Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023

PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023

Published by SHARRUL RIZAL HASHIM, 2023-08-03 15:09:59

Description: WIBAWA SOSIOBUDAYA , EKONOMI DAN PELANCONGAN WILAYAH TIMUR

Search

Read the Text Version

["PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Hal ini terlihat dari ungkapan \\\"kandal tanah makkah, merapung di Sungai Limau, menjeram di sungai tunu\\\". Itulah manusia pertama di Indragiri yang bernama Patih. Masyarakat Talang Mamak sendiri mengakui kalau mereka berasal dari Pagaruyung. Datuk Patih Nan Sebatang turun dari Pagaruyung menyusuri sungai nan Tiga Laras yaitu Sungai Tenang, yang sekarang disebut dengan Sungai Batang Hari, Sungai Keruh yang sekarang dinamakan Sungai Kuantan\/Indragiri dan Sungai Deras yang sekarang disebut dengan Sungai Kampar. Di setiap sungai ini ia membuat pemukiman \/kampung. Di Sungai Batang Hari ia membuat 3 kampung yaitu Dusun Tua, Tanjung Bunga dan Pasir Mayang. Sementara di Sungai Kuantan ia membuat 3 kampung juga yaitu Inuman Negeri Tua, Cerenti Tanah Kerajaan dan Pangian Tepian Raja. Di Sungai Kampar ia juga membuat 3 kampung yaitu Kuok, Bangkinang dan Air Tiris. (Sumber: Wikipedia). Dheni Kurnia mengajak kita melalui puisi-puisinya menyelami warisan budaya Talang Mamak yang mengandung kearifan lokal. Kearifan lokal sering dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat (local wisdom) atau pengetahuan setempat (local wisdom) atau pengetahuan setempat (local knowledge). Kearifan lokal adalah sikap, pandangan, dan kemampuan suatu komunitas di dalam mengelola lingkungan rohani dan jasmaninya, yang memberikan kepada komunitas itu daya tahan dan daya tumbuh di dalam wilayah tempat komunitas itu berada. Dengan kata lain, kearifan lokal adalah jawaban kreatif terhadap situasi geografis-politis, historis, dan situasional yang bersifat lokal (Saini, 2005). Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dengan latar belakang kearifan lokal tersebut tidak ada artinya jika tidak didukung dengan penggunaan bahasa yang tepat untuk menunjang kekuatan puisi-puisinya. Bahasa puisi sebagai salah satu unsur dalam bangun struktur karya juga memiliki bagian-bagian, antara lain diksi, citraan, bahasa kiasan, dan sarana retorika (Altenbernd, l969: 5-6). Dalam membahas bahasa puisi penyair Dheni Kurnia ini dipergunakan metode analisis struktural dengan pertimbangan bahwa sebuah karya sastra, termasuk di dalamnya puisi, merupakan struktur yang terdiri banyak unsur sebagai pembentuknya dan unsur-unsur itu saling berkaitan satu sama lain atau saling berinteraksi. Pradopo (1987: 118) menyebutkan bahwa analisis struktural adalah analisis yang melihat bahwa unsur-unsur struktural sajak itu saling berhubungan secara erat, saling menentukan artinya. Sebuah unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya apabila terlepas dari unsur-unsur lainnya. Di samping itu, karena sajak merupakan struktur yang utuh maka pembicaraan unsur itu tidak dapat mandiri atau terlepas dari unsur yang lain. Diksi yang dipergunakan dan dipilih Dheni Kurnia dalam kumpulan puisi Bunatin adalah diksi yang tepat dan menandakan tingkat kemampuan penyair dalam membedakan nuansa makna yang terwakili oleh kata-kata atau diksi tersebut. Ahmad (1971: 38) berpendapat bahwa diksi penting untuk menentukan sejauh mana penyair mempunyai daya cipta yang asli dan memberikan kesan atau pengertian kepada pembacanya. Puisi merupakan karya sastra dan Dheni Kurnia mampu mengolahnya sebagai sarana komunikasi dengan pembaca karyanya dan sebagai pembaca kita bebas untuk menafsirkannya. Setidaknya kita mencoba menafsirkan sajak-sajaknya tentang romantisme mantra puisi Talang Mamak. Dalam pandangan Dheni Kurnia, Talang Mamak bukan lagi sekadar tempat. Talang Mamak adalah tempat menemukan Bunatin sebagai perempuan Talang. Dalam pengantar 540","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 penulis dijelaskan Bunatin bukanlah ibuku, bukan pula kekasihku. Bunatin adalah perempuan Talang.Wanita sempurna yang lahir dari Rahim terbuang. Ayah Bunatin adalah Batin (kepala suku adat) Talang Mamak yang meninggal karena sakit paru-paru. Ibu Bunatin lalu berpindah ke Pasir Keranji, desa kecil di Airmolek, Pasir Penyu. Di sanalah Bunatin tumbuh dan menggadis. Ketika ibu Bunatin meninggal karena rahimnya dibuang (kanker Rahim) Bunatin pindah ke Rengat, ibukota Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.Pada akhirnya aku lirik menyukai Bunatin.Siapakah Bunatin dalam pengembaraan batin Dheni Kurnia? Kita simak puisinya \u201cBunatin\u201d: Matamu berbinar-binar\/senyummu bergetar- getar\/membuat hatiku\/rindu tak menentu\/kau bawa anganku kasih\/\/rambutmu panjang terurai\/tumbuhmu indah gemulai\/membuat hidupku\/bermimpi bertemu\/kau curi malamku kasih\/\/bunatin\/engkaulah ladangku\/bunatin\/engkaulah padangku\/bunatin\/engkaulah rebung\/yang tumbuh di jantung\/kau curi tanahku\/kau pagar marwahku\/\/bunatin\/engkaulah hidupku\/bunatin\/engkaulah talangku\/bunatin\/engkaulah manggar\/yang memagut tubuhku\/kau curi wangiku\/kau balut khayalku\/\/bunatin\/kau bawa anganku\/kau curi malamku\/kau pagar marwahku\/kau balut khayalku\/\/(hlm. 35-36). Mantra sebagai kekayaan khasanah melayu dan Talang Mamak juga menjadi bagian dari kekuatan Bunatin ini. Menurut Braginsky (1998: 192), barangkali pada bentuknya yang paling ringkas, konsep ini disimpulkan di dalam sebuah mantra pemanis Melayu. Mantra ini dibaca untuk memeroleh kecantikan, dan ditutup dengan deskripsi tradisional tentang kecantikan perempuan). Berbeda dengan bentuk Mantra Melayu pada umumnya, mantra- mantra pada puisi-puisi Dheni Kurnia ditampilkan dalam bentuk baru dalam proses kreativitasnya dan mengalir begitu saja sebagai ungkapan kerinduan pada sosok Bunatin. Sosok yang oleh penyairnya digambarkan sebagai: Engkau adalah bunatin\/berparas cantik\/berhidung bangir\/berjalan di atas batu\/menenun angin kencang\/\/engkau adalah bunatin\/penuh pengasihan\/meluluhkan jantung\/merentak dada\/ketika berpapas detak berhenti\/\/engkau adalah bunatin\/beristana besar\/berambut gombak\/berbetis arai\/mengejut mata terpejam\/\/tapi aku adalah sulaiman\/pemilik tinggi doa mahabbah\/merentang tangan jauh melampai\/mengejut jantung hingga putus\/ruhku hilang menembus waktu\/tapi aku adalah sulaiman\/\/raja segala mantra pengasih\/pengamal syariat nan terpuji\/siapapun yang aku inginkan\/akan bersekutu dengan hati\/\/tapi aku adalah sulaiman\/sultan talang semelinang\/patih ranah tigapuluh\/kemantan sepanjang adat\/batin penuh serentak galah\/\/aku adalah sulaiman\/sultan talang semelinang\/patih ranah tigapuluh\/kemantan sepanjang adat\/batin penuh serentak galah\/\/akuadalah sulaiman\/mencencang tak putus\/menakik tak bergetah\/bonding air lalu dedak\/patuh engkau kepada aku\/\/engkau adalah bunatin\/beraja di hati\/bersultan di mata\/semut terinjak tak mati\/alu tertungkai patah tiga\/\/tapi aku adalah sulaiman\/pengasih penuh pesona\/dan engkau adalah bunatin\/perentak jantung hati\/maka tunduklah\/\/(\u201cEngkaulah Bunatin\u201d, hlm. 33-34). Mantra bagi masyarakat Talang Mamak merupakan bagian dari sistem kebudayaan dan menjadi perhatian tersendiri bagi Dheni Kurnia dalam penulisan puisinya. Menurut Damono (1978: 1), mantra mencerminkan gambaran kehidupan masyarakat. Apalagi, jika dipandang bahwa kedudukan mantra itu dapat berfungsi sebagai pengungkap nilai sosia budaya daerah. Dikemukakan bahwa melalui mantra ini kita dapat menggali berbagai nilai, baik utama maupun turunan (sampingan) yang mengacu pada masyarakat penggunanya. Pembacaan atau penggunaan mantra pun dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan hasil yang diharapkannya, misalnya mantra kasih: Aku menatap pasir petalongan\/penuh harap akan wajahmu\/mungkin kau memenuhi janji\/yang tak terucap\/tapi kau isyaratkan\/rindukan aku\/di 541","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 gundukannya\/\/di antara angina berputar\/yang menebar wangi pasir\/tersentuh tapi tak terasa\/menahan tekanan dalam\/jauh ke dasar\/sebabak mendendam\/roma kulitmu\/\/aku membaca mantra kasih\/yang dulu kita ucapkan;\/terbanglah angin terbanglah\/bawalah rohku bawalah\/jauh ke tempat bunga pati\/di alam awing semenangjung\/\/jadikan aku tulang rusukmu\/membengkok kukuh melindung\/mengisi lorong jiwa kosong\/membekap janji di pasiran\/kita hanyut di dalamnya\/\/aku menatap pasir petalongan\/penuh harap akan wajahmu\/terkubur jauh di dasarnya\/\/(\u201cPasir Petalongan\u201d, hlm. 26-27). Mantra kasih itu senada dengan harapan dan kerinduan: tapi aku adalah sulaiman\/sultan talang semelinang\/patih ranah tigapuluh\/kemantan sepanjang adat\/batin penuh serentak galah\/\/aku adalah sulaiman\/mencencang tak putus\/menakik tak bergetah\/bonding air lalu dedak\/patuh engkau kepada aku\/\/\u201dEngkaulah Bunatin\u201d (hlm. 34). Dengan mantra maka si aku-lirik mencoba menundukkan hati bunatin pada sajak \u201cEngkaulah Bunatin\u201d berikut: tapi aku adalah sulaiman\/pengasih penuh pesona\/dan engkau adalah bunatin\/perentak jantung hati\/maka tunduklah\/\/(hlm. 34). Mantra selalu dipergunakan untuk menundukkan hati yang selanjutnya muncul dalam sajak \u201cKasih di Rotan Sebatang\u201d berikut: Di kasih rotan nan sebatang\/kutanam dalam nama engkau\/wahai rotan padamu aku\/melihat wajah pagi dan petang\/menunduk hati dalam berjanji\/patuh engkau kepada aku\/memuja engkau hanya aku\/\/pengasih rotan nan sebatang\/setunjuk dari alam bunian\/tak berpijak tak berpaling\/dari tubuh batang yang satu\/dari aliran di muara batang\/bertulang bagai daun sirih\/satu nafas menghirup kasih\/aku membaca nama engkau\/dengan rotan nan sebatang\/kasihlah engkau kepada aku\/bersimpuh engkau kepada aku\/rotan situnjuk panjang siduga\/patah titi salamodo\/mustajab doaku kabul di guru\/di kasih rotan nan sebatang\/tertulis nama wanita setia\/hidup tenang terasa panjang\/walau di rumah selusin penghuni\/perempuan jatuh teman menjadi\/mendekat karena hati tunduk\/sekata kasih dalam menghirup\/\/rotan setunjuk panjang siduga\/patah titi salamodo\/berkat doa para guru\/tunduk engkau kepada aku\/rindu engkau kepada aku\/\/(hlm. 84-85). Dalam kesastraan Indonesia modern masyarakat sastra pernah dikejutkan dengan sajak- sajak Sutardji Calzoum Bachri yang dianggap menyimpang dari bentuk penulisan sajak penyair lainnya. Sutardji mengembalikan marwah perpuisian Indonesia kepada mantra dalam bentuk penulisan sastra Indonesia modern. Teeuw (1980: 150) mengemukakan, Sutardji yang menyebut sajaknya mantera, alat bahasa yang lain, yang memungkinkan manusia untuk (mudah-mudahan!) menghubungi atau menguasai dunia yang menguasai dunia di luar kemampuan atau jangkauannya yang normal. Tetapi itu tidak berarti bahwa sajak Sutardji sama sekali lepas dari konvensi atau di luar kemungkian interpretasi secara bahasa. Sajak-sajak Dheni Kurnia berbeda dengan sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri. Mantra- mantra dalam sajaknya dapat ditelusuri melalui karya yang mengandung motif-motif dari hikayat klasik setelah sistem religi kolektif melayu beralih dari Hindu-Budha ke Islam. Ahmad (1988:x) menyebutkan apa yang disebut mantra itu tentunya akan disesuaikan dengan kepercayaan Hindu, yaitu dengan memasukkan unsur-unsur dewa-dewi, Betara Guru dan sebagainya. Penyair Dheni Kurnia percaya pada kekuatan mantra seperti tertuang dalam puisinya \u201cMalaikat Dalam Tubuh\u201d: Bismillah dengan nama Allah kucari engkau dalam diam dalam malam dalam terang dalam daging dalam darah 542","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 dalam nama dalam waktu dalam hari dalam bulan dalam tahun dalam bilang dalam kasih dalam saying dalam aku dalam engkau dalam tubuh dalam ruh engkau kucari tak jauh engkau kudekap tak lelap engkau dekat melekat engkau menjaga segala nyawa engkau menyatu dalam rindu engkau utuh dalam tubuh engkau tak pergi dari hati engkau nama separuh malaikat engkau khalifah di muka bumi engkau kiroman dan katibin khalifah engkau dalam nyawa malaikat engkau dalam tubuh nukuf Allah nukuf Muhammad jaga aku dari air dan api jaga aku dari tanah dan besi syafaat aku para malaikat kharomah aku para khafilah jibril menjaga nyawa mikail menjaga rahasia isrofil menjaga hati izrail menjaga jantung umar menjaga darah usman menjaga daging ali menjaga tulang abu bakar menjaga urat kudu menjaga sendi kidam menjaga selerang deraja menjaga bulu kompeh menjaga kulit kiroman menjaga otak katibin menjaga benak akad menjaga lender mukorrobin menjaga lemak engkau kucari tak jauh engkau kudekap tak lelap engkau dekat melekat shalawat ke baginda nabi huuu Jambi\/Kelayang, 17.2017 (hlm. 142-143). 543","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Dalam sajak-sajaknya begitu banyak kosa kata Melayu yang tidak atau belum ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dheni menggunakan bahasa Melayu yang hidup di tengah masyarakatnya dan bukan yang terdapat dalam kamus. Lantas bagaimana Dheni Kurnia hanyut dalam romantisme mantra puisi Talang Mamak? Terlihat demikian besar gejolak hati sehingga muncul pada sajak buhur yang diartikan kemenyan\/aroma wangi dalam \u201cBuhur Bercinta\u201d: Asap buhur dinihari\/memecah jantungmu\/dengan wirid rindu\/menetak deras nadi\/hu allah hu allah\/\/angina akan membawamu\/kea lam khayal jauh\/menembus batas hutan\/menerjang pintu air\/bersama alir darahmu\/\/aku merabun namamu\/dengan gejolak birahi\/membakar tali kasih\/memutar angan-angan\/tunduklah di tanah talang\/\/aku akan membawamu\/kemana kemudi pergi\/dengan dendangan hati\/dengan mata terbuka\/menuju tempat abadi\/\/di buhur yang terbakar\/aku minyaki engkau\/merengkuh jangkau angan\/hingga bara bercinta\/hu allah hu allah\/\/(hlm. 70-71). Mengapa sedemikian terpukaunya penyair ini terhadap sosok wanita bernama Bunatin? Jika dihadapkan pada konsep dasar dalam kritik sastra feminis, maka ketika menghadapi teks sastra (Ruthven, 1985). Pertama, terkait dengan proses pembacaan, sedangkan yang kedua terkait dengan kecenderungan ideologis pada proses pembacaan. Makna merupakan produk yang dihasilkan dari pembacaan terhadap teks. Kebenaran interpretasi bersifat tidak pasti karena terbatas pada komunitas pembaca tertentu. Yang jelas, aku-lirik dalam kumpulan puisi ini adalah laki-laki, dan objek pasifnya adalah wanita (yang bernama Bunatin). Dengan bebas aku-lirik menumpahkan kerinduan dengan memainkan diksi yang luar biasa seperti dalam sajaknya \u201cBelah Jantung Batu\u201d: Batu yang terbelah\/menyerak bersama waktu\/lembut di musim panas\/keras di musim hujan\/berbukubuku amarah dendam\/\/aku berdiam di dalamnya\/menunggu tangan kan menjangkau\/menunggu bibir nan merekah\/menunggu hari nan akan dating\/menanti sahya rindu menjelang\/\/letih sudah aku menunggu\/kembali merekat jantung batu\/yang beku bak hitam darah\/yang berpaling karena khianat\/bak sembilu bernanah darah\/\/lama sudah aku menanti\/hati bertaut balik berbungkah\/bak kerikil yang menyatu\/merekat padat tak terpisah\/melawan musim selamanya\/\/di batu yang terbelah\/aku menunggu\/jantung batu\/rindu mencair\/untuk mengumpul\/kenangan lama\/kelambu lama\/hingga talang\/datang menjelang\/\/(hlm. 11-12). Juga semakin kental kerinduan itu dalam sajak \u201cDi Lubuk Tebrau\u201d: Jangan Tanya kapan\/kita bertemu lagi\/seperti tahun silam\/di tepian\/lubuk tebrau\/arah jalan bukit melenai\/\/bukannya aku tak merasa\/apa yang kau pikirkan\/percayalah\/di waktu dekat\/rindumu terlerai\/aku tepat depan waktu\/\/aku juga seperti engkau\/betapapun itu\/aku ingat\/saat kita membuka kebun\/atau meracik getah jernang\/nyawa akan kubelah\/\/kita miliki hari yang sama\/apa yang kau rasa\/aku dalam darahku\/tak perlu mengaku\/atau pura-pura\/memang itu kehendak kita\/\/ di lubuk tebrau\/arah bukit melenai\/pandanglah bukit\/pandanglah tepian\/jangan tanya kapan\/aku pasti datang\/\/(hlm. 17-18). Konsep untuk menjaga kelestarian alam dan tanah ulayat tampak melekat dalam kehidupan Talang mamak. Dapat kita baca dalam penggalan sajak \u201cPercintaan Talang\u201d:\/\/tanah ulayat memiliki pantang\/tidak digadai tak ditebang\/dipakai elok ditanam saying\/milik semua puak anak dalam\/dari sipang, retih dan monti\/jika dijual celakalah talang\/pakailah untuk menyangga diri\/hidup untuk anak dan kemenakan\/tak boleh memperkaya diri\/agar selamat petang dan pagi\/\/agar terjaga dari ruh kutuk\/jika salah makan, muntahkan\/jika salah minum, luahkan\/hutang minjam dikembalikan\/menimbang harus sama berat\/membagi hendak sama rata\/adat terjaga syariat riyah\/\/ulayat luas mesti dipelihara\/agar ninik gadis tidur nyenyak\/tak terbangun tak tersentak\/jangan diganggu jangan diasak\/buatlah batas seusai adat\/jauh serakah melanggar 544","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 syarak\/ukurlah dengan mata hati\/bataslah dengan luhur budi\/ke timur ke batang cenaku\/ke selatan pematang sedodong\/ke barat ke sungai elok\/ke utara ujung punti kayu\/\/(hlm. 126-127). Juga pada kutipan seutuhnya sajak \u201cNamamu Sudah Tertulis\u201d halaman 48-49: Di tepian tanah bertabuh di hutan penuh sesak darah mengalir cepat deras dan bergelombang selembar daun hanyut tenggelam tak timbul lalu membaca namamu yang tertulis di pohon bercampur getah hitam keramat makin menegak teringat dosa akan engkau meninggalkan pedih lama satu ketika di hutan larangan belantara pohon keramat tanganmu memohon tulisakan nama kita dengan darah di jari aku mendongak jauh melawan hasrat hati ini adalah pantangan seperti melanggar adat ke atas tak berpucuk ke bawah tak berurat engkau tentu tak mengerti ketika itu betapa aku menolak ranjang nama kita tapi rasa sayang mengalah jatuh dalam pilihan sulit aku memilih engkau larangan sudah dilanggar sumpah pasti berlaku pohon mati daun pun gugur akar tercabut pantang adat kita melawan hukum alam kelapa jatuh mumbang jatuh di tepian tanah bertabuh di hutan penuh sesak darah mengalir cepat 545","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 aku membaca namamu yang sudah tertulis masih berbau darah keranji, 99.2012 Masyarakat Talang Mamak memahami hutan memiliki beberapa fungsi, yakni fungsi kultural, ekologis, sosial, dan ekonomis. Secara kultural di dalam kawasan hutan itu terdapat tempat-tempat yang dikeramatkan atau hutan larangan dan wajib dijaga kelestarianya. Salah satu bentuk kearifan lokal Talang Mamak lainnya dan tentunya tetap terjaga adalah tradisi pengobatan. Menurut Mu\u2019jizah (2020:), masyarakat Melayu memiliki kepercayaan akan adanya kekuatan makrokosmos dan mikrokosmos sebagai sumber kehidupan manusia. Jika sumber kehidupan itu terganggu keharmoniannya akan tidak seimbang. Ketidakseimbangan inilah yang mendatangkan penyakit. Dalam Ilmu Tabib dinyatakan bahwa manusia diciptakan dari empat unsur, yakni (1) api yang bersifat panas dan adanya di empedu, (2) air yang sifatnya basah dan adanya pada paru-paru, (3) tanah sifatnya kering dan letaknya di limpa, (4) angin sifatnya sejuk dan adanya di hati. Jika terjadi ketidakseimbangan dalam keempat unsur tersebut terjadilah penyakit. Oleh sebab itu, jika terdapat penyakit, pengobatannya juga harus berkaitan dengan sumber penyakitnya. Namun dalam tradisi pengobatan Talang Mamak itu juga tidak lepas dari unsur kekuatan mantra. Dapat kita baca dalam sajak \u201cSenandung Belelik\u201d: Darimana engkau datang tengah hutan tak bertiang dengan siapa engkau pulang lewat angin nan berjalan mana rupamu mana wujudmu engkau bertitah di tanah datuk nan sati rimbo berpenghuni kami tunggu di muka jernih engkau ninik penguasa hutan tunjukkan kuku dan belangmu katakana engkau induk kami yang menolak segala benci yang mengobat segala tenat yang menghilangkan segala bala menggeramlah di hati pedih jadilah teman sepanjang sesak kami lelah didera penyakit kami pedih di siabu hutan duduk tegak makan tak kenyang awan berarak lupakan datang panas terik mendera hari bala dating tuah menghilang bantulah kami rawatkan badan 546","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 dengan belelik kami memenyan belelik kami pancaran budi terus diingat sampaikan mati menjadi pagar di siang terang selimut hangat sepanjang hayat hilangkan segala puaka cabut segala hujam duri pagarlah hati dan pedu kami engkau tuan penguasa hutan senandung kami memuja engkau mantra kami di tuang engkau kami meminta engkau yang datang mengobat pedih dalam badan meski kau pulang tak diantar alam bersaksi atas nama talang kami berhutang seumur dunia kan menjaga hutan selamanya wahai datuk penguasa hutan kami sembahkan sepagar sirih umbut rebung dan buluh perindu daun jarak bertulang sembilan tumpuk bara dan nipah kering melompat dan kabul segala pinta mengaum engkau petanda geram belelik kami di senandung malam. #Belelik; tradisi pengobatan talang (hlm. 104-105) Membaca sajak di atas lebih dimungkinkan datangnya penyakit adalah dari sesuatu yang sifatnya gaib. Ahmad (1988) menyebut bahwa masyarakat Melayu mengambil sumber obat- obatan juga berdasarkan pada kepercayaan adanya alam gaib. Alam gaib itu berkaitan dengan dunia yang tidak kasat mata seperti hantu, jembalang (hantu tanah yang mewujudkan diri sebagai binatang), polong (hantu atau roh jahat), pelesit (hantu penghisap darah). Dari kepercayaan seperti inilah muncul pengobatan dengan jampi, rajah, dan mantra. -oo0o- Zaen Kasturi adalah nama pena yang digunakan oleh Zainal bin Palit yang berkarya dalam hampir semua genre kesusastraan seperti puisi, cerita pendek, novel, dan esai sastra. Dia dilahirkan pada 16 Oktober 1964 di Kampung Ladang, Kuala Sungai Baru, Malaka. Membaca kumpulan puisi Iga, ada beberapa hal yang menarik untuk dibahas. Misalnya pembahasan tema tentang misteri, kerahasiaan, takdir, arwah dan kematian yang tersirat dalam kumpulan puisi Iga. Selain tema ada hal yang menarik untuk dibahas dalam mengapresiasi karya Zaen Kesturi ini. Untuk memahami kumpulan puisi Iga, dalam tulisan ini dibatasi pembahasannya yang hanya meliputi beberapa hal, adalah (1) kepengarangan Zaen Kesturi sebagai penyair, (2) bentuk sajak, dan (3) gaya dan estetika. 547","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Pembacaan sastra secara kritis dan mendalam terhadap karya pengarang Malaysia bagi pembaca sastra di Indonesia dapat menambah khazanah kritik sastra yang dianggap masih kurang. Pada dasarnya untuk memahami sajak-sajaknya, ada sedikit kendala bagi pembaca Indonesia, yakni bahasa. Meskipun serumpun dengan bahasa Indonesia, bahasa Melayu, terutama kosa kata Melayu (Malaysia) banyak yang kurang dipahami; ada kata-kata dan idom- idiom yang khas Melayu yang tidak banyak diketahui oleh pemakai bahasa Indonesia. Kendala bahasa yang berbeda sedikit menyulitkan untuk menangkap roh dalam sajak-sajak ini. Oleh sebab itu, membuka Kamus Dewan menjadi keharusan jika kita ingin benar-benar memahami sajak-sajaknya. Di samping itu, membaca kumpulan puisi ini, ingatan kita juga dibawa ke dalam khazanah sastra Indonesia pada beberapa dekade yang lalu, dengan adanya ungkapan- ungkapan dan perumpamaan yang ada dalam khazanah sastra Indonesia tersebut. Kumpulan puisi Iga (DBP, 2005) adalah salah satu karya Zaen Kasturi (ZK) yang semakin mengukuhkan dirinya sebagai salah seorang penyair angkatan baru di Malaysia. Karyanya yang lain di antaranya Taman Uzlah (kumpulan cerpen, DBP, 2005), Rapsodi (kumpulan cerpen, DBP, 1998), Angin Belantara (novel, Kharisma Publications, 1996), Katarsis (kumpulan puisi, DBP, 1993), dan Yuda (kumpulan cerpen, DBP, 1992). Dalam catatan pemberian Hadiah Sastera Malaysia 1992\/1993 yang dimuat di majalah Dewan Sastera, Desember 1994, ZK dikukuhkan sebagai pengarang sastera kreatif. Oleh kalangan kritikus sastra dalam pemberian Hadiah Sastera Malaysia tersebut, ZK dianggap mempunyai ciri kepengarangan yang khusus, dengan nilai-nilai keinsanannya yang tidak berbeda dengan pengarang-pengarang yang lain. Akan tetapi perspektif yang dipilihnya melalui jalan filosofis, simbolisme, keagamaan, konsep diri, dan sufisme. Dalam Kata Pengantar kumpulan puisi Iga (2005) Mana Sikana menyatakan, \u201cDalam proses penciptaan Iga, ditemukan susuk-susuk kesunyian pada alam ciptaan Tuhan. Di dalam kewujudan diri dan eksistensialisme kumpulan puisi Iga berupaya membuka ufuk-ufuk tersembunyi dari bahagian-bahagian anggota manusia seperti iga (tulang rusuk) yang mewujudkan simbiosis lelaki dan perempuan. Umpama siang dan malam, gelap dan terang, ia dikuraskan sebagai ufuk-ufuk yang saling lengkap melengkapi. Ciri ini merupakan ciri penting kepengarangan Zaen Kasturi.\u201d Misalnya dalam sajak Iga:\u201d\/\/di sisiku kau berdiri dalam terik matahari sesudah\/fajar \u2013 di keningmu\/bianglala bak goresan malam, apung berapung\/menduga suasana, siapa selain\/aku di sisimu kalau bukan angin yang tak lelah-lelah\/memberitakan:\/\u201dgunung di belantara sana pun dapat kukuras. Bukit di tanjung sana pun dapat\/kutarah, namun gunung dalam sukmamu tak mampu\/kugugah\/\/\u201d. Sajak-sajak ZK cenderung naratif dan memanfaatkan unsur-unsur tipografi untuk mendukung kekuatan sajaknya. Dengan demikian unsur-unsur persajakan menjadi tidak dipentingkan dalam sajak-sajaknya. Sebagian besar sajak yang termuat dalam Iga memang tidak begitu mudah dipahami karena ZK menggunakan simbol-simbol khusus. Untuk mencapai tingkat kepuitisan tertentu ZK menampilkan dalam bentuk penulisan sajaknya dan akhirnya menjadi ciri\/kekhasannya. Hal itu dapat diketahui bahwa sebagian besar sajaknya memperlihatkan baris-baris sajak yang ditulis menjorok ke dalam, seperti dapat dilihat dalam sajak-sajaknya. Namun tampaknya bentuk penulisan sajak seperti itu tidak mendukung isi. 548","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Kita lihat unsur tipografi yang dipergunakan Zaen Kesturi dalam membangun sajaknya. Unsur tipografi yang tampak berkelebihan dapat dibaca pada bait terakhir sajak samudera kata (hlm. 72) berikut ini: (di perut bahteramu ada bahasa yang kian ter\u2026 p e n ja r aaaaa ada bangsa yang sentosa di mata gelisah di jiwa) Kita juga bisa mempertanyakan, misalnya alasan apa ZK menuliskan kata penjara dengan bentuk seperti yang dikutip di atas. Bisa jadi bentuk di atas sengaja dipilihnya untuk menggambarkan bahwa bahasa itu kian terpenjara dan menggelisahkan jiwa. Melalui sajak kata burung kepada sarangnya dalam bait terakhir pun dituliskan \u201c\/\/diriku adalah bahasa yang sering kali dipermainkan maknanya\/\/\u201d (hlm. 19). Ada sesuatu yang asing dan menyimpan misteri tentang bahasa bagi ZK. ZK juga suka sekali menampilkan baris-baris sajaknya di dalam tanda kurung. Misalnya dalam sajak bulan mana yang kautatap (hlm. 1): \u201c\/\/(tidak seperti si tua itu \u2013 kau punya bulan\/yang sengaja kaupanah ketika ia mulai purnama)\/\/\u201d. Atau dalam sajak tatkala kita tertawa, siapa yang menangis di sebelah, di belakang dan di hadapan kita? (hlm. 27). \u201c\/\/(diriku adalah bahasa yang sering kali dipermainkan maknanya)\/\/\u201d. Sajak ingatan kepada kawan \u2018iv\u2019 (hlm. 55). \u201c\/\/(di kerongkonganmu, suara menjelama darah \u2013 sebilah belati berkilau cinta di matanya)\/\/\u201d. Sajak dari catatan malam (hlm. 65): \u201c\/\/(suri, dari gua, gunung dan rimba, kutemui sebatang\/kali rahsia\/yang membawa perahuku berpangkalan ke muara\/kalbumu, maka\/di hadapan kitalah samudera hidup maha luas)\/\/\u201d. Sajak sehabis gerhana (hlm. 3): \u201c\/\/(merpati dan labah-labah setia menukang rahsia)\/\/\u201d. Sajak diam (hlm. 5): \u201c\/\/(di hadapan kilatan mata pedang-Nya, kau hanya perwira paling jenaka)\/\/\u201d. Sajak tilikan tahun baru (hlm. 7): \u201c\/\/(selamat tahun baru kerana waktu dan ketika\/tak pernah abadi, di kiri kananmu\/angin bertolak-tolakan \u2013 merebut\/benih asal di antara bukit-bukit gondola, kering dan\/garing, di saku bajumu, sebiji guli berkilat-\/teroleng-oleng mengikut gerakan tubuhmu\/- gamang dan serba canggung)\/\/\u201d. Dalam kata pengantar Iga, Mana Sika mengatakan, \u201cZaen Kasturi mengemukakan teknik yang jarang digunakan para penyair dalam puisi mereka. Teknik kurungan untuk beberapa untaian kata, besar kemungkinan menggambarkan pandangan peribadi beliau dalam penghasilan puisi ini. Atau mungkin beliau sengaja mengasingkan untaian kata tersebut untuk menarik perhatian pembaca, mungkin juga perkataan-perkataan yang di dalam kurungan merupakan mesej yang ingin disampaikan penulis.\u201d Teknik dialog dengan mempergunakan tanda kutip juga disukai ZK. Misalnya dalam sajak berjudul entah arwah siapa (hlm. 32): \u201c\/\/\u201cbarangkali itu tapakan arwah, namun entah arwah siapa,\u201d serumu tiba-tiba\/\/bunyi tapakan pun ruyup. \u201cmungkin keras sekali suaramu itu,\u201d kataku pula kepadamu\/\/\u201d. Dalam sajak perburuan sukma (hlm. 35): \u201c\/\/\u201dkita akan berpisah nanti, kau ke bumi, aku ke langit\/antara kita akan kian\/rahsia.\u201d\/\/ Juga dalam sajak ruang terkunci (hlm. 81): \u201c\/\/\u201dtak akan terlepas ia dari ruang itu,\u201d kata salah\/seorang daripada mereka\/\/\u201d. Sajak itu gunung bila lagi\u2026(hlm. 12): \u201c\/\/(aku tak sanggup berjalan dengan muka tertunduk\/di antara orang 549","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 yang berjalan dengan kepala yang\/tegak)\/\/\u201d. Masih dalam sajak yang sama: \u201c\/\/(aku tak sanggup bertingkah dengan suara keras\/di antara orang yang bernyanyi dengan suara yang\/lunak)\/\/. Dan: \u201c\/\/(iya, aku sanggup tersenyum dengan hati terbuka\/di antara orang yang menangis dengan mata yang pura-pura)\/\/\u201d. Di bait terakhir: \u201c\/\/(saban hari, itu gunung mengkilatkan kawahnya\/memarakkan unggun apinya)\/\/\u201d. Artinya, dalam sebuah sajak ZK memasukkan empat bait sajak dengan mempergunakan tanda kurung atau dalam kurungan (istilah dalam bahasa Melayu Malaysia,) serta empat bait yang diberi tanda kutip. Penggabungan sekaligus kutipan, tanda kurung dan tipografi tampak dalam sajak mabuk \u2018ii; (hlm. 21). \u201cberikan kami sakarmu,\u201d -kata sepasang rama-rama yang hinggap pada sekuntum bunga bulang di tengah-tengah padang yang telah diterlantarkan namun sepi tetap diam -hanya gemersik angin terdengar gerah, sesekali menerbangkan bunga-bunga lalang jauh ke hujung padang \u201cberikan kami sakarmu,\u201d -seru sepasang rama-rama itu lagi (barangkali angin yang mengerti sepasang rama-rama itu ingin mabuk sepuas-puasnya) Setelah dianalisis secara cermat dari segi penggunaan bahasa, ditemukan penggunaan frasa atau idiom yang sama dalam beberapa sajaknya. ZK suka sekali menggunakan idiom \u201csama-sama\u201d. Dapat dibaca dalam sajak dan rindu pun menjadi dendam (hal. 34): \u201c\/\/kami sama- sama terhantuk dari satu dermaga ke\/dermaga lain\/\/\u201d. Dalam sajak perburuan sukma (hlm. 35): \u201c\/\/dalam tubuh, sukma memburu sepi --hingga tulang\/dan urat ingin\/sama-sama leburl tinggal nama--\/\/\u201d. Sajak ingatan kepada kawan \u2018iii\u2019(hlm. 54): \u201c\/\/(kautahu-- waktu abadi, kita pun sama- sama lebur\/dalam suara)\/\/\u201d. Juga dalan sajak belenggu.\u201d (hlm. 76): \u201c\/\/\u201dke mari,\u201d kataku pula. \u201cmari kukunci kamu, sama-\/sama kita terbelenggu\/\/\u201d. Sajak entah arwah siapa (hlm. 32): \u201c\/\/kita sama-sama terbangun suatu malam \u2013 terdengar\/tapakan\/ di luar rumah, di sela-sela desis gerimis dan kertapan\/embun\/\/\u201d. Sajak penungguan (hlm. 39):\/\/kita sama-sama menunggu-- khabarnya ada\/sepasukan perwira\/akan datang membebaskan kita dari belenggu ini. Kita pun\/sama-sama nyanyikan lagu harapan yang pernah\/didendangkan\/\/\u201d Sajak sehabis sinar (hlm. 52): \u201c\/\/kita sama-sama mengejar sinar dari desis kunang-\/kunang\/suatu malam, sedang sebentar tadi kita sama-sama\/lemas\/\/\u201d. ZK memberi judul sajak-sajaknya yang semuanya menggunakan huruf kecil. Bentuk penulisan judul yang tidak lazim dipergunakan di dalam kesusastraan Indonesia. Beberapa judul sajaknya juga terlihat terlalu panjang dan jauh dari unsur kepadatan kata yang merupakan persayaratan dalam penulisan sajak. Misalnya: kun, kata-Mu, fayakun, kata-Mu lagi (hlm. 17), tatkala kita tertawa, siapa yang menangis di sebelah, di belakang dan di hadapan kita? (hlm. 27). berdiri memandang sekeliling pada suatu pagi yang singkat (hlm. 61). tatkala keriuhan hanyalah desis sepasang kunang-kunang (hlm. 92). 550","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Membaca secara visual beberapa sajak ZK, seolah kita dihempaskan dalam suatu pertanyaan tentang kematian. ZK sadar betul bahwa kehidupan di alam fana tidak akan kekal dan kita semua akan menuju alam keabadian. Kematian akan menghampiri kita dengan berbagai cara, di antaranya melalui peperangan.\/\/\u201dperang hanyalah sebuah pesta mencari nisan,\u201d teriak\/mereka lagi \u2013 melepaskan panah ke muka bulan\/\/(\u201cMencari Nisan,\u201d hlm. 6). Lantas seperti apakah yang disebut arwah? Pertanyaan ini merasuki dalam diri ZK dan akhirnya tertuang dalam sajaknya. arwah kita ada sedu menggeliat dari kelepak-kelepak kelelawar subuh -terbangun bau sunyi gua pertama, ke mana lengking silam gagah dan payah = menunjal langit rahsia? Dinding waktu telah majal oleh panah azamat, siapa datang dalam senyap telusuri liat liar akar nafsi? Hanya jawab yang bisa menjawab kata arwah kita (selain arwah, tak siapa berani bicara kerana kunci kata adalah raja hukum) kian padat haru rabbani \u2013 mabuk musim pertanda, ke mana kata melambung, menukik gerbang kubur \u2013 kutukan demi kutukan jadi cair dan tenang \u2013 ngalir ke laut hak tak siapa menawar kunjung, kata menjelma kutub - medan sayup (di sini rumah arwah kita) \u201cjika kutahu sejak mula sedemikian rupa datang dan pergiku pastilah akulah sang penggali kuburku sendiri paling setia di bawah bayangan teduh pohon insaf,\u201d kata arwah kita sambil menggaru-garu sayu tanah (tak semua sesal mengerti makna syurga) \u201cneraka pun mengambang pada tanah yang sedemikian lama dikurnia sentosa,\u201d tempelak merah tanah arwah kita. (hlm. 9-10) Perjalanan arwah tampak menyimpan rahasia tersendiri dalam kehidupan. Siapa mampu menjawab pertanyaan tentang kerahasiaan ini? \u201cHanya jawab yang bisa menjawab kata arwah kita.\u201d Lantas bagaimana dengan rahasia tentang kematian itu sendiri? Mungkin bisa dijawab ZK \u201cpastilah akulah sang penggali kuburku sendiri.\u201d Kematian akan membawa arwah menuju syurga yang tak semua sesal mengerti makna syurga itu sendiri. Begitu pun neraka, sebagai suatu takdir yang tidak dikehendaki. 551","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Membaca sajak-sajak di atas kita seolah-olah dibawa ke dalam suasana penuh misteri. seperti diungkapkan oleh ZK \u201cMenunjal langit rahsia.\u201d Apa yang dimaksudkan dengan kata \u201cmenunjal\u201d adalah suatu kata yang terasa asing bagi pembaca sastra di Indonesia. Apalagi arti kata tersebut tidak terdapat di dalam Kamus Dewan. Namun \u201clangit rahsia\u201d dapat ditafsirkan sebagai sikap rahasia tentang alam semesta, juga rahasia tentang arwah dan kematian. Selain penggunaan kata \u201cmenunjal\u201d, tentu ada perbedaan penggunaan kata-kata yang berbeda dengan kata-kata yang kita kenal dalam sastra Indonesia. Seperti \u201cpanah azamat\u201d yang menurut Kamus Dewan diartikan sebagai hebat, (ramai, kuat, sangat) sekali. Dinding waktu telah jemu karena terkena panah yang kuat dan menjadi tanya sang arwah yang sulit untuk dijawab. Tema tentang sesuatu yang penuh misteri, kerahasiaan, takdir, arwah, dan kematian tampak dominan dalam kumpulan sajak Iga ini. Setidaknya dapat disimak dalam sajak berjudul iga, iga \u2018ii\u2019, iga \u2018iii\u2019, iga \u2018iv\u2019, dan pada sajak-sajaknya yang lain, seperti mencari nisan (hlm. 6), arwah kita (hlm. 9), mencari arwah (hlm. 11), mencari kubur (hlm. 14-16), kun, kata-Mu, fayakun, kata-Mu lagi (hlm. 17), tarian di atas kubur (hlm. 18), arwah kita \u2018ii\u2019 (hlm. 22), entah arwah siapa (hlm. 32), perburuan sukma (hlm. 35). Tema tentang arwah dan kematian cukup kuat dalam kumpulan puisi Iga ini. Misalnya dapat kita baca dalam sajaknya Tarian di Atas Kubur:\/\/kerana semua sudah tidur, tiada siapa yang berani\/menjadi setan, menari-nari di balik pohon,\/langsingkan suara ngeri, kemudian mengeluarkan\/taring --mencari darah yang bermula dengan kata\/pokoknya pada malam yang penuh dengkur, bisakah\/jam bangun mencepatkan langkah, membuat tidur\/lebih singkat\/\/semua orang menari dengan kaki sendiri, dengan\/tenaga sendiri, dengan egahan nafas sendiri\/hingga tak ada yang bernama pinjaman atau kongsian\/semua menari sendiri-sendiri dalam keramahan suasana\/\/tika bulan kian samar, bayang-bayang melekat ke\/tanah,\/meninggalkan tubuh asal-- menari-nari mengikut\/rentak\/cuaca, di mana terbangnya jiwa, wahai suang saujana.\/hentakan demi hentakan sepatu dan tingkah demi\/tingkah nafsu\/bergomol jadi satu, tak ada tempat untuk sepi\/ bersimpuh\/\/mereka menari sendiri-sendiri -- melupakan arwah\/sendiri yang\/tetap setia memanggil-manggil: \u201cmari masuk\/ke sini \u2026\u201d. (hlm. 18). Bagi ZK, kematian merupakan sesuatu takdir yang sebelum menjemput hendaknya orang insaf akan perbuatannya, karena \u201ctak semua sesal mengerti makna syurga.\u201d Sesungguhnya kita juga harus sadar dan takut akan dosa-dosa kita karena \u201cneraka pun mengambang pada tanah yang sedemikian\/lama\/dikurnia sentosa,\u201d tempelak merah tanah arwah kita.\u201d Kematian juga mengingatkan akan datangnya waktu itu dan tidak ada jalan lain selain menunggu. \u201csebahagian daripada kita pun sibuk-sibuk membersih\/hutan dan belukar\/-- membuka perkuburan baru.\u201d Tema tentang misteri dan kerahasiaan dapat dibaca dalam sajak katamu itulah: \u201c\/\/kudukung katamu ke mana nafas kuhela hingga tak\/kutahu\/bila segala bakal berakhir\u2014di batu karang atau\/kemuncak ombak\/segara hayat. kau lebih tahu pancingan nasib di\/antara urat halkumku\/-- bagai angin mendesir ke gunung-gunung sayup. mersik dan ghairah\/hanya sesekali katamu menjelma burung lara--\/melayah ke pohon kenangan\/katamu itu mengepak-ngepak menepis angin dari\/penjuru\/yang tak teraba \u2013 hingga segalanya berbalik jadi\/rahsia--\/\/\u201d. (hlm. 51). 552","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Lima sajak berjudul iga, yakni iga, iga \u2018ii\u2019, iga \u2018iii\u2019, iga iv, iga \u2018v\u2019 yang kemudian dipakai untuk menjadi judul kumpulan puisi ini, tampaknya tidak menjadi tema utama dalam kumpulan puisi ini. Kita baca sajak iga \u2018iii\u2019: \u201c\/\/betapa dekat kamu -- serasa gemuruh darah dalam\/seliratan urat, serasa\/denging serangga dalam kisuran angin, serasa hening\/subuh dalam dingin\/gerimis,serasa seekor capung yang tiba-tiba tahu dari\/mana hadirnya\/semerbak bunga kala pagi tak lagi berdoa buat\/menyisihkan matahari\/betapa dekat kamu -- serasa kamu dan aku tak\/pernah jadi dua\/\/\u201d (hlm. 89). Iga yang dalam Kamus Dewan diartikan tulang rusuk (jw), bisa jadi diartikan sebagai tulang rusuk kepenyairan ZK. Dalam kisah disebutkan bahwa perempuan diciptakan dari salah satu tulang rusuk laki-laki. Diciptakan dari tulang rusuk laki-laki menyebabkan hubungan antara laki-laki dan perempuan terasa begitu dekat: \u201c\/\/betapa dekat kamu \u2013 serasa kamu dan aku tak\/pernah jadi dua\/\/\u201d. Sajak ZK mengacu pada pehamaman religiusitas yang dalam kebudayaan Jawa disebut Manunggaling Kawula lan Gusti. Meskipun diciptakan dari tulang rusuk, hubungan itu bisa juga tidak selalu harmonis: \u201c\/\/tak selalu indah \u2013 kerana ada kalanya malam dan\/siang adalah\/sepasang pengantin yang tak mungkin bersatu\/\/\u201d (hlm. 91). Suatu kehidupan yang penuh rahasia dan misteri disampaikan oleh ZK melalui sajak-sajaknya, bagaikan: \u201c\/\/gunung di belantara sana pun dapat kukuras, bukit\/di tanjung sana pun dapat\/kutarah, namun gunung dalam sukmamu tak mampu\/kugugah\/\/\u201d (hlm. 86). Tidak ditemukan tema khusus dalam kumpulan sajak Iga ini. Selain tema yang telah dibahas di atas, ada tema sajak tentang imaji tentang suatu benda. Misalnya dalam sajak berjudul seruling sebatang: \u201c\/\/kau sebatang-- lahir dari serumpun bambu, kemudian\/dibikin\/lubang demi lubang hingga menjadi seruling, siapa yang\/meniup dan membuka-menutup lubang-lubangmu\/hingga mercup bunyi yang asyik\u2014hingga\/terbuka segenap rongga? pokoknya\/sekarang, sering kali bunyi\/asyik itu terlepas dari\/telingamu\u2026\/\/\u201d. (hlm. 20). Atau kisah sesudah mengalami kebanjiran dan dituangkannya dalam sajak sehabis bah: \u201c\/\/kita bersihkan kembali seisi ruang rumah\/--membuang segala lumput hingga bersihnya lebih\/berkilat\/dari asal mulanya\/tapi ke mana hanyutnya sepasang sepatu yang\/dahulu\/mengalas kaki kita hingga ke negeri-negeri jauh\/-- jauh dari tanah sendiri yang bakal menjadi pusara?\/\/\u201d.(hlm. 23). Begitu pula sajak yang berkisah tentang pohon yang tumbuh di perkebunan dan diharapkan menghasilkan buah: \u201c\/\/kau yang tumbuh di perkebunanku tatkala\/lalang-lalang kian memanjang mengikut tarian angin,\/hari demi hari tunasmu menjelma pucuk, menjelma\/ranting, menjelma daun\/--menunggu tibanya saat berbuah\/mengundang segala burung\/(akulah di antara burung-burung itu)\/\/\u201d. (hlm. 24). Tiga buah sajak naratif yang transparan dan mudah untuk dipahami. Kekuatan sajak ZK dengan kata-kata yang mudah dipahami namun menawarkan beragam kemungkinan interpretasi bagi pembaca, sekaligus kontemplatif, penuh dengan simbolisme, dan falsafah kehidupan serta mudah dipahami oleh pembaca sastra di Indonesia. 553","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 3. Simpulan Membaca Bunatin kita disadarkan dengan kekayaan kearifan lokal Talang Mamak sebagai romantisme mantra puisi dalam sajak-sajak Dheni Kurnia. Kemampuan yang luar biasa dalam \u201cmengambil roh\u201d suku Talang Mamak berupa berbagai kearifan lokalnya serta mengejewantahkan dalam sajak-sajaknya, baik secara intrinsik dan ekstrinsik dengan bahasa Melayu sebagai identitas dan Rahim budayanya. Dheni Kurnia berhasil menciptakan ruang dialog yang akrab melalui antologi puisi Bunatin dengan publik pembaca karyanya lewat tema-tema segar dan baru dalam sajak- sajaknya. Setelah melewati rentang waktu yang panjang dalam proses kepenyairannya, sajak sajak ZK menjadi sangat menarik perhatian bagi pembaca sastra di Indonesia dan pembaca sastra dunia. Pencapaian puncak kepenyairan di Malaysia yang terwakili melalui karya ZK ini tentunya akan berlanjut dalam proses kreatif penyair Malaysia angkatan selanjutnya. 554","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Daftar Pustaka Abdillah, Basri Haji. 2010. Zaen Kasturi, Penerima S.E.A. Write Awards Malaysia 2010. Malaysia: Dewan Bahasa dan Pustaka Ahmad, Samad A. 1988. Warisan Perubatan Melayu. Kuala Lumpur:Dewan Bahasa dan Pustaka Altenbernd, Lynn and Leslie L. Lewis. 1969. Introduction to Literature: Poems. Toronto: The Macmillan Company A.Teeuw. 1978. Tergantung Pada Kata. Jakarta: PT Gramedia ---------------1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: PT Gramedia Bachri, Sutardji Calzoum.1981. O Amuk Kapak. Jakarta: Sinar Harapan Braginsky V.I. 1998. Yang Indah, Berfaedah Dan Kamal, Sejarah Sastra Melayu Dalam Abad 7- 19. Jakarta: Inis Darma, Budi. 2004. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pem- binaan dan Pengembangan Bahasa ----------------. 2012. Alih Wahana. Jakarta: Editum Iskandar, Teuku. 1996. Kesusasteraan Klasik Melayu Sepanjang Abad. Jakarta: Penerbit Likra Iskandar, Teuku dkk.1991. Kamus Dewan Edisi Baru. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementeriaan Pendidikan Malaysia Kasturi, Zaen. 2005. Kumpulan Puisi Iga. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kurnia, Dheni. 2018. Bunatin Romantisme Mantra Puisi Talang Mamak. Jakarta: Mata Aksara Luxemburg, Jan val dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Gramedia Mu\u2019jizah. 2020. \u201c Rempah, Kepialu, dan Demam Kura: Tradisi Pengobatan Suku Melayu\u201d dalam Webinar Borobudur Writers & Cultural Festival 2020 Ruthven, KK. 1985. Feminist Literary Studies: an Introduction. Cambridge: Cambridge Univer- city Press Pradopo, Rachmat Djoko.1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press -----------------1994. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Wellek, Rene & Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia 555","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 PENDEKATAN PENGAJARAN BAHASA KEPADA MURID PEKAK: SATU ANALISIS RETROSPEKTIF DAN IMPAKNYA TERHADAP PENCAPAIAN PENDIDIKAN BAHASA MELAYU Oleh Dr. Abdullah bin Yusoff, (Pengarah Eksekutif, Akademi Minda Kreatif, Kuala Lumpur, Malaysia) Dr. Nik Hassan bin Seman, (Ketua Jabatan Pendidikan Khas, Institut Pendidikan Guru Kampus Kota Bharu, Kelantan, Malaysia) ABSTRAK Murid pekak adalah murid yang tidak boleh mendengar dengan jelas dan berkomunikasi menggunakan \u201cgerak badan\u201d. Dalam pendidikan, mereka terpaksa belajar bahasa pengantar persekolahan yang diikuti, dalam konteks Malaysia adalah bahasa Melayu. Kajian ini meneliti perkembangan pendekatan pengajaran bahasa terhadap murid pekak dan menilai pencapaian mereka dalam pembelajaran bahasa. Kajian ini mengaplikasikan pendekatan retrospektif, yang mana data serta maklumat diperolehi melalui dokumen pembentangan dan penerbitan. Pengalaman penyelidik sebagai guru, pentadbir, pensyarah dan penyelidik serta penulis dalam bidang pendidikan bahasa digunakan bagi menjawab soalan berikut: (1) Bagaimanakah amalan pendekatan pengajaran bahasa kepada murid pekak di Malaysia? (2) Apakah faktor yang membawa perubahan dalam pemilihan pendekatan pengajaran bahasa? (3) Apakah impak pencapaian pendidikan murid pekak berdasarkan amalan pendekatan tersebut? Kajian mendpati terdapat tiga pendekatan pengajaran yang diamalkan, iaitu pertuturan, isyarat dan komunikasi seluruh. Dapatan juga menunjukkan perubahan pemilihan pendekatan adalah berdasarkan perubahan di barat terutama United Kingdom dan Amarika Syarikat, yang mana perubahan di negara tersebut berakibat daripada desakan ibupaba yang ada anak pekak, organisasi orang pekak dan badan bukan kerajaan, seminar dan penemuan baru dalam teknologi komunikasi dan perubatan. Dari segi pencapaian pendidikan, dapatan memperlihatkan majoriti murid pekak lemah dalam pembelajaran bahasa dan pencapaian mereka dalam akademik sangat minimum. Namun, terdapat sebilangan kecil murid pekak berjaya melanjutkan pelajaran peringkat universiti. Sehubungan itu, mengenal pasti pendekatan sesuai, pedagogi pengajaran dan pembelajaran bahasa serta alat bantuan pembelajaran diperlukan bagi meningkatkan bilangan murid pekak berjaya dalam akademik, yang merupakan \u201calat\u201d penting untuk kesejahteraan hidup. KATA KUNCI: pekak, pendidikan, isyarat, lisan. 556","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 1.0 PENGENALAN Murid pekak adalah individu yang mengalami masalah pendengaran dan kebanyakan mereka berkomunikasi dengan menggunakan \u201cgerak-badan\u201d (Kennedy et al., 2002). Komunikasi tersebut sukar difahami oleh kebanyakan orang biasa dan mereka juga wajib belajar dan lulus bahasa pengantar persekolahan yang diikuti (Abdullah, 2023; Nik Hasan, 2016; Hamdi 2011). Orang berpendengaran biasa berkomunikasi melalui saluran \u201dbunyi-dengar\u201d iaitu pertuturan dan orang pekak melalui saluran \u201disyarat-lihat\u201d (Abdullah, 2014; Kennedy et. Al., 2002). Berdasarkan catatan, pendidikan secara sistematik kepada murid pekak bermula pada abad ke 16 apabila Abb\u00e9 Charles Michel de l'Ep\u00e9e membuka sekolah pertama di Paris pada 1755. Samuel Heinicke di Germany pada 1778. Thomas Hopkins Gallaudet, Alexander Graham Bell dan Alexander Melville Bell mempopularkan sekolah pekak di Amerika (Mimi Whei Ping Lou, 1995). Di Malaysia, beberpa orang cendiakawan Inggeris telah menubuhkan Sekolah Kanak-kanak Pekak Persekutuan pada 1954 (Mohd Hashim, 1984). Sekolah yang menempatkan pelajar-pelajar pekak ini ditubuhkan bagi membolehkan mereka mengikuti persekolahan seperti pelajar-pelajar lain. Hal ini kerana kanak-kanak pekak tidak dapat mengikuti persekolahan di sekolah harian biasa akibat daripada bermasalah dalam komunikasi (Wool & Ladd, 2003; Safani, 2012; Saadiah, 1996). Kebanyakan daripada mereka tidak boleh bertutur dan tidak memahami komunikasi lisan (Shahrul Arbaiah, 2007; Watson et al, 1999). Walaupun terdapat sebilangan kecil daripada mereka yang dapat berkomunikasi secara lisan tetapi sukar difahami oleh mereka yang tidak biasa dengan pertuturan mereka. Oleh itu, sama ada secara lisan atau secara isyarat, tidak ramai yang memahami bentuk komunikasi yang digunakan oleh orang pekak (Abdullah, 2020; Bell & Harlow & Starks, 2005). Atas kesedaran ini, beberapa orang sukarelawan Inggeris yang diketuai oleh Dr. C.Elaine Field, Lady Templer dan R.P. Bingham telah menubuhkan sebuah sekolah khas untuk kanak-kanak pekak di Pulau Pinang yang dikenali dengan nama \u201cFederation of Malaya School for the Deaf\u201d pada tahun 1954 (Laporan Kabinet, 1980). Bermula dari sini, sekolah-sekolah yang menyediakan tempat untuk pelajar-pelajar pekak semakin bertambah terutamanya apabila kerajaan telah mengambil alih corak pendidikan yang harus diberikan kepada golongan ini, yang sebelum ini diusahakan oleh badan-badan sukarela dan persendirian. 2.0 PENYATAAN MASALAH Ketidakmampuan murid bertutur dikaitkan dengan ketidakbolehan mereka mendengar bunyi bahasa dan bukan bahasa (Safani, 2012; Watson, 1996). Berdasarkan Mimi Whei Ping Lou, (1995) dan Mohd Hashim (1984) dan Abdullah (2020b) di kebanyakan negara, medium yang digunakan bagi pendidikan kepada pelajar pekak sentiasa berubah berdasarkan keperluan semasa. Pada tahun 1700, \u201dpendekatan isyarat\u201d digunakan, kemudian berubah kepada \u201dpendekatan pertuturan\u201d pada tahun 1860an. Manakala pada 1960an \u201dpendekatan komunikasi seluruh\u201d mendapat perhatian dan pada 1980an sehingga kini ketiga-tiga pendekatan tersebut saling bertanding untuk mendapt tempat dalam pendidikan (Mimi Whei Ping Lou, 1995; Abdullah 2023). Walau bagimanpun, setiap pendekatan yang dikemukkan dan diamalkan mempunyai alasan tersendiri tentang baik-buruknya (Watson 1996; Nik Hassan, et al, 2015). Perkembangan ini juga ada kaitan dengan pendekatan yang melebalkan murid pekak sebagai \u201dcacat\u201d atau tidak 557","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 (Abdullah, 2014). Namun akhir-akhir ini, kesedaran komuniti orang pekak, perkembangan teknologi perubatan dan kajian linguistik terhadap isyarat menimbulkan satu gerakan baru yang mana \u201dorang pekak\u201d tidak dilihat sebagai golongan orang cacat dan \u201disyarat\u201d mereka mendapat pengiktirafan sebagai satu bentuk bahasa sempurna sepertimana bahasa pertuturan (Abdullah, 2006a; Paul, 1998). Data terkini berkaitan pelajar pekak di Malaysia menunjukan terdapat dalam kalangan mereka berjaya melanjutkan pelajar peringkat universiti dan bekerja dalam sektor kerajaan dan swasta dengan pendapatan setanding dengan orang biasa walaupun bilangannya tidak ramai (Abdullah, 2014; 2023). Perubahan positif ini selari dengan kemajuan pendidikan dan pedagogi pengajaran bahasa yang diamalkan dari semasa ke semasa. Oleh hal demikian, kajian ini mencuba meneliti isu ini berdasarkan \u201dpendekatan retrospektif\u201d. 3.0 PENDEKATAN KAJIAN Kajian ini mengapilikasikan pendekatan retrospektif yang megkaji sesuatu hal, peristiwa atau kejadian berdasrkan rentetan peristiwa masa lalu. Pendekatan retrospektif lebih berbentuk analisis peristiwa masa lalu dan dokumen sejarah (Robson, 2005). Oleh hal yang demikian, kajian ini membabitkan penelitian urutan perkembangan terhadap pendidikan dan pengajaran bahasa kepada murid pekak dan impaknya dalam pencapaian akademik. Data dan maklumat kajian ini adalah berdasarkan analisis dokumen dan pengalaman langsung penyelidik dalam bidang ini. Dokumen yang dirujuk seperti kajian ilmiah yang dihasilkan oleh penuntut universiti, kertas persidangan, kertas seminar, kertas kerja, laporan kajian dan buku yang diterbitkan. Di samping itu, kajian ini mempunyai limitasi seperti berikut: \uf0b7 Rujukan hanya berdasarkan dokumen yang dapat dicapai oleh penulis sama ada dalam atau luar negara melaui terbitan berkala, buku melalui dalam talian dan bentuk fizikal. \uf0b7 Pengalaman pula hannya pengalaman penulis sebagai ahli akademik bidang pendidikan murid pekak yang pernah mengikuti kursus di Jepun, United Kingdom dan bekerja di New Zealand dalam bidang ini serta \u2018network\u2019, yang dapat dicapai. \uf0b7 Perkembangan semasa di luar negara hanya yang dapat dianologikan dengan keadaan semasa di Malaysia Walau bagaimanapun, segala usaha diambil agar maklumat yang dibincang dapat memberi gambaran tentang perkembangan pendekatan pengajara bahasa serta meninjau apakah impak pendidikan terhadap pemilihan pendekatan tersebut. 4.0 PERSOALAN KAJIAN Kajian secara retrospektif ini mencuba menjawab persoalan berikut: (1) Bagaimanakah amalan pendekatan pengajaran bahasa kepada murid pekak di Malaysia? (2) Apakah faktor yang membawa perubahan dalam pemilihan pendekatan pengajaran bahasa? (3) Apakah impak pencapaian akademik murid pekak berdasarkan amalan pendekatan tersebut? Berdasarkan konteks di Malaysia, persoalan yang ditimbulkan masih kurang diberi perhatian oleh kebanyakan pengkaji bidang pendidikan bahasa pelajar pekak. 558","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 DAPATAN DAN PERBINCANGAN 5.1 Amalan Pendekatan Pengajaran Bahasa Terdapat 17, 692 orang pekak yang berdaftar dengan Jabatan Kebajikan masyarakat pada tahun 2000 (http\/\/www.e-pekak, akses pada 29 Oktober 2007). Pada 2021 meningkat kepada 40,743 (https:\/\/www.sinarharian.com.my\/article\/190831\/BERITA\/Nasional\/25-bilion-penduduk- dunia-alami-masalah-pendengaran-2050, akses pada 4 Julai 2023). Sehingga kini terdapat 23 buah Sekolah Kebangsaan Pendidikan Khas Rendah, sebuah Sekolah Menengah Kebangsaan Pendidikan Khas dan sebuah Sekolah Menegah Vokasional Pendidkan Khas. Di samping itu beberapa Politeknik juga menyediakan tempat dan kursus peringkat sijil dan diploma bagi pelajar pekak yang layak mengikutinya. Hal ini memeprlihatkan pendidikan kepada pelajar pekak terus membangun dan berkembang pesat. Di samping pihak kerajaan, terdapat beberapa pertubuhan bukan kerajaan terlibat sama dalam membangun pendidikan untuk pelajar pekak (Saadiah, 1996; Safani, 2012). Dari segi sistem pendidikan, secara umumnya, umur bagi kanak-kanak pekak mula bersekolah adalah sama dengan pelajar biasa iaitu berusia 6 tahun ke atas. Namun, berdasarkan pada Laporan Kabinet (1980), kanak-kanak pekak boleh mula bersekolah 2 tahun lebih awal yang bermatlamat bagi membolehkan kanak-kanak ini menguasai bahasa, kemudian barulah mengikuti kurikulum persekolahan seperti kanak-kanak biasa. Dari segi kurikulum, pelajar pekak mengikuti kurikulum dan peperiksaan yang sama dengan pelajar biasa. Hal ini menunjukkan tidak ada sebarang perbezaan terhadap pelajar pekak dari segi kandungan kurikulum yang diikuti. Begitu juga dari segi peperiksaan, cara pemerkahan juga adalah sama. Daripada senario ini dapat kita bayangkan berapakah bilangan calon yang lulus dalam satu-satu peperiksaan perdana? Ramai daripada mereka terpaksa tamat persekolahan lebih awal kerana sistem peperiksaan yang diamalkan sebelum Penilaian Menegah Rendah diperkenalkan menghendaki semaua pelajar mecapaian tahap tertentu bagi membolehkan mereka menyambung ke Tingakatan Empat. Dalam pendidikan pelajar pekak, salah satu pendekatan untuk menilai pencapaian pelajar pekak adalah dengan melihat pendekatan bahasa yang digunakan dalam persekolahan (Woll et al, 2001; Safani, 2012), yang memperlihatkan betapa pentingnya pilihan satu-satu pendekatan bahasa bagi memajukan pendidikan pelajar pekak. Dari segi pendekatan, didapati terdapat sekurang-kurangnya tiga pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan bahasa kepada pelajar pekak sama ada dalam atau luar negara iaitu (1) isyarat, (2) pertuturan dan (3) campuran isyarat dengan pertuturan (Paul, 1998; Abdullah, 2023; Safani, 2012; Nik Hassan, 2016; Sharul Arbaiah, 2007). Rumusan terhadap pendekatan tersebut seperti dalam Rajah 1 berikut: 559","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Rajah 1: Pendekatan pengajaran dan pembelajaran bahasa bagi pelajar pekak Pendekatan BIOP adalah penggunaan isyarat orang pekak sepenuhnya dalam penyampaian pelajaran. Pendekatan pertuturan pula penggunaan saluran lisan seperti pelajar biasa. Manakala pendekatan Komunikasi Seluruh pula adalah penggunaan apa-apa sahaja bagi membolehkan pelajar memahami apa yang diajar, yang komponan utama terdiri daripada isyarat ciptaan dan pertuturan secara serentak bagi mewakili bahasa persekolahan. Persoalannya mengapa pendekatan ini silih berganti? 5.2 Mengapa pendekatan pengajaran bahasa silih berganti? Dapatan kajian mendapati lahirnya lebih daripada satu pendekatan bertujuan untuk membantu pelajar pekak bukan sahaja dalam pendidikan tetapi untuk keperluan mereka berkerja dan bagi membolehkan mereka diintegrasikan dalam masyarakat dan mengalami kehidupan seperti mana mereka yang berpendengaran biasa (Saadiah, 1996; Mimi Whei Ping Lou, 1995; Chua Tee Tee, 1997; Hamdi, 2011). Walau bagimanapun, setiap pendekatan tersebut ada kelebihan dan kelemahannya (Asmah Omar, 1986; Chua Tee Tee, 1997; Abdullah, 2023). Dalam kata lain, setiap pendekatan tersebut tidak sesuai diaplikasikan kepada semua pelajar pekak. Hal ini demikian kerana pelajar pekak juga mempunyai pelbagai variasi dalam hal \u201ckepekakan\u201d yang dialami mereka (Marchark, 1997; Safani, 2012). Ada pendekatan yang mengutamakan pertuturan dan ada yang menekankan isyarat sahaja dan ada juga kombinasi daripada pertuturan dan isyarat. Pendekatan yang melibatkan dua saluran\/medium lebih dikenalai sebagai \u201cbimodal\u201d dalam kalangan pendidik orang pekak (Paul, 1998). Abdullah (1993, 2002, 2023) merumus dan membuat perbandingan serta menyenaraikan setiap satu keistemewaan dan kelemahan pendekatan tersebut seperti Jadual 3. Jadual 3: Perbandingan Pendekatan BIOP, Komunikasi Seluruh dan Pertuturan PENDEKATAN KESESUAI KONSEP KELEBIHAN KELEMAHAN AN ISYARAT -Penggunaan -Bahasa sebenar -Tidak diiktiraf (BIOP) -Menangap bahasa isyarat dan milik warga diri sebagai orang pekak pekak. sebagai bahasa pekak sepenuhnya. -Berdasarkan dunia sebenar (konteks -Tidak -Isyarat penglihatan warga dapat tersebut dilihat pekak dan komuniti Malaysia). mengajuk sebagai sata dan -Tidak bahasa persekolahan. 560","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 mendengar bahasa yang -Diperoleh melalui bunyi mempunyai pengamatan bahasa tatabahasa setempat tersendiri PERTUTURAN -Pekak -Melatih orang pekak -Sukar dilatih kerana semenjak -Penggunaan menggunakan bermasalah lahir pertuturan bahasa manusia pendengaran -Mendapat sepenuhnya berpendengaran pendedaha -Latihan n bahasa -Mengaktifkan memerlukan masa awal kebolehan mendegar yang lama dan bertutur -Dapat -Memerlukan memahami -menggerakkan bantuan dan bahagian kiri otak professional dan menggunak untuk kefahaman alat bantuan an dan berbahasa pendengaran pertuturan sebagai -Perlu pendedahan media bunyi bahasa yang komunikasi awal utama KOMUNIKASI -Menagap -Penggunaan -Menyerupai struktur -Bukan bahasa SELURUH diri sebagai pelabagi media bahasa Melayu pertama orang (Gabungan cacat bagi pekak isyarat dan pendengar memahamkan -Mempunyai aturan pertuturan) an pelajar pekak dan keseragaman -Sukar untuk dalam -Dapat persekolahan, -Berasaskan isyarat mengikut mendengar yang komponan natif dan ciptaan dan utama ialah tatabahasa BM mengajuk pertuturan -Dicipta dari semasa bunyi serentak ke semasa -Melambatkan bahasa dengan isyarat komunikasi dan sebaginya. -Tidak natural Oleh itu, ada pedekatan yang sesuai pada golongan pelajar pekak tertentu sahaja tetapi tidak pada kumpulan lain. Pendekatan bahasa dalam pendidikan orang pekak sentiasa berubah, yang banyak dipengaruhi oleh trend pada sesuatu masa yang berlaku di Barat. Di Barat perubahan berlaku berdasarkan beberapa sebab, antaranya seperti desakan komuniti orang pekak dan ibubapa yang mempunyai anak pekak, resolusi persidangan, umur mula bersekolah dan penemuan teknologi baru (Mimi Whei Ping Lou, 1995). Dalam hal ini Chua Tee Tee (1997) mendapati perubahan di Malaysia lebih kepada mengikuti perkembangan di barat, bukannya hasil daripada penemuan kajian. 561","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 5.3 Pemilihan Pendekatan Pengajaran Bahasa dan impak Tehadap Pencapaian Bahasa dan Akademik \u201dWorld Federation of the Deaf\u201d (WFD) yang mempunyai keahlian 70 ribu orang pekak mahu isyarat orang pekak diiktiraf dan digunakan dalam semua bidang terutamanya yang melibatkan urusan rasmi (Wawancara secara bebas dengan Presiden MFD, 2009). Umpamanya, akibat daripada desakan tersebut terdapat beberapa negara yang telah mengiktiraf bahasa isyarat orang pekak dan menaik taraf isyarat tersebut dengan menjadikan BIOP sebagai salah satu bahasa rasmi negara dan juga menjadikannya medium pengajaran pelajar pekak di sekolah. Di samping itu, ada negara telah menjadikanya sebagai salah satu mata pelajaran bahasa yang boleh dipelajari oleh pelajar biasa seperti mana mata pelajaran lain. Malaysia telah mengiktiraf bahasa isyarat dengan nama Bahasa Isyarat Malaysia (BIM) melalui AKTA OKU 2018 (Akta Oku 2018). Manakala impak ke atas pendidikan dan pencapaian bahasa daripada pandangan sama ada orang pekak sebagai \u201dcacat\u201d atau \u201dtidak cacat\u201d dapat dirumuskan seperti jadual 5 di bawah. Jadual 5: Impak Pandangan Terhadap Orang Pekak Ke Atas Pendidikan Bahasa Perkara Orang pekak sebagai cacat Orang pekak sebagai pengguna Kategori bahasa minoriti Orang cacat seperti mana mereka Pemerolehan yang buta, cacat anggota, hilang akal Tidak cacat seperti manusia lain. bahasa dan perlu bantuan dalam pergerakkan Perlu bantuan komunikasi jika (Mohamed Sazali, 2004) saluran komunikasi berbeza (Woll & Pembelajaran Tidak memperolehi bahasa kerana Ladd, 2003) bahasa tidak mempunyai bahasa sendiri dan Memperolehi bahasa sendiri iaitu komunikasi didominasikan oleh bahasa isyarat. Prosesnya sama Penghasilan pertuturan (Marschark & Spancer, seperti kanak-kanak biasa (Abdullah pertuturan 2003; Nik Hassan, 2016) & Che Rabiaah 2009, 2017; Paul, atau isyarat Belajar bahasa lain yang berasakan 1998) Penghasilan kepada bahasa pertuturan keluarga, Belajar bahasa sendiri yang penulisan sekolah dan komuniti. Hal ini amat berasaskan bahasa isyarat. Agak sukar dikuasai kerana bermasalah mudah dipelajari kerana berasaskan Penerimaan dalam pendengaran (Safani, 2012; bahasa sendiri iaitu BIOP (Knight & kefahaman Paul, 1998) Swanwick, 1999; Abdullah, 2023) pertuturan Terpaksa belajar bertutur dan sangat atau isyarat sukar menghasilkan pertuturan Mudah dikuasai dan dapat berisyarat (Watson, 1999; Safani 2012) dengan mereka yang memahami terutama orang pekak (Abdul Ghapur Sukar dikuasai kerana bahasa Eamienor, 2011; Woll & Ladd, 2003) penulisan berasaskan bahasa Tidak ada bentuk penulisan tetapi pertuturan (Abdullah & Che Rabiaah, dapat diwujudkan berasakan bahasa 2009; Paul, 1998) yang digunakan dalam masyarakat Sukar memahami komunikasi bentuk (Paul, 1998; Abdullah 2014) pertuturan dan tulisan kerana Mudah memahami komunikasi berasaskan bahasa lisan (Abdullah, bentuk isyarat dan tulisan berasaskan 2023; Woll & Ladd, 2003) isyarat (Shahrul Arbaiah, 2007; Paul, 1998) 562","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Penerimaan Sukar memahami teks dibaca kerana Mudah memahami jika teks kefahaman berasaskan tatabahasa bahasa lisan berasaskan bahasa isyarat (Paul, bacaan (Paul, 1998, Abdullah, 2023) 1998) Pedagogi Bahasa kedua atau bahasa asing Bahasa pertama seperti pendekatan bahasa seperti pendekatan struktural, analisis naturalistik, \u201dbottom-top\u201d (Abdullah & kesilapan dan bilingual (Woll & Ladd, Che Rabiaah, 2009; Paul, 1998) Keperluan 2003) guru Latihan khas berfokuskan pengajaran Latihan khas berfokuskan bahasa melaui lisan dan isyarat ciptaan. sebenar iaitu BIOP dan guru boleh di Keperluan Mahir mengajar menggunakan isyarat kalangan orang pekak berkelayakan. kurikulum bahasa persekolahan (Paul,1998) Mahir bahasa isyarat orang pekak (Abdullah, 2023) Keperluan Kurikulum biasa dan sukar diikuti oleh Kurikulum biasa tetapi disampaikan kokurikulum kebanyakan pelajar pekak (Paul, melalui BIOP dan dimoderasikan 1998) mengikut kesesuaian bahasa orang Pencapaian pekak (Paul, 1998) pendidikan Kurikulum biasa yang digunakan Biasa dan perlu dimoderasikan untuk pelajar biasa (abdullah & Che berdasarkan ketidakmampuan Rabiaah, 2017). menerima arahan lisan atau bunyi (Abdullah, 2023). Telah lama berlaku, kebanyakan Ada kemungkinan meningkat kerana pelajar pekak lemah (Powers et al, mudah mendapat kefahaman (Paul, 1998; Abdullah & Che Rabiaah, 2009) 1998; Abdullah & Che Rabiaah, 2009) Walau bagaimanapun, tanggapan yang mengatakan orang pekak bukan cacat dan penerimaan BIOP sebagai satu bahasa dan jika digunakan dalam sistem persekolahan bukan merupakan satu jaminan bahawa pencapaian akademik pelajar pekak akan lebih baik atau berjaya. Contoh pencapaian pelajar pekak dalam Ujian Pencapaian Sekolah Rendah (UPSR \u2013 Ujian Darjah 6) 2000-2002 setelah mengikuti persekolahan antara 6 hingga 8 tahun seperti di Lampiran 1 yang menunjukkan ramai pelajar pekak lemah dalam Bahasa Melayu Penulisan berbanding mata pelajaran lain. Manakala pencapaian pelajar pekak dalam Penilian Menegah Rendah (PMR \u2013 Penilaian Tingkatan 3) 2000-2002 di sebuah setelah mengikuti persekolahan antara 9 hingga 11 tahun seperti di Lampiran 2 yang menunjukkan ramai pelajar pekak lemah dalam mata pelajaran melibatkan bahasa seperti Bahasa Melayu dan Pendidikan Islam. Namun, terdapat sebilangan kecil yang berjaya melanjutkan pelajaran peringkat universiti dalam dan luar negara 1970-2001 seperti di Lampiran 3, yang membuktikan pelajar pekak boleh berjaya dalam akademik. Berdasarkan laman sesawang Sekolah Kanak-kanak Pekak Pulau Pinang pada 2019, lulusan universiti daripada sekolah tersebut seperti Lampiran 4. Didapati sembilan puluh dua murid daripada sekolah tersebut telah melanjutkan pelajaran peringkat universiti dalam dan luar negara. Ada sebilangan kecil yang berhijrah ke luar negara dan menetap di Australia, Amerika Syarikat dan beberapa negara lain. Walaupun kajian dan data yang dipaparkan tidak mewakili semua murid pekak tetapi kajian dan data tersebut mampu memperlihatkan akademik murid pekak secara menyeluruh. Bilangan mereka yang lulus dengan baik dalam peperiksaan awam adalah minimum. Pencapaian ini tidak boleh dianggap luar biasa atau ajaib tetapi perlu dilihat dan dikaji bagaimana mereka boleh berjaya untuk dijadikan panduan. Pelbagai usaha perlu dilakukan oleh 563","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 pentadbir sekolah dan para guru bagi mengatasi masalah dihadapi pelajar pekak. Sesungguhnya, bermasalah dalam pendengaran dan menjadi pekak membawa implikasi besar terhadap pencapaian akademik. Menyalahkan penggunaan pendekataan pengajaran bahasa terhadap kelemahan pencapaian tersebut adalah satu pandangan yang lemah kerana isu berkaitan \u201cpendidikan\u201d dan \u201cpencapaian\u201d pelajar adalah sesuatu yang kompleks. Kualiti guru, sistem penndidikan, pedagogi, sikap pelajar pekak dan bahan bantuan pembelajaran merupakan antara faktor yang berkait rapat dalam isu pendidikan pelajar pekak (Abdullah & Che Rabiaah, 2009, Abdullah, 2023; Nik Hassan, 2016, Safani 2012, Shahrul Arbaiah, 2007). Dari posisi pendidikan, hal yang paling penting bagi para pelajar pekak adalah bagaimana bahan pengajaran sepatutnya disampaikan kepada mereka supaya mereka dapat memahami bahan tersebut dengan cepat dan mudah. Kefahaman terhadap apa-apa yang dipelajari dapat dikekalkan dalam ingatan mereka dan mampu diolah kembali dalam bentuk bahasa tulisan untuk tujuan peperiksaan. 6 CADANGAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan dapatan daripada kajian retrospektif dan perbincangan di atas, antara cadangan yang dapat dikemukan ialah: Polisi Pendidikan \uf0b7 Trend memperlihatkan bahawa orang pekak telah dilihat sebagai bukan kumpulan cacat tetapi sebagai kumpulan pengguna bahasa minoriti. Oleh itu, amalan pendidikan perlu berubah ke arah pendekatan tersebut. \uf0b7 Pemakin utama yang membawa perubahan kepada trend orang pekak bukan kumpulan cacat adalah faktor linguistik, iaitu bahasa isyarat orang pekak telah dinaik taraf sebagai bahasa yang setanding dengan bahasa pertuturan. Oleh itu, hal ini perlu diberi perhatian oleh mereka yang bertanggungjawab ke atas pendidikan pelajar pekak. \uf0b7 Trend pendidikan perlu berubah daripada penggunaan isyarat lain atau pertuturan kepada penggunaan bahasa isyarat orang pekak sebagai medium pendidikan mereka. Pedagogi Pendidikan \uf0b7 Pedagogi pengajaran hendaklah disesuaikan dengan trend perubahan tersebut iaitu daripada pendekatan pengajaran kepada orang \u201dcacat\u201d kepada pendekatan orang \u201dtidak cacat\u201d. \uf0b7 Pedagogi juga perlu berubah daripada mengajar bahasa kepada pelajar pekak belajar bahasa persekolahn sebagai bahasa asing atau bahasa kedua kepada bahasa pertama. \uf0b7 Konsep \u201dbilingualisme\u201d atau kedwibahasaan dalam pendidikan kepada orang pekak perlu diperkenalkan. Bahasa pertama ialah BIOP dan ke dua bahasa adalah bahasa persekolahan biasa seperti bahasa Malaysia tetapi saluran penyampaian mengikut kebolehan mendengar pelajar. Penyediaan Guru Pendidikan Khas Untuk Pelajar Pekak \uf0b7 Orang pekak berkelayakan sebagai guru BIOP dan Prasekolah. \uf0b7 Guru perlu mahir BIOP, pedagogi dan budaya orang pekak 564","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Pengiktirafan Bahasa Isyarat Orang Pekak (BIOP) Telah termaktub dalam Akta OKU 2008 bahawa BIM sebagai bahasa utama orang pekak Malaysia (Akta OKU, 2008). Antara faedah yang dijangkakan diperoleh oleh warga Pekak, sepertimana yang diisytiharkan oleh persatuan orang pekak New Zealand hasil daripada pengisytiharan bahasa mereka sebagai bahasa rasmi adalah seprti berikut: \uf0b7 BIOP diiktiraf setanding dengan bahasa lisan, yang sebelum ini dianggap sebagai bahasa orang cacat pendengaran. \uf0b7 BIOP mempunyai status linguistik, iaitu diiktiraf sebagai bahasa yang mempunyai tatabahasa sendiri, yang mana tatabahasanya berlainan dengan bahasa lisan yang lain. \uf0b7 Status untuk mendapat penyelidikan terhadap BIOP dan penggunaannya dalam pelbagai bidang. \uf0b7 Penggunaan BIOP dalam pendidikan dan kurikulum persekolahan pada semua peringkat pendidikan. \uf0b7 Penggunaan BIOP dalam semua perkhidmatan dan urusan negara. \uf0b7 Warga Pekak berhak mendapat khidamat jurubahasa BIOP jika diperlukan. \uf0b7 Penubuhan pusat penyelidikan dan latihan BIOP bagi melahirkan professional berkaiatan warga Pekak. \uf0b7 BIOP sebagi jambatan komunikasi dan sosialisasi antara warga Pekak dengan mereka yang berpendengaran biasa. \uf0b7 Hilang kegelisahan dan rasa rendah diri dalam kalangan ibu bapa dan mereka yang mempunyai ahli keluarga Pekak \uf0b7 Penerimaan dwibahasa dalam pendidikan (BIOP sebagai bahasa pertama dan bahasa Melayu sebagai bahasa kedua) \uf0b7 Penyebaran dan kebolehan mengaksess BIOP dengan cepat. (Disesuaikan daripada Abdullah Yusoff, 2006a: 51) 7 Kesimpulan dan Penutup Belajar bahasa pengantar persekolahan yang berasaskan bahasa lisan, yang melibatkan kemahiran mendengar, bertutur, membaca dan menulis bagi pelajar pekak merupakan satu aktiviti amat sukar. Pelbagai usaha dilakukan oleh banyak pihak seperti ahli pendidikan, penyelidik, perubatan, kesihatan, pereka cipta dalam membantu mereka. Usaha tersebut melahirkan beberapa pendekatan dalam pembelajaran bahasa. Namun, kejayaan pelajar pekak dalam akademik masih di peringkat minimum, iaitu bilangan mereka yang berjaya dari segi kuantiti masih sedikit. Pengiktirafan terhadap BIOP yang diangkat dan dinaik taraf oleh beberapa negara Barat sebagai bahasa persekolahan dan bahasa rasmi negara memperlihatkan perkembangan positif. Univeriti Gallaudet di Amerika dan Universiti Tsukuba di Jepun merupakan contoh yang mana bahasa isyarat digunakan sepenuhnya sebagai medium komunikasi, majoriti pensyarahnya adalah orang pekak. Dalam konteks negara kita, perjuangan ini telah dan sedang diusahakan oleh Persekutuan Orang Pekak Malaysia. Malah dalam Akta OKU 2008, termaktub bahawa Bahasa Isyarat Malaysia (BIM) adalah bahasa yang digunakan oleh orang pekak Malaysia (Akta OKU, 2008). Setakat kajian ini ditulis, Kementerian Pelajaran Malaysia belum menjadikan BIM dijadikan satu mata pelajaran. Jika perubahan ini berlaku ia akan membawa impak kepada pendidikan bahasa kepada pelajar pekak. 565","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 ------TAMAT------ Bibiliografi Abdullah Yusoff. 2023. Memahami Penulisan Karangan Murid Pekak: Satu Analisis. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Abdullah Yusoff. \\\"Memahami Budaya Komuniti Orang Pekak \\\" dlm. Dewan Budaya, 42:4, hlm. 26-29, 2020a. Abdullah Yusoff. \\\"Keluhan Murid Pekak terhadap Penulisan Bahasa Melayu\\\" dlm. Pelita Bahasa, 32:7, hlm. 36-37, 2020b. Abdullah Yusoff. 2014. Memahami Komunikasi Orang Pekak. Kuala Lumpur. Dewan Bahasa dan Pustaka. Abdullah Yusoff. 2007. \u201cOrang Pekak: Warga Cacat atau Pengguna Minoriti Bahasa\u201d, dalam Dewan Bahasa. 8:5, hal. 39-41. Abdullah Yusoff. 2006a. \u201cNew Zealand Mengiktiraf Bahasa Isyarat Orang Pekak\u201d, dalam Dewan Bahasa. 6:11, hlm. 49-51. Abdullah Yusoff. 2006b. \u201cKomunikasi Warga Pekak\u201d, dalam Dewan Bahasa. 6:9, hlm. 48-51. Abdullah Yusoff 2002. \u201cBahasa Melayu dlam Kalangan Pelajar Pekak\u201d dalam Dewan Bahasa. 2:6, hlm. 36-40. Abdullah Yusoff. 1993. Kesalahan Struktur Ayat Di Kalangan Pelajar Pekak Jurnal Dewan Bahasa, 37:3, 220-228. Abdullah Yusoff & Che Rabiaah Mohamed, 2017. Memahami Kecacatan Bahasa dan Komunikasi. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Abdullah Yusoff & Che Rabiaah Mohamed 2009. \u201cRecognising Language of the Deaf Community: The Concepts of Communication, Language, Speech, Signing and Their Relationship with the Means of Communication Used by Deaf People\u201d kertas seminar \u201cInternational Seminar on Sign Language Research 2009, anjuran MySL Research Team, Faculty of Language and Linguistic, University Malaya pada 30-31 Mei 2009. Abdullah Yusoff & Che Rabiaah Mohamed \\\"Penguasaan Bahasa Melayu dalam Kalangan Pelajar: Suatu Sorotan dari Perspektif Linguistik\u201d dlm. Jurnal Bahasa, 4:4, hlm. 637-680, 2004. Abdul Ghapur dan Eamienor Zakiah. 2011. Bahasa Isyarat Komunikasi (Masalah Pendengaran) Tahun 2. Kuala Lumpur: DBP. Akta Orang Kurang Upaya 2008. Kuala Lumpur: Percetakan Nasional Malaysia Bhd. Asmah Hj Omar. 1986. Bahasa dan Pemikiran Melayu. Kuala Lumpur: DBP Bell & Harlow & Starks. 2005. Languages of New Zealand. Wellington: University of Victoria. Bahagian Pendidikan Khas. 2016. Data Pendidikan Khas 2016. Kuala Lumpur: Bahagian Pendidikan Khas Bahagian Pendidikan Khas (2006). Maklumat Pendidikan Khas 2004. Kuala Lumpur: Bahagian Pendidikan Khas. Chua Tee Tee. (1977) Strength & Weakness in The Education Programme for The Deaf in Malaysia, In Proceeding Of The First National Symposium On Deafness 1977. Kuala Lumpur. Hamdi Ishak. (2011). Amalan pengajaran guru Pendidikan Islam di Sekolah Kebangsaan Pendidikan khas (Masalah Pendengaran) (tesis doktor falsafah yang tidak diterbitkan), Universiti Kebangsaan Malaysia. Kennedy et al. 2002 (edt). A Concise Dictionary of New Zealand Sign Language. Wellington: Bridget Williams Books. Knight, P. & Swanwick, R. 1999. The Care And Education Of A Deaf Child: A Book For Parents.Clevedon: Multilingual Matters Ltd. 566","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Laman sesawang http:\/\/ http\/\/www.e-pekak, akses pada 29 Oktober 2007 Laporan Jawatankuasa Kabinet Mengkaji Pelaksanaan Dasar Pelajaran 1980. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Marschark, H., (1997) Raising And Educating A Deaf Child. Oxford: Oxford University Press. Marschark & Spancer (edt) 2003. Deaf Studies\u2019 Languages, and Education. Oxford. Oxford University Press. Mimi Whei Ping Lou. 1995. \u201cThe History of Language Use in the Education of the Deaf in the United States\u201d in Language Learning and Deafness. Cambridge University Press. New York. Pg 75-98. Mohamed Sazali Shaari 2004. \u201dBudaya Orang Pekak\u201d kertas Persidangan Keluarga Pekak Bahagia\u2019 di Hotel Crown Princess, Kuala Lumpur pada 13 Ogos 2004. Mohd Hashim, Omar. (1984) Pendidikan Kanak-Kanak Cacat Pendengaran Di Malaysia Barat, Kertas Kerja Dalam \u2018Kursus Pendidikan Khas Kepada Guru-Guru Pelatih\u2019. Maktab Perguruan Batu Rakit, Trengganu, 29 Julai \u2013 3 Ogos 1984. Nik Hasssan Seman (2016). Permasalahan Pengajaran Pendidikan Islam Peringkat Sekolah Menengah dalam Kalangan Pelajar Pekak. Kuala Terengganu: Universiti Zainal Abidin. Tesis tidak diterbitkan. Nik Hassan Seman, Mustafa Che Omar dan Abdullah Yusoff. (2015, Jun). Analisis permasalahan pelajar pekak dalam pengajaran dan pembelajaran Pendidikan Islam Di Malaysia. dalam Seminar Antarabangsa Isu-isu Pendidian 2015. Di Auditorium Dr Zainuddin Jaafar, Kolej Universiti Islam Antarabangsa Selangor pada 8-9 Jun 2015. Paul, P,. 1998. Literacy and Deafness: The Development of Reading, Writing and Literacy Thought. Boston: Allyn & Bacon. Persekutuan Orang Pekak Malaysia 2000. Bahasa Isyarat Malaysia. Kuala Lumpur: Persekutuan Orang Pekak malaysia. Robson, C,. 2005. Real Word Research: A Resource for Social Scientist and Practioner- Researchers. Oxford: Blackwell. Saadiah Ahmad. 1996. Deaf Education in Malaysia: Then, Now and the Way Ahead. In 4th World Federation of the Deaf Asia\/Pasific Conference Billingualisme in Deaf Education. Kuala Lumpur. Safani Bari. 2012. Kaedah Pengajaran Kontekstual Bahasa Melayu dalam Kalangan Murid- murid Bermasalah Pendengaran (tesis doktor falsafah yang tidak diterbitkan), Universiti Kebangsaan Malaysia. Shahrul Arba\u2019iah Othman. (2007). Faktor yang menyumbang kepada kecemerlangan akademik pelajar pekak: Kajian kes retrospektif (tesis doktor falsafah yang tidak diterbitkan), Universiti Kebangsaan Malaysia. Sukhdev Singh (1988). Training Teachers of The Deaf In Malaysia. Paper Presented at The Meeting Deaf Children\u2019s Special Education Needs, University Of Sussex, England. Watson, L. 1996. Spotlight On Special Education Needs: Hearing Impairment. England: Nasen Enterprise Ltd. Watson et al., 1999. Deaf and Hearing Impaired Pupils in Mainstreams School. London: David Fulton Publisher. Woll, B, & Ladd, P,. 2003. \u201cDeaf Communities\u201d dalam Deaf Studies\u2019 Languages, and Education. Oxford. Oxford University Press. 567","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 LAMPIRAN 1 Keputusan UPSR Bagi Calon Pekak (2000-2002) Tahun Matapelajaran GRED Jumlah 2000 BM Kefahaman A B C A+B+ D E 162 2001 BM Penulisan 162 Bahasa Inggeris 0 C 160 2002 Matematik 0 160 Sains 0 0 7 7 71 84 162 BM Kefahaman 0 288 BM Penulisan 0 0 3 3 6 153 287 Bahasa Inggeris 289 Matematik 3 0 9 9 18 133 287 Sains 4 289 BM Kefahaman 2 5 26 31 54 75 303 BM Penulisan 2 300 Bahasa Inggeris 2 0 11 11 54 97 305 Matematik 305 Sains 1 8 60 71 135 82 303 2 1 5 10 19 11 257 Jumla 3 h 0 3 31 36 27 226 290 5 56 63 82 142 290 290 1 33 36 71 182 290 158 4 59 64 99 140 291 290 8 9 19 23 258 291 244 5 37 43 57 205 245 245 19 69 91 104 110 244 169 2 29 31 71 201 245 245 LAMPIRAN 2 246 Keputusan PMR Bagi Calon Pekak (2000-2002) 568 Tahun Matapelajaran GRED 2000 B Melayu A B C D A,B,C E 2001 B Inggeris ,D Sejarah Geografi 0 1 7 34 42 248 P Islam 0 1 2 16 19 271 Matematik 2 1 16 182 201 89 Sains 1 1 20 144 166 124 K Hidup 0 0 1 1 2 156 3 6 18 132 159 132 B Melayu 0 2 5 224 231 59 B Inggeris 0 1 60 117 178 113 Sejarah Geografi 0 4 4 26 34 210 P Islam Matematik 0 1 3 14 18 227 Sains K Hidup 1 3 14 140 158 87 2 2 17 168 189 55 0 1 1 0 2 167 2 7 19 97 125 120 2 1 8 176 187 58 2 1 45 102 150 96","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 2002 B Melayu 0 2 4 81 87 200 287 B Inggeris Sejarah 1 2 4 21 28 259 287 Geografi P Islam 0 1 18 164 183 101 284 Matematik Sains 0 3 8 163 174 112 286 K Hidup 0 0 0 5 5 189 194 2 5 21 128 156 129 285 0 0 7 216 223 63 286 0 5 99 122 226 64 288 (Sumber daripada Lembaga Peperiksaan Malaysia, 2003) LAMPIRAN 3 Bilangan Pelajar Pekak Belajar Di IPT Dalam dan Luar Negara (1970-2001) Jenis Universiti Nama Universiti Sedang Tamat Jumlah Belajar Universiti University of Science 02 Tempatan Malaysia 2 University of Technology 12 Universiti Malaysia 1 1 15 Luar 14 11 Negara Gallaudet University, USA 0 02 Rochester Institute of 2 01 Maktab Technology, USA 1 Perguruan Specialist Teacher Trainee Malaysia College Pulau Pinang Teacher Trainee College Total 20 3 23 (Sumber daripada laman web e-pekak akses pada 26 Julai 2002) LAMPIRAN 4 Bilangan Pelajar Pekak Belajar Daripada Sekolah Pekak Pulau Pinang Di IPT Dalam dan Luar Negara Jenis Universiti Sedang Belajar Tamat Belajar Jumlah Universiti Tempatan (IPTA dan IPTS) 28 18 46 Universiti Luar Negara 3 28 31 Institut Pendiikan Guru 3 12 15 Jumalah 34 58 92 569","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 HUBUNGAN ANTARA TIONGHOA, INDONESIA, DAN BELANDA PADA MASA SEBELUM INDONESIA MERDEKA DI DALAM KESUSASTRAAN MELAYU TIONGHOA Erlis Nur Mujiningsih, Erli Yetti, dan Suryami Badan Riset dan Inovasi Nasional, Jakarta, Indonesia Abstrak Hubungan antara Indonesia (dulu Hindia Belanda), Tionghoa, dan Belanda pada masa sebelum Indonesia merdeka merupakan sebuah keniscayaan. Indonesia dijajah oleh Belanda, dan orang-orang Tionghoa sebagai bangsa pengembara juga hidup di Indonesia pada masa itu. Orang-orang Tionghoa inilah yang dapat dikatakan memulai munculnya kesusastraan Indonesia karena mereka menulis dan menerbitkan karyanya dalam bahasa Melayu. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara Tionghoa, Belanda, dan Indonesia pada masa sebelum Indonesia merdeka. Bagaimana sikap orang Tionghoa terhadap Belanda, dan bagaimana sikap orang Tionghoa terhadap Indonesia? Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Teori yang digunakan teori sosiologi sastra. Hasil analisis terhadap beberapa karya sastra yang ditulis oleh orang-orang Tionghoa di antaranya sebuah syair yang berjudul \u201cOranje Naseu\u201d karya Gauw Peng Liang dan \u201cPendekar dari Chapei\u201d karya Kwee Tek Hoay menunjukkan bahwa orang-orang Tionghoa masih seolah-olah menghamba kepada Belanda dan meremehkan kedudukan orang-orang Indonesia. Namun, di sisi yang lain, orang-orang Tionghoa sangat menyintai negara asalnya yaitu Tiongkok. Mereka berani berkorban untuk keselamatan negeri asalnya Tiongkok. Belanda memang mereka anggap sebagai \u201ctuan\u201d dan orang-orang Indonesia hanya mereka anggap sebagai \u201cobjek\u201d yang dapat dimanfaatkan dan berkedudukan sosial lebih rendah dibandingkan dengan orang-orang Tionghoa. Kata kunci: Tionghoa, Belanda, Indonesia, kesusastraan Melayu Tionghoa 570","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 1. Pendahuluan Karya sastra di Indonesia berkembang sebelum Balai Pustaka. Beberapa penelitian menyatakan hal tersebut. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sapardi Djoko Damono (Damono, 1979) yang menyatakan bahwa sebelum Balai Pustaka sudah ada beberapa penerbit swasta yang mengusahakan bacaan. Beberapa dipimpin oleh keturunan Cina dan Belanda yang menurut (Damono, 1979) kegiatan penerbitan tersebut semata-mata mencari keuntungan. Rintisan pengetahuan bahwa sastra cetak di Indonesia sudah berkembang sebelum Balai Pustaka kemudian dilanjutkan oleh peneliti-peneliti lainnya, termasuk kemudian adalah Claudine Salmon. Menurut (Salmon, Sastra Cina Peranakan dalam Bahasa Melayu, 1985) jumlah karya sastra yang dapat dikelompokkan sebagai karya Melayu Cina cukup banyak. Data yang dikumpulkan oleh (Salmon, Sastra Cina Peranakan dalam Bahasa Melayu, 1985) dari beberapa perpustakaan dan berbagai sumber menunjukkan bahwa terdapat 3005 buah karya, yang terdiri dari 73 sandiwara, 183 syair, 233 terjemahan karya Barat, 759 terjemahan karya dalam bahasa Cina, dan 1398 berbentuk novel dan cerpen asli. Sementara itu, (Salmon, Sastra Indonesia Awal: Kontribusi Orang Tionghoa, 2010) dalam bukunya yang lain mengatakan bahwa kesusatraan Tionghoa Melayu dibagi dalam empat periode utama, yakni dari awal sampai tahun 1911, dari 1911 sampai 1923, dari tahun 1923 sampai 1942, dan dari tahun 1945 sampai awal tahun 1960-an. Untuk selanjutnya, sebagaimana sudah disampaikan bahwa karya terjemahan yang dapat dikelompokkan sebagai bagian dari kesusastraan Melayu Cina berasal dari Barat dan Cina. Beberapa karya terjemahan tersebut antara lain Boekoe tjerita Tjioe Koan Tek anak Tjioe Boen Giok (1882) merupakan terjemahan dari bahasa Cina (Salmon, Sastra Cina Peranakan dalam Bahasa Melayu, 1985). Bahkan ada beberapa karya terkenal pada masa itu yang kemudian disadur ke dalam bahasa Melayu, di antaranya adalah karya G. Francis Njai Dasima yang disadur oleh Lie Kim Hok. Banyaknya karya terjemahan yang dapat dikelompokkan ke dalam kesusastraan Melayu Cina ini membuktikan bahwa pada masa itu berbagai pengaruh, aliran, dan proses berpikir juga ideologi yang hadir di dalam karya sastra tersebut cukup beragam. Hal tersebut dikarenakan terjemahan merupakan salah satu jalan masuk bagi berbagai hal tersebut. Masa sebelum kemerdekaan di Indonesia dapat dikatakan sebagai masa pemerintahan Hindia Belanda. Pada masa ini pemerintah Hindia Belanda menerapkan kebijakan penggolongan penduduk dalam tiga golongan. Golongan pertama adalah golongan Eropa atau Belanda (European) yang merupakan golongan penduduk paling tinggi kedudukannya. Golongan kedua adalah golongan Timur Asing (Vreemde Oosterlingen) yang terdiri dari orang Arab, India, Cina dan orang Timur Asing lainnya yang menempati kedudukan kedua dalam struktur masyarakat Hindia Belanda. Golongan ketiga adalah golongan pribumi (Inlander) yang menempati struktur masyarakat ketiga atau paling rendah (Nurhaeni, 2013) (Nurhaeni, 2013). Penggolongan penduduk ini juga berdampak pada aturan peradilan. Pada masa Deandels disebutkan ada tiga jenis pengadilan, yakni pengadilan untuk Eropa, pengadilan untuk orang Timur Asing, dan pengadilan untuk orang-orang pribumi (Rochmawati, 2016). Kondisi yang demikian tampaknya yang menjadikan pada masa itu di Indonesia (baca Hindia Belanda) di masyarakat muncul pengelompokkan setiap golongan dan hal ini juga terjadi dalam sastra di Indonesia (Hindia Belanda) pada saat itu. Pada masa Hindia Belanda di Indonesia (baca Hindia Belanda) tersebut sastra cetak dapat dikelompokkan menjadi sastra yang ditulis dan diterbitkan oleh orang-orang Eropa. Sastra Hindia Belanda adalah rumpun kesusastraan di dalam bahasa Belanda yang berpokok pada kehidupan di negeri jajahan Hindia Beland, ditulis oleh orang-orang Belanda terutama dan oleh 571","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 orang-orang Indo, baik yang keturunan Belanda maupun keturunan bangsa Eropa lainnya (Sastrowardojo, 1983). Selanjutnya, adalah karya-karya sastra yang ditulis oleh orang-orang pribumi yang diterbitkan oleh penerbit pemerintah Hindia Belanda yaitu Balai Pustaka. Terakhir, adalah karya-karya yang ditulis dan dicetak dalam bahasa Melayu yang dihasilkan oleh orang- orang Cina. Ketiga macam kelompok karya tersebut tentunya memiliki persoalan-persoalannya sendiri. Karya yang dihasilkan dan diterbitkan oleh orang-orang Cina pada masa Balai Pustaka berdiri dianggap sebagai bagian dari \u2018bacaan liar\u2019. Salah satu pendorong didirikannya Balai Pustaka oleh pemerintahan Hindia Belanda adalah untuk menyediakan bahan bacaan yang layak guna menghindari penerbit \u2018yang bermaksud buruk\u2019 dan kaum \u2018agitator\u2019 yang menyediakan bahan bacaan yang berbahaya (Farid, 2017). Padahal di sisi yang lain sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya bahwa jumlah penerbitan karya-karya Melayu Cina cukup banyak dan juga dari segi kualitas juga tidak buruk serta ideologi yang di belakangnya tidak selalu bertentangan dengan kebijakan politik di Hindia Belanda pada masa itu. Namun, karena \u2018cap\u2019 sebagai bahan bacaan yang tidak layak sudah ditempelkan terhadap karya-karya tersebut menyebabkan perhatian terhadap karya-karya tersebut terabaikan dan bahkan tidak masuk ke dalam catatan pada penulisan buku-buku yang membicarakan sejarah sastra Indonesia, seperti di dalam buku yang ditulis oleh Ajip Rosidi (Rosidi, 1991) yang di dalamnya tidak menyinggung sama sekali karya-karya Melayu Cina. Hal yang serupa juga terjadi pada buku yang ditulis oleh A. Teeuw. (Teeuw, 1980). Padahal di sisi yang lain, beberapa karya yang dihasilkan oleh pengarang-pengarang Cina ini dapat dikatakan sebagai karya awal dalam perkembangan sastra Indonesia. Salah satu di antaranya adalah sebuah syair yang berjudul \u201cOrange Naseu\u201d karya Gauw Peng Liang diterbitkan dalam majalah Sahabat Baik tahun 1891. Judul karya ini mengacu pada salah satu dinasti yang pernah berkuasa di Belanda, yakni raja Willem I (Wikipedia, 2023). Dari judul syair ini dapat diduga bahwa syair ini berkaitan dengan Belanda. Ada juga sebuah karya prosa yang ditulis oleh Kwee Tek Hoay dengan judul \u201cPendekar dari Chapei\u201d yang diterbitkan pertama kali dalam Moestika Panorama pada tahun 1932. Kedua karya ini dengan memperhatikan judul ditenggarai memiliki gambaran tentang hubungan antara Cina sebagai warga Timur Asing dan Belanda, serta pribumi. Bagaimana pola-pola hubungan di antara mereka dan persoalan apa saja yang dihadapi oleh orang-orang Cina di Hindia Belanda. Hal inilah yang akan dibahas dalam makalah ini. Untuk membahas masalah ini digunakan metode kualitatif dan analisis data didasarkan pada teori sosiologi sastra. Metode kualitatif digunakan karena dalam penelitian ini yang dicari adalah makna. Penelitian kualitatif sebagaimana disampaikan oleh (Yusuf, 2014) dilakukan untuk mencari makna, pemahaman, pengertian, verstehen tentang suatu fenomena, kejadian, maupun kehidupan manusia dengan terlibat langsung dan\/atau tidak langsung dalam setting yang diteliti, kontekstual, dan menyeluruh. Pada penelitian kualitatif peneliti mencoba mengerti makna suatu kejadian atau peristiwa (Yusuf, 2014). Dalam hal ini yang dicari adalah makna atau pemahaman tentang bagaimana hubungan antara Cina, Belanda, dan Pribumi di dalam beberapa karya Melayu Cina yang terbit pada masa sebelum kemerdekaan. Sementara itu, menurut (Corbin, 2003) penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Penelitian ini memang tidak menarik kesimpulan dari angka-angka statistic. Penelitian dilakukan dengan membaca dokumen, dalam hal ini karya sastra. 572","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Untuk menganalisis karya sastra Melayu Cina pemahaman terhadap fenomena yang diteliti menggunakan teori sosiologi sastra. Sosiologi sastra merupakan salah satu pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan (Damono, Sosiologi Sastra, 1979). Pendekatan sosiologi sastra dipilih karena memang yang akan dipahami maknanya adalah hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat, terutama masyarakat yang ada di dalam sebuah karya sastra. Dalam hal ini adalah kondisi masyarakat yang pada masa itu (Hindia Belanda) tinggal dan memiliki kehidupan di Indonesia (baca Hindia Belanda). Penelitian ini ingin memahami bagaimana kondisi masyarakat Melayu Cina yang hidup di Indonesia dalam karya-karya yang ditulis oleh berbagai kalangan, salah satunya adalah dari karya-karya yang ditulis dan diterbitkan oleh masyarakat Melayu Cina itu sendiri. Pada sosiologi sastra ada yang disebut sebagai sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri yang menjadi pokok penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya (Damono, Sosiologi Sastra, 1979). Pada penelitian ini yang menjadi pokok permasalahan adalah bagaimana melihat pola-pola hubungan yang terjadi antara warga negara yang tinggal di Indonesia pada masa itu. Bagaimana hubungan antara orang-orang Belanda dan Cina, juga bagaimana hubungan warga negara Cina dengan Indonesia. 2. Pembahasan Pada artikel ini akan dibahas dua karya sastra yakni sebuah syair dan sebuah karya prosa. Syair yang akan dibahas merupakan salah satu syair yang dimuat dalam antologi Meneer Perlente, sebuah antologi puisi yang disusun untuk mengumpulkan puisi-puisi yang terbit pada periode awal hadirnya sastra Indonesia. (Damono M. B., 2009) dalam pengantar antologi ini menyampaikan bahwa terbitnya antologi ini merupakan salah satu bahan pertimbangan untuk menyusun kembali sejarah puisi di Indonesia dengan memperhatikan peran karya-karya yang ditulis oleh kaum keturunan Tionghoa. Syair Oranje Naseau adalah syair yang ditulis oleh Gauw Peng Liang, Mester Cornelis. Syair ini Diterbitkan di majalah Sahhabat Baik Nomor 7 tahun 1891. Gauw Peng Liang adalah sastrawan Melayu Tionghoa, lahir di Jatinegara, Jakarta pada tahun 1869 dan meninggal di tempat kelahirannya tahun 1928. Ia adalah seorang sastrawan, termasuk penulis syair. Selain itu, ia juga berprofesi sebagai wartawan, seperti wartawan pada harian Bintang Betawi (1893\u2014 1906), harian Perniagaan, dan pernah juga menjabat pembantu editor koran Melayu milik Indo Belanda, dan sebagai kepala editor ( 1909\u20141916). Syair Oranje Naseau terdiri atas 16 bait. Secara keseluruhan, Oranje Naseau bercerita tentang Indonesia yang menjadi bagian jajahan Belanda serta peperangan Belanda dengan Spanyol yang berlangsung selama 80 tahun, dan berakhir damai. Seperti karya rekaan lain dari pengarang-pengarang Cina di Indonesia, cerita (karya sastra) mereka berlatar Jawa. Sementara tokoh-tokoh mereka diambil dari masyarakat Cina Peranakan, Indonesia atau Belanda, atau dari ketiganya sekaligus (Salmon, Sastra Cina Peranakan dalam Bahasa Melayu, 1985). Syair Oranje Naseau pun mengangkat pelaku\/tokoh syairnya Indonesia, Belanda, Spanyol. Syair Oranje Naseau menjadi sesuatu yang istimewa karena ditulis oleh Cina Peranakan, latar tempat Indonesia, Belanda, dan Spanyol. Tokoh-tokoh syair juga diambil dari Indonesia, Belanda, Spanyol, dan lainnya. Sebagai penulis syair, Gauw Peng Liang, di awal bait menyuguhkan kekagumannya pada Tuhan sebagai pencipta dunia dan isinya. Larik-larik syair menyiratkan tentang keberadaan manusia yang perlu memahami kehidupan dunia dan mengakui bahwa Tuhan sebagai penciptanya, termasuk menciptakan bulan dan matahari yang bercahaya silih berganti. 573","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Barang siapa mengenangkan keadaan duniya Dimana bulan dan matahari ganti bercahaya Mengenangkan juwa akan Allah yang muliya Tuhan dari seklian umat dan manusia. Bait berikutnya, Gauw Peng Liang berkisah tentang keindahan pulau Insulinda sebagai ciptaan Tuhan. (dalam larik \u2018Siyapa menginjak pulau Insulinde\u2019). Insulinda adalah julukan lain untuk nama Indonesia. Nama Insulinda berasal dari bahasa latin, yaitu \u2018Insula\u2019 (https:\/\/indonesiabaik.id). Indus sendiri mempunyai arti \u2018pulau\u2019 Insulinda diartikan sebagai pulau Hindia. Nama ini diberikan oleh Eduard Douwes Dekker (dengan nama pena Multilatuli) yang tertulis dalam buku Max Havelaar yang dirilis pada tahun 1860. Alasan Eduard memberi nama Insulinde untuk Indonesia (https:www.goodnewsfromindonesia.id) adalah karena Eduard tidak suka mendengar nama Nederlandsch Oost-Indie yang diberikan oleh Belanda. Terlepas dari penyebutan Insulinde untuk Indonesia dan makna dari Insulinde itu sendiri, pada bait dua ini penulis mencoba mengungkapkan keindahan alam Indonesia itu yang disebut sebagai tempat yang nyaman (bertambah enda), seperti terlihat pada larik kedua di bawah ini. Siyapa menginjak pulau Insulinda Tempat yang nyaman bertambah enda Namun pada larik ketiga penulis berusaha memberi pesan secara inplisit kepada pembaca, bahwasanya kalau memang sudah menginjakkan kaki ke Insulinda sebagai tempat yang nyaman, hendaklah mengenang akan Baginda Sri Maharaja di negeri Holanda. Karena saat itu Indonesia menjadi jajahan Belanda. Namun tendens (pesan) penulis agar mengenang akan Baginda Sri Maharaja di Holanda, di selingi lagi akan kebesaran Tuhan Kuasa. Tuhan yang mengadakan siyang dan malam Menitahkan matahari terbit dan silam Menyisikan daratan dan ayar dalam Metabirkan sekaliyan sinya alam Penulis sengaja menggambarkan keadaan ini untuk menunjukkan kepada pembaca bahwa Raja dan Sutan Makota dapat menggantikan Tuhan yang telah menciptakan segalanya (Yang Maha Samista). Dan sekaligus memberitahu bahwa Raja dan Sutan Makota tersebut yang memimpin, menduduki tahta, dan memerintah semua manusia yang ada di bawah kekuasaannya. Raja, meskipun yang berkuasa, tetap adil dan gagah, senantiasa menaungi rakyat dari binasa agar damai sentosa. Pada bait keenam, penulis kembali mempertajam bahwa Raja Holanda yang maha mulialah yang melindungi penduduk Hindia dari bahaya. Gauw Peng Liang, selain mengangkat Seri Maharaja, melalui larik-lariknya juga meyakinkan keberadaan Seri Ratu Permaisuri, yaitu Baginda Welhelmina. Diketahui, bahwasanya Welhelmina adalah anak satu-satunya dari Raja Willem III. Welhelmina yang bernama lengkap Welhelmina Helena Pauline Marie van Orange Nassau menjadi ratu Belanda sejak 1890 sampai dengan 1948. Ia memimpin Belanda selama lima puluh tahun, lebih lama daripada penguasa monarki Belanda lainnya. Masa kekuasaannya menjadi saksi beberapa titik perubahan di Belanda dan sejarah dunia, yakni Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan krisis ekonomi tahun 1933 serta kejatuhan Belanda sebagai penguasa kolonial (https:\/\/id.m.wikipedia.org). 574","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Kesan untuk mengangkat nama Welhelmina ini dapat kita lihat pada larik-larik berikut. Kita orang punya ampunya pamangku negeri Baginda Welhelmina, Seri Ratu Permaisuri Iya itu seorang tuwan puteri Dari Willem III Sultan Bistari Ide-ide penulis tentang Welhelmina, pada prinsipnya mengingatkan sejarah Indonesia semasa dijajah Belanda. Indonesia yang pada waktu itu sebagai jajahan Belanda adalah bagian dari negara Belanda (pusatnya di Belanda sedangkan Indonesia wilayah bagiannya). Pada masa Welhelmina berkuasa, dengan politik etisnya, akhirnya mengantarkan Indonesia pada kebangkitan nasional (https:\/\/\/wwwkompas.com). Namun dalam referensi lain disebutkan bahwasanya Welhelmina adalah orang Belanda yang tidak senang dengan kemerdekaan Indonesia. Karena ia tidak menerima tanah jajahannya merdeka. Terlebih, Belanda merasa telah banyak melakukan pembangunan di Indonesia (https:\/\/inews.id). Apalagi saat itu perekonomian Belanda sedang terpuruk akibat Perang Dunia II. Dalam syair Oranje Naseau, penulis mengungkapkan persengketaan atau peperangan Belanda dengan Spanya (Spanyol). Delapan puluh tahun lamanya persengketaan itu berjalan yang mengakibatkan kerugian besar bagi Spanya. Barulah pada tahun 1668, Holanda dan Spanya menghentikan peperangannya dan berdamai secara baik. Sebelum melakukan perdamaian dengan Spanya di tahun 1668 itu, Willem van Naseu sangat perhatian dan melindungi rakyatnya dengan sungguh-sungguh. Beberapa larik syair menyebutkan bahwa walaupun Spanya bsear dan berkuasa serta lengkap dengan senjata laskar berlaksa untuk menyerang Holanda, namun semua sia-sia karena Pangeran Oranye sangatlah perkasa. Holanda punya hulubalang yang gagah perkasa. Prins Willem punya dua anak laki-laki, Maurits dan Fredriks. Maski Spanye banyak tentara Holanda yang kecil tiyada menyera Karena hulubalangnya gagah perawira Istimewa Prins Willem dan iya ampunya putera Maurits namanya putera pertama Fredrik Hendrik kaduwa ternama Kaduwanya berganti jadi panglima Menyambutkan jabatannya Willem utama Jabatan Prins Willem diturunkan pada putranya yang bernama Hendrik (Hendrik II). Sampai syair ini ditulis, negeri Holanda diperintah oleh keluarga Oranye. Termasuk pulau Insulinda (Indonesia), berada di bawah perintahnya Baginda Holanda. Pada dua bait terakhir syair, penulis menyebutkan bahwa Baginda (Hendrik II) masih kanak-kanak, tetapi sudah memakai mahkota. Bagaimana bisa? Ternyata diwakilkan Bunda Baginda untuk memegang perintah. Dari apa yang sudah dipaparkan dalam syair Oranje Naseau tersebut dapat dilihat bahwa si tokoh aku lirik dapat dikatakan sebagai orang yang sangat mengagumi raja Belanda dalam hal ini yang berwangsa Oranje Naseau. Si aku lirik tunduk dan hormat terhadap raja Belanda serta mengakui sepenuhnya bahwa orang-orang yang hidup di Indonesia (baca Hindia Belanda) harus memiliki kepatuhan terhadap pemerintahan Belanda atau menjadi bagian dari 575","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 warga negara Belanda yang memiliki kepatuhan terhadap rajanya sebagaimana terlihat dalam bait kedua karya syair ini. Hal ini tampaknya sejalan dengan kebijakan kependudukan dari pemerintah Hindia Belanda. Dua kebijakan kependudukan itu, yang pertama adalah kebijakan dengan konsep Nederlandschap (kebangsaan Belanda). Konsep ini meyakini bahwa setiap orang yang lahir di Hindia Belanda (pada syair \u201cOranje Naseau muncul dalam larik \u2018Siapa menginjaq pulau Insulinda\u2019 yang dapat dimaknai sebagai \u2018penduduk Hindia Belanda\u2019) baik itu Eropa, keturunan Belanda, pribumi serta penduduk Timur Asing adalah berkebangsaan Belanda (Nurhaeni, 2013). Kebijakan Belanda lainnya adalah kebijakan Kawula Belanda (Wet op Het Nederlandsch Onderdaanschap). Kebijakan ini menyatakan bahwa setiap orang yang lahir di wilayah koloni Belanda merupakan kawula Belanda dan harus tunduk kepada Undang-Undang Kerajaan Belanda. Salah satunya kebijakan yang ditujukan untuk etnis Cina pada masa itu adalah kebijakan wajib militer. Oleh sebab itu, di dalam syair ini tampaknya si aku lirik ingin mengobarkan semangat perjuangan etnis Cina tersebut dengan memberikan contoh kepahlawanan Pangeran Oranje saat melawan Spanyol, \/Meski Spanye besar dan berkuwasa, lengkap senjata laskar berlaksa, merungkuki Holanda iya taq bisa, Karana Pangeran Oranje amat perkasa\/. Kewajiban wajib militer bagi etnis Cina tersebut banyak ditentang oleh etnis Cina karena mereka merasa bukan merupakan bagian dari Kawula Belanda, tetapi lebih merupakan bagian dari nasionalisme Tiongkok (Nurhaeni, 2013). Dengan demikian, tampaknya karya syair ini merupakan salah satu karya sastra yang ditujukan untuk menyampaikan ideologi Belanda terhadap kalangan masyarakat Cina yang ada di Indonesia pada masa itu. Dapat dikatakan bahwa syair ini merupakan salah satu karya propaganda dari pihak Belanda mengingat syair ini dimuat di majalah Sahabat Baik yang merupakan sebuah majalah yang terbit di Amsterdam dengan penerbit Stoomdrukkerij Holdert & Co. Dengan memperhatikan penerbit dan tempat terbitnya walaupun majalah ini beraksara latin dan berbahasa Melayu tetapi majalah ini dapat digolongkan sebagai majalah yang bernaung di bawah kekuasaan Belanda. Majalah ini terbit pertama kali tahun 1891. Apa yang disampaikan dalam syair tersebut berbeda dengan apa yang muncul dalam karya prosa yang ditulis oleh Kwee Tek Hoay yang berjudul Pendekar Dari Chapei. Karya prosa ini pertama kali di majalah Moestika Panorama di Batavia pada tahun 1932. Karya prosa ini ditulis dengan latar belakang perang antara Cina dan Jepang walaupun peperangan tersebut belum terjadi sebagaimana diungkapkan oleh penulisnya dalam \u2018kata pengantar\u2019 bahwa cerita ini ditulis ketika peperangan yang terjadi di Chapei, salah satu bagian dari kota Shanghai, masih belum lengkap (Hoay, 2004). Oleh sebab itu, sebagaimana disampaikan oleh penulisnya bahwa perang hanya menjadi latar belakang saja, isi karya prosa ini lebih banyak pada persoalan pergaulan antara jejaka dan gadis di jaman modern. Karya prosa ini mengisahkan pergaulan gadis dan jejaka Tionghoa yang terlibat dalam organisasi Lie Hak Seng Hwe yang merupakan organisasi anak-anak gadis bekas murid sekolah-sekolah Tionghoa, Inggris, dan Belanda. Perkumpulan ini berdiri dengan tujuan memberikan kesempatan bagi gadis-gadis yang berhenti sekolahnya untuk dapat mempelajari hal-hal lain yang berkaitan dengan rumah tangga. Sementara itu, para jejaka juga memiliki perkumpulan sendiri yakni Peng Yong Hwe yang memiliki kemiripan tujuan dengan perkumpulan para gadis. Namun kemudian, perkumpulan para pemuda tersebut berusaha untuk mendekati perkumpulan para gadis untuk menolong segala urusannya agar mereka (para jejaka) dapat bergaul secara bebas dengan para gadis (Hoay, 2004). 576","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Tokoh-tokoh yang dikisahkan dalam karya pros aini adalah para gadis dan jejaka yang dikatakan oleh pengarangnya sebagai gadis dan jejaka yang mendapat pendidikan rendah atau kepalang (Hoay, 2004). Para gadis dan jejaka tersebut tidak menyelesaikan pendidikannya secara tuntas. Salah satu tokoh perempuannya yakni Siauw Liep Nio hanya menyelesaikan sekolahnya sampai di tingkat H.C.S klas IV (Hoay, 2004). Juga tokoh jejakanya yakni Ke Khiang. Dia sekolahnya juga serba kepalang tanggung. Ke Khiang belajar di Haktong, kemudian sekolah Inggris, lantas pindah ke H.C.S tetapi semua tidak ada yang diteruskan dan tidak dapat menyelesaikan sekolah rendah (Hoay, 2004). Hal itu terjadi karena orang tuanya bukan orang kaya. Dia mengikuti perkumpulan agar dapat menjadi pemimpin dan dapat mengaet gadis kaya. Gadis kaya itu adalah Liep Nio. Ada tokoh-tokoh lain yang juga disebutkan menjadi anggota dan pimpinan perkumpulan para gadis dan para jejaka tersebut, seperti Lauw Nio dan juga Beng Nio. Lauw Nio digambarkan sebagai seorang perawan tua dan memiliki sifat penghasut serta penjilat. Sementara itu, Beng Nio digambarkan sebagai seorang gadis yang rajin belajar, membaca buku ilmu pengetahuan dari berbagai ilmu terutama filosofi Khong Cu (Confusius), Taoisme dari Lo Cu, Bik Cu, Cwang Cu. Ia juga memahami Buddhisme dan Zoroastrianisme. Juga filsafat barat seperti Nietzsche, Kant, Hegel, Comte, Hune, Hamilton, dan lainnya. Perempuan ini tidak mau mengikuti perkumpulan (Hoay, 2004). Beng Nio adalah seorang gadis yang memiliki pengetahuan tinggi dan suka menulis di beberapa surat kabar (Hoay, 2004). Kedua gadis ini Lauw Nio dan Beng Nio yang memiliki watak dan sikap yang berbeda menjadi teman dan sahabat tokoh Liep Nio. Gadis inilah yang memberikan nasehat dan peringatan ke Liep Nio agar tidak dekat-dekat dengan Ke Khiang. Latar cerita prosa ini sebagaimana sudah disebutkan pada pengantar penulisnya adalah perang antara Tiongkok dan Jepang. Pada tahun ketika karya prosa ini ditulis merupakan tahun ancang-ancang terjadinya perang antara Jepang dan Tiongkok yang kedua yakni tahun 1937 sampai 1945. Latar perang inilah yang kemudian menjadi alasan bagi tokoh Ke Khiang untuk mencapai tujuan sebenarnya. Ayah Ke Khiang jatuh miskin dan tidak dapat membayar hutang- hutangnya. Tentu saja hal itu akan memberatkan Ke Khiang. Selain itu, karena pengaruh Ben Nio gadis kaya yang menjadi incarannya pun mulai menjauh. Oleh sebab itu, pemuda ini kemudian merasa putus asa dan tidak tahu bagaimana harus menghadapinya. Dia ingin bekerja tetapi saat itu disebutkan oleh pengarangnya sebagai saat itu sedang terjadi malaise yang hebat sulit bagi Ke Khiang untuk mencari pekerjaan (Hoay, 2004). Karena itu, pemuda ini karena putus asa menyampaikan kepada teman-temannya kalau dia punya ongkos dia dapat pergi ke Tiongkok untuk menjadi volunteer (Hoay, 2004). Di sisi yang lain, teman-temannya pun menanggapi hal tersebut sebagai tindakan yang perwira. Teman-temannya pun mendukung dan siap mengumpulkan uang untuk ongkos Ke Khiang ke Tiongkok. Kepergian Ke Khiang ke Tiongkok sebenarnya memiliki tujuan untuk mengikat Liep Nio agar gadis itu meras simpati kepadanya dan bersedia kawin lari dengannya setelah itu dinikahinya gadis itu dia akan minta sang gadis untuk meminta harta dari sang ayah. Namun, hal itu masih merupakan \u2018perkiraan\u2019 saja. Ke Khiang tidak dapat memastikan bahwa sang gadis mau mengikuti keinginannya. Di sisi yang lain dia ditawari pamannya untuk menjadi agen bagi penjualan kain (\u2018cita\u2019 dalam (Hoay, 2004) buatan Jepang. Dari apa yang disampaikan di dalam karya prosa ini dapat terlihat bahwa sebagai orang Tionghoa secara umum masyarakat Tionghoa yang ada di Indonesia pada masa itu berkeinginan untuk tunduk dan patuh kepada tanah kelahirannya yaitu Tiongkok. Sikap mereka 577","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 terhadap Belanda sebagaimana muncul dalam syair \u201cOranye Naseau\u201d merupakan sikap yang sudah disisipi oleh ideologi Belanda sebagai penguasa di wilayah Hindia Belanda. Hanya saja sebagai sebuah karya sastra yang ingin memotret apa sebenarnya yang terjadi di masyarakat, karya prosa ini memang memunculkan konflik-konflik yang bersifat pribadi. Bahwa kemudian ada seorang tokoh seperti Ke Khiang yang bermuka dua yang memihak musuh orang-orang Tionghoa yaitu Jepang itu merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Namun, sikap bahwa orang Tionghoa harus menghormati leluhurnya dan negerinya yaitu Tiongkok menjadi hal yang ideal. Hal itu muncul dalam karya pros aini dalam diri tokoh Gouw Ben Nio. Tokoh ini merupakan seorang perempuan yang pandai. Perempuan ini ingin menyusun sebuah buku tentang aliran filosofi Tiongkok yang menjadi dasar kesopanan Tionghoa. Penulisan buku tersebut dimaksudkan agar masyarakat Tionghoa peranakan yang mengaku nasionalis mengetahui tentang agama, filosofi, dan adat Lembaga Tionghoa (Hoay, 2004). Dari apa yang dilakukan oleh tokoh tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat Tionghoa yang ada di Indonesia (baca Hindia Belanda) masih sangat menghormati tanah leluhurnya. Dari karya prosa ini hal yang berkaitan dengan pribumi sangat sedikit disinggung. Salah satunya adalah bahwa orang pribumi merupakan pembeli barang-barang Jepang karena harganya murah dan sesuai dengan kemampuan mereka (Hoay, 2004). Hal ini menandai pandangan bahwa dari sisi orang Tionghoa yang memiliki pekerjaan sebagai pedagang, orang- orang pribumi merupakan konsumen yang potensial. Yang membeli dagangan mereka adalah orang-orang pribumi, tetapi di sisi yang lain ada pandangan juga yang mengarah pada citra bahwa orang pribumi adalah orang miskin. Bagi orang Tionghoa orang pribumi hanya mampu membeli barang-barang yang murah. 3. Simpulan Dari uraian yang sudah disampaikan pada bagian pembahasan dapat disampaikan di sini bahwa hubungan antara orang-orang Tionghoa dan Belanda merupakan sebuah hubungan yang artifisial. Hubungan itu dibentuk dalam kerangka atasan bawahan. Orang-orang Tionghoa yang tinggal di Indonesia (Hindia Belanda) harus tunduk kepada pemerintahan Belanda. Karena Belanda merupakan penguasa di Hindia Belanda pada masa itu. Orang-orang Tionghoa ini secara naluriah masih merasakan ikatan kebangsaan yang kuat dengan Tiongkok. Disebutkan di dalam karya prosa ini bahwa pemuda yang baik adalah pemuda yang berani berkorban untuk negaranya, yakni Tiongkok dan bukan Belanda atau pun Hindia Belanda. Orang-orang Tionghoa ini pun juga tidak mau tunduk kepada pribumi yang merupakan pemilik tanah tempat mereka hidup. Bahkan orang-orang Tionghoa ini memberikan \u2018cap\u2019 negative terhadap orang-orang pribumi, seperti orang pribumi itu miskin sehingga tidak mampu untuk hidup dengan layak. 578","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Bibliography Damono, S. D. (1979). Novel Indonesia Sebelum Perang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Farid, H. (2017). Kolonialisme dan Budaya: Balai Pustaka di Hindia Belanda. In S. d. Yani, 100 Tahun Balai Pustaka Membangun Peradaban Bangsa (pp. 26-62). Jakarta: Balai Pustaka. Nurhaeni, C. (2013). Kedudukan Opsir Cina dalam Pemerintahan Hindia Belanda di Batavia antara Tahun 1910-1942. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Rochmawati, F. S. (2016). Sejarah Indonesia Pemerintahan Deandels dan Raffles. Wonosari: SMAN I Wonosari. Rosidi, A. (1991). Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Binacipta. Salmon, C. (1985). Sastra Cina Peranakan dalam Bahasa Melayu. Jakarta: Balai Pustaka. Salmon, C. (2010). Sastra Indonesia Awal: Kontribusi Orang Tionghoa. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia . Sastrowardojo, S. (1983). Sastra Hindia Belanda dan Kita. Jakarta: Balai Pustaka. Teeuw, A. (1980). Sastra Baru Indonesia. Flores-Ende: Nusa Indah. Wikipedia. (2023). Kerajaan Bersatu Belanda. Retrieved from Wikipedia: artsandculture.google- com\/entity\/m0ttzv?hl=id 579","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 METAFORA DALAM NOVEL CITA-CITAMU CITA-CITAKU KARYA NAZEL HASHIM MOHAMAD (METAPHORS IN CITA-CITAMU CITA-CITAKU NOVEL OF KARYA NAZEL HASHIM MOHAMAD) Sumaiyah Menjamin [email protected] Aseeyah Kuwing [email protected] Jabatan Bahasa Melayu Universiti Fatoni, Pattani, Thailand ABSTRACT This study is an attempt to identify the metaphors in Cita-citamu Cita-citaku Novel of Nazel Hashim Mohamad. The purpose of this research is to get the form of metaphors from sentences in the contents at the book. This reseach uses a descriptive method. There are three steps to completing this reseach. First step is prepation, the researcher reads the novel to find out the data. The second step is data collection, the researcher collets the metaphors then identifies the kind of metaphor according to the theory of Mansoer Pateda (2010). The third step is data analysis, the data analyzes the metaphor in the novel, the researcher uses the theory from Mansoer Pateda, to analyze and describe metaphors in the novel of Cita-citamu Cita- citaku. The result of this research shows there are 78 metaphors in the Cita-citamu Cita- citaku novel. There are divide into three kinds metaphors. According to the theory from Mansoer Pateda (2010) there are three metaphor form found in the novel. 1) Anthropomorfic methaphor which has 66, animal methaphor has 2 and synesthetic metaphor has 10. Keywords: metaphor, novel, semantic 580","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 1. Pendahuluan Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan sehari-hari oleh manusia. Manusia akan memahami apa yang penutur bicara adalah mengetahui makna bahasa itu. Chaer (2007:45) mengatakan fungsi bahasa adalah menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Setiap kata mengandungi makna. Maknanya itu ada yang sudah jelas, tetapi ada pula yang maknanya kabur. Kata itu kadang-kadang berada dalam urutan. Urutan itu akan terwujud dalam bentuk yang dinamakan gaya bahasa, peri bahasa, dan ungkapan (Pateda, 2010: 200) Secara leksikologis yang dimaksud dengan gaya bahasa, yakni: (i) pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; (ii) pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu; (iii) kesuluruhan ciri bahasa sekolompok penulis sastera; (iv) cara khas dalam mengatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. (Depdikbud dalam) (Pateda, 2010: 233). Makna dalam gaya bahasa atau stilistika. Menurut Kridalaksana (2008: 227) stilistika adalah 1. ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya sastera; ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesusasteraan; 2. penerapan linguistik pada penelitian gaya bahasa. Badudu dalam Pateda (2010:234) mengatakan bahwa gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa yang memperbandingkan suatu benda dengan benda yang lain. Dengan demikian penelitian ini akan meneliti tentang gaya bahasa yaitu metafora. Metafora dapat dikaji dari berbagai sudut. Oleh sebab itu, agar penelitian lebih terarah, akan memfokuskan berdasarkan pendahuluan yang telah dikemukakan di atas rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah metafora dalam novel Cita-citamu cita-citaku karya Nazel Hashim Mohamad. Dalam penelitian ini, pengkaji memilih novel Cita-citamu cita-citaku. Novel Cita-citamu cita-citaku tentang kisah kemanusiaan terutama bagi para guru dan siswa yang ingin mengerti apa itu arti kasih sayang dan pengorbanan. 2. Permasalahan Penelitian ini mendeskripsikan bentuk metafora dalam novel Cita-citamu cita- citaku karya Nazel Hashim Mohamad 2.1 Rumusan Masalah Bagaimanakah bentuk metafora dalam novel Cita-citamu cita-citaku karya Nazel Hashim Mohamad? 2.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk metafora dalam novel Cita-citamu cita-citaku karya Nazel Hashim Mohamad. 581","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 3. Landasan Teori Penelitian ini berhubungan dengan penggunaan bahasa untuk mengungkapkan makna dalam gaya bahasa metafora. Maka makna bahasa itu pun berbagai sudut pandangan yang berbeda. Semantik memperhitungkan makna dalam bahasa. Stilistika atau gaya bahasa salah satu dalam ilmu semantik. 3.1 Stilistika Stilistika berasal dari bahasa Inggris: stylistics, yang berarti studi mengenai style \u2018gaya bahasa\u2019 atau \u2018bahasa bergaya\u2019. Kata style (bahasa Inggris) berasal dari kata Latin stilus yang berarti alat (berujung tajam) yang dipakai untuk menulis di atas lempengan lilin (Shipley, Leech& Short dalam AliImron Al-Ma\u2019ruf, 2010:11) 3.2 Metafora Menurut Kridalaksana (2008:152) metafora adalah pemakaian kata atau ungkapan lain untuk obyek atau konsep lain berdasarkan kias atau persamaan: misal Kaki gunung, meja hijau, berdasarkan kias pada kaki manusia. Menurut Mansoer Pateda (2010:235) metafora dirinci menjadi tiga golongan, yakni: (i) metafora antropomorfis: ialah metafor yang berhubungan dengan diri manusia. Telah diketahui bahwa diri manusia terdiri dari unsur-unsur berupa hati, jantung, mata, mulut, punggung, tangan dan seterusnya. Hal-hal yang berhubung dengan manusia, yakni pemikirannya, pengalaman, dan perasaan. Manusia membandingkan dan mengasosiasikan unsur-unsur badanya dengan alam sekitar, sehingga lahirlah metafora: mulut sungai, jantung kota, jantung pertahanan lawa, mata pencaharian, mata pisau, tangan kursi, punggung gunung, urat nadi perhubungan, dan masih boleh ditambah dengan yang lain. (ii) metafora binatang: yakni asosiasi membandingkan sifat-sifat binatang dan sifat manusia yang menampak. Yang diperbangdingkan sebenarnya bukan saja sifat, tetapi juga unsur-unsur tubuh hewan. Sebab itu, lahirlah urutan kata: kumis kucing, kuping gajah, lidah buaya, dan seterusnya. Yang berhubungan dengan sifat, misalnya engkau kerbau, kamu seperti anjing dan kucing. (iii) metafora sinestetik: yakni, metafora yang didasarkan pada perubahan kegiatan dari indra satu ke indra yang lain. Misalnya, dari indra pendengaran ke indra perasa yang menghasilkan metafora: musik yang keras, suara keras. 4. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Metode kualitatif dilakukan karena penelitian ini menggunakan deskripsi, bukan melalui perhitungan statistik atau kuantitatif. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu 582","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 semata-mata berdasarkan fakta nyata atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penuturnya sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa pemerian bahasa yang biasa dikatakan sifat seperti potret (Sudaryanto, 1998: 62). 4.1 Sumber Data dan Data Sumber data penelitian ini bersumber dari novel Cita-citamu cita- citaku karya Nazel Hashim Mohamad yang diterbit oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur tahun 2010. Sumber data pustaka diambil dari buku- buku, dokumen, situs. Data yang diambil berupa daftar kata dan contoh- contoh. Pengumpulan data berdasarkan sumber-sumber tertulis yang mencerminkan pemakaian bahasa sinkronis (Edi subroto, 1992: 45). Data penelitian ini adalah segala bentuk metafora dalam novel Cita-citamu cita- citaku karya Nazel Hashim Mohamad. 4.2 Metode dan Teknik Penyediaan Data Metode penyediaan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis dokumen. Metode analisis dokumen iyalah pustaka (library research) (A. Muri Yusuf, 2007:252). 4.3 Teknik Analisis Data Setelah data tersedia, data dianalisis dengan menggunakan metode kontekstual. 4.4 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Setelah dilakukan analisis data, hasil analisis disajikan dengan menggunakan teknik penyajian informal dan formal. Penyajian informal adalah penyajian dengan menggunakan kata-kata biasa, sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan tanda, tabel dan lambang- lambang untuk mendeskripsikan hasil analisis data. 5. Hasil Penelitian Setelah menemukan kalimat-kalimat yang teridentifikasi sebagai bentuk metafora. Peneliti menggunakan metode deskriptif dan teori Mansoer Pateda (2010: 235) tiga jenis metafora metafora Antropomorfis, metafora Binatang dan metafora Sinestetik. 5.1. Identifikasi Bentuk Metafora dalam novel CMCK Setiap kalimat dari novel CMCK yang mengandung metafora dengan mengidentifikasi menebalkan tulisan. 583","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 5.1.1 Bentuk Metafora Antropomorfis dalam novel CMCK Bil. Kalimat-kalimat Metafora 1. Ajal maut di tangan Tuhan. (H. 3) 2. Si ibu malang itu tidak tertahan hati untuk bercakap lebih panjang. Suara anaknya selama dua tiga hari ini rasa terngiang-ngiang di telinganya\u2026(H. 4) 3. Tahun lepas Cikgu Jamilah kehilangan seorang murid yang cerdas dan bercita-cita tinggi dan mulia. (H. 8) 4. \u201c\u2026Kalau tidak, tinggallah cita-citaku kosong\u201d, bisik hatinya setiap kali dia teringatkan Zalila dengan cita-citanya. (H. 8) 5. Tambahan pula mereka sedar Cikgu Jamilah mengambil berat tentang segala hal persekolahan anaknya. (H. 9) 6. Otak Mazwin itu baik... (H. 10) 7. Tetapi dia tetap bekerja dengan lebih keras lagi. (H. 10) 8. Ini dibuktikannya dengan mengadakan kelas tambahan di waktu petang untuk menolong murid-murid yang lemah dan mundur. (H. 11) 9. Murid-murid lain tergelak besar. Cikgu Jamilah tergelak sama. (H. 12) 10. Malah dia gembira kerana murid-muridnya mempunyai cita-cita tinggi dan mempunyai otak yang baik pula. Akan dipupuknya dengan baja supaya subur cita-cita itu\u2026.cikgu harap semua akan belajar rajin-rajin dan Berjaya mengejar cita-cita masing-masing. (H. 13) 11. Semuanya mempunyai cita-cita tinggi. (H. 15) 12. Sebelum rehat, pelajaran yang berat seperti matematik, bahasa dan sains telah diajar. (H. 16) 13. Ahmad segera memangjangkan leher dan meninggi-ninggikan tangan untuk menjawab. (H. 17) 14. \u2026Perai dibinasakan supaya melambatkan pihak Inggeris bergerak.\u201d (H. 19) 15. Itulah sebabnya mereka nak pulang sebelum perang menjadi lebih hebat.\u201d (H. 19) 16. Tiba-tiba loceng pulang berbunyi. Murid-murid masih membatu di kerusi masing-masing. (H. 21) 17. Sedia berkhidmat terhadap anak bangsanya. Yang dikatakan mundur itu.(H. 23) 18. Padi kelihatan menguning, menunggu masa untuk dituai. (H. 25) 19. Masing-masing pun memanjangkan leher untuk melihat. Gembira sungguh hati mereka. (H. 25) 20. Langit tidak berawan. Cahaya matahari menikam ke pasir yang menguning perang di sepangjang pantai. Laut agak tenang gelombang kecil memukul pantai, membawa pasir halus dan hidupan laut yang seni bersamanya. (H. 26) 21. Murid-murid berpecah mengikut guru yang mereka suka. (H. 26) 22. Mereka ternampak tangan orang terkapai-kapai di permukaan air. (H. 27) 23. Perutnya sudah kembung. Sudah dipenuhi air garam. (H. 28) 24. Motokar orang muda itu meluncur agak laju juga. Kecut juga hati Cikgu Jamilah dibuatnya. Dikerlingnya pemuda itu. Kemudian dipandangnya Cikgu Ali yang duduk di belakang memangku Halim. (H. 584","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 28) 25. Kemudian lenyap ke dalam bilik rawatan. (H. 29) 26. Seorang jururawat yang manis muncul di muka pintu. (H. 29) 27. Sungguh lapang rasa hati masing-masig. (H. 30) 28. Dengan serta-merta ingatannya melayang kepada Zalila yang sudah lama kembali ke alam baqa bersama-sama dengan cita-cita murninya. Kemudian tergambar pula wajah Mazwin yang kini sedang belajar dalam tingkatan empat sains, mengejar cita-cita. (H.31) 29. Mereka semua gembira dan berasa lapang bila melihat Halim tersenyum. Begitupun, dia masih belum segar lagi. (H. 31) 30. Mereka telah keletihan dan berasa terkejut dengan kemalangan yang menimpa diri Halim. (H. 31) 31. Angin petang menampar-nampar mukanya kedua matanya telah dipejamkan. (H. 31) 32. Dia segera membuka matanya. Dilemparkan pandangannya ke arah langit barat. Lembayung keemasan sudah mula menggelap. (H. 32) 33. Matanya merayapi dinding bilik yang putih berdih itu. (H. 33) 34. Tanpa bertangguh lagi Cikgu Azizul Hakim melarikan motokarnya ke Hospital Besar Sungai Petani. (H. 34) 35. \u201cTabung Darah di hospital ni dah hampir kering. Kita perlukan darah untuk menjalankan pembedahan,\u201d kata doktor. (H. 34) 36. Tetapi sejurus saja. Dia segar semula. (H. 35) 37. Cikgu Jamilah memandang tenang. Tetapi hatinya berdebar-debar juga. (H. 39) 38. Jelas air mata menitis sebutir-butir membasahi pipinya yang berbedak halus itu. (H. 44) 39. Saya doakan cikgu panjang umur dan dapat segera berbakti kepada anak bangsa. (H. 45) 40. \u201cKalau dia masih hidup, tentu mereka berdua merupakan dua gadis sebaya yang cantik. Sama cerdik. Alangkah hebatnya jika mereka dapat bersaing dalam bidang pelajaran! Tentu bertambah bilangan doktor Bumiputera di tanah air ini. (H. 45) 41. \u201cCikgu!\u201d teriak Mazwin. \u201cAda orang jauh datang!\u201d usiknya sambil memandang Cikgu Jamilah yang tersipu-sipu berdiri di muka pintu. (H. 47) 42. Ya, tiba-tiba sahaja motokar merah itu tercebur ke parit. (H. 47) 43. \u201cMazwin, ajak kawan-kawanmu tu mengatur hidingan. Cepat. Hari pun dah tinggi!\u201d (H. 51) 44. Tergerak juga hati Cikgu Jamilah untuk campur mulut hendak berbual\u2026Cikgu Jamilah cuma gelak di hati sahaja (H. 54) 45. Jadi saya harap cikgu sudi menerimanya dengan senang hati. Saya juga turut senang hati. (H. 55) 46. Mereka berbesar hati atas kesudian Cikgu Jamilah menerimanya. (H. 55) 47. Sayur-sayur sudah bercampur dengan rencah. Semerbak harum bau masakan itu dibawa angin dari bawah bangsal atap yang khas didirikan. (H. 55) 48. Manakala, tiba di Pelabuhan Kelang, ribuan manusia membanjiri dermaga konkrit di belakang gudang. (H. 59) 585","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 49. Suara azan itu amat kudus menusuk hati. Tanpa disedari air mata berderai menuruni pipi. Sapu tangan dan tangan saling berlambaian. (H. 61) 50. Cikgu Azizul dan Cikgu Jamilah telah dianugerahkan dua orang cahaya mata. (H. 63) 51. Kadangkala dibawanya budak-budak itu ke dusun buah-buahannya hasil tanaman arwah suaminya yang rajin berbudi kepada tanah. (H. 64) 52. \u201cMak cik, takkan kita nak biarkan bunga yang cantik tu bebas di hutan yang penuh duri?\u201d kata Cikgu Jamilah lagi. (H. 64) 53. Dia tidak mahu campur mulut (H. 64) 54. \u201cCikgu, saya pintalah cikgu suami istri campur tangan jika sudah sampai masanya untuk Mazwin berumahtangga. (H. 65) 55. Ibu Mazwin sebenarnya terasa berat mulut hendak melahirkan rasa tahunya mengenai diri anaknya. Dia berasa khuatir mahu melahirkannya. Takut menyinggung perasaan kedua guru itu. Dia bimbang kalau-kalau dikatakan seperti melukut di tepi gantang. Atau diberi betis hendaklah paha. Manalah tahu nanti dituduh sudah melampau. (H. 67) 56. \u201cTeruskanlah, mak cik. Tak ada apa yang nak menyinggung hati saya,\u201d sahutnya dengan dada berdebar juga. \u201cCikgu, sebenarnya anak saya tu ada menaruh hati dengan adik cikgu, Azli.\u201d (H. 67) 57. \u201cCikgu, sebenarnya saya takut dikata orang seperti melukut di tepi gantang, atau diberi betis nak minta paha!\u201d (H. 68) 58. Tuhan lebih berkuasa ke atas makhluk-Nya. Kita sebagai hamba-Nya mestilah bertaqwa kepada-Nya. Bukankah jodoh dan ajal maut itu di tangan-Nya. Siapa yang dapat membantah kehendak-Nya. (H. 68) 59. \u201cItu kata cikgu. Tapi mesti ada orang tidak puas hati. (H. 68) 60. Bila penat bercakap, dan tergigit lidah sendiri, taulah Mereka berhenti dari mengumpat orang.\u201d (H. 68-69) 61. Dia kehilangan perkataan. (H. 70) 62. \u2026dan di ruang mata kedua suami istri tergambar suatu keluarga moden dan intelek yang sangat diharapkan oleg negara. (H. 70) 63. \u2026dan di kala itulah wajah arwah Zalila terbayang di ruang mata Cikgu Jamilah. (H. 71) 64. \u201cJika dia tak pergi dulu, tentu saja kami berdua sama-sama menerima ijazah hari ini.\u201d Bisik hatinya. (H. 72) 65. Mazwin terus membayangkan pahit maungnya, suka dukanya dalam memburu cita-cita yang luhur itu. (H. 73) 66. Anak-anak muda lain nampak memerhatikan setiap gerak-geri suami-istri yang berpelajaran itu dengan suatu perasaan yang berkobar di dada. (H. 74) Daripada kutipan dalam novel CMCK di atas adalah bentuk metafora antropomorfis sebanyak 66 buah. Dengan demikian peneliti mengambil 5 data untuk mewakili bentuk metafora tersebut. 1. Ajal maut di tangan Tuhan. (H. 3) Ajal maut di tangan Tuhan samakan dengan kematian yang ada di dalam kekuasaan Tuhan. 586","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 2. Seorang jururawat yang manis muncul di muka pintu. (H. 29) Muka pintu samakan dengan wajah orang yang bermaksud yang ada di hadapan. 3. Saya doakan cikgu panjang umur dan dapat segera berbakti kepada anak bangsa. (H. 45) Anak bangsa samakan dengan siswa-siswa. 4. Cikgu Azizul dan Cikgu Jamilah telah dianugerahkan dua orang cahaya mata. (H. 63) Cahaya mata samakan dengan anak. 5. \u201cMak cik, takkan kita nak biarkan bunga yang cantik tu bebas di hutan yang penuh duri?\u201d kata Cikgu Jamilah lagi. (H. 64) Bunga yang cantik tu bebas di hutan yang penuh duri samakan dengan gadis yang cantik di tengah-tengah laki-laki yang tidak baik. 5.1.2 Bentuk Metafora Binatang dalam novel CMCK Bil. Kalimat-kalimat Metafora 1. Malah kedua ibu bapa Mazwin yang mempunyai tanah sekangkang kera itu tidak putus-putusnya memberi galakan kepada anaknya supaya belajar\u2026(H. 9) 2. Setelah itu dia berasa pening lalat. Tetapi sejurus saja. Dia segar semula. (H. 35) Daripada kutipan dalam novel CMCK di atas adalah 2 buah bentuk metafora binatang. Yaitu: 1. Malah kedua ibu bapa Mazwin yang mempunyai tanah sekangkang kera itu tidak putus-putusnya memberi galakan kepada anaknya supaya belajar\u2026(H. 9) Tanah sekangkang kera disamakan dengan hanya memiliki tanah sedikit, seluas sekangkang kera. 2. Setelah itu dia berasa pening lalat. Tetapi sejurus saja. Dia segar semula. (H. 35) Dia berasa pening lalat disamakan dengan orang yang pusing kepala seperti lalat terbang ke sana-kemari. 5.1.3 Bentuk Metafora Sinestik dalam novel CMCK Bil. Kalimat-kalimat Metafora 1. \u2026Cikgu Jamilah menggangap soalan itu berat. (H. 2) 2. Katanya, tangan rasa berat. (H. 4) 3. Cikgu Jamilah juga tidak tertahan hati melihatnya\u2026(H. 5) 4. Si ibu malang itu meraung dengan kuatnya. Raung tangisnya sungguh menghibakan hati. (H. 5) 5. Suaranya lunak merdu. (H. 14) 6. Ini masih berbau penjajah. (H. 19) 7. \u201cIngat pesanan saya tadi?\u201d kata Cikgu Ali dengan suara agak kuat. (H. 25) 8. Seorang jururawat yang manis muncul di muka pintu. (H. 29) 9. \u201cbukan begitu, mak cik. Bukan lebih manis mak cik sendiri yang mengambil berat tentang diri Mazwin. (H. 65) 10. Kata Cikgu Jamilah dengan suara tenang dan lunak. (H. 68) 587","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 Daripada kutipan dalam novel CMCK di atas adalah bentuk metafora antropomorfis sebanyak 10 buah. Dengan demikian peneliti mengambil 2 data untuk mewakili bentuk metafora tersebut. 1. Suaranya lunak merdu. (H. 14) Indra pendengaran diberubah ke indra perasa 2. Seorang jururawat yang manis muncul di muka pintu. (H. 29) Indra penglihatan diberubah ke indra perasa. 3. Kesimpulan Dalam novel CMCK peneliti menemukan 78 data bentuk metafora. Berdasarkan rumusan masalah yang pertama dapat disimpulkan melalui hasil identifikasi bahwa ada tiga bentuk metafora yang menurut Mansoer Pateda yaitu pertama metafora antropomorfis: ialah metafor yang berhubungan dengan diri manusia. Kedua metafora binatang: yakni asosiasi membandingkan sifat-sifat binatang dan sifat manusia yang menampak. Ketiga metafora sinestetik: yakni, metafora yang didasarkan pada perubahan kegiatan dari indra satu ke indra yang lain. Berdasarkan masalah dalam penelitian ini jenis-jenis metafora menurut teori Mansoer Pateda ada tiga jenis metafora yang terdapat dalam novel CMCK ini dapat disimpulkan yaitu 1) metafora antropomorfis berjumlah 66 buah, 2) metafora binatang berjumlah 2 buah, dan 3) metafora sinestetik berjumlah 10 buah. Berdasarkan paparan tersebut dapat diketahui bahwa metafora yang paling dominan pada novel ini adalah metafora antropomorfis yaitu sebanyak 66 buah. 4. Saran Penelitian terhadap gaya bahasa yaitu metafora dalam novel CMCK ini dapat menambah pembendaharaan materi dalam pembelajaran bahasa tentang gaya bahasa khususnya dalam bentuk metafora dalam novel. Penelitian ini juga memberikan pengetahuan bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian terhadap novel-novel. 588","PROSIDING KOLOKIUM ANTARABANGSA PERADABAN WILAYAH TIMUR LAUT 2023 MELIHAT PELUANG PELABURAN DI PUSAT EKONOMI MELAYU: MENEROKA POTENSI TEMPATAN Sarwo Edi1, Asmaul Husna2 Universiti Muhammadiyah Sumatera Utara [email protected] [email protected] Abstrak Ekonomi Melayu telah lama menjadi pusat perdagangan dan pertukaran budaya di rantau Asia Tenggara. Dengan sejarah yang kaya dan sumber semula jadi, rantau ini menawarkan peluang pelaburan yang menarik. Kajian ini bertujuan meninjau potensi tempatan dalam konteks pelaburan di pusat ekonomi Melayu. Penyelidikan ini akan menggunakan kaedah analisis deskriptif untuk mengumpul data daripada pelbagai sumber yang boleh dipercayai, termasuk data ekonomi terkini, dasar kerajaan berkaitan pelaburan, dan pandangan pakar ekonomi serantau. Data yang dikumpul akan dianalisis secara kritikal untuk mengenal pasti sektor ekonomi yang menjanjikan serta kekangan yang mungkin dihadapi oleh pelabur berpotensi. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberi gambaran yang mendalam tentang potensi tempatan yang belum diterokai sepenuhnya di pusat ekonomi Melayu. Berdasarkan analisis yang teliti, kajian ini akan mencadangkan beberapa sektor yang menarik untuk pelaburan, seperti pelancongan berasaskan budaya, industri kreatif, pertanian lestari dan teknologi hijau. Di samping itu, penyelidikan ini akan mengenal pasti langkah dasar yang boleh diambil oleh kerajaan dan pihak berkepentingan untuk memudahkan proses pelaburan dan mengatasi halangan yang berpotensi. Kata Kunci: Pelaburan, Pusat Ekonomi Melayu, Potensi Tempatan, Peluang Pelaburan. 589"]


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook