koperasi konsumsi dan koperasin kredit. Di korbannya. Hal yang sama juga dialami saat sini Sinoman menyediakan kebutuhan sehari- pertempuran ١٠ November ١٩٤٥. Karena yang hari dan membantu pengusaha kecil dengan tampil selalu anak-anak muda yang berjuang kredit dengan bunga rendah. dan bekerja dengan sukarela, disebutlah kelompok anak muda itu “poro nom-noman”, Sinoman pada zaman Belanda itu, muncul lalu menjadi “Si Nom-an” atau kumpulan anak di kampung-kampung. Antar kampung yang muda yang suka bergotong-royong untuk berdekatan mendirikan “Raad Sinoman”. kepentingan bersama. Seperti Raad Sinoman kampung Plampitan, Peneleh, Pandean, jagalan, Undaan, Genteng, Warga Surabaya, ternyata mampu Bubutan, Maspati, Kawatan, Koblen, Tembok membuktikan ketahanan masyarakatnya dan sebagainya. Tidak kurang dari 20 Raad membendung dan melakukan antisipasi Sinoman waktu itu di Kota Surabaya. Kata terhadap gejala global itu. Sinoman “Raad” berasal dari bahasa Belanda, yang mengalami kemajuan dengan adanya artinya: dewan. Waktu itu, masyarakat Belanda peremajaan dan periodesasi kepengurusan. Ini di Kota Surabaya mendirikan “Gemeente memperlihatkan, bahwa organisasi sinoman Raad”, yaitu “Dewan Kotapraja”. Gemeente sudah menjadi bagian dalam kehidupan Raad itu menentukan pajak-pajak yang harus masyarakat Surabaya. dibayar oleh rakyat di kampung-kampung yang disetorkan ke kantor Gemeente atau Secara organisasi, sinoman dapat Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Agar menanamkan sendi-sendi berorganisasi. rakyat Surabaya tidak diperlakukan sewenang- Ini dapat dilihat dengan adanya kesadaran wenang, maka Raad Sinoman dibentuk untuk membayar iuran dan sumbangan sukarela mengimbangi dan melawan Gemeente Raad. pada saat tertentu. Dalam wujud nyata, sinoman yang di zaman pra-kemerdekaan Di zaman penjajahan Belanda ini pula, sempat melibatkan diri dalam kegiatan politik, sinoman sempat menjadi “musuh” warga sekarang “sudah bersih” dari pengaruh itu dan keturunan Cina, karena mereka senang murni menjadi paguyuban sosial. berlindung di balik penguasa. Waktu itu warga pribumi mulai dirangsang dan bangkit untuk Semangat sinoman Surabaya tumbuh merdeka. Kebencian terhadap Belanda, juga subur di Jakarta akibat adanya urbanisasi menimbulkan antipati terhadap etnis Cina. besar-besaran kedaerah metropolitan Warga keturunan ini diasumsikan sebagai tersebut. Sedang kultur masyarakat Surabaya warga a-sosial, sosialisasi kerakyatannya lemah tidak bisa begitu saja hilang ketika mereka dan cenderung tidak mau tahu persoalan yang telah jauh meninggalkan tempat lahirnya. berkembang di luar diri dan etnisnya. Tidaklah Sehingga kemudian para perantau yang berasal mengherankan, kalau William H.Frederick, dari Surabaya ternyata berhasil membentuk melontarkan kalimat “Cina singkek” untuk paguyuban Sinoman Suroboyo bernama warga keturunan yang masa bodoh terhadap “Sinoman Keluarga Besar Surabaya Jawa lingkungan sekitar itu. Konotasinya memang Timur”. Hingga pada 1970-an, diciptakanlah jelek, sehingga dalam hal tertentu sering lagu berjudul “Sinoman Suroboyo” Lagu dijadikan bahan ejekan. dan syair ini adalah karya H.Nur Azhar yang diciptakannya pada bulan Maret 1979 di Di zaman Jepang, Sinoman dipaksa untuk Jakarta. Inilah lirik dan syair lagu “Sinoman membantu peperangan. Sekalipun dipaksa Suroboyo” tersebut: menjadi “Tonarigumi”, yaitu Rukun Tetangga, namun usaha membela rakyat menghadapi Sinoman Suroboyo Rek – paguyuban penindasan Jepang terus dikobarkan. Di balik kanggu kepentingan amal ; kumpulanne sing itu ada hikmahnya, karena di zaman Jepan nduweni timbang roso. Tinggalane wong tuwo itulah, Sinoman atau “Tonarigumi” dapat Rek – ayo kudu diterusno. Sinoman Suroboyo mendirikan pos-pos pemadam kebakaran Cak – gotongroyong sing dadi tujuan utomo. terhadap bom-bom yang jatuh dan menolong Mulane ojo’ lali Cak – iku prilaku sing mulyo, iku 492 | Ensiklopedi Islam Nusantara
kepribadian bongso. yang biasanya menjadi bagian dari kegiatan sinoman yang sepenuhnya bersifat sosial, ada Kaping pisan: tulung tinulung, kaping pindo: yang sudah beralih menjadi “ajang” bisnis atau ndaweg sing rukun, kaping telu: tambah sedulur, sekurang-kurang bernuansakan pamrih. Salah kaping papat: ojo’ sok mbeda’-beda’no. Kabeh satu contoh yang sangat mencolok adalah mau margo Sinoman – ilingo sing kerepotan – kegiatan pemakaman. Kalau dulu, setiap orang kapan maneh urip ning ndonyo – sing sok ngadoh terpanggil dan berebut untuk menggotong – mburine tibo nelongso. Pancen apik seneng keranda jenazah atau “penduso”, kini banyak bergaul – semboyane mangan ndak mangan nek yang berpangku-tangan, menyerahkan kumpul. kegiatan itu kepada perusahaan yang mengurus penguburan. Sinoman Sidomulyo Rek – sing nom- noman jo’ sembrono. Sinoman Margorukun Tidak hanya di Surabaya, tradisi sinoman Cak – sing mbegedut musti getun. Sinoman juga terdapat di Jawa Tengah bagian selatan Sidorame Ning – sing emanan isin dewe. yaitu di Kabupaten Batang. Seperti yang Sinoman Sukolilo Wak – abot enteng lakonono. dipaparkan pada asal mula sinoman kegiatan sinoman di kabupaten Batang pun hampir Demikian lirik, irama yang syahdu dapat sama yaitu gotong royong manakala ada membangkitkan semanat persatuan, kesatuan tetangga yang sedang mempunyai hajatan dan guyub untuk bergotongroyong dalam seperti pernikahan atau khitanan. Salah nyanyian berbahasa Jawa dialeg Surabaya itu. satu hal yang unik dari tradisi sinoman di kabupaten Batang adalah biasanya para Pada tahun 1996 Sinoman Surabaya sinoman memakai seragam. Dulu sinoman digunakan untuk sosialisasi politik menggunakan atasan berupa kemeja/hem kepentingan oleh Sunarto ketika ia ingin berwarna putih dan bawahan berupa celana/ terpilih lagi menjadi Walikota Surabaya. rok berwarna hitam. Hal ini digunakan agar Pendekatan Budaya yang dilakukan Sunarto para sinoman mudah dikenali oleh pemilik sama dengan yang dilakukan pemerintah acara hajatan, panitia dan juga para tamu. Jepang ketika negara itu menginginkan Tetapi seiring dengan perkembangan zaman dukungan warga masyarakat Kota Surabaya sekarang model atasan bawahan putih hitam untuk mendukung dan mensukseskan digantikan dengan atasan batik dan bawahan program mobilisasi masa di kota Surabaya hitam atau biasanya juga seragam disediakan pada tahun 1942-1945. Peran penting dari yang mempunyai hajatan. yang dimainkan Sinoman pada masyarakat kampong di antaranya pada kegiatan sunatan Hal unik lainnya adalah sinoman massal, perayaan hari keagamaan, kerja dilakukan secara sukarela. Tidak ada kewajiban bakti kampung, syukuran hari jadi kampung, bagi pemilik acara hajatan untuk membayar konser dan aktivitas social kampong lainnya. para sinoman meskipun terkadang ada yang Sebaliknya Sinoman mengalami kemunduran berbaik hati memberikan kompensasi berupa aktivitasnya di saat situasi masyarakat kota uang atau rokok. Pekerjaan sinoman ini Surabaya stabil secara social ekonomi. Hal murni dilakukan untuk menolong tetangga ini terjadi pada tahun 1980-1996 disebabkan kita yang tengah membutuhkan bantuan munculnya industrialisasi dan urbanisasi yang saja. Salah satu imbalan yang diberikan oleh mengakibatkan munculnya budaya instan dan para pemilik acara hajatan biasanya adalah individual dengan menyerahkan semua urusan para sinoman dibebaskan untuk mengambil pada penyedia jasa yang sebelumnya peran itu makan dan minuman sepuasnya. Sebelum dilaksanakan oleh para sinoman kampung. acara hajatan digelar biasanya si pemilik hajat mengumpulkan remaja-remaja yang akan Kegiatan Sinoman terus berkembang dan dimintai tolong untuk sinoman atau menjadi juga berubah. Pola tradisional yang hidup di juru laden saat acara hajatan digelar atau kampung-kampung dalam Kota Surabaya, sering di sebut dengan rapat sinoman. Dan mulai dipengaruhi gaya hidup masyarakat kota Metropolitan. Kegiatan kemasyarakatan Edisi Budaya | 493
jika acara hajatan sudah selesai sang pemilik karna mata pencaharian sebagian besar hajatan juga mengumpulkan remaja-remaja masyarakat Jawa adalah petani. Kedua, sinoman lagi di rumahnya pada beberapa hari sinoman dana dan sambatan membangun setelah hajatan digelar yaitu untuk mbubarne rumah, karena membangun rumah biasanya sinoman. Pada acara mbubarne sinoman membutuhkan banyak biaya, maka mereka tersebut orang yang punya hajat mengucapkan menabung terlebih dulu dengan tradisi terima kasih kepada remaja-remaja atas segala sinoman ini. Tetangga yang mendirikan tenaga dan waktu yang telah disumbangkan rumah terlebih dahulu dibantu oleh tetangga demi terselenggaranya acara hajatan tersebut lain dengan menyumbangkan apa-apa yang sehingga acara hajatan dapat berjalan lancar dibutuhkan oleh orang yang mendirikan rumah dari awal hingga akhir. tersebut. Ketiga, sinoman pindah rumah, ketika sebuah keluarga akan memisihkan Meskipun tradisi ini sudah mulai di diri dari induk keluarganya, maka biasanya tinggalkan pada masa modern seperti ini dalam tradisi di Jawa dirayakan dengan besar- khususnya dikota-kota namun tidak jarang besaran, dengan upacara selamatan, prosesi juga masih ada yang menggunakan tradisi ini pindahan dengan diiringi tetangga sekitar dan dalam acara pernikahan atau hajatan lainnya. mereka menjenguk orang yang baru pindahan Dalam tradisi sinoman di kabupaten Batang tersebut. Keempat, sinoman mempunyai hajat ini walaupun tingkat partisipasi pemudanya mantenan dan sunatan. tidak sebanyak pada tahun-tahun yang dulu tetapi dalam setiap acara pernikahan di Tradisi sinoman sudah melekat pada kabupaten Batang selalu mengikutsertakan masyarakat Jawa, terutama setiap aktivitas pemuda dalam partisipasinya sebagai sinoman dan kegiatan yang membutuhkan banyak dari mulai yang bertugas melayani tamu orang. Menurut Kasdi, sinoman mempunyai undangan hingga yang mengatur keamanan makna yang sangat penting, yaitu: pertama, demi terselenggaranya acara hingga selesai. makna sosial. Tradisi sinoman dijadikan Hal ini dilakukan agar tradisi jawa yang sudah sebagai media mempertemukan antar anggota mulai tergerus oleh perkembangan zaman ini masyarakat. Ditinjau dari dimensi sosial, tetap lestari. masyarakat Jawa meyakini bahwa sinoman mampu menjadi perekat sosial. Sinoman dapat Memaknai Tradisi Sinoman mempertemukan masyarakat tanpa melihat status sosial dan mempertemukan mereka Dengan demikian dapat dikatakan dalam satu kepentingan. Tidak ada perbedaan sinoman bagi masyarakat Jawa adalah antara yang kaya dan yang miskin. aktivitas memberikan sumbangan atau nitip barang dan menagihnya kembali ketika Kedua, semangat gotong royong. Hal ini sedang membutuhkan. Aturan mengenai dapat diamati dari praktik sinoman itu sendiri, sinoman memang hampir tidak tertulis, dimana setiap anggota masyarakat saling tetapi tidak pernah terjadi pengingkaran membantu, tanpa melihat status seseorang. dan selalu terpenuhi ketika si penyimpan Dengandemikian,suatupekerjaandankegiatan membutuhkannya (Abdurrahman Kasdi, yang awalnya berat dan membutuhkan dana 2009). Tradisi seperti ini merupakan banyak, bisa menjadi ringan. Tidak ada suatu bagian dari upaya masyarakat dalam kegiatan yang tidak terlaksana hanya gara-gara mengorganisasikan diri, menata kehidupan tidak ada dana atau tenaga yang membantu. bersama dan menginternalisasikan budaya Tradisi sinoman ini sejalan dengan semangat dalam kehidupan sehari-hari. bangsa Indonesia, yakni semangat gotong royong. Bila tradisi ini dihidupkan terus maka Menurut Abdurrahman Kasdi, sinoman akan mengurangi tingkat kemiskinan dan bisa yang biasa dipraktikkan oleh masyarakat Jawa mengikis kesenjangan sosial. mempunyai banyak bentuk. Di antaranya adalah pertama, sinoman menggarap sawah, Ketiga, makna ekonomi. Ketika BBM naik yang dibarengi dengan kenaikan harga, 494 | Ensiklopedi Islam Nusantara
kebutuhan masyarakat semakin naik juga. Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Keempat, makna spiritual. Masyarakat Jawa Hulu Riau Sumatera yang masyarakatnya mempunyai pandangan bahwa melaksanakan memiliki suatu tingkat saling tolong menolong sinoman dapat mendekatkan diri pada dan toleransi yang tinggi di masyarakat. Mereka agama. Tradisi sinoman yang dilakukan oleh tidak hanya hidup bersama dalam suatu desa masyarakat Jawa merupakan bagian dari namun mereka juga saling membantu antara kearifan lokal yang menunjukkan khasanah masyarakat yang satu dengan masyarakat budaya bangsa. Budaya seperti ini patut kita yang lainnya. Apalagi jika ada salah satu lestarikan bahkan dikembangkan karena selain anggota masyarakat yang akan melaksanakan mempunyai muatan lokal, tradisi sinoman pesta pernikahan. Masyarakat akan serta- juga mempunyai makna yang signifikan dalam merta membantu dan meringankan biaya kehidupan bermasyarakat (Abdurrahman dalam bentu bahan makanan dalam persiapan Kasdi, 2009). prosesi pesta pernikahan yang nantinya akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Di Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan masyarakat desa Pasir Jaya ini saya melihat bahwa tradisi sinoman merupakan tradisi yang ada suatu tradisi sinoman atau masyarakat memupuk rasa kekeluargaan, kebersamaan, sekitar sering menyebut nyinom yang artinya serta gotong royong di masyarakat. Hal membantu. Arti nyinom itu sendiri berbeda- ini menunjukkan bahwa masyarakat kita beda tergantung pemaknaan yang berkembang masih menjaga tradisi tersebut, dan hal ini di masyarakat tesebut dimana dia mereka patut dilestarikan, karena tradisi daerah berada. seperti tradisi sinoman merupakan akar dari kebudayaan nasional, yang merupakan buah Tradisi ini muncul di masyarakat desa mahakarya Indonesia (Bahrul Ulum, 2015). Pasir Jaya ini karena dibawa oleh masyarakat suku Jawa yang bertransmigrasi ke desa Tradisi Sinoman dan Perekonomian ini. Pada awalnya tradisi ini dilakukan Rakyat oleh sekelompok kecil masyarakat suku jawa dan mulai berkembang sesuai dengan Tidak hanya di Jawa, di luar Jawa juga perkembangan zaman. Pengertian sinoman itu ada tradisi Sinoman sepeti di desa Pasir Jaya sendiri sebenarnya kalau diartikan ke dalam bahasa jawa adalah kelompok muda-mudi yang Edisi Budaya | 495
bekerja sama dengan sukarela, juga disebut pertukaran (exchange).Pertukaran semacam pramuladi untuk membantu penyelenggaraan ini tidak hanya mempunyai fungsi ekonomi, dan pelaksanaan upacara pernikahan adat dalam arti memenuhi kebutuhan akan hidup, jawa. tetapi juga mempunyai fungsi hukum, moral, keindahan, keagamaan dan sebagainya. Bentuk bantuan beragam jenisnya, Pastinya kegiatan pertukaran seperti inilah namun ditunjukkan hanya berbentuk barang yang menggerakkan seluruh sistem sosial tanpa berbentuk uang, bentuk bantuannya suatu masyarakat. Fungsi dan makna dari yaitu seperti rokok, minyak goreng, daging pertukaran dalam suatu masyarakat hanya ayam, daging sapi, mihun, telur dan bahan dapat dipahami, kata Marcel Mauss dalam makanan lainnya yang diperlukan keluarga buku klasiknya Gift (1925), jika masyarakat yang akan menggelar pernikahan. Pertukaran tersebut di pandang sebagai satu keseluruhan ini berbentuk bahan makanan yang nilai yang kompleks, dimana setiap unsur dalam ekonomisnya sangat tinggi dan cukup keseluruhan tersebut berkaitan satu sama lain membantu. Jumlah sinoman yang akan secara fungsional (Amri Marzali, 2005: 150- diberi pun bermacam-macam tergantung 151) semampu seseorang ingin membantunya dan tergantung tingkat ekonomi seseorang. Masyarakat desa Pasir Jaya ini Bantuan yang diberi sekarang akan berbalik menganggap tradisi sinoman sebagai suatu lagi dengan jumlah yang sama walaupun harga tabungan buat masa depan ketika suatu saat dahulu lebih murah ketimbang harga saat ini. masyarakat akan menggelar pesta pernikahan. Walaupun begitu namun masyarakat suku Sedikit demi sedikit mereka kumpulkan untuk jawa tidak merasa rugi dan malah mereka menaruh ke tetangga jika ada tetangga yang sangat terbantu dengan adanya tukar menukar menggelar pernikahan. Biasanya ibu-ibu yang ini dan masyarakat juga menilai bahwa tradisi memikirkan jika suatu saat nanti mereka akan sinoman sebagai suatu tabungan dimasa yang menikahkan anaknya, apalagi jika anak mereka akan datang dan akan digunakan ketika akan banyak, pastinya sangat membutuhkan menggelar pernikahan. biaya yang besar untuk menggelar pesta pernikahan. Tradisi sinoman ini berfungsi Setiap pernikahan yang dilangsungkan untuk pemenuhan perlengkapan persiapan di desa ini, masyarakat secara bersama-sama pesta pernikahan. bergotong royong dan bekerja sama untuk kepentingan individu atau dari kita untuk dia. Dalam proses pertukaran ada suatu Karena itu tolong menolong dalam pelaksanaan perjanjian yang tidak mungkin diingkari oleh pernikahan selalu ada dan yang punya masyarakat, apabila perjanjian itu diingkari hajat (gawe) selalu meminta tolong dengan makan masyarakat mendapat hukuman dari sopan santun yang tetap, seperti dikatakan masyarakat berupa cemooh dan tidak di percaya Koentjaraningrat, karena yang punya hajatan lagi oleh masyarakat, sehingga mereka enggan pernikahan itu meminta kesediaan orang untuk saling tukar menukar. Dan hal itu nyata lain untuk membantunya, meskipun dalam terlihan dan dengan sendirinya masyarakat kesempatan lain pertolongan itu akan di balas berasumsi seperti itu. Sinoman ini biasanya secara setimpal (Kolff. 1936). Asas Recipocity berupa bahan makanan pokok yang nilai atau Timbal Balik, dengan menggunakan asas ekonomisnya sangat tinggi seperti telur, gula, ini kita akan melihat perbedaan antara gotong minyak, daging ayam, daging sapi, rokok serta royong, artinya siapa yang pernah menolong bahan pokok lainnya. Jumlahnya biasanya tentu akan menerima pertolongan balik dari tergantung kondisi masyarakat, kebanyakan pihak yang menolongnya. masyarakat menaruh per 10 kg setiap tetangga sekitar akan menggelar pernikahan dan barang Sama halnya dengan pelaksanaan tersebut akan kembali lagi dengan jumlah yang pernikahan kita menolong orang yang sama kepada kita ketika kita akan menggelar mempunyai hajatan tentu kita akan di tolong pernikahan, walaupun harga dahulu jauh kembali. Biasanya di kategorikan ke dalam jenis 496 | Ensiklopedi Islam Nusantara
berbeda dengan jaman sekarang namun tetap mereka masih punya tabungan di tetangga- mereka tidak keberatan dengan hal itu. tetangganya jika suatu saat akan menikahkan anaknya. Dengan demikian, tradisi sinoman Masyarakat di desa ini tidak memikirkan telah menjadi suatu pertukaran sosial yang untung dan rugi, yang mereka fikirkan mempunyai nilai ekonomis yang sangat hanyalah sinoman itu untuk tabungan di masa tinggi yang sangat berguna masyarakat dan depan ketika akan menggelar pernikahan sangat membantu sekali dalam pelaksanaan anaknya. Dengan adanya tradisi sinoman pernikahan. ini masyarakat sedikit bernafas lega karena [Zainul Milal Bizawie] Sumber Bacaan Abdurrahman Kasdi, Memaknai Tradisi Sinoman, Koran Suara Merdeka 3 Oktober 2009 Bakhrul Ulum, Tradisi Sinoman Sebagai Mahakarya Indonesia, Indonesiakaya,com 24 Juni 2015. Drs. Imam Sutardjo, M. Hum. 2008. Kajian Budaya Jawa. Surakarta: FSSR UNS. Iman Firdaus. 2012. Pesta Adat Pernikahan Di Nusantara. Jakarta: Multi Kreasi Satu Delapan. Iwan Swandi. 2008. Dalam skripsi sistem perkawinan masyarakat minangkabau. Jurusan sosiologi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Riau. Linda Retno Tri Ambarwati dan Hesti Asriwandar, Tradisi Sinoman Sebagai Sistem Pertukaran Sosial Di Dalam Pelaksanaan Pesta Pernikahan Adat Jawa (Studi Pada Masyarakat Transmigrasi Di Desa Pasir Jaya Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu) M. Ikhsan Alkhariri. 2012. Upacara Pernikahan Adat Jawa di Tinjau dari Sudut Pandang Etika dan Relevansinya Terhadap Gaya Hidup Remaja. Jurusan Filsafat Universitas Gadjah Mada. Maryono Dwiraharjo, Dkk. 2006. Kamus Istilah Perkawinan Adat Jawa Gaya Surakarta. Surakarta: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Miko Saputra. 2011. Dalam skripsi Perubahan Tata Cara Perkawinan Pada Masyarakat Sungai Pinang kecamatan hulu kuantan kabupaten kuantan singingi. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau. Purwadi, Enis Niken. 2007. Upacara Pengantin Jawa. Yogyakarta: Panji Pustaka Yogyakarta. Sri Wahyuni Aldani. 2008. Tata Cara Perkawinan Di Kanagarian Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Provinsi Sumatra Barat.Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau. Sumarsono. 2007. Tata Upacara Pengantin Adat Jawa. Jakarta: PT. Buku Kita. Zesladesrani. 2010. Sistem Adat Perkawinan Pada Masyarakat Di Kenegrian Rokan Kecamatan Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hulu. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau. Edisi Budaya | 497
Sorogan Sebuah sistem pendidikan pasti mana kemampuan dan penguasaan santri mengandaikan keberhasilan proses terhadap kitab tersebut. Metode pengajaran belajar mengajar yang dijalankan. Dalam sorogan menekankan pada pengajaran dunia pendidikan klasik seperti pesantren, alat individual (individual learning), belajar tuntas ukur keberhasilan atau capaian pendidikan (master learning) dan belajar berkelanjutan tidaklah diukur dengan angka –angka yang (continuous progress). dihasilkan dari teori dan dapat dibunyikan. Suatu keberhasilan dilihat dari apa yang dilihat Pengajian sorogan biasanya dilakukan di oleh pengajar/kyai, kepada anak didiknya ruang kelas, masjid, atau pendopo rumah kiai. dengan cara atau ala pesantren. Biasanya di situ terdapat tempat duduk kiai atau ustadz dan meja kecil menghadap santri. Salah satu metode yang digunakan oleh Para santri berkumpul di ruangan tersebut lembaga pendidikan yang paling tua, pesantren dengan membawa kitab masing-masing. Satu adalah metode sorogan dan bandongan atau persatu santri diundang menghadap kiai bandungan. Sorogan berasal dari kata sorog atau ustadz dengan membawa kitab yang dalam bahasa Jawa artinya menyodorkan. sudah ditentukan. Kemudian kiai atau ustadz Maksudnya seorang santri menyodorkan diri menyuruh santri tersebut untuk membacakan kepada kyai atau ustadz untuk menyimak salah satu bab dalam kitab tersebut sekaligus bacaan kitabnya. Lawan dari sorogan adalah disuruh mengartikannya. Sang kiai hanya Bandongan dalam bahasa Sunda disebut juga menyimak dan memperhatikan bacaan dan Bandungan. Bandongan artinya Berbondong pemahaman santri. Jika ada bacaan atau bonding mendatangi pengajian kyai. Metode pemahaman santri yang salah maka akan ini lawan dari Sorogan, karena sorogan bersifat dibetulkan dan diluruskan oleh kiai. individual sementara Bandongan bersifat kelompok. Sorogan juga bisa dilakukan secara individual maupun kelompok kecil santri. Sorogan berasal dari bahasa Jawa “sorog” Mereka berkumpul mengelilingi kiai atau yang artinya “menyodorkan” (Imam Banawi, ustadz dengan menyodorkan kitab pelajaran. 1993: 97). Dalam pengajaran “sorogan” Kiai atau ustadz membacakan naskah kitab para santri satu persatu menghadap dan tersebut, mengartikannya kalimat demi membacakan kitab di hadapan kiai atau kalimat, serta menerjemahkan kata demi kata. ustadz. Kiai atau ustadz langsung mengecek Sebab, pada umumnya, kiai mengajarkan kitab keabsahan bacaan santri, baik dalam konteks gundul (tanpa harakat). Maka, mula-mula makna maupun bahasa (Affandi Mochtar, yang harus dipelajari adalah cara membacanya, 2009:35). Sorogan artinya belajar secara intonasinya. Sehingga, mau tak mau santri individual di mana seorang santri berhadapan harus belajar dan menguasai tata bahasa dengan seorang guru, terjadi interaksi Arab. Dalam metode sorogan, perhatian saling mengenal antara keduanya (Mastuhu, dan pengasuhan kiai sangat kuat. Kiai dapat 1997:61).Tujuannya untuk mengetahui sejauh memengaruhi dan mengontrol kemajuan 498 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Suasana para santri yang sedang antri sorogan. masing-masing santri berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuan dan bakat santri Sumber: http://www.mzbach.com/ bersangkutan. Karena itu, keberagaman materi dan tingkat kemampuan santri tercermin dalam pola pembelajaran kitab kuning dengan metode pembelajaran ini. (Fathan, 1998:71 ) Metode ini hingga ini dianggap cara yang efektif untuk mengevaluasi bacaan santri. Sebagaimana kita ketahui, dalam pesantren dimana pengajaran dengan membaca kitab kitab kuning sangat ditekankan, kemampuan membaca dan menggunakan literature itu sangatlah ditekankan. santri terkait dengan kemajuan belajar dan Sorogan Bandungan dan Musyawarah pengetahuannya tentang tata bahasa Arab. atau Munadharah Sebaliknya, santri hanya bisa menerima pelajaran secara pasif, mencatat terjemahan Dalam pembelajaran di pesantren atau keterangan kiai secara singkat dan sebagaimana disebut di atas, biasanya kyai sederhana. (Zimek, 1986:168) membacakan kitab tertentu. Sang Kyai lalu memberi makna atau arti dari kitab –kitab Kemajuan pelajaran dinilai menurut berbahasa Arab itu. Selain memberi arti, jumlah naskah dasar berbahasa Arab (kitab Kyai juga menerangkan makna-makna atau kuning) yang dikuasai oleh seorang santri. kandungan dalam isi kitab itu. Dari situlah Metode pelajaran individual ini memberikan kita bisa mendengarkan keluasan ilmu kya, kebebasan kepada para siswa untuk mengikuti karena nanti santri atau murid bisa mendapat pelajaran menurut prakarsa dan perhitungan isi yang lebih luar dari apa yang tertulis di sendiri, menentukan bidang jurusan dan teks. Keterangan kyai itu biasanya lalu disebut tingkat kesukaran buku pelajarannya sendiri mensyarahi, jika tekun sang santri dapat serta mengatur intensitas belajar menurut mengumpulkan syarah ini yang dia tulis dalam kemampuan menyerap dan motivasinya kitab pegangannya sendiri, menjadi sebuah sendiri. kitab karya kyai. Bandongan banyak diikuti orang, itulah mengapa disebut Bandongan Manfaat langsung yang didapat dari karena orang-ornag berbondong bondong metode ini adalah setiap santri memperoleh datang ke tempat pengajian. Bandongan perlakuan dan perhatian berbeda dari seorang disebut juga wetonan, dari kata weton, karena kiai atau ustadz. Perlakuan dan perhatian hanya waktu waktu tertentulah pengajian ini disesuaikan dengan tingkat kemampuan bandongan itu digelar (tidak smeua pesantren santri, sehingga bisa memberikan kesempatan atau lembaga pendidikan sejenis) .Kalau hanya kepada santri untuk mengembangkan mengalamai dan ikut ngaji bandongan, tidak kemampuannya masing-masing berdasarkan yang tahu apapkah snag santri mendengar kerja keras dan kesungguhan setiap santri. kyai mencatat makna-maknanya tau mendnegarkan dengan seksama Yang jelas Interaksi personal-individual antara ketika sorogan dijalankan, maka kyai dapat santri dan kiai ini merupakan ciri khas menyimak dan memeriksa langsung tingkat pola pembelajaran sorogan. Dalam pola kepandaina membaca kitab kuning atau kitab pembelajaran ini tampak adanya transformasi klasik itu. Biasanya dalam sorogan itu para nilai-nilai kesabaran kiai atau ustadz juga kyai atau ustdaz akan memanggil santri-snatri keteladanan seorang kiai atau ustadz bagi untuk menghadapinya dan langsung membaca santri-santrinya. Kitab-kitab yang dipelajari Edisi Budaya | 499
halaman kitab . kuningnya. Pada penyimaan meninggakn dan mengevaluasi kemampuan individual, verifikasi yang ketat untuk santri; sorogan dan musyawarah. dievaluasi adalah penggunaan alat baca dalam bahasa Arab; nahu shorof atau grammatical Pembelajaran metode sorogan benar-benar ditegakkan oleh kyai. Drai sini Kyai tahu bagaimana kemampuan sang santri Pada dasarnya metode sorogan merupakan teks Arab yang kelak snagat membutuhkan bentuk aplikasi dari dua metode yang sangat kitab –kitab, akan tahu bagaimana hasilnya. berkaitan, yaitu metode membaca (reading Saat Sorogan inilah saat intim relasi antara Kyai method) dan metode gramatika terjemah dan santri. Kalau sang murid mampu berarrti (gramer translation method) yang disajikan dia berhak menjadi utusan atau duta pondok dengan sistem tutorship dan mentorship. keluar madrasah, mislanya perlombaab. (Acep Hermawan, 2011: 193) Pembacaan kitab atau sorogan namapknya a. Metode membaca (reading method) seperti tanpa atnrian. Para santri cukup hormat dan tahu diri terhadap kyai. Sorogan Metode membaca merupakan suatu menjadi seperti ulangan lisan pada ulangan metode pengajaran bahasa yang harian. menyajikan materi pelajaran yang diawali dengan mengutamakan aspek membaca, Adapun sorogan memnag benar-benar yakni guru mula-mula membacakan topik- untuk mengecekk bacaan snatri. Dulu sorogan topik bacaan kemudian diikuti oleh siswa itu dipakai juga di Langgar atau Meunasah. anak didik. Tapi terkadang guru menunjuk Tidka hanya untuk membaca kitab kuning tapi langsung anak didik untuk membacakan juga untuk mengaji al-Quran. pelajaran tertentu lebih dulu, dan siswa lain memperhatikan dan mengikutinya. Jika ia dinyatakan mahir dan dapat dipertanggungjawabkan baca kitabnya, maka Metode membaca selain menekankan snag snatri bisa direkomendasikan untuk ikut kemampuan membaca, juga memandang lomba –lomba, yang biasanay diadakan di luar, penting kemampuan mengucapkan skalao local, daerah dan nasional. Kegiatan yang benar. Sehingga kemampuan ini ini sejalan dengan MQK, Musabaqah Qiroatul dipandang dapat membantu para pelajar Kutub. dalam pengungkapan lisan Selain sorogan dan bandongan, ada b. Metode gramatika terjemah (gramer juga cara kegiatan di pondok yang disebut translation method) musyawarah atau munadzarah. Di Jawa Tengah biasanya dikenal musyawarah atau Metode gramatika terjemah merupakan bahtsul masail. kombinasi antara metode gramatika dan metode terjemahan. Yaitu metode Musyawarah dalam pesntren sangat pembelajaran bahasa Arab yang terfokus diperlukan selain untuk memecahkan masalah- pada pengkajian kaidah-kaidah tata masalah kebekuan dna tantangan umat Islam, bahasa dan penerapannya di dalam biasanay dikemas dengan cara seperti bahtsul penerjemahan suatu paragraf bacaan masail. Jadi ada soal-sioal atau maslah di dari satu bahasa ke dalam bahasa lain. sekitar kita yang perlu jawab lalua dhimun. Ba’labaki menjelaskan bahwa dasar Dan allau diusulkan kepada kyai dna santri pokok metode ini adalah hafalan kaidah, untuk memutskan amana masail yang akan analisa gramatika terhadap wacana, lalu dipiajukan dalam musyawrah. Musyawarah terjemahannya ke dalam bahasa yang yang diikuti anak-anak snatri biasnaya untuk digunakan sebagai pengantar pelajaran. latihan. Sebab nanti biasanay ada musyawarah antar pondok. Terdapat dua aspek penting dalam metode gramatika terjemahan: pertama, Hingga hari dan sejak pondok pesnatren kemampuan menguasai kaidah tata bahasa, ada, metode ini dianggap efektif untuk 500 | Ensiklopedi Islam Nusantara
dan kedua, kemampuan menerjemahkan. Termasuk metode pengajaran sorogan. Dua kemampuan ini adalah modal dasar untuk mentransfer ide atau pikiran ke dalam Bila dipandang dari segi waktu dan tenaga tulisan bahasa asing dan modal dasar untuk mengajar, metode sorogan dianggap kurang memahami ide atau pikiran yang dikandung efektif, karena membutukan waktu yang tulisan dalam bahasa asing yang dipelajarinya. relatif lama, apalagi santri yang belajar sangat banyak. Tentunya akan membutukan waktu Secara teknis, Ditpekapontren, yang sangat panjang dan banyak mencurahkan tenaga untuk mengajar. Metode sorogan hanya Departemen Agama RI (2003: 73-86) efektif ketika jumlah peserta didik tidak terlalu banyak. Keterbatasan jumlah pengajar akan menguraikan teknik pembelajaran dengan menjadi kendala dalam penerapan motede ini. metode sorogan sebagai berikut: Metode sorogan banyak menuntut kesabaran, kerajinan, ketekunan, keuletan, 1. Seorang santri yang mendapat giliran dan kedisiplinan pribadi seorang kyai (ustadz). menyoroggkan kitabnya menghadap Tanpa ada sifat-sifat tersebut di atas, maka langsung secara tatap muka kepad kiai proses pembelajaran dengan menggunakan atau ustadz pengampu kitab tersebut. metode sorogan tidak akan tercapai secara Kitab yang menjadi media sorogan maksimal. diletakkan di atas meja atau bangku kecil yang ada di antara mereka berdua. Sistim sorogan dalam pengajaran ini merupakan bagian yang paling sulit 2. Kiai atau ustadz tersebut membacakan dari keseluruhan sistim pendidikan Islam teks dalam kitab dengan huruf Arab tradisional. yang dipelajarinya baik sambil melihat (bi nadhar) maupun secara hapalan (bil Namun demikian, metode pengajaran ghaib), kemudian memberikan arti atau sorogan memiliki sisi keunggulan. Salah makna kata per kata dengan bahasa yang satunya untuk mengukur kualitas individu. mudah dipahami. Kemajuan individu lebih terjamin karena setiap santri dapat menyelesaikan program 3. Santri dengan tekun mendengarkan belajarnya sesuai dengan kemampuan apa yang dibacakan kiai atau ustadznya individu masing-masing. Dengan demikian dan mencocokkan dengan kitab yang kemajuan individual tidak terhambat oleh dibawanya. Selain mendengarkan keterbelakangan santri yang lain. di camping dan menyimak, santri terkadang juga itu, metode sorogan memungkinkan perbedan membuat catatan-catatan seperlunya. kecepatan belajar para santri, sehingga ada kompetisi sehat antar santri. Juga 4. Setelah selesai pembacaannya oleh kiai memungkinkan seorang guru mengawasi dan atau ustadz, santri kemudian menirukan membimbing secara maksimal kemampuan kembali apa yang telah disampaikan seorang murid dalam menguasai pelajarannya. di depan, bisa juga pengulangan ini dilaksanakan pada pertemuan yang Sorogan juga memiliki ciri penekanan selanjutnya sebelum memulai pelajaran yang sangat kuat pada pemahaman tekstual baru. Dalam peristiwa ini, ustadz atau literal. Dan, sistim ini terbukti sangat atau kiai melakukan monitoring dan efektive sebagai taraf pertama bagi seorang koreksi seperlunya atas kesalahan atau santri untuk belajar ilmu agama. kekurangan bacaan santrim Meskipun metode ini sangat klasik, Kekurangan dan Kelebihan Metode pengajaran menggunakan sistem sorogan Sorogan terbukti sangat efektif dan terbukti berhasil. Ternyata, sistem pendidikan pesantren yang Tidak ada sister stay metode pendidikan tradisional ini, yang biasanya dianggap sangat di manapun yang sempurna. semuanya pasti memiliki kekurangan dan kelebihan, baik sistem atau metode klasik maupun modern. Edisi Budaya | 501
statis dalam mengikuti sistem sorogan dan Sistem ini bertujuan untuk memberikan bandongan dalam menerjemahkan kitab- latihan khusus kepada santri dan membantu kitab islam klasik ke dalam bahasa Jawa, mereka mengembangkan dan mendalami dalam kenyataannya tidak hanya sekadar pengetahuan atau keahlian tertentu membicarakan bentuk (form) dengan melupakan isi (content) ajaran yang tertuang Kerangka acuan yang digunakan oleh dalam kitab-kitab tersebut. Para kiai sebagai para kiai untuk melaksanakan evaluasi pembaca dan penerjemah kitab tersebut, pada umumnya tidak menggunakan angka- bukanlah sekadar membaca teks, tapi angka sebagaimana dikenal dalam lembaga juga memberikan pandangan-pandangan pendidikan formal yang menganut sistem (interpretasi) pribadi, baik mengenai isi persekolahan (schooling). Para kiai tidak maupun bahasa pada teks. Dengan kata lain, pernah menilai kemajuan santri dengan para kiai juga memberikan komentar atas seperangkat nilai hasil belajar. Pada umumnya, teks sebagai pandangan pribadinya. Oleh mereka memberikan evaluasi dari metode karena itu, para penerjemah tersebut haruslah sorogan ini dengan mengadakan lomba baca menguasai tata bahasa Arab, literatur dan Kitab Kuning yang diselenggarakan setiap cabang-cabang pengetahuan agama Islam yang akhir tahun, biasanya sebelum masuk bulan lain. (Zamakhsyari, 2011:88) Ramadhan. Sistem sorogan merupakan bagian paling Dalam lomba tersebut akan terpilih secara sulit dari keseluruhan metode pendidikan objektif beberapa santri pembaca kitab yang Islam tradisional, sebab menuntut kesabaran, dianggap kompeten dan bisa digolongkan kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi dari sebagai pembaca (qari’) yang baik. Dengan santri. Dalam metode ini, santri yang pandai pola evaluasi seperti ini, mereka yang merasa mengajukan sebuah kitab kepada kiai untuk belum pandai tidak akan berani mengikuti dibaca di hadapan kiai tersebut. Kalau dalam lomba tersebut. membaca dan memahami kitab tersebut terdapat kesalahan, maka kesalahan tersebut Selain sistem sorogan, di pesantren langsung akan dibenarkan kiai. (ensiklopedia juga menggunakan sistem bandongan dan NU, 2014: 124) khalaqah. Bandongan artinya belajar secara kelompok yang diikuti oleh seluruh santri. Biasanya metode ini diikuti oleh santri Biasanya kiai menggunakan bahasa daerah dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, dan setempat dan langsung menerjemahkan kiai menjelaskan isi kitab secara detil. Untuk kalimat demi kalimat dari kitab yang mempercepat pemahaman santri, seorang kiai dipelajarinya. Sedangkan halaqah artinya seringkali menyuruh santri yang bersangkutan diskusi untuk memahami isi kitab, bukan untuk membaca kajian sebelumnya, sebagai mempertanyakan kemungkinan benar semacam pasca ujian kepada santri. Ini adalah salahnya apa-apa yang diajarkan oleh kitab, bagian dari cara kiai dalam mempersiapkan tetapi untuk memahami apa maksud yang seorang santri untuk menjadi seorang kiai. diajarkan oleh kitab. (Mastuhu,1994:61) [Ala’i Nadjib dan Jamaluddin Muhammad] Sumber Bacaan Affandi Mochtar, Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren, (Bekasi: Pustaka Isfahan, 2008) A. Khoirul Anam dkk, Ensiklopedia Nahdlatul Ulama: Sejarah, Tokoh, dan Khazanah Pesantren, (Jakarta: Mata Bangsa dan PBNU, 2014) Ach. Fathan, Model Pengajaran Sorogan, (Malang: FPK, 1998) Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Rosda Karya, 2011) Dr. Manfred Ziemek, Pesantren dan Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1986) Imam Banawi, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993) Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS: 1994) Zamachsari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP٣ES ٢٠١١) 502 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Sowan Definisi dan Latar belakang sejarah Sowan pada mulanya merupakan perilaku berkunjung bagi masyarakat Jawa Sowan, merupakan tradisi yang tetap kepada seseorang yang dianggap lebih (dalam terjaga selama beribu-ribu tahun dan hal ini dukun) dengan budaya animisme- dilakukan oleh masyarakat Indonesia dinamismenya. Baru setelah agama Budha- khususnya Jawa. Sowan berasal dari bahasa Hindu masuk, perilaku ini berubah menjadi Jawa Verba (kata kerja) yang atinya menghadap; perilaku berkunjung kepada resi-resi di bertamu; berkunjung (kepada orang yang biara yang juga dilakukan oleh para raja- dianggap harus dihormati, seperti raja, guru, raja terdahulu (Lombard, 2005, 64). Ketika atasan, orang tua)(KBBI, ٢٠١٤). Sowan adalah agama Islam masuk, maka perilaku ini juga berkunjung ke seseorang yang dihormati atau mengalami perubahan menjadi berkunjung lebih tua. Berkunjung memberikan makna kepada Kyai yang pada saat itu merupakan bahwa seseorang menjalin dan menjaga ikatan tokoh dan sosok yang berpengaruh bagi antar manusia, yang pada praktiknya untuk perkembangan Islam di Jawa (Bashori,2014). mewujudkan harmoni dan keseimbangan Hal tersebut membuat istilah Sowan ini hubungan antarumat manusia yang lebih baik. Para santri sowan ke kediaman KH. Maimun Zubair, Sarang, Jawa Tengah. Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017. Edisi Budaya | 503
mengalami penambahan menjadi Sowan Kyai, menjaga hubungan antar sesama manusia karena perilaku berkunjung yang semula (Abdurrahman, 2009, h.1). Dua istilah yakni kepada dukun/resi, menjadi kepada Kyai. Sowan dan Silaturrahmi, akhirnya menjadi Pengaruh Kyai yang begitu besar dengan satu pemaknaan dalam masyarakat Jawa. sebuah lembaga Pesantren yang dipimpinnya, Hadirnya sebuah pesantren karena adanya membuat perilaku ini juga menjadi tradisi para santri dalam pengertian sowan, membuat dua Santri yang ingin memohon petunjuk kepada istilah ini menjadi satu pemaknaan. Kyainya. Dalam sejarah Islam, peristiwa isra’ mi’raj Sebagai tradisi yang telah dilakukan adalah napak tilas Nabi kepada para Nabi turun-temurun oleh masyarakat Jawa, dalam sebelumnya dengan ziarah sekaligus visualisasi ilmu komunikasi, sowan memiliki nilai umat dahulu dan masa mendatang. Oleh sebab spiritual dalam hubungan antar manusia ini itu, sowan juga dilakukan para santri dan telah ada bahkan sebelum agama Hindu-Budha umat Islam kepada ulama dan tokoh agama masuk dalam wilayah Nusantara. Karenanya, dalam arti berziarah ke makam auliya’. Sebab di kerajaan-kerajaan Jawa dikenal tradisi kisah isra’ dan mi’raj mencontohkan itu. Dan Pisowanan. yang paling mulia adalah, para Nabi sangat sayang kepada Muhammad dan umatnya Pisowanan adalah sebuah tradisi dalam sehingga menghasilkan hikmah berkurangnya kerajaan-kerajaan Jawa, di mana bawahan- shalat yang asalnya 50 menjadi 5 waktu. bawahan raja/sultan datang (sowan) ke Itulah hikmah dari berziarah atau sowan serta istana untuk melaporkan perkembangan tawadlu’ kepada para Nabi sebelumnya atau daerah yang dipimpinnya. Pisowanan para kekasih Allah. boleh dikatakan merupakan sebuah wujud pertanggungjawaban pemimpin-pemimpin Sowan, Pesantren dan Cium Tangan daerah kepada raja. Setelah mendengarkan laporan dari para bawahannya, raja/sultan Sekalipun Sowan merupakan budaya biasanya akan memberikan nasihat, teguran, masyarakat Jawa, ternyata Islam melihat ataupun perintah (titah) bagi masing-masing budaya ini sebagai suatu perilaku yang juga pemimpin daerah. diperintahkan dengan nama Silaturrahim. Said (2014) menyatakan bahwa Sowan pada Namun, pada perkembangannya sebagai dasarnya berasal dari sabda nabi Muhammad salah satu sarana komunikasi pisowanan Shalallahu alaihiwassalam yang berbunyi : menjadi melebar dan jauh dari konteks aslinya. Hal ini dapat terlihat dari peristiwa “Barang siapa beriman kepada Allah dan Pisowanan Agung Rakyat Yogyakarta pada hari akhir, hendaklah ia bersilaturahim” [H.R. tanggal 28 Oktober 2008 ketika Sri Sultan Bukhari dari Abu Huraira] Hamengkubuwono X menyatakan dirinya siap maju sebagai calon presiden. Hal ini membuat Perintah tersebut merupakan sebuah pisowanan yang awalnya adalah sebuah perintah wajib agar setiap muslim warisan tradisi Jawa menjadi sebuah peristiwa menyambung tali silaturrahmi dengan sesame politik. manusianya. Hal ini pun juga dipertegas dalam Al-Qur’an surah An-Nisaayat 36 yang artinya Sedangkan sowan dalam budaya Islam di Nusantara dikenal sebagai tradisi santri Sembahlah Allah dan janganlah kalian berkunjung kepada kyai dengan harapan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. mendapatkan petunjuk atas sebuah Serta berbuat baiklah kepada kedua orangtua, permasalahan yang diajukannya, atau karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang mengharapkan doa dari kyai atau sekedar miskin, tetangga dekat, tetanggajauh, teman, bertatap muka silaturahim saja (Ubudiyah, musafir dan hamba sahaya yang kalian miliki. 2012). Padahal Silaturahim merupakan Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong suatu istilah dalam Islam yang bermakna dan membanggakan diri (Q.SAn-Nisa’:36) 504 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Di beberapa daerah tradisi sowan manusia pada umumnya. Karena itulah para memiliki momentumnya ketika idul fitri tiba. Sowan ini menjadi salah satu daya tarik atau santri sangat mengharapkan do’a dari para alasan utama dalam tradisi mudik yang telah menjadi tradisi khas masyarakat muslim di kyai. Karena do’a itu niilainya lebih dari Nusantara. Biasanya, seorang kyai sengaja mempersiapkan diri menerima banyak tamu segudang harta. Inilah yang oleh orang awam yang sowan kepadanya. Mereka yang sowan tidaklah sebatas para santri yang pernah banyak diisitilahkan dengan tabarrukan, berguru kepadanya, namun juga masyarakat, tetangga dan bahkan para pejabat yang tidak mengharapkan berkah dari do’a kyai yang pernah berguru langsung kepadanya. Mereka datang dengan harapan mendapatkan berkah mustajab karena kezuhudannya, ke-wirai- dari kealiman seorang kyai. Pada bulan syawal, sowan kepada kyai merupakan sesuatu yang annya dan kealimannya. Dengan demikian utama bagi kalangan santri. Hampir sama pentingnya dengan mudik untuk berjumpa optimism dalam menghadapi kehidupan keuarga dan kedua orang tua. Karena kyai bagi santri adalah guru sekaligus berlaku dengan berbagai macam permasalahannya sebagai orang tua. Oleh karena itu sering kali mereka yang kembali pulang dari perantauan merupakan nilai posittif yang tersimpan menjadikan sowan kepada kyai sebagai alasan penting mudik di hari lebaran. Bagi santri yang di balik tradisi sowan. Sowan model inilah telah jauh berkelana mengarungi kehidupan, kembali ke pesantren dan mencium tangan yang dianjurkan oleh Rasulullah saw yang kyai merupakan momen mengisi ulang energi (recharger) untuk menghadapi perjalanan dilestarikan dalam tradisi Islam Nusantara. hidup ke depan. Seolah setelah mencium tangan kyai dan bermuwajjahah dengannya أَ ْن َﻋﻠَ�ْﻪ ِ َو َﺳﻠَّ َﻢ َﻗﺎ َل َﻣ ْﻦ أَ َﺣ َّﺐ َأَ�ُﺒَّْن َﺴ َرَ ُﻂﺳﻮَ َُ�ل ِﻓاﻲ َّ ِرِﺑ ْزﻗِ َ ِﻪﺻﻠَّ َوﻰ ُﻳﻨاْ ََّﺴ ُﺑﺄ semua permasalahan di depan pasti akan َ ُ� ِﻓﻲ أَﺛَ ِﺮ ِه ﻓَﻠْ�َ ِﺼ ْﻞ َرﺣِ َﻤ ُﻪ teratasi. Semua itu berlaku berkat do’a orang tua dan kyai. “Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (H.R. Bukhari-Muslim). اََوَُ�ﻗَ ُﻻْﷲَﻦﺗو ُ َﻗ ْأَﺸَﺎﻋ ِ َﻠَِﺮل��ْ ُاِكﻪَﻛ�َُّّﺠَﺑوِِﻮﺒَِﻪﺳَُّﻲ َّﻠب ََﻢﺷََرﻴﺻأَْﺌًِﻠَّﺎْﺧﻰ َِﺒ�اَْﺮواِﺗُﻳ ُِﻰﻘﷲ�ُﷲﺑِ َُﻢَﻋﻌﻠَََﻤﻗا�ْﻟﻨٍْ ِﻞﻪُﻪَّ�ُﺼ َأوَ َْﺪََّﺳﻼن َِّﻠَةﺧ ََﻠُرﻢ َِﻨوُأَﺟﺗُﻲ ًَرْﺆاﻼٌِﺗﻟبﻲْﺠََﻗ َّﺎﻨ َﻣاََﺔﻟﺎل ََّﺰَﻗُﻟ�ِﻛﺎَﻠﺎَ َﻳَّﻨلَة ِْﻌﺒ َِّﺒُﻣﻲَوﺎ ُﺗﺪَ َ َُِا�ﺻﺼﻠََّﻣُ َﷲﻞﻰﺎ . رواﻫﺎﻛﺨﺎري. “اﻟ َّﺮ ِﺣ َﻢ Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Dari Abu Ayyub Al-Anshori r.a bahwa ada seorang Imam Nawawi sebagai mana dinukil oleh Ibn berkata kepada Nabi saw., “Beritahukanlah Hajar al-Asqolani dalam fathul Bari kepadaku tentang satu amalan yang memasukkan aku ke surga. Seseorang berkata, “Ada apa dia? ﻟ ُﺰ ْﻫ ِﺪ ِه َو َﺻ َﻼ ِﺣ ِﻪ اْاﻟ َُّﻻﺮ ُﻣُﺟ ْﻮ ِ ِﻞر ﺗﻘ ِﺒ�ْ ُﻞ �َ ِﺪ ِﻮ:ْﻗَوﺎ َﻋلﻠْ ِاﻤ ِﻪ ِﻻاََﻣ ْﺎو ْمﺷ اَﺮﻓَِّﺠ ِﻪَﻮااَ ِو ْو ْﻧَيﺤ Ada apa dia?” Rasulullah saw. Berkata, “Apakah ا ِّ��ْ ِﻨ َّ� ِﺔ َﻻ�ُ ْﻜ َﺮ ُه ذاﻟِ َﻚ ِﻣ َﻦ dia ada keperluan? Beribadahlah kamu kepada .ﺑَﻞ ﻳ ُ ْﺴﺘَ َﺤ ُّﺐ “Imam Nawawi berkata : mencium tangan seseorang karena zuhudnya, kebaikannya, ilmunya, atau karena kedudukannya dalam agama adalah perbuatan yang tidak dimakruhkan, bahkan hal yang demikian itu disunahkan.” Tradisi sowan ini berlangsung hingga Gus Dur ketika Sowan kepada Abah Anom sekarang. Para santri meyakini benar bahwa seorang kyai yang alim dan zuhud jauh lebih Sumber: http://www.gusdurfiles.com dekat kepada Allah swt dibandingnkan Edisi Budaya | 505
Allah jangan kamu menyekutukan-Nya dengan Sowan dan Budaya Komunikasi Politik sesuatu apapun, tegakkan shalat, tunaikan zakat, dan ber-silaturahimlah.” (Bukhari). Sowan dalam pemaknaan Silaturrahim menjadi perilaku yang dianjurkan dalam Artinya hanya silatrrahim yang bernilai ajaran Islam, agar umat Islam tetap menjaga positiflah yang akan diganjar oleh Allah hubungan dengan sesama manusia dengan sebagaimana dijanjikan Rasulullah dalam janji pahala yang melimpah (Abdurrahman, kedua haditsnya. Bukan silaturrahim yang 2009, h.1). Dalam hubungan sesama manusia bernilai negatif yaitu silaturrahim yang tersebut tentu terdapat proses interaksi melanggar aturan syariat Islam. Dengan dimana komunikasi memiliki fungsi sosial demikian, di dunia pesantren, sowan (Mulyana, 2007, h.6). Adanya interaksi dan merupakan tradisi santri berkunjung kepada hubungan sosial dalam perilaku Sowan Kyai, kyai dengan harapan mendapatkan petunjuk membuat perilaku Sowan Kyai memiliki atas sebuah permasalahan yang diajukannya, dimensi komunikasi karena adanya proses atau mengharapkan doa dari kyai atau sekedar interaksi. Ilmu yang berasal dari perspektif bertatap muka silaturrhim saja. Tradisi ini barat ini, tentu belum menjelaskan bagaimana merupakan ejawantah dari anjuran Rasulullah dan mengapa Sowan (yang dalam prakteknya saw bahwa bersilaturhim dapat menjadikan terjadi antara orang yang dituakan dengan umur dan rizqi bertambah panjang. Sowan murid atau masyarakat lain) mampu terjadi dapat dilakukan oleh santri secara individu dan terjaga dalam masyarakat Jawa hingga atau bersama-sama. Bisanya seorang kyai saat ini. akan menerima para tamu dengan lapang dada. Bagi wali santri yang hendak menitipkan Chu dalam Hair (2014, h.3) menjelaskan, anaknya di pesantren, sowan kepada kyai “Teori komunikasi barat bersifat sangat penting. Karena dalam kesempatan individualistik. Hal ini bertolak belakang ini ia akan memasrahkan anaknya untuk dengan perilaku orang-orang timur yang dididik di pesantren oleh sang kyai. Begitu cenderung kolektif.“ Adanya penjelasan pula dengan calon santri, inilah kali pertama tersebut, membuat perspektif teori komunikasi ia melihat wajah kyainya yang akan menjadi Barat tentu saja bisa berubah karena belum panutan sepanjang hidupnya. Sowan tidak mampu menjelaskan praktek komunikasi hanya dilakukan oleh santri yang masih belajar yang ada dalam kehidupan masyarakat timur di pesantren. Banyak santri yang telah hidup khususnya Jawa. Hadisuprapto (2010, h.66) bermasyarakat dan berkeluarga mengunjungi menjelaskan bahwa konsep dan penunjukkan kyainya hanya sekedar ingin bersalaman kasih sayang dalam budaya Jawa berdasarkan semata. Atau sengaja datang membawa norma dari sebuah interaksi yang tidak ada permasalahan yang hendak ditanyakan dalam masyarakat Barat, sebagai kepercayaan kepada kyai tentang berbagai masalah yang yang diinternalisasi melalui kasih sayang dan dihadapinya. Hal ini menjadikan bahwa interaksi satu sama lain. Inilah yang akhirnya hubungan kyai santri tidak pernah mengenal para sosiolog menyimpulkan bahwa Perilaku kata putus. Kyai tetap menjadi guru dan santri politik dipengaruhi oleh faktor budaya yang tetap menjadi murid. Dalam dunia pesantren dianut serta proses komunikasi politik yang istilah alumni hanya menunjuk pada batasan dilaluinya (Muhtadi, 2008, h.21). waktu formal belaka, dimana seorang santri pernah belajar di sebuah pesantren tertentu. Adanya perintah dalam Islam yang sesuai Tidak termasuk di dalamnya hubungan dengan perilaku masyarakat Jawa, membuat guru-murid. Meskipun telah manjadi alumni perilaku Sowan Kyai mengalami sebuah pesantren A, seseorang akan tetap menjadi akulturasi dalam perkembangannya. Hal santri atau murid Kyai A. tersebut terjadi karena adanya pandangan masyarakat Jawa yang melihat kehidupan orang-orang Islam menjadi lebih baik, sehingga mereka berbondong-bondong masuk Islam 506 | Ensiklopedi Islam Nusantara
dan melakukan perintah ini pula. Didukung menggunakan simbol-simbol dan perilaku dengan sosok Kyai yang kharismatik, berilmu yang terintegras itersebut, juga memunculkan tinggi, dan dianggap sebagai seseorang yang suatu budaya dan tradisi yang dianggap efektif lebih dekat dengan Tuhan pula, Sowan Kyai dan efisien untuk mendapatkan dukungan dan menjadi sebuah budaya yang melekat kuat bagi kepercayaan masyarakat. masyarakat Islam-Jawa. Sehingga Kyai dengan segala kelebihannya, sangat berpengaruh Mendefinisikan Komunikasi Politik terhadap kehidupan sosial-politik masyarakat sebagai komunikasi yang diarahkan kepada Jawa. pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga dapat mengikat semua Pengaruh yang begitu besar akan sosok warganya. Sowan sebagai budaya yang ada di Kyai terhadap masyarakat Jawa, tentu masyarakat, dengan besarnya pengaruh kyai menjadi peluang besar bagi dunia politik di pada masyarakat Indonesia khususnya Jawa, Indonesia. Bahkan, kondisi politik pun juga membuat budaya ini juga digunakan para dipengaruhi oleh sosok Kyai ini. Terbentuknya pelaku politik untuk mendapatkan dukungan Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah tersebut. Sehingga, Sowan dalam perilaku kemerdekaan 17 Agustus 1945, memunculkan politik juga menjadi tradisi yang terus dilakukan banyak aktor politik-aktor politik handal yang hingga saat ini. Lebih lanjut Kasyfurrahman pada prinsipnya menggunakan segala cara (2009,h.28) menjelaskan bahwa komunikasi untuk mendapatkan dukungan, simpati, dan politik pada dasarnya merupakan bagian dari, kepercayaan dari masyarakatnya. Hal ini pun dan dipengaruhi oleh, budaya politik suatu juga tak lepas dari tradisi Sowan Kyai yang juga masyarakat. Pada saat yang sama, komunikasi memiliki esensi tersendiri bagi masyarakat politik juga dapat melahirkan, memelihara Indonesia khususnya Jawa. Keterlibatan para dan mewariskan budaya politik. Sehingga Kyai dalam proses pemilihan Kepala Daerah dengan memperhatikan struktur pesan serta secara langsung tidak bisa dihindarkan, pola-pola komunikasi politik yang diperankan karena mereka adalah potensi lokal yang dapat masyarakat, maka dapat dianalisis budaya memberikan kontribusi atau memberi warna poltik suatu masyarakat (Kasyurrahman, tersendiri bagi perpolitikan (Wafa, 2012, 2009, h.30). h.64). Budaya yang ada dalam komunikasi Indonesia, yang mengalami transisi politik tersebut, tentu tidak akan lepas dari pemerintahan mulai dari Orde Lama, Orde suatu tujuan untuk mendapatkan simpati, Baru, Reformasi ini, tentu membuat banyak kepercayaan, dan dukungan masyarakat. perubahan makna pada perilaku berbudi luhur Manajemen Komunikasi Politik sebagai khususnya Sowan dalam rangka mendapatkan komponen penting, tentu juga diharapkan tujuan yang diinginkan bagi para calon membentuk kesan yang akan muncul pada penguasa. Fenomena komunikasi politik yang masyarakat. Perilaku Sowan Kyai yang dilakukan oleh para calon pemimpin dalam dilakukan para calon pemimpin untuk maju perilaku sowan kepada Kyai, pada akhirnya dalam pemilu, merupakan sebuah simbol yang menjadi tradisi wajib ketika menjelang Pemilu. semata-mata untuk memperoleh kesan di masyarakat bahwa sosok tersebut telah diakui Komunikasi Politik sebagai bagian oleh Kyai sebagai sosok yang amanah. Banyak terpenting dalam perkembangan Politik orang di Indonesia (terutama pejabat), yang suatu negara, tentu memunculkan suatu memandang kekuasaan sebagai riil, nyata, perilaku-perilaku yang dilakukan oleh para objektif, bagaikan barang nyata yang bisa pelaku politik didalamnya. Sumarno dalam dipindah-pindah, atau diwariskan, seperti Kasyfurrahman (2009, h.28) mengatakan dalam kekuasaan raja-raja di Jawa, sehingga bahwa Komunikasi politik adalah suatu sikap banyak orang memperebutkan kekuasaan dan perilaku politik yang terintegrasi ke dalam tersebut dengan berbagai cara (Mulyana, 2013, suatu system politik dengan menggunakan h.7). simbol-simbol yang berarti. Dengan Edisi Budaya | 507
Biasanya menjelang Pemilu tradisi sowan Para Kyai sebagai sosok yang lebih tinggi kepada kyai mengalami penyemputan makna dan diagungkan, memiliki pemaknaan yang sebagai bentuk pencarian dukungan karena berbeda dalam perilaku Sowan Kyai ini. adanya pengaruh sosok Kyai yang besar Para Kyai memaknai perilaku ini sebagai di masyarakat. Dalam praktiknya, Sowan sebuah perilaku ibadah karena adanya nilai- Kyai yang digunakan untuk mendapatkan nilai yang juga diperintahkan dalam ajaran dukungan dilakukan dengan berbagai etika Islam. Kyai sebagai seseorang yang ilmu dan tata cara layaknya seorang Santri. agamanya lebih tinggi dari masyarakatnya, Sehingga dalam Sowan Kyai ini, perilaku untuk tentu akan berperilaku dengan niat untuk mendapat dukungan berjalan bersama dengan menjalankan nilai-nilai agamanya. Sowan Kyai aturan, nilai dan norma yang ada di dalamnya yang didasarkan pada nilai-nilai Islam, tetap (dalam hal ini Islam). Terdapat berbagai aspek dijalankan oleh para Kyai meskipun terdapat pemaknaan yang ada dalam pemaknaan para kepentingan-kepentingan politik di dalamnya. Caleg ini, yakni adanya sebuah ikatan budaya di Kepentingan-kepentingan politik yang ada masyarakatnya, sebuah penentu kemenangan, dalam Sowan Kyai menjelang Pemilu tersebut kepercayaan-kepercayaan yang bersifat dihiraukan dan nilai-nilai agama dijadikan ketokohan dan mistisisme Islam, sebagai sebagai acuan dalam berperilaku. Sehingga modal untuk kampanye dan perlawanan black dalam perilaku ini terdapat sebuah hubungan campaign, dan sebagai persiapan mental dan spiritual sekalipun untuk kepentingan politik. spiritual. Nilai, norma, dan aturan-aturan dalam perilaku Sowan Kyai ini menunjukkan Komunikasi Politik sebagai sebuah perilaku adanya sebuah hubungan assimetris bagi komunikasi untuk tujuan-tujuan politik, pada para pelakunya. Sehingga dalam praktiknya, akhirnya sangat dipengaruhi oleh budaya terdapat sebuah hubungan yang lebih tinggi yang ada dalam masyarakatnya. Islam sebagai dan lebih rendah. agama yang berpengaruh bagi masyarakat Jawa, juga mempengaruhi perilaku-perilaku Sowan para santri ke kediaman Gus Mus (KH. Mustofa Bisri) Rembang. Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017. 508 | Ensiklopedi Islam Nusantara
masyarakatnya terutama Sowan Kyai. Para silaturrahmi. Sowan Kyai menjelang Pemilu Calon Legislatif di Jawa Timur sebagai pelaku, ini, menghasilkan dua proposisi tentang memaknai perilaku Sowan Kyai ini sebagai konsep Sowan Kyai menjelang Pemilu. bentuk pencarian dukungan sekaligus mencari Proposisi pertama, terdapat hubungan spiritual doa dan keberkahan dari Kyai. pada perilaku Sowan Kyai dalam konteks Komunikasi Politik. Sedangkan proposisi Sowan Kyai sebagai perilaku komunikasi kedua, terdapat dimensi hubungan assimetris masyarakaat Jawa, memiliki perbedaan antara seseorang dengan orangyang ilmu pemaknaan dari para pelaku Sowan Kyai spiritualnya lebih, sehingga memunculkan ketika dilakukan pada masa Pemilu (yakni para simbol-simbol tertentu dalam perilaku Sowan calon pemimpin dan para Kyai). Para Calon Kyai menjelang Pemilu ini. Seseorang yang Pemimpin memaknai perilaku ini sebagai memposisikan lebih rendah dari orang yang suatu bentuk pencarian dukungan, dengan lebih tua dan ilmu spiritualnya lebih, menjadi tetap mengakomodasi aspek etika, norma, suatu dimensi yang kuat dalam perilaku Sowan dan nilai-nilai spiritual dalam Islam dan Jawa. Kyai ini. Sedangkan para Kyai memaknai perilaku ini sebagai bentuk perilaku ibadah, dengan [Zainul Milal Bizawie] dasar ajaran Islam untuk menyambung tali Sumber Bacaan Muhammad Alfien Zuliansyah, BUDAYA SOWAN KYAI, SEBUAH STRATEGI DALAM KOMUNIKASI POLITIK (Komunikasi Politik Calon Legislatif di JawaTimur), Penelitian di Universitas Brawijaya. Abdurrahman, Syaikh Khalid binH usain bin.(2009). Silaturahim, Keutamaan, dan Anjuran Melaksanakannya. (M.I Ghazali, Terjemahan). Indonesia, Islamhouse Al – Qur’an Terjemah. (2005). Jakarta: Al– Huda Astuti.(2014,24April). Minta Doa Kiai, Kalau Betul–Betul “Nyalon” Bismillah. Jakarta. Diakses padaSenin 11 Agustus 2014, dari http://www.nefosnews.com/ post/berita-analisa/minta-doa-kiai-kalau-betul-betul-nyalon-bismillah Hadisuprapto, P. (2010). Attachmentand Deliquency in Javanese Society. Universitas Diponegoro Semarang Hair, A. (2014). Taqqiyah, Strategi Komunikasi dalam Penghindaran Isolasi (Skripsi, Universitas Brawijaya, 2014) Herusatoto,B. (2008).Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Ombak Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2014). Jakarta : Indonesia, tersedia dalam :http://kbbi.web.id/sowan Kasyfurrahman, Z. (2009). Komunikasi Politik Kyai (Skripsi, Universitas Islam Negeri Malang,2009) Lombard,D.(2008). Nusa Jawa: Silang Budaya (Bagian III: Warisan Kerajaan–Kerajaan Konsentris). Jakarta: Gramedia Muhtadi,A.(2008).Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca Orde Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyana,D. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya Ubudiyah.(2012). Sowan dan MenciumTangan Kyai.Diaksespad aRabu17Juli2014,dari http://m.nu.or.id/a,public- m,dinamic-s,detail-ids,10-id,39396-lang,id-c,ubudiyah-t,Sowan+dan+Mencium+Tangan+Kyai-.phpx Wafa,M.(2013).Peran Politik Kyai di Kabupaten Rembang Dalam PemiluTahun1994-2009. Journal ofIndonesian History Vol.1. Universitas Negeri Semarang. Edisi Budaya | 509
Suroan Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro sebagai II telah membuat penyesuaian antara sistem awal tahun Jawa dianggap sebagai bulan kalender Hirjiyah dengan sistem kalender yang sakral atau suci, bulan yang tepat Jawa pada waktu itu. untuk melakukan renungan, tafakur, dan introspeksi untuk mendekatkan dengan Yang Waktu itu, Sultan Agung menginginkan Maha Kuasa. persatuan rakyatnya untuk menggempur Belanda di Batavia, termasuk ingin Saat malam 1 Suro tiba, masyarakat “menyatukan Pulau Jawa.” Oleh karena itu, Jawa umumnya melakukan ritual tirakatan, dia ingin rakyatnya tidak terbelah, apalagi lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan disebabkan keyakinan agama. Sultan Agung tuguran (perenungan diri sambil berdoa). Hanyokrokusumo ingin menyatukan kelompok Bahkan sebagian orang memilih menyepi santri dan abangan. Pada setiap hari Jumat legi, untuk bersemedi di tempat sakaral seperti dilakukan laporan pemerintahan setempat puncak gunung, tepi laut, pohon besar, atau di sambil dilakukan pengajian yang dilakukan makam keramat. oleh para penghulu kabupaten, sekaligus dilakukan ziarah kubur dan haul ke makam Sejarah Suroan Ngampel dan Giri. Akibatnya, 1 Muharram (1 Suro Jawa) yang dimulai pada hari Jumat legi Ritual 1 Suro telah dikenal masyarakat ikut-ikut dikeramatkan pula, bahkan dianggap Jawa sejak masa pemerintahan Sultan Agung sial kalau ada orang yang memanfaatkan hari (1613-1645 Masehi). Saat itu masyarakat tersebut di luar kepentingan mengaji, ziarah, Jawa masih mengikuti sistem penanggalan dan haul. Tahun Saka yang diwarisi dari tradisi Hindu. Sementara itu umat Islam pada masa Sultan 1 Syura adalah awal tahun Muharam, Agung menggunakan sistem kalender tahun Islam yang telah ditranskulturisasi Hijriah. Sebagai upaya memperluas ajaran dengan tradisi ritual Jawa kuno. Karaton Islam di tanah Jawa, kemudian Sultan Agung Mataram menerima dan mengembangkan ide memadukan antara tradisi Jawa dan Islam transkulturasi terutama sejak Sultan Agung dengan menetapkan 1 Muharram sebagai dari Karaton Yogyakarta. 1 Syuro menjadi tahun baru Jawa. bagian penting dari sebuah siklus kehidupan manusia. Dalam Islam, latar belakang dijadikannya 1 Muharam sebagai awal penanggalan Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro sebagai Islam oleh Khalifah Umar bin Khathab, awal tahun Jawa juga dianggap sebagai bulan seorang khalifah Islam di jaman setelah Nabi yang sakral atau suci, bulan yang tepat untuk Muhammad wafat. Awal dari afiliasi ini, konon melakukan renungan, tafakur, dan introspeksi untuk memperkenalkan kalender Islam di untuk mendekatkan dengan Yang Maha Kuasa. kalangan masyarakat Jawa. Maka tahun 931 H atau 1443 tahun Jawa baru, yaitu pada jaman Cara yang biasa digunakan masyarakat pemerintahan kerajaan Demak, Sunan Giri Jawa untuk berinstrospeksi adalah dengan lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu. 510 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Lelaku malam 1 Suro, tepat pada pukul Islam dan sekaligus juga menjadikannya 24.00 saat pergantian tahun Jawa, diadakan sebagai awal perjuangan umat Islam melalui secara serempak di Kraton Ngayogyakarta wadah kepemimpinan Nabi Muhammad saw. dan Surakarta Hadiningrat sebagai pusat kebudayaan Jawa. Momentum tanggal 1 Muharram selalu dijadikan penyemangat untuk membangun Tradisi Suroan Dalam Islam kesadaran akan kejayaan Islam di masa lalu. Bagi kebanyakan umat Islam yang memiliki Sebagai awal tahun, bulan Muharram kesadaran sejarah Islam di masa lalu, selalu memiliki makna yang sangat mendalam bagi menjadikan Muharram sebagai bulan untuk kaum muslimin. Bulan Muharram merupakan kembali mengingat tentang peradaban Islam bulan yang memiliki makna perjuangan di masa lalu yang agung luar biasa. Makanya, umat Islam. Bulan Muharam menandai awal tanggal 1 Muharrom selalu saja dimaknai perjalanan Umat Islam bersama Rasulullah adanya keinginan yang kuat dari umat Islam di saw untuk memperjuangkan Islam. Bulan seluruh dunia untuk bangkit dari keterpurukan Muharram menandai hijrahnya Nabi dan membuka kembali kontribusi dunia Islam Muhammad saw ke Madinah dan menandai bagi peradaban dunia. awal perjuangan Islam dalam kancah kehidupan umat manusia. Di Nusantara, Perayaan 1 Muharram, rasanya telah menjadi simbol ritual tahunan Hijrah Nabi Muhammad saw dari Mekkah yang ditandai dengan berbagai upacara ke Madinah merupakan titik balik bagi penyambutan dan hingar bingar kegiatan perkembangan umat Islam. Jika di Mekkah di masyarakat Indonesia. Sekali lagi, bahwa Nabi dimusuhi dengan berbagai cara agar tanggal 1 Muharram dianggap sebagai simbol Muhammad saw menghentikan dakwahnya kebangkitan umat Islam. Namun demikian, ada untuk menyebarkan Islam sebagai agama yang sebuah pertanyaan yang kiranya dapat menjadi hanif. Muhammad saw mendakwahkan Islam renungan kita semua. Pertanyaan itu adalah kepada kaum non Muslim di Mekkah dalam bagaimana menjadikan Muharram sebagai rentang waktu yang cukup lama. Akan tetapi kebangkitan hakiki umat Islam. Bukan hanya perkembangan Umat Islam tidak sebanding simboliknya yang mengedepan, akan tetapi dengan upaya yang dilakukan Nabi Muhammad adalah makna hakikinya yaitu umat Islam saw dan para sahabat-sahabatnya. Setelah Nabi sudah mengedepankan Islam sebagaimana Muhammad saw ditinggalkan oleh istrinya yang diinginkan Nabi Muhammad saw, yaitu yang sangat mencintainya (Khadijah RA) yang Islam yang damai, sejahtera, berkemajuan dan sangat mendukung usaha-usaha dakwahnya, memberikan berkah bagi umat manusia. lalu juga ditinggalkan oleh Pamannya (Abu Thalib), maka posisi dakwah Nabi Muhammad Tentu ada perbedaan dalam menentukan Saw., dalam nuansa genting. Beliau tidak lagi kapan tanggal 1 Muharram tersebut. Ada yang memiliki pendamping dan pendukung dari menggunakan hitungan tahun Saka, ada yang Bani Quraisy yang terkemuka. Dari sinilah menggunakan hitungan tahun Aboge, dan sesungguhnya hijrah Nabi Muhammad saw ke sebagainya. Namun demikian di antara mereka Madinah dapat dilihat ulang. yang berbeda pendapat tersebut tidak saling mencaci dan merendahkan. Mereka semua Peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw memahami bahwa perbedaan adalah bagian inilah yang kemudian ditahbiskan sebagai dari sunnatullah yang harus dipahami secara awal tahun baru Islam. Sehingga tanggal 1 mendalam. Muharram ditetapkan sebagai hari dalam tahun pertama untuk menandai hijrah Nabi Orang Jawa ada yang mengikuti hitungan Muhammad saw yang sangat fenomenal tahun baru Islam sebagaimana hitungan hisab tersebut. Hijrah Nabi Muhammad saw ke dan rukyat, sementara yang lain menggunakan Madinah merupakan awal bagi penyebaran hitungan tahun Saka dan juga Aboge. Orang Jawa memang memiliki tradisinya sendiri di Edisi Budaya | 511
dalam merayakan tahun baru Islam atau bulan oleh Kebo Bule Kyai Slamet sebagai Cucuking Muharram. Orang Jawa menyebutnya sebagai Lampah. Kebo Bule merupakan hewan bulan Suro. Di bulan inilah sesungguhnya kesayangan Susuhunan yang dianggap orang Jawa melakukan berbagai macam keramat. Konon kerbau ini bukan sembarang upacara yang intinya untuk memohon agar kerbau. Dalam buku Babad Solo karya Raden Allah swt memberikan perlindungan dari Mas (RM) Said, leluhur kebo bule adalah segala mara bahaya yang bisa saja hadir di hewan klangenan atau kesayangan Paku tahun berlangsung. Dengan demikian, bagi Buwono II. Maka dari itu, kebo bule ini orang Jawa bahwa bulan Suro bukanlah bulan dianggap sebagai pusaka keraton. Adapun untuk bersenang-senang, akan tetapi bulan kirab itu sendiri berlangsung tengah malam, untuk merenung dan bermunajat kepada Allah tergantung ‘kemauan’ dari kebo Kyai Slamet. agar keselamatan terus menyelimuti bumi Di belakang Kebo Bule barisan berikutnya (Nursyam; 2009). adalah para putra Sentana Dalem (kerabat keraton) yang membawa pusaka, kemudian Pada Orang Jawa banyak hal yang diikuti masyarakat Solo dan sekitarnya seperti bisa dicermati dan dikaji terkait dengan Karanganyar, Boyolali, Sragen dan Wonogiri. bulan Muharram atau wulan Suro. Orang Jawa memiliki tradisinya sendiri di dalam Uniknya, dalam kirab ini, orang-orang merayakan bulan Muharram atau bulan Suro. sekitar Keraton akan berjalan mengikuti kirab. Berbeda dengan umat Islam pada umumnya Merekasalingberebutdanberusahamenyentuh yang merayakan bulan Muharram, misalnya tubuh kebo bule. Tak cukup menyentuh, dengan Puasa, Baca doa, Baca Yasin atau Baca bahkan orang-orang tersebut terus berjalan Surat Al Ikhlas, sampai sedekah kepada fakir di belakang kerbau, menunggu sekawanan miskin dan anak yatim, maka Orang Jawa kebo bule buang kotoran. Bila kotoran jatuh, menyelenggarakan upacara Suroan dengan mereka saling berebut mendapatkannya. tradisi yang lebih unik. Orang-orang itu beranggapan bahwa kotoran tersebut sebagai tradisi ngalap berkah, atau Ritual Suroan di Jawa mencari berkah Kiai Slamet. Satu suro biasanya diperingati pada malam Sedangkan ritual di Yogyakarta berbeda hari setelah magrib pada hari sebelum tanggal lagi. Di istana Sultan Hamengkubuwono, itu satu biasanya disebut malam satu suro, hal setiap malam satu Suro digelar acara mengarak ini karena pergantian hari Jawa dimulai pada benda pusaka mengelilingi benteng keraton saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, yang diikuti oleh ribuan warga Yogyakarta dan bukan pada tengah malam. Satu Suro memiliki sekitarnya. Selama melakukan ritual mubeng banyak pandangan dalam masyarakat Jawa, beteng tidak diperkenankan berbicara seperti hari ini dianggap kramat terlebih bila jatuh halnya orang sedang bertapa. Inilah yang pada jumat legi. Untuk sebagian masyarakat dikenal dengan istilah tapa mbisu mubeng pada malam satu suro dilarang untuk ke beteng. mana-mana kecuali untuk berdoa ataupun melakukan ibadah lain. Tapa Bisu atau mengunci mulut dilakukan dengan cara diam, tidak mengeluarkan kata- Cara yang biasa digunakan masyarakat kata selama ritual. Mereka melakukan untuk Jawa untuk berinstrospeksi adalah dengan memohon perlindungan dan keselamatan lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu. kepada Allah SWT dengan harapan diberikan Lelaku malam 1 Suro, tepat pada pukul yang terbaik untuk Kota Yogyakarta. Tapa 24.00 saat pergantian tahun Jawa, diadakan Bisu, atau mengunci mulut yaitu tidak secara serempak di Kraton Ngayogyakarta mengeluarkan kata-kata selama ritual ini. Yang dan Surakarta Hadiningrat sebagai pusat dapat dimaknai sebagai upacara untuk mawas kebudayaan Jawa. Di Kraton Surakarta diri, berkaca pada diri atas apa yang dilakoninya Hadiningrat kirab malam 1 Suro dipimpin selama setahun penuh, menghadapi tahun baru di esok paginya. 512 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Selain di Kraton, ritual 1 Suro juga Jawa sepanjang bulan Suro. diadakan oleh kelompok-kelompok penganut aliran kepercayaan Kejawen yang masih banyak Salah satu ritual paling popular malam dijumpai di pedesaan. Mereka menyambut satu Suro adalah ngumbah keris (membersihkan datangnya tahun baru Jawa dengan tirakatan keris). Ritual ini adalah tradisi mencuci/ atau selamatan. Tirakat dari kata ‘Thoriqot’ membersihkan keris pusaka bagi orang yang atau Jalan, yang dimaknai sebagai usaha memilikinya. Dalam tradisi masyarakat Jawa, mencari jalan agar dekat dengan Allah. ngumbah keris menjadi sesuatu kegiatan Tirakatan ini digelar setiap malam satu Suro spiritual cukup sakral. Tiap malam satu Suro oleh kelompok-kelompok penganut aliran kebanyakan orang Jawa atau para kolektor kepercayaan Kejawen yang masih banyak pusaka selalu ‘ngumbah gaman/keris’ karena dijumpai di pedesaan. Mereka menyambut 1 Muharram adalah malam penuh keramat, datangnya tahun baru Jawa dengan tirakatan malam penuh dengan kekuatan magis. atau selamatan. Karena pusaka-pusaka itu juga dikeramatkan, makanya perlu dirituali di malam 1 Suro, agar Sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa kekuatan gaibnya bertambah. meyakini untuk terus bersikap eling (ingat) dan waspada. Eling artinya manusia harus tetap Tradisi lainnya adalah Kungkum atau ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya berendam di sungai besar, sendang atau sumber sebagai ciptaan Tuhan. Sedangkan waspada mata air tertentu, Yang paling mudah ditemui berarti manusia juga harus terjaga dan waspada di Jawa khususnya di seputaran Yogyakarta dari godaan yang menyesatkan. Karenanya adalah Tirakatan (tidak tidur semalam suntuk) dapat dipahami jika kemudian masyarakat dengan tuguran (perenungan diri sambil Jawa pantang melakukan hajatan pernikahan berdoa) dan Pagelaran Wayang Kulit. Di antara selama bulan Suro. tradisi tersebut ada juga sebagian masyarakat yang menggunakan malam satu suro sebagai Terlepas dari mitos yang beredar dalam saat yang tepat untuk melakukan ruwatan. masyarakat Jawa berkaitan dengan bulan Suro, namun harus diakui bersama bahwa Dialeketika Tradisi Islam dan Jawa introspeksi menjelang pergantian tahun memang diperlukan agar lebih mawas diri. Memang, masih ada sekelopompok orang Inilah esensi lelaku yang diyakini masyakarat yang membedakan antara Islam dan Jawa. Kebo Bule Kyai Slamet Keraton Solo ketika diarak sewaktu acara Suroan. Sumber: https://bagusdikalasenja.wordpress.com Edisi Budaya | 513
Bagi mereka Jawa dan Islam merupakan dua (pembuat keris) seperti Empu Gandring entitas yang masing-masing berdiri sendiri- dalam cerita Kerajaan Tumapel, atau Empu sendiri. Islam adalah suatu hal tersendiri, Supo dalam cerita Walisongo dan sebagainya. demikian juga Jawa adalah sesuatu hal yang Bahkan di setiap wilayah juga menyimpan lain. Sebagai entitas kebudayaan, maka Islam tradisi senjata-senjata sakti, seperti Rencong dan Jawa merupakan suatu hal yang berbeda. di Aceh, Tombak dan Keris di Jawa, dan Sementara itu juga ada sebagian masyarakat sebagainya. yang menyatakan bahwa Islam dan Jawa merupakan dua entitas yang sudah menjadi Kedua, Tradisi melakukan puasa-puasa satu. Keduanya telah lama membangun khas. Misalnya pada bulan Suro penganut dialog kebudayaan yang saling memberi dan Islam Jawa melakukan puasa patigeni, puasa menerima. Pandangan kedua inilah yang mutih, puasa ngrowot, puasa ngebleng dan kiranya menjadi arus utama akhir-akhir ini. sebagainya. Puasa patigeni dilakukan dengan cara tidak memakan makanan hasil perapian, Dengan demikian, antara Islam dan Jawa puasa mutih artinya hanya makan nasi putih sudah merupakan suatu entitas kebudayaan dan air putih saja saat berbuka, puasa ngrowot yang menyatu, dan tidak terpisahkan. Ibaratnya dilakukan dengan hanya memakan buah- mata uang koin, maka sisi yang satu adalah buahan, puasa ngebleng dilakukan dengan Islam dan sisi lainnya adalah Jawa. Jadi tidak menanam dirinya di tanah dan sebagainya. bisa dipisahkan. Dalam pandangan seperti Puasa-puasa ini tentu saja dilakukan dengan ini, maka Islam dapat berkolaborasi dengan tujuan untuk melatih kejiwaan dan kekuatan tradisi Jawa, sehingga Islam dan Jawa dapat batin agar dekat dengan Allah sing agawe membangun demokrasi dan kemoderenan. urip (Tuhan yang mencipta kehidupan). Keduanya saling memberikan sumbangannya Urip iku urup artinya bahwa hidup itu adalah dalam satu kesatuan untuk membangun pengabdian kepada Tuhan untuk kepentingan peradaban yang agung dan mendunia. kemanusiaan. Islam dan Jawa memang merupakan Bulan Suro di kalangan Orang Jawa entitas budaya yang dapat memberikan dikenal sebagai bulan tirakatan. Tirakat yang warna khusus Islam dibanding dengan Islam dilakukan oleh Orang Jawa tentu agak berbeda di tempat lain. Kekhususan itu terletak pada dengan tarekat dalam pengertian organisasi berbagai upacara yang dalam banyak hal tidak kaum sufi. Tirakatan artinya adalah tindakan dijumpai pada praktek Islam di tempat lain, untuk pendekatan khusus kepada Allah swt, bahkan di pusat sumber orisinalitas Islam melalui puasa, berdzikir atau eling kepada di Timur Tengah. Makanya, ada beberapa Allah, melanggengkan ritual-ritual khusus hal yang kiranya dapat dipahami mengenai yang dianggap sebagai cara atau jalan agar bisa perilaku Orang Islam Jawa, terkait dengan berdekatan dengan Tuhan. perayaan tanggal 1 Muharram atau 1 Suro Nursyam, 2009). Ketiga, Tradisi memandikan pusaka yang dianggap memiliki kesaktian. Mungkin ada di Pertama, Tradisi mencintai dan antara kita yang tidak meyakini bahwa pusaka menghormati keris atau benda-benda pusaka (keris, tombak, bahkan batu akik) memiliki lainnya. Keris atau benda-benda pusaka kekuatannya sendiri. Kekuatan khusus yang lainnya tentu bukanlah tradisi genuine hanya dimiliki oleh benda-benda tersebut. Islam. Hampir di semua kerajaan Islam Kekuatan itu adalah anugerah Allah kepada dijumpai benda-benda pusaka. Bahkan para alam. Ada keistimewaan yang dimiliki oleh Wali juga memiliki benda-benda pusaka. Di benda-benda tersebut karena sesungguhnya dalam cerita, misalnya Kanjeng Sunan Giri adalah representasi dari kekuasaan Allah. memiliki Kyai Kolomunyeng, kemudian Raja Orang Jawa meyakini bahwa ada representasi Mataram memiliki Kyai Sengkelat, ada juga kekuasaan Allah pada benda-benda di alam ini. Kyai Nogososro Sabuk Inten dan sebagainya. Ini tentu melengkapi kehebatan para empu Menurut Nursyam, keyakinan tersebut 514 | Ensiklopedi Islam Nusantara
tidak sama dengan konsep dinamisme di dalam semakin banyak. Ritual ziarah makam suci agama-agama primitive, yang beranggapan dilakukan dengan harapan bahwa Allah akan bahwa setiap benda memiliki kekuatan memberikan keselamatan dan keberkahan sehingga bisa disembah. Di dalam tradisi hidup selama setahun berlangsung. Mereka Islam-Jawa, bahwa benda-benda itu adalah mempercayai bahwa para Waliyullah adalah representasi Tuhan untuk menunjukkan washilah yang baik agar doanya diterima oleh tentang tanda-tanda kebesaran Allah bisa Allah. Mereka bukan berdoa kepada arwah terdapat di antara kita semua. Bukan untuk Waliyullah, akan tetapi menjadikan orang suci disembah, akan tetapi dijadikan sebagai bukti ini sebagai perantara yang baik untuk doa yang bahwa Allah itu maha kuasa dan berkuasa dilantunkannya kepada Allah swt. untuk menjadikan benda atau apa saja bisa memiliki ciri khas yang berbeda dengan Kelima, Tradisi sedekah juga mewarnai lainnya. bulan Suro. Ada keyakinan bahwa bulan Muharram adalah bulan yang sangat baik Para empu yang membuat keris atau untuk sedekah. Orang yang banyak sedekah tombak atau senjata lainnya tentu tidak hanya kepada orang miskin dan anak yatim akan menggunakan kekuatan fisikalnya, akan tetapi dihindarkan oleh Allah dari marabahaya. dengan lelaku atau tirakat atau riyadhah yang Mereka meyakini bahwa melalui sedekah sangat mendasar. Mereka mencipta pusaka kepada anak yatim pada tanggal 10 Muharram, tersebut dengan semedi (upacara-upacara maka Allah akan menurunkan keselamatan khas) untuk meminta kepada Allah agar yang dan keberkahan kepada yang melakukannya. diciptakannya menjadi penjaga alami bagi Itulah sebabnya, banyak orang yang berlomba- yang memilikinya. Di dalam tradisi Jawa, maka lomba mengeluarkan sedekah pada bulan pembuatan pusaka-pusaka istimewa dilakukan Muharram ini. sampai berbulan-bulan karena banyaknya upacara ritual yang harus diselenggarakan. Bulan Suro atau Bulan Muharram Orang Jawa sangat menghargai prosesi itu, merupakan bulan yang dianggap sebagai sehingga memuliakannya. bulan keramat. Makanya, orang Jawa banyak melakukan ritual-ritual untuk memperoleh Keempat, Tradisi Ziarah kubur para Orang keselamatan dan keberkahan. Suci. Ziarah kubur sekarang sudah merupakan bagian dari tradisi Islam Indonesia. Tidak Kita tentu tidak bisa memvonis apakah hanya Orang Jawa yang melakukan ritual pelaksanaan upacara-upacara ini memiliki ziarah kubur para wali atau penyebar Islam. dalil naqli atau tidak, akan tetapi satu hal Akan tetapi makin banyak orang yang yang penting adalah adanya keyakinan bahwa melakukan ziarah Wali. Di Jawa dikenal ziarah di bulan Suro ini segala keprihatinan dan Wali Songo ( Wali Sembilan). Wisata ziarah ini tirakatan harus dilakukan. Keyakinan tersebut dilakukan secara berjamaah. Meskipun dewasa terus dijaga oleh Orang Jawa yang tentu ini ziarah Maqam Wali tidak terbatas pada menggambarkan bahwa Orang Jawa memang bulan-bulan tertentu, namun demikian khusus memiliki ritualitas yang menarik untuk bulan Muharram kuantitas peziarahnya dicermati. [Zainul Milal Bizawie] Sumber Bacaan Nursyam, Tradisi Muharram (Suroan) di Nusantara, Kumpulan opini tahun 2009-2016 di situs pribadi Nursyam. Endang Saifuddin, Agama dan Kebudayaan, (Bandung: PT. Bina Ilmu Surabaya, 1979) Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998) Edisi Budaya | 515
Surau Perjalanan Islam ke berbagai wilayah telah pelengkap rumah gadang, adat. Bangunan ini melahirkan bentuk bentuk baik cara fungsinya untuk bertemu, berkumpul, rapat beribadah maupun tempat – tempat suci, serta tempat tidur bagi anak anak lakl-laki kedatangan Islam yang menjadi perdebatan yang sudah akil baligh dan kaum lakil-laki soal asal, waktu dan agen ke Indonesia, telah yang sudah udzur. Anak laki-laki yang sudah melahirkan Islam Indonesia yang sangat akil baligh itu dianggap memalukan jika masih unik dan berbeda-beda performance-nya. tidur di rumah. Salah satunya adalah tempat ibadah dan tempat pendidikan. Orang Arab atau Timur Istilah surau ini juga dikenal di Tengah hanya mengenal Masjid sebagai pusat Semenanjung Malaya Malaysia. Di sana peribadatan di mana sholat Jumat dan hari perbedaan fungsi antara surau dan masjid raya diselenggarakan. Di sana tempat untuk tidak begitu terang. Ada pembedaan, tetapi shalat di tempat publik namanya masjid, administratie saja, surau besar dan surau kecil. tidak dikenal turunannya (Badri yatim: 2010). Fungsinya hampir sama dengan masjid di Adapun di Indonesia kita mengenal, ,rangkang, Indonesia. Yang besar untuk fungsi keagamaan langgar, surau, meunasah tajuk, dan lain-lain. yang lebih besar. Tapi bukan untuk pendidikan yang juga sebagai tempat ibadah publik. Semua Islam. Adapun yang kecil dipakai belajar agama istilah itu menggambarkan betapa kayanya agama yang dasar. Patani (Thailand Selatan) keragaman Islam lokal di Indonesia. pun menggunakan istilah surau sebagai bagian dari pusat keagamaan. Mini masjid, karena punya fungsi yang terbatas dari masjid, terutama tidak digunakan Sementara di Minangkabau, Tanah Batak, untuk Sholat Jumat menjelma menjadi bentuk Sumatera Tengah, Sumatera Selatan pun surau langgar. Kata ini banyak digunakan di Jawa, melegenda. Di Minangkabau, surau dibedakan Madura dan Kalimantan. Adapun Surau, berdasarkan daya tampung kapasitasnya. lebih dikenal di Minangkabau Sumatra Barat. Surau kecil, bisa dipakai 20 murid; surau Sedangkan Istilah Rangkang dan Meunasah sedang, kapasitasnya sampai 80 murid; dan lazim digunakan di Aceh. yang besar antara 100 sampai 1000 orang. Arti Kata Fungsi surau kecil itu kira-kira sama dengan langgar di Jawa atau di Minangkabau. Istilah surau sendiri sudah muncul Surau besar dan sedang yang ada di Malaysia sebelum Islam datang ke Indonesia Menurut bisa dikatakan berfungsi seperti pesantren AA. Navis fungsi surau pada waktu itu adalah di Indonesia dalam hal penyelenggaraan tempat belajar dan menginap anak-anak laki- pendidikan. Ia bisa menjadi atau berfungsi laki yang sudah baligh. seperti masjid karena ada khatib, imam, bilal dan lain-lain. Surau sebenarnya juga berarti bangunan kebudayaan (semacam balai) bagi masyarakat Surau dalam Lintasan Sejarah setempat di mana masyarakat berkumpul sebelum kedatangan Islam. Tempat itu bagi Seperti dikatakan di atas, di mana surau masyarakat adalah milik kaum atau suku, sudah dikenal sebelum Islam, seiring dengan 516 | Ensiklopedi Islam Nusantara
kedatangannya, peran dan fungsi surau mulai ulama ulama Minangkabau. Surau ini diperluas. Ia tidak lagi hanya menjadi pusat nantinya akan menjadirpusat pendidikan di kegiatan menekuni ilmu pengetahuan dan Minangkabau. Tempat ini dianggap sebagai ketrampilan tetapi juga pengembangan Islam tempat penyebaran ilmu pengetahuan yang di mana anak didik tinggal. lebih teratur. Dari surau ini, lahirlah ulama- ulama yang dikader Syekh Burhanudin dan Surau, menurut Badri Yatim, dalam hal mendirikan tempat serupa di daerah asalnya. ini mengalami Islamisasi. Yang hanya untuk Mereka terus menyempurnakan kekuarang menginap anak lajang sekarang menjadi tempat dan melengkapi fungsi surau ini. Salah satu pengembangan Islam, seperti pengajaran al- contoh penting itu adalah murid beliau, Quran. Sehinggn guna dan fungsinya seperti Tuanku Mensiangan Nan Tuo. Ia mendirikan masjid mini. Meski kecil, surau amatlah surau serupa di kampungnya, Paninjauan. penting bagi orang Minangkabau. Seiring zaman, surau terus berkembang, Ada aktor penting yang membawa perkembangan pertama adalah dalam soal Islamisasi surau ini, yaitt Syekh Burhanudin kependidikan, Syekh Abdarrahman (1777- Ulakan (1641-1691), murid Abdur Rauf al- 1899) mendirikan surau besar di Batuhampar Singkili. Al-Singkili, waktu itu, menjabat Payakumbuh. Ia mendirikan model baru surau. sebagai qadi dan mufti kesultanan Aceh Setelah 48 tahun mengembara mencari ilmu, Darussalam. Ketika kembali dari belajar ilmu Sang syekh di usianya yang ke 63, beliau di Kutaraja Aceh, Syekh Burhanudin Ulakan mendirikan surau besar. Mengapa? Karena mendirikan surau di kampungnya, Ulakan suara ini dikelilingi oleh surau-surau kecil. Jadi Pariaman. Di Surau inilah ia menakader ulama surau besaa semacam surau induk. Jadi fungsi dan mengembangkan ilmu-ilmu keIslaman pendidikan sangat menonjol dalam bangunan yang kelak akan saagat berpengaruh buat ini. Surau di Solok Sumbar yang dibangun pada 1657. Foto diambil oleh M. Jihad Hizbullah Edisi Budaya | 517
Pendidikan di surau Syekh Abdurrahmai ibunya, kecuali sedang sakit. Meunasah selain dimulai dari membaca al-Quran dan kemudian tempat bermusyawarah juga tempat menginap tilawahnya dengan berbagai irama. Karena uleebalang, jika bepergian bersama pangeran keahlian beliau itu, surau ini mendatangkan Sagi. Ketika Islam datang, fungsinyaiberubah daya tarik bagi masyarakat di luar Payakumbu. menjadi tempat ibadah. Seperti untuk shalat Seperti Bengkulu, Pelembang, Bangka, riau dan belajar ilmu agama. Karenanya kepala dan Jambi. Konskuensinya, surau tak lagi meunasah mestilah seorang yang tahu ilmu basa menampung para peminat ilmu itu. agama, ia memimpin penunaian zakat, sunat, Syekh Abdurrahman lalu membangui komplek pernikahan, memandikan jenazah dan lain- surau lagi, tak tanggung-tanggung, 30 surau lail. Ia disebut Teungku. berukuran 7 x 8 meter, bertingkat dua dan lokasinya mengelilingi bangunan induk. Nama Selain surau, masyarakat Aceh punya surau-suaru itu pun disesuaikan dengan Dayah. Namun dayah lebih mirip pesantren. daerah asal para murid yang mendiaminya. Meskipun di meunasah diajarkan juga ilmu Seperti Surau singkil Surau Riau dan lain- agama, tetapi pelajaranid ayah lebih tinggi lail. Dalam konteks Jawa, fenomena ini mirip materinya. Dayah didirikan tanpa tiang, tetapi dengan gothaan (ruang/kamar) di pesantren. pondasi temboknya ditinggikan dan di atasnya diberikan turapan semen. Hamzah Fansuri, Sementara itu materi pengetahuan yang Syamsuidn as-Sumatrani, Nurudin al-Raniri, diajarkan di surau pun meningkat, tidak Hamzah Fansuri, dan Abdur Rauf al-Singkili hanya baca tulis al-Quran tetapi juga fikih, adalah tokoh-tokoh Dayah. Dayah ing kelak tauhid, tasawuf dan tarekat. Jika di pesantren, berkembang menjadi pusat pendidikan tinggi para pencari ilmu disebut santri, para pelajar Islam. di sura, disebut urang siak. Kebanyakan mereka menginap di surau. Pemilik surau Karena Dayah menjadi pusat penyebaran yang sekaligus pemimpinnya disebut syekh. ilmu dan banyak yang datang dari luar kota, Gelar yang menunjukkan derajat keulamaan maka dibangunlah tempat menginap atau nan ketinggian ilmu yang tertinggi. Jika di asrama yang disebut rangkang. Rangkang pesantran ada sorogan dan bandongan, maka dibuat sederhana tidak seperti umumnya di surau disebutnya halaqah. Sang Syekh rumah orang Aceh yang memiliki tiga lantai. biasanya memberikan pendidikan secara lisan, Ia hanya satu lantai dengan kamar kamar semantara urang siak duduk menggilininya, kecil yang bias ditempati satu sampai tiga melingkar. Materinya ditentukan saag Syekh, orang. Rangkang itu dipimpin oleh seorang tetap diiesuaikan deegan para urang siak. teungku rankang yang menjadi guru bantu Biasaaya sesuai umurnya. Meskipun berbagai dan pembimbing murid. Teungku ini semacam pelajaran agama diajarkan sebagaimana lurah pondok kalau di pesantren. disebut di atas, tetapi fikih amatlah ditekankan. Karena itu secara praktis sangat dibutuhkan Istilah yang hampir sama fungsinya oleh masyarakat. adalah Langgar. Langgar yang selama ini dikenal sebagaidmasjid mini di Jawa –Madura Tempat seperti surau banyak terdapat (tidak untuk sholat Id dan Jumatan) ternyata di daerah lain, tetapi dengan nama yang terdapat juga di Kalimantan Selatan. Di berbeda, misalnya Meunasah. Meunasah Kerajaan Banjar, lembaga pendidikan pertama lebih dikenal di Aceh atau Samudra Pasai. itu disebut langgar. Adalah Syekh Muhammad Sejak abad XIV Meunasah sebagai tempat Arsyad al-Banjari, yang dikenal pertama kali menginap pria dewasa dan tidak menikah di menjalankan fungsi pendidikan di dalamnya. gampong (kampung). Meunasah juga untuk Beliau adalah ulama berpengaruh di Banjar pria dari luar kampung tersebut atau yang yang pernah belajar beberapa tahun di Mekah. ibunya tinggal di gampong lain. Intinya, Lokasi langgar yang didirikan beliau terletak semua pria tidak boleh menginap di rumah di pinggiran ibu kota kerajaan. Daerah ini lain yang bukan istrinya, meski itu rumah kemudian terkenal denga nama kampung dalam pagar. Dan sebagaamana alumni surau 518 | Ensiklopedi Islam Nusantara
serta dayah, para murid yang belajar di Langgar untuk ulama nusantara dan meninggalkan pun mereka setelah pulang mendirikan langgar sejarah yang tak dapat dilupakan hingga kini. langgar di kampungnya Menguatkan tentang kedudukan surau di Kesamaan nama langgar dengan yang ada Minangkabau, Azyumardi Azra mengatakan di Jawa dan di banyak tempat lain, mungkin bahwa surau disana sudah seperti pesantren juga karena jaringan para ulama yang dahulu di Jawa. Pasca kemerdekaan, eksistensinya kala berlajar di Haramain seperti Syekh Arsyad berangsur surut karena lembaga pendidikan yang belajar dan mengajar selama 25 tahun Islam di Indonesia tunduk pada aturan di Mekah dan 5 tahun di Madinah.Sebutan pemerintah. Ulama Jawi bagi para perantau Indonesia dan ulama yang disegani disana sebagai sebutan [Ala’i Nadjib] Sumber Bacaan Azyumardi Azra, (1985). Surau Di Tengah Krisis: Pesantren Dalam Prespektif Masyarakat. Jakarta: PM3 Azyumardi Azra, (1999). Pemikiran Islam Tradisi dan Modernitas Menuju Milinium Baru. Ciputat: Logos. Mohammad Kosim, Langgar Sebagai Institusi Pendidikan Keagamaan , Jurnal Tadrîs. Volume 4. Nomor 2. 2009 STAIN Pamekasan Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah; Pendidikan Islam dalam Kurun Modern Jakarta; LP3ES, 1994 Badri Yatim, Surau dalam Arus Besar Sejarah Indonesia, dalam Indonesia dalam Arus Sejarah Fakta dan Indeks. Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, 2012 Azyumardi Azra, Ensiklopedi Nasional Indonesia (Jakarta; Delta Pamungkas, 1997), Azyumardi Azra, Surau; Pendidikan Islam Tradsional dalam Transisi dan Modernisasi (Jakarta: Logos, 2003 Edisi Budaya | 519
Syair Syair merupakan puisi Melayu klasik. dengan rubai Persia. Rubai Persia merupakan Istilah syair berasal dari bahasa Arab, puisi yang berdiri sendiri, sedangkan pola yakni syi’r, yang berarti puisi. Berbeda rubai dalam syair Hamzah Fansuri keempat dengan istilah “syair” dalam bahasa Arab yang larik syair merupakan bagian dari rangkaian berarti penyair, istilah syair dalam tradisi puisi Melayu yang panjang, yang jumlahnya kesusastraan Melayu justru berarti karya baitnya bervariasi antara 13 dan 21 bait. puisi yang dikarang oleh penyair. Dari segi kaidah dan konvensinya, syair terdiri atas Dalam perkembangannya, bentuk sejumlah bait; setiap bait terdiri atas empat syair yang diciptakan oleh Hamzah Fansuri larik; sedangkan dari jumlah suku kata setiap mendapat penerimaan yang luas dari kalangan larik dalam satu bait terdiri atas 9 hingga 12 penyair Melayu untuk menulis puisi dengan suku kata. Adapun dari segi jumlah kata, satu berbagai kecenderungan tematiknya. Dalam larik terdiri atas empat kata. Sementara itu, konteks ini, penyebaran syair di dunia Melayu berkaitan dengan pola rima, syair Melayu itu tampaknya dipengaruhi, pertama, oleh berpola a-a-a-a, b-b-b-b, c-c-c-c, dst. kegiatan kaum sufi yang berlangsung intensif pada abad ke-16 dan ke-17, dan kedua oleh Secara historis, syair tumbuh dan kenyaaan bahwa syair memiliki kemiripan berkembang di dunia Melayu pada abad ke-16; bentuk dengan puisi rakyat Melayu. dalam hal ini sufi dan penyair besar Melayu, yakni Hamzah Fansuri, dinilai sebagai pencipta Perkembangan syair Melayu dan genre syair Melayu. Latar belakang intelektual penerimaannya yang luas di dunia Melayu Hamzah Fansuri yang mengenal dengan baik dengan sendirinya membawa implikasi pada tradisi intelektual Arab dan Persia serta akar perkembangan bentuk persajakan syair Melayu etimologis kata “syair” yang berasal dari Arab jika diukur dengan bentuk persajakannya pada menimbulkan beragam hipotesis mengenai tahap awal kemunculannya. Tahap awal, atau sumber kesastraan yang menjadi dasar tahap Hamzah Fansuri, berlangsung dari penciptaan syair Melayu; sebagian pendapat akhir abad ke-16 hingga paruh pertama abad melihat bahwa puisi Persia, yakni Rub’i, ke-17, sedangkan tahap kedua, tahap pasca- menjadi prototipe syair Melayu; sebagian Hamzah Fansuri, berlangsung dari akhir abad pendapat melihat puisi Arab-lah yang menjadi ke-17 hingga abad ke-19. Perbedaan bentuk prototipenya; dan sebagian berpendapat persajakan syair tersebut dapat dilihat dari bahwa puisi lisan Melayu, yang dikenal dengan tingkat isosilabisme dalam larik, jenis rima sebagai “nyanyi”, merupakan prototipe syair yang ada, dan kekhasan rima yang sering Melayu. digunakan dalam syair. Pada tahap pasca- Hamzah Fansuri, umumnya kecenderungan Meskipun sebagai pencipta syair Hamzah isosilabisme lebih mencolok daripada tahap Fansuri menyebut puisinya sebagai rubai, Hamzah Fabsuri karena pertimbangan tetapi pola rubai yang digunakan oleh Hamzah kesadaran estetik yang didasarkan atas Fansuri dalam syair karangannya tidak sama kesamaan jumlah suku kata. Selain itu, pada 520 | Ensiklopedi Islam Nusantara
tahap pasca-Hamzah Fansuri, jenis rima juga tumbuh-tumbuhan, seperti ikan, burung, mengalami perubahan yang nyata, dari rima bunga, dan buah-buahan. Penggunaan cerita berselang ke rima bersinambung. binatang dan tumbuh-tumbuhan tersebut merupakan kiasan dari peristiwa tertentu, Terlepas dari aspek bentuk persajakan seperti Syair Ikan Terubuk untuk menyindir dan perkembangannya, dari segi isinya peristiwa anak Raja Malaka yang meminang syair Melayu dapat dikelompokkan menjadi putri Siak; Syair Burung Pungguk untuk lima kelompok: syair panji, syair romantis, menyindir pemuda yang ingin mempersunting syair kiasan, syair sejarah, dan syair agama. seorang gadis yang jauh lebih tinggi status Meskipun demikian, pengelompokan tersebut sosialnya. tampaknya merupakan pengelompokan sederhana, yang tidak didasarkan atas ciri-ciri Berbeda dengan tiga jenis syair Melayu puitiknya, dan bahkan lebih didasarkan atas tersebut di atas, syair sejarah merupakan puisi pengamatan para pakar sastra Melayu, dan Melayu yang didasarkan atas peristiwa sejarah, oleh karena pengelompokan tersebut sifatnya termasuk peristiwa peperangan, baik yang eksternal. terjadi di kawasan Melayu maupun di kawasan lain. Syair Perang Mengkasar merupakan syair Sebagai kelompok syair Melayu, syair yang menceritakan peperangan yang terjadi panji sebagian besar berasal dari karya prosa, di Makassar antara tahun 1668-1669; Syair seperti Syair Panji Semirang yang merupakan Kaliwungu merupakan syair yang menceritakan olahan dari Hikayat Panji Semirang; Syair perang yang terjadi di Semarang tahun Anggreni yang merupakan saduran dari Panji 1763; Syair Perang Palembang merupakan Anggreni. Di antara kelompok syair panji, syair yang menceritakan serangan Belanda Syair Ken Tambuhan merupakan syait yang terhadap Palembang pada tahun 1819-1821 paling popular sehingga menarik perhatian yang menyebabkan kejatuhan Kesultanan sejumlah sarjana untuk menilitinya. Syair Palembang. tersebut banyak menyerap kata-kata Jawa Kuna dan unsur-unsur mitologis agama Hindu. Di antara kelopok syair Melayu, syair Penyerapan unsur-unsur Jawa Kuna dan agama merupakan kelompok syair yang mitologi Hindu dalam Syair Ken Tambuhan itu dinilai paling penting. Dalam konteks ini, tidak mengherankan mengingat cerita yang Hamzah Fansuri merupakan dinilai sebagai terkandung dalam syair tersebut memang orang pertama yang mengarang syair, yang berasal dari Jawa; dalam hal ini adalah cerita kemudian diikuti oleh penyair-penyair lainnya. mengenai negeri yang dikalahkan oleh Ratu Dilihat dari muatan isinya, syair agama dapat Kuripan yang berlomba-lomba memberikan dibagi ke dalam beberapa jenis yang berkaitan persembahan kepada Sang Ratu. dengan ajaran agama Islam itu sendiri: syair tentang akidah, syair tentang syariat, syair Syair romantis merupakan jenis syair yang tentang tasawuf, dan syair tentang tentang sangat digemari di Melayu sebagai puisi naratif eskatologi Islam. yang termasuk dalam cerita penglipur lara. Syair Bidasari, Syair Yatim Nestapa, Syair Abdul Syair Perahu, Syair Dagang, Syair Bahr an- Muluk, Syair Sri Banian, Syair Sinyor Kosta, Syair Nisa’, Syair Kiamat, Syair Ta’bir Mimpi, dan Syair Cinta Berahi, Syair Mambang Jauhari, Syair Tajul Raksi merupakan contoh-contoh syair Melayu Muluk, Syair Sultan Yahya, dan Syair Putri Akal yang masuk dalam kelompok syair agama. Syair merupakan contoh-contoh dari syair romantis Perahu menggambarkan kehidupan manusia Melayu. seperti perahu yang berlayar di tengah lautan dengan berbagai rintangan yang dihadapinya, Sebagai karya sastra Melayu, seperti ikan hiu dan ikan paus serta badai angin perkembangan syair Melayu juga ditandai topan. Syair Dagang menceritakan nasib anak dengan berkembangnya syair kiasan atau syair dagang yang mencari emas di negeri rantau simbolik. Dalam hal ini cerita yang terdapat dengan berbagai suka-dukanya; jika sedang dalam syair dikisahkan melalui binatang dan Edisi Budaya | 521
mendapat emas banyak, ia pun banyak didekati pertautannya dengan syi’r Arab di satu pihak orang, sedangkan jika sedang sulit mendapat dan syair Melayu di pihak lain. emas, ia dijauhi orang. Syair Bahr an-Nisa’ menggambarkan perkawinaan sebagai lautan, Pertautan singir dengan syi’r Arab sehingga orang yang ingin melangsungkan tampaknya didukung oleh kenyataan bahwa perkawinaan seperti berlayar di lautan, dan pertumbuhan dan perkembangan singir di oleh karena itu pasang-surut gelombang kalangan masyarakat santri dan pesisiran niscaya akan ditemuinya dalam pelayarannya berbanding lurus dengan pengajaran ilmu di lautan. Syair Kiamat menceritakan tanda- prosodi Arab yang dikenal dengan ilmu arudh tanda datangnya hari kiamat dan berbagai di pesantren-pesantren di Nusantara. Selain perisriwa yang akan terjadi pada hari kiamat. itu, kitab-kitab yang diajarkan di pesantren Syair Ta’bir Mimpi berisi mengenai uraian pun sebagian di antaranya berbentuk puisi mengenai tafsir atas mimpi yang dialami atau nazam. Dengan demikian, komunitas oleh seseorang. Adapun Syair Raksi berisi pesantren sudah lama mengenal ilmu prosodi prediksi mengenai peristiwa yang akan terjadi puisi Arab dan karya-karya puisi Arab atau berkaitan dengan perjodohan. syi’r. 3. SINGIR Tidak berbeda dengan puisi Arab dan ilmu prosodinya yang sudah lama dikenal oleh Singir merupakan bentuk puisi Jawa baru masyarakat santri Jawa, kesusastraan Melayu, yang berkembang di kalangan masyarakat baik dalam genre puisi maupun prosa, juga santri, terutama di daerah pesisiran. Dilihat sudah lama masuk ke Jawa, terutama di daerah dari namanya, singir merupakan derivasi pesisiran. Beberapa karya sastra Melayu dari kata Arab, yaitu syi’r, yang berarti puisi. digubah dan diterjemahkan ke dalam bahasa Meskipun demikian, akar etimologis kata Jawa, yang tersebar tidak hanya di kawasan singir yang berasal dari bahasa Arab tersebut pesisiran, tetapi juga di lingkungan kraton tidak berarti sumber kesastraannya singir Jawa. Dengan demikian, masyarakat santri berasal dari Arab, tetapi dimungkinkan berasal Jawa sudah lama mengenal syair Melayu. dari puisi Melayu yang dikenal sebagai syair. Kemunculan singir tersebut dalam panggung Pengenalan masyarakat santri Jawa sejarah kebudayaan Jawa telah memberi warna terhadap syi’r Arab dan syair Melayu tersebut tersendiri bagi perkembangan kesusastraan di atas diperkuat oleh kenyataan bahwa pola Jawa yang sebelumnya telah mengenal singir Jawa sebagian memang mengikuti pola kakawin, geguritan, parikan, dan tembang syi’r Arab dan sebagian yang lain mengikuti macapat. pola syair Melayu. Dalam hal ini, sebagian singir Jawa mengikuti pola syair Melayu dilihat Dalam konteks sejarah perkembangan dari segi sistem pembaitan dan rimanya, yakni puisi Jawa, pertumbuhan dan perkembangan tiap bait terdiri atas empat larik, tiap larik singir termasuk baru jika dibandingkan dengan umunya terdiri atas 12 suku kata, dan dengan puisi Jawa lainnya, seperti kakawin dan pola rima a-a-a-a; dan sebagian lagi mengikuti macapat. Jika kakawin tumbuh dan berkembang pola syi’r Arab, yakni tiap bait terdiri atas pada periode pra-Islam, sementara macapat dua paruh bait (syatr) dengan pola rima a-a- diperkirakan tumbuh dan berkembang sejak b-b, yang dikenal sebagai rima muzdawij yang abad ke-16, maka, berdasarkan bukti-bukti umumnya digunakan sebagai rima nazam tekstual, singir tumbuh berkembang di Jawa Arab. Perubahan dan perkembangan singir pada abad ke-19. Adapun terkait dengan dari yang semula mengikuti pola syair Melayu sumber kesastraannya, jika kakawin berakar ke pola puisi Arab tampaknya, seperti yang dari tradisi puisi India, sementara macapat terlihat pada bentuk singir pada abad akhir merupakan puisi asli Jawa, maka singir, sesuai ke-19, tampaknya tidak dapat dilepaskan dari dengan namanya, tampak memperlihatkan perkembangan pesantren sebagai institusi pendidikan Islam. Sebagaimana diketahui, pesantren merupakan lembaga pendidikan 522 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Islam yang berakar pada kebudayaan lokal ilmiah keagamaan, seperti singir tentang Nusantara, tetapi berorientasi internasional. tajwid, sebagai materi pelajaran di pesantern Dari yang semula tampak sebagai padepokan atau madrasah diniyyah. Dalam konteks ini, atau peguron, dalam perkembangannya, singir seperti itu serupa dengan nazam Arab seperti yang tampak pada abad ke-18 yang berisi pengetahuan ilmiah, seperti nazam dan ke-19, pesantren akhirnya mencapai Imrithi, Alfiyah, dan lain sebagainya, yang kemapannnnya sebagai pusat transmisi menjadi materi pelajaran tata bahasa Arab di tekstual ilmu pengetahuan Islam, termasuk Pesantren. Telah menjadi tradisi pengajaran ilmu-ilmu alat sebagai bantunya. Dalam hal di pesantren, kitab-kitab yang ditulis dalam ini, yang diajarkan di pesantren adalah ilmu- bentuk nazam, terutama yang masuk dalam ilmu ushuluddin, syariat, dan ilmu-ilmu alat, kategori ilmu-ilmu alat, cenderung dihafalkan, seperti nahwu, sharaf, dan balaghah. bahkan untuk pesantren tertentu wajib dihafalkan dengan sistem setoran di hadapan Terlepas dari perbedaan dua pola guru atau kyai pesantren. Dengan demikian, singir Jawa di atas, keberadaan singir bagi pembacaan kitab nazam dengan cara hafalan masyarakat santri Jawa memiliki fungsi sosial merupakan tradisi pesantren yang tetap sebagaimana umumnya fungsi sosial karya bertahan sampai sekarang. sastra, yakni menghibur dan mendidik. Fungsi menghibur terletak pada pola singir yang Hal yang menarik, di tengah kehidupan terikat oleh jumlah kata atau suku kata dan yang semakin modern, tradisi pembacaan pola rimanya yang kemudian dilagukan dalam singir di sebagian masyarakat santri Jawa tetap prosen pembacaan secara bersama-sama oleh bertahan, baik di masjid, musalla, pesantren, kalangan santri. Pembacaan singir tersebut maupun di majlis taklim untuk masyarakat dikenal sebagai singiran, dan biasanya dibaca luas.OJumlah bait singir yang tidak terlalu sebelum memulai pengajian, dan untuk singir panjang dan tekanan pada pada aspek bunyi tertentu yang berisi puji-pujian bahkan dibaca seperti yang terlihat pada pola rima, baik sebelum shalat berjamaah di masjid atau di pola a-a-a-a maupun a-b-a-b, membuat singir musalla sambil menunggu kedatangan imam mudah dihafal dan enak dilagukan. Oleh shalat. Sementara itu, untuk fungsi mendidik karena itu, tidak mengherankan jika singir dalam singir terletak pada gagasan atau isi digemari oleh masyarakat santri Jawa. Fungsi yang terkandung dalam singir, seperti cerita sosial singir yang menghibur dan sekaligus atau sejarah tentang Nabi Muhammad, nasihat mendidik tampaknya menjadi faktor yang kepada para pelajar, dan lain sebagainya. Fungsi membuat tradisi pembacaan singir tetap didaktis singir semakin dominan jika isi yang bertahan sampai sekarang. terkandung dalam singir adalah pengetahuan [Adib M Islam] Daftar Bacaan A Teeuw, Indonesia antara Kelisanan dan Keberakasaraan. 1994, Braginsky, Yang Indah, Berfaedah, dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu dalam Abad 7-9, 1988, hlm. 226-231. A. Teeuw, hlm. 55; Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusatraan Melayu Klasik, 2011, hlm. 564 Karel A. Steenbrink, Mencari Tuhan dengan Kacamata Barat, 1988, hlm. 141; Muzakka, Singir sebagai Karya Sastra Jawa, 2002, Pusat Rujukan Persuratan Melayu, link online di http://prpm.dbp.gov.my/Search.aspx?k=perenjis Suwira Putra, Makna Upacara Tepuk Tepung Tawar pada Pernikahan Adat Melayu Riau di Desa Pematang Sikek, Kecamatan Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, e-journal Jurusan Ilmu Komunikasi, Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIPOL, Universitas Riau, 2014, Ria Mustika, Analisis Tepuk Tepung Tawar pada Prosesi Pernikahab Adat Melayu Desa Dendun, Kabupaten Bintan, artikel e-journal, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung Pinang, 2013, Tenas Effendy, Pemakaian Ungkapan dalam Upacara Perkawinan Orang Melayu, hlm. 15-16, http://malaycivilization.ukm. my/idc/groups/portal_tenas/documents/ukmpd/tenas_42867.pdf Akmal, Kebudayaan Melayu Riau (Pantun, Syair, Gurindam), Jurnal Risalah, Vol. 26, No. 4, Desember 2015: Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen; sinkritisme, Simbolisme dan Sufisme Dalam Budaya Spiritual Jawa (Jogjakarta, Narasi, 2006) http/www.insklopedia.com/Pemkab Klaten Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, 1984, hlm. 411 Edisi Budaya | 523
Syawalan Istilah Kata masing-masing keraton. Mereka tiba di sana masih dengan pakaian resmi keraton. Sekembali Tradisi Syawalan, atau lebih dikenal oleh darirziarah, kerumunan orang berusaha masyarakat sebagai lebaran ketupat menjabat tangan mereka. Sultan Kanoman (Bakdo Kupat), yang digelar tujuh hari dan keluarganya, khususnya, mengadakan setelah Idul Fitri pada setiap tahua, merupakan slametan yang dihadiri oleh penjaga Astana. salah satu tradisi yang masih bertahan dan Kegiatan tahunan ini biasanya dihadiri berlangsung semarak di berbagai daeraa sekitar 150.000 orang yang datang dan pergi di Indonesia. Istilah syawalan umumnya dari pemakaman, alun-alun, masjid, Makam merujuk pada sebuah tradisi silaturahmi Gunung Jati, ataupun di jalan. Mayoritas antar-masyarakat Islam sebagai kelanjutan masyarakat yang mengikuti acara Syawalan darn idul fitri. Bila silaturahmi di hari idul fitri ini, selain melakukan ziarah dan berdoa, hanya terbatas di lingkungan keluargg, maka lebih menyukai untuk memanfaatkannya silaturahmi di lebaran syawalan (atau lebaran dengan berekreasi menikmati kebersamaan ketupat) bisa sampai antar-daerah. dan melihat panorama pantai yang indah dari puncak Gunung Jati. Kehadiran Sultan Dalam tradisi Syawalan ini hubungan di acara Syawalan memang menarik perhatian antara agama dan budaya sangat tampak masyarakat untuk turut mengikuti acara ini. jelas. Syawalan yang pada mulanya ditujukan Akan tetapi yang lebih penting adalah dua sebagai media silaturahmi ini pada gilirannya lawang pungkur (pintu belakang) di sayap kiri memiliki cakupan makna yang lebih luasg di dan kanan yang menuju komplek makam antaranya adalah mewujudkan kerukunan Ka atau Nyi Gede. Kedua lawang ini dibuka, umat manusia. Tradisi ini terjadi di berbagai sehingga masyarakat bisa naik dan turun daerah di Nusantara dengan sebutan di sekitar komplek pemakaman di Gunung bermacam-macam; Syawalan, Kupatan, Bakda Sembung dari satu lawang pungkur di sayap Ketupat, dan lain sebagainya. semuanya timur ke pintu lainnya di sayap barat. Oleh memiliki kesamaan, yaitu perayaan umat karena itu, masyarakat yang datang ke Islam di hari ketujuh setelah idul fitri dengan Astana Gunung Jati di hara Syawalan ini juga berbagai macam bentuknya. bertujuan untuk melakukan ziarah di tiga makam: makam Sunan Gunung Jati, Ki/Nyi Di Cirebon, misalnya, tradisi syawalan Gede di Gunung Sembuung, dan kemudian ini juga merupakan bagian dari kegiatan menyeberang ke jalan utama yang mendaki yang dilakukan oleh keraton yang melibatkan ke pegunungan Jati, menuju makam Syaikh masyarakat dalam perayaannya. Tradisi Datuk Kahfi, guru Sunan Gunung Jati yang Syawalan di Cirebon dilaksanakan pada dikenal sebagai juru dakwah Islam pertama di hari kedelapan di bulan Syawwal dengan Cirebon. (Muhaimin AG, ) mengunjungi astana gunung jati (Makam Sunan Gunung Jati) untuk melakukan ziarah. Pada Tidak jauh berbeda dengan tradisi hari Syawalan ini, makam Sunan Gunung Jati Syawalan di Cirebon, perayaan Syawalan di dibuka untuk memberi jalan bagi tiga Sultan daerah Kendal Jawa Tengah juga dilakukan dari Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan oleh masyarakat setempat dengan melakukan beserta keluarga untuk melakukan ziarah ziarah ke makam Kyai Guru Asy’ari, desa ke makam Sunan Gunung Jati. Ziarah ini Protomulyo, Kaliwungu. Di bukit Kuntul dilakukan setelah menghadiri upacara di 524 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Melayang atau Tegal Syawalan tempat jasad wisata alam sendang Bulus Jimbung. Konon, kyai Guru dimakamkan, terdapat komplek menurut cerita penduduk, sejak dahulu kala pemakaman suci para ulama dan tokoh tidak di sebut tanggal dan tahunnya) ada penyebar agama Islam di Kaliwungu seperti upacara getekan di Rowo Jombor tersebut Sunan Katong, Kyai Mustofa, dan wali yang bertepatan dengan upacara Syawalan di Musyafa’. Sendang Bulus Jimbung. Syawalan di Boyolali Jawa Tengah Acara dilaksanakan dengan melaksanakan dilakukan dengan mengadakan kenduri di kirab ketupat menuju jombor yang terletak masjid-masjid terdekat dengan membawa di Bukit Sidhoguro. Prosesi kirab melibatkan ketupat. Ketupat-ketupat itu kemudian puluhan orang termasuk perangkat desa dari dibawa kembali ke rumah. Mereka kemudian dua desa tersebut. Ketupat tersebut setelah bersilaturahim ke rumah-rumah tetangga. didoakan kemudian disebar kepada warga Warga mengeluarkan sapi atau kambing masyarakat yang berebut mendapatkannya. milik mereka ke jalan. Beberapa di antaranya Syawalan diramaikan pula berbagai pagelaran dikalungi ketupat dan diberi makan ketupat. pertunjukan kesenian seperti tari-tarian Menurut warga setempat, hal tersebut tradisional dan hiburan lainnya. dilakukan karena sapi di Boyolali sudah berjasa banyak dalam kehidupan. Di sentra-sentra Syawalan di Kawasan Jatim sapi di Kabupaten Boyolali, pada hari ketujuh setelah Lebaran warga mengadakan syawalan Tujuh hari setelah Idul Fitri, masyarakat dan mengarak sapi-sapi mereka ke luar rumah. di wilayah Jawa Timur merayakan Hari Raya Ketupat. Perayaan Hari Raya Ketupat ditandai Masyarakat Klaten khususnya yang tradisi “ather-ather” atau mengantar makanan bermukim di dua desa dan dua kecamatan ke rumah tetangga dan saudara. Setiap (Desa Krakitan, Kecamatan Bayat dan Desa makanan yang diantar harus menyertakan Jimbung, Kecamatan Kalikotes) masih satu ketupat. Sementara di Ngawi, Jawa Timur, memegang teguh tradisi sebar ketupat yang puluhan warga merayakan syawalan dengan konon diyakini membawa berkah dari para terlibat perang nasi. Tujuannya mensyukuri leluhurnya atau para pendahulunya di lokasi hasil panen dan bersilaturahmi saat Lebaran. sendang. Dalam pelaksanaan tahun-tahun (http://berita.liputan6.com/read/245566/ berikutnya di dipindahkan ke Bukit Sidhoguro, posting_komentar). tak jauh dari Rowo Jombor, Jimbung yang oleh masyarakat Klaten juga dikenal sebagai obyek Tradisi Syawalan di Luar Jawa Garebek Joko Tingkir di Puncak Acara Pekan Walau tradisi Syawalan identik Syawalan di TSTJ Solo. dengan masyarakat Jawa, tetapi di daerah lain di Indonesia ternyata Sumber: http://solo.tribunnews.com/ terdapat juga budaya Syawalan ini. Warga Desa Mamala dan Desa Morela, Kecamatan Laihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku misalnya. Mereka memiliki tradisi unik berupa ritual Pukul Sapu yang berlangsung sejak ratusan tahun silam dan dilaksanakan secara turun-temurun. Budaya ini digelar sebagai simbol kemenangan setelah melaksanakan ibadah puasa selama sebulan dan puasa 7 Syawal. Tradisi ini juga dimaknai sebagai peringatan untuk mengenang perang Kapahaha yang dipimpin Edisi Budaya | 525
Kapitan Achmad Leakawa alias Telukabessy Grebeg syawalan jadi simbol kemenangan usai pada zaman penjajahan dulu. ramadan di Solo. Tradisi Syawalan yang cukup unik justru Sumber: http://soloevent.id/ terjadi di Palembang, Sumatera Selatan. Ratusan pengantin remaja asal Kayuagung menggunakan daun kelapa muda dan dibentuk ibukota Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) seperti prisma segi empat, lalu ditanak sampai dengan iringan musik Tanjidor melakukan masak seperti halnya memasak lontong. kirab dengan berjalan kaki sejauh 5 km. Tradisi kupatan dipercaya oleh masyarakat Tradisi yang disebut dengan midang morge siwe sebagai tradisi warisan wali songo, penyebar ini konon telah digelar secara turun temurun ajaran Islam di Tanah Jawa yang terkenal oleh sembilan marga masyarakat Kayuagung. dengan dakwah kulturalnya. Tradisi ini memberikan pertanda telah berakhirnya status mereka sebagai seorang Beberapa orang memberikan makna- bujang dan gadis untuk diketahui secara luas makna filosofis terhadap tradisi kupatan. oleh masyarakat setempat. Dengan status Di antaranya adalah bahwa kupat dikaitkan mereka yang baru tersebut sebagai pasangan dengan makna simbolik yang diambil dari suami-istri, diharapkan tingkah laku mereka bahasa Arab; kafa-kufat yang bermakna cukup. harus terjaga. Ketupat juga kadang dimaknai dengan simbol dari bahasa Jawa, ngaku lepat, yang berarti Di Kampar tradisi Syawalan dilaksanakan mengaku salah atau mengakui pernah berbuat melalui pelestarian tradisi, seperti di salah. Karena saling mengaku salah, maka Kamparkiri, Kabupaten Kampar, Riau, mereka harus saling memaafkan. warganya memeriahkan Idul Fitri dengan menghelat acara pacu sampan antarsuku. Sedangkan dalam cara perayaannya, Kegiatan semacam ini pun rutin digelar setiap lebaran kupat memiliki perbedaan di setiap tahun. Dalam pelaksanaan lomba, setiap daerah. Sebagian daerah merayakan lebaran sampan maksimal diisi enam pendayung dan kupat dengan berkumpul di masjid dengan wajib berasal dari satu suku. Kegiatan pacu membawa ketupatnya kemudian berdoa sampan ini diikuti oleh tujuh suku. Yakni Suku bersama. Di tempat lain, upatan dirayakan Melayu Daek, Suku Piliang, Suku Mandailing, dengan cara membagi ketupat yang dibikinnya Suku Caniago, Suku Patopang, Suku Domo, kepada saudara dan tetangga-tetangganya dan Suku Melayu sebagai bentuk dari sedekah dan berbagi kepada sesamanya. Definisi, cakupan dan kompleksitas istilah [M Idris Mas’udi] Lebaran ketupat merupakan penamaan lain dalam tradisi Syawalan. Dinamakan dengan lebaran ketupat, sebab di hari raya Syawalan ini sejumlah masyarakat di daerah merayakannya dengan membuat ketupat. Ketupat berasal dari bahasa Jawa, kupat. Kupat atau ketupat adalah makanan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan Sumber Bacaan Muhaimin AG, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal Ensiklopedia NU http://www.beritaindonesia.co.id/budaya/memaknai-tradisi-syawalan http://ramadan.okezone.com/read/2011/09/04/335/498597/lomba-pacu-sampan-antar-suku-tradisi-syawalan http://berita.liputan6.com/read/245566/posting_komentar regional.kompas.com/read/2011/09/07/10160615/Warga.Antusias.Ikuti.Syawalan.Sapi 526 | Ensiklopedi Islam Nusantara
T Tab ayun Tabut Tadarus Tahlil Takbir Keliling Tarekat Tarhim Tasrifan Tawajjuh Tawassuth Tawazun Tembang Tembang Macapat Tepung Tawar Tirakat Topeng
Tabayun Kegiatan untuk melakukan penjelasan, kontradiksi ini tidak lazim digunakan dalam klarifikasi atas berita untuk kebenaran konteks kehidupan manusia, termasuk di suatu peristiwa atau pemikiran. Indonesia. Biasanya, istilah ini digunakan ketika berita yang disampaikan bernada fitnah, hasutan, Kata lain tabayun dalam bahasa Arab, atau sesuatu yang diragukan kebenarannya dengan huruf ya bertasydid, tabayyun berarti atau kurang jelas apa yang dimaksudkannya, penjelasan, klarifikasi. Kata tabayun terakhir bahkan berita palsu. Dalam konteks Indonesia inilah yang sering digunakan dalam peristiwa- saat ini, istilah tabayun lebih dikenal lagi peristiwa di Indonesia, termasuk yang akhir- karena terkait dengan pemberitaan melalui akhir ini didengungkan oleh semua orang media sosial, terutama WA, Facebook, twitter, Islam di Indonesa, termasuk Ketua Umum dan semacamnya yang sering disebut dengan PBNU, KH. Said Aqil Siradj tentang berita berita sampah, berita tidak jelas asal usulnya palsu, fitnah, hoax, dan provokasi melalui atau hoax. Perselisihan dan perbedaan media massa. pendapat oleh beberapa tokoh publik atau masyarakat awam dengan sesamanya, metode Oleh karena itu, orang Islam harus tabayun dapat digunakan untuk melerai atau kembali pada ajaran yang termaktub dalam Al- sebagai solusinya, supaya terdapat titik temu Qur’an surah al-Hujurat: 6; di antara mereka. Padahal secara historis, tabayun juga sudah pernah digunakan dalam َ ٍ َﻓﺘَﺒَ َّ� ُﻨﻮا إَِﻓﺘُن ْﺼ َِﺟﺒﺎ ُءﺤﻮا ُﻛ َﻟْﻢَﺒﻓَﺎَﻣﺎِﺳ ٌَﻓﻖ َﻌﻠﺑِْﺘُﻨَ َﺒْﻢﺄ ا َّ ِ�� َ� آ َﻣﻨُﻮا �َﺎ َﻛ ُّﻓ َﻬﺎ Al-Quran. أن ﻧَﺎ ِد ِﻣﻴ َﻦ َﻗ ْﻮﻣﺎً ِﺑ َﺠ َﻬﺎﻟَ ٍﺔ ﺗُ ِﺼ�ﺒُﻮا Tabayun dalam Kamus dan “Wahai orang-orang yang Al-Qur’an beriman; jika seseorang yang fasik datang kepadamu Tabayun, demikian asal membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kata dari bahasa Arabnya, kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan dengan huruf ba berharakat (kecerobohan), yang akhirnya panjang. Dalam kamus bahasa kamu menyesali perbuatanmu itu”. Arab-Indonesia, Al-Munawwir dan kamus Arab-Inggris, A Kata fatabayyanu menjadi istilah penting, Dictionary of Modern Written yaitu tabayun, dalam hal penerimaan suatu berita bagi Arabic, kata tabayun diartikan orang yang beriman. Ayat ini jelas menyebutkan, wahai perbedaan (difference), orang yang beriman dan agar kamu tidak berlawanan, kontradiksi, unlikeness, dissimalirity, disparity. Penggunaan kata tabayun dengan arti perbedaan atau Edisi Budaya | 529
mencelakakan suatu kaum. Selanjutnya, dalam serta pesantren. Tabayun Gus Dur pertama ayat itu juga disebutkan bahwa tindakan tentang pendirian forum demokrasi, adakah orang tersebut adalah fasiq dan karena hubungannya dengan Pemilu 1992? Terakhir, kebodohannya, setelah itu akan disesali tabayun tentang NU ke depan, mulai dari perbuatannya. keikutsertaannya pada BPR, hingga sastra Islam dan sastrawan-sastrawannya. Akhirnya, Dengan kedua arti di atas, Kamus Besar dengan membaca buku Tabayun Gus Dur, kita Bahasa Indonesia juga mengartikan tabayun dapat memahami pemikiran progressif Gus dalam dua arti pertama, penjelasan dan Dur dan kita dapat meneladaninya. pemahaman; kedua, perbedaan, kontradiksi, ikhtilaf. Adapun klarifikasi dalam Kamus Tabayun dan Implikasi Kebangsaan Besar Bahasa Indonesia diartikan penjernihan, penjelasan, dan pengembalian kepada apa Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan yang sebenarnya. bahwa kemunculan istilah tabayun memang untuk mendudukkan sesuatu pada tempatnya. Pentingnya Tabayun Dalam konteks kemanusiaan dan kebangsaan, kita dapat mencontoh model tabayun Gus Dur. Pada tahun 2012, ada sebuah buku yang Dalam kaitan dengan Islam Nusantara, tentu dapat menjelaskan istilah “tabayun” ini, saja, istilah tabayun menjadi sesuatu yang berjudul Tabayun Gus Dur: Pribumisasi Islam, khas dan menarik, baik dalam pengembangan Hak Minoritas, dan Reformasi Kultural. Buku ini, bahasa Indonesia, maupun etika pergaulan. berisi tentang kumpulan hasil wawancara KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari berbagai Dengan menjadikan tabayun sebagai sumber, seperti majalah Detik, Tempo, D&R, metode dalam hubungan sosial kemanusiaan dst. dan kebangsaan, semestinya hubungan sesama manusia dan sesama anak bangsa maka tidak Dari sub judul buku saja kita dapat ada lagi penyesatan pada organisasi Islam dan mengetahui apa saja yang akan diberikan kebangsaan. Pada dasarnya Islam mengajarkan penjelasan oleh Gus Dur, yaitu tentang tema- umat manusia untuk berhati-hati dalam tema kontroversial pada masa itu, dan mungkin menerima informasi, apakah sumbernya dapat juga masih kontroversial untuk saat ini bagi dipercaya atau tidak, begitupun dengan isi bangsa Indonesia. Walaupun sebenarnya beritanya, perlu ada dicek lagi, apalagi terkait karena diungkapkan dengan wawancara maka dengan warga negara dan bangsa. bahasan yang diulas cukup luas, seperti sepak bola, calon presiden RI, pengganti Soeharto, [Mahrus el Mawa] forum demokrasi, dan perkembangan NU Sumber Bacaan Abdurrahman Wahid, Tabayun Gus Dur: Pribumisasi Islam, Hak Minoritas, dan Reformasi Kultural, Yogyakarta: LKiS, 2012 530 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Tabut Banyak orang meyakini bahwa istilah mereka, seraya meratap menyebut Ali! Ali! tabut di daerah Pariaman Sumatera Husain! Husain! Barat disebut dengan tabuik, sementara di daerah Bengkulu disebut dengan tabot, Ketika perayaan berlangsung, sekumpulan berasal dari kata bahasa Arab ﺗﺎﺑﻮﺕyang secara anak laki-laki dan terkadang juga perempuan, literal sebagaimana dijelaskan di dalam Kamus menggeluyur di jalanan, meniupkan bunyi Lisan al-Arab berarti menyerupai kotak (peti: ledakan di dalam bambu yang berlobang, trunk atau peti kayu: crate) tempat menyimpan yang lain didahului oleh pemain drum barang, dengan kata lain bahwa barang dan disiapkan secara fantastis, meminta tersebut tertulis dan ditempatkan di dalam sumbangan dari penjaga dan pemilik toko. kotak tersebut. Pada hari berikutnya, bentuk prosesi menjadi baru secara umum di waktu pagi. Antusiasme Namun sumber lain menyebutkan bahwa di waktu malam menguap di bawah sinar ia berasal dari ritual kesedihan atau duka cita matahari. Tabut kemudian dibawa ke tepi laut mengenang wafatnya cucu Nabi Muhammad atau pinggiran sungai kemudian dilemparkan SAW di Karbala, Husain. Beberapa hari sebelum ke air. perayaan dimulai, para tukang kayu sibuk membangun kuburan tiruan dari bambu, yang Memang istilah tabut ini muncul di dalam nantinya ditutupi dengan kertas perak (tinsel) Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 248 yang dan warna-warni, Di India utara ini disebut artinya: dengan ta’ziyah, sementara di India barat ini disebut dengan tabut. Ini dimaksudkan “Dan Nabi mereka mengatakan kepada sebagai gambaran dari kuburan para syuhada. mereka: Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Kemudian sebuah kain surban halus dan baju raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di baja mahal diletakkan di belakang untuk dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu mewakili kebesaran dan kemuliaan Husain dan sisa dari peninggalan keluarga Musa yang dibunuh di tanah penuh darah, Karbala. dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh Malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian Sebuah bangunan untuk perayaan selama itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang sepuluh hari (Asyura Khana) didirikan. Setiap yang beriman.” malam selama perayaan, khalayak ramai berkumpul dalam majelis atau pertemuan Menurut tafsir Ibnu Katsir dengan duka cita, di mana sebuah kelompok musik mengutip berbagai sumber, makna “sisa dari menyanyikan Marsiya, puisi penghormatan peninggalan keluarga Musa dan keluarga untuk Husain. Seorang pemimpin kemudian Harun” itu adalah tongkat Nabi Musa dan membacakan dengan gaya yang syahdu cerita tongkat Nabi Harun, juga jubah Nabi Musa kematian Husain yang tragis dan menyedihkan, dan Nabi Harun serta serta potongan papan sementara para hadirin menggoncangkan yang memuat Taurat. tubuh mereka dan memukul-mukulkan dada Lain halnya di dalam tradisi Syiah seperti yang diceritakan di atas, tabut erat Edisi Budaya | 531
kaitannya dengan peti mati (coffin) yang perubahan makna dan bentuk tabut dari yang mempresentasikan kembali peti jenazah disebutkan oleh Al-Qur’an yang kemudian Husain, cucu Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ditransformasikan ke dalam perubahan yang terjadi pada tahun 680 bertepatan dengan makna dan bentuk di dalam tradisi Syiah, 10 Muharam tahun 61 Hijriah yaitu perang yang kemudian akhirnya menjadi tradisi di Karbala di Irak antara Yazid dari Bani Umayyah Sumatera Barat (tabuik) dan Bengkulu (tabot). dengan Husain bin Ali cucu Nabi Muhammad saw. Perang yang tidak seimbang ini atau lebih Dalam praktiknya, perayaan tabut yang tepat disebut sebagai pembantaian terhadap terjadi di Indonesia tidak semata-mata Husain dan rombongannya, meninggalkan dikarenakan peristiwa perang Karbela, namun duka yang mendalam bagi penganut Syi’ah. sudah bercampur dengan tradisi lokal orang Nusantara. Bahkan bagi masyarakat Pariaman, Kebesaran nama dan penghormatan perayaan tabut ini tidak menjadi suatu masalah terhadap Husain dilakukan oleh umat Islam keyakinan atau akidah, tapi hanya semata- Syi’ah di seluruh dunia, dan tak terkecuali juga mata merupakan upacara memperingati dari umat Islam Sunni di berbagai kawasan kematian Husain. Bahkan, tabuik sudah Asia Tenggara, termasuk di berbagai tempat dijadikan sebagai peristiwa budaya dan pesta di Indonesia yang didasarkan kepada kekuatan budaya Anak Nagari Piaman (Pariaman). budaya lokalnya, seperti yang masih dapat dijumpai di kawasan pantai barat Sumatera. Walaupun masyarakat Pariaman penganut Islam Sunni, namun bagi penganut Di Pariaman dan Bengkulu, peringatan Sunni, mencintai keluarga Rasulullah bukan kematian tragis cucunda Nabi tersebut yang saja menjadi hak para penganut Syi’ah, tetapi diperingati pada 1-10 Muharam ditandai juga berlaku bagi semua umat Islam, tanpa dengan mengusung tabut, yaitu berupa artefak kecuali, hanya saja cara untuk melakukannya dalam berbagai bentuknya sesuai dengan tidak sama. Dengan demikian, masyarakat tradisi masing-masing daerah. Upacara tabut Pariaman tidak mempermasalahkan mengenai merupakan upacara tradisional masyarakat asal muasal Tabuik Piaman dari kalangan Pariaman dan Bengkulu yang diadakan untuk Islam Syi’ah, yang penting bagi mereka adalah mengenang kisah kepahlawan Husain bin Ali bagaimana Tabuik dijaga dan dilestarikan bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW, sebagai warisan budaya. yang wafat dalam peperangan di padang Karbala, Irak. Lebih lanjut, menurut Asril, di Pariaman tabuik divisualisasikan dalam bentuk upacara Dari segi sejarah asal-usul tradisi tabut ini, dengan mengusung dua benda berbentuk beberapa sumber menyebutkan bahwa tradisi menara setinggi 10-12 meter. Sementara di tabut atau tabot dibawa oleh para pekerja Islam Bengkulu tabot ditafsir dari mimpi seorang Syi’ah dari Madras dan Bengali, India bagian leluhur keturunan tabot di Karbala. Ia melihat selatan, yang dibawa oleh tentara Inggris bangunan istana raja berbentuk piramida. untuk membangun Benteng Marlborough Mimpi itu kemudian diwujudkan dengan (1713-1719). Mereka kemudian menikah bentuk artefak seperti menara setinggi dengan penduduk setempat dan meneruskan sekitar 4-8 meter, yang memiliki unsur seperti tradisi ini hingga ke anak-cucunya. Sementara piramida. tabuik yang ada di Pariaman, menurut satu sumber, berasal dari tradisi tabot Bengkulu. Waktu Prosesi Tabut Imam Senggono alias Syekh Burhanuddin yang berasal dari India membawa tradisi ini ke Menurut Asril, waktu prosesi tabut baik Bengkulu. Kadar Ali, seorang pemuka agama di Pariaman dan Bengkulu dilaksanakan Islam lainnya, kemudian membawa tradisi ini pada bulan Muharram, dengan sedikit dari Bengkulu ke Pariaman. perbedaan waktu. Di Bengkulu, waktu prosesi dilaksanakan pada tanggal 1-10 Muharram, Dengan demikian, jelas telah terjadi 532 | Ensiklopedi Islam Nusantara
sedangkan di Pariaman dilaksanakan pada Selain kerangka menara ini, artefak tanggal 1-11,12,13, dan 14 Muharam, dengan keduanya adalah daraga sebuah istilah dari memperhitungkan bahwa puncak prosesi Hindustan yang berasal dari Persia, bermakna dilaksanakan bertepatan pada hari Minggu. peti mati. Di dalam daraga terdapat bangunan Pertimbangan praktis lebih mengemuka berbentuk makam atau pusara yang kira- di balik terjadinya pergeseran waktu ini kira berukuran 1x1 meter yang setiap sisinya baik karena kepentingan penyelenggara di pagari dengan bambu-bambu kecil, pada (pemerintah, tokoh masyarakat, dan pemilik bagian atas pusara dibentangkan kain putih tabuik) dan kepentingan masyarakat penikmat. sebagai penutup. Prosesi Tabut di Pariaman Dalam proses pembuatan tabut, sebagai fase awal dari keseluruhan prosesi tabut, Dikarenakan tradisi tabut ini terjadi di tabut dibuat dalam tiga bagian: bagian dasar, dua daerah yang berbeda, maka deskripsi bagian tengah, dan bagian atas. Selanjutnya bagaimana prosesi kedua tradisi ini dipasangkan kerangka Buraq yang dilapisi berlangsung menjadi tidak terelakkan. dengan kain berudu yang berwarna. Untuk kepala Buraq dipasangkan sebuah kepala Di Pariaman, prosesi tabut terdiri dari boneka berwajah perempuan dengan rambut beberapa rangkaian acara di antaranya terurai yangtelah dipakaikan kerudung untuk pembuatan tabut, mengambil tanah, penutup kepalanya. Bangunan tabut ini secara mengambil batang pisang, maantam, mangarak keseluruhan merupakan gambaran dari artifak jari-jari, mangarak sorban, tabut naik pangkek, kendaraan yang dipercaya membawa Husain maoyak tabut dan tabut dibuang ke laut. ke langit. Tabut yang digunakan dalam tradisi ini Fase kedua berupa pengambilan tanah berjumlah dua: yaitu tabuik pasa dengan pusat di sungai yang dilakukan pada tanggal 1 aktivitasnya di Kampung Perak, Pasir, dan Muharram setelah shalat Ashar sebagai simbol pasar Pariaman (nagari Pasar Pariaman), dan kelahiran dan kesyahidan Husain, juga sebagai tabuik subarang dengan pusat aktivitasnya di simbol pengambilan jenazah Husain yang Kampung Pondok, Kampung Jawa, Kampung tertinggal di Karbela. Cina, dan Jawi-Jawi (nagari Lima Koto Air Pampan). Kedua tabut ini menggambarkan Fase ketiga berupa pengambilan batang dua kelompok yang sedang berseteru, yang pisang yang dilakukan pada tanggal 5 dianalogikan dengan pasukan Husain dan pasukan Yazid yang sedang berperang di Hari terakhir upacara, tabuik dibuang ke laut Karbala. (sumber Asril, 2013: 314) Prosesi dilaksanakan selama 10 hari, dimana 5 hari merupakan kegiatan inti, sedangkan hari-hari lain merupakan kegiatan pembuatan tabut. Sebelum hari pelaksanaan, para panitia dan masyarakat setempat sudah menyiapkan peralatan atau perlengkapan yang diperlukan untuk berjalannya tradisi ini berupa pembuatan bangunan tabut berbentuk menara dengan tinggi yang beragam, namun antara 6 sampai 15 meter. Bagian kerangkanya terbuat dari bambu, kayu, rotan, kain, dan kertas warna warni. Kerangka bangunan tabut itu sebenarnya terdiri atas dua bagian yaitu bagian atas dan bagian bawah. Edisi Budaya | 533
Muharram yang kemudian dibawa ke daraga. 13.00 setelah shalat Zuhur yang merupakan Mengambil batang pisang bertujuan untuk acara puncak dari tradisi tabut. Mahoyak tabut melindungi pusara atau kuburan dari sengatan di tandai dengan musik gandang dengan lagu matahari selain itu juga menggambarkan hoyak tabut. Lagu ini dimainkan dengan musik kejadian di Padang Karbela saat Husain tempo cepat guna untuk membangkitkan dipancung oleh tentara Yazid. semangat para pembawa tabuik dan pendukung tabut lainnya. Para pembawa tabut melakukan Fase keempat disebut dengan maatam atraksi dengan menggoyang-goyayangkan, dilaksanakan pada tanggal 6 Muharram. Fase merebahkan, membawa tabut berlari menuju kelima disebut dengan mengarak jari-jari yang tabut lawan sambil berkata hoyak Husein, dilaksanakan pada tanggal 7 Muharram. hoyak Husein, hoyak Husein, yang dilakukan berulang-ulang kali dengan suara yang keras Fase keenam berupa mengarak sorban dan serempak. Mahoyak tabut ini dilakukan dilaksanakan pada tanggal 8 Muharram oleh kedua pembawa tabut, yaitu tabut pasa sebagai simbol dari gambaran kekejaman dan tabut subarang secara bergantian. Dalam pasukan Yazid yang tega memenggal pelaksanaan mahoyak tabut ini terjadi unsur kepala Husein. Kegiatan ini berlasung di saling menyerang yang diiringi oleh lagu hoyak sekeliling kota dengan mengarak sorban tabut sehingga sering kali terjadi bentrok fisik yang diletakkan dalam sebuah peti kecil yang antara kedua belah pihak. terbuat dari kayu. Mengarak sorban bertujuan untuk menciptakan semangat yang dapat Prosesi Tabot di Bengkulu mengangkat harkat martabat serta harga diri dan mendorong keinginan untuk membela Adapun ritus-ritus yang terdapat dalam kebenaran yang ditujukan kepada Husein Upacara Tabot menurut Hamidy (1991/1992: dalam memperjuangkan atas haknya. 66-73) sebagai berikut: Fase ketujuh tabut naik pangkek yang “(1) Mengambik tanah (mengambil dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram tanah). Tanah yang diambil adalah tanah yang ini merupakan kegiatan menggabungkan dianggap mengandung nilai magis; (2) Duduk antara dua bagian tabut, bagian atas dan penja (jari-jari). Penja adalah benda berbentuk bagian bawah yang masing-masingnya telapak tangan manusia lengkap dengan jari- berukuran 6-7 meter, sehingga menjadi satu jarinya. bagain dengan mencapai ketinggian 12-15 meter. Kegiatan tabut naik pangkek ini juga Penja disebut juga dengan jari-jari. Penja merupakan kegiatan yang ditunggu-tunggu menurut keluarga Sipai adalah benda keramat oleh para pengunjung, karena kegiatan ini yang mengandung magis, maka harus dicuci merupakan kegiatan yang sangat sulit dan dengan air bunga dan air limau [jeruk] setiap banyak mengakibatkan resiko yang buruk. tahunnya. Setelah dicuci penja diletakkan di Oleh karena itu, pada ketika penggabungan gerga; (3) Menjara artinya mengandun atau pangkek atau bagian tabut disatukan, pangkek saling berkunjung mendatangi kelompok tabot bagian atas diangkat secara gotong royong lain untuk beruji dol (bertanding membunyikan untuk disatukan pada pangkek bagian bawah, musik perkusi dol); (4) Meradai, berjalan dengan menggunakan alat bantu seperti tiang- mengitari kampong dilakukan oleh anak-anak tiang, tali yang diikatkan pada bagian tabut, usia 10-12 tahun dalam rangka pengumpulan yang kemudian ditarik secara bersamaan dari dana untuk pembuatan tabot. Peserta meradai berbagai arah. Jika penggabungan itu gagal disebut jola. Meradai dilaksanakan pada dilaksanakan seperti jatunya pangkek atas, maka bagian dari tabut tersebut akan hancur tanggal 06 Muharam dari pagi sampai dan tidak dapat dipakai lagi. sore; (5) Arak penja: atau disebut juga arak jari- jari dilaksanakan pada tanggal 08 Muharam Fase kedelapan mahoyak tabut yang mulai pukul 19.00- 21.00 dengan menempuh dilaksanakan pada tanngal 10 Muharram jam rute yang telah ditentukan. Acara dimulai di 534 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Tabuik di Pariaman dihoyak pada upacara Arak-arakan tabot di Bengkulu pada puncak dari siang sampai sore hari puncak acara 10 Muharram (sumber Asril, 2013: 314) (sumber Asril 2013: 316) lapangan Merdeka Bengkulu (lapangan Tugu arakan ini disebut dengan arak gedang (pawai Provinsi) dan selesai kembali di lapangan Tugu akbar). Di lapangan Merdeka, tabot-tabot itu Peovinsi. Pelaku upacara adalah anak-anak dan dibariskan seperti bershaf, sehingga disebut remaja; (6) Arak serban: dilakukan pada tanggal pula dengan tabot besanding (tabot bersanding). 09 Muharam pada malam hari dari pukul 19.00- Upacara dimulai pada pukul 19.00-21.00. 21.00. Arak serban berupa prosesi membawa Selama upacara tabot besanding berbagai serban (sorban) putih yang diletakkan pada hiburan dan kesenian rakyat ditampilkan tabot coki (tabot kecil), dilengkapi dengan untuk menghibur para pengunjung; (9) Tabot bendera atau panji-panji berwarna putih, h tebuang: upacara tabot tebuang dimulai dari au atau biru yang bertuliskan “Hasan dan lapangan Merdeka, sekitar pukul 11.00 arak- Husen” dengan kaligrafi Arab; (7) Gam: yaitu arakan tabot menuju Padang Jati dan berakhir masa tenang yang ditentukan tidak boleh di kompleks pemakaman umum, Karabela. ada kegiatan apapun yang berkaitan dengan Di lokasi ini dimakamkan Imam Senggolo, tabot. Gam dimulai dari pukul 07.00-16.00; pelopor upacara tabot. Upacara tabot tebuang (8) Arak gedang: yaitu prosesi kelompok tabot dipimpin oleh dukun tabot dan dipandang yang dimulai dari markas masing-masing bernilai magis.Selesai ritual tabot tebuang, menuju lapangan Merdeka. Menyatunya tabot-tabot itu dibuang di sekitar makam”. kelompokkelompok tabot dalam satu arak- [ Ismail Yahya] Sumber Bacaan Ibnu al-Manzur, Lisan al-‘Arab. Lucia C. G. Grieve, The Muharram in Western India, hlm. http://opensiuc.lib.siu.edu/ocj/vol1910/iss8/3/ Tafsir ibnu Katsir, Asril, Perayaan Tabuik dan Tabot: Jejak Ritual Keagamaan Islam Syi’ah di Pesisir Barat Sumatra, Jurnal Panggung, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M), Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, 2013, http://simlitmas.isbi.ac.id/e-jurnal/index.php/panggung/article/view/144/144 Endang Rochmiatun, Tradisi Tabot pada Bulan Muharram di Bengkulu: Paradigma Dekonstruksi, 3024, hlm. 49. Lihat link: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/article/download/131/116. Maezan Kahlil, Tradisi Tabuik di Kota Pariaman, JOM FISIP Vol. 2, No.2 Oktober 2015 Asril, Dinamika Kebelangsungan Tabuik Pariaman, http://journal.isi-padangpanjang.ac.id Lidya Lestari, Peranan Pemerintah dan Masyarakat Mempertahankan Perayaan Tradisi 10 Muharram di Pariaman 1992- 2013, Skripsi, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 Edisi Budaya | 535
Tadarus Kegiatan membaca Al-Qur’an, terutama Ngaji dan Nderes Al-Qur’an pada bulan Ramadhan, baik secara perorangan maupun secara bersama- Ada sedikit perbedaan antara mengaji sama. Tiada hari dalam bulan Ramadlan tanpa atau ngaji Al-Qur’an dan nderes atau tadarus melakukan tadarus. Bagi para santri di pondok Al-Qur’an. Ngaji Al-Qur’an itu berarti sedang pesantren, orang Islam lelaki dan perempuan belajar membaca Al-Qur’an dengan seorang baik di rumah atau tempat lainnya untuk guru khusus Al-Qur’an. Karena belajar Al- selalu tadarus al-Qur’an. Istilah tadarus sering Qur’an, maka kita harus mengetahui nama disebut juga nderes (bahasa Jawa) Al-Qur’an. huruf hijaiyahnya, hukum membaca huruf Maksud dari tadarus yang nderes ini adalah satu dengan huruf lainnya, baik hukum bacaan untuk melancarkan bacaan dan menjaga tanwin, tasydid, nun/mim mati, termasuk hafalan Al-Qur’an-nya. Waktunya juga tidak panjang pendeknya huruf dalam kata Al- harus nunggu bulan Ramadlan, tetapi setiap Qur’an. Pembelajaran semacam itu disebut hari dan waktu-waktu khusus. dengan ngaji tajwid. Arti dan Konteks Tadarus Berbeda lagi dengan nderes atau tadarus Al-Qur’an, karena untuk dapat tadarus, Tadarus berasal dari bahasa Arab, tadarasa orang harus sudah dapat membaca Al-Qur’an dengan huruf dal berharakat fathah dibaca terlebih dahulu. Praktik tadarus terbagi dalam panjang, yang berarti mempelajari bersama. beberapa kategori, yaitu personal-one man Hal itu sesuai dengan definisi tadarus show dan kolektif-subtitutif. Dalam kategori pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu personal, biasanya dari segi bacaan tajwid pembacaan Al-Qur’an secara bersama-sama dan kelancaran membacanya sudah tidak (pada bulan puasa). diragukan lagi. Dia sudah dapat mengajarkan ke yang lainnya. Adapun kategori kolektif- Bagi orang Islam, membaca Al-Qur’an subtitutif, yaitu tadarus yang dilakukan secara adalah suatu “kewajiban”. Sebab, tanpa bersama-sama, saling bergantian bacaannya membaca Al-Qur’an rasanya sulit sekali untuk sesuai dengan kesepakatan, misalnya satu dapat menjalankan ibadah, terutama ibadah kaca (lembaran) untuk setiap pembaca Al- shalat sehari lima waktu. Dalam setiap shalat, Qur’annya. Kategori kedua inilah yang sering setiap rakaat harus membaca Surah atau ayat- dilakukan pada saat bulan Ramadlan di ayat tertentu dari Al-Qur’an. Apabila umat mushalla, masjid, majlis taklim atau pondok Islam tidak dapat membaca Al-Qur’an dan pesantren. Makna tadarus yang sesungguhnya menghafalkannya, maka sungguh sulit untuk itu kategori kedua tersebut. dapat mendirikan shalat setiap waktu. Tadarus adalah salah satu cara untuk dapat menghafal ODOJ: Pola Baru Tadarus ayat-ayat Al-Qur’an. Jika orang membaca Al-Qur’annya terus-menerus, maka dengan One day one juz (odoj) adalah fenomena sendirinya orang akan hafal sendiri. baru di kalangan umat Islam menengah dan di kota sebagian umat Islam Indonesia. ODOJ 536 | Ensiklopedi Islam Nusantara
termasuk gerakan baru dalam dunia baca Al- dalam bis kota atau kereta commuter line Qur’an di Indonesia. Pola ODOJ ini memang beberapa orang sambil berdiri atau duduk lebih fleksibel dibanding dengan tadarus yang sambil membaca Al-Qur’an dengan model selama ini berkembang. Umat Islam yang ODOJ. Pola ODOJ yang seperti itu tentu ikut dalam kegiatan ODOJ lebih terorganisir saja mempunyai kelemahan, yakni tidak ada dan sistematis. Akan tetapi, tetap saja ada orang yang bisa memberikan koreksi jika ada kekurangan di dalamnya. kesalahan bacaannya. Belakangan, ODOJ juga mulai memasuki program di pondok pesantren Dari segi sosiologis, tadarus Al-Qur’an khusus tahfizh (hafal al-Qur’an). Sehingga, dilakukan bakda shalat maktubah, antara lain ODOJ menjadi bagian tak terpisahkan dari bakda magrib, bakda isya atau bakda subuh, program tahfizh pesantren tertentu. sedangkan gerakan ODOJ tidak mengenal waktu, dan tempat. Seringkali terlihat di [Mahrus el-Mawa] Edisi Budaya | 537
Tahlil Istilah kata tahlil juga tidak hanya dilakukan di masjid atau tempat ibadah lainnya seperti mushalla Tahlil secara istilah berasal dari suku ataupun langgar. Ia juga dikerjakan oleh kata dalam bahasa Arab yang bermakna seseorang yang melakukan ziarah kubur, atau membaca kalimat La ilaha illa Allah. dalam upacara selametan yang diadakan di Sedangkan dalam konteks masyarakat Islam rumah-rumah duka atau dalam rangka haul. Indonesia tahlil bukan hanya pembacaan kalimat la ilaha illa Allah saja, melainkan Tahlil adalah salah satu ritual yang tidak sebuah amalan yang mengandung bacaan baik asing bagi kelompok Islam tradisional yang ayat-ayat al-Quran (seperti surat al-ikhlas, berada di lingkungan pedesaan. Meskipun surat yasin, dll), kalimat la ilaha illa Allah atau demikian, bukan berarti masyarakat kota dan tahlil, kalimat alhamdu lillah atau tahmid, modern tidak mengamalkan tahlil. Sebab, kalimat subahana Allah wabihamdihi atau di kota-kota besar juga tidak sulit untuk tasbih, astaghfirullahal Adzim atau istighfar, menemukan acara tahlilan sebagaimana maupun dzikir-dzikir lainnya. di kampung-kampung. Salah satu yang membedakan tahlil di kampung dan kota Membaca tahlil, membaca surat Yasin, mungkin adalah dalam proses mengundang terutama ditujukan kepada orang tua atau ke acara tahlilannya di mana acara tahlil di sanak kerabat dan jamaah Islam yang sudah kampung terlihat sangat guyub antar tetangga meninggal adalah tindakan terpuji. Anak salih satu dengan yang lainnya. Hal ini sulit yang mau mendoakan kepada orang tuanya ditemukan di daerah-daerah kota. yang telah meninggal adalah idaman bagi orang Islam. (Nur Syam, 250) Ditilik secara kebahasaan, kata tahlil memiliki dua arti, yakni “pengucapan la Meskipun ritual tersebut tidak hanya ilaha illallah” dan “ekspresi kesenangan” atau pembacaan tahlil (kalimat la ilaha illa Allah) “ekspresi keriangan”. Umat Islam Indonesia saja melainkan juga terdapat ragam bacaan memaknai tahlil pada definisi pertama. lainnya, namun ritual ini dinamakan tahlil. Kegiatan tahlil yang meliputi pembacaan Hal ini karena melihat bahwa bacaan tahlil- yasin, ayat kursi, lantunan tasbih, tahmid dan lah yang paling banyak dibaca. Sebagaimana istighfar memiliki keterikatan dengan struktur tasbih dalam penamaan sebuah shalat sunnat, sosial khususnya masyarakat pedesaan. Tahlil dinamakan tasbih karena dalam salat tersebut bagi masyarakat pedesaan memilliki makna yang paling banyak adalah bacaan tasbih. religious dan makna sosial pedesaan. Selain itu, penamaan ini juga didasari bahwa kalimat tahlil merupakan zikir yang paling Dzikir Kematian utama. (Madchan Anies, Tahlil dan Kenduri, Pustaka Pesantren, 2009: 2-3) Ritual tahlil biasanya dilakukan pada hari- haritertentusetelahkematiananggotakeluarga Pembacaan tahlil dilakukan oleh di masyarakat. Bagi masyarakat di Jawa Timur, masyarakat Islam di Indonesia tidak hanya misalnya, ritual tahlilan ada yang dilakukan sebagai amalan yang dilakukan secara sejak hari pertama wafatnya anggota keluarga individual, melainkan juga sebuah amalan yang dikerjakan secara berjamaah. Amalan 538 | Ensiklopedi Islam Nusantara
foto : foto.detik.com meninggal dengan cara memberi bantuan amal saleh berupa bacaan-bacaan dan doa- selama tujuh hari berturut-turut. Tahlil doa dalam Tahlilan. Dengan kata lain, Tahlilan juga dapat diselenggarakan setelah tiga hari adalah upaya untuk memperingan perjalanan kematian (nelung dino), kemudian dilanjutkan orang yang meninggal menuju persinggahan pada hari ke tujuh (mitung dino). Pada empat terakhir. puluh hari kematian pihak keluarga biasanya juga menyelenggarakan tahlil kembali (matang Kegiatan yang turut mengiringi tahlil puluh), dilanjutkan dengan pelaksanaan tahlil adalah ziarah kubur. Baik tahlil maupun ziarah di hari ke-100 (nyatus). Setelah melewati hari kubur, biasanya dilakukan oleh masyarakat ke-100, anggota keluarga menyelenggarakan sebagai medium refleksi dan evaluasi diri. ritual tahlil kembali pada peringatan haul (1 Bahwa semua makhluk yang bernyawa di tahun) kematian dan diakhiri dengan tahlil di dunia ini akan mengalami kematian. Bahwa hari ke-1000 (nyewu). kematian adalah pintu masuk kehidupan baru. Ibarat kita bepergian jauh, pun dengan Menurut Syaukanie (2010), kalangan kematian juga harus dipersiapkan. Islam tradisional di pedesaan meyakini adanya prosesi perjalanan yang harus dilalui oleh Dari Tahlil ke Aksi Sosial seseorang setelah kematiaannya. Prosesi pertama adalah ujian di liang kubur. Pada Sosiolog asal Prancin Emile Durkheim prosesi ini seorang hamba akan ditanyakan jauh-jauh hari telah mengemukakan tesisnya seputar keimanan oleh Malaikat (man rabbuka tentang agama dan solidaritas social dalam = siapa tuhanmu, man nabiyuka = siapa nabimu ranah ilmu social. Jika dilihat dari proses dan lain sebagainya). Usai prosesi ini dilalui, ritualnya, tahlil dapat dikategorikan seremonl seorang hamba akan melewati “jembatan keagamaan seperti dimaksudkan oleh Emile lurus” (sirathal mustaqim). Gambaran sirathal Durkheim. Ketika penulis melakukan studi mustaqim dijelaskan seperti helai ramput lapangan di daerah Kabupaten Jombang dibelah tujuh. Di bawah jembatan yang Jawa Timur (Januari 2012), ritual keagamaan panjangannya tak bisa dipikirkan manusia dalam tradisi tahlil dalam perjalanannya itu adalah bara api yang suhunya melebihi telah membuahkan aksi social. Ritual tahlil permukaan matahari, itulah neraka jahanam. merekatkan setiap anggota masyarakat. Dalam istilah sosiologi kerekatan disebut solidaritas, Adanya prosesi pasca kematian tersebut, yang terbentuk atas dasar perasaan moral, tahlilan dan kirim doa oleh sanak keluarga keyakinan serta pengalaman emosional yang yang ditinggalkan dimaksudkan memperingan sama. perjalanan menuju persinggahan terakhir. Kaum muslim tradisional berpegang pada Tiap kali mendengar kabar kematian, hadit nabi yang menyatakan bahwa ketika secara sepontas anggota masyarakat seorang hamba meninggal dunia maka pedesaan “melayat” dan pada malam harinya semua amal ibadah akan terputus kecuali menggelar acara “tahlilan”. Berbondong- doa anak sholeh. Kaum Muslim tradisional bondong masyarakat datang ke keluarga yang mencoba memperingan perjalanan orang yang anggotanya meninggaa dunia. Mereka datang dengan membawa hasil bumi. Dari bahan- bahan mentah, anggota masyarakat memasak secara bersama-sama untuk suguhan para pelayat dan jam’ah yang ikut tahlil di malam hari. Di beberapa tempat bahkan tidak sedikit anggota masyarakat yang membawa makanan siap saji, ada kue dan juga lauk pauk. Ada semacam “sangsi social” jika hal ini dilanggar. Dalam konstruk fungsionalisme structural, Edisi Budaya | 539
ritual tahlil telah membentuk semacam norma Rangkaian bacaan tahlil pada umumnya yang mengikatkan anggota masyarakat. diawali dengan membaca surat al-fatihah yang Selain takut adanya “sangsi social”, budaya dihadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW spontanitas muncul juga karena menyadari dan keluarganya, sahabat Nabi, para tabi’in, bahwa di waktu yang lain mereka akan tabiut tabi’in, para ulama salafussaleh, dan mengalami kematian. Ada pengharapan yang orang tua yang telah wafat. Kemudian secara tinggi akan adanya aksi timbal balik jika ada di khusus bacaan al-fatihah ditujukan kepada antara anggota keluarga meninggal dunia. orang yang dimaksud secara khusus dalam acara tahlilan (bila sedang berziarah, maka Ritual tahlil dalam beberapa komunitas yang dikhususkan adalah ahli kubur yang telah membentuk semacam kelembagaan sedang diziarahi, dan bila dilakukan di rumah lokal. Bahkan di daerah Jombang Jawa Timur, orang yang mengadakan tahlilan maka yang kegiatan tahlil tidak semata dilakukan untuk dikhususkan adalah orang yang dimaksud oleh waktu-waktu tertentu seperti termaktub di tuan rumah, dan seterusnya). atas. Kelembagaan tahlil menjadi bagian dari kehidupan social masyarakat. Tahlil qubro Selepas pembacaan surat al-fahihah, misalnyaa ini dilaksanakan setahun sekali oleh biasanya dilanjut dengan pembacaan surat ribuan jam’ah majlis ta’lim. Dalam pelaksanaan al-ikhlas, surat al-muawwidzatain, ayat ke tahlil qubro, setiap jam’ah menyumbangkan 1 sampai 6 surat al-baqarah lalu ayat kursi. rizkinya. Tidak ada patokan dalam besaran Setelah itu baru membaca tahlil; la ilaha illa uang sumbangan. Besaran minimal sumbangan Allah, dilanjut membaca tasbih; subhanallah yang diberikan anggota masyarakat ketika wabihamdihi subhanallahil adzim, istighfar; studi lapang ini dilakukan adalah Rp. 1000,- astagfirullahal Azhim. Kemudian diakhiri . Tidak ada inisiator dalam kegiatan tahlil dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh qubro kecuali anggota masyarakat yang seorang kiai dan diaminkan oleh para jamaah. mempercayakan Muslimat NU sebagai Susunan tahlil ini tidak mesti sama. Terkadang organisasi social keagamaan sebagai fasilitator bisa berbeda-beda sesuai dengan kiai yang yang mengumpulkan ribuan umat Islam dalam memimpinnya. Biasanya perbedaan susunan ritual pembacaan doa-doa tahlil. tahlil disebabkan transmisi (jalur) penerimaan sanad tahlil dari guru-guru kiai tersebut yang Bak rapat akbar, ritual tahlil qubro berbeda. Meski demikian, secara umum, pola menjadi momentum gerakan social. Dana tahlil tidak ada perbedaan. yang terkumpul dari sumbangan suka rela diserahkan langsung oleh masyarakat secara Bacaan-bacaan dalam rangkaian tahlil simbolis untuk pembangunan fasilitas publik. dinilai sebagai ibadah, sebab bacaan tersebut Ketika studi lapang dilakukan, ada dua fasilitas merupakan rangkaian dari ayat-ayat al-Quran, publik yang telah terbangun yakni Rumah dzikir, dan doa. Beberapa bagian bacaan Sakit Nahdlatul Ulama dan Panti Asuhan, tahlil bahkan diperintahkan untuk dibaca keduanya berdomisili di Kabupaten Jombang dalam kondisi dan waktu tertentu. Misalnya, Jawa Timur. Kedua fasilitas public tersebut soal pembacaan surat al-Ikhlas sebagaimana di bangun di atas tanah yang juga didapatkan diriwayatkan oleh Imam Daruquthni, “barang dari sumbangan (wakaf) anggota masyarakat. siapa melewati kuburan kemudian membaca qul Dari sini kita dapat belajar, kuatan social huwa Allah Ahad (surat al-Ikhlas) sebelas kali, dalam ritual tahlil kini tak lagi digandrungi maka Allah akan berikan pahala sebanyak orang oleh muslim tradisional pedesaan semata. mati.” (Ensiklopedia NU, 156) [M Idris Mas’udi] Sumber Bacaan Madchan Anies, Tahlil dan Keduri, YogyakartaPustaka Pesantren, 2009 Nur Syam, Islam Pesisir, Jogjakarta: LKi, A.Khoriul Anam, dkk, Ensiklopedia N, Jakarta : PBNU, 20 540 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Takbir Keliling Lantunan takbir pada malam lebaran halaman makin menggebu. Seruan untuk dengan nada dan irama khasnya terasa mengagungkan kebesaran Allah SWT pada mendayu meluluhkan kalbu. Diselingi malam Idul Fitri dan Idul Adha dijalankan tabuhan beduk yang menderu, suara takbir dengan menyemarakkan malam takbiran. bergema, bersahutan dari berbagai masjid Tak cukup di masjid dan mushalla, semarak dan mushalla di bebagai sudut desa dan takbiran juga digelar dengan cara takbir kota. Berbagai kanal televisi pun diramaikan keliling. beragam acara takbiran. Takbir keliling adalah seremoni Hati bergetar, bercampur suka cita dan mengumandangkan takbir secara kolektif kesedihan. Gembira lantaran Idul Fitri segera pada malam lebaran, dengan cara berkeliling tiba esok hari. Silaturahim dengan kerabat desa atau kota, menyusuri jalanan utama dan dan tetangga dalam suasana gembira ria pinggiran. Ada yang berjalan kaki sembari langsung terbayang. Namun terlntas pula menenteng obor. Ada pula yang mengendarai perasaan sedih karena kesyahduan Ramadhan kendaraan bermotor. Takbir keliling adalah jadi terasa singkat dan cepat berlalu, sembari pengembangan kreasi malam takbiran. Tidak penuh harap, bisa jumpa kembali Ramadhan sekedar berdiam di masjid atau mushalla, tahun depan. tetapi dengan bergerak di luar, berkililing, sehingga syiarnya lebih bergema. Bunyi lafaz takbiran adalah: Takbiran dilakukan baik pada malam اﷲ أﻛﺒﺮ اﷲ أﻛﺒﺮ اﷲ أﻛﺒﺮ ﻻ ﻟﻪ إﻻ اﷲ اﷲ أﻛﺒﺮ اﷲ Idul Fitri maupun Idul Adha. Tapi takbir keliling sedikit sekali terjadi pada malam أﻛﺒﺮ وﷲ اﻟﺤﻤﺪ Idul Adha, lebih marak diselenggarakan pada malam Idul Fitri. Masyarakat dengan suka “Allah Maha besar, Allah Maha Besar, Allah Maha cita berbondong-bondong mengikuti takbir Besar, tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Allah keliling. Takbir keliling biasanya dimulai Maha Besar, Allah Maha Besar dan segala puji setelah shalat isya atau sekitar pukul 20.00 hanya milik Allah.” waktu setempat. Pengulangan lafadz takbir dalam takbiran, Takbir keliling dapat mempererat tali ada yang tiga kali. Ada pula yang hanya dua persaudaraan antar anggota masyarakat. Pada kali. Kalangan Nahdliyin menggunakan tiga mulanya, takbir keliling dilaksanakan dengan kali dengan mengacu Imam Syafi’i. Sementara cara sederhana. Warga bertakbir keliling elemen Islam yang lain, baik yang bermadzhab desa dengan hanya membawa obor, alagt maupun tidak, biasanya hanya dua kali penerangan yang terbuat dari bambu. Bahan mengulang takbir. Selain pengulangan, tidak bakarnya dari minyak tanah yang dimasukkan ada perbedaan. dalam lobang bambu. Sumbunya berupa sabut kulit kepala atau kain dari pakaian bekas. Mereka yang jauh dari keluarga, sedang di perantauan, tengah studi atau bekerja di Obor menjadi salah satu ciri khas luar negeri, takbiran pada malam lebaran takbiran keliling. Obor digunakan sebagai membuat rindu pada keluarga dan kampung Edisi Budaya | 541
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334
- 335
- 336
- 337
- 338
- 339
- 340
- 341
- 342
- 343
- 344
- 345
- 346
- 347
- 348
- 349
- 350
- 351
- 352
- 353
- 354
- 355
- 356
- 357
- 358
- 359
- 360
- 361
- 362
- 363
- 364
- 365
- 366
- 367
- 368
- 369
- 370
- 371
- 372
- 373
- 374
- 375
- 376
- 377
- 378
- 379
- 380
- 381
- 382
- 383
- 384
- 385
- 386
- 387
- 388
- 389
- 390
- 391
- 392
- 393
- 394
- 395
- 396
- 397
- 398
- 399
- 400
- 401
- 402
- 403
- 404
- 405
- 406
- 407
- 408
- 409
- 410
- 411
- 412
- 413
- 414
- 415
- 416
- 417
- 418
- 419
- 420
- 421
- 422
- 423
- 424
- 425
- 426
- 427
- 428
- 429
- 430
- 431
- 432
- 433
- 434
- 435
- 436
- 437
- 438
- 439
- 440
- 441
- 442
- 443
- 444
- 445
- 446
- 447
- 448
- 449
- 450
- 451
- 452
- 453
- 454
- 455
- 456
- 457
- 458
- 459
- 460
- 461
- 462
- 463
- 464
- 465
- 466
- 467
- 468
- 469
- 470
- 471
- 472
- 473
- 474
- 475
- 476
- 477
- 478
- 479
- 480
- 481
- 482
- 483
- 484
- 485
- 486
- 487
- 488
- 489
- 490
- 491
- 492
- 493
- 494
- 495
- 496
- 497
- 498
- 499
- 500
- 501
- 502
- 503
- 504
- 505
- 506
- 507
- 508
- 509
- 510
- 511
- 512
- 513
- 514
- 515
- 516
- 517
- 518
- 519
- 520
- 521
- 522
- 523
- 524
- 525
- 526
- 527
- 528
- 529
- 530
- 531
- 532
- 533
- 534
- 535
- 536
- 537
- 538
- 539
- 540
- 541
- 542
- 543
- 544
- 545
- 546
- 547
- 548
- 549
- 550
- 551
- 552
- 553
- 554
- 555
- 556
- 557
- 558
- 559
- 560
- 561
- 562
- 563
- 564
- 565
- 566
- 567
- 568
- 569
- 570
- 571
- 572
- 573
- 574
- 575
- 576
- 577
- 578
- 579
- 580
- 581
- 582
- 583
- 584
- 585
- 586
- 587
- 588
- 589
- 590
- 591
- 592
- 593
- 594
- 595
- 596
- 597
- 598
- 599
- 600
- 601
- 602
- 603
- 604
- 605
- 606
- 607
- 608
- 609
- 610
- 611
- 612
- 613
- 614
- 615
- 616
- 617
- 618
- 619
- 620
- 621
- 622
- 623
- 624
- 625
- 626
- 627
- 628
- 629
- 630
- 631
- 632
- 633
- 634
- 635
- 636
- 637
- 638
- 639
- 640
- 641
- 642
- 643
- 644
- 1 - 50
- 51 - 100
- 101 - 150
- 151 - 200
- 201 - 250
- 251 - 300
- 301 - 350
- 351 - 400
- 401 - 450
- 451 - 500
- 501 - 550
- 551 - 600
- 601 - 644
Pages: