkan. oleh para wali atau penyebar Islam mempunyai kekuatan yang luar biasa dalam mengubah Tradisi ruwahan sudah lama berlangsung, tradisi yang berlawanan dengan prinsip-prinsip sejak Islam yang disiarkan oleh Sunan Gunung Islam ini. Mereka tidak serta melarangnya, jati ke Cirebon. Jadi memperingatinya, dimana namun membentuk atau mewujudkan diakhiri dengan ziarah adalah juga untuk justru dalam hal yang dianjurkan oleh Islam mengingat perjuangan Sunan Gunung Jati. itu sendiri, ziarah, doa dan sedekah yang Menurut Sultan, Keraton Kasepuhan didirikan dikemas dalam nama apa saja sesuai lokalitas oleh Sunan Gunung Jati, karena itu tradisi – daerahnya. tradisi yang ada disesuaikan dengan dengan hari-hari besar Islam. Mengapa Sya’ban? Ruwahan keraton biasanya dilakukan Bagaimanapun tradisi ruwahan dilakukan, pertengahn bulan Sya’ban 15 berbarengan setidaknya ada tiga pesan dalam peringatan dnegan tradisi Nisfu Sya’ban. Karena pada itu; hari itu buku catatan amalan manusia ditutup. Maka pelaksanaanya biasanya dimulai dengan 1. Menyambut bulan suci Ramadhan sholat sunat 2 rakaat diteruskan baca yasin 3 kali. Selanjutnya acara diisi oleh Penghulu Bulan Sya’ban atau Ruwah memang Keraton, Kaum Masjid Agung dll. Dan seperti pintu bulan menuju bulan Ramadhan. biasa ada tawasulan dan doa yang diakhiri Pada saat inilah umat Islam bersiap-siap dengan makan nasi bogana. menyambut bulan mulia ini. Caranya bisa banyak melakukan ibadah dan bersih – Namun bagi masyarakat biasa, ruwahan bersih (diri maupun lingkungan). Pada adalah bentuk syukur dari karunia dan rizki bulan itu sebagaimana dalam salah satu yang selama ini diterima. Mereka mengadakan hadis yang diriwayatkan Usamah bin ruwahan dengan sedekah makam. Biasanya Zaid, Rasulullah banyak berpuasa karena setelah musim panen, namun mereka juga bis pada bulan itu amal manusia diangkat amengadakan pada bulan Ruwah.Itu adalah kepada Allah, sehingga beliau ingin pada wujud syukur masyarakat petani yang berhasil saat diangkat itu Rasululllah ingin dalam panennya tapi juga diikuti oleh masyarakat keadaan berpuasa. Di bulan Sya’ban itulah lain. kemudian ada malam nishfu Sya’ban, yaitu malam ke 15 dimana doa - doa dibacakan Dengan dibacakannya doa doa pada karena pergantian buku catatan amal acara ruwahan itu, mereka berharap doa-doa manusia. mengalir kepada para ahli kubur yang mereka Edisi Budaya | 427

Usamah bin Zaid bertanya kepada berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah Rasulullah s.a.w.:’Wahai Rasulullah, aku kami dan saudara-saudara kami yang tidak pernah melihatmu memperbanyak telah beriman lebih dahulu dari kami, berpuasa (selain Ramadhan) kecuali dan janganlah Engkau membiarkan pada bulan Sya’ban? Rasulullah s.a.w. kedengkian dalam hati kami terhadap menjawab:”Itu bulan dimana manusia orang-orang yang beriman; Ya Tuhan banyak melupakannya antara Rajab dan kami, sesungguhnya Engkau Maha Ramadhan, di bulan itu perbuatan dan Penyantun lagi Maha Penyayang.“ (QS. Al amal baik diangkat ke Tuhan semesta Hasyr: 10). alam, maka aku ingin ketika amalku diangkat, aku dalam keadaan puasa”. (h.r. 3. Bersedekah Abu Dawud dan Nasa’i). Pelajaran atau hikmah ketiga dalam tradisi 2. Berkirim doa kepada arwah ruwahan adalah bersedekah. Sedekah atau berbagi kepada orang lain telah Mendoakan kepada orang yang sudah membudaya sebelum Islam datang. Ketika wafat merupakan salah satu pahala yang menemukan tradisi sedekah bagian dari tidak putus bagi si mayat. Dalam acara ini, Islam, sebagaimana dalam salah satu doa – doa biasanya ada dalam tahllil atau hadits Nabi; ‘sedekah itu menolak bala’: istighosah yang ada dalam ruwahan ini. maka tradisi ini langsung bisa diadaptasi Tentu saja ini sejalan dengan ajaran Islam dalam Islam. Jelas sekali dalam ruwahan sebagaimana diriwayatkan dalam suatu itu, ada yang membagi-bagikan makanaan hadits yang sudah popular. baik individual ataupun kolektif. Jika seseorang meninggal dunia, maka 4. Merekatkan Silaturahmi terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang Ruwahan juga bermakna silaturahmi, dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” sebab mereka saling mengunjungi. Kalau (HR. Muslim) tidak mengundang yaruwahan masal dan kolektif. Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka [M Ulinnuha dan Ala’i Najib] Sumber Bacaan Amin, M. Darori. Islam dan Kebudayaan Jawa, (Yogyakarta: Gama Media, 2000). Bratawijaya, Thomas Wiyasa. Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1997). Hasil wawancara dari beberapa informan di daerah dearh yang disebut di atas. Henri Chambert –Loir dan Claude Guillot dkk Ziarah dan Wali di Dunia Islam (terj.) Jakarta ,Serambi Ilmu Semesta, April 2007 Irvan Fauzan, Tradisi Ruwahan di Desa Tunahan Jepara, 2016 (Penelitian tidak diterbitakn) M.Hariwijaya, Islam Kejawen, Yogyakarta, Gelombang Pasang 2004 Rasyid, Harun Nur. Ensiklopedi Makanan Tradisional Indonesia (Sumatera), (Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, 2004). Tradisi Meugang http://melayuonline.com /ind/ culture/dig/2294/tradisi-meugang Yusuf, Mundzirin, dkk. Islam dan Budaya Lokal, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Suka, 2005) 428 | Ensiklopedi Islam Nusantara

S Samadiyah Saman Sambatan Samenan Sanad Santri Sarung Sedekah Bumi Selametan Semakan Serat Seserahan Sewelasan Singir Sinoman Sorogan Sowan Suroan Surau Syair Syawalan



Samadiyah Samadiyah adalah salah satu tradisi sangat kuat terpancar dalam ritual Samadiyah khas Islam Nusantara yang berasal dari ini. wilayah Aceh. Samadiyah dimaknai sebagai sebuah upacara pasca kematian yang Setelah upacara pemakaman jenazah, berupa pembacaan doa dan beberapa ayat al- masyarakat gampong melaksanakan ritual Qur’an secara bersama-sama, yang dilakukan doa bersama pasca kematian, terhitung sejak oleh warga gampong (kampong). malam pertama hingga malam ketujuh. Di Aceh, tradisi berdoa untuk orang meninggal Upacara ini berlangsung selama tujuh disebut “Khanduri Matee” (kenduri orang malam berturut-turut, terhitung sejak hari meninggal). Semua ritual itu diselenggarakan pertama mayat dikebumikan di dalam kubur. oleh ahli waris yang di tinggalkan. Juga dibantu Upacara ini dimulai setelah selesai shalat oleh masyarakat gampong setempat. maghrib dan setelah segenap warga gampong berkumpul. Pada malam pertama setelah mayat dalam kuburan, para warga gampong akan Tempat Samadiyah dilakukan adakalanya berdatangan ke rumah orang yang meninggal di meunasah, masjid, atau rumah duka. itu untuk menggelar ritual Samadiyah. Kegiatan ini dilakukan dengan sukarela dan Tentu, selain hendak ber-Samadiyah-an, sebagai ungkapan turut berduka cita dari tujuan kedatangan mereka juga terutama warga dan tetangga, serta sebagai bentuk hendak menghibur keluarga yang baru dari spirit gotong royong, saling berbagi, dan ditinggal pergi oleh mendiang almarhum, tolong menolong. berbagi meringankan perasaan duka dan menghilangkan perasaan kesepian setelah Samadiyah berasal dari salah sifat Allah, ditinggal mati. yakni “al-Shomad”, yang berarti tempat bergantung. Upacara ini disebut dengan Para pengunjung yang datang akan “Samadiyah” karena di dalamnya ditonjolkan membawa buah tangan yang terdiri dari pembacaan surat al-Ikhlas, di mana surat itu berbagai jenis makanan ringan, seperti kue- menyebut “Allahu-sh Shomad” (Allah tempat kue, gula, kopi dan teh, beras, hasil bumi, dan bergantung) pada ayat kedua. lain-lain. Makanan ringan tersebut kemudian dimakan bersama-sama. Ada juga sebagian Di Jawa, ritual Samadiyah ini serupa pengunjung lainnya yang memberikan sedekah dengan ritual Tahlilan. Bacaan do’a dan uang kepada keluarga duka. Pembawaan petikan-petikan ayat al-Qur’an dalam makanan ringan ini, terutama oleh kerabat Samadiyah juga relatif sama dengan bacaan orang yang meninggal itu, para tetangga dan do’a Tahlilan. Hanya saja, dalam ritual dan handai tolan, mempunya makna agar Samadiyah, pembacaan surat al-Ikhlas mengurangi beban dan menghibur keluarga diperbanyak, biasanya sampai 33 atau 100 kali. yang terkena musibah kematian. Semangat ibadah, tepa salira, tolong Sehubungan dengan jumlah kegiatan menolong, saling berbagi, dan gotong royong Edisi Budaya | 431

ini yang sebanyak tujuh malam itu, maka 1. Memulai oleh Imam secara sir dengan persiapan-persiapan pun diusahakan untuk membaca (niat samadiyah). mencukupi selama masa tersebut. Biasanya persiapan-persiapan itu terdiri dari jenis ‫ِاﻟﻰ َﺣ ْﻀ َﺮ ِة اﺠﺒﻲ اﻟﻤﺼﻄﻔﻰ ﻣﺤﻤﺪ رﺳﻮل اﷲ ﻋﻠ�ﻪ‬ makanan ringan dan makanan berat. Acara makan baik jenis kue-kue ataun makanan ‫وﺳﻠﻠﻢ وﻟﺒ ا� واﺻﺤﺎ ﺑﻪ وذرﻳﺎﺗﻪ وذوﺧﻪ واﻫﻞ‬ berat seperti laksa, bubur, opor, dan lain-lain, tampaknya berlangsung sangat sederhana. ‫ﺑﻴﺘﻪ اﺣﻤﻌﻴﻦ ﺷﻢ ﺧﺼﻮﺻﺎ اﻟﻰ اﻟﺮوح )ﻓﻼن ﺑﻨﻰ‬ Usaha untuk melaksanakan persiapan ..............................‫ﻓﻼن( ﻓﻰ اﻟﻘﺒﻮر اﻟﻔﺎﺗﺤﻪ‬ kenduri tersebut dilakukan oleh para sanak famili almarhum yang ditinggalkan, dengan 2. Membaca surat ‫ ﺍﻟﻔﺎﲢﺔ‬bersama-sama. dibantu oleh para tetangga dan handai tolan. ‫اﻟﻠﻬﻢ اﻏﻔﺮ ﺠﺎ ذﻧﻮ ﺑﻨﺎ ﺻﻐﻴﺮا وﻛﺒﻴﺮا �ﺎر ﺣﻢ‬ Dalam kegiatan upacara kenduri ٣x...............‫راﺣﻤﻴﻦ‬ Samadiyah ini, terlibat para tetua gampong, mulai teungku imam meunasah, tuanku 3. Membaca Istighfar bersama-sama. gampong, dan lain-lain. Teungku imam meunasah terlebih dahulu memberi tahukan ‫اَ ْﺳﺘَ ْﻐ ِﻔ ُﺮا َﷲ اﻟْ َﻌ ِﻈ�ْ َﻢ ِﻣ ْﻦ ُﻛ ِّﻞ َذﻧْ ٍﺐ َﻋ ِﻈ�ْ ِﻢ اَ َّو ًﻻ وآ ِﺧ ًﺮا‬ kepada anggotanya terutama sekali orang- ٣×.... ‫َو َﻇﺎ ِﻫ ًﺮا َو َﺑﺎ ِﻃﻨًﺎ �َﺎا ُﷲ �َﺎ َرﺣْﻤ ُﻦ �َﺎ َﻟ ُﻔ ْﻮ ُر �َﺎ َر ِﺣ�ْ ُﻢ‬ orang yang pandai membaca al-Qur’an dan Samadiyah. Karena acara yang paling puncak «Aku meminta keampunan akan ALLAH pada ritual ini adalah saat membaca al-Qur’an yang megah, dari sekalian dosa besar, baik dan Samadiyah. pada awal, pada akhir, pada dhahir dan pada bathin. Wahai ya ALLAH, yang maha Setelah selesai pembacaan Samadiyah, pengasih, maha pengampun dan maha kasih kepada hadirin disuguhkan beberapa bahan sayang». makanan ringan dan juga makanan berat. Setelah selesai makan, sang imam memohon ‫َﺳ َﻤ ِﻌ ْﻰ‬ ‫اَ ْﺳﺘَ ْﻐ ِﻔ ُﺮا َﷲ اﻟْ َﻌ ِﻈ�ْ َﻢ ِﻣ ْﻦ ُﻛ ِّﻞ َذﻧْ ٍﺐ َﻋ ِﻈ�ْ ِﻢ ِﻣ ْﻦ‬ kepada keluarga duka untuk pulang ke rumah x ٣..................... ‫َو َﺑ َﺼ ِﺮ ْى َو َﻛﻠﺎَ ِﻣﯩ َﻮﻓُ َﺆ ِدى‬ masing-masing. «Aku meminta keampunan akan ALLAH Samadiyah malam pertama orang yang megah, dari sekalian dosa besar, meninggal biasanya dilakukan di rumah baik dari pendengaranku, penglihatanku, duka, atau bisa juga di meunasah sebagai pembicaraanku dan dari hatiku». pusat aktivitas gampong. Lalu ada Samadiyah malam ketiga disebut “khanduri malam lhee” ‫اَ ْﺳ َﺘ ْﻐ ِﻔ ُﺮا َﷲ َﺠَﺎ َوﻟِ َﻮا ِ ِ�ﻧﺎَ وﻟِ َﻤ َﺸﺎ ِﻳ ِﺨﻨَﺎ َوﻟِﺠَ ِﻤ�ْ ِﻊ‬ (kenduri malam tiga), dimana saudara yang ‫اْﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻤ ْﻴ َﻦ َوﻟِﺠَ ِﻤ�ْ ِﻊ اْ َﻻ ْو ِ َ�ﺎ ِء َواﻟ ُّﺸ َﻬ َﺪا ِء َواﻟ َّﺼﺎﻟِ ِﺤ ْﻴ َﻦ‬ masih hidup datang ke rumah duka untuk mendoakan yang meninggal dunia. Para tamu x ٣.... yang datang membawa oleh-oleh ala kadarnya, semampunya. Sebelum berdoa, para tamu «Aku meminta keampunan akan ALLAH disuguhi makan malam bersama. bagi diri kami, ibu-bapak kami, orang-orang tua kami dan bagi sekalian orang muslim, Seunujoeh adalah sebutan untuk bagi para auliya, para syuhada dan bagi Samadiyah hari ketujuh. Seuneujoh orang-orang yang shalih». merupakan puncak daripada upacara kematian setelah jenazah dikuburkan. Pada Samadiyah �‫اﻟﻠﻬﻢ ﺻﻠﻰ ﻟﺒ ﺳ�ﺪن ﻣﺤﻤﺪاﺑﺪك ورﺳﻮﻟﻚ اﺠ‬ Seunujoeh lebih ramai dari samadiyah ٨x...........‫اﻻﻣﻰ وﻟﺒ ا� وﺻﺤﺒﻪ وﺳﻼم‬ sebelumnya, orang lebih banyak berdatangan. 4. Membaca Shalawat. Berikut ini adalah tata cara dan bacaan Samadiyah; ‫اﻟﻠﻬﻢ اﻏﻔﺮ ﺠﺎ ذﻧﻮ ﺑﻨﺎ ﺻﻐﻴﺮا وﻛﺒﻴﺮا �ﺎر ﺣﻢ راﺣﻤﻴﻦ‬ ٣x 432 | Ensiklopedi Islam Nusantara

5. Imam membaca : ‫َﻳ َﻘ َّﺒ َﻞ ا ُﷲ ِﻣ َّﻨﺎ َو ِﻣﻨْ ُﻜ ْﻢ‬ «Dengan nama ALLAH yang maha pengasih lagi maha penyayang». «Katakanlah 6. Jawaban Jama`ah bagi bacaan Imam : aku berlindung kepada tuhan manusia, Raja manusia, Sembahan manusia, dari ‫ااﷲ �ﺘﻘﺒﻞ ا�� ﺋﻨﺎ و ا��ء�ﻢ‬ keburukan Syaitan yang bisa bersembunyi, yang membisik kejahatah dalam dada Kemudian langsung disambung dengan: manusia, dari kaum jin dan manusia». ‫أَ ُﻋ ْﻮ ُذ ﺑِﺎا ِﷲ ِﻣ َﻦ اﻟ َّﺸ�ْ َﻄﺎ ِن اﻟ َّﺮ ِﺟ�ْ ِﻢ‬ ‫ﻧاأََ*َﻟ ْﻏۢ َّْآﺮﺴَﻌِِﺣَﺘﻣْ ْﻤِْﻤﻌﻴا َِْﻴَﻦﻦُﺖﻦِﷲ�َاﺎﻟا*َﻋَّﻟﺮ َرِﻠَاَّﺮِ�ْﺣ َّْﺣﻫِْ�ْﻬبﻤِِﺪﻢْاﻢِﻧَﻟﻦْﺎ* َﻌَاﻟاﺎَﻟﻣﻟْﻟﻴََّﺎﺮِِﻟﺮِِّﻤﺼ ِْﺣاﻴَِﻟﺮ�َْْﻚاﻦَِﻤﻢَ�َ ْ*ﻐ ْطﻮ* ُِماْاَﻀﻟاﻟُْﻮﻤْﺤَ ِِّ� ْْﻤ�ﺴبْ َﺘُِﺪﻦِِﻘَﻋ�ْ*ﻠَ َ�ْﻢِإِﷲ ِ�َّﻬ*ﺎَرْﻢ َ ِّكِﺻَبو َﻏَﺮاَْْﻻاﻌﻟ ُﺒَاَﻌﻟُطﺎﺪﻟَ َّاَِﻤﻀوَّإِﺎِْﻴ��َّﻟَِّْﺎﻓﻦْﻴ َََكﻦ*ﻦ‬ ‫ِۢ ا ِﷲ اﻟ َّﺮﺣْﻤ ِﻦ اﻟ َّﺮ ِﺣ�ْ ِﻢ‬ «Dengan nama ALLAH yang maha pengasih lagi maha penyayang». «Segala puji bagi «Dengan nama ALLAH yang maha pengasih ALLAH tuhan sekalian alam, maha pemurah lagi maha penyayang, yang menguasai lagi maha penyayang». hari pembalasan, hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan kepada Engkau kami ‫َوﻟَ ْﻢ‬ * �ْ َ ‫�ُ ْﻮ‬ ‫َوﻟَ ْﻢ‬ ‫�َ ِ ْﺘ‬ ‫ﻟَ ْﻢ‬ * ‫ا ُﷲ أَ َﺣ ٌﺪ * اَ ُﷲ اﻟ َّﺼ َﻤ ُﺪ‬ ‫ُﻗ ْﻞ ُﻫ َﻮ‬ mohon pertolongan, tunjukilah kami kejalan ‫أَ َﺣ ٌﺪ‬ ‫ُﻛ ُﻔ ًﻮا‬ َّ ‫�َ ُﻜ ْﻦ‬ yang lurus, yaitu jalan-jalan orang yang ٣٣x � telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan-jalan orang yang dimurkai, dan «Katakan oleh mu wahai Muhammad, bukan pula jalan-jalan orang yang sesat». bahwa ALLAH itu satu, lagi allah adalah «Terimalah do›a kami wahai tuhan seru yang dibutuhkan, yang tidak pernah beranak sekalian alam». dan diperanakkan, dan tiada satu pun yang sama dengannya». Kemudian membaca ini Langsung disambung dengan : ‫اﻟﻠﻬﻢ اﻏﻔﺮ �)ﻫﺎ(ورﺣﻤﻪ)ﻫﺎ(و�ﻓ�ﻪ)ﻫﺎ(واﻋﻔﻮ‬ (‫ﻋﻨﻪ)ﻫﺎ(واﻛﺮﻳﻢ ﻧﺬ�)ﻫﺎ(¸ووﺳﻊ ﻣﺪﺧﻠﻪ)ﻫﺎ‬ ‫اَ َﻻ ِا� ِإ َّﻻ ا ُﷲ اﻟﻤﻠﻚ اﻟﺤﻖ اﻟﻤﺒﻴﻦ ﻣﺤﻤﺪارﺳ َﻮاﷲ‬ ٣x..............................‫ﺻﺎدق وﻋﺪ اﻣﻴﻦ‬ ‫واﻏﺴﻠﻪ)ﻫﺎ(ﺑﺎﻟﻤﺎء واﻟﺴﻠﺞ واﻟﺒﺮدوﻧﻘ�ﻪ)ﻫﺎ(ﻣﻦ‬ Kemudian disambung dengan : ‫اﻟﺨﻄﺎ ﻛﻤﺎ�ﻨ� اﻟﺼﻮب اﻻﺑ�� ﻣﻦ ا�ﻧﺎس‬ ٣‫ا َﺷۢ َّﺠ ِّﺮَِّﻔﺎاَﻣﺛَﺎﺎ ِﷲِ َتﺧاﻟﻠَ َِّﻓﺮَﻖﺣﻰْﻤ*ا ِﻟْﻦ َُوﻌا َِﻟﻣﻘ َّﺮِْﺪﻦ ِﺣ*�َْﺷ ِﻢَِّﺮو*ِﻣﻟ َﻗُْﺬﻦ ْ ِﻞﺳ ٍَأَﺷﻖ ُِّﺮﻋ ِا ْﻮَذ ُذاَﺣﺑِﺎ َوَﺮِﻗَﺳ ِّ ٍﺪَبﺐاِاﻟْ*َذ َﻔا َﻠَو ِِﻣَﻖﺣ ْﻦ*َﺴ َِﻣَﺷﺪ ِّْﻦﺮ‬ ‫واﺑﺪ�)ﻫﺎ(دارﺧﻴﺮاﻣﻦ داره)ﻫﺎ(واﻫﻼﺧﻴﺮاﻣﻦ‬ ................................…٣x (‫اﻫﻠﻪ)ﻫﺎ(وزوﺟﺎﺧﻴﺮاﻣﻦ زوﺟﻪ)ﻫﺎ(وادﺧﻠﻪ)ﻫﺎ‬ «Dengan nama ALLAH yang maha pengasih ‫اﻟﺠﻨﺔواﻋﺪه)ﻫﺎ(ﻣﻦ اﻟﻌﺬاب اﻟﻘﺒﺮ وﻓﺘﻨﺘﻪ وﻣﻦ‬ lagi maha penyayang». «Katakanlan wahai .‫ﻋﺬاب اﻛﺎر‬ Muhammad, aku berlindung dengan tuhan (‫اﻟﻬﻢ ﻻ ﺗﺤﺮﻣﻨﺎاﺟﺮه)ﻫﺎ(وﻻ ﺗﻔﺘﻨﺎ ﺑﻌﺪه)ﻫﺎ‬ yang menguasai subuh, dari kejahatan ‫واﻏﻔﺮﺠﺎو�)ﻫﺎ(وﻟﻼﺧﻮاﻧﻨﺎا��ﻦ ﺳﺒﻘﻮن ﺑﺎﻻ�ﻤﺎن‬ makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam ‫وﻻﺗﺨﻌﻞ ﻓﻰ ﻗﻠﻮﺑﻨﺎ ﻏﻞ ﻟ��ﻦ اﻣﻨﻮا رﺑﻨﺎ اﻧﻚ رؤف‬ apabila telah gelap gulita, dan dari .‫رﺣ�ﻢ‬ kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang Edisi Budaya | 433 menghembus pada buhul-buhul, dan dari orang-orang yang dengki apabila ia dengki». *‫*ِﻣ ْﻗُﻦ ْﻞ َﺷأَِّﺮ ُﻋاﻟْْﻮ َُﻮذ ْﺳﺑِ َﻮَﺮا ِِّبسااْﻟَّﺠﺎﺨَ َِّﻨﺎسِس‬ ‫ِۢ ا ِﷲ اﻟ َّﺮﺣْﻤ ِﻦ اﻟ َّﺮ ِﺣ�ْ ِﻢ‬ * ‫َﻣ ِﻠ ِﻚ ا َّﺠﺎ ِس ِا ِ� ا َّﺠﺎ ِس‬ ‫* اَ َّ ِ� ْي �ُ َﻮ ْﺳ ِﻮ ُس ِﻓ ْﻰ ُﺻ ُﺪ ْو ِر ا َّﺠﺎ ِس * ِﻣ َﻦ اْﻟ ِﺠ َّﻨ ِﺔ‬ ..…..............…… ٣٣x * ‫َوا َّﺠﺎ ِس‬

‫‪7. Membaca Zikir (tahlil).‬‬ ‫‪dan kema›rifahanMu».‬‬ ‫‪8. Membaca Do`a oleh Imam.‬‬ ‫‪- Imam membaca :‬‬ ‫اﻟﻠﻬﻢ اﺟﻌﻞ ﺛﻮب ﻣﺎ ﻗﺮاﻧﺎه ﻓﻲ ﻫﺬا اﻣﻜﺎن ﻣﻦ اﻟﻘﺮان‬ ‫اَﻓْ َﻀ ُﻞ ا ِّ� ْﻛ ِﺮ ﻓَﺎ ْﻋﻠَ ْﻢ اَﻧَّﻪ‬ ‫اﻟﻌﻀ�ﻢ وﻣﻦ ﺻﻼواﺗﻨﺎ وﻣﻦ ﺳﻮرة اﻻﺧﻼص‬ ‫وﺗﻬﻠ�ﻨﺎ ﻫﺪ�ﺔ ﺑﻠﻐﺔ ﻣﻨﺎ اﻟﻠﻨﺒﻲ اﻟﻤﺼﻄﻒ رﺳﻮل اﷲ‬ ‫‪«Ketahuilah bahwa sebagus-bagus zikir‬‬ ‫ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠ�ﻪ وﺳﻼم و ﻋﻞ ﻋﻠﻪ واﺻﺤﺎﺑﻪ‬ ‫‪adalah».‬‬ ‫اﺟﻤﻌﻴﻦ‪ .‬واوﺻﻞ ﺛﻮاب ﻣﺜﻞ ﺛﻮاب ذﻟﻚ ﺣﺼﻮ ﺻﺎ‬ ‫اﻟﻰ اﻟﺮوح ﻓﻼن ﺑﻦ ﻓﻼن ﻓﻰ اﻟﻘﺒﺮ ﺑﺮﺣﻤﺘﻚ �ﺎرﺣﻢ‬ ‫‪- Bacaan bersama :‬‬ ‫َﻻ ِا� ِإ َّﻻ ا ُﷲ ‪٩٩x‬‬ ‫رﺧﻤﻴﻦ‪ .‬اﻟﻠﻬﻢ اﻏﻔﺮ� وارﺧﻤﻪ و�ﻓ�ﻪ واﻋﻒ ﻋﻨﻪ‬ ‫واﻛﺮﻳﻢ ﻧﺬ� واﺟﻌﻞ اﻟﺠﻨﺔ ﻣﺸﻮ ا�ﻪ‪ ,‬اﻟﻬﻢ ﻻ‬ ‫‪«Tiada tuhan yang‬‬ ‫‪berhak disembah‬‬ ‫ﺗﺤﺮﻣﻨﺎاﺟﺮه)ﻫﺎ(وﻻ ﺗﻔﺘﻨﺎ ﺑﻌﺪه)ﻫﺎ(‬ ‫‪melainkan ALLAH».‬‬ ‫واﻏﻔﺮﺠﺎو�)ﻫﺎ(وﻻاﺧﻮاﻧﻨﺎا��ﻦ ﺳﺒﻘﻮن ﺑﺎﻻ�ﻤﺎن‬ ‫وﻻﺗﺠﻌﻞ ﻓﻰ ﻗﻠﻮﺑﻨﺎ ﻏﻞ ﻟ��ﻦ اﻣﻨﻮا رﺑﻨﺎ اﺠﻚ رؤف‬ ‫‪Disambung dengan :‬‬ ‫رﺣ�ﻢ‪ .‬اﻟﻠﻬﻢ اﺟﻌﻞ ﻗﺒﺮه روﺿﺔﻣﻦ رﻳﺾ اﻟﺠﻨﻪ‬ ‫وﻻﺗﺠﻌﻞ ﻗﺒﺮه ﺧﻔﺮة ﻣﻦ ﺧﻔﺮ اﺠﻴﺮان‪ ,‬اﻟﻠﻬﻢ ﺑﻠﻎ‬ ‫ﻣُﺤَ َّﻤ ُﺪ اﻟ َّﺮ ُﺳ ْﻮ ُل ا ِﷲ َﺻﻠَّﻰ ا ُﷲ َﻋﻠَ�ْ ِﻪ َو َﺳ َّﻠ َﻢ ﻛَﻠِ َﻤ ُﺔ َﺣ ٍّﻖ‬ ‫ﺷﻮاب ذﻟﻚ ﻣﻦ ا�ﻪ)ﻫﺎ( واﺟﻌﻞ ﻧﻮرا ﻣﻨﻴﺮا ﺑﻴﻦ ا�ﺪ‬ ‫ِﻣَﻋ َﻠَﻦ�ْاَْﻬﺎ� ِﻣﻧَ ِﻨﺤْ َْ�ﻴﺎَﻦ َوﺑِ ََﺮﻋﺣْﻠَ�َْﻤ َﻬ ِﺎﺖ َﻏا ُﻤ ْﻮِﷲ ُ َوت َﻛ َوَﺮﺑِ ِﻣَﻬﺎ َﻚ ُﻏﺒْ َﻌﺜُ ْﻮا ِا ْن َﺷﺎ َء ا ُﷲ‬ ‫�ﻬﻢ وﻓﻜﺎ ﻛﺎ ﻟﻬﻢ ﻣﻦ اﺠﺎر �ﺎ ��� اﻟﺴﺎ ﺋﻠﻴﻦ‪ .‬وﺻﻠﻰ‬ ‫اﷲ ﻟﺒ ﺳ�ﺪ ﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ وﻟﺒ ا� واﺻﺤﺎ ﺑﻪ وﺳﻼم‪,‬‬ ‫‪«Muhammad adalah utusan ALLAH, rahmad‬‬ ‫ﺳﺒﺤﺎن رﺑﻚ رب اﻟﻌﺰة ﻋﻤﺎ �ﺼ�ﻔﻮن وﺳﻼم ﻟﺒ‬ ‫‪dan sejahtera atasnya, itulah kalimat yang‬‬ ‫‪benar, di atasnya kita hidup dan atasnya kita‬‬ ‫اﻟﻤﺮ ﺳﻠﻴﻦ وﻟﺤﻤﺪ اﷲ اﻟﻌﺎ ﻟﻤﻴﻦ‪ ..‬اﻟﻔﺎ ﺗﺤﻪ‬ ‫‪mati dan dengannya pula kita dibangkitkan,‬‬ ‫‪jika ALLAH mengkehendak kita sebagian‬‬ ‫‪Sesudah do’a disunahkan membaca do’a‬‬ ‫‪dari orang-orang yang aman, dengan‬‬ ‫‪salawat bersama sama.‬‬ ‫‪rahmatnya dan kemuliaannya».‬‬ ‫]‪[A Ginanjar Sya’ban‬‬ ‫‪Disambung dengan :‬‬ ‫أَ ْﻋ ِﻄ ِﻨ ْﻰ‬ ‫َﻣ ْﻄﻠُ ْﻮ ِ ْ�‬ ‫َو ِر َﺿﺎ َك‬ ‫ِاﻟ ِﻬ ْﻰ أَﻧْ َﺖ َﻣ ْﻘ ُﺼ ْﻮ ِد ْى‬ ‫ﻣَﺤَ َّﺒﺘَ َﻚ َو َﻣ ْﻌ ِﺮ َﻓﺘَ َﻚ‬ ‫‪«Wahai tuhanku, Engkaulah yang aku‬‬ ‫‪maksudkan dan keridhaanMulah yang aku‬‬ ‫‪tuntut. Maka berikanlah daku kecintaanMu‬‬ ‫‪434 | Ensiklopedi Islam Nusantara‬‬

Saman (TARI) Salah satu jenis tarian khas dari daerah Cara menyanyikan lagu-lagu dalam Gayo di Aceh Utara. Tarian ini dikenal tari saman dibagi dalam 5 macam, yaitu (1) juga dengan nama “tarian seribu tangan” “regnum”, yaitu auman yang diawali oleh dan identik sebagai tarian khas Aceh secara pengangkat, (2) “dering”, yaitu rengum yang umum. Tari ini dimainkan oleh sepuluh orang, segera diikuti oleh semua penari, (3) “redet”, tak boleh kurang dan tak boleh lebih. Delapan yaitu lagu singkat dengan suara pendek orang berlaku sebagai penari, dan dua orang yang dinyanyikan oleh seorang penari pada berlaku sebagai pemberi komando atau aba- bagian tengah tari, (4) “syekh”, yaitu lagu yang aba sekaligus sebagai penyenandung nyanyian. dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai Delapan orang penari itu akan tanda perubahan gerak, dan (5) “saur”, yaitu memperagakan berbagai macam gerak tari lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari yang unik, yang didominasi dalam gerak duduk setelah dinyanyikan oleh penari solo. dan bertepuk, utamaya tepuk tangan, dada, paha, dan lantai. Karena kekuatan utama Tari Tari Saman dilakukan dengan tidak Saman adalah pada gerak dan tepuk yang diatur menggunakan iringan alat musik, namun dan dimainkan sedemikian rupa dan bertata hanya dengan menggunakan suara dari aturan. Sementara, dua orang penyenandung para penari dan tepuk tangan mereka yang akan menyanyikan lagu-lagu pengiring tarian dikombinasikan dengan memukul dada, itu. pangkal paha, atau dinding lantai. Di antara tepuk dan gerak yang dikenal Sebelum dimulainya tari, biasanya dipandu dalam Tari Saman adalah gerak guncang, oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut kirep, lingang, dan surang-saring. Sementara, syaikh. Sang syaikh akan terlebih dahulu lagu-lagu yang disenandungkan sebagai memberikan sambutan dan petuah-petuah pengiring tari adalah lagu-lagu khas Aceh yang ajaran kemuliaan dalam agama Islam. bernafaskan religi dan kepahlawanan. Para penari saman memakai kostum Tari ini menuntut keseragaman formasi seragam khas Aceh: bulan teleng di kepala, dan ketepatan waktu yang dilakukan oleh penutup leher, dan gelang di kedua pergelangan kedelapan pelaku tari. Karena itu, sudah tangan. Sebelum menari, para penari duduk menjadi sebuah keharusan bagi para pelaku berbaris memanjang ke samping dengan tari yang memperagakan tarian ini untuk lutut ditekuk. Syeikh duduk di tengah‐tengah memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan para penari lainnya kemudian menyanyikan yang serius agar dapat tampil dengan baik. syair atau lagu yang diikuti dengan berbagai gerakan oleh penari yang lain. Gerakan dan Sementara itu, dalam menyenandungkan lagu yang dinyanyikan memiliki hubungan lagu pengiring tari, penyenandung tidak asal yang dinamis, sinkron, dan memperlihatkan menyenandungkan lagu begitu saja. Tetapi kekompakkan. Tarian ini diawali dengan satu ada aturan dan lagu-lagu tertentu yang gerakan lambat, dengan tepuk tangan, tepuk disenandungkan sesuai dengan masanya. dada, dan paha, serta mengangakat tangan ke Edisi Budaya | 435

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/ Nabi Muhammad di surau-surau atau masjid di daerah Gayo, namun pada perkembangannya atas secara bergantian. Semakin ia juga kemudian dimainkan pada acara- acara umum seperti acara pesta ulang tahun, lama, gerakan tarian ini semakin cepat pernikahan, khitan, dan acara lainnya hingga hingga tari saman pun berakhir. sekarang. Sejarah Tari Saman berkaitan erat dengan Dalam Tari Saman berpadu berbagai unsur proses dakwah Islam di wilayah tersebut, nilai yang menakjubkan; keluhuran ajaran yaitu pada abad ke-14 M. Beberapa sumber agama, kemurnian sejarah, kedalaman nilai mengatakan jika tarian ini diciptakan oleh budaya, keindahan seni tarik suara dan gerak Syaikh Saman, salah seorang juru dakwah tari. Selain itu, pada tarian ini juga tercermin agama Islam pada masa itu dari dataran tinggi nilai-nilai luhur keagamaan, pendidikan, tata Gayo di wilayah utara Aceh, sebagai salah satu krama, kepahlawanan, kebersamaan, gotong media dan strategi penyebaran agama Islam di royong, dan kekompakan. sana. [A Ginanjar Sya’ban] Tari saman di masa Kesultanan Aceh hanya ditampilkan pada acara perayaan Maulid 436 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Sambatan Dalam tradisi Jawa kata sambat memiliki keinginan berpartisipasi dalam sambatan. banyak makna. Beberapa kamus Tidak ada batasan usia yang mengatur peserta bahasa Jawa menerangkan bahwa kata sambatan. Mereka yang merasa mampu secara sambat memiliki arti mengeluh minta tolong fisik boleh ikut sambatan. dan gegayutan, sesambungan, gegandengan (lihat Sudaryanto, 1991:275, Sastro Utomo, Dalam konteks ilmu hikmah (semacam 2009: 411 dan Prawiraatmodjo, 1989: Jilid ilmu gaib dalam Islam) yang berkembang di II/105). Masing-masing makna digunakan pesantren di Jawa, kata sambatan digunakan sesuai konteksnya. Kata sambat yang berarti untuk menunjuk sebuah asma yang berguna mengeluh sering berhubungan dengan suatu sebagai media memanggil ruh seorang keadaan yang tidak sesuai harapan. Baik dalam pendekar yang menguasai satu jurus tertentu hal ekonomi maupun kesehatan. Misalkan agar memasuki diri seseorang. Tersebutlah pada kalimat, wong-wong podo sambat mongso beberapa istilah seperti asma sambatan pacekilik iki golek gawean angel. Artinya orang- karomah, sambatan khadam jurus, atau sekedar orang ada mengeluh saat paceklik seperti kata nyambat dan lain sebagainya. Semua istilah ini pekerjaan susah. Sementara makna ini mengandaikan satu pemahaman yang sama gegayutan, sesambungan dan gegandengan yaitu harapan datangnya sebuah bantuan (saling membantu, saling berhubungan, dari alam gaib supaya dapat dimanfaatkan bersama-sama) lebih merupakan makna sebagaimana tujuan. Makna ini hanya difahami kembangan yang menunjuk pada hilangnya oleh sedikit orang yang memiliki hubungan keluhan tersebut, inilah arti kata sambatan. khusus dengan pengembangan dunia spiritual. Dengan menambah akhiran ‘an’ persoalan yang dikeluhkan dalam kata sambat menjadi Di Jawa (khususnya Jawa tengah, Jawa hilang. Artinya kata sambatan yang berarti Timur dan sebagian Jawa Barat) kata sambatan saling membantu merupakan solusi untuk digunakan untuk menunjuk kegiatan gotong menghilangkan berbagai keluhan yang royong dalam pembangunan fisik baik untuk terdapat dalam kata sambat. fasilitas umum seperti masjid, jembatan, langgar dan lain sebagainya, ataupun fasilitas Dalam bahasa Indonesia kata sambatan pribadi seperti rumah, gubug di tengah dapat diterjemahkan dengan gotong royong sawah dan lain lain. Maka bisa dikatakan ayo atau saling membantu, dan bekerja sama. Kata sambatan omahnya si A (ayuk, gotong royong sambatan yang diartikan dalam bahasa Jawa membangun rumh si A) atau ayo sambatan dengan kata-kata gegayutan, sesambungan, mbangun langgar (ayuk, gotong royong gegandengan menyimpan makna saling, bangun mushalla) dan lain sebagainya. Dalam saling gayut (saling bergantungan) sambung perkembangannya kemudian kata sambatan (saling berhubungan) dan gandeng (saling juga digunakan untuk menjelaskan kegiatan bergandengan). Menunjukkan sifat aktif dua saling membantu memasak, terutama ketika pihak antara yang meminta bantuan atau yang datang hajat besar. Bisa karena pernikahan, dibantu (nyambatake) dan yang membantu hitanan ataupun keperluan lebih kecil seperti atau para penyambat. Para Penyambat atau syukuran, tahlilan dan lain sebagainya. orang yang ikut serta dalam sambatan adalah Sambatan dalam ranah dapur di lakukan ketika semua anggota masyarakat yang memiliki memerlukan aktifitas memasak yang tidak Edisi Budaya | 437

seperti memasak keseharian -extra ordinary para tetangga dekat. cooking- tentunya pelaku samabatan dalam konteks ini hanya diikuti oleh perempuan. Selain para penyambat, dalam setiap Seperti halnya samabatan pembangunan yang sambatan selalu ada tim inti yang terdiri para didominasi para lelaki. Meskipun seringkali tukang. Tukang adalah tenaga ahli yang dibayar terjadi gabungan antara sambatan di dapur dan secara profesional oleh tuan rumah (orang sambatan pembangunan. Mengingat semua yang nyambatno). Dialah yang bertanggung aktifitas lelaki dalam sambatan pembangunan jawab penuh akan prosesi sambatan. Dia membutuhkan konsumsi yang banyak yang pula yang akan membagi dan mengarahkan secara otomatis menuntun proses memasak pekerjaan kepada setiap peserta sesuai yang tidak seperti biasa. Oleh karena itu dengan kemampuan dan kebisaannya. Dalam seorang tetaangga dekat akan terlibat secara masyarakat modern posisi tukang diisi oleh keseluruhan dalam proses sambatan. Seorang para arsitektur. Berbeda dengan tukang sebagai istri ikut sambatan di dapur untuk memasak. pekerja profesional yang diupah, oleh tuan Sementara suami ikut menjadi penyambat. rumah para penyambat biasanya disediakan makan siang, snack dan juga minum2an. Tidak Dalam konteks tertentu kata sambatan ada perbedaan fasilitas antar tukang dan para juga digunakan untuk menunjukkan saling penyambat kecuali soal upah bayaran. membantu secara finansial. Hal ini hanya dilakukan ketika terjadi sebuah musibah. Pada dasarnya sambatan bersifat sukarela Contoh sambatan untuk membantu korban bukan sebuah kewajiban. Sambatan adalah banjir, atau membantu keluarga korban kegiatan sosial yang dilaksanakan untuk kecelakaan dan lainnya. Istilah sambatan di meringankan beban pembangunan. Oleh sini lebih dekat pada iuran. karena itu sesorang akan ikut serta dalam sambatan ketika memiliki waktu luang. Pekerjaan dalam sambatan banyak Orang-orang yang terikat kerja dalam suatu ragamnya. Mulai pekerjaan ringan, sedang perusahaan, dan perkantoran hanya bisa ikut hingga yang berat. Penyambat bisa memilih nyambat sepulang kerja atau pada hari libur sesuai dengan kemampuan dan keahlian saja. Namun bagi sebagian masyarakat petani masing-masing. Orang-orang tua bisa iku yang waktu pekerjaannnya sangat fleksibel, merendam batu bata. Mengangkatinya sambatan memiliki nilai lebih, sambatan dapat secara perlahan ketempat yang ditentukan. mengalahkan pekerjaan harian mereka di Anak-anak muda bisa ikut menaikkan dan sawah atau di ladang. memasang genting sedangkan anak-anak kecil sering menjadi pesuruh hal-hal yang bersifat Seiring perkembangan zaman kata pelengkap. Mengambilkan palu, membeli sambatan kemudian difungsikan untuk segala paku atupun sekedar menyapu. Di daerah pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga. tertentu sambatan untuk membangun sebuah Dalam masyarakat pertanian dengan sistem rumah tinggal dilakukan mulai titik nol kekerabatannya sangat kental, sambatan juga pembangunan hingga selesai. Sementara di dilakukan untuk proses panen (menuai padi) daerah lain sambatan hanya dilakukan ketika dan tandur (menanam benih padi). Dalam membutuhkan tenaga ekstra, biasanya ketika konteks ini para penyambat bisa para lelaki melakukan pengecoran, menaikkan atap, dan juga perempuan. Dalam masyarakat memasang genting dan lain sebagainya. petani seperti ini sambatan akan terus berjalan secara bergiliran. Di sinilah kemudian Sambatan juga tidak mengenal batas sambatan mengandung pemahaman tentang geografis administratif. Ada juga penyambat balas budi, atau hutang-piutang, yaitu hutang yang datang dari lain desa. Para penyambat bantuan yang harus dibayar dengan bantuan. ini biasanya diundang khusus oleh tuan Sistem inilah yang menjadikan sambatan rumah. Entah karena hubungan persaudaraan tetap ada di tengah masyarakat Dan system atau karena pertemanan. Para penyambat ini ini juga yang mengikat para individu untuk jumlahnya tidak terlalu banyak dibandingkan tetap mengikuti sambatan. Karena norma 438 | Ensiklopedi Islam Nusantara

masyarakat akan menindak siapapun yang (lahir tahun 1470 M) dalam salah satu pepali melanggar kesepakatan bersama. pitu (tujuh dasar ajaran) sebagai pedoman para santri-santrinya dalam ber-Islam. Pada ajaran Dari keterangan ini sesungguhnya ketujuh Sunan Drajat mengatakan: fokus makna dalam sambatan terletak pada kandungan nilai untuk saling membantu Wenehono teken marang wong kang dan saling peduli bukan besaran ataupun wuto // Wenehono mangan marang wong rupa bantuan itu sediri. Sambatan menjadi kang luwe // Wenwhono busono marang salah satu kegiatan yang ikut membangun wong kang wudo // Wenehono pangiyup kerukunan masyarakat desa yang sangat marang wong kang kaudanan bermanfaat untuk membangun solidaritas (berikanlah tongkat kepada orang sebuah kelompok. Dalam jangkauan yang yang buta, berikanlah makanan lebih luas, kerukunan kemudian menjadi satu kepada orang yang lapar, berikanlah petanda khusus bagi kehidupan masyarakat pakaian kepada orang yang tak jawa pada umumnya. berpakaian, berikanlah tempat berteduh kepada orang yang Konsepi sambatan sejalan dengan ajaran kehujanan) Islam untuk saling membantu dalam kebaikan. Ajaran Sunan Drajat ini sangat terkenal di Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an kalangan santri dan pengikutnya. Ajaran ini Surat Al-Maidah ayat 2, terjemahan secara benar-benar menjadi pegangan mereka. Dalam lengkap dikutip di bawah ini: rangka mengabadikan, ajaran ini ditulis dan ditempel di tembok pemakaman Sunan Drajat. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) Dalam ajaran Sunan Drajat ini tidak terdapat kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang- batasan agama, suku maupaun ras. Seorang halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu muslim haruslah membantu siapa saja yang berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong- buta, yang sedang lapar, yang tak berpakaian menolonglah kamu dalam (mengerjakan) dan yang kehujanan, tidak peduli jenis agama kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong maupun sukunya. dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Konsepsi mengenai sambatan atau gotong Allah amat berat siksa-Nya royong dalam masyarakat Jawa bukanlah hal baru. Namun mendapatkan makna yang Anjuran saling menolong dalam ayat di lebih sebagai sebuah amal kebaikan yang akan atas tidak berbatas agama dan suku. Terutama diganjar di akhirat nanti setelah kedatangan saling membantu antar tetangga dekat. Islam ke Jawa. Sekedar sebagai bukti Sebagaimana diajarkan oleh rasulullah melalui keberadaan sambatan pada masa wali sanga hadits-haditsnya yang banyak menerangkan adalah prosesi pembangunan Masjid Agung mengenai cara bertetangga yang baik, mulai Demak yang pada tahun 1481 M masih dalam tentang cara berbagi makanan, keamanan, proses penyelesaian. hingga informasi. Begitu pentingnya hingga Rasulullah saw pernah bersabda: Maka tidak diragukan lagi keberadaan sambatan yang menjadi salah satu bagian Dari Aisyah r.a., dari Nabi Muhammad saw. hidup masyarakat Jawa mengandung banyak bersada, “Tidak henti-hentinya Jibril memberikan fungsi sosial diantaranya adalah mempererat wasiat kepadaku tentang tetangga sehingga aku kerukunan antar individu, menciptakan makna menduga bahwa ia akan memberikan warisan bahwa rumah bukanlah sesuatu yang pantas kepadanya.” (Shahih Bukhari: 6014) dibanggakan, karena sebagai hunian pribadi, rumah dibangun dengan keringat bersama- Baik Al-Quran maupun Al-Hadits, secara sama. Sehingga terbangunlah perasaan saling jelas memerintahkan seorang muslim untuk memiliki yang dapat memperkokoh semangat berbuat baik dan saling menolong sesama, persaudaraan. apalagi dengan tetangga. Dalil-dalil inilah yang kemudian diterjemahkan oleh Sunan Drajat Edisi Budaya | 439

Citra pembangunan Masjid Demak yang dilakukan dengan proses sambatan. Gambar diambil dari film Sunan Kalijaga Sutradara Sofyan Sharna produksi tahun 1983 Dalam perkembangannya kemudian, media menyampaikan pesan secara tersirat sambatan sebagai sebuah aktifitas kebudayaan bahwa tuan rumah sudah mampu membangun yang mengandalkan nilai-nilai kebersamaan rumah sendiri. tidak luput dari ancaman modernisasi yang Demikian pula dengan sambatan meletakkan semangat individualisme sebagai pembangunan fasilitas umum. Modernisasi semangat hidup manusia. Sebuah pola pikir dengan semangat efektifitas dan efisiensi yang selalu mempertimbangkan kepentingan telah memberikan pelajaran yang baik tentang pribadi di atas kepentingan orang lain. tata cara pembagian kerja, dan pengelolaan Sambatan kini mulai menyesuaikan diri keuangan. Sambatan untuk pembangunan dengan keadaan. masjid dan jembatan misalnya cukup Di daerah-daerah perkotaan, seperti diartikulasikan melalui iuran bersama dengan ibukota kabupaten dan sekitarnya sambatan sistem donasi. Tindakan pembangunan secara tidak dapat lagi berlaku secara penuh. fisik selanjutnya diserahkan oleh panitia yang Seperti halnya ritual lainnya, sambatan membawahi tim pemborong. Masyarakat hanya dilakukan selama sehari selama proses cukup menerima laporan perkembangan pembangunan rumah..Biasanya sambatan pembangunan dan penggunaan dana dari dilakukan pada hari minggu ketika para paitia pada waktu yang disepakati. tetangga memiliki waktu luang. Mereka Tentunya gambaran semacam ini hadir sesuai jam undangan di pagi hari. tidaklah berlaku secara umum, ini hanyalah Mereka datang sekedar basa-basi lalu pamit salah satu bentuk perkembangan sambatan pulang dengan berbagai alasan. Jarang sekali di di tengah masyarakat urban. Yang pasti peserta sambatan yang mengikuti proses bentuk sambatan itu sendiri akan mengalami pembangunan dari pagi sampai sore. Mereka perubahan sejalan dengan perkembangan berpikir semua telah dikerjakan para tukang, zaman. Perbedaan ruang dan waktu selalu pemborong dan arsiteknya. Di daerah seperti mengandaikan perubahan bentuk sebuah ini, sambatan hanya berlaku sebagai simbol aktifitas kebudayaan. kerukukan. Di sini sambatan berlaku sebagai Sumber Bacaan [Ulil Hadrawi] Slamet Muljana, 2005. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara. Yogyakarta: LKiS Agus Sunyoto, 2013. Atlas Wali Songo, Buku Pertama yang Mengungkap Wali Sanga sebagai Fakta Sejarah. Jakarta: IIMAN dan LTN PBNU Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka Prawiroatmojdo, 1989. Bausastra, Jawa-Indonesia. Jakarta: CV. Haji Mas Agung Sudaryanto dkk. 1991. Kamus Indonesia-Jawa. Yogyakarta: Duta Wacana university Perss. Sutrisno Sastro Utomo, 2009. Kamus Lengkap Jawa-Indonesia. Yogyakart: Kanisius 440 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Samenan (IMTIHAN) Istilah “samenan” sebagai suatu istilah masih membudayakan kegiatan samenan untuk menunjukkan pada pesta kenaikan diantaranya adalah kabupaten atau kota kelas yang biasa diadakan dalam budaya Sukabumi, daerah Bogor, kawasan kabupaten Sunda, bukan asli dari bahasa Sunda. Istilah atau kota Ciamis, Kuningan dan beberapa tersebut diangkat dari bahasa Belanda, hal daerah Jawa Barat lainnya yang masih ini dipengaruhi dengan sempat didudukinya tergolong masyarakat tradisional. Meskipun Indonesia dibawah tangan kekuasaan Belanda memiliki konsep dan tujuan yang sama namun dalam waktu yang cukup lama terutama di dalam pelaksanaannya kegiatan samenan tanah Pasundan setelah kedudukan sekutu yang dilaksanakan di setiap daerah berbeda, sehingga membuat bahasa Sunda memiliki contohnya samenan yang dilaksanakan di salah banyak kalimat serapan yang berasal dari satu madrasah di desa Dewasari kabupaten bahasa Belanda, salah satunya adalah samenan Ciamis, samenan dilaksanakan pada satu yang berasal dari kata “samen”. hari satu malam yakni dengan rangkaian kegiatan, pagi hari merupakan kegiatan yang Dalam bahasa Belanda dikenal dengan kata diperuntukkan bagi anak-anak PAUD atau TPA “samen” yang artinya bersama. Karena pada sedangkan kegiatan malam hari dari sehabis pesta kenaikan kelas, semua guru dan orang Maghrib diperuntukkan bagi anak yang lebih tua serta seluruh murid “berkumpul bersama” besar. mengikuti acara, maka dikenalah sebutan samen atau samenan. Menurut KH. Mansyur, Namun ada juga yang melaksanakan SH (kepala Yayasan Alamatus Sa’adah), kegiatan samenan lebih dari satu hari, biasanya samenan atau bisa disingkat samen merupakan ada yang tiga hari. Kegiatan inti dari acara kegiatan tahunan sebagai acara kenaikan kelas samen ini, diantaranya hari pertama acara yang dilakukan di sekolah-sekolah), sebelum pawai, dan hari kedua acara ngaleseng dari memasuki bulan Ramadhan. Biasanya acara para murid dan acara perpisahan dari murid samen ini berlangsung selama dua atau kelas enam. Hari pertama samen, dimulai tiga hari. Berbeda dengan acara kenaikan dengan pawai arak-arakan yang menampilkan kelas sekolah-sekolah negeri yang biasanya beberapa kreasi yang dibuat oleh warga dilakukan setiap bulan Juni sebelum libur misalnya tumpengan, atau arak-arakan anak semester. Hal ini tidak jauh berbeda bagi anak- anak yang akan melaksanakan samenan. Dalam anak, karena samen memang dijadikan pula pawai tersebut, mereka berjalan sejauh lebih sebagai kegiatan untuk menyambut lebaran dari lima kilo meter bersama murid-murid yang segala sesuatunya harus dipersiapkan madrasah yang dibarengi dengan sekelompok dengan matang. Marching Band untuk menambah suasana keramaian saat melakukan pawai. Kebiasaan Kegiatan samenan merupakan acara pawai arak-arakan ini telah berlangsung sejak tradisional yang masih dijalankan di tahun 1950-an, namun bedanya pada waktu daerah atau desa yang masih kental akan itu pawai hanya sekedar berjalan saja yang kebudayaannya, berbeda dengan di ibu menempuh jarak lebih dari 2 km dan tak ada kota yang budaya masyarakatnya sudah yang memakai kendaraan. Mulai tahun 1980- heterogen. Adapun daerah-daerah yang Edisi Budaya | 441


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook