an, pawai mulai menggunakan kendaraan dan Penglepasan Peserta Didik dan Samenan Tahun menampilkan beberapa kreasi hasil buatan Pelajaran 2011/2012 warga sekitar. Sumber: http://islamiyah-mi.blogspot.co.id/ Dilanjutkan dengan acara pidato dari anak-anak atau ngaleseng. Ngaleseng dilakukan Di acara samenan ini orang tua siswa oleh murid-murid satu persatu dimulai biasanya menyediakan uang yang berlebih dari kelas satu sampai kelas enam tanpa untuk menyawer yaitu memberikan uang dan menggunakan teks. Biasanya naskah lesengan menyebarnya di atas panggung ketika ada berisi dakwah-dakwah. Kadang mengutip yang tampil dan mereka sukai. Penampilan ayat-ayat Al-Quran, diselingi hadist Nabi atau di panggung didahului dengan penampilan syair Arab dan qaul ulama. Hampir selama 15 anak-anak. Anak-anak perkelas dilatih untuk menit murid berdiri di atas panggung yang membawakan penampilan khusus kemudian sedang ngaleseng. Menjelang sore atau setelah biasanya saat penampilan anak-anak mereka Ashar, para siswa kelas enam menggelar acara mereka akan maju keatas panggung dan perpisahan sebagai tanda perpisahan karena menyebar uang di sekeling anak itu. Anak-anak mereka telah lulus dari madrasah dan akan ada yang menampilkan drama, menampilkan menjadi alumni, biasanya acara ini diselingi tari kreasi dan biasanya mereka bernyanyi dan dengan nyanyian-nyanyian khas daerah Sunda diiringi penari latar dari teman-temannya, seperti, pileuleuyan dan sapu nyere peugat ini membuat acara samenan menjadi meriah, simpai. Acara ini berlangsung khidmat dan anak-anak disulap bak artis yang kemudian bercampurnya rasa sedih dan bahagia bagi menghibur dan menghidupkan panggung. anak murid kelas enam. Uang itulah kemudian menjadi apresiasi kepada guru-guru. Uang saweran yang Samenan di beberapa tempat merupakan terkumpul tidak tanggung-tangung bisa tradisi pengambilan raport dan perpisahan mencapai 10 juta. Samenan seakan menjadi kelas enam. acara ini sebagai bentuk apresiasi pesta rakyat, orang yang bekerja di kota kepada guru-guru yang telah mengajar selama biasanya pulang untuk meramaikan samenan setahun dan kegiatan ini pula sebagai bentuk ini, mereka akan mendukung sanak familinya perpisahan kelas atas. Pengambilan raportpun untuk menyawer, disini prestise dari keluarga setahun sekali yang dihadiri orang tua adalah si anak juga menjadi taruhan dalam besaran pada saat samenan ini. Berbeda waktu ketika saweran yang dia keluarkan. orang tua datang setiap semester untuk mengambil raport, disini masyarakat hanya Namun dalam faktanya Acara samenan ini sekali datang untuk mengambil raport yaitu ternyata bukan hanya sekedar pesta rakayat setiap samenan, adapun pembagian raport saja akan tetapi mempunyai makna yang cukup setiap pertengahan semester biasa diberikan dalam yakni memberikan semangat belajar langsung kepada murid-murid saja yang kemudian dibawa pulang untuk ditunjukkan ke orang tua mereka. Samenan merupakan kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh semua sekolah. Dalam kegiatan samenan itu banyak ditampilkan kegiatan-kegiatan yang sifatnya menghibur, pendidikan dan tausiah-tausyiah. Dalam kegiatan ini merupakan tolak ukur siswa selama dia belajar 1 tahun ke belakang, untuk mengukur kemampuan si anak, apakah dia berhasil atau tidak. Samenan diadakan sebagai hadiah penghibur bagi mereka yang mendapatkan kesuksesan dalam belajarnya. 442 | Ensiklopedi Islam Nusantara
kepada para siswa. Seperti acara samenan yang sibuk bekerja dapat menyempatkan waktunya dilaksanakan di Madrasah Diniyah Awaliyah untuk datang ke sekolah menyaksikan anaknya mengadakan samenan di Kampung Cipining tampil di atas pentas atau mendampingi dengan spirit samenan anak-anak mau anaknya pada saat pembagian raport, pada bersekolah dengan sungguh, mendalami ilmu- saat pembagian raport ini pula orang tua ilmu agama dan kelak dipraktikkan sehingga dapat bertanya secara leluasa kepada gurunya menjadi generasi bisa dibanggakan dan Islami. tentang perkembangan anaknya di sekolah. Tradisi samenan ini sejatinya menunjukan Hingga saat ini masyarakat masyarakat semangat silaturahmi di antara kelurga dan masih sangat antusias dalam melaksanakan antar warga desa yang kuat. Para orang tua yang acara samenan, terbukti misalkan dengan bangga melihat aksi dan prestasi para anak- terganggunya arus lalu lintas di daerah anaknya. Dalam samenan pula nilai gotong Sukabumi. Acara kegiatan kenaikan kelas di royong di antara murid, sekolah, orang tua, seluruh tingkat sekolah dasar (SD), madrasah dan masyarakat sekitar sekolah makin terlihat ibtidaiyah (MI) dan diniyah takmiliyah jelas dan tegas. Tanpa semangat gotong royong awaliyah (DTA) wilayah kabupaten Sukabumi hajat samenan mustahil bisa terlaksana. menjadi agenda tahunan masyarakat. Bahkan, dalam acara tahunan ini sejumlah sekolah Meskipun demikian, dalam prosesnya melaksanakan acara dengan hiburan yang kegiatansamenan dari masa ke masa mengalami mengakibatkan arus lalu lintas terganggu. perubahan baik dalam waktu pelaksanaannya maupun dalam teknis pelaksanaannya itu Acara utama samenan ini sebetulnya sendiri, diantara perbedaan itu terlihat dari pembagian raport pendidikan selama setahun. jika dahulu samenan Pati diawali dengan Saat yang menegangkan bagi semua murid. kegiatan arak-arakan atau pawai pada zaman Apakah dirinya naik atau tinggal kelas, sekarang samenan lebih sering dilaksanakan kalaupun naik rangking berapa tahun ini. Dan kepada acara hiburan, selain itu jika pada sebagai peringkat 1 sampai 3 biasanya si anak zaman dulu diadakan kegiatan saweran yang maju ke panggung untuk menerima hadiah. memang dikhususkan dengan secara sengaja Banyak hikmah yang diambil dari samenan ini mengumpulkan dana saweran pada saat ini hal karena dengan berkumpulnya masyarakat yang itu mulai ditinggalkan, terkadang saweran itu terkonsentrasi di sekolah akan menambah tali diganti dengan pemberian hadiah berupa alat silaturahim di antara mereka. Dengan adanya tulis atau piagam penghargaan. kegiatan samenan ini tali silaturahim antar guru dengan orang tua siswa akan terjalin, Di luar kebudayaan Sunda bisa jadi atau hubungan atara orang tua siswa dengan kegiatan samenan juga dilaksanakan dengan siswa yang lainnya, bahkan hal ini juga menjadi cara dan bahasa yang lain, namun demikian momentum timbulnya hubungan interaksi di kegiatan seperti ini layaknya diapresiasi dan antara mereka. dilestarikan sebagai salah satu bentuk kearifan local (local wisdom) bagi bangsa Indonesia. Kegiatan samenan juga dapat menjadi ajang orang tua dalam memberikan apresiasi [M Ulinnuha] kepada anaknya dimana mereka yang biasanya Sumber Bacaan Dava, “Meriahnya Samenan di Madrasah Diniyah al-Fahrurroziyah’’, di akses dari http://bogorpos.com/2015/05/31/ meriahnya-samenan-di-madrasah-diniyah-al-fahruroziyyah/, pada tanggal 15 november 2016 pukul 13.00. Reza Azhari, ‘’Samenan Sebagai Tradisi Hari Kenaikan Kelas Madrasah’’, diakeses dari http://reazhari.blogspot. co.id/2013/08/artikel-samenan-sebagai-tradisi-hari.html, tanggal 15 november 2016 pukul 13.00. Eko Budi Wibowo, ‘’Samenan’’, diakses dari https://indonesiamengajar.org/cerita-pm/eko-wibowo/samenan, tanggal 15 November 2016. Wardan Amins, ‘’Samenan MDA Darun Najah Cipining Meriah’’, diakses dari http://darunnajah.com/samenan-mda- darunnajah-cipining-meriah/. Tanggal 15 November 2015 pukul 14.00. Ren, “Acara Samenan Bikin Sukabumi Utara Macet’’, diakses dari http://radarsukabumi.com/kabsukabumi/2016/05/28/ acara-samenan-bikin-sukabumi-utara-macet/, tanggal 15 November 2016 pukul 14.50. Edisi Budaya | 443
Sanad Definisi Sanad dan Ilmu Rijal adalah seseorang yang menyibukan dirinya dengan mempelajari ilmu hadits, baik hadits Dalam tradisi belajar-mengajar di diroyah atau hadits riwayah serta mempunyai kalangan umat Islam khususnya di pengetahuan mendalam tentang berbagai pesantren, sanad ilmu menjadi salah riwayat dan derajat rawinya. Adapun al-hafid satu unsur utama. Disiplin ilmu keislaman apa secara definitif memiliki dua arti, yang pertama pun, sanadnya akan bermuara kepada Nabi adalah menurut mayoritas ulama hadits bahwa Muhammad SAW. Sanad merupakan mata- al-hafid adalah murodif dari al-muhaddits; rantai transmisi yang berkesinambungan yang kedua adalah bahwa derajat al-hafid sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Ilmu lebih tinggi dari al-muhadddits berdasarkan hadits bermuara kepada beliau, begitupun bahwa pengetahuannnya tentang berbagai dengan ilmu tafsir, tasawuf, dan sebagainya. thobaqot, tingkatan rawi lebih banyak dari Sanad keilmuan secara umum berarti latar yang tidak diketahuinya. Sedangkan al-hakim belakang pengajian ilmu agama seseorang menurut sebagaian ulama adalah seseorang yang bersambung dengan para ulama setiap yang menguasai mayoritas hadits riwayah dan generasi sampai kepada generasi sahabat yang diroyah. mengambil pemahaman agama yang shahih dari Rasulullah SAW. Sedangkan musnad secara etimologi adalah isim maful dari sanada yang bermakna Dalam pembahasan sanad, terdapat menyandarkan sesuatu. Sedangkan secara tiga istilah yang berkaitan erat dengannnya, terminlogi adalah hadits yang sanadnya yaitu isnad, musnad, dan musnid. Isnad, bersambung sampai Rasul saw atau nama satu sebagaimana ditulis Mahmud Thohan dalam kitab hadits yang ditulis berdasarkan tartib bukunya, Taisir Mustholah hadits mempunyai nama-nama para sahabat rawi hadits, seperi dua makna, yang pertama ﻋﺰﻭ ﺍﳊﺪﻳﺚ ﺍﻟﻰ ﻗﺎﺋﻠﻪ kitab Musnad Imam Ahmad. ﻣﺴﻨﺪﺍartinya mengasalkan hadits kepada orang yang mengatakan. Yang kedua adalah Penggunaan isnad ini sebenarnya telah ﺳﻠﺴﻠﺔ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﺍﳌﻮﺻﻠﺔ ﻟﻠﻤﱳArtinya: Silsilah orang- ada di masa sahabat Rasulullah shallallohu orang yang menghubungkan hadits kepada alaihi wasallam yaitu bermula dari sikap matan. Jika kita memperhatikan definisi taharri (kehati-hatian) mereka terhadap berita kedua yang dijelaskan Mahmud Thohan, maka yang datang kepada mereka. Hanya saja makin istilah isnad adalah murodif dari sanad. banyaknya pertanyaan terhadap isnad dan makin intensnya orang meneliti dan memeriksa Musnid, sebagaimana pendapat isnad, itu mulai terjadi setelah terjadinya fitnah Jamaluddin Al-Qosimi adalah seseorang yang Abdullah bin Saba dan pengikut-pengikutnya meriwayatkan hadits dengan sanadnya, baik yaitu di akhir-akhir kekhalifaan Utsman dia mengerti apa yang diriwayatkannya atau bin Affan r.a. dan penggunaan sanad terus tidak. Berdasarkan penjelasan Jamaluddin berlangsung dan bertambah seiring dengan al-Qosimi tentang musnid, maka derajat menyebarnya para Ashabul-ahwaa (pengikut musnid lebih rendah dari muhaddits, hafid, dan hawa nafsu) di tengah-tengah kaum muslimin, hakim. Karena secara definitif, al-muhadits 444 | Ensiklopedi Islam Nusantara
juga banyaknya fitnah yang mengusung tingkatan rijal) yang mencakup 4 thabaqat kebohongan sehingga orang-orang tidak mau (sahabat, taabi’un, atbaa’ut tabi’in dan menerima hadits tanpa isnad agar supaya taba’ul atba’) mereka mengetahui perawi-perawi hadits tersebut dan mengenali keadaan mereka. 2. Kitab-kitab Ma’rifah Ash Shohaabah melahirkan ilmu tentang ma’rifatush Imam Muslim meriwayatkan dengan shohabah (pengenalan tentang sahabat- isnadnya dari Muhammad bin Sirin bahwasanya sahabat Rasulullah shallallohu alaihi beliau berkata, “Dahulu orang-orang tidak wasallam) pernah menanyakan isnad, akan tetapi setelah terjadi fitnah maka dilihat hadits Ahli Sunnah 3. Kitab-kitab al jarh wat ta’dil melahirkan lalu diterima dan dilihat haditsnya ahlil-bida’ ilmu tentang al jarh wat ta’dil lalu tidak diterima (ditolak)”. Ketiga jenis kitab rijal ini pertama kali Dalam konteks inilah muncul sebuah ilmu muncul di sekitar penghujung abad II H dan Rijal yang merupakan buah dari berkembang pertengahan abad III H, setelah itu menjadi dan menyebarnya penggunaan isnad serta banyak dan meluas berkembang Kitab-kitab banyaknya pertanyaan tentangnya. Dan setiap Tawarikh al Mudun (sejarah kota-kota/negeri- zaman, maka makin banyak dan panjang negeri), yang memuat biografi para ruwaat jumlah perowi dalam sanad. Maka perlu (rijaalul hadits) pada suatu negeri/kota untuk menjelaskan keadaan perawi tersebut tertentu. Ilmu ini mulai muncul pada paruh dan memisah-misahkannya, apalagi dengan kedua dari abad III H. Juga muncul kitab-kitab munculnya bid’ah-bid’ah dan hawa nafsu serta Ma’rifatul Asmaa wa Tamyiizuha (pengenalan banyaknya pelaku dan pengusungnya. Karena terhadap nama-nama perowi dan cara itu tumbuhlah ilmu Rijaal yang merupakan membedakannya). Dan muncul kitab-kitab suatu keistimewaan ummat ini di hadapan biografi rijaal al hadits yang terdapat pada ummat-ummat lainnya. suatu kitab hadits atau beberapa kitab hadits tertentu. Kitab-kitab ini muncul belakangan Akan tetapi kitab-kitab tentang ilmu Rijal dan mulai meluas setelah abad V H. nanti muncul setelah pertengahan abad-2. Dan karya tulis ulama yang pertama dalam hal ini Sedangkan Thobaqat dalam istilah adalah kitab At Tarikh yang ditulis oleh Al Laits Muhadditsin adalah suatu kaum yang bin Sa’ad (wafat 175 H) dan kitab Tarikh yang berdekatan dalam umur dan isnad, atau dalam disusun oleh Imam Abdullah bin Mubarak isnadnya saja, yang mana syuyukh (guru) dari (wafat 181 H). Imam adz Dzahabi menyebutkan seseorang adalah syuyukh juga bagi yang lain bahwa Al Walid bin Muslim (wafat 195 H) juga atau mendekati syuyukhnya yang lain. Asal memiliki sebuah kitab Tarikh Ar Rijaal, lalu mula pembagian perowi berdasarkan thabaqat secara berturut-turut muncul karya-karya adalah dari tuntunan Islam sendiri, dimana tulis dalam ilmu ini, dimana sebelum masa dalam sebuah hadits yang diriwayatkan kodifikasi ini pembahasan tentang perowi dari Imran bin Hushain radhiyallohu anhu, hadits dan penjelasan hal ihwal mereka bahwasanya Rasulullah shallallohu alaihi hanya bersifat musyafahah(lisan), ditransfer wasallam bersabda: “Sebaik-baik ummatku sedemikian rupa oleh para ulama dari masa ke yang ada di zamanku, kemudian yang datang masa. sesudah mereka, kemudian yang datang sesudah mereka…” Kata Imran radhiyallohu Para penyusun kitab-kitab dalam ilmu anhu, “Saya tidak tahu apakah ia menyebut Rijal pada masa-masa awal menempuh sesudah masanya dua masa atau tiga” (HR. beberapa metode sehingga hal ini melahirkan Bukhari) percabangan dalam ilmu rijal al hadits, diantaranya: Penyusunan kitab-kitab yang berkaitan dengan ilmu ini terus berlanjut dan 1. Kitab-kitab tentang Thobaqat ar Rijal berkembang hingga akhir abad-9 H. Bahkan melahirkan ilmu thobaqaat (tingkatan- muncul system pembagian thobaqat dalam Edisi Budaya | 445
bidang keilmuan yang lain. Misalnya thabaqaat dipakai dalam periwayatan Alquran, seperti al qurra, thobaqaat al fuqahaa, thobaqaat ash yang terlihat dari keharusan para perawinya shufiyah, thobaqaat asy syu’ara dan sebagainya. mencampai jumlah sepuluh orang dalam Ada empat thabaqat yang pokok bagi ruwaat/ setiap generasi. Dalam ungkapan lain, para rijaalul (para perawi) hadits, yaitu Thobaqah perawinya harus mencapai tingkat mutawatir. Sahabat, Thobaqah At Taabi’un, Thobaqah Berbeda dengan Alquran, jumlah perawi Hadis Atbaa’ut Taabi’in, dan Thobaqah Taba’ul Atbaa’. tidak harus mencapai mutawatir dalam setiap generasinya. Dengan demikian, jumlah perawi Sejarah istilah Sanad Hadis bisa hanya tiga, dua, atau bahkan hanya satu orang dalam setiap generasinya. Jumlah Istilah sanad pada mulanya muncul perawi yang tidak sampai jumlah sebanyak di kalangan ahli hadis. Secara etimologis, mutawatir disebut dengan ahad. kata sanad berarti al-Mu’tamad (tempat bersandar). Hal ini karena sanad merupakan Setelah Rasulullah wafat, para sahabat tempat bersandarnya sebuah Hadis. Selain satu dengan yang lain saling meriwayatkan itu, sanad juga dijadikan sebagai sandaran Hadis. Demikian juga yang berlangsung di oleh ahli Hadis untuk menilai kualitas hadis kalangan sahabat yang meriwayatkan Hadis sahih (valid) atau daif (lemah). Adapun secara kepada para tabiin. Sebelum terjadi peperangan terminologis, sanad didefenisikan sebagai di antara para sahabat, urgensi sanad belum urutan para rawi yang kemudian berlanjut terlihat nyata. Akan tetapi, setelah terjadi kepada matan, atau rangkaian mata rantai peperangan antarsahabat, terutama setelah perawi yang meriwayatkan Hadis dari satu terbunuhnya sahabat Utsman, kepentingan perawi kepada perawi lainnya hingga sampai politik yang mengatasnamakan Nabi menjadi pada sumbernya. Posisi sanad dalam Hadis alasan penting adanya sanad Hadis yang dapat terbilang sangat penting mengingat dengan dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, adanya sanad dapat diketahui apakah Hadis Ibnu Sirin dari kalangan tabiin menyatakan: yang termaktub dalam kitab maupun yang “Mereka tidak pernah bertanya mengenai kita dengar berasal dari Nabi atau bukan. validitas sanad. Namun ketika terjadi fitnah Dengan kata lain, sanad merupakan salah (pertikaian di antara generasi awal Islam), satu cara bagaimana seorang pengkaji Hadis mereka mengatakan: “Sebutkanlah para perawi dapat memastikan validitas Hadis yang Hadis yang kalian riwayatkan. Jika mereka ditelitinya. Setelah validitas perawi yang ada ahli Sunah, maka kami akan menerima Hadis dalam rangkaian sanad sudah dipastikan tersebut. Akan tetapi, jika mereka ahli bidah, kredibilitasnya, maka seorang pengkaji Hadis maka tentu kami akan menolaknya.” dapat mengatakan bahwa, misalnya, sanad ini sahih, hasan, atau daif. Dalam tradisi Al-Dhamini menjelaskan bahwa agama samawi, sanad diklaim hanya dimiliki pernyataan yang dinisbahkan kepada orang agama Islam. Melihat betapa pentingnya lain tidak akan berguna (bernilai) apabila sanad, Ibnu al-Mubarak menegaskan bahwa tidak ada bukti yang menunjukan bahwa kita sanad merupakan bagian dari agama. Dengan memang mendengar langsung dari orang demikian, jika tidak ada sanad, maka siapa pun tersebut, baik bukti sejarah (imkân al-liqâ’, dapat berbicara seenaknya mengenai hadis kemungkinan bertemu antar perawi, misalnya) sebagai sumber primer agama Islam. maupun sanad. Hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi tidak akan memiliki nilai apa-apa, Meskipun pada awalnya sistem sanad jika hadis tersebut tidak memiliki sanad. Selain tampak khas dalam ilmu hadis, ada suatu itu, sanad yang dinilai valid harus memenuhi sistem yang mirip dengan sistem sanad dalam syarat dan kriteria yang telah diformulasikan menyusun buku, seperti yang terdapat dalam oleh ulama hadis, seperti rawi bukan pendusta, kitab Yahudi, Mishna, dan penukilan syair- kuat hafalan atau lengkap catatan mengenai syair jahiliyah. Selain itu, sistem sanad juga Hadis yang diriwayatkannya (dhabith), ‘adâlah (kridibel), dan lain sebagainya. Oleh 446 | Ensiklopedi Islam Nusantara
karenanya, sebelum masuk kepada kajian Ada empat pendekatan yang dapat digunakan matan (teks hadis), sanad hadis harus diteliti untuk menentukan ke-ittishal-an sebuah terlebih dahulu agar diketahui bahwa hadis itu sanad. Pertama, keterangan ahli hadis bahwa memang berasal dari Rasulullah Saw. A adalah murid B (al-tanshîh), kedua, data lahir atau wafat perawi (târikh wafayât al-ruwât), Menilai positif dan negatifnya perawi ketiga, data tempat tinggal atau perjalan studi Hadis yang terdapat dalam sanad disebut perawi (mawâthin al-ruwât wa rihlatuhum) dan dengan ‘Ilm al-Jarh wa al-Ta’dil. Upaya mencari keempat, redaksi periwayatan Hadis (shîgat informasi mengenai para perawi Hadis bisa al-tahdîts). Keempatnya dapat digunakan didapatkan dalam kitab-kitab tarajum (biografi secara bersamaan atau terkadang hanya salah para perawi), dan kitab-kitab jarh wa al- satu diantara keempat pendekatan tersebut. ta’dil. Sekilas, tentu ada orang yang merasa Informasi keempat pendekatan tersebut dapat berkeberatan terhadap upaya pembukaan latar kita temukan di buku-buku tarâjum (buku belakang para perawi yang terkesan membuka biografi para perawi Hadis). aib seorang Muslim di hadapan orang lain. Tetapi jika dilihat bahwa sebenarnya al-Jarh Terkait redaksi periwayatan Hadis, wa al-Ta’dil itu tidak dimaksudkan untuk implikasi perbedaan antara haddatsani ()ﺣﺪﺛﻨﻲ memojokkan seorang perawi, melainkan terminologi yang digunakan ketika perawi untuk menjaga kemurnian dan otentisitas mendapatkan hadis dari gurunya dengan agama Islam dari campur tangan para metode mendengarkan (sama/bandongan), pendusta. Selain meneliti pribadi para perawi, akhbarani ( )ﺃﺧﺒﺮﻧﻲterminologi yang digunakan upaya memastikan ketersambungan antara perawi ketika ia mendapatkan hadis dari satu perawi dengan perawi lainnya itu juga gurunya dengan metode qira’ah, belum begitu menjadi suatu kewajiban. Dengan kata lain, diperhatikan oleh para sahabat, tabiin, dan ketersambungan antara satu perawi dengan ulama salaf. Hal ini disampaikan oleh al- perawi lainnya disebut dengan itishal al-sanad. Bukhari yang mengutip al-Humaidi, bahwa Ibnu ‘Uyainah tidak membedakan terminologi haddatsana, akhbarana, anba’ana, sami’tu. Namun demikian, menurut Ibnu Hajar, ulama salaf lainnya, seperti al-Syafi’i dan Muslim bin al-Hajjaj lebih memilih membedakan implikasi perbedaan redaksi tersebut yang tercantum dalam sanad Hadis. Terlepas dari perdebatan di atas, Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa sanad para ulama Hijaz dalam meriwayatkan Hadis lebih utama dibandingkan sanad yang diterima dari ahli Hadis di wilayah lain. Hal ini karena ulama Hijaz lebih ketat menerapkan syarat dan ketentuan yang berlaku secara ketat. Dalam perkembangan ulama generasi berikutnya, metode menerima (tahammul al-hadits) hadis berimplikasi pada redaksi periwayatan Hadis (ada’ al-hadits) yang terdapat dalam sanad. Azami menyebutkan ada delapan metode menerima Hadis. Pertama, sama (seorang murid mendengar hadis dari redaksi seorang guru). Dalam tradisi pesantren Jawa, metode ini disebut dengan metode Bandongan. Kedua, ‘ard atau qira’ah (seorang murid membacakan hadis Edisi Budaya | 447
di hadapan seorang guru). Dalam konteks Tsauri mengatakan, “Penuntut ilmu tanpa sanad pesantren Jawa, metode ini disebut dengan bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah sorogan. Ketiga, ijazah (memberi kewenangan tanpa tangga.” Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al- pada seseorang untuk menyebarkan hadis atau Bustamiy, quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al- kitab yang sanad dimiliki oleh seorang guru). Kahfi: 60); “Barangsiapa tidak memiliki susunan Keempat, munawalah (penyerahan materi guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi hadis atau sebuah tulisan dari seorang guru niscaya gurunya syetan” (Tafsir Ruhul-Bayan pada muridnya untuk disebarluaskan). Kelima, Juz 5 hal. 203). Ibnul Mubarak berkata :”Sanad kitabah (seorang guru menuliskan hadis untuk merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan para muridnya). Keenam, i‘lam (seorang guru karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa memberitahukan hadis atau kitab kepada saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya muridnya bahwa ia telah mendapatkan izin (dengan akal pikirannya sendiri).” (Diriwayatkan meriwayatkan hadis yang dimilikinya). Ketujuh, oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah washiyyah (seorang guru mempercayakan kitab Shahihnya 1/47 no:32). Imam Malik muridnya untuk meriwayatkan kitabnya). ra berkata: “Janganlah engkau membawa ilmu Kedelapan, wajadah (menemukan kitab atau (yang kau pelajari) dari orang yang tidak engkau hadits yang di tulis seseorang dalam bentuk ketahui catatan (riwayat) pendidikannya (sanad manuskrip yang tersimpan di perpustakaan ilmu)” Al-Hafidh Imam Attsauri rahimullah tertentu atau di mana pun berada). mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap Urgensi Sanad rumah tanpa tangga”. Sedangkan di antara ulama masa belakangan yang sangat banyak Pada perkembangan selanjutnya, sanad mengumpulkan sanad adalah Syaikh Yasin tidak hanya terkait dengan ilmu hadis, Al-Fadani, yang digelari “Musnid Ad-Dunya” melainkan juga digunakan dalam keilmuan karena begitu banyak sanadnya. lainnya. Berdasarkan kepentingan sanad keilmuan inilah, para ulama menghimpunkan Maka jelaslah, tradisi menyusun sanad- sanad-sanad keilmuan mereka dan merangkum sanad keilmuan serta ijazah keilmuan, baik ilmu-ilmu agama dari sudut riwayah maupun secara umum maupun khusus, baik ijazah dirayah, dari sudut manqul (yang dinukilkan) riwayah maupun dirayah atau kedua-duanya, maupun ma’qul (yang dapat dipahami secara ijazah tadris wa nasyr (izin untuk mengajar akal), dan sebagainya, dalam kitab-kitab dan sebagainya), adalah untuk menjaga tradisi mereka. Sebagian ulama menyusun latar amalan para ulama terdahulu dan dalam belakang keilmuan mereka, yaitu sanad masa yang sama menjelaskan latar belakang keilmuan, dalam bentuk mu’jam asy-syuyukh, keilmuan mereka. Bahkan, tradisi tersebut yang menyenaraikan riwayat hidup dan latar adalah tradisi amalan para ulama mu’tabar belakang keilmuan para guru mereka. Sejarah yang tidak dapat diperselisihkan lagi, karena penyusunan nama-nama guru atau syekh ia terpelihara dari masa ke masa. Ukuran didapati pada kurun ketiga hijrah, seperti Al- kelayakan keilmuan yang sebenarnya dalam Mu’jam Ash-Shaghir oleh Imam Ath-Thabarani, neraca pembelajaran dan pengajaran ilmu- lalu terus berkembang seperti Mu’jam Syuyukh ilmu agama yang murni bukanlah pada ukuran Abi Ya’la Al-Mushili dan lainnya. akademis modern, yang merupakan acuan dan ukuran tradisi Barat, tetapi ukuran sebenarnya Begitu pentingnya sebuah sanad, Ibn adalah pada sandaran keilmuan seseorang Abdil Bar meriwayatkan dari Imam Al-Auza’i yang mengajar ilmu agama, baik sanad ilmiy, bahwasanya ia berkata, “Tidaklah hilang ilmu ijazah tadris, maupun yang lainnya, yang (agama) melainkan dengan hilangnya sanad- menjadi asal rujukan. sanad (ilmu agama tersebut).” Imam Syafi’i ramimahullah mengatakan, “Tiada ilmu tanpa Dengan demikian, sanad ilmu atau sanad.” Sedangkan Al-Hafizh Al-Imam Ats- sanad guru sama pentingnya dengan sanad hadits. Sanad hadits adalah otentifikasi atau 448 | Ensiklopedi Islam Nusantara
kebenaran sumber perolehan matan atau Silsilah tarekat berkesinambungan satu redaksi hadits dari lisan Rasulullah. Sedangkan sama lain ke atas sampai kepada Nabi saw sanad ilmu atau sanad guru adalah otentifikasi atau bahkan sampai kepada Malaikat Jibril atau kebenaran sumber perolehan penjelasan, dan Allah swt yang merupakan sumber dari baik al-Qur’an maupun as-sunnah, dari lisan segala pengetahuan spiritual. Sebagaimana Rasulullah. Konsep sanad tidak terbatas pada halnya sanad dalam hadis, silsilah yang ilmu hadits. Namun, konsep sanad meluas berkesinambungan merupakan salah satu dalam bidang-bidang ilmu agama yang lain. syarat terpenting bagi kesahihan otoritas Ilmu-ilmu agama, khususnya yang melibatkan dalam keilmuan dan penerimaan tasawuf sudut dirayah, juga sangat memerlukan latar atau tarekat sehingga tarekat tersebut dapat belakang keilmuan atau sandaran keilmuan dipandang sah (mu‘tabarah). Silsilah tarekat bagi seseorang yang berbicara tentang agama. ini juga turut membentuk jejaring ulama dan Karena, tanpa berguru dengan guru, seseorang keilmuan dalam Islam. tidak layak mengaku sebagai ahli ilmu atau ulama, walaupun sudah membaca banyak SANAD hadis dan silsilah tarekat kitab. Adanya jalur sanad menunjukkan mempunyai peranan signifikan dalam betapa Allah menjaga agama Islam dari upaya menghubungkan para ulama yang terlibat menghilangkan dan mengubahnya. Hal ini dalam jejaring. Melalui telaah-telaah hadis, sebagai realisasi dari janji Allah SWT dalam para guru dan murid-murid dalam jejaring menjaga adz-dzikr yang diturunkannya, ulama terkait satu sama lain. Demikian pula, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Hijr, organisasi tarekat, melalui silsilah yang ayat 9. berkesinambungan, menjadi sarana untuk menghubungkan ulama satu sama lainnya. Lebih jauh, pembentukan jejaring Selain itu, dalam tradisi tahfidz juga dikenal ulama dan keilmuan dalam Islam tampaknya sanad yang juga berjejaring dengan sanad tidak dapat dipisahkan dari sistem jejaring hadis dan silsilah tarekat. Persinggungan sanad (isnâd). Oleh karena itu, dalam proses di antara sanad-sanad keilmuan tersebut penyebaran dan transmisi keilmuan terbentuk semakin memberkuat otoritas keilmuan dan sebuah jejaring yang dikenal dengan “jalur otentitasnya. sanad” (al-thuruq), yakni suatu jalinan yang menghubungkan antara guru dan murid. Lepas dari pentingnya sanad dan silsilah Sistem jejaring sanad (isnâd), dengan demikian, sebagai faktor penting yang menimbulkan mendorong terbentuknya jejaring ulama. keterpaduan dalam jejaring ulama, pada dasarnya jejaring ulama yang terbentuk dan Dalam perspektif sejarah ilmu-ilmu berkembang sepanjang sejarah Islam tidaklah keislaman, sistem jejaring sanad (isnâd) terorganisasi secara formal, apalagi menjadi ini juga diterapkan dalam berbagai cabang sebuah organisasi formal tertentu. Jejaring keilmuan, seperti tafsir, fiqh, dan sejarah antara mursyid dan wakil mereka memang Islam. Sebagai misal, dalam bidang tafsir seringkali terjalin melalui kerangka organisasi terdapat sebuah corak penafsiran yang lebih tarekat, tetapi jejaring antar mereka tidak mementingkan mata-rantai transmisi, yang terorganisasi secara formal. Karenanya jejaring dikenal dengan tafsîr bi al-ma’tsûr atau tafsîr ulama lebih merupakan ikatan yang bersifat bi al-riwâyah. Demikian pula, dalam studi longgar dan informal, tetapi karena berbagai sejarah Islam, ditemukan model historiografi faktor ikatan itu menjadi cukup solid dan dengan al-riwâyah. Sementara itu, studi fiqh efektif dalam mencapai tujuan keilmuan Islam pada masa awalnya juga sangat mengandalkan khususnya dan penyebaran Islam umumnya. sanad karena fiqh semula memang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hadis. Fenomena jalinan kelindan ini ditengarai oleh Azyumardi sebagai determinan Selain itu, penggunaan sanad yang lebih perkembangan intelektualisme Islam di Timur luas ditemukan dalam tarekat. Sistem jejaring Tengah dan Nusantara. Sebagai murid dari sanad dalam tarekat disebut dengan “silsilah”. al-Kurani sewaktu belajar di Mekkah (1640) Edisi Budaya | 449
membawa al-Sinkili masuk dalam jejaring perorangan melalui guru tertentu, kalaupun ulama Timur Tengah. Sebagaimana telah ada yang melalui lembaga, lembaga itu bukan diketahui al-Kurani adalah guru sufi al-Singkili. khusus tahfizhul Qur’an, tapi sebagai pesantren Dalam tradisi sufisme otoritas penyebaran ilmu biasa yang secara kebetulan terdapat guru oleh seorang murid bisa dimiliki hanya atas (kiai) yang hafal Al Qur’an. Akan tetapi ada dasar “ijazah” yang diberikan oleh sang guru. beberapa ulama yang merintis pembelajaran Oleh karena itu, setelah menerima “ijazah” tahfidz dengan mendirikan pesantren khusus dari guru sufinya itu, al-Sinkili berkewajiban tahfidzul Qur’an seperti Pesantren Krapayak menyebarkan ilmu sesuai dengan rangkaian (Al Munawir) di Yogyakarta dan al-Hikmah di perawi yang saling kait-mengkait. Salah satu Benda Bumiayu. mata rantai perawi itu adalah Jalaluddin al- Suyuti, sehingga al-Sinkili diharapkan lebih Tradisi tahfidz dengan sanadnya tidak jauh dapat memilih Tafsir Jalalain dari pada karya- beda dengan tarekat, bahkan keduanya saling karya tafsir yang lain. Kecenderungan untuk bersinggungan. Tarekat menurut bahasa bersandar pada ulama dalam “jejaring” ini mempuyai arti jalan. Sedangkan menurut juga terlihat jelas dari karya-karya al-Sinkili di istilah tasawuf, tarekat bisa diartikan jalan yang bidang fiqh, kalam dan tasawuf. ditempuh seorang hamba (al-‘abdu) menuju Ridlo Alloh SWT. Mubaya’ah (baiat) dalam Mekanisme “jejaring” dalam arti talqin dzikir dari seorang guru mursyid kepada muridnya bukan mubaya’ah (janji setia) pengembangan ilmu-ilmu keislaman di seperti yang dilakukan oleh Rasulullah kepada sahabat-sahabatnya dalam Bai‘at ar-Ridhwan, Timur Tengah dan Nusantara ini setidaknya atau baiatnya seorang rakyat kepada imam atau kepala negara terpilih seperti baiatnya memiliki dua akar historis yang menjadi para shahabat yang mengangkat Sayyidina Abu Bakar menjadi khalifah Rasulallah. Sebab, pijakannya. Pertama, tradisi oral (dakwah mubaya’ah dalam tarekat sufi adalah bentuk talqin dzikir seperti yang dilakukan Rasulallah bil lisan) pada masa Rasulullah hingga masa yang mentalqin dzikir para sahabatnya. Adapun mubaya’ah para sahabat yang baru saja tabi’in telah menciptakan mata rantai perawai disinggung di atas adalah mubaya’ah janji setia menjalankan Islam atau janji setia dan tunduk (da’i) yang saling berhubungan satu dengan patuh kepada imam terpilih. lainnya. Kedua, fragmentasi sosial-keagamaan Dalam perspektif ahli sejarah, para penyebar Islam di Nusantara hampir pada masa sahabat, khususnya pada era seluruhnya adalah pemimpin-pemimpin tarekat. Berbagai kualitas tarekat yang kekhalifahan Utsman dan Ali, menyebabkan mampu menyerap pengikut dari bermacam- macam tingkatan kesadaran Islamnya, jejaring antar perawi tersebut bercirikan merupakan ujung panah yang sangat efektif bagi penyebaran Islam di Nusantara (Dhofier: “ideologi” dan menjadi dogmatis. Itu sebabnya 223). Sebagai urad nadi penyebaran Islam di Nusantara, tentu saja pengajaran Islam tidak mengapa terjadi “jejaring ulama” sesuai dengan bisa dipisahkan dari kiprah para ahli tarekat yang juga hafidz al Qur’an. Tarekat adalah madzhab atau aliran dalam bidangnya masing- kelompok-kelompok pengikut ajaran tasawuf yang menekankan praktik-praktik ibadah masing. Peter G. Riddel (2001: 9) mengatakan dan zikir secara kolektif yang diikat oleh aturan-aturan tertentu, di mana aktifitasnya bahwa transmisi dan respon terjadi karena di bersifat duniawi dan ukhrawi. Dengan kata kalangan muslim Malaysia-Indonesia terdapat apa yang disebut dengan westward-facing orientation, yaitu bahwa Arab sebagai daerah pusat kelahiran Islam, sudahlah wajar jika Mekkah dan sekitarnya atau Timur tengah dipandang sebagai “pusat” dunia Islam, apalagi peran Mekkah sebagai kiblat umat Islam. SALAH satu usaha nyata dalam proses terjaganya sanad adalah tradisi pemeliharaan menghafal Al-Qur’an (tahfidz). Nusantara merupakan salah satu negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Tradisi menghafal telah lama dilakukan di berbagai daerah di Nusantara. Usaha menghafal al Qur’an pada awalnya dilakukan oleh 450 | Ensiklopedi Islam Nusantara
lain, ia dapat dipahami sebagai suatu hasil yang bersambung ke penulis kitab tersebut, pengalaman dari seorang sufi yang diikuti oleh jika tidak ditemukan bukti historis lainnya para murid, menurut aturan/cara tertentu yang menyatakan bahwa kitab itu adalah milik yang bertujuan untuk lebih mendekatkan diri penulisnya. kepada Allah SWT. Karenanya, dalam tarekat kedudukan mursyid sangat penting terutama Sanad kitab ini didapatkan dengan dalam ketersambugan sanad /silsilah sampai metode ijazah setelah para santri atau murid Nabi Muhammad SAW. mengkhatamkan kitab yang diajarkan oleh guru atau kiainya. Kiai Hasyim Asy’ari Mursyid adalah seorang guru pembimbing mendapatkan dua sanad kitab Sahih al- dalam tarekat. Menjadi guru tarekat (mursyid) Bukhari dari Kiai Mahfudz Termas dengan dua tidak semudah seperti menjadi guru pada metode, sama (bandongan) dan qira’ah atau umumnya. Seorang mursyid harus memiliki ‘ardh (sorogan). Jumlah perawi sanad kitab kualifikasi khusus. Syekh Hasyim Asy`ari lebih banyak daripada sanad Hadis. Dalam menetapkan syarat-syarat guru tarekat kasus sanad Sahih al-Bukhari yang didapatkan adalah alim atas perintah-perintah syara`, Kiai Hasyim Asy’ari, perawi yang sampai mengamalkannya, tegak di atas adab-adab pada penulis kitab Sahih al-Bukhari tersebut tarekat serta berjalan di dalamnya, sempurna mencapai 23 orang. Hal ini berbeda jauh pengetahuannya tentang hakekat dan sampai dengan jumlah perawi yang terdapat dalam pada hakekat itu serta ikhlas dalam semua hal sanad Hadis, yang maksimal tidak lebih dari 7 tersebut. Syekh Hasyim Asy’ari juga mengutip orang. Kiai Mahfudz Termas sendiri menulis ungkapan Imam Al-Junaidi ra, “Ilmu kita ini sanad kitab yang didapatkannya dari guru- (tarekat) terikat oleh Al-Qur`an dan Assunnah. gurunya dalam bidang ilmu tafsir, fikih, hadis, Siapa saja yang belum belajar Al-Qur`an dan gramatikal Arab, usul fikih. Buku sanad kitab As-Sunnah dan tidak pula pernah duduk di itu bernama al-Mustafid lima ‘ala min al-Asanid. depan para ulama (untuk menuntut ilmu) Selain Kiai Mahfudz, Syekh Yasin Padang juga orang tersebut tidak boleh diikuti di dalam menuliskan sanad kitab dalam berbagai bidang tingkah laku tarekat ini. keilmuan dalam bukunya al-Iqd al-Farid min Jawahir al-Asanid. Sanad Kitab Tujuan adanya sanad Hadis untuk diteliti Pascakodifikasi Hadis dalam kitab-kitab validitas sebuah Hadis yang dinisbatkan induk Hadis yang berjumlah enam kitab (kutub kepada Rasulullah, sahabat, atau tabiin. Hal al-sittah), atau kitab hadis lainnya, periwayatan ini berbeda dengan sanad kitab yang tidak ada Hadis secara lisan hampir tidak diperlukan kaitannya sama sekali dengan validitas sebuah kembali. Hal ini karena semua sanad Hadis kitab tersebut. Al-Qasimi menyebutkan sudah tercatat dengan baik dalam kitaab- pendapat Ibnu Shalah yang menyatakan kitab hadis tersebut. Meskipun demikian, bahwa melestarikan sanad kitab yang jauh dari metode penerimaan dan periwayatan Hadis di era salaf merupakan menjaga tradisi sanad atas ternyata berpengaruh pada tradisi sanad yang merupakan salah satu keistimewaan kitab; dalam hal ini, kitab yang dimaksud yang diberikan pada umat Nabi Muhammad bukan hanya kitab hadis saja, melainkan juga Saw. Selain itu, al-Qasimi menyebutkan kitab fikih, tafsir, gramatikal Arab, yang mata beberapa manfaat menjaga tradisi sanad kitab rantai periwayatannya sampai pada penulis ini, di antaranya termotivasi untuk terus kitab tersebut. Tradisi sanad kitab tidak menjaganya agar tidak lupa atau pun hilang, seketat seperti sanad Hadis. Dengan demikian, diajarkan kepada masyarakat umum ataupun keterputusan periwayatan dalam sanad kitab terbatas, termotivasi terus untuk mengkajinya, tidak berimplikasi pada penolakan terhadap isi mengharagai jerih payah para pendahulu, dan kitab. Keterputusan periwayatan dalam sanad lain sebagainya. kitab dapat berimplikasi terhadap penisbatan Edisi Budaya | 451
Sanad Tarekat seorang mursyid juga termasuk dalam kategori sanad tarekat. Sebagaimana sanad hadis, sanad tarekat juga memiliki mata rantai yang bersambung Di Nusantara, sanad tarekat menjadi salah hingga ke Rasulullah. Mata rantai semua sanad satu legitimasi bahwa tarekat yang diajarkan tarekat di Nusantara dan dunia bersambung bersambung hingga ke Rasulullah Saw. Dalam sampai ke Rasulullah melalu sahabat Ali, perkembangannya, tarekat-tarekat yang kecuali sanad tarekat Naqsyabandiyah yang diakui di Nusantara lazim disebut dengan bersambung sampai ke Rasulullah Saw. melalui tarekat muktabarah. Misalnya saja, Jamiyyah sahabat Abu Bakar. Meskipun demikian, Ahluth Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyyah terdapat perbedaam mendasar antara sanad (JATMAN) mencatat bahwa jumlah tarekat hadis dan sanad tarekat. Paling tidak, ada tiga muktabarah di Indonesia saat ini berjumlah perbedaan di antara keduanya. Pertama, sanad sekitar 45 tarekat. Di antara tarekat yang tarekat tidak mengharuskan ketersambungan banyak diikuti oleh umat Muslim di Indonesia mata rantai di antara perawinya dengan adalah tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyyah, bertatap langsung. Artinya, seseorang mursyid Syatariyyah, Syadziliyyah, dan lain sebagainya. yang mempunyai pengalaman spritual yang Sanad tarekat Qadiriyah di Nusantara didapat tinggi, kemudian bermimpi bertemu Rasulullah melalui Syekh Ahmad Khatib al-Sambasi. Saw. sudah dapat dibenarkan validitasnya. Sementara itu, sanad tarekat Syattariyah Menurut mereka, mimpi bertemu Rasulullah ulama Nusantara di antaranya didapatkan dari Saw. merupakan hal yang tidak dapat diserupai Syekh Abdurrauf al-Sinkily. Padahal teman oleh setan. Ketersambungan sanad dalam seperguruannya, Syekh Yusuf al-Makasary metode ulama Hadis tidak membenarkan hal justru menyebarkan tarekat Naqsyabandiyah. demikian. Kedua, sanad tarekat tidak begitu Menurut Syekh Abdurrauf, tarekat Syattariyyah memperketat pilihan redaksi penerimaan lebih tinggi derajatnya, berlandaskan Alquran (tahammul) dan periwayatan (ada) sebagaimana dan Hadis, lebih mudah diamalkan, dan dalam sanad Hadis. Ketiga, sanad tarekat tidak dilakukan oleh banyak sahabat Nabi. Sedangkan terlalu memperhatikan urutan awal sanad sanad tarekat Syadziliyah di Nusantara dan akhir sanad sebagaimana dalam sanad berasal dari Syekh Maulana Abdul Qadir Hadis. Dalam sanad Hadis, mata rantai awal Khairi As-Sakandari, seorang ulama asal dari itu sahabat, dan akhirnya adalah perawi kitab Iskandariyyah Mesir yang kini dimakamkan di hadis (mukharrij). Sanad-sanad doa, hizib, makam auliya Desa Tambak, Kelurahan Ngadi, wiridan yang didapatkan para murid dari Kecamatan Mojo, Kediri, Jawa Timur. [Zainul Milal Bizawie dan Adib M Misbah] Sumber Bacaan Abdurrahman Wahid, Gus Miek Wajah Sebuah Kerinduan, dalam kumpulan tulisan Gus Dur, Kyai Nyentrik Membela Pemerintah, (Yogyakarta: LKIS, 2000). al-Bukhari, Jami’ al-Shahih al-Bukhari, (Cairo: Dar al-Hadits, 2004). Al-Dhamini, Maqâyis Naqd Mutun al-Sunnah, (Riyadh: tt, 1983). Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008). As’ad, Aly, dkk, KH M. Moenawir, Yogyakarta: Pondok Krapyak Yogyakarta, 1975. Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepualauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007. Barsani (al), Noer Iskandar. Tasawuf, Tarekat dan Para Sufi. Jakarta: Grafindo Persada, 2001. Damanhuri, ‘Umadah al-Muhatajin: Rujukan Tarekat Syattariyah Nusantara, Jurnal Studi Kesilaman, Volume 17, Nomor 2, Desember 2013. Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 1982. Fata, Ahmad Khoirul, Tarekat, Jurnal al-Ulum, Volume 11, Nomor 2, Desember 2011. Fathurahman, Oman. Tarekat Sattariyah di Minangkabau. Jakarta: Prenada Media Group, 2008. Fathurrahman Karyadi, Mengkaji (Budaya) Sanad Ulama Tanah Jawa, Jurnal Thaqafiyyat, Vol. 14, No. 1, 2013. Fathurrohman, M. Mas’udi, Romo Kyai Qodir: Pendiri Madrosatul Huffadh Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, Sleman: Tiara Wacana, 2011. 452 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Hadi, Murtadho, Tiga Guru Sufi Tanah Jawa: Abuya Dimyathi Banten, Syaikh Romli Tamim Rejoso, Syaikh Muslih Mranggen, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2011. Hafiduddin, Didin. Tinjauan Atas Tafsir al-Munir Karya Imam Muhammad Nawawi Tanara, dalam Ahmad Rifa’i Hasan, Warisan Intelektual Islam Indonesia. Bandung: Mizan Press, 1987. HS, Matuki dan M. Isham El-Shaha (edt). Intelektualisme Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka, 2003. HS, Muchayyar. KH. Muhammad Saleh Darat al-Samarani, Studi Tafsir Fayd al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik al- Dayyan. Yogjakarta: Disertasi Program Paska Sarjana IAIN Sunan Kalijogo, 2000 Ibnu Hajar, Fath al-Bâri syarh Shahîh al-Bukhâri, (Beirut: Dar al-Ma’rifat, 1379 H). Ibnu Khaldun, Tarikh Ibnu Khaldun, (Beirut: Darul Fikr, 1988). Jalal al-Din al-Qasimi, Qawa’id al-Tadits min Funun Mushtalah al-Hadits, (Beirut: Dar al-Nafais, 1987). M.M.Azami, Studies In Hadith Metodology And Literature, (Canada: Islamic Teaching Center Indianapolis, Indiana M.S.A., tth). Mahfudz al-Turmusi, al-Mustafid Lima ‘ala min al-Asanid, (Ttp: Dar al-Basyair al-Islamiyyah, 2008). Mahmud al-Thahan, Taisir Musthalah al-Hadits, (tt: Dar al-Fikr, T.th). --------- Mahmud al-Thahan, Ushul al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, (al-Riyadh: Maktabah al-Ma’arif, 1991). Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia: Survey Historis, Geografis, dan Sosiologis (Bandung: Mizan, 1996) Mas’ud, Abdurrahman. Dari Haramain Sampai ke Nusantara, Jejak Intelektual Arsitek Pesantren. Jakarta: Prenada Media, 1996. Muhammad Aliy al-Shâbûniy, al-Tibyân fî ‘Ulûm al-Qur’ân, (Beirut: „Âlam al-Kutub, 1405 H/1985 M) Muhammad Husain al-Dzahabiy, al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, (Kairo: Maktabat Wahbah, 1424 H/2003 M), juz I Mulyati, Sri dkk. Memahami dan Mengenal Tarekat-Tarekat Mu’tabarah di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2006. Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Ihya al-Turats al-‘Arabiy, T.th). Nuruddin al-‘Itr, Manhaj al-Naqd fi Ulûm al-Hadîts, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1997). Rosehan Anwar dan Muchlis, Biografi KH M Arwani Amin, Jakarta: Proyek Penelitian Keagamaan Depag, 1987. Soffandi, Wawan Djunaidi, Mazhab Qiraat Asim Riwayat Hafsh di Nusantara; Studi Sejarah Ilmu, Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2004. Sri Mulyati et al., Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005) Syatibi AH, M. “Potret Lembaga Tahfiz Al-Qur’an di Indonesia: Studi Tradisi Pembelajaran Tahfiz,” Suhuf Vol. 1, No. 1, 2008 Tim Peneliti, Laporan Akhir Penelitian Biografi Huffaz, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009 - 2010. Tim Penyusun, KH. M. Moenauwir Al-Marhum: Pendiri Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, Yogyakarta: Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak,t.th. Van Bruinessen, Martin, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, Bandung: Mizan, 1995. Yasin al-Fadani, al-‘Iqd al-Farid min Jawahir al-Asanid, (Surabaya: Dar al-Saqaf, 1401). Yunal Isra, Tradisi Periwayatan Umat Islam: Studi Atas Sanad Hadis, Sanad Kitab, dan Sanad Doa, Jurnal Ulumul Hadis, Volume 1 (Ciputat: Darus Sunnah, 2015). Yusuf S, Bunyamin, Pendidikan Tahfizul-Qur’an Indonesia-Saudi Arabia, Yayasan AlFirdaus, Jakarta, 2006 Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1994) Edisi Budaya | 453
Santri Kata santri menunjukkan seseorang masalah keagamaan pada masyarakat karena yang sedang belajar ilmu agama. Bila situasi yang berubah –ubah. Santri memiliki ditanya apa kata yang sangat popular potensi yang besar, karenanya selagi santri ia dan melekat dalam dunia pendidikan Islam, layak menyandang wakil yang tepat. mungkin kata santri inilah yang sangat popular. Kata santri sudah sangat lama digunakan Adapun huruf T, berarti tarkul ma’ashi seiring denga kata pesantren yang menunjuk (meninggalkan kemaksiatan). Diharapkan pada lembaga pendidikan. Pada mulanya kata dengan pelajaran keagamaan yang diterimanya, melekat pada orang yang tinggal di lembaga seorang santri bisa konsisten mengamalkan itu dan mengikuti kyai. Tak pelak bahwa agamanya dan menjauhi maksiat. arena sudah kemudian beberapa orang dan cendekiawan mendapatkan pelajaran mencoba mengartikan apa makna filosofi kanta santri ini, Definisi yang lain datang juga dari KH Hasani Nawawie, pengasuh Pesantren Sidogiri Terdapat beberapa rumusan yang dapat Pasuruan Jawa Timur kita baca dari kata santri itu. Misalnya almarhum, KH.Sahal Mahfudz pernah Santri itu... menyampaikan bahwa kata santri berasal dari bahasa Arab yang berarti santaro dan jamaknya Definisi Santri yang tidak pernah berubah sanaatiir kata itu terdri dari huruf sin, nun, ta sepanjang zaman dan ra’. Huruf-huruf itu mengandung makna, sebagai berikut; اﻟﺴﻨﺘﺮي S = satrul aurah (menutup aurat) santri ِﺪﻓَﻘُﻲَولِﺔ َﻳ ُﻛاﺘََِّّْوِﺒﻟﻞ ُﺤَﻊَﻻﺎَوُﻓ ِﻗْلَﺳﻐ َّﻨَّﻴٍ َُﺮﺔﺖ،َّْ� َﻓﺑِاََوﺎ ْﻌﻟ ْﻋَﺘ َﻻِّﻠَﺴِ ُ�َْﻢﻴﺼ َِﺮﻤُﺑِﻢ ِة�ْﻨَ ُِﺑْﻔﻞََﺤواِﺒُْﻓﻟ ِ ْْﻤﺲﻞﺤَ َﻨِااﻘْ ًﺔ�ْ ََﻻﻘ َِﷲو ِْﻣﺔاْ ِﻟﺮَﻻﻳ َُﻤ ََﻻوِْﺘﺴ َْﻴَﺣُﻓﺮِ ِﺒَﻦًةﻘ،َواََْﺣﺣَﻫﺎ َﻻِِﺪَِﺬِﻣ�ْﻓاْﻴًﺜ ُِﻫﺎﻦَﻣَﻮ َْوﻌاَﻨَﻣﺎﷺ ُْهﻦُﷲ،ﺑاِﻗََوﻟ ََِِّﺪﺸﺮﺣﺎْﻓُْﺳﻴ ًٍِﻤﻫْﻮﻦﺎ ِﺪِل sebagaimana kita lihat pastu berpakaian yang menutup auratnya. Aurat itu disini bisa ”Santri, berdasarkan peninjauan tindak bermakna dhahir dan batin. Menutup aurat langkahnya adalah orang yang berpegang teguh dhahir alah gambaran yang kita lihat, misalnya dengan al-Qur‘an dan mengikuti sunnah Rasul tercermin pada pakaian santri. Adapun secara SAW serta teguh pendirian“. adalah batin makna yang terus dieksplorasi karena batin adalah apa yang tidak nampak, Ini adalah arti dengan bersandar sejarah tersirat. dan kenyataan yang tidak dapat diganti dan diubah selama-lamanya. Dan Allah-lah Yang Sementara Nun diartikan sebagai na-ibul Maha Mengetahui atas kebenaran sesuatu dan ulama (wakil ulama). Berbeda dengan ulama kenyataannya.” yang merupakan pewaris Nabi, al-ulama warasatul anbiya. Dalam konteks sebagai wakil, Namun cendekiawan Nurcholish Madjid santri harusnya mencerminkan sikap-sikap mempunyai pendapat lain, Menurutnya, kata yang dimiliki oleh ulama. Seperti peka dan respon terhadap keadaan sekeliling. Mengikuti perkembangan zaman, karena ulama diantaranya harus memutuskan masalah- 454 | Ensiklopedi Islam Nusantara
santri itu asalnya dari bahasa Sansekerta, yakni dengan majlis taklimnya. Santri sebenarnya sastri yang artinya orang yang bisa membaca. lebih pada kondisi seseorang seperti yang Kedua, berasal dari bahasa Jawa, yaitu “cantrik”, dicerminkan dalam batasan arti kamus besar artinya seseorang yang mengikuti kyai di mana bahasa Indonesia di atas. Jadi maknanya tidak pun ia pergi dan menetap untuk menguasai dimonopoli oleh hanya mereka yang tinggal suatu keahlian tersendiri. atau menetap di pesantren. Dari banyak yang mengartikan, baik dari Sesungguhnya santri pun tidak hanya bahasa Inggris, Arab maupun Sansekerta KBBI punya satu kyai saja, karena ia bisa berkeliling- memberi makna santri yang kontekstual. keliling, berguru atau mondok dari satu kyai Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; Kata ke kyai lain. Mereka biasanya dipanggil sebagai santri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kyai kelana. Ini karena kekhasan setiap kyai (KBBI) berarti (1) orang yg mendalami agama terhadap ilmu tertentu. Jadi orang kalau mau Islam; (2) orang yang beribadat dengan memperdalam ilmu hadits beliau pergi ke sungguh-sungguh (orang yg saleh); (3)Orang KH. Hasyim Asy’ari, kalau mau belajar ilmu yang mendalami pengajiannya dalam agama alat; nahu shorof pergi ke Kyai Manaf Lirboyo islam dengan berguru ketempat yang jauh atau Cholil Bangkalan. Sedangkan belajar al- seperti pesantren dan lain sebagainya Quran kepada kyai Arwani Kudus atau Kyai Munawwir Krapyak. Sementara fiqih kepada Santri Kekinian Kyai Zubair Sarang Rembang dan lain-lain. Jika dimaknakan bahwa santri adalah Santri sekarang banyak dikelompokkan orang yang menetap pada satu pesantren pada asal tempat mereka mondok, itulah kyai. Realitasnya tidak demikian, karena yang kemudian disebut alumni pesantren A / sejatinya dari dulu ada yang disebut santri mutakhorijin atau mutakhorijat. Dulu orang kalong, Yakni orang yang mengaji pada ahli berpindah – pindah dari satu kyai ke kyai untuk agama atau kyai namun tidak menetap di memperdalam dan memperluas ilmunya. Salah pesantren, istilahnya ia pulang pergi. Banyak satu Kyai alim yang mempunyai banyak guru para kyai atau yang mengajar ilmu agama pun, dan adalah Kyai Abbas bi abdul Jmail yang tidak mempunyai pesantren, namun santri lebih dikenal dengan Kiyai Abbas Buntet. kalongnya jumlahnya ribuan. Beliau bisa mengajar di rumah, di musholla atau di masjid. Santri sekarang berbeda dengan di masa Bahasa orang sekarang, ia punya jamaah lalu, ini tentu karena perubahan dan peran- peran pesantren yang mulai bergeser. Mayoritas Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada pesantren punya sistem klasikal dalam Deklarasi Hari Santri Nasional, di Masjid Istiqlal, Jakarta pembelajarannya. Dan sistem klasikalnya pada 22 Oktober 2015. mengikuti kurikulum pemerintah. Perubahan ini tentu juga mempengaruhi output atau Sumber: http://setkab.go.id/ kualitas santri, karena adanya batasan waktu dan jenjang pendidikan. Walapun sebenaarnya pesantren tidak membatasi waktu mereka untuk tinggal di pesantren. Dengan adanya sekolah yang menempel pada pesantren, keilmuan di pesantren menjadi berbatas. Kecuali pada pondok-pondok salaf. Banyak santri yang pesantrennya ada sekolahnya, sudah menamatkan pondok pesntrennya usai pelajaran mereka selesai, entah pada tingkat menengah pertama atau menengah atas. Fenomena ini emnjadi lebih banyak santri yunior yang menghuni pesantren daripada santri-santri tuwek yang tinggal. Edisi Budaya | 455
Hari Santri Para santri memperingati hari santri dengan mengadakan Kirab . Namun apapun model santri, santri kelana atau santri alumni, mereka mempunyai sanitasSuimbeyr hattpn://gwww.grepaubtliakal.c-og.ida/ tal dan sarung-saung kontribusi besar dalam mendirikan dan kumal serta tangan yang tak berhentik membangun negeri ini. mengaruk2 bila gatal. Pondok juga sekarang banyak dibangun system dan uang infaq yang Santri semakin menjadi pembicaraan wah, bahkan ada yang ada kolam renangnya ketika Presiden Jokowi mengeluarkan Keppres di dalam.. Tentu saja ini merubah seseorang No.15 tahun 2015. Kaum santri dicatat sejarah yang dikirm nyantri untuk belajar mandiri telah berperan besar dalam kemerdekaan dan prihatin, tapi justru malah pindah Indonesia. Menurut ketua RMI Abdul Ghaffar rumah saja. Sikap-sikap itu sekarang sudah Rozien, pada saat NU berusia 10 tahun dari terkikis dengan budaya konsumerisme. Mesti berdirinya dan 9 tahun sebelum kemerdekaan, mungkin pondok menerapkan peraturan beda, kiai-santri sudah sadar pentingnya konsep tapi anak-anak butuh support yang luar biasa. negara yang memberi ruang bagi berbagai Fenomena lain juga Nampak dari peluang yang macam kelompok agar dapat hidup bersama santri dapat, Santri banyak mendapat peluang dan itu konsep yang luar biasa. Maka beasiswa baik untuk ilmu agama maupun ilmu memperjuangkan dan mempertahankan eksakta kemerdekaan itu adalah sesuatu yang niscaya. Apa yang lebih 30 tahun lalu dikotak- Dengan Keppres itu, 22 Oktober kotakkan oleh Clifford Gertz bahwa masyarakat ditetapkan sebagai hari santri. Tanggal itu (Jawa) itu terdiri dari tiga kelompok ; santri, dipilih menandai komando para kyai yang abangan dan priyayi, nampaknya sudah tidak dipimpin oleh KH Hasyim Asy’ari untuk jihad cocok dipakai sebagai alat analisa, karena melawan penjajah Belanda. Semangat inilah definisi itu sudah melebur. Gertz nampaknya yang kemudian meletuskan perlawanan 10 hanya melihat Kediri tanpa melihat kampung November yang menggelora dan enyahnya santri yang lain,padahal santri banyak Belanda dari Indonesia. Peristiwa yang heroik, variannya. Santri itu bisa priyayi sekaligus , monumental dan menandai babak baru untuk atau sebaliknya. Jadi pengkategorian tiga mengisi kemerdekaan Indonesia merdeka. masyarakat Jawa di atas mereduksi makna dan Hari itu pun ditetapkan sebagai hari Pahlawan. peran santri secara keseluruhan. Lebih drai Pada kontek ini, Indonesia mengapresiasi dan segala yang diuraikan di atas, santri adalah berterima kasih terhadap perjuangan para salah satu soko / pilar bangsa. santri dan kyai terhadap bangsa dan negara ini. Karenanya setiap tanggal 22 Oktober, hari [Ala’i Najib] santri nasional diperingati. Sekarang ini kecenderungan beragama meningkat. Walau harus ada daya ukurnya, kecenderungan masyarakat ini bisa dilihat dari maraknya simbol-simbol agama dan meningkatnya politik identitias. Menjadi santri kini sepertinya kebanggaan, pretise. Dulu ia identik dengan kejorokan system Sumber Bacaan Ragam Ekspresi Islam Nusantar, Wahid Institute, Jakarta 2008 Widji Saksono, Mengislamkan Tanah Jawa , Mizan, Bandung, 1995 Martin Van Bruinesaan, Kitab Kuning,Pesantren dan Tarekat, Yogyakarta, Gading Press, 2012 Ensiklopedia Nahdlatul Ulama (4), Sejarah Tokoh dan Khazanah Pesantren, Mata Bangsa-PBNU, Jakarta 2014 456 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Sarung Sarung sudah lekat dengan ciri khas masyarakat Muslim di Semenajung Arab masyarakat muslim di Indonesia. Walau sangat tinggi. Tak heran, jika industri tekstil di sesungguhnya pemakaian sarung tak era Islam memiliki pengaruh yang sangat besar menunjuk pada identitas agama tertentu. terhadap Barat. Karena sarung juga digunakan oleh berbagai kalangan di berbagai suku yang ada. Dalam Ensiklopedia Britanica disebutkan, sarung telah menjadi pakaian tradisional Dalam pengertian busana internasional, masyarakat Yaman. Sarung diyakini telah sarung (sarong) berarti sepotong kain lebar diproduksi dan digunakan masyarakat yang pemakaiannya dibebatkan pada pinggang tradisional Yaman sejak zaman dulu. Hingga untuk menutup bagian bawah tubuh (pinggang kini, tradisi itu masih tetap melekat kuat. ke bawah). Bahkan, hingga saat ini, futah atau sarung Yaman menjadi salah satu oleh-oleh khas Kain sarung dibuat dari bermacam- tradisional dari Yaman. macam bahan: katun, poliester, atau sutera. Penggunaan sarung sangat luas, untuk santai Orang-orang yang berkunjung ke Yaman di rumah hingga pada penggunaan resmi biasanya tidak lupa membeli sarung sebagai seperti ibadah atau upacara perkawinan. Pada buah tangan bagi para kerabatnya. Sarung umumnya penggunaan kain sarung pada acara awalnya digunakan suku Badui yang tinggal resmi terkait sebagai pelengkap baju daerah di Yaman. Sarung dari Yaman itu berasal tertentu. dari kain putih yang dicelupkan ke dalam neel yaitu bahan pewarna yang berwarna Menurut catatan sejarah, sarung berasal hitam. Sarung Yaman terdiri dari beberapa dari Yaman. Di negeri itu sarung biasa disebut variasi, diantaranya model assafi, al-kada, dan futah. Sarung juga dikenal dengan nama izaar, annaqshah. wazaar atau ma’awis. Masyarakat di negara Oman menyebut sarung dengan nama wizaar. Orang Sebenarnya di dunia Arab, sarung Arab Saudi mengenalnya dengan nama izaar. bukanlah pakaian yang diidentikkan untuk melakukan ibadah seperti sholat. Bahkan di Penggunaan sarung telah meluas, tak Mesir sarung dianggap tidak pantas dipakai ke hanya di Semenanjung Arab, namun juga masjid maupun untuk keperluan menghadiri mencapai Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika, acara-acara formal dan penting lainnya. Di hingga Amerika, dan Eropa. Sarung pertama Mesir, sarung berfungsi sebagai baju tidur kali masuk ke Indonesia pada abad ke-14, yang hanya dipakai saat di kamar tidur. dibawa oleh para saudagar Arab dan Gujarat. Dalam perkembangan berikutnya, sarung di Di Indonesia, sarung menjadi salah satu Indonesia identik dengan kebudayaan Islam. pakaian kehormatan dan menunjukkan nilai kesopanan yang tinggi. Tak heran jika sebagian Ahmad Y. al-Hassan dan Donald R. Hill masyarakat Indonesia sering mengenakan dalam bukunya bertajuk Islamic Technology: sarung untuk sholat di masjid. Laki-laki An Illustrated History Tekstil menyebutkan mengenakan atasan baju koko dan bawahan bahwa tekstil merupakan industri pelopor sarung untuk sholat, begitu pula wanita di era Islam. Pada era itu, standar tekstil Edisi Budaya | 457
mengenakan atasan mukena dan bawahan tersebut berasal dari daerah yang berbeda di sarung untuk sholat. Indonesia. Identitas bangsa saat zaman perang Bahan yang terbuat dari tenun, lebih dikenal berasal dari area Indonesia Timur Pada zaman penjajahan Belanda, sarung seperti Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusat identik dengan perjuangan melawan budaya Tenggara Timur (NTT), Sulawesi, dan Bali. barat yang dibawa para penjajah. Para santri di Sedangkan songket, sangat identik dengan ciri zaman kolonial Belanda menggunakan sarung khas adat Minangkabau dan Palembang, Ulos sebagai simbol perlawanan terhadap budaya khas Sumatera Utara. Sementara tapis, kita Barat yang dibawa kaum penjajah. Kaum santri mengenal bahan ini berasal dari Lampung. merupakan masyarakat yang paling konsisten menggunakan sarung di mana kaum nasionalis Sarung tradisional tidak bermotif kotak- abangan telah hampir meninggalkan sarung. kotak. Sarung yang terbuat dari tenun, diciptakan paling sederhana. Cenderung lebih Sikap konsisten penggunaan sarung juga bermain warna, dibanding motif yang ‘ramai’. dijalankan oleh salah seorang pejuang Muslim Sedangkan tapis dan songket, sekilas terlihat Nusantara yakni KH Abdul Wahab Chasbullah, sama. salah satu tokoh sentral di Nahdhatul Ulama (NU). Suatu ketika, Abdul Wahab pernah Hanya, motif tapis memiliki unsur alam, diundang Presiden Soekarno. Protokol seperti flora dan fauna. Sedangkan motif kepresidenan memintanya untuk berpakaian songket, terlihat lebih meriah dengan motif lengkap dengan jas dan dasi. Namun, saat yang mengisi seluruh isi bahan. Ada kesamaan menghadiri upacara kenegaraan, ia datang diantara tapis dan songket, yaitu keduanya menggunakan jas tetapi bawahannya sarung. terbuat dari benang emas dan perak. Padahal biasanya orang mengenakan jas dilengkapi dengan celana panjang. Mengapa motif sarung kotak-kotak? Nilai filosofis motif sarung kotak-kotak Sebagai seorang pejuang yang sudah mengartikan, setiap melangkah baik ke berkali-kali terjun langsung bertempur kanan, kiri, atas ataupun bawah akan ada melawan penjajah Belanda dan Jepang, Abdul konsekuensinya. Lihat gradasi bermotif Wahab tetap konsisten menggunakan sarung papan catur seperti sarung bali. Saat kita sebagai simbol perlawanannya terhadap berada di titik putih, melangkah ke manapun, budaya Barat. Ia ingin menunjukkan harkat perbedaan menghadang. Sedangkan cara dan martabat bangsanya di hadapan para amannya adalah melangkah secara gontai ke penjajah. arah diagonal. Dampaknya, bukannya maju ke depan malahan menjauhi target. Jadi orang Abdul Wahab menunjukkan pentingnya yang berani menghadang cobaan adalah orang menggunakan sarung sebagai warisan yang akan cepat menuai harapannya. budaya dan identitas nasonalisme. Rupanya perjuangan berat kaum pesantren untuk Beberapa kain sarung khas dari menegakkan identitas sarung sebagai simbol Indonesia perlawanan terhadap budaya kaum kolonialis Belanda membuah hasil. Saat ini, sarung Sarung Poleng Bali menjadi simbol kehormatan dan kesopanan yang sering digunakan untuk berbagai macam Sarung tenun Poleng (Kain Poleng) upacara sakral di tanah air. sudah menjadi bagian dari kehidupan religius umat Hindu di Bali. Kain itu digunakan Yang membedakan sarung Indonesia untuk keperluan sakral dan profan. Di pura dengan sarung negara lain adalah sarung khas digunakan untuk tedung (payung), umbul- Nusantara terbuat dari kain tenun, songket, umbul, untuk menghias palinggih, patung, dan tapis. Masing-masing jenis bahan sarung dan kul-kul. Tidak hanya benda sakral, pohon di pura pun banyak dililit kain poleng. 458 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Menurut penelitian, bentuk saput poleng sudah ada beberapa perajin sutera yang beraneka ragam. Misalnya dari segi warna, meninggalkan Alat Tenun Bukan Mesin ukurannya, hiasannya, hiasan tepinya, (ATBM), karena alasan mengejar produksi. bahan kainnya, dan ukuran kotak-kotaknya. Dari 14 kecamatan di Kabupaten Wajo, 10 Berdasarkan warnanya, ada kain poleng kecamatan di antaranya seperti Kecamatan yang disebut rwabhineda (hitam dan putih), Tempe, Tanasitolo, Majauleng, Sabbangparu, sudhamala (putih, abu-abu, hitam), dan tridatu Pammana, dan Sajoanging, sebagian besar (putih, hitam, merah). masyarakatnya menggantungkan hidup dari hasil usaha persuteraan. Kain poleng ini muncul dan digunakan umat Hindu dalam kehidupan religius. Produksi sarung sutera yang dalam Diperkirakan, kain poleng yang pertama ada bahasa Bugis-Makassarnya lipa sabbe, dipasok dan digunakan umat Hindu adalah kain poleng dari empat daerah masing-masing Majene, rwabhineda. Setelah itu barulah muncul kain Polewali, Wajo dan Soppeng. Namun yang poleng sudhamala dan tridatu. lebih terkenal baik dalam skala lokal maupun nasional, bahkan mancanegara adalah sarung Perkembangan warna ini juga sutera dari Kabupaten Wajo. Pasalnya, mencerminkan tingkat pemikiran manusia, baik corak maupun kualitasnya memiliki yakni dari tingkat sederhana menuju keunggulan yang lebih dibanding produksi perkembangan yang lebih sempurna. Masing- daerah lainnya. masing warna memiliki makna filosofisnya sendiri. Rwabhineda memiliki dua unsur warna. Sarung Ulos Khas Suku Batak Hitam pekat dan putih bersih; disamping itu juga ada warna abu-abu dari unsur putih 50 Ulos atau sering juga disebut kain ulos persen dan unsur hitam 50 persen. adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh Namun pada dasarnya tetap hanya ada masyarakat Batak, Sumatera. Dari bahasa dua unsur warna yaitu hitam dan putih. asalnya, ulos berarti kain. Gelap-terang, kiri-kanan, laki-perempuan, baik-buruk. Kenapa kain poleng ini hanya Pada mulanya fungsi Ulos adalah untuk dikenakan bagi tokoh-tokoh tertentu; seperti menghangatkan badan. Tetapi kini Ulos sang Werkudoro/Bimasena, Anoman dan yang memiliki fungsi simbolik untuk hal-hal lain lainnya dalam pewayangan? Tokoh-tokoh ini dalam segala aspek kehidupan orang Batak. disimbolkan sebagai seorang yang bersifat Contoh, Ulos dianggap sebagai pengikat kasih jujur, terbuka, lugas, dan trasparan. sayang diantara sesama. Ulos tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang Batak. Karena kontras hitam dan putih bermakna Setiap ulos mempunyai ‘raksa’ sendiri-sendiri, suatu kejelasan, kejernihan, apa adanya. artinya mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan Sedangkan warna abu-abu mengandung hubungan dengan hal atau benda tertentu. makna, bahwa dalam setiap kesempatan selalu terkandung unsur baik dan buruk dalam kadar Dikalangan orang batak sering terdengar yang sama, walau pada permukaannya tak jelas mengulosi yang artinya memberi Ulos, atau barangkali tak kelihatan sama sekali bagi atau menghangatkan dengan ulos. Dalam mata hati kita yang tertutup penuh oleh debu kepercayaan orang-orang Batak, jika (tondi) keserakahan dan kepentingan ego. Ada juga pun perlu diulos, sehingga kaum lelaki sarung tradisional Bali lainnya seperti sarung yang berjiwa keras mempunyai sifat-sifat model jumputa. kejantanan dan kepahlawanan, dan orang perempuan mempunyai sifat-sifat ketahanan Sarung Sutera Bugis untuk melawan guna-guna dan kemandulan. Awalnya, tradisi tenun dikembangkan Warna dominan pada ulos adalah merah, secara manual dan tradisional, namun kini hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam Edisi Budaya | 459
tenunan dari benang emas atau perak. daratan Afrika dan Timur Tengah dari berbagai Mulanya ulos dikenakan dalam bentuk corak dan ragam sarung tenun goyor. selendang atau sarung saja. Kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Sarung Tenun Betawi Batak. Dalam hal mengulosi, ada aturan yang harus dipatuhi, antara lain orang hanya boleh Sarung khas Betawi sarung yang mengulosi mereka yang menurut kerabatan kebanyakan orang betawi asli bermotif kotak- berada dibawahnya. Misalnya orang tua boleh kotak dengan motif warna yang soft (lembut) mengulosi anak, tetapi anak tidak boleh dan ada juga motif lainnya. mengulosi orang tua. Bagi orang-orang betawi sarung mereka Jadi dalam prinsip kekerabatan Batak yang biasa dikalungkan pada leher, dan itu sudah disebut dalihan na tolu, yang terdiri atas unsur- ada sejak ajaran Islam masuk ke tanah Jawa unsur hula-hula boru, dan dongan sabutuha. khususnya Betawi. Misal pada zaman kolonial Seorang boru sama sekali tidak dibenarkan Belanda dulu tokoh pencak silat seperti, si mengulosi hula-hulanya. Ulos yang diberikan pitung, abang jampang, dan tokoh-tokoh yang dalam mengulosi tidak boleh sembarangan, lainnya, mereka selalu mengenakan sarung di baik dalam macam maupun cara membuatnya. pundak atau melingakar di leher mereka. Sarung khas Gresik Hingga sekarang pun kaum lelakinya selalu mengenakan pakaian adat Betawi dengan kain Sarung tenun tradisional khas Gresik sarung yang selalu melingkar di leher mereka. Jawa Timur dikenal kaya motif dan corak. Dengan mempertahankan proses penenunan Sekilas tentang Batik yang masih tradisional, sarung tenun tersebut memiliki tempat tersendiri di kalangan Batik merupakan warisan budaya asli masyarakat Nusantara. Bahkan saat ini batik telah dikukuhkan oleh UNESCO sebagai salah satu Seni kerajinan sarung tenun yang Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan berwarna warni dan kaya akan motif ini masih dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral dikerjakan secara tradisional. Motif dan corak and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 khas sarung tenun Gresik adalah warnanya Oktober 2009 lalu (kini dikenal sebagai Hari timbul dengan corak beragam diantaranya Batik Nasional). Bukan hanya oleh orang Jawa, corak kembang, garis-garis, gunungan, hingga kain batik ternyata kini telah dikenakan oleh corak laut biru dengan tiga jenis kain, yakni hampir seluruh masyarakat Indonesia. sutera, fiber dan sisir. Kain batik dianggap sebagai pakaian Pembuatan sarung dengan peralatan semi resmi yang cocok dikenakan dalam acara tradisional ini menciptakan hasil yang apapun. Di sini batik memang identik dengan maksimal. Keistimewaan dari sarung tenun kain. Karena proses membatik dilakukan di ini adalah pada kualitas benang serta nilai seni atas kain. Batik juga banyak melekat di dalam yang tetap memperlihatkan ciri khas natural sarung, terutama sarung yang digunakan oleh berupa motif kembang dan hiasan alam perempuan. lainnya. Menilik sejarah, asal usul batik bermula Sarung Tenun Goyor sejak abad ke-17 Masehi. Pada masa itu, corak batik ditulis-lukiskan pada daun lotar dan Sarung Tenun Goyor, Dari desa sederhana papan rumah adat Jawa. Awalnya, pola atau yaitu desa Troso di Kecamatan Pecangaan, motif batik hanya didominasi oleh gambar Kabupaten Jepara. Sarung tenun goyor yang tanaman atau binatang. Para pengrajin corak dihasilkan warga troso mampu mencapai batik juga masih sangat terbatas jumlahnya. Mereka hanya membuat corak batik sebagai 460 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Presiden RI Jokowi menikmati matahari terbit dengan memakai Terkait dengan teknik pembuatannya, sarung duduk di pinggir pantai Raja Ampat. pada masa itu batik tulis merupakan satu- satunya teknik yang digunakan. Dalam Sumber: https://www.merdeka.com proses pengerjaannya, pewarnaan pun masih menggunakan bahan pewarna alami yang wujud pelampiasan hasrat seni dan keisengan dibuat dari sendiri menggunakan tanaman- yang dilakukan untuk mengisi waktu luang. tanaman seperti daun jati, tinggi, mengkudu, pohon nila, dan soga. Sedangkan untuk Pada perkembangannya, asal usul batik bahan sodanya, para pembatik masa itu mulai menarik perhatian pembesar kerajaan menggunakan soda abu dan tanah lumpur. Majapahit. Motif-motif abstrak, motif candi, awan, wayang beber, dan lain sebagainya Penggunaan kain batik yang sebelumnya mulai dikembangkan pada masa itu. Penulisan hanya terbatas di lingkungan keraton, lambat batik pun mulai ditujukan pada media yang laun mulai dikembangkan oleh rakyat jelata. Hal berbeda. Kain putih atau kain-kain berwarna ini membuat corak batik kian beragam sesuai terang menjadi pilihan utama karena dianggap dengan minat dan jiwa seni para pembuatnya. lebih tahan lama dan bisa digunakan untuk Asal usul batik juga tak lepas dari perkembangan pemanfaatan yang lebih banyak. teknologi. Pada masa sebelumnya teknik batik tulis menjadi satu-satunya cara yang bisa Kepopuleran kain batik kian bersinar. dilakukan untuk membuat motif batik, setelah Pembesar-pembesar kerajaan Majapahit, Perang Dunia I atau setelah modernisasi kian Mataram, Demak, dan kerajaan-kerajaan menjamur, teknik batik cap dan batik printing setelahnya menjadikan kain batik sebagai simbol pun mulai dikenal. Kedua teknik batik ini budaya. Khusus pada masa pengaruh Islam, sendiri dianggap sebagai teknik pembatikan motif batik yang berwujud binatang ditiadakan. yang sangat efisien dan tidak memakan banyak Penggunaan motif ini dianggap menyalahi waktu, meskipun secara kualitas dinilai kurang syariat Islam sehingga tidak diperkenankan memiliki nilai estetis. kecuali dengan menyamarkannya menggunakan lukisan-lukisan lain. Sejarah perkembangan batik tidak hanya berhenti sampai di situ. Di era sekarang, batik bukan hanya dikenal sebagai corak pakaian semata. Berbagai pernik pelengkap penampilan dalam kehidupan sehari-hari seperti tas, sepatu, dasi, hingga helm, juga sudah menggunakan batik sebagai motifnya. Bahkan, pakaian-pakaian sekolah, kedinasan, dan lain sebagainya juga menggunakan motif ini sebagai pilihan utama. [Fathoni Ahmad] Sumber Bacaan Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES, 2011. Steenbrink, Karel A. Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Moderen. Jakarta: LP3ES, 1986. Sunyoto, Agus. Atlas Wali Songo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo sebagai Fakta Sejarah. Jakarta: IIman. 2012. Bruinesses, Martin van. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan, 1995. Wahid, Abdurrahman. Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, Yogyakarta: LKiS, 2007. LTNNU Jawa Timur. Sarung dan Demokrasi: Dari NU untuk Peradaban Keindonesiaan. Surabaya: Khalista, 2008. Nailal Fahmi. Di Bawah Bendera Sarung. Bandung: Pustaka Iman, 2014. Rosinta. 65 Setelan Cantik Kain Sarung, Batik Encim, & Kebayanya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016. Fitri, Putri. Kamus Sejarah dan Budaya Indonesia. Jakarta: Nuansa Cendekia, 2014. Saifullah, Sejarah dan Kebudyaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Kartodirjdo, Sartono, dkk. Sejarah Sosial: Konseptualisasi, Model, dan Tantangannya. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013. Edisi Budaya | 461
Sedekah Bumi Sedekah Bumi merupakan upacara Kirab Tumpengan Hasil Bumi pada acara Sedekah Bumi tradisi yang dilakukan sebagai wujud di Desa Brumbung Batangan Pati Jawa Tengah. rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang telah diperoleh pada tahun-tahun Sumber : http://www.wartaphoto.net/ sebelumnya sebagai rizki, sekaligus bentuk permohonan para kepada Tuhan agar hasil mereka. Maka meskipun dengan cara yang bumi pada periode yang akan datang berhasil sederhana biasanya mereka melakukan dengan dengan baik. cara “pamer” hasil bumi yaitu dengan karnaval keliling desa dengan mengarak hasil bumi Upacara tradisi Sedekah Bumi banyak berupa ketela pohon, mangga, jagung dan ditemuipadamasyarakatpulaujawa,khususnya sebagainya, tegantung hasil bumi yang mereka daerah pantai utara (Pantura). Upacara ini peroleh dari tanah yang mereka tanami. biasanya dilakukan oleh masyarakat yang Seiring dengan perkembangan zaman, upacara berprofesi sebagai petani atau berladang yang tidak lagi didominasi dengan arak-arakan hasil menggantunggkan hidupnya dan keluarganya bumi, tetapi seringkali dengan sedekah “nasi dengan memanfaatkan kekayaan alam yang tumpeng” sebagai wujud rasa syukur. ada di bumi untuk mencari rezeki. Sejarah Pada masyarakat petani, Sedekah Bumi bisanya diselenggarakan di sawah demplot Upacara tradisi Sedekah Bumi (Inderamayu, Jawa Barat) yaitu sawah merupakan upacara tradisional masyarakat percontohan milik perorangan yang dikelola Jawa yang sudah berlangsung lama secara secara bersama-sama.Jika suatu desa tidak turun-temurun. Hal ini tidak terlepas dari memiliki sawah demplot, maka upacara kepercayaan dari nenek moyang. Menurut Sedekah Bumi diselenggarakan di sawah cerita dari para nenek moyang orang jawa yang letaknya strategis yaitu di pinggir jalan, terdahulu, tanah merupakan pahlawan yang pematangnya yang luas, dan hasil sawahnya sangat besar bagi kehidupan manusia di baik. Selain di tempat tersebut, tempat lain muka bumi. Maka dari itu tanah harus diberi yang digunakan adalah pendopo desa yaitu penghargaan yang layak dan besar. Dan ritual tempat dilaksanakannya keramaian berupa sedekah bumi inilah yang menurut mereka pertunjukan wayang kulit purwa. Pertunjukan sebagai salah satu simbol yang paling dominan wayang kulit purwa ini sebagai isyarat atau bagi masyarakat jawa khususnya para petani pengumuman kalau sudah waktunya para untuk menunjukan rasa cinta kasih sayang dan petani bersiap-siap untuk mengerjakan sawahnya masing-masing. Melalui sedekah bumi, mereka percaya bahwa dengan bersyukur maka Allah SWT akan menambahkan kenikmatan-kenikmatan lagi. Allah akan menambah hasil-hasil panen mereka dan Allah akan menghilangkan paceklik atau kegagalan panen hasil bumi 462 | Ensiklopedi Islam Nusantara
sebagai penghargaan manusia atas bumi yang wayang kulit lakon yang dibawakan dalam telah memberi kehidupan bagi manusia. acara sedekah Bumi ini adalah Bhumi Loka, kemudian pada dipagi harinya diadakan Upacara adat sedekah bumi ini berkaitan ruwatan. Dalam lakon Bhumi Loka diceritakan erat dengan kepercayaan orang-orang zaman tentang dendam Arjuna atas kematian dahulu jauh sebelum pengaruh Hindu dan ayahnya yaitu prabhu Nirwata Kwaca. Budha masuk di Nusantara, kita mengenal Terjadilah peperangan dengan putra Pandawa kebudayaan dan kepercayaan Kapitayan yang dipimpin Gatotkaca. Prabu Kresna dan yang sebagian besar dianut oleh penduduk Semar mengetahui putra Gatotkaca mendapat Nusantara lebih-lebih di tanah Jawa. Mereka kesulitan untuk dapat mengalahkan mereka, percaya bahwa pada tiap-tiap segala sesuatu bahwa para putra manik Iman-imantaka tidak yang menyangkut hajat hidup manusia dapat mati selama menyentuh bumi. Maka dikuasahi dan di jaga oleh dewa-dewa semar menasehatkan agar dibuatkan Anjang- (Sang Hyanng Bahureksa). Keyakinan atas anjang di angkasa, dan menyimpan mereka adanya para dewa atau roh penjaga tersebut yang telah mati agar tidak dapat menenyentuh diwujudkan dalam bentuk upacara sesaji di bumi. Prabu Kresna memerintahkan Gatotkaca tempat-tempat yang mereka percayai sebagai untuk membuat Anjang-anjang tersebut di tempat tinggal mereka. Dengan begitu mereka angkasa dan menyerang mereka dengan ajian berharap terhindar dari malapetaka alam yang Bramusti. Mereka semua akhirnya terbunuh murka dan kemudian mencapai hasil-hasil oleh Gatotkaca , diatas Anjang-anjang yang usahanya. telah dipersiapkannya. Bhumi Loka mati terbunuh kemudian menjadi Gludug lor dan Pada sekitar abad ke 13, setelah pengaruh Gludug kidul. Lokawati terbunuh menjadi Islam masuk ke Nusantara, dan khususnya Udan Grantang. Loka Kusuma terbunuh setelah abad ke-15 setelah masa Wali Sanga, menjadi Kilap, loka sengara mati terbunuh tradisi atau ritual menyembah dewa-dewa dan menjadi Gledeg dan Lokaditya mati terbunuh roh nenek moyang tersebut tidak serta merta menjadi Gelura. Habislah para putra Manik dihapus dari tengah-tengah masyarakat Jawa. Imantaka terbunuh oleh Gatotkaca dan Beberapa bentuk kearifan lokal kemudian kematian mereka menjadi penyebab datangnya dimanfaatkan sebagai media dakwah untuk musim penghujan. menyampaikan ajaran Islam secara efektif. Kepercayaan akan para dewa dan roh suci Dari mitos cerita di ataslah maka digantikan dengan iman kepada Tuhan. Sedekah Bumi dijadikan oleh kepercayaan Menurut Islam, hanya Allah yang patut masyarakat untuk menyambut datangnya disembah. Aktivitas persembahan dalam musim penghujan. Upacara adat Sedekah kepercayaan terdahulu tidak dibuang sama, Bumi sendiri dibuka dengan acara Srakalan, dengan mengubah substansinya. Dalam pembacaan kidung yang dilakukan oleh usaha-usaha mengalihkan keparcayaan itulah pemuka adat. Kemudian acara berikutnya terbentuk upacara baru, yang dikenal dengan adalah ritual pencungkilan tanah sebagai sedekah bumi. simbol bahwa mereka mencintai tanah sebagai tempat penghidupan sekaligus juga sebagai Upacara adat Sedekah Bumi di Cirebon ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta misalnya, ditandai dengan Srakalan, yang telah menganugerahi tanah yang subur. pembacaan kidung, pencungkilan tanah, Dan menjelang siang, acara dilanjutkan kemudian diadakan arak-arakan yang diikuti dengan arak-arakan yang melibatkan seluruh oleh seluruh lapisan masyarakat dengan segala lapisan masyarakat. Araka-arakan ini sendiri bentuk pertunjukan yang berlangsung di Alun- berfungsi sebagai ajang pesta rakyat di mana alun Gunung Sembung, misalnya kesenian segala lapisan masyarakat ikut berpartisipasi rentena, reog, genjring, terbang, brahi, dengan berbagai pertunjukan kesenian berokan, barongan, angklung bungko, wayang, yang beragam. Dan seperti lazimnya sebuah bahkan sekarang ini ado pertunjukan tarling pesta rakyat, maka segala jenis pertunjukan modern organ tunggal. Dalam pertunjukan Edisi Budaya | 463
kesenian ditampilkan di sini oleh rakyat dan 3) Pembacaan doa-doa dan upacara inti. Doa- untuk rakyat. Kemudian pada pagi berikutnya doa dipimpin oleh pemuka adat / agama barulah dilaksanakan upacara ruwatan sebagai setempat untuk memohon keselamatan acara inti sekaligus juga sebagai penutup dari agar warga masyarakat dijauhkan dari seluruh rangkaian upacara Sedekah Bumi. segala malapetaka, dimudahkan rezekinya, serta diberikan kebajikan-kebajikan untuk Rangkaian Upacara Penting semua warga. Setelah doa-doa selesai, dilakukan upacara inti yaitu menanam Sedekah bumi dilaksanakan setiap tahun bibit padi secara simbolik dengan prosesi- sekali, biasanya pada sekitar bulan Mulud prosesi tertentu yang dapat berbeda atau dapat disepakati secara bersama. Upacara antara satu daerah dengan daerah lainnya. ritual adat ini umumnya dilakukan di Balai Menjadi bagian dari prosesi inti ini pula Desa, lapangan RW, atau tempat strategis ritual simbolik membereskan irigasi. lainnya yang menjadi tempat berkumpulnya masyarakat sekitar. Adapun rangkaian upacara 4) Pesta rakyat. Prosesi ini biasanya adat Sedekah Bumi yang saat ini sering merupakan bagian yang paling ditunggu. ditemukan saat ini adalah: Pesta rakyat dalam Sedekah Bumi umumnya dilakukan dengan pergelaran 1) Sebelum menginjak ke pelaksanaan wayang kulit semalam suntuk. Pergelaran upacara, pemuka desa bermusyawarah wayang kulit dianggap tepat karena di untuk membicarakan pelaksanaan dalamnya mengandung nasehat-nasihat upacara menjelang tanam padi. Usai yang berkaitan dengan kehidupan musyawarah melakukan pengumpulan manusia, khususnya yang berkaitan dana sumbangan sukarela dari warga, dengan kearifan hidup bertani. tergantung kemampuan masing-masing. 2) Setelah waktu disepakati dan dana Bagi masyarakat umum, keberadaan terkumpul, dilakukan pembuatan Sedekah Bumi saat ini lebih dipandang perlangkapan pokok yaitu sesajen sebagai perayaan budaya sehingga banyak (sesajian). Pada umumnya masyarakat pertunjukan dipergelarkan pada upacara adat tradisional, sesajen ditempatkan di ini. Adapun bagi masyarakat pengusungnya tempat-tempat penting di areal sawah Sedekah bumi lebih dipandang sebagai ajang atau ladang yang dipandang sakral. sedekah. Warga masyarakat secara antusias Tetapi, seiring dengan bermunculannya membuat tumpeng beserta lauk-pauknya dan tuduhan musyrik terhadap budaya ini dan setelah selesai doa bersama, tumpeng tersebut munculnya kesadaran akan nilai-nilai dibagikan kepada hadirin yang lain yang ikut yang lebih bersifat sosial, ritual sesajen dalam acara tersebut. sudah mulai ditinggalkan pada sebagian masyarakat. [A. Ginanjar Sya’ban] Sumber Bacaan Dinas Pariwisata Jawa Barat. Alam dan Seni Budaya Jawa Barat. Bandung: Dinas Pariwisata Daerah Tingkat I Jawa Barat. Ekadjati, Edi Suhardi (1984). Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Bandung: Girimukti Pasaka. Ma’mun, Titin Nurhayati, dkk. (2012). Inventarisasi dan Dokumentasi Upacara Ritual Adat: Manifestasi Sistem Religi Orang Sunda di Provinsi Jawa Barat. PPKM-FIB Unpad. Medikomonline (2011). Lestarikan Budaya Adat, Masyarakat Desa Larangan Gelar Sedekah Bumi [online], diakses melalui medikomonline.wordpress.com Prawirasuganda, A. (1982). Upacara Adat di Pasundan.Bandung: Sumur Bandung. Proyek Sasana Budaya (Indonesia) (1977). Petunjuk Wisata Budaya Jawa Barat.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan. Rostiyanti, A. (1995). Fungsi Upacara Tradisional bagi Masyarakat Pendukungnya Masa Kini. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Solikhin, Mat (2013). Kesalehan Sosial Ritual Nyadran. Semarang: Jurnal Dewaruci Jurnal Dinamika Islam dan Budaya Jawa, edisi 21, Juli-Desember 2013. Widyantoro, Bambang (1989). Pandangan Masyarakat Jawa Kuno Terhadap Lumbung dan Pemujaan Kepada Dewi Kesuburan, Yogyakarta. 464 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Selametan Selametan sejatinya adalah sebuah Misalnya setelah dua kepercayaan itu dan budaya yang sudah berlangusng lama sebelum Islam datang, ada agama yang dipeluk di Indonesia. Acaranya biasanya oleh orang Indonesia yaitu Hindu atau Budha. memanjatkan doa keselamatan dan diakhiri makam bersama. Selamatan menandakan Namun selametan sendiri adalah keunikan Islam di Indonesia. Meski sudah ada sesuatu yang tidak dilarang dalam Islam dan dan dijalankan sebelum Islam berkembang mempunyai titik temu dalam perbuatan- di Indonesia, selamatan tetaplah bukanlah perbuatan baik yang dianjurkan dalam Islam. bentuk baru dalam ritual Islam. Selametan Terkait dengan itu, jika melihat perayaan, atau sebagai kembang dari peradaban Islam di adat istiadat atau selametan di Indonesia, Indonesia sesungguhnya punya nilai yang maka ada beberapa kategori yaitu; agung dan sangat dibutuhkan oleh manusia. Selametan biasanya dilakukan dalam Kata selametan, sebagaimana banyak berbagai bentuk dan penanda; 1) Selametan bahasa Indonesia lain berasal dari bahasa karena kelahiran, kematian dan perkawinan. serapan, Arab; salamah yang berarti selamat, 2) Selametan karena adanya suatu peristiwa tidak dalam bahaya. yang berkaitan dnegan hari besar Islam 3) Selamatan karena mempunyai barang – barang Selamatan sendiri, meski sering dikaitkan baru atau peristiwa –peristiwa besar dalam dengan tradisi sebelum Islam datang dalam hidupnya berbagai bentuknya; ruwahan, suronan dan sebagainya tetaplah tidak melanggar syariat Dalam konteks ini kita bisa melihat Islam itu sendiri. Bahwa ada bentuk bentuk bahwa bangsa Indonesia adalah masyarakat yang sinkretisme atau akulturasi budaya yang yang guyub, suka berkumpul, terbukti dengan belum bisa memisahkan atau meninggalkan banyaknya kegiatan atau acara selametan sejak sama sekali –unsur-unsur animism seperti seseoarng itu masih dalam kandungan sampai kepercayaan – kepercayaan pada ruh, mungkin beberapa tahun dari kematiannnya. Satu hal masih ada, mengingat itu semuanya tidak yang harus diingat adalah bahwa selametan melulu berasal dari dinamisme dan animism. dalam kontek ini bersifat sunnah, boleh dan bukan merupakan suatu kewajiban. Sebab, Ilustrasi Selametan zaman dulu. selametan itu terkait bebrapa hal; makanan yang harus disediakan oleh orang yang Sumber: http://www.kangrudi.com/ mempunyai hajat selametan; waktu, tempat, makanan dll. Selamat sebagai penanda hidup bisa kita lihat ; 1. Selamatan 4 bulanan atau tingkeban 7 bulanan Proses penciptaan manusia memang luar biasa, dimulai dari saat pembuahan hingga kelahirannya. Karena itu, amatlah sangat Edisi Budaya | 465
dimengerti ketika manusia memanjatkan doa (menikah). Yang terakhir dalam proses hidup memohon keselamatan akan tahapan-tahapan itu adalah kematian, saat itu memang banyak itu. Dalam bentuk janin, bulan ke-4 adalah orang datang untuk takziah tapi bukan waktu Tuhan meniupkan roh kepada sang merayakan seperti pada walimah-walimah jabang bayi. Pada saat inilah kehidupan akan sebelumnya. Jika mereka gembira karena dimulai. Umumnya masyarakat terutama Jawa kehadirannya, sekarang mereka menangis mengadakan slametan 4 bulan ini dengan nama karena kepergiannya. Disitulah doa doa ngupati (bulan ke 4). Mungkin di daerah lain dipanjatkan, dengan penuh pengharapan, juga beda namanya seperti lolos atau nglolosi bahwa perjalanannya dalam keabadian di Jabar. Keragaman nusantara akan tradisi diberikan ampunan dan kemudahan. Setelah baik ritual upacara atau makananannya akan kematian itu aka nada doa-doa yang disebut terlihat sekali dari makanan yang dimasak, tahlil dan biasanya ditandai hari; ke-3, ke-7, dihidangakan atau di antar ke keluarga.Dari 40, 100, setahun (haul) dan seribu harinya. mulai bentuk nasi tumpeng maupun bubur atau aneka macam rujak. Intnya mereka 2. Selametan yang Berkaitan dengan bersyukur dan berdoa atas keberlangsungan Hari Besar Islam janin yang sudah berusia 4 bulan dengan mengundang tetangga atau saudara bersama Biasanya peringatan ini berkaitan –sama berdoa dan sepulangnya diberi berkat. dengan peristiwa-peristiwa besar yang ada hubungannya dengan kerasulan dan juga hari Setelah 4 bulanan, ada juga tradisi raya. Misalnya peringatan 27 Rajab, isra mi’raj tingkeban atau mitoni. Saat itu kehamilan Nabi Saw. 1 Muharram, tahun baru Hijariyah. memasuki usia 7 bulan, 7 daam bahasa Jawa Ataupun 10 Muharam , yakni selamatnya adalah pitu. Maka selametan bulan ke-7 kapal Nabi Nuh dan umatnya dari banjir diharapkan dapat pitulungan atau pertolngan bah dan ditandai dengan selametan bubur dari Allah. Inilah waktu dimana janin merah. Peristiwa atau perayaan yang tak kalah sudah semakin kuat dan sudah dekat waktu besarnya adalah pada tanggal 12 Rabiul Awal, kelahiran. Dalam tingkeban biasanya ada yakni peringatan hari lahir Nabi. Itulah Maulid upacara siraman atau mandi dengan salin atau Nabi yang dirayakan dengan kegembiraan ganti 7 kain dengan berbagai motif batik yang seluruh umatnya di dunia, kecuali yang tidak menandakan symbol untuk doa kepada sang mau mengingatnya dengan cara itu: membaca jabang bayi kelak misalnya; batik dengan motif riwayat hidupnya, bershalawat dan bersedekah Parangkusumo untuk terus meneladani kehidupannya yang mulia. Berbagai cara yang unik dilakukan orang Parangkusumo mengandung makna sedunia dalam mengingatnya sang uswatun bahwa kelak si bayi akan tumbuh menjadi hasanah ini terutama dalam mendekorasi anak yang memiliki kecerdasan bagai tajamnya tempat maupun makanannya. Misalnya parang, tangkas bagai parang yang sedang masyarakat Kudus Jawa Tengah menamaka digunakan oleh pesilat tangguh. Dan kelak perayaan mauled dengan nama muludan atau anak ini juga bisa mikul dhuwur mendem jero, golok golok menthok, utamanya jika yang yaitu menjunjung harkat dan martabat orang merayakannya adalah anak-anak. Pada hari tua dan mengharumkan nama keluarga. muludan itu mereka membawa nanya –nanya (wadah makanan terbuat dari anyaman bambu Setelah 4 bulan dan nujuh bulan. Kelak dan dihias kertas warna warni) atau cobek kecil kalau sang jabang bayi lahir, ia masih akan dari tanah ynag juga dihias kertas berisi aneka diselameti atau selametan dalam berbagai makanan dan membawanya ke masjid atau bentuk yang dalam 10 tahun terakhir ini mushola lalu mereka saling berbagi dnegan mengambil bahasa serapan arab, walimah teman-temannya setelah acara mauled selesai. (aqiqah): seperti walimatul aqiqah (perayaaan atau tasyakuran kelahiran anak), lalu kalau Peringatan hari besar lain dalam Islam laki –laki walimatul khitan (sunat) dan puncaknya sementara adalah walimatul ursy 466 | Ensiklopedi Islam Nusantara
yang ditunggu tunggu juga adalah Hari Nanya sebelum dihias Nanya yang sudah dihias Raya: Idul Fitri dan Idul Adha. Inilah dimana dan diisi makanan umat Islam merayakan kemenangan setelah menjalankan puasa sebulan penuh dan dan pergi belajar ke luar negeri pun juga Idul Adha juga adalah saat hari umat Islam lazim diadakan selametan. Jika ada peristiwa mengenang perintah Allah kepada Ibrahim yang menyangkut keberhasilan seperti dan pada saat yang sama kaum muslim dari suksesnya panen pun, masyarakat pun ada berbagai penjuru dunia berkumpul melakukan yang mengadakan syukuran dengan makan ibadah haji. Pada ibadah itu terjadi peristiwa bersama. Bukan itu saja, ada juga bulan – –peristiwa bersejarah bagi umat Islam. Dari bulan tertentu dimana mereka mengadakan pertemuan Nabi Adam dan Hawa sampai masa selametan; seperti ruwahan, suronan bayi Nabi Ismail. Peristiwa Haji sangat heroic syawalan, sedekah bumi, kenduri, selamatan sehingga untuk pergi kesana, biasanya warga nadhar, selametan weton (hari pasaran) dll. membuat selametan, minta maaf kepada tetangga dan saudara agar lancar semua Demikian lah khasanah kekayaan ibadahnya. nusantara dalam berbagai bentuknya. Bila dilihat keseluruhannya, kita dapat 3) Selamatan karena mempunyai menyimpulkan bagaimanapun asal usulnya barang – barang baru atau peristiwa dan bentuk kegiataannya, sesungguhnya –peristiwa besar dalam hidupnya. warga nusantara adalah mereka yang pandai bersyukur, menyadari kekuasaan yang ghaib Selametan jenis ketiga ini biasanya dan suka berderma. Seiring datangnya Islam, diadakan karena rasa syukur dan tolak balak semua tradisi tetap diakomodasi, ipelihara dan (menghindari musibah). Sedekah sebagaimana diisi dengan ruh Islam. disabdakan Nabi Saw, memang dapat mencegah musibah. Selametan ini wujudnya [Ala’i Najib] bermacam-macam, mislanya saat kelulusan anak-anak dari masa belajarnya. Naik kelas, naik pangkat dsb. Orang Indonesia memang kaya akan tradisi dan budaya. Selametan juga diadakan saat pindah atau menghuni rumah baru. Seorang anak yang mendapt beasiswa Sumber Bacaan Ach.Nadlif dan M.Fadlun, Tradisi Keislaman , Surabaya; Al-Miftah tanpa tahun. Sutiyono, Benturan Budaya Islam: Puritan dan Sinkretis, Kompas: Jakarta 2010 M.Hariwijaya, Islam Kejawen, Gelombang Pasang, Yogyakarta 2004 Zaini Muhtarom. Islam di Jawa dalam Perspektif Santri dan Abangan, Salemba Diniyah , Jakarta:2002 Mufijatul Hasanah, M.Sidqi , Selametan Tujuh Bulan / Tingkeban, STAI Pandanaran Yogyakarta, 2014 (tidak diterbitkan) Edisi Budaya | 467
Semakan Secara terminologis kata semakan berasal naskan itulah semakan ini dikenal dengan dari nomina sam’an yang berarti kegiatan istilah semakan bil gaib. Istilah semakan bil gaib mendengarkan, dengan bentuk verba ini kemudian menjadi petanda khusus untuk sami’a yang berarti sudah mendengar, yasma’u semakan Al-Qur’an, bukan hafalan teks yang sedang mendengarkan. Semakan merupakan lain. Sehingga jika dikatakan semakan bil gaib kegiatan mendengarkan satu bacaan secara maka yang dimaksud adalah kegiatan semakan seksama dengan tujuan tertentu. Dalam hafalan Al-Qur’an. Lain lagi istilahnya apabila bahasa Indonesia kata ini berubah menjadi semakan ini dilakukan terhadap pembacaan simak yang diartikan dalam KBBI dengan Al-Qur’an, maka disebut dengan bin nadhar. mendengarkan baik-baik apa yang diucapkan Yaitu kegiatan mendengarkan secara seksama atau dibaca orang. Maka dalam semakan pembacaan Al-Quran. Di sini pembaca sangat harus ada yang dibaca dengan bersuara, orang tergantung pada naskah Al-Quran itu sendiri. yang membaca (yang disemak), orang yang Baik semakan bil gaib ataupun bin nadhar, mendengarkan (penyemak). keduanya mentargetkan pembacaan Al-Quran secara penuh, tiga puluh juz. Pada dasarnya Dalam tradisi islam di indonesia, semakan semakan Al-Qur’an ini dilakukan untuk memiliki banyak ragam. Dari sisi sifatnya menjaga kesalahan ataupun kealpaan dalam ada semakan hafalan dan semakan bacaan. bacaan. Sementara dari sisi objek yang disemak, ada semakan Al-Quran dan semakan lainnya. Meskipun secara mayoritas kata Sedangkan dilihat dari fungsinya dapat dibagi semakan ditujukan terhadap Al-Qur’an, menjadi dua, fungsi praktis sebagai bentuk tetapi dalam perkembangannya semakan ujian atau metode pembelajaran. Dan fungsi juga diterapkan untuk hafalan dan bacaan sosial yang berhubungan dengan tradisi dan selain Al-Quran. Biasanya yang harus dihafal kebudayaan. Berbagai klasifikasi ini bisa saling adalah materi pelajaran yang referensinya beririsan antara satu dan lainnya. Sebagaimana berbentuk nadhaman seperti kitab ‘aqidatul akan diterangkan berikut ini. awam, maqsud, alfiyah, lathaif isyarat dan lain sebagainya. Di sebagian pesantren Dilihat dari sifat pembacanya semakan yang mensyaratkan hafalan pelajaran bagi bisa dikategorikan menjadi dua, yakni semakan para santri, kata semakan digunakan untuk terhadap hafalan dan semakan terhadap kegiatan menyemak hasil hafalan para santri bacaan. Yang dimaksud dengan semakan tersebut. Di dalam pesantren istilah semakan terhadap hafalan adalah mendengarkan juga digunakan untuk kegiatan menyimak dengan seksama hafalan seseorang. Artinya pembacaan kitab kuning (lihat entri kitab dalam hafalan ini seorang pembaca tidak lagi kuning). Seorang santri secara individual membutuhkan kehadiran teks secara fisik. meminta kepada kiai untuk menyimak dan Di sini pembaca sebagai orang yang disemak membenarkan jika terjadi kesalahan. Santri tidak lagi menggantungkan bacaannya pada sendiri akan berusaha membaca dengan baik sebuah naskah. Karena teks naskah itu telah dan benar, suai ketentuan tata bahasa Arab berpindah dalam memorinya. ketidak hadiran 468 | Ensiklopedi Islam Nusantara
yang telah di pelajarinya. Sistem pembelajaran keberkahan. Karena di situlah seorang kiai akan di pesantren semacam ini disebut juga dengan memberikan berkahnya kepada santri. Dalam istilah sorogan (lihat entri sorogan). prosesi ujian itulah limpahan-limpahan berkah dari kiai mengalir dalam diri santri. Mereka Di beberapa pesantren yang menggunakan tidak begitu peduli dengan nilai yang diperoleh sistem kelas, semakan kitab difungsikan dari banyaknya kesalahan dalam membaca dan sebagai bentuk ujian akhir, yang dikenal memahami teks, karena keberkahan adalah dengan tes kitab. Tes kitab adalah ujian tujuan utamanya. Sehingga apapun hasil akhir yang menentukan kelulusan seorang akhirnya akan diterima dengan lapang dada. santri dari satu tingkat menuju tingkat Inilah beberapa fungsi praktis dalam semakan berikutnya. Artinya, tes kitab tidak diujikan yang berlaku di beberapa pesantren. Sebagai pada semua santri, hanya santri yang berada evaluasi dari sistem pembelajaran yang ada. di kelas terakhir dari tingkat tertentu yang harus melewati tes kitab. Seperti santri kelas Adapun fungsi sosial semakan juga terakhir tingkat ula (dasar) yang akan menuju dilakukan oleh para kiai secara bersama-sama. tingkat wustha (menengah), santri kelas Di beberapa daerah seperti di wilayah Sukaraja, terakhir tingkat wustha (menengah) yang semakan dilakukan ketika para kiai berkumpul akan beranjak menuju tingkat ulya (atas), dalam satu pengajian terbuka. Di depan para dan begitulah seterusnya. Setiap pesantren jamaah, seorang kiai yang didampingi oleh memiliki sistem pengkelasan yang berbeda- beberapa kiai lainnya membaca kitab tertentu, beda dalam setiap tingkatnya. Ada pesantren lalu menerangkan isinya. Sedangkan kiai yang membagi setiap tingkat dalam tiga kelas, yang lain akan menyimak dengan sekasama ada juga yang empat kelas atau dua kelas. dan memberikan masukan dan tambahan bila di rasa perlu. Semua dilakukan dengan Dalam tes kitab ini seorang kiai berlaku penuh kebijakan, kebersamaan dan saling sebagai penguji yang berhak menentukan teks menghormati. Sementara para jamaah yang yang akan diujikan kepada santri. Pemilihan lain mengikuti pengajian dengan penuh hikmat teks dilakukan secara spontan di depan santri mendengarkannya dengan seksama. Semakan yang diuji. Sebelumnya, pihak panitia ujian semacam ini sesungguhnya lebih berfungsi telah menyiapkan setumpuk kitab di ruang sebagai media jejaring yang dapat memperat ujian untuk dipilih secara acak oleh kiai. Setelah hubungan silaturrahim antar kiai, juga menentukan teks ujian pun dimulai. Kiai merupakan pelajaran tentang keterbukaan menyimak dengan seksama bacaan santri kata untuk saling menghormati dan menghargai. perkata lengkap dengan arti dan kandungan maknanya sesuai tata bahasa Arab yang selama Menyimak atau semakan yang merupakan ini dipelajarinya. Apabila terjadi kesalahan, bentuk lain dari membaca dan mendengarkan kiai akan membenarkannya secara langsung. adalah inti dari tindakan pembelajaran. Dan di akhir ujian kiai telah mengantongi nilai Membaca dan mendengarkan menjadi alat dari hasil semakan ini yang akan menentukan ukur seberapa dinamiskah perkembangan lulus tidaknya seorang santri. Tes kitab adalah sebuah lembaga pendidikan. Semakin waktu momen penting bagi seorang santri. Karena penuh dengan kegiatan menyimak semakin di sinilah hasil pembelajaran selama ini akan dinamis sebguah lembaga pendidikan. Begitu terbukti secara nyata. Seberapa jauhkah juga sebaliknya. penguasaan mereka terhadap teks Arab yang menjadi sumber pengetahuan Islam? Dan Mengatasi itu semua, istilah semakan sedalam apakah pemahaman mereka terhadap sendiri menjadi sangat populer di Indonesia teks tersebut? dengan diadakannya kegiatan semakan Al- Qur’an Jantiko Mantab pada 1986 oleh KH Namun demikian bagi sebagian santri Hamim Jazuli, yang lebh dikenal dengan tes kitab bukanlah sekedar ujian pembuktian sebutan Gus Miek. Dia adalah putra KH Jazuli kwalitas. Mereka meyakini bahwa tes kitab Usman, pengasuh pondok pesantren Al-Falah merupakan momen sakral yang penuh Ploso Kediri yang dipercayai oleh masyarakat Edisi Budaya | 469
pesantren sebagai salah satu wali Allah swt. masyarakat luas. Anti koler menjadi sesuatu Pada mulanya kegiatan ini berlangsung secara yang harus diterangkan kepada masyarakat bergilir bergantian dari rumah satu jamaah secara menerus. Karena itulah kemudian ke jamaah yang lain setiap hari ahad pon dan isitilah Jantiko oleh Gus Mik diganti dengan jumat pon. Kegiatan pembacaan Al-Quran kata Mantab yang berasal dari bahasa Arab ini dilakukan oleh para penghafal Al-Quran Man Taaba yaitu jamaahnya orang-orang yang (hiffadz) dan disemak secara seksama oleh bertaubat. Kini setelah berjalan lebih dari tiga para jamaah yang hadir. Kegiatan semaan puluh tahun, Semakan Jantiqo diikuti oleh ini dimulai dengan shalat subuh berjama’ah ribuan orang dan dilaksanakan tidak hanyan hingga selesai pembacaan Al-Qur’an 30 juz, sebatas wilayah kediri dan sekitar Jawa Timur. lalu disambung dengan doa dan bebrapa wirid Tetapi telah merambah ke Jawa Tengah, yang telah di tentukan. Yogyakarta, Jakarta, Bantn dan daerah-daerah lainnya. Selama semakan berlangsung semua jama’ah dianjurkan untuk ikut menyibukkan Kegiatan semakan Al-Quran semacam ini diri dengan al-Qur’an, baik menyimak, memiliki akar sejarah panjang dalam Islam. membaca ataupun sekedar mendengarakn Inilah salah satu tradisi yang diwariskan oleh dengan khusuk sesuai kemampuannya. Semua Rasulullah saw. Sebagaimana keterangan satu jamaah diharuskan mengikuti shalat lima hadis yang menggambarkan bahwa Rasulallah waktu secara berjamaah di lokasi. Setelah saw gemar menyimak bacaan Al-Quran dari shalat Magrib berjamaah, semua peserta harus para sahabat Beliau. Salah satunya Ibnu Mas’ud, mengamalkan Dzikrul Ghofilin (rangkaian wirid yang Beliau perintah untuk membacakan Al- yang disusun oleh tiga serangkai, Gus Miek, Quran sementara Beliau menyimak bacaannya KH Ahmad Shiddiq, dan KH Hamid Pasuruan) (HR Bukhari – Muslim). lalu disambung dengan sholat ‘Isya berjamaah. Karena zikir inilah, nama semakan Jantiko Kilasan sejarah ini menjadi satu motivasi Mantab kemudian dikenal juga dengan Jamaah tersendiri bagi jama’ah peserta semakan. Dzikrul Ghafilin. Selanjtunya, acara ditutup Selain itu para jama’ah memaknai semakan ini dengan bacaan doa bersama, bermunajat sebagai semakan khusus. Semakan istimewa, memohon kepada Allah untuk semua orang, bukan seperti umumnya semakan membaca yang telah meninggal, yang masih hidup, dan Al-Qur’an. Para jama’ah memposisikan bahkan yang belum dilahirkan, yaitu semua kegiatan semakan ini sebagai ruang spiritual keturunan anak-cucu (dzurriyah), saudara yang sangat sakral. Dalam ruang spiritual sebangsa, rakyat Indonesia, muslimin dan ini (selama kegiatan berlangsung) tidak muslimat sedunia dan dan seluruh umat nabi dibenarkan seorang jamaah menyibukkan diri Muhammad.. selain untuk mengingat dan berzikir kepada Allah swt. Semakan Jantiko Mantab ini Istilah ‘Jantiko’ sendiri merupakan menjadi ruang bagi para jamaah untuk rehat sigkatan dari Jamaah Anti Koler. Koler sejenak (hampir 20 jam) dari alam duniawi dan adalah bahasa lokal yang berarti roboh atau menyerahkan segala urusannya kepada Yang ambruk. Anti koler, berarti tidak ambruk atau Maha Kuasa. Suasana semakin mendukung tahan banting, gagah dan tegar tidak mudah dengan adanya lantunan al-Qur’an yang dibaca putus asa dalam menghadapi kehidupan. para huffadz, pembacaan zikrul ghafilin dan Jantiko sebagai sebuah nama mencerminkan doa khatmil qur’an. Keadaan seperti inilah semangat kegigihan para anggotanya dalam yang mampu merubah kondisi jiwa jamaah menyongsong kehidupan, baik di dunia dari jiwa gersang menjadi sejuk. Mereka maupun di akhirat. Pada masa-masa awal yang datang rasa gundah kudian akan pulang istilah ini sangat tenar di wilayah kediri dan dengan membawa hati tentram dan jiwa sekitarnya. Tetapi setelah Semakan Jantiko penuh semangat ketuhanan. Bagi jamaah, berkembang pesat, istilah anti koler menjadi semakan Jantiko Mantab berlaku sebagai sesuatu yang tidak mudah difahami oleh ruang pengisian kembali ruh ketuhanan 470 | Ensiklopedi Islam Nusantara
(recharging) setelah mengalami penurunan semata. Selain itu kegiatan semakan ini karena kehidupan duniawiyah sehari-hari. harus disertai dengan husnul khuluq, kahlaq mulia, sopan santun baik lahir maupun batin. Hingga kini keadaan seperti ini tetap Mengingat kegiatan ini selalu melibatkan terjaga, meskipun terjadi beberapa perubahan banyak pihak. Dan yang terpenting adalah secara tehnis. Hal ini dikarenakan para penerus nilai kesederhanaan. Yaitu kegiatan yang yang selalu berpegang teguh pada wasiat Gus tetap fokus kepada ibadah, tidak perlu banyak Miek selaku pendiri Jantiko Mantab Dzikrul unsur yang tidak penting, karena hal itu dapat Ghafilin bahwa mereka yang terlibat dalam memalingkan niat yang seharusnya. kegiatan ini harus memiliki bersemangat ikhlas. Semua dilakukan hanya karena Allah [Ulil Hadrawi] Sumber Bacaan Saifuddin Zuhri, 2008. Guruku Orang-Orang Pesantren. Yogyakarta: LkiS Mastuhu, 1994.Dinamika Sistem Pendidikan Pesanten. Jakarta:INIS Edisi Budaya | 471
Serat Secara etimologis, kata serat berarti dari kawasan pesisiran, yaitu Tuban, seperti tulisan, sementara penulisnya disebut yang ditunjukkan oleh keberadaan dua naskah sebagai panyerat. Dengan demikian, tentang nasihat Sunan Bonang dan primbon aktivitas nyerat berarti aktivitas menulis atau Islam. Kedua naskah tersebut ditulis dalam membuat buku. Dalam tradisi tulis Jawa, bahasa Jawa tengahan dan bergenre prosa. kata serat digunakan untuk menyebut semua Naskah pertama menceritakan tokoh Syaikh tulisan, baik dalam genre prosa maupun puisi. Barri yang menyampaikan petuah kepada Selain itu, kata serat juga berlaku umum untuk sahabatnya mengenai prinsip-prinsip suluk menyebut semua jenis karya tulis, baik yang atau jalan menuju Tuhan, yang didasarkan atas sifatnya sebagai karya asli sang pengarang kitab Ihya Ulumiddin dan kitab tentang tauhid. maupun karya tulis hasil salinan orang lain. Sementara itu, naskah kedua berisi uraian Dengan demikian, panyerat atau penulis mengenai beberapa ajaran pokok agama Islam. serat dengan sendirinya tidak serta-merta merupakan pengarang sebuah serat, tetapi bisa Selain dalam genre prosa, pada jadi merupakan penyalin naskah. periode pertengahan ini juga ditulis karya sastra Jawa Islam dalam genre puisi yang Dalam konteks sejarah perkembangan menggunakan tembang kuna, seperti sastra Jawa, penulisan serat atau buku-buku ditunjukkan oleh keberadaan naskah Suluk kesusastraan Jawa mengalami beberapa Sukarsa, yang berisi uraian mengenai ajaran beberapa periode: Periode Jawa Kuna, periode tasawuf. Berbeda dengan Suluk Sukarsa yang Jawa pertengahan, dan periode Jawa Baru. menggunakan tembang kuna, naskah Kodja- Dalam konteks ini, istilah serat tampaknya kodjahan yang juga ditulis pada periode Jawa muncul pada periode pertengahan seiring pertengahan menggunakan tembang macapat. dengan perkembangan sastra pesisiran Berbeda dengan suluk yang orientasinya sebagai dampak perkembangan agama Islam di sufistik, naskah Kodja-djadjahan merupakan kawasan Jawa, baik di kawasan pesisir pantai puisi naratif yang menceritakan seorang patih utara Jawa maupun di kawasan pedalaman. Kodja-djadjahan yang taat kepada rajanya, rajin beribadah, serta adil dan bijaksana. Sebelum periode Jawa baru, agama Islam memainkan peran penting dalam Sementara itu, jatuhnya Malaka ke perkembangan sastra Jawa. Berawal dari tangan Portugis pada tahun 1511 membawa jatuhnya kekuasaan Majapahit, kaum cendika pengaruh penting bagi perkembangan sastra pada saat itu banyak yang masuk agama Islam, Jawa. Sebagai pusat kerajaaan Melayu, Malaka dan kemudian memberi kontribusi penting dengan sendirinya menjadi pusat perdagangan bagi lahirnya kebudayaan Jawa-Islam dan yang menjadi pusat lalu lintas perdagangan terbentuknya pusat kebudayaan Jawa-Islam atara Gujarat dan Benggala di Barat dan Cina tersebut. Dalam hal ini kawasan pesisir di timur. Ketika Jawa menjadi pemasok beras menjadi pusat persemaian dan pertumbuhan bagi lalu lintas perkapalan internasional, sastra Jawa Islam. Beberapa naskah Islam sementara Maluku menjadi pemasok rempah- Jawa tertua yang berhasil ditemukan rempah. Kejatuhan Malaka tersebut membawa menunjukkan asal produksinya yang berasal dampak perpindahan sejumlah pedagang 472 | Ensiklopedi Islam Nusantara
muslim dari Arab, Persia, India, dan Melayu dikenal sebagai suluk, sebuah puisi yang berisi dari Malaka ke kawasan pesisir Jawa. Pada gagasan mengenai pokok-pokok ajaran mistik- waktu itu kontak kebudayaan, sebagaimana sufistik yang ditulis dalam tembang macapat, tercermin dalam kesusastraan antara Jawa seperti yang terlihat dalam penulisan Suluk dan Melayu di pantai barat dan timur selat Malang Sumirang. Malaka semakin intensif. Seiring dengan berdirinya kerajaan Pada perkembangannya, penyebaran Mataram Islam, tradisi penulisan sastra terus Islam di kawasan pesisir pantai utara Jawa berlanjut pada periode Mataram, terutama itu membawa dampak pada intensitas pada periode Sultan Agung. Politik ekspansi penulisan karya sastra Islam di daerah- Sultan Agung yang berhasil menaklukkan daerah yang menjadi kawasan pemukiman kawasan pesisir Surabaya dan Gresik membawa orang-orang muslim, seperti daerah kauman, implikasi pada pertemuan budaya pesisir dan dan daerah yang menjadi pusat pendidikan pedalaman. Sebagai hasilnya, berkembanglah Islam, seperti pesantren. Oleh karena itu, tradisi yang khas Mataram sebagai konsekuensi tidak mengeherankan jika dalam konteks dari pertemuan dua kebudyaan tersebut. penulisan sastra, karya sastra pesisiran Sebagai raja yang ingin mengukuhkan itu memperlihatkan sifatnya yang non- legitimasinya, Sultan Agung mengambil aristokratik, sehingga untuk konsumsi inisiatif untuk mengembangkan kesuastraan masyarakat luas ditulislah sejumlah teks prosa yang dapat mendukung pemerintahannya. yang banyak mendapat inspirasi dari Arab- Oleh karena itu, teks-teks didaktis yang berisi Persia. Serat Anbiya, Serat Raja Pirangon, Serat ajaran untuk menghormati, orang tua, guru, Johar Manikam, Serat Ahmad Muhammad, dan pemerintah banyak ditulis pada periode Serat Baginda Seh Mardan, Serat Abunuwas Mataram. Sultan Agung sendiri bahkan disebut merupakan sejumlah teks prosa yang ditulis sebagai penulis Sastra Gending yang berisi dan berkembang di kawasan pesisir Jawa ajaran didaktis-moralistik dan Nitipraja, yang sebagai dampak dari kontak kultural antara berisi tuntunan hidup bagi para raja, pejabat, Jawa, Melayu, Arab dan Persia. Beberapa teks dan rakyat. Selain itu, kehadiran Pangeran naratif dalam bentuk puisi yang memadukan Pekik dari Surabaya juga ikut mewarnai unsur-unsur romantis dan keagamaan juga perkembangan kesusastraan Jawa. Dalam hal banyak ditulis, seperti Serat Yusuf yang ditulis ini, Pangeran Pekik menulis Serat Jayalengkara dalam tembang macapat, Serat Raden Saputra, Wulang yang berisi cerita petualangan yang yang memadukan Jawa dengan Persia, juga sarat dengan unsur-unsur didaktis-moralistik. ditulis dalam tembang macapat.. Selain itu, Selain itu, Pangeran Pekik juga menulis juga muncul cerita petualangan dengan unsur naskah suluk di samping juga memprakarsai didaktis dalam bentuk dialog mengenai penggubahan cerita Melayu tentang Iskandar asketisme yang menonjolkan unsur Jawa, Zulkarnain ke dalam bahasa Jawa. seperti yang terlihat pada Serat Jatikusuma. Pada periode Kartasura, tradisi Selain memperlihatkan sebagai tulis sastra Jawa semakin berkembang, yang belles-letteres, karya sastra yang berasal ditandai dengan penulisan kembali khazanah dari kawasan pesisir juga menunujukkan sastra, baik yang berasal dari warisan pra- sifatnya sebagai sebagai potret terhadap Islam maupun yang berasal pesisir, seperti dinamika Islam di kawasan Jawa. Penulisan Serat Kandaning Ringgit Purwa, Serat Menak, Serat Musawaratan Para Wali dalam bentuk Serat Rengganis, Serat Kuda Narawangsa, puisi merupakan cermin diskusi yang hangat Panji Murta Smara, Serat Sewaka, Praniti Raja di kalangan muslim Jawa mengenai segi- Kapa-kapa, Serat Jayabaya, Serat Manikmaya, segi teologis dan sufistik berkaitan dengan Serat Yudanegara, dan beberapa karya yang hubungan Tuhan dengan makhluk-Nya. Lebih berkaitan dengan dunia tulis-menulis, seperti jauh lagi, tradisi tulis sastra di kawasan pesisir Serat Caraka Basa dan Serat Dasanama. juga memunculkan genre sastra baru yang Perkembangan berikutnya tradisi Edisi Budaya | 473
tulis sastra Jawa berlangsung pada periode bagian menulis karya sastra. Sementara itu, Surakarta. Berawal dari kemusnahan dari kalangan pujangga kraton, muncul nama perpustakaan dan sejumlah naskah koleksi Carik Bajra, Yasadipura dan keturunannya pribadi akibat perang Tionghoa, upaya yang membentuk dinasti kepujanggaan Jawa. menghidupkan penulisan sastra Jawa kembali Karya-karya sastra yang dihasilkan pada dihidupkan. Beberapa pujangga kraton, seperti periode Surakarta beragam, yang mencakup Carik Bajra dan Yasadipura, memainkan peran penulisan kembali khazanah sastra Jawa Kuna, penting dalam upaya menghidupkan kembali seperti Arjunawijaya, Ramayana, Bharatayudha, sastra Jawa tersebut melalui penulisan dan Kakawin Darmasunya, Arjunawiwaha, versi penyalinan khazanah sastra Jawa. Teks- tua cerita Dewa Ruci, dan Kakawin Nitisastra; teks historiografi, seperti Babad Tanah Jawi, penulisan kembali khazanah sastra Islam Babad Giyanti, Babad Palyan Negari, dan Babad yang berasal dari pesisir, seperti Serat Imam Kartasura, ditulis. Demikia juga khazanah Nawawi, Serat Tajus Salatin, Serat Anbiya, sastra Jawa Kuna warisan pra-Islam, seperti dan Serat Iskandar; teks-teks historiografi, Arjunawijaya, Ramayana, Bharatayudha, seperti Babad Tanah Jawi, Babad Giyanti, Babad Kakawin Darmasunya, Arjunawiwaha, versi tua Paliyan Negari, dan Babad Kartasura; cerita- cerita Dewa Ruci, dan Kakawin Nitisastra, juga cerita romantis dan petulangan, seperti Panji ditulis ulang. Priyambada, Serat Paniba, Serat Panji Angreni, Serat Panji Dadap, Serat Panji Sekar, dan Serat Di samping penulisan ulanag Panji Raras; karya-karya didaktis-moralistik, khazanah sastra Jawa Kuna, pada periode seperti Serat Cabolek, Serat Wulangreh dan Surakarta juga banyak karya sastra yang ditulis Serat Wedatama; dan karya ensiklopedik Jawa, oleh pujangga atau penulis yang berasal dari di seperti Serat Centini lingkaran kraton Surakarta sendiri, bahkan beberapa raja Surakarta juga ikut ambil [Adib M Islam] Sumber bacaan T.E. Behrend, Serat Jatiswara: Struktur dan Perubahan di dalam Puisi Jawa 1600-1830, Poebatjaraka dan Tardjan Hadidjaya, Kepustakaan Djawa, 1952,. J.J. Ras, Masyarakat dan Kesusastraan Jawa, 2014, 474 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Seserahan (HANTARAN) Seserahan merupakan salah satu ritual seserahan membuktikan bahwa tradisi atau acara yang paling penting di acara ini bukan hanya simbolik semata, tetapi pernikahan. Baik pernikahan tradisional substantif. Nilai (value) inilah yang membuat maupun modern, karena acara ini merupakan masyarakat tetap mempertahankan tradisi warisan nenek moyang yang diturunkan tersebut sehingga menjadi sebuah budaya. secara turun menurun hingga bertahan Tradisi seserahan di seluruh daerah di saat ini. Seserahan sendiri merupakan acara Indonesia mempunyai istilah-istilah yang simbolik yang dilakukan dari pihak mempelai berbeda, tetapi secara substansi sama. Bahkan laki-laki sebagai bentuk tanggung jawab ke dalam tradisi orang Indonesia yang beretnis keluarga calon pengantin permpuan. Tradisi ini Tionghoa, tradisi ini juga dipertahankan. dipraktikkan dalam rangkaian acara pernikahan di Pulau Jawa, dan daerah-daerah lain. Berikut adalah beberapa barang yang pada umumnya disiapkan sebagai barang-barang Seserahan biasanya dilangsungkan malam untuk acara seserahan: hari sebelum akad nikah dilaksanakan pada acara midodareni untuk adat Jawa sedangkan 1. Alat sholat: Bagi pasangan muslim, ini untuk adat Sunda sendiri di namakan ngeyeuk merupakan barang yang selalu ada pada seureuh. Tetapi tak menutup kemungkinan daftar urutan pertama, dan menjadi bahwa acara seserahan ini juga dilakukan simbol bahwa dalam hubungan rumah atau dilangsungkan pada saat acara resepsi tangga harus berpegang teguh pada ajaran pernikahan dimulai. Namun, saat ini prosesi agama dan juga bisa dijadikan simbol seserahan telah berkembang mengikuti sebagai pengingat kepada Tuhan. perkembangan zaman. Terkadang justru pihak dari mempelai wanita sendiri yang memilih 2. Cincin nikah: Ini merupakan hal yang juga barang apa saja yang akan dimasukkan ke tidak bisa dilepaskan. Dengan bentuk yang dalam prosesi seserahan itu sendiri. bulat tanpa akhir, cincin dijadikan simbol bahwa makna cinta kedua pasangan Sejarah dimulainya tradisi ini masih belum tersebut tidak akan putus dan merupakan diketahui sejak kapan. Tidak ada tulisan yang simbol pengikat bahwa hubungan kedua menjelaskan asal muasal tradisi ini dimulai. pasangan akan terjalin selamanya hingga Diperkirakan sebelum agama Islam masuk ke ajal memisah. Pulau Jawa, tradisi ini sudah dimulai oleh para nenek moyang kita. Setelah agama Islam masuk 3. Perhiasan: Biasanya, perhiasan yang pun, tradisi atau prosesi simbolis ini masih digunakan dalam acara seserahan ini dipertahankan karena menyimpan nilai yang berupa emas. Namun tak terbatas luhur dan moral tanggung jawab yang tinggi pada emas saja, Anda juga bisa dalam mengarungi bahtera rumah tangga ke menggunakan intan atau berlian yang depannya. Itu mengapa tradisi simbolis ini bersinar. Bersinarnya perhiasan ini juga masih dipertahankan hingga saat ini. mengharapkan bahwa sang wanita akan terus selalu bersinar dalam hubungan Nilai yang terkandung dalam tradisi rumah tangga. Edisi Budaya | 475
4. Pakaian wanita: pakaian yang dimaksud ditentukan. Dalam acara ini, pihak laki-laki di sini biasanya adalah busana wanita biasanya membawa berbagai macam barang, tradisional, seperti batik dan jarik. Ini pakaian, uang bahkan perabot rumah tangga memiliki makna bahwa setiap pasangan beserta ternak yang dimilikinya sebagai bahan suami istri harus menjaga rahasia pesta pernikahan. keduanya dari orang lain. Mereka datang beramai-ramai dengan 5. Buah: Buah yang digunakan biasanya mambawa barang yang sudah dihias adalah buah pisang yang mana buah ini sedemikian rupa agar terlihat bagus dan selalu menjadi simbol kasih sayang dan indah. Adapun acara seserahan ini banyak cinta bagi adat Jawa. yang dilakukan seminggu, sehari, atau bahkan sekarang ini banyak yang melakukannya pada 6. Makanan tradisional: Makanan tradisional saat atau bersamaan dengan hari pernikahan. ini adalah makanan yang terbuat dari beras Acara seserahan tersebut intinya adalah ketan seperti wajik, jenang, kue lapis, atau serah-terima calon pengantin dari pihak calon jadah. Ini memiliki makna agar cinta dari pengantin laki-laki yang diterima oleh pihak kedua pasangan ini selalu lengket seperti calon perempuan dan sebaliknya. makanan tradisional tersebut. Adat istiadat seserahan di Priangan 7. Suruh ayu: Suruh ayu adalah daun sirih lazimnya adalah menyerahkan calon pengantin yang mana daun sirih sendiri memiliki laki-laki dengan bahasa atau silib siloka yang makna keselamatan dan kebahagiaan dari disamarkan untuk memanifestasikan si calon kedua pengantin. secara keseluruhan (jasmani dan rohani), mulai dari kepala hingga telapak kaki yang 8. Makeup: Makeup di sini berarti sang suami biasanya disampaikan dengan bahasa yang bersedia menjaga penampilan istrinya. disamarkan, ti luhur sabihas/sausap rambut ti handap sausap dampal. 9. Sepatu: Sepatu dalam seserahan juga dijadikan simbol bahwa pasangan suami Demikian juga dari pihak perempuan istri ini nantinya siap untuk menjalani (sebagai penerima serta menyerahkan calon kehidupan baru mereka. pengantin perempuannya) dengan jawaban yang disamarkan pula. Untuk acara ini, dibutuhkan Sembilan barang di atas merupakan keahlian berbahasa dan tata krama yang baik barang yang biasanya wajib disediakan di dari orang yang menyerahkan dan menerima acara seserahan. Namun, mempelai juga bisa calon pengantin. Dengan kata lain, tidak menambahkan barang lain sesuai dengan selera sembarangan orang yang dijadikan perantara dari calon istri. Menurut tradisi yang sudah untuk menyerahkan calon pengantin tersebut. berjalan turun temurun, jumlah seserahan haruslah ganjil. Filosofi ganjil ini mempunyai Seserahan Adat Padang/Minang korelasi khusus terhadap penjelasan ayat Al- Qur’an yang menyatakan bahwa Allah SWT Didalam adat minang, ketika calon menyukai kebaikan dengan jumlah ganjil. mempelai pria ingin memberikan seserahan itu disebut acara Babako-Babaki. Yang disebut Seserahan yang cukup populer saat ini bako/baki ialah seluruh keluarga dari pihak memang berasal dari tradisi Jawa. Namun ayah. Sedangkan pihak bako ini menyebut demikian, masyarakat penting untuk anak-anak yang dilahirkan oleh keluarga mengetahui tradisi klasik penuh makna mereka yang laki-laki dengan isterinya ini yang dilakukan oleh suku-suku lain di dari suku yang lain dengan sebutan anak Indonesia. Berikut beberapa di antaranya: pusako. Tetapi ada juga beberapa nagari yang menyebutnya dengan istilah anak pisang atau Seserahan dalam Adat Sunda ujung emas. Seserahan dilakukan setelah acara meminang telah selesai dan tanggal telah 476 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Disinilah pada acara babako-babaki, benda yang bernilai ekonomis yang diberikan terlihat kehidupan bergotong royong di antara pihak keluarga calon pengantin perempuan masyarakat hukum adat berlangsung secara (anak daro) kepada pihak calon pengantin laki- meriah, bahwa melepas seorang gadis menuju laki (marapulai) pada saat acara penjemputan mahligai rumah tangga didukung oleh segenap calon pengantin pria (manjapuik marapulai). kerabat baik kerabat dari pihak ibu maupun pihak ayah. Barang yang dibawa untuk Tradisi bajapuik. Tradisi ini bersumber keperluan acara babako adalah: dari kisah pernikahan Rasulullah SAW. Rasulullah dulunya merupakan pemuda 1. Sirih lengkap dalam carano miskin yang bekerja dengan pedagang besar, yaitu Siti Khadijah. Karena Muhammad Di masa lalu daun sirih terkenal di memiliki sifat mulia, dan mendapat gelar al- kalangan wanita karena khasiatnya sebagai amin atau orang terpercaya, Siti Khadijah pun antiseptik pembersih organ intim wanita. menaruh hati padanya. Akhirnya Siti Khadijah Tidak hanya bermanfaat bagi organ yang satu meminta temannya untuk menanyakan pada itu, di desa-desa seperti pedalaman Sumatera, Muhammad apakah bersedia menjadi suami sirih dikonsumsi terutama oleh wanita paruh Khadijah, namun Muhammad merasa kurang baya untuk menyirih. enak, karena ia hanya pemuda miskin yang tak punya apa-apa, mana mungkin dapat menikahi Menyirih diambil dari kata sirih yang Siti Khadijah yang kaya raya. mewakili komponen yang termasuk dalam komposisi menyirih yang terdiri dari daun Namun Siti Khadijah berniat menghormati sirih tentunya, gambir, buah pinang, dan Muhammad, ia pun memberikan sejumlah rajangan daun tembakau kering. Ke semua hartanya pada muhammad agar Muhammad bahan-bahan tersebut dikunyah bersamaan, dapat mengangkat derajatnya dari seorang kecuali rajangan daun tembakau kering yang pemuda miskin menjadi pemuda yang setara digunakan untuk membersihkan gigi dari dengan Siti Khadijah. Akhirnya Siti Khadijah sempilan daun sirih, serta untuk menyerap air dan Muhammad pun menikah. Siti Khadijah liur yang berwarna merah. pun setelah menikah sangat menghormati suaminya dengan memanggil gelarnya, 2. Nasi kuning singggang ayam junjungannya. Hal ini mengisyaratkan hubungan kerja Seserahan dalam Adat Betawi sama antara suami istri harus selalu saling menahan diri dan melengkapi. Ritual diawali Sehari sebelum upacara perkawinan dengan kedua pengantin berebut mengambil dilangsungkan, diadakan suatu acara yang daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi disebut seserahan. Seserahan adalah upacara kuning. Bagian tubuh ayam yang terambil mengantar bahan-bahan yang diperlukan menandakan peranan masing-masing dalam untuk keperluan pesta pada esok harinya dari rumah tangga. Kepala ayam artinya dominan pihak si pemuda. Antaran tersebut berupa dalam perkimpoian. Dada ayam artinya beras, ayam, daging, kambing, sayur-mayur, berlapang dada dan penyabar. Paha dan sayap bumbu-bumbu dapur, dan sebagainya. berarti menjadi pelindung keluarga dan anak- anaknya. Selain kambing dan ayam, semua barang antaran ditempatkan di dalam peti kayu Selain dua barang seserahan tersebut, juga yang disebut shie. Dalam perkembangan masih banyak lagi barang-barang seserahan selanjutnya, shie diganti dengan bentuk lain seperti lazimnya barang-barang seserahan parsel. Tiap macam bawaan dikemas dalam dalam tradisi Jawa, dan lain-lain. satu parsel. Oleh karena itu, semakin banyak barang yang dibawa maka parselnya semakin Satu lagi yang menarik dari pernikahan banyak. adat minang yaitu ada tradisi yang namanya uang japuik. Uang jemputan (Uang Japuik) adalah sejumlah pemberian berupa uang atau Edisi Budaya | 477
Kambing dituntun dan ayam ditempatkan pihak mempelai wanita. dalam keranjang. Peti-peti tadi kemudian dipikul beramai-ramai sambil diarak. Acara Sangjit biasanya dilakukan setelah Maksudnya agar orang mengetahui berapa lamaran dan sebelum upacara pernikahan, jumlah shie untuk seserahan tersebut. atau biasanya antara sebulan sampai minggu sebelum acara pernikahan secara resmi. Upacara seserahan merupakan kewajiban Waktu pelaksanaan prosesi Sangjit umumnya bagi pihak keluarga pengantin laki-laki untuk berlangsung pada siang hari. membantu peralatan pesta yang berlangsung di rumah pengantin wanita. Sementara itu, calon Berikut tata cara dalam prosesi Sangjit: pengantin wanita mulai dipingit di rumah dan dirias oleh seorang perias perempuan, serta 1. Calon mempelai laki-laki biasanya dihibur oleh orang-orang tua khususnya kaum mengenakan kemeja berwarna merah ibu. Selain menghibur calon pengantin wanita, (atau terkadang mengenakan Cheongsam kaum ibu juga memberi nasihat sebagai bekal laki-laki), dan untuk calon mempelai bagi kelangsungan hidup calon pengantin perempuan mengenakan dress berwarna tersebut. merah. Dalam tradisi seserahan masyarakat 2. Wakil keluarga perempuan beserta para Betawi, tak kalah pentingnya bahkan wajib penerima seserahan (biasanya anggota yaitu roti buaya. Roti buaya adalah hidangan keluarga yang telah menikah) menunggu Betawi berupa roti manis berbentuk buaya. di depan pintu rumah. Roti buaya senantiasa hadir dalam upacara pernikahan dan kenduri tradisional Betawi. 3. Dipimpin oleh anggota keluarga yang Suku Betawi percaya bahwa buaya hanya kawin dituakan, rombongan pria pun datang sekali dengan pasangannya; karena itu roti ini membawa seserahan ke rumah si dipercaya melambangkan kesetiaan dalam perempuan. Rombongan ini biasanya perkawinan. wakil keluarga yang belum menikah yang menjadi pembawa nampan seserahan. Pada saat pernikahan, roti diletakkan Dalam beberapa adat kebiasaan lain, orang di sisi mempelai perempuan dan para tamu tua laki-laki tidak ikut dalam prosesi ini. kondisi roti ini melambangkan karakter Teman terdekat diizinkan untuk ikut dan sifat mempelai laki-laki. Buaya secara dalam prosesi ini apabila kekurangan tradisional dianggap bersifat sabar (dalam wakil dari keluarga. menunggu mangsa). Selain kesetiaan, buaya juga melambangkan kemapanan. Roti buaya ini 4. Seserahan diberikan satu per satu secara wajib ada saat pernikahan Betawi. Belakangan, berurutan, mulai dari seserahan untuk selain roti buata juga ada roti kepiting yang kedua orang tua mempelai perempuan, mengantarkan calon mempelai pria ke rumah lalu untuk mempelai wanita, dan wanita. seterusnya. Seserahan (Sangjit) dalam Budaya 5. Barang seserahan yang sudah diterima Tionghoa oleh pihak mempelai wanita, langsung dibawa ke dalam kamar untuk diambil Sangjit adalah salah satu prosesi sebagian. pernikahan dalam budaya Tionghoa. Sangjit dalam bahasa Indonesia berarti proses 6. Setelah itu dilanjutkan dengan ramah seserahan atau proses kelanjutan lamaran tamah. Biasanya pihak keluarga mempelai dari pihak mempelai pria (dengan orang tua, perempuan menyiapkan makan siang. saudara dan teman dekatnya yang masih single) dengan membawa persembahan ke 7. Pada akhir kunjungan, barang-barang seserahan yang telah diambil sebagian diserahkan kembali pada para pembawa seserahan. Dan sebagai balasannya, keluarga wanita pun memberikan 478 | Ensiklopedi Islam Nusantara
seserahan pada keluarga pria berupa diambil jumlah belakang/ekornya saja, manisan dan berbagai keperluan pria sisanya dikembalikan. Misalnya uang (baju, baju dalam, dan lain-lain). pesta diberikan sebesar: Rp. 13.000.000 yang diambil hanya Rp. 3000.000. Apabila Kenapa diserahkan kembali sebagian? keluarga perempuan mengambil seluruh Apabila keluarga wanita mengambil uang pesta, artinya pesta pernikahan seluruh barang yang ada, artinya tersebut dibiayai keluarga perempuan. mereka menyerahkan pengantin wanita sepenuhnya pada keluarga pria dan tak 3) Nampan masing-masing berisikan akan ada hubungan lagi antara si pengantin 18 buah (apel, jeruk, pir atau buah wanita dan keluarganya. Namun bila yang manis lainnya sebagai lambang keluarga wanita mengembalikan separuh kedamaian, kesejahteraan dan rezeki). dari barang-barang tersebut ke pihak pria Nanti ini dikembalikan sebagian kepada artinya keluarga wanita masih bisa turut pihak mempelai pria. campur dalam keluarga pengantin. 4) Sepasang lilin merah yang diikat dengan 8. Wakil keluarga wanita juga memberikan pita merah sebagai simbol perlindungan Angpao ke setiap pembawa seserahan, untuk menghalau pengaruh negatif. maksudnya mendoakan agar para Biasanya yang dipakai lilin dengan motif pembawa seserahan supaya enteng jodoh naga dan Burung Hong. Pihak wanita dan segera menyusul. nanti mengambil 1 pasang, dan 1 pasang lagi dikembalikan kepada pihak pria. Dengan semakin berkembangnya zaman, orang orang cenderung menginginkan 5) Makanan kalengan yang berjumlah 8-12 sesuatu yang simpel dalam persiapan untuk kaleng dan 6-12 kaleng kacang polong. pernikahan mereka. Karena itu, Sangjit pun telah mengalami modernisasi, sehingga Sangjit 6) Senampan berisikan kue mangkok yang ada sekarang ini sudah tidak sekompleks berwarna merah sebanyak 18 seperti dahulu. potong, sebagai lambang kelimpahan dan keberuntungan. Ini pun akan Sesuai dengan tradisi Suku Hakka, dikembalikan sebagian ke pihak pria. nampan isi brides’s daily things ditukar dengan groom’s daily things, yang artinya perhiasan 7) Senampan berisikan dua botol arak dari pihak mempelai wanita, ditukar dengan atau champagne. Pihak mempelai wanita perhiasan dari pihak mempelai pria. Tradisi mengambil semuanya, dan ditukar dengan pihak pria yang akan membawa nampan dan dua botol sirup merah dan dikembalikan pihak wanita yang akan menukar isi nampan/ ke pihak mempelai pria. mengambil sebagian isi nampan. Catatan lain mengenai prosesi Sangjitan: Adapun barang-barang yang umumnya dipersiapkan pihak mempelai pria biasanya 1. Untuk nomor 3-7 di atas diambil sebagian berisi: oleh pihak perempuan dan sisanya dibawa pulang oleh pihak laki laki. 1) Pakaian atau kain untuk mempelai wanita. Maksudnya adalah segala keperluan 2. Pada saat dibawa pulang sekalian diberikan sandang si gadis akan dipenuhi oleh si juga seperangkat pakaian untuk mempelai pria. pria, termasuk dompet, belt, dan lain-lain. Disertakan juga kue-kue, permen atau 2) Uang angpao (ada juga yang bilang uang coklat (manisan) untuk diberikan ke pihak susu) dan uang pesta (masing-masing di laki laki untuk dibawa pulang. amplop merah). Pihak mempelai wanita biasanya hanya mengambil uang angpao 3. Untuk para pembawa nampan dari pihak (uang susu) secara penuh/keseluruhan, laki laki, ibu dari mempelai wanita akan sedangkan untuk uang pesta hanya memberikan/membagikan angpao untuk hoki/keberuntungan. Kalau misalnya Edisi Budaya | 479
akan melangkahi kakak dari mempelai barang-barang seserahan akan diletakkan wanita, maka pihak laki-laki juga harus ataupun dikemas dalam nampan-nampan membawa barang pelangkah, seperti 1 stel yang berjumlah genap, biasanya maksimal pakaian. berjumlah 12 nampan. Pemilihan barang- barang serahan juga tergantung dengan aturan 4. Ada pula mempelai wanita menyertakan yang dianut oleh masing-masing keluarga. pakaian untuk orang tua, tetapi bisa juga pakaian orang tua diberikan pada saat tea Hal yang menarik dari proses Sangjit ini pai. adalah setiap hal yang dipersiapkan dan proses yang dijalankan memiliki maknanya masing- 5. Dalam beberapa acara seremony sangjit masing. Tradisi Sangjit diatas hanyalah yang sangat lengkap, dalam hantaran sekadar tradisi saja. Dilakukan atau tidak, juga ikut disertakan beberapa pasang juga sebenarnya tidak menjadi permasalahan; kemeja dan celana (untuk para pembawa mengingat sekarang zaman sudah semakin nampan, jumlahnya disesuaikan dengan modern, yang menuntut orang untuk jumlah pembawa nampan), sepasang melakukan segala sesuatu dengan simple/ sepatu (mempelai wanita), sepasang praktis. Apalagi jika salah satu pasangan sandal (mempelai pria), dompet (diisi pernikahan bukan berasal dari etnis tionghoa, uang nantinya), belt/gesper, seperangkat bisa menjadi rumit apabila tetap dipaksakan kosmetik, parfum, jam tangan, sepasang untuk diterapkan. baju papa + sandal, sepasang baju mama + sepatu. Cuma agar lebih memudahkan, Sebagai catatan, hal-hal yang dipersiapkan kadang biasanya diganti dengan dalam tradisi Sangjit ini kadang berbeda satu bungkusan Angpao saja. sama lain. Mengikuti kebiasaan/adat daerah masing-masing, juga kadang tergantung Sebelum keluarga calon pengantin pria kemauan dan kemampuan dari keluarga memutuskan barang apa uang akan dibawa kedua mempelai. Jadi, segala macam item dan dalam hantarannya nanti, ada baiknya perlengkapan dalam list diatas hanya sebagai didiskusikan bersama pihak pengantin contoh syang umum saja dan tidak bersifat wanita terlebih dahulu. Setelah ditentukan, mutlak. [Fathoni Ahmad] Sumber Bacaan: Agoes, Artati. Sukses Menyelenggarakan Pernikahan. Jakarta: Garmedia Pustaka Utama, 2001. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sikap Kepercayaan dan Prilaku Generasi Muda Terhadap Upacara Perkawinan, 1999/2000. Ghazali, Adeng Muchtar, Antropologi Agama, Bandung: Alfabeta, 2011. Gitosaprodjo, R.M.S. Pedoman Lengkap Acara dan Upacara Perkawinan Adat Jawa. Surakarta: Cendrawasih, 2010. Hadikusuma, Hilman. Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama. Bandung: Mandar Maju, 1990. HMA. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, Jakarta: Rajawali Pres, 2010. Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1984. Purwadi. Upacara Tradisional Jawa Barat, Menggali Untaian Kearifan Lokal. Bandung: Pustaka Pelajar, 2005 Raga, Rafarl. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Soekanto, Soerjono. Intisari Hukum Keluarga. Bandung: Sitra Aditya Bakti, 1992. Suryani, Elis. Ragam Pesona Budaya Sunda. Bandung: Ghalia Indonesia, 2010. Yatmana, R.M.A. Sudi. Upacara Pengantin: Tata Cara Kejawen. Semarang: Aneka Ilmu, 2001. 480 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Sewelasan Tidak diketahui secara pasti kapan sirri (batin). Ketika zikir mereka terdengar dan bagaimana ide serta gagasan mirip dengungan, orang-orang itu seperti penyelenggaraan tradisi sewelasan ini ekstase. Jari tangan tak henti memetik butir bermula. Namun secara antropologis dan tasbih. Ketika jari berhenti, zikir dilanjutkan di sosiologis memperoleh pembenaran dengan dalam batin. Pada titik ini terjadi ”penyatuan” semakin banyaknya orang yang merasa dengan Yang Maha Esa. Suluk ini merupakan membutuhkan penyelesaian masalah-masalah sarana bagi jemaah untuk menyatukan di dalam kehidupannya, seperti permasalahan diri dengan Tuhan. Lewat suluk ini akan ekonomi, religiositas, kejiwaan dan lain-lain. mempertebal keyakinan kepada Allah SWT Dalam acara sewelasan ini berisi kegiatan sehingga terjadi manunggaling raos dumateng membaca manaqib serta doa-doa yang dalam Gusti. hal ini mereka mengharapkan suatu barakah dalam persepsi mereka masing-masing. Sejarah Sewelasan Sewelasan adalah sebutan untuk Ritual Suluk Sewelasan itu dinyatakan pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qodir sebagai meneruskan tradisi sejak zaman para Jailani R.A. yang dilakukan atau berlangsung wali. Mereka mengaku sebagai ”Jawa deles” setiap bulan pada tanggal 11 (sebelas), adapun (sejati) karena itu mereka memakai bahasa susunan acara dari sewelasan tersebut selain Jawa dalam salawatan sebab bahasa Jawa pembacaan manaqib yang dibaca secara dianggap lebih bisa mengartikulasikan gerak bergantian antar anggota jam’iyah sewelasan batin mereka. Adapun surat Al Quran dan hadis (manaqiban) juga ditambah dengan pembacaan menggunakan bahasa Arab. Suluk Sewelasan tahlil dan mendo’akan orang-orang yang telah diawali Dedalane slamet iku ana lima/Sapa kang meninggal (arwah) dari ahlul bait (tuan rumah nglakoni iku bakal beja/ Kaping pisan taat Allah ) yang ditempati untuk penyelenggaraan acara Kang Kuasa/Kaping pindo taat maring Nabiira/ sewelasan ( manaqiban ) tersebut dan tempat Kaping telu tunduk prentahe negara/Prentahe penyelenggaraannya pun dilakukan secara kang ora nglanggar ing agama/Kaping papat budi bergilir dari rumah anggota satu ke rumah luhur tata krama/Kaping lima ilmu amal kang anggota yang lain sampai merata / urut hingga piguna//. kesemua rumah anggota jam’iyah sewelasan ( manaqiban ) tersebut . Salawat di atas maknanya adalah pedoman bagi umat Islam; taat kepada Allah, taat kepada Tradisi Sewelasan tergolong ritual yang Nabi, tunduk kepada negara, berbudi luhur sudah langka dalam tradisi budaya Islam dan tata krama, serta mengamalkan ilmu yang di Jawa. Tradisi yang dibawa dari Persia ini bermanfaat bagi kehidupan. untuk memperingati hari lahir Syekh Abdul Qadir Jaelani, tokoh sufi dari Baghdad, Irak, Tradisi budaya Islam di Jawa banyak yang jatuh pada tanggal 11 (sewelas). Suluk yang memakai bahasa Jawa sebagai media ini, dalam bahasa Jawa dan Arab, terdiri dari komunikasi. Bahasa Jawa yang digunakan salawat dan zikir—zikir zahir (fisik) dan zikir cenderung sederhana dan merefleksikan Edisi Budaya | 481
pemahaman tentang agama yang tak kelewat pembacaan kitab Nur al Burhan fî Manaqib al- muskil, tetapi justru menjelma menjadi Syaykh ‘Abd al-Qadir al-Jilani, yaitu saduran penghayatan yang personal. dari kitab al-Lujjayn al-Dani yang berisi kisah perjalanan Syaikh ‘Abd al-Qadir Jilani (w Islam yang beradaptasi dengan .1166) (Mujib, 2009: 20-49). kebudayaan Jawa itu dirintis Sunan Bonang lalu dilanjutkan oleh Sunan Kalijaga. Islam Sewelasan merupakan sistem ta‘lim yang berkembang di Indonesia kebanyakan yang digunakan kiai untuk trans-formasi beraliran sufi atau tasawuf karena itu memang nilai, pengetahuan, dan pengalaman, pada lebih mengena dengan kultur masyarakat santri/jemaah. Nilai-nilai diperoleh dari sirah setempat, terutama di Jawa. Dalam bentuk (biografi) Syaikh ‘Abd al-Qadir al-Jilani dan seni musik, adaptasi Islam dalam Jawa para awliya’ lainnya. Demikian juga, materi itu juga terekspresikan lewat santiswaran pengetahuan dielaborasi dari sumber bacaan (lagu puji-pujian), yang merupakan paduan buku manaqib. Sementara itu, pengalaman kiai antara hadrah dan karawitan Jawa sehingga dalam menapaki suluk (per-jalanan) menuju menghasilkan musik yang indah. Allah seringkali dipaparkan dalam sewelasan. Di samping itu, sewelasan digunakan sebagai Sewelasan (Manaqib) adalah Budaya yang media latih dzikrullah secara bersama- sejak lama telah berlangsung dan berjalan sama. Media simbol, cerita tentang kisah hingga sampai saat ini masih terus dilakukan. perjalanan seorang Sufi, dialog, dan Tanya Di suatu desa tidak hanya terdapat satu jawab digunakan untuk menyampaikan materi jam’iyah sewelasan ( Manaqiban ) saja tetapi dalam sewelasan. banyak sekali karena setiap RT terdapat satu bahkan ada yang tidak hanya terdapat satu Makna Tradisi Sewelasan saja teapi ada juga yang terdapat dua jam’iyah sewelasan (Manaqiban) dan yang kesemua Tradisi Sewelasan Sebagai Tradisi Ritual itu pelaksanaannya dilaksanakan serentak Keagamaan merupakan tradisi keagamaan pada tanggal sebelas setiap bulan Qomariyah yang keberadaannya terbentuk secara turun dan anehnya jam’iyah ini tidak pernah libur temurun. Bentuk peringatan tradisi ini meskipun tanggal 11 bulan Syawwal yang merupakan suatu wujud penghormatan artinya masih berdekatan dengan hari raya terhadap seorang tokoh sufi yang berjasa Idul Fitri dan tanggal 11 bulan dzul hijjah ( dalam penyebaran agama Islam. Kegiatan besar ) yang masih termasuk pada kategori yang berlangsung setiap satu tahun sekali ini hari tasyrik (11,12 dan 13 bulan dzul hijjah ) memberikan pengaruh positif terhadap para dan masih berdekatan dengan Hari raya Idul santri secara khusus dan masyarakat di sekitar Adlha. pesantren secara umum. Waktu pelaksanaann acara sewelasan Tradisi sewelasan atau lebih jelasnya (manaqiban) pun selalu dilaksanakan setelah peringatan haul Syeikh Abdul Qodir Jaelani selesai melaksanakan sholat isya’ atau sekitar ini memberikan makna yang Islamis terhadap pukul 21.00 WIB dan biasanya berlangsung pelakunya. Dalam prakteknya, kegiatan ini sampai denga pukul 22.00 WIB, setelah acara melakukan berbagai amalan yang berorientasi sewelasan (manaqiban) tersebut selesai tidak pada ritual peribadatan guna meningkatkan kesemua annggotanya yang langsung pulang keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT. menuju rumah masing – masing, ada yang Selain itu, peringatan haulyang pada dasarnya bercengkrama dengan teman satu jam’iyahnya arti haulmerupakan suatu peringatan atas dan ada pula yang langsung pulang menuju wafatnya seorang tokoh agama Islam, hal ini rumahnya masing-masing. memberikan suatu makna terhadap pelaku tradisi sewelasanyang mana setiap manusia Majlis Sewelasan ini menurut Suwito NS pada akhirnya akan kembali kepada yang maha (2011) yang selalu diikuti oleh hampir seribu kuasa dan mempertanggungjawabkan segala jemaah. Majlis ini berisi rangkaian acara 482 | Ensiklopedi Islam Nusantara
perbuatannya selama di dunia. Secara tidak Acara Sewelasan di Pondok Pesantren Nurun Najih langsung, kegiatan ini akan mengingatkan Mangkang Semarang. akan adanya tahap kematian pada manusia. Dengan mengingat terhadap adanya kematian, Sumber: http://nurunnajihmangkang.blogspot.co.id/ setidaknyamanusia akan senantiasa berhati- hati dalam melakukan segala sesuatu, serta Dari pernyataan hadits diatas sudah jelas, selalu berbuat kabajikan dan senantiasa bahwa kita dianjurkan untuk beramal dan beribadah kepada Allah SWT. menginfakkan sebagian harta kita walaupun hanya sedikit, selain itu dengan kita beramal Di dalam kegiatan sewelasan, terdapat maka Allah akan memberikan imbalan kepada beberapa amalan keagamaan yang pada kita berupa rezeki yang setimpal. hakikatnya bernilai ibadah yang berguna untuk peningkatan keimanan terhadap sang Dalam agama Islam, sedekah merupakan pencipta. Di antaranya yaitu pembacaan ibadah yang sangat dianjurkan, dimana manaqib serta doa-doa yang ditujukan kepada kita bisa saling membantu orang-orang di sang pencipta Allah SWT, menganjurkan pada sekitar kita yang membutuhkan. Selain itu hambaNya untuk senantiasa beribadah dan dalam hadits juga telah disebutkan bahwa berdoa agar ditunjukkan jalan kebenaran, pahala sedekah atau amal jariah merupakan seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat salah satu dari ibadah yang pahalanya Al-Baqarah ayat 186: akan tetap mengalir walaupun orang yang mengerjakannya sudah meninggal dunia. Nabi Artinya: Dan apabila hamba-hamba- SAW bersabda: “Apabila manusia mati, maka Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat Aku mengabulkan permohonan orang yang dan anak sholeh yang mau mendoakan kedua berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka orang tuannya.” hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman Tradisi Sewelasan Sebagai Perekat kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam Masyarakat kebenaran.(Q.S. Al-Baqarah, 186). Indonesia merupakan Negara kesatuaan Tradisi sewelasan juga mengandung unsur yang terdiri lebih dari tujuh belas ribu pulau, sedekah. Bagi para santri kalongan yang ikut lebih dari lima belas ribu suku yang mempunyai dalam kegiatan ini masing-masing membawa keragaman budaya, dan terdiri dari enam berkat (sajian) dari rumahnya. Berkat itu agama resmi dan beragam kepercayaan. berupa nasi dan lauk ayam kampung. Keragaman ini menjadikan Indonesia sebagai Negara yang besar dan keragaman Membawa makanan tersebut bertujuan untuk mendapat berkah atas amal yang telah dilakukan. Selain itu, kita juga diharamkan untuk bersifat bakhil antar sesama, karena bakhil dapat mempersempit rezeki, seperti yang disebutkan dalam hadits: Dari Asma’ binti Abu Bakar RA, dia berkata, “Saya telah berkata, ‘Wahai Rasulullah SAW, saya tidak memiliki sesuatu apapun kecuali apa yang telah Zubair berikan pada rumah tangganya, apakah aku memberikan sebagiannya? “ Beliau bersabda, “Maka infakkanlah, dan janganlah kamu bakhil, sehingga Allah akan mempersempit rezeki- Nya kepadamu. “(shahih, Muttafaq Alaih)”. Edisi Budaya | 483
budaya tersebut menjadi tanda jati diri menghilangkan kebudayaan aslinya. bangsa. Kedatangan Islam di nusantara dan penyebarannya kepada golongan bangsawan Perlu dipahami bahwa agama merupakan dan rakyat umumnya dilakukan secara damai. sistem keyakinan yang dianut dan diwujudkan Jika terdapat peperangan antar kerajaan, hal oleh penganutnya dalam tindakan-tindakan itu bukan karena persoalan agama namun keagamaan di masyarakat dalam upaya karena dorongan politis untuk menguasai memberi respon dari apa yang dirasakan dan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. diyakini sebagai sesuatu yang sakral. Tradisi sewelasan merupakan salah satu tindakan Sewaktu Islam masuk ke tanah Jawa, keagamaan yang diyakini oleh masyarakat masyarakat telah memiliki kebudayaan yang dan keberadaannya dianggap sakral. Agama mengandung nilai dari agama sebelumnya mengandung ajaran dari nilai-nilai sosial seperti agama animisme, dinamisme, hindu, pada penganutnya sehingga ajaran agama dan budha. Maka dengan masuknya islam tersebut merupakan suatu elemen yang ke indonesia kususnya tanah Jawa terjadi membentuk sistem nilai budaya. Sama halnya perpaduan unsur-unsur pra hindu, budha, dan dengan tradisi sewelasan yang secara tidak islam. langsung membentuk nilai budaya santri dan masyarakat disekitarnya. Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran- saluran Islamisasi yang berkembang ada Agama juga di pahami sebagai sistem enam, yaitu saluran perdagangan, saluran yang mengatur hubungan antar manusia dan perkawinan, saluran tasawuf, saluran tuhan, manusia dengan manusia lainnya, dan pendidikan, saluran kesenian, saluran politik. manusia dengan lingkungannya, yaitu dalam Pengajaran-pengajaran tasawuf atau para sufi, bentuk pranata-pranata agama. Adapun mengajarkan teosofi yang bercampur dengan budaya dimaknai sebagai pola bagi kelakuan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yang terdiri atas serangkaiaan aturan-aturan, Indonesia. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam resep, rencana, dan petunjuk yang di gunakan yang diajarkan kepada penduduk pribumi manusia untuk mengatur tingkah lakunya. mempunyai persamaan dengan alam pikiran Jadi kebudayaan bukanlah sesuatu yang mereka yang sebelumnya menganut agama hadir secara alamiyah, melainkan ia disusun Hindu, sehingga agama baru itu mudah oleh manusia itu sendiri. Manusia yang dimengerti dan diterima. menciptakan ide, tingkah laku, dan pranata sosial itu sendiri. Dalam hal ini sudah terbukti dalam catatan sejarah bahwasannya masyarakat Tradisi sewelasan diciptakan oleh telah mengalami proses penerapan keyakinan. beberapa guru terdahulu. Dari adanya tradisi Keyakinan tersebut berakulturasi dengan ini kemudian membentuk tingkah laku santri kebudayaan yang kemudian menjadi pegangan dalam mengatur hubungannya dengan Allah hidup bagi masyarakat. Sama halnya dengan dan manusia lain disekitarnya. Unsur budaya tradisi sewelasan. Tradisi ini telah berefolusi yang terdapat dalam tradisi ini dapat dilihat menjadi keyakinan yang berakulturasi dengan dari simbol-simbol sajian yang terdapat dalam kebudayaan yang kemudian dipegang oleh tradisi sewelasan. Dalam tradisi ini diharuskan para santri. membuat sajian berupa nasi dan lauk berupa ayam kampung yang dimasak utuh (tidak Akulturasi budaya diartikan sebagai dipisahkan antara kepala, sayap, badan dan suatu proses perubahan sebuah kebudayaan kaki). Tidak ada ketentuan dalam Islam karena kontak langsung dalam jangka waktu mengenai jenis sajian yang diperuntukkan yang cukup lama dan terus menerus dengan dalam upacara haul. Akibat dari tradisi yang kebudayaan lain atau kebudayaan asing ada secara turun temurun menjadikan hal yang berbeda. Kebudayaan tadi dihadapkan tersebut menjadi keharusan dalam tercapainya dengan unsur-unsur lain yang lambat laun kesempurnaan dalam prosesi tradisi sewelasan. diterimanya sebagai kebudayaan sendiri tanpa 484 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Tradisi Sewelasan Sebagai Media laki-laki bertugas dalam pemotongan dan Sosialisasi pembersihan bulu-bulu ayam sedangkan bagi santri perempuan bertugas memasak nasi Manusia tidak dapat hidup dalam dan memasak ayam yang sudah dipotong dan lingkungan ini secara sendiri, antara satu dibersihkan tersebut. Terdapat ratusan ekor dengan yang lain pasti memiliki hubungan ayam kampung yang dimasak dalam acara timbal balik yang tidak dapat dipisahkan. ini sehingga membutuhkan kerja sama yang Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan tinggi guna menyelesaikannya sebelum acara hidup tanpa adanya bantuan orang lain, dan sewelasan dimulai. kita sering tidak sadar bahwa hidup kita didapat dari pemberian orang lain. Selain itu, Makna sosial lain yang terkandung manusia juga tidak dapat dipisahkan dengan dalam tradisi sewelasan ini yaitu nilai saling lingkungannya. Oleh sebab itu manusia mengasihi dengan kegiatan beramal. Bagi dikatakan sebagai satu kesatuan yang terpadu santri kalongan, untuk hidangan berupa nasi atau yang biasa dikatakan sebagai sosial dan lauk ayam kampung tersebut mereka bawa kemasyarakatan. sendiri dari rumahnya, itu sama halnya dengan beramal untuk para santri lain yang kondisi Tradisi sewelasan ini juga mengandung ekonominya kurang terpenuhi. Jadi tradisi nilai-nilai sosial. Pengertian dari sosial sendiri sewelasansecara tidak langsung mengajarkan adalah segala sesuatu mengenai masyarakat, pada para santri terhadap kepedulian antar dan peduli terhadap kepentingan umum. sesama. Secara tidak langsung tradisi sewelasan ini dapat menumbuhkan rasa persaudaraan Transformasi Ide Kiai Terhadap Para bersama di lingkungan masyarakat. Bukti Santri konkritnya adalah dengan berkumpulnya para santri dan masyarakat guna melakukan prosesi Tradisi sewelasan muncul di pesantren tradisi sewelasan tersebut. Ketika mereka berdasarkan atas transformasi yang diberikan berkumpul dalam satu tempat, tidak menutup oleh gurunya ketika beliau menimba ilmu di kemungkinan bagi mereka untuk melakukan suatu pesantren, kemudian diterapkan kepada kontak antara satu dengan yang lain. Para para santrinya sekarang. Dengan adanya santri berkumpul menjadi satu dari berbagai penurunan ide kiai terhadap santri tersebut daerah dan berbagai lapisan masyrakat, guna menjadikan tradisi sewelasan dapat bertahan mengikuti prosesi kegiatan tradisi sewelasan dan lestari keberadaannya hingga sekarang. ini. Dengan berkumpulnya mereka tersebut Dalam bukunya Islam Pesisir, Prof. Dr. Nur maka hubungan sosial antara mereka dapat terjalin. Dalam kenyataan lain, tardisi sewelasan ini juga mengandung nilai sosial yaitu gotong royong. Ketika acara belum dimulai, pagi hingga sore hari para santri bergotong royong memasak untuk digunakan sebagai hidangan ketika acara dilaksanakan. Bagi santri kalongan ada yang membawa masakan dari rumahnya dan bagi santri menetap juga menyiapkan masakan bersama-sama di dalam pesantren. Tak heran jika kegiatan gotong royong itu dilakukan, karena hidangan yang dimasak sangatlah banyak. Hidangan yang dimasak yaitu nasi dengan lauk ayam kampung. Bagi santri Edisi Budaya | 485
Syam mengatakan tentang pelestarian suatu pegang dan ia jalani selama ini menjadi tradisi sebagai berikut: tradisi yang diwajibkan. Berpegang pada tradisi, dalam bahasa Jawa nguri-uri tradisi, Setiap tradisi dilestarikan melalui proses pada suatu masyarakat menjadi tanda pelembagaan yang dilakukan oleh kaum kuatnya ikatan pada hal-hal yang selama ini elitnya. Dalam pelembagaan tradisi tersebut, mereka jalankan. Dapat kita sadari bahwa sesungguhnya dimaksudkan agar tradisi yang kebudayaan merupakan sesuatu yang tidak memiliki rangkaian panjang dengan tradisi mudah berubah. Jika setiap pedoman bagi sebelumnya tidak hilang begitu saja, akan kehidupan tersebut berubah, maka kehidupan tetapi menjadi bagian tak terpisahkan dari manusia akan menjadi kacau. Mekanisme yang generasi ke generasi berikutnya. Inilah yang menahan perubahan-perubahan kebudayaan disebut sebagai pewarisan nilai, kebiasaan, tersebut adalah nilai-nilai budaya itu sendiri. moral, dan ajaran-ajaran suci yang diabsahkan Sebab, nilai-nilai budaya tersebut berisikan melalui proses transformasi, sosialisasi, dan keyakinan-keyakinan yang menjadi pedoman enkulturasi. bagi kehidupan masyarakat. Dan, bertahan atau tidaknya suatu nilai budaya disebabkan Dari definisi di atas dapat diartikan oleh kuat dan mendalamnya keyakinan- keyakinan keagamaan yang mengejawantah bahwa suatu tradisi akan dapat tetap eksis jika dalam bentuk kebudayaan, karena pada saat nilai-nilai budaya suatu kebudayaan itu terdapat pihak yang dinilai dapat berpengaruh berintikan atau berasaskan keyakinan agama, ia bersifat sakral dan suci. kepada masyarakat yang mampu memberikan Dalam hal kebudayan, sebenarnya selalu kesadaran terhadap mereka agar tradisi ada kemungkinan bahwa kebudayaan atau ideologi yang lebih tinggi akan mempengaruhi tersebut tetap dilakukan dan dapat lestari dari kebudayaan atau ideologi yang kurang kuat dan ideologi yang kuat akan merubah ideologi yang generasi ke generasi. Terdapat beberapa media kurang kuat. Namun hal ini bergantung pada situasi saat itu. Sama halnya dengan budaya sebagai alat transformasi suatu tradisi dari tradisi sewelasan. Karena kuatnya ideologi yang ditransformasikan oleh kiai terhadap kiai terhadap para santri. Di antaranya yaitu santri tentang makna tradisi sewelasan ini, kemudian menjadikan mereka merasa melalui forum pengajian ketika di pesantren. bahwa peringatan sewelasan ini perlu untuk dilaksanakan dan dilestarikan agar budaya ini Dalam pengajian tersebut, seoarang guru/ tidak hilang atau berubah. kiai dapat menjelaskan kepada santri tentang Islam menggalakkan para pemeluknya agar selalu mengadakan barang yang belum seberapa penting tradisi tersebut harus ada, merintis jalan yang belum ditempuh, membuat inisiatif dalam hal keduniaan dilakukan serta berbagai manfaat yang yang memberi manfaat kepada masyarakat. Meskipun kita mengerti dan pernah melakukan ditimbulkan dari melakukan tradisi itu. Melalui suatu tradisi dalam kebudayaan, namun tidak menutup kemungkinan untuk kita seleksi penjelasan dalam pengajian tersebut kemudian apakah tradisi tersebut berkontribusi positif atau tidak. Seperti yang disebutkan oleh menimbulkan penguatan-penguatan Endang Saifuddin dalam bukunya “Agama dan Kebudayaan” tentang sikap yang seharusnya (reinforcement) terhadap adanya suatu tradisi. dimiliki para muslim terhadap kebudayaan: Melalui proses penguatan yang dilakukan secara berkali-kali kemudian menjadikan hal tersebut sebagai tindakan yang disadari akan arti penting serta maknanya bagi kehidupan. Selain itu, pemberian pengalaman kepada para santri (enkulturasi) juga dapat berpengaruh terhadap eksisnya suatu tradisi. Ketika para santri terlibat dalam prosesi tradisi sewelasan, maka secara langsung atau tidak langsung akan memberikan pengalaman terhadap para santri tentang anggapan pentingnya pelaksanaan sewelasan. Ketika para santri sudah mengerti akan makna tradisi sewelasan serta telah mempraktekkannya, maka hal itu akan menimbulkan pada sesuatu yang telah ia 486 | Ensiklopedi Islam Nusantara
Pertama, umat Islam memelihara Islam harus menyelenggarakan Islamisasi unsur-unsur, nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan. kebudayaan yang sudah ada yang positif; Kedua, umat Islam menghilangkan unsur-unsur, nilai- Dengan memahami secara benar, dari nilai dan norma-norma kebudayaan yang segi ilmiah dan dari segi akidah-dieniyah, sudah ada yang negatif; Ketiga, umat Islam tentang agama Islam dalam kaitannya dengan menumbuhkan unsur-unsur, nilai-nilai dan kebudayaan (dan peradaban), berarti kita norma-norma kebudayaan yang belum ada yang memelihara kesejatian dan orisinalitas agama positif; Keempat, umat Islam harus bersikap Islam sebagai agama wahyu, dan menempatkan receptive, selective, digestive, assimilative dan secara proposional kedudukan agama dan transmissive terhadap kebudayaan umumnya; kebudayaan pada posisinya sendiri-sendiri, Kelima, umat Islam harus menyelenggarakan mendudukkan nisbah, relasi dan relevansi pengudusan atau penyucian kebudayaan, antara agama dan kebudayaan menurut garis agar kebudayaan tersebut sesuai,sejalan, atau akidah Islam. tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma Islam sendiri; tegasnya: umat [Zainul Milal Bizawie] Sumber Bacaan Ardus M Sawega , Seni Budaya Islam, Transformasi Tradisi dan Indahnya Beragama, Koran KOMPAS, Senin, 5 Oktober 2009 Suwito NS, TRADISI SEWELASAN SEBAGAI SISTEM TA‘LIM DI PESANTREN, STAIN Purwokerto Mas’ud, Abdurrahman. 2004. Intelektual Pesantren Perhelatan Agama dan Tradisi. Yogyakarta: LKiS. Mujib, Ahmad. 2009. “Tuhan, Alam, dan Manusia: Telaah atas Ajaran T asawwuf Syaykh ‘Abd al-Qadir al-Jilani”. Disertasi. Jakarta: PPs UIN Syarif Hidayatullah. Nizami, Khalid Ahmad. 2003. “Tarekat al-Qadiriyyah” dalam Seyyed Hossein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam: Manisfestasi. Terj. Tim Penerjemah Mizan. Bandung: Penerbit Mizan. Wahid, Abdurrahman. 1999. “Pondok Pesantren Masa Depan” dalam Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, dalam Marzuki Wakhid dkk (Ed.). Bandung: Pustaka Hidayah. Achmad Sunarto, Bekal Juru Dakwah, (Surabaya: Al-Hidayah, 1998) Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008) Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1984) Kuntowijoyo dkk, Agama dan Pluralitas Budaya Lokal, (Surakarta: Penerbit Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2003) Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: Shalahuddin Press dan Pustaka Pelajar, 1994) Endang Saifuddin, Agama dan Kebudayaan, (Bandung: PT. Bina Ilmu Surabaya, 1979) Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998), 22. Edisi Budaya | 487
Singir Singir merupakan bentuk puisi Jawa baru itu, kitab-kitab yang diajarkan di pesantren yang berkembang di kalangan masyarakat pun sebagian di antaranya berbentuk puisi santri, terutama di daerah pesisiran. atau nazam. Dengan demikian, komunitas Dilihat dari namanya, singir merupakan pesantren sudah lama mengenal ilmu prosodi derivasi dari kata Arab, yaitu syi’r, yang berarti puisi Arab dan karya-karya puisi Arab atau puisi. Meskipun demikian, akar etimologis syi’r. kata singir yang berasal dari bahasa Arab tersebut tidak berarti sumber kesastraannya Tidak berbeda dengan puisi Arab dan singir berasal dari Arab, tetapi dimungkinkan ilmu prosodinya yang sudah lama dikenal oleh berasal dari puisi Melayu yang dikenal sebagai masyarakat santri Jawa, kesusastraan Melayu, syair. Kemunculan singir tersebut dalam baik dalam genre puisi maupun prosa, juga panggung sejarah kebudayaan Jawa telah sudah lama masuk ke Jawa, terutama di daerah memberi warna tersendiri bagi perkembangan pesisiran. Beberapa karya sastra Melayu kesusastraan Jawa yang sebelumnya telah digubah dan diterjemahkan ke dalam bahasa telah mengenal kakawin, geguritan, parikan, Jawa, yang tersebar tidak hanya di kawasan dan tembang macapat. pesisiran, tetapi juga di lingkungan kraton Jawa. Dengan demikian, masyarakat santri Dalam konteks sejarah perkembangan Jawa sudah lama mengenal syair Melayu. puisi Jawa, pertumbuhan dan perkembangan singir termasuk baru jika dibandingkan dengan Pengenalan masyarakat santri Jawa puisi Jawa lainnya, seperti kakawin dan terhadap syi’r Arab dan syair Melayu tersebut macapat. Jika kakawin tumbuh dan berkembang di atas diperkuat oleh kenyataan bahwa pola pada periode pra-Islam, sementara macapat singir Jawa sebagian memang mengikuti pola diperkirakan tumbuh dan berkembang sejak syi’r Arab dan sebagian yang lain mengikuti abad ke-16, maka, berdasarkan bukti-bukti pola syair Melayu. Dalam hal ini, sebagian singir tekstual, singir tumbuh berkembang di Jawa Jawa mengikuti pola syair Melayu dilihat dari pada abad ke-19. Adapun terkait dengan segi sistem pembaitan dan rimanya, yakni tiap sumber kesastraaannya, jika kakawin berakar bait terdiri atas empat larik, tiap larik umunya dari tradisi puisi India, sementara macapat terdiri atas 12 suku kata, dan dengan pola rima merupakan puisi asli Jawa, maka singir, sesuai a-a-a-a; dan sebagian lagi mengikuti pola syi’r dengan namanya, tampak memperlihatkan Arab, yakni tiap bait terdiri atas dua paruh pertautannya dengan syi’r Arab di satu pihak bait (syatr) dengan pola rima a-a-b-b, yang dan syair Melayu di pihak lain. dikenal sebagai rima muzdawij yang umumnya digunakan sebagai rima nazam Arab. Pertautan singir dengan syi’r Arab tampaknya didukung oleh kenyataan bahwa Perubahan dan perkembangan singir dari pertumbuhan dan perkembangan singir di yang semula mengikuti pola syair Melayu kalangan masyarakat santri dan pesisiran ke pola puisi Arab tampaknya, seperti yang berbanding lurus dengan pengajaran ilmu terlihat pada bentuk singir pada abad akhir prosodi Arab yang dikenal dengan ilmu arudh ke-19, tampaknya tidak dapat dilepaskan dari di pesantren-pesantren di Nusantara. Selain perkembangan pesantren sebagai institusi pendidikan Islam. Sebagaimana diketahui, 488 | Ensiklopedi Islam Nusantara
pesantren merupakan lembaga pendidikan ilmiah keagamaan, seperti singir tentang Islam yang berakar pada kebudayaan lokal tajwid, sebagai materi pelajaran di pesantern Nusantara, tetapi berorientasi internasional. atau madrasah diniyyah. Dalam konteks ini, Dari yang semula tampak sebagai padepokan singir seperti itu serupa dengan nazam Arab atau peguron, dalam perkembangannya, yang berisi pengetahuan ilmiah, seperti nazam seperti yang tampak pada abad ke-18 Imrithi, Alfiyah, dan lain sebagainya, yang dan ke-19, pesantren akhirnya mencapai menjadi materi pelajaran tata bahasa Arab di kemapanannnya sebagai pusat transmisi Pesantren. Telah menjadi tradisi pengajaran tekstual ilmu pengetahuan Islam, termasuk di pesantren, kitab-kitab yang ditulis dalam ilmu-ilmu alat sebagai bantunya. Dalam hal bentuk nazam, terutama yang masuk dalam ini, yang diajarkan di pesantren adalah ilmu- kategori ilmu-ilmu alat, cenderung dihafalkan, ilmu ushuluddin, syariat, dan ilmu-ilmu alat, bahkan untuk pesantren tertentu wajib seperti nahwu, sharaf, dan balaghah. dihafalkan dengan sistem setoran di hadapan guru atau kyai pesantren. Dengan demikian, Terlepas dari perbedan dua pola pembacaan kitab nazam dengan cara hafalan singir Jawa di atas, keberadaan singir bagi merupakan tradisi pesantren yang tetap masyarakat santri Jawa memiliki fungsi sosial bertahan sampai sekarang. sebagaimana umumnya fungsi sosial karya sastra, yakni menghibur dan mendidik. Fungsi Halyangmenarik,ditengahkehidupan menghibur terletak pada pola singir yang yang semakin modern, tradisi pembacaan terikat oleh jumlah kata atau suku kata dan singir di sebagian masyarakat santri Jawa tetap pola rimanya yang kemudian dilagukan dalam bertahan, baik di masjid, musalla, pesantren, prosen pembacaan secara bersama-sama oleh maupun di majlis taklim untuk masyarakat kalangan santri. Pembacaan singir tersebut luas. OJumlah bait singir yang tidak terlalu dikenal sebagai singiran, dan biasanya dibaca panjang dan tekanan pada pada aspek bunyi sebelum memulai pengajian, dan untuk singir seperti yang terlihat pada pola rima, baik tertentu yang berisi puji-pujian bahkan dibaca pola a-a-a-a maupun a-b-a-b, membuat singir sebelum shalat berjamaah di masjid atau di mudah dihafal dan enak dilagukan. Oleh musalla sambil menunggu kedatangan imam karena itu, tidak mengherankan jika singir shalat. Sementara itu, untuk fungsi mendidik digemari oleh masyarakat santri Jawa. Fungsi dalam singir terletak pada gagasan atau isi sosial singir yang menghibur dan sekaligus yang terkandung dalam singir, seperti cerita mendidik tampaknya menjadi faktor yang atau sejarah tentang Nabi Muhammad, nasihat membuat tradisi pembacaan singir tetap kepada para pelajar, dan lain sebagainya. Fungsi bertahan sampai sekarang. didaktis singir semakin dominan jika isi yang terkandung dalam singir adalah pengetahuan [Adib M Islam] Sumber Bacaan Karel A. Steenbrink, Mencari Tuhan dengan Kacamata Barat, 1988, hlm. 141; Muzakka, Singir sebagai Karya Sastra Jawa, 2002, hlm. 39-40. Edisi Budaya | 489
Sinoman Definisi Sinoman tujuan kebersamaan dan kegotong-royongan membantu sesama. Sedangkan dalam kamus Sebelum membicarakan sinoman lebih Jawa atau “Bausastro Jawi”, karangan WJS lanjut, maka ada baiknya mengetahui arti Poerwadarminta, kata “Sinom”, artinya: atau definisi dari sinoman. Ada beberapa pucuk daun, daun asam muda, bentuk rumah versi dari pendefinisian arti kata ‘sinoman’ limas yang tinggi dan lancip, nama tambang itu sendiri sebagai bentuk keanekaragaman mocopat, dan nama bentuk keris. Tetapi, opini masyarakat Jawa. Namun pada akhirnya jika kata Sinom mendapat tambahan akhiran kesemuanya itu akan membentuk, mengerucut “an”, menjadi “Sinoman”, maka maknanya pada satu kesimpulan yang sama, satu menjadi: anak muda yang menjadi peladen pengertian atau esensi yang sama. Pertama, di kampung saat acara hajatan, peladen bila dirujuk langsung pada pembentuk kata itu pesta atau perhelatan, tolong menolong saat sendiri sebagai kata dasar, ‘nom’ yang dalam mendirikan rumah, kerukunan atau gotong- bahasa Jawa berarti muda, maka kata sinoman royong. Tetapi di balik semua makna itu, bisa diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan terkandung suatu potret budaya yang amat dengan para pemuda. Kedua, bila menilik luhur dan terpuji. Sebab, kegiatan sinoman itu atau mengambil versi dari salah satu tembang adalah bekerjasama, bergotong-royong yang macapat ‘sinom’, dalam serat Purwakara dilakukan secara sukarela untuk kepentingan diartikan sebagai seskaring rambut yang berarti orang lain dan bersifat komunal. anak rambut. Selain itu, sinom juga diartikan ‘daun muda’ sehingga kadang-kadang diberi Sesuai dengan asal-muasal kata isyarat dengan lukisan daun muda. “Sinoman” adalah kumpulan anak muda yang suka bergotongroyong, maka di sini kegiatan Ketiga, bila dilihat dari bentuk kata amal dan sosial harus diutamakan. Artinya, kerjanya yaitu ‘nyinom’, maka kurang lebih kegiatan sinoman, harus bertujuan untuk artinya adalah sebuah perkumpulan atau membantu sesama dan demi kepentingan organisasi yang terdiri para pemuda untuk bersama. Kecuali itu, kegiatan sinoman harus membantu orang lain dalam mempunyai mampu menghadapi tantangan zaman yang hajat. Pendapat lain ada yang menyatakan serba komersial dan bernuansa bisnis. bahwa ‘sinom’ ada kaitannya dengan upacara- upacara bagi anak-anak muda zaman dahulu. Berdasar catatan sejarah yang ada, Dari pendapat-pendapat tersebut, maka dapat sinoman pada awalnya memang sekedar wadah diambil kesimpulan sebagai pendefinisian untuk menampung keinginan sekumpulan ‘sinoman’ itu sendiri yaitu sebuah kegiatan anak muda. Mereka ini ingin memperoleh yang dilakukan para pemuda dalam sebuah pengakuan sebagai insan yang dipercaya dalam desa untuk membantu tetangganya yang bidang sosial. Karena kegiatan gotong-royong sedang mengadakan hajatan atau syukuran, merupakan panggilan hati nurani, maka hal baik syukuran pernikahan, sunatan, ataupun ini tidak sulit untuk diwujudkan. Walaupun kematian. demikian, perlu ada pendorong yang mampu menjadi pelopor sebagai penggerak. Jelas di Sinoman memiliki pengertian sing para sini, sinoman sebagai kegiatan anak muda, nom-noman atau para pemuda yang memiliki maka motor penggeraknya pun harus para 490 | Ensiklopedi Islam Nusantara
pemuda. Sudah menjadi hukum alam, bahwa Dalam bahasa Jawa atau Sansekerta, kuat kaum muda merupakan tulang punggung karena rukun dan rukun karena kuat, disebut: penggerak kegiatan dalam masyarakat. Tidak “Dharma Eva, Hato Hanti”. Kuat karena hanya di bidang sosial dan rumahtangga, bersatu dan bersatu karena kuat. Jadi, motto tetapi lebih jauh lagi, yakni sebagai patriot “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, pembela bangsa dan negara. adalah sebuah kenyataan. Dan semua aspek kerukanan,persatuan dan kegotong-royongan Sinoman mempunyai beberapa tujuan telah terwakili dengan adanya perkumpulan yang baik dalam hubungan antar sesama sinoman tersebut. masyarakat. Pertama, Meringankan beban orang lain yang mempunyai hajatan. Kedua, Pada tahun 1930-an di Surabaya kegiatan Mewujudkan suatu bentuk gotong royong atau sinoman sudah tertata rapi. Mempunyai sebuah kebersamaan bagi warga masyarakat pengurus tetap dan banyak inventaris. di daerah tersebut. Ketiga, Merperkokoh tali Barang-barang milik sinoman itu diperoleh silaturahmi antar warga masyarakat. Keempat, dari sumbangan dan bantuan warga secara Memperluasjaringanbersosialisasiantar warga sukarela, maupun dibeli dengan uang kas.Jadi masyarakat. Kelima, Menumbuhkan semangat dalam hal ini dapat dipahami bahwa sumber kepemudaan bagi para sinoman itu sendiri. pendanaan organisasi ini adalah murni dari Kelima, Membudayakan tradisi tersebut bagi iuran sukarela para anggotanya. generasi muda agar kegiatan ‘sinoman’ tidak luntur seiring dengan perkembangan zaman Sinoman memiliki posisi sentral dalam yang semakin modern ini (Imam Sutardjo: kehidupan masyarakat kampung. Seorang 2008). kepala sinoman atau pemimpin sinoman merupakan jabatan yang lebih elite dan Sejarah dan Perkembangannya prestisius bila dibandingkan dengan kepala kampung dalam pandangan masyarakat Istilah sinoman muncul pertama kali abad Surabaya. Sehingga memperoleh jabatan 14 di daerah pesisir utara dengan pembatasan sebagai kepala sinoman merupakan suatu daerah dari Tuban sampai dengan Pasuruan. kebanggaan tersindiri meskipun dalam Kemudian tradisi ini mulai tumbuh di setiap menjalankan kewajiban tersebut tidak digaji kampung di Surabaya dengan memiliki dan bersifat sukarela. Seorang kepala sinoman kegiatan membantu warga yang tertimpa dipilih secara umum, demokrasi, terbuka musibah seperti kematian ataupun warga yang berdasarkan atas kemampuan kepemimpinan, memiliki hajatan dengan menjadi peladen atau berjiwa leadership serta dapat memahami pelayan dan sekaligus meminjamkan alat- persoalan-persoalan dalam masyarakat. alatnya seperti keranda jenazah, gelas, piring, kursi, meja, tenda dan sebagainya. Kegiatan Sejalan dengan perkembangan tradisi lain Sinoman adalah penjagaan keamanan sinoman dalam masyarakat kampung di kampung atau pos ronda, acara keagamaan, Surabaya, sinoman mengalami pasang surut peringatan hari kemerdekaan Indonesia, yang terasa lazim terjadi. Sebagai sebuah kursus-kursus peningkatan kapasitas warga perkumpulan yang berisi para pemuda-pemudi, kampung di Surabaya. sinoman tidak terlepas dan terpangaruh sistem perpolitikan. Perkembangan sinoman Wujud dari kegiatan sinoman ini di Surabaya dipengaruhi oleh situasi sosial, adalah bentuk kegotongroyongan sosial. ekonomi dan politik. Sinoman mengalami Tujuannya untuk membina dan meningkatkan kemajuan dan merasa dibutuhkan kerukunan. Semboyannya adalah: “Rukun keberadaannya ketika masyarakat Indonesia Anggawe Santoso” yang berarti rukun untuk (Jawa-Surabaya) mengalami krisis dan ini menumbuhkan kesentosaan. Kita bisa kuat terjadi pada tahun 1930-an sampai tahun 1960- kalau kita rukun. Sebaliknya, bangsa yang an. Sekitar tahun 1930-an, sewaktu gerakan jiwanya kuat dapat membangun kerukunan. toko-toko koperasi muncul di mana-mana, Sinoman pun ikut bergerak dalam kegiatan Edisi Budaya | 491
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334
- 335
- 336
- 337
- 338
- 339
- 340
- 341
- 342
- 343
- 344
- 345
- 346
- 347
- 348
- 349
- 350
- 351
- 352
- 353
- 354
- 355
- 356
- 357
- 358
- 359
- 360
- 361
- 362
- 363
- 364
- 365
- 366
- 367
- 368
- 369
- 370
- 371
- 372
- 373
- 374
- 375
- 376
- 377
- 378
- 379
- 380
- 381
- 382
- 383
- 384
- 385
- 386
- 387
- 388
- 389
- 390
- 391
- 392
- 393
- 394
- 395
- 396
- 397
- 398
- 399
- 400
- 401
- 402
- 403
- 404
- 405
- 406
- 407
- 408
- 409
- 410
- 411
- 412
- 413
- 414
- 415
- 416
- 417
- 418
- 419
- 420
- 421
- 422
- 423
- 424
- 425
- 426
- 427
- 428
- 429
- 430
- 431
- 432
- 433
- 434
- 435
- 436
- 437
- 438
- 439
- 440
- 441
- 442
- 443
- 444
- 445
- 446
- 447
- 448
- 449
- 450
- 451
- 452
- 453
- 454
- 455
- 456
- 457
- 458
- 459
- 460
- 461
- 462
- 463
- 464
- 465
- 466
- 467
- 468
- 469
- 470
- 471
- 472
- 473
- 474
- 475
- 476
- 477
- 478
- 479
- 480
- 481
- 482
- 483
- 484
- 485
- 486
- 487
- 488
- 489
- 490
- 491
- 492
- 493
- 494
- 495
- 496
- 497
- 498
- 499
- 500
- 501
- 502
- 503
- 504
- 505
- 506
- 507
- 508
- 509
- 510
- 511
- 512
- 513
- 514
- 515
- 516
- 517
- 518
- 519
- 520
- 521
- 522
- 523
- 524
- 525
- 526
- 527
- 528
- 529
- 530
- 531
- 532
- 533
- 534
- 535
- 536
- 537
- 538
- 539
- 540
- 541
- 542
- 543
- 544
- 545
- 546
- 547
- 548
- 549
- 550
- 551
- 552
- 553
- 554
- 555
- 556
- 557
- 558
- 559
- 560
- 561
- 562
- 563
- 564
- 565
- 566
- 567
- 568
- 569
- 570
- 571
- 572
- 573
- 574
- 575
- 576
- 577
- 578
- 579
- 580
- 581
- 582
- 583
- 584
- 585
- 586
- 587
- 588
- 589
- 590
- 591
- 592
- 593
- 594
- 595
- 596
- 597
- 598
- 599
- 600
- 601
- 602
- 603
- 604
- 605
- 606
- 607
- 608
- 609
- 610
- 611
- 612
- 613
- 614
- 615
- 616
- 617
- 618
- 619
- 620
- 621
- 622
- 623
- 624
- 625
- 626
- 627
- 628
- 629
- 630
- 631
- 632
- 633
- 634
- 635
- 636
- 637
- 638
- 639
- 640
- 641
- 642
- 643
- 644
- 1 - 50
- 51 - 100
- 101 - 150
- 151 - 200
- 201 - 250
- 251 - 300
- 301 - 350
- 351 - 400
- 401 - 450
- 451 - 500
- 501 - 550
- 551 - 600
- 601 - 644
Pages: